Tampilkan postingan dengan label obat 15. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label obat 15. Tampilkan semua postingan

obat 15

 




na mendesak arachidonat dari membran sel dan 

membentuk prostaglandin “baik” (tipe E1 

dan E3). Oleh karena itu dianjurkan untuk 

beberapa kali seminggu mengonsumsi ikan 

berlemak seperti kembung (makril India), 

salem, herring, sardencis dan tongkol. 

Sayuran dan buah-buahan mengandung 

banyak zat alamiah dengan khasiat antioksidan yang memperkuat sistem imun dan 

menghambat pertumbuhan tumor, misalnya 

vitamin C, E, karoten, lycopen dan zat-zat 

indol. Sangat dianjurkan mengonsumsi sayuran, seperti brokoli, kembang kol, kol 

hijau/putih, bayem, wortel, alfalfa, bawang 

putih dan bit. Buah-buahan yang dianjurkan 

yaitu  arbai, abrikos, nenas, kiwi, sitrun, 

grapefruit, tomat, paprika, papaya dan semangka. Sayuran sebaiknya dimakan dalam 

keadaan segar sebagai lalap. 

Serat nabati dalam diet juga mempunyai 

peranan penting, sebab kekurangan serat 

(dalam sayur-mayur, katul dan tepung

„whole grain“) dapat meningkatkan risiko

kanker, terutama kanker usus. Serat di dalam 

usus menghisap air dan mengembang, isi 

usus membesar, peristaltik distimulasi dan 

pengeluarannya (tinja) diperlancar. Zat-zat 

perombak makanan yang bersifat karsinogen, 

seperti nitrosamin dan metabolit-metabolit 

kolesterol “terperangkap“ dalam gumpalan 

serat, sehingga tidak dapat diserap atau melakukan kerja buruknya terhadap dinding 

usus.

Diperkirakan sekitar 40% dari kanker 

usus dapat dihindari dengan diet yang kaya 

akan serat nabati. Sejak lama telah diketahui 

bahwa kasus kanker pada orang vegetarian 

tidak begitu banyak.

Penanganan

Ada berbagai cara penanganan kanker, antara lain pembedahan, penyinaran, kemoterapi, hormon terapi, imuno terapi dan hipertermi. Sering kali cara-cara ini dikombinasi, 

yaitu penanganan secara lokal dan sistemik 

pada saat terdeteksi penyakit. Pembedahan

dan radiasi dapat mencapai penyembuhan lengkap (kuratif) bila dilakukan sedini 

mungkin dan bila belum terjadi metastasis.

Kemoterapi dengan sitostatika dapat menyembuhkan hanya sejumlah kecil jenis 

kanker, lihat uraian di bawah ini bagian c. 

Pengobatan kanker yang sudah menyebar 

pada umumnya hanya bersifat paliatif, yaitu 

meringankan gejala tanpa dapat menyembuhkan penyakit.

Sitostatika, yaitu kelompok obat yang digunakan terhadap kanker didasarkan atas 

penghentian mekanisme proliferasi sel, sehingga bersifat toksik bagi sel tumor maupun 

sel normal, terutama sel sumsum tulang, 

epitel saluran pencernaan dan folikel rambut 

(rambut rontok). Selektivitas dari sitostatika 

berdasar  kenyataan bahwa sel kanker 

membelah jauh lebih intensif daripada sel 

jaringan normal. 

Sebagian obat hanya efektif pada fase 

tertentu dari siklus pembelahan sel (phasespecific drug), seperti zat anti metabolit, alkaloid vinca dan senyawa taksan. Sebagian 

lain efektif pada seluruh siklus pembelahan 

sel (cycle-specific drug), seperti penghambat 

DNA, senyawa alkilasi, antibiotika dan hormon steroid. 

Penerapan terapi hormone replacement di 

Amerika menurun dengan drastis sesudah  

diketahui ada  risiko kanker payudara 

yang meningkat. 

a. Pembedahan untuk mengeluarkan tumor 

secara radikal hanya dapat dilakukan 

pada tumor tunggal yang belum menyebar, misalnya pada kanker kulit atau 

payudara. Risikonya yaitu  penyebaran 

sel-sel tumor ke jaringan dan pembuluh 

sekitarnya akibat pemotongan. Untuk 

mengurangi kemungkinan ini adakalanya pre-operatif dilakukan radiasi untuk 

sekadar merusak sel-sel kanker dan memperlunak keganasannya. Pasca bedah sering kali dilakukan radiasi atau kemoterapi untuk membasmi sisa-sisa sel 

tumor yang mungkin masih tertinggal. 

Di AS pembedahan demikian yaitu  

prosedur standar.

b. Radiasi dengan sinar radioaktif (radioterapi) “membakar“ dan memusnahkan 

sel-sel tumor dan bisa bersifat kuratif (a.l. 

kanker kulit, oropharynx, cervix, vagina 

dan prostat) atau paliatif (a.l. mengurangi rasa sakit misalnya pada metastasis 

tulang, mengurangi sakit kepala akibat 

meningkatnya tekanan intra-kranial pada 

metastasis CNS). Sekarang ini pelaksanaannya dengan alat megavolt (linear 

accelerator) 4-25MV, SL-25 dan yang termutakhir yaitu  Racetrack Microtron 

MM50, yang menggunakan sinar dengan 

energi sangat tinggi (foton atau elektron). Alat-alat yang menggunakan kobal dari akhir tahun 1970-an sudah jarang dipakai  lagi. Alat-alat modern 

bersifat kurang merusak jaringan sehat 

dan lebih efektif, karena dapat menembus tubuh lebih dalam. Lagi pula dengan perantaraan komputer bentuk dan 

intensitas sinar dapat diubah secara terpimpin. Dosis radiasi dinyatakan dalam 

satuan Gray (Gy). 1 Gray = 1 joule yang 

diabsorpsi per kg jaringan; 1 centigray = 

1 rad.

Radioterapi (dengan foton) yang konvensional, walaupun relatif murah diban-dingkan dengan pembedahan dan kemoterapi, tidak optimal karena dosis penyinaran untuk membunuh sel-sel tumor 

terlalu merusak jaringan dan organ sehat 

di sekitarnya. Perkembangan mutakhir 

lainnya untuk terapi kanker didasarkan 

atas pemakaian  partikel-partikel proton 

(terutama) dan ion (charged particle therapy) pada mana distribusi penyinaran 

dapat diatur lebih cermat, yakni dosis 

penyinaran rendah sebelum mengenai 

tumor, lalu dosis tinggi terhadap sel-sel 

tumor dan praktis nihil penyinaran di 

belakang tumor. Dengan cara ini kerja 

samping juga dapat dikurangi.43

* Radiasi intern (brachyterapi, IBU) menggunakan sumber radioaktif dua radioisotop: 

iridium (192Ir) dan cesium (137Cs). Cara ini 

memungkinkan radiasi di daerah tumor secara langsung “dari dalam“ dengan dosis 

tinggi tanpa merugikan jaringan sekitarnya. 

Ke dalam tumor dimasukkan (dengan pembiusan) tabung kecil yang lalu diisi dengan 

elemen radioaktif tersebut. Brachyterapi sering kali dikombinasi dengan radiasi MM50.

c. Kemoterapi dengan sitostatika, juga bersama radioterapi, sering kali dilakukan 

dengan berbagai tujuan, yaitu: 

1. kuratif, untuk mencapai penyembuhan penyakit pada tumor-tumor yang 

sangat peka bagi sitostatika. Untuk 

meningkatkan efektivitas dan memperlambat terjadinya resistensi, biasanya dipakai  kombiterapi dari tiga 

onkolitika. Jenis-jenis tumor yang sekarang bisa disembuhkan masih belum banyak dan meliputi p. Hodgkin, 

leukemia limfatis akut, limfoma nonHodgkin, kanker testis, chorion, retina 

dan ginjal pada anak-anak(Wilms-tumor).

2. paliatif, untuk mengurangi keluhan 

dan gejala yang berkaitan dengan stadium lanjut dari kanker tanpa menghambat proses penyakit. Untuk sementara massa tumor dapat diperkecil. Cara ini a.l. dipakai  pada 

pasien dengan kanker yang sudah 

menyebar ke organ-organ lain (metastasis), misalnya pada kanker payudara dan paru (sel kecil), penyakit 

Kahler dan leukemia kronis. 

Pada anak-anak kemoterapi digunakan sebagai terapi primer karena radioterapi membawa risiko terhambatnya 

pertumbuhan jaringan dan tulang. Keberatan terhadap semua sitostatika adalah sifatnya yang sangat toksik dan efek 

sampingnya yang hebat.

d. Terapi hormon. Hormon dan antihormon 

tertentu dipakai  pada kanker yang 

pertumbuhannya tergantung dari hormon, terutama senyawa-senyawa anti 

estrogen (tamoksifen) pada kanker payudara dan endometrium, serta senyawa 

anti androgen (flutamida, nilutamida)

pada kanker prostat.. 

e. Imunoterapi yaitu  pengobatan gangguan maligne dengan stimulator sistem 

imun, antara lain interferon, interleukine-2 

atau LAK-cells. Zat-zat ini dinamakan 

Biological Respons Modifiers (BRM)

dan berefek menstimulasi limfosit sitotoksik (natural killer cells = NKc) dan meningkatkan ekspresi antigen-antigen tertentu pada permukaan sel tumor. Cara 

lain menggunakan vaksin, seperti vaksin 

BCG dan antibodi monoklonal (MOABs)

terhadap tumor tertentu, yaitu kopi 

identik dari suatu antibodi yang dibuat 

in vitro. Lihat Bab 21, Obat rema, boks 

Biologicals.

NK-cells termasuk kelompok limfosit 

yang langsung dapat memusnahkan selsel asing tanpa reaksi antigen antibodi. 

NK-cells dianggap sebagai sel-sel efektor 

penting dalam ketahanan imun terhadap 

tumor. Lihat selanjutnya Bab 49, Dasardasar imunologi. 

f. Hipertermi yaitu  penanganan tumor 

dengan kalor sebagai terapi tambahan 

(additional, adjuvant therapy) untuk memperkuat efek radiasi. Kalor dari 43°–44° 

C bekerja mematikan langsung sel-sel 

tumor, terutama dalam lingkungan asam 

dan bila ada kekurangan oksigen (hypoxia), seperti halnya di lokasi tumor.

Karena teknis pemanasan saksama dalam waktu lama sulit sekali, hingga kini 

khusus dipakai  pada tumor di permukaan (kulit, payudara, kelenjar leher). 

Penanganan melalui hipertermi sebelumnya kemoterapi membuat tumor lebih 

rentan bagi obat kemo. 

g. Genterapi. Inaktivasi dari gen-gen tertentu (misalnya gen supresor tumor p53)

berperan penting terhadap pertumbuhan 

liar dari tumor. Pada hewan percobaan, 

gen p53 sudah dapat dimasukkan ke 

dalam sel-sel tumor dengan efek terhentinya pertumbuhan. Sekarang ini genterapi sedang dikembangkan di banyak 

Pusat Riset Kanker dan yaitu  pendekatan mutakhir penanganan kanker. 

Dari kanker dibuat profil-DNAnya dan 

ditentukan mutasi genetik mana yang 

memicu sel kanker. Kemudian pasien 

dapat diberi obat terhadap mutasi spesifik 

itu. Sekarang ini sudah dipakai  lebih 

dari sepuluh obat yang semuanya khusus 

bekerja terhadap mutasi kanker tertentu 

dan beratus-ratus obat baru sedang 

diselidiki. Obat-obat baru ini disebut 

Monoclonal Antibodies (MOABs) dan 

Tirosin kinase inhibitors (TKIs). 

h. Terapi sel batang (stemcell therapy) masih 

berada dalam tingkat eksperimental. 

Prinsip dari penanganan regeneratif ini 

terdiri atas menggantikan gen-gen cacat 

yang menyebabkan tumor dengan gengen sehat melalui cara-cara khusus. Di 

A.S. sedang dilakukan banyak riset di 

bidang ini yang sampai saat ini belum 

membuahkan hasil konkret. Banyak ilmuwan percaya bahwa terapi ini dalam 

rentang waktu 10-30 tahun menjadi cara 

penanganan kanker yang sangat penting.

Di bidang kardiovaskuler sudah diperoleh hasil baik dengan implantasi sel 

batang sesudah  infark jantung. Sumsum 

tulang penderita disuntikkan ke dalam 

arteri jantung, kemudian sel-sel batang 

berkembang menjadi jaringan jantung 

untuk menggantikan sel-sel mati (Orlando, 2003).

i. CAM (= Complementary & Alternative 

Medicine)

Terapi komplementer & alternative, juga disebut NTTT (Non Toxic Tumor Therapy). Cara ini ditujukan untuk memusnahkan sel ganas dan terhadap metastasis 

mikroskopis yang belum dapat dideteksi 

dengan metode biasa. Terapi ini juga 

untuk meniadakan atau mengurangi efek 

samping dari terapi regular. Misalnya sebagai penanganan tambahan pada terapi 

dengan sitostatika atau sebagai followup pembedahan dan radioterapi untuk 

mengeliminasi sisa-sisa sel tumor yang 

mungkin lolos (mikro-metastasis tersembunyi). Ternyata prosedur ini sangat berguna 

sesudah  pembedahan kanker payudara 

dan kolon. Pada hakikatnya cara ini merupakan terapi diet, yang berdasar  

diet dasar sehat seperti dianjurkan oleh 

Dewan Gizi Nasional. Di samping itu juga 

diberikan food supplement seperti vitamin dan mineral dalam dosis tinggi dan 

zat-zat penghambat tumor yang terutama 

ada  dalam sayuran dan buah-buahan. Zat-zat alternatif ini terdiri dari zatzat yang memiliki sifat antioksidan kuat, 

seperti senyawa-senyawa polifenol, indol, 

monoterpen, katechin, enzim, flavonoida 

dan karotenoida. ada  banyak publikasi mengenai hasil penanganan ini untuk 

meringankan gejala penyakit dan memperbaiki 

kualitas hidup, dalam sejumlah kasus bahkan dengan efek menyembuhkan. Tetapi 

secara resmi belum diterima oleh dunia 

kedokteran, karena banyak prasangka 

dan secara ilmiah belum dapat dibuktikan 

dengan tuntas.

pemakaian  obat-obat alternatif, termasuk rempah-rempah oleh penderita 

kanker pada umumnya dianggap aman 

dan tidak toksik. Tetapi beberapa suplemen ini dapat memengaruhi enzim sitokrom-P450 dan distribusi obat-obat, seperti P-glikoprotein. 

Goey AK et al.; Herb-drug interactions 

in oncology. Clin Pharmacol Ther.2014 

apr;95(4)354-5.

Dasar-dasar terapi tambahan 

Penanganan alternatif juga disebut metoda biologis, karena menggunakan zat-zat 

alamiah (tumbuhan, enzim, vitamin) dan 

sering kali bersifat empiris atau tradisional berdasar  pengalaman rakyat. Cara 

yang paling sering dipakai  yaitu  terapi 

ortomolekular, terapi enzim dan fitoterapi 

(terapi dengan tumbuhan)..

Terapi alternatif bertolak dari fakta bahwa 

pasien kanker, yang kebanyakan sudah 

berusia agak lanjut (di atas 55 tahun), sering 

kali menderita kelemaham sistem imun. Hal 

ini disebabkan oleh proses menua, pada saat 

mana banyak fungsi organ semakin mundur 

dan banyak proses berlangsung semakin 

lambat. Misalnya aktivitas limfo-T dan NKcells sudah berkurang sehingga tidak mampu lagi mereparasi atau membasmi sel prekarsinom. Sel ini yaitu  benih-benih sel 

tumor yang DNA-nya cacat akibat berbagai sebab. Antioksidansia tubuh lansia untuk melindungi sel terhadap serangan radikal bebas juga berkurang (lihat Bab 53, 

Vitamin-vitamin, boks Terapi ortomolekular 

& antioksidansia). Begitu juga produksi enzim 

(proteinase) tertentu yang berefek menghambat 

perkembangan sel-sel pre-tumor berkurang.

* Suplemen diet. Untuk memperkuat sistem imun dan daya tahan, maka pada 

terapi orthomolekular banyak dipakai  

antioksidansia, yaitu dosis tinggi dari vitamin, 

mineral dan bioflavonoida alamiah yang berefek 

menetralisasi radikal bebas. Zat-zat ini tidak 

termasuk golongan obat, tetapi yaitu  

suplemen diet. Food supplements ini, juga 

disebut “health food”, dapat dibeli bebas tanpa resep di semua negara, terkecuali sediaan 

injeksinya.

Antioksidansia yang banyak dipakai  

yaitu  vitamin A, C dan E, mineral selenium 

dan seng, flavon (kurkumin, genistein, ubikuinon, lycopen) dan sejumlah enzim (papain, bromelain, pankreatin). Yang lebih 

jarang dipakai  yaitu  ekstrak timus dan

ekstrak Viscum album.

Di samping efek menstimulasi imunitas, 

suplemen sering kali berefek menghilangkan 

atau mengurangi gejala penyakit atau efek 

samping obat, seperti rasa nyeri, mual dan 

perasaan letih (efek paliatif). Kebaikan lain 

yaitu  senyawa-senyawa ini dalam dosis 

yang dianjurkan hampir tidak menimbulkan 

efek samping. 

Perhatian! Perlu digarisbawahi bahwa 

terapi alternatif kanker dengan antioksidansia tidak boleh dipakai  tersendiri,tetapi 

sebagai penanganan tambahan (suplemen) 

di samping pengobatan regular oleh dokter 

(onkolog/internis). 

Juga dianjurkan untuk hanya menggunakan 

suplemen dari pabrik terkenal, karena tidak 

jarang isi kemasan tidak sesuai dengan 

deklarasinya di atas etiket, khusus mengenai 

zat aktif atau kadarnya

 Diet. Di samping food supplement tersebut 

di atas juga penting sekali bagi pasien kanker untuk mengikuti suatu diet tertentu. 

Diet ini semula dikembangkan oleh seorang 

dokter Belanda (dr.Moerman) dan kemudian 

dimutakhirkan oleh internis Dr Houtsmuller.

Dua aturan terpenting dari diet ini yaitu  

larangan makan daging dan banyak makan 

sayuran.

a. Daging semua hewan menyusui dan 

unggas serta produk-produknya, juga 

ikan (yang tidak berlemak) dilarang, karena mengandung asam arachidonat, lihat 

di atas (Pencegahan). Ikan berlemak

(kembung, makril, bandeng, salem, sardencis) tidak dilarang karena mengandung asam lemak tak-jenuh (omega3 = 

n3). Kacang tanah dan minyaknya (oleum 

arachidis) perlu dihindari karena kandungan arachidonatnya.

b. Sayuran dan buah-buahan dalam jumlah 

besar, masing-masing sampai 200 g sehari dianjurkan. Juga makanan yang mengandung zat-zat alamiah dengan sifat 

antioksidan, seperti flavonoida, polifenol, 

karotenoida, terpenoida, protease-inhibitor dan enzim-enzim yang bekerja antitumor kuat

SEL-SEL BATANG DAN PENANGANAN REGENERATIF

Sel batang (stemcell) yaitu  sel-sel muda (belum masak) yang ada  dalam sumsum tulang dan 

lain-lain organ/jaringan tubuh, juga ada  dalam tali pusat. Sel-sel ini disebut adult stemcells (sel 

batang dewasa) dan dapat dibedakan dengan embryonic stemcells yang diperoleh dari embryo. Sel 

batang dewasa memiliki kemampuan terbatas, mis. sel batang otak dapat berkembang menjadi 

sel-sel saraf, tetapi tidak menjadi misalnya sel hati, sedangkan sel-sel sumsum tulang hanya dapat 

berkembang menjadi sel-sel darah. 

Sebaliknya sel batang embrionik dapat diarahkan untuk berkembang menjadi hampir setiap tipe sel 

(pluripotent). Proses pengarahan inilah yang menjadi tantangan besar bagi para ilmuwan, bagaimana 

melalui kombinasi rumit dari faktor-faktor pertumbuhan, isyarat-isyarat kimia dan genetik, 

mengarahkan diferensiasi dari sel-sel batang embrionik untuk berkembang menjadi misalnya sel 

darah, sel otot jantung, tulang, jaringan hati atau kulit. Kesulitan besar yaitu  kurang tersedianya 

stemcells embrionik ini, yang sekarang hanya tersedia dari “sisa-sisa“ proses pembuahan tabung 

reaksi (IVF, in vitro fertilization).

Penanganan regeneratif. Potensi dari sel-sel batang inilah yang yaitu  dasar dari terapi 

regeneratif, suatu revolusi medis, di mana organ dan jaringan yang sakit dapat direparasi atau diganti 

dengan pengganti alamiah yang khusus dikembangkan untuk tujuannya (custommade), bukannya 

dengan alat-alat mekanis seperti sendi-sendi dari logam titanium. Stemcells batang dapat membuka 

era baru kedokteran di mana penyakit-penyakit yang mematikan dapat disembuhkan dengan 

jaringan dan organ yang dibuat secara “sintetik”. Di kemudian hari sel-sel batang embrionik dapat 

membantu para dokter untuk menangani misalnya diabetes tipe I dan kelumpuhan akibat cedera 

tulang belakang (spina bifida).

Sumsum tulang dan darah dari tali pusat mengandung banyak sel batang yang dapat berkembang 

menjadi sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dan unsur-unsur sistem imun. Bila tranfusi 

darah memberikan sel-sel darah yang hanya hidup untuk beberapa bulan, sel-sel batang ini dapat 

“ditempatkan“ (settle) dalam tulang penderita yang membentuk sel-sel darah dan sel-sel imun untuk 

sepanjang hidup. Sama halnya dengan implantasi organ, jaringan stemcell donor (patron) secara genetik

harus identik dengan sipenerima untuk menghindari penolakan oleh tubuh.

Terapi dengan sel batang di kemudian hari dapat ditujukan untuk beberapa jenis penyakit seperti 

berikut:

— penyakit jantung: sel batang dari sumsum tulang yang di-injeksikan ke dalam arteri jantung 

diperkirakan dapat memperbaiki fungsi jantung penderita serangan jantung dan gagal jantung;

— leukemia dan kanker: sel batang dari sumsum tulang dan darah tali pusat dapat dipakai  terhadap 

leukemia dan limfoma non-Hodgkin, kanker pankreas dan kanker ovarium;

— rheumatoid arthritis: sel batang dapat membantu memperbaiki tulang rawan yang aus;

— penyakit Parkinson: sel batang saraf dari pasien dapat diarahkan untuk menjadi sel-sel dewasa 

yang memproduksi dopamin yang dibutuhkan bagi penyakit ini.

— diabetes tipe I: riset ditujukan cara bagaimana mengarahkan sel-sel batang embrionik untuk 

menjadi sel-sel pulau Langerhans di pankreas untuk memproduksi insulin.

Pengetahuan dan riset mengenai sel batang embrionik telah dipelopori di Amerika Serikat, tetapi 

berdasar  pertimbangan keagamaan, etik dan moral telah menghambat perkembangannya, a.l. 

ditentang keras oleh Presiden Bush. Di negeri Belanda berlaku suatu Hukum Embryo sejak tahun 

2002 yang memperbolehkan riset dengan stemcells embrionik manusia hanya bila diperkirakan ada 

harapan besar untuk mencapai penemuan-penemuan baru di bidang ilmu kedokteran yang tidak 

dapat dicapai melalui cara lain.

Sebaliknya negara-negara seperti Inggeris dan beberapa negara Asia termasuk China, Korea dan 

terutama Singapura berlomba-lomba untuk menjadi epicenter utama dari riset mengenai sel batang.

Banyak cara penanganan gangguan di dunia kedokteran didasarkan atas kelenturan 

dan daya pemulihan dari tubuh sendiri.

Tetapi bila kerusakan suatu organ demikian 

parahnya sehingga daya pemulihan sendiri 

maupun obat-obat tidak dapat mengatasinya, maka transplantasi organ dapat menjadi 

solusinya. Walaupun teknik pencangkokan 

dan cara mengatasi penolakan (rejection) 

sudah banyak kemajuan, tetapi prosedur ini 

masih tetap yaitu  penanganan yang 

penuh risiko di samping langkanya organ 

untuk transplantasi.

Oleh karena itu ditemukannya sel batang 

(sel punca, stemcell) untuk dapat dipakai  

dalam terapi membuat kita tidak lagi tergantung pada regenerasi tubuh sendiri, tetapi 

kita memiliki alat pemulihannya di tangan 

sendiri. Bila sel-sel ini dapat diarahkan dan 

dimanipulasi untuk terapi regeneratif, banyak gangguan yang dewasa ini tidak dapat 

ditangani, sekarang mendapatkan solusinya. 

Ref. Vries, RGJ, Organen uit stamcellen?, Ned 

Tijdschr Geneeskd. 2013;157:A7096

B. SITOSTATIKA

Sitostatica atau onkolitica (Yun. kytos = sel,

stasis = berhenti, ongkos = benjolan, lysis = melarut) yaitu  senyawa-senyawa yang dapat 

menghentikan pertumbuhan yang pesat dari 

sel-sel ganas (maligne).

Prinsip pemakaian nya yaitu  untuk langsung merusak DNA (dan RNA) dari sel. 

Senyawa-senyawa ini mematikan sel-sel dengan menstimulasi apoptosis. 

Dosis dan jadwal kemoterapi terbatas pada daya tahan jaringan normal, terutama 

jaringan yang berkembang pesat seperti sumsum tulang dan mukosa saluran cerna. Juga 

tergantung dari farmakokinetika obat yang 

dipakai  dan afinitasnya terhadap jaringan 

tertentu. Mekanisme khasiat terapeutik dari 

obat-obat ini yaitu  mencari dan memanfaatkan perbedaan antara sel normal dan 

sel kanker serta khusus diarahkan pada 

defek-defek genetik dari sel kanker (biologi 

molekular). Dalam beberapa kasus sifat toksiknya terhadap sel normal dapat dikurangi 

dengan misalnya pemberian faktor pertumbuhan (growth factor) seperti granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF).

Karena kebanyakan tumor dengan cepat 

menimbulkan resistensi terhadap obat tunggal, maka dikembangkan prinsip kemoterapeutika intermiten dengan multi-drug, khususnya obat dengan mekanisme kerja yang 

berlainan tanpa toksisitas yang tumpangtindih.

Siklus kemoterapi. Obat-obat ini diberikan 

selama beberapa hari dan diseling dengan 

istirahat beberapa minggu untuk memberi 

kesempatan bagi jaringan normal tumbuh 

kembali. Dengan demikian ada jarak antara 

dua siklus kemoterapi untuk memberi waktu 

restorasi jaringan normal. 

Kombinasi dari tiga atau lebih sitostatika 

sering kali dipakai , pada umumnya obat 

dengan mekanisme dan titik kerja pada siklus 

pertumbuhan sel tumor yang berlainan. Dengan demikian, mekanisme kerjanya saling 

dipotensiasi dan timbulnya resistensi dihindari atau diperlambat. Begitu juga dosis masing-masing obat dapat dikurangi sehingga 

efek toksik seluruhnya menjadi kurang 

parah.

Misalnya terapi dengan kombinasi obat 

MOPP (lih. di bawah) menghasilkan remisi 

pada 80% dari penderita penyakit Hodgkin 

dibandingkan dengan kurang dari 40% bila 

masing-masing obat dipakai  tersendiri. 

Beberapa kombinasi terkenal yaitu :

• MOPP = mustin, oncovin (=vinkristin), prokarbazin dan prednisolon pada limfoma 

non-Hodgkin yang bermetastasis;

• VMCP = vinkristin, melfelan, cisplatin dan

prednisolon pada myeloma; 

• FAM = fluorurasil, adriamisin dan mitomisin

pada kanker lambung; 

• CAF = siklofosfamida, adriamisin dan fluorourasilpada kanker payudara yang sudah 

menyebar. Dahulu sering kali dipakai  

CMF, dengan metotreksat sebagai pengganti adriamisin (= doksorubisin), tetapi 

CAF ternyata lebih efektif;

• VAD = vinkristin , adriamisin dan deksametason pada penyakit Kahler (multiple myeloma).

* Terapi intermitten (selang seling) dari kom -

binasi beberapa obat dengan dosis tinggi 

kerap kali memberikan hasil yang lebih 

baik daripada terapi terus-menerus dengan 

hanya satu obat. Lagipula mengurangi efek 

imunosupresif dan toksisitas. Antara dua 

kur diadakan istirahat 2-3 minggu untuk 

memungkinkan penyembuhan sel normal 

dan sistem imun yang telah tertekan. Sebaliknya, selama masa itu kebanyakan sel 

tumor yang membelah agak lambat, belum 

menjadi normal kembali.

Efek samping umum berupa gejala-gejala 

akibat dihambatnya fungsi sel normal yang 

tumbuh pesat, seperti juga kebanyakan jenis 

sel tumor, yaitu:

a. myelosupresi, depresi sumsum tulang 

dengan efek gangguan darah (leukopenia, 

agranulositosis, anemia, trombositopenia dan 

lain-lain). Penekanan pembentukan sel 

darah merah, sel darah putih dan pelat 

darah timbul sebagai efek samping dari 

kebanyakan sitostatika yang juga tergantung dari dosisnya, Transfusi darah 

atau pelat darah dapat dilakukan untuk 

mengatasi anemia dan trombositopenia, 

walaupun transfusi lekosit belum berhasil 

dengan baik.

b. mukositis, perusakan mukosa mulut 

(luka-luka, stomatitis) dan lambung-usus 

(mual, muntah, diare). Mual dan muntah 

terutama timbul sebagai efek samping 

dari sitostatika senyawa platina dan doksorubisin. Untuk mengatasi efek-efek 

ini dapat dipakai  antiemetika seperti 

metoklopramida, domperidon atau 5-HT3

antagonis-serotonin (ondansetron, granisetron), sering kali dikombinasi dengan 

deksametason. 

c. rontok rambut reversibel akibat perusakan kandung/folikel rambut oleh kebanyakan sitostatika, yang sedapat mungkin dihindari dengan pemilihan obat 

tertentu.

d. imunosupresi, penekanan sistem imun 

yang berakibat peningkatan risiko bagi 

berbagai jenis infeksi terutama bakteri 

dan jamur yang sering kali bersumber 

dari flora lambung-usus. Pada keadaan 

gawat perlu segera ditangani intravena 

dengan antibiotika berspektrum luas.

e. karsinogen, yaitu obat sendiri dapat 

mengakibatkan kanker pada waktu jangka panjang, akibat sifat mutagen terhadap 

DNA, khususnya leukemia akut akibat 

obat-obat alkilasi. Sifat mutagenik dari 

sitostatika dapat menimbulkan kanker 

sekunder, terutama leukemia akut, walaupun efek samping jangka panjang 

ini jarang timbul. Sitostatika yang dapat 

menimbulkan kanker sekunder yaitu  

zat-zat alkilasi (siklofosfamida), penghambat topoisomerase II (epipodofilotoksin-induced leukemia), antrasiklin (doksorubisin) dan antrasendion (mitoksantron).

f. nefrotoksik, yaitu kerusakan ginjal akibat pengendapan kristal asam urat. Pada 

pemusnahan sel tumor dalam jumlah 

besar dengan pesat, dibebaskan zat-zat 

purin dan pirimidin yang dirombak menjadi asam urat. Pengendapan dapat dihindari dengan obat pencegah encok 

alopurinol, yang menghambat pembentukan asam urat, juga dengan membuat urin alkalis dengan natriumbikarbonat di samping minum banyak air. 

Nefrotoksisitas ini terutama dapat ditimbulkan oleh sitostatika senyawa platina 

(terkecuali karboplatin), metotreksat dan 

ifosfamida.

g. gonadotoksik, yaitu mengurangi jumlah 

sel kelenjar kelamin (gameto-genesis) dengan akibat hilangnya libido, kemandulan permanen pada pria dan keguguran. 

Sterilitas dengan kemungkinan permanen dapat disebabkan oleh terutama zatzat alkilasi.

Oleh karena efek-efek samping yang dahsyat 

itu, selama terapi selalu dilakukan pemantauan 

darah setiap minggu dan pasien harus waspada 

terhadap infeksi. 

Selainnya efek samping umum tersebut 

di atas, ada  juga efek samping yang 

berkaitan dengan masing-masing obat (drugspecific) yang akan dibicarakan pada zat-zat 

tersendiri, tetapi secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut.

– kardiotoksik, mis. antrasiklin (doksorubisin, daunorubisin)

 pulmonary toksik, misalnya bleomisin

– neurotoksik, misalnya senyawa platina, 

alkaloid vinca, taksan (paklitaksel, dosetaksel)

– dermatoksik, misalnya 5-fluorourasil dapat menimbulkan dermatitis

Wanita hamil muda tidak boleh diberikan 

sitostatika, karena bersifat mutagen dan 

teratogen.

Resistensi. Salah satu hambatan utama 

dari terapi kanker dengan sitostatika yaitu  

timbulnya resistensi. Beberapa jenis tumor, 

seperti penyakit Hodgkin dan leukemia 

akut anak-anak, memiliki kecenderungan 

resistensi rendah terhadap sitostatika dan 

biasanya dapat disembuhkan. Tetapi ada 

pula jenis kanker, seperti melanoma (kanker 

kulit ganas) yang sejak semula sudah resisten 

terhadap kemoterapi. Diperkirakan bahwa 

kebanyakan timbulnya resistensi disebabkan 

oleh mutasi genetik dan menjadi lebih nyata 

dengan meningkatnya jumlah sel tumor. 

Ternyata bahwa sitostatika sendiri dapat 

meningkatkan kecenderungan resistensi 

tersebut.

Seperti telah disinggung di atas, resistensi 

dapat dihindari dengan menggunakan kombinasi dari 2 sampai 4 sitostatika.

Obat-obat tambahan. Untuk menunjang 

efek sitostatika sering kali diberikan suatu 

kortikoid, biasanya prednison atau deksametason. Untuk menghindari efek samping 

mual dan muntah yang sering kali menyertai terapi, sebagai prosedur standar diberikan 

juga suatu obat antiemetik.

Antiemetika digolongkan sesuai afinitasnya terhadap letaknya reseptor-reseptor dari 

neurotransmitter. Misalnya metoklopramid 

suatu antagonis dopamin, bermanfaat terhadap mual dan muntah akibat stasis di bagian 

atas saluran pencernaan atau pada metastasis 

kanker hati. Tetapi obat ini harus dihindari 

bila ada  penyumbatan di usus karena 

akan memacu peristaltik. 

Antiemetika pilihan pertama terhadap 

muntah akibat obat-obat atau gangguan metabolisme yaitu  yang bekerja sentral seperti senyawa fenotiazin (prokhlorperazin, siklizin) atau antagonis dopamin (butirofenon, 

haloperidol). Sebaiknya dan jauh lebih efektif 

bila anti emetika (seperti juga analgetika) 

diberikan sesuai jadwal tertentu, daripada 

menurut kebutuhan.

Perkembangan baru

Dalam 25 tahun terakhir telah dicapai banyak 

kemajuan dalam pengetahuan tentang proses 

timbulnya kanker, khususnya mengenai dasar 

molekular dari terbentuknya sel-sel kanker, 

yang berkaitan dengan kerusakan-kerusakan 

DNA. Pengetahuan baru mengenai biologi 

kanker menjurus diketemukannya sasaransasaran (targets) spesifik yang sama sekali 

baru pada sel kanker, misalnya reseptor Faktor Pertumbuhan, defek pada reparasi DNA 

dan jalurnya kematian sel. Hal ini yaitu  

dasar strategi pencarian dan pengembangan 

obat-obat baru terhadap cancer-specific targets. 

Walaupun obat yang diarahkan secara molekular (molecularly targeted drugs) ini memberikan hasil memuaskan pada jenis-jenis 

kanker tertentu, pemakaian  kombinasi dari 

obat-obat ini dan sitostatika masih diperlukan. Alasannya yaitu bahwa targeted drugs

yang yaitu  antibodi monoklonal bila 

diberikan sebagai obat tunggal memberikan 

hasil kurang efektif terhadap solid tumors. 

Tetapi bila dikombinasi dengan obat-obat 

sitotoksik dan diberikan pada fase dini dari 

penyakit, hasilnya sangat baik, misalnya

trastuzumab (Herceptin) dan bevacizumab 

(Avastin) (Romond et al.)44. Alasan lain ialah bahwa targeted drugs bantu mengatasi 

resistensi terhadap sitostatika dengan memperbaiki aliran darah melalui penghambatan angiogenesis dan menunjang apoptosis 

(Batchelor et al.; 2007)45. Di Amerika sedang 

dilakukan percobaan klinik terhadap ± 400 

obat kanker dari 178 perusahaan farmasi. 

Banyak obat baru di delapan tahun terakhir 

telah dikembangkan antara lain temsirolimus dan sunitinib terhadap kanker ginjal 

terminal dan lapatinib terhadap kanker payudara lanjut(NTvG 2006;150:1473).

Akhir-akhir ini telah dikembangkan sistem carrier koloidal bagi obat-obat tumor 

untuk meningkatkan efektivitas sambil mengurangi efek sampingnya, yang disebut

nano-medicines (nanobullets). Lain keuntungan dari nano-medicals yaitu  dapat 

melindungi jaringan sehat terhadap obat, 

mengurangi interaksi dengan protein plasma 

untuk memperbaiki waktu sirkulasi obat dan 

kemungkinan untuk memberikan beberapa 

obat pada saat yang bersamaan sebagai terapi 

kombinasi dan dikembangkannya sistem 

yang mengandung bahan kontras disamping 

obat untuk dapat mengikuti jalannya obat 

melalui teknik imaging (theranostics). 

Jain RK et al., Delivering nanomedicines 

to solid tumors. Nat Rev Clin Oncol. 2010 

nov.7(11):653-4

Davis ME et al., Nanoparticle therapeutics: an 

emerging treatment modality for cancer. Nat 

Rev Drug Discov. 2008 sep.7(9):77182.

Bertrand M. et al., Cancer nanotechnology:The 

impact of passive and active targeting in the 

area of modern cancer biologyl. Adv Drug 

Deliv Rev. 2014 feb.66C:2-25

“Targeted therapy” strategy

Untuk tujuan ini dikembangkan molekulmolekul biologik besar yang dikenal sebagai 

antibodi monoklonal atau Mabs-protein untuk mengikat pada sasaran tertentu dengan 

kekhususan (specificity) yang tinggi. Dengan 

demikian sistem imun pasien akan dipicu 

untuk menyerang kanker atau menghindari 

perkembangan tumor melalui perintangan/

blokade reseptor–reseptor sel inti. Lihat Bab 

21 Analgetika Antiradang, Boks Biologicals.

Obat pertama yang disintesis melalui 

bioengineering demikian yaitu  Herceptin 

(trastuzumab, 1998) terhadap kanker buah dada yang bekerja melalui perintangan reseptor human epidermal growth factor (HER2) 

yang mengatur pertumbuhan sel. Protein ini 

menjadi biomarker penting bagi penyakit 

tersebut.

Obat monoklonal antibodi manusia lain 

yang mencapai “blockbuster status” yaitu  

Humira (adalimumab) terhadap artritis rematoid.

Cara lain (komplementer) yaitu  penggunaan senyawa-senyawa sintetik kecil yang 

diarahkan terhadap protein spesifik penyebab kanker sebagai akibat dari gen yang menyimpang (“oncogenes”). Sebagai contoh 

dari molekul demikian yaitu  Gleevec (imatinib mesylate) terhadap kanker leukemia 

myeloid kronik (CML) dan kanker gastrointestinal (GIST). Gleevec yaitu  obat pertama (2001) dalam kelompoknya yang bekerja melalui perintangan enzim tertentu 

yang menyebabkan proliferasi sel.

Pengertian mengenai siklus hidup sel kanker juga yaitu  hal penting pada penggunaan sitostatika yang rasional, khususnya mengenai efek merusak DNA yang merupakan mekanisme kerja dari kebanyakan 

sitostatika. Stadium mitosis pada siklus 

kehidupan sel yaitu  saat yang paling 

rentan terhadap kemoterapeutika, misalnya 

limfoma dan leukemia memiliki persentase 

tinggi dari sel-sel yang bermitosis dan oleh 

karena itu sangat peka terhadap sitostatika. 

Hal yang sama berlaku bagi jaringan normal yang berproliferasi dengan cepat, seperti folikel rambut dan sumsum tulang. 

Sebaliknya tumor yang tumbuh lambat kurang responsif terhadap obat-obat yang cyclespecific, misalnya kanker kolon dan non-small 

cel lung cancer.

Banyak sitostatika baru telah dikembangkan dengan mekanisme kerja yang berlainan, seperti topoisomerase-inhibitors (etoposida, topotecan, irinotecan) dan zat antimetabolit (gemsitabin, kapesitabin). Topoisomerase

yaitu  enzim yang dibutuhkan untuk membuka gulungan molekul DNA. 

Sejak beberapa tahun telah diselidiki zatzat antiangiogenesik, yaitu zat-zat yang berkhasiat mencegah sel-sel tumor membentuk pembuluh darah baru untuk memberikannya oksigen dan zat gizi. Talidomida

berkhasiat demikian, tetapi terlampau toksik. 

Dua obat alternatif yang juga memiliki sifat 

ini yaitu  genistein dari kedelai dan turahiu

(tulang rawan ikan hiu). 

Juga diketemukan antiemetika yang lebih 

efektif misalnya ondansetron dan epoietin 

di samping faktor-faktor pertumbuhan 

darah yang memungkinkan pentakaran 

sitostatika lebih tinggi.Tetapi sayang sekali 

bahwa semua ikhtiar dari 25 tahun lalu tidak 

menghasilkan lebih banyak penyembuhan 

dan penurunan mortalitas penyakit kanker, berlainan dengan hasil penelitian terhadap 

penyakit jantung.

Penggolongan

berdasar  mekanisme kerjanya, obat-obat 

anti tumor pada umumnya dibagi dalam 

empat golongan besar sebagai berikut, yang 

berturut-turut akan dibahas lebih mendalam.

A. Sitostatika

1. Zat alkilasi: nitrogen-mustard, prokarbazin, tiotepa, busulfan

2. Antimetabolit: antagonis folat, antagonis 

pirimidin dan antagonis purin

3. Antimitotika: alkaloid vinka, taksan dan 

epotilones

4. Antibiotika: derivat antrasiklin, bleomisin, mitomisin

5. Topo-isomerase inhibitors: irinotekan 

dan etoposida

6. Lainnya: asparaginase, cisplatin, hidroksikarbamida

B. Imunomodulansia

C. Hormon dan antihormon

D. Obat alternatif (CAM)

A. SITOSTATIKA 

A1. ZAT ALKILASI

Berkhasiat kuat terhadap sel-sel yang sedang 

membelah. Efek ini berdasar  gugus alkil, 

yang sangat reaktif dan menyebabkan crosslinking (saling mengikat) antara rantai-rantai DNA di dalam inti sel. Dengan demikian penggandaan DNA terganggu dan pembelahan sel dihambat. Khasiat sitotoksik dan 

mutagen ini terutama ditujukan terhadap sel 

yang membelah dengan pesat, seperti sel-sel 

kanker di sistem limfe. Namun, obat-obat ini 

juga “merugikan” sumsum tulang, mukosa 

dari saluran pencernaan, sel-sel kelamin (sterilitas pria) dan janin muda (abortus). Selain itu, obat-obat ini pada prinsipnya juga 

bersifat karsinogen dan dapat mengakibatkan leukemia (non-lymphocytic) akut! 

Obat-obat terpenting dari golongan ini 

yaitu  klormetin (nitrogen-mustard) dan turunannya klorambusil, melfelan, siklofosfamida dan ifosfamida. Di dalam tubuh semuanya diubah menjadi senyawa etilenimin

(lihat rumus bangun), yang membentuk 

ion-karbonium dengan muatan positif dan 

mengalkilasi DNA. Busulfan dan thiotepa 

(Ledertepa) juga termasuk kelompok ini. 

A1a. Klormetin: mustin, nitrogen-mustard.

Sitostatikum pertama ini (1946) terutama 

dipakai  pada limfoma akut (penyakit 

Hodgkin) dengan efek cepat sekali. Kerjanya 

sangat singkat karena di dalam darah akan 

terurai dalam beberapa menit.

Efek samping muntah-muntah hebat (lamanya sampai 8 jam) juga diare, pusing, nyeri 

kepala dan produksi ludah berlebihan. Karena obat bersifat sangat merangsang pada 

tempat injeksi dapat terjadi peradangan 

hebat dengan lepuh-lepuh. Efek penekanan 

pada sumsum tulang biasanya baru nyata 

sesudah  2-3 minggu. 

Dosis: i.v. 0,1-0,4 mg/kg bobot badan selama 4 hari (garam HCl).

A1b. Klorambusil (Leukeran) yaitu  derivat 

aromatik dengan khasiat dan pemakaian  

sama, tetapi dapat dipakai  per oral. Efeknya lebih lambat dan efek samping lebih 

ringan. Khusus dipakai  terhadap Chronic 

Lymfocytic Leukemia (CLL), tetapi penggunaannya sudah terdesak oleh fludarabin dan 

siklofosfamid. Obat ini juga dipakai  pada 

kanker payudara, ovarium dan testis, sering 

kali dalam kombinasi dengan sitostatika lain.

Dosis: oral 5 - 20 mg sehari selama 2-3 minggu 

dan diselang istirahat 4 minggu.

A1c. Melfalan (Alkeran) yaitu  derivat fenilalanin yang efek kerjanya jauh lebih panjang, 

±6 jam. Obat ini banyak dipakai  pada 

suatu jenis kanker sumsum (myeloma, penyakit 

Kahler).

Efek samping terutama bersifat hematologik, 

antara lain leukemia akut dan yang terpenting yaitu  depresi sumsum tulang. Mual 

dan muntah lebih jarang terjadi, begitu juga 

rontok rambut berkurang.

Karena absorpsinya pada pemakaian  peroral tidak konsisten, maka kebanyakan kali 

diberikan melalui infus intravena.Dosis: oral 0,2-10 mg/kg selama 4-6 hari, 

sesudah  6 minggu kur diulang. Biasanya dikombinasi dengan deksamethason atau talidomid. 

A1d. Siklofosfamid (Endoxan, Cytoxan) merupakan turunan dengan cincin fosfat (1957) 

yang baru menjadi aktif sesudah  dioksidasi 

di hati menjadi metabolitnya a.l. akrolein, 

yang dapat mengakibatkan haemorrhagic 

cystitis serius. Obat ini juga dipakai  pada 

myeloma dan leukemia limfatis, biasanya dalam 

kombinasi dengan vinkristin dan prednisolon 

(kur COP) atau bersama adriamisin/MTX 

dan fluorurasil (kur CAF/CMF) pada kanker 

payudara dan ovarium. Atau dapat juga 

dikombinasi dengan cisplatin pada kanker 

ovarium. Siklofosfamid juga yaitu  

komponen penting dari kombinasi yang efektif terhadap penyakit non-Hodgkin. Efeknya 

mulai tampak sesudah  beberapa minggu. 

Siklofosfamid juga berkhasiat imunosupresif

kuat, artinya dapat menekan sistem imun 

tubuh, antara lain pembentukan antibodies 

(lihat Bab 50, Sera dan Vaksin). Oleh karena 

itu, obat ini juga dipakai  pada transplantasi organ untuk menghindari penolakan 

oleh tubuh dan pada penyakit auto-imun 

seperti rheumatoid arthritis. Pada pemakaian  

terhadap penyakit-penyakit non-neoplastik 

harus diwaspadai toksisitas akutnya serta 

kemungkinan timbulnya sterilitas, efek teratogen dan leukemia.

Efek samping. Selain supresi sumsum, obat 

ini hampir selalu menimbulkan rontoknya 

rambut (reversibel). Kadang-kadang terjadi 

radang mukosa kandung kemih dengan perdarahan (akibat metabolitnya). Untuk menghindari hal itu pasien perlu minum banyak 

air pada pagi hari agar metabolit nefrotoksik 

tersebut sudah diekskresi sebelum malam 

hari, tetapi intoksikasi air harus diwaspadai 

juga karena hidratasi yang kuat ini.

Dosis: oral 50 - 200 mg sehari setiap 7-14 

hari, i.v. 10-15 mg/kg/hari setiap 3-7 hari.

A1e. Ifosfamida (Holoxan, Ifex) yaitu  analog 

dari siklofosfamida dengan khasiat dan 

pemakaian  sama (1970). Juga dipakai  

terhadap kanker buah zakar.

Efek samping yang parah yaitu  toksisitas 

terhadap susunan saraf pusat (halusinasi, 

koma) dan terhadap kandung kemih, sama 

dengan siklofosfamida dengan penanggulangan yang juga sama.

Dosis: i.v. 50-60 mg/kg/hari selama 2-3 

hari, kur diulang sesudah  3-4 minggu.

A1f. Busulfan (Myleran)

Senyawa alkilsulfonat ini berkhasiat 

myelo-selektif (terhadap sel sumsum tulang) dan sebelum adanya imatinib mesilat

(Gleevec) yaitu  obat pilihan pertama 

untuk menekan produksi lekosit pada leukemia myeloid kronis (CML).Tercatat kasus 

remisi 80-90%. 

Efek samping terpentingnya supresi sumsum yang hebat dan berlangsung lama.

Dosis: oral 3-4 mg/hari selama 12-20 minggu, pemeliharaan 0,5-2 mg sehari.

A1g. Klorambusil

Khusus dipakai  terhadap limfositik leukemia kronis (CLL), tetapi sudah terdesak 

oleh fludarabin dan siklofosfamida. Sitotoksisitasnya terhadap a.l. sumsum tulang sama 

dengan senyawa nitrogen mustard lainnya,

Dosis: permulaan sehari 0,1-0,2 mg/kg selama 3-6 minggu. 

A1h. Bendamustin

dipakai  terhadap limfositik leukemia kronis (CLL) dan limfoma non-Hodgkin.

A2. ANTI METABOLIT

Dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:

– antagonis asam folat: metotreksat, merkaptopurin

– antagonis pirimidin: 5-fluorourasil, sitarabin, gemsitabin dan kapesitabin

– antagonis purin: 6-merkaptopurin dan 

6-tioguanin, yang kedua-duanya khusus 

dipakai  terhadap leukemia akut.

Obat-obat ini juga mengintervensi sintesis 

DNA, tetapi dengan jalan antagonisme saingan. Rumus kimiawinya mirip sekali rumus 

beberapa metabolit tertentu yang penting 

bagi fisiologi sel, yaitu asam folat, purin 

dan pirimidin. Dalam sistem enzim obat- obat ini menduduki tempat metabolit tersebut tanpa mengambil alih fungsinya, sehingga sintesis DNA atau RNA gagal dan 

perbanyakan sel terhenti. Obatnya sendiri 

tidak bersifat sitotoksik. Semua obat ini juga 

berkhasiat imunosupresif dan khususnya 

azatioprin banyak dipakai  pada transplantasi organ (bersama sikloserin). Semua 

obat ini yaitu  pro-drugs, yang baru 

menjadi metabolit aktif sesudah  diubah di 

dalam hati. 

Gemsitabin (Gemzar, 1995) dipakai  pada kanker paru (non-sel kecil) dan pankreas 

yang sudah menyebar. Kapesitabin (Xeloda, 

1998) terutama dipakai  intravena atau 

oral pada kanker kolon, dikombinasi dengan

5-FU dan asam folinat. Juga per oral pada 

kanker payudara dengan metastasis, sebagai 

zat tunggal atau bersama docetaxol, dengan 

dosis 2 dd 150 – 500 mg ½ jam a.c. selama 

2 minggu dan istirahat 1 minggu (Ph Wkbl 

2002;137:705,709). Obat tumor kolorektal 

(i.v.) lainnya yaitu  irinotekan. 

A2a. Metotreksat: MTX, Farmitrexat, Ledertrexat

Derivat pteridin ini (1954), suatu antagonis 

folat, menghambat reduksi asam folat menjadi tetrahydrofolic acid (THFA) melalui pengikatan pada enzim reduktase. THFA penting 

sekali bagi sintesis DNA dan pembelahan 

sel. Metotreksat yaitu  sitostatikum pertama 

(antifolat kemoterapi) yang efektif pada leukemia limfe akut dan kanker korion yang 

sudah tersebar dengan sekitar 80% penyembuhan. Selain itu, metotreksat dalam dosis 

tinggi juga banyak dipakai  pada berbagai jenis kanker lainnya sebagai terapi kombinasi dengan asam folinat untuk menghindari efek-efek sampingnya yang hebat (lihat Bab 39, Hemopoietika). Karena asam 

folat dan turunannya bersifat polar, maka 

sulit menembus sawar darah-otak (bloodbrain barrier). Oleh karena itu telah disintesis senyawa yang lipid soluble seperti 

trimetreksat (Neutrexin) terhadap Pneumocystis carinii, suatu penyakit infeksi hebat 

pada penderita AIDS.

Mekanisme kerja dari antagonis folat terutama efektif terhadap sel-sel yang berproliferasi cepat, seperti epitel saluran cerna dan 

sumsum tulang.Oleh karena itu efektivitasnya 

hanya parsial terhadap sel tumor, sama 

seperti kebanyakan anti metabolit lainnya.

Antagonis folat bersifat toksik terhadap 

janin yang sedang berkembang. Sangat efektif sebagai abortivum pada trimester pertama 

kehamilan, bila dipakai  bersamaan dengan 

misoprostol, suatu analog prostaglandin 

(Hausknecht, 1995)46.

Di samping khasiat sitostatik, dalam dosis rendah MTX juga bersifat antiradang.

Oleh karena itu obat ini dipakai  pada 

terapi psoriasis (kulit bersisik) yang ditandai 

pertumbuhan abnormal pesat dari sel-sel epidermis kulit. Juga dipakai  pada rematik

parah yang tidak dapat dikendalikan oleh 

obat slow-acting (lihat Bab 21, Analgetika anti 

radang). Adakalanya obat ini juga digunakan sebagai terapi pemeliharaan pada penyakit radang usus kronis, seperti colitis dan 

penyakit Crohn. 

Efek samping utamanya depresi sumsum 

tulang (leukopenia, trombositopenia), yang terutama hebat pada dosis di atas 25-30 mg. 

Selain itu juga timbul kerusakan mukosa 

mulut (stomatitis) dan saluran pencernaan, 

tetapi jarang timbul perasaan lelah, rontok 

rambut dan demam. Efek toksiknya, terkecuali neurotoksisitas, dapat diatasi dengan 

leukovorin, suatu koenzim folat.

Dosis: pada kanker tergantung dari jenisnya 

dan keadaan pasien: oral 5-30 mg sehari 

selama 5 hari. sesudah  istirahat 2-3 minggu 

kur dapat diulang 3-5 kali. Tablet tidak boleh 

diminum bersamaan dengan susu. 

Psoriasis dan rema: oral, i.m. atau i.v. 15-25 

mg seminggu. Imunosupresi pada dosis rendah ini bersifat ringan, tetapi perlu monitoring darah secara teratur. pemakaian  kronis 

terhadap psoriasis atau rema dapat menimbulkan keracunan hati, sehingga pemberiannya harus dihentikan.

A2b. Merkaptopurin: Puri-Nethol.

Derivat thiol dari purin ini (1953) berkhasiat 

sitostatik berdasar  penghambatan sintesis 

purin dan DNA di sel-sel yang tumbuh pesat. 

Terutama dipakai  terhadap leukemia akut 

pada anak-anak, juga apabila MTX atau zat 

alkilasi tidak aktif (lagi). Resorpsi dari usus ±50% dengan BA 5-37%. 

Di dalam sel merkaptopurin diubah menjadi 

dua metabolit aktif, yang dalam hati sebagian 

diuraikan oleh enzim ksantinoksidase menjadi 

tiourat inaktif. Penguraian ini diperlambat 

oleh perintang enzim obat encok allopurinol

sehingga daya kerjanya diperpanjang. Masa 

paruhnya ±90 menit. 

Efek sampingnya sama dengan MTX, juga 

merusak hati (icterus). Monitoring darah juga 

perlu dilakukan.

Dosis: anak-anak oral 2,5 mg/kg sehari.

* Azathiopri (Imuran) yaitu  derivat imidazolil purin (1963) yang dalam tubuh dirombak 

menjadi merkaptopurin. Obat ini banyak 

dipakai  sebagai obat imunosupresif pada transplantasi organ untuk memperkecil 

risiko penolakan oleh sistem imun penerima. 

Begitu pula pada penyakit auto-imun, ketika 

sistem imun kacau dan antibodi menyerang 

jaringan dan organ sendiri. Contoh penyakit 

ini antara lain rema, diabetes pada anak-anak, 

lupus erythematodes (LE), multiple sclerosis 

(MS), myasthenia gravis (MG), sindrom Syögren, 

sclerodermia, colitis dan M. Crohn.

Dosis: oral 1-4 mg/kg sehari, terhadap rema 

1-3 mg/kg sehari.

A2c. Fluorurasil: 5-FU, Efudix.

Derivat pirimidin ini (1962) merintangi 

sintesis DNA melalui proses saingan dengan pirimidin. Karena absorpsinya pada 

pemberian oral tidak lengkap, maka diberikan parenteral. Banyak dipakai  sebagai 

antagonis pirimidin terhadap metastasis 

tumor payudara, usus besar dan poros 

usus (rektum), juga dari lambung, hati dan 

pankreas. Efektivitasnya diperkuat (20-30%) 

bila terapi dikombinasi dengan misalnya

siklofosfamid dan adriamisin/MTX (kur CAF/

CMF) atau dengan adriamisin dan mitomisin 

(kurFAM). Kombinasi dengan leukovorin 

dan oksaliplatin atau irinotekan bagi penderita kanker kolorektal. pemakaian  dermal 

sebagai krem 5% pada kanker kulit dan 

pertandukan abnormal (keratosis, Efudix).

Efek sampingnya hampir sama dengan MTX 

dan merkaptopurin, bercirikan myelosupresi, 

anoreksia, mual dan diare.

Dosis: 10-15 mg/kg intravena selama 4-6 

hari.

* Cytarabine (Cytosar-U, Alexan, Ara-C) adalah derivat obat virus idoksuridin yang berkhasiat virustatik di samping efek sitostatik 

(1969).

Obat ini yaitu  satu-satunya obat 

terpenting dan paling efektif untuk menginduksi dan mempertahankan remisi pada 

leukemia akut tertentu (AML). Kerjanya 

hanja singkat ±20 menit (t1/2= 10 menit).

Efek samping terdiri dari depresi kuat 

sumsum tulang yang berakibat leukopenia, 

trombositopenia dan anemia serius akut. 

Dosis: infus intravena 100-200 mg setiap 

5 hari, biasanya dikombinasi dengan suatu 

antagonis pirimidin lain, misalnya tioguanin(Lanvis).

* Capecitabine (Xeloda) yaitu  prodrug 

dari 5-FU dan diberikan peroral terhadap 

kanker payudara dan kolorektal yang sudah 

bermetastasis. Terapi kombinasi memberikan 

hasil lebih efektif, misalnya dengan oksaliplatin atau irinotekan terhadap kanker 

kolorektal dan yaitu  terapi standar 

pilihan pertama.

Efek samping khusus dari capecitabine disebut “hand-foot” sindrom dan bercirikan eritema, nyeri dan peka pada kaki tangan bila 

disentuh, sehingga dosisnya harus dikurangi 

atau pemakaian nya dihentikan. Efek 

samping lainnya sama dengan 5-FU, yaitu 

diare dan depresi sumsum tulang.

* Gemcitabine (Gemzar, dFdC) yaitu  obat 

kanker penting terhadap kanker p