diagnosa dermatologi 3





 omitan dalam memerlukan pengobatan juga dilaporkan. 

Ditunjukkan jalur khsus stress yang tidak mudah rusak menunjukkan peningkatan 

pruritus dan mendorong kecenderungan untuk menggaruk, terjadi pengeluaran mediator-

mediator inflamasi. Jalur ini termasuk peningkatan pengeluaran histamin, penurunan ambang 

gatal, vasodilatasi, respon keringat, reaksi imunologik dan pengeluaran substansi P bila gatal 

mulai, garukan akan menambah problem. Dimana garukan mungkin menjadi salah satu respon 

keadaan ini, mungkin juga menjadi beberapa tujuan bawah sadar, tak kurang dari apa yang 

dimanipulasi lingkungan. 

Sukses dengan psikoterapi, psikoanalisis, relaksasi, untuk bentuk pendekatan-

pendekatan tingkah laku/kebiasaan dan grup terapi dilaporkan dalam literatur, sebagaimana 

psoriasis, kurangnya kontrol, jumlah yang sedikit dan terbatasnya pengamatan 

 

mengharuskan dilakukan riset  selanjutnya. Anti depresan juga efektif. Indikasi untuk 

obat psikotropik pasien  ditunjukkan dalam bagian terdahulu. 

Pengenalan terapi khusus pilihan, keluarga pasien atopic memerlukan dorongan empati, 

khususnya masalah  anak-anak. yaitu  keharusan bagi orang tua untuk mengawasi seorang anak 

yang menggaruk membabi buta, namun  beberapa percobaan pada pengontrolan ini hanya 

dapat melawan produktif. Selanjutnya biaya untuk keluarga saat itu dan uang diambil dari 

sahabat erat. Penulis telah mendiskusikan secara menda;am aspek psikososial dari terapi. 

Grup pendukung membantu dan melayani tujuan yang sama seperti psoriasis. 

 

EFEK SOMATOPSIKIK 

Kelumpuhan kronik dan atau penyakit kecacatan kulit memicu  kerugian secara 

emosional, sosial, dan pekerjaan. Derajat benturan emosional diuraikan secara luas melalui 2 

faktor: ada atau tidaknya awal media psikososial yang memberi kesempatan berkembangnya 

harga diri yang positif kuat dan umur saat mulai terjadi. 

 

Harga diri 

Salah satu harga diri yang positif ditandai khas oleh adanya sifat mendukung: salah 

satu perasaan dicintai oleh yang lain, perasaan kompetisi dan efisiensi, salah satu 

pengenalan positif dari etika perorangan dan perasaan bahwa manusia memiliki  kontrol 

yang berlebihan pada kehidupannya sendiri. Bila harga diri positif konsep diri mendekati 

bayangan intrapsikis ideal dari diri sendiri terangkat oleh orang ini . Dorongan sosial 

dan keluarga membantu terhadap harga diri. Sifat diatas memberi peluang individual suatu 

perasaan dari kontrol terhadap respon pada penyakit atau yang memicu  cacat dan 

seperti kemampuan dalam mengatasi kesulitan. 

Nilai diri dari orang seperti ini bukan semata-mata berhenti gambaran klinisnya, dan orang 

ini tidak mudah jatuh dalam kesedihan emosional pada keadaan yang tidak menguntungkan.

  

Usia awal serangan 

Bila keadaan tampak pada saat lahir atau berkembang selama tahun-tahun awal, sikap 

orang tua mengenai ini akan dijabarkan dan dibuat pasien sendiri. Kecintaan dan penerimaan 

orang tua yang penuh perhatian pada anak-anaknya, memberi pembanding salah satu 

kemampuan untuk mengatas kesulitan. 

Selama periode latan (usia sekolah dasar) ada  beban pertumbuhan  untuk 

menguasai diri dan lingkunga jika  saat fisik yang logis mencampuri suksesnya beban tadi 

maka akan timbul efek negatif terhadap pengenalan diri dan akan timbul perngaruh 

terhadap akibat penyakit tertentu, misalnya anak yang tidak dapat berpartisipasi pada olah 

raga dan atau akrena alasan-alsan fisik atau adanya proteksi orang tua yang berlebihan 

akan tetap menjadi ketergantungan, akan merasa lain dari yang lain. Dan dapat berakibat 

timbulnya tekanan emosional. Pada keadaan tertentu yang lebih baik/menyenangkan, ada 

keterlibatan dan timbulnya rasa tanggung jawab akan merubah suasana emosional dari 

penampilan fisik menjadi berkembangnya kemampuan dan bakat.  

Pada usia remaja, penampilan dan penyesuaian fisik dan penyesuaian terhadap 

perubahan “body image” menjadi penting, mulai timbulnya penyakit kulit/ yang merusak 

penampilan dan mengganggu dapat memicu  tekanan emosional yang penting, seperti 

pada penyakit akut, psoriasis, dan vitiligo. 

jika  timbul pada usia dewasa, pengaruh emosional akan bervariasi tergantung pada 

harga diri dan arti bawah sadar dari penyakit atau hal yang  memicu  cacat dalam 

kehidupan batin individual, test psikologi standar sering  tidak  memperlihatkan informasi 

yang berharga ini dimana harus dicari melalui wawancara atau test terencana, ini lebih 

dibandingkan  melewatkan hal yang penting dalam memasuki usia tua, untuk itu yang memiliki  

perasaan bagus mengenai apa yang dilihatnya sering lebih sehat secara fisik. Angan-angan 

badan yang stabil juga perlu untuk menjadikan emosi yang baik, dan beberapa keadaan 

kompromi yang distabilkan akan  memicu  kecemasan, alopesia dari apapun 

PEMICU nya, telah dikutip disini. 

 

Benturan sosial dan pekerjaan 

Mengingat faktor-faktor yang jelas sebagai ongkos dalam waktu dan uang dari 

perawatan kosmetik yang membuat perasaan tidak enak, paparan terhadap ketidaktahuan 

sosial dan pekerjaan dan  pembatasan reaksi. Kondisi seperti dermatitis atopic, psoriasis 

dan beberapa genodermatosis, literatur jarang mengherankan. Perasaan dari pengalaman 

yang tercela oleh pasien dengan psoriasis, atopic dan port wine stain telah diteliti. 

 

 

 

BAB 4 

HUBUNGAN PATOLOGIK-KLINIK DARI 

LESI-LESI KULIT: 

SUATU PENDEKATAN Diagnosa  

 

 

 

Diagnosa  dan pengobatan penyakit-penyakit mengenai kulit terletak pada kemampuan 

dokter dalam menggunakan kamus dermatologi, untuk mengenal lesi-lesi dasar dan yang 

berikutnya dari kulit, dan untuk mengenal bermacam-macam pola yang ditemukan pada 

berbagai penyakit dan sindroma. Seorang dokter yang dapat mengenali melanoma maligna, 

bercak kulit pada demam “Rocky Mountain”, atau lesi vaskulitis kutaneus akan 

menyelamatkan jiwa. Dokter yang tidak dapat mengetahui petunjuk-petunjuk pada kulit  

dari penyakit sistemik, atau yang gagal mengenal lesi-lesi kulit yang normal atau yang tidak 

penting, akan dapat membawa pasien  pada suatu perawatan medis yang buruk atau 

prosedur-prosedur diagnostic yang dapat membahayakan, tidak beralasan dan mahal. 

Visibilitas dan sifat keterjangkauan kulit merupakan pangkal dari tantangan dan 

keberhasilan dari suatu diagmosis dermatologi: ada  sangat banyak lesi-lesi yang dapat 

dilihat dan sebab nya banyak pula sindroma-sindroma dan penyakit yang dapat diketahui. 

Beberapa penyakit yang secara primer mengenao kulit, mempengaruhi pasien  sebab  

 memicu  gangguan bentuk baik yang sementara atau yang permanen, beberapa 

 memicu  rasa tidak nyaman yang berat, dan beberapa menjadi pertanda adanya 

penyakit multisistim yang serius. Dokter harus membedakan lesi-lesi primer yang  

merupakan petunjuk penting untuk penyakir dalam dari lesi-lesi sekunder, yang tidak 

penting, atau yang pada dasarnya merupakan lesi normal. Selain itu, pemeriksaan fisik 

secara umum memberi  kesempatan untuk memeriksa tumor-tumor kulit terutama 

melanoma maligna pada stadium  paling dini dan yang dapat disembuhkan. Oleh sebab  itu, 

seorang dokter harus belajar untuk “membaca” kulit sebagaimana mereka dapat membaca 

film sinar X dari rongga dada atau mengartikan elektrokardiogram (EKG). Beberapa tanda 

kutaneus tertentu, seperti bercak keabuan yang hipomelatonik pada tuberosklerosis atau 

eritema migratory nekrolitik pada sindroma glucagonoma, merupakan tanda yang spesifik 

dan sensitive seperti gelombang Q pada EKG. 

Pada era dimana Diagnosa  fisik seringkali mengambil tempat sesudah  pemeriksaan 

laboratorik dan prosedur radiologic, pemeriksaan fisik dari kulit tetap memiliki  

kepentingan yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Para dokter yang dapar menggunakan 

stetoskop atau meraba suatu masa dalam rongga abdomen seharusnya dapat pula mengenali 

sautu karsinoma pada hidung dan membedakan nevus dengan pigmentasi dari melanoma 

stadium dini yang masih dapat disembuhkan. 

Masing-masing lesi kulit (lihat Tabel 4-1 dan Gambar 4-1 sampai 4-16) yaitu  analog 

dengan huruf-huruf alfabetik, dan kelompok lesi-lesi dapat disamakan dengan kata-kata 

atau kelompok kata. Perubahan-perubahan patologis mengenai berbagai komponen kulit 

(yaitu epidermis, dermis, panikulus dan pembuluh darah). Sangat membantu untuk mencoba 

menilai komponen kulit yang pertama kali terkena (lihat bab 5), sebab  ada  beberapa  

kelainan yang  memicu  perubahan-perubahan patologis pada berbagai komponen. 

jika  komponen kulit yang mengalami proses patologis telah dapat ditentukan 

sampai batas yang dimungkinkan dengan pemeriksaan klinis, maka lesi atau lesi-lesi harus 

dinilai menurut jenis, bentuk, susunan, dan distribusi. Sifat-sifat ini akan diterangkan 

secara lengkap pada bagian lain dari bab ini. Lebih dari itu, sebagaimana pada penyakit-

penyakit yang lain, banyak keadaan kulit yang mengalami perkembangan yang karakteristik: 

pada banyak masalah , Diagnosa  pasti tidak dapat dilakukan tanpa memanfaatkan pengamatan 

lebih dari sekali. Akhirnya, tentu saja, suatu Diagnosa  definitif mungkin membutuhkan 

informasi yang didapat dari riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik, pemeriksaan 

laboratoris, dan analisis histopatologis. 

 



TABEL 4-1 BENTUK-BENTUK LESI KULIT 

Lesi yang rata (biasanya 

pada permukaan kulit) 

Lesi yang menonjol (diatas 

permukaan kulit) 

Lesi yang tertekan kebawah 

(dibawah permukaan kulit) 

 

Makula 

Infarik 

Sklerosis 

Teleangiektasis 

 

Papula 

Plakat 

Nodul 

Edem 

Vesikel dan bula 

Pustul 

Abses 

Kista 

Eksudasi (krusta) 

Skuama 

Jar. Parut 

Likenifikasi 

 

Atrofi 

Sklerosis 

Erosi 

Ekskoriasi 

Jar. Parut 

Ulkus 

Sinus 

Gangren 

 

PENDEKATAN TERHADAP pasien  

Garis besar pendekatan langkah demi langkah Diagnosa  dermatologic yang logis 

ditunjukkan pada tabel 4-2. 

Menurut Siemens, “Dalam Diagnosa  oleh seorang ahli dermatologi, Riwayat penyakit 

sering kali tidak memainkan peranan yang penting sebagaimana pada disiplin kedokteran 

yang lain. sebab  obyek diagmosis terpampang langsun didepan mata,  seorang ahli 

dematologi bahkan  disarankan untuk sebelumnya mengajukan pertanyaan dan membiarkan 

gambaran patologis menerangkan segalanya. Kulit menjabarkan apa yang akan dikatakannya 

dengan erupsi-erupsi dan bukan dengan kata-kata. Jika dokter telah pernah sekali saja 

mendengarkan bahasa kulit (language of the skin) dengan penuh perhatian, pada umumnya 

hanya tingga dua pertanyaan yang berguna untuk suatu Diagnosa , yaitu: “berapa lama?” dan 

“apakah gatal”. Bahkan kedua pernyataan inipun terutama dinyatakan untuk memastikan apa 

yang sudah diketahui oleh dokter. 

Seringkali, seorang ahli dermatologi lebih menyukai untuk memeriksa pasien  

sebelum mendapatkan riwayat penyakit dan meneliti susunan-susunan penyakitnya. Pemilihan 

ini berdasar  pada tiga hal penting. Yang pertama yaitu  bahwa ketepatan diagnosa  

lebih tinggi jika  pemeriksaan visual dilakukan tanpa dugaan sebelumnya. Hal ini juga 

berlaku dibidang radiologi. Hal kedua ialah bahwa pendapat tentang dugaan sebelumnya 

dapat membatasi pemikiran dan menghilangkan pertimbangan-pertimbangan yang penting 

dari suatu Diagnosa  banding (“sindroma beruang putih”: jika  seseorang disuruh untuk 

tidak memikirkan tentang beruang putih, maka akan sulit untuk memikirkan hal-hal yang 

lain). Yang terakhir yaitu , bahwa Sebagian lesi-lei dan  erupsi kulit sangatlah nyata 

sehingga tidak dibutuhkan riwayat penyakit untuk dapat membuat suatu Diagnosa . Namun 

demikian, beberapa riwayat penyakit harushlah selalu didapatkan, sebab  kesalahan 

Diagnosa  dapat terjadi jika kesempatan untuk mendapatkan bukti-bukti yang jelas dari 

sautu Diagnosa  klinis hilang. Pada banyak keadaan, seperti pada masalah  pasien  dengan 

demam dan ruam kulit, riwayat penyakit yang lengkap sangatlah penting, namun  temuan-

temuan yang didapatkan dari pemeriksaan fisik permulaan dapat dipakai  untuk 

membentuk cara yang diperlukan dalam mendapatkan riwayat penyakit. 

Riwayat penyakit, haruslah dapat memberi  petunjuk untuk pemeriksaan ulang 

adanya perbaikan yang berikutnya. Dalam prakteknya, banyak klinisi berbakat yang berhasil 

mendapatkan riwayat penyakit yang banyak selama pemeriksaan klinis seorang pasien . 

 Pada pasien  dengan masalah utama erupsi kulit, proses patologis kulitnya begitu 

jelas, sehingga perhatian dokter dengan mudahnya beralih dari pasien  ini  secara 

keseluruham. Kesalahan ini haruslah dihindari; mayoritas pasien  dengan “ruam kulit” 

pendekatan harus dilakukan dengan cara yang sama seperti pada pasien  dengan keluhan 

utama artragia atau berkurangnya berat badan atau dispnea, dimana riwayat medis secara 

umum selalu penting. 

 

Riwayat medis secara garis besar harus meliputi: 

1. Identifikasi data: umur, sex, ras. 

2. Riwayat penyakit sekarang, dengan perhatian khusus pada awitan, perkembangan 

penyakit, dan faktor-faktor presipitasi. 

3. Riwayat medis dahulu: penyakit-penyakit yang diderita, operasi, pernah dirawat dirumah 

sakit, kehamilan, alergi (terutama sensitivitas terhadap obat), pajanan yang berbahaya, 

Kebiasaan dan  diet. Pada semua masalah , harus ditanyakan secara khusus dan dicatat, 

adanya atau riwayat kelainan atopik (asma, hay, fever, rhinitis alergika, eksema atopik). 

4. Pengobatan yang sedang atau yang baru diberikan (baik yang diresepkan atau yang 

tidak) 

5. Riwayat sosial: tempat lahir, tempat tinggal, perjalanan, pekerjaan, hobi, status 

emosional, binatang peliharaan 

6. Riwayat seksual, dengan perhatian khusus pada faktor resiko penyakit-penyakit menular 

seksual. 

7. Riwayat keluarga: Penyakit-penyakit kulit, alergi, kelainan-kelainan atopic (asma, hay, 

fever, eksema atopic), diabetes, hipertensi, kelainan perdarahan, anemia, dan gangguan-

gangguan neurologis, muskuler, intelektual dan  emosional. Pada pasien  pruritus, 

akan sangat membantu jika  dipastikan adanya anggota keluarga atau dengan siapa 

pasien  memiliki  kontak fisik yang dekat, yang juga mengalami gatal. 

 

8. Memeriksa sistem-sistem: adanya  gejala-gejala konstitusional (panas, berkeringat, 

demam, sakit kepala, nausea, muntah dll) dapat merupakan petunjuk adanya “sindroma 

penyakit kronis”. Mialgia artralgia, artritis, dan fenomena Raynaud dapat merupakan 

petunjuk Diagnosa  yang penting. Harus pula dilakukan pemeriksaan yang seksama dari 

sistem-sistem ini  atau organ-organ yang sering terjadi perubahan-perubahan 

patologis bersama-sama dengan perubahan kulit, seperti mata, saluran pernapasan, 

sistem kardiovaskuler, saluran gastrointestinal, sistem genitourinaria, sistem endokrin, 

sistem musculoskeletal, kelenjar limfe, dan sistem saraf status psikiatri. 

 

Riwayat erupsi kulit harus meliputi deskripsi yang pasti dari awitan, deskripsi yang 

seksama dari lesi-lesi permulaan, dan berkembang dan  meluasnya lesi secara rinci. Dalam 

mendapatkan riwayat penyakit, perlu pertanyaan yang hati-hati oleh pemeriksa untuk 

menjelaskan hubungan ahtara awitan erupsi primer atau rekuren dengan (1) pekerjaan 

pasien , (2) pengobatan dari dokter sebelumnya atau yang dilakukan sendiri, (3) dasar 

Diagnosa  dari pengobatan ini  dan  bagaimana ditegakkannya, (4) pengalaman 

pasien  tentang obat-obatan baik yang diresepkan atau yang tidak, (5) pajanan matahari 

dan perubahan musim (terutama pada daerah dengan cuaca sedang), (6) perubahan 

lingkungan yang mendadak, termasuk kontak dengan tumbuh-tumbuhan, binatang, zat kimia, 

metal dan  lainnya yang menyerupai, (7) status fisiologis seperti menstruasi atau 

kehamilan, dan (8) makanan. 

      Obat-obatan yang diberikan secara oral atau parenteral, merupakan PEMICU  

yang sering memicu  erupsi kulit, dan oleh sebab  itu mencari riwayat pemakaian  obat 

atau suntikan harus dilakukan dengan gigih dan secara rinci. Pentingnya mendapatkan dan  

mencatat riwayat pengobatan secara tepat bukan merupakan hal yang dibesar-besarkan. 

Harus dipakai  bahasa pasien , seperti: apakah meminum pil-pil obat tidur, obat-obat 

saraf, vitamin, pencahar, atau obat-obat sakit kepala?, apakah pernah diberikan pil-pil 

untuk penyakit dalam waktu dekat?, Apakah dalam waktu dekat dokter pernah  memberi  

suntikan?, Apakah pernah menggunakan obat-obatan warung atau untuk bersenang-senang?. 

Ternyata, beberapa  besar wanita tidak menyebutkan obat-obat pilb KB kecuali jika  

ditanyakan. Biasanya erupsi obat timbul dengan cepat, sebab  itu tidak sulit bagi pasien  

untuk mengingatnya kembali. 

       Peranan makanan dalam pathogenesis erupsi kulit telah ditekankan secara 

berlebihan, namun spektrum reaksi-reaksi yang berlawanan (reaksi penolakan) terhadap 

makanan yang  berhubungan dengan mekanisme imunologik dan non imunologik telah menjadi 

semakin jelas. Urtikaria akut mungkin dapat disebabkan oleh makanan laut, kacang-

kacangan, dan buah-buahan segar terutama buah arbei. Minuman alkohol dihubungkan 

dengan eksaserbasi rosasea, porfiria kutanea tarda, dan mungkin, prosiasis. Gluten, secara 

jelas dilibatkan dalam pathogenesis dermatitis herpetiformis. Kecanduan obat dan makanan 

dapat  memicu  reaksi-rekasi hipersensitivitas, menghindari makanan tertentu dapat  

membantu beberapa  pasien  eksema atopic, makanan tertentu seperti  bawang merah dan 

putih, dapat  memicu  dermatitis kontak, sementara pada yang lain dapat  memicu  

urtikaria kontak. Selain itum makanan belum terbukti merupakan PEMICU  perimer yang 

penting atau merupakan faktor  eksaserbasi erupsi kulit. Kecuali pada kelainan metabolic 

yang spesifik atau defisiensi secara umum, insufiensi makanan yang baik mungkin bukan 

merupakan hal yang terlalu penting. 

       pasien  yang mengeluh adanya gejala-gejala kulit namun  tanpa adanya kelainan 

kulit yang secara nyata, dapat dikelompokkan kedalam beberapa kategori. Beberapa 

pasien  mungkin memiliki  penyakit organik murni dengan gejala kulit seperti gatal atau 

nyeri. Misalnya, yang disebut dengan pruritus tanpa ruam (“nonrash”) atau rasa gatal. 

pasien  yang mengeluh adanya gejala-gejala kulit namun  tanpa adanya kelainan kulit yang 

nyata, dapat dikelompokkan kedalam beberapa kategori. Beberapa pasien  mungkin 

memiliki  penyakit organik dengan gejala kulit seperti gatal atau nyeri. Misalnya, yang 

disebut dengan pruritus tanpa ruam (nonrash) atau rasa gatal tanpa lesi kulit yang nyata, 

dapat merupakan tanda yang penting dari penyakit yang mendasari seperti tirotoksikosis. 

Telah pula dijelaskan kelainan tanpa ruam yang lain yang bervariasi dari delusi sampai 

adanya akumulasi kotoran pada kulit. Cotteril menjelaskan adanya sindroma bukan penyakit 

dermatologik, dimana pasien  mengeluh adanya gejala-gejala seperti gatal, berkeringat, 

rasa terbakar, rambut yang berlebihan, atau rasa sakit pada daerah tertentu seperti 

wajah, kulit kepala, mulut, atau perineum. Beberapa pasien  ini  mengalami 

gambaran tubuh (body image) yang kacau (dismorfofobia). Penyakit kulit yang dibuat 

(artifaktual) merupakan hal penting lainnya dimana dermatologi dan psikiatri berkaitan. 

Yang juga merupakan dermatosis yang tidak tampak (invisible dermatoses) yaitu  kelainan-

kelainan fisiologis atau patologis kulit yang mungkin tidak jelas pada pemeriksaan klinis. 

 

TABEL 4-2 

Pendekatan Diagnosa  Dermatologis 

I. Kesan klinis pertama : Apakah pasien  tampak sakit? 

II. Pemeriksaan fisik : pemeriksaan kulit, rambut, kuku dan membrana mukosa secara 

rinci. 

A. Empat gambaran cardinal 

1. Tipe lesi : makula, papul, nodul, vesikel dll. (lihat tabel 4-1) 

2. Bentuk lesi tunggal : anular, irisformis, arsinar, linear, bulat, lonjong, 

bertangkai, dll. 

3. Susunan lesi : multiple, tersendiri,  tersebar, berkelompok, herpetiformis, 

anular, arsinar, linear, retikuler, dll (lihat gambar 4-17) 

4. Distribusi (pastikan untuk memeriksa kulit kepala, mulut, telapak tangan 

dan telapak kaki 

 

a. Luas yang terkena: sirkumskrip, regional, generalisata, universalis. 

Berapa persen permukaan tubuh yang terkena (telapak tangan hampir 

setara dengan 1%) 

b. Pola: simetris, daerah terpapar, tempat dengan tekanan, daerah 

intertriginosa. 

c. Lokasi khas: fleksor, ekstensor, intertriginosa, glabrosa, telapak tangan 

dan kaki, dermatom, badan, ekstremitas bawah, daerah terpapar dll. 

B. Tiga karakteristik mayor 

1. Warna: 

a. Jika difus: merah, coklat, biru abu-abu, putih, biru, kuning kemerahan, 

dll atau jika sirkumskrip: merah, ungu, oranye, kuning, lila, coklat, 

hitam, biru, abu-abu, putih, dll?. 

b. Apakah warna menghilang dengan tekanan (tes diaskopi)?. 

c. Pemeriksaan dangan lampu wood: apakah tampak fluoresensi warna?. 

2. Konsistensi dan palpasi lesi: lunak, lentur, kaku, keras, terinfiltrasi, 

kering, lembab, dapat digerakkan, lembut? 

3. Komponen anatomis yang terkena pertama kali: apakah proses pada 

epidermis, dermis, subkutan, apendiks, atau kombinasi? (lihat bab 5). 

III. Pemeriksaan fisik secara umum, sesuai dengan keadaan klinis dan Diagnosa  

banding dengan memperhatikan tanda-tanda vital, limfadenonopati, hepatomegali, 

splenomegali, persendian. 

IV. Riwayat lesi-lesi kulit 

Tujuh pertanyaan kunci: 

A. Kapan mulai? 

B. Apakah ada rasa gatal, terbakar, atau sakit? 

C. Dimulai dari bagian tubuh yang mana? 

D. Bagaimana penyebarannya? (pola penyebarannya) 

E. Bagaimana perubahan lesi-lesinya? (evolusinya) 

F. Faktor-faktor pencetus? 

G. Pengobatan sebelumnya? 

V. Riwayat penyakit sekarang secara umum. 

Sesuai dengan kadaan klinis, dengan perhatian khusus pada gejala-gejala 

prodromal dan konstitusional 

A. Sindroma penyakit akut (demam, berkeringat, menggigil, sakit kepala,  mual, 

muntah, dll)? 

B. Sindroma penyakit kronis (kelelahan, anoreksia, berat badan menurun, 

malaise)? 

VI. Penilaian kembali sistem-sistem, sesuai dengan keadaan klinis, dengan perhatian 

khusus pada kemungkinan adanya hubungan antara tanda-tanda kutaneus dan  

penyakit sistem organ yang lain (misalnya: keluhan reumatik, myalgia, artralgia, 

fenomena Raynaud, gejala-gejala “Sicca”). 

VII. Riwayat penyakit dahulu, 

A. Operasi 

B. Penyakit 

C. Alergi, khsusnya alergi obat 

D. Pengobatan (sekarang dan yang telah lalu) 

E. Kebiasaan merokok, alkohol, ketergantungan obat) 

F. Riwayat atopik (asma, hay fever, eksema) 

VIII. Riwayat medis keluarga (khususnya kelainan kulit dan atopi). 

IX. Riwayat sosial, dengan perhatian khusus pada pekerjaan, hobi, paparan, 

berpergian. 

X. Riwayat seksual 

XI. Pemeriksaan laboratorium 

A. Prosedur khusus. 

1. Biopsi untuk pemeriksaan PA dan analisis lain, jika ada indikasi, misalnya 

mikroskop elektron, imunofluoresensi. Dari nodul inflamasi, jaringan yang 

didapat dilakukan kultur bakteri dan jamur. 

2. Pewarnaan Gram pada krusta, skuama atau eksudat. 

3. Preparat KOH untuk yeast atau jamur. 

4. Pemeriksaan sitologis (tes Tzanck) pada erupsi-erupsi bulosa dan 

vesikuler: pengecatan langsung untuk menemukan giant cells (tampak pada 

herpes simplek atau varicella zoster). 

5. Kultur bakteriologis, virus, dan jamur jika  ada indikasi. 

6. Pemeriksaan lampu wood pada urin untuk porfirin dan pada rambut dan 

kulit untuk fluoresensi, dan  untuk perubahan-perubahan pigmentasi. 

7. Kerokan uuntuk tungau scabies. 

8. Tes Patch 

9. “Acetowhitening” 

B. Umum: hematologik, kimia, urinalisa, tes serologis (misalnya STS, ANA), 

pemeriksaan feses dan “imaging studies”. 

XII. Diagnosa  akhir, pemeriksaan kembali sesudah  waktu tertentu, dan mungkin 

diperlukan lebih dari satu biopsi untuk Diagnosa  pasti. 

 

 

PEMERIKSAAN KULIT, RAMBUT, KUKU, MEMBRANA MUKOSA DAN GENITALIA 

Kulit berperan sebagai organ sensoris yang memiliki  fungsi sintesis, ekskresi dan 

absorbs, sebagai pelindung (barier) dari lingkungan eksternal, dan sebagai faktor penting 

dalam regulasi temperatur. Sebagian dari pemeriksaan klinis kulit merupakan penilaian 

sinergis dengan sistem organ dalam, dan sebab  itu menggambarkan proses-proses patologis 

 

baik yang primer ditempat lain ataupun yang didapatkan bersama-sama dengan jaringan lain. 

Banyak dari penyakit kulit yang tampaknya terbatas pada manifestasi kutaneus, namun  

riwayat pengobatannya menunjukkan bahwa penyakit yang pada awalnya hanya kutaneus 

(misalnya, lupus eritematosus, dermatitis herpetiformis dan urtikaria pigmentosa), 

seringkali kemudian DITEMUI  mengenai beberapa sistem. 

sebab  penilaian visual dari lesi-lesi kulit merupakan “sine qua non” dari Diagnosa  

dermatologis, maka tidak diragukan lagi bahwa penglihatan si pemeriksaan merupakan alat 

yang paling penting untuk menDiagnosa . ada  variasi pada setiap, langkah proses 

Diagnosa , dari deskripsi unsur-unsur lesi dasar sampai pada Diagnosa  banding. Tentu saja 

kesempatan untuk mengetahui secara benar semakin membaik dengan bertambahnya 

pengalaman pemeriksa dengan berbagai kelainan kulit. Namun walaupun demikian, kesulitan 

besar dalam Diagnosa  seringkali disebabkan oleh kegagalan mengetahui ciri-ciri yang 

berkaitan dengan penyakit dari bukti-bukti yang ada. 

Adanya kecenderungan untuk memilih pemeriksaan laboratorium yang memberi  

hasil dalam bentuk angka-angka yang berlawanan dengan pemeriksaan klinis, disampaikan 

oleh Feinstein. Dia menulis bahwa para klinisi mencoba menjadi ilmiah dalam pemakaian  

obyek yang tidak bernyawa, namun  tidak dalam menggunakan organ sensoris dan otak 

mereka sendiri. Mereka seringkali percaya bahwa indera manusia (human equipment), lebih 

merupakan penghalang dibandingkan  faktor yang menguntungkan. Feinstein menekankan 

perlunya memberi lebih banyak perhatian bukan kepada teknologi yang tidak berjiwa namun  

kapada orang sakit dan cara-cara manusia mengevaluasinya. Disamping itu kemampuan untuk 

Diagnosa  presumtif melalui pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit merupakan kemampuan 

yang paling awal, dan seringkali dari sudut pandang intelektual, merupakan lambang 

kepuasan sebagai seorang dokter. Diagnosa  fisik yaitu  seni, namun  sebab nya bukan 

berarti kurang ilmiah, dan kemampuan pemeriksaan fisik merupakan hal yang lebih 

penting untuk Diagnosa  pasti dalam dermatologi dibandingkan  disiplin kedokteran yang lain. 

Pemeriksaan kulit jika mungkin, harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang. 

Jika mungkin, pasien  benar-benar tanpa pakaian, dan diperiksa secara sistematis dalam 

bagian-bagian atau kuadran. Harus diingatkan kepada pasien  bahwa lesi kulit yang 

membahayakan jiwa (misalnya melanoma) seringkali ditemukan secara tidak sengaja selama 

pemeriksaan terhadap keluhan lain yang tidak ada hubungannya. 

Pemeriksaan harus sejalan dengan penilaian umum dari pasien, dimana pada saat itu 

diambil sediaan yang cepat dari seluruh kulit, kuku, dan membrana mukosa pasien . 

Penilaian harus meliputi penilaian warna, derajat kelembaban, turgor dan tekstur kulit. 

Pakaian dapat memberi  petunjuk PEMICU  dugaan dermatitis kontak atau infestasi 

parasit (misalnya pediculosis). 

 

 

GAMBARAN UMUM KULIT 

WARNA 

Komponen-komponen warna kulit secara dramatis dapat digambarkan sebagai 

lembaran yang terpisah dari epidermis manusia. Pada orang dengan pigmentasi ringan, 

lembaran epidermis ini berwarna putih kusam dan transparan. Epidermis bekerja sebagai 

filter optik biologis dan cahaya kasat mata yang jatuh pada epidermis dipancarkan, 

diabsorbsi, disebarkan, dan dipantulkan. Warna kulit merupakan timbunan cahaya yang 

dipancarkan kembali dan dipantulkan, yang tergantung pada adanya 4 biokrom. 2 dari 

biokrom ini ada  pada epidermis yaitu melanin, yang berwarna coklat dan diarbsorbsi 

secara luas pada rentang cahaya kasat mata dan ultra violet, dan karotenoid yang berwarna 

kuning.  

Dua biokrom lainnya ada  pada dermis, yaitu: oksihemoglobin yang berwarna 

merah terang dan terutama DITEMUI  pada arteriol dan kapiler dari lapisan papilaris, dan 

hemoglobin tereduksi yang berwarna kebiruan dan DITEMUI  pada pleksus venosus 

subpapilaris. Jaringan ikat dermis dapat pula berperan pada “keputihan” kulit pada orang-

orang yang berpigmentasi sedikit. 

 

PERANAN VASKULARISASI PADA WARNA KULIT NORMAL 

Warna kemerahan atau kebiruan kulit menggambarkan perbandingan yang relatif dari 

oksihemoglobin (merah) dan hemoglobin tereduksi (merah kebiruan) di dalam arteri, vena 

dan kapile. Arteri mengandung sekitar 95% oksihemoglobin kapiler 70% dan vena 50%. 

Tampak jelas bahwa komponen merah dan biru dari warna kulit tergantung pada (1) 

diatasi atau konstriksi dari arteriol dan aliran darah yang melalui kapiler-kapiler, (2) 

perbandingan relaitf antara oksihemoglobin dan hemoglobin tereduksi dan (3) kadar 

hemoglobin. Warna oksihemoglobin tampak lebih jelas pada daerah-daerah dengan stratum 

korneum yang tipis atau tidak ada, seperti bibir dan membrana mukosa. Jika aliran darah 

arterial kutaneus dan perfusi kapiler tinggi, maka oksihemoglobin yang berwarna merah 

terang dan kasar mata akan bertambah, dan daerah ini  tampak merah, seperti pada 

telapak tangan, kaki, kepala, dan leher. jika  lebih menonjol, daerah ini  tampak 

kurang merah, seperti pada bagian bawah dan permukaan dorsum kaki. Dilatasi arteriol 

meningatkan aliran darah kapiler dan akan ada  lebih banyak hemoglobin pada papilaris 

dermis, memberi  warna merah pada kulit. Vasokonstriksi memicu  efek yang 

berlawanan, yang  berakibat penurunan aliran darah kapiler dan warna kulit yang “pucat”. 

jika  darah mengandung 5 g/dl atau lebih hemoglobin tereduksi, maka warna biru 

pada kulit lebih menonjol dan perubahan warna ini disebut “sianosis”. Jika kadar hemoglobin 

sangat berkurang, seperti pada anemia, kulit tampak pucat terutama pada wajah dan dasar 

kuku. 

 

PERANAN KAROTENOID PADA WARNA KULIT NORMAL 

Pigmen karotenoid yaitu  lemak polisoprenoid eksogen, berwarna kuning, berasal dari 

asupan tumbuhan (buah-buahan dan sayuran). Karotenoid ada  pada stratum korneum, 

kelenjar sebasea, dan lemak sub kutan. Sebenarnya karotenoid hanya sedikit peranannya 

terhadap warna kulit normal. Asupan yang sangat berlebihan dari makanan tinggi likopen, 

seperti tomat, atau karotenoid seperti wortel dan tomat dapat memberi  warna kuning 

terang pada kulit, terutama pada darah dengan stratum korneum yang tebal seperti telapak 

tangan dan kaki. 

 

PERANAN MELANIN PADA WARNA KULIT NORMAL 

Melanin memberi  warna coklat kekuningan, coklat, dan hitam pada kulit. jika  

epidermis amelatonik seperti pada kulit albino, akan tampak lebih terang dibandingkan  kulit 

normal. Kulit akan tampak berwarna merah tua sebab  oksihemoglobin yang ada didalam 

kapiler tidak tertutup oleh melanin. Pada epidermis yang banyak mengandung melanin, 

susunan kapiler dan arteriolanya (capillary and arteriolar beds) sulit atau tidak mungkin 

untuk dilihat, juga tidak mungkin untuk melihat warna biru-merah dari  hemoglobin 

tereduksi. Sebaliknya, jika  kulit kurang mengandung melanin, maka pembulub darah vena 

menjadi terlihat. sebab  itu, kemampuan kulit untuk memperlihatkan vena memiliki  warna 

biru, merupakan ukuran dari jumlah melanin pada epidermis. 

 

WARNA ABNORMAL 

Perubahan-perubahan patologis dari warna kulit dan lesi-lesi kulit akan dibicarakan 

kemudian pada bagian ini. 

 

KELEMBABAN 

Kelembaban yang berlebihan (terutama pada telapak tangan, kaki, dan aksila) dapat 

terjadi pada orang-orang normal dan juga orang-orang yang sedang menderita demam, 

kelemahan mental atau tiroksikosis. Kegagalan sirkulasi perifer yang serius berhubungan 

dengan kulit yang dingin dan lembab. Kekeringan kulit yang abnormal dapat dilihat pada 

orang dengan penuaan kulit, terutama pada musim dingin pada daerah dengan cuaca sedang 

dimana dapat DITEMUI  kelembaban yang rendah. Kekeringan kulit dapat pula disebabkan 

oleh miksedema, iktiosis, nefritis kronis dan  pada pemberian dosis tinggi dari niasin, 

obat-obatan penurun kadar kolesterol, retinoid dan obat-obat yang menyerupai atropin. 

 

TURGOR 

Turgor kulit merupakan sarana (alat) untuk menilai secara cepat keadaan hidrasi kulit. 

Turgor (atau secara harfiah “pembengkakan”) dapat dinilai dengan baik jika kulit (terutama 

pada dahi atau dada) dijepit diantara jari telunjuk dan ibu jari dan ditarik keatas. 

Kegagalan kulit untuk kembali kebentuknya yang normal menunjukkan berkurangnya hidrasi. 


 

Edema generalisata  (edema anasarka) dapat merupakan petunjuk yang diri dari keadaan 

hipoproteinemia akibat penyakit hepar atau renal, dengan atau tanpa gagal jantung 

kongestif yang menutupi. 

 

TEKSTUR  

Kata ini berguna dalam memberi  informasi yang berhubungan dengan perubahan-

perubahan yang dapat diketahui dengan sensasi taktil. Tekstur, pada pabrik tenun, 

dipakai  untuk menunjukkan ciri (sifat) kain sebagai hasil dari ukuran, kualitas dan 

susunan serat-serat pembentuknya. Istilah ini memiliki  aplikasi yang sama dalam bidang 

dermatologi, dimana ia dipakai  untuk menggambarkan rabaan kulit, misalnya “lunak” pada 

hipopituitarisme, keadaan eunuchoid, dan hipotiroidisme; “keras” atau “indurasi” pada 

skleroderma, likenifikasi, miksedema dan amiloidosis. Pada keadaan-keadaan ini, tekstur 

dapat merupakan karakteristik kualitatif dari jaringan ikat, atau adanya timbunan 

metabolik pada kulit, atau perubahan-perubahan pola pertumbuhan dari kulit (misalnya 

hiperplasia atau hipoplasia epidermis). Kekakuan kulit pada morfea dan rabaan seperti 

kertas pasir pada keratosis aktinik lebih baik dirasa dibandingkan  dilihat. 

 

TEMPERATUR 

Palpasi kulit adanya hangat atau dingin yang relatif dapat memberi  informasi yang 

penting diagnosa . Contoh yang paling kuno dan yang telah dipakai  secara luas yaitu 

mengetahui adanya demam dengan palpasi pada dahi dengan bagian dorsal tangan, yang lebih 

sensitif dari bagian telapak sebab  memiliki  stratum korneum yang lebih tipis. Kulit yang 

dingin dan basah merupakan petunjuk adanya shock, akibat terjadinya redistribusi darah 

dari kulit ke organ-organ dalam yang penting. Kulit terasa hangat pada hipertiroidisme, 

dingin pada hipotiroidisme. Dinginnya ekstremitas dapat menjadi petunjuk dari penyakit 

veskuler, seperti pada insufisiensi arterial dan penyakit stasis venosus ekstremitas bawah. 

Kulit juga teraba hangat pada erisipelas, selulitis, dan terbakar matahari. Pada setiap 

masalah , meningkatnya temperatur kulit terutama disebabkan oleh meningkatnya aliran darah 

ke kutaneus, kecuali misalnya pada atritis dan penyakit Paget tulang, dimana meningkatnya 

temperatur yang dapat dirasakan dengan palpasi kulit yaitu  akibatnya bertambah aliran 

darah didalam tulang atau sendi. 

Kulit memegang peranan yang penting dalam pengaturan suhu tubuh. Artinya, 

temperatur kulit tidaklah sama pada setiap orang, dan adanya perbedaan temperatur tubuh 

pada daerah tertentu memainkan peranan penting dalam menentukan lokasi penyakit, 

terutama penyakit infeksi. Misalnya Mycobacterium leprae menyukai tempat-tempat yang 

paling dingin dari tubuh, seperti misalnya kuping, ala nasalis dan saraf-saraf superfisialis 

yang besar.  

 

GAMBARAN UMUM DARI RAMBUT DAN KUKU 

Distribusi rambut pada tubuh, teksturnya, dan jumlah haruslah dianggap sebagai 

bagian dari penilaian awal secara keseluruhan dari kulit pasien . Pemeriksa harus waspada 

tidak saja terhadap penyakit rambut  yang primer (moniletrik, trikoreksis nodosum, pili 

torti) namun  juga perubahan-perubahan akibat penyakit-penyakit endokrin atau sistemik 

lainnya. Rambut menjadi kasar dan jarang (sedikit) pada miksedema, namun  memiliki  

tekstur yang halus pada hipertiroidisme. Rambut dapat rontok pada keadaan anemi, 

keracunan logam berat, demam, hipopituitarisme, gangguan ektodermal kongenital dan 

pellagra. Hipertrikosis didapatkan pada keadaan-keadaan seperti porfiria, akromegali, 

penyakit Cushing, sindroma Stein-Leventhal, dan tumor-tumor adrenal, testikuler dan  

ovarium. 

Kuku dapat menunjukkan adanya penyakit kulit yang laten (psoriasis, liken planus, 

alopesi areata, gangguan ektodermal kongenital), seperti juga adanya penyakit renal atau 

hepar (kuku Terry, sindroma kuku “half and half”). Adanya garis Beau (indentasi transversal 

pada kuku) dan  bentuk-bentuk lain dari garis-garis putih yang transversal pada kuku 

mungkin berkaitan dengan adanya demam atau  penyakit sistemik, terutama penyakit hepar 

atau ginjal. Telangiektasis pada kulit periungual merupakan temuan yang sering DITEMUI  dan 

merupakan petunjuk diagnosa  yang penting pada lupus eritematosus sistemik dan 

dermatomiositis.  

Rambut dan kuku dibicarakan lebih rinci pada Bab berikutnya 

 

GAMBARAN UMUM MEMBRANA MUKOSA 

Penilaian awal dan menyeluruh pada pasien  harus meliputi daerah oral, genital, dan 

anal. Membrana mukosa oral menunjukkan adanya keadaan hidrasi dan perubahan-perubahan 

pigmentasi akibat perbedaan sifat ras atau dapat membantu dalam Diagnosa  sindroma 

Peuts-Jeghers dan penyakit Adison. Diantara penyakit dengan manifestasi membrana 

mukosa yaitu  liken planus, pemphigus, pemfigoid, herpes simplek dan eritema multiforme. 

Plumbisme dan argyria dapat  memicu  pigmentasi gingiva. Lidah dapat menjadi merah 

dan halus pada berbagai keadaan defisiensi vitamin B. Keadaan sakit dan juga lidah yang 

kemerahan seperti daging (“beefy-red tongue” dapat merupakan keluhan awal pada anemia 

pernisiosa. “Black hairy tongue”) dapat hanya merupakan masalah yang relatif sepele, yang 

terdiri dari papilla-papila filiformis yang memanjang, dan berwarna gelap yang timbul 

sesudah  pemakaian  antiobiotik oral atau tanpa PEMICU  sebelumnya. Lidah geografik 

(geographic tongue) terdiri dari daerah-daerah tidak teratur yang mtampak kehilangnya 

papila dan keadaan ini dapat dihubungkan dengan psoriasis pustulosa atau bentuk psoriasis 

yang lain atau dapat pula idiopatik. Liken planus dapat DITEMUI  pada lidah berupa warna 

putih berbentuk linear, dan kadang-kadang berbentuk seperti jala. 

Sariawan (moniliasis) terjadi pada penyakit dengan perubahan imunitas. Infeksi 

moniliasis generalisata yang menyerang daerah aksiler, oral, periungual, dan vaginal terjadi 

Addison dengan hipoparatiroid. Lekoplakia oral berambut (oral hairy leukoplakia) terjadi 

pada infeksi HIV, dan seringkali merupkan tanda dini. 

 

GAMBARAN UMUM KULIT ANOGENITAL 

Berbagai penyakit dapat ditemukan pada daerah anogenital. Panas, kelembaban dan  

adanya gesekan memungkin pertumbuhan dari mikroorganisme pada daerah intertriginosa, 

dan lipatan-lipatan genitokrural dan  abdominal bawah merupakan daerah yang seringkali 

terkena. Meskipun pada erupsi yang generalisata daerah-daerah ini dapat terkenal lebih 

berat dibandingkan  bagian lain, atau daerah ini merupakan perhatian  utama pasien , namun  

seringkali rasa malu  memicu  pasien  mengalihkan perhatian dokter yang sebenarnya 

sangat diperlukannya. Perhatian terhadap penyakit-penyakit pada daerah vulva telah 

meningkat dan telah terbit pula berbagai artikel  yang membantu hal ini. Dermatofitosis, 

moniliasis, psoriasis, liken simplek kronikus, ulkus sifilis, dan  lesi-lesi infeksi venerik 

lainnya dapat pula ditemukan pada kulit daerah perianal. Genitalia haruslah diperiksa 

sebagai daerah predileksi psoriasis, dermatitis seboroik, liken planus, herpes progenitalis, 

moniliasis dan penyakit-penyakit venerik. Glans penis yaitu  merupakan lokasi yang khas 

dari fixed drug eruptions. Liken sclerosis et atrofikus mengenai kulit daerah genital dan 

anal dan  kulit daerah inframammae, umbilikal dan kruris . 

 

LESI-LESI KULIT 

Bentuk-bentuk lesi kulit 

Bentuk dasar dari lesi-lesi kulit seperti makula, papul, vesikel, plakat dan lainnya 

merupakan unsur utama yang membentuk Diagnosa  klinis. Untuk dapat membaca suatu kata, 

seseorang harus mengenal huruf; untuk dapat membaca kulit,  seseorang harus mengenal 

lesi dasar. Untuk memahami suatu paragraf, seseorang harus mengetahui bagaimana 

menyatukan kata-kata; untuk sampai pada suatu Diagnosa  banding, seseorang harus tau apa 

yang ditunjukan oleh suatu lesi dasar dan bagaimana sifatnya, susunannya dan  

distribusinya, dan bagaimana timbulnya. Untuk menegakkan suatu Diagnosa , seseorang 

harus mampu untuk mendapatkan riwayat penyakit yang tepat, dan mengetahui kapan dan 

bagaimana mengerjakan tes diagnosa  seperti biopsi atau sediaan sitologik. 

Kurangnya terminologi dasar yang baku merupakan salah satu hambatan utama dari 

komunikasi yang sukses diantara dokter dalam menggambarkan lesi-lesi kulit. Sebagai 

contoh, dalam artikel -artikel  standard dermatologi, papul dideskripsikan dalam berbagai cara, 

seperti tidak lebih dari 1 cm, kurang dari 0,5 cm, lebih kecil dari biji kacang polong, atau 

berkisar antara sebesar kepala jarum sampai sebesar celah kacang polong; suatu nodul 

 

digambarkan lebih besar dari papul. Hal ini merupakan standar ukuran yang sembrono, dan 

keadaan ini akan tetap membingungkan sampai ditemukan sautu sistem yang lebih tepat. 

Liga internasional dari perkumpulan dermatologi telah menerbitkan suatu daftar lesi-lesi 

dasar yang dapat memberi  langkah yang membantu dari keadaan ini. Paling tidak, ukuran 

penggaris harus menjadi bagian dari alat pemeriksa standard untuk kulit yang dapat 

memungkinkan pengukuran suatu lesi secara tepat. 

Seringkali, identifikasi bentuk lesi pimer sudah cukup untuk menegakkan suatu 

Diagnosa . Namun demikian, pada banyak keadaan, diperlulan untuk mengamati evolusi dari 

masing-masing lesi ini , atau mengamati suatu erupsi secara keseluruhan sebelum 

timbul suatu pola diagnosa  tertentu. Perubahan (evolusi) dari masing-masing lesi 

memicu  pembentukan lesi-lesi sisa (sequential lesions). Kadang-kadang, lesi sisa 

ini  dapat DITEMUI  bersama-sama dengan lesi primer. Misalnya pada cacar air, dimana 

lesi baru timbul secara berkelompok, dan dapat pula DITEMUI  pada saat yang sama  erosi 

dan papul berkrusta dan  vesikel baru; hal ini dapat membantu perbedaan klinis cacar air 

dari cacaar (smallpox), dimana lesi timbul secara serentak. Papul daerah akral yang nyeri 

dan eritematous yang berkembang menjadi pustul purpurik dapat DITEMUI  pada 

gonokokemia disseminata. Perkembangan dari suatu erupsi menghasilkan pola penyebaran 

tertentu. Pada rubella, ruam kulit mengenai seluruh tubuh dalam sehari; pada rubeola 

(measles), ruam kulit ini membutuhkan waktu tiga hari dalam penyebarannya dari dahi dan 

belakang telinga sampai keseluruh tubuh. Pada penyakit rocky mountain spotted fever pola 

penyebarannya yaitu  dari pergelangan kaki dan tangan kemudian ke telapak tangan, 

telapak kaki, wajah, dan bagian tengah dari permukaan. 

Ringkasan visual dari nomenklatur deskriptif yang berikut ini ditambahi  beberapa 

contoh, yang tetap tidak berubah nilainya meskipun telah tersedia lebih banyak petunjuk 

yang komprehensif. Daftar berbagai tipe lesi yang akan dibicarakan selanjutnya tertera 

pada tabel 4-1. Beberapa istilah yang jarang dipakai  juga dijelaskan pada bagian ini, 

sementara yang lainnya dapat DITEMUI  pada Leider dan Rosenblum. 

 

MAKULA (lihat gambar 4-1). 

Makula yaitu  lesi yang datar, berbatas tegas yang dapat dibedakan dari kulit sekitar 

berdasar  warnanya. Makula dapat memiliki  bermacam-macam ukuran atau bentuk. 

Makula ini dapat merupakan hasil atau akibat dari  hiperpigmentasi, hipopigmentasi, 

kelainan vaskuler, dilatasi kapiler (eritema), atau purpura (ekstravasasi sel-sel darah 

merah). Beberapa lesi makuler dapat berhubungan dengan pembentukan skuama yang halus. 

Skuama ini hanya menjadi jelas sesudah  dilakukan gratinasi, yaitu kombinasi antara 

pengelupasan ringan dan garukan. Lesi semacam ini disebut makuloskuamosa: lesi ini tidak  

secara nyata tampak timbul dan oleh sebab nya tidak dapat dianggap sebagai plakat (lihat 

dibawah). 

Teleangiektasis yaitu  dilatasi kapiler yang permanen yang mungkin/ tidak timbul 

dengan adanya penekanan, yang akan membentuk gambaran seperti jala atau garis merah 

terang, halus, tidak berpulsasi. 

Lesi-lesi yang disebabkan oleh adanya ekstravasasi sel-sel darah merah dimasukkan 

ke dalam bagian purpura. Ptekie yaitu  purpura berukuran lebih kecil yang sering DITEMUI  

pada keadaan trombositopeni. Ekimosis berukuran lebih besar berupa lesi purpura yang 

menyerupai memar atau luka lainnya. Penekanan dengan dua buah gelas obyek (“slide”) atau 

lensa jernih anti pecah (diskopi) pada tepi dari lesi yang merah merupakan cara yang 

sederhana dan dapat dipercaya untuk membedakan kemerahan akibat dilatasi vaskuler 

(eritema) dari kemerahan akibat ekstravasasi darah atau produk darah (purpura). Jika 

dengan penekanan gelas obyek kemerahan menetap, maka lesi yaitu  purpura. 

Infark yaitu  daerah nekrosis pada kulit sebagai akibat dari tersumbatnya pembuluh 

darah, misalnya pada memiliki  warna yang beraneka ragam seperti merah gelap, dan  

keabu-abuan. Bentuknya berupa makula yang tidak teratur, kadang-kadang sedikit tertekan 

dibawah permukaan kulit dan seringkali dikelilingi oleh zona hiperemi yang berwarna merah 

muda. Lesi ini dapat pula menjadi lunak. 

Makula eritematosa kecil yang menyebar dapat terjadi pada eksantema seperti 

rossola dan erupsi obat. Makula eritematosa yang konfluen dapat menutupi seluruh 

ekstremitas atau setengah dari wajah, seperti pada hemangioma kapiler (nevus flameus). 

Makula dapat bila berpigmen seperti makula berwarna café-au-lait spot pada 

neurofibromatosis; hipopigmentasi seperti pada hipopigmentasi post inflmaasi; dan 

depigmentasi seperti pada vitiligo. Makula hipomelatonik yang seringkali memiliki  bentuk 

yang menyerupai bentuk daun (“ash leaf”), merupakan petunjuk paling dini yang dapat dilihat 

dari tuberosklerosis. Berkumpulnya melanosit dermal dapat memberi warna keabuan pada 

kulit, seperti pada Mongolian spot. Warna biru dapat timbul dari menyebarnya sinar saat 

melalui medium dermis yang keruh (Fenomena Tyndali). Pembentukan skuama yang halus 

dapat dilihat pada lesi-lesi makuloskuamosa dari tinea versicolor, pitiriasis rosea, dan 

eritrasma. 

Teleangiektasis biasanya dilihat pada wajah orang-orang yang secara kronis terpapar 

sinar matahari dan angin. ada  gambaran yang menonjol dari warna eritematosa pada 

lupus eritematosus kutaneus. Disamping itu teleangiektasis periungual merupakan petunjuk 

yang penting untuk gangguan-gangguan vaskuler kolagen seperti lupus eritematosus dan 

dermatomiositis. Pada teleangiektasis hemoragika herediter, lesinya biasanya tidak 

berpulsasi, berupa makula atau papula dengan batas yang tegas, berwarna merah kusam,  

paling sering DITEMUI  pada lidah, bibir, wajah dan jemari. Teleangiektasis juga merupakan 

gambaran yang menonjol pada rosasea. 

 

Gambar 4.1 Makula 


Makula, yaitu  lesi datar, berbatas tegas yang dibedakan dari kulit sekitarnya dari 

warnanya. Makula dapat memiliki  macam-macam bentuk dan ukuran. (a). makula dapat 

merupakan akibat dari hiperpigmentasi (b). Gambaran klinis suatu erupsi yang terdiri dari 

makula eritem multiple berbentuk tegas dengan berbagai ukuran yang memudar pada 

penekanan dengan dua gelas obyek (diaskopi) dan dengan demikian disebabkan oleh suatu 

vasodilatasi akibat inflamasi. Erupsi ini menggambarkan suatu reaksi obat (fenolftalin). 

 

PAPULA 

Papula yaitu  lesi yang kecil, solid dan meninggi (gambar 4-2). Papula biasanya 

memiliki  diameter lebih kecil dari 0,5 cm, dan bagian terbesar dari papul menonjol diatas 

permukaan kulit sekitarnya. Seringkali dibutuhkan tidak langsung dalam kamar yang gelap 

untuk mendeteksi adanya lesi yang sedikit meninggi. Peninggian (elevasi) ini dapat 

merupakan akibat dari timbunan metabolit, hiperplasia lokalisata dari komponen seluler 

lokalisata pada dermis. Papul-papul superfisial dengan batas yang tegas dapat dilihat jika 

lesi merupakan akibat dari bertambahnya jumlah sel-sel epidermal atau melanosit, seperti 

pada veruka vulgaris atau nevus melanositik. 

Papul dapat memiliki  berbagai bentuk, yaitu akuminata (berbintik/tajam) seperti 

pada miliaria rubra (ruam biang keringat), ditutupi dengan skuama atau keratin seperti pada 

sifilis sekunder, berbentuk kubah seperti pada moluskum kontagiosum, atau memiliki  

permukaan datar seperti pada liken planus. 

Gambaran lain seperti warna, juga penting untuk identifikasi lesi-lesi papuler. Papul-

papul merah dapat dilihat pada psoriasis, yang seringkali ditutupi oleh skuama yang 

berdarah jika  diangkat (tanda auspitz). Papul-papul dengan skuama disebut lesi 

papuloskuamosa. Warna tembaga tampak pada lesi sifilis sekunder. Papul-papul dengan 

permukaan datar dan warna keunguan merupakan ciri khas liken planus. Adanya tanda halus, 

putih, seperti jala, disebut striae (garis) Wickham pada permukaan lesi merupakan  

pelengkap Diagnosa  liken planus. Papul-papul yang berwarna kekuningan dapat dilihat pada 

Xantomitosis. Papul-papul hemoragik atau nekrotik DITEMUI  pada vaskulitis kutaneus dan 

meningokoksemia. Papul purpura “palpable” merupakan petunjuk suatu vaskulitis sampai 

dibuktikan bukan yang lainnya. Papul-papul kasar (keratorik) dan kecoklatan khas untuk 

keratosis folikularis (penyakit Darier). 

 

 

Gambar 4-2: Papul. 


Nevus pigmentosus dan melanoma maligna dini sering DITEMUI  sebagai papul-papul 

coklat atau hitam yang bulat dan harus dibedakan dari karsinoma sel basal berpigmentasi, 

yang memiliki  gambaran yang menyerupai namun halus seperti lilin dengan tepi 

teleangiektasis yang menggulung. Lesi papul bulat berwarna biru tua atau hitam 

menunjukkan suatu nevus biru (“blue nevus”), melanoma noduler, angiokeratoma atau 

sarkoma Kaposi. 

Papul-papul bulat yang berwarna seperti kulit terlihat pada adenoma sebasea dan 

amyloidosis. Moluskum kontagiosum merupakan papul yang jernih dan bulat dengan 

umbilikasi dibagian tengahnya yang jika  ditusuk akan tampak “badan moluskum” yang 

bulat. Papul-papul bertangkai yang berwarna lebih gelap atau sama dengan warna kulit 

normal, DITEMUI  pada neurofibromatosis. “Skin tag” (arcrochorda) yaitu  lesi filiformis 


atau bertangkai yang sering berwarna seperti kulit. Papul dapat pula berbentuk folikuler 

atau perifolikuler seperti pada akne, folikulitis, dan penyakit Darier. 

      Papul atau plakat (lihat dibawah) dapat terdiri dari penonjolan-penonjolan kecil yang 

padat dan multiple yang dikenal sebagai vegetasi (gambar 4-2). Vegetasi dapat tertutup 

oleh skuama yang kering dan tebal dan disebut sebagai keratotic (seperti pada veruka 

vulgaris), atau lunak dan halus (seperti pada kondiloma akuminata). Keratosis seboroik 

yaitu  lesi vegetasi yang sering DITEMUI , terutama pada kelompok usia lanjut. Lesi dapat 

berwarna kekuningan, kuning kecoklatan, coklat, atau hitam, dan sering memiliki  

permukaan yang lunak dan berlemak. Vegetasi yang kering dan berskuama DITEMUI  pada 

keratosis aktinik. 

Semua papul yang eritematosa harus diperiksa dengan diaskopi (lihat “Aids to 

Dermatologic Diagnosa : Clinical, Instrumental, and Laboratory”) pada bagian selanjutnya, 

sebab  warna kuning-coklat dari papul yang DITEMUI  pada beberapa  kelainan granulomatosa, 

dan papul eritematosa yang tidak memudar pada diaskopi mungkin merupakan tanda dari 

vaskulitis (purpura “palpable”). 

Meskipun erupsi-erupsi tertentu dapat terdiri dari unsur-unsur makuler dan papuler, 

dianggap bahwa istilah makulopapuler yang membingungkan, pemakaian nya dihindari demi 

jelasnya pemikiran dan  komunikasi. 

 

PLAKAT 

Plakat yaitu  suatu peninggian yang memiliki  permukaan relatif besar dibandingkan 

dengan ketinggiannya diatas permukaan kulit (gambar 4-3). Plakat seringkali terbentuk 

akibat menyatunya papul-papul, seperti pada psoriasis. Lesi psoriasis yang khas merupakan 

plakat eritamatosa yang meninggi dengan lapisan skuama seperti perak, yang sering 

digambarkan seperti muka. 

Gosokan yang berulang, terutama pada orang-orang dengan eksema kronis, 

memicu  likenifikasi. Proliferasi keratinosit dan stratum korneum, bedan  perubahan-

perubahan kolagen dari epidermis yang mendasarinya,  memicu  daerah likenifikasi kulit 

tampak sebagai plakat yang menebal dengan gambaran kulit yang menonjol. Lesi ini  

dapat menyerupai kulit pohon yang terkelupas. Adanya atrofi, terutama yang ditambahi  

eritema, skuama, perubahan pigmentasi dan “follicular plugging” menunjang Diagnosa  lupus 

eritematosus kutaneus. 



 

Gambar 4-3: Plakat. 


Plakat, yang tampak pada gambar yaitu  suatu peninggian pada permukaan yang relatif 

luas dibandingkan dengan tingginya diatas permukaan kulit. Plakat-plakat berskuama, 

kemerahan, berbatas tegas yang saling menyatu. 

 

BERCAK (PATCH) 

Menurut Oxford English Dictionary (OED), patch yaitu  “bagian dari setiap bidang 

(permukaan) yang sangat berbeda penampilan dan ciri khasnya dari sekitarnya”. Menurut 

OED, patch dapat berupa “daerah kecil pada kulit yang berbatas tegas, dst, yang memiliki 

warna atau penampilan yang khusus”. Para ahli kulit telah menggunakan istilah ini untuk 

bermacam keperluan: Sebagian membatas pemakaian nya untuk menggambarkan suatu 

makula yang sangat besar, sedangkan yang lain menggunakannya untuk menggambarkan 

suatu plakat yang relatif tipis namun  besar. Secara umum dikatakan bahwa suatu deskripi 

yang tepat hampir selalu dapat dilakukan  dengan suatu terminologi yang lebih jelas, seperti 

makula yang besar, plakat yang tipis dan berskuama, dll. 

 

NODUL  

Nodul yaitu  sautu lesi yang dapat diraba, utuh, bulat, atau lonjong (lihat gambar 4-

4). Kedalamannya dan/atau rabaan sesungguhnya lebih penting dari diameternya, dalam 

membedakan nodul dari papul. Tergantung dari unsur anatomis yang pertama kali terkena, 

nodul memiliki  lima bentuk utama yaitu: (1) epidermal, (2) dermo-epidermal, (3) dermal, 

(4) dermal-subdermal, dan (5) subkutan. 

       Nodul epidermal meliputi kerato akantoma, veruka vulgaris, dan karsinoma sel basal. 

Nodul dermo epidermal meliputi compound nevus tertentu, melanoma maligna, karsinoma sel 

skuamosa invasive dan beberapa lesi mikosis fungoides. Contoh dari nodul dermal misalnya  

granuloma anular dan dermato fibroma. Eritema nodosum dan tromboflebitis superfisialis 

yaitu  contoh dari nodul dermal-subdermal. Lipoma yaitu  nodul subkutan dari jaringan 

lemak. 

Nodul-nodul pada dermis dan subkutis dapat merupakan petunjuk adanya penyakit 

sistemik dan timbul akibat adanya peradangan, neoplasma, atau timbunan metabolit pada 

dermis atau jaringan subkutan. Sebagai contoh, sifilis lanjut, tuberkulosis, mikosis 

profunda, xantomatosis, limfoma dan neoplasma metastatik, seluruhnya dapat berupa nodul 

kutaneus. Eritema nodosum yang berupa nodul subkutan pada tungkai dan nyeri, seringkali 

merupakan manifestasi suatu hipersensitivitas. Reaksi terhadap badan asing (foreign body), 

gigitan serangga dan  infeksi bakterial dan virus, yaitu  sebagian dari PEMICU  lesi-lesi 

noduler. sebab  nodul dapat merupakan suatu penyakit sistemik, maka suatu nodul yang 

persisten dan tidak dapat di identifikasi harus selalu dilakukan biopsi dan sebagian dari 

jaringan yang diambil harus dilakukan kultur. 

Tumor yaitu  suatu istilah yang umum untuk setiap massa, baik jinak atau ganas, dan 

kadang-kadang dipakai  untuk menunjukkan suatu nodul yang besar. Gumma yaitu  suatu 

lesi granulomatosa noduler dari sifilis stadium tiga (tersier). 

        Menggambarkan suatu nodul dengan ukuran dan sifat tertentu seperti keras, lunak, 

seperti daging hangat, dapat digerakkan, menetap, tidak nyeri, selalu dapat membantu. 

Permukaan dari nodul juga harus digambarkan, seperti misalnya halus, keratotik, ulseratif, 

seperti jamur. Ada beberapa kata yang membingungkan dalam membedakan nodul dari papul 

yang besar dan tumor yang kecil. Ukuran bukanlah merupakan pertimbangan utama dalam 

definisi suatu nodul. Misalnya, nodul rematoid, yang biasanya ada  pada penonjolan-

penonjolan tulang, dapat berukuran sekecil 1 atau 2 mm atau sebesar beberapa sentimeter. 

Pada keadaan tertentu mungkin diperlukan lebih dari satu istilah. Pada sebagian besar 

masalah , lebih baik disebutkan ukuran dan istilah deskriptif yang merupakan gambaran 

penting dari lesi ini . jika  mungkin, untuk tujuan deskriptif yaitu  sangat 

membantu untuk menunjukkan bahwa nodul yang dimaksud merupakan nodul epidermal, 

dermo-epidermal, dermal, dermal-subdermal atau subkutan. 

 

 


 

Gambar 4-4: Nodul. 


Nodul yaitu  suatu lesi yang dapat diraba, utuh, bulat atau lonjong. Kedalamannya 

dan/atau rabaan sesungguhnya lebih penting dari diameternya dalam membedakan nodul 

dari papul. Nodul dapat terletak pada epidermis atau memanjang kedalam dermis atau 

jaringan subkutan. 

Gambar ini menunjukkan suatu nodul yang keras dan berbatas tegas dengan 

permukaan yang halus dan berkilat dimana dapat terlihat teleangiektasis (pelebaran 

pembuluh darah kapiler); ada  krusta didaerah sentral yang menunjukkan adanya 

penghancuran jaringan dan dengan demikian terjadi ulserasi awal. Lesi ini  merupakan 

gambaran dari karsinoma sel basal yang noduler. 

 

Gambar 4-5: Urtika. 


Urtika yaitu  sebuah efloresensi dengan lesi yang meninggi, bulat atau datar yang 

secara khas menghilang dalam waktu beberapa jam. Urtika dapat berupa papul-papul kecil 

dengan diameter 3-4 mm seperti pada urtikaria kolinergik (tampak pada foto klinis b). 

Dapat pula berupa plakat-plakat yang besar, saling menyatu seperti pada reaksi alergi 


terhadap penisilin, obat-obatan lain, atau allergen alimentosa (tampak pada foto klinis c). 

Erupsi yang terdiri dari urtika disebut urtikaria dan biasanya ditandai dengan adanya rasa 

gatal. 

 

(foto klinis b) 

 

(foto klinis c) 

 

VESIKEL DAN BULLA 

Vesikel yaitu  lesi yang meninggi dan berbatas tegas yang mengandung cairan 

(Gambar 4-6). Dinding vesikel seringkali sangat tipis sehingga tampak jernih sehingga 

serum, limfe, darah, atau cairan ekstraseluler dapat terlihat. Vesikel yang memiliki  

diameter lebih besar dari 0,5 cm disebut bulla. 

Vesikel dan bulla timbul dari celah yang ada pada berbagai tingkat lapisan kulit; celah 

ini dapat berada didalam epidermis (misalnya vesikel intraepidermal) (gambar 4-6), atau 

dibawah taut dermo-epidermal (yaitu suberpidermal). Celah yang tepat berada dibawah 

stratum korneum menghasilkan vesikel atau bulla subkorneal (pada gambar  4-6), seperti 

pada impetigo. Pembentukan vesikel intraepidermal dapat timbul dari edema interseluler 

(spongiosis), sebagaimana khas tampak pada reaksi-reaksi hipersensitivitas tipe lambat 

pada epidermis (misalnya pada dermatitis kontakta eksematosa) dan pomfoliks. 

Vesikel spongiotik (pada gambar 4-6a) dapat dideteksi secara mikroskopis namun  

secara klinis mungkin tidak tampak jelas seperti vesikel. Hilangnya jembatan interseluler 

atau desmosome, dikenal sebagai akantolisis, dan pembentukan vesikel jenis intraepidermal 

ini (A pada gambar 4-7a) tampak pada pemfigus vulgaris, dimana biasanya celah ada  

persis diatas lapisan basalis. Pada pemfigus foliaseus, celah timbul persis dibawah lapisan 

subkorneal. 

Virus  memicu  “degenerasi ballon” pada sel-sel epidermal (B pada gambar 4-7a), 

seperti pada herpes zoster, herpes simplek, variola, dan varisella. Bulla akibat virus sering 

memiliki  bagian tengah yang tertekan (umbilikasi). Perubahan patologis pada taut dermo-

epidermal dapat memicu  bulla atau vesikel subepidermal (gambar 4-8). Seperti pada 

pemfigod, eritema multiforme bullosa, porfiria kutanea tarda, dermatitis herpetiformis 

dan beberapa bentuk epidermolisis bullosa. Ketebalan dinding bulla dapat diperkirakan dari 

kejernihannya dan kekendorannya. Besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk merusak lesi 

ini  dapat membantu memperkirakan apakah bulla terletak interaepidermal atau 

subepidermal. Dikatakan, bahwa bulla yang tegang dan relatif besar, merupakan suatu 

pemfigoid, sedangkan bulla yang  kendor disebut pemfigus. Namun demikian, tidak ada 

suatu cara yang dapat dipercaya untuk membedakan kedua penyakit ini kecuali dengan 

pemeriksaan histologic dari lesi dan imunofluoresensi. 

jika  epidermis hilang, biasanya sebagai akibat adanya pembentukan vesikel, akan 

terjadi pengelupasan (“denudation”) yang dikenal dengan erosi dan tampak sebagai lesi yang 

sedikit berlekuk (“depression”) dan basah (lihat dibawah). 

 

 

 

 

Gambar 4-6: Vesikel dan bulla. 

Vesikel yaitu  lesi yang meninggi, berbatas tegas dan mengandung cairan. Tampak 

pada gambar (a), vesikel subkorneal (A) akibat adanya celah tepat dibawah stratum 

korneum. Vesikel spongiotik (B) merupakan akibat dari edema interseluler. Bulla yaitu  

vesikel yang  lebih besar dari 0,5 cm. Gambar klinis (b) menunjukkan vesikel subkorneal 

yang  jernih da


Related Posts:

  • diagnosa dermatologi 3 omitan dalam memerlukan pengobatan juga dilaporkan. Ditunjukkan jalur khsus stress yang tidak mudah rusak menunjukkan peningkatan pruritus dan mendorong kecenderungan untuk menggaruk, terjadi pengeluaran media… Read More