diagnosa dermatology 2

a. Gangguan-
gangguan mengandung kecemasan yang dihasilkan bila bekerja agresif mengancam 
permukaan. Depresi adalah tanda umum. Serotonin tampak sebagai neurotransimter yang 
rumit dalam formasi gangguan. Satu patologi berspektrum luas ditemukan secara tak 
sengaja, berkisar dari satu gangguan neurotic yang timbul hanya dibawah stress terhadap 
atau pada pasien yang tak sanggup berfungsi karena tingkah laku kompulsif menganggu 
setiap aspek kehidupannya. 
 
Manifestasi Klinik. 
Beberapa pasien linglung, tapi biasanya lesi-lesi incidental masing-masing terpisah 
seperti acne “acne exorice”. Folikulitis, atau gigitan serangga, tipe ini tidak umum, mungkin 
   
episodic atau terus menerus, dan dapat dikenal sebagai kebiasaan sederhana. Kasus-kasus 
lebih berat sering mulai pada pertengahan kehidupan. Lesi-lesi yang mulai sebagai suatu 
papel urtikaria atau yang dihasilkan pada kulit normal berkembang melalui pengulangan 
robekan, mengkilat atau tercungkil menjadi bulat oval atau ekskoriasi linier, distribusi 
bilateral dan simetik dalam penelitian atau pemeriksaan tangan. Biasanya timbul pada saat 
sebelumnya dan tempat yang biasa, dan tekanan yang tak tertahan dialami oleh pasien bila 
memperhatikan secara hati-hati terhadap semua lesi yang mengganggu. Tak diketahui apa 
yang  mendorong mereka untuk melukai diri mereka sendiri, pasien-pasien menjadi malu dan 
terhina oleh kurangan kontrol mereka. Satu spektrum dari stadium evolusioner tampak atau 
muncul serentak, dari ulkus superfisial sampai dalam hiperpigmentasi atau tapi hipertropik 
sampai nodul-nodul yang hipertropik bila sembuh, macula hipo atau hiperpigmentasi, dan 
jaringan parut atropik. 
 
Laboratorium pemeriksaan khusus. Tidak ada. 
Patologi 
Tidak spesifik dengan bermacam-macam stadium lesi. 
diagnosa  dan diagnosa  banding. 
Penampiln yang depresife, kepribadian kompulsif, morfologi klinik, dan penjelasan 
mengenai penyebab stress akan diperoleh suatu diagnosa  yang positif. Tidak ada penemuan 
penyebab kutaneus atau internal yang mendasari. 
Terapi. 
Terapi tergantung pada perkiraan dokter dan beratnya gejala. Karena gejala obsesif-
kompulsif tampak dikaitkan dengan serotonin, obat anti depresan yang secara selektif 
menghambat reuptake serotonin dilaporkan memberikan respon yang paling menyenangkan. 
Hasil yang baik dilaporlan dengan clomipramine dan fluoxetine, doxepin mungkin juga 
efektif. Beberapa pendekatan tingkah laku dilaporkan berhasil, tetapi studi kontrol dengan 
    
follow up adekuat tetap diusahakan. “Insight-Oriented Psycotherapy” dan psikoanalisis 
memiliki  tempat dalam terapi. Terapi dermatologis adalah simtomatik.  
 
Perjalanan penyakit dan prognosis. 
Kasus-kasus ringan durasi pendek mungkin diatas dengan tindakan topikal, dorongan 
empati, dan doxepin dosis anti pruritic. Kasus-kasus yang lama pada pasien-pasien yang 
memiliki  kepribadian tetap dan yang tidak berminat pada “long-term psychotherapy”. 
Terapi tingkah laku mungkin bermanfaat. Cara ini meskipun singkat dan sangat efektif, 
memperhatikan gangguan yang jelas dari pada faktor-faktor psikopatologi dan kepribadian 
yang mendasarinya, sehingga membuka kemungkinan kambuh kembali. Anak-anak dan dewasa 
muda yang terkena secara berat, paksaan mungkin merupakan sentuhan dari  gunung es, dan 
disini terapi “insight oriented” mungkin menghalangi berkurangnya penyesuaian 
penyelesaian-penyelesaian terhadap konflik yang tidak terpecahkan dari keadaan kemudian, 
gejala-gejala kutan akan diselesaikan  “pari passu” dengan bantuan terapi yang lain. 
Penulis menyediakan clomipramine dan fluoxetine untuk gejala-gejala berat yang lama, 
khususnya pada pasien-pasien tua yang depresi, 50% perbaikan gangguan dapat ditunjukkan, 
tetapi obat harus terus menerus dalam waktu yang lama. 
 
TRIKOTILOMANIA. EPIDEMIOLOGI 
Meskipun menjumpai persilangan spektrum penyakit psikitriatik dalam praktek 
dermatologi trikotilomania biasanya pada individu untuk gangguan tidak terkontrol. Puncak 
onset pada masa anak-anak kadang-kadang sebelum 18 tahun. Terutama pada wanita dengan 
perbandingan pria : wanita adalah 1:5, kebanyakan laporan publikasi menyangkut wanita. 
 
Etiologi dan Patogenesis 
Modulasi emosional optimal dan pemisahan konstelasi lobus dari ibu tidak berkembang 
pada pasien-pasien ini karena suatu kesalahan susunan keluarga yang khas. Ibu tidak biasa 
ambivalen, intrusive, penuntut dan tidak konsisten, sedangkan ayah tidak terlibat secara 
emosional. Penemuan ini disangsikan tetapi penulis menemukannya secara sangat konsisten 
seperti suatu miliu emosional merintangi perkembangan mekanisme adaptasi untuk 
pelepasan ketegangan kontrol yang buruk dan tak terselesaikannya kemarahan bawah sadar 
kemudian. Satu cara untuk menurunkan ketegangan dengan mencabut rambut. jika  
rambut atau bahan yang telah dipakai  untuk menenangkan diri selama bayi. Pada kasus 
persistan satu spektrum kelainan-kelainan tingkah laku sering dikaitkan, ini termasuk 
menghisap ibu jari, memotong kuku-kuku sedikit-sedikit, penampilan sekolah yang buruk dan 
hubungan yang buruk dengan orang sebaya dan keluarga. Pengaruh wanita disebabkan pada 
makna psikologis anak-anak perempuan dalam kehidupan emosional ibu. Macam-macam 
   
konflik rasi bawah sadar dan arti simbolik telah dihubungkan pada trikotilomania, dan 
ditunjukkan hubungan terhadap obyek transisional. 
 
Manifestasi Klinik 
Scalp rambut sangat sering terjadi, demikian juga pada rambut ketiak, bulu mata 
ataupun rambut pubis, mungkin tertarik secara melingkar, bergelombang, ataupun secara 
sentrifugal. Lesi biasanya terjadi secara tunggal, namun mungkin sangat besar, dan 
mengandung rambut yang tidak sama panjangnya, yang memberikan rasa bristle-like 
terhadap palpasi lelaki. Plucking mungkin ditentukan pada suatu waktu dan tempat, dengan 
manipulasi ritual sebelum jambakkan rambut hingga rontok, atau ingesti ingesti mungkin 
dapat menimbulkan permulaan obstruksi dari trichobezoar. Kasus-kasus relaksitrans yang 
sangat sering terjadi adalah pada permulaan usia dewasa; diikuri rasa malu maupun 
kebingungan menimbulkan penolakan yang hampir menyeluruh. 
 
Pengamatan Khusus dan Laboratoris. Tidak ada 
Patologi 
Pertumbuhan rambut secara normal terjadi tersebar diantara folikel-folikel yang 
kosong pada lapisa dermil noninflamasi. Pertumbuhan kembali dari rambut yang terpotong 
dapat memiliki konfigurasi “corkscrew”. 
diagnosa  dan diagnosa  banding. Morfolofi, konfigurasi kepribadian, susunan 
keluarga maupun perilaku adalah merupakan sauatu diagnosa . Infeksi jamur, alopecia 
areata, dan penyakit inflamasi scalp yang seharusnya diatur jarang terjadi. Balut tertutup 
untuk menunjukkan pertumbuhan rambut jarang sekali diperlukan. 
Terapi: Penanganan ini terlihat seperti ekskoriasi neurotic 
 
Perjalanan dan Prognosis: 
Episode “Transcent stress related” pada masa anak-anak berespon terhadap 
dorongan, edukasi orang tua, dan peningkatan kematangan. Indikasi dan pembatasan tingkah 
laku adalah seperti ekskoriasi neurotik publikasi terbanyak melaporkan kasus-kasus 
kejadian dengan follow up terbatas satu penelitian menunjukkan 90% gangguan berkurang 
pada 19 tahun 22 bulan. Hipnosis juga dilaporkan berhasil. Clompramine dan fluoxetine 
mengontrol gangguan, meskipun antidepresan lain dilaporkan berhasil dalam menekan pasien. 
Tanpa pengobatan kasus anak-anak atau dewasa muda mungkin berlanjut sepanjang hidup, 
dengan remisi dan eksaserbasi, psikoterapi atau psikoanalisis memberikan prognosis jangka 
panjang terbaik. 4 pasien yang menunjukkan “insight oriented psikoterapi”, disamping 6 
penilaian penulis, menghilangkan gejala lama mereka. 
 
    
Obsesi dan Kompulsi lain 
Psikopatologi, evaluasi dan pengobatan kompulsi kutaneus lain dan bermascam-macam 
kekhawatiran obsesi tentang pengaruh kulit atau penyebab cacat yang serupa garis-garis 
panjang. 
 
ASPEK PSIKIATRIK PENYAKIT DERMATOLOGIS 
Pruritus 
Terdapat bukti yang bagus bahwa gatal adalah “sensation ipso facto”, dengan 
mediator-mediator dan cara transmisi yang khas. Stress memicu  pruritus mediator 
banyak jalan/cara secara sentral, opioid peptide memblok nyeri tapi meningkatkan gatal: 
secara peripheral, histamin beberapa polipeptida dan mediator-mediator inflmalasi lepas 
melalui mekanisme stress dapat memicu  gatal. Gatal pada awalnya dikurangi dengan 
stress. Respon histamin terhadap suntikan epinefrin bervariasi sesuai dengan faktor 
psikososial dan ciri khas neurotik, padahal situasi kehidupan yang tak dapat dikontrol dan 
tidak dapat diduga memungkinkan terjadi pruritus melalu aktivasi jalur opioid. Faktor 
pembantu lain yang memungkinkan terjadi stress masuk perubahan hemodinamik, 
bermacam-macam temperantur kulit, dan respon keringan. Aktivitas kognitif dilaporkan 
mempengaruhi sirkulasi darah di kulit dan merangsang gatal. Menggaruk salah satu respon 
kebiasaan terhadap stress, mungkin menambah masalah. 
Sebagai hasilnya, beberapa dermatosis pruritik mungkin dicetuskan oleh stress, jika  
“adaptive coping” dan mekanisme “tension release” tak pernah berkembang. Ini merupakan 
bukti yang baik pada pasien psoriasis dan dermatitis atopik. 
Pruritus psikogenik generalisata 
Bila penyakit dermatologi fisik dan tersembunyi disingkirkan, 10-50% dewasa dan 
100% anak-anak dengan pruritus generalisata terdiagnosa  sebagai pruritus psikogenik. 
Psikopatologi yang mendasari pada kebanyakan pasien adalah depresi, meskipun kecemasan 
mungkin menonjil pada anak-anak. Salah satu konflik bawah sadar dilaporkan. 
 
Pengobatan: 
Empati, dorongan selama kunjungan singkat yang sering, dan tindakan topikal penting, 
antihistamin, antidepresan, khususnya doxepin, dan psikoterapi berperan dalam pengobatan, 
dan akupuntur dilaporkan efektif. Naltrexon, untuk antagonis opiate oral, berjasa pada 
percobaan. 
 
Pruritus Psikogenik Lokalisata 
“Ambience” dan makna simbolik bawah sadar menambah etiologic multikfaktorial dari 
pruritus pada area  anogenital dan kulit kepala. Meskipun banyak literatur kuno dan 
pendapat yang berbeda, pengalaman klinik penting untuk masukan emosional. Pada umumnya 
   
depresi sebagai dasarnya. Prognosis baik jika semua faktor-faktor penyokong 
dipertimbangkan. 
 
Urtikaria Kronik 
Deermografi adalah salah satu komponen urtikaria kronik yang sering dan pada 
persentase kasus-kasus yang mendasari/incipent (penderita sakit somatik), mungkin 
merupakan pencetus pruritus. Meskipun salah satu vehicle awal untuk penelitian 
psikosomatik, pendapat-pendapat berbeda seperti persentase kasus-kasus yang dianggap 
psikogenik. Tak diketahuinya etiologic, meskipun, faktor psikologis sering memperjelas 
gambar klinis, dan sesudah  semua kondisi fisik yang berhubungan/terkait dihilangkan, 
dilaporkan hanya 4% kasus sebagai pencetus dan salah satu spektrum konflik bawah sadar 
mungkin ditunjukkan melalui gejala-gejala. 
Nortriptyline dilaporkan berhasil dalam pengobatan, dan doxepin lebih baik dan kurang 
sedative dibandingkan  antihistamin konvensional. Hipnosis dan sugesti merupakan cara 
pengobatan yang efektif sebagai psikoterapi, respon yang baik terhadap danazol dilaporkan 
pada varian cholinergik. Walaupun untuk respon terapi, episode rekuren dapat diantisipasi 
pada 50% pasien. 
Sindroma Purpura Psikogenik 
Dibedakan 5 kategori, tetapi untuk (pengelolaan) manajemen praktis cukup 3: 
psikogenik, histerical (termasuk stigmata religious) dan faktisius, diantaranya, varian 
faktisius dikelola seperti sindroma faktisius lainnya. 
Gambaran klinik dari purpura psikogenik tetap luarbiasa. Didahului oleh operasi atau 
trauma, kadang-kadang periode beberapa bulan, saat onset diketahui secara pasti ada 
pasien. Dalam beberapa jam perubahan inflamasi, sangat nyeri, malaise, menggigil dan mual 
serta muntah mengikuti dysesthesia lokal. Perdarahan pada kulit ini tak pernah dilaporkan. 
Meskipun kadang-kadang sangat udema dan memar, kerusakan permanen jarang. Riwayat 
kelainan hemoragik dan non hemoragik sebelumnya, prosedur operasi dan evaluasi 
laboratorium menyatakan data obyektif yang luarbiasa. Stress biasanya memicu  
wabah episodic pada wanita atau anak yang psikopatologi. 
Lesi-lesi dihasilkan melalui sugesti dan dibawah pengaruh hypnosis. Biopsi menunjukkan 
ekstravasasi eritrosit pada berbagai kedalaman dengan berbagai perubahan peradangan. 
Pengelolaan ditunjukkan untuk perlindungan terhadap pasien yang rapuh ini dari penelitian 
ulang dan campur tangan bagian bedah; dianjurkan kesabaran dukungan yang kuat dan 
psikoterapi, antidepresan seringkali bermanfaat. 
Mekanisme histerik dapat dilihat pada semua derajat psikopatologi; lesi-lesi yang memberi 
arti simbolik bawah sadar yang ditimbulkan oleh mekanisme histerik terjadi pada sub 
    
kelompok penderita purpura, termasuk stigmata religious. pengobatan seperti yang 
tercantum diatas. 
 
Alopesia Areata 
Faktor-faktor tidak dipengaruhi oleh predisposisi genetik, mekanisme patofisiologi 
tak diduga, atau berkaitan dengan kelainan autoimun, kontroversi ini disimpulkan oleh 
penulis. Keterkaitan stress terhadap patologi autoimun dipertanyakan saat ini. Bukti klinik 
dapat ditunjukkan untuk menyokong presipitant-presipitant psikologi pada alopesia areata. 
Kehilangan dan perpisahan, depresi, atau keadaan stress 6 bulan sebelumnya kemungkinan 
merupakan pencetus (alopesia areata) dengan profil kepribadian yang mudah rusak, 
menunjukkan psikiatri dipertimbangkan untuk kasus-kasus yang berat atau menetap. Penulis 
berpendapat psikoterapi efektif pada banyak aksus, meskipun banyak yang menemukan satu 
tempat untuk antidepresan dalam pengelolaan. 
 
Effluvium Telogen 
Dua bentuk effluvium Telogen, akut berat atau tingkat rendah, mungkin dihasilkan 
dari stress psikososial dan hilangnya stress akan diperhatikan bila terkena. 
Sindroma Nyeri Atipik 
Makalah Engel’s 1959 menujukkan pasien-pasien “masochistic hysterical pain prone” 
ditandai bukti hubungan syndrome nyeri kronik dengan kelainan-kelainan depresif. Blumer 
dan Helibron melukiskan salah satu kepribadian premorbid yang konsisten ditandai oleh 
aktifitas fisik yang lemah dalam melayani yang lain yang ditutupi masochisme dan 
ketergantungan nyerti gunakan untuk menjaga harga diri pada pasien ini, membantu 
rasionalisasi stress yang tak menutup ketergantungan yang tersembunyi yang dapat 
diterima mereka. 
Nyeri fasial atipik, glossodynia, glossopyrosis, vulvodynia dan rasa terbakar pada kaki 
ditemukan  pada praktek dermatologi, dan sindrom ini lebih sering pada wanita usia 
pertengahan. Respon terhadap antidepresan memuaskan dan mungkin ditambah dengan 
dosis kecil antispikotik. 
Respon dari neuralgia postzoster tehadap obat-obat psikotropik menunjukkan 
kemungkinan hubungan erat.  
 
Penyakit kulit radang kronik 
Penyebab dari pengaruh respon-respon stress fisiologis pada mekanisme radang dan 
imun, terdapat kecenderungan untuk stress terhadap pencetus atau dermatosis yang 
dicetuskan oleh stress pada orang-orang/individu yang merupakan predisposisi secara 
  
genetik. Sebagian laporan mengenai proses infeksi, perhatian dipusatkan pada Psoriasis dan 
Dermatitis atopic. 
 
Psoriasis 
Gupta dkk. Menyimpulkan perbedaan literatur pada aspek psikososial dari psoriasis. 
Sedikit penelitian terkontrol, kebanyakan memakai  alat-alat pelaaporan sendiri yang 
mengabaikan pertahanan psikologis bawah sadar, dan beberapa hal yang diabaikan seperti 
macam-macam pencetus stress intra psikis dan cara mengatasi individual. Meskipun hal ini 
kurang memuaskan, terdapat sedikit keraguan yang pada beberapa pasien memainkan peran 
penting dalam memicu  penyakit, bahwa depresi; penyerangan secara langsung kearah 
luar, dan biasanya ditemukan gangguan pikiran dan alkoholisme mungkin terlihat, pruritus 
mungkin terkait dengan psikopatologi. 
Secara eksperimen, pasien-pasien psoriatic menunjukkan perubahan psikologis dan 
berespon terhadap stress fisiologi, ini mungkin mengakibatkan penyakit mereka melalui 
sumbu pituitary-adrenocortical. Hubungan positif sedang (moderate) antara beratnya 
penyakit dan distress psikososial dicatat; Farber mengaitkan salah satu rangsangan stress 
mengeluaran substansial lokal pada proses penyakit. Ketidakmampuan untuk 
mengekspresikan emosi secara verbal dan saat ini perkembangan awal sulit dikonfirmasi 
pada pasien-pasien psoriatik. 
Sebaliknya, perhatian saat ini dipusatkan pada impat psoriasis pada penderita. 60% 
dari pasien, penyakit mulai sebelum usia 30 tahun dan 14% sebelum 10 tahun. Jadi 
kronisitas, memerlukan perawatan terus menerus, dan gambaran oerbaikan fisik secara 
pasti memengaruhi perkembangan psikososial pada banyak pasien. Perasaan terhadap 
kecacatan, antisipasi pada penolakan, perasaan berdosa, malu, kebingungan. 
Rasa nyeri ini akibat pilihan pekerjaan waktu yang senggang dari aktivitas dan sosial 
serta fungsi seksual. Banyak pasien mengeluh kegagalan empati pada diri mereka dan 
merasa tidak sama dengan dorongan dalam kesulitas penyesuaian psikososiak mereka. 
Meskipun kelompok-kelompok pendorong, kelompok terapi, empati dan kecakapan; terapi 
relaksasi dan hypnosis sangat membantu, akhir-akhir ini pengobatan dengan pendekatan 
psiososial hasilnya luarbiasa. 
 
Dermatitis atopik 
Kemungkinan disatropik lebih dari kondisi lain, menunjukkan keseimbangan yang harus 
ada antara kecenderungan pada faktor-faktor lingkungan, dan faktor-faktor psikososial 
untuk memelihara kesehatan. Dermatitis atopic merupakan penyakit multifactorial, dan 
peningkatan stress disatu pihak dapat mempercepat atau memperburuk gambaran klinis. 
Bahwa keikutsertaan faktor emosional telah ditunjukkan secara jelas dari Brocq dan 
    
Jaquet’s soubriquet, “neurodermatitis”. Stakes, Wittkower dan Russel, Obemeyer serta 
peneliti lain terdahuli, masing-masing mencoba menggambarkan tipe-tipe kepribadian 
khusus. Beberapa penulis menunjukkan bawa stress psikososial dapat mencetuskan atau 
menyebarkan penyakit. Keterangan ini telah disimpulkan oleh penulis. 
Rogerson pertama tertarik apda kemungkinan hubungan ibu dan anak dalam atopik. 
Sejumlah penulis mencoba untuk menemukan kualitas khusus yang negatif, penekanan 
terlihat adanya permusuhan terbuka atau tertutup dan penolakan pada sisi ibu. Gil dan 
Sampson, melihat pada lingkungan keluarga yang normal, menunjukkan bahwa gejala 
hilangnya susunan keluarga, dimana ketidaktergantungan dipelihara dan diamati adanya 
pertentangan besar atau moralitas yang kaku. Williams menunjukkan perbaikan jangka 
panjang bila faktor penolakan maternal dikoreksi, dan penulis telah menguraikan satu 
gerakan keluarga yang khas dalam kasus anak-anak yang tak menurut dan tampak nyata 
perbaikan klinik secara bertahap penambahan pertumbuhan emosional melalui pendidikan 
orang tuan dan pengertian yang mendalam. 
Serangan awal terjadi selama tahun pertama kehidupan pada 60% dan 5 tahun 
pertama pada 85% pasien, dimana observasi interaksi psikosomatik selama fase awal 
perkembangan emosional. Yang sangat penting hubungan erat ibu anak untuk pertumbuhan 
optimal dan perkembangan serta untuk penyesuaian dari pengaruh yang telah direncanakan. 
Kegagalan dalam penyesuaian afektif dan atau salah satu disfungsional lingkungan keluarga 
antara puncak kecemasan dan memacu pengeluaran tegangan empsional melalui jalur 
somatik. Peningkatan kecemasan sering dilaporkan, dan dukungan untuk percobaan ini dapat 
ditemukan pada kenyataan bahwa test psikometrik menunjukkan bahwa pada percobaan 
derajat atopic dan derajat kecemasan serta peningkatan kehidupan autonomic lebih besar 
dibandingkan  control. Frustasi dan tidak meredanya amarah ditunjukkan sebagai pencetus 
stress emosional. Ketidakmampuan untuk menunjukkan emosi secara verbal, salah satu 
kecenderungan kearah depresi, dan untuk satu insiden yang bermakna dari penyakit-
penyakit psikiatrik konkomitan dalam memerlukan pengobatan juga dilaporkan. 
Ditunjukkan jalur khsus stress yang tidak mudah rusak menunjukkan peningkatan 
pruritus dan mendorong kecenderungan untuk menggaruk, terjadi pengeluaran mediator-
mediator inflamasi. Jalur ini termasuk peningkatan pengeluaran histamin, penurunan ambang 
gatal, vasodilatasi, respon keringat, reaksi imunologik dan pengeluaran substansi P bila gatal 
mulai, garukan akan menambah problem. Dimana garukan mungkin menjadi salah satu respon 
keadaan ini, mungkin juga menjadi beberapa tujuan bawah sadar, tak kurang dari apa yang 
dimanipulasi lingkungan. 
Sukses dengan psikoterapi, psikoanalisis, relaksasi, untuk bentuk pendekatan-
pendekatan tingkah laku/kebiasaan dan grup terapi dilaporkan dalam literatur, sebagaimana 
psoriasis, kurangnya kontrol, jumlah yang sedikit dan terbatasnya pengamatan 
   
mengharuskan dilakukan penelitian selanjutnya. Anti depresan juga efektif. Indikasi untuk 
obat psikotropik penderita ditunjukkan dalam bagian terdahulu. 
Pengenalan terapi khusus pilihan, keluarga pasien atopic memerlukan dorongan empati, 
khususnya kasus anak-anak. Adalah keharusan bagi orang tua untuk mengawasi seorang anak 
yang menggaruk membabi buta, tetapi beberapa percobaan pada pengontrolan ini hanya 
dapat melawan produktif. Selanjutnya biaya untuk keluarga saat itu dan uang diambil dari 
sahabat erat. Penulis telah mendiskusikan secara menda;am aspek psikososial dari terapi. 
Grup pendukung membantu dan melayani tujuan yang sama seperti psoriasis. 
 
EFEK SOMATOPSIKIK 
Kelumpuhan kronik dan atau penyakit kecacatan kulit mengakibatkan kerugian secara 
emosional, sosial, dan pekerjaan. Derajat benturan emosional diuraikan secara luas melalui 2 
faktor: ada atau tidaknya awal media psikososial yang memberi kesempatan berkembangnya 
harga diri yang positif kuat dan umur saat mulai terjadi. 
 
Harga diri 
Salah satu harga diri yang positif ditandai khas oleh adanya sifat mendukung: salah 
satu perasaan dicintai oleh yang lain, perasaan kompetisi dan efisiensi, salah satu 
pengenalan positif dari etika perorangan dan perasaan bahwa manusia memiliki  kontrol 
yang berlebihan pada kehidupannya sendiri. Bila harga diri positif konsep diri mendekati 
bayangan intrapsikis ideal dari diri sendiri terangkat oleh orang ini . Dorongan sosial 
dan keluarga membantu terhadap harga diri. Sifat diatas memberi peluang individual suatu 
perasaan dari kontrol terhadap respon pada penyakit atau yang menimbulkan cacat dan 
seperti kemampuan dalam mengatasi kesulitan. 
Nilai diri dari orang seperti ini bukan semata-mata berhenti gambaran klinisnya, dan orang 
ini tidak mudah jatuh dalam kesedihan emosional pada keadaan yang tidak menguntungkan.
  
Usia awal serangan 
Bila keadaan tampak pada saat lahir atau berkembang selama tahun-tahun awal, sikap 
orang tua mengenai ini akan dijabarkan dan dibuat pasien sendiri. Kecintaan dan penerimaan 
orang tua yang penuh perhatian pada anak-anaknya, memberi pembanding salah satu 
kemampuan untuk mengatas kesulitan. 
Selama periode latan (usia sekolah dasar) terdapat beban pertumbuhan  untuk 
menguasai diri dan lingkunga jika  saat fisik yang logis mencampuri suksesnya beban tadi 
maka akan timbul efek negatif terhadap pengenalan diri dan akan timbul perngaruh 
terhadap akibat penyakit tertentu, misalnya anak yang tidak dapat berpartisipasi pada olah 
raga dan atau akrena alasan-alsan fisik atau adanya proteksi orang tua yang berlebihan 
    
akan tetap menjadi ketergantungan, akan merasa lain dari yang lain. Dan dapat berakibat 
timbulnya tekanan emosional. Pada keadaan tertentu yang lebih baik/menyenangkan, ada 
keterlibatan dan timbulnya rasa tanggung jawab akan merubah suasana emosional dari 
penampilan fisik menjadi berkembangnya kemampuan dan bakat.  
Pada usia remaja, penampilan dan penyesuaian fisik dan penyesuaian terhadap 
perubahan “body image” menjadi penting, mulai timbulnya penyakit kulit/ yang merusak 
penampilan dan mengganggu dapat menimbulkan tekanan emosional yang penting, seperti 
pada penyakit akut, psoriasis, dan vitiligo. 
jika  timbul pada usia dewasa, pengaruh emosional akan bervariasi tergantung pada 
harga diri dan arti bawah sadar dari penyakit atau hal yang memicu  cacat dalam 
kehidupan batin individual, test psikologi standar sering  tidak  memperlihatkan informasi 
yang berharga ini dimana harus dicari melalui wawancara atau test terencana, ini lebih 
dibandingkan  melewatkan hal yang penting dalam memasuki usia tua, untuk itu yang memiliki  
perasaan bagus mengenai apa yang dilihatnya sering lebih sehat secara fisik. Angan-angan 
badan yang stabil juga perlu untuk menjadikan emosi yang baik, dan beberapa keadaan 
kompromi yang distabilkan akan memicu  kecemasan, alopesia dari apapun 
penyebabnya, telah dikutip disini. 
 
Benturan sosial dan pekerjaan 
Mengingat faktor-faktor yang jelas sebagai ongkos dalam waktu dan uang dari 
perawatan kosmetik yang membuat perasaan tidak enak, paparan terhadap ketidaktahuan 
sosial dan pekerjaan serta pembatasan reaksi. Kondisi seperti dermatitis atopic, psoriasis 
dan beberapa genodermatosis, literatur jarang mengherankan. Perasaan dari pengalaman 
yang tercela oleh pasien dengan psoriasis, atopic dan port wine stain telah diteliti. 
 

diagnosa  dan pengobatan penyakit-penyakit mengenai kulit terletak pada kemampuan 
dokter dalam memakai  kamus dermatologi, untuk mengenal lesi-lesi dasar dan yang 
berikutnya dari kulit, dan untuk mengenal bermacam-macam pola yang ditemukan pada 
berbagai penyakit dan sindroma. Seorang dokter yang dapat mengenali melanoma maligna, 
bercak kulit pada demam “Rocky Mountain”, atau lesi vaskulitis kutaneus akan 
menyelamatkan jiwa. Dokter yang tidak dapat mengetahui petunjuk-petunjuk pada kulit  
dari penyakit sistemik, atau yang gagal mengenal lesi-lesi kulit yang normal atau yang tidak 
penting, akan dapat membawa penderita pada suatu perawatan medis yang buruk atau 
prosedur-prosedur diagnostic yang dapat membahayakan, tidak beralasan dan mahal. 
Visibilitas dan sifat keterjangkauan kulit merupakan pangkal dari tantangan dan 
keberhasilan dari suatu diagmosis dermatologi: terdapat sangat banyak lesi-lesi yang dapat 
dilihat dan karenanya banyak pula sindroma-sindroma dan penyakit yang dapat diketahui. 
Beberapa penyakit yang secara primer mengenao kulit, mempengaruhi penderita karena 
memicu  gangguan bentuk baik yang sementara atau yang permanen, beberapa 
memicu  rasa tidak nyaman yang berat, dan beberapa menjadi pertanda adanya 
penyakit multisistim yang serius. Dokter harus membedakan lesi-lesi primer yang 
    
merupakan petunjuk penting untuk penyakir dalam dari lesi-lesi sekunder, yang tidak 
penting, atau yang pada dasarnya merupakan lesi normal. Selain itu, pemeriksaan fisik 
secara umum memberikan kesempatan untuk memeriksa tumor-tumor kulit terutama 
melanoma maligna pada stadium  paling dini dan yang dapat disembuhkan. Oleh karena itu, 
seorang dokter harus belajar untuk “membaca” kulit sebagaimana mereka dapat membaca 
film sinar X dari rongga dada atau mengartikan elektrokardiogram (EKG). Beberapa tanda 
kutaneus tertentu, seperti bercak keabuan yang hipomelatonik pada tuberosklerosis atau 
eritema migratory nekrolitik pada sindroma glucagonoma, merupakan tanda yang spesifik 
dan sensitive seperti gelombang Q pada EKG. 
Pada era dimana diagnosa  fisik seringkali mengambil tempat sesudah  pemeriksaan 
laboratorik dan prosedur radiologic, pemeriksaan fisik dari kulit tetap memiliki  
kepentingan yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Para dokter yang dapar memakai  
stetoskop atau meraba suatu masa dalam rongga abdomen seharusnya dapat pula mengenali 
sautu karsinoma pada hidung dan membedakan nevus dengan pigmentasi dari melanoma 
stadium dini yang masih dapat disembuhkan. 
Masing-masing lesi kulit (lihat Tabel 4-1 dan Gambar 4-1 sampai 4-16) adalah analog 
dengan huruf-huruf alfabetik, dan kelompok lesi-lesi dapat disamakan dengan kata-kata 
atau kelompok kata. Perubahan-perubahan patologis mengenai berbagai komponen kulit 
(yaitu epidermis, dermis, panikulus dan pembuluh darah). Sangat membantu untuk mencoba 
menilai komponen kulit yang pertama kali terkena (lihat bab 5), karena terdapat sejumlah 
kelainan yang memicu  perubahan-perubahan patologis pada berbagai komponen. 
jika  komponen kulit yang mengalami proses patologis telah dapat ditentukan 
sampai batas yang dimungkinkan dengan pemeriksaan klinis, maka lesi atau lesi-lesi harus 
dinilai menurut jenis, bentuk, susunan, dan distribusi. Sifat-sifat ini akan diterangkan 
secara lengkap pada bagian lain dari bab ini. Lebih dari itu, sebagaimana pada penyakit-
penyakit yang lain, banyak keadaan kulit yang mengalami perkembangan yang karakteristik: 
pada banyak kasus, diagnosa  pasti tidak dapat dilakukan tanpa memanfaatkan pengamatan 
lebih dari sekali. Akhirnya, tentu saja, suatu diagnosa  definitif mungkin membutuhkan 
informasi yang didapat dari riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik, pemeriksaan 
laboratoris, dan analisis histopatologis. 
 
 
PENDEKATAN TERHADAP PENDERITA 
Garis besar pendekatan langkah demi langkah diagnosa  dermatologic yang logis 
ditunjukkan pada tabel 
Menurut Siemens, “Dalam diagnosa  oleh seorang ahli dermatologi, Riwayat penyakit 
sering kali tidak memainkan peranan yang penting sebagaimana pada disiplin kedokteran 
yang lain. Karena obyek diagmosis terpampang langsun didepan mata,  seorang ahli 
dematologi bahkan  disarankan untuk sebelumnya mengajukan pertanyaan dan membiarkan 
gambaran patologis menerangkan segalanya. Kulit menjabarkan apa yang akan dikatakannya 
dengan erupsi-erupsi dan bukan dengan kata-kata. Jika dokter telah pernah sekali saja 
mendengarkan bahasa kulit (language of the skin) dengan penuh perhatian, pada umumnya 
hanya tingga dua pertanyaan yang berguna untuk suatu diagnosa , yaitu: “berapa lama?” dan 
“apakah gatal”. Bahkan kedua pernyataan inipun terutama dinyatakan untuk memastikan apa 
yang sudah diketahui oleh dokter. 
Seringkali, seorang ahli dermatologi lebih menyukai untuk memeriksa penderita 
sebelum mendapatkan riwayat penyakit dan meneliti susunan-susunan penyakitnya. Pemilihan 
ini berdasarkan pada tiga hal penting. Yang pertama adalah bahwa ketepatan diagnostik 
lebih tinggi jika  pemeriksaan visual dilakukan tanpa dugaan sebelumnya. Hal ini juga 
berlaku dibidang radiologi. Hal kedua ialah bahwa pendapat tentang dugaan sebelumnya 
dapat membatasi pemikiran dan menghilangkan pertimbangan-pertimbangan yang penting 
dari suatu diagnosa  banding (“sindroma beruang putih”: jika  seseorang disuruh untuk 
   
tidak memikirkan tentang beruang putih, maka akan sulit untuk memikirkan hal-hal yang 
lain). Yang terakhir adalah, bahwa Sebagian lesi-lei serta erupsi kulit sangatlah nyata 
sehingga tidak dibutuhkan riwayat penyakit untuk dapat membuat suatu diagnosa . Namun 
demikian, beberapa riwayat penyakit harushlah selalu didapatkan, karena kesalahan 
diagnosa  dapat terjadi jika kesempatan untuk mendapatkan bukti-bukti yang jelas dari 
sautu diagnosa  klinis hilang. Pada banyak keadaan, seperti pada kasus penderita dengan 
demam dan ruam kulit, riwayat penyakit yang lengkap sangatlah penting, tetapi temuan-
temuan yang didapatkan dari pemeriksaan fisik permulaan dapat dipakai  untuk 
membentuk cara yang diperlukan dalam mendapatkan riwayat penyakit. 
Riwayat penyakit, haruslah dapat memberikan petunjuk untuk pemeriksaan ulang 
adanya perbaikan yang berikutnya. Dalam prakteknya, banyak klinisi berbakat yang berhasil 
mendapatkan riwayat penyakit yang banyak selama pemeriksaan klinis seorang penderita. 
 Pada penderita dengan masalah utama erupsi kulit, proses patologis kulitnya begitu 
jelas, sehingga perhatian dokter dengan mudahnya beralih dari penderita ini  secara 
keseluruham. Kesalahan ini haruslah dihindari; mayoritas penderita dengan “ruam kulit” 
pendekatan harus dilakukan dengan cara yang sama seperti pada penderita dengan keluhan 
utama artragia atau berkurangnya berat badan atau dispnea, dimana riwayat medis secara 
umum selalu penting. 
 
Riwayat medis secara garis besar harus meliputi: 
1. Identifikasi data: umur, sex, ras. 
2. Riwayat penyakit sekarang, dengan perhatian khusus pada awitan, perkembangan 
penyakit, dan faktor-faktor presipitasi. 
3. Riwayat medis dahulu: penyakit-penyakit yang diderita, operasi, pernah dirawat dirumah 
sakit, kehamilan, alergi (terutama sensitivitas terhadap obat), pajanan yang berbahaya, 
Kebiasaan serta diet. Pada semua kasus, harus ditanyakan secara khusus dan dicatat, 
adanya atau riwayat kelainan atopik (asma, hay, fever, rhinitis alergika, eksema atopik). 
4. Pengobatan yang sedang atau yang baru diberikan (baik yang diresepkan atau yang 
tidak) 
5. Riwayat sosial: tempat lahir, tempat tinggal, perjalanan, pekerjaan, hobi, status 
emosional, binatang peliharaan 
6. Riwayat seksual, dengan perhatian khusus pada faktor resiko penyakit-penyakit menular 
seksual. 
7. Riwayat keluarga: Penyakit-penyakit kulit, alergi, kelainan-kelainan atopic (asma, hay, 
fever, eksema atopic), diabetes, hipertensi, kelainan perdarahan, anemia, dan gangguan-
gangguan neurologis, muskuler, intelektual serta emosional. Pada penderita pruritus, 
akan sangat membantu jika  dipastikan adanya anggota keluarga atau dengan siapa 
penderita memiliki  kontak fisik yang dekat, yang juga mengalami gatal. 
   
8. Memeriksa sistem-sistem: adanya  gejala-gejala konstitusional (panas, berkeringat, 
demam, sakit kepala, nausea, muntah dll) dapat merupakan petunjuk adanya “sindroma 
penyakit kronis”. Mialgia artralgia, artritis, dan fenomena Raynaud dapat merupakan 
petunjuk diagnosa  yang penting. Harus pula dilakukan pemeriksaan yang seksama dari 
sistem-sistem ini  atau organ-organ yang sering terjadi perubahan-perubahan 
patologis bersama-sama dengan perubahan kulit, seperti mata, saluran pernapasan, 
sistem kardiovaskuler, saluran gastrointestinal, sistem genitourinaria, sistem endokrin, 
sistem musculoskeletal, kelenjar limfe, dan sistem saraf status psikiatri. 
 
Riwayat erupsi kulit harus meliputi deskripsi yang pasti dari awitan, deskripsi yang 
seksama dari lesi-lesi permulaan, dan berkembang serta meluasnya lesi secara rinci. Dalam 
mendapatkan riwayat penyakit, perlu pertanyaan yang hati-hati oleh pemeriksa untuk 
menjelaskan hubungan ahtara awitan erupsi primer atau rekuren dengan (1) pekerjaan 
penderita, (2) pengobatan dari dokter sebelumnya atau yang dilakukan sendiri, (3) dasar 
diagnosa  dari pengobatan ini  serta bagaimana ditegakkannya, (4) pengalaman 
penderita tentang obat-obatan baik yang diresepkan atau yang tidak, (5) pajanan matahari 
dan perubahan musim (terutama pada area  dengan cuaca sedang), (6) perubahan 
lingkungan yang mendadak, termasuk kontak dengan tumbuh-tumbuhan, binatang, zat kimia, 
metal serta lainnya yang mirip , (7) status fisiologis seperti menstruasi atau 
kehamilan, dan (8) makanan. 
      Obat-obatan yang diberikan secara oral atau parenteral, merupakan penyebab 
yang sering menimbulkan erupsi kulit, dan oleh karena itu mencari riwayat pemakaian  obat 
atau suntikan harus dilakukan dengan gigih dan secara rinci. Pentingnya mendapatkan serta 
mencatat riwayat pengobatan secara tepat bukan merupakan hal yang dibesar-besarkan. 
Harus dipakai  bahasa penderita, seperti: apakah meminum pil-pil obat tidur, obat-obat 
saraf, vitamin, pencahar, atau obat-obat sakit kepala?, apakah pernah diberikan pil-pil 
untuk penyakit dalam waktu dekat?, Apakah dalam waktu dekat dokter pernah  memberikan 
suntikan?, Apakah pernah memakai  obat-obatan warung atau untuk bersenang-senang?. 
Ternyata, sejumlah besar wanita tidak menyebutkan obat-obat pilb KB kecuali jika  
ditanyakan. Biasanya erupsi obat timbul dengan cepat, karena itu tidak sulit bagi penderita 
untuk mengingatnya kembali. 
       Peranan makanan dalam pathogenesis erupsi kulit telah ditekankan secara 
berlebihan, namun spektrum reaksi-reaksi yang berlawanan (reaksi penolakan) terhadap 
makanan yang  berhubungan dengan mekanisme imunologik dan non imunologik telah menjadi 
semakin jelas. Urtikaria akut mungkin dapat disebabkan oleh makanan laut, kacang-
kacangan, dan buah-buahan segar terutama buah arbei. Minuman alkohol dihubungkan 
dengan eksaserbasi rosasea, porfiria kutanea tarda, dan mungkin, prosiasis. Gluten, secara 
jelas dilibatkan dalam pathogenesis dermatitis herpetiformis. Kecanduan obat dan makanan 
dapat memicu  reaksi-rekasi hipersensitivitas, menghindari makanan tertentu dapat 
   
membantu sejumlah penderita eksema atopic, makanan tertentu seperti  bawang merah dan 
putih, dapat memicu  dermatitis kontak, sementara pada yang lain dapat memicu  
urtikaria kontak. Selain itum makanan belum terbukti merupakan penyebab perimer yang 
penting atau merupakan faktor  eksaserbasi erupsi kulit. Kecuali pada kelainan metabolic 
yang spesifik atau defisiensi secara umum, insufiensi makanan yang baik mungkin bukan 
merupakan hal yang terlalu penting. 
       Penderita yang mengeluh adanya gejala-gejala kulit tetapi tanpa adanya kelainan 
kulit yang secara nyata, dapat dikelompokkan kedalam beberapa kategori. Beberapa 
penderita mungkin memiliki  penyakit organik murni dengan gejala kulit seperti gatal atau 
nyeri. Misalnya, yang disebut dengan pruritus tanpa ruam (“nonrash”) atau rasa gatal. 
Penderita yang mengeluh adanya gejala-gejala kulit tetapi tanpa adanya kelainan kulit yang 
nyata, dapat dikelompokkan kedalam beberapa kategori. Beberapa penderita mungkin 
memiliki  penyakit organik dengan gejala kulit seperti gatal atau nyeri. Misalnya, yang 
disebut dengan pruritus tanpa ruam (nonrash) atau rasa gatal tanpa lesi kulit yang nyata, 
dapat merupakan tanda yang penting dari penyakit yang mendasari seperti tirotoksikosis. 
Telah pula dijelaskan kelainan tanpa ruam yang lain yang bervariasi dari delusi sampai 
adanya akumulasi kotoran pada kulit. Cotteril menjelaskan adanya sindroma bukan penyakit 
dermatologik, dimana penderita mengeluh adanya gejala-gejala seperti gatal, berkeringat, 
rasa terbakar, rambut yang berlebihan, atau rasa sakit pada area  tertentu seperti 
wajah, kulit kepala, mulut, atau perineum. Beberapa penderita ini  mengalami 
gambaran tubuh (body image) yang kacau (dismorfofobia). Penyakit kulit yang dibuat 
(artifaktual) merupakan hal penting lainnya dimana dermatologi dan psikiatri berkaitan. 
Yang juga merupakan dermatosis yang tidak tampak (invisible dermatoses) adalah kelainan-
kelainan fisiologis atau patologis kulit yang mungkin tidak jelas pada pemeriksaan klinis. 
 

a. Luas yang terkena: sirkumskrip, regional, generalisata, universalis. 
Berapa persen permukaan tubuh yang terkena (telapak tangan hampir 
setara dengan 1%) 
b. Pola: simetris, area  terpapar, tempat dengan tekanan, area  
intertriginosa. 
c. Lokasi khas: fleksor, ekstensor, intertriginosa, glabrosa, telapak tangan 
dan kaki, dermatom, badan, ekstremitas bawah, area  terpapar dll. 
B. Tiga karakteristik mayor 
1. Warna: 
a. Jika difus: merah, coklat, biru abu-abu, putih, biru, kuning kemerahan, 
dll atau jika sirkumskrip: merah, ungu, oranye, kuning, lila, coklat, 
hitam, biru, abu-abu, putih, dll?. 
b. Apakah warna menghilang dengan tekanan (tes diaskopi)?. 
c. Pemeriksaan dangan lampu wood: apakah tampak fluoresensi warna?. 
2. Konsistensi dan palpasi lesi: lunak, lentur, kaku, keras, terinfiltrasi, 
kering, lembab, dapat digerakkan, lembut? 
3. Komponen anatomis yang terkena pertama kali: apakah proses pada 
epidermis, dermis, subkutan, apendiks, atau kombinasi? (lihat bab 5). 
III. Pemeriksaan fisik secara umum, sesuai dengan keadaan klinis dan diagnosa  
banding dengan memperhatikan tanda-tanda vital, limfadenonopati, hepatomegali, 
splenomegali, persendian. 
IV. Riwayat lesi-lesi kulit 
Tujuh pertanyaan kunci: 
A. Kapan mulai? 
B. Apakah ada rasa gatal, terbakar, atau sakit? 
C. Dimulai dari bagian tubuh yang mana? 
D. Bagaimana penyebarannya? (pola penyebarannya) 
E. Bagaimana perubahan lesi-lesinya? (evolusinya) 
F. Faktor-faktor pencetus? 
G. Pengobatan sebelumnya? 
V. Riwayat penyakit sekarang secara umum. 
Sesuai dengan kadaan klinis, dengan perhatian khusus pada gejala-gejala 
prodromal dan konstitusional 
A. Sindroma penyakit akut (demam, berkeringat, menggigil, sakit kepala,  mual, 
muntah, dll)? 
B. Sindroma penyakit kronis (kelelahan, anoreksia, berat badan menurun, 
malaise)? 
VI. Penilaian kembali sistem-sistem, sesuai dengan keadaan klinis, dengan perhatian 
khusus pada kemungkinan adanya hubungan antara tanda-tanda kutaneus dan 
   
64 
penyakit sistem organ yang lain (misalnya: keluhan reumatik, myalgia, artralgia, 
fenomena Raynaud, gejala-gejala “Sicca”). 
VII. Riwayat penyakit dahulu, 
A. Operasi 
B. Penyakit 
C. Alergi, khsusnya alergi obat 
D. Pengobatan (sekarang dan yang telah lalu) 
E. Kebiasaan merokok, alkohol, ketergantungan obat) 
F. Riwayat atopik (asma, hay fever, eksema) 
VIII. Riwayat medis keluarga (khususnya kelainan kulit dan atopi). 
IX. Riwayat sosial, dengan perhatian khusus pada pekerjaan, hobi, paparan, 
berpergian. 
X. Riwayat seksual 
XI. Pemeriksaan laboratorium 
A. Prosedur khusus. 
1. Biopsi untuk pemeriksaan PA dan analisis lain, jika ada indikasi, misalnya 
mikroskop elektron, imunofluoresensi. Dari nodul inflamasi, jaringan yang 
didapat dilakukan kultur bakteri dan jamur. 
2. Pewarnaan Gram pada krusta, skuama atau eksudat. 
3. Preparat KOH untuk yeast atau jamur. 
4. Pemeriksaan sitologis (tes Tzanck) pada erupsi-erupsi bulosa dan 
vesikuler: pengecatan langsung untuk menemukan giant cells (tampak pada 
herpes simplek atau varicella zoster). 
5. Kultur bakteriologis, virus, dan jamur jika  ada indikasi. 
6. Pemeriksaan lampu wood pada urin untuk porfirin dan pada rambut dan 
kulit untuk fluoresensi, serta untuk perubahan-perubahan pigmentasi. 
7. Kerokan uuntuk tungau scabies. 
8. Tes Patch 
9. “Acetowhitening” 
B. Umum: hematologik, kimia, urinalisa, tes serologis (misalnya STS, ANA), 
pemeriksaan feses dan “imaging studies”. 
XII. diagnosa  akhir, pemeriksaan kembali sesudah  waktu tertentu, dan mungkin 
diperlukan lebih dari satu biopsi untuk diagnosa  pasti. 
 
 
PEMERIKSAAN KULIT, RAMBUT, KUKU, MEMBRANA MUKOSA DAN GENITALIA 
Kulit berperan sebagai organ sensoris yang memiliki  fungsi sintesis, ekskresi dan 
absorbs, sebagai pelindung (barier) dari lingkungan eksternal, dan sebagai faktor penting 
dalam regulasi temperatur. Sebagian dari pemeriksaan klinis kulit merupakan penilaian 
sinergis dengan sistem organ dalam, dan karena itu menggambarkan proses-proses patologis 
   
baik yang primer ditempat lain ataupun yang didapatkan bersama-sama dengan jaringan lain. 
Banyak dari penyakit kulit yang tampaknya terbatas pada manifestasi kutaneus, tetapi 
riwayat pengobatannya menunjukkan bahwa penyakit yang pada awalnya hanya kutaneus 
(misalnya, lupus eritematosus, dermatitis herpetiformis dan urtikaria pigmentosa), 
seringkali kemudian ditemukan  mengenai beberapa sistem. 
Karena penilaian visual dari lesi-lesi kulit merupakan “sine qua non” dari diagnosa  
dermatologis, maka tidak diragukan lagi bahwa penglihatan si pemeriksaan merupakan alat 
yang paling penting untuk mendiagnosa . Terdapat variasi pada setiap, langkah proses 
diagnosa , dari deskripsi unsur-unsur lesi dasar sampai pada diagnosa  banding. Tentu saja 
kesempatan untuk mengetahui secara benar semakin membaik dengan bertambahnya 
pengalaman pemeriksa dengan berbagai kelainan kulit. Namun walaupun demikian, kesulitan 
besar dalam diagnosa  seringkali disebabkan oleh kegagalan mengetahui ciri-ciri yang 
berkaitan dengan penyakit dari bukti-bukti yang ada. 
Adanya kecenderungan untuk memilih pemeriksaan laboratorium yang memberikan 
hasil dalam bentuk angka-angka yang berlawanan dengan pemeriksaan klinis, disampaikan 
oleh Feinstein. Dia menulis bahwa para klinisi mencoba menjadi ilmiah dalam pemakaian  
obyek yang tidak bernyawa, tetapi tidak dalam memakai  organ sensoris dan otak 
mereka sendiri. Mereka seringkali percaya bahwa indera manusia (human equipment), lebih 
merupakan penghalang dibandingkan  faktor yang menguntungkan. Feinstein menekankan 
perlunya memberi lebih banyak perhatian bukan kepada teknologi yang tidak berjiwa tetapi 
kapada orang sakit dan cara-cara manusia mengevaluasinya. Disamping itu kemampuan untuk 
diagnosa  presumtif melalui pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit merupakan kemampuan 
yang paling awal, dan seringkali dari sudut pandang intelektual, merupakan lambang 
kepuasan sebagai seorang dokter. diagnosa  fisik adalah seni, tetapi karenanya bukan 
berarti kurang ilmiah, dan kemampuan pemeriksaan fisik merupakan hal yang lebih 
penting untuk diagnosa  pasti dalam dermatologi dibandingkan  disiplin kedokteran yang lain. 
Pemeriksaan kulit jika mungkin, harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang. 
Jika mungkin, penderita benar-benar tanpa pakaian, dan diperiksa secara sistematis dalam 
bagian-bagian atau kuadran. Harus diingatkan kepada penderita bahwa lesi kulit yang 
membahayakan jiwa (misalnya melanoma) seringkali ditemukan secara tidak sengaja selama 
pemeriksaan terhadap keluhan lain yang tidak ada hubungannya. 
Pemeriksaan harus sejalan dengan penilaian umum dari pasien, dimana pada saat itu 
diambil sediaan yang cepat dari seluruh kulit, kuku, dan membrana mukosa penderita. 
Penilaian harus meliputi penilaian warna, derajat kelembaban, turgor dan tekstur kulit. 
Pakaian dapat memberikan petunjuk penyebab dugaan dermatitis kontak atau infestasi 
parasit (misalnya pediculosis). 
 
   
GAMBARAN UMUM KULIT 
WARNA 
Komponen-komponen warna kulit secara dramatis dapat digambarkan sebagai 
lembaran yang terpisah dari epidermis manusia. Pada orang dengan pigmentasi ringan, 
lembaran epidermis ini berwarna putih kusam dan transparan. Epidermis bekerja sebagai 
filter optik biologis dan cahaya kasat mata yang jatuh pada epidermis dipancarkan, 
diabsorbsi, disebarkan, dan dipantulkan. Warna kulit merupakan timbunan cahaya yang 
dipancarkan kembali dan dipantulkan, yang tergantung pada adanya 4 biokrom. 2 dari 
biokrom ini terdapat pada epidermis yaitu melanin, yang berwarna coklat dan diarbsorbsi 
secara luas pada rentang cahaya kasat mata dan ultra violet, dan karotenoid yang berwarna 
kuning.  
Dua biokrom lainnya terdapat pada dermis, yaitu: oksihemoglobin yang berwarna 
merah terang dan terutama ditemukan  pada arteriol dan kapiler dari lapisan papilaris, dan 
hemoglobin tereduksi yang berwarna kebiruan dan ditemukan  pada pleksus venosus 
subpapilaris. Jaringan ikat dermis dapat pula berperan pada “keputihan” kulit pada orang-
orang yang berpigmentasi sedikit. 
 
PERANAN VASKULARISASI PADA WARNA KULIT NORMAL 
Warna kemerahan atau kebiruan kulit menggambarkan perbandingan yang relatif dari 
oksihemoglobin (merah) dan hemoglobin tereduksi (merah kebiruan) di dalam arteri, vena 
dan kapile. Arteri mengandung sekitar 95% oksihemoglobin kapiler 70% dan vena 50%. 
Tampak jelas bahwa komponen merah dan biru dari warna kulit tergantung pada (1) 
diatasi atau konstriksi dari arteriol dan aliran darah yang melalui kapiler-kapiler, (2) 
perbandingan relaitf antara oksihemoglobin dan hemoglobin tereduksi dan (3) kadar 
hemoglobin. Warna oksihemoglobin tampak lebih jelas pada area -area  dengan stratum 
korneum yang tipis atau tidak ada, seperti bibir dan membrana mukosa. Jika aliran darah 
arterial kutaneus dan perfusi kapiler tinggi, maka oksihemoglobin yang berwarna merah 
terang dan kasar mata akan bertambah, dan area  ini  tampak merah, seperti pada 
telapak tangan, kaki, kepala, dan leher. jika  lebih menonjol, area  ini  tampak 
kurang merah, seperti pada bagian bawah dan permukaan dorsum kaki. Dilatasi arteriol 
meningatkan aliran darah kapiler dan akan terdapat lebih banyak hemoglobin pada papilaris 
dermis, memberikan warna merah pada kulit. Vasokonstriksi menimbulkan efek yang 
berlawanan, yang  berakibat penurunan aliran darah kapiler dan warna kulit yang “pucat”. 
jika  darah mengandung 5 g/dl atau lebih hemoglobin tereduksi, maka warna biru 
pada kulit lebih menonjol dan perubahan warna ini disebut “sianosis”. Jika kadar hemoglobin 
sangat berkurang, seperti pada anemia, kulit tampak pucat terutama pada wajah dan dasar 
kuku. 
   
PERANAN KAROTENOID PADA WARNA KULIT NORMAL 
Pigmen karotenoid adalah lemak polisoprenoid eksogen, berwarna kuning, berasal dari 
asupan tumbuhan (buah-buahan dan sayuran). Karotenoid terdapat pada stratum korneum, 
kelenjar sebasea, dan lemak sub kutan. Sebenarnya karotenoid hanya sedikit peranannya 
terhadap warna kulit normal. Asupan yang sangat berlebihan dari makanan tinggi likopen, 
seperti tomat, atau karotenoid seperti wortel dan tomat dapat memberikan warna kuning 
terang pada kulit, terutama pada darah dengan stratum korneum yang tebal seperti telapak 
tangan dan kaki. 
 
PERANAN MELANIN PADA WARNA KULIT NORMAL 
Melanin memberikan warna coklat kekuningan, coklat, dan hitam pada kulit. jika  
epidermis amelatonik seperti pada kulit albino, akan tampak lebih terang dibandingkan  kulit 
normal. Kulit akan tampak berwarna merah tua karena oksihemoglobin yang ada didalam 
kapiler tidak tertutup oleh melanin. Pada epidermis yang banyak mengandung melanin, 
susunan kapiler dan arteriolanya (capillary and arteriolar beds) sulit atau tidak mungkin 
untuk dilihat, juga tidak mungkin untuk melihat warna biru-merah dari  hemoglobin 
tereduksi. Sebaliknya, jika  kulit kurang mengandung melanin, maka pembulub darah vena 
menjadi terlihat. Karena itu, kemampuan kulit untuk memperlihatkan vena memiliki  warna 
biru, merupakan ukuran dari jumlah melanin pada epidermis. 
 
WARNA ABNORMAL 
Perubahan-perubahan patologis dari warna kulit dan lesi-lesi kulit akan dibicarakan 
kemudian pada bagian ini. 
 
KELEMBABAN 
Kelembaban yang berlebihan (terutama pada telapak tangan, kaki, dan aksila) dapat 
terjadi pada orang-orang normal dan juga orang-orang yang sedang menderita demam, 
kelemahan mental atau tiroksikosis. Kegagalan sirkulasi perifer yang serius berhubungan 
dengan kulit yang dingin dan lembab. Kekeringan kulit yang abnormal dapat dilihat pada 
orang dengan penuaan kulit, terutama pada musim dingin pada area  dengan cuaca sedang 
dimana dapat ditemukan  kelembaban yang rendah. Kekeringan kulit dapat pula disebabkan 
oleh miksedema, iktiosis, nefritis kronis serta pada pemberian dosis tinggi dari niasin, 
obat-obatan penurun kadar kolesterol, retinoid dan obat-obat yang mirip  atropin. 
 
TURGOR 
Turgor kulit merupakan sarana (alat) untuk menilai secara cepat keadaan hidrasi kulit. 
Turgor (atau secara harfiah “pembengkakan”) dapat dinilai dengan baik jika kulit (terutama 
pada dahi atau dada) dijepit diantara jari telunjuk dan ibu jari dan ditarik keatas. 
Kegagalan kulit untuk kembali kebentuknya yang normal menunjukkan berkurangnya hidrasi. 
    
Edema generalisata  (edema anasarka) dapat merupakan petunjuk yang diri dari keadaan 
hipoproteinemia akibat penyakit hepar atau renal, dengan atau tanpa gagal jantung 
kongestif yang menutupi. 
 
TEKSTUR  
Kata ini berguna dalam memberikan informasi yang berhubungan dengan perubahan-
perubahan yang dapat diketahui dengan sensasi taktil. Tekstur, pada pabrik tenun, 
dipakai  untuk menunjukkan ciri (sifat) kain sebagai hasil dari ukuran, kualitas dan 
susunan serat-serat pembentuknya. Istilah ini memiliki  aplikasi yang sama dalam bidang 
dermatologi, dimana ia dipakai  untuk menggambarkan rabaan kulit, misalnya “lunak” pada 
hipopituitarisme, keadaan eunuchoid, dan hipotiroidisme; “keras” atau “indurasi” pada 
skleroderma, likenifikasi, miksedema dan amiloidosis. Pada keadaan-keadaan ini, tekstur 
dapat merupakan karakteristik kualitatif dari jaringan ikat, atau adanya timbunan 
metabolik pada kulit, atau perubahan-perubahan pola pertumbuhan dari kulit (misalnya 
hiperplasia atau hipoplasia epidermis). Kekakuan kulit pada morfea dan rabaan seperti 
kertas pasir pada keratosis aktinik lebih baik dirasa dibandingkan  dilihat. 
 
TEMPERATUR 
Palpasi kulit adanya hangat atau dingin yang relatif dapat memberikan informasi yang 
penting diagnostik. Contoh yang paling kuno dan yang telah dipakai  secara luas yaitu 
mengetahui adanya demam dengan palpasi pada dahi dengan bagian dorsal tangan, yang lebih 
sensitif dari bagian telapak karena memiliki  stratum korneum yang lebih tipis. Kulit yang 
dingin dan basah merupakan petunjuk adanya shock, akibat terjadinya redistribusi darah 
dari kulit ke organ-organ dalam yang penting. Kulit terasa hangat pada hipertiroidisme, 
dingin pada hipotiroidisme. Dinginnya ekstremitas dapat menjadi petunjuk dari penyakit 
veskuler, seperti pada insufisiensi arterial dan penyakit stasis venosus ekstremitas bawah. 
Kulit juga teraba hangat pada erisipelas, selulitis, dan terbakar matahari. Pada setiap 
kasus, meningkatnya temperatur kulit terutama disebabkan oleh meningkatnya aliran darah 
ke kutaneus, kecuali misalnya pada atritis dan penyakit Paget tulang, dimana meningkatnya 
temperatur yang dapat dirasakan dengan palpasi kulit adalah akibatnya bertambah aliran 
darah didalam tulang atau sendi. 
Kulit memegang peranan yang penting dalam pengaturan suhu tubuh. Artinya, 
temperatur kulit tidaklah sama pada setiap orang, dan adanya perbedaan temperatur tubuh 
pada area  tertentu memainkan peranan penting dalam menentukan lokasi penyakit, 
terutama penyakit infeksi. Misalnya Mycobacterium leprae menyukai tempat-tempat yang 
paling dingin dari tubuh, seperti misalnya kuping, ala nasalis dan saraf-saraf superfisialis 
yang besar.  
   
GAMBARAN UMUM DARI RAMBUT DAN KUKU 
Distribusi rambut pada tubuh, teksturnya, dan jumlah haruslah dianggap sebagai 
bagian dari penilaian awal secara keseluruhan dari kulit penderita. Pemeriksa harus waspada 
tidak saja terhadap penyakit rambut  yang primer (moniletrik, trikoreksis nodosum, pili 
torti) tetapi juga perubahan-perubahan akibat penyakit-penyakit endokrin atau sistemik 
lainnya. Rambut menjadi kasar dan jarang (sedikit) pada miksedema, tetapi memiliki  
tekstur yang halus pada hipertiroidisme. Rambut dapat rontok pada keadaan anemi, 
keracunan logam berat, demam, hipopituitarisme, gangguan ektodermal kongenital dan 
pellagra. Hipertrikosis didapatkan pada keadaan-keadaan seperti porfiria, akromegali, 
penyakit Cushing, sindroma Stein-Leventhal, dan tumor-tumor adrenal, testikuler serta 
ovarium. 
Kuku dapat menunjukkan adanya penyakit kulit yang laten (psoriasis, liken planus, 
alopesi areata, gangguan ektodermal kongenital), seperti juga adanya penyakit renal atau 
hepar (kuku Terry, sindroma kuku “half and half”). Adanya garis Beau (indentasi transversal 
pada kuku) serta bentuk-bentuk lain dari garis-garis putih yang transversal pada kuku 
mungkin berkaitan dengan adanya demam atau  penyakit sistemik, terutama penyakit hepar 
atau ginjal. Telangiektasis pada kulit periungual merupakan temuan yang sering ditemukan  dan 
merupakan petunjuk diagnostik yang penting pada lupus eritematosus sistemik dan 
dermatomiositis.  
Rambut dan kuku dibicarakan lebih rinci pada Bab berikutnya 
 
GAMBARAN UMUM MEMBRANA MUKOSA 
Penilaian awal dan menyeluruh pada penderita harus meliputi area  oral, genital, dan 
anal. Membrana mukosa oral menunjukkan adanya keadaan hidrasi dan perubahan-perubahan 
pigmentasi akibat perbedaan sifat ras atau dapat membantu dalam diagnosa  sindroma 
Peuts-Jeghers dan penyakit Adison. Diantara penyakit dengan manifestasi membrana 
mukosa adalah liken planus, pemphigus, pemfigoid, herpes simplek dan eritema multiforme. 
Plumbisme dan argyria dapat memicu  pigmentasi gingiva. Lidah dapat menjadi merah 
dan halus pada berbagai keadaan defisiensi vitamin B. Keadaan sakit dan juga lidah yang 
kemerahan seperti daging (“beefy-red tongue” dapat merupakan keluhan awal pada anemia 
pernisiosa. “Black hairy tongue”) dapat hanya merupakan masalah yang relatif sepele, yang 
terdiri dari papilla-papila filiformis yang memanjang, dan berwarna gelap yang timbul 
sesudah  pemakaian  antiobiotik oral atau tanpa penyebab sebelumnya. Lidah geografik 
(geographic tongue) terdiri dari area -area  tidak teratur yang mtampak kehilangnya 
papila dan keadaan ini dapat dihubungkan dengan psoriasis pustulosa atau bentuk psoriasis 
yang lain atau dapat pula idiopatik. Liken planus dapat ditemukan  pada lidah berupa warna 
putih berbentuk linear, dan kadang-kadang berbentuk seperti jala. 
    
Sariawan (moniliasis) terjadi pada penyakit dengan perubahan imunitas. Infeksi 
moniliasis generalisata yang menyerang area  aksiler, oral, periungual, dan vaginal terjadi 
Addison dengan hipoparatiroid. Lekoplakia oral berambut (oral hairy leukoplakia) terjadi 
pada infeksi HIV, dan seringkali merupkan tanda dini. 
 
GAMBARAN UMUM KULIT ANOGENITAL 
Berbagai penyakit dapat ditemukan pada area  anogenital. Panas, kelembaban serta 
adanya gesekan memungkin pertumbuhan dari mikroorganisme pada area  intertriginosa, 
dan lipatan-lipatan genitokrural serta abdominal bawah merupakan area  yang seringkali 
terkena. Meskipun pada erupsi yang generalisata area -area  ini dapat terkenal lebih 
berat dibandingkan  bagian lain, atau area  ini merupakan perhatian  utama penderita, tetapi 
seringkali rasa malu memicu  penderita mengalihkan perhatian dokter yang sebenarnya 
sangat diperlukannya. Perhatian terhadap penyakit-penyakit pada area  vulva telah 
meningkat dan telah terbit pula berbagai artikel  yang membantu hal ini. Dermatofitosis, 
moniliasis, psoriasis, liken simplek kronikus, ulkus sifilis, serta lesi-lesi infeksi venerik 
lainnya dapat pula ditemukan pada kulit area  perianal. Genitalia haruslah diperiksa 
sebagai area  predileksi psoriasis, dermatitis seboroik, liken planus, herpes progenitalis, 
moniliasis dan penyakit-penyakit venerik. Glans penis adalah merupakan lokasi yang khas 
dari fixed drug eruptions. Liken sclerosis et atrofikus mengenai kulit area  genital dan 
anal serta kulit area  inframammae, umbilikal dan kruris . 
 
LESI-LESI KULIT 
Bentuk-bentuk lesi kulit 
Bentuk dasar dari lesi-lesi kulit seperti makula, papul, vesikel, plakat dan lainnya 
merupakan unsur utama yang membentuk diagnosa  klinis. Untuk dapat membaca suatu kata, 
seseorang harus mengenal huruf; untuk dapat membaca kulit,  seseorang harus mengenal 
lesi dasar. Untuk memahami suatu paragraf, seseorang harus mengetahui bagaimana 
menyatukan kata-kata; untuk sampai pada suatu diagnosa  banding, seseorang harus tau apa 
yang ditunjukan oleh suatu lesi dasar dan bagaimana sifatnya, susunannya serta 
distribusinya, dan bagaimana timbulnya. Untuk menegakkan suatu diagnosa , seseorang 
harus mampu untuk mendapatkan riwayat penyakit yang tepat, dan mengetahui kapan dan 
bagaimana mengerjakan tes diagnostik seperti biopsi atau sediaan sitologik. 
Kurangnya terminologi dasar yang baku merupakan salah satu hambatan utama dari 
komunikasi yang sukses diantara dokter dalam menggambarkan lesi-lesi kulit. Sebagai 
contoh, dalam artikel -artikel  standard dermatologi, papul dideskripsikan dalam berbagai cara, 
seperti tidak lebih dari 1 cm, kurang dari 0,5 cm, lebih kecil dari biji kacang polong, atau 
berkisar antara sebesar kepala jarum sampai sebesar celah kacang polong; suatu nodul 
  
digambarkan lebih besar dari papul. Hal ini merupakan standar ukuran yang sembrono, dan 
keadaan ini akan tetap membingungkan sampai ditemukan sautu sistem yang lebih tepat. 
Liga internasional dari perkumpulan dermatologi telah menerbitkan suatu daftar lesi-lesi 
dasar yang dapat memberikan langkah yang membantu dari keadaan ini. Paling tidak, ukuran 
penggaris harus menjadi bagian dari alat pemeriksa standard untuk kulit yang dapat 
memungkinkan pengukuran suatu lesi secara tepat. 
Seringkali, identifikasi bentuk lesi pimer sudah cukup untuk menegakkan suatu 
diagnosa . Namun demikian, pada banyak keadaan, diperlulan untuk mengamati evolusi dari 
masing-masing lesi ini , atau mengamati suatu erupsi secara keseluruhan sebelum 
timbul suatu pola diagnostik tertentu. Perubahan (evolusi) dari masing-masing lesi 
menimbulkan pembentukan lesi-lesi sisa (sequential lesions). Kadang-kadang, lesi sisa 
ini  dapat ditemukan  bersama-sama dengan lesi primer. Misalnya pada cacar air, dimana 
lesi baru timbul secara berkelompok, dan dapat pula ditemukan  pada saat yang sama  erosi 
dan papul berkrusta serta vesikel baru; hal ini dapat membantu perbedaan klinis cacar air 
dari cacaar (smallpox), dimana lesi timbul secara serentak. Papul area  akral yang nyeri 
dan eritematous yang berkembang menjadi pustul purpurik dapat ditemukan  pada 
gonokokemia disseminata. Perkembangan dari suatu erupsi menghasilkan pola penyebaran 
tertentu. Pada rubella, ruam kulit mengenai seluruh tubuh dalam sehari; pada rubeola 
(measles), ruam kulit ini membutuhkan waktu tiga hari dalam penyebarannya dari dahi dan 
belakang telinga sampai keseluruh tubuh. Pada penyakit rocky mountain spotted fever pola 
penyebarannya adalah dari pergelangan kaki dan tangan kemudian ke telapak tangan, 
telapak kaki, wajah, dan bagian tengah dari permukaan. 
Ringkasan visual dari nomenklatur deskriptif yang berikut ini disertai beberapa 
contoh, yang tetap tidak berubah nilainya meskipun telah tersedia lebih banyak petunjuk 
yang komprehensif. Daftar berbagai tipe lesi yang akan dibicarakan selanjutnya tertera 
pada tabel 4-1. Beberapa istilah yang jarang dipakai  juga dijelaskan pada bagian ini, 
sementara yang lainnya dapat ditemukan  pada Leider dan Rosenblum. 
 
MAKULA (lihat gambar 4-1). 
Makula adalah lesi yang datar, berbatas tegas yang dapat dibedakan dari kulit sekitar 
berdasarkan warnanya. Makula dapat memiliki  bermacam-macam ukuran atau bentuk. 
Makula ini dapat merupakan hasil atau akibat dari  hiperpigmentasi, hipopigmentasi, 
kelainan vaskuler, dilatasi kapiler (eritema), atau purpura (ekstravasasi sel-sel darah 
merah). Beberapa lesi makuler dapat berhubungan dengan pembentukan skuama yang halus. 
Skuama ini hanya menjadi jelas sesudah  dilakukan gratinasi, yaitu kombinasi antara 
pengelupasan ringan dan garukan. Lesi semacam ini disebut makuloskuamosa: lesi ini tidak 
    
secara nyata tampak timbul dan oleh karenanya tidak dapat dianggap sebagai plakat (lihat 
dibawah). 
Teleangiektasis adalah dilatasi kapiler yang permanen yang mungkin/ tidak timbul 
dengan adanya penekanan, yang akan membentuk gambaran seperti jala atau garis merah 
terang, halus, tidak berpulsasi. 
Lesi-lesi yang disebabkan oleh adanya ekstravasasi sel-sel darah merah dimasukkan 
ke dalam bagian purpura. Ptekie adalah purpura berukuran lebih kecil yang sering ditemukan  
pada keadaan trombositopeni. Ekimosis berukuran lebih besar berupa lesi purpura yang 
mirip  memar atau luka lainnya. Penekanan dengan dua buah gelas obyek (“slide”) atau 
lensa jernih anti pecah (diskopi) pada tepi dari lesi yang merah merupakan cara yang 
sederhana dan dapat dipercaya untuk membedakan kemerahan akibat dilatasi vaskuler 
(eritema) dari kemerahan akibat ekstravasasi darah atau produk darah (purpura). Jika 
dengan penekanan gelas obyek kemerahan menetap, maka lesi adalah purpura. 
Infark adalah area  nekrosis pada kulit sebagai akibat dari tersumbatnya pembuluh 
darah, misalnya pada memiliki  warna yang beraneka ragam seperti merah gelap, serta 
keabu-abuan. Bentuknya berupa makula yang tidak teratur, kadang-kadang sedikit tertekan 
dibawah permukaan kulit dan seringkali dikelilingi oleh zona hiperemi yang berwarna merah 
muda. Lesi ini dapat pula menjadi lunak. 
Makula eritematosa kecil yang menyebar dapat terjadi pada eksantema seperti 
rossola dan erupsi obat. Makula eritematosa yang konfluen dapat menutupi seluruh 
ekstremitas atau setengah dari wajah, seperti pada hemangioma kapiler (nevus flameus). 
Makula dapat bila berpigmen seperti makula berwarna café-au-lait spot pada 
neurofibromatosis; hipopigmentasi seperti pada hipopigmentasi post inflmaasi; dan 
depigmentasi seperti pada vitiligo. Makula hipomelatonik yang seringkali memiliki  bentuk 
yang mirip  bentuk daun (“ash leaf”), merupakan petunjuk paling dini yang dapat dilihat 
dari tuberosklerosis. Berkumpulnya melanosit dermal dapat memberi warna keabuan pada 
kulit, seperti pada Mongolian spot. Warna biru dapat timbul dari menyebarnya sinar saat 
melalui medium dermis yang keruh (Fenomena Tyndali). Pembentukan skuama yang halus 
dapat dilihat pada lesi-lesi makuloskuamosa dari tinea versicolor, pitiriasis rosea, dan 
eritrasma. 
Teleangiektasis biasanya dilihat pada wajah orang-orang yang secara kronis terpapar 
sinar matahari dan angin. Terdapat gambaran yang menonjol dari warna eritematosa pada 
lupus eritematosus kutaneus. Disamping itu teleangiektasis periungual merupakan petunjuk 
yang penting untuk gangguan-gangguan vaskuler kolagen seperti lupus eritematosus dan 
dermatomiositis. Pada teleangiektasis hemoragika herediter, lesinya biasanya tidak 
berpulsasi, berupa makula atau papula dengan batas yang tegas, berwarna merah kusam, 
   
paling sering ditemukan  pada lidah, bibir, wajah dan jemari. Teleangiektasis juga merupakan 
gambaran yang menonjol pada rosasea. 
 
Makula, adalah lesi datar, berbatas tegas yang dibedakan dari kulit sekitarnya dari 
warnanya. Makula dapat memiliki  macam-macam bentuk dan ukuran. (a). makula dapat 
merupakan akibat dari hiperpigmentasi (b). Gambaran klinis suatu erupsi yang terdiri dari 
makula eritem multiple berbentuk tegas dengan berbagai ukuran yang memudar pada 
penekanan dengan dua gelas obyek (diaskopi) dan dengan demikian disebabkan oleh suatu 
vasodilatasi akibat inflamasi. Erupsi ini menggambarkan suatu reaksi obat (fenolftalin). 
 
PAPULA 
Papula adalah lesi yang kecil, solid dan meninggi  Papula biasanya 
memiliki  diameter lebih kecil dari 0,5 cm, dan bagian terbesar dari papul menonjol diatas 
permukaan kulit sekitarnya. Seringkali dibutuhkan tidak langsung dalam kamar yang gelap 
untuk mendeteksi adanya lesi yang sedikit meninggi. Peninggian (elevasi) ini dapat 
merupakan akibat dari timbunan metabolit, hiperplasia lokalisata dari komponen seluler 
lokalisata pada dermis. Papul-papul superfisial dengan batas yang tegas dapat dilihat jika 
lesi merupakan akibat dari bertambahnya jumlah sel-sel epidermal atau melanosit, seperti 
pada veruka vulgaris atau nevus melanositik. 
Papul dapat memiliki  berbagai bentuk, yaitu akuminata (berbintik/tajam) seperti 
pada miliaria rubra (ruam biang keringat), ditutupi dengan skuama atau keratin seperti pada 
sifilis sekunder, berbentuk kubah seperti pada moluskum kontagiosum, atau memiliki  
permukaan datar seperti pada liken planus. 
Gambaran lain seperti warna, juga penting untuk identifikasi lesi-lesi papuler. Papul-
papul merah dapat dilihat pada psoriasis, yang seringkali ditutupi oleh skuama yang 
    
berdarah jika  diangkat (tanda auspitz). Papul-papul dengan skuama disebut lesi 
papuloskuamosa. Warna tembaga tampak pada lesi sifilis sekunder. Papul-papul dengan 
permukaan datar dan warna keunguan merupakan ciri khas liken planus. Adanya tanda halus, 
putih, seperti jala, disebut striae (garis) Wickham pada permukaan lesi merupakan  
pelengkap diagnosa  liken planus. Papul-papul yang berwarna kekuningan dapat dilihat pada 
Xantomitosis. Papul-papul hemoragik atau nekrotik ditemukan  pada vaskulitis kutaneus dan 
meningokoksemia. Papul purpura “palpable” merupakan petunjuk suatu vaskulitis sampai 
dibuktikan bukan yang lainnya. Papul-papul kasar (keratorik) dan kecoklatan khas untuk 
keratosis folikularis (penyakit Darier). 
 
 
Nevus pigmentosus dan melanoma maligna dini sering ditemukan  sebagai papul-papul 
coklat atau hitam yang bulat dan harus dibedakan dari karsinoma sel basal berpigmentasi, 
yang memiliki  gambaran yang mirip  namun halus seperti lilin dengan tepi 
teleangiektasis yang menggulung. Lesi papul bulat berwarna biru tua atau hitam 
menunjukkan suatu nevus biru (“blue nevus”), melanoma noduler, angiokeratoma atau 
sarkoma Kaposi. 
Papul-papul bulat yang berwarna seperti kulit terlihat pada adenoma sebasea dan 
amyloidosis. Moluskum kontagiosum merupakan papul yang jernih dan bulat dengan 
umbilikasi dibagian tengahnya yang jika  ditusuk akan tampak “badan moluskum” yang 
bulat. Papul-papul bertangkai yang berwarna lebih gelap atau sama dengan warna kulit 
normal, ditemukan  pada neurofibromatosis. “Skin tag” (arcrochorda) adalah lesi filiformis 
   
atau bertangkai yang sering berwarna seperti kulit. Papul dapat pula berbentuk folikuler 
atau perifolikuler seperti pada akne, folikulitis, dan penyakit Darier. 
      Papul atau plakat (lihat dibawah) dapat terdiri dari penonjolan-penonjolan kecil yang 
padat dan multiple yang dikenal sebagai vegetasi  Vegetasi dapat tertutup 
oleh skuama yang kering dan tebal dan disebut sebagai keratotic (seperti pada veruka 
vulgaris), atau lunak dan halus (seperti pada kondiloma akuminata). Keratosis seboroik 
adalah lesi vegetasi yang sering ditemukan , terutama pada kelompok usia lanjut. Lesi dapat 
berwarna kekuningan, kuning kecoklatan, coklat, atau hitam, dan sering memiliki  
permukaan yang lunak dan berlemak. Vegetasi yang kering dan berskuama ditemukan  pada 
keratosis aktinik. 
Semua papul yang eritematosa harus diperiksa dengan diaskopi (lihat “Aids to 
Dermatologic diagnosa : Clinical, Instrumental, and Laboratory”) pada bagian selanjutnya, 
karena warna kuning-coklat dari papul yang ditemukan  pada sejumlah kelainan granulomatosa, 
dan papul eritematosa yang tidak memudar pada diaskopi mungkin merupakan tanda dari 
vaskulitis (purpura “palpable”). 
Meskipun erupsi-erupsi tertentu dapat terdiri dari unsur-unsur makuler dan papuler, 
dianggap bahwa istilah makulopapuler yang membingungkan, pemakaian nya dihindari demi 
jelasnya pemikiran serta komunikasi. 
 
PLAKAT 
Plakat adalah suatu peninggian yang memiliki  permukaan relatif besar dibandingkan 
dengan ketinggiannya diatas permukaan kulit (gambar 4-3). Plakat seringkali terbentuk 
akibat menyatunya papul-papul, seperti pada psoriasis. Lesi psoriasis yang khas merupakan 
plakat eritamatosa yang meninggi dengan lapisan skuama seperti perak, yang sering 
digambarkan seperti muka. 
Gosokan yang berulang, terutama pada orang-orang dengan eksema kronis, 
menimbulkan likenifikasi. Proliferasi keratinosit dan stratum korneum, beserta perubahan-
perubahan kolagen dari epidermis yang mendasarinya, memicu  area  likenifikasi kulit 
tampak sebagai plakat yang menebal dengan gambaran kulit yang menonjol. Lesi ini  
dapat mirip  kulit pohon yang terkelupas. Adanya atrofi, terutama yang disertai 
eritema, skuama, perubahan pigmentasi dan “follicular plugging” menunjang diagnosa  lupus 
eritematosus kutaneus. 
   
 
Plakat, yang tampak pada gambar adalah suatu peninggian pada permukaan yang relatif 
luas dibandingkan dengan tingginya diatas permukaan kulit. Plakat-plakat berskuama, 
kemerahan, berbatas tegas yang saling menyatu. 
 
BERCAK (PATCH) 
Menurut Oxford English Dictionary (OED), patch adalah “bagian dari setiap bidang 
(permukaan) yang sangat berbeda penampilan dan ciri khasnya dari sekitarnya”. Menurut 
OED, patch dapat berupa “area  kecil pada kulit yang berbatas tegas, dst, yang memiliki 
warna atau penampilan yang khusus”. Para ahli kulit telah memakai  istilah ini untuk 
bermacam keperluan: Sebagian membatas pemakaian nya untuk menggambarkan suatu 
makula yang sangat besar, sedangkan yang lain memakai nya untuk menggambarkan 
suatu plakat yang relatif tipis tetapi besar. Secara umum dikatakan bahwa suatu deskripi 
yang tepat hampir selalu dapat dilakukan  dengan suatu terminologi yang lebih jelas, seperti 
makula yang besar, plakat yang tipis dan berskuama, dll. 
 
NODUL  
Nodul adalah sautu lesi yang dapat diraba, utuh, bulat, atau lonjong (lihat gambar 4-
4). Kedalamannya dan/atau rabaan sesungguhnya lebih penting dari diameternya, dalam 
membedakan nodul dari papul. Tergantung dari unsur anatomis yang pertama kali terkena, 
nodul memiliki  lima bentuk utama yaitu: (1) epidermal, (2) dermo-epidermal, (3) dermal, 
(4) dermal-subdermal, dan (5) subkutan. 
       Nodul epidermal meliputi kerato akantoma, veruka vulgaris, dan karsinoma sel basal. 
Nodul dermo epidermal meliputi compound nevus tertentu, melanoma maligna, karsinoma sel 
skuamosa invasive dan beberapa lesi mikosis fungoides. Contoh dari nodul dermal misalnya 
   
granuloma anular dan dermato fibroma. Eritema nodosum dan tromboflebitis superfisialis 
adalah contoh dari nodul dermal-subdermal. Lipoma adalah nodul subkutan dari jaringan 
lemak. 
Nodul-nodul pada dermis dan subkutis dapat merupakan petunjuk adanya penyakit 
sistemik dan timbul akibat adanya peradangan, neoplasma, atau timbunan metabolit pada 
dermis atau jaringan subkutan. Sebagai contoh, sifilis lanjut, tuberkulosis, mikosis 
profunda, xantomatosis, limfoma dan neoplasma metastatik, seluruhnya dapat berupa nodul 
kutaneus. Eritema nodosum yang berupa nodul subkutan pada tungkai dan nyeri, seringkali 
merupakan manifestasi suatu hipersensitivitas. Reaksi terhadap badan asing (foreign body), 
gigitan serangga serta infeksi bakterial dan virus, adalah sebagian dari penyebab lesi-lesi 
noduler. Karena nodul dapat merupakan suatu penyakit sistemik, maka suatu nodul yang 
persisten dan tidak dapat di identifikasi harus selalu dilakukan biopsi dan sebagian dari 
jaringan yang diambil harus dilakukan kultur. 
Tumor adalah suatu istilah yang umum untuk setiap massa, baik jinak atau ganas, dan 
kadang-kadang dipakai  untuk menunjukkan suatu nodul yang besar. Gumma adalah suatu 
lesi granulomatosa noduler dari sifilis stadium tiga (tersier). 
        Menggambarkan suatu nodul dengan ukuran dan sifat tertentu seperti keras, lunak, 
seperti daging hangat, dapat digerakkan, menetap, tidak nyeri, selalu dapat membantu. 
Permukaan dari nodul juga harus digambarkan, seperti misalnya halus, keratotik, ulseratif, 
seperti jamur. Ada beberapa kata yang membingungkan dalam membedakan nodul dari papul 
yang besar dan tumor yang kecil. Ukuran bukanlah merupakan pertimbangan utama dalam 
definisi suatu nodul. Misalnya, nodul rematoid, yang biasanya terdapat pada penonjolan-
penonjolan tulang, dapat berukuran sekecil 1 atau 2 mm atau sebesar beberapa sentimeter. 
Pada keadaan tertentu mungkin diperlukan lebih dari satu istilah. Pada sebagian besar 
kasus, lebih baik disebutkan ukuran dan istilah deskriptif yang merupakan gambaran 
penting dari lesi ini . jika  mungkin, untuk tujuan deskriptif adalah sangat 
membantu untuk menunjukkan bahwa nodul yang dimaksud merupakan nodul epidermal, 
dermo-epidermal, dermal, dermal-subdermal atau subkutan. 
 
 
   
Nodul adalah suatu lesi yang dapat diraba, utuh, bulat atau lonjong. Kedalamannya 
dan/atau rabaan sesungguhnya lebih penting dari diameternya dalam membedakan nodul 
dari papul. Nodul dapat terletak pada epidermis atau memanjang kedalam dermis atau 
jaringan subkutan. 
Gambar ini menunjukkan suatu nodul yang keras dan berbatas tegas dengan 
permukaan yang halus dan berkilat dimana dapat terlihat teleangiektasis (pelebaran 
pembuluh darah kapiler); terdapat krusta diarea  sentral yang menunjukkan adanya 
penghancuran jaringan dan dengan demikian terjadi ulserasi awal. Lesi ini  merupakan 
gambaran dari karsinoma sel basal yang noduler. 
 
Urtika adalah sebuah efloresensi dengan lesi yang meninggi, bulat atau datar yang 
secara khas menghilang dalam waktu beberapa jam. Urtika dapat berupa papul-papul kecil 
dengan diameter 3-4 mm seperti pada urtikaria kolinergik (tampak pada foto klinis b). 
Dapat pula berupa plakat-plakat yang besar, saling menyatu seperti pada reaksi alergi 
   
terhadap penisilin, obat-obatan lain, atau allergen alimentosa (tampak pada foto klinis c). 
Erupsi yang terdiri dari urtika disebut urtikaria dan biasanya ditandai dengan adanya rasa 
gatal. 
 
VESIKEL DAN BULLA 
Vesikel adalah lesi yang meninggi dan berbatas tegas yang mengandung cairan 
. Dinding vesikel seringkali sangat tipis sehingga tampak jernih sehingga 
serum, limfe, darah, atau cairan ekstraseluler dapat terlihat. Vesikel yang memiliki  
diameter lebih besar dari 0,5 cm disebut bulla. 
Vesikel dan bulla timbul dari celah yang ada pada berbagai tingkat lapisan kulit; celah 
ini dapat berada didalam epidermis (misalnya vesikel intraepidermal)  atau 
dibawah taut dermo-epidermal (yaitu suberpidermal). Celah yang tepat berada dibawah 
stratum korneum menghasilkan vesikel atau bulla subkorneal seperti 
pada impetigo. Pembentukan vesikel intraepidermal dapat timbul dari edema interseluler 
(spongiosis), sebagaimana khas tampak pada reaksi-reaksi hipersensitivitas tipe lambat 
pada epidermis (misalnya pada dermatitis kontakta eksematosa) dan pomfoliks. 
Vesikel spongiotik (pada gambar 4-6a) dapat dideteksi secara mikroskopis tetapi 
secara klinis mungkin tidak tampak jelas seperti vesikel. Hilangnya jembatan interseluler 
atau desmosome, dikenal sebagai akantolisis, dan pembentukan vesikel jenis intraepidermal 
ini  tampak pada pemfigus vulgaris, dimana biasanya celah terdapat 
persis diatas lapisan basalis. Pada pemfigus foliaseus, celah timbul persis dibawah lapisan 
subkorneal. 
Virus memicu  “degenerasi ballon” pada sel-sel epidermal
seperti pada herpes zoster, herpes simplek, variola, dan varisella. Bulla akibat virus sering 
memiliki  bagian tengah yang tertekan (umbilikasi). Perubahan patologis pada taut dermo-
   
epidermal dapat menimbulkan bulla atau vesikel subepidermal  Seperti pada 
pemfigod, eritema multiforme bullosa, porfiria kutanea tarda, dermatitis herpetiformis 
dan beberapa bentuk epidermolisis bullosa. Ketebalan dinding bulla dapat diperkirakan dari 
kejernihannya dan kekendorannya. Besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk merusak lesi 
ini  dapat membantu memperkirakan apakah bulla terletak interaepidermal atau 
subepidermal. Dikatakan, bahwa bulla yang tegang dan relatif besar, merupakan suatu 
pemfigoid, sedangkan bulla yang  kendor disebut pemfigus. Namun demikian, tidak ada 
suatu cara yang dapat dipercaya untuk membedakan kedua penyakit ini kecuali dengan 
pemeriksaan histologic dari lesi dan imunofluoresensi. 
jika  epidermis hilang, biasanya sebagai akibat adanya pembentukan vesikel, akan 
terjadi pengelupasan (“denudation”) yang dikenal dengan erosi dan tampak sebagai lesi yang 
sedikit berlekuk (“depression”) dan basah (lihat dibawah). 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Vesikel dan bulla. 
Vesikel adalah lesi yang meninggi, berbatas tegas dan mengandung cairan. Tampak 
pada gambar (a), vesikel subkorneal (A) akibat adanya celah tepat dibawah stratum 
korneum. Vesikel spongiotik (B) merupakan akibat dari edema interseluler. Bulla adalah 
vesikel yang  lebih besar dari 0,5 cm. Gambar klinis (b) menunjukkan vesikel subkorneal 
yang  jernih dan multipel, yang sangat gampang terluka, gampang menjadi kemps sehingga 
menimbulkan krusta (tanda panah). Lesi-lesi ini merupakan impetigo stafilokokkal, lekosit  
terdapat didalam sedimen vesikel sampai pada bagian paling  bawah dari rongga subkorneal 
pada waktu penderita berada pada posisi tegak. 
  
 
vesikel akantolitik (A) yang berasal dari celah pada 
epidermis akibat hilangnya ikatan interseluler. Degenerasi balloon dari sel-sel epidermal 
memicu  bentuknya vesikel pada infeksi virus tertentu (B), seperti varisella-zoster. 
Gambaran khas vesikel pada herpes zoster tampak pada (b), yaitu berupa kelompok. Pada 
beberapa, tampak umbilikasi pada bagian tengahnya. 


Vesikel subepidermal tampak pada gambar yang merupakan akibat sekunder dari 
perubahan-perubahan patologis pada akibat area  taut dermo-epidermal. Vesikel dan bulla 
subepidermal dapat dilihat pada eritema multiforme bullosa, porifiria kutanea tarda, 
epidermolisis bullosa, dermatitis herpetiformis, dan bulous pemfigoid. Foto klinis 
   
 
memperlihatkan bulla pada keadaan lanjut. Sebagian timbul pada kulit normal dan sebagian 
pada kulit eritematus. Sebagian besar dari lesi ini adalah tegang dan berisi cairan yang 
hemoragik, sedangkan sebagian mengempis dan membentuk krusta. 
 
Erosi 
Erosi adalah lesi yang basah, berbatas tegas, dan biasanya berlekuk (“depressed”) 
akibat hilangnya sebagian atau seluruhnya dari epidermis yang sehat (gambar 4-9). sesudah  
bulla atau vesikel pecah, area  yang lembab akan tetap berada pada dasarnya, yang 
disebut erosi. area  terkelupas (“denudation”) yang luas akibat erosi dapat dilihat pada 
penyakit-penyakit bullosa seperti pemfigus. Kecuali terjadi infeksi sekunder, biasanya erosi 
tidak menimbulkan jaringan parut. Jika proses peradangannya meluas sampai kedalam 
papilla dermis, akan menimbulkan ulkus dan jaringan parut, seperti pada vaccinia dan variola, 
dan jarang pada herpes zoster dan varisella. 
 

Erosi, sebagaimana pada gambar, biasanya merupakan lesi yang lembab, berbatas 
tegas, tertekan kebawah (“depressed”) yang timbul sebagai akibat dari hilangnya seluruh 
atau sebagian dari epidermis. Erosi tetap ada sesudah  lepasnya atap dari vesikel dan bulla. 
Erosi juga timbul sesudah  nekrosis epidermal seperti pada nekrolisis epidermal toksik 
(TEN), yang ditunjukkan pada gambar. Lesi ini sembuh tanpa jaringan parut. 
 
Pustula dan Piodermatosis lainnya 
Pustula adalah suatu lesi yang berbatas tegas dan meninggi yang mengandung eksudat 
yang purulen  Pus, terdiri dari lekosit, dengan atau tanpa debris seluler, 
dapat mengandung bakteri atau dapat pula steril, seperti pada lesi psoriasis pustulosa. 
Pustula dapat memiliki  bermacam ukuran dan bentuk, dan tergantung dari warna 
eksudatnya, dapat berwarna putih, kuning, atau kuning kehijauan. Pustula folikuler 
berbentuk kerucut, biasanya ada rambut pada bagian tengahnya, dan pada umumnya sembuh 
tanpa jaringan parut. 
Pustula merupakan tanda khas pada rosasea, psoriasis pustulosa, penyakit Reitner, dan 
beberapa erupsi obat, terutama yang disebabkan oleh bromida atau iodida. Lesi-lesi 
vesikuler dari beberapa penyakit virus (varisella, variola, vaccinia, herpes simplek dan 
herpes zoster), dan lesi-lesi dermatofitosis, dapat menjadi pustuler. Pewarnaan Gram serta 
kultur eksudat dari pustula yang ada haruslah selalu dilakukan. 
Furunkel adalah bentuk nekrotisasi yang dalam dari folikulitis, yang disertai dengan 
timbunan pus. Beberapa furunkel dapat menyatu dan membentuk karbunkel. 
Abses adalah timbunan setempat dari material purulen jauh didalam dermis atau 
jaringan subkutan sehingga pus biasanya tidak tampak pada permukaan kulit. Bentuknya 
merah, hangat, dan nyeri. Abses seringkali mulai sebagai suatu folikulitis dan biasanya 
merupakan manifestasi infeksi kutaneus akibat streptokokkus atau stafilokokkus aureus. 
Sinus adalah suatu saluran yang timbul dari rongga yang supuratif ke permukaan kulit, 
atau antara rongga kistik dan abses. Sinus didekat rektum dapat terlihat pada abses 
rektal, karsinoma usus (bowel) atau penyakit inflamasi usus. Sinus-sinus pada leher 
menunjukkan adanya aktinomikosis, skrofula, kantung branchial, atau sinus dentalis. Saluran 
sinus yang dalam dapat terjadi pada hidradenitis supuratifa dan akne konglobata. 
 

Pustula, seperti tampak pada gambar, adalah suatu lesi yang berbatas tegas dan 
meninggi, biasanya suatu papula, yang mengandung eksudat purulen. Secara primer, pustula 
non folikuler terjadi pada psoriasis pustulosa, yang merupakan pustula-pustula yang sangat 
    
superfisial (subkorneal) yang menyatu dan kadang-kadang membentuk suatu danau (area  
yang luas) dari pus. 
 
Kista 
Kista adalah suatu kantung yang mengandung bahan cair atau semi solid (cairan, sel, 
dan produk-produk sel). Nodul yang lonjong atau bulat atau papul dapat dicurigai sebagai 
suatu kista, jika  pada palpasi, teraba melenting; bola mata misalnya, teraba seperti 
kista. Kista yang paling sering ditemukan  adalah kista epidermal (keratinosa)  yang dibatasi dengan epitel skuamosa dan menghasilkan bahan keratinosa. Kista-
kista yang berasal dari pilus (folikel rambut) yang dibatasi oleh epitel berlapis banyak yang 
tidak mengalami maturisasi sepanjang lapisan granulosum disebut kista pilaris . Kista keratinosa, terutama pada wajah dan kulit kepala, dapat merupakan 
bagian dari sindroma Gardner yang berhubungan dengan poliposis intestinal, osteomastosis, 
dan tumor-tumor jaringan fibrosa pada kulit dan jaringan subkutan. 
 

Kista yang kebiruan dan melenting, yang tampak pada (b), menunjukkan suatu tumor 
adneksa kistika (hidradenoma kistik), yang berisi bahan seperti lendir (mukus). 
 
Atrofi 
Atrofi menunjukkan adanya pengecilan dalam ukuran suatu sel, jaringan, organ, atau 
bagian dari tubuh. Atrofi epidermal menunjukkan adanya penipisan dari epidermis, yang 
berhubungan dengan adanya penurunan jumlah sel-sel epidermal 
Epidermis yang atrofi dapat terlihat agak transparan dan dapat atau tidak 
mempertahankan garis-garis kulit normal. Atrofi epidermal sering pula dikaitkan dengan 
perubahan-perubahan pada dermis. Kulit yang menua, terutama pada area  terpajan sinar 
matahari, tetap mempertahankan garis-garis kulit normal menampakkan kerutan-kerutan 
halus, dan agak transparan; vena-vena yang dalam serta tendo yang kuning akan terlihat 
dengan mudah. Luka atau peradangan yang terjadi sebelumnya (misalnya lupus eritematosus 
diskoid) dapat pula memicu  atrofi epidermal berupa gambaran diseterika (“ironed 
out’) dan hilangnya gambaran kulit. 
   
Atrofi dermis merupakan akibat dari berkurangnya jaringan ikat retikuler atau 
papiler dermis dan berkurangnya jaringan ikat retikuler atau papiler dermis dan biasanya 
berupa lekukan pada kulit . Atrofi dermis dapat pula terjadi sesudah  
peradangan atau trauma, dengan atau tanpa ulserasi. Pada atrofi dermis yang timbul tanpa 
atrofi epidermis, warna dan gambaran kulit adalah normal karena lekukan yang berbatas 
tegas hanya terjadi karena berkurangnya jaringan dermis. Atrofi dermis dapat disertai 
dengan atrofi epidermis, seperti strie pada kehamilan, atau penyakit Cushing, atau lipoidika 
nekrobiosis, dimana pada keadaan yang lanjut dapat memicu  menghilangnya gambaran 
kulit, meningkatnya translusensi, dan lekukan lokalisata pada kulit. Atrofi ditemukan  pada 
karsinoma sel basal yang mirip  morfea, lupus eritematosus diskoid kronik. Jika atrofi 
terjadi pada panikulus, dapat timbul lekukan kulit, seperti pada panikulus dengan likuifikasi, 
lipogranulamatosis, dan lipodistrofi progresif. 
 

Atrofi kulit dapat terbatas pada epidermis atau dermis atau dapat terjadi secara 
bersamaan pada keduanya. Seperti tampak pada gambar, atrofi epidermis tampak berupa 
epidermis yang tipis dan hampir transparan. Epidermis yang atrofi dapat atau tidak 
mempertahankan garis normal kulit. Atrofi dermis merupakan akibat dari berkurangnya 
jaringan ikat papiler atau retikuler dermis dan bentuknya berupa lekukan pada kulit. Atrofi 
jaringan subkutan juga dapat memicu  terjadinya lekukan pada permukaan kulit. Atrofi 
dermis dan epidermis yang menyolok tampak pada gambar. Terlihat hilangnya tekstur kulit 
normal, penipisan serta kulit berkerut. 
 
Ulkus 
Ulkus adalah merupakan “lubang pada kulit” dimana didapatkan destruksi epidermis 
dan paling tidak bagian atas dermis (papiler) gambaran khas yang dapat 
membantu dalam membedakan penyebab ulkus dan yang harus diperhatikan dalam 
menerangkannya, meliputi lokasi, tepi, dasar, sekresi (“discharge”), dan gambaran topografi 
   
 
yang ada kaitannya dari lesi atau kulit sekitarnya, seperti nodul, ekskoriasi, varises, 
distribusi rambut, ada tidaknya keringat, dan denyut nadi area  yang berdekatan. Ulkus 
stasis disertai dengan pigmentasi, dan kadang-kadang juga dengan edema atau sklerosis. 
Lesi paling sering dimulai pada aspek medial dari pergelangan kaki atau tungkai bawah. 
Ulkus sistemik dan ulkus hipertensif cenderung dimulai pada aspek lateral dari pergelangan 
tumit atau kaki. Ulserasi faktisium seringkali mampunyai bentuk artifisial, termasuk tepi 
yang lurus dan bersudut. Ekskoriasi yang melebar menjadi ulkus memberikan gambaran yang 
sama tetapi dapat terlihat sisa dermatosis yang mendasari (misalnya dermatitis 
eksematosa yang berhubungan dengan insufisiensi vena yang kronis). Pioderma gangrenosum 
memiliki  tepi yang keunguan, meninggi dan kasar, yang mungkin ada hubungannya dengan 
kolitis ulseratifa atau beberapa penyakit dalam lainnya. Ulkus dekubitus terjadi pada 
tempat-tempat yang mendapat tekanan. 
Ulserasi dapat terjadi akibat infark jaringan pada area -area  dengan sumbatan 
pembuluh darah besar atau kecil atau konstriksi karena berbagai faktor etiologik, seperti 
emboli, trombosis, keracunan ergot, krioaglutinin, kriofibrinogenemia, atau 
krioglobulinemia, poliarteritis, macroglobulinemia, purpura trombositopenik trombotik, 
polistemi, reaksi Artus generalisata (purpura fulminan), sepsis, fenomena Raynaud, 
arteriosclerosis obliterans, dan granulomatosis Wegener. Ulserasi yang terjadi pada 
beberapa bentuk nodul granulomatosa, disebabkan oleh jamur profunda, tuberculosis, 
sifilis, dan pinta, serta berbagai penyakit akibat bakteri dan parasit. Adanya nodul yang 
dekat dengan ulkus menunjukkan adanya penyakit granulomatosa atau neoplasma. Neoplasma 
dapat berubah menjadi nekrotik dan ulserasi, yang pada umumnya merupakan akibat dari 
obliterasi pembuluh darah yang kecil karena proliferasi tumor. 
 

Ulkus pada gambar, adalah suatu lesi yang memiliki  lekukan dimana epidermis dan 
paling tidak bagian atas dermis (papiler) telah rusak. Karena itu,  ulkus selalu menyembuh 
   
dengan jaringan parut. Gambar klinis menunjukkan adanya ulkus raksasa dengan dasar 
granulasi dan berwarna merah, serta tepi berbatas tegas dan berbentuk “punched-out”. 
 
Jaringan Parut 
Jaringan parut akan terjadi jika  telah berbentuk ulserasi dan merupakan gambara 
pola penyembuhan ditempat tersbut. Jaringan parut dapat berupa hipertrofik   atau atrofik . Jaringan parut dapat bersifat sklerotik 
atau keras, sebagai akibat dari proliferasi kolagen. Epidermis yang terbentuk jaringan 
parut, adalah tipis dan pada umumnya tanpa garis-garis kulit normal serta tanpa adanya 
apendiks Jaringan parut yang mengalami lekukan dapat mirip  
atrofi primer. Jaringan parut dapat timbul pada perjalanan penyakit akne, beberapa 
porfiria, herpes zoster dan varisella. Penyakit Raynaud, sifilis, tuberkulosis (terutama pada 
wajah), lepra, atau karsinoma dapat memicu  mutilasi, atau hilangnya jaringan yang 
merubah struktur pentik anatomik. 
 
 
 
Sklerosis 
Sklerosis adalah pengerasan atau indurasi yang difus atau terbatas pada kulit, yang 
dapat lebih mudah dideteksi dengan palpasi dibandingkan  inspeksi. Skleorsis adalah komponen 
(bagian) dari morfea, skleroderma linier, skleroderma sistemik, dan porfiria kutanea tarda. 
Sklerosis seringkali terjadi pada dermatitis stasis kronis dan limfedema kronis. Sklerosis 
dapat merupakan akibat dari adanya edema dermis atau subkutan, infiltrasi seluler atau 
proliferasi kolagen. 
 
Kalsinosis 
Kalsinosis pada dermis atau jaringan subkutan (misalnya pada dermatomiositis atau 
scleroderma), yang dapat dirasakan sebagai nodul yang keras atau plakat, dengan atau 
    
tanpa perubahan yang dapat dilihat pada permukaan kulit. Skuama, deskuamasi 
(pembentukan skuama) 
Pengelupasan atau penimbunan yang abnormal dari stratum korneum berupa serpihan-
serpihan yang dapat terlihat disebut dengan pembentukan skuama. Pada kaeadaan normal, 
stratum korneum berganti secara sempurna dalam lebih kurang 27 hari. Hasil akhir dari 
proses keratinisasi holokrin ini adalah sel tanduk dari lapisan kulit paling luar (stratum 
korneum). Sel tanduk terbungkus dengan protein filamentosa, yang secara normal tidak 
memiliki  nucleus, dan biasanya lenyap tanpa diketahui. jika  produksi keratinosit 
meningkat, seperti pada psoriasis, keratinosit immature yang tetap memiliki nukleus 
mencapai permukaan kulit, keadaan ini disebut parakeratosis. Sel-sel parakerotatik dapat 
tertimbun dan membantu terbentuknya skuama. Pada psoriasis, skuama tampak sebagai 
lembaran tipis seperti mika (mikaseus), atau tertimbun dengan hebatnya, memberikan 
bentuk seperti kulit kerrang. Skuama yang melekat erat dan teraba seperti pasir, 
mirip  kertas pasir yang ditemukan  secara khas pada keratosis solaris. Skuama yang 
mirip  ikan ditemukan  pada sekelompok penyakit yang disebut iktiosis, dimana pada 
sebagian terjadi retensi yang lama dari stratum korneum, meskipun dihasilkan pada 
kecepatan yang normal. Lesi berskuama juga terjadi pada infeksi-infeksi dermatofit, 
pitiriasis rosea, sifilis sekunder dan tersier, dan sebagian besar keadaan dimana terjadi 
keratinisasi abnormal dan/atau eksfoliasi sel-sel epitelial. 
Bagi mata yang telah terlatih dengan baik, tidak semua skuama memiliki  bentuk 
yang sama, dan pakar dermatologi akan sering mendapatkan informasi yang berharga secara 
diagnostik melalui pemeriksaan yang telili tentang jenis skuama yang ada. Siemen’s 
menggambarkan bentuk-bentuk skuama sebagai berikut: pitiriasiformis (seperti dedak 
padi), psoriasiformis (lembaran rapuh dari beberapa lapisan yang longgar), iktiosiformis 
(seperti sisik ikan), kutikuler dan lamellar (tipis, serpihan-serpihan yang relatif lebar), 
membranosa atau eksfoliatifa (lembaran lebar, mengelupas), keratotik (terbentuk dari 
massa tanduk), granuler (seperti butir-butir halus), seperti hystrix (dari bahasa Yunani 
yang berarti landak; pembentukan skuama yang tampak seperti tanduk-tanduk kecil yang 
dapat timbul seperti penyumbat keratotik (“keratotic plugs”), duri, filamen, atau skuama 
likenoid. Siemens juga menyimpulkan bahwa pembentukan skuama kadang-kadang hanya 
dapat terlihat sesudah  menggaruk area  lesi, dan harus dicatat bahwa fenomena ini, yang 
kemudian terjadi deskuamasi, dapat ditemukan pada stadium dini pitiriasis rosea, dan juga 
pada tinea versicolor, parapsoriasis dan psoriasis. Timbunan skuama yang luas dan tebal 
pada psoriasis Digambarkan sebagai bentuk “ostraceous” (seperti tiram). Deskuamasi yang 
berbentuk seperti retak-retak yang dapat ditemukan  pada rongga-rongga scabies dan eksema 
craquelatum. Lapisan-lapisan skuama dijumnpai pada pitirasis rosea, mikosis superfisialis, 
sifilis sekunder dan eritema anulare sentrifigum. Deskuamasai seboroik berupa skuama-
   
skuama yang berwarna kuning sampai coklat, seperti lilin atau berminyak merupakan ciri 
khas pada dermatitis seboroik. jika  eksudat-eksudat seperti serum atau pus bercampur 
dengan skuama, maka akan terbentuk krusta. 
 
Pengelupasan abnormal atau penimbunan stratum korneum berupa serpihan-serpihan 
yang dapat terlihat disebut skuama, seperti pada gambar. Skuama parakerotatik (dengan 
inti yang masih ada) dapat menutupi hyperplasia epidermal psoriasiformis (A). Skuama yang 
melekat erat dengan perabaan seperti pasir (“gritty”) akibat bertambahnya stratum 
korneum secara lokal dapat ditemukan  pada keratosis aktinik. Skuama psoriatic yang khas 
ditunjukkan pada gambar. Skuama yang melekat erat pada epidermis yang mendasarinya 
sering kali membentuk lapisan seperti asbes yang mengaburkan lesi dibawahnya, seperti 
pada plakat psoriatik tampak pada gambar. 
Erupsi-erupsi yang terdiri dari papul-papul berskuama seringkali disebut sebagai 
papuloskuamosa. Psoriasis, dimana papul berskuama saling menyatu membentuk plakat, 
merupakan contoh klasik dari erupsi papuloskuamosa. Makuloskuamosa berupa lesi-lesi yang 
datar dengan skuama halus seperti yang dapat dilihat pada tinea versicolor dan eritasma. 
Pitiriasis rosea dapat memiliki  bentuk papuloskuamosa, makuloskuamosa, dan bahkan 
papulovesikuler. 
 
 
Krusta (eksudat yang menjadi krusta) 
Krusta adalah deposit yang mengeras yang terbentuk jika serum, darah, atau eksudat 
yang purulen mengering pada permukaan kulit, dan merupakan gambaran khas infeksi 
piogenik. Krusta dapat berbentuk tipis, halus, dan rapuh ( atau tebal 
dan melekat. Krusta berwarna kuning jika terbentuk dari serum yang 
    
mongering, hijau, atau kuning-hijau jika terbentuk dari eksudat yang purulent, atau coklat 
atau merah tua jika terbentuk dari darah. Krusta dapat ditemukan pada dermatitis 
eksematosa akut dan impetigo (berwarna madu, dengan krusta yang berkilat). 
jika  krusta atau eksudat mengenai seluruh ketebalan epidermis, krusta akan tebal 
dan melekat; keadaan ini dikenal dengan ektima, Skutula adalah krusta yang kecil, 
kekuningan dan berbentuk seperti cawan dan khas pada infeksi jamur superifisial pada kulit 
kepala yang disebabkan oleh Trchophyton shoenleinii. 
Krusta terjadi jika serum, darah, atau eksudat yang purulent mengering pada 
permukaan kulit dan merupakan ciri khas dari luka dan infeksi piogenik. Krusta dapat 
berbentuk tipis, halus, atau rabuh atau tebal dan melekat, seperti pada gambar. Krusta 
akan berwarna kuning jika terbentuk dari serum yang mengering, hijau, atau kuning-hijau 
jika terbentuk dari eksudat yang purulent, atau coklat atau merah tua jika terbentuk dari 
darah. Krusta yang superfisial yang berupa bagian-bagian yang berkilat, halus serta 
berwarna seperti madu pada permukaan kulit adalah khas pada impetigo dan ditunjukkan 
pada gambar. 
 
Gangren dan Sfaselus 
Gangren adalah merupakan proses nekrotisasi dan pengelupasan yang berat. Gangrene yang 
timbul akibat oklusi arterial ditandai dengan adanya batas yang tegas berwarna biru-hitam. 
Gangren karena infeksi klostridia atau stretokokus pada mulanya dapat berupa vesikel yang 
berubah menjadi hitam keunguan, diikuti dengan nekrosis yang cepat dari seluruh segmen 
kulit. 
         
 Sfaselus merupakan membran nekrotik yang kering dan melekat erat yang terjadi pada 
dasar ulkus. Keadaan ini ditemukan  pada ulkus dekubitus, ulkus kronik akibat kerusakan sinar 
X, ulkus difteritik, bentuk-bentuk ulkus iskemik dan dermatosis faktisium. 
 
Ekskoriasi 
Ekskoriasi adalah ekskavasi superfisial dari epidermis yang dapat berbentuk linear 
atau punktata dan merupakan akibat dari garukan. Keadaan ini sering kali ditemukan  pada 
semua bentuk pruritus dan penyakit kulit yang pruritik seperti eksema atopik, dermatitis 
herpetiformis, atau infestasi. 
 
Fisura 
Fisura adalah celah berbentuk garis atau retak-retak pada kulit dan dapat terasa 
nyeri. Timbul terutama pada psoriasis palmar/plantar dan dermatitis eksematosa kronik 
pada tangan dan kaki, terutama sesudah  pengobatan yang memicu  pengeringan kulit 
   
yang intensif. Fisur sering ditemukan  pada psoriasis perinal atau sudut-sudut mulus 
(perleche). Perleche dapat disebabkan oleh avitaminosis, moniliasis, gigi palsu yang tidak 
pas atau faktor-faktor yang tidak diketahui. 
 
Poikiloderma 
Sebagai suatu terminologi morfologi deskriptif, poikiloderma berarti suatu gabungan 
dari atrofi, teleangiektasi dan perubahan pigmentasi (hiper- dan hipo-). Lesi-lesi 
poikilodermatous dapat ditemukan  pada radiodermatitis, dermatomiositis, mikosis fungoides 
dan lupus eritematosus. Pada yang terakhir, adanya tambahan “follicular plugging” 
memberikan suatu gambaran lesi yang dapat dikenal dengan mudah, yang sering disebut 
sebagai lupus kutaneus diskoid. Karena adanya beberapa kebingungan akibat pemakaian  
kata poikiloderma dalam pemberian nama sindroma-sindroma yang khas dimasa lalu, maka 
yang terbaik adalah membatasi pemakaian nya sebagai suatu terminologi morfologik yang 
deskriptif dan menjelaskannya jika  dipakai . 
 
BENTUK DAN SUSUNAN LESI 
jika  bentuk atau bentuk-bentuk lesi telah dapat ditentukan, perlu 
dipertimbangkan bentuknya, susunannya dalam hubungannya satu dengan yang lain, pola 
distribusinya, dan perluasannya. Bentuk, susunan dan distribusi sering membantu dan 
kadang-kadang merupakan kunci untuk suatu diagnosa . Deskripsi bentuk dan susunan lesi-
lesi yang berikut ini dapat dipakai  untuk lesi-lesi yang tunggal dan multipel. Contohnya, 
suatu bentuk anuler dapat berupa lesi yang tunggal atau berasal dari susunan anuler 
sejumlah vesikel, papul dan yang serupa. Lesi tunggal, dapat berbentuk linier, atau sejumlah 
lesi dapat tersusun dengan pola yang linier. 
   
Lesi-lesi linier dan susunan linier 
 Linieritas adalah suatu bentuk lesi kulit yang sederhana namun penting karena 
seringkali menunjukkan suatu penyebab yang eksogen (gambar 4-17a). Vesikel-vesikel pada 
kaki mungkin tidak memiliki  arti khusus, sampai diketahui adanya susunan yang