bengkoang
Desember 31, 2022
bengkoang
hasil penelitian kandungan metabolit sekunder dalam
bengkoang mengungkapkan bahwa bengkoang gandung senyawa golongan isoflavon antaralain : 5-OH-daidzein-7-o-β-
glukopiranosa ,8,9-furanyl-pterocarpan-3-ol,,daidzein, daidzein-7-o-β-
glukopiranosa,
Bengkoang mengandung vitamin A (179,21 ± 8,19 ppm)
, alpha hydroxyl acid (0,80 ± 0,01 % dihitung
sebagai asam glikolat) dan vitamin C
(0,31 ± 0,06 %),
bengkoang mempunyai
kandungan vitamin C walaupun sangat rendah,
bengkoang mempunyai senyawa fl avonoid dan
trilinolein yang terdapat dalam kandungan
ekstrak etil asetat sebagai bahan
antioksidan ,
Kandungan vitamin A dalam bengkoang
sudah dianalisa menggunakan metode
spektrofotometer pada panjang gelombang
maksimum 332 nm Validasi metode
analisa yang meliputi penetapan recovery
dan batas deteksi analisa juga sudah dilakukan sebelumnya, dengan hasil recovery 82,89 ± 15,92
% dan limit of detection 0,043 mg/ml.
Senyawa dalam umbi bengkoang memiliki aktivitas aktivitasnya
yaitu penghambat. enzim tyrosinase
,menyerap sinar UV,
antioksidan ,
Kandungan fitosterol
dalam umbi bengkoang mengandung stigmasterol dan β-sitosterol dengan konsentrasi 0,02 % per berat
kering bengkoang atau sekitar 2,76 % dalam
ekstrak petroleum eter bengkoang ,
Vitamin C sebagai antioksidan
yang mampu mencegah hiperpigmentasi dan menangkap radikal bebas
dalam tubuh ,kandungan Radikal bebas dalam tubuh dapat
meningkat pada kondisi tubuh akibat paparan sinar matahari yang
berlebihan atau yang sudah lanjut usia
, umumnya dalam komposisi ideal sinar
matahari bermanfaat untuk mengubah provitamin
D menjadi vitamin D
Namun jika kulit terpapar sinar
matahari dalam jumlah yang berlebihan maka sinar matahari
mengaktivasi sel-sel melanosit , menghasilkan radiasi berupa
radikal hidrogen peroksida, superoksid anion,
maupun radikal oksigen ,
merusak inti sel keratinosit dengan cara
pengaktifan p53,
paparan sinar
matahari yang berlebihan memicu kerusakan lapisan kolagen kulit,
sehingga kulit menua dan kehilangan elastisitasnya ,
Nutrisi bagi kulit
adalah vitamin A yang berguna untuk menjaga
kesehatan kulit dengan cara ikut membantu dalam usaha memperbaiki permukaan
kulit yang berkerut kasar ,senyawa senyawa AHA,vitamin C, vitamin A dibutuhkan untuk perawatan kulit,
Penuaan kulit dini dapat dihambat
oleh senyawa-senyawa alpha hydroxyl acid (AHA)
, AHA beraktifitas mempercepat pergantian
kulit atau peremajaan sel kulit, sehingga kulit
tampak segar dan tidak berkerut ,
Senyawa flavonoid,vitamin C, vitamin E , derivat fenol
pada tanaman memiliki aktivitas sebagai antioksidan sekaligus mencegah
hiperpigmentase melalui penghambatan
tyrosinase,
peralatan :
kalium
hidroksida, standar vitamin A palmitat, metanol.
Kecuali larutan penyari, bahan standard, aquades, bahan kimia berderajat pro
analisis (Merck, Darmstad, Jerman).
Larutan penyari petroleum eter dan etano (berderajat teknis), asam metafosfat, asam asetat,
2,6-diklorofenolindofenol, heksan, standard asam
glikolat, standard asam askorbat, aquades,
alat gelas
,pompa
vakum, oven, rotary evaporator (Heidolph WB
2000), spektrofotometer uv-vis (Spectronic
Genesys 10), neraca analitik, blender,
Kromatografi Gas (Shimadzu tipe QP2010S)
yang dilengkapi dengan detektor flame ionized
detector (FID),
Determinasi kandungan AHA
Bengkoang dikupas kulitnya, dicuci ,dipotong memanjang kecil-kecil kemudian bahan diblender. Bagian
air dipisahkan dari bagian ampas dengan
penyaringan. sisa sisa kemudian diekstraksi
dengan menggunakan etanol dan eter ,.kemudian Ekstrak etanol dan eter dikumpulkan secara
terpisah, dipekatkan dan diteliti . Air perasan
bengkoang, ekstrak eter dan etanol dari bagian
residu perasan bengkoang ditetapkan kandungan
asam glikolatnya menggunakan kromatografi gas.
Masing-masing komponen sampel ini dianalisa sebanyak tiga kali replikasi.
Dibuat seri konsentrasi baku asam glikolat
dengan rentang konsentrasi 2,50 – 20,00 mg/mL),
kemudian masing-masing diinjeksikan sejumlah
1,0 µl ke dalam kromatografi gas.
Pengaturan temperatur kolom : suhu diatur
80°C selama 5 menit, kemidian dinaikkan hingga
mencapai suhu 290°C pada menit ke-10. Suhu
dipertahankan hingga menit ke-34.
Suhu injektor diatur 300°C.
Kromatografi gas dikondisikan sebagai berikut: Kolom : kolom kapiler Rtx-5 MS, panjang
30 meter, diameter dalam 0,25 mm; Fase gerak :
gas helium dengan kecepatan alir total 30
ml/menit; Detektor : FID dengan suhu 300°C,
tekanan gas hidrogen dan tekanan gas oksigen
masing-masing 1kgf
Determinasi kandungan vitamin C
Sebany mak 200,0 gram bengkoang
diblender
dalam pelarut asam metafosfat, kemudian diperas,Bagian air perasan kemudian difraksinasi
berturut-turut menggunakan eter dan heksan ,
Fraksi air bebas material non polar kemudian
ditetapkan kandungan vitamin C nya dengan
metode yaitu: Diambil 25,0 ml fraksi air dan dititrasi dengan larutan 2,6-
diklorofenolindofenol 0,025% yang sudah
distandarisasi menggunakan baku asam askorbat.
Titrasi dihentikan sampai terbentuk warna merah
keunguan sebagai titik akhirnya. Volume titran
dicatat sebagai V1. Analisa dilakukan sebanyak 5
kali pengulangan. Diambil 100 ml fraksi air dan
ditambah 5 gram norit ke dalamnya. Larutan
kemudian disaring secara kuantitatif dan volume
titran ditambah dengan aquades hingga
volumenya 100,0 ml. Diambil sebanyak 25,0 ml
filtrat dan dititrasi dengan larutan 2,6-
diklorofenolindofenol 0,025% hingga warna
.merah keunguan. Volume titran dicatat sebagai
V2. Analisa dilakukan sebanyak 5 kali
pengulangan.
Kadar vitamin C dinyatakan dengan
perhitungan:
Vitamin C= X 100% berat badan
Keterangan : fp=faktor pengenceran; B=bobot
penimbangan sampel (gram)
Determinasi kandungan vitamin A
, Dibuat seri konsentrasi larutan vitamin A
dalam pelarut etanol. Serapan masing-masing
larutan baku dibaca pada panjang gelombang 332
nm menggunakan spektrofotometer. Kurva baku
vitamin A selanjutnya dibuat dengan
menghubungkan konsentrasi baku versus
absorbansi,
5 kilogram sampel bengkoang diblender
halus kemudian diperas dan diambil filtratnya.
Filtrat yang didapat secara kuantitatif
dimasukkan dalam corong pisah dan diekstraksi
dengan petroleum eter. Fraksi petroleum eter
yang didapat dikumpulkan secara kuantitatif
kemudian diuapkan dengan rotary ev aporator
hingga volume 50,0 mL. Bagian ampas dimaserasi
berturut-turut menggunakan eter dan etanol.
Fraksi eter dan etanol dikumpulkan secara
terpisah dan dipekatkan. Diambil masing-masing 50,0 mL fraksi eter air perasan, ekstrak
eter dan etanol ampas bengkoang kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi 50
ml etanol. Campuran segera direfluks di atas
pemanas air selama 30 menit menggunakan 5 ml
.larutan KOH 50% yang dibuat baru. sesudah dingin,
kemudian hasil refluks dipartisi menggunakan
aquades dan petroleum eter. Fase petroleum eter
dikumpulkan, dihilangkan tapak-tapak air dengan
natrium sulfat anhidrat, dipekatkan dan
kemudian dibaca absorbansinya pada panjang
gelombang 332 nm. Kadar vitamin A dalam sampel
dihitung menggunakan kurva baku yang sudah
disiapkan.
Analisa alpha hydroyxl acid yang
diekspresikan sebagai asam glikolat sudah
dilakukan menggunakan kromatografi gas yang
sudah dioptimasi. Senyawa glikolat termasuk
senyawa sederhana dan volatil dapat dianalisa menggunakan gas kromatografi
yang dilengkapi dengan kolom Rtx-5 MS yang
berisi diphenyl dimethyl polysiloxane.
Senyawa
AHA jenis asam glikolat termasuk senyawa yang
polar, sehingga banyak terdapat dalam air perasan
dan ekstrak etanol, sedangkan dalam ekstrak eter
diperkirakan tidak mengandung asam
glikolat. Asam glikolat mempunyai waktu
retensi 13,47 ± 0,12 menit. Persamaan kurva baku
hubungan antara berat asam glikolat versus luas
area kromatogram adalah
Y = (0,4385 ± 0,28) X – (0,0617 ± 0,0407)
X adalah
berat standar asam glikolat (μg),
harga R2 adalah
0,9992
Y adalah luas area (mAU.sec),
Berdasarkan persamaan kurva baku
dapat dihitung harga limit of
detection (LOD) untuk menentukan perkiraan
konsentrasi minimal asam glikolat yang dapat
dideteksi secara kuantitatif dengan reliabilitas
yang tinggi. Harga LOD yang diperoleh yaitu
2,26 μg, yaitu 3 kali dari noise yang dalam hal
ini diekspresikan dari tiga kali simpangan baku
intersep (A). Kandungan asam glikolat total dalam
bengkoang kering adalah 0,80 ± 0,01 % yang
terdistribusi sesuai data , Berdasarkan hasil maka bengkoang
dapat dikembangkan sebagai bahan kosmetika
exfoliant dengan efek meremajakan kulit.
Kandungan vitamin C dalam bengkoang
sudah dilakukan dengan titrasi menggunakan 2,6-
diklorofenolindofenol (DCIP) dan diperoleh hasil
0,31 ± 0,06% berat kering , Metode titrasi menggunakan 2,6-
diklorofenolindofenol mempunyai selektifitas rendah
yaitu dapat bereaksi dengan reduktor selain
vitamin C. Untuk meminimalisir interferensi
reduktor lain, maka digunakan norit. Perendaman
sampel dengan asam metafosfat bertujuan untuk
mencegah kerusakan vitamin C oleh enzim
pengoksidasi yang ada dalam sampel,