Tampilkan postingan dengan label obat 17. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label obat 17. Tampilkan semua postingan

obat 17




 udara, uterus dan prostat ;

* mencegah pembentukan pembuluh-pembuluh 

darah baru(angiogenesis), lihat di bawah 9c. 

Turahiu ;

* menghambat enzim tyrosinkinase dan topoisomerase-2 yang menstimulasi pertumbuhan sel tumor.

Sifat inhibisi enzim ini sangat kuat.

• menstimulasi pulihnya sel-sel tumor menjadi 

sel normal yang sehat pada a.l. leukemia, 

kanker kolon dan kanker paru-paru;

• menstimulasi apoptosis, yang mungkin juga 

memegang peranan.

Pada Symposium soya Internasional ke-2,

tanggal 15-19 September 1996 di Brussel, 

dilaporkan bahwa di negara-negara di mana 

penduduk mengonsumsi banyak produk 

kedele (tahu), seperti Korea Selatan dan Cina, 

angka kematian akibat kanker payudara, 

uterus dan prostat lebih rendah 8 kali 

dibandingkan dengan negara-negara Barat.

pemakaian nya dianjurkan untuk prevensi 

dan pengobatan beberapa jenis kanker yang 

estrogen-dependent dan juga efektif terhadap 

kanker paru-paru, usus besar, kulit dan leukemia. Dewasa ini juga dipakai  untuk 

menanggulangi keluhan klimakterium dan 

osteoporosis. 

Ref.: Alexandersen P et al. Ipriflavone in the 

treatment of postmenopausal osteoporosis 

(JAMA 2001;285:1482-8. 

Efek samping serius tidak diketahui, laporan 

mengenai efek negatifnya terhadap fungsi 

otak ternyata secara ilmiah tidak dapat dibenarkan.

Dosis: sebagai obat tambahan pada kanker 

3 dd 2-4 caps Extr. Genistin 250 mg, untuk 

prevensi 1 dd 250-500 mg, pada keluhan masa peralihan 2 dd 250 mg. Sebaiknya zat ini 

diminum bersamaan dengan yoghurt atau 

bubur.

E3. Lycopen (pseudo-karoten, E 160 d) memiliki 

daya kerja antioksidan yang 3 kali lebih 

kuat daripada beta-karoten. Banyak studi 

menyatakan efek anti tumornya pada kanker 

paru, payudara dan endometrium serta 

merintangi proliferasi sel, juga memperkecil 

risiko timbulnya tumor. Lihat selanjutnya 

Bab 53, Vitamin dan mineral.

* Quercetin. Senyawa flavon ini ada  di 

banyak sayuran, buah-buahan dan sumber 

terpenting yaitu  teh, bawang, buah apel dan 

anggur merah. Dalam jumlah lebih sedikit 

juga ada  dalam andevi, brokoli, prei 

dan kacang panjang. Berkhasiat antitumor

melalui stimulasi apoptosis, menghambat proliferasi sel dan mencegah pembentukan prostaglandin (PgE2) dalam tumor. Di samping itu 

juga menghambat agregasi trombosit dan 

mungkin juga mencegah trombosis. Juga bersifat antioksidan dan menghambat oksidasi 

LDL-kolesterol. Berkat kedua sifat terakhir, 

senyawa ini dianjurkan pemakaian nya untuk prevensi penyakit jantung.

Efek samping tidak tesedia data.

Dosis: pada kanker 3 dd 400-600 mg; untuk 

prevensi PJP 1-2 dd 100 mg.

E4. Ekstrak teh hijau, Epi Gallo Catechin 

Gallat (EGCG)

Teh hijau terdiri dari daun Camellia sinensis

kering yang tidak difermentasi, sehingga 

mengandung banyak flavonoida katechin karena oksidasi enzimatik menjadi tanin sangat dihambat. Selain epigallo-catechingallat, 

teh hijau juga mengandung zat-zat polifenol lain, a.l. coffeic acid, cholic acid dan syringic acid, juga vitamin K dan sedikit kofein. Lihat juga Bab 23, Drugs, kofein dan 

Bab 53, Vitamin dan Mineral,. Bioflavonoida. Telah dibuktikan bahwa teh hijau

memiliki sejumlah sifat berdasar  khasiat antioksidan sangat kuat, yang tidak 

dimiliki teh hitam. Yang terpenting yaitu  

efek anti tumor, anti lipidemia dan anti 

aterosklerosis, anti bakteriil kuat dan efek 

thermogen akibat stimulasi pembakaran lemak. Efek anti tumornya diperkirakan berdasarkan penghambatan pembentukan senyawa nitroso (dari nitrit dan asam-asam 

amino) serta merintangi efek mutagen dari 

banyak zat karsinogen. 

pemakaian . Dianjurkan pemakaian nya 

pada terapi alternatif dari berbagai jenis 

kanker dan pada prevensi serta penanganan aterosklerosis. dipakai  sebagai 

ekstrak dengan 50% polifenol atau sebagai 

minuman teh pada penanganan tambahan 

dari semua jenis kanker, juga pada prevensi 

dan penanganan hiperlipidemia dan aterosklerosis.

Efek sampingnya tidak diketahui. Namun 

bila diminum sebagai teh dalam jumlah 

besar, penyerapan mineral-mineral penting 

dari usus dapat dihambat karena diikat pada 

tanin yang selalu masih ada  dalam 

jumlah kecil. Ekstraknya telah dibuat bebas 

tanin.

Dosis: 3 dd 250 mg (kapsul) d.c.

E5. Ubikinon: ubiquinon, Co-enzym Q10.

Derivat dimetoksikinon ini yaitu  zat 

alamiah yang ada  dalam setiap sel tubuh 

manusia. (Lat. ubique = berada di manamana, everywhere). Dalam makanan ada  

agak banyak Q10, terutama minyak kedele, 

ikan berlemak (makrel, sardencis), daging 

sapi dan ayam, produk gandum total (whole 

grain), kacang-kacangan, bayem dan broccoli. Di samping Q10 juga ada  Q1

 - Q9

yang tidak dapat dipakai  secara langsung oleh mitochondria, tetapi perlu diubah 

dahulu dalam hati menjadi Q10. Selain khasiat stimulasi pembentukan energi dan 

memperkuat kontraksi jantung, Q10 juga 

memiliki kerja antioksidan kuat.

Proses bio-energetik berlangsung dalam ratusan mitochondria, yakni unsur-unsur kecil 

berbentuk kacang (bean) yang ada  dalam 

setiap sel dan dianggap sebagai pusat energi.

Mitochondria ini sangat banyak ada  

dalam sel-sel yang memerlukan banyak 

energi, seperti sel-sel jantung, otot dan hati. 

Dalam pusat energi ini, karbohidrat dan 

lemak dari makanan dibakar (= oksidasi) 

dengan menghasilkan energi + CO2

 + H2

O + 

urea). Energi ini diperlukan untuk pertumbuhan, produksi kalor, kerja otot, mengaktifkan sistem imun dan proses fisiologi 

lainnya. Lalu energi pembakaran ini secara 

enzimatik (dengan Q10) diikat sebagai energi kimiawi melalui pembentukan molekul 

ATP (Adenosine Tri Phosphate). Bila sel memerlukan energi untuk misalnya kontraksi 

otot, ATP ini diuraikan menjadi cAMP (cyclic 

Adenosine Mono Phosphate) dengan membebaskan energi. Kemudian cAMP dalam mitochondria diregenerasi menjadi ATP melalui pengikatan pada energi pembakaran, di 

mana Q10 berperan secara aktif. Lihat juga 

Bab 40, Obat-obat asma, mekanisme kerja 

adrenergika.

glukosa + O2 H2

O + CO2

 + En

 ATP cAMP + En

Q10

 

Pada lansia proses sintesis Q10 dari precursornya dalam hati sudah berkurang, sehingga sel kekurangan energi. Hal ini dihubungkan dengan terganggunya sistem imun, 

jantung, pernapasan, anak ginjal, hipertensi 

dan kegemukan. Menurut para ilmuwan 

menurunnya kadar Q10 dalam tubuh dengan 

25% dapat menimbulkan sejumlah penyakit 

parah, bahkan fatal bila penurunannya melebihi 75%. Produksi Q10 dalam hati menurun 

akibat antara lain kekurangan vitamin-B.

pemakaian nya sebagai obat tambahan 

pada gangguan jantung berdasar  peningkatan pembentukan energi melalui produksi lebih tinggi dari senyawa ATP yang kaya 

energi. 

Q10 memperkuat kerja pompa dari jantung, yang memerlukan banyak energi. Misalnya pada angina pectoris dosis tinggi dari 

Q10 membantu mitochondria di dalam sel-sel 

jantung untuk mempergunakan oksigen lebih 

baik yang ketersediaannya berkurang akibat 

aterosklerosis.

Q10 ternyata sangat berguna sebagai unsur 

tambahan pada terapi dengan obat jantung 

(digoksin, diuretika, Ca-blocker, ACE-inhibitor dan beta-blocker). 

berdasar  sifat antioksidannya Q10 berperan pada pencegahan oksidasi LDL-kolesterol oleh vitamin E yang menetralkan 

radikal bebas. Pada proses netralisasi itu 

vitamin E sendiri dioksidasi menjadi suatu 

zat toksik, yang dapat diregenerasi (reduksi) 

kembali oleh Q10 (dan vitamin C). Dengan 

demikian Q10 bersama vitamin E dan C 

dapat dipakai  untuk melindungi tubuh 

terhadap aterosklerosis dan prevensi PJP. 

pemakaian  lain yaitu  untuk memperkuat 

sistem imun.pada penderita kanker. Menurut 

penelitian kadar antioksidansia dalam tubuh 

penderita kanker rendah. Jumlah limfo-T 

berkurang bila sistem imun lemah, sehingga 

lebih mudah terjadi infeksi. Sistem imun tidak 

lagi memusnahkan sel-sel cacat yang telah 

dirusak kode genetiknya (DNA) sehingga 

membelah secara liar. Akhirnya dapat timbul 

kanker.

Dosis: oral 1-2 dd 30-100 mg.

E6. Kurkumin

Antioksidan polifenol ini ada  sebagai 

zat warna kuning di berbagai jenis Curcuma 

(temulawak/C. longa, kunir). Berkhasiat anti 

radang kuat, anti agregasi dan dapat menurunkan kolesterol.

Lihat selanjutnya Bab 16, Obat-obat Lambung.

E7. Turahiu: tulang rawan hiu, Cartilade.

Tulang rawan hiu mengandung polipeptida dengan daya kerja menghambat angiogenesis yaitu pembentukan pembuluh darah baru yang berfungsi menyalurkan zat 

gizi dan oksigen ke sel tumor. Tulang rawan 

hiu juga mengandung mukopolisakarida (nama 

baru: glukosaminoglikan) yang berkhasiat menstimulasi sistem imun. berdasar  sifat-sifat 

ini, sejak awal tahun 1990 telah dipakai  

untuk prevensi dan penanganan berbagai 

jenis kanker (Dr William Lane). Dilaporkan 

sejumlah penyembuhan dramatis, a.l. dari 

pasien kanker paru pada stadium akhir. FDA 

Amerika telah mensponsori dua penelitian 

besar pada pasien kanker payudara dan 

prostat. 

Protein-protein aktif ternyata sangat mudah diinaktifkan selama pembuatan, a.l. oleh 

kalor yang timbul sewaktu penggilingan tulang. Lagi pula sukar sekali ditentukan efektivitasnya terhadap angiogenesis, sedangkan 

harga preparat asli (Cartilade) sangat mahal 

(± $200 per kg, cukup untuk 15-20 hari). 

Oleh karena itu waspyaitu  terhadap preparat murah di pasaran, yang tidak atau 

kurang aktif karena dicampur dengan tulang 

ayam yang digiling halus, atau terdiri dari 

turahiu yang diproduksi kurang saksama. 

Keberatan lain yaitu  biayanya yang sangat 

mahal berhubung dengan dosis besar yang 

diperlukan.

Efek samping hanya berupa sukar buang air 

besar akibat kadar kalsium yang tinggi dalam 

serbuk turahiu. Keluhan ini dapat diatasi 

dengan minum laktulosa setiap hari 15-30 ml.

Dosis: 1 g/kg/hari dalam 2-3 dosis, tersuspensi dalam setengah cangkir air, pada perut 

kosong, karena protein-protein aktif diinaktifkan oleh enzim lambung. Bau amis dapat 

diselubungi dengan beberapa tetes essence 

vanili, arbai dan sebagainya. 

 Ref.: Dr William Lane: Sharks don’t get cancer

dan kelanjutannya Sharks still don’t get cancer. 

E8. Ekstrak Viscum album: mistletoe, Iscador

Tumbuhan semi parasit yang termasuk 

famili Loranthaceae tumbuh dalam bentuk bola 

pada beberapa jenis pohon Eropa, antara lain 

pohon oak dan pohon apel. Kandungannya 

antara lain alkaloid dan polipeptida viskotoksin, yang berkhasiat sitotoksik pada dosis 

sangat tinggi. Juga protein-protein khusus 

(lektin-lektin) dengan efek imunstimulasi

pada dosis rendah, yang mengaktivasi limfosit dan NK cells, menstimulasi fagositosis oleh monosit dan pelepasan IL-1, IL-6 

dan TNF dari makrofag. Pemanasan di atas 

900

C meniadakan aktivitasnya. Juga tersedia 

sebagai tingtur untuk pemakaian  oral, 

tetapi dianggap kurang efektif.

Obat ini dipakai  sejak ±1922 (dr Rudolf 

Steiner, antroposof) dengan hasil tidak menentu 

pada terapi alternatif kanker berdasar  

pengobatan rakyat tradisional. Baru pada 

tahun 1960 diketahui secara ilmiah zat-zat

yang dikandung dan aktivitas anti tumornya. 

Zat ini banyak dipakai  di Jerman dan 

Swiss, paling efektif sebagai injeksi i.m. 

(Iscador)

* Benalu (Loranthus parasiticus) yaitu  pasilan dari famili Loranthaceae, yang hidup 

pada tanaman teh, mangga dan sebagainya. 

Belum diketahui zat kandungannya. Obat 

ini juga dipakai  di negara kita  sebagai obat 

kanker tradisional atas dasar pengalaman rakyat, biasanya sebagai seduhan (teh) 

dikombinasi dengan beberapa ramuan lain 

(jenis Usnea, Smilax dan Curcuma). Dalam kepustakaan ilmiah efektivitasnya belum pernah dilaporkan. 

E9. Sediaan enzim

Di antara ratusan jenis enzim di dalam 

tubuh, ada sejumlah protease (pengurai 

protein) yang penting untuk daya tahan 

tubuh terhadap kanker, di antaranya enzimenzim yang juga ada  dalam getah pankreas. Sel tumor, yang jauh lebih besar 

daripada sel normal, memiliki permukaan 

kasar dan lengket, pada mana mengikat diri 

fibrin (serat darah yang diperlukan untuk 

pembekuan). Selubung fibrin ini melindungi 

sel-sel tumor terhadap serangan limfosit 

dan enzim. Menurut teori, protease mampu 

menguraikan selubung fibrin ini (efek fibrinolitis), sehingga sel-sel sistem imun mendapat kesempatan untuk memusnahkan selsel ganas yang diselubunginya. Protease juga 

mampu memasuki langsung sel-sel (pretumor) dan melarutkannya dari dalam (efek 

sitolitis). Di samping itu zat ini bekerja merombak imun kompleks (senyawa antigenantibody-komplemen), yang dapat memblokir efek sitotoksik dari limfosit. 

sesudah  pembedahan, radiasi atau kur sitostatika terbentuk banyak fibrin untuk membatasi perdarahan, yang juga menyelubungi 

dan melindungi sel-sel tumor yang lolos 

dan tersebar via darah dan limfe. Lihat Bab 

39, Hemopoietika, Fibrin. Karena itu sel-sel 

tersebut dapat memperbanyak diri dengan 

pesat. Proliferasi dapat dihambat oleh enzimenzim yang sangat berguna untuk menghambat metastasis sesudah  cara prosedur 

tersebut di atas.

Yang dipakai  yaitu  a.l. kombinasi 

dari protease tripsin, chymotripsin, papain 

dan bromelain (Wobemugos-E). Karena absorpsi dari usus agak lemah (bioavailability 

masing-masing: 28, 16, 7 dan 39%), maka dosis 

harus cukup tinggi untuk menghasilkan efek. 

Menurut laporan kombinasi enzim ini juga 

berguna untuk menghambat progres penyakit autoimun tertentu, seperti SLE(systemic 

lupus erythematodes) dan MS(multiple sclerosis).

Efek samping pada dosis tinggi berupa 

mual, rasa kembung, besendawa, perubahan 

warna/bentuk tinja dan jarang reaksi alergi.

Dosis: oral 3x sehari 3-5 tablet e.c. pada 

perut kosong selama 6 minggu, kemudian 

dikurangi sampai 3 dd 1 tablet dalam waktu 

4 minggu dan seterusnya setiap bulan selama 

1 minggu 1 tablet sehari. 

E10. Ekstrak timus: Thymex-L, Zellmedin

Timus yaitu  sebuah organ di belakang 

tulang dada, sebesar buah dukuh pada masa 

pubertas dan selama proses menua semakin menciut (atrofi) sampai sekecil butir 

jagung. Timus membentuk sejumlah hormon 

polipeptida (timosin) yang penting pada 

pemasakan dan diferensiasi semua limfosit-T 

(T = timus). Lansia dan pasien kanker pada 

umumnya kekurangan timosin akibat atrofia 

timus. Untuk menstimulasi sistem imun seluler tersebut (limfo-T, NK-cells) yang pada 

pasien kanker ternyata sangat rendah, sediaan 

timus banyak dipakai  sebagai obat tambahan di Eropa Barat, antara lain Jerman, 

Swis, Belanda dan Swedia. pemakaian  i.m. 

lebih efektif daripada per oral berhubung 

tidak ada kepastian mengenai absorpsinya 

dari usus. Tetapi dunia ilmiah masih sangat 

meragukan efektivitasnya. 

Efek samping berupa reaksi kulit pada 

tempat injeksi, kadang-kadang demam dan 

menggigil.

Dosis: 2-3x seminggu 150 mg ekstrak i.m./

s.c. selama maksimal 10 minggu, lalu oral 2 

dd 300-600 mg (tablet e.c.) pada perut kosong 

selama 3 bulan, untuk pemeliharaan 1 dd 300 

mg.

E11. Terapi dr. Moerman (1893-1988)

Pada tahun 1950, dokter Belanda C.Moerman mengembangkan cara pengobatan de- ngan terutama vitamin dan mineral dalam 

dosis sangat tinggi yang ditunjang oleh 

suatu diet. Maksudnya yaitu  untuk menormalisasi pertukaran zat yang terganggu, 

hingga sistem imun mampu memusnahkan 

sel-sel tumor. Terapinya terdiri dari kombinasi vitamin A, B kompleks, C dan E, asam 

sitrat, iod, belerang dan besi.

* Diet Moerman yang asli banyak larangannya, yang kemudian dimodifikasi oleh dr 

Houtsmuller (1997) atas dasar data ilmiah 

mutakhir. Daftar diet yang di-updated terdiri 

dari tiga kelompok dengan unsur-unsur terpenting sebagai berikut:

a. yang dilarang meliputi semua daging/

organ dan lemak hewan, semua minyak 

dengan asam lemak jenuh, margarin, 

gorengan, gula, kacang tanah dan kelwa. 

Juga semua makanan yang diasapkan, 

diaweti (kaleng, pot) atau difermentasi 

(tempe, oncom);

b. yang diperbolehkan beras merah/tumbuk, roti “whole grain“, telur 2-3 x seminggu, banyak buah-buahan dan sayurmayur (sebaiknya sebagai lalap atau 

sebagai perasan), kopi dan teh hijau 

(tidak difermentasi);

c. yang diperbolehkan secara terbatas

yaitu  madu, mentega, minyak kembang 

matahari, minyak jagung, minyak zaitun, 

ikan berlemak (bandeng, makrel India, 

kembung), hati (ayam), susu rendah 

lemak (low fat), keju dan kwark tanpa 

lemak.

Dalam praktik ternyata, bahwa diet dengan 

banyak peraturan ini sukar sekali dipatuhi 

dengan tuntas dan konsekuen, oleh karena 

itu sering kali disederhanakan dan dibatasi 

sampai larangan yang terpenting.

Walaupun metoda Moerman banyak dikecam oleh para dokter regular karena tidak 

didukung oleh riset ilmiah, tetapi di negeri 

Belanda sering kali dipakai . Suatu komisi mandiri dari DepKes Belanda yang 

pada tahun 1991 menyelidiki efektivitasnya secara retrospektif telah menyimpulkan 

bahwa terapi Moerman betul-betul mampu 

menyembuhkan kanker (regresi dalam ±20% 

kasus) atau setidaknya meringankan gejalagejalanya dan memperpanjang hidup. 

Perkumpulan dr Moerman pada tahun 

2013 masih cukup banyak anggotanya dengan penerbitan majalah bulanan “Uitzicht“. 

Filosofinya tentang pengobatan kanker secara alamiah untuk sebagian besar telah di 

ambil alih oleh para dokter yang terhimpun 

dalam kelompok Non Toxic Tumor Therapy 

(NTTT).

Riset pada tahun-tahun terakhir semakin 

banyak menghasilkan bukti tentang adanya 

hubungan langsung dan jelas antara kekurangan zat-zat gizi dalam makanan dan berbagai jenis penyakit, termasuk jenis kanker 

tertentu. Misalnya vitamin A dengan kanker 

paru-paru, lambung dan leher rahim (cervix); 

vitamin B2

 dan Fe dengan kanker saluran 

pencernaan bagian atas; vitamin B6

 dengan 

kanker hati serta iod dengan kanker tiroid. 




ANTISeptIKA DAN 

DESINFEKTANSIA



Joseph Lister (1827-1912)

Desinfektansia yaitu  zat-zat kimiawi yang 

dipakai  untuk mengurangi jumlah mikroorganisme di berbagai macam permukaan 

jaringan hidup atau benda mati dengan mematikan atau menghentikan pertumbuhan 

hama patogen yang ada  padanya. Di negara berbahasa Inggris desinfektansia sering 

disebut antiseptics (Yun. sepsis = busuk) atau

germicides (germ = hama patogen). Perbedaan yang dahulu sering dipakai , yaitu desinfektansia untuk pemakaian  pada benda 

mati dan antiseptika bagi jaringan hidup, 

sekarang ini dianggap obsolet dan kedua 

istilah ini dapat dipakai  tanpa perbedaan 

lagi.

Konservansia, zat-zat preservatif atau pengawet yaitu  zat kimiawi dengan sifat 

membunuh atau menghambat pertumbuhan 

mikroorganisme. Zat-zat ini mempertahankan jumlah hama pada taraf rendah untuk 

waktu yang cukup lama. Dengan demikian 

zat pengawet dapat mencegah pembusukan 

dari sediaan farmasi, kosmetika atau bahan

makanan. Yang banyak dipakai  yaitu  

asam benzoat, nipagin/nipasol dan asam 

sorbat.

Sejarah

Pada tahun 1847 seorang ginekolog Wina, 

Ignaz Semmelweis untuk pertama kalinya menganjurkan pemakaian  zat-zat kimia untuk 

membersihkan tangan sebelum melakukan 

‘pemeriksaan dalam’ pada wanita hamil. Tujuannya yaitu  untuk menghindarkan infeksi yang dapat menimbulkan demam hamil,

yang saat itu sering kali menghantui ibu-ibu 

hamil. Dua dasawarsa kemudian bakteriolog 

Prancis Louis Pasteur menemukan mikroba 

sebagai penyebab infeksi. Lalu ahli bedah 

Inggris Joseph Lister memperkenalkan prinsipprinsip pembedahan antiseptik. Untuk menghindari timbulnya infeksi pada luka, Lister 

menggunakan larutan fenol 5% dalam air 

untuk mensucihamakan tangan, daerah yang 

akan dibedah dan alat/instrumen bedah 

pemakaian 

a. Pada jaringan hidup. 

Tujuan pemakaian  antiseptika pada kulit 

yaitu  untuk membasmi mikroorganisme 

yang kebetulan berada di permukaan kulit, 

tetapi tidak memperbanyak diri di tempat 

itu dan pada umumnya akan mati sendiri 

(transient flora). Tetapi lebih penting yaitu  

untuk membasmi resident flora, yakni jasadjasad renik yang yaitu  penghuni alamiah

di kulit dan terutama terdiri dari mikrokok 

patogen, seperti Staphylococus epidermidis, Corynebacteri, Propionibacteri dan kadang-kadang 

Staphylococus aureus. Flora permanen ini ada  pada lokasi yang lebih dalam dan lebih 

sukar dihilangkan daripada flora transient.

Dalam rangka ini yang perlu mendapatkan perhatian yaitu  pekerja di rumah sakit 

yang melalui tangannya dapat meneruskan 

kuman/virus patogen antar-pasien. Flora ini 

terutama berada pada permukaan kulit, sehingga dapat dihilangkan secara mekanis, 

misalnya mencuci secara intensif dengan 

sabun. Lebih baik lagi yaitu  dengan cara 

desinfeksi, terutama bila diperkirakan adanya kuman-kuman patogen. Misalnya sebelumnya melakukan pembedahan dokter 

bedah mencuci tangannya dengan sabun 

antiseptik selama minimal 2 menit.

Keberatan. Tidak jarang antiseptika bersifat 

toksik bagi jaringan, menghambat penyembuhan 

luka dan menimbulkan kepekaan. Selain itu 

sering kali antiseptika juga sukar mendifusi 

ke dalam kulit, a.l. karena terendap oleh protein, misalnya iod, garam merkuri dan perak. 

Khasiatnya sering kali ditiadakan atau 

dikurangi oleh cairan tubuh, seperti serum, 

nanah dan protein, misalnya pada povidoniod, klorheksidin, heksaklorofen, fenol dan

hipoklorit, juga kaliumpermanganat dan

zat-zat warna tertentu. Karena bersifat toksik 

dan merangsang bagi sel, beberapa zat tidak 

tepat untuk dipakai  pada borok/luka 

terbuka, misalnya alkohol, iod dan quats (a.l. 

cetrimida).

Oleh karena itu antiseptika dipakai  hanya untuk kulit utuh, misalnya desinfeksi 

pra-bedah dari kulit (povidon-iod, klorheksidin dalam alkohol) dan sebagai prevensi 

terhadap bisul (furunkel).

Desinfektansia berbeda dari kemoterapeutika sistemik (antibiotika), yang sudah dibicarakan dalam bab-bab sebelumnya, khusus 

mengenai toksisitasnya yang kurang atau 

tidak selektif. Artinya, antiseptika sama toksiknya bagi jaringan hidup maupun bagi 

kuman. Pada dosis normal praktis tidak bersifat merangsang kulit, misalnya iod, klorheksidin dan cetrimida.

Oleh karena itu desinfektansia tidak dapat 

dipakai  secara sistemik dan penggunaannya hanya terbatas pada pemakaian  lokal, yaitu pada kulit dan selaput lendir (mukosa) sebagai berikut:

• untuk membersihkan luka dan lokasi infeksi, atau sebelumnya penyuntikan;

• pada infeksi kulit di mukosa (mulut, tenggorok, telinga);

• pada infeksi kulit untuk melengkapi obat 

sistemik yang sering kali sukar melintasi 

lapis tanduk untuk mencapai pusat infeksi di permukaan; 

• pra bedah untuk mendesinfeksi tangan 

dokter dan lokasi operasi pada kulit pasien: senyawa iod atau klorheksidin dalam alkohol.

b. Pada benda mati. Desinfektansia juga banyak dipakai  untuk mensterilisasi alatalat medis yang tidak tahan terhadap cara 

sterilisasi suhu tinggi, begitu pula untuk 

desinfeksi lantai dan air minum atau kolam 

renang. Juga untuk desinfeksi wadah penampung urin, ludah dan tinja, atau permukaan yang terinfeksi dengan darah atau 

ludah penderita, mis ludah pasien tbc. Untuk 

desinfeksi material yang tercemar darah 

pasien HIV atau hepatitis B dipakai  klor

(1000 ppm), glutaral dan alkohol 70%. Lantai 

terinfeksi sebaiknya didesinfeksi dengan larutan klor atau natriumhidroksida.

Syarat ideal

Persyaratan ideal bagi desinfektansia dapat 

dirumuskan sebagai berikut.

– berkhasiat mikrobisid luas terhadap kuman, 

jamur dan spuranya, ragi, virus serta 

protozoa (broad spectrum);

– mulai kerjanya cepat dan bertahan lama (longacting);

– toksisitasnya rendah dan begitu pula daya 

absorpsinya melalui kulit dan mukosa;

– tidak merangsang kulit maupun mukosa, 

baunya pun tidak merangsang; 

– khasiatnya tidak dikurangi oleh zat-zat 

organik, seperti nanah dan darah;

– daya adsorpsinya rendah pada karet, zat-zat 

sintetik dan bahan lain;

– tidak korosif (bereaksi secara kimiawi) 

terhadap alat yang didesinfeksi.

Jelaslah bahwa kedua syarat terakhir berlaku 

hanya untuk desinfektansia benda.

Khasiat

Pada umumnya desinfektansia memiliki 

khasiat bakterisid dengan spektrum kerja 

luas, yang meliputi bakteri Gram-positif 

dan Gram-negatif, virus dan fungi. Tetapi 

antara efeknya masing-masing ada  

perbedaan besar. Spura kuman sukar dimatikan dan hanya beberapa jenis desinfektan memiliki sifat sporisid yang cukup 

kuat, misalnya senyawa klor, iod, aldehida

dan asam per-(misalnya asam perklorat).

Spura jamur dan ragi peka bagi kebanyakan desinfektansia, tetapi pada konsentrasi yang lebih besar dan/atau waktu yang 

lebih lama. 

Banyak faktor lain dapat memengaruhi 

khasiat antiseptikum, yang dapat dirangkum 

sebagai berikut.: 

a. Spektrum kerja. Bakteri Gram–negatif 

seperti Pseudomonas, Stafilokok MRSA dan

Mycobacteriae (basil TBC dan lepra) kurang 

peka terhadap klorheksidin dan quats, 

begitu pula spuranya. Terhadap spura 

senyawa klor dan peroksida paling efektif. 

Kepekaan virus sangat tergantung dari 

besarnya dan lipofilitasnya, yaitu lebih 

kecil, lebih resisten.

Begitu pula virus hidrofil (entero-, polio-, 

hepatitis-A, -coxsackie) lebih resisten dari 

pada virus lipofil (adeno-, herpes-, influenza, 

HIV, virus bof dan measles).

b. Konsentrasi. Umumnya untuk khasiat 

fungisid diperlukan konsentrasi yang sedikit lebih tinggi daripada kadar untuk kerja 

bakterisid. Sebaliknya untuk efek bakteriostatik 

dibutuhkan kadar yang lebih rendah lagi. 

Misalnya larutan fenol di bawah 1% bekerja 

bakteriostatik, tetapi di atas 1,5% bersifat 

bakterisid. 

c. Kebersihan permukaan yang akan didesinfeksi. ada nya zat-zat organik (lemak, 

sabun, protein, darah, nanah, dan sebagainya. 

dapat meniadakan atau mengurangi efektivitas desinfektans.

d. Waktu exposure. Larutan iod 4% membunuh kuman dalam 1 menit, sedangkan 

larutan 1% memerlukan 4 menit, spura baru 

musnah sesudah  2-3 jam. 

d. pH dan suhu. Khasiat klor 10 kali lebih kuat 

pada pH 6 daripada pH 9, juga asam benzoat

dan ester-esternya lebih aktif pada pH asam. 

Pada suhu tinggi kerjanya lebih cepat.

e. Zat pelarut. Klorheksidin dalam larutan 

alkohol bekerja fungisid, sedangkan larutannya dalam air hanya berkhasiat fungistatik 

lemah. Efek antiseptik tingtur klorheksidin 

pada awalnya yang bekerja yaitu  alkohol 

70%, dan klorheksidin baru aktif sesudahnya. 

Begitu juga dengan iodium pada tingtur 

iodium.

Mekanisme Kerja

Desinfektansia bekerja berdasar  berbagai 

proses kimiawi atau fisika dengan tujuan 

meniadakan risiko transmisi dari jasad renik. 

Proses-proses ini yaitu :

• denaturasi protein mikroorganisme, yaitu 

perubahan strukturnya sehingga sifat-sifat khasnya hilang; 

• pengendapan protein dalam protoplasma 

(zat-zat halogen, fenol, alkohol dan garam 

logam);

• oksidasi protein (oksidansia);

• mengganggu sistem dan proses enzim (zatzat halogen, alkohol dan garam-garam 

logam); 

• modifikasi dinding sel dan/atau membran

sitoplasma (desinfektansia dengan aktivitas permukaan).

Penggolongan

Desinfektansia dapat digolongkan dalam beberapa kelompok, yaitu:

1. senyawa halogen: povidon-iod, iodoform, Ca-hipoklorit, Na-hipoklorit (Eusol, 

Dakin), tosilkloramida, klorheksidin, kliokinol, heksaklorofen, triklokarban, klorksilenol dan triklosan; 

2. derivat fenol: fenol, kresol, resorsinol dan 

timol;

3. zat-zat dengan aktivitas permukaan (basa amonium kuaterner, quats): setrimida, setilpiridinium, benzalkonium dan 

dekualinium; 

4. senyawa alkohol, aldehida dan asam: 

etanol dan isopropanol, formaldehida 

dan glutaral, asam asetat dan borat; 

5. senyawa logam: merkuriklorida, fenilmerkurinitrat dan merbromin, peraknitrat dan silverdiazin, sengoksida; 

6. oksidansia: hidrogenperoksida, sengperoksida, Na-perborat, kaliumpermanganat dan kaliumklorat; 

7. lainnya: heksetidin dan heksamidin, nitrofural, belerang, ichtammon, etilenoksida, oksikinolin (Superol) dan akriflavin.

MONOGRAFI

1. HALOGEN DAN SENYAWANYA

1a. Iod (F.I.): iodium

Elemen iod yaitu  salah satu zat bakterisid terkuat (sudah efektif pada kadar 2-4 

mcg/ml air = 2-4 ppm), dengan daya kerja 

cepat. Hampir semua kuman patogen, termasuk fungi dan virus, dimatikan olehnya. 

Begitu pula spora, walaupun diperlukan 

waktu lebih lama: larutan 2% memerlukan 

2-3 jam. Iod yaitu  antiseptikum yang 

sangat efektif untuk kulit utuh, maka tingtur 

iod banyak dipakai  untuk desinfeksi kulit sebelum injeksi atau pembedahan, juga 

untuk mengobati infeksi karena fungi (dermatomikosis). 

Efek samping. Keberatannya yaitu  sifatnya 

yang merangsang (nyeri bila dipakai  pada 

luka terbuka), warnanya cokelat dan kadangkadang terjadi dermatitis (alergi kulit). 

Kekurangan ini menyebabkan dikembangkannya zat-zat iodofor yang tidak atau 

jauh lebih sedikit memiliki efek-efek samping 

tersebut di atas. Iodofor yaitu  senyawa kompleks dari iodium dengan polimer yang melarut 

dalam air, misalnya povidon-iod.

Tingtur iod (F.I.) yaitu  larutan iod 2% + 

NaJ 2,5% dalam etanol 50%. Karena adanya 

alkohol dan sejumlah kecil asam iodida (HJ), 

tingtur ini menyebabkan rasa nyeri dan iritasi 

yang memperlambat penyembuhan bila 

dipakai  pada luka terbuka.

* Povidon-iod (Betadine) yaitu  kompleks 

dari iod dengan polivinil-pirolidon yang tidak 

merangsang dan dalam larutan air berangsur-angsur membebaskan iodium. Seperti 

heksaklorofen (lihat di bawah), terutama bila 

dipakai  berulang kali, zat ini berkumulasi 

di kulit dan menyebabkan efek antiseptik 

yang bertahan lama. Lagi pula kompleks iodofor

mudah larut dalam air dan mudah dicuci 

dari kulit atau pakaian, bersifat lebih stabil 

karena tidak menguap dan khasiatnya lebih 

panjang daripada iod. Karena sifat-sifatnya 

ini tingtur povidon-iod 10% dengan kadar 

iod bebas 1% telah menggantikan tingtur 

iodium konvensional. 

pemakaian nya terutama untuk desinfeksi 

kulit dalam bentuk tingtur, sabun cair, salep, 

krem, lotion dan bedak tabur. dipakai  pula 

sebagai obat kumur dan untuk tenggorok. 

Kadarnya yang biasa dipakai  yaitu  7,5% 

povidon-iod, yang ekivalen dengan ±10% 

iod. 

Efek samping. Hati-hati bila dipakai  pada 

permukaan kulit cedera yang luas (misalnya 

luka bakar), karena iodium dapat diresorpsi 

dan meningkatkan kadarnya dalam serum 

sehingga dapat menimbulkan asidosis, 

neutropeni dan hipotirosis (selewat).

1b. Kliokinol: vioform, iodokloroksikinolin (F.I.).

Derivat oksikinolin ini berkhasiat bakterisid (terhadap cocci, E. coli dan Salmonella), fungisid dan amebisid. Selain per oral 

(dahulu) pada infeksi usus, kliokinol juga 

banyak dipakai  sebagai antiseptikum 

kulit (salep (2-10%) karena efektif, tidak 

merangsang dan jarang menimbulkan reaksi

alergi kontak. Keberatannya yaitu  warna 

kuningnya yang dapat menodai pakaian. 

Obat ini juga ampuh untuk mengeringkan 

borok bernanah. Lihat selanjutnya Bab 12. 

Obat-obat Amebiasis dan Bab 18. Obat-Obat 

Diare. 

* Derivat oksikinolin lainnya dengan khasiat bakterisid yang dipakai  sebagai 

antiseptika lokal yaitu  oksikinolinsulfat

(Superol). Begitu pula dequalinium(Degirol), 

yang bersifat amonium kwaterner (lihat di 

bawah). Obat-obat ini terutama dipakai  

sebagai antiseptika tenggorok dalam sediaan 

tablet hisap atau obat kumur.

1c. Klor

Elemen berbentuk gas ini berkhasiat 

bakterisid kuat yang dalam konsentrasi 

kecil dapat dengan cepat membunuh 

kebanyakan bakteri, spura, fungi dan virus. 

Misalnya pada kadar 0,5 ppm pada pH 

7 sudah efektif dalam 30 detik! Pada pH 

basa aktivitasnya menurun, begitu pula 

dengan adanya zat-zat organik. Karena 

larutan klor sangat tidak stabil, biasanya 

dipakai  senyawanya yang dalam larutan berangsur-angsur menghasilkan asam 

hipoklorit (HClO). Contohnya yaitu  larutan NaClO 0,5% (Solutio Dakin), kaporit 

[bleaching powder, Ca(OCl)2

] atau senyawa 

klor organik tosilkloramid (kloramin, 

Halamid) dan halazon. Semua antiseptika ini 

bekerja berdasar  pelepasan klor.

Klor tidak dipakai  lagi sebagai antiseptikum untuk luka terbuka, karena terlalu 

merangsang, kecuali untuk “melarutkan” 

jaringan mati dari borok terbuka yang bau 

dengan banyak necrosis (Eusol = Dakin + parafin). pemakaian  utamanya yaitu  sebagai desinfektans lantai, air minum dan 

kolam renang (konsentrasi 0,5-20 ppm klor, 

tergantung dari adanya zat-zat organik).

1d. Klorheksidin: Hibitane, *Pravlon.

Senyawa biguanida ini (1954) yaitu  salah satu antiseptikum terbaik dengan khasiat bakterisid (Gram-positif dan Gramnegatif) dan fungisid yang khasiat serta luas 

spektrumnya menyerupai iod. Spektrum 

ker-janya meliputi kuman-kuman “sukar” 

Stafylococcus aureus, Pseudomonas dan

Proteus. Kurang efektif terhadap basil 

tbc/lepra, spura dan virus. Efeknya lebih 

lambat daripada iod, misalnya larutan 0,1% 

baru efektif dalam 10 menit. Khasiatnya 

paling kuat pada pH netral atau alkalis dan 

berkurang dengan adanya zat-zat organik 

dan sabun. Efektivitasnya juga dikurangi 

oleh tanin (asam tanat, asam samak), maka 

botol dengan larutan klorheksidin sebaiknya 

jangan ditutup dengan sumbat gabus, tetapi 

dengan karet atau plastik. 

Keuntungannya. Bila dibandingkan dengan iod, ada beberapa keuntungannya: 

tidak berwarna, mudah larut dalam air sehingga tidak perlu dipakai  alkohol dan 

tidak merangsang. Sebagai desinfektans 

mulut obat ini mencegah terbentuknya 

plak gigi dan berkhasiat melarutkan sebagian plak yang sudah ada. berdasar  

sifat baik ini klorheksidin sekarang banyak dipakai  untuk penanganan luka 

(larutan, spray, krem, salep, bedak tabur), 

dalam obat kumur untuk desinfeksi mulut 

dan tenggorok (0,05%) serta dental (gel 1%). 

Begitu pula dalam tetes mata dan untuk 

desinfeksi kulit utuh (0,1-1,5%) sebelum injeksi, dan sebagai bilasan vaginal (0,2 mg/

ml). Untuk mempercepat mulai kerjanya, 

biasanya dipakai  larutan dalam alkohol 

50%, yang juga lebih efektif terhadap infeksi fungi daripada larutan air. Dalam tablet 

hisap (2,5 mg garam HCl, setiap jam 1 tablet) 

berguna untuk pengobatan nyeri (infeksi) 

tenggorok.

Efek sampingnya pada pemakaian  sebagai obat kumur yaitu  timbulnya warna 

cokelat pada gigi dan memengaruhi rasa. 

Bila dipakai  pada mata, obat ini dapat 

diserap oleh lensa kontak lembut dengan 

menimbulkan reaksi alergi. Dalam tetes telinga (0,5%) dapat menimbulkan ketulian 

(neurotoksik), oleh karena itu tidak digunakan lagi.

* Sediaan: 

– Hibiscrub: larutan 4% (diglukonat) untuk 

mencuci dan desinfeksi tangan prabedah; 

– Sterilon: diglukonat 10mg/g, krem dan 

spray kulit.– Pravlon, Hibicet: larutan glukonat 1,5% + 

setrimida 15% untuk desinfeksi luka dan 

alat kedokteran.

1e. Heksaklorofen: G11, Dermisan, *Topicide.

Derivat bifenol dengan 6 atom klor ini 

(1948) berkhasiat bakterisid terhadap terutama kuman Gram-positif (stafilokok) dan juga 

bekerja fungistatik. Kurang aktif terhadap 

bakteri Gram-negatif dan spura; Pseudomonas 

dan Salmonella sudah resisten. Daya kerjanya 

lambat sekali dan paling kuat di lingkungan 

asam lemah, aktivitasnya dikurangi oleh 

darah, zat organik, tetapi tidak oleh sabun. 

pemakaian . Karena sifatnya yang tidak 

merangsang sering kali dipakai  dalam 

sabun antiseptik. Bila sabun ini dipakai  secara teratur, obat akan diadsorpsi dan ditimbun oleh lapisan-atas kulit dan mengakibatkan berkurangnya flora normal. Sifat 

kumulasinya menyerupai iod, lihat di atas. 

Oleh alkohol atau pemakaian  sabun lain, 

timbunan tersebut dapat hilang. Selain itu, 

zat ini banyak pula dipakai  dalam krem, 

bedak tabur atau lotion sebagai antiseptikum 

umum. Dermisan (larutan 3,15%) dipakai  

sebagai scrub tangan sebelum pembedahan.

Efek samping. pemakaian  sediaan ini harus 

dengan sangat hati-hati, karena obat yang 

diadsorpsi kulit, terutama pada kulit yang 

terluka dan pada bayi, dapat mengakibatkan 

keracunan sistemik yang mungkin saja 

fatal (kerusakan SSP). Oleh karena itu di 

banyak negara sediaan obat dan kosmetika 

tidak boleh mengandung lebih dari 0,5% 

heksaklorofen. Sediaan dengan lebih dari 

0,75% heksaklorofen hanya dapat diperoleh 

atas resep dokter (A.S. 1973). 

1f. Klorksilenol: klordimetilfenol, Dettol

Zat ini dipakai  sebagai larutan 16 mg/

ml dalam air atau alkohol untuk desinfeksi 

kulit. Bekerja bakterisid atau bakteriostatik

dengan spektrum kerja yang lebih sempit 

daripada klorheksidin. Efektif terhadap 

streptokok, tetapi kurang efektif terhadap 

stafilokok dan tidak efektif terhadap kuman 

Gram-negatif (Pseudomonas, Proteus). Khasiatnya berkurang bila ada  darah atau 

serum. dipakai  dalam sabun, lotion dan 

serbuk untuk desinfeksi tangan (larutan 3% 

dalam air) dan luka (5%). Efek sampingnya 

berupa dermatitis kontak (alergi).

1g. Triklosan(Phisohex)

Senyawa diklorfenoksi ini berkhasiat bakteriostatik terhadap kuman Gram-positif dan 

Gram-negatif. Praktis tidak aktif terhadap 

Pseudomonas, ragi dan jamur. dipakai  

dalam emulsi 2% sebagai sabun pada acne 

dan luka/borok, sabun 7,5 mg/g (Cidal) atau 

krem.

1h. Triklokarban (triklorkarbanilida, *Scabex) 

Derivat ureum ini berkhasiat bakteriostatik kuat terhadap terutama kuman Grampositif dan kurang aktif terhadap kuman 

Gram-negatif dan fungi. Sabun tidak menginaktifkan zat ini, maka sering kali dipakai  

dalam sabun antiseptik (lihat di bawah). 

Kadang-kadang juga dipakai  sebagai salep kulit terhadap kudis (*Scabex). Efek sampingnya berupa fotosensibilisasi, necrosis 

kulit dan pigmentasi pada muka karena 

alergi kontak.

2. SENYAWA FENOL

2a. Fenol (F.I.): karbol, acidum carbolicum

Fenol yaitu  salah satu antiseptikum 

tertua (Lister, 1870) dengan khasiat bakterisid 

dan fungisid, juga terhadap basil TBC dan 

spura, walaupun memerlukan waktu yang 

lebih lama. Mekanisme kerjanya berdasar  

denaturasi protein sel bakteri, yaitu perubahan 

rumus bangunnya sehingga sifat khasnya 

hilang. Khasiatnya dikurangi oleh zat organik 

dan ditiadakan oleh sabun, karena dengan 

alkali terbentuk fenolat inaktif. Karena sifat 

mendenaturasi juga berlaku untuk jaringan 

utuh manusia, fenol berdaya korosif (“membakar”) terhadap kulit dan sangat merangsang, sehingga jarang dipakai  lagi sebagai antiseptikum kulit. berdasar  sifat 

anestetik lokalnya, kadang-kadang senyawa 

ini dipakai  dalam lotion anti gatal, misalnya lotio alba.

* Kresol (cresolum crudum, *Lysol) yaitu  derivat metil dengan minimal 50% meta-kresol, 

khasiatnya 3 kali lebih kuat daripada fenol, sedangkan toksisitasnya sama. dipakai  

sebagai desinfektans rumah tangga dan 

peralatan, misalnya Lysol (= campuran 1:1 

dengan sapo kalinus) dan kreolin (= larutan 

±15% dalam sabun damar). Beberapa senyawa fenol yang tersubstitusi, misalnya triklosan dan heksaklorofen, dapat diproses 

dalam sabun, karena praktis tidak merangsang kulit.

* Diklorbenzilalkohol (amilmetakresol) bekerja antiseptik dan dipakai  dalam tablet 

hisap (Strepsil) terhadap sakit tenggorok. 

Dosis: setiap jam 1 tablet, maks. 8 tablet 

sehari.

* Albothyl: produk kondensat dari asam 

metakresolsulfonik dan metanal.

Untuk membersihkan dan regenerasi jaringan pada luka, luka bakar, dan stomatitis 

aphthosa (seriawan). Juga terhadap vaginosis 

bakterial, kandidiasis dan trichomoniasis.

2b. Resorsinol (F.I.): metadioksibenzol, resorsinum. 

Khasiat bakterisidnya sama dengan fenol, 

tetapi 3 kali lebih lemah. Senyawa difenol 

ini dipakai  pada gangguan kulit (eksem, 

psoriasis, dan sebagainya) dalam salep atau 

lotion 1-10%.

2c. Timol (metilpropilfenol) juga berkhasiat 

kuat dan kadang-kadang masih dipakai  

sebagai antiseptikum kulit (larutan 1% dalam 

alkohol) dan mulut (sediaan obat gigi).

2d. Trinitrofenol (asam pikrat) yaitu  zat berwarna kuning dengan khasiat bakterisid 

dan anestetik lokal, yang dahulu sering 

kali dipakai  untuk mengobati luka bakar 

(larutan 1%). 

Awas: sangat eksplosif bila dipanaskan atau 

digerus!

3. ZAT-ZAT DENGAN AKTIVITAS 

PERMUKAAN

Senyawa-senyawa ini yaitu  derivat 

amonium yang tersubstitusi dan memiliki 

sifat menurunkan ketegangan permukaan 

air. Senyawa organik ini dapat dibagi dalam 

dua kelompok, yaitu zat-zat non-ionogen dan 

zat-zat ionogen.

3a. Zat non-ionogen dalam larutan tidak 

terurai menjadi ion. Aktivitas permukaannya 

berdasar  ada nya banyak gugus hidrofil (-OH) di dalam molekulnya sebagai 

imbangan dari gugus lainnya yang bersifat 

lipofil, seperti alkil dan benzil. Dalam kegiatan 

farmasi zat-zat ini terutama dipakai  sebagai wetting agents untuk membuat zatzat hidrofob (talk, belerang, dan lain-lain), 

yang “tidak suka air“ menjadi lebih mudah 

“dibasahkan“ dengan air. dipakai  pula 

sebagai emulgator pada pembuatan emulsi 

dan krem, yakni emulgator O/W: Tween, metilselulosa, CMC dan bentonit, atau emulgator 

W/O: kolesterol (adeps lanae), lesitin dan Span. 

Khasiat antibakterinya ringan.

3b. Zat ionogen. Dalam molekul zat-zat 

ini juga ada  bagian lipofil dan bagian 

hidrofil (dalam hal ini -COO-

 atau -NH4

+), 

yang dalam larutan terurai dalam ion-positif 

dan -negatif. Zat-zat ini dapat dibagi dalam 

senyawa anionaktif dan kationaktif.

1. Zat anionaktif (sabun, bahan pembersih 

sintetik, Na laurilsulfat), bagian molekulnya 

mengandung gugus lipofil dan hidrofil 

bermuatan negatif, yakni R-COO- (sabun) 

atau R-SO3

-. Zat-zat ini banyak dipakai  

sebagai bahan pembersih sintetik dan 

dalam shampo, karena memiliki khasiat 

bakteriostatik terhadap kuman Grampositif, sedangkan terhadap kuman 

Gram-negatif tidak aktif.

2. Zat kationaktif (basa amoniumkwaterner), 

molekul aktifnya bermuatan positif. Zatzat ini berkhasiat bakterisid kuat berdasarkan inaktivasi enzim kuman, denaturasi protein dan perusakan membrannya. Daya kerjanya lebih kuat terhadap 

kuman Gram-positif daripada terhadap 

kuman Gram-negatif; tidak aktif terhadap Mycobacteriae, virus dan spura. 

Efektivitas dari misalnya setrimida dan 

benzalkonium (larutan 1-2 mg/ml) relatif 

rendah terhadap bakteri Gram-negatif, 

termasuk Pseudomonas aeruginosa. Khasiat

fungisid dan virusidnya tergantung dari    jenisnya. Daya kerjanya terkuat pada 

lingkungan alkalis dan tidak aktif di 

bawah pH 3. 

3c. Sabun

Sabun yaitu  garam natrium (sabun padat, 

keras) atau kalium (sabun lunak) dari asam 

lemak dan memiliki khasiat bakteriostatik

terhadap banyak kuman, a.l. Pseudomonas, 

Proteus dan Salmonella. Sabun sama sekali 

tidak aktif terhadap E. coli dan Stafilokokus 

yang yaitu  penghuni terbanyak pada 

kulit manusia. Karena bersifat menurunkan 

ketegangan permukaan air, kontak antara air 

dan benda atau kulit yang akan dibersihkan 

menjadi lebih erat. Lemak diemulsikan, 

kotoran dan keringat disuspensikan untuk 

kemudian dibersihkan dengan air pembilas. 

Dengan demikian bila kulit, misalnya tangan, 

dicuci dengan sabun secara baik selama 

sekurang-kurangnya dua menit, maka lapisan 

kulit luar dengan flora kuman (resident flora)

dapat dikeluarkan dengan efektif.

* Sabun antiseptik mengandung suatu antiseptikum untuk memperkuat khasiat antibakterinya. Untuk tujuan ini hanya beberapa 

zat saja yang dapat dipakai , karena pada 

umumnya antiseptika diinaktivasi oleh sabun 

yang bereaksi alkalis. Zat-zat yang dapat 

mempertahankan aktivitasnya yaitu  a.l. 

heksaklorofen, bithionol dan triklokarban.

3d. Basa amoniumkwaterner: Quats.

Senyawa ini berkhasiat bakterisid dan

fungisid kuat terkecuali terhadap basil 

TBC dan lepra, terhadap spura dan virus 

kurang aktif. Daya kerjanya (larutan 0,1%) 

lebih lambat daripada iod dan etanol 70%. 

Aktivitasnya ditiadakan oleh zat-zat anionaktif, termasuk sabun dan dikurangi oleh zatzat organik, khususnya protein dan nanah, 

serta oleh zat-zat non-ionogen tertentu 

(Tween) dan logam, misalnya Fe, Al, magnesium dan kalsium (air ledeng!). Senyawa ini 

mudah diadsorpsi pada permukaan berporipori, maka larutannya sebaiknya jangan 

dipakai  dengan kapas atau bersentuhan 

dengan karet. Toksisitas sistemiknya rendah 

dan juga tidak merangsang. 

pemakaian . Dalam kurun waktu 1940-

1970, quats sering kali dipakai  sebagai 

desinfektans kulit (0,1% dalam alkohol 70%) 

untuk mencapai kerja residual guna desinfeksi tangan sebelum pembedahan dan 

juga untuk desinfeksi selaput lendir karena 

toksisitasnya rendah dan tidak merangsang. 

Juga sebagai konservans obat tetes mata 

(benzalkonium 0,01%) dan antiseptikum tenggorok (lozenges). pemakaian  lainnya adalah sebagai desinfektans peralatan (1%) dengan penambahan natriumnitrit 0,5% untuk 

mencegah timbulnya karat dan sebagai antiseptikum pra-bedah (10% dalam etanol 70%). 

Keberatan. Bila dipakai  pada kulit, quats 

membentuk suatu film pada mana kuman 

bisa terus hidup. Lagi pula pada pemakaian  

lama dapat terjadi resistensi. Dewasa ini 

pemakaian nya sebagai desinfektans kulit 

sudah banyak berkurang dengan diintroduksinya obat-obat dengan spektrum kerja 

lebih luas dan daya kerja lebih efektif.

Quats yang paling banyak dipakai  

yaitu :

benzalkoniumklorida (F.I.): Zephirol, 

C6H5-CH2-NH2R Clsetrimida: setrimoniumbromida, *Pravlon, 

*Lemocin lozenges 

setilpiridiniumklorida: *Sentril lozenges 

= spk 0,07% + dekualin 0,25 mg; 

dekualiniumklorida: Degirol lozenges.

* akriflavin (F.I.): yaitu  campuran dari 

2 senyawa: diaminoakridin dan suatu quat 

(diaminometilakridinium). Khasiatnya hanya 

bakteriostatik lambat terhadap kuman 

Gram-positif, tetapi kurang efektif terhadap 

kuman Gram-negatif dan jamur. dipakai  

untuk desinfeksi mulut dan tenggorok (3 

mg dalam tablet hisap). Akriflavin tidak diinaktifkan oleh cairan tubuh, maka berguna sebagai antiseptikum borok bernanah 

(0,1%), begitu pula derivat akridin lainnya 

ethakridin (Rivanol) yang dulu banyak digunakan sebagai obat kumur pada sakit 

tenggorok.

* Mecetronium (Sterillium): senyawa amonium kwaterner dalam campuran isopropanol dan n-propanol berkhasiat baktericid ter hadap mikroorganisme Gram-positif maupun 

Gram-negatif. dipakai  untuk desinfeksi 

tangan dan lokasi pembedahan. Efeknya berkurang oleh nanah dan darah.

4. ALKOHOL, ALDEHIDA dan 

ASAM

4a. Etanol (F.I.): etilalkohol, alkohol, spiritus 

(=90% etilalkohol)

Etanol dan juga isopropanol pada kadar 

60-80% dalam air berkhasiat bakterisid dan

fungisid kuat; bekerjanya cepat (efektif dalam 2 menit). Spektrum kerjanya meliputi 

kuman Gram-positif dan Gram-negatif, termasuk basil tbc, tetapi tidak efektif terhadap 

spora. Terhadap virus, misalnya hepatitis-B 

dan enterovirus, dibutuhkan konsentrasi 

yang relatif lebih tinggi (80-90%) dan dalam 

lingkungan basa. Konsentrasi optimal untuk 

efek bakterisid yaitu  70%, di atasnya menjadi kurang efektif karena persentase air 

terlalu sedikit untuk membasahkan kuman; 

hal ini membuatnya kurang peka bagi daya 

kerja bakterisid dari etanol. Karena cepat 

menguap, maka pada kulit harus dikenakan sekitar 2 menit lamanya agar efeknya 

maksimal. Di samping itu etanol juga memiliki dayakerja adstringens, oleh karena 

itu dipakai  dalam lotion anti keringat. 

Juga sering kali dipakai  sebagai zat pembantu pada sediaan farmasi. Untuk khasiat 

dan efeknya pada pemakaian  oral, lihat 

Bab 23, Drugs.

Daya kerja etanol cepat, tetapi singkat 

karena bersifat menguap dan mekanisme 

kerjanya berdasar  denaturasi protein dalam lingkungan air. Untuk memperpanjang 

efeknya sering kali dikombinasi dengan 

klorheksidin, triklosan, heksaklorofen atau

quats (masing-masing 0,5%), terutama untuk desinfeksi kulit atau tangan dokter bedah. Kombinasi ini meninggalkan sisa zat 

antiseptik di atas kulit yang mampu memperlambat tumbuhnya kembali flora kulit (residual effect).

Efek sampingnya pada pemakaian  lokal 

berupa dermatitis kontak, urtikaria dan efek 

sistemik karena absorpsi melalui kulit. Guna 

menghindari mengeringnya kulit pada penggunaan yang terlalu sering, pada alkohol 

ditambahkan zat-zat yang melunakkan kulit, 

misalnya gliserol (0,5-1%). Alkohol berkhasiat

teratogen,wanita hamil yang minum banyak 

alkohol dapat melahirkan bayi cacat. Alkohol 

masuk ke dalam air susu ibu.

* Isopropanol (isopropilalkohol) lebih kuat 

khasiat bakterisid dan fungisidnya serta 

aktif pada konsentrasi lebih rendah (50-

70%). Sifatnya melarutkan lemak lebih kuat 

hingga membuat kulit kering. Pada penggunaan di kulit mengakibatkan vasodilatasi, sehingga perdarahan di bekas injeksi 

lebih banyak daripada bila menggunakan 

etanol. Isopropanol tidak dipakai  dalam 

minuman, karena 2 kali lebih toksik dibandingkan dengan etilalkohol dan rasanya 

juga tidak enak. Merangsang kulit, alat pernapasan dan mata.

* Propanol (propilalkohol) lebih kuat dan lebih 

toksik lagi, maka terutama dipakai  untuk 

mendesinfeksi alat medik (kedokteran gigi) 

sebagai larutan 20-25%.

* Fenetilalkohol (feniletanol) yaitu  cairan 

yang terutama aktif terhadap bakteri Gramnegatif. Wanginya menyerupai kembang mawar, maka sering kali dipakai  dalam minyak wangi. Senyawa ini juga dipakai  sebagai konservans tetes mata (0,25-0,5%).

* Fenoksietanol yaitu  cairan dengan khasiat bakteriostatik (konsentrasi 0,3-0.8%) 

dan bakterisid (1,3-1,9%), terutama terhadap 

Pseudomonas. Juga masih efektif bila ada  serum. Kurang aktif terhadap bakteri 

Gram-negatif lainnya dan tidak berkhasiat 

terhadap bakteri Gram-positif. Zat ini khusus 

dipakai  pada luka ringan dan luka bakar 

yang terinfeksi Pseudomonas aeruginosa dalam 

sediaan larutan atau krem 2%, biasanya bersamaan dengan suatu antiseptikum lain, seperti benzalkoniumklorida atau klorheksidin.

* Diklorbenzilalkohol (amilmetakresol) terutama dipakai  sebagai antisepticum tenggorok dalam tablet hisap (Strepsil).

4b. Formaldehida: methanal, formalin

Larutan gas ini dalam air (1-5%) berkhasiat bakterisid, fungisid dan virusid, terma-suk terhadap basil tbc, tetapi kerjanya relatif lambat (beberapa jam). Terhadap spura

dibutuhkan waktu sekitar 8 kali lebih lama 

lagi. Zat-zat organik mengurangi aktivitasnya karena terbentuknya kompleks. Formaldehida memiliki sifat adstringens dan digunakan sebagai obat anti-keringat untuk 

kaki (10-20%). Selanjutnya zat ini hanya 

dipakai  sebagai desinfektans benda da