DNA babi

Negara Indonesia mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Oleh 
karena itu, pemerintah wajib untuk lebih memperhatikan tentang kehalalan 
distribusi makanan, misalnya campuran daging babi pada makanan olahan atau 
daging mentah seperti daging sapi. Penambahan daging babi ini  sebagai 
bahan pengganti dibandingkan bahan aslinya karena harga daging sapi terus 
meningkat 
Media massa sering memberikan informasi tentang adanya campuran 
mengenai produk olahan makanan daging berlabel halal yang dicampur dengan 
daging yang tidak memenuhi kriteria halal (daging babi, babi celeng). Salah 
satunya metronew.com memberitakan di Pasar Wonokromo Surabaya,
penemuan daging babi berkedok daging sapi impor membuat resah pedagang Banyak metode analisa yang telah dikembangkan dan mendapatkan hasil 
yang cepat dan otentik, salah satunya adalah metode berbasis DNA. Metode 
analisa dengan memakai  DNA memiliki beberapa keuntungan, yaitu DNA 
bisa ditemukan pada semua tipe sel pada suatu individu dengan informasi 
genetik yang identik. DNA mitokondria (mtDNA) berperan pada studi 
keanekaragaman genetika dan populasi pada hewan. mtDNA dapat dipakai  
sebagai penanda genetika karena ukurannya relatif kecil. DNA adalah molekul 
yang stabil dalam proses ekstraksi, dan analisa DNA bisa dikerjakan dari 
beberapa tipe sampel yang berbeda ,
Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah metode berbasis DNA yang 
paling umum dipakai  untuk mengidentifikasi pemalsuan sumber hewan 
pada suatu produk makanan. Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah teknik
pilihan yang dipakai  untuk mengidentifikasi beberapa jenis ternak 
,Metode PCR merupakan teknik yang dapat dipakai  
dalam mengidentifikasi kontaminasi babi ,
Gen-gen yang paling sering dipakai  sebagai penanda jenis hewan atau 
daging diantaranya adalah sitokrom b (cyt b), 12S dan 16S subunit ribosom 
RNA Displacement Loop (D-loop). Sitokrom b (cyt b) telah dipakai  
beberapa peneliti untuk membedakan bahan yang berasal dari jenis hewan yang 
berbeda, pada cyt b ada  variasi mutan yang menyebabkan gen ini banyak 
dipakai  sebagai penanda untuk mengelompokkan jenis hewan. Gen cyt b 
memiliki kekhasan yaitu adanya daerah yang hampir sama untuk semua jenis 
hewan.
LOD (limit of detection) adalah jumlah konsentrasi analit terendah di mana 
deteksi dapat dilakukan. Deteksi produk-produk yang tercemar babi harus di 
awali dengan optimasi penentuan konsentrasi batas terendah DNA babi yang 
dapat terdeteksi sesuai dengan spesifikasi laboratorium. Penelitian ini adalah 
untuk mengetahui konsentrasi terendah yang dapat mendeteksi fragmen DNA 
pengkode gen sitokrom b (cyt b) pada babi memakai  PCR (Polymerase 
Chain Reaction). Sebagai upaya perlindungan konsumen dan pelaksanaan 
pelabelan pangan, maka metode deteksi dan identifikasi jenis daging dan 
produk olahan makanan terus dikembangkan. Teknik amplifikasi DNA spesifik 
untuk setiap jenis hewan pada keamanan dan kehalalan pangan dapat 
dipakai  untuk verifikasi, sertifikasi (pengesahan), maupun untuk monitoring 
kebanyakan protein hewani dan produk-produk yang aman dan halal secara 
efisien dan efektif.
Berdasarkan latar belakang ini  diharapkan penelitian ini dapat menjadi 
dasar penentuan dalam melakukan deteksi sampel yang diduga mengandung 
gen babi untuk diketahui konsentrasi terendah yang diperlukan sehingga dapat 
terdeteksi supaya hasil yang diperoleh lebih relatif dan akurat.
B. Rumusan Masalah
Berapakah konsentrasi minimum yang diperlukan untuk mendeteksi 
fragmen DNA pengkode gen sitokrom b (cyt b) pada babi dengan menggunaan 
PCR (Polymerase Chain Reaction)?
C. Tujuan Penelitian 
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi minimum 
yang diperlukan dalam mendeteksi fragmen DNA pengkode gen sitokrom b 
(cyt b) pada babi dengan menggunaan PCR (Polymerase Chain Reaction).
D. Batasan Penelitian 
Nilai LOD ditentukan dengan melihat konsentrasi minimum DNA babi yang 
dapat tervisualisasi oleh elektroforesis dan menunjukkan band sepanjang 
±149 bp. Sedangkan konsentrasi optimum DNA babi diperoleh jika pita 
pengkode cyt b babi terdeteksi dengan jelas dan tebal.
E. Manfaat Penelitian 
Penelitian ini memiliki manfaat diantaranya sebagai berikut : 
1. dipakai  sebagai acuan untuk pengujian kehalalan suatu produk makanan 
di Laboratorium Integrasi UIN Sunan Ampel Surabaya. 
2. Dapat memberikan informasi seberapa banyak konsentrasi yang dipakai  
pada peneliti yang akan melakukan uji deteksi babi pada suatu sampel. 
3. Dapat membantu dalam pengembangan teknologi untuk melindungi 
konsumen dari pemalsuan informasi khususnya pada produk pangan asal 
daging. 
Babi 
Klasifikasi ilmiah babi menurut 
Kingdom : Animalia 
Phylum : Chordata 
Class : Mammalia 
Ordo : Artiodactyla 
Family : Suidae
Genus : Sus
Species : Sus scrofa 
Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermancung panjang dan 
berhidung ceper pemakan daging maupun tumbuh-tumbuhan dan merupakan 
hewan yang berasal dari Eurasia. Babi merupakan binatang yang paling jorok 
dan kotor, suka memakan bangkai, kotorannya sendiri dan kotoran manusia. 
Sangat suka berada pada tempat yang kotor, tidak suka berada di tempat yang 
bersih dan kering. Babi hewan pemalas dan tidak suka bekerja (mencari 
pakan), tidak tahan terhadap sinar matahari, tidak gesit, makannya rakus (lebih 
suka makan dan tidur), paling rakus diantara hewan jinak lainnya. Jika tambah 
umur, jadi makin malas dan lemah (tidak berhasrat menerkam dan membela 
diri). Babi hewan yang suka dengan sejenis dan tidak pencemburu 
Keharaman Babi 
Umat muslim di ajarkan untuk tidak menganiaya diri sendiri dengan 
mengkonsumsi sesuatu yang membahayakan tubuh, termasuk dilarang 
mengkonsumsi apapun olahan dari daging babi. Hal ini  sangat jelas telah 
didalam Al Qur’an Surah Al An’am ayat 145 :

Artinya : Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan 
kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, 
kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi 
- karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas 
nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia 
tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya 
Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". 
Islam memiliki cara tersendiri dalam penyembelihan hewan, dengan 
memutus urat nadi dibagian leher hewan sembari menyebut nama Allah. Dengan 
begitu maka hewan akan mati akibat kehabisan darah sehingga organ lainnya 
masih utuh. Sebab, jika organ vitalnya yang cidera misalkan otak atau jantung 
maka hewan ini  akan mati seketika dan menyebabkan penggumpalan darah 
pada urat-uratnya yang dapat mencemari daging oleh uric acid yang menjadikan 
daging itu beracun. Dan para ahli baru menyadari hal ini. Sedangkan babi sesuai 
anatomi ilmiahnya, hewan ini tidak memiliki leher. Hal ini  merupakan alasan
mengapa muslim tidak mengkonsumsi babi.C. Gen Sitokrom b (cyt b) DNA Mitokondria 
Sitokrom b (cyt b) merupakan gen yang dikodekan oleh DNA mitokondria 
dan terlibat dalam transportasi elektron. Sitokrom b (cyt b) berisi delapan 
transmembran heliks yang dihubungkan oleh intramembran atau domain 
ekstramembran. Sekuen gen cyt b memiliki keunikan yaitu ada  bagian 
yang sifatnya kekal di dalam tingkat spesies, sehingga banyak peneliti yang 
melakukan pengelompokkan atau penentuan hubungan kekerabatan antar jenis 
hewan dengan memakai  gen cyt b ini  , Sekuen gen 
cyt b yang berasal dari Sus scrofa memiliki  panjang sekuen 1140 pb 
Mitokondria merupakan organel yang berada di dalam sitoplasma sel 
eukariota. Struktur organel mitokondria berwujud kantung yang diselaputi oleh 
membran luar dan dalam, dan memiliki dua kompartemen yaitu matriks 
mitokondria (yang diselimuti langsung oleh membran dalam) dan ruang antar 
membran. Protein yang terkandung pada matriks mitokondria sekitar 67%,
selain protein juga terkandung enzim, DNA mitokondria dan ribosom ,.
DNA mitokondria (mtDNA) berbentuk lingkaran heliks yang tertutup dan 
berada di dalam matrik yang urutan nukleotidanya telah diketahui secara 
lengkap  dan dapat diakses melalui GenBank Accesion: 
M63933. MtDNA memiliki  2 untai yaitu untai Heavy (H) yang kaya dengan 
guanin dan untai Light (L) yang kaya dengan sitosin. MtDNA merupakan DNA 
yang memiliki banyak gen dan hampir tidak memiliki intron, ukurannya 
sebesar 16569 pasang basa (pb) yang membentuk 37 gen (Gambar 2). Untai H 
menyandi 13 polipeptida untuk protein kompleks rantai respirasi, 22 tRNA dan 
2 rRNA (12S dan 16S) yang berfungsi pada proses sintesis protein mitokondria 
13 polipeptida terbut meliputi 7 sub unit (ND1, 2, 3, 4, 
4L, 5 dan 6) dari kompleks I rantai respirasi, 1 sub unit (apositokrom b) dari 
kompleks III, 3 sub unit (CO I, II, III) dari kompleks IV dan 2 sub unit (ATP 
ase 6 dan ATP ase 8) dari kompleks V (Narasimhan & Attardi.,1987). 
 
DNA mitokondria yang diturunkan melalui induk betina tanpa mengalami 
rekombinasi (bersifat khusus). Saat terjadi pembuahan sel telur, bagian ekor 
sperma dilepaskan sehingga hampir tidak ada (hanya sedikit) mtDNA yang 
masuk ke dalam sel telur. Hal ini berarti sumbangan paternal (dari ayah hanya 
berjumlah 100 mitokondria. Dalam proses pertumbuhan sel, jumlah mtDNA 
secara paternal semakin berkurang, jika di bandingan dengan sumbangan 
secara maternal (dari ibu) yaitu 100.000. Sehingga dapat dianggap tidak terjadi 
rekombinasi dan dapat dikatakan bahwa mtDNA bersifat haploid, di turunkan 
dari ibu ke seluruh keturunannya  . Beberapa alasan penggunaan mtDNA sebagai penanda dalam 
studi keragaman genetik dan studi Biologi populasi pada hewan yaitu 
1. DNA mitokondria memiliki  jumlah salinan yang tinggi. memanfaatkan 
DNA mitokondria sebagai target akan meningkatkan kesempatan untuk 
mendapatkan hasil DNA yang cukup untuk keperluan analisis genom 
2. Ukuran DNA mitokondria relatif kecil (14-39 kb) oleh karena itu bisa di 
pelajari sebagai satu kesatuan yang utuh. 
3. Bagian-bagian dari genom mitokondria berevolusi dengan kecepatan yang 
berbeda. Tingkat evolusi dari suatu bagian DNA merupakan faktor penting 
gen-gen yang terkonservasi dengan baik dapat dijadikan sebagai dasar 
pencarian kesamaan asal-usul, sedangkan bagian yang berubah cepat 
dipakai  untuk mengetahui seberapa cepat divergensi dalam spesies 
ini  terjadi. 
4. Genom mitokondria berukuran kecil karena mtDNA hewan tidak memiliki 
intron atau pun spacer yang antar gennya berukuran besar.  5. Penyusunan mtDNA sangat polimorf, baik untuk intrapopulasi maupun 
intraspesies. 
D. Isolasi DNA 
Secara umum, metode yang saat ini dipakai  meliputi, penghancuran sel 
dan jaringan, penghilangan protein dan RNA (purifikasi), dan presipitasi DNA 
 Kini ada  pengembangan teknologi baru untuk 
pengekstraksian DNA yang mudah dan lebih cepat dari sebelumnya dengan 
memakai  mesin yang ada  reagen kit di dalamnya, Dengan cara ini 
pemurnian DNA dapat dilakukan secara otomatis, singkat dan efisien. 
Instrumen ini dapat memproses sampai dengan 16 sampel dalam 30-40 menit. 
Dapat dilakukan pada sampel cair, maupun padat, seperti darah, sel dan sampel 
jaringan. Mesin purifikasi DNA ini memurnikan sampel dengan bantuan 
partikel-partikel paramagnetic (PMPs) instrumen ini dilengkapi dengan 
cartridge yang berisi lysis buffer, magnestilr pmps, wash buffer dan elusi 
dengan elution buffer memakai  bantuan magnestilr pmps ,. Hasil DNA yang telah dimurnikan dapat langsung di aplikasikan pada 
proses retriksi oleh enzim endonuclease, PCR, di elektroforesis gel agarosa. 
E. Polymerase Chain Reaction (PCR) 
PCR merupakan alat yang dipakai  untuk menggandakan molekul DNA 
pada target tertentu, yaitu dengan cara mensintesa molekul DNA baru yang 
berkomplemen dengan molekul DNA ini  dengan enzim polimerase dan 
oligonukleotida pendek sebagai primer. Metode ini berjalan enzimatik melalui 
mekanisme perubahan suhu , 
Target PCR yaitu asam nukleat (DNA) untai ganda yang diekstraksi dari 
berbagai macam sel dan terdenaturasi menjadi asam nukleat beruntai tunggal. 
Komponen proses reaksi PCR terdiri atas pasangan primer yang berupa 
oligonukleotida spesifik untuk target gen yang dipilih, enzim (umumnya Taq 
polymerase, enzim thermostable dan thermoactive yang berasal dari Thermus 
aquaticus) dan trifosfat deoxynucleoside (dNTP) dipakai  untuk 
mengamplifikasi target gen secara eksponensial dengan hasil replikasi ganda 
dari target awal. Reaksi ini dilakukan pada mesin pemanas yang diprogram 
secara otomatis dapat mengatur suhu beserta siklusnya yang disebut 
thermocycler. Mesin ini  menyediakan kondisi termal yang diperlukan 
untuk proses amplifikasi 
Proses yang terjadi pada mesin PCR meliputi tiga tahap utama yaitu 
denaturasi (pemisahan untai ganda DNA), annealing (penempelan primer) dan 
ekstensi (pemanjangan primer). Proses dimulai dari proses denaturasi, 
kemudian penempelan dan ekstensi yang mana dalam satu proses ini  
disebut satu siklus. Produk PCR divisualisasikan dengan memakai  proses
elektroforesis dan dipakai  untuk analisis lebih lanjut (). Produk PCR dipisahkan dengan elektroforesis gel yang diwarnai dengan 
bromida dan divisualisasikan memakai  sinar ultraviolet ,
1. Komponen PCR 
Template DNA, sepasang primer oligonukleotida, DNA polymerase, 
doksinukleotida trifosfat (Dntp), dan larutan buffer merupakan beberapa 
komponen penting yang diperlukan dalam reaksi PCR (Yusuf, 2010; 
Muladno, 2010; Gaffar, 2007; Sulistyaningsih, 2007)
a. Template DNA 
Template DNA merupakan molekul DNA untai ganda yang 
mengandung sequen target yang akan di amplifikasi. Ukuran DNA bukan 
faktor utama untuk keberhasilan PCR, karena berapapun panjang untai 
DNA bila DNA tidak mengandung sequen yang diinginkan maka proses
PCR tidak akan berhasil. Sebaliknya bila ukuran DNA pendek tetapi 
mengandung sequen yang diinginkan maka proses PCR akan berhasil 
. Kemurnian dan kuantitas atau konsentrasi 
merupakan dua hal penting pada cetakan. Sebaiknya DNA cetakan yang 
dipakai  berkisar antara 105-106 molekul.  jika  
konsentrasinya terlalu rendah primer tidak dapat menemukan target dan 
jika konsentrasi terlalu tinggi akan meningkatkan mispriming. 
Kemurnian template haruslah diperhatikan karena akan mempengaruhi 
hasil reaksi PCR ,
b. Primer 
Primer merupakan salah satu komponen yang menjadi tolak ukur 
keberhasilan PCR. Pasangan primer terdiri dari 2 oligonukleotida yang 
mengandung 18-28 nukleotida dan memiliki  45-60% GC content yang 
dipakai  untuk mengawali sintesis rantai DNA (Yusuf, 2010). Sequen 
primer yang lebih pendek dapat memicu amplifikasi produk PCR yang 
spesifik. Ujung 3’ primer penting dalam menentukan spesifisitas dan 
sensivitas PCR. Ujung ini tidak boleh memiliki  3 atau lebih basa G 
atau C, karena dapat menstabilisasi annealing primer, sehingga 
memungkinkan untuk menambahkan sequen tertentu seperti sisi retriksi 
enzim, start codon ATG atau sequen promoter. Untuk merangsang 
urutan primer ,perlu diketahui urutan nukleotida pada awal dan akhir 
DNA target. DNA synthesizer merupakan alat yang dipakai  untuk 
mensintesis Primer Oligonukliotida 
c. DNA Polymerase
DNA polymerase merupakan enzim yang mengkatalis polimerisasi 
DNA. Pada awalnya, PCR dilakukan dengan memakai  Klenow 
fragment DNA. Polimerase 1 selama reaksi polimerisasinya. Pada proses 
denaturasi enzim ini tidak aktif secara termal, sehingga peneliti harus 
menambahkan enzim disetiap siklusnya. Seiring dengan 
perkembangannya, kini dipakai  dipakai  enzim TaqDNA 
polymerase yang memiliki keaktifan pada suhu tinggi sehingga tidak 
perlu menambahkan enzim pada setiap siklus dan proses PCR dapat 
dilakukan dalam satu mesin 
d. Deoxynucleotida Triphosphate (dNTP) 
Deoxynucleotida Triphosphate merupakan bahan utama untuk sintesis 
DNA dalam proses PCR yang terdiri atas dATP (deoksiadenosin infosfat), dGTP (deoksiguanosin trifosfat), dCTP (deoksitidin trifosfat) 
dan dTTP (deoksitimidin trifosfat). Konsentrasi dNTP masing-masing 
sebesar 20-200 µM dapat menghasilkan keseimbangan optimal antara 
hasil, spesifitas dan ketetapan PCR. Konsentrasi masing-masing dNTP 
haruslah seimbang untuk meminimalisir kesalahan penggabungan. 
Deoxynucleotide Triphosphate akan menurunkan Mg2+
bebas sehingga 
mempengaruhi aktifitas polimerase dan menurunkan annealing primer. 
Konsentrasi dNTP yang rendah dapat mengurangi terjadinya mispriming
pada daerah non target dan menurunkan terjadinya kemungkinan 
perpanjangan nukleotida yang salah. Oleh karena itu spesifitas dan
ketetapan PCR meningkat pada konsentrasi dNTP yang lebih rendah 
,
e. Larutan Buffer
Larutan buffer berfungsi untuk menstabilkan PH agar medium, karena 
reaksi PCR akan berlangsung pada PH tertentu, oleh karena itu 
diperlukan larutan buffer. Buffer yang di gunakan pada reaksi PCR 
mengandung 10 mM Tris-HCl pH 8,3, 50 Mm KCl dan 1,5 mM MgCl2. 
Optimalisasi konsentrasi ion Mg2+ merupakan hal yang penting 
f. Kofaktor ion Metal 
Magnesium Klorida merupakan kofaktor esensial untuk DNA 
Polymerase yang dipakai  di dalam PCR dan konsentrasinya harus di 
optimasi untuk setiap sistem primer template. Konsentrasi ini  mempengaruhi beberapa hal pada annealing primer, suhu pemisahan 
untai template dan produk PCR, spesifikasi produk, pembentukan 
primer-dimer serta aktivitas dan ketatapan enzim Taq Polymerase. 
Konsentrasi ion magnesium harus melebihi total konsentrasi dNTP. 
Biasanya untuk memulai proses optimasi, sebanyak 1,5 mM MgCl2 di 
tambahkan ke dalam PCR yang di dalamnya ada  0,8 mM dNTP 
sehingga ada  sekitar 0,7 mM magnesium bebas untuk DNA 
polymerase. Secara umum, ion magnesium harus di variasikan dalam seri 
konsentrasi dari 1,5 – 4,0 mM (Kolmodin & Birch, 2002).
F. Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu cara analisis kimiawi yang didasarkan 
pada pergerakan molekul-molekul protein bermuatan di dalam medan 
listrik (titik isoelektrik). Pergerakan molekul dalam medan listrik 
dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, besar muatan dan sifat kimia dari 
molekul , Pemisahan dilakukan berdasarkan perbedaan 
ukuran berat molekul dan muatan listrik yang dikandung oleh makro￾molekul ini . Bila arus listrik dialirkan pada suatu medium 
penyangga yang telah berisi protein plasma maka komponen-komponen 
protein ini  akan mulai bermigrasi.  teknik 
elektroforesis dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu : elektroforesis 
larutan (moving boundary electrophoresis) dan elektroforesis daerah 
(zone electrophoresis). Pada teknik elektroforesis larutan, larutan 
penyangga yang mengandung makro-molekul ditempatkan dalam suatu 
kamar tertutup dan dialiri arus listrik. Kecepatan migrasi dari 
makromolekul diukur dengan jalan melihat terjadinya pemisahan dari 
molekul (terlihat seperti pita) di dalam pelarut. Sedangkan teknik 
elektroforesis daerah adalah memakai  suatu bahan padat yang 
berfungsi sebagai media penunjang yang berisi (diberi) larutan 
penyangga. Media penunjang yang biasa dipakai adalah gel agarose, gel 
pati, gel poliakrilamida dan kertas sellulose poliasetat.  elektroforesis daerah disebut sebagai 
elektroforesis gel dengan dua buah model yaitu horizontal dan vertikal. 
Metode yang biasa dipakai  adalah model horizontal, karena
memiliki  beberapa keuntungan yaitu peralatan yang dipakai  sangat 
sederhana, relatif murah dan pemisahan untuk enzim tertentu dapat 
menghasilkan pemisahan yang lebih baik.
Kesadaran masyarakat untuk mencukupi kebutuhan pangan yang berprotein 
tinggi salah satunya adalah mengkonsumsi daging, namun harga daging saat ini 
cukup mahal. Oleh karena itu banyak pedagang yang mencampur daging sapi 
dengan daging babi. Karena hal itu maka diperlukan uji secara ilmiah untuk 
membuktikan hal ini , salah satunya dengan memakai  ekstraksi DNA 
daging yang di uji memakai  teknik PCR. Kemudian dapat diketahui 
konsentrasi minimum yang diperlukan untuk mendeteksi fragmen DNA babi 
ini . 
B. Hipotesis Penelitian 
Pada konsentrasi yang berbeda maka akan didapatkan hasil deteksi fragmen 
DNA babi yang berbeda pula. 
Bahan dan Alat Penelitian 
1. Bahan 
Bahan yang dipakai  untuk penelitian ini adalah usus, lemak, hati, 
blood (darah), dan daging babi, Wizard KIT Promega®
, etanol 70%, 
isopropanol, Go Taq Green Master Mix®
, buffer TAE, DNA ladder 
BenchTop, loading dye, free nuclease water, Diamond nulcei acid, sampel 
kontrol negatif, primer babi, agarosa, tissue. 
2. Alat 
Alat yang dipakai  dalam penelitian ini adalah pisau steril, set 
elektroforesis [Mupid-Exu], spektrofotometer [Biochrom Biodrop-DUO], 
Thermocycler [Labnet MultiGene Optimax], microcentrifuge, 
Transiluminator [Enduro GDS-1302], water bath, mikropipet, vortex mixer, 
kaca arloji, spatula, timbangan analitik, gelas beaker .
D. Variable Penelitian 
Variabel yang dipakai  adalah sebagai berikut : 
Variabel Kontrol = Daging, usus, lemak, darah dan hati habi 
Variabel Respon = Hasil visualisasi DNA 
Variabel Manipulasi = Perbedaan konsentrasi 
E. Prosedur Penelitian 
1. Preparasi sampel dan Isolasi DNA,
Sampel yang dipakai  adalah daging, hati, lemak,usus dan darah babi 
karena organ-organ ini  biasanya dijadikan bahan konsumsi oleh 
masyarakat. Dilakukan preparasi sampel dengan langkah sebagai berikut :
a. Sampel diambil sebanyak 50 mg ditambahkan 600 µl Nuclei Lysis 
Solution dan dihomogenkan selama 10 detik.
b. Kemudian di Inkubasi pada suhu 65°C selama 15-30 menit.
c. Ditambahkan 3 µl RNAse ke dalam sampel yang telah diberi Nuclei 
Lysis Solution kemudian dihomogenkan, lalu diinkubasi selama 15-30
menit pada suhu 37oC, dan didinginkan hingga suhu ruangan 
d. Sampel pada suhu ruangan ini  ditambahkan 200 µl protein 
precipitation solution dan divortex kemudian didinginkan pada es 
selama 5 menit.
e. Kemudian disentrifugasi selama 4 menit dengan kecepatan 1300-1600 
rpm. 
f. Pindahkan supernatan ke dalam tabung yang berisi 60 µl isopropanol, 
pada suhu ruangan.
g. Supernatan dicampur dengan cara inversi (dikocok)
h. Supernatan disentrifugasi selama 1 menit pada kecepatan 13.000-
16.000 rpm.
i. Dihilangkan supernatant dan ditambahkan 60 μl etanol 70%.
j. Aspirasikan etanol dan dikering anginkan pellet selama 15 menit. 
k. Ditambahkan 100 μl larutan rehidrasi DNA dengan menginkubasi pada 
suhu 65°C selama 1 jam, atau semalaman pada suhu 4°C.
2. Pengujian Konsentrasi dan Kemurnian Isolat DNA 
Pengujian DNA hasil ekstraksi secara kuantitatif dilakukan dengan 
spektrofotometer dengan langkah sebagai berikut :
 
24
a. Alat spektrofotometer Biodrop dinyalakan, bagian ‘nucleid acid‟ di 
tekan. Dipilih pathlength 0,5 mm. Pedestas dibersihkan terlebih dahulu 
dengan tissue. 
b. Kemudian dipipet sebanyak 1 μl blanko Larutan TE dan diteteskan pada 
pedestal. 
c. Bagian „BLANK‟ pada layar ditekan untuk pengukuran blanko, setelah 
selesai pedestal dibersihkan dengan tissue. 
d. Larutan isolat DNA sebanyak 1 μl dipipet dan dimasukkan ke dalam 
pedestal. 
e. Kemudian klik tombol „Measure‟ sehingga layar akan menampilkan 
spektrum dan jumlah konsentrasi yang dihitung. (Biodrop, 2012). 
Konsentrasi yang dipakai  untuk pengujian adalah 100 ng/ml, 10 
ng/ml, 1 ng/ml, 100 pg/ml, 10 pg/ml, 1 pg/ml. 10-1 pg/ml, 10-2 pg/ml, 
10-3
pg/ml, 10-4 pg/ml, 10-5
pg/ml, dan 10-6 pg/ml.
3. Amplifikasi Fragmen DNA Spesifik 
Amplifikasi ruas gen cyt b dilakukan dengan metode PCR. 
a. Bahan-bahan dimasukkan ke dalam microtube dengan komposisi 
sebagai berikut :
1.) Sampel DNA sebanyak 2,5 μl 
2.) GoTaq® Green Mater mix 12,5 μl
3.) Primer Forward dan Reverse sebanyak @1 μl
4.) Nuclease Free Water 8 μl
 
25
b. Semua bahan dalam microtube di homogensi dengan vortex
c. Selanjutnya dilakukan proses amplifikasi pada mesin thermocycler 
[Labnet MultiGene Optimax]
Proses PCR dilakukan dengan optimasi temperatur sebagai berikut : 
a. Pradenaturasi 98
oC selama 2 menit
b. Denaturasi 95oC selama 30 detik
c. Annealing 61 oC selama 30 detik
d. Extension 72oC selama 40 detik
e. Praextension 72oC selama 3 menit
f. Setelah proses ini  selesai, tabung diambil dan disimpan pada 
suhu ruang atau pada suhu 4oC sampai akan dianalisis lebih lanjut. 
Tabel 4. 1 Primer yang dipakai  untuk amplifikasi PCR 
Target 
gen
Primer Sequence 5’ 3’ Amplicon
(bp)
Referensi
Cyt b Pork-F
Pork-R
ATGAAACATTGGAGTAGTCCTACTATTTACA
CTACGAGGTCTGTTCCGATATAAGG
±149bp Dooley et al, 
2004: Amaral 
et al., 2014
 
Dalam penelitian ini, Primer Pork F / Pork R dipakai  untuk 
memperkuat fragmen internal (±149 bp) gen sitokrom b mitokondria 
(cytb). Dalam penelitian sebelumnya, primer yang dipilih tidak 
menunjukkan dimerisasi primer dan spesifisitas tinggi, ditunjukkan oleh 
pencarian kesamaan urutan pada database NCBI dan tidak ada reaktivitas 
silang dengan DNA dari spesies lain. gen cyt b ini dapat dipakai  sebagai 
penanda material yang berasal dari jenis hewan yang berbeda (Primasari, 
4. Elektroforesis 
Elektroforesis diawali dengan pembuatan gel agarosa dengan 
konsentrasi 2% sebagai berikut ; 
a. 2 gram agarose dan 100 ml larutan buffer (0,5 x TAE) dipanaskan
selama 1 menit sampai agarosa menjadi larut dan larutan berwarna 
bening. 
b. Larutan agarosa dibiarkan agak dingin sambil diaduk dengan spatula.
c. Kemudian ditambahkan 10 µl diamond safe dan dihomogenkan
d. Lalu di tuang ke dalam gel caster yang telah disisipkan comb.
e. Selanjutnya agarosa didiamkan hingga membentuk gel padat. 
f. Setelah terbentuk gel padat, gel di letakkan pada chamber elektroforesis 
dengan posisi sumur pada muatan negatif. 
g. Kemudian buffer dituang hingga gel terendam dalam chamber 
elektroforesis namun tidak melebihi garis batas maksimum. 
h. Pencampuran sampel yang akan di elektroforesis dilakukan dengan 
memakai  parafilm. 
i. DNA sampel yang dipakai  sebanyak 5 µl 
j. Kemudian marker DNA diletakkan di sumur paling kiri, selanjutnya 
diikuti DNA sampel. 
k. Chamber elektroforesis ditutup rapat. Alat elektroforesis dinyalakan 
(diberi arus listrik) dengan tegangan 50 Volt selama 120 menit untuk 
DNA genom dan 20 menit untuk produk PCR. 
l. DNA akan bergerak dari muatan negatif menuju muatan positif. 
Visualisasi Produk PCR 
a. Gel agarosa hasil elektroforesis divisualisasi memakai  UV 
transiluminator. 
b. UV transiluminator dinyalakan dan pita DNA akan berpendar saat 
terkena sinar UV. Pendaran ini  dapat didokumentasikan dengan 
Enduro GDS-1302 yang terhubung dengan kamera sehingga gambar 
yang di tangkap oleh kamera kemudian disimpan dalam komputer.
F. Analisis Data 
Data pada penelitian ini dianalisa secara deskriptif : 
1. Data Kualitatif
Data molekular dianalisis secara kualitatif dengan melihat pita atau band 
yang terbentuk pada proses elektroforesis yang akan menunjukkan band 
sebesar ± 149bp.
2. Data Kuantitatif
Analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan melihat absorbansi DNA 
dan RNA pada panjang gelombang pada spektrofotometer. 
Spektrofotometer dapat dipakai  untuk penentuan tingkat kemurnian DNA 
yang berkorelasi dengan kualitas DNA yaitu dengan melihat rasio 
absorbansi pada panjang gelombang 260 dan 280 nm (A260/280). Nilai 
absorbansi pada 260/280 nm untuk DNA murni adalah sekitar 1.8 (~1.8). 
DNA (µg/ml) = (A260 x fp x 50 µg/mL)
A260 : nilai serapan pada λ 260
Fp : faktor pengenceran
Konsentrasi DNA dapat dihitung dengan nilai absorbansi pada λ 260 nm di 
kalikan faktor pengencerannya dan konstanta serapan. Konstanta serapan 
DNA murni pada λ 260 nm dengan 1 absorbansi unit mengandung 50 
µg/mL (Sambrook & Russel, 2001). 
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Limit of Detection yang 
diperlukan dalam mendeteksi fragmen DNA pengkode gen sitokrom b (cyt b) 
pada babi dengan menggunaan PCR (Polymerase Chain Reaction). Tahapan 
penelitian yang dilakukan penelitian ini dimulai dari isolasi DNA, pengujian 
konsentrasi dan kemurnian DNA, amplifikasi fragmen DNA spesifik dengan 
metode PCR, elektroforesis dan visualisasi produk PCR. 
A. Isolasi DNA 
Sebelum melakukan analisa yang berhubungan dengan DNA maka 
diperlukan proses isolasi dan purifikasi DNA karena DNA terbungkus di 
dalam sel. Pada penelitian ini isolasi DNA dilakukan dengan 
memakai  sampel usus, lemak, hati, darah (blood), dan daging babi 
yang dibeli dari Pasar Petemon, Surabaya. Masing-masing sampel yang 
dipakai  sebanyak 50 mg, dengan memakai  metode kit ekstaksi 
DNA Wizard® Genomic DNA Purification Kit, Promega. Alasan 
pemilihan ekstraksi dengan metode ini dikarenakan lebih singkat dan 
efisien dibandingkan metode konvensional yang memerlukan proses cukup 
lama. Selain itu, metode ini sudah terbukti hasilnya baik secara kuantitas 
dan kualitas DNA yang dihasilkan. Secara umum, metode Isolasi DNA 
meliputi, penghancuran sel dan jaringan, penghilangan protein dan RNA 
(purifikasi), dan presipitasi DNA ,
Pada Isolasi DNA langkah pertama yang dilakukan yaitu menimbang 
masing-masing sampel sebanyak 50 mg, kemudian dimasukkan ke dalam 
mikrotube 1,5 ml. Sampel dihaluskan dengan cara digerus memakai  
spatula steril berukuran kecil, lalu ditambahkan 600 µl Nuclei Lysis 
Solution dan dihomogenkan selama 10 detik. Larutan Nuclei Lysis Solution 
ini berfungsi untuk melisiskan sel (Sihotang, 2014), selain itu untuk 
menjaga struktur DNA selama proses lisis dan pemurnian , lalu di inkubasi pada suhu 65oC selama 30 menit, tujuan inkubasi 
ini untuk menonaktifkan enzim yang dapat menghambat proses isolasi 
DNA, serta untuk mempercepat pemecahan selnya sehingga 
memaksimalkan keluarnya DNA dari sel dan mendegradasi protein dari 
dinding sel secara optimal , Kemudian ditambahkan 
3 µl RNAse ke dalam sampel yang telah di beri Nuclei Lysis Solution, 
fungsi RNAse untuk mendegradasi RNA kontaminan. RNAse merupakan 
endoribonuklease yang mengkatalis degradasi C dan U pada untai tunggal 
RNA dengan pemotongan rantai 3’-5’-fosfodiester ribosa dan nukleotida 
pada pirimidin , Kemudian 
dihomogenkan, dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit, lalu
didinginkan hingga suhu ruangan. Sampel pada suhu ruangan ini  
ditambahkan 200 µl Protein Precipitation Solution yang berfungsi untuk 
pengendapan protein dan garam mineral yang masih ada didalam DNA,
sehingga DNA yang terisolasi tidak bercampur dengan debris. Lalu di 
vortex kembali dan di dinginkan pada frezeer selama 5 menit.
Pemisahan komponen-komponen yang timbul akibat berakhirnya 
proses lisis dilakukan dengan cara sentifugasi selama 1300-1600 rpm. 
Karbohidrat, protein, RNA, dan pengotor lipid masih terkandung dalam 
supernatan yang terbentuk (Dale & Malcom, 2002). Supernatan hasil 
sentifugasi dipindahkan ke dalam tabung yang berisi 600 µl isopropanol. 
Isopropanol atau etanol merupakan alkohol yang biasa dipakai  untuk 
presipitasi yaitu memisahkan DNA dari larutan 
Kemudian disentrifugasi selama 1 menit pada kecepatan 13.000-
16.000 rpm, lalu supernatan dihilangkan dan tambahkan 60 μl etanol 70% 
untuk melonggarkan pelet, dan divortex. Etanol berfungsi untuk penetrasi 
dan pencucian DNA , Kemudian disentifugasi 
kembali, dibuang sisa etanol dan pellet dikering anginkan, pellet yang 
sudah kering di tambahkan 100 μl larutan rehidrasi DNA, dapat juga 
dengan air (ddH2O) atau TE buffer ,
Hasil kuantifikasi kemurnian DNA diukur dengan memakai  alat 
spektrofotometer Biochrom Biodrop-DUO tersaji pada Tabel 5.1. 
Diperlukan jumlah dan kemurnian DNA tertentu untuk kinerja optimal 
sampel yang dipakai . Prinsip spektrofotometer terhadap pengukuran 
jumlah DNA berdasarkan pada serapan iradiasi sinar ultraviolet oleh 
nukleotida dan protein dalam larutan. Untuk menentukan konsentrasi rata￾rata dan kemurnian DNA pada sampel umumnya memakai  analisis 
asam nukleat yang menyerap sinar ultraviolet dengan pola tertentu. Sinar 
ultraviolet dan fotodetektor cahaya menembus sampel pada panjang 
gelombang 260 nm dan 280 nm, semakin besar cahaya yang diserap sampel, 
maka semakin tinggi konsentrasi asam nukleat dalam sampel (Sambrook & 
Russel, 2001). Kemurnian isolat DNA dapat dilihat dari perbandingan 
absorbansi A260/A280. Dari Tabel 5.1 nilai rata-rata kemurnian DNA yang 
diperoleh dari penelitian ini berkisar antara 1,8–1,9 kecuali sampel usus 
memiliki konsentrasi terendah dibandingkan konsentrasi yang lain yaitu 
sebesar 1,777 yang berarti masih ada  kontaminasi protein dan bahan 
organik. Dalam Tenriulo (2001), nilai rasio (< 1,8) menandakan bahwa 
ada  kontaminasi protein dan bahan organik lainnya, dan jika nilai rasio 
tinggi (> 2,0) menandakan adanya kontaminasi fenol. Konsentrasi sampel 
pada penelitian ini memiliki kemurnian yang tinggi. Molekul DNA 
dikatakan murni jika nilai rasio perbandingan absorbansi A260/A280 
berkisar antara 1,8-2,0. DNA dengan kisaran angka ini  telah memenuhi 
persyaratan yang dibutuhkan dalam analisis molekuler 
Pada penelitian ini nilai konsentrasi yang didapatkan bervariasi 
dengan hasil terendah yaitu darah (blood) sebesar 0,611 μg/ml. Hal ini 
dikarenakan bahwa darah (blood) memiliki prosedur yang berbeda jika 
memakai  metode kit ekstaksi DNA Wizard® Genomic DNA 
Purification Kit, Promega. Sedangkan pada penelitian ini darah (blood) di 
ekstraksi memakai  metode yang disamakan dengan sampel jaringan 
lainnya. Hal ini sengaja penulis lakukan supaya tidak membedakan metode 
yang dilakukan pada masing-masing sampel. 
Setelah mengetahui konsentrasi isolat DNA yang diperoleh langkah 
selanjutnya untuk mengetahui Limit of Detection adalah dengan 
mengencerkan konsentrasi isolat DNA ini  menjadi beberapa serial 
berikut ; 100 ng/ml, 10 ng/ml, 1 ng/ml, 100 pg/ml, 10 pg/ml, 1 pg/ml, 10-1 
pg/ml, 10-2 pg/ml, 10-3
pg/ml, 10-4 pg/ml, 10-5
pg/ml, dan 10-6 pg/ml. Sebagai 
target dalam pengembangan uji spesifik babi untuk menentukan batas 
deteksi dari pengujian yang akan dilakukan. Pengenceran dilakukan dengan 
menambahkan TE buffer. Kemudian di amplifikasi memakai  PCR.
B. Amplifikasi memakai  Polymerase Chain Reaction (PCR) 
Sebelum melakukan amplifikasi memakai  PCR, salah satu 
parameter penting untuk keberhasilan metode ini yaitu mengetahui desain 
primer yang spesifik. Hal ini sangat penting dalam pengujian makanan halal 
dengan metode yang berbasis PCR. Suatu makanan dikatakan halal jika 
tidak dicampuri oleh bahan makanan lain yang haram, salah satunya babi 
berapapun besar cemarannya. Oleh karena itu, dalam mendeteksi makanan 
yang tercemar gen babi diperlukan primer yang spesifik dan sensitif yang 
mampu mendeteksi sampai dengan konsentrasi yang sangat kecil. DNA 
mitokondria di amplifikasi dengan memakai  primer spesifik untuk 
spesies babi 
Dalam penelitian ini, primer Pork F / Pork R yang dipakai  untuk 
memperkuat fragmen internal (149 bp) gen sitokrom b mitokondria (cyt b). 
Dalam penelitian Dooley (2004), primer yang dipilih tidak menunjukkan 
dimerisasi primer dan spesifisitas tinggi, ditunjukkan oleh pencarian 
kesamaan urutan pada database NCBI dan tidak ada reaktivitas silang
dengan DNA dari spesies lain. Gen cyt b ini dapat dipakai  sebagai 
penanda material yang berasal dari jenis hewan yang berbeda . Setelah menentukan primer yang sesuai maka melakukan proses 
optimasi suhu annealing. Karena jika  suhu annealing terlalu rendah 
maka akan terjadi mispriming dan jika  suhu annealing terlalu tinggi 
DNA tidak teramplifikasi, selain itu optimasi suhu annealing dapat 
meningkatkan spesifitas produk PCR . Penentuan suhu annealing dapat ditentukan dengan 
menghitung melting temperatur. Melting Temperature (Tm) merupakan 
temperatur yang diperlukan oleh separuh dupleks mengalami disosiasi atau 
lepas ikatan. Primer dengan Tm berkisar 52-58oC sangat ideal, sedangkan 
Tm di atas 65oC akan mengurangi efektivitas annealing sehingga proses 
amplifikasi DNA kurang berjalan baik. Berdasarkan Tm primer yang 
dipakai  forwards 58,8oC dan reverse 58,1oC, setelah dilakukan beberapa 
percobaan untuk penentuan annealing, optimasi suhu yang sesuai sebesar 
61oC untuk amplifikasi PCR. Setelah ditentukan suhu annealing dan desain 
primer yang spesifik selanjutnya melakukan amplifikasi pada mesin 
thermocycler Labnet MultiGene Optimax. 
Komponen PCR dibuat dalam volume total 25 μl dengan komposisi 
Sampel DNA sebanyak 2,5 μl, GoTaq® Green Mater mix 12,5 μl, primer 
Forward dan Reverse sebanyak @1 μl, nuclease Free Water 8 μl kemudian 
dihomogenkan. Proses yang terjadi dalam mesin PCR meliputi tiga tahap 
utama yaitu denaturasi (pemisahan untai ganda DNA), annealing 
(penempelan primer) dan ekstensi (pemanjangan primer). Proses yang 
dimulai dari denaturasi, penempelan dan ekstensi disebut sebagai satu 
siklus. Produk PCR dapat langsung divisualisasikan melalui proses 
elektroforesis dan dipakai  untuk analisis lebih lanjut 
C. Elektroforesis 
Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen/molekul bermuatan 
berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik 
 Kecepatan molekul yang bergerak pada medan listrik 
tergantung pada muatan, bentuk dan ukuran. Dengan demikian 
elektroforesis dapat dipakai  untuk separasi makromolekul (seperti protein 
dan asam nukleat). Elektroforesis untuk makromolekul memerlukan matriks 
penyangga untuk mencegah terjadinya difusi karena timbulnya panas dari 
arus listrik yang dipakai  ,
Pada penelitian ini langkah pertama elektroforesis dengan pembuatan 
gel agarosa dengan konsentrasi 2%. Gel ini berfungsi sebagai media untuk 
menvisualisasikan DNA. Pembuatan gel dari 2 gram agarose dan 100 ml
larutan buffer (0,5 x TAE) dipanaskan selama 1 menit sampai agarosa 
menjadi larut dan larutan berwarna bening. TAE dipakai  sebagai buffer 
elektroforesis karena memiliki kapasitas buffering yang tinggi pada titik 
isoelektriknya. Borat bertindak sebagai conducting ion sehingga dapat 
mempertahankan kesetimbangan ion H+ dan OH- yang dihasilkan oleh 
elektrode, hal ini berhubungan dengan fungsi buffer dalam menjaga 
kesetimbangan pH saat migrasi fragmen DNA berlangsung, perubahan pH 
dapat mendenaturasi struktur DNA sehingga merubah elektromobilitas 
DNA 
Agarosa yang dipakai  merupakan matriks penyangga yang dipakai 
untuk pemisahan protein dan asam nukleat ,Larutan 
agarosa dibiarkan agak dingin sambil diaduk dengan spatula. Kemudian 
ditambahkan 10 µl Diamond safe dan dihomogenkan. Diamond safe
berfungsi sebagai pewarna DNA agar ketika DNA divisualisasikan pita￾pitanya berpendar sehingga dengan mudah diamati. Setelah itu buffer
dituangkan hingga merendam gel agarose. Fungsi buffer untuk menjaga 
kesetimbangan pH saat migrasi fragmen DNA berlangsung, perubahan pH 
dapat mendenaturasi struktur DNA sehingga merubah elektromobilitas 
DNA , Loading dye kemudian ditambahkan 
sebanyak 1 µl pada sampel. Loading dye ini, terdiri dari sebuah pewarna 
yaitu bromophenol blue yang berfungsi untuk visualisasi pergerakan DNA 
pada saat elektroforesis dicampurkan kedalam genom. Adanya gliserol 
didalam loading dye untuk meningkatkan densitas sampel dan memastikan 
bahwa DNA didalam ladder dan sampel membentuk lapisan dibawah sumur 
gel dan tidak menyebar. Fungsi lainnya buffer ini dapat juga membantu 
pergerakan sampel ke anoda ,
Kemudian sampel dimasukkan kedalam sumur gel. DNA sampel yang 
dipakai  sebanyak 5 µl. Kemudian marker DNA diletakkan di sumur 
paling kiri (pertama), selanjutnya diikuti DNA sampel dan kontrol negatif di 
sumur paling kanan. Pada penelitian ini kontrol negatif yang dipakai  
adalah Psidium guajava L, lalu Chamber elektroforesis ditutup rapat. Alat 
elektroforesis dinyalakan (diberi arus listrik) dengan tegangan 50 Volt 
selama 100 menit untuk gen. DNA merupakan molekul bermuatan negatif, 
sehingga bila diletakkan di medan listrik, DNA akan bergerak dari kutub 
negatif ke kutub positif. Prinsip inilah yang dipakai dalam elektroforesis 
untuk memisahkan molekul-molekul DNA. Pergerakan ini kecepatannya 
tergantung dari: ukuran molekul DNA, kerapatan (konsentrasi) gel yang 
dilalui DNA, dan arus listrik yang diberikan untuk memigrasikan molekul
DNA. Semakin kecil ukurannya, DNA akan bermigrasi semakin cepat. 
Semakin rapat media (gel) yang dipakai  semakin lambat pergerakan 
DNA di dalam gel. Dan semakin kuat arus listrik yang diberikan akan 
semakin cepat migrasi DNA ,
D. Visualisasi Hasil PCR 
Pengujian DNA hasil ekstraksi dilakukan dengan cara kualitatif dan 
kuantitatif. Penilaian kuantitas memakai  spektrofotometer untuk 
mengetahui konsentrasi DNA dan penilaian kualitas dilakukan dengan 
elektroforesis pada gel agarosa. hasil elektroforesis ini  divisualisasi 
memakai  UV transiluminator. 
Gambar 5.2 menunjukkan hasil visualisasi PCR dengan konsentrasi 1 ng 
dan 10 ng terlihat band yang tebal dan jelas. Sehingga pada konsentrasi ini 
hasil kemurnian isolasi sangat baik ketika di amplifikasi pada PCR. 
Gambar 5. 3 Visualisasi DNA konsentrasi 100 ng/ml dan 1 pg/ml. 
Keterangan: M : Marker 100 bp; U : Usus; L: Lemak; H: Hati; B : Blood; D : Daging. 
Gambar 5.3 menunjukkan hasil visualisasi PCR dengan konsentrasi 100 ng 
dan 1 pg nampak band yang masih terlihat tebal dan jelas. Sehingga pada 
konsentrasi ini juga dapat dikatakan hasil kemurnian isolasi baik ketika di 
amplifikasi pada PCR. 
Gambar 5.4 menunjukkan hasil visualisasi PCR dengan konsentrasi 10 pg 
dan 100 pg terlihat band yang masih terlihat jelas. Sehingga pada 
konsentrasi ini juga dapat dikatakan hasil kemurnian isolasi cukup baik 
ketika di amplifikasi pada PCR. 
Gambar 5. 5 Visualisasi DNA konsentrasi 10-3 pg/ml dan 10-2 pg/ml. 
Keterangan : M : Marker 100 bp; U : Usus; L: Lemak; H: Hati; B : Blood; D : Daging. 
Gambar 5.5 menunjukkan hasil visualisasi PCR dengan konsentrasi 10-3
pg dan 10-2 pg 10 pg nampak band yang masih terlihat baik dan jelas. 

Sehingga pada konsentrasi ini juga dapat dikatakan hasil kemurnian 
isolasi cukup baik ketika diamplifikasi pada PCR. 
Gambar 5. 6 Visualisasi DNA konsentrasi 10-1 pg/ml dan 10-6 pg/ml. 
Keterangan : M : Marker 100 bp; U : Usus; L: Lemak; H: Hati; B : Blood; D : Daging. 
Gambar 5.6 menunjukkan hasil visualisasi PCR dengan konsentrasi 10-1 
pg 
dan 10-6 pg nampak band yang masih terlihat baik dan cukup jelas. 
Sehingga pada konsentrasi ini juga dapat dikatakan hasil kemurnian isolasi 
cukup baik ketika di amplifikasi pada PCR. 
Gambar 5.7 menunjukkan hasil visualisasi PCR dengan konsentrasi 10-5 
pg 
dan 10-4 pg nampak band yang masih terlihat cukup baik dan cukup jelas. 
Sehingga pada konsentrasi ini juga dapat dikatakan hasil kemurnian isolasi 
cukup baik ketika di amplifikasi pada PCR. 
Dari hasil visualisasi PCR di atas menunjukkan bahwa pada semua 
serial konsentrasi 100 ng, 10 ng, 1 ng, 100 pg, 10 pg, 1 pg. 10-1 pg, 10-2 
pg, 
10-3
pg, 10-4 pg, 10-5
pg, dan 10-6 pg/ml DNA cyt b pada babi masih dapat 
teramplifikasi, bahkan pada 10-6 
pg yang merupakan konsentrasi terkecil. 
Limit of Detection untuk 
PCR spesifik babi ditemukan sebesar 0,0001 ng atau setara dengan 10-1 
pg 
pada daging babi dalam campuran daging mentah dengan beberapa spesies 
hewan lain. Hal ini  membuktikan bahwa penelitian ini menemukan 
Limit of Detection yang lebih rendah dibandingkan dengan penelitian 
sebelumnya. 
Hasil yang baik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti 
kemurnian DNA hasil ekstraksi, ketepatan pemilihan primer yang 
dipakai  serta ketepatan kondisi reaksi PCR. PCR terbukti sebagai metode 
yang memadai untuk mendeteksi DNA dalam jumlah yang kecil, khususnya 
memperkuat wilayah target DNA template dengan cara cepat dan sensitif. 
Dengan memakai  primer yang spesifik dan universal, banyak urutan 
mitokondria misalnya gen cyt b ,. DNA yang dipakai  untuk reaksi amplifikasi adalah DNA 
mitokondria yang diisolasi dengan memakai  Wizard Genomic 
Purification System, promega yang sudah dalam bentuk kit sehingga DNA 
yang dihasilkan memiliki  kemurnian yang tinggi dan rendahnya 
kontaminasi DNA dari berbagai macam debris ,
Ketepatan pemilihan primer juga berpengaruh untuk mendapatkan
limit of detection dengan konsentrasi yang rendah. Primer yang dipakai  
telah memenuhi syarat-syarat dalam seleksi primer, seperti terdiri dari 20 
basa, kandungan G/C nya 50%, kemungkinan terbentuknya struktur 
sekunder dalam primer adalah kecil serta 2 basa pada 3 basa terakhir terdiri 
dari G/C, tidak menunjukkan dimerisasi primer dan spesifisitas tinggi. 
Primer merupakan bagian penting dalam reaksi amplifikasi DNA karena 
merupakan initiator pada sintesis DNA. Ketepatan kondisi pada reaksi PCR 
merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan suatu reaksi PCR. 
Ketepatan kondisi reaksi ditentukan oleh ketepatan campuran reaksi dan 
ketepatan kondisi suhu pada masing-masing siklus ,
Gen DNA mitokondria telah sering dipakai  menjadi target untuk 
berbagai tes PCR dalam deteksi spesiasi hewan, tumbuhan, dan sel mikroba. 
DNA mitokondria memiliki jumlah salinan tinggi dalam sel. Oleh karena 
itu, memanfaatkan DNA mitokondria sebagai target akan meningkatkan 
kesempatan untuk mendapatkan hasil DNA yang cukup untuk tes PCR 
berikutnya terutama ketika memakai  produk yang diproses atau 
dipanaskan, yang dapat menyebabkan degradasi DNA genom. Pemeriksaan 
spesifik PCR spesifik yang menargetkan gen cyt b mitokondria yang 
dikodekan telah banyak dimanfaatkan oleh beberapa peneliti ,
Sensitivitas yang tinggi pada konsentrasi 10-6 pg/ml pada peneltian ini 
menunjukkan bahwa penelitian ini memiliki prospek yang baik untuk 
dijadikan acuan dalam mendeteksi produk-produk yang diduga tercemar 
babi sesuai dengan spesifikasi laboratorium di UIN Sunan Ampel Surabaya 
sebagai pengujian kehalalan makanan. Untuk melindungi konsumen agar 
produk yang akan dikonsumsi terjamin kehalalan dan kesuciannya sesuai 
dengan ajaran syari'ah Islam. Hukum Islam diciptakan untuk mewujudkan 
kemaslahatan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Dasar yang 
dipakai  untuk keharusan mengonsumsi sesuatu yang halal baik makanan, 
minuman, tumbuhan dan binatang telah tercantum dalam Alquran dan 
Hadits
Artinya : “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, 
(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, 
yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, 
kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) 
yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib 
dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah 
kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk 
(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka 
dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu 
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku￾ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena 
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha 
Pengampun lagi Maha Penyayang ― (Al Maidah (5) : 3)
Dalam ayat ini  telah jelas bahwa babi merupakan sesuatu yang 
diharamkan, sekalipun dalam ayat ini  menyebutkan secara khusus 
daging babi, namun yang dimaksud ialah seluruh bagian babi, karena daging 
yang biasanya dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Keseluruhan bagian babi 
mutlak haram, hal ini telah disepakati oleh para ulama'. Ibnu Hazm 
menyebutkan dalam buku Maratib al-Ijma‟ bahwa para ulama sepakat 
daging, syaraf, otak, tulang rawan, isi perut (usus), dan anggota tubuh 
lainnya, baik jantan, betina, kecil ataupun besar hukumnya haram. Maka 
tidak diperbolehkan makan sebagian dari salah satu bagian tubuh babi, baik
yang berupa daging, kulit, lemak dan anggota tubuh lainnya.  dengan didirikannya halal center 
pengujian makanan berbasis molekuler. memakai  teknologi biologi 
molekular yang terus mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat. 
LOD yang diperoleh pada penelitian ini memiliki sensitivitas yang tinggi 
yaitu 10-6 pg/ml yang dapat menjadi dasar penentuan dalam melakukan
deteksi sampel pada makanan yang diduga mengandung gen babi untuk 
pengujian kehalalan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa 
Nilai Limit of Detection didapatkan pada konsentrasi 10-6
pg dengan 
munculnya band DNA pengkode gen cyt b babi yaitu ±149 bp dengan 
visualisasi memakai  elektroforesis. Sensitivitas yang tinggi pada 
konsentrasi 10-6
pg yang dihasilkan pada penelitian ini menunjukkan 
spesifikasi laboratorium yang baik di UIN Sunan Ampel Surabaya untuk 
dijadikan acuan dalam mendeteksi produk-produk yang diduga tercemar babi
sebagai pengujian kehalalan makanan.