Tampilkan postingan dengan label degenerasi lumbal 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label degenerasi lumbal 1. Tampilkan semua postingan

degenerasi lumbal 1



Regio lumbal terletak pada bagian bawah dari susunan tulang 

belakang yang terdiri dari 5 vertebral bodi/ yang mobile, 4 diskus 

intervertebralis, dengan 1 diskus pada thoracolumbar junction dan 

lumbosacral junction, dan pada bagian penampang sagittal, regio ini 

berbentuk lordosis, oleh karena posisinya yang paling banyak 

menahan beban mekanik. Akibat dari bentuk dan strukturnya 

ini , secara biomekanik, regio ini merupakan regio yang paling 

mudah serta cepat mengalami degenerasi. 

 

Diskus Intervertebralis 

Diantara dua vertebral bodi/ ada  diskus intervertebralis 

I HI UM tlni 

 

Gambar 1.1. Anatomi vertebral lumbal 



 

 

yang terdiri dari dua regio utama dengan nukleus pulposus lunak 

dibagian tengah dan lapisan luar berupa annulus fibrosus yang 

mengandung kolagen. Diskus intervertebralis merupakan sendi 

yang menghubungkan tulang-tulang vertebra pada tulang belakang. 

Struktur diskus intervertebralis terdiri dari tiga daerah anatomi yang 

terintegrasi yaitu nukleus pulposus di bagian tengah yang banyak 

memiliki kandungan air dan kolagen tipe II, anulus fibrosus di 

bagian tepi mengandung kolagen tipe I dan II serta ada  dua end 

plate yang terdiri dari tulang rawan hyaline di bagian superior dan 

inferior. Kandungan air dan proteoglikan pada nukleus pulposus 

memungkinkan untuk meneruskan muatan beban dari vertebra ke 

vertebra di bawahnya (compressive had), sedangkan gaya beban radial 

(tensile load) diabsorbsi oleh tegangan pada serabut annulus fibrosus. 

Perubahan kandungan kolagen yang ada  dalam diskus 

intervertebralis dapat berlangsung secara alami bersamaan dengan 

proses penuaan, proses ini disebut sebagai degenerasi diskus 

intervertebralis. 

Diskus intervertebralis merupakan jaringan avaskular terluas 

pada vertebral bodi/ dengan vaskularisasi sejauh 8 mm dari pusat 

diskus dan memiliki level oksigenasi kurang dari 1%, pH yang relatif 

rendah, serta level nutrien yang rendah akibat terbatasnya proses 

pertukaran nutrisi dengan produk buangan akibat kurangnya 

vaskularisasi dan adanya teori yang menyatakan bahwa sel NP 

menghasilkan energi dari hasil glikolisis. Kadar glycosaminoglycan 

(GAG) yang tinggi dalam diskus juga memicu  meningkatnya 

osmolaritas (antara 450 dan 550 mOsm) yang berperan penting 

dalam membentuk tahanan terhadap beban mekanik. Sel diskus juga 

dapat terpapar terhadap berbagai stimulus mekanik termasuk tensile 

and compressive strength, hydrostatic pressure dan shearing stress. 

Berbagai stimulus mekanik ini dapat mempengaruhi metabolisme 

sel diskus agar dapat bertahan dan beradaptasi pada lingkungan 

ini .  


Gambar 1.2. Anatomi diskus intervertebralis 

Nukleus pulposus diskus intervertebralis mengandung banyak 

proteoglikan (50%) dengan konsistensi lunak pada bagian tengah. 

Proteoglikan merupakan glikoprotein yang tersusun dari 

gh/cosaniinoglycaji (CAG), serta memiliki kandungan paling banyak 

berupa aggrecan. Aggrecan terbentuk dari rantai kondroitin-6 Sulfat 

dan keratin sulfat yang terikat pada protein inti. Molekul aggrecan 

mempunyai kemampuan mengikat air yang kuat karena bersifat 

hidrofilik dan memiliki tekanan negatif. Pada dasarnya, sel nukleus 

pulposus memproduksi banyak proteoglikan dan aggrecan. Hal ini 

memicu  nukleus pulposus menarik air serta memiliki 

konsistensi kenyal yang berfungsi sebagai shock adsorber pada tulang 

belakang. Proteoglikan juga diperkirakan mempengaruhi 

permeabilitas jaringan dan kemampuan difusi pada diskus serta 

mempengaruhi homeostasis 

Annulus Fibrosus (AF) yang merupakan lapisan luar dari 

diskus intervertebralis mengelilingi NP dan terdiri dari 15 - 25 cincin 

konsentris (lamelar) serat kolagen tipe I, II dan III dengan 

predominan kolagen tipe I. Serat ini berorientasi sekitar 60 derajat 

terhadap axis vertikal dan memiliki struktur parallel di setiap 

lamelar. Serat elastin dan proteoglikan juga ada  dalam lamella 

yang dapat membantu gerakan fleksi/ekstensi diskus. Annulus 

fibrosus mengandung proteoglikan sekitar 20%. Sel AF memiliki 

morfologi fibroblastik dengan arah orientasinya sejajar 


 

 

dengan serat kolagen tipe I yang merupakan sel kondrosit 

dalam cartilage-like matrix . AF memiliki 2 lapisan yaitu bagian luar 

dan dalam. Lapisan luar (outer lamella) tersusun dari serat fibrous 

tebal vertikal yang bergabung dengan ligamen longitudinal anterior. 

Lapisan dalam (inner lamella) memiliki serat lebih halus dengan 

kurva konveks yang bergabung dengan tulang rawan hyaline 

superior dan inferior. 

Sedangkan Cartilage End-Plates (CEPs) membungkus 

permukaan tulang kortikal dari korpus vertebra superior dan 

inferior serta menghubungkan diskus dengan korpus vertebra. CEPs 

ini merupakan lapisan hyaline cartilage horizontal tipis dengan tebal 

kurang dari 1 mm yang berperan untuk membantu aliran nutrisi dan 

produk buangan antara korpus vertebra dan diskus intervertebralis 

dengan aliran darah sistemik. 

Kandungan kolagen dari diskus intervertebralis terdiri dari 

kolagen tipe I dan tipe II, dengan nukleus pulposus yang 

mengandung kolagen tipe I serta annulus fibrosus mengandung 

kolagen tipe I dan II. Perubahan kandungan kolagen dalam diskus 

intervertebralis dapat terjadi secara alami karena penuaan maupun 

karena proses degenerasi. Fungsi utama kolagen yaitu  

memberi  kekuatan pada diskus intervertebralis. 

Ada 2 keseimbangan yang ada  dalam diskus yaitu: 

1. Keseimbangan swelling pressure atau keseimbangan kimiawi, 

yaitu keseimbangan antara nukleus pulposus yang 

mengandung proteoglikan dengan sifat menyerap air serta 

adanya kandungan kolagen yang menolak penyerapan air. 

2. Keseimbangan mekanik 

Kesimbangan yang terjadi bila ada gaya/ beban yang diberikan 

pada nukleus, maka gaya ini  akan diteruskan ke annulus 

yang ada di sekitarnya 

Apabila keseimbangan kimiawi dan mekanik ini terganggu, 

maka kemampuan diskus akan berkurang dalam mengatur 

kandungan airnya, hal ini akan memicu  terjadinya 

proses degenerasi pada diskus intervertebralis. 

Vaskularisasi vertebral berasal dari arteri segmental yang 

terdiri dari arteri vertebral, interkostal dan lumbar. Arteri ini 

memberi  cabang ke anterior dan posterior. Cabang anterior 

spinal arteri memberi  vaskularisasi ke vertebral body dan 

membentuk vascular bed yang memberi  aliran nutrisi serta 

produk buangan antara korpus vertebra dan diskus intervertebralis 

dengan aliran darah sistemik, sedangkan cabang posterior masuk ke 

kanalis spinalis lalu  bercabang ke atas dan bawah yang 

berhubungan dengan bagian belakang vertebral body untuk 

membentuk anastomosis bagian atas dan bawah. 

 

 

Gambar 1.3. Vaskularisasi korpus vertebra dan diskus intervertebralis 1. Diskus 

intervertebral 2. Capillary bed pada tulang rawan end-plate vertebra. 3. Jaringan 

vena post-kapiler subkondral pada end-plate vertebra. 4. Perforasi end-plate 

vertebral oleh vena vertikal yang pendek. 5. Vena vertikal dari jaringan vena 

post-kapiler subkondral, mengalir ke vena kolektor subartikular horisontal. 6. Vena 

kolektor subartikular horisontal. 7. Vena kolektor subartikular horizontal 

bergabung dengan plexus venosus anterior internal vertebral. 8. Vena basis 

vertebral bergabung dengan plexus venosus anterior 

internal vertebral. 


 

Sendi Zygapophyseal (Facet) 

Sendi ini merupakan sendi synovial yang berada di 

posterolateral kanalis spinalis dan posterior dari kanalis 

intervertebralis (foramina) 

 

Prosesus artikular lumbar dan sendi facet awalnya memiliki 

orientasi penampang sagital pada segmen lumbar atas dan 

lalu  berotasi ke penampang koronal pada segmen 

lumbosakral. Orientasi kedua sendi facet ini dapat membatasi rotasi 

axial kolumna vertebra lumbar sampai kurang dari 9 derajat 

bersama dengan diskus intervertebralis. Mekanisme pembatasan 

gerakan ini dapat berupa pembatasan pasif oleh orientasi sendi 

facet, resistensi kapsul sendi, ligamen, diskus intervertebralis, dan 

mekanisme aktif oleh kontraksi otot.

 

Gambar 1.4. Anatomi sendi facet dan struktur di sekitarnya 


Gambar 1.5. Orientasi sendi facet pada masing - masing korpus cervikal, thorakal 

dan lumbar. 

 

Sendi facet merupakan sendi biplanar/ diarthrodial yang dibentuk 

oleh permukaan konveks prosesus artikular inferior vertebra bagian 

atas yang menghadap ke lateral dengan permukaan konkaf prosesus 

artikular superior vertebra bagian bawah yang menghadap ke 

medial. Sendi ini mengandung cairan sinovial dengan jumlah sedikit 

serta memiliki kapasitas hanya sekitar 1-2 ml saja. Sendi facet 

lumbar memiliki fungsi proteksi diskus terhadap kekuatan geser 

(shear force), fleksi dan rotasi axial. Transfer kekuatan biomekanik 

dari satu sendi facet ke sendi facet lain yang berdekatan muncul 

melalui beberapa area dengan pembebanan fleksi dan ekstensi yaitu 

pada permukaan superior dan inferior sendi facet. Sendi facet 

normal mampu menyangga sekitar 25% - 40% berat badan.


 

Sendi facet lumbal (zygapophyseal) berjumlah satu pasang, 

sendi sinovial terdiri dari artikulasi posterolateral antar level pada 

vertebrae. Setiap sendi terdiri dari prosesus artikularis superior yang 

besar, menghadap ke posterior dan medial dengan permukaannya 

yang konkaf dari vertebra di bagian bawah dan prosesus artikularis 

inferior yang menghadap ke arah anterior dan lateral dari vertebra 

di bagian atas. Morfologi tiap sendi berbentuk kira-kira seperti huruf 

"C" dan "J". Sendi facet lumbal mengandung tulang rawan hyaline, 

membran sinovial, kapsul fibrosa, dan ruang sendi dengan kapasitas 

1 sampai 2 ml. Keberadaan meniskus (meniscoids) pada sendi facet 

lumbal telah banyak ditekankan pada beberapa publikasi. Meniskus 

berfungsi untuk mengkompensasi ketidakseimbangan permukaan 

sendi serta mengisi ruang kosong (Kalichman et al, 2007). 

 

Kanalis Spinalis dan Kanalis Intervertebralis 

Kanalisintervertebralismerupakanstrukturosteoligamentosa 

yang sangat penting, struktur ini berjalan keluar dari kanalis spinalis 

melalui resesus lateral sendi facet dan berjalan kaudal oblik ke 

lateral. Di kanal ini ditemukan struktur saraf penting yang sensitif 

terhadap nyeri yaitu ganglion dorsal dan serat saraf spinalis, arteri 

 

Gambar 1.6. Sendi facet lumbal. 1AP, inferior articular 

process; SAP, superior articular process; cart, articular 

cartilage; meniscus. 

BAB I ANATOMI DAN BIOMEKANIK LUMBAL 


segmental lumbar cabang spinal, saraf meningeal rekuren, vena 

proximal pedikel, vena distal diskus dan jaringan adiposa. Secara 

klinis kanalis ini dibagi menjadi 3 zona yaitu entrance zone (area 

resesus lateral), mid-zone (Blind sublamina zone) dan exit zone (dekat 

dengan foramen intervertebralis). Akar saraf lumbar diselubungi 

oleh duramater yang berada pada entrance zone dimana serat saraf 

spinalis keluar dari dural sac, sedangkan ganglion akar saraf dorsal 

dan saraf motorik ventral (funikulus) berada pada mid-zone yang 

diselubungi oleh perpanjangan duramater, berupa jaringan ikat 

fibrosa, serta saraf spinal perifer yang diselubungi oleh perineurium 

berada pada exit zone yang keluar dari kanalis ke lateral. Ganglia 

spinalis L5-S1 diklasifikasikan berdasarkan letaknya terhadap 

kanalis intervertebralis yaitu intraspinal bila letak dari .lebih 

setengah ganglionnya berada pada kanalis spinalis, intraforaminal 

dan extraforaminal bila sebagian besar ganglionnya berada di luar 

kanalis intervertebralis. 

Saat melalui kanalis intervertebralis, ada  banyak struktur 

jaringan ikat dan ligamen yang berhubungan dengan kompleks 

saraf yang melewati. Beberapa ligamen ini  membentuk 

dinding kanalis dan exit zone. Perubahan patologis yang terjadi pada 

ligamen ini atau struktur di dalam kanalis dapat memicu adanya low 

back pain. Ligamen yang membentuk kanalis intervertebralis 

meliputi ligamen entrance zone (ligamen longitudinal posterior, 

ligamen Hoffmann dan peridural membran), ligamen mid-zone 

(kondensasi fasia yang melekat pada akar saraf ke pedikel dan 

ligamen flavum), ligamen exit zone (ligamen internal, ligamen 

transforaminal dan ligamen external) serta ligamen post-canal zone 

(Fasia Lumbar Cribriformis).  



 

ENTRANCE ZONE 

MID - ZONE EXIT 

ZONE 

 

 

 

 

 

Gambar 1.7. Gambaran tiga zona kanalis intervertebralis dari lumbar spinalis 

 

Otot dan Ligamen 

Sebagian besar otot pada pinggang sangat mempengaruhi 

postur dan pergerakan kolumna vertebralis. Otot pinggang dapat 

dibagi menjadi otot ekstrinsik dan intrinsik. 

Otot ekstrinsik lapisan superfisial terdiri dari trapezius, 

latissimus dorsi, levator skapula dan rhomboid yang 

menghubungkan anggota gerak atas dengan kolumna vertebralis. 

Otot - otot ini dipersarafi oleh rami ventral saraf spinalis. Sedangkan 

lapisan intermediate dari otot ekstrinsik terdiri dari otot serattus 

posterior yang merupakan otot kuadrilateral tipis yang berada pada 

perbatasan leher dengan badan. Otot ini berfungsi untuk pergerakan 

kostae dan proses inspirasi. 

Otot pinggang intrinsik merupakan otot yang terletak pada 

lapisan dalam yang terdiri dari kelompok otot pada pelvis ke tulang 

tengkorak yang berfungsi untuk mempertahankan postur dan 

mengendalikan pergerakan kepala serta kolumna vertebralis. Otot 

ini ditutupi fasia dan melekat di medial ke ligamen nuchae,

BAB I ANATOMI DAN BIOMEKANIK LUMBAL 


 

ujung prosesus spinosus, ligamen supraspinosus dan krista median 

sakrum, sedangkan di lateral melekat pada prosesus 

transversusthorakal dan lumbar serta sudut costae. Otot pinggang 

instrinsik ini dibagi lagi menjadi lapisan superfisial, intermediate 

dan deep. Otot splenius kapitis dan servisis merupakan otot yang 

terletak dibawah trapezius dan diselubungi oleh ligamen nuchae 

dan deep fascia. Otot ini keluar dari ligamen nuchae dan prosesus 

spinosus C7 sampai ke Th 6. Otot splenius ini berfungsi 

membungkus dan menahan otot leher tetap pada posisinya. 

Lapisan intermediate terdiri dari erektor spinae sebagai 

ekstensor utama kolumna vertebral yang merupakan otot masif 

kompleks dan berada di setiap sisi prosesus spinosus yang 

membentuk tonjolan prominen pada penampang median pinggang. 

Serat otot ini dibagi menjadi otot iliocostalis (kolumna lateral), 

longissimus (kolumna intermediate) dan spinalis (kolumna medial). 

Lapisan dalam dari erektor spinae terdiri dari kelompok otot 

yang berjalan oblik dan disebut transverospinalis (semispinalis, 

multifidus dan rotator). Selain kelompok otot ini , ada  

beberapa otot minor seperti interspinalis dan intertransversus yang 

merupakan otot intersegmental dengan fungsi untuk 

menghubungkan tiap segmen intervertebra. Beberapa kelompok 

otot - otot yang telah disebutkan di atas dapat berfungsi sebagai 

pendukung gerakan dari sendi intervertebralis.



 

Bilateral action of Bilateral action of: Unilateral action of Unilateral action of: 

longus coli Scalene 

Sternocleidomastoid 

Splenius capitis 

Semispinalis capitis 

and cervicis 

lliocostalis cervicis Longissimus 

capitis and cervicis Splenius capitis 

and cervicis 

Routotts 

Semispinalis capitis and cervicis 

Mullifidus 

Splenius cervicis 

 

 

Gambar 1.8. Otot Utama yang memproduksi gerakan pada sendi 

intervertebralis 

Tabel 1.1. Komponen otot utama yang memproduksi gerakan pada 

cervikal 

Flexion Extension Lateral bending Rotation 

 

Tabel 1.2. Komponen otot utama yang memproduksi gerakan pada 

thorakal dan lumbal 

  

BAB I ANATOMI DAN BIOMEKANIK LUMBAL 


 

Vertebral body bersama dengan diskus intervertebralis 

dihubungkan oleh beberapa ligamen yaitu ligamen longitudinal 

anterior, posterior dan flavum. Ligamen longitudinal anterior 

merupakan ligamen fibrosa kuat yang menyelubungi dan 

menghubungkan aspek anterior vertebra body dan diskus 

intervertebralis yang berjalan dari permukaan pelvis dari sakrum ke 

tuberkel anterior os atlas. Ligamen ini menjaga stabilitas sendi 

antara badan vertebra dan mencegah hiperekstensi kolumna 

vertebralis. Sedangkan ligamen longitudinal posterior berada dalam 

kanalis vertebralis sepanjang aspek posterior badan vertebra. 

Ligamen ini menempel ke diskus intervertebralis dan ujung 

posterior badan vertebra axis sampai ke sakrum yang berfungsi 

mencegah hiperfleksi kolumna vertebra dan protrusi posterior 

diskus intervertebralis. 

Ligamen flavum merupakan interlaminar ligamen yang 

berada di dalam kanalis spinalis yang menyelimuti dinding 

dorsalnya. Bagian medial ligamen ini lebih tebal dan menyatukan 

lamina sedangkan bagian lateral lebih tipis menyelimuti sendi serta 

menyatu dengan kapsul fibrosa sendi facet. Secara mikroskopis 

ligamen flavum terdiri dari serat jaringan ikat elastis sebanyak 80% 

dan serat kolagen sebanyak 20%. Ligamen flavum dewasa memiliki 

sel yang lebih sedikit dengan mayoritas sel fibrosit berbentuk 

spindel. Ligamen flavum paling tebal pada level L4-5 dan L5-S1 

dengan ketebalan bervariasi antara 2 - 1 0  mm yang divaskularisasi 

oleh arteri posterior kanalis vertebralis dan arkus vertebralis. 

Ligamen ini mencegah gerakan hiperfleksi dan mempertahankan 

kurvatura dinding posterior kanalis spinalis tetap sejajar di semua 

posisi dan meluruskan kembali kolumna vertebralis setelah 

pergerakan fleksi. Ligamen ini juga berfungsi sebagai kapsul pada 

permukaan ventral sendi facet dan menjaga saraf spinalis bebas dari 

kompresi saat  melewati kanalis intervertebralis, terutama saat 

terjadi pergerakan.




 

 

BIOMEKANIK DAN STABILITAS TULANG 

BELAKANG LUMBAL 


ulang belakang yaitu  sistem multi-artikular kompleks 

yang dikontrol oleh otot yang menyangga kepala serta 

batang tubuh selama berdiri dan bergerak, serta untuk 

menyelubungi dan melindungi spinal cord, akar saraf, dan, struktur 

pada tingkat cervikal yaitu arteri vertebralis. 

Fungsi normal tulang belakang yaitu  untuk mempertahankan 

kestabilan tubuh. Terlepas dari fungsinya sebagai perlindungan 

terhadap struktur saraf, stabilitas tulang belakang yaitu  syarat 

dasar utama untuk transfer kekuatan daya antara tungkai atas dan 

bawah, untuk mencegah kerusakan awal secara biomekanik pada 

komponen tulang belakang, dan mengurangi pengeluaran energi 

otot selama terjadi gerakan. 

Regio lumbal yaitu  bagian bawah dari susunan tulang 

belakang yang posisinya paling banyak menahan beban mekanik. 

Dua vertebral body yang dihubungkan oleh diskus intevertebralis, 

sendi facet dan ligamen (kecuali pada segmen C1-C2 yang tidak 

memiliki diskus intervertebral is) disebut sebagai suatu functional 

spine unit (FSU). Functional spine unit ini dikenal sebagai three joint 

complex yang terdiri dari diskus intervertebralis (suatu sendi tulang 

rawan) dan dua sendi facet (sendi sinovial), yang secara dinamis 

bersama-sama menjadi beban fisiologis.


 

Satu kesatuan FSU ini, dalam pergerakannya juga merupakan 

satu kesatuan pergerakan pada satu segmen. Oleh karena posisinya 

paling banyak menahan beban mekanik, maka pada penampang 

sagital alignment regio lumbal ini yaitu  lordosis. Sehingga akibat 

dari bentuk dan strukturnya ini, secara biomekanik regio ini 

merupakan regio yang mudah dan cepat mengalami degenerasi. 

Fungsi dari tulang belakang, secara umum dibagi menjadi 2 

bagian penting dari masing-masing unit fungsionalnya yaitu bagian 

anterior yang bersifat statik dan bagian posterior yang bersifat 

dinamik. Bagian anterior yang fleksibel sebagai pembawa beban 

serta pengabsorbsi getaran. Sedangkan bagian posterior yang terdiri 

dari 2 arcus vertebrae, 2 processus transversus, 1 processus spinosus 

dan 2 buah sendi facet, yang berfungsi melindungi elemen neural 

berperan sebagai fulcrum dan mengarahkan pergerakan suatu unit 

fungsional. Elemen posterior ini akan membagi beban kompresif 

dan mempengaruhi pola pergerakan tulang belakang. 

Gerakan vertikal sendi facet memungkinkan gerakan fleksi 

ekstensi tulang belakang. Pada posisi netral, pergerakan lateral dan 

rotasi dapat dicegah dengan aposisi permukaan sendi, sedangkan 

pada posisi agak fleksi, permukaan sendi facet akan bergeser 

sehingga memungkinkan pergerakan lateral dan rotasi. Pada posisi 

 

Gambar 1.9. Anatomi FSU lumbal 


 

ekstensi, permukaan sendi facet akan mengalami aproksimasi 

sehingga dapat mencegah pergerakan lateral dan miring. Pada saat 

postur ini  diekstensikan, volume kanalis spinalis dan 

foraminal neural akan berkurang. 

Setiap segmen pergerakan akan mewakili komponen 

pembentuk tulang belakang yang merupakan suatu FSU. Pada 

pergerakan ini peran mekanik dari diskus intervertebralis menerima 

dan meneruskan gaya tekanan dari atas dan bawah serta 

mengadakan pergerakan untuk fleksi, ekstensi, lateral dan gerakan 

axial/rotasi, serta gerakan kombinasi kompleks. 

 

Mobilitas lumbal paling besar pada saat pergerakan fleksi/ 

ekstensi (mobilitas kumulatif pada segmen L1-L5: 57°) dan terbatas 

selama lateral bending (L1-L5: 26°) serta rotasi axial (Ll- L5: 8°). 

Pergerakan fleksi/ekstensi lumbal spinalis yang memiliki jangkauan 

luas memicu  celah fisiologis pada sendi facet di tahap  akhir 

gerakan, dan hal ini dapat memicu  tekanan yang maksimal 

di tepi bawah facet inferior selama ekstensi dan tepi atas facet 

superior selama fleksi. Pada posisi berdiri tegak, sendi facet antara 

L5 dan sakrum menerima beban ke arah depan yang berkelanjutan 

oleh karena adanya lordosis lumbal.  

 

Gambar 1.10. Pergerakan (Range of Motion) Tulang Belakang 


 

 

Gambar 1.11. Pergerakan lumbal spinalis. (A) Fleksi (side) lateral. (B) Fleksi/ekstensi. (C) Rotasi. 

 

Stabilitas Spinal 

American Academy of Orthopedic Surgeons mendefinisikan 

stabilitas sebagai "kapasitas vertebra untuk tetap kohesif dan 

menjaga perpindahan normal pada semua gerakan fisiologis tubuh 

". Setiap vertebra pada masing-masing segmen gerak tulang 

belakang (MS), unit fungsional terkecil dari tulang belakang (FSU), 

dapat melakukan berbagai kombinasi gerakan utama dan gabungan 

dimana gerakan yang meliputi tulang dan gerakan halus dapat 

terjamin stabilitasnya. 

White dan Panjabi mendefinisikan ketidakstabilan sebagai 

"hilangnya kemampuan tulang belakang di bawah beban fisiologis 

untuk mempertahankan pola perpindahannya tanpa disertai defisit 

neurologis awal atau tambahan, tidak ada deformitas, dan tidak ada 

rasa nyeri yang berlebih". Dengan adanya kondisi instabilitas maka 

pergerakan dapat menjadi abnormal baik itu secara kualitas 

maupun kuantitas. 

Stabilisasi Tulang Belakang (spinal) 

Stabilitas spinal dipastikan dengan sistem stabilisasi yang 

terdiri dari tiga subsistem yang saling berhubungan:

(1) kolumna vertebralis (subsistem pasif), 

(2) otot dan tendon (subsistem aktif), 

(3) unit kontrol saraf pusat. 

Stabilisasi Pasif 

Peran struktural intrinsik dan stabilisasi pasif tulang belakang 

bergantung pada arsitektur vertebra dan kepadatan mineral tulang, 

sendi diskus intervertebralis, sendi facet, ligamen, dan kurva 

fisiologis tulang belakang. 

Arsitektur Vertebra dan Kepadatan Mineral Tulang 

Tulang trabekula dari setiap tubuh vertebra memiliki empat 

sistem trabekular utama dengan orientasi konstan yaitu sistem 

trabekula vertikal yang membentang antara bagian ujung yang 

menerima dan mengirimkan beban vertikal, sistem trabekula 

horizontal yang berjalan di lengkungan posterior serta bergabung 

dengan prosesus transversus, dua sistem trabekula yang oblik 

melengkung, superior dan inferior, mulai dari endplates dan 

menyilang di pedikel menuju area prosesus spinosus. Susunan ini 

memiliki kemampuan bertahan terhadap tekanan dan gesekan 

horizontal serta berfungsi menjaga area saraf. 

Pada orang usia tua, karena kerusakan pada disk bersifat 

degeneratif, tekanan tidak lagi tersebar secara merata pada endplate 

dan sisi posterior facet yang diasumsikan bahwa beban lebih berat 

selama posisi berdiri. Kondisi ini memicu  hilangnya daya 

stress pada sisi badan anterior yang akan memicu  terjadinya 

bone loss dan kelemahan pada area anterior sesuai dengan hukum 

yang dikemukakan oleh wolff yakni "tulang menyesuaikan massa 

dan arsitektur tulang sebagai respons terhadap besarnya dan arah 

gaya yang biasa diterima oleh tulang ini ".  


Sendi Diskus Intervertebralis 

Diskus bertindak menyerupai ligamen yang memungkinkan 

dan mengendalikan gerakan tiga dimensi pada kompleks tulang 

belakang yaitu kompresi vertikal dan distraksi, ekstensi fleksi, 

bending lateral dan rotasi axial. Dengan nukleus berperan seperti 

silinder bertekanan, diskus juga berperan sebagai shock absorber 

utama dari tekanan mekanis yang ditransmisikan selama 

pergerakan ke tengkorak dan otak. saat  diskus diberikan beban 

simetris, nukleus akan mentransmisikan muatan ke segala arah 

untuk mendorong endplate, sementara jika ada muatan eksentrik, 

akan cenderung bergerak ke arah tekanan rendah, di mana serat 

anulus berada di bawah tekanan. Gerakan membungkuk akan 

menginduksi beban tarik dan kompresi pada sisi berlawanan dari 

lapisan anulus terluar bersamaan dengan bulging pada sisi 

kompresi dan peregangan pada sisi tarikan.

 

 

 

Sendi Facet 

Sendi facet memenuhi dua fungsi dasar yaitu kontrol arah dan 

amplitudo gerakan serta pembagian beban gaya. Sendi ini berfungsi 

untuk mencegah gerakan berlebihan dan kerusakan diskus dengan 

cara menstabilkan gerakan translasi dan torsi

Gambar 1.12. Pergerakan sendi intervertebralis saat mendapat beban dan saat 

pergerakan vertebra. 

Anulus 

ftfefosu

Nucleu! 

pulposu 

Interverteoial 

tpiphysts notch 


 

antara dua korpus vertebra serta memungkinkan untuk fleksi dan 

ekstensi di bidang sagittal. Pada posisi lordotik netral, gerakan 

lateral atau rotasi dicegah karena aposisi permukaan sendi. Dalam 

posisi sedikit fleksi ke depan (kurang lordosis), permukaan facet 

terpisah, sehinga memungkinkan beberapa gerakan lateral dan 

rotasi. 

Secara khusus, annulus posterior terlindungi dalam torsi oleh 

permukaan sisi lumbal dan pada fleksi oleh ligamen kapsul sendi 

facet. Menurut model 3 kolumna oleh Louis, kolumna anterior 

terdiri dari kolumna vertebralis dan diskusnya, sedangkan dua 

kolumna posterior terdiri dari sepasang sendi facet. 

 

Pada keadaan normal, tiga kolumna ini berada dalam keadaan 

yang seimbang di mana sendi facet posterior menerima beban 0% 

sampai 33% tergantung dari postur tubuh, namun jika terjadi 

hiperlordosis, pemberian beban yang berkepanjangan, penerimaan 

beban dapat meningkat hingga 70%, dan dapat memicu  

degenerasi pada diskus. Kesimetrisan sendi facet juga diperlukan 

agar dapat berfungsi dengan baik, begitu pula dengan sudut sendi 

facetnya. Keadaan asimetris dan sudut yang lebih dari 45 derajat 

dapat memicu  instabilitas dan degenerasi prematur sendi facet 

dan diskus. 

 

Gambar 1.13. Konsep 3 kolumna oleh Louis 


 

Pada tulang belakang lumbar, bidang gerak sendi facet yaitu  

vertikal, memungkinkan fleksi dan ekstensi tulang belakang. Pada 

posisi lordotik netral, gerakan lateral atau rotasi dicegah karena 

adanya aposisi permukaan sendi. Dalam posisi ke arah depan 

(penurunan lordosis), permukaan facet akan terpisah, 

memungkinkan gerakan lateral dan rotasi. Dengan ekstensi, 

permukaan yang mendekati perkiraan, akan mencegah pergerakan 

lateral atau miring. Postur tubuh yang diperluas akan menurunkan 

volume kanal tulang belakang lumbar dan foramen saraf 

Ligamen 

Ligamen merupakan stabilisator pasif tulang belakang. 

Kemampuan stabilisator pada ligamen tidak hanya bergantung pada 

kekuatan intrinsiknya, tetapi juga dan pada panjang lengan

 

Gambar 1.14. Orientasi dan simetrisitas sendi facet, sudut yang 

dibentuk oleh arah sendi facet dengan bidang koronal, Pergerakan 

(Range of Motion) sendi facet 


 

 

Anterior 

longitudinal 

hgAmrnt (•t rate 

had) 

 

a. 

Flexion 

pengungkit yang dilaluinya, jarak antara insersi tulang, titik 

penerapan gaya, dan Instant Axis Rotation (IAR) dari badan 

vertebra, serta titik tumpu yang terletak di bagian posterior di mana 

vertebra berputar tanpa adanya gerakan pada momen tertentu. 

Gambar 1.15. Ligamen sebagai stabilisator saat terjadi pergerakan 

(Range of Motion) tulang belakang 

Kurva fisiologis tulang belakang 

Kurva Sagittal mewakili respon evolusioner terhadap posisi 

berdiri dan gaya berjalan dengan adanya sedikit energi yang keluar. 

Kurva sagittal tulang belakang juga meningkatkan daya tahan 

terhadap beban vertikal hingga 17 kali. Kifosis dorsalis yaitu  

satu-satunya kurva sagital yang muncul saat lahir. Cervikal dan 

lumbal lordosis masing-masing berkembang seiring dengan 

perkembangan kepala, dan kemampuan berdiri serta berjalan. Baik 

pada individu normal maupun kondisi patologis kurva tulang 

belakang sagital diatur oleh geometri pelvis yang ditunjukkan oleh 

parameter yang berbeda, yaitu pelvis incidence (PI), sacral slope (SS) 

dan pelvis tilt.


 

Gambar 1.17. Geometri pelvis yang ditunjukkan oleh parameter yang berbeda, 

yaitu pelvis incidence (PI), sacral slope (SS) dan pelvis tilt (PT). 

Stabilisasi Aktif 

Menurut Panjabi, otot dan tendon merupakan stabilisasi aktif 

pada spine dengan kontrol sistem saraf yang berfungsi untuk 

stabilitas. Gerakan otot dibutuhkan untuk menstabilkan  

 

Gambar 1.16. Kurvatura vertebra dan resultan gaya saat terjadi gerakan dinamik 

 

Gambar 1.18. Fungsi stabilisasi aktif pada lumbal oleh otot dan tendon dalam 

berbagai gaya yang terjadi saat mengangkat atau membungkuk 

tulang belakang saat berdiri, mengangkat dan membungkuk. Tanpa 

otot, tulang belakang akan sangat tidak stabil sekalipun dengan 

beban yang sangat ringan. 

Otot dapat dibagi menjadi superfisial (rektus abdominis, 

sternokleidomastoideus) dan deep (psoas) fleksor, superficial (long) 

dan deep (short) ekstensor. Fungsi otot superfisial multisegmental 

berbeda dari otot-otot deep unisegmental. Lokasinya sangat dekat 

dengan sumbu rotasi vertebral, sedangkan otot pendek 

(intertransversus, interspinous, multifidus) secara global bertindak 

terutama sebagai kekuatan transduser mengirimkan tanggapan 

umpan balik ke SSP pada gerakan ini , seperti beban dan posisi 

tulang belakang. Long superficial muscle yaitu  otot utama yang 

bertanggung jawab untuk menghasilkan gerakan. Lumbal erektor 

spinae dan otot abdominal oblik dapat menghasilkan sebagian besar 

kekuatan daya yang dibutuhkan dalam gerakan mengangkat dan 

rotasi. Otot abdominis oblik dan transversus merupakan fleksor dan 

rotator tulang belakang lumbal yang juga berfungsi untuk 

menstabilkan tulang belakang di saat bersamaan.  




PATOFISIOLOGI NYERI 

PINGGANG BAWAH 


PATOFISIOLOGI 

yeri pinggang bawah dapat disebabkan oleh berbagai sebab, 

antara lain dapat disebabkan karena proses spinal (intrinsik) 

maupun ekstraspinal (ekstrinsik), struktural maupun non struktural, 

lokal maupun penyakit sistemik, trauma maupun non trauma. 

Berdasarkan sumber nyerinya, nyeri pinggang bawah disebabkan 

oleh karena: 

1.      Spondylogenic Back pain 

2.  Neurogenic pain 

3. Viscerogenic pain 

4. Vascular back pain  

5. Psikogenic back pain 

SPONDYLOGENIC BACK PAIN 

Nyeri pinggang yang berasal dari tulang belakang dan struktur 

jaingan lunak yang ada disekitarnya. Nyeri akan bertambah saat 

melakukan aktifitas dan berkurang pada saat istirahat. 

Nyeri ini dapat berasal dari adanya lesi pada tulang 

belakang, sendi sacroiliac, diskus intervertebralis, ligamen dan otot. 

NEUROGENIC PAIN 

Nyeri yang menjalar ke satu sisi tungkai ataupun kedua sisi 

tungkai akibat adanya tension, iritasi dan penekanan pada nerve root 

lumbal. Demikian pula lesi pada sistem saraf pusat seperti


 

 

tumor pada thalamus, dapat memicu  nyeri yang menjalar ke 

tungkai bawah. Iritasi arachnoid pada tumor dura juga dapat 

memicu  nyeri pinggang 

VISCEROGENIC BACK PAIN 

Nyeri pinggang dapat ditimbulkan akibat adanya gangguan 

pada organ viscera seperti nyeri akbat gangguan ginjal, organ- organ 

pelvis dan tumor retroperitoneal. Nyeri dirasakan menetap, tidak 

akan bertambah akibat akitifitas dan tidak akan berkurang bila 

istirahat. 

VASCULAR BACK PAIN 

Penyakit pembuluh darah seperti aneurisma aorta abdominalis 

dan penyakit vaskuler perifer dapat memicu  nyeri yang 

menyerupai sciatica. Nyeri terasa dalam dan tidak berhubungan 

dengan aktifitas. Menurunnya suplai darah melalui arteri gluteal 

superior akan menimbukan nyeri pada bokong yang akan 

bertambah nyeri pada saat berjalan dan berkurang saat berdiri. 

Nyerinya menjalar mengikuti distribusi sciatica. 

PSYCHOGENIC BACK PAIN 

Nyeri pinggang yang timbul akibat pengaruh faktor psikologis. 

Walaupunjarangditemukan, tetapi seringmemberi  kesulitan 

secara klinis. 

PATOFISIOLOGI NYERI SPINAL 

Nyeri dimediasi oleh nociceptor, neuron sensorik perifer yang 

memberi  stimulus apabila ada  kerusakan pada perifer, yang 

akan mengalami transduksi sinyal elektrik ke otak. Nosiceptor 

merupakan neuron somatosensori primer dengan badan neuron 

terletak pada dorsal root ganglion (DRG). Mereka memiliki dua cabang 

pada kulit dan cabang sentra sinaps pada kornu posterior med u 11a 

spinalis, cabang ini akan membawa sinyal ke mesencephalon dan 

thalamus, yang akan menghubungkan ke cingulus anterior dan 

somatosensorik agar dapat membedakan sensorik secara afektif dan 


kognitif terhadap nyeri. Kornu posterior merupakan pusat informasi 

somatosensorik yang terdiri dari beberapa populasi intemeuron 

yang akan membentuk jalur inhibisi dan modulasi sinyal nociceptif. 

Jika stimulus berlanjut, maka akan terjadi sensitisasi sentral dan 

perifer yang akan mengubah nyeri akut ke arah nyeri kronik. 

 

Sensitisasi sentral ditandai dengan peningkatan eksitasibilitas 

neuron pada sistem saraf pusat sehingga pada input yang normal, 

dapat memicu  respon yang abnormal. Kornu posterior 

berperan dalam rangsang taktil allodynia, yaitu nyeri yang 

disebabkan karena sentuhan ringan pada kulit, dan menyebar 

sebagai nyeri hipersensitif yang lebih luas dibandingkan area yang 

cedera. Sensitisasi sentral dapat terjadi pada kasus nyeri kronis 

seperti nyeri pinggang bawah, osteoarthritis, fibromyalgia, headache, 

dan lateral epicondylalgia.

 

Gambar 2.1. Gambar skema dari susunan nerve root, spinal nerve, dan 

peripheral nerve, termasuk target organ dari neuron. Axon merupakan 

ekstensi selular dari badan sel saraf, terletak pada anterior horn dari 

spinal cord atau di dorsal root ganglia. 

PENYAKIT DEGENERASI LUMBAL | Diagnosis dan Tala Laksana 

 

 

RESEPTOR NYERI PADA NYERI PINGGANG BAWAH 

Menurut Livermore ada dua jenis dasar serabut saraf sensorik: 

(a) tipe A, berukuran besar, serat myelin yang melakukan impuls 

dengan cepat dan cenderung melaku kan modalitas pada sentuhan 

dan tekanan; dan (b) tipe C, serat halus yang tidak bermyelin, yang 

melakukan impuls secara perlahan dan mengirimkan persepsi rasa 

sakit dan suhu. Serabut peripheral sensoris membawa serat A dan C 

dan berjalan bersamaan dengan bagian motorik saraf. Rute dari 

impuls nyeri yaitu  sebagai berikut: 

Ujung peripheral sensoris 

 

Common root pada tingkat intervertebral melalui ventral rami 

 

Dorsal root 

 

Dorsal root ganglion cell bodies 

 

Spinothalamic tracts (tractus lateral membawa serat tipe C 

fibers untuk nyeri dan suhu, anterior membawa serat A untuk 

sentuhan dan tekanan) 

 

Thalamus (berfungsi sebagai pengaturan dan modifikasi). 

ada  dua jenis sensasi nyeri, yaitu: 

(a) Nyeri yang dalam (nyeri splanchnic-terkait dengan iritasi serat 

C - nyeri terasa tumpul, dalam, sakit, dan nyeri yang menyebar 

mengikuti myotomes dan sclerotomes). Nyeri menjalar 

mendekati lokasi dengan kondisi patologis. Nyeri merupakan 

onset yang akan datang - lebih bersifat melumpuhkan dan sulit 

untuk menentukan lokasi. 

(b) Rasa sakit superfisial-disebut somatik yaitu nyeri tajam, 

terlokalisir, dan dibawa oleh serat tipe A. Nyeri mengikuti 

dermatom.


 

label 2.1. Beberapa sitokin yang berperan dalam terjadinya nyeri 

pada pinggang bawah 

 

BERBAGAI TIPE NYERI BERDASARKAN PENYEBAB NYERI 

Meskipun telah dilakukan berbagai penelitian oleh Association 

for the Studi/ of Pain, masih selalu terjadi perdebatan dalam 

komunitas medis mengenai definisi nyeri, referred pain, nyeri 

radikular, dan radikulopati. Diagnosis harus tepat dan presisi dalam 

menetukan terapi yang tepat. Selama beberapa decade, selalu terjadi 

asumsi salah di mana penyebab nyeri pada pinggang bawah 

dikatakan tidak spesifik dan tidak diketahui. Otot yang tegang 

(tension) atau spasme merupakan penyebab tersering dari nyeri 

pinggang bawah, contohnya pada kasus fibromyalgia. Pada kasus 

lain, nyeri pinggang bawah dapat dijelaskan berdasarkan 

karakteristik spesifik seperti nyeri radikular, nyeri sendi facet, nyeri 

sacroiliac, nyeri diskogenik dan spinal stenosis

Chemical Substance Function 

Phospholipase A2 Mediates mechanical hyperalgesia 

Nitric oxide Inhibits mechanical hyperalgesia and 

produces thermal hyperalgesia 

MMP-2 (gelatlnase A) and 

MMP-9 (gelatlnase) 

Degrade gelatin (denatured fibrillar 

collagens) and other matrix molecules Act 

synerglstlcally with MMP-1 

MMP-1 (collagenase-1) MM 

P-3 (stromelysln-1) 

MMP-1 degrades collagen Both MMP-1 and 

MMP-2 may play a role In spontaneous 

regression of the herniated disk 

IL-I. TNF-o. prostaglandin E2 

Promote matrix degradation Enhance 

production of MMPs 

CCRP glutamate, substance P 

(neurotransmitters) 

Modulate dorsal root ganglion responses 

IL-6 Induces synthesis of TTMP-1 

TIMP-1 Inhibits MMPs 

TGF-P superfamily Blocks synthesis of MMPs 

IGF-1. PDGF Have an antlapoptotlc effect 

CGRP = calcitonin gene-related peptide: IGF = insulin-like growth factor IL = interleukin; 

MMF = matrix metalloproteinase: PDGF = platelet-derived growth factor. TGF = transforming 

growth factor. TIMP = tissue Inhibitor of metalloproteinase 

 


 

 

Acute effects 

 

 

Gambar 2.2. Urutan kejadian yang memicu  perubahan fungsi pada nerve root 

akibat dari kompresi akut dan kronik. Disfungsi dari serat saraf dapat berupa 

kehilangan fungsi atau meningkatnya rangsangan mekanis 

lebih lanjut. 

 

 

Nyeri Menjalar (Referred pain) 

Dua teori nyeri menjalar yang saat ini diusulkan: 

• Convergence - facilitation 

Convergence - facilitation menemukan impuls afferent kontinyu 

yang pada normalnya mengerucut dari reseptor cutaneous 

tetapi tidak cukup untuk merangsang sel - sel tubuh 

spinothalamic tract (STT). Impuls nociceptive lain yang berasal 

dari serat afferent yang lain (contoh: robekan anular yang 

menstimulasi sinuvertebral nerve) sinaps pada sel STT yang 

sama, yang lalu  merangsang penjalaran nyeri ke regio 

sensasi cutaneus. 

• Convergence-projection. 

Teori Convergence - projection menemukan akson afferent dari 

dua regio sinaps yang berbeda pada sel STT yang sama, yang 

menerima input utama dari struktur yang lain.


Contohnya, sel STT primer tidak hanya menerima informasi 

dermatomal dari reseptor cutaneus, tetapi juga mendapat input 

sensoris dari sclerotomal (dari anulus) dan komponen 

myotomal. Apabila dilakukan rangsangan, sel STT akan 

memproyeksikan informasi ke thalamus dan korteks sensoris 

melalui anterolateral tract, serta stimulus nyeri ini akan 

dirasakan timbul dari satu struktur 

Nyeri Radikular 

Nyeri Radikular merupakan nyeri yang dipicu karena 

rangsangan ektopik dari lesi atau inflamasi di daerah dorsal root 

atau ganglion. Secara umum nyeri dirasakan menjalar dari 

pinggang, pantat dan menjalar ke kaki sesuai dengan distribusi 

dermatom. Hemisasi diskus merupakan penyebab tersering 

terjadinya nyeri radikular, proses pathologinya disebabkan karena 

proses inflamasi pada saraf, bukan dikarenakan adanya kompresi. 

Nyeri radikuler yaitu  nyeri yang terjadi sepanjang saraf tanpa 

adanya defisit neurologis. Nyeri ini dibedakan dengan nyeri 

nociceptif, karena sumber nyeri bukan berasal dari terminal perifer 

tetapi berasal dari perineurium. 

Nyeri radikular harus dibedakan dengan radikulopati ilari 

berbagai aspek. Radikulopati merupakan gangguan konduksi pada 

saraf spinal atau pada root. Gangguan ini dapat memicu  

hipoesthesi (numbness) sesuai area dermatom dan dapat terjadi 

kelemahan motorik sesuai dengan myotome, hal ini dapat 

memicu  hilangnya reflex normal. Meskipun nyeri radikular 

dan radikulopati dapat terjadi bersamaan, radikulopati dapat terjadi 

tanpa disertai nyeri dan begitu juga sebaliknya, nyeri radikular 

dapat terjadi tanpa adanya radikulopati. 

Sindrom Sendi Facet 

Sendi zygapophyseal lumbar yaitu  prosesus artikular 

posterior kolom lumbal. Mereka terbentuk dari prosesus inferior 

vertebra atas dan prosesus artikular superior vertebra bawah.


Mereka dipersarafi oleh cabang medial rami dorsal (MBN). Sendi ini 

memiliki sejumlah besar ujung saraf bebas dan ujung saraf yang 

terenkapsulasi, yang mengaktifkan afferen nociceptif dan 

dimodulasi juga oleh serat efferen simpatik. Nyeri sendi 

zygapophyseal atau "sendi facet" diperkirakan telah mencapai 30% 

dari kasus nyeri pinggang bawah, dengan nosisepsi yang berasal 

dari membran sinovial, hyaline cartilage, tulang, atau kapsul fibrosa 

pada sendi facet. 

Diagnosis sindrom sendi facet seringkali sulit dilakukan dan 

memerlukan penilaian klinis yang hati-hati serta analisis radiologis 

yang akurat. Penderita biasanya mengeluhkan nyeri pinggang 

bawah dengan atau tanpa gejala somatik yang menjalar pada kaki 

yang berakhir di atas lutut, sering menjalar ke paha atau ke pangkal 

paha, dan tidak ada pola radikular. Nyeri pinggang cenderung 

menjadi off-center dan intensitas nyeri lebih berat daripada nyeri 

pada kaki; Nyeri meningkat dengan hiperekstensi, rotasi, lateral 

bending, dan saat  berjalan menanjak. Hal ini diperburuk saat 

terbangun dari tempat tidur atau mencoba berdiri setelah proses 

duduk lama. Akhirnya, pasien sering mengeluhkan kekakuan pada 

pinggang, yang biasanya lebih jelas dirasakan pada pagi hari. 

Nyeri Sendi Sacroiliac 

Sacroiliac joints (sendi sacroiliac) berfungsi untuk menstabilkan 

dan memberi  support yang fleksibel terhadap tubuh bagian atas. 

Sendi sacroiliac terlibat dalam gerakan sacral, yang secara langsung 

mempengaruhi diskus dan hampir pasti pada sendi lumbal yang 

lebih tinggi. Persarafannya masih belum diketahui, namun telah 

diteliti bahwa dipersarafi oleh cabang- cabang dari ventral 

lumbopelvic rami; Namun, hal ini belum dikonfirmasi. Di sisi lain, 

beberapa penulis telah melaporkan bahwa sendi sacroiliac 

dipersarafi oleh cabang-cabang kecil dari rami posterior.  


Nyeri sendi sacroiliac dikenal sebagai sumber nyeri pada 

banyak pasien dengan nyeri pinggangba wah. Diperkirakan bahwa 

nyeri berasal dari ketegangan ligamen atau kapsul, kompresi 

eksternal atau kekuatan gesekan yang berlebihan, hipermobilitas 

atau hipomobilitas, mekanika sendi yang berubah, dan disfungsi 

rantai myofascial atau kinetik yang memicu  peradangan. 

Sumber nyeri sendi sacroiliac intraartikular meliputi osteoarthritis; 

Sumber ekstraartikular meliputi enthesis / ligamenous sprain dan 

enthesopathy primer. Selain itu, ikatan ligamen, tendon, atau fascia 

dan luka kumulatif pada jaringan lunak lainnya yang mungkin 

terjadi di bagian aspek dorsal posterior sendi sacroiliac diperkirakan 

menjadi sumber penyebabnya. 

Dalam pemeriksaan fisik, penting untuk memeriksa 

pergerakan sendi, misalnya dengan stress test, penekanan Krista 

iliaca (pinggang) atau paha bagian atas, yang dapat mereproduksi 

nyeri pada pasien. Nyeri sendi sacroiliac sering tidak terdiagnosis. 

Harus dipertimbangkan setiap situasi di mana pasien mengeluh 

tentang nyeri pinggang bawah postural yang memburuk dalam 

posisi duduk dan dengan perubahan postural. 

Lumbar Spinal Stenosis 

Lumbar spinal stenosis (lumbar spinal canal stenosis) bisa 

terjadi akibat kelainan kongenital atau kelainan yang didapat (atau 

keduanya). Hal ini ditentukan oleh jaringan peradangan / bekas 

luka setelah operasi tulang belakang atau, bahkan dengan tidak 

adanya operasi sebelumnya, melalui herniasi diskus, penebalan 

ligamen, atau hipertrofi prosesus artikular. Mayoritas kasus lumbar 

spinal canal stenosis bersifat degeneratif, terkait dengan perubahan 

tulang belakang disertai dengan proses penuaan. Lumbar spinal 

canal stenosis diakibatkan oleh penyempitan saluran tengah tulang 

belakang yang bersifat progresif dan recesses lateral, serta kompresi 

yang konsekuen dari struktur neurovaskular. 

Biasanya, diameter normal kanal tulang belakang lumbar 

bervariasi dari 15 sampai 27 mm. Kita bisa mendefinisikan stenosis 


 

lumbal sebagai pengurangan diameter kanal tulang belakang kurang 

dari 10 mm, meski stenosis dengan diameter 12 mm atau kurang 

pada beberapa pasien bisa didapatkan simtomatik. Tinggi foraminal 

normal bervariasi dari 20 sampai 23 mm, dengan indikator stenosis 

foraminal berkisar antara 15 mm atau kurang. Lumbar spinal canal 

stenosis degeneratif merupakan indikasi paling umum untuk 

operasi tulang belakang pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun. 

Gejala stenosis lumbal yang paling sering yaitu  nyeri 

pinggang bawah, radikulopati dengan klaudikasio neurologis, 

kelemahan motorik, parestesi, dan gangguan saraf sensorik. Gejala 

mungkin memiliki d istribusi yang berbeda tergantung jenis lumbar 

spinal canal stenosis. Jika lumbar spinal canal stenosis central, 

dimungkinkan adanya keterlibatan daerah antara sendi facet, dan 

nyeri mungkin bilateral dengan distribusi non-dermatomal. Dengan 

stenosis resesif lateral, gejala biasanya ditemukan secara dermatomal 

karena adanya kompresi saraf tertentu, menyerupai radikulopati 

unilateral. Gerakan fleksi, duduk, membungkuk, atau berbaring 

dapat mengurangi ketidaknyamanan, sedangkan berdiri dalam 

waktu yang lama atau ekstensi lumbar bisa memperberat rasa sakit. 

Duduk atau berbaring menjadi kurang efektif dalam mengurangi 

nyeri, dan nyeri pada saat istirahat atau neurogenic bladder dapat 

berkembang pada kasus yang parah. 

Nyeri neurogenik claudation yaitu  gejala klasik lumbar spinal 

canal stenosis, yang disebabkan oleh kongesti pada vena dan 

hipertensi di sekitar nerve root. Nyeri akan diperberat dengan posisi 

berdiri tegak dan memicu  ambulasi menurun, tetapi dapat 

diatasi dengan berbaring dengan posisi lebih supinasi dari pada 

pronasi, duduk, jongkok, dan fleksi lumbal. 

Lumbar spinal canal stenosis umumnya didiagnosis 

berdasarkan kombinasi dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, 

dan radiologis. Temuan yang paling berguna dari riwayat yaitu  

usia, nyeri kaki menjalar yang diperparah dengan gerakan berdiri 

atau berjalan, dan tidak adanya rasa sakit saat posisi duduk. 

Gaya berjalan dan postur tubuh setelah berjalan mungkin dapat 


menunjukkan "stoop test" positif, dilakukan dengan meminta pasien 

untuk berjalan cepat. Saat nyeri meningkat, pasien mungkin 

mengeluhkan gejala sensoris yang diikuti oleh gejala motorik, dan 

apabila pasien melakukan gerakan membungkuk, gejala mungkin 

meningkat. Jika pasien duduk di kursi yang ditekuk ke depan, nyeri 

akan dirasakan berkurang 


MANIFESTASI KLINIS 

NYERI PINGGANG BAWAH 


iwayat dan pemeriksaan fisik pasien dengan nyeri pinggang bawah 

harus memiliki diagnosis obyektif yang berdasarkan kemampuan 

statik dan kinetik tulang belakang pasien dan hubungannya dengan 

keadaan normal. 

Lokalisasi Nyeri Pinggang Bawah Berdasarkan Anamnesis 

Keluhan pasien tentang "rasa sakit di pinggang bawah" belum 

tentu merupakan pernyataan yang akurat. Melokalisir rasa sakit di 

daerah pinggang bagian bawah terkadang bermasalah dikarenakan 

pasien mungkin kurang jelas dalam menggambarkannya. Pasien 

akan menunjuk organ yang salah sebagai sumber rasa sakitnya, 

contohnya saat  pasien menunjuk sumber sakit di "area ginjalnya" 

padahal sebenarnya rasa sakit itu berada dari daerah lumbosakral 

atau pasien dengan rasa sakit di "pinggulnya" dimana rasa sakit 

sebenarnya terjadi pada daerah sakroiliac. Namun lokasi rasa sakit 

dapat dengan mudah dilokalisasi jika pasien diminta menunjuk 

dengan ujung jarinya pada tempat yang sakit. Area yang 

ditunjukkan lebih menggambarkan anatomi yang spesifik daripada 

kata-kata deskriptif pasien. 

Penjelasan tentang karakteristik dari nyeri ini  sangat 

penting dalam anamnesis. Kata-kata yang digunakan oleh pasien, 

seperti "nyeri bersifat tumpul," "tajam", atau "terbakar", memiliki 

arti penting dalam jaringan tertentu, bila suatu organ mengalami 

masalah, maka akan memicu  rasa sakit dengan tipe dan 

deskripsi tertentu. Area jaringan (yang bertanggung jawab atas


 

jenis rasa sakit ini) pada unit fungsional atau sepanjang tulang 

belakang memiliki nilai dan karakteristik yang jelas. 

Frekuensi dan durasi nyeri memiliki signifikansi diagnostik 

dan prognostik. Ketidakstabilan mekanis tulang belakang bisa 

dicurigai bila sering terjadinya kekambuhan serangan yang 

menyakitkan. Durasi nyeri bervariasi sesuai dengan jenis dan lokasi 

jaringan yang teriritasi. Ini memberi  gambaran tentang 

prognosis kesembuhan pasien. Tingkat keparahan yang diklaim 

oleh pasien akibat rasa sakit memberi  pemeriksa yang 

berpengalaman petunjuk pertamanya tentang ambang nyeri pasien. 

Toleransi dari nyeri setiap pasien sulit untuk dievaluasi secara 

akurat. 

Setelah lokalisasi rasa sakit telah ditentukan, riwayat penyakit 

selanjutnya yang diperlukan yaitu  mencari “kapan" dan 

"bagaimana" mekanisme timbulnya rasa sakit. Uraian tentang 

kapan timbulnya nyeri sehubungan dengan waktu atau jenis 

pekerjaan atau aktivitas diungkapkan oleh pasien saat pasien 

menyatakan, "Itu terjadi hanya saat  ....", kata "saat " akan 

menggambarkan bagaimana nyeri ini  terjadi, sehingga 

memberi  petunjuk dan klarifikasi tentang bagaimana 

mekanisme produksi dari nyeri ini . Gambaran pasien tentang 

waktu dan bagaimana perasaan nyeri ini  dapat memberi  

gambaran perbedaan dari nyeri yang bersifat statik atau kinetik. 

Istilah pada Nyeri Pinggang Bawah 

• Nyeri pinggang sementaraJTransient back pain 

Episode di mana nyeri pinggang dirasakan tidak lebih dari 90 

hari berturut-turut dan tidak kambuh selama periode 

pengamatan 12 bulan. 

• Sakit pinggang berulang/Recurrent back pain 

Nyeri pinggang dirasakan kurang dari setengah hari dalam 

periode 12 bulan, terjadi dalam beberapa episode sepanjang 

tahun. 

• Nyeri pinggang kronis/Chronic back pain 


 

Sakit pinggang dirasakan setidaknya setengah hari dalam 

periode 1-2 bulan dalam episode tunggal atau multipel. 

• Nyeri pinggang akui!Acute back pain 

Sakit yang tidak bersifat kronis (seperti yang didefinisikan di 

atas) dan onsetnya baru dan mendadak. 

• Onset pertama/Firsf onset 

Episode nyeri pinggang yang merupakan kejadian pertama 

dari nyeri pinggang dalam masa hidup seseorang. 

• Flare-up 

tahap  nyeri yang tumpang tindih pada kejadian berulang atau 

kronis. Suatu flare-up mengacu pada suatu periode (biasanya 

seminggu atau kurang), saat  sakit pinggang sangat parah 

dibandingkan dengan yang biasa dirasakan oleh pasien 

Klasifikasi Nyeri Spinal 

• Nyeri akut/Acute pain 

Onset segera, dengan durasi berkisar 0 sampai 3 bulan. 

• Sakit subakut/Subacute pain 

Onset lambat, dengan durasi 0 sampai 3 bulan. 

• Sakit kronis/Chronic pain 

Durasi lebih dari 3 bulan, tanpa onset. 

• Nyeri berulang/Recurrent pain 

Periode jeda selama tidak ada gejala, tapi rasa sakit kembali 

muncul. 

Nyeri Lumbal Diklasifikasikan Berdasarkan Waktu dan 

Distribusi 

• Nyeri lokal 

Nyeri pinggang atau lumbosakral bawah (sakit pinggang). 

• Nyeri yang dijalarkan / referred pain 

Nyeri yang dirasakan di daerah yang memiliki asal 

embriologis yang sama dengan daerah yang terlibat. Biasanya 

terletak di daerah inguinal atau pantat atau paha 

bagian anterior, lateral, atau posterior. Dalam beberapa kasus, 


 

ada  beberapa kemungkinan penjalaran nyeri, bahkan di 

bawah lutut. 

• Nyeri radikuler 

Nyeri didistribusikan sepanjang distribusi dermatom akar 

saraf tulang belakang dan disebabkan oleh rangsang nyeri 

langsung pada jaringan saraf. Hal ini paling sering terjadi di 

sepanjang penjalaran saraf siatika, tergantung pada tingkat 

tulang belakang akar saraf yang terlibat. 

• Sciatica 

Sciatica secara harfiah berarti "berhubungan dengan pinggul." 

Definisi patoanatomik pertama pada nyeri pinggang pada 

tahun 1576 oleh Domenico Cortugno menyatakan bahwa nyeri 

pinggang yaitu  nyeri akibat pengaruh lokal dari saraf sciatica 

di paha. 

 

Gambar 2.3. Di sebelah kiri yaitu  distribusi 

dermatomal dari inervasi setiap tingkat akar 

saraf. Gambar kanan yaitu  distribusi 

sklerotomal 

yang sesuai. 


Pasien nyeri pinggang bawah biasanya bisa dikenali dari 

riwayatdanpemeriksaanfisik.Tanda-tandayangdiceritakansering 

disebut sebagai "red flare”. Kehadiran mereka membutuhkan 

pertimbangan untuk pemeriksaan lanjut. Meskipun jarang, tapi 

yang tidak kalah pentingnya yaitu  etiologi non organik. Pasien 

sesekali yang datang dengan riwayat non organik dan / atau tanda 

fisik juga memerlukan perhatian khusus. 

 

Tabel 2.2. Tabel dan Gejala Nyeri Pinggang Bawah 

Tanda dan Gejala Kelainan fisik Kondisi Abnormal 

Gejala 

  

Nyeri Distribusi Anatomi Nyeri pada seluruh kaki 

  

Nyeri pada tulang ekor 

Mati rasa Dermatomal Mati rasa seluruh kaki 

Kelemahan Myotomal Kelemahan seluruh kaki 

Pola Waktu Variasi waktu dan aktivitas Tidak pernah merasakan nyeri 

Respon terhadap 

tindakan 

Variasi dari respon dan 

perkembangan 

Intoleransi terhadap tindakan; 

keadaan gawat darurat 

Tanda 

  

Nyeri tekan Distribusi anatomis 

Superfisial; penyebaran distribusi 

non anatomi 

Beban axial Tidak ditemukan nyeri lumbal Nyeri lumbal 

Rotasi yang terstimulasi Tidak ditemukan nyeri lumbal Nyeri lumbal 

Mengangkat kaki 

dengan posisi lurus 

Tidak berubah pada distraksi Meningkat dengan distraksi 

Sensoris Dermatomal Regional 

Motoris Myotomal Regional, kedutan, kelemahan total 

 


 

Tabel 2.3. Tabel Kategori Gejala/faktor risiko dengan temuan klinis 

Kategori Gejala/Faktor risiko Temuan klinis 

Kanker 

Riwayat kanker Nyeri pada processus spinosus 

BB turun >10 kg dalam 6 bulan 

Rentang gerak (ROM) menurun karena 

spasme protektif 

Usia > 50 atau < 17 tahun  

Gagal membaik dengan terapi 

 

Nyeri menetap > 4-6 minggu 

 

Nyeri malam atau saat istirahat 

 

Infeksi 

Demam persisten Nyeri pada processus spinosus 

Penyalahgunaan obat-obatan Rentang gerak (ROM) menurun 

Infeksi bakteri, ISK, pyelonefritis Tanda vital sesuai dengan infeksi 

Selulitis Takikardia 

Pneumonia Takipneu 

Immunocompromised Kortikosteroid 

sistemik Hipotensi 

Transplan organ Suhu badan meningkat 

Diabetes mellitus 

Nyeri atau massa pelvis atau abdomen 

HIV  

Nyeri saat istirahat 

 

Fraktur 

vertebrae 

Kortikosteroid Temuan sesuai lokasi fraktur 

Trauma ringan pada pasien > 50 th 

 

Usia > 70 th  

Osteoporosis 

 

Trauma yang signifikan 

 

Terlempar dari kendaraan bermotor 

 

Jatuh dari ketinggian yang signifikan 

 

 


  

 

 

 

 

Cauda 

equina 

syndrome 

Inkontinensia atau retensi urin Kelemahan tak diduga dari sphincter 

ani & vesika 

Saddle anesthesia Kelemahan motorik mayor: quadriceps 

(kelemahan ekstensi lutut) 

Tonus sphincter ani menurun atau 

inkontinensia fekal 

Fleksi plantar, eversi, dorsifleksi 

Kelemahan ekstremitas bawah bilateral 

atau mati rasa 

Paraparesis spastik (thoracic) atau 

flaccid (lumbar) 

Defisit neurologis progresif Refleks meningkat (thoracic) atau 

menurun (lumbar) 

HNP 

Kelemahan otot (<3) Progresi signifikan dari kelemahan 

Foot drop 

Progresi signifikan dari penurunan 

sensoris 

 

Kelemahan motorik akut 

 

Tanda radikular 

Aneurisma 

abdominal 

akut 

Massa di abdomen dengan pulsasi 

Pulsasi pada massa di midline 

abdominal 

Penyakit aterosklerosis 

 

Nyeri saat istirahat atau pada malam 

hari 

 

Umur lebih dari 60 tahun 

 

Kolik renal 

Nyeri hebat pada sudut kostovertebral 

yang menjalar ke testis Nyeri tekan pada sudut kostovertebral 

Riwayat urolithiasis 

 

Penyakit 

inflamasi 

pelvis 

Keluar cairan dari vagina Nyeri pada rahim 

Nyeri daerah pelvis Massa di pelvis 

Ada riwayat sebelumnya Keluar cairan dari serviks 

Infeksi 

saluran 

kencing 

Disuria Nyeri tekan di suprapubik 

Riwayat infeksi saluran kencing 

 

Apendiks 

retrosekal 

Onset subakut tanpa pencetus tertentu Demam derajat rendah 

Konstipasi 

 

 


 

 

Tips Kunci Diagnostik untuk Membedakan antara 5 Penyebab 

nyeri pinggang 

Lumbar Disk Herniation 

• Riwayat trauma yang spesifik 

• Nyeri pada kaki lebih berat dari nyeri pinggang 

• Adanya defisit neurologis: adanya tanda-tanda ketegangan 

saraf 

• Nyeri memberat saat duduk / badan condong ke depan, 

batuk, bersin, dan saat peregangan; nyeri muncul di bagian 

ipsilateral 

• Tes mengangkat kaki dan peregangan sciatica-, mengangkat 

kaki kontralateral juga dapat memicu  nyeri 

• Bukti radiologis penekanan akar saraf (myelography, CT) 

Robekan annular 

• Riwayat trauma yang signifikan 

• Nyeri pinggang lebih berat dari nyeri pada kaki; nyeri kaki 

bilateral atau unilateral 

• Adanya tanda-tanda ketegangan saraf (tanpa bukti 

radiologis) 

• Nyeri memberat saat duduk dan badan condong ke depan, 

batuk, bersin, dan meregang. 

• Nyeri pinggang muncul saat kaki diangkat lurus dan tes 

peregangan sciatica (dilakukan tes mengangkat kaki 

bilateral) 

• Diskografi bersifat diagnostik (baik CT scan maupun 

myelogram tidak menunjukkan kelainan) 

Myogenik atau penyakit yang berhubungan dengan otot 

• Riwayat cedera pada otot, gejala nyeri rekuren yang terkait 

dengan penggunaannya. 

• Myositis paravertebral lumbal menghasilkan nyeri 

pinggang; gluteus maximus myositis memicu  nyeri 


52  

 

 

bokong dan paha 

 

 

• Nyeri bersifat unilateral atau bilateral, tidak di midline; tidak 

menjalar ke lutut 

• Rasa sakit atau kekakuan hadir saat bangun di pagi hari dan 

setelah beristirahat; diperberat dengan kondisi otot kedinginan 

atau saat perubahan cuaca (gejala seperti arthritis) 

• Nyeri meningkat dengan penggunaan otot yang 

berkepanjangan; paling intens setelah berhentinya penggunaan 

otot (langsung sesudahnya dan hari berikutnya) 

• Intensitas gejala mencerminkan penggunaan otot kumulatif 

setiap hari 

• Rasa nyeri lokal teraba di area otot yang terlibat 

• Nyeri dihasilkan dengan kontraksi otot yang berkelanjutan 

melawan resistensi, dan dengan peregangan otot pasif 

• Nyeri kontralateral muncul saat lateral bending 

• Tidak ada bukti radiologis 

Stenosis spinal 

• Nyeri pinggang dan / atau kaki (bilateral atau unilateral) 

muncul setelah pasien berjalan dalam jarak yang terbatas; Gejala 

memburuk apabila aktivitas berjalan dilanjutkan 

• Kaki terasa lemas atau mati rasa, dengan atau tanpa disertai 

nyeri pinggang 

• Fleksi mengurangi gejala 

• Tidak ada defisit neurologis 

• Nyeri tidak muncul saat mengangkat kaki lurus; Rasa sakit 

direproduksi dengan ekstensi tulang belakang yang 

berkepanjangan dan membaik sesudahnya setelah tulang 

belakang difleksikan 

• Bukti radiologis: Perubahanhipertrofik, penyempitan diskus, 

penyempitan ruang interlaminar, hipertrofi pada facet, dan 

tanda-tanda degeneratif 

• Spondylolisthesis (L4-L 5) 

 


Arthropati Sendi Facet 

• Riwayat cedera 

• Nyeri tekan lokal unilateral 

• Nyeri terjadi segera saat ekstensi tulang belakang 

• Nyeri diperberat dengan side bending ipsilateral 

• Rasa sakit diblok dengan pemberian suntikan anestesi lokal atau 

kortikosteroid 

KLASIFIKASI NYERI PINGGANG MENURUT WHITE DAN 

PANJABI 

White dan Panjabi menjelaskan suatu hipotesis Charnley 

tentang nyeri pinggang bawah. Berikut yaitu  klasifikasi nyeri 

pinggang menurut mereka: 

 

TIPE I: NYERI PINGGANG AKUT 

Nyeri pinggang akut (tipe I) secara khas terjadi saat  seorang 

pekerja mencoba untuk mempertahankan beban tambahan yang 

diberikan secara tiba-tiba. Nyeri hebat yang bersifat langsung dapat 

berlangsung selama beberapa minggu. Rasa sakit, terutama di 

pinggang bawah, tanpa disertai kesemutan pada pinggang, bisa 

disebabkan oleh beberapa faktor. Charnley menyatakan bahwa 

kemungkinan pecahnya beberapa lapisan annulus pada bagian 

dalam. Meski ruptur dapat terjadi, serat bagian dalam tidak 

didapatkan inervasi, dan pembebanan atau deformasi relatif sedikit 

terjadi pada serat yang terletak pada bagian lebih dalam daripada 

yang ada  di periferal. Kemungkinan 

 

• Tipe I Nyeri pinggang Akut 

• Tipe 11 Ingesti Fluida Organik Atau Idiopatis 

• Tipe III Disrupsi Anulus Posterolateral 

• Tipe IV Tonjolan Pada Diskus 

• Tipe V Sequestered Fragment (Material Disk Yang 

  

Keluar Jalur) 

• Tipe VI Displaced Sequestered Fragment (Anchored) 

• Tipe VII Degeneratif Disc 

 



 

lain salah satunya yaitu  bahwa serat annular periferal dapat 

mengalami robekan bersamaa