kejang dan diare berkala
dengan hilangnya nafsu makan (anoreksia).
Obstruksi usus buntu dan saluran pankreas
dapat menimbulkan appendicitis dan pancreatitis. Pada sejumlah cacing yang menghisap
darah, tuan-rumah dapat menderita kekurangan darah, misalnya cacing tambang, pita
dan cambuk. Sebagian penderita tidak memberikan keluhan atau tidak menunjukkan
gejala cacingan sama sekali. Misalnya pada
orang-orang pembawa cacing atau telur/
kistanya (carriers).
Dengan carrier dimaksudkan manusia atau
hewan yang “menyimpan” dan menyebarkan mikroorganisme yang mengakibatkan
penyakit, tetapi sendirinya tidak jatuh sakit.
Pencegahannya
Tindakan umum yang perlu dilakukan adalah mentaati aturan higiene dengan tegas
dan konsekuen, terutama oleh anak-anak.
Yang terpenting di antaranya yaitu selalu
mencuci tangan sebelum makan atau sebelum mengolah bahan-makanan. Jangan
memakan sesuatu yang telah jatuh di tanah
tanpa mencucinya terlebih dahulu dengan
bersih. Dengan demikian infeksi melalui mulut yang paling sering terjadi, dapat
dihindarkan. Selanjutnya untuk pemberantasan infeksi cacing perlu diambil tindakan
higiene umum yang mencakup perbaikan
perumahan, lingkungan hidup dan sosialekonomi.
Jenis cacing
Cacing yang yaitu parasit manusia
dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni
cacing pipih dan cacing bundar.
1. Plathelminthes (flatworms): Cestoda dan
Trematoda.
Ciri-ciri cacing ini yaitu bentuknya yang
pipih dan tidak memiliki rongga tubuh.
a. Cacing pita (Cestoda): Taenia, Echinococcus,
Hymenolepsis, dan lain-lain
Parasit ini memiliki kelamin ganda (hermafrodit), berbentuk pita yang bersegmen,
dan tidak memiliki saluran cerna. Echinococcus memiliki tuan-rumah tetap
(anjing) dan larvanya membentuk kista di
organ dalam.
b. Cacing pipih (Trematoda): Schistosoma,
Fasciola dan lain-lain.
Umumnya cacing ini berbentuk seperti
daun dan juga bersifat hermafrodit, kecuali spesies skistosoma yang berbentuk
lebih memanjang dan memiliki kelamin
terpisah. Skistosoma (bilharzia) menulari dari bentuk aktifnya (cercariae). Fasciola (cacing hati) khusus ada pada domba
dan menimbulkan a.l. pembesaran hati,
jarang sekali menulari manusia. Infeksi
cacing ini dinamakan masing-masing schistosomiasis (bilharziasis) dan fascioliasis.
2. Nematoda (roundworms): Oxyuris, Ascaris,
Ancylostoma, Strongyloides, Trichuris.
Infeksi dengan cacing ini dinamakan masing-masing oxyuriasis (cacing kermi), ascariasis (cacing gelang). ancylostomiasis (cacing
tambang), strongyloidiasis dan trichuriasis (cacing cambuk). Infeksi dapat terjadi melalui
telur, larva atau cacingnya sendiri, melalui
mulut atau langsung melalui kulit.
Ciri-cirinya. Bertubuh bulat, tidak bersegmen, memiliki rongga tubuh dengan saluran
cerna nyata dan kelamin terpisah. Siklus hidup
cacing ini cukup kompleks dan sering kali
membutuhkan tuan rumah-antara sebelum
terjadi perkembangan dari telur hingga cacing dewasa. Pada manusia, tergantung dari
jenisnya, cacing tetap bermukim dalam sa-
luran cerna atau menembus hingga jaringan.
Untuk penyakit, cara infeksi, penyebaran dan
pengobatannya, lihat tabel di bawah ini.
Ref.: Jeffrey & Leach: Atlas of Medical
Helminthology & Protozoology
Churchill Livingstone 2nd Ed, Ediburgh
London & NY, 1975.
Pengobatan
Banyak anthelmintika memiliki khasiat yang
spesifik terhadap satu atau dua jenis cacing
saja. Hanya beberapa obat yang memiliki
khasiat terhadap lebih banyak jenis cacing
(broad spectrum), misalnya mebendazol. Oleh
karena itu pengobatan harus selalu didasarkan atas diagnosis jenis cacing dengan jalan penelitian mikroskopis.
Posmedikasi. Banyak anthelmintika dalam
dosis terapi hanya bersifat melumpuhkan
cacing, jadi tidak mematikannya. Untuk mencegah jangan sampai parasit menjadi aktif
lagi atau sisa-sisa cacing mati dapat menimbulkan reaksi alergi, maka harus dikeluarkan secepat mungkin. Biasanya diberikan
suatu laksans garam 2-4 jam sesudahnya.
Minyak kastor tidak boleh dipakai , karena banyak anthelmintika melarut di dalamnya hingga resorpsi obat dan toksisitasnya
meningkat. Pencaharan tidak diperlukan pada obat yang bersifat laksans seperti piperazin atau berkhasiat vermisid, mematikan
cacing seperti mebendazol, niklosamida dan
praziquantel. Bila ada anemia pasien
juga harus diobati dengan sediaan yang mengandung besi, lihat Bab 39, Hemopoetika.
Jenis penyakit cacing
Jenis-jenis cacing dapat pula dibagi dalam
3 kelompok, yaitu nematoda (roundworm),
cestoda (cacing pita) dan trematoda (cacing
penghisap). Infeksi oleh nematoda dapat
dibagi pula dalam infeksi saluran cerna dan
infeksi jaringan.
Ketiga kelompok ini berbeda mengenai
siklus hidup, bentuk, pengembangan, fisiologi, lokalisasi di dalam tuan rumah (host) dan
kepekaannya terhadap kemoterapi. Bentukbentuk yang belum dewasa (immature) memasuki tubuh manusia melalui kulit atau
saluran cerna dan berkembang menjadi cacing dewasa.
Dari sekian banyak jenis infeksi cacing yang
dikenal, hanya sejumlah kecil yang sering
terjadi di negara kita dan akan dibahas di
bawah ini. Pada setiap jenis juga disebutkan
anthelmintik yang dapat dipakai terhadapnya
1. Ascariasis: mebendazol, albendazol, pirantel
dan piperazin.
Ascaris lumbricoides atau cacing gelang
panjangnya 10-15 cm dan biasanya bermukim
dalam usus halus. Kira-kira 25% dari seluruh
penduduk dunia terinfeksi cacing ini, terutama di negara tropik (70-90%). Infeksi
terutama timbul pada anak-anak sekolah dan
mengakibatkan obstruksi saluran cerna atau
hepatobiliary ascariasis.
Ref.: Crompton DW. Ascaris and ascariasis.
Adv.Parasitol.2001, 48:285-375).
Cacing betina mengeluarkan telur dalam
jumlah yang sangat banyak, sampai 200.000
telur sehari yang dikeluarkan dalam tinja.
Penularan terjadi melalui makanan yang
terinfeksi oleh telur dan larvanya (panjangnya
kira-kira 0,25 mm) yang berkembang dalam
usus halus. Larva ini menembus dinding
usus, melalui hati untuk kemudian ke paruparu. sesudah mencapai tenggorok, lalu larva
ditelan untuk kemudian berkembang biak
menjadi cacing dewasa di usus halus. Lihat
Gambar: Lingkaran hidup Ascaris. Jumlahnya dapat menjadi demikian besar hingga
bisa menimbulkan penyumbatan, juga komplikasi seperti ileus, appendicitis dan pancreatitis.
Pengobatan. Obat pilihan pertama yaitu
mebendazol, albendazol dan pirantel. Sering
kali kur harus diulang dengan kur kedua,
karena tidak semua cacing atau telurnya dapat dimusnahkan pada tahap pertama. Anggota keluarga juga mungkin pembawa kista
oleh karena itu sebaiknya diobati.
2. Oxyuriasis: mebendazol, albendazol, pirantel
dan piperazin.
Enterobius vermicularis (dahulu disebut
Oxyuris) atau cacing kermi yang biasanya
ada dalam coecum, menimbulkan gatal
di sekitar dubur (anus) dan kejang hebat
pada anak-anak. Adakalanya infeksi ini
mengakibatkan radang umbai-usus buntu
akut (appendicitis). Pada wanita cacing ini bisa
merambat ke saluran genital dan seterusnya
ke rongga perut sehingga memungkinkan
timbulnya salpingitis atau peritonitis. Penularan
pada anak kecil sering kali terjadi dengan
jalan auto-reinfeksi, yakni melalui telur yang
melekat pada jari-jari sewaktu menggaruk
daerah dubur yang dirasakan sangat gatal dan
dengan demikian memungkinkan terjadinya
infeksi sekunder. Penyebabnya yaitu cacing
betina yang panjangnya 8-13 mm, keluar dari
dubur antara jam 8-9 malam untuk bertelur
di kulit sekitar dubur.
Infeksi cacing kermi yaitu infeksi cacing
satu-satunya yang penularannya berlangsung
dari orang ke orang, sehingga semua anggota
keluarga harus serentak diobati pula, walaupun mereka tidak menunjukkan gejala apapun. Soalnya yaitu karena cacing betina
baru meletakkan telurnya antara 3-6 minggu
sesudah infeksi.
Pengobatan. Mebendazol, albendazol dan
pirantel tidak mematikan telurnya, sehingga
sesudah dua minggu cacing yang menetas
harus dimatikan oleh kur kedua. Piperazin
yaitu obat pilihan kedua.
3. Taeniasis: praziquantel, niklosamida
Cacing pita yang paling umum ada
yaitu Taenia soliumdan T. saginata yang banyak ada pada masing-masing babi dan
sapi, juga ikan. Penularannya terjadi karena
memakan daging yang dimasak belum
cukup lama dan masih mengandung larva.
Cacing dewasa yang berkembang dalam
usus, berbentuk seperti pita bersegmen. T.
saginata dapat mencapai panjang sampai 10
m, sedangkan T. solium lebih pendek, sampai
6 m.
Taenia sukar sekali dibasmi karena kepalanya (scolex) yang relatif kecil dibenamkan
ke dalam selaput lendir usus hingga tidak
bersentuhan dengan obat. Bagian cacing (segmen, proglotida) yang bersentuhan dengan
obat dan telah dimatikan, dilepaskan dari
scolex yang kemudian membuat segmensegmen baru (regenerasi). Segmen dan telurnya dapat dikenali dalam tinja, tetapi scolexnya pada umumnya sudah dicernakan oleh
getah usus. Penularan terjadi bila telur yang
dikeluarkan dengan tinja, dimakan oleh
tuan rumah-antara (hewan) dan kemudian
berkembang menjadi larvae. Larvae ini menembus dinding usus dan menyebar ke
berbagai jaringan tubuh a.l. jaringan subkutan, otot dan malahan ke otak. Di situ
larvae (khusus dari T. solium) dapat berkembang menjadi cysticerci, ialah kista dengan
ukuran 0,5 – 1 cm yang mengandung scolex
cacing dewasa. Manusia makan kista ini melalui daging terinfeksi yang dimasak kurang
matang, di lambung parasit keluar dari kistanya dan dalam usus halus menjadi cacing
dewasa. Diagnosisnya dilakukan dengan deteksi proglotida atau telur dalam tinja. Kista
yang berada di dalam otak dapat dideteksi
melalui CT atan MRI scan.
Gejala umum. Infeksi dengan cacing dewasa umumnya tak menimbulkan gejala (asimtomatis), jarang sekali anemia, radang usus
buntu atau radang pankreas.
Pengobatan. Obat pilihan pertama terhadap
infeksi Taenia yaitu praziquantel (10 mg/kg
single dose) atau niklosamida (2 x 1g dengan
selang waktu 2 jam). Pemberian suatu laksan
sesudahnya dianggap tidak perlu.
4. Ancylostomiasis: mebendazol dan albendazol.
Ada dua jenis cacing tambang, yakni Necator
americanus yang terutama ada di Amerika
dan Ancylostoma duodenale yang ada di
daerah tropik/subtropik dan panjangnya ±
10 mm. Cacing ini disebut cacing tambang
atau cacing terowongan (penyebab tunnel
disease) karena ada di daerah tambang
dan terowongan di gunung. Penularannya
terjadi oleh larva yang memasuki kulit kaki
yang terluka dan menimbulkan reaksi lokal.
sesudah memasuki vena, larva menuju ke
paru-paru dan bronchi, akhirnya ke saluran
cerna. Seperti Taenia, cacing tambang juga
mengaitkan diri pada mukosa usus dan
menghisap darah tuan-rumah sehingga menimbulkan anemia yang cukup serius.
Pengobatannya diarahkan pada dua tujuan, yakni memperbaiki hematologik dan
memberantas cacing. Mebendazol dan pirantel yaitu obat pilihan pertama, yang
sekaligus juga membasmi cacing gelang bila
terjadi infeksi campuran.
5. Strongyloidiasis: tiabendazol, ivermectin,
albendazol
Strongyloides stercoralis atau cacing benang
sering kali ada di daerah tropik dan
subtropik. Penularannya lewat larva yang
berbentuk benang yang menembus kulit.
Larva ini dapat dikenali dalam tinja tetapi
tidak mengandung telurnya. Berhubung terjadinya auto-reinfeksi, maka cacing dapat
bertahan puluhan tahun lamanya di mukosa
bagian atas usus halus. Di tempat ini cacing
merusak jaringan dan menimbulkan reaksi
radang. Gejalanya yang khas yaitu gatal
hebat (urticaria) di bagian bokong yang bersifat sementara, juga gangguan perut dan
iritasi saluran pernapasan (batuk, sesak
napas) akibat migrasi cacing.
Pengobatan. Tiabendazol dan ivermectin
yaitu obat pilihan pertama terhadap
cacing benang; albendazol juga efektif.
6. Trichiuriasis: mebendazol, pirantel, albendazol
Trichiuris trichiura atau cacing cambuk
umumnya ada di negara beriklim panas dan lembap. Dalam tubuh manusia
biasanya cacing cambuk ada dalam
coecum dan bermukim di mukosa ileum dan
colon, dengan menimbulkan kerusakan dan
peradangan. Telurnya dikeluarkan dalam
tinja dan dapat dideteksi untuk keperluan
diagnosis. Telur dapat berkembang di tanah.
Penularannya terjadi melalui makanan dan air
yang terinfeksi.
Gejalanya: pada anak kecil dapat mengakibatkan appendicitis akut. Akibat kehilangan
darah juga dapat timbul anemia. Pengobatan
efektif dengan mebendazol, pirantel dan
albendazol.
7. Filariasis: dietilkarbamazin (DEC), Hetrazan
Wucheria bancrofti atau cacing benang
yaitu nematoda dari famili Filaria,
yang menimbulkan penyakit tropik elephantiasis (kaki gajah) atau filariasis Bancrofti. Cacing ini ada antara lain di Afrika Tengah, Amerika Selatan, India dan negara
tropik lainnya, begitu pula di Asia Tenggara (negara kita , Malaysia, Vietnam dan Cina
Selatan). Menimbulkan radang pembuluh
limfa (lymphangitis) disusul dengan penyumbatan oleh cacing dewasa (panjangnya 8-10 cm). Akibatnya yaitu hipertrofi
dari jaringan sel, terutama di bagian kaki
yang dapat membesar sampai diameter 30
cm, oleh karena itu disebut “kaki gajah”. Penularannya ke manusia terjadi melalui tuan
rumah-antaranya, yaitu nyamuk Culex fatigans yang menyengat pada waktu malam.
Pengobatan. Obat utama terhadap infeksi ini yaitu dietilkarbamazin, khususnya
bila diberikan pada waktu dini. Kadangkala
diperlukan pembedahan untuk memperbaiki
penyaluran getah bening dan membuang
jaringan yang berlebihan.
8. Skistosomiasis: praziquantel.
Schistosoma haematobium yaitu cacing
pipih yang tidak bersegmen dan ada di
Amerika Selatan, negara Arab, Afrika, Cina
dan beberapa negara Asia, a.l. negara kita (S.
japonicum). Cacing ini yaitu penyebab
penyakit schistosomiasis atau bilharziasis yang
ditularkan melalui sejenis keong pembawa
larvanya. sesudah berkembang, parasit ini
menembus kulit manusia dan memasuki
peredaran darah. Di beberapa bagian dunia
schistosomiasis yaitu suatu masalah
kesehatan masyarakat yang disebarkan melalui mandi di air yang terinfeksi.
Penularan terjadi oleh cercariae dengan
bentuk khas yang dilepaskan ke dalam air
oleh tuan rumah-antara (keong), yang kemudian menembus kulit atau selaput lendir
manusia. Siklus seksualnya terjadi di dalam
tubuh manusia dengan pembentukan banyak telur, yang dikeluarkan lewat tinja
atau urin. Di dalam air larva keluar dari
telur dan menulari keong, yang kemudian
memproduksi puluhan ribu cercariae.
Terapi. Obat pilihan pertama yaitu praziquantel terhadap semua jenis skistosomiasis
yang menyerang manusia.
MONOGRAFI
1. Mebendazol: Vermox.
Ester metil dari benzimidazol ini (1972)
yaitu anthelmintikum berspektrum luas
yang sangat efektif terhadap cacing kermi,
gelang, pita, cambuk dan tambang. Obat
ini banyak dipakai sebagai monoterapi
untuk penanganan massal penyakit cacing,
juga pada infeksi campuran dengan dua
atau lebih jenis cacing. Mebendazol bekerja
sebagai vermisid, larvisid dan juga ovisid.
Mekanisme kerjanya melalui perintangan
pemasukan glukosa dan mempercepat penggunaannya (glikogen) pada cacing. Tidak
perlu diberikan laksan. Resorpsi dari usus
ringan sekali, kurang dari 10%. BA-nya juga
rendah akibat first pass effect tinggi. PP-nya
95%. Ekskresinya berlangsung lewat empedu
dan urin. Efek samping jarang terjadi dan
berupa gangguan saluran cerna seperti sakit
perut dan diare.
Kehamilan dan laktasi: tidak boleh dipakai
oleh ibu hamil karena memiliki sifat teratogen
yang potensial. Mengingat resorpsinya
sangat ringan, laktasi tidak perlu dihentikan.
Tidak dianjurkan bagi anak di bawah usia 2
tahun.
Dosis: bagi dewasa dan anak-anak sama,
yaitu pada oxyuriasis dosis tunggal dari 100
mg (= 1 tablet) pada waktu makan pagi. Kur
diulang 14 hari kemudian. Sebaiknya seluruh
keluarga diberi obat terhadap cacing kermi.
Pada infeksi cacing gelang, tambang, benang,
pita dan cambuk 2 dd 100 mg selama 3 hari,
bila perlu diulang sesudah 3 minggu.
* Albendazol (Eskazole, Albenza, Zentel)
yaitu juga derivat karbamat dari benzimidazol (1988), berspektrum luas terhadap Ascaris, Oxyuris, Taenia, Ancylostoma,
Strongyloides dan Trichiuris. Terutama dianjurkan pada echinococciosis (cacing pita
anjing). Resorpsi dari usus buruk, tetapi masih lebih baik daripada mebendazol. Di da-
lam hati, zat ini segera diubah menjadi sulfoksidanya, yang diekskresi melalui empedu
dan urin.
Efek samping berupa gangguan lambungusus, demam, rontok rambut (selewat) dan
exanthema.
Wanita hamil dan selama laktasi tidak boleh
menggunakan albendazol, karena ternyata
teratogen pada binatang percobaan.
Dosis: pada echinococciosis di atas 6 thn 15
mg/kg/hari dalam 2 dosis d.c., pada ascariasis, enterobiasis, ancylostomiasis, trichuriasis: anak dan dewasa dosis tunggal 400
mg d.c., pada strongyloidiasis 1 dd 400 mg
d.c. selama 3 hari.
2. Piperazin (F.I.): Upixon
Zat basa ini (1949) sangat efektif terhadap
Oxyuris dan Ascaris berdasar perintangan
penerusan impuls neuromuskuler, hingga
cacing dilumpuhkan untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh oleh gerakan peristaltik
usus. Di samping itu piperazin juga berkhasiat laksan lemah. Dahulu obat ini banyak
dipakai karena efektif dan murah, tetapi
di banyak negara Barat sejak tahun 1984 tidak
dipakai lagi karena efek sampingnya,
terutama neurotoksisitasnya. Resorpsi oleh
usus cepat dan ± 20% diekskresi melalui urin
dalam keadaan utuh. Dari sekian banyak
garam yang dipakai , mungkin hanya garam adipat yang paling sedikit resorpsinya.
Efek samping jarang terjadi (mual, muntah,
reaksi alergi), pada overdosis timbul gatalgatal (urticaria), kesemutan (paresthesia) dan
gejala neurotoksik (mengantuk, pikiran kacau,
kon-vulsi, dan lain-lain). Hati-hati penggunaannya pada pasien epilepsi, gangguan hati
dan ginjal. Wanita hamil dapat diberikan
piperazin.
Dosis: terhadap Ascaris 75 mg/kg berat
badan atau dosis tunggal dari 3 g (terhitung
sebagai heksahidrat. 6 aq.) selama 2 hari.
Terhadap Oxyuris 65 mg/kg berat badan atau
dosis tunggal dari 2,5 g selama 7 hari.
Untuk anak-anak terhadap Ascaris: 50 mg/
kg berat badan, yakni 1-2 tahun 1 g, 3-5 tahun
2 g dan di atas 6 tahun 3 g sekaligus. Terhadap
Oxyuris: dosis sama, tetapi selama 4-7 hari.
* Dietilkarbamazin (DEC, Hetrazan)
Derivat piperazin ini (1948) dikembangkan
sewaktu perang dunia kedua, ketika ±15.000
tentara AS yang ditempatkan di pulau-pulau
Pasifik Barat menderita filariasis. Obat ini
khusus dipakai terhadap mikrofilaria cacing benang, a.l. Wucheria bancrofti dan
Loaloa, sedangkan terhadap makrofilaria
kurang efektif. Khasiatnya berdasar
penurunan aktivitas otot dan kemudian
melumpuhkan mikrofilaria. Lagi pula obat
ini mengubah permukaan membran cacing,
sehingga cacing dapat dimusnahkan oleh
daya tahan penderita. Resorpsi dari usus
mudah sehingga kadar dalam plasma
sudah mencapai puncaknya dalam 1-2 jam.
Plasma-t½-nya 10-12 jam. Lebih dari 50%
diekskresi melalui urin dalam keadaan utuh.
Efek samping sakit kepala, pusing, mual dan
muntah, walaupun sering terjadi tetapi tidak
serius dan biasanya hilang sendiri dalam
waktu beberapa hari tanpa menghentikan
pengobatan. Protein dari filaria yang mati
dapat menyebabkan reaksi alergi, mis.
urticaria hebat, dermatitis dan demam, yang
juga dapat hilang sendiri sesudah 3-7 hari.
Kehamilan. Obat ini dianggap aman untuk
dipakai oleh ibu hamil.
Dosis: 3 dd 2 mg/kg berat badan p.c. atau
150-500 mg seharinya untuk 14 hari.
3. Pirantel: Combantrin, *Quantrel, *Trivexan
Derivat pirimidin ini (1966) berkhasiat
terhadap Ascaris, Oxyuris dan cacing tambang, tetapi tidak efektif terhadap Trichiuris.
Mekanisme kerjanya berdasar melumpuhkan cacing dengan menghambat penerusan impuls neuromuskuler (seperti piperazin). Lalu parasit dikeluarkan oleh peristaltik usus tanpa memerlukan laksan. Resorpsi
dari usus ringan; 50% zat diekskresi dalam
keadaan utuh bersama metabolitnya melalui
tinja dan ± 7% dikeluarkan melalui urin. Efek
samping ringan dan berupa gangguan saluran
cerna dan kadangkala sakit kepala.
Kehamilan: Pirantel tidak dianjurkan penggunaannya oleh wanita hamil maupun anakanak di bawah usia 2 tahun.
Dosis: pada cacing kermi dan gelang
sekaligus 2-3 tablet dari 250 mg (pamoat =
embonat), anak-anak ½-2 tablet sesuai usia (10
mg/kg). Pada cacing cambuk dosisnya sama
dan diberikan selama 3 hari.
* Oksantel yaitu derivat m-oksifenol dari
pirantel yang dalam dosis tunggal (250-375
mg) efektif terhadap trichiuriasis.
Sediaan kombinasi:
* Quantrel = pirantel pamoat 150 + oksantel
pamoat 150 mg
* Trivexan= pirantel pamoat 100 + mebendazol 150 mg
4. Levamisol: levotetramisol, Askamex, Ergamisol
Derivat imidazol ini (1969) sangat efektif
terhadap Ascaris (90%) dan cacing tambang
(80%) dengan cara melumpuhkannya. Bentuk
rasemisnya tetramisol juga dipakai terutama pada hewan; aktivitasnya hanya
setengahnya dari levamisol. Khasiat lainnya
yang sangat penting yaitu stimulasi sistem
imunologi tubuh (imunostimulator pada
kemoterapi; khususnya mengenai T-cells).
Oleh karena itu sangat berguna pada terapi
dengan obat yang menekan sistem tersebut,
yaitu sitostatika dan kortikosteroida. dipakai
pula dalam kombinasi dengan fluoro-urasil
sesudah pembedahan reseksi pada kanker
colon. Efek samping jarang terjadi, yaitu reaksi
alergi (rash), granulocytopenia dan kelainan
darah lainnya. Hati-hati pada penderita rema
dan penyakit auto-imun lainnya, karena
mereka sangat peka terhadap efek samping
hematologis.
Kehamilan dan laktasi: data untuk ini masih
kurang jelas.
Dosis: pada ascariasis orang lebih berat
dari 40 kg sekaligus 150 mg d.c (garam HCl),
anak-anak 10-19 kg: 50 mg, 20-39 kg: 100 mg.
5. Praziquantel: Biltricide
Derivat pirazino-isokinolin ini (1980) berkhasiat baik terhadap jenis tertentu Schistosoma (Cina) dan Taenia, sedangkan terhadap
cacing hati Fasciola hepatica tidak efektif. Obat
ini dipakai sebagai obat satu-satunya pada
schistosomiasis dan juga dianjurkan pada
taeniasis. Khasiatnya berdasar pemicuan
kontraksi cepat pada cacing dan desintegrasi
kulitnya, untuk kemudian dikeluarkan dari
tubuh. Efek samping ringan dan berupa mual,
sakit perut dan sakit kepala (selewat), jarang
demam dan urticaria.
Dosis: 600 mg sesudah makan malam. Untuk
taeniasis dosis tunggal 10mg/kg
6. Niklosamida: Yomesan
Senyawa nitrosalisilanilida ini (1960) sangat
efektif sebagai vermisid terhadap cacing pita
manusia/hewan, tetapi terhadap telurnya
tidak aktif. Khasiatnya diperkirakan melalui
peningkatan kepekaan cacing terhadap enzim
protease dalam usus tuan-rumah, hingga cacing lebih mudah dicerna. Oleh karena itu
sering kali scolex tidak ditemukan lagi dalam
tinja yang menyukarkan penilaian berhasil
atau tidaknya pengobatan. Umumnya terapi
dinilai efektif bila sesudah 3-4 bulan tidak
ditemukan lagi segmen cacing (proglottida)
dan telurnya dalam tinja. Khusus pada infeksi
oleh Taenia solium (babi) sesudah segmen dicernakan, telurnya akan dibebaskan dalam
rongga usus, sehingga timbul kemungkinan cysticercosis bagi pasien. Dalam hal itu
perlu diberikan laksan garam 3-4 jam setelah pengobatan untuk mengeluarkan segmen mati sebelum dicernakan. Laksan tidak
diperlukan pada infeksi oleh Taenia saginata
(sapi) karena tidak ada risiko cysticercosis.
Resorpsi dari saluran cerna hanya ringan
(±15%) dan sebagian besar diekskresi melalui
urin dalam bentuk yang sudah direduksi,
sisanya melalui feses dalam 1-2 hari. Plasmat½-nya 3 jam.
Efek samping hampir tidak ada, namun
obat ini bersifat sangat toksik sehingga penggunaannya harus hati-hati sekali pada
gangguan yang meningkatkan resorpsi (colitis dan luka di usus). Kehamilan dan laktasi:
data untuk ini belum mencukupi.
Dosis: dewasa dan anak di atas 8 tahun
pagi hari saat perut kosong 1 g (= 2 tablet)
dikunyah halus, disusul dengan 1 g lagi 1 jam
kemudian. sesudah 2 jam baru boleh makan.
Anak-anak dari 2-8 tahun: dosis setengahnya
dan di bawah 2 tahun seperempat (sebaiknya
tablet ditumbuk menjadi serbuk halus).
7. Ivermectin: Stromectol
Hasil fermentasi (1987) dari jamur Streptomyces avermitilis ini yaitu obat terpilih
untuk infeksi cacing benang (onchocerciasis).
Obat ini berkhasiat mengurangi mikrofilaria
di kulit dan mata dengan efektif. Ivermectin
juga sangat efektif terhadap Ascaris dan
Strongyloides, tetapi lebih ringan daya kerjanya terhadap Oxyuris dan Trichiuris. Terhadap kudis dan kutu rambut juga ampuh.
Plasma-t½-nya 12 jam, ekskresi berlangsung
khusus melalui tinja. Efek samping ringan dan
berupa gatal-gatal, ruam kulit dan perasaan
pusing. Tidak dianjurkan bagi wanita hamil.
Dosis: di atas 12 tahun dosis tunggal dari
150 mcg/kg minimal 2 jam a.c/p.c. Bila perlu
diulang sesudah 6 bulan.
8. Obat-obat lainnya seperti minyak Chenopodi, gentianviolet, ekstrak Filices, santonin dan papain yang sudah obsolet dan
praktis tidak dipakai lagi telah dibicarakan dalam Edisi III. Untuk obat yang
pemakaian nya tidak lazim lagi karena efek
sampingnya seperti pyrvinium, befenium
dan tetrakloretilen, lihat Edisi IV
A. KANKER
Kanker atau karsinoma (Yun. karkinos =
kepiting) yaitu pembentukan jaringan baru
yang abnormal dan bersifat ganas (maligne).
Suatu kelompok sel dengan mendadak menjadi liar dan memperbanyak diri secara pesat
dan terus-menerus (proliferasi).
Akibatnya yaitu pembengkakan atau
benjolan yang disebut tumor atau neoplasma (Lat. neo = baru, plasma=bentukan). Selsel kanker menginfiltrasi jaringan sekitarnya
dan memusnahkannya. Tumor primer setempat sering kali menyebarkan sel-selnya melalui saluran darah dan limfe ke tempat
lain di tubuh (metastase), yang selanjutnya
berkembang menjadi tumor sekunder. Gejalagejala umum utama yaitu nyeri sangat
hebat, penurunan berat badan mendadak,
kepenatan total (cachexia) dan berkeringat
malam.
Jenis-jenis kanker banyak sekali dan hampir semua organ dapat diserang penyakit
ganas ini, termasuk limfe, darah, sumsum dan
otak. Kanker yaitu penyebab kematian
kedua di dunia sesudah penyakit jantung
dan pembuluh. berdasar penelitian intensif mengenai peranan makanan sehat di
beberapa negara Barat a.l. negeri Belanda
pada beberapa dasawarsa lalu, ternyata kanker telah menempati urutan nomor satu
menggantikan penyakit PJP.
Bentuk-bentuk tumor dinamakan sesuai jaringan tempat neoplasma berasal, yaitu:
• adenoma: benjolan maligne pada kelenjar,
misalnya pada prostat dan payudara
• limfoma: kanker pada kelenjar limfe, misalnya penyakit (non-) Hodgkin dan p. Burkitt yang berciri benjolan rahang
• sarkoma: neoplasma ganas yang berasal
pembuluh darah, jaringan ikat, otot atau
tulang, misalnya sarkoma Kaposi, suatu
tumor pembuluh di bawah kulit tungkai
bawah dengan bercak-bercak merah
• leukemia: kanker darah yang berhubungan
dengan produksi lekosit yang abnormal
tinggi dan jumlah eritrosit sangat menurun
• myeloma: kanker pada sumsum tulang,
misalnya penyakit Kahler(multiple myeloma)
dengan pertumbuhan liar sel-sel plasma
di sumsum. Sel plasma berkembang menjadi limfosit-B. Lihat Bab 49 Dasar-Dasar
Imunologi.
• melanoma: neoplasma kulit yang sangat
ganas, terdiri dari sel-sel pigmen, yang
menyebar pesat. Neoplasma kulit lainnya
yang dapat terjadi yaitu sel basal dan sel
“plaveisel”(squamous cell). Berlainan dengan melanoma, kedua jenis kanker terakhir dapat disembuhkan.
Penyebab
Riset pada beberapa dasawarsa terakhir
mengungkapkan bahwa kanker disebabkan
terganggunya siklus sel akibat mutasi dari gengen yang mengatur pertumbuhan. Pada umumnya dibutuhkan minimal dua jenis mutasi
untuk membentuk pertumbuhan sel ganas.
Sel-sel tumor “berusaha“ menjauhkan diri
dari regulasi pertumbuhan sel normal. Hal
ini dicapai dengan jalan perubahan genetik,
sehingga sel tumor menjadi mandiri dari
regulasi tersebut. Oleh karena itu, kanker
termasuk penyakit akibat defek pada gen.
Defek pada gen dapat diakibatkan oleh
banyak sebab, yaitu:
– radiasi dari sinar Röntgen, sinar gama
dan gelombang sinar UV tertentu (UV-C;
260 nm) yang diabsorpsi kuat oleh DNA;
– zat-zat kimia lingkungan (polusi, a.l.
asap rokok dengan zat karbonhidrogen),
juga aflatoksin yang dibentuk jamur
Aspergillus;
– radikal bebas yang sangat reaktif ( O2
--
,
H2
O2
, OH-
) dari pernapasan biasa dan
proses-proses faal lainnya;
– sitostatika, obat-obat kemoterapi kanker
(„kemo“), yang sendirinya memiliki risiko besar menimbulkan kanker baru,
sering kali leukemia. Sitostatika yang
dapat merusak DNA dan berkhasiat karsinogen yaitu zat-zat alkilasi.
Sistem reparasi DNA. Cacat-cacat pada
gen beraneka ragam, yang pada hakikatnya
dapat diperbaiki oleh sejumlah sistem enzim.
Salah satu zat yang membantu reparasi ini
yaitu NADH (Niacinamide Adenine Dinucleotide), suatu zat antioksidan kuat dan
penyuplai energi seperti ATP. Tetapi bila sel
diekspose terus-menerus pada penyebab kerusakannya, maka sistem reparasi akhirnya
tidak mampu lagi untuk memperbaiki cacat
tersebut. Sel defek ini memperbanyak diri
dan menurunkannya pada generasi berikutnya, sehingga akhirnya kanker dapat muncul
di keturunannya sesudah rentan waktu panjang. Sel cacat demikian yang tidak dapat
direparasi lagi telah mengalami mutasi dari
gen-gennya.
Proses timbulnya kanker. Tumor ganas terjadi melalui beberapa tingkat yaitu:
a. fase inisiasi: DNA dirusak akibat radiasi
atau zat karsinogen (radikal bebas). Zatzat inisiator ini mengganggu proses reparasi normal, sehingga terjadi mutasi
DNA dengan kelainan pada kromosomnya. Kerusakan DNA diturunkan kepada
anak-anak sel dan seterusnya.
b. fase promosi: zat karsinogen tambahan
(co-carcinogens) diperlukan sebagai promotor untuk mencetuskan proliferasi sel
sehingga sel-sel rusak menjadi ganas.
c. fase progresi: gen-gen pertumbuhan yang
diaktivasi oleh kerusakan DNA mengakibatkan mitosis yang dipercepat dan
pertumbuhan liar dari sel-sel ganas,
berarti tumor menjadi manifes.
Sel-sel tumor dapat menggandakan gengennya sampai 10.000 kali lebih cepat daripada sel normal. Oleh karena itu berbagai
mutasi dapat berlangsung serentak, juga
akibat kekhilafan genetik secara spontan.
Sel membelah dalam beberapa fase selama
siklusnya, yang rata-rata memakan waktu
sekitar 20 jam.
* Apoptosis yaitu kematian sel yang telah diprogram. Pada perkembangannya di
dalam embryo praktis setiap sel menerima secara genetik suatu program khas, yang mematikannya sesudah sejumlah pembelahan tertentu (prinsip “you are born to die”). Begitu juga
bila cara berfungsinya terganggu hebat seperti halnya pada sel-sel kanker, yang demikian tidak akan mati pada waktunya. Akibat
apoptosis sel kehilangan cairannya, mengkerat dan pecah dalam bentuk gelembunggelembung kecil, yang akan diserap oleh
sel-sel sekitarnya. Kalsium berperan penting
pada proses ini. Berbeda dengan necrosis
sel, pada apoptosis tidak timbul reaksi peradangan.
Sel-sel tumor telah menemukan cara untuk
menghindari apoptosis, antara lain melalui
mutasi dalam gen p53. Dengan demikian gen
ini tidak bereaksi lagi terhadap kerusakan
DNA dan proses reparasi tidak terwujud.
Mekanisme yang mengatur apoptosis terganggu dan mutasi DNA yang sudah ada
menjadi tetap dan diturunkan kepada sel-sel
turunannya, sehingga akhirnya, mungkin
baru pada generasi berikut, akan terbentuk
sel-sel tumor ganas.
* Gen p53 (juga disebut gen-apoptosis atau
tumor-suppressor gene) memegang peranan esensial pada lebih dari separuh dari
semua kanker. Protein ini berfungsi sebagai
gen bunuh diri, karena berdaya mencetuskan
apoptosis dan bekerja sebagai faktor transkripsi di dalam inti sel. Oleh karena itu jumlah
total dari pembelahan sel menjadi tetap bagi
setiap jenis sel. Bila gen p53 dihambat atau
dirusak, maka pertumbuhan sel (ganas) dapat berlangsung secara tak terkendali. Seba- gai contoh dapat disebut virus HPV-16 (human papillomavirus) penyebab kanker cervix
(leher rahim). Virus ini mampu memadamkan isyarat darurat sel dengan jalan menginaktivasi gen p53, sehingga sel-sel tidak
mati pada waktunya, tetapi membelah terus-menerus. Pada replikanya (anak-anak
sel) akan timbul lebih banyak kekhilafan
atau cacat dari pada normal, yang akhirnya
berkembang menjadi sel-sel ganas dan timbulnya tumor. Para peneliti telah menemukan
suatu protein (gen BCL-2) yang berefek
menginaktivasi gen apoptosis ini. Kerja gen
p53 diregulasi pula oleh hormon-hormon,
misalnya pada haid kadar progesteron menurun dan beberapa jam kemudian sel-sel
epitel rahim mengkerat dan mati dengan
sendirinya. Contoh lain yaitu kematian selsel prostat sesudah kastrasi dan terhentinya
produksi testosteron.
* Telomer-telomer juga memegang peranan
penting pada terjadinya kanker. Sel-sel sehat
memiliki suatu rantai dari strip-DNA kecil
(telomer) pada ujung setiap kromosomnya.
sesudah setiap pembelahan rantai sel telomer
menjadi semakin pendek dan proses ini
yaitu bagian dari proses menua. sesudah
membelah sekian kali telomer habis terpakai,
pembelahan sel terhenti dan sel mati. Selsel kanker dapat membentuk telomerase,
suatu enzim ribonukleoprotein yang berefek
mencegah penyingkatan rantai telomer, sehingga sel tumor dimungkinkan untuk membelah kontinu tanpa terhenti.
Telomerase telah diketemukan oleh penyelidik Amerika dan pemenang hadiah
Nobel 2009 (Profs Elizabeth Blackburn, Carol
Greidi dan Jack Szostak). Kini telomerase aktivator dalam kapsul sudah mulai dipakai
peroral sebagai obat untuk memperpanjang
penghidupan (Life-extension capsule TA-65).
Tetapi pemakainya harus sangat berhati-hati
karena potensial ada risiko terjadinya
kanker bila telomerase bekerja tidak terkendali.
Sebab-sebab mutasi. Selain penyinaran
dan zat-zat perusak DNA (radikal bebas,lihat
Bab 40, Obat Asma), mutasi DNA di inti sel
dapat pula diakibatkan oleh kekeliruan-kekeliruan kecil pada ratusan ribu pembelahan sel yang
berlangsung setiap hari. Sel-sel cacat pada
orang sehat dikenali oleh limfosit sebagai sel
asing dan dimusnahkan. Tetapi, bila sistem
imun terganggu atau lemah, sel-sel yang termutasi itu dibiarkan berkembang menjadi sel
kanker yang kemudian berproliferasi.
Infeksi “virus lambat” dalam kombinasi dengan faktor-faktor lain juga mungkin
yaitu penyebab dari mutasi. “Slow
virus” ini dapat bermukim dalam tubuh selama puluhan tahun tanpa menimbulkan
gejala. Contoh dari virus penyebab kanker
mulut rahim yaitu human papillomavirus
(HPV-16), lihat di atas. Pria, meskipun tidak
mengalami keluhan, dapat menjadi karier
HPV dan menularkannya. Lihat juga Bab 7.
Virustatika, Virus-virus lain.
Faktor lingkungan
Diperkirakan sekitar 80% dari semua kanker
yang menyerang manusia diakibatkan oleh
pengaruh lingkungan dalam arti seluasluasnya, yaitu pengaruh zat-zat karsinogen
dari luar (eksogen). Sisanya yang menjadi
penyebab yaitu virus dan radiasi, masingmasing ±10%. Faktor-faktor eksogen penting
yaitu :
• pengotoran udara oleh gas buangan mobil,
pesawat udara, pabrik dan sebagainya.
• sinar ultraviolet dari matahari (kanker kulit, melanoma)
• radiasi terlalu sering dengan dosis tinggi
oleh sinar-sinar ionisasi yang kaya akan
enersi (sinar Röntgen dan sinar radio-aktif)
• makanan yang kaya akan lemak hewan dan
miskin serat nabati
• tembakau: merokok bertanggungjawab
untuk ±30% dari semua kematian akibat
kanker (cutaneous squamous cell carcinomas).
Leonardi-Bee J et al. Arch Dermatol 2012
Aug 148:939.
Ingatlah peribahasa berikut: “Au bout de
chaque cigarette, toujours le meme filtre: vos poumons.” (di ujung setiap rokok selalu ada
filter yang sama, yaitu paru-paru Sdr).
Faktor Keturunan
Sejumlah kanker ternyata dapat diturunkan,
antara lain 10-20% tumor payudara, 40% tu-
mor mata (retinoblastoma) dan kanker ginjal
pada anak-anak (Wilms tumor). Diketahui
bahwa dua gen tumor payudara (BRCA-1dan
BRCA-2) yaitu penyebab diturunkan
kanker ini dari ibu ke anak perempuan.
Anak-anak yang memiliki gen-gen tersebut
dalam kromosomnya berisiko sangat tinggi
(± 80%) untuk mendapatkan kanker payudara atau ovaria sesudah usia 40 tahun. Untuk
menghindari risiko tersebut, sebagian wanita
yang termasuk kelompok di atas secara preventif menjalani mammectomi (prophylactic
mastectomy) dan ovariotomi .
(‚Angelina Jolie effect,‘, meningkatnya genetic
testing terhadap mutasi BRCA1/2 bagi carrier; Breast Cancer Symposium September,
2014).
Zat-zat karsinogen
yaitu zat-zat yang dapat menimbulkan
tumor melalui kontak (lokal, inhalasi) atau
oral (usus). ada banyak zat kimiawi
yang bersifat karsinogen, misalnya ter yang
timbul pada pembakaran tembakau dan
kertas. Ada hubungan langsung yang jelas
antara merokok dan kanker paru, tenggorok
dan kandung kemih. Juga antara serat-serat
asbes dan nikel (Ni) yang ada di udara
dan kanker paru.
Obat-obat yang bersifat karsinogen yaitu
a.l. semua zat alkilasi, azatioprin, doksorubisin,
daunorubisin dan prokarbazin (leukemia), hormon-hormon wanita (dietilstilbestrol = DES
kanker vagina dan endometrium), fenasetin
(ginjal, hati) dan fenitoin, juga metronidazol
dan ter arang batu (Liq. Carbonis detergens).
Makanan juga dapat mengandung zat-zat
kimiawi yang bersifat karsinogen langsung
atau sesudah interaksi dengan zat lain di dalam tubuh. Beberapa zat karsinogen terkenal
yang berasal dari makanan yaitu :
a. Nitrosamin, yang antara lain ada
dalam lemak babi dan diuapkan pada
proses penggorengan. Di dalam usus zatzat ini dapat terbentuk sebagai hasil reaksi dari nitrit dengan amin (hasil perombakan protein). Pembentukan nitrosamin dapat dihindari oleh vitamin C.
b. Nitrat ada dalam banyak sayurmayur, terutama yang dibiakkan dengan
pupuk buatan berlebihan, khususnya bayem. Oleh karena itu bayem yang sudah
diolah sebaiknya dikonsumsi habis karena
bila disimpan pada suhu kamar akan
segera membentuk nitrit. pemakaian
kaliumnitrat sebagai pengawet dan untuk
memberikan warna segar (merah) pada
daging sudah dilarang di kebanyakan
negara Barat! Nitrat direduksi menjadi
nitrit oleh flora usus. Vitamin C (0,5-1
g/hari) dapat mencegah bersenyawanya
nitrit dengan amin menjadi nitrosamin.
c. Benzpiren yaitu suatu induktor enzim
yang antara lain ada pada asap
rokok dan gas-buangan mobil. Zat ini
juga terbentuk saat pemanasan daging
dan ikan di atas api langsung pada bagian
yang terbakar hitam (gosong). Perhatian:
panggang sate.
d. Asam desoksikholat terbentuk dalam
usus pada perombakan kolesterol dan
empedu.
e. Aflatoksin dibentuk oleh jamur Aspergillus flavus yang berkembang biak pada
kacang tanah, kelapa, jagung dan sebagainya yang disimpan di tempat lembap.
Berhati-hatilah dengan mentega kacang
(‚pindakaas‘) yang berkualitas buruk, karena dapat mengandung aflatoksin!
Ochratoksin yang ada pada jenis
gandum tertentu di Eropa yaitu zat
karsinogen lain yang dibentuk oleh
jamur Aspergillus ochraceus pada proses
pembusukan.
f. Zat-zat pewarna yang dipakai pada
pembuatan kue, sirop, gula-gula dan sebagainya sering kali bersifat karsinogen
pada binatang percobaan. Dalam sebuah Daftar WHO dimuat zat-zat pewarna
yang dianggap aman (GRAS list = Generally Recognized As Safe).
g. Lainnya: dioxin dan radon. Dioxin termasuk kelompok PCB (polychlorbifenyl, C12
H10-xClx
), yang sangat toksik. Dibentuk
pada pembakaran sampah, bersifat lipofil,
sukar didegradasi dan berkumulasi di
jaringan lemak hewan dan ikan. Karena
berkhasiat karsinogen dan teratogen serta
menurunkan sistem imun dan kesuburan,
sejak 1985 penjualan dan pemakaiannya
dilarang. Selama ± 50 tahun dioksin telah
dipakai sebagai cairan pendingin di
transformator dan kondensator.
Radon yaitu gas mulia yang ada
di mana-mana dan terbentuk dari radium
sesudah degradasi. Juga bersifat radioaktif,
tetapi hanya melepaskan sinar-sinar alfa.
h. Zat degradasi minyak nabati yang terbentuk bila minyak goreng dengan kandungan banyak asam lemak tak-jenuh
dipanasi pada suhu diatas 1700
C.
i. Tumbuhan Aristolochia yang sering digunakan dalam campuran Traditional Chinese Medicin (TCM) mengandung asam
aristolochia, yang selain mutagenik dan
nefrotoksik juga bersifat karsinogenik.
Diagnosis
Bila diduga adanya suatu kanker berdasar
gejala-gejala khusus (pendarahan abnormal,
benjolan, suara parau, perubahan kutil, dan
sebagainyanya) dan gejala-gejala umum (rasa
nyeri hebat, anoreksia, penurunan berat
badan mendadak, rasa sangat letih), diagnosis biasanya diperkuat dengan a.l. foto X-ray,
echografi, CT-scan, MRI dan/atau penyelidikan mikroskopis jaringan (biopt).
* Indikator tumor. Selain sedimentasi tinggi
dan hemoglobin rendah, juga ada sejumlah
bio-markers penting di dalam darah. Yang
terutama yaitu PSA (prostate specific antigen),
alfa-FP (alfa-fetoprotein) dan beta-HCG (betahuman chorionic gonadotrophin). Nilai yang
meningkat memberikan indikasi yang agak
spesifik untuk adanya tumor pada masingmasing prostat (normal: 0-4 mcg/l darah),
hati dan antara lain testis. Kurang spesifik
yaitu CEA (carcino-embryonic antigen) (0-4
mcg/l) dan CA 125 (carcino-antigen), namun berguna untuk memonitor efek terapi
terhadap kanker tersebar dari masing-masing
lambung-usus dan payudara, ovarium/epitel lain.
* Biomarker kanker prostat. Kebanyakan
bentuk kanker prostat disertai PSA yang
meningkat (di atas 10 mcg/l), lihat Bab 43,
Hormon-hormon Pria, PSA. Awal tahun
1998 di AS ditemukan suatu protein IGF1
dengan fungsi isyarat untuk kanker prostat
pada pria dengan risiko yang meningkat.
Protein ini menurut perkiraan yaitu
marker tumor yang lebih baik, karena dapat
dideteksi di dalam darah beberapa tahun
lebih dini daripada PSA. Namun nilai tinggi
dapat juga disebabkan oleh prostatitis atau
pembesaran prostat.
Gen-gen di kemudian hari mungkin dapat
dipakai sebagai marker tumor umum,
misalnya dengan tes warna untuk mendeteksi
gen supresi tumor p53 yang termutasi, lihat di
atas. Begitu juga dapat ditentukan gen-gen
BRCA1dan BRCA2 pada wanita dengan
sejarah kanker payudara di keluarga.
Akhir-akhir ini telah dihasilkan suatu tes
pewarnaan untuk mendeteksi gen p53 termutasi, yang memberikan indikasi terganggunya
siklus sel dan dimulainya pertumbuhan selsel ganas. Tes ini mungkin dapat dipakai di
klinik secara rutin untuk screening kanker dan
sebagai marker untuk memonitor progresnya
(diss. dr I.O. Baas, Univ. Amsterdam, Jan.
1998).
* Klasifikasi tumor didasarkan atas sistem
TNM, pada mana T = tumor, N = nodul dan
M = metastasis. T 1-3 menyatakan besarnya
tumor, N 1-3 luasnya kelenjar limfe yang terlibat dan M 0-1 ada/ tidaknya metastasis.
Pencegahan
Menurut pendapat pada Union for International Cancer Control (UICC) World Cancer
Congress 2012, perubahan pola hidup dapat
menghindari dengan 50% insidensi penyakit
kanker tertentu (paru, payudara).
Faktor-faktor risiko yang terutama harus
diperhatikan yaitu menghindari merokok,
kegemukan, makanan tertentu dan kurang
bergerak (aktivitas fisik). Juga dianjurkan
eradikasi melalui vaksinasi dari 3 jenis virus
yang dapat memicu kanker, yaitu humanpapillomavirus, hepatitis B dan C.
TUMOR MARKERS/CANCER BIOMARKERS
Penanda tumor ideal yaitu zat yang khusus diproduksi oleh jaringan tumor dan tidak oleh jaringan
normal. Dapat ditentukan dengan mudah dan terpercaya dalam cairan tubuh (darah, urin), tinja atau
jaringan dan yang kadarnya berkaitan dengan massa tumor.
Tumor marker ideal dapat mengenali pertumbuhan ganas dalam stadium dini, spesifik bagi organ
tertentu, berkaitan dengan aktivitas tumor (“tumour burden”) dan memberikan informasi untuk
prognosis. Tetapi tumormarker ideal demikian tidak tersedia, karena kadar dari banyak tumormarkers
meningkat pada gangguan jinak (benign) maupun akibat gangguan ganas (maligne). Karena
terbatasnya spesifisitas masalah ini dapat mengakibatkan “overtreatment” yang menjadi beban fisik
dan psikis bagi pasien.
Definisi yang lebih praktis dari penanda tumor yaitu : suatu zat yang penentuannya secara kualitatif
atau kuantitatif dalam cairan tubuh atau dalam jaringan tumor dapat memberikan informasi bagi
diagnostik dan terapi pertumbuhan jaringan abnormal.
Penentuan dalam cairan tubuh (darah/serum) sebagai indikator biokimia untuk diagnostik primer
dan monitoring responsnya terhadap terapi atau untuk deteksi timbulnya residif yaitu aplikasi
terpenting dari tumor marker.
Singkatnya pada penelitian kanker, biomarker dipakai untuk 3 tujuan:
1. diagnostik: identifikasi kanker secara dini
2. prognostik: meramalkan keganasan kanker tertentu
3. predictive: memonitor respons pasien terhadap terapi
Pada umumnya tumor marker berupa protein, tetapi akhir-akhir ini dengan kemajuan teknologi,
perubahan-perubahan genetik(DNA/RNA) yang berkaitan dengan jenis kanker tertentu, juga dapat
dipakai sebagai marker genetik a.l. untuk memonitor terapi terarah (targeted treatment).
Lebih dari 20 tumor markers sekarang ini dipakai , sebagian hanya berkaitan dengan satu jenis
kanker dan ada juga yang menandai beberapa tipe kanker. Suatu “universal” tumor marker yang
dapat menunjukkan setiap jenis kanker tidak tersedia.
Tumor marker yang paling sering dipakai klinis yaitu a.l.:
α1-foetoprotein (AFP), karsino-embrional antigen (CEA), human choriongonadotrofine (HCG),
prostat specifik antigen (PSA), thyreoglobuline (TG) dan kalsitonin.
Tabel pemakaian tumor markers pada keganasan (malignitas) spesifik
Organ Marker Tujuan
Colon dan rektum CEA penentuan dini residif atau metastase
Pankreas karsinoma CA 19/9 diferensiasi pankreatitis kronis dan karsinoma
Hati karsinoma AFP diagn. dini; penentuan dini residif atau metastase
Payudara karsinoma BRCA1/BRCA2/HER2 penentuan dini residif atau metastase
Ovarium karsinoma BRCA/CA 125 penentuan dini residif atau metastase
Prostat karsinoma PSA penentuan dini residif atau metastase
Testis karsinoma AFP, hCG diagnosis primer; penentuan dini residif atau
metastase
Paru, non small cel EGFR penentuan dini residif atau metastase
Tiroid karsinoma kalsitonin diagnosis primer; penentuan dini residif atau
metastase
Ref. Keuren J.F.W. et al; Toepassing van tumor markers in de klinische praktijk. Ned Tijdschr
Geneeskd 2009; 153:A617
Terhadap kanker hingga kini baru tersedia
satu vaksin, yaitu vaksin cervix (Gardasil
2006, Cervarix 2007) yang mengandung antibodies terhadap Human Papilloma virus
tipe 6, 11, 16 dan 18, penyebab kanker mulut
rahim dan terutama dianjurkan bagi wanita
usia 16-26 tahun.
Dosis: kur dari 3 injeksi 0,5 ml sesuai jadwal
0-2-6 bulan.
Di samping sebagai prevensi juga digunakan terapeutik terhadap infeksi virus ini.
Profilaktis juga berkhasiat terhadap kutil genital (condyloma acuminata) yang juga diakibatkan oleh HPV. Lihat Bab 7, Virustatika.
Makanan. Lihat juga Bab 54. Dasar-dasar
diet sehat.
Pada dasawarsa terakhir telah dibuktikan
adanya hubungan erat antara makanan dan
kanker. Susunan diet sehari-hari dapat memengaruhi risiko kanker, khususnya daging,
lemak jenuh, sayuran dan buah-buahan,
serta serat nabati. Diperkirakan 30-40% dari
semua kanker berkaitan dengan makanan.
Protein hewan dan lemak jenuh dalam diet
mempunyai hubungan jelas dengan berbagai
jenis kanker, misalnya kanker payudara, usus
besar, prostat, ovarium dan cervix. Di negara
Barat seperti Spanyol dan Yunani, yang makanan sehari-harinya mengandung lebih banyak lemak dan daging, ada dua kali
lebih banyak jenis kanker tersebut dibandingkan dengan Jepang.
Protein hewan (termasuk daging ayam dan
ikan) mengandung asam arachidonat yang
dalam tubuh yaitu bahan pangkal bagi
prostaglandin-E. PgE2
ini di samping bersifat
meradang, juga berefek menekan sistem
imun dan menstimulasi pertumbuhan sel
tumor. (lihat Bab 21, Analgetika Antiradang).
Oleh karena itu sebaiknya jangan makan
terlalu banyak daging hewan, terutama organ (jeroan, otak, limpa, jantung, lambung)
dengan pengecualian hati dan kelenjar kacangan (timus). Hati mengandung banyak
zat penting, seperti enzim antioksidan (SOD,
katalasa, glutathion-peroksidase), glutathion, vitamin B-kompleks dan vitamin K, mineral dan elemen spura. Sebaliknya, protein nabati(kedele, kacang-kacangan (beans),
syampinyon, jagung) tidak mengandung
arachidonat, sehingga dapat bebas dimakan.
Tetapi karena protein nabati tidak mengandung semua asam amino esensial, sebaiknya
dilengkapi juga dengan produk-produk susu dan protein telur.
Minyak nabati (kembang matahari, jagung, kedele) dianjurkan untuk dikonsumsi
tiap hari, karena mengandung asam lemak
tak-jenuh yang esensial bagi tubuh. Asam
lemak tak-jenuh tidak dapat disintesis sendiri.
Lemak jenuh (mentega, margarin, minyak babi/sapi/domba/ayam) sebaiknya dikonsumsi sesedikit mungkin, karena mengandung banyak asam lemak trans yang
mudah diubah menjadi kolesterol dan tidak dapat dipakai untuk pembentukan
prostaglandin “baik”. Minyak kacang (tanah)
sebaiknya jangan dipakai karena mengandung arachidonat. Untuk proses menggoreng
sebaiknya dipakai sedikit mentega atau
minyak kelapa. Jenis-jenis kacang (cashew/
mede, pistachio, walnut, hazelnut, pecan)
mengandung banyak minyak tak jenuh serta
mineral dan dapat dimakan secukupnya,
sebaiknya dalam keadaan mentah. Minyak
ikan mengandung asam lemak omega (EPA,
DHA) yang berefek anti tumor kare