diagnosa dermatologi 5






 t pula seorang ahli penyakit dalam, ahli biokimia atau ahli imunologi namun  tidak berhak 

menentukan Diagnosa  dermatologik sebab  tidak memenuhi persyaratan sebagai ahli 

dermatologi. Hal yang sangat penting bagi seorang ahli dermatologi yaitu  mata yang secara 

klinis terlatih untuk Diagnosa  morfologis. Mata yang diagnosa  dapat dicapai hanya dengan 

keterlibatan yang berulang kali dan tidak terputus dimana dokter ini  dipaksa tidak 

hanya untuk melihat namun  juga memperhatikan ruam yang ada, sementara seorang spesialis 

yang berpengalaman membantu menunjukkan jalannya. Kesalahan yang paling sering pada 

suatu Diagnosa  dermatologis yaitu  lebih menganggap bahwa lesi merupakan ruam yang non 

spesifik dibandingkan  sebagai suatu lesi yang spesifik. Seperti yang terjadi pada riset  

darah hapus, suatu kesan umum tidaklah cukup: aspek morfologis dari masing-masing sel 

harus diperiksa dengan cermat dan diputuskan apakah normal atau abnormal. Seringkali  

para dokter melakukan suatu pendekatan pada kulit secara cepat dan superfisial, yang tidak 

akan mereka lakukan pada organ-organ lain yang diperiksa. Lihat tabel 4-4. 

Tabel 4-3 PATOGENESIS PENYAKIT KULIT 

 

Imunologis  

dan  

Peradangan 

 

Fisik 

Infeksius 

Kimiawi 

Genetik 

 

 

Proliferatif  

dan  

Neoplastik 

 

 Metabolik 

Endokrinologik 

Pertumbuhan 

Degeneratif 

Nutrisional 

Psikologik 

 

 

 Penyakit-penyakit kulit 

dan  

Manifestasi kulit dari 

penyakit sistemik 

 

 

 

TABEL 4-4 PETUNJUK DAN KESULITAN DALAM Diagnosa  DERMATOLOGI 

1. Jangan membuang, tanpa mengirimkan sebagian untuk pemeriksaan histologi. 

2. Jika temuan dermatopatologik tidak sesuai dengan Diagnosa  klinis, lakukan biopsi lain. 

Jika tetap tidak sesuai ikuti petunjuk klinis (dengan hati-hati). 

3. Pruritus generalisata yang lebih dari 1 bulan dan tanpa PEMICU  jelas memerlukan 

pemeriksaan yang meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan kelenjar limfe (termasuk 

kelenjar supra klavikuler), pemeriksaan laboratorium, foto toraks dan jika diperlukan 

"imaging studies". 

4. Nevus yang baru atau berubah harus dievaluasi secara hati-hati dan dieksisi untuk 

Diagnosa  jika  memiliki  gambaran yang mencurigakan  

5. Periksa seluruh kulit dan membrana mukosa jika  memungkinkan dan selalu dilakukan 

pada pasien  dengan riwayat pribadi atau keluarga dengan melanoma atau nevus 

multiple.  

6. Pengobatan dapat  memicu  hampir semua jenis lesi dermatologik dan selalu 

ditempatkan dalam daftar Diagnosa  yang mungkin.reaksi obat sering timbul secara tiba-

tiba dan biasanya dengan distribusi simetris. 

7. Diagnosa  dermatosis faktisium (yang diinduksi sendiri) hanya dapat dibuat sesudah  

kemungkinan lain dapat disingkirkan. Afek "gila", gelisah, aneh dapat merupakan akibat 

atau PEMICU  problema kulit yang hebat. 

8. Waspyaitu  terhadap Diagnosa  yang cepat, tidak terkendali atau sepintas lalu. Tidak 

ada keahlian medis lainnya yang terkait dalam praktek yang berbahaya ini. 

9. Waspyaitu  terhadap Diagnosa  yang atipikal. Yang atipikal pada seseorang dapat 

menjadi tipikal bagi yang lain yang telah pernah melihat sebelumnya.

Lewis Thomas berkata: "pengobatan tidak lagi hanya memeriksa dengan menempelkan 

tangan, namun  lebih merupakan membaca tanda-tanda dari sebuah mesin. Dalam 

dermatologi, tidak ada yang dapat menggantikan memeriksa dengan menempelkan tangan, 

dan seorang dokter akan merasa terpuaskan berulang kali dengan membaca tanda-tanda 

yang bukan dari mesin, namun dari manusia" dermis dengan mudah dapat ditentukan dengan 

tehnik-tehnik yang tepat. 

Timbunan in vivo dari imunoglobulin, komplemen dan fibrin pada kulit dapat diketahui 

dengan pemeriksaan imunofluoresensi langsung dari spesimen biopsi. Tempat biopsi harus 

dipertimbangkan dengan hati-hati, sebab  tempat pengambilan spesimen yang tidak tepat 

akan memberi hasil yang tidak mendukung. Sangatlah penting bagi ahli dermatologi dan ahli 

imunologi untuk saling membantu dalam usahanya untuk memberi  hasil yang optimal. 

Jaringan yang baru saja dieksisi, dicelupkan kedalam nitrogen cair dan dijaga tetap 

membeku sampai tiba di laboratorium, atau dibekukan secara cepat dalam "cryostat". 

Spesimen dipotong dengan ukuran 4 um dan di warnai dengan senyawa fluorescein 

monospesific untuk kemudian diperiksa dengan mikroskop fluoresen. 

Antibodi beredar pada substansi interselular dan zona membrana basalis, seperti yang 

terjadi pada pemfigus dan bullous pemfigoid, diketahui dengan mereaksikan serum 

pasien  dengan zat yang tepat (imunofluoresensi tidak langsung). Minimal 5-10 ml “whole 

blood” yang baru didapat, harus diperiksa dengan imunofluoresensi tidak langsung. Jika 

bahan "sample" harus dikirimkan, maka serum harus dipisahkan dari bekuan darah sebelum 

dikemas dalam "dry ice" untuk pengiriman. 

Untuk imunofluoresensi tidak langsung, potongan yang tepat dengan ukuran 4 um 

ditutup dengan serum pasien  yang telah diencerkan secara serial dan di inkubasikan 

pada ruang yang lembab selama 30 menit. sesudah  gelas obyek dicuci dengan PBS 

(phosphate buffer saline) dengan pH 7.3 selama 10 menit,diberikan satu tetes senyawa 

fluorescein "antihuman imunoglobulin pada potongan jaringan dan diinkubasi selama 30  

menit, dicuci dalam PBS kemudian ditutup dengan gelas penutup menggunakan penutup 

Elvanol. 

Potongan-potongan jaringan untuk pemeriksaan dengan tehnik langsung dan tidak 

langsung, dilakukan dengan mikroskop yang dilengkapi dengan sumber radiasi ultra violet. 

 

 

 

 

BAB 5 

Diagnosa  DERMATOLOGI PENGENALAN  

POLA MORFOLOGI DAN SINDROMA KLINIS 


 

 

  

Sering kali erupsi kulit pada mulanya sangat hebat. Diagnosa  erupsi kulit sangat sulit. 

Hipocrates telah mengetahui kombinasi gejala dan tanda-tanda yang sering DITEMUI  dan 

kini dikenal sebagai gambaran klinis dan disebut pendekatan sindroma. Sindroma kulit 

merupakan sekelompok lesi kulit yang sering DITEMUI  dan sangat berarti secara klinis pada 

berbagai faktor etiologi (lihat tabel 4-3). 

Klinisi yang berpengalaman telah belajar mengenali erupsi kulit lalu dimasukkan dalam 

sekelompok morfologi atau pola reaksi (tabel 5-1). Erupsi ini bisa terkumpul (diskret) 

(sirkumskripta) ataupun difus (tanpa batas yang jelas), terlokasir, atau generalisata. 

Dengan pengelompokkan lesi-lesi kulit ini, Diagnosa  banding dapat dibuat. 

Ada kemungkinan terjadi overlapping (tumpang tindih) jenis lesi maupun lokasi anatomi 

lesi; penyakit kulit bisa juga muncul hanya dengan satu jenis lesi (missal; vesikel, seperti 

pada variecella) ataupun kumpulan berbagai jenis lesi (missal; vesikel, dan papul, seperti 

pada sindroma eritema multiforme). Sekalipun demikian, pendekatan sindroma morfologi ini 

terbukti merupakan pendekatan paling praktis untuk memilah berbagai kemungkinan bila 

menghadapi seorang pasien baru.  

 

 

I. KLASIFIKASI POLA-POLA REAKSI KLINIS MENURUT LOKASI ANATOMIA dari 

PERUBAHAN PATOLOGI MAYOR  

Epidermis 

Kelainan-Kelainan Bersisik 

Erupsi psoriasiformis. Psoriasis  dan  erupsi psoriasiformis lainnya ditandai khas oleh 

papula dan plak eritematosa yang 'sangat jelas' yang secara khas memperlihatkan sisik 

putih keperakan tebal. Lesi-lesi seringkali menyerang simetris. Keterlibatan kulit kepala 

dan kuku biasa- nya sangat menyolok.  

Diagnosa banding  

• Psoriasis vuigaris  

• Erupsi obat psoriasiform: Sering akut: kadang jarang mengenal kuku  

• Pityriasis Rubra Pilaris: Erythoma berwarna oranye-merah jambu. Erythroderma 

dengan lokasi yang berloncatan ('skip') dan papul-papul folikuler. ada  

hyperkeratosis dan onycgodystrophy palmar-plantar.  

• Lymphoma sel T kutaneus): seperti psoriasiform tapi yang khas asimetris  

 

Erupsi Pityriasiform (Bentuk seperti Pityriasis Rosea) Erupsi papul dan plak kecil 

generalisata dengan sisik lembut, yang paling sering tampak pada tepi lesi. Lesi jumlahnya 

beratus-ratus dan biasanya mengikuti pola garis relaksasi kulit, khususnya pada tubuh.  

Diagnosa  Banding  

• Pityriasis Rosea, Erupsi prototip pityriasiformis, onset biasanya didahului oleh 

munculnya herald patch. Biasanya tersebar pada mukosa wajah, telapak tangan 

dan kaki.  

• Sifilis Sekunder,: bisa mirip pityriasis rosea namun  umumnya mengenai membrana 

mukosa, dan telapak tangan dan kaki. Lesi khas berwarna tembaga pada pasien 

kulit putih (Eropa), bukan merah jambu seperti pityrisis rosea.  

• Pityriasis Lichenoides kronik,perjalanannya lebih kronis dibandingkan  pitiriasis rosea: 

lesi lebih sedikit dengan warna merah bata pada orang eropa. sisik halus dan 

mengkilat.  

• Pityriasis Lichenoldes et variollaformis akut, serupa dengan pityriasis lichenoides 

kronik, namun  lesi polimorfik, antara lain, papula pityriasiformis, papula, vesikel, 

dan pustula berkrusta.  

• Plak Parapsoriasis kecil,: plak sisik cukup lebar (2-5 ca), superfisial, biru merah 

sampai kuning dengan batas tepi teratur terutama pada tubuh.  

• Reaksi terhadap Captopril. Reaksi hipersensitiftitas pernah diungkapkan dengan 

gambaran morfologi berupa pityriasis rossa, walaupun biasasnya herald patch 

tidak muncul. 


 

Kelainan-kelainan ichthyosis 

Kelainan ichtiosis dapat berupa terjadi disebab kan hiperkeratosis generalisata yang 

menghasilkan gambaran mirip dengan sisik ikan atau mirip dengan lempengan. 

Diagnosa  Banding: 

• Ichthyosis Vulgaris: kelainan autosomal dominan, dengan gambaran berupa 

lempengan-lempengan hiperkeratotik tipis tersebar secara generalisata pada daerah 

fleksor. Ditemukan paling sering pada telapak tangan dan kaki dan  seringkali pasien 

ditambahi  dengan riwayat atopi. 

• Ichthyosis Terkait Rantai-X: kelainan pada rantai-X resesif yang  memicu  

pembentukan lempeng-lempeng yang lebih tebal dibandingkan Ichthyosis Vulgaris 

dengan warna coklat kotor. Banyak ditemukan pada daerah leher, wajah, dan lipatan 

(fleksura), jarang ditemukan pada tangan dan kaki. 

• Ichtyosis Lamelar:  kelainan autosomal resesif yang terjadi sebagian besar pada 

bayi baru lahir yang terbungkus mebran kolodion ditambahi  keterlibatan pada wajah 

berupa ektropion, dan mulut eklabium; sesudah  terkelupas akan ada  gambaran 

eritema generalisata yang ditambahi  lempeng sisik hiperkeratosis difus yang sangat 

tebal. 

• Hiperkeratosis Epidermolitik: kelainan autosomal dominan berupa penebalan stratum 

korneum yang memicu  lempengan seperti sisik berbentuk segiempat (cubical). 

• Ichthyosis yang Didapat: muncul pada saat dewasa tanpa adanya riwayat keluarga, 

mirip dengan ichthyosis vulgaris. Dapat diedan i dengan lymphoma, sarcoidosis, dan 

infeksi HIV. 

 

Erupsi Lichenoid (Like-Lichen Planus) 

Lesi dengan gambaran khas berupa papul violaseus poligonal yang kemudian bergabung 

membentuk plak. Lesi akan membentuk pola yang halus dan akan tampak sebagai garis-garis 

putih yang sangat halus pada permukaan papul (Wick-ham striae), terutama pada pipi bagian 

dalam.  

Diagnosa  Banding: 

• Lichen Planus: suatu gangguan prototipik lichenoid. Lesi yang simetris banyak 

ditemukan pada sisi voler pergelangan tangan dan genitalia. Jarang ditemukan 

distrofi khas pada kuku (pterygium). Manifestasi lain dapat berupa erosi oral dan 

Wick-ham striae. Lichen Nitidus: papul berwarna sama dengan kulit hingga cerah 

dengan puncak datar dan berukuran kecil. Pada area genitalia, sering DITEMUI  

susunan papul linear sesudah  terjadi trauma. 

• Erupsi Lichenoid Diinduksi Obat: dapat disebabkan oleh obat malaria, obat yang 

mengandung emas, dan obat-obatan lain yang memicu  erupsi mirip dengan 

 

Lichen Planus. Biasanya tidak dapat dibedakan secara klinis dengan Lichen Planus 

idiopatik. 

•  Lichenoid diinduksi kontak bahan pewarna: beberapa bahan kimia yang dipakai  

dalam fotografi dapat menginduksi munculnya papul dan plak mirip Lichen Planus 

pada daerah kontak. 

• Penyakit ‘Graft-Versus-Host’ Kronik: erupsi yang mirip dengan Lichen Planus, terjadi 

perubahan hiper dan hipopigmentasi ditambahi  perubahan mirip skleroderma yang 

sering ditemukan secara bersamaan. 

 

Erupsi Eksematosa 

Secara klinis, reaksi inflamasi pada epidermis akan membentuk gambaran khas pada 

eksematosa, seperti eritema dan pruritus. Pada dermatitis eksematosa akut, terbentuk 

vesikel pada epidermis. Pada dermatitis eksematosa subakut dan kronik, vesikel sedikit 

terbentuk dan beralih menjadi likenifikasi yang mencolok. Tanda histologi dermatitis 

eksematosa berupa spongiosis, yang menunjukkan adanya edema intraseluler di epidermis. 

Sindroma Klinis: 

A. Dermatitis Eksematosa Akut 

Banyak ditemukan pada bayi dan anak-anak; lesi simetris pada wajah dan banyak 

ditemukan pada lipatan-lipatan tubuh. Pada fase eksaserbasi akut, masih ada  

tanda inflamasi dan lesi tertutup krusta. Fase kronis, menghasilkan gambaran 

likenifikasi pada fossa antekubiti dan poplitea dan wajah. 

Diagnosa  banding: 

• Dermatitis kontak alergika kronik 

• Dermatitis eksematosa numularis 

B. Dermatitis Eksematosa Numularis 

Banyak ditemukan pada pasien dewasa tanpa adanya riwayat atopi. Gambaran berupa 

plak berbentuk koin (uang logam) yang tertutup sisik tipis dan eksudasi minimal pada 

fase subakut. Lesi umumnya ditemukan pada ekstremitas. 

Diagnosa  banding: 

• Dermatitis eksematosa atopik 

• Tinea korporis 

• Limfoma sel-T kutaneus 

C. Dermatitis Stasis 

Lesi plak lichenifikasi eritematosa dengan batas tidak tegas ditambahi  sisik dan/atau 

krusta. Dermatitis ini mengenai tungkai bawah dimana terjadi insufisiensi vena kronik. 

Diagnosa  banding: 

• Tinea korporis 


 

 

D. Dermatitis Eksematosa Dishidrosis (Pomfolik) 

Erupsi vesikel pruritik rekuren kronik pada telapak tangan, tepi jari, dan kaki. 

Diagnosa  banding: 

• Dermatitis atopik: secara klinis sulit dibedakan dengan eksema dishidrosis, 

namun  pasien memiliki riwayat atopi 

• Dermatitis kontak alergi: terutama bila mengenai punggung tangan atau kaki, 

dan  telapak tangan 

• Reaksi dermatofitid (Id Reaction): erupsi eksematosa yang tersebar luas, 

akibat tinea pedis atau dermatitis stasis 

• Tinea pedis dan tinea manus 

• Pemfigoid bulosa: dapat muncul bersamaan dengan vesikel yang  memicu  

rasa gatal pada telapak tangan dan kaki 

• Scabies: banyak terjadi pada anak-anak, dengan lesi berupa vesikel pada 

plantar yang bercampur dengan pus dan ada terowongan. 

E. Lichen Simpleks Kronik 

ada  plak soliter yang sangat gatal dan lama kelamaan semakin digaruk 

 memicu  terjadinya likenifikasi. Banyak ditemukan pada tengkuk dan pergelangan 

kaki. 

Diagnosa  banding: 

• Lichen planus hipertrofi (lesi lebih dari satu) 

F. Sindroma Dermatitis Kontak 

Gambaran dermatitis menyerupai Lichenifikasi kronik. Gambaran lesi tidak seragam 

(polimorf). Susunan plak dapat berbentuk linear pada daerah sabuk, atau menyerupai 

jam tangan, kerah baju sering ditemukan. 

Diagnosa  banding: 

• Bentuk lain dermatitis eksematosa. Identifikasi PEMICU  diperlukan untuk 

menentukan masalah  dermatitis kontak tidak terduga. 

G. Dermatitis Seboroik 

Gambaran lesi berupa plak merah jambu dengan batas tidak tegas dan tertutup oleh 

sisik mirip ketombe halus pada kulit kepala. Lokasi yang terkena paling sering di daerah 

yang memiliki rambut, seperti alis mata, jambang, lipatan melolabialis dan nasolabialis, 

kulit presternal, namun jarang di skrotum atau vulva. 

Diagnosa  banding: 

• Psoriasis vulgaris: banyak ditemukan plak pada kulitkepala dan seringkali 

melewati garis rambut ke dahi atau leher. Namun, jarang terjadi di wajah.  

• Dermatitis perioral: lesi berupa papul halus pada lipatan melolabialis, dagu, 

dan bibir atas. Mirip dengan dermatitis seboroik, tapi lebih bersisik dan 

jarang ditemukan pada kulit kepala dan alis. 

H. Sindroma Eritroderma 

Lesi akut maupun kronik dengan gambaran berupa eritema generalisata yang dapat 

ditambahi  sisik. 

Diagnosa  banding: 

• Eritroderma eksfoliativa yang diakibatkan oleh psoriasis, limfoma sel-T 

kutaneus, dermatitis atopik eksematosa, pityriasis rubra pilaris, dermatitis 

seboroik, akibat diinduksi obat, atau reaksi idiopati. 

 

Gangguan Vesikel dan Bulosa 

Vesikel dan bula dapat terbentuk bila terjadi akumulasi cairan dalam kulit. Hal ini, 

dapat terjadi disebab kan spongiosis, akantolisis, sitolisis keratinosit epidermal, disolusi 

(pemisahan) membrana basalis, atau kerusakan papiler dermis. Klasifikasi berdasar  

lokasi anatomis celah perlepuhan pemakaiannya sangat terbatas dalam memeriksaan kulit. 

Pembagian klinis yang mudah dalam menegakkan Diagnosa  dengan membagi menurut susunan 

dan sitribusi lesi, yaitu sebagai berikut:  

A. Vesikel dan Bula Soliter 

Diagnosa  banding: 

• Reaksi bulosa akibat gigitan serangga. 

• Bula diabetik  

• Fixed Drug Eruption 

B. Vesikel dan Bula berkelompok 

Kelompok soliter: 

• Herpes Simpleks: vesikel yang tersusun herpetiformis dengan dasar eritem 

• Herpes Zoster: mirip dengan herpes simpleks, namun  persebaran secara 

dermatomal 

• Dermatitis kontak akut: vesikel yang berkelompok dan dapat bergabung menjadi 

bula 

 

Kelompok multiple: 

• Herpes Zoster: vesikel-vesikel dengan ukuran kecil yang tersebar secara 

dermatom 

• Dermatitis Herpetiformis: vesikel-vesikel yang berkelompok dapat ditambahi  

erosi yang tertutup krusta simetris bilateral. Banyak ditemukan pada leher, 

skapula, siku, daerah sakrum dan lutut.  

• Dermatitis Bulosa IgA Linear Dewasa: mirip dengan dermatitis herpetiformis, 

namun  terusun anular dan lebih besar, sering DITEMUI  bula tegang. 

C. Erupsi Vesikuler Generalisata 

• Varisela: erupsi versikel dengan dasar eritem yang tersebar secara 

generalisata. (“Dewdrop on a rose petal” = seperti tetesan air pada bunga 

mawar). 

• Reaksi Dermatofitid: lesi berupa vesikel ditambahi  papul dan plak esematosa yang 

tersebar secara generalisata. Pada telapak tangan banyak DITEMUI  vesikel 

• Mononukleosis Infeksiosa: lesi berupa papul dan vesikel eritematosa yang 

tersebar secara generalisata. 

• Pityriasis Rosea Papulovesikuler: mirip dengan mononukleosis infeksiosa 

 

Penyakit Bulosa Generalisata 

A. Pemfigus Vulgaris 

Banyak ditemukan pada pasien usia dewasa dna jarang pada dewasa muda; erupsi bula 

yang tersebar secara lusa dengan predileksi pada mukosa, dada bagian tengah, 

abdomen, punggung bagian tengah, dan ada  Nikolsky Sign. 

Diagnosa  banding: 

• Pemfigus foliaseus: lesi yang mirip dengan pemfigus vulgaris ditambahi  dengan 

krusta, namun penampakan bula jarang. 

B. Pemfigoid Bulosa 

Banyak ditemukan pada pasien usia tua, dengan lesi berupa erupsi bula tegang yang 

tersebar generalisata dan dapat ditambahi  dengan plak seperti pada urtikaria, jarang 

mengenai mukosa. Predileksi untuk lesinya yaitu abdomen bawah, pantat, paha bagian 

tengah, dan lengan.  

Diagnosa  banding: 

• Herpes gestasional: mirip dengan pemfigoid bulosa, namun terjadi pada masa 

kehamilan. 

• Epidermolisis Bulosa Akuisita: mirip dengan pemfigoid bulosa, bila bula pecah akan 

tampak jaringan parut superfisial dan milia. Gambaran khas lain berupa distrofi 

kuku. 

• Dermatosis Bulosa IgA Linear Dewasa dan Anak-Anak: tampak lesi bula tegang 

dengan dasar eritem mirip dengan pemfigoid bulosa. Dapat ditambahi  vesikel yg 

tersusun anular dan herpetiformis.   

  

C. Eritema Multiform 

Lesi yang timbul berupa papul eritem, edema, dan plak berukuran kecil berbentuk 

targetoid (mirip sel target) ditambahi  bula sentral. Lesi biasa muncul pada mukosa, 

telapak tangan dan kaki dan  simetris. 

Diagnosa  banding: 

• FDE Generalisata (Erupsi Obat Terfiksir Generalisata): mirip dengan eritema 

multiform, namun jarang mengenai mukosa dan telapak tangan/kaki. 

• Nekrolisis Epidermal Toksik “Toxic Epidermal Necrolysis” (NET/TEN): 

eritema multiform yang tersebar secara generalisata ditambahi  bula yang 

tersebar diskret. Lesi target dapat bergabung dan membentuk lebaran 

epidermis nekrotik. Tanda Nikolsky Sign positif. 

 

Bula yang memicu  Atropi atau Parut 

A. Epidermolisis Bulosa Distrofik 

Kerapuhan kulit yang mencolok ditambahi  perlepuhan sesudah  trauma minor, ditambahi  

pembentukan milia. Lesi pada bayi timbul hebat, yang memicu  parut kulit dan 

memicu  apendik dan  autoamputasi jari. Bentuk epidermolisis bulosa lainnya tidak 

memicu  jaringan parut  

B. Epidermolisis Bulosa Akuisita 

Mirip dengan epidermolisis bulosa distrofik, tapi muncul saat dewasa dan tidak berat 

(tanpa autoamputasi). Timbul milia dan hilangnya kuku yang membedakan dengan 

pemfigoid bulosa. 

C. Porfiria Kutanea Tarda 

Kerapuhan kulit mirip dengan epidrmolisis bulosa, erosi yang sembuh memicu  

jaringan parut dan milia. Lesi terbatas hanya pada daerah yang terpapar sinar 

matahari, timbul hypertrichosis, dan lesi mirip skleroderma. Porfiria variegate 

memberi  gambaran kulit yang identik. 

D. Lichen Planus Bulosa 

Lesi seperti Lichen Planus namun tampak bula dan parut atrofi akibat pembentukan 

milia. Lesi berupa papul yang khas pada Lichen Planus dan ditemukan pada daerah yang 

sama. 

 

Vesikel dan Bula Pada Telapak Tangan dan Kaki 

A. Eksema Dishidrosis 

Lesi vesikel yang mirip granula ‘pudding tapioca’. Dapat bergabung dan membentuk 

perlepuhan multilokuler. Terbatas pada telapak tangan dan tepi jari. Reaksi id, identik 

dengan eksema dishidrosis, tapi ditambahi  dermatitis eksematosa generalisata. 

  

B. Tinea Manus 

Lesi berupa vesikel halus dan didominasi oleh eritema ditambahi  hyperkeratosis. 

C. Pemfigoid Bulosa 

ada  vesikel atau bula tegang ditambahi  inflamasi eritematosa pada telapak tangan, 

punggung tangan. Dapat ditemukan lesi serupa pada tempat lain. 

D. Eritema Multiform 

Papul edematosa yang berbentuk target, dengan pusat lesi berupa vesikel atau bula. 

DITEMUI  di daerah telapak tangan dan kaki. 

E. FDE (Fixed Drug Eruption) 

Lesi berupa plak kemerahan soliter, ditambahi  bula sentral. DITEMUI  pada dorsum salah 

satu tangan. 

F. Epidermolisis Bulosa Simpleks Terlokalisir Rekuren 

Gangguan autosomal dominan yang  memicu  erupsi bulosa non-parut rekuren pada 

tangan dan kaki. 

 

Sindroma Nekrolisis Epidermal 

Eritema yang tersebar generalisata dan terasa nyeri mirip luka bakar akibat terpapar 

sinar matahari atau luka bakar dengan onset yang cepat. Pada trauma toksik, terjadi 

pengelupasan epidermis. 

Diagnosa  banding: 

• Necrosis Epidermal Toxic (NET): diakibatkan reaksi obat pada orang dewasa; 

terjadi kehilangan seluruh ketebalan (full thickness) pada lapisan epidermis 

yang mirip dengan luka bakar derajat dua berat. 

• Eritema Multiform Mayor: sulit dibedakan dengan NET, lesi target berupa 

papul dan plak dapat ditemukan. Onset lebih lamat dibandingkan NET. 

• Staphylococcal Scalded Skin Syndrome : banyak ditemukan pada bayi, dimana 

terjadi pengelupasan lapisan epidermis superfisial. 

 

Erupsi-erupsi Pustularis 

Seperti vesikel dan bula, pustul dapat dikategorikan berdasar  jumlah dan 

distribusinya, yaitu: 

• Pustula Soliter dan Pustula Terlokalisir. 

A. Furunkulosis 

Lesi berupa nodul eritematosa yang sangat nyeri dan akan muncul pustul besar 

soliter 

B. Herpes Simpleks 

Lesi berupa pustul kecil dengan dasar eritem yang berkelompok  

C. Dermatitis Kontak Pustularis 

Lesi berupa pustul kecil dengan dasar eritem dan berbentuk angulasi yang 

merupakan petunjuk etiologi kontak. 

D. Dermatofitosis 

Timbul inflamasi dan memicu  lesi berupa pustul yang ditambahi  vesikel dan 

hiperkeratosis. 

E. Halogenoderma 

Lesi khas berupa pustul dan terlokalisir pada salah satu bagian tubuh, misalnya 

permukaan pretibia. 

F. Pyoderma Vegetans 

Lesi berupa plak verukosa yang akan erosi ditambahi  pustul pada lipatan tubuh. 

G. Dermatosis Pustularis Subkornealis 

Lesi berupa plak polisiklik dan anular ditambahi  pustul halus dengan tepi 

superficial; banyak ditemukan pada lipatan tubuh. 

 

• Pustula Generalisata 

A. Varicella 

Lesi berupa vesikel dengan dasar eritem dan kan berubah menjadi pustul dalam 

3-4 hari, muncul secara berkelompok. Erupsi generalisata hebat pada kepala, 

leher, dan tungkai atas. Penegakan Diagnosa  dibantu dengan tes Tzanck. 

Diagnosa  banding: 

• Erupsi Variselformis Kaposi: lesi mirip pustul, berkaitan dengan penyebaran 

herpes simpleks pada pasien dengan dermatitis eksematosa atopik atau 

Penyakit Darier; erupsi khas terpusat disekeliling lesi herpes simpleks 

seperti pada daerah mulut ataupun genitalia, namun tidak seluas varicella. 

Dapat dibantu dengan tes Tzanck. 

B. Psoriasis Pustularis 

Lesi berupa plak eritematosa edematous yang nyeri ditambahi  pustul kecil. “Danau” 

pus dapat DITEMUI . Pasien nampak sakit, demam, dan leukositosis. Papul atau 

plak psorisiform dapat atau tidak dapat ditemukan. 

Diagnosa  banding: 

• Impetigo Herpetiformis: secara klinis mirip dengan psoriasis pustularis; 

muncul saat kehamilan 

• Erupsi Obat: erupsi obat pustularis relaitf jarang 

• Halogenoderma: secara khas terlokalisir pada satu bagian tubuh namun 

dapat tersebar secara generalisata. Demam bervariasi 

 

C. Bakterimia dan Fungaemia 

Lesi berupa papul atau nodul eritem atau purpura terutama pada daerah akral. 

Pusat lesi akan menjadi pustul dalam beberapa hari. Pustul seringkali berwarna 

abu-abu seperti  “logam bedil”, akibat perdarahan dalam pustul. Keadaan pasien 

nampak sakit. 

D. Sindroma ‘Sweet’ 

Sebagian lesi berupa plak atau papul merah edematous, namun  lesi kemudian 

berubah menjadi pustul. 

 

Pustula Folikularis 

A. Folikulitis 

Inflamasi pada papul folikuler akan berubah menjadi pustul, dapat dibedakan dari 

penyakit pustularis lain sebab  lesi monomorf. Tampak banyak rambut keluar dari pusat 

pustul. 

Diagnosa  banding: 

• Folikulitis Bakterial: dapat muncul pada semua permukaan tubuh dengan 

predileksi ekstremitas dan kulit kepala. Pemeriksaan yang dilakukan berupa 

pewarnaan Gram, ditemukan bakteri coccus gram-positif. 

• Folikulitis Jamur: biasa disebabkan oleh Candida. Lesi berupa plak maserasi 

eritem dengan tepi pustul folikularis, dan biasa muncul pada kulit yang lembab 

dan kotor. Pityrosporum merupakan organisme yang sering ditemukan. 

B. Pustula Akneiformis 

Proses akneiformis memperlihatkan pembentukan komedo sebagai tanda diagnosa .   

Diagnosa  banding: 

• Akne Vulgaris: salah satu penyakit akneiformis yang memperlihatkan suatu 

campuran komedo tertutup dan terbuka, ditambahi  papul, pustul, dan nodul 

inflamasi yang muncul pada wajah, leher, dan tubuh bagian atas. 

• Chiorakne: suatu bentuk akne inflamasi yang diinduksi oleh paparan hidrokarbon 

polihalogenasi, lesi cenderung berupa nodul atau papul. Muncul pada daerah yang 

sama dengan akne, juga pada tempat yang tidak lazim, seperti tungkai dan kulit 

kepala. 

• Akne yang Diinduksi Obat: akne yang diinduksi oleh obat (misal, Prednison) 

memberi  lesi khas yaitu monomorf dan pustul merupakan lesi dominan. 

Pustula yang terbatas pada punggung 

• Folikulitis: pustul intak dengan rambut yang menembus keluar  

• Candidiasis: papul berkrusta dan jarang muncul plak eritem dengan tepi pustul 

yang mengalami maserasi 

• Acne: campuran papul, pustul, dan komedo 

• Miliaria: sebagian lesi berupa erosi yang tertutup krusta ditambahi  beberapa 

vesikel atau pustul intak (lesi non-folikuler) 

 

Pustul yang Terbatas Pada Telapak Tangan dan Kaki 

Diagnosa  banding: 

• Psoriasis Pustularis: ada  “Danau Pus” pada pustul subkornealis superfisial. 

Banyak ditemukan pada telapak tangan dan kaki (Pustulosis palmaris et plantaris). 

Mirip dengan psoriasis pustularis (pustula kering berwarna coklat/oranye). 

• Scabies: lesi berupa papul atau terowongan berkrusta, namun jarang ditemukan 

pustul; biasanya ditambahi  keterlibatan jaringan ikat longgar hebat. Banyak ditemukan 

pada telapak tangan dan kaki terutama anak-anak. 

• Infeksi Dermatofita: lesi berupa vesikel kemudian berubah menjadi pusutl dan pada 

daerah relatif kecil, yaitu pada tangan dan kaki. Pada tangan, kaki, dan mulut ciri lesi 

berupa pustul abu-abu dengan dasar eritem, ovoid, ditambahi  nyeri, dan ditambahi  erosi 

mulut. 

• eritema Multiform: lesi target dengan pustul sentral kadang dapat ditemukan. 

 

Erupsi Eksudatif (Krusta) 

Lesi vesikobulosa dan pustul memicu  krusta pada kulit. Krusta tidak dapat 

berdiri sendiri, sekalipun mendominasi, krusta merupakan gambaran klinis impetigo dan dua 

penyakit lain. 

Impetigo, lesi dapat berupa krusta berwana mirip sarang lebah. Daerah tempat 

muncul lesi terutama pada sela-sela mukosa dan ditambahi  rasa gatal yang menyolok. 

Diagnosa  banding: 

• Eksema Impetiginosa: krusta berwarna seperti sarang lebah muncul dari kulit yang 

mengalami eritematosa dengan likenifikasi. 

• Pemfigus Foliaceus: krusta berasal dari erosi pada wajah, bagian tengah tubuh. 

Dapat ditambahi  perlepuhan superfisial bila dilakukan inspeksi dengan cermat. 

 

Atropi Epidermal 

Atropi epidermal jarang terjadibila tidak ditambahi  atropi dermis. Lapisan epidermis 

pada atropi nampak mengkilat dan tanpa garis-garis. Jika atropi mencpaai dermis, kulit akan 

nampak longgar dan berkeriput. Bila epidermis atropi akan ada  penebalan diatas 

 

dermis yang sklerotik, dan kulit akan memounyai gambaran halus mengkilat. Atropi dermis 

ditemukan pada beberapa keadaan:  

• Berikatan dengan lapisan dermis yang menebal dibawahnya: Parut, 

skleroderma 

• Atropi Epidermal dan Dermal Longgar Berkeriput: striae, kerusakan aktinik 

kronik 

• Atropi epidermis dan dermis terlokalisir: parut atropi 

• Aplasia kutis kongenita: biasanya pada kulit kepala 

• Lupus eritematosus diskoid: rasa terbakar pada kulit kepala atau wajah. 

Biasanya ditambahi  dengan perubahan pigmentasi atau sumbatan folikuler 

• Atrophoderma Pasini dan Pierini: plak atropi pada tubuh dengan tepi 

berbatas tegas 

• Akrodermatitis kronik atropikans: pada ekstremitas distal 

• Atropi difus: Atropi generalisata merupakan gambaran normal kulit orang 

tua. 

 

 



APENDIK  KULIT 

Kelainan Kelenjar Keringat Ekrin  

Sindroma Hiperhidrotik  

• BERKERINGAT FISIOLOGIS. Dicetuskan oleh kenaikan suhu inti tubuh menyeluruh 

(generalisata) 

• BERKERINGAT YANG BERKAITAN DENGAN KECEMASAN (ANSIETAS). Biasanya 

terbatas pada telapak tangan, kaki dan ketika. dicetuskan oleh katekolamine yang 

dilepaskan pada keadaan cemas (ansietas). 

• HIPERHIDROSIS GUSTATORIUS. Berkeringat pada wajah yang dicetuskan oleh 

makan makanan tertentu, terutama yang mengandung capsaicin. ditambahi  dengan wajah 

kemerahan. 

• HIPERHIDROSIS NOKTURNAL. Berkeringat malam hari akibat demam nokturnal 

(malam hari) dan merupakan gejala kardinal tuberkulosis dan limfoma. Pada usia tua, 

ini bisa terjadi walaupun tanpa penyakit. 

• CHROMHIDROSIS. Keringat ekrin berwarna akibat produksi lipokrom ekrin. sangat 

jarang terjadi, telah dilaporkan keringat warna hitam, biru, hijau, coklat, merah. 

 

Sindroma Hipohidrotik dan Anhidrotik 

• HIPOHIDROSIS FISIOLOGIS. Akibat dehidrasi: kulit panas dan kering: pasien 

sering pingsan kegerahan (shock panas). 

• HIPOTIROIDISME. Kekeringan pada kulit miksedematosa khas akibat berkurangnya 

keringat ekrin dan menyeluruh. 

• DISPLASIA EKTODERMAL ANHIDROTIK. Pasien laki-laki, dengan penurunan 

keringat ekrin generalisata, hipotrichosis, anodonsia komplit ataupun parsial. 

• HIPOHIDROSIS UNILATERAL. DITEMUI  pada kelainan neurologis seperti distropi 

refleks simpatis dan sindroma Horner. 

 

Kelainan Kelenjar Keringat Apokrin 

• HIDRADENITIS SUPURATIVA. Gangguan inflamasi folikel apokrin yang 

menghasilkan nodul dan abses: Sangat nyeri di ketiak, pantat, jarang ditempat lain 

• PENYAKIT FOX-FORDYCE. Papula folikuler berbentuk kubah kecil di ketiak 

 

Kelainan Folikel-folikel Rambut  

Hipertrikosis (Nevoid-Hamartomatosa) 

• NEVUS NEVOSELULARE KONGENITAL. Plak hiperpigmentasi berbatas tegas dengan 

rambut hitam kasar didalamnya. Bisa ada  pada semua bagian tubuh.  

 

• NEVUS BECKER: Agregasi makula berpigmen atau papul sedikit menonjol, biasanya di 

regio skapula dan dada. Rambut hitam yang nampak normal seringkali ada  dalam 

lesi. Kongenital atau dapatan pada masa remaja.  

• HIPERTRIKOSIS NEVOID: Bonggol rambut soliter yang biasanya lebih panjang, lebih 

hitam dan lebih kasar dibandingkan  rambut normal. Bersifat kongenital. Hipertrikosis 

lumbosakral ditambahi  dengan disrafisme spinalis.  

 

Hirsutisme. Pertumbuhan rambut normal berlebihan pada wajah, terutama di jambang dan 

jenggot, tepi lengan, tengah dada dan daerah pubis. Sebaran rambut pubis berbentuk 

rhomboidal (jajaran genjang) pada laki-laki dan pada wanita segitiga.  

Diagnosa Banding 

• Sindroma ovarium polikistik: Hirsutisme terjadi selama bertahun-tahun ditambahi  

obesitas, amenore dan infertilitas.  

• Tumor yang mensekresi Androgen: Hirsutisme dapatan ditambahi  amenore sekunder.  

• Sindroma Cushing: Hirsutisme ditambahi  obesitas pada tubuh, pletora wajah, striae 

abdomen.  

• Sindroma Adrenogenital: Pubertas prekok dengan amenore primer dan hirsutisme.  

• Idiopatik: Tidak ditambahi  amenore, infertilitas ataupun gangguan endokrin lainnya.  

 

PEMICU -PEMICU  Lain Kenaikan Pertumbuhan Rambut  

• HIPERTRIKOSIS LANUCINOSA. Kenaikan pertumbuhan rambut vellus generalisata, 

terutama banyak di wajah. Pertumbuhan rambut halus panjang tak berpigmen yang 

lebat merupakan masalah dapatan; berkaitan dengan keganasan internal.  

• PORFIRIA KUTANEA TARDA. Rambut terminalis, kasar dan gelap terutama tumbuh 

pada kulit pelipis dan zigomatikus; biasanya ditambahi  elastosis solaris, bula, erosi, atau 

parut dengan milia.  

• HIPERTRIKOSIS YANG DIINDUKSI OBAT. Minoxidil dan cyclosporine 

memicu  hipertrikosis fasial serupa dengan yang DITEMUI  pada porfiria, 

kenaikan pertumbuhan rambut pada daerah lain seperti lengan atas juga ditemukan. 

Androgen dan kortikosteroid eksogen memicu  hirsutisme.  

Sindroma Alopesia dapat dibagi menjadi kelainan yang tidak memicu  

parut dan kelainan yang memicu  kehilangan rambut permanen melalui 

pembentukan parut.  

• ALOPESIA ANDROGENETIK. Alopesia nonparut pada kulit kepala sebab  pengecilan 

(miniaturisasi) folikel rambut; banyak rambut halus nampak dalam daerah penipisan 

rambut. Pola khas berupa recesi garis rambut bifrontal, kebotakan pada verteks  

(puncak kepala), atau penipisan rambut difus pada seluruh kulit kepala (terutama 

sering pada wanita).  

• ALOPESIA AREATA. Bercak sirkuler atau ovoid pada rambut yang hampir hilang 

seluruhnya dapat terjadi pada semua permukaan kulit. Lesi yang menyolok 

memperlihatkan "garis batas" rambut di tepi. Keterlibatan rambut kepala yang 

berlangsung invasif dapat memicu  kebotakan total; hilangnya seluruh rambut 

tubuh disebut alopesia universalis. Kuku jari nampak memiliki  gambaran “beaten 

brass".  

• TELOGEN EFFLUVIUM. Nampak patahan rambut difus tanpa pola. Rambut mudah 

dicabut, rambut masih dalam fase telogen bila dilihat dengan pembesaran.  

• ANAGEN EFFLUVIUM. Rambut hilang sebab  kerapuhan tangkai yang disebabkan oleh 

obat sitotoksik. Tahan rambut merupakan petunjuk diagnosa , dan rambut pendek-

pendek pada kulit kepala.  

Diagnosa  Banding  

• Sistemik lupus eritematosus (SLE), hipotiroidisme, defisiensi besi, dan  

kelainan-kelainan lain dapat memicu  kehilangan rambut nonparut difus.  

• ALOPESIA PARUT PADA KULIT KEPALA. Alopesia yang memicu  kehilangan 

rambut permanen sebab  pembentukan parut antara lain: Lupus eritematosus diskoid: 

Plak atrofi bulat atau ovoid terlokalisir tanpa folikel rambut.  

• Lichen planopilaris: Serupa dengan lupus papula folikuler violaceus dapat DITEMUI  

pada tepi parut, pasca-trauma, pasca infeksi dan postradiasi. 

Diagnosa  Banding 

• Sistemik lupus eritematosus (SLE), hipotiroidisme, defisiensi besi, dan  

kelainan-kelainan lain dapat memicu  kehilangan rambut nonparut difus.  

• ALOPESIA PARUT PADA KULIT KEPALA. Alopesia yang memicu  kehilangan 

rambut permanen sebab  pembentukan parut antara lain:  

• Lupus eritematosus diskoid: Plak atrofi bulat atau ovoid terlokalisir tanpa 

folikel rambut. 

• Lichen planopilaris: Serupa dengan lupus: papula folikuler violaceus dapat 

DITEMUI  pada tepi parut. Pasca-trauma, pasca Infeksi dan postradiasi  

 

DERMIS DAN PANIKULUS ADIPOSUS  

Papul, nodul dan tumor dermal (epidermis distasnya biasanya tidak terkena)  

 

Papul, Nodul dan Tumor Dermal Noninflamasi  

GRANULOMA ANULARE. Papul dermal berwarna daging segar atau violaseus dengan 

kecenderungan tersusun anuler atau gabungan plak. Permukaan ekstensor, terutama  

punggung tangan, siku, lutut dan pungung kaki terkena. Salah satu variannya granuloma 

anulare papuler generalisata.  

Diagnosa  Banding  

• Sarkoidosis, granutoma elastolitik anularis  

SARKOIDOSIS. Penampakannya banyak; umumnya papul atau nodul dermal berwarna daging 

segar atau violaseus yang muncul disekitar lubang tubuh atau pada Parut; plak yang lebih 

besar, berkilat, hiperpigmentasi juga bisa DITEMUI . Papul bersusun anuler jarang 

ditemukan.  

Diagnosa  Banding  

• Granuloma anulare, granuloma infeksius 

GRANULOMA ELASTOLITIK ANULARE. Plak anuler dengan sentral atropi: ada  pada 

kulit yang rusak sebab  sinar matahari kronik. 

Diagnosa  Banding  

• Granutoma anulare, sarkoidosis 

DERMATOFIBROMA. Nodul biasanya soliter, walaupun bisa DITEMUI  nodul multipel. Nodul 

Intradermal sangat keras, seringkali dengan hiperpigmentasi perifer. Dikelilingi dengan 

benjolan-benjolan kulit bila ditekan dari samping. 

Diagnosa  Banding  

• Tumor metastasis, melanoma maligna desmoplastik 

MUCINOSIS PAPULARIS. Papula dermal lembut berwarna daging segar multipel pada 

wajah, leher, tubuh bagian atas, ekstremitas atas. Bisa bergabung, ditambahi  infiltrasi masif 

pada kulit. 

TUMOR METASTASE. Sebagian besar metastase karsinoma berupa nodul intradermal 

sangat keras (sekeras batu) yang umumnya muncul pada kulit kepala dan pada regio 

periumbilikus. Metastase kanker payudara cenderung multipel, mengenai dinding dada. 

Metastase melanoma maligna seringkali berpigmen: metastase kanker lain berwarna buah 

plum atau eritematosa. 

INFILIRAT LEUKEMIK DAN LIMFOID. Papul, plak atau nodul berwarna buah plum, merah 

atau merah jambu yang muncul acak pada permukaan kulit merupakan gambaran khas 

infiltrat leukemik dan limfoma pada kulit. Bila ada  trombositopenia, gambaran yang 

menyolok yaitu  purpura. 

 

Papul, Nodul dan Tumor Dermal Inflamasi 

ERITEMA MULTIFORME. Mungkin tidak memperlihatkan perubahan epidermal. Papul atau 

plak eritematosa pada telapak tangan dan kaki dan  permukaan dorsal ujung ekstremitas 

sangat khas. 

 

MUCINOSIS ERITEMATOSA RETIKULASI. Papul dermal eritematosa multipel yang 

cenderung bergabung pada bagian tengah punggung ataupun dada atas. Bersifat kronik dan 

seringkali asimptomatik. 

SINDROMA "SWEET. Papul dan plak violaseus atau merah terang sangat nyeri. Banyak 

yang memiliki  gambaran “pseudovesikuler" sebab  edema intradermal masif. Pustula 

dapat muncul di dalan lesi.  

Sindroma Eritema Nodosum dan Pannikulitis  

ERITEMA NODOSUM. Onset akut; terutama berupa nodul intradermal subakut 

eritematosa, umumnya pada permukaan pretibia. Tidak ada kecenderungan supurasi ataupun 

ulserasi.  

Diagnosa  Banding Eritema Nodosum  

• Kuman Infeksius: Kadang tuberkulosis primer (anak), coccidioidomycosis, 

histoplasmosis, sterptococcus betahemolitikus, kuman Yersinia, Limfogranuloma 

venereum Obat-obatan: sulfonamida, kontrasepsi oral. Lain-lain: sarkoidosis (sangat 

sering), kolitis ulserativa, sindroma Behcet, idiopati ±40%.  

Diagnosa  Banding Pannikulitis  

• Bentuk Panikulitis nonsupuratif lainnya, seperti penyakit Weber-Christian, 

pannikulitis poststerol. Pannikulitis supurotiva, misal, nekrosis lemak pankreas. 

Vaskulitis nodularis, misal, poliarteritis nodosa, granulonatosis Wegener, eritema 

induratum.  

 

Ulkus  

Ulkus kulit diakibatkan oleh berbagai PEMICU  antara lain infeksi, vaskulitis, trauma, 

luka bakar, penyakit granulomatosa, kanker kulit, dan penyakit-penyakit yang tidak 

diketahui etiologinya, seperti pyoderma gangrenosum. Pendekatan morfologi untuk 

Diagnosa  banding ulkus bisa didasarkan atas distribusi lesi.  

 

Ulkus daerah Kepala dan Leher  

• KARSINOMA SEL BASAL. Tepi ulkus menonjol atau bergulung naik: jaringan 

dipenuhi oleh beberapa  pembuluh telanglektasis; muncul pada daerah yang terpapar 

sinar matahari.  

• KRARSINOMA SEL SKUAMOSA. Agak bervariasi, namun  ulkus umumnya ada  

pada bagian tengah tumor mirip daging besar, yang dengan atau tanpa hiperkeratosis: 

lebih banyak pada tempat yang terpapar sinar matahari. 

• ARTERITIS SEL RAKSASA. Ulkus nampak pada akhir perjalanan penyakit, seringkali 

sesudah  bertahun-tahun nyeri dibagian pelipis dan daerah parietal kepala. Ulkus 

 

terjadi akibat infark, sehingga irreguler dan superfisial, seringkali dengan krusta 

hemoragik. Banyak DITEMUI  ulkus temporalis (pelipis) bilateral. 

• Pyoderma Gangrenosum. Ulkus purulen dalam lengan tepi menonjol besar sianotik; 

dapat muncul sesudah  insisi bedah, terutama pada abdomen; namun demikian lokasi 

yang paling banyak di ekstremitas bawah. 

 

Ulkus daerah Genital dan Perianal. 

ULKUS INFEKSIUS 

• Syphilis primer: Biasanya nodul soliter dengan ulkus tanpa nyeri ditambahi  

adenopati inguinal.  

• Chancroid: Ulkus nonindurasi nyeri dengan tepi "bergerigi", adenopati inguinal 

bukan gambaran yang menatap. 

• Herpes simpleks: Lebih banyak memicu  erosi bukan ulkus, kecuali pada 

pasien dengan gangguan sistem imun dimana ulkus bertahan selama beberapa 

minggu, erosi dan ulkus memiliki  gambaran khas tepi 'scalloped' (mudah 

terkelupas). 

• Citomegalovirus: Ulkus perianal pada pasien AIDS. Secara klinis serupa dengan 

ulkus herpes simpleks.  

ULKUS NONINFEKSIUS 

• Penyakit Crohn  

• Ulkus perianal yang ditambahi  dengan drainase fistula dan parut cribiformis: Dapat 

keliru dianggap pyoderma gangrenosum atau hidranitis supurativa. 

 

Ulkus Tungkai Penyakit Vaskuler NonInflamasi 

• ULKUS STATIS VENOSA. Ulkus biasanya superfisial; tepi kurang tegas; sangat 

kronis, pada mulanya berasal dari trauma minor pada prominens tulang; lokasi klasik 

di proksimal atau medial maleolus; banyak bukti adanya insufisiensi venosa, misal 

hiperpigmentasi, edema, varises. 

• Ulkus sebab  Insufisiensi Arterial. Ulkus "punch-out" berbatas tegas sangat nyeri: 

muncul pada jari kaki, diatas prominena tulang kaki kadang pada tungkai; kulit dingin, 

tak berambut; denyut nadi turun atau hilang; kadang ditemukan klaudikasio 

intermiten. 

 

Ulkus sebab  Penyakit Granufomatosa  

• NEKROBIOSIS LIPOIDIKA DIABETIKORUM. Plak atropik dengan warna coklat 

kekuningan di tengah dengan tepi bayangan biru; biasanya di pretibia; telangiektasia 

dan inftitrasi dengan lipida netral, fosfolipid dan kolesterol nampak dibawah bagian 

tengah plak atropi; ulkus terjadi pada atropi hebat.  

 

• SARKOIDOSIS. Ulkus Jarang pada pasien sakoidosis; gambarannya serupa 

nekroblosis lipoidika diabetikorum.  

• PYODERMA GANGRENOSUM. Nodul intradermal sangat nyeri dengan cepat menjadi 

ulkus purulen dalam dengan tepi abu-abu-biru besar. Ulkus muncul sesudah  trauma 

minor; khas didaerah pretibia, namun  lesi bisa ditemukan juga dipermukaan kulit 

lainnya  

 

Sindroma Chancriform (Lesi Noduloulseratif dengan Limfodenopati Regional). Sindroma 

chancriform pada mulanya selalu akibat infeksi. Harus ada dua komponen yaitu: nodul 

inflamasi dengan atau tanpa ulserasi, yang terjadi pada tempat inokulasi primer kuman 

PEMICU nya, dan  limfadenopati regional. Nodul inflamasi sekunder bisa muncul pada 

beberapa kelainan, mengikuti perjalanan pembuluh limfe.  

Diagnosa  banding  

• Sifilis: Ulkus tanpa nyeri atas dasar nodul keras: tempat paling banyak di genital.  

• Chancroid: Ulkus sangat nyeri dengan indursi minimal dan tepi tak rata: biasanya di 

genital.  

• Tuberkulosis Inokulasi primer: Lesi primer berupa nodul tanpa nyeri verukosa 

biasanya pada jari tangan.  

• Mycobacteria atipik: Identik dengan tuberkulosis, paling banyak sebab  

Mycobocterium marinum. Banyak nodul inflamasi sekunder sepanjang limfe, 

terutama pada pejamu yang mengalami immunosupresi.  

• Sporotrikosis: Nodul inflamasi nyeri ringan, biasanya juga pada jari: selalu ada 

nodul sekunder multipel sepanjang aliran limfe, riwayat sebab  pekerjaan berguna.  

 

Sklerosis (Sindrom Sklerodernoid)  

Kulit sklerotik terasa kaku, tidak elastis dan melekat ke jaringan di bawahnya. Sklerosis 

bisa merupakan perubahan primer seperti pada skleroderma atau dapat akibat sekunder 

proses penyakit lain, seperti pada penyakit stasis vena kronis. Sindroma dimana terjadi 

sklerosis dapat dibagi menjadi penyakit yang terdistribusi menyeluruh dan yang 

sirkumskripta.  

 

Sklerosis Generalisata  

• SKLEROSIS SISTEMIK. Seluruh kulit mengalami sklerotik, namun  perubahan paling 

jelas di akral dan di wajah. Kulit jari tangan, kaki, punggung tangan dan kaki mengkilat, 

kaku dan keras bila diraba, ujung jari berdekak. Gambaran yang menyertai kontraktur 

fleksi, telangiektasis periungual, kalsinosis kutis dan sindroma Raynaud. Kulit wajah 

juga sklerotik sehingga wajah nampak mengkilat seperti topeng.  

 

Diagnosa  Banding  

• Bentuk skleroderma lainnya (lihat bawah).  

• PENYAKIT ‘GRAFT-VERSUS-HOST’. Serupa dengan sklerosis sistemik, namun  

perubahannya tidak selalu nampak pada wajah dan tubuh. Sklerosis ditambahi  

poikiloderma (hiper-, hipopigmentasi dan telangiektasis).  

Diagnosa  Banding  

• Diagnosa  tak sulit, ada riwayat cangkok sumsum tulang.  

 

 

Varian Skleroderma  

• SINDROMA CREST. Mirip sklerotik sistemik, namun  perubahan ada  di 

ekstremitas akral. Kalsinosis dan sindroma Raynaud sangat menyolok.  

• SKLERODERMA LINEAR. Garis sklerotik ku1it linear, biasanya soliter dan melekat 

erat ke tulang dibawahnya. Banyak di ekstremitas dan kulit frontoparietal (coup de 

sabre = irisan pedang)  

Diagnosa  Banding  

• Aplasia kutis kongenita: Parut linear atropik dapat mirip skleroderma linear, 

namun  kulit tidak benar-benar sklerotik.  

• Atropi hemifasial tipe Romberg-Perry: Atropi jaringan subkutan dapat 

memicu  depresi linear pada wajah, namun  kulit itu sendiri tidak atropi, 

sklerotik ataupun perpigmen.  

• MORFEA. Plak sklerotik dengan tersebar acak. Biasanya bulat atau ovoid; warna dari 

kuning lilin sampai coklat. Lesi sembuh meninggalkan makula hiperpigmentasi coklat.  

• CACAT MORFEA PANSKLEROTIK MASA KANAK-KANAK. Morfes hebat tersebar 

luas ditambahi  sklerosi pada lemak dan otot dibawahnya, terutama pada ekstremitas. 

Keterlibatan sistemik tidak terjadi. Terutama pada anak-anak.  

Diagnosa  Banding  

• Sklerosis sistemik, sindroma CREST .  

PEMICU  Sklerosis Lainnya  

• SKLEROMIKSEDEMA. Pasien dewasa: banyak sekali papul edematosa yang 

bergabung memicu  sklerosis difus pada wajah, tubuh dan ekstremitas akral. 

Kulit lentur tebal.  

• SKLEREDERMA. Penebalan dermis seperti kayu difus, terutama pada regio 

trapezius; dada atas depan dan leher juga sklerotik. Berkaitan dengan infeksi 

streptococcus dan terutama diabetes melitus.  

• PORFIRIA KUTANEA TARDA. Porfiria yang lama memicu  sklerosis kulit yang 

terkena. Perubahan pada kulit yang terbuka wajah, tubuh atas, punggung tangan.  

• EDEMA KRONIK. Edema kronik dapat memicu  fibrosis sekunder pada dermis 

dan jaringan lunak dibawahnya. Fenomena ini paling jelas pada pasien dengan edema 

 

pedis kronik sebab  penyakit stasis vena, penyakit jantung atau ginjal, atau 

limfedema.  

 

Edema 

Pitting Edema  

Diagnosa  Banding  

• Kenaikan kadar air ekstraseluler: Penyakit jantung kongestif, insufisiensi 

ginjal kronik, kelebihan mineralokortikoid.  

• Gangguan drainase limfe: Atresia limfe, obstruksi limfe sebab  tumor atau 

limfoma, obstruksi limfe sekunder akibat terapi radiasi, ligasi bedah, dll.  

• Gangguan drainase venosa: insufisiensi venosa kronik.  

Edema Nonpitting  

Diagnosa  Banding  

• Kelebihan substansi dasar: Miksedema pretibia, skleromik sedema, lupus 

eritomatosus 'membengkak’.  

Edema kronik dengan fibrosis sekunder: Penyakit stasis venosa, limfedema, filariasis yang 

lama. Istilah elephantiasis menunjukkan hipertrofi masif pada epidermis, dermis dan 

jaringan subkutan dengan sklerosis. Elephantiasis umumnya mengikuti limfedema lama 

sebab  berbagi sebab diatas. Epidermis dari kulit yang mengalami elefantiasis dipenuhi 

papul dan nodul verukosa dan  lipatan-lipatan kelebihan kulit fibrotik berkeriput. 

 

 

PANIKULUS ADIPOSUS 

SINDROMA ERITEMA NODOSUM (lihat atas)  

LIPOATROPI 

• Atropi lemak Insulin: Hilangnya lemak subkutan wajah, kadang leher, tubuh atas 

pada wanita, yang terjadi pada, dekade pertama kehidupan.  

• Panatropi Gowers: Depresi atropik berbatas tegas pada ekstremitas atau punggung; 

atropi seluruh lemak ditambahi  atropi kulit diatasnya.  

• Hemiatropi fasial Romberg dan Perry: Atropi kulit, lemak subkutan, otot dan tulang 

wajah unilateral. Tak ada perubahan epidermal.  

• Lipodistrofi total: Kehilangan lemak subkutan generalisata muncul saat lahir atau 

beberapa saat sesudah  lahir. Berkaitan dengan hepatomegali dan diabetes melitus.  

 

Sellulitis. Selulitis merupakan proses inflamasi akut yang mengenai lemak subkutan dan 

dermis dalam, biasanya sebab  infeksi bakteri. Istilah "erisipelas" menunjukkan selulitis 

oleh streptokokus beta-hemolitik grup A atau Staphilococcus aureus.   

• SELULITIS STREPTOKOKUS. Plak eritematous nyeri dengan batas tak tegas: tanpa 

fluktuasi, bisa ditambahi  limfangitis.  

• SELULITIS STAFILOKOKUS. Mirip, jika tidak identik dengan selulitis 

streptokokus, namun  pembentukan abses sangat khas.  

Diagnosa  Banding  

• Selulitis sebab  bakteri lain (misal, Hemophylus -influenzae); Infeksi fungi 

profunda (host mengalami gangguan immunologi); sindroma Well (tanpa 

demam); pembengkakan mirip selulitis bisa anuler.  

• SELULITIS NEKROTIKANS. Plak nyeri progresif cepat dengan tepi ireguler; bagian 

tengah menjadi iskemik, kemudian infark; biasanya pasien mengalami immunosupresi 

sakit berat. 

 

PEMBULUH DARAH  

Erupsi Ersantematosa Lain (Ruam dan Demam) 

• ERUPSI MORBILIFORMIS - EKSANTEMA IMFEKSIUS  

• Campak: Batuk  dan gatal tenggorokan, konjungtivitis pada hari 1 demam; ruam 

nampak pada hari 3 dan pada mulanya terdiri atas papul halus yang bisa pucat 

(bila ditekan = blanchable) di wajah, kemudian menyebar ke tubuh dan 

ekstremitas; ruam dan demam memuncak pada hari 4; ruam merah kebiruan 

(livide); pasien nampak lesu lemah. Ruam hilang kari ke-7.  

• Rubella: Penyakit lebih ringan dari pada campak; pertama kali ruam, adenopati 

cervikal posterior, demam derajat ringan pada hari 1; ruam makula merah 

jambu generalisata; mulai menghilang pada hari 3.  

• Eritema Intfeksiosum: Penyakit ringan; ‘Pipi tersaput kemerahan’ muncul pada 

hari 1 dan eksantem generalisata nampak pada hari 2 atau 3, menghilang 

sesudah  10 hari; rekurensi ruam sering terjadi beberapa minggu kemudian, 

ditandai khas eritema retikulata pada ekstremitas.  

• Exanthem subitum (roseola Infantum): Demam pada bayi onset tiba-tiba; 

deman revolusi cepat pada hari 4 dengan munculnya eksantem morbiliform 

makula generalisata dalam 24 jam penurunan demam; ruam mulai pada tepi 

leher. Eksantem virus lainnya: Echovirus dan adenovirus banyak memicu  

eksantem.  

• Demam berbercak Rickettsia-Rocky Mountain: Pada mulanya ruam makula 

merah-jambu, dan bisa pucat, pertama kali muncul pada pergelangan tangan dan 

kaki. Demam, letih, nyeri kepala bermula pada saat yang sama dan memburuk 

ketika ruam berlanjut ke proksimal.  

• Lesi menjadi petechiae dalam 24 jam.  

 

ERUPSI OBAT MORBILIFORMIS. Saat onset bervariasi dari 48 jam sampai 

beberapa minggu sesudah  dosis pertama. Ruam obat muncul tiba-tiba, simetris, menyeluruh, 

sering merah terang pada orang Eropa; obat yang sering memicu  antara lain, 

antibiotika beta-laktam, sulfonamida, antikonvulsi. karakteristik sindroma ruam obat 

sebagat berikut:  

• Sindroma hipersensitivitas antikonvulsan: Demam, limfadenopati generalisata, 

eosinofi1ia, 1imfositosis atipik, hepatomegali, ruam morbiliform generalisata, 

kadang kala dengan pustula folikuler.  

• Sindroma Mononukleosis-ampisillin: Eksantem generalisata tidak dapat 

dibedakan dari ruam obat lain yang sering terjadi pada pasien mononukleosis 

infeksiosa yang diterapi dengan ampisilin atau antibiotik beta laktam.  

 

Sindroma Eritema Toksik Sindroma eritema toksik di tandai khas oleh ruam generalisata 

yang ditambahi  eritema difus pada telapak tangan dan kaki, seringkali dengan edema jelas 

pada permukaan akral. ditambahi  mukositis, sehingga memicu  “strawberry tongue". 

Eritema toksik menghilang ditambahi  deskuamasi stratum korneum.  

DEMAM SCARLET. Eksantem generalisata yang berkaitan dengan faringitis 

streptokokus, demam, mual, muntah. Folikel menyolok; deskuamasi memicu  ruam 

seperti "amplas"; strawberry tongue, kadang ditambahi  petekie fletsura.  

SINDROMA SYOK TOKSIK. Eksantem generalisata bisa berbentuk morbiliform atau 

urtikaria; mukositis ringan; inflamasi dan deskuamasi akral menyolok. Keadaan lainnya 

yaitu  hipotensi atau syok, sitopenia, inflamasi hepatoselulare, rhabdomyolisis, gagal ginjal, 

ensefalopati toksik.  

PENYAKIT KAWASAKI. Terjadi pada anak kecil; demam persisten menetap selama 

lebih dari 5 hari ditambahi  limfadenopati generalisata (terutama leher); konjungtivitis, 

strawberry tongue, bibir merah, ruam polimorf, bisa morbiliform, urtikaria atau kombinasi, 

dengan eritema akral menyolok dan deskuamasi berlembaran khas pada telapat tangan dan 

kaki.  

 

ERITEMA AKRAL YANG DIINDUKSI KEMOTERAPI. Reaksi toksik terhadap 

berbagai bahan kemoterapi, khususnya cytarabine. lebih sedikit dibandingkan  eritema toksik 

lainnya; biasanya telapak tangan edem, eritemtosa, nyeri ditambahi  pembentukan lepuh atau 

deskuamasi.  

PENYAKIT 'GRAFT-VERSUS-HOST’ AKUT. Serupa penyakit Kawasaki dan eritema 

akral yang diinduksi kemoterapi. Riwayat transplantasi sumsum tulang atau transfusi pada 

host terimmunosupresi.  

  

Sindroma Urtikaria 

URTIKARIA. Ditandai khas oleh gelembung berbagai ukuran, biasanya terdistribusi 

generalisata acak. Petunjuk diagnosa  berupa lesi muncul dan hilang serentak (evanescent), 

yang bertahan kurang dari 24 jam. Angioedema kadang ditambahi  urtikaria. Diketahui 

beberapa Jenis: 

• Dermografisme (Dermatografisme): Pembentukan gelembung diinduksi oleh garukan 

atau gesekan kulit, sehingga memicu  gelembung urtikaria linear.  

• Sindroma urtikaria kontak: Urtikaria muncul beberapa menit sesudah  kontak dengan 

antigen yang dapat larut air, gelembung hanya muncul pada tempat kontak. 

• Urtikaria cholinergik: Urtikaria yang diinduksi aktivitas fisik atau panas dengan 

gambaran khas gelembung mikropapul berukuran sampai 0,5 cm. 

• Vaskulitis urtikaria: Gelembung urtikaria persisten, bertahan lebih dari 24 jam. 

menjadi purpura sesudah  1-2 hari.sering ditambahi  purpura.  

• Papul dan Plak Gatal pada Kehamilan (PUPPP): Gelembung urtikaria persisten pada 

trimester ketiga primigravida. Lesi nampak pertama kali pada striae distensa, 

kemudian menyeluruh. Menghilang sesudah  persalinan. 

 

Purpura. Purpura akibat ekstravasasi eritrosit dalam dermis. Bisa akibat perlukaan 

pembuluh atau gangguan hemostasis. Ukuran lesi purpura memberi petunjuk mengenai 

peabuluh yang berdarah, kemudian akan menunjukkan etiologi purpura. 

• ERUPSI PETECHIAE: Petekie yaitu  makula purpura berdiameter 0,1-0,5 cm. Lesi 

kecil ini  akibat perdarahan kapiler, baik akibat trombositopenia, dimana terjadi 

perdarahan lain (epistaksis, perdarahan gusi, dil), ataupun kapilaritis, yang 

memicu  petekie kecil-kecil tersebar kronik pada ekstremitas bawah. Petekie 

capilaritis pada mulanya berwarna jingga kemudian menjadi merah bata dan 

pigmentasi menetap selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. 

• ERUPSI EKIMOTIK. Ekimosis akibat perdarahan pembuluh darah besar dan khas 

ditemukan pada koagulopati; sesudah  trauma. Istilah purpura senilis menunjukkan 

ekimosis pada permukaan ekstensor lengan bawah dan tangan dan  kerusakan sebab  

matahari pada orang tua. 

• PURPURA TERABA (PALPABEL). Papul-papul purpura paling sering akibat perlukaan 

pembuluh inflamatif, misal, vaskulitis. PEMICU nya antara lain: 

• Vaskulitis leukositoklastik:  Papul purpura dengan predileksi pada daerah 

tergantung, seperti tungkai dan kaki; lesi yang lama dan lebih besar dapat 

mengalami ulserasi, dan kadang DITEMUI  bula hemoragik. Bisa ditambahi  melena, 

hematuria, atralgia, arthritis, nyeri abdomen, dan neuropati perifer. Jumlah lesi 

biasanya ratusan. 

 

• Sepsis: Sepsis bakterial atau fungi memicu  papula purpurik, yang 

kemudian menjadi pustula. Lesi terjadi pada permukaan akral dan diatas 

persendian seperti pada gonokokaemia. Sering hanya DITEMUI  beberapa lesi. 

• Meningokokaemia: memicu  erupsi petekie ditambahi  beberapa papul 

purpurik; lesi berbentuk stelata dan banyak. 

 

Infark pada kulit: Infark pada kulit berbentuk stelata, seringkali dikelilingi oleh retikularis 

livid. Kulit infarka pada mulanya purpurik, kemudian abu-abu atau hitam kadang dengan 

ulkus. Ukuran dan lokasi infark dan  derajat livido berguna untuk membedakan berbagai 

PEMICU  infark kulit. 

• INFARK EMBOLI. Ateroemboli terjadi spontan di ujung jari kaki atau sesudah  

tindakan vaskuler invasif. Livedo mendominasi penampakkan; Infark sering kecil. 

Emboli septik berbentuk makula livedoid purpurik, papul purpurik atau perdarahan 

splinter pada telapak tangan dan kaki, jari tangan dan kaki. Jumlahnya beberapa. 

 

Vaskulitis  

• LIVEDO RETIKULARIS DENGAN ULKUS . Livedo menunjukkan oklusi pembuluh 

darah dan terutama merupakan gambaran sindroma artritis . Penyakit emboli atau 

obat juga memicu  livedo. 

• POLIARTERITIS NODOSA. Pasien sering nampak sehat ; pola livedo jelas pada 

ekstremitas dengan nodul subkutan nyeri multipel ; nodul pecah membentuk ulkus 

stelata sangat nyeri di tengah bagian livedo, 

• VASKULITIS NODULARIS. Gambaran mirip poliarteritis nodosa, walaupun livedo 

nampak jelas. 

• GRANULOMATOSIS WEGENER. Pasien sakit: vaskulitis polimorf dengan nodul 

purpura palpable, livedo subkutan sangat nyeri menjadi ulkus. 

• LEUKOSITOKLASTIK VASKULITIS (Atrophie blanche). Plak atropik putih rata 

dengan pembuluh angiektaktik kecil dan pungtum purpura di tepinya; ulkus 

superfisial namun  sangat kronis, ada  ditengah plak: sangat nyeri ditambahi  

"berdenyut" atau rasa terbakar. 

 

Penyakit Vasooklusi  

• CRYOGLOBULINEMIA. Infark ada  pada jari tangan dan kaki, telinga, hidung 

dan  bagian kulit yang sangat dingin. ada  sianosis dan livedo; ulkus jarang 

terjadi. 

• TROMBOSIS AKUT. Trombosis arteri besar.memicu  gangren diseluruh 

bagian, namun  trombosis arteriol memicu  infark kulit. Khas berupa plak 

 

purpura geografik atau stelat dengan ulkus ditengah. DIC (koagulasi intravaskular 

menyeluruh) memicu  ekstremitas terkena asimetris. Antibodi  

antiplateletyang diinduksi heparin  memicu  gambaran serupa bila heparin 

diberikan secara sistematik. Nekrosis warfarin pada kulit terlokalisir, ada  pada 

daerah berlemak seperti pantat abdomen dan purpura fulminan dan merupakan 

manifest trombosis intravaskular, biasanya sebab  DIC . 

 

II. KEADAAN REAKSI KLINIS YANG DIKLASIFIKASIKAN TANPA  

MEMPERHATIKAN TEMPAT ANATOMISNYA.   

Gangguan kelainan fotosensitivitas berperan penting melalui berbagai cara. Klasifikasi 

biofisik gangguan sensitivitas cahaya didasarkan pada spektrum kerjanya, yakni panjang 

gelombang atau rantai panjang gelombang yang memicu  penyakit klinis. Sebagian 

besar penyakit fotosensitivitas bekerja dalam spektrum ultraviolet, walaupun panjang 

gelombang sinar yang nampak juga dapat memicu  penyakit pada keadaan tertentu. 

Pendekatan kedua untuk disusun menurut onset umur dan  perbedaan gambaran klinis. 

FOTOSENSITIVITAS 

Fotosensitivitas poda Masa Bayi (tanpa Telangiektasis)  

• XERODERMA PIGMENTOSUM. Diturunkan autosomal resesif; onset pada awal masa 

bayi dengan kecenderungan luka bakar matahari menyolok, timbul bercak-bercak 

terbakar xerosis dini. Kemudian muncul kanker kulit.  

• PORFIRIA ERITROPOEITIK. Diturunkan autosomal resesif; urin merah jambu; 

fotosensitivitas hebat pada awal masa bayi dengan pembentukan vesikel di daerah 

yang terpapar sinar matahari. memicu  parut progresif.  

• PROTOPORFIRIA ERITROPOEITIK.