Tampilkan postingan dengan label diagnosa dermatologi 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label diagnosa dermatologi 1. Tampilkan semua postingan

diagnosa dermatologi 1






 sangat berhubungan erat 

dengan penyakit yanga ada di dalam kulit. Kulit yaitu  bagian luar dari tubuh kita yang 

harus dijaga agar tidak dapat dirusak oleh gangguan sekitar lingkungan. Pentingnya kulit 

bagi fisiologi tubuh secara umum dapat ditunjukkan dengan melihat dari timbulnya 

gangguan-gangguan sistemik yang serius pada kerusakan kulit yang berat misalnya akibat 

luka bakar atau pada dermatitis eksoliatifa menyeluruh. Dermatologi dan pengertian 

tentang penyakit kulit sangat tergantung pada pengertian tentang mekanisme dasar dari 

biologi kutaneus. riset  dalam bidang dermatologi telah mengambil bagian dalam revolusi 

biologi molekuler dan memusatkan penyelidikan ilmiah yang mendasar tentang susunan 

kutaneus, dan hal ini  telah dapat memberi  jawaban-jawaban yang penting dalam 

pemahaman dan pengobatan penyakit kulit. riset  dermatologi yang mendasar tidak saja 

dipakai  secara langsung pada penyakit kulit, penyembuhan luka, dan penuaan kulit, namun  

juga memberi  kemampuan yang unik dalam pemahaman tentang cara membaca kelainan 

kulit  berdasar  proses-proses peradangan, kelainan-kelainan metabolik dan lainnya, 

sehingga kita mampu menDiagnosa   penyakit dengan benar. 

sebab  lesi-lesi penyakit kulit yaitu  merupakan gambaran patologik secara umum dari 

penyakit kulit, maka tidaklah mengherankan, adanya riset  tentang histopatologi kulit 

telah dilakukan semenjak hampir seratus tahun yang lalu. Perkembangan dan peranan 

dermatologi dalam ilmu kedokteran sangatlah penting dimana para ahli penyakit kulit 

melakukan riset  dengan teknik-teknik yang baru dan luar biasa sehingga dapat 

menghasilkan sesuatu alat untuk meneliti dari sebuah penyakit kulit. Perkembangan ini, yang 

dimulai dengan transplantasi rambut dan dermabrasi, telah berkembang secara perlahan-

lahan menjadi bedah yang diawasi dengan mikroskop (Mohs) dan yang terbaru yaitu  teknik 

laser yang canggih. 



 


Kulit atau disebut juga jaringan integumen yang terdiri dari unsur-unsur epitelial, 

mesenkimal, glanduler dan neurovaskuler, bukan hanya merupakan pembungkus tubuh. Kulit 

memegang peranan yang penting dalam mempertahankan homeostasis. Jaringan integumen 

memiliki membran dengan permeabilitas air paling rendah sehingga mencegah terjadinya 

dehidrasi kulit pada keadaan cuaca yang kering. Sebagai barier, kulit tidak hanya mencegah 

hilangnya cairan tubuh, namun  juga menghalangi masuknya zat-zat yang toksik dari 

lingkungan. Jaringan integumen mempertahankan kehidupan dengan cara menjaga suhu 

tubuh tetap konstan, kulit melindungi jaringan dibawahnya dari berbagai tekanan fisik dari 

luar tubuh, seperti radiasi ultra violet, energi listrik, dan kekuatan mekanik, dan ini dapat 

menghalangi masuknya sebagaian besar mikro organisme. Pentingnya kulit bagi fisiologi 

tubuh secara umum dapat ditunjukkan dengan melihat timbulnya gangguan-gangguan 

sistemik yang serius pada kerusakan yang berat dan luas akibat luka bakar atau pada 

dermatitis eksoliatifa menyeluruh. 

Dermatologi dan pengertian tentang penyakit kulit sangat tergantung pada pengertian 

tentang mekanisme dasar dari biologi kutaneus. riset  dalam bidang dermatologi telah 

mengambil bagian dalam revolusi biologi molekuler dan memusatkan riset  ilmiah yang 

mendasar tentang susunan kutaneus, dan hal ini  telah memberi  jawaban-jawaban 

yang penting dalam pemahaman dan pengobatan penyakit kulit. riset  dermatologi yang 

mendasar tidak saja dipakai  secara langsung pada penyakit kulit, penyembuhan luka, dan 

penuaan kulit, namun  juga memberi  kemampuan dalam pemahaman dan pengobatan 

penyakit kanker, proses-proses peradangan dan kelainan-kelainan metabolik. Oleh sebab  

itu, riset  dalam dermatologi juga menambah pengetahuan tentang penyakit-penyakit 

lain seperti alergi, kanker, penyakit-penyakit akibat faktor lingkungan, peroses penuaan 

kulit dan lain-lain. Para peneliti biologi kutaneus melaksanakan pendekatan eksperimental 

yang luas dan beranekaragam pada bidang riset  mereka. 

Ahli biologi molekuler menganalisis hal-hal rinci dari diferensiasi keratinosit, sintesis 

kolagen, sintesis dan sekresi matriks ekstraseluler; ahli patologi eksperimental mempelajari 

tentang penyembuhan luka, para ahli fotobiologi menilai pengaruh-pengaruh subseluler, 

seluler dan sistemik dari sinar ultraviolet, ahli biologi molekuler meneliti transduksi signal 

atau fungsi membran, ahli biokimia mempelajari melanisasi dan fungsi barier lemak pada 

stratum korneum, ahli imunologi seluler meneliti adanya interaksi kompleks dari respon imun 

pada kulit, ahli  farmakologi mengukur absorbsi perkutaneus, ahlis fisiologi mempelajari 

sifat dari kulit dan ahli sel atau ahli famakologi menyelidiki mekanisme kerja obat-obatan. 

Akhir-akhir ini telah dipakai  pula alat-alat biologi molekuler untuk dapat dimengerti 

secara lebih baik detil molekuler dari aktifasi gen dan transkripsi dan  sintesis protein 

yang telah menghasilkan suatu “cloning” dan “sequencing” gen dan penentuan struktur 

protein-protein tertentu. 

Kulit merupakan indikator yang mencolok dari penyakit yang serius dan tersedia 

setiap saat. Bagi orang yang tidak terlatih sekalipun dapat mengenali adanya penampilan 

pucat dari pasien  dalam keadaan syok, atau adanya sianosis yang berhubungan dengan 

kegagalan jantung, atau adanya kekuningan sebagai tanda awal dari penyakit bilier 

obstruktif. Namun, seorang dokter yang sempurna harus mampu mendeteksi adanya tanda-

tanda kulit yang lebih sulit dari penyakit-penyakit yang membahayakan jiwa, seperti adanya 

“half-dozen infarcts” pada ekstremitas seorang wanita muda yang menderita gonokoksemia, 

atau adanya suatu lesi yang kecil dengan batas yang menggaung dan tidak beraturan pada 

punggung, sebagai suatu melanoma maligna yang dini. Keadaan ini sering tidak diperhatikan 

atau diabaikan oleh pemeriksa dan dapat membawa bencana bagi pasien . 

Proses patologis yang dinamis seperti inflamasi dan pertumbuhan neoplastik, 

perubahan hemodinamik, keseimbangan cairan dan kinetik sel, secara klinis digambarkan 

sebagai suatu eritema, deskuamasi, nodul-nodul, ulkus-ulkus dan sebagainya. Hal ini  

dapat secara langsung dilihat pada kulit pasien  dan perubahan seluler dan  jaringannya 

dapat dipelajari dengan spesimen biopsi yang dapat diperoleh dengan mudah dan aman. 

Lebih jauh lagi, perkembangan dari reaksi-rekasi patologis kulit dapat di visualisasikan 

secara in vivo dan diikuti dengan biopsi serial. Tanda klinis lesi kulit merupakan gambaran 

patologis secara garis besar dan dapat dihubungkan secara langsung dengan gambaran 

patologis secara mikroskopis. Kulit tidak hanya merupakan suatu barier dan penghubung 

dengan lingkungan (dunia luar), melainkan merupakan “arena peperangan” tempat terjadinya 

interaksi antara organ dan lingkungan namun  juga merupakan cermin dari suatu penyakit 

sistemik, yang dapat bersifat infeksius, metabolik, endokrin atau imunologik. beberapa  

besar gangguan imunologik, dimana sistem imun dari organ berbalik melawan organ itu 

sendiri, memiliki  manifestasi klinis pada kulit, yang dapat menjadi tempat pertama yang 

terdeteksi atau merupakan organ target yang utama. Kelainan autoimun ini bervariasi dari 

yang ringan namun  secara estetika merupakan suatu kondisi yang merusak, seperti misalnya, 

vitiligo atau alopesia areata, sampai pada yang lebih parah dan membahayakan jiwa, seperti 

pemfigus atau lupus eritematosus. 

Pertama, mungkin hanya terjadi hilangnya pigmentasi atau hilangnya rambut, 

berikutnya dapat terjadi gangguan ginjal, otak, hati, dan sistem veskuler. 

 

1. Kulit dapat merupakan bukti “prima facie” dari penyakit dalam. 

Kulit seringkali menjadi penghubung penting dalam menyelesaikan masalah diagnosa  

yang membingungkan dalam kedokteran secara umum. Seorang dokter umum harus 

mampu untuk mengenali perubahan-perubahan pada kulit yang ditemukan dengan tidak 

sengaja pada pemeriksaan fisik. Dokter tidak dapat mengetahui apa yang harus 

diperhatikan kecuali jika mereka sudah mengetahui lesi-lesi yang paling sering 

ditemukan seperti misalnya purpura yang “palpable” yang merupakan petunjuk klinis awal 

dari adanya venulitis nekrotisasi sistemik yang mendasari, yang mungkin atau tidak 

mungkin berhubungan dengan masalah yang lebih serius dari artritis sistemik. 

2. Penyakit yang timbul dan terbatas pada kulit dapat merupakan PEMICU  utama dari 

gangguan kemampuan (disabilitas) dan rasa tidak nyaman. 

Dokter umum tidak selalu menghargai pentingnya suatu penyakit kulit dan mungkin tidak 

merujuk pasien  kepada seorang ahli penyakit kulit untuk mendapatkan pengobatan 

yang tepat. 

3. Kulit dapat dipakai  untuk mengetahui mekanisme dasar suatu penyakit sebab  

merupakan jaringan padat yang paling mudah didapatkan. 

Misalnya, penyakit-penyakit imunologis, biopsi kulit tidak hanya menghasilkan Diagnosa  

yang tepat dari penyakit sistemik namun  dapat pula menentukan adanya antigen penting 

yang terlinat dalam patogenesinya. 

 

 

penyakitan manusia dapat timbul akibat kecacatan, rasa tidak nyaman (rasa sakit 

atau rasa gatal yang tidak mudah diatasi) atau kesalahan bentuk. Kelainan-kelainan kulit 

meliputi ketiganya memiliki  banyak etiologi dan  memicu  penyakitan manusia dan  

kerugian ekonomi jauh lebih besar dibandingkan  yang diketahui pada umumnya. Pada perang 

dunia kedua terjadi lebih banyak evakuasi dari ruang operasi penyakit kulit di pasifik 

selatan dibandingkan  korban perang; pada pertempuran Vietnam, kelainan-kelainan kulit 

tercatat menduduki urutan ke tempat sebagai PEMICU  kecacatan. 

2 - 4% dari seluruh masalah  bukan kecelakaan dan bukan masalah  obstetrik, yang dirawat 

pada rumah sakit sipil merupakan penyakit kulit. Diperkirakan, satu dari tiga orang di 

Amerika Serikat menderita penyakit kulit setiap tahunnya. riset  di Inggris 

menunjukkan, bahwa setiap lima orang pasien  yang melakukan konsultasi pada dokter 

umum sebab  masalah kulitnya. Diperkirakan, akibat dari peningkatan jumlah ini, beberapa  

besar pasien  memiliki  lesi-lesi yang tidak dapat diabaikan sebab  mungkin merupakan 

pertanda dari penyakit organ-organ dalam yang serius. 

 

KECACATAN 

Keutuhan jaringan integumen merupakan hal yang penting untuk dapat bergerak. 

Kerusakan permukaan kulit dapat dimisalkan sebagai suatu korosi (karat) dari permukaan 

logam peralatan yang halus. Jelas bahwa kulit tangan yang sehat dan utuh sangat penting 

untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang halus, kulit yang kering tebal dengan fisura 

dapat secara permanen atau sementara melumpuhkan/menghambat pekerjaan seorang ahli 

bedah, dokter gigi, atau operator mesin. Dermatitis pada tungkai atau selangkangan juga 

dapat  memicu  kecacatan. Pada beberapa wilayah Amerika Serikat, penyakit kulit akut 

ataupun kronis telah menghabiskan lebih dari setengah biaya yang dibutuhkan kulit tangan 

yang sehat dan utuh. Penyakit kulit telah membebani rakyat Amerika Serikat 1.5 miliar 

pertahun dan merupakan masalah kesehatan nasional yang sama. 

 

RASA TIDAK NYAMAN 

Pruritus yang merupakan gejala kutaneus yaitu  suatu keadaan yang menyengsarakan 

dan sulit disembuhkan dengan obat-obatan topikal ataupun sistemik. Tidak ada obat yang 

spesifik untuk menghilangkan pruritus. Pruritus yang sulit ditangani dapat  memicu  

sulit tidur, keadaan ini dapat  memicu  kecacatan (ketidakmampuan), sama-sama dengan 

stress dan kecemasan akibat rangsangan yang menetap. 

 

 

KERUSAKAN RUPA/BENTUK 

Jaringan integumen merupakan perantara multifungsi pengaruh lingkungan terhadap 

organ-organ yang merupakan penentu utama dalam kehidupan dan sifat dari semua spesies. 

Pola perilaku dari individu dan kelompok juga ditentukan oleh jaringan integumen, seperti 

individu yang dijauhi sebab  adanya jaringan parut dan kerusakan bentuk/rupa. Meskipun 

ada  banyak bukti tentang peranan psikologis dari jaringan integumen pada spesies 

yang lebih rendah, dimana perilaku tertentu dinyatakan melalui perubahan warna kulit, 

berdirinya bulu burung, dan sekresi kelenjar-kelenjar, namun manifestasi tertinggi dari 

fenomena ini ditemukan pada manusia. Kesadaran kosmetologis kulit secara umum dinilai 

dari kepedulian masyarakat yang berlebihan pada warna rambut, dandanan rambut atau 

potongannya, pemakaian  parfum dan deodoran, dan  model rambut secara teratur. Tidak 

jarang orang dengan rupa/bentuk yang buruk diabaikan dan dihindari. Pada masa lampau, 

poli  kulit merupakan bagian terpisah dari rumah sakit merupakan suatu ekspresi 

ketidaksenangan, bahkan oleh seorang dokter, terhadap bentuk yang menjijikkan dari 

banyak penyakit kulit. Walaupun demikian, pengaruh yang serius dari perusakan 

bentuk/rupa, dapat dipahami dengan baik oleh orang yang juga mengalami kerusakan 

bentuk/rupa. Disamping adanya ketidakmampuan fisik yang mungkin menyertai kelainan 

kulit, terutama pada ekstremitas, pasien  harus secara berkesinambungan menyesuaikan 

dan mengimbangi kesan “berubah bentuk” pada pandangan dirinya atau orang lain. 

Kebanyakan pasien  dapat menyesuaikan, namun  mereka membutuhkan dorongan yang 

menenangkan dan simpati dari para dokter dan  tenaga medis lainnya. 

  Kulit wajah hanya terdiri dari 9% total permukaan kulit, namun ia merupakan 

“paspor” dalam pergaulan. Kulit tidak dapat ditutup dengan mudah atau disamarkan. 

Misalnya, jerawat yang parah pada wajah, yang merupakan salah satu dari masalah medis 

tersering pada usia dewasa, dapat  memicu  kerusakan permanen bagi perkembangan 

kepribadian. Bintik-bintik kemerahan yang didapat, nodul, papul, pustul atau tanda lahir 

vaskuler dapat  memicu  kecacatan (kerusakan rupa) yang mendalam. Diantara 

PEMICU  yang terpenting dan paling sering dari ketidakmampuan menyesuaikan diri yaitu  

gangguan pigmentasi melanin (misalnya vitiligo), terutama pada orang-orang yang 

berpigmentasi. 

Secara tradisional, ilmu kedokteran terutama dihubungkan dengan penyakit atau 

kelainan yang dapat mengakhiri kehidupan seseorang. Perhatian yang lebih besar harus 

ditujukan pada keadaan medis ini  sebab  dapat menghancurkan kehidupan seseorang 

bila tidak diakhiri. 

 

 

sebab  lesi-lesi penyakit kulit merupakan gambaran patologik secara umum dari 

penyakit kulit, tidaklah mengherankan, sebab  kulit dapat diperoleh dengan mudah, maka 

riset  tentang histopatologi kulit telah dilakukan semenjak hampir seratus tahun yang 

lalu. Seorang ahli ilmu penyakit kulit dari Jerman, Unna, merupakan salah seorang dari yang 

pertama kali melakukan deskripsi mikroskopis yang adekuat dari lesi-lesi kulit.  

Dari tahun 1775 sampai 1928, sumbangan utama dermatologi yaitu  dalam bidang 

patologi eksperimental. Tahun 1775, konsep tentang karsinogenesis kemikal telah dimulai 

oleh penemuan Pervical Pott tentang kanker scrotum pada pembersih cerobong asap. 

Treponema pallidum ditemukan pertama kali oleh Schaudinn, seorang ahli protozoa, dan 

pada tahun 1905 oleh Hoffman, seorang ahli kulit. Kanker kulit secara eksperimental yang 

di induksi dengan arang kayu dilakukan pertama kali oleh Yamagiwa dan Ichikawa pada tahun 

1919 dan dengan sinar x oleh Bloch pada tahun 1924. 

Dua fenomena imunologik yang penting ditemukan oleh Prausnitz dan Kustner, 

peragaan pertama tentang hipersensitivitas tipe lambat pada manusia terhadap komponen-

komponen dengan berat molekul rendah dilaporkan oleh Low pada tahun 1924 dan oleh Frei, 

Jadassohn dan Sulzberger pada tahun 1928. 

Pada pertengahan kedua dari abad-20, dermatologi telah berubah dari pemikiran 

tentang deskripsi dan taksonomi, kepada konsentrasi pemikiran tentang patofisiologi 

penyakit. Hebra, Professor Ilmu Penyakit Kulit pada Universitas Wina, memperluas suatu 

era baru pada pertengahan abad-19, sebagaimana dilakukan oleh Robert Wiliam dari Inggris 

dan Joseph Plenck dari Wina, namun  ilmu baru tentang dermatologi dapat dikatakan telah 

dimulai sejak 50 tahun yang lalu. Stephen Rofman yang datang pada tahun 1938 ke 

Universitas Chicago dari Hongaria, dari bagian dermatologi Eropa yang terkenal, dapat 

dianggap sebagai pembawa cahaya bagi ilmu penyakit di Amerika Serikat, Rothman 

menekankan pada patofisiologi kulit. Dia menentukan langkah dan menjadi contoh bagi 

segenap generasi sebagai seorang dokter-ilmuwan yang utama dalam teori dermatologi. 

Faktor penting lain dalam perkembangan riset  selama 4 dekade yang lalu yaitu  

ketersediaan dana untuk riset  dasar dan klinisi pada kulit dan penyakit-penyakit kulit. 

Di Amerika Serikat, hal ini dimungkinkan oleh adanya Institut Nasional Kesehatan, 

khususnya Institut Nasional Artritis dan Muskuloskeletal dan Penyakit Kulit, dan oleh 

industri farmasi yang berkerjasama dengan para ahli penyakit kulit dalam riset  dan 

pengembangan pengobatan baru dengan mendukung riset  dasar dan pengawasan 

percobaan klinis. Cara yang sama telah  ditempuh di Eropa dan Jepang  dan riset  dalam 

ilmu penyakit kulit ini menghasilkan kemajuan sedemikian rupa, dalam pengobatan  penyakit 

kulit seperti mengatasi penyakit-penyakit jamur epidemi dengan memberi  obat-obatan 

anti jamur oral atau topikal; pengembangan kortikosteroid topikal yang memiliki sifat anti 

inflamasi yang sampai sekarang tidak dapat diperoleh dengan obat-obat topikal, mengatasi 

penyakit-penyakit yang membahayakan jiwa seperti pemfigus dan lupus eritematosus 

sistemik dengan kortikosteroid sistemik dan obat-obat imunosupresif; pemakaian  

kemoterapi topikal (5-fluorourasil) untuk pengobatan keratosis solaris; perkembangan 

kemoterapi sistemik pada psoriasis dengan antimetabolit dan imunosupresan dan juga 

fotokemoterapi psoriasis dan mikosis fungoides dengan psoralen dan ultraviolet gelombang 

panjang (PUVA). 

Pengetahuan baru sangat membantu perbaikan peralatan yang dipakai  untuk 

mengetahui secara dini dengan demikian dapat mengobati  secara dini pula suatu melanoma 

maligna, yang telah merubah pengertian kita tentang patologi dari melanoma primer dan 

memungkinkan suatu perkiraan yang tepat dari prognosis melanoma primer kulit stadium I. 

Pengobatan baru dan dramatis juga mencakup retinoid yang efektif untuk akne kistik yang 

berat dan kelainan-kelainan keratinisasi, yang menjanjikan dalam pencegahan kanker kulit 

dan lainnya. 

Pengaruh umum terhadap riset  dalam bidang dermatologi yaitu  hasil dari 

kemajuan teknologi, yang telah dimulai dengan pemakaian  mikroskop elektron dan “density 

gradient ultracentrifugation” yang dikombinasi dengan teknologi biokemikal yang maju, 

beberapa dekade lalu. Hal ini diikuti dengan perkembangan imunopatologi yang menggunakan 

imunofloresensi dan teknik-teknik imunoenzim: pengembangan teknik-teknik separasi 

elektroforesis yang canggih, terhadap riset  dalam bidang dermatologi ini yaitu  hasil 

dari kemajuan teknologi, telah teratasi di sekolah-sekolah kedokteran dan rumah-rumah 

sakit di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Berkembangnya ilmu penyakit kulit, penting 

bagi para dokter yang berpraktek sebab  guru dan peneliti telah memberi  teknik-teknik 

diagnosa  untuk masa yang akan datang dan pengobatan-pengobatan baru. Teknologi baru 

dalam pemeriksaan biologi tidak dapat ditandingi dalam ketepatan dan kepandaian apapun 

yang sebelumnya pernah dibayangkan. Para ahli penyakit kulit kini ditantang untuk berfikir 

sesuai dengan konsep-konsep medis yang terbaru. Disiplin baru ilmu penyakit ini ialah apa 

yang disebut “dermatosciences”, dan keadaan ini sama dengan apa yang terjadi dalam ilmu 

penyakit saraf, dengan munculnya “neurosciences”. 

Para ahli penyakit kulit pada tahun 1990an memiliki semangat riset  yang luar 

biasa. Tehnik-tehnik riset  yang baru, terutama dalam bidang imunologi dan biologi 

molekuler, menjanjikan berkembangnya pendekatan-pendekatan inovatif untuk dapat 

mengatasi beberapa masalah penting dalam ilmu penyakit kulit seperti pengobatan pruritus, 

infeksi virus papiloma humanus, dermatitis eksematus atopik, psoriasis dan berbagai 

manifestasi kutaneus dari infeksi HIV.  

Juga melegakan melihat masuknya beberapa  besar tenaga yang sangat terlatih ke 

dalam bidang ilmu penyakit kulit. Kombinasi dari teknologi baru dan bakat yang khusus ini 

akan sangat mempengaruhi perjalanan ilmu penyakit kulit. 

Selama lima dekade ini, dermatologi klinis telah menjadi bagian yang integral dari 

sekolah kedokteran dan lingkungan rumah sakit, para ahli dermatologi telah menjadi dokter 

yang bekerjasama dengan para ahli penyakit dalam dan bedah dalam menDiagnosa  dan 

mengobati segala macam penyakit multi sistim yang melibatkan kulit. Patologi kulit terutama 

diperiksa oleh para ahli dermatologi yang telah mendapatkan pelatihan khusus dalam 

dermapatologi dan bekerja pada bagian dermatologi. Pada dua dekade terakhir, bedah 

dermatologi telah muncul sebagai pasangan yang utuh dari dermatologi medis. 

Perkembangan ini dimulai dengan transplantasi rambut dan dermabrasi, telah berkembang 

secara perlahan-lahan menjadi bedah yang diawasi dengan mikroskop (Mohs) dan yang 

terbaru yaitu  tehnik laser yang canggih. Kini, para ahli dermatologi merupakan dokter 

yang penting untuk penanganan kanker-kanker kulit, termasuk melanoma maligna. Hal ini 

sebab  mereka berada pada posisi yang terbaik untuk dapat membuat suatu Diagnosa  

histopatologis dan klinis untuk memilih pengobatan yang tepat. Untuk pengobatan karsinoma 

kulit yang lanjut dan melanoma maligna stadium II dan III, para ahli dermatologi 

bekerjasama dengan para ahli onkologi medik, bedah plastik dan  radioterapi. 



Manfaat hasil pemeriksaan epidemiologi dan pelayanan kesehatan pada pasien yang 

mendapatkan pengobatan penyakit kulit meningkat selama dekade lalu dan mungkin akan 

meningkat secara drastis pada dekade mendatang. Ada banyak alasan meningkatnya bidang 

riset  ini bagi dermatologi. Di Amerika Serikat mungkin hal ini disebabkan meningkatnya 

manfaat pelayanan kesehatan secara ekonomi sebagai suatu bagian dari GNP (Gross 

National Product). Tahun 1990, sekitar 600 miliar dolar telah dikeluarkan untuk pelayanan 

kesehatan di Amerika Serikat. Pada tahun 2000, diperkirakan 1,5 triliun dolar diperlukan 

untuk pelayanan kesehatan. Hal ini berarti hampir 6000 dolar per orang per tahun di 

Amerika Serikat. 

Banyak pimpinan pemerintahan maupun swasta yakin bahwa peningkatan anggaran 

untuk pelayanan kesehatan merupakan beban yang berat secara ekonomi bagi Amerika 

Serikat dan oleh sebab nya harus ditekan. Banyak faktor yang mendukung terjadinya 

peningkatan biaya perawatan perkapita yang tinggi diantaranya yaitu  penuaan populasi 

Amerika Serikat, teknologi baru, intensitas perawatan yang lebih haik, dan epidemi AIDS. 

Disamping itu, jumlah dokter praktek meningkat jauh lebih besar dari pada pertambahan 

populasi. Apapun PEMICU  inflasi biaya perawatan kesehatan, upaya untuk menghemat 

pengeluaran mungkin memicu  peningkatan persaingan antara dokter dan rumah sakit 

dan  menambah peraturan praktek kedokteran. Sistim-sistim penghematan baru mungkin 

merubah insentif pemberi layanan kesehatan.  

Sementara penguasa politik mungkin sekali mengubah sistem pelayanan kesehatan 

yang diberikan ditahun-tahun mendatang, hasil riset  riset pelayanan kesehatan dan 

epidemiologi dapat membantu menentukan bagaimana sumber pelayanan kesehatan dapat 

diterapkan dengan baik untuk memberi  kesehatan optimal bagi populasi kita. Oleh 

sebab  itu, dokter perlu memahami metode yang dipakai  dalam menilai prevalensi, terapi 

optimal, dan pengamatan pelayanan kedokteran. sebab  hambatan-hambatan anggaran 

meningkat, mungkin sekali bahwa pasien perlu diberitahu mengenai jenis penyakitnya dan 

dokter perlu memperlihatkan dampaknya pada seseorang dan  efektivitas fisik dan biaya 

pengobatan untuk seorang pasien. Oleh sebab  itu, nampaknya dokter perlu memahami 

konsep epidemiologi dasar, termasuk pengukuran frekwensi dan berat-ringannya penyakit, 

metode untuk menilai hasil akhir pengobatan dan  tehnik-tehnik jaminan kualitas. 

Disamping itu agar dokter mampu menginterpretasi bahan bacaan kedokteran diperlukan 

suatu pemahaman mengenai prinsip-prinsip dasar penentuan validitas (keabsahan) 

riset . 

Bab ini akan memfokuskan diri pada konsep epidemiologi dasar, prevalensi penyakit 

kulit, ukuran ketepatan perawatan, dan ketentuan baru dalam penghematan pelayanan 

kedokteran dalam konteks penyakit dermatologi. 

 

PREVALENSI 

Prevalensi yaitu  angka kejadian suatu keadaan pada suatu waktu tertentu (yakni, 

jumlah individu dengan penyakit tertentu pada saat tertentu dibagi jumlah orang pada 

populasi tertentu). Prevalensi suatu penyakit yaitu  fungsi kejadian masalah -masalah  baru 

(insidens); lamanya penyakit, dan jika responsif terhadap pengobatan, jumlah individu 

terkena yang menerima terapi efektif. 

Prevalensi sesungguhnya dari penyakit kulit sulit ditentukan sebab  banyak riset  

dermatologi melibatkan populasi terseleksi, biasanya pasien yang datang dengan keluhan 

kulit atas mereka yang berkunjung kerumah sakit ataupun institusi lainnya. Disamping itu, 

berbagai faktor sosial maupun lingkungan dapat mempengaruhi kejadian atau deteksi 

penyakit. 

Data prevalensi sistemik satu-satunya untuk populasi umum di Amerika Serikat yang 

telah dikumpulkan hampir 20 tahun yang lalu sebagai bagian dari survey pemeriksaan 

kesehatan dan gizi nasional (NHANES). Tujuh puluh empat persen partisipan potensial 

diperiksa sebagai bagian dari upaya nasional ini. Sayang sekali, data riset  terbaru pada 

populasi yang lebih besar di AS tidak tersedia. 

berdasar  pemeriksaan pada lebih dari 20 ribu warga negara Amerika yang tidak 

dirawat inap, usia 1 sampai 74 tahun, riset  NHANES memperlihatkan bahwa penyakit 

kulit sering DITEMUI  di Amerika Serikat: hampir sepertiga yang diperiksa oleh residen  

dermatologi, sebagai bagian dari survei ini, memiliki  satu atau lebih kondisi kulit yang 

dirasa cukup bermakna untuk mengunjungi dokter. Penyakit kulit yang paling sering 

dideteksi yaitu  penyakit kelenjar sebasea (terutama akne), dermatofitosis, tumor kulit 

jinak dan ganas, dermatis soboroik, dermatitis atopik, dan eksema dan  iktiosis. Tabel 2-1 

menunjukkan prevalensi kesembilan kelainan kulit yang paling sering DITEMUI . Gambar 2-1 

menunjukkan prevalensi umur spesifik dari 4 jenis kelainan patologi kulit yang penting di 

Amerika Serikat. Tidaklah mengherankan, prevalensi keseluruhan patologi kulit yang 

bermakna dan kondisi kulit meningkat sesuai umur. Disamping potensi perubahan penyakit 

yang benar-benar terjadi selama hampir 20 tahun semenjak riset  NHANES dilakukan, 

beberapa penemuan riset  ini menunjukkan bahwa kemungkinan bias didalam masalah -

masalah  tertentu diakibatkan orang dengan kecacatan cenderung tidak berpartisipasi.  

Sebagai contoh, prevalensi psoriasis yang diperiksa didalam populasi riset  

lainnya. riset  Scandinavia menunjukan prevalensi psoriasis berkisar 1,3 sampai 2,8%, 

namun  NHANES memperkirakan prevalensi psoriasis aktif sebesar 0,9% di Amerika 

Serikat. Bila masalah  remisi dan masalah  psoriasis diikutdan kan dalam patologi kulit yang tidak 

bermakna, angka prevalensi untuk Amerika Serikat dan Scandinavia secara kasar mungkin 

sebanding. Oleh sebab  itu, perkiraan prevalensi yang dipublikasikan pada beberapa keadaan 

didasarkan pada ringkasan kode diagnosa  bukan ekstrapolasi langsung dari pemeriksaan 

fisik yang berorientasi penyakit. Sebagai contoh, pada pemeriksaan fisik, didapatkan lebih 

dari tiga kali lipat mengalami akne berat (grade 4 atau konglobata) dibandingkan mereka 

yang diberi kode mengalami akne kistik. 

Tabel 2-1. Prevalensi Kondisi Kelainan Kulit 

 Laki-laki Perempuan Keduanya 

Dermatofitosis 131 34 81 

Akne (Vulgaris dan Kistik) 74 66 70 

Dermatitis Seboroik 30 26 28 

Dermatitis Atopik/ Eksem 20 18 19 

Veruka vulgaris 9 6 8 

Tumor-tumor ganas 6 5 6 

Psoriasis 6 5 6 

Vitiligo 6 4 5 

Herpes simpleks 4 5 4 

*angka per 1000 (sumber: data dari riset  NHANES) 

         Pengetahuan mengenai prevalensi sangat penting dalam berbagai hal. Sebagai contoh, 

estimasi prevalensi, ditambahi  dengan informasi mengenai akibat lanjut penyakit, dapat 

dipakai  untuk mengalokasikan sumber dana bagi riset  ataupun perawat klinis 

penyakit. Selain itu, perkiraan prevalensi dapat dipakai  untuk menentukan apakah suatu  

terapi dilakukan berlebih atau kurang dilakukan dalam hubungannya dengan jumlah orang 

yang mengalami penyakit ini . 

 

INSIDENS 

Insidensi yaitu  jumlah masalah -masalah  baru yang terjadi pada suatu populasi tertentu 

pada saat tertentu. Hal ini biasanya diukur sebagai jumlah masalah  per-1000 orang per tahun. 

Walaupun riset  prevalensi masyarakat (NHANES), memberi   hasil statistik 

komparatif yang baik untuk penyakit kronis dengan lama yang sesuai, tujuan survei 

prevalensi ini  cenderung berlebihan menekankan pentingnya penyakit-penyakit kronis 

yang tidak responsif terhadap terapi dan kurang menekankan kepentingan relatif keadaan-

keadaan akut atau kronis yang tidak nampak lagi sebab  telah diberi terapi. riset  

insidens berdasar  populasi sulit dilakukan; oleh sebab  itu, ukuran sekunder dapat 

bertindak sebagai estimasi dugaan beban relatif penyakit lain. Sebagai contoh, dengan 

menghitung kunjungan ke fasilitas kesehatan sebab  keluhan tertentu, kepentingan relatif 

berbagai masalah dapat diperkirakan. Namun demikian, seperti dikemukakan dibawah, 

hambatan tidak adanya perawatan dan finansial dapat mempengaruhi jumlah kunjungan 

suatu keadaan tertentu, yang merupakan pentingnya masalah ekonomi itu. 

Pengukuran langsung insidens (jumlah masalah  baru yang terjadi untuk unit waktu 

tertentu) telah ada untuk kanker kulit melanoma dan non melanoma, sarkoma Kaposi, dan 

limfoma sel T kulit, namun  hanya beberapa kondisi kulit lainnya, yang memiliki  data 

sebanding. Sayang sekali riset  dasar populasi komprehensif untuk sebagian besar 

tumor-tumor ini, kanker kulit non-melanoma, telah kadaluwarsa. Kurangnya data 

komprehensif baru khususnya, mempersulit pengamatan pada beberapa populasi dimana 

insidens tumor ini nampaknya sedikit meningkat dalam dua dekade lalu. 

Data kunjungan sebab  keluhan dermatologis telah dicatat sebagai bagian dari Survei 

Rarat Jalan Nasional (NANCS). Data terbaru yang dikemukakan dari survei ini yaitu  tahun 

1980 sampai 1981. Waktu itu, rata-rata ada  580 juta kunjungan pertahun kedokter 

praktek sebab  berbagai alasan. Pasien dengan keluhan dermatologi terhitung sebanyak 40 

juta kunjungan (7,3%), kira-kira jumlahnya sama dengan pada tahun 1974. 

Walaupun jumlah kunjungan ke dokter hampir konstan, proporsi kunjungan ini ke 

seorang dokter spesialis kulit meningkat sekitar 50%. Penyakit-penyakit kelenjar sebasea 

khusus akne (10,2 Juta kunjungan); Diagnosa  inflamasi 10 juta kunjungan; keadaan 

hipertrofik dan atrofik (6,8 juta kunjungan); infeksi kulit (4,7 juta kunjungan); kutil (4,1 

juta kunjungan); dan mikosis (3,2 juta kunjungan) merupakan lebih dari 80% kunjungan ke 

ahli dermatologi. Wanita merupakan 58% dari semua kunjungan sebab  keluhan dermatologi. 

sesudah  diperiksa oleh dokter, nampak alasan yang paling banyak dari pasien untuk mencari 

perawatan bantuan kesehatan. Dua pengecualian utama untuk predominasi keadaan akut  

didalam perawatan dermatologi yaitu  akne dan perubahan morfologi kulit antara lain 

tumor-tumor kulit dan perubahan pigmentasi. Akne merupakan hampir seperempat keluhan 

kulit dan hampir sepertiga dari semua kunjungan ke dokter spesialis kulit. Seperti dirinci 

dibawah, perubahan morfologi dan neoplasma kulit menyusun lebih dari sepertiga kunjungan 

per orang berusia diatas 45 tahun. sebab  insidensinya meningkat begitu juga harapan 

terapi efektif, kita dapat berharap bahwa kebutuhan untuk perawatan penyakit 

dermatologi sebab  perubahan morfologi dan tumor akan terus meningkat dan akan 

merupakan aspek penting dalam praktek dermatologi. 

 

MORBIDITAS 

Morbiditas penyakit dermatologi paling sering dicerminkan sebagai ketidakmampuan 

kerja atau efek buruk pada fungsi sosial. Pada riset  NHANES, sekitar 1% populasi 

(atau lebih dari 2 juta orang berusia 1 sampai 74 tahun di Amerika Serikat) memiliki  

suatu keadaan kulit yang menghambat pekerjaan atau aktifitas sehari-hari dirumah. Namun 

demikian, 90% dari orang ini  menunjukan bahwa derajat cacat mereka minimal. Angka 

kecacatan sosial sebab  keadaan kulit sampai mempengaruhi kerja mereka lebih dari 

sepertiga sebab  keluhan kulit dan paling sering dilaporkan pada wanita dan  pada usia 15 

sampai 45 tahun.  Gejala-gejala dan  kecacatan sosial yang berkaitan dengan penyakit 

kulit bertanggung jawab terhadap lebih dari 44 juta kunjungan pertahun sebab  keluhan 

dermatologi. Menurut peneliti survei NHANES, lebih dari 1% populasi tak dirawat inap ini 

mengalami kelainan akibat penyakit kulit derajat sedang sampai berat. Sayang sekali, data 

ini dikumpulkan lebih dari 20 tahun yang lalu, dan ada bukti bahwa survei ini kurang 

meyakinkan. Data terbaru yang mencerminkan prevalensi dan norma sosial akibat kelainan 

dewasa ini belum tersedia. 

Disamping perubahan penampilan, Sebagian kecil morbiditas dapat merupakan akibat 

dari gejala-gejala lain yang berkaitan dengan kondisi kulit.  Dua persen dari orang-orang 

yang disurvei melaporkan rasa nyeri atau rasa terbakar yang berkaitan dengan kondisi kulit. 

Empat persen dari orang-orang yang disurvei menunjukkan setidak-tidaknya ada keluhan 

gatal (pruritus) yang berkaitan dengan kondisi mereka, dan sekitar 1% mengeluhkan 

pruritus sedang sampai berat pada saat survei. 

 

MORTALITAS 

Untungnya, masalah kulit  memicu  jarang sekali kematian. Tahun 1973, ada  

7559 kematian berdasar  Diagnosa  dermatologi, dimana melanoma maligna bertanggung 

jawab pada hampir separuh kematian ini. Angka mortalitas sebab  melanoma telah 

meningkat, namun  kenaikan ini jauh lebih lambat dibandingkan  kenaikan dramatis insidens  

melanoma maligna, yakni dua kali lipat dalam lebih dari 15 tahun. Secara keseluruhan, angka 

kematian sebab  penyakit kulit nampaknya makin turun. 

 

UMUR DAN JENIS KELAMIN 

Berbeda dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan kulit yang lebih tinggi bagi kaum 

wanita, patologi kelainan kulit lebih sering DITEMUI  pada laki-laki dibandingkan  wanita. 

Prevalensi yang lebih tinggi pada laki-laki disebabkan sebab  tingginya angka kejadian 

prevalensi dematofita dan tumor kulit yang sangat banyak pada laki-laki. Perbedaan ini 

mungkin berkaitan dengan perbedaan higenitas dan pekerjaan. 

Perubahan prevalensi relatif penyakit kulit sesuai umur dikemukakan dalam gambar 2-

1. Dalam lima tahun pertama kehidupan, eksema paling banyak. Sejak pubertas sampai usia 

pertengahan (setengah baya), penyakit kelenjar sebasea, terutama akne dan dermatofita 

paling banyak. Pada usia setengah baya dan usia tua, dermatofita dan tumor, baik jinak 

maupun ganas paling sering DITEMUI . 

 

KEBUTUHAN PELAYANAN AHLI DERMATOLOGI 

Kebutuhan pelayanan dermatologi nampaknya sangat peka terhadap kondisi ekonomi 

maupun insentif. Biaya yang keluar dari kantong memiliki  dampak pada pelayanan rawat 

jalan. Oleh sebab  itu beban biaya perawatan kulit bukan hanya berdampak pada prevalensi 

kondisi kelainan kulit namun  juga kemampuan dan biaya perawatan untuk keadaan ini . 

Ahli dermatologi kini melayani hampir separuh kebutuhan perawatan ini , bila 

dibandingkan dengan perawatan yang diberikan oleh dokter lain untuk mengatasi keluhan 

kulit akan sangat tergantung pada beratnya penyakit dan biaya relatif dan  kualitas 

perawatan yang ditawarkan oleh dokter dari berbagai spesialisasi. 

Pengalaman dari perencanaan kesehatan yang akan diberikan dalam sistem pengaturan 

perawatan dermatologi menggambarkan strategi-strategi personel alternatif dalam 

memberi  pelayanan. Dalam rencana kesehatan yang akan diberikan, perbandingan dokter 

spesiailis kulit 'full-time’ per 100.000 penduduk bervariasi 1,2 sampai 5,0; sehingga jumlah 

kunjungan per dokter spesialis kulit sesuai dengan perencanaan ini . Beberapa 

perbedaan pemakaian  pelayanan kesehatan mungkin sebab  perbedaan populasi yang 

dilayani. Faktor-faktor yang mungkin sekali mendukung kondisi ini antara lain, peraturan 

rumah sakit untuk langsung mendapatkan bantuan spesialis, ketersediaan dokter spesialis 

kulit, dan  kemauan dokter lain untuk memberi  perawatan dermatologi. 

Jumlah ahli dermatologi terlatih di AS meningkat sangat cepat. Untuk setiap ahli 

dermatologi yang meninggal, sekurang-kurangnya ada  3 orang lulusan dari program 

pelatihan. Jumlah ahli dermatologi per kapita AS sekitar 6 kali lebih tinggi dibandingkan  di 

Inggris. Belum jelas apakah jumlah ini optimal atau untuk mendukung kenaikan keluhan  

ini . Penilaian mengenai kebutuhan ahli dermatologi di masa depan dan reevaluasi 

mengenai dampak strategi perawatan kedokteran nasional akan kebutuhan pelayanan 

spesialis sesungguhnya, diperlukan jika dermatologi sebagai suatu spesialisasi memenuhi 

kebutuhan dan  hambatan-hambatan pada dekade yang akan datang. 

 

BIAYA PERAWATAN DAN PENGOBATAN 

Table 2-2 meringkas biaya perawatan total yang telah diperkirakan dalam kelompok 

studi di tahun 1979 mengenai berbagai keluhan penyakit kulit. Walaupun biaya rata-rata per 

pasien untuk beberapa penyakit, seperti akne, relatif kecil, tingginya prevalensi penyakit-

penyakit ini  memicu  sedikit kenaikkan biaya Terapi baru hanya memiliki  

dampak kecil terhadap kenaikan biaya. Sebagai contoh, fotokemoterapi methoxsalen oral 

(PUVA) lebih hemat biaya bila dibandingkan dengan perawatan individual dengan psoriasis 

yang sangat berat sebelum adanya sarana terapi ini dikembangkan. Ketersediaan yang luas 

prasarana pengobatan ini (seperti pada tahun 1990, lebih dari 750 organisasi kedokteran di 

AS menawarkan terapi ini) berarti bahwa banyak pasien dengan psoriasis yang tidak 

memerlukan perawatan inap kini cukup dengan terapi PUVA dibandingkan dengan yang lebih 

murah namun  kurang efektif. Sebagai akibatnya, biaya total untuk terapi psoriasis 

meningkat sebagai akibat terapi inovatif ini. Perawatan psoriasis yang lebih baik dengan 

terapi ini bila dibandingkan dengan terapi-terapi sebelumnya jelas membebani biaya ini. 

 

Tabel 2-1. Perkiraan Biaya Total Tahunan untuk  

Perawatan Penyakit-penyakit kulit yang Umum (1979) 

 Juta dolas (AS) 

Psoriasis 248 

Akne 316 

Kanker kulit nonmelanoma 150 

Dermatofita 150* 

*hanya dengan obat-obatan (sumber: Kraning KK, Odland GF) 

Kunjungan dermatologi seringkali menghasilkan pemberian resep satu atau lebih obat-

obatan. Obat yang sering diresepkan antara lain kortikosteroid topikal, sediaan akne 

topikal, dan tetrasiklin. Secara keseluruhan, ahli dermatologi menuliskan lebih dari 5 juta 

resep per tahun; hal ini menunjukkan kurang dari separuh dari semua resep untuk keluhan 

dermatologi per tahun. 

Diperkirakan lebih dari 3 milyar dollar dipakai  pada tahun 1982 untuk pelayanan 

dokter kulit, perawatan dan  obat-obatan untuk penyakit kulit. Sebagai tambahan 500 juta 

dollar diberikan sediaan topikal yang diberikan. 

 

 

KONDISI  KULIT YANG PALING SERING DITEMUI  OLEH AHLI 

DERMATOLOGI 

Lima penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dermatologi yaitu  akne, 

psoriasis, kanker kulit nonmelanoma, kutil, dan dermatitis. Prevalensi setiap kelainan dan 

biaya perawatan kependudukan dan kebiasaan namun  juga ketersediaan prasarana untuk 

mengobati keadaan-keadaan ini. 

 

Akne 

Selama masa remaja (aldolesence), akne sering DITEMUI . Diantara orang kulit putih 

berusia 17 tahun yang diteliti dalam survei federal sekurang-kurangnya 89% mengalami 

akne. Diantara laki-laki berusia 16-17 tahun yang menderita akne wajah, hampir separuhnya 

memiliki lesi inflamasi luas sedang atau berat. Sekitar sepertiga mengalami lesi sedang dan 

berat. Prevalensi akne juga bervariasi menurut ras. Sebagai contoh, akne nodular kistik 

pada laki-laki kulit putih berusia 15-21 tahun 10 kali lebih sering dibandingkan  laki-laki kulit 

putih hitam dengan usia yang sama. 

Sampai tersedianya asam 13-cis-retinoat, akne merupakan keadaan kronik. Pasien 

dengan lesi inflamasi sedang atau berat, hanya sekitar 35% wanita dan 16% pria yang 

memperlihatkan perbaikan dalam 18 bulan sesudah  lesi-lesi ini. Namun demikian, variasi ini 

selalu berubah sesuai perubahan waktu. Bahkan pada usia 30-an. 6% laki-laki dan 8% wanita 

memiliki  akne fisiologis. Akne yang menetap ini sebagian mungkin berhubungan dengan 

pemakaian  kosmetika dan kontrasepsi oral. Beberapa peneliti merasa bahwa prevalensi 

akne yang tinggi pada orang dewasa ini mungkin juga mencerminkan pemakaian  antibiotika 

yang cukup tinggi, namun  hal ini disangkal peneliti yang lain. Kunjungan ke dokter sebab  

akne lebih sering pada kelompok berpendapatan tinggi. Pada kenyataannya, seperti untuk 

semua konsultasi dermatologi, pemakaian  perawatan medik untuk akne tergantung pada 

tingkat pendapatan, pendidikan dan ketersediaan prasarana. 

Akne, sebagai suatu penyakit yang sering DITEMUI , merupakan subyek yang cocok 

untuk analisa pengambilan keputusan analisa efektivitas biaya sebagai cara untuk 

memperkirakan keuntungan, resiko dan biaya strategi terapi alternatif. Analisa keputusan 

memudahkan seseorang membandingkan hasil akhir suatu tindakan alternatif, bila hasil 

tindakan alternatif ini  belum diketahui untuk masa depan, namun  kemungkinan 

pemakaian  terapi alternatif ini  dapar diperkirakan. Analisis efektivitas biaya 

memberi  suatu cara untuk menghitung hubungan antara biaya tindakan alternatif, hasil 

yang diharapkan (misal, waktu kesembuhan), dan  morbiditasnya (misal, presentase pasien 

yang sembuh dari efek samping terapi). 

Menggunakan analisis ini , dokter dan pasien dapat membuat keputusan penting 

mengenai terapi berdasar  keinginan mereka untuk mempercepat kesembuhan, efek 


19 

samping yang lebih sedikit dan  biaya yang lebih murah. Sebagai contoh, analisa efektivitas 

biaya membandingkan dua strategi dalam mengobati akne papulopustulosa sedang. Salah 

satu terapi menekankan terapi awal dengan obat topikal, dan yang lain dengan terapi awal 

antibiotika sistemik. Dalam analisa ini terapi yang menekankan terapi awal antibiotika 

sistemik memperkirakan dapat membersihkan 43% akne dengan cepat dan menurunkan 

biaya 19% bila dibanding terapi awal topikal. Hal yang mengganggu efektivitas ini yaitu  

lebih dari 75% mengalami efek samping terapi antibiotika sistemik ini. Bila tekanan ekonomi 

meningkat, kebutuhan pasien dan sepertiga data yang membandingkan biaya, resiko, dan  

keuntungan relatif terapi alternatif pada penyakit kronis yang sering DITEMUI  mungkin 

sekali meningkat. 

Kepentingan data epidemiologi untuk menilai prevalensi, beratnya penyakit dan  

kemungkinan respons terhadap terapi dan insidens resiko berat untuk menentukan apakah 

suatu obat dipakai  dengan tepat digambarkan oleh pertentangan mengenai apakah 

isotretinoin dipakai  lebih sering pada pasien wanita. Dengan diketahui bahwa paparan 

isotretinoin in utero ditambahi  dengan resiko malformasi berat pada fetus pertama kali 

berasal dari laporan masalah  spontan dan suatu sistem pelaporan reaksi buruknobat untuk 

spesialisasi khusus. Besarnya resiko ini pada bayi yang terkena dan efek spesifik yang 

terjadi sebab  paparan in utero telah dibuktikan dengan riset  cermat dari semua masalah  

spontan yang dilaporkan. Walaupun riset  epidemiologi telah memberi  keterangan 

rinci mengenai asal defek kelahiran yang berkaitan dengan isotretionin dan alasan-alasan 

terjadinya paparan kehamilan, hanya sebuah riset  prospektif komprehensif yang dapat 

memberi  perkiraan akurat mengenai insidens paparan in utero terhadap  isotertionin 

dan  hasil akhir kehamilan yang terpapar. riset  prospektif ini dimulai tahun 1989, 

namun  hasil-hasilnya belum tersedia saat persiapan bab ini pada awal 1991. 

 

Psoriasis 

Prevalensi psoriasis sedikit bervariasi menurut daerah geografinya. Negara-negara 

Skandinavia dan Eropa nampaknya memiliki  prevalensi paling tinggi, diperkirakan setinggi 

4% di kepulauan Feroe dan Norway. Di AS, perkiraan prevalensi berkisar 0,5%-1%. 

Prevalensi psoriasis meningkat sesuai umur dan lebih tinggi pada orang kulit putih, 

prevalensi di Afrika dan Asia sedikit lebih rendah dibandingkan  di Amerika Utara dan Eropa. 

Sebagai contoh, di Sri Lanka, prevalensinya diperkirakan kurang dari 0,5%. Seperti 

dikemukakan, faktor genetik maupun lingkungan nampaknya penting dalam terjadinya 

penyakit ini. 

Walaupun artritis yang umumnya berkaitan dengan psoriasis biasanya bertanggung 

jawab terhadap kecacatan yang disebabkan penyakit ini, biaya perawatan proriasis saja 

tidak pernah melebihi 250 juta dollar di AS pada tahun 1979. Sayang sekali, data terbaru 


20 

mengenai beban biaya penyakit ini tidak diketahui. Terapi psoriasis memiliki  sedikit 

perbedaan implikasi biaya. Cara yang paling mahal yaitu  pengobatan rawat inap. 

Diperkirakan bahwa sebanyak 10.000 pasien psoriasis yang dirawat setiap tahun rata-rata 

selama 18 hari dengan total biaya lebih dari 100 juta dollar. Walaupun pengobatan rawat 

jalan dengan radiasi UVB dan radiasi PUVA nampaknya lebih murah dibandingkan  terapi rawat 

inap, perjalanan penyakit yang kronis menghalangi keberhasilan pengobatan ini secara 

finansial. 

Dalam memastikan ketepatan dan efektivitas biaya terapi-terapi baru pada penyakit 

kronis ini, konsekuensi kesehatan jangka panjang tiap pengobatan ini sangat tergantung 

pada frekuensi pemberiannya. Sebagai contoh, cyclosplorin oral sangat efektif dalam 

mengendalikan psoriasis namun  terapi ini harus kontinyu. Pada tahun 1991, biaya terapi 5 

mg/kgBB/hari pada seorang dengan BB 79 kg sekitar 10.000 dollar per tahun. Bahaya 

jangka panjang pengobatan ini sangat kecil, dan nampaknya paparan yang makin sering 

bersifat karsiogenik, seperti PUVA, UVB ataupun methorexate. Hal ini menggambarkan 

bagaimana keuntungan cepat terapi ini harus diimbangi dengan biaya maupun efek samping 

jangka panjang maupun efek samping lambat sebab  suatu terapi, untuk menentukan 

ketepatan pengobatan. Kecuali jika tersedia terapi radikal, yakni terapi yang lebih efektif 

dan kurang membahayakan, maka terapi psoriasis sangat tergantung pada beberapa faktor 

antara lain beratnya penyakit, penilaian pengobatan, persepsi pasien mengenai derajat 

kecacatan ataupun kelainan, kesehatan umum pasien, terapi yang dahulu dipakai , kemauan 

untuk menerima resiko jangka panjang yang menyertai berbagai terapi ini  dan  

pertimbangan finansial. 

 

Kanker Kulit Nonmelanoma 

Karsinoma sel basal dan sel skuamosa (kanker kulit nonmelanoma (NMSC)) merupakan 

neoplasma yang paling sering ditemukan pada orang kulit putih. riset  berdasar  

populasi yang dilengkapi lebih dari satu dekade lalu menunjukkan bahwa ada  lebih dari 

500.000 tumor ini setiap tahun. Untunglah, tumor ini tidak mungkin memicu  

kematian atau kecacatannya kecil. Namun demikian, rasa tidak nyaman, gangguan bentuk 

dan  sedikit beban biaya pengobatan medik dapat menyertai pertumbuhan lesi-lesi kulit 

ini. 

Paparan dan  kerentanan genetik yang mendasari menentukan resiko individual untuk  

terjadinya NMSC. Telah dibuktikan ada kaitan langsung antara insolasi sinar matahari 

dengan insidensi NMSC. Resiko penyakit ini paling tinggi dengan kulit terbuka dan mereka 

yang kulitnya mudah menjadi coklat atau mudah terbakar (sinar matahari). Tidak 

mengherankan, pekerja di luar rumah beresiko lebih tinggi dari pada pekerja dalam rumah.  


21 

sebab  insidens NMSC meningkat sesuai pertambahan umur, maka tumor ini makin 

sering ditemukan pada golongan tua. Pola migrasi dewasa dari utara ke selatan dan barat 

daya, terutama pada orang tua, diduga akan menaikkan insidensi. Makin banyaknya kegiatan 

rekreasional paparan sinar matahari mungkin akan meningkatkan angka kejadian tumor. 

riset -riset  terbaru dalam populasi tertentu skala kecil menunjukkan bahwa 

insidens NMSC sedikit meningkat dalam tahun-tahun mendatang di Amerika Utara. 

Kenaikan dramatis yang menaikkan insidens ini mungkin menunjukkan kenaikkan 

sesungguhnya atau sebenarnya mencerminkan penentuan atau migrasi masalah  dengan lebih 

baik. NMSC cukup sering dan merupakan masalah kesehatan yang penting untuk 

meningkatkan upaya pencegahan dan mengoptimalkan efektivitas biaya deteksi dan terapi 

penyakit. Sebenarnya, NMSC sering menjadi subyek riset  khemo-prevensi. Suatu 

percobaan plasebo-kontrol prospektif acak beta-karotan untuk pencegahan NMSC 

tambahan pada orang dengan riwayat tumor gagal menunjukkan efek menguntungkan dari 

beta-karotan. Evaluasi tambahan mengenai strategi pencegahan alternatif, antara lain 

pemakaian  tabir surya (sunscreen) dan perlindungan sinar matahari sistemik masih perlu 

diteliti. Model matematis berdasar  data epidemiologis menunjukkan bahwa pemakaian  

tabir surya yang dimulai pada awal kehidupan mungkin sangat efektif namun  merupakan 

pendekatan yang membutuhkan biaya untuk menurunkan insidens tumor-tumor ini. 

Kebijakan sosial dan lingkungan, maupun kebiasaan individu, dapat mempengaruhi 

insidens NMSC di masa depan. Penipisan ozone sebab  pelepasan chlorofluorocarbon ke 

atmosfir dari kaleng penyemprot, AC dan mesin pendingin diduga dapat menaikkan jumlah 

radiasi UVB yang mencapat permukaan bumi. Kenaikan ini  dapat meningkatkan 

insidens tumor-tumor ini. 

 

PENYAKIT-PENYAKIT KULIT “OKUPASIONAL” (AKIBAT PEKERJAAN) 

Paparan di tempat kerja dapat memicu  berbagai penyakit kulit. Paparan radiasi 

UVB yang berlebihan  memicu  luka bakar (oleh sebab  sinar matahari, ‘sunburn’) dan 

akhirnya dapat memicu  resiko kanker kulit; ‘coal tar’ dan ‘pitch’ bertindak sebagai 

fotosensitisizer maupun karsinogen; bahan kimia dapat  memicu  reaksi alergi dan 

iritasi; mikroorganisme kontaminan dapat menginfeksi kulit. Penyakit kulit bertanggung 

jawab pada hampir separuh dari penyakit sebab  pekerjaan (penyakit okupasional) sehingga 

memicu  klaim asuransi dan sekitar 1% pekerja akan menderita sebab  kanker kulit 

yang berkaitan dengan pekerjaan setiap tahun. Sebagai tambahan lebih dari 250 juta dollar 

yang dikeluarkan setiap tahun untuk perawatan penyakit kulit sebab  pekerjaan, penyakit 

kulit okupasional menyusun hampir seperempat dari 890.000 hari kerja hilang sebab  

penyakit yang didapatkan ditempat kerja. Sekali dilaporkan adanya penyakit kulit 


22 

okupasional berarti rata-rata 11 hari kerja hilang. Hari-hari lain saat terjadi penurunan 

efisiensi jelas akibat perlukaan sedang pada kulit. 

Data dari Finlandia mengenai penyakit kulit sebab  pekerjaan memberi  informasi 

mengenai PEMICU  masalah ini  dinegara industri dan polanya selalu berubah. Sejak 

tahun 1978 sampai 1983, eksema kontak bertanggungjawab akan 97% masalah  dermatosis 

okupasional. Alergi dan eksema iritan memiliki  frekuensi sebanding. Bila data tahun 

19780-1982 dibandingkan dengan data 1966-1972, kepentingan alergi terhadap bahan-

bahan plastik dan  karet semakin meningkat namun  kepentingan kromium dan terpenting 

sebagai alergen menurun. 

Sistem kerja dan manajemen tempat kerja yang baik dapat sedikit menurunkan 

morbiditas dan hilangnya produktivitas kerja akan keluhan penyakit kulit. Prinsip riset 

epidemiologisnya yaitu  riset  yayasan untuk memastikan etiologi bagi penyakit kulit 

sebab  pekerjaan dan dapat menentukan intervensi-intervensi yang mungkin membantu 

menurunkan bahaya penyakit-penyakit ini. 

 

PERUBAHAN PREVALENSI PENYAKIT DERMATOLOGI 

Mungkin faktor yang paling mungkin merupakan alternatif yang akan menggantikan 

maupun sebagai cara dari penyakit kulit yang sedang tumbuh proporsinya pada populasi usia 

tua pada riset  kami. Perubahan-perubahan yang tergantung pada usia berdampak baik 

terhadap kulit maupun sistem imune yang mempengaruhi kecurigaan pada usia tua terhadap 

penyakit kulit, dan orang-orang tua di Amerika telah memiliki angka pemakaian untuk segala 

tipe pelayanan medis rawat jalan maupun rawat inap. 

     

PERUBAHAN PREVALENSI PENYAKIT DERMATOLOGI 

Faktor yang paling mungkin merupakan alternatif yang akan menggantikan maupun 

sebagai cara dari penyakit kulit yang sedang tumbuh proporsinya pada populasi usia tua 

pada riset  kami. Perubahan-perubahan yang tergantung pada usia berdampak baik 

terhadap kulit maupun sistem imune yang mempengaruhi kecurigaan pada usia tua terhadap 

penyakit kulit, dan orang-orang tua di Amerika telah memiliki angka pemakaian untuk segala 

tipe pelayanan medis rawat jalan maupun rawat inap. 

Kapasitas proliferasi epidermis menurun sesuai usia. Walaupun penurunan proliferasi 

bisa menjelaskan kaitan penurunan prevalensi dengan beratnya beberapa penyakit 

hiperproliferatif (seperti ichtiosis lamellar), berkurangnya kecepatan penyembuhan luka 

pada manula memicu  resiko perlukaan kulit lebih besar dan menaikkan resiko 

morbiditas sebab  tindakan bedah. 

Kaum manula juga cenderung memiliki  ambang iritan lebih rendah. Oleh sebab  itu, 

dengan pertambahan usia, kita dapat menduga bahwa insidens reaksi iritan diantara pekerja 


23 

di daerah terbuka akan meningkat. Sebaliknya, insidens dermatitis kotak alergi akan 

menurun sebab  penurunan respons imun yang diperantarai sel (CMI) pada manula. 

Perubahan keadaan imun yang dipengaruhi umur, maupun perubahan kemampuan perbaikan 

kerusakan pada DNA sel epidermis, bisa mempengaruhi kerentanan pasien manula terhadap 

karsinoma kutaneus. Perubahan kebiasaan rekreasional dan tempat tinggal juga 

memicu  kenaikan insidens NMSC, sekalipun pada usia pensiun. 

Adanya terapi-terapi baru untuk NMSC memicu  masalah masalah mengenai 

pengobatan apakah yang paling tepat bagi suatu masalah  dan  implikasi terapi-terapi baru 

yang lebih mahal, yang kadang kala nampak lebih efektif, menurun beban biaya perawatan. 

Jelaslah analisa pengambilan keputusan dan analisa efektivitas biaya merupakan tehnik yang 

tepat untuk menghitung perimbangan antara biaya, resiko dan  respon yang terkandung 

dalam pemilihan suatu terapi pada tumor. Pada tahun 1991, riset -riset  ini  

masih kurang. Bila tidak ada riset  ini, pengambilan keputusan klinis penting mengenai 

terapi optimal tergantung pada keinginan dokter atau bersifat coba-coba bukan 

berdasar  daya obyektif. 

Dalam dekade lalu, tindakan bedah rawat jalan untuk terapi tumor kulit jinak maupun 

ganas sangat meningkat. Hal ini merupakan ajang persaingan antar dokter dari berbagai 

bidang spesialisasi (misal, dokter kulit, dokter bedah plastik, dan dokter bedah umum). 

Disamping berjuta-juta prosedur yang dilakukan setiap tahun oleh dokter, metode untuk 

menentukan tindakan utama perawatan, seperti ketepatan diagnosa  dan ketepatan 

perawatan baru berkembang. Tidaklah mengherankan data awal ini menunjukkan sedikit 

perbedaan dalam hal parameter ini tindakan dokter menurut spesialisasinya. 

sebab  jumlah penyakit memerlukan bantuan ahli dermatologi relatif sedikit, suatu 

inovasi tunggal, seperti terapi efektif tanpa resep (tindakan) untuk akne, dapat sedikit 

merubah kebutuhan layanan dermatologi. Perubahan-perubahan lain dalam didalam 

masyarakat bisa juga sedikit mengubah prevalensi penyakit-penyakit kulit. Bila ekonomi 

makin bergeser ke otomatisasi industri, maka frekuensi penyakit kulit yang berhubungan 

dengan pekerjaan (okupasional) akan menurun. Perubahan sosial ataupun perilaku dapat 

mempengaruhi frekuensi penyakit dalam populasi manusia.  Sebagai contoh, perubahan arus 

migrasi hampir selalu memicu  munculnya insidensi lepra di AS. Perubahan perilaku 

seksual nampaknya berhubungan dengan kenaikan insidensi herpes simpleks tipe 2 yang 

sebenarnya telah terjadi 2 dekade lalu. Perubahan kebiasaan seksual, minimal bertanggung 

jawab terhadap kebiasaan kenaikan insidens sarkoma Kaposi, yang ini nampaknya berkaitan 

dengan AIDS. riset -riset  epidemiologi sebenarnya menentukan faktor-faktor 

resiko terjangkit AIDS; memperkirakan riwayat alamiah dan insidensinya; pengembangan 

strategi, seperti pemakaian tindakan pencegahan umum yang akhirnya akan menurunkan 

resiko ini . Terapi AIDS maupun terapi immunosupresi baru telah mengubah 


24 

pemahaman penyakit infeksius yang mengenai kulit dan mungkin merupakan faktor penting 

terhadap munculnya resiko efek samping kulit terhadap pengobatan dalam populasi ini. 

Jelaslah, penghitungan faktor resiko dari efek samping obat yang dipakai untuk pengobatan 

pasien AIDS dengan lebih baik sangat penting bila dokter ingin mengobati pasien ini secara 

optimal. Informasi ini hanya mungkin diperoleh dengan riset  epidemiologis yang 

cermat. 

 

TERAPI OPTIMAL berdasar  PENGETAHUAN DEWASA INI 

Sayang sekali, sebagian besar pengetahuan dokter yang menerapi penyakit kulit 

didasarkan pada keputusan dari laporan-laporan masalah , anekdot, ataupun riset  klinis 

tanpa terikat prinsip-prinsip dasar mengenai pola dan interpretasi dari riset -riset  

ini . 

Hasil-hasil publikasi dari percobaan klinis dan laporan masalah  memberi  dasar 

informasi klinis yang dipakai  oleh dokter dalam menentukan Diagnosa  dan terapi pasien. 

Jelas masih ada kelemahan laporan masalah  dalam memperhatikan keabsahan dan  kelayakan 

umum. sebab  hasil positif mungkin lebih banyak dipublikasikan dibandingkan  hasil negatif, hasil-

hasil percobaan klinis memicu  bias efek pengobatan yang lebih besar. Oleh sebab  itu, 

dokter perlu sekali mengevaluasi hasil suatu laporan, mempertimbangkan tingkat metodologi 

riset  yang dipakai disesuaikan dengan kriteria umum yang diterima untuk pola suatu 

riset . Kriteria ini dimuat dalam Tabel 2-3. Sayang sekali, sebagian besar percobaan 

klinis dalam literatur dermatologi, ketaatan terhadap prinsip-prinsip pola riset  yang 

tepat ini belum diketahui. 

 

Tabel 2-3. Metodologi yang dianjurkan untuk Percobaan Klinis 

Pernyataan mengenai prasyarat kriteria jelas 

Ijin sebelum alokasi 

Kelompok control 

Alokasi (pembagian) secara acak 

Pasien tidak tahu terapinya 

Penilaian keluaran secara buta 

Variabel-variabel keluaran pasti 

Melaporkan komplikasi 

Menggunakan metode statistik yang baik 

Penghitungan statistik riset  menyangkal hipotesis nol 

            

Dermatologi baru sedikit memanfaatkan kemajuan teknik meta-analisa, yang 

menunjukkan suatu pendekatan kuantitatif terhadap keutuhan data. Pendekatan ini 



Tumors Seborrheic dermatitis

merupakan suatu metode yang lebih sistematis untuk meringkas riset -riset  yang 

memiliki  fokus umum bila dibandingkan artikel tinjauan terdahulu. Meta-analisa sangat 

berguna dalam menggambarkan kesimpulan-kesimpulan pasti dari kumpulan hasil berbagai 

riset  klinis skala kecil.  

 

PRAKTEK DERMATOLOGI DI MASA DEPAN 

Kemungkinan dampak terbesar dari epidemiologi dan statistik mengenai praktek 

dermatologi akan muncul pada pertengahan 1990-an ketika usulan revisi lengkap dasar 

pembayaran layanan dokter diterapkan. Sistem baru disebut “Resource Based Relative 

Value Scale” (RBRVS), mendasarkan pembayaran menurut waktu yang diberikan bagi 

pelayanan, biaya praktek dan perbandingan antar spesialisasi bertindak sebagai rental antar 

spesialisasi sehingga point-pointnya dapat diperbandingkan. Mungkin sistem ini akan 

memicu  sedikit penurunan pemakaian beberapa prosedur dermatologi. Sayang sekali, 

sistem ini kurang mengena untuk mengenali perbedaan keahlian antar spesialisasi ataupun 

masalah  campuran. Dengan demikian, dokter spesialis kulit, yang sangat ahli dalam 

menDiagnosa  dan penanganan penyakit kulit dan  lebih sering menemukan pasien yang sakit 

berat mungkin tidak menerima kompensasi memadai untuk layanan yang mereka lakukan 

dengan lebih efisien dan mantap. 

 

 

 

 

Gambar 2-1. Angka Prevalensi empat jenis kelainan patologi kulit penting pada orang berusia 

1-74 tahun, menurut umur, di Amerika Serikat, 1971-1974. 

 

 

BAB 3 

ASPEK-ASPEK PSIKOLOGIS  

PENYAKIT KULIT 


 

 

Kemajuan biomedikal pada 2 dekade terakhir telah membawa penyakit psikokutan dari 

hal-hal yang anekdot, spekulasi dan tahyul menjadi suatu ilmu/bidang yang lebih dimengerti 

secara imtelektual dan lebih memuaskan. 

Reaksi psikofisiologi spesifik sekarang dapat dianggap dalam bentuk transmiter kimia 

spesifik dan reseptornya dan  hanya sedikit kepentingan riset dan dana yang cukup dalam 

usaha-usaha kepentingan-kepentingan yang reproduktif. Pengumpulan pengobatan yang logis 

dan dapat dijelaskan dengan (menemukan caranya) mengarah kepada kepustakaan 

dermatologi dan pemakaian  dalam bidang klinik