bank darah 4

harus diperhatikan terlebih 
dahulu nomor batch dan tanggal kadaluarsanya.  Nomor Batch atau bets (lot) adalah 
penandaan yang terdiri dari angka atau huruf atau gabungan keduanya, yang merupakan 
tanda pengenal suatu bets, yang memungkinkan penelusuran kembali riwayat lengkap 
pembuatan bets ini , termasuk seluruh tahap produksi, pengawasan dan distribusi. 
Sedangkan tanggal kadaluarsa merupakan gambaran dari stabilitas reagen dalam 
penyimpanan. Stabilitas reagen merupakan kemampuan suatu produk reagen untuk bertahan 
dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan. Sifat 
karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat. Kestabilan reagen 
dapat dilihat dari beberapa hal dengan suatu perubahan dalam penampilan fisik seperti 
warnanya. Sedangkan dalam hal lain perubahan kimia dapat terjadi yang tidak bisa dibuktikan 
sendiri dan hanya bisa dibuktikan melalui analisis kimia. Nomor batch dan tanggal kadaluarsa 
masing-masing reagen dicatat pada form validasireagen. Bila tanggal kadaluarsa reagen telah 
lewat, maka validasi tidak dilakukan lagi, karena dapat dipastikan reagen ini  
   
  
 

  
Topik 2 
Pemeriksaan Golongan Darah ABO 
dan Rhesus 
 
A. PRINSIP PEMERIKSAAN 
ANTIGEN + ANTIBODI  AGLUTINASI/HOMOGEN/SENSITASI. 
 
B. TEKNIK REVERSE & FORWARD GROUPING 
1 Cell grouping/typing => memeriksa antigen sel 
darah merah dengan cara menambahkan anti-A, 
anti-Bdan anti-D 
2 Serum grouping/typing => memeriksa antibodi 
dalam serum/plasma dengan cara 
mereaksikannya dengan sel golongan A,B,dan O. 
3 Auto Kontrol => memeriksa antibodi dalam 
serum dengan cara mereaksikannya dengan sel 
darah merahnya sendiri. 
 
C. METODE PEMERIKSAAN 
Metode pemeriksaan golongan darah abo dan rhesus, antara lain : 
A. Metode slide card 
B. Metode bioplate 
C. Metode tabung 
D. Pemeriksaan WEAK D (jika hasil pemeriksaan rhesus tabung negatif) 
 
D. PROSEDUR 
1. Pemeriksaan golongan darah abo dan rhesus metode slide test 
1. Tujuan : 
Untuk menetapkan ada/tidaknya antigen pada sel darah merah (cell grouping). 
   
  
 
2. Alat dan Bahan :  
− Sampel Darah  
− Larutan NaCl 0,85 % 
− Batang pengaduk /toothpick 
− Antisera-A, Antisera-B, Antisera D, Bovine Albumin 6% 
− Test Sel suspensi 10% untuk golongan darah ABO dan Test Sel suspensi 40%  untuk 
golongan darah rhesus 
− Slide test 
3. Cara kerja 
1. Biarkan reagensia pada suhu kamar sebelum dipakai  dan simpan kembali pada 
suhu 2º-8ºC setelah dipakai . 
2. Siapkan contoh darah dengan antikoagulan yang akan diperiksa. 
3. Lakukan perawatan contoh darah yang akan diperiksa mulai dari pemisahan 
plasma dari sel darah merah  (sel darah merah), pencucian hingga pembuatan 
suspensi sel 10% dan 40% 
4. Siapkan lembar kerja pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus. 
5. Siapkan slide test yang bersih dan kering, beri indentitas pada bagian atas tiap-
tiap kotak berturut-turut : 
 Anti-A, anti-B, anti-D 
6. Isi masing-masing Kotak dengan : 
1. Kotak 1 : 2 tetes anti-A + 1 tetes sel 10% 
2. Kotak 2 : 2 tetes anti-B + 1 tetes sel 10% 
3. Kotak 3 : 2 tetes anti-D + 1 tetes sel 40% 
4. Kotak 4 : 2 tetes Bovine albumin 6% + 1 tetes sel 40% 
7. Aduk rata dan melebar dengan batang pengaduk 
8. Digoyang membentuk angka 8, baca reaksi 
4. Pembacaan hasil 
--  Bila pada pemeriksaan sel darah merah sampel terjadi : 
--  Aglutinasi ada antigen pada sel darah merah 
1   
  
  
--  Negatif aglutinasi / Homogen tidak ada antigen pada sel darah merah 
 
 
 
 
Aglutinasi Positif AglutinasiNegatif 
 
--  Interpretasi Hasil : 
Anti-A Anti-B 
Golongan 
Darah 
Anti-D BA 6% Golongan Darah 
Aglutinasi 
Positif 
Aglutinasi 
Negatif 
Aglutinasi 
Positif 
Aglutinasi 
Negatif 
Rh Positif (D+) 
Aglutinasi 
Negatif 
Aglutinasi 
Positif 
Aglutinasi 
Negatif 
Aglutinasi 
Negatif 
Rh Negatif (D-) 
Aglutinasi 
Positif 
Aglutinasi 
Positif 
AB    
Aglutinasi 
Negatif 
Aglutinasi 
Negatif 
O    
 
 
2. Pemeriksaan golongan darah abo dan rhesus metode bioplate 
1. Tujuan : 
Untuk menetapkan ada/tidaknya antigen pada sel darah merah (cell grouping) dan 
untuk menetapkan ada/tidaknya antibodi dalm serum/plasma (serum grouping). 
2. Alat dan Bahan :  
1. Sampel suspensi 10% dan 40% 
2. Larutan NaCl 0,85 % 
3. Tabung Reaksi 
4. Antisera-A, Antisera-B, Antisera D, Bovine Albumin 6% 
5. Test Sel 10% A,B dan O 
6. Bioplate 
   
  
 
7. Sentrifuge 
8. Pipet Tetes 
3. Cara kerja 
1. Biarkan reagensia pada suhu kamar sebelum dipakai  dan simpan kembali pada 
suhu 2º-8ºC setelah dipakai . 
2. Siapkan contoh darah dengan antikoagulan yang akan diperiksa. 
3. Lakukan perawatan contoh darah yang akan diperiksa mulai dari pemisahan 
plasma dari sel darah merah  (sel darah merah), pencucian hingga pembuatan 
suspensi sel 10% dan 40%. 
4. Siapkan lembar kerja pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus 
5. Siapkan bioplate yang bersih dan kering, beri indentitas pada bagian atas tiap-tiap 
well berturut-turut : 
 Anti-A, anti-B, sel A, sel B, sel O, AK (auto kontrol), Anti-D dan BA 6% 
1. Isi masing-masing well dengan : 
i. Well 1 : 2 tetes anti-A + 1 tetes sel 10% 
ii. Well 2 : 1 tetes anti-B + 1 tetes sel 10% 
iii. Well 3 : 1 tetes sel A 10% + 2 tetes serum/plasma 
iv. Well 4 : 1 tetes sel B 10% + 2 tetes serum/plasma 
v. Well 5 : 1 tetes sel O 10% + 2 tetes serum/plasma 
vi. Well 6 : 1 tetes sel 10% + 2 tetes serum/plasma 
vii. Well7 : 1 tetes sel 40% + 2 tetes anti-D 
viii. Well 8: 1 tetes sel 40% + 2 tetes BA 6% 
2. Campurkan isi tiap Well dengan cara menggoyangkan bioplate ke arah depan dan 
belakang sambil memperhatikan reaksi yang terjadi 
3. Baca hasil reaksi. 
4. Pembacaan hasil 
o Bila pada pemeriksaan sel darah merah  specimen terjadi : 
--  Aglutinasi : ada antigen pada sel darah merah  
--  Homogen : tidak ada antigen pada sel darah merah  
o Bila pada pemeriksaan plasma specimen terjadi : 
o Aglutinasi : ada antibodi didalam plasma/serum 
1   
  
  
o Homogen : tidak ada antibodi didalam plasma/serum 
o Tentukan derajat aglutinasi sesuai dengan hasil reaksi yang terjadi. 
4+ : Semua sedimen bersatu, cairan jernih. 
3+ : Sedimen terpecah → 3-4 segmen, cairan jernih. 
2+ : Gumpalan lebih banyak dan kasar, cairan agak keruh. 
1+ : Gumpalan sangat banyak dan halus,  cairan keruh tampak  
 berwarna kemerah-merahan. 
± : Sepintas  masih   terlihat   seperti  gumpalan  halus   
  dengan  cairan keruh. Aglutinasi jelas → mikroskopis 
neg : tidak ada aglutinasi / homogen 
o Interpretasi Hasil 
Anti –
A  
Well 1 
Anti –B 
Well 2 
Test 
Sel A 
Well 
Test 
Sel  B 
Well 
Test  
Sel  O 
Well 5 
AK 
Well 6 
Golongan 
Darah 
Anti-
BA 
6% 
Golongan 
Darah 
Neg Neg + + Neg Neg O 
+ Neg 
Rh Positif 
(D+) + Neg Neg + Neg Neg A 
Neg + + Neg Neg Neg B 
Neg Neg 
Rh Negatif 
(D-) + + Neg Neg Neg Neg AB 
Keterangan : (+) = Positif/terjadi penggumpalan/aglutinasi 
   (Neg)  = Negatif/tidak terjadi penggumpalan/homogen 
 
3. Pemeriksaan golongan darah abo dan rhesus metode tabung (tube test) 
1. Tujuan : 
Untuk menetapkan ada/tidaknya antigen pada sel darah merah (cell grouping) dan 
untuk menetapkan ada/tidaknya antibodi dalm serum/plasma (serum grouping). 
2. Alat dan Bahan :  
1. Sampel suspensi 5% 
2. Test sel 5% A,B,O 
3. Antisera A , Antisera B 
4. Larutan NaCl 0,85 % 
5. Tabung Serologi 
6. Mikroskop 
   
  
 
7. Tabung Sentrifuge 
8. Pipet Tetes 
9. Rak Tabung 
10. Sentrifuge  
3. Cara Kerja : 
1. Biarkan reagensia pada suhu kamar sebelum dipakai  dan simpan kembali pada suhu 
2º-8ºC setelah dipakai . 
2. Siapkan contoh darah dengan antikoagulan yang akan diperiksa. 
3. Lakukan perawatan contoh darah yang akan diperiksa mulai dari pemisahan plasma 
dari sdm (sel darah merah), pencucian hingga pembuatan suspensi sel 5%. 
4. Siapkan lembar kerja pemeriksaan golongan darah ABO. 
5. Siapkan 6 (enam) buah tabung serologi untuk masing-masing mahasiswa/ kelompok 
yang sudah ditandai. 
6. Isi masing-masing tabung dengan : 
a. Tabung 1 : 2 tetes anti-A + 1 tetes sel 5% 
b. Tabung 2 : 2 tetes anti-B + 1 tetes sel 5% 
c. Tabung 3 : 1 tetes sel A 5% + 2 tetes serum/plasma 
d. Tabung 4 : 1 tetes sel B 5% + 2 tetes serum/plasma 
e. Tabung 5 : 1 tetes sel O 5% + 2 tetes serum/plasma 
f. Tabung 6 : 1 tetes sel 5% + 2 tetes serum/plasma 
g. Tabung 7  : 1 tetes sel 5% + 2 tetes anti-D 
h. Tabung 8 : 1 tetes sel 5% + 2 tetes BA 6% 
7. Kocok perlahan agar homogen. 
8. Sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik. 
9. Goyangkan tabung dengan perlahan dan perhatikan adanya aglutinasi secara 
makroskopis bila diperlukan dengan menggunakan mikroskop (perbesaran 
objektif 10 x). 
 
4. Pembacaan hasil 
 Perhatikan supernatan semua tabung, apakah ada hemolise atau tidak. 
 Bacalah satu persatu hasil reaksinya dengan mengoyang perlahan tabung dan 
memutarnya kita perhatikan sedimennya : 
--  Ciri-ciri positif  : Sedimen bersatu dan tepinya tidak merata 
--  Ciri-ciri negatif  : Sedimen selnya padat dan tepinya bulat + rata 
 Dinyatakan  negatif  bila  sedimen  tersuspensi  kembali dengan mudah 
(homogen). 
1   
  
  
 Dinyatakan positif  bila   sedimen   tidak   mudah   tersuspensi  kembali 
(bergumpal-gumpal). 
o Tentukan derajat aglutinasi sesuai dengan hasil reaksi yang terjadi. 
4+ : Semua sedimen bersatu, cairan jernih. 
3+ : Sedimen terpecah → 3-4 segmen, cairan jernih. 
2+ : Gumpalan lebih banyak dan kasar, cairan agak keruh. 
1+ : Gumpalan sangat banyak dan halus,  cairan keruh tampak  
 berwarna kemerah-merahan. 
± : Sepintas  masih   terlihat   seperti  gumpalan  halus   
  dengan  cairan keruh. Aglutinasi jelas → mikroskopis 
neg : tidak ada aglutinasi / homogen 
 
o Interpretasi Hasil 
Anti –
A  
Well 1 
Anti –B 
Well 2 
Test 
Sel A 
Well 
Test 
Sel  B 
Well 
Test  
Sel  O 
Well 5 
AK 
Well 6 
Golongan 
Darah 
Anti-
BA 
6% 
Golongan 
Darah 
Neg Neg + + Neg Neg O 
+ Neg 
Rh Positif 
(D+) + Neg Neg + Neg Neg A 
Neg + + Neg Neg Neg B 
Neg Neg 
Rh Negatif 
(D-) + + Neg Neg Neg Neg AB 
Keterangan : (+) = Positif/terjadi penggumpalan/aglutinasi 
   (Neg)  = Negatif/tidak terjadi penggumpalan/homogen 
*Catatan : Apabila pada metode tabung hasil pengamatan menunjukkan Rh negatif, 
maka harus dilanjutkan ke pemeriksaan Weak D (Du) 
 
Keuntungan Metode Tabung (Tube)Rekomendasi pemeriksaan golongan darah di 
Laboratorium karena Aglutinasi lemah dapat dibaca (karena lebih sensitif). 
 
4. Pemeriksaan golongan darah rhesus WEAK D (DU) 
a. Dasar Teori : 
   
  
 
Rhesus adalah suatu faktor yang ada  pada sel darah merah, ditemukan 
pertama kali oleh Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 melalui injeksi darah merah 
kera Macaccus rhesus ke tubuh kelinci.  
Landsteiner dan Wiener menerangkan bahwa bila sel darah merah (eritrosit) 
seseorang memiliki  Rhesus antigen (antigen D atau Rh), maka orang ini  
dinyatakan sebagai Rhesus – positive. Bila ia tidak memiliki  Rhesus antigen (antigen D 
atau Rh0) dinyatakan Rhesus – negative. 
b. Prinsip : 
Antigen + Antibodi  → Aglutinasi /sensitasi/hemolisis.  
 
c. Tujuan : 
Untuk menemukan adanya antigen (antigen D atau Rh) di dalam sel darah merah 
(eritrosit). 
 
d. Alat dan Bahan :  
--  Sampel suspensi 5% 
--  Larutan NaCl 0,85 % 
--  Bovine Albumin 6 % 
--  Anti-Rh serum (Anti D Monoclonal/Duoclonal, IgM/IgG) 
--  Sentrifuge 
--  Pipet Tetes 
--  Tabung Reaksi 
--  Rak Tabung 
--  Mikroskop  
--  Sentrifuge 
--  Waterbath  
a. Cara Kerja : 
1. Biarkan reagensia pada suhu kamar sebelum dipakai  dan simpan kembali pada 
suhu 2º-8ºC setelah dipakai . 
1   
  
  
2. Siapkan contoh darah dengan antikoagulan yang akan diperiksa. 
3. Lakukan perawatan contoh darah yang akan diperiksa mulai dari pemisahan plasma 
dari sdm (sel darah merah), pencucian hingga pembuatan suspensi sel 5%. 
4. Siapkan 2 tabung beri label : Tab I, Tab II 
5. Masing-masing tabung teteskan 1 tetes supensi 5%  ery X  
6. Tab I tambahkan  2 tetes anti D IgG. 
7. Tab II tambahkan  2 tetes Bovine Albumin 6% 
8. Kocok perlahan kedua tabung hingga tercampur rata 
9. Putar 3000 rpm selama 15 detik 
10. Baca reaksi → makrokopis, bila hasil negative  
11. Cuci kedua tabung 3 kali dengan saline  
12. Buang supernatant terakhir sampai bersih 
13. Tambahkan masing-masing 2 tetes coomb’s serum 
14.  Kocok perlahan kedua tabung hingga tercampur rata 
15.  Putar 3000 rpm selama 15 detik. 
16. Baca reaksi makroskopis dan mikrokopis → catat hasil 
 
e. Pembacaan hasil 
1. tidak ada aglutinasi  : tidak ada antigen D pada sel darah merah 
2. Ada aglutinasi  : ada antigen D pada sel darah merah 
3. Kesimpulan apabila Dunegatif maka golongan darah Rhesus negatif, apabila 
Dupositif pada pasien disimpulkan golongan darah Rh negatif dan Dupositif pada 
darah donor disimpulkan golongan darah Rh positif. 
4. Hasil tes  Dunegatif,  harus di validasi dengan di teteskan 1 tetes sel uji coombs 
(Coombs Control Cells = CCC) ke tabung 1 dan tabung 2. Kemudian putar 3000 rpm 
15 detik atau 1000 rpm 1 menit.Hasil pengamatan menunjukkan :  
--  Hasil positif menunjukan bahwa pemeriksaan benar dan berlaku. 
--  Hasil negatif menunjukan bahwa pemeriksaan tidak benar, tidak berlaku dan 
harus di ulang. 
   
  
 

Topik 3 
Pemeriksaan Uji Silang Serasi (Crossmatch) 
 
A.   
Pemeriksaan reaksi silang (Cross Match) diperlukan sebelum melakukan transfusi darah 
untuk melihat apakah darah pasien / resipien sesuai dengan darah donor. Pemeriksaan Cross 
Match ini sangat perlu untuk mencegah reaksi transfuse dengan memastikan penderita tidak 
mengandung antibody yang reaktif terhadap antigen pada sel darah merah donor dan 
bermanfaat bagi pasien. 
Pada reaksi silang mayor (Mayor Cross Match) adalah memeriksa ketidakcocokan  oleh 
karena adanya antibody dalam serum pasien terhadap antigen sel darah merah donor. 
Pada uji silang serasi minor (Minor Cross Match) adalah untuk memastikan 
ketidakcocokan oleh karena adanya antibody dalam serum donor terhadap antigen sel darah 
merah pasien. 
Pada pemeriksaan auto adalah mereaksikan antara sel darah merah pasien dengan 
serumnya untuk mengetahui apakah ada  autoantibodi atau tidak untuk melihat reaksi 
autoimun. 
Uji silang serasi dilakukan dalam fase dan medium yang berbeda karena jenis antibody 
golongan darah memiliki  karakter yang berbeda. 
a. Fase I  : fase suhu kamar (20⁰C – 25⁰C) dalam medium saline, mendeteksi antibody 
komplet yang bersifat IgM (cold antibody)  
b. Fase II  :  fase inkubasi pada suhu 37⁰C dalam medium bovine albumin, pada fase ini 
antibody inkomplet dapat mengikat sel darah merah 
c. Fase III : fase antiglobulin test, semua antibody inkomplet yang telah diikat pada sel 
darah merah (pada fase II) akan beraglutinasi (positif) dengan baik setelah penambahan 
Coombs serum. 
Untuk validasi hasil pemeriksaan maka sample ini  setelah fase 3 direaksikan 
dengan Coombs Control Cell (CCC) bila hasilnya di fase III negatif maka ditambah dengan CCC 
hasilnya positif.   
 
B. PRINSIP 
Antigen + Antibodi  → Aglutinasi / hemolisis/ sensitasi.  
1   
  
  
C. TUJUAN 
Untuk mengetahui apakah sel darah merah donor bisa hidup didalam tubuh pasien  dan 
untuk mengetahui ada tidaknya antibody komplet (tipe IgM) maupun antibody inkomplet 
(tipe IgG) dalam serum pasien (mayor) maupun dalam serum donor yang melawan sel pasien 
(minor).  
D. ALAT DAN BAHAN 
1. Tabung Serologi 
2. Pipet Tetes 
3. Waterbath (suhu 370C) 
4. Sentrifuge 
5. Kaca Objek  
6. Mikroskop  
7. Salin (NaCl 0,9 %) 
8. Bovine Albumin 22 % 
9. Serum Coombs (Anti Human Globulin) 
10. Sel Uji Coombs (Control Cell Coombs) 
11. Contoh Darah Pasien dan Contoh Darah Donor 
E. PERSIAPAN KERJA 
1. Nyalakan dan atur suhu incubator/waterbath pada 37⁰C 
2. Biarkan reagensia pada suhu kamar sebelum dipakai  dan disimpen kembali 
pada suhu 2-8⁰C setelah dipakai . 
3. Siapkan contoh darah dengan antikoagulan yang akan diperiksa. 
4. Lakukan perawatan contoh darah yang akan diperiksa mulai dari pemisahan 
plasma dari sdm, pencucian hingga pembuatan suspensi sel. 
5. Siapkan ceklist dan lembar kerja pemeriksaan uji silang serasi. 
6. Catat tanggal penerimaan sampel, indentitas sampel, tanggal pemeriksaan. 
 
 
 
   
  
 
F. PROSEDUR KERJA 
1) Ambil 3 buah tabung reaksi 12x75mm beri indentitas tabung ini  : mayor, 
minor dan AK (auto control). 
2) Masukan kedalam masing-masing tabung  
1. Mayor  : 2 tetes plasma pasien + 1 tetes sdm donor susp 5% 
2. Minor  : 2 tetes plasma donor + 1 tetes sdm pasien susp 5% 
3. Auto control : 2 tetes plasma pasien + 1 tetes sdm pasien susp 5% 
3) Kocok perlahan semua tabung hingga homogen, sentrifugasi 3000rpm selama 15 
detik. 
4) Baca reaksinya terhadap hemolysis dan atau aglutinasi secara makroskopis. 
5) Hasil fase I : 
--  Hemolysis : Negatif → lanjutkan fase II 
--  aglutinasi : Negatif → lanjutkan fase II 
 
--  Hemolysis : positif → tidak cocok ( Inkompatibel ) 
--  aglutinasi : positif → tidak cocok ( Inkompatibel ) 
6) Tambahkan ke dalam masing-masing tabung 2 tetes bovine albumin 22% 
7) Kocok perlahan hingga homogen 
8) Inkubasi pada suhu 37⁰C selama 15 menit. 
9) Sentrifugasi tabung dengan kecepatan 3000rpm  selama 15 detik. 
10) Baca reaksi terhadap hemolysis dana atau aglutinasi secara makroskopis. 
11) Hasil fase II : 
o Hemolysis : Negatif → lanjutkan fase II 
o aglutinasi : Negatif → lanjutkan fase II 
 
o Hemolysis : positif → tidak cocok ( Inkompatibel ) 
o aglutinasi : positif → tidak cocok ( Inkompatibel ) 
1   
  
  
12) Masing – masing tabung Mayor, Minor dan Auto control dicuci dengan saline 
sebanyak 3x. 
13) Pada pencucian terakhir, buang supernatant sebersih bersihnya. 
14) Tambahkan masing-masing tabung dengan anti human globulin (Coombs serum) 
sebanyak 2 tetes. 
15) Kocok perlahan isi tabung hingga homogen, sentrifugasi 3000rpm selama 15 detik. 
16) Baca reaksi terhadap hemolysis dana atau aglutinasi secara makroskopis dan 
mikroskopis. 
17) Hasil fase III : 
1. Hemolisis : Negatif → cocok ( kompatibel ) 
2. Aglutinasi : Negatif → cocok ( kompatibel ) 
3. Hemolisis : positif → tidak cocok ( Inkompatibel ) 
4. Aglutinasi : positif → tidak cocok ( Inkompatibel ) 
18) Hasil uji silang serasi yang negative harus divalidasi terlebih dahulu dengan CCC. 
Kepada masing-masing tabung tambahkan 2 tetes CCC, sentrifugasi 3000 rpm selama 
15 detik. 
Catatan : hasil validasi dengan CCC harus memberikan reaksi 2+, jika hasil negatif 
maka pemeriksaan uji silang serasi harus diulang (tidak valid). 
19) Kesimpulan apabila hasil uji silang serasi kompatibel berarti darah donor bisa 
ditransfusikan ke pasien dan apabila hasil uji silang serasi inkompatibel darah donor 
tidak bisa di transfusikan ke pasien.  
 
   
  
 

Topik 4 
Pemeriksaan Coomb’s Test 
 
A.   
Percobaan Coombs mencari adanya antiglobulin. Jika semacam antibodi melekat pada 
eritrosit yang mengandung antigen, maka antibodi yang spesifik terhadap antigen itu mungkin 
memicu  eritrosit-eritrosit bergumpal (aglutinasi). Globulin merupakan antibodi 
penghalang (blocking antibodies) atau antibodi tak lengkap (incomplete antibodies). Pada 
konsentrasi tinggi antibodi ini melapisi eritrosit tetapi tidak dapat mengaglutinasikannya 
dalam larutan salin.  
Anti human globulin akan bereaksi dengan setiap globulin manusia. sebab  itu penting 
bahwa semua globulin bebas harus dibuang dari sel darah merah dengan pencucian yang 
bersih sebelum penambahan anti human globulin. Sisa globulin serum dalam larutan akan 
bergabung dengan anti human globulin mengakibatkan anti human globulin tidak mampu lagi 
mengaglutinasi sel yang telah disensitisasi, dan memicu  suatu tes Coombs negatif yang 
salah (false negative).  
Tes Coombs langsung (Direct Coombs Test / DCT) dipakai  untuk mendeteksi antibodi 
atau komplemen pada permukaan sel darah merah dimana sensitisasi telah terjadi secara 
invivo. Reagen anti human globulin ditambahkan pada sel darah merah yang telah dicuci dan 
aglutinasi menunjukkan tes positif.  
Tes Coombs tidak langsung (Indirect Coombs Test / ICT) dipakai  untuk mencari 
adanya antibodi irregular (inkomplit) dalam serum. Terlebih dahulu dilakukan pelapisan 
eritrosit-eritrosit normal bergolongan O (atau eritrosit-eritrosit yang golongannya sesuai 
dengan serum yang diperiksa) dengan serum yang diketahui atau tersangka mengandung 
antibodi penghalang. Langkah berikutnya ialah membuktikan adanya antibodi ini  
dengan menggunakan Serum Coombs. 
 
A) TES COOMBS LANGSUNG (DIRECT COOMBS TEST) 
--  Prinsip : 
Antigen + Antibodi Inkomplit (pada eritrosit pasien) + Serum Coombs serum → 
Aglutinasi (+).  
--  Tujuan : 
Untuk mendeteksi antibodi yang coated (melekat / menyelimuti) pada eritrosit pasien 
dan terjadi secara invivo (di dalam tubuh). 
--  Alat dan Bahan :  
a. Tabung Serologi 
   
  
 
b. Pipet Tetes 
c. Sentrifuge 
d. Kaca Objek  
e. Mikroskop  
f. Medium Salin (NaCl 0,9 %) 
g. Serum Coombs (Anti Human Globulin) 
h. Contoh Darah Pasien  
--  Cara Kerja : 
a. Siapkan suspensi eritrosit 5 % dalam salin dari contoh darah pasien. 
b. Sediakan 2 buah tabung, isi masing-masing tabung dengan 1 tetes suspensi eritrosit 
5 % (pasien).  
c. Lakukan pencucian dengan salin sebanyak 3 kali. 
d. Pada tabung I (tes) tambahkan 2 tetes Serum Coombs, pada tabung II (kontrol) 
tambahkan 2 tetes salin. Kemudian sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 
15 detik. 
e. Baca secara makroskopis dan mikroskopis. 
--  Interpretasi : 
--  Direct Coombs Test (DCT) positif (+), artinya ada  sel coated secara invivo pada 
eritrosit pasien. Biasanya terjadi pada penderita AIHA (Auto-Immune Haemolytic 
Anemia), HDN (Haemolytic Disease of Newborn), dan orang yang mendapat 
transfusi darah dengan Rhesus yang berbeda.  
--  Direct Coombs Test (DCT) negatif (-), artinya tidak ada  sel coated secara 
invivo.  
*Catatan : 
Bila Direct Coombs Test (DCT) pasien positif, maka darah boleh diberikan tetapi dalam 
bentuk Packed Red Cell (PRC) atau Washed Red Cell (WRC). 
 
 
 
B) TES COOMBS TIDAK LANGSUNG (INDIRECT COOMBS TEST) 
--  Prinsip : 
Antigen + Antibodi Inkomplit (pada serum donor / pasien) + Serum Coombs  → Aglutinasi 
(+).  
--  Tujuan  : 
Untuk mendeteksi antibodi yang coated (melekat / menyelimuti) pada eritrosit dan 
terjadi secara invitro (di luar tubuh). 
--  Alat dan Bahan :  
--  Tabung Serologi 
--  Pipet Tetes 
--  Sentrifuge 
--  Kaca Objek  
--  Mikroskop  
--  Larutan Salin (NaCl 0,85 % - 0,9 %) 
--  Serum Coombs (Anti Human Globulin) 
--  Contoh Darah  
o Cara Kerja : 
− Siapkan serum dari contoh darah yang akan di periksa. 
− Siapkan pula suspensi eritrosit 5 % dalam salin dari contoh darah  dan suspensi sel 
darah O. 
− Siapkan 2 tabung, isi masing masing tabung 2 tetes plasma/serum. 
− Tabung I teteskan 1 tetes susp sel O, tabung II suspensi sampel. 
− Putar 3000 rpm selama 15 detik baca reaksi. 
− Apabila negatif lanjutkan, tambahkan bovine albumin 22% sebanyak 2 tetes ke 
masing-masing tabung. 
− Inkubasi pada suhu 37⁰C selama 15 menit. 
− Putar 3000 rpm selama 15 detik baca reaksi. 
− Bila negative lakuakan pencucian dengan saline 3x. 
− Tambahkan ke masing-masing tabung 2 tetes AHG. 
− Putar 3000 rpm selama 15 detik baca reaksi secara makroskpis dan mikroskopis. 
− Bila negatif, validasi dengan CCC. 
--  Interprestasi hasil : 
1. Apabila hasil ICT positif : adanya antibody yang coated pada sel darah merah 
secara invitro. 
2. Apabila hasil ICT negatif : tidak adanya antibody yang coated pada sel darah 
merah secara invitro. 
 
 
  
Topik 5 
Pemeriksaan Skrining 
dan Identifikasi Antibodi 
Pada beberapa penyakit, seperti thalasemia, anemia sickle cell, aplastik anemia, 
haemoglobinophaties, transfusi sel darah merah merupakan pengobatan utama, oleh karena 
itu transfusi darah untuk pasien ini sering dilakukan pada pasien yang mendapatkan darah 
transfusi berulang, kemungkinan timbulnya alloantibodi sangat besar. Hal ini disebabkan 
karena antigen sel darah merah donor memicu timbulnya antibodi pada darah pasien.  
Sampai saai ini diketahui ada 270 antigen permukaan sel darah merah, tetapi hanya 26 
sistem penggolongan darah yang dapat menimbulkan reaksi tranfusi. Berikut ini adalah sistem 
penggolongan darah yang dapat menimbulkan alloantibodi pada pasien multiple transfusi. 
Tabel 6.7 Sistem Penggolongan Darah Dan Antibodi Yang Ditimbulkan 
 
Adanya alloantibodi pada pasien memicu  susahnya mendapatkan darah yang 
kompatibel atau cocok pada pemeriksaan pre-transfusi antara darah pasien dan darah donor, 
sehingga memicu  inkompatibilitas.Selain itu juga dapat memicu  reaksi transfusi 
hemolitik yang lambat, yang seringkali dikaitkan dengan keterlambatan dan kesulitan untuk 
memperoleh unit sel darah merah yang kompatibel.  
Pemeriksaan skrining dan identifikasi antibodi bertujuan untuk mengetahui ada-
tidaknya antibodi di dalam plasma yang diperiksa (pasien/donor), baik yang alamiah 
maupunimun. Plasma pasien ataupun donor yang akan diperiksa direaksikan dengan sel darah 
merah golongan O yang telah diketahui antigen permukaannya atau susunan antigen 
golongan darahnya yang disebut sel panel. 
   
  
 
Tabel 6.8 Sifat Antibodi 
 
Tujuan pemeriksaan skrining antibodiadalah untuk mengetahui ada tidaknya antibodi 
irreguler, bila hasil positif dilanjutkan ke identifikasi antibodi untuk mengetahui spesifikasi 
antibodi. Pemeriksaan ini  direaksikan menggunakan sel panel, yang terbagi menjadi 
dua, yaitu : sel panel kecil untuk skrining antibodi dan sel panel besaruntuk identifikasi 
antibodi. 
2. SKRINING ANTIBODI 
Untuk skrining antibodi pada darah donor / pasien dipakai  reagensia yaitu sel panel 
kecil. Sel panel kecil adalah sekelompok sel darah merah yang terdiri dari 2-3 pasien 
golongan darah O yang sudah diketahui antigen permukaaanya (memiliki/tidak antigen 
golongan darah). Jenis antigen dapat dilihat dalam tabel antigram dengan tanda sebagai 
berikut : (+) artinya memiliki antigen dan (- / 0)  berarti tidak memiliki antigen. 
Sel panel kecil harus memiliki susunan antigen homozygot seperti :  C, M, Jka, sehingga 
antibodi dipengaruhi oleh dosis antigen (dosage effect) agar dapat teridentifikasi. 

Gambar  Sel Panel Kecil 
Tabel 6.9.Antigen Permukaan Pada Sel Panel Kecil 
 
 
A. PRINSIP 
Serum / plasma pasien direaksikan denagn sel panel kecil yang terdiri dari 2 sampai 3 
reagen sel golongan darah oyang tealh diketahui antigen permukaannya. 
B. CARA KERJA 
1. Mereaksikan serum/plasma (donor dan pasien) yang diperiksa dengan sel panel kecil 
dalam medium saline pada suhu 20C, 37C dan AHG. 
2. Hasil pemeriksaan diinterprestasikan dengan melihat pola (gambar reaksi) dari sel 
panel dalam antigram. 
C. INTERPRETASI HASIL 
1) Positif (+) => ada  antibodi antibodi dalam serum / plasma 
2) Negatif (-/ 0) => tidak ada  antibodi dalam serum / plasma  
 
 
 
Gambar  Tabel Identifikasi Sel Panel Besar 
 
3. IDENTIFIKASI ANTIBODI 
Pemeriksaan identifikasi antibodi pada plasma / serum pasien maupun donor 
menggunakan reagensia yaitu sel panel besar. Sel panel besar merukapan sekelompok sel 
darah merah yang  terdiri atas 8-11 pasien golongan darah O yang diketahui susunan  antigen 
permukaannya (dapat dilihat pada tabel), sehingga perbedaan antigen satu dengan lainnya 
lebih jelas. Antigen make up minimal harus mengandung antigen : D, C, c, E, e,M, N, S, s,P1, 
LUA, LUB, K, K, LEA, LEB, FYA, FYB,JKA DAN JKB. SELAIN ITU JUGA beberapa antigen harus 
homozygot seperti D, C, C, E, S, M, LUB, K, FYA. Pada sel panel komersial persyaratan ini sudah 
terpenuhi, sehingga dapat langsung diguunakan untuk identifikasi antibodi pada plasma / 
serum pasien maupun donor. 
Gambar  Sel Panel Besar 

 
Gambar Tabel Identifikasi Sel Panel Besar 
− PRINSIP 
Serum / plasma pasien direaksikan dengan sel panel besar yang terdiri dari 8 sampai 11 
reagen sel golongan darah O yang telah diketahui antigen permukaannya. 
− CARA KERJA 
1. Mereaksikan serum/plasma (donor dan pasien) yang diperiksa dengan sel panel besar 
dalam medium saline pada suhu 20C, 37C dan AHG. 
2. Hasil pemeriksaan diinterprestasikan dengan melihat pola (gambar reaksi) dari sel 
panel dalam antigram. 
− INTERPRETASI HASIL 
1) Positif (+) => ada  antibodi antibodi dalam serum / plasma 
   
  
 
2) Negatif (-/ 0) => tidak ada  antibodi dalam serum / plasma 
Tabel  27. Antigram Sel Panel Besar 
 
 
 

 
Glosarium 
 
AIHA (Auto-Immune Haemolytic Anemia) : anemia yang disebabkan oleh penghancuran 
eritrosit oleh autoantibodi (antibodi yang diproduksi oleh tubuh untuk menghancurkan 
eritrositnya sendiri) 
 
HDN (Haemolytic Disease of Newborn) : penyakit hemolitik pada bayi baru lahir yang 
disebabkan lisisnya sel darah merah pada janin atau bayi baru lahir akibat antibodi dari ibu 
yang melewati plasenta. 
 
Invitro : metode percobaan yang menggunakan jaringan atau medium diluar organisme hidup, 
seperti menggunakan tabung reaksi atau cawan petri.  
 
Invivo : metode percobaan yang menggunakan jaringan organisme hidup atau organisme itu 
sendiri.