Home »
fisiologi hewan 2
» fisiologi hewan 2
fisiologi hewan 2
November 16, 2023
fisiologi hewan 2
an
tubuhnya. Secara umum, hewan digolongkan ke dalam salah satu dari tiga kategori
berdasarkan makanannya. Herbivora, termasuk gorila, sapi, kelinci, dan banyak keong
memakan organisme autotrof (tumbuhan, alga atau ganggang). Karnivora, seperti
hiu, burung elang, laba-laba, dan ular memakan hewan lain. Omnivora secara reguler
mengonsumsi hewan dan juga tumbuhan atau alga. Hewan omnivora meliputi
kecoak, burung gagak, rakun, dan manusia yang berkembang sebagai pemburu,
pemakan bangkai dan pengumpul makanan.
Istilah herbivora, karnivora dan omnivora menggambarkan jenis makanan yang
umum dimakan oleh seekor hewan dan adaptasi yang memungkinkan mereka untuk
mendapatkan dan mengolah makanan tersebut. Akan tetapi, sebagian besar hewan
adalah oportunistik, yang memakan makanan yang berada di luar kategori makanan
utamanya saat makanan ini tersedia. Sebagai contoh, sapi dan rusa yang termasuk
ke dalam kelompok herbivora kadang-kadang bisa memakan hewan kecil atau telur
burung bersama-sama dengan rumput dan tumbuhan lain. Sebagian besar karnivora
mendapatkan beberapa nutrien dari bahan tumbuhan yang masih berada dalam
saluran pencernaan mangsa yang mereka makan. Semua hewan juga mengkonsumsi
beberapa bakteri bersama-sama dengan jenis makanan lain (Campbell dkk, 2004).
Hewan memerlukan senyawa organik seperti karbohidrat, lipid, dan protein
sebagai sumber energi untuk menyelenggarakan berbagai aktivitasnnya. Namun,
kemampuannya untuk menyintesis senyawa organik sangat terbatas. Oleh karena itu,
hewan berusaha memenuhi semua kebutuhannya dari tumbuhan dan hewan lain.
Organisme yang demikian dinamakan organisme heterotrof. Ada juga hewan yang
dapat menyintesis sendiri berbagai senyawa organik esensial, contohnya Euglena.
Meskipun demikian, Euglena juga memerlukan vitamin (faktor pertumbuhan) yang
tidak dapat disintesis sendiri sehingga organisme tersebut tetap memerlukan
senyawa organik dari sumber lain. Berdasarkan alasan tersebut, Euglena disebut
organisme mesotrof.
Cara makan dan jenis makanan hewan sangat bervariasi, tergantung pada
susunan alat yang dimiliki serta kemampuannya untuk mempersiapkan makanan agar
dapat diserap. Hewan primitif yang belum memiliki alat pencernaan makanan khusus
seperti protozoa, parasit (endoparasit), dan cacing pita memerlukan makanan berupa
zat organik terlarut. Hewan-hewan tersebut mengambil makanan melalui penyerapan
atau pinositosis. “alat pencernaan makanan” yang dimiliki biasanya berupa vakuola
makanan.
Hewan yang hidup menetap seperti hidra dan Coelenterata mendapatkan
makanan dengan menjerat (trapping method). Alat yang penting untuk mendukung
metode tersebut adalah knidoblas atau nematosit yang biasanya dilengkapi dengan
racun untuk menjerat mangsanya. Beberapa hewan yang aktif seperti burung petrel,
burung flamingo, ikan hering, kepopoda, dan ikan hiu balen mencari makanan dengan
cara menyaring (filter feeding). Menyaring untuk memperoleh makanan juga
dilakukan oleh hewan yang menetap seperti Bivalvia. Filter feeding merupakan variasi
dari cara menyaring dan menjerat (trapping).
Filter feeder tidak memilih makanannya sehingga disebut non selective feeder.
Hewan seperti ini tanggap terhadap senyawa kimia atau rangsang tertentu.
Mekanisme menyaring dapat diaktifkan atau dihentikan, tergantung pada kondisi
yang ada, mereka anggap berbahaya atau tidak. Hewan yang lain mungkin mampu
memilih makanan yang diperlukan sehingga mereka disebut selective feeder. Pada
umumnya, hewan semacam ini mendapatkan makanan dengan cara menangkap atau
memangsa. Hewan-hewan yang demikian memiliki berbagai cara untuk menangkap
mangsa dan dapat menggunakan bahan makanan secara efektif atau mengambil sari
makanan dari hewan/tumbuhan.
Annelida, echinodermata, dan hemikordata akan menyerap bahan yang
diperlukannya dan membuang bahan yang tidak diperlukannya. Selanjutnya, bahan
makanan yang terkumpul akan dihancurkan secara mekanik, apabila hewan memiliki
organ pencernanya. Apabila organ pencerna tidak dimiliki, bahan makanan tersebut
langsung dicerna secara kimia. metode yang digunakan oleh berbagai hewan untuk
memperoleh makanan makanan dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Metode untuk memperoleh makanan yang digunakan oleh berbagai macam
hewan, dikelompokkan berdasarkan sifat makanannya
Tipe Makanan Metode Makan Hewan yang Menggunakan
Metode Tersebut
Partikel kecil Pembentukan vakuola
makanan
Menggunakan silia
Membentuk lendir penjerat
Menggunakan tentakel
Menggunakan seta,
menyaring
Amoeba dan Radiolaria
Spons, Bivalvia, Kecebong
Ciliata, Gastropoda,
Tunikata
Mentimun Laut
Crustacea kecil (misal
Daphnia), ikan hering, ikan
paus balen, burung
flamingo, dan burung
petrel
Partikel/Massa
makanan besar
Menelan massa inaktif
Mengerat, mengunyah,
Cacing tanah (detritus
feeder)
melubangi
Menangkap dan menelan
mangsa
Landak laut, siput, insekta,
invertebrata
Cairan atau
jaringan lunak
Menghisap getah
tumbuhan, nektar
Coelentereta, ikan, burung,
kelelawar
Menghisap darah
Menghisap susu atau sekret
mirip susu
Pencernaan eksternal
Penyerapan melalui
permukaan tubuh
Aphidae, lebah, dan burung
penghisap nektar
Lintah, insekta, kelelawar
“vampire”
Mamalia muda, burung
muda
Laba-laba
Parasit, cacing pita
Bahan organik
terlarut
Mengambil makanan dari
cairan
Invertebrata akuatik
Nutrien hasil
simbiosis
Kerja dari alga simbiotik
intraseluler
Paramaecium, spons,
binatang karang, hidra, cacing
pipih dan remis
Menurut Campbell dkk (2004) adaptasi pengambilan makanan beranekaragam
telah dievolusikan oleh hewan. Mekanisme hewan menelan makanan sangat
beragam, tetapi semuanya digolongkan ke dalam empat kelompok utama. Banyak
diantara hewan akuatik adalah pemakan suspensi (suspension feeder) yang menyaring
partikel makanan kecil dari air. Remis dan tiram, misalnya, menggunakan insangnya
untuk menjerat potongan-potongan kecil yang lalu disapu bersama-sama
dengan suatu lapisan tipis mukus ke mulut oleh silia yang berdenyut atau bergerak.
Paus baleen, hewan terbesar diantara semua hewan yang pernah hidup, adalah juga
pemakan suspensi. Mereka berenang dengan mulut ternganga, yang menapis jutaan
hewan kecil dari volume air yang begitu besar yang dipaksa masuk melalui lempengan
serupa saringan yang bertaut dengan dengan rahangnya.
Pemakan substrat (substrate-feeder) hidup dalam atau pada makanannya.
Hewan jenis ini makan sambil menggali saluran membuat jalan di dalam makanannya.
Contohnya adalah penggali daun, yang merupakan larva berbagai serangga yang
membuat terowongan melalui bagian dalam daun. Cacing tanah, adalah juga
pemakan substrat, atau lebih spesifik pemakan deposit (deposite-feeder). Memakan
sambil membuat jalannya melalui kotoran, cacing tanah menyelamatkan bahan
organik yang telah busuk sebagian, yang dikonsumsi bersama-sama dengan tanah.
Pemakan cairan (fluid-feeder) memperoleh makanannya dengan cara menyedot
cairan yang kaya nutrien dari inang hidup. Nyamuk dan lintah menyedot darah dari
hewan. Aphid menampung getah floem tumbuhan. Karena hewan pemakan cairan ini
membahayakan inangnya maka mereka dianggap sebagai parasit. Sebaliknya, burung
kolibri dan lebah menguntungkan tumbuhan inangnya dengan memindahkan serbuk
sari saat mereka berpindah dari satu bunga ke bunga lain untuk mencari nektar.
Sebagian besar hewan adalah pemakan potongan besar (bulk-feeder) yang
memakan potongan makanan dalam ukuran yang relatif besar. Adaptasinya berupa
anggota tubuh seperti tentakel, sepit, kuku, gigi taring beracun, dan rahang dan geligi
yang membunuh mangsanya atau memotong-motong daging atau vegetasi.
Bagaimana pun cara yang dilakukan hewan untuk memperoleh makanan, hal
tersebut harus didukung oleh alat yang memadai, yaitu alat/organ pencernaan
makanan khusus. Organ/sistem pencernaan hewan melaksanakan empat macam
fungsi, yaitu memasukkan makanan ke dalam tubuh (ingesti), mengubah bahan
makanan yang kompleks menjadi sederhana (pencernaan), menyerap hasil
pencernaan serta membawanya ke dalam darah (penyerapan), dan mengeluarkan sisa
makanan yang tidak tercerna ataupun yang tidak diserap oleh tubuh (ekskresi). Bahan
makanan yang tercerna dan terserap digunakan oleh sel tubuh sebagai sumber energi
dan bahan pembangun tubuh.
Pencernaan Makanan
1. Pencernaan Terjadi Dalam Kompartemen Khusus
a. Pencernaan Intraseluler
Setelah mendapatkan makanan, hewan harus mencernanya dengan baik
agar sari-sarinya dapat diserap oleh sel-sel tubuh. Pada protozoa, proses
pencernaannya terjadi dalam vakuola. Mula-mula, lisosom menyekresikan
enzim pencernaan ke dalam vakuola makanan. Enzim tersebut menyebabkan
suasana vakuola berubah menjadi asam sehingga bahan makanan tercerna.
Selanjutnya, terjadi pemisahan berbagai garam kalsium. Hal ini akan
menciptakan suasana lingkungan dengan pH yang tepat bagi berbagai enzim
untuk berfungsi secara optimal. Dalam keadaan seperti itu, bahan makanan
akan disederhanakan sehingga dapat diserap oleh sitoplasma. Berakhirnya
proses pencernaan ditandai dengan adanya perubahan keadaan lingkungan
dalam vakuola menjadi netral. Bahan makanan yang tidak tercerna
dikeluarkan melalui proses eksositosis (Isnaeni, 2006).
Menurut Campbell dkk (2004) vakuola makanan, organel seluler di mana
enzim hidrolitik merombak makanan tanpa mencerna sitoplasma sel sendiri,
adalah kompartemen yang paling sederhana. Protista heterotrofik mencerna
makanannya dalam vakuola makanan, umumnya setelah menelan makanan
melalui fagositosis atau pinositosis. Vakuola makanan menyatu dengan
lisosom yang merupakan organel yang mengandung enzim hidrolitik. Keadaa
ini akan memungkinkan makanan bercampur dengan enzim sehingga
pencernaan terjadi secara aman di dalam suatu kompartemen yang
terbungkus oleh membran. Mekanisme pencernaan ini disebut pencernaan
intraseluler
Spons berbeda dari hewan-hewan lain karena pencernaan makanannya
secara keseluruhan berlangsung melalui mekanisme intraseluler. Menurut
Isnaeni (2006) invertebrata tingkat rendah tidak mempunyai organ pencernaan
khusus. Pencernaan makanan terjadi secara intraseluler, yakni di dalam sel
khusus. Porifera tidak mempunyai rongga pencernaan tetapi mempunyai sel
khusus yang disebut koanosit.
b. Pencernaan Ekstraseluler
Pada sebagian besar hewan, paling tidak beberapa hidrolisis terjadi
melalui pencernaan ekstraseluler, yaitu perombakan makanan di luar sel.
Pencernaan ekstraseluler terjadi di dalam kompartemen yang bersambungan
melalui saluran-saluran , dengan bagian luar tubuh hewan. Banyak hewan
dengan bangun tubuh yang relatif sederhana memiliki kantung pencernaan
dengan pembukaan tunggal. Kantung ini disebut sebagai rongga
gastrovaskuler, berfungsi dalam pencernaan dan distribusi nutrien ke seluruh
tubuh. Hidra yang termasuk hewan Cnidaria merupakan contoh yang baik
mengenai bagaimana suatu rongga gastrovaskuler bekerja. Hidra adalah
karnivora yang menyengat mangsa dengan organel khusus yang disebut
nematosit dan lalu menggunakan tentakel untuk memasukkan
makanan dari mulut ke dalam rongga gastrovaskuler
Dengan adanya makanan di dalam rongga itu, sel-sel khusus
gastrodermis, lapisan jaringan yang melapisi rongga itu, mensekresikan enzim
pencernaan yang merusak atau merombak jaringan lunak pada mangsanya
menjadi potongan-potongan kecil. Sel-sel gastrodermal lalu akan
menelan partikel makanan, dan sebagian besar hidrolisis makromolekul yang
sesungguhnya terjadi secara intraseluler seperti pada Paramaecium dan spons.
Setelah hidra selesai mencerna makanannya, bahan-bahan yang tidak
tercerna yang masih tetap berada di dalam rongga gastrovaskuler, seperti
eksoskeleton Crustacea kecil, dikeluarkan melalui sebuah pembukaan tunggal,
yang berfungsi ganda sebagai mulut dan anus.
Sistem pencernaan pada planaria juga berupa gastrovaskuler, yaitu:
mangsa ditangkap oleh farink dengan cara ditonjolkan keluar dan setelah
mangsanya ditangkap segera ditarik masuk ke dalam rongga mulut bersamasam mangsanya. Sel-sel tertentu pada ephitelium usus dapat membentuk
pseudopodia dan mencerna mangsanya lalu membentuk vakuola
makanan dan tejadi pencernaan. Sari-sari makanan diabsorpsi dan secara
difusi masuk ke dalam jaringan-jaringan tubuh. Sisa-sisa yang tidak dapat
dicerna dikeluarkan melalui lubang mulut.
Sistem Pencernaan Pada Invertebrata
1. Sistem Pencernaan Pada Coelenterata
Alat pencernaan pada Coelenterata berupa gastrovaskuler, yaitu ruang
yang berfungsi untuk proses pencernaan sekaligus untuk sirkulasi. Sel yang
membatasi rongga gastrovaskuler disebut gastrodermis. Sel ini mampu
menyekresikan enzim ke ruang gastrovaskuler. Oleh karena itu, pemecahan
bahan makanan secara kasar dapat berlangsung dalam saluran tersebut.
Namun, pencernaan makanan secara lengkap tetap berlangsung secara
intraseluler.
Beberapa spesies cacing pipih yang hidup bebas (non parasit) sudah
mempunyai mulut, tetapi tidak mempunyai rongga pencernaan. Pada hewan
tersebut, makanan dicerna oleh sel jaringan di dekat mulut, yang belum
terorganisasi secara baik. Ada juga jenis cacing pipih yang mempunyai saluran pencernaan makanan sederhana yang mirip dengan ruang gastrovaskuler pada
Coelenterata, tetapi biasanya bercabang-cabang. Permukaan tubuh cacing
pipih sering digunakan untuk menyerap makanan. Untuk keperluan tersebut
cacing pipih mempunyai mikrofili pada usus halus manusia.
Berlawanan dengan hewan Cnidaria dan cacing pipih sebagian besar
hewan-termasuk nematoda, anellida, moluska, artropoda, echinodermata,
dan cordata-memiliki pipa atau tabung pencernaan yang memanjang antara
dua pembukaan, mulut dan anus. Pipa atau tabung ini disebut saluran
pencernaan lengkap (complete digestive tract) atau saluran pencernaan
(alimentary canal). Karena makanan bergerak sepanjang saluran itu dalan satu
arah, pipa itu dapat diorganisasikan menjadi daerah terspesialisasi yang
melaksanakan pencernaan dan penyerapan nutrien secara bertahap.
Makanan yang ditelan melalui mulut dan faring akan lewat melalui
esofagus yang menuju ke tembolok, rempela, atau lambung, bergantung pada
spesies. Tembolok dan lambung adalah organ dan umumnya berfungsi untuk
penyimpanan dan penumpukan makanan, sementara rempela akan
menggerusnya. Makanan kemudia akan memasuki usus halus, di mana enzimenzim pencernaan menghidrolisis molekul makanan, dan nutrien diserap
melewati lapisan pipa pencernaan tersebut ke dalam darah. Bahan buangan
yang tidak tercerna akan dikeluarkan melalui anus.
2. Sistem Pencernaan Pada Pisces
Saluran pencernaan ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris) yang di
dalamnya ada gigi-gigi kecil yang berbentu k kerucut pada geraham bawah
dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan dan bnyak menghasilkan
lendir tetapi tidak mneghasilkan ludah. dari rongga mulut makanan masuk ke
dalam esofagus melalui faring yang ada di daerah sekitar insang.
Esofagus berbentuk kerucut, pendek ada di belakang insang dan bila
tidak dilalui makanan makan lumen akan menyempit. dari kerongkongkongan,
makanan di dorong masuk ke lambung sehingga lambung menjadi besar. anatara
lambung dan usus tidak jels batasnya. pada beberapa jenis ikan ada tonjolan
buntu yang berfungsi untuk memperluas bidang penyerapan makanan, dari
lambung makanan masuk ke dalam usus yang berbentuk pipa panjang berkelokkelok dan sama besarnya bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaannnya berupa hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar
yang berukuran cukup besar, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian
depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tetap dan terbagi
atas lobus kanan dan lobus kiri serta bagian yang menuju ke arah punggung.
Fungsi hati adalah menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantng
empedu untuk membantu proses pencernaan lemak. kantong empedu berbentuk
bulat berwarna kehijauan terletak di sebeah kanan hati dan salurannya bermuara
pada lambung. Kantong empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan
menyalurkan cairan empedu ke usus bila diperlukan. Pankreas berukuran
mikroskopik sehingga sukar dikenali. Pankres berfungsi untuk mneghasilkan
enzim-enzim pencernaan dan hormon insulin.
3. Sistem Pencernaan Pada Aves
Pencernaan burung dimulai dengan mulut. Paruh burung mengganti bibir
dan gigi mamalia dan bervariasi dalam bentuk, ukuran, panjang dan fungsi sesuai
dengan jenis makanan yang dikonsumsi. Benih-kerupuk seperti pipit memiliki
paruh kerucut pendek, sedangkan burung pemangsa seperti elang memiliki paruh
bengkok yang kuat untuk merobek daging. Lidah burung, seperti paruh,
disesuaikan dengan jenis makanan burung mengkonsumsi. Pelatuk memiliki lidah
panjang sempit yang berfungsi sebagai tombak, yang memungkinkan mereka
untuk mengekstrak serangga dari lubang mereka mengebor di kayu mati. Burung
pemangsa dan finch memiliki pendek, tebal, lidah berdaging yang
memungkinkan mereka untuk memanipulasi makanan mereka.
Unggas dan pelikan memiliki lidah yang memungkinkan makanan menjadi
mudah didorong ke bagian belakang mulut untuk menelan. Mulut burung relatif
tidak penting dalam makan dan mencerna makanan dibandingkan dengan,
misalnya, mulut mamalia. Namun, sebagian besar burung yang memiliki kelenjar
ludah dan paruh dan lidah yang membantu burung memanipulasi makanan untuk
menelan.
Setelah meninggalkan mulut, makanan melewati kerongkongan dalam
perjalanan ke perut (pada burung yang disebut proventrikulus). Burung memiliki
dua bagian perut, bagian kelenjar yang dikenal sebagai proventrikulus dan
sebagian otot yang dikenal sebagai lambung otot. Asam klorida, lendir dan
enzim pencernaan, pepsin, disekresikan oleh sel-sel khusus dalam proventrikulus
dan memulai proses mogok struktur bahan makanan. Makanan lalu
melewati ke bagian kedua dari perut, lambung otot. Rempela tersebut
melakukan fungsi yang sama seperti gigi mamalia, grinding dan pembongkaran
makanan, sehingga memudahkan enzim pencernaan untuk memecah makanan.
Dalam kebanyakan burung rempela mengandung butiran pasir atau batu-batu
kecil untuk membantu proses penggilingan.
Usus kecil adalah di mana makanan dicerna dan diserap. Usus kecil
bervariasi panjang dan struktur tergantung pada diet spesies. Burung karnivora
cenderung memiliki lebih pendek, usus kecil kurang kompleks. Burung herbivora
memiliki panjang, lebih berkembang usus kecil. Enzim, diproduksi di pankreas,
memecah protein dan lemak di usus kecil. Nutrisi tersebut lalu diserap
melalui membran usus dan ke dalam aliran darah. Pada burung l Arge usus
direduksi menjadi pendek, koneksi tanpa sifat antara usus halus dan kloaka.
Kloaka adalah daerah memegang final untuk produk limbah pencernaan sampai
mereka voided melalui ventilasi.
Sistem Pencernaan Vertebrata
Pencernaan Manusia
a. Rongga Mulut
Di dalam rongga mulut, ada gigi, lidah, dan kelenjar air liur (saliva).
Gigi terbentuk dari tulang gigi yang disebut dentin. Struktur gigi terdiri atas
mahkota gigi yang terletak diatas gusi, leher yang dikelilingi oleh gusi, dan
akar gigi yang tertanam dalam kekuatan-kekuatan rahang. Mahkota gigi
dilapisi email yang berwarna putih. Kalsium, fluoride, dan fosfat merupakan
bagian penyusun email.
Untuk perkembangan dan pemeliharaan gigi yang baik, zat-zat tersebut
harus ada di dalam makanan dalam jumlah yang cukup. Akar dilapisi semen
yang melekatkan akar pada Ada tiga macam gigi manusia, yaitu gigi seri
(insisor) yang berguna untuk memotong makanan, gigi taring (caninus) untuk
mengoyak makanan, dan gigi geraham (molar) yang berguna untuk
mengunyah makanan.
ada pula tiga buahkelenjar saliva pada mulut, yaitu kelenjar parotis,
sublingualis, dan submandibularis (Lihat Gambar 3.10). Kelenjar saliva
mengeluarkan air liur yang mengandung enzim ptialin atau amilase, berguna
untuk mengubah amilum menjadi maltosa. Pencernaan yang dibantu oleh
enzim disebut pencernaan kimiawi. Di dalam rongga mulut, lidah
menempatkan makanan di antara gigi sehingga mudah dikunyah dan
bercampur dengan air liur. Makanan ini lalu dibentuk menjadi lembek
dan bulat yang disebut bolus. lalu bolus dengan bantuan lidah, didorong
menuju faring.
b. Faring dan Esophagus
Setelah melalui rongga mulut, makanan yang berbentuk bolus akan masuk
kedalam tekak (faring). Faring adalah saluran yang memanjang dari bagian
belakang rongga mulut sampai ke permukaan kerongkongan (esophagus).
Pada pangkal faring ada katup pernapasan yang disebut epiglottis.
Epiglotis berfungsi untuk menutup ujung saluran pernapasan (laring) agar
makanan tidak masuk ke saluran pernapasan. Setelah melaluifaring, bolus
menuju ke esophagus; suatu organ berbentuk tabung lurus, berotot lurik, dan
berdidnding tebal . Otot kerongkongan berkontraksi
sehingga menimbulkan gerakan meremas yang mendorong bolus ke dalam
lambung. Gerakan otot kerongkongan ini disebut gerakan peristaltik.
Lambung
Lambung adalah kelanjutan dari esophagus, berbentuk seperti kantung.
Lambung dapat menampung makanan 1 liter hingga mencapai 2 liter. Dinding
lambung disusun oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan
secara mekanik melalui kontraksi otot-otot tersebut (Lihat Gambar 11). Ada 3
jenis otot polos yang menyusun lambung, yaitu otot memanjang, otot
melingkar, dan otot menyerong.
Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan
bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Senyawa kimiawi yang
dihasilkan lambung adalah :
Asam HCl, mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai
disinfektan, serta merangsang pengeluaran hormon sekretin dan
kolesistokinin pada usus halus
Lipase, memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun
lipase yang dihasilkan sangat sedikit
Renin, mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI).
Hanya dimiliki oleh bayi.
Mukus, melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCl.
Otot lambung berkontraksi mengaduk-aduk bolus, memecahnya secara
mekanis, dan mencampurnya dengan getah lambung. Getah lambung
mengandung HCl, enzim pepsin, dan renin. HCl berfungsi untuk membunuh
kuman-kuman yang masuk berasama bolus akan mengaktifkan enzim pepsin.
Pepsin berfungsi untuk mengubah protein menjadi peptone. Renin berfungsi
untuk menggumpalkan protein susu. Setelah melaluipencernaan kimiawi di
dalam lambung, bolus menjadi bahan kekuningan yang disebut kim atau kimus
(bubur usus). Kimus akan masuk sedikit demi sedikit ke dalam usus halus.
d. Usus Halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung (Gambar 12). Usus halus
memiliki panjang sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu
duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m), serta ileum (± 3,6 m). Pada usus halus
hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia
yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar pankreas
yang dilepaskan ke usus halus.Suatu lubang pada dinding duodenum
menghubungkan usus 12 jari dengan saluran getah pancreas dan saluran
empedu. Pankreas menghasilkan enzim tripsin, amilase, dan lipase yang
disalurkan menuju duodenum. Tripsin berfungsi merombak protein menjadi
asam amino. Amilase mengubah amilum menjadi maltosa. Lipase mengubah
lemak menjadi asam lemakdan gliserol. Getah empedu dihasilkan oleh hati
dan ditampung dalam kantung empedu. Getah empedu disalurkan ke
duodenum. Getah empedu berfungsi untuk menguraikan lemak menjadi asam
lemak dan gliserol.
Selanjutnya pencernaan makanan dilanjutkan di jejunum. Pada bagian ini
terjadi pencernaan terakhir sebelum zat-zat makanan diserap.Zat-zat
makanan setelah melalui jejunum menjadi bentuk yang siap diserap.
Penyerapan zat-zat makanan terjadi di ileum. Glukosa, vitamin yang larut
dalam air, asam amino, dan mineral setelah diserap oleh vili usus halus; akan
dibawa oleh pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Asam lemak,
gliserol, dan vitamin yang larut dalam lemak setelah diserap oleh vili usus
halus; akan dibawa oleh pembuluh getah bening danakhirnya masuk ke dalam
pembuluh darah.
Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah :
Disakaridase Menguraikan disakarida menjadi monosakarida
Erepsinogen Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin.
Erepsin mengubah pepton menjadi asam amino.
Hormon Sekretin Merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa
kimia yang dihasilkan ke usus halus
Hormon CCK (Kolesistokinin) Merangsang hati untuk mengeluarkan cairan
empedu ke dalam usus halus.
Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah :
Bikarbonat Menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari
lambung
Enterokinase Mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta mengaktifkan
tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin mengubah pepton menjadi asam amino.
Amilase Mengubah amilum menjadi disakarida
Lipase Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol
Tripsinogen Tripsin yang belum aktif.
Kimotripsin Mengubah peptone menjadi asam amino
Nuklease Menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat
Hormon Insulin Menurunkan kadar gula dalam darah sampai menjadi kadar
normal
Hormon Glukagon Menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar normal
Pencernaan makanan secara kimiawi pada usus halus terjadi pada suasana
basa. Prosesnya sebagai berikut:
1) Makanan yang berasal dari lambung dan bersuasana asam akan dinetralkan
oleh bikarbonat dari pancreas.
2) Makanan yang kini berada di usus halus lalu dicerna sesuai
kandungan zatnya. Makanan dari kelompok karbohidrat akan dicerna oleh
amylase pancreas menjadi disakarida. Disakarida lalu diuraikan oleh
disakaridase menjadi monosakarida, yaitu glukosa. Glukosa hasil
pencernaan lalu diserap usus halus, dan diedarkan ke seluruh tubuh
oleh peredaran darah.
3) Makanan dari kelompok protein setelah dilambung dicerna menjadi pepton,
maka pepton akan diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan erepsin
menjadi asam amino. Asam amino lalu diserap usus dan diedarkan ke
seluruh tubuh oleh peredaran darah.
4) Makanan dari kelompok lemak, pertama-tama akan dilarutkan
(diemulsifikasi) oleh cairan empedu yang dihasilkan hati menjadi butiranbutiran lemak (droplet lemak). Droplet lemak lalu diuraikan oleh
enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol
lalu diserap usus dan diedarkan menuju jantung oleh pembuluh limfe.
e. Usus Besar (Colon)
Bahan makanan yang sudah melalui usus halus akhirnya masuk ke dalam
usus besar , Usus besar terdiri atas usus buntu (appendiks), bagian
yang menaik (ascending colon), bagian yang mendatar (transverse colon),
bagian yang menurun (descending colon), dan berakhir pada anus.
Bahan makanan yang sampai pada usus besar dapat dikatakan sebagai
bahan sisa. Sisa tersebut terdiri atas sejumlah besar air dan bahan makanan
yang tidak dapat tercerna, misalnya selulosa. Usus besar berfungsi mengatur
kadar air pada sisa makanan. Bil kadar iar pada sisa makanan terlalu banyak,
maka dinding usus besar akan menyerap kelebihan air tersebut. Sebaliknya
bila sisa makanan kekurangan air, maka dinding usus besar akan
mengeluarkan air dan mengirimnya ke sisa makanan.
Di dalam usus besar ada banyak sekali mikroorganisme yang
membantu membusukkan sisa-sisa makanan tersebut. Sisa makanan yang
tidak terpakai oleh tubuh beserta gas-gas yang berbau disebut tinja(feses) dan
dikeluarkan melalui anus.
f. Rektum dan Anus
Merupakan lubang tempat pembuangan
feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus,
feses ditampung terlebih dahulu pada bagian
rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka
otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan
penutupan anus.
Sistem Pencernaan Mamalia Secara Umum
Pada hewan tingkat tinggi, makanan dicerna dalam saluran khusus yang
pada umumnya sudah berkembang dengan baik. Jadi, pencernaan makanan pada
hewan ini berlangsung di dalam organ gastrointestinal (secara ekstraseluler).
Sistem gastrointestinal tersusun atas berbagai organ yag secara fungsional dapat
dibedakan menjadi empat bagian, yaitu daerah penerimaan makanan, daerah
penyimpanan, daerah pencernaan dan penyerapan nutrien, serta daerah
penyerapan air dan ekskresi.
a) Daerah Penerimaan
Daerah untuk menerima makanan adalah mulut. Mulut biasanya dilengkapi
dengan gigi dan kelenjar ludah, yang membantu proses mengunyah dan
menelan makanan. Dalam ludah terkandung berbagai substansi seperti amilase
(enzim pencerna karbohidrat pada beberapa mamalia), toksin (pada ular
berbisa), dan antikoagulan (pada insekta pengisap darah). Esofagus juga
dikelompokkan sebagai daerah penerimaan makanan. Organ ini bertugas
membawa makanan dari mulut ke lambung dengan gerakan peristaltik.
b) Daerah Penyimpanan
Daerah penyimpanan makanan terdiri atas empedal (gizzard) dan
lambung. Organ tersebut merupakan pelebaran saluran gastrointestinal pada
bagian depan, yang memiliki fungsi utama sebagai penyimpan makanan.
Sebagai proses pencernaan makanan sudah terjadi di bagian ini.
Empedal merupakan kantong berotot yang berperan dalam pencernaan
mekanik. Organ ini dapat ditemukan pada vertebrata maupun invertebrata.
Pada artropoda, empedal dapat menggerus dan menyaring makanan yang
berukuran tertentu. Sementara, partikel makanan yang ukurannya melebihi
ukuran “saringan” akan tetap dipertahankan di dalam empedal, tidak akan
diangkut ke organ berikutnya. Empedal akan terus mencernanya secara
mekanik dan mengubahnya menjadi partikel partikel kecil yang mudah disaring.
Pada burung, pencernaan makanan secara mekanik yang terjadi di empedal
dilakukan oleh kontraksi otot empedal, dibantu oleh kerikil yang ditelannya.
Lambung berfungsi sebagai tempat menyimpan khim, yaitu makanan
yang telah dicerna sebagian. Lambung akan meloloskan khim ke usus
(duodenum) dengan jeda waktu tertentu. Lambung juga berfungsi untuk
mencerna protein dengan menyeksresikan enzim protease (zimogen) dan asam
lambung. Asam lambung menyebabkan kondisi lambung vertebrata menjadi
asam, dengan pH sekitar 1-2. Kondisi ini sangat penting untuk mengaktifkan
enzim protease yang disimpan dan dikeluarkan oleh sel lambung dalam bentuk
belum aktif.
Pada sejumlah herbivora, misalnya lembu dan domba, lambung telah
dikhususkan untuk mencerna selulosa. Pada hewan ini, lambung memiliki
beberapa ruang. Hewan seperti itu dikenal dengan nama ruminansia. Dalam
mencerna selulosa, ruminansia bersimbiosis dengan bakteri dan protozoa yang
hidup pada rumen dan retikulum di lambungnya.
Selama makan, ruminansia mengunyah rerumputan dan bebijian secara
singkat, lalu menelannya hingga makanan masuk ke rumen. Dalam rumen
terjadi pencernaan makanan secara biologis oleh adanya aksi bakteri.
Selanjutnya, makananakan diteruskan ke retikulum yang akan mengubah bahan
makanan tersebut menjadi gumpalan/bongkahan (cud) yang siap dimuntahkan
lagi untuk dikunyah kedua kalinya. Setelah dikunyah untuk kedua kalinya,
makanan ditelan lagi. Pada tahapan ini, makanan langsung masuk ke dalam
omasum tanpa melalui rumen dan retikulum.
c) Daerah Pencernaan dan Penyerapan
Proses pencernaan secara lebih sempurna dan penyerapan sari
makananberlangsung di dalam usus. Di usus, bahan makanan (karbohidrat,
lipid, dan protein) dicerna lebih lanjut dengan bantuan enzim dan diubah
menjadi berbagai komponen penyusunnya agar dapat diserap dan digunakan secara optimal oleh hewan. Secara garis besar, enzim pencernaan pada hewan
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu enzim pemecah karbohidrat, pemecah
lemak, dan pemecah protein.
Apabila proses pencernaan telah mencapai maksimal, bahan makanan
berubah untuk menjadi bahan sederhana yang siap diserap. Perlu diingat bahwa
di usus juga ada berbagai nutrien lain yang diperlukan hewan, seperti
vitamin dan mineral.
Berbeda dengan tumbuhan, hewan mempunyai daya gerak, responsif terhadap
rangsang eksternal, tumbuh mencapai besar tertentu, dan memerlukan makanan dalam
bentuk kompleks. Baik pada hewan yang uniseluler maupun pada hewan yang
multiseluler, individu merupakan suatu unit. Keseluruhan mekanisme tubuh hewan
saling terorganisasi, berarti setiap bagian dari tubuhnya merupakan subordinate dari
individu sebagai keseluruhan, baik sebagai bagian satu sel maupun seluruh sel.
Suatu organisme hidup baik yang uniseluler maupun yang multiseluler, dapat
berada sebagai individu terpisah maupun sebagai suatu agregat/kumpulan yang bebas
satu sama lain(koloni). Sebuah koloni hewan mungkin terdiri dari hewan uniseluler atau
hewan multiseluler, namun hewan multiseluler bukan sebuah koloni hewan uniseluler.
Walaupun demikian, ada juga sebuah koloni hewan multiseluler yang karena aktivitas
hidupnya bermanifestasikan suatu kesatuan, maka koloni itu dianggap sebagai suatu
organisme.
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem
organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima
rangsangan, mengolahnya dan lalu meneruskannya untuk menaggapi
rangsangan. Setiap rangsangan yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak.
lalu otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan.
Setiap aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang
kompleks merupakan hasil koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem
dalam tubuh.
Sistem koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf beserta indera dan sistem
endokrin(hormon). Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem
saraf ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbedabeda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem sarafnya.
Sistem saraf merupakan mekanisme penghantaran impul saraf ke susunan saraf
pusat, pemrosesan impuls saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan
atau sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi.
Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem saraf ini tidak
dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda, semakin
tinggi tingkatan hewan semakin kompleks sistem sarafnya.
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk
bervariasi. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam
kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara
reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya
yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam
tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap
rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar. Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf
(neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau
tanggapan.
Sistem Saraf Pusat
sistem saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan medula spinalis. Tidak ada bagian
otak yang bekerja sendiri dan terpisah dari bagian-bagian otak lain karena anyaman
neuron-neuron terhubung secara anatomis oleh sinaps, dan neuron-neuron di seluruh
otak berkomunikasi secara ekstensif satu sama lain dengan cara listrik atau kimiawi.
Akan tetapi, neuron-neuron yang bekerja sama untuk melaksanakan fungsi tertentu
cenderung tersusun dalam lokasi yang terpisah. Karena itu, meskipun merupakan suatu
keseluruhan yang fungsional, otak tersusun menjadi bagian-bagian yang berbeda.
Bagian-bagian otak dapat dikelompokkan dalam berbagai cara bergantung pada
perbedaan anatomik, spesialisasi fungsi, dan perkembangan evolusi.
Medula spinalis memiliki lokasi strategis antara otak dan serat aferen dan eferen
susunan saraf tepi. Lokasi ini memungkinkan medula spinalis memenuhi dua fungsi
primernya, yaitu sebagai penghubung untuk transmisi informasi antara otak dan bagian
tubuh lainnya dan mengintegrasikan aktivitas refleks antara masukan aferen dan
keluaran eferen tanpa melibatkan otak. Jenis aktivitas refleks ini disebut refleks spinal.
Makroanatomi Sistem Saraf Pusat
Meninges
Sistem saraf pusat dikelilingi oleh lapisan pembungkus yaitu meninges, berfungsi
sebagai pelindung otak dan corda medulla dari kerusakan mekanis serta memberi suplai
nutrisi pada sel-sel saraf. Meninges dari luar ke dalam ada 3 lapisan yaitu duramater,
arachnoidea, dan piamater.
Duramater melekat pada dinding tengkorak, membentuk periosteum. Pada
duramater dijumpai dua lipatan besar yang ada pada muka interna yaitu falx cerebri
dan tentorium cerebelli. Pertemuan dua lipatan tersebut membentuk protuberantia
occipitalis interna fibrossa.
Arachnoidea merupakan membran lunak hampir transparan, ada diantara
duramater dan piamater, mempunyai trabekula sampai ke piamater. Piamater
merupakan membran tipis yang terdiri dari jaringan ikat dan pembuluh darah, berguna
untuk menyuplai nutrisi. Arachnoid dan piamater saling melekat dan seringkali
dipandang sebagai satu membrane yang disebut pia-arachnoid.
Encephalon
a. Cerebrum
Cerebrum terdiri dari dua hemispherium cerebri, merupakan bagian terbesar dari
encephalon. Kedua hemispherium cerebri dipisahkan oleh celah yang dalam yang
disebut fisura longitudinale. Cerebrum terdiri dari beberapa lobus sesuai letak tulang
yang berada di atasnya, yaitu lobus frontalis, lobus parietalis, lobus temporalis, dan lobus
occipitalisserta lobus pyriformis yang terletak di ventral. Hemispherium cerebri
dipisahkan dari cerebellum dengan adanya fissura transversa. Pada permukaan dorsal
ada banyak lipatan konveks yang disebut gyri. Gyri merupakan tonjolan-tonjolan
yang dipisahkan oleh parit-parit yang dinamakan fisura atau sulkus.
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai
dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian
korteks serebrum yang berwarna kelabu ada bagian penerima rangsang (area
sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan
sadar atau merespon rangsangan. Selain itu ada area asosiasi yang
menghubungkan area motor dan sensorik
b. Cerebellum
Terletak diatas medula oblongata, berbentuk oval. Terdiri atas vermis (di tengah),
dua hemispherium di lateralis dipisahkan oleh fissura sagital.Cerebelum mempunyai
fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan,
dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan
sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
c. Brainstem
Terdiri dari :
1) Medulla Oblongata : Pars posterior dari brainstem, bentuk kerucut
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula
spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan,
refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu,
sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain.
2) Pons: Korpus ujung anterior dari medulla oblongata.
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian
kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang
belakang.
3) Pedenculli cerebri,permukaannya
Corpora quadrigemina : Corpus yang bulat berjumlah empat
Thalamus : Corpus yang berbentnk oval
Posterior hemispherium cerebrum
d.Hipothalamus
Diantara thalamus dan pedenculi cerebri. Berdekatan dengan :
Corpus mammilaris
Tubercinerium : bentukan oval di ujung anterior brainstem
Chiasma nervi optici : berbentuk X yang disusun oleh n. opticus dan tractus opticus
Ventrikel dalam Encephalon
a. Ventrikel lateral
Terdiri atas ventrikel I dan II, ada di hemispherium cerebri. Berisi corpus
callosum, hippocampus, plexus choroideus, dan nucleus caudatus. Ventrikel
lateral dengan ventrikel III dihubungkan oleh foramen interventricularisatau nama
lainnya foramen Monra
b. Ventrikel III
Mengelilingi thalamus kanan dan kiri. Berhubungan dengan ventrikel IV melalui
aquaductus cerebri.
c. Ventrikel IV
Diantara brainstem dan cerebellum. Di dorsal medulla oblongata
membentang ke anterior dan posterior.
3. Medulla Spinalis
- Medulla spinalis merupakan lanjutan dari batang otak (medulla oblongata). Medulla
spinalis juga diselubungi meninges.
- Mengisi canalis vertebralis dr cervicalis I sampai lumbar V-VII (pada anjing) atau
sacralis III (pada kucing)
- Tersusun dari substansia grisea pada bagian tengah dan substansia alba pada bagian
perifer dan ada canalis centralis
Mikroanatomi Sistem Saraf Pusat
Encephalon (cerebrum, cerebellum, dan brainstem) dan medulla spinalis secara histologi
terbagi menjadi dua komponen utama yaitu substansi grisea dan substansi alba.
Substansi grisea : Jaringan saraf berisi banyak perikarya atau soma dari neuron,
dendrit, glia, pembuluh darah, dan sedikit serabut saraf yang bermyelin. Karakter utama
dari substansi grisea ini berwarna kelabu karena adanya badan sel saraf yang relatif
besar, nukleus bulat dikelilingi badan Nissl. Substansi grisea pada otak berada di perifer,
membentuk cortex cerebrum dan cerebellum. Tetapi pada medulla spinalis berada di
sentral berbentuk H.
Substansi alba: Kontras dengan substansi grisea. Substansi alba berwarna putih,
tidak mempunyai perikarya, axon bermyelin secara merata. Terletak pada lapisan dalam
otak. Tidak termasuk nuclei dan ganglia. Di otak dalam juga ada substansi grisea
yang dikelilingi sedikit atau banyak substansi alba, inilah yang disebut nuclei.
Cerebral CortexDi cerebral cortex ada enam lapisan yang dapat dibedakan,
membentuk bagian perifer dari hemispherium cerebri.
a. Lapisan molecular : berisi serabut saraf yang berasal dari otak bagian lain, paralel
dengan permukaan.
b. Lapisan granular externa : berisi sel granular (stellate interneuron) kecil dan
neuroglia.
c. Lapisan piramidal externa : juga berisi neuroglia dan piramidal yang semakin ke
dalam semakin besar.
d. Lapisan granular interna : relatif tipis, berisi neuron yang menerima input sensoris.
Pada area visual, lapisan ini sangat menonjol
e. Lapisan piramidal interna : tersusun atas sel piramidal besar yang mempunyai
jarak antar sel satu dengan yang lain. Sel besar terutama pada area motorik
cortex cerebri.
f. Lapisan multiformis (fusiformis) : memiliki neuroglia dan neuron yang berbentuk
gelendong, tetapi bisa juga memiliki bentuk dan orientasi yang bermacammacam.
Cerebellar Cortex
Dibagi menjadi 3 lapisan yang sedikit bervariasi tergantung areanya.
a. Lapisan pertama (molecular) : berisi neuropil yang berasal dari dari dendrit
neuron
yang berada di dalam lapisan tengah, dan axon neuron yang berada di dalam
lapisan terdalam.
b. Lapisan tengah : tipis, terbentuk oleh selapis neuron besar yaitu sel piriformis atau
sel Purkinje. Bentuknya seperti botol dan mempunyai cabang dendrit yang
sangat besar, memanjang sampai lapisan pertama.
c. Lapisan ketiga (granular) : berisi banyak neuron kecil (sel granular), axon menuju
arah yang berlawanan dari sel piriformis.
Medulla Spinalis
Posisi substansia alba dan grisea terbalik dibandingkan dengan otak. Lapisan
eksternal berisi substansia alba yang menyusun berkas serabut saraf yang naik dan
turun. Serabut saraf yang memasuki medulla spinalis (aferen) terletak di dorsal,
sedangkan yang keluar dari medulla spinalis (eferen) terletak di ventral. Substansia
grisea dalam potongan melintang tampak berbentuk H atau kupu-kupu, dengan kanalis
sentralis berada di tengah yang disebut gray commissure.
Fungsi Bagian-Bagian Sistem Saraf Pusat
Otak depan
Menerima dan memproses informasi sensorik, berpikir, memahami, produksi dan
pemahaman bahasa, dan pengendalian fungsi motorik. There are two major divisions of
forebrain: the diencephalon and the telencephalon .
Ada dua divisi utama dari otak depan :
Diencephalon : berisi struktur seperti talamus dan hipotalamus yang bertanggung
jawab atas fungsi seperti kontrol motorik, menyampaikan informasi sensorik, dan
pengendalian fungsi otonom
Telencephalon berisi bagian terbesar dari otak, korteks cerebral. Sebagian besar
pemrosesan informasi aktual di otak terjadi dalam korteks cerebral.
Otak tengah
Otak tengah dan otak belakang bersama-sama membentuk brainstem.Otak tengah
terlibat dalam tanggapan pendengaran dan visual serta fungsi motorik.
Otak belakang
Membentang dari sumsum tulang belakang dan terdiri dari metencephalon dan
myelencephalon.
Metencephalon: struktur seperti pons dan serebelum. Daerah ini membantu
dalam menjaga keseimbangan dan keseimbangan, koordinasi gerakan, dan
informasi konduksi sensorik.
Myelencephalon : dari medula oblongata yang bertanggung jawab untuk
mengontrol fungsi otonomik seperti pernapasan, denyut jantung, dan
pencernaan.
Area Lain Pada Otak
Basal ganglia : Terlibat dalam pengaturan gerakan sadar
Brainstem : Menyampaikan informasi antara saraf tepi dan sumsum tulang
belakang ke bagian atas otak.
Sulcus Tengah (fisura Rolando) : Alur yang dalam yang memisahkan parietalis dan
frontalis lobus.
Otak kecil : Kontrol gerakan koordinasi dan keseimbangan
Cerebral Cortex : Menerima dan memproses informasi sensorik. Dibagi menjadi
lobus korteks cerebral.
Lobus Cortex Cerebral :
Lobus frontal : keputusan, pemecahan masalah, dan perencanaan
Lobus oksipital : terlibat dalam penglihatan dan pengenalan warna
Lobus parietal : menerima dan memproses informasi sensorik
Lobus temporal : tanggapan emosional, memori, dan bersuara
Amygdala : terlibat dalam respons emosional, sekresi hormon, dan memori.
Cingulate Gyrus : sensor tentang emosi dan pengaturan perilaku agresif.
Fornix : pita melengkung dari serabut saraf yang menghubungkan hippocampus
dengan hippothalamus.
Hippocampus : mengirim memori ke bagian yang tepat dari belahan otak untuk
penyimpanan jangka panjang dan memanggil kembali saat diperlukan.
Hypothalamus : mempunyai banyak fungsi penting seperti pengaturan suhu
tubuh, rasa lapar, dan homeostasis.
Olfactory Cortex : menerima informasi sensorik dari bulbus olfaktorius dan
terlibat dalam identifikasi bau.
Thalamus – substansi sel kelabu yang menyampaikan sinyal sensoris ke dan dari
sumsum tulang belakang dan otak besar.
Medulla oblongata : Membantu untuk mengontrol fungsi otonom.
Bulbus olfaktorius : Terlibat dalam indera penciuman
Kelenjar pineal : Kelenjar endokrin yang berguna dalam keseimbangan biologis.
Mengeluarkan hormon melatonin
Kelenjar pituitari : Kelenjar endokrin yang terlibat dalam homeostasis. Mengatur
kelenjar endokrin lainnya
Pons : Menyampaikan informasi sensorik antara otak besar dan otak kecil
Formasi retikular : Serabut saraf yang terletak di dalam brainstem. Mengatur
kesadaran dan tidur
Substantia Nigra : Membantu untuk mengontrol gerakan sadar dan pengaturan
suasana hati
Sistem ventrikel : Menghubungkan sistem internal rongga otak, berisi cairan
cerebrospinal:
- Aqueductus Sylvius - kanal antara ventrikel III dan ventrikel IV
- Plexus choroideus - menghasilkan cairan cerebrospinal
- Ventrikel IV - kanal yang melalui pons, medula oblongata, dan cerebellum
- Ventrikel lateral – ventrikel terbesar dan berlokasi di kedua hemispher cerebri
- Ventrikel III - menyediakan jalur untuk aliran cairan cerebrospinal
Sistem Saraf Tepi
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap
yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk
ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui
tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk
ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal ada badan sel saraf penghubung
(asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan
menghantarkannya ke saraf motor. Pada bagian putih ada serabut saraf asosiasi.
Kumpulan serabut saraf membentuk saraf (urat saraf). Urat saraf yang membawa impuls
ke otak merupakan saluran asenden dan yang membawa impuls yang berupa perintah
dari otak merupakan saluran desenden.
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem
saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak,
sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain
denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.
1. Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar
dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum
tulang belakang.Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:
1. Tiga pasang saraf sensori
2. Lima pasang saraf motor
3. Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang
melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus
membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka
nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling
penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan
asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang
saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf
ekor.
2. Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari
sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini
ada beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks
dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang ada pada pangkal ganglion disebut
urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post
ganglion. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada
posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang
belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra
ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang
panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu. Fungsi sistem saraf
simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik
terdiri dari keseluruhan “nervus vagus” bersama cabang-cabangnya ditambah dengan
beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.
Struktur Sel Saraf
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya ada sitoplasma dan inti
sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson
(neurit).Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson
berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat
panjang. Sebaliknya, dendrit pendek. Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan
minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson
ada lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang
menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di
seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi
mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak
terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran
impuls
MACAM-MACAM RESEPTOR
1. Eksteroseptor
Eksteroseptor memberi informasi kejadian-kejadian pada permukaan tubuh hewan.
Eksteroseptor adalah suatu alat penerima rangsang dari luar, misalnya bila kita digigit
nyamuk atau dihinggapi serangga. Kita dapat mengetahui langsung tempat nyamuk
itu menggigit dan serangga hinggap. Dengan secara refleks kita akan melakukan
respon terhadap bekas gigitan tadi misalnya menggaruk bekasnya.
Indra peraba dan tekanan diketahui sebagai indera dirasakan oleh ujung-ujung saraf
pada folikel-folikel rambut yaitu ujung-ujung saraf Merkel’s dan Paccini. Ujung saraf
Paccini yang berbentuk ovale adalah reseptor tekanan.
Ujung saraf Merkel, Paccini dan Meisner disebut juga mekanoreseptor karena bisa
menyampaikan rangsang yang disebabkan oleh rangsangan mekanis. Ujung-ujung
saraf Ruffini berguna sebagai reseptor panas. Dengan ujung saraf ini kita bisa
mengetahui perubahan temperatur pada permukaan kulit terutama panas. Reseptor
yang demikian disebut juga termoseptor. Reseptor untuk merasakan sakit ini
merupakan ujung-ujung saraf yang tersebar di seluruh tubuh.
1) Pit organ
Indera perasa panas pada beberapa hewan digunakan sebagai alat untuk
menangkap mangsanya. Alat untuk penerima panas tersebut dinamakan pit
organ. Pit organ ini dipunyai terutama oleh ular. Pit organ letaknya diantara mata
dengan lubang hidung dan pada bagian muka pada hewan lainnya. Bentuknya
berupa saluran yang berisi darah dan ujung-ujung saraf yang amat peka terhadap
panas. Pit organ ini tidak bisa digolongkan ke dalam eksteroseptor karena sumber
rangsang tidak berasal dari permukaan tubuh tetapi dari jarak tertentu.
2) Gurat sisi
Sistem saraf yang ditemukan pada golongan hewan Vertebrata rendah seperti
pada ikan dan amfibi. Gurat sisi ini pada ikan dan amfibi tertentu merupakan suatu
saluran dibawah kulit yang mempunyai saluran keluar tubuhnya. Dipermukaan
tubuhnya saluran-saluran itu merupakan lubang-lubang membentuk barisan
dalam satu garis. Pada saluran gurat sisi ada rambut-rambut sensoris yang
letaknya teratur disebut neuromast. Neuromast ini mempunyai kepekaan
terhadap tekanan dan arus air. Selain itu juga untuk mengetahui obyek yang
bergerak berupa mangsa atau yang memangsanya.
3) Rheotaksis
Rheotaksis adalah suatu kecenderungan dari mahkluk hidup untuk menerima
rangsangan mekanis dari arus air karena gerakan. Misalnya pada planaria, cacing
ini akan mengadakan reaksi terhadap arus air dengan reseptor yang ada pada
seluruh permukaan tubuhnya.
4) Anemotaksis
Anemotaksis adalah suatu kemampuan hewan untuk mengetahui aliran udara
disekitarnya. Anemotaksis ini ada pada hewan terbang seperti lalat. Mereka
berorientasi di udara dengan menggunakan reseptor untuk mengetahui tekanan
udara, arus udara. Reseptor ada pada bagian dasar sayap dan pada bagian
kepala.
5) Indera pengecap
Pengecap dirasakan oleh adanya reseptor pengecap yang disebut sel-sel
pengecap. Reseptor ini secara konstan memberi informasi mengenai sifat-sifat zat
yang masuk melalui mulut pada waktu makan, selain itu ada papilla pada
lidah. Ada empat macam rasa kecap utama yaitu: pahit, manis, asam dan asin.
Indera pengecap sangat penting untuk kelangsungan hidup hewan. Hewan yang
mempunyai alat penciuman kurang tajam, maka kurang berkembang pula alat
pengecapnya. Reseptor pengecap adalah suatu kemoreseptor karena dapat
dirangsang oleh berbagai zat kimia.
2. Kemoreseptor
Indera penciuman dan pengecap termasuk suatu kemoreseptor, sebab indera
pengecap merupakan alat yang bisa merasakan zat-zat kimia dan indera penciuman
bisa mencium berbagai sifat zat kimia terutama baunya. Hewan-hewan rendah juga
memiliki beberapa kemoreseptor yang berkembang baik dan berperanan penting
pada kelangsungan hidupnya. Contohnya bila asam lemah diteteskan pada tubuhnya
maka protozoa (Amoeba,sp) akan menggerakkan pseudopodianya, Hydra dapat
membedakan makanan yang hidup dan yang mati. Kemoreseptor berfungsu juga
sebagai alat simbiosis komensalisme dan parasitisme.
3. Proprioseptor
Informasi mengenai kedudukan tubuh dan lender dirasakan oleh propriseptor.
Proprioseptor ada pada empat otot (otot lurik), pada tendon otot, pada selaput
pembungkus otot berupa ujung saraf Paccini dan pada sendi. Proprioseptor
merupakan suatu mekanoseptor. Proprioseptor penting untuk mengatur koordinasi
aktifitas otot.
4. Interoseptor
Interoseptor menyampaikan informasi mengenai kejadian-kejadian di dalam tubuh.
Di dalam tubuh hewan banyak reseptor yang secara konstan menyampaikan
informasi tentang keadaan alat-alat dalam seperti jantung, paru-paru, pembuluh
darah dan informasi tentang lingkungan dalam seperti kadar glukosa darah,
konsentrasi ion, dan PH kepada saraf pusat. Semua reseptor diatas termasuk kedalam
interoreseptor.
Selain interoseptor juga ada interoseptor khusus yang berfungsi sebagai alat
keseimbangan. Letaknya pada telinga dalam yang disebut Labirin. Labirin terdiri atas
alat keseimbangan untuk merasakan gerakan kepala yaitu saluran-saluran
semisirkuler dan alat untuk mengetahui kedudukan kepala yaitu utrikulus dan sakulus.
5. Fotoreseptor
Hampir semua hewan mempunyai kapasitas untuk merespon terhadap cahaya.
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik dan organ visual dari hewan
memperlihatkan perbedaan sensitifitas terhadap gelombang cahaya yang berbeda.
Disamping memperlihatkan sensitifitas teerhadap cahaya, kebanyakan hewan telah
mempunyai organ penglihatan yang baik yaitu mata. Mata atau titik mata ditemukan
pada Platyhelminthes, Nematelminthes, Annelida, Molluska, Arthropoda dan semua
Vertebrata. Mata dibangun oleh sel-sel fotoreseptor yang menerima kualitas cahaya
tertentu seperti intensitas dan warna.
MEKANISME PENGHANTARAN IMPULS
Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui
serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara
bagian luar dan bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif
ada di bagian luar dan kutub negatif ada di bagian dalam sel saraf.
Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya
pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi)
terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan gelombang perbedaan
potensial bervariasi antara 1 sampai dengart 120 m per detik, tergantung pada diameter
akson dan ada atau tidaknya selubung mielin.
Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat dilalui
oleh impuls, karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula (potensial
istirahat). Untuk dapat berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik.
Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria
dalam sel saraf.
Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan
menghasilkan impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di
atas ambang maka impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat
dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu
daripada impuls yang lemah.
Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain
dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan sinapsis.
Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis ada struktur kumpulan membran kecil berisi
neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan
sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang
membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka
vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-sinapsis. lalu vesikula akan
melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin.
Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls
dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis. Neurontransmitter ada bermacam-macam
misalnya asetilkolin yang ada di seluruh tubuh, noradrenalin ada di sistem saraf
simpatik, dan dopamin serta serotonin yang ada di otak. Asetilkolin lalu
berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel pada reseptor yang ada pada
membran post-sinapsis.
Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf
berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh
enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran post-sinapsis.
Antara saraf motor dan otot ada sinapsis berbentuk cawan dengan membran prasinapsis dan membran post-sinapsis yang terbentuk dari sarkolema yang mengelilingi sel
otot. Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis saraf-saraf lainnya.
Sistem Saraf Pada Vertebrata
Sistem saraf Pisces
Ikan mempunyai otak yang pendek. Lobus olfaktorius, hemisfer serebral, dan
diensefalon kecil, sedang lobus optikus dan serebellum besar. Ada 10 pasang saraf
kranial. Korda saraf tertutup dengan lengkung-lengkung neural sehingga mengakibatkan
saraf spinal berpasangan pada tiap segmen tubuh.
ada pada ikan bertulang menulang yaitu saku olfaktoris pada moncong
dengan sel-sel yang sensitif terhadap substansi yang larut dalam air, kuncup perasa di
sekitar mulut. Mata lebar mungkin hanya jelas untuk melihat dekat, tetapi dapat
digunakan untuk mendeteksi benda-benda yang bergerak diatas permukaan air atau di
darat didekatnya. Telinga dalam dengan 3 saluran semisirkular, dan sebuah otolit untuk
keseimbangan. Ikan tidak mempunyai telinga tengah jadi tidak ada gendang telinga.
Oleh sebab itu, vibrasi atau suara diterima dan diteruskan melalui kepala atau tubuh.
Garis lateral tubuh mempunyai perluasan di daerah kepala dan berguna untuk
mendeteksi perubahan tekanan arus air (seperti menghindar dari batu-batuan). Garis
lateral itu diinervasi oleh saraf kranial ke X (N. vagus), oleh sebab itu beberapa ahli
berpendapat bahwa telinga tengah pada vertebrata air berasal sama seperti garis lateral.
Sistem saraf Amphibi
Otak terbagi atas lima bagian dan serebellum merupakan bagian yang terkecil.
Ada 10 saraf kranial. Tiga saraf pertama membentuk pleksus brakeal. Saraf ke-7, ke-8,
dan ke-9 membentuk pleksus iskiadikus. Mata dengan kelopak mata atas dan kelopak
mata bawah, dan ada lagi kelopak mata yang ketiga yang transparan (membran
niktitans). Mata digerakkan oleh 6 otot, yaitu oto-otot superior, inferior, rektus internal,
rektus eksternal, oblikus interior, dan oblikus superior.
Telinga dengan organ pendengar dan keseimbangan yang berupa 3 szlurzn
semisirkular, yaitu vertikal anterior, vertikal posterior, dan horizontal. Membran timpani
(dalam telinga tengah, tetapi tidak ada telinga luar), membawa implus-implus ke
kolumella (tulang tipis dalam telinga tengah yang memancarkan implus-implus melalui
stapes ke koklea).
Sistem saraf Reptil
Otak dengan dua lobus olfaktorius yang panjang, hemisfer serebral, 2 lobus
optikus, serebellum, medulla oblongata yang melanjut ke korda saraf. Di bawah hemisfer
serebral ada traktus optikus dan syaraf optikus, infundibulum, dan hipofisis.
ada 12 pasang syaraf kranial. Pasangan-pasangan syaraf spinal menuju ke somitsomit tubuh.
Pada lidah ada kuncup-kuncup perasa, dan ada organ pembau pada
rungga hidung. Mata dengan kelenjar air mata. Telinganya seperti telinga vertebrata
rendah. Saluran auditori eksternal tertutup kulit, dengan membran tympani. Telinga
dalam dengan tiga saluran semi sirkular untuk mendengar. Dari ruang tympani ada
saluran eustachius dan bermuara dalam faring di belakang hidung dalam.
Sistem saraf Aves
Bentuk otak dan bagian-bagiannya tipikal pada burung. Lobus olfaktorius kecil,
serebrum besar sekali. Pada ventro-kaudal serebrum terletak serebellum dan ventral
lobus optikus. lubang telinga nampak dari luar, dengan meatus auditoris eksternal terus
kemembran tympani (gendang telinga). Telinga tengah dengan saluran-saluran semi
sirkulat terus ke koklea. Pendengaran burung dara sangat baik. Dari telinga tengah ada
saluran eustachius menuju ke faring dan bermuara pada langit-langitt bagian belakang.
Hidung sebagai organ pembau dimulai dengan dua lubang hidung yang berupa celah
pada dorsal paruh. Indra pencium pada burung kurang baik. Mata besar dengan pekten
yaitu sebuah membran bervaskulasi dan berpikmen yang melekat pada mangkuk optik,
dan melanjut kedalam humor vitreus. Syaraf optik memasuki sklera mata di tempat
yanag disebut bingkai skleral. Mata dengan kelenjar air mata. Penglihatan terhadap
warna sangat tajam dan cepat berakomodasi pada berbagai jarak.
Sistem saraf Mammalia
Cerebrum besar jika dibandingkan dengan keseluruhan otak. Serebelum juga
besar dan berlobus lateral 2 buah. Lobus optikus ada 4 buah. Setiap bagian lateralnya
dibagi oleh alur transversal menjadi lobus anterior dan posterior. Mempunyai telinga
luar. Gelombang suara disalurkan melalui meatus auditori eksternal ke membran
tympani. Telinga tengah mengandung 3 buah osikel auditori. Koklea agak berkelok.
Mata tidak mengandung pekten (seperti yang ada pada burung). Di banding dengan
vertebrata yang lebih rendah, maka pada kelinci membran olfaktori lebih luas, organ
pembau lebih efektif, karena membran olfaktori itu lebih luas. Hal itu disebabkan karena
papan-papan tulang dalam rongga hidung bergulung-gulung membentuk kurva
Setiap organisme melakukan metabolisme, baik organisme uniseluler maupun
multiseluler. Metabolisme berlangsung di dalam setiap sel makluk hidup dan untuk itu
diperlukan bahan-bahan untuk berlangsungnya proses metabolisme dengan lancar. Selsel mendapat suplai makanan atau bahan-bahan dari luar tubuh dan dihantarkan ke
setiap sel melalui system sirkulasi. Sistem sirkulasi melakukan fungsi peredaran materi
(bahan-bahan yang diperlukan oleh tubuh), hormone, oksigen, dan sisa-sisa
metabolisme. Sistem sirkulasi atau sistem peredaran darah pada umumnya untuk
organisasi tingkat rendah belum memiliki sistem sirkulasi secara khusus. Misalnya pada
Amoeba dan paramecium, sirkulasi bahan-bahan metabolisme berikut sisa-sisa
metabolisme dilakukan dengan aliran sitoplasma. Akan tetapi, proses difusi berlangsung
sangat lambat sehingga cara tersebut tidak mungkin dapat memenuhi semua kebutuhan
hewan berukuran besar (dengan ketebalan tubuh lebih dari beberapa milimeter) dan
atau hewan yang memiliki aktivitas metabolism tinggi. Oleh karena itu, pada hewan
tingkat tinggi diperlukan sistem sirkulasi khusus yang menjamin adanya pergerakan
cairan ke seluruh tubuh secara cepat. Adapun sistem sirkulasi tersebut dilakukan oleh
seperangkat organ-organ sirkulasi darah terbuka dan system peredaran tertutup.
Sistem sirkulasi pada hewan merupakan suatu sistem organ yang memiliki fungsi
untuk memindahkan zat dari dan ke sel. Sistem ini berfungsi untuk mempertahankan
kestabilan suhu, pH, cairan dan homeostasis. Ada tiga macam sistem peredaran darah,
yaitu 1)Sistem difusi : terjadi pada invertebrata rendah seperti paramecium, amoeba
maupun hydra belum mempunyai sistem sirkulasi berupa jantung dengan salurannya
yang merupakan jalan untuk peredaran makanan. Makanan umumnya beredar keseluruh
tubuh karena adanya aliran protoplasma. 2)Sistem peredaran darah terbuka : jika
dalam peredaran-nya darah tidak selalu berada di dalam pembuluh. Misal : Arthropoda.
3)Sistem peredaran darah tertutup : jika dalam peredaran-nya darah selalu berada di
dalam pembuluh. Misal: Annelida, Mollusca, Vertebrata.
Sistem Sirkulasi Invertebrata
Protozoa
Hewan bersel satu atau protozoa tidak memiliki sistem sirkulasi darah karena
tubuhnya hanya terdiri atas satu sel. Sari-sari makanan yang telah dicerna di dalam
vakuola diserap oleh protoplasma di sekelilingnya. Oksigen diserap secara difusi, dan
CO2 dikeluarkan juga secara difusi. Contoh dari protozoa adalah amoeba dan
paramaecium. System sirkulasi pada paramecium lebih sempurna daripada amoeba.
Pada paramaecium, makanan yang berupa materi halus diserap melalui permukaan
tubuhnya. Namun materi makanan yang besar akan masuk sitostoma (mulut sel).
Makanan yang berbentuk cair akan diedarkan oleh vakuola kontraktil, sedangkan zan
makanan yang berbentuk padat akan dicerna dan diedarkan oleh vacuola makanan.
Penyebaranya ke dalam endoplasma terjadi secara osmosis.
Porifera
Organisme ini belum memiliki sistem peredaran darah khusus, dengan katalain
sistem sirkulasinya tergabung dengan sistem pencernaan. Tubuhnya terdiri atas dua
lapisan sel, yaitu sel ameboid, dan koanosit.
Sel-sel ameboid yang berfungsi mengedarkan makanan. Makanan pada porifera
diperoleh melalui aliran air yang melintasi ostia atau pori dan keluar melalui oskulum.
Makanan ditangkap dan dicerna oleh sel-sel leher (koanosit), lalu diberikan ke selsel ameboid. lalu , sel-sel ameboid mengembara ke sel-sel lain untuk mengedarkan
makanan.
Coelenterata
Pada Coelenterata juga belum memiliki sistem peredaran khusus, misalnya
Hydra, transportasinya dilakukan oleh sistem gastrovaskuler, yakni saluran pencernaan
yang berfungsi sekaligus sebagai alat peredaran. Saluran pencernaan pada Hydra
bercabang-cabang dan bercabang-cabang lagi ke semua bagian tubuh. Percabangan ini
menyebabkan permukaan dalam saluran pencemaan semakin luas, sehingga saluran ini
akan lebih efisien dalam melakukan penyerapan zat sekaligus mengantarkan zat yang
diserapnya ke seluruh jaringan tubuh. Dengan demikian, walaupun pada hewan ini tidak
ada sistem peredaran khusus, zat yang diserap oleh saluran pencernaan akan dapat
mencapai seluruh jaringan tubuhmisalnya hydra, makanan yangtelah dicerna didalam
rongga gastrovaskuler langsung diserap oleh sel-sel endoderma penyusun dinding
rongga gastrovaskuler. Selanjutnya, sel-sel endoderma memberikan makanan ke sel-sel
ektoderma secara difusi dan osmosisi. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui mulutnya.
Platyheminthes
Pada Platyheminthes contohnya planaria juga belum mempunyai
sistemperedaran darah khusus, namun menggunakan sistem gastrovaskuler. Awal
mulanya makanan masuk kedalam usus. Selanjutnya, dari usus bercabang-cabang ke
seluruh tubuh untuk mengedarkan makanan. Percabangan tersebut menyebabkan usus
lebih besar sehingga lebih efisien dalam menyerap makanan. Usus tersebut disebut
gastrovaskuler, yang berfungsi sebagai pencerna makanan dan mengedarkannya ke
seluruh tubuh.
Annelida
Sistem sirkulasi pada cacing tanah merupakan peredaran darah tertutup. Selama
dalam peredarannya darah tetap berada di dalam pembuluh. Alat peredaran darah
cacing tanah terdiri atas pembuluh darah punggung (dorsal), pembuluh darah
perut (ventral) dan lima pasang lengkung aorta yang berfungsi sebagai jantung. Karena
itu jantung cacing sering disebut jantung aorta. Darah dalam cacing beredar di dalam
pembuluh sehingga termasuk peredaran darah tertutup Darah yang ada pada
pembuluh kapiler akan mengikat oksigen.
Pembuluh tersebut banyak ada pada kulit. Darah yang telah mengikat
oksigen ini akan mengalir ke pembuluh punggung lalu bergerak menuju lengkung
aorta. Jantung aorta pada cacing tanah, terbagi menjadi pembuluh darah dorsal dan
ventral. Bila pembuluh punggung dan jantung berdenyut, darah mengalir menuju ke
pembuluh darah perut, lalu mengalir menuju ke bagian belakang (posterior) tubuh dan
selanjutnya kembali ke jantung aorta melalui poembuluh darah punggung. Darah yang
beredar mengangkut nutrisi dan oksigen, serta mengambil sisa metabolisme untuk
dikeluarkan dari dalam tubuh.
Cacing tanah belum memiliki alat pernapasan khusus. Oksigen dari udara bebas
berdifusi ke dalam darah cacing melalui seluruh permukaan kulit. Dari sini oksigen
diangkut oleh darah didalam kapiler bersama-sama dengan darah yang mengangkut zat
makanan dari usus menuju ke pembuluh darah punggung. Selanjutnya darah tersebut
dipompakan keseluruh jaringan tubuh. Berbeda dengan darah vertebrata yang
hemoglobinnya terikat dalam sel darah merah, hemoglobin darah cacing larut dalam
plasma darah.
Mollusca
Pada mollusca sistem peredaran darahnya terbuka, jantung terdiri atas ventrikel
dan atrium, aorta interior, dan aorta posterior. Tidak memiliki arteri dan vena. Ventrikel
memompa darah ke dalam aorta anterior, lalu darah dialirkan tanpa pembuluh ke
bagian kaki serta alat2 tubuh lainnya kecuali punggung. Ke bagian abdomen, darah
dialirkan melalui rectum dan mantel (kulit luar). Darah yang menggandung O2 didalam
mantel akan dialirkan ke atrium, darah yang menggandung CO2 dikumpulkam dalam
pembuluh lalu masuk kedalam ginjal dan insang untuk mengikat O2 dan kembali
lai ke jantung
Arthropoda
Sistem sirkulasiarthropoda meliputi jantung dan arteri, sedangkan vena tidak
ada. contohnya pada belalang mempunyai sistem peredaran terbuka karena darah tidak
selalu berada dalam pembuluh darah, darah kembali ke jantung melalui rongga-rongga
tubuh (hemocoel). Alat transportasinya berupa pembuluh yang dapat berdenyut
sehingga menyerupai jantung. Oleh karena itu, pembuluhnya disebut “jantung
pembuluh”, Pada saat jantung pembuluh ini berdenyut,darah keluar dari jantung
pembuluh ke bagian depan melalui aorta.
Peredaran darah pada belalang berlangsung sebagai berikut: Darah dipompa oleh
jantung pembuluh ke bagian depan tubuh melalui aorta dorsal. Selanjutnya darah
beredar ke seluruh tubuh ke ruang antar organ tanpa melalui pembuluh darah, lalu
darah kembali ke jantung pembuluh melalui ostium. Darah serangga tidak mengandung
hemoglobin sehingga tidak berwarna merah. Darah serangga disebut hemolimfa. Darah
ini mengadung sel darah yang tidak berwarna yang berfungsi untuk melenyapkan
organisme asing. Karena tidak mengandung Hb, darah serangga berfungsi untuk
mengangkut zat makanan, tidak untuk mengangkut oksigen ataupun gas CO2. Gas- gas
tersebut disalurkan melalui system trakea.
Hewan invertebrate seperti echinodermata, memilki system sirkulasi radial yang
bentuknya mengecil. Pengangkutan zat dibantu dengan system sirkulasi air yang disebut
system air ambulakral System sirkulasi pada mollusca terdiri atas jantung dengan satu
atau dua ruang jantung, aorta dan pembuluh lainnya.
Pisces
Ikan adalah vertebrata air yang termasuk hewan berdarah dingin yang dapat
ditemukan baik pada air garam dan air tawar. Seperti manusia, mereka memiliki sistem
peredaran darah tertutup, di mana darah selalu terkandung dalam rangkaian pembuluh
darah. Dengan kata lain, darah tidak pernah meninggalkan pembuluh darah dan tidak
mengisi rongga tubuh. Sistem peredaran darah tertutup dapat memiliki pola sirkulasi
tunggal atau ganda.
Ikan memiliki pola sirkulasi tunggal, dimana darah melewati jantung hanya sekali
selama setiap rangkaian lengkap. Darah yang kekurangan oksigen dari jaringan tubuh
datang ke jantung, dimana ia dipompa ke insang. Pertukaran gas terjadi dalam insang,
dan darah beroksigen dari insang yang beredar ke seluruh tubuh. Di sisi lain, pada
mamalia, darah terdeoksigenasi memasuki jantung, dimana ia dipompa ke paru-paru
untuk oksigenasi. Darah beroksigen dikembalikan ke jantung dari paru-paru, yang akan
diangkut ke seluruh tubuh.
Sistem peredaran darah ikan cukup sederhana, terdiri dari pembuluh jantung,
darah, dan pembuluh darah. Jantung ikan adalah struktur otot sederhana yang terletak
di belakang (dan di bawah) insang. Jantung tertutup oleh membran perikardial atau
perikardium. Jantung terdiri dari atrium, ventrikel, struktur berdinding tipis yang dikenal
sebagai sinus venosus, dan tabung yang disebut bulbus arteriosus. Meskipun memiliki
empat bagian, jantung ikan dianggap dua bilik. Tidak seperti manusia, empat bagian dari
jantung ikan tidak membentuk organ tunggal. Biasanya, mereka menemukan satu di
belakang yang lain.
Pembuluh darah pada ikan membawa darah ke seluruh tubuh. Sementara arteri
membawa darah beroksigen dari insang ke seluruh tubuh, pembuluh darah
terdeoksigenasi kembali dari berbagai bagian tubuh ke jantung. Arteriol adalah arteri
kecil, berdinding tipis yang berakhir di kapiler, sementara venula adalah vena kecil yang
berlanjut dengan kapiler. Kapiler adalah pembuluh mikroskopis yang membentuk
jaringan disebut kapiler bed, dimana darah arteri dan vena saling terkait. Kapiler
memiliki dinding tipis yang memfasilitasi difusi, suatu proses dimana oksigen dan nutrisi
lain dari darah arteri yang ditransfer ke dalam sel. Pada saat yang sama, karbon dioksida
dan limbah bahan pindah ke kapiler.
Kapiler mengandung darah terdeoksigenasi (mengandung karbon dioksida) yang
mengalir ke vena kecil yang disebut venula, yang pada gilirannya mengalir ke vena yang
lebih besar. Vena membawa darah terdeoksigenasi ke sinus venosus, yang seperti ruang
koleksi kecil. Sinus venosus memiliki sel-sel alat pacu jantung yang bertanggung jawab
untuk memulai kontraksi, sehingga darah tersebut akan dipindahkan ke dalam atrium
berdinding tipis, yang memiliki sangat sedikit otot. Atrium menghasilkan kontraksi
lemah sehingga mendorong darah ke ventrikel. Ventrikel adalah struktur berdinding
tebal dengan banyak otot jantung. Ini menghasilkan tekanan yang cukup untuk
memompa darah ke seluruh tubuh. Ventrikel memompa darah di dalamnya menjadi
bulbus arteriosus, ruang kecil dengan komponen elastis. Sementara bulbus arteriosus
adalah nama ruang pada teleost (rayfinned, ikan bertulang), struktur ini dikenal sebagai
konus arteriosus pada elasmobranch (ikan dengan kerangka tulang rawan dan sisik
placoid). Konus arteriosus memiliki banyak katup dan otot, sedangkan bulbus arteriosus
tidak memiliki katup. Fungsi utama dari struktur ini adalah untuk mengurangi tekanan
nadi yang dihasilkan oleh ventrikel, untuk menghindari kerusakan pada insang yang
berdinding tipis.
Insang adalah organ pernapasan utama ikan. Mereka memfasilitasi pertukaran
gas, yaitu penyerapan oksigen dari air dan penghapusan karbon dioksida. Arteri
membawa darah beroksigen (dari insang) ke seluruh tubuh. Arteri bercabang ke arteriol,
yang mengalir ke kapiler, di mana darah arteri menjadi darah vena, karena pasokan
oksigen dan nutrisi lainnya ke sel dan menyerap karbon dioksida dan bahan limbah.
Darah dari vena diteruskan ke jantung, yang memompa ke insang, di mana karbon
dioksida akan diganti dengan oksigen. Darah beroksigen dipasok ke sel-sel dalam tubuh,
dan siklus terus berulang.
Manusia
Sistem peredaran darah manusia merupakan sistem organ yang terutama
berkaitan dengan transportasi nutrisi, gas, sel-sel darah dan hormon ke seluruh tubuh,
melalui jaringan pembuluh darah. Itu juga merupakan pendingin utama serta sistem
transportasi tubuh. Sistem Peredaran Darah pada manusia terdiri dari jantung,
pembuluh darah, dan darah. Pembuluh darah arteri meliputi, arteriol, vena, dan kapiler.
Semua bagian ini memainkan peran masing-masing dalam fungsi normal dari peredaran
darah atau sistem kardiovaskular. Struktur dasar dari sistem peredaran darah dapat
dianggap sebagai loop tertutup yang dimulai di jantung dan selesai di sana. Untuk
pemahaman yang lebih baik, mari kita diskusi tentang jantung.
Jantung: Jantung manusia dibagi menjadi empat ruang – atrium kiri, ventrikel kiri,
atrium kanan, dan ventrikel kanan. Dinding ventrikel lebih tebal dan lebih kuat
dibandingkan dengan dinding atrium. Ruang ini berkontraksi dan darah mendorong ke
pembuluh darah. Atrium kanan adalah ruang kanan atas yang menerima darah
terdeoksigenasi melalui vena kava superior (untuk tubuh bagian atas) dan inferior
venacava (untuk tubuh bagian bawah). Atrium kiri mengumpulkan darah beroksigen dari
vena paru dan dipompa ke aorta (arteri terbesar jantung), untuk dibagikan ke arteri dan
arteriol.
Seperti kita semua sadar, fungsi utama dari sistem sirkulasi adalah untuk
memberikan nutrisi dan oksigen ke berbagai bagian tubuh, melalui darah, yang beredar
melalui pembuluh darah dan arteri. Arteri membawa darah beroksigen dari jantung ke
sel dan jaringan, sedangkan vena mengembalikan darah mengurangi oksigen dari sel dan
jaringan ke jantung. Berdasarkan modus fungsi, sistem peredaran darah dapat
diklasifikasikan ke dalam dua kategori – sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru-paru.
William Harvey adalah orang pertama yang menemukan fungsi jantung dan
sirkulasi darah. Dia menyatakan bahwa jantung adalah organ pemompa yang tersedia
dengan katup, untuk mempertahankan aliran darah hanya dalam satu arah; darah yang
didistribusikan ke organ melalui pembuluh yang terletak dibagian dalam, yang ia disebut
arteri, dan darah dikembalikan ke jantung oleh pembuluh superfisial disebut vena, yang
masih berlaku sampai sekarang.
Sistem ini sekarang disebut sistem kardiovaskular. Namun, ada sistem lain yang
bekerja di dekat koordinasi dengan sistem kardiovaskular, yang merupakan sistem
limfatik. Keduanya bersama-sama membentuk Sistem Peredaran Darah.
Secara detail terlihat struktur jantung, dengan adanya beberapa katup, yang
berfungsi untuk mengatur aliran darah kedalam jantung dan reletif lebih tipis dibanding
dengan dinding sekat jantung. Atrium, berfungsi untuk memompa darah ke dalam
ventrikel, yang memiliki dinding lebih tipis dibanging ventrikel yang memompa darah
dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Sirkulasi Sistemik (Peredaran darah besar)
Sirkulasi sistemik sebenarnya loop mulai dari jantung dan mendistribusikan ke
berbagai bagian tubuh, yang bekerja berbeda dengan sirkulasi paru-paru. Dalam sirkulasi
sistemik, arteri mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari jantung dan diangkut ke
jaringan tubuh. Dalam proses ini, oksigen dari darah (atau tepatnya, sel-sel darah merah,
eritrosit) yang disebarkan ke dalam sel-sel tubuh, sedangkan karbon dioksida dari sel
menyebar dalam darah. Ini pertukaran gas berlangsung dengan bantuan kapiler kecil
yang mengelilingi sel-sel tubuh.
Secara lengkap sistem peredaran darah besar dapat dijelaskan sebagai berikut.
Dari atrium kiri darah (kaya oksigen) mengalir ke ventrikel kiri melalui katup bikuspidalis.
Kontraksi ventrikel menyebabkan katup aorta membuka. Pada aorta ada arteriarteri yang keluar langsung ke permukaan jantung dan ke seluruh tubuh. Arteri ini
menuju ke arteriol-arteriol, yang selajutnya membawa darah yang kaya akan
oksigen ke kapiler seluruh tubuh, pada pembuluh kapiler ini terjadi pertukaran,
yaitu oksigen dari darah akan berdifusi masuk ke jaringan dan karbondioksida dari
jaringan akan berdifusi masuk ke dalam darah, selanjutnya darah akan menuju
ke venula dan akhirnya menuju ke vena cava. Darah dari organ tubuh yang berada di
bawah jantung akan menuju ke vena cava inferior, sedangkan darah dari organ yang
berada diatas jantung akan mengalir menuju vena cava superior, kedua vena besar
tersebut akan bermuara di atrium kanan dengan membawa darah yang kaya akan
karbondioksida.
Selain itu pada aorta ada arteri yang keluar langsung ke permukaan jantung.
Arteri ini menuju ke arteriol-arteriol, yang selanjutnya memberikan darah ke kapiler
menuju ke seluruh bagian jantung. Kapiler-kapiler inidisaring oleh venula yang menuju
ke vena koroner (vena dari jantung dan ke jantung) yang bermuara ke atrium kanan.
Sirkulasi Paru (Peredaran darah Kecil)
Sirkulasi paru juga sebuah loop yang dimulai pada jantung dan berlanjut ke paruparu. Dalam peredaran darah kecil di mana darah terdeoksigenasi dari jantung dibawa ke
paru-paru dan pada gilirannya, kembali darah beroksigen ke jantung. Ini darah kurang
oksigen meninggalkan jantung (ventrikel kanan) melalui dua arteri paru-paru dan
bergerak ke paru-paru. Di paru-paru, respirasi terjadi di mana sel darah merah (eritrosit)
melepaskan karbon dioksida dan menyerap oksigen. Darah beroksigen dari paru-paru ini
lalu dibawa kembali ke jantung (atrium kiri) dengan bantuan pembuluh darah
paru. Sirkulasi sistemik mendistribusikan darah ini kaya oksigen ke bagian-bagian tubuh.
Secara lengkap sistem peredaran darah kecil dapat dijelaskan sebagai berikut.
Darah dari seluruh tubuh yang kaya akan karbondioksida masuk ke atrium kanan melalui
pembuluh vena. Dari atrium kanan darah akan mengalir ke ventrikel kanan melalui katup
trikuspidalis. lalu ventrikel berkontraksi sehingga katup trikuspidalis terutup,
tetapi memaksa katup pulmonalis yang terletak pada lubang arteri
pulmonalis terbuka. Darah masuk ke arteri pulmonalis yang bercabang ke kiri dan
ke kanan yang masing-masing menuju paru-paru kiri dan kanan. Arteri pulmonalis ini
bercabang menjadi arteriol. Arteriol mengalirkan darah menuju kapiler di paru-paru. Di
kapiler paru-paru inilah darah melepaskan karbondioksida dan mengambil oksigen.
lalu darah masuk ke venula, lalu ke vena pulmonalis yang membawa darah
yang kaya akan oksigen menuju ke atrium kiri.
Kerja sistem peredaran darah tidak akan lengkap, kecuali kita berbicara tentang
siklus jantung. Sebuah siklus jantung didefinisikan sebagai satu detak jantung yang
lengkap, yang terdiri dari dua fase – sistol dan diastol. Dalam kasus yang pertama,
kontraksi ventrikel berlangsung untuk memompa darah untuk sirkulasi paru dan
sistemik, padahal ventrikel rileks dan darah mengisi atrium pada fase diastole. Dengan
cara ini, pompa darah di jerat tertutup dari sistem peredaran darah. Setiap gangguan di
jantung dan pembuluh darah dapat menyebabkan penyakit jantung, seperti
aterosklerosis, hipertensi, penyakit arteri koroner, serangan jantung, dan stroke.
Sistem peredaran darah bekerja dalam hubungannya dengan sistem organ tubuh
yang lain. Misalnya, fungsi dalam koordinasi dengan sistem pernapasan dan sistem
pencernaan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke tubuh. Juga, darah membawa bahan
kimia pembawa pesan – hormon, disekresikan oleh organ-organ dari sistem endokrin.
Dengan demikian, sistem peredaran darah bertanggung jawab untuk sirkulasi hormon
untuk komunikasi yang baik antara organ-organ tubuh.
Sistem limfatik
Sistem limfatik adalah jaringan pembuluh seperti sistem kardiovaskular tetapi
tidak memiliki jantung yang memompa, dan hanya terdiri dari jenis pembuluh dengan
katup dan kelenjar di tempat-tempat tertentu seperti ketiak, timus, limpa dan leher.
Cairan yang beredar ini disebut getah bening, yang, sebenarnya, berasal dari plasma
darah yang dipaksa keluar dari pembuluh darah.
Namun, tanpa ada sel darah merah dan protein darah. Limfe terakumulasi dalam
ruang interstitial sebagai cairan interstitial. Hal ini diedarkan oleh kontraksi otot yang
berdekatan dengan kelenjar. Saluran membawa cairan ke seluruh tubuh untuk
mengalirkan getah bening kembali ke sistem peredaran darah.
Kelenjar getah bening hadir pada interval tertentu membantu menyaring benda asing
dari getah bening. Getah bening mengandung leukosit untuk mendukung kekebalan dan
pertahanan terhadap penyakit. Sistem limfatik mengangkut lemak yang diserap dari
usus halus ke hati, cairan interstitial beredar dan memainkan peran penting dalam
pertahanan terhadap agen-agen asing atau mikroba.
Perbedaan Sistem Peredaran Darah dan Sistem limfatik
Sistem peredaran darah
Sistem peredaran darah adalah kombinasi dari sistem limfatik dan sistem
kardiovaskular. Ini terdiri dari jantung, pembuluh darah dan darah serta getah bening,
kelenjar getah bening, dan pembuluh limfatik. Dia mengontrol aktivitas seluruh
transportasi di dalam tubuh. Hal ini bertanggung jawab untuk pertukaran dan
transportasi gas, transportasi makanan diserap, transportasi hormon dan enzim,
membawa produk-produk limbah dari berbagai jaringan, dan menciptakan kekebalan
dan perlindungan dari benda asing. Ada dua jenis utama dari sistem peredaran darah
disebut terbuka dan tertutup. Sistem peredaran darah terbuka adalah sistem di mana
darah bebas di ruang tubuh dalam sebagian besar dari sirkulasi. Namun dalam sistem
peredaran tertutup darah tidak pernah meninggalkan pembuluh darah seperti dalam
sistem peredaran darah mamalia.
Perbedaan antara Sistem Peredaran Darah dan Sistem limfatik
1. Sistem limfatik pada dasarnya adalah bagian dari sistem peredaran darah. Oleh
karena itu, berbagi fungsi dengan sistem peredaran darah membawa cairan dan
bahan terlarut dari salah satu ke yang lain.
2. Namun, sistem limfatik tidak memiliki darah dan dua jenis pembuluh: vena dan
arteri, di mana mereka dibawa.
3. Cairan dari sistem peredaran darah bergerak melalui jantung, arteri, kapiler,
pembuluh darah dan paru-paru, tapi getah bening hanya mengalir melalui
pembuluh limfatik.
4. media konduktif dari sistem peredaran darah terdiri dari eritrosit plasma, leukosit
dan trombosit. Tapi getah bening hanya terdiri dari limfosit, yang membantu
menciptakan respon imun.
5. media konduktif dari sistem peredaran darah bertanggung jawab untuk
pengangkutan gas pernapasan ke seluruh tubuh. Karena pigmen pernapasan
hilang dari getah bening, tidak dapat berkontribusi untuk ini.
6. Sistem peredaran darah membawa bahan makanan yang dicerna dan limbah dari
sel ke dan dari organ, tetapi sistem limfatik hanya membawa lemak tercerna.
7. leukosit dalam darah menimbulkan pertahanan terhadap benda asing yang
menyerang dan racun, tapi limfosit dari sistem limfatik, yang membantu,
membangun kekebalan.
8. Sistem limfatik, oleh karena itu, tidak hanya bagian dari sistem peredaran darah,
tetapi juga merupakan bagian penting dari itu.
S I S TE M PE RN AP A SA N
1. Pengangkutan O2
Pertukaran gas antara O2 dengan CO2 terjadi di dalam alveolus dan jaringan
tubuh, melalui proses difusi. Oksigen yang sampai di alveolus akan berdifusi
menembus selaput alveolus dan berikatan dengan haemoglobin (Hb) dalam darah
yang disebut deoksigenasi dan menghasilkan senyawa oksihemoglobin (HbO).
2. Pengangkutan CO2
Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari proses respirasi sel akan berdifusi ke
dalam darah yang selanjutnya akan diangkut ke paru-paru untuk dikeluarkan
sebagai udara pernapasan.
Alat Respirasi Pada Hewan
Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang satu dengan hewan yang lain,
ada yang berupa paru-paru, insang, kulit, trakea, bahkan ada beberapa organisme
yang belum mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi langsung dari
lingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada hewan bersel satu, porifera,
coelenterate, protozoa, dan cacing pada keempat hewan ini oksigen berdifusi dari
lingkungan melalui rongga tubuh.
1. Alat Respirasi Pada Hewan Invertebrate
a. Alat respirasi pada serangga
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan
arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di
kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel (stigma). Spirakel
berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan
pada setiap segmen tubuh. Spirakel menpunyai katup yang dikontrol oleh otot
sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada
umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat
serangga beristirahat.
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. lalu udara dari spirakel
menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea
bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat
mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam.
Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang
disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel
tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem
pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
b. Alat respirasi pada kalajengking dan laba-laba
Kalajengking dan laba-laba besar (arachnida) yang hidup di darat memiliki
alat pernapasan berupa paru-paru buku, sedangkan jika hidup di air bernapas
dengan insang buku. Paru-paru buku memiliki gulungan yang berasal dari
invaginasi perut. Masing-masing paru-paru buku ini memiliki lembaranlembaran tipis (lamela) yang tersusun berjajar. Paruparu buku ini juga memiliki
spirakel tempat masuknya oksigen dari luar. Keluar masuknya udara
disebabkan oleh gerakan otot yang terjadi secara teratur. Baik insang buku
maupun paru-paru buku keduanya mempunyai fungsi yang sama seperti
fungsi paru-paru pada vertebrata.
c. Alat respirasi pada protozoa
Hewan dalam golongan ini melakukan pernapasan melalui seluruh
permukaan selnya. Oksigen dan karbon dioksida masuk dan keluar melalui
membran sel secara difusi. Oksigen dan karbon dioksida tersebut merupakan
gas-gas yang terlarut di dalam air. Contoh: amoeba sp
d. Alat respirasi pada porifera
Hewan filum ini tubuhnya tersusun atas banyak sel dan memiliki jaringan
yang sangat sederhana. Porifera tidak memiliki alat pernapasan khusus. Udara
pernapasan dipertukarkan langsung oleh sel-sel di permukaan tubuh atau oleh
sel-sel leher yang bersentuhan denan air. Contoh: spongia sp.
e. Alat respirasi pada coelenterata
Hewan phylulm coelenterata tubuhnya tersusun atas banyak sel dan
memiliki jaringan. Hewan ini tidak memiliki alat pernapasan yang lengkap. Alat
bantu pernapasan berupa lekukan-lekukan lapisan gastrodermal yang berada
sedikit di bawah mulut, yang disebut sifonoglifa. Namun sel-sel di permukaan
tubuh yang lain juga dapat melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya.
Contoh: aurelia aurita, hydra sp., dan metrium sp. (ubur-ubur).
f. Alat respirasi pada cacing
Golongan cacing (vermes) terbagi dalam tiga phylulm.pada cacing pipih
(platyhelminthes) pernapasan terjadi di seluruh permukaan tubuh melalui
difusi. Contoh: planaria sp.pada cacing gilik tidak bersegmen
(nemathelminthes) pernapasannya juga melalui difusi lewat permukaan
tubuhnya. Contoh: ascaris lumbricoides pada cacing gilik bersegmen
(annelida) pernapasannya melalui permukaan kulit yang selalu basah oleh
cairan mukus. Contoh: lumbricus sp.
2. Alat Respirasi Pada Hewan Vertebrate
a. Alat respirasi pada ikan
Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaranlembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari
insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat
dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari
sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela).
Pada filamen ada pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga
memungkinkan O2 berdifusi masuk dan co2 berdifusi keluar.
Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang
disebut operkulum (tutup insang), sedangkan insang pada ikan bertulang
rawan tidak ditutupi oleh operkulum. Insang tidak saja berfungsi sebagai alat
pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam,
penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis
ikan mempunyailabirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan
membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur.
Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada
kondisi yang kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan
gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan labirin,
ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung.
Ikan bernapas dengan insang yang ada pada sisi kiri dan kanan
kepala. Masing-masing mempunyai empat buah insang yang ditutup oleh
tutup insang (operkulum).
Proses pernapasan pada ikan adalah dengan cara membuka dan menutup
mulut secara bergantian dengan membuka dan menutup tutup insang. Pada
waktu mulut membuka, air masuk ke dalam rongga mulut sedangkan tutup
insang menutup. Oksigen yang terlarut dalam air masuk berdifusi ke dalam
pembuluh kapiler darah yang ada dalam insang. Dan pada waktu
menutup, tutup insang membuka dan air dari rongga mulut keluar melalui
insang. Bersamaan dengan keluarnya air melalui insang, karbondioksida
dikeluarkan.
b. Alat respirasi pada katak
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paruparu. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di
air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis
dan banyak ada kapiler yang bermuara di tempat itu.
Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung terbuka
dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi
masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan
selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan
karena kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler
sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit
akan melewati vena kulit (vena kutanea)lalu dibawa ke jantung untuk
diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di
bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit
pare-paru(arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan
karbon dioksida dapat terjadi di kulit.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas
juga dengan paru-paru walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru
mamalia. Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung
tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh
adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat
berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang
pendek.
mi metamorfosis atau perubahan
bentuk. Pada waktu muda berupa berudu dan setelah dewasa hidup di darat.
Mula-nula berudu bernapas dengan insang luar yang ada di bagian
belakang kepala. Insang tersebut selalu bergetar yang mengakibatkan air di
sekitar insang selalu berganti. Oksigen yang terlarut dalam air berdifusi di
dalam pembuluh kapiler darah yang ada dalam insang.
Setelah beberapa waktu insang luar ini akan berubah menjadi insang
dalam dengan cara terbentuknya lipatan kulit dari arah depan ke belakang
sehingga menutupi insang luar. Katak dewasa hidup di darat, pernapasannya
dengan paru-paru. Selain dengan paru-paru, oksigen dapat berdifusi dalam
rongga mulut yaitu melalui selaput rongga mulut dan juga melalui kulit.
c. Alat respirasi pada reptilia
Paru-paru reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang
rusuk. Paru-paru reptilia lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan
dinding yang berfungsi memperbesar permukaan pertukaran gas. Pada reptilia
pertukaran gas tidak efektif. Pada kadal, kura-kura, dan buaya paru-paru lebih
kompleks, dengan beberapa belahanbelahan yang membuat paru-parunya
bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal misalnya
bunglon afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang memungkinkan
hewan tersebut melayang di udara.
d. Alat respirasi pada burung
Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paruparu. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada
yang dilindungi oleh tulang rusuk.
Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini,
udara masuk lalu diteruskan pada celah tekak yang ada pada dasar
faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang
rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua
bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal
trakea ada sirinkyang pada bagian dalamnya ada lipatan-lipatan
berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan
suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus
sekunder dan dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan
dorsobronkus (di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan
dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100 atau lebih).
Parabronkus berupa tabung tabung kecil. Di parabronkus bermuara
banyak kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru,
burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa (sakus
pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi
hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-pundi
hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan; pundi-pundi hawa hanya berfungsi
sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena adanya
pundi-pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi efisien. Pundi-pundi
hawa ada di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks
anterior), antara tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian
belakang (toraks posterior), dan di rongga perut (kantong udara abdominal).
Tahap Pernapasan Pada Hewan
Ikan hidup di air rawa, sungai, laut, kolam, danau. Ikan bernafas dengan insang.
Pernafasan ikan berlangsung 2 tahap :
1. Tahap I (Tahap Pemasukan) : pada tahap ini mulut ikan membuka dan tutup
insang menutup sehingga air masuk rongga mulut, lalu menuju lembaran
insang, disinilah oksigen yang larut dalam air diambil oleh darah, selain itu darah
juga melepaskan karbondioksida dan uap air.
2. Tahap II (Tahap Pengeluaran) : mulut menutup dan tutup insang membuka
sehingga air dari rongga mulut mengalir keluar melalui insang. Air yang
dikeluarkan ini telah bercmpur dengan CO2 dan uap air yang dilepaskan darah
Untuk ikan yang hidup di lumpur seperti ikan lele, gabus, betok, pada insangnya
ada banyak lipatan yang disebut Labirin
Ikan juga mempuyai gelembung renang yang berfungsi untuk :
1. menyimpan oksigen’
2. membantu gerakan ikan naik turun
Mekanisme Transport Gas
1. Mekanisme Transport Gas Serangga
Mekanisme pernapasan pada serangga, misalnya belalang, adalah sebagai
berikut :jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga
udara kaya coz keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka
trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil
dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya 02 masuk
ke trakea.
Sistem trakea berfungsi mengangkut o2 dan mengedarkannya ke seluruh
tubuh, dan sebaliknya mengangkut c02 basil respirasi untuk dikeluarkan dari
tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari
makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan.
Di bagian ujung trakeolus ada cairan sehingga udara mudah berdifusi
ke jaringan. Pada serangga air seperti nyamuk udara diperoleh dengan
menjulurkan tabung pernapasan ke permukaan air untuk mengambil udara.
Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di
air dalam waktu lama. Misalnya, kepik notonecta sp. Mempunyai gelembung
udara di organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama
menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel
pernapasan. Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang
berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabangcabang halus serupa insang. Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan
melalui pembuluh trakea.
2. Mekanisme Transport Gas Ikan
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan
ekspirasi. Pada fase inspirasi, 02 dari air masuk ke dalam insang lalu 02
diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan.
Sebaliknya pada fase ekspirasi, c02 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan
bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.
3. Mekanisme Transport Gas Katak
Mekanisme pernapasan pada katak melalui 2 tahap yaitu, inspirasi dan
ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat
udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi
pada gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah sebagai
berikut. Otot sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar,
akibatnya oksigen masuk melalui koane.
Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot
geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya
rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam
paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam
kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke
lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan
sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan
masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane
membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga
diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil.
Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida
keluar.
4. Mekanisme Transport Gas burung
Mekanisme pernapasan pada burung melalui 2 tahap yaitu (inspirasi)
disebabkan adanya kontraksi otot antartulang rusuk (interkostal) sehingga tulang
rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Atau dengan kata lain,
burung mengisap udara dengan cara memperbesar rongga dadanya sehingga
tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang mengakibatkan
masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-paru
dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai cadangan
udara.
Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara (O2)
di paruparu berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat
sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid
terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru.
Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang
rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil
dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari
paru-paru yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya
rongga dada, udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan
oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paruparu dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.
Fisiologi Sistem Pernapasan Pada Manusia
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat
membutukan okigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4
menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki lagidan
bisa menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang akan
menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis (Syaifuddin, 2006).
1. Pernapasan paru
Pernapasan paru adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi
pada paru-paru. Pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna,
oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernapas yang oksigen
masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler
pulmonar. Alveoli memisahkan okigen dari darah, oksigen menembus membran,
diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke
seluruh tubuh. Di dalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan
yang menembus membran alveoli. Dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa
bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung (Syaifuddin, 2006). Empat
proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner :
1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli
dengan udara luar.
2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh
tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang
tepat, yang bisa dicapai untuk semua bagian.
4) Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbondioksida lebih
mudah berdifusi dari pada oksigen.
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi saat konsentrasi dalam
darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernapasan ada dalam otak
untuk memperbesar kecepatan dalam pernapasan, sehingga terjadi pengambilan
O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak. Darah merah (hemoglobin) yang banyak
mengandunng oksigen dari seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan, mengambil
karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi pernapasan
eksterna (Syaifuddin, 2006).
2. Pernapasan sel
1) Transpor gas paru-paru dan jaringan
Selisih tekanan parsial antara O2 dan CO2menekankan bahwa kunci dari
pergerakangas O2mengalir dari alveoli masuk ke dalam jaringan melalui
darah, sedangkan CO2mengalir dari jaringan ke alveoli melalui pembuluh
darah. Akan tetapi jumlah kedua gas yang ditranspor ke jaringan dan dari
jaringan secara keseluruhan tidak cukup bila O2 tidak larut dalam darah dan
bergabung dengan protein membawa O2 (hemoglobin). Demikian juga
CO2 yang larut masuk ke dalam serangkaian reaksi kimia reversibel (rangkaian
perubahan udara) yang mengubah menjadi senyawa lain. Adanya hemoglobin
menaikkan kapasitas pengangkutan O2 dalam darah sampai 70 kali dan reaksi
CO2 menaikkan kadar CO2 dalam darah mnjadi 17 kali (Syaifuddin, 2006).
2) Pengangkutan oksigen ke jaringan
Sistem pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri dari paru-paru dan sistem
kardiovaskuler. Oksigen masuk ke jaringan bergantung pada jumlahnya yang
masuk ke dalam paru-paru, pertukaran gas yang cukup pada paru-paru, aliran
darah ke jaringan dan kapasitas pengangkutan O2dalam darah.Aliran darah
bergantung pada derajat konsentrasi dalam jaringan dan curah jantung.
Jumlah O2dalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, hemoglobin,
dan afinitas (daya tarik) hemoglobin (Syaifuddin, 2006).
Transpor oksigen melalui beberapa tahap (Pearce, 2007) yaitu :
a. Tahap I : oksigen atmosfer masuk ke dalam paru-paru. Pada waktu kita
menarik napas tekanan parsial oksigen dalam atmosfer 159 mmHg. Dalam
alveoli komposisi udara berbeda dengan komposisi udara atmosfer
tekanan parsial O2 dalam alveoli 105 mmHg.
b. Tahap II : darah mengalir dari jantung, menuju ke paru-paru untuk
mengambil oksigen yang berada dalam alveoli. Dalam darah ini ada
oksigen dengan tekanan parsial 40 mmHg. Karena adanya perbedaan
tekanan parsial itu apabila tiba pada pembuluh kapiler yang berhubungan
dengan membran alveoli maka oksigen yang berada dalam alveoli dapat
berdifusi masuk ke dalam pembuluh kapiler. Setelah terjadi proses difusi
tekanan parsial oksigen dalam pembuluh menjadi 100 mmHg.
c. Tahap III : oksigen yang telah berada dalam pembuluh darah diedarkan
keseluruh tubuh. Ada dua mekanisme peredaran oksigen dalam darah
yaitu oksigen yang larut dalam plasma darah yang merupakan bagian
terbesar dan sebagian kecil oksigen yang terikat pada hemoglobin dalam
darah. Derajat kejenuhan hemoglobin dengan O2bergantung pada
tekanan parsial CO2 atau pH. Jumlah O2 yang diangkut ke jaringan
bergantung pada jumlah hemoglobin dalam darah.
d. Tahap IV : sebelum sampai pada sel yang membutuhkan, oksigen dibawa
melalui cairan interstisial lebih dahulu. Tekanan parsial oksigen dalam
cairan interstisial 20 mmHg. Perbedaan tekanan oksigen dalam pembuluh
darah arteri (100 mmHg) dengan tekanan parsial oksigen dalam cairan
interstisial (20 mmHg) menyebabkan terjadinya difusi oksigen yang cepat
dari pembuluh kapiler ke dalam cairan interstisial.
e. Tahap V : tekanan parsial oksigen dalam sel kira-kira antara 0-20 mmHg.
Oksigen dari cairan interstisial berdifusi masuk ke dalam sel. Dalam sel
oksigen ini digunakan untuk reaksi metabolism yaitu reaksi oksidasi
senyawa yang berasal dari makanan (karbohidrat, lemak, dan protein)
menghasilkan H2O, CO2dan energi.
3) Reaksi hemoglobin dan oksigen
Dinamika reaksi hemoglobin sangat cocok untuk mengangkut O2.
Hemoglobin adalaah protein yang terikat pada rantai polipeptida, dibentuk
porfirin dan satu atom besi ferro. Masing-masing atom besi dapat mengikat
secara reversible (perubahan arah) dengan satu molekul O2. Besi berada
dalam bentuk ferro sehingga reaksinya adalah oksigenasi bukan
oksidasi (Syaifuddin, 2006).
4) Transpor karbondioksida
Kelarutan CO2 dalam darah kira-kira 20 kali kelarutan O2 sehingga ada
lebih banyak CO2 dari pada O2 dalam larutan sederhana. CO2 berdifusi dalam
sel darah merah dengan cepat mengalami hidrasi menjadi H2CO2 karena
adanya anhydrase (berkurangnya sekresi kerigat) karbonat berdifusi ke dalam
plasma. Penurunan kejenuhan hemoglobin terhadap O2 bila darah melalui
kapiler-kapiler jaringan.Sebagian dari CO2 dalam sel darah merah beraksi
dengan gugus amino dari protein, hemoglobin membentuk senyawa
karbamino (senyawa karbondioksida). Besarnya kenaikan kapasitas darah
mengangkut CO2 ditunjukkan oleh selisih antara garis kelarutan CO2dan garis
kadar total CO2 di antara 49 ml CO2dalam darah arterial 2,6 ml dalam
senyawa karbamino dan 43,8 ml dalam HCO2 (Syaifuddin, 2006).