Tampilkan postingan dengan label obat 58. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label obat 58. Tampilkan semua postingan

obat 58


 (recycled) dan dapat melanjutkan fungsinya, sehingga efektivitasnya sangat ditingkatkan. 

• Vitamin A yaitu  lipofil, maka berperan penting untuk melindungi asam lemak tak-jenuh dalam 

membran sel terhadap oksidasi. Kerusakan yang terjadi pada lipid peroxidation itu dapat mencetuskan 

suatu reaksi rantai yang akhirnya dapat memusnahkan seluruh membran. 

ß-karoten juga berfungsi menetralisasi radikal bebas karsinogen, oleh sebab  itu bekerja preventif 

terhadap kanker. Begitupula karoten dalam dosis tinggi berdaya melindungi lansia terhadap infark 

jantung. 

• Vitamin C bersifat hidrofil dan melindungi membran sel dari luar, sebab  terutama bekerja dalam 

cairan di luar sel. Di sini bisa ada  FR yang lolos dari proses fagositosis oleh fagosit. Sel tangkis 

ini terutama aktif selama aktivitas sistem ketahanan tubuh meningkat. Limfo-T juga membutuhkan 

banyak vitamin C dan bila jumlahnya cukup (di atas 2,5 g sehari) menjadi sangat aktif. Di samping 

mengaktivasi fagosit vitamin C juga menstimulir produksi interferon dengan khasiat antiviral. 

Oleh sebab  itu dalam keadaan stres kontinu dan pembebanan ketahanan berlebihan, asupan vitamin 

C dalam dosis tinggi sangat bermanfaat.

• Vitamin E dalam membran sel memegang peranan khusus untuk melindungi otot terhadap 

kerusakan selama gerakan tubuh dan olahraga. Vitamin A, C dan E, bersama AO enzimatik ini 

di atas, melindungi paru-paru terhadap oksidasi dan kerusakan oleh FR. Bila efek melindungi kurang 

sempurna, dapat terjadi kerusakan pada epitel gelembung paru yang memicu  penyakit, seperti 

bronchitis dan emfisema (lihat Bab 40, COPD).

yang jauh melampaui RDA. Hal ini terlihat 

jelas dari sangat meningkatnya penjualan 

vitamin pada dasawarsa terakhir, tidak 

hanya secara bebas, namun  juga atas resep 

dokter dari kelompok ilmu pengobatan 

alternatif (“complementary medicine”) yang 

kini mulai diakui oleh sebagian kecil dunia 

ilmiah. Kelompok ini terutama aliran ortomolekuler, semakin bertambah banyak penganutnya. Lihat juga Bab 14, Onkolitika, 

terapi alternatif. 

pemakaian  alternatif. Sejumlah penyakit 

sering kali diobati secara komplementer dengan

suplesi vitamin. Antara lain selesma dan 

penciutan pembuluh di kaki (vitamin C dan 

D) namun  juga penyakit jantung dan saluran 

napas (vitamin E dan C), schizofrenia (antara 

lain vitamin B3

, B6

 dan C), serta kanker 

(antara lain vitamin A, C, E, selen, dan genistein). Beberapa indikasi di antaranya 

sudah diterima dunia ilmiah dan menjadi 

lazim di kalangan regular, seperti vitamin 

B-kompleks dan multivitamin (Supradyn) 

pada keadaan lemah dan letih sesudah 

pembedahan atau penyakit berat. Begitu pula 

terapi megadose untuk jenis neuralgia (nyeri 

urat saraf) dengan kombinasi vitamin B1

B6

dan B12 (Neurobion). 

Banyak ahli ilmu kedokteran biasa 

(«regular medicine») hingga kini sangat meragukan kegunaan suplesi vitamin secara 

komplementer diluar indikasi ini di atas. 

Mereka menganggap penelitiannya masih 

kurang bersifat ilmiah. Namun dalam praktik 

tidak jarang para dokter ortomolekuler ternyata melakukan terapi lebih dini daripada 

kedokteran regular. Sebagai contoh nyata 

dapat disebut pemakaian  asam folat pada 

wanita hamil muda untuk menghindari 

cacat hebat pada bayi (spina bifida, neural tube 

defect), yang sekarang sudah menjadi rutin. 

Sebenarnya asam folat sudah dianjurkan oleh 

ahli ortomolekuler sejak awal tahun 1990-an. 

Contoh lain yaitu  peristiwa free radicals 

(FR) dan pemakaian  antioksidansia untuk 

menetralkan efek merusaknya terhadap jaringan. contoh  peranan FR pada banyak 

penyakit, seperti pada timbulnya plak oksiLDL kolesterol dan aterosklerosis, kerusakan membran dari sel-sel alveoli paruparu pada emfisem. Akhirnya, sejak beberapa tahun dokter ‘biasa’ juga menganjurkan antioksidansia (vitamin E, selenium) 

untuk prevensi oksidasi LDL dan PJP serta 

asetilsistein pada emfisem untuk menghambat progres penyakit paru-paru (COPD). 

Keamanan pemakaian  vitamin

Sudah menjadi lazim untuk menyatakan 

keamanan vitamin sebagai kelipatan dari 

ADH, meskipun antara kedua unsur tidak 

ada hubungan. Dalam tabel di bawah ini 

tertera persentase ADH global dari vitamin 

yang oleh ahli regular dianggap masih aman. 

Vitamin C dalam dosis tinggi (di atas 1 g/

hari) diperkirakan dapat mengakibatkan 

batu ginjal pada sekelompok kecil pasien  

yang membentuk asam oksalat berlebihan. 

namun  hal ini belum pernah dilaporkan 

dalam kepustakaan, bahkan juga tidak pada 

pemakaian  jangka waktu lama dari 10 g (!) 

sehari pada terapi kanker.

Penggolongan

berdasar  daya larutnya dalam air atau 

lemak, vitamin biasanya dibagi dalam dua 

kelompok, yaitu zat hidrofil dan zat lipofil.

a. Vitamin larut air (hidrofil): vitamin B, C 

dan flavonoida 

Semua senyawa ini melarut dalam air. 

Vitamin B-kompleks secara resmi meliputi 

11 zat, yaitu B1

, B2

, B3

, B5

, B6

, B11, B12, biotin, 

cholin, inositol dan asam para-aminobenzoat (PABA). Dikenal pula beberapa


vitamin tak-resmi yang sebetulnya bukan 

vitamin dan hanya dipakai pada terapi 

alternatif, yaitu vitamin B15 dan «vitamin B17». 

PABA pada hakikatnya juga bukan vitamin 

sejati bagi manusia, namun  merupakan faktor 

pertumbuhan bagi kuman tertentu. Fungsinya yaitu  sebagai precursor untuk sintesis 

asam folat. Pada dasarnya, cholin dan inositol 

tidak termasuk golongan vitamin.

*Sediaan vitamin B-kompleks dapat bermanfaat, sebab  kebanyakan komponen 

vitamin B biasanya ada  dalam makanan 

yang sejenis sehingga timbul defisiensi multipel. Asam folat jangan diberikan langsung 

dalam sediaan demikian, sebab  mempersulit 

(masking) diagnosis anemia perniciosa, sedangkan terlambatnya pemberian vitamin 

B12 dapat memicu  gangguan saraf yang 

irreversibel. Asam folat dapat memperbaiki 

anemi megaloblaster, namun  tidak bermanfaat 

terhadap kerusakan saraf akibat defisiensi 

vitamin B12.

12d

Banyak jenis vitamin B alamiah ada  

dalam sediaan ragi bir, bersamaan dengan 

zat-zat karbohidrat, protein dan enzim. 

• Flavonoida, juga disebut polifenol (quercetin, genistein, rutin, hesperidin, dan 

lain-lain) yaitu  zat-zat nabati yang terdapat sebagai glikosidanya (senyawa dengan sakarida) dalam banyak makanan. 

Khususnya ada  dalam teh dan bawang 

(putih), namun  juga dalam sayur-mayur dan 

buah-buahan (terutama apel dan anggur 

merah), sering kali dalam zat-zat berwarna 

merah, jingga, kuning atau hijau. Meskipun 

pada prinsipnya bukan merupakan vitamin, 

namun zat-zat ini sangat penting bagi tubuh 

berkat daya antioksidan, bersama sifat antitumor dan anti-aterogennya. Seperti telah diutarakan di bab-bab terdahulu, antioksidansia melindungi jaringan terhadap 

kerusakan oksidatif akibat radikal bebas 

yang berasal dari proses-proses dalam 

tubuh atau dari luar. Penelitian ilmiah dari 

tahun-tahun terakhir menegaskan bahwa 

zat-zat ini memegang peranan penting 

pada pemeliharaan kesehatan dan prevensi 

berbagai penyakit, antara lain gangguan 

jantung dan pembuluh, paru-paru dan kanker. 

berdasar  penemuan ini berbagai Dewan 

Nutrisi negara-negara Barat menghimbau 

untuk mengonsumsi sekurang-kurangnya 

200 g sayuran dan 2 jenis buah sehari. Lihat 

juga Bab 54, Dasar-dasar Diet Sehat. 

Semua flavonoida mudah diserap oleh 

usus dan lancar pula ekskresinya lewat 

kemih atau tinja, maka bahaya kumulasi ringan sekali. Pada umumnya tidak bersifat 

toksik. Penimbunannya dalam jaringan hanya sedikit dan gejala defisiensi sudah tampak setelah lebih kurang 4 bulan.

b . Vitamin larut-lemak (lipofil): A, D, E 

dan K.

Zat-zat ini larut dalam lemak dan diserap 

bersamaan dengan lemak, kemudian melalui 

sistem limfe masuk ke dalam darah dengan 

lipoprotein tertentu (chylomikron). Gangguan 

pada pencernaan lemak, seperti kekurangan 

asam empedu, mengurangi resorpsinya. Ekskresinya berlangsung lambat (masa paruh 

panjang), sehingga dapat terjadi kumulasi 

dan efek toksik. Hati dan jaringan lemak 

dapat menimbun zat-zat ini dalam jumlah 

besar, maka gejala defisiensi baru menjadi 

nyata setelah lebih dari satu tahun, kecuali 

pada vitamin K (lebih cepat).

Toksisitas

Pada umumnya derajat toksisitas vitamin 

rendah sekali, terutama vitamin yang larut 

dalam air dan pada kadar darah tertentu 

diekskresi melalui urin.Vitamin B6

 bersifat 

neurotoksik dan dapat merusak sistem saraf 

perifer bila dipakai pada dosis tinggi 

untuk jangka waktu lama (neuropati ), 

Editorial Lancet 1998; 351: 1523.

* Asam folat dalam dosis di atas 1 mg/hari 

dapat menyelubungi defisiensi vit B12, yang 

bisa menjadi fatal.

Vitamin yang melarut dalam minyak sebab  

bersifat kumulasi dapat mengakibatkan efek 

samping yang tidak diinginkan, terutama 

vitamin A dan vitamin D. Kedua vitamin ini, 

asam folat, seng, selen dan iodium tergolong 

nutrien yang indeks terapinya agak sempit, 

artinya RDA-nya terletak berdekatan dengan 

dosis toksiknya yang dapat memicu  

efek merugikan. • Vitamin A. pemakaian  lama (beberapa 

bulan) dari retinol dalam dosis di atas 50.000 

UI/hari dapat memicu  intoksikasi kronis. Gejalanya berupa hiperosteosis dengan 

rasa nyeri dari tulang kaki (menjadi tebal), 

juga malaise, nyeri kepala/sendi, pusing, 

demam, keluhan lambung-usus, pembesaran 

hati dan limpa, perubahan pada kulit dan 

mukosa serta kelainan hematologi. Pada 

anak-anak vitamin A lebih toksik daripada 

bagi pasien  dewasa, juga wanita hamil harus 

berhati-hati jangan sampai memakai nya 

di atas 8.000 U sehari berhubung sifat teratogennya. 

• Vitamin D selama waktu lama pada 

dosis tinggi, yaitu bagi pasien  dewasa lebih 

dari 50.000-100.000 U kolekalsiferol/hari 

dan bagi anak-anak di atas 1.000-4.000 U, 

dapat memicu  intoksikasi kronis. 

Gejalanya berupa hiperkalsiemia akibat terlarutnya kalsium dari kerangka, dengan 

endapan kalsiumfosfat di berbagai organ 

(kornea, pembuluh, jantung, ginjal, lambung, 

paru-paru dan sendi). Juga osteoporosis, 

penghambatan pertumbuhan pada anakanak, aritmia, nyeri otot dan sendi, gangguan 

lambung-usus dan fungsi ginjal, rasa lemah 

serta letih. Kerusakan pada janin baru timbul 

pada dosis sangat tinggi, di atas 10.000 U/kg 

berat badan, namun  tidak sehebat vitamin A.

Kehamilan dan laktasi. Semua vitamin 

dapat dipakai selama kehamilan dan 

laktasi dalam dosis biasa, juga vitamin D3

(kolekalsiferol) 400 UI/hari. Hanya dosis 

vitamin A tidak boleh melebihi 8.000 UI /

hari.

MONOGRAFI

1. Kelompok vitamin A

Vitamin A yaitu  nama umum bagi senyawa 

retinoida yang memiliki khasiat biologis 

dari retinol. Sebagai ester zat ini terutama 

ada  dalam pangan hewani, seperti susu 

dan produk-produknya, kuning telur, hati 

dan dengan kadar tinggi dalam minyak ikan. 

Kebutuhan sehari-hari vitamin A sebagian 

dipenuhi oleh karotenoida (provitamin A), 

yakni kompleks dari 2 molekul retinol yang 

dalam usus diuraikan menjadi vitamin 

aktif. Provitamin A ada  dalam banyak 

sayuran hijau tua, berbagai jenis kol dan 

sebagai pigmen kuning-jingga dari berbagai 

buah dan sayur, antara lain wortel dan tomat, 

lemak susu dan kuning telur.

1a. Retinol: vitamin A, axeroftol

Resorpsi di usus cepat dan praktis sempurna, kecuali bila dosisnya terlampau 

tinggi. Resorpsinya lebih cepat dalam bentuk 

“larutan” air (emulsi homogen) daripada 

larutan minyak. Zat ini terikat dan ditranspor 

dengan RBP (Retinol Binding Protein), sebagian dioksidasi menjadi retinal dan asam 

retinoat, yang bersama glukuronidanya diekskresi lewat kemih dan tinja. Sebagian 

retinol ditimbun dalam hati yang cukup bagi 

kebutuhan 7-8 bulan.

Fungsinya beragam, yakni vitamin A 

penting sekali bagi sintesis rodopsin, suatu 

pigmen fotosensitif yang terurai oleh cahaya 

dan memungkinkan kita untuk melihat dalam 

keadaan setengah gelap. Dalam jaringan 

vitamin A menstimulasi sintesis RNA, juga 

glukoprotein dan kortikosteroida, serta 

berperan pada terpeliharanya keutuhan sel-sel 

epitel dan mukosa. Pada anak-anak vitamin 

A menstimulasi pertumbuhan tulang.

Defisiensi tidak sering terjadi dan terutama 

timbul pada diet yang kurang bervariasi; 

sekunder pada defisiensi protein (kwashiorkor) 

dan bila resorpsi terganggu. Bila terjadi 

kekurangan vitamin A di dalam makanan, 

persediaan di dalam hati masih mencukupi 

untuk 7 sampai 8 bulan. Namun anak-anak 

yang baru lahir tidak memiliki cadangan 

ini, sehingga risiko malnutrisi dan kebutaan 

meningkat. Kebutuhan sehari-hari yaitu  

1.000-4.000 UI bagi anak-anak, 4.000-5.000 UI 

bagi pasien  dewasa dan 5.000-6.000 UI pada 

waktu hamil dan laktasi. Gejala defisiensi

antara lain buta malam, xeroftalmia (kornea 

mengering dan mengeras) serta akhirnya 

kebutaan. Juga dapat timbul hiperkeratosis

(pembentukan selaput tanduk berlebihan), 

atrofia dari mukosa dan terhambatnya 

pertumbuhan pada anak-anak.pemakaian  yang khas yaitu  untuk 

terapi buta malam, sebagai profilaksis 

terhadap kwashiorkor dan pemberian 

secara rutin pada waktu hamil dan laktasi, 

juga bagi bayi dan anak-anak sampai usia 

6 tahun. Telah ditemukan hubungan erat 

antara kadar karoten yang terlampau rendah 

dalam diet/darah dan timbulnya kanker paruparu dan saluran cerna. Atas dasar penemuan 

ini vitamin A/karoten dipakai dalam 

megadose sebagai profilaksis dan terapi kedua 

jenis kanker tersebut. Dalam hal ini karoten 

diduga berfungsi sebagai anti-promotor karsinogen (lihat Bab 14, Sitostatika).

Efek toksik dari megadose di atas 100.000 

U sehari secara kronis (atau lebih dari 1 

juta UI sekaligus) berupa mual, muntah, 

sakit kepala, halusinasi, juga kulit bersisik 

(squamation) dan gatal-gatal, rambut rontok, 

persendian nyeri, kelainan darah dan mata, 

serta gangguan pertumbuhan pada anakanak. WHO menganjurkan maksimal 8.000 

U sehari bagi wanita hamil berhubung pada 

dosis tinggi (25.000 UI sehari atau lebih) risiko 

teratogen atau cacat pada janin meningkat 

(1990). 

Dosis: pada defisiensi 25-50.000 U sehari 

selama maksimal 2 bulan; profilaksis bagi 

anak-anak 1.000 U dan dewasa 2.500-5.000 U 

sehari (asetat atau palmitat). 

Potensi: 1 UI vitamin A = 0,3 mcg 

retinol = 0,344 mcg retinol-asetat = 0,55 mcg 

retinolpalmitat = 0,18 mcg beta-karoten.

• Oleum iecoris aselli (“minyak ikan”, 

levertraan, Scott’s Emulsion, Seven Seas Syrup) 

diperoleh dari hati segar ikan Gadus morhua

(cod, kabeljauw). Kandungan kadar vitamin 

A dan vitamin D3

 agak tinggi, masingmasing minimal 600 dan 85 U/g. Begitu 

pula mengandung sejumlah poly-unsaturated 

fatty acids (PUFA), termasuk ±18% asam 

lemak omega-3 (EPA, DHA), yang berkhasiat 

menurunkan kadar kolesterol (lihat Bab 

36, Antilipemika dan Bab 54, Dasar-dasar 

diet sehat). Dahulu banyak dipakai bagi 

anak-anak sebagai obat pencegah rachitis

dan sebagai obat penguat pada keadaan 

lemah sesudah mengalami infeksi (15-30 ml 

sehari). Berhubung baunya yang tidak enak 

dan kandungan zat-zat toksik (insektisid) 

sebagai kotoran, sekarang sudah terdesak 

oleh sediaan vitamin murni. Topikal masih 

dipakai dalam salep (10%) untuk membantu penyembuhan luka bakar, namun  jangan 

dipakai bila luka sudah terinfeksi. Sediaan 

kombinasi vitamin A/D sintetik mengandung 

campuran dari kedua vitamin terlarut dalam 

minyak atau tersolubilisasi dalam air dengan 

bantuan suatu detergens (Tween).

1b. Karotenoida

Karotenoida yaitu  pigmen alamiah kuning, jingga dan merah yang ada  dalam 

banyak sayuran, buah-buahan dan bunga. 

Dikenal lebih dari 100 senyawa, antara lain 21 

zat yang ada  dalam darah manusia, yaitu 

alfa-, beta- dan gamma-karoten, lycopen, serta 

derivat-OH dari ß-karoten (lutein, zeaxanthin 

dan cryptoxanthin). Kebutuhan tubuh yaitu  

100-150 mg sehari sebagai alfa/beta-karoten 

dan lycopen. 

• Beta-karoten (Carotaben) yaitu  provitamin A terpenting yang diperoleh dari 

algae/rumput laut Dunaliella salina yang 

membentuknya dalam jumlah besar. Senyawa 

ini juga dibuat secara sintetik. Berkhasiat 

antioksidan spesifik untuk menetralkan 

oksigen singlet reaktif dan mencegah pembentukan radikal-peroxyl akibat peroksidasi 

lipida. Juga berperan pada “komunikasi” 

intraseluler. 

- ß-Karoten alamiah secara kimiawi terdiri 

dari rata-rata 60% bentuk-trans dan 40% 

bentuk-cis. Cis-karoten dapat menangkap 

radikal bebas (efek antioksidan) lebih 

kuat dan efektif daripada bentuk transnya. 

Sebaliknya, trans karoten memiliki efek 

provitamin A terkuat.

- ß-Karoten sintetik terutama mengandung 

bentuk trans, daya antioksidannya ±5x 

lebih lemah daripada produk alamiah. Daya 

antioksidan dari alfa- dan gama-karoten agak 

ringan.

Resorpsi dari usus hanya ±30%, yang 

dapat ditingkatkan oleh lemak. Dalam hati 

sebagian diubah melalui retinal menjadi 

retinol (vitamin A) dan selebihnya disimpan 

di kulit dan jaringan lemak. Plasma-t½ 10 

hari.pemakaian  regular khusus pada penyakit 

tertentu (protoporfiria) untuk melindungi kulit 

terhadap efek cahaya. Bekerjanya (di kulit) 

lambat, sehingga setelah 2-3 minggu baru 

tampak efeknya. Pada terapi alternatif banyak 

dipakai untuk prevensi dan sebagai 

tambahan pada penanganan berbagai jenis 

kanker. pemakaian  lainnya yaitu  untuk 

prevensi gangguan jantung dan pembuluh,

sebaiknya dalam kombinasi dengan lain 

antioksidansia. Lihat Bab 54, Dasar-dasar diet 

sehat, antioksidansia. Terhadap “sunburn” 

tidak bermanfaat. Untuk keperluan farmasi 

dan industri makanan dipakai sebagai 

zat warna jingga yang aman (E 160a, E dari 

Europa), maksimal 5 mg/kg.

Efek samping hanya berupa menguningnya 

kulit (reversibel), yang paling nyata di bagian 

dalam tangan dan kaki setelah dipakai 

2-6 minggu. Jarang sekali dilaporkan diare 

dan nyeri sendi. Pada overdosis tidak terjadi 

hipervitaminosa A.

Dosis: oral 25-200 mg sehari. 1 mg 

β-karoten = 5556 UI vitamin A.

* Lycopen (pseudo-karoten, E 160d) yaitu  

isomer dari beta-karoten, di mana kedua 

cincin-enam terbuka dan menjadi dua ikatan 

tak-jenuh ekstra. Daya antioksidannya terhadap radikal singlet oxygen dan peroxyl adalah terkuat dari semua antioksidansia dan 3 

x lebih efektif daripada b-karoten. Lycopen 

ada  sebagai kristal merah yang ±8 x 

lebih intensif dari karoten, dalam buahbuahan yang masak, khususnya dalam 

tomat (20 mg/kg), grapefruit merah, papaya, 

semangka merah dan buah kembang ros. Dalam 

tubuh zat ini ditemukan dalam kadar tinggi 

di anak-ginjal, prostat dan testes. Penderita 

kanker kandung kemih, pankreas dan paruparu ternyata memiliki kadar lycopen rendah 

di dalam darahnya. Pada kanker paruparu diet dengan banyak tomat, sebaiknya 

sebagai ketchup, menghasilkan efek nyata 

atas survival. dipakai sebagai zat warna 

jingga-merah dalam industri makanan (E 

160d dalam minyak).

Dosis: pada terapi kanker alternatif 3 dd 

1,5 mg. Lihat juga Bab 14, Sitostatika, 8a. 

Antioksidansia.

*Lutein dan zeaxanthin diasup dengan pangan, khususnya dengan sayuran daun berwarna hijau tua.ada  dalam lensa mata, 

juga dalam jumlah tinggi di retina.(selaput 

pelangi). Berdaya antioksidan kuat dengan 

efek protektif lebih kuat terhadap oksidasi 

lipida daripada lycopen. Sangat efektif terhadap FR oksigen singlet (O-

) yang sangat 

reaktif dan dibentuk a.l. akibat eksposisi 

sinar UV pada lensa mata. Oleh sebab  itu 

O-

 bisa merusak protein lensa dan memicu 

terjadinya cataract (staar). 

Sering kali dipakai dalam ilmu kedokteran mata komplementer untuk mengurangi 

risiko dan progres katarak dan degenerasi 

makula senil. Bercak kuning (macula lutea)

yaitu  bagian pusat dari selaput pelangi, yang 

dibutuhkan untuk melihat secara tajam. Bila 

sebab  usia lanjut macula cacat akibat proses 

oksidatif, daya lihat akan sangat memburuk. 

Sebagian besar manula mengidap degenerasi 

macula demikian.

Selain itu, lutein juga berkhasiat antiaterogen dengan menghindari oksidasi kolesterol-LDL menjadi oksi-LDL Lagi pula 

telah dinyatakan berkhasiat antitumor, a.l. 

menghambat pertumbuhan kanker payudara dan mengurangi risiko kanker kolon 

dan prostat. sebab  berasal dari tubuh 

sendiri karotenoida berwarna kuning ini 

tidak memiliki efek samping yang tidak 

diinginkan. Dosis: oral 1-2 dd 3 mg.

1c. Retinoida

Retinoida yaitu  derivat retinol yang 

khusus dipakai pada penyakit kulit, 

antara lain pada akne, psoriasis dan beberapa 

jenis kanker kulit, juga secara kontroversial 

pada ichtyosis dan kerut muka. Wanita hamil

tidak boleh memakai  berhubung sifat 

teratogennya. Wanita yang akan menjalani 

terapi oral dengan retinoida harus menjalani 

antikonsepsi yang dimulai minimal sebulan 

sebelum terapi sampai minimal 2 tahun 

setelah penghentian.

* Tretinoin (asam vitamin A, asam retinoat, 

Eudyna) yaitu  retinol pada mana gugusujung -CH2

OH diganti dengan -COOH 

(1962). Berkhasiat menstimulasi produksi 

sel-sel tanduk dan dengan demikian mence- gah terbentuknya comedo (Lat. cum edo = 

saya turut makan; sumbatan talg). Hanya 

dipakai topikal pada bentuk hebat akne

(jerawat) dengan banyak comedo atau peradangan. Gejala acne pada 3-4 minggu 

pertama bisa memburuk dan kemudian 

baru membaik. Untuk kosmetika dipakai 

dalam krem antikerut 0,05% pada photo-aging 

(UV) dari kulit. Setelah 3 bulan kulit menjadi 

lebih lembut, hiperpigmentasi dan lentigin

dikurangi serta kerut-kerut kecil diratakan. 

Efek sama diperoleh dalam 2 bulan dengan 

derivatnya tazaroten (krem 0,05-0,1%) (NTvG 

2002 ;146 :642)

Efek samping berupa iritasi kulit setempat 

dengan rasa terbakar, kemerah-merahan, menyerpih serta hipo- atau hiperpigmentasi. 

pemakaian  serentak dengan obat acne lain 

benzoilperoksida menginaktifkan khasiatnya, oleh sebab  itu perlu dipakai secara 

terpisah.

Dosis: sekali sehari sebagai lotion atau 

krem (0,25-0,5 mg/ml), bila kurang berhasil 

kadarnya dapat dinaikkan sampai 1 mg/ml.

* Isotretinoin (13-cis-asam retinoat, Roaccutane) 

yaitu  isomer-cis (1983), yang oral diberikan 

pada penderita acne yang resisten terhadap 

terapi lain. Berkhasiat mengurangi produksi 

lemak (talg) dan antiradang ringan. Dalam 

darah zat ini sebagian besar terikat pada 

protein (99%), plasma-t½-nya panjang (ratarata 15 jam). Dosis: permulaan 1 dd 40 mg, 

bila perlu sesudah 2 minggu sampai 2 dd 40 

mg, maksimal selama 16 minggu. 

* Acitretin (Neotigason) yaitu  derivat 

tretinoin (dan metabolit dari etretinat), 

yang berkhasiat menghambat pembelahan 

sel yang pesat, sintesis RNA dan protein

(1989). Oleh sebab  itu zat ini khusus 

dipakai untuk kasus hebat dari psoriasis 

(penyakit sisik) dan beberapa gangguan 

keratinisasi lain. Kerjanya panjang (t½: 50 

jam) dan ditimbun dalam jaringan lemak. 

Etretinat (Tigason) tidak dipakai lagi 

sebab  plasma-t½-nya terlampau panjang 

(100-175 hari). Dosis: oral permulaan 1 dd 

25-30 mg d.c. selama 2-4 minggu, bila perlu 

dinaikkkan sampai maksimal 75 mg sehari. 

Bila dikombinasi dengan kortikosteroida dan 

PUVA, dosisnya dapat diturunkan.

2. Kelompok Vitamin B 

Kelompok vitamin ini terdiri dari sebelas 

senyawa yang sangat berbeda dalam struktur kimiawi dan kegiatan biologisnya. Zatzat ini dikelompokkan bersama, sebab  

pada awalnya diisolasi dari sumber yang 

sama, yakni hati dan ragi. Kebanyakan vitamin ini berfungsi sebagai ko-enzim pada 

metabolisme karbohidrat, asam amino 

dan lemak. Pada umumnya vitamin dari 

kelompok B ini ada  dalam makanan 

yang sama, sehingga defisiensinya yaitu  

multipel, walaupun gejalanya ditentukan 

oleh satu komponen tertentu. Sindrom 

defisiensi dapat terjadi pada tiamin, riboflavin, piridoksin, nikotinamida, asam folat 

dan sianokobalamin. Komponen lain dari 

B-kompleks tidak menunjukkan gejala defisiensi pada manusia.

2a. Tiamin: aneurin, vitamin B1

Vitamin ini (Christiaan Eijkman, penemu 

dan peraih hadiah Nobel, 1936) terutama

ada  dalam kulit luar gandum (dedek, 

beras tumbuk, “zilvervlies”), juga dalam 

daging babi dan organ (hati, ginjal, otak). 

Dalam tubuh zat ini bekerja dalam bentuk 

aktifnya, yakni tiaminpirofosfat (ko-karboksilase) yang berfungsi sebagai ko-enzim

dari karboksilase, yaitu suatu enzim esensial 

pada metabolisme karbohidrat (proses dekarboksilasi) dan pembentukan bio-energi serta 

insulin. Aneurin juga menstimulasi pembentukan eritrosit dan berperan penting pada 

regulasi ritme jantung serta berfungsinya 

susunan saraf dengan baik.

* Beri–beri. Dahulu, sebelum tahun 1935, 

defisiensi tiamin banyak terjadi di Indonesia 

akibat konsumsi beras giling yang selaput 

luarnya (dedek, “zilvervlies”) telah dibuang. memicu  hambatan kuat dari perombakan glukosa, dengan akibat gangguan 

fungsi saraf perifer pada otot jantung dan 

pada SSP. Ciri-ciri pertamanya yaitu  anoreksia, obstipasi, kesemutan dan kejang otot, 

lalu timbul beri-beri dengan polineuritis, 

arteri mendilatasi kuat dan udema, serta 

myocardiopati, akhirnya radang otak, hilang 

ingatan dan dementia.

pemakaian . Selain pada defisiensi tiamin, juga dipakai pada neuralgia (nyeri 

pada mana urat saraf memegang peranan), 

sering kali dikombinasi dengan piridoksin 

dan vitamin B12 dalam dosis tinggi, yakni 

masing-masing 100 mg dan 1 mg (Neurobion

amp.) Sediaan oral B1

-B6

-B12 lain yaitu  

Bioneuron dan Neurofort. Dalam kalangan 

ortomolekuler, kombinasi ini juga dipakai 

untuk memperbaiki gejala lemah ingatan. 

Sementara pasien  juga memakai nya bila 

melawat ke daerah malaria untuk menghalau nyamuk, yang tidak menyukai baunya 

yang khas dalam darah. (Untuk maksud sama

dapat juga diminum tablet bawang putih).

Resorpsi maksimal pada pemakaian  

oral yaitu  8-15 mg sehari. Setelah diserap, tiamin disalurkan ke semua organ dengan konsentrasi terbesar di hati, ginjal, 

jantung dan otak. Tiamin dalam dosis tinggi tidak memicu  keracunan, karena kelebihannya diekskresi melalui kemih 

dalam bentuk utuh atau sebagai metabolitnya. Kebutuhan sehari-hari untuk bayi 

diperkirakan sekitar 30 mcg/kg berat badan 

dan untuk dewasa 1-1,5 mg/kg berat badan. 

Sebagian kebutuhan ini disintesis oleh flora 

usus.

Dosis: pada defisiensi 3 dd 5-10 mg, profilaksis 3 dd 2-5 mg (garam HCl).

• Benfotiamin (1961) dan bisbentiamin

(Beston, *Bestopyron) (1963) yaitu  derivat 

tiamin yang lebih mudah diresorpsi dan 

memberikan kadar darah yang lebih tinggi 

daripada tiamin. Tidak memiliki bau tiamin 

yang khas pada napas dan keringat. Dosis: 

untuk pengobatan sehari 100-300 mg benfotiamin; 5-300 mg bisbentiamin sehari. 

100 mg tiamin HCl = 114 mg bisbentiamin = 

140 mg benfotiamin 

2b. Riboflavin: laktoflavin, vitamin B2

Vitamin berwarna kuning ini (1935) 

ada  dalam susu, daging, telur, sayurmayur, ragi dan roti whole grain (padi-padian 

lengkap). Dalam tubuh riboflavin diubah 

menjadi 2 ko-enzim, pertama rf-5-fosfat (= 

flavin-mononukleotida, FMN), lalu dalam hati 

menjadi flavin-adenin-dinukleotida (FAD). Kedua metabolit ini juga disebut flavoprotein, 

yang sebagai ko-enzim memegang peranan 

esensial pada sintesis antioksidansia faal, 

antara lain glutation. Beberapa di antaranya 

mengandung logam, contoh  mangan dalam xantinoksidase. Vit B2

 juga penting bagi 

pemeliharaan kesehatan kulit (bibir), mata, 

otot dan tulang.

Defisiensi jarang terjadi sebab  kebutuhan 

tubuh hanya sedikit sekali, untuk bayi ±60 mcg, 

dewasa ±1,1 mg dan sewaktu hamil/ laktasi 

1,8/2,1 mg sehari. Bila pemasukan kalori 

meningkat, maka kebutuhan akan B2

 juga 

naik. pemakaian  lama klorpromazin dan 

antidepresiva trisiklis dapat mengakibatkan 

kekurangan B2

, sebab  resorpsinya di usus 

terhambat akibat terganggunya mekanisme 

transpor. Gejala defisiensinya berupa nyeri 

tenggorok dan stomatitis dan pada fase lanjut 

timbul radang ujung bibir (cheilosis) dan 

radang lidah (glossitis).

Dosis: pada defisiensi 5-10 mg sehari, 

profilaksis 2 mg (Na-fosfat). 

1 g riboflavin = 1,37 g rf-Na-fosfat.

2c. Nikotinamida: niasinamida, PP faktor, 

vitamin B3

Banyak makanan seperti daging, hati, 

ginjal, ayam, ikan, gandum, kacang-kacangan (nuts) dan kopi mengandung asam nikotinat (niasin), yang dalam hati diubah menjadi

niasinamida dan zat aktifnya NAD (niasinadenin-dinukleotida). Niasinamida (1937) 

merupakan komponen dari dua ko-enzim

(antara lain dari dehidrogenase) yang berperan 

pada berbagai proses reduksi-oksidasi

(pernapasan sel, glikolisa dan sintesis lipida). 

Niasinamida juga dapat disintesis oleh tubuh 

sendiri dengan triptofan dari makanan 

sebagai bahan pangkalnya, pada mana 60 mg 

triptofan menghasilkan 1 mg vitamin B3

Fungsi dan pemakaian . Vitamin B3

 juga 

diperlukan untuk pengubahan triptofan 

menjadi serotonin. Kekurangan vitamin B3

memicu  kelebihan triptofan di otak 

dengan gejala perubahan suasana jiwa dan 

perilaku. 

 triptofan –––> niasinamida

 ↓ triptofan –––––> serotonin

Pada terapi alternatif dari depresi dan 

schizofrenia vitamin B3 (dan vitamin B6

)

sering kali dipakai dengan hasil baik 

untuk meringankan gejalanya. Di samping 

itu vitamin B3

 juga merupakan komponen 

(bersama logam krom) dari GTF (Glucose 

Tolerance Factor), yang esensial bagi efektivitas insulin. Pada percobaan binatang 

niasinamida ternyata mampu mencegah 

diabetes berkat khasiatnya menghambat sistem imun dan memperbaiki sel-sel-beta yang 

rusak. namun  penelitian klinis belum dapat 

memastikan daya kerja ini. Lihat juga Bab 47, 

Insulin. 

Niasin praktis tidak dipakai walaupun sama efektifnya, sebab  efek sampingnya yang mengganggu (vasodilatasi, muka 

merah, gatal-gatal). Defisiensi jarang terjadi 

dan khusus di daerah di mana jagung 

yaitu  pangan utama dengan sedikit sekali 

daging (mengandung triptofan). Gejalanya 

yaitu  gangguan kulit (dermatitis), diare 

dan dementia dengan kelainan perilaku. 

Kebutuhan seharinya diperkirakan 15 mg 

untuk dewasa bila diet mengandung cukup 

protein (60-70 g) dan ±4 mg untuk bayi; air 

susu ibu mengandung ±0,6 mg/100 ml. 

Dosis: pada pellagra (Itali pelle = kulit, 

agra = kasar) oral 50-300 mg sehari, profilaksis 

15-30 mg sehari. Untuk meringankan gejala 

schizofrenia 3 dd 1-2 g. Juga i.m./i.v. 2-5 dd 

25-100 mg.

• Inositolniasinat yaitu  senyawa inositol 

dari niasin yang seperti niasinamida juga 

jarang memicu  flushing.

2d. Asam pantotenat: vitamin B5

Vitamin ini (1939) ada  dalam semua 

jaringan tubuh dan praktis dalam berbagai 

macam bahan makanan (Yun. pantos = di 

mana-mana), namun  dapat juga disintesis 

oleh flora usus. Hanya d-isomernya yang 

aktif dan merupakan bagian dari ko-enzim 

A, yang terlibat pada banyak reaksi asetilasi. 

Juga berperan pada antara lain sintesis dan 

perombakan karbohidrat, lemak dan protein, 

juga pada sintesis kolesterol dan hormon 

steroida.

Defisiensi belum pernah dilaporkan. 

Kebutuhan sehari-hari diperkirakan 5-10 mg 

(garam-Ca) bagi dewasa dan sedikit lebih 

banyak bagi anak-anak muda. Air susu ibu 

mengandung ±0,26 mg per 100 ml.)

Dosis: 5-10 mg sehari (garam Ca).

• d-Pantotenol (dekspantenol, Bepanthen) 

yaitu  derivat alkohol dari pantotenat dengan 

khasiat sama (1944), lagi pula berkhasiat 

mempercepat penyembuhan borok. Dosis:

5-10 mg sehari, dalam salep 2-5%.

2e. Piridoksin: adermin, vitamin B6

Derivat piridin ini (1939) ada  antara 

lain dalam daging, hati, ginjal, telur, gandum 

whole grain, kacang kedele dan biji-biji 

gandum (wheat germ). Dikenal dalam bentuk 

alkohol, aldehida dan amin, yaitu piridoksin, 

piridoksal dan piridoksamin. Di dalam hati 

vitamin B6

 dengan bantuan ko-faktor 

riboflavin dan magnesium diubah menjadi 

zat aktifnya piridoksal-5-fosfat (P5P). Zat 

ini berperan penting sebagai ko-enzim pada 

metabolisme protein dan asam-asam amino, antara lain pada pengubahan triptofan melalui okstriptan menjadi serotonin (lihat Bab 

30 Antidepresiva, Triptofan) dan pada sintesis 

GABA. Juga mempunyai peranan kecil pada 

metabolisme karbohidrat dan lemak.

Defisiensi jarang terjadi, contoh  pada 

pasien yang menjalani terapi jangka panjang 

dengan INH, hidralazin dan penisilamin yang 

meniadakan efek piridoksin. Gejalanya berupa gangguan kulit, stomatitis, glossitis 

dan efek neurologi (konvulsi, neuropati dan 

sebagainya), sedangkan pada anak-anak terjadi hambatan pertumbuhan dan anemia. 

Kebutuhan sehari-hari diperkirakan 0,3 mg 

untuk bayi, 2 mg bagi dewasa (±20 mcg per 

gram protein asupan) dan 2,5 mg pada waktu 

hamil dan laktasi. Air susu ibu mengandung 

±10 mcg/100 ml.

pemakaian nya selain pada keadaan defisiensi, juga terhadap mual-muntah dan

pada depresi post-natal dan depresi akibat 

pil anti hamil, mungkin sebab  kekurangan 

serotonin di otak akibat metabolisme triptofan yang meningkat. Juga dipakai untuk 

menurunkan kadar homosistein meningkat, 

yang merupakan faktor risiko untuk PJP, 

khususnya pada wanita. Lihat juga di bawah asam folat. Dalam megadosis, zat ini 

berdasar  empiris dianjurkan pada banyak 

penyakit lain, contoh  PMS (premenstrual 

syndrome), schizofrenia, autisme, hiperkinesia 

pada anak-anak, dermatitis atopik dan asma 

berat . 

Efek samping jarang terjadi dan berupa 

reaksi alergi. pemakaian  lama dari 500 

mg/hari dapat memicu  ataksia (jalan 

limbung) dan neuropati serius, begitu pula 

pada dosis tinggi dari 2-6 g sehari. (Med Farm 

Mededel 1999,9:111).

Dosis: oral selama terapi dengan antagonis 

piridoksin 10-100 mg (HCl) sehari, profilaksis 

2-10 mg, mual hamil 50 mg dan pada depresi 

akibat pil antihamil 125 mg sehari selama 7 

hari sebulan. Pada schizofrenia: 1 dd 250-500 

mg. Untuk menurunkan kadar homosistein 

yang tinggi 1 dd 250 mg bersama asam folat 

5 mg.11b. 

• Piridoksal-5-fosfat (PSP, ko-dekarboksilase) 

yaitu  zat aktif dari piridoksin dengan 

pemakaian  sama. Daya kerjanya lebih cepat 

dan juga lebih efektif. namun  resorpsinya tidak 

menentu sebab  sel-sel usus menghilangkan 

molekul fosfatnya sebelum dapat diserap 

(Labadarios D et al. Gut 1977; 18: 23-7). Penggunaannya khusus dianjurkan bagi pasien 

dengan gangguan fungsi hati, yang tidak 

mampu mengubah B6 menjadi PSP.

2f. Biotin: vitamin B7

, vitamin H

Vitamin ini ada  dalam banyak makanan, lagi pula dapat disintesis oleh flora 

usus. Berfungsi sebagai ko-enzim bagi sejumlah reaksi transkarboksilasi, oleh sebab  itu 

penting sekali pada metabolisme protein, 

karbohidrat dan lemak. 

Defisiensi jarang terjadi dan khususnya 

pada bayi bila air susu ibu mengandung 

terlampau sedikit biotin, yaitu kurang dari 

±0,7 mg/100 ml, dengan gejala radang kulit 

(seborrhoeic dermatitis). Putih telur mengandung avidin yang mengikat biotin secara 

irreversibel, maka pasien  yang mengonsumsi 

terlalu banyak telur mentah juga dapat 

menderita defisiensi biotin. Gejalanya antara 

lain rambut rontok dan otot lemah. Kebutuhan sehari-hari diperkirakan 0,1-0,2 mg.

Dosis: pada defisiensi 5-10 mg sehari, profilaksis 0,15 mg. 

2g. Asam folat: vitamin B11, folic acid, folacin

Vitamin ini (1947) ada  dalam gandum 

whole grain, sayuran hijau yang kaya serat 

gizi (Lat. folium = daun) dan banyak pangan 

lain seperti buncis dan kelapa, daging, ikan, 

hati dan ragi. Berkhasiat mencegah spina 

bifida pada bayi. Selain itu, berkhasiat 

meringankan risiko stroke dan diperkirakan 

dapat mencegah PJP (dengan menurunkan 

kadar homosistein darah), khususnya infark 

jantung serta memiliki daya kerja protektif 

terhadap kanker kolon. Pada pasien  dengan 

asupan folat tinggi risikonya akan kanker 

kolorektal dapat diturunkan dengan 25%.(Int 

J Canc 2005;113:825-8), sebaliknya folat juga 

memiliki beberapa efek negatif, yaitu asupan 

tinggi folat dapat menyelubungi defisiensi 

vitamin B12. lagipula dapat menstimulasi 

perkembangan tumor kolon yang sudah ada 

(NTvG 2006;150: 1443- 48). Dalam hubungan 

ini antagonis folat yaitu metotreksat sudah sejak puluhan tahun dipakai untuk 

menghambat pertumbuhan tumor. 

pemakaian  pada anemia megaloblaster

akibat defisiensi folat dan sebagai prevensi 

rutin selama kehamilan untuk memperkecil 

risiko spina bifida pada bayi, juga dipakai 

selama terapi rematik dengan metotreksat 

untuk mengurangi efek toksik dari antagonis 

folat ini.

Efek samping jarang terjadi dan berupa 

reaksi alergi, juga gangguan lambung-usus 

dan sukar tidur.

Dosis: anemia megaloblaster permulaan 

1-2 dd 0,5 mg, pemeliharaan 1 dd 0,1-0,5 

mg. Profilaksis spina bifida tiap hari 0,5 mg 

dimulai minimal 4 minggu sebelum konsepsi 

sampai dengan minggu ke-8 kehamilan. 

Untuk menurunkan kadar homosistein yang 

tinggi dan aterosklerosis prematur 1 dd 5 mg 

bersama vit B6 250 mg 11b .

• Asam folinat (folinic acid, Leucovorine, 

Rescuvolin, Vorina) yaitu  metabolit folat 

yang terbentuk melalui reduksi. Dari campuran rasemis hanya bentuk levonya aktif. 

Terutama dipakai sebagai antidotum 

terhadap keracunan darah akibat dosis tinggi 

MTX. Pada pengobatan rema efek samping 

MTX dapat dikurangi tanpa melemahkan 

efek antirema. Begitu pula dipakai untuk 

menurunkan efek samping kotrimoksazol 

terhadap darah. Kombinasi dengan 5-FU

meningkatkan efeknya pada kanker kolorektal yang tersebar. Dosis: oral, i.m. atau i.v. 

6 – 100 mg/m2 tergantung dari dosis MTX 

yang dipakai .

2h. Sianokobalamin: vitamin B12, extrinsic factor

Vitamin ini ada  dalam semua produk hewan, terutama dalam daging, hati 

dan susu. Di alam dan tubuh vitamin B12

terutama ada  sebagai hidrokso-, metildan adenosilkobalamin. Secara kimiawi 

vitamin B12 (1950) yang dapat larut dalam 

air, memiliki rumus cincin besar dengan 

atom kobal di pusat. Kebutuhan seharihari pasien  sehat yaitu  1-5 mcg, namun  selama kehamilan dan laktasi keperluan ini 

meningkat sampai masing-masing 3 dan 

3,5 mcg. RDA dewasa yaitu  2,5 mcg/hari. 

Penelitian telah mengungkapkan, bahwa 25% 

dari lansia mengidap kekurangan vitamin B12 

dalam tubuhnya, yang dapat mengakibatkan 

kemunduran fungsi otak dan gangguan daya 

ingat, akhirnya juga anemia dan gangguan 

neurologi.pemakaian : pada defisiensi dan 

untuk mencegah anemia megaloblaster pada 

keadaan malabsorpsi. 

Dosis pada defisiensi: oral atau sublingual 

2 dd 1 mg selama 1 bulan, pemeliharaan 

1 mg sehari. Profilaktis dalam sediaan 

multivitamin 1-10 mcg sehari, i.m. 0,5-1 mg/

minggu, pemeliharaan 1 mg setiap 2 bulan. 

Lihat selanjutnya Bab 39. Hemopoëtika.

• Kobamamide (dibencozide, *Superton) adalah metabolit bioaktif dari vitamin B12 yang 

bekerja sebagai ko-enzim. dipakai oromukosal sebagai tablet isap untuk absorpsi 

optimal. 

• Hidroksokobalamin (hidrokobamin) yaitu  

derivat sianokobalamin dengan kerja lebih 

panjang dan paling sering dipakai . Dosis:

pada defisiensi i.m. atau s.k. 2 x seminggu 1 

mg selama 5 minggu, lalu 1 mg setiap 2 bulan.

3. Vitamin C: asam askorbat, Redoxon, Vitacimin

Vitamin C banyak ada  di semua 

sayur-mayur, khususnya kol, paprika, peterseli dan asperges, serta buah-buahan 

terutama dari jenis sitrus (jeruk nipis dan 

jeruk lain), arbei dan buah kembang ros. Juga 

agak banyak di kentang bila direbus dengan 

kulitnya dan hanya sedikit dalam susu 

sapi dan daging, kecuali hati. Dalam tubuh 

ada  di banyak jaringan, termasuk darah 

dan lekosit. Vitamin C mudah dioksidasi dan 

diinaktifkan (oksidasi) bila makanan dimasak 

terlalu lama. Khasiat terpenting pada dosis 

terapeutik yang cukup tnggi yaitu  khasiat 

antiviral dan antibakteri, yang diperkirakan 

berdasar  sifat antioksidannya (Dr Th 

Levy,Vitamin C, infectious diseases & toxins. 

Curing the incurable. 2002). Efeknya sebagai 

injeksi askorbat-Ca cepat sekali, mungkin 

berkat khasiatnya mampu menetralkan FR 

yang selalu banyak ada  pada penyakit 

infeksi. Semakin parah infeksi, semakin tinggi dosis yang diperlukan. Kedokteran 

alternatif mengklaim dapat menyembuhkan 

segala macam penyakit virus, a.l. hepatitis 

dan penyakit Pfeiffer(virus Epstein-Barr).

Resorpsi dari usus cepat dan praktis 

sempurna (90%) namun  menurun pada dosis 

di atas 1 g. Distribusi ke semua jaringan 

baik. Persediaan tubuh untuk sebagian 

besar ada  dalam cortex anak ginjal. 

Dalam darah sangat mudah dioksidasi secara reversibel menjadi dehidroaskorbat

yang hampir sama aktifnya. Sebagian kecil 

dirombak menjadi asam oksalat dengan jalan 

pemutusan ikatan antara C2

 dan C3

. Ekskresi 

berlangsung terutama sebagai metabolit 

dehidronya dan sedikit sebagai asam oksalat.

Fungsi vitamin C yaitu  kompleks dan 

yang terpenting yaitu  pembentukan kolagen, yaitu protein bahan penunjang utama 

dalam tulang/ tulang rawan dan jaringan 

ikat. Bila sintesis kolagen terganggu, maka 

mudah terjadi kerusakan pada dinding pembuluh yang berakibat perdarahan. Khasiat 

ini antara lain berdasar  efek stimulasi 

vitamin C terhadap pengubahan prolin menjadi hidroksiprolin.

Vitamin C juga menstimulasi banyak proses metabolisme berkat sistem redoksnya, 

yaitu mudah dioksidasi dan direduksi kembali dengan bantuan glutation. 

 oksidasi

 askorbat –––––––> dehidroaskorbat + elektron

 <–––––––

 reduksi

Pada reaksi ini vitamin C berfungsi sebagai 

donor atau akseptor elektron. Beberapa 

reaksi pada mana vitamin C dioksidasi adalah hidroksilasi dari prolin (lihat di atas), 

dopamin (menjadi noradrenalin) dan hormon 

steroid, juga perombakan tirosin. Reaksi pada 

mana vitamin C direduksi yaitu  contoh  

pengubahan triptofan menjadi serotonin. Selain itu, vitamin C juga berperan pada sintesis 

kortikosteroida dari kolesterol dalam anak 

ginjal.

Defisiensi dahulu banyak terjadi, antara 

lain pada anak buah kapal selama perjalanan 

jauh tanpa adanya sayur-mayur atau buah 

segar, namun  sekarang jarang terjadi lagi. 

Gejalanya berupa perdarahan sekitar mata 

dan paha, juga gusi dan di bawah kulit 

yang disebabkan oleh hilangnya ikatan kolagen serta mudah rusaknya dinding pembuluh dan pecahnya kapiler. Borok sukar 

sembuh dan akhirnya gigi terlepas. Sindrom 

ini disebut skorbut (scurvy, scheurbuik). Kebutuhan seharinya (RDA) yaitu  25-40 mg 

bagi bayi, 70 mg bagi dewasa, 90 mg bagi 

wanita hamil dan 110 mg selama laktasi. Air 

susu ibu mengandung ±4 mg vitamin C per 

100 ml.

pemakaian nya selain pada terapi dan 

pencegahan defisiensi, adakalanya juga untuk mengasamkan urin contoh  pada 

infeksi saluran kemih. namun  efeknya kurang 

memuaskan sebab  vitamin C bersifat asam 

agak lemah (asam mandelat untuk tujuan 

ini lebih efektif!). Di samping itu vitamin 

C dalam megadose (sampai 15 g sehari!) 

banyak dipakai dalam ilmu pengobatan 

alternatif (complementary medicine) untuk 

mengobati berbagai macam penyakit, yang 

tidak dapat diterima oleh dokter “biasa” 

sebab  belum ada  bukti ilmiah/klinis. 

Di antaranya sekadar dapat disebutkan 

gangguan-gangguan berikut.

a. Selesma (common cold) dan infeksi lain. 

Beberapa peneliti18 telah melaporkan dipercepatnya penyembuhan ±20% dan 

dengan keluhan lebih ringan, bila vitamin 

C di minum sedini mungkin. Efek baik 

ini diperkirakan berdasar  daya imunostimulasinya, pada mana produksi 

dan mobilitas leukosit dan makrofag 

sangat ditingkatkan pada dosis di atas 2,5 

g sehari, juga berdasar  pembentukan 

interferon.

b. Antilipemik. ada  indikasi kuat 

bahwa vitamin C dalam dosis 500-

1.000 mg sehari dapat menurunkan kadar kolesterol darah yang meningkat. 

Diperkirakan bahwa mekanismenya adalah stimulasi transpor kolesterol dari dinding 

pembuluh ke hati serta peningkatan proses 

pengubahannya menjadi asam kolat dan 

kortikosteroida.c. Mempercepat penyembuhan borok dan 

luka di kulit akibat tekanan, contoh  

pada decubitus (mati jaringan akibat 

berbaring untuk waktu lama). Efek ini 

diperkirakan berdasar  pengubahan: 

prolin ––––> hidroksiprolin dan sintesis 

kolagen, khususnya di jaringan granulasi 

dari luka.

d. Kanker. Dalam dosis 3-10 g vitamin C 

sehari dan bersama megadose vitamin 

A, E, selenium, zinc dan bioflavonoida 

kini sering dipakai sebagai obat komplementer untuk menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Khasiat antikarsinogen

ini diperkirakan berdasar  sifat antioksidannya, lihat Bab 14, Sitostatika. 

Di samping itu vitamin C berkhasiat 

menghindari pembentukan nitrosamin 

(dari nitrat dan asam amino) dalam usus, 

yang bersifat karsinogen.

e. Memperbaiki fungsi otot. Vitamin C 

(400 mg sehari) melindungi otot terhadap 

kerusakan oksidatif selama aktivitas jangka panjang (olahraga) dan menstimulasi 

reparasi fungsi otot. Profilaktis vitamin C 

dapat dipakai sebelum latihan atau 

perlombaan, untuk mencegah terjadinya 

otot kaku dan nyeri (2 dd 1 g pada 2 

hari berturut-turut). Fungsinya mungkin 

dengan cara memperlancar pengeluaran 

asam laktat dari otot.

f. Penyakit Pfeiffer dapat efektif ditangani 

secara ortomolekuler dengan 3-5 dd 100 

mg vit C selama 7 hari. 

Ref.: Schuitema G., Gezondheid Speciaal, 

Orthomol.Koerier 2005, p.14 

Efek samping akibat pemakaian  lama dari 

megadose di atas 1,5 g sehari dapat berupa 

diare. Terjadinya batu ginjal oksalat dan urat 

pada dosis di atas 1-10 g sehari belum pernah 

dilaporkan. Bila terapi dihentikan dengan 

mendadak, dapat terjadi rebound scorbut 

sebagai reaksi, sebab  sistem perombakan 

vitamin C telah sangat dirangsang oleh 

dosis tinggi. ada  la-poran bahwa dosis 

di atas 500 mg sehari dapat merusak DNA: 

base-DNA guanosin dilindungi terhadap 

radikal oksigen, namun  kemudian adenosin

dapat dicederai oleh dehidro-askorbat, yang 

bekerja sebagai pro-oksidan. Penemuan ini 

dibantah berdasar  banyak studi lain, 

sebab  reduksi dari dehi-dro-vitamin C 

oleh glutation kembali menjadi vitamin C 

berlangsung sedemikian cepat sehingga 

tidak sempat mencederai adenosin. 

Interaksi. Vitamin C meningkatkan resorpsi 

besi, sedangkan vitamin B12 diperlemah efeknya sehingga dapat terjadi defisiensi. Dosis 

di atas 10 g sehari memperlambat efek antikoagulansia oral.

Dosis: pada defisiensi 2 dd 250-500 mg 

p.c., bayi 100 mg sehari, profilaktis 100–1.000 

mg sehari. Bila lambung peka terhadap asam, 

sebaiknya memakai  garam Ca atau Mgaskorbat yang bereaksi netral.Terapi alternatif penyakit Pfeiffer: 3-4 dd 1000 mg selama 

7-10 hari.

4. Bioflavonoida

Bioflavonoida yaitu  senyawa polifenol 

dengan rumus difenilpropan, yang ada  

dalam hampir semua bahan makanan nabati. 

Secara kimia dapat dibedakan 4 kelompok 

yang semua memiliki rumus dasar flavon, 

yaitu:

• zat-zat flavon : apigenin, chrysin dan luteolin

• zat-zat isoflavon : genistein, daidzein

• zat-zat flavonol : quercetin, kaempferol dan 

myricetin

• zat-zat flavan : catechin (banyak dalam 

daun teh hijau, daun teh yang tidak difermentasi) dan dalam kulit pohon kayu 

manis (Extract.Cortex cinnamomi), lihat 

Bab 47,Antidiabetika.

Flavonoida memiliki beberapa khasiat penting, 

yakni: 

- antioksidan kuat, berdasar  daya kerjanya “menangkap” radikal bebas;

- menghambat oksidasi LDL-kolesterol dan 

menghambat aterosklerosis; 

- menghambat induksi kimiawi dari tumor

melalui stimulasi enzim yang menginaktifkan induktornya. Khusus polifenol 

dengan rumus dihidroksi berkhasiat 

antitumor, antara lain genistein, quercetin 

dan catechin (dalam gambir = catechu);

meregulasi kadar glukosa darah dengan 

memperkuat khasiat insulin.

• Rutosida (zat-zat rutin). Di samping zat-zat 

ini di atas, juga rutin dan hesperidin

dengan struktur benzopiran, termasuk 

kelompok flavonoida. Glikosida ini ada  

dalam kulit buah sitrus (jeruk), paprika dan 

banyak tumbuhan lain. Dahulu diberi nama

“vitamin P”, sebab  diperkirakan memiliki 

daya meningkatkan permeabilitas dinding 

pembuluh dengan efek antiradang. sebab  

ternyata tidak mutlak diperlukan bagi tubuh 

kini nama ini tidak dipakai lagi. Pada 

hewan zat-zat ini berkhasiat memperkuat 

dinding kapiler dan meningkatkan permeabilitasnya bagi eritrosit. Kekurangan zat 

ini memicu  bintik-bintik merah kecil 

di bawah kulit (perdarahan). berdasar  

sifatnya yang mengurangi fragilitas kapiler 

zat ini dipakai pada berbagai gangguan 

vena, seperti varices (vena betis mekar), wasir, 

ulcus cruris (borok pada tungkai), retinopati

dan hematoma. Yang dipakai dalam terapi yaitu  beberapa turunan dari rutin, walaupun agak kontroversial.

4a. Hidroksietilrutosida (troxerutin, Venaron, 

Venoruton) yaitu  derivat rutin. dipakai  pada insufisiensi vena kronis untuk 

mengurangi gejalanya seperti udema, kejang 

otot, rasa berat dan nyeri di kaki. Juga 

diperkirakan efektif (±80%) terhadap kejang 

kaki pada waktu tidur (restless legs).

Dosis: 3-4 dd 300 mg.

4b. Genistein

Genistein, daidzein dan glisitein yaitu  

isoflavon yang bersama glikosidanya, yaitu 

genistin, daidzin dan glisitin, ada  dalam kedelai. Zat-zat ini juga disebut fitoestrogen sebab  dapat menduduki reseptor 

estrogen, meskipun rumus bangunnya tidak 

ada kemiripan dengan steroida. Berkhasiat

antitumor dengan cara memblok reseptor 

estrogen, menghambat angiogenesis dan 

tyrosinkinase, sebagai antioksidan juga 

berdaya menstimulir sistem imun. Berkat sifat 

ini genistein dipakai untuk menghentikan 

pertumbuhan beberapa jenis kanker dengan 

‘estrogen-dependent receptors’, contoh  kanker mamma, ovarium dan prostat. Lihat 

selanjutnya Bab 14. Onkolitika, Obat-obat 

alternatif.

Dosis: untuk prevensi 3 dd 20-30 mg genistein/genistin (ekstrak soya dengan 40% 

isoflavon). Sebagai obat tambahan pada 

kanker 3 dd 150-300 mg genistein/genistin. 

Sebaiknya diminum bersamaan dengan 

yoghurt atau bubur.

4c. Quercetin

Flavonol ini ada  di banyak sayuran 

dan buah-buahan; sumber terpenting yaitu  

bawang, buah apel, dan teh, lihat tabel. Dalam bahan-bahan ini quercetin (sebagai aglukon) terikat pada masing-masing 

glukosa, galaktosa dan rutinosida menjadi 

glikosidanya. Resorpsi dari usus 20-50%, 

waktu paruhnya panjang, ±25