yang kurang merangsang dibandingkan dengan adrenalin. Banyak sediaan asma OTC
mengandung efedrin, yang pada orangorang peka atau pentakaran terlampau
tinggi dapat memicu efek pusat dan
jantung (aritmia) yang tidak diinginkan. Oleh
sebab itu efedrin di sejumlah negara, a.l.
Belanda, dilarang dalam sediaan bebas (food
supplements OTC), lagi pula dimasukkan ke
dalam Doping List Komite Olimpik.
Resorpsi dari usus baik, bronchodilatasi
sudah nampak dalam 15-60 menit dan bertahan 2-5 jam. Plasma-t½ 3-6 jam tergantung
dari pH. Dalam hati sebagian zat dirombak;
ekskresi berlangsung lewat urin secara utuh.
Efek samping. Pada dosis biasa sudah bisa
terjadi efek pusat, seperti gelisah, nyeri kepala,
cemas dan sukar tidur, sedangkan pada
overdosis timbul tremor dan tachycardia,
aritmia serta debar jantung. Berhubung dengan risiko tachyfylaxis sebaiknya jangan
dipakai secara kontinu, namun diseling
dengan obat asma lain. Wanita hamil boleh
memakai efedrin.
Dosis: pada asma 3-4 dd 25-50 mg (-HCl),
anak-anak 2-3 mg/kg sehari dalam 4-6 dosis.
Tetes hidung larutan sulfat 0,5-2%, dalam
tetes mata 3-4%.
* Pseudo-efedrin (d-efedrin, iso-efedrin, *Actifed, *Sinutab, *Sudafed, *Polaramin exp.) adalah isomer dekstro (1956) dengan khasiat sama. Khasiat bronchodilatasinya lebih lemah,
namun efek sampingnya terhadap SSP dan
jantung juga sedikit lebih ringan. Plasma-t½
±7 jam, namun lebih singkat dalam urin asam.
Obat ini juga banyak dipakai dalam
sediaan kombinasi untuk flu. Dosis: oral 3-4
dd 60 mg (HCl, sulfat).
*Fenilpropanolamin(norefedrin, *Rhinotussal,
*Sinutab, *Triaminic) yaitu derivat tanpa gugus-CH pada atom-N dengan khasiat yang
menyerupai efedrin. Efeknya lebih panjang;
efek sentral dan efek terhadap jantung lebih
ringan. namun pada ±20% pengguna tekanan
darahnya meningkat dengan nyata. Banyak
sekali sediaan kombinasi OTC anti-flu dengan obat ini beredar di pasaran.
berdasar hasil penelitian (Yale University School of Medicine: Phenylpropanolamine & Risk of Hemorrhagic Stroke) bahwa
ada korelasi antara fenilpropanolamin dan
perdarahan otak (stroke), oleh sebab itu
dalam bulan April 2001 peredaran produkproduk (khususnya obat-obat flu) yang
mengandung bahan aktif ini di atas 15 mg
per dosis telah ditarik dari peredaran. Walaupun risiko hemorrhagic stroke sangat rendah,
namun Food and Drug Administration Amerika (FDA) menganjurkan untuk tidak memakai produk yang mengandung fenilpropanolamin (updated December 2005). Dosis:
oral 3-4 dd 15-25 mg.
5. Derivat imidazolin1
Senyawa ini memiliki efek a-adrenergik
langsung dengan vasokonstriksi tanpa stimulasi SSP. Khusus dipakai sebagai dekongestivum pada selaput lendir hidung
dan mata, selesma (rhinitis, coryza), hay fever,
sinusitis dan sebagainya. Efeknya lebih panjang dari pada efedrin.
pemakaian nya sebagai tetes hidung jangan lebih lama dari 3-5 hari, sebab dapat
memicu kebiasaan (ringan), lagi pula
dapat memicu pilek kronis dengan
hidung mampat akibat vasodilatasi (rebound
effect).
Efek samping. Bayi dan anak kecil sebaiknya
jangan diberikan obat ini, sebab dapat
diabsorpsi dari mukosa dengan memicu
depresi SSP. Gejalanya berupa mengantuk,
pening, hipotermi dan bradycardia, bahkan
juga koma pada overdosis. Sifat ini bertentangan dengan kebanyakan adrenergika yang justru menstimulasi SSP. Yang paling banyak dipakai yaitu nafazolin,
ksilometazolin, oksimetazolin dan tetrizolin (Visine). Oksimetazolin dan ksilometazolin ternyata memiliki sifat antioksidan baik yang
mungkin meningkatkan efektivitasnya pada
terapi lokal dari infeksi saluran napas bagian
atas dengan peradangan.
5a. Oksimetazolin: Afrin, Iliadin = Nasivin.
Derivat imidazolin ini (1961) bekerja
langsung terhadap reseptor-alfa tanpa
efek atas reseptor-beta. sesudah diteteskan
di hidung, dalam waktu 5-10 menit terjadi
vasokonstriksi mukosa yang bengkak dan
mampatnya hilang. Efeknya bertahan ±5
jam.
Efek samping dapat berupa rasa terbakar
dan iritasi pada selaput lendir hidung
dengan memicu bersin.
Dosis: anak-anak di atas 12 tahun dan
dewasa 1-3 dd 2-3 tetes larutan 0,05%
(HCl) di setiap lubang hidung; anak-anak
2-10 tahun larutan 0,025%.
5b. Ksilometazolin (Otrivin) yaitu derivat
(1959) dengan efek dan pemakaian sama.
Dosis: nasal 1-3 dd 2-3 tetes larutan 0,1%
(HCl), maks 6 x sehari. Anak-anak 2-6 thn
larutan 0,05%.
5c. Nafazolin (Albalon, Privine, Vasacon) adalah derivat paling tua (1941) dengan
sifat sama, namun efeknya lebih singkat
rata-rata 3 jam, sehingga risiko rebound
kongesti lebih besar.
Dosis: okuler 1-4 dd 1-2 tetes larutan
0,05-0,1% (HCl)
6. Amfetamin
Psikostimulansia. Amfetamin termasuk
kelompok psikostimulansia yang bercirikan
stimulasi SSP dan memperkuat pernapasan
yang dihambat oleh obat-obat sentral lain.
Aktivitas mental dan fisik meningkat, begitu
pula inisiatif dan kelincahan, kepercayaan diri
sendiri dan prestasi diperbesar, sedangkan
rasa kantuk dan letih dihilangkan(sementara).
Amfetamin juga memicu rasa nyaman
(eufori), maka berdasar sifat psikis ini
dahulu dipakai sebagai obat antidepresi.
sebab adakalanya bisa membuat suasana
jiwa memburuk dan timbul depresi, bersifat
adiksi dan memicu risiko besar bunuh
diri, pemakaian ya sebagai antidepresivum
sudah lama dianggap obsolet. Lihat Bab 30,
Antidepresiva. Di samping itu, amfetamin
juga memiliki efek adrenergik yang meliputi
vasokonstriksi, bronchodilatasi (agak lemah),
midriasis dan kontraksi otot lingkar (sfincter)
kandung kemih.
Kelompok amfetamin juga disebut ‘wekamin’ dan meliputi (deks) amfetamin, metamfetamin, ecstasy (XTC) dan metilfenidat.
Berhubung dengan sifat adiksinya, di banyak negara, termasuk Belanda, obat-obat
ini hanya dijual atas resep dan diatur secara
hukum dalam Undang-undang Narkotika
(Opiumwet).
6a. Deksamfetamin: desoksinorefedrin, Dexedrin
Isomer dekstro dari amfetamin ini (1935)
memiliki khasiat terhadap SSP yang 2x
lebih kuat daripada bentuk-rasemisnya (-dl)
(benzedrin) dan ±4x lebih kuat daripada
bentuk levonya. pemakaian nya khusus pada penyakit narkolepsi (rasa kantuk tidak
tertahan pada siang hari) dan ADHD pada
anak-anak yang hiperaktif (sebagai pilihan
kedua sesudah metilfenidat).
2
Amfetamin
juga sering kali dipakai sebagai doping
untuk meningkatkan prestasi olahraga.3
Resorpsi dari usus baik, efeknya bertahan
4-24 jam. Dalam hati, zat ini sebagian dimetabolisasi dan bagian terbesar diekskresi lewat urin secara utuh.
Efek samping berupa efek pusat, seperti
gelisah, rasa takut, sukar tidur dan kecenderungan berbicara tanpa henti. pemakaian
untuk jangka waktu lama, terutama dengan
dosis tinggi, dapat memicu psikosis dan
depresi hebat, juga efek adrenergik seperti
tachycardia, naiknya tensi, aritmia, mulut
kering dan midriasis. Gangguan lambung
usus dan reaksi kulit serta berkurangnya
libido dapat terjadi.
Dosis: pada narkolepsi 2 dd 5 mg, dinaikkan
setiap minggu dengan 10 mg sampai dicapai
respons optimal, maksimal 60 mg/hari.
Pada ADHD (bila metilfenidat kurang
menghasilkan efek) permulaan 2,5 mg (3-5
thn) atau 5-10 mg (di atas 6 thn) sehari, bila
perlu dinaikkan setiap 7 hari sampai rata-rata
20-40 mg sehari.
* Ecstacy (XTC, metilendioksimetamfetamin,
MDMA) termasuk kelompok Drugs yang
efeknya “membebaskan jiwa” (halusinogen)
dengan berturut-turut timbul desorientasi,
perasaan senang dan nyaman (euforia) yang
bertahan ±4 jam. Toleransi muncul dengan
cepat. Kombinasi dengan alkohol meningkatkan risiko kerusakan otot jantung. Lihat
selanjutnya Bab 23, Drugs.
6b. Metilfenidat: Ritalin, Equasym, Medikinet
Derivat piperidil ini (1954) berbeda strukturnya dari amfetamin, namun sifatnya mirip.
Bekerja menstimulasi SSP hingga batas kelelahan faal dapat dilampaui. Selain itu, obat
ini memicu euforia dan perilaku ‘tanpakendali’. Mekanisme kerjanya berdasar
penghambatan re-uptake dopamin dan noradrenalin. Kebiasaan terhadap efek psikoaktivasinya terjadi secara berangsur-angsur. Metilfenidat terutama dipakai sebagai pilihan pertama pada narkolepsi. Sejak
tahun 1993, di AS obat ini sering kali diberikan pada anak-anak dengan sindroma hiperkinetik ADHD, lihat boks. Di negeri Belanda
metilfenidat dimasukkan dalam Daftar Narkotika (Opiumwet).
Resorpsi dari usus cepat dan praktis lengkap, BA hanya 30% sebab FPE besar, PP
rata 21%, plasma-t½ singkat, 2 jam. Ekskresi
berlangsung dengan urin.
Efek samping dapat berupa nervositas,
tachycardia, sukar tidur dan anoreksia,
nyeri perut, lebih sering pada anak-anak.
Efek lainnya pusing, gangguan penglihatan,
dyskinesia dan kejang otot. Efek sentralnya
(euforia, eksitasi, gelisah) menyerupai efek
kokain, namun bertahan 4 kali lebih lama.
Ketergantungan psikis dapat terjadi, seperti
amfetamin pada orang yang peka, namun
ketergantungan fisik seperti akibat narkotika
tidak terjadi. Wanita hamil tidak boleh minum
obat ini, sebab dapat merusak janin.
Dosis: pada narkolepsi oral 2-3 dd 10 mg
½ jam a.c. Pada ADHD anak-anak 6 thn atau
lebih permulaan 0,25 mg/kg/hari dalam 2
dosis, lalu dinaikkan setiap minggu sampai 2
mg/kg, maksimal 60 mg sehari.
ADHD (= Attention Deficit & Hyperactivity Disorder)
ADHD yang dahulu disebut Minimum Brain Damage (MBD), merupakan gangguan psikiatris
tersering pada anak-anak dengan prevalensi 3-5%. Bercirikan kesulitan serius untuk konsentrasi,
hiperaktivitas dan impulsivitas. Juga orang dewasa dapat mengidap penyakit ini dengan gangguan
perilaku dan memori serta berfungsi kurang baik dalam pekerjaan dan penghidupan sosial. Perlu
dicatat bahwa tidak semua anak yang sangat sibuk, bandel dan sukar dikendalikan, menderita
ADHD. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan MRI, pada mana tampak kelainan-kelainan khas di
otak. Penanganan terdiri dari psiko-edukasi dan/atau saran-saran yang bersifat mendidik, ditunjang
dengan pengobatan. Obat pilihan pertama yaitu psikostimulan metilfenidat, yang sebab efeknya
singkat perlu diberikan 3-4 kali sehari. Tablet controlled release juga tersedia, yaitu metilfenidat Oros
(Concerta), namun harganya 5 kali lebih tinggi. Obat relatif baru atomoksetin yang sama efektifnya
dengan dosis tungal telah disambut dengan baik. Alternatif dipakai minyak ikan (EPD/DHA)
dengan dosis 2 dd 300 – 500 mg EPA/DHA dengan efek baik.
*Atomoksetin (Strattera) yaitu derivat propilamin (2002) yang berkhasiat memperbaiki gejala
ADHD dan perilaku psikososial. Khasiatnya berdasar penghambatan penyerapan kembali NA
(NA reuptake blocker). Tidak bersifat psikostimulan, maka tidak termasuk dalam Daftar Narkotika.
Efek samping berupa gangguan lambung-usus (a.l. anoreksia), pusing, mengantuk, reaksi kulit,
peningkatan tekanan darah dan meningkatnya frekwensi jantung. Zat ini dirombak oleh sistem
oksidatif P450 (enzim CYP2D6), oleh sebab itu interaksi dengan zat-zat penghambat enzim ini
dapat terjadi. Dianjurkan untuk memantau tensi, frekwensi jantung dan pertumbuhan (Geneesm
Bull 2006; 40: 104-5, Kelsy DK etal. Once daily atomoxetin treatment for children with ADHD. Pediatrics
2004;114: e1-e8.)
Dosis: dewasa 40-80 mg sehari dalam 1 -2 dosis, anak-anak 0,5-1,2 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis,
maks 1,8 mg/kg/hari.
B. ANOREKSANSIA
Anoreksansia yaitu zat-zat yang berkhasiat
menekan nafsu makan dan dipakai un-
tuk menunjang diet pada penanganan kegemukan (overweight, obesitas).
Penurunan berat badan hanya dapat terrealisasi dengan membatasi asupan makanan.
Kegemukan
Overweight atau kegemukan merupakan suatu gabungan dari faktor keturunan (± 70%)
dan sisanya yaitu faktor-faktor lingkungan
seperti susunan makanan dan pola hidup
(kegiatan fisik).
Meningkatnya berat badan juga dapat
disebabkan bila berhenti merokok (melalui
susunan saraf otonom), sesudah persalinan
(hormonal) dan obat-obat tertentu seperti
hormon-hormon, beberapa antidepresiva, antipsikotika dan anti-epileptika.
Overweight, obesitas atau adipositas didefinisikan sebagai ada nya lemak tubuh
dalam jumlah abnormal, yang mengakibatkan kegemukan dan overweight pada keadaan
tinggi badan dan jumlah otot tertentu (Ing.
obese = amat gemuk). Obesitas merupakan
suatu penyakit kronis dengan penumpukan
lemak dalam tubuh yang demikian besar
sehingga memicu risiko kesehatan.
Di banyak negara makmur (Jerman, Belanda, AS) ada banyak orang gemuk;
30% lebih dari populasi mengidap obesitas.
Bahkan dikuatirkan akan menjadi suatu epidemi sedunia (BMJ 1998; 317: 1607-8). Pada
orang gemuk umumnya ada kadar kolesterol total yang meningkat, terutama
LDL-kolesterol, sedangkan HDL-kolesterol
menurun. Begitu pula kadar trigliserida
naik, yang diperkuat oleh penumpukan lemak di rongga perut.1 kg overweight menaikkan tekanan darah dengan ±1,3 mm Hg,
sebab volume darah naik dan volumemenit (cardiac output) meningkat. Obesitas
dapat mencetuskan resistensi insulin dan
hiperinsulinemia, yang pada akhirnya dapat
memicu diabetes dan meningkatkan
risiko akan hipertensi dan PJP, lihat Bab 47,
Insulin dan Antidiabetika oral.
Obesitas meningkatkan risiko mendapatkan
diabetes tipe 2 dengan faktor 500-1000%.
Relasi antara diabetes dan kelebihan berat
badan yaitu kausal, sebab penelitian telah
membuktikan pengaruh menguruskan badan
dan lebih banyak bergerak terhadap insidensi
penyakit gula.
Faktor risiko untuk berbagai penyakit.
Selain faktor risiko untuk diabetes dan PJP,
overweight juga meningkatkan risiko akan
timbulnya batu empedu, hernia, varices dan
artrose pada lutut dan kaki.
Oleh sebab itu, penanganan diabetes
dan hipertensi pada orang gemuk selalu
dimulai dengan usaha mengurangi berat tubuh dengan kur pelangsingan, sebelum dilakukan pengobatan spesifik, lihat bab-bab
bersangkutan.
Metabolisme
Semua bahan gizi yang diasup (protein, hidratarang dan lemak) tubuh dipakai untuk
memelihara jaringan serta memproduksi
kalor dan energi. Kelebihan hidratarang
yang tidak langsung ‘dibakar’ atau diubah
menjadi glikogen, diubah menjadi lemak
(trigliserida) yang ditimbun dalam jaringan
lemak. Lemak persediaan ini tidak dapat
diubah kembali menjadi protein atau gula.
Hanya dalam keadaan ‘darurat’, lemak ini
dipakai sebagai bahan bakar, misalnya
sesudah pantang makan untuk jangka waktu
lama.
Menurut perkiraan, jumlahsel-sel lemak (adipocyt) dalam tubuh sudah ditentukan pada
masa kanak-kanak dan sekali terbentuk
dalam jumlah besar tidak akan berkurang
lagi. Semakin besar asupan makanan, semakin banyak pula lemak memasuki adipocyt,
yang sebab itu akan terisi penuh dan mengembang. Keadaan ini dapat disamakan
dengan balon yang dalam keadaan biasa
kempis, namun volumenya membesar bila
diisi gas (ditiup). Penumpukan lemak terjadi
khusus di sekitar organ dan di bawah kulit,
yang memicu tubuh menjadi gemuk.
Pathogenesis
Hanya sedikit, ±10%, obesitas disebabkan
oleh kelainan organik, misalnya hipotirosis.
Faktor lainnya yaitu faktor keturunan
dan resam tubuh yang berperan melalui
mekanisme yang belum diketahui. Di
samping itu, pe-ranan utama kegemukan
ditentukan oleh gaya hidup, yaitu kebiasaan
makan terlalu banyak tanpa ‘membakar’ semua
energi yang diasup, di samping kekurangan
aktivitas/gerak badan.
Penyebab obesitas pada manusia belum
diketahui dengan jelas. Pada tikus gemuk
telah ditemukan suatu gen termutasi, yang
homolognya juga dideteksi dalam jaringan
lemak manusia. Diketahui bahwa gen-ob
(obese) ini mengarah ke obesitas dan resistensi
insulin. Ada korelasi positif antara BMI (lihat
di bawah) dan adanya gen-ob. Ditemukan
pula suatu faktor yang membuat kenyang
(leptin) yang berperan untuk berkembangnya
obesitas pada tikus dengan gen-ob. Faktor
ini juga ada dalam darah orang ‘biasa’
(tidak gemuk). Selain itu ada pula suatu
faktor lapar(ghrelin).
Bobot badan biasanya kurang lebih stabil.
Penimbunan energi sebagai trigliserida dalam jaringan lemak terjadi bila asupan energi lebih besar daripada pemakaian nya. Keseimbangan diregulasi oleh hipotalamus (seperti juga suhu tubuh dan osmolaritas cairan
tubuh), pada mana kedua faktor, ghrelin
maupun leptin, memegang peranan penting.
* Ghrelin yaitu hormon lapar (appetite stimulating hormone) yang ditemukan oleh kardiolog Jepang Kojima (1999, Yun ghre = pertumbuhan). Diproduksi terutama di lambung akibat rangsangan dari hipotalamus.
Hormon peptida ini melalui stimulasi pelepasan GH (Growth Hormone) memicu perasaan lapar. Bila kadar ghrelin darah
menurun, kadar GH juga berkurang, nafsu
makan tidak dihambat dan BMI meningkat.
Ghrelin menghemat pemakaian energi
oleh tubuh dan menstimulasi penimbunan
lemak. Bila bobot badan turun, sekresi GH
meningkat namun kadar ghrelin tidak berubah. Hal ini menunjukkan, bahwa sebetulnya
obesitas bercirikan defisiensi GH, yang
tidak berhubungan kausal dengan kadar
ghrelin rendah.
Selama berpuasa ghrelin akan disekresi dan
kadarnya meningkat, namun segera menurun
lagi sebab hipotalamus mencetuskan perasaan lapar. (Obes.Res 2002; 10: 1161-66)
* Leptin (”faktor saturasi”) yaitu suatu hormon peptida yang ditemukan pada tahun
1994 dan terdiri dari 167 asam amino dengan BM 16.000 (Yun. leptos = kurus). Zat
ini diproduksi oleh sel-sel lemak di bawah
pengaruh gen-ob, juga dalam lambung dan
organ kelamin. Leptin beredar dalam darah
dan berperan pada asupan makanan, metabolisme dasar dan fertilitas. Bila kadar leptin
naik, rasa lapar turun. Faktor ini bersama
ghrelin merupakan anak rantai penting
pada sistem feed-back yang mengatur keseimbangan antara perasaan lapar dan asupan
pangan.
Leptin sebagai faktor mengenyangkan (‘saturation factor’) hanya aktif di sel lemak dan
membantu mengendalikan nafsu makan
di hipotalamus. Pada orang gemuk leptin
tidak atau kurang terbentuk akibat defek
pada gen-ob atau pada reseptornya. Efeknya
yaitu timbulnya polyfagie (makan terlalu
banyak), suhu badan abnormal rendah (hipothermie) dan resistensi terhadap insulin dan
leptin. Oleh sebab itu pada obesitas meskipun masa lemak meningkat dan jumlah
leptin sekadar naik, namun nafsu makan
tidak berkurang dan pertukaran zat tidak
meningkat. Selama kur menguruskan tubuh,
berat badan menurun dan terjadi kekurangan
leptin sehingga nafsu makan bertambah
dan pemakaian energi berkurang. Untuk
mengkompensasi kekurangan pemakaian
energi ini kadar ghrelin justru meningkat
(NTvG 2003;147:1168-72) Bila kadar leptin
dalam darah terlampau tinggi, maka hipothalamus memberi isyarat pada tubuh untuk
berhenti makan dan supaya lebih aktif untuk
mengurangi jumlah lemak.
Penentuan kelebihan berat badan
Ada sejumlah metode untuk menilai taraf
kelebihan berat badan dan memprediksi risikonya bagi kesehatan pada kelebihan berat badan. Penelitian ilmiah memakai
metode lain, seperti densitometri (penentuan berat jenis tubuh dengan jalan menimbang di bawah air) dan teknik-teknik
canggih (CT-scan dan MRI), yang sangat
efektif untuk menentukan jumlah LTT (lemak tubuh total) dan pembagiannya dalam
tubuh. Cara-cara ini terlampau sulit dan mahal untuk dilakukan secara besar-besaran.
Cara-cara praktis. Ada beberapa cara yang
lebih praktis dan murah, seperti pengukuran lipatan kulit, yang memberi kesan
mengenai lemak di bawah kulit dan jumlah
LTT, namun tidak memberi kesan mengenai
jumlah lemak di rongga perut (LRP).
Body Mass Index (BMI) kini paling banyak
dipakai untuk menentukan besarnya masa
lemak, namun tidak menerangkan pembagian
lemak dalam tubuh. Sebetulnya suatu studi
(Univ. Glasgow, 1998) telah memastikan bahwa lokasi lemak, khususnya jumlah lemak
di rongga perut (LRP), berperan penting:
semakin banyak LRP, semakin besar risiko akan
gangguan kesehatan. Penentuan waist-hip
ratio dan lingkaran pinggang memberikan
informasi lebih jelas mengenai jumlah LRP.
Berat dan tinggi badan sesudah usia 60
tahun pada umumnya menurun disebabkan
oleh kehilangan jaringan otot dan tulang,
Juga pada usia lanjut terjadi redistribusi
lemak yang meningkat ke bagian perut. Oleh
sebab itu BMI sebagai indeks jumlah lemak
kurang tepat bagi lansia. Walaupun demikian
BMI yang tinggi tetap berkaitan dengan
memburuknya kesehatan dan menurunnya
kualitas hidup.
1. BMI (Body Mass Index) atau IMT(Indeks
Masa Tubuh) yaitu kuosien dari perbandingan berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m2
). BMI merupakan suatu ukuran
yang dapat dipercaya, murah dan praktis
untuk menilai apakah ada kelebihan berat badan. Antara BMI dan persentase lemak dalam
tubuh ada korelasi baik, namun distribusi
lemak dalam tubuh tidak dijelaskan. BMI
juga dinamakan Quételet Index (Q.I.).
Di samping itu BMI ternyata berguna
pula untuk meramalkan risiko PJP serta risiko
kematian sebagai akibat.
WHO telah menentukan pembagian orang
overweight atas dasar BMI-nya. Lihat tabel
di bawah ini dan untuk praktisnya juga dimuat risiko yang dihadapi oleh kelompok
kelompok ini , yang khusus berlaku bagi
orang di bawah usia 50 tahun. Untuk mempermudah penentuannya tersedia grafik berdasar berat dan tinggi badan pasien ,
sehingga BMI-nya dapat dilihat dengan mudah. Lihat nomogram di bawah.
WHO mendefinisikan sebagai berikut.
– Kegemukan atau overweight didefinisikan sebagai BMI dari 25-29,9 kg/m2;
– Adipositas/obesitas menunjukkan BMI
sama dengan atau melampaui 30 kg/m2
(lebih dari 150% berat ideal);
– BMI > 40 kg/m2 disebut adipositas morbid (sakit).
WHO Physical status: the use and interpretation of anthropometry, Geneve, 1995.
Terutama pada obesitas, risiko akan morbiditas dan mortalitas meningkat dengan
kuat.
2. ‘Waist-hip Ratio’. Selain derajat overweight, juga pembagian lemak di tubuh penting untuk menilai risiko kesehatan. WHR = perbandingan antara lingkar pinggang dan pangkal paha (pinggul) dapat dipakai sebagai ukuran untuk pembagian
lemak. Perbandingan ini menunjukkan dengan baik jumlah lemak di perut (LRP), semakin tinggi ratio, semakin banyak lemak. Walaupun WHR tidak memberikan informasi mengenai jumlah lemak total dalam tubuh (LTT),
namun ternyata berkorelasi baik dengan risiko
kesehatan. Penumpukan lemak di rongga
perut, pada pria umumnya berbentuk buah apel dan merupakan faktor negatif. Pada
wanita lazimnya lemak bertumpuk di sekitar pinggul (berbentuk buah pear), yang dihubungkan dengan risiko PJP.
3. Lingkar pinggang (LP). Penelitian baru
telah memastikan bahwa lingkar pinggang
memberi indikasi baik dari LTT dan LRP,
serta risiko bagi kesehatan. Semakin besar
LP, semakin besar pula risiko akan diabetes,
kolesterol tinggi, hipertensi dan sesak napas. LP mudah diukur dengan otot perut
kendur (relaksasi) antara bagian bawah dari
iga terendah dan bagian atas dari panggul
(pelvis). LP dengan risiko meningkat tergantung dari antara lain jenis kelamin dan
keturunan (etnis). Untuk orang kulit putih
(Caucasian) dari 20-60 tahun berlaku:
– pria : LP > 94 dan > 102 cm, masingmasing risiko tinggi dan sangat tinggi
– wanita :LP > 80 dan > 88 cm, masingmasing risiko tinggi dan sangat tinggi
Dalam garis besar pembagian ini sesuai
dengan angka-angka BMI, namun LP lebih
jelas menunjukkan risiko bagi orang dengan
BMI rendah dan pembagian lemak kurang
baik.
* Perokok menunjukkan lebih banyak penumpukan lemak di rongga perut dan lazimnya BMI rendah. namun sesudah berhenti
merokok, BMI meningkat sebab metabolisme dasar yang selama merokok naik, sekarang menurun. Oleh sebab itu mereka lebih
banyak menyamil, yang mengakibatkan berat badan meningkat.
Indeks glikemik(IG)
Indeks glikemis yaitu ukuran kecepatan
pengubahan hidratarang dalam usus menjadi glukosa dan penyerapannya ke dalam
darah (1981). Pangan dengan IG tinggi memperlihatkan peningkatan cepat dan tinggi
dari kadar glukosa darah, dengan risiko meningkat untuk DM2. Semakin kuat kenaikan
kadar glukosa oleh suatu hidratarang, semakin tinggi IG-nya.
IG didefinisikan sebagaiperbandingan (%)
antara permukaan di bawah kurva respons
glukosa-darah (AUC) sesudah asupan 50 g
makanan hidratarang dan AUC sesudah asupan 50 g glukosa. Bertolak dari IG glukosa
= 100, dapat dihitung IG dari hidratarang
lainnya dengan formula di bawah ini.
AUC usai asupan 50 g hidratarang
IG ———————————————— x 100
AUC usai asupan 50 g glukosa
Indeks glikemik sering kali dipakai
untuk menentukan bahan makanan yang
layak selama menjalani kur menurunkan
berat badan. Pangan dengan IG rendah
dianggap lebih sehat sebab memicu
sekresi insulin dan peningkatan kadar glukosa darah lebih ringan daripada sumber
hidratarang dengan IG tinggi. namun di samping karbohidrat masih ada banyak faktor
lain yang dapat memengaruhi respons insulin, misalnya cara mengolah dan memasak
makanan serta banyaknya serat gizi. Protein
juga bisa meningkatkan sekresi insulin, sedangkan lemak dapat menurunkannya sebab menghambat pengosongan lambung.
Oleh sebab itu sementara ahli menganggap
indeks glikemis tidak begitu berguna bagi
praktik.
Penanganan
Penanganan kegemukan dapat dilaksanakan
melalui 2 cara.
Tanpa pengobatan: penderita dianjurkan
untuk meningkatan kegiatan fisik, diet hipokalori dengan menghindarkan atau mengurangi asupan lemak.
Dengan pengobatan: hanya bermanfaat
bila dipertahankan, sebab bila pemakaian
obat-obat penurun berat badan dihentikan,
biasanya berat badan akan meningkat lagi.
Semua cara untuk melawan kegemukan
pada azasnya berdasar diet dan gerak
badan, yaitu pembatasan/pengurangan asupan kalori (lazimnya 1.000-1.500 kcal sehari) serta peningkatan pemakaian energi.
namun bila pemakaian energi lebih besar
daripada asupan kalori, akan terjadi mobilisasi dari depot lemak (energi potensial) untuk diubah menjadi energi.
Pengobatan dapat dilakukan sebagai ikhtiar tambahan untuk menunjang penanganan bagi penderita dengan BMI>30 atau
BMI>27 bila ada faktor risiko lain (DM2,
hipertensi, hiperlipidemia). Dengan menurunnya berat badan 5 – 10% sudah dapat
menurunkan risiko kesehatan.
Suatu kur pelangsing umumnya dimulai
dengan menurunnya berat badan dengan
pesat, namun ini terutama disebabkan hilangnya cairan, bukannya lemak. Baru sesudah
rata-rata seminggu, lemak akan dibakar sebagai sumber energi dan susutnya bobot
badan berlangsung lebih lambat. Tiroid menyesuaikan diri dan bekerja semakin lambat, sehingga metabolisme basal (konsumsi
energi dari tubuh dalam keadaan istirahat)
menurun.
yaitu lebih baik makan 5 kali sehari
dengan porsi kecil daripada dua kali namun
banyak sekali. sebab selama kur, selain
lemak (untuk dinding sel), juga protein dirombak, maka diet perlu mengandung sejumlah tertentu protein. Karbohidrat juga
harus ada, sebab merupakan sumber energi
mutlak bagi sel-sel otak dan sel-sel darah.
Agar jangan sampai kekurangan vitamin
dan mineral, diet harus divariasi sebanyak
mungkin. Akhirnya yaitu penting untuk minum banyak air (2-3 liter sehari) untuk
mengeluarkan zat-zat sampah yang meningkat selama kur.
Tindakan tambahan. Diet hendaknya didukung oleh beberapa tindakan pembantu,
yaitu:
a. gerak badan teratur meningkatkan pengeluaran energi dan memperlancar perombakan lemak. Para olahragawan ternyata lebih mudah mengimbangi asupan dan penggunaan energi, lagi pula pada umumnya lebih mudah mempertahankan suatu
diet. Para ahli menganjurkan olahraga,
seperti jogging, berenang, fitness, bersepeda (juga dengan hometrainer) ataupun
berjalan cepat dengan teratur, 3-5 kali
seminggu 0,5 jam. Sebaiknya jangan dimulai terlalu intensif namun secara berangsur-angsur ditingkatkan.
b. terapi perilaku, kebiasaan makan pasien
diubah secara positif, seperti mengunyah
lebih halus, makan lebih pelan dan hanya
secukupnya, juga jangan menyamil di
antara jam-jam makan.
c. terapi dengan anoreksansia. Dewasa ini
tersedia sejumlah obat untuk membantu
kur melangsingkan tubuh, yang berkhasiat menghambat nafsu makan, lihat di
bawah.
Dalam sediaan populer untuk menguruskan tubuh sering kali dimasukkan diuretika untuk mengurangi cairan tubuh
dan laksansia untuk mengurangi resorpsi
bahan-bahan makanan dalam usus, juga
hormon tiroid tiroksin untuk menstimulir pertukaran zat. Sediaan-sediaan ini tidak
dianjurkan, sebab kurang efektif dan dapat
memicu efek samping yang sangat
serius.
Kombinasi dari diet berkalori terbatas dan
tindakan pembantu ini yang dijalankan
dengan teratur, motivasi tinggi dan tuntunan
dari seorang dokter sering kali menghasilkan
penyusutan bobot tubuh hingga 0,5 kg seminggu.
Anoreksansia
Anoreksansia (Yun orexi = nafsu makan) berkhasiat menekan nafsu makan secara efek-
tif selama 4-6 minggu. namun sesudah dipakai 3-6 bulan, efeknya akan sangat
berkurang akibat terjadinya toleransi. Obatobat ini dipakai untuk menunjang dan
mempermudah terapi diet kalori terbatas
dengan mengurangi nafsu makan.
Atas rekomendasi WHO di kebanyakan
negara, semua anoreksansia turunan senyawa
amfetamin berada di bawah pengawasan
internasional. Pengecualian yaitu (dex)
fenfluramin, (klor)fentermin dan mazindol. Di
AS masih beredar pula fentermin (Mirapront)
dan amfepramon. Berhubung dengan sejumlah
laporan mengenai timbulnya kelainan pada
katup jantung pemakai obat-obat tertentu,
pada bulan Agustus 1997 di AS, Belanda
dan banyak negara Barat lainnya,fentermin,
fenfluramin dan dexfenfluramin telah ditarik
dari peredaran.
Obat-obat baru. Dalam usaha mencari anoreksansia baru yang efektif dan aman, telah
dilakukan kajian terhadap hormon kenyang
leptin. namun sebab orang gemuk (obese)
kurang atau tidak peka untuk leptin, hormon
ini tidak memberikan hasil baik.
Mekanisme kerja. Dewasa ini tersedia a.l.
tiga obat untuk menguruskan badan, yaitu
sibutramin, rimonabant dan ekstrak kaktus
Hoodia, di samping obat-obat yang sudah ada
(amfepramon dan orlistat). Mekanisme kerjanya berlainan, yaitu:
a. menekan nafsu makan dan rasa lapar:
amfepramon, sibutramin, rimonabant
dan hoodia. Sibutramin menghambat reuptake serotonin, yang di otak bersama
NA mengendalikan perasaan kenyang.
Rimonabant memblok reseptor cannabinoid
yang bila diduduki endocannabinoida memicu rasa lapar. Hoodia mengandung zat aktif yang bersaing dengan glukosa untuk reseptor yang sama, sehingga hipotalamus “dikelabui” dan tidak
memicu isyarat lapar. HCA dan krom
(pikolinat) yaitu zat-zat penekan nafsu
makan yang khusus dipakai dalam
kedokteran alternatif. Belum diterima
oleh kedokteran regular sebab secara
ilmiah efeknya belum terbukti dengan
tuntas.
b. menghambat penyerapan lemak: orlistat.
Lemak baru dapat diabsorpsi sesudah
dirombak oleh lipase menjadi asam lemak
bebas dan gliserol. Orlistat merintangi
lipase, sehingga sebagian lemak tidak
diserap usus.
c. meningkatkan pengeluaran energi: sibutramin, mungkin melalui aktivitas adrenergik perifer. sesudah pemakaian 6 bulan, dapat dicapai penurunan berat badan
rata-rata 11 kg (Ph Wkbl 1998; 133: 1590).
Kehamilan dan adipositas
Gangguan-gangguan reproduksi juga berkaitan dengan adipositas, misalnya hiperandrogenisme dan hiperinsulinisme (Pasquali R.
et al. Obesity and reproductive disorders in
women. Hum Reprod Update 2003;9:359-72)
Gangguan pada metabolisme gula mengakibatkan diabetes gravidarum 3 kali lebih
sering pada pasien dengan berat badan
berlebihan.
Juga hipertensi lebih sering ada pada
wanita hamil dengan overgewicht.
Kans terhadap penyimpangan-penyimpangan kongenital juga sangat meningkat
pada ibu-ibu dengan adipositas.
sebab adipositas dapat mengakibatkan
risiko pada kehamilan, dianjurkan untuk usaha menurunkan berat badan dilakukan sebelum kehamilan (prekonsepsi).
Wanita hamil tidak dianjurkan memakai
anoreksansia sebab tidak ada gunanya
mengontrol berat badan selama kehamilan.
Juga perlu diperhatikan bahwa selama
mengandung dianjurkan untuk tidak menurunkan berat badan, sebab pertumbuhan
janin dapat terganggu. Hanya boleh diusahakan untuk selama kehamilan, berat badan
sedapat mungkin dibatasi. (Edward LF et al.
Pregnancy complications and birth outcomes
in obese and normal weight women. Obstet
Gynecol 1996;87: 389-94. Bianco AT et al.
Pregnancy outcome and weight gain recommendations for the morbity obese women.
Obstet Gynecol 1998;91:97-102.)
Efek yoyo. Dalam praktik ternyata bahwa
sesudah mencapai penurunan berat badan
yang diinginkan, sukar sekali mempertahankan
berat badan yang rendah demikian. Bila pola
makan dan gaya hidup tidak diubah secara
drastis dan konsekuen, maka dalam waktu
singkat hasil kur akan hilang lagi. Efek
turun-naik ini disebut efek yoyo. sesudah setiap
kur selesai, berat badan semula akan pulih
kembali semakin cepat. Efek jangka panjang
sering kali mengecewakan; turun-naiknya
berat badan lebih buruk daripada bila terusmenerus gemuk. sesudah dua tahun ternyata
bahwa kurang dari 25% pasien mampu
mempertahankan berat badan yang rendah.
Efek yoyo hanya dapat diputus bila disertai
program diet dengan gerak badan dan
kegiatan otot teratur.
“Most obese persons will not stay in treatment
for obesity, of those who stay most will not lose
weight, and of those who do lose weight, most will
regain it.” A.J. Stunkard
Diet mode
Di samping diet energi terbatas, dikenal pula
banyak jenis diet lainnya, yang dipromosikan
oleh berbagai ‘pakar pelangsingan tubuh’.
Yang terkenal yaitu antara lain diet Mayo,
diet dr Atkin dan diet dr Linn, yang terdiri atas
masing-masing khusus sherry, lemak dan
protein. Diet-diet ini sudah dianggap kuno,
sebab efek sampingnya sering berbahaya,
seperti terbukti oleh misalnya banyak korban
dengan aritmia jantung pada penganut diet
dr Linn. Diet ‘the Zone’ dari dr Sears (yang
pernah diikuti oleh presiden Clinton) kini
juga sudah ditinggalkan, sebab dihubungkan dengan osteoporosis, gangguan hati dan
kanker usus besar.
* Diet Montignac. Diet Montignac (Prancis)
sangat populer di Eropa, sebab ternyata
efektif dan aman, juga pada jangka panjang.
Diet ini berdasar aturan diet bijaksana dengan banyak mengonsumsi sayuran
dan buah-buahan, membatasi asupan lemak
(jenuh) dan menjauhi gula serta monosakarida (yang memiliki indeks glikemik tinggi),
lihat juga Bab 54, Dasar-dasar diet sehat.
Garis besar dari diet ini yaitu sederhana,
yaitu:
a. makan boleh sampai kenyang tanpa ada
larangan mengenai jumlah kalori;
b. buah-buahan selalu harus dimakan tersendiri (pada perut kosong);
c. protein boleh dikombinasi dengan lemak
dan hidratarang, dengan syarat selalu dimakan bersama serat-serat gizi (sayuran,
beans, dan sebagainya);
d. hidratarang sedapat mungkin harus dipakai , terutama yang memiliki indeks
glikemik rendah;
e. hidratarang tidak boleh dimakan bersamaan dengan lemak.
Menurut Montignac pada banyak orang
yang kegemukan ada hiperaktivitas
dari pankreasnya; bila hidratarang dimakan
bersama lemak, maka insulin tidak disekresikan secukupnya, namun berlebihan. Akibat
hiperinsulinemia ini, sebagian lemak yang
pada keadaan normal dikeluarkan akan
ditimbun sebagai lemak cadangan, yang
berefek membuat gemuk. Hiperinsulinemia
juga memicu kecenderungan hipoglikemia, yang mencetuskan rasa lapar dan
disusul oleh asupan hidratarang lagi dengan
stimulasi baru dari pankreas. Dengan demikian, terjadi suatu lingkaran setan dengan
terjadinya pembentukan jaringan lemak
berlebihan (adipogenesis).
Penilaian. Ternyata bahwa dengan diet 1.800
kcal sehari bobot badan dapat diturunkan
rata-rata 10 kg dalam waktu 6 minggu. Meskipun memerlukan cukup banyak penyesuaian kebiasaan makan, namun dengan sedikit
motivasi, diet ini mudah dijalankan untuk
waktu yang lama. Keberhasilan metode ini
sudah dipastikan oleh banyak sekali penganut, namun kebanyakan ahli gizi tetap skeptis
dan menolaknya, sebab menganggap dasardasar ilmiahnya kurang teguh. Sebaliknya
mereka tidak dapat menjelaskan sukses besar
dari diet ini.
MONOGRAFI
1. Amfepramon: dietilpropion, *Apisate
Derivat amfetamin ini (1957) seperti semua
zat dari kelompok “wekamin” berkhasiat
menghambat nafsu makan. Frekuensi efek
samping lebih rendah dari amfetamin, ya-
itu tachycardia, palpitasi, TD meningkat,
gangguan lambung-usus, pusing dan stimulasi SSP. Efek kardiovaskuler pada pasien
hipertensi dan angina tidak dilaporkan.
Dosis: 1dd 1 tablet slow-release ½ jam a.c.
(amfepramon 75 mg + vit B1
,B2
,B3
,B6
)
2. Orlistat: Xenical
Obat ini telah dipasarkan sebagai pil antiobesitas (‘bikini slimmer’1998). Khasiatnya
berdasar penurunan absorpsi lemak
dalam usus dengan jalan memblokir lipase
pankreas. Efeknya terhadap penurunan berat badan nampaknya tidak begitu besar.
Orlistat mengikat lipase secara irreversibel,
sehingga lemak (trigliserida) dari makanan
tidak dihidrolisis menjadi asam lemak
bebas dan gliserol, yang dapat diabsorpsi
usus. Akibatnya 30% dari lemak tidak diserap dan dikeluarkan melalui feses, sedangkan lazimnya jumlah ini hanya 4-5%. Penggunaannya dibatasi pada orang gemuk
dengan Body Mass Index (BMI) > 30 atau lebih, bersamaan dengan diet miskin kalori
dan ±30% sebagai lemak. Bila sesudah 12
minggu tidak tercapai penurunan berat
badan minimal 5%, maka pengobatan harus
dihentikan. Suatu studi menunjukkan bahwa
sesudah satu tahun tercatat kehilangan berat
badan tidak terlalu banyak, yaitu ratarata 10,2% dibandingkan dengan 6,1% di
kelompok plasebo. Pada ±10% pasien terjadi
kehilangan bobot badan maksimal 20% lebih.
Resorpsi dari usus minimal, ±1%, yang dalam
darah terikat 99% pada protein. Dalam hati
sebagian zat dirombak menjadi metabolit inaktif, yang dikeluarkan lewat empedu.
Efek samping agak sering terjadi namun
tidak serius dan terutama berupa gangguan
lambung-usus seperti flatulensi, sakit perut,
diare dan kejang lambung.
Dosis: 3 dd 120 mg a.c./d.c./p.c. bersama
diet kalori sedang.
3. Sibutramin: Reductil
Derivat siklobutan ini (1998) yaitu suatu
serotonin-NA re-uptake blocker, yang berperan pada terjadinya perasaan kenyang
sesudah makan. Di samping itu juga meningkatkan pemakaian energi akibat kerja
adrenergik perifer. sesudah pemakaian 6
bulan dari 15 mg/hari dengan kombinasi
diet, tercapai penurunan bobot badan ratarata 11 kg (6-8%). Tanpa diet penurunan
hanya 1% (Ph Wkbl 1998; 133: 1590), Terapi
sebaiknya dihentikan bila sesudah 4 minggu
turunnya bobot badan hanya kurang dari
2 kg. dipakai pada penderita gemuk
dengan BMI > 30 atau di atas 27 bila ada
faktor risiko lain.
Efek samping yang tersering yaitu obstipasi, mulut kering dan sukar tidur, juga
debar jantung dan hipertensi. Maka frekuensi
jantung dan tensi perlu dimonitor selama 3
bulan pertama.
Dosis: oral 1 dd 10 mg pagi hari, sesudah 4
minggu bila berat badan menurun < 2 kg,
dosis dapat dinaikkan sampai 15 mg, maks.
selama 1 tahun.
4. Rimonabant: Acomplia
Derivat piperidinil ini (2005) yaitu penekan nafsu makan berdasar perintangan
reseptor cannabinoid (RC). RC ada di
permukaan sel-sel otak, a.l. dari hipotalamus
dan dapat ditempati oleh Cannabis (marihuana, hashiz) dan juga oleh endo-cannabinoida tubuh sendiri. Reaksinya berupa meningkatnya nafsu makan; efek samping ini
sudah terkenal pada pecandu hashiz. Orang
gemuk membentuk terlalu banyak RC ini.
Rimonabant memblokir RC dan mengurangi
nafsu makan, juga menurunkan kadar TG
dan glukosa darah serta meningkatkan HDL.
Di samping itu juga menurunkan hasrat
merokok dan minum alkohol. Obat anoreksans ini dimaksudkan hanya untuk para
penderita overweight dengan gangguan metabolisme, yaitu kolesterol tinggi atau diabetes. Dilaporkan bahwa rimonabant juga
efektif pada pecandu drugs, alkohol dan
rokok. (Gail L et al. Effects of cannabinoid receptor blocker rimonabant on weight reduction in
overweight patients. Lancet 16-4-2006) Penggunaan 20 mg setiap hari dapat menurunkan
berat badan dengan ±10 kg (6-8%).
Efek samping berupa mual, nyeri kepala,
pusing dan gangguan saraf seperti depresi
serius dan daya kognitif.
Dosis: 1 dd 10-20 mg a.c.
5. Ekstrak Hoodia: kaktus Afrika Selatan, Trimspa
Glikosida ini dengan rumus steroida (1998)
yaitu zat penekan lapar, yang dihasilkan
dari tumbuhan yang banyak mengandung air
Hoodia gordoni dan berasal dari gurun pasir
(Kalahari desert) di Afrika Selatan, Angola dan
Namibia. Batang “kaktus” ini mengandung
zat aktif P57, suatu glikosida steroid yang
sebagai antagonis reseptor glukosa berefek
menekan nafsu makan. Hipotalamus mengontrol kadar glukosa dan bila kadarnya
menurun, dikirim isyarat untuk makan.
sesudah makan kadar glukosa naik lagi dan
hipotalamus menghentikan sinyal lapar. P57
mengikat diri pada reseptor-reseptor sama
dengan glukosa, sehingga hipotalamus “mengira” bahwa kadar glukosa darah normaldan tidak memicu rasa lapar. Efeknya
yaitu asupan kalori sehari dapat diturunkan
dengan ±50%.
Efek samping tidak diketahui.
Dosis: selama tiga hari 2 dd 250 mg (tablet
atau juice) ½ jam a.c. Bila efeknya kurang,
dapat ditingkatkan sampai 2 dd 500 mg.
Pemeliharaan: 1-2 dd 250 mg.
6. Hidroksisitrat: HCA
Hidroksisitrat diperoleh dari buah garoka,
Katch puli (Hindi = buah asam) atau Malabar
Tamarind dari pohon Garcinia cambogia. Di
India dan Sri Lanka, buah ini dipakai
untuk mengasamkan makanan (seperti asam
Jawa). Selain itu buah ini juga dipakai
sebagai obat rakyat tradisional pada penyakit
jantung, gangguan empedu dan gangguan
lambung-usus. Khasiat menekan nafsu makannya berdasar blokade enzim yang
memungkinkan lipogenesis. Dalam siklus
asam sitrat (‘Krebs cyclus’), glukosa diubah
melalui piruvat menjadi asam sitrat, yang
merupakan bahan pangkal untuk sintesis
asam lemak dan kolesterol. Enzim yang terlibat pada sintesis diikat oleh HCA (persaingan
substrat), sehingga lipogenesis gagal. Sebagai
gantinya, hati terpaksa mengubah glukosa
menjadi glikogen. Oleh sebab itu, rasa lapar
berkurang dan pemakaian energi meningkat, sedangkan kadar LDL-kolesterol dan
trigliserida menurun. Asupan makanan berkurang, yang mengakibatkan menurunnya
berat badan. pemakaian nya hingga kini
masih terbatas pada kalangan kedokteran
komplementer.
Krom memperkuat efek HCA dan berkhasiat mempertahankan keseimbangan kadar
glukosa darah. Menurut beberapa studi,
kombinasi dari kedua zat dengan diet dapat
mengurangi berat badan dengan ±4 kg dalam
waktu 4 bulan.
Efek samping tidak diketahui dan dapat
disamakan dengan asam sitrat yang dipakai di banyak bahan makanan.
Dosis: oral 3 dd 250 mg bersama krompikolinat (Glucose Tolerance Factor).
C. ADRENOLITIKA
Adrenolitika atau simpatolitika yaitu zatzat yang melawan sebagian atau seluruh
aktivitas Susunan Saraf Simpatik. Misalnya, adrenolitika meniadakan vasokonstriksi
yang ditimbulkan oleh aktivasi reseptor-alfa
akibat adrenergika. berdasar mekanisme
dan titik kerjanya, adrenolitika dapat dibagi
dalam tiga kelompok, yaitu zat-zat penghambat
reseptor adrenergik (alfa-blocker dan beta-blocker)
dan zat-zat penghambat neuron adrenergik.
1.Alfa-blockers (a-simpatolitika)
Zat-zat ini memblokir reseptor-alfa yang
banyak ada di jaringan otot polos dari
kebanyakan pembuluh, khususnya dalam
pembuluh kulit dan mukosa. Efek utamanya
yaitu vasodilatasi perifer, oleh sebab itu
banyak dipakai pada hipertensi dan hipertrofi prostat. Prazosin juga dipakai
pada gagal jantung (dekompensasi) dan pada
penyakit Raynaud.Lihat Bab 34, Vasodilatansia
dan Bab 35, Antihipertensiva, sub 2.Alfablockers.
Dikenal tiga jenis alfa-blocker, yaitu:
– Zat-zat tak selektif: fentolamin dan alkaloida ergot
Fentolamin khusus dipakai untuk
diagnosis dan terapi hipertensi tertentu
(feochromocytoma). Juga pada gangguan
ereksi sebagai injeksi intracaverneus (bersama papaverin: Androskat).
Alkaloid ergot, berkat efek vasokonstriksinya banyak dipakai pada serangan migrain, juga dalam ilmu kebidanan untuk menghentikan perdarahan setelah persalinan.
– α1
-blockers selektif: derivat quinazolin
(prazosin, terazosin, tamsulosin dan lainlain) serta urapidil. pemakaian nya sebagai obat hipertensi dan pada hiperplasia
prostat.
– α2
-blockers selektif: yohimbin, yang dipakai sebagai obat perangsang syahwat
(aphrodisiacum).
2. Beta-blocker (β-simpatikolitika)
Semula beta-blocker dipakai untuk
gangguan jantung (aritmia, angina pectoris),
untuk meringankan kepekaan organ ini bagi
rangsangan, seperti kerja berat, emosi, stress
dan sebagainya. Sejak tahun 1980-an obat ini
terutama dipakai sebagai obat hipertensi,
lihat selanjutnya Bab 35, Antihipertensiva.
Obat-obat ini dapat dibagi pula dalam 2
kelompok, yaitu
– zat-zat β1
selektif, yang melawan efek
dari stimulasi jantung oleh adrenalin dan
NA (reseptor-β1
), misalnya atenolol dan
metoprolol
– zat-zat β1
tak selektif, yang juga menghambat efek bronchodilatasi (reseptor-β2
),
misalnya propranolol, alprenolol, dan lain-lain.
Labetalol dan karvedilol yaitu zat-zat
yang menghambat kedua reseptor (alfa
+ beta).
3. Penghambat neuron adrenergik: derivat
guanidin (guanetidin). Zat-zat ini tidak memblokir reseptor, melainkan bekerja terhadap
bagian postganglioner dari saraf simpatik
dengan mencegah pelepasan katecholamin.
Guanetidin khusus dipakai pada jenis
glaukoma tertentu.
MONOGRAFI
Yohimbin
Alkaloid ini diperoleh dari kulit pohon
Corynanthe yohimbe (Afrika Barat) dan pohon Aspidosperma quebracho-blanco (Amerika
Selatan). Kulit pohon ini juga mengandung alkaloid lain, yaitu ajmalin/corynanthein
dan aspidospermin.
Efek adrenolitiknya agak lemah dan singkat berdasar blokade selektif dari adrenoreseptor alfa-2 presinaptik. Dalam dosis
Hipertrofi prostat
Sekitar 25% dari pria di atas usia 60 tahun menderita pembesaran prostat yang tak-ganas (Benign
Prostatic Hyperplasia, BPH). Gejalanya merupakan harus sering kali berkemih dengan aliran lemah dan
setiap kali hanya sedikit yang keluar. Lihat juga Bab 43, Zat-zat Androgen, antihormon.
Di prostat yang membesar jaringan otot hiperplasif memiliki banyak reseptor-alfa-1, begitu pula
di saluran kemih (urethra). Blokade reseptor ini dengan derivat quinazolin (alfuzosin, terazosin,
tamsulosin, dan lain-lain) menurunkan tonus dinding pembuluh dalam prostat dan saluran kemih.
Efeknya yaitu perbaikan pengeluaran urin dan mengurangi frekuensi berkemih serta memperkecil
residu urin dalam kandung kemih.
Alfa-1-blockers bermanfaat pada BPH ringan (dengan terutama jaringan ikat) sebagai penanganan
sementara untuk meringankan gejala sambil menunggu pembedahan bila diperlukan. Obat-obat
ini tidak berefek menciutkan prostat yang membesar, berlainan dengan obat BPH lainnya, yaitu zat
anti-androgen finasterida, lihat Bab 43, Zat-zat Androgen, antihormon). Finasterida ternyata tidak
lebih efektif dari terazosin pada penanganan keluhan BPH. Oleh sebab itu alfa-blockers sekarang
dianggap sebagai obat pilihan pertama pada farmakoterapi BPH. Untuk monografi lihat Bab 35,
Antihipertensiva, alfa-blockers.
Penanganan lainnya terdiri dari pembedahan ‘terbuka’ untuk mengeluarkan prostat dan reseksinya
melalui uretra (saluran kemih), yang disebut TURP (Transurethral Resection of Prostate). Di samping itu
dilakukan pula cara-cara modern, seperti pembedahan dengan laser(ablatio) dan transurethral microwave
therapy (TUMT). Metoda terakhir sangat efektif dan dapat dilakukan poliklinis dengan anestesi lokal
dan sedasi ringan
rendah dapat meningkatkan tekanan darah,
sedangkan pada dosis lebih tinggi justru
menurunkannya. Oleh sebab itu terjadilah
vasodilatasi perifer yang mengakibatkan
penyaluran darah diperkuat ke organ-organ
di bagian bawah perut.
pemakaian . Secara tradisional dipakai sebagai afrodisiakum, untuk memperkuat
syahwat dan mengatasi impotensi. Sering kali
obat ini dianggap obsolet, namun pada suatu
meta-analisis dari tujuh studi, yohimbin
ternyata efektif dalam 34-73% dari kasus
untuk memicu ereksi. Perbedaan besar
dalam persentase disebabkan oleh populasi
penderita impotensi dari etiologi berlainan.
Vasodilatasi di badan pengembang penis
mungkin dapat menerangkan efeknya pada
disfungsi erektil. Lihat juga Bab 43, Zatzat Androgen, boks Gangguan ereksi dan
Viagra.
Efek samping dapat berupa penurunan tensi, pusing, berkeringat kuat, debar jantung,
tremor, agitasi, gelisah dan sukar tidur, kejang bronchi dan gejala yang mirip lupus.
Pada penderita gangguan jiwa, dosis rendah
dapat mencetuskan depresi. Fenotiazin memperkuat toksisitasnya.
Dosis: oral 3-4 dd 5-10 mg.
KOLINERGIKA
DAN ANTIKOLINERGIKA
A. KOLINERGIKA
Kolinergika atau parasimpatikomimetika
yaitu sekelompok zat yang dapat memicu efek yang sama dengan stimulasi
Susunan Parasimpatik (SP), sebab melepaskan neurohormon asetilkolin (ACh) di ujungujung neuronnya. Tugas utama SP yaitu
mengumpulkan energi dari makanan dan
menghambat pemakaian nya, singkatnya
berfungsi asimilasi. Bila neuron SP dirangsang,
timbullah sejumlah efek yang menyerupai keadaan istirahat dan tidur.
Efek kolinergik faal yang terpenting yaitu
sebagai berikut:
– stimulasi pencernaan dengan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar ludah
dan getah lambung (HCl), juga sekresi air
mata dan lain-lain;
– memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung, vasodilatasi dan penurunan tekanan darah;
– memperlambat pernapasan, an