Tampilkan postingan dengan label obat 16. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label obat 16. Tampilkan semua postingan

obat 16

 




ankreas, 

paru, indung telur dan kandung kemih yang 

telah bermetastasis. Diberikan sebagai infus 

intravena.

Efek samping utamanya depresi sumsum 

tulang. 

A3. ANTIMITOTIKA

Zat-zat ini menghindari pembelahan sel pada 

metafasis (tingkat kedua dari mitosis), berarti 

merintangi pembelahan inti, seperti obat 

encok kolkisin. Berlainan dengan zat alkilasi 

–yang juga merintangi pembelahan inti me- lalui gangguan pembelahan kromosom-antimitotika mencegah masuknya belahan kromosom itu ke dalam anak inti. Obat-obat yang 

sekarang dipakai  yaitu  hasil tumbuhan, 

yakni alkaloid Vinca (vinblastin, vinkristin

dan derivat semi sintetiknya vindesin), podofilin (serta derivat-derivatnya etoposida dan 

tenoposida) dan kelompok taksan(paklitaksel, 

dosetaksel). 

Alkaloid Vinca efektif terhadap kanker 

darah (leukemia, limfoma), kanker payudara 

dan paru, zat-zat taksan terhadap kanker 

indung telur, payudara dan paru. Sejak 

beberapa tahun ada  kelompok senyawa baru yang dinamakan zat-zat epotilon 

(iksabepilon), yang dipakai  terhadap 

kanker payudara yang telah bermetastasis.

A3a. Vinblastin: Erbablas, Velbe, Velban

Alkaloid ini, bersama derivatnya vinkristin, diperoleh dari Vinca rosea (Catharanthus 

roseus atau periwinkle, sejenis kembang serdadu) (1960). Obat ini banyak digunakan pada berbagai limfoma (M. Hodgkin 

dan non-Hodgkin) dengan efektivitas tinggi 

(sampai 80%) dan sering kali menghasilkan 

penyembuhan tuntas. Sebagai terapi kombinasi biasanya dengan bleomisin dan cisplatin terhadap tumor testis yang telah bermetastasis, atau dengan doksorubisin dan/atau 

prednisolon terhadap penyakit Hodgkin). 

Obat ini juga dipakai  pada kanker payudara (vinorelbine) dan Kaposi sarkoma.

Efek samping terutama berdasar  myelosupresi kuat, terutama leukopenia yang biasanya hilang sesudah  satu minggu. Lagi pula 

perasaan lelah, mual, muntah dan demam, 

lebih jarang rontok rambut dan radang saraf 

(neuritis) dengan kesemutan jari-jari tangan. 

Dosis: i.v. 0,1-0,2 mg/kg (sebagai sulfat)

* Vinkristin (Krebin,Oncovin,Vincasar) (1963) 

pada garis besarnya sama spektrum kerja dan 

pemakaian nya dengan vinblastin, antara 

kedua obat tidak ada  resistensi silang. 

Pada leukemia limfoblast obat ini lebih ampuh, 

terutama bila dikombinasi dengan sitostatika 

lain. Juga banyak dipakai  pada M. nonHodgkin dan leukemia anak-anak.

Efek sampingnya sama dengan vinblastin, 

myelosupresi lebih ringan, tetapi neurotoksisitasnya lebih kuat. Rontok rambut (alopecia) 

dapat timbul pada ±20% penderita, tetapi 

selalu reversibel.

Dosis: 1x seminggu 0,05-0,15 mg/kg (sulfat).

* Vindesin (Eldisine) yaitu  derivat semisintetik dari vinblastin (1980) yang kurang 

myelosupresif dan neurotoksik daripada 

vinkristin. Obat ini hanya dipakai  dalam 

kombinasi dengan onkolitika lain. 

Dosis: infus i.v. 3 mg/m2/hari setiap 7-10 

hari.

* Vinorelbin (Navelbine) juga dipakai  per 

oral terhadap kanker paru.

Efek samping terutama granulositopenia dan 

alergi sedangkan neurotoksisitasnya lebih 

ringan dibanding alkaloid vinca lainnya.

A3b. Podofilin

Damar ini diperoleh dari akar tanaman 

Amerika Podophyllum peltatum yang a.l. mengandung zat antimitotik podofilotoksin. Dua 

glikosida semisintetiknya yaitu  etoposida dan teniposida (VM-26, Vumon), yang 

berkhasiat merintangi mitosis, mungkin 

melalui penghambatan enzim topoisomerase-2 sehingga terjadi pemecahan DNA, lihat 

juga 7e, topotekan. pemakaian  podofilin 

sudah obsolet, tetapi larutannya 25% dalam 

alkohol sewaktu-waktu masih dipakai  

pada sejenis kutil yang berbentuk “kembang 

kol“ pada alat kelamin (condyloma acuminata).

Lihat Bab 12, Penyakit Menular Seksual. 

* Etoposida (VP-16-213, Vepesid) (1981) terutama dipakai  dalam kombinasi dengan 

bleomisin, karboplatin dan sisplatin pada 

kanker testis dan paru, juga pada kanker 

payudara dan non-Hodgkin. Daya kerjanya 

menghambat topoisomerase II, sehingga 

sintesis dari DNA dan RNA terganggu (lihat 

doksorubisin). Efek samping utama yaitu  

leukopenia (reversibel), lebih sering juga trombositopenia. Begitu juga mual, muntah, hipotensi (kadangkala), leukemia sekunder dan 

rontok rambut. 

Dosis: i.v. 35-100 mg/m2

 sehari selama 4-5 

hari, dapat juga per oral (kapsul) dengan 

dosis 50-150 mg/hari. Kur diulang sesudah  

3-4 minggu.

*Tenoposida (Vumon) yaitu  zat induk etoposida (1971) dengan khasiat sama, tetapi 

5-10 kali lebih toksik.

A3c. Paclitaxel: Taxol.

Obat baru (pertama kali disintesis 1994) dari 

kelompok taksan ini ada  dalam jumlah 

kecil sekali (1 : 13.500) di kulit pohon cemara 

Taxus brevifolia. Dengan cara semi sintetik 

telah diperoleh zat pelopornya (baccatine) dari 

jarum-jarum Taxus baccata (Ing „Yew“), yang 

lebih banyak ada  di Eropa dan Amerika. 

Berkhasiat sitotoksik melalui penghambatan 

mitosis dan mengikat pada suatu protein 

yang menghalangi apoptosis. Obat ini digunakan khusus pada kanker ovarium dan kanker 

payudara yang bermetastasis, sesudah  terapi 

dengan cisplatin tidak memberikan hasil. 

Ternyata sekarang bahwa efektivitasnya 

tidak tinggi, ± 22%, dengan perpanjangan 

hidup dari hanya ±3 bulan dibandingkan 

dengan terapi standar. Kombinasi dengan 

sisplatin atau karboplatin ternyata lebih 

ampuh. Kombinasi dari kedua obat dengan 

siklofosfamida ternyata juga lebih efektif dan 

kini yaitu  terapi pilihan pertama. Juga 

kombinasi dengan obat baru penghambat 

topo-isomerase-1 (topotekan) ternyata efektif. Sebagai premedikasi dianjurkan pemberian glukokortikoid (deksametason 16 mg sehari) bersama antagonis histamin-H1

 (difenhidramin) dan H2

 (simetidin) untuk menghindari retensi cairan, neurotoksisitas dan 

reaksi hipersensitivitas serius. Sekarang ini 

sedang dilakukan percobaan pada jenis kanker lain, antara lain kanker paru yang tersebar. 

Plasma-t½-nya bifasis: 6,4-12,7 jam.

Efek samping utama yaitu  gejala myelosupresi hebat, terutama neutropenia (reversibel), 

juga alopecia total, neuropathie, reaksi hipersensitivitas, demam dan gejala-gejala umum 

lainnya. Gejala mual dan muntah hanya 

ringan.

Dosis: infus i.v. 135 mg/m2 sehari. Infus 

ini terdiri dari larutan dalam campuran 

etanol dan derivat minyak kastor (Cremophorsolubilized paclitaxel).

* Nab-paclitaxel (Abraxane, 2005). Karena sifat lipofilnya, paklitaksel tidak larut dalam 

air, maka telah disolubilisasikan dengan suatu teknik khusus. Formulasi yang larut dalam air ini dapat dipakai  tanpa diperlukan premedikasi dengan senyawa steroid 

atau antihistamin. 

Efek sampingnya keluhan jantung dan hipersensivitas.

* Dosetaksel (Taxotere) yaitu  derivat semi 

sintetik (1995) dengan efek dan mekanisme 

kerja yang sama dan 2 kali lebih aktif daripada 

paklitaksel. Kedua obat bersifat sangat lipofil 

dan tidak larut dalam air. Plasma-t½-nya 

±11 jam. Karena risiko retensi air dan untuk 

meringankan reaksi hipersensitivitas, terapi 

diawali dengan premedikasi deksametason 

16 mg/hari selama 4-5 hari.

Dosis: infus i.v. 100 mg/m2

 permukaan badan dari larutan 0,3-0,9 g/l setiap 3 minggu.

A3d. Epothilon. 

Zat sitotoksik ini pertama kali diisolasi dari 

sejenis jamur tanah, Sorangium cellulosum, dari 

tepi sungai Zambezi di Afrika Selatan (1996). 

Epothilon A dan F disintesis (2008) sebagai 

turunan baru zat anti kanker yang bekerja 

atas dasar blokade mitosis. Toksisitasnya 

(neutropenia, diare, asthenia) menyerupai 

senyawa taksan, tetapi lebih ringan dan kerjanya lebih efektif. Rumus kimianya lebih 

sederhana, juga yaitu  cincin besar 

dengan gugus samping terdiri dari cincin 

lima thiazol (dengan N dan S).

* Iksabepilon (Ixempra) yaitu  analog 

sintetik (2011) yang dipakai  sebagai larutan 

infus (pelarut etanol/senyawa minyak kastor, 

Cremophor EL) terhadap kanker payudara 

metastatik, dalam kombinasi dengan kapesitabin. Diperlukan premedikasi dengan 

kortikosteroid/antihistamin terhadap reaksi 

samping yang diakibatkan oleh pelarut Cremophor, sama halnya dengan paklitaksel. 

Dosis: 40 mg/m2 tiap 3 minggu. 

A3e. Camptothecin

Senyawa utama dari kelompok ini, camptothecin, di-isolasi (1966) dari pohon Camptotheca acuminata di negara Cina dan meng-

hasilkan zat-zat dengan kegiatan anti-neoplastik kuat melalui penghambatan aktivitas 

enzim topoisomerase I. Juga memiliki toksisitas 

hebat, terutama penekanan terhadap sumsum tulang dan timbulnya hemorrhagic cystitis. Penelitian mengenai sifat-sifat fisikokimianya telah menghasilkan analog-analog 

yang lebih mudah larut dalam air dengan 

tokisisitas lebih ringan.

Dua analognya yang dipakai  dalam 

pengobatan terhadap kanker kolorektal, 

ovarium dan paru yaitu  senyawa semisintetik topotekan (Hycamtin) dan irinotekan 

(Camptosar) yang yaitu  suatu prodrug. 

Irinotekan yaitu  pilihan pertama terhadap 

kanker colorectal, a.l. dalam kombinasi dengan cetuximab.

Efek sampingnya terutama neutopenia serta 

trombositopenia (topotekan) dan diare hebat 

(irinotekan).

PRODRUG

Definisi: Prodrug yaitu  suatu zat yang 

didesign untuk mengatasi masalah-masalah 

farmakokinetik atau farmakodinamik, yang 

in vivo diubah menjadi molekul yang farmakologik aktif melalui cara enzimatik atau 

kimiawi.

Prodrug dibuat melalui modifikasi kimiawi 

dari suatu zat yang biologis aktif. Bagian aktif 

tersebut baru dibebaskan dalam tubuh sesudah  

penguraian enzimatik atau melalui suatu reaksi kimia. 

Tujuan prodrug yaitu  a.l.:

– untuk memperbaiki resorpsi dari zat-zat 

yang sukar resorpsinya; 

– untuk menghindari efek samping gastrointestinal, seperti rasa buruk, iritasi lokal;

– mengurangi rasa nyeri pada tempat injeksi;

– memperpanjang/mengubah efek depot;

– mempermudah transpor obat ke tempat 

bekerjanya;

– memperbaiki stabilitas bagian aktifnya.

Obat-obat baru

* Regorafenib (Stivarga) yaitu  suatu penghambat multikinase bermolekul kecil yang 

memblokir berbagai enzim pendorong pertumbuhan kanker dan telah disetujui FDA 

untuk terapi kanker kolorektal yang telah 

bermetastasis.

Efek samping terhadap hati sangat serius 

dan fatal, di samping reaksi kulit, diare, hiperbilirubinemia dan hipertensi.

Dosis: oral 160 mg selama 3 minggu, lalu 

istirahat 1 minggu.

Sebelumnya juga telah diberikan “lampu 

hijau” oleh FDA untuk pemakaian  aflibercept (Zaltrap) dalam kombinasi dengan 

asam folinat, fluorourasil dan irinotekan 

(Folfiri) sebagai kemoterapi kanker kolorektal 

yang resisten terhadap terapi dengan oksaliplatin.

Aflibercept (Eylea) sebagai larutan injeksi 

intra-okuler 40 mg/ml dipakai  pada degenerasi macula (bercak keruh pada selaput 

bening mata)akibat usia.

A4. ANTIBIOTIKA (SITOTOKSIK)

Antibiotik pertama yang memiliki sifat sitostatik yaitu  yang termasuk dalam kelompok aktinomisin yang diketemukan oleh 

Waksman di tahun 1940. Yang terpenting 

di antaranya yaitu  aktinomisin D (daktinomisin, Cosmegen, Lyovac) yang dipakai  

sebagai obat tunggal atau dikombinasi dengan vinkristin atau siklofosfamida terhadap sejenis kanker pada anak dan choriocarcinoma pada wanita dewasa. Sifat sitotoksiknya berdasar  pengikatannya pada DNA 

menjadi suatu kompleks, sehingga transkripsinya oleh RNA polimerase diblokir. 

Beberapa antibiotik lain yang berasal dari 

jenis jamur Streptomyces termasuk dalam kelompok antrasiklin dan juga berkhasiat sitostatik dan antibakteri. Zat-zat ini juga dapat 

mengikat DNA sebagai kompleks, sehingga 

sintesisnya terhenti. Yang terpenting yaitu  

doksorubisin dan daunorubisinyang merupakan produk alamiah, serta analognya epirubisin dan idarubisin, mitoksantron, bleomisin dan mitomisin. Obat terakhir terutama 

berkhasiat alkilasi. Onkolitika ini tidak digunakan sebagai antibiotika karena terlalu toksik.

A4a. Doksorubisin: Adriamycin RD, Adriblastina  Derivat antrasiklin ini bersama daunorubisin, diperoleh dari biakan Streptomyces 

peuticus (1971). Zat ini menghambat sintesis 

dari DNA dan RNA, mungkin melalui efeknya 

terhadap topoisomerase II. Biasanya obat ini 

dipakai  dalam kombinasi terutama pada 

leukemia akut dan limfoma (non)-Hodgkin, 

juga pada banyak tumor lainnya, misalnya 

kanker ovarium, bronchus dan pada kanker 

payudara yang tersebar (kombinasi CAF = 

cyclofosfamida + adriamycin + fluoruracil). 

Obat ini berkhasiat imunosupresif. Karena 

plasma-t½-nya tinggi, daya kerjanya lama sekali, begitu juga turunan-turunannya. Merupakan salah satu sitostatikum yang paling 

banyak dipakai .

Efek samping. Semua sitostatika antranilat 

tersebut di atas bersifat sangat kardiotoksik, 

yaitu dapat merusak otot jantung (efek kumulatif) dengan gagal jantung (dekompensasi 

irreversibel!). Sifat ini mungkin diakibatkan oleh terbentuknya radikal bebas yang 

di dalam jantung tidak diinaktivasi karena 

tidak adanya enzim katalase dengan khasiat 

antioksidan. Juga bersifat myelotoksik, sering 

rontok rambut total (reversibel), mual dan 

muntah-muntah, amenorroea dan neutropenia selewat. Selama terapi pada umumnya 

dilakukan monitoring ECG dan darah. Urin 

dapat berwarna merah, juga pada dauno-, 

epi- dan idarubisin, pada mitoksantron urin 

berwarna biru-hijau.

Dosis: infus i.v. 50-75 mg/m2 sehari setiap 3 

minggu.

* Daunorubisin (Daunoblastina) yaitu  derivat dengan khasiat dan efek samping sama 

(1966). Obat ini terutama dipakai  pada 

leukemia akut, resistensi silang dengan 

doksorubisin dapat terjadi. 

Dosis: 30-60 mg/m2

 permukaan badan sehari sebagai infus cepat selama 3-5 hari setiap 

4-6 minggu.

* Epirubisin (FarmorubicinRD, Ellence) yaitu  

stereoisomer dari doksorubisin dengan 

indikasi sama (1984). Obat ini bersifat kurang 

toksik bagi jantung dan sumsum tulang, juga 

nausea dan muntah berkurang. Efek samping 

lainnya juga sama. Untuk khasiat yang sama 

pada kanker payudara tersebar diperlukan 

dosis yang ±30% lebih tinggi.

Dosis: setiap 3 minggu 75-90 mg/m2

 infus 

i.v.

* Idarubisin (Zavedos) bersifat lebih lipofil, 

maka absorpsinya ke dalam sel lebih baik 

(1990). Obat ini terutama dipakai  pada 

leukemia akut sebagai monoterapi atau terapi kombinasi. 

Dosis: selama 3 hari infus i.v. 12 mg/m2

permukaan badan.

* Valrubisin (Valstar) yaitu  analog semi 

sintetik dari doksorubisin dan khusus digunakan setempat (intravesicular) pada kanker 

kandung kemih. Kurang dari 10% diabsorpsi 

sistemik.

* Mitoksantron (Novantrone) yaitu  derivat 

doksorubisin yang kurang kardiotoksik 

(1984), tetapi aktivitasnya juga lebih rendah. 

Obat ini terutama dipakai  pada kanker 

prostat, kanker payudara yang tersebar dan 

limfoma non-Hodgkin. Tidak ada  resistensi silang dengan adriamisin. 

Dosis: infus i.v. 12 mg/m2

 setiap 3 minggu.

A4b. Bleomisin: Bleocin, Bleomycin

Obat ini yaitu  campuran dari dua 

senyawa, bleomisin A2

 dan B2

, yang dihasilkan oleh Streptomyces verticillus (1966). 

Efektif sekali untuk kanker testis, kombinasi 

dengan cisplatin dan vinblastin atau etoposida dapat menyembuhkan dengan tuntas sebagian besar penderita. Obat ini juga 

dipakai  dalam kombinasi dengan doksorubisin dan vinblastin pada limfoma 

Hodgkin dan kanker lain, khususnya di 

daerah kepala dan leher. Efek sitotoksiknya 

diperkirakan berkat dibentuknya kompleks 

dengan DNA yang menghasilkan radikal 

bebas dan merusak DNA. dipakai  parenteral (subkutan, intramuskular, intravena) 

atau langsung dimasukkan ke dalam kandung kemih terhadap kanker di daerah ini.

Efek samping yang paling serius yaitu  toksisitasnya bagi paru-paru (pneumotoksis): batuk, radang dan fibrosis (fatal 1%). Oleh karena itu terapi perlu disertai monitoring fungsi 

paru. Juga sering kali merusak kulit dan mah dengan meningkatkan respon imun tak 

spesifik terhadap sel tumor. Banyak reaksi 

imun dicetuskan prosesnya, seperti stimulasi 

perbanyakan limfo-T4, NK-cells dan makrofag, sedangkan pelepasan interferon dan interleukin ditingkatkan. Sebagai efek akhir 

dari berbagai reaksi kompleks itu, sel-sel 

ganas dapat dikenali untuk kemudian dimusnahkan. 

Yang sekarang dipakai  yaitu  sitokinsitokin dan levamisol, serta dalam terapi alternatif sediaan-sediaan timus (kelenjar kacangan) dan antioksidansia tertentu.

Sitokin atau limfokin (Yun. terbentuk oleh 

masing-masing sel (cytos) dan limfosit) adalah protein kecil yang bertanggung jawab 

atas efek berbagai reaksi imun seluler (lihat 

juga Bab 49, Dasar-dasar Imunologi). Sebagai 

contoh dapat disebut interferon (IFN), interleukin (IL) dan tumor necrosis factor 

(TNF). Hingga kini IFN-alfa dan IL-2 sudah 

mendapatkan tempat pada terapi kanker dan 

kombinasi dari kedua sitokin juga dipakai .

B1a. Interferon-alfa: IFN-alfa 2, Roferon-A(2a), 

Intron-A(2b).

Interferon-alfa, -beta dan -gama yaitu  limfokin/sitoksin alamiah yang memicu respons 

imunitas seluler serta humoral dan pada 

umumnya dibentuk sebagai reaksi terhadap 

infeksi viral. IFN-alfa terdiri dari 165 asam 

amino yang melalui teknik rekombinan DNA 

diperoleh dari kuman E. coli yang telah dimodifikasi (manipulated) genetik. Tambahan ‚2a‘ 

dan ‚2b‘ menunjukkan asam-asam amino di 

posisi masing-masing 23 dan 34. Lihat selanjutnya Bab 7, Virustatika.

Di samping bersifat imunostimulasi dan 

virustatik IFN-alfa juga berkhasiat antitumor

berdasar  pengikatan kompleks secara 

khusus pada reseptor di membran sel dan 

menginduksi serangkaian reaksi intra sel. 

Karena hambatan ini di berbagai stadia dari 

replikasi virus, infeksi dihambat dan begitu juga perbanyakan sel tumor (aktivitas 

antiproliferatif). Di lain pihak fagositosis dan 

sitotoksisitas limfosit terhadap sel tumor ditingkatkan. 

pemakaian nya pada infeksi viral antara 

lain pada leukemia tertentu, sarcoma Kaposi

(pada AIDS) dan beberapa jenis kanker lain, 

juga pada infeksi viral seperti sejenis kutil 

kelamin (condyloma acuminata), hepatitis-B/C

dan beberapa jenis kanker a.l. melanoma, 

kanker sel ginjal dan myeloid leukemia. Pada 

kasus terakhir paling sedikit 50% dari penderita mengalami penurunan dari jumlah 

sel dalam mana ada  Philadelphia (Ph) 

kromosom dan eliminasi total pada 10% 

penderita. Philadelphia (Ph) kromosom merupakan kromosom abnormal yang ada  

pada 97% penderita myeloid leukemia kronis

(CML). Walaupun jangka hidup penderita 

dapat diperpanjang, tetapi interferon hanya 

mempertahankan remisi dan tidak bersifat 

menyembuhkan. 

Efek samping diakibatkan oleh sifat interferon sebagai protein asing dan kerap kali 

selama minggu pertama timbul gejala mirip 

influenza dengan sakit kepala dan otot, rasa 

letih dan demam, juga gangguan alat pencernaan dan kadangkala gatal-gatal, mulut kering, tremor dan rontok rambut. Begitu juga 

gangguan darah dan efek-efek sentral (agitasi, mudah tersinggung, pikiran kacau). Tercatat efek psikiatris serius dengan depresi dan 

psikosis, yang sembuh dengan sendirinya 

sesudah  pemberian IFN dihentikan (NTvG 

1998; 142: 1618-21).

Obat ini harus diberikan sebagai injeksi s.c. 

untuk jangka waktu lama yang frekuensinya 

dapat dipersingkat bila dipakai  dalam 

bentuk senyawa konyugasi dengan polietilenglikol (peginterferon) yang juga bersifat 

mengurangi keparahan efek sampingnya.

Dosis: i.m. atau s.c. 3 MUI sehari selama 

16-24 minggu, infeksi hepatitis-B/C s.k. 3 x 

seminggu 10 MUI. 

B1b. Interleukin-2: IL-2, aldesleukin, Proleukin

Zat-zat interleukin dalam tubuh dibentuk 

oleh limfosit-T, monosit, makrofag dan selsel endotel/epitel. Fungsinya sebagai molekul pesuruh (messenger) antara lekosit dan 

berbagai sistem sel dan sistem organ. Obat 

ini juga memegang peranan penting pada 

regulasi berbagai respons imun. IL-2 dibuat 

oleh kuman E. coli melalui teknik rekombinan DNA (1989) dan yaitu  faktor 

pertumbuhan penting bagi limfo-T, juga

menginduksi produksi dan pelepasan sitokin-sitokin lain. Di samping itu, obat ini 

meningkatkan aktivitas dan perbanyakan 

limfosit sistem lainnya hingga sistem imun 

distimulasi dan sel-sel tumor dimusnahkan. 

pemakaian nya sebagai lymphokine-activated killercells (LAK) pada imunterapi melanoma dan kanker ginjal yang tersebar. LAKcells yaitu  limfo-T tertentu (natural killer cells 

= NKc

) yang telah diaktivasi in vitro oleh IL-2.

Di samping terapi terarah (“targeted therapy“) juga imunterapi sekarang ini digunakan terhadap kanker, misalnya monoklonal 

antibodi human ipilimumab (Yervoy) (2012) 

yang memberikan harapan baik bagi pasien 

melanoma bermetastasis, walaupun harganya sangat tinggi (sekitar 80.000 Euro untuk 

terapi lengkap). 

Efek samping yang sering terjadi yaitu  

gejala influenza dan gangguan saluran cerna. 

Adakalanya juga efek sentral (pikiran kacau, 

halusinasi, desorientasi, termangu-mangu, 

konvulsi) dan depresi sumsum tulang.

Dosis: infus i.v. 1 ml = 18 juta UI /m2

 sehari 

selama 5 hari. Kur diulang sesudah  2-6 hari.

B1c. Vaksin BCG: Oncotice

Sistem imun seluler yang yaitu  senjata ampuh terhadap kanker dapat distimulasi 

oleh vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guérin). 

Misalnya untuk kanker kandung kemih 

aktivasi sistem imun ini telah memberikan 

respons pada 60% dari penderita.

Vaksin ini dibuat dari basil hidup TB 

sapi Mycobacterium bovis. Selain berkhasiat 

imunstimulasi spesifik terhadap TB dan 

kusta (lihat Bab 50, Sera dan Vaksin), juga 

menstimulasi sistem imun secara tidak spesifik. Oleh karena itu dipakai  sebagai 

terapi tambahan sesudah  pembedahan atau 

radiasi untuk memusnahkan micrometastasis

dan meniadakan imunosupresi akibat penanganan penyakit. Karena eksperimen terhadap banyak jenis kanker tidak menghasilkan efek yang memuaskan, kini hanya digunakan intravesikal pada kanker kandung 

kemih.

Akhir-akhir ini imunoterapi telah lebih dikembangkan dengan memanfaatkan antigen 

yang spesifik terhadap jenis kanker tertentu 

sebagai vaksin tumor.

* Vaksin „BCG-human“ yang dibuat dari 

basil TB human (Mycobacterium tuberculosis)

dipakai  di Jepang sebagai obat tidak resmi dengan khasiat yang cukup baik untuk 

memperpanjang jangka hidup penderita sejumlah jenis tumor. Vaksin ini terkenal sebagai vaksin Prof. Maruyama (Nippon Medical 

School, Tokyo).

B1d. Levamisol: tetramisol, Ascaridil, Ergamisol, Ketrax

Obat cacing ini (1969, lihat Bab 13) berkhasiat menstimulasi sistem imun seluler, yaitu 

meningkatkan perbanyakan dan migrasi 

limfo-T dan memperkuat fagositosis dan 

kemotaksis dari makrofag. dipakai  secara selang-seling terkombinasi dengan 5-FU 

pada kanker usus besar sesudah  pembedahan. 

Ada indikasi bahwa levamisol dapat memperpanjang hidup dan mengurangi risiko 

residif.

Efek samping berupa gangguan lambung 

dan saraf. Jarang terjadi gangguan darah.

Dosis: bersama 5-FU oral 3 dd 50 mg selama 3 hari setiap 10 hari, total maksimal 52 

minggu.

B2 IMUNOSUPRESIVA

Imunosupresiva yaitu  zat-zat yang justru menekan aktivitas sistem imun seperti 

kebanyakan zat antitumor (kecuali asparaginase, bleomisin dan hormon-hormon). Pada 

penyakit auto-imun, fungsi sistem imun 

terganggu dengan adanya auto-antibodies, 

sedangkan limfo-T dan NK-cells menyerang 

jaringan/organ sendiri. Dalam keadaan ini 

sering kali dipakai  imunosupresiva untuk mengurangi aktivitas penyakit. Misalnya 

pada rema dan penyakit radang usus (colitis 

ulcerosa, M. Crohn) dipakai  sitostatika 

MTX, merkaptopurin dan azatioprin. Imunosupresiva lain yaitu  siklosporin, talidomida dan sulfasalazin (lihat Bab 8, Sulfonamida).

Struktur imunoglobulin

Antibodi monoklonal yaitu  imunoglobulin dan memiliki struktur molekul berbentuk huruf Y yang terdiri dari 2 pasang

Tyrosin kinase dan Tyrosin kinase Inhibitors

Banyak obat anti kanker berkhasiat memblokir mutasi-mutasi pada gen yang dapat memicu timbulnya 

kanker, misalnya pada kanker usus seperti reseptor Growth Factor, jalur-jalur isyarat intrasel yang 

defek, proses reparasi DNA yang rusak dan apoptosis, juga angiogenesis tumor. Senyawa-senyawa 

untuk menghambat sasaran-sasaran baru ini yaitu  monoclonal antibodies (MOABs) dan tirosin 

kinase inhibitors (TKIs)

a. MOABs mematikan sel tumor melalui blokade fungsi satu reseptor spesifik dan mengikat pada 

antigen-antibodi kompleks yang bersifat sitotoksik. Banyak dipakai  sebagai obat rema dan 

penyakit radang usus kronis. Lihat juga Bab 21 Analgetika Antiradang, Boks Biologicals.

Kebanyakan dari senyawa-senyawa ini diberi nama dengan akhiran –umab/imab. Misalnya 

trastuzumab yaitu  obat MOAB pertama yang dipakai  terhadap kanker payudara (1978), disusul 

oleh banyak senyawa lain seperti bevacizumab dan cetuximab untuk kanker kolorektal, alemtuzumab dan ofatumumab untuk CLL, rituximab untuk non-Hodgkin limfoma, lalu certolizumab, 

adalimumab dan infliximab pada rema. Zat terakhir yaitu  antagonis TNF-alfa, lihat di bawah.

b. TKIs bekerja dengan cara yang sama, tetapi juga melalui penetrasi ke dalam sel dan menghambat 

terutama fungsi enzim tirosin kinase. Bersifat broadspectrum dan condong menjadi substrat bagi 

enzim hati oksidatif cytochrom P 450. Masa paruhnya panjang, t1/2 12-24 jam dan diberikan oral 

setiap hari. Disebut dengan akhiran -tinib, misalnya zat pertama yang disintesis sebagai molekul 

sasaran/bidikan TKI yaitu  imatinib (Gleevec), yang dipakai  terhadap sejenis kanker darah lekosit 

kronis CML (Chronic Myelogenic Leukemia). Lalu disusul oleh banyak TKIs lain, seperti dasatinib dan

nilotinib juga untuk CML, serta sorafenib dan sunitinib untuk kanker ginjal sesudah  terapi dengan 

IFN-alfa dan IL-2 tidak memberikan hasil.

*Tirosin kinase (TK) yaitu  bagian dari kelompok besar protein kinase dengan kandungan asam 

amino seperti treonin dan serin. TK mampu mentransfer gugus fosfat dari ATP kepada –OH dari 

tirosin yang tertinggal di molekul-molekul isyarat. TK berfungsi sebagai on or off switch pada 

banyak fungsi sel. Fosforilasi dari protein kinase yaitu  mekanisme penting pada pemberian 

isyarat dalam sel dan mengatur aktivitasnya, seperti pembelahan sel. Fungsinya dapat mudah 

terhenti pada posisi ON yang berakibat pertumbuhan tak terkendali dan sel menjadi sangat besar. 

Proses ini yaitu  hanya suatu langkah pada terjadinya kanker. Perkembangan modern pada 

sintesis sitostatika baru yaitu  mencari obat dengan tirosin sebagai sasaran, yaitu tirosin kinase 

inhibitor yang berkhasiat menghambat pertumbuhan sel tumor.

Genom manusia mengandung ±550 proteinkinase dan 130 fosfoprotein fosfatase, yang spesifik 

melakukan fosforilasi dari sisa-sisa protein di molekul isyarat.

Di dekade yll banyak senyawa tirosin kinase inhibitor telah dilansir pada onkologi dan hematoonkologi. Dengan meningkatnya pemakaian  kelompok obat baru ini, masalah interaksi antara 

obat yaitu  risiko meningkat dan kebanyakan berhubungan dengan perubahan bioavailabilitas 

akibat perubahan pH lambung, metabolisme oleh isoenzim cytochrom P450 dan perpanjangan QT 

interval. Lihat Bab 37, Obat-obat jantung, QT interval.

Ref. The Lancet Oncology, Volume 15, Issue 8, Pages e315 - e326, July 2014

* Tumor necrosis factor (TNF-alfa). Sitokin ini dibebaskan oleh berbagai sel dari sistem imun 

(makrofag, monosit, limfosit dan NKc

) sebagai reaksi terhadap antara lain infeksi kuman dan rangsangan 

peradangan. Lalu TNF sendiri menstimulasi pelepasan sejumlah besar zat perantara (mediator) lain, 

di antaranya IL-1 dan IL-6, prostaglandin, leukotriën-leukotriën, dan kortikotrofin. Dengan demikian 

TNF sebagai pro-inflammatory cytokin bertanggung-jawab untuk banyak efek dari suatu infeksi atau 

peradangan auto-imun kronis. Misalnya TNF yaitu  mediator penting pada pathogenesis rema 

( lihat Bab 21, Analgetika Antiradang), begitu juga pada penyakit Crohn,dengan jumlah TNF dalam 

mukosa usus penderita sangat meningkat.

* Zat anti-TNF-alfa termasuk kelompok monoklonal antibodies human(MOABs) yang disintesis 

melalui teknik DNA-rekombinan. Sekarang ada  trastuzumab, adalimumab, etanercept (Enbrel) 

dan infliximab, dengan kedua obat terakhir khusus dipakai  pada terapi rema. 

Breedveld FC. Antagonisten van tumornecrosisfactor: infliximab, adalimumab en etanercept. NTvG 

2005;149:2273-7.

Efek samping yaitu  peningkatan risiko kanker kulit non-melanoma, oleh karena itu pasien 

dianjurkan untuk memeriksakan kulit secara teratur pada terapi dengan obat-obat perintang TNFalfa.

Ref. Amari W et al. Risk of non-melanoma skin cancer in a national cohort of veterans with rheumatoid 

arthritis. Rheumatology (Oxford). 2011;50:1431-9.

rangkaian panjang dan rangkaian pendek 

protein yang identik (lihat gambar 14-1): 

– Sepasang dengan rangkaian panjang 

(“heavy chain” atau H-chain), dan

– Sepasang dengan rangkaian yang lebih 

pendek (“light chain atau L-chain)

Rangkaian ini terikat melalui jembatan 

sulfur (S).

Kedua “tangan” dari model ini terdiri dari 

masing-masing rangkaian L dan sebagian 

dari rangkaian H;

Sisa dari kedua rangkaian H membentuk 

“kaki” dari molekul imunoglobulin.

Sifat-sifat pengikatan antigen (Fab) terletak 

di “tangan”.B2a. Siklosporin (Sandimmun, Neoral)

Polipeptida siklis ini yang diisolasi dari 

jamur Tolypocladium inflatum (1983) merupakan suatu imunosupresan kuat. Berkhasiat 

menghambat secara selektif perbanyakan 

T-helper dan T-killercells yang tergantung 

dari IL-2. Selain itu, obat ini menstimulasi 

produksiT-suppressorcells sehingga penolakan transplantat dihalangi. Tidak berkhasiat myelosupresif. Selain pemakaian  utama ini, siklosporin juga dipakai  pada 

psoriasis dan colitis parah. Untuk mengurangi 

nefrotoksisitasnya sering kali dikombinasi dengan imunosupresiva lain (azatioprin, prednisolon) atau dengan zat-zat yang meningkatkan kadarnya dalam darah, sehingga 

dosisnya dapat dikurangi.

Efek sampingnya banyak, antara lain rasa 

terbakar di kaki-tangan (selama minggu pertama), gangguan saluran cerna, hipertensi, 

sakit kepala, tremor, hipertrichosis, parestesia 

dan udema muka. Efek samping yang lebih 

serius yaitu  kelainan fungsi ginjal, hati 

dan darah (reversibel), yang tergantung dari 

dosis. Pada pemakaian  lama risiko akan 

kanker kulit dan limfoma sangat meningkat.

Dosis: oral permulaan 10-15 mg/kg selama 1-2 minggu, lalu berangsur-angsur diturunkan sampai 2-6 mg/kg sehari dalam 2 

dosis.

B2b. Talidomida (Synovir) yaitu  obat tidur 

dengan efek teratogen sangat kuat (peristiwa 

Softenon, 1962) yang juga berkhasiat imunosupresif, antiangiogenesis dan antiradang.

Sekarang ini obat tersebut hanya dipakai  

antara lain untuk menekan reaksi lepra dan 

pada aphtae hebat di mulut pasien AIDS (lihat Bab 10, Leprostatika dan Bab 49, Dasar-dasar 

Imunologi, Imunosupresiva).

B2c. Trastuzumab (Herceptin, 1999), suatu 

MOAB yang dipakai  pada terapi kanker 

payudara tersebar untuk memperpanjang 

dan memperbaiki kualitas hidup. Hanya 

efektif pada tipe tumor tertentu, di mana 

faktor pertumbuhan (human epidermal growthfactor receptor type 2) HER-2 berperan. Faktor ini yaitu  suatu peptida dari tipe tirosinkinase di permukaan sel tumor dan trastuzumab bekerja dengan menduduki reseptor HER-2 ini, sehingga pertumbuhan sel 

tumor terganggu. Antibodi ini juga mampu 

menandai sel kanker untuk dimusnahkan 

oleh sistem imun tubuh, tetapi praktis tidak 

memengaruhi sel normal, sehingga efek sampingnya relatif ringan, seperti panas dingin 

pada awal pengobatan di samping sakit kepala dan mual. 

Sekarang telah dipastikan bahwa terapi 

dengan trastuzumab dapat menurunkan 

mortalitas dengan 50%. Keberatannya yaitu  

harganya yang sangat tinggi, ± $ 20.000 untuk 

satu kur dari 4 kali infus. Namun demikian di 

negeri Belanda trastuzumab akan dijadikan 

terapi standar untuk kanker payudara.

dipakai  sebagai infus i.v. 4 mg/kg berat 

badan; biayanya sangat tinggi (±USD 600-

1200 sekalinya). 

Ref.

1. Westerman E.M. Trastuzumab, Ph. Selecta 

2001;17:14-17—

2. Hortobagyi GN, Developments in chemotherapy of breast cancer. Cancer 

2000;88:3073-79).

B2d. Bevacizumab: Avastin

 MOAB ini (2004) terikat pada suatu faktor 

pertumbuhan (growth factor) dan menghambat 

pembentukan dan pertumbuhan pembuluh 

dalam tumor. dipakai  dalam kombinasi 

dengan 5-FU atau folinat pada kanker kolon atau rektum yang sudah menyebar. 

Juga dalam kombinasi dengan paclitaxel 

atau carboplatin terhadap kanker payudara 

bermetastasis.

Dalam kombinasi dengan paclitaxel, topotecan atau doksorubisin dipakai  pada kanker ovarium atau saluran telur yang resisten 

terhadap sitostatikum platina.

Dosis: kanker kolon/rektum 1x per 2 

minggu 7,5 /kg; kanker payudara 10 mg/kg 

1x per 2 minggu; kanker ginjal 10 mg/kg 1x 

per 2 minggu

B2e Rituximab: Mabthera

MOAB chimeris dari human-tikus (2004) 

ini diberikan pada penderita limfoma nonHodgkin, juga pada rematik bersama MTX , 

bila DMARDs lain tidak efektif. T1/2 panjang, 

pada pasien rema rata-rata 22 hari. 

Efek samping demam, dingin dan kaku, 

sering kali bronchospasme dan hipotensi, 

nausea dan muntah, nyeri kepala dan tumor. 

Pada gravida dan selama laktasi sebaiknya 

jangan dipakai .

Dosis: per infus semula dengan kecepatan 

50 mg/jam, sesudah  30 menit ditingkatkan 

dengan 50 mg/jam setiap 30 menit.

B2f. Cetuximab: Erbitux

MOAB chimeris ini dipakai  dalam 

kombinasi dengan irinotekan pada kanker 

kolorektal lanjut, sesudah  terapi dengan irinotekan gagal. Efek sampingnya sering kali 

reaksi kulit serius, dispneu khusus pada lansia. Juga radang konjunctiva mata dan reaksi 

hipersensivitas sedang sampai hebat.

Dosis: Pada hipersensitivitas kecepatan infus sebaiknya dikurangi. Terhadap kanker 

kolorektal lanjut irinotekan baru diberikan 1 

jam sesudah  infus cetuximab.

B2g. Alemtuzumab: MabCampath

MOAB human ini mengikat diri pada 

limfosit sehingga sel darah ini dimusnahkan. 

dipakai  pada CLL, bila terapi dengan zat 

alkilasi (fludarabin) tidak efektif.

Efek samping sangat sering terjadi pada 

minggu pertama, seperti demam, hipotensi, 

nyeri kepala, nausea dan muntah, rasa penat 

dan malaise.

Dosis: per infus 2 jam dengan dosis meningkat, mulai dengan 3 mg pada hari pertama, 10 mg pada hari kedua dan 30 mg pada 

hari ketiga.

B2h. Imatinib: Glivec, Gleevec

Proteinkinase inhibitor yang secara selektif 

menghambat proliferasi dan memicu apop-tosis pada CML dan ALL (Acute Lymfatic Leukemia). PPP 95%, t1/2 18 jam, ekskresi dengan 

feses 63% dan via urin 13 %. 

Efek samping: depresi sumsum tulang dan 

gangguan saluran cerna. 

Dosis: pada kanker sangat individual.

B2i. Panitutumab: Vectibix

Monoklonal antibodi IgG2 mengikat dengan kuat dan spesifik pada reseptor faktor 

pertumbuhan epidermal, mengakibatkan 

penghambatan pertumbuhan sel, induksi 

apoptosis dan pengurangan produksi interleukin-8. dipakai  terhadap kanker colorektal yang sudah bermetastasis dalam kombinasi dengan FU, asam folat dan oksaliplatin 

(FOLFOX) atau kombinasi dengan FU, asam 

folat dan irinotecan (FOLFIRI).

Efek samping: sangat sering anemi, conjunctivitis, mual, muntah dan gangguan kulit. 

Dosis: i.v. 6 mg/kg sekali dalam 2 minggu.

B2j. Dasatinib: Sprycel

Tirosin kinase inhibitor ini yaitu  substrat 

dan penghambat dari CYP 3A4, enzim oksidatif hati dari seri P450. dipakai  pada 

CML dalam fase kronis dan fase lain, yang 

resisten terhadap imatinib 800 mg/hari.

Efek samping: sangat sering depresi sumsum tulang, anemi, trombopeni dan neutropeni, biasanya reversibel, juga udema paru, 

nyeri kepala, diare, perasaan penat dan pendarahan.

Dosis: CML di fase kronis 1 dd 300 mg pagi 

atau malam.

B2k. Erlotinib: Tarceva

HER 1-tirosinkinase inhibitor, menghambat fosforilasi intrasel dari reseptor faktor 

pertumbuhan. dipakai  pada kanker paru 

non-sel kecil sebagai pilihan kedua sesudah  

sitostika lain tidak memberikan hasil.

Tidak dianjurkan pada kehamilan dan selama laktasi, karena tidak ada data mengenai 

keamanannya. Efek samping paling sering 

yaitu  ruam kulit.

Dosis: individual.

B2l. Lapatinib: Tyverb

Proteinkinase inhibitor yang menghambat 

dua jenis aktivitas tirosinkinase dari HER 2 

dan faktor pertumbuhan lain. dipakai  (sejak 2007) pada kanker payudara tersebar 

dengan overexpresi-HER 2, bersama kapesitabin sebagai pilihan kedua, sesudah  terapi 

dengan suatu antrasiklin, taksan dan trastuzumab tidak memberikan hasil. 

Wanita hamil dan selama laktasi tidak dianjurkan menggunakan zat ini karena berkhasiat teratogen.

Dosis: 1 dd 1250 mg bersama kapesitabine 

selama 21 hari.

B2m. Sorafenib: Nexavar

Tirosinkinase inhibitor, dengan khasiat 

anti proliferasi dan anti angiogenesis. Menghambat berbagai kinase dalam sel tumor. 

dipakai  pada kanker ginjal lanjut, sesudah  

terapi dengan interleukin-2 atau interferonalfa tidak berhasil, juga pada kanker hati.

Efek samping: paling sering depresi sumsum tulang dan retensi air. Wanita hamil dan 

selama laktasi tidak dianjurkan menggunakan obat ini.

Dosis: individual.

C. HORMON 

DAN ANTIHORMON

Kortikosteroida (hidrokortison, prednison 

dan sebagainya) berkhasiat antara lain melarutkan limfosit (limfolitis) dan menekan 

mitosis di lekosit. Oleh karena itu, obat ini 

sangat penting pada terapi limfoma dan 

leukemia akut pada anak-anak. Untuk pembahasan lebih lanjut, lihat Bab 46, Kortikosteroida.

Hormon kelamin. Pertumbuhan dari sejumlah tumor yang bersifat estrogen/androgen dependent, sebagian tergantung dari hormon-hormon kelamin, mis. kanker payudara 

dan prostat yang masing-masing memiliki 

reseptor estrogen/progesteron dan reseptor 

testosteron. Proses pertumbuhan ini dapat 

dihambat dengan pemberian hormon yang 

berlawanan atau dengan mengeluarkan kelenjar yang memproduksi hormon bersangkutan, mis orchidectomy pada kanker prostat. 

Tetapi daya kerja hormon biasanya hanya 

temporer (selewat) karena sel-sel yang tidak tergantung pada hormon (hormone- independent cells) memegang peranan lebih 

besar. 

Zat-zat estrogen (etinilestradiol, fosfestrol)

dipakai  pada kanker prostat yang bermetastasis. Progestativa (megestrol, medroksiprogesteron) dan zat-zat androgen (testosteron, 

nandrolon) dapat dipakai  pada kanker 

payudara dan kanker endometrium yang 

sudah tersebar.

Antihormon kelamin yaitu  senyawa-senyawa yang merintangi hormon di jaringan 

tujuan dan dengan demikian menghalangi 

kerjanya. Yang dipakai  yaitu  zat anti estrogen dan zat anti androgen.

*Anti estrogen (oestrogen antagonis) seperti 

tamoksifen (Nolvadex) bekerja melalui penempatan reseptor estrogen pada tumor 

payudara yang bersifat estrogen-dependent.

Zat-zat penghambat aromatase aminoglutetimida (Orimeten) dan anastrozol (Arimidex) mengurangi kadar estrogen yang beredar dan menghambat sintesisnya dalam sel 

tumor. Antihormon ini khusus dipakai  

pada kanker payudara yang tersebar pada 

wanita post-menopause dan akhir-akhir ini 

ternyata bahwa khasiatnya lebih baik dibandingkan dengan tamoksifen. Lih. selanjutnya Bab 44, Hormon-hormon wanita. 

 Kanker endometrium memiliki reseptor 

bagi estrogen maupun progesteron. Pemberian progestagen sintetik medroksiprogesteronasetat (lih. Bab 45, Antikonseptiva) 

menghentikan (regress) ± 20% dari metastasis 

dengan reseptor positif untuk jangka waktu 

20 bulan, sedangkan tamoksifen praktis tidak 

bermanfaat. 

* Anti-androgen yang banyak dipakai  

yaitu  siproteron (Androcur), flutamida (Fugerel), bikalutamida (Casodex) dan nilutamida (Anandron) yang menghalangi pengikatan DHT (= dihidrotestosteron) aktif pada reseptornya dalam sel prostat sehingga 

DHT tidak dapat berfungsi. Senyawa ini terutama dipakai  pada kanker prostat yang 

bermetastasis. Lihat selanjutnya Bab 43, Hormon-hormon Pria. Tidak tersedianya hormon 

androgen pada kanker prostat yang berlanjut, 

dapat mengakibatkan regresi pada ±70% 

dari kasus selama 24 bulan. Efek yang sama 

dapat ditimbulkan oleh agonis GnRH seperti 

goserilin, tetapi perintang reseptor androgen 

seperti flutamida tidak begitu efektif. Walaupun pada permulaan terapi kombinasi 

dari flutamida dan goserilin dapat dipakai  

untuk menghindari flare up dari penyakit 

akibat efek agonis GnRH. Tetapi ternyata 

bahwa pemakaian  kombinasi ini dalam 

jangka waktu panjang tidak lebih bermanfaat 

daripada terapi tunggal dengan goserilin. 

* Derivat-derivat LH-RH. LH-RH dibentuk 

oleh hipotalamus yang mengatur pelepasan 

hormon hipofisis FSH dan LH. Senyawa ini 

dipakai  pada terapi paliatif kanker prostat yang bermetastasis untuk menimbulkan 

kastrasi hormonal/kimiawi, yakni menghentikan produksi testosteron dan androsteron 

oleh testis. Mekanisme kerjanya melalui stimulasi sementara dari hipofisis dan testis, 

kemudian menghambatnya sehingga kadar 

testosteron darah menurun dengan ± 90%. 

Sisanya masih diproduksi oleh anak ginjal. 

Untuk merintangi produksi ini, sering kali 

dilakukan terapi kombinasi dengan zat-zat anti 

androgen flutamida dan nilutamida.

FDA Amerika telah mengidzinkan penggunaan derivat lain enzalutamida untuk 

kanker prostat yang resisten terhadap kastrasi dan telah diobati dengan docetaxel. Derivat-derivat yang sekarang dipakai  adalah goserilin (Zoladex), leuprorelin (Tapros, 

Lucrin), buserelin (Suprefact) dan triptorelin (Decapeptyl). Lihat selanjutnya Bab 42, 

Hormon-hormon. Hipofisis.

D. OBAT–OBAT LAINNYA

Sitostatika lain yang dipakai  pada kanker 

yaitu  enzim asparaginase, senyawa-senyawa 

platina sisplatin dan karboplatin, hidroksiurea 

dan prokarbazin.. 

D1. l-Asparaginase: crisantaspase, Leunase, 

Paronal, Erwinase

Enzim yang diperoleh dari pembiakan 

bakteri E. coli ini (1969) mengkatalisasi perombakan hidrolisis levo-asparagin menjadi 

asam aspartat dan amoniak. Dengan demikian sel-sel tumor tidak mendapati lagi asam 

amino asparagin yang esensiil bagi sintesis 

proteinnya dan terhenti perkembangannya. 

Obat ini berkhasiat imunosupresif dan praktis 

tidak myelosupresif atau merusak mukosa.

Terutama dipakai  terhadap Acute Lymfatic Leukemia (ALL) pada anak-anak bila 

obat-obat lain tidak efektif lagi. Biasanya 

dikombinasi dengan MTX atau sitarabin, 

yang memperkuat khasiatnya bila diberikan 

7-14 hari sesudah  pemberian asparaginase.

Efek samping: sering kali gangguan saluran 

pencernaan, anoreksi, mual, muntah, juga 

reaksi alergi urticaria, bronchospasme dan 

hipotensi.

Dosis: i.m. 100-400 U/kg atau i.v. 200-2000 

U/kg sehari selama 2-4 minggu.

D2. Cisplatin: Platamine RTU, Platinol

Senyawa diaminodiklor dari platina ini 

(1979) bekerja sitostatik dengan menghambat 

sintesis DNA dan RNA. Mirip dengan mekanisme kerja zat-zat alkilasi, rantai-rantai 

DNA saling disambung dengan jembatanjembatan platina (cross-linking). Obat ini 

ter-utama dipakai  terhadap kanker testis 

dan ovarium yang sudah tersebar, biasanya 

dikombinasi dengan bleomisin dan vinblastin/etoposida. Pada kanker ovarium, sekarang 

ini kombinasi dari sisplatin + siklofosamida 

+ paklitaksel dianggap sebagai pilihan pertama. Juga dipakai  pada jenis-jenis tumor 

lain, misalnya dari kepala dan leher, prostat 

dan kandung kemih.

Efek samping yang sering terjadi yaitu  

nausea dan muntah-muntah hebat, juga dapat 

merusak fungsi ginjal dan telinga (nefro- dan 

ototoksik). Oleh sebab itu, senyawa ini tidak 

dapat dikombinasi dengan aminoglikosida.

Dosis: infus i.v. 50-200 mg/m2 setiap 3-4 

minggu atau 15-20 mg/m2 selama 5 hari dengan istirahat 3-4 minggu.

* Karboplatin (Paraplatin) yaitu  derivat 

(1986) dengan cara kerja yang hampir sama; 

pemakaian ya terutama pada kanker ovarium yang bermetastasis. 

Efek sampingnya terhadap ginjal, telinga dan 

lambung lebih ringan, tetapi depresi sumsum 

tulang dengan risiko trombocytopenia.

Dosis: infus i.v. 300-400 mg/m2 sehari 

setiap 4 minggu.

* Oxaliplatin (Eloxatin) yaitu  derivat sikloheksan (1996) yang dipakai  dalam kombinasi dengan 5 -FU dan folinat pada kanker 

kolorektal yang tersebar.Mengikat pada eritrosit dan dari ikatan ini dibebaskan dengan 

sangat lambat. Dimetabolisasi kuat menjadi 

metabolit aktif dan inaktif, sebagian besar 

diekskresi melalui urin. 

Efek samping berupa depresi sumsum tulang dan reaksi saraf. 

Dosis: infus intravena 85 mg/m2 permukaan tubuh setiap 2 minggu selama 2-6 jam, 

sebelum pemberian 5-FU.

D3. Hidroksikarbamida: hidroksiurea, Hydrea

Derivat urea ini (1964) bekerja anti tumor 

dengan merusak reduktase yang penting bagi 

sintesis DNA. dipakai  terhadap leukemia 

kronis dan kanker di daerah kepala. Pada 

Congres AIDS (Chicago, Januari 1998, dr F. 

Lori) telah dilaporkan efektivitas kombinasi 

Hydrea dengan triple therapy pada penderita 

HIV positif: Pada 24 pasien percobaan virus 

HIV hilang dari darah semua pasien dalam 

beberapa bulan.

Efek sampingnya terutama berupa myelosupresi dan gangguan neurologik, karena 

luas terapinya sangat sempit pada dosis 

efektif. 

Dosis: oral 1 dd 80 mg/kg setiap 3 hari.

D4. Prokarbazin: Natulan

Derivat metilhidrazin ini (1965) berkhasiat 

sitostatik dengan mekanisme kerja yang 

mirip zat-zat alkilasi. Khusus dipakai  

pada limfoma Hodgkin bersama klormetin, 

vinkristin dan prednison (kur MOPP). Obat 

ini yaitu  perintang enzim MAO lemah, 

oleh karena itu tidak dapat dikombinasi 

dengan antidepresiva trisiklis, juga tidak 

dengan alkohol karena efek disulfiram (lihat 

juga metronidazol, Bab 12, Obat-obat Amebiasis). .

Efek samping terpenting yaitu  myelosupresi, hemolisis dan pendarahan, juga 

gangguan saluran cerna dan reaksi neurologik. Bersifat karsinogen (leukemia). Dosis: oral dalam skema MOPP, 100 mg/

m2

 sehari selama 14 hari dengan istirahat 4 

minggu.

E. OBAT–OBAT ALTERNATIF

E1. Antioksidansia dan Free Radicals

Pada semua proses metabolisme tubuh, 

terutama reaksi dengan oksigen, terbentuk 

molekul-molekul dengan kehilangan elektron (tak berpasang, unpaired) di kulit luarnya. 

Zat-zat ini yang dinamakan radikal bebas 

(FR, Free Radicals), bersifat sangat reaktif 

dan cenderung ‘menyerang‘ molekul-molekul yang dapat menyerahkan elektron padanya. Syukurlah tubuh memiliki suatu jaringan pelindung dari antioksidansia (AO) 

alamiah yang mudah dioksidasi (menyerahkan elektron) dan dengan demikian menetralkan sebagian besar FR tersebut. Yang 

terpenting yaitu  vitamin A, C dan E, serta enzim-enzim alamiah glutationperoksidase (GPx), 

superoksida dismutase (SOD) dan katalase.

Bila karena sesuatu sebab tubuh kekurangan AO alamiah, membran sel dan/atau 

inti sel dapat dirusak oleh FR. Akibatnya 

proses menua dari jaringan dipercepat di 

samping terjadi cacat pada DNA. Bila tidak 

direparasi atau dimusnahkan oleh sistem 

imun, sel dapat memperbanyak diri menjadi 

sel-sel ganas. Selain itu FR juga dianggap 

turut bertanggung jawab untuk sejumlah 

gangguan lain, seperti pengeruhan lensa mata 

(staar, cataract) dan pengendapan oksi-LDL kolesterol pada dinding pembuluh dengan terjadinya aterosklerosis.

FR penting dalam tubuh yaitu  radikal 

hidroksil (OH-

), superoksida (O2

-

) dan peroksida

(H2

O2

-

). Lingkungan kita juga menghasilkan 

FR, a.l. sinar UV dari matahari, asap rokok, 

gas buangan kendaraan bermotor dan pabrik, 

smog dan sebagainya. Pembebanan FR (stress 

oksidatif) akibat polusi lingkungan tidak selalu 

bisa dihindari dan sampai derajat tertentu 

dapat ditanggulangi oleh orang sehat. Tetapi 

bila pembebanan terlampau berat atau daya 

tahan imun kurang baik, maka zat tersebut 

dapat merugikan kesehatan.

Food supplement. Antioksidansia yang banyak dipakai  sebagai food -supplement adalah vitamin A, C dan E, mineral selen (Se) dan 

seng (Zn), kurkumin, genistein, quercetin, 

ubikuinon (coenzim Q10), piknogenol (OPC)

dan asam-asam amino sistein dan metionin.

Semua sediaan ini dapat dibeli bebas sebagai 

suplemen diet. Teoretis AO sebagai suplemen 

mampu mematikan sel-sel tumor melalui 

berbagai cara, tetapi dalam praktik sering 

mengecewakan. Kegunaannya terutama meningkatkan daya tahan tubuh agar lebih 

bertahan terhadap terapi dengan sitostatika. 

Lihat juga Bab 53, Vitamin dan Mineral, 

Radikal bebas dan antioksidansia.

* Vitamin E dalam membran sel memegang 

peranan khusus, yaitu pada perlindungan 

terhadap kerusakan otot pada waktu gerakan 

tubuh dan olahraga. Vitamin A, C dan E, juga 

AO enzimatik tersebut di atas melindungi 

paru-paru terhadap oksidasi dan kerusakan 

akibat FR. Bila perlindungan kurang sempurna, dapat terjadi kerusakan pada epitel 

gelembung paru-paru yang menimbulkan 

beberapa penyakit seperti bronchitis dan emfisema (COPD, lihat Bab 40, Obat Asma).

E2. Genistein

Genistein dengan metabolitnya daidzein

dan glisitein, yaitu  isoflavon yang ada  

dalam kedele (soya) dan produknya (tahu, tempe) sebagai aglukon dari glikosida genistin, 

daidzin dan glisitin. 

Fito-estrogen (Yun. Phyto- = tanaman). Secara kimiawi genistein yaitu  derivat 

dari masing-masing dihidro- dan monohidrobenzopiran,yang dalam usus diubah oleh flora 

usus menjadi senyawa yang mirip estrogen 

(Gnm Bull 2000;34:100-1). Zat-zat ini ada  

dalam banyak tumbuhan dan memiliki 

kurang lebih khasiat estrogen.

Zat-zat ini dapat dibagi dalam 3 kelompok 

yaitu isoflavon (dalam kedele), coumestan

(dalam linseed/Semen Lini dan biji-bijian berminyak lain) dan lignan (dalam alfalfa, sejenis 

tauge). 

Mekanisme kerjanya melalui penempatan 

reseptor estrogen. Tetapi efek estrogennya 

hanya ±1000 kali lebih lemah. Pada dosis 

rendah ternyata melindungi terhadap osteoporosis, tetapi menurut berita terakhir

isoflavon tidak berfungsi pada kehilangan 

unsur tulang pada wanita pasca menopause.

Bijl, Isoflavonen niet werkzaam bij postmenopauzaal botverlies en overgangsklachten; 

Ned Tijdschr Geneesk 11, 131-132; 2011

Dalam usus aglukon tersebut dibebaskan 

dari glikosidanya dan diserap ke dalam darah. Zat-zat ini berkhasiat antitumor berdasarkan sifat antioksidan dan stimulasi sistem 

imun secara aspesifik dan di samping itu juga 

melalui beberapa mekanisme lain, yaitu: 

* menghambat reseptor estrogenyang terutama 

penting pada sejumlah kanker yang memiliki ‘estrogen-dependent receptors’, misalnya kanker pay