diagnosa dermatology 1


 Mengerti akan prinsip dan metode genetik merupakan hal yang penting didalam 
memahami dasar dan panyembuhan penyakit kulit. Dokter tidak bisa membantu tapi tertarik 
akan kelompok familial dari beberapa masalah kulit, dimana para pasien berkonsultasi 
kepada ahli dermatologi. Masalah kulit terbagi menjadi dua group. Yang pertama adalah 
penyakit dengan pola warisan yang jelas (misalnya autasomal dominan) dan penetrasi gen 
tinggi (misalnya pembawa gen abnormal hampir selalu mengakibatkan ketidak normalan 
klinis, seperti X-linked iktiosis, xerodema pigmentosa, epidermolysis bullora simplex). 
Secara terpisah, penyakit penyakit ini tidak umum tapi bila berkelompok maka akan sedikit 
berarti bagi masalah kulit yang lebih berat. 
Yang kedua adalah penyakit-penyakit dengan kelompok familial (25% pasien dengan 
psoriasis memiliki keturunan yang pertama yang terpengaruh) tapi pola keturunannya tidak 
jelas. Yang termasuk dalam group ini adalah masalah kulit pada umumnya psoriasis, atopik 
dermatitis dan kebotakan. 
Kami adalah pencetus perhatian akan kekacauan genetik kulit, khususnya disebabkan 
karena naiknya kesadaran akan penyakit-penyakit kelompok familial, umumnya dikarenakan 
oleh kesempatan untuk menerapkan teknik dan strategi baru molekulerbiologi guna 
mempelajari penyakit-penyakit ini . Pemahaman penyakit turunan bahwa molekuler 
biologi studi DNA terdapat diagnosa dramatis dan pemeriksaan benar-benar berpengaruh 
kuat belakangan ini, dan melalui terapi gen mungkin terapi yang berpengaruh kuat dimasa 
yang akan datang. 
Meskipun peralatan untuk penyembuhan penyakit belum tersedia dalam arti 
pembetulan kerusakan pada gen, beberapa kekacuan turunan kini dipakai  untuk 
pengobatan yang bertujuan mencegah efek-efek merusak yang terdapat pada gen. 
contohnya, menambahkan zinc/seng untuk pengobatan akrodermatitis enetropatik, diet 
tirosin-rendah dan fenylalanine rendah untuk mengobati tirosinemia TI (Richner-Hanhart 
syndrome) atau pemberian oral B carotene untuk erythropoietic protoporfyria. 
Jika gen mutan berdosis tunggal (keadaannya heterozigot) memicu  fenotip klinis 
yang khusus, kondisi ini disebut dominan; jika gen mutan berdosis ganda (keadaan 
homozigot) untuk menghasilkan penyakit, kekacauan yang ditimbulkan disebut resesif. Jika 
gen mutan berkromosom x, kondisi yang dihasilkan disebut sex-linked atau tepatnya, x-
linked. Kondisi x-linked bisa juga dominan. 
 
Dermatologi dilihat dari Ilmu Kedokteran secara umum  sangat berhubungan erat 
dengan penyakit yanga ada di dalam kulit. Kulit adalah bagian luar dari tubuh kita yang 
harus dijaga agar tidak dapat dirusak oleh gangguan sekitar lingkungan. Pentingnya kulit 
bagi fisiologi tubuh secara umum dapat ditunjukkan dengan melihat dari timbulnya 
gangguan-gangguan sistemik yang serius pada kerusakan kulit yang berat misalnya akibat 
luka bakar atau pada dermatitis eksoliatifa menyeluruh. Dermatologi dan pengertian 
tentang penyakit kulit sangat tergantung pada pengertian tentang mekanisme dasar dari 
biologi kutaneus. Penelitian dalam bidang dermatologi telah mengambil bagian dalam revolusi 
biologi molekuler dan memusatkan penyelidikan ilmiah yang mendasar tentang susunan 
kutaneus, dan hal ini  telah dapat memberikan jawaban-jawaban yang penting dalam 
pemahaman dan pengobatan penyakit kulit. Penelitian dermatologi yang mendasar tidak saja 
dipakai  secara langsung pada penyakit kulit, penyembuhan luka, dan penuaan kulit, tetapi 
juga memberikan kemampuan yang unik dalam pemahaman tentang cara membaca kelainan 
kulit  berdasarkan proses-proses peradangan, kelainan-kelainan metabolik dan lainnya, 
sehingga kita mampu mendiagnosa   penyakit dengan benar. 
Karena lesi-lesi penyakit kulit adalah merupakan gambaran patologik secara umum dari 
penyakit kulit, maka tidaklah mengherankan, adanya penelitian tentang histopatologi kulit 
telah dilakukan semenjak hampir seratus tahun yang lalu. Perkembangan dan peranan 
dermatologi dalam ilmu kedokteran sangatlah penting dimana para ahli penyakit kulit 
melakukan penelitian dengan teknik-teknik yang baru dan luar biasa sehingga dapat 
menghasilkan sesuatu alat untuk meneliti dari sebuah penyakit kulit. Perkembangan ini, yang 
dimulai dengan transplantasi rambut dan dermabrasi, telah berkembang secara perlahan-
   
lahan menjadi bedah yang diawasi dengan mikroskop (Mohs) dan yang terbaru adalah teknik 
laser yang canggih. 
artikel  ini juga membahas tentang struktur dan perkembangan kulit. Selain itu juga 
mengajarkan kita betapa pentingnya memahami dasar ilmu penyakit kulit dalam menangani 
suatu penyakit kulit yang harus ditangani secara baik dan benar dalam ilmu kedokteran 
Kulit atau disebut juga jaringan integumen yang terdiri dari unsur-unsur epitelial, 
mesenkimal, glanduler dan neurovaskuler, bukan hanya merupakan pembungkus tubuh. Kulit 
memegang peranan yang penting dalam mempertahankan homeostasis. Jaringan integumen 
memiliki membran dengan permeabilitas air paling rendah sehingga mencegah terjadinya 
dehidrasi kulit pada keadaan cuaca yang kering. Sebagai barier, kulit tidak hanya mencegah 
hilangnya cairan tubuh, tetapi juga menghalangi masuknya zat-zat yang toksik dari 
lingkungan. Jaringan integumen mempertahankan kehidupan dengan cara menjaga suhu 
tubuh tetap konstan, kulit melindungi jaringan dibawahnya dari berbagai tekanan fisik dari 
luar tubuh, seperti radiasi ultra violet, energi listrik, dan kekuatan mekanik, dan ini dapat 
menghalangi masuknya sebagaian besar mikro organisme. Pentingnya kulit bagi fisiologi 
tubuh secara umum dapat ditunjukkan dengan melihat timbulnya gangguan-gangguan 
sistemik yang serius pada kerusakan yang berat dan luas akibat luka bakar atau pada 
dermatitis eksoliatifa menyeluruh. 
Dermatologi dan pengertian tentang penyakit kulit sangat tergantung pada pengertian 
tentang mekanisme dasar dari biologi kutaneus. Penelitian dalam bidang dermatologi telah 
mengambil bagian dalam revolusi biologi molekuler dan memusatkan penelitian ilmiah yang 
mendasar tentang susunan kutaneus, dan hal ini  telah memberikan jawaban-jawaban 
yang penting dalam pemahaman dan pengobatan penyakit kulit. Penelitian dermatologi yang 
mendasar tidak saja dipakai  secara langsung pada penyakit kulit, penyembuhan luka, dan 
   
penuaan kulit, tetapi juga memberikan kemampuan dalam pemahaman dan pengobatan 
penyakit kanker, proses-proses peradangan dan kelainan-kelainan metabolik. Oleh karena 
itu, penelitian dalam dermatologi juga menambah pengetahuan tentang penyakit-penyakit 
lain seperti alergi, kanker, penyakit-penyakit akibat faktor lingkungan, peroses penuaan 
kulit dan lain-lain. Para peneliti biologi kutaneus melaksanakan pendekatan eksperimental 
yang luas dan beranekaragam pada bidang penelitian mereka. 
Ahli biologi molekuler menganalisis hal-hal rinci dari diferensiasi keratinosit, sintesis 
kolagen, sintesis dan sekresi matriks ekstraseluler; ahli patologi eksperimental mempelajari 
tentang penyembuhan luka, para ahli fotobiologi menilai pengaruh-pengaruh subseluler, 
seluler dan sistemik dari sinar ultraviolet, ahli biologi molekuler meneliti transduksi signal 
atau fungsi membran, ahli biokimia mempelajari melanisasi dan fungsi barier lemak pada 
stratum korneum, ahli imunologi seluler meneliti adanya interaksi kompleks dari respon imun 
pada kulit, ahli  farmakologi mengukur absorbsi perkutaneus, ahlis fisiologi mempelajari 
sifat dari kulit dan ahli sel atau ahli famakologi menyelidiki mekanisme kerja obat-obatan. 
Akhir-akhir ini telah dipakai  pula alat-alat biologi molekuler untuk dapat dimengerti 
secara lebih baik detil molekuler dari aktifasi gen dan transkripsi serta sintesis protein 
yang telah menghasilkan suatu “cloning” dan “sequencing” gen dan penentuan struktur 
protein-protein tertentu. 
Kulit merupakan indikator yang mencolok dari penyakit yang serius dan tersedia 
setiap saat. Bagi orang yang tidak terlatih sekalipun dapat mengenali adanya penampilan 
pucat dari penderita dalam keadaan syok, atau adanya sianosis yang berhubungan dengan 
kegagalan jantung, atau adanya kekuningan sebagai tanda awal dari penyakit bilier 
obstruktif. Namun, seorang dokter yang sempurna harus mampu mendeteksi adanya tanda-
tanda kulit yang lebih sulit dari penyakit-penyakit yang membahayakan jiwa, seperti adanya 
“half-dozen infarcts” pada ekstremitas seorang wanita muda yang menderita gonokoksemia, 
atau adanya suatu lesi yang kecil dengan batas yang menggaung dan tidak beraturan pada 
punggung, sebagai suatu melanoma maligna yang dini. Keadaan ini sering tidak diperhatikan 
atau diabaikan oleh pemeriksa dan dapat membawa bencana bagi penderita. 
Proses patologis yang dinamis seperti inflamasi dan pertumbuhan neoplastik, 
perubahan hemodinamik, keseimbangan cairan dan kinetik sel, secara klinis digambarkan 
sebagai suatu eritema, deskuamasi, nodul-nodul, ulkus-ulkus dan sebagainya. Hal ini  
dapat secara langsung dilihat pada kulit penderita dan perubahan seluler serta jaringannya 
dapat dipelajari dengan spesimen biopsi yang dapat diperoleh dengan mudah dan aman. 
Lebih jauh lagi, perkembangan dari reaksi-rekasi patologis kulit dapat di visualisasikan 
secara in vivo dan diikuti dengan biopsi serial. Tanda klinis lesi kulit merupakan gambaran 
patologis secara garis besar dan dapat dihubungkan secara langsung dengan gambaran 
patologis secara mikroskopis. Kulit tidak hanya merupakan suatu barier dan penghubung 
dengan lingkungan (dunia luar), melainkan merupakan “arena peperangan” tempat terjadinya 
interaksi antara organ dan lingkungan tetapi juga merupakan cermin dari suatu penyakit 
sistemik, yang dapat bersifat infeksius, metabolik, endokrin atau imunologik. Sejumlah 
besar gangguan imunologik, dimana sistem imun dari organ berbalik melawan organ itu 
sendiri, mempunyasi manifestasi klinis pada kulit, yang dapat menjadi tempat pertama yang 
terdeteksi atau merupakan organ target yang utama. Kelainan autoimun ini bervariasi dari 
yang ringan tetapi secara estetika merupakan suatu kondisi yang merusak, seperti misalnya, 
vitiligo atau alopesia areata, sampai pada yang lebih parah dan membahayakan jiwa, seperti 
pemfigus atau lupus eritematosus. 
Pertama, mungkin hanya terjadi hilangnya pigmentasi atau hilangnya rambut, 
berikutnya dapat terjadi gangguan ginjal, otak, hati, dan sistem veskuler. 
 
1. Kulit dapat merupakan bukti “prima facie” dari penyakit dalam. 
Kulit seringkali menjadi penghubung penting dalam menyelesaikan masalah diagnostik 
yang membingungkan dalam kedokteran secara umum. Seorang dokter umum harus 
mampu untuk mengenali perubahan-perubahan pada kulit yang ditemukan dengan tidak 
sengaja pada pemeriksaan fisik. Dokter tidak dapat mengetahui apa yang harus 
diperhatikan kecuali jika mereka sudah mengetahui lesi-lesi yang paling sering 
ditemukan seperti misalnya purpura yang “palpable” yang merupakan petunjuk klinis awal 
dari adanya venulitis nekrotisasi sistemik yang mendasari, yang mungkin atau tidak 
mungkin berhubungan dengan masalah yang lebih serius dari artritis sistemik. 
2. Penyakit yang timbul dan terbatas pada kulit dapat merupakan penyebab utama dari 
gangguan kemampuan (disabilitas) dan rasa tidak nyaman. 
Dokter umum tidak selalu menghargai pentingnya suatu penyakit kulit dan mungkin tidak 
merujuk penderita kepada seorang ahli penyakit kulit untuk mendapatkan pengobatan 
yang tepat. 
3. Kulit dapat dipakai  untuk mengetahui mekanisme dasar suatu penyakit karena 
merupakan jaringan padat yang paling mudah didapatkan. 
Misalnya, penyakit-penyakit imunologis, biopsi kulit tidak hanya menghasilkan diagnosa  
yang tepat dari penyakit sistemik tetapi dapat pula menentukan adanya antigen penting 
yang terlinat dalam patogenesinya. 

Penderitaan manusia dapat timbul akibat kecacatan, rasa tidak nyaman (rasa sakit 
atau rasa gatal yang tidak mudah diatasi) atau kesalahan bentuk. Kelainan-kelainan kulit 
meliputi ketiganya memiliki  banyak etiologi dan memicu  penderitaan manusia serta 
kerugian ekonomi jauh lebih besar dibandingkan  yang diketahui pada umumnya. Pada perang 
dunia kedua terjadi lebih banyak evakuasi dari ruang operasi penyakit kulit di pasifik 
selatan dibandingkan  korban perang; pada pertempuran Vietnam, kelainan-kelainan kulit 
tercatat menduduki urutan ke tempat sebagai penyebab kecacatan. 
2 - 4% dari seluruh kasus bukan kecelakaan dan bukan kasus obstetrik, yang dirawat 
pada rumah sakit sipil merupakan penyakit kulit. Diperkirakan, satu dari tiga orang di 
Amerika Serikat menderita penyakit kulit setiap tahunnya. Penelitian di Inggris 
menunjukkan, bahwa setiap lima orang penderita yang melakukan konsultasi pada dokter 
umum karena masalah kulitnya. Diperkirakan, akibat dari peningkatan jumlah ini, sejumlah 
besar penderita memiliki  lesi-lesi yang tidak dapat diabaikan karena mungkin merupakan 
pertanda dari penyakit organ-organ dalam yang serius. 
 
KECACATAN 
Keutuhan jaringan integumen merupakan hal yang penting untuk dapat bergerak. 
Kerusakan permukaan kulit dapat dimisalkan sebagai suatu korosi (karat) dari permukaan 
logam peralatan yang halus. Jelas bahwa kulit tangan yang sehat dan utuh sangat penting 
untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang halus, kulit yang kering tebal dengan fisura 
dapat secara permanen atau sementara melumpuhkan/menghambat pekerjaan seorang ahli 
bedah, dokter gigi, atau operator mesin. Dermatitis pada tungkai atau selangkangan juga 
dapat memicu  kecacatan. Pada beberapa wilayah Amerika Serikat, penyakit kulit akut 
ataupun kronis telah menghabiskan lebih dari setengah biaya yang dibutuhkan kulit tangan 
yang sehat dan utuh. Penyakit kulit telah membebani rakyat Amerika Serikat 1.5 miliar 
pertahun dan merupakan masalah kesehatan nasional yang sama. 
 
RASA TIDAK NYAMAN 
Pruritus yang merupakan gejala kutaneus adalah suatu keadaan yang menyengsarakan 
dan sulit disembuhkan dengan obat-obatan topikal ataupun sistemik. Tidak ada obat yang 
spesifik untuk menghilangkan pruritus. Pruritus yang sulit ditangani dapat memicu  
sulit tidur, keadaan ini dapat memicu  kecacatan (ketidakmampuan), sama-sama dengan 
stress dan kecemasan akibat rangsangan yang menetap. 
 
KERUSAKAN RUPA/BENTUK 
Jaringan integumen merupakan perantara multifungsi pengaruh lingkungan terhadap 
organ-organ yang merupakan penentu utama dalam kehidupan dan sifat dari semua spesies. 
Pola perilaku dari individu dan kelompok juga ditentukan oleh jaringan integumen, seperti 
individu yang dijauhi karena adanya jaringan parut dan kerusakan bentuk/rupa. Meskipun 
terdapat banyak bukti tentang peranan psikologis dari jaringan integumen pada spesies 
yang lebih rendah, dimana perilaku tertentu dinyatakan melalui perubahan warna kulit, 
berdirinya bulu burung, dan sekresi kelenjar-kelenjar, namun manifestasi tertinggi dari 
fenomena ini ditemukan pada manusia. Kesadaran kosmetologis kulit secara umum dinilai 
dari kepedulian masyarakat yang berlebihan pada warna rambut, dandanan rambut atau 
potongannya, pemakaian  parfum dan deodoran, serta model rambut secara teratur. Tidak 
jarang orang dengan rupa/bentuk yang buruk diabaikan dan dihindari. Pada masa lampau, 
poli  kulit merupakan bagian terpisah dari rumah sakit merupakan suatu ekspresi 
ketidaksenangan, bahkan oleh seorang dokter, terhadap bentuk yang menjijikkan dari 
banyak penyakit kulit. Walaupun demikian, pengaruh yang serius dari perusakan 
bentuk/rupa, dapat dipahami dengan baik oleh orang yang juga mengalami kerusakan 
bentuk/rupa. Disamping adanya ketidakmampuan fisik yang mungkin menyertai kelainan 
kulit, terutama pada ekstremitas, penderita harus secara berkesinambungan menyesuaikan 
dan mengimbangi kesan “berubah bentuk” pada pandangan dirinya atau orang lain. 
Kebanyakan penderita dapat menyesuaikan, tetapi mereka membutuhkan dorongan yang 
menenangkan dan simpati dari para dokter serta tenaga medis lainnya. 
  Kulit wajah hanya terdiri dari 9% total permukaan kulit, namun ia merupakan 
“paspor” dalam pergaulan. Kulit tidak dapat ditutup dengan mudah atau disamarkan. 
Misalnya, jerawat yang parah pada wajah, yang merupakan salah satu dari masalah medis 
tersering pada usia dewasa, dapat memicu  kerusakan permanen bagi perkembangan 
kepribadian. Bintik-bintik kemerahan yang didapat, nodul, papul, pustul atau tanda lahir 
vaskuler dapat memicu  kecacatan (kerusakan rupa) yang mendalam. Diantara 
penyebab yang terpenting dan paling sering dari ketidakmampuan menyesuaikan diri adalah 
gangguan pigmentasi melanin (misalnya vitiligo), terutama pada orang-orang yang 
berpigmentasi. 
Secara tradisional, ilmu kedokteran terutama dihubungkan dengan penyakit atau 
kelainan yang dapat mengakhiri kehidupan seseorang. Perhatian yang lebih besar harus 
ditujukan pada keadaan medis ini  karena dapat menghancurkan kehidupan seseorang 
bila tidak diakhiri. 
 
Karena lesi-lesi penyakit kulit merupakan gambaran patologik secara umum dari 
penyakit kulit, tidaklah mengherankan, karena kulit dapat diperoleh dengan mudah, maka 
penelitian tentang histopatologi kulit telah dilakukan semenjak hampir seratus tahun yang 
lalu. Seorang ahli ilmu penyakit kulit dari Jerman, Unna, merupakan salah seorang dari yang 
pertama kali melakukan deskripsi mikroskopis yang adekuat dari lesi-lesi kulit.  
Dari tahun 1775 sampai 1928, sumbangan utama dermatologi adalah dalam bidang 
patologi eksperimental. Tahun 1775, konsep tentang karsinogenesis kemikal telah dimulai 
oleh penemuan Pervical Pott tentang kanker scrotum pada pembersih cerobong asap. 
Treponema pallidum ditemukan pertama kali oleh Schaudinn, seorang ahli protozoa, dan 
pada tahun 1905 oleh Hoffman, seorang ahli kulit. Kanker kulit secara eksperimental yang 
di induksi dengan arang kayu dilakukan pertama kali oleh Yamagiwa dan Ichikawa pada tahun 
1919 dan dengan sinar x oleh Bloch pada tahun 1924. 
Dua fenomena imunologik yang penting ditemukan oleh Prausnitz dan Kustner, 
peragaan pertama tentang hipersensitivitas tipe lambat pada manusia terhadap komponen-
komponen dengan berat molekul rendah dilaporkan oleh Low pada tahun 1924 dan oleh Frei, 
Jadassohn dan Sulzberger pada tahun 1928. 
Pada pertengahan kedua dari abad-20, dermatologi telah berubah dari pemikiran 
tentang deskripsi dan taksonomi, kepada konsentrasi pemikiran tentang patofisiologi 
penyakit. Hebra, Professor Ilmu Penyakit Kulit pada Universitas Wina, memperluas suatu 
era baru pada pertengahan abad-19, sebagaimana dilakukan oleh Robert Wiliam dari Inggris 
dan Joseph Plenck dari Wina, tetapi ilmu baru tentang dermatologi dapat dikatakan telah 
dimulai sejak 50 tahun yang lalu. Stephen Rofman yang datang pada tahun 1938 ke 
Universitas Chicago dari Hongaria, dari bagian dermatologi Eropa yang terkenal, dapat 
dianggap sebagai pembawa cahaya bagi ilmu penyakit di Amerika Serikat, Rothman 
menekankan pada patofisiologi kulit. Dia menentukan langkah dan menjadi contoh bagi 
segenap generasi sebagai seorang dokter-ilmuwan yang utama dalam teori dermatologi. 
Faktor penting lain dalam perkembangan penelitian selama 4 dekade yang lalu adalah 
ketersediaan dana untuk penelitian dasar dan klinisi pada kulit dan penyakit-penyakit kulit. 
Di Amerika Serikat, hal ini dimungkinkan oleh adanya Institut Nasional Kesehatan, 
khususnya Institut Nasional Artritis dan Muskuloskeletal dan Penyakit Kulit, dan oleh 
industri farmasi yang berkerjasama dengan para ahli penyakit kulit dalam penelitian dan 
pengembangan pengobatan baru dengan mendukung penelitian dasar dan pengawasan 
percobaan klinis. Cara yang sama telah  ditempuh di Eropa dan Jepang  dan penelitian dalam 
ilmu penyakit kulit ini menghasilkan kemajuan sedemikian rupa, dalam pengobatan  penyakit 
kulit seperti mengatasi penyakit-penyakit jamur epidemi dengan memberikan obat-obatan 
anti jamur oral atau topikal; pengembangan kortikosteroid topikal yang memiliki sifat anti 
 
inflamasi yang sampai sekarang tidak dapat diperoleh dengan obat-obat topikal, mengatasi 
penyakit-penyakit yang membahayakan jiwa seperti pemfigus dan lupus eritematosus 
sistemik dengan kortikosteroid sistemik dan obat-obat imunosupresif; pemakaian  
kemoterapi topikal (5-fluorourasil) untuk pengobatan keratosis solaris; perkembangan 
kemoterapi sistemik pada psoriasis dengan antimetabolit dan imunosupresan dan juga 
fotokemoterapi psoriasis dan mikosis fungoides dengan psoralen dan ultraviolet gelombang 
panjang (PUVA). 
Pengetahuan baru sangat membantu perbaikan peralatan yang dipakai  untuk 
mengetahui secara dini dengan demikian dapat mengobati  secara dini pula suatu melanoma 
maligna, yang telah merubah pengertian kita tentang patologi dari melanoma primer dan 
memungkinkan suatu perkiraan yang tepat dari prognosis melanoma primer kulit stadium I. 
Pengobatan baru dan dramatis juga mencakup retinoid yang efektif untuk akne kistik yang 
berat dan kelainan-kelainan keratinisasi, yang menjanjikan dalam pencegahan kanker kulit 
dan lainnya. 
Pengaruh umum terhadap penelitian dalam bidang dermatologi adalah hasil dari 
kemajuan teknologi, yang telah dimulai dengan pemakaian  mikroskop elektron dan “density 
gradient ultracentrifugation” yang dikombinasi dengan teknologi biokemikal yang maju, 
beberapa dekade lalu. Hal ini diikuti dengan perkembangan imunopatologi yang memakai  
imunofloresensi dan teknik-teknik imunoenzim: pengembangan teknik-teknik separasi 
elektroforesis yang canggih, terhadap penelitian dalam bidang dermatologi ini adalah hasil 
dari kemajuan teknologi, telah teratasi di sekolah-sekolah kedokteran dan rumah-rumah 
sakit di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Berkembangnya ilmu penyakit kulit, penting 
bagi para dokter yang berpraktek karena guru dan peneliti telah memberikan teknik-teknik 
diagnostik untuk masa yang akan datang dan pengobatan-pengobatan baru. Teknologi baru 
dalam pemeriksaan biologi tidak dapat ditandingi dalam ketepatan dan kepandaian apapun 
yang sebelumnya pernah dibayangkan. Para ahli penyakit kulit kini ditantang untuk berfikir 
sesuai dengan konsep-konsep medis yang terbaru. Disiplin baru ilmu penyakit ini ialah apa 
yang disebut “dermatosciences”, dan keadaan ini sama dengan apa yang terjadi dalam ilmu 
penyakit saraf, dengan munculnya “neurosciences”. 
Para ahli penyakit kulit pada tahun 1990an memiliki semangat penelitian yang luar 
biasa. Tehnik-tehnik penelitian yang baru, terutama dalam bidang imunologi dan biologi 
molekuler, menjanjikan berkembangnya pendekatan-pendekatan inovatif untuk dapat 
mengatasi beberapa masalah penting dalam ilmu penyakit kulit seperti pengobatan pruritus, 
infeksi virus papiloma humanus, dermatitis eksematus atopik, psoriasis dan berbagai 
manifestasi kutaneus dari infeksi HIV. 
   
Juga melegakan melihat masuknya sejumlah besar tenaga yang sangat terlatih ke 
dalam bidang ilmu penyakit kulit. Kombinasi dari teknologi baru dan bakat yang khusus ini 
akan sangat mempengaruhi perjalanan ilmu penyakit kulit. 
Selama lima dekade ini, dermatologi klinis telah menjadi bagian yang integral dari 
sekolah kedokteran dan lingkungan rumah sakit, para ahli dermatologi telah menjadi dokter 
yang bekerjasama dengan para ahli penyakit dalam dan bedah dalam mendiagnosa  dan 
mengobati segala macam penyakit multi sistim yang melibatkan kulit. Patologi kulit terutama 
diperiksa oleh para ahli dermatologi yang telah mendapatkan pelatihan khusus dalam 
dermapatologi dan bekerja pada bagian dermatologi. Pada dua dekade terakhir, bedah 
dermatologi telah muncul sebagai pasangan yang utuh dari dermatologi medis. 
Perkembangan ini dimulai dengan transplantasi rambut dan dermabrasi, telah berkembang 
secara perlahan-lahan menjadi bedah yang diawasi dengan mikroskop (Mohs) dan yang 
terbaru adalah tehnik laser yang canggih. Kini, para ahli dermatologi merupakan dokter 
yang penting untuk penanganan kanker-kanker kulit, termasuk melanoma maligna. Hal ini 
karena mereka berada pada posisi yang terbaik untuk dapat membuat suatu diagnosa  
histopatologis dan klinis untuk memilih pengobatan yang tepat. Untuk pengobatan karsinoma 
kulit yang lanjut dan melanoma maligna stadium II dan III, para ahli dermatologi 
bekerjasama dengan para ahli onkologi medik, bedah plastik serta radioterapi. 
  
 
 
Manfaat hasil pemeriksaan epidemiologi dan pelayanan kesehatan pada pasien yang 
mendapatkan pengobatan penyakit kulit meningkat selama dekade lalu dan mungkin akan 
meningkat secara drastis pada dekade mendatang. Ada banyak alasan meningkatnya bidang 
penelitian ini bagi dermatologi. Di Amerika Serikat mungkin hal ini disebabkan meningkatnya 
manfaat pelayanan kesehatan secara ekonomi sebagai suatu bagian dari GNP (Gross 
National Product). Tahun 1990, sekitar 600 miliar dolar telah dikeluarkan untuk pelayanan 
kesehatan di Amerika Serikat. Pada tahun 2000, diperkirakan 1,5 triliun dolar diperlukan 
untuk pelayanan kesehatan. Hal ini berarti hampir 6000 dolar per orang per tahun di 
Amerika Serikat. 
Banyak pimpinan pemerintahan maupun swasta yakin bahwa peningkatan anggaran 
untuk pelayanan kesehatan merupakan beban yang berat secara ekonomi bagi Amerika 
Serikat dan oleh karenanya harus ditekan. Banyak faktor yang mendukung terjadinya 
peningkatan biaya perawatan perkapita yang tinggi diantaranya adalah penuaan populasi 
Amerika Serikat, teknologi baru, intensitas perawatan yang lebih haik, dan epidemi AIDS. 
Disamping itu, jumlah dokter praktek meningkat jauh lebih besar dari pada pertambahan 
populasi. Apapun penyebab inflasi biaya perawatan kesehatan, upaya untuk menghemat 
pengeluaran mungkin menimbulkan peningkatan persaingan antara dokter dan rumah sakit 
serta menambah peraturan praktek kedokteran. Sistim-sistim penghematan baru mungkin 
merubah insentif pemberi layanan kesehatan. 
  
Sementara penguasa politik mungkin sekali mengubah sistem pelayanan kesehatan 
yang diberikan ditahun-tahun mendatang, hasil penelitian riset pelayanan kesehatan dan 
epidemiologi dapat membantu menentukan bagaimana sumber pelayanan kesehatan dapat 
diterapkan dengan baik untuk memberikan kesehatan optimal bagi populasi kita. Oleh 
karena itu, dokter perlu memahami metode yang dipakai  dalam menilai prevalensi, terapi 
optimal, dan pengamatan pelayanan kedokteran. Karena hambatan-hambatan anggaran 
meningkat, mungkin sekali bahwa pasien perlu diberitahu mengenai jenis penyakitnya dan 
dokter perlu memperlihatkan dampaknya pada seseorang serta efektivitas fisik dan biaya 
pengobatan untuk seorang pasien. Oleh karena itu, nampaknya dokter perlu memahami 
konsep epidemiologi dasar, termasuk pengukuran frekwensi dan berat-ringannya penyakit, 
metode untuk menilai hasil akhir pengobatan serta tehnik-tehnik jaminan kualitas. 
Disamping itu agar dokter mampu menginterpretasi bahan bacaan kedokteran diperlukan 
suatu pemahaman mengenai prinsip-prinsip dasar penentuan validitas (keabsahan) 
penelitian. 
Bab ini akan memfokuskan diri pada konsep epidemiologi dasar, prevalensi penyakit 
kulit, ukuran ketepatan perawatan, dan ketentuan baru dalam penghematan pelayanan 
kedokteran dalam konteks penyakit dermatologi. 
 
PREVALENSI 
Prevalensi adalah angka kejadian suatu keadaan pada suatu waktu tertentu (yakni, 
jumlah individu dengan penyakit tertentu pada saat tertentu dibagi jumlah orang pada 
populasi tertentu). Prevalensi suatu penyakit adalah fungsi kejadian kasus-kasus baru 
(insidens); lamanya penyakit, dan jika responsif terhadap pengobatan, jumlah individu 
terkena yang menerima terapi efektif. 
Prevalensi sesungguhnya dari penyakit kulit sulit ditentukan karena banyak penelitian 
dermatologi melibatkan populasi terseleksi, biasanya pasien yang datang dengan keluhan 
kulit atas mereka yang berkunjung kerumah sakit ataupun institusi lainnya. Disamping itu, 
berbagai faktor sosial maupun lingkungan dapat mempengaruhi kejadian atau deteksi 
penyakit. 
Data prevalensi sistemik satu-satunya untuk populasi umum di Amerika Serikat yang 
telah dikumpulkan hampir 20 tahun yang lalu sebagai bagian dari survey pemeriksaan 
kesehatan dan gizi nasional (NHANES). Tujuh puluh empat persen partisipan potensial 
diperiksa sebagai bagian dari upaya nasional ini. Sayang sekali, data penelitian terbaru pada 
populasi yang lebih besar di AS tidak tersedia. 
Berdasarkan pemeriksaan pada lebih dari 20 ribu warga negara Amerika yang tidak 
dirawat inap, usia 1 sampai 74 tahun, penelitian NHANES memperlihatkan bahwa penyakit 
kulit sering ditemukan  di Amerika Serikat: hampir sepertiga yang diperiksa oleh residen 
   
dermatologi, sebagai bagian dari survei ini, memiliki  satu atau lebih kondisi kulit yang 
dirasa cukup bermakna untuk mengunjungi dokter. Penyakit kulit yang paling sering 
dideteksi adalah penyakit kelenjar sebasea (terutama akne), dermatofitosis, tumor kulit 
jinak dan ganas, dermatis soboroik, dermatitis atopik, dan eksema serta iktiosis. Tabel 2-1 
menunjukkan prevalensi kesembilan kelainan kulit yang paling sering ditemukan . Gambar 2-1 
menunjukkan prevalensi umur spesifik dari 4 jenis kelainan patologi kulit yang penting di 
Amerika Serikat. Tidaklah mengherankan, prevalensi keseluruhan patologi kulit yang 
bermakna dan kondisi kulit meningkat sesuai umur. Disamping potensi perubahan penyakit 
yang benar-benar terjadi selama hampir 20 tahun semenjak penelitian NHANES dilakukan, 
beberapa penemuan penelitian ini menunjukkan bahwa kemungkinan bias didalam kasus-
kasus tertentu diakibatkan orang dengan kecacatan cenderung tidak berpartisipasi.  
Sebagai contoh, prevalensi psoriasis yang diperiksa didalam populasi penelitian 
lainnya. Penelitian Scandinavia menunjukan prevalensi psoriasis berkisar 1,3 sampai 2,8%, 
tetapi NHANES memperkirakan prevalensi psoriasis aktif sebesar 0,9% di Amerika 
Serikat. Bila kasus remisi dan kasus psoriasis diikutsertakan dalam patologi kulit yang tidak 
bermakna, angka prevalensi untuk Amerika Serikat dan Scandinavia secara kasar mungkin 
sebanding. Oleh karena itu, perkiraan prevalensi yang dipublikasikan pada beberapa keadaan 
didasarkan pada ringkasan kode diagnostik bukan ekstrapolasi langsung dari pemeriksaan 
fisik yang berorientasi penyakit. Sebagai contoh, pada pemeriksaan fisik, didapatkan lebih 
dari tiga kali lipat mengalami akne berat (grade 4 atau konglobata) dibandingkan mereka 
yang diberi kode mengalami akne kistik. 
Tabel  Prevalensi Kondisi Kelainan Kulit 
                            Laki-laki   Perempuan  Keduanya 
Dermatofitosis     131.            34            81 
Akne (Vulgaris dan Kistik)  74.  66 70 
Dermatitis Seboroik 30 26 28 
Dermatitis Atopik/ Eksem 20 18 19 
Veruka vulgaris 9 6 8 
Tumor-tumor ganas 6 5 6 
Psoriasis 6 5 6 
Vitiligo 6 4 5 
Herpes simpleks 4 5 4 
*angka per 1000 
         Pengetahuan mengenai prevalensi sangat penting dalam berbagai hal. Sebagai contoh, 
estimasi prevalensi, disertai dengan informasi mengenai akibat lanjut penyakit, dapat 
dipakai  untuk mengalokasikan sumber dana bagi penelitian ataupun perawat klinis 
penyakit. Selain itu, perkiraan prevalensi dapat dipakai  untuk menentukan apakah suatu 
  
terapi dilakukan berlebih atau kurang dilakukan dalam hubungannya dengan jumlah orang 
yang mengalami penyakit ini . 
 
INSIDENS 
Insidensi adalah jumlah kasus-kasus baru yang terjadi pada suatu populasi tertentu 
pada saat tertentu. Hal ini biasanya diukur sebagai jumlah kasus per-1000 orang per tahun. 
Walaupun penelitian prevalensi masyarakat (NHANES), memberikan  hasil statistik 
komparatif yang baik untuk penyakit kronis dengan lama yang sesuai, tujuan survei 
prevalensi ini  cenderung berlebihan menekankan pentingnya penyakit-penyakit kronis 
yang tidak responsif terhadap terapi dan kurang menekankan kepentingan relatif keadaan-
keadaan akut atau kronis yang tidak nampak lagi karena telah diberi terapi. Penelitian 
insidens berdasarkan populasi sulit dilakukan; oleh karena itu, ukuran sekunder dapat 
bertindak sebagai estimasi dugaan beban relatif penyakit lain. Sebagai contoh, dengan 
menghitung kunjungan ke fasilitas kesehatan karena keluhan tertentu, kepentingan relatif 
berbagai masalah dapat diperkirakan. Namun demikian, seperti dikemukakan dibawah, 
hambatan tidak adanya perawatan dan finansial dapat mempengaruhi jumlah kunjungan 
suatu keadaan tertentu, yang merupakan pentingnya masalah ekonomi itu. 
Pengukuran langsung insidens (jumlah kasus baru yang terjadi untuk unit waktu 
tertentu) telah ada untuk kanker kulit melanoma dan non melanoma, sarkoma Kaposi, dan 
limfoma sel T kulit, tetapi hanya beberapa kondisi kulit lainnya, yang memiliki  data 
sebanding. Sayang sekali penelitian dasar populasi komprehensif untuk sebagian besar 
tumor-tumor ini, kanker kulit non-melanoma, telah kadaluwarsa. Kurangnya data 
komprehensif baru khususnya, mempersulit pengamatan pada beberapa populasi dimana 
insidens tumor ini nampaknya sedikit meningkat dalam dua dekade lalu. 
Data kunjungan karena keluhan dermatologis telah dicatat sebagai bagian dari Survei 
Rarat Jalan Nasional (NANCS). Data terbaru yang dikemukakan dari survei ini adalah tahun 
1980 sampai 1981. Waktu itu, rata-rata terdapat 580 juta kunjungan pertahun kedokter 
praktek karena berbagai alasan. Pasien dengan keluhan dermatologi terhitung sebanyak 40 
juta kunjungan (7,3%), kira-kira jumlahnya sama dengan pada tahun 1974. 
Walaupun jumlah kunjungan ke dokter hampir konstan, proporsi kunjungan ini ke 
seorang dokter spesialis kulit meningkat sekitar 50%. Penyakit-penyakit kelenjar sebasea 
khusus akne (10,2 Juta kunjungan); diagnosa  inflamasi 10 juta kunjungan; keadaan 
hipertrofik dan atrofik (6,8 juta kunjungan); infeksi kulit (4,7 juta kunjungan); kutil (4,1 
juta kunjungan); dan mikosis (3,2 juta kunjungan) merupakan lebih dari 80% kunjungan ke 
ahli dermatologi. Wanita merupakan 58% dari semua kunjungan karena keluhan dermatologi. 
sesudah  diperiksa oleh dokter, nampak alasan yang paling banyak dari pasien untuk mencari 
perawatan bantuan kesehatan. Dua pengecualian utama untuk predominasi keadaan akut 
  
didalam perawatan dermatologi adalah akne dan perubahan morfologi kulit antara lain 
tumor-tumor kulit dan perubahan pigmentasi. Akne merupakan hampir seperempat keluhan 
kulit dan hampir sepertiga dari semua kunjungan ke dokter spesialis kulit. Seperti dirinci 
dibawah, perubahan morfologi dan neoplasma kulit menyusun lebih dari sepertiga kunjungan 
per orang berusia diatas 45 tahun. Karena insidensinya meningkat begitu juga harapan 
terapi efektif, kita dapat berharap bahwa kebutuhan untuk perawatan penyakit 
dermatologi karena perubahan morfologi dan tumor akan terus meningkat dan akan 
merupakan aspek penting dalam praktek dermatologi. 
 
MORBIDITAS 
Morbiditas penyakit dermatologi paling sering dicerminkan sebagai ketidakmampuan 
kerja atau efek buruk pada fungsi sosial. Pada penelitian NHANES, sekitar 1% populasi 
(atau lebih dari 2 juta orang berusia 1 sampai 74 tahun di Amerika Serikat) memiliki  
suatu keadaan kulit yang menghambat pekerjaan atau aktifitas sehari-hari dirumah. Namun 
demikian, 90% dari orang ini  menunjukan bahwa derajat cacat mereka minimal. Angka 
kecacatan sosial karena keadaan kulit sampai mempengaruhi kerja mereka lebih dari 
sepertiga karena keluhan kulit dan paling sering dilaporkan pada wanita serta pada usia 15 
sampai 45 tahun.  Gejala-gejala serta kecacatan sosial yang berkaitan dengan penyakit 
kulit bertanggung jawab terhadap lebih dari 44 juta kunjungan pertahun karena keluhan 
dermatologi. Menurut peneliti survei NHANES, lebih dari 1% populasi tak dirawat inap ini 
mengalami kelainan akibat penyakit kulit derajat sedang sampai berat. Sayang sekali, data 
ini dikumpulkan lebih dari 20 tahun yang lalu, dan ada bukti bahwa survei ini kurang 
meyakinkan. Data terbaru yang mencerminkan prevalensi dan norma sosial akibat kelainan 
dewasa ini belum tersedia. 
Disamping perubahan penampilan, Sebagian kecil morbiditas dapat merupakan akibat 
dari gejala-gejala lain yang berkaitan dengan kondisi kulit.  Dua persen dari orang-orang 
yang disurvei melaporkan rasa nyeri atau rasa terbakar yang berkaitan dengan kondisi kulit. 
Empat persen dari orang-orang yang disurvei menunjukkan setidak-tidaknya ada keluhan 
gatal (pruritus) yang berkaitan dengan kondisi mereka, dan sekitar 1% mengeluhkan 
pruritus sedang sampai berat pada saat survei. 
 
MORTALITAS 
Untungnya, masalah kulit memicu  jarang sekali kematian. Tahun 1973, terdapat 
7559 kematian berdasarkan diagnosa  dermatologi, dimana melanoma maligna bertanggung 
jawab pada hampir separuh kematian ini. Angka mortalitas karena melanoma telah 
meningkat, tetapi kenaikan ini jauh lebih lambat dibandingkan  kenaikan dramatis insidens 
    
melanoma maligna, yakni dua kali lipat dalam lebih dari 15 tahun. Secara keseluruhan, angka 
kematian karena penyakit kulit nampaknya makin turun. 
 
UMUR DAN JENIS KELAMIN 
Berbeda dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan kulit yang lebih tinggi bagi kaum 
wanita, patologi kelainan kulit lebih sering ditemukan  pada laki-laki dibandingkan  wanita. 
Prevalensi yang lebih tinggi pada laki-laki disebabkan karena tingginya angka kejadian 
prevalensi dematofita dan tumor kulit yang sangat banyak pada laki-laki. Perbedaan ini 
mungkin berkaitan dengan perbedaan higenitas dan pekerjaan. 
Perubahan prevalensi relatif penyakit kulit sesuai umur dikemukakan dalam gambar 2-
1. Dalam lima tahun pertama kehidupan, eksema paling banyak. Sejak pubertas sampai usia 
pertengahan (setengah baya), penyakit kelenjar sebasea, terutama akne dan dermatofita 
paling banyak. Pada usia setengah baya dan usia tua, dermatofita dan tumor, baik jinak 
maupun ganas paling sering ditemukan . 
 
KEBUTUHAN PELAYANAN AHLI DERMATOLOGI 
Kebutuhan pelayanan dermatologi nampaknya sangat peka terhadap kondisi ekonomi 
maupun insentif. Biaya yang keluar dari kantong memiliki  dampak pada pelayanan rawat 
jalan. Oleh karena itu beban biaya perawatan kulit bukan hanya berdampak pada prevalensi 
kondisi kelainan kulit tetapi juga kemampuan dan biaya perawatan untuk keadaan ini . 
Ahli dermatologi kini melayani hampir separuh kebutuhan perawatan ini , bila 
dibandingkan dengan perawatan yang diberikan oleh dokter lain untuk mengatasi keluhan 
kulit akan sangat tergantung pada beratnya penyakit dan biaya relatif serta kualitas 
perawatan yang ditawarkan oleh dokter dari berbagai spesialisasi. 
Pengalaman dari perencanaan kesehatan yang akan diberikan dalam sistem pengaturan 
perawatan dermatologi menggambarkan strategi-strategi personel alternatif dalam 
memberikan pelayanan. Dalam rencana kesehatan yang akan diberikan, perbandingan dokter 
spesiailis kulit 'full-time’ per 100.000 penduduk bervariasi 1,2 sampai 5,0; sehingga jumlah 
kunjungan per dokter spesialis kulit sesuai dengan perencanaan ini . Beberapa 
perbedaan pemakaian  pelayanan kesehatan mungkin karena perbedaan populasi yang 
dilayani. Faktor-faktor yang mungkin sekali mendukung kondisi ini antara lain, peraturan 
rumah sakit untuk langsung mendapatkan bantuan spesialis, ketersediaan dokter spesialis 
kulit, serta kemauan dokter lain untuk memberikan perawatan dermatologi. 
Jumlah ahli dermatologi terlatih di AS meningkat sangat cepat. Untuk setiap ahli 
dermatologi yang meninggal, sekurang-kurangnya terdapat 3 orang lulusan dari program 
pelatihan. Jumlah ahli dermatologi per kapita AS sekitar 6 kali lebih tinggi dibandingkan  di 
Inggris. Belum jelas apakah jumlah ini optimal atau untuk mendukung kenaikan keluhan 
   
ini . Penilaian mengenai kebutuhan ahli dermatologi di masa depan dan reevaluasi 
mengenai dampak strategi perawatan kedokteran nasional akan kebutuhan pelayanan 
spesialis sesungguhnya, diperlukan jika dermatologi sebagai suatu spesialisasi memenuhi 
kebutuhan serta hambatan-hambatan pada dekade yang akan datang. 
 
BIAYA PERAWATAN DAN PENGOBATAN 
studi di tahun 1979 mengenai berbagai keluhan penyakit kulit. Walaupun biaya rata-rata per 
pasien untuk beberapa penyakit, seperti akne, relatif kecil, tingginya prevalensi penyakit-
penyakit ini  menimbulkan sedikit kenaikkan biaya Terapi baru hanya memiliki  
dampak kecil terhadap kenaikan biaya. Sebagai contoh, fotokemoterapi methoxsalen oral 
(PUVA) lebih hemat biaya bila dibandingkan dengan perawatan individual dengan psoriasis 
yang sangat berat sebelum adanya sarana terapi ini dikembangkan. Ketersediaan yang luas 
prasarana pengobatan ini (seperti pada tahun 1990, lebih dari 750 organisasi kedokteran di 
AS menawarkan terapi ini) berarti bahwa banyak pasien dengan psoriasis yang tidak 
memerlukan perawatan inap kini cukup dengan terapi PUVA dibandingkan dengan yang lebih 
murah tetapi kurang efektif. Sebagai akibatnya, biaya total untuk terapi psoriasis 
meningkat sebagai akibat terapi inovatif ini. Perawatan psoriasis yang lebih baik dengan 
terapi ini bila dibandingkan dengan terapi-terapi sebelumnya jelas membebani biaya ini. 
 

Kunjungan dermatologi seringkali menghasilkan pemberian resep satu atau lebih obat-
obatan. Obat yang sering diresepkan antara lain kortikosteroid topikal, sediaan akne 
topikal, dan tetrasiklin. Secara keseluruhan, ahli dermatologi menuliskan lebih dari 5 juta 
resep per tahun; hal ini menunjukkan kurang dari separuh dari semua resep untuk keluhan 
dermatologi per tahun. 
Diperkirakan lebih dari 3 milyar dollar dipakai  pada tahun 1982 untuk pelayanan 
dokter kulit, perawatan serta obat-obatan untuk penyakit kulit. Sebagai tambahan 500 juta 
dollar diberikan sediaan topikal yang diberikan.  
KONDISI-KONDISI KULIT YANG PALING SERING ditemukan  OLEH AHLI 
DERMATOLOGI 
Lima penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dermatologi adalah akne, 
psoriasis, kanker kulit nonmelanoma, kutil, dan dermatitis. Prevalensi setiap kelainan dan 
biaya perawatan kependudukan dan kebiasaan tetapi juga ketersediaan prasarana untuk 
mengobati keadaan-keadaan ini. 
 
Akne 
Selama masa remaja (aldolesence), akne sering ditemukan . Diantara orang kulit putih 
berusia 17 tahun yang diteliti dalam survei federal sekurang-kurangnya 89% mengalami 
akne. Diantara laki-laki berusia 16-17 tahun yang menderita akne wajah, hampir separuhnya 
memiliki lesi inflamasi luas sedang atau berat. Sekitar sepertiga mengalami lesi sedang dan 
berat. Prevalensi akne juga bervariasi menurut ras. Sebagai contoh, akne nodular kistik 
pada laki-laki kulit putih berusia 15-21 tahun 10 kali lebih sering dibandingkan  laki-laki kulit 
putih hitam dengan usia yang sama. 
Sampai tersedianya asam 13-cis-retinoat, akne merupakan keadaan kronik. Pasien 
dengan lesi inflamasi sedang atau berat, hanya sekitar 35% wanita dan 16% pria yang 
memperlihatkan perbaikan dalam 18 bulan sesudah  lesi-lesi ini. Namun demikian, variasi ini 
selalu berubah sesuai perubahan waktu. Bahkan pada usia 30-an. 6% laki-laki dan 8% wanita 
memiliki  akne fisiologis. Akne yang menetap ini sebagian mungkin berhubungan dengan 
pemakaian  kosmetika dan kontrasepsi oral. Beberapa peneliti merasa bahwa prevalensi 
akne yang tinggi pada orang dewasa ini mungkin juga mencerminkan pemakaian  antibiotika 
yang cukup tinggi, tetapi hal ini disangkal peneliti yang lain. Kunjungan ke dokter karena 
akne lebih sering pada kelompok berpendapatan tinggi. Pada kenyataannya, seperti untuk 
semua konsultasi dermatologi, pemakaian  perawatan medik untuk akne tergantung pada 
tingkat pendapatan, pendidikan dan ketersediaan prasarana. 
Akne, sebagai suatu penyakit yang sering ditemukan , merupakan subyek yang cocok 
untuk analisa pengambilan keputusan analisa efektivitas biaya sebagai cara untuk 
memperkirakan keuntungan, resiko dan biaya strategi terapi alternatif. Analisa keputusan 
memudahkan seseorang membandingkan hasil akhir suatu tindakan alternatif, bila hasil 
tindakan alternatif ini  belum diketahui untuk masa depan, tetapi kemungkinan 
pemakaian  terapi alternatif ini  dapar diperkirakan. Analisis efektivitas biaya 
memberikan suatu cara untuk menghitung hubungan antara biaya tindakan alternatif, hasil 
yang diharapkan (misal, waktu kesembuhan), serta morbiditasnya (misal, presentase pasien 
yang sembuh dari efek samping terapi). 
memakai  analisis ini , dokter dan pasien dapat membuat keputusan penting 
mengenai terapi berdasarkan keinginan mereka untuk mempercepat kesembuhan, efek 
   
samping yang lebih sedikit serta biaya yang lebih murah. Sebagai contoh, analisa efektivitas 
biaya membandingkan dua strategi dalam mengobati akne papulopustulosa sedang. Salah 
satu terapi menekankan terapi awal dengan obat topikal, dan yang lain dengan terapi awal 
antibiotika sistemik. Dalam analisa ini terapi yang menekankan terapi awal antibiotika 
sistemik memperkirakan dapat membersihkan 43% akne dengan cepat dan menurunkan 
biaya 19% bila dibanding terapi awal topikal. Hal yang mengganggu efektivitas ini adalah 
lebih dari 75% mengalami efek samping terapi antibiotika sistemik ini. Bila tekanan ekonomi 
meningkat, kebutuhan pasien dan sepertiga data yang membandingkan biaya, resiko, serta 
keuntungan relatif terapi alternatif pada penyakit kronis yang sering ditemukan  mungkin 
sekali meningkat. 
Kepentingan data epidemiologi untuk menilai prevalensi, beratnya penyakit serta 
kemungkinan respons terhadap terapi dan insidens resiko berat untuk menentukan apakah 
suatu obat dipakai  dengan tepat digambarkan oleh pertentangan mengenai apakah 
isotretinoin dipakai  lebih sering pada pasien wanita. Dengan diketahui bahwa paparan 
isotretinoin in utero disertai dengan resiko malformasi berat pada fetus pertama kali 
berasal dari laporan kasus spontan dan suatu sistem pelaporan reaksi buruknobat untuk 
spesialisasi khusus. Besarnya resiko ini pada bayi yang terkena dan efek spesifik yang 
terjadi karena paparan in utero telah dibuktikan dengan penelitian cermat dari semua kasus 
spontan yang dilaporkan. Walaupun penelitian epidemiologi telah memberikan keterangan 
rinci mengenai asal defek kelahiran yang berkaitan dengan isotretionin dan alasan-alasan 
terjadinya paparan kehamilan, hanya sebuah penelitian prospektif komprehensif yang dapat 
memberikan perkiraan akurat mengenai insidens paparan in utero terhadap  isotertionin 
serta hasil akhir kehamilan yang terpapar. Penelitian prospektif ini dimulai tahun 1989, 
tetapi hasil-hasilnya belum tersedia saat persiapan bab ini pada awal 1991. 
 
Psoriasis 
Prevalensi psoriasis sedikit bervariasi menurut area  geografinya. Negara-negara 
Skandinavia dan Eropa nampaknya memiliki  prevalensi paling tinggi, diperkirakan setinggi 
4% di kepulauan Feroe dan Norway. Di AS, perkiraan prevalensi berkisar 0,5%-1%. 
Prevalensi psoriasis meningkat sesuai umur dan lebih tinggi pada orang kulit putih, 
prevalensi di Afrika dan Asia sedikit lebih rendah dibandingkan  di Amerika Utara dan Eropa. 
Sebagai contoh, di Sri Lanka, prevalensinya diperkirakan kurang dari 0,5%. Seperti 
dikemukakan, faktor genetik maupun lingkungan nampaknya penting dalam terjadinya 
penyakit ini. 
Walaupun artritis yang umumnya berkaitan dengan psoriasis biasanya bertanggung 
jawab terhadap kecacatan yang disebabkan penyakit ini, biaya perawatan proriasis saja 
tidak pernah melebihi 250 juta dollar di AS pada tahun 1979. Sayang sekali, data terbaru 
    
mengenai beban biaya penyakit ini tidak diketahui. Terapi psoriasis memiliki  sedikit 
perbedaan implikasi biaya. Cara yang paling mahal adalah pengobatan rawat inap. 
Diperkirakan bahwa sebanyak 10.000 pasien psoriasis yang dirawat setiap tahun rata-rata 
selama 18 hari dengan total biaya lebih dari 100 juta dollar. Walaupun pengobatan rawat 
jalan dengan radiasi UVB dan radiasi PUVA nampaknya lebih murah dibandingkan  terapi rawat 
inap, perjalanan penyakit yang kronis menghalangi keberhasilan pengobatan ini secara 
finansial. 
Dalam memastikan ketepatan dan efektivitas biaya terapi-terapi baru pada penyakit 
kronis ini, konsekuensi kesehatan jangka panjang tiap pengobatan ini sangat tergantung 
pada frekuensi pemberiannya. Sebagai contoh, cyclosplorin oral sangat efektif dalam 
mengendalikan psoriasis tetapi terapi ini harus kontinyu. Pada tahun 1991, biaya terapi 5 
mg/kgBB/hari pada seorang dengan BB 79 kg sekitar 10.000 dollar per tahun. Bahaya 
jangka panjang pengobatan ini sangat kecil, dan nampaknya paparan yang makin sering 
bersifat karsiogenik, seperti PUVA, UVB ataupun methorexate. Hal ini menggambarkan 
bagaimana keuntungan cepat terapi ini harus diimbangi dengan biaya maupun efek samping 
jangka panjang maupun efek samping lambat karena suatu terapi, untuk menentukan 
ketepatan pengobatan. Kecuali jika tersedia terapi radikal, yakni terapi yang lebih efektif 
dan kurang membahayakan, maka terapi psoriasis sangat tergantung pada beberapa faktor 
antara lain beratnya penyakit, penilaian pengobatan, persepsi pasien mengenai derajat 
kecacatan ataupun kelainan, kesehatan umum pasien, terapi yang dahulu dipakai , kemauan 
untuk menerima resiko jangka panjang yang menyertai berbagai terapi ini  serta 
pertimbangan finansial. 
 
Kanker Kulit Nonmelanoma 
Karsinoma sel basal dan sel skuamosa (kanker kulit nonmelanoma (NMSC)) merupakan 
neoplasma yang paling sering ditemukan pada orang kulit putih. Penelitian berdasarkan 
populasi yang dilengkapi lebih dari satu dekade lalu menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 
500.000 tumor ini setiap tahun. Untunglah, tumor ini tidak mungkin mengakibatkan 
kematian atau kecacatannya kecil. Namun demikian, rasa tidak nyaman, gangguan bentuk 
serta sedikit beban biaya pengobatan medik dapat menyertai pertumbuhan lesi-lesi kulit 
ini. 
Paparan serta kerentanan genetik yang mendasari menentukan resiko individual untuk  
terjadinya NMSC. Telah dibuktikan ada kaitan langsung antara insolasi sinar matahari 
dengan insidensi NMSC. Resiko penyakit ini paling tinggi dengan kulit terbuka dan mereka 
yang kulitnya mudah menjadi coklat atau mudah terbakar (sinar matahari). Tidak 
mengherankan, pekerja di luar rumah beresiko lebih tinggi dari pada pekerja dalam rumah.  
 
Karena insidens NMSC meningkat sesuai pertambahan umur, maka tumor ini makin 
sering ditemukan pada golongan tua. Pola migrasi dewasa dari utara ke selatan dan barat 
daya, terutama pada orang tua, diduga akan menaikkan insidensi. Makin banyaknya kegiatan 
rekreasional paparan sinar matahari mungkin akan meningkatkan angka kejadian tumor. 
Penelitian-penelitian terbaru dalam populasi tertentu skala kecil menunjukkan bahwa 
insidens NMSC sedikit meningkat dalam tahun-tahun mendatang di Amerika Utara. 
Kenaikan dramatis yang menaikkan insidens ini mungkin menunjukkan kenaikkan 
sesungguhnya atau sebenarnya mencerminkan penentuan atau migrasi kasus dengan lebih 
baik. NMSC cukup sering dan merupakan masalah kesehatan yang penting untuk 
meningkatkan upaya pencegahan dan mengoptimalkan efektivitas biaya deteksi dan terapi 
penyakit. Sebenarnya, NMSC sering menjadi subyek penelitian khemo-prevensi. Suatu 
percobaan plasebo-kontrol prospektif acak beta-karotan untuk pencegahan NMSC 
tambahan pada orang dengan riwayat tumor gagal menunjukkan efek menguntungkan dari 
beta-karotan. Evaluasi tambahan mengenai strategi pencegahan alternatif, antara lain 
pemakaian  tabir surya (sunscreen) dan perlindungan sinar matahari sistemik masih perlu 
diteliti. Model matematis berdasarkan data epidemiologis menunjukkan bahwa pemakaian  
tabir surya yang dimulai pada awal kehidupan mungkin sangat efektif tetapi merupakan 
pendekatan yang membutuhkan biaya untuk menurunkan insidens tumor-tumor ini. 
Kebijakan sosial dan lingkungan, maupun kebiasaan individu, dapat mempengaruhi 
insidens NMSC di masa depan. Penipisan ozone karena pelepasan chlorofluorocarbon ke 
atmosfir dari kaleng penyemprot, AC dan mesin pendingin diduga dapat menaikkan jumlah 
radiasi UVB yang mencapat permukaan bumi. Kenaikan ini  dapat meningkatkan 
insidens tumor-tumor ini. 
 
PENYAKIT-PENYAKIT KULIT “OKUPASIONAL” (AKIBAT PEKERJAAN) 
Paparan di tempat kerja dapat mengakibatkan berbagai penyakit kulit. Paparan radiasi 
UVB yang berlebihan memicu  luka bakar (oleh karena sinar matahari, ‘sunburn’) dan 
akhirnya dapat menimbulkan resiko kanker kulit; ‘coal tar’ dan ‘pitch’ bertindak sebagai 
fotosensitisizer maupun karsinogen; bahan kimia dapat memicu  reaksi alergi dan 
iritasi; mikroorganisme kontaminan dapat menginfeksi kulit. Penyakit kulit bertanggung 
jawab pada hampir separuh dari penyakit karena pekerjaan (penyakit okupasional) sehingga 
mengakibatkan klaim asuransi dan sekitar 1% pekerja akan menderita karena kanker kulit 
yang berkaitan dengan pekerjaan setiap tahun. Sebagai tambahan lebih dari 250 juta dollar 
yang dikeluarkan setiap tahun untuk perawatan penyakit kulit karena pekerjaan, penyakit 
kulit okupasional menyusun hampir seperempat dari 890.000 hari kerja hilang karena 
penyakit yang didapatkan ditempat kerja. Sekali dilaporkan adanya penyakit kulit 
   
okupasional berarti rata-rata 11 hari kerja hilang. Hari-hari lain saat terjadi penurunan 
efisiensi jelas akibat perlukaan sedang pada kulit. 
Data dari Finlandia mengenai penyakit kulit karena pekerjaan memberikan informasi 
mengenai penyebab masalah ini  dinegara industri dan polanya selalu berubah. Sejak 
tahun 1978 sampai 1983, eksema kontak bertanggungjawab akan 97% kasus dermatosis 
okupasional. Alergi dan eksema iritan memiliki  frekuensi sebanding. Bila data tahun 
19780-1982 dibandingkan dengan data 1966-1972, kepentingan alergi terhadap bahan-
bahan plastik serta karet semakin meningkat tetapi kepentingan kromium dan terpenting 
sebagai alergen menurun. 
Sistem kerja dan manajemen tempat kerja yang baik dapat sedikit menurunkan 
morbiditas dan hilangnya produktivitas kerja akan keluhan penyakit kulit. Prinsip riset 
epidemiologisnya adalah penelitian yayasan untuk memastikan etiologi bagi penyakit kulit 
karena pekerjaan dan dapat menentukan intervensi-intervensi yang mungkin membantu 
menurunkan bahaya penyakit-penyakit ini. 
 
PERUBAHAN PREVALENSI PENYAKIT DERMATOLOGI 
Mungkin faktor yang paling mungkin merupakan alternatif yang akan menggantikan 
maupun sebagai cara dari penyakit kulit yang sedang tumbuh proporsinya pada populasi usia 
tua pada penelitian kami. Perubahan-perubahan yang tergantung pada usia berdampak baik 
terhadap kulit maupun sistem imune yang mempengaruhi kecurigaan pada usia tua terhadap 
penyakit kulit, dan orang-orang tua di Amerika telah memiliki angka pemakaian untuk segala 
tipe pelayanan medis rawat jalan maupun rawat inap. 
     
PERUBAHAN PREVALENSI PENYAKIT DERMATOLOGI 
Faktor yang paling mungkin merupakan alternatif yang akan menggantikan maupun 
sebagai cara dari penyakit kulit yang sedang tumbuh proporsinya pada populasi usia tua 
pada penelitian kami. Perubahan-perubahan yang tergantung pada usia berdampak baik 
terhadap kulit maupun sistem imune yang mempengaruhi kecurigaan pada usia tua terhadap 
penyakit kulit, dan orang-orang tua di Amerika telah memiliki angka pemakaian untuk segala 
tipe pelayanan medis rawat jalan maupun rawat inap. 
Kapasitas proliferasi epidermis menurun sesuai usia. Walaupun penurunan proliferasi 
bisa menjelaskan kaitan penurunan prevalensi dengan beratnya beberapa penyakit 
hiperproliferatif (seperti ichtiosis lamellar), berkurangnya kecepatan penyembuhan luka 
pada manula menimbulkan resiko perlukaan kulit lebih besar dan menaikkan resiko 
morbiditas karena tindakan bedah. 
Kaum manula juga cenderung memiliki  ambang iritan lebih rendah. Oleh karena itu, 
dengan pertambahan usia, kita dapat menduga bahwa insidens reaksi iritan diantara pekerja 
  
di area  terbuka akan meningkat. Sebaliknya, insidens dermatitis kotak alergi akan 
menurun karena penurunan respons imun yang diperantarai sel (CMI) pada manula. 
Perubahan keadaan imun yang dipengaruhi umur, maupun perubahan kemampuan perbaikan 
kerusakan pada DNA sel epidermis, bisa mempengaruhi kerentanan pasien manula terhadap 
karsinoma kutaneus. Perubahan kebiasaan rekreasional dan tempat tinggal juga 
menimbulkan kenaikan insidens NMSC, sekalipun pada usia pensiun. 
Adanya terapi-terapi baru untuk NMSC menimbulkan masalah masalah mengenai 
pengobatan apakah yang paling tepat bagi suatu kasus serta implikasi terapi-terapi baru 
yang lebih mahal, yang kadang kala nampak lebih efektif, menurun beban biaya perawatan. 
Jelaslah analisa pengambilan keputusan dan analisa efektivitas biaya merupakan tehnik yang 
tepat untuk menghitung perimbangan antara biaya, resiko serta respon yang terkandung 
dalam pemilihan suatu terapi pada tumor. Pada tahun 1991, penelitian-penelitian ini  
masih kurang. Bila tidak ada penelitian ini, pengambilan keputusan klinis penting mengenai 
terapi optimal tergantung pada keinginan dokter atau bersifat coba-coba bukan 
berdasarkan daya obyektif. 
Dalam dekade lalu, tindakan bedah rawat jalan untuk terapi tumor kulit jinak maupun 
ganas sangat meningkat. Hal ini merupakan ajang persaingan antar dokter dari berbagai 
bidang spesialisasi (misal, dokter kulit, dokter bedah plastik, dan dokter bedah umum). 
Disamping berjuta-juta prosedur yang dilakukan setiap tahun oleh dokter, metode untuk 
menentukan tindakan utama perawatan, seperti ketepatan diagnostik dan ketepatan 
perawatan baru berkembang. Tidaklah mengherankan data awal ini menunjukkan sedikit 
perbedaan dalam hal parameter ini tindakan dokter menurut spesialisasinya. 
Karena jumlah penyakit memerlukan bantuan ahli dermatologi relatif sedikit, suatu 
inovasi tunggal, seperti terapi efektif tanpa resep (tindakan) untuk akne, dapat sedikit 
merubah kebutuhan layanan dermatologi. Perubahan-perubahan lain dalam didalam 
masyarakat bisa juga sedikit mengubah prevalensi penyakit-penyakit kulit. Bila ekonomi 
makin bergeser ke otomatisasi industri, maka frekuensi penyakit kulit yang berhubungan 
dengan pekerjaan (okupasional) akan menurun. Perubahan sosial ataupun perilaku dapat 
mempengaruhi frekuensi penyakit dalam populasi manusia.  Sebagai contoh, perubahan arus 
migrasi hampir selalu menimbulkan munculnya insidensi lepra di AS. Perubahan perilaku 
seksual nampaknya berhubungan dengan kenaikan insidensi herpes simpleks tipe 2 yang 
sebenarnya telah terjadi 2 dekade lalu. Perubahan kebiasaan seksual, minimal bertanggung 
jawab terhadap kebiasaan kenaikan insidens sarkoma Kaposi, yang ini nampaknya berkaitan 
dengan AIDS. Penelitian-penelitian epidemiologi sebenarnya menentukan faktor-faktor 
resiko terjangkit AIDS; memperkirakan riwayat alamiah dan insidensinya; pengembangan 
strategi, seperti pemakaian tindakan pencegahan umum yang akhirnya akan menurunkan 
resiko ini . Terapi AIDS maupun terapi immunosupresi baru telah mengubah 
 
pemahaman penyakit infeksius yang mengenai kulit dan mungkin merupakan faktor penting 
terhadap munculnya resiko efek samping kulit terhadap pengobatan dalam populasi ini. 
Jelaslah, penghitungan faktor resiko dari efek samping obat yang dipakai untuk pengobatan 
pasien AIDS dengan lebih baik sangat penting bila dokter ingin mengobati pasien ini secara 
optimal. Informasi ini hanya mungkin diperoleh dengan penelitian epidemiologis yang 
cermat. 
 
TERAPI OPTIMAL BERDASARKAN PENGETAHUAN DEWASA INI 
Sayang sekali, sebagian besar pengetahuan dokter yang menerapi penyakit kulit 
didasarkan pada keputusan dari laporan-laporan kasus, anekdot, ataupun penelitian klinis 
tanpa terikat prinsip-prinsip dasar mengenai pola dan interpretasi dari penelitian-penelitian 
ini . 
Hasil-hasil publikasi dari percobaan klinis dan laporan kasus memberikan dasar 
informasi klinis yang dipakai  oleh dokter dalam menentukan diagnosa  dan terapi pasien. 
Jelas masih ada kelemahan laporan kasus dalam memperhatikan keabsahan serta kelayakan 
umum. Karena hasil positif mungkin lebih banyak dipublikasikan dibandingkan  hasil negatif, hasil-
hasil percobaan klinis menimbulkan bias efek pengobatan yang lebih besar. Oleh karena itu, 
dokter perlu sekali mengevaluasi hasil suatu laporan, mempertimbangkan tingkat metodologi 
penelitian yang dipakai disesuaikan dengan kriteria umum yang diterima untuk pola suatu 
penelitian. Kriteria ini dimuat dalam Tabel 2-3. Sayang sekali, sebagian besar percobaan 
klinis dalam literatur dermatologi, ketaatan terhadap prinsip-prinsip pola penelitian yang 
tepat ini belum diketahui. 
 

Disease of sebaceous glands Dermatofita
Tumors Seborrheic dermatitis
merupakan suatu metode yang lebih sistematis untuk meringkas penelitian-penelitian yang 
memiliki  fokus umum bila dibandingkan artikel tinjauan terdahulu. Meta-analisa sangat 
berguna dalam menggambarkan kesimpulan-kesimpulan pasti dari kumpulan hasil berbagai 
penelitian klinis skala kecil.  
 
PRAKTEK DERMATOLOGI DI MASA DEPAN 
Kemungkinan dampak terbesar dari epidemiologi dan statistik mengenai praktek 
dermatologi akan muncul pada pertengahan 1990-an ketika usulan revisi lengkap dasar 
pembayaran layanan dokter diterapkan. Sistem baru disebut “Resource Based Relative 
Value Scale” (RBRVS), mendasarkan pembayaran menurut waktu yang diberikan bagi 
pelayanan, biaya praktek dan perbandingan antar spesialisasi bertindak sebagai rental antar 
spesialisasi sehingga point-pointnya dapat diperbandingkan. Mungkin sistem ini akan 
menimbulkan sedikit penurunan pemakaian beberapa prosedur dermatologi. Sayang sekali, 
sistem ini kurang mengena untuk mengenali perbedaan keahlian antar spesialisasi ataupun 
kasus campuran. Dengan demikian, dokter spesialis kulit, yang sangat ahli dalam 
mendiagnosa  dan penanganan penyakit kulit serta lebih sering menemukan pasien yang sakit 
berat mungkin tidak menerima kompensasi memadai untuk layanan yang mereka lakukan 
dengan lebih efisien dan mantap. 
 

Kemajuan biomedikal pada 2 dekade terakhir telah membawa penyakit psikokutan dari 
hal-hal yang anekdot, spekulasi dan tahyul menjadi suatu ilmu/bidang yang lebih dimengerti 
secara imtelektual dan lebih memuaskan. 
Reaksi psikofisiologi spesifik sekarang dapat dianggap dalam bentuk transmiter kimia 
spesifik dan reseptornya serta hanya sedikit kepentingan riset dan dana yang cukup dalam 
usaha-usaha kepentingan-kepentingan yang reproduktif. Pengumpulan pengobatan yang logis 
dan dapat dijelaskan dengan (menemukan caranya) mengarah kepada kepustakaan 
dermatologi dan pemakaian  dalam bidang klinik secara praktik sehari-hari. 
 
 Perkembangan Penting dari Persepsi Fungsi Kulit 
Pengalaman dermatologi pada awalnya berupa efek yang telah dicapai jauh pada 
perkembangan pertumbuhan fisik dan emosional dan selanjutnya predisposisi kearah 
ekspresi somatik dari kelelahan emosional. 
Kulit adalah jalur komunikasi antara bayi dengan karakter awalnya melalui kecemasan 
yang dapat diatur (dimodulasi). Jika modulasi tidak efektif diatasi sebelum usia saat mulai 
berbicara, kemampuan untuk mengekspresi kecemasan melalui mimpi fantasi dan bermain 
terhambat, dan ekspresi ini  akan melalui lintasan fisiologi, hal ini memicu  
kecenderungan individu ini  kearah somatik. 
    
area  kortek sensorik yang mewakili bebagai bagian badan adalah plastik, berbagai 
keadaan yang parallel dengan perbedaan derajat stimulasi rabaan. Pengaruh persepsi kulit 
taktil ini terhadap perkembangan kemampuan keterampilan secara keseluruhan melalui 
stimulasi kulit normal/abnormal menimbulkan pertanyaan yang masih perlu dijelaskan. 
Persepsi kulit dari lingkungan dan dari perkiraan diri sendiri antara 1-4 tahun 
merupakan pola persepsi badan yang menonjol. Jika lingkungan emosional tak menyenangkan, 
persepsi badan ini mungkin tidak stabil/terpecah. Individu ini  mungkin selanjutnya 
menjadi kurban kekhawatiran obsesi tentang dilusi. Pecahnya kepribadian/keutuhan diri dan 
tidak jelasnya batas diri mungkin akibat dari keagalan empati terhadap bagian karakter 
awal selama usia tahun kedua. Individu ini  dapat menderita penyakit taktisial untuk 
mendapatkan eksistensinya dan untuk membuat jelas batas diri ini , gejala-gejala 
psikofisiologi dapat terjadi unntuk mempertahankan ketergantungan, karena ketertutupan 
emosional tidak tertoleransi. 
Kepercayaan diri yang positif dan kuat akan didapat bila karakter awal berespon 
positif dan empatik terhadap kelakuan kelakuan/tingkah laku bayi; respon ini  
memicu  bayi ini  merasa berharga. Individu-individu yang kurang 
senang/bahagia, kepercayaan dirinya jelek dan dapat menjadi depresi sebagai kelainan 
dasarnya meliputi kelainan-kelainan yang cenderung nyeri, pruritus idiopatik, obsesi 
konvulasi dan dermatosis-dermatosis, inflamasi seperti psoriasis eksema. 
 
MEKANISME INTERAKSI PSIKOFISIOLOGIK 
Penyakit akan timbul bila stress, apakah stress fisik, emosional, atau lingkungan, pada 
individu-individu yang mengalaminya dan mengatasi dengan mekanisme pertahanan yang 
dapat dilakukan individu ini . Sikap yang diperlukan berkembang mempengaruhi hasil 
upaya mengatasi stress; sikap yang lebih diadaptasi lebih menguntungkan kesehatan. 
Stress-stress yang dapat diatasi adalah kurang patogen dibandingkan  stress-stress yang tak 
dapat diatasi. 
Tiga bentuk yang terlibat dalam transduksi pengalaman emosional kedalam reaksi 
fisik: 
1) Cara interaksi yang idiosinkrasi tetapi bervariasi antara respon stress dari “sympatic-
adrenomedullary” dan respon stress dari “hypofiseal-adrenocortical” 
2) Pengetahuan imun yang disebabkan stress 
3) Neuropeptida 
  
Hubungan pasien-dokter 
Hubungan: 
Dalam dermatologi dimana individu sering berhubungan singkat saja. Hubungan dari 
pasien mungkin bukan merupakan suatu cara pengobatan. Setiap pasangan membawa 
harapan-harapan pada pertemuan dan sering menyangka bahwa hubungan ini  mungkin 
tidak disadari. Reaksi-reaksi ini  adalah cara awal interaksi dengan karakter utama; 
dengan bergabung mereka menjadi spontan dan merupakan bagian dari sikap masing-masing 
individu. Meskipun umumnya dipegaruhi oleh pengalaman hidup dan kematangan, sikap 
reaktif spontan ini dapat muncul pada pasien/dokter saat stress. Seseorang harus selalu 
ingat hal ini  dan mengatasi reaksi perasaan dirinya sendiri sementara pada waktu 
yang sama ikut merasakan apa yang dialami pasiennya. Kelakuan/tingkah laku dokter harus 
obyektif dan tepat terhadap situasi kulit saat itu, tidak melupakan hal-hal yang lalu. 
Komunikasi langsung, jujur, empatik dan respek akan membawa pasien langsung 
sehingga memicu  pasien merasa lebih enak. Bila perasaan negatif atau kekurang 
percayaan terdeteksi, mereka harus diarahkan langsung dan tidak dibiarkan hal ini  
berkembang. Ketergantungan harus disadari, bantuaan beban, tingkah laku manipulasi harus 
disadari; tingkah laku ini  harus dibicarakan secara terbuka tetapi dengan perasaan. 
 
Membuat rujukan psikiatrik 
Pasien-pasien yang datang pada ahli penyakit kulit sering tidak siap secara emosi 
untuk dirujuk ke psikiatri dan disiapkan untuk itu, sehingga rujukan tidak dianggap sebagai 
penolakan atau stigma/cacat. 
sesudah  laporan dibuat segera pasien diberi pengertian pelan-pelan tentang perlunya 
bantuan lebih lanjut dan secara lisan membuat kesadaran ini  sebagai bagian dibandingkan  
pengalaman dibidang penyakit kulit, menyadari cara yang gejala-gejalanya mengganggu 
aktifitasnya dan hubungan antar manusia; dan memperbaiki sendiri ketidakpuasan, frustasi 
dan penderitaan emosional yang telah dialami. Dan ini kemudian akan terbukti oleh pasien 
ini  bahwa konsultasi psikiatrik merupakan langkah logis selanjutnya. 
 
Obat-obat psikotropik dalam dermatologi 
Obat-obat psikotropik satu diantaranya menguatkan atau memblok neurotransmiter. 
Neurotransmiter-neurotransmiter dihubungkan dengan jalur neural spesifik, dan sindroma-
sindroma spesifik dengan neurotransmiter spesifik. Fenomena ini memungkinkan obat-obat 
yang efektif terhadap perkembangan terapi sindroma-sindroma spesifik melalui efeknya 
pada neurotransmitter yang relevan. 
  
Tiga klas obat psikotropik yang telah dipakai dalam Dermatologi 
1) Antidepresan, ini untuk mengeblok masuknya kembali sinaptik norepinefrin dan 
serotonin, neurotransmitter yang berhubungan dengan pengaturan afek. 
2) Antipsikotik, ini untuk mengeblok masuknya kembali sinaptik dopamine, transmitter yang 
berkaitan dengan tingkah laku emosional, koordinasi motor dan pelepasan hormone 
hipofisitropik. 
3) Tranquilizer, ini mengikat reseptor-reseptor gama amino butyric acid yang merupakan 
penghambat transmiter yang utama. 
 
ANTIDEPRESAN 
Dibagi dalam 3 grup; trisiklik, atipik, atau nontrisiklik anti depresan dan monoamine 
oksidase (MAO) inhibitor. MAO inhibitor meningkatkan jumlah pemakaian  nor epenefrin 
dan serotonin melalui hambatan enzim-enzim degradasi trisiklik antidepresan. Derajat 
trisiklik bervariasi untuk memproduksi sedasi, efek antikholinergik dan “blokade prefential 
uptake” dari epinefrin dan serotonin. Juga memiliki  potensi sebagai antihistamin. 
Doxepin, antihistamin yang sangat kuat akan dipakai sebagai prototipe. 
Trisiklik Antidepressan Trisiklik berbeda dalam tingkatan bagi mereka yang 
memicu  sediasi, efek antikholinergik, dan blokade yang sering dialami reuptake 
norepineprin maupun serotonin. Mereka juga memiliki potensi antihistamin. Doksepin, 
antihistamin yang paling kuat, akan dipakai  sebagai prototip. 
 
Aturan dosis.  
Dosis antipruritik. 
Sebagai antihistamin, doksepin adalah 800 kali lebih poten dibandingkan  difenhidramin. 
Tidak seperti efek anti depresan, efek antipruritusnya sedang. Dosis antara 10-25 mg 
sekali pada waktu tidur sampai 10 mg 3x sehari atau 10 mg pagi dan 25-50 mg waktu tidur. 
Krem topikal 5% juga dilaporkan efektif sebagai antipruritus. 
 
Dosis antidepresan 
Terapi dimulai dengan dosis terbagi, bertahap ditingkatkan sampai tingkat yang 
diinginkan, kemudian diubah menjadi dosis tunggal waktu tidur untuk mengurangi efek 
samping yang kurang menyenangkan. Dosis 50 mg 3x sehari dapat ditingkatkan bertahap 
sampai dosis total 150-200 mg selama 1-2 minggu, kemudian diubah menjadi sekali pada 
waktu tidur sebagai dosis yang dapat ditoleransi. Pasien yang agak tua hanya memerlukan 
50% dari dosis dewasa.  Jika satu obat tidak efektif dalam 3 minggu, dan diganti dengan 
obat lain dari kelas yang sama, Jika efek teraputik tercapai, dosis pemeliharaan 50-75% 
   
dari dosis teraputik sehari mungkin adekuat, Percobaan penghentian tiba-tiba mungkin 
memicu  sakit kepala atau mual. 
Diperlukan perhatian bila memberikan obat pada anak-anak, sebab pernah dilaporkan 
adanya kematian mendadak. 
 
Obat-obat untuk gejala obsesif-kompulsif 
Serotonin adalah neurotransmitter yang dikaitkan dengan gejala obsesif kompulsif. 
Jika obat-obatan dipakai , akan dipilih anti depresan dengan aksi selektif pada reuptake 
serotonin, contohnya klomigramin, dosis untuk efek antidepresan. 
Efek samping, diperlukan 2-3mg untuk mencapai aksi teraputik, mengantuk dan efek 
anti kholinergik mungkin menjadi masalah pada awalnya tapi membaik sesuai dengan 
bertambahnya waktu. Fotosensitivitas dan kebutuhan karbohidrat dengan peningkatan 
berat badan jarang terjadi. Efek samping kardiovaskuler jarang terjadi tetapi lebih 
berbahaya, ini termasuk postural hipertensi dan perpanjangan interval QT. Pemeriksaan 
fisik dianjurkan sebelum rangkaian antidepresan; ini meliputi tekanan darah posisi duduk 
dan tidur, EKG dan jumlah darah lengkap. Tergantung umur penyakit jantung EKG dilakukan 
tiap 6 minggu pada 6 bulan pertama. Resikonya jelas terutama pada dosis tinggi pada 
orangtua, riwayat penyakit jantung, atau mereka yang memakai  obat lain yang 
mempengaruhi konduksi jantung. 
 
ANTIDEPRESAN ATIPIKAL (NONTRISIKLIK) 
Diantaranya, fluoxetine (Prozac) sangat berguna, obat ini secara struktural unik, 
merupakan inhibitor selektif pada uptake serotonin terutama tanpa pengaruh pada 
norepinefrin. Oleh karena itu mungkin dipilih untuk terapi obsesi atau kompulsi. Absorbsi 
tidak dipengaruhi oleh makanan, tetapi oleh karena waktu paruhnya yang panjang, 
konsentrasi dalam plasma tidak lebih dari 6 minggu. 
Fluoxetin memiliki  kelebihan dari trisiklik: Dia menghasilkan sedasi minimal dan 
mungkin agak mengurangi rangsangan nafsu makan; tidak ada efek samping kardiovaskuler 
dan ditoleransi dengan baik oleh pasien-pasien geriatrik. Mungkin terjadi ansietas, 
insomnia, headache, gelisah, dan kadang sangat lelah. Laporan akhir-akhir ini mengenai 
keganasan yang reversible dangan gangguan pikiran yang merugikan pada sekelompok pasien 
yang sakit berat tidak dapat disingkirkan; pasien-pasien ini mendapat dosis yang tinggi; 
mereka juga mengeluh lelah, hypersomnia dan gelisah. Pasien juga dianjurkan untuk 
memanggil dokter bila mengalami terapi yang tidak menyenangkan. Fenoxetin diberikan 
pada pagi hari untuk menghindari insomnia. Dosis awal 20 mg dapat dinaikkan 40 mg 
selanjutnya 20 mg kapsul tengah hari, sesudah  2-3 minggu, jika respon tidak adekuat. 
   
Dibiarkan 6 minggu sebelum obat ini diputuskan tidak efektif. Waktu paruh yang panjang 
memberikan obat tanpa tepering sesudah  6 bulan bebas gejala. 
 
ANTIPSIKOTIK 
Dopamin adalah neurotransmitter yang dikaitkan dengan gejala psikotik seperti 
kepercayaan akan dilusi dan persepsi dan halusinasi. Dalam dermatologi fenomena ini 
ditemukan  pada beberapa macam manifestasi dari psikosis monosimtomatis, hipokondria, 
kepercayaan dilusi terhadap perubahan struktur kulit dan diatesi halusinasi. Kapasitas yang 
lebih luas dari obat untuk memblok dopamine lebih kuat dari obat-obat uang memiliki  
efek antipsikotik. 
Pimozide (Orap), suatu definilbutil piparidin adalah suatu obat antipsikotik dosis 
rendah yang memiliki  potensi untuk memblok reseptor dopamine dan opiat. Selain 
memblok nyeri secara endogen opiat juga menambah sensasi gatal. Karena kapasitasnya 
untuk memblok gatal sehingga membuat pimozide efektif pada pengobatan diastasis 
kutaneus dan dilusi. 
 
ATURAN DOSIS,  
Dosis 2 mg pagi dinaikkan dengan penambahan 2 mg tiap 1-2 minggu sampai maksimum 
8 atau 10 mg sampai terjadi perbaikan; ini biasanya beberapa hari sampai 2 minggu. 
Meskipun demikian diperlukan beberapa bulan untuk mendapat efek maksimal. Beberapa 
pasien dikontrol dengan 1-2 mg perhari, meskipun rata-rata perhari berkisar 4-6 mg/hari, 
kemudian dihentikan secara bertahap sesudah  6 bulan bebas gejala. 
 
EFEK SAMPING.  
Seperti obat-obatan antispikotik lain, pimozide mungkin menghasilkan beberapa efek 
antikolinergik. Blokade dopamine pada ganglion basalis mungkin memicu  sindroma 
ekstrapiramidal, khas ditandai dengan ekspresi wajah yang datar, cara berjalan kaku, badan 
dan ekstremitas kaku salivasi, dan tremor “pill-rolling”, ini biasanya hanya 3-4 minggu dan 
berespon terhadap Bensotropin myselate (Cogentin) 0,5-1 mg 3x/hari. Blokade alfa 
adrenergik konkomitan mungkin memicu  hipotensi postural. Walaupun penulis sadar 
tidak pernah ada laporan diskenesis “tardive” dalam literatur dermatologi, (kemungkinan 
disebabkan pemberian dosis yang rendah). Secara teoritis ini dapat terjadi, tampak 
beberapa korelasi antara insiden dan dosis total obat antipsikotik sepanjang waktu. Pada 
awalnya reversibel, saat ini tampak bahwa jika diagnosa  dibuat secara dini dan antipsikotik 
dihentikan segera, perbaikan lambat dapat diantisipasi pada lebih 87% kasus. Sindrom ini 
prevalensinya lebih banyak pada wanita, usia tua, dan bersama-sama dengan penyakit lain 
  
secara medis, khas ditandai dengan gerakan mulut yang abnormal, dan gerakan khoreiform 
dari badan dan ekstremitas. 
         Meskipun pimizide merupakan penghambat penyaluran kalsium. Satu studi pada 40 
pasien hanya menunjukkan pemanjangan dari QT interval pada EKG; perubahan gelombang T 
nonspesifik juga pernah dilaporkan. Polifarmasi dengan obat-obat yang memperpanjang QT 
interval akan dihindari. Meskipun dipakai  dosis yang sangat kecil, EKG diulang tiap minggu 
pada bulan pertama atau 6 minggu, harus hati-hati bila memakai  pimozide. 
 
TRANQUILIZER (ANGIOLITIK) 
Sebagian besar tranquilizer yang dipakai akhir-akhir ini adalah bensodiazepin, kasiat 
antisolitik berkaitan dengan afinitas obat-obat ini untuk reseptor bensodiazepin dalam 
otak. Mereka bekerja melalui peningkatan aktifitas penghambatan neurotransmitter gama 
aminobutiricacid. Tempat tranquilizer untuk dermatologi terbatas dan obat-obat ini paling 
bagus dipakai  unutk ansietas situasional episodik atau ansietas yang diikuti sakit fisik. 
Semua bensoziadepin berbentuk biasa, dan kronitsitas dari kebanyakan kondisi kulit 
yang ditimbulkan untuk ansietas membuat resiko ini nyata. Selanjutnya tidak semua tipe 
ansietas paling baik diterapi dengan obat ini . Contohnya komponen fisiologis dari 
ansietas, seperti takikardis, disines, tremor, berkeringat banyak, mulut kering dsb, lebih 
baik diterapi dengan beta bloker seperti propranolol. Sedangkan ansietas fobik, ansietas 
yang berhubungan dengan stress post traumatis, dan ansietas yang merupakan suatu bentuk 
kelaianan yang merupakan depresi primer lebih baik diterapi denga trisiklik anti depresan. 
 
pemakaian  CARA LAIN 
Cara nonkimia patut diteliti lebih luas, keuntungan yang diperoleh pasien, tidak harus 
mengeluarkan biaya dalam jangka panjang dan psikologi serta fisik. 
 
PSIKOTERAPI 
Meskipun keuntungan dari terapi obat selalu ditambah bersama psikoterapi, terdapat 
beberapa pasien yang berespon terhadap psikoterapi saja, pilihan cara tergantung pada 
kecurigaan dokter dan tingkat psikopatologi. Sayangnya ini sulit untuk tidak dianjurkan 
mengobati jalannya antara telapak kaki yang ditandai dengan bermacam-macam “heterodoks 
un orthodoxies” dan kepastian terhadap suatu rujukan akan menguntungkan pasien. Ini 
untuk menarik dokter agar bersifat familier dengan dasar-dasar psikologi dan teori 
psikiatrik serta untuk mengembangkan hubungan kerja dengan pemberi terapi dengan 
orang-orang yang memiliki  pandangan bersama dapat dibagi. 
Praktisioner dari latar belakang yang tak sejenis sebagai pekerja sosial, teologi dan 
edukasi, sebagaimana psikologi dan psikiatri, dapat mereka rencanakan sendiri sebagai 
  
pemberi terapi. Dan sayangnya tidak semua diberi “label terapi” benar-benar terapetik. 
Semua terapi legitimasi pada umumnya mereka mencoba struktur yang aman dimana pasien 
dapat menggali perasaan dan aksi dalam mengontrol arah tanpa menyangkut konsekuensi 
norma dari perasaan dan aksi. Seperti terapi dapat secara luas diklasifikasikan sebagai 
supportif, ekspresif, tingkagh laku, “insight oriented”, meskipun dalam praktek terdapat 
overlapping. 
 
PSIKOTERAPI SUPORTIF 
Pasien dengan patologi berat, seperti dilusi, halusniasi, atau penyakit faktisial pada 
umumnya secara psikologi fragil. Mereka memiliki  resiko dekompensasi dibawah stress, 
dengan kemungkinan 3 terapi ulang yang teratur lebih luas, dari kenyataan ini mungkin mulai 
terhadap lingkungan yang lebih besar maladaptasi. Untuk pasien ini terapetik merupakan 
satu dorongan kekuatan pasien, menyokong pertahaan pasien dan mensahkan perasaannya 
untuk mengurangi perasaan isolasi dan kerenggangan hubungan, ini akan membantu pasien 
untuk mendapat pilihan untuk menyeusaikan diri dan mendapatkan kemandirian pada saat 
yang sama. 
 
PSIKOTERAPI EKSPRESIF 
Terapi ekspresif tergantung pada perbaikan kecakapan dan ekspresi emosional. 
Fokusnya superfisial, interpersonal lebih baik dibandingkan  intrapsikik, dan problem-problem 
disampaikan pada tingkat kesadaran. Situasi mungkin dicari untuk keadaan spesifik; 
prosesnya mungkin tergantung pada ventilasi atau “abraction” untuk membebaskan dari 
kecemasan atau terapis dipertemukan untuk membesarkan ataupun memperdalam 
pengertian, jadi memungkinkan pasien untuk mengalami emosinya secara logis. 
 
TERAPI BEHAVIORAL 
Terapi behavioral meliputi aplikasi dari prinsip belajar untuk analisis dan pengobatan 
kelainan tingkah laku, ini difokuskan pada pola yang dapat dilihat dari tingkah laku yang 
agak menurunkan status mental dan pembinaannya. sesudah  analisa hati-hati dan lengkap 
dari respon adaptif yang merupakan kelainan, satu dari program terapi yang berbeda 
direncanakan. Masing-masing program termasuk satu kombinasi tingkat relaksasi otot yang 
dalam bersama dengan satu metode untuk mengurangi keadaan cemas serta progresif, 
seperti desensitisasi sistemik, “floading”, atau bala bantuan positif. Dalam dermatologi 
terapi behavior telah dipakai terutama dalam terapi obsesif-kompulsif dan garukan. 
 
TERAPI KOGNITIF 
Terapi kognitif berdasarkan pada asumsi bahwa keseimbangan psikologi sering timbul 
pada kesalahan dalam spesifik habitual dalam berpikir dan keadaan orang menafsirkan dan 
mengerti seperti keadaan-keadaan yang menentukan dan mengubah bagaimana dia berpikir 
dan berperan. Terapi berisi elemen-elemen dari behavior terapi, kemudian direncanakan 
untuk membantu pasien mempersempit area problem, menginterpretasikan lebih realistis 
dan berlatih lebih adaptif dan berespon terhadap orientasi nyata melalui medium tugas 
pekerjaan rumah. Tipe terapi ini pendek, pendekatan orientasi problem yang mungkin 
menolong pasien yang cukup utuh secara psikologi untuk mengerjakan pekerjaan antara dua 
session. Meskipun ini tidak mempengaruhi struktur personalitas atau efek perubahan 
intrapsikik. Terapi kognitif telah efektif yang terapinya meningkatkan fungsi individual 
secara relatif dengan tipe situasi cemas, depresi, dan pengertian kronik yang pasti. 
 
Insight -oriented atau psikoterapi dinamik 
Berlawanan terhadap terapi diatas, psikodinamik atau “insight oriented 
psychotherapy” berpusat pada elemen-elemen intra psikis yang dapat diikuti kembali 
kemasa anak-anak, dapat memfokuskan pada tingkah laku maladaptif eksternal bahwa 
berdasarkan kegagalan transaksi interpersonal elemen-elemen intra psikis ini berlanjut 
pada jalannya atau kerjanya sebagai kesalahan adaptasi kekuatas motivasi bawah sadar 
dalam kulit saat ini. Tidak terpecahkan konflik bawah sadar menimbulkan kecemasan bahwa 
gerakan tingkah laku direncanakan untuk meringankan. Yang termasuk “Insight oriented 
psychotherapy” antara lain psiko analisis, bukan merupakan problem orientasi tetapi 
merupakan perbaikan kepribadian melalui perubahan intrapsikis. Distorsi dari persepsi 
dikoreksi, dan akibat atau hasil perbaikan fungsi dan peningkatan nilai hidup mengurangi 
stress intrapsikis dan memicu  penanganan yang lebih baik terhadap stress lingkungan. 
Karena selama terapi ini memicu  regresi psikologikal dan kerusakan struktur 
pertahanan yang mengadaptasi, indikasi mereka pada individu yang memiliki  kekuatan 
yang adekuat untuk mempertahankannya, individu-individu ini harus memiliki  keyakinan 
pada realitas suatu kemampuan untuk memahami. Satu tingkat fleksibilitas, toleransi pada 
frustasi dan kontrol terhadap rangsangan-rangsangan. Dalam dermatologi, cara ini 
ditujukan pada terapi gejala-gejala obsesif kompulsif, keadaan gejala depresi dan beberapa 
dermatosis yang dicetuskan oleh kecemasan. Mereka juga bermanfaat pada pasien dengan 
kelainan kepribadian seperti dermatosis artefakta, meskipun terapi ini pada pasien seperti 
ini perlu waktu lama dan sulit. 
Tergantung dari sekolah mana ahli mengobati berbeda secara bermakna pada 
efektifitas mereka, beberapa diantaranya secara konsisten menghasilkan hasil yang lebih 
baik dibandingkan  yang lain. 
   
CARA LAIN 
Hipnosis 
Dalam hipnoterapi pasien dimasukkan dalam stadium relaksasi yang dalam dimana dia 
menerima suatu sugesti dan pengaruh orang yang menerapi. Sejarahnya, hipnosis merupakan 
suatu cara eksperiman dari bermacam-macam penelitian psikosomatik awal, misalnya respon 
hipersensitivitas tipe cepat dapat ditekan untuk hipnosis dan respon seluler diatur. 
Hipnoterapi telah dipakai  untuk terapi pruritus, veruka, dan trikotilomaniaterapi hasilnya 
sulit dievaluasi dan sugesti hipnotik hilang efeknya dengan berlalunya waktu. 
 
Biofeedback 
Melalui cara ini dilatih secara sadar membuat perubahan dalam keadaan fisiknya pada 
respon terhadap timbal balik visual atau audio yang diberikan untuk instrumen bioelektrik. 
Tehnik relaksasi merupakan bagian yang perlu dari latihan ini  dan usaha mengatur 
diri sendiri hal-hal seperti kecemasan dan komponen psikologinya, berkeringat, respon 
vaskuler dan gatal dapat dilakukan. Keberhasilan telah dilaporkan 70% pada pengobatan 
fenomena raynaud’s. Biofeedback ini telah dipakai  pada hiperhidrosis, pruritus, dan aksi 
kompulsifkutan misal pada trikotilomania. 
 
Kelompok Pendukung 
Kelompok pendukung masuk diantara pasien-pasien terdapat sejumlah format yang 
berbeda, kelompok ini  mungkin “open” (terbuka) dianjurkan hadir untuk setiap pesta 
yang menarik dan bila mereka senang atau terbatas hanya untuk orang-orang tertentu saja, 
mereka mungkin “open-minded” terus menerus berlanjut berdasarkan pada suatu dasar 
kelanjutan atau terbatas pada acara-acara tertentu saja, mereka mungkin juga secara 
mudah untuk dukungan sosial dan emosional atau mereka memiliki  tujuan pengobatan 
tertentu, dibawah pengawasan pimpinan atau fasilitator, kelompok tertutup terhadap 6-7 
partisipan bertemu tiap minggu, untuk kemungkinan 10 acara yang setiap acara 1 setengah 
jam, sehingga memberanikan keakraban kelompok dan beberapa efek terapentik. Kelompok 
terbuka dengan suatu jadwal “open-endeed” dan mungkin bertemu setiap bulan, sehingga 
membuat partisipan merasa diterima dan merasa kurang terisolasi, mereka memberikan 
dukungan emosional seperti forum untuk edukasi tentang penyakit tertentu dan pertukaran 
tehnik-tehnik mengatasi diantara pasien-pasien. Tetapi kelompok demikian kurang 
kekakrabannya dan kurang memenuhi tujuan psikoterapi. Kelompok-kelompok digabungkan 
bersama satu dokter (terapist) dan pasien telah bertemu dengan beberapa hasil yang 
dicapai. Saat ini terdapat kelompok-kelompok pendukung untuk beberapa luad antara lain 
iktiosis, alopesiaareata, psoriasis dan ektiema. 
 
  

GANGGUAN PSIKIATRIK YANG MUNCUL PADA KULIT 
Delusi dan Halusinasi 
Fenomena ini bila konsisten dan terus menerus merupakan patognomanik dari psikosis. 
Isi pikiran mungkin penuh dengan serangga, kutu atau cacing-cacing atau mungkin kesalahan 
persepsi dari gangguang struktur atau fungsi kulit. Timbulnya tanpa rangsangan dari luar, 
kepercayaan ini  sangat kuat dipegang oleh pasien dengan berbagai alasan. Evaluasi 
dan terapi adalah satu bentuk (uniform) menghilangkan isi pikiran, terapi efekti 
memerlukan diagnosa  psikiatrik yang akurat. Tabel 3-2 daftar kelainan-kelainan medik 
psikiatrik yang mungkin ada dengan suatu investasi penuh dengan paraasit. 
 
Delusi Parasitosis (Ekbom’s Disease) 
Aspek-aspek sejarah. Pertama diuraikan oleh Thieberge tahun 1984. Ekbom 
menemukan sindroma dan menamakan dengan nama itu. Sumbangan penting oleh Skott dan 
Lyell telah menerangkan “delusional nature” dan epidemiologi, sedang Munro dan yang lain 
menjelaskan etiologi. 
  
Epidemiologi 
Keadaan ini jarang, Lyell membandingkan ratio pria terhadap wanita 1:1 dibawah 50 
tahun, dan 1:3 diatas 50 tahun, rasio rata-rata 1:2. Meskipun awalnya mungkin pada usia 
sesudah  adolesens, insiden tertinggi antara 50-80 tahun, dengan puncak pada akhir 60 an. 
Etiologi dan Patogenesis 
Pruritus atau paraestesi yang berasal dari lingkungan atau somatic, contoh xeros 
senilis, elektrisitas static, penyakit-penyakit sistemik atau  suatu terapi terdahulu atau 
sebelumnya, mungkin mengarah pada status delusioal yang berkepanjangan. Isolasi sosial, 
visual, atau perbaikan auditori dan stress psikososial saat itu mungkin merupakan faktor-
faktor yang mempengaruhi. Bayangkan relative mungkin mengikuti kepercayaan delusional 
pasien dalam suatu “folie a deus” 
Manifestasi Klinis 
Kecemasan dan “pre occupation” yang pelik dengan kepercayaan delusi yang meonjol. 
Pasien sulit untuk melaksanakan dan ragu atau takut mengatakan secara detail morfologi, 
“life cycle” dan kebiasaan khas dari parasite pribadinya dan tahap-tahap “Herculian” 
diberikan untuk menghilangkkanya dari diri mereka. Banyak “Specimens” terdiri dari debris, 
lint, atau bagian-bagian dari serangga terbang yang dikemukakan dan banyak dokter, 
entomologists dan “pest Control Companies” terdahulu dicemooh. Secara khas, perabot dan 
pakaian yang dikurangi sehingga sedikit mungkin pergantian tempat tinggal, dan keluarga 
serta teman-teman jauh dari kontaminasi. Suatu logika internal menunjukkan uraian 
terperinci dan dibuat tahapan-tahapan. 
Disamping keputusasaan dan frustasi, “Paranoid Rage” dirahasiakan sedikit, proyeksi pada 
parasite-parasit eksternal dan agresi internal dan dosa atau kesalahan yang mendasari 
kepercayaan delusional. 
Penyelidikan pada kepribadian premorbid mungkin memperlihatkan kecemasan kronik dan 
paranoid, schizoid, atau sifat obsesional. Lesi kulit seperti ekskoriasi, papula yang tergaruk 
atau bekas garukan mungkin tampak atau tidak; tetapi dermatitis iritan sekunder terhadap 
kaustik, abrasive dan insektisida yang telah dipakai  pasien sering ditemukan. 
 
LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN KHUSUS 
“Specimen” haurs diperiksa secara mikroskopis dan penelitian dapat dilihat pada table 
3-2. Garukan pada skebies atau biopsy mungking jarang diperlukan. Semua akan negatif. 
PATOLOGI. Lesi-lesi, bila tampak tidak spesifik. 
diagnosa  DAN diagnosa  BANDING. 
Gambaran klinis tidak ada kelainan, yaitu dengan gejala hipokondriasis dengan dilusi 
yang berbatas tegas (lihat tabel 3-2) dan fungsi pada umumnya baik dalam aspek kehidupan 
mereka, meskipun pada pasien skizofrenik dilusi parasitic merupakan bagian dari suatu 
kompleks dan kelainan yang menjalan dari pikiran atau persepsi. Dysporic atau sindroma 
bipolar dilakukan diagnosa  melalui Riwayat terapi, gambaran klinik. Pada pasien obsesional, 
intensitas ketidakgoncangan kepercayaan adalah tidak cukup dan kehidupan pasien, jangan 
pikiran konsumsinya hilang total. 
 

 
Terapi  
Penderitaan yang amat sangat dan beban hidup, meskipun demikian, jelas keyakinan 
pasien bahwa merupakan psikiatrik tetap ditolak untuk mengulang penelitian hanya 
menentukan kesalaham kepercayaan lebih jelas. Pasien dalam penyelidikandan sebenarnya 
percaya apa yang dilaporkan , pertamuan terapetik akan diakhir jika dokter dapat empati 
   
dan mensyahkan pengalaman yang menyakitkan ini . Bertentangan dengan isi delusi 
yang “Counter Productive”, isu ini akan dikesampingkan, sering kunjungan singkat diatur 
untuk dorongan dan penemuan jalan yang bijaksana sehingga pasien menerima suatu resep 
untuk pengobatan. Terapi topikal simtomatik, karena gejala ini mencerminkan psikosis dan 
karena gejala psikotik hubungan reseptor dopamine, obat yang wajar akan menghentikannya. 
Pimozide adalah obat pilihan dan mungkin karena jumlah kapasitas untuk menghentikan 
reseptor-reseptor opioid dan menjadi sensai gatal. Haloperidal mungkin juga efektif. Suatu 
antidepresan mungkin diresepkan, sendiri, atau bersama pimozide, dimana diindikasikan. 
 
Perjalanan dan Prognosis 
Bila tidak diterapi, keadaan kaan menjadi kronik. 60-80% pasien-pasien berespon terhadap 
pimozide, perbaikan gangguan terjadi dalam dua minggu, meskipun mungkin diperkukan 
beberapa bulan untuk kontrol lengkap. Untuk depresi post psikotik terjadi dalam 10-15% 
pasien ini akan berespon terhadap penambahan satu anti depresan terhadap regimen. Pasien 
tua dengan depresi yang menyolok mungkin berespon terhadap anti depresan sendiri dan 
tampak memiliki  suatu prognosis jangka panjang yang lebih baik. Kebanyakan pasien 
memerlukan terapi pemeliharaan, beberapa mencapai remisi dan kadang-kadang terjadi 
penyembuhan, bila gangguan kemudian berulang, respon terhadap terapi sebelumnya 
dilupakan dan pemberian obat dinyatakan “useless) (sia-sia)> Dalam “folie a deux”, 
kesembuhan mengikuti perbaikan pada pasien pertama. 
 
Delusi Dysmorfik dan Halusinasi 
Delusi atau halusinasi dari kelainan struktur kulit atau fungsi mirip dalam atau pada setiap 
jalan parasitosis ini , evaluasi dan penanganan adalah identic, angan-angan yang 
mungkin berisi halitosis, toksis atau bau badan yang tak enak, hal-hal yang memicu  
cacat fisik atau disintegrasi jaringan. “Dermatologic non-disease” suatu distorsi malignan 
dari body image, terjadi diantara obsesi dan delusi, pasien ini memiliki  “idie fixie” 
mengenai keburukan atau abnormalitas pada wajah atau area genital mereka sering 
tertekan, bahkan bunuh diri, dan mungkin responnya sedikit terhadap terapi yang identik 
terhadap dilusi. 
 
Sindroma-Sindroma Faktisial 
Aspek Sejarah 
Diakui jaman hipocrates, lesi-lesi kulot facticial telah ditemukan apakah mereka 
diakui atau disangkal, dan apakah mereka dihasilkan secara sadar atau dalam keadaan 
terpisah. Semua itu varian “artifcators”, dan pemakaian  biasanya sebagai berikut: 
  
 
1. Dermatitis artefacta, Dermatitis factisius: responsibilitas untuk lesi-lesi tetap 
disangkal untuk pasien, apakah lesi-lesi dihasilkan secara atau bawah sadar 
2. Kompulasi kutaneus: lesi yang dihasilkan dari aksi-aksi sadar dan repetitive, seperti 
neurotic ekskoriasi, trikolilomania 
3. Malingering/pura-pura: lesi-lesi yang dihasilkan secara sadar dan secara curang 
untuk tujuan sekunder. Karakter kelainan ini selanjutnya tidak akan didiskusikan. 
 
Dermatitis artefakta: 
Epidemiologi: rasio antara wanita dan pria bervariasi sebagai 3:1 sampai 8:1. Meskipun 
kebanyakan pada adolescen dan dewasa muda, dan dapat terjadi pada semua umur, 
sejumlah yang tidak sesuai dari pasien-pasien telah bekerja pada atau memiliki  
keluarga dekat yang bekerja pada bidang kesehatan, hal ini menunjukkan keyakinannya. 
Biasanya didapat episode sebelumny dari penyakit-penyakit psikosomatik atau penyakit-
penyakit faktisius. 
 
Etiologi dan Patogenesis 
Sindroma kutaneus masuk bagian dari spektrum umum dari factisia;, mungkin terdapat 
morbiditas barat atau sesuatu yang membuat cacat dan lesi-lesi. Kebanyakan dihasilkan 
pada diri sendiri, terdapat juga pada yang lain. Bila terjadi pada orang dewasa mungkin 
neurotic tapi lebih umum memiliki  kelainan kepribadian yang khas ditandai dengan 
infantile, ketergantungan, tingkah laku manipulative dan control rangsangan buruk. Pada 
masa tingkat anak-anak hubungan ibu dan anak merupakan difungsional terhadap 
berbagai tingkat dan mungkin termasuk penyalahgunaan fisik dan emosi. Pada kasus-
kasus yang tidak berat diagnosa  mungkin merupakan suatu kecemasan atau kelainan 
penyesuaian dari masa anak, padahal sudah mengenai kelainan kepribadian yang lebih 
berat. Pengendapan kedua, dimana pasien tidak mengetahui secara sadar, motivasi 
aktivitas merusak diri sendiri. 
Bermacam-macam konflik dan motivasi dibawah sadar telah ditunjukkan. 
 
Manifestasi Klinik. 
Lesi tunggal atau multiple, bilateral dan simetri atau pada tangan yang mudah dicari. 
Morfologi adalah bermacam-macam seperti metode-metode khusus tetapi ini berubah-
ubah secara aneh, sering angulated atau geometric, dengan permukaan nekrosis atau 
garis lurus yang mirip  dermatosis yang tak diketahui. 
Lyell telah membuat ringkasan spektrum yang luas dari modalitas yang biasa dipakai 
dan telah menekan “hollow history” yang khas dan belum didapatkan gambaran pertumbuhan 
lesi. Meskipun dari pihak keluarga pasien mungkin merasa kecewa dengan hasil medis yang 
didapatkan, pasien tetap tidak terganggu dengan lesi yang memburuk secara nyata dan 
memicu  sakit nyeri. Pasien tampak kooperatif, tapi perjalanan penyakit yang terus 
menerus menghalangi kepatuhan ini , menolak bertangggung jawab dengan sindroma 
yang dialami ini . 
 
Penelitian khusus dan Laboratorium 
Hitung jenis, serologis kultus, pada kasus-kasus inokulasi septic. Biopsi mungkin sesuai 
untuk dermatosis khusus tapi negative untuk study konfirmasi. 
 
Patologi. 
Penemuan mikroskopik sama dengan modus operandi. 
diagnosa  dan diagnosa  banding 
Infeksi, gigitan arthropoda vasculitis, penyakit vaskuler kolagen, dan koagulopati 
paling mirip. Penelitian ini diindikasikan melalui morfologi yang akan diusahakan, hanya 
karena suatu penelitian selanjutkan akan mengalihkan fokus dari masalah psikiatri. 
diagnosa  tak melalui pengecualian, tetapi berdasarkan pada morfologi , afek dan 
kepribadian pasien, penyakit yang tak jelas sebelumnya, dan stress psikososial saat ini. 
Sebaliknya, bila lesi faktisial terjadi sebagai bagian dari psikosis dan pasien tak menyangkal 
responsibilitas pada lesi. 
 
Pengobatan  
Dewasa 
Karena pasien ini mengemukakan keinginannya dalam bentuk  psikosomatik, komunikasi 
efektif dengan seorang dokter seperti empati mungkin mengurangi keinginannya untuk 
menciptakan penyakit. Keinginan singkat yang sering berpura-pura melihat terapi topikal, 
membolehkan suatu terapi gabungan untuk perkembangan dalam untuk ketidakadilan 
lingkungan. Pasien ini akan membandingkan pengalaman sebagai pengobatan atau serangan, 
hal ini dapat memicu  bahaya persekutuan tindakan yang mutlak. Pengenalan empati 
dari kebohongan yang terbatas oleh sakit yang akan didiskusikan pada stress saat ini  dan 
lama kelamaan membuat masalah rujukan psikiatrik tak terpecahkan, pengakuat bahwa 
penyakit itu sendiri merupakan stress mungkin membuat pasien menyetujui rujukan. 
Berdasarkan dengan depresi atau episode pendek psikotik memerlukan terapi obat-obatan, 
tapi bahkan tidak adanya indikasi yang nyata, obat-obatan psikotropik yang sering dapat 
membantu. 
   
Anak-anak 
Durasi pendek dari penyakit dan orang tua dengan adanya rasa  empati memungkinkan 
dokter untuk mengadakan pendekatan, sering melakukan kontrol singkat dapat menambah 
dorongan, membantu orang tua mengidentifikasi dan meringankan stress dan menyelesaikan 
kecemasan-kecemasan anak-anak melalui perkataan. Bila keadaan memungkinkan, perlu 
evaluasi keluarga oleh seorang ahli psikiatrik anak atau psikoanalisis, karena penyelesaian-
penyelesaian fisik dan emosional sepanjang hidup. Terapi keluarga, psikotik individual atau 
psikoanalisis untuk orang tua dan anak-anak mungkin direkomendasi untuk memastikan 
proteksi yang seharusnya dan terapi adekuat. 
 
Prognosis 
Dewasa 
Prognosis ditentukan melalui psikopatologi, kurangnya perbaikan pasien-pasien yang 
memiliki  gangguan-gangguan durasi pendek mungkin sanggup untuk melepaskan ini dengan 
pertolongan empati dorongan. Dimana formasi gangguan disebabkan karena tidak 
terputusnya konflik bawah sadar, seperti pada pasien-pasien neurotic, “insight-oriented 
psychotherapy” diperlukan dan berhasil. Untuk kepribadian “borderline”, penjelasan 
faktisiusnya dekat pada kehidupan, dengan pencetus kekambuhan melalui lingkungan masing-
masing atau stress intrapsikis. Meskipun beberapa pasien mungkin mendapat untung dari 
psikoterapi intensif jangka panjang, hidup perbaikan biasanya terjadi hanya bila keadaan 
terganggu. 
 
Anak-anak. 
Meningkatnya maturitas atau kematangan dan edukasi orang tua membantu 
mewujudkan prognosis yang baik bila gangguannya baru mulai dan penyebab stress 
teridentifikasi, gangguan sering dilepaskan tanpa orang tua atau responsibilitas pengakuan 
anak. Prognosis juga bagus pada kasus-kasus yang lebih menetap bila psikotik yang layak 
dapat dimulai. Anak itu dikuasai untuk kesalahan fisik dan emosi yang berat, meskipun akan 
ditakdirkan untuk sakit psikogenik kronik rekuren jika tak segera dan perantara psiko 
sosial yang kuat dimulai. 
 
Compulsive Habits. 
Lesi-lesi faktisius dari perbuatan disengaja, pengulangan, tak terkontrol termasuk 
ekskoriasi neurotic, lilunsimpleks kronikus, prurigo nodularis, trikotilomania, onikotilomania, 
liplicking dermatitis dan sebagainya. 
   

Aspek Sejarah 
Ademson, Pussy, dan Senear, Mckee, dan Michelson memberikan pengertian awal dari 
ekskoriasi, sedangkan Halloppeau memperkenalkan perangai kompulsif dari trikotilomania, 
hanya saja akhir-akhir ini kelainan ini telah dihubungkan terhadap patologi obsessive-
kompulsive. Ekskoriasi neurotic dan trikotilomania akan dianggap tersendiri atau terpisah. 
 
Ekskoriasi Neurotik. 
Epidemiologi. Meskipun terjadi pada semua usia, kebanyakan kasus-kasus berat dan 
rekalsitran mulai pada dekade ketiga sampai kelima. 
 
Etiologi dan Patogenesis 
Konfigurasi kepribadian adalah obsessive-compulsive, rigid atau kaku, perfeksionistik, 
gangguan mental (penuh peritimbangan), kontroling dan khawatir untuk berbuat salah, 
pasien ini jarang tersentuh dengan perasaan dan serangan bawah sadar yang sulit dicapai. 
Serangan ini sering berasal dari tak terputusnya perasaan kepada orang tu