jam. Berkhasiat
antitumor kuat antara lain dengan mengikat
zat-zat karsinogen dan menghambat proliferasi sel melalui inisiasi apoptosis. Khasiat inhibisinya terhadap tumor ovarium
diperkuat oleh kombinasi dengan genistein
26 dan vitamin C.
Di samping itu berkhasiat antioksidan
dengan antara lain menghambat oksidasi LDL-kolesterol dan melindungi terhadap sitotoksisitas dari oksi-LDL (merusak
endotel dengan peningkatan permeabilitasnya). Sistem imun distimulasi olehnya.
Berkat sifat ini dianjurkan sebagai obat
tambahan pada kanker dan untuk prevensi
penyakit jantung.
Dosis: pada kanker 2-3 dd 400-600 mg,
untuk prevensi PJP 1-2 dd 100 mg. Lihat juga
Bab 14, Sitostatika, Obat-obat alternatif.
4d. Ekstrak teh hijau
Teh hijau terdiri dari daun Camellia sinensis kering yang tidak difermentasi, sehingga
mengandung banyak flavonoida catechin
sebab tidak dioksidasi secara enzimatik
menjadi tanin. Selain catechin, juga mengandung lain-lain polifenol, antara lain coffeic
acid, cholic acid dan syringic acid, juga vitamin
K dan sedikit kofein. Lihat juga Bab 23,
Drugs, Kofein dan Bab 14, Onkolitika, Antioksidansia. Telah dibuktikan bahwa teh hijau
memiliki sejumlah daya kerja berdasar
khasiat antioksidan kuat, yang tidak dimiliki
teh hitam. Zat-zat polifenol ini dapat
menginaktifkan secara efektif peroksida lipida, seperti anion superoksida. Yang terpenting yaitu efek antitumor, antilipemik
dan anti-aterosklerosis, antibakterial kuat,
hepatoprotektif dan efek thermogen akibat stimulasi pembakaran lemak. Daya melindunginya terhadap hati tampil sebagai
penurunan kadar enzim GOT dan GPT.
Efek antitumornya selain akibat efek
antioksidannya dan stimulasi sistem imun,
juga dihubungkan dengan penghambatan
pembentukan zat nitroso yang terbentuk
dalam usus dari nitrit dan asam amino, mirip
khasiat vitamin C. Lagi pula menghambat
efek mutagen dari banyak zat karsinogen
dengan cara mengikatnya. Inhibisi dari selsel leukemia berlangsung melalui aktivasi
dari apoptosis. dipakai sebagai ekstrak
atau minuman teh pada penanganan alternatif dari semua jenis kanker, juga pada prevensi dan penanganan hiperlipidemia dan
aterosklerosis.
Dosis: 1-3 dd 250 mg (kapsul dengan
50-60% polifenol). Lihat juga Bab 23 Drugs,
Kofein.
4e. Ekstrak Kayu manis: ZN 112, Diabecinn
Ekstrak kering ini dibuat dari kulit
kayu manis dan mengandung procianida
oligomer, a.l. beberapa trimer dan tetramer,
juga monomer (epi) catechin. Zat-zat ini mampu memperkuat khasiat insulin dengan 20
kali pada tingkat reseptor. dipakai secara
komplementer di samping medikasi regular
untuk menurunkan kadar glukosa darah
pada diabetes tipe-2. Efek samping berupa
hipersensitivitas yang jarang sekali terjadi.
Dosis: oral 1-3 dd 1 caps. dari 112 mg ekstrak kering yang distandardisasi, ½ jam a.c.
Alam Khan et al. Diab.Care, Cinnamom
improves glucose and lipids of people with type-2
diabetes; Diab Care 2003;26: 3215-18.)
4f. Pro-anthocyanidin: OPC, pycnogenol
Kelompok bioflavonoida ini ada
banyak dalam biji anggur dan juga dalam kulit
pohon cemara (Pinus maritima). Sumber lain
yaitu sayuran dan biji/kulit buah-buahan,
namun diuraikan sewaktu pemasakan. OPC
(Oligomeric Pro-Anthocyanidins) berkhasiat
antioksidan kuat sekali dengan daya kerja
50 dan 1.000 x lebih kuat daripada masingmasing vitamin E dan vitamin C. OPC dapat
mereaktifkan kembali (recycling) vitamin
C yang telah teroksidasi. Melarut dalam air
namun bekerja bifasis, artinya aktif baik dalam lingkungan air maupun lipida. Efek
antioksidatif ini khusus terjadi di membran
sel dari jaringan pengikat kolagen (termasuk
dalam arteri) dan endotel (termasuk dinding
vena/kapiler). Khasiatnya memperkuat kolagen berdasar melindungi dan memperkuat “jembatan” hidrogen antara serat
yang berpasangan (paired strands) dari polipeptida yang memberikan keteguhan pada
kolagen. Pada proses menua struktur ini
diperlemah oleh FR dan enzim (elastase, collagenase) yang mengakibatkan kelebihan crosslinking antara serat kolagen. Sebagai akibat
kulit hilang kelenturannya dan menjadi lemah serta keriput. OPC juga berdaya antihistamin dengan menghindarkan pelepasan
histamin dari mastcells akibat aktivasi oleh
FR. Di samping itu juga menghambat enzim
histidinkarboksilase, yang mengubah histidin
–––> histamin. Berkat sifat melindunginya
terhadap endotel pembuluh (angioprotektif),
OPC berguna sekali pada gangguan sirkulasi
dalam kapiler (claudicatio) dan pada varicose
(pemekaran pembuluh balik setempat).
Resorpsi dalam usus cepat dan baik untuk
segera didistribusikan ke jaringan yang
kaya akan kolagen dan glukosaminglikan.
Masa paruhnya 5 jam, namun dalam jaringan
kolagen bertahan lebih lama, sampai 70 jam.
Sampai sekarang belum dilaporkan adanya
efek samping.
Dosis: 1-2 dd 50-75 mg, diminum dengan
banyak air agar BA-nya optimal.
5. Kelompok vitamin D
Kelompok vitamin D mencakup ergokalsiferol (D2
), kolekalsiferol (D3
alamiah) dan
beberapa turunannya yang semuanya memiliki rumus steroid. Dengan nama umum,
vitamin D selanjutnya dimaksudkan zatzat ini dengan aktivitas biologis dari
kolekalsiferol alamiah.
Vitamin D2
dibentuk dalam tubuh dari
provitamin ergosterol yang antara lain
ada dalam ragi. Vitamin D3
banyak
ada dalam ikan berlemak dan minyak
ikan kabeljauw (cod) (bersama vitamin A)
dan relatif sedikit dalam susu, kuning telur
dan hati. Dalam kulit ada provitamin
7-dehidrokolesterol, yang di bawah pengaruh
sinar UV diubah menjadi vitamin D3
. Beberapa bahan makanan seperti margarin, lazimnya diperkaya dengan vitamin A dan D.
Resorpsi dari usus baik dan melalui limfe
memasuki darah dalam bentuk chylomikron,
suatu lipoprotein besar. Metabolisme vitamin
D2
dan D3
berlangsung sejajar, kedua-duanya dalam hati dihidroksilasi menjadi senyawa 25-OH-nya dan kemudian dalam
tubuli ginjal menjadi derivat 1,25-dihidroksi.
Kedua metabolit ini, yaitu 1,25-(OH)2
D2
dan
1,25-(OH)2
D3
(= kalsitriol) bersama 24,25-
(OH)2
D3
merupakan bentuk bioaktif vitamin
D. Selain itu, juga 25(OH)D3
(= kalsifediol)
memiliki aktivitas sendiri. Untuk jelasnya
lihat skema di bawah ini. Penimbunan vitamin D terutama terjadi di jaringan lemak dan
Sinar ultraviolet terdiri dari 3 komponen,
yakni UV-A, UV-B dan UV-C dengan panjang
gelombang menurun. UV-A mencakup ±90%
dari sinar matahari dan membuat “hitam”nya
kulit (“tanning”) dan dipakai pada banku
matahari (“sunbank”). UV-C sangat merusak
kulit, namun sinar ini ditahan oleh lapisan
ozon. UV-B, sinar gelombang menengah,
hanya merupakan 0,2% dari sinar matahari
total, namun sangat penting sebab memicu
pembentukan vitamin D3
dari provitaminnya.
Untuk pengubahan ini ±15 menit sinar
matahari sehari sudah cukup, bahkan bila
terkena secara tidak langsung (di tempat
teduh). Lagi pula UV-B bersifat melindungi
kulit terhadap pembakaran lebih lanjut melalui
menebalan lapisan tanduk. Namun eksposisi
terlampau lama sering mengakibatkan pigmentasi dan terbakarnya kulit. Pada pasien
kulit putih sinar ini juga bertanggung-jawab
atas dipercepatnya proses menua kulit (menjadi kriput) serta melanoma dan kanker sel
basal dari kulit akibat penekanan imunitas
seluler kulit.
Melindungi kulit terhadap terbakar sinar
matahari (sunburn)dapat dilakukan dengan
mengolesi kulit dengan krem yang mengandung suatu zat penyaring UV (sunblock), yang
menahan UV-A dan UV-B. UV-filter yang
banyak dipakai yaitu hidrochinon.
hati; ekskresi berlangsung terutama melalui
empedu dan tinja.
Khasiat
Di samping peranan penting dari vitamin
D pada mineralisasi jaringan tulang dan pada
fungsi otot juga ada berbagai efek lain
bagi kesehatan, contoh peranan fisiologinya
pada penyakit auto-imun, kanker colon dan
penyakit jantung/pembuluh. Defisiensi vitamin ini sering kali timbul pada lansia, oleh
sebab itu suplesinya dalam kombinasi
dengan kalsium dapat mengurangi jumlah
insidensi jatuh serta patah tulang pinggang
maupun fraktur tulang lain dengan 10-20%.
Oleh sebab itu dianjurkan untuk mensuplesi
para lansia di atas usia 70 tahun terutama
yang menderita osteoporosis dengan 20 ug
(800 IE) sehari kolekalsiferol (vitamin D3
).
Ref.
1. Bischoff-Ferrari HA, et al. A pooled ana-lysis
of vitamin D dose requirements for fracture
prevention. N Engl J Med. 2012;367:40-9.
2. Lems WF, Post PN, et al. Richtlijn Osteoporose
en fractuurpreventie: Derde herziening (2011).
Utrecht: Nederlandse Vereniging voor Reumatologie.
Vitamin D berdaya menstimulasi resorpsi
aktif kalsium dan fosfat dari usus halus,
juga reabsorpsinya oleh ginjal. Mekanisme
kerjanya yaitu melalui stimulasi sintesis
CBP (Calcium Binding Protein), yang mengikat
Ca untuk selanjutnya diserap secara aktif
oleh usus. Bersama hormon tiroid kalsitonin
dan hormon paratiroid parathormon (PTH),
vitamin D menstimulasi mobilisasi (pengeluaran dan terlarutnya kalsium dari tulang ke
darah) dengan hasil akhir kadar Ca dan fosfat
darah meningkat. Pada proses demineralisasi
ini kalsitriol berperanan penting; sebaliknya
24,25-(OH)2
D3
khusus berfungsi mendorong
mineralisasi tulang dan dengan demikian
mencegah demineralisasi terlampau kuat.
Selain itu, parathormon juga menstimulasi
sintesis kalsitriol dan menghambat reabsorpsi
Ca dan P di ginjal dengan efek naiknya kadar
Ca dan turunnya kadar fosfat. Kalsitonin
sebaliknya mendorong mineralisasi tulang
di samping menghambat reabsorpsi Ca dan
P di ginjal dengan efek akhir turunnya kedua
kadar Ca dan fosfat. Dalam dosis tinggi
vitamin D menstimulasi perombakan tulang.
Vitamin D3
berperan penting pada regulasi
fungsi sistem imun.
Penelitian telah mengungkapkan bahwa
vitamin D mempunyai fungsi lebih banyak
dalam tubuh dari pada hanya peranan pusat
dalam metabolisme kalsium dan fosfor.
Reseptor vit D selain di kulit dan usus,
juga telah ditemukan di otak, jantung, lambung, pankreas, testis, ovarium, limfo-T dan
limfo-B teraktivasi.
Vit D aktif (D3
) berkhasiat menghambat
proliferasi sel kanker dan memegang peranan penting pada prevensi terjadinya kanker dan PJP, juga dari penyakit autoimun
(diabetes tipe-1, rema dan MS).
Defisiensi memicu berkurangnya
resorpsi Ca dan P yang penting sekali bagi
kerangka. Akibatnya jaringan tulang diganti
oleh tulang rawan yang lebih lunak, mudah
melengkung dan memicu deformasi
setempat. Pada anak-anak perkembangan
kerangkanya terhenti dan terjadilah rachitis
atau penyakit Inggris dengan bercirikan
kaki bengkok (X-legs atau O-legs). Pada
pasien dewasa terjadi osteomalacia (Yun.
osteon = tulang; malakia = lembek) dengan
ciri perasaan lemah dan letih serta menjadi
bungkuk, di samping kadar Ca dan P darah
menurun dengan akibat hiperparatirosis
sekunder. Penyebab defisiensi yaitu antara lain malabsorpsi sebab diare atau steatorrea, ataupun sebab kelainan ginjal
yang menghambat reabsorpsi Ca dan P
(rachitis yang resisten terhadap vitamin
D). Rachitis “biasa” khususnya ada di
daerah-daerah dengan iklim sedang dengan
kurang sinar matahari. Hypovitaminosis
D memperlihatkan gejala seperti sakit dan
lemah otot atau rasa letih.Status vit D dalam
tubuh dapat dievaluasi di laboratorium dari
kadar kalsidiol [25(OH)D}dalam darah. Penggunaannya terutama pada semua keadaan
defisiensi vitamin D, juga yang diakibatkan
oleh defek pada metabolisme vitamin D
dengan kekurangan kalsitriol. Begitu pula
pada penyakit tulang (osteoporosis) pada
mana ada kekurangan Ca dan P dalam
darah, serta pada hipofungsi paratiroid,
contoh sesudah operasi gondok. Untuk
pencegahan defisiensi, vitamin D diberikan
secara rutin pada bayi dan anak-anak sampai
usia 6 tahun.
Pilihan obat tergantung dari keadaan,
contoh bila fungsi ginjal kurang baik
sebaiknya dipakai kalsitriol atau alfakalsidol yang tidak usah diaktifkan lagi
di dalam ginjal, lagi pula efeknya lebih
cepat daripada vitamin D2
dan D3
. Pada
hipoparatirosis biasanya dipakai derivat
sintetik dihidrotachysterol, yang selain
bekerja cepat juga kurang berkumulasi
seperti zat-zat lainnya.
Efek samping. Pada overdosis ringan
vitamin D sudah bisa toksik dengan akibat
peningkatan resorpsi Ca dari usus dan demineralisasi kerangka. Hal ini juga terjadi
sebagai reaksi terhadap hipoparatirosis. Akibatnya kadar Ca darah meningkat (hiperkalsiëmia) dan terendapnya Ca sebagai kalsiumfosfat di ginjal (batu), lensa mata
(cataract), dinding pembuluh, jantung dan
organ-organ lainnya, dengan memicu
kerusakan jaringan dan hipertensi. Gejala
lain yaitu mual, muntah, diare, sakit kepala,
mengantuk (letargi), haus dan poliuria.
Overdosis dapat ditangani untuk waktu
singkat dengan prednison atau kalsitonin.
Interaksi dengan obat lain dapat terjadi,
contoh dengan fenobarbital dan fenitoin
yang mengurangi efek vitamin D, baik sebab
perombakannya dipercepat melalui induksi
enzim atau sebab hambatan aktivasinya
(reaksi hidroksilasi).
5a. Ergokalsiferol (kalsiferol, vitamin D2
) adalah vitamin D tertua (1921) yang banyak dipakai dalam sediaan multi-vitamin.
Dosis: pada defisiensi 1-2 mg sehari,
sebagai penunjang 400 U. Pada sindrom
malabsorpsi 10-50.000 U sehari, pada hipoparatirosis 50-200.000 U sehari.
1 mg vitamin D2
= 40.000 UI atau 1 UI vitamin D2
= 0,025 mcg.
5b. Kolekalsiferol (vitamin D3
, Devaron, NeoDohyfral) yaitu vitamin D alamiah (1930)
dengan efek lambat (baru setelah beberapa minggu), namun berlangsung lama karena adanya timbunan di lemak dan hati.
Dalam megadosis efektif untuk mencegah
«wintertoes» di musim dingin, pada waktu
mana jari-jari kaki-tangan mengembang,
menjadi merah, dan gatal.
Dosisnya sama dengan vitamin D2
. Sebagai
profilaksis terhadap wintertoes (perniones) 2
kali setahun 300.000 U dalam larutan minyak
atau 600.000 U sekaligus (i.m.). 1 mg = 40.000
UI.
5c. Kalsitriol (1,25 dihidroksikolekalsiferol,1,25
(OH)2D3 Rocaltrol) yaitu metabolit vitamin
D3
yang paling aktif (1978) dengan kerja
panjang (plasma-t½ 7-12 jam). Hormon ini
terikat pada reseptor vitamin D. Kalsitriol
disintesis dalam ginjal dari 25-hidroksi-kalsiferol, yang terbentuk di dalam hati dari
kolekalsiferol. Perbandingan aktivitasnya
yaitu : 1 mcg kalsitriol = 1 mcg alfakalsidol =
100 mcg kalsifediol = 500 mg DH-tachysterol.
Dosis: pada rachitis dan hipoparatirosis
permulaan oral 250 mcg sehari, bila perlu
dinaikkan setiap minggu 250 mcg dengan
kadar Ca dalam darah sebagai penuntun.
5d. Alfakalsidol(1-a-hidroksikalsidol, Etalpha)
yaitu derivat yang hanya perlu hidroksilasi
di hati untuk menjadi kalsitriol aktif (1978),
sehingga dapat dipakai pada insufisiensi
ginjal. Mulai efeknya lebih cepat (dalam beberapa hari) dibandingkan vitamin D2 dan D3
.
Dosis: pada defisiensi permulaan oral 250-
500 mcg sehari, bila perlu dinaikkan setiap
minggu dengan 250 mcg.
5e. Dihidrotachysterol (Dihydral, AT-10) adalah derivat sintetik dari vitamin D2
(1947)
yang dalam hati diubah menjadi zat aktifnya
25(OH)DHT. Seperti vitamin D2
dan D3
, zat
ini berkhasiat meningkatkan resorpsi kalsium, namun daya kerjanya lebih ringan. Efek
demineralisasinya terhadap tulang lebih kuat. Mulai kerjanya juga setelah beberapa hari.
Dosis: pada rachitis oral 0,5-2 mg sehari;
sebagai penunjang 0,2-1,5 mg.
6. d-a-Tokoferol: vitamin E, Evion,
Natur-E, *Fundamin -E
Vitamin yang larut dalam minyak ini banyak
ada dalam minyak nabati, ter-utama
yang mengandung PUFA, seperti minyak
jagung, kedele, kembang matahari dan minyak wheat-germ (1 mg per ml). Juga di dalam
padi-padian lengkap (whole grain), ragi,
hati, trubuk, kuning telur dan sayur-mayur.
Dikenal 4 bentuk tokoferol, yakni alfa-, beta-, gamma- serta delta-tokoferol ; isomer
d-alfa memiliki kegiatan terbesar. DL-alfatokoferol dapat dibuat secara sintetik, namun
36% kurang aktif. Berkhasiat melindungi
trombosit terhadap oksidasi dan dengan
demikian mencegah terjadinya trombi dan
trombosis, sehingga melancarkan sirkulasi darah, menstimulasi pernapasan sel dan
menghambat pembentukan parut (bekas
luka).
Fungsi biologisnya belum diketahui dengan jelas, mungkin sekali vitamin E bekerja
sebagai antioksidan yang melindungi asam
lemak tak-jenuh terhadap oksidasi oleh radikal
oksigen yang biasanya dibebaskan pada proses metabolisme dalam hati. Indikasi untuk
teori ini ialah ada nya vitamin E bersama
asam linolat dalam membran sel, sedangkan
kebanyakan minyak tumbuhan yang kaya
PUFA juga mengandung vitamin E. Fungsi
antioksidannya diperkuat oleh vitamin C
dan asam liponat, yang berdaya mereduksi
kembali vitamin E yang telah dioksidasi oleh
FR, sehingga dapat melanjutkan fungsinya.
Defisiensi jarang sekali terjadi, khusus
pada bayi prematur dengan anemia khas
akibat kelainan struktur membran eritrositnya. Gejalanya berupa anemia hemolitik,
trombosis, udema dan kelainan kulit. Kebutuhan sehari-hari diperkirakan 12-15 mg dan
meningkat bila diet mengandung banyak
linolat (di atas 20 g), bagi bayi ±1 mg sehari.
Persediaan tubuh lebih kurang 3-8 g yang
tertimbun dalam jaringan lemak.
pemakaian nya. Selain pada keadaan
defisiensi vitamin E dipakai preventif
setelah infark jantung sebagai zat pelindung
serangan berikutnya berdasar khasiat
hambatan agregasi trombosit dan anti-aterosklerotiknya. berdasar daya anti-trombotik ini dan efek antivitamin K (merintangi pembekuan darah) juga dipakai
pada claudicatio (penyakit Buerger) untuk
memperpanjang jarak jalan. Lihat juga Bab
34, Vasodilatator, claudicatio intermittens.
Suatu studi menunjukkan bahwa vitamin
E (dan obat Parkinson selegelin) berkhasiat
memperlambat progres penyakit dementia
Alzheimer. Efek baik itu diperkirakan berkat
sifat antioksidan dari kedua senyawa
tersebut. Pada penyakit anak cystic fibrosis
(dengan dahak sangat liat), selain asetilsistein
juga vitamin E 100 mg sehari bermanfaat
untuk menghambat kemunduran fungsi
paru-paru.
Dalam pengobatan alternatif, vitamin
E cukup populer sebab berdasar sifat
antioksidannya dipakai sebagai obat antimenua kulit (sebagai krem antikerut) bagi
wanita di atas usia 50 tahun. Akhirnya vitamin
E pernah dipakai dalam megadose untuk
antara lain artrosis, hiperkolesterolemia dan
pada kemandulan (“vitamin fertilitas”, tokos=
buah; fero=membawa), yang semuanya bersifat sangat spekulatif.
Efek samping yang dapat timbul pada
megadose di atas 300 U sehari berupa gangguan saluran cerna, sakit kepala, perasaan
lemah, gynecomastia, hambatan sembuhnya
borok, proteinuria dan dermatitis kontak
pada pemakaian lokal. Vitamin E dapat
meniadakan efek vitamin K dan memperkuat
daya antikoagulansia.
Dosis: pada defisiensi, anak-anak oral
1 UI/kg bb (asetat), bayi prematur 5-25 UI
sehari. Untuk prevensi dewasa 60-75 mg
sehari, dosis alternatif sebagai antioksidan
400-600 mg/hari. Lokal dalam salep 30-
140 mg/g. Perbandingan aktivitasnya: 1 UI
vitamin E = 1 mg dl-a-tokoferolasetat = 0,74
mg d-a-tokoferolasetat.
1 mg vitamin E = 1,5 UI dl-alfa-tokoferol.
7. Kelompok vitamin K
Dikenal beberapa senyawa dengan aktivitas
vitamin K (Jerm. Koagulation = pembekuan),
yakni derivat naftokinon: K1
= fitomenadion,
K2
= menakinon, K3
= menadion dan K4
=
menadiol. Vitamin K1
ada dalam sayurmayur hijau (kol, broccoli, bayem (1-8 mg/
kg), juga tomat dan banyak minyak nabati.
Vitamin ini terikat kuat pada sel chloroplast
yang mengandung klorofil. Vitamin K2
terutama ada dalam produk-produk
fermentasi (seperti yoghurt), juga disintesis
oleh kuman Gram-positif dalam flora usus;
untuk resorpsinya dari usus perlu tersedia
asam empedu. Vitamin K3
dan K4
yaitu zatzat sintetik yang kini jarang dipakai lagi.
Fungsi utama dalam tubuh yaitu sebagai
ko-enzim esensial dari sistem enzim yang
mensintesis faktor pembekuan darah, yaitu
faktor II (protrombin), VII (prokonvertin), IX
(Christmas factor) dan X (S.P. factor). Unsurunsur ini dibuat dari zat pelopor tak-aktif,
yang menjadi aktif setelah bereaksi dengan vitamin K. Sejak awal tahun 1990-an ditemukan bahwa vitamin K di samping perlu
untuk memproduksi faktor pembekuan tersebut, juga berperan sebagai ko-enzim pada
metabolisme kalsium dan perkembangan
tulang. Melalui suatu mekanisme recycling
yang efektif, vitamin K dapat dipergunakan
berkali-kali.
Defisiensi tidak sering terjadi dan bercirikan meningkatnya kecenderungan berdarah, dengan perdarahan pada awalnya dalam urin, kemudian di kulit dan mukosa,
akhirnya juga di saluran cerna dan di otak.
Luka kecil bisa berdarah tanpa henti. Risiko
tinggi terutama pada bayi prematur yang
flora ususnya belum berkembang, sebab
memiliki kurang dari 50% jumlah normal
faktor ini di atas.
Penyebab lainnya yaitu malabsorpsi
usus (khusus dari lemak), gangguan pada
ekskresi empedu atau diet buruk selama
jangka panjang. Juga pemakaian antibiotik
broad-spectrum (antara lain tetrasiklin, ampisilin, sulfonamida) yang mengganggu siklus
enterohepatik vitamin K. (Dahulu diduga
akibat terganggunya flora usus dan sintesis
vitamin K2
). pemakaian kronis fenobarbital,
fenitoin, fenilbutazon dan salisilat juga dapat
memicu kekurangan vitamin K, sebab
obat-obat ini meniadakan efeknya.
Kebutuhan sehari-hari yaitu ekstrem
rendah, yakni hanya ±1-2 mcg/kg bb berhubung mekanisme recycling yang efektif; pada
bayi ±10 mcg/kg bb.
pemakaian khusus pada keadaan defisiensi dengan adanya bahaya perdarahan,
juga pada overdosis dengan antikoagulansia
untuk melawan efeknya. Di banyak negara
Barat, antara lain AS dan Belanda, vitamin
K1
diberikan secara profilaktik pada neonati
yang minum air susu ibu. Yang terutama
dipakai yaitu vitamin K1
yang larut
dalam lemak berhubung kerjanya lebih
pesat (sesudah 3-4 jam) dan agak singkat
dibandingkan dengan garam-garam vitamin
K3
dan K4
yang larut dalam air.
• Fitomenadion: vitamin K1
, phylloquinone,
Ossovit, Konakion.
Vitamin pembekuan ini (1944) yaitu
vitamin K alamiah terpenting untuk tubuh.
Perlu diberikan khusus pada neonati yang
disusui ibunya dengan dosis 25 mcg sehari
dari minggu kedua sampai dengan bulan
ketiga.
Resorpsi dari usus tidak menentu dan tergantung dari tersedianya lemak dan empedu.
BA 40-70% sebab sangat kuat ikatannya
pada membran kloroplas. Tergabung dengan chylomikron vitamin K melalui limfe
memasuki sirkulasi darah. PP ±90% dan
plasma-t½ 1,5-3 jam. Ekskresi sebagai metabolit lewat empedu dan urin. Efek samping
hanya terjadi pada dosis sangat tinggi dan
berupa nyeri dada dan perubahan warna
kulit. Dosis: oral dan i.m. pada perdarahan
ringan 5-10 mg, bila perlu diulang sesudah
8-12 jam; pada keadaan serius 10-20 mg i.v.
dengan perlahan (1 mg per menit). Profilaksis
neonati langsung setelah lahir 1 mg, kemudian
pada bayi yang diberikan air susu ibu 1 mg
seminggu (atau 25 mcg sehari) selama 3
bulan.
B. MINERAL DAN
ELEMEN SPURA
Mineral. Dengan ini dimaksudkan zatzat anorganik, yang seperti vitamin dalam
jumlah kecil esensial bagi banyak proses
metabolisme dalam tubuh. Yang paling banyak dibutuhkan yaitu kalium (K) dan
natrium (Na) ±2-3 g, kalsium (Ca) ±1 g, dan
magnesium (Mg) ±0,3 g, juga fosfor (P) dan
klorida (Cl).
Elemen spura didefinisikan sebagai mineral
yang dibutuhkan kurang dari 20 mg sehari,
yaitu besi (Fe) dan seng (Zn) 10-15 mg,
selen (Se) 30 mcg, mangan (Mn) 2-5 mg,
molibden dan fluor (Mo, F) 1-2 mg, krom
(Cr) 0,2 mg, tembaga (Cu) 2-5 mg, iod (J) 60
mcg dan kobal (Co) ± 3 mcg. Sebelum tahun
1950-an, jumlah ini belum dapat ditentukan
secara kuantitatif. Beberapa elemen hanya
dibuktikan keberadaannya dengan reaksi
warna atau melalui spektroskopi terhadap
jumlah yang sangat kecil (spura). Oleh sebab
itu elemen ini dinamakan elemen spura.
Kemudian dengan teknik modern, seperti spektroskopi dan absorpsi atom, spura logam
sudah bisa ditentukan sebanyak 1 mg dalam
10.000 kg bahan makanan, artinya 1:107
(pangkat 7)!
Fungsinya masing-masing dalam tubuh
sangat berbeda; Ca dan P untuk sebagian
besar bertanggungjawab bagi kekuatan
kerangka; K, Mg dan P terutama membentuk
sistem pendapar intraseluler (buffer). Na dan
Cl justru memegang peranan penting di ruang
ekstraseluler, antara lain sebagai pengatur
tekanan osmotik dan tekanan darah. Banyak
elemen spura merupakan ko-faktor (bagian
aktif) dari metallo-enzim, contoh Fe, Zn,
Mg, Mo dan Cu, yang mengkatalisa proses
metabolisme penting. Fluor dan stronsium
(Sr) khususnya esensial bagi tulang gigi dan
emailnya, sedangkan iod merupakan bahan
pangkal bagi sintesis hormon tiroid.
Resorpsi dari usus sering kali tergantung
pada kebutuhan tubuh dan ekskresinya
melalui ginjal atau feses. Bila pengeluaran
ini terbatas, maka resorpsinya juga rendah,
seperti pada Fe dan Cr, walaupun diet mengandung elemen ini dalam jumlah
besar. Zat-zat lain yang ekskresinya berlangsung baik, diserap dalam jumlah banyak
dan kelebihannya dikeluarkan lagi lewat
kemih atau empedu.
pemakaian mineral khususnya untuk
prevensi dan pengobatan keadaan defisiensi,
terutama garam K dan Ca. Begitu pula Na, Cl
dan fosfat yang dalam keadaan da-rurat juga
dipakai sebagai infus. Dari elemen spura
hanya Fe dan J (lihat Bab 39 Hemopoietika
dan Bab 48 Tiroksin dan Tiroistatika), Zn, F
dan Sr dipakai sebagai obat; kedua elemen
terakhir dipakai dalam ilmu kedokteran
gigi. Zat-zat lainnya hanya dipakai sebagai
komponen dari sediaan multivitamin atau
sebagai food supplement, juga untuk ternak
dan pada terapi alternatif. Sebetulnya semua
elemen spura, seperti vitamin, seharusnya
ada cukup banyak dalam makanan
sehari-hari yang susunannya bermutu baik,
artinya yang memenuhi ketentuan diet
referensi dari Dewan Nutrisi sesuatu negara.
namun dalam praktik sering terjadi bahwa
RDA-nya tidak terpenuhi sebab berbagai
sebab. Oleh sebab itu suplesi mineral dan
elemen spura bermanfaat bagi pasien yang
tidak mungkin atau tidak mampu mengikuti
diet ideal tersebut. contoh selenium dan
seng yang bersifat antioksidan berperan
penting untuk memelihara sistem imun.
Defisiensi praktis tidak terjadi dan
gejalanya juga tidak diketahui dengan jelas.
Di bawah ini akan dibahas elemen spura
terpenting, yakni borium, iod, krom, kobal,
mangan, molybden, selen, strontium dan
tembaga.
Sediaan kombinasi vitamin dan
mineral
Walaupun tidak adanya basis rasional bagi
pemakaian dari kebanyakan kombinasi
demikian dan tidak pernah dibuktikan secara
gamblang, namun sering kali diberikan untuk
memperbaiki kesehatan pada umumnya dan
meningkatkan perasaan nyaman. Ataupun
diberikan sebagai terapeutika tidak-spesifik
dengan harapan/ tujuan untuk memperbaiki
daya tahan tubuh (contoh pada infeksi),
pada keadaan keletihan, malaise umum,
hilang nafsu makan (anoreksia), setelah pembedahan dan persalinan, depresi dan bagi
lansia untuk menghambat proses penuaan.
namun sebaiknya bila timbul gangguan tersebut di atas penderita diperiksa secara saksama terhadap kemungkinan adanya gangguan yang lebih serius (anemia, diabetes,
kanker) atau disebabkan oleh faktor-faktor
psikosomatik.
Pada keadaan di mana jelas adanya
kekurangan dari suatu vitamin dan/atau
mineral, yaitu lebih baik untuk memberikan
sediaan tunggal dari vitamin/mineral ybs.
Lagipula harus diwaspadai terhadap risiko
efek samping dan/atau gejala toksik bila
memakai sediaan kombinasi.
a. Bor: borium, B
Elemen spura ini banyak ada dalam kol, daun sla (lettuce), kacang polong,
kedele dan alfalfa, juga dalam buah-buahan
(apel, prune, kismis, kurma) dan kacangkacangan (kacang tanah, hazelnut, badam).
Telah diketahui adanya hubungan antara
“kemiskinan” borium dalam tanah dan prevalensi artrosis (osteoarthritis). Atas dasar ini, elemen ini dipakai secara alternatif pada
gangguan sendi ini dengan efek sangat
baik. Begitu pula pada osteoporosis sesudah
menopause, pada mana suplesi borium
dengan jelas menurunkan ekskresi kalsium
dan magnesium, sedangkan kadar estrogen
darah dinaikkan. Sifat ini penting untuk
menghambat lisutnya tulang.
Kebutuhan borium untuk manusia dan
toksisitasnya pada jangka panjang belum
dipastikan, maka dianjurkan untuk memperbesar asupan borium dengan memperbanyak
jumlah borium dalam diet.
b. Iod: iodium
Elemen ini ada dalam makanan
sebagai iodida anorganik yang mudah diserap. Kebutuhan sehari-hari yaitu 150-
300 mcg, yang diperoleh dari makanan,
seperti ikan, kepiting, kerang dan lumut laut
(kelp). Penelitian menunjukkan bahwa ±10%
penduduk Eropa memperoleh kurang dari
100 mcg sehari. Penyakit gondok («krop»)
endemik pada umumnya akan timbul di
daerah di mana asupan per harinya hanya
70 mcg, yang mengakibatkan dilahirkannya
1-5% bayi dengan cretinism. Penyakit ini
dapat diberantas dengan mencampurkan
kaliumiodida pada tepung (untuk roti) dan
garam dapur (iodisasi). Penanggulangan gejala defisiensi elemen ini merupakan salah
satu program prioritas WHO.
c. Kobal: cobalt, Co
Kobal ada sebagai logam pusat dari
molekul vitamin B12, juga merupakan komponen dari ±5 metallo-enzim. Kebutuhan
sehari-harinya diperkirakan hanya 3 mcg,
yang diperoleh dalam bentuk cyanokobalamin
dalam makanan. Manusia tidak mampu mensintesis vitamin B12, maka pemberian kobal
sebagai garam (CoCl2
) untuk mensuplesi
vitamin B12 tidak ada gunanya. Oleh sebab
itu pemakaian Co pada anemia tertentu kini
sudah ditinggalkan.
d. Krom: chromium, Cr
Krom dibutuhkan untuk daya kerja insulin yang optimal dalam bentuk aktifnya
GTF (Glucose Tolerance Factor), suatu
senyawa organik yang 20 kali lebih aktif
daripada garam krom anorganik. Untuk
khasiat GTF, lihat Bab 47, Antidiabetika
oral. Kebutuhan sehari-harinya 0,1-0,3 mg,
yang diperoleh dari makanan dan minuman,
terutama air jeruk (grape fruit), anggur (wine)
dan ragi bir, lebih sedikit dari gula yang tidak
dimurnikan, merica hitam, hati, keju dan
wheat germ. Efek baik dari minuman anggur
bagi penderita penyakit jantung sering kali
dilaporkan terutama di Prancis. Semula efek
baik ini diduga ada hubungannya dengan
kadar krom tinggi, yaitu ±100 mcg/gelas
dari 250 ml. namun kini diketahui bahwa
kandungan flavonoida dengan daya antioksidannya, yang memicu efek baik ini.
Kekurangan krom pada tikus mengakibatkan hambatan pertumbuhan dan terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein yang mirip diabetes. Begitu pula lensa
mata menjadi keruh (cataract) dan terjadinya
arteriosklerosis distimulasi. Tidak diketahui
apakah efek ini juga terjadi pada manusia.
e. Mangan(Mn) dan Molybden(Mo)
Mineral ini merupakan bagian dari beberapa enzim yang penting bagi metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak (glikolise,
sintesis muko-polisakarida, pembentukan
tulang rawan). Mn hanya sedikit ada
dalam tubuh, sebanyak 12-20 mg, antara lain
dalam mitokondria(= «pabrik» energi dalam
sel). Kebutuhan sehari diperkirakan 2-5 mg
untuk Mn dan 1 mg untuk Mo, yang diperoleh
dari makanan, antara lain banyak ada
dalam teh dan kakao, sedikit dalam sayuran
hijau, kacang-kacangan dan padi-padian
whole grain. ada indikasi mengenai efek
pelindung Mn terhadap kanker. Gejala
defisiensi atau efek toksik tidak diketahui.
f. Selenium:selen, Selsun
Selen yaitu elemen dari kelompok sama
dengan sulfur di Susunan Berkala (Periodic
System) dan juga bervalensi dua. Oleh karena itu Se dapat menggantikan belerang
dalam molekul asam amino-sulfur, seperti
sistein, glutathion dan metionin menjadi
selenometionin dan sebagainya. Khasiat utamanya yaitu efek antioksidannya yang
sangat kuat, ±100 kali lebih aktif daripada vitamin E. Sebagai ko-faktor dari sejumlah
enzim, khususnya dari glutationperoksidase
(GPx), selen menstimulasi perombakan radikal peroksida, yang selalu ada di
dalam jaringan. Dengan demikian, selen
melindungi sel dan eritrosit terhadap kerusakan oksidatif oleh H2
O2
dan berperan
penting pada hambatan proses menua.
• Selen dan kanker. Banyak zat karbohidrat
bekerja karsinogen setelah diubah menjadi
epoksida; selen dalam bentuk GPx mencegah pengubahan itu. Selain itu, selen menstimulasi sistem imun, menghambat pembelahan sel dan mendorong apoptosis dari
sel-sel cacat. berdasar sifat ini selen
berkhasiat antikarsinogen kuat. Ternyata
bahwa pada beberapa daerah di AS yang
tanahnya miskin selen ditemukan lebih banyak kasus kanker buah dada dan kanker usus
besar. Sebaliknya, di Asia jenis kanker ini
lebih jarang ditemukan dan keadaan ini
mungkin ada hubungannya dengan susunan
makanan pasien Asia yang mengandung
2-4 kali lebih banyak selen. Ternyata pula
bahwa semakin tinggi kadar selen darah
dari pasien sehat di daerah tertentu, semakin
kecil insidensi kanker. Penelitian ekstensif
mengenai efek preventifnya (bersama vitamin
E) telah dilakukan terhadap kanker prostat,
yang berlangsung sampai tahun 2013.
Selanjutnya, selen berperan pada metabolisme vitamin E dan berkhasiat mengurangi toksisitas logam berat dengan mengikatnya menjadi selenida, contoh cadmium-, thallium- dan merkuro-selenida.
Selen sering kali dipakai secara alternatif
sebagai antioksidan kuat untuk memperkuat
sistem imun pada prevensi dan penanganan
kanker.
Defisiensi selen jarang terjadi. Pada binatang, kekurangan selen memicu
penyakit “otot putih” (white muscle disease)
yang bercirikan kelelahan umum dan susut
otot (atrofi). Pasien yang diberikan nutrisi
parenteral total melalui infus menunjukkan
sindroma tertentu (Keshan syndrome). Setelah
penambahan 1 mg natriumselenit (= 0,3 mg
Se) per kg makanan, gangguan ini dapat
dihindarkan. Sejak tahun 1974, FDA di AS
mengizinkan food supplement ini.
Kebutuhan diperkirakan hanya 30 mcg
Se/hari, yang terutama diperoleh dari padipadian whole grain, ikan, kepiting, daging,
hati, ginjal, ragi bir, ketimun, sampinyon,
bawang putih, wijen, kacang-kacangan (nuts)
dan asparagus.
pemakaian . Selain dalam sediaan multivitamin, selen belum dipakai dalam
obat-obat oral lainnya. Secara dermal, selensulfida 2,5% (Selsun) efektif sebagai
shampoo antiketombe (dandruff) dan pada
dermatosis tertentu dengan kulit bersisik
mirip dedak (pityriasis). Selensulfida juga
berkhasiat antimitotik dan fungisid.
Interaksi. Efek selen dirintangi oleh zatzat antagonis, antara lain seng, Cu dan krom,
yang menghambat penyerapannya dari usus.
Efek samping dari SeS berupa iritasi kulit
kepala dan rambut berlemak, pemakaian
yang terlalu lama dapat memicu rontoknya rambut. SeS dapat diserap oleh kulit
yang tidak utuh dengan mengakibatkan
keracunan kronis berupa muntah-muntah,
anoreksia, anemia, bau bawang putih dan
degenerasi hati.
Dosis: sebagai suplemen 100-200 mcg sehari, sebaiknya sebagai senyawa organik
(selenometionin), sebab lebih baik penyerapannya daripada garam-garam anorganiknya (selenit, selenat).
g. Stronsium:Sr, Sensodyne
Elemen bervalensi dua ini dari kelompok
barium dan kalsium khusus dipakai dalam
pasta gigi 10% (Sr-klorida: Sensodyne) untuk
melindungi gigi terhadap pengaruh termis
(dingin dan panas) dan kimiawi (asam, gula),
yang disertai nyeri. Stronsium berkhasiat
mengurangi sensitivitas gigi terhadap rangsangan ini dengan membentuk lapisan
pelindung keras di luar dentin yang sudah
kehilangan emailnya sebab erosi atau pengendapan kalsium (plaque). Dengan demikian rangsangan ini tidak lagi bisa
mencapai sumsum gigi (pulpa) dalam mana
ada saraf dan mengakibatkan nyeri.
Mengenai efektivitasnya belum ada persesuaian faham di antara para ahli gigi.h. Tembaga:cuprum, Cu
Cu merupakan ko-faktor bagi sejumlah
enzim, antara lain sitokrom-oksidase dan betahidroksilase, yang mengubah dopamin menjadi noradrenalin. Lagi pula enzim ini
berperan pada sintesis darah (hemoglobin),
elastin dan myelin. Juga terlibat pada mobilisasi
Fe dari depotnya. Tubuh mengandung ±100
mg Cu.
Kebutuhan seharinya diperkirakan 2-3 mg,
yang diperoleh dari sayur-mayur dan hati.
Dalam kedokteran hewan, Cu dipakai
sebagai food supplement untuk merangsang
pertumbuhan, namun mekanisme kerjanya
belum diketahui. Pada penyakit anorexia
nervosa, di mana sering kali ada kadar Cu darah yang rendah, suplesi Cu
memberikan hasil yang baik.
Resorpsi dari lambung dan usus untuk
±30%, kemudian disalurkan ke hati dalam
bentuk terikat pada cerulo-plasmin. Ekskresi
terutama melalui empedu dan sebagian
kecil langsung melalui dinding usus. Seng
mengurangi penyerapan dan efek Cu; dalam
enzim superoxide-dismutase (SOD), kedua
elemen diperlukan dalam perbandingan
yang tepat.
Defisiensi jarang sekali terjadi dan dapat
memicu demyelinisasi pada saraf, anemia, dan kelainan darah lain, juga encefalopati dengan kelambatan psikomotor, kelambatan mental dan serangan epilepsi.
Gangguan pada metabolisme tembaga dapat mengakibatkan penyakit Wilson, yang
bercirikan penumpukan tembaga di berbagai organ dan memicu cirrhosis dan
degenerasi ganglia basal dari otak. Oleh karena itu, semua pasien muda dengan cirrhosis
harus di-screen terhadap kondisi ini.
Overdosis dengan kadar Cu darah yang
tinggi memicu gangguan saluran cerna, malaise, gangguan ginjal, hati dan ekstrapiramidal, juga anemia hemolitik. Zat-zat
penawar untuk melawan overdosis yaitu
penisilamin, Na-edetat (EDTA) dan sengsulfat.
Dosis: sebagai elemen spura 8-20 mg
sehari CuSO4.5aq.
1 g garam ini mengandung 255 mg Cu
elemen.
MONOGRAFI
1. Kaliumklorida:KCl, K durettes, Slow-K
Kalium merupakan kation (positif) yang
terpenting dalam cairan intraseluler dan sangat
esensial untuk mengatur keseimbangan
asam-basa serta isotoni sel. Selain itu K juga
mengaktivasi banyak reaksi enzim dan proses
fisiologi, seperti transmisi impuls di saraf
dan otot, kontraksi otot dan metabolisme
karbohidrat.
Elemen ini praktis ada dalam semua
makanan, antara lain banyak dalam sayuran
(bit, bayem, tomat, kentang), buah-buahan
(avokad, jeruk, aprikot, pisang, ara, anggur/
kismis, plum), kacang tanah, kedele, badam,
biji labu manis (pumpkin) dan kopi. Plasma
hanya mengandung 1% dari kadar total dalam
tubuh (Kt
), sedangkan antara kadar plasma
(Kp) dan Kt
tidak ada korelasi baik. Oleh
sebab itu Kp rendah tidak berarti bahwa Kt
juga telah berkurang dan adanya defisiensi
kalium.
Selama terapi hipertensi dengan diuretika
sering kali Kp menurun, namun biasanya Kt
lebih kurang stabil. sebab itu suplesi kalium
tidaklah berguna, kecuali bila diuretika
diberikan dalam dosis tinggi sekali. Atau, bila
pasien juga menelan digoksin, yang membuat
jantung lebih peka terhadap kekurangan K.
Suplesi K barulah perlu bila Kt telah turun
dengan nyata, seperti pada gagal jantung
(dekompensasi), cirrhosis hati dan diabetes dengan keto-acidosis. Risiko akan hipokaliëmia
lebih besar dengan meningkatnya dosis,
usia pasien dan lamanya pengobatan. Gejala
hipokaliëmia berupa otot lemah, rasa sangat
letih, gangguan konsentrasi dan ritme
jantung.
Efek samping dari overdosis berupa gangguan saluran cerna, nyeri setempat pada
injeksi dan radang vena (phlebitis). Gejala
hiperkaliëmia ini di atas juga dapat
terjadi bila K dipakai bersamaan dengan
diuretika penghemat-kalium. Juga sebagai
efek samping dari beberapa obat, seperti
kaptopril, indometasin, sitostatika dan digoksin (pada dosis tinggi).Dosis: profilaksis 2 dd 0,6-1 g KCl (tablet
retard) p.c., pada hipokaliëmia dimulai dengan 2 g sampai gejalanya hilang, kemudian
2 dd 1 g.
2. Natriumklorida:garam dapur, NaCl
Natrium merupakan kation utama dalam
cairan ekstraseluler dan memegang peranan
penting pada regulasi tekanan osmotiknya,
juga pada pembentukan perbedaan potensial
(listrik) yang perlu bagi kontraksi otot dan
penerusan impuls di saraf.
Dalam diet sehari-hari, rata-rata ada
6-12 g NaCl yang diserap baik dari usus.
Jumlah yang sama juga diekskresikan setiap
hari, terutama lewat urin dan sedikit lewat
keringat. Ginjal sehat mampu menyesuaikan
ekskresi garam dengan pemasukannya.
Defisiensi bisa terjadi akibat kerja fisik
yang terlampau berat dengan banyak berkeringat dan banyak minum air tanpa tambahan garam ekstra. Gejalanya berupa mual,
muntah, sangat lelah, nyeri kepala, kejang
otot betis, kemudian juga kejang otot lengan
dan perut. Selama melakukan olah raga
secara normal untuk beberapa jam tidak ada
bahaya hiponatriëmia.
Efek samping pada overdosis berupa udema dan naiknya tekanan darah berhubung
bertambahnya volume plasma akibat pengikatan air oleh Na. Efek ini juga dapat terjadi
sebab retensi Na pada pemakaian hormon
steroida, NSAID’s seperti indometasin dan
fenilbutazon, vasodilator dan succus liquiritiae
(gula “drop”).
pemakaian nya selain pada defisiensi
Na, juga dalam bilasan 0,9% (larutan garam
fisiologis) dan dalam infus dengan elektrolit
lain. Sebagai tetes mata 5% NaCl dipakai
pada udema kornea.
Dosis: untuk kompensasi kehilangan Na
akibat kerja berat dan terlalu banyak minum
air: 5-10 g NaCl, sebaiknya sebagai larutan 1
g per liter.
3. Kalsium: calcium, Ca
Kalsium ada sebanyak 99% dalam
tulang kerangka dan sisanya dalam cairan
antarsel dan plasma. Dalam bahan makanan
terutama ada dalam susu dan telur,
juga gandum dan sayur-mayur, antara lain
bayam. Resorpsinya dari usus memerlukan
adanya vitamin D dalam bentuk aktifnya,
yaitu kalsitriol.
Fungsinya selain sebagai bahan bangun
bagi kerangka, juga sebagai pemeran penting
pada regulasi daya rangsang dan kontraksi
otot serta penerusan impuls saraf. Lagi pula
Ca mengatur permeabilitas membran sel bagi
K dan Na dan mengaktivasi banyak reaksi
enzim, seperti pembekuan darah.
Pengaturan kadar Ca dalam darah dan di
jaringan tulang diregulasi oleh kerjasama
erat antara tiga hormon, yakni kalsitriol, parathormon dan kalsitonin. Kalsitriol (dihidroksiD3
) meningkatkan Ca (dan P) darah dengan
meningkatkan perombakannya (“resorpsi”),
mobilisasi Ca dari tulang dan retensinya
(dan P) di ginjal. Parathormon (PTH) juga
meningkatkan kadar Ca darah dengan menstimulasi sintesis kalsitriol. PTH ini disekresi
oleh paratiroid bila kadar darah Ca terlampau
rendah. Sebaliknya, kalsitonin menurunkan
Ca darah; hormon peptida ini disekresi oleh
tiroid bila kadar Ca terlampau tinggi. Sebagai
antagonis dari PTH zat ini merintangi
mobilisasi Ca dari tulang dan mendorong
ekskresinya (dan P) di ginjal dengan efek
menurunnya kadar Ca (dan P) darah. Lihat
skema dibawah.
Defisiensi kalsium memicu antara
lain melunaknya tulang (osteomalacia) serta
mudah terangsangnya saraf dan otot, dengan akibat serangan kejang (tetania). Dalam kebanyakan kasus kekurangannya disebabkan oleh defisiensi vitamin D dan terhambatnya resorpsi Ca, atau sebab penyakit
hipoparatirosis dan insufisiensi ginjal.
Resorpsi dari usus berlangsung aktif dalam keadaan terikat pada CBP (Calcium
Binding Protein), yang sintesisnya distimulasi
oleh kalsitriol. Vitamin D yaitu esensial bagi
absorpsi yang baik! Dalam darah, unsur ini
terikat pada protein untuk ±45%. Ekskresi
tergantung pada banyak faktor dan terutama
melalui tinja dan hanya sedikit lewat urin.
Kebutuhan. Dalam rangka prevensi osteoporosis National Institute of Health AS
menganjurkan asupan kalsium (sebagai elemen) per harinya sesuai jumlah berikut, lihat
tabel di bawah ini.
pemakaian nya pertama-tama pada defisiensi Ca tulang yang berkaitan dengan
terganggunya resorpsi, juga setelah pembe
dahan tiroid dengan kerusakan pada paratiroid. Pada osteoporosis dan prevensinya
bagi wanita setelah menopause, Ca diberikan
bersamaan dengan suatu bisfosfonat, vitamin
D dan estrogen. Lihat Bab 44, Estrogen.
Profilaktik Ca juga dipakai oleh wanita
selama kehamilan dan laktasi.
Efek samping pada pemakaian oral berupa iritasi lambung-usus dan sembelit.
Hipercalciemia jarang terjadi dan bercirikan
endapan Ca di ginjal (batu) dan meningkatnya
ambang rangsang saraf dan otot. Gejalanya
berupa kelemahan otot, letargia, poliuria dan
perasaan dahaga, akhirnya timbul koma.
Untuk prevensi osteoporosis dianjurkan
memakai dosis lazim dari 600-1400
mg per hari. Dosis yang melebihi 1400 mg/
hari akibat asupan makanan dengan kadar
tinggi kalsium ditambah ekstra lagi dengan
suplemen kalsium, berrisiko terhadap gangguan jantung dan pembuluh.
Ref.
1. Karl Michaëlsson; BMJ. 2011;342:d2040 dan
2013;346:f228
2. Van Maanen; Calciumsuppletie moet niet
worden overdreven; Ned Tijdschr Geneeskd
2013;157:C1629
Interaksi. Pemberian i.v. pada pasien yang
memakai digoksin harus berhati-hati,
sebab toksisitas digoksin diperkuat. Resorpsi
tetrasiklin dihambat akibat terbentuknya
kompleks dengan Ca; doksisiklin dan
minosiklin tidak terganggu resorpsinya.
Garam-garam kalsium. Berbagai garam
kalsium sering kali dipakai dengan kadar
kalsium per gram yang saling berbeda, lihat
tabel 53-1.
Dosis: Pada defisiensi, oral 2-2,5 g Ca
sehari dalam 3-4 dosis sewaktu makan.
Pada osteoporosis dan prevensinya 1-1,4 g
Ca malam hari, bersamaan dengan vitamin
D3 800 unit. Pada hipocalciemia parah, i.m.
atau i.v.(perlahan-lahan) Ca-glukonat 1-2 g
(larutan 10%).
4. Magnesium:Mg
Magnesium banyak ada dalam kedele, padi-padian whole grain, cereals, kacang-kacangan (nuts, amandel), buah (ara,
abrikos) dan sayuran hijau (molekul klorofil
mengandung atom Mg), serta sedikit dalam
susu, ikan dan daging. Tubuh manusia
mengandung ±25 g Mg, 50-60% daripadanya
dalam kerangka, sedangkan sisanya ada
dalam cairan intraseluler, juga sebagai kofaktor enzim yang menghasilkan energi
(pengoperan fosfat).
Fungsinya. Mg memegang peranan penting pada relaksasi otot, mungkin juga untuk
myocard (seperti K); pada otot jantung pasien
yang meninggal akibat infark ditemukan
kadar Mg (dan K) yang rendah. Oleh sebab
itu Mg dipakai sebagai prevensi dan
terapi untuk infark jantung. Di samping
itu Mg berperan penting pada metabolisme
kalsium dan juga diperlukan untuk sintesis
protein dalam tulang. Penting pula bagi
absorpsi kalsium, kalium dan natrium. Berdasarkan sifat ini, dianjurkan sebagai obat
tambahan pada osteoporosis. Akhirnya
Mg menstimulasi sistem-imun. Penelitian
epidemiologi menunjukkan bahwa di daerah
yang kaya magnesium lebih jarang ada
kanker, antara lain kanker lambung.
Kebutuhan seharinya diperkirakan 450-500
mg (WHO), yang diperoleh dari makanan,
lihat di atas.
Kekurangan dapat mengakibatkan jarijari tangan dingin, kejang betis dan restless
legs, juga yang lebih serius tekanan darah
meningkat, kejang pembuluh koroner
dan aritmia jantung yang berbahaya. Maka
dianjurkan suplesinya bagi pasien yang telah
menderita infark. Pada hewan, dijumpai
efek teratogen dan berkurangnya pembentukan
antibodies serta menurunnya daya tangkis
umum.
Dosis: sebagai tambahan pada osteoporosis 1-3 dd 250 mg Mg(OH)2
selama 2 tahun. Juga dapat dipakai sebagai magnesiumsitrat atau askorbat.
5. Besi:Ferrum, Fe
Senyawa besi khusus dipakai pada
keadaan anemia ferriprive, yaitu anemia
akibat kekurangan Fe.
• Ferofumarat (Ferumat, *Superton, *Hemobion.
• Obimin-AF) dianggap sebagai pilihan utama untuk terapi oral berhubung dengan
efek sampingnya yang ringan. Dosis: 2-3
dd 200 mg (= 65 mg Fe) p.c.
• Feroglukonat(*Vitaton multi, *Sangobion)
juga bersifat kurang merangsang dan
sering kali dipakai dalam tonika
dikombinasi dengan vitamin B-kompleks.
Dosis: 3 dd 48 mg Fe.
• Ferosulfat (Ferro-Gradumet,*Iberet ) bersifat sangat merangsang, sebab bereaksi
asam dan lebih sering memicu
mual dan muntah. Tablet slow-release
mengurangi kendala ini. Dosis: oral 2 dd
525 mg (=105 mg Fe) p.c. Lihat juga Bab
39, Hemopoietika.
6. Seng: zincum, Zn
Kadar seng dalam tubuh cukup tinggi
(1,5-2 g) dibandingkan elemen spura lainnya.
Sebagian besar ada dalam tulang, juga
agak banyak di prostat. Zn merupakan kofaktor bagi banyak enzim yang perlu bagi
antara lain sintesis dan perombakan protein,
karbohidrat dan lemak.
Kebutuhan seharinya yaitu 10-15 mg, sedangkan pada defisiensi sampai 50 mg sehari,
yang diperoleh dari daging, ikan, kerang,
kepiting, susu, produk whole grain, ragi dan
kacang-kacangan (beans). Resorpsinya dari
usus diperbesar oleh vitamin C dan asamasam amino, serta dikurangi oleh kalsium,
fosfor, Fe dan Cu. Lagi pula seng mendesak
Cu dari enzimnya dan juga meniadakan efek
pelindung Se terhadap kanker. Oleh sebab
itu pasien kanker sebaiknya jangan diberikan
suplesi Zn. Fungsinya sebagai ko-faktor dari minimal
100 enzim yang terlibat dalam berbagai
proses metabolisme, juga esensial bagi sintesis RNA dan DNA. Diperkirakan bahwa seng juga memegang peranan pada
gejala buta malam sebagai ko-faktor dari
alkoholdehidrogenase yang mengubah retinol menjadi retinal, yang perlu bagi sintesis
rodopsin. Beberapa studi menunjukkan bahwa seng dapat memperbaiki fungsi selsel otak, antara lain lemah ingatan (sering
lupa) pada lansia. Akhirnya seng berkhasiat
menstimulasi penyembuhan borok bila terdapat kekurangan dan lokal memiliki efek
mengerutkan selaput lendir (adstringens),
antikeringat, dan antiseptik lemah. Lihat
juga Bab 15, Antiseptika.
Defisiensi jarang terjadi. Namun pernah
ada laporan dari Timur Tengah mengenai ciriciri defisiensi, seperti terhambatnya pertumbuhan dan infantilisme, berkurangnya daya
ra