Tampilkan postingan dengan label obat 59. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label obat 59. Tampilkan semua postingan

obat 59


 jam. Berkhasiat

antitumor kuat antara lain dengan mengikat 

zat-zat karsinogen dan menghambat proliferasi sel melalui inisiasi apoptosis. Khasiat inhibisinya terhadap tumor ovarium 

diperkuat oleh kombinasi dengan genistein 

26 dan vitamin C. 

Di samping itu berkhasiat antioksidan

dengan antara lain menghambat oksidasi LDL-kolesterol dan melindungi terhadap sitotoksisitas dari oksi-LDL (merusak 

endotel dengan peningkatan permeabilitasnya). Sistem imun distimulasi olehnya. 

Berkat sifat ini dianjurkan sebagai obat 

tambahan pada kanker dan untuk prevensi 

penyakit jantung. 

Dosis: pada kanker 2-3 dd 400-600 mg, 

untuk prevensi PJP 1-2 dd 100 mg. Lihat juga 

Bab 14, Sitostatika, Obat-obat alternatif.

4d. Ekstrak teh hijau

Teh hijau terdiri dari daun Camellia sinensis kering yang tidak difermentasi, sehingga 

mengandung banyak flavonoida catechin

sebab  tidak dioksidasi secara enzimatik 

menjadi tanin. Selain catechin, juga mengandung lain-lain polifenol, antara lain coffeic 

acid, cholic acid dan syringic acid, juga vitamin 

K dan sedikit kofein. Lihat juga Bab 23, 

Drugs, Kofein dan Bab 14, Onkolitika, Antioksidansia. Telah dibuktikan bahwa teh hijau

memiliki sejumlah daya kerja berdasar  

khasiat antioksidan kuat, yang tidak dimiliki 

teh hitam. Zat-zat polifenol ini dapat 

menginaktifkan secara efektif peroksida lipida, seperti anion superoksida. Yang terpenting yaitu  efek antitumor, antilipemik

dan anti-aterosklerosis, antibakterial kuat, 

hepatoprotektif dan efek thermogen akibat stimulasi pembakaran lemak. Daya melindunginya terhadap hati tampil sebagai 

penurunan kadar enzim GOT dan GPT. 

Efek antitumornya selain akibat efek 

antioksidannya dan stimulasi sistem imun, 

juga dihubungkan dengan penghambatan 

pembentukan zat nitroso yang terbentuk 

dalam usus dari nitrit dan asam amino, mirip 

khasiat vitamin C. Lagi pula menghambat 

efek mutagen dari banyak zat karsinogen 

dengan cara mengikatnya. Inhibisi dari selsel leukemia berlangsung melalui aktivasi 

dari apoptosis. dipakai sebagai ekstrak 

atau minuman teh pada penanganan alternatif dari semua jenis kanker, juga pada prevensi dan penanganan hiperlipidemia dan 

aterosklerosis.

Dosis: 1-3 dd 250 mg (kapsul dengan 

50-60% polifenol). Lihat juga Bab 23 Drugs, 

Kofein.

4e. Ekstrak Kayu manis: ZN 112, Diabecinn

Ekstrak kering ini dibuat dari kulit 

kayu manis dan mengandung procianida 

oligomer, a.l. beberapa trimer dan tetramer, 

juga monomer (epi) catechin. Zat-zat ini mampu memperkuat khasiat insulin dengan 20 

kali pada tingkat reseptor. dipakai secara 

komplementer di samping medikasi regular 

untuk menurunkan kadar glukosa darah 

pada diabetes tipe-2. Efek samping berupa 

hipersensitivitas yang jarang sekali terjadi. 

Dosis: oral 1-3 dd 1 caps. dari 112 mg ekstrak kering yang distandardisasi, ½ jam a.c.

Alam Khan et al. Diab.Care, Cinnamom 

improves glucose and lipids of people with type-2 

diabetes; Diab Care 2003;26: 3215-18.)

4f. Pro-anthocyanidin: OPC, pycnogenol

Kelompok bioflavonoida ini ada  

banyak dalam biji anggur dan juga dalam kulit 

pohon cemara (Pinus maritima). Sumber lain 

yaitu  sayuran dan biji/kulit buah-buahan, 

namun  diuraikan sewaktu pemasakan. OPC 

(Oligomeric Pro-Anthocyanidins) berkhasiat 

antioksidan kuat sekali dengan daya kerja 

50 dan 1.000 x lebih kuat daripada masingmasing vitamin E dan vitamin C. OPC dapat 

mereaktifkan kembali (recycling) vitamin 

C yang telah teroksidasi. Melarut dalam air 

namun  bekerja bifasis, artinya aktif baik dalam lingkungan air maupun lipida. Efek 

antioksidatif ini khusus terjadi di membran 

sel dari jaringan pengikat kolagen (termasuk 

dalam arteri) dan endotel (termasuk dinding 

vena/kapiler). Khasiatnya memperkuat kolagen berdasar  melindungi dan memperkuat “jembatan” hidrogen antara serat 

yang berpasangan (paired strands) dari polipeptida yang memberikan keteguhan pada 

kolagen. Pada proses menua struktur ini 

diperlemah oleh FR dan enzim (elastase, collagenase) yang mengakibatkan kelebihan crosslinking antara serat kolagen. Sebagai akibat 

kulit hilang kelenturannya dan menjadi lemah serta keriput. OPC juga berdaya antihistamin dengan menghindarkan pelepasan 

histamin dari mastcells akibat aktivasi oleh 

FR. Di samping itu juga menghambat enzim 

histidinkarboksilase, yang mengubah histidin 

–––> histamin. Berkat sifat melindunginya 

terhadap endotel pembuluh (angioprotektif), 

OPC berguna sekali pada gangguan sirkulasi 

dalam kapiler (claudicatio) dan pada varicose

(pemekaran pembuluh balik setempat).

Resorpsi dalam usus cepat dan baik untuk 

segera didistribusikan ke jaringan yang 

kaya akan kolagen dan glukosaminglikan. 

Masa paruhnya 5 jam, namun  dalam jaringan 

kolagen bertahan lebih lama, sampai 70 jam. 

Sampai sekarang belum dilaporkan adanya 

efek samping.

Dosis: 1-2 dd 50-75 mg, diminum dengan 

banyak air agar BA-nya optimal.

5. Kelompok vitamin D 

Kelompok vitamin D mencakup ergokalsiferol (D2

), kolekalsiferol (D3

alamiah) dan 

beberapa turunannya yang semuanya memiliki rumus steroid. Dengan nama umum, 

vitamin D selanjutnya dimaksudkan zatzat ini dengan aktivitas biologis dari 

kolekalsiferol alamiah.

Vitamin D2

 dibentuk dalam tubuh dari 

provitamin ergosterol yang antara lain 

ada  dalam ragi. Vitamin D3

 banyak 

ada  dalam ikan berlemak dan minyak 

ikan kabeljauw (cod) (bersama vitamin A) 

dan relatif sedikit dalam susu, kuning telur 

dan hati. Dalam kulit ada  provitamin

7-dehidrokolesterol, yang di bawah pengaruh 

sinar UV diubah menjadi vitamin D3

. Beberapa bahan makanan seperti margarin, lazimnya diperkaya dengan vitamin A dan D.

Resorpsi dari usus baik dan melalui limfe 

memasuki darah dalam bentuk chylomikron, 

suatu lipoprotein besar. Metabolisme vitamin 

D2

 dan D3

 berlangsung sejajar, kedua-duanya dalam hati dihidroksilasi menjadi senyawa 25-OH-nya dan kemudian dalam 

tubuli ginjal menjadi derivat 1,25-dihidroksi. 

Kedua metabolit ini, yaitu 1,25-(OH)2

D2

 dan 

1,25-(OH)2

D3

 (= kalsitriol) bersama 24,25- 

(OH)2

D3

 merupakan bentuk bioaktif vitamin 

D. Selain itu, juga 25(OH)D3

 (= kalsifediol) 

memiliki aktivitas sendiri. Untuk jelasnya 

lihat skema di bawah ini. Penimbunan vitamin D terutama terjadi di jaringan lemak dan


Sinar ultraviolet terdiri dari 3 komponen, 

yakni UV-A, UV-B dan UV-C dengan panjang 

gelombang menurun. UV-A mencakup ±90% 

dari sinar matahari dan membuat “hitam”nya 

kulit (“tanning”) dan dipakai pada banku 

matahari (“sunbank”). UV-C sangat merusak 

kulit, namun  sinar ini ditahan oleh lapisan 

ozon. UV-B, sinar gelombang menengah, 

hanya merupakan 0,2% dari sinar matahari 

total, namun sangat penting sebab  memicu 

pembentukan vitamin D3

 dari provitaminnya. 

Untuk pengubahan ini ±15 menit sinar 

matahari sehari sudah cukup, bahkan bila 

terkena secara tidak langsung (di tempat 

teduh). Lagi pula UV-B bersifat melindungi 

kulit terhadap pembakaran lebih lanjut melalui 

menebalan lapisan tanduk. Namun eksposisi 

terlampau lama sering mengakibatkan pigmentasi dan terbakarnya kulit. Pada pasien  

kulit putih sinar ini juga bertanggung-jawab 

atas dipercepatnya proses menua kulit (menjadi kriput) serta melanoma dan kanker sel 

basal dari kulit akibat penekanan imunitas 

seluler kulit.

Melindungi kulit terhadap terbakar sinar 

matahari (sunburn)dapat dilakukan dengan 

mengolesi kulit dengan krem yang mengandung suatu zat penyaring UV (sunblock), yang 

menahan UV-A dan UV-B. UV-filter yang 

banyak dipakai yaitu  hidrochinon.

hati; ekskresi berlangsung terutama melalui 

empedu dan tinja. 

Khasiat

Di samping peranan penting dari vitamin 

D pada mineralisasi jaringan tulang dan pada 

fungsi otot juga ada  berbagai efek lain 

bagi kesehatan, contoh  peranan fisiologinya 

pada penyakit auto-imun, kanker colon dan 

penyakit jantung/pembuluh. Defisiensi vitamin ini sering kali timbul pada lansia, oleh 

sebab  itu suplesinya dalam kombinasi

dengan kalsium dapat mengurangi jumlah 

insidensi jatuh serta patah tulang pinggang 

maupun fraktur tulang lain dengan 10-20%. 

Oleh sebab  itu dianjurkan untuk mensuplesi 

para lansia di atas usia 70 tahun terutama 

yang menderita osteoporosis dengan 20 ug 

(800 IE) sehari kolekalsiferol (vitamin D3

). 

Ref.

1. Bischoff-Ferrari HA, et al. A pooled ana-lysis 

of vitamin D dose requirements for fracture 

prevention. N Engl J Med. 2012;367:40-9.

2. Lems WF, Post PN, et al. Richtlijn Osteoporose 

en fractuurpreventie: Derde herziening (2011). 

Utrecht: Nederlandse Vereniging voor Reumatologie.

Vitamin D berdaya menstimulasi resorpsi 

aktif kalsium dan fosfat dari usus halus, 

juga reabsorpsinya oleh ginjal. Mekanisme 

kerjanya yaitu  melalui stimulasi sintesis 

CBP (Calcium Binding Protein), yang mengikat 

Ca untuk selanjutnya diserap secara aktif 

oleh usus. Bersama hormon tiroid kalsitonin

dan hormon paratiroid parathormon (PTH),

vitamin D menstimulasi mobilisasi (pengeluaran dan terlarutnya kalsium dari tulang ke 

darah) dengan hasil akhir kadar Ca dan fosfat 

darah meningkat. Pada proses demineralisasi 

ini kalsitriol berperanan penting; sebaliknya 

24,25-(OH)2

D3

 khusus berfungsi mendorong 

mineralisasi tulang dan dengan demikian 

mencegah demineralisasi terlampau kuat.

Selain itu, parathormon juga menstimulasi 

sintesis kalsitriol dan menghambat reabsorpsi 

Ca dan P di ginjal dengan efek naiknya kadar 

Ca dan turunnya kadar fosfat. Kalsitonin

sebaliknya mendorong mineralisasi tulang 

di samping menghambat reabsorpsi Ca dan 

P di ginjal dengan efek akhir turunnya kedua 

kadar Ca dan fosfat. Dalam dosis tinggi 

vitamin D menstimulasi perombakan tulang. 

Vitamin D3

 berperan penting pada regulasi 

fungsi sistem imun.

Penelitian telah mengungkapkan bahwa 

vitamin D mempunyai fungsi lebih banyak 

dalam tubuh dari pada hanya peranan pusat 

dalam metabolisme kalsium dan fosfor. 

Reseptor vit D selain di kulit dan usus, 

juga telah ditemukan di otak, jantung, lambung, pankreas, testis, ovarium, limfo-T dan 

limfo-B teraktivasi.

Vit D aktif (D3

) berkhasiat menghambat 

proliferasi sel kanker dan memegang peranan penting pada prevensi terjadinya kanker dan PJP, juga dari penyakit autoimun 

(diabetes tipe-1, rema dan MS). 

Defisiensi memicu  berkurangnya 

resorpsi Ca dan P yang penting sekali bagi 

kerangka. Akibatnya jaringan tulang diganti 

oleh tulang rawan yang lebih lunak, mudah 

melengkung dan memicu  deformasi 

setempat. Pada anak-anak perkembangan 

kerangkanya terhenti dan terjadilah rachitis

atau penyakit Inggris dengan bercirikan 

kaki bengkok (X-legs atau O-legs). Pada 

pasien  dewasa terjadi osteomalacia (Yun. 

osteon = tulang; malakia = lembek) dengan 

ciri perasaan lemah dan letih serta menjadi 

bungkuk, di samping kadar Ca dan P darah 

menurun dengan akibat hiperparatirosis

sekunder. Penyebab defisiensi yaitu  antara lain malabsorpsi sebab  diare atau steatorrea, ataupun sebab  kelainan ginjal 

yang menghambat reabsorpsi Ca dan P 

(rachitis yang resisten terhadap vitamin 

D). Rachitis “biasa” khususnya ada  di 

daerah-daerah dengan iklim sedang dengan 

kurang sinar matahari. Hypovitaminosis 

D memperlihatkan gejala seperti sakit dan 

lemah otot atau rasa letih.Status vit D dalam 

tubuh dapat dievaluasi di laboratorium dari 

kadar kalsidiol [25(OH)D}dalam darah. Penggunaannya terutama pada semua keadaan 

defisiensi vitamin D, juga yang diakibatkan 

oleh defek pada metabolisme vitamin D 

dengan kekurangan kalsitriol. Begitu pula 

pada penyakit tulang (osteoporosis) pada 

mana ada  kekurangan Ca dan P dalam 

darah, serta pada hipofungsi paratiroid, 

contoh  sesudah operasi gondok. Untuk 

pencegahan defisiensi, vitamin D diberikan 

secara rutin pada bayi dan anak-anak sampai 

usia 6 tahun.

Pilihan obat tergantung dari keadaan, 

contoh  bila fungsi ginjal kurang baik 

sebaiknya dipakai kalsitriol atau alfakalsidol yang tidak usah diaktifkan lagi 

di dalam ginjal, lagi pula efeknya lebih 

cepat daripada vitamin D2

 dan D3

. Pada

hipoparatirosis biasanya dipakai derivat 

sintetik dihidrotachysterol, yang selain

bekerja cepat juga kurang berkumulasi 

seperti zat-zat lainnya.

Efek samping. Pada overdosis ringan 

vitamin D sudah bisa toksik dengan akibat 

peningkatan resorpsi Ca dari usus dan demineralisasi kerangka. Hal ini juga terjadi 

sebagai reaksi terhadap hipoparatirosis. Akibatnya kadar Ca darah meningkat (hiperkalsiëmia) dan terendapnya Ca sebagai kalsiumfosfat di ginjal (batu), lensa mata 

(cataract), dinding pembuluh, jantung dan 

organ-organ lainnya, dengan memicu  

kerusakan jaringan dan hipertensi. Gejala 

lain yaitu  mual, muntah, diare, sakit kepala, 

mengantuk (letargi), haus dan poliuria. 

Overdosis dapat ditangani untuk waktu 

singkat dengan prednison atau kalsitonin.

Interaksi dengan obat lain dapat terjadi, 

contoh  dengan fenobarbital dan fenitoin 

yang mengurangi efek vitamin D, baik sebab  

perombakannya dipercepat melalui induksi 

enzim atau sebab  hambatan aktivasinya 

(reaksi hidroksilasi).

5a. Ergokalsiferol (kalsiferol, vitamin D2

) adalah vitamin D tertua (1921) yang banyak dipakai  dalam sediaan multi-vitamin.

Dosis: pada defisiensi 1-2 mg sehari, 

sebagai penunjang 400 U. Pada sindrom 

malabsorpsi 10-50.000 U sehari, pada hipoparatirosis 50-200.000 U sehari. 

1 mg vitamin D2

 = 40.000 UI atau 1 UI vitamin D2

 = 0,025 mcg.

5b. Kolekalsiferol (vitamin D3

, Devaron, NeoDohyfral) yaitu  vitamin D alamiah (1930) 

dengan efek lambat (baru setelah beberapa minggu), namun  berlangsung lama karena adanya timbunan di lemak dan hati. 

Dalam megadosis efektif untuk mencegah 

«wintertoes» di musim dingin, pada waktu 

mana jari-jari kaki-tangan mengembang, 

menjadi merah, dan gatal.

Dosisnya sama dengan vitamin D2

. Sebagai 

profilaksis terhadap wintertoes (perniones) 2 

kali setahun 300.000 U dalam larutan minyak 

atau 600.000 U sekaligus (i.m.). 1 mg = 40.000 

UI.

5c. Kalsitriol (1,25 dihidroksikolekalsiferol,1,25

(OH)2D3 Rocaltrol) yaitu  metabolit vitamin 

D3

 yang paling aktif (1978) dengan kerja 

panjang (plasma-t½ 7-12 jam). Hormon ini 

terikat pada reseptor vitamin D. Kalsitriol 

disintesis dalam ginjal dari 25-hidroksi-kalsiferol, yang terbentuk di dalam hati dari 

kolekalsiferol. Perbandingan aktivitasnya 

yaitu : 1 mcg kalsitriol = 1 mcg alfakalsidol = 

100 mcg kalsifediol = 500 mg DH-tachysterol.

Dosis: pada rachitis dan hipoparatirosis 

permulaan oral 250 mcg sehari, bila perlu 

dinaikkan setiap minggu 250 mcg dengan 

kadar Ca dalam darah sebagai penuntun.

5d. Alfakalsidol(1-a-hidroksikalsidol, Etalpha)

yaitu  derivat yang hanya perlu hidroksilasi 

di hati untuk menjadi kalsitriol aktif (1978), 

sehingga dapat dipakai pada insufisiensi 

ginjal. Mulai efeknya lebih cepat (dalam beberapa hari) dibandingkan vitamin D2 dan D3

.

Dosis: pada defisiensi permulaan oral 250-

500 mcg sehari, bila perlu dinaikkan setiap 

minggu dengan 250 mcg.

5e. Dihidrotachysterol (Dihydral, AT-10) adalah derivat sintetik dari vitamin D2

 (1947) 

yang dalam hati diubah menjadi zat aktifnya 

25(OH)DHT. Seperti vitamin D2

 dan D3

, zat 

ini berkhasiat meningkatkan resorpsi kalsium, namun  daya kerjanya lebih ringan. Efek 

demineralisasinya terhadap tulang lebih kuat. Mulai kerjanya juga setelah beberapa hari.

Dosis: pada rachitis oral 0,5-2 mg sehari; 

sebagai penunjang 0,2-1,5 mg.

6. d-a-Tokoferol: vitamin E, Evion, 

Natur-E, *Fundamin -E

Vitamin yang larut dalam minyak ini banyak 

ada  dalam minyak nabati, ter-utama 

yang mengandung PUFA, seperti minyak 

jagung, kedele, kembang matahari dan minyak wheat-germ (1 mg per ml). Juga di dalam 

padi-padian lengkap (whole grain), ragi, 

hati, trubuk, kuning telur dan sayur-mayur. 

Dikenal 4 bentuk tokoferol, yakni alfa-, beta-, gamma- serta delta-tokoferol ; isomer 

d-alfa memiliki kegiatan terbesar. DL-alfatokoferol dapat dibuat secara sintetik, namun  

36% kurang aktif. Berkhasiat melindungi 

trombosit terhadap oksidasi dan dengan 

demikian mencegah terjadinya trombi dan 

trombosis, sehingga melancarkan sirkulasi darah, menstimulasi pernapasan sel dan 

menghambat pembentukan parut (bekas 

luka).

Fungsi biologisnya belum diketahui dengan jelas, mungkin sekali vitamin E bekerja 

sebagai antioksidan yang melindungi asam 

lemak tak-jenuh terhadap oksidasi oleh radikal 

oksigen yang biasanya dibebaskan pada proses metabolisme dalam hati. Indikasi untuk 

teori ini ialah ada nya vitamin E bersama 

asam linolat dalam membran sel, sedangkan 

kebanyakan minyak tumbuhan yang kaya 

PUFA juga mengandung vitamin E. Fungsi 

antioksidannya diperkuat oleh vitamin C

dan asam liponat, yang berdaya mereduksi 

kembali vitamin E yang telah dioksidasi oleh 

FR, sehingga dapat melanjutkan fungsinya.

Defisiensi jarang sekali terjadi, khusus 

pada bayi prematur dengan anemia khas 

akibat kelainan struktur membran eritrositnya. Gejalanya berupa anemia hemolitik, 

trombosis, udema dan kelainan kulit. Kebutuhan sehari-hari diperkirakan 12-15 mg dan 

meningkat bila diet mengandung banyak 

linolat (di atas 20 g), bagi bayi ±1 mg sehari. 

Persediaan tubuh lebih kurang 3-8 g yang 

tertimbun dalam jaringan lemak.

pemakaian nya. Selain pada keadaan 

defisiensi vitamin E dipakai preventif 

setelah infark jantung sebagai zat pelindung 

serangan berikutnya berdasar  khasiat 

hambatan agregasi trombosit dan anti-aterosklerotiknya. berdasar  daya anti-trombotik ini dan efek antivitamin K (merintangi pembekuan darah) juga dipakai 

pada claudicatio (penyakit Buerger) untuk 

memperpanjang jarak jalan. Lihat juga Bab 

34, Vasodilatator, claudicatio intermittens. 

Suatu studi menunjukkan bahwa vitamin 

E (dan obat Parkinson selegelin) berkhasiat 

memperlambat progres penyakit dementia 

Alzheimer. Efek baik itu diperkirakan berkat 

sifat antioksidan dari kedua senyawa 

tersebut. Pada penyakit anak cystic fibrosis

(dengan dahak sangat liat), selain asetilsistein

juga vitamin E 100 mg sehari bermanfaat 

untuk menghambat kemunduran fungsi 

paru-paru.

Dalam pengobatan alternatif, vitamin 

E cukup populer sebab  berdasar  sifat 

antioksidannya dipakai sebagai obat antimenua kulit (sebagai krem antikerut) bagi 

wanita di atas usia 50 tahun. Akhirnya vitamin 

E pernah dipakai dalam megadose untuk 

antara lain artrosis, hiperkolesterolemia dan 

pada kemandulan (“vitamin fertilitas”, tokos= 

buah; fero=membawa), yang semuanya bersifat sangat spekulatif. 

Efek samping yang dapat timbul pada 

megadose di atas 300 U sehari berupa gangguan saluran cerna, sakit kepala, perasaan 

lemah, gynecomastia, hambatan sembuhnya 

borok, proteinuria dan dermatitis kontak 

pada pemakaian  lokal. Vitamin E dapat 

meniadakan efek vitamin K dan memperkuat 

daya antikoagulansia.

Dosis: pada defisiensi, anak-anak oral 

1 UI/kg bb (asetat), bayi prematur 5-25 UI 

sehari. Untuk prevensi dewasa 60-75 mg 

sehari, dosis alternatif sebagai antioksidan 

400-600 mg/hari. Lokal dalam salep 30-

140 mg/g. Perbandingan aktivitasnya: 1 UI 

vitamin E = 1 mg dl-a-tokoferolasetat = 0,74 

mg d-a-tokoferolasetat.

1 mg vitamin E = 1,5 UI dl-alfa-tokoferol.

7. Kelompok vitamin K

Dikenal beberapa senyawa dengan aktivitas 

vitamin K (Jerm. Koagulation = pembekuan), 

yakni derivat naftokinon: K1

 = fitomenadion, 

K2

 = menakinon, K3

 = menadion dan K4

 = 

menadiol. Vitamin K1

 ada  dalam sayurmayur hijau (kol, broccoli, bayem (1-8 mg/

kg), juga tomat dan banyak minyak nabati. 

Vitamin ini terikat kuat pada sel chloroplast

yang mengandung klorofil. Vitamin K2

terutama ada  dalam produk-produk 

fermentasi (seperti yoghurt), juga disintesis 

oleh kuman Gram-positif dalam flora usus; 

untuk resorpsinya dari usus perlu tersedia 

asam empedu. Vitamin K3

 dan K4

 yaitu  zatzat sintetik yang kini jarang dipakai lagi.

Fungsi utama dalam tubuh yaitu  sebagai 

ko-enzim esensial dari sistem enzim yang 

mensintesis faktor pembekuan darah, yaitu 

faktor II (protrombin), VII (prokonvertin), IX 

(Christmas factor) dan X (S.P. factor). Unsurunsur ini dibuat dari zat pelopor tak-aktif, 

yang menjadi aktif setelah bereaksi dengan vitamin K. Sejak awal tahun 1990-an ditemukan bahwa vitamin K di samping perlu 

untuk memproduksi faktor pembekuan tersebut, juga berperan sebagai ko-enzim pada 

metabolisme kalsium dan perkembangan 

tulang. Melalui suatu mekanisme recycling 

yang efektif, vitamin K dapat dipergunakan 

berkali-kali. 

Defisiensi tidak sering terjadi dan bercirikan meningkatnya kecenderungan berdarah, dengan perdarahan pada awalnya dalam urin, kemudian di kulit dan mukosa, 

akhirnya juga di saluran cerna dan di otak. 

Luka kecil bisa berdarah tanpa henti. Risiko 

tinggi terutama pada bayi prematur yang 

flora ususnya belum berkembang, sebab  

memiliki kurang dari 50% jumlah normal 

faktor ini di atas. 

Penyebab lainnya yaitu  malabsorpsi 

usus (khusus dari lemak), gangguan pada 

ekskresi empedu atau diet buruk selama 

jangka panjang. Juga pemakaian  antibiotik 

broad-spectrum (antara lain tetrasiklin, ampisilin, sulfonamida) yang mengganggu siklus 

enterohepatik vitamin K. (Dahulu diduga 

akibat terganggunya flora usus dan sintesis 

vitamin K2

). pemakaian  kronis fenobarbital, 

fenitoin, fenilbutazon dan salisilat juga dapat 

memicu  kekurangan vitamin K, sebab  

obat-obat ini meniadakan efeknya. 

Kebutuhan sehari-hari yaitu  ekstrem 

rendah, yakni hanya ±1-2 mcg/kg bb berhubung mekanisme recycling yang efektif; pada 

bayi ±10 mcg/kg bb.

pemakaian  khusus pada keadaan defisiensi dengan adanya bahaya perdarahan, 

juga pada overdosis dengan antikoagulansia 

untuk melawan efeknya. Di banyak negara 

Barat, antara lain AS dan Belanda, vitamin 

K1

 diberikan secara profilaktik pada neonati 

yang minum air susu ibu. Yang terutama 

dipakai yaitu  vitamin K1

 yang larut 

dalam lemak berhubung kerjanya lebih 

pesat (sesudah 3-4 jam) dan agak singkat 

dibandingkan dengan garam-garam vitamin 

K3

 dan K4

 yang larut dalam air.

• Fitomenadion: vitamin K1

, phylloquinone, 

Ossovit, Konakion.

Vitamin pembekuan ini (1944) yaitu  

vitamin K alamiah terpenting untuk tubuh. 

Perlu diberikan khusus pada neonati yang 

disusui ibunya dengan dosis 25 mcg sehari 

dari minggu kedua sampai dengan bulan 

ketiga.

Resorpsi dari usus tidak menentu dan tergantung dari tersedianya lemak dan empedu. 

BA 40-70% sebab  sangat kuat ikatannya 

pada membran kloroplas. Tergabung dengan chylomikron vitamin K melalui limfe 

memasuki sirkulasi darah. PP ±90% dan 

plasma-t½ 1,5-3 jam. Ekskresi sebagai metabolit lewat empedu dan urin. Efek samping

hanya terjadi pada dosis sangat tinggi dan 

berupa nyeri dada dan perubahan warna 

kulit. Dosis: oral dan i.m. pada perdarahan 

ringan 5-10 mg, bila perlu diulang sesudah 

8-12 jam; pada keadaan serius 10-20 mg i.v. 

dengan perlahan (1 mg per menit). Profilaksis 

neonati langsung setelah lahir 1 mg, kemudian 

pada bayi yang diberikan air susu ibu 1 mg 

seminggu (atau 25 mcg sehari) selama 3 

bulan.

B. MINERAL DAN 

ELEMEN SPURA

Mineral. Dengan ini dimaksudkan zatzat anorganik, yang seperti vitamin dalam 

jumlah kecil esensial bagi banyak proses 

metabolisme dalam tubuh. Yang paling banyak dibutuhkan yaitu  kalium (K) dan 

natrium (Na) ±2-3 g, kalsium (Ca) ±1 g, dan 

magnesium (Mg) ±0,3 g, juga fosfor (P) dan 

klorida (Cl).

Elemen spura didefinisikan sebagai mineral 

yang dibutuhkan kurang dari 20 mg sehari, 

yaitu besi (Fe) dan seng (Zn) 10-15 mg, 

selen (Se) 30 mcg, mangan (Mn) 2-5 mg, 

molibden dan fluor (Mo, F) 1-2 mg, krom 

(Cr) 0,2 mg, tembaga (Cu) 2-5 mg, iod (J) 60 

mcg dan kobal (Co) ± 3 mcg. Sebelum tahun 

1950-an, jumlah ini belum dapat ditentukan 

secara kuantitatif. Beberapa elemen hanya 

dibuktikan keberadaannya dengan reaksi 

warna atau melalui spektroskopi terhadap 

jumlah yang sangat kecil (spura). Oleh sebab  

itu elemen ini dinamakan elemen spura. 

Kemudian dengan teknik modern, seperti spektroskopi dan absorpsi atom, spura logam 

sudah bisa ditentukan sebanyak 1 mg dalam 

10.000 kg bahan makanan, artinya 1:107

(pangkat 7)! 

Fungsinya masing-masing dalam tubuh 

sangat berbeda; Ca dan P untuk sebagian 

besar bertanggungjawab bagi kekuatan 

kerangka; K, Mg dan P terutama membentuk 

sistem pendapar intraseluler (buffer). Na dan

Cl justru memegang peranan penting di ruang

ekstraseluler, antara lain sebagai pengatur 

tekanan osmotik dan tekanan darah. Banyak 

elemen spura merupakan ko-faktor (bagian 

aktif) dari metallo-enzim, contoh  Fe, Zn, 

Mg, Mo dan Cu, yang mengkatalisa proses 

metabolisme penting. Fluor dan stronsium 

(Sr) khususnya esensial bagi tulang gigi dan 

emailnya, sedangkan iod merupakan bahan 

pangkal bagi sintesis hormon tiroid.

Resorpsi dari usus sering kali tergantung 

pada kebutuhan tubuh dan ekskresinya 

melalui ginjal atau feses. Bila pengeluaran 

ini terbatas, maka resorpsinya juga rendah, 

seperti pada Fe dan Cr, walaupun diet mengandung elemen ini dalam jumlah 

besar. Zat-zat lain yang ekskresinya berlangsung baik, diserap dalam jumlah banyak 

dan kelebihannya dikeluarkan lagi lewat 

kemih atau empedu.

pemakaian  mineral khususnya untuk 

prevensi dan pengobatan keadaan defisiensi, 

terutama garam K dan Ca. Begitu pula Na, Cl 

dan fosfat yang dalam keadaan da-rurat juga 

dipakai sebagai infus. Dari elemen spura 

hanya Fe dan J (lihat Bab 39 Hemopoietika 

dan Bab 48 Tiroksin dan Tiroistatika), Zn, F 

dan Sr dipakai sebagai obat; kedua elemen 

terakhir dipakai dalam ilmu kedokteran 

gigi. Zat-zat lainnya hanya dipakai sebagai 

komponen dari sediaan multivitamin atau 

sebagai food supplement, juga untuk ternak 

dan pada terapi alternatif. Sebetulnya semua 

elemen spura, seperti vitamin, seharusnya 

ada  cukup banyak dalam makanan 

sehari-hari yang susunannya bermutu baik, 

artinya yang memenuhi ketentuan diet 

referensi dari Dewan Nutrisi sesuatu negara. 

namun  dalam praktik sering terjadi bahwa 

RDA-nya tidak terpenuhi sebab  berbagai 

sebab. Oleh sebab  itu suplesi mineral dan 

elemen spura bermanfaat bagi pasien  yang 

tidak mungkin atau tidak mampu mengikuti 

diet ideal tersebut. contoh  selenium dan 

seng yang bersifat antioksidan berperan 

penting untuk memelihara sistem imun.

Defisiensi praktis tidak terjadi dan 

gejalanya juga tidak diketahui dengan jelas. 

Di bawah ini akan dibahas elemen spura 

terpenting, yakni borium, iod, krom, kobal, 

mangan, molybden, selen, strontium dan 

tembaga.

Sediaan kombinasi vitamin dan 

mineral

Walaupun tidak adanya basis rasional bagi 

pemakaian  dari kebanyakan kombinasi 

demikian dan tidak pernah dibuktikan secara 

gamblang, namun  sering kali diberikan untuk 

memperbaiki kesehatan pada umumnya dan 

meningkatkan perasaan nyaman. Ataupun 

diberikan sebagai terapeutika tidak-spesifik 

dengan harapan/ tujuan untuk memperbaiki 

daya tahan tubuh (contoh  pada infeksi), 

pada keadaan keletihan, malaise umum, 

hilang nafsu makan (anoreksia), setelah pembedahan dan persalinan, depresi dan bagi 

lansia untuk menghambat proses penuaan. 

namun  sebaiknya bila timbul gangguan tersebut di atas penderita diperiksa secara saksama terhadap kemungkinan adanya gangguan yang lebih serius (anemia, diabetes, 

kanker) atau disebabkan oleh faktor-faktor 

psikosomatik.

Pada keadaan di mana jelas adanya 

kekurangan dari suatu vitamin dan/atau 

mineral, yaitu  lebih baik untuk memberikan 

sediaan tunggal dari vitamin/mineral ybs. 

Lagipula harus diwaspadai terhadap risiko 

efek samping dan/atau gejala toksik bila 

memakai  sediaan kombinasi.

a. Bor: borium, B

Elemen spura ini banyak ada  dalam kol, daun sla (lettuce), kacang polong, 

kedele dan alfalfa, juga dalam buah-buahan 

(apel, prune, kismis, kurma) dan kacangkacangan (kacang tanah, hazelnut, badam). 

Telah diketahui adanya hubungan antara 

“kemiskinan” borium dalam tanah dan prevalensi artrosis (osteoarthritis). Atas dasar ini, elemen ini dipakai secara alternatif pada 

gangguan sendi ini dengan efek sangat 

baik. Begitu pula pada osteoporosis sesudah 

menopause, pada mana suplesi borium 

dengan jelas menurunkan ekskresi kalsium 

dan magnesium, sedangkan kadar estrogen 

darah dinaikkan. Sifat ini penting untuk 

menghambat lisutnya tulang. 

Kebutuhan borium untuk manusia dan 

toksisitasnya pada jangka panjang belum 

dipastikan, maka dianjurkan untuk memperbesar asupan borium dengan memperbanyak 

jumlah borium dalam diet.

b. Iod: iodium

Elemen ini ada  dalam makanan 

sebagai iodida anorganik yang mudah diserap. Kebutuhan sehari-hari yaitu  150-

300 mcg, yang diperoleh dari makanan, 

seperti ikan, kepiting, kerang dan lumut laut 

(kelp). Penelitian menunjukkan bahwa ±10% 

penduduk Eropa memperoleh kurang dari 

100 mcg sehari. Penyakit gondok («krop») 

endemik pada umumnya akan timbul di 

daerah di mana asupan per harinya hanya 

70 mcg, yang mengakibatkan dilahirkannya 

1-5% bayi dengan cretinism. Penyakit ini 

dapat diberantas dengan mencampurkan

kaliumiodida pada tepung (untuk roti) dan 

garam dapur (iodisasi). Penanggulangan gejala defisiensi elemen ini merupakan salah 

satu program prioritas WHO.

c. Kobal: cobalt, Co

Kobal ada  sebagai logam pusat dari 

molekul vitamin B12, juga merupakan komponen dari ±5 metallo-enzim. Kebutuhan 

sehari-harinya diperkirakan hanya 3 mcg, 

yang diperoleh dalam bentuk cyanokobalamin

dalam makanan. Manusia tidak mampu mensintesis vitamin B12, maka pemberian kobal 

sebagai garam (CoCl2

) untuk mensuplesi 

vitamin B12 tidak ada gunanya. Oleh sebab  

itu pemakaian  Co pada anemia tertentu kini 

sudah ditinggalkan.

d. Krom: chromium, Cr

Krom dibutuhkan untuk daya kerja insulin yang optimal dalam bentuk aktifnya 

GTF (Glucose Tolerance Factor), suatu 

senyawa organik yang 20 kali lebih aktif 

daripada garam krom anorganik. Untuk 

khasiat GTF, lihat Bab 47, Antidiabetika 

oral. Kebutuhan sehari-harinya 0,1-0,3 mg, 

yang diperoleh dari makanan dan minuman, 

terutama air jeruk (grape fruit), anggur (wine) 

dan ragi bir, lebih sedikit dari gula yang tidak 

dimurnikan, merica hitam, hati, keju dan 

wheat germ. Efek baik dari minuman anggur 

bagi penderita penyakit jantung sering kali 

dilaporkan terutama di Prancis. Semula efek 

baik ini diduga ada hubungannya dengan 

kadar krom tinggi, yaitu ±100 mcg/gelas 

dari 250 ml. namun  kini diketahui bahwa 

kandungan flavonoida dengan daya antioksidannya, yang memicu  efek baik ini.

Kekurangan krom pada tikus mengakibatkan hambatan pertumbuhan dan terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan 

protein yang mirip diabetes. Begitu pula lensa 

mata menjadi keruh (cataract) dan terjadinya 

arteriosklerosis distimulasi. Tidak diketahui 

apakah efek ini juga terjadi pada manusia.

e. Mangan(Mn) dan Molybden(Mo)

Mineral ini merupakan bagian dari beberapa enzim yang penting bagi metabolisme 

karbohidrat, protein dan lemak (glikolise, 

sintesis muko-polisakarida, pembentukan 

tulang rawan). Mn hanya sedikit ada  

dalam tubuh, sebanyak 12-20 mg, antara lain 

dalam mitokondria(= «pabrik» energi dalam 

sel). Kebutuhan sehari diperkirakan 2-5 mg 

untuk Mn dan 1 mg untuk Mo, yang diperoleh 

dari makanan, antara lain banyak ada  

dalam teh dan kakao, sedikit dalam sayuran 

hijau, kacang-kacangan dan padi-padian 

whole grain. ada  indikasi mengenai efek 

pelindung Mn terhadap kanker. Gejala 

defisiensi atau efek toksik tidak diketahui.

f. Selenium:selen, Selsun

Selen yaitu  elemen dari kelompok sama 

dengan sulfur di Susunan Berkala (Periodic 

System) dan juga bervalensi dua. Oleh karena itu Se dapat menggantikan belerang 

dalam molekul asam amino-sulfur, seperti 

sistein, glutathion dan metionin menjadi 

selenometionin dan sebagainya. Khasiat utamanya yaitu  efek antioksidannya yang 

sangat kuat, ±100 kali lebih aktif daripada vitamin E. Sebagai ko-faktor dari sejumlah 

enzim, khususnya dari glutationperoksidase 

(GPx), selen menstimulasi perombakan radikal peroksida, yang selalu ada  di 

dalam jaringan. Dengan demikian, selen 

melindungi sel dan eritrosit terhadap kerusakan oksidatif oleh H2

O2

 dan berperan 

penting pada hambatan proses menua. 

• Selen dan kanker. Banyak zat karbohidrat 

bekerja karsinogen setelah diubah menjadi 

epoksida; selen dalam bentuk GPx mencegah pengubahan itu. Selain itu, selen menstimulasi sistem imun, menghambat pembelahan sel dan mendorong apoptosis dari 

sel-sel cacat. berdasar  sifat ini selen 

berkhasiat antikarsinogen kuat. Ternyata 

bahwa pada beberapa daerah di AS yang 

tanahnya miskin selen ditemukan lebih banyak kasus kanker buah dada dan kanker usus 

besar. Sebaliknya, di Asia jenis kanker ini 

lebih jarang ditemukan dan keadaan ini 

mungkin ada hubungannya dengan susunan 

makanan pasien  Asia yang mengandung 

2-4 kali lebih banyak selen. Ternyata pula 

bahwa semakin tinggi kadar selen darah 

dari pasien  sehat di daerah tertentu, semakin 

kecil insidensi kanker. Penelitian ekstensif 

mengenai efek preventifnya (bersama vitamin 

E) telah dilakukan terhadap kanker prostat, 

yang berlangsung sampai tahun 2013.

Selanjutnya, selen berperan pada metabolisme vitamin E dan berkhasiat mengurangi toksisitas logam berat dengan mengikatnya menjadi selenida, contoh  cadmium-, thallium- dan merkuro-selenida. 

Selen sering kali dipakai secara alternatif 

sebagai antioksidan kuat untuk memperkuat 

sistem imun pada prevensi dan penanganan 

kanker.

Defisiensi selen jarang terjadi. Pada binatang, kekurangan selen memicu  

penyakit “otot putih” (white muscle disease) 

yang bercirikan kelelahan umum dan susut 

otot (atrofi). Pasien yang diberikan nutrisi 

parenteral total melalui infus menunjukkan 

sindroma tertentu (Keshan syndrome). Setelah 

penambahan 1 mg natriumselenit (= 0,3 mg 

Se) per kg makanan, gangguan ini dapat 

dihindarkan. Sejak tahun 1974, FDA di AS 

mengizinkan food supplement ini.

Kebutuhan diperkirakan hanya 30 mcg 

Se/hari, yang terutama diperoleh dari padipadian whole grain, ikan, kepiting, daging, 

hati, ginjal, ragi bir, ketimun, sampinyon, 

bawang putih, wijen, kacang-kacangan (nuts) 

dan asparagus. 

pemakaian . Selain dalam sediaan multivitamin, selen belum dipakai dalam 

obat-obat oral lainnya. Secara dermal, selensulfida 2,5% (Selsun) efektif sebagai 

shampoo antiketombe (dandruff) dan pada 

dermatosis tertentu dengan kulit bersisik 

mirip dedak (pityriasis). Selensulfida juga

berkhasiat antimitotik dan fungisid.

Interaksi. Efek selen dirintangi oleh zatzat antagonis, antara lain seng, Cu dan krom, 

yang menghambat penyerapannya dari usus.

Efek samping dari SeS berupa iritasi kulit 

kepala dan rambut berlemak, pemakaian  

yang terlalu lama dapat memicu  rontoknya rambut. SeS dapat diserap oleh kulit 

yang tidak utuh dengan mengakibatkan 

keracunan kronis berupa muntah-muntah, 

anoreksia, anemia, bau bawang putih dan 

degenerasi hati.

Dosis: sebagai suplemen 100-200 mcg sehari, sebaiknya sebagai senyawa organik 

(selenometionin), sebab  lebih baik penyerapannya daripada garam-garam anorganiknya (selenit, selenat).

g. Stronsium:Sr, Sensodyne

Elemen bervalensi dua ini dari kelompok 

barium dan kalsium khusus dipakai dalam 

pasta gigi 10% (Sr-klorida: Sensodyne) untuk 

melindungi gigi terhadap pengaruh termis 

(dingin dan panas) dan kimiawi (asam, gula), 

yang disertai nyeri. Stronsium berkhasiat 

mengurangi sensitivitas gigi terhadap rangsangan ini dengan membentuk lapisan 

pelindung keras di luar dentin yang sudah 

kehilangan emailnya sebab  erosi atau pengendapan kalsium (plaque). Dengan demikian rangsangan ini tidak lagi bisa 

mencapai sumsum gigi (pulpa) dalam mana 

ada  saraf dan mengakibatkan nyeri. 

Mengenai efektivitasnya belum ada  persesuaian faham di antara para ahli gigi.h. Tembaga:cuprum, Cu

Cu merupakan ko-faktor bagi sejumlah 

enzim, antara lain sitokrom-oksidase dan betahidroksilase, yang mengubah dopamin menjadi noradrenalin. Lagi pula enzim ini 

berperan pada sintesis darah (hemoglobin), 

elastin dan myelin. Juga terlibat pada mobilisasi 

Fe dari depotnya. Tubuh mengandung ±100 

mg Cu. 

Kebutuhan seharinya diperkirakan 2-3 mg, 

yang diperoleh dari sayur-mayur dan hati. 

Dalam kedokteran hewan, Cu dipakai 

sebagai food supplement untuk merangsang 

pertumbuhan, namun  mekanisme kerjanya 

belum diketahui. Pada penyakit anorexia 

nervosa, di mana sering kali ada  kadar Cu darah yang rendah, suplesi Cu 

memberikan hasil yang baik.

Resorpsi dari lambung dan usus untuk 

±30%, kemudian disalurkan ke hati dalam 

bentuk terikat pada cerulo-plasmin. Ekskresi 

terutama melalui empedu dan sebagian 

kecil langsung melalui dinding usus. Seng 

mengurangi penyerapan dan efek Cu; dalam 

enzim superoxide-dismutase (SOD), kedua 

elemen diperlukan dalam perbandingan 

yang tepat. 

Defisiensi jarang sekali terjadi dan dapat 

memicu  demyelinisasi pada saraf, anemia, dan kelainan darah lain, juga encefalopati dengan kelambatan psikomotor, kelambatan mental dan serangan epilepsi. 

Gangguan pada metabolisme tembaga dapat mengakibatkan penyakit Wilson, yang 

bercirikan penumpukan tembaga di berbagai organ dan memicu  cirrhosis dan 

degenerasi ganglia basal dari otak. Oleh karena itu, semua pasien muda dengan cirrhosis 

harus di-screen terhadap kondisi ini.

Overdosis dengan kadar Cu darah yang 

tinggi memicu  gangguan saluran cerna, malaise, gangguan ginjal, hati dan ekstrapiramidal, juga anemia hemolitik. Zat-zat 

penawar untuk melawan overdosis yaitu  

penisilamin, Na-edetat (EDTA) dan sengsulfat.

Dosis: sebagai elemen spura 8-20 mg 

sehari CuSO4.5aq. 

1 g garam ini mengandung 255 mg Cu 

elemen. 

MONOGRAFI

1. Kaliumklorida:KCl, K durettes, Slow-K

Kalium merupakan kation (positif) yang 

terpenting dalam cairan intraseluler dan sangat 

esensial untuk mengatur keseimbangan 

asam-basa serta isotoni sel. Selain itu K juga 

mengaktivasi banyak reaksi enzim dan proses 

fisiologi, seperti transmisi impuls di saraf 

dan otot, kontraksi otot dan metabolisme 

karbohidrat.

Elemen ini praktis ada  dalam semua 

makanan, antara lain banyak dalam sayuran 

(bit, bayem, tomat, kentang), buah-buahan 

(avokad, jeruk, aprikot, pisang, ara, anggur/

kismis, plum), kacang tanah, kedele, badam, 

biji labu manis (pumpkin) dan kopi. Plasma 

hanya mengandung 1% dari kadar total dalam 

tubuh (Kt

), sedangkan antara kadar plasma 

(Kp) dan Kt

 tidak ada  korelasi baik. Oleh 

sebab  itu Kp rendah tidak berarti bahwa Kt 

juga telah berkurang dan adanya defisiensi 

kalium.

Selama terapi hipertensi dengan diuretika 

sering kali Kp menurun, namun  biasanya Kt

lebih kurang stabil. sebab  itu suplesi kalium 

tidaklah berguna, kecuali bila diuretika 

diberikan dalam dosis tinggi sekali. Atau, bila 

pasien juga menelan digoksin, yang membuat 

jantung lebih peka terhadap kekurangan K. 

Suplesi K barulah perlu bila Kt telah turun 

dengan nyata, seperti pada gagal jantung 

(dekompensasi), cirrhosis hati dan diabetes dengan keto-acidosis. Risiko akan hipokaliëmia

lebih besar dengan meningkatnya dosis, 

usia pasien dan lamanya pengobatan. Gejala 

hipokaliëmia berupa otot lemah, rasa sangat 

letih, gangguan konsentrasi dan ritme 

jantung.

Efek samping dari overdosis berupa gangguan saluran cerna, nyeri setempat pada 

injeksi dan radang vena (phlebitis). Gejala 

hiperkaliëmia ini di atas juga dapat 

terjadi bila K dipakai bersamaan dengan 

diuretika penghemat-kalium. Juga sebagai 

efek samping dari beberapa obat, seperti 

kaptopril, indometasin, sitostatika dan digoksin (pada dosis tinggi).Dosis: profilaksis 2 dd 0,6-1 g KCl (tablet 

retard) p.c., pada hipokaliëmia dimulai dengan 2 g sampai gejalanya hilang, kemudian 

2 dd 1 g.

2. Natriumklorida:garam dapur, NaCl

Natrium merupakan kation utama dalam 

cairan ekstraseluler dan memegang peranan 

penting pada regulasi tekanan osmotiknya, 

juga pada pembentukan perbedaan potensial 

(listrik) yang perlu bagi kontraksi otot dan 

penerusan impuls di saraf.

Dalam diet sehari-hari, rata-rata ada  

6-12 g NaCl yang diserap baik dari usus. 

Jumlah yang sama juga diekskresikan setiap 

hari, terutama lewat urin dan sedikit lewat 

keringat. Ginjal sehat mampu menyesuaikan 

ekskresi garam dengan pemasukannya.

Defisiensi bisa terjadi akibat kerja fisik 

yang terlampau berat dengan banyak berkeringat dan banyak minum air tanpa tambahan garam ekstra. Gejalanya berupa mual, 

muntah, sangat lelah, nyeri kepala, kejang 

otot betis, kemudian juga kejang otot lengan 

dan perut. Selama melakukan olah raga 

secara normal untuk beberapa jam tidak ada 

bahaya hiponatriëmia.

Efek samping pada overdosis berupa udema dan naiknya tekanan darah berhubung 

bertambahnya volume plasma akibat pengikatan air oleh Na. Efek ini juga dapat terjadi 

sebab  retensi Na pada pemakaian  hormon 

steroida, NSAID’s seperti indometasin dan 

fenilbutazon, vasodilator dan succus liquiritiae 

(gula “drop”).

pemakaian nya selain pada defisiensi 

Na, juga dalam bilasan 0,9% (larutan garam 

fisiologis) dan dalam infus dengan elektrolit 

lain. Sebagai tetes mata 5% NaCl dipakai 

pada udema kornea.

Dosis: untuk kompensasi kehilangan Na 

akibat kerja berat dan terlalu banyak minum 

air: 5-10 g NaCl, sebaiknya sebagai larutan 1 

g per liter.

3. Kalsium: calcium, Ca

Kalsium ada  sebanyak 99% dalam 

tulang kerangka dan sisanya dalam cairan 

antarsel dan plasma. Dalam bahan makanan 

terutama ada  dalam susu dan telur, 

juga gandum dan sayur-mayur, antara lain 

bayam. Resorpsinya dari usus memerlukan 

adanya vitamin D dalam bentuk aktifnya, 

yaitu kalsitriol.

Fungsinya selain sebagai bahan bangun 

bagi kerangka, juga sebagai pemeran penting 

pada regulasi daya rangsang dan kontraksi 

otot serta penerusan impuls saraf. Lagi pula 

Ca mengatur permeabilitas membran sel bagi 

K dan Na dan mengaktivasi banyak reaksi 

enzim, seperti pembekuan darah. 

Pengaturan kadar Ca dalam darah dan di 

jaringan tulang diregulasi oleh kerjasama 

erat antara tiga hormon, yakni kalsitriol, parathormon dan kalsitonin. Kalsitriol (dihidroksiD3

) meningkatkan Ca (dan P) darah dengan 

meningkatkan perombakannya (“resorpsi”), 

mobilisasi Ca dari tulang dan retensinya 

(dan P) di ginjal. Parathormon (PTH) juga

meningkatkan kadar Ca darah dengan menstimulasi sintesis kalsitriol. PTH ini disekresi 

oleh paratiroid bila kadar darah Ca terlampau 

rendah. Sebaliknya, kalsitonin menurunkan 

Ca darah; hormon peptida ini disekresi oleh 

tiroid bila kadar Ca terlampau tinggi. Sebagai 

antagonis dari PTH zat ini merintangi 

mobilisasi Ca dari tulang dan mendorong 

ekskresinya (dan P) di ginjal dengan efek 

menurunnya kadar Ca (dan P) darah. Lihat 

skema dibawah. 

Defisiensi kalsium memicu  antara 

lain melunaknya tulang (osteomalacia) serta 

mudah terangsangnya saraf dan otot, dengan akibat serangan kejang (tetania). Dalam kebanyakan kasus kekurangannya disebabkan oleh defisiensi vitamin D dan terhambatnya resorpsi Ca, atau sebab  penyakit 

hipoparatirosis dan insufisiensi ginjal.

Resorpsi dari usus berlangsung aktif dalam keadaan terikat pada CBP (Calcium 

Binding Protein), yang sintesisnya distimulasi 

oleh kalsitriol. Vitamin D yaitu  esensial bagi 

absorpsi yang baik! Dalam darah, unsur ini 

terikat pada protein untuk ±45%. Ekskresi

tergantung pada banyak faktor dan terutama 

melalui tinja dan hanya sedikit lewat urin.

Kebutuhan. Dalam rangka prevensi osteoporosis National Institute of Health AS

menganjurkan asupan kalsium (sebagai elemen) per harinya sesuai jumlah berikut, lihat 

tabel di bawah ini. 

pemakaian nya pertama-tama pada defisiensi Ca tulang yang berkaitan dengan 

terganggunya resorpsi, juga setelah pembe

dahan tiroid dengan kerusakan pada paratiroid. Pada osteoporosis dan prevensinya 

bagi wanita setelah menopause, Ca diberikan 

bersamaan dengan suatu bisfosfonat, vitamin 

D dan estrogen. Lihat Bab 44, Estrogen. 

Profilaktik Ca juga dipakai oleh wanita 

selama kehamilan dan laktasi.

Efek samping pada pemakaian  oral berupa iritasi lambung-usus dan sembelit. 

Hipercalciemia jarang terjadi dan bercirikan 

endapan Ca di ginjal (batu) dan meningkatnya 

ambang rangsang saraf dan otot. Gejalanya 

berupa kelemahan otot, letargia, poliuria dan 

perasaan dahaga, akhirnya timbul koma.

Untuk prevensi osteoporosis dianjurkan 

memakai  dosis lazim dari 600-1400 

mg per hari. Dosis yang melebihi 1400 mg/

hari akibat asupan makanan dengan kadar 

tinggi kalsium ditambah ekstra lagi dengan 

suplemen kalsium, berrisiko terhadap gangguan jantung dan pembuluh.

Ref. 

1. Karl Michaëlsson; BMJ. 2011;342:d2040 dan 

2013;346:f228

2. Van Maanen; Calciumsuppletie moet niet 

worden overdreven; Ned Tijdschr Geneeskd 

2013;157:C1629 

Interaksi. Pemberian i.v. pada pasien yang 

memakai  digoksin harus berhati-hati, 

sebab  toksisitas digoksin diperkuat. Resorpsi 

tetrasiklin dihambat akibat terbentuknya 

kompleks dengan Ca; doksisiklin dan 

minosiklin tidak terganggu resorpsinya.

Garam-garam kalsium. Berbagai garam 

kalsium sering kali dipakai dengan kadar 

kalsium per gram yang saling berbeda, lihat 

tabel 53-1. 

Dosis: Pada defisiensi, oral 2-2,5 g Ca 

sehari dalam 3-4 dosis sewaktu makan. 

Pada osteoporosis dan prevensinya 1-1,4 g 

Ca malam hari, bersamaan dengan vitamin 

D3 800 unit. Pada hipocalciemia parah, i.m. 

atau i.v.(perlahan-lahan) Ca-glukonat 1-2 g 

(larutan 10%).

4. Magnesium:Mg

Magnesium banyak ada  dalam kedele, padi-padian whole grain, cereals, kacang-kacangan (nuts, amandel), buah (ara, 

abrikos) dan sayuran hijau (molekul klorofil

mengandung atom Mg), serta sedikit dalam 

susu, ikan dan daging. Tubuh manusia 

mengandung ±25 g Mg, 50-60% daripadanya 

dalam kerangka, sedangkan sisanya ada  

dalam cairan intraseluler, juga sebagai kofaktor enzim yang menghasilkan energi 

(pengoperan fosfat). 

Fungsinya. Mg memegang peranan penting pada relaksasi otot, mungkin juga untuk 

myocard (seperti K); pada otot jantung pasien  

yang meninggal akibat infark ditemukan 

kadar Mg (dan K) yang rendah. Oleh sebab  

itu Mg dipakai sebagai prevensi dan 

terapi untuk infark jantung. Di samping 

itu Mg berperan penting pada metabolisme 

kalsium dan juga diperlukan untuk sintesis 

protein dalam tulang. Penting pula bagi 

absorpsi kalsium, kalium dan natrium. Berdasarkan sifat ini, dianjurkan sebagai obat 

tambahan pada osteoporosis. Akhirnya 

Mg menstimulasi sistem-imun. Penelitian 

epidemiologi menunjukkan bahwa di daerah 

yang kaya magnesium lebih jarang ada  

kanker, antara lain kanker lambung.

Kebutuhan seharinya diperkirakan 450-500 

mg (WHO), yang diperoleh dari makanan, 

lihat di atas. 

Kekurangan dapat mengakibatkan jarijari tangan dingin, kejang betis dan restless 

legs, juga yang lebih serius tekanan darah 

meningkat, kejang pembuluh koroner

dan aritmia jantung yang berbahaya. Maka 

dianjurkan suplesinya bagi pasien  yang telah 

menderita infark. Pada hewan, dijumpai 

efek teratogen dan berkurangnya pembentukan 

antibodies serta menurunnya daya tangkis 

umum.

Dosis: sebagai tambahan pada osteoporosis 1-3 dd 250 mg Mg(OH)2

 selama 2 tahun. Juga dapat dipakai sebagai magnesiumsitrat atau askorbat.

5. Besi:Ferrum, Fe

Senyawa besi khusus dipakai pada 

keadaan anemia ferriprive, yaitu anemia 

akibat kekurangan Fe.

• Ferofumarat (Ferumat, *Superton, *Hemobion. 

• Obimin-AF) dianggap sebagai pilihan utama untuk terapi oral berhubung dengan 

efek sampingnya yang ringan. Dosis: 2-3 

dd 200 mg (= 65 mg Fe) p.c.

• Feroglukonat(*Vitaton multi, *Sangobion)

juga bersifat kurang merangsang dan 

sering kali dipakai dalam tonika 

dikombinasi dengan vitamin B-kompleks. 

Dosis: 3 dd 48 mg Fe.

• Ferosulfat (Ferro-Gradumet,*Iberet ) bersifat sangat merangsang, sebab  bereaksi 

asam dan lebih sering memicu  

mual dan muntah. Tablet slow-release 

mengurangi kendala ini. Dosis: oral 2 dd 

525 mg (=105 mg Fe) p.c. Lihat juga Bab 

39, Hemopoietika.

6. Seng: zincum, Zn

Kadar seng dalam tubuh cukup tinggi 

(1,5-2 g) dibandingkan elemen spura lainnya. 

Sebagian besar ada  dalam tulang, juga 

agak banyak di prostat. Zn merupakan kofaktor bagi banyak enzim yang perlu bagi 

antara lain sintesis dan perombakan protein, 

karbohidrat dan lemak. 

Kebutuhan seharinya yaitu  10-15 mg, sedangkan pada defisiensi sampai 50 mg sehari, 

yang diperoleh dari daging, ikan, kerang, 

kepiting, susu, produk whole grain, ragi dan 

kacang-kacangan (beans). Resorpsinya dari 

usus diperbesar oleh vitamin C dan asamasam amino, serta dikurangi oleh kalsium, 

fosfor, Fe dan Cu. Lagi pula seng mendesak 

Cu dari enzimnya dan juga meniadakan efek 

pelindung Se terhadap kanker. Oleh sebab  

itu pasien kanker sebaiknya jangan diberikan 

suplesi Zn. Fungsinya sebagai ko-faktor dari minimal 

100 enzim yang terlibat dalam berbagai 

proses metabolisme, juga esensial bagi sintesis RNA dan DNA. Diperkirakan bahwa seng juga memegang peranan pada 

gejala buta malam sebagai ko-faktor dari 

alkoholdehidrogenase yang mengubah retinol menjadi retinal, yang perlu bagi sintesis 

rodopsin. Beberapa studi menunjukkan bahwa seng dapat memperbaiki fungsi selsel otak, antara lain lemah ingatan (sering 

lupa) pada lansia. Akhirnya seng berkhasiat 

menstimulasi penyembuhan borok bila terdapat kekurangan dan lokal memiliki efek 

mengerutkan selaput lendir (adstringens), 

antikeringat, dan antiseptik lemah. Lihat 

juga Bab 15, Antiseptika.

Defisiensi jarang terjadi. Namun pernah 

ada laporan dari Timur Tengah mengenai ciriciri defisiensi, seperti terhambatnya pertumbuhan dan infantilisme, berkurangnya daya 

ra