obat 34




 yang kurang merangsang dibandingkan dengan adrenalin. Banyak sediaan asma OTC 

mengandung efedrin, yang pada orangorang peka atau pentakaran terlampau 

tinggi dapat memicu  efek pusat dan 

jantung (aritmia) yang tidak diinginkan. Oleh 

sebab  itu efedrin di sejumlah negara, a.l. 

Belanda, dilarang dalam sediaan bebas (food 

supplements OTC), lagi pula dimasukkan ke 

dalam Doping List Komite Olimpik.

Resorpsi dari usus baik, bronchodilatasi 

sudah nampak dalam 15-60 menit dan bertahan 2-5 jam. Plasma-t½ 3-6 jam tergantung 

dari pH. Dalam hati sebagian zat dirombak; 

ekskresi berlangsung lewat urin secara utuh.

Efek samping. Pada dosis biasa sudah bisa 

terjadi efek pusat, seperti gelisah, nyeri kepala, 

cemas dan sukar tidur, sedangkan pada 

overdosis timbul tremor dan tachycardia, 

aritmia serta debar jantung. Berhubung dengan risiko tachyfylaxis sebaiknya jangan 

dipakai  secara kontinu, namun  diseling 

dengan obat asma lain. Wanita hamil boleh 

memakai  efedrin.

Dosis: pada asma 3-4 dd 25-50 mg (-HCl), 

anak-anak 2-3 mg/kg sehari dalam 4-6 dosis. 

Tetes hidung larutan sulfat 0,5-2%, dalam 

tetes mata 3-4%.

* Pseudo-efedrin (d-efedrin, iso-efedrin, *Actifed, *Sinutab, *Sudafed, *Polaramin exp.) adalah isomer dekstro (1956) dengan khasiat sama. Khasiat bronchodilatasinya lebih lemah, 

namun  efek sampingnya terhadap SSP dan 

jantung juga sedikit lebih ringan. Plasma-t½ 

±7 jam, namun  lebih singkat dalam urin asam. 

Obat ini juga banyak dipakai  dalam 

sediaan kombinasi untuk flu. Dosis: oral 3-4 

dd 60 mg (HCl, sulfat).

*Fenilpropanolamin(norefedrin, *Rhinotussal,

*Sinutab, *Triaminic) yaitu  derivat tanpa gugus-CH pada atom-N dengan khasiat yang 

menyerupai efedrin. Efeknya lebih panjang; 

efek sentral dan efek terhadap jantung lebih 

ringan. namun  pada ±20% pengguna tekanan 

darahnya meningkat dengan nyata. Banyak 

sekali sediaan kombinasi OTC anti-flu dengan obat ini beredar di pasaran. 

berdasar  hasil penelitian (Yale University School of Medicine: Phenylpropanolamine & Risk of Hemorrhagic Stroke) bahwa 

ada korelasi antara fenilpropanolamin dan 

perdarahan otak (stroke), oleh sebab  itu 

dalam bulan April 2001 peredaran produkproduk (khususnya obat-obat flu) yang 

mengandung bahan aktif ini di atas 15 mg 

per dosis telah ditarik dari peredaran. Walaupun risiko hemorrhagic stroke sangat rendah, 

namun  Food and Drug Administration Amerika (FDA) menganjurkan untuk tidak memakai  produk yang mengandung fenilpropanolamin (updated December 2005). Dosis:

oral 3-4 dd 15-25 mg.

5. Derivat imidazolin1

Senyawa ini memiliki efek a-adrenergik 

langsung dengan vasokonstriksi tanpa stimulasi SSP. Khusus dipakai  sebagai dekongestivum pada selaput lendir hidung 

dan mata, selesma (rhinitis, coryza), hay fever, 

sinusitis dan sebagainya. Efeknya lebih panjang dari pada efedrin.

pemakaian nya sebagai tetes hidung jangan lebih lama dari 3-5 hari, sebab  dapat 

memicu  kebiasaan (ringan), lagi pula 

dapat memicu  pilek kronis dengan 

hidung mampat akibat vasodilatasi (rebound 

effect). 

Efek samping. Bayi dan anak kecil sebaiknya 

jangan diberikan obat ini, sebab  dapat 

diabsorpsi dari mukosa dengan memicu  

depresi SSP. Gejalanya berupa mengantuk, 

pening, hipotermi dan bradycardia, bahkan 

juga koma pada overdosis. Sifat ini bertentangan dengan kebanyakan adrenergika yang justru menstimulasi SSP. Yang paling banyak dipakai  yaitu  nafazolin, 

ksilometazolin, oksimetazolin dan tetrizolin (Visine). Oksimetazolin dan ksilometazolin ternyata memiliki sifat antioksidan baik yang 

mungkin meningkatkan efektivitasnya pada

terapi lokal dari infeksi saluran napas bagian 

atas dengan peradangan.

5a. Oksimetazolin: Afrin, Iliadin = Nasivin.

Derivat imidazolin ini (1961) bekerja 

langsung terhadap reseptor-alfa tanpa 

efek atas reseptor-beta. sesudah  diteteskan 

di hidung, dalam waktu 5-10 menit terjadi 

vasokonstriksi mukosa yang bengkak dan 

mampatnya hilang. Efeknya bertahan ±5 

jam. 

Efek samping dapat berupa rasa terbakar 

dan iritasi pada selaput lendir hidung 

dengan memicu  bersin.

Dosis: anak-anak di atas 12 tahun dan 

dewasa 1-3 dd 2-3 tetes larutan 0,05% 

(HCl) di setiap lubang hidung; anak-anak 

2-10 tahun larutan 0,025%.

5b. Ksilometazolin (Otrivin) yaitu  derivat 

(1959) dengan efek dan pemakaian  sama. 

Dosis: nasal 1-3 dd 2-3 tetes larutan 0,1% 

(HCl), maks 6 x sehari. Anak-anak 2-6 thn 

larutan 0,05%.

5c. Nafazolin (Albalon, Privine, Vasacon) adalah derivat paling tua (1941) dengan 

sifat sama, namun  efeknya lebih singkat 

rata-rata 3 jam, sehingga risiko rebound 

kongesti lebih besar. 

Dosis: okuler 1-4 dd 1-2 tetes larutan 

0,05-0,1% (HCl)

6. Amfetamin

Psikostimulansia. Amfetamin termasuk 

kelompok psikostimulansia yang bercirikan 

stimulasi SSP dan memperkuat pernapasan

yang dihambat oleh obat-obat sentral lain. 

Aktivitas mental dan fisik meningkat, begitu 

pula inisiatif dan kelincahan, kepercayaan diri 

sendiri dan prestasi diperbesar, sedangkan 

rasa kantuk dan letih dihilangkan(sementara). 

Amfetamin juga memicu  rasa nyaman 

(eufori), maka berdasar  sifat psikis ini 

dahulu dipakai  sebagai obat antidepresi. 

sebab  adakalanya bisa membuat suasana 

jiwa memburuk dan timbul depresi, bersifat 

adiksi dan memicu  risiko besar bunuh 

diri, pemakaian ya sebagai antidepresivum 

sudah lama dianggap obsolet. Lihat Bab 30, 

Antidepresiva. Di samping itu, amfetamin 

juga memiliki efek adrenergik yang meliputi 

vasokonstriksi, bronchodilatasi (agak lemah), 

midriasis dan kontraksi otot lingkar (sfincter) 

kandung kemih.

Kelompok amfetamin juga disebut ‘wekamin’ dan meliputi (deks) amfetamin, metamfetamin, ecstasy (XTC) dan metilfenidat.

Berhubung dengan sifat adiksinya, di banyak negara, termasuk Belanda, obat-obat 

ini hanya dijual atas resep dan diatur secara 

hukum dalam Undang-undang Narkotika 

(Opiumwet). 

6a. Deksamfetamin: desoksinorefedrin, Dexedrin

Isomer dekstro dari amfetamin ini (1935) 

memiliki khasiat terhadap SSP yang 2x 

lebih kuat daripada bentuk-rasemisnya (-dl)

(benzedrin) dan ±4x lebih kuat daripada 

bentuk levonya. pemakaian nya khusus pada penyakit narkolepsi (rasa kantuk tidak 

tertahan pada siang hari) dan ADHD pada 

anak-anak yang hiperaktif (sebagai pilihan 

kedua sesudah metilfenidat).

2

 Amfetamin 

juga sering kali dipakai  sebagai doping 

untuk meningkatkan prestasi olahraga.3

Resorpsi dari usus baik, efeknya bertahan 

4-24 jam. Dalam hati, zat ini sebagian dimetabolisasi dan bagian terbesar diekskresi lewat urin secara utuh.

Efek samping berupa efek pusat, seperti 

gelisah, rasa takut, sukar tidur dan kecenderungan berbicara tanpa henti. pemakaian  

untuk jangka waktu lama, terutama dengan 

dosis tinggi, dapat memicu  psikosis dan 

depresi hebat, juga efek adrenergik seperti 

tachycardia, naiknya tensi, aritmia, mulut 

kering dan midriasis. Gangguan lambung 

usus dan reaksi kulit serta berkurangnya 

libido dapat terjadi.

Dosis: pada narkolepsi 2 dd 5 mg, dinaikkan 

setiap minggu dengan 10 mg sampai dicapai 

respons optimal, maksimal 60 mg/hari.

Pada ADHD (bila metilfenidat kurang 

menghasilkan efek) permulaan 2,5 mg (3-5 

thn) atau 5-10 mg (di atas 6 thn) sehari, bila 

perlu dinaikkan setiap 7 hari sampai rata-rata 

20-40 mg sehari.

* Ecstacy (XTC, metilendioksimetamfetamin, 

MDMA) termasuk kelompok Drugs yang 

efeknya “membebaskan jiwa” (halusinogen)

dengan berturut-turut timbul desorientasi,  

perasaan senang dan nyaman (euforia) yang 

bertahan ±4 jam. Toleransi muncul dengan 

cepat. Kombinasi dengan alkohol meningkatkan risiko kerusakan otot jantung. Lihat 

selanjutnya Bab 23, Drugs.

6b. Metilfenidat: Ritalin, Equasym, Medikinet

Derivat piperidil ini (1954) berbeda strukturnya dari amfetamin, namun  sifatnya mirip. 

Bekerja menstimulasi SSP hingga batas kelelahan faal dapat dilampaui. Selain itu, obat 

ini memicu  euforia dan perilaku ‘tanpakendali’. Mekanisme kerjanya berdasar  

penghambatan re-uptake dopamin dan noradrenalin. Kebiasaan terhadap efek psikoaktivasinya terjadi secara berangsur-angsur. Metilfenidat terutama dipakai  sebagai pilihan pertama pada narkolepsi. Sejak 

tahun 1993, di AS obat ini sering kali diberikan pada anak-anak dengan sindroma hiperkinetik ADHD, lihat boks. Di negeri Belanda 

metilfenidat dimasukkan dalam Daftar Narkotika (Opiumwet).

Resorpsi dari usus cepat dan praktis lengkap, BA hanya 30% sebab  FPE besar, PP 

rata 21%, plasma-t½ singkat, 2 jam. Ekskresi 

berlangsung dengan urin.

Efek samping dapat berupa nervositas, 

tachycardia, sukar tidur dan anoreksia, 

nyeri perut, lebih sering pada anak-anak. 

Efek lainnya pusing, gangguan penglihatan, 

dyskinesia dan kejang otot. Efek sentralnya 

(euforia, eksitasi, gelisah) menyerupai efek 

kokain, namun  bertahan 4 kali lebih lama.

Ketergantungan psikis dapat terjadi, seperti 

amfetamin pada orang yang peka, namun  

ketergantungan fisik seperti akibat narkotika 

tidak terjadi. Wanita hamil tidak boleh minum 

obat ini, sebab  dapat merusak janin.

Dosis: pada narkolepsi oral 2-3 dd 10 mg 

½ jam a.c. Pada ADHD anak-anak 6 thn atau 

lebih permulaan 0,25 mg/kg/hari dalam 2 

dosis, lalu dinaikkan setiap minggu sampai 2 

mg/kg, maksimal 60 mg sehari.


ADHD (= Attention Deficit & Hyperactivity Disorder)

ADHD yang dahulu disebut Minimum Brain Damage (MBD), merupakan gangguan psikiatris 

tersering pada anak-anak dengan prevalensi 3-5%. Bercirikan kesulitan serius untuk konsentrasi, 

hiperaktivitas dan impulsivitas. Juga orang dewasa dapat mengidap penyakit ini dengan gangguan 

perilaku dan memori serta berfungsi kurang baik dalam pekerjaan dan penghidupan sosial. Perlu 

dicatat bahwa tidak semua anak yang sangat sibuk, bandel dan sukar dikendalikan, menderita 

ADHD. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan MRI, pada mana tampak kelainan-kelainan khas di 

otak. Penanganan terdiri dari psiko-edukasi dan/atau saran-saran yang bersifat mendidik, ditunjang 

dengan pengobatan. Obat pilihan pertama yaitu  psikostimulan metilfenidat, yang sebab  efeknya 

singkat perlu diberikan 3-4 kali sehari. Tablet controlled release juga tersedia, yaitu metilfenidat Oros 

(Concerta), namun  harganya 5 kali lebih tinggi. Obat relatif baru atomoksetin yang sama efektifnya 

dengan dosis tungal telah disambut dengan baik. Alternatif dipakai  minyak ikan (EPD/DHA) 

dengan dosis 2 dd 300 – 500 mg EPA/DHA dengan efek baik.

*Atomoksetin (Strattera) yaitu  derivat propilamin (2002) yang berkhasiat memperbaiki gejala 

ADHD dan perilaku psikososial. Khasiatnya berdasar  penghambatan penyerapan kembali NA 

(NA reuptake blocker). Tidak bersifat psikostimulan, maka tidak termasuk dalam Daftar Narkotika. 

Efek samping berupa gangguan lambung-usus (a.l. anoreksia), pusing, mengantuk, reaksi kulit, 

peningkatan tekanan darah dan meningkatnya frekwensi jantung. Zat ini dirombak oleh sistem 

oksidatif P450 (enzim CYP2D6), oleh sebab  itu interaksi dengan zat-zat penghambat enzim ini 

dapat terjadi. Dianjurkan untuk memantau tensi, frekwensi jantung dan pertumbuhan (Geneesm 

Bull 2006; 40: 104-5, Kelsy DK etal. Once daily atomoxetin treatment for children with ADHD. Pediatrics 

2004;114: e1-e8.)

Dosis: dewasa 40-80 mg sehari dalam 1 -2 dosis, anak-anak 0,5-1,2 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis, 

maks 1,8 mg/kg/hari.

 B. ANOREKSANSIA

Anoreksansia yaitu  zat-zat yang berkhasiat

menekan nafsu makan dan dipakai  un-

tuk menunjang diet pada penanganan kegemukan (overweight, obesitas).

Penurunan berat badan hanya dapat terrealisasi dengan membatasi asupan makanan.

Kegemukan

Overweight atau kegemukan merupakan suatu gabungan dari faktor keturunan (± 70%)

dan sisanya yaitu  faktor-faktor lingkungan

seperti susunan makanan dan pola hidup

(kegiatan fisik).

Meningkatnya berat badan juga dapat

disebabkan bila berhenti merokok (melalui

susunan saraf otonom), sesudah  persalinan

(hormonal) dan obat-obat tertentu seperti

hormon-hormon, beberapa antidepresiva, antipsikotika dan anti-epileptika.

Overweight, obesitas atau adipositas didefinisikan sebagai ada nya lemak tubuh

dalam jumlah abnormal, yang mengakibatkan kegemukan dan overweight pada keadaan

tinggi badan dan jumlah otot tertentu (Ing.

obese = amat gemuk). Obesitas merupakan

suatu penyakit kronis dengan penumpukan

lemak dalam tubuh yang demikian besar

sehingga memicu  risiko kesehatan.

Di banyak negara makmur (Jerman, Belanda, AS) ada  banyak orang gemuk;

30% lebih dari populasi mengidap obesitas.

Bahkan dikuatirkan akan menjadi suatu epidemi sedunia (BMJ 1998; 317: 1607-8). Pada

orang gemuk umumnya ada  kadar kolesterol total yang meningkat, terutama

LDL-kolesterol, sedangkan HDL-kolesterol 

menurun. Begitu pula kadar trigliserida 

naik, yang diperkuat oleh penumpukan lemak di rongga perut.1 kg overweight menaikkan tekanan darah dengan ±1,3 mm Hg,

sebab  volume darah naik dan volumemenit (cardiac output) meningkat. Obesitas

dapat mencetuskan resistensi insulin dan

hiperinsulinemia, yang pada akhirnya dapat

memicu  diabetes dan meningkatkan

risiko akan hipertensi dan PJP, lihat Bab 47,

Insulin dan Antidiabetika oral. 

Obesitas meningkatkan risiko mendapatkan

diabetes tipe 2 dengan faktor 500-1000%.

Relasi antara diabetes dan kelebihan berat

badan yaitu  kausal, sebab  penelitian telah

membuktikan pengaruh menguruskan badan

dan lebih banyak bergerak terhadap insidensi

penyakit gula.


Faktor risiko untuk berbagai penyakit. 

Selain faktor risiko untuk diabetes dan PJP, 

overweight juga meningkatkan risiko akan 

timbulnya batu empedu, hernia, varices dan

artrose pada lutut dan kaki.

Oleh sebab  itu, penanganan diabetes 

dan hipertensi pada orang gemuk selalu 

dimulai dengan usaha mengurangi berat tubuh dengan kur pelangsingan, sebelum dilakukan pengobatan spesifik, lihat bab-bab 

bersangkutan.

Metabolisme

Semua bahan gizi yang diasup (protein, hidratarang dan lemak) tubuh dipakai  untuk 

memelihara jaringan serta memproduksi 

kalor dan energi. Kelebihan hidratarang 

yang tidak langsung ‘dibakar’ atau diubah 

menjadi glikogen, diubah menjadi lemak 

(trigliserida) yang ditimbun dalam jaringan 

lemak. Lemak persediaan ini tidak dapat 

diubah kembali menjadi protein atau gula. 

Hanya dalam keadaan ‘darurat’, lemak ini 

dipakai  sebagai bahan bakar, misalnya 

sesudah  pantang makan untuk jangka waktu 

lama.

Menurut perkiraan, jumlahsel-sel lemak (adipocyt) dalam tubuh sudah ditentukan pada 

masa kanak-kanak dan sekali terbentuk 

dalam jumlah besar tidak akan berkurang 

lagi. Semakin besar asupan makanan, semakin banyak pula lemak memasuki adipocyt, 

yang sebab  itu akan terisi penuh dan mengembang. Keadaan ini dapat disamakan 

dengan balon yang dalam keadaan biasa 

kempis, namun  volumenya membesar bila 

diisi gas (ditiup). Penumpukan lemak terjadi 

khusus di sekitar organ dan di bawah kulit, 

yang memicu  tubuh menjadi gemuk.

Pathogenesis

Hanya sedikit, ±10%, obesitas disebabkan 

oleh kelainan organik, misalnya hipotirosis. 

Faktor lainnya yaitu  faktor keturunan 

dan resam tubuh yang berperan melalui 

mekanisme yang belum diketahui. Di 

samping itu, pe-ranan utama kegemukan 

ditentukan oleh gaya hidup, yaitu kebiasaan 

makan terlalu banyak tanpa ‘membakar’ semua 

energi yang diasup, di samping kekurangan 

aktivitas/gerak badan.

Penyebab obesitas pada manusia belum 

diketahui dengan jelas. Pada tikus gemuk 

telah ditemukan suatu gen termutasi, yang 

homolognya juga dideteksi dalam jaringan 

lemak manusia. Diketahui bahwa gen-ob 

(obese) ini mengarah ke obesitas dan resistensi 

insulin. Ada korelasi positif antara BMI (lihat 

di bawah) dan adanya gen-ob. Ditemukan 

pula suatu faktor yang membuat kenyang 

(leptin) yang berperan untuk berkembangnya 

obesitas pada tikus dengan gen-ob. Faktor 

ini juga ada  dalam darah orang ‘biasa’ 

(tidak gemuk). Selain itu ada  pula suatu 

faktor lapar(ghrelin).

Bobot badan biasanya kurang lebih stabil. 

Penimbunan energi sebagai trigliserida dalam jaringan lemak terjadi bila asupan energi lebih besar daripada pemakaian nya. Keseimbangan diregulasi oleh hipotalamus (seperti juga suhu tubuh dan osmolaritas cairan 

tubuh), pada mana kedua faktor, ghrelin 

maupun leptin, memegang peranan penting.

* Ghrelin yaitu  hormon lapar (appetite stimulating hormone) yang ditemukan oleh kardiolog Jepang Kojima (1999, Yun ghre = pertumbuhan). Diproduksi terutama di lambung akibat rangsangan dari hipotalamus. 

Hormon peptida ini melalui stimulasi pelepasan GH (Growth Hormone) memicu  perasaan lapar. Bila kadar ghrelin darah 

menurun, kadar GH juga berkurang, nafsu 

makan tidak dihambat dan BMI meningkat. 

Ghrelin menghemat pemakaian  energi 

oleh tubuh dan menstimulasi penimbunan 

lemak. Bila bobot badan turun, sekresi GH 

meningkat namun  kadar ghrelin tidak berubah. Hal ini menunjukkan, bahwa sebetulnya

obesitas bercirikan defisiensi GH, yang 

tidak berhubungan kausal dengan kadar 

ghrelin rendah. 

Selama berpuasa ghrelin akan disekresi dan 

kadarnya meningkat, namun  segera menurun 

lagi sebab  hipotalamus mencetuskan perasaan lapar. (Obes.Res 2002; 10: 1161-66)

* Leptin (”faktor saturasi”) yaitu  suatu hormon peptida yang ditemukan pada tahun

1994 dan terdiri dari 167 asam amino dengan BM 16.000 (Yun. leptos = kurus). Zat 

ini diproduksi oleh sel-sel lemak di bawah 

pengaruh gen-ob, juga dalam lambung dan 

organ kelamin. Leptin beredar dalam darah 

dan berperan pada asupan makanan, metabolisme dasar dan fertilitas. Bila kadar leptin 

naik, rasa lapar turun. Faktor ini bersama 

ghrelin merupakan anak rantai penting 

pada sistem feed-back yang mengatur keseimbangan antara perasaan lapar dan asupan 

pangan. 

Leptin sebagai faktor mengenyangkan (‘saturation factor’) hanya aktif di sel lemak dan 

membantu mengendalikan nafsu makan 

di hipotalamus. Pada orang gemuk leptin 

tidak atau kurang terbentuk akibat defek 

pada gen-ob atau pada reseptornya. Efeknya 

yaitu  timbulnya polyfagie (makan terlalu 

banyak), suhu badan abnormal rendah (hipothermie) dan resistensi terhadap insulin dan

leptin. Oleh sebab  itu pada obesitas meskipun masa lemak meningkat dan jumlah 

leptin sekadar naik, namun nafsu makan 

tidak berkurang dan pertukaran zat tidak 

meningkat. Selama kur menguruskan tubuh, 

berat badan menurun dan terjadi kekurangan 

leptin sehingga nafsu makan bertambah 

dan pemakaian  energi berkurang. Untuk 

mengkompensasi kekurangan pemakaian  

energi ini kadar ghrelin justru meningkat 

(NTvG 2003;147:1168-72) Bila kadar leptin 

dalam darah terlampau tinggi, maka hipothalamus memberi isyarat pada tubuh untuk 

berhenti makan dan supaya lebih aktif untuk 

mengurangi jumlah lemak. 

Penentuan kelebihan berat badan

Ada sejumlah metode untuk menilai taraf 

kelebihan berat badan dan memprediksi risikonya bagi kesehatan pada kelebihan berat badan. Penelitian ilmiah memakai  

metode lain, seperti densitometri (penentuan berat jenis tubuh dengan jalan menimbang di bawah air) dan teknik-teknik 

canggih (CT-scan dan MRI), yang sangat 

efektif untuk menentukan jumlah LTT (lemak tubuh total) dan pembagiannya dalam 

tubuh. Cara-cara ini terlampau sulit dan mahal untuk dilakukan secara besar-besaran. 

Cara-cara praktis. Ada beberapa cara yang 

lebih praktis dan murah, seperti pengukuran lipatan kulit, yang memberi kesan 

mengenai lemak di bawah kulit dan jumlah 

LTT, namun  tidak memberi kesan mengenai 

jumlah lemak di rongga perut (LRP). 

Body Mass Index (BMI) kini paling banyak 

dipakai  untuk menentukan besarnya masa 

lemak, namun  tidak menerangkan pembagian 

lemak dalam tubuh. Sebetulnya suatu studi 

(Univ. Glasgow, 1998) telah memastikan bahwa lokasi lemak, khususnya jumlah lemak 

di rongga perut (LRP), berperan penting: 

semakin banyak LRP, semakin besar risiko akan 

gangguan kesehatan. Penentuan waist-hip 

ratio dan lingkaran pinggang memberikan 

informasi lebih jelas mengenai jumlah LRP.

Berat dan tinggi badan sesudah  usia 60 

tahun pada umumnya menurun disebabkan 

oleh kehilangan jaringan otot dan tulang, 

Juga pada usia lanjut terjadi redistribusi 

lemak yang meningkat ke bagian perut. Oleh 

sebab  itu BMI sebagai indeks jumlah lemak 

kurang tepat bagi lansia. Walaupun demikian 

BMI yang tinggi tetap berkaitan dengan 

memburuknya kesehatan dan menurunnya 

kualitas hidup. 

1. BMI (Body Mass Index) atau IMT(Indeks 

Masa Tubuh) yaitu  kuosien dari perbandingan berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m2

). BMI merupakan suatu ukuran

yang dapat dipercaya, murah dan praktis 

untuk menilai apakah ada kelebihan berat badan. Antara BMI dan persentase lemak dalam 

tubuh ada  korelasi baik, namun  distribusi 

lemak dalam tubuh tidak dijelaskan. BMI 

juga dinamakan Quételet Index (Q.I.). 

Di samping itu BMI ternyata berguna 

pula untuk meramalkan risiko PJP serta risiko 

kematian sebagai akibat. 

WHO telah menentukan pembagian orang 

overweight atas dasar BMI-nya. Lihat tabel 

di bawah ini dan untuk praktisnya juga dimuat risiko yang dihadapi oleh kelompok

kelompok ini , yang khusus berlaku bagi 

orang di bawah usia 50 tahun. Untuk mempermudah penentuannya tersedia grafik berdasar  berat dan tinggi badan pasien , 

sehingga BMI-nya dapat dilihat dengan mudah. Lihat nomogram di bawah.

WHO mendefinisikan sebagai berikut.

– Kegemukan atau overweight didefinisikan sebagai BMI dari 25-29,9 kg/m2;

– Adipositas/obesitas menunjukkan BMI 

sama dengan atau melampaui 30 kg/m2 

(lebih dari 150% berat ideal);

– BMI > 40 kg/m2 disebut adipositas morbid (sakit).

WHO Physical status: the use and interpretation of anthropometry, Geneve, 1995.

Terutama pada obesitas, risiko akan morbiditas dan mortalitas meningkat dengan 

kuat.

2. ‘Waist-hip Ratio’. Selain derajat overweight, juga pembagian lemak di tubuh penting untuk menilai risiko kesehatan. WHR = perbandingan antara lingkar pinggang dan pangkal paha (pinggul) dapat dipakai  sebagai ukuran untuk pembagian 

lemak. Perbandingan ini menunjukkan dengan baik jumlah lemak di perut (LRP), semakin tinggi ratio, semakin banyak lemak. Walaupun WHR tidak memberikan informasi mengenai jumlah lemak total dalam tubuh (LTT), 

namun  ternyata berkorelasi baik dengan risiko 

kesehatan. Penumpukan lemak di rongga 

perut, pada pria umumnya berbentuk buah apel dan merupakan faktor negatif. Pada 

wanita lazimnya lemak bertumpuk di sekitar pinggul (berbentuk buah pear), yang dihubungkan dengan risiko PJP.

3. Lingkar pinggang (LP). Penelitian baru 

telah memastikan bahwa lingkar pinggang


memberi indikasi baik dari LTT dan LRP, 

serta risiko bagi kesehatan. Semakin besar 

LP, semakin besar pula risiko akan diabetes, 

kolesterol tinggi, hipertensi dan sesak napas. LP mudah diukur dengan otot perut 

kendur (relaksasi) antara bagian bawah dari 

iga terendah dan bagian atas dari panggul 

(pelvis). LP dengan risiko meningkat tergantung dari antara lain jenis kelamin dan 

keturunan (etnis). Untuk orang kulit putih 

(Caucasian) dari 20-60 tahun berlaku:

– pria : LP > 94 dan > 102 cm, masingmasing risiko tinggi dan sangat tinggi

– wanita :LP > 80 dan > 88 cm, masingmasing risiko tinggi dan sangat tinggi

Dalam garis besar pembagian ini sesuai 

dengan angka-angka BMI, namun  LP lebih 

jelas menunjukkan risiko bagi orang dengan 

BMI rendah dan pembagian lemak kurang 

baik.

* Perokok menunjukkan lebih banyak penumpukan lemak di rongga perut dan lazimnya BMI rendah. namun  sesudah  berhenti 

merokok, BMI meningkat sebab  metabolisme dasar yang selama merokok naik, sekarang menurun. Oleh sebab  itu mereka lebih 

banyak menyamil, yang mengakibatkan berat badan meningkat.

Indeks glikemik(IG)

Indeks glikemis yaitu  ukuran kecepatan 

pengubahan hidratarang dalam usus menjadi glukosa dan penyerapannya ke dalam 

darah (1981). Pangan dengan IG tinggi memperlihatkan peningkatan cepat dan tinggi 

dari kadar glukosa darah, dengan risiko meningkat untuk DM2. Semakin kuat kenaikan 

kadar glukosa oleh suatu hidratarang, semakin tinggi IG-nya. 

IG didefinisikan sebagaiperbandingan (%) 

antara permukaan di bawah kurva respons 

glukosa-darah (AUC) sesudah  asupan 50 g 

makanan hidratarang dan AUC sesudah  asupan 50 g glukosa. Bertolak dari IG glukosa 

= 100, dapat dihitung IG dari hidratarang 

lainnya dengan formula di bawah ini.

AUC usai asupan 50 g hidratarang

IG ———————————————— x 100

AUC usai asupan 50 g glukosa

Indeks glikemik sering kali dipakai  

untuk menentukan bahan makanan yang 

layak selama menjalani kur menurunkan 

berat badan. Pangan dengan IG rendah

dianggap lebih sehat sebab  memicu  

sekresi insulin dan peningkatan kadar glukosa darah lebih ringan daripada sumber 

hidratarang dengan IG tinggi. namun  di samping karbohidrat masih ada banyak faktor 

lain yang dapat memengaruhi respons insulin, misalnya cara mengolah dan memasak 

makanan serta banyaknya serat gizi. Protein

juga bisa meningkatkan sekresi insulin, sedangkan lemak dapat menurunkannya sebab  menghambat pengosongan lambung. 

Oleh sebab  itu sementara ahli menganggap 

indeks glikemis tidak begitu berguna bagi 

praktik.

Penanganan

Penanganan kegemukan dapat dilaksanakan 

melalui 2 cara.

Tanpa pengobatan: penderita dianjurkan 

untuk meningkatan kegiatan fisik, diet hipokalori dengan menghindarkan atau mengurangi asupan lemak.

Dengan pengobatan: hanya bermanfaat 

bila dipertahankan, sebab  bila pemakaian  

obat-obat penurun berat badan dihentikan, 

biasanya berat badan akan meningkat lagi.

Semua cara untuk melawan kegemukan 

pada azasnya berdasar  diet dan gerak 

badan, yaitu pembatasan/pengurangan asupan kalori (lazimnya 1.000-1.500 kcal sehari) serta peningkatan pemakaian  energi.

namun  bila pemakaian  energi lebih besar 

daripada asupan kalori, akan terjadi mobilisasi dari depot lemak (energi potensial) untuk diubah menjadi energi.

Pengobatan dapat dilakukan sebagai ikhtiar tambahan untuk menunjang penanganan bagi penderita dengan BMI>30 atau 

BMI>27 bila ada  faktor risiko lain (DM2, 

hipertensi, hiperlipidemia). Dengan menurunnya berat badan 5 – 10% sudah dapat 

menurunkan risiko kesehatan.

Suatu kur pelangsing umumnya dimulai 

dengan menurunnya berat badan dengan 

pesat, namun  ini terutama disebabkan hilangnya cairan, bukannya lemak. Baru sesudah 

rata-rata seminggu, lemak akan dibakar sebagai sumber energi dan susutnya bobot 

badan berlangsung lebih lambat. Tiroid menyesuaikan diri dan bekerja semakin lambat, sehingga metabolisme basal (konsumsi 

energi dari tubuh dalam keadaan istirahat) 

menurun.

yaitu  lebih baik makan 5 kali sehari 

dengan porsi kecil daripada dua kali namun  

banyak sekali. sebab  selama kur, selain 

lemak (untuk dinding sel), juga protein dirombak, maka diet perlu mengandung sejumlah tertentu protein. Karbohidrat juga 

harus ada, sebab  merupakan sumber energi 

mutlak bagi sel-sel otak dan sel-sel darah. 

Agar jangan sampai kekurangan vitamin 

dan mineral, diet harus divariasi sebanyak 

mungkin. Akhirnya yaitu  penting untuk minum banyak air (2-3 liter sehari) untuk 

mengeluarkan zat-zat sampah yang meningkat selama kur. 

Tindakan tambahan. Diet hendaknya didukung oleh beberapa tindakan pembantu, 

yaitu:

a. gerak badan teratur meningkatkan pengeluaran energi dan memperlancar perombakan lemak. Para olahragawan ternyata lebih mudah mengimbangi asupan dan penggunaan energi, lagi pula pada umumnya lebih mudah mempertahankan suatu 

diet. Para ahli menganjurkan olahraga, 

seperti jogging, berenang, fitness, bersepeda (juga dengan hometrainer) ataupun 

berjalan cepat dengan teratur, 3-5 kali 

seminggu 0,5 jam. Sebaiknya jangan dimulai terlalu intensif namun  secara berangsur-angsur ditingkatkan.

b. terapi perilaku, kebiasaan makan pasien 

diubah secara positif, seperti mengunyah 

lebih halus, makan lebih pelan dan hanya 

secukupnya, juga jangan menyamil di 

antara jam-jam makan. 

c. terapi dengan anoreksansia. Dewasa ini 

tersedia sejumlah obat untuk membantu 

kur melangsingkan tubuh, yang berkhasiat menghambat nafsu makan, lihat di 

bawah. 

Dalam sediaan populer untuk menguruskan tubuh sering kali dimasukkan diuretika untuk mengurangi cairan tubuh 

dan laksansia untuk mengurangi resorpsi 

bahan-bahan makanan dalam usus, juga 

hormon tiroid tiroksin untuk menstimulir pertukaran zat. Sediaan-sediaan ini tidak 

dianjurkan, sebab  kurang efektif dan dapat 

memicu  efek samping yang sangat 

serius.

Kombinasi dari diet berkalori terbatas dan 

tindakan pembantu ini  yang dijalankan 

dengan teratur, motivasi tinggi dan tuntunan 

dari seorang dokter sering kali menghasilkan 

penyusutan bobot tubuh hingga 0,5 kg seminggu. 

Anoreksansia 

Anoreksansia (Yun orexi = nafsu makan) berkhasiat menekan nafsu makan secara efek-


tif selama 4-6 minggu. namun  sesudah dipakai  3-6 bulan, efeknya akan sangat 

berkurang akibat terjadinya toleransi. Obatobat ini dipakai  untuk menunjang dan

mempermudah terapi diet kalori terbatas

dengan mengurangi nafsu makan.

Atas rekomendasi WHO di kebanyakan 

negara, semua anoreksansia turunan senyawa 

amfetamin berada di bawah pengawasan 

internasional. Pengecualian yaitu  (dex)

fenfluramin, (klor)fentermin dan mazindol. Di 

AS masih beredar pula fentermin (Mirapront) 

dan amfepramon. Berhubung dengan sejumlah 

laporan mengenai timbulnya kelainan pada 

katup jantung pemakai obat-obat tertentu, 

pada bulan Agustus 1997 di AS, Belanda 

dan banyak negara Barat lainnya,fentermin, 

fenfluramin dan dexfenfluramin telah ditarik 

dari peredaran.

Obat-obat baru. Dalam usaha mencari anoreksansia baru yang efektif dan aman, telah 

dilakukan kajian terhadap hormon kenyang 

leptin. namun  sebab  orang gemuk (obese) 

kurang atau tidak peka untuk leptin, hormon 

ini tidak memberikan hasil baik. 

Mekanisme kerja. Dewasa ini tersedia a.l. 

tiga obat untuk menguruskan badan, yaitu 

sibutramin, rimonabant dan ekstrak kaktus 

Hoodia, di samping obat-obat yang sudah ada 

(amfepramon dan orlistat). Mekanisme kerjanya berlainan, yaitu:

a. menekan nafsu makan dan rasa lapar:

amfepramon, sibutramin, rimonabant 

dan hoodia. Sibutramin menghambat reuptake serotonin, yang di otak bersama 

NA mengendalikan perasaan kenyang. 

Rimonabant memblok reseptor cannabinoid

yang bila diduduki endocannabinoida memicu  rasa lapar. Hoodia mengandung zat aktif yang bersaing dengan glukosa untuk reseptor yang sama, sehingga hipotalamus “dikelabui” dan tidak 

memicu isyarat lapar. HCA dan krom 

(pikolinat) yaitu  zat-zat penekan nafsu 

makan yang khusus dipakai  dalam 

kedokteran alternatif. Belum diterima 

oleh kedokteran regular sebab  secara 

ilmiah efeknya belum terbukti dengan 

tuntas. 

b. menghambat penyerapan lemak: orlistat. 

Lemak baru dapat diabsorpsi sesudah  

dirombak oleh lipase menjadi asam lemak 

bebas dan gliserol. Orlistat merintangi 

lipase, sehingga sebagian lemak tidak 

diserap usus.

c. meningkatkan pengeluaran energi: sibutramin, mungkin melalui aktivitas adrenergik perifer. sesudah  pemakaian  6 bulan, dapat dicapai penurunan berat badan 

rata-rata 11 kg (Ph Wkbl 1998; 133: 1590).

Kehamilan dan adipositas

Gangguan-gangguan reproduksi juga berkaitan dengan adipositas, misalnya hiperandrogenisme dan hiperinsulinisme (Pasquali R. 

et al. Obesity and reproductive disorders in 

women. Hum Reprod Update 2003;9:359-72)

Gangguan pada metabolisme gula mengakibatkan diabetes gravidarum 3 kali lebih 

sering pada pasien dengan berat badan 

berlebihan. 

Juga hipertensi lebih sering ada  pada 

wanita hamil dengan overgewicht.

Kans terhadap penyimpangan-penyimpangan kongenital juga sangat meningkat 

pada ibu-ibu dengan adipositas. 

sebab  adipositas dapat mengakibatkan 

risiko pada kehamilan, dianjurkan untuk usaha menurunkan berat badan dilakukan sebelum kehamilan (prekonsepsi).

Wanita hamil tidak dianjurkan memakai  

anoreksansia sebab  tidak ada gunanya 

mengontrol berat badan selama kehamilan.

Juga perlu diperhatikan bahwa selama 

mengandung dianjurkan untuk tidak menurunkan berat badan, sebab  pertumbuhan 

janin dapat terganggu. Hanya boleh diusahakan untuk selama kehamilan, berat badan 

sedapat mungkin dibatasi. (Edward LF et al. 

Pregnancy complications and birth outcomes 

in obese and normal weight women. Obstet 

Gynecol 1996;87: 389-94. Bianco AT et al. 

Pregnancy outcome and weight gain recommendations for the morbity obese women. 

Obstet Gynecol 1998;91:97-102.)

Efek yoyo. Dalam praktik ternyata bahwa 

sesudah  mencapai penurunan berat badan 

yang diinginkan, sukar sekali mempertahankan

berat badan yang rendah demikian. Bila pola 

makan dan gaya hidup tidak diubah secara 

drastis dan konsekuen, maka dalam waktu 

singkat hasil kur akan hilang lagi. Efek 

turun-naik ini disebut efek yoyo. sesudah  setiap 

kur selesai, berat badan semula akan pulih 

kembali semakin cepat. Efek jangka panjang 

sering kali mengecewakan; turun-naiknya 

berat badan lebih buruk daripada bila terusmenerus gemuk. sesudah  dua tahun ternyata 

bahwa kurang dari 25% pasien mampu 

mempertahankan berat badan yang rendah. 

Efek yoyo hanya dapat diputus bila disertai 

program diet dengan gerak badan dan 

kegiatan otot teratur. 

“Most obese persons will not stay in treatment 

for obesity, of those who stay most will not lose 

weight, and of those who do lose weight, most will 

regain it.” A.J. Stunkard

Diet mode

Di samping diet energi terbatas, dikenal pula 

banyak jenis diet lainnya, yang dipromosikan 

oleh berbagai ‘pakar pelangsingan tubuh’. 

Yang terkenal yaitu  antara lain diet Mayo, 

diet dr Atkin dan diet dr Linn, yang terdiri atas 

masing-masing khusus sherry, lemak dan 

protein. Diet-diet ini sudah dianggap kuno, 

sebab  efek sampingnya sering berbahaya, 

seperti terbukti oleh misalnya banyak korban 

dengan aritmia jantung pada penganut diet 

dr Linn. Diet ‘the Zone’ dari dr Sears (yang 

pernah diikuti oleh presiden Clinton) kini 

juga sudah ditinggalkan, sebab  dihubungkan dengan osteoporosis, gangguan hati dan 

kanker usus besar. 

* Diet Montignac. Diet Montignac (Prancis) 

sangat populer di Eropa, sebab  ternyata 

efektif dan aman, juga pada jangka panjang. 

Diet ini berdasar  aturan diet bijaksana dengan banyak mengonsumsi sayuran 

dan buah-buahan, membatasi asupan lemak 

(jenuh) dan menjauhi gula serta monosakarida (yang memiliki indeks glikemik tinggi), 

lihat juga Bab 54, Dasar-dasar diet sehat. 

Garis besar dari diet ini yaitu  sederhana, 

yaitu:

a. makan boleh sampai kenyang tanpa ada 

larangan mengenai jumlah kalori;

b. buah-buahan selalu harus dimakan tersendiri (pada perut kosong); 

c. protein boleh dikombinasi dengan lemak 

dan hidratarang, dengan syarat selalu dimakan bersama serat-serat gizi (sayuran, 

beans, dan sebagainya);

d. hidratarang sedapat mungkin harus dipakai , terutama yang memiliki indeks 

glikemik rendah; 

e. hidratarang tidak boleh dimakan bersamaan dengan lemak.

Menurut Montignac pada banyak orang 

yang kegemukan ada  hiperaktivitas 

dari pankreasnya; bila hidratarang dimakan 

bersama lemak, maka insulin tidak disekresikan secukupnya, namun  berlebihan. Akibat 

hiperinsulinemia ini, sebagian lemak yang 

pada keadaan normal dikeluarkan akan 

ditimbun sebagai lemak cadangan, yang 

berefek membuat gemuk. Hiperinsulinemia 

juga memicu  kecenderungan hipoglikemia, yang mencetuskan rasa lapar dan 

disusul oleh asupan hidratarang lagi dengan 

stimulasi baru dari pankreas. Dengan demikian, terjadi suatu lingkaran setan dengan 

terjadinya pembentukan jaringan lemak 

berlebihan (adipogenesis).

Penilaian. Ternyata bahwa dengan diet 1.800 

kcal sehari bobot badan dapat diturunkan 

rata-rata 10 kg dalam waktu 6 minggu. Meskipun memerlukan cukup banyak penyesuaian kebiasaan makan, namun dengan sedikit 

motivasi, diet ini mudah dijalankan untuk 

waktu yang lama. Keberhasilan metode ini 

sudah dipastikan oleh banyak sekali penganut, namun  kebanyakan ahli gizi tetap skeptis 

dan menolaknya, sebab  menganggap dasardasar ilmiahnya kurang teguh. Sebaliknya 

mereka tidak dapat menjelaskan sukses besar 

dari diet ini.

MONOGRAFI

1. Amfepramon: dietilpropion, *Apisate

Derivat amfetamin ini (1957) seperti semua 

zat dari kelompok “wekamin” berkhasiat 

menghambat nafsu makan. Frekuensi efek 

samping lebih rendah dari amfetamin, ya-

itu tachycardia, palpitasi, TD meningkat, 

gangguan lambung-usus, pusing dan stimulasi SSP. Efek kardiovaskuler pada pasien 

hipertensi dan angina tidak dilaporkan. 

Dosis: 1dd 1 tablet slow-release ½ jam a.c. 

(amfepramon 75 mg + vit B1

,B2

,B3

,B6

)

2. Orlistat: Xenical

Obat ini telah dipasarkan sebagai pil antiobesitas (‘bikini slimmer’1998). Khasiatnya 

berdasar  penurunan absorpsi lemak

dalam usus dengan jalan memblokir lipase 

pankreas. Efeknya terhadap penurunan berat badan nampaknya tidak begitu besar. 

Orlistat mengikat lipase secara irreversibel, 

sehingga lemak (trigliserida) dari makanan 

tidak dihidrolisis menjadi asam lemak 

bebas dan gliserol, yang dapat diabsorpsi 

usus. Akibatnya 30% dari lemak tidak diserap dan dikeluarkan melalui feses, sedangkan lazimnya jumlah ini hanya 4-5%. Penggunaannya dibatasi pada orang gemuk 

dengan Body Mass Index (BMI) > 30 atau lebih, bersamaan dengan diet miskin kalori 

dan ±30% sebagai lemak. Bila sesudah  12 

minggu tidak tercapai penurunan berat 

badan minimal 5%, maka pengobatan harus 

dihentikan. Suatu studi menunjukkan bahwa 

sesudah  satu tahun tercatat kehilangan berat 

badan tidak terlalu banyak, yaitu ratarata 10,2% dibandingkan dengan 6,1% di 

kelompok plasebo. Pada ±10% pasien terjadi 

kehilangan bobot badan maksimal 20% lebih. 

Resorpsi dari usus minimal, ±1%, yang dalam 

darah terikat 99% pada protein. Dalam hati 

sebagian zat dirombak menjadi metabolit inaktif, yang dikeluarkan lewat empedu.

Efek samping agak sering terjadi namun  

tidak serius dan terutama berupa gangguan 

lambung-usus seperti flatulensi, sakit perut, 

diare dan kejang lambung. 

Dosis: 3 dd 120 mg a.c./d.c./p.c. bersama 

diet kalori sedang. 

3. Sibutramin: Reductil

Derivat siklobutan ini (1998) yaitu  suatu 

serotonin-NA re-uptake blocker, yang berperan pada terjadinya perasaan kenyang 

sesudah makan. Di samping itu juga meningkatkan pemakaian  energi akibat kerja 

adrenergik perifer. sesudah  pemakaian  6 

bulan dari 15 mg/hari dengan kombinasi 

diet, tercapai penurunan bobot badan ratarata 11 kg (6-8%). Tanpa diet penurunan 

hanya 1% (Ph Wkbl 1998; 133: 1590), Terapi 

sebaiknya dihentikan bila sesudah 4 minggu 

turunnya bobot badan hanya kurang dari 

2 kg. dipakai  pada penderita gemuk 

dengan BMI > 30 atau di atas 27 bila ada  

faktor risiko lain.

Efek samping yang tersering yaitu  obstipasi, mulut kering dan sukar tidur, juga 

debar jantung dan hipertensi. Maka frekuensi 

jantung dan tensi perlu dimonitor selama 3 

bulan pertama.

Dosis: oral 1 dd 10 mg pagi hari, sesudah  4 

minggu bila berat badan menurun < 2 kg, 

dosis dapat dinaikkan sampai 15 mg, maks. 

selama 1 tahun.

4. Rimonabant: Acomplia

Derivat piperidinil ini (2005) yaitu  penekan nafsu makan berdasar  perintangan 

reseptor cannabinoid (RC). RC ada  di 

permukaan sel-sel otak, a.l. dari hipotalamus 

dan dapat ditempati oleh Cannabis (marihuana, hashiz) dan juga oleh endo-cannabinoida tubuh sendiri. Reaksinya berupa meningkatnya nafsu makan; efek samping ini 

sudah terkenal pada pecandu hashiz. Orang 

gemuk membentuk terlalu banyak RC ini. 

Rimonabant memblokir RC dan mengurangi 

nafsu makan, juga menurunkan kadar TG 

dan glukosa darah serta meningkatkan HDL. 

Di samping itu juga menurunkan hasrat 

merokok dan minum alkohol. Obat anoreksans ini dimaksudkan hanya untuk para 

penderita overweight dengan gangguan metabolisme, yaitu kolesterol tinggi atau diabetes. Dilaporkan bahwa rimonabant juga 

efektif pada pecandu drugs, alkohol dan 

rokok. (Gail L et al. Effects of cannabinoid receptor blocker rimonabant on weight reduction in 

overweight patients. Lancet 16-4-2006) Penggunaan 20 mg setiap hari dapat menurunkan 

berat badan dengan ±10 kg (6-8%). 

Efek samping berupa mual, nyeri kepala, 

pusing dan gangguan saraf seperti depresi 

serius dan daya kognitif. 

Dosis: 1 dd 10-20 mg a.c.

5. Ekstrak Hoodia: kaktus Afrika Selatan, Trimspa

Glikosida ini dengan rumus steroida (1998) 

yaitu  zat penekan lapar, yang dihasilkan 

dari tumbuhan yang banyak mengandung air 

Hoodia gordoni dan berasal dari gurun pasir 

(Kalahari desert) di Afrika Selatan, Angola dan 

Namibia. Batang “kaktus” ini mengandung 

zat aktif P57, suatu glikosida steroid yang 

sebagai antagonis reseptor glukosa berefek 

menekan nafsu makan. Hipotalamus mengontrol kadar glukosa dan bila kadarnya 

menurun, dikirim isyarat untuk makan. 

sesudah  makan kadar glukosa naik lagi dan 

hipotalamus menghentikan sinyal lapar. P57 

mengikat diri pada reseptor-reseptor sama 

dengan glukosa, sehingga hipotalamus “mengira” bahwa kadar glukosa darah normaldan tidak memicu  rasa lapar. Efeknya 

yaitu  asupan kalori sehari dapat diturunkan 

dengan ±50%.

Efek samping tidak diketahui.

Dosis: selama tiga hari 2 dd 250 mg (tablet 

atau juice) ½ jam a.c. Bila efeknya kurang, 

dapat ditingkatkan sampai 2 dd 500 mg. 

Pemeliharaan: 1-2 dd 250 mg.

6. Hidroksisitrat: HCA

Hidroksisitrat diperoleh dari buah garoka, 

Katch puli (Hindi = buah asam) atau Malabar 

Tamarind dari pohon Garcinia cambogia. Di 

India dan Sri Lanka, buah ini dipakai  

untuk mengasamkan makanan (seperti asam 

Jawa). Selain itu buah ini juga dipakai  

sebagai obat rakyat tradisional pada penyakit 

jantung, gangguan empedu dan gangguan 

lambung-usus. Khasiat menekan nafsu makannya berdasar  blokade enzim yang 

memungkinkan lipogenesis. Dalam siklus 

asam sitrat (‘Krebs cyclus’), glukosa diubah 

melalui piruvat menjadi asam sitrat, yang 

merupakan bahan pangkal untuk sintesis 

asam lemak dan kolesterol. Enzim yang terlibat pada sintesis diikat oleh HCA (persaingan 

substrat), sehingga lipogenesis gagal. Sebagai 

gantinya, hati terpaksa mengubah glukosa 

menjadi glikogen. Oleh sebab  itu, rasa lapar 

berkurang dan pemakaian  energi meningkat, sedangkan kadar LDL-kolesterol dan

trigliserida menurun. Asupan makanan berkurang, yang mengakibatkan menurunnya 

berat badan. pemakaian nya hingga kini 

masih terbatas pada kalangan kedokteran 

komplementer.

Krom memperkuat efek HCA dan berkhasiat mempertahankan keseimbangan kadar 

glukosa darah. Menurut beberapa studi, 

kombinasi dari kedua zat dengan diet dapat 

mengurangi berat badan dengan ±4 kg dalam 

waktu 4 bulan.

Efek samping tidak diketahui dan dapat 

disamakan dengan asam sitrat yang dipakai  di banyak bahan makanan.

Dosis: oral 3 dd 250 mg bersama krompikolinat (Glucose Tolerance Factor).

C. ADRENOLITIKA

Adrenolitika atau simpatolitika yaitu  zatzat yang melawan sebagian atau seluruh 

aktivitas Susunan Saraf Simpatik. Misalnya, adrenolitika meniadakan vasokonstriksi 

yang ditimbulkan oleh aktivasi reseptor-alfa 

akibat adrenergika. berdasar  mekanisme 

dan titik kerjanya, adrenolitika dapat dibagi 

dalam tiga kelompok, yaitu zat-zat penghambat 

reseptor adrenergik (alfa-blocker dan beta-blocker) 

dan zat-zat penghambat neuron adrenergik.

1.Alfa-blockers (a-simpatolitika)

Zat-zat ini memblokir reseptor-alfa yang 

banyak ada  di jaringan otot polos dari 

kebanyakan pembuluh, khususnya dalam 

pembuluh kulit dan mukosa. Efek utamanya 

yaitu  vasodilatasi perifer, oleh sebab  itu 

banyak dipakai  pada hipertensi dan hipertrofi prostat. Prazosin juga dipakai  

pada gagal jantung (dekompensasi) dan pada 

penyakit Raynaud.Lihat Bab 34, Vasodilatansia 

dan Bab 35, Antihipertensiva, sub 2.Alfablockers.

Dikenal tiga jenis alfa-blocker, yaitu:

– Zat-zat tak selektif: fentolamin dan alkaloida ergot

Fentolamin khusus dipakai  untuk 

diagnosis dan terapi hipertensi tertentu 

(feochromocytoma). Juga pada gangguan 

ereksi sebagai injeksi intracaverneus (bersama papaverin: Androskat).


Alkaloid ergot, berkat efek vasokonstriksinya banyak dipakai  pada serangan migrain, juga dalam ilmu kebidanan untuk menghentikan perdarahan setelah persalinan.

– α1

-blockers selektif: derivat quinazolin 

(prazosin, terazosin, tamsulosin dan lainlain) serta urapidil. pemakaian nya sebagai obat hipertensi dan pada hiperplasia 

prostat.

– α2

-blockers selektif: yohimbin, yang dipakai  sebagai obat perangsang syahwat 

(aphrodisiacum).

2. Beta-blocker (β-simpatikolitika)

Semula beta-blocker dipakai  untuk 

gangguan jantung (aritmia, angina pectoris), 

untuk meringankan kepekaan organ ini bagi 

rangsangan, seperti kerja berat, emosi, stress 

dan sebagainya. Sejak tahun 1980-an obat ini 

terutama dipakai  sebagai obat hipertensi, 

lihat selanjutnya Bab 35, Antihipertensiva.

Obat-obat ini dapat dibagi pula dalam 2 

kelompok, yaitu

– zat-zat β1

 selektif, yang melawan efek 

dari stimulasi jantung oleh adrenalin dan 

NA (reseptor-β1

), misalnya atenolol dan 

metoprolol

– zat-zat β1

 tak selektif, yang juga menghambat efek bronchodilatasi (reseptor-β2

),

misalnya propranolol, alprenolol, dan lain-lain. 

Labetalol dan karvedilol yaitu  zat-zat 

yang menghambat kedua reseptor (alfa 

+ beta). 

3. Penghambat neuron adrenergik: derivat 

guanidin (guanetidin). Zat-zat ini tidak memblokir reseptor, melainkan bekerja terhadap 

bagian postganglioner dari saraf simpatik 

dengan mencegah pelepasan katecholamin. 

Guanetidin khusus dipakai  pada jenis 

glaukoma tertentu. 

MONOGRAFI

Yohimbin

Alkaloid ini diperoleh dari kulit pohon 

Corynanthe yohimbe (Afrika Barat) dan pohon Aspidosperma quebracho-blanco (Amerika 

Selatan). Kulit pohon ini  juga mengandung alkaloid lain, yaitu ajmalin/corynanthein

dan aspidospermin.

Efek adrenolitiknya agak lemah dan singkat berdasar  blokade selektif dari adrenoreseptor alfa-2 presinaptik. Dalam dosis


Hipertrofi prostat

Sekitar 25% dari pria di atas usia 60 tahun menderita pembesaran prostat yang tak-ganas (Benign 

Prostatic Hyperplasia, BPH). Gejalanya merupakan harus sering kali berkemih dengan aliran lemah dan 

setiap kali hanya sedikit yang keluar. Lihat juga Bab 43, Zat-zat Androgen, antihormon.

Di prostat yang membesar jaringan otot hiperplasif memiliki banyak reseptor-alfa-1, begitu pula 

di saluran kemih (urethra). Blokade reseptor ini dengan derivat quinazolin (alfuzosin, terazosin, 

tamsulosin, dan lain-lain) menurunkan tonus dinding pembuluh dalam prostat dan saluran kemih. 

Efeknya yaitu  perbaikan pengeluaran urin dan mengurangi frekuensi berkemih serta memperkecil 

residu urin dalam kandung kemih. 

Alfa-1-blockers bermanfaat pada BPH ringan (dengan terutama jaringan ikat) sebagai penanganan 

sementara untuk meringankan gejala sambil menunggu pembedahan bila diperlukan. Obat-obat 

ini tidak berefek menciutkan prostat yang membesar, berlainan dengan obat BPH lainnya, yaitu zat 

anti-androgen finasterida, lihat Bab 43, Zat-zat Androgen, antihormon). Finasterida ternyata tidak 

lebih efektif dari terazosin pada penanganan keluhan BPH. Oleh sebab  itu alfa-blockers sekarang 

dianggap sebagai obat pilihan pertama pada farmakoterapi BPH. Untuk monografi lihat Bab 35, 

Antihipertensiva, alfa-blockers.

Penanganan lainnya terdiri dari pembedahan ‘terbuka’ untuk mengeluarkan prostat dan reseksinya 

melalui uretra (saluran kemih), yang disebut TURP (Transurethral Resection of Prostate). Di samping itu 

dilakukan pula cara-cara modern, seperti pembedahan dengan laser(ablatio) dan transurethral microwave 

therapy (TUMT). Metoda terakhir sangat efektif dan dapat dilakukan poliklinis dengan anestesi lokal 

dan sedasi ringan

rendah dapat meningkatkan tekanan darah, 

sedangkan pada dosis lebih tinggi justru 

menurunkannya. Oleh sebab  itu terjadilah 

vasodilatasi perifer yang mengakibatkan 

penyaluran darah diperkuat ke organ-organ 

di bagian bawah perut. 

pemakaian . Secara tradisional dipakai  sebagai afrodisiakum, untuk memperkuat 

syahwat dan mengatasi impotensi. Sering kali 

obat ini dianggap obsolet, namun  pada suatu 

meta-analisis dari tujuh studi, yohimbin 

ternyata efektif dalam 34-73% dari kasus 

untuk memicu  ereksi. Perbedaan besar 

dalam persentase disebabkan oleh populasi 

penderita impotensi dari etiologi berlainan. 

Vasodilatasi di badan pengembang penis 

mungkin dapat menerangkan efeknya pada 

disfungsi erektil. Lihat juga Bab 43, Zatzat Androgen, boks Gangguan ereksi dan 

Viagra.

Efek samping dapat berupa penurunan tensi, pusing, berkeringat kuat, debar jantung, 

tremor, agitasi, gelisah dan sukar tidur, kejang bronchi dan gejala yang mirip lupus.

Pada penderita gangguan jiwa, dosis rendah 

dapat mencetuskan depresi. Fenotiazin memperkuat toksisitasnya.

Dosis: oral 3-4 dd 5-10 mg.


KOLINERGIKA 

DAN ANTIKOLINERGIKA

A. KOLINERGIKA

Kolinergika atau parasimpatikomimetika

yaitu  sekelompok zat yang dapat memicu  efek yang sama dengan stimulasi 

Susunan Parasimpatik (SP), sebab  melepaskan neurohormon asetilkolin (ACh) di ujungujung neuronnya. Tugas utama SP yaitu  

mengumpulkan energi dari makanan dan 

menghambat pemakaian nya, singkatnya 

berfungsi asimilasi. Bila neuron SP dirangsang, 

timbullah sejumlah efek yang menyerupai keadaan istirahat dan tidur. 

Efek kolinergik faal yang terpenting yaitu  

sebagai berikut:

– stimulasi pencernaan dengan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar ludah 

dan getah lambung (HCl), juga sekresi air 

mata dan lain-lain;

– memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung, vasodilatasi dan penurunan tekanan darah;

– memperlambat pernapasan, an