Tampilkan postingan dengan label obat 47. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label obat 47. Tampilkan semua postingan

obat 47

 







keremajaan abadi’ 

(fountain of youth) berkaitan dengan klaim 

mengenai khasiatnya yang dapat memperlambat proses menua. namun  kebanyakan 

klaim ini  tidak berdasar  penelitian 

ilmiah absolut. Di AS DHEA tidak diregistrasi sebagai obat melainkan sebagai food 

supplement, walaupun tidak ada  dalam 

sumber makanan mana pun.

Telah ditemukan bahwa pada penyakit 

menua tertentu ada  kadar DHEA yang

rendah, misalnya pada penyakit jantung dan 

pembuluh, diabetes type-II, rematik dan SLE, 

begitu pula pada Alzheimer (demensia), 

AIDS dan schizofrenia. Melalui penelitian 

serius pada lansia yang diberikan 50 mg 

DHEA sehari, ternyata kadarnya dalam darah 

meningkat sampai nilai tinggi. Begitu pula 

ternyata berkhasiat memperbanyak T-killercells dan meningkatkan pelepasan IGF, 

yaitu hormon peptida yang menstimulasi 

kegiatan somatotropin (GH). Selain itu juga 

memperbaiki suasana dan perasaan nyaman. 

Mekanisme kerjanya tidak diketahui. ada 

pula indikasi bahwa DHEA menghambat 

agregasi trombosit dan memperkuat sistem 

imun (melindungi terhadap infeksi virus dan 

kuman), berkhasiat meningkatkan kepekaan 

bagi insulin dan dapat meringankan gejala 

LE. namun  pernyataan-pernyataan ini perlu 

diteliti lebih jauh.3,4 

Efek samping pada wanita berupa efek 

androgen seperti akne, rambut rontok, hirsutisme dan suara menjadi rendah. Sebagai 

androgen DHEA juga dapat mendorong 

pertumbuhan kanker prostat. 

Suatu penelitian pada pasien HIV yang 

diberikan 750-2.250 mg DHEA sehari selama 

4 bulan menunjukkan bahwa tidak ada  

suatu efek samping apapun, bahkan jumlah 

virus (viral load) menurun dengan 90%! 

Dosis: sebagai food supplement 25-50 mg 

sehari pagi hari, pada terapi alternatif berbagai gangguan 1-2 dd 200-600 mg.

B. ANABOLIKA

4a. Metandrostenolon (NeoAnabolene) adalah derivat metiltestosteron yang khusus dianjurkan pada osteoporosis postmenopausal. 

Dosis: oral 1 dd 2,5-5 mg p.c.

4b. Nandrolon:19-nortestosteron, Deca/Durabolin

Dosis: i.m. pada anemia 50-100 mg dekanoat 

1x seminggu, pada osteoporosis parah 50 mg 

per 3 minggu, pada kanker mammae 50 mg 

setiap 2-3 minggu (-fenilpropionat). 

4c. Stanozol (Stromba). Dosis: pada osteoporosis oral 5 mg/hari.

4d. Etilestrenol(Orgabolin). Dosis: oral 1-4 dd 

2 mg, maks. 16 mg sehari.

C. ZAT ANTI ANDROGEN

5. Siproteron:Androcur, *Diane-35

Derivat dehidro dari progesteron ini (1973) 

berkhasiat anti-androgen berdasar  blokade reseptor androgen dan juga berkhasiat 

progestagen kuat, ±2.000 kali lebih kuat dari 

pada progesteron. Oleh sebab  itu zat ini 

juga bekerja anti gonadotrop dengan menghambat sekresi LH/FSH dengan efek anovul-

asi. Efek lain yaitu  menghambat konversi 

testosteron ke DHT di organ tujuan.

pemakaian nya terutama pada hiperseksualitas pria, yang efeknya baru nampak 

sesudah beberapa minggu atau beberapa 

bulan. Pada kanker prostat hanya diberikan 

bila estrogen tidak memberikan efek lagi. 

Pada wanita dipakai  terhadap hirsutisme 

(tumbuhnya rambut berlebihan, a.l. di muka) 

dan akne ganas yang resisten terhadap obatobat akne biasa. Untuk wanita demikian 

yang serentak ingin menjalani antikonsepsi 

tersedia pil akne/antihamil Diane-35. Akne 

biasanya mereda dalam waktu 3 bulan, begitu pula sekresi lemak kulit berlebihan 

(seborroea). 

Resorpsi dari usus kurang baik, plasma-t½ 

bifasis 12/48 jam. Ekskresi terutama melalui 

empedu dan feses (65%), sisanya sebagai 

metabolit hidroksi lewat urin.

Efek samping: perasaan lesu dan letih (sementara), keluhan lambung dan naiknya 

berat badan. Pada pria juga gynecomastia

dan menurunnya fertilitas, sedangkan pada 

wanita mammae tegang dan nyeri serta perdarahan tidak teratur.

Dosis: oral 2 dd 50-100 mg, maksimal 200-

300 mg/hari.

6. Danazol: Danocrine, Danatrol, Azol

Derivat 17-alfa-etinil (1974) dari testosteron ini berkhasiat antigonadotrop dengan 

mengurangi sekresi FSH/LH dan mencegah ovulasi. Danazol juga berkhasiat androgen dan anabol lemah, tidak memiliki efek 

estrogen atau progestagen. Efek antiandrogennya mengakibatkan berkurangnya spermatogenesis.

pemakaian  terutama pada endometriosis

dan kemandulan yang lazim menjadi akibatnya. Zat ini juga dianjurkan pada tumor payu 

dara jinak.

Efek samping sebagian berkaitan dengan 

efek androgen (udema, berat badan naik, 

akne, perubahan suara, hirsutisme). Juga 

efek samping akibat berkurangnya estrogen 

yang mirip keluhan klimakterium, antara 

lain flushing, berkeringat, haid tak menentu, 

libido menurun dan atrofia mukosa vagina. 

Di samping itu efek umum seperti sakit kepala, gangguan lambung-usus dan reaksi 

kulit.

Dosis: pada endometriosis oral 2-3 dd 200 

mg selama 6-9 bulan. Pada benjolan mammae 

2 dd 50-100 mg selama 3-6 bulan.

7. Flutamida:Fugerel, Eulexin

Derivat anilida ini (1982) berkhasiat antiandrogen kuat, khusus dalam prostat, 

berdasar  blokade reseptor androgen

sehingga testosteron tidak berfungsi. Juga 

menghambat konversi testosteron menjadi 

DHT. Tidak memiliki khasiat (anti) estrogen, 

prostagen, androgen atau antigonadotrop. 

dipakai  khusus pada kanker prostat tersebar

sebagai obat tambahan pada kastrasi kimiawi 

dengan agonis gonadorelin, yang berfungsi 

menekan dengan tuntas daya kerja androgen 

perifer. Pertama untuk menanggulangi kenaikan sementara dari produksi testosteron 

selama minggu-minggu pertama pemberian 

LHRH. Kedua untuk memblokir testosteron 

yang diproduksi oleh anak-ginjal (yang tidak 

dihambat oleh LHRH). Kombinasi dengan 

finasterida meningkatkan efektivitasnya dengan efek samping minimal (hanya 14% dari 

pasien kehilangan libidonya).

Resorpsi dari usus cepat dan dalam hati 

diubah menjadi zat aktif hidroksiflutamida,

yang diekskresi lewat urin. Plasma-t½ 6-8 

jam.

Efek samping dapat berupa gynecomastia, 

benjolan nyeri di buah dada, berkurangya 

libido, menurunnya produksi sperma dan 

udema. Jarang sekali gangguan jantung, 

fungsi hati dan lambung-usus. Urin bisa berwarna gelap sampai kehijau-hijauan.

Dosis: oral 3 dd 250 mg p.c., umumnya 

serentak dengan goserelin atau analogon 

LHRH lainnya.

* Nilutamida (Anandron) yaitu  derivat pirolidin (1990) dengan sifat dan pemakaian  

yang sama, berkhasiat panjang (t½ rata-rata 

56 jam). Dosis: serentak dengan analogon 

gonadorelin 1 dd 300 mg selama 4 minggu; 

pemeliharaan 150 mg.

* Bikalutamida(Casodex) yaitu  juga derivat 

kerja panjang (1993) dengan pemakaian 

sama, plasma-t½ ±1 minggu. Dosis: oral 1 dd 

50 mg bersama agonis-LHRH.

8. Finasterida: Proscar, Propecia12,13.

Antihormon ini memiliki rumus yang menyerupai steroida (1992). Berkhasiat menghambat enzim 5-alfa-reduktase yang mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron. 

DHT bekerja lebih kuat dan berkhasiat menstimulasi pertumbuhan jaringan prostat dan 

terjadinya hiperplasia benigne (BPH, lihat box). 

Lagi pula DHT memegang peranan penting 

pada rontoknya rambut. pemakaian nya 

pada BPH dapat memperkecil prostat dengan 

±15%, berdasar  blokade sintesis DHT. 

Efeknya baru kentara sesudah  6 bulan dan 

paling nyata bila volume prostat membesar 

di atas 40 ml. Lagi pula memperbaiki aliran 

urin yang terganggu dan menurunkan kadar 

enzim PSA(prostate specific antigene) dalam 

darah. Obat lain terhadap BPH yaitu  alfablocker (tamsulosin, alfuzosin, dan sebagainya, 

lihat Bab 31 B, Adrenolitika) yang sama efektifnya untuk mengurangi gejala BPH namun  

menghasilkan efek lebih cepat, dalam 3-6 

minggu.

pemakaian  lain yaitu  sebagai obat antirontok rambut dan menstimulasi pertumbuhan rambut pada pria (alopecia androgenetica). Finasterida paling efektif bila dipakai  di fasa dini pada pria 18-41 tahun yang 

rambutnya mulai rontok di bagian belakang 

kepala. sesudah  1 tahun pada 86% dari kasus, 

kerontokan dapat dihentikan atau nampak 

pertumbuhan rambut baru. Bila kerontokan 

rambut terjadi di depan atau di bagian tengah 

kepala, efeknya lebih rendah dan hanya 37% 

menunjukkan pertumbuhan rambut baru. 

Efek baik ini hilang sesudah  pemakaian nya 

dihentikan beberapa bulan dan rambut baru 

akan rontok lagi. Oleh sebab  itu untuk 

memelihara pertumbuhan rambut baru, obat 

perlu dipakai  terus-menerus. Pada wanita 

finasterida ternyata juga bisa efektif, namun  

dalam persentase lebih rendah, ±60%.

Resorpsi dari usus baik dengan BA 80%, PP 

±93%, plasma-t½ 6 jam. Dalam hati senyawa 

ini dirombak menjadi 2 metabolit dengan


Prostate Specific Antigen pada BPH

PSA yaitu  suatu enzim (glikoprotein) yang dibentuk oleh sel-sel kelenjar dari prostat dan disekresi ke 

dalam cairan mani. Dalam sperma PSA berfungsi memecah molekul protein besar menjadi bagian-bagian 

yang lebih kecil sehingga sperma menjadi lebih cair. Sebagian kecil masuk ke dalam darah dan dapat 

ditentukan kadarnya. Nilai PSA normal yaitu  < 4 mcg/l. namun  dengan bertambahnya usia dan 

tanpa adanya kelainan di prostat, PSA dapat meningkat sampai ±10 mcg/l. Begitu pula bila ada  

pembesaran prostat tidak ganas (BPH= Benign Prostatic Hyperplasia). PSA > 10 biasanya menandakan sesuatu yang tidak baik dan perlu diperiksa lebih lanjut, khususnya terhadap kemungkinan 

kanker prostat. Pemeriksaan lanjut terdiri dari pemeriksaan rektal(‘toucher’) untuk mendeteksi kelainan 

permukaan, bentuk dan besarnya prostat. Penentuan aktivitas fosfatase alkalis dalam darah yang 

dahulu dipakai  sebagai indikator, kini dianggap obsolet. Diagnosis umumnya dituntaskan dengan 

pemeriksaan tambahan berupa CT-scan/echografi dari pelvis dan biopsi dari prostat. Hingga kini belum 

ada  kepastian bahwa PSA tinggi tanpa kelainan fisik prostat, dapat memicu  kanker di masa 

depan. 

Kesimpulan: 

Tes PSA tidak dapat memastikan kanker dan harus dilanjutkan dengan misalnya pemeriksaan biopsi 

prostat; 

Tes PSA tidak tuntas: dapat memberikan hasil abnormal walaupun tidak ada  kanker (falsepositive result) atau hasilnya normal sedangkan pasien menderita kanker (fals-negative result).

Hasil PSA yang tinggi tidak selalu menunjukkan kanker, namun  dapat juga berkaitan dengan sebabsebab lain, misalnya BPH atau infeksi.

* Kanker prostat tidak selalu disertai PSA tinggi, namun  PSA merupakan petanda (marker) yang sensitif

untuk menentukan progres atau penghentian proses pertumbuhan tumor selama terapi. Bila tumor 

tumbuh atau menyusut, PSA juga akan menaik atau menurun.

aktivitas lemah dan diekskresi lewat urin dan 

feses.

Efek samping dapat berupa impotensi, libido 

dan ejakulat berkurang, juga gynecomastia. 

ada  indikasi bahwa pada hewan finasterida bekerja teratogen.

Dosis: pada BPH oral 1 dd 5 mg (Proscar), 

pada rontok rambut 1 dd 1 mg (Propecia).

*Dutasterida (Avodart)

Juga merupakan penghambat 5-alfa-reduktase yang merintangi perubahan testosteron menjadi dihidrotestosteron yang 

lebih kuat, sehingga besarnya prostat berkurang, menurunkan risiko retensi urin akut 

dan mengurangi keluhan penderita BPH. 

Mekanisme kerjanya berdasar  penghambatan intraseluler dari iso-enzim tipe 1 

dan tipe 2 dari 5-alfa-reduktase, sedangkan 

finasterida terutama menghambat tipe 1.

Efek samping: impotensi, ginekomasti, pusing dan reaksi alergi. Dosis: 1 dd 0,5 mg 

dengan minum banyak air.




HORMON-HORMON 

WANITA

FISIOLOGI

Di bawah pengaruh FSH dari hipofisis, ovarium mulai memproduksi hormon estrogen 

dan progesteron, yang berperan bagi ciri-ciri 

kelamin primer dan sekunder wanita.

Estrogen (estradiol, estron dan estriol) bekerja 

terhadap mukosa rahim (endometrium) dengan mendorongnya untuk berkembang dan 

menebal. Proses proliferasi ini berlangsung 

pada 2 minggu pertama dari siklus haid dan 

berfungsi menampung telur yang sudah 

dibuahi.

Progesteron bersama estrogen, penting sekali bagi pemasakan folikel dan pelepasan 

telur. Ovulasi ini baru terjadi beberapa hari 

sesudah  kadar LH mencapai puncaknya. Sisa folikel berkembang lagi menjadi Badan 

Kuning (Corpus luteum), yang segera mulai 

membentuk progesteron. Dua fungsi penting dari progesteron yaitu  menstimulasi 

endometrium untuk tumbuh lebih lanjut (fase proliferasi) serta mensekresi dan mengumpulkan zat-zat gizi bagi perkembangan telur yang sudah dibuahi menjadi janin. Fase 

sekresi ini berlangsung sepanjang minggu 

ketiga dari siklus. Selain itu hormon ini juga 

berfungsi memelihara kehamilan sebab  terhentinya produksi progesteron dapat mengakibatkan pelepasan endometrium dan abortus. Khasiat ini disebut daya kerja (pro) gestagen (Lat. pro = untuk, gestatione = kehamilan). Oleh sebab  itu progesteron juga disebut 

hormon kehamilan.

Kedua hormon wanita ini juga memegang 

peranan penting pada pembuahan dan transportasi telur melalui tuba telur ke rahim

dan pada penanamannya di endometrium 

(implantasi, nidatio). Lihat Gambar 44-1.

Haid. Jika sel telur tidak dibuahi oleh sel mani, 

Corpus luteum pada akhir minggu keempat 

menghentikan produksi progesteronnya. 

Akibatnya rahim melepaskan endometrium 

yang sudah bersekresi itu dan dikeluarkan 

sebagai perdarahan, yakni haid atau menstruasi.

Bila ovaria tidak bekerja lagi atau telah diangkat, haid dapat diinduksi dengan pemberian estrogen untuk jangka waktu yang 

layak. Keadaan ini disebut perdarahan penarikan (withdrawal bleeding). Perdarahanantara yang menjemukan dapat pula terjadi 

tanpa tambahan progestativum (breakthrough 

bleeding). Dalam hal ini, perdarahan dapat 

dihindari dengan meningkatkan dosis estrogen.

Abortus. Sesudah kira-kira tiga bulan, Corpus 

luteum mengurangi produksi progesteronnya, 

yang lalu dilanjutkan oleh ari-ari (plasenta), 

yakni jaringan hubungan darah antara rahim dan janin. Dengan berlangsungnya kehamilan, ari-ari berangsur-angsur meningkatkan produksinya. Jika sebab  sesuatu hal 

pembentukan progesteron ini terhenti, maka 

akibatnya rahim akan melepaskan endometrium 

bersama janin dan terjadilah keguguran (abortus).

Efek anti hamil. Akhirnya progesteron juga 

bertugas mencegah pembuahan berikutnya

selama masa hamil, yang berlangsung dengan dua cara. Pertama melalui mekanisme 

feedback negatif sekresi LH dihambat sehingga 

tidak terjadi ovulasi lagi. Kedua, progesteron 

memengaruhi leher rahim (cervix) untuk 

membuat lendirnya liat dan kental, hingga su-

kar dilewati oleh sel-sel mani. Hal ini disebut permusuhan cervix (cervical hostility). 

Lendir ini pada waktu ovulasi bersifat sangat 

cair di bawah pengaruh estrogen guna memudahkan pembuahan. Seperti yang akan 

dibahas dalam Bab 45, Antikonseptiva, kedua 

prinsip ini  di atas dipakai  dalam pil 

anti hamil.

Gambar di bawah ini memberikan secara 

skematis pengaruh hormonal terhadap perkembangan sel telur. Lalu pada grafik dari 

Gambar 44-2 dapat dilihat hubungan antara 

siklus ovarium dan endometrium serta kadar 

estrogen-progesteron dan kadar gonadotropin dalam darah. 

Klimakterium

Klimakterium pada wanita yaitu  masa peralihan antara masa subur (fertil) dan masa 

menua. Cirinya yaitu  berhentinya menstruasi (menopause) yang dapat disertai dengan sejumlah besar gejala-gejala. 

Lazimnya masa peralihan dimulai pada 

usia sekitar 50 tahun dan diawali dengan 

menjadi kurang teraturnya siklus haid dan 

sering kali tanpa pelepasan telur. Akhirnya 

ovulasi berhenti sama sekali dan beberapa 

bulan sampai beberapa tahun kemudian 

haid berhenti pula. Jelaslah bahwa di masa 

menopause wanita tidak bisa mengandung 

lagi. 

Gejalanya berbagai macam dan yang terpenting berupa gejolak panas di muka (hot 

flushes, flushing), sewaktu-waktu berkeringat 

hebat (di waktu malam), debar jantung dan 

dyspareunia. Juga mudah tersinggung, kurang 

semangat dan depresif, serta perasaan lelah, 

sukar tidur, gelisah dan nyeri kepala, otot 

atau sendi. Di samping itu terjadi kelainan 

pada mukosa alat kelamin akibat terhambat 

pertumbuhan epitelnya, antara lain atrofia

mukosa vagina dan timbulnya osteoporosis

(irreversibel). sesudah  pengangkatan kedua 

ovaria (ovariectomia) keluhan-keluhan ini segera muncul dengan cepat dan hebat.Penyebab semua gejala ini  berkaitan 

dengan penyusutan drastis kadar estrogen dalam 

darah, sebab  produksinya dalam ovaria 

menurun dengan kuat dan agak mendadak, 

dari rata-rata 50-60 mcg sampai 5-10 mcg 

sehari. Sebagian penurunan ini dikompensasi 

oleh kenaikan produksi di anak-ginjal. Hati 

dan jaringan lemak juga mensintesis estradiol bertolak dari estron yang berasalkan 

androstendion dari anak-ginjal. namun  pada 

umumnya jumlahnya tidak mencukupi untuk menghindari timbulnya gejala-gejala tersebut.

*Climaterium virile (Lat. virile = pria), yang 

istilahnya kadang-kadang diplesetkan menjadi ‘penopause’, yaitu  masa peralihan pada pria di atas ±55 tahun. Berbeda dengan 

wanita produksi testosteron tidak menyusut 

dengan mendadak, namun  secara berangsur. 

Oleh sebab  itu dimulainya masa peralihan 

juga berlangsung lambat. Turunnya kadar

testosteron dalam darah dapat memicu  

beberapa keluhan, seperti berkurangnya libido dan potensi seksual. 

Pengobatan

Terapi gejala klimakterium pada umumnya 

dapat dilakukan dengan tranquillizers dan 

klonidin dalam dosis rendah terhadap khususnya flushing. Pengobatan terbaik dan 

yang dianjurkan yaitu  terapi sulih hormon 

(hormone replacement therapy, HRT) dengan 

kombinasi estrogen-progestagen pada dosis serendah mungkin, yang dipakai  secara siklis. Terapi substitusi hormonal ini 

sangat efektif untuk meniadakan keluhan 

dan memulihkan semangat hidup serta perasaan nyaman (sense of general well-being).

Keuntungan tambahan dari HRT ini untuk 

jangka panjang yaitu  efek preventifnya terhadap osteoporosis dan mungkin juga terhadap penyakit kardiovaskuler. namun  sebab  penyelidikan telah menunjukkan terjadinya peningkatan risiko kanker payudara, 

maka HRT sekarang ini hanya dianjurkan 

untuk waktu yang singkat dan hanya bagi 

wanita dengan keluhan hebat (flushing). 

Lihat di bawah Pencegahan.

*Pengobatan alternatif memakai  beberapa food supplement yang berkhasiat 

meringankan keluhan, a.l. isoflavon kedelai dengan efek fito-estrogen lemah genistein (2 dd 50 mg), juga ekstrak “red clover” (Cimicifuga racemosa, Promeno, Ymea) 

dan asam gamma linolenat (GLA, 1-2 dd 

250 mg), suatu PUFA (C18:3, n6). Sediaan 

nabati ini sering kali dipakai  di ilmu 

kedokteran komplementer terhadap keluhan klimakterium dan PMS(premenstrual syndrome). 


Osteoporosis(rapuh tulang)

Gangguan ini dapat diderita oleh ±25% dari semua wanita (Barat) sesudah menopause, biasanya 

pada usia di atas 60 tahun. Pada pria osteoporosis lebih jarang terjadi. Juga merupakan masalah 

umum (10-20%) bagi penderita penyakit lupus (SLE) yang terutama disebabkan oleh pemakaian  

glukokortikoid, di samping usia, gender, keturunan, kadar vitamin D yang rendah dan gaya hidup. 

Akibat kehilangan kalsium tulang menjadi berpori, tipis, rapuh dan mudah patah. Akhirnya 

kerangka ‘menciut’ dan tubuh menjadi lebih pendek dan bungkuk, seperti sering terlihat pada orang 

yang tua sekali. 

pemicu nya . Dalam jaringan tulang normal ada  keseimbangan dinamis antara pembentukan 

tulang (oleh osteoblast) dan perombakannya (oleh osteoclast). Hingga usia ±35 tahun, pembentukan 

tulang yang aktif dan kepadatan tulang (density) mencapai puncaknya. Dengan meningkatnya usia, 

massa tulang berangsur-angsur menyusut. Faktor-faktor yang memicu terjadinya osteoporosis yaitu  

menopause pada wanita dan pemakaian  glukokortikoida.

*Menopause. Pada wanita postmenopausal menurunnya produksi estrogen mengakibatkan perombakan tulang yang meningkat; dalam beberapa tahun dapat terjadi penyusutan dari 10-20%. Kemudian juga pembentukan tulang berkurang selama 5-10 tahun. Oleh sebab  itu kepadatannya menurun 

dan dapat terjadi osteoporosis. Apabila pasien ini terjatuh, risiko keretakan dari ruas tulang belakang, 

pangkal paha dan pergelangan tangan sangat meningkat. Wanita dengan menopause dini (sebelum 

usia 40 tahun) juga memiliki risiko yang meningkat untuk osteoporosis. Life time risk terhadap fraktur 

sebab  osteoporosis untuk wanita di atas usia 50 tahun yaitu  40% dan pada pria 15%.

*pemakaian  prednison/prednisolon dalam dosis di atas 7,5 mg sehari untuk jangka waktu lama juga 

mengakibatkan kehilangan massa tulang. Diperkirakan pemicu nya  yaitu  menurunnya aktivitas 

osteoblast dan mungkin juga meningkatnya resorpsi tulang, berkurangnya absorpsi kalsium dari usus 

atau berkurang reabsorpsinya di tubuli ginjal. Lihat selanjutnya Bab 46, ACTH dan Kortikosteroida.

Pencegahan. Risiko osteoporosis dapat dikurangi dengan makanan yang susunannya baik, antara 

lain mengandung banyak kalsium,vitamin D, cukup gerak badan, tidak merokok dan latihan tenaga 

dan keseimbangan untuk mencegah terjatuh. Sering kali bagi wanita dengan risiko tinggi, sebab  

misalnya menopause prematur (sebelum waktunya) atau sebab faktor keturunan, dianjurkan terapi 

substitusi hormonal. Yang dipakai  yaitu  suatu estrogen, dikombinasi dengan kalsium dan vitamin 

D, dengan penambahan progestagen secara siklis untuk memperkecil risiko kanker. Namun suatu

penelitian intervensi besar dengan konyugat estrogen 0,625 mg sehari telah dihentikan sebelum 

waktunya, sebab  ternyata meningkatkan risiko kanker payudara.12Oleh sebab  itu HRT hanya dapat 

dibenarkan dalam kasus hot flushes sangat hebat serta osteoporosis dan hanya untuk rentang waktu 

singkat. Wanita dengan predisposisi familiar untuk kanker payudara tidak boleh menjalani HRT. 

Juga perlu diwaspadai bahwa obat-obat tertentu dapat memicu  atau memperparah 

osteoporosis. Misalnya penghambat aromatase, agonis LHRH, anti-androgen (terapi hormon pada 

kanker prostat) dan beberapa sitostatika. pemakaian  jangka waktu lama dari anti-epileptika, 

seperti fenitoin dan karbamazepin, juga berkaitan dengan rapuh tulang. Glukokortikoida dapat 

mengakibatkan menurunnya masa tulang.

Penanganannya dapat dilakukan dengan obat-obat yang menghambat resorpsi tulang (bisfosfonat, 

kalsitonin dan estrogen) dan/atau zat-zat yang menstimulasi pembentukannya (steroida anabol dan

fluorida). Di samping itu, diberikan kalsium (500-1000 mg sehari) bersama vitamin D3

 (800-1000 unit)

untuk mencapai mineralisasi tulang normal. pemakaian  kalsium sebaiknya tidak melebihi 1200 mg 

sehari, sebab  bila berlebihan dapat memicu  risiko batu ginjal.

Untuk kebutuhan kalsium sehari (RDA), lihat Bab 53, Vitamin dan Mineral. Untuk gerak badan 

dianjurkan gerak jalan dua kali 1/2 jam setiap hari. Untuk kalsitonin dengan khasiat menghambat 

langsung terhadap osteoclast, lihat Bab 48, Hormon tiroid. 

Alternatif dianjurkan flavonoid dari kedelai genistein (2 x 50 mg) yang berkhasiat sebagai estrogen 

lemah dan glukosamin (3 x 500 mg) bersama elemen spura mangan + seng untuk menstimulasi 

sintesis sel-sel tulang.

Sel-sel tumor mengganggu keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast akibat produksi dari 

beberapa faktor yang meningkatkan perombakan, yaitu faktor pertumbuhan, prostaglandin, enzim, 

sitokin, dan lain-lain. Akibatnya yaitu  peningkatan perombakan (‚resorpsi‘, ‚mineralisasi‘).

Bisfosfonat merupakan turunan dari pirofosfat alamiah (H4

P2

O7

) yang berkhasiat menghambat 

perombakan tulang oleh osteoclast. Mekanisme kerjanya sebagai obat antiresorptif, berarti memperlambat atau menghentikan proses alamiah penguraian jaringan tulang, sehingga kepadatan dan 

kekuatan tulang dipertahankan atau ditingkatkan. Dengan demikian proses osteoporosis dapat 

dihindari. Bila osteoporosis sudah terjadi, perlambatan proses penipisan tulang mengurangi risiko 

fraktur.

Obat-obat ini memiliki afinitas besar untuk kalsiumfosfat dan mengikat pada kristalnya di dalam 

tulang untuk kemudian secara berangsur diekskresi dari jaringan tulang. Oleh sebab  itu, obat ini 

selain untuk pengobatan osteoporosis juga dipakai  pada terapi dan prevensi metastasis kanker 

tulang, khususnya pada tumor prostat, payudara, ginjal, tiroid dan paru-paru. Gejala metastasis 

kanker tulang berupa nyeri tulang, imobilisasi, fraktur, hiperkalsiémia dan kelumpuhan akibat 

terjepitnya saraf-saraf oleh sumsum tulang.

Sekarang banyak dipakai  derivatnya etidronat, pamidronat, alendronat dengan perbandingan 

1 : 10 : 10 : 100.

Bisfosfonat dipakai  pada osteoporosis postmenopausal atau akibat kortikosteroid, penyakit Paget 

dan metastasis kanker, lihat juga Bab 14, Sitostatika. Metabolisme dari bisfosfonat buruk dan tinggal dalam tulang untuk waktu lama. dipakai  per oral (asam alendronat, asam etidronat atau per 

intravena (asam pamidronat dan asam zoledronat) tiap 3 atau 4 minggu.

Bisfosfonat yang dipakai  per intravena (asam zoledronat-Reclast, ibandronat) merintangi osteoclast lebih kuat daripada per oral dan terutama untuk pengobatan hiperkalsiemi dan metastasis 

kanker pada tulang atau bila pasien tidak dapat memakai nya per oral. 

Efek samping. Sering kali nyeri tulang/otot, bengkak persendian, nyeri perut, obstipasi, diare, sakit 

kepala, pusing, mual, muntah, kesulitan menelan (disfagia), gangguan alat cerna dan nekrosis tulang 

(osteonecrosis) terutama dari tulang rahang yang baru nampak bulanan sesudah  pemberian per i.v. (terutama asam zoledronat dan pamidronat). Osteonekrosis dari tulang rahang juga dapat terjadi pada 

pemakaian  oral dengan insidensi sekitar 1:10.000, namun  lebih sering pada pemakaian  intravena.

Efek samping ini terjadi khusus pada tulang rahang sebab  dibandingkan dengan tulang kerangka 

lainnya, tulang rahang memiliki metabolisme yang lebih cepat dan vaskularisasi lebih baik, sehingga 

bisfosfonat tertimbun dalam osteoklasnyaUntuk menghindari rangsangan pada tenggorok (oesofagitis), bisfosfonat harus diminum pagi hari 

minimal 30 menit sebelum makan dengan segelas air dan pasien tidak boleh berbaring dalam sejam 

sesudah nya untuk menghindari “heartburn”. 

Bisfosfonat terpenting yaitu  ibandronat (Bonviva), risedronat (Actonel, Atelvia), alendronat 

(Fosamax), klodronat (Ostac), etidronat dan pamidronat. Sediaan kombinasi Actokit diminum risedronat 1x seminggu 35 mg danselama 6 hari per minggu 500 mg kalsium (sebagai kalsium karbonat) 

untuk menstimulasi pembentukan tulang. Kur dijalankan 3 bulan dan dapat diulang beberapa kali 

dengan tujuan meningkatkan kepadatan tulang. Sesudah 6 bulan ternyata jumlah keretakan ruas 

berkurang secara signifikan Dengan alendronat1 dd 10 mg (atau 1 x seminggu *Fosavance = alendronat 70 mg + vit D3

 2800 I.U.) 0,5 jam a.c. pagi hari juga dapat dicapai pengurangan fractura ini .6

 

Berkat masa paruhnya yang panjang sekali, ibandronat (2004) dapat diminum 1 x sebulan 150 mg 

(garam Na) 1 jam a.c.

* Etidronat (Didronel, 1970), pamidronat (APD, Aredia. 1991) dan risedronat (Actonel, 1996) selain pada 

kanker23 juga dipakai  pada penyakit kronis tulang melunak (M. Paget) dan pada osteoporosis postmenopausal. Lihat juga Bab 44, Zat2 estrogen, box Osteoporosis. 

* Alendronat (Fosamax) yaitu  aminobisfosfonat (1993) yang sama sifat kerja dan pemakaian nya 

dengan pamidronat. Pada perut kosong BA-nya terbaik, yaitu hanya 0,65%, PP 78% dengan masa 

paruh panjang. Tidak boleh dipakai  pada hipokalsiemia.

Dosis: osteoporosis pasca menopause/akibat glukokortikoid 1 x seminggu 70 mg 0,5 jam a.c., 

langsung sesudah  bangun tidur, diminum dalam posisi berdiri dengan minimal 200 cc air tanpa 

dikunyah atau dilarutkan dalam mulut. sesudah  diminum tidak boleh berbaring lagi (untuk menghindari iritasi mukosa oesofagus). Air mineral dan soft drink dapat mengurangi absorpsi obat, demikian juga sediaan-sediaan yang mengandung kalsium dan antasida yang baru dapat dipakai  

sesudah  minimal ½ jam. Juga terlebih-lebih harus waspada pemakaian  bersamaan dari obat-obat 

yang merangsang saluran gastro-intestinal, seperti NSAID’s. 

Preventif: 1 dd 5 mg a.c

*Risedronat (Acton, 1988) juga buruk resorpsinya dari usus dengan BA 0,6 % , PP 25%. Tidak dimetabolisasi dan diekskresi melalui urin secara utuh, masa paruhnya juga panjang, ±20 hari. Dosis: 1 

dd 5 mg 2 jam a.c. atau 1 x seminggu 35 mg 2 jam a.c. 

* Strontium ranelat (Protelos, Osseor) juga efektif pada osteoporosis postmenopausal (2004) untuk 

mengurangi fraktur tulang punggung dan pangkal paha. Mekanisme kerjanya berdasar  stimulasi 

pembentukan tulang dan penghambatan perombakannya oleh osteoclast. Zat ini berkumulasi di jaringan tulang dan di-inkorporasi di kristal apatit. BA ±25%, masa paruh 60 jam. Efek samping utama 

yaitu  mual dan diare. 

Senyawa ini telah diizinkan peredaraannya di Eropa sejak tahun 2004 untuk pengobatan osteoporosis dan untuk mengurangi risiko fraktur tulang belakang dan pinggul pada wanita postmenopausal.

Di tahun 2012 indikasi ini juga diberlakukan bagi kaum pria. Di tahun 2013 timbul rekomendasi untuk membatasi pemakaian nya hanya untuk pengobatan osteoporosis parah dengan risiko 

fraktur yang tinggi, bila ada  kontraindikasi terhadap obat-obat lain (misalnya intolerasi). 

Pembatasan indikasi ini sebab  risiko efek samping kardiovaskuler. Strontium ranelat jangan dipakai  pada pasien dengan riwayat gangguan jantung iskemik seperti angina atau infark, 

gangguan arterial perifer, trombo-emboli atau gangguan serebrovaskuler, juga jangan diberikan 

pada pasien hipertensi yang tidak terkendali.

Dosis: oral 1 dd 2 g malam hari sebelum tidur. (Geneesm Bull 2006; 40:80-81). 

Teriparatide (Forsteo). Merupakan suatu sediaan rekombinan human parathyroidhormon 

(PTH; human parathyroid hormone I-34) dengan mekanisme kerja yang sama sekali berlainan dengan bisfosfonat dan raloksifen. Seperti diketahui kedua obat bisfosfonat ini (= antiresorptiva)

terutama merintangi resorpsi tulang oleh osteoclast dan sekunder disusul dengan meningkatnya mineralisasi. Sedangkan teriparatide (2005) memiliki terutama efek anabol yang menstimulasi osteoblast untuk pembentukan tulang baru dengan efek bertambahnya volume tulang 

dan memperbaiki strukturnya. namun  daya kerjanya tidak kausal, berarti tidak memperbaiki 

tulang yang sudah hilang. Dibandingkan dengan strontium ranelat yang di samping menghambat resorpsi tulang juga berdaya merangsang pembentukan tulang baru, efek anabol dari 

teriparatide jauh lebih kuat.

Penyelidikan menunjukkan bahwa teriparatide mengurangi drastis risiko fraktur pada wanita 

maupun pria. Terutama ditujukan bagi wanita postmenopause dengan osteoporosis parah dan berisiko besar untuk fraktur sesudah  pengobatan dengan bisfosfonat maupun raloksifen, atau yang tidak 

tahan terhadap kedua obat ini. Berhubung mekanisme kerja dari teriparatide berlawanan dengannya, maka tidak boleh dipakai  bersamaan.

Efek samping tersering berupa pusing, kejang kaki (1-10%), mual, sakit kepala dan perasaan lemah.

Dosis: tiap hari parenteral 20 ug selama maksimal 18 bulan selama hidup, ditunjang dengan 

asupan kalsium dan vitamin D.14,15

*Denosumab (Prolia, Xgeva)

Merupakan IgG2 monoklonal antibodi human yang mengikat secara spesifik dan sangat kuat 

pada sitokin (RANKL) (nuclear factor-kappaB ligand) yang mutlak untuk pembentukan dan aktivasi 

osteoklas. Denosumab memblokir pengikatannya kepada RANK dan merintangi pembentukan dan 

aktivitas osteoklas, mengurangi resorpsi tulang dan meningkatkan kepadatan tulang. Dimetabolisasi 

oleh peptidase menjadi peptida kecil dan asam amino. Waktu paruh t1/2 ±26 hari (6-52 hari).

pemakaian . Sebagai prevensi bagi wanita postmenopause terhadap risiko fraktur akibat osteoporosis dan hanya dianjurkan pada osteoporosis parah dan meningkatnya risiko fraktur sebab  usia 

lanjut. dipakai  melalui injeksi s.k. bila ada  toleransi terhadap bisfosfonat, yang sebetulnya 

merupakan pilihan pertama bagi pasien osteoporosis wanita postmenopause, seperti asam alendronin dan asam risedronin, sebab  efektivitasnya tinggi, pengalaman dengan bisfosfonat oral ini 

cukup banyak dan efek sampingnya yang lebih terbatas. 

Denosumab juga dapat mengurangi risiko fraktur ruas tulang punggung pada pria penderita 

kanker prostat yang diterapi dengan androgen.

sebab  bisfosfonat dimetabolisasi oleh ginjal sehingga merupakan kontraindikasi bagi pasien 

gagal ginjal, mungkin denosumab aman bagi pasien demikian sebab metabolisasi denosumab tidak 

melalui ginjal, walaupun penelitian mengenai hal ini masih harus dilakukan.

Ref.: N Engl J Med. Aug 20, 2009; 361(8): 818–820.

Efek samping. Sering kali katarak (1-10%), obstipasi, nyeri pada kaki-tangan, infeksi saluran urin 

dan alat pernapasan, infeksi kulit, osteonekrosis tulang dagu (terutama bila pernah diterapi dengan 

bisfosfonat) dan hipokalsiemia.

Sebelum dimulai terapi dengan suatu penghambat resorpsi tulang dianjurkan untuk terlebih 

dahulu ditentukan kadar dari kalsium maupun vitamin D dan bila perlu dioptimalkan untuk 

menghindari timbulnya hipokalsiemia.

Dosis: injeksi s.k. 60 mg sekali dalam 6 bulan di samping suplesi vitamin D3

 dan kalsium, terkecuali 

ada  hyperkalsiemia.*Pada pria gejala peralihan adakalanya dapat 

ditanggulangi melalui terapi suplesi dengan 

androgen secara siklis atau dengan penggunaan pil ereksi sildenafil (Viagra).

A. ESTROGEN

Estradiol, estron dan estriol merupakan estrogen alamiah, yang adakalanya disingkat 

sebagai masing-masing E2, E1dan E3 sesuai 

jumlah gugusan-OH dalam molekulnya. 

Estradiol memiliki khasiat estrogen terkuat 

dan 2-5 kali lebih aktif daripada kedua hormon lainnya.

Estrogen terutama dihasilkan oleh ovaria

sebanyak 2-25 mcg sehari pada minggu pertama sampai 25-100 mcg di pertengahan 

siklus haid. Dalam jumlah lebih sedikit juga 

dibentuk oleh folikel dan Corpus luteum, testes 

dan anak ginjal (pria dan wanita). Plasenta

membentuk dalam jumlah berlimpah, sampai 

30 mg (!) sehari pada bulan ke-9 kehamilan. Sesudah menopause produksi menurun 

sampai 5-10 mcg sehari.

Sintesisnya berlangsung di bawah pengaruh FSH dengan asetat dan kolesterol sebagai 

bahan pangkal dan testosteron sebagai precursor, di mana c-AMP juga memegang peranan penting. Adakalanya konversi testosteron ––> estradiol terhalang, yang berakibat 

terjadinya hirsutisme sebab  meningkatnya 

kadar androgen.

Kinetik. Secara oral dan dermal estrogen 

diabsorpsi dengan baik dan cepat, juga vaginal. namun  FPE dalam hati yaitu  sedemikian tinggi sehingga BA-nya rendah dan 

oral menjadi kurang aktif. Seperti hormon 

kelamin lainnya hormon ini terikat pada 

protein transpor SHBG (Sex Hormone Binding 

Globuline). Dalam hati hormon ini dirombak 

dengan pesat menjadi metabolit yang kurang aktif, antara lain estron, estriol dan 

glukuronidanya. Sebagian mengalami siklus 

enterohepatik. Ester estradiol dan estrogen 

nonsteroida lebih lambat inaktivasinya dalam 

hati dan jaringan lainnya, oleh sebab  itu 

daya kerjanya lebih kuat daripada estradiol. 

Ekskresi berlangsung melalui urin sebagai 

konyugat glukuronida.

Khasiat fisiologi dan farmakologi

Nama estrogen berasal dari daya kerja hormon 

ini yang memicu  oestrus pada hewan, 

yaitu hasrat bersenggama. Pada manusia 

efek-efek estrogen terpenting yaitu  sebagai 

berikut:

a. efek feminisasi(Lat. femina = wanita), yaitu 

memicu  ciri-ciri kelamin wanita 

primer dan sekunder. Terutama vagina 

sangat peka bagi estrogen, yang antara 

lain memicu  pertandukan epitelnya. 

Kekurangan yang sama seperti sesudah 

menopause dapat mengakibatkan atrofia 

dan radang mukosanya (vaginitis).

b. proliferasi rahim dan endometrium. Estrogen menstimulasi pertumbuhan rahim 

hingga dapat tumbuh besar (hyperplasia),

di samping itu juga memicu  fase 

proliferasi dari endometrium. Sekitar pertengahan siklus (masa fertil wanita) leher 

rahim dirangsang untuk mensekresi lendir berlebihan yang cair sekali untuk 

mempermudah penetrasi sel-sel mani. Lagi pula menstimulasi kelenjar di dinding 

saluran telur untuk mensekresi lendirnya dan memperlancar transpor telur ke 

rahim.

c. terhadap menstruasi. Kadar estrogen darah harus melebihi nilai ambang tertentu 

untuk memelihara fase proliferasi dan 

fase sekresi dari endometrium. Bila menurun di bawah nilai itu endometrium dilepaskan dan terjadilah perdarahan. 

d. terhadap laktasi. Estrogen membantu 

progesteron memelihara kehamilan normal dan pertumbuhan payudara. Sesudah persalinan estrogen membantu prolaktin, yang menstimulasi keluarnya air 

susu melalui penghambatan produksi 

dopamin (= PIF, prolactin inhibiting factor), 

hingga sekresi prolaktin meningkat. Laktasi turut didorong oleh oksitosin dari 

neurohipofisis. Pada dosis tinggi estrogen 

justru menekan laktasi, mungkin sebab  

menghambat efek prolaktin terhadap payudara.

e. efek anti ovulasi berdasar  khasiat

antigonadotrop. Estrogen dan juga progestagen di atas kadar tertentu meng-

hambat GnRH di hipotalamus dan FSH/

LH di hipofisis melalui feedback negatif. 

Salah satu akibatnya yaitu  tercegahnya 

ovulasi. 

f. efek anabol, yang lebih lemah daripada 

androgen. 

g. efek penutupan epifisis tulang sama 

efektifnya dengan androgen. 

h. efek antiandrogen. Melalui hipofisis hormon-hormon wanita di atas kadar tertentu 

menurunkan sekresi androgen, sehingga 

efeknya diperlemah. Lagi pula estrogen 

menstimulasi sintesis protein pengangkut 

SHBG dengan efek menurunkan kadar 

androgen bebas.

i. efek terhadap kolesterol. Estrogen meningkatkan kadar HDL kolesterol dan sedikit menurunkan kadar LDL, yaitu justru kebalikan dari efek androgen. Sifat 

ini yaitu  penyebab mengapa wanita 

sebelum menopause lebih jarang menderita penyakit kardiovaskuler dibandingkan dengan pria. Lagi pula estrogen 

memperlebar arteri jantung sehingga aliran darah lebih deras dan risiko penciutan 

dan infark menjadi lebih kecil.

j. retensi garam dan air, khususnya pada dosis agak tinggi dan pada paruh 

kedua dari siklus, yang mengakibatkan 

perasaan tegang dan nyeri di payudara. 

Juga udema dan naiknya berat badan. 

k. menghambat kehilangan tulang yang 

cepat pada 5 tahun pertama dari menopause. Bila dipakai  minimal 5 tahun 

fractura dikurangi dengan 50-60%.

pemakaian  

Estrogen dipakai  pada berbagai gangguan 

dan yang terpenting yaitu  sebagai berikut:

a. terapi substitusi untuk mensuplesi hormon bila produksi alamiah tidak mencukupi kebutuhan. Misalnya pada hipogonadisme dan sesudah  pengangkatan 

ovaria (ovarectomi). Begitu pula pada 

keluhan serius selama klimakterium

yang tidak dapat diatasi dengan obatobat biasa. Satu dosis kecil estrogen ternyata sudah efektif, misalnya 10-15 mcg 

etinilestradiol sehari, dengan tambahan 

progestagen pada hari ke-8 s/d hari ke-

20 untuk mencegah hiperplasia endometrium dan risiko kanker. Kombinasi 

sebaiknya dipakai  secara siklis; artinya 

setiap tiga minggu diselingi istirahat 1 

minggu untuk meniru keadaan alamiah. 

namun  dapat pula dipakai  secara 

kontinu dengan “keuntungan” tidak 

timbulnya perdarahan penarikan. Suatu 

studi meta analisis mengungkapkan 

risiko kanker payudara yang meningkat 

dengan semakin lama berlangsungnya 

terapi substitusi. Risiko ini menurun 

sesudah  pemakaian  estrogen dihentikan 

dan praktis hilang sama sekali sesudah  

5 tahun. Sebaliknya ditemukan pula 

indikasi bahwa substitusi jangka panjang 

memberikan pengaruh baik terhadap 

risiko kematian.

Mengenai pemakaian  postmenopausal dari terapi substitusi ini, khusus 

mengenai indikasi eksak dan jangka waktunya, belum ada  kesepakatan di 

antara para ahli.

b. anti ovulasi (pil antihamil), bersama suatu progestagen, juga sebagai morningafter-pill, lihat Bab 45, Antikonseptiva 

oral.

c. menekan laktasi. Estrogen–seperti juga 

progestagen dan androgen–berkhasiat 

langsung menghambat sekresi air susu 

secara primer, artinya bila laktasi belum 

dimulai. pemakaian nya segera sesudah  

persalinan untuk menghambat produksi 

air susu, sudah ditinggalkan berhubung 

risiko trombo-emboli pada dosis tinggi

yang diperlukan. Sekarang dipakai  

bromokriptin, suatu zat penghambat sekresi prolaktin, yang juga aktif bila laktasi 

sudah dimulai.

d. menghambat pertumbuhan anak-anak 

perempuan sekitar usia 12 tahun yang 

tumbuh terlalu pesat dan dikuatirkan 

menjadi terlampau tinggi. Estrogen menstimulasi penutupan epifisis tulang pipa 

yang mengakibatkan penghentian pertumbuhan.

e. pada osteoporosis postmenopausal. Estrogen berkhasiat memulihkan keseimbangan antara pembentukan dan perombakan sel-sel tulang yang terganggu pada osteoporosis. Efeknya nampak 

relatif cepat, sesudah 6 bulan ternyata 

massa tulang naik sedikit dan kehilangan 

tulang dihentikan. Lihat selanjutnya di 

atas, boks Osteoporosis.

f. kanker prostat (tersebar) dapat diusahakan pengobatannya dengan estrogen 

(misalnya fosfestrol) atau progestagen 

(misalnya megestrol). namun  penanganan 

utamanya terdiri dari kastrasi kimiawi

dengan analoga LH-RH (gonadorelin, 

dan lain-lain), umumnya bersamaan dengan suatu antiandrogen (flutamida, dan 

lain-lain). 

g. atrofia dan colpitis (radang mukosa, 

Yun. colpos = vagina) yang dapat terjadi 

sesudah menopause, dapat efektif diobati 

dengan krem vaginal yang mengandung 

misalnya diënestrol atau estriol. 

Penggolongan

Estrogen yang dipakai  dalam terapi dapat 

dibagi dalam dua kelompok berdasar  

struktur kimiawinya.

a. Zat steroid: estradiol, estron, estriol, etinilestradiol, mestranol dan epimestrol (Stimovul)

b. Zat non-steroid:dietilstilbestrol, diënestrol 

dan fosfestrol (Honvan)

c. Fito-estrogen yaitu  zat-zat polifenol, 

flavon dan flavonoida dari tumbuhan yang 

dalam saluran gastrointestinal dikonversi oleh flora usus menjadi zat-zat 

yang menyerupai estrogen. Senyawa 

ini dapat menempati reseptor estrogen 

dan berkhasiat sebagai estrogen lemah. 

Dapat ditemukan di kedele, kacangkacangan, gandum, buah-buahan dan 

sayur-mayur. Di negara-negara dimana 

diet sehari-hari mengandung banyak 

fito-estrogen, insidensi kanker payudara 

dan prostat rendah sekali, begitu pula PJP 

dan osteoporosis, misalnya di Cina dan 

Jepang. Sebaliknya insidensi kanker usus 

besar meningkat. Hal ini belum dapat 

dimengerti dengan jelas.

Khasiat. Penelitian telah mengungkapkan, bahwa genistein dan daidzein (fitoestrogen kedele) dalam konsentrasi rendah merangsang pertumbuhaan sel-sel 

kanker payudara. Sebaliknya dalam konsentrasi tinggi pertumbuhan tumor in 

vitro dihambat. Fito-estrogen meringankan kerja anti estrogen dari tamoksifen. 

sebab  mungkin bekerja mutagen dan 

karsinogen, maka fito-estrogen tidak 

dianjurkan pada wanita dengan riwayat 

kanker payudara atau yang sedang mengidapnya (Thung, W. Pharm Wkbl 2002; 

137 : 999).

Efek samping

Estrogen dapat memicu  gangguan 

lambung-usus (mual, anoreksia, diare), nyeri 

kepala dan pusing-pusing, serta pada dosis 

tinggi mual dan muntah. Selain itu juga 

sejumlah efek samping yang lebih berat, 

yaitu:

– efek feminisasi pada pria dengan gynecomastia, libido berkurang, impotensi dan 

hambatan spermatogenesis

– trombo-emboli, yakni penyumbatan arteri kecil oleh darah beku, yang terutama dapat terjadi pada pemakaian  lama 

dengan dosis tinggi (di atas 50 mcg sehari)

– kanker endometrium. Dosis tinggi yang 

diminum untuk jangka waktu lama 

mengakibatkan hiperplasia endometrium, 

yang meningkatkan risiko berkembangnya menjadi kanker. Maka lazimnya 

secara siklis dipakai  dosis serendah 

mungkin bersama prostagen untuk menghindari pertumbuhan berlebihan ini . 

Hingga kini tidak terbukti bahwa estrogen 

pada pemakaian  lama (pil antihamil!) 

meningkatkan risiko kanker payudara, 

seperti pernah dilaporkan. Namun ternyata bahwa estrogen menstimulasi tumor yang sudah ada dan bersifat “estrogen 

dependent” (memiliki reseptor estrogen)

– perdarahan tak teratur terjadi bila kadar 

estrogen faal menurun (breakthrough bleeding), bila perdarahan-antara ini hanya 

ringan disebut “spotting”. Bila terapi estrogen dihentikan, timbullah perdarahan 

penarikan(withdrawal bleeding)

– udema dan naiknya berat badan, juga 

nyeri buah dada akibat retensi garam 

dan air, khususnya pada dosis tinggi. 

Pada pasien jantung dan manula, udema

meningkatkan risiko gagal jantung (dekompensasi).

Kontra-indikasi. Estrogen tidak boleh diberikan pada wanita hamil, pasien myoma atau 

kanker serta pasien jantung dan pembuluh. 

pemakaian  hendaknya berhati-hati pada 

pasien diabetes, migrain dan hipertirosis. 

Anak perempuan di bawah usia 16 tahun 

sebaiknya jangan diberikan estrogen (pil 

antihamil) berhubung stimulasi penutupan 

epifisis dan berhentinya pertumbuhan (memanjang).

Zat antiestrogen

Zat-zat ini dapat “melawan” atau mengurangi 

efek estrogen. Dalam arti luas androgen dan 

progestagen dapat dianggap sebagai zat antiestrogen. Dikenal dua kelompok zat dengan 

khasiat antiestrogen, yakni estrogen lemah 

dan penghambat enzim aromatase.

a. Estrogen lemah klomifen, epimestrol, tamoksifen dan raloksifen.

Mekanisme kerja zat-zat ini diperkirakan 

berdasar  penggeseran hormon alamiah dari 

reseptornya di hipotalamus, hingga aktivitas 

dan kadar estradiol darah menurun. 

Akibatnya ialah terhambatnya mekanisme 

feedback yang mengatur produksi estrogen. Ovaria dan folikel distimulasi dan 

sekresi FSH/LH ditingkatkan, yang berefek ovulasi. Atas dasar khasiat mendorong ovulasi ini klo-mifen dan epimestrol dipakai  pada infertilitas wanita

akibat hipofungsi hipofisis dan anovulasi. 

Tamoksifen dan raloksifen khusus dipakai  

pada terapi paliatif dari kanker mammae 

dan raloksifen untuk terapi osteoporosis

pada wanita pasca-menopause.

b. Penghambat aromatase: aminoglutetimida, 

anastrozol (Arimidex), exemestan (Aromasin) 

dan letrozol (Femara). 

Sejak tahun 90-an dari abad yang lalu, para 

peneliti menyelidiki cara-cara mengurangi/

menghindari risiko timbulnya kanker payu 

dara melalui kemoprevensi. Dengan istilah 

ini dimaksudkan penghindaran penyakit 

melalui medikasi. Dewasa ini kanker payu 

dara masih merupakan salah satu penyebab 

kematian utama para wanita. Penghindaran 

jenis kanker ini merupakan masalah yang 

sangat sulit, disebabkan demikian banyak 

faktor risiko yang tidak dapat dihindari 

(kadar estrogen tubuh sendiri, gangguan 

menses dan menopause, usia, genetik dan 

mutasi gen), maupun fakto risiko yang ada 

kemungkinan dapat diintervensi seperti pola 

hidup, obesitas dan inaktivitas.

Obat-obat penghambat aromatase mungkin 

dapat memberikan perubahan drastis sebab  

ternyata lebih efektif dan lebih aman daripada 

tamoksifen untuk menghindari residif kanker 

payu dara pada wanita postmenopause. 

Sebelum menopause produksi utama dari estrogen berlangsung di ovaria. sesudah  

menopause estradiol dan estron terutama dibentuk oleh enzim aromatase dari masingmasing testosteron dan androstendion di jaringan perifer (lemak, otot, hati, tumor 

mammae). Lihat skema biosintesis hormonhormon ini Gambar 43-1 pada Bab 43, Zatzat Androgen dan Bab 46, Kortikosteroid.

Melalui blokade aktivitas enzim aromatase, 

penghambat aromatase merintangi pengubahan dari androgen ke estrogen, yang 

berakibat menurunnya kadar estrogen dalam 

darah dan jaringan tumor. 

Ref. 

1. Verkooijen H.M. et al., Chemopreventie van 

borstkanker. Ned Tijdschr Geneeskd. 2012;156

2. Goss PE, Ingle JN, Ales-Martinez JE, et al. 

Exemestane for breast-cancer prevention 

in postmenopausal women. N Engl J Med. 

2011;364:2381-91.

Aromatase ada  pada ±65% dari penderita tumor payudara. Anastrozol dan letrozol menghambat aromatase secara selektif;

aminoglutetimida juga turut menghambat 

sintesis glukokortikoida dan steroida lain. 

Obat-obat ini khusus dipakai  pada kanker 

payudara (estrogen receptor-positive; ER+) 

yang tersebar pada wanita postmenopausal, 

bila tamoksifen tidak efektif (lagi). Dalam

dosis tinggi zat-zat ini memperlihatkan efek 

estrogennya yang lemah dan justru bekerja 

antigonadotrop dengan menghambat sekresi 

gonadotropin.

Efek samping: perasaan panas di muka 

(hot flashes), nyeri otot, pusing, mual, diare 

atau sembelit, perasaan lemah dan cape 

serta penipisan tulang pada wanita pasca 

menopause.

B. ZAT PROGESTAGEN

Progesteron yaitu  hormon wanita lainnya 

yang dibentuk oleh Corpus luteum, plasenta 

(dimulai dari bulan ketiga kehamilan), testes 

dan cortex anak ginjal (pria dan wanita) di 

bawah pengaruh FSH/LH dari hipofisis. 

Sebaliknya kadar progesteron (dan estrogen) 

dalam darah melalui mekanisme feedback 

turut menentukan banyaknya sekresi GnRH 

dan gonadotropin ini .

Progesteron berkhasiat menginduksi peralihan endometrium dari fase proliferasi

(pengaruh estrogen) ke fase sekresi zatzat gizi, agar telur yang sudah dibuahi bisa 

bersarang dan berkembang menjadi janin 

(implantasi). Selanjutnya progesteron bertugas memelihara kehamilan. Oleh sebab itu, 

sesudah  C. luteum menghentikan produksinya sekitar bulan ke-4 kehamilan, plasenta 

mulai membentuk progesteron dalam jumlah 

besar, sampai 150-250 mg seharinya pada 

saat sebelum persalinan. Pada fase proliferasi 

hanya diproduksi 3-4 mg sehari (juga sesudah 

menopause dan pada pria), lalu pada fase 

sekresi meningkat sampai 6-15 mg. 

Zat-zat progestagen

Zat-zat progestagen atau progestativa yaitu  

steroid sintetik dengan kegiatan progesteron, 

namun  spektrum kerjanya berbeda banyak. 

Semua zat berkhasiat progestagen, namun  

tidak semuanya memiliki efek gestagen (memelihara kehamilan), menghambat ovulasi

atau berkhasiat anti estrogen. Bahkan beberapa di antaranya memiliki sifat-sifat baru, 

seperti efek estrogen walaupun lemah. Berlainan dengan progesteron zat-zat ini aktif 

secara oral.

Secara kimiawi zat-zat ini dapat dibagi dalam 

2 kelompok, yaitu:

a. derivat progesteron: hidroksiprogesteron, 

medroksiprogesteron, megestrol dan didrogesteron. 

b. derivat testosteron: noretisteron, tibolon, 

norgestrel, linestrenol, desogestrel, gestoden 

dan alilestrenol. Semua zat ini juga memiliki efek androgen, kecuali alilestrenol. Linestrenol, noretisteron dan tibolon 

berefek estrogen. Norgestrel, desogestrel 

dan gestoden memiliki efek anti e