obat 8




 batkan sel mati.

Efek sampingnya pada pemakaian  oral 

yaitu  gangguan saluran cerna, seperti perasaan mual dan diare. Belum ada data cukup 

mengenai pemakaian nya oleh wanita hamil.

Dosis: oral 1-2 dd 250 mg dan per kutan 1-2 

dd krem 10 mg/g.

5c. Anidulafungin: Ecalta, Eraxis

Berbentuk serbuk untuk infus i.v. 100 mg. 

yaitu  lipopeptida semi-sintetik (echinocandin) dari hasil fermentasi Aspergillus 

nidulans, menghambat sintesis dari glukan 

synthetase, sehingga menghambat pembentukan dinding sel jamur.

Bekerja fungisid terhadap jenis-jenis Candida dan Aspergillus fumigatus. Ekskresi 

melalui feses; t½-nya 40-50 jam.

Efek sampingnya sering kali diare, mual dan 

muntah, juga sakit kepala, gangguan kulit, 

hipokaliemia dan hipertensi.

Dosis: infus i.v. 200 mg pada hari pertama, 

lalu 100 mg sehari selama 14 hari.

5d. Caspofungine: Cancidas

yaitu  lipopeptida semisintetik, sama 

seperti anidulafungin dari kelompok echinocandin. Mekanisme kerja dan indikasinya 

sama seperti anidulafungin, yaitu menghambat pembentukan dinding sel jamur dan 

ragi. Bekerja fungisid terhadap Candida dan 

Aspergillus. PP-nya ±97%, ekskresi melalui 

urin (41%) dan via feses (34%). t½ -nya ±45 jam.

dipakai  terhadap candidiasis dan aspergillosis invasif, bila antimikotika lain 

(amfotericin B, itrakonazol) kurang efektif 

atau tidak cocok bagi pasien.

Efek sampingnya sering kali (1-10%) demam, 

sakit kepala, mual, muntah, diare dan gangguan kulit.

Dosis: infus i.v. 70 mg pada hari pertama, 

kemudian 50 mg sehari.

5e. Micafungin: Mycamine14a

Semi-sintetik echinokandin yang dapat 

melarut dalam air ini diperoleh dari jamur 

Coleophoma empedri.

dipakai  untuk pengobatan dan profilaksis terhadap infeksi Candidiasis sistemik 

dan candidiasis oesofagus.

Dosis: i.v. 100 mg sehari.

6. LAINNYA

6a. Siklopiroks: Batrafen, Loprox

Senyawa hidroksipiridon ini (1993) berspektrum luas dan berkhasiat fungisid 

terhadap antara lain Candida albicans dan 

Trichophyton rubrum, fungistatik terhadap 

Malassezia furfur (panu), juga bakteriostatik

lemah. Walaupun struktur kimianya berbeda 

dengan zat-zat imidazol, tetapi mekanisme 

kerjanya diperkirakan sama, yaitu terhadap 

membran plasma dari sel jamur. Mungkin 

juga mekanisme kerjanya berdasar  perintangan transpor dari asam-asam amino dan 

ion-ion melalui membran sel. Daya kerjanya 

diperkuat bila dibuat ester dengan olamin. 

Siklopiroks khusus dipakai  pada kulit.

Dosis: 2 kali sehari sebagai krem 1% selama 

2-4 minggu.

6b. Tolnaftat: *Naftate.

Tolnaftat berkhasiat fungistatik terhadap 

banyak dermatofit, antara lain penyebab 

panu, tetapi tidak efektif terhadap Candida. 

* Naftate : salep tolnaftat 2% + heksaklorofen 

0,5%.

6c. Haloprogin: *Polik

Haloprogin berkhasiat fungisid terhadap 

berbagai jenis Epidermofiton, Pityrosporum, 

Trichophyton dan Candida. Kadang-kadang 

terjadi sensitasi dengan timbulnya gatalgatal, perasaan terbakar dan iritasi kulit. Zat 

ini dipakai  sebagai krem atau larutan 1% 

terhadap panu dan terutama kutu air (Tinea 

pedis) dengan persentase penyembuhan 

±80%, sama dengan tolnaftat. 

6d. Naftifin: Exoderil

Senyawa alilamin ini dipakai  sebagai 

krem 1% terhadap a.l. panu dan infeksi kuku.




Virus (Sansk. visham = racun) yaitu  mikroorganisme hidup yang terkecil (besarnya 

20-300 mikron), kecuali prion, yaitu virus 

penyebab penyakit-sapi gila BSE dan p. 

Creutzfeldt-Jakob yang kurang lebih 100 

kali lebih kecil. Virus hanya dapat dilihat dengan mikroskop-elektron (dengan pembesaran 

maksimal 200.000 kali) dan tidak dengan 

mikroskop biasa (dengan pembesaran 

maksimal 4.000 kali). Di luar tubuh manusia, 

sering kali virus berbentuk kristal tanpa tanda 

hidup, sangat ulet, tahan asam dan basa, 

serta resisten terhadap suhu rendah atau 

tinggi sekali. Jika keadaan lingkungannya 

membaik —seperti di dalam tubuh manusia 

atau hewan— kristal tersebut ‘bernyawa’ lagi 

dan mampu memperbanyak diri. 

Virus yaitu  jasad biologis, bukan hewan, 

bukan tanaman, tanpa struktur sel dan tidak 

berdaya untuk hidup dan memperbanyak 

diri secara mandiri. Mikroorganisme ini 

harus menggunakan sistem enzim dari sel 

tuan-rumah untuk sintesis asam nukleat, protein dan berkembang biak. Oleh metabolisme 

sel tuan rumah, maka sulit sekali untuk 

membuat obat-obat dengan toksisitas selektif 

untuk virus tanpa merugikan sel tuan rumah. 

Oleh karena itu vaksinasi yaitu  cara 

utama untuk mengendalikan infeksi virus 

(polio, rabies, campak, mumps, rubella).

Disebabkan virus yaitu  mikroorganisme yang eksistensinya mutlak tergantung 

dari proses biosintesis tuan-rumah, maka 

dahulu diragukan kemungkinan mengembangkan obat-obat antiviral dengan toksisitas 

selektif. Namun keraguan ini sudah lama terhapus, terutama sejak ±2 dasawarsa terakhir 

yakni dengan diketemukan dan dikembangkannya virus anti-herpes asiklovir. Senyawa 

ini yaitu  prototype dari sekelompok 

zat-zat anti-viral yang di dalam sel di phosphorylated oleh viral kinase, kemudian oleh 

enzim tuan-rumah menjadi penghambat 

sintesis DNA dari virus.

Untuk penemuan ini, Gertrude Elion dan 

George Hitchings memperoleh hadiah Nobel 

1988. Sejak itu lebih banyak lagi obat-obat 

antiviral dihasilkan dalam rangka pengembangan kemoterapi antimikroba (misalnya 

interferon) terhadap pelbagai jenis virus.

Perkembang-biakan virus dapat ditekan melalui beberapa cara: 

– memblokir masuknya virus ke dalam sel 

(amantadin, gamma-globulin)

– menghindari sintesis asam inti (analoga 

nukleosida, asiklovir, gansiklovir dan 

obat-obat anti-retroviral zidovudin, nevirapin) 

– inhibisi protease (saquinavir, ritonavir)

– inhibisi neuraminidase (oseltamivir, 

zanamivir)

Struktur kimiawi virus sederhana; setiap 

virion —bagian virus terkecil— mengandung 

hanya satu dari dua asam inti DNA atau

RNA (viral genome). Hal ini berbedadengan 

mikroorganisme lainnya dan manusia yang 

memiliki kedua jenis asam nukleat (Lat. 

nucleus = inti). Inti virion dari DNA atau RNA 

dikelilingi oleh selubung (salut protein), 

yang disebut capsid dan spesifik bagi setiap 

virus. Genome dan selubung protein inilah 

yang disebut virion. Beberapa virus memiliki 

dinding yang terdiri dari lemak (fosfolipid) 

dan protein. Selain itu virion memiliki beberapa enzim.

INFEKSI VIRUS

Penularan virus diawali dengan pelekatan

virus pada dinding sel tuan-rumah yang dihidrolisis oleh enzim-enzimnya. Lalu 

DNA/RNA memasuki sel sehat, sedangkan salut proteinnya ditanggalkan di luar. Di 

dalam sel, virus bertindak sebagai parasit 

dan menggunakan proses-proses asimilasi 

sel bersangkutan untuk membentuk virionvirion baru. Dengan demikian perkembangbiakan (replikasi) tidak berlangsung melalui 

pembelahan virion-induk seperti bakteri. 

Pada proses ini sel-sel yang dimasukinya dirusak, tetapi gejala-gejala penyakit baru mulai tampak bila perbanyakan virion sudah 

mencapai puncaknya.

Penggolongan

Virus yang paling sering mengakibatkan 

penyakit pada manusia dapat dibagi dalam 

dua kelompok besar, yakni virus DNA dan 

virus RNA, dengan masing-masing DNA 

atau RNA di dalam intinya. 

a. Virus DNA meliputi antara lain kelompok penyakit Herpes, yakni Herpes simplex (penyebab a.l. penyakit kelamin), Herpes zoster

(penyebab sinannaga atau “shingles”), Varicella zoster (cacar air). Juga sejumlah virus 

lain termasuk kelompok virus DNA ini, 

seperti virus Epstein-Barr (demam kelenjar/”kissing disease”/mono-nucleosis infectiosa), parvovirus, adenovirus (gastroenteritis), 

variola (cacar, “smallpox”), cytomegalovirus

= CMV (pada pasien AIDS), hepadna virus 

(Hepatitis B; HBV) dan juga Human papillomavirus (HPV)penyebab kutil genital dan 

kanker cervix. 

b. Virus RNA terpenting yaitu  Retrovirus 

HIV (penyebab AIDS, ditemukan oleh Luc 

Montagnier 1984), virus hepatitis (penyakit 

kuning), rhabdovirus (rabies), rhinovirus (selesma), corona virus (SARS) dan poliovirus

(penyebab penyakit lumpuh layuh pada 

anak-anak, poliomyelitis). Begitu pula virus 

influenza (flu), rotavirus (diare), virus rubella (“rode hond”), bermacam-macam paramyxovirus: virus rubeola = morbilli dan virus beguk 

(“mumps”) serta berbagai flavivirus, a.l demam 

kuning (yellow fever) dan Hepatitis C.

Penelitian obat antiviral.

Penelitian virustatika mulai berkembang sekitar tahun 1956 saat ditemukan bahwa virus 

dapat dikembangbiakkan dalam telur ayam 

yang telah dibuahi. Penemuan ini memberikan dorongan kuat ke arah pembuatan 

vaksin dan penaklukan penyakit-penyakit 

virus penting, seperti cacar (variola major), 

polio, campak, rubella, mumps dan hepatitis. Lihat selanjutnyaBab 50. Sera dan vaksin. 

sesudah  infeksi virus dapat bermukim bertahun-tahun di dalam sel tuan-rumah tanpa 

menimbulkan gejala. Dalam fase laten ini 

virus tidak peka terhadap obat-obat. Baru 

pada fase replikasi obat-obat berdaya memusnahkannya dengan jalan mengganggu 

sistem enzim bersangkutan. Namun karena 

enzim-enzim tersebut yaitu  milik sel tuanrumah, maka obat antivirus perlu berkhasiat 

spesifik terhadap virus tanpa merusak sel 

tuan-rumah. Adanya hubungan erat ini, yaitu 

antara virus dan proses metabolisme sel tuanrumah, sangat mempersulit riset obat-obat 

yang secara selektif berdaya menghambat 

pertumbuhan virus. 

Dalam memerangi infeksi virus, semua 

sistem tangkis dikerahi, a.l. sistem imun alami 

maupun sistem imun spesifik yang diperoleh 

dan mencakup sel-sel B dan limfosit-T CD4+

dan CD8+.

Populasi T-sel ini yang terdiri dari sel-sel 

memori terhadap berbagai virus spesifik memiliki peranan sentral pada perlindungan 

dan pengontrolan infeksi virus. Lihat Bab 49, 

Dasar-dasar Imunologi.

Interferon yaitu  glycoprotein yang diproduksi oleh sel-sel yang terinfeksi virus, 

makrofag dan T-limfosit. Ada 3 tipe interferon manusia, yakni alfa-, beta- dan gammainterferon, yang sejak 1985 telah diperoleh 

murni dengan jalan teknik rekombinan 

DNA. Pada proses ini, “sepotong” DNA 

dari lekosit yang mengandung gen interferon, dimasukkan ke dalam plasmid kuman 

E. coli. Dengan demikian kuman ini mampu memperbanyak DNA tersebut dan mensintesis interferon. 

* Interferon-alfa dan -beta (IFN-a/b) dibentuk oleh bermacam-macam sel sebagai reaksi 

terhadap infeksi viral. Fungsinya mencegah 

infeksi lebih lanjut dengan jalan menduduki 

reseptor-reseptor spesifik di membran-membran sel sehat, sehingga tidak dapat dipenetrasi oleh virus. Di samping berkhasiat 

virustatik, juga berdaya sitostatik (antitumor), yakni menghambat pertumbuhan selsel tumor dan menstimulasi makrofag dan 

NK-cells (Natural Killer cells) yang dapat 

mendeteksi sel-sel tumor (dan sel-sel yang 

diinvasi virus) untuk kemudian memusnahkannya. IFN-alfa dipakai  antara lain 

pada hepatitis dan jenis-jenis leukemia

tertentu, sedangkan IFN-beta khusus pada 

MS (multiple sclerosis).

* Interferon-gamma (IFN-g) (dan limfokinlimfokin lain) dibentuk oleh limfo-T dan berfungsi mengatur proses-proses imun. Khasiat 

antiviralnya lemah dibandingkan IFN-a dan 

IFN-b. 

Penyakit virus penting

Penyakit-penyakit yang disebabkan virus 

banyak sekali dan meliputi gangguan-gangguan ringan, seperti selesma (pilek biasa), 

influenza (perut), biang keringat (rubella, 

‘rode hond’), cacar air Varicella (“chickenpox”), 

campak (morbilli, measles), cacar (variola),

beguk (parotitis, bof, ‘mumps’), Pfeiffer (‘kissing 

disease’) dan sinannaga (herpes zoster, ‘gordelroos’) sampai penyakit-penyakit serius, 

seperti dengue, radang hati (hepatitis), penyakit 

lumpuh layu (poliomyelitis), penyakit-penyakit kelamin herpes dan hepatitis B/C, kanker 

cervix, Ebola dan AIDS. 

Kebanyakan penyakit viral ini sudah dapat 

diatasi, bahkan pada tahun 1980 WHO telah 

menyatakan virus cacar sudah musnah di 

seluruh dunia. Pada tahun 1988 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencanangkan 

program pemusnahan virus polio untuk 

ke-dua kalinya dalam sejarah dengan tujuan 

membebaskan dunia dari penyakit infeksi ini 

selambat-lambatnya akhir tahun 2005 dengan jalan vaksinasi secara besar-besaran. Tetapi 

tujuan ini ternyata belum berhasil karena di 

tahun 2006 polio masih endemik (= selalu 

ada ) di beberapa negara Asia dan Afrika 

(van der Avoort HGAM. Poliomyelitis in 2006: 

alles of niets. NTvG 2006; 150:2689-92).

Di tahun 1995 negara kita  mencanangkan 

kampanye besar-besaran lewat Pekan Imunisasi Nasional (PIN) untuk memerangi penyakit infeksi virus ini. sesudah  l.k. 10 tahun 

negara kita  dinyatakan bebas polio, namun 

pada awal tahun 2005 di negara kita  kembali 

timbul epidemi polio dengan ±15 kasus di 

Sukabumi, Jawa Barat, sehingga DepKes 

menganggap perlu untuk di bulan Agustus 

2006 melakukan vaksinasi massal dengan 

vaksin polio oral (OPV, Sabin). Dalam rangka 

membebaskan negara kita  dari virus polio, 

imunisasi terpadu akan terus digalakan. 

Sejak tahun 2005 sudah 5 kali dilaksanakan 

PIN dan terakhir di tahun 2006 dengan target 

negara kita  harus bebas polio pada tahun 2008.

Virus polio yang timbul kembali di negara kita  

pada tahun 2005 diperkirakan berasal dari 

negara Afrika-Asia di mana penyakit ini masih 

endemik, seperti Sudan, Nigeria, Pakistan, 

India, dan Afganistan. Dalam tahun 2006 Mesir dinyatakan bebas polio.

Virus-virus baru. Pada dasawarsa terakhir dunia telah dilanda sejumlah penyakit 

virus baru yang hebat dan sering kali bersifat 

epidemi. Yang paling ganas yaitu  AIDS 

yang diakibatkan infeksi HIV. Meskipun ada 

ikhtiar bersama secara besar-besaran dari 

para ilmuwan di seluruh dunia, hingga kini 

belum ditemukan obat yang dapat dikatakan 

ampuh. Hepatitis pun mulai menjadi masalah mendunia pula, sedangkan dengue 

dan Ebola, Lassa dan Hanta yaitu  

epidemi-epidemi kecil di Asia Tenggara, 

Afrika dan Amerika. Menjelang akhir abad 

ke-20 di Hong Kong timbul virus influenza 

unggas yang pertama kali ditularkan kepada 

manusia via kontak langsung dari ayam/

burung. Kemudian di tahun 2003 dunia dilanda oleh virus SARS yang pertama kali 

muncul di Cina pula.

Fakta yang sangat mencolok pada epidemiepidemi baru tersebut yaitu  bahwa virusvirus baru itu kebanyakan berasalkan dari 

jenis-jenis hewan tertentu (lihat di bawah). 

Misalnya virus influenza bermukim di babi 

dan ternak bersayap, sedangkan virus demam 

kuning dan AIDS pada mulanya ada  

pada kera. Karena virus mampu memperbanyak diri dengan cepat dan mudah bermutasi secara spontan, maka cepat sekali 

terbentuk varian-varian baru. Akibat mutasi 

yang tak terduga, virus-virus hewan mendadak dapat ditularkan ke manusia. Para 

ahli meramalkan bahwa di masa depan akan 

selalu muncul virus-virus baru yang dapat 

mengakibatkan epidemi-epidemi serius yang 

mengancam manusia.

Zoonosa: dengan istilah ini dimaksudkan 

penyakit-penyakit infeksi yang berasal dari 

hewan dan menjangkiti manusia melalui 

kontak langsung dengan hewan atau mengonsumsi produk-produk berasalkan hewan 

seperti susu, daging dan telur. Penyebab 

zoonosa dapat dibagi dalam kelompokkelompok virus, jamur, bakteri, protozoa dan 

bahkan cacing. Juga dapat dibedakan antara 

zoonosa lama dan yang baru. Misalnya yang 

lama yaitu  penjangkit infeksi salmonella 

dan campylobacter, sedangkan yang baru 

yaitu  virus influenza H5N1 dan H7N9 

(2013 di Cina), virus SARS dan yang paling 

resen yaitu  virus MERS. Akhir-akhir ini 

telah timbul kembali zoonosa lama yang 

mengakibatkan demam Q, sebagai akibat 

komsumsi daging yang terkontaminasi dengan Coxiella burnetii, dengan gejala demam, 

pneeumoni, hepatitis, sakit kepala, mual 

muntah dan sakit otot.

Hewan-hewan dan zoonosa yang bersangkutan yaitu  a.l. sebagai berikut:

– kambing (demam Q, leptospirosa, salmonellosa, toksoplasmosa);

– anjing (rabies, salmonellosa, toksoplasmosa, trichinellosa);

– kucing (demam Q, leptospirosa, salmonellosa, toksoplasmosa);

– sapi (E.coli, fasciolosa, rabies, demam Q, 

salmonellosa, toksoplasmosa);

– babi (MRSA, brucellosa, rabies, salmonellosa, toksoplasmosa).

Mereka yang dapat terjangkit infeksi akibat zoonosa yaitu  terutama anak-anak, lansia, ibu hamil dan yang daya tahannya 

menurun. Juga termasuk dalam kelompok 

risiko ini yaitu  orang yang karena profesinya bersentuhan dengan hewan atau 

produk-produknya.

Slow virus. Di samping itu masih ada sejumlah penyakit yang hingga kini belum 

diketahui penyebabnya, tetapi menurut perkiraan ditimbulkan oleh infeksi pada usia 

sangat muda dengan suatu ‘slow virus’ yang 

tidak dikenal. Misalnya, diabetes tipe I, rema 

(arthritis rheumatica), multiple sclerosis ( M.S.), 

keletihan kronis (M.E., Chronic Fatigue Syndrome) dan bentuk-bentuk kanker tertentu.

1. HIV dan AIDS 

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) atau Sindroma Cacat Kekebalan 

Dapatan yaitu  epidemi mikroorganisme terpenting dari abad ke-20, yang untuk 

pertama kalinya disinyalir di AS pada awal 

tahun 1980-an.

Penyebabnya yaitu  HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menurut perkiraan 

sudah lama sekali ada  pada binatang 

liar. Akibat kontak erat dengan khususnya 

binatang-binatang mengerat, virus telah “meloncat” ke manusia. Terutama pada dasawarsa terakhir, HIV dan beberapa virus lainnya 

(antara lain virus Ebola) muncul dari hutan 

rimba. HIV dan AIDS dengan pesat menyebar 

ke seluruh dunia, karena bertahun-tahun penyakit ini tidak menunjukkan gejala apapun. 

Selama masa inkubasi panjang itu, pembawavirus (orang seropositif) yang masih sehat dan 

tanpa keluhan dapat menularkan virus kepada orang lain sebelum dirinya menjadi sakit 

dan kemudian meninggal.

Di tahun 1996 telah diperkenalkan terapi 

antiretroviral kuat, yakni HAART (highly 

active antiretroviral therapy), yang terdiri 

atas kombinasi (life-saving “cocktail”) dari 

minimal tiga obat antiretroviral ampuh (triple 

therapy) dan dijulukkan sebagai “Lazarus 

effect.” (kisah dari Kitab Injil mengenai kebangkitan Lazarus dari kematian oleh Jezus).

Sejak saat itu infeksi HIV dapat dikendalikan dengan menekan replikasi viral secara tuntas untuk jangka waktu panjang. Juga 

perkembangan resistensi viral dapat dihindari. Berkat HAART infeksi HIV dewasa 

ini dapat ditanggulangi dengan baik dan 

mortalitas penyakit AIDS telah menurun 

dengan peningkatan harapan hidup.

Salah satu syarat bagi suksesnya pengobatan yaitu  kesetiaan terapi

Obat-obat ini tidak menyembuhkan penyakit tetapi memperlambat progres dari 

virus dengan menekan replikasinya dan 

menghindarinya untuk dengan cepat memusnahkan daya tahan tubuh, sehingga HIV 

bukan lagi yaitu  ancaman jiwa (death 

sentence).

Namun demikian dewasa ini AIDS masih 

yaitu  penyebab kematian nomor 4 

di seluruh dunia. Di tahun 2004 jumlah 

kematian karena infeksi yang belum ada 

obatnya ini yaitu  ±3,1 juta.

Menurut laporan prevalensi HIV/AIDS 

di tahun 2003 yaitu  kurang lebih 40 juta di 

seluruh dunia dan terbanyak yaitu  di Afrika 

dengan kurang lebih 35 juta kasus (Botswana, 

Zimbabwe) (Report on the Global HIV/AIDS 

Epidemic, UNAIDS, 2002). Penambahan 

kasus infeksi baru di tahun 2004 yaitu  kurang lebih 4 juta di benua ini. Juga di Cina 

insidensi infeksi AIDS memperlihatkan kecenderungan meningkat dengan kurang 

lebih 70.000 kasus terinfeksi HIV/AIDS di 

tahun 2005 (WHO 2005). 

Di banyak negara Barat, penyebaran AIDS 

sudah dapat dihentikan berkat penyuluhan 

besar-besaran dengan kampanye nasional 

mengenai AIDS, prevensi dan kontak seksual 

secara aman (‘safe sex’).

Menurut laporan DitJen Pemberantasan 

Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PP & PL) DepKes RI, 

sampai dengan kwartal ketiga tahun 2006 

secara kumulatif di seluruh negara kita  jumlah 

pengidap infeksi HIV melebihi 4600 kasus, 

sedangkan penderita AIDS sebanyak hampir 

7000 orang dan l.k. 1650 di antaranya telah 

meninggal dunia.

Jumlah sebenarnya diperkirakan jauh lebih besar (diperkirakan 120.000 kasus; CIA 

2004). Rate kumulatif kasus AIDS tertinggi 

dilaporkan dari propinsi Papua, disusul oleh 

DKI Jakarta, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat

dan kepulauan Riau dengan jumlah kasus 

kian meningkat terutama akibat penularan 

melalui jarum suntik oleh pecandu narkoba 

(IDU atau injecting drug user) (diperkirakan 

190-240 ribu orang) dan perilaku seks tidak 

aman. 

HIV self-test. Sejak tahun 2000 di negeri 

Belanda sudah dapat diperoleh HIV-selftest 

kit (serupa dengan pregnancy test kit) untuk 

melakukan pemeriksaan sendiri terhadap 

infeksi HIV. Tetapi di beberapa negara Eropa 

penjualan test demikian dilarang.

Keuntungan dari tes ini yaitu  kemudahan bagi orang untuk mentes diri sendiri, mengingat bahwa sebagian orang sungkan atau 

takut untuk menjalani pemeriksaan demikian 

oleh dokter atau fasilitas pemeriksaan publik. 

Kendalanya yaitu  tidak ada counseling 

dan pengarahan lanjutan oleh seorang profesional, di samping semua tes demikian tidak 

100% dapat dipercaya, walaupun diklaim 

bahwa kepekaan dan spesifisitasnya masingmasing > 99,9% dan > 99,6%.26

Mekanisme kerja. HIV yaitu  virus-RNA 

yang termasuk kelompok retrovirus. Virus 

ini memasuki sel sel limfosit T, monosit dan 

makrofag. Lalu enzim reverse-transcriptase

(RT) mentranskripsi RNA-nya menjadi 

DNA, dengan lain kata RNAnya membuat 

kopi DNA. Kemudian DNA ini mempenetrasi inti sel dan diinkorporasi ke dalam 

genom sel limfo-T, yang diperintahkan untuk 

memproduksi protein virus baru. Pada replikasi itu terbentuk protein precursor besar, 

yang oleh enzim HIV protease dirombak 

menjadi protein protein lebih kecil yang 

disusun di salut protein dari virus. Sel tuan 

rumah mengeluarkan virus–virus baru itu 

dan sendirinya akan mati. Jadi, HIV seakanakan mengubah limfosit menjadi pabrik 

untuk memproduksi virus-virus baru (genom

= keseluruhan gen dalam inti-sel).

Infeksi seumur hidup. Berlainan dengan 

infeksi virus lainnya (cacar, campak, influenza, dan lain-lain) infeksi dengan HIV bersifat 

permanen karena sulit sekali dimusnahkan 

seluruhnya. Virus dapat bersembunyi di selsel tubuh, terutama dalam CD4+ memory 

cells dan di SSP18,19 tanpa dapat dideteksi dan 

tanpa menimbulkan gejala untuk bertahuntahun lamanya. Virus laten ini tidak dapat 

dimusnahkan oleh obat. Bila suatu waktu 

sistem imun melemah, virus laten dapat 

mendadak menjadi aktif lagi. Selain itu HIV 

mampu bermutasi berulangkali secara 

spontan dan adakalanya membentuk varian 

yang lebih ganas (virulen). 

HIV-1 dan HIV-2 yaitu  dua tipe HIV, 

yang hanya dapat ditulari melalui selaput 

lendir yang mengalami kerusakan (kecil). HIV-1

ditemukan di seluruh dunia, sedangkan HIV-

2 praktis hanya di Afrika Barat. Penularannya 

terbatas pada kontak homoseksual (genito-anal), 

pengguna narkoba melalui alat suntik dan 

penerima transfusi darah yang tercemar. 

HIV-2 kurang lancar penularannya baik 

seksual maupun dari ibu ke anak dibanding 

HIV-1, juga jalannya penyakit lebih lambat. 

Kedua tipe utama ini memperlihatkan banyak subtipenya. 

HIV subtipe E telah ditemukan beberapa 

tahun lalu. Berbeda dengan kedua tipe HIV 

tersebut di atas, tipe ini berdaya melintasi

mukosa utuh pada kontak heteroseksual (juga 

oral) dan pada tahun-tahun terakhir bertanggung jawab atas merajalelanya AIDS dengan 

pesat di Afrika dan Asia Tenggara. 

Penularan terutama terjadi melalui darah, 

mani dan cairan vaginal, akibat pemakaian  

jarum suntik terinfeksi (pecandu narkotika) 

dan transfusi darah tercemar, serta kontak 

seksual tanpa perlindungan (kondom) dengan seorang pembawa-HIV. Virus juga dapat 

ditularkan pada bayi oleh ibu seropositif, 

selama hamil atau persalinan, begitu pula 

melalui air susu ibu (ASI). Telah dipastikan 

bahwa penularan tidak dapat terjadi melalui 

liur (ciuman, batuk, bersin dan minum dari gelas 

yang sama) karena jumlah virus di dalam liur 

terlampau kecil, tidak pula melalui sengatan 

nyamuk. Oleh karena itu pergaulan sosial 

dengan pasien AIDS tidak perlu dihindari. 

Jalannya infeksi. Pada infeksi HIV dapat 

dibedakan tiga fase:

Teori disiden. Beberapa ilmuwan, biokimiawan Amerika David Rasnick dan Kanada Peter 

Duesburg menentang, bahwa AIDS disebabkan oleh infeksi dengan virus HIV. Menurut mereka di 

Afrika ada  suku-suku orang hitam yang tidak bisa diinfeksikan dengan HIV. Pada hematnya 

AIDS khusus disebabkan oleh kelemahan sistem tangkis tubuh akibat reaksi-reaksi autoimun, yang 

bertalian dengan banyaknya kontak seksual sembarangan. Maka itu AIDS tidak bersifat menular dan 

tidak bisa ditulari melalui kontak seksual pada orang sehat dengan sistem ketahanan baik. 

Presiden Thabo Mbeki dari Afrika Selatan semula menganut teori ini dan meragukan hubungan 

antara HIV dan AIDS serta beranggapan bahwa AIDS diakibatkan oleh kemiskinan dan higiene yang 

buruk. Dia menolak untuk mengobati sekitar 4 juta penderita HIV-AIDS di negaranya – yaitu 10% 

dari populasi total- dengan cocktail 3 obat AIDS. Sebagai alasan dikemukakan keraguannya terhadap 

keamanan dan efektivitas serta kekhawatirannya mengenai efek samping serius dari obat-obat 

antiretroviral. Sebaliknya dia menekankan manfaat dari suatu diet yang kaya akan bawang putih 

(garlic), lemon dan minyak zaitun. Tetapi atas tekanan massal para ilmiawan selama Konferensi 

AIDS Sedunia di Pretoria bulan Februari 2001, akhirnya beliau menyerah dan mengizinkan impor 

dan penerapan obat-obat AIDS di Afsel. (NTvG 2001: 145:542) 

Dewasa ini pemerintah melontarkan kampanye besar- besaran untuk membendung merajalelanya 

secara liar infeksi HIV akibat unsafe sex. Sekarang ini (th 2005) di Afrika Selatan ada  l.k. 6 juta 

orang terinfeksi dengan kematian lebih dari 600 penderita tiap harinya. Dengan demikian negara ini 

memiliki jumlah pengidap HIV/AIDS terbesar di seluruh dunia.

a. fase pertama. Orang yang terkena infeksi 

menjadi seropositif, artinya sesudah  6 

bulan di dalam darahnya dapat dideteksi 

HIV secara tak-langsung (melalui antibodies). Pada persentase kecil, beberapa 

hari sesudah  infeksi timbul gejala flu berat

selama lebih kurang seminggu. Keluhan 

ini diakibatkan invasi dan replikasi dari 

ribuan HIV di dalam limfo-T. 

b. fase kedua. Kemudian sistem-imun ‘menangkap’ dan mengurung semua virus 

di kelenjar limfa, di mana replikasinya 

berlangsung terus. Jaringan yang terinfeksi dan HIV yang lolos dimusnahkan 

oleh masing-masing T-killer cells dan 

antibodies. Proses ini berlangsung tanpa 

gejala. Setiap tahun semakin banyak HIV 

dapat meloloskan diri dan masuk ke 

dalam sirkulasi dan lebih banyak limfo-T 

mati, sedangkan sistem-imun menjadi 

semakin lemah. 

c. fase ketiga. Satu sampai 12 tahun kemudian jumlah HIV dalam darah (viral 

load) menjadi besar sekali dan jumlah 

limfo-T helpercells (CD4+) turun dari l.k. 

1.000 sampai l.k. 200/mm3. Baru pada 

saat inilah penyakit AIDS menjadi nyata 

(fullblown) dengan gejala-gejala klinis. 

Hanya lebih kurang 40% dari semua 

orang seropositif yang sebelumnya merasakan dirinya sehat, kini betul-betul menjadi sakit dengan keluhan-keluhan hebat. 

Pada sisanya (60%) tidak akan berkembang AIDS, yang sebab-sebabnya belum 

diketahui.

Gejalanya berupa suprainfeksi hebat dengan fungi (candidiasis mulut/tenggorok) dan 

virus (Herpes dan CMV). Karena sistem-imun 

penderita sudah menjadi sangat lemah (CD4+ 

limfosit count≥200/ml), maka berbagai 

infeksi kuman sekunder (infeksi oportunistik)

dapat menghinggapinya (antara lain TBC 

dan sejenis pneumonia tertentu, Pneumocystis 

carinii) serta tumor-tumor ganas (Kaposi sarcoma, limfoma) yang akhirnya mengakibatkan 

kematiannya.

Prevensi utama terdiri atas menghindari 

kontak seksual tanpa perlindungan (safe 

sex dengan kondom), menggunakan jarum 

suntik bersih (pecandu, akupunktur) dan 

menggunakan darah transfusi yang bebas 

HIV. 

Vaksin anti-AIDS belum dapat dibuat 

karena HIV sering bermutasi, pada mana 

susunan salut proteinnya —yang berfungsi 

sebagai antigen— berubah secara kontinu. 

yaitu  sangat sulit membuat vaksin 

terhadap beribu-ribu mutan yang terbentuk. 

Lihat juga Bab 50, Sera dan Vaksin.

Profilaksis sesudah  eksposisi perkutan pada darah yang terinfeksi HIV dapat dilakukan dengan 

terapi kombinasi dari AZT 2 x 300 mg + lamivudin 2 x 150 mg + indinavir 3 x 800 mg a.c. (atau 

saquinavir 3 x 600 mg d.c. ) selama 4 minggu. Misalnya bila secara tidak sengaja tertusuk jarum 

yang telah dipakai  pasien AIDS. Terapi harus dimulai sedini mungkin dan selambat-lambatnya 

72 jam sesudah  infeksi; efektivitasnya kurang lebih 80%. Cara ini dikenal sebagai Post Exposition 

Profylaxis(PEP).28

Profilaksis penularan ibu ke bayi. “Transmisi vertikal” dari ibu ke bayi terutama terjadi dalam 

trimester ketiga dari kehamilan dan selama persalinan, tergantung daripada banyaknya virus 

dalam darah ibu. Di samping itu juga melalui ASI , maka bayi yang dilahirkan oleh ibu seropositif 

perlu diberikan susu botol. Dengan terapi HAART pada wanita HIV-positif yang hamil - tidak 

peduli banyaknya viral load dan jumlah sel CD4+ - infeksi pada bayi dapat diturunkan dari 30% 

lebih sampai 1-2%.20 Bedah Caesar hanya menurunkan angka ini sampai l.k. 15%.

Obat-obat antiretroviral

Obat-obat yang kini tersedia untuk terapi 

AIDS terdiri atas dua kelompok, yakni reversetranscriptase inhibitors dan protease-inhibitors 

(PI). Semua obat ini menghambat enzim 

RT, sehingga sintesis DNA virus (bertolak 

dari RNAnya) dan multiplikasinya dicegah. 

Hanya bekerja virustatis tetapi virus-virus 

laten tidak dimatikan. 

I. Reverse-transcriptase inhibitors (RTI) 

dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu

a. analoga nukleosida (NRTI= nucleoside/nucleotide reverse-transcriptase 

inhibitor): abacavir, didanosin (DDI), 

lamivudin (3TC), stavudin (D4T), 

zalcitabine (DDC) dan zidovudin 

(AZT).

Analog nukleosida yaitu  prodrugs

yang di dalam sel diubah menjadi 

trifosfat inaktif, yang bekerja sebagai 

substrat saingan untuk enzim viral 

RT. Dengan demikian RT dihambat, 

pembentukan DNA virus diblokir dan 

replikasinya dihentikan.

Obat hanya berkhasiat di sel-sel 

yang baru dihinggapi infeksi dan tidak ampuh menghentikan produksi 

virus dalam sel-sel di mana DNA viral 

sudah terbentuk. 

Tenovir, suatu nukleotida yang juga 

dapat dianggap analogon nukleosida, 

di dalam sel tuan rumah diubah 

menjadi difosfat aktif, yang berkhasiat 

menghambat enzim RT.

b. analoga non-nukleosida (NNRTI = 

Non-nucleoside reverse transcriptase 

inhibitor): efavirenz (Stocrin), nevirapin.

Obat-obat ini memiliki struktur kimiawi berlainan, jadi bukan analognukleosida. Mengikat diri secara langsung pada RT virus dan memblokir 

pembentukan DNA. Di samping itu 

obat-obat ini —di dalam DNA viral 

yang sudah terbentuk— menghambat 

perpanjangan selanjutnya dari rantaiDNA. Khasiatnya sama, tetapi efek 

sampingnya relatif sedikit, khususnya 

rash. Nevirapin dapat mencapai otak 

dan dapat dipakai  pada demensia 

akibat AIDS.

NRTI dan NNRTI hanya bekerja 

bila enzim reverse-transcriptase dari 

HIV yang aktif pada awal infeksi, 

mengubah RNA menjadi DNA. Selain 

menghambat protease, obat-obat ini 

tidak menghindari produksi dari partikel-partikel virus oleh sel-sel yang 

telah terinfeksi.

II. Protease-inhibitor (PI): amprenavir 

(Agrenase), indinavir, nelfinavir (Viracept),

ritonavir dan saquinavir.

Obat-obat ini bekerja pada fase akhir dari 

multiplikasi virus dan efeknya terhadap 

HIV lebih kuat daripada obat penghambat RT. Berbeda dengan RTI, PI 

mam-pu menghentikan replikasi dari sel 

sel yang sudah terinfeksi.

PI menghambat enzim protease yang 

memecah poliprotein besar yang terbentuk oleh DNA-viral menjadi protein-protein lebih kecil untuk dipakai  bagi 

pembangunan virus baru. Dengan demikian perkembangan virus baru dapat 

digagalkan seluruhnya. 

Resistensi sering kali muncul dalam waktu 

6-12 bulan bila suatu obat dipakai  secara 

mono/terapi, karenaHIV mampu bermutasi 

secara spontan. Telah dibuktikan bahwa 

kombinasi dari RTI dan PI yaitu  sangat 

menguntungkan, karena tidak saja saling 

memperkuat khasiatnya (sinergisme), tetapi 

juga menghindarkan atau sangat memperlambat timbulnya resistensi. Oleh karena 

itu HAART kini sudah menjadi terapi baku 

dalam penanganan infeksi HIV dan prevensi 

AIDS

Pengobatan

HAART (highly active antiretroviral therapy). Kombinasi RTI dan PI memicu perkembangan drastis pada akhir tahun 1995, 

pada saat dibuktikan bahwa kombinasi 

dari kedua jenis obat berkhasiat lebih kuat 

daripada obat-obat tersendiri. Triple therapy 

dari 2 RT-blockers bersama 1 proteaseblocker ternyata sangat efektif, misalnya 

AZT + 3TC + indinavir. sesudah  6 bulan viral 

load (= jumlah partikel virus per ml plasma) 

menurun dengan drastis sehingga tidak 

dapat dideteksi lagi dalam tubuh pada 60-

90% dari pasien HIV, termasuk yang sudah 

parah. Selain itu dapat meningkatkan jumlah 

sel-sel limfo-T (CD4+). Kondisi umum pasien 

membaik, berat badan meningkat, energinya 

pulih kembali serta merasakan dirinya sehat 

dan dapat bekerja seperti biasa. Dimulainya 

terapi sedini mungkin dapat menghindarkan 

pembentukan mutan-mutan virus dan destruksi lebih lanjut dari sistem imun. 

Kini disangsikan bahwa virus dapat dimusnahkan dengan tuntas untuk selama-lamanya dari darah dan tempat-tempat yang 

sukar dicapai seperti jaringan limfe dan SSP. 

Selain itu ada pula kekhawatiran mengenai 

akan munculnya resistensi sesudah  beberapa 

waktu bila obat —yang efek-efek sampingnya hebat— tidak diminum dengan teratur. 

Mengingat bahwa kebanyakan obat ini memiliki masa-paruh yang singkat dan memerlukan pemberian yang kerapkali, maka kesetiaan minum obat yaitu  sangat esensial. 

Terlewatnya hanya satu dosis dapat mengakibatkan menurunnya kadar obat dalam 

darah sampai titik yang membahayakan dan 

gagalnya terapi. 

Penambahan hidroksiureum. Pada Kongres 

AIDS di Chicago (Januari 1998) telah dilaporkan bahwa penambahan obat kanker 

hidroksiureum (Hydrea) pada triple therapy 

(HAART) dapat memusnahkan seluruh virus HIV. Bahkan sesudah  1 tahun beberapa 

pasien yang menjalani terapi tersebut masih 

tetap bebas-HIV. Keberatan utama terhadap 

HAART yaitu  efek sampingnya yang hebat dan

skema pentakaran yang sangat ketat, sehingga 

kesetiaan minum obat (drug compliance) sangat 

menurun. Selain itu harganya juga sangat 

mahal, sekitar USD 1200 untuk pengobatan 

satu bulan. Biaya ini sejak beberapa tahun 

telah turun banyak berkat sejumlah pabrik 

internasional menurunkan harga obat-obat 

HIVnya, bahkan memberikannya cuma-cuma.

HAART Dewasa ini (2005) terapi kombinasi dipakai  sebagai penanganan utama di seluruh 

dunia. Tujuannya yaitu  untuk menekan replikasi virus selama mungkin dan demikian mencegah 

perkembangan AIDS.

* Efek sampingnya dapat berupa supresi sumsum tulang dengan anemia dan gangguan sel-sel 

darah, neuropati dan pankreatitis. Juga mual, muntah, anoreksia, eksantema, gangguan cita rasa, 

sukar tidur dan pikiran kalut. Di samping itu pada jangka panjang terjadi lipodystrofia dari muka, 

lengan, tungkai dan bokong. Akibat pembagian lemak yang berubah pasien menjadi kurus di tempattempat tersebut dan lemak menumpuk di tengkuk (buffalo hump), perut, payudara atau di bagianbagian lain. Dengan demikian bentuk tubuh pasien sangat berubah yang dialaminya sebagai sesuatu 

yang sangat tidak nyaman.

Obat-obat lain

* HCG (Human Chorionic Gonadotropin, lihat 

Bab 42, Hormon-hormon Hipofisis) barubaru ini telah dilaporkan dapat memusnahkan sarcoma Kaposi pada penderita AIDS. 

Menurut perkiraan HCG menghambat reseptor-reseptor di permukaan sel tumor dan 

menstimulasi DNA-nya untuk mengaktivasi 

program “bunuh-dirinya” (apoptose, N Engl 

J Med 1996, 29/10 1996). Lihat juga Bab 14, 

Sitostatika, sebab-sebab kanker.

* Talidomida kini dipakai  untuk mengobati borok dan luka di mulut (stomatitis 

aphtosae, aften) yang berkaitan dengan AIDS. 

Di samping itu, obat ini juga menghambat 

replikasi HIV-1 dan proses peradangan yang 

dicetuskan oleh TNF (Tumor Necrosis Factor)

sehingga dapat memperbaiki keadaan dan 

perasaan sehat penderita.* Lihat juga Bab 10, 

Obat-Obat Lepra dan Bab 49, Imunosupresiva.

2. VIRUS HERPES

Berbagai infeksi virus pada manusia disebabkan oleh kelompok besar virus DNA.

Berlainan dengan infeksi virus lainnya dan 

mirip infeksi HIV, infeksi akibat virus Herpes 

sukar sekali disembuhkan secara radikal. Sekali 

masuk ke dalam tubuh, virus Herpes praktis 

tidak dapat dikeluarkan lagi! 

Infeksi primer terjadi di kulit/mukosa, 

umumnya pada usia di bawah 10 tahun. 

sesudah  ‘sembuh’, virus mengundurkan diri 

melalui saraf ke sumsum belakang. Lalu 

bersembunyi di simpul-simpul saraf di samping sumsum (ganglia) dalam bentuk laten 

untuk seumur hidup. Bila suatu waktu ada  rangsangan tertentu, virus melalui 

saraf muncul lagi di kulit dan menimbulkan infeksi sekunder berdekatan dengan 

tempat infeksi pertama. Rangsangan dapat 

berbentuk “masuk angin”, demam, haid, 

stres, penyinaran X-ray, penyakit berat dan 

lain-lain, yakni situasi saat sistem-imun dan 

daya-tangkis tubuh menurun. sesudah  perbanyakannya dihentikan dan infeksi dapat 

diatasi, virus “mengundurkan diri” lagi dan 

menjadi laten kembali di ganglia.

Pada awal tahun 1997 ditemukan indikasi 

kuat bahwa sejenis virus Herpes (H-6V) yaitu  

penyebab dasar dari penyakit MS (multiple 

sclerosis). MS dianggap sebagai gangguan 

auto-imun kronis yang berciri kerusakan pada 

selubung saraf dengan gejala hebat progresif, 

seperti kelumpuhan spastis, kelemahan total 

dan berkurangnya penglihatan. Penemuan 

ini membuka pintu untuk pembuatan vaksin 

terhadap penyakit fatal itu. Lihat juga Bab 28, 

Obat-obat Parkinson dan MS.

a. Herpes Simplex Virus (HSV) dikenal dalam dua bentuk, tipe-I dan tipe-II.

HSV-1 menyerang terutama muka, mata, 

mulut dan sekitarnya. HSV-II kebanyakan 

ada  di daerah kelamin. Biasanya infeksi 

primer terjadi di mulut dengan banyak luka 

kecil, bengkak dan demam. Pada umumnya 

gejala-gejala ini sembuh sendiri sesudah  satu 

minggu pengobatan paliatif dengan analgetika, obat kumur, diet cair dan istirahat. 

Kortikosteroida tidak boleh diberikan, karena 

sistem-imun akan lebih tertekan dan infeksi 

lebih cepat menyebar ke tempat lain.

* Herpes labialis terjadi sebagai infeksi sekunder sesudah  reaktivasi virus dan bercirikan 

gelembung-gelembung kecil di bibir atau 

di bawah hidung (demam-bibir, “koortslip”). 

Gelembung ini sangat gatal dan bersifat 

menular sekali, karena berisi virus. Dengan

salep asiklovir penyembuhan berlangsung 

lebih cepat.

* Herpes keratitis yaitu  infeksi mata yang 

bercirikan gelembung-gelembung yang bercabang di permukaan epitel selaput bening 

(kornea). Jika tidak segera diobati dapat terjadi perforasi kornea dan kebutaan, begitu 

pula pada pemakaian  tetes-mata kortison. 

Terapi efektif dapat dilakukan dengan tetes 

mata trifluridin, IDU dan vidarabin (karena 

toksisitasnya telah dilarang peredarannya di 

Amerika) atau salep mata asiklovir.

* Herpes genitalis disebabkan oleh HSVII dan ditulari melalui kontak seksual. Penyakit kelamin ini di AS yaitu  penyakit kelamin nomor dua (gonore yaitu  

nomor satu). Penyakit-penyakit kelamin penting lainnya yaitu  kutil kelamin (warts, lihat

di bawah HPV), Chlamydia, sifilis dan Hepatitis B/C. Ternyata bahwa kondom tidak 

memberikan perlindungan 100% terhadap 

infeksi HSV-II, mungkin karena virusnya 

lebih kecil daripada pori-pori karet. Gejalanya berupa gelembung-gelembung bercair 

atau borok yang membengkak dan sangat 

nyeri di daerah bokong, paha dan alat kelamin. Kelenjar-kelenjar di lipat paha (groin)

dapat membengkak diiringi rasa sakit bila 

buang air kecil, demam dan malaise umum. 

Sesudah infeksi pertama diatasi, virus “mengundurkan diri” di dalam ganglia di samping 

sumsum tulang dan bermukim di tempat ini 

seumur hidup! Selama kurun waktu tertentu 

dengan daya-tangkis rendah (stres, flu, kelelahan) virus dapat muncul kembali. Inilah sebabnya mengapa HSV-II menimbulkan rata-rata 4-5 serangan setahunnya. 

Pengobatan dilakukan dengan infus i.v. 

asiklovir, juga salep dengan betadin-iodium

dapat efektif. Obat perintang HSV-2 baru 

pritelivir diharapkan menjadi obat utama 

terhadap gangguan ini, tetapi sementara 

obat yang juga dianjurkan yaitu  famsiklovir 

atau valasiklovir. Dewasa ini Herpes mulai 

merajalela di mana-mana sebagai penyakit 

kelamin. 

Ref. New England Journal of Medicine 2014; 

370:201-210). 

* Herpes zoster (sinannaga, “shingles”, 

“gordelroos”). Penyakit ini diakibatkan oleh 

Varicella zoster (VZV), penyebab cacar-air 

(chickenpox), yang menetap di ganglia pasien 

sesudah  mengalami infeksi cacar pada masa 

kanak-kanak. Infeksi ini terutama menyerang 

orang-orang di atas usia 50 tahun dan sesudah  

sembuh menjadi imun untuk seumur hidup. 

Infeksi bercirikan peradangan akut dari 

simpul-simpul saraf punggung, biasanya hanya di separuh tubuh di bawah dada. Gejalanya berupa kelompok gelembung-gelembung, umumnya sejajar dengan tulang iga 

di daerah simpul saraf. Jarang tampak di 

tengkuk, bahu, muka dan bagian mata, yang 

lazimnya disertai nyeri setempat yang hebat 

sekali dan bertahan lama. 

Pengobatan neuralgia tersebut sukar ditanggulangi dengan analgetika tetapi dapat 

dikurangi dengan mengoleskan 2-3 x sehari 

larutan asetosal 10% dalam alkohol 95% 

dengan kapas pada tempat yang nyeri. 

Terapi oral dapat dilakukan dengan suatu 

virustatikum (asiklovir, valasiklovir). Pada 

kasus-kasus hebat lebih efektif diberikan 

secara infus i.v. (asiklovir, vidarabin). Kortikosteroida dapat dipakai  serentak dan dapat mempercepat penyembuhan luka-luka 

kulit. Secara alternatif dipakai  asam amino 

lysin 3 dd 500 mg (0,5 jam a.c.) berdasar  

khasiat virustatiknya, lihat Bab 54, Dasardasar diet sehat, Lisin.

Neuralgia postherpetis yaitu  nyeri saraf 

hebat yang terjadi di tempat yang terkena 

pada 10% dari pasien sesudah  sinannaga 

sembuh, sering kali pada orang-orang lansia. 

Nyerinya seperti rasa terbakar yang terusmenerus, bersifat bandel dan bisa bertahan 

sampai 2 tahun! Nyeri dapat dihindari bila 

terapi dengan virustatika dimulai sedini mungkin,

yakni dalam 72 jam sesudah  timbulnya rash. 

Obat-obat yang dipakai  terhadap nyeri 

postherpetis terdiri dari kelompok anti depresiva trisiklis (amitriptilin, klomipramin, 

nortriptilin), antidepresiva venlafaksin, antiepileptika (pregabalin, gabapentin. karbamazepin, fenitoin, asam valproat, klonazepam), 

obat narkotik (plester fentanil, oksikodon, 

metadon), relaksan otot (baklofen) dan obat 

topikal (krem lidokain 3-5%, dan lain-lain). 

Efek samping dari obat-obat ini tentu harus 

diperhatikan.

Kompres pada tempat-tempat yang nyeri 

(es batu di dalam kantung plastik) juga meringankan nyeri untuk sementara waktu.

Pada kasus yang parah, adakalanya dilakukan pembedahan, antara lain saraf-saraf ruas 

tulang belakang dipotong (denervasi).

* Epstein-Barr virus (mononucleosis infectiosa)

menyebabkan demam kelenjar (glandular 

fever,”kissing disease”, penyakit Pfeiffer). Gejalagejalanya berupa kelenjar limfe membengkak, sakit tenggorokan, demam ringan yang 

bertahan dan rasa lelah. Tidak dikenal terapi 

kausal, hanya simtomatis dengan banyak 

istirahat, pemakaian  analgetika dan obatobat kumur. Keluhan biasanya hilang sesudah  

beberapa minggu, tetapi penyembuhan tuntas 

(terutama rasa lelah) baru terjadi 3-6 bulan

kemudian! Antibiotika dapat memperhebat 

gejala, maka tidak boleh diberikan.

3. VIRUS HEPATITIS

Hepatitis (radang hati) dapat ditimbulkan 

oleh banyak sebab, tetapi paling sering terjadi 

karena infeksi oleh virus hepatitis. Sebabsebab lain hepatitis yaitu  virus demam 

kuning dan penyumbatan saluran empedu 

(antara lain akibat batu empedu), zat-zat 

kimia atau obat-obat tertentu, juga karena 

minum terlalu banyak alkohol. Hingga kini 

dikenal 7 jenis, yakni Virus hepatitis A, B, C, D, 

E, F dan G.Hepatitis B dan C dianggap paling 

berbahaya, karena dapat merusak hati secara 

permanen.

a. HAV (Hepatitis-A Virus) yaitu  virusRNA dan penyebab hepatitis yang paling 

sering terjadi. Penularan terutama melalui 

jalur tinja-mulut dengan minuman dan 

makanan yang tercemar. Tidak ada  pembawa-virus. Diagnosis dilakukan 

dengan deteksi antibodies IgM (anti-HAV). 

Masa inkubasinya antara 2 dan 6 minggu; 

kebanyakan infeksi berlangsung tanpa 

keluhan dan tidak kentara. Gejala utama 

yaitu  kulit dan putih mata menjadi 

kuning pada kurang lebih 50% pengidap, 

berhubung zat warna empedu (bilirubin) tidak diuraikan lagi oleh hati dan 

dikeluarkan ke dalam darah. Gangguangangguan lambung-usus, demam, rasa 

letih, nyeri perut, nyeri otot dan sendi 

bisa terjadi. Tinja dapat hilang warnanya 

dan kemih berwarna gelap. Prevensi

dapat dilakukan dengan imunisasi pasif 

(imunoglobulin), lihat Bab 50, Sera dan 

vaksin. Tidak ada obat anti-HAV, tetapi 

infeksi sembuh secara spontan dengan 

istirahat dan diet tanpa lemak dalam 

waktu 4-8 minggu. Adakalanya disusul 

dengan keadaan lemah-letih selama beberapa bulan. 

b. HBV (Hepatitis-B Virus). HBV termasuk 

penyakit kelamin, bersama sifilis, gonore, 

herpes genitalis, trichomoniasis, chlamydiasis 

dan AIDS. Sama dengan HIV, penularannya hanya melalui darah, mani dan 

cairan vaginal. Penyakit ini ditemukan di 

seluruh dunia dengan lebih kurang 200 

juta penderita dengan 2 juta kematian 

setiap tahun. Di Asia dan Afrika diperkirakan 15% penduduknya yaitu  pembawa-virus, dibandingkan kurang dari 

1% di negara-negara Barat. Potensi penularannya jauh lebih besar daripada AIDS, 

tetapi risiko kematiannya sama besar. 

Pada 10% dari penderita, infeksi menjadi 

kronis, virus menetap di darah, khasnya di 

hati, lalu pasien menjadi pembawa-virus 

kronis (±5%). Adakalanya hati mengeras 

(cirrosis), keluhan menghebat dan bila 

tidak diobati akhirnya menjadi fatal. Masa 

inkubasinya antara 2 dan 6 bulan. Gejalagejalanya dalam garis besar mirip infeksi 

dengan HAV, tetapi lebih hebat dan lebih 

sering menimbulkan warna kulit menjadi 

kuning. 

Prevensi dapat dilakukan dengan vaksinasi (HB-vax, terbuat dari antigen-permukaan HBV rekombinan, 10 dan 40 

mcg/ml) tiga kali (langsung dan masingmasing sesudah  satu serta enam bulan) 

yang memberikan perlindungan selama 

beberapa tahun. WHO menganjurkan 

agar vaksinasi HBV dilakukan secara teratur dalam rangka program imunisasi

di setiap negara. Hal ini kini sudah direalisasikan di Prancis, Italia dan Belgia. 

Pengobatan dengan obat-obat antiviral 

jauh belum sempurna. Efek cukup baik 

dicapai dengan alfa-interferon i.m. 3x 

seminggu 5-9 MU dengan respons 14-

75%. Obat HIV lamivudin dalam dosis 

tinggi efektif pula terhadap HBV. 

Bila (peg) interferon-alfa tidak efektif 

atau terkontraindikasi, ternyata obatobat antiviral baru sesudah  4-5 tahun dapat menghilangkan fibrosis dan regresi 

cirrosis. 


* Adefovir (Hepsera), suatu asiklik nukleosid fosfonat, khusus dipakai  terhadap infeksi HBV (De Clercq E. Clinical 

potential of the acyclic nucleoside phosphonates cidofovir, adefovir and tenofovir 

in treatment of DNA virus and retrovirus 

infections. Clin Microbiol Rev.2003, 16: 

560-596). Obat ini baru efektif sesudah  

intraselular diubah menjadi metabolit 

aktif adefovirdifosfat yang menghambat 

polimerase viral dan demikian memblokir 

perpanjangan rangkaian DNA vius. Ekskresi melalui urin sebanyak 45% dalam 24 

jam.

Dosis: 1 dd 10 mg yang juga yaitu  

dosis maksimal.

* Telbivudin (Sebivo) suatu thymidin nukleosida analog yang dipakai  bagi 

penderita Hepatitis B kronis. Untuk 

pemakaian  yang sama pilihan lebih 

ditujukan kepada adefovir karena referensinya yang lebih lengkap.

Dosis: 1 dd 600 mg.

c. HCV (Hepatitis-C Virus) baru ditemukan 

pada tahun 1989. Infeksi dengan HCV 

acap kali berlangsung lambat tanpa 

gejala. Nilai fungsi hati dalam darah agak 

meningkat terus-menerus. Penularan juga 

berlangsung melalui darah, mani dan 

lendir, sama dengan AIDS tetapi lebih 

agresif; setetes kecil darah sudah cukup 

untuk mengakibatkan infeksi. Penyakit 

ini khusus menyerang pecandu narkoba, 

pekerja seks dan orang-orang dengan 

kontak seksual berganti-ganti. Menurut 

tafsiran, dewasa ini di seluruh dunia ada  130-210 juta penderita hepatitis 

C kronik. Pengobatan aniviral yang optimal dapat mengurangi morbiditas dan 

mortalitas akibat hepatitis C kronik dan 

menghindari penyebaran dari HCV. Juga 

sangat penting untuk menghentikan kerusakan hati akibat infeksi HCV kronik.

Pengobatan standar dewasa ini terdiri 

dari kombinasi peg-interferon dan ribavirin selama 34-48 minggu yang memberikan kesembuhan sub-optimal di samping timbulnya efek-efek samping serius. 

Hanya efektif kurang dari 50% untuk 

infeksi HCV-genotipe 1 dan 4, 

Penghambat enzim protease yaitu  

kelompok obat-obat baru yang bekerja 

langsung terhadap siklus hidup HCV. 

Kombinasi dari obat ini dengan peginterferon serta ribavirin hampir dapat 

melipatgandakan kesempatan penyembuhan pasien HCV-genotipe 1, di samping 

lamanya terapi dapat sangat dipersingkat. 

Efek negatif dari pengobatan dengan perintang protease yaitu  dapat timbulnya species virus resisten di samping 

timbulnya efek samping khusus.

d. HEV (Hepatitis-E Virus) banyak ada  

di daerah tropis dan terutama melanda 

remaja. Gejala-gejalanya secara klinis tidak dapat dibedakan dari hepatitis A. 

Masa inkubasinya 2-8 minggu, lazimnya 

sembuh tuntas secara spontan (Hepatitis 

E in Nederland 1992-96. NTvG 1996, 29, 

1514).

e. HFV (Hepatitis-F Virus) belum lama ditemukan; bahan-bahan genetisnya belum 

dianalisis secara lengkap.

f. HGV (hepatitis-G virus) ditemukan di 

tahun 1996 dan relatif banyak ditemukan 

pada donor darah. Keb