Home »
diagnosa dermatology 1
» diagnosa dermatology 1
diagnosa dermatology 1
Juni 21, 2023
diagnosa dermatology 1
Mengerti akan prinsip dan metode genetik merupakan hal yang penting didalam
memahami dasar dan panyembuhan penyakit kulit. Dokter tidak bisa membantu tapi tertarik
akan kelompok familial dari beberapa masalah kulit, dimana para pasien berkonsultasi
kepada ahli dermatologi. Masalah kulit terbagi menjadi dua group. Yang pertama adalah
penyakit dengan pola warisan yang jelas (misalnya autasomal dominan) dan penetrasi gen
tinggi (misalnya pembawa gen abnormal hampir selalu mengakibatkan ketidak normalan
klinis, seperti X-linked iktiosis, xerodema pigmentosa, epidermolysis bullora simplex).
Secara terpisah, penyakit penyakit ini tidak umum tapi bila berkelompok maka akan sedikit
berarti bagi masalah kulit yang lebih berat.
Yang kedua adalah penyakit-penyakit dengan kelompok familial (25% pasien dengan
psoriasis memiliki keturunan yang pertama yang terpengaruh) tapi pola keturunannya tidak
jelas. Yang termasuk dalam group ini adalah masalah kulit pada umumnya psoriasis, atopik
dermatitis dan kebotakan.
Kami adalah pencetus perhatian akan kekacauan genetik kulit, khususnya disebabkan
karena naiknya kesadaran akan penyakit-penyakit kelompok familial, umumnya dikarenakan
oleh kesempatan untuk menerapkan teknik dan strategi baru molekulerbiologi guna
mempelajari penyakit-penyakit ini . Pemahaman penyakit turunan bahwa molekuler
biologi studi DNA terdapat diagnosa dramatis dan pemeriksaan benar-benar berpengaruh
kuat belakangan ini, dan melalui terapi gen mungkin terapi yang berpengaruh kuat dimasa
yang akan datang.
Meskipun peralatan untuk penyembuhan penyakit belum tersedia dalam arti
pembetulan kerusakan pada gen, beberapa kekacuan turunan kini dipakai untuk
pengobatan yang bertujuan mencegah efek-efek merusak yang terdapat pada gen.
contohnya, menambahkan zinc/seng untuk pengobatan akrodermatitis enetropatik, diet
tirosin-rendah dan fenylalanine rendah untuk mengobati tirosinemia TI (Richner-Hanhart
syndrome) atau pemberian oral B carotene untuk erythropoietic protoporfyria.
Jika gen mutan berdosis tunggal (keadaannya heterozigot) memicu fenotip klinis
yang khusus, kondisi ini disebut dominan; jika gen mutan berdosis ganda (keadaan
homozigot) untuk menghasilkan penyakit, kekacauan yang ditimbulkan disebut resesif. Jika
gen mutan berkromosom x, kondisi yang dihasilkan disebut sex-linked atau tepatnya, x-
linked. Kondisi x-linked bisa juga dominan.
Dermatologi dilihat dari Ilmu Kedokteran secara umum sangat berhubungan erat
dengan penyakit yanga ada di dalam kulit. Kulit adalah bagian luar dari tubuh kita yang
harus dijaga agar tidak dapat dirusak oleh gangguan sekitar lingkungan. Pentingnya kulit
bagi fisiologi tubuh secara umum dapat ditunjukkan dengan melihat dari timbulnya
gangguan-gangguan sistemik yang serius pada kerusakan kulit yang berat misalnya akibat
luka bakar atau pada dermatitis eksoliatifa menyeluruh. Dermatologi dan pengertian
tentang penyakit kulit sangat tergantung pada pengertian tentang mekanisme dasar dari
biologi kutaneus. Penelitian dalam bidang dermatologi telah mengambil bagian dalam revolusi
biologi molekuler dan memusatkan penyelidikan ilmiah yang mendasar tentang susunan
kutaneus, dan hal ini telah dapat memberikan jawaban-jawaban yang penting dalam
pemahaman dan pengobatan penyakit kulit. Penelitian dermatologi yang mendasar tidak saja
dipakai secara langsung pada penyakit kulit, penyembuhan luka, dan penuaan kulit, tetapi
juga memberikan kemampuan yang unik dalam pemahaman tentang cara membaca kelainan
kulit berdasarkan proses-proses peradangan, kelainan-kelainan metabolik dan lainnya,
sehingga kita mampu mendiagnosa penyakit dengan benar.
Karena lesi-lesi penyakit kulit adalah merupakan gambaran patologik secara umum dari
penyakit kulit, maka tidaklah mengherankan, adanya penelitian tentang histopatologi kulit
telah dilakukan semenjak hampir seratus tahun yang lalu. Perkembangan dan peranan
dermatologi dalam ilmu kedokteran sangatlah penting dimana para ahli penyakit kulit
melakukan penelitian dengan teknik-teknik yang baru dan luar biasa sehingga dapat
menghasilkan sesuatu alat untuk meneliti dari sebuah penyakit kulit. Perkembangan ini, yang
dimulai dengan transplantasi rambut dan dermabrasi, telah berkembang secara perlahan-
lahan menjadi bedah yang diawasi dengan mikroskop (Mohs) dan yang terbaru adalah teknik
laser yang canggih.
artikel ini juga membahas tentang struktur dan perkembangan kulit. Selain itu juga
mengajarkan kita betapa pentingnya memahami dasar ilmu penyakit kulit dalam menangani
suatu penyakit kulit yang harus ditangani secara baik dan benar dalam ilmu kedokteran
Kulit atau disebut juga jaringan integumen yang terdiri dari unsur-unsur epitelial,
mesenkimal, glanduler dan neurovaskuler, bukan hanya merupakan pembungkus tubuh. Kulit
memegang peranan yang penting dalam mempertahankan homeostasis. Jaringan integumen
memiliki membran dengan permeabilitas air paling rendah sehingga mencegah terjadinya
dehidrasi kulit pada keadaan cuaca yang kering. Sebagai barier, kulit tidak hanya mencegah
hilangnya cairan tubuh, tetapi juga menghalangi masuknya zat-zat yang toksik dari
lingkungan. Jaringan integumen mempertahankan kehidupan dengan cara menjaga suhu
tubuh tetap konstan, kulit melindungi jaringan dibawahnya dari berbagai tekanan fisik dari
luar tubuh, seperti radiasi ultra violet, energi listrik, dan kekuatan mekanik, dan ini dapat
menghalangi masuknya sebagaian besar mikro organisme. Pentingnya kulit bagi fisiologi
tubuh secara umum dapat ditunjukkan dengan melihat timbulnya gangguan-gangguan
sistemik yang serius pada kerusakan yang berat dan luas akibat luka bakar atau pada
dermatitis eksoliatifa menyeluruh.
Dermatologi dan pengertian tentang penyakit kulit sangat tergantung pada pengertian
tentang mekanisme dasar dari biologi kutaneus. Penelitian dalam bidang dermatologi telah
mengambil bagian dalam revolusi biologi molekuler dan memusatkan penelitian ilmiah yang
mendasar tentang susunan kutaneus, dan hal ini telah memberikan jawaban-jawaban
yang penting dalam pemahaman dan pengobatan penyakit kulit. Penelitian dermatologi yang
mendasar tidak saja dipakai secara langsung pada penyakit kulit, penyembuhan luka, dan
4
penuaan kulit, tetapi juga memberikan kemampuan dalam pemahaman dan pengobatan
penyakit kanker, proses-proses peradangan dan kelainan-kelainan metabolik. Oleh karena
itu, penelitian dalam dermatologi juga menambah pengetahuan tentang penyakit-penyakit
lain seperti alergi, kanker, penyakit-penyakit akibat faktor lingkungan, peroses penuaan
kulit dan lain-lain. Para peneliti biologi kutaneus melaksanakan pendekatan eksperimental
yang luas dan beranekaragam pada bidang penelitian mereka.
Ahli biologi molekuler menganalisis hal-hal rinci dari diferensiasi keratinosit, sintesis
kolagen, sintesis dan sekresi matriks ekstraseluler; ahli patologi eksperimental mempelajari
tentang penyembuhan luka, para ahli fotobiologi menilai pengaruh-pengaruh subseluler,
seluler dan sistemik dari sinar ultraviolet, ahli biologi molekuler meneliti transduksi signal
atau fungsi membran, ahli biokimia mempelajari melanisasi dan fungsi barier lemak pada
stratum korneum, ahli imunologi seluler meneliti adanya interaksi kompleks dari respon imun
pada kulit, ahli farmakologi mengukur absorbsi perkutaneus, ahlis fisiologi mempelajari
sifat dari kulit dan ahli sel atau ahli famakologi menyelidiki mekanisme kerja obat-obatan.
Akhir-akhir ini telah dipakai pula alat-alat biologi molekuler untuk dapat dimengerti
secara lebih baik detil molekuler dari aktifasi gen dan transkripsi serta sintesis protein
yang telah menghasilkan suatu “cloning” dan “sequencing” gen dan penentuan struktur
protein-protein tertentu.
Kulit merupakan indikator yang mencolok dari penyakit yang serius dan tersedia
setiap saat. Bagi orang yang tidak terlatih sekalipun dapat mengenali adanya penampilan
pucat dari penderita dalam keadaan syok, atau adanya sianosis yang berhubungan dengan
kegagalan jantung, atau adanya kekuningan sebagai tanda awal dari penyakit bilier
obstruktif. Namun, seorang dokter yang sempurna harus mampu mendeteksi adanya tanda-
tanda kulit yang lebih sulit dari penyakit-penyakit yang membahayakan jiwa, seperti adanya
“half-dozen infarcts” pada ekstremitas seorang wanita muda yang menderita gonokoksemia,
atau adanya suatu lesi yang kecil dengan batas yang menggaung dan tidak beraturan pada
punggung, sebagai suatu melanoma maligna yang dini. Keadaan ini sering tidak diperhatikan
atau diabaikan oleh pemeriksa dan dapat membawa bencana bagi penderita.
Proses patologis yang dinamis seperti inflamasi dan pertumbuhan neoplastik,
perubahan hemodinamik, keseimbangan cairan dan kinetik sel, secara klinis digambarkan
sebagai suatu eritema, deskuamasi, nodul-nodul, ulkus-ulkus dan sebagainya. Hal ini
dapat secara langsung dilihat pada kulit penderita dan perubahan seluler serta jaringannya
dapat dipelajari dengan spesimen biopsi yang dapat diperoleh dengan mudah dan aman.
Lebih jauh lagi, perkembangan dari reaksi-rekasi patologis kulit dapat di visualisasikan
secara in vivo dan diikuti dengan biopsi serial. Tanda klinis lesi kulit merupakan gambaran
patologis secara garis besar dan dapat dihubungkan secara langsung dengan gambaran
patologis secara mikroskopis. Kulit tidak hanya merupakan suatu barier dan penghubung
dengan lingkungan (dunia luar), melainkan merupakan “arena peperangan” tempat terjadinya
interaksi antara organ dan lingkungan tetapi juga merupakan cermin dari suatu penyakit
sistemik, yang dapat bersifat infeksius, metabolik, endokrin atau imunologik. Sejumlah
besar gangguan imunologik, dimana sistem imun dari organ berbalik melawan organ itu
sendiri, mempunyasi manifestasi klinis pada kulit, yang dapat menjadi tempat pertama yang
terdeteksi atau merupakan organ target yang utama. Kelainan autoimun ini bervariasi dari
yang ringan tetapi secara estetika merupakan suatu kondisi yang merusak, seperti misalnya,
vitiligo atau alopesia areata, sampai pada yang lebih parah dan membahayakan jiwa, seperti
pemfigus atau lupus eritematosus.
Pertama, mungkin hanya terjadi hilangnya pigmentasi atau hilangnya rambut,
berikutnya dapat terjadi gangguan ginjal, otak, hati, dan sistem veskuler.
1. Kulit dapat merupakan bukti “prima facie” dari penyakit dalam.
Kulit seringkali menjadi penghubung penting dalam menyelesaikan masalah diagnostik
yang membingungkan dalam kedokteran secara umum. Seorang dokter umum harus
mampu untuk mengenali perubahan-perubahan pada kulit yang ditemukan dengan tidak
sengaja pada pemeriksaan fisik. Dokter tidak dapat mengetahui apa yang harus
diperhatikan kecuali jika mereka sudah mengetahui lesi-lesi yang paling sering
ditemukan seperti misalnya purpura yang “palpable” yang merupakan petunjuk klinis awal
dari adanya venulitis nekrotisasi sistemik yang mendasari, yang mungkin atau tidak
mungkin berhubungan dengan masalah yang lebih serius dari artritis sistemik.
2. Penyakit yang timbul dan terbatas pada kulit dapat merupakan penyebab utama dari
gangguan kemampuan (disabilitas) dan rasa tidak nyaman.
Dokter umum tidak selalu menghargai pentingnya suatu penyakit kulit dan mungkin tidak
merujuk penderita kepada seorang ahli penyakit kulit untuk mendapatkan pengobatan
yang tepat.
3. Kulit dapat dipakai untuk mengetahui mekanisme dasar suatu penyakit karena
merupakan jaringan padat yang paling mudah didapatkan.
Misalnya, penyakit-penyakit imunologis, biopsi kulit tidak hanya menghasilkan diagnosa
yang tepat dari penyakit sistemik tetapi dapat pula menentukan adanya antigen penting
yang terlinat dalam patogenesinya.
Penderitaan manusia dapat timbul akibat kecacatan, rasa tidak nyaman (rasa sakit
atau rasa gatal yang tidak mudah diatasi) atau kesalahan bentuk. Kelainan-kelainan kulit
meliputi ketiganya memiliki banyak etiologi dan memicu penderitaan manusia serta
kerugian ekonomi jauh lebih besar dibandingkan yang diketahui pada umumnya. Pada perang
dunia kedua terjadi lebih banyak evakuasi dari ruang operasi penyakit kulit di pasifik
selatan dibandingkan korban perang; pada pertempuran Vietnam, kelainan-kelainan kulit
tercatat menduduki urutan ke tempat sebagai penyebab kecacatan.
2 - 4% dari seluruh kasus bukan kecelakaan dan bukan kasus obstetrik, yang dirawat
pada rumah sakit sipil merupakan penyakit kulit. Diperkirakan, satu dari tiga orang di
Amerika Serikat menderita penyakit kulit setiap tahunnya. Penelitian di Inggris
menunjukkan, bahwa setiap lima orang penderita yang melakukan konsultasi pada dokter
umum karena masalah kulitnya. Diperkirakan, akibat dari peningkatan jumlah ini, sejumlah
besar penderita memiliki lesi-lesi yang tidak dapat diabaikan karena mungkin merupakan
pertanda dari penyakit organ-organ dalam yang serius.
KECACATAN
Keutuhan jaringan integumen merupakan hal yang penting untuk dapat bergerak.
Kerusakan permukaan kulit dapat dimisalkan sebagai suatu korosi (karat) dari permukaan
logam peralatan yang halus. Jelas bahwa kulit tangan yang sehat dan utuh sangat penting
untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang halus, kulit yang kering tebal dengan fisura
dapat secara permanen atau sementara melumpuhkan/menghambat pekerjaan seorang ahli
bedah, dokter gigi, atau operator mesin. Dermatitis pada tungkai atau selangkangan juga
dapat memicu kecacatan. Pada beberapa wilayah Amerika Serikat, penyakit kulit akut
ataupun kronis telah menghabiskan lebih dari setengah biaya yang dibutuhkan kulit tangan
yang sehat dan utuh. Penyakit kulit telah membebani rakyat Amerika Serikat 1.5 miliar
pertahun dan merupakan masalah kesehatan nasional yang sama.
RASA TIDAK NYAMAN
Pruritus yang merupakan gejala kutaneus adalah suatu keadaan yang menyengsarakan
dan sulit disembuhkan dengan obat-obatan topikal ataupun sistemik. Tidak ada obat yang
spesifik untuk menghilangkan pruritus. Pruritus yang sulit ditangani dapat memicu
sulit tidur, keadaan ini dapat memicu kecacatan (ketidakmampuan), sama-sama dengan
stress dan kecemasan akibat rangsangan yang menetap.
KERUSAKAN RUPA/BENTUK
Jaringan integumen merupakan perantara multifungsi pengaruh lingkungan terhadap
organ-organ yang merupakan penentu utama dalam kehidupan dan sifat dari semua spesies.
Pola perilaku dari individu dan kelompok juga ditentukan oleh jaringan integumen, seperti
individu yang dijauhi karena adanya jaringan parut dan kerusakan bentuk/rupa. Meskipun
terdapat banyak bukti tentang peranan psikologis dari jaringan integumen pada spesies
yang lebih rendah, dimana perilaku tertentu dinyatakan melalui perubahan warna kulit,
berdirinya bulu burung, dan sekresi kelenjar-kelenjar, namun manifestasi tertinggi dari
fenomena ini ditemukan pada manusia. Kesadaran kosmetologis kulit secara umum dinilai
dari kepedulian masyarakat yang berlebihan pada warna rambut, dandanan rambut atau
potongannya, pemakaian parfum dan deodoran, serta model rambut secara teratur. Tidak
jarang orang dengan rupa/bentuk yang buruk diabaikan dan dihindari. Pada masa lampau,
poli kulit merupakan bagian terpisah dari rumah sakit merupakan suatu ekspresi
ketidaksenangan, bahkan oleh seorang dokter, terhadap bentuk yang menjijikkan dari
banyak penyakit kulit. Walaupun demikian, pengaruh yang serius dari perusakan
bentuk/rupa, dapat dipahami dengan baik oleh orang yang juga mengalami kerusakan
bentuk/rupa. Disamping adanya ketidakmampuan fisik yang mungkin menyertai kelainan
kulit, terutama pada ekstremitas, penderita harus secara berkesinambungan menyesuaikan
dan mengimbangi kesan “berubah bentuk” pada pandangan dirinya atau orang lain.
Kebanyakan penderita dapat menyesuaikan, tetapi mereka membutuhkan dorongan yang
menenangkan dan simpati dari para dokter serta tenaga medis lainnya.
Kulit wajah hanya terdiri dari 9% total permukaan kulit, namun ia merupakan
“paspor” dalam pergaulan. Kulit tidak dapat ditutup dengan mudah atau disamarkan.
Misalnya, jerawat yang parah pada wajah, yang merupakan salah satu dari masalah medis
tersering pada usia dewasa, dapat memicu kerusakan permanen bagi perkembangan
kepribadian. Bintik-bintik kemerahan yang didapat, nodul, papul, pustul atau tanda lahir
vaskuler dapat memicu kecacatan (kerusakan rupa) yang mendalam. Diantara
penyebab yang terpenting dan paling sering dari ketidakmampuan menyesuaikan diri adalah
gangguan pigmentasi melanin (misalnya vitiligo), terutama pada orang-orang yang
berpigmentasi.
Secara tradisional, ilmu kedokteran terutama dihubungkan dengan penyakit atau
kelainan yang dapat mengakhiri kehidupan seseorang. Perhatian yang lebih besar harus
ditujukan pada keadaan medis ini karena dapat menghancurkan kehidupan seseorang
bila tidak diakhiri.
Karena lesi-lesi penyakit kulit merupakan gambaran patologik secara umum dari
penyakit kulit, tidaklah mengherankan, karena kulit dapat diperoleh dengan mudah, maka
penelitian tentang histopatologi kulit telah dilakukan semenjak hampir seratus tahun yang
lalu. Seorang ahli ilmu penyakit kulit dari Jerman, Unna, merupakan salah seorang dari yang
pertama kali melakukan deskripsi mikroskopis yang adekuat dari lesi-lesi kulit.
Dari tahun 1775 sampai 1928, sumbangan utama dermatologi adalah dalam bidang
patologi eksperimental. Tahun 1775, konsep tentang karsinogenesis kemikal telah dimulai
oleh penemuan Pervical Pott tentang kanker scrotum pada pembersih cerobong asap.
Treponema pallidum ditemukan pertama kali oleh Schaudinn, seorang ahli protozoa, dan
pada tahun 1905 oleh Hoffman, seorang ahli kulit. Kanker kulit secara eksperimental yang
di induksi dengan arang kayu dilakukan pertama kali oleh Yamagiwa dan Ichikawa pada tahun
1919 dan dengan sinar x oleh Bloch pada tahun 1924.
Dua fenomena imunologik yang penting ditemukan oleh Prausnitz dan Kustner,
peragaan pertama tentang hipersensitivitas tipe lambat pada manusia terhadap komponen-
komponen dengan berat molekul rendah dilaporkan oleh Low pada tahun 1924 dan oleh Frei,
Jadassohn dan Sulzberger pada tahun 1928.
Pada pertengahan kedua dari abad-20, dermatologi telah berubah dari pemikiran
tentang deskripsi dan taksonomi, kepada konsentrasi pemikiran tentang patofisiologi
penyakit. Hebra, Professor Ilmu Penyakit Kulit pada Universitas Wina, memperluas suatu
era baru pada pertengahan abad-19, sebagaimana dilakukan oleh Robert Wiliam dari Inggris
dan Joseph Plenck dari Wina, tetapi ilmu baru tentang dermatologi dapat dikatakan telah
dimulai sejak 50 tahun yang lalu. Stephen Rofman yang datang pada tahun 1938 ke
Universitas Chicago dari Hongaria, dari bagian dermatologi Eropa yang terkenal, dapat
dianggap sebagai pembawa cahaya bagi ilmu penyakit di Amerika Serikat, Rothman
menekankan pada patofisiologi kulit. Dia menentukan langkah dan menjadi contoh bagi
segenap generasi sebagai seorang dokter-ilmuwan yang utama dalam teori dermatologi.
Faktor penting lain dalam perkembangan penelitian selama 4 dekade yang lalu adalah
ketersediaan dana untuk penelitian dasar dan klinisi pada kulit dan penyakit-penyakit kulit.
Di Amerika Serikat, hal ini dimungkinkan oleh adanya Institut Nasional Kesehatan,
khususnya Institut Nasional Artritis dan Muskuloskeletal dan Penyakit Kulit, dan oleh
industri farmasi yang berkerjasama dengan para ahli penyakit kulit dalam penelitian dan
pengembangan pengobatan baru dengan mendukung penelitian dasar dan pengawasan
percobaan klinis. Cara yang sama telah ditempuh di Eropa dan Jepang dan penelitian dalam
ilmu penyakit kulit ini menghasilkan kemajuan sedemikian rupa, dalam pengobatan penyakit
kulit seperti mengatasi penyakit-penyakit jamur epidemi dengan memberikan obat-obatan
anti jamur oral atau topikal; pengembangan kortikosteroid topikal yang memiliki sifat anti
inflamasi yang sampai sekarang tidak dapat diperoleh dengan obat-obat topikal, mengatasi
penyakit-penyakit yang membahayakan jiwa seperti pemfigus dan lupus eritematosus
sistemik dengan kortikosteroid sistemik dan obat-obat imunosupresif; pemakaian
kemoterapi topikal (5-fluorourasil) untuk pengobatan keratosis solaris; perkembangan
kemoterapi sistemik pada psoriasis dengan antimetabolit dan imunosupresan dan juga
fotokemoterapi psoriasis dan mikosis fungoides dengan psoralen dan ultraviolet gelombang
panjang (PUVA).
Pengetahuan baru sangat membantu perbaikan peralatan yang dipakai untuk
mengetahui secara dini dengan demikian dapat mengobati secara dini pula suatu melanoma
maligna, yang telah merubah pengertian kita tentang patologi dari melanoma primer dan
memungkinkan suatu perkiraan yang tepat dari prognosis melanoma primer kulit stadium I.
Pengobatan baru dan dramatis juga mencakup retinoid yang efektif untuk akne kistik yang
berat dan kelainan-kelainan keratinisasi, yang menjanjikan dalam pencegahan kanker kulit
dan lainnya.
Pengaruh umum terhadap penelitian dalam bidang dermatologi adalah hasil dari
kemajuan teknologi, yang telah dimulai dengan pemakaian mikroskop elektron dan “density
gradient ultracentrifugation” yang dikombinasi dengan teknologi biokemikal yang maju,
beberapa dekade lalu. Hal ini diikuti dengan perkembangan imunopatologi yang memakai
imunofloresensi dan teknik-teknik imunoenzim: pengembangan teknik-teknik separasi
elektroforesis yang canggih, terhadap penelitian dalam bidang dermatologi ini adalah hasil
dari kemajuan teknologi, telah teratasi di sekolah-sekolah kedokteran dan rumah-rumah
sakit di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Berkembangnya ilmu penyakit kulit, penting
bagi para dokter yang berpraktek karena guru dan peneliti telah memberikan teknik-teknik
diagnostik untuk masa yang akan datang dan pengobatan-pengobatan baru. Teknologi baru
dalam pemeriksaan biologi tidak dapat ditandingi dalam ketepatan dan kepandaian apapun
yang sebelumnya pernah dibayangkan. Para ahli penyakit kulit kini ditantang untuk berfikir
sesuai dengan konsep-konsep medis yang terbaru. Disiplin baru ilmu penyakit ini ialah apa
yang disebut “dermatosciences”, dan keadaan ini sama dengan apa yang terjadi dalam ilmu
penyakit saraf, dengan munculnya “neurosciences”.
Para ahli penyakit kulit pada tahun 1990an memiliki semangat penelitian yang luar
biasa. Tehnik-tehnik penelitian yang baru, terutama dalam bidang imunologi dan biologi
molekuler, menjanjikan berkembangnya pendekatan-pendekatan inovatif untuk dapat
mengatasi beberapa masalah penting dalam ilmu penyakit kulit seperti pengobatan pruritus,
infeksi virus papiloma humanus, dermatitis eksematus atopik, psoriasis dan berbagai
manifestasi kutaneus dari infeksi HIV.
Juga melegakan melihat masuknya sejumlah besar tenaga yang sangat terlatih ke
dalam bidang ilmu penyakit kulit. Kombinasi dari teknologi baru dan bakat yang khusus ini
akan sangat mempengaruhi perjalanan ilmu penyakit kulit.
Selama lima dekade ini, dermatologi klinis telah menjadi bagian yang integral dari
sekolah kedokteran dan lingkungan rumah sakit, para ahli dermatologi telah menjadi dokter
yang bekerjasama dengan para ahli penyakit dalam dan bedah dalam mendiagnosa dan
mengobati segala macam penyakit multi sistim yang melibatkan kulit. Patologi kulit terutama
diperiksa oleh para ahli dermatologi yang telah mendapatkan pelatihan khusus dalam
dermapatologi dan bekerja pada bagian dermatologi. Pada dua dekade terakhir, bedah
dermatologi telah muncul sebagai pasangan yang utuh dari dermatologi medis.
Perkembangan ini dimulai dengan transplantasi rambut dan dermabrasi, telah berkembang
secara perlahan-lahan menjadi bedah yang diawasi dengan mikroskop (Mohs) dan yang
terbaru adalah tehnik laser yang canggih. Kini, para ahli dermatologi merupakan dokter
yang penting untuk penanganan kanker-kanker kulit, termasuk melanoma maligna. Hal ini
karena mereka berada pada posisi yang terbaik untuk dapat membuat suatu diagnosa
histopatologis dan klinis untuk memilih pengobatan yang tepat. Untuk pengobatan karsinoma
kulit yang lanjut dan melanoma maligna stadium II dan III, para ahli dermatologi
bekerjasama dengan para ahli onkologi medik, bedah plastik serta radioterapi.
Manfaat hasil pemeriksaan epidemiologi dan pelayanan kesehatan pada pasien yang
mendapatkan pengobatan penyakit kulit meningkat selama dekade lalu dan mungkin akan
meningkat secara drastis pada dekade mendatang. Ada banyak alasan meningkatnya bidang
penelitian ini bagi dermatologi. Di Amerika Serikat mungkin hal ini disebabkan meningkatnya
manfaat pelayanan kesehatan secara ekonomi sebagai suatu bagian dari GNP (Gross
National Product). Tahun 1990, sekitar 600 miliar dolar telah dikeluarkan untuk pelayanan
kesehatan di Amerika Serikat. Pada tahun 2000, diperkirakan 1,5 triliun dolar diperlukan
untuk pelayanan kesehatan. Hal ini berarti hampir 6000 dolar per orang per tahun di
Amerika Serikat.
Banyak pimpinan pemerintahan maupun swasta yakin bahwa peningkatan anggaran
untuk pelayanan kesehatan merupakan beban yang berat secara ekonomi bagi Amerika
Serikat dan oleh karenanya harus ditekan. Banyak faktor yang mendukung terjadinya
peningkatan biaya perawatan perkapita yang tinggi diantaranya adalah penuaan populasi
Amerika Serikat, teknologi baru, intensitas perawatan yang lebih haik, dan epidemi AIDS.
Disamping itu, jumlah dokter praktek meningkat jauh lebih besar dari pada pertambahan
populasi. Apapun penyebab inflasi biaya perawatan kesehatan, upaya untuk menghemat
pengeluaran mungkin menimbulkan peningkatan persaingan antara dokter dan rumah sakit
serta menambah peraturan praktek kedokteran. Sistim-sistim penghematan baru mungkin
merubah insentif pemberi layanan kesehatan.
Sementara penguasa politik mungkin sekali mengubah sistem pelayanan kesehatan
yang diberikan ditahun-tahun mendatang, hasil penelitian riset pelayanan kesehatan dan
epidemiologi dapat membantu menentukan bagaimana sumber pelayanan kesehatan dapat
diterapkan dengan baik untuk memberikan kesehatan optimal bagi populasi kita. Oleh
karena itu, dokter perlu memahami metode yang dipakai dalam menilai prevalensi, terapi
optimal, dan pengamatan pelayanan kedokteran. Karena hambatan-hambatan anggaran
meningkat, mungkin sekali bahwa pasien perlu diberitahu mengenai jenis penyakitnya dan
dokter perlu memperlihatkan dampaknya pada seseorang serta efektivitas fisik dan biaya
pengobatan untuk seorang pasien. Oleh karena itu, nampaknya dokter perlu memahami
konsep epidemiologi dasar, termasuk pengukuran frekwensi dan berat-ringannya penyakit,
metode untuk menilai hasil akhir pengobatan serta tehnik-tehnik jaminan kualitas.
Disamping itu agar dokter mampu menginterpretasi bahan bacaan kedokteran diperlukan
suatu pemahaman mengenai prinsip-prinsip dasar penentuan validitas (keabsahan)
penelitian.
Bab ini akan memfokuskan diri pada konsep epidemiologi dasar, prevalensi penyakit
kulit, ukuran ketepatan perawatan, dan ketentuan baru dalam penghematan pelayanan
kedokteran dalam konteks penyakit dermatologi.
PREVALENSI
Prevalensi adalah angka kejadian suatu keadaan pada suatu waktu tertentu (yakni,
jumlah individu dengan penyakit tertentu pada saat tertentu dibagi jumlah orang pada
populasi tertentu). Prevalensi suatu penyakit adalah fungsi kejadian kasus-kasus baru
(insidens); lamanya penyakit, dan jika responsif terhadap pengobatan, jumlah individu
terkena yang menerima terapi efektif.
Prevalensi sesungguhnya dari penyakit kulit sulit ditentukan karena banyak penelitian
dermatologi melibatkan populasi terseleksi, biasanya pasien yang datang dengan keluhan
kulit atas mereka yang berkunjung kerumah sakit ataupun institusi lainnya. Disamping itu,
berbagai faktor sosial maupun lingkungan dapat mempengaruhi kejadian atau deteksi
penyakit.
Data prevalensi sistemik satu-satunya untuk populasi umum di Amerika Serikat yang
telah dikumpulkan hampir 20 tahun yang lalu sebagai bagian dari survey pemeriksaan
kesehatan dan gizi nasional (NHANES). Tujuh puluh empat persen partisipan potensial
diperiksa sebagai bagian dari upaya nasional ini. Sayang sekali, data penelitian terbaru pada
populasi yang lebih besar di AS tidak tersedia.
Berdasarkan pemeriksaan pada lebih dari 20 ribu warga negara Amerika yang tidak
dirawat inap, usia 1 sampai 74 tahun, penelitian NHANES memperlihatkan bahwa penyakit
kulit sering ditemukan di Amerika Serikat: hampir sepertiga yang diperiksa oleh residen
dermatologi, sebagai bagian dari survei ini, memiliki satu atau lebih kondisi kulit yang
dirasa cukup bermakna untuk mengunjungi dokter. Penyakit kulit yang paling sering
dideteksi adalah penyakit kelenjar sebasea (terutama akne), dermatofitosis, tumor kulit
jinak dan ganas, dermatis soboroik, dermatitis atopik, dan eksema serta iktiosis. Tabel 2-1
menunjukkan prevalensi kesembilan kelainan kulit yang paling sering ditemukan . Gambar 2-1
menunjukkan prevalensi umur spesifik dari 4 jenis kelainan patologi kulit yang penting di
Amerika Serikat. Tidaklah mengherankan, prevalensi keseluruhan patologi kulit yang
bermakna dan kondisi kulit meningkat sesuai umur. Disamping potensi perubahan penyakit
yang benar-benar terjadi selama hampir 20 tahun semenjak penelitian NHANES dilakukan,
beberapa penemuan penelitian ini menunjukkan bahwa kemungkinan bias didalam kasus-
kasus tertentu diakibatkan orang dengan kecacatan cenderung tidak berpartisipasi.
Sebagai contoh, prevalensi psoriasis yang diperiksa didalam populasi penelitian
lainnya. Penelitian Scandinavia menunjukan prevalensi psoriasis berkisar 1,3 sampai 2,8%,
tetapi NHANES memperkirakan prevalensi psoriasis aktif sebesar 0,9% di Amerika
Serikat. Bila kasus remisi dan kasus psoriasis diikutsertakan dalam patologi kulit yang tidak
bermakna, angka prevalensi untuk Amerika Serikat dan Scandinavia secara kasar mungkin
sebanding. Oleh karena itu, perkiraan prevalensi yang dipublikasikan pada beberapa keadaan
didasarkan pada ringkasan kode diagnostik bukan ekstrapolasi langsung dari pemeriksaan
fisik yang berorientasi penyakit. Sebagai contoh, pada pemeriksaan fisik, didapatkan lebih
dari tiga kali lipat mengalami akne berat (grade 4 atau konglobata) dibandingkan mereka
yang diberi kode mengalami akne kistik.
Tabel Prevalensi Kondisi Kelainan Kulit
Laki-laki Perempuan Keduanya
Dermatofitosis 131. 34 81
Akne (Vulgaris dan Kistik) 74. 66 70
Dermatitis Seboroik 30 26 28
Dermatitis Atopik/ Eksem 20 18 19
Veruka vulgaris 9 6 8
Tumor-tumor ganas 6 5 6
Psoriasis 6 5 6
Vitiligo 6 4 5
Herpes simpleks 4 5 4
*angka per 1000
Pengetahuan mengenai prevalensi sangat penting dalam berbagai hal. Sebagai contoh,
estimasi prevalensi, disertai dengan informasi mengenai akibat lanjut penyakit, dapat
dipakai untuk mengalokasikan sumber dana bagi penelitian ataupun perawat klinis
penyakit. Selain itu, perkiraan prevalensi dapat dipakai untuk menentukan apakah suatu
terapi dilakukan berlebih atau kurang dilakukan dalam hubungannya dengan jumlah orang
yang mengalami penyakit ini .
INSIDENS
Insidensi adalah jumlah kasus-kasus baru yang terjadi pada suatu populasi tertentu
pada saat tertentu. Hal ini biasanya diukur sebagai jumlah kasus per-1000 orang per tahun.
Walaupun penelitian prevalensi masyarakat (NHANES), memberikan hasil statistik
komparatif yang baik untuk penyakit kronis dengan lama yang sesuai, tujuan survei
prevalensi ini cenderung berlebihan menekankan pentingnya penyakit-penyakit kronis
yang tidak responsif terhadap terapi dan kurang menekankan kepentingan relatif keadaan-
keadaan akut atau kronis yang tidak nampak lagi karena telah diberi terapi. Penelitian
insidens berdasarkan populasi sulit dilakukan; oleh karena itu, ukuran sekunder dapat
bertindak sebagai estimasi dugaan beban relatif penyakit lain. Sebagai contoh, dengan
menghitung kunjungan ke fasilitas kesehatan karena keluhan tertentu, kepentingan relatif
berbagai masalah dapat diperkirakan. Namun demikian, seperti dikemukakan dibawah,
hambatan tidak adanya perawatan dan finansial dapat mempengaruhi jumlah kunjungan
suatu keadaan tertentu, yang merupakan pentingnya masalah ekonomi itu.
Pengukuran langsung insidens (jumlah kasus baru yang terjadi untuk unit waktu
tertentu) telah ada untuk kanker kulit melanoma dan non melanoma, sarkoma Kaposi, dan
limfoma sel T kulit, tetapi hanya beberapa kondisi kulit lainnya, yang memiliki data
sebanding. Sayang sekali penelitian dasar populasi komprehensif untuk sebagian besar
tumor-tumor ini, kanker kulit non-melanoma, telah kadaluwarsa. Kurangnya data
komprehensif baru khususnya, mempersulit pengamatan pada beberapa populasi dimana
insidens tumor ini nampaknya sedikit meningkat dalam dua dekade lalu.
Data kunjungan karena keluhan dermatologis telah dicatat sebagai bagian dari Survei
Rarat Jalan Nasional (NANCS). Data terbaru yang dikemukakan dari survei ini adalah tahun
1980 sampai 1981. Waktu itu, rata-rata terdapat 580 juta kunjungan pertahun kedokter
praktek karena berbagai alasan. Pasien dengan keluhan dermatologi terhitung sebanyak 40
juta kunjungan (7,3%), kira-kira jumlahnya sama dengan pada tahun 1974.
Walaupun jumlah kunjungan ke dokter hampir konstan, proporsi kunjungan ini ke
seorang dokter spesialis kulit meningkat sekitar 50%. Penyakit-penyakit kelenjar sebasea
khusus akne (10,2 Juta kunjungan); diagnosa inflamasi 10 juta kunjungan; keadaan
hipertrofik dan atrofik (6,8 juta kunjungan); infeksi kulit (4,7 juta kunjungan); kutil (4,1
juta kunjungan); dan mikosis (3,2 juta kunjungan) merupakan lebih dari 80% kunjungan ke
ahli dermatologi. Wanita merupakan 58% dari semua kunjungan karena keluhan dermatologi.
sesudah diperiksa oleh dokter, nampak alasan yang paling banyak dari pasien untuk mencari
perawatan bantuan kesehatan. Dua pengecualian utama untuk predominasi keadaan akut
didalam perawatan dermatologi adalah akne dan perubahan morfologi kulit antara lain
tumor-tumor kulit dan perubahan pigmentasi. Akne merupakan hampir seperempat keluhan
kulit dan hampir sepertiga dari semua kunjungan ke dokter spesialis kulit. Seperti dirinci
dibawah, perubahan morfologi dan neoplasma kulit menyusun lebih dari sepertiga kunjungan
per orang berusia diatas 45 tahun. Karena insidensinya meningkat begitu juga harapan
terapi efektif, kita dapat berharap bahwa kebutuhan untuk perawatan penyakit
dermatologi karena perubahan morfologi dan tumor akan terus meningkat dan akan
merupakan aspek penting dalam praktek dermatologi.
MORBIDITAS
Morbiditas penyakit dermatologi paling sering dicerminkan sebagai ketidakmampuan
kerja atau efek buruk pada fungsi sosial. Pada penelitian NHANES, sekitar 1% populasi
(atau lebih dari 2 juta orang berusia 1 sampai 74 tahun di Amerika Serikat) memiliki
suatu keadaan kulit yang menghambat pekerjaan atau aktifitas sehari-hari dirumah. Namun
demikian, 90% dari orang ini menunjukan bahwa derajat cacat mereka minimal. Angka
kecacatan sosial karena keadaan kulit sampai mempengaruhi kerja mereka lebih dari
sepertiga karena keluhan kulit dan paling sering dilaporkan pada wanita serta pada usia 15
sampai 45 tahun. Gejala-gejala serta kecacatan sosial yang berkaitan dengan penyakit
kulit bertanggung jawab terhadap lebih dari 44 juta kunjungan pertahun karena keluhan
dermatologi. Menurut peneliti survei NHANES, lebih dari 1% populasi tak dirawat inap ini
mengalami kelainan akibat penyakit kulit derajat sedang sampai berat. Sayang sekali, data
ini dikumpulkan lebih dari 20 tahun yang lalu, dan ada bukti bahwa survei ini kurang
meyakinkan. Data terbaru yang mencerminkan prevalensi dan norma sosial akibat kelainan
dewasa ini belum tersedia.
Disamping perubahan penampilan, Sebagian kecil morbiditas dapat merupakan akibat
dari gejala-gejala lain yang berkaitan dengan kondisi kulit. Dua persen dari orang-orang
yang disurvei melaporkan rasa nyeri atau rasa terbakar yang berkaitan dengan kondisi kulit.
Empat persen dari orang-orang yang disurvei menunjukkan setidak-tidaknya ada keluhan
gatal (pruritus) yang berkaitan dengan kondisi mereka, dan sekitar 1% mengeluhkan
pruritus sedang sampai berat pada saat survei.
MORTALITAS
Untungnya, masalah kulit memicu jarang sekali kematian. Tahun 1973, terdapat
7559 kematian berdasarkan diagnosa dermatologi, dimana melanoma maligna bertanggung
jawab pada hampir separuh kematian ini. Angka mortalitas karena melanoma telah
meningkat, tetapi kenaikan ini jauh lebih lambat dibandingkan kenaikan dramatis insidens
melanoma maligna, yakni dua kali lipat dalam lebih dari 15 tahun. Secara keseluruhan, angka
kematian karena penyakit kulit nampaknya makin turun.
UMUR DAN JENIS KELAMIN
Berbeda dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan kulit yang lebih tinggi bagi kaum
wanita, patologi kelainan kulit lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita.
Prevalensi yang lebih tinggi pada laki-laki disebabkan karena tingginya angka kejadian
prevalensi dematofita dan tumor kulit yang sangat banyak pada laki-laki. Perbedaan ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan higenitas dan pekerjaan.
Perubahan prevalensi relatif penyakit kulit sesuai umur dikemukakan dalam gambar 2-
1. Dalam lima tahun pertama kehidupan, eksema paling banyak. Sejak pubertas sampai usia
pertengahan (setengah baya), penyakit kelenjar sebasea, terutama akne dan dermatofita
paling banyak. Pada usia setengah baya dan usia tua, dermatofita dan tumor, baik jinak
maupun ganas paling sering ditemukan .
KEBUTUHAN PELAYANAN AHLI DERMATOLOGI
Kebutuhan pelayanan dermatologi nampaknya sangat peka terhadap kondisi ekonomi
maupun insentif. Biaya yang keluar dari kantong memiliki dampak pada pelayanan rawat
jalan. Oleh karena itu beban biaya perawatan kulit bukan hanya berdampak pada prevalensi
kondisi kelainan kulit tetapi juga kemampuan dan biaya perawatan untuk keadaan ini .
Ahli dermatologi kini melayani hampir separuh kebutuhan perawatan ini , bila
dibandingkan dengan perawatan yang diberikan oleh dokter lain untuk mengatasi keluhan
kulit akan sangat tergantung pada beratnya penyakit dan biaya relatif serta kualitas
perawatan yang ditawarkan oleh dokter dari berbagai spesialisasi.
Pengalaman dari perencanaan kesehatan yang akan diberikan dalam sistem pengaturan
perawatan dermatologi menggambarkan strategi-strategi personel alternatif dalam
memberikan pelayanan. Dalam rencana kesehatan yang akan diberikan, perbandingan dokter
spesiailis kulit 'full-time’ per 100.000 penduduk bervariasi 1,2 sampai 5,0; sehingga jumlah
kunjungan per dokter spesialis kulit sesuai dengan perencanaan ini . Beberapa
perbedaan pemakaian pelayanan kesehatan mungkin karena perbedaan populasi yang
dilayani. Faktor-faktor yang mungkin sekali mendukung kondisi ini antara lain, peraturan
rumah sakit untuk langsung mendapatkan bantuan spesialis, ketersediaan dokter spesialis
kulit, serta kemauan dokter lain untuk memberikan perawatan dermatologi.
Jumlah ahli dermatologi terlatih di AS meningkat sangat cepat. Untuk setiap ahli
dermatologi yang meninggal, sekurang-kurangnya terdapat 3 orang lulusan dari program
pelatihan. Jumlah ahli dermatologi per kapita AS sekitar 6 kali lebih tinggi dibandingkan di
Inggris. Belum jelas apakah jumlah ini optimal atau untuk mendukung kenaikan keluhan
ini . Penilaian mengenai kebutuhan ahli dermatologi di masa depan dan reevaluasi
mengenai dampak strategi perawatan kedokteran nasional akan kebutuhan pelayanan
spesialis sesungguhnya, diperlukan jika dermatologi sebagai suatu spesialisasi memenuhi
kebutuhan serta hambatan-hambatan pada dekade yang akan datang.
BIAYA PERAWATAN DAN PENGOBATAN
studi di tahun 1979 mengenai berbagai keluhan penyakit kulit. Walaupun biaya rata-rata per
pasien untuk beberapa penyakit, seperti akne, relatif kecil, tingginya prevalensi penyakit-
penyakit ini menimbulkan sedikit kenaikkan biaya Terapi baru hanya memiliki
dampak kecil terhadap kenaikan biaya. Sebagai contoh, fotokemoterapi methoxsalen oral
(PUVA) lebih hemat biaya bila dibandingkan dengan perawatan individual dengan psoriasis
yang sangat berat sebelum adanya sarana terapi ini dikembangkan. Ketersediaan yang luas
prasarana pengobatan ini (seperti pada tahun 1990, lebih dari 750 organisasi kedokteran di
AS menawarkan terapi ini) berarti bahwa banyak pasien dengan psoriasis yang tidak
memerlukan perawatan inap kini cukup dengan terapi PUVA dibandingkan dengan yang lebih
murah tetapi kurang efektif. Sebagai akibatnya, biaya total untuk terapi psoriasis
meningkat sebagai akibat terapi inovatif ini. Perawatan psoriasis yang lebih baik dengan
terapi ini bila dibandingkan dengan terapi-terapi sebelumnya jelas membebani biaya ini.
Kunjungan dermatologi seringkali menghasilkan pemberian resep satu atau lebih obat-
obatan. Obat yang sering diresepkan antara lain kortikosteroid topikal, sediaan akne
topikal, dan tetrasiklin. Secara keseluruhan, ahli dermatologi menuliskan lebih dari 5 juta
resep per tahun; hal ini menunjukkan kurang dari separuh dari semua resep untuk keluhan
dermatologi per tahun.
Diperkirakan lebih dari 3 milyar dollar dipakai pada tahun 1982 untuk pelayanan
dokter kulit, perawatan serta obat-obatan untuk penyakit kulit. Sebagai tambahan 500 juta
dollar diberikan sediaan topikal yang diberikan.
KONDISI-KONDISI KULIT YANG PALING SERING ditemukan OLEH AHLI
DERMATOLOGI
Lima penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dermatologi adalah akne,
psoriasis, kanker kulit nonmelanoma, kutil, dan dermatitis. Prevalensi setiap kelainan dan
biaya perawatan kependudukan dan kebiasaan tetapi juga ketersediaan prasarana untuk
mengobati keadaan-keadaan ini.
Akne
Selama masa remaja (aldolesence), akne sering ditemukan . Diantara orang kulit putih
berusia 17 tahun yang diteliti dalam survei federal sekurang-kurangnya 89% mengalami
akne. Diantara laki-laki berusia 16-17 tahun yang menderita akne wajah, hampir separuhnya
memiliki lesi inflamasi luas sedang atau berat. Sekitar sepertiga mengalami lesi sedang dan
berat. Prevalensi akne juga bervariasi menurut ras. Sebagai contoh, akne nodular kistik
pada laki-laki kulit putih berusia 15-21 tahun 10 kali lebih sering dibandingkan laki-laki kulit
putih hitam dengan usia yang sama.
Sampai tersedianya asam 13-cis-retinoat, akne merupakan keadaan kronik. Pasien
dengan lesi inflamasi sedang atau berat, hanya sekitar 35% wanita dan 16% pria yang
memperlihatkan perbaikan dalam 18 bulan sesudah lesi-lesi ini. Namun demikian, variasi ini
selalu berubah sesuai perubahan waktu. Bahkan pada usia 30-an. 6% laki-laki dan 8% wanita
memiliki akne fisiologis. Akne yang menetap ini sebagian mungkin berhubungan dengan
pemakaian kosmetika dan kontrasepsi oral. Beberapa peneliti merasa bahwa prevalensi
akne yang tinggi pada orang dewasa ini mungkin juga mencerminkan pemakaian antibiotika
yang cukup tinggi, tetapi hal ini disangkal peneliti yang lain. Kunjungan ke dokter karena
akne lebih sering pada kelompok berpendapatan tinggi. Pada kenyataannya, seperti untuk
semua konsultasi dermatologi, pemakaian perawatan medik untuk akne tergantung pada
tingkat pendapatan, pendidikan dan ketersediaan prasarana.
Akne, sebagai suatu penyakit yang sering ditemukan , merupakan subyek yang cocok
untuk analisa pengambilan keputusan analisa efektivitas biaya sebagai cara untuk
memperkirakan keuntungan, resiko dan biaya strategi terapi alternatif. Analisa keputusan
memudahkan seseorang membandingkan hasil akhir suatu tindakan alternatif, bila hasil
tindakan alternatif ini belum diketahui untuk masa depan, tetapi kemungkinan
pemakaian terapi alternatif ini dapar diperkirakan. Analisis efektivitas biaya
memberikan suatu cara untuk menghitung hubungan antara biaya tindakan alternatif, hasil
yang diharapkan (misal, waktu kesembuhan), serta morbiditasnya (misal, presentase pasien
yang sembuh dari efek samping terapi).
memakai analisis ini , dokter dan pasien dapat membuat keputusan penting
mengenai terapi berdasarkan keinginan mereka untuk mempercepat kesembuhan, efek
samping yang lebih sedikit serta biaya yang lebih murah. Sebagai contoh, analisa efektivitas
biaya membandingkan dua strategi dalam mengobati akne papulopustulosa sedang. Salah
satu terapi menekankan terapi awal dengan obat topikal, dan yang lain dengan terapi awal
antibiotika sistemik. Dalam analisa ini terapi yang menekankan terapi awal antibiotika
sistemik memperkirakan dapat membersihkan 43% akne dengan cepat dan menurunkan
biaya 19% bila dibanding terapi awal topikal. Hal yang mengganggu efektivitas ini adalah
lebih dari 75% mengalami efek samping terapi antibiotika sistemik ini. Bila tekanan ekonomi
meningkat, kebutuhan pasien dan sepertiga data yang membandingkan biaya, resiko, serta
keuntungan relatif terapi alternatif pada penyakit kronis yang sering ditemukan mungkin
sekali meningkat.
Kepentingan data epidemiologi untuk menilai prevalensi, beratnya penyakit serta
kemungkinan respons terhadap terapi dan insidens resiko berat untuk menentukan apakah
suatu obat dipakai dengan tepat digambarkan oleh pertentangan mengenai apakah
isotretinoin dipakai lebih sering pada pasien wanita. Dengan diketahui bahwa paparan
isotretinoin in utero disertai dengan resiko malformasi berat pada fetus pertama kali
berasal dari laporan kasus spontan dan suatu sistem pelaporan reaksi buruknobat untuk
spesialisasi khusus. Besarnya resiko ini pada bayi yang terkena dan efek spesifik yang
terjadi karena paparan in utero telah dibuktikan dengan penelitian cermat dari semua kasus
spontan yang dilaporkan. Walaupun penelitian epidemiologi telah memberikan keterangan
rinci mengenai asal defek kelahiran yang berkaitan dengan isotretionin dan alasan-alasan
terjadinya paparan kehamilan, hanya sebuah penelitian prospektif komprehensif yang dapat
memberikan perkiraan akurat mengenai insidens paparan in utero terhadap isotertionin
serta hasil akhir kehamilan yang terpapar. Penelitian prospektif ini dimulai tahun 1989,
tetapi hasil-hasilnya belum tersedia saat persiapan bab ini pada awal 1991.
Psoriasis
Prevalensi psoriasis sedikit bervariasi menurut area geografinya. Negara-negara
Skandinavia dan Eropa nampaknya memiliki prevalensi paling tinggi, diperkirakan setinggi
4% di kepulauan Feroe dan Norway. Di AS, perkiraan prevalensi berkisar 0,5%-1%.
Prevalensi psoriasis meningkat sesuai umur dan lebih tinggi pada orang kulit putih,
prevalensi di Afrika dan Asia sedikit lebih rendah dibandingkan di Amerika Utara dan Eropa.
Sebagai contoh, di Sri Lanka, prevalensinya diperkirakan kurang dari 0,5%. Seperti
dikemukakan, faktor genetik maupun lingkungan nampaknya penting dalam terjadinya
penyakit ini.
Walaupun artritis yang umumnya berkaitan dengan psoriasis biasanya bertanggung
jawab terhadap kecacatan yang disebabkan penyakit ini, biaya perawatan proriasis saja
tidak pernah melebihi 250 juta dollar di AS pada tahun 1979. Sayang sekali, data terbaru
mengenai beban biaya penyakit ini tidak diketahui. Terapi psoriasis memiliki sedikit
perbedaan implikasi biaya. Cara yang paling mahal adalah pengobatan rawat inap.
Diperkirakan bahwa sebanyak 10.000 pasien psoriasis yang dirawat setiap tahun rata-rata
selama 18 hari dengan total biaya lebih dari 100 juta dollar. Walaupun pengobatan rawat
jalan dengan radiasi UVB dan radiasi PUVA nampaknya lebih murah dibandingkan terapi rawat
inap, perjalanan penyakit yang kronis menghalangi keberhasilan pengobatan ini secara
finansial.
Dalam memastikan ketepatan dan efektivitas biaya terapi-terapi baru pada penyakit
kronis ini, konsekuensi kesehatan jangka panjang tiap pengobatan ini sangat tergantung
pada frekuensi pemberiannya. Sebagai contoh, cyclosplorin oral sangat efektif dalam
mengendalikan psoriasis tetapi terapi ini harus kontinyu. Pada tahun 1991, biaya terapi 5
mg/kgBB/hari pada seorang dengan BB 79 kg sekitar 10.000 dollar per tahun. Bahaya
jangka panjang pengobatan ini sangat kecil, dan nampaknya paparan yang makin sering
bersifat karsiogenik, seperti PUVA, UVB ataupun methorexate. Hal ini menggambarkan
bagaimana keuntungan cepat terapi ini harus diimbangi dengan biaya maupun efek samping
jangka panjang maupun efek samping lambat karena suatu terapi, untuk menentukan
ketepatan pengobatan. Kecuali jika tersedia terapi radikal, yakni terapi yang lebih efektif
dan kurang membahayakan, maka terapi psoriasis sangat tergantung pada beberapa faktor
antara lain beratnya penyakit, penilaian pengobatan, persepsi pasien mengenai derajat
kecacatan ataupun kelainan, kesehatan umum pasien, terapi yang dahulu dipakai , kemauan
untuk menerima resiko jangka panjang yang menyertai berbagai terapi ini serta
pertimbangan finansial.
Kanker Kulit Nonmelanoma
Karsinoma sel basal dan sel skuamosa (kanker kulit nonmelanoma (NMSC)) merupakan
neoplasma yang paling sering ditemukan pada orang kulit putih. Penelitian berdasarkan
populasi yang dilengkapi lebih dari satu dekade lalu menunjukkan bahwa terdapat lebih dari
500.000 tumor ini setiap tahun. Untunglah, tumor ini tidak mungkin mengakibatkan
kematian atau kecacatannya kecil. Namun demikian, rasa tidak nyaman, gangguan bentuk
serta sedikit beban biaya pengobatan medik dapat menyertai pertumbuhan lesi-lesi kulit
ini.
Paparan serta kerentanan genetik yang mendasari menentukan resiko individual untuk
terjadinya NMSC. Telah dibuktikan ada kaitan langsung antara insolasi sinar matahari
dengan insidensi NMSC. Resiko penyakit ini paling tinggi dengan kulit terbuka dan mereka
yang kulitnya mudah menjadi coklat atau mudah terbakar (sinar matahari). Tidak
mengherankan, pekerja di luar rumah beresiko lebih tinggi dari pada pekerja dalam rumah.
Karena insidens NMSC meningkat sesuai pertambahan umur, maka tumor ini makin
sering ditemukan pada golongan tua. Pola migrasi dewasa dari utara ke selatan dan barat
daya, terutama pada orang tua, diduga akan menaikkan insidensi. Makin banyaknya kegiatan
rekreasional paparan sinar matahari mungkin akan meningkatkan angka kejadian tumor.
Penelitian-penelitian terbaru dalam populasi tertentu skala kecil menunjukkan bahwa
insidens NMSC sedikit meningkat dalam tahun-tahun mendatang di Amerika Utara.
Kenaikan dramatis yang menaikkan insidens ini mungkin menunjukkan kenaikkan
sesungguhnya atau sebenarnya mencerminkan penentuan atau migrasi kasus dengan lebih
baik. NMSC cukup sering dan merupakan masalah kesehatan yang penting untuk
meningkatkan upaya pencegahan dan mengoptimalkan efektivitas biaya deteksi dan terapi
penyakit. Sebenarnya, NMSC sering menjadi subyek penelitian khemo-prevensi. Suatu
percobaan plasebo-kontrol prospektif acak beta-karotan untuk pencegahan NMSC
tambahan pada orang dengan riwayat tumor gagal menunjukkan efek menguntungkan dari
beta-karotan. Evaluasi tambahan mengenai strategi pencegahan alternatif, antara lain
pemakaian tabir surya (sunscreen) dan perlindungan sinar matahari sistemik masih perlu
diteliti. Model matematis berdasarkan data epidemiologis menunjukkan bahwa pemakaian
tabir surya yang dimulai pada awal kehidupan mungkin sangat efektif tetapi merupakan
pendekatan yang membutuhkan biaya untuk menurunkan insidens tumor-tumor ini.
Kebijakan sosial dan lingkungan, maupun kebiasaan individu, dapat mempengaruhi
insidens NMSC di masa depan. Penipisan ozone karena pelepasan chlorofluorocarbon ke
atmosfir dari kaleng penyemprot, AC dan mesin pendingin diduga dapat menaikkan jumlah
radiasi UVB yang mencapat permukaan bumi. Kenaikan ini dapat meningkatkan
insidens tumor-tumor ini.
PENYAKIT-PENYAKIT KULIT “OKUPASIONAL” (AKIBAT PEKERJAAN)
Paparan di tempat kerja dapat mengakibatkan berbagai penyakit kulit. Paparan radiasi
UVB yang berlebihan memicu luka bakar (oleh karena sinar matahari, ‘sunburn’) dan
akhirnya dapat menimbulkan resiko kanker kulit; ‘coal tar’ dan ‘pitch’ bertindak sebagai
fotosensitisizer maupun karsinogen; bahan kimia dapat memicu reaksi alergi dan
iritasi; mikroorganisme kontaminan dapat menginfeksi kulit. Penyakit kulit bertanggung
jawab pada hampir separuh dari penyakit karena pekerjaan (penyakit okupasional) sehingga
mengakibatkan klaim asuransi dan sekitar 1% pekerja akan menderita karena kanker kulit
yang berkaitan dengan pekerjaan setiap tahun. Sebagai tambahan lebih dari 250 juta dollar
yang dikeluarkan setiap tahun untuk perawatan penyakit kulit karena pekerjaan, penyakit
kulit okupasional menyusun hampir seperempat dari 890.000 hari kerja hilang karena
penyakit yang didapatkan ditempat kerja. Sekali dilaporkan adanya penyakit kulit
okupasional berarti rata-rata 11 hari kerja hilang. Hari-hari lain saat terjadi penurunan
efisiensi jelas akibat perlukaan sedang pada kulit.
Data dari Finlandia mengenai penyakit kulit karena pekerjaan memberikan informasi
mengenai penyebab masalah ini dinegara industri dan polanya selalu berubah. Sejak
tahun 1978 sampai 1983, eksema kontak bertanggungjawab akan 97% kasus dermatosis
okupasional. Alergi dan eksema iritan memiliki frekuensi sebanding. Bila data tahun
19780-1982 dibandingkan dengan data 1966-1972, kepentingan alergi terhadap bahan-
bahan plastik serta karet semakin meningkat tetapi kepentingan kromium dan terpenting
sebagai alergen menurun.
Sistem kerja dan manajemen tempat kerja yang baik dapat sedikit menurunkan
morbiditas dan hilangnya produktivitas kerja akan keluhan penyakit kulit. Prinsip riset
epidemiologisnya adalah penelitian yayasan untuk memastikan etiologi bagi penyakit kulit
karena pekerjaan dan dapat menentukan intervensi-intervensi yang mungkin membantu
menurunkan bahaya penyakit-penyakit ini.
PERUBAHAN PREVALENSI PENYAKIT DERMATOLOGI
Mungkin faktor yang paling mungkin merupakan alternatif yang akan menggantikan
maupun sebagai cara dari penyakit kulit yang sedang tumbuh proporsinya pada populasi usia
tua pada penelitian kami. Perubahan-perubahan yang tergantung pada usia berdampak baik
terhadap kulit maupun sistem imune yang mempengaruhi kecurigaan pada usia tua terhadap
penyakit kulit, dan orang-orang tua di Amerika telah memiliki angka pemakaian untuk segala
tipe pelayanan medis rawat jalan maupun rawat inap.
PERUBAHAN PREVALENSI PENYAKIT DERMATOLOGI
Faktor yang paling mungkin merupakan alternatif yang akan menggantikan maupun
sebagai cara dari penyakit kulit yang sedang tumbuh proporsinya pada populasi usia tua
pada penelitian kami. Perubahan-perubahan yang tergantung pada usia berdampak baik
terhadap kulit maupun sistem imune yang mempengaruhi kecurigaan pada usia tua terhadap
penyakit kulit, dan orang-orang tua di Amerika telah memiliki angka pemakaian untuk segala
tipe pelayanan medis rawat jalan maupun rawat inap.
Kapasitas proliferasi epidermis menurun sesuai usia. Walaupun penurunan proliferasi
bisa menjelaskan kaitan penurunan prevalensi dengan beratnya beberapa penyakit
hiperproliferatif (seperti ichtiosis lamellar), berkurangnya kecepatan penyembuhan luka
pada manula menimbulkan resiko perlukaan kulit lebih besar dan menaikkan resiko
morbiditas karena tindakan bedah.
Kaum manula juga cenderung memiliki ambang iritan lebih rendah. Oleh karena itu,
dengan pertambahan usia, kita dapat menduga bahwa insidens reaksi iritan diantara pekerja
di area terbuka akan meningkat. Sebaliknya, insidens dermatitis kotak alergi akan
menurun karena penurunan respons imun yang diperantarai sel (CMI) pada manula.
Perubahan keadaan imun yang dipengaruhi umur, maupun perubahan kemampuan perbaikan
kerusakan pada DNA sel epidermis, bisa mempengaruhi kerentanan pasien manula terhadap
karsinoma kutaneus. Perubahan kebiasaan rekreasional dan tempat tinggal juga
menimbulkan kenaikan insidens NMSC, sekalipun pada usia pensiun.
Adanya terapi-terapi baru untuk NMSC menimbulkan masalah masalah mengenai
pengobatan apakah yang paling tepat bagi suatu kasus serta implikasi terapi-terapi baru
yang lebih mahal, yang kadang kala nampak lebih efektif, menurun beban biaya perawatan.
Jelaslah analisa pengambilan keputusan dan analisa efektivitas biaya merupakan tehnik yang
tepat untuk menghitung perimbangan antara biaya, resiko serta respon yang terkandung
dalam pemilihan suatu terapi pada tumor. Pada tahun 1991, penelitian-penelitian ini
masih kurang. Bila tidak ada penelitian ini, pengambilan keputusan klinis penting mengenai
terapi optimal tergantung pada keinginan dokter atau bersifat coba-coba bukan
berdasarkan daya obyektif.
Dalam dekade lalu, tindakan bedah rawat jalan untuk terapi tumor kulit jinak maupun
ganas sangat meningkat. Hal ini merupakan ajang persaingan antar dokter dari berbagai
bidang spesialisasi (misal, dokter kulit, dokter bedah plastik, dan dokter bedah umum).
Disamping berjuta-juta prosedur yang dilakukan setiap tahun oleh dokter, metode untuk
menentukan tindakan utama perawatan, seperti ketepatan diagnostik dan ketepatan
perawatan baru berkembang. Tidaklah mengherankan data awal ini menunjukkan sedikit
perbedaan dalam hal parameter ini tindakan dokter menurut spesialisasinya.
Karena jumlah penyakit memerlukan bantuan ahli dermatologi relatif sedikit, suatu
inovasi tunggal, seperti terapi efektif tanpa resep (tindakan) untuk akne, dapat sedikit
merubah kebutuhan layanan dermatologi. Perubahan-perubahan lain dalam didalam
masyarakat bisa juga sedikit mengubah prevalensi penyakit-penyakit kulit. Bila ekonomi
makin bergeser ke otomatisasi industri, maka frekuensi penyakit kulit yang berhubungan
dengan pekerjaan (okupasional) akan menurun. Perubahan sosial ataupun perilaku dapat
mempengaruhi frekuensi penyakit dalam populasi manusia. Sebagai contoh, perubahan arus
migrasi hampir selalu menimbulkan munculnya insidensi lepra di AS. Perubahan perilaku
seksual nampaknya berhubungan dengan kenaikan insidensi herpes simpleks tipe 2 yang
sebenarnya telah terjadi 2 dekade lalu. Perubahan kebiasaan seksual, minimal bertanggung
jawab terhadap kebiasaan kenaikan insidens sarkoma Kaposi, yang ini nampaknya berkaitan
dengan AIDS. Penelitian-penelitian epidemiologi sebenarnya menentukan faktor-faktor
resiko terjangkit AIDS; memperkirakan riwayat alamiah dan insidensinya; pengembangan
strategi, seperti pemakaian tindakan pencegahan umum yang akhirnya akan menurunkan
resiko ini . Terapi AIDS maupun terapi immunosupresi baru telah mengubah
pemahaman penyakit infeksius yang mengenai kulit dan mungkin merupakan faktor penting
terhadap munculnya resiko efek samping kulit terhadap pengobatan dalam populasi ini.
Jelaslah, penghitungan faktor resiko dari efek samping obat yang dipakai untuk pengobatan
pasien AIDS dengan lebih baik sangat penting bila dokter ingin mengobati pasien ini secara
optimal. Informasi ini hanya mungkin diperoleh dengan penelitian epidemiologis yang
cermat.
TERAPI OPTIMAL BERDASARKAN PENGETAHUAN DEWASA INI
Sayang sekali, sebagian besar pengetahuan dokter yang menerapi penyakit kulit
didasarkan pada keputusan dari laporan-laporan kasus, anekdot, ataupun penelitian klinis
tanpa terikat prinsip-prinsip dasar mengenai pola dan interpretasi dari penelitian-penelitian
ini .
Hasil-hasil publikasi dari percobaan klinis dan laporan kasus memberikan dasar
informasi klinis yang dipakai oleh dokter dalam menentukan diagnosa dan terapi pasien.
Jelas masih ada kelemahan laporan kasus dalam memperhatikan keabsahan serta kelayakan
umum. Karena hasil positif mungkin lebih banyak dipublikasikan dibandingkan hasil negatif, hasil-
hasil percobaan klinis menimbulkan bias efek pengobatan yang lebih besar. Oleh karena itu,
dokter perlu sekali mengevaluasi hasil suatu laporan, mempertimbangkan tingkat metodologi
penelitian yang dipakai disesuaikan dengan kriteria umum yang diterima untuk pola suatu
penelitian. Kriteria ini dimuat dalam Tabel 2-3. Sayang sekali, sebagian besar percobaan
klinis dalam literatur dermatologi, ketaatan terhadap prinsip-prinsip pola penelitian yang
tepat ini belum diketahui.
Disease of sebaceous glands Dermatofita
Tumors Seborrheic dermatitis
merupakan suatu metode yang lebih sistematis untuk meringkas penelitian-penelitian yang
memiliki fokus umum bila dibandingkan artikel tinjauan terdahulu. Meta-analisa sangat
berguna dalam menggambarkan kesimpulan-kesimpulan pasti dari kumpulan hasil berbagai
penelitian klinis skala kecil.
PRAKTEK DERMATOLOGI DI MASA DEPAN
Kemungkinan dampak terbesar dari epidemiologi dan statistik mengenai praktek
dermatologi akan muncul pada pertengahan 1990-an ketika usulan revisi lengkap dasar
pembayaran layanan dokter diterapkan. Sistem baru disebut “Resource Based Relative
Value Scale” (RBRVS), mendasarkan pembayaran menurut waktu yang diberikan bagi
pelayanan, biaya praktek dan perbandingan antar spesialisasi bertindak sebagai rental antar
spesialisasi sehingga point-pointnya dapat diperbandingkan. Mungkin sistem ini akan
menimbulkan sedikit penurunan pemakaian beberapa prosedur dermatologi. Sayang sekali,
sistem ini kurang mengena untuk mengenali perbedaan keahlian antar spesialisasi ataupun
kasus campuran. Dengan demikian, dokter spesialis kulit, yang sangat ahli dalam
mendiagnosa dan penanganan penyakit kulit serta lebih sering menemukan pasien yang sakit
berat mungkin tidak menerima kompensasi memadai untuk layanan yang mereka lakukan
dengan lebih efisien dan mantap.
Kemajuan biomedikal pada 2 dekade terakhir telah membawa penyakit psikokutan dari
hal-hal yang anekdot, spekulasi dan tahyul menjadi suatu ilmu/bidang yang lebih dimengerti
secara imtelektual dan lebih memuaskan.
Reaksi psikofisiologi spesifik sekarang dapat dianggap dalam bentuk transmiter kimia
spesifik dan reseptornya serta hanya sedikit kepentingan riset dan dana yang cukup dalam
usaha-usaha kepentingan-kepentingan yang reproduktif. Pengumpulan pengobatan yang logis
dan dapat dijelaskan dengan (menemukan caranya) mengarah kepada kepustakaan
dermatologi dan pemakaian dalam bidang klinik secara praktik sehari-hari.
Perkembangan Penting dari Persepsi Fungsi Kulit
Pengalaman dermatologi pada awalnya berupa efek yang telah dicapai jauh pada
perkembangan pertumbuhan fisik dan emosional dan selanjutnya predisposisi kearah
ekspresi somatik dari kelelahan emosional.
Kulit adalah jalur komunikasi antara bayi dengan karakter awalnya melalui kecemasan
yang dapat diatur (dimodulasi). Jika modulasi tidak efektif diatasi sebelum usia saat mulai
berbicara, kemampuan untuk mengekspresi kecemasan melalui mimpi fantasi dan bermain
terhambat, dan ekspresi ini akan melalui lintasan fisiologi, hal ini memicu
kecenderungan individu ini kearah somatik.
area kortek sensorik yang mewakili bebagai bagian badan adalah plastik, berbagai
keadaan yang parallel dengan perbedaan derajat stimulasi rabaan. Pengaruh persepsi kulit
taktil ini terhadap perkembangan kemampuan keterampilan secara keseluruhan melalui
stimulasi kulit normal/abnormal menimbulkan pertanyaan yang masih perlu dijelaskan.
Persepsi kulit dari lingkungan dan dari perkiraan diri sendiri antara 1-4 tahun
merupakan pola persepsi badan yang menonjol. Jika lingkungan emosional tak menyenangkan,
persepsi badan ini mungkin tidak stabil/terpecah. Individu ini mungkin selanjutnya
menjadi kurban kekhawatiran obsesi tentang dilusi. Pecahnya kepribadian/keutuhan diri dan
tidak jelasnya batas diri mungkin akibat dari keagalan empati terhadap bagian karakter
awal selama usia tahun kedua. Individu ini dapat menderita penyakit taktisial untuk
mendapatkan eksistensinya dan untuk membuat jelas batas diri ini , gejala-gejala
psikofisiologi dapat terjadi unntuk mempertahankan ketergantungan, karena ketertutupan
emosional tidak tertoleransi.
Kepercayaan diri yang positif dan kuat akan didapat bila karakter awal berespon
positif dan empatik terhadap kelakuan kelakuan/tingkah laku bayi; respon ini
memicu bayi ini merasa berharga. Individu-individu yang kurang
senang/bahagia, kepercayaan dirinya jelek dan dapat menjadi depresi sebagai kelainan
dasarnya meliputi kelainan-kelainan yang cenderung nyeri, pruritus idiopatik, obsesi
konvulasi dan dermatosis-dermatosis, inflamasi seperti psoriasis eksema.
MEKANISME INTERAKSI PSIKOFISIOLOGIK
Penyakit akan timbul bila stress, apakah stress fisik, emosional, atau lingkungan, pada
individu-individu yang mengalaminya dan mengatasi dengan mekanisme pertahanan yang
dapat dilakukan individu ini . Sikap yang diperlukan berkembang mempengaruhi hasil
upaya mengatasi stress; sikap yang lebih diadaptasi lebih menguntungkan kesehatan.
Stress-stress yang dapat diatasi adalah kurang patogen dibandingkan stress-stress yang tak
dapat diatasi.
Tiga bentuk yang terlibat dalam transduksi pengalaman emosional kedalam reaksi
fisik:
1) Cara interaksi yang idiosinkrasi tetapi bervariasi antara respon stress dari “sympatic-
adrenomedullary” dan respon stress dari “hypofiseal-adrenocortical”
2) Pengetahuan imun yang disebabkan stress
3) Neuropeptida
Hubungan pasien-dokter
Hubungan:
Dalam dermatologi dimana individu sering berhubungan singkat saja. Hubungan dari
pasien mungkin bukan merupakan suatu cara pengobatan. Setiap pasangan membawa
harapan-harapan pada pertemuan dan sering menyangka bahwa hubungan ini mungkin
tidak disadari. Reaksi-reaksi ini adalah cara awal interaksi dengan karakter utama;
dengan bergabung mereka menjadi spontan dan merupakan bagian dari sikap masing-masing
individu. Meskipun umumnya dipegaruhi oleh pengalaman hidup dan kematangan, sikap
reaktif spontan ini dapat muncul pada pasien/dokter saat stress. Seseorang harus selalu
ingat hal ini dan mengatasi reaksi perasaan dirinya sendiri sementara pada waktu
yang sama ikut merasakan apa yang dialami pasiennya. Kelakuan/tingkah laku dokter harus
obyektif dan tepat terhadap situasi kulit saat itu, tidak melupakan hal-hal yang lalu.
Komunikasi langsung, jujur, empatik dan respek akan membawa pasien langsung
sehingga memicu pasien merasa lebih enak. Bila perasaan negatif atau kekurang
percayaan terdeteksi, mereka harus diarahkan langsung dan tidak dibiarkan hal ini
berkembang. Ketergantungan harus disadari, bantuaan beban, tingkah laku manipulasi harus
disadari; tingkah laku ini harus dibicarakan secara terbuka tetapi dengan perasaan.
Membuat rujukan psikiatrik
Pasien-pasien yang datang pada ahli penyakit kulit sering tidak siap secara emosi
untuk dirujuk ke psikiatri dan disiapkan untuk itu, sehingga rujukan tidak dianggap sebagai
penolakan atau stigma/cacat.
sesudah laporan dibuat segera pasien diberi pengertian pelan-pelan tentang perlunya
bantuan lebih lanjut dan secara lisan membuat kesadaran ini sebagai bagian dibandingkan
pengalaman dibidang penyakit kulit, menyadari cara yang gejala-gejalanya mengganggu
aktifitasnya dan hubungan antar manusia; dan memperbaiki sendiri ketidakpuasan, frustasi
dan penderitaan emosional yang telah dialami. Dan ini kemudian akan terbukti oleh pasien
ini bahwa konsultasi psikiatrik merupakan langkah logis selanjutnya.
Obat-obat psikotropik dalam dermatologi
Obat-obat psikotropik satu diantaranya menguatkan atau memblok neurotransmiter.
Neurotransmiter-neurotransmiter dihubungkan dengan jalur neural spesifik, dan sindroma-
sindroma spesifik dengan neurotransmiter spesifik. Fenomena ini memungkinkan obat-obat
yang efektif terhadap perkembangan terapi sindroma-sindroma spesifik melalui efeknya
pada neurotransmitter yang relevan.
Tiga klas obat psikotropik yang telah dipakai dalam Dermatologi
1) Antidepresan, ini untuk mengeblok masuknya kembali sinaptik norepinefrin dan
serotonin, neurotransmitter yang berhubungan dengan pengaturan afek.
2) Antipsikotik, ini untuk mengeblok masuknya kembali sinaptik dopamine, transmitter yang
berkaitan dengan tingkah laku emosional, koordinasi motor dan pelepasan hormone
hipofisitropik.
3) Tranquilizer, ini mengikat reseptor-reseptor gama amino butyric acid yang merupakan
penghambat transmiter yang utama.
ANTIDEPRESAN
Dibagi dalam 3 grup; trisiklik, atipik, atau nontrisiklik anti depresan dan monoamine
oksidase (MAO) inhibitor. MAO inhibitor meningkatkan jumlah pemakaian nor epenefrin
dan serotonin melalui hambatan enzim-enzim degradasi trisiklik antidepresan. Derajat
trisiklik bervariasi untuk memproduksi sedasi, efek antikholinergik dan “blokade prefential
uptake” dari epinefrin dan serotonin. Juga memiliki potensi sebagai antihistamin.
Doxepin, antihistamin yang sangat kuat akan dipakai sebagai prototipe.
Trisiklik Antidepressan Trisiklik berbeda dalam tingkatan bagi mereka yang
memicu sediasi, efek antikholinergik, dan blokade yang sering dialami reuptake
norepineprin maupun serotonin. Mereka juga memiliki potensi antihistamin. Doksepin,
antihistamin yang paling kuat, akan dipakai sebagai prototip.
Aturan dosis.
Dosis antipruritik.
Sebagai antihistamin, doksepin adalah 800 kali lebih poten dibandingkan difenhidramin.
Tidak seperti efek anti depresan, efek antipruritusnya sedang. Dosis antara 10-25 mg
sekali pada waktu tidur sampai 10 mg 3x sehari atau 10 mg pagi dan 25-50 mg waktu tidur.
Krem topikal 5% juga dilaporkan efektif sebagai antipruritus.
Dosis antidepresan
Terapi dimulai dengan dosis terbagi, bertahap ditingkatkan sampai tingkat yang
diinginkan, kemudian diubah menjadi dosis tunggal waktu tidur untuk mengurangi efek
samping yang kurang menyenangkan. Dosis 50 mg 3x sehari dapat ditingkatkan bertahap
sampai dosis total 150-200 mg selama 1-2 minggu, kemudian diubah menjadi sekali pada
waktu tidur sebagai dosis yang dapat ditoleransi. Pasien yang agak tua hanya memerlukan
50% dari dosis dewasa. Jika satu obat tidak efektif dalam 3 minggu, dan diganti dengan
obat lain dari kelas yang sama, Jika efek teraputik tercapai, dosis pemeliharaan 50-75%
dari dosis teraputik sehari mungkin adekuat, Percobaan penghentian tiba-tiba mungkin
memicu sakit kepala atau mual.
Diperlukan perhatian bila memberikan obat pada anak-anak, sebab pernah dilaporkan
adanya kematian mendadak.
Obat-obat untuk gejala obsesif-kompulsif
Serotonin adalah neurotransmitter yang dikaitkan dengan gejala obsesif kompulsif.
Jika obat-obatan dipakai , akan dipilih anti depresan dengan aksi selektif pada reuptake
serotonin, contohnya klomigramin, dosis untuk efek antidepresan.
Efek samping, diperlukan 2-3mg untuk mencapai aksi teraputik, mengantuk dan efek
anti kholinergik mungkin menjadi masalah pada awalnya tapi membaik sesuai dengan
bertambahnya waktu. Fotosensitivitas dan kebutuhan karbohidrat dengan peningkatan
berat badan jarang terjadi. Efek samping kardiovaskuler jarang terjadi tetapi lebih
berbahaya, ini termasuk postural hipertensi dan perpanjangan interval QT. Pemeriksaan
fisik dianjurkan sebelum rangkaian antidepresan; ini meliputi tekanan darah posisi duduk
dan tidur, EKG dan jumlah darah lengkap. Tergantung umur penyakit jantung EKG dilakukan
tiap 6 minggu pada 6 bulan pertama. Resikonya jelas terutama pada dosis tinggi pada
orangtua, riwayat penyakit jantung, atau mereka yang memakai obat lain yang
mempengaruhi konduksi jantung.
ANTIDEPRESAN ATIPIKAL (NONTRISIKLIK)
Diantaranya, fluoxetine (Prozac) sangat berguna, obat ini secara struktural unik,
merupakan inhibitor selektif pada uptake serotonin terutama tanpa pengaruh pada
norepinefrin. Oleh karena itu mungkin dipilih untuk terapi obsesi atau kompulsi. Absorbsi
tidak dipengaruhi oleh makanan, tetapi oleh karena waktu paruhnya yang panjang,
konsentrasi dalam plasma tidak lebih dari 6 minggu.
Fluoxetin memiliki kelebihan dari trisiklik: Dia menghasilkan sedasi minimal dan
mungkin agak mengurangi rangsangan nafsu makan; tidak ada efek samping kardiovaskuler
dan ditoleransi dengan baik oleh pasien-pasien geriatrik. Mungkin terjadi ansietas,
insomnia, headache, gelisah, dan kadang sangat lelah. Laporan akhir-akhir ini mengenai
keganasan yang reversible dangan gangguan pikiran yang merugikan pada sekelompok pasien
yang sakit berat tidak dapat disingkirkan; pasien-pasien ini mendapat dosis yang tinggi;
mereka juga mengeluh lelah, hypersomnia dan gelisah. Pasien juga dianjurkan untuk
memanggil dokter bila mengalami terapi yang tidak menyenangkan. Fenoxetin diberikan
pada pagi hari untuk menghindari insomnia. Dosis awal 20 mg dapat dinaikkan 40 mg
selanjutnya 20 mg kapsul tengah hari, sesudah 2-3 minggu, jika respon tidak adekuat.
Dibiarkan 6 minggu sebelum obat ini diputuskan tidak efektif. Waktu paruh yang panjang
memberikan obat tanpa tepering sesudah 6 bulan bebas gejala.
ANTIPSIKOTIK
Dopamin adalah neurotransmitter yang dikaitkan dengan gejala psikotik seperti
kepercayaan akan dilusi dan persepsi dan halusinasi. Dalam dermatologi fenomena ini
ditemukan pada beberapa macam manifestasi dari psikosis monosimtomatis, hipokondria,
kepercayaan dilusi terhadap perubahan struktur kulit dan diatesi halusinasi. Kapasitas yang
lebih luas dari obat untuk memblok dopamine lebih kuat dari obat-obat uang memiliki
efek antipsikotik.
Pimozide (Orap), suatu definilbutil piparidin adalah suatu obat antipsikotik dosis
rendah yang memiliki potensi untuk memblok reseptor dopamine dan opiat. Selain
memblok nyeri secara endogen opiat juga menambah sensasi gatal. Karena kapasitasnya
untuk memblok gatal sehingga membuat pimozide efektif pada pengobatan diastasis
kutaneus dan dilusi.
ATURAN DOSIS,
Dosis 2 mg pagi dinaikkan dengan penambahan 2 mg tiap 1-2 minggu sampai maksimum
8 atau 10 mg sampai terjadi perbaikan; ini biasanya beberapa hari sampai 2 minggu.
Meskipun demikian diperlukan beberapa bulan untuk mendapat efek maksimal. Beberapa
pasien dikontrol dengan 1-2 mg perhari, meskipun rata-rata perhari berkisar 4-6 mg/hari,
kemudian dihentikan secara bertahap sesudah 6 bulan bebas gejala.
EFEK SAMPING.
Seperti obat-obatan antispikotik lain, pimozide mungkin menghasilkan beberapa efek
antikolinergik. Blokade dopamine pada ganglion basalis mungkin memicu sindroma
ekstrapiramidal, khas ditandai dengan ekspresi wajah yang datar, cara berjalan kaku, badan
dan ekstremitas kaku salivasi, dan tremor “pill-rolling”, ini biasanya hanya 3-4 minggu dan
berespon terhadap Bensotropin myselate (Cogentin) 0,5-1 mg 3x/hari. Blokade alfa
adrenergik konkomitan mungkin memicu hipotensi postural. Walaupun penulis sadar
tidak pernah ada laporan diskenesis “tardive” dalam literatur dermatologi, (kemungkinan
disebabkan pemberian dosis yang rendah). Secara teoritis ini dapat terjadi, tampak
beberapa korelasi antara insiden dan dosis total obat antipsikotik sepanjang waktu. Pada
awalnya reversibel, saat ini tampak bahwa jika diagnosa dibuat secara dini dan antipsikotik
dihentikan segera, perbaikan lambat dapat diantisipasi pada lebih 87% kasus. Sindrom ini
prevalensinya lebih banyak pada wanita, usia tua, dan bersama-sama dengan penyakit lain
secara medis, khas ditandai dengan gerakan mulut yang abnormal, dan gerakan khoreiform
dari badan dan ekstremitas.
Meskipun pimizide merupakan penghambat penyaluran kalsium. Satu studi pada 40
pasien hanya menunjukkan pemanjangan dari QT interval pada EKG; perubahan gelombang T
nonspesifik juga pernah dilaporkan. Polifarmasi dengan obat-obat yang memperpanjang QT
interval akan dihindari. Meskipun dipakai dosis yang sangat kecil, EKG diulang tiap minggu
pada bulan pertama atau 6 minggu, harus hati-hati bila memakai pimozide.
TRANQUILIZER (ANGIOLITIK)
Sebagian besar tranquilizer yang dipakai akhir-akhir ini adalah bensodiazepin, kasiat
antisolitik berkaitan dengan afinitas obat-obat ini untuk reseptor bensodiazepin dalam
otak. Mereka bekerja melalui peningkatan aktifitas penghambatan neurotransmitter gama
aminobutiricacid. Tempat tranquilizer untuk dermatologi terbatas dan obat-obat ini paling
bagus dipakai unutk ansietas situasional episodik atau ansietas yang diikuti sakit fisik.
Semua bensoziadepin berbentuk biasa, dan kronitsitas dari kebanyakan kondisi kulit
yang ditimbulkan untuk ansietas membuat resiko ini nyata. Selanjutnya tidak semua tipe
ansietas paling baik diterapi dengan obat ini . Contohnya komponen fisiologis dari
ansietas, seperti takikardis, disines, tremor, berkeringat banyak, mulut kering dsb, lebih
baik diterapi dengan beta bloker seperti propranolol. Sedangkan ansietas fobik, ansietas
yang berhubungan dengan stress post traumatis, dan ansietas yang merupakan suatu bentuk
kelaianan yang merupakan depresi primer lebih baik diterapi denga trisiklik anti depresan.
pemakaian CARA LAIN
Cara nonkimia patut diteliti lebih luas, keuntungan yang diperoleh pasien, tidak harus
mengeluarkan biaya dalam jangka panjang dan psikologi serta fisik.
PSIKOTERAPI
Meskipun keuntungan dari terapi obat selalu ditambah bersama psikoterapi, terdapat
beberapa pasien yang berespon terhadap psikoterapi saja, pilihan cara tergantung pada
kecurigaan dokter dan tingkat psikopatologi. Sayangnya ini sulit untuk tidak dianjurkan
mengobati jalannya antara telapak kaki yang ditandai dengan bermacam-macam “heterodoks
un orthodoxies” dan kepastian terhadap suatu rujukan akan menguntungkan pasien. Ini
untuk menarik dokter agar bersifat familier dengan dasar-dasar psikologi dan teori
psikiatrik serta untuk mengembangkan hubungan kerja dengan pemberi terapi dengan
orang-orang yang memiliki pandangan bersama dapat dibagi.
Praktisioner dari latar belakang yang tak sejenis sebagai pekerja sosial, teologi dan
edukasi, sebagaimana psikologi dan psikiatri, dapat mereka rencanakan sendiri sebagai
pemberi terapi. Dan sayangnya tidak semua diberi “label terapi” benar-benar terapetik.
Semua terapi legitimasi pada umumnya mereka mencoba struktur yang aman dimana pasien
dapat menggali perasaan dan aksi dalam mengontrol arah tanpa menyangkut konsekuensi
norma dari perasaan dan aksi. Seperti terapi dapat secara luas diklasifikasikan sebagai
supportif, ekspresif, tingkagh laku, “insight oriented”, meskipun dalam praktek terdapat
overlapping.
PSIKOTERAPI SUPORTIF
Pasien dengan patologi berat, seperti dilusi, halusniasi, atau penyakit faktisial pada
umumnya secara psikologi fragil. Mereka memiliki resiko dekompensasi dibawah stress,
dengan kemungkinan 3 terapi ulang yang teratur lebih luas, dari kenyataan ini mungkin mulai
terhadap lingkungan yang lebih besar maladaptasi. Untuk pasien ini terapetik merupakan
satu dorongan kekuatan pasien, menyokong pertahaan pasien dan mensahkan perasaannya
untuk mengurangi perasaan isolasi dan kerenggangan hubungan, ini akan membantu pasien
untuk mendapat pilihan untuk menyeusaikan diri dan mendapatkan kemandirian pada saat
yang sama.
PSIKOTERAPI EKSPRESIF
Terapi ekspresif tergantung pada perbaikan kecakapan dan ekspresi emosional.
Fokusnya superfisial, interpersonal lebih baik dibandingkan intrapsikik, dan problem-problem
disampaikan pada tingkat kesadaran. Situasi mungkin dicari untuk keadaan spesifik;
prosesnya mungkin tergantung pada ventilasi atau “abraction” untuk membebaskan dari
kecemasan atau terapis dipertemukan untuk membesarkan ataupun memperdalam
pengertian, jadi memungkinkan pasien untuk mengalami emosinya secara logis.
TERAPI BEHAVIORAL
Terapi behavioral meliputi aplikasi dari prinsip belajar untuk analisis dan pengobatan
kelainan tingkah laku, ini difokuskan pada pola yang dapat dilihat dari tingkah laku yang
agak menurunkan status mental dan pembinaannya. sesudah analisa hati-hati dan lengkap
dari respon adaptif yang merupakan kelainan, satu dari program terapi yang berbeda
direncanakan. Masing-masing program termasuk satu kombinasi tingkat relaksasi otot yang
dalam bersama dengan satu metode untuk mengurangi keadaan cemas serta progresif,
seperti desensitisasi sistemik, “floading”, atau bala bantuan positif. Dalam dermatologi
terapi behavior telah dipakai terutama dalam terapi obsesif-kompulsif dan garukan.
TERAPI KOGNITIF
Terapi kognitif berdasarkan pada asumsi bahwa keseimbangan psikologi sering timbul
pada kesalahan dalam spesifik habitual dalam berpikir dan keadaan orang menafsirkan dan
mengerti seperti keadaan-keadaan yang menentukan dan mengubah bagaimana dia berpikir
dan berperan. Terapi berisi elemen-elemen dari behavior terapi, kemudian direncanakan
untuk membantu pasien mempersempit area problem, menginterpretasikan lebih realistis
dan berlatih lebih adaptif dan berespon terhadap orientasi nyata melalui medium tugas
pekerjaan rumah. Tipe terapi ini pendek, pendekatan orientasi problem yang mungkin
menolong pasien yang cukup utuh secara psikologi untuk mengerjakan pekerjaan antara dua
session. Meskipun ini tidak mempengaruhi struktur personalitas atau efek perubahan
intrapsikik. Terapi kognitif telah efektif yang terapinya meningkatkan fungsi individual
secara relatif dengan tipe situasi cemas, depresi, dan pengertian kronik yang pasti.
Insight -oriented atau psikoterapi dinamik
Berlawanan terhadap terapi diatas, psikodinamik atau “insight oriented
psychotherapy” berpusat pada elemen-elemen intra psikis yang dapat diikuti kembali
kemasa anak-anak, dapat memfokuskan pada tingkah laku maladaptif eksternal bahwa
berdasarkan kegagalan transaksi interpersonal elemen-elemen intra psikis ini berlanjut
pada jalannya atau kerjanya sebagai kesalahan adaptasi kekuatas motivasi bawah sadar
dalam kulit saat ini. Tidak terpecahkan konflik bawah sadar menimbulkan kecemasan bahwa
gerakan tingkah laku direncanakan untuk meringankan. Yang termasuk “Insight oriented
psychotherapy” antara lain psiko analisis, bukan merupakan problem orientasi tetapi
merupakan perbaikan kepribadian melalui perubahan intrapsikis. Distorsi dari persepsi
dikoreksi, dan akibat atau hasil perbaikan fungsi dan peningkatan nilai hidup mengurangi
stress intrapsikis dan memicu penanganan yang lebih baik terhadap stress lingkungan.
Karena selama terapi ini memicu regresi psikologikal dan kerusakan struktur
pertahanan yang mengadaptasi, indikasi mereka pada individu yang memiliki kekuatan
yang adekuat untuk mempertahankannya, individu-individu ini harus memiliki keyakinan
pada realitas suatu kemampuan untuk memahami. Satu tingkat fleksibilitas, toleransi pada
frustasi dan kontrol terhadap rangsangan-rangsangan. Dalam dermatologi, cara ini
ditujukan pada terapi gejala-gejala obsesif kompulsif, keadaan gejala depresi dan beberapa
dermatosis yang dicetuskan oleh kecemasan. Mereka juga bermanfaat pada pasien dengan
kelainan kepribadian seperti dermatosis artefakta, meskipun terapi ini pada pasien seperti
ini perlu waktu lama dan sulit.
Tergantung dari sekolah mana ahli mengobati berbeda secara bermakna pada
efektifitas mereka, beberapa diantaranya secara konsisten menghasilkan hasil yang lebih
baik dibandingkan yang lain.
CARA LAIN
Hipnosis
Dalam hipnoterapi pasien dimasukkan dalam stadium relaksasi yang dalam dimana dia
menerima suatu sugesti dan pengaruh orang yang menerapi. Sejarahnya, hipnosis merupakan
suatu cara eksperiman dari bermacam-macam penelitian psikosomatik awal, misalnya respon
hipersensitivitas tipe cepat dapat ditekan untuk hipnosis dan respon seluler diatur.
Hipnoterapi telah dipakai untuk terapi pruritus, veruka, dan trikotilomaniaterapi hasilnya
sulit dievaluasi dan sugesti hipnotik hilang efeknya dengan berlalunya waktu.
Biofeedback
Melalui cara ini dilatih secara sadar membuat perubahan dalam keadaan fisiknya pada
respon terhadap timbal balik visual atau audio yang diberikan untuk instrumen bioelektrik.
Tehnik relaksasi merupakan bagian yang perlu dari latihan ini dan usaha mengatur
diri sendiri hal-hal seperti kecemasan dan komponen psikologinya, berkeringat, respon
vaskuler dan gatal dapat dilakukan. Keberhasilan telah dilaporkan 70% pada pengobatan
fenomena raynaud’s. Biofeedback ini telah dipakai pada hiperhidrosis, pruritus, dan aksi
kompulsifkutan misal pada trikotilomania.
Kelompok Pendukung
Kelompok pendukung masuk diantara pasien-pasien terdapat sejumlah format yang
berbeda, kelompok ini mungkin “open” (terbuka) dianjurkan hadir untuk setiap pesta
yang menarik dan bila mereka senang atau terbatas hanya untuk orang-orang tertentu saja,
mereka mungkin “open-minded” terus menerus berlanjut berdasarkan pada suatu dasar
kelanjutan atau terbatas pada acara-acara tertentu saja, mereka mungkin juga secara
mudah untuk dukungan sosial dan emosional atau mereka memiliki tujuan pengobatan
tertentu, dibawah pengawasan pimpinan atau fasilitator, kelompok tertutup terhadap 6-7
partisipan bertemu tiap minggu, untuk kemungkinan 10 acara yang setiap acara 1 setengah
jam, sehingga memberanikan keakraban kelompok dan beberapa efek terapentik. Kelompok
terbuka dengan suatu jadwal “open-endeed” dan mungkin bertemu setiap bulan, sehingga
membuat partisipan merasa diterima dan merasa kurang terisolasi, mereka memberikan
dukungan emosional seperti forum untuk edukasi tentang penyakit tertentu dan pertukaran
tehnik-tehnik mengatasi diantara pasien-pasien. Tetapi kelompok demikian kurang
kekakrabannya dan kurang memenuhi tujuan psikoterapi. Kelompok-kelompok digabungkan
bersama satu dokter (terapist) dan pasien telah bertemu dengan beberapa hasil yang
dicapai. Saat ini terdapat kelompok-kelompok pendukung untuk beberapa luad antara lain
iktiosis, alopesiaareata, psoriasis dan ektiema.
GANGGUAN PSIKIATRIK YANG MUNCUL PADA KULIT
Delusi dan Halusinasi
Fenomena ini bila konsisten dan terus menerus merupakan patognomanik dari psikosis.
Isi pikiran mungkin penuh dengan serangga, kutu atau cacing-cacing atau mungkin kesalahan
persepsi dari gangguang struktur atau fungsi kulit. Timbulnya tanpa rangsangan dari luar,
kepercayaan ini sangat kuat dipegang oleh pasien dengan berbagai alasan. Evaluasi
dan terapi adalah satu bentuk (uniform) menghilangkan isi pikiran, terapi efekti
memerlukan diagnosa psikiatrik yang akurat. Tabel 3-2 daftar kelainan-kelainan medik
psikiatrik yang mungkin ada dengan suatu investasi penuh dengan paraasit.
Delusi Parasitosis (Ekbom’s Disease)
Aspek-aspek sejarah. Pertama diuraikan oleh Thieberge tahun 1984. Ekbom
menemukan sindroma dan menamakan dengan nama itu. Sumbangan penting oleh Skott dan
Lyell telah menerangkan “delusional nature” dan epidemiologi, sedang Munro dan yang lain
menjelaskan etiologi.
Epidemiologi
Keadaan ini jarang, Lyell membandingkan ratio pria terhadap wanita 1:1 dibawah 50
tahun, dan 1:3 diatas 50 tahun, rasio rata-rata 1:2. Meskipun awalnya mungkin pada usia
sesudah adolesens, insiden tertinggi antara 50-80 tahun, dengan puncak pada akhir 60 an.
Etiologi dan Patogenesis
Pruritus atau paraestesi yang berasal dari lingkungan atau somatic, contoh xeros
senilis, elektrisitas static, penyakit-penyakit sistemik atau suatu terapi terdahulu atau
sebelumnya, mungkin mengarah pada status delusioal yang berkepanjangan. Isolasi sosial,
visual, atau perbaikan auditori dan stress psikososial saat itu mungkin merupakan faktor-
faktor yang mempengaruhi. Bayangkan relative mungkin mengikuti kepercayaan delusional
pasien dalam suatu “folie a deus”
Manifestasi Klinis
Kecemasan dan “pre occupation” yang pelik dengan kepercayaan delusi yang meonjol.
Pasien sulit untuk melaksanakan dan ragu atau takut mengatakan secara detail morfologi,
“life cycle” dan kebiasaan khas dari parasite pribadinya dan tahap-tahap “Herculian”
diberikan untuk menghilangkkanya dari diri mereka. Banyak “Specimens” terdiri dari debris,
lint, atau bagian-bagian dari serangga terbang yang dikemukakan dan banyak dokter,
entomologists dan “pest Control Companies” terdahulu dicemooh. Secara khas, perabot dan
pakaian yang dikurangi sehingga sedikit mungkin pergantian tempat tinggal, dan keluarga
serta teman-teman jauh dari kontaminasi. Suatu logika internal menunjukkan uraian
terperinci dan dibuat tahapan-tahapan.
Disamping keputusasaan dan frustasi, “Paranoid Rage” dirahasiakan sedikit, proyeksi pada
parasite-parasit eksternal dan agresi internal dan dosa atau kesalahan yang mendasari
kepercayaan delusional.
Penyelidikan pada kepribadian premorbid mungkin memperlihatkan kecemasan kronik dan
paranoid, schizoid, atau sifat obsesional. Lesi kulit seperti ekskoriasi, papula yang tergaruk
atau bekas garukan mungkin tampak atau tidak; tetapi dermatitis iritan sekunder terhadap
kaustik, abrasive dan insektisida yang telah dipakai pasien sering ditemukan.
LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN KHUSUS
“Specimen” haurs diperiksa secara mikroskopis dan penelitian dapat dilihat pada table
3-2. Garukan pada skebies atau biopsy mungking jarang diperlukan. Semua akan negatif.
PATOLOGI. Lesi-lesi, bila tampak tidak spesifik.
diagnosa DAN diagnosa BANDING.
Gambaran klinis tidak ada kelainan, yaitu dengan gejala hipokondriasis dengan dilusi
yang berbatas tegas (lihat tabel 3-2) dan fungsi pada umumnya baik dalam aspek kehidupan
mereka, meskipun pada pasien skizofrenik dilusi parasitic merupakan bagian dari suatu
kompleks dan kelainan yang menjalan dari pikiran atau persepsi. Dysporic atau sindroma
bipolar dilakukan diagnosa melalui Riwayat terapi, gambaran klinik. Pada pasien obsesional,
intensitas ketidakgoncangan kepercayaan adalah tidak cukup dan kehidupan pasien, jangan
pikiran konsumsinya hilang total.
Terapi
Penderitaan yang amat sangat dan beban hidup, meskipun demikian, jelas keyakinan
pasien bahwa merupakan psikiatrik tetap ditolak untuk mengulang penelitian hanya
menentukan kesalaham kepercayaan lebih jelas. Pasien dalam penyelidikandan sebenarnya
percaya apa yang dilaporkan , pertamuan terapetik akan diakhir jika dokter dapat empati
dan mensyahkan pengalaman yang menyakitkan ini . Bertentangan dengan isi delusi
yang “Counter Productive”, isu ini akan dikesampingkan, sering kunjungan singkat diatur
untuk dorongan dan penemuan jalan yang bijaksana sehingga pasien menerima suatu resep
untuk pengobatan. Terapi topikal simtomatik, karena gejala ini mencerminkan psikosis dan
karena gejala psikotik hubungan reseptor dopamine, obat yang wajar akan menghentikannya.
Pimozide adalah obat pilihan dan mungkin karena jumlah kapasitas untuk menghentikan
reseptor-reseptor opioid dan menjadi sensai gatal. Haloperidal mungkin juga efektif. Suatu
antidepresan mungkin diresepkan, sendiri, atau bersama pimozide, dimana diindikasikan.
Perjalanan dan Prognosis
Bila tidak diterapi, keadaan kaan menjadi kronik. 60-80% pasien-pasien berespon terhadap
pimozide, perbaikan gangguan terjadi dalam dua minggu, meskipun mungkin diperkukan
beberapa bulan untuk kontrol lengkap. Untuk depresi post psikotik terjadi dalam 10-15%
pasien ini akan berespon terhadap penambahan satu anti depresan terhadap regimen. Pasien
tua dengan depresi yang menyolok mungkin berespon terhadap anti depresan sendiri dan
tampak memiliki suatu prognosis jangka panjang yang lebih baik. Kebanyakan pasien
memerlukan terapi pemeliharaan, beberapa mencapai remisi dan kadang-kadang terjadi
penyembuhan, bila gangguan kemudian berulang, respon terhadap terapi sebelumnya
dilupakan dan pemberian obat dinyatakan “useless) (sia-sia)> Dalam “folie a deux”,
kesembuhan mengikuti perbaikan pada pasien pertama.
Delusi Dysmorfik dan Halusinasi
Delusi atau halusinasi dari kelainan struktur kulit atau fungsi mirip dalam atau pada setiap
jalan parasitosis ini , evaluasi dan penanganan adalah identic, angan-angan yang
mungkin berisi halitosis, toksis atau bau badan yang tak enak, hal-hal yang memicu
cacat fisik atau disintegrasi jaringan. “Dermatologic non-disease” suatu distorsi malignan
dari body image, terjadi diantara obsesi dan delusi, pasien ini memiliki “idie fixie”
mengenai keburukan atau abnormalitas pada wajah atau area genital mereka sering
tertekan, bahkan bunuh diri, dan mungkin responnya sedikit terhadap terapi yang identik
terhadap dilusi.
Sindroma-Sindroma Faktisial
Aspek Sejarah
Diakui jaman hipocrates, lesi-lesi kulot facticial telah ditemukan apakah mereka
diakui atau disangkal, dan apakah mereka dihasilkan secara sadar atau dalam keadaan
terpisah. Semua itu varian “artifcators”, dan pemakaian biasanya sebagai berikut:
1. Dermatitis artefacta, Dermatitis factisius: responsibilitas untuk lesi-lesi tetap
disangkal untuk pasien, apakah lesi-lesi dihasilkan secara atau bawah sadar
2. Kompulasi kutaneus: lesi yang dihasilkan dari aksi-aksi sadar dan repetitive, seperti
neurotic ekskoriasi, trikolilomania
3. Malingering/pura-pura: lesi-lesi yang dihasilkan secara sadar dan secara curang
untuk tujuan sekunder. Karakter kelainan ini selanjutnya tidak akan didiskusikan.
Dermatitis artefakta:
Epidemiologi: rasio antara wanita dan pria bervariasi sebagai 3:1 sampai 8:1. Meskipun
kebanyakan pada adolescen dan dewasa muda, dan dapat terjadi pada semua umur,
sejumlah yang tidak sesuai dari pasien-pasien telah bekerja pada atau memiliki
keluarga dekat yang bekerja pada bidang kesehatan, hal ini menunjukkan keyakinannya.
Biasanya didapat episode sebelumny dari penyakit-penyakit psikosomatik atau penyakit-
penyakit faktisius.
Etiologi dan Patogenesis
Sindroma kutaneus masuk bagian dari spektrum umum dari factisia;, mungkin terdapat
morbiditas barat atau sesuatu yang membuat cacat dan lesi-lesi. Kebanyakan dihasilkan
pada diri sendiri, terdapat juga pada yang lain. Bila terjadi pada orang dewasa mungkin
neurotic tapi lebih umum memiliki kelainan kepribadian yang khas ditandai dengan
infantile, ketergantungan, tingkah laku manipulative dan control rangsangan buruk. Pada
masa tingkat anak-anak hubungan ibu dan anak merupakan difungsional terhadap
berbagai tingkat dan mungkin termasuk penyalahgunaan fisik dan emosi. Pada kasus-
kasus yang tidak berat diagnosa mungkin merupakan suatu kecemasan atau kelainan
penyesuaian dari masa anak, padahal sudah mengenai kelainan kepribadian yang lebih
berat. Pengendapan kedua, dimana pasien tidak mengetahui secara sadar, motivasi
aktivitas merusak diri sendiri.
Bermacam-macam konflik dan motivasi dibawah sadar telah ditunjukkan.
Manifestasi Klinik.
Lesi tunggal atau multiple, bilateral dan simetri atau pada tangan yang mudah dicari.
Morfologi adalah bermacam-macam seperti metode-metode khusus tetapi ini berubah-
ubah secara aneh, sering angulated atau geometric, dengan permukaan nekrosis atau
garis lurus yang mirip dermatosis yang tak diketahui.
Lyell telah membuat ringkasan spektrum yang luas dari modalitas yang biasa dipakai
dan telah menekan “hollow history” yang khas dan belum didapatkan gambaran pertumbuhan
lesi. Meskipun dari pihak keluarga pasien mungkin merasa kecewa dengan hasil medis yang
didapatkan, pasien tetap tidak terganggu dengan lesi yang memburuk secara nyata dan
memicu sakit nyeri. Pasien tampak kooperatif, tapi perjalanan penyakit yang terus
menerus menghalangi kepatuhan ini , menolak bertangggung jawab dengan sindroma
yang dialami ini .
Penelitian khusus dan Laboratorium
Hitung jenis, serologis kultus, pada kasus-kasus inokulasi septic. Biopsi mungkin sesuai
untuk dermatosis khusus tapi negative untuk study konfirmasi.
Patologi.
Penemuan mikroskopik sama dengan modus operandi.
diagnosa dan diagnosa banding
Infeksi, gigitan arthropoda vasculitis, penyakit vaskuler kolagen, dan koagulopati
paling mirip. Penelitian ini diindikasikan melalui morfologi yang akan diusahakan, hanya
karena suatu penelitian selanjutkan akan mengalihkan fokus dari masalah psikiatri.
diagnosa tak melalui pengecualian, tetapi berdasarkan pada morfologi , afek dan
kepribadian pasien, penyakit yang tak jelas sebelumnya, dan stress psikososial saat ini.
Sebaliknya, bila lesi faktisial terjadi sebagai bagian dari psikosis dan pasien tak menyangkal
responsibilitas pada lesi.
Pengobatan
Dewasa
Karena pasien ini mengemukakan keinginannya dalam bentuk psikosomatik, komunikasi
efektif dengan seorang dokter seperti empati mungkin mengurangi keinginannya untuk
menciptakan penyakit. Keinginan singkat yang sering berpura-pura melihat terapi topikal,
membolehkan suatu terapi gabungan untuk perkembangan dalam untuk ketidakadilan
lingkungan. Pasien ini akan membandingkan pengalaman sebagai pengobatan atau serangan,
hal ini dapat memicu bahaya persekutuan tindakan yang mutlak. Pengenalan empati
dari kebohongan yang terbatas oleh sakit yang akan didiskusikan pada stress saat ini dan
lama kelamaan membuat masalah rujukan psikiatrik tak terpecahkan, pengakuat bahwa
penyakit itu sendiri merupakan stress mungkin membuat pasien menyetujui rujukan.
Berdasarkan dengan depresi atau episode pendek psikotik memerlukan terapi obat-obatan,
tapi bahkan tidak adanya indikasi yang nyata, obat-obatan psikotropik yang sering dapat
membantu.
Anak-anak
Durasi pendek dari penyakit dan orang tua dengan adanya rasa empati memungkinkan
dokter untuk mengadakan pendekatan, sering melakukan kontrol singkat dapat menambah
dorongan, membantu orang tua mengidentifikasi dan meringankan stress dan menyelesaikan
kecemasan-kecemasan anak-anak melalui perkataan. Bila keadaan memungkinkan, perlu
evaluasi keluarga oleh seorang ahli psikiatrik anak atau psikoanalisis, karena penyelesaian-
penyelesaian fisik dan emosional sepanjang hidup. Terapi keluarga, psikotik individual atau
psikoanalisis untuk orang tua dan anak-anak mungkin direkomendasi untuk memastikan
proteksi yang seharusnya dan terapi adekuat.
Prognosis
Dewasa
Prognosis ditentukan melalui psikopatologi, kurangnya perbaikan pasien-pasien yang
memiliki gangguan-gangguan durasi pendek mungkin sanggup untuk melepaskan ini dengan
pertolongan empati dorongan. Dimana formasi gangguan disebabkan karena tidak
terputusnya konflik bawah sadar, seperti pada pasien-pasien neurotic, “insight-oriented
psychotherapy” diperlukan dan berhasil. Untuk kepribadian “borderline”, penjelasan
faktisiusnya dekat pada kehidupan, dengan pencetus kekambuhan melalui lingkungan masing-
masing atau stress intrapsikis. Meskipun beberapa pasien mungkin mendapat untung dari
psikoterapi intensif jangka panjang, hidup perbaikan biasanya terjadi hanya bila keadaan
terganggu.
Anak-anak.
Meningkatnya maturitas atau kematangan dan edukasi orang tua membantu
mewujudkan prognosis yang baik bila gangguannya baru mulai dan penyebab stress
teridentifikasi, gangguan sering dilepaskan tanpa orang tua atau responsibilitas pengakuan
anak. Prognosis juga bagus pada kasus-kasus yang lebih menetap bila psikotik yang layak
dapat dimulai. Anak itu dikuasai untuk kesalahan fisik dan emosi yang berat, meskipun akan
ditakdirkan untuk sakit psikogenik kronik rekuren jika tak segera dan perantara psiko
sosial yang kuat dimulai.
Compulsive Habits.
Lesi-lesi faktisius dari perbuatan disengaja, pengulangan, tak terkontrol termasuk
ekskoriasi neurotic, lilunsimpleks kronikus, prurigo nodularis, trikotilomania, onikotilomania,
liplicking dermatitis dan sebagainya.
Aspek Sejarah
Ademson, Pussy, dan Senear, Mckee, dan Michelson memberikan pengertian awal dari
ekskoriasi, sedangkan Halloppeau memperkenalkan perangai kompulsif dari trikotilomania,
hanya saja akhir-akhir ini kelainan ini telah dihubungkan terhadap patologi obsessive-
kompulsive. Ekskoriasi neurotic dan trikotilomania akan dianggap tersendiri atau terpisah.
Ekskoriasi Neurotik.
Epidemiologi. Meskipun terjadi pada semua usia, kebanyakan kasus-kasus berat dan
rekalsitran mulai pada dekade ketiga sampai kelima.
Etiologi dan Patogenesis
Konfigurasi kepribadian adalah obsessive-compulsive, rigid atau kaku, perfeksionistik,
gangguan mental (penuh peritimbangan), kontroling dan khawatir untuk berbuat salah,
pasien ini jarang tersentuh dengan perasaan dan serangan bawah sadar yang sulit dicapai.
Serangan ini sering berasal dari tak terputusnya perasaan kepada orang tu