Tampilkan postingan dengan label bakteorologi 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bakteorologi 2. Tampilkan semua postingan

bakteorologi 2




























 enghambat pertumbuhan beberpa bakteri anaerobic, 

terutama clostridium botulinum.

B. Pengendalian Mikroorganisme Secara Fisik

Bakteri-bakteri yang patogen secara fisik memiliki 

keterbatasan toleransi terhadap berbagai macam keadaan di 

lingkungan dan kemampuan yang terbatas dalam bertahan 

hidup diluar tubuh inang. Mikroba-mikroba yang pathogen 

secara fisik dapat dikendalikan dengan cara dibasmi dan 

dihambat pertumbuhannya. Ada beberapa cara untuk 

mengendalikan mikroba secara fisik antara lain:

1. Hot temparature

a. Tyndalisasi 

Pemanasan yang dilakukan untuk makanan dan minuman 

kaleng. Proses ini dapat membunuh sel vegetatif dan spora 

mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam 

makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan

pada proses ini sebesar 650C selama 30 menit dalam waktu 

tiga hari berturut-turut. 

b. Pasteurisasi 

Proses mematikan mikroba patogen dengan suhu terkendali 

berdasarkan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang 

paling resisten untuk dibasmi. Pada proses pasteurisasi ini

hanya bakteri patogen yang terbunuh serta bakteri 

 pemicu  kebusukan. Proses pasteurisasi umunya

dilakukan pada susu, rum, anggur dan makanan asam 

lainnya. Suhu pemanasan yaitu  650C selama 30 menit.

c. Boiling 

Proses pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan 

disterilkan pada suhu 1000C selama 10-15 menit. Boiling 

dapat membunuh sel vegetatif bakteri yang patogen 

maupun non patogen. Namun spora dan beberapa virus

masih dapat hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat 

kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll. 

d. Red heating 

Proses pemanasan langsung di atas api bunsen burner 

(pembakar spiritus) sampai berpijar merah. Umumnya

digunakan untuk mensterilkan alat yang sederhana seperti 

jarum ose.

e. Flaming 

Proses pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas 

pembakar bunsen dengan alkohol atau spiritus tanpa 

terjadinya pemijaran.

2. Pembekuan

Beberapa bakteri dapat dibunuh dengan temperatur 

paparan dingin, pembekuan merupakan metode yang tidak 

layak untuk sterilisasi. Pembekuan dan pencairan secara 

berulang, lebih merusak bakteri daripada memperpanjang

penyimpannya pada suhu pembekuan. Pembekuan bakteri 

akan membentuk kristal es di luar sel yang memicu  arus 

balik air dari bagian dalam sel, memicu  suatu 

peningkatan elektrolit intraseluler dan denaturasi protein. 

Membran sel dirusak, dan terjadi suatu kebocoran senyawa 

organik intraseluler. Bakteri dan virus dapat dapat bertahan 

hidup pada temperatur –200C (temperatur alat pembeku 

mekanis), -700C (temperatur es kering, yaitu CO2 beku), dan 

temperatur –1950C (temperatur nitrogen cair).

3. Pendinginan

Temperatur rendah dapat menekan laju metabolisme 

sehingga pertumbuhan akan berhenti. Dengan pendinginan 

dapat mengawetkan biakan mikroba karena mikroba dapat 

bertahan hidup pada keadaan yang sangat dingin. Biakan 

beberapa bakteri dapat tetap hidup selama berbulan-bulan 

pada suhu lemari es sekitar 4-7

0C. Kelemahan cara ini yaitu 

tidak dapat digunakan untuk disinfeksi atau sterilisasi. Karena 

Mikroba yang dipelihara pada temperatur beku atau di bawah 

temperatur beku, dianggap dorman karena tidak 

memperlihatkan adanya aktivitas metabolik yang dapat 

dideteksi.

3. Radiasi

Bakteri dalam bentuk vegetatif dapat terbunuh dengan 

disinari menggunakan penyinaran ultra violet (UV) dan sinar 

ionisasi. 

a. Sinar ultra violet (UV)

Bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan 

permukaan suatu benda yang terpapar sinar UV akan mati. 

b. Sinar Ionisasi 

Sinar ionisasi yaitu  sinar X, sinar alfa, sinar beta dan sinar 

gamma. Sterilisasi dengan sinar ionisasi memerlukan biaya 

yang besar dan biasanya hanya digunakan pada industri 

farmasi maupun industri kedokteran.

 Sinar X : Daya penetrasi baik namun perlu energi besar.

 Sinar alfa : Memiliki sifat bakterisidal namun  tidak 

memiliki daya penetrasi. 

 Sinar beta : Daya penetrasinya sedikit lebih besar daripada 

sinar X. 

 Sinar gamma : Kekuatan radiasinya besar dan efektif untuk 

sterilisasi bahan makanan.

4. Filtrasi/penyaringan

Metode yang digunakan dalam laboratorium untuk 

sterilisasi bahan-bahan yang tidak tahan panas. Prinsip teknik 

filtrasi yaitu menggunakan penyaringan, hanya bakteri yang 

tersaring. Jenis filter bakteri yang biasa digunakan yaitu  

Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari porselen), 

Seitz (dari asbes) dan seluosa. Macam filtrasi ada dua yaitu:

1) Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring 

udara berisikan partikel (High Efficiency Particulate Air Filter 

atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke 

dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara laminar 

(Laminar Air Flow).

2) Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk 

mensterilkan bahan-bahan yg tidak tahan terhadap 

pemanasan, mis. larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, 

dll.

5. Pengeringan

Metode pengeringan sel mikroba ini dapat 

mengurangi, mengehentikan aktivitas metabolik sehingga 

dapat memicu  kematian sejumlah sel. Ada beberapa 

faktor yang mempengaruhi waktu hidup mikroba sesudah  

pengeringa antara lain:

a. Macam mikroorganisme

b. Bahan yang digunakan untuk mengeringkan 

mikroorganisme

c. Kesempurnaan dalam proses pengeringan

d. Cahaya, suhu, kelembaban yang dikenakan dalam proses 

pengeringan.

3. 4 Reproduksi Bakteri

Semua makhluk hidup mulai yang berukuran mikro 

sampai ukuran makro melakukan perkembang biakan 

(reproduksi). Tujuan dari reproduksi yaitu  untuk 

memperbanyak jumlahnya dengan menghasilkan generasi 

selanjutnya. Reproduksi pada mikroorganisme dilakukan 

melalui dua cara yaitu secara aseksual dan seksual.

A. Aseksual 

Reproduksi secara aseksual pada bakteri dibagi 

menjadi tiga yaitu pertumbuhan tunas (budding), fragmentasi, 

pembelahan biner (binary fission). Umumnya bakteri akan 

melakukan perkembangbiakan secara biner namun  bila kondisi 

lingkungan tidak menguntungkan maka bakteri akan 

melakukan perkembangbiakan secara pertumbuhan tunas 

(budding) dan fragmentasi. 

a) Pembelahan biner 

pembelahan sel tunggal membentuk dua sel anak yang 

secara genetik identik dengan sel induknya. Pembelahan biner 

terdiri atas tiga fase yaitu: 

1). Sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus

2) Sekat akan tumbuh diikuti oleh terbentuknya dinding yang 

melintang

3) Terpisahnya kedua sel anak yang identik.

b) Pertumbuhan tunas (budding)

yaitu proses pembentukan tunas yang dimulai dari 

berkembang dan tumbuhnya tonjolan kecil pada salah satu 

ujung sel. Tunas ini yang akan mereplikasi genom, tunas akan

tumbuh besar dan menjadi sel anakan. Namun ketika ukuran 

tunas hampir sama dengan ukuran tunas induknya, maka tunas 

akan memisahkan diri dari sel induk untuk menjadi bakteri 

baru.

c) Fragmentasi

Proses perkembangbiakan dengan munculnya bakteri dari 

bagian tubuh (fragmen) induknya. Induk bakteri akan 

memutus selnya lalu bagian sel yang terputus akan menajdi 

bakteri baru dan berkembang hingga dewasa.

B. Seksual Perkembangbiakan bakteri secara seksual berbeda dengan 

organisme eukariota yang melalui peleburan antara gamet 

jantan dengan gamet betina. Pada bakteri perkembangbiakan 

seksual melalui pertukaran materi genetik yang disebut 

dengan rekombinasi genetik. Sel yang memberi bahan genetik 

disebut sel donor sedangkan sel yang menerima bahan genetik 

disebut sel resipien. Perkembangbiakan secara seksual dapat 

dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

a. Transformasi

Proses pemindahan materi genetik berupa DNA dari 

satu sel bakteri ke sel bakteri lainnya. Pada proses ini DNA 

sel bakteri donor akan mengganti sebagian dari sel bakteri 

penerima namun  tidak terjadi melalui kontak secara langsung. 

Pemindahan materi genetik melalui perantara plasmid. Bila 

plasmid satu bakteri masuk ke dalam bakteri lainnya maka 

akan terjadi rekombinasi. b. Transduksi

Proses pemindahan materi genetik dari sel bakteri satu ke 

bakteri lain melalui perantara virus yang memakan bakteri 

(bakteriofag). Virus yang paling sesuai digunakan untuk proses

transduksi ini yaitu  virus fag temperat. Hal itu karena virus ini

mampu bereplikasi secara litik dan lisogenik. Adapun tahapan

dalam transduksi yaitu  sebagai berikut.

 Bakteri diinfeksi oleh virus fag, sehingga virus mengandung

DNA bakteri itu .

 Virus fag itu  kemudian akan menginfeksi bakteri￾bakteri lainnya. Akibatnya, terbentuk bakteri baru dengan

rekombinasi gen sesuai dengan rekombinasi gen pada

virus penginfeksinya.

 Terbentuklah bakteri-bakteri rekombinan.

c. Konjugasi

Proses pemindahan sebagian materi genetik dari satu 

bakteri ke bakteri yang lain secara langsung melalui saluran 

konjugasi sehingga kedua sel saling berhubungan dan terjadi 

kontak langsung. Dengan pentransferan DNA dari sel bakteri 

donor ke sel bakteri penerima melalui ujung pilus. Ujung 

pilus akan menempel pada sel penerima dan DNA akan 

dipindahkan melalui ujung pilus.




Bakteri dikenal sebagai agen  pemicu  penyakit, bakteri 

juga memiliki  manfaat yang besar bagi kehidupan manusia 

seperti pemanfaatan bakteri dalam pembuatan yogurt dan 

antibiotik. Bakteri merupakan sel prokariotik dengan genom 

berbentuk sirkuler dan memiliki  plasmid. Di dalam tubuh 

manusia bakteri memberikan manfaat yang banyak antara lain

sebagai pertahanan melawan infeksi, berperan dalam sistem 

imun, sumber nutrient dan menstimulasi pergantian epitel. 

Bakteri yang hidup pada tubuh manusia disebut mikroba 

flora normal. Mikroba flora normal dibagi menjadi dua 

kelompok yaitu:

(1) Flora penghuni tetap yang ditemukan pada daerah￾daerah tertentu, menghilang bila terjadi gangguan dan 

kembali seperti semula. 

(2) Flora transit, mikroba patogen & non-patogen pada 

selaput lendir dan mukosa.

Walaupun mikroba flora normal penghuni alami tubuh 

namun  ada kalanya bakteri dapat bersifat patogen pada 

inangnya. Salah satu faktor patogen mikroba flora normal yaitu

infeksi opurtunistik. Bakteri dapat menginfeksi manusia 

melalui beberapa tahapan yaitu:

a. Melekatnya bakteri pada sel epitel, pelekatan ini 

melibatkan molekul interaksi. 

b. Terjadi multipikasi bakteri yakni bakteri membentuk 

mikro koloni dan menghasilkan enzim yang mampu menembus 

epitel. sesudah  multiplikasi bakteri melakukan penyebaran

dalam sel tubuh manusia dengan menghasilkan enzim 

hialuronidase yang merusak asam hialuronat dan memecahkan 

kolagen. Selain itu bakteri juga menghasilkan metabolit￾metabolit lainnya seperti enzim dan toksin. Faktor yang 

memicu  suatu bakteri menjadi patogen disebut faktor 

virulensi. Faktor virulensi ini terdiri atas adhesion, toksin, 

enzim dan faktor antifagositik. Mikroorganisme patogen 

memiliki sifat virulen (ganas) yang dapat memicu  

penyakit pada individu sehat meskipun dalam jumlah inokulum 

kecil. Sedangkan mikroorganisme yang memicu  sakit 

pada individu dengan penurunan daya tahan tubuh disebut 

mikroorganisme opportunistik.

Penyakit yang dapat ditularkan atau infeksi yaitu  jika 

penyakit disebarkan dari inang satu ke inang lainnya. Penyakit 

infeksi yang dapat ditularkan contohnya tuberculosis karena 

penyakit itu  dapat disebarkan melalui percikan ludah yang 

dihasilkan ketika batuk akan namun  keracunan makanan oleh 

bakteri Staphylococcus bukan penyakit menular karena racun

(toksin) yang dihasilkan oleh bakteri itu  berada pada 

makanan yang terkontaminasi. Penyakit ini diderita oleh 

individu yang memakan makanan itu . Bila suatu penyakit 

sangat mudah disebarkan disebut penyakit yang sangat menular 

contohnya cacar air.

Tingkat insidensi dan prevalensi suatu penyakit infeksi 

dimasyarakat dapat bersifat endemik, epidemik, pandemik.

   Penyakit infeksi endemik 

Yaitu suatu penyakit yang menetap dengan kadar rendah di 

suatu populasi yang spesifik contohnya penyakit endemik

malaria di Papua.

   Penyakit infeksi epidemik 

Yaitu bila suatu penyakit yang sering terjadi bila 

dibandingkan dengan kondisi biasa contohnya epidemik 

influenza pada musim dingin.

   Penyakit infeksi pandemik

Yakni suatu penyakit yang menyebar secara luas hampir 

diseluruh dunia contohnya infeksi HIV, Covid 19.

Infeksi lama kelamaan akan berkembang. Tahapan 

perkembangan infeksi antara lain:

1) Periode inkubasi 

Yaitu waktu saat mikroorganisme masuk atau toksinnya 

hingga munculnya symptom atau gejala. Hal ini dapat 

berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa minggu

2) Periode prodromal 

Yaitu individu yang mengalami gejala-gejala nonspesifik 

seperti demam, malaise dan hilangnya nafsu makan

3) Periode sakit spesifik akut 

Yaitu gejala dan tanda penyakit yang secara khas terlihat nyata 

4) Periode penyembuhan

Yaitu sakit sedikit demi sedikit akan hilang dan pasien 

kembali sehat pada fase akhir tahap ini.

Beberapa infeksi dapat terjadi reaktivasi pertumbuhan 

mikroorganisme dan berulangnya gejala pada tahap laten

contohnya sesudah  infeksi herpes primer, virus dapat menetap 

di ganglion saraf trigerminal, dan memicu  herpes labialis 

yang berulang sewaktu waktu. Beberapa mikroorganisme 

memicu  infeksi yang subklinis atau tidak nyata yakni 

gejala yang terlihat tidak nyata, dan individu yang terkena tidak 

memperlihatkan gejala meskipun pasien terinfeksi oleh 

mikroorganime itu . Kasus lainnya ada individu yang 

terinfeksi, dan tubuhnya tidak mampu menghilangkan 

kehadiran mikroorganisme patogen itu  sesudah  periode 

penyembuhan, sehingga tubuh menjadi karier kronik 

mikroorganisme contohnya Salmonella typhi, Hepatitis B virus. 

Mikroorganisme akan tetap berada didalam tubuh meskipun 

pasien tetap sehat.

Ada beberapa cara bakteri dapat memicu  penyakit 

atau seseorang penderita sakit. Cara itu antara lain melalui 

transmisi (penularan atau pemindahan bakteri), perlekatan pada

permukaan sel inang, menyerang (invasive) dan toksigenitas 

(melepaskan toksin atau racun). 

a. Transmisi atau Penularan 

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang pindah 

dari sumber luar disebut eksogen. Penyakit lain yang 

disebabkan oleh flora normal dari tubuh inangnya sendiri yang 

bertindak selaku bakteri oportunistik disebut endogen. 

Penularan dapat terjadi melalui:

   Inhalasi yaitu melalui jalur udara 

   Ingesti yaitu melalui jalur penelanan makanan dan 

minuman yang terkontaminasi 

   Inokulasi yaitu melalui kontak seksual, jarum suntik 

terkontaminasi, kontak kulit, transfusi darah atau gigitan 

serangga. 

Mikroorganisme dapat masuk ke tubuh melalui kulit, 

saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran 

genitourinaria. Contoh bakteri pathogen:

   Kulit yaitu Clostridium tetani (penyakit tetanus),

   Saluran pernafasan yaitu Streptococcus 

pneumoniae (penyakit pneumoniae), Haemophilus 

influenza (penyakit meningitis), Mycobacterium 

tuberculosis (penyakit tuberculosis)

   Saluran pencernaan yaitu Shigella dysentriae

(penyakit disentri), Vibrio cholera (penyakit 

kolera)

   Saluran genital yaitu Neisseria gonorrhoeae

(penyakit gonoroe), Treponema pallidum (penyakit 

sifilis)

b. Perlekatan pada permukaan sel atau jaringan inang 

Merupakan tahap awal infeksi. Beberapa bakteri dan fungi 

memiliki  struktur khusus atau menghasilkan bahan khusus 

yang sehingga dapat melekat pada permukaan sel inang

termasuk pada protesa gigi, katup jantung buatan dan 

sebagainya sehingga dapat meningkatkan kemampuan bakteri

untuk berkolonisasi dan menjadi penyakit. Mekanisme 

perlekatan yaitu  hal yang esensial bagi mikroorganisme untuk 

melekat pada membran mukosa misalnya rambut yang 

menyerupai pili pada Neisseria gonorrhoeae, Streptococcus 

mutans membantunya menempel pada permukaan email gigi.

c. Daya serang Bakteri (Invasif) 

Daya invasif bakteri berfungsi dalam patogenesis. Daya 

serang ini berhubungan dengan enzim yang disekresikan oleh 

bakteri. Enzim-enzim itu  yaitu  : 

   Kolagenase atau hialuronidase 

Merusak substansi interseluler jaringan inang, sehingga 

bakteri mudah masuk dan menyebar di jaringan, khususnya 

pada infeksi di kulit yang disebabkan oleh Streptococcus 

pyogenes. 

   Koagulase

Enzim yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus 

berfungsi untuk mempercepat pembentukan bekuan fibrin (dari 

fibrinogen). Kondisi ini melindungi bakteri dari proses 

fagositosis yakni proses sel darah putih manusia memakan 

bakteri itu  dengan cara membentengi daerah yang 

terinfeksi dan melingkupi bakteri dengan lapisan fibrin. 

   Immunoglobulin A (IgA) protease

enzim yang dihasilkan bakteri yang dapat merusak IgA 

inang pada permukaan mukosa, sehingga bakteri-bakteri 

seperti N. gonorrhoeae, Haemophilus influenza dan 

Streptococcus pneumonia melekat pada membrane mukosa. 

   Leukosidin

Racun yang dihasilkan bakteri yang dapat menghancurkan 

sel-sel darah putih manusia jenis netrofil dan makrofaga. 

Toksin ini dimiliki oleh bakteri-bakteri  pemicu  penyakit 

periodontal seperti Actinobacillus actinomycetemcommitans.

d. Toksigenitas

Toksigenitas ialah faktor penentu patogenesis bakteri. 

Toksin yang dihasilkan bakteri dapat digolongkan menjadi dua 

kelompok utama yaitu : eksotoksin dan endotoksin. 

   Endotoksin yaitu  komponen lipopolisakarida 

(LPS) dinding sel bakteri Gram negatif (kokus 

maupun basil) yang tersimpan dan tidak secara 

aktif dikeluarkan oleh bakteri. Bakteri Gram positif 

tidak menghasilkan toksin ini. Endotoksin dapat 

memicu  demam, syok dan gejala umum 

lainnya. Endotoksin akan dilepaskan dari tubuh 

bakteri jika bakteri mengalami lisis (hancur, mati). 

   Eksotoksin yaitu  toksin yang dihasilkan dan 

dikeluarkan dari badan bakteri Gram positif dan 

Gram negatif. Eksotoksin dapat memicu  

penyakit dibagian tubuh tertentu sesudah  menyebar 

atau terbawa melalui jalur sistemik misalnya 

bakteri  pemicu  tetanusyang masuk melalui luka 

di kaki menghasilkan eksotoksin yang dapat 

memicu  rahang terkunci atau kejang otot 

masseter (pengunyahan) di daerah wajah. 

Eksotoksin labih toksik dibandingkan dengan 

endotoksin. Contohnya toksin tetanus dapat 

memicu  kematian pada kadar < 1 µg. 

Polipeptida eksotoksin merupakan antigen kuat 

yang dapat merangsang antibody tubuh membentuk 

antitoksin berguna untuk mencegah atau mengobati 

penyakit contohnya tetanus. Toksisitas eksotoksin 

dapat dinetralisir oleh formaldehyde, asam, 

pemanasan dan toksoid yang dapat dimanfaatkan 

untuk pembuatan vaksin.Secara umum eksotoksin bakteri dapat dibagi menjadi : 

   Neurotoksin

yaitu toksin yang berpengaruh terhadap saraf. Contohnya : 

toksin tetanus (dihasilkan oleh Clostridium tetani), toksin 

difteria (dihasilkan oleh Corynebacterium diptheriae) dan 

toksin botulinum (yang dihasilkan oleh Clostridium 

botulinum). 

   Enterotoksin

yaitu toksin yang berefek racun terhadap mukosa usus dan 

dapat memicu  gangguan gastrointestinal. Contohnya 

toksin yang dihasilkan oleh Eschericia coli, Vibrio cholera dan 

Bacillus cereus. 

   Eksotoksin lainnya,

Contohnya toksin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium 

perfringens dapat memicu  gas gangrene pada luka.

4.2 KELOMPOK BAKTERI PATOGEN

1. Kelompok Bakteri Gram-Negatif

a. Salmonella sp

Bakteri Salmonella sp merupakan salah satu bakteri 

 pemicu  utama food borne disease di Amerika Serikat. 

Karena bakteri ini sering ditemukan dalam bahan makanan atau 

minuman dan merupakan salah satu bakteri patogen yang 

sering menginfeksi manusia melalui makanan dan minuman 

yang terkontaminasi. 

Masuknya bakteri Salmonella sp ke dalam tubuh 

manusia, dapat berpengaruh terhadap kesehatan, diantaranya 

dapat memicu  penyakit gastroenteritis, demam tifoid dan 

bakteremia dengan atau tanpa penyakit. 

Gastroenteritis yang disebabkan oleh salmonella 

merupakan infeksi pada usus dan terjadi lebih dari 8 sampai 48 

jam sesudah  bakteri patogen itu masuk ke dalam host. 

Ciri-cirinya yaitu  diare, demam, sakit kepala, muntah, 

sakit pada abdomen (abdominal pain) yang terjadi selama 2 

sampai 5 hari. 

Gejalanya antara lain kehilangan cairan dan kehilangan 

keseimbangan elektrolit merupakan bahaya terutama terhadap 

anak-anak dan orang tua.

b. Escherichia coli

Penyakit diare merupakan  pemicu  kesakitan dan 

kematian di negara Berkembang. Escherichia coli merupakan 

bakteri komensal, patogen intestinal dan pathogen 

ekstraintestinal yang dapat memicu  infeksi traktus 

urinarius, meningitis, dan septicemia. 

Infeksi ditandai dengan manifestasi klinis yang luas 

mulai dari tanpa menunjukkan gejala klinis atau asimtomatis 

sampai terlihat adanya diare berdarah atau tanpa berdarah.

c. Klebsiella ozaena

memicu  penyakit ozaena memberikan gejala 

pembentukan granul (bintik-bintik), gangguan hidung, 

benjolan-benjolan di rongga pernapasan (terutama hidung), 

sakit kepala, serta ingus hijau dan berbau.  pemicu  penyakit

ozaena masih belum diketahui, namun diduga diakibatkan oleh 

Klebsiella ozaenae dan Bacillus foetidus. 

d. Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa sering menyebab infeksi 

oportunistik dan infeksi nosokomial pada manusia. 

Pseudomonas aeruginosa dapat memicu  terjadinya 

infeksi primer pada kulit. Infeksi yang paling sering terjadi 

yaitu  ulkus diabetikum. Kolonisasi pada ulkus diabetikum 

diikuti dengan kerusakan pembuluh darah lokal, nekrosis 

jaringan, dan akhirnya terjadi bacteremia. Gejala dapat berupa 

iritasi, kemerahan, keluar cairan serta kaki tampak bengkak.


e. Shigella dysenteriae

Disentri merupakan penyakit radang usus yang 

menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah. 

Penyakit disentri disebabkan oleh bakteri (Disentri basiler) atau 

biasa disebut dengan shigellosis disebabkan oleh bakteri genus 

Shigella ( pemicu  disentri yang terpenting dan tersering). 

Ditandai gejala diare, adanya lendir dandarah dalam tinja, serta 

nyeri perut dan tenesmus.

f. Klebsiella pneumonia

Pneumonia yaitu  proses infeksi akut yang mengenai 

jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia yang disebabkan oleh 

Klebsiella pneumonia dapat berupa pneumonia komuniti 

(community acquired pneumonia). Klebsiella pneumoniae

merupakan jenis bakteri golongan Klebsiella yang banyak 

menginfeksi manusia. Merupakan organisme oportunis yang 

ditemukan pada lapisan mukosa mamalia, terutama paru-paru. 

Memiliki penyebaran yang sangat cepat, terutama di antara 

orang-orang yang sedang terinfeksi bakteri.

Gejalanya dapat berupa pendarahan dan penebalan 

lapisan mukosa organ. Bakteri Klebsiella pneumonia selain 

 pemicu  penyakit pneumonia juga merupakan salah satu 

bakteri yang memicu  penyakit bronchitis.


makanan, minuman yang terkontaminasi oleha bakteri Vibrio 

cholerae. Atau kontak dengan carrier kolera. Dalam usus halus 

bakteri Vibrio cholerae ini akan beraksi dengan cara mengeluarkan toksinnya pada saluran usus, sehingga terjadilah 

Diare disertai Muntah yang akut dan hebat.

Gejala bakteri Vibrio cholerae apabila masuk ke dalam 

tubuh seseorang melalui makanan dan minuman yang telah 

terkontaminasi oleh bakteri akan mengeluarkan Enterotoksin di 

dalam tubuh seseorang pada bagian saluran usus, sehingga 

menimbulkan diare disertai muntah yang akut dan sangat 

hebat, dan berakibat seseorang dalam waktu hanya beberapa 

hari akan kehilangan banyak cairan dalam tubuhnya sehngga 

mengalami dehidrasi.

h. Neisser meningtidis

Penyakit meningitis yaitu  penyakit yang menyerang 

saluran pernafasan dan memicu  meningitis. Meningitis 

memicu  peradangan selaput otak dan saraf punggung, 

dan atau septisemia (keracunan darah). Penyakit ini disebabkan 

oleh bakteri Neisser meningtidis. 

Meningitis umumnya ditularkan saat batuk, bersin, 

ciuman, dan berbagi makanan dengan sendok yang sama, 

pemakaian sikat gigi yang sama dan merokok bergantian dalam 

satu batang. Meningitis dapat disebabkan oleh 

mikroorganisme, kanker, luka fisik dan juga obat-obatan. Jika 

tertular penyakit ini maka akan beresiko menjadi carrier, dan 

infeksius. Masa inkubasi penyakit ini rata-rata 3-4 hari sampai 

gejalanya terlihat. Penyakit ini umumnya terjadi 1-14 hari 

sesudah  paparan dan muncul sebagai meningitis pada ≥50% 

kasus.

Gejala dari meningitis tidak spesifik namun  mungkin 

termasuk demam, sakit kepala, kekejangan leher, sakit sendi, 

ruam dengan bintik atau lebam ungu, kurang senang dengan 

cahaya cerah, dan muntah secara mendadak.

i. Haemophilus influenza

Haemophilus influenzae merupakan bakteri patogen 

pada manusia yang dapat memicu  influenza, meningitis, 

pneumonia dan bakteremia. Infeksi influenza merupakan 

 pemicu  utama morbiditas dan mortalitas. Penyebar dapat melalui udara berupa percik renik dari saluran respiratorik 

orang yang terinfeksi, yang batuk, bersin, atau melalui kontak 

langsung dari tangan yang terkontaminasi oleh sekret 

respiratorik.

Gejala sistemik utama infeksi influenza yaitu  demam, 

sakit kepala, nyeri otot, lemas, batuk, dan nyeri menelan. 

Infeksi influenza berusia <5 tahun merupakan infeksi 

terbanyak dengan gejala yang lebih ringan.

j. Neisseria gonorrhoeae

Gonore merupakan penyakit kelamin terbanyak dewasa 

ini. Tidak ada imunitas bawaan, walaupun bagi orang yang 

pernah menderita penyakit ini. Juga tidak ada perbedaan 

mengenai kekebalan antara berbagai suku bangsa, jenis 

kelamin atau umur. Penyakit Gonore disebabkan oleh bakteri 

Neisseria gonorrhoeae.

Penularan terjadi melalui kontak seksual dengan 

penderita gonore. Masa inkubasi penyakit sangat singkat, pada 

pria umumnya bervariasi antara 2-8 hari, dengan kebanyakan 

infeksi menjadi simptomatik dalam 2 minggu. Masa inkubasi 

pada wanita sulit ditentukan karena pada umumnya 

asimptomatik, dan baru diketahui sesudah  terjadinya 

komplikasi.

Gejala klinis untuk infeksi pertama yang paling sering 

dijumpai pada pria yaitu  uretritis anterior akuta dan dapat 

meluas ke proksimal, selanjutnya memicu  komplikasi 

lokal, asendend dan diseminata. Keluhan subyektif berupa rasa 

gatal dan panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium 

uretra eksternum kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar 

duh tubuh mukopurulen pada orifisium uretra eksternum yang 

kadang-kadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri pada 

waktu ereksi. 

Gejala yang terjadi pada wanita dengan gonore sering 

mengenai serviks sehingga terjadi servisitis dengan gejala 

keputihan. Pada pemeriksaan, serviks yang terinfeksi tampak 

rapuh dan mengalami edema dengan keluarnya cairan  

mukopurulen pada ostium. Perempuan yang sedikit atau tidak 

memperlihatkan gejala menjadi sumber utama penyebaran 

infeksi dan beresiko mengalami komplikasi.

k.Treponema pallidium

Penyakit frambusia atau patek yaitu  penyakit infeksi 

kulit yang menular melalui kontak dengan penderita. Penyakit 

ini bersifat menahun dan dapat memicu  kecacatan. Yaws 

atau frambusia yaitu  penyakit infeksi treponema nonvenereal 

pada manusia yang disebabkan oleh bakteri Treponem 

pallidium. Penyakit ini dapat mengenai semua usia, namun 

terutama ditembukan pada usia dibawah 15 tahun.

Gejala dapat berupa konstitusi malese, demam dan 

anoreksia. Sedangkan gejala klinis lain dapat berupa plak 

hiperkeratotik pada telapak tangan dan kaki, dapat terjadi fisura 

dan ulserasi (worm-eaten soles), dan infeksi sekunder yang 

nyeri sehingga penderita biasanya menunjukkan tanda khas 

yaitu “crab-like gait”

l. Proteus vulgaris

Abses leher dalam yaitu  terkumpulnya nanah (pus) di 

ruang potensial diantara fasia leher dalam. Salah satu bakteri 

 pemicu  abses leher dalam yaitu  baktei Proteus vulgaris. 

Infeksi leher dalam berasal dari penyebaran infeksi di faring 

dan tonsil ke parafaring.

Gejala dan tanda klinik berupa nyeri dan 

pembengkakan di ruang leher dalam yang terkena. Secara 

anatomi ruang potensial leher dalam merupakan daerah yang 

sangat kompleks.

m. Chlamydia trachomatis

Chlamydia trachomatis (CT) termasuk salah satu 

 pemicu  infeksi genital nonspesifik baik pada pria maupun 

wanita. Infeksi Chlamydia trachomatis merupakan infeksi 

menular seksual yang disebabkan oleh bakteri obligat 

intraseluler genus Chlamydia. Infeksi Chlamydia trachomatis

dapat mengenai saluran genital 8 pria dan wanita, konjungtiva, 

dan paru-paru. Infeksi Chlamydia trachomatis pada saluran 

genital pria dan wanita dapat bersifat asimtomatik pada 

sebagian besar orang yang terinfeksi dan dapat menimbulkan 

komplikasi serius.

Gejala yang timbul tidak spesifik, pada pria yang 

terinfeksi 50% asimtomatik, sedangkan pada 10 wanita 70% 

asimtomatik. 

a. Infeksi CT pada pria dapat mengenai uretra dan 

epididimis. Infeksi di rektum dapat terjadi pada 

pria yang menerima seks secara anal. Masa 

inkubasi uretritis disebabkan oleh CT bervariasi 

sekitar 7 hari sampai 5 minggu. Biasanya 

gejalanya yaitu adanya nyeri pada saat buang air 

kecil (disuria).

b. Hampir 70% wanita dengan infeksi Chlamydia 

tidak mengeluhkan gejala apapun, namun dapat 

ditemukan kelainan apabila dilakukan 

pemeriksaan di daerah serviks. Infeksi awal 

akan terjadi pada serviks atau uretra. Keluhan 

yang timbul berupa tubuh yang abnormal dan 

rasa terbakar saat buang air kecil. Adanya 

perdarahan yang muncul sesudah  kontak seksual 

ataupun perdarahan pada pertengahan siklus 

menstruasi dapat merupakan gejala tunggal 

infeksi ini.

Penyakit Pes disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis

yang endemik pada rodent yang hidup di alam liar yang 

disebarkan oleh gigitan pinjal. Pinjal tikus yaitu  vektor utama 

 pemicu  penyakit pes. Pes pada tikus serta rodent lain dapat 

memicu  penularan pada manusia. Pinjal sebagai vektor 

utama penyakit pes berperan menularkan bakteri Yersinia 

pestis yang terdapat di dalam darah tikus yang terjangkit 

kepada manusia melalui gigitannya. Pinjal selain menjadi 

vektor utama pes juga bisa menjadi vektor penyakit serius lain 

pada manusia yaitu penyakit murine typhus yang dapat 

ditularkan dari tikus ke manusia. Gigitan pinjal yang telah 

terinfeksi khususnya Xenopsylla cheopis merupakan sumber 

paparan yang paling sering terjadi yang menghasilkan penyakit 

pada manusia di seluruh dunia.

Penyakit Pes memiliki gejala diantaranya yaitu 

penderita demam tinggi tanpa sebab yang jelas, batuk dan 

sesak yang diduga sebagai suspek Pes.o. Bordetella pertussis

Bordetella pertussis yaitu  bakteri yang menyerang 

saluran pernapasan dan sangat mudah menular. Organisme ini menghasilkan toksin yang merusak epitel saluran pernapasan 

dan memberikan efek sistemik berupa sindrom yang terdiri dari 

batuk spasmodik dan paroksismal disertai mengi karena pasien 

berupaya keras untuk menarik napas, sehingga pada akhir 

batuk. Serangan batuk seringkali diikuti oleh muntah dan dapat 

berlangsung berbulan-bulan.

Bordetella pertussis yang diambil sesudah  sebulan 

timbulnya gejala batuk disertai pengeluaran lendir, dan tarikan 

napas, muntah, badan panas, pusing, sakit tenggorok.

2. Kelompok Bakteri Gram-positif

a. Clostridium botulinum

Clostridium botulinum yaitu bakteri yang memproduksi 

neurotoksin yang menyerang saraf dan memicu  

kelumpuhan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri 

Clostridium botulinum yaitu  Botulisme yaitu penyakit 

disebabkan oleh keracunan makanan atau mabuk makanan oleh 

Clostridium botulinum. 

Gejala apat berupa mual, kram perut, lumpuh, 

gangguan penglihatan serta kesulitan bernafas.

b. Clostridium tetani

Clostridium tetani merupakan agen  pemicu  penyakit 

tetanus. Penyakit tetanus neonates (pada bayi) sering terjadi 

jika dalam proses kelahiran atau persalinan mengabaikan 

pemeliharaan tali pusat atau umbilicus (alat pemotong yang 

digunakan untuk memotong umbilicus tidak steril). Pada orang 

dewasa, penyakit tetanus ini mengikuti luka dalam dengan 

lubang yang kecil (luka tusuk). Clostridium tetani bersifat 

anaerobik, dan mampu memproduksi toxin tetanus. Gejala

ditandai dengan sulitnya saat menelan, kejang-kejang otot yang 

parah, kejang pada rahangc. Staphylococcus aureus

Staphylococcus yaitu   pemicu  utama infeksi 

bernanah pada manusia yang terdapat di rongga hidung dan 

kulit sebagian besar populasi manusia. Jalur masuknya 

Staphylococcus ke tubuh melalui folikel rambut, tusukan jarum 

atau melalui saluran pernafasan. Prototipe lesi Staphylococcus

yaitu  furunkel atau abses lokal lainnya yang dapat 

memicu  nekrosis jaringan (faktor dermatonekrotik). 

Staphylococcus aureus yaitu  bakteri aerob yang bersifat 

grampositif dan merupakan salah satu flora normal manusia 

pada kulit dan selaput mukosa. Staphylococcus aureus

merupakan patogen utama pada manusia dan hampir setiap 

orang pernah mengalami infeksi Staphylococcus aureus yang 

bervariasi dalam beratnya, mulai dari keracunan makanan 

hingga infeksi kulit ringan sampai berat yang mengancam jiwa. 

Gejala yang dialami seperti muncul benjolan pada kulit yang 

penuh dengan nanah, peradangan, rasa sakit. Penderita 

penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus 

aureus umumnya diberi terapi berupa antibiotik seperti 

cloxacillin, dicloxacillin dan eritromycin.

d. Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang 

berkembang menjadi agen patogen utama pada infeksi 

nosokomial dan sepsis, terutama pada pasien yang 

menggunakan alat-alat implant di tubuhnya, seperti prostheses 

sendi, shunt serebrospina, kateter intravaskular, khususnya 

pada anak-anak, pasien usia lanjut dan pasien yang mengalami 

imunokompromise. Penyakit septicaemia dan endokarditis 

termasuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri 

Staphylococcus epidermidis.

Gejala berupa demam, sakit kepala, dan kelelahan 

untuk anoreksia dan dyspnea.

e. Streptococcus pneumoniaePneumonia yaitu  peradangan paru yang 

memicu  nyeri saat bernafas dan keterbatasan intake 

oksigen. Pneumonia dapat disebarkan dengan berbagai cara 

antara lain pada saat batuk dan bersin (WHO, 2014). Bakteri 

 pemicu  pneumonia yaitu  Streptococcus pneumoniae 

(pneumococus).

Gejala Usia kurang dari 5 tahun rentan mengalami 

pneumonia berat dengan gejala batuk dan sukar bernapas. 

Sistem kekebalan tubuh anak pada usia itu  juga sangat 

rentan sehingga mudah terinfeksi oleh penyakit yang ditularkan 

melalui udara.

Masa perawatan paling pendek yaitu  selama 3 hari dan 

paling lama yaitu  36 hari. Pada pasien dewasa persentase 

lama perawatan paling tinggi yaitu 8 – 14 hari, dengan 

perawatan paling pendek selama 4 hari dan paling lama selama 

27 hari.

f. Treponema pallidum

Sifilis yaitu  penyakit yang disebabkan oleh bakteri 

Treponema pallidum. Penyakit sifilis terbagi menjadi empat 

tahap, yaitu primer, sekunder, laten, dan tersier (Ain, 

Rachmatdinata, & Djajakusumah, 2013). Tiap tahap 

menunjukkan gejala klinis yang berbeda. Bakteri Treponema 

pallidum dapat ditularkan melalui melalui dua cara, yaitu 

melalui ibu ke anak dan hubungan seksual yang tidak aman 

seperti berganti-ganti pasangan dan tidak menggunakan 

kondom.

Gejala-Gejala klinis penyakit itu  akan tampak tiga 

minggu sesudah  terjadinya infeksi. Salah satu gejala klinis sifilis 

yaitu  ruam atau chancre pada kelaming. Mycobacterium tuberculosis

Tuberkulosis (TB) yaitu  suatu penyakit infeksi paling 

sering menyerang jaringan paru, disebabkan oleh 

Mycobacterium tuberculosis. Penyakit tuberkulosis (TB) paru 

ini dapat menyerang semua usia dengan kondisi klinis yang 

berbeda-beda atau tanpa dengan gejala sama sekali hingga 

manifestasi berat.

Pencegahan dari penyalit ini yaitu  menyediakan air 

bersih, pengelolaan limbah dan tinja rumah tangga, bebas 

vektor pembawa bibit penyakit seperti (tikus, kecoa, dan lalat), 

kepadatan hunian yang tidak melebihi persyaratan, sinar 

matahari pagi cukup menyinari ruangan, makanan dan 

minuman terhindar dari pencemaran. Selain itu rumah yang 

sehat harus memenuhi syarat pencegahan terjadinya kecelakaan 

baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah 

antara lain konstruksi yang tidak mudah rusak dan roboh, 

persyaratan garis sempadan jalan, tidak mudah terbakar, dan 

tidak membuat penghuninya jatuh tergelincir.

h. Streptococcus pyogenes

Radang tenggorokan atau amandel merupakan penyakit 

yang pernah dirasakan oleh hampir semua orang, yang 

disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes. Peradangan 

yang sangat hebat dapat memicu  angina ludwing (radang 

dasar mulut yang berat disertai pernanahan) sehingga akan 

menghambat aliran udara yang masuk melalui saluran 

pernafasan.

Gejala dari penyakit ini antara lain radang tenggorokan 

dapat ditandai seperti flu, batuk, demam, mual dan kelelahani. Bacillus anthracis 

Penyakit antraks disebabkan oleh Bacillus anthracis. 

Manusia terjangkit antraks biasanya akibat kontak langsung 

atau tidak langsung dengan binatang atau bahan yang berasal 

dari binatang terinfeksi. Gejala dari penyakit ini:

1. Antraks Kulit

Sering disebut sebagai black eschar atau malignant 

pustule yang paling sering terjadi, yaitu lebih dari 90%. 

Penderita biasanya memiliki  riwayat kontak dengan hewan atau produknya. Lesi pertama terjadi dalam waktu tiga sampai 

lima hari pasca inokulasi spora dan umumnya terdapat pada 

daerah ekstremitas, kepala dan leher (daerah terbuka). Lesi 

berwarna kemerahan, gatal dan tak sakit. Dalam kurun waktu 

24-36 jam lesi berubah membentuk vesikel berisi cairan jernih.

2. Antraks Intestinal

Biasanya muncul 2-5 hari sesudah  tertelannya spora 

yang umumnya berasal dari santapan daging tercemar. 

Penderita biasanya berupa demam, nyeri perut difus dan 

disertai nyeri lepas. Feses bercampur darah atau berupa melena 

dengan konsistensi padat atau cair. Penderita kadang-kadang 

muntah berdarah atau berwarna seperti kopi. Asites muncul 

dua sampai empat hari sejak gejala pertama timbul. Kematian 

terjadi umumnya karena toksemia atau perforasi.

3. Antraks Orofaring

Gejalanya berupa edema leher dan pembesaran kelenjar 

limfe lokal dengan akibat kesulitan menelan dan kesulitan 

bernafas. Lesi di orofaring berupa ulkus dengan 

pseudomembran.

j. Bacillus cereus

Bacillus cereus merupakan bakteri yang memicu  

keracunan dengan gejala muntah dan diare. Terdapat dua jenis 

toksin yang dihasilkan oleh Bacillus cereus, yaitu toksin yang 

memicu  diare (disebabkan oleh protein dengan berat 

molekul besar) dan toksin yang memicu  muntah atau 

emetik (disebabkan oleh peptida tahan panas dengan berat 

molekul rendah). 

Masa inkubasi sekitar 1-5 jam. Toksin ini memicu  

timbulnya gejala muntah, dan kadang-kadang diare. Strain 

yang ditemukan pada makanan  pemicu  keracunan Bacillus 

cereus yang mengandung bahan dasar nasi (Nababan & 

Hasrudin, 2015)k. Mycobacteria leprae

Morbus Hansen (Lepra, Kusta) yaitu  infeksi menahun 

yang disebabkan Mycobacteria leprae primer yang menyerang 

saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit dan organ 

lainnya. Respon yang terjadi akibat infeksi Mycobacterium 

leprae dapat sangat berbeda, keadaan ini terjadi di bawah 

kontrol secara genetika. Bentuk kelainan yang terjadi 

tergantung tipe kusta yang terjadi seperti kusta stadium 

subklinis. Kusta stadium subklinis yaitu  keadaan dimana 

bakteri telah masuk ke dalam tubuh yang ditandai dengan 

pemeriksaan serologis yang positif namun individu itu  

tidak menunjukkan gejala klinis.

Gejala pada penyakit ini masa inkubasi sekitar 2-5 

tahun kemudian akan muncul gejala awal penyakit yang 

bentuknya belum khas, berupa bercak-bercak dengan sedikit 

gangguan sensasi pada kulit disertai dengan berkurangnya 

produksi keringat setempat. Dalam beberapa tahun sesudah  

kelainan itu  ditemukan biasanya akan muncul gejala 

klinis yang karakteristik. Kelainan yang khas ini bervariasi, 

bisa pada kulit, saraf tepi maupun organ-organ lainnya 

tergantung tipe kusta. l. Corynebacterium diphtheriae

Difteri disebabkan oleh strain toksik kuman bacillus 

gram positif Corynebacterium diphtheriae. Difteri dapat 

berupa infeksi saluran napas atas, infeksi pada kulit atau berupa 

status karier tanpa timbulnya gejala. Difteri juga dapat 

menimbulkan berbagai komplikasi serius yang berakibat 

kematian.

Gejala klinis difteri yang paling sering ditemukan 

yaitu  demam dan disfagia. Gejala klinis lain yang didapati 

yaitu  batuk, nyeri tenggorok, dan bull neck. Gejala klinis 

yang jarang ditemukan yaitu suara serak, perdarahan pada 

pseudomembran, dan kejang.

Penularan difteri dapat dicegah melalui pemberian 

imunisasi toksoid difteri. Imunisasi dasar difteri pertusis 

tetanus (DPT) diberikan 3 kali sejak usia 2 bulan dengan 

interval 4-6 minggu.

m. Clostridium perfringens

Clostridium perfringens yaitu  bakteri anaerob gram 

positif yang mampu membentuk spora. Strain yang menjadi 

 pemicu  keracunan pangan yaitu  tipe A dengan enterotoksin 

yang dapat memicu  sakit perut akut dan diare. 

Diare sering kali dianggap biasa sebab dengan atau 

tanpa pengobatan diare itu  dapat sembuh sehingga tidak 

dilaporkan. Bagi balita penderita gizi buruk, diare itu  akan 

berpengaruh nyata pada bobot badan dan status kesehatan 

umumnya sehingga pencapaian status gizi baik dan sehat 

menjadi lebih lama.

Gejala penyakit biasanya muncul 8-16 jam sesudah  

mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi, dan sembuh 

dengan sendirinya dalam 12-24 jam.

n. Gardnerella vaginalis

Vaginosis bakterial (VB) yaitu  suatu keadaan 

abnormal pada ekosistem vagina yang ditandai adanya konsentrasi flora normal vagina digantikan oleh konsentrasi 

tinggi bakteri anaerob yaitu Gardnerella vaginalis. Penyakit ini 

disebut juga vaginitis nonspesifik, vaginitis Gardnerella 

vaginalis atau vaginosis anaerobik. 

Gejala klinis untuk bakterial vaginosis yang sering 

disebut sebagai kriteria Amsel yang berpendapat bahwa 

terdapat tiga dari empat gejala, yaitu adanya sekret vagina yang 

homogen, tipis, putih, melekat pada dinding vagina dan 

abnormal. pH vagina >4,5 serta tes amin positif, dengan sekret 

vagina yang berbau amis sebelum atau sesudah  penambahan 

KOH 10% (Whiff test).

o. Staphylococcus saprophyticus

Staphylococcus saprophyticus umumnya ditemukan 

pada kasus ISK wanita muda yang seksual aktif. 

Staphylococcus saprophyticus memiliki  kemampuan adhesi 

pada epitel saluran urogenital lebih kuat namun  semuanya 

memiliki  risiko yang sama dapat memicu  ISK. 

Staphylococcus melekat pada epitel saluran kemih melalui 

mekanisme yang berbeda dari Escherichia coli. Gejala dari penyalit ini dalam kondisi normal di dalam 

urine dapat ditemukan adanya bakteri, baik yang memberikan 

gejala (simptomatik) maupun tanpa gejala (asimptomatik). 

Gejala ISK juga dapat berupa nyeri atau tekanan di punggung 

atau perut bagian bawah, demam, terasa terbakar ketika buang 

air kecil dan sering buang air kecil.