enghambat pertumbuhan beberpa bakteri anaerobic,
terutama clostridium botulinum.
B. Pengendalian Mikroorganisme Secara Fisik
Bakteri-bakteri yang patogen secara fisik memiliki
keterbatasan toleransi terhadap berbagai macam keadaan di
lingkungan dan kemampuan yang terbatas dalam bertahan
hidup diluar tubuh inang. Mikroba-mikroba yang pathogen
secara fisik dapat dikendalikan dengan cara dibasmi dan
dihambat pertumbuhannya. Ada beberapa cara untuk
mengendalikan mikroba secara fisik antara lain:
1. Hot temparature
a. Tyndalisasi
Pemanasan yang dilakukan untuk makanan dan minuman
kaleng. Proses ini dapat membunuh sel vegetatif dan spora
mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam
makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan
pada proses ini sebesar 650C selama 30 menit dalam waktu
tiga hari berturut-turut.
b. Pasteurisasi
Proses mematikan mikroba patogen dengan suhu terkendali
berdasarkan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang
paling resisten untuk dibasmi. Pada proses pasteurisasi ini
hanya bakteri patogen yang terbunuh serta bakteri
pemicu kebusukan. Proses pasteurisasi umunya
dilakukan pada susu, rum, anggur dan makanan asam
lainnya. Suhu pemanasan yaitu 650C selama 30 menit.
c. Boiling
Proses pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan
disterilkan pada suhu 1000C selama 10-15 menit. Boiling
dapat membunuh sel vegetatif bakteri yang patogen
maupun non patogen. Namun spora dan beberapa virus
masih dapat hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat
kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll.
d. Red heating
Proses pemanasan langsung di atas api bunsen burner
(pembakar spiritus) sampai berpijar merah. Umumnya
digunakan untuk mensterilkan alat yang sederhana seperti
jarum ose.
e. Flaming
Proses pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas
pembakar bunsen dengan alkohol atau spiritus tanpa
terjadinya pemijaran.
2. Pembekuan
Beberapa bakteri dapat dibunuh dengan temperatur
paparan dingin, pembekuan merupakan metode yang tidak
layak untuk sterilisasi. Pembekuan dan pencairan secara
berulang, lebih merusak bakteri daripada memperpanjang
penyimpannya pada suhu pembekuan. Pembekuan bakteri
akan membentuk kristal es di luar sel yang memicu arus
balik air dari bagian dalam sel, memicu suatu
peningkatan elektrolit intraseluler dan denaturasi protein.
Membran sel dirusak, dan terjadi suatu kebocoran senyawa
organik intraseluler. Bakteri dan virus dapat dapat bertahan
hidup pada temperatur –200C (temperatur alat pembeku
mekanis), -700C (temperatur es kering, yaitu CO2 beku), dan
temperatur –1950C (temperatur nitrogen cair).
3. Pendinginan
Temperatur rendah dapat menekan laju metabolisme
sehingga pertumbuhan akan berhenti. Dengan pendinginan
dapat mengawetkan biakan mikroba karena mikroba dapat
bertahan hidup pada keadaan yang sangat dingin. Biakan
beberapa bakteri dapat tetap hidup selama berbulan-bulan
pada suhu lemari es sekitar 4-7
0C. Kelemahan cara ini yaitu
tidak dapat digunakan untuk disinfeksi atau sterilisasi. Karena
Mikroba yang dipelihara pada temperatur beku atau di bawah
temperatur beku, dianggap dorman karena tidak
memperlihatkan adanya aktivitas metabolik yang dapat
dideteksi.
3. Radiasi
Bakteri dalam bentuk vegetatif dapat terbunuh dengan
disinari menggunakan penyinaran ultra violet (UV) dan sinar
ionisasi.
a. Sinar ultra violet (UV)
Bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan
permukaan suatu benda yang terpapar sinar UV akan mati.
b. Sinar Ionisasi
Sinar ionisasi yaitu sinar X, sinar alfa, sinar beta dan sinar
gamma. Sterilisasi dengan sinar ionisasi memerlukan biaya
yang besar dan biasanya hanya digunakan pada industri
farmasi maupun industri kedokteran.
Sinar X : Daya penetrasi baik namun perlu energi besar.
Sinar alfa : Memiliki sifat bakterisidal namun tidak
memiliki daya penetrasi.
Sinar beta : Daya penetrasinya sedikit lebih besar daripada
sinar X.
Sinar gamma : Kekuatan radiasinya besar dan efektif untuk
sterilisasi bahan makanan.
4. Filtrasi/penyaringan
Metode yang digunakan dalam laboratorium untuk
sterilisasi bahan-bahan yang tidak tahan panas. Prinsip teknik
filtrasi yaitu menggunakan penyaringan, hanya bakteri yang
tersaring. Jenis filter bakteri yang biasa digunakan yaitu
Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari porselen),
Seitz (dari asbes) dan seluosa. Macam filtrasi ada dua yaitu:
1) Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring
udara berisikan partikel (High Efficiency Particulate Air Filter
atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke
dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara laminar
(Laminar Air Flow).
2) Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk
mensterilkan bahan-bahan yg tidak tahan terhadap
pemanasan, mis. larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin,
dll.
5. Pengeringan
Metode pengeringan sel mikroba ini dapat
mengurangi, mengehentikan aktivitas metabolik sehingga
dapat memicu kematian sejumlah sel. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi waktu hidup mikroba sesudah
pengeringa antara lain:
a. Macam mikroorganisme
b. Bahan yang digunakan untuk mengeringkan
mikroorganisme
c. Kesempurnaan dalam proses pengeringan
d. Cahaya, suhu, kelembaban yang dikenakan dalam proses
pengeringan.
3. 4 Reproduksi Bakteri
Semua makhluk hidup mulai yang berukuran mikro
sampai ukuran makro melakukan perkembang biakan
(reproduksi). Tujuan dari reproduksi yaitu untuk
memperbanyak jumlahnya dengan menghasilkan generasi
selanjutnya. Reproduksi pada mikroorganisme dilakukan
melalui dua cara yaitu secara aseksual dan seksual.
A. Aseksual
Reproduksi secara aseksual pada bakteri dibagi
menjadi tiga yaitu pertumbuhan tunas (budding), fragmentasi,
pembelahan biner (binary fission). Umumnya bakteri akan
melakukan perkembangbiakan secara biner namun bila kondisi
lingkungan tidak menguntungkan maka bakteri akan
melakukan perkembangbiakan secara pertumbuhan tunas
(budding) dan fragmentasi.
a) Pembelahan biner
pembelahan sel tunggal membentuk dua sel anak yang
secara genetik identik dengan sel induknya. Pembelahan biner
terdiri atas tiga fase yaitu:
1). Sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus
2) Sekat akan tumbuh diikuti oleh terbentuknya dinding yang
melintang
3) Terpisahnya kedua sel anak yang identik.
b) Pertumbuhan tunas (budding)
yaitu proses pembentukan tunas yang dimulai dari
berkembang dan tumbuhnya tonjolan kecil pada salah satu
ujung sel. Tunas ini yang akan mereplikasi genom, tunas akan
tumbuh besar dan menjadi sel anakan. Namun ketika ukuran
tunas hampir sama dengan ukuran tunas induknya, maka tunas
akan memisahkan diri dari sel induk untuk menjadi bakteri
baru.
c) Fragmentasi
Proses perkembangbiakan dengan munculnya bakteri dari
bagian tubuh (fragmen) induknya. Induk bakteri akan
memutus selnya lalu bagian sel yang terputus akan menajdi
bakteri baru dan berkembang hingga dewasa.
B. Seksual Perkembangbiakan bakteri secara seksual berbeda dengan
organisme eukariota yang melalui peleburan antara gamet
jantan dengan gamet betina. Pada bakteri perkembangbiakan
seksual melalui pertukaran materi genetik yang disebut
dengan rekombinasi genetik. Sel yang memberi bahan genetik
disebut sel donor sedangkan sel yang menerima bahan genetik
disebut sel resipien. Perkembangbiakan secara seksual dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
a. Transformasi
Proses pemindahan materi genetik berupa DNA dari
satu sel bakteri ke sel bakteri lainnya. Pada proses ini DNA
sel bakteri donor akan mengganti sebagian dari sel bakteri
penerima namun tidak terjadi melalui kontak secara langsung.
Pemindahan materi genetik melalui perantara plasmid. Bila
plasmid satu bakteri masuk ke dalam bakteri lainnya maka
akan terjadi rekombinasi. b. Transduksi
Proses pemindahan materi genetik dari sel bakteri satu ke
bakteri lain melalui perantara virus yang memakan bakteri
(bakteriofag). Virus yang paling sesuai digunakan untuk proses
transduksi ini yaitu virus fag temperat. Hal itu karena virus ini
mampu bereplikasi secara litik dan lisogenik. Adapun tahapan
dalam transduksi yaitu sebagai berikut.
Bakteri diinfeksi oleh virus fag, sehingga virus mengandung
DNA bakteri itu .
Virus fag itu kemudian akan menginfeksi bakteribakteri lainnya. Akibatnya, terbentuk bakteri baru dengan
rekombinasi gen sesuai dengan rekombinasi gen pada
virus penginfeksinya.
Terbentuklah bakteri-bakteri rekombinan.
c. Konjugasi
Proses pemindahan sebagian materi genetik dari satu
bakteri ke bakteri yang lain secara langsung melalui saluran
konjugasi sehingga kedua sel saling berhubungan dan terjadi
kontak langsung. Dengan pentransferan DNA dari sel bakteri
donor ke sel bakteri penerima melalui ujung pilus. Ujung
pilus akan menempel pada sel penerima dan DNA akan
dipindahkan melalui ujung pilus.
Bakteri dikenal sebagai agen pemicu penyakit, bakteri
juga memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia
seperti pemanfaatan bakteri dalam pembuatan yogurt dan
antibiotik. Bakteri merupakan sel prokariotik dengan genom
berbentuk sirkuler dan memiliki plasmid. Di dalam tubuh
manusia bakteri memberikan manfaat yang banyak antara lain
sebagai pertahanan melawan infeksi, berperan dalam sistem
imun, sumber nutrient dan menstimulasi pergantian epitel.
Bakteri yang hidup pada tubuh manusia disebut mikroba
flora normal. Mikroba flora normal dibagi menjadi dua
kelompok yaitu:
(1) Flora penghuni tetap yang ditemukan pada daerahdaerah tertentu, menghilang bila terjadi gangguan dan
kembali seperti semula.
(2) Flora transit, mikroba patogen & non-patogen pada
selaput lendir dan mukosa.
Walaupun mikroba flora normal penghuni alami tubuh
namun ada kalanya bakteri dapat bersifat patogen pada
inangnya. Salah satu faktor patogen mikroba flora normal yaitu
infeksi opurtunistik. Bakteri dapat menginfeksi manusia
melalui beberapa tahapan yaitu:
a. Melekatnya bakteri pada sel epitel, pelekatan ini
melibatkan molekul interaksi.
b. Terjadi multipikasi bakteri yakni bakteri membentuk
mikro koloni dan menghasilkan enzim yang mampu menembus
epitel. sesudah multiplikasi bakteri melakukan penyebaran
dalam sel tubuh manusia dengan menghasilkan enzim
hialuronidase yang merusak asam hialuronat dan memecahkan
kolagen. Selain itu bakteri juga menghasilkan metabolitmetabolit lainnya seperti enzim dan toksin. Faktor yang
memicu suatu bakteri menjadi patogen disebut faktor
virulensi. Faktor virulensi ini terdiri atas adhesion, toksin,
enzim dan faktor antifagositik. Mikroorganisme patogen
memiliki sifat virulen (ganas) yang dapat memicu
penyakit pada individu sehat meskipun dalam jumlah inokulum
kecil. Sedangkan mikroorganisme yang memicu sakit
pada individu dengan penurunan daya tahan tubuh disebut
mikroorganisme opportunistik.
Penyakit yang dapat ditularkan atau infeksi yaitu jika
penyakit disebarkan dari inang satu ke inang lainnya. Penyakit
infeksi yang dapat ditularkan contohnya tuberculosis karena
penyakit itu dapat disebarkan melalui percikan ludah yang
dihasilkan ketika batuk akan namun keracunan makanan oleh
bakteri Staphylococcus bukan penyakit menular karena racun
(toksin) yang dihasilkan oleh bakteri itu berada pada
makanan yang terkontaminasi. Penyakit ini diderita oleh
individu yang memakan makanan itu . Bila suatu penyakit
sangat mudah disebarkan disebut penyakit yang sangat menular
contohnya cacar air.
Tingkat insidensi dan prevalensi suatu penyakit infeksi
dimasyarakat dapat bersifat endemik, epidemik, pandemik.
Penyakit infeksi endemik
Yaitu suatu penyakit yang menetap dengan kadar rendah di
suatu populasi yang spesifik contohnya penyakit endemik
malaria di Papua.
Penyakit infeksi epidemik
Yaitu bila suatu penyakit yang sering terjadi bila
dibandingkan dengan kondisi biasa contohnya epidemik
influenza pada musim dingin.
Penyakit infeksi pandemik
Yakni suatu penyakit yang menyebar secara luas hampir
diseluruh dunia contohnya infeksi HIV, Covid 19.
Infeksi lama kelamaan akan berkembang. Tahapan
perkembangan infeksi antara lain:
1) Periode inkubasi
Yaitu waktu saat mikroorganisme masuk atau toksinnya
hingga munculnya symptom atau gejala. Hal ini dapat
berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa minggu
2) Periode prodromal
Yaitu individu yang mengalami gejala-gejala nonspesifik
seperti demam, malaise dan hilangnya nafsu makan
3) Periode sakit spesifik akut
Yaitu gejala dan tanda penyakit yang secara khas terlihat nyata
4) Periode penyembuhan
Yaitu sakit sedikit demi sedikit akan hilang dan pasien
kembali sehat pada fase akhir tahap ini.
Beberapa infeksi dapat terjadi reaktivasi pertumbuhan
mikroorganisme dan berulangnya gejala pada tahap laten
contohnya sesudah infeksi herpes primer, virus dapat menetap
di ganglion saraf trigerminal, dan memicu herpes labialis
yang berulang sewaktu waktu. Beberapa mikroorganisme
memicu infeksi yang subklinis atau tidak nyata yakni
gejala yang terlihat tidak nyata, dan individu yang terkena tidak
memperlihatkan gejala meskipun pasien terinfeksi oleh
mikroorganime itu . Kasus lainnya ada individu yang
terinfeksi, dan tubuhnya tidak mampu menghilangkan
kehadiran mikroorganisme patogen itu sesudah periode
penyembuhan, sehingga tubuh menjadi karier kronik
mikroorganisme contohnya Salmonella typhi, Hepatitis B virus.
Mikroorganisme akan tetap berada didalam tubuh meskipun
pasien tetap sehat.
Ada beberapa cara bakteri dapat memicu penyakit
atau seseorang penderita sakit. Cara itu antara lain melalui
transmisi (penularan atau pemindahan bakteri), perlekatan pada
permukaan sel inang, menyerang (invasive) dan toksigenitas
(melepaskan toksin atau racun).
a. Transmisi atau Penularan
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang pindah
dari sumber luar disebut eksogen. Penyakit lain yang
disebabkan oleh flora normal dari tubuh inangnya sendiri yang
bertindak selaku bakteri oportunistik disebut endogen.
Penularan dapat terjadi melalui:
Inhalasi yaitu melalui jalur udara
Ingesti yaitu melalui jalur penelanan makanan dan
minuman yang terkontaminasi
Inokulasi yaitu melalui kontak seksual, jarum suntik
terkontaminasi, kontak kulit, transfusi darah atau gigitan
serangga.
Mikroorganisme dapat masuk ke tubuh melalui kulit,
saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran
genitourinaria. Contoh bakteri pathogen:
Kulit yaitu Clostridium tetani (penyakit tetanus),
Saluran pernafasan yaitu Streptococcus
pneumoniae (penyakit pneumoniae), Haemophilus
influenza (penyakit meningitis), Mycobacterium
tuberculosis (penyakit tuberculosis)
Saluran pencernaan yaitu Shigella dysentriae
(penyakit disentri), Vibrio cholera (penyakit
kolera)
Saluran genital yaitu Neisseria gonorrhoeae
(penyakit gonoroe), Treponema pallidum (penyakit
sifilis)
b. Perlekatan pada permukaan sel atau jaringan inang
Merupakan tahap awal infeksi. Beberapa bakteri dan fungi
memiliki struktur khusus atau menghasilkan bahan khusus
yang sehingga dapat melekat pada permukaan sel inang
termasuk pada protesa gigi, katup jantung buatan dan
sebagainya sehingga dapat meningkatkan kemampuan bakteri
untuk berkolonisasi dan menjadi penyakit. Mekanisme
perlekatan yaitu hal yang esensial bagi mikroorganisme untuk
melekat pada membran mukosa misalnya rambut yang
menyerupai pili pada Neisseria gonorrhoeae, Streptococcus
mutans membantunya menempel pada permukaan email gigi.
c. Daya serang Bakteri (Invasif)
Daya invasif bakteri berfungsi dalam patogenesis. Daya
serang ini berhubungan dengan enzim yang disekresikan oleh
bakteri. Enzim-enzim itu yaitu :
Kolagenase atau hialuronidase
Merusak substansi interseluler jaringan inang, sehingga
bakteri mudah masuk dan menyebar di jaringan, khususnya
pada infeksi di kulit yang disebabkan oleh Streptococcus
pyogenes.
Koagulase
Enzim yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus
berfungsi untuk mempercepat pembentukan bekuan fibrin (dari
fibrinogen). Kondisi ini melindungi bakteri dari proses
fagositosis yakni proses sel darah putih manusia memakan
bakteri itu dengan cara membentengi daerah yang
terinfeksi dan melingkupi bakteri dengan lapisan fibrin.
Immunoglobulin A (IgA) protease
enzim yang dihasilkan bakteri yang dapat merusak IgA
inang pada permukaan mukosa, sehingga bakteri-bakteri
seperti N. gonorrhoeae, Haemophilus influenza dan
Streptococcus pneumonia melekat pada membrane mukosa.
Leukosidin
Racun yang dihasilkan bakteri yang dapat menghancurkan
sel-sel darah putih manusia jenis netrofil dan makrofaga.
Toksin ini dimiliki oleh bakteri-bakteri pemicu penyakit
periodontal seperti Actinobacillus actinomycetemcommitans.
d. Toksigenitas
Toksigenitas ialah faktor penentu patogenesis bakteri.
Toksin yang dihasilkan bakteri dapat digolongkan menjadi dua
kelompok utama yaitu : eksotoksin dan endotoksin.
Endotoksin yaitu komponen lipopolisakarida
(LPS) dinding sel bakteri Gram negatif (kokus
maupun basil) yang tersimpan dan tidak secara
aktif dikeluarkan oleh bakteri. Bakteri Gram positif
tidak menghasilkan toksin ini. Endotoksin dapat
memicu demam, syok dan gejala umum
lainnya. Endotoksin akan dilepaskan dari tubuh
bakteri jika bakteri mengalami lisis (hancur, mati).
Eksotoksin yaitu toksin yang dihasilkan dan
dikeluarkan dari badan bakteri Gram positif dan
Gram negatif. Eksotoksin dapat memicu
penyakit dibagian tubuh tertentu sesudah menyebar
atau terbawa melalui jalur sistemik misalnya
bakteri pemicu tetanusyang masuk melalui luka
di kaki menghasilkan eksotoksin yang dapat
memicu rahang terkunci atau kejang otot
masseter (pengunyahan) di daerah wajah.
Eksotoksin labih toksik dibandingkan dengan
endotoksin. Contohnya toksin tetanus dapat
memicu kematian pada kadar < 1 µg.
Polipeptida eksotoksin merupakan antigen kuat
yang dapat merangsang antibody tubuh membentuk
antitoksin berguna untuk mencegah atau mengobati
penyakit contohnya tetanus. Toksisitas eksotoksin
dapat dinetralisir oleh formaldehyde, asam,
pemanasan dan toksoid yang dapat dimanfaatkan
untuk pembuatan vaksin.Secara umum eksotoksin bakteri dapat dibagi menjadi :
Neurotoksin
yaitu toksin yang berpengaruh terhadap saraf. Contohnya :
toksin tetanus (dihasilkan oleh Clostridium tetani), toksin
difteria (dihasilkan oleh Corynebacterium diptheriae) dan
toksin botulinum (yang dihasilkan oleh Clostridium
botulinum).
Enterotoksin
yaitu toksin yang berefek racun terhadap mukosa usus dan
dapat memicu gangguan gastrointestinal. Contohnya
toksin yang dihasilkan oleh Eschericia coli, Vibrio cholera dan
Bacillus cereus.
Eksotoksin lainnya,
Contohnya toksin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium
perfringens dapat memicu gas gangrene pada luka.
4.2 KELOMPOK BAKTERI PATOGEN
1. Kelompok Bakteri Gram-Negatif
a. Salmonella sp
Bakteri Salmonella sp merupakan salah satu bakteri
pemicu utama food borne disease di Amerika Serikat.
Karena bakteri ini sering ditemukan dalam bahan makanan atau
minuman dan merupakan salah satu bakteri patogen yang
sering menginfeksi manusia melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi.
Masuknya bakteri Salmonella sp ke dalam tubuh
manusia, dapat berpengaruh terhadap kesehatan, diantaranya
dapat memicu penyakit gastroenteritis, demam tifoid dan
bakteremia dengan atau tanpa penyakit.
Gastroenteritis yang disebabkan oleh salmonella
merupakan infeksi pada usus dan terjadi lebih dari 8 sampai 48
jam sesudah bakteri patogen itu masuk ke dalam host.
Ciri-cirinya yaitu diare, demam, sakit kepala, muntah,
sakit pada abdomen (abdominal pain) yang terjadi selama 2
sampai 5 hari.
Gejalanya antara lain kehilangan cairan dan kehilangan
keseimbangan elektrolit merupakan bahaya terutama terhadap
anak-anak dan orang tua.
b. Escherichia coli
Penyakit diare merupakan pemicu kesakitan dan
kematian di negara Berkembang. Escherichia coli merupakan
bakteri komensal, patogen intestinal dan pathogen
ekstraintestinal yang dapat memicu infeksi traktus
urinarius, meningitis, dan septicemia.
Infeksi ditandai dengan manifestasi klinis yang luas
mulai dari tanpa menunjukkan gejala klinis atau asimtomatis
sampai terlihat adanya diare berdarah atau tanpa berdarah.
c. Klebsiella ozaena
memicu penyakit ozaena memberikan gejala
pembentukan granul (bintik-bintik), gangguan hidung,
benjolan-benjolan di rongga pernapasan (terutama hidung),
sakit kepala, serta ingus hijau dan berbau. pemicu penyakit
ozaena masih belum diketahui, namun diduga diakibatkan oleh
Klebsiella ozaenae dan Bacillus foetidus.
d. Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa sering menyebab infeksi
oportunistik dan infeksi nosokomial pada manusia.
Pseudomonas aeruginosa dapat memicu terjadinya
infeksi primer pada kulit. Infeksi yang paling sering terjadi
yaitu ulkus diabetikum. Kolonisasi pada ulkus diabetikum
diikuti dengan kerusakan pembuluh darah lokal, nekrosis
jaringan, dan akhirnya terjadi bacteremia. Gejala dapat berupa
iritasi, kemerahan, keluar cairan serta kaki tampak bengkak.
e. Shigella dysenteriae
Disentri merupakan penyakit radang usus yang
menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah.
Penyakit disentri disebabkan oleh bakteri (Disentri basiler) atau
biasa disebut dengan shigellosis disebabkan oleh bakteri genus
Shigella ( pemicu disentri yang terpenting dan tersering).
Ditandai gejala diare, adanya lendir dandarah dalam tinja, serta
nyeri perut dan tenesmus.
f. Klebsiella pneumonia
Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia yang disebabkan oleh
Klebsiella pneumonia dapat berupa pneumonia komuniti
(community acquired pneumonia). Klebsiella pneumoniae
merupakan jenis bakteri golongan Klebsiella yang banyak
menginfeksi manusia. Merupakan organisme oportunis yang
ditemukan pada lapisan mukosa mamalia, terutama paru-paru.
Memiliki penyebaran yang sangat cepat, terutama di antara
orang-orang yang sedang terinfeksi bakteri.
Gejalanya dapat berupa pendarahan dan penebalan
lapisan mukosa organ. Bakteri Klebsiella pneumonia selain
pemicu penyakit pneumonia juga merupakan salah satu
bakteri yang memicu penyakit bronchitis.
makanan, minuman yang terkontaminasi oleha bakteri Vibrio
cholerae. Atau kontak dengan carrier kolera. Dalam usus halus
bakteri Vibrio cholerae ini akan beraksi dengan cara mengeluarkan toksinnya pada saluran usus, sehingga terjadilah
Diare disertai Muntah yang akut dan hebat.
Gejala bakteri Vibrio cholerae apabila masuk ke dalam
tubuh seseorang melalui makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi oleh bakteri akan mengeluarkan Enterotoksin di
dalam tubuh seseorang pada bagian saluran usus, sehingga
menimbulkan diare disertai muntah yang akut dan sangat
hebat, dan berakibat seseorang dalam waktu hanya beberapa
hari akan kehilangan banyak cairan dalam tubuhnya sehngga
mengalami dehidrasi.
h. Neisser meningtidis
Penyakit meningitis yaitu penyakit yang menyerang
saluran pernafasan dan memicu meningitis. Meningitis
memicu peradangan selaput otak dan saraf punggung,
dan atau septisemia (keracunan darah). Penyakit ini disebabkan
oleh bakteri Neisser meningtidis.
Meningitis umumnya ditularkan saat batuk, bersin,
ciuman, dan berbagi makanan dengan sendok yang sama,
pemakaian sikat gigi yang sama dan merokok bergantian dalam
satu batang. Meningitis dapat disebabkan oleh
mikroorganisme, kanker, luka fisik dan juga obat-obatan. Jika
tertular penyakit ini maka akan beresiko menjadi carrier, dan
infeksius. Masa inkubasi penyakit ini rata-rata 3-4 hari sampai
gejalanya terlihat. Penyakit ini umumnya terjadi 1-14 hari
sesudah paparan dan muncul sebagai meningitis pada ≥50%
kasus.
Gejala dari meningitis tidak spesifik namun mungkin
termasuk demam, sakit kepala, kekejangan leher, sakit sendi,
ruam dengan bintik atau lebam ungu, kurang senang dengan
cahaya cerah, dan muntah secara mendadak.
i. Haemophilus influenza
Haemophilus influenzae merupakan bakteri patogen
pada manusia yang dapat memicu influenza, meningitis,
pneumonia dan bakteremia. Infeksi influenza merupakan
pemicu utama morbiditas dan mortalitas. Penyebar dapat melalui udara berupa percik renik dari saluran respiratorik
orang yang terinfeksi, yang batuk, bersin, atau melalui kontak
langsung dari tangan yang terkontaminasi oleh sekret
respiratorik.
Gejala sistemik utama infeksi influenza yaitu demam,
sakit kepala, nyeri otot, lemas, batuk, dan nyeri menelan.
Infeksi influenza berusia <5 tahun merupakan infeksi
terbanyak dengan gejala yang lebih ringan.
j. Neisseria gonorrhoeae
Gonore merupakan penyakit kelamin terbanyak dewasa
ini. Tidak ada imunitas bawaan, walaupun bagi orang yang
pernah menderita penyakit ini. Juga tidak ada perbedaan
mengenai kekebalan antara berbagai suku bangsa, jenis
kelamin atau umur. Penyakit Gonore disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonorrhoeae.
Penularan terjadi melalui kontak seksual dengan
penderita gonore. Masa inkubasi penyakit sangat singkat, pada
pria umumnya bervariasi antara 2-8 hari, dengan kebanyakan
infeksi menjadi simptomatik dalam 2 minggu. Masa inkubasi
pada wanita sulit ditentukan karena pada umumnya
asimptomatik, dan baru diketahui sesudah terjadinya
komplikasi.
Gejala klinis untuk infeksi pertama yang paling sering
dijumpai pada pria yaitu uretritis anterior akuta dan dapat
meluas ke proksimal, selanjutnya memicu komplikasi
lokal, asendend dan diseminata. Keluhan subyektif berupa rasa
gatal dan panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium
uretra eksternum kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar
duh tubuh mukopurulen pada orifisium uretra eksternum yang
kadang-kadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri pada
waktu ereksi.
Gejala yang terjadi pada wanita dengan gonore sering
mengenai serviks sehingga terjadi servisitis dengan gejala
keputihan. Pada pemeriksaan, serviks yang terinfeksi tampak
rapuh dan mengalami edema dengan keluarnya cairan
mukopurulen pada ostium. Perempuan yang sedikit atau tidak
memperlihatkan gejala menjadi sumber utama penyebaran
infeksi dan beresiko mengalami komplikasi.
k.Treponema pallidium
Penyakit frambusia atau patek yaitu penyakit infeksi
kulit yang menular melalui kontak dengan penderita. Penyakit
ini bersifat menahun dan dapat memicu kecacatan. Yaws
atau frambusia yaitu penyakit infeksi treponema nonvenereal
pada manusia yang disebabkan oleh bakteri Treponem
pallidium. Penyakit ini dapat mengenai semua usia, namun
terutama ditembukan pada usia dibawah 15 tahun.
Gejala dapat berupa konstitusi malese, demam dan
anoreksia. Sedangkan gejala klinis lain dapat berupa plak
hiperkeratotik pada telapak tangan dan kaki, dapat terjadi fisura
dan ulserasi (worm-eaten soles), dan infeksi sekunder yang
nyeri sehingga penderita biasanya menunjukkan tanda khas
yaitu “crab-like gait”
l. Proteus vulgaris
Abses leher dalam yaitu terkumpulnya nanah (pus) di
ruang potensial diantara fasia leher dalam. Salah satu bakteri
pemicu abses leher dalam yaitu baktei Proteus vulgaris.
Infeksi leher dalam berasal dari penyebaran infeksi di faring
dan tonsil ke parafaring.
Gejala dan tanda klinik berupa nyeri dan
pembengkakan di ruang leher dalam yang terkena. Secara
anatomi ruang potensial leher dalam merupakan daerah yang
sangat kompleks.
m. Chlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatis (CT) termasuk salah satu
pemicu infeksi genital nonspesifik baik pada pria maupun
wanita. Infeksi Chlamydia trachomatis merupakan infeksi
menular seksual yang disebabkan oleh bakteri obligat
intraseluler genus Chlamydia. Infeksi Chlamydia trachomatis
dapat mengenai saluran genital 8 pria dan wanita, konjungtiva,
dan paru-paru. Infeksi Chlamydia trachomatis pada saluran
genital pria dan wanita dapat bersifat asimtomatik pada
sebagian besar orang yang terinfeksi dan dapat menimbulkan
komplikasi serius.
Gejala yang timbul tidak spesifik, pada pria yang
terinfeksi 50% asimtomatik, sedangkan pada 10 wanita 70%
asimtomatik.
a. Infeksi CT pada pria dapat mengenai uretra dan
epididimis. Infeksi di rektum dapat terjadi pada
pria yang menerima seks secara anal. Masa
inkubasi uretritis disebabkan oleh CT bervariasi
sekitar 7 hari sampai 5 minggu. Biasanya
gejalanya yaitu adanya nyeri pada saat buang air
kecil (disuria).
b. Hampir 70% wanita dengan infeksi Chlamydia
tidak mengeluhkan gejala apapun, namun dapat
ditemukan kelainan apabila dilakukan
pemeriksaan di daerah serviks. Infeksi awal
akan terjadi pada serviks atau uretra. Keluhan
yang timbul berupa tubuh yang abnormal dan
rasa terbakar saat buang air kecil. Adanya
perdarahan yang muncul sesudah kontak seksual
ataupun perdarahan pada pertengahan siklus
menstruasi dapat merupakan gejala tunggal
infeksi ini.
Penyakit Pes disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis
yang endemik pada rodent yang hidup di alam liar yang
disebarkan oleh gigitan pinjal. Pinjal tikus yaitu vektor utama
pemicu penyakit pes. Pes pada tikus serta rodent lain dapat
memicu penularan pada manusia. Pinjal sebagai vektor
utama penyakit pes berperan menularkan bakteri Yersinia
pestis yang terdapat di dalam darah tikus yang terjangkit
kepada manusia melalui gigitannya. Pinjal selain menjadi
vektor utama pes juga bisa menjadi vektor penyakit serius lain
pada manusia yaitu penyakit murine typhus yang dapat
ditularkan dari tikus ke manusia. Gigitan pinjal yang telah
terinfeksi khususnya Xenopsylla cheopis merupakan sumber
paparan yang paling sering terjadi yang menghasilkan penyakit
pada manusia di seluruh dunia.
Penyakit Pes memiliki gejala diantaranya yaitu
penderita demam tinggi tanpa sebab yang jelas, batuk dan
sesak yang diduga sebagai suspek Pes.o. Bordetella pertussis
Bordetella pertussis yaitu bakteri yang menyerang
saluran pernapasan dan sangat mudah menular. Organisme ini menghasilkan toksin yang merusak epitel saluran pernapasan
dan memberikan efek sistemik berupa sindrom yang terdiri dari
batuk spasmodik dan paroksismal disertai mengi karena pasien
berupaya keras untuk menarik napas, sehingga pada akhir
batuk. Serangan batuk seringkali diikuti oleh muntah dan dapat
berlangsung berbulan-bulan.
Bordetella pertussis yang diambil sesudah sebulan
timbulnya gejala batuk disertai pengeluaran lendir, dan tarikan
napas, muntah, badan panas, pusing, sakit tenggorok.
2. Kelompok Bakteri Gram-positif
a. Clostridium botulinum
Clostridium botulinum yaitu bakteri yang memproduksi
neurotoksin yang menyerang saraf dan memicu
kelumpuhan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Clostridium botulinum yaitu Botulisme yaitu penyakit
disebabkan oleh keracunan makanan atau mabuk makanan oleh
Clostridium botulinum.
Gejala apat berupa mual, kram perut, lumpuh,
gangguan penglihatan serta kesulitan bernafas.
b. Clostridium tetani
Clostridium tetani merupakan agen pemicu penyakit
tetanus. Penyakit tetanus neonates (pada bayi) sering terjadi
jika dalam proses kelahiran atau persalinan mengabaikan
pemeliharaan tali pusat atau umbilicus (alat pemotong yang
digunakan untuk memotong umbilicus tidak steril). Pada orang
dewasa, penyakit tetanus ini mengikuti luka dalam dengan
lubang yang kecil (luka tusuk). Clostridium tetani bersifat
anaerobik, dan mampu memproduksi toxin tetanus. Gejala
ditandai dengan sulitnya saat menelan, kejang-kejang otot yang
parah, kejang pada rahangc. Staphylococcus aureus
Staphylococcus yaitu pemicu utama infeksi
bernanah pada manusia yang terdapat di rongga hidung dan
kulit sebagian besar populasi manusia. Jalur masuknya
Staphylococcus ke tubuh melalui folikel rambut, tusukan jarum
atau melalui saluran pernafasan. Prototipe lesi Staphylococcus
yaitu furunkel atau abses lokal lainnya yang dapat
memicu nekrosis jaringan (faktor dermatonekrotik).
Staphylococcus aureus yaitu bakteri aerob yang bersifat
grampositif dan merupakan salah satu flora normal manusia
pada kulit dan selaput mukosa. Staphylococcus aureus
merupakan patogen utama pada manusia dan hampir setiap
orang pernah mengalami infeksi Staphylococcus aureus yang
bervariasi dalam beratnya, mulai dari keracunan makanan
hingga infeksi kulit ringan sampai berat yang mengancam jiwa.
Gejala yang dialami seperti muncul benjolan pada kulit yang
penuh dengan nanah, peradangan, rasa sakit. Penderita
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aureus umumnya diberi terapi berupa antibiotik seperti
cloxacillin, dicloxacillin dan eritromycin.
d. Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang
berkembang menjadi agen patogen utama pada infeksi
nosokomial dan sepsis, terutama pada pasien yang
menggunakan alat-alat implant di tubuhnya, seperti prostheses
sendi, shunt serebrospina, kateter intravaskular, khususnya
pada anak-anak, pasien usia lanjut dan pasien yang mengalami
imunokompromise. Penyakit septicaemia dan endokarditis
termasuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus epidermidis.
Gejala berupa demam, sakit kepala, dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea.
e. Streptococcus pneumoniaePneumonia yaitu peradangan paru yang
memicu nyeri saat bernafas dan keterbatasan intake
oksigen. Pneumonia dapat disebarkan dengan berbagai cara
antara lain pada saat batuk dan bersin (WHO, 2014). Bakteri
pemicu pneumonia yaitu Streptococcus pneumoniae
(pneumococus).
Gejala Usia kurang dari 5 tahun rentan mengalami
pneumonia berat dengan gejala batuk dan sukar bernapas.
Sistem kekebalan tubuh anak pada usia itu juga sangat
rentan sehingga mudah terinfeksi oleh penyakit yang ditularkan
melalui udara.
Masa perawatan paling pendek yaitu selama 3 hari dan
paling lama yaitu 36 hari. Pada pasien dewasa persentase
lama perawatan paling tinggi yaitu 8 – 14 hari, dengan
perawatan paling pendek selama 4 hari dan paling lama selama
27 hari.
f. Treponema pallidum
Sifilis yaitu penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum. Penyakit sifilis terbagi menjadi empat
tahap, yaitu primer, sekunder, laten, dan tersier (Ain,
Rachmatdinata, & Djajakusumah, 2013). Tiap tahap
menunjukkan gejala klinis yang berbeda. Bakteri Treponema
pallidum dapat ditularkan melalui melalui dua cara, yaitu
melalui ibu ke anak dan hubungan seksual yang tidak aman
seperti berganti-ganti pasangan dan tidak menggunakan
kondom.
Gejala-Gejala klinis penyakit itu akan tampak tiga
minggu sesudah terjadinya infeksi. Salah satu gejala klinis sifilis
yaitu ruam atau chancre pada kelaming. Mycobacterium tuberculosis
Tuberkulosis (TB) yaitu suatu penyakit infeksi paling
sering menyerang jaringan paru, disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit tuberkulosis (TB) paru
ini dapat menyerang semua usia dengan kondisi klinis yang
berbeda-beda atau tanpa dengan gejala sama sekali hingga
manifestasi berat.
Pencegahan dari penyalit ini yaitu menyediakan air
bersih, pengelolaan limbah dan tinja rumah tangga, bebas
vektor pembawa bibit penyakit seperti (tikus, kecoa, dan lalat),
kepadatan hunian yang tidak melebihi persyaratan, sinar
matahari pagi cukup menyinari ruangan, makanan dan
minuman terhindar dari pencemaran. Selain itu rumah yang
sehat harus memenuhi syarat pencegahan terjadinya kecelakaan
baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah
antara lain konstruksi yang tidak mudah rusak dan roboh,
persyaratan garis sempadan jalan, tidak mudah terbakar, dan
tidak membuat penghuninya jatuh tergelincir.
h. Streptococcus pyogenes
Radang tenggorokan atau amandel merupakan penyakit
yang pernah dirasakan oleh hampir semua orang, yang
disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes. Peradangan
yang sangat hebat dapat memicu angina ludwing (radang
dasar mulut yang berat disertai pernanahan) sehingga akan
menghambat aliran udara yang masuk melalui saluran
pernafasan.
Gejala dari penyakit ini antara lain radang tenggorokan
dapat ditandai seperti flu, batuk, demam, mual dan kelelahani. Bacillus anthracis
Penyakit antraks disebabkan oleh Bacillus anthracis.
Manusia terjangkit antraks biasanya akibat kontak langsung
atau tidak langsung dengan binatang atau bahan yang berasal
dari binatang terinfeksi. Gejala dari penyakit ini:
1. Antraks Kulit
Sering disebut sebagai black eschar atau malignant
pustule yang paling sering terjadi, yaitu lebih dari 90%.
Penderita biasanya memiliki riwayat kontak dengan hewan atau produknya. Lesi pertama terjadi dalam waktu tiga sampai
lima hari pasca inokulasi spora dan umumnya terdapat pada
daerah ekstremitas, kepala dan leher (daerah terbuka). Lesi
berwarna kemerahan, gatal dan tak sakit. Dalam kurun waktu
24-36 jam lesi berubah membentuk vesikel berisi cairan jernih.
2. Antraks Intestinal
Biasanya muncul 2-5 hari sesudah tertelannya spora
yang umumnya berasal dari santapan daging tercemar.
Penderita biasanya berupa demam, nyeri perut difus dan
disertai nyeri lepas. Feses bercampur darah atau berupa melena
dengan konsistensi padat atau cair. Penderita kadang-kadang
muntah berdarah atau berwarna seperti kopi. Asites muncul
dua sampai empat hari sejak gejala pertama timbul. Kematian
terjadi umumnya karena toksemia atau perforasi.
3. Antraks Orofaring
Gejalanya berupa edema leher dan pembesaran kelenjar
limfe lokal dengan akibat kesulitan menelan dan kesulitan
bernafas. Lesi di orofaring berupa ulkus dengan
pseudomembran.
j. Bacillus cereus
Bacillus cereus merupakan bakteri yang memicu
keracunan dengan gejala muntah dan diare. Terdapat dua jenis
toksin yang dihasilkan oleh Bacillus cereus, yaitu toksin yang
memicu diare (disebabkan oleh protein dengan berat
molekul besar) dan toksin yang memicu muntah atau
emetik (disebabkan oleh peptida tahan panas dengan berat
molekul rendah).
Masa inkubasi sekitar 1-5 jam. Toksin ini memicu
timbulnya gejala muntah, dan kadang-kadang diare. Strain
yang ditemukan pada makanan pemicu keracunan Bacillus
cereus yang mengandung bahan dasar nasi (Nababan &
Hasrudin, 2015)k. Mycobacteria leprae
Morbus Hansen (Lepra, Kusta) yaitu infeksi menahun
yang disebabkan Mycobacteria leprae primer yang menyerang
saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit dan organ
lainnya. Respon yang terjadi akibat infeksi Mycobacterium
leprae dapat sangat berbeda, keadaan ini terjadi di bawah
kontrol secara genetika. Bentuk kelainan yang terjadi
tergantung tipe kusta yang terjadi seperti kusta stadium
subklinis. Kusta stadium subklinis yaitu keadaan dimana
bakteri telah masuk ke dalam tubuh yang ditandai dengan
pemeriksaan serologis yang positif namun individu itu
tidak menunjukkan gejala klinis.
Gejala pada penyakit ini masa inkubasi sekitar 2-5
tahun kemudian akan muncul gejala awal penyakit yang
bentuknya belum khas, berupa bercak-bercak dengan sedikit
gangguan sensasi pada kulit disertai dengan berkurangnya
produksi keringat setempat. Dalam beberapa tahun sesudah
kelainan itu ditemukan biasanya akan muncul gejala
klinis yang karakteristik. Kelainan yang khas ini bervariasi,
bisa pada kulit, saraf tepi maupun organ-organ lainnya
tergantung tipe kusta. l. Corynebacterium diphtheriae
Difteri disebabkan oleh strain toksik kuman bacillus
gram positif Corynebacterium diphtheriae. Difteri dapat
berupa infeksi saluran napas atas, infeksi pada kulit atau berupa
status karier tanpa timbulnya gejala. Difteri juga dapat
menimbulkan berbagai komplikasi serius yang berakibat
kematian.
Gejala klinis difteri yang paling sering ditemukan
yaitu demam dan disfagia. Gejala klinis lain yang didapati
yaitu batuk, nyeri tenggorok, dan bull neck. Gejala klinis
yang jarang ditemukan yaitu suara serak, perdarahan pada
pseudomembran, dan kejang.
Penularan difteri dapat dicegah melalui pemberian
imunisasi toksoid difteri. Imunisasi dasar difteri pertusis
tetanus (DPT) diberikan 3 kali sejak usia 2 bulan dengan
interval 4-6 minggu.
m. Clostridium perfringens
Clostridium perfringens yaitu bakteri anaerob gram
positif yang mampu membentuk spora. Strain yang menjadi
pemicu keracunan pangan yaitu tipe A dengan enterotoksin
yang dapat memicu sakit perut akut dan diare.
Diare sering kali dianggap biasa sebab dengan atau
tanpa pengobatan diare itu dapat sembuh sehingga tidak
dilaporkan. Bagi balita penderita gizi buruk, diare itu akan
berpengaruh nyata pada bobot badan dan status kesehatan
umumnya sehingga pencapaian status gizi baik dan sehat
menjadi lebih lama.
Gejala penyakit biasanya muncul 8-16 jam sesudah
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi, dan sembuh
dengan sendirinya dalam 12-24 jam.
n. Gardnerella vaginalis
Vaginosis bakterial (VB) yaitu suatu keadaan
abnormal pada ekosistem vagina yang ditandai adanya konsentrasi flora normal vagina digantikan oleh konsentrasi
tinggi bakteri anaerob yaitu Gardnerella vaginalis. Penyakit ini
disebut juga vaginitis nonspesifik, vaginitis Gardnerella
vaginalis atau vaginosis anaerobik.
Gejala klinis untuk bakterial vaginosis yang sering
disebut sebagai kriteria Amsel yang berpendapat bahwa
terdapat tiga dari empat gejala, yaitu adanya sekret vagina yang
homogen, tipis, putih, melekat pada dinding vagina dan
abnormal. pH vagina >4,5 serta tes amin positif, dengan sekret
vagina yang berbau amis sebelum atau sesudah penambahan
KOH 10% (Whiff test).
o. Staphylococcus saprophyticus
Staphylococcus saprophyticus umumnya ditemukan
pada kasus ISK wanita muda yang seksual aktif.
Staphylococcus saprophyticus memiliki kemampuan adhesi
pada epitel saluran urogenital lebih kuat namun semuanya
memiliki risiko yang sama dapat memicu ISK.
Staphylococcus melekat pada epitel saluran kemih melalui
mekanisme yang berbeda dari Escherichia coli. Gejala dari penyalit ini dalam kondisi normal di dalam
urine dapat ditemukan adanya bakteri, baik yang memberikan
gejala (simptomatik) maupun tanpa gejala (asimptomatik).
Gejala ISK juga dapat berupa nyeri atau tekanan di punggung
atau perut bagian bawah, demam, terasa terbakar ketika buang
air kecil dan sering buang air kecil.