obat 57


 guan lambung-usus (mual, muntah), pengosongan lambung dihambat, sehingga absorpsi obat yang diberikan diperlambat. Oleh sebab  itu pengobatan dengan analgetika sebaiknya disertai suatu 

prokinetikum (domperidon atau cisaprida).

Lamanya fasa ini ±½ - 1 jam lebih.

Serangan. Aura dihubungkan dengan 

ischemia (tak menerima darah) dari arteri 

otak yang menciut kuat (vasokonstriksi)

selama kira-kira 15 menit sampai 1 jam. 

Kemudian disusul oleh vasodilatasi,udema 

dari pembuluh darah dan sakit kepala yang 

berdenyut-denyut. Penyaluran darah ke bagian kepala meningkat dan denyutan arteri 

(pulsasi) diperkuat sehingga tampak jelas 

di permukaan pelipis (sebelah atau kedua 

pelipis). Gejala ini memicu  nyeri hebat, 

seolah-olah kepala mau « pecah ». Perasaan 

mual meningkat, timbul muntah dan pasien 

cenderung tiduran di tempat yang gelap. 

Setelah beberapa jam, serangan migrain 

ini berhenti, kemudian dapat timbul diare 

dan pasien cenderung banyak kencing dan 

mengantuk.

Jenis-jenis migrain

Bila ditemukan semua gejala ini di atas, 

penyakit disebut migrain cum aura (dahulu 

disebut migrain klasik), dengan insidensi 10-

15%. Pada migrain biasa tanpa aura, serangan 

berlangsung tanpa gejala neurologik. Migrain 

biasa paling sering terjadi dengan gejala sakit 

kepala yang timbul-hilang, perasaan mual 

serta malaise. 

* Insidensi. Migrain terhitung penyakit keturunan dan banyak pasien  menderita gangguan 

ini; wanita dua sampai tiga kali lebih sering 

terserang migrain daripada pria, terutama 

menjelang haid atau saat menopause. Frekuensi dan intensitas serangan kadang-kadang 

meningkat saat pemakaian  pil antihamil, 

selama hamil dan ketika timbul hipertensi. 

Di atas usia 55 tahun, insidensinya lebih 

rendah dan terus menurun. Serangan migrain pada umumnya tidak lebih dari 6 

kali sebulan, namun  bila lebih sering dapat 

disebabkan oleh sebab-sebab lain, contoh  

sakit kepala tegang (tension headache) atau 

sakit kepala yang dicetuskan oleh obat-obat 

(medicamenteus, contoh  oleh ergotamin 

dan analgetika).

Patogenesis

Penyebab migrain belum diketahui dengan 

pasti, walaupun dikenal beberapa teori, lihat 

di bawah. Hanya jarang sekali diakibatkan 

oleh suatu penyakit organik, seperti tumor 

otak atau cedera kepala. Namun sudah 

dipastikan bahwa migrain yaitu  suatu 

gangguan sirkulasi darah, yang memicu  

vasodilatasi dan penyaluran darah berlebihan 

ke selaput otak (meninges)dengan efek nyeri 

hebat di sebelah kepala.

Keturunan memegang peranan pada kepekaan sesepasien  untuk migrain. Para peneliti 

di Edinburg (1997) telah menemukan suatu 

gen yang terlibat pada kambuhnya migrain. 

Gen yang dapat diturunkan ini menghambat 

kemampuan sel-sel tubuh memakai  kalsium agar dapat berkomunikasi satu dengan 

yang lain. namun  faktor keturunan ini tidak 

selalu menentukan. Ada juga pasien -pasien  

yang mempunyai predisposisi demikian, 

namun  baru mendapat serangan migrain 

bila ada faktor-faktor lain yang memicunya, 

contoh  faktor lingkungan.

Teori. Ada sejumlah teori tentang terjadinya 

migrain, yang terpenting yaitu  teori neurovaskuler dan teori agregasi trombosit.

a. Teori neurovaskuler. Pada keadaan tertentu, contoh  stres, terjadi hiperaktivitas saraf 

adrenergik, yang melepaskan NA dan 5-HT 

berlebihan dengan efek vasokonstriksi kuat. 

Akibatnya ialah kekurangan penyaluran darah setempat di dalam otak (intracranial) dan 

timbul kekurangan oksigen. Hipoksia ini 

memicu  fase prodromal dan aura, juga 

mendorong sel-sel otak untuk mensekresi 

neurokinin. Zat mediator ini mengakibatkan 

vasodilatasi dari arteri extracranial, antara 

lain arteri leher. Oleh sebab  itu, penyaluran 

darah ke otak bertambah dengan terjadinya 

udema. Membran dari sel-sel dengan hipoksia menjadi lebih permeabel bagi ion kalsium,

yang kemudian menginvasi sel-sel itu dengan memicu  vasospasme. Dengan 

demikian keadaan hipoksia ditunjang terus 

dan prosesnya seperti lingkaran setan (vicious 

circle) dengan serangan-serangan yang berlangsung terus pula. 

b. Teori agregasi trombosit. Seperti telah dibicarakan di Bab 31 Adrenergika dan Bab 

30 Antidepresiva, praktis semua serotonin

dalam darah diangkut oleh trombosit. Pelatpelat darah ini bergumpal di bawah pengaruh induktor, seperti adrenalin (stress)

dan tiramin (keju) pada pasien  yang peka. 

Pada proses agregasi ini, serotonin dilepaskan 

ke dalam darah, yang membuat trombosit 

lain lebih peka terhadap induktor tersebut. 

Dengan demikian pada migrain proses 

agregasi dipercepat dan juga berlangsung 

lebih cepat daripada keadaan normal. Oleh 

sebab  itu pada permulaan serangan, kadar 

serotonin (dan NA) dalam darah naik sedikit, 

namun  kemudian menurun, sedangkan dalam 

urin kadar metabolitnya (5HIAA) meningkat. 

Serotonin memicu  vasodilatasi atau 

konstriksi, tergantung dari tipe reseptor-5HT 

yang berada di pembuluh tertentu. Pada 

arteri besar serotonin berefek vasokonstriksi

kuat, namun  pada arteriole berefek dilatasi, sedangkan kapiler antara arteri-vena (anastomose 

arteriovena) ditutup (konstriksi). Penurunan 

kadar serotonin mengakibatkan efek kebalikannya, antara lain mendilatasi arteri otak, 

juga dapat menurunkan ambang nyeri. 

Pada migrain, khususnya reseptor 5-HT1D

dan 5-HT2

 memegang peranan. Reseptor 

5-HT2A antara lain bertanggung jawab atas kontraksi otot polos pembuluh, sedangkan 

reseptor 5HT meningkatkan nafsu makan. 

Obat-obat anti-agregasi trombosit, seperti 

asetosal dan propranolol, ternyata efektif pada penanganan jenis migrain ini.

Faktor-faktor pencetus serangan

Ada sejumlah faktor yang dapat memicu 

serangan migrain, yang untuk setiap penderita harus ditentukan secara individual. 

a. Stress fisik dan mental, contoh  terlalu 

letih, sibuk atau kurang tidur, serta emosi 

berlebihan dan ketegangan, memicu anakginjal melepaskan noradrenalin (NA). Yang 

terkenal yaitu  migrain yang muncul justru 

setelah ketegangan reda dan stres sudah 

lewat (‘weekend migraine’, “let-down headache”).

b. Diet yang mengandung amin vasoaktif, 

artinya yang dapat mengakibatkan vasokonstriksi, seperti tiramin dalam keju masak 

(terutama jenis keju dari Prancis, seperti brie, 

camembert, dan sebagainya), anggur merah

(wine) dan feniletilamin dalam cokelat pahit. 

Bahan makanan lain yang diketahui dapat 

menginduksi serangan yaitu  ikan, telur, 

susu, mentega, pisang, tomat dan berbagai 

jenis buncis, juga alkohol dalam minuman, 

mungkin sebab  meningkatkan resorpsi 

amin ini dari saluran cerna.

c. Alergen, yaitu zat-zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi, contoh  bau-bauan 

(bensin, ter, aspal) dan wangi-wangian (parfum, khususnya muskus), juga sinar matahari 

kuat (silau) dan perubahan suhu yang mendadak.

d. Perubahan hormonal. Sejak lama diduga 

bahwa ada hubungan antara hormon seks 

tertentu dan migrain. 

* Masa haid. Sebagian wanita menderita 

sakit kepala sewaktu haid, sebab  turunnya 

kadar estrogen dan progesteron pada akhir siklus, atau juga sebab  naiknya kadar-kadar 

itu. 

* Selama minum pil antihamil kadar hormonhormon ini meningkat, yang juga dapat 

mencetuskan serangan.

* Gangguan ginekologi. Wanita dengan masalah ginekologi mempunyai kecenderungan 

dua kali lipat untuk serangan sakit kepala 

berat kronis dibandingkan dengan wanita 

lainnya. contoh  wanita dengan siklus haid

yang tidak teratur, adanya kista di indung 

telur, atau setelah menjalani pembedahan 

hysterectomia (pengangkatan rahim). 

* Selama masa kehamilan sering kali migrain 

tidak timbul, juga setelah masa peralihan 

(klimacterium), yang berkaitan pula dengan 

perubahan kadar hormon dalam darah.

e. Hipoglikemia, kadar gula darah terlampau 

rendah, contoh  sebab  puasa atau lapar 

sebab  makan terlambat.

Pencegahan 

Pertama-tama penderita perlu menentukan 

faktor mana dari daftar di atas yang mencetuskan serangan dan menghindarinya sejauh mungkin. Pencegahan ini termasuk 

menghentikan pemakaian  pil antihamil 

atau mengganti jenisnya. Di samping ini, 

penderita harus berusaha menjalani pola 

hidup yang tenang dan teratur. Makan dan 

tidur tepat pada waktunya, jangan melampaui 

kemampuan diri sendiri, baik fisik maupun 

psikis dan menjauhi sedapat mungkin segala 

jenis stres dan emosi berlebihan. Selain itu, 

psikoterapi (‘terapi wicara’) bermanfaat untuk meningkatkan semangat penderita serta 

menghilangkan kegelisahan.

Pengobatan serangan akut

a. Kombinasi antiemetikum/prokinetikumanalgetikum. Untuk melawan dengan efektif serangan akut yang ringan sampai sedang, pilihan pertama terdiri atas kombinasi 

dari obat antimual dan analgetik. Sedini 

mungkin, sebaiknya di fasa prodromal, 

penderita diberi domperidon (20 mg) atau 

metoklopramida (10 mg) terhadap mual 

dan meniadakan terhambatnya peristaltik 

yang biasanya menyertai serangan. Cara ini 

memperbaiki resorpsi obat antinyeri yang 

diminum ½ jam kemudian. Pilihan utama

yaitu  parasetamol (1 g), yang bila kurang 

memberikan efek dapat diulang setelah 4 

jam. Bilamana obat itu belum juga efektif, 

dapat diberikan asetosal atau suatu NSAID 

dengan dosis tinggi, contoh  asetosal 1200 

mg, ibuprofen 600 mg atau naproksen 1 g. Kofein dengan khasiat vasokonstriktif sering kali ditambahkan pada parasetamol dan 

asetosal untuk memperkuat daya kerjanya. 

Indometasin dapat pula dipakai , yang di 

samping bekerja analgetik juga berkhasiat 

vasokonstriktif terhadap arteri otak cukup 

baik. 

*Suppositoria. Penderita yang sudah mual 

dan tidak dapat minum obat-obat tersebut, 

dapat memakai  kedua jenis obat secara 

rektal dalam bentuk suppositoria.

b. Vasokonstriktiva. Bila penanganan di atas 

tidak menghasilkan efek, barulah dipakai 

obat klasik ergotamin dan suatu triptan, 

contoh  sumatriptan. Kedua zat ini ini 

yaitu  obat migrain spesifik yang mampu 

menghentikan serangan secara lebih efektif, 

namun  efek sampingnya juga lebih banyak. 

Sebagai agonis serotonin obat ini menstimulir 

reseptor 5HT1D, yang menurut perkiraan 

memicu  konstriksi kuat arteri otak yang 

telah mendilatasi, mengurangi peradangan 

neurogen sekitarnya dan meningkatkan ambang 

nyeri di SSP. 

* Ergotamin dapat diberikan oral, namun  

sebaiknya rektal dengan dosis 1 mg, yang 

bila perlu dapat diulang maksimal 3 kali 

sehari dengan interval 30-60 menit. Sering 

kali ergotamin dikombinasi dengan kofein

untuk meningkatkan resorpsi (oral dan rektal) dan memperkuat efeknya. Keberatan 

ergotamin ialah efek sampingnya yang 

berupa sakit kepala dan mual, yang dapat 

disalahtafsirkan sebagai gejala migrain dengan bahaya overdosis dan keracunan. Oleh 

sebab  itu, sebaiknya obat ini dicadangkan untuk kasus yang parah saja. Dihidroergotamin yaitu  derivat dihidronya dengan 

khasiat sama, yang sewaktu juga dipakai 

untuk menghentikan serangan.

* Sumatriptan. Sama efektifnya dengan 

ergotamin untuk menanggulangi serangan 

yang belum begitu hebat (oral 100 mg). Boleh 

diulang setelah setiap 1 jam sampai maksimal 300 mg per 24 jam. Pada serangan hebat,

sumatriptan lebih baik diberikan subkutan 

6 mg, jika perlu setelah 1 jam diulang satu 

kali. 

Senyawa triptan lain yang tersedia yaitu  

zolmitriptan, naratriptan, rizatriptan dan yang 

lebih baru almotriptan serta eletriptan. Semua 

derivat ini bekerja lebih lama dan lebih 

sedikit efek sampingnya dibanding dengan 

sumatriptan.

Efektivitas pengobatan. Sejumlah penelitian 

menentukan bahwa perbandingan efektivitas 

dari ergotamin dan sumatriptan yaitu  50 : 75%. 

namun  setelah terapi dengan sumatriptan, banyak penderita migrain kambuh lagi serangannya sesudah beberapa jam. Sumatriptan

oral mulai bekerja sesudah 30 menit, secara 

intranasal dan injeksi subkutan lebih cepat 

efeknya (sesudah 10-15 menit).

c. Obat-obat tambahan. Di samping kofein

yang memperkuat efek parasetamol, asetosal 

dan ergotamin, adakalanya juga ditambahkan diazepam (5 mg) terhadap perasaan 

gelisah dan takut serta merelaksasi otot-otot 

yang tegang.

Singkatnya pengobatan serangan akut yaitu  

sebagai berikut.: 

Step 1: prokinetikum + 1000 mg parasetamol 

atau 1200 mg karbasalat-Ca; Bila kurang 

bermanfaat atau sebab  efek samping:

Step 2: prokinetikum + 600 mg ibuprofen 

atau 500 mg naproksen atau 50-100 mg 

diklofenak. Bila kurang bermanfaat atau 

sebab  efek samping:

Step 3: untuk serangan berlangsung lama 

(2-3 hari): prokinetikum + 1-2 mg ergotamin 

(maks. 4 mg dan 1x seminggu) (+ kofein)

Ref. Farmaceutisch Kompas 2012

Profilaksis

Terapi interval (terapi prevensi) pada umumnya baru dilakukan bila pasien menderita lebih 

dari dua serangan sebulannya. Maksudnya ialah 

untuk mengurangi frekuensi dan intensitas/

lamanya serangan serta memperkecil risiko 

akan kelainan otak akibat terlalu sering 

terjadi hipoksia, seperti atrofia, udema dan 

infark.

Obat-obat yang dipakai untuk profilaksis ini semuanya secara langsung atau 

tak langsung berkhasiat vasodilatasi. Yang 

dipakai yaitu  ß-blocker metoprolol danpropranolol, antagonis serotonin pizotifen 

dan metisergida, obat hipertensi klonidin dan 

antagonis-Ca flunarizin. Semua obat itu tidak 

efektif untuk menanggulangi serangan akut! 

Ref. Theus R., Preventie van migraine in de eerste 

lijn. Ned Tijdschr Geneeskd 2013; 157:C1789)

* Propranolol dan metoprolol. ß-blocker 

tanpa sifat ISA ternyata paling efektif untuk prevensi jangka panjang, lagi pula efek 

sampingnya relatif ringan. Obat-obat ini 

mengurangi aktivitas serotonin dan NA dengan menempati reseptor-ß di otak. Ternyata 

bahwa ß-blockers lain (antara lain dengan 

ISA) tidak efektif, sehingga diperkirakan 

bahwa kejanggalan ini disebabkan oleh 

mekanisme lain yang belum diketahui. 

* Klonidin yaitu  zat a2

-adrenergik yang 

mencegah vasokonstriksi perifer dengan 

menstimulir reseptor-a2

 di otak

*Antagonis-serotonin mengurangi aktivitas 

serotonin melalui persaingan reseptornya. 

– Pizotifen yaitu  suatu antihistaminikum, 

yang dalam dosis rendah justru memperkuat 

efek serotonin dan sebab  ini mungkin 

juga merintangi transmisi isyarat nyeri di 

otak, hingga ambang nyeri dinaikkan. 

– Metisergida yaitu  derivat ergotamin 

yang tidak begitu dianjurkan, sebab  

dapat memicu  efek samping kuat.

* Flunarizin yaitu  antagonis kalsium selektif yang berkhasiat anti-vasokonstriktif 

dengan menghambat pemasukan ion-ion 

kalsium ke dalam sel dinding pembuluh. 

Obat ini terutama dianjurkan pada penderita 

migrain dengan gangguan vena (penyakit 

Raynaud).

Singkatnya profilaksis terhadap serangan 

migrain dengan frekuensi 2 kali atau lebih 

sebulan: 100-200 mg metoprolol sehari atau 

dibagi dalam dua dosis; atau 80-160 mg 

propranolol sehari atau dibagi dalam 2 dosis; 

atau 1,5 mg pizotifen atau valproat-Na 500-

1000 mg sekali gus atau dibagi dalam 2 dosis.

Setelah 3 bulan hasilnya dimonitor dan bila 

cukup baik (50% pengurangan frekuensi), 

profilaksis dihentikan.

Catatan: propranolol memperkuat efek vasokonstriksi dari ergotamin.

Ref. Farmaceutisch Kompas 2012

Obat-obat prevensi lainnya. Di samping 

obat-obat khas ini di atas sering kali juga 

dipakai obat-obat tambahan yang ternyata 

efektif sebagai obat prevensi serangan. 

* Antidepresiva. Amitriptilin dengan efek 

anksiolitik terutama diberikan pada pasien 

dengan gejala depresi sekunder, yang umumnya timbul sesudah bangun tidur pada 

akhir serangan. Beberapa SSRI (fluvoksamin

dan fluoksetin) ternyata juga efektif. Semua 

zat itu bersifat serotoninerg kuat, artinya 

meningkatkan kadar serotonin dalam otak, 

sehingga justru kebalikan dari efek obatobat profilaktis lainnya. Mekanisme kerjanya 

belum dapat dijelaskan, mungkin seperti 

pizotifen berdasar  peningkatan ambang 

nyeri dengan memperkuat efek serotonin. 

Lihat juga Bab 30, Antidepresiva.

* Tranquillizer: diazepam, klobazam dan oksazepam. Kedua obat pertama juga bersifat 

antikonvulsif, yang menguntungkan bagi 

pasien dengan EEG abnormal selama serangan (EEG = electro-encephalogram, foto otak). 

Benzodiazepin bermanfaat untuk menghilangkan faktor provokasi, seperti ketegangan, kegelisahan dan rasa cemas, yang 

umumnya menghebat pada hari-hari sebelum serangan. 

* Asam valproat ternyata efektif sebagai 

profilaktikum dan telah diregistrasi di AS 

untuk indikasi ini. Mekanisme kerja obat 

epilepsi ini tidak diketahui.

* Ekstrak Tanacetum (feverfew, moederkruid). 

Daun tanaman komposit Tanacetum parthenium ini sejak lama dipakai dalam ilmu 

pengobatan tradisional sebagai pencegah 

migrain. Kandungan aktif utamanya yaitu  

parthenolida, suatu sesquiterpenlacton, yang 

sebagian bekerja melalui blokade reseptor 5HT2A. Zat-zat kandungan lainnya juga 

berperan meningkatkan efeknya.

Mekanisme kerja obat-obat prevensi. Untuk penanganan serangan diperlukan agonisme 

dari 5HT1D (ergotamin dan sumatriptan). 

Titik-titik kerja dari profilaktika kurang jelas, 

diperkirakan bahwa blokade dari reseptor 

5HT2A dan/atau 5HT2C bertanggungjawab atas 

efeknya, seperti juga pada metisergida. Selain 

itu, mekanisme lain dapat memicu  efek 

antimigrain, seperti ternyata pada beberapa 

antidepresiva (SSRIs).

Pentakaran obat prevensi hendaknya serendah mungkin yang masih efektif. Pengobatan umumnya perlu dilanjutkan minimal 

6 bulan, kemudian dosis dengan berangsurangsur diturunkan untuk mencegah timbulnya serangan «rebound». Adakalanya obat 

dapat dihentikan seluruhnya, namun  lebih 

sering perlu dilanjutkan dengan dosis yang 

lebih rendah.

Efek plasebo ternyata cukup besar pada 

migrain. ‘Tablet kosong’ pada lebih dari 50% 

ternyata efektif, walaupun frekuensi serangan 

hanya berkurang lebih sedikit dibandingkan 

obat-obat interval sejati.

MONOGRAFI

1. Ergotamin: *Cafergot, *Bellapheen

Alkaloid sekale ini mirip struktur kimiawinya dengan LSD (lihat Bab 23, Drugs). 

Ergotamin menstimulasi maupun memblokir reseptor alfa-adrenerg dan serotoninerg. 

contoh  menstimulir reseptor 5HT1

, khususnya 5HT1D (tidak begitu selektif dibandingkan sumatriptan) dan memblokir reseptor-alfa (alfa-blocker) dengan efek vasodilatasi ringan. Sifat ini didominasi oleh khasiat 

vasokonstriksi kuat dari arteri otak dan 

perifer berdasar  daya antiserotoninnya

(blokade-5HT1

). Berkat sifat vasokonstriktif 

itu, ergotamin banyak dipakai sebagai 

obat khas terhadap serangan migrain, yang 

hanya efektif (walaupun tidak selalu) bila 

dipakai pada fase permulaan. Biasanya 

obat ini dikombinasi dengan kofein dan 

obat antimual, terutama siklizin, terhadap 

muntah-muntah. Ergotamin juga dipakai 

pada sakit kepala cluster. Efek oksitosiknya

(merangsang otot rahim) lebih ringan daripada 

ergometrin.

Resorpsi dari usus tidak teratur dan sangat 

bervariasi, dengan BA hanya ±2%, maka 

sebaiknya dipakai sebagai injeksi i.m. 

atau secara rektal (BA 1-5%) dan sublingual. 

Kofein meningkatkan resorpsi (oral, rektal) 

dan memperkuat efeknya. PP 98%, plasma-t½ 

panjang sekali, sampai 21 jam, sehingga dapat 

memicu  kumulasi. Ekskresi berupa 

metabolit, terutama lewat empedu dan tinja. 

Efek samping berupa mual, muntah dan 

sakit kepala mirip gejala migrain. Bila 

diminum lebih banyak, gejala bertahan dan 

terjadilah lingkaran setan. Akibat kumulasi 

dapat timbul efek toksik, seperti kejang otot 

kaki, kelumpuhan, vasospasme dengan jarijari tangan menjadi dingin, akhirnya terjadi 

gangrena (mati-jaringan). sebab  sifat-sifat 

itu, ergotamin tidak boleh diberikan pada 

pasien jantung dan hipertensi. Wanita hamil

tidak boleh diberikan obat ini, berhubung 

efek oksitosiknya. 

Dosis: oral/rektal 3-4 dd 1 mg, maksimal 4 mg 

per serangan dan 8 mg seminggu. Sebaiknya 

dikunyah halus sebelum ditelan untuk mempermudah resorpsi atau diletakkan di bawah lidah (sublingual). Sebagai aerosol 360 

mikrogram, injeksi i.m. atau s.k. 0,25-0,5 mg, 

semuanya sebagai garam tartrat.

Sediaan kombinasi: 

* Cafergot = E. 1 mg + kofein 100 mg; 

* Bellargal Retard = E. 0,6 mg + fenobarb 20 

mg + alkal. Belladon. 0,1 mg; 

* Bellapheen = E. 0,3 mg + fenobarb 20 mg + 

alkal. Belladon 0,1 mg.

* Dihidroergotamin (Dihydergot) yaitu  derivat dihidro dengan sifat-sifat yang lebih kurang sama. Adakalanya dipakai 

pula pada serangan migrain, namun  indikasi 

utamanya yaitu  pada tekanan darah yang 

terlalu rendah (hipotensi ortostatik) berdasarkan efek adrenergiknya (ISA = intrinsic 

sympathomimetic activity) yang terutama tampak pada vena perifer dengan efek peningkatan tonusnya. Juga dipakai pada nyeri 

kepala cluster. Dosis: oral permulaan 1-2 mg 

(mesilat = metanosulfat), bila perlu setelah 30-

60 menit diulang, maksimal 3 mg.

2. Sumatriptan: Imigran, ImitrexDerivat indolmethansulfonamida ini (1991) 

merupakan agonis serotonin selektif dari reseptor 5HT1

 dan khusus dari reseptor 

5HT1D. Sumatriptan sangat ampuh menghentikan serangan hebat dalam waktu 0,5-2 

jam (injeksi/tablet). namun  pada 40% pasien, 

migrain kambuh lagi dalam 24-48 jam. Menurut perkiraan mekanisme kerjanya berdasarkan penurunan pelepasan neuropeptida peradangan (substansi-P), yang berdampak penghambatan reaksi radang dari selaput otak luar 

(dura mater), sehingga sakit kepala di-atasi. Di 

samping itu, terjadi vasokonstriksi di otak di mana 

ada  reseptor 5-HT1

, yang meniadakan 

dilatasi penyebab sakit kepala. Sumatriptan 

tidak bekerja terhadap gejala aura, namun  

juga efektif terhadap sakit kepala “cluster”. 

pemakaian nya secara oral, subkutan atau 

spray hidung bagi pasien yang mual.

Resorpsi setelah pemakaian  oral cepat, 

namun  tidak lengkap, dengan BA hanya ±14% 

akibat FPE besar. Mulai kerjanya setelah 

30 menit (s.k. 10-15 menit), kadar plasma 

mencapai maksimum setelah lebih kurang 

25 menit. Sumatriptan praktis tidak melintasi 

barier darah-otak. PP 14-21% dan t½ 2 jam. 

Zat ini diuraikan di dalam hati menjadi 

metabolit indol-asam asetat yang diekskresi 

melalui urin.

Efek samping berupa perasaan panas dan 

tertekan di leher dan dada, perasaan letih/

lemah. mengantuk, juga pusing-pusing dan 

flushing. Pada pemakaian  subkutan nyeri di 

tempat injeksi. Jarang sekali infark jantung.

Kontra-indikasi yaitu  gangguan jantung, 

hipertensi dan gangguan fungsi hati dan 

ginjal. Tidak dianjurkan bagi manula dan 

jangan dikombinasi dengan ergotamin sebab  

ada kemungkinan timbul kejang pembuluh. 

Kehamilan dan laktasi. Keamanan bagi janin 

dari semua zat triptan belum dipastikan 

sebab  datanya belum lengkap. Obat-obat 

ini mencapai air susu ibu, maka sebaiknya 

jangan dipakai selama laktasi.

Dosis: oral 1 dd 100 mg (garam suksinat), 

maksimal 300 mg dalam 24 jam. Subkutan 6 

mg, maksimal 12 mg/24 jam.

* Zolmitriptan (Zomig), naratriptan (Naramig) dan rizatriptan (Maxalt). Derivat-derivat ini (1996) diserap lebih baik daripada 

sumatriptan dengan BA masing-masing 

40, 70 dan 40%. Mulai kerjanya lebih cepat, 

efeknya bertahan lebih lama dengan masa 

paruh 3, 6 dan 3 jam. Zolmitriptan dan naratriptan dibandingkan dengan sumatriptan 

lebih mudah melintasi barier darah-otak. 

Obat ini kurang efektif untuk serangan hebat, 

maka dianjurkan hanya untuk serangan 

ringan-sedang. Pentakaran ketiga obat itu 

lebih rendah, yaitu masing-masing 1-2 dd 2,5, 

2,5 dan 10 mg.

*Almotriptan (Almogran) dan eletriptan (Relpax) yaitu  derivat terakhir (2000) dengan 

resorpsi baik dan BA 70 dan 50%, plasma-t1/2 

3.5 dan 4,5 jam.Dosis masing-masing 12,5 

dan 40 mg, yang bila perlu diulang setelah 

minimal 2 jam.

3. Metisergida: Deseril

Derivat ergotamin ini (1960) yaitu  suatu 

antagonis serotonin tidak selektif melalui 

blokade dari reseptor 5HT1

 dan 5HT2

. sebab  

sifat ini, metisergida dipakai sebagai obat 

pencegah migrain untuk maksimal 6 bulan. 

Resorpsi di usus kurang baik, BA 13% 

akibat FPE besar. Dalam hati zat ini dirombak 

menjadi metilergometrin yang terutama diekskresi lewat urin. Plasma-t½ 1-4 jam.

Efek samping berupa gangguan saluran cerna 

yang bersifat sementara, juga efek psikisnya 

menyerupai LSD (halusinasi, gelisah, pusing), kadang-kadang rambut rontok dan 

kejang pembuluh. Pada pemakaian  lama 

dapat terjadi fibrosis beradang parah di paru, 

ginjal dan organ-organ lainnya. Oleh sebab  

itu pemakaian  metisergida dianjurkan hanya pada keadaan parah dan hanya selama 

maksimal 6 bulan berturut-turut. Pengobatan 

juga jangan dihentikan dengan mendadak 

sebab  risiko serangan “rebound”.

Dosis: oral permulaan 1 mg (maleat) p.c. 

sebelum tidur, berangsur-angsur dinaikkan 

sampai 2-3 dd 1-2 mg selama maksimal 6 

bulan.

4. Pizotifen: Mosegor, Sandomigran, Lysagor

Senyawa trisiklik ini (1968) memiliki struktur dan sifat yang mirip antihistamin siproheptadin (Periactin). Keduanya memiliki 

khasiat antihistamin dan antiserotonin ber-dasarkan blokade reseptor 5HT2

 di arteri 

dan saraf otak. Di samping ini, pizotifen juga 

berkhasiat antikolinergik dan sedatif lemah.

Berkat kerja antiserotoninnya yang panjang 

(t½ = 23 jam), pizotifen banyak dipakai 

pada terapi interval migrain. Sama dengan 

siproheptadin, adakalanya zat ini dipakai 

untuk menstimulir nafsu makan.

Efek samping yang paling sering terjadi 

yaitu  rasa letih dan mengantuk yang bersifat sementara (sekitar 2 minggu), jarang 

pusing, mulut kering, mual dan obstipasi. 

Berkat efek antiserotoninnya, di samping 

efek hipoglikemik ringan, nafsu makan dan 

berat badan dapat meningkat.

Dosis: permulaan 0,5 mg sebelum tidur, 

berangsur-angsur dinaikkan dalam waktu 5 

minggu sampai 3 dd 0,5 mg, atau sekaligus 1,5 

mg sebelum tidur untuk menghindarkan rasa 

kantuk pada siang hari. Sebagai stimulans 

nafsu makan 3 dd 0,5 mg.

5. Flunarizin: Sibelium

Derivat difluor dari sinarizin ini (1982) adalah antagonis-Ca selektif terhadap pembuluh 

otak dengan efek anti-vasokonstriksi, melindungi sel-sel dan saraf otak terhadap 

hipoksia akibat vasospasme. Berkat sifatsifat ini, dianjurkan pemakaian nya pada 

terapi interval migrain. Sama efektifnya 

dengan propranolol dan pizotifen mengenai 

pengurangan frekuensi dan intensitas serangan, namun  lamanya serangan kurang 

dipengaruhi. Efeknya panjang (t½ 18 jam), 

namun  baru tampak setelah kira-kira 3 bulan. 

Berlainan dengan Ca-blockers lainnya, obat 

ini tidak bekerja terhadap jantung, arteriole dan vena perifer (lih. Bab 37, Obat 

jantung, Antagonis kalsium). Di samping itu, 

flunarizin juga dipakai pada profilaksis 

pusing-pusing (vertigo) berkat efek sedatifnya terhadap organ keseimbangan, lihat 

selanjutnya Bab 34, Vasodilator.

Efek samping jarang terjadi dan berupa 

mengantuk dan gangguan saluran cerna, 

terutama selama 2 minggu pertama. Pada 

overdosis dapat terjadi gejala ekstrapiramidal 

dan depresif, terutama pada manula.

Dosis: profilaksis migrain dan vertigo: oral 

malam hari 10 mg, manula di atas 65 tahun 

5 mg. sebab  masa paruh panjang ( t½ =18 

hari!), setelah 2 bulan dosis pemeliharaan 

sebaiknya diturunkan sampai 10 mg setiap 2 

hari. Sesudah 6 bulan dianjurkan penghentian 

medikasi dengan mempertimbangkan apakah terapi masih perlu dilanjutkan.

6. Propranolol: Inderal

Obat jantung dan hipertensi ini yaitu  

salah satu ß-blocker (reseptor-ß1

 dan -ß2

tanpa efek ISA, yang efektif sebagai pencegah 

serangan migrain. Khasiat ini mungkin 

berdasar  daya kerja antiserotonin, 

anksiolitik dan antitrombotiknya, juga 

sebab  berkhasiat mencegah dilatasi arteri dan 

menghambat lipolysis yang diinduksi oleh 

katecholamin (NA, 5HT, DA) sehingga sintesis prostaglandin dikurangi. Obat-obat 

dengan khasiat kardioselektif (ß1-blockers)

sama efektifnya, seperti metoprolol dan

atenolol. Obat-obat ini tidak dapat dikombinasi dengan ergotamin, sebab  sebagai salah 

satu efek samping ß-blocker secara tidak 

langsung (melalui ß2

-blokade) juga menimbulkan vaso-konstriksi (kaki dan tangan 

dingin).

Dosis: oral permulaan 2-3 dd 40 mg, bila 

perlu berangsur-angsur dinaikkan sampai 

2-3 dd 80 mg. 

Lihat selanjutnya Bab 35, Antihipertensiva 

dan Bab 37, Obat-obat jantung




VITAMIN DAN MINERAL

A. VITAMIN

Vitamin yaitu  zat kimia organik dengan 

komposisi beraneka-ragam, yang dalam 

jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh 

manusia untuk memelihara metabolisme, 

pertumbuhan dan pemeliharaan normal. 

Vitamin bukan merupakan ‘bahan bakar’ 

atau bahan untuk membangun tubuh. 

Kebutuhannya berkisar dari beberapa mcg 

(mikrogram), contoh  vitamin B12, sampai 

ratusan mg (vitamin C dan E). Tubuh manusia memiliki persediaan tertentu, yang 

tergantung dari jenisnya yaitu  cukup 

untuk kebutuhan beberapa minggu sampai 

beberapa tahun.

Istilah ‘vitamin’ diberikan atas dasar 

perkiraan semula bahwa semua zat ini 

memiliki struktur amin (Lat. vita = kehidupan), namun  ternyata hanya tepat bagi 

beberapa zat saja, antara lain tiamin (vitamin 

B1

). Kebanyakan vitamin atau zat pelopornya 

yang disebut provitamin, diperoleh dari 

bahan makanan dan hanya beberapa saja 

dapat disintesis sendiri dalam usus oleh 

tubuh, yaitu vitamin B2

, B5

, K2

 serta biotin. 

Vitamin A dan D3

 juga dapat disintesis dalam 

tubuh dengan masing-masing karoten dan 

kolesterol sebagai bahan pangkalnya.

Fungsinya sangat bervariasi. Banyak 

vitamin secara biologis tidak aktif, namun  

membutuhkan pengubahan kimia dalam 

tubuh, contoh  proses fosforilasi (vitamin 

B1

, B2

, B3

 dan B6

). Vitamin B2

 dan B3

 perlu 

penggabungan pada nukleotida purin atau 

piridin. Banyak vitamin berfungsi sebagai 

ko-enzim bagi enzim tertentu, contoh  

vitamin dari kelompok B bekerja sebagai koenzim, yang aktif pada proses metabolisme 

dan pembentukan energi. Vitamin A bekerja sebagai bahan-pangkal untuk pigmen retina rodopsin, yang esensial bagi proses 

penglihatan dalam keadaan kurang cahaya. 

Vitamin C berfungsi pada sistem reduksioksidasi yang memegang peranan penting 

pada banyak proses redoks, sedangkan vitamin D dalam bentuk aktifnya penting bagi 

regulasi kadar Ca dan P dalam jaringan 

tubuh.

Vitamin C ditemukan oleh peneliti Hongaria, A.von Szent-Gyorgyi (1893-1986), 

penerima hadiah Nobel di tahun 1937.

Enzim dan ko-enzim 

Enzim yaitu  protein yang bekerja sebagai 

katalisator untuk mencetuskan suatu reaksi 

kimiawi tanpa dirinya mengambil bagian 

pada reaksi tersebut. Daya kerja suatu enzim 

bersifat spesifik, contoh  lipase hanya berdaya merombak lemak, protease memecahkan hanya protein dan amylase hanya 

dapat mengubah amilum (pati). 

Enzim terdiri dari kompleks suatu protein 

(apo-enzim) dan suatu zat non-protein (gugus 

prostetik), yang berfungsi sebagai ko-enzim

(aktivator). Apo-enzim tidak bisa melakukan 

kerjanya sebelum diaktivasi oleh ko-enzim ini. 

Banyak vitamin dari kelompok-B berfungsi 

sebagai ko-enzim bagi enzim-enzim penting. 

Suatu ko-enzim metabolisme penting yaitu  

ko-enzim A, yang berfungsi mentransfer 

gugus asetil (transasetilasi) dalam siklus asam 

sitrat (siklus Krebs).

Gangguan yang berkaitan dengan kebutuhan untuk vitamin dapat di bagi dalam 3 

kelompok:

1. Hipovitaminosis: kekurangan dari satu 

atau lebih vitamin;

2. Avitaminosis: persediaan dari suatu vitamin praktis kosong (contoh  vitamin B12 pada anemia perniciosa);

3. Hipervitaminosis: kelebihan dari suatu vitamin, sering kali disebabkan overdosis yang mengakibatkan gejala-gejala 

intoksikasi serius.

Hipovitaminosis. Dapat timbul akibat genetik dari proses metabolisme vitamin. Sering 

kali sebabnya yaitu  ketidakmampuan 

ko-enzim dari vitamin yang bersangkutan 

(walaupun tersedia dalam jumlah cukup) 

untuk mengikat diri pada apo-enzim dengan 

efek yang sama seperti tidak tersedianya 

vitamin tersebut. Contohnya yaitu  antara 

lain penyakit rachitis akibat resistensi vitamin D.

Hipervitaminosis. Jarang sekali disebabkan 

asupan makanan, namun  kebanyakan akibat 

pemakaian  suplemen (multi)vitamin yang 

tidak rasional.

Defisiensi. Sejak dahulu dikenal gangguan 

akibat defisiensi vitamin yang memicu  

gejala khas, seperti buta malam (vitamin A), 

beri-beri (vitamin B1

), radang lidah dan bibir 

(cheilosis, vitamin B2

), pelagra (vitamin B6

), 

skorbut (vitamin C) dan penyakit Inggris 

rachitis (vitamin D). Dalam semua kasus di 

atas, pemberian vitamin bersangkutan dalam 

dosis yang 5-10 kali lipat dari kebutuhan 

normal berkhasiat menghilangkan gejala 

defisiensi secara cepat dan efektif.

Defisiensi vitamin D terutama dapat timbul 

pada bayi dan balita. Sediaan kombinasi 

A/D diberikan untuk menghindari penyakit rachitis bila juga ada kemungkinan kekurangan vitamin A. namun  perlu diingat 

bahwa bayi sehat tidak memerlukan tambahan vitamin A. Di samping ini harus juga 

diwaspadai bahaya intoksikasi dari vitamin 

A bila diperlukan dosis tinggi pada terapi 

rachitis dengan kombinasi A/D.

Vitamin B-kompleks dapat dberikan pada 

keadaan resorpsi buruk (contoh  sebab  

gangguan serius pada usus halus) atau 

diet yang tidak sempurna sehingga timbul 

defisiensi dari vitamin kelompok B. namun  

dianjurkan bahwa kombinasi demikian tidak 

mengandung vitamin B12 (tidak bermanfaat 

pada dosis rendah yang lazim dalam sediaan 

demikian) atau asam folat (cave: anemia 

megaloblaster yang tidak terdeteksi).

Kebutuhan akan berbagai vitamin tergantung dari usia, kelamin dan susunan makanan sehari-hari. contoh , bila diet kaya 

protein, maka kebutuhan akan riboflavin 

dan piridoksin, yang berperan sebagai koenzim dalam metabolisme asam amino, 

ternyata meningkat. Pada diet dengan banyak 

karbohidrat dibutuhkan lebih banyak vitamin 

yang berperan pada metabolisme gula, 

seperti aneurin dan niasinamida (vitamin B3

). 

Lihat tabel di bawah ini untuk kebutuhan 

vitamin sehari-hari. 

RDA (Recommended Daily 

Allowance) 

Banyak negara memiliki panitia ilmiahnya 

yang secara periodik meneliti kebutuhan 

gizi (nutrient) sehari-hari dari penduduknya. 

contoh  di AS ada Food & Nutrition Board

yang memberikan rekomendasi mengenai 

jumlah kebutuhan sehari-hari (RDA) yang 

mutlak untuk memelihara kesehatan dan 

sebagai dasar penyusunan pola konsumsi 

makanan. RDA dipublikasikan pertama kali 

dalam tahun 1941, yang kemudian secara 

periodik direvisi setiap 5 sampai 10 tahun. 

Rekomendasi mencakup kebutuhan akan 

unsur gizi yang penting, termasuk fat-soluble 

vitamins, water-soluble vitamins dan mineral

bagi bayi, anak-anak, pria, wanita serta 

wanita hamil dan yang menyusui. 

Diet referensi. RDA didasarkan atas diet 

referensi bagi kelompok penduduk tersebut, 

di mana untuk setiap komponen ditetapkan 

jumlah yang sebaiknya dimakan setiap 

hari. Untuk susunannya lihat Bab 54, Dasardasar diet sehat. Menurut pendapat ini bila sesepasien  mengonsumsi diet ini 

dalam jumlah yang ditetapkan, maka ia 

akan menerima semua (mikro)nutrien yang 

diperlukan untuk memelihara kesehatannya, 

khususnya untuk prevensi gangguan akibat 

defisiensi vitamin. Artinya, menerima cukup zat-zat gizi utama berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, elemen spura 

dan enzim. Oleh sebab  itu para ahli gizi 

menganggap bahwa pada hakikatnya suplesi 

nutrien sama sekali tidak diperlukan.

• RDA baru di AS. Awal tahun 1999 Dewan 

Nutrisi USA telah mempertimbangkan kembali RDA bagi semua mikronutrien. Untuk 

pertama kali rekomendasi juga memberikan 

perhatian pada asupan optimal dari zat-zat 

gizi ini untuk meminimalkan risiko 

penyakit kronis, seperti kanker dan PJP. 

Dalam dua laporan pertama (dari seluruhnya 

tujuh laporan) RDA untuk antara lain kalsium 

dan asam folat sudah dinaikkan sampai 

masing-masing 1000 mg (sebelumnya: 700-

900 mg) dan 400 mcg (sebelumnya: 200-300 

mcg). Sangat mencolok yaitu  nasihat bagi 

pasien  di atas usia 50 tahun untuk mensuplesi 

vitamin B12 ekstra, sebab  pemakaian nya 

pada 10-30% dari lansia ini ternyata 

tidak memadai (Food & Nutrition Board 

USA, 1998). 

pemakaian 

Dari sudut pandang medis regular, penggunaan vitamin tambahan hanya dibenarkan 

pada keadaan kekurangan, bila kebutuhannya meningkat atau selama minum obatobat tertentu. Beberapa keadaan ini 

yaitu  sebagai berikut.

a. Pada defisiensi akibat kelainan metabolisme 

bawaan yang sangat jarang ada . Juga 

pada malabsorpsi, antara lain pada pecandu 

alkohol (vitamin B-kompleks), anoreksia (asam 

folat), diet ketat untuk melangsingkan tubuh

(multivitamin), juga bagi lansia (multivit) dan 

bayi “botol”.Sindrom malabsorpsi bisa terjadi 

pada penyakit usus kronis, seperti gastritis

(vitamin B12), penyakit hati dan pankreas, diare lemak, sariawan, begitu pula pada 

hipertirosis dan anemia perniciosa.

b. Lansia. Pada pasien  di atas usia 60 tahun, 

semua proses faali dalam tubuh mulai mundur 

dan berlangsung lebih lambat. Sel-sel sistem 

imun bekerja kurang efisien dan kurang 

mampu lagi mereparasi kerusakan. Jaringan 

hilang kelenturannya akibat cross-linking 

non-enzimatik dari glukosa dengan protein. 

contoh , paru-paru dan otot jantung lebih 

sukar bekerjanya, pembuluh darah berangsur 

bertambah kaku dan urat mengeras. Fungsi 

kognitif dari otak (konsentrasi, ingatan, 

kreativitas, daya belajar) kerapkali mulai 

berkurang akibat proses menua dari sel otak 

dan kemunduran transmisi impuls antar selsel saraf. Akibat perubahan dalam mukosa 

dan jonjot usus (villi) resorpsi vitamin dan 

elemen dari makanan ke dalam darah sering 

kali berkurang dan tidak optimal lagi. Dengan 

demikian dapat terjadi defisiensi mikronutrien penting. sebab  sukar menentukan 

zat-zat mana yang pada sesepasien  yaitu  

defisien, maka lansia dianjurkan untuk 

minum tablet multivitamin (yang juga berisi 

mineral) secara teratur. Untuk memelihara 

fungsi otak terutama diperlukan vitamin 

dari kelompok B-kompleks, beberapa 

di antaranya meru-pakan prekursor dari 

neurotransmitter di otak.

Walaupun pada umumnya tidak ada 

bukti jelas terhadap indikasi yang rasional 

untuk pemakaian  multivitamin sebagai 

profilaksis, namun  yaitu  kebiasaan untuk 

meresepkan kombinasi-kombinasi tertentu, 

contoh  vitamin A/D dan vitamin B-kompleks.

c. Bila kebutuhannya meningkat, seperti 

sebelum dan selama kehamilan (asam folat, 

multivitamin), selama menyusui, pada anakanak sampai 6 tahun yang sedang tumbuh

(vitamin A, D) dan bayi sampai 3 bulan

(vitamin K, yang belum dibentuk oleh kuman 

usus dan kurang tersedia dalam air susu ibu). 

Begitu pula pada vegetarir (vitamin B12, yang 

hanya ada  dalam produk hewani), pasien  

yang mengikuti diet melangsingkan tubuh 

(multivitamin), perokok dan olahragawan 

berat (vitamin B-kompleks, vitamin A, C 

dan E akibat stres oksidatif berhubung 

pemakaian  O2

 lebih tinggi). Akhirnya juga 

sesudah pembedahan, radiasi X-ray dan pada 

berbagai keadaan stres lain (vitamin A, C, E). 

d. Pasien kronis dan pengguna obat. Dewasa 

ini diketahui bahwa berbagai penyakit kronis, 

seperti diabetes, COPD dan Parkinson disertai 

stres oksidatif berlebihan. Kelebihan radikal 

bebas dapat merusak jaringan dan sebab  

itu memperburuk progresnya penyakit. 

Pemberian vitamin yang optimal, khususnya 

yang bersifat antioksidans (vitamin A, 

C dan E) menurunkan risiko komplikasi 

dan memburuknya penyakit. Obat-obat 

tertentu yang dipakai menahun dapat 

mengganggu resorpsi, sintesis, penimbunan 

atau ekskresi vitamin tertentu. Yang terkenal 

yaitu  zat-zat antagonis-piridoksin (INH, 

hidralazin dan penisilamin) serta tetrasiklin

yang menghambat flora usus, sehingga 

sintesis vitamin B2

, B5

, biotin dan vitamin K3

terhenti. Obat-obat lainnya yaitu  laksansia, 

antikonvulsiva, kemoterapeutika, analgetika, 

sedativa dan diuretika. Di samping itu 

banyak obat mengurangi nafsu makan atau 

memicu  mual, nyeri lambung, diare 

atau obstipasi, yang berakibat berkurangnya 

pemasukan vitamin dengan makanan. 

* Preventif. Telah ditemukan semakin 

banyak indikasi bahwa berbagai vitamin 

dan mineral dengan sifat antioksidan 

(vitamin A, C, E, magnesium, seng dan 

selen) dalam pangan berfungsi melindungi 

terhadap PJP dan kanker. Penelitian populasi 

telah menunjukkan, bahwa pasien  yang 

mengonsumsi banyak vitamin melalui 

makanannya memiliki risiko lebih kecil 

untuk mengidap kanker. Risiko akan 

infark jantung dikurangi oleh vitamin E, 

magnesium, begitu pula asam folat11 tunggal 

atau terkombinasi dengan vitamin B6

 dan 

B12, sebab  menurunkan kadar homosistein 

yang meningkat (lihat juga Bab 37, Obat-obat 

Jantung, Faktor risiko). Suatu studi besarbesaran (Select study) telah dilangsungkan 

untuk memastikan efek melindungi dari 

selenium dan vitamin E terhadap kanker prostat. Asam folat diperkirakan menurunkan risiko akan kanker usus dan bekerja 

preventif terhadap PJP, selain khasiatnya 

dapat menghindari spina bifida pada bayi.

Asam lemak omega, juga disebut vitamin 

F (dari Fatty acid) juga bekerja preventif 

terhadap PJP; suatu penelitian dari 20 tahun 

menyatakan bahwa pria yang makan ikan 

berlemak dua kali seminggu mengurangi 

risiko infark jantung dengan 50% dibandingkan pria yang jarang mengonsumsi 

ikan. Menurut studi lain, hal ini juga berlaku 

bagi wanita. Di samping itu juga ditentukan 

bahwa EPA & DHA melindungi terhadap 

penyakit-penyakit peradangan, seperti rema 

dan dermatitis, lagi pula menginaktivasi 

enzim-enzim tertentu yang memegang peranan pada berkembangnya kanker usus 

besar, lihat selanjutnya Bab 36,Antilipemika, 

EPA dan Bab 54, Dasar-dasar Diet Sehat.

Suplesi vitamin

Jumlah nutrien yang terkandung dalam diet referensi ini di atas sukar sekali 

diimplementasikan dengan tuntas oleh 

sebagian besar pasien  sebab  berbagai sebab. contoh  banyak pasien  tidak dapat 

“mengikuti”komposisi ideal dari diet ini 

sehingga asupan mikronutrien tertentu 

berada di bawah RDA. Bahkan, walaupun 

bisa memenuhi seluruhnya, namun komponen dietnya tidak sesuai dengan RDA 

yang ditetapkan untuk vitamin dan mineral, 

antara lain vitamin B6

, iodium dan selen.

Penyebabnya ialah sebab  kandungan nutrien ini dalam bahan makanan sangat 

bervariasi dan tergantung dari tanah tempat 

tumbuhnya tanaman. Bila tanah miskin akan 

elemen spura seperti selenium, molybden, 

borium dan iodium, maka tanamannya juga 

akan mengandung sedikit elemen-elemen 

penting tersebut.

berdasar  pertimbangan ini para ahli 

ortomolekuler (lihat boks) menyimpulkan 

bahwa selain pada keadaan yang telah 

diuraikan di atas, suplesi nutrien berguna 

sekali bagi pasien  yang tidak mungkin atau 

tidak mampu mengikuti diet ideal tersebut. 

Terutama bagi pasien  yang sering menderita 

gangguan kesehatan (ringan) dan selalu 

merasakan badannya kurang sehat. Bagi 

pasien  sehat tanpa keluhan pada umumnya 

suplesi nutrien bermanfaat untuk memelihara 

daya tahan dan kesehatan yang optimal.

Bahan makanan yang diperkaya. Di banyak 

negara antara lain di Belanda (sejak 1996), 

Dewan Kesehatan telah memberikan izin 

untuk menambahkan vitamin dan mineral 

pada bahan makanan. Kini sudah beredar 

produk susu, cornflakes dan minuman (soft 

drinks) yang diperkaya dengan zat-zat 

demikian sampai maksimal 100% ADH. 

Pengecualian yaitu  vitamin A, D dan asam 

folat serta mineral spura Se, Cu dan Zn 

berhubung ADH dan letak dosis toksiknya 

berdekatan. Di AS dan Kanada pembubuhan 

asam folat pada tepung roti diwajibkan sejak 

Januari 1998 12,12c. Keharusan demikian tidak 

berlaku bagi Eropa.

Dari berbagai survey ternyata bahwa 

dalam praktik sudah banyak pasien  di luar kelompok yang disebut di atas secara 

teratur mengonsumsi vitamin dengan dosis

TERAPI ORTOMOLEKULER

Istilah ini dilontarkan pada tahun 1968 oleh ahli kimia dan pemenang hadiah Nobel ganda Dr. 

Linus Pauling (1901-1994) dan dimaksudkan sebagai penanganan penyakit melalui pemakaian  

zat-zat pangan yang tepat dalam dosis optimal (Yun. orthos = tepat, lurus, baik). Pentakaran yang 

dipakai nya yaitu  jauh lebih besar dari pada dosis yang direkomendasi (RDA). Dengan kata lain, 

makanan yang optimal menciptakan lingkungan optimal pada mana proses reparasi seluler dalam 

tubuh bisa berlangsung sebaik-baiknya.

Ahli ortomolekuler umumnya menganggap RDA yang ditetapkan oleh Dewan Nutrisi dari 

kebanyakan negara terlampau rendah untuk mempertahankan kesehatan pada jangka panjang. 

contoh  RDA vitamin C di kebanyakan negara yaitu  60-70 mg, sedangkan menurut mereka 

seharusnya 500-1.000 mg sehari. Jumlah tinggi ini dibutuhkan untuk melakukan fungsinya sebagai 

antioksidan, yaitu melindungi jaringan terhadap kerusakan oksidatif oleh radikal bebas, yang akhirnya 

dapat merugikan jaringan tubuh, antara lain membran sel dan inti DNA-nya.

Antioksidansia (AO)

Radikal bebas. Pada semua proses metabolisme tubuh, terutama reaksi dengan oksigen, terbentuk 

molekul dengan kekurangan elektron (tak berpasang, unpaired) di kulit luarnya. Radikal bebas (FR, 

Free Radicals) ini memegang peranan esensial pada contoh  regulasi tekanan darah, pencegahan 

infeksi kuman dan eliminasi zat-zat asing. Daya kerja ini berdasar  reaktivitas tinggi FR berkat 

elektron bebasnya dengan kecenderungan ‘mencuri’ elektron dari praktis semua molekul dari 

lingkungannya.

Pembentukan FR dalam tubuh pada hakikatnya yaitu  suatu hal yang normal, bahkan dibentuk 

secara kontinu sebab  dibutuhkan untuk proses tertentu, antara lain oksidasi lipida. Tanpa produksi 

FR kehidupan tidaklah mungkin. contoh  FR berperan penting pada ketahanan terhadap jasad 

renik. FR dibentuk di dalam hati secara enzimatik dengan maksud memanfaatkan toksisitasnya 

untuk merombak obat-obat dan zat-zat asing beracun lainnya. 

Beruntung tubuh memiliki suatu sistem pelindung ampuh dari antioksidansia alamiah yang 

berfungsi mengendalikan reaksi radikal ini agar jangan sampai merugikan organ tubuh. Bila 

pengendalian ini gagal, sebab  pembentukan FR terlalu banyak sehingga ada  kelebihan FR dan 

kekurangan relatif dari antioksidansia, dapat terjadi stres oksidatif dengan kemungkinan kerusakan 

sel dan organ. 

Antioksidansia (AO) dengan demikian merupakan perlindungan terhadap kelebihan FR, yang 

selanjutnya dapat terbentuk pula pada pembakaran tak-lengkap dari zat-zat gizi dan pada aktivasi 

berlebihan dari enzim yang menstimulasi pembentukan FR normal. Mekanisme kerjanya berdasar  

sifatnya, yaitu mudah dioksidasi(menyerahkan elektron) dan dengan demikian menetralkan sebagian 

besar FR berlebihan tersebut. Yang terpenting yaitu  antioksidansia vitamin A, C dan E, asam liponat

serta enzim alamiah [glutathion-peroxydase (GPx), superoxide-dismutase (SOD) dan katalase].

Gangguan yang dihubungkan dengan FR. Bila sebab  sesuatu sebab tubuh kekurangan AO, maka 

membran sel dan inti sel dapat dicederai dengan akibat dipercepatnya proses menua dari jaringan 

serta terjadinya cacat DNA dan sel-sel tumor. Selain itu FR juga dianggap turut bertanggungjawab atas 

sejumlah gangguan lain, seperti pengeruhan lensa mata (staar, catarct) dan pengendapan oksi-LDL 

kolesterol pada dinding pembuluh (aterosklerosis). Pada penyakit Parkinson di samping kekurangan 

dopamin, juga ada  persediaan glutathion (GS) rendah di otak, yang melindungi saraf terhadap 

kerusakan oksidatif. 

FR alamiah. Contoh penting dari FR tubuh yaitu  radikal hidroksil (OH-

), superoksida dan peroxyl 

(ROO-

). Begitu pula oksigen singlet (O2

-

), yang terdiri dari 2 atom-O tanpa elektron tak-berpasang 

(unpaired). Walaupun bukan FR sejati, O2

 singlet bersifat sangat reaktif sebab  berada dalam keadaan 

energetik meningkat dan mampu “merugikan” protein, juga menginisiasi peroksidasi lipida 

berbahaya dari asam lemak tak-jenuh. Peroksidasi lipida dicurigai terlibat pada timbulnya tumor di 

prostat, mamma dan kulit.

Lingkungan kita juga menghasilkan FR, antara lain sinar UV dari matahari, asap rokok, gas 

buangan kendaraan bermotor dan pabrik, smog dan sebagainya. Pembebanan FR (stress oksidatif) 

oleh pengotoran lingkungan (polusi) tidak selalu bisa dihindari dan sampai derajat tertentu dapat 

ditanggulangi oleh pasien  sehat. namun  bila pembebanan terlampau tinggi atau daya tahan tubuh 

tidak optimal, keadaan ini dapat merugikan kesehatan. 

Proses yang dapat membebaskan radikal bebas yaitu :

- pembentukan energi tubuh - obat-obat

- pembelahan sel - operasi dan radiasi

- oksidasi lemak/protein - stres mental & fisik

- proses sistem imun - merokok

- detoksifikasi di hati - polusi, ozon

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

a. proses menua

Radikal bebas –––––––> kerusakan –––––––> b. kanker dan penyakit lain

(jantung, pembuluh, mata,

paru, lambung dan

antioksidansia sistem imun)

Gambar 53-1: Sebab-sebab pembentukan FR dan akibatnya bagi tubuh

Antioksidansia yang banyak dipakai sebagai food supplement yaitu  vitamin A (karoten, 

lycopen), C dan E, flavonoida (quercetin, genistein), senyawa selen (Se) dan seng (Zn), ubiquinon

(co-enzim Q10), pycnogenol (OPC) dan asam amino mengandung belerang: asetil/sistein, metionin 

dan taurin. Zat-zat yang juga ditemukan sifat antioksidannya yaitu  asam liponat,melatonin dan 

curcumin. Di kebanyakan negara semua senyawa ini dapat dibeli bebas tanpa resep sebagai suplemen 

gizi. 

Kombinasi AO dalam dosis tepat dari beberapa antioksidansia dapat saling memperkuat efeknya 

(synergisme). contoh  kombinasi dari vitamin E, vitamin C + glutation (GSH) + asam liponat 

merupakan suatu rentetan antioksidans (‘cascade’). Seusai penyerahan elektron pada radikal bebas, 

vitamin E yang telah teroksidasi dapat direduksi kembali oleh vitamin C. Kemudian vitamin C yang 

teroksidasi pada gilirannya direduksi kembali oleh glutation, lalu oksiglutation dikembalikan lagi 

pada keadaan aslinya oleh asam liponat. Dengan demikian ketiga antioksidansia pertama direaktivasi 

lagi