obat 14

 




kejang dan diare berkala 

dengan hilangnya nafsu makan (anoreksia). 

Obstruksi usus buntu dan saluran pankreas 

dapat menimbulkan appendicitis dan pancreatitis. Pada sejumlah cacing yang menghisap 

darah, tuan-rumah dapat menderita kekurangan darah, misalnya cacing tambang, pita 

dan cambuk. Sebagian penderita tidak memberikan keluhan atau tidak menunjukkan 

gejala cacingan sama sekali. Misalnya pada 

orang-orang pembawa cacing atau telur/

kistanya (carriers). 

Dengan carrier dimaksudkan manusia atau 

hewan yang “menyimpan” dan menyebarkan mikroorganisme yang mengakibatkan 

penyakit, tetapi sendirinya tidak jatuh sakit.

Pencegahannya

Tindakan umum yang perlu dilakukan adalah mentaati aturan higiene dengan tegas 

dan konsekuen, terutama oleh anak-anak. 

Yang terpenting di antaranya yaitu  selalu 

mencuci tangan sebelum makan atau sebelum mengolah bahan-makanan. Jangan 

memakan sesuatu yang telah jatuh di tanah 

tanpa mencucinya terlebih dahulu dengan 

bersih. Dengan demikian infeksi melalui mulut yang paling sering terjadi, dapat 

dihindarkan. Selanjutnya untuk pemberantasan infeksi cacing perlu diambil tindakan 

higiene umum yang mencakup perbaikan 

perumahan, lingkungan hidup dan sosialekonomi.

Jenis cacing

Cacing yang yaitu  parasit manusia 

dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni 

cacing pipih dan cacing bundar.

1. Plathelminthes (flatworms): Cestoda dan 

Trematoda. 

Ciri-ciri cacing ini yaitu  bentuknya yang 

pipih dan tidak memiliki rongga tubuh. 

a. Cacing pita (Cestoda): Taenia, Echinococcus, 

Hymenolepsis, dan lain-lain

Parasit ini memiliki kelamin ganda (hermafrodit), berbentuk pita yang bersegmen, 

dan tidak memiliki saluran cerna. Echinococcus memiliki tuan-rumah tetap 

(anjing) dan larvanya membentuk kista di 

organ dalam.

b. Cacing pipih (Trematoda): Schistosoma, 

Fasciola dan lain-lain.

Umumnya cacing ini berbentuk seperti 

daun dan juga bersifat hermafrodit, kecuali spesies skistosoma yang berbentuk 

lebih memanjang dan memiliki kelamin 

terpisah. Skistosoma (bilharzia) menulari dari bentuk aktifnya (cercariae). Fasciola (cacing hati) khusus ada  pada domba 

dan menimbulkan a.l. pembesaran hati, 

jarang sekali menulari manusia. Infeksi 

cacing ini dinamakan masing-masing schistosomiasis (bilharziasis) dan fascioliasis.

2. Nematoda (roundworms): Oxyuris, Ascaris, 

Ancylostoma, Strongyloides, Trichuris.

Infeksi dengan cacing ini dinamakan masing-masing oxyuriasis (cacing kermi), ascariasis (cacing gelang). ancylostomiasis (cacing 

tambang), strongyloidiasis dan trichuriasis (cacing cambuk). Infeksi dapat terjadi melalui 

telur, larva atau cacingnya sendiri, melalui 

mulut atau langsung melalui kulit.

Ciri-cirinya. Bertubuh bulat, tidak bersegmen, memiliki rongga tubuh dengan saluran 

cerna nyata dan kelamin terpisah. Siklus hidup

cacing ini cukup kompleks dan sering kali 

membutuhkan tuan rumah-antara sebelum 

terjadi perkembangan dari telur hingga cacing dewasa. Pada manusia, tergantung dari 

jenisnya, cacing tetap bermukim dalam sa-

luran cerna atau menembus hingga jaringan. 

Untuk penyakit, cara infeksi, penyebaran dan 

pengobatannya, lihat tabel di bawah ini.

Ref.: Jeffrey & Leach: Atlas of Medical 

Helminthology & Protozoology

Churchill Livingstone 2nd Ed, Ediburgh 

London & NY, 1975.

Pengobatan

Banyak anthelmintika memiliki khasiat yang 

spesifik terhadap satu atau dua jenis cacing 

saja. Hanya beberapa obat yang memiliki 

khasiat terhadap lebih banyak jenis cacing 

(broad spectrum), misalnya mebendazol. Oleh

karena itu pengobatan harus selalu didasarkan atas diagnosis jenis cacing dengan jalan penelitian mikroskopis.

Posmedikasi. Banyak anthelmintika dalam 

dosis terapi hanya bersifat melumpuhkan 

cacing, jadi tidak mematikannya. Untuk mencegah jangan sampai parasit menjadi aktif 

lagi atau sisa-sisa cacing mati dapat menimbulkan reaksi alergi, maka harus dikeluarkan secepat mungkin. Biasanya diberikan 

suatu laksans garam 2-4 jam sesudahnya. 

Minyak kastor tidak boleh dipakai , karena banyak anthelmintika melarut di dalamnya hingga resorpsi obat dan toksisitasnya 

meningkat. Pencaharan tidak diperlukan pada obat yang bersifat laksans seperti piperazin atau berkhasiat vermisid, mematikan 

cacing seperti mebendazol, niklosamida dan

praziquantel. Bila ada  anemia pasien 

juga harus diobati dengan sediaan yang mengandung besi, lihat Bab 39, Hemopoetika.

Jenis penyakit cacing

Jenis-jenis cacing dapat pula dibagi dalam 

3 kelompok, yaitu nematoda (roundworm), 

cestoda (cacing pita) dan trematoda (cacing 

penghisap). Infeksi oleh nematoda dapat

dibagi pula dalam infeksi saluran cerna dan 

infeksi jaringan.

Ketiga kelompok ini berbeda mengenai 

siklus hidup, bentuk, pengembangan, fisiologi, lokalisasi di dalam tuan rumah (host) dan 

kepekaannya terhadap kemoterapi. Bentukbentuk yang belum dewasa (immature) memasuki tubuh manusia melalui kulit atau 

saluran cerna dan berkembang menjadi cacing dewasa.

Dari sekian banyak jenis infeksi cacing yang 

dikenal, hanya sejumlah kecil yang sering 

terjadi di negara kita  dan akan dibahas di 

bawah ini. Pada setiap jenis juga disebutkan 

anthelmintik yang dapat dipakai  terhadapnya

1. Ascariasis: mebendazol, albendazol, pirantel 

dan piperazin.

Ascaris lumbricoides atau cacing gelang

panjangnya 10-15 cm dan biasanya bermukim 

dalam usus halus. Kira-kira 25% dari seluruh 

penduduk dunia terinfeksi cacing ini, terutama di negara tropik (70-90%). Infeksi 

terutama timbul pada anak-anak sekolah dan 

mengakibatkan obstruksi saluran cerna atau 

hepatobiliary ascariasis.

Ref.: Crompton DW. Ascaris and ascariasis. 

Adv.Parasitol.2001, 48:285-375). 

Cacing betina mengeluarkan telur dalam 

jumlah yang sangat banyak, sampai 200.000 

telur sehari yang dikeluarkan dalam tinja. 

Penularan terjadi melalui makanan yang 

terinfeksi oleh telur dan larvanya (panjangnya 

kira-kira 0,25 mm) yang berkembang dalam 

usus halus. Larva ini menembus dinding 

usus, melalui hati untuk kemudian ke paruparu. sesudah  mencapai tenggorok, lalu larva 

ditelan untuk kemudian berkembang biak 

menjadi cacing dewasa di usus halus. Lihat 

Gambar: Lingkaran hidup Ascaris. Jumlahnya dapat menjadi demikian besar hingga 

bisa menimbulkan penyumbatan, juga komplikasi seperti ileus, appendicitis dan pancreatitis. 

Pengobatan. Obat pilihan pertama yaitu  

mebendazol, albendazol dan pirantel. Sering 

kali kur harus diulang dengan kur kedua, 

karena tidak semua cacing atau telurnya dapat dimusnahkan pada tahap pertama. Anggota keluarga juga mungkin pembawa kista 

oleh karena itu sebaiknya diobati. 

2. Oxyuriasis: mebendazol, albendazol, pirantel 

dan piperazin.

Enterobius vermicularis (dahulu disebut 

Oxyuris) atau cacing kermi yang biasanya 

ada  dalam coecum, menimbulkan gatal 

di sekitar dubur (anus) dan kejang hebat 

pada anak-anak. Adakalanya infeksi ini 

mengakibatkan radang umbai-usus buntu 

akut (appendicitis). Pada wanita cacing ini bisa 

merambat ke saluran genital dan seterusnya 

ke rongga perut sehingga memungkinkan 

timbulnya salpingitis atau peritonitis. Penularan

pada anak kecil sering kali terjadi dengan 

jalan auto-reinfeksi, yakni melalui telur yang 

melekat pada jari-jari sewaktu menggaruk 

daerah dubur yang dirasakan sangat gatal dan 

dengan demikian memungkinkan terjadinya 

infeksi sekunder. Penyebabnya yaitu  cacing 

betina yang panjangnya 8-13 mm, keluar dari 

dubur antara jam 8-9 malam untuk bertelur 

di kulit sekitar dubur. 

Infeksi cacing kermi yaitu  infeksi cacing 

satu-satunya yang penularannya berlangsung 

dari orang ke orang, sehingga semua anggota 

keluarga harus serentak diobati pula, walaupun mereka tidak menunjukkan gejala apapun. Soalnya yaitu  karena cacing betina 

baru meletakkan telurnya antara 3-6 minggu 

sesudah  infeksi.

Pengobatan. Mebendazol, albendazol dan 

pirantel tidak mematikan telurnya, sehingga 

sesudah  dua minggu cacing yang menetas 

harus dimatikan oleh kur kedua. Piperazin

yaitu  obat pilihan kedua.

3. Taeniasis: praziquantel, niklosamida

Cacing pita yang paling umum ada  

yaitu  Taenia soliumdan T. saginata yang banyak ada  pada masing-masing babi dan 

sapi, juga ikan. Penularannya terjadi karena 

memakan daging yang dimasak belum 

cukup lama dan masih mengandung larva. 

Cacing dewasa yang berkembang dalam 

usus, berbentuk seperti pita bersegmen. T. 

saginata dapat mencapai panjang sampai 10 

m, sedangkan T. solium lebih pendek, sampai 

6 m.

Taenia sukar sekali dibasmi karena kepalanya (scolex) yang relatif kecil dibenamkan 

ke dalam selaput lendir usus hingga tidak 

bersentuhan dengan obat. Bagian cacing (segmen, proglotida) yang bersentuhan dengan 

obat dan telah dimatikan, dilepaskan dari 

scolex yang kemudian membuat segmensegmen baru (regenerasi). Segmen dan telurnya dapat dikenali dalam tinja, tetapi scolexnya pada umumnya sudah dicernakan oleh 

getah usus. Penularan terjadi bila telur yang 

dikeluarkan dengan tinja, dimakan oleh 

tuan rumah-antara (hewan) dan kemudian 

berkembang menjadi larvae. Larvae ini menembus dinding usus dan menyebar ke 

berbagai jaringan tubuh a.l. jaringan subkutan, otot dan malahan ke otak. Di situ 

larvae (khusus dari T. solium) dapat berkembang menjadi cysticerci, ialah kista dengan 

ukuran 0,5 – 1 cm yang mengandung scolex 

cacing dewasa. Manusia makan kista ini melalui daging terinfeksi yang dimasak kurang 

matang, di lambung parasit keluar dari kistanya dan dalam usus halus menjadi cacing 

dewasa. Diagnosisnya dilakukan dengan deteksi proglotida atau telur dalam tinja. Kista 

yang berada di dalam otak dapat dideteksi 

melalui CT atan MRI scan. 

Gejala umum. Infeksi dengan cacing dewasa umumnya tak menimbulkan gejala (asimtomatis), jarang sekali anemia, radang usus 

buntu atau radang pankreas. 

Pengobatan. Obat pilihan pertama terhadap 

infeksi Taenia yaitu  praziquantel (10 mg/kg 

single dose) atau niklosamida (2 x 1g dengan 

selang waktu 2 jam). Pemberian suatu laksan 

sesudahnya dianggap tidak perlu.

4. Ancylostomiasis: mebendazol dan albendazol.

Ada dua jenis cacing tambang, yakni Necator 

americanus yang terutama ada  di Amerika 

dan Ancylostoma duodenale yang ada  di 

daerah tropik/subtropik dan panjangnya ± 

10 mm. Cacing ini disebut cacing tambang

atau cacing terowongan (penyebab tunnel 

disease) karena ada  di daerah tambang 

dan terowongan di gunung. Penularannya

terjadi oleh larva yang memasuki kulit kaki 

yang terluka dan menimbulkan reaksi lokal. 

sesudah  memasuki vena, larva menuju ke 

paru-paru dan bronchi, akhirnya ke saluran 

cerna. Seperti Taenia, cacing tambang juga 

mengaitkan diri pada mukosa usus dan 

menghisap darah tuan-rumah sehingga menimbulkan anemia yang cukup serius.

Pengobatannya diarahkan pada dua tujuan, yakni memperbaiki hematologik dan 

memberantas cacing. Mebendazol dan pirantel yaitu  obat pilihan pertama, yang 

sekaligus juga membasmi cacing gelang bila 

terjadi infeksi campuran.

5. Strongyloidiasis: tiabendazol, ivermectin, 

albendazol 

Strongyloides stercoralis atau cacing benang

sering kali ada  di daerah tropik dan 

subtropik. Penularannya lewat larva yang 

berbentuk benang yang menembus kulit. 

Larva ini dapat dikenali dalam tinja tetapi 

tidak mengandung telurnya. Berhubung terjadinya auto-reinfeksi, maka cacing dapat 

bertahan puluhan tahun lamanya di mukosa 

bagian atas usus halus. Di tempat ini cacing 

merusak jaringan dan menimbulkan reaksi 

radang. Gejalanya yang khas yaitu  gatal 

hebat (urticaria) di bagian bokong yang bersifat sementara, juga gangguan perut dan 

iritasi saluran pernapasan (batuk, sesak 

napas) akibat migrasi cacing.

Pengobatan. Tiabendazol dan ivermectin

yaitu  obat pilihan pertama terhadap 

cacing benang; albendazol juga efektif.

6. Trichiuriasis: mebendazol, pirantel, albendazol

Trichiuris trichiura atau cacing cambuk

umumnya ada  di negara beriklim panas dan lembap. Dalam tubuh manusia 

biasanya cacing cambuk ada  dalam 

coecum dan bermukim di mukosa ileum dan 

colon, dengan menimbulkan kerusakan dan 

peradangan. Telurnya dikeluarkan dalam 

tinja dan dapat dideteksi untuk keperluan 

diagnosis. Telur dapat berkembang di tanah. 

Penularannya terjadi melalui makanan dan air 

yang terinfeksi. 

Gejalanya: pada anak kecil dapat mengakibatkan appendicitis akut. Akibat kehilangan 

darah juga dapat timbul anemia. Pengobatan

efektif dengan mebendazol, pirantel dan 

albendazol.

7. Filariasis: dietilkarbamazin (DEC), Hetrazan

Wucheria bancrofti atau cacing benang 

yaitu  nematoda dari famili Filaria, 

yang menimbulkan penyakit tropik elephantiasis (kaki gajah) atau filariasis Bancrofti. Cacing ini ada  antara lain di Afrika Tengah, Amerika Selatan, India dan negara 

tropik lainnya, begitu pula di Asia Tenggara (negara kita , Malaysia, Vietnam dan Cina 

Selatan). Menimbulkan radang pembuluh 

limfa (lymphangitis) disusul dengan penyumbatan oleh cacing dewasa (panjangnya 8-10 cm). Akibatnya yaitu  hipertrofi 

dari jaringan sel, terutama di bagian kaki 

yang dapat membesar sampai diameter 30 

cm, oleh karena itu disebut “kaki gajah”. Penularannya ke manusia terjadi melalui tuan 

rumah-antaranya, yaitu nyamuk Culex fatigans yang menyengat pada waktu malam. 

Pengobatan. Obat utama terhadap infeksi ini yaitu  dietilkarbamazin, khususnya 

bila diberikan pada waktu dini. Kadangkala 

diperlukan pembedahan untuk memperbaiki 

penyaluran getah bening dan membuang 

jaringan yang berlebihan.

8. Skistosomiasis: praziquantel.

Schistosoma haematobium yaitu  cacing 

pipih yang tidak bersegmen dan ada  di 

Amerika Selatan, negara Arab, Afrika, Cina 

dan beberapa negara Asia, a.l. negara kita  (S. 

japonicum). Cacing ini yaitu  penyebab 

penyakit schistosomiasis atau bilharziasis yang 

ditularkan melalui sejenis keong pembawa 

larvanya. sesudah  berkembang, parasit ini 

menembus kulit manusia dan memasuki 

peredaran darah. Di beberapa bagian dunia 

schistosomiasis yaitu  suatu masalah 

kesehatan masyarakat yang disebarkan melalui mandi di air yang terinfeksi. 

Penularan terjadi oleh cercariae dengan 

bentuk khas yang dilepaskan ke dalam air 

oleh tuan rumah-antara (keong), yang kemudian menembus kulit atau selaput lendir 

manusia. Siklus seksualnya terjadi di dalam 

tubuh manusia dengan pembentukan banyak telur, yang dikeluarkan lewat tinja 

atau urin. Di dalam air larva keluar dari 

telur dan menulari keong, yang kemudian 

memproduksi puluhan ribu cercariae. 

Terapi. Obat pilihan pertama yaitu  praziquantel terhadap semua jenis skistosomiasis 

yang menyerang manusia. 

MONOGRAFI

1. Mebendazol: Vermox.

Ester metil dari benzimidazol ini (1972) 

yaitu  anthelmintikum berspektrum luas 

yang sangat efektif terhadap cacing kermi, 

gelang, pita, cambuk dan tambang. Obat 

ini banyak dipakai  sebagai monoterapi 

untuk penanganan massal penyakit cacing, 

juga pada infeksi campuran dengan dua 

atau lebih jenis cacing. Mebendazol bekerja 

sebagai vermisid, larvisid dan juga ovisid.

Mekanisme kerjanya melalui perintangan 

pemasukan glukosa dan mempercepat penggunaannya (glikogen) pada cacing. Tidak 

perlu diberikan laksan. Resorpsi dari usus 

ringan sekali, kurang dari 10%. BA-nya juga 

rendah akibat first pass effect tinggi. PP-nya 

95%. Ekskresinya berlangsung lewat empedu 

dan urin. Efek samping jarang terjadi dan 

berupa gangguan saluran cerna seperti sakit 

perut dan diare. 

Kehamilan dan laktasi: tidak boleh dipakai  

oleh ibu hamil karena memiliki sifat teratogen 

yang potensial. Mengingat resorpsinya 

sangat ringan, laktasi tidak perlu dihentikan. 

Tidak dianjurkan bagi anak di bawah usia 2 

tahun.

Dosis: bagi dewasa dan anak-anak sama, 

yaitu pada oxyuriasis dosis tunggal dari 100 

mg (= 1 tablet) pada waktu makan pagi. Kur 

diulang 14 hari kemudian. Sebaiknya seluruh 

keluarga diberi obat terhadap cacing kermi. 

Pada infeksi cacing gelang, tambang, benang, 

pita dan cambuk 2 dd 100 mg selama 3 hari, 

bila perlu diulang sesudah  3 minggu.

* Albendazol (Eskazole, Albenza, Zentel)

yaitu  juga derivat karbamat dari benzimidazol (1988), berspektrum luas terhadap Ascaris, Oxyuris, Taenia, Ancylostoma, 

Strongyloides dan Trichiuris. Terutama dianjurkan pada echinococciosis (cacing pita 

anjing). Resorpsi dari usus buruk, tetapi masih lebih baik daripada mebendazol. Di da-

lam hati, zat ini segera diubah menjadi sulfoksidanya, yang diekskresi melalui empedu 

dan urin. 

Efek samping berupa gangguan lambungusus, demam, rontok rambut (selewat) dan 

exanthema. 

Wanita hamil dan selama laktasi tidak boleh 

menggunakan albendazol, karena ternyata 

teratogen pada binatang percobaan. 

Dosis: pada echinococciosis di atas 6 thn 15 

mg/kg/hari dalam 2 dosis d.c., pada ascariasis, enterobiasis, ancylostomiasis, trichuriasis: anak dan dewasa dosis tunggal 400 

mg d.c., pada strongyloidiasis 1 dd 400 mg 

d.c. selama 3 hari.

2. Piperazin (F.I.): Upixon

Zat basa ini (1949) sangat efektif terhadap 

Oxyuris dan Ascaris berdasar  perintangan 

penerusan impuls neuromuskuler, hingga 

cacing dilumpuhkan untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh oleh gerakan peristaltik 

usus. Di samping itu piperazin juga berkhasiat laksan lemah. Dahulu obat ini banyak 

dipakai  karena efektif dan murah, tetapi 

di banyak negara Barat sejak tahun 1984 tidak 

dipakai  lagi karena efek sampingnya, 

terutama neurotoksisitasnya. Resorpsi oleh 

usus cepat dan ± 20% diekskresi melalui urin 

dalam keadaan utuh. Dari sekian banyak 

garam yang dipakai , mungkin hanya garam adipat yang paling sedikit resorpsinya. 

Efek samping jarang terjadi (mual, muntah, 

reaksi alergi), pada overdosis timbul gatalgatal (urticaria), kesemutan (paresthesia) dan 

gejala neurotoksik (mengantuk, pikiran kacau, 

kon-vulsi, dan lain-lain). Hati-hati penggunaannya pada pasien epilepsi, gangguan hati 

dan ginjal. Wanita hamil dapat diberikan 

piperazin.

Dosis: terhadap Ascaris 75 mg/kg berat 

badan atau dosis tunggal dari 3 g (terhitung 

sebagai heksahidrat. 6 aq.) selama 2 hari. 

Terhadap Oxyuris 65 mg/kg berat badan atau 

dosis tunggal dari 2,5 g selama 7 hari. 

Untuk anak-anak terhadap Ascaris: 50 mg/

kg berat badan, yakni 1-2 tahun 1 g, 3-5 tahun 

2 g dan di atas 6 tahun 3 g sekaligus. Terhadap 

Oxyuris: dosis sama, tetapi selama 4-7 hari.

* Dietilkarbamazin (DEC, Hetrazan)

Derivat piperazin ini (1948) dikembangkan 

sewaktu perang dunia kedua, ketika ±15.000 

tentara AS yang ditempatkan di pulau-pulau 

Pasifik Barat menderita filariasis. Obat ini 

khusus dipakai  terhadap mikrofilaria cacing benang, a.l. Wucheria bancrofti dan

Loaloa, sedangkan terhadap makrofilaria

kurang efektif. Khasiatnya berdasar  

penurunan aktivitas otot dan kemudian 

melumpuhkan mikrofilaria. Lagi pula obat 

ini mengubah permukaan membran cacing, 

sehingga cacing dapat dimusnahkan oleh 

daya tahan penderita. Resorpsi dari usus 

mudah sehingga kadar dalam plasma 

sudah mencapai puncaknya dalam 1-2 jam. 

Plasma-t½-nya 10-12 jam. Lebih dari 50% 

diekskresi melalui urin dalam keadaan utuh. 

Efek samping sakit kepala, pusing, mual dan 

muntah, walaupun sering terjadi tetapi tidak 

serius dan biasanya hilang sendiri dalam 

waktu beberapa hari tanpa menghentikan 

pengobatan. Protein dari filaria yang mati 

dapat menyebabkan reaksi alergi, mis. 

urticaria hebat, dermatitis dan demam, yang 

juga dapat hilang sendiri sesudah  3-7 hari. 

Kehamilan. Obat ini dianggap aman untuk 

dipakai  oleh ibu hamil.

Dosis: 3 dd 2 mg/kg berat badan p.c. atau 

150-500 mg seharinya untuk 14 hari.

3. Pirantel: Combantrin, *Quantrel, *Trivexan

Derivat pirimidin ini (1966) berkhasiat 

terhadap Ascaris, Oxyuris dan cacing tambang, tetapi tidak efektif terhadap Trichiuris. 

Mekanisme kerjanya berdasar  melumpuhkan cacing dengan menghambat penerusan impuls neuromuskuler (seperti piperazin). Lalu parasit dikeluarkan oleh peristaltik usus tanpa memerlukan laksan. Resorpsi

dari usus ringan; 50% zat diekskresi dalam 

keadaan utuh bersama metabolitnya melalui 

tinja dan ± 7% dikeluarkan melalui urin. Efek 

samping ringan dan berupa gangguan saluran 

cerna dan kadangkala sakit kepala. 

Kehamilan: Pirantel tidak dianjurkan penggunaannya oleh wanita hamil maupun anakanak di bawah usia 2 tahun.

Dosis: pada cacing kermi dan gelang 

sekaligus 2-3 tablet dari 250 mg (pamoat = 

embonat), anak-anak ½-2 tablet sesuai usia (10 

mg/kg). Pada cacing cambuk dosisnya sama 

dan diberikan selama 3 hari. 

* Oksantel yaitu  derivat m-oksifenol dari 

pirantel yang dalam dosis tunggal (250-375 

mg) efektif terhadap trichiuriasis.

Sediaan kombinasi:

* Quantrel = pirantel pamoat 150 + oksantel 

pamoat 150 mg

* Trivexan= pirantel pamoat 100 + mebendazol 150 mg

4. Levamisol: levotetramisol, Askamex, Ergamisol

Derivat imidazol ini (1969) sangat efektif 

terhadap Ascaris (90%) dan cacing tambang

(80%) dengan cara melumpuhkannya. Bentuk 

rasemisnya tetramisol juga dipakai  terutama pada hewan; aktivitasnya hanya 

setengahnya dari levamisol. Khasiat lainnya 

yang sangat penting yaitu  stimulasi sistem 

imunologi tubuh (imunostimulator pada 

kemoterapi; khususnya mengenai T-cells). 

Oleh karena itu sangat berguna pada terapi 

dengan obat yang menekan sistem tersebut, 

yaitu sitostatika dan kortikosteroida. dipakai  

pula dalam kombinasi dengan fluoro-urasil 

sesudah  pembedahan reseksi pada kanker 

colon. Efek samping jarang terjadi, yaitu reaksi 

alergi (rash), granulocytopenia dan kelainan 

darah lainnya. Hati-hati pada penderita rema 

dan penyakit auto-imun lainnya, karena 

mereka sangat peka terhadap efek samping 

hematologis. 

Kehamilan dan laktasi: data untuk ini masih 

kurang jelas.

Dosis: pada ascariasis orang lebih berat 

dari 40 kg sekaligus 150 mg d.c (garam HCl), 

anak-anak 10-19 kg: 50 mg, 20-39 kg: 100 mg. 

5. Praziquantel: Biltricide

Derivat pirazino-isokinolin ini (1980) berkhasiat baik terhadap jenis tertentu Schistosoma (Cina) dan Taenia, sedangkan terhadap 

cacing hati Fasciola hepatica tidak efektif. Obat 

ini dipakai  sebagai obat satu-satunya pada 

schistosomiasis dan juga dianjurkan pada 

taeniasis. Khasiatnya berdasar  pemicuan 

kontraksi cepat pada cacing dan desintegrasi 

kulitnya, untuk kemudian dikeluarkan dari 

tubuh. Efek samping ringan dan berupa mual, 

sakit perut dan sakit kepala (selewat), jarang 

demam dan urticaria. 

Dosis: 600 mg sesudah  makan malam. Untuk 

taeniasis dosis tunggal 10mg/kg

6. Niklosamida: Yomesan

Senyawa nitrosalisilanilida ini (1960) sangat 

efektif sebagai vermisid terhadap cacing pita 

manusia/hewan, tetapi terhadap telurnya 

tidak aktif. Khasiatnya diperkirakan melalui 

peningkatan kepekaan cacing terhadap enzim 

protease dalam usus tuan-rumah, hingga cacing lebih mudah dicerna. Oleh karena itu 

sering kali scolex tidak ditemukan lagi dalam 

tinja yang menyukarkan penilaian berhasil 

atau tidaknya pengobatan. Umumnya terapi 

dinilai efektif bila sesudah  3-4 bulan tidak 

ditemukan lagi segmen cacing (proglottida) 

dan telurnya dalam tinja. Khusus pada infeksi 

oleh Taenia solium (babi) sesudah  segmen dicernakan, telurnya akan dibebaskan dalam 

rongga usus, sehingga timbul kemungkinan cysticercosis bagi pasien. Dalam hal itu 

perlu diberikan laksan garam 3-4 jam setelah pengobatan untuk mengeluarkan segmen mati sebelum dicernakan. Laksan tidak 

diperlukan pada infeksi oleh Taenia saginata 

(sapi) karena tidak ada risiko cysticercosis. 

Resorpsi dari saluran cerna hanya ringan 

(±15%) dan sebagian besar diekskresi melalui 

urin dalam bentuk yang sudah direduksi, 

sisanya melalui feses dalam 1-2 hari. Plasmat½-nya 3 jam. 

Efek samping hampir tidak ada, namun 

obat ini bersifat sangat toksik sehingga penggunaannya harus hati-hati sekali pada 

gangguan yang meningkatkan resorpsi (colitis dan luka di usus). Kehamilan dan laktasi: 

data untuk ini belum mencukupi.

Dosis: dewasa dan anak di atas 8 tahun 

pagi hari saat perut kosong 1 g (= 2 tablet) 

dikunyah halus, disusul dengan 1 g lagi 1 jam 

kemudian. sesudah  2 jam baru boleh makan. 

Anak-anak dari 2-8 tahun: dosis setengahnya 

dan di bawah 2 tahun seperempat (sebaiknya 

tablet ditumbuk menjadi serbuk halus).

7. Ivermectin: Stromectol

Hasil fermentasi (1987) dari jamur Streptomyces avermitilis ini yaitu  obat terpilih 

untuk infeksi cacing benang (onchocerciasis). 

Obat ini berkhasiat mengurangi mikrofilaria 

di kulit dan mata dengan efektif. Ivermectin 

juga sangat efektif terhadap Ascaris dan

Strongyloides, tetapi lebih ringan daya kerjanya terhadap Oxyuris dan Trichiuris. Terhadap kudis dan kutu rambut juga ampuh. 

Plasma-t½-nya 12 jam, ekskresi berlangsung 

khusus melalui tinja. Efek samping ringan dan 

berupa gatal-gatal, ruam kulit dan perasaan 

pusing. Tidak dianjurkan bagi wanita hamil.

Dosis: di atas 12 tahun dosis tunggal dari 

150 mcg/kg minimal 2 jam a.c/p.c. Bila perlu 

diulang sesudah 6 bulan.

8. Obat-obat lainnya seperti minyak Chenopodi, gentianviolet, ekstrak Filices, santonin dan papain yang sudah obsolet dan 

praktis tidak dipakai  lagi telah dibicarakan dalam Edisi III. Untuk obat yang 

pemakaian nya tidak lazim lagi karena efek 

sampingnya seperti pyrvinium, befenium 

dan tetrakloretilen, lihat Edisi IV


A. KANKER

Kanker atau karsinoma (Yun. karkinos = 

kepiting) yaitu  pembentukan jaringan baru 

yang abnormal dan bersifat ganas (maligne).

Suatu kelompok sel dengan mendadak menjadi liar dan memperbanyak diri secara pesat 

dan terus-menerus (proliferasi).

Akibatnya yaitu  pembengkakan atau 

benjolan yang disebut tumor atau neoplasma (Lat. neo = baru, plasma=bentukan). Selsel kanker menginfiltrasi jaringan sekitarnya 

dan memusnahkannya. Tumor primer setempat sering kali menyebarkan sel-selnya melalui saluran darah dan limfe ke tempat 

lain di tubuh (metastase), yang selanjutnya 

berkembang menjadi tumor sekunder. Gejalagejala umum utama yaitu  nyeri sangat 

hebat, penurunan berat badan mendadak, 

kepenatan total (cachexia) dan berkeringat 

malam. 

Jenis-jenis kanker banyak sekali dan hampir semua organ dapat diserang penyakit 

ganas ini, termasuk limfe, darah, sumsum dan 

otak. Kanker yaitu  penyebab kematian 

kedua di dunia sesudah  penyakit jantung 

dan pembuluh. berdasar  penelitian intensif mengenai peranan makanan sehat di 

beberapa negara Barat a.l. negeri Belanda 

pada beberapa dasawarsa lalu, ternyata kanker telah menempati urutan nomor satu 

menggantikan penyakit PJP.

Bentuk-bentuk tumor dinamakan sesuai jaringan tempat neoplasma berasal, yaitu:

adenoma: benjolan maligne pada kelenjar, 

misalnya pada prostat dan payudara 

• limfoma: kanker pada kelenjar limfe, misalnya penyakit (non-) Hodgkin dan p. Burkitt yang berciri benjolan rahang

• sarkoma: neoplasma ganas yang berasal 

pembuluh darah, jaringan ikat, otot atau 

tulang, misalnya sarkoma Kaposi, suatu 

tumor pembuluh di bawah kulit tungkai 

bawah dengan bercak-bercak merah 

• leukemia: kanker darah yang berhubungan 

dengan produksi lekosit yang abnormal 

tinggi dan jumlah eritrosit sangat menurun

• myeloma: kanker pada sumsum tulang, 

misalnya penyakit Kahler(multiple myeloma)

dengan pertumbuhan liar sel-sel plasma 

di sumsum. Sel plasma berkembang menjadi limfosit-B. Lihat Bab 49 Dasar-Dasar 

Imunologi. 

• melanoma: neoplasma kulit yang sangat 

ganas, terdiri dari sel-sel pigmen, yang 

menyebar pesat. Neoplasma kulit lainnya 

yang dapat terjadi yaitu  sel basal dan sel 

“plaveisel”(squamous cell). Berlainan dengan melanoma, kedua jenis kanker terakhir dapat disembuhkan.

Penyebab

Riset pada beberapa dasawarsa terakhir 

mengungkapkan bahwa kanker disebabkan 

terganggunya siklus sel akibat mutasi dari gengen yang mengatur pertumbuhan. Pada umumnya dibutuhkan minimal dua jenis mutasi 

untuk membentuk pertumbuhan sel ganas. 

Sel-sel tumor “berusaha“ menjauhkan diri 

dari regulasi pertumbuhan sel normal. Hal 

ini dicapai dengan jalan perubahan genetik, 

sehingga sel tumor menjadi mandiri dari 

regulasi tersebut. Oleh karena itu, kanker 

termasuk penyakit akibat defek pada gen.

Defek pada gen dapat diakibatkan oleh 

banyak sebab, yaitu:

– radiasi dari sinar Röntgen, sinar gama 

dan gelombang sinar UV tertentu (UV-C; 

260 nm) yang diabsorpsi kuat oleh DNA;

– zat-zat kimia lingkungan (polusi, a.l. 

asap rokok dengan zat karbonhidrogen), 

juga aflatoksin yang dibentuk jamur 

Aspergillus;

– radikal bebas yang sangat reaktif ( O2

--

H2

O2

, OH-

) dari pernapasan biasa dan 

proses-proses faal lainnya;

– sitostatika, obat-obat kemoterapi kanker 

(„kemo“), yang sendirinya memiliki risiko besar menimbulkan kanker baru, 

sering kali leukemia. Sitostatika yang 

dapat merusak DNA dan berkhasiat karsinogen yaitu  zat-zat alkilasi.

Sistem reparasi DNA. Cacat-cacat pada 

gen beraneka ragam, yang pada hakikatnya 

dapat diperbaiki oleh sejumlah sistem enzim. 

Salah satu zat yang membantu reparasi ini 

yaitu  NADH (Niacinamide Adenine Dinucleotide), suatu zat antioksidan kuat dan 

penyuplai energi seperti ATP. Tetapi bila sel 

diekspose terus-menerus pada penyebab kerusakannya, maka sistem reparasi akhirnya 

tidak mampu lagi untuk memperbaiki cacat 

tersebut. Sel defek ini memperbanyak diri 

dan menurunkannya pada generasi berikutnya, sehingga akhirnya kanker dapat muncul 

di keturunannya sesudah  rentan waktu panjang. Sel cacat demikian yang tidak dapat 

direparasi lagi telah mengalami mutasi dari 

gen-gennya.

Proses timbulnya kanker. Tumor ganas terjadi melalui beberapa tingkat yaitu:

a. fase inisiasi: DNA dirusak akibat radiasi 

atau zat karsinogen (radikal bebas). Zatzat inisiator ini mengganggu proses reparasi normal, sehingga terjadi mutasi 

DNA dengan kelainan pada kromosomnya. Kerusakan DNA diturunkan kepada 

anak-anak sel dan seterusnya.

b. fase promosi: zat karsinogen tambahan 

(co-carcinogens) diperlukan sebagai promotor untuk mencetuskan proliferasi sel 

sehingga sel-sel rusak menjadi ganas. 

c. fase progresi: gen-gen pertumbuhan yang 

diaktivasi oleh kerusakan DNA mengakibatkan mitosis yang dipercepat dan 

pertumbuhan liar dari sel-sel ganas, 

berarti tumor menjadi manifes. 

Sel-sel tumor dapat menggandakan gengennya sampai 10.000 kali lebih cepat daripada sel normal. Oleh karena itu berbagai 

mutasi dapat berlangsung serentak, juga 

akibat kekhilafan genetik secara spontan. 

Sel membelah dalam beberapa fase selama 

siklusnya, yang rata-rata memakan waktu 

sekitar 20 jam.

* Apoptosis yaitu  kematian sel yang telah diprogram. Pada perkembangannya di 

dalam embryo praktis setiap sel menerima secara genetik suatu program khas, yang mematikannya sesudah  sejumlah pembelahan tertentu (prinsip “you are born to die”). Begitu juga 

bila cara berfungsinya terganggu hebat seperti halnya pada sel-sel kanker, yang demikian tidak akan mati pada waktunya. Akibat 

apoptosis sel kehilangan cairannya, mengkerat dan pecah dalam bentuk gelembunggelembung kecil, yang akan diserap oleh 

sel-sel sekitarnya. Kalsium berperan penting 

pada proses ini. Berbeda dengan necrosis 

sel, pada apoptosis tidak timbul reaksi peradangan. 

Sel-sel tumor telah menemukan cara untuk 

menghindari apoptosis, antara lain melalui 

mutasi dalam gen p53. Dengan demikian gen 

ini tidak bereaksi lagi terhadap kerusakan 

DNA dan proses reparasi tidak terwujud. 

Mekanisme yang mengatur apoptosis terganggu dan mutasi DNA yang sudah ada 

menjadi tetap dan diturunkan kepada sel-sel 

turunannya, sehingga akhirnya, mungkin 

baru pada generasi berikut, akan terbentuk 

sel-sel tumor ganas.

* Gen p53 (juga disebut gen-apoptosis atau 

tumor-suppressor gene) memegang peranan esensial pada lebih dari separuh dari 

semua kanker. Protein ini berfungsi sebagai 

gen bunuh diri, karena berdaya mencetuskan 

apoptosis dan bekerja sebagai faktor transkripsi di dalam inti sel. Oleh karena itu jumlah 

total dari pembelahan sel menjadi tetap bagi 

setiap jenis sel. Bila gen p53 dihambat atau 

dirusak, maka pertumbuhan sel (ganas) dapat berlangsung secara tak terkendali. Seba- gai contoh dapat disebut virus HPV-16 (human papillomavirus) penyebab kanker cervix 

(leher rahim). Virus ini mampu memadamkan isyarat darurat sel dengan jalan menginaktivasi gen p53, sehingga sel-sel tidak 

mati pada waktunya, tetapi membelah terus-menerus. Pada replikanya (anak-anak 

sel) akan timbul lebih banyak kekhilafan 

atau cacat dari pada normal, yang akhirnya 

berkembang menjadi sel-sel ganas dan timbulnya tumor. Para peneliti telah menemukan 

suatu protein (gen BCL-2) yang berefek 

menginaktivasi gen apoptosis ini. Kerja gen 

p53 diregulasi pula oleh hormon-hormon, 

misalnya pada haid kadar progesteron menurun dan beberapa jam kemudian sel-sel 

epitel rahim mengkerat dan mati dengan 

sendirinya. Contoh lain yaitu  kematian selsel prostat sesudah kastrasi dan terhentinya 

produksi testosteron.

* Telomer-telomer juga memegang peranan 

penting pada terjadinya kanker. Sel-sel sehat 

memiliki suatu rantai dari strip-DNA kecil 

(telomer) pada ujung setiap kromosomnya. 

sesudah  setiap pembelahan rantai sel telomer 

menjadi semakin pendek dan proses ini 

yaitu  bagian dari proses menua. sesudah  

membelah sekian kali telomer habis terpakai, 

pembelahan sel terhenti dan sel mati. Selsel kanker dapat membentuk telomerase, 

suatu enzim ribonukleoprotein yang berefek 

mencegah penyingkatan rantai telomer, sehingga sel tumor dimungkinkan untuk membelah kontinu tanpa terhenti.

Telomerase telah diketemukan oleh penyelidik Amerika dan pemenang hadiah 

Nobel 2009 (Profs Elizabeth Blackburn, Carol 

Greidi dan Jack Szostak). Kini telomerase aktivator dalam kapsul sudah mulai dipakai  

peroral sebagai obat untuk memperpanjang 

penghidupan (Life-extension capsule TA-65).

Tetapi pemakainya harus sangat berhati-hati 

karena potensial ada  risiko terjadinya 

kanker bila telomerase bekerja tidak terkendali. 

Sebab-sebab mutasi. Selain penyinaran 

dan zat-zat perusak DNA (radikal bebas,lihat 

Bab 40, Obat Asma), mutasi DNA di inti sel 

dapat pula diakibatkan oleh kekeliruan-kekeliruan kecil pada ratusan ribu pembelahan sel yang 

berlangsung setiap hari. Sel-sel cacat pada 

orang sehat dikenali oleh limfosit sebagai sel 

asing dan dimusnahkan. Tetapi, bila sistem 

imun terganggu atau lemah, sel-sel yang termutasi itu dibiarkan berkembang menjadi sel 

kanker yang kemudian berproliferasi. 

Infeksi “virus lambat” dalam kombinasi dengan faktor-faktor lain juga mungkin 

yaitu  penyebab dari mutasi. “Slow 

virus” ini dapat bermukim dalam tubuh selama puluhan tahun tanpa menimbulkan 

gejala. Contoh dari virus penyebab kanker 

mulut rahim yaitu  human papillomavirus 

(HPV-16), lihat di atas. Pria, meskipun tidak 

mengalami keluhan, dapat menjadi karier 

HPV dan menularkannya. Lihat juga Bab 7. 

Virustatika, Virus-virus lain.

Faktor lingkungan

Diperkirakan sekitar 80% dari semua kanker 

yang menyerang manusia diakibatkan oleh 

pengaruh lingkungan dalam arti seluasluasnya, yaitu pengaruh zat-zat karsinogen 

dari luar (eksogen). Sisanya yang menjadi 

penyebab yaitu  virus dan radiasi, masingmasing ±10%. Faktor-faktor eksogen penting 

yaitu :

• pengotoran udara oleh gas buangan mobil, 

pesawat udara, pabrik dan sebagainya.

• sinar ultraviolet dari matahari (kanker kulit, melanoma)

• radiasi terlalu sering dengan dosis tinggi 

oleh sinar-sinar ionisasi yang kaya akan 

enersi (sinar Röntgen dan sinar radio-aktif)

• makanan yang kaya akan lemak hewan dan 

miskin serat nabati

• tembakau: merokok bertanggungjawab 

untuk ±30% dari semua kematian akibat 

kanker (cutaneous squamous cell carcinomas). 

Leonardi-Bee J et al. Arch Dermatol 2012 

Aug 148:939.

Ingatlah peribahasa berikut: “Au bout de 

chaque cigarette, toujours le meme filtre: vos poumons.” (di ujung setiap rokok selalu ada  

filter yang sama, yaitu paru-paru Sdr).

Faktor Keturunan

Sejumlah kanker ternyata dapat diturunkan, 

antara lain 10-20% tumor payudara, 40% tu-

mor mata (retinoblastoma) dan kanker ginjal 

pada anak-anak (Wilms tumor). Diketahui 

bahwa dua gen tumor payudara (BRCA-1dan

BRCA-2) yaitu  penyebab diturunkan 

kanker ini dari ibu ke anak perempuan. 

Anak-anak yang memiliki gen-gen tersebut 

dalam kromosomnya berisiko sangat tinggi 

(± 80%) untuk mendapatkan kanker payudara atau ovaria sesudah  usia 40 tahun. Untuk 

menghindari risiko tersebut, sebagian wanita 

yang termasuk kelompok di atas secara preventif menjalani mammectomi (prophylactic 

mastectomy) dan ovariotomi .

(‚Angelina Jolie effect,‘, meningkatnya genetic 

testing terhadap mutasi BRCA1/2 bagi carrier; Breast Cancer Symposium September, 

2014).

Zat-zat karsinogen

yaitu  zat-zat yang dapat menimbulkan 

tumor melalui kontak (lokal, inhalasi) atau 

oral (usus). ada  banyak zat kimiawi 

yang bersifat karsinogen, misalnya ter yang 

timbul pada pembakaran tembakau dan 

kertas. Ada hubungan langsung yang jelas 

antara merokok dan kanker paru, tenggorok 

dan kandung kemih. Juga antara serat-serat 

asbes dan nikel (Ni) yang ada  di udara 

dan kanker paru.

Obat-obat yang bersifat karsinogen yaitu  

a.l. semua zat alkilasi, azatioprin, doksorubisin, 

daunorubisin dan prokarbazin (leukemia), hormon-hormon wanita (dietilstilbestrol = DES

kanker vagina dan endometrium), fenasetin 

(ginjal, hati) dan fenitoin, juga metronidazol

dan ter arang batu (Liq. Carbonis detergens).

Makanan juga dapat mengandung zat-zat 

kimiawi yang bersifat karsinogen langsung 

atau sesudah  interaksi dengan zat lain di dalam tubuh. Beberapa zat karsinogen terkenal 

yang berasal dari makanan yaitu : 

a. Nitrosamin, yang antara lain ada  

dalam lemak babi dan diuapkan pada 

proses penggorengan. Di dalam usus zatzat ini dapat terbentuk sebagai hasil reaksi dari nitrit dengan amin (hasil perombakan protein). Pembentukan nitrosamin dapat dihindari oleh vitamin C.

b. Nitrat ada  dalam banyak sayurmayur, terutama yang dibiakkan dengan 

pupuk buatan berlebihan, khususnya bayem. Oleh karena itu bayem yang sudah 

diolah sebaiknya dikonsumsi habis karena 

bila disimpan pada suhu kamar akan 

segera membentuk nitrit. pemakaian  

kaliumnitrat sebagai pengawet dan untuk 

memberikan warna segar (merah) pada 

daging sudah dilarang di kebanyakan 

negara Barat! Nitrat direduksi menjadi 

nitrit oleh flora usus. Vitamin C (0,5-1 

g/hari) dapat mencegah bersenyawanya 

nitrit dengan amin menjadi nitrosamin.

c. Benzpiren yaitu  suatu induktor enzim 

yang antara lain ada  pada asap 

rokok dan gas-buangan mobil. Zat ini 

juga terbentuk saat pemanasan daging 

dan ikan di atas api langsung pada bagian 

yang terbakar hitam (gosong). Perhatian: 

panggang sate.

d. Asam desoksikholat terbentuk dalam 

usus pada perombakan kolesterol dan 

empedu.

e. Aflatoksin dibentuk oleh jamur Aspergillus flavus yang berkembang biak pada 

kacang tanah, kelapa, jagung dan sebagainya yang disimpan di tempat lembap. 

Berhati-hatilah dengan mentega kacang 

(‚pindakaas‘) yang berkualitas buruk, karena dapat mengandung aflatoksin! 

Ochratoksin yang ada  pada jenis 

gandum tertentu di Eropa yaitu  zat 

karsinogen lain yang dibentuk oleh 

jamur Aspergillus ochraceus pada proses 

pembusukan.

f. Zat-zat pewarna yang dipakai  pada 

pembuatan kue, sirop, gula-gula dan sebagainya sering kali bersifat karsinogen 

pada binatang percobaan. Dalam sebuah Daftar WHO dimuat zat-zat pewarna 

yang dianggap aman (GRAS list = Generally Recognized As Safe).

g. Lainnya: dioxin dan radon. Dioxin termasuk kelompok PCB (polychlorbifenyl, C12

H10-xClx

), yang sangat toksik. Dibentuk 

pada pembakaran sampah, bersifat lipofil, 

sukar didegradasi dan berkumulasi di 

jaringan lemak hewan dan ikan. Karena 

berkhasiat karsinogen dan teratogen serta 

menurunkan sistem imun dan kesuburan, 

sejak 1985 penjualan dan pemakaiannya 

dilarang. Selama ± 50 tahun dioksin telah 

dipakai  sebagai cairan pendingin di 

transformator dan kondensator. 

Radon yaitu  gas mulia yang ada  

di mana-mana dan terbentuk dari radium 

sesudah  degradasi. Juga bersifat radioaktif, 

tetapi hanya melepaskan sinar-sinar alfa.

h. Zat degradasi minyak nabati yang terbentuk bila minyak goreng dengan kandungan banyak asam lemak tak-jenuh 

dipanasi pada suhu diatas 1700

 C. 

i. Tumbuhan Aristolochia yang sering digunakan dalam campuran Traditional Chinese Medicin (TCM) mengandung asam 

aristolochia, yang selain mutagenik dan 

nefrotoksik juga bersifat karsinogenik.

Diagnosis

Bila diduga adanya suatu kanker berdasar  

gejala-gejala khusus (pendarahan abnormal, 

benjolan, suara parau, perubahan kutil, dan 

sebagainyanya) dan gejala-gejala umum (rasa 

nyeri hebat, anoreksia, penurunan berat 

badan mendadak, rasa sangat letih), diagnosis biasanya diperkuat dengan a.l. foto X-ray, 

echografi, CT-scan, MRI dan/atau penyelidikan mikroskopis jaringan (biopt).

* Indikator tumor. Selain sedimentasi tinggi 

dan hemoglobin rendah, juga ada sejumlah 

bio-markers penting di dalam darah. Yang 

terutama yaitu  PSA (prostate specific antigen), 

alfa-FP (alfa-fetoprotein) dan beta-HCG (betahuman chorionic gonadotrophin). Nilai yang 

meningkat memberikan indikasi yang agak 

spesifik untuk adanya tumor pada masingmasing prostat (normal: 0-4 mcg/l darah), 

hati dan antara lain testis. Kurang spesifik 

yaitu  CEA (carcino-embryonic antigen) (0-4 

mcg/l) dan CA 125 (carcino-antigen), namun berguna untuk memonitor efek terapi 

terhadap kanker tersebar dari masing-masing 

lambung-usus dan payudara, ovarium/epitel lain.

* Biomarker kanker prostat. Kebanyakan 

bentuk kanker prostat disertai PSA yang 

meningkat (di atas 10 mcg/l), lihat Bab 43, 

Hormon-hormon Pria, PSA. Awal tahun 

1998 di AS ditemukan suatu protein IGF1

dengan fungsi isyarat untuk kanker prostat 

pada pria dengan risiko yang meningkat. 

Protein ini menurut perkiraan yaitu  

marker tumor yang lebih baik, karena dapat 

dideteksi di dalam darah beberapa tahun 

lebih dini daripada PSA. Namun nilai tinggi 

dapat juga disebabkan oleh prostatitis atau 

pembesaran prostat. 

Gen-gen di kemudian hari mungkin dapat 

dipakai  sebagai marker tumor umum,

misalnya dengan tes warna untuk mendeteksi

gen supresi tumor p53 yang termutasi, lihat di 

atas. Begitu juga dapat ditentukan gen-gen 

BRCA1dan BRCA2 pada wanita dengan 

sejarah kanker payudara di keluarga. 

Akhir-akhir ini telah dihasilkan suatu tes 

pewarnaan untuk mendeteksi gen p53 termutasi, yang memberikan indikasi terganggunya 

siklus sel dan dimulainya pertumbuhan selsel ganas. Tes ini mungkin dapat dipakai  di 

klinik secara rutin untuk screening kanker dan 

sebagai marker untuk memonitor progresnya 

(diss. dr I.O. Baas, Univ. Amsterdam, Jan. 

1998).

* Klasifikasi tumor didasarkan atas sistem 

TNM, pada mana T = tumor, N = nodul dan 

M = metastasis. T 1-3 menyatakan besarnya 

tumor, N 1-3 luasnya kelenjar limfe yang terlibat dan M 0-1 ada/ tidaknya metastasis.

Pencegahan

Menurut pendapat pada Union for International Cancer Control (UICC) World Cancer 

Congress 2012, perubahan pola hidup dapat 

menghindari dengan 50% insidensi penyakit 

kanker tertentu (paru, payudara). 

Faktor-faktor risiko yang terutama harus 

diperhatikan yaitu  menghindari merokok, 

kegemukan, makanan tertentu dan kurang 

bergerak (aktivitas fisik). Juga dianjurkan 

eradikasi melalui vaksinasi dari 3 jenis virus 

yang dapat memicu kanker, yaitu humanpapillomavirus, hepatitis B dan C.

TUMOR MARKERS/CANCER BIOMARKERS

Penanda tumor ideal yaitu  zat yang khusus diproduksi oleh jaringan tumor dan tidak oleh jaringan 

normal. Dapat ditentukan dengan mudah dan terpercaya dalam cairan tubuh (darah, urin), tinja atau 

jaringan dan yang kadarnya berkaitan dengan massa tumor.

Tumor marker ideal dapat mengenali pertumbuhan ganas dalam stadium dini, spesifik bagi organ 

tertentu, berkaitan dengan aktivitas tumor (“tumour burden”) dan memberikan informasi untuk 

prognosis. Tetapi tumormarker ideal demikian tidak tersedia, karena kadar dari banyak tumormarkers 

meningkat pada gangguan jinak (benign) maupun akibat gangguan ganas (maligne). Karena 

terbatasnya spesifisitas masalah ini dapat mengakibatkan “overtreatment” yang menjadi beban fisik 

dan psikis bagi pasien.

Definisi yang lebih praktis dari penanda tumor yaitu : suatu zat yang penentuannya secara kualitatif 

atau kuantitatif dalam cairan tubuh atau dalam jaringan tumor dapat memberikan informasi bagi 

diagnostik dan terapi pertumbuhan jaringan abnormal. 

Penentuan dalam cairan tubuh (darah/serum) sebagai indikator biokimia untuk diagnostik primer 

dan monitoring responsnya terhadap terapi atau untuk deteksi timbulnya residif yaitu  aplikasi 

terpenting dari tumor marker.

Singkatnya pada penelitian kanker, biomarker dipakai  untuk 3 tujuan:

1. diagnostik: identifikasi kanker secara dini

2. prognostik: meramalkan keganasan kanker tertentu

3. predictive: memonitor respons pasien terhadap terapi

Pada umumnya tumor marker berupa protein, tetapi akhir-akhir ini dengan kemajuan teknologi, 

perubahan-perubahan genetik(DNA/RNA) yang berkaitan dengan jenis kanker tertentu, juga dapat 

dipakai  sebagai marker genetik a.l. untuk memonitor terapi terarah (targeted treatment).

Lebih dari 20 tumor markers sekarang ini dipakai , sebagian hanya berkaitan dengan satu jenis 

kanker dan ada juga yang menandai beberapa tipe kanker. Suatu “universal” tumor marker yang 

dapat menunjukkan setiap jenis kanker tidak tersedia.

Tumor marker yang paling sering dipakai  klinis yaitu  a.l.: 

α1-foetoprotein (AFP), karsino-embrional antigen (CEA), human choriongonadotrofine (HCG), 

prostat specifik antigen (PSA), thyreoglobuline (TG) dan kalsitonin.

Tabel pemakaian  tumor markers pada keganasan (malignitas) spesifik

Organ Marker Tujuan

Colon dan rektum CEA penentuan dini residif atau metastase

Pankreas karsinoma CA 19/9 diferensiasi pankreatitis kronis dan karsinoma

Hati karsinoma AFP diagn. dini; penentuan dini residif atau metastase

Payudara karsinoma BRCA1/BRCA2/HER2 penentuan dini residif atau metastase

Ovarium karsinoma BRCA/CA 125 penentuan dini residif atau metastase

Prostat karsinoma PSA penentuan dini residif atau metastase

Testis karsinoma AFP, hCG diagnosis primer; penentuan dini residif atau 

metastase

Paru, non small cel EGFR penentuan dini residif atau metastase

Tiroid karsinoma kalsitonin diagnosis primer; penentuan dini residif atau 

metastase

Ref. Keuren J.F.W. et al; Toepassing van tumor markers in de klinische praktijk. Ned Tijdschr 

Geneeskd 2009; 153:A617

Terhadap kanker hingga kini baru tersedia 

satu vaksin, yaitu vaksin cervix (Gardasil 

2006, Cervarix 2007) yang mengandung antibodies terhadap Human Papilloma virus

tipe 6, 11, 16 dan 18, penyebab kanker mulut 

rahim dan terutama dianjurkan bagi wanita 

usia 16-26 tahun. 

Dosis: kur dari 3 injeksi 0,5 ml sesuai jadwal 

0-2-6 bulan.

Di samping sebagai prevensi juga digunakan terapeutik terhadap infeksi virus ini. 

Profilaktis juga berkhasiat terhadap kutil genital (condyloma acuminata) yang juga diakibatkan oleh HPV. Lihat Bab 7, Virustatika.

Makanan. Lihat juga Bab 54. Dasar-dasar 

diet sehat.

Pada dasawarsa terakhir telah dibuktikan 

adanya hubungan erat antara makanan dan 

kanker. Susunan diet sehari-hari dapat memengaruhi risiko kanker, khususnya daging, 

lemak jenuh, sayuran dan buah-buahan,

serta serat nabati. Diperkirakan 30-40% dari 

semua kanker berkaitan dengan makanan. 

Protein hewan dan lemak jenuh dalam diet 

mempunyai hubungan jelas dengan berbagai 

jenis kanker, misalnya kanker payudara, usus 

besar, prostat, ovarium dan cervix. Di negara 

Barat seperti Spanyol dan Yunani, yang makanan sehari-harinya mengandung lebih banyak lemak dan daging, ada  dua kali 

lebih banyak jenis kanker tersebut dibandingkan dengan Jepang. 

Protein hewan (termasuk daging ayam dan 

ikan) mengandung asam arachidonat yang 

dalam tubuh yaitu  bahan pangkal bagi 

prostaglandin-E. PgE2

 ini di samping bersifat 

meradang, juga berefek menekan sistem 

imun dan menstimulasi pertumbuhan sel 

tumor. (lihat Bab 21, Analgetika Antiradang).

Oleh karena itu sebaiknya jangan makan 

terlalu banyak daging hewan, terutama organ (jeroan, otak, limpa, jantung, lambung) 

dengan pengecualian hati dan kelenjar kacangan (timus). Hati mengandung banyak 

zat penting, seperti enzim antioksidan (SOD, 

katalasa, glutathion-peroksidase), glutathion, vitamin B-kompleks dan vitamin K, mineral dan elemen spura. Sebaliknya, protein nabati(kedele, kacang-kacangan (beans), 

syampinyon, jagung) tidak mengandung 

arachidonat, sehingga dapat bebas dimakan. 

Tetapi karena protein nabati tidak mengandung semua asam amino esensial, sebaiknya 

dilengkapi juga dengan produk-produk susu dan protein telur.

Minyak nabati (kembang matahari, jagung, kedele) dianjurkan untuk dikonsumsi 

tiap hari, karena mengandung asam lemak 

tak-jenuh yang esensial bagi tubuh. Asam 

lemak tak-jenuh tidak dapat disintesis sendiri. 

Lemak jenuh (mentega, margarin, minyak babi/sapi/domba/ayam) sebaiknya dikonsumsi sesedikit mungkin, karena mengandung banyak asam lemak trans yang 

mudah diubah menjadi kolesterol dan tidak dapat dipakai  untuk pembentukan 

prostaglandin “baik”. Minyak kacang (tanah)

sebaiknya jangan dipakai  karena mengandung arachidonat. Untuk proses menggoreng 

sebaiknya dipakai  sedikit mentega atau 

minyak kelapa. Jenis-jenis kacang (cashew/

mede, pistachio, walnut, hazelnut, pecan)

mengandung banyak minyak tak jenuh serta 

mineral dan dapat dimakan secukupnya, 

sebaiknya dalam keadaan mentah. Minyak 

ikan mengandung asam lemak omega (EPA, 

DHA) yang berefek anti tumor kare