Home »
bank darah 4
» bank darah 4
bank darah 4
Juni 21, 2023
bank darah 4
dahulu nomor batch dan tanggal kadaluarsanya. Nomor Batch atau bets (lot) adalah
penandaan yang terdiri dari angka atau huruf atau gabungan keduanya, yang merupakan
tanda pengenal suatu bets, yang memungkinkan penelusuran kembali riwayat lengkap
pembuatan bets ini , termasuk seluruh tahap produksi, pengawasan dan distribusi.
Sedangkan tanggal kadaluarsa merupakan gambaran dari stabilitas reagen dalam
penyimpanan. Stabilitas reagen merupakan kemampuan suatu produk reagen untuk bertahan
dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan. Sifat
karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat. Kestabilan reagen
dapat dilihat dari beberapa hal dengan suatu perubahan dalam penampilan fisik seperti
warnanya. Sedangkan dalam hal lain perubahan kimia dapat terjadi yang tidak bisa dibuktikan
sendiri dan hanya bisa dibuktikan melalui analisis kimia. Nomor batch dan tanggal kadaluarsa
masing-masing reagen dicatat pada form validasireagen. Bila tanggal kadaluarsa reagen telah
lewat, maka validasi tidak dilakukan lagi, karena dapat dipastikan reagen ini
Topik 2
Pemeriksaan Golongan Darah ABO
dan Rhesus
A. PRINSIP PEMERIKSAAN
ANTIGEN + ANTIBODI AGLUTINASI/HOMOGEN/SENSITASI.
B. TEKNIK REVERSE & FORWARD GROUPING
1 Cell grouping/typing => memeriksa antigen sel
darah merah dengan cara menambahkan anti-A,
anti-Bdan anti-D
2 Serum grouping/typing => memeriksa antibodi
dalam serum/plasma dengan cara
mereaksikannya dengan sel golongan A,B,dan O.
3 Auto Kontrol => memeriksa antibodi dalam
serum dengan cara mereaksikannya dengan sel
darah merahnya sendiri.
C. METODE PEMERIKSAAN
Metode pemeriksaan golongan darah abo dan rhesus, antara lain :
A. Metode slide card
B. Metode bioplate
C. Metode tabung
D. Pemeriksaan WEAK D (jika hasil pemeriksaan rhesus tabung negatif)
D. PROSEDUR
1. Pemeriksaan golongan darah abo dan rhesus metode slide test
1. Tujuan :
Untuk menetapkan ada/tidaknya antigen pada sel darah merah (cell grouping).
2. Alat dan Bahan :
− Sampel Darah
− Larutan NaCl 0,85 %
− Batang pengaduk /toothpick
− Antisera-A, Antisera-B, Antisera D, Bovine Albumin 6%
− Test Sel suspensi 10% untuk golongan darah ABO dan Test Sel suspensi 40% untuk
golongan darah rhesus
− Slide test
3. Cara kerja
1. Biarkan reagensia pada suhu kamar sebelum dipakai dan simpan kembali pada
suhu 2º-8ºC setelah dipakai .
2. Siapkan contoh darah dengan antikoagulan yang akan diperiksa.
3. Lakukan perawatan contoh darah yang akan diperiksa mulai dari pemisahan
plasma dari sel darah merah (sel darah merah), pencucian hingga pembuatan
suspensi sel 10% dan 40%
4. Siapkan lembar kerja pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus.
5. Siapkan slide test yang bersih dan kering, beri indentitas pada bagian atas tiap-
tiap kotak berturut-turut :
Anti-A, anti-B, anti-D
6. Isi masing-masing Kotak dengan :
1. Kotak 1 : 2 tetes anti-A + 1 tetes sel 10%
2. Kotak 2 : 2 tetes anti-B + 1 tetes sel 10%
3. Kotak 3 : 2 tetes anti-D + 1 tetes sel 40%
4. Kotak 4 : 2 tetes Bovine albumin 6% + 1 tetes sel 40%
7. Aduk rata dan melebar dengan batang pengaduk
8. Digoyang membentuk angka 8, baca reaksi
4. Pembacaan hasil
-- Bila pada pemeriksaan sel darah merah sampel terjadi :
-- Aglutinasi ada antigen pada sel darah merah
1
-- Negatif aglutinasi / Homogen tidak ada antigen pada sel darah merah
Aglutinasi Positif AglutinasiNegatif
-- Interpretasi Hasil :
Anti-A Anti-B
Golongan
Darah
Anti-D BA 6% Golongan Darah
Aglutinasi
Positif
Aglutinasi
Negatif
A
Aglutinasi
Positif
Aglutinasi
Negatif
Rh Positif (D+)
Aglutinasi
Negatif
Aglutinasi
Positif
B
Aglutinasi
Negatif
Aglutinasi
Negatif
Rh Negatif (D-)
Aglutinasi
Positif
Aglutinasi
Positif
AB
Aglutinasi
Negatif
Aglutinasi
Negatif
O
2. Pemeriksaan golongan darah abo dan rhesus metode bioplate
1. Tujuan :
Untuk menetapkan ada/tidaknya antigen pada sel darah merah (cell grouping) dan
untuk menetapkan ada/tidaknya antibodi dalm serum/plasma (serum grouping).
2. Alat dan Bahan :
1. Sampel suspensi 10% dan 40%
2. Larutan NaCl 0,85 %
3. Tabung Reaksi
4. Antisera-A, Antisera-B, Antisera D, Bovine Albumin 6%
5. Test Sel 10% A,B dan O
6. Bioplate
7. Sentrifuge
8. Pipet Tetes
3. Cara kerja
1. Biarkan reagensia pada suhu kamar sebelum dipakai dan simpan kembali pada
suhu 2º-8ºC setelah dipakai .
2. Siapkan contoh darah dengan antikoagulan yang akan diperiksa.
3. Lakukan perawatan contoh darah yang akan diperiksa mulai dari pemisahan
plasma dari sel darah merah (sel darah merah), pencucian hingga pembuatan
suspensi sel 10% dan 40%.
4. Siapkan lembar kerja pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus
5. Siapkan bioplate yang bersih dan kering, beri indentitas pada bagian atas tiap-tiap
well berturut-turut :
Anti-A, anti-B, sel A, sel B, sel O, AK (auto kontrol), Anti-D dan BA 6%
1. Isi masing-masing well dengan :
i. Well 1 : 2 tetes anti-A + 1 tetes sel 10%
ii. Well 2 : 1 tetes anti-B + 1 tetes sel 10%
iii. Well 3 : 1 tetes sel A 10% + 2 tetes serum/plasma
iv. Well 4 : 1 tetes sel B 10% + 2 tetes serum/plasma
v. Well 5 : 1 tetes sel O 10% + 2 tetes serum/plasma
vi. Well 6 : 1 tetes sel 10% + 2 tetes serum/plasma
vii. Well7 : 1 tetes sel 40% + 2 tetes anti-D
viii. Well 8: 1 tetes sel 40% + 2 tetes BA 6%
2. Campurkan isi tiap Well dengan cara menggoyangkan bioplate ke arah depan dan
belakang sambil memperhatikan reaksi yang terjadi
3. Baca hasil reaksi.
4. Pembacaan hasil
o Bila pada pemeriksaan sel darah merah specimen terjadi :
-- Aglutinasi : ada antigen pada sel darah merah
-- Homogen : tidak ada antigen pada sel darah merah
o Bila pada pemeriksaan plasma specimen terjadi :
o Aglutinasi : ada antibodi didalam plasma/serum
1
o Homogen : tidak ada antibodi didalam plasma/serum
o Tentukan derajat aglutinasi sesuai dengan hasil reaksi yang terjadi.
4+ : Semua sedimen bersatu, cairan jernih.
3+ : Sedimen terpecah → 3-4 segmen, cairan jernih.
2+ : Gumpalan lebih banyak dan kasar, cairan agak keruh.
1+ : Gumpalan sangat banyak dan halus, cairan keruh tampak
berwarna kemerah-merahan.
± : Sepintas masih terlihat seperti gumpalan halus
dengan cairan keruh. Aglutinasi jelas → mikroskopis
neg : tidak ada aglutinasi / homogen
o Interpretasi Hasil
Anti –
A
Well 1
Anti –B
Well 2
Test
Sel A
Well
3
Test
Sel B
Well
4
Test
Sel O
Well 5
AK
Well 6
Golongan
Darah
Anti-
D
BA
6%
Golongan
Darah
Neg Neg + + Neg Neg O
+ Neg
Rh Positif
(D+) + Neg Neg + Neg Neg A
Neg + + Neg Neg Neg B
Neg Neg
Rh Negatif
(D-) + + Neg Neg Neg Neg AB
Keterangan : (+) = Positif/terjadi penggumpalan/aglutinasi
(Neg) = Negatif/tidak terjadi penggumpalan/homogen
3. Pemeriksaan golongan darah abo dan rhesus metode tabung (tube test)
1. Tujuan :
Untuk menetapkan ada/tidaknya antigen pada sel darah merah (cell grouping) dan
untuk menetapkan ada/tidaknya antibodi dalm serum/plasma (serum grouping).
2. Alat dan Bahan :
1. Sampel suspensi 5%
2. Test sel 5% A,B,O
3. Antisera A , Antisera B
4. Larutan NaCl 0,85 %
5. Tabung Serologi
6. Mikroskop
7. Tabung Sentrifuge
8. Pipet Tetes
9. Rak Tabung
10. Sentrifuge
3. Cara Kerja :
1. Biarkan reagensia pada suhu kamar sebelum dipakai dan simpan kembali pada suhu
2º-8ºC setelah dipakai .
2. Siapkan contoh darah dengan antikoagulan yang akan diperiksa.
3. Lakukan perawatan contoh darah yang akan diperiksa mulai dari pemisahan plasma
dari sdm (sel darah merah), pencucian hingga pembuatan suspensi sel 5%.
4. Siapkan lembar kerja pemeriksaan golongan darah ABO.
5. Siapkan 6 (enam) buah tabung serologi untuk masing-masing mahasiswa/ kelompok
yang sudah ditandai.
6. Isi masing-masing tabung dengan :
a. Tabung 1 : 2 tetes anti-A + 1 tetes sel 5%
b. Tabung 2 : 2 tetes anti-B + 1 tetes sel 5%
c. Tabung 3 : 1 tetes sel A 5% + 2 tetes serum/plasma
d. Tabung 4 : 1 tetes sel B 5% + 2 tetes serum/plasma
e. Tabung 5 : 1 tetes sel O 5% + 2 tetes serum/plasma
f. Tabung 6 : 1 tetes sel 5% + 2 tetes serum/plasma
g. Tabung 7 : 1 tetes sel 5% + 2 tetes anti-D
h. Tabung 8 : 1 tetes sel 5% + 2 tetes BA 6%
7. Kocok perlahan agar homogen.
8. Sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik.
9. Goyangkan tabung dengan perlahan dan perhatikan adanya aglutinasi secara
makroskopis bila diperlukan dengan menggunakan mikroskop (perbesaran
objektif 10 x).
4. Pembacaan hasil
Perhatikan supernatan semua tabung, apakah ada hemolise atau tidak.
Bacalah satu persatu hasil reaksinya dengan mengoyang perlahan tabung dan
memutarnya kita perhatikan sedimennya :
-- Ciri-ciri positif : Sedimen bersatu dan tepinya tidak merata
-- Ciri-ciri negatif : Sedimen selnya padat dan tepinya bulat + rata
Dinyatakan negatif bila sedimen tersuspensi kembali dengan mudah
(homogen).
1
Dinyatakan positif bila sedimen tidak mudah tersuspensi kembali
(bergumpal-gumpal).
o Tentukan derajat aglutinasi sesuai dengan hasil reaksi yang terjadi.
4+ : Semua sedimen bersatu, cairan jernih.
3+ : Sedimen terpecah → 3-4 segmen, cairan jernih.
2+ : Gumpalan lebih banyak dan kasar, cairan agak keruh.
1+ : Gumpalan sangat banyak dan halus, cairan keruh tampak
berwarna kemerah-merahan.
± : Sepintas masih terlihat seperti gumpalan halus
dengan cairan keruh. Aglutinasi jelas → mikroskopis
neg : tidak ada aglutinasi / homogen
o Interpretasi Hasil
Anti –
A
Well 1
Anti –B
Well 2
Test
Sel A
Well
3
Test
Sel B
Well
4
Test
Sel O
Well 5
AK
Well 6
Golongan
Darah
Anti-
D
BA
6%
Golongan
Darah
Neg Neg + + Neg Neg O
+ Neg
Rh Positif
(D+) + Neg Neg + Neg Neg A
Neg + + Neg Neg Neg B
Neg Neg
Rh Negatif
(D-) + + Neg Neg Neg Neg AB
Keterangan : (+) = Positif/terjadi penggumpalan/aglutinasi
(Neg) = Negatif/tidak terjadi penggumpalan/homogen
*Catatan : Apabila pada metode tabung hasil pengamatan menunjukkan Rh negatif,
maka harus dilanjutkan ke pemeriksaan Weak D (Du)
Keuntungan Metode Tabung (Tube)Rekomendasi pemeriksaan golongan darah di
Laboratorium karena Aglutinasi lemah dapat dibaca (karena lebih sensitif).
4. Pemeriksaan golongan darah rhesus WEAK D (DU)
a. Dasar Teori :
Rhesus adalah suatu faktor yang ada pada sel darah merah, ditemukan
pertama kali oleh Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 melalui injeksi darah merah
kera Macaccus rhesus ke tubuh kelinci.
Landsteiner dan Wiener menerangkan bahwa bila sel darah merah (eritrosit)
seseorang memiliki Rhesus antigen (antigen D atau Rh), maka orang ini
dinyatakan sebagai Rhesus – positive. Bila ia tidak memiliki Rhesus antigen (antigen D
atau Rh0) dinyatakan Rhesus – negative.
b. Prinsip :
Antigen + Antibodi → Aglutinasi /sensitasi/hemolisis.
c. Tujuan :
Untuk menemukan adanya antigen (antigen D atau Rh) di dalam sel darah merah
(eritrosit).
d. Alat dan Bahan :
-- Sampel suspensi 5%
-- Larutan NaCl 0,85 %
-- Bovine Albumin 6 %
-- Anti-Rh serum (Anti D Monoclonal/Duoclonal, IgM/IgG)
-- Sentrifuge
-- Pipet Tetes
-- Tabung Reaksi
-- Rak Tabung
-- Mikroskop
-- Sentrifuge
-- Waterbath
a. Cara Kerja :
1. Biarkan reagensia pada suhu kamar sebelum dipakai dan simpan kembali pada
suhu 2º-8ºC setelah dipakai .
1
2. Siapkan contoh darah dengan antikoagulan yang akan diperiksa.
3. Lakukan perawatan contoh darah yang akan diperiksa mulai dari pemisahan plasma
dari sdm (sel darah merah), pencucian hingga pembuatan suspensi sel 5%.
4. Siapkan 2 tabung beri label : Tab I, Tab II
5. Masing-masing tabung teteskan 1 tetes supensi 5% ery X
6. Tab I tambahkan 2 tetes anti D IgG.
7. Tab II tambahkan 2 tetes Bovine Albumin 6%
8. Kocok perlahan kedua tabung hingga tercampur rata
9. Putar 3000 rpm selama 15 detik
10. Baca reaksi → makrokopis, bila hasil negative
11. Cuci kedua tabung 3 kali dengan saline
12. Buang supernatant terakhir sampai bersih
13. Tambahkan masing-masing 2 tetes coomb’s serum
14. Kocok perlahan kedua tabung hingga tercampur rata
15. Putar 3000 rpm selama 15 detik.
16. Baca reaksi makroskopis dan mikrokopis → catat hasil
e. Pembacaan hasil
1. tidak ada aglutinasi : tidak ada antigen D pada sel darah merah
2. Ada aglutinasi : ada antigen D pada sel darah merah
3. Kesimpulan apabila Dunegatif maka golongan darah Rhesus negatif, apabila
Dupositif pada pasien disimpulkan golongan darah Rh negatif dan Dupositif pada
darah donor disimpulkan golongan darah Rh positif.
4. Hasil tes Dunegatif, harus di validasi dengan di teteskan 1 tetes sel uji coombs
(Coombs Control Cells = CCC) ke tabung 1 dan tabung 2. Kemudian putar 3000 rpm
15 detik atau 1000 rpm 1 menit.Hasil pengamatan menunjukkan :
-- Hasil positif menunjukan bahwa pemeriksaan benar dan berlaku.
-- Hasil negatif menunjukan bahwa pemeriksaan tidak benar, tidak berlaku dan
harus di ulang.
Topik 3
Pemeriksaan Uji Silang Serasi (Crossmatch)
A.
Pemeriksaan reaksi silang (Cross Match) diperlukan sebelum melakukan transfusi darah
untuk melihat apakah darah pasien / resipien sesuai dengan darah donor. Pemeriksaan Cross
Match ini sangat perlu untuk mencegah reaksi transfuse dengan memastikan penderita tidak
mengandung antibody yang reaktif terhadap antigen pada sel darah merah donor dan
bermanfaat bagi pasien.
Pada reaksi silang mayor (Mayor Cross Match) adalah memeriksa ketidakcocokan oleh
karena adanya antibody dalam serum pasien terhadap antigen sel darah merah donor.
Pada uji silang serasi minor (Minor Cross Match) adalah untuk memastikan
ketidakcocokan oleh karena adanya antibody dalam serum donor terhadap antigen sel darah
merah pasien.
Pada pemeriksaan auto adalah mereaksikan antara sel darah merah pasien dengan
serumnya untuk mengetahui apakah ada autoantibodi atau tidak untuk melihat reaksi
autoimun.
Uji silang serasi dilakukan dalam fase dan medium yang berbeda karena jenis antibody
golongan darah memiliki karakter yang berbeda.
a. Fase I : fase suhu kamar (20⁰C – 25⁰C) dalam medium saline, mendeteksi antibody
komplet yang bersifat IgM (cold antibody)
b. Fase II : fase inkubasi pada suhu 37⁰C dalam medium bovine albumin, pada fase ini
antibody inkomplet dapat mengikat sel darah merah
c. Fase III : fase antiglobulin test, semua antibody inkomplet yang telah diikat pada sel
darah merah (pada fase II) akan beraglutinasi (positif) dengan baik setelah penambahan
Coombs serum.
Untuk validasi hasil pemeriksaan maka sample ini setelah fase 3 direaksikan
dengan Coombs Control Cell (CCC) bila hasilnya di fase III negatif maka ditambah dengan CCC
hasilnya positif.
B. PRINSIP
Antigen + Antibodi → Aglutinasi / hemolisis/ sensitasi.
1
C. TUJUAN
Untuk mengetahui apakah sel darah merah donor bisa hidup didalam tubuh pasien dan
untuk mengetahui ada tidaknya antibody komplet (tipe IgM) maupun antibody inkomplet
(tipe IgG) dalam serum pasien (mayor) maupun dalam serum donor yang melawan sel pasien
(minor).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Tabung Serologi
2. Pipet Tetes
3. Waterbath (suhu 370C)
4. Sentrifuge
5. Kaca Objek
6. Mikroskop
7. Salin (NaCl 0,9 %)
8. Bovine Albumin 22 %
9. Serum Coombs (Anti Human Globulin)
10. Sel Uji Coombs (Control Cell Coombs)
11. Contoh Darah Pasien dan Contoh Darah Donor
E. PERSIAPAN KERJA
1. Nyalakan dan atur suhu incubator/waterbath pada 37⁰C
2. Biarkan reagensia pada suhu kamar sebelum dipakai dan disimpen kembali
pada suhu 2-8⁰C setelah dipakai .
3. Siapkan contoh darah dengan antikoagulan yang akan diperiksa.
4. Lakukan perawatan contoh darah yang akan diperiksa mulai dari pemisahan
plasma dari sdm, pencucian hingga pembuatan suspensi sel.
5. Siapkan ceklist dan lembar kerja pemeriksaan uji silang serasi.
6. Catat tanggal penerimaan sampel, indentitas sampel, tanggal pemeriksaan.
F. PROSEDUR KERJA
1) Ambil 3 buah tabung reaksi 12x75mm beri indentitas tabung ini : mayor,
minor dan AK (auto control).
2) Masukan kedalam masing-masing tabung
1. Mayor : 2 tetes plasma pasien + 1 tetes sdm donor susp 5%
2. Minor : 2 tetes plasma donor + 1 tetes sdm pasien susp 5%
3. Auto control : 2 tetes plasma pasien + 1 tetes sdm pasien susp 5%
3) Kocok perlahan semua tabung hingga homogen, sentrifugasi 3000rpm selama 15
detik.
4) Baca reaksinya terhadap hemolysis dan atau aglutinasi secara makroskopis.
5) Hasil fase I :
-- Hemolysis : Negatif → lanjutkan fase II
-- aglutinasi : Negatif → lanjutkan fase II
-- Hemolysis : positif → tidak cocok ( Inkompatibel )
-- aglutinasi : positif → tidak cocok ( Inkompatibel )
6) Tambahkan ke dalam masing-masing tabung 2 tetes bovine albumin 22%
7) Kocok perlahan hingga homogen
8) Inkubasi pada suhu 37⁰C selama 15 menit.
9) Sentrifugasi tabung dengan kecepatan 3000rpm selama 15 detik.
10) Baca reaksi terhadap hemolysis dana atau aglutinasi secara makroskopis.
11) Hasil fase II :
o Hemolysis : Negatif → lanjutkan fase II
o aglutinasi : Negatif → lanjutkan fase II
o Hemolysis : positif → tidak cocok ( Inkompatibel )
o aglutinasi : positif → tidak cocok ( Inkompatibel )
1
12) Masing – masing tabung Mayor, Minor dan Auto control dicuci dengan saline
sebanyak 3x.
13) Pada pencucian terakhir, buang supernatant sebersih bersihnya.
14) Tambahkan masing-masing tabung dengan anti human globulin (Coombs serum)
sebanyak 2 tetes.
15) Kocok perlahan isi tabung hingga homogen, sentrifugasi 3000rpm selama 15 detik.
16) Baca reaksi terhadap hemolysis dana atau aglutinasi secara makroskopis dan
mikroskopis.
17) Hasil fase III :
1. Hemolisis : Negatif → cocok ( kompatibel )
2. Aglutinasi : Negatif → cocok ( kompatibel )
3. Hemolisis : positif → tidak cocok ( Inkompatibel )
4. Aglutinasi : positif → tidak cocok ( Inkompatibel )
18) Hasil uji silang serasi yang negative harus divalidasi terlebih dahulu dengan CCC.
Kepada masing-masing tabung tambahkan 2 tetes CCC, sentrifugasi 3000 rpm selama
15 detik.
Catatan : hasil validasi dengan CCC harus memberikan reaksi 2+, jika hasil negatif
maka pemeriksaan uji silang serasi harus diulang (tidak valid).
19) Kesimpulan apabila hasil uji silang serasi kompatibel berarti darah donor bisa
ditransfusikan ke pasien dan apabila hasil uji silang serasi inkompatibel darah donor
tidak bisa di transfusikan ke pasien.
Topik 4
Pemeriksaan Coomb’s Test
A.
Percobaan Coombs mencari adanya antiglobulin. Jika semacam antibodi melekat pada
eritrosit yang mengandung antigen, maka antibodi yang spesifik terhadap antigen itu mungkin
memicu eritrosit-eritrosit bergumpal (aglutinasi). Globulin merupakan antibodi
penghalang (blocking antibodies) atau antibodi tak lengkap (incomplete antibodies). Pada
konsentrasi tinggi antibodi ini melapisi eritrosit tetapi tidak dapat mengaglutinasikannya
dalam larutan salin.
Anti human globulin akan bereaksi dengan setiap globulin manusia. sebab itu penting
bahwa semua globulin bebas harus dibuang dari sel darah merah dengan pencucian yang
bersih sebelum penambahan anti human globulin. Sisa globulin serum dalam larutan akan
bergabung dengan anti human globulin mengakibatkan anti human globulin tidak mampu lagi
mengaglutinasi sel yang telah disensitisasi, dan memicu suatu tes Coombs negatif yang
salah (false negative).
Tes Coombs langsung (Direct Coombs Test / DCT) dipakai untuk mendeteksi antibodi
atau komplemen pada permukaan sel darah merah dimana sensitisasi telah terjadi secara
invivo. Reagen anti human globulin ditambahkan pada sel darah merah yang telah dicuci dan
aglutinasi menunjukkan tes positif.
Tes Coombs tidak langsung (Indirect Coombs Test / ICT) dipakai untuk mencari
adanya antibodi irregular (inkomplit) dalam serum. Terlebih dahulu dilakukan pelapisan
eritrosit-eritrosit normal bergolongan O (atau eritrosit-eritrosit yang golongannya sesuai
dengan serum yang diperiksa) dengan serum yang diketahui atau tersangka mengandung
antibodi penghalang. Langkah berikutnya ialah membuktikan adanya antibodi ini
dengan menggunakan Serum Coombs.
A) TES COOMBS LANGSUNG (DIRECT COOMBS TEST)
-- Prinsip :
Antigen + Antibodi Inkomplit (pada eritrosit pasien) + Serum Coombs serum →
Aglutinasi (+).
-- Tujuan :
Untuk mendeteksi antibodi yang coated (melekat / menyelimuti) pada eritrosit pasien
dan terjadi secara invivo (di dalam tubuh).
-- Alat dan Bahan :
a. Tabung Serologi
b. Pipet Tetes
c. Sentrifuge
d. Kaca Objek
e. Mikroskop
f. Medium Salin (NaCl 0,9 %)
g. Serum Coombs (Anti Human Globulin)
h. Contoh Darah Pasien
-- Cara Kerja :
a. Siapkan suspensi eritrosit 5 % dalam salin dari contoh darah pasien.
b. Sediakan 2 buah tabung, isi masing-masing tabung dengan 1 tetes suspensi eritrosit
5 % (pasien).
c. Lakukan pencucian dengan salin sebanyak 3 kali.
d. Pada tabung I (tes) tambahkan 2 tetes Serum Coombs, pada tabung II (kontrol)
tambahkan 2 tetes salin. Kemudian sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama
15 detik.
e. Baca secara makroskopis dan mikroskopis.
-- Interpretasi :
-- Direct Coombs Test (DCT) positif (+), artinya ada sel coated secara invivo pada
eritrosit pasien. Biasanya terjadi pada penderita AIHA (Auto-Immune Haemolytic
Anemia), HDN (Haemolytic Disease of Newborn), dan orang yang mendapat
transfusi darah dengan Rhesus yang berbeda.
-- Direct Coombs Test (DCT) negatif (-), artinya tidak ada sel coated secara
invivo.
*Catatan :
Bila Direct Coombs Test (DCT) pasien positif, maka darah boleh diberikan tetapi dalam
bentuk Packed Red Cell (PRC) atau Washed Red Cell (WRC).
B) TES COOMBS TIDAK LANGSUNG (INDIRECT COOMBS TEST)
-- Prinsip :
Antigen + Antibodi Inkomplit (pada serum donor / pasien) + Serum Coombs → Aglutinasi
(+).
-- Tujuan :
Untuk mendeteksi antibodi yang coated (melekat / menyelimuti) pada eritrosit dan
terjadi secara invitro (di luar tubuh).
-- Alat dan Bahan :
-- Tabung Serologi
-- Pipet Tetes
-- Sentrifuge
-- Kaca Objek
-- Mikroskop
-- Larutan Salin (NaCl 0,85 % - 0,9 %)
-- Serum Coombs (Anti Human Globulin)
-- Contoh Darah
o Cara Kerja :
− Siapkan serum dari contoh darah yang akan di periksa.
− Siapkan pula suspensi eritrosit 5 % dalam salin dari contoh darah dan suspensi sel
darah O.
− Siapkan 2 tabung, isi masing masing tabung 2 tetes plasma/serum.
− Tabung I teteskan 1 tetes susp sel O, tabung II suspensi sampel.
− Putar 3000 rpm selama 15 detik baca reaksi.
− Apabila negatif lanjutkan, tambahkan bovine albumin 22% sebanyak 2 tetes ke
masing-masing tabung.
− Inkubasi pada suhu 37⁰C selama 15 menit.
− Putar 3000 rpm selama 15 detik baca reaksi.
− Bila negative lakuakan pencucian dengan saline 3x.
− Tambahkan ke masing-masing tabung 2 tetes AHG.
− Putar 3000 rpm selama 15 detik baca reaksi secara makroskpis dan mikroskopis.
− Bila negatif, validasi dengan CCC.
-- Interprestasi hasil :
1. Apabila hasil ICT positif : adanya antibody yang coated pada sel darah merah
secara invitro.
2. Apabila hasil ICT negatif : tidak adanya antibody yang coated pada sel darah
merah secara invitro.
Topik 5
Pemeriksaan Skrining
dan Identifikasi Antibodi
Pada beberapa penyakit, seperti thalasemia, anemia sickle cell, aplastik anemia,
haemoglobinophaties, transfusi sel darah merah merupakan pengobatan utama, oleh karena
itu transfusi darah untuk pasien ini sering dilakukan pada pasien yang mendapatkan darah
transfusi berulang, kemungkinan timbulnya alloantibodi sangat besar. Hal ini disebabkan
karena antigen sel darah merah donor memicu timbulnya antibodi pada darah pasien.
Sampai saai ini diketahui ada 270 antigen permukaan sel darah merah, tetapi hanya 26
sistem penggolongan darah yang dapat menimbulkan reaksi tranfusi. Berikut ini adalah sistem
penggolongan darah yang dapat menimbulkan alloantibodi pada pasien multiple transfusi.
Tabel 6.7 Sistem Penggolongan Darah Dan Antibodi Yang Ditimbulkan
Adanya alloantibodi pada pasien memicu susahnya mendapatkan darah yang
kompatibel atau cocok pada pemeriksaan pre-transfusi antara darah pasien dan darah donor,
sehingga memicu inkompatibilitas.Selain itu juga dapat memicu reaksi transfusi
hemolitik yang lambat, yang seringkali dikaitkan dengan keterlambatan dan kesulitan untuk
memperoleh unit sel darah merah yang kompatibel.
Pemeriksaan skrining dan identifikasi antibodi bertujuan untuk mengetahui ada-
tidaknya antibodi di dalam plasma yang diperiksa (pasien/donor), baik yang alamiah
maupunimun. Plasma pasien ataupun donor yang akan diperiksa direaksikan dengan sel darah
merah golongan O yang telah diketahui antigen permukaannya atau susunan antigen
golongan darahnya yang disebut sel panel.
Tabel 6.8 Sifat Antibodi
Tujuan pemeriksaan skrining antibodiadalah untuk mengetahui ada tidaknya antibodi
irreguler, bila hasil positif dilanjutkan ke identifikasi antibodi untuk mengetahui spesifikasi
antibodi. Pemeriksaan ini direaksikan menggunakan sel panel, yang terbagi menjadi
dua, yaitu : sel panel kecil untuk skrining antibodi dan sel panel besaruntuk identifikasi
antibodi.
2. SKRINING ANTIBODI
Untuk skrining antibodi pada darah donor / pasien dipakai reagensia yaitu sel panel
kecil. Sel panel kecil adalah sekelompok sel darah merah yang terdiri dari 2-3 pasien
golongan darah O yang sudah diketahui antigen permukaaanya (memiliki/tidak antigen
golongan darah). Jenis antigen dapat dilihat dalam tabel antigram dengan tanda sebagai
berikut : (+) artinya memiliki antigen dan (- / 0) berarti tidak memiliki antigen.
Sel panel kecil harus memiliki susunan antigen homozygot seperti : C, M, Jka, sehingga
antibodi dipengaruhi oleh dosis antigen (dosage effect) agar dapat teridentifikasi.
Gambar Sel Panel Kecil
Tabel 6.9.Antigen Permukaan Pada Sel Panel Kecil
A. PRINSIP
Serum / plasma pasien direaksikan denagn sel panel kecil yang terdiri dari 2 sampai 3
reagen sel golongan darah oyang tealh diketahui antigen permukaannya.
B. CARA KERJA
1. Mereaksikan serum/plasma (donor dan pasien) yang diperiksa dengan sel panel kecil
dalam medium saline pada suhu 20C, 37C dan AHG.
2. Hasil pemeriksaan diinterprestasikan dengan melihat pola (gambar reaksi) dari sel
panel dalam antigram.
C. INTERPRETASI HASIL
1) Positif (+) => ada antibodi antibodi dalam serum / plasma
2) Negatif (-/ 0) => tidak ada antibodi dalam serum / plasma
Gambar Tabel Identifikasi Sel Panel Besar
3. IDENTIFIKASI ANTIBODI
Pemeriksaan identifikasi antibodi pada plasma / serum pasien maupun donor
menggunakan reagensia yaitu sel panel besar. Sel panel besar merukapan sekelompok sel
darah merah yang terdiri atas 8-11 pasien golongan darah O yang diketahui susunan antigen
permukaannya (dapat dilihat pada tabel), sehingga perbedaan antigen satu dengan lainnya
lebih jelas. Antigen make up minimal harus mengandung antigen : D, C, c, E, e,M, N, S, s,P1,
LUA, LUB, K, K, LEA, LEB, FYA, FYB,JKA DAN JKB. SELAIN ITU JUGA beberapa antigen harus
homozygot seperti D, C, C, E, S, M, LUB, K, FYA. Pada sel panel komersial persyaratan ini sudah
terpenuhi, sehingga dapat langsung diguunakan untuk identifikasi antibodi pada plasma /
serum pasien maupun donor.
Gambar Sel Panel Besar
Gambar Tabel Identifikasi Sel Panel Besar
− PRINSIP
Serum / plasma pasien direaksikan dengan sel panel besar yang terdiri dari 8 sampai 11
reagen sel golongan darah O yang telah diketahui antigen permukaannya.
− CARA KERJA
1. Mereaksikan serum/plasma (donor dan pasien) yang diperiksa dengan sel panel besar
dalam medium saline pada suhu 20C, 37C dan AHG.
2. Hasil pemeriksaan diinterprestasikan dengan melihat pola (gambar reaksi) dari sel
panel dalam antigram.
− INTERPRETASI HASIL
1) Positif (+) => ada antibodi antibodi dalam serum / plasma
2) Negatif (-/ 0) => tidak ada antibodi dalam serum / plasma
Tabel 27. Antigram Sel Panel Besar
Glosarium
AIHA (Auto-Immune Haemolytic Anemia) : anemia yang disebabkan oleh penghancuran
eritrosit oleh autoantibodi (antibodi yang diproduksi oleh tubuh untuk menghancurkan
eritrositnya sendiri)
HDN (Haemolytic Disease of Newborn) : penyakit hemolitik pada bayi baru lahir yang
disebabkan lisisnya sel darah merah pada janin atau bayi baru lahir akibat antibodi dari ibu
yang melewati plasenta.
Invitro : metode percobaan yang menggunakan jaringan atau medium diluar organisme hidup,
seperti menggunakan tabung reaksi atau cawan petri.
Invivo : metode percobaan yang menggunakan jaringan organisme hidup atau organisme itu
sendiri.