(recycled) dan dapat melanjutkan fungsinya, sehingga efektivitasnya sangat ditingkatkan.
• Vitamin A yaitu lipofil, maka berperan penting untuk melindungi asam lemak tak-jenuh dalam
membran sel terhadap oksidasi. Kerusakan yang terjadi pada lipid peroxidation itu dapat mencetuskan
suatu reaksi rantai yang akhirnya dapat memusnahkan seluruh membran.
ß-karoten juga berfungsi menetralisasi radikal bebas karsinogen, oleh sebab itu bekerja preventif
terhadap kanker. Begitupula karoten dalam dosis tinggi berdaya melindungi lansia terhadap infark
jantung.
• Vitamin C bersifat hidrofil dan melindungi membran sel dari luar, sebab terutama bekerja dalam
cairan di luar sel. Di sini bisa ada FR yang lolos dari proses fagositosis oleh fagosit. Sel tangkis
ini terutama aktif selama aktivitas sistem ketahanan tubuh meningkat. Limfo-T juga membutuhkan
banyak vitamin C dan bila jumlahnya cukup (di atas 2,5 g sehari) menjadi sangat aktif. Di samping
mengaktivasi fagosit vitamin C juga menstimulir produksi interferon dengan khasiat antiviral.
Oleh sebab itu dalam keadaan stres kontinu dan pembebanan ketahanan berlebihan, asupan vitamin
C dalam dosis tinggi sangat bermanfaat.
• Vitamin E dalam membran sel memegang peranan khusus untuk melindungi otot terhadap
kerusakan selama gerakan tubuh dan olahraga. Vitamin A, C dan E, bersama AO enzimatik ini
di atas, melindungi paru-paru terhadap oksidasi dan kerusakan oleh FR. Bila efek melindungi kurang
sempurna, dapat terjadi kerusakan pada epitel gelembung paru yang memicu penyakit, seperti
bronchitis dan emfisema (lihat Bab 40, COPD).
yang jauh melampaui RDA. Hal ini terlihat
jelas dari sangat meningkatnya penjualan
vitamin pada dasawarsa terakhir, tidak
hanya secara bebas, namun juga atas resep
dokter dari kelompok ilmu pengobatan
alternatif (“complementary medicine”) yang
kini mulai diakui oleh sebagian kecil dunia
ilmiah. Kelompok ini terutama aliran ortomolekuler, semakin bertambah banyak penganutnya. Lihat juga Bab 14, Onkolitika,
terapi alternatif.
pemakaian alternatif. Sejumlah penyakit
sering kali diobati secara komplementer dengan
suplesi vitamin. Antara lain selesma dan
penciutan pembuluh di kaki (vitamin C dan
D) namun juga penyakit jantung dan saluran
napas (vitamin E dan C), schizofrenia (antara
lain vitamin B3
, B6
dan C), serta kanker
(antara lain vitamin A, C, E, selen, dan genistein). Beberapa indikasi di antaranya
sudah diterima dunia ilmiah dan menjadi
lazim di kalangan regular, seperti vitamin
B-kompleks dan multivitamin (Supradyn)
pada keadaan lemah dan letih sesudah
pembedahan atau penyakit berat. Begitu pula
terapi megadose untuk jenis neuralgia (nyeri
urat saraf) dengan kombinasi vitamin B1
,
B6
dan B12 (Neurobion).
Banyak ahli ilmu kedokteran biasa
(«regular medicine») hingga kini sangat meragukan kegunaan suplesi vitamin secara
komplementer diluar indikasi ini di atas.
Mereka menganggap penelitiannya masih
kurang bersifat ilmiah. Namun dalam praktik
tidak jarang para dokter ortomolekuler ternyata melakukan terapi lebih dini daripada
kedokteran regular. Sebagai contoh nyata
dapat disebut pemakaian asam folat pada
wanita hamil muda untuk menghindari
cacat hebat pada bayi (spina bifida, neural tube
defect), yang sekarang sudah menjadi rutin.
Sebenarnya asam folat sudah dianjurkan oleh
ahli ortomolekuler sejak awal tahun 1990-an.
Contoh lain yaitu peristiwa free radicals
(FR) dan pemakaian antioksidansia untuk
menetralkan efek merusaknya terhadap jaringan. contoh peranan FR pada banyak
penyakit, seperti pada timbulnya plak oksiLDL kolesterol dan aterosklerosis, kerusakan membran dari sel-sel alveoli paruparu pada emfisem. Akhirnya, sejak beberapa tahun dokter ‘biasa’ juga menganjurkan antioksidansia (vitamin E, selenium)
untuk prevensi oksidasi LDL dan PJP serta
asetilsistein pada emfisem untuk menghambat progres penyakit paru-paru (COPD).
Keamanan pemakaian vitamin
Sudah menjadi lazim untuk menyatakan
keamanan vitamin sebagai kelipatan dari
ADH, meskipun antara kedua unsur tidak
ada hubungan. Dalam tabel di bawah ini
tertera persentase ADH global dari vitamin
yang oleh ahli regular dianggap masih aman.
Vitamin C dalam dosis tinggi (di atas 1 g/
hari) diperkirakan dapat mengakibatkan
batu ginjal pada sekelompok kecil pasien
yang membentuk asam oksalat berlebihan.
namun hal ini belum pernah dilaporkan
dalam kepustakaan, bahkan juga tidak pada
pemakaian jangka waktu lama dari 10 g (!)
sehari pada terapi kanker.
Penggolongan
berdasar daya larutnya dalam air atau
lemak, vitamin biasanya dibagi dalam dua
kelompok, yaitu zat hidrofil dan zat lipofil.
a. Vitamin larut air (hidrofil): vitamin B, C
dan flavonoida
Semua senyawa ini melarut dalam air.
Vitamin B-kompleks secara resmi meliputi
11 zat, yaitu B1
, B2
, B3
, B5
, B6
, B11, B12, biotin,
cholin, inositol dan asam para-aminobenzoat (PABA). Dikenal pula beberapa
vitamin tak-resmi yang sebetulnya bukan
vitamin dan hanya dipakai pada terapi
alternatif, yaitu vitamin B15 dan «vitamin B17».
PABA pada hakikatnya juga bukan vitamin
sejati bagi manusia, namun merupakan faktor
pertumbuhan bagi kuman tertentu. Fungsinya yaitu sebagai precursor untuk sintesis
asam folat. Pada dasarnya, cholin dan inositol
tidak termasuk golongan vitamin.
*Sediaan vitamin B-kompleks dapat bermanfaat, sebab kebanyakan komponen
vitamin B biasanya ada dalam makanan
yang sejenis sehingga timbul defisiensi multipel. Asam folat jangan diberikan langsung
dalam sediaan demikian, sebab mempersulit
(masking) diagnosis anemia perniciosa, sedangkan terlambatnya pemberian vitamin
B12 dapat memicu gangguan saraf yang
irreversibel. Asam folat dapat memperbaiki
anemi megaloblaster, namun tidak bermanfaat
terhadap kerusakan saraf akibat defisiensi
vitamin B12.
12d
Banyak jenis vitamin B alamiah ada
dalam sediaan ragi bir, bersamaan dengan
zat-zat karbohidrat, protein dan enzim.
• Flavonoida, juga disebut polifenol (quercetin, genistein, rutin, hesperidin, dan
lain-lain) yaitu zat-zat nabati yang terdapat sebagai glikosidanya (senyawa dengan sakarida) dalam banyak makanan.
Khususnya ada dalam teh dan bawang
(putih), namun juga dalam sayur-mayur dan
buah-buahan (terutama apel dan anggur
merah), sering kali dalam zat-zat berwarna
merah, jingga, kuning atau hijau. Meskipun
pada prinsipnya bukan merupakan vitamin,
namun zat-zat ini sangat penting bagi tubuh
berkat daya antioksidan, bersama sifat antitumor dan anti-aterogennya. Seperti telah diutarakan di bab-bab terdahulu, antioksidansia melindungi jaringan terhadap
kerusakan oksidatif akibat radikal bebas
yang berasal dari proses-proses dalam
tubuh atau dari luar. Penelitian ilmiah dari
tahun-tahun terakhir menegaskan bahwa
zat-zat ini memegang peranan penting
pada pemeliharaan kesehatan dan prevensi
berbagai penyakit, antara lain gangguan
jantung dan pembuluh, paru-paru dan kanker.
berdasar penemuan ini berbagai Dewan
Nutrisi negara-negara Barat menghimbau
untuk mengonsumsi sekurang-kurangnya
200 g sayuran dan 2 jenis buah sehari. Lihat
juga Bab 54, Dasar-dasar Diet Sehat.
Semua flavonoida mudah diserap oleh
usus dan lancar pula ekskresinya lewat
kemih atau tinja, maka bahaya kumulasi ringan sekali. Pada umumnya tidak bersifat
toksik. Penimbunannya dalam jaringan hanya sedikit dan gejala defisiensi sudah tampak setelah lebih kurang 4 bulan.
b . Vitamin larut-lemak (lipofil): A, D, E
dan K.
Zat-zat ini larut dalam lemak dan diserap
bersamaan dengan lemak, kemudian melalui
sistem limfe masuk ke dalam darah dengan
lipoprotein tertentu (chylomikron). Gangguan
pada pencernaan lemak, seperti kekurangan
asam empedu, mengurangi resorpsinya. Ekskresinya berlangsung lambat (masa paruh
panjang), sehingga dapat terjadi kumulasi
dan efek toksik. Hati dan jaringan lemak
dapat menimbun zat-zat ini dalam jumlah
besar, maka gejala defisiensi baru menjadi
nyata setelah lebih dari satu tahun, kecuali
pada vitamin K (lebih cepat).
Toksisitas
Pada umumnya derajat toksisitas vitamin
rendah sekali, terutama vitamin yang larut
dalam air dan pada kadar darah tertentu
diekskresi melalui urin.Vitamin B6
bersifat
neurotoksik dan dapat merusak sistem saraf
perifer bila dipakai pada dosis tinggi
untuk jangka waktu lama (neuropati ),
Editorial Lancet 1998; 351: 1523.
* Asam folat dalam dosis di atas 1 mg/hari
dapat menyelubungi defisiensi vit B12, yang
bisa menjadi fatal.
Vitamin yang melarut dalam minyak sebab
bersifat kumulasi dapat mengakibatkan efek
samping yang tidak diinginkan, terutama
vitamin A dan vitamin D. Kedua vitamin ini,
asam folat, seng, selen dan iodium tergolong
nutrien yang indeks terapinya agak sempit,
artinya RDA-nya terletak berdekatan dengan
dosis toksiknya yang dapat memicu
efek merugikan. • Vitamin A. pemakaian lama (beberapa
bulan) dari retinol dalam dosis di atas 50.000
UI/hari dapat memicu intoksikasi kronis. Gejalanya berupa hiperosteosis dengan
rasa nyeri dari tulang kaki (menjadi tebal),
juga malaise, nyeri kepala/sendi, pusing,
demam, keluhan lambung-usus, pembesaran
hati dan limpa, perubahan pada kulit dan
mukosa serta kelainan hematologi. Pada
anak-anak vitamin A lebih toksik daripada
bagi pasien dewasa, juga wanita hamil harus
berhati-hati jangan sampai memakai nya
di atas 8.000 U sehari berhubung sifat teratogennya.
• Vitamin D selama waktu lama pada
dosis tinggi, yaitu bagi pasien dewasa lebih
dari 50.000-100.000 U kolekalsiferol/hari
dan bagi anak-anak di atas 1.000-4.000 U,
dapat memicu intoksikasi kronis.
Gejalanya berupa hiperkalsiemia akibat terlarutnya kalsium dari kerangka, dengan
endapan kalsiumfosfat di berbagai organ
(kornea, pembuluh, jantung, ginjal, lambung,
paru-paru dan sendi). Juga osteoporosis,
penghambatan pertumbuhan pada anakanak, aritmia, nyeri otot dan sendi, gangguan
lambung-usus dan fungsi ginjal, rasa lemah
serta letih. Kerusakan pada janin baru timbul
pada dosis sangat tinggi, di atas 10.000 U/kg
berat badan, namun tidak sehebat vitamin A.
Kehamilan dan laktasi. Semua vitamin
dapat dipakai selama kehamilan dan
laktasi dalam dosis biasa, juga vitamin D3
(kolekalsiferol) 400 UI/hari. Hanya dosis
vitamin A tidak boleh melebihi 8.000 UI /
hari.
MONOGRAFI
1. Kelompok vitamin A
Vitamin A yaitu nama umum bagi senyawa
retinoida yang memiliki khasiat biologis
dari retinol. Sebagai ester zat ini terutama
ada dalam pangan hewani, seperti susu
dan produk-produknya, kuning telur, hati
dan dengan kadar tinggi dalam minyak ikan.
Kebutuhan sehari-hari vitamin A sebagian
dipenuhi oleh karotenoida (provitamin A),
yakni kompleks dari 2 molekul retinol yang
dalam usus diuraikan menjadi vitamin
aktif. Provitamin A ada dalam banyak
sayuran hijau tua, berbagai jenis kol dan
sebagai pigmen kuning-jingga dari berbagai
buah dan sayur, antara lain wortel dan tomat,
lemak susu dan kuning telur.
1a. Retinol: vitamin A, axeroftol
Resorpsi di usus cepat dan praktis sempurna, kecuali bila dosisnya terlampau
tinggi. Resorpsinya lebih cepat dalam bentuk
“larutan” air (emulsi homogen) daripada
larutan minyak. Zat ini terikat dan ditranspor
dengan RBP (Retinol Binding Protein), sebagian dioksidasi menjadi retinal dan asam
retinoat, yang bersama glukuronidanya diekskresi lewat kemih dan tinja. Sebagian
retinol ditimbun dalam hati yang cukup bagi
kebutuhan 7-8 bulan.
Fungsinya beragam, yakni vitamin A
penting sekali bagi sintesis rodopsin, suatu
pigmen fotosensitif yang terurai oleh cahaya
dan memungkinkan kita untuk melihat dalam
keadaan setengah gelap. Dalam jaringan
vitamin A menstimulasi sintesis RNA, juga
glukoprotein dan kortikosteroida, serta
berperan pada terpeliharanya keutuhan sel-sel
epitel dan mukosa. Pada anak-anak vitamin
A menstimulasi pertumbuhan tulang.
Defisiensi tidak sering terjadi dan terutama
timbul pada diet yang kurang bervariasi;
sekunder pada defisiensi protein (kwashiorkor)
dan bila resorpsi terganggu. Bila terjadi
kekurangan vitamin A di dalam makanan,
persediaan di dalam hati masih mencukupi
untuk 7 sampai 8 bulan. Namun anak-anak
yang baru lahir tidak memiliki cadangan
ini, sehingga risiko malnutrisi dan kebutaan
meningkat. Kebutuhan sehari-hari yaitu
1.000-4.000 UI bagi anak-anak, 4.000-5.000 UI
bagi pasien dewasa dan 5.000-6.000 UI pada
waktu hamil dan laktasi. Gejala defisiensi
antara lain buta malam, xeroftalmia (kornea
mengering dan mengeras) serta akhirnya
kebutaan. Juga dapat timbul hiperkeratosis
(pembentukan selaput tanduk berlebihan),
atrofia dari mukosa dan terhambatnya
pertumbuhan pada anak-anak.pemakaian yang khas yaitu untuk
terapi buta malam, sebagai profilaksis
terhadap kwashiorkor dan pemberian
secara rutin pada waktu hamil dan laktasi,
juga bagi bayi dan anak-anak sampai usia
6 tahun. Telah ditemukan hubungan erat
antara kadar karoten yang terlampau rendah
dalam diet/darah dan timbulnya kanker paruparu dan saluran cerna. Atas dasar penemuan
ini vitamin A/karoten dipakai dalam
megadose sebagai profilaksis dan terapi kedua
jenis kanker tersebut. Dalam hal ini karoten
diduga berfungsi sebagai anti-promotor karsinogen (lihat Bab 14, Sitostatika).
Efek toksik dari megadose di atas 100.000
U sehari secara kronis (atau lebih dari 1
juta UI sekaligus) berupa mual, muntah,
sakit kepala, halusinasi, juga kulit bersisik
(squamation) dan gatal-gatal, rambut rontok,
persendian nyeri, kelainan darah dan mata,
serta gangguan pertumbuhan pada anakanak. WHO menganjurkan maksimal 8.000
U sehari bagi wanita hamil berhubung pada
dosis tinggi (25.000 UI sehari atau lebih) risiko
teratogen atau cacat pada janin meningkat
(1990).
Dosis: pada defisiensi 25-50.000 U sehari
selama maksimal 2 bulan; profilaksis bagi
anak-anak 1.000 U dan dewasa 2.500-5.000 U
sehari (asetat atau palmitat).
Potensi: 1 UI vitamin A = 0,3 mcg
retinol = 0,344 mcg retinol-asetat = 0,55 mcg
retinolpalmitat = 0,18 mcg beta-karoten.
• Oleum iecoris aselli (“minyak ikan”,
levertraan, Scott’s Emulsion, Seven Seas Syrup)
diperoleh dari hati segar ikan Gadus morhua
(cod, kabeljauw). Kandungan kadar vitamin
A dan vitamin D3
agak tinggi, masingmasing minimal 600 dan 85 U/g. Begitu
pula mengandung sejumlah poly-unsaturated
fatty acids (PUFA), termasuk ±18% asam
lemak omega-3 (EPA, DHA), yang berkhasiat
menurunkan kadar kolesterol (lihat Bab
36, Antilipemika dan Bab 54, Dasar-dasar
diet sehat). Dahulu banyak dipakai bagi
anak-anak sebagai obat pencegah rachitis
dan sebagai obat penguat pada keadaan
lemah sesudah mengalami infeksi (15-30 ml
sehari). Berhubung baunya yang tidak enak
dan kandungan zat-zat toksik (insektisid)
sebagai kotoran, sekarang sudah terdesak
oleh sediaan vitamin murni. Topikal masih
dipakai dalam salep (10%) untuk membantu penyembuhan luka bakar, namun jangan
dipakai bila luka sudah terinfeksi. Sediaan
kombinasi vitamin A/D sintetik mengandung
campuran dari kedua vitamin terlarut dalam
minyak atau tersolubilisasi dalam air dengan
bantuan suatu detergens (Tween).
1b. Karotenoida
Karotenoida yaitu pigmen alamiah kuning, jingga dan merah yang ada dalam
banyak sayuran, buah-buahan dan bunga.
Dikenal lebih dari 100 senyawa, antara lain 21
zat yang ada dalam darah manusia, yaitu
alfa-, beta- dan gamma-karoten, lycopen, serta
derivat-OH dari ß-karoten (lutein, zeaxanthin
dan cryptoxanthin). Kebutuhan tubuh yaitu
100-150 mg sehari sebagai alfa/beta-karoten
dan lycopen.
• Beta-karoten (Carotaben) yaitu provitamin A terpenting yang diperoleh dari
algae/rumput laut Dunaliella salina yang
membentuknya dalam jumlah besar. Senyawa
ini juga dibuat secara sintetik. Berkhasiat
antioksidan spesifik untuk menetralkan
oksigen singlet reaktif dan mencegah pembentukan radikal-peroxyl akibat peroksidasi
lipida. Juga berperan pada “komunikasi”
intraseluler.
- ß-Karoten alamiah secara kimiawi terdiri
dari rata-rata 60% bentuk-trans dan 40%
bentuk-cis. Cis-karoten dapat menangkap
radikal bebas (efek antioksidan) lebih
kuat dan efektif daripada bentuk transnya.
Sebaliknya, trans karoten memiliki efek
provitamin A terkuat.
- ß-Karoten sintetik terutama mengandung
bentuk trans, daya antioksidannya ±5x
lebih lemah daripada produk alamiah. Daya
antioksidan dari alfa- dan gama-karoten agak
ringan.
Resorpsi dari usus hanya ±30%, yang
dapat ditingkatkan oleh lemak. Dalam hati
sebagian diubah melalui retinal menjadi
retinol (vitamin A) dan selebihnya disimpan
di kulit dan jaringan lemak. Plasma-t½ 10
hari.pemakaian regular khusus pada penyakit
tertentu (protoporfiria) untuk melindungi kulit
terhadap efek cahaya. Bekerjanya (di kulit)
lambat, sehingga setelah 2-3 minggu baru
tampak efeknya. Pada terapi alternatif banyak
dipakai untuk prevensi dan sebagai
tambahan pada penanganan berbagai jenis
kanker. pemakaian lainnya yaitu untuk
prevensi gangguan jantung dan pembuluh,
sebaiknya dalam kombinasi dengan lain
antioksidansia. Lihat Bab 54, Dasar-dasar diet
sehat, antioksidansia. Terhadap “sunburn”
tidak bermanfaat. Untuk keperluan farmasi
dan industri makanan dipakai sebagai
zat warna jingga yang aman (E 160a, E dari
Europa), maksimal 5 mg/kg.
Efek samping hanya berupa menguningnya
kulit (reversibel), yang paling nyata di bagian
dalam tangan dan kaki setelah dipakai
2-6 minggu. Jarang sekali dilaporkan diare
dan nyeri sendi. Pada overdosis tidak terjadi
hipervitaminosa A.
Dosis: oral 25-200 mg sehari. 1 mg
β-karoten = 5556 UI vitamin A.
* Lycopen (pseudo-karoten, E 160d) yaitu
isomer dari beta-karoten, di mana kedua
cincin-enam terbuka dan menjadi dua ikatan
tak-jenuh ekstra. Daya antioksidannya terhadap radikal singlet oxygen dan peroxyl adalah terkuat dari semua antioksidansia dan 3
x lebih efektif daripada b-karoten. Lycopen
ada sebagai kristal merah yang ±8 x
lebih intensif dari karoten, dalam buahbuahan yang masak, khususnya dalam
tomat (20 mg/kg), grapefruit merah, papaya,
semangka merah dan buah kembang ros. Dalam
tubuh zat ini ditemukan dalam kadar tinggi
di anak-ginjal, prostat dan testes. Penderita
kanker kandung kemih, pankreas dan paruparu ternyata memiliki kadar lycopen rendah
di dalam darahnya. Pada kanker paruparu diet dengan banyak tomat, sebaiknya
sebagai ketchup, menghasilkan efek nyata
atas survival. dipakai sebagai zat warna
jingga-merah dalam industri makanan (E
160d dalam minyak).
Dosis: pada terapi kanker alternatif 3 dd
1,5 mg. Lihat juga Bab 14, Sitostatika, 8a.
Antioksidansia.
*Lutein dan zeaxanthin diasup dengan pangan, khususnya dengan sayuran daun berwarna hijau tua.ada dalam lensa mata,
juga dalam jumlah tinggi di retina.(selaput
pelangi). Berdaya antioksidan kuat dengan
efek protektif lebih kuat terhadap oksidasi
lipida daripada lycopen. Sangat efektif terhadap FR oksigen singlet (O-
) yang sangat
reaktif dan dibentuk a.l. akibat eksposisi
sinar UV pada lensa mata. Oleh sebab itu
O-
bisa merusak protein lensa dan memicu
terjadinya cataract (staar).
Sering kali dipakai dalam ilmu kedokteran mata komplementer untuk mengurangi
risiko dan progres katarak dan degenerasi
makula senil. Bercak kuning (macula lutea)
yaitu bagian pusat dari selaput pelangi, yang
dibutuhkan untuk melihat secara tajam. Bila
sebab usia lanjut macula cacat akibat proses
oksidatif, daya lihat akan sangat memburuk.
Sebagian besar manula mengidap degenerasi
macula demikian.
Selain itu, lutein juga berkhasiat antiaterogen dengan menghindari oksidasi kolesterol-LDL menjadi oksi-LDL Lagi pula
telah dinyatakan berkhasiat antitumor, a.l.
menghambat pertumbuhan kanker payudara dan mengurangi risiko kanker kolon
dan prostat. sebab berasal dari tubuh
sendiri karotenoida berwarna kuning ini
tidak memiliki efek samping yang tidak
diinginkan. Dosis: oral 1-2 dd 3 mg.
1c. Retinoida
Retinoida yaitu derivat retinol yang
khusus dipakai pada penyakit kulit,
antara lain pada akne, psoriasis dan beberapa
jenis kanker kulit, juga secara kontroversial
pada ichtyosis dan kerut muka. Wanita hamil
tidak boleh memakai berhubung sifat
teratogennya. Wanita yang akan menjalani
terapi oral dengan retinoida harus menjalani
antikonsepsi yang dimulai minimal sebulan
sebelum terapi sampai minimal 2 tahun
setelah penghentian.
* Tretinoin (asam vitamin A, asam retinoat,
Eudyna) yaitu retinol pada mana gugusujung -CH2
OH diganti dengan -COOH
(1962). Berkhasiat menstimulasi produksi
sel-sel tanduk dan dengan demikian mence- gah terbentuknya comedo (Lat. cum edo =
saya turut makan; sumbatan talg). Hanya
dipakai topikal pada bentuk hebat akne
(jerawat) dengan banyak comedo atau peradangan. Gejala acne pada 3-4 minggu
pertama bisa memburuk dan kemudian
baru membaik. Untuk kosmetika dipakai
dalam krem antikerut 0,05% pada photo-aging
(UV) dari kulit. Setelah 3 bulan kulit menjadi
lebih lembut, hiperpigmentasi dan lentigin
dikurangi serta kerut-kerut kecil diratakan.
Efek sama diperoleh dalam 2 bulan dengan
derivatnya tazaroten (krem 0,05-0,1%) (NTvG
2002 ;146 :642)
Efek samping berupa iritasi kulit setempat
dengan rasa terbakar, kemerah-merahan, menyerpih serta hipo- atau hiperpigmentasi.
pemakaian serentak dengan obat acne lain
benzoilperoksida menginaktifkan khasiatnya, oleh sebab itu perlu dipakai secara
terpisah.
Dosis: sekali sehari sebagai lotion atau
krem (0,25-0,5 mg/ml), bila kurang berhasil
kadarnya dapat dinaikkan sampai 1 mg/ml.
* Isotretinoin (13-cis-asam retinoat, Roaccutane)
yaitu isomer-cis (1983), yang oral diberikan
pada penderita acne yang resisten terhadap
terapi lain. Berkhasiat mengurangi produksi
lemak (talg) dan antiradang ringan. Dalam
darah zat ini sebagian besar terikat pada
protein (99%), plasma-t½-nya panjang (ratarata 15 jam). Dosis: permulaan 1 dd 40 mg,
bila perlu sesudah 2 minggu sampai 2 dd 40
mg, maksimal selama 16 minggu.
* Acitretin (Neotigason) yaitu derivat
tretinoin (dan metabolit dari etretinat),
yang berkhasiat menghambat pembelahan
sel yang pesat, sintesis RNA dan protein
(1989). Oleh sebab itu zat ini khusus
dipakai untuk kasus hebat dari psoriasis
(penyakit sisik) dan beberapa gangguan
keratinisasi lain. Kerjanya panjang (t½: 50
jam) dan ditimbun dalam jaringan lemak.
Etretinat (Tigason) tidak dipakai lagi
sebab plasma-t½-nya terlampau panjang
(100-175 hari). Dosis: oral permulaan 1 dd
25-30 mg d.c. selama 2-4 minggu, bila perlu
dinaikkkan sampai maksimal 75 mg sehari.
Bila dikombinasi dengan kortikosteroida dan
PUVA, dosisnya dapat diturunkan.
2. Kelompok Vitamin B
Kelompok vitamin ini terdiri dari sebelas
senyawa yang sangat berbeda dalam struktur kimiawi dan kegiatan biologisnya. Zatzat ini dikelompokkan bersama, sebab
pada awalnya diisolasi dari sumber yang
sama, yakni hati dan ragi. Kebanyakan vitamin ini berfungsi sebagai ko-enzim pada
metabolisme karbohidrat, asam amino
dan lemak. Pada umumnya vitamin dari
kelompok B ini ada dalam makanan
yang sama, sehingga defisiensinya yaitu
multipel, walaupun gejalanya ditentukan
oleh satu komponen tertentu. Sindrom
defisiensi dapat terjadi pada tiamin, riboflavin, piridoksin, nikotinamida, asam folat
dan sianokobalamin. Komponen lain dari
B-kompleks tidak menunjukkan gejala defisiensi pada manusia.
2a. Tiamin: aneurin, vitamin B1
Vitamin ini (Christiaan Eijkman, penemu
dan peraih hadiah Nobel, 1936) terutama
ada dalam kulit luar gandum (dedek,
beras tumbuk, “zilvervlies”), juga dalam
daging babi dan organ (hati, ginjal, otak).
Dalam tubuh zat ini bekerja dalam bentuk
aktifnya, yakni tiaminpirofosfat (ko-karboksilase) yang berfungsi sebagai ko-enzim
dari karboksilase, yaitu suatu enzim esensial
pada metabolisme karbohidrat (proses dekarboksilasi) dan pembentukan bio-energi serta
insulin. Aneurin juga menstimulasi pembentukan eritrosit dan berperan penting pada
regulasi ritme jantung serta berfungsinya
susunan saraf dengan baik.
* Beri–beri. Dahulu, sebelum tahun 1935,
defisiensi tiamin banyak terjadi di Indonesia
akibat konsumsi beras giling yang selaput
luarnya (dedek, “zilvervlies”) telah dibuang. memicu hambatan kuat dari perombakan glukosa, dengan akibat gangguan
fungsi saraf perifer pada otot jantung dan
pada SSP. Ciri-ciri pertamanya yaitu anoreksia, obstipasi, kesemutan dan kejang otot,
lalu timbul beri-beri dengan polineuritis,
arteri mendilatasi kuat dan udema, serta
myocardiopati, akhirnya radang otak, hilang
ingatan dan dementia.
pemakaian . Selain pada defisiensi tiamin, juga dipakai pada neuralgia (nyeri
pada mana urat saraf memegang peranan),
sering kali dikombinasi dengan piridoksin
dan vitamin B12 dalam dosis tinggi, yakni
masing-masing 100 mg dan 1 mg (Neurobion
amp.) Sediaan oral B1
-B6
-B12 lain yaitu
Bioneuron dan Neurofort. Dalam kalangan
ortomolekuler, kombinasi ini juga dipakai
untuk memperbaiki gejala lemah ingatan.
Sementara pasien juga memakai nya bila
melawat ke daerah malaria untuk menghalau nyamuk, yang tidak menyukai baunya
yang khas dalam darah. (Untuk maksud sama
dapat juga diminum tablet bawang putih).
Resorpsi maksimal pada pemakaian
oral yaitu 8-15 mg sehari. Setelah diserap, tiamin disalurkan ke semua organ dengan konsentrasi terbesar di hati, ginjal,
jantung dan otak. Tiamin dalam dosis tinggi tidak memicu keracunan, karena kelebihannya diekskresi melalui kemih
dalam bentuk utuh atau sebagai metabolitnya. Kebutuhan sehari-hari untuk bayi
diperkirakan sekitar 30 mcg/kg berat badan
dan untuk dewasa 1-1,5 mg/kg berat badan.
Sebagian kebutuhan ini disintesis oleh flora
usus.
Dosis: pada defisiensi 3 dd 5-10 mg, profilaksis 3 dd 2-5 mg (garam HCl).
• Benfotiamin (1961) dan bisbentiamin
(Beston, *Bestopyron) (1963) yaitu derivat
tiamin yang lebih mudah diresorpsi dan
memberikan kadar darah yang lebih tinggi
daripada tiamin. Tidak memiliki bau tiamin
yang khas pada napas dan keringat. Dosis:
untuk pengobatan sehari 100-300 mg benfotiamin; 5-300 mg bisbentiamin sehari.
100 mg tiamin HCl = 114 mg bisbentiamin =
140 mg benfotiamin
2b. Riboflavin: laktoflavin, vitamin B2
Vitamin berwarna kuning ini (1935)
ada dalam susu, daging, telur, sayurmayur, ragi dan roti whole grain (padi-padian
lengkap). Dalam tubuh riboflavin diubah
menjadi 2 ko-enzim, pertama rf-5-fosfat (=
flavin-mononukleotida, FMN), lalu dalam hati
menjadi flavin-adenin-dinukleotida (FAD). Kedua metabolit ini juga disebut flavoprotein,
yang sebagai ko-enzim memegang peranan
esensial pada sintesis antioksidansia faal,
antara lain glutation. Beberapa di antaranya
mengandung logam, contoh mangan dalam xantinoksidase. Vit B2
juga penting bagi
pemeliharaan kesehatan kulit (bibir), mata,
otot dan tulang.
Defisiensi jarang terjadi sebab kebutuhan
tubuh hanya sedikit sekali, untuk bayi ±60 mcg,
dewasa ±1,1 mg dan sewaktu hamil/ laktasi
1,8/2,1 mg sehari. Bila pemasukan kalori
meningkat, maka kebutuhan akan B2
juga
naik. pemakaian lama klorpromazin dan
antidepresiva trisiklis dapat mengakibatkan
kekurangan B2
, sebab resorpsinya di usus
terhambat akibat terganggunya mekanisme
transpor. Gejala defisiensinya berupa nyeri
tenggorok dan stomatitis dan pada fase lanjut
timbul radang ujung bibir (cheilosis) dan
radang lidah (glossitis).
Dosis: pada defisiensi 5-10 mg sehari,
profilaksis 2 mg (Na-fosfat).
1 g riboflavin = 1,37 g rf-Na-fosfat.
2c. Nikotinamida: niasinamida, PP faktor,
vitamin B3
Banyak makanan seperti daging, hati,
ginjal, ayam, ikan, gandum, kacang-kacangan (nuts) dan kopi mengandung asam nikotinat (niasin), yang dalam hati diubah menjadi
niasinamida dan zat aktifnya NAD (niasinadenin-dinukleotida). Niasinamida (1937)
merupakan komponen dari dua ko-enzim
(antara lain dari dehidrogenase) yang berperan
pada berbagai proses reduksi-oksidasi
(pernapasan sel, glikolisa dan sintesis lipida).
Niasinamida juga dapat disintesis oleh tubuh
sendiri dengan triptofan dari makanan
sebagai bahan pangkalnya, pada mana 60 mg
triptofan menghasilkan 1 mg vitamin B3
.
Fungsi dan pemakaian . Vitamin B3
juga
diperlukan untuk pengubahan triptofan
menjadi serotonin. Kekurangan vitamin B3
memicu kelebihan triptofan di otak
dengan gejala perubahan suasana jiwa dan
perilaku.
triptofan –––> niasinamida
↓ triptofan –––––> serotonin
Pada terapi alternatif dari depresi dan
schizofrenia vitamin B3 (dan vitamin B6
)
sering kali dipakai dengan hasil baik
untuk meringankan gejalanya. Di samping
itu vitamin B3
juga merupakan komponen
(bersama logam krom) dari GTF (Glucose
Tolerance Factor), yang esensial bagi efektivitas insulin. Pada percobaan binatang
niasinamida ternyata mampu mencegah
diabetes berkat khasiatnya menghambat sistem imun dan memperbaiki sel-sel-beta yang
rusak. namun penelitian klinis belum dapat
memastikan daya kerja ini. Lihat juga Bab 47,
Insulin.
Niasin praktis tidak dipakai walaupun sama efektifnya, sebab efek sampingnya yang mengganggu (vasodilatasi, muka
merah, gatal-gatal). Defisiensi jarang terjadi
dan khusus di daerah di mana jagung
yaitu pangan utama dengan sedikit sekali
daging (mengandung triptofan). Gejalanya
yaitu gangguan kulit (dermatitis), diare
dan dementia dengan kelainan perilaku.
Kebutuhan seharinya diperkirakan 15 mg
untuk dewasa bila diet mengandung cukup
protein (60-70 g) dan ±4 mg untuk bayi; air
susu ibu mengandung ±0,6 mg/100 ml.
Dosis: pada pellagra (Itali pelle = kulit,
agra = kasar) oral 50-300 mg sehari, profilaksis
15-30 mg sehari. Untuk meringankan gejala
schizofrenia 3 dd 1-2 g. Juga i.m./i.v. 2-5 dd
25-100 mg.
• Inositolniasinat yaitu senyawa inositol
dari niasin yang seperti niasinamida juga
jarang memicu flushing.
2d. Asam pantotenat: vitamin B5
Vitamin ini (1939) ada dalam semua
jaringan tubuh dan praktis dalam berbagai
macam bahan makanan (Yun. pantos = di
mana-mana), namun dapat juga disintesis
oleh flora usus. Hanya d-isomernya yang
aktif dan merupakan bagian dari ko-enzim
A, yang terlibat pada banyak reaksi asetilasi.
Juga berperan pada antara lain sintesis dan
perombakan karbohidrat, lemak dan protein,
juga pada sintesis kolesterol dan hormon
steroida.
Defisiensi belum pernah dilaporkan.
Kebutuhan sehari-hari diperkirakan 5-10 mg
(garam-Ca) bagi dewasa dan sedikit lebih
banyak bagi anak-anak muda. Air susu ibu
mengandung ±0,26 mg per 100 ml.)
Dosis: 5-10 mg sehari (garam Ca).
• d-Pantotenol (dekspantenol, Bepanthen)
yaitu derivat alkohol dari pantotenat dengan
khasiat sama (1944), lagi pula berkhasiat
mempercepat penyembuhan borok. Dosis:
5-10 mg sehari, dalam salep 2-5%.
2e. Piridoksin: adermin, vitamin B6
Derivat piridin ini (1939) ada antara
lain dalam daging, hati, ginjal, telur, gandum
whole grain, kacang kedele dan biji-biji
gandum (wheat germ). Dikenal dalam bentuk
alkohol, aldehida dan amin, yaitu piridoksin,
piridoksal dan piridoksamin. Di dalam hati
vitamin B6
dengan bantuan ko-faktor
riboflavin dan magnesium diubah menjadi
zat aktifnya piridoksal-5-fosfat (P5P). Zat
ini berperan penting sebagai ko-enzim pada
metabolisme protein dan asam-asam amino, antara lain pada pengubahan triptofan melalui okstriptan menjadi serotonin (lihat Bab
30 Antidepresiva, Triptofan) dan pada sintesis
GABA. Juga mempunyai peranan kecil pada
metabolisme karbohidrat dan lemak.
Defisiensi jarang terjadi, contoh pada
pasien yang menjalani terapi jangka panjang
dengan INH, hidralazin dan penisilamin yang
meniadakan efek piridoksin. Gejalanya berupa gangguan kulit, stomatitis, glossitis
dan efek neurologi (konvulsi, neuropati dan
sebagainya), sedangkan pada anak-anak terjadi hambatan pertumbuhan dan anemia.
Kebutuhan sehari-hari diperkirakan 0,3 mg
untuk bayi, 2 mg bagi dewasa (±20 mcg per
gram protein asupan) dan 2,5 mg pada waktu
hamil dan laktasi. Air susu ibu mengandung
±10 mcg/100 ml.
pemakaian nya selain pada keadaan defisiensi, juga terhadap mual-muntah dan
pada depresi post-natal dan depresi akibat
pil anti hamil, mungkin sebab kekurangan
serotonin di otak akibat metabolisme triptofan yang meningkat. Juga dipakai untuk
menurunkan kadar homosistein meningkat,
yang merupakan faktor risiko untuk PJP,
khususnya pada wanita. Lihat juga di bawah asam folat. Dalam megadosis, zat ini
berdasar empiris dianjurkan pada banyak
penyakit lain, contoh PMS (premenstrual
syndrome), schizofrenia, autisme, hiperkinesia
pada anak-anak, dermatitis atopik dan asma
berat .
Efek samping jarang terjadi dan berupa
reaksi alergi. pemakaian lama dari 500
mg/hari dapat memicu ataksia (jalan
limbung) dan neuropati serius, begitu pula
pada dosis tinggi dari 2-6 g sehari. (Med Farm
Mededel 1999,9:111).
Dosis: oral selama terapi dengan antagonis
piridoksin 10-100 mg (HCl) sehari, profilaksis
2-10 mg, mual hamil 50 mg dan pada depresi
akibat pil antihamil 125 mg sehari selama 7
hari sebulan. Pada schizofrenia: 1 dd 250-500
mg. Untuk menurunkan kadar homosistein
yang tinggi 1 dd 250 mg bersama asam folat
5 mg.11b.
• Piridoksal-5-fosfat (PSP, ko-dekarboksilase)
yaitu zat aktif dari piridoksin dengan
pemakaian sama. Daya kerjanya lebih cepat
dan juga lebih efektif. namun resorpsinya tidak
menentu sebab sel-sel usus menghilangkan
molekul fosfatnya sebelum dapat diserap
(Labadarios D et al. Gut 1977; 18: 23-7). Penggunaannya khusus dianjurkan bagi pasien
dengan gangguan fungsi hati, yang tidak
mampu mengubah B6 menjadi PSP.
2f. Biotin: vitamin B7
, vitamin H
Vitamin ini ada dalam banyak makanan, lagi pula dapat disintesis oleh flora
usus. Berfungsi sebagai ko-enzim bagi sejumlah reaksi transkarboksilasi, oleh sebab itu
penting sekali pada metabolisme protein,
karbohidrat dan lemak.
Defisiensi jarang terjadi dan khususnya
pada bayi bila air susu ibu mengandung
terlampau sedikit biotin, yaitu kurang dari
±0,7 mg/100 ml, dengan gejala radang kulit
(seborrhoeic dermatitis). Putih telur mengandung avidin yang mengikat biotin secara
irreversibel, maka pasien yang mengonsumsi
terlalu banyak telur mentah juga dapat
menderita defisiensi biotin. Gejalanya antara
lain rambut rontok dan otot lemah. Kebutuhan sehari-hari diperkirakan 0,1-0,2 mg.
Dosis: pada defisiensi 5-10 mg sehari, profilaksis 0,15 mg.
2g. Asam folat: vitamin B11, folic acid, folacin
Vitamin ini (1947) ada dalam gandum
whole grain, sayuran hijau yang kaya serat
gizi (Lat. folium = daun) dan banyak pangan
lain seperti buncis dan kelapa, daging, ikan,
hati dan ragi. Berkhasiat mencegah spina
bifida pada bayi. Selain itu, berkhasiat
meringankan risiko stroke dan diperkirakan
dapat mencegah PJP (dengan menurunkan
kadar homosistein darah), khususnya infark
jantung serta memiliki daya kerja protektif
terhadap kanker kolon. Pada pasien dengan
asupan folat tinggi risikonya akan kanker
kolorektal dapat diturunkan dengan 25%.(Int
J Canc 2005;113:825-8), sebaliknya folat juga
memiliki beberapa efek negatif, yaitu asupan
tinggi folat dapat menyelubungi defisiensi
vitamin B12. lagipula dapat menstimulasi
perkembangan tumor kolon yang sudah ada
(NTvG 2006;150: 1443- 48). Dalam hubungan
ini antagonis folat yaitu metotreksat sudah sejak puluhan tahun dipakai untuk
menghambat pertumbuhan tumor.
pemakaian pada anemia megaloblaster
akibat defisiensi folat dan sebagai prevensi
rutin selama kehamilan untuk memperkecil
risiko spina bifida pada bayi, juga dipakai
selama terapi rematik dengan metotreksat
untuk mengurangi efek toksik dari antagonis
folat ini.
Efek samping jarang terjadi dan berupa
reaksi alergi, juga gangguan lambung-usus
dan sukar tidur.
Dosis: anemia megaloblaster permulaan
1-2 dd 0,5 mg, pemeliharaan 1 dd 0,1-0,5
mg. Profilaksis spina bifida tiap hari 0,5 mg
dimulai minimal 4 minggu sebelum konsepsi
sampai dengan minggu ke-8 kehamilan.
Untuk menurunkan kadar homosistein yang
tinggi dan aterosklerosis prematur 1 dd 5 mg
bersama vit B6 250 mg 11b .
• Asam folinat (folinic acid, Leucovorine,
Rescuvolin, Vorina) yaitu metabolit folat
yang terbentuk melalui reduksi. Dari campuran rasemis hanya bentuk levonya aktif.
Terutama dipakai sebagai antidotum
terhadap keracunan darah akibat dosis tinggi
MTX. Pada pengobatan rema efek samping
MTX dapat dikurangi tanpa melemahkan
efek antirema. Begitu pula dipakai untuk
menurunkan efek samping kotrimoksazol
terhadap darah. Kombinasi dengan 5-FU
meningkatkan efeknya pada kanker kolorektal yang tersebar. Dosis: oral, i.m. atau i.v.
6 – 100 mg/m2 tergantung dari dosis MTX
yang dipakai .
2h. Sianokobalamin: vitamin B12, extrinsic factor
Vitamin ini ada dalam semua produk hewan, terutama dalam daging, hati
dan susu. Di alam dan tubuh vitamin B12
terutama ada sebagai hidrokso-, metildan adenosilkobalamin. Secara kimiawi
vitamin B12 (1950) yang dapat larut dalam
air, memiliki rumus cincin besar dengan
atom kobal di pusat. Kebutuhan seharihari pasien sehat yaitu 1-5 mcg, namun selama kehamilan dan laktasi keperluan ini
meningkat sampai masing-masing 3 dan
3,5 mcg. RDA dewasa yaitu 2,5 mcg/hari.
Penelitian telah mengungkapkan, bahwa 25%
dari lansia mengidap kekurangan vitamin B12
dalam tubuhnya, yang dapat mengakibatkan
kemunduran fungsi otak dan gangguan daya
ingat, akhirnya juga anemia dan gangguan
neurologi.pemakaian : pada defisiensi dan
untuk mencegah anemia megaloblaster pada
keadaan malabsorpsi.
Dosis pada defisiensi: oral atau sublingual
2 dd 1 mg selama 1 bulan, pemeliharaan
1 mg sehari. Profilaktis dalam sediaan
multivitamin 1-10 mcg sehari, i.m. 0,5-1 mg/
minggu, pemeliharaan 1 mg setiap 2 bulan.
Lihat selanjutnya Bab 39. Hemopoëtika.
• Kobamamide (dibencozide, *Superton) adalah metabolit bioaktif dari vitamin B12 yang
bekerja sebagai ko-enzim. dipakai oromukosal sebagai tablet isap untuk absorpsi
optimal.
• Hidroksokobalamin (hidrokobamin) yaitu
derivat sianokobalamin dengan kerja lebih
panjang dan paling sering dipakai . Dosis:
pada defisiensi i.m. atau s.k. 2 x seminggu 1
mg selama 5 minggu, lalu 1 mg setiap 2 bulan.
3. Vitamin C: asam askorbat, Redoxon, Vitacimin
Vitamin C banyak ada di semua
sayur-mayur, khususnya kol, paprika, peterseli dan asperges, serta buah-buahan
terutama dari jenis sitrus (jeruk nipis dan
jeruk lain), arbei dan buah kembang ros. Juga
agak banyak di kentang bila direbus dengan
kulitnya dan hanya sedikit dalam susu
sapi dan daging, kecuali hati. Dalam tubuh
ada di banyak jaringan, termasuk darah
dan lekosit. Vitamin C mudah dioksidasi dan
diinaktifkan (oksidasi) bila makanan dimasak
terlalu lama. Khasiat terpenting pada dosis
terapeutik yang cukup tnggi yaitu khasiat
antiviral dan antibakteri, yang diperkirakan
berdasar sifat antioksidannya (Dr Th
Levy,Vitamin C, infectious diseases & toxins.
Curing the incurable. 2002). Efeknya sebagai
injeksi askorbat-Ca cepat sekali, mungkin
berkat khasiatnya mampu menetralkan FR
yang selalu banyak ada pada penyakit
infeksi. Semakin parah infeksi, semakin tinggi dosis yang diperlukan. Kedokteran
alternatif mengklaim dapat menyembuhkan
segala macam penyakit virus, a.l. hepatitis
dan penyakit Pfeiffer(virus Epstein-Barr).
Resorpsi dari usus cepat dan praktis
sempurna (90%) namun menurun pada dosis
di atas 1 g. Distribusi ke semua jaringan
baik. Persediaan tubuh untuk sebagian
besar ada dalam cortex anak ginjal.
Dalam darah sangat mudah dioksidasi secara reversibel menjadi dehidroaskorbat
yang hampir sama aktifnya. Sebagian kecil
dirombak menjadi asam oksalat dengan jalan
pemutusan ikatan antara C2
dan C3
. Ekskresi
berlangsung terutama sebagai metabolit
dehidronya dan sedikit sebagai asam oksalat.
Fungsi vitamin C yaitu kompleks dan
yang terpenting yaitu pembentukan kolagen, yaitu protein bahan penunjang utama
dalam tulang/ tulang rawan dan jaringan
ikat. Bila sintesis kolagen terganggu, maka
mudah terjadi kerusakan pada dinding pembuluh yang berakibat perdarahan. Khasiat
ini antara lain berdasar efek stimulasi
vitamin C terhadap pengubahan prolin menjadi hidroksiprolin.
Vitamin C juga menstimulasi banyak proses metabolisme berkat sistem redoksnya,
yaitu mudah dioksidasi dan direduksi kembali dengan bantuan glutation.
oksidasi
askorbat –––––––> dehidroaskorbat + elektron
<–––––––
reduksi
Pada reaksi ini vitamin C berfungsi sebagai
donor atau akseptor elektron. Beberapa
reaksi pada mana vitamin C dioksidasi adalah hidroksilasi dari prolin (lihat di atas),
dopamin (menjadi noradrenalin) dan hormon
steroid, juga perombakan tirosin. Reaksi pada
mana vitamin C direduksi yaitu contoh
pengubahan triptofan menjadi serotonin. Selain itu, vitamin C juga berperan pada sintesis
kortikosteroida dari kolesterol dalam anak
ginjal.
Defisiensi dahulu banyak terjadi, antara
lain pada anak buah kapal selama perjalanan
jauh tanpa adanya sayur-mayur atau buah
segar, namun sekarang jarang terjadi lagi.
Gejalanya berupa perdarahan sekitar mata
dan paha, juga gusi dan di bawah kulit
yang disebabkan oleh hilangnya ikatan kolagen serta mudah rusaknya dinding pembuluh dan pecahnya kapiler. Borok sukar
sembuh dan akhirnya gigi terlepas. Sindrom
ini disebut skorbut (scurvy, scheurbuik). Kebutuhan seharinya (RDA) yaitu 25-40 mg
bagi bayi, 70 mg bagi dewasa, 90 mg bagi
wanita hamil dan 110 mg selama laktasi. Air
susu ibu mengandung ±4 mg vitamin C per
100 ml.
pemakaian nya selain pada terapi dan
pencegahan defisiensi, adakalanya juga untuk mengasamkan urin contoh pada
infeksi saluran kemih. namun efeknya kurang
memuaskan sebab vitamin C bersifat asam
agak lemah (asam mandelat untuk tujuan
ini lebih efektif!). Di samping itu vitamin
C dalam megadose (sampai 15 g sehari!)
banyak dipakai dalam ilmu pengobatan
alternatif (complementary medicine) untuk
mengobati berbagai macam penyakit, yang
tidak dapat diterima oleh dokter “biasa”
sebab belum ada bukti ilmiah/klinis.
Di antaranya sekadar dapat disebutkan
gangguan-gangguan berikut.
a. Selesma (common cold) dan infeksi lain.
Beberapa peneliti18 telah melaporkan dipercepatnya penyembuhan ±20% dan
dengan keluhan lebih ringan, bila vitamin
C di minum sedini mungkin. Efek baik
ini diperkirakan berdasar daya imunostimulasinya, pada mana produksi
dan mobilitas leukosit dan makrofag
sangat ditingkatkan pada dosis di atas 2,5
g sehari, juga berdasar pembentukan
interferon.
b. Antilipemik. ada indikasi kuat
bahwa vitamin C dalam dosis 500-
1.000 mg sehari dapat menurunkan kadar kolesterol darah yang meningkat.
Diperkirakan bahwa mekanismenya adalah stimulasi transpor kolesterol dari dinding
pembuluh ke hati serta peningkatan proses
pengubahannya menjadi asam kolat dan
kortikosteroida.c. Mempercepat penyembuhan borok dan
luka di kulit akibat tekanan, contoh
pada decubitus (mati jaringan akibat
berbaring untuk waktu lama). Efek ini
diperkirakan berdasar pengubahan:
prolin ––––> hidroksiprolin dan sintesis
kolagen, khususnya di jaringan granulasi
dari luka.
d. Kanker. Dalam dosis 3-10 g vitamin C
sehari dan bersama megadose vitamin
A, E, selenium, zinc dan bioflavonoida
kini sering dipakai sebagai obat komplementer untuk menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Khasiat antikarsinogen
ini diperkirakan berdasar sifat antioksidannya, lihat Bab 14, Sitostatika.
Di samping itu vitamin C berkhasiat
menghindari pembentukan nitrosamin
(dari nitrat dan asam amino) dalam usus,
yang bersifat karsinogen.
e. Memperbaiki fungsi otot. Vitamin C
(400 mg sehari) melindungi otot terhadap
kerusakan oksidatif selama aktivitas jangka panjang (olahraga) dan menstimulasi
reparasi fungsi otot. Profilaktis vitamin C
dapat dipakai sebelum latihan atau
perlombaan, untuk mencegah terjadinya
otot kaku dan nyeri (2 dd 1 g pada 2
hari berturut-turut). Fungsinya mungkin
dengan cara memperlancar pengeluaran
asam laktat dari otot.
f. Penyakit Pfeiffer dapat efektif ditangani
secara ortomolekuler dengan 3-5 dd 100
mg vit C selama 7 hari.
Ref.: Schuitema G., Gezondheid Speciaal,
Orthomol.Koerier 2005, p.14
Efek samping akibat pemakaian lama dari
megadose di atas 1,5 g sehari dapat berupa
diare. Terjadinya batu ginjal oksalat dan urat
pada dosis di atas 1-10 g sehari belum pernah
dilaporkan. Bila terapi dihentikan dengan
mendadak, dapat terjadi rebound scorbut
sebagai reaksi, sebab sistem perombakan
vitamin C telah sangat dirangsang oleh
dosis tinggi. ada la-poran bahwa dosis
di atas 500 mg sehari dapat merusak DNA:
base-DNA guanosin dilindungi terhadap
radikal oksigen, namun kemudian adenosin
dapat dicederai oleh dehidro-askorbat, yang
bekerja sebagai pro-oksidan. Penemuan ini
dibantah berdasar banyak studi lain,
sebab reduksi dari dehi-dro-vitamin C
oleh glutation kembali menjadi vitamin C
berlangsung sedemikian cepat sehingga
tidak sempat mencederai adenosin.
Interaksi. Vitamin C meningkatkan resorpsi
besi, sedangkan vitamin B12 diperlemah efeknya sehingga dapat terjadi defisiensi. Dosis
di atas 10 g sehari memperlambat efek antikoagulansia oral.
Dosis: pada defisiensi 2 dd 250-500 mg
p.c., bayi 100 mg sehari, profilaktis 100–1.000
mg sehari. Bila lambung peka terhadap asam,
sebaiknya memakai garam Ca atau Mgaskorbat yang bereaksi netral.Terapi alternatif penyakit Pfeiffer: 3-4 dd 1000 mg selama
7-10 hari.
4. Bioflavonoida
Bioflavonoida yaitu senyawa polifenol
dengan rumus difenilpropan, yang ada
dalam hampir semua bahan makanan nabati.
Secara kimia dapat dibedakan 4 kelompok
yang semua memiliki rumus dasar flavon,
yaitu:
• zat-zat flavon : apigenin, chrysin dan luteolin
• zat-zat isoflavon : genistein, daidzein
• zat-zat flavonol : quercetin, kaempferol dan
myricetin
• zat-zat flavan : catechin (banyak dalam
daun teh hijau, daun teh yang tidak difermentasi) dan dalam kulit pohon kayu
manis (Extract.Cortex cinnamomi), lihat
Bab 47,Antidiabetika.
Flavonoida memiliki beberapa khasiat penting,
yakni:
- antioksidan kuat, berdasar daya kerjanya “menangkap” radikal bebas;
- menghambat oksidasi LDL-kolesterol dan
menghambat aterosklerosis;
- menghambat induksi kimiawi dari tumor
melalui stimulasi enzim yang menginaktifkan induktornya. Khusus polifenol
dengan rumus dihidroksi berkhasiat
antitumor, antara lain genistein, quercetin
dan catechin (dalam gambir = catechu);
meregulasi kadar glukosa darah dengan
memperkuat khasiat insulin.
• Rutosida (zat-zat rutin). Di samping zat-zat
ini di atas, juga rutin dan hesperidin
dengan struktur benzopiran, termasuk
kelompok flavonoida. Glikosida ini ada
dalam kulit buah sitrus (jeruk), paprika dan
banyak tumbuhan lain. Dahulu diberi nama
“vitamin P”, sebab diperkirakan memiliki
daya meningkatkan permeabilitas dinding
pembuluh dengan efek antiradang. sebab
ternyata tidak mutlak diperlukan bagi tubuh
kini nama ini tidak dipakai lagi. Pada
hewan zat-zat ini berkhasiat memperkuat
dinding kapiler dan meningkatkan permeabilitasnya bagi eritrosit. Kekurangan zat
ini memicu bintik-bintik merah kecil
di bawah kulit (perdarahan). berdasar
sifatnya yang mengurangi fragilitas kapiler
zat ini dipakai pada berbagai gangguan
vena, seperti varices (vena betis mekar), wasir,
ulcus cruris (borok pada tungkai), retinopati
dan hematoma. Yang dipakai dalam terapi yaitu beberapa turunan dari rutin, walaupun agak kontroversial.
4a. Hidroksietilrutosida (troxerutin, Venaron,
Venoruton) yaitu derivat rutin. dipakai pada insufisiensi vena kronis untuk
mengurangi gejalanya seperti udema, kejang
otot, rasa berat dan nyeri di kaki. Juga
diperkirakan efektif (±80%) terhadap kejang
kaki pada waktu tidur (restless legs).
Dosis: 3-4 dd 300 mg.
4b. Genistein
Genistein, daidzein dan glisitein yaitu
isoflavon yang bersama glikosidanya, yaitu
genistin, daidzin dan glisitin, ada dalam kedelai. Zat-zat ini juga disebut fitoestrogen sebab dapat menduduki reseptor
estrogen, meskipun rumus bangunnya tidak
ada kemiripan dengan steroida. Berkhasiat
antitumor dengan cara memblok reseptor
estrogen, menghambat angiogenesis dan
tyrosinkinase, sebagai antioksidan juga
berdaya menstimulir sistem imun. Berkat sifat
ini genistein dipakai untuk menghentikan
pertumbuhan beberapa jenis kanker dengan
‘estrogen-dependent receptors’, contoh kanker mamma, ovarium dan prostat. Lihat
selanjutnya Bab 14. Onkolitika, Obat-obat
alternatif.
Dosis: untuk prevensi 3 dd 20-30 mg genistein/genistin (ekstrak soya dengan 40%
isoflavon). Sebagai obat tambahan pada
kanker 3 dd 150-300 mg genistein/genistin.
Sebaiknya diminum bersamaan dengan
yoghurt atau bubur.
4c. Quercetin
Flavonol ini ada di banyak sayuran
dan buah-buahan; sumber terpenting yaitu
bawang, buah apel, dan teh, lihat tabel. Dalam bahan-bahan ini quercetin (sebagai aglukon) terikat pada masing-masing
glukosa, galaktosa dan rutinosida menjadi
glikosidanya. Resorpsi dari usus 20-50%,
waktu paruhnya panjang, ±25