Tampilkan postingan dengan label obat 27. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label obat 27. Tampilkan semua postingan

obat 27




 pada reseptor 

tersebut. Efeknya yaitu  potensiasi penghambatan neurotransmisi oleh GABA (gamma-aminobutyric acid) di sinaps semua saraf 

otak dan blokade pelepasan muatan listrik. 

GABA yaitu  salah satu neurotransmitterinhibisi otak, yang juga berperan pada timbulnya serangan epilepsi, lihat Bab 27, Antiepileptika. 

Neurodepresi oleh benzodiazepin bersifat 

self-limiting, karena tergantung pada pelepasan GABA endogen. Sebaliknya, pada dosis 

lebih besar, barbiturat berefek meniru efek 

inhibisi dari GABA dan dengan demikian 

dapat mengakibatkan depresi SSP kuat. Perbedaan ini bertanggungjawab atas keamanan 

benzodiazepin pada overdosis. Lagipula efek 

barbiturat lebih umum, yaitu merintangi 

proses-proses lain di otak hingga lebih cepat 

menyebabkan penurunan kesadaran.

Meprobamat, senyawa alkohol, aldehida dan 

sedativa lainnya tidak bekerja melalui pendudukan reseptor spesifik, tetapi langsung terhadap membran sel.

*Peristiwa talidomid (Softenon)

Pada awal tahun 1960-an timbul kehebohan besar yang diakibatkan oleh suatu obat 

tidur baru (akhir 1950), yaitu talidomid.

Obat tidur ini yang semula dianggap tidak 

toksik, dipakai  oleh ribuan wanita dari 

lebih dari 40 negara pada permulaan masa 

kehamilannya terhadap morning sickness 

dan sebagai obat penenang. Namun ternyata 

obat ini yang terburu-buru dipasarkan tanpa 

testing yang adekuat, bersifat teratogen (Yun. 

teratos = monster; genesis = produksi) akibat 

khasiat anti-angiogenesis, yaitu merintangi 

pembentukan pembuluh baru (Yun. angio = 

pembuluh). Akibatnya yaitu  lahirnya di 

seluruh dunia 8000 sampai 12000 bayi cacat, 

terutama pada tangan dan kaki, yang disebut 

phocomelia atau seal extremities (kaki tangan 

singa laut).

Di Amerika obat ini dihindari penyalurannya berkat tindakan ketat dari F.O. Kelsey, 

pejabat FDA.  Peristiwa tragik ini memberikan pelajaran 

betapa kita harus berhati-hati dalam penggunaan obat-obat (paten) baru, walaupun 

pihak fabrik menyatakan obatnya „tidak 

toksik“ dan aman. Dengan S.K. Menteri Kesehatan R.I. No. 682/Ph/63/b per 1 Januari 

1963 obat-obat yang mengandung talidomid, 

meklizin (Travel-on, Postafene) dan fenmetrazin 

(Preludin) dilarang pemakaian nya di seluruh wilayah negara kita . Obat-obat yang mengandung siklizin dan buklizin (S.K. Men. 

Kes. R.I. No. 4890/Dir.Jen/SK/68) juga telah 

dilarang. Namun di banyak negara lain, termasuk Belanda, siklizin dan meklizin dianggap aman dan masih tetap dipakai .

Sejak tahun 1990-an talidomid telah tersedia lagi tetapi untuk indikasi lain, yaitu gangguan kulit tertentu berkat khasiat imunosupresif dan antiradangnya, antara lain pada reaksi lepra, sindroma dari Behcet dan 

penyakit auto-imun S.L.E., lihat juga Bab 10. 

Obat-obat lepra.

1. BARBITURAT

Barbiturat sejak lama dipakai  sebagai 

hipnotika dan sedativa, tetapi pemakaian nya sejak tahun 1980-an telah sangat menurun karena tesedianya obat-obat dari kelompok benzodiazepin yang lebih aman. Yang 

yaitu  pengecualian yaitu  fenobarbital, yang memiliki sifat antikonvulsif dan 

tiopental, yang masih banyak dipakai  sebagai anestetikum i.v. 

Dosis sedativa-hipnotika. Barbital digunakan sebagai obat pereda untuk siang hari 

dalam dosis yang lebih rendah dari dosisnya 

sebagai obat tidur, yakni ½ - 1

/6 kalinya. 

Misalnya fenobarbital dalam dosis 15-30 mg 

bekerja sebagai sedativum dan 100 mg atau 

lebih sebagai obat tidur.

Keberatan. Faktor-faktor yang membatasi 

pemakaian  barbiturat dan menyebabkan 

pemakaian nya terdesak oleh benzodiazepin, 

yaitu :

– toleransi dan ketergantungan yang cepat 

timbul; bila pemakaian  dilanjutkan untuk jangka waktu panjang, sifat toleransinya diperkuat oleh induksi-enzim

– stadium REM (dengan mimpi) dipersingkat, yang berefek pasien mengalami tidur 

kurang nyaman

– efek paradoksal dapat terjadi dengan dosis 

rendah pada keadaan nyeri; yaitu justru 

eksitasi dan kegelisahan 

– overdosis barbital menimbulkan depresi 

sentral, dengan penghambatan pernapasan yang berbahaya, koma dan kematian.

Interaksi. Akibat induksi-enzim barbital juga mempercepat perombakan obat-obat lain, yang metabolisasinya berlangsung oleh 

sistem enzim yang sama, misalnya derivat 

kumarin, antikonseptiva oral dan siklosporin. 

Sebaliknya, efek barbital diperkuat oleh asam 

valproat, lihat Bab 27. Antiepileptika. 

Selanjutnya dapat dibaca Obat-obat Penting, Edisi ke-4, p 254-7. 

2. BENZODIAZEPIN

Pada hakikatnya, semua senyawa benzodiazepin memiliki empat daya kerja tersebut 

di atas, yaitu khasiat anksiolitik, sedatifhipnotik, antikonvulsif dan relaksasi otot. 

Setiap efek ini dapat berbeda-beda kekuatannya pada setiap derivat, yang juga memperlihatkan perbedaan jelas mengenai kecepatan resorpsi dan eliminasinya. 

pemakaian . Pada umumnya benzodiazepin menimbulkan hasrat tidur bila diberikan dalam dosis tinggi pada malam hari 

dan memberikan efek menenangkan (sedasi) 

dan mengurangi kecemasan pada pemberian 

dalam dosis rendah pada siang hari. Empat 

jenis daya kerja benzodiazepin berdasar  

pengaruh GABA pada SSP.

Zat-zat yang bersifat sedatif-hipnotik relatif 

lebih kuat dibandingkan sifat-sifat lainnya, 

dipakai  terutama sebagai obat tidur. Sebaliknya, zat-zat yang sifat anksiolitiknya menonjol lebih cocok dipakai  sebagai tranquillizer pada keadaan takut dan tegang. 

pemakaian  lainnya yaitu  sebagai spasmolitikum (zat pelepas kejang), misalnya pada 

tetanus (khususnya klonazepam dan diazepam) dan sebagai premedikasi sebelum pembedahan (khususnya midazolam), di mana sifat 

amnesianya bermanfaat sekali (lihat Efek samping), karena pasien tidak mengingat 

lagi kesan-kesan mencemaskan sewaktu 

pembedahan. Beberapa zat dengan efek 

antikonvulsif kuat dipakai  pada epilepsi,

khususnya klonazepam, juga diazepam dan

nitrazepam. Benzodiazepin juga bermanfaat 

pada pengobatan alkoholisme yaitu terhadap 

gejala abstinensi. 

Keuntungan obat-obat ini dibandingkan 

dengan barbital dan obat tidur lainnya yaitu  

tidak atau hampir tidak merintangi tidurREM. Dahulu obat ini diperkirakan tidak 

menimbulkan toleransi, tetapi ternyata bahwa 

efek hipnotiknya semakin berkurang sesudah  

pemakaian 1-2 minggu, seperti kecepatan 

menidurkan, juga panjang dan dalamnya 

tidur berkurang. Lagi pula toksisitasnya rendah 

sekali (dosis letal sangat tinggi), hingga sukar 

sekali disalahgunakan untuk bunuh diri. 

Namun jika dipakai  terus-menerus untuk 

jangka waktu lama (lebih dari 2-4 minggu) 

dapat pula mengakibatkan ketergantungan 

fisik dan psikis, bahkan adiksi. Oleh karena 

itu, di beberapa negara, termasuk Belanda, 

semua senyawa benzodiazepin dimasukkan 

ke dalam Undang-undang Narkotik (Opium 

Wet).

Namun demikian benzodiazepin bila digunakan untuk hanya beberapa minggu, oleh banyak ahli dianggap sebagai obat tidur yang 

relatif aman dan yaitu  hipnotika pilihan pertama.

Farmakokinetik. Berkat sifat lipofilnya, resorpsi di usus berlangsung baik (80-90%) 

dan cepat, sedangkan kadar maksimal dalam 

plasma tercapai dalam waktu 1/2 - 2 jam. 

Klordiazepoksida, oksazepam dan lorazepam bersifat kurang lipofil, sehingga baru mencapai 

puncaknya dalam plasma sesudah  1-4 jam. 

Distribusi dalam tubuh juga baik, terutama 

di otak, hati, otot jantung dan lemak. PP 

tinggi (80-90%) dan beberapa di antaranya 

mengalami siklus enterohepatik, misalnya diazepam, nitrazepam dan bromazepam. Resorpsi 

melalui suppositoria agak lambat, misalnya 

baru sesudah  2 jam (oral ±1/2 jam). Tetapi 

bila diberikan sebagai larutan dalam bentuk 

rektal khusus (rektiole), penyerapannya cepat sekali, yaitu ±10 menit. Oleh karena itu 

rektiole banyak dipakai  untuk keadaan 

darurat, misalnya pada kejang anak (stuip, 

fever seizures), lihat Bab 27. Antiepileptika. 

Penggolongan benzodiazepin

berdasar  kecepatan metabolismenya dapat dibedakan tiga kelompok, yaitu zat-zat 

long-acting, short-acting dan ultra short-acting.

a. Zat long-acting: a.l. klordiazepoksida, diazepam, nitrazepam dan flurazepam, dengan t1/2 

masing-masing 5-30 (-200), 20-54 (42-120), 

18-34 dan (47-100) jam (dalam kurung yaitu  

t

1/2 dari metabolit-metabolit aktifnya). Obatobat ini dirombak a.l. dengan jalan demetilasi 

dan hidroksilasi menjadi metabolit aktif 

desmetildiazepam dan hidroksidiazepam. Kedua 

metabolit kemudian dirombak lagi menjadi 

oksazepam yang akhirnya dikonyugasi dan 

menghasilkan glukuronida tak aktif. Zat ini 

mudah melarut dan diekskresi lewat urin. Lihat Gambar Skema biotransformasi benzodiazepin. 

Diazepam memiliki plasma-t½ dari 20-54 jam, 

sedangkan t½ derivat desmetilnya sampai 120 

jam, sehingga efeknya sangat diperpanjang. 

Oleh karena itu zat ini lebih layak dipakai  

sebagai obat anksiolitik daripada sebagai 

obat tidur. Pertimbangan ini juga berlaku 

bagi klordiazepoksida. Ternyata bahwa pada umumnya semua derivat desmetil khusus bersifat anksiolitik, walaupun pada zat 

induknya khasiat sedatif-hipnotik yang berkuasa. Bahaya kumulasi juga sangat diperbesar olehnya. 

* Nitrazepam (Mogadon) dan flurazepam (Dal

madorm), meskipun masa paruhnya panjang, 

lama kerjanya hanja 6-8 jam. Flurazepam 

lebih sering menimbulkan hang-over. 

* Flunitrazepam (Rohypnol), lama kerjanya 

juga hanya ±8 jam. Hal ini dapat dijelaskan 

oleh distribusinya yang berlangsung pesat 

sekali, sedangkan pada pemakaian  berturutturut hanya berkumulasi secara tidak berarti. 

Namun obat ini tidak dianjurkan berhubung 

risiko besar akan penyalahgunaan sebagai 

‚drug‘, serta efek psikiatris dan intoksikasi 

hebat pada overdosis.

b. Zat short-acting: oksazepam (t½: 5-15 jam), 

lorazepam (12-16), lormetazepam (10), temaze-pam (7-11), loprazolam(Dormonoct, 12-16) dan

zopiclon (5 jam). Obat-obat ini dimetabolisasi 

tanpa menghasilkan metabolit aktif yang 

memiliki kerja panjang. Obat ini layak digunakan sebagai obat tidur karena tidak berkumulasi saat pemakaian  berulang kali dan 

jarang menimbulkan efek-sisa (hang-over). Sebaliknya, risiko yang lebih besar yaitu  rebound-insomnia serta lebih cepat menimbulkan gejala abstinensi.

c. Zat ultra-short acting: triazolam (t½: 1,5-

5,5 jam), midazolam (Dormicum, 2,1-3,5) dan 

estazolam. Risiko akan efek abstinensi dan 

rebound-insomnia lebih besar lagi pada obatobat ini, sehingga sebaiknya jangan digunakan lebih lama dari 2 minggu. Lagi pula 

triazolam dan midazolam lebih condong 

menimbulkan amnesia anterograde, lihat Efek 

samping. Triazolam juga dihubungkan dengan reaksi paradoksal dan psikis yang hebat.

* Afinitas untuk reseptor turut menentukan lama kerjanya suatu benzodiazepin, misalnya lormetazepam, flunitrazepam, diazepam 

dan flurazepam; obat ini berafinitas lebih kuat pada reseptor daripada nitrazepam dan 

Gambar 24-2: Biotransformasi beberapa senyawa benzodiazepin

dengan demikian akan lebih lama ada  

dalam cairan serebro-spinal. Lama kerjanya 

bisa lebih panjang pula daripada yang diperkirakan atas dasar plasma- t½-nya.

Antara kadar plasma dan efek sedatifhipnotik dari benzodiazepin tidak ada  

hubungan langsung. Ternyata bahwa pada 

umumnya sesudah 6-8 jam rasa kantuk 

z

praktis hilang sama sekali meskipun kadar 

plasma belum atau hanya sedikit menurun. 

Hal ini mungkin disebabkan terjadinya toleransi yang pesat, karena kepekaan reseptor 

menurun. 

Antagonis benzodiazepin

Pada tahun 1987 dipasarkan flumazenil 

(Anexate), yang berkhasiat meniadakan efek 

sentral dari benzodiazepin dengan jalan 

mendesaknya secara bersaingan dari reseptornya di otak. Obat ini juga bersifat antagonis terhadap daya kerja obat-obat lain 

yang menstimulasi transmisi impuls GABAerg via reseptor benzodiazepin, misalnya 

zopiklon. Flumazenil a.l. dipakai  pada 

intoksikasi oleh benzodiazepin dan untuk 

mempersingkat efek benzodiazepin sesudah  

pembedahan selesai.

Efek samping

Pada permulaan terapi dapat terjadi efek 

samping, tetapi biasanya hilang dengan sendirinya sesudah  beberapa waktu. 

Yang sering terjadi yaitu  rasa kantuk, 

ataksia, letih-lesu dan reaksi psikis (pikiran kacau, daya reaksi diperlambat). Efek samping 

lainnya yaitu  pusing-pusing dan nyeri 

kepala, mulut kering, rasa pahit di mulut, 

gangguan lambung-usus dan penglihatan 

berganda karena otot mata mengendur. Pusing dan kelemahan otot dapat menyebabkan jalan kurang stabil, terjatuh dan patah 

tulang, khususnya pada lansia. Adakalanya 

berat badan bertambah karena meningkatnya 

selera makan, juga hilangnya libido. 

Efek samping penting lainnya berupa:

a. hangover sebagai akibat sisa-sisa metabolit 

di dalam darah dengan kerja panjang, yang 

diperkuat oleh kumulasi pada pemakaian  

yang berulang. Gejalanya yaitu  termangumangu dan berkurangnya daya konsentrasi, 

daya reaksi, kewaspadaan serta koordinasi 

antara mata dan tangan, terutama pada lansia. Pengemudi kendaraan bermotor yang 

menggunakan benzodiazepin mempunyai 

risiko 5 kali lebih besar untuk mengalami 

kecelakaan.

b. amnesia anterograde yaitu  hilangnya 

ingatan (sementara) pada hal-hal yang terjadi sesudah  menderita penyakit penyebab 

amnesia, khusus pada lansia, serta berkurangnya fungsi belajar dan daya memahami sesuatu. Obat long-acting seperti diazepam dan flunitrazepam, lebih sering menimbulkan efek ini daripada derivatnya dengan 

kerja singkat, kecuali triazolam, midazolam dan lorazepam, yang juga dapat mengakibatkannya!

c. gejala paradoksal adakala dapat terjadi 

pada anak-anak serta lansia dan dapat berupa eksitasi, gelisah, marah-marah, mudah 

terangsang dan kejang-kejang. Kadangkala 

timbul pada nitrazepam dan flurazepam.

d. toleransi dan ketergantungan. Pada umumnya benzodiazepin kurang menimbulkan induksi-enzim, meskipun demikian toleransi untuk efek hipnotis sudah timbul setelah 1-2 minggu. Toleransi untuk efek anksiolitisnya mungkin baru terjadi sesudah  beberapa bulan dan bersifat lebih ringan.

e. sindrom abstinensi (gejala penarikan). Pada 

pemakaian  benzodiazepin diperkirakan produksi endogen dari zat-zat yang mirip benzodiazepin - yang biasanya menempati reseptorreseptor di otak - akan tertekan, seperti yang 

terjadi pada pemakaian  hormon. Bila penggunaannya dihentikan dengan mendadak, maka 

produksi endogen tidak dapat memenuhi 

dengan sekaligus kekurangan yang terjadi 

sampai tingkat semula. Pada derivat shortacting, kadar plasma menurun lebih cepat dibandingkan senyawa efek-panjang, yang metabolit aktifnya masih bersirkulasi selama 3-5 

hari. Akibatnya yaitu  timbul efek penarikan 

(“withdrawal effects”) 1-5 hari sesudah  penghentian obat, tergantung pada besarnya dosis dan 

jangka waktu pemakaian . Inilah sebabnya 

mengapa efek abstinensi lebih mudah timbul 

pada obat-obat short-acting.

Gejala abstinensi berupa keluhan yang mirip sebelum obat diberikan, tetapi bersifat 

lebih kuat, misalnya sukar tidur dengan bermimpi buruk (“nightmares”), perasaan takut, 

cemas dan ketegangan yang hebat, sedangkan tidur-REM dapat meningkat. Di samping 

“rebound insomnia” ini dapat terjadi gejala 

somatis ringan selewat, misalnya berkeringat, 

gemetar dan jantung berdebar. Karena efek 

inilah pasien cenderung meneruskan medikasi tanpa bisa menghentikannya, sehingga 

timbul ketergantungan. Ada beberapa indikasi bahwa gejala abstinensi bersifat lebih 

hebat pada triazolam, midazolam, lorazepam dan flunitrazepam. 

Kehamilan dan laktasi

pemakaian  kronis selama kehamilan dapat 

menimbulkan sindroma “floppy infant” yang 

bergejala hipotonia, hipothermia dan gangguan pernapasan, juga ketergantungan fisik 

dan efek penarikan pada neonatus. Oleh 

karena itu, obat ini jangan diberikan secara 

kontinu, melainkan dengan selang-seling dan sebaiknya dipilih obat dengan masa paruh 

singkat, bersifat lipofil ringan dan tanpa 

metabolit aktif, misalnya oksazepam. Begitu 

pula agar dihindarkan selama laktasi, karena 

obat-obat lipofil kuat (diazepam)mencapai 

kadar tinggi dalam air susu ibu.

Interaksi. Pil antihamil dan simetidin merintangi enzim-enzim hati, sehingga perombakan diazepam dan derivat long-acting 

lainnya diperlambat dan efeknya berlangsung lebih lama. Sebaliknya karena induksi 

enzim, bio-transformasinya berjalan lebih 

cepat pada orang yang banyak merokok. 

Diazepam juga mengurangi atau meniadakan 

efek disulfiram, suatu obat anti-alkohol yang 

menghentikan perombakan alkohol pada 

tingkat asetaldehida. Zat-zat short-acting tanpa perombakan enzimatik tidak memperlihatkan interaksi tersebut.

Akhirnya semua benzodiazepin memperkuat efek barbiturat, alkohol, opiat dan zatzat lain yang menekan SSP, sehingga penggunaan kombinasi dengan zat-zat demikian 

harus dilakukan dengan hati-hati.

Pilihan hipnotikum

Obat penidur. Pilihan utama yaitu  zat shortacting yang resorpsi dan mulai kerjanya cepat, 

antara 20 menit dan 1 jam, yaitu estazolam, 

triazolam dan temazepam (sebagai larutan 

dalam kapsul lunak). Obat medium-acting 

nitrazepam, flurazepam, lorazepam dan lormetazepam dapat dipakai  untuk waktu 

singkat, maksimal 2 minggu. Pada keesokan 

harinya separuh dari kadar di dalam plasma 

sudah diekskresikan. Sisanya mencegah 

kemungkinan akan efek penarikan, tetapi 

kadarnya terlalu rendah untuk menimbulkan 

kumulasi dan hang-over.

Obat memperpanjang tidur. Untuk memperpanjang dan memperdalam masa tidur, 

tersedia oksazepam dan lorazepam. Obatobat ini lebih lambat resorpsinya dan hanya 

cocok untuk memperpanjang masa tidur, 

tidak untuk mempercepatnya.

pemakaian 

Pentakaran. Lansia dan anak-anak adakalanya sangat peka terhadap dosis rendah 

sekali, sehingga sebagai obat tidur sebaiknya 

dimulai dengan dosis serendah mungkin 

dan hendaknya untuk maksimal 2 minggu. 

Bila dipakai  sebagai tranquillizer, sebaiknya 

jangan diberikan 3 x sehari berhubung sifat 

long-acting dari banyak obat. Pada umumnya 

1 atau 2 x sehari sudah bisa memberikan efek 

baik dan maksimal untuk 1-2 bulan lamanya.

Penghentian. Untuk menurunkan risiko akan 

sindrom abstinensi, sebaiknya terapi jangan 

dihentikan mendadak sesudah  pemakaian  

lama, tetapi dengan mengurangi dosisnya 

sedikit demi sedikit selama 1-2 minggu. Bagi 

pasien baru dianjurkan agar benzodiazepin 

sebagai obat tidur jangan diberikan lebih lama 

dari 2 minggu, sebagai tranquillizer maksimal 

selama 8 minggu. sesudah  masa-masa tersebut, sebaiknya pengobatan dilanjutkan secara 

intermiten (selang-seling) bila masih diperlukan.

Kontra-indikasi. Benzodiazepin tidak boleh diberikan pada pasien myasthenia gravis

(MS, penyakit lemah otot). Walaupun (praktis) tidak mendepresi pernapasan, pasien 

CARA (asma, bronchitis dan sebagainya) 

hendaknya menggunakan obat-obat ini dengan hati-hati. Efek hang-over disebabkan 

oleh pembentukan metabolit dengan kerja 

panjang, sedangkan pemakaian  yang berulang dapat menimbulkan efek kumulatif.

Di bawah ini diberikan beberapa data dari 

zat-zat benzodiazepin yang dipakai  sebagai obat tidur.

MONOGRAFI

A. SENYAWA BENZODIAZEPIN

1. Nitrazepam: Mogadon, Dumolid

Senyawa nitro ini (1965) di samping berkhasiat hipnotik-sedatif, juga memiliki kerja 

antikonvulsif (anti-kejang) dan meredakan 

otot (relaksans) yang baik, sehingga berguna 

sebagai obat epilepsi, lihat Bab 27.

Nitrazepam menyebabkan perintangan tidur-REM dan REM-rebound yang ringan, 

sedangkan efektivitasnya agak berkurang 

sesudah  dipakai  beberapa minggu. Pada 

pemakaian  lama dapat terjadi kumulasi 

dengan efek sisa (hang-over) dan efek sam-ping sentral seperti gangguan koordinasi 

dan melantur, yang terutama sering kali 

terjadi pada orang-orang di atas 65 tahun. 

Pada beberapa pasien, secara paradoksal dapat 

terjadi ketegangan dan agresi. Tidur dapat 

timbul dalam waktu 30 menit, plasma- t½-nya 

panjang (30 - 40 jam), namun pada gangguan 

tidur efeknya hanya selama 6-8 jam. Pada 

dosis rendah (2,5-5 mg) dan pemakaian  

sesekali, zat ini tidak mengganggu kewaspadaan dan daya konsentrasi pada keesokan 

harinya. Untuk lansia dosis dari 2,5 mg sering 

kali sudah mencukupi.

Dosis: 2,5-10 mg setengah jam sebelum 

tidur, pada epilepsi dimulai dengan 1 dd 5 

mg, lambat-laun dinaikkan sampai 10-30 mg 

sehari.

* Flunitrazepam (Rohypnol) yaitu  derivat 

fluor dan -metil yang berkhasiat hipnotik 

sangat kuat (1974), afinitasnya terhadap reseptor benzodiazepin hampir sekuat lormetazepam. Mulai kerjanya juga sama cepatnya, 

kurang dari 1/2 jam. Pada dosis biasa praktis 

tidak mengganggu tidur-REM dan tidak hilang efektivitasnya sesudah  dipakai  beberapa minggu. Walaupun t½-nya panjang 

(16-35 jam), distribusi dan ekskresinya cepat 

sekali, sehingga kumulasi dapat diabaikan. 

Pada dosis lebih dari 2 mg sering kali timbul 

amnesia anterograde, yakni hilangnya ingatan 

mengenai hal-hal dan peristiwa yang terjadi 

sesudah  minum obat. 

Senyawa ini sering kali disalahgunakan 

oleh pecandu narkotika (drug addicts) dan 

keracunan serius telah dilaporkan bila dikombinasi dengan alkohol atau obat psikotrop 

lainnya yang meningkatkan efek sedatifnya. 

Dosis sebagai obat tidur 1-2 mg 1/2 jam a.n.

2. Flurazepam: Dalmadorm

Derivat klor-fluor ini (1968) juga tidak 

memengaruhi tidur-REM dan masih aktif 

sesudah beberapa minggu. Plasma- t½-nya 

sangat singkat (1 jam), tetapi dari metabolit 

aktifnya sangat panjang, yaitu 40-100 jam. 

Oleh karena ini, risiko kumulasi dan efek 

hang-overnya besar sekali. Lama kerjanya 

7-8 jam. Sebaliknya pada penghentian terapi 

jarang menimbulkan rebound insomnia. Sebaiknya jangan dipakai  secara terus-menerus, 

tetapi secara intermiten. Karena efeknya yang 

panjang, sebaiknya jangan diberikan pada 

pasien non-ambulan atau lansia.

Dosis: 15-30 mg 1 jam sebelum tidur.

3. Triazolam: Halcion

Derivat triazolo ini (1978) mungkin memiliki daya hipnotik yang terkuat dari semua 

benzodiazepin dan kerjanya paling singkat 

(t½ 3-4 jam), dari metabolitnya lebih kurang 

8 jam, tetapi aktivitasnya sangat lemah. 

Oleh karena itu tidak berkumulasi dan tidak 

menimbulkan efek-sisa, seperti menurunnya 

daya prestasi dan kewaspadaan. Terapi hendaknya dihentikan sesudah  pemakaian  2 minggu dan sebaiknya dosis diturunkan secara bertahap untuk menghindari efek rebound.

Dosis: 0,25-1 mg sebelum tidur.

* Estazolam (Esilgan) yaitu  juga derivat 

triazolo yang relatif lebih lemah khasiatnya, 

karena hilangnya atom klor dan gugusan 

metil. Sifat-sifat lainnya mirip triazolam. 

Dosis: 1-2 mg sebelum tidur.

* Midazolam (Dormicum) yaitu  derivat 

dengan gugusan triazolo diganti oleh gugusan 

oksi-imidazol (1982). Mulai kerjanya cepat, 

yaitu dalam 30 menit dan bertahan sampai 

5-7 jam. Plasma- t½-nya sangat singkat, ±2 

jam, dari derivat aktifnya 60-80 menit. Zat ini 

berguna sebagai premedikasi pada operasiTHT kecil yang singkat berhubung timbulnya 

sedasi, anksiolysis dan amnesia anterograde 

yang menguntungkan.

Dosis: sebagai obat tidur 7,5-15 mg (maleat) 

a.n.; premedikasi anestesia lokal oral 25 mg 45 

menit sebelumnya, i.m. 5 mg (klorida). Lihat 

selanjutnya Bab 25, Anestetika Umum.

* Loprazolam (Dormonoct) yaitu  juga derivat imidazol (1983). Khasiat hipnotiknya 

kuat dengan afinitas besar untuk reseptor 

benzodiazepin di otak. Efeknya singkat (t½

7 jam), sehingga tidak berkumulasi dan kemungkinan timbulnya hang-over juga berkurang. Dosis: malam hari 1 mg (mesilat).

4. Oksazepam: desmetilhidroksidiazepam, Seresta

Metabolit diazepam ini (1964) bersifat agak 

poler (hidrofil), maka resorpsinya di usus 

agak lambat. Puncak plasma baru tercapai 

sesudah  2-4 jam, sehingga tidak begitu cocok 

sebagai obat penidur. Senyawa ini banyak 

dipakai  sebagai tranquillizer karena efek 

anksiolitiknya yang baik. Plasma-t½ relatif 

singkat, rata-rata 10 jam, karena enzimatik 

tidak dirombak seperti derivat-derivat tersebut di atas. Risiko kumulasi dan hang-over 

hampir tidak ada, tetapi risiko efek reboundnya lebih besar, seperti pada zat-zat shortacting lainnya.

Dosis: malam hari 20-30 mg; sebagai tranquillizer 2-3 dd 10-50 mg. 

* Temazepam (metiloksazepam, Normison) adalah turunan metil (1969), yang resorpsi dan 

mulai kerjanya cepat sekali (kurang dari 30 

menit) bila diberikan sebagai larutan dalam 

kapsul lunak. Sebagai serbuk dalam kapsul 

keras (Levanxol), mulai kerjanya lebih lambat 

dan dipakai  untuk efek anksiolitiknya. 

Dosis: 10-30 mg sebelum tidur; sebagai 

tranquillizer 3 dd 5-10 mg. Dosis untuk lansia 

separuhnya.

* Lorazepam (kloroksazepam, Ativan, Temesta) 

lebih kuat daya kerjanya karena adanya 

atom klor yang meningkatkan afinitasnya 

untuk reseptor otak. Zat ini bersifat kurang 

lipofil, sehingga resorpsinya agak lambat 

dan kecepatan melintasi membran juga 

berkurang. Oleh karena itu mulai kerjanya 

baru sesudah  ±1 jam. Khasiat anksiolitiknya 

setaraf dengan diazepam dan lebih kuat 

daripada benzodiazepin lainnya. Plasma-t½ 

rata-rata 14 jam. 

Dosis: sebagai tranquillizer 2-3 dd 0,5-1 mg, 

sebagai obat tidur malam hari 1-2,5 mg a.n. 

Dosis untuk lansia separonya.

* Lormetazepam (metillorazepam, Loramet, 

Noctamid) lebih kuat lagi aktivitasnya berkat 

masuknya gugusan metil pada posisi N1

(1980). Zat ini juga lebih lipofil dengan resorpsi dan mulai kerja yang cepat sekali 

(kurang dari 30 menit). Pada dosis di atas 2,5 

mg dapat timbul efek rebound. Plasma- t½

±10 jam. Dosis: 1-2 mg ½ jam sebelum tidur, 

lansia 0,5-1 mg.

* Medazepam (Nobrium) yaitu  derivat yang 

masa paruhnya singkat (±2 jam) dengan 

banyak metabolit aktif, a.l. diazepam dan 

oksazepam (1968). 

Dosis: 2-3 dd 5-10 mg

5. Klordiazepoksid: Cetabrium, Librium, *Librax

Khasiat anksiolitik benzodiazepin tertua ini 

(1961) tidak sekuat diazepam, kurang lebih 

setaraf dengan oksazepam. Tetapi khasiat 

sedatifnya lemah, hingga bahaya efek sisanya 

juga ringan. Zat ini termasuk tranquillizer 

yang paling banyak dipakai  di seluruh 

dunia. pemakaian nya selain pada keadaan takut dan tegang, juga pada keadaan eksitasi 

akut dan terhadap efek abstinensi alkohol.

Resorpsi di usus baik dan cepat dengan 

mencapai kadar darah maksimal sesudah  1 

jam. PP ±95%, plasma-t½ 5-30 jam. Dalam 

hati diubah menjadi metabolit desmetil dan 

demoksepam aktif dengan masa paruh pajang, 

sampai 200 jam.

Dosis: 3-4 dd 5-10 mg, pada kasus serius 

sampai 100 mg sehari.

B. OBAT LAINNYA

6. Kloralhidrat

Secara kimiawi zat ini (1869) yaitu  aldehida (kloral) yang di dalam tubuh terikat dengan air dan membentuk trikloretanol yang 

yaitu  obat tidur sintetik pertama yang 

efektif, sesuai persamaan reaksi berikut:

Efektif bagi pasien yang gelisah, juga sebagai obat pereda pada penyakit saraf hysteria. Berhubung cepat terjadinya toleransi dan risiko akan ketergantungan fisik dan 

psikis (serupa barbital), obat ini hanya digunakan untuk waktu singkat (1-2 minggu). Penggunaannya kini sudah sangat berkurang.

Resorpsi di usus cepat, mulai kerjanya pesat 

dan bertahan agak singkat, ±5-6 jam. Dalam 

darah dan hati zat ini diubah oleh enzim 

alkoholdehidrogenase menjadi a.l. trikloretanol 

aktif. Metabolit ini berkhasiat hipnotik panjang (t½ 8 jam) dan akhirnya dirombak dalam hati dan ginjal menjadi triklorasetat inaktif dan diekskresi melalui ginjal sebagai 

glukuronida. [alkoholdehidrogenase yaitu  

enzim yang memegang peranan pada perombakan alkohol menjadi asetaldehida].

Efek samping ringan, a.l. reaksi kulit alergi, 

ataksia dan eksitasi. Hampir tidak merintangi 

tidur-REM dan tidak menimbulkan REMrebound, juga efek sisa pada keesokan harinya (hang-over) tidak parah. Keberatannya 

yaitu  sifat merangsangnya terhadap mukosa saluran cerna serta rasanya yang sangat 

buruk. Obat ini memperkuat efek antikoagulansia berdasar  penggeseran ikatan 

proteinnya.

Dosis: oral 0,25-1 g sebelum tidur sebagai 

larutan (zat padat bersifat terbang!), atau 

rektal dalam basis hidrofil (misalnya Carbowax). Sebagai sedativum 3 dd 250 mg. Hatihati terhadap overdosis, 10 g sudah bisa fatal!

7. Zopiclon: Imovane

Derivat cyclopyrrolon ini (1985) yaitu  

hipnotikum yang berkhasiat anksiolitik, antiagresi, antikonvulsif dan merelaksasi otot.

Zat ini terikat pada reseptor benzodiazepin 

dengan memperlancar neurotransmisi oleh 

GABA, tetapi mekanisme kerjanya berlainan 

dengan benzodiazepin. Praktis tidak memengaruhi tidur-REM atau kedalaman tidur. 

Plasma -t½-nya singkat, ±5 jam. Rasa obat ini 

pahit sekali.

Efek samping yang paling serius berupa 

sejumlah reaksi neuropsikiatrik yang agak 

hebat (halusinasi, hilang ingatan dan gangguan perilaku). Risiko akan amnesia dan efek 

rebound lebih ringan daripada benzodiazepin 

(Fava GA. Eur J Clin Pharmacol 1996; 50: 509). 

Harus diperhatikan bahwa obat ini dapat 

memengaruhi kewaspadaan berkendaraan 

sampai 14 jam (efek residual). 

Dosis: 7,5 mg malam hari, maks. 15 mg

Ref. Tijdink, Z.; Zopiclon in het verkeer. NTvG 

2014;158:A7623

8. Prometazin: Phenergan

Antihistaminikum ini memiliki khasiat 

sedatif dan hipnotik dan sering kali digunakan sebagai pereda bagi anak-anak yang 

gelisah dan batuk. Efek sampingnya a.l. mulut kering dan penglihatan kabur. Lihat juga 

Bab 51, Antihistaminika.

Dosis: 15-20 mg untuk anak-anak dari 1-5 

tahun.9. Meprobamat

Derivat propandiol ini (1955) yaitu  

tranquillizer pertama yang dipakai  dalam 

terapi. Zat ini berkhasiat anksiolitik, sedatif 

dan antikonvulsif; khasiat hipnotik dan 

merelaksasi ototnya ringan sekali. Plasma-t½ 

rata-rata 10 jam, pada pemakaian  kronis 

dapat meningkat sampai 24-48 jam. Sering 

kali menimbulkan efek samping umum dan 

ketergantungan, serta koma pada overdosis, 

sehingga tidak banyak dipakai  lagi pada 

ketegangan dan perasaan takut.

Dosis: 3-4 dd 200 -400 mg, maks. 2,4 g sehari 

dengan minum banyak air.

10. Buspiron: Buspar

Derivat piperazinil ini (1985) memiliki khasiat anksiolitik selektif tanpa kegiatan sedatif, hipnotik, antikonvulsif atau merelaksasi otot. Mekanisme kerjanya belum diketahui, obat tidak terikat pada reseptor benzodiazepin, tetapi pada reseptor serotonin 

(5HT) di otak, juga bersifat anti dopamin . 

Obat ini untuk jangka waktu agak singkat 

khusus dipakai  terhadap kecemasan, tetapi efek anksiolitiknya lambat, baru sesudah  2- 

4 minggu.

Resorpsi di usus cepat dan tuntas, tetapi BAnya hanya 5% akibat FPE tinggi. PP ±95%, t½

antara 2 - 33 jam. Dalam hati dirombak oleh 

enzim CYP3A4 menjadi a.l. metabolit aktif 

pirimidinil-piperazin dengan t½ rata-rata 8 jam. 

Ekskresi melalui urin dan feses, terutama 

dalam bentuk metabolitnya.

Efek samping dapat berupa pusing, sakit 

kepala, mual, nervositas dan eksitasi, pada 

dosis lebih tinggi juga sedasi, perasaan tidak 

nyaman dan peningkatan kadar prolaktin dan 

GH dalam darah. Bila dipakai  bersama 

obat yang juga dirombak oleh CYP3A4, kadar 

darah buspiron bisa meningkat dengan kuat. 

Oleh karena itu pada pemakaian  serentak 

dengan ketokonazol, eritromisin, protease inhibitor atau zat penghambat CYP3A4 lain-nya, 

dianjurkan untuk menurunkan dosis buspiron. Kombinasi dengan (sari) grapefruit harus dihindari, karena merintangai enzim CYP. 

Dosis: permulaan 3 dd 5 mg, bila perlu 

dinaikkan setiap 2-3 hari dengan 5 mg, maks. 

50 mg sehari.

11. Brotizolam: Lendormin

Memiliki efek sama seperti benzodiazepin 

dengan sifat anksiolitik, sedatif dan relaksansia otot. PP 90%, T1/2 3-8 jam dan dimetabolisasi dalam hati menjadi metabolit dengan 

aktivitas lemah. Ekskresi 2/3 via urin dan 

sisanya melalui feses.

pemakaian  sebagai obat tidur singkat.

Efek samping pada permulaan terapi mengantuk pada siang hari, kelemahan otot, 

pusing, bingung, perasaan letih dan gangguan penglihatan. Juga gangguan alat pencernaan, sakit kepala dan gangguan fungsi 

hati. Pada anak-anak dan lansia timbul reaksi 

paradoksal seperti kegelisahan dan perasaan 

kacau. Untuk menghindari gejala penarikan 

atau rebound, dosis harus dikurangi secara 

bertahap pada waktu penghentian pengobatan. 

Dosis: 0,25 mg sehari sebelum tidur.

12. Zolpidem: Stilnoct

Senyawa imidazolpiridin ini mirip benzodiazepin dan memiliki khasiat sedatif pada 

dosis rendah. Efeknya cepat dan selama 6 

jam.

PP 92% dan dimetabolisasi menjadi metabolit tidak aktif. Ekskresi 56% melalui urin 

dan 37% via feses. T1/2 sampai 10 jam. Digunakan sebagai obat tidur dengan efek singkat.

Efek samping pada awal terapi mengantuk, 

lalu sakit kepala, lemah otot, gangguan koordinasi gerakan (ataksia), pusing, gangguan 

penglihatan dan alat cerna, serta gangguan 

kulit. Gejala paradoksal sama seperti brotazolam. Lansia harus hati-hati jangan sampai 

terjatuh bila minum obat ini. Dalam 8 jam 

sesudah  minum obat ini dianjurkan untuk 

tidak mengendarai mobil atau melakukan 

kegiatan yang memerlukan perhatian mental.

Dosis: maks. 10 mg sehari sebelum tidur 

dan dosis agar dikurangi sampai 5 mg sehari 

bagi lansia dan yang fungsi hatinya menurun.

Dianjurkan untuk menggunakan dosis paling rendah yang masih efektif sekali sehari 

sebelum tidur.

13. Valerian: Valdispert, Nerviplant

yaitu  ekstrak kering dari akar tumbuhan valerian dengan sifat menenang-kan, 

dapat memperbaiki waktu menidurkan dan

kwalitas tidur. Bekerja dalam waktu 30 menit 

selama 4 jam. 

dipakai  terhadap nervositas, ketegangan dan gangguan tidur.

Jangan dipakai  oleh wanita hamil dan 

yang menyusui maupun oleh anak-anak di 

bawah usia 12 tahun. 

Efek samping: mual dan kejang perut.

Dosis: untuk gejala ketegangan 3 dd 1-3 

tablet Valdispert; untuk gangguan tidur 1 

tablet Nerviplant ½-1 jam sebelum tidur. 

maks. 4 tablet sehari.

14. Melatonin: Circadin 

Hanya memiliki efek terbatas pada lansia 

di atas 55 tahun.

Lihat Bab 30 Antidepresiva, Bab 42 Hormon-hormon hipofisis dan Bab 54 Dasardasar diet sehat