fisiologi hewan 2







































an 
tubuhnya. Secara umum, hewan digolongkan ke dalam salah satu dari tiga kategori 
berdasarkan makanannya. Herbivora, termasuk gorila, sapi, kelinci, dan banyak keong 
memakan organisme autotrof (tumbuhan, alga atau ganggang). Karnivora, seperti 
hiu, burung elang, laba-laba, dan ular memakan hewan lain. Omnivora secara reguler 
mengonsumsi hewan dan juga tumbuhan atau alga. Hewan omnivora meliputi 
kecoak, burung gagak, rakun, dan manusia yang berkembang sebagai pemburu, 
pemakan bangkai dan pengumpul makanan. 
Istilah herbivora, karnivora dan omnivora menggambarkan jenis makanan yang 
umum dimakan oleh seekor hewan dan adaptasi yang memungkinkan mereka untuk 
mendapatkan dan mengolah makanan tersebut. Akan tetapi, sebagian besar hewan 
adalah oportunistik, yang memakan makanan yang berada di luar kategori makanan 
utamanya saat  makanan ini tersedia. Sebagai contoh, sapi dan rusa yang termasuk 
ke dalam kelompok herbivora kadang-kadang bisa memakan hewan kecil atau telur 
burung bersama-sama dengan rumput dan tumbuhan lain. Sebagian besar karnivora 
mendapatkan beberapa nutrien dari bahan tumbuhan yang masih berada dalam 
saluran pencernaan mangsa yang mereka makan. Semua hewan juga mengkonsumsi 
beberapa bakteri bersama-sama dengan jenis makanan lain (Campbell dkk, 2004). 
Hewan memerlukan senyawa organik seperti karbohidrat, lipid, dan protein 
sebagai sumber energi untuk menyelenggarakan berbagai aktivitasnnya. Namun, 
kemampuannya untuk menyintesis senyawa organik sangat terbatas. Oleh karena itu, 
hewan berusaha memenuhi semua kebutuhannya dari tumbuhan dan hewan lain. 
Organisme yang demikian dinamakan organisme heterotrof. Ada juga hewan yang 
dapat menyintesis sendiri berbagai senyawa organik esensial, contohnya Euglena. 
Meskipun demikian, Euglena juga memerlukan vitamin (faktor pertumbuhan) yang 
tidak dapat disintesis sendiri sehingga organisme tersebut tetap memerlukan 
senyawa organik dari sumber lain. Berdasarkan alasan tersebut, Euglena disebut 
organisme mesotrof. 
Cara makan dan jenis makanan hewan sangat bervariasi, tergantung pada 
susunan alat yang dimiliki serta kemampuannya untuk mempersiapkan makanan agar 
dapat diserap. Hewan primitif yang belum memiliki alat pencernaan makanan khusus 
seperti protozoa, parasit (endoparasit), dan cacing pita memerlukan makanan berupa 
zat organik terlarut. Hewan-hewan tersebut mengambil makanan melalui penyerapan 
atau pinositosis. “alat pencernaan makanan” yang dimiliki biasanya berupa vakuola 
makanan. 
Hewan yang hidup menetap seperti hidra dan Coelenterata mendapatkan 
makanan dengan menjerat (trapping method). Alat yang penting untuk mendukung 
metode tersebut adalah knidoblas atau nematosit yang biasanya dilengkapi dengan 
racun untuk menjerat mangsanya. Beberapa hewan yang aktif seperti burung petrel, 
burung flamingo, ikan hering, kepopoda, dan ikan hiu balen mencari makanan dengan 
cara menyaring (filter feeding). Menyaring untuk memperoleh makanan juga 
dilakukan oleh hewan yang menetap seperti Bivalvia. Filter feeding merupakan variasi 
dari cara menyaring dan menjerat (trapping). 
Filter feeder tidak memilih makanannya sehingga disebut non selective feeder. 
Hewan seperti ini tanggap terhadap senyawa kimia atau rangsang tertentu. 
Mekanisme menyaring dapat diaktifkan atau dihentikan, tergantung pada kondisi 
yang ada, mereka anggap berbahaya atau tidak. Hewan yang lain mungkin mampu 
memilih makanan yang diperlukan sehingga mereka disebut selective feeder. Pada 
umumnya, hewan semacam ini mendapatkan makanan dengan cara menangkap atau 
memangsa. Hewan-hewan yang demikian memiliki berbagai cara untuk menangkap 
mangsa dan dapat menggunakan bahan makanan secara efektif atau mengambil sari 
makanan dari hewan/tumbuhan. 
Annelida, echinodermata, dan hemikordata akan menyerap bahan yang 
diperlukannya dan membuang bahan yang tidak diperlukannya. Selanjutnya, bahan 
makanan yang terkumpul akan dihancurkan secara mekanik, apabila hewan memiliki 
organ pencernanya. Apabila organ pencerna tidak dimiliki, bahan makanan tersebut 
langsung dicerna secara kimia. metode yang digunakan oleh berbagai hewan untuk 
memperoleh makanan makanan dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Metode untuk memperoleh makanan yang digunakan oleh berbagai macam 
hewan, dikelompokkan berdasarkan sifat makanannya
Tipe Makanan Metode Makan Hewan yang Menggunakan 
Metode Tersebut
Partikel kecil  Pembentukan vakuola 
makanan 
 Menggunakan silia 
 Membentuk lendir penjerat 
 Menggunakan tentakel 
 Menggunakan seta, 
menyaring 
 Amoeba dan Radiolaria 
 Spons, Bivalvia, Kecebong 
 Ciliata, Gastropoda, 
Tunikata 
 Mentimun Laut 
 Crustacea kecil (misal 
Daphnia), ikan hering, ikan 
paus balen, burung 
flamingo, dan burung 
petrel 
Partikel/Massa 
makanan besar 
 Menelan massa inaktif 
 Mengerat, mengunyah, 
 Cacing tanah (detritus 
feeder) 
melubangi 
 Menangkap dan menelan 
mangsa 
 Landak laut, siput, insekta, 
invertebrata 
Cairan atau 
jaringan lunak 
 Menghisap getah 
tumbuhan, nektar 
 Coelentereta, ikan, burung, 
kelelawar 
 Menghisap darah 
 Menghisap susu atau sekret 
mirip susu 
 Pencernaan eksternal 
 Penyerapan melalui 
permukaan tubuh 
 Aphidae, lebah, dan burung 
penghisap nektar 
 Lintah, insekta, kelelawar 
“vampire” 
 Mamalia muda, burung 
muda 
 Laba-laba 
 Parasit, cacing pita
Bahan organik 
terlarut
Mengambil makanan dari 
cairan 
Invertebrata akuatik 
Nutrien hasil 
simbiosis
Kerja dari alga simbiotik 
intraseluler
Paramaecium, spons, 
binatang karang, hidra, cacing 
pipih dan remis
Menurut Campbell dkk (2004) adaptasi pengambilan makanan beranekaragam 
telah dievolusikan oleh hewan. Mekanisme hewan menelan makanan sangat 
beragam, tetapi semuanya digolongkan ke dalam empat kelompok utama. Banyak 
diantara hewan akuatik adalah pemakan suspensi (suspension feeder) yang menyaring 
partikel makanan kecil dari air. Remis dan tiram, misalnya, menggunakan insangnya 
untuk menjerat potongan-potongan kecil yang lalu  disapu bersama-sama 
dengan suatu lapisan tipis mukus ke mulut oleh silia yang berdenyut atau bergerak. 
Paus baleen, hewan terbesar diantara semua hewan yang pernah hidup, adalah juga 
pemakan suspensi. Mereka berenang dengan mulut ternganga, yang menapis jutaan 
hewan kecil dari volume air yang begitu besar yang dipaksa masuk melalui lempengan 
serupa saringan yang bertaut dengan dengan rahangnya. 
Pemakan substrat (substrate-feeder) hidup dalam atau pada makanannya. 
Hewan jenis ini makan sambil menggali saluran membuat jalan di dalam makanannya. 
Contohnya adalah penggali daun, yang merupakan larva berbagai serangga yang 
membuat terowongan melalui bagian dalam daun. Cacing tanah, adalah juga 
pemakan substrat, atau lebih spesifik pemakan deposit (deposite-feeder). Memakan 
sambil membuat jalannya melalui kotoran, cacing tanah menyelamatkan bahan 
organik yang telah busuk sebagian, yang dikonsumsi bersama-sama dengan tanah. 
Pemakan cairan (fluid-feeder) memperoleh makanannya dengan cara menyedot 
cairan yang kaya nutrien dari inang hidup. Nyamuk dan lintah menyedot darah dari 
hewan. Aphid menampung getah floem tumbuhan. Karena hewan pemakan cairan ini 
membahayakan inangnya maka mereka dianggap sebagai parasit. Sebaliknya, burung 
kolibri dan lebah menguntungkan tumbuhan inangnya dengan memindahkan serbuk 
sari saat  mereka berpindah dari satu bunga ke bunga lain untuk mencari nektar. 
Sebagian besar hewan adalah pemakan potongan besar (bulk-feeder) yang 
memakan potongan makanan dalam ukuran yang relatif besar. Adaptasinya berupa 
anggota tubuh seperti tentakel, sepit, kuku, gigi taring beracun, dan rahang dan geligi 
yang membunuh mangsanya atau memotong-motong daging atau vegetasi. 
Bagaimana pun cara yang dilakukan hewan untuk memperoleh makanan, hal 
tersebut harus didukung oleh alat yang memadai, yaitu alat/organ pencernaan 
makanan khusus. Organ/sistem pencernaan hewan melaksanakan empat macam 
fungsi, yaitu memasukkan makanan ke dalam tubuh (ingesti), mengubah bahan 
makanan yang kompleks menjadi sederhana (pencernaan), menyerap hasil 
pencernaan serta membawanya ke dalam darah (penyerapan), dan mengeluarkan sisa 
makanan yang tidak tercerna ataupun yang tidak diserap oleh tubuh (ekskresi). Bahan 
makanan yang tercerna dan terserap digunakan oleh sel tubuh sebagai sumber energi 
dan bahan pembangun tubuh.
Pencernaan Makanan
1. Pencernaan Terjadi Dalam Kompartemen Khusus
a. Pencernaan Intraseluler
Setelah mendapatkan makanan, hewan harus mencernanya dengan baik 
agar sari-sarinya dapat diserap oleh sel-sel tubuh. Pada protozoa, proses 
pencernaannya terjadi dalam vakuola. Mula-mula, lisosom menyekresikan 
enzim pencernaan ke dalam vakuola makanan. Enzim tersebut menyebabkan 
suasana vakuola berubah menjadi asam sehingga bahan makanan tercerna. 
Selanjutnya, terjadi pemisahan berbagai garam kalsium. Hal ini akan 
menciptakan suasana lingkungan dengan pH yang tepat bagi berbagai enzim 
untuk berfungsi secara optimal. Dalam keadaan seperti itu, bahan makanan 
akan disederhanakan sehingga dapat diserap oleh sitoplasma. Berakhirnya 
proses pencernaan ditandai dengan adanya perubahan keadaan lingkungan 
dalam vakuola menjadi netral. Bahan makanan yang tidak tercerna 
dikeluarkan melalui proses eksositosis (Isnaeni, 2006).
Menurut Campbell dkk (2004) vakuola makanan, organel seluler di mana 
enzim hidrolitik merombak makanan tanpa mencerna sitoplasma sel sendiri, 
adalah kompartemen yang paling sederhana. Protista heterotrofik mencerna 
makanannya dalam vakuola makanan, umumnya setelah menelan makanan 
melalui fagositosis atau pinositosis. Vakuola makanan menyatu dengan 
lisosom yang merupakan organel yang mengandung enzim hidrolitik. Keadaa 
ini akan memungkinkan makanan bercampur dengan enzim sehingga 
pencernaan terjadi secara aman di dalam suatu kompartemen yang  
terbungkus oleh membran. Mekanisme pencernaan ini disebut pencernaan 
intraseluler 
Spons berbeda dari hewan-hewan lain karena pencernaan makanannya 
secara keseluruhan berlangsung melalui mekanisme intraseluler. Menurut 
Isnaeni (2006) invertebrata tingkat rendah tidak mempunyai organ pencernaan 
khusus. Pencernaan makanan terjadi secara intraseluler, yakni di dalam sel 
khusus. Porifera tidak mempunyai rongga pencernaan tetapi mempunyai sel 
khusus yang disebut koanosit.
b. Pencernaan Ekstraseluler
Pada sebagian besar hewan, paling tidak beberapa hidrolisis terjadi 
melalui pencernaan ekstraseluler, yaitu perombakan makanan di luar sel. 
Pencernaan ekstraseluler terjadi di dalam kompartemen yang bersambungan 
melalui saluran-saluran , dengan bagian luar tubuh hewan. Banyak hewan 
dengan bangun tubuh yang relatif sederhana memiliki kantung pencernaan 
dengan pembukaan tunggal. Kantung ini disebut sebagai rongga 
gastrovaskuler, berfungsi dalam pencernaan dan distribusi nutrien ke seluruh 
tubuh. Hidra yang termasuk hewan Cnidaria merupakan contoh yang baik 
mengenai bagaimana suatu rongga gastrovaskuler bekerja. Hidra adalah 
karnivora yang menyengat mangsa dengan organel khusus yang disebut 
nematosit dan lalu  menggunakan tentakel untuk memasukkan 
makanan dari mulut ke dalam rongga gastrovaskuler 
Dengan adanya makanan di dalam rongga itu, sel-sel khusus 
gastrodermis, lapisan jaringan yang melapisi rongga itu, mensekresikan enzim 
pencernaan yang merusak atau merombak jaringan lunak pada mangsanya 
menjadi potongan-potongan kecil. Sel-sel gastrodermal lalu  akan 
menelan partikel makanan, dan sebagian besar hidrolisis makromolekul yang 
sesungguhnya terjadi secara intraseluler seperti pada Paramaecium dan spons. 
Setelah hidra selesai mencerna makanannya, bahan-bahan yang tidak 
tercerna yang masih tetap berada di dalam rongga gastrovaskuler, seperti 
eksoskeleton Crustacea kecil, dikeluarkan melalui sebuah pembukaan tunggal, 
yang berfungsi ganda sebagai mulut dan anus.
Sistem pencernaan pada planaria juga berupa gastrovaskuler, yaitu: 
mangsa ditangkap oleh farink dengan cara ditonjolkan keluar dan setelah 
mangsanya ditangkap segera ditarik masuk ke dalam rongga mulut bersama￾sam mangsanya. Sel-sel tertentu pada ephitelium usus dapat membentuk 
pseudopodia dan mencerna mangsanya lalu  membentuk vakuola 
makanan dan tejadi pencernaan. Sari-sari makanan diabsorpsi dan secara 
difusi masuk ke dalam jaringan-jaringan tubuh. Sisa-sisa yang tidak dapat 
dicerna dikeluarkan melalui lubang mulut. 
Sistem Pencernaan Pada Invertebrata
1. Sistem Pencernaan Pada Coelenterata
Alat pencernaan pada Coelenterata berupa gastrovaskuler, yaitu ruang 
yang berfungsi untuk proses pencernaan sekaligus untuk sirkulasi. Sel yang 
membatasi rongga gastrovaskuler disebut gastrodermis. Sel ini mampu 
menyekresikan enzim ke ruang gastrovaskuler. Oleh karena itu, pemecahan 
bahan makanan secara kasar dapat berlangsung dalam saluran tersebut. 
Namun, pencernaan makanan secara lengkap tetap berlangsung secara 
intraseluler. 
Beberapa spesies cacing pipih yang hidup bebas (non parasit) sudah 
mempunyai mulut, tetapi tidak mempunyai rongga pencernaan. Pada hewan 
tersebut, makanan dicerna oleh sel jaringan di dekat mulut, yang belum 
terorganisasi secara baik. Ada juga jenis cacing pipih yang mempunyai saluran pencernaan makanan sederhana yang mirip dengan ruang gastrovaskuler pada 
Coelenterata, tetapi biasanya bercabang-cabang. Permukaan tubuh cacing 
pipih sering digunakan untuk menyerap makanan. Untuk keperluan tersebut 
cacing pipih mempunyai mikrofili pada usus halus manusia. 
Berlawanan dengan hewan Cnidaria dan cacing pipih sebagian besar 
hewan-termasuk nematoda, anellida, moluska, artropoda, echinodermata, 
dan cordata-memiliki pipa atau tabung pencernaan yang memanjang antara 
dua pembukaan, mulut dan anus. Pipa atau tabung ini disebut saluran 
pencernaan lengkap (complete digestive tract) atau saluran pencernaan 
(alimentary canal). Karena makanan bergerak sepanjang saluran itu dalan satu 
arah, pipa itu dapat diorganisasikan menjadi daerah terspesialisasi yang 
melaksanakan pencernaan dan penyerapan nutrien secara bertahap.

Makanan yang ditelan melalui mulut dan faring akan lewat melalui 
esofagus yang menuju ke tembolok, rempela, atau lambung, bergantung pada 
spesies. Tembolok dan lambung adalah organ dan umumnya berfungsi untuk 
penyimpanan dan penumpukan makanan, sementara rempela akan 
menggerusnya. Makanan kemudia akan memasuki usus halus, di mana enzim￾enzim pencernaan menghidrolisis molekul makanan, dan nutrien diserap 
melewati lapisan pipa pencernaan tersebut ke dalam darah. Bahan buangan 
yang tidak tercerna akan dikeluarkan melalui anus.
2. Sistem Pencernaan Pada Pisces
Saluran pencernaan ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris) yang di 
dalamnya ada  gigi-gigi kecil yang berbentu k kerucut pada geraham bawah 
dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan dan bnyak menghasilkan 
lendir tetapi tidak mneghasilkan ludah. dari rongga mulut makanan masuk ke 
dalam esofagus melalui faring yang ada  di daerah sekitar insang.
Esofagus berbentuk kerucut, pendek ada  di belakang insang dan bila 
tidak dilalui makanan makan lumen akan menyempit. dari kerongkongkongan, 
makanan di dorong masuk ke lambung sehingga lambung menjadi besar. anatara 
lambung dan usus tidak jels batasnya. pada beberapa jenis ikan ada  tonjolan 
buntu yang berfungsi untuk memperluas bidang penyerapan makanan, dari 
lambung makanan masuk ke dalam usus yang berbentuk pipa panjang berkelok￾kelok dan sama besarnya bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaannnya berupa hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar 
yang berukuran cukup besar, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian 
depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tetap dan terbagi 
atas lobus kanan dan lobus kiri serta bagian yang menuju ke arah punggung.
Fungsi hati adalah menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantng 
empedu untuk membantu proses pencernaan lemak. kantong empedu berbentuk 
bulat berwarna kehijauan terletak di sebeah kanan hati dan salurannya bermuara 
pada lambung. Kantong empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan 
menyalurkan cairan empedu ke usus bila diperlukan. Pankreas berukuran
mikroskopik sehingga sukar dikenali. Pankres berfungsi untuk mneghasilkan 
enzim-enzim pencernaan dan hormon insulin.
3. Sistem Pencernaan Pada Aves
Pencernaan burung dimulai dengan mulut. Paruh burung mengganti bibir 
dan gigi mamalia dan bervariasi dalam bentuk, ukuran, panjang dan fungsi sesuai 
dengan jenis makanan yang dikonsumsi. Benih-kerupuk seperti pipit memiliki 
paruh kerucut pendek, sedangkan burung pemangsa seperti elang memiliki paruh 
bengkok yang kuat untuk merobek daging. Lidah burung, seperti paruh, 
disesuaikan dengan jenis makanan burung mengkonsumsi. Pelatuk memiliki lidah 
panjang sempit yang berfungsi sebagai tombak, yang memungkinkan mereka 
untuk mengekstrak serangga dari lubang mereka mengebor di kayu mati. Burung 
pemangsa dan finch memiliki pendek, tebal, lidah berdaging yang 
memungkinkan mereka untuk memanipulasi makanan mereka.
Unggas dan pelikan memiliki lidah yang memungkinkan makanan menjadi 
mudah didorong ke bagian belakang mulut untuk menelan. Mulut burung relatif 
tidak penting dalam makan dan mencerna makanan dibandingkan dengan, 
misalnya, mulut mamalia. Namun, sebagian besar burung yang memiliki kelenjar 
ludah dan paruh dan lidah yang membantu burung memanipulasi makanan untuk 
menelan. 
Setelah meninggalkan mulut, makanan melewati kerongkongan dalam 
perjalanan ke perut (pada burung yang disebut proventrikulus). Burung memiliki 
dua bagian perut, bagian kelenjar yang dikenal sebagai proventrikulus dan 
sebagian otot yang dikenal sebagai lambung otot. Asam klorida, lendir dan 
enzim pencernaan, pepsin, disekresikan oleh sel-sel khusus dalam proventrikulus 
dan memulai proses mogok struktur bahan makanan. Makanan lalu  
melewati ke bagian kedua dari perut, lambung otot. Rempela tersebut 
melakukan fungsi yang sama seperti gigi mamalia, grinding dan pembongkaran 
makanan, sehingga memudahkan enzim pencernaan untuk memecah makanan. 
Dalam kebanyakan burung rempela mengandung butiran pasir atau batu-batu 
kecil untuk membantu proses penggilingan.
Usus kecil adalah di mana makanan dicerna dan diserap. Usus kecil 
bervariasi panjang dan struktur tergantung pada diet spesies. Burung karnivora 
cenderung memiliki lebih pendek, usus kecil kurang kompleks. Burung herbivora 
memiliki panjang, lebih berkembang usus kecil. Enzim, diproduksi di pankreas, 
memecah protein dan lemak di usus kecil. Nutrisi tersebut lalu  diserap 
melalui membran usus dan ke dalam aliran darah. Pada burung l Arge usus
direduksi menjadi pendek, koneksi tanpa sifat antara usus halus dan kloaka. 
Kloaka adalah daerah memegang final untuk produk limbah pencernaan sampai 
mereka voided melalui ventilasi.
Sistem Pencernaan Vertebrata
Pencernaan Manusia
a. Rongga Mulut
Di dalam rongga mulut, ada  gigi, lidah, dan kelenjar air liur (saliva). 
Gigi terbentuk dari tulang gigi yang disebut dentin. Struktur gigi terdiri atas 
mahkota gigi yang terletak diatas gusi, leher yang dikelilingi oleh gusi, dan 
akar gigi yang tertanam dalam kekuatan-kekuatan rahang. Mahkota gigi 
dilapisi email yang berwarna putih. Kalsium, fluoride, dan fosfat merupakan 
bagian penyusun email.
Untuk perkembangan dan pemeliharaan gigi yang baik, zat-zat tersebut 
harus ada di dalam makanan dalam jumlah yang cukup. Akar dilapisi semen 
yang melekatkan akar pada Ada tiga macam gigi manusia, yaitu gigi seri 
(insisor) yang berguna untuk memotong makanan, gigi taring (caninus) untuk 
mengoyak makanan, dan gigi geraham (molar) yang berguna untuk 
mengunyah makanan.
ada  pula tiga buahkelenjar saliva pada mulut, yaitu kelenjar parotis, 
sublingualis, dan submandibularis (Lihat Gambar 3.10). Kelenjar saliva 
mengeluarkan air liur yang mengandung enzim ptialin atau amilase, berguna 
untuk mengubah amilum menjadi maltosa. Pencernaan yang dibantu oleh 
enzim disebut pencernaan kimiawi. Di dalam rongga mulut, lidah 
menempatkan makanan di antara gigi sehingga mudah dikunyah dan 
bercampur dengan air liur. Makanan ini lalu  dibentuk menjadi lembek 
dan bulat yang disebut bolus. lalu  bolus dengan bantuan lidah, didorong 
menuju faring. 
 
b. Faring dan Esophagus
Setelah melalui rongga mulut, makanan yang berbentuk bolus akan masuk 
kedalam tekak (faring). Faring adalah saluran yang memanjang dari bagian 
belakang rongga mulut sampai ke permukaan kerongkongan (esophagus). 
Pada pangkal faring ada  katup pernapasan yang disebut epiglottis. 
Epiglotis berfungsi untuk menutup ujung saluran pernapasan (laring) agar 
makanan tidak masuk ke saluran pernapasan. Setelah melaluifaring, bolus 
menuju ke esophagus; suatu organ berbentuk tabung lurus, berotot lurik, dan 
berdidnding tebal . Otot kerongkongan berkontraksi 
sehingga menimbulkan gerakan meremas yang mendorong bolus ke dalam 
lambung. Gerakan otot kerongkongan ini disebut gerakan peristaltik. 

Lambung
Lambung adalah kelanjutan dari esophagus, berbentuk seperti kantung. 
Lambung dapat menampung makanan 1 liter hingga mencapai 2 liter. Dinding 
lambung disusun oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan 
secara mekanik melalui kontraksi otot-otot tersebut (Lihat Gambar 11). Ada 3 
jenis otot polos yang menyusun lambung, yaitu otot memanjang, otot 
melingkar, dan otot menyerong. 
Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan 
bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Senyawa kimiawi yang 
dihasilkan lambung adalah : 
 Asam HCl, mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai 
disinfektan, serta merangsang pengeluaran hormon sekretin dan
kolesistokinin pada usus halus
 Lipase, memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun 
lipase yang dihasilkan sangat sedikit 
 Renin, mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI). 
Hanya dimiliki oleh bayi. 
 Mukus, melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCl. 
Otot lambung berkontraksi mengaduk-aduk bolus, memecahnya secara 
mekanis, dan mencampurnya dengan getah lambung. Getah lambung 
mengandung HCl, enzim pepsin, dan renin. HCl berfungsi untuk membunuh 
kuman-kuman yang masuk berasama bolus akan mengaktifkan enzim pepsin. 
Pepsin berfungsi untuk mengubah protein menjadi peptone. Renin berfungsi 
untuk menggumpalkan protein susu. Setelah melaluipencernaan kimiawi di 
dalam lambung, bolus menjadi bahan kekuningan yang disebut kim atau kimus 
(bubur usus). Kimus akan masuk sedikit demi sedikit ke dalam usus halus.
d. Usus Halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung (Gambar 12). Usus halus 
memiliki panjang sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu 
duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m), serta ileum (± 3,6 m). Pada usus halus 
hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia 
yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar pankreas 
yang dilepaskan ke usus halus.Suatu lubang pada dinding duodenum 
menghubungkan usus 12 jari dengan saluran getah pancreas dan saluran 
empedu. Pankreas menghasilkan enzim tripsin, amilase, dan lipase yang 
disalurkan menuju duodenum. Tripsin berfungsi merombak protein menjadi 
asam amino. Amilase mengubah amilum menjadi maltosa. Lipase mengubah 
lemak menjadi asam lemakdan gliserol. Getah empedu dihasilkan oleh hati 
dan ditampung dalam kantung empedu. Getah empedu disalurkan ke 
duodenum. Getah empedu berfungsi untuk menguraikan lemak menjadi asam 
lemak dan gliserol.
Selanjutnya pencernaan makanan dilanjutkan di jejunum. Pada bagian ini 
terjadi pencernaan terakhir sebelum zat-zat makanan diserap.Zat-zat 
makanan setelah melalui jejunum menjadi bentuk yang siap diserap. 
Penyerapan zat-zat makanan terjadi di ileum. Glukosa, vitamin yang larut 
dalam air, asam amino, dan mineral setelah diserap oleh vili usus halus; akan 
dibawa oleh pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Asam lemak, 
gliserol, dan vitamin yang larut dalam lemak setelah diserap oleh vili usus 
halus; akan dibawa oleh pembuluh getah bening danakhirnya masuk ke dalam 
pembuluh darah. 
Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah : 
Disakaridase Menguraikan disakarida menjadi monosakarida 
Erepsinogen Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin. 
Erepsin mengubah pepton menjadi asam amino. 
Hormon Sekretin Merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa 
kimia yang dihasilkan ke usus halus 
Hormon CCK (Kolesistokinin) Merangsang hati untuk mengeluarkan cairan 
empedu ke dalam usus halus. 
Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah : 
Bikarbonat Menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari 
lambung 
Enterokinase Mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta mengaktifkan 
tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin mengubah pepton menjadi asam amino. 
Amilase Mengubah amilum menjadi disakarida 
Lipase Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol 
Tripsinogen Tripsin yang belum aktif. 
Kimotripsin Mengubah peptone menjadi asam amino 
Nuklease Menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat 
Hormon Insulin Menurunkan kadar gula dalam darah sampai menjadi kadar 
normal 
Hormon Glukagon Menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar normal 
Pencernaan makanan secara kimiawi pada usus halus terjadi pada suasana 
basa. Prosesnya sebagai berikut: 
1) Makanan yang berasal dari lambung dan bersuasana asam akan dinetralkan 
oleh bikarbonat dari pancreas. 
2) Makanan yang kini berada di usus halus lalu  dicerna sesuai 
kandungan zatnya. Makanan dari kelompok karbohidrat akan dicerna oleh 
amylase pancreas menjadi disakarida. Disakarida lalu  diuraikan oleh 
disakaridase menjadi monosakarida, yaitu glukosa. Glukosa hasil 
pencernaan lalu  diserap usus halus, dan diedarkan ke seluruh tubuh 
oleh peredaran darah. 
3) Makanan dari kelompok protein setelah dilambung dicerna menjadi pepton, 
maka pepton akan diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan erepsin 
menjadi asam amino. Asam amino lalu  diserap usus dan diedarkan ke 
seluruh tubuh oleh peredaran darah. 
4) Makanan dari kelompok lemak, pertama-tama akan dilarutkan 
(diemulsifikasi) oleh cairan empedu yang dihasilkan hati menjadi butiran￾butiran lemak (droplet lemak). Droplet lemak lalu  diuraikan oleh 
enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol 
lalu  diserap usus dan diedarkan menuju jantung oleh pembuluh limfe. 
e. Usus Besar (Colon)
Bahan makanan yang sudah melalui usus halus akhirnya masuk ke dalam 
usus besar , Usus besar terdiri atas usus buntu (appendiks), bagian 
yang menaik (ascending colon), bagian yang mendatar (transverse colon), 
bagian yang menurun (descending colon), dan berakhir pada anus. 
Bahan makanan yang sampai pada usus besar dapat dikatakan sebagai 
bahan sisa. Sisa tersebut terdiri atas sejumlah besar air dan bahan makanan 
yang tidak dapat tercerna, misalnya selulosa. Usus besar berfungsi mengatur 
kadar air pada sisa makanan. Bil kadar iar pada sisa makanan terlalu banyak, 
maka dinding usus besar akan menyerap kelebihan air tersebut. Sebaliknya 
bila sisa makanan kekurangan air, maka dinding usus besar akan 
mengeluarkan air dan mengirimnya ke sisa makanan.
Di dalam usus besar ada  banyak sekali mikroorganisme yang 
membantu membusukkan sisa-sisa makanan tersebut. Sisa makanan yang 
tidak terpakai oleh tubuh beserta gas-gas yang berbau disebut tinja(feses) dan 
dikeluarkan melalui anus.
f. Rektum dan Anus
Merupakan lubang tempat pembuangan 
feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, 
feses ditampung terlebih dahulu pada bagian 
rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka 
otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan 
penutupan anus. 
Sistem Pencernaan Mamalia Secara Umum
Pada hewan tingkat tinggi, makanan dicerna dalam saluran khusus yang 
pada umumnya sudah berkembang dengan baik. Jadi, pencernaan makanan pada 
hewan ini berlangsung di dalam organ gastrointestinal (secara ekstraseluler). 
Sistem gastrointestinal tersusun atas berbagai organ yag secara fungsional dapat 
dibedakan menjadi empat bagian, yaitu daerah penerimaan makanan, daerah 
penyimpanan, daerah pencernaan dan penyerapan nutrien, serta daerah 
penyerapan air dan ekskresi.
a) Daerah Penerimaan 
Daerah untuk menerima makanan adalah mulut. Mulut biasanya dilengkapi 
dengan gigi dan kelenjar ludah, yang membantu proses mengunyah dan 
menelan makanan. Dalam ludah terkandung berbagai substansi seperti amilase 
(enzim pencerna karbohidrat pada beberapa mamalia), toksin (pada ular 
berbisa), dan antikoagulan (pada insekta pengisap darah). Esofagus juga 
dikelompokkan sebagai daerah penerimaan makanan. Organ ini bertugas 
membawa makanan dari mulut ke lambung dengan gerakan peristaltik.
b) Daerah Penyimpanan 
Daerah penyimpanan makanan terdiri atas empedal (gizzard) dan 
lambung. Organ tersebut merupakan pelebaran saluran gastrointestinal pada 
bagian depan, yang memiliki fungsi utama sebagai penyimpan makanan. 
Sebagai proses pencernaan makanan sudah terjadi di bagian ini. 
Empedal merupakan kantong berotot yang berperan dalam pencernaan 
mekanik. Organ ini dapat ditemukan pada vertebrata maupun invertebrata. 
Pada artropoda, empedal dapat menggerus dan menyaring makanan yang 
berukuran tertentu. Sementara, partikel makanan yang ukurannya melebihi 
ukuran “saringan” akan tetap dipertahankan di dalam empedal, tidak akan 
diangkut ke organ berikutnya. Empedal akan terus mencernanya secara 
mekanik dan mengubahnya menjadi partikel partikel kecil yang mudah disaring. 
Pada burung, pencernaan makanan secara mekanik yang terjadi di empedal 
dilakukan oleh kontraksi otot empedal, dibantu oleh kerikil yang ditelannya. 
Lambung berfungsi sebagai tempat menyimpan khim, yaitu makanan 
yang telah dicerna sebagian. Lambung akan meloloskan khim ke usus 
(duodenum) dengan jeda waktu tertentu. Lambung juga berfungsi untuk 
mencerna protein dengan menyeksresikan enzim protease (zimogen) dan asam 
lambung. Asam lambung menyebabkan kondisi lambung vertebrata menjadi 
asam, dengan pH sekitar 1-2. Kondisi ini sangat penting untuk mengaktifkan 
enzim protease yang disimpan dan dikeluarkan oleh sel lambung dalam bentuk 
belum aktif. 
Pada sejumlah herbivora, misalnya lembu dan domba, lambung telah 
dikhususkan untuk mencerna selulosa. Pada hewan ini, lambung memiliki 
beberapa ruang. Hewan seperti itu dikenal dengan nama ruminansia. Dalam 
mencerna selulosa, ruminansia bersimbiosis dengan bakteri dan protozoa yang 
hidup pada rumen dan retikulum di lambungnya. 
Selama makan, ruminansia mengunyah rerumputan dan bebijian secara 
singkat, lalu menelannya hingga makanan masuk ke rumen. Dalam rumen 
terjadi pencernaan makanan secara biologis oleh adanya aksi bakteri. 
Selanjutnya, makananakan diteruskan ke retikulum yang akan mengubah bahan 
makanan tersebut menjadi gumpalan/bongkahan (cud) yang siap dimuntahkan 
lagi untuk dikunyah kedua kalinya. Setelah dikunyah untuk kedua kalinya, 
makanan ditelan lagi. Pada tahapan ini, makanan langsung masuk ke dalam 
omasum tanpa melalui rumen dan retikulum.
c) Daerah Pencernaan dan Penyerapan 
Proses pencernaan secara lebih sempurna dan penyerapan sari 
makananberlangsung di dalam usus. Di usus, bahan makanan (karbohidrat, 
lipid, dan protein) dicerna lebih lanjut dengan bantuan enzim dan diubah 
menjadi berbagai komponen penyusunnya agar dapat diserap dan digunakan secara optimal oleh hewan. Secara garis besar, enzim pencernaan pada hewan 
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu enzim pemecah karbohidrat, pemecah 
lemak, dan pemecah protein.
Apabila proses pencernaan telah mencapai maksimal, bahan makanan 
berubah untuk menjadi bahan sederhana yang siap diserap. Perlu diingat bahwa 
di usus juga ada  berbagai nutrien lain yang diperlukan hewan, seperti 
vitamin dan mineral. 


















Berbeda dengan tumbuhan, hewan mempunyai daya gerak, responsif terhadap 
rangsang eksternal, tumbuh mencapai besar tertentu, dan memerlukan makanan dalam 
bentuk kompleks. Baik pada hewan yang uniseluler maupun pada hewan yang 
multiseluler, individu merupakan suatu unit. Keseluruhan mekanisme tubuh hewan
saling terorganisasi, berarti setiap bagian dari tubuhnya merupakan subordinate dari 
individu sebagai keseluruhan, baik sebagai bagian satu sel maupun seluruh sel.
Suatu organisme hidup baik yang uniseluler maupun yang multiseluler, dapat 
berada sebagai individu terpisah maupun sebagai suatu agregat/kumpulan yang bebas 
satu sama lain(koloni). Sebuah koloni hewan mungkin terdiri dari hewan uniseluler atau 
hewan multiseluler, namun hewan multiseluler bukan sebuah koloni hewan uniseluler. 
Walaupun demikian, ada juga sebuah koloni hewan multiseluler yang karena aktivitas 
hidupnya bermanifestasikan suatu kesatuan, maka koloni itu dianggap sebagai suatu 
organisme.
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem 
organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima 
rangsangan, mengolahnya dan lalu  meneruskannya untuk menaggapi 
rangsangan. Setiap rangsangan yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak. 
lalu  otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan. 
Setiap aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang 
kompleks merupakan hasil koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem 
dalam tubuh. 
Sistem koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf beserta indera dan sistem 
endokrin(hormon). Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem 
saraf ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda￾beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem sarafnya.
Sistem saraf merupakan mekanisme penghantaran impul saraf ke susunan saraf 
pusat, pemrosesan impuls saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan 
atau sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. 
Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem saraf ini tidak 
dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda, semakin 
tinggi tingkatan hewan semakin kompleks sistem sarafnya.
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk 
bervariasi. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam 
kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara 
reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya 
yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam 
tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap 
rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar. Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf 
(neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau 
tanggapan.
Sistem Saraf Pusat
sistem saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan medula spinalis. Tidak ada bagian 
otak yang bekerja sendiri dan terpisah dari bagian-bagian otak lain karena anyaman 
neuron-neuron terhubung secara anatomis oleh sinaps, dan neuron-neuron di seluruh 
otak berkomunikasi secara ekstensif satu sama lain dengan cara listrik atau kimiawi. 
Akan tetapi, neuron-neuron yang bekerja sama untuk melaksanakan fungsi tertentu 
cenderung tersusun dalam lokasi yang terpisah. Karena itu, meskipun merupakan suatu 
keseluruhan yang fungsional, otak tersusun menjadi bagian-bagian yang berbeda. 
Bagian-bagian otak dapat dikelompokkan dalam berbagai cara bergantung pada 
perbedaan anatomik, spesialisasi fungsi, dan perkembangan evolusi.
Medula spinalis memiliki lokasi strategis antara otak dan serat aferen dan eferen 
susunan saraf tepi. Lokasi ini memungkinkan medula spinalis memenuhi dua fungsi 
primernya, yaitu sebagai penghubung untuk transmisi informasi antara otak dan bagian 
tubuh lainnya dan mengintegrasikan aktivitas refleks antara masukan aferen dan 
keluaran eferen tanpa melibatkan otak. Jenis aktivitas refleks ini disebut refleks spinal.
Makroanatomi Sistem Saraf Pusat
Meninges
Sistem saraf pusat dikelilingi oleh lapisan pembungkus yaitu meninges, berfungsi 
sebagai pelindung otak dan corda medulla dari kerusakan mekanis serta memberi suplai 
nutrisi pada sel-sel saraf. Meninges dari luar ke dalam ada  3 lapisan yaitu duramater, 
arachnoidea, dan piamater.
Duramater melekat pada dinding tengkorak, membentuk periosteum. Pada 
duramater dijumpai dua lipatan besar yang ada  pada muka interna yaitu falx cerebri 
dan tentorium cerebelli. Pertemuan dua lipatan tersebut membentuk protuberantia 
occipitalis interna fibrossa.
Arachnoidea merupakan membran lunak hampir transparan, ada  diantara 
duramater dan piamater, mempunyai trabekula sampai ke piamater. Piamater 
merupakan membran tipis yang terdiri dari jaringan ikat dan pembuluh darah, berguna 
untuk menyuplai nutrisi. Arachnoid dan piamater saling melekat dan seringkali 
dipandang sebagai satu membrane yang disebut pia-arachnoid.
Encephalon
a. Cerebrum
Cerebrum terdiri dari dua hemispherium cerebri, merupakan bagian terbesar dari 
encephalon. Kedua hemispherium cerebri dipisahkan oleh celah yang dalam yang 
disebut fisura longitudinale. Cerebrum terdiri dari beberapa lobus sesuai letak tulang 
yang berada di atasnya, yaitu lobus frontalis, lobus parietalis, lobus temporalis, dan lobus 
occipitalisserta lobus pyriformis yang terletak di ventral. Hemispherium cerebri 
dipisahkan dari cerebellum dengan adanya fissura transversa. Pada permukaan dorsal 
ada  banyak lipatan konveks yang disebut gyri. Gyri merupakan tonjolan-tonjolan 
yang dipisahkan oleh parit-parit yang dinamakan fisura atau sulkus.
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai 
dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian 
korteks serebrum yang berwarna kelabu ada  bagian penerima rangsang (area 
sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan 
sadar atau merespon rangsangan. Selain itu ada  area asosiasi yang 
menghubungkan area motor dan sensorik
b. Cerebellum
Terletak diatas medula oblongata, berbentuk oval. Terdiri atas vermis (di tengah), 
dua hemispherium di lateralis dipisahkan oleh fissura sagital.Cerebelum mempunyai 
fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, 
dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan 
sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
c. Brainstem
Terdiri dari :
1) Medulla Oblongata : Pars posterior dari brainstem, bentuk kerucut
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula 
spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, 
refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan  respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, 
sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain.
2) Pons: Korpus ujung anterior dari medulla oblongata.
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian 
kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang 
belakang.
3) Pedenculli cerebri,permukaannya
 Corpora quadrigemina : Corpus yang bulat berjumlah empat
 Thalamus : Corpus yang berbentnk oval
 Posterior hemispherium cerebrum
d.Hipothalamus
Diantara thalamus dan pedenculi cerebri. Berdekatan dengan : 
Corpus mammilaris
Tubercinerium : bentukan oval di ujung anterior brainstem
Chiasma nervi optici : berbentuk X yang disusun oleh n. opticus dan tractus opticus
Ventrikel dalam Encephalon
a. Ventrikel lateral
Terdiri atas ventrikel I dan II, ada  di hemispherium cerebri. Berisi corpus 
callosum, hippocampus, plexus choroideus, dan nucleus caudatus. Ventrikel
lateral dengan ventrikel III dihubungkan oleh foramen interventricularisatau nama 
lainnya foramen Monra
b. Ventrikel III
Mengelilingi thalamus kanan dan kiri. Berhubungan dengan ventrikel IV melalui 
aquaductus cerebri.
c. Ventrikel IV
Diantara brainstem dan cerebellum. Di dorsal medulla oblongata 
membentang ke anterior dan posterior.
3. Medulla Spinalis
 - Medulla spinalis merupakan lanjutan dari batang otak (medulla oblongata). Medulla 
spinalis juga diselubungi meninges.
 - Mengisi canalis vertebralis dr cervicalis I sampai lumbar V-VII (pada anjing) atau 
sacralis III (pada kucing)
 - Tersusun dari substansia grisea pada bagian tengah dan substansia alba pada bagian 
perifer dan ada  canalis centralis 
Mikroanatomi Sistem Saraf Pusat
Encephalon (cerebrum, cerebellum, dan brainstem) dan medulla spinalis secara histologi 
terbagi menjadi dua komponen utama yaitu substansi grisea dan substansi alba. 
Substansi grisea : Jaringan saraf berisi banyak perikarya atau soma dari neuron, 
dendrit, glia, pembuluh darah, dan sedikit serabut saraf yang bermyelin. Karakter utama 
dari substansi grisea ini berwarna kelabu karena adanya badan sel saraf yang relatif 
besar, nukleus bulat dikelilingi badan Nissl. Substansi grisea pada otak berada di perifer, 
membentuk cortex cerebrum dan cerebellum. Tetapi pada medulla spinalis berada di 
sentral berbentuk H.
Substansi alba: Kontras dengan substansi grisea. Substansi alba berwarna putih, 
tidak mempunyai perikarya, axon bermyelin secara merata. Terletak pada lapisan dalam 
otak. Tidak termasuk nuclei dan ganglia. Di otak dalam juga ada  substansi grisea 
yang dikelilingi sedikit atau banyak substansi alba, inilah yang disebut nuclei.
Cerebral CortexDi cerebral cortex ada  enam lapisan yang dapat dibedakan, 
membentuk bagian perifer dari hemispherium cerebri. 
a. Lapisan molecular : berisi serabut saraf yang berasal dari otak bagian lain, paralel 
dengan permukaan.
b. Lapisan granular externa : berisi sel granular (stellate interneuron) kecil dan 
neuroglia.
c. Lapisan piramidal externa : juga berisi neuroglia dan piramidal yang semakin ke 
dalam semakin besar.
d. Lapisan granular interna : relatif tipis, berisi neuron yang menerima input sensoris.
Pada area visual, lapisan ini sangat menonjol
e. Lapisan piramidal interna : tersusun atas sel piramidal besar yang mempunyai 
jarak antar sel satu dengan yang lain. Sel besar terutama pada area motorik 
cortex cerebri.
f. Lapisan multiformis (fusiformis) : memiliki neuroglia dan neuron yang berbentuk 
gelendong, tetapi bisa juga memiliki bentuk dan orientasi yang bermacam￾macam.
Cerebellar Cortex
Dibagi menjadi 3 lapisan yang sedikit bervariasi tergantung areanya.
a. Lapisan pertama (molecular) : berisi neuropil yang berasal dari dari dendrit 
neuron
yang berada di dalam lapisan tengah, dan axon neuron yang berada di dalam 
lapisan terdalam.
b. Lapisan tengah : tipis, terbentuk oleh selapis neuron besar yaitu sel piriformis atau 
sel Purkinje. Bentuknya seperti botol dan mempunyai cabang dendrit yang 
sangat besar, memanjang sampai lapisan pertama.
c. Lapisan ketiga (granular) : berisi banyak neuron kecil (sel granular), axon menuju 
arah yang berlawanan dari sel piriformis.
Medulla Spinalis
Posisi substansia alba dan grisea terbalik dibandingkan dengan otak. Lapisan 
eksternal berisi substansia alba yang menyusun berkas serabut saraf yang naik dan 
turun. Serabut saraf yang memasuki medulla spinalis (aferen) terletak di dorsal, 
sedangkan yang keluar dari medulla spinalis (eferen) terletak di ventral. Substansia 
grisea dalam potongan melintang tampak berbentuk H atau kupu-kupu, dengan kanalis 
sentralis berada di tengah yang disebut gray commissure.
Fungsi Bagian-Bagian Sistem Saraf Pusat
Otak depan
Menerima dan memproses informasi sensorik, berpikir, memahami, produksi dan 
pemahaman bahasa, dan pengendalian fungsi motorik. There are two major divisions of 
forebrain: the diencephalon and the telencephalon . 
Ada dua divisi utama dari otak depan :
 Diencephalon : berisi struktur seperti talamus dan hipotalamus yang bertanggung 
jawab atas fungsi seperti kontrol motorik, menyampaikan informasi sensorik, dan
pengendalian fungsi otonom
 Telencephalon berisi bagian terbesar dari otak, korteks cerebral. Sebagian besar 
pemrosesan informasi aktual di otak terjadi dalam korteks cerebral.
Otak tengah 
Otak tengah dan otak belakang bersama-sama membentuk brainstem.Otak tengah 
terlibat dalam tanggapan pendengaran dan visual serta fungsi motorik.
Otak belakang
Membentang dari sumsum tulang belakang dan terdiri dari metencephalon dan 
myelencephalon.
 Metencephalon: struktur seperti pons dan serebelum. Daerah ini membantu 
dalam menjaga keseimbangan dan keseimbangan, koordinasi gerakan, dan 
informasi konduksi sensorik. 
 Myelencephalon : dari medula oblongata yang bertanggung jawab untuk 
mengontrol fungsi otonomik seperti pernapasan, denyut jantung, dan 
pencernaan.
Area Lain Pada Otak
 Basal ganglia : Terlibat dalam pengaturan gerakan sadar
 Brainstem : Menyampaikan informasi antara saraf tepi dan sumsum tulang 
belakang ke bagian atas otak.
 Sulcus Tengah (fisura Rolando) : Alur yang dalam yang memisahkan parietalis dan 
frontalis lobus. 
 Otak kecil : Kontrol gerakan koordinasi dan keseimbangan
 Cerebral Cortex : Menerima dan memproses informasi sensorik. Dibagi menjadi 
lobus korteks cerebral.
 Lobus Cortex Cerebral :
 Lobus frontal : keputusan, pemecahan masalah, dan perencanaan
 Lobus oksipital : terlibat dalam penglihatan dan pengenalan warna 
 Lobus parietal : menerima dan memproses informasi sensorik 
 Lobus temporal : tanggapan emosional, memori, dan bersuara
 Amygdala : terlibat dalam respons emosional, sekresi hormon, dan memori. 
 Cingulate Gyrus : sensor tentang emosi dan pengaturan perilaku agresif.
 Fornix : pita melengkung dari serabut saraf yang menghubungkan hippocampus 
dengan hippothalamus. 
 Hippocampus : mengirim memori ke bagian yang tepat dari belahan otak untuk 
penyimpanan jangka panjang dan memanggil kembali saat  diperlukan.
 Hypothalamus : mempunyai banyak fungsi penting seperti pengaturan suhu 
tubuh, rasa lapar, dan homeostasis.
 Olfactory Cortex : menerima informasi sensorik dari bulbus olfaktorius dan 
terlibat dalam identifikasi bau. 
 Thalamus – substansi sel kelabu yang menyampaikan sinyal sensoris ke dan dari 
sumsum tulang belakang dan otak besar.
 Medulla oblongata : Membantu untuk mengontrol fungsi otonom. 
 Bulbus olfaktorius : Terlibat dalam indera penciuman 
 Kelenjar pineal : Kelenjar endokrin yang berguna dalam keseimbangan biologis. 
Mengeluarkan hormon melatonin 
 Kelenjar pituitari : Kelenjar endokrin yang terlibat dalam homeostasis. Mengatur 
kelenjar endokrin lainnya 
 Pons : Menyampaikan informasi sensorik antara otak besar dan otak kecil 
 Formasi retikular : Serabut saraf yang terletak di dalam brainstem. Mengatur 
kesadaran dan tidur 
 Substantia Nigra : Membantu untuk mengontrol gerakan sadar dan pengaturan 
suasana hati
 Sistem ventrikel : Menghubungkan sistem internal rongga otak, berisi cairan 
cerebrospinal:
 - Aqueductus Sylvius - kanal antara ventrikel III dan ventrikel IV
 - Plexus choroideus - menghasilkan cairan cerebrospinal 
 - Ventrikel IV - kanal yang melalui pons, medula oblongata, dan cerebellum 
 - Ventrikel lateral – ventrikel terbesar dan berlokasi di kedua hemispher cerebri
 - Ventrikel III - menyediakan jalur untuk aliran cairan cerebrospinal
Sistem Saraf Tepi
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap 
yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk 
ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui 
tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk 
ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal ada  badan sel saraf penghubung 
(asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan 
menghantarkannya ke saraf motor. Pada bagian putih ada  serabut saraf asosiasi. 
Kumpulan serabut saraf membentuk saraf (urat saraf). Urat saraf yang membawa impuls 
ke otak merupakan saluran asenden dan yang membawa impuls yang berupa perintah 
dari otak merupakan saluran desenden.
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem 
saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, 
sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain 
denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat. 
1. Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar 
dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum 
tulang belakang.Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:
1. Tiga pasang saraf sensori
2. Lima pasang saraf motor
3. Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang 
melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus 
membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka 
nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling 
penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan 
asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang 
saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf 
ekor.
2. Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari 
sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini 
ada  beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks 
dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang ada  pada pangkal ganglion disebut 
urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post 
ganglion. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf 
parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada 
posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang 
belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra 
ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang 
panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu. Fungsi sistem saraf 
simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik 
terdiri dari keseluruhan “nervus vagus” bersama cabang-cabangnya ditambah dengan 
beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.
Struktur Sel Saraf
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya ada  sitoplasma dan inti 
sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson 
(neurit).Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson 
berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat 
panjang. Sebaliknya, dendrit pendek. Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan 
minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson 
ada  lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang 
menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di 
seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi 
mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak 
terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran 
impuls
MACAM-MACAM RESEPTOR
1. Eksteroseptor
Eksteroseptor memberi informasi kejadian-kejadian pada permukaan tubuh hewan. 
Eksteroseptor adalah suatu alat penerima rangsang dari luar, misalnya bila kita digigit 
nyamuk atau dihinggapi serangga. Kita dapat mengetahui langsung tempat nyamuk 
itu menggigit dan serangga hinggap. Dengan secara refleks kita akan melakukan 
respon terhadap bekas gigitan tadi misalnya menggaruk bekasnya.
Indra peraba dan tekanan diketahui sebagai indera dirasakan oleh ujung-ujung saraf 
pada folikel-folikel rambut yaitu ujung-ujung saraf Merkel’s dan Paccini. Ujung saraf 
Paccini yang berbentuk ovale adalah reseptor tekanan.
Ujung saraf Merkel, Paccini dan Meisner disebut juga mekanoreseptor karena bisa 
menyampaikan rangsang yang disebabkan oleh rangsangan mekanis. Ujung-ujung 
saraf Ruffini berguna sebagai reseptor panas. Dengan ujung saraf ini kita bisa 
mengetahui perubahan temperatur pada permukaan kulit terutama panas. Reseptor 
yang demikian disebut juga termoseptor. Reseptor untuk merasakan sakit ini 
merupakan ujung-ujung saraf yang tersebar di seluruh tubuh.
1) Pit organ
Indera perasa panas pada beberapa hewan digunakan sebagai alat untuk 
menangkap mangsanya. Alat untuk penerima panas tersebut dinamakan pit 
organ. Pit organ ini dipunyai terutama oleh ular. Pit organ letaknya diantara mata 
dengan lubang hidung dan pada bagian muka pada hewan lainnya. Bentuknya 
berupa saluran yang berisi darah dan ujung-ujung saraf yang amat peka terhadap 
panas. Pit organ ini tidak bisa digolongkan ke dalam eksteroseptor karena sumber 
rangsang tidak berasal dari permukaan tubuh tetapi dari jarak tertentu.
2) Gurat sisi
Sistem saraf yang ditemukan pada golongan hewan Vertebrata rendah seperti 
pada ikan dan amfibi. Gurat sisi ini pada ikan dan amfibi tertentu merupakan suatu 
saluran dibawah kulit yang mempunyai saluran keluar tubuhnya. Dipermukaan 
tubuhnya saluran-saluran itu merupakan lubang-lubang membentuk barisan 
dalam satu garis. Pada saluran gurat sisi ada  rambut-rambut sensoris yang 
letaknya teratur disebut neuromast. Neuromast ini mempunyai kepekaan 
terhadap tekanan dan arus air. Selain itu juga untuk mengetahui obyek yang 
bergerak berupa mangsa atau yang memangsanya.
3) Rheotaksis
Rheotaksis adalah suatu kecenderungan dari mahkluk hidup untuk menerima 
rangsangan mekanis dari arus air karena gerakan. Misalnya pada planaria, cacing 
ini akan mengadakan reaksi terhadap arus air dengan reseptor yang ada pada 
seluruh permukaan tubuhnya.
4) Anemotaksis
Anemotaksis adalah suatu kemampuan hewan untuk mengetahui aliran udara 
disekitarnya. Anemotaksis ini ada  pada hewan terbang seperti lalat. Mereka 
berorientasi di udara dengan menggunakan reseptor untuk mengetahui tekanan 
udara, arus udara. Reseptor ada  pada bagian dasar sayap dan pada bagian 
kepala.
5) Indera pengecap
Pengecap dirasakan oleh adanya reseptor pengecap yang disebut sel-sel 
pengecap. Reseptor ini secara konstan memberi informasi mengenai sifat-sifat zat 
yang masuk melalui mulut pada waktu makan, selain itu ada  papilla pada 
lidah. Ada empat macam rasa kecap utama yaitu: pahit, manis, asam dan asin. 
Indera pengecap sangat penting untuk kelangsungan hidup hewan. Hewan yang 
mempunyai alat penciuman kurang tajam, maka kurang berkembang pula alat 
pengecapnya. Reseptor pengecap adalah suatu kemoreseptor karena dapat 
dirangsang oleh berbagai zat kimia.
2. Kemoreseptor
Indera penciuman dan pengecap termasuk suatu kemoreseptor, sebab indera 
pengecap merupakan alat yang bisa merasakan zat-zat kimia dan indera penciuman 
bisa mencium berbagai sifat zat kimia terutama baunya. Hewan-hewan rendah juga 
memiliki beberapa kemoreseptor yang berkembang baik dan berperanan penting 
pada kelangsungan hidupnya. Contohnya bila asam lemah diteteskan pada tubuhnya 
maka protozoa (Amoeba,sp) akan menggerakkan pseudopodianya, Hydra dapat 
membedakan makanan yang hidup dan yang mati. Kemoreseptor berfungsu juga 
sebagai alat simbiosis komensalisme dan parasitisme.
3. Proprioseptor
Informasi mengenai kedudukan tubuh dan lender dirasakan oleh propriseptor. 
Proprioseptor ada  pada empat otot (otot lurik), pada tendon otot, pada selaput 
pembungkus otot berupa ujung saraf Paccini dan pada sendi. Proprioseptor 
merupakan suatu mekanoseptor. Proprioseptor penting untuk mengatur koordinasi 
aktifitas otot.
4. Interoseptor
Interoseptor menyampaikan informasi mengenai kejadian-kejadian di dalam tubuh. 
Di dalam tubuh hewan banyak reseptor yang secara konstan menyampaikan 
informasi tentang keadaan alat-alat dalam seperti jantung, paru-paru, pembuluh 
darah dan informasi tentang lingkungan dalam seperti kadar glukosa darah, 
konsentrasi ion, dan PH kepada saraf pusat. Semua reseptor diatas termasuk kedalam 
interoreseptor.
Selain interoseptor juga ada  interoseptor khusus yang berfungsi sebagai alat 
keseimbangan. Letaknya pada telinga dalam yang disebut Labirin. Labirin terdiri atas 
alat keseimbangan untuk merasakan gerakan kepala yaitu saluran-saluran 
semisirkuler dan alat untuk mengetahui kedudukan kepala yaitu utrikulus dan sakulus.
5. Fotoreseptor
Hampir semua hewan mempunyai kapasitas untuk merespon terhadap cahaya. 
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik dan organ visual dari hewan 
memperlihatkan perbedaan sensitifitas terhadap gelombang cahaya yang berbeda. 
Disamping memperlihatkan sensitifitas teerhadap cahaya, kebanyakan hewan telah 
mempunyai organ penglihatan yang baik yaitu mata. Mata atau titik mata ditemukan 
pada Platyhelminthes, Nematelminthes, Annelida, Molluska, Arthropoda dan semua 
Vertebrata. Mata dibangun oleh sel-sel fotoreseptor yang menerima kualitas cahaya 
tertentu seperti intensitas dan warna.
MEKANISME PENGHANTARAN IMPULS
Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui 
serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara 
bagian luar dan bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif 
ada  di bagian luar dan kutub negatif ada  di bagian dalam sel saraf. 
Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya 
pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi) 
terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan gelombang perbedaan 
potensial bervariasi antara 1 sampai dengart 120 m per detik, tergantung pada diameter 
akson dan ada atau tidaknya selubung mielin.
Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat dilalui 
oleh impuls, karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula (potensial 
istirahat). Untuk dapat berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik.
Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria 
dalam sel saraf.
Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan 
menghasilkan impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di 
atas ambang maka impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat 
dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu 
daripada impuls yang lemah.
Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain 
dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan sinapsis. 
Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis ada  struktur kumpulan membran kecil berisi 
neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan 
sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang 
membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka 
vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-sinapsis. lalu  vesikula akan 
melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin.
Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls 
dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis. Neurontransmitter ada bermacam-macam 
misalnya asetilkolin yang ada  di seluruh tubuh, noradrenalin ada  di sistem saraf 
simpatik, dan dopamin serta serotonin yang ada  di otak. Asetilkolin lalu  
berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel pada reseptor yang ada  pada 
membran post-sinapsis.
Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf 
berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh 
enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran post-sinapsis.
Antara saraf motor dan otot ada  sinapsis berbentuk cawan dengan membran pra￾sinapsis dan membran post-sinapsis yang terbentuk dari sarkolema yang mengelilingi sel 
otot. Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis saraf-saraf lainnya.

Sistem Saraf Pada Vertebrata
Sistem saraf Pisces
Ikan mempunyai otak yang pendek. Lobus olfaktorius, hemisfer serebral, dan 
diensefalon kecil, sedang lobus optikus dan serebellum besar. Ada 10 pasang saraf 
kranial. Korda saraf tertutup dengan lengkung-lengkung neural sehingga mengakibatkan 
saraf spinal berpasangan pada tiap segmen tubuh.
ada  pada ikan bertulang menulang yaitu saku olfaktoris pada moncong 
dengan sel-sel yang sensitif terhadap substansi yang larut dalam air, kuncup perasa di 
sekitar mulut. Mata lebar mungkin hanya jelas untuk melihat dekat, tetapi dapat 
digunakan untuk mendeteksi benda-benda yang bergerak diatas permukaan air atau di 
darat didekatnya. Telinga dalam dengan 3 saluran semisirkular, dan sebuah otolit untuk 
keseimbangan. Ikan tidak mempunyai telinga tengah jadi tidak ada gendang telinga. 
Oleh sebab itu, vibrasi atau suara diterima dan diteruskan melalui kepala atau tubuh. 
Garis lateral tubuh mempunyai perluasan di daerah kepala dan berguna untuk 
mendeteksi perubahan tekanan arus air (seperti menghindar dari batu-batuan). Garis 
lateral itu diinervasi oleh saraf kranial ke X (N. vagus), oleh sebab itu beberapa ahli 
berpendapat bahwa telinga tengah pada vertebrata air berasal sama seperti garis lateral.
Sistem saraf Amphibi
Otak terbagi atas lima bagian dan serebellum merupakan bagian yang terkecil. 
Ada 10 saraf kranial. Tiga saraf pertama membentuk pleksus brakeal. Saraf ke-7, ke-8, 
dan ke-9 membentuk pleksus iskiadikus. Mata dengan kelopak mata atas dan kelopak 
mata bawah, dan ada lagi kelopak mata yang ketiga yang transparan (membran 
niktitans). Mata digerakkan oleh 6 otot, yaitu oto-otot superior, inferior, rektus internal, 
rektus eksternal, oblikus interior, dan oblikus superior.
Telinga dengan organ pendengar dan keseimbangan yang berupa 3 szlurzn 
semisirkular, yaitu vertikal anterior, vertikal posterior, dan horizontal. Membran timpani 
(dalam telinga tengah, tetapi tidak ada telinga luar), membawa implus-implus ke 
kolumella (tulang tipis dalam telinga tengah yang memancarkan implus-implus melalui 
stapes ke koklea).
Sistem saraf Reptil 
Otak dengan dua lobus olfaktorius yang panjang, hemisfer serebral, 2 lobus 
optikus, serebellum, medulla oblongata yang melanjut ke korda saraf. Di bawah hemisfer 
serebral ada  traktus optikus dan syaraf optikus, infundibulum, dan hipofisis. 
ada  12 pasang syaraf kranial. Pasangan-pasangan syaraf spinal menuju ke somit￾somit tubuh. 
Pada lidah ada  kuncup-kuncup perasa, dan ada  organ pembau pada 
rungga hidung. Mata dengan kelenjar air mata. Telinganya seperti telinga vertebrata 
rendah. Saluran auditori eksternal tertutup kulit, dengan membran tympani. Telinga 
dalam dengan tiga saluran semi sirkular untuk mendengar. Dari ruang tympani ada 
saluran eustachius dan bermuara dalam faring di belakang hidung dalam.
Sistem saraf Aves
Bentuk otak dan bagian-bagiannya tipikal pada burung. Lobus olfaktorius kecil, 
serebrum besar sekali. Pada ventro-kaudal serebrum terletak serebellum dan ventral 
lobus optikus. lubang telinga nampak dari luar, dengan meatus auditoris eksternal terus 
kemembran tympani (gendang telinga). Telinga tengah dengan saluran-saluran semi 
sirkulat terus ke koklea. Pendengaran burung dara sangat baik. Dari telinga tengah ada 
saluran eustachius menuju ke faring dan bermuara pada langit-langitt bagian belakang.
Hidung sebagai organ pembau dimulai dengan dua lubang hidung yang berupa celah 
pada dorsal paruh. Indra pencium pada burung kurang baik. Mata besar dengan pekten 
yaitu sebuah membran bervaskulasi dan berpikmen yang melekat pada mangkuk optik, 
dan melanjut kedalam humor vitreus. Syaraf optik memasuki sklera mata di tempat 
yanag disebut bingkai skleral. Mata dengan kelenjar air mata. Penglihatan terhadap 
warna sangat tajam dan cepat berakomodasi pada berbagai jarak.
Sistem saraf Mammalia
Cerebrum besar jika dibandingkan dengan keseluruhan otak. Serebelum juga 
besar dan berlobus lateral 2 buah. Lobus optikus ada 4 buah. Setiap bagian lateralnya 
dibagi oleh alur transversal menjadi lobus anterior dan posterior. Mempunyai telinga 
luar. Gelombang suara disalurkan melalui meatus auditori eksternal ke membran 
tympani. Telinga tengah mengandung 3 buah osikel auditori. Koklea agak berkelok. 
Mata tidak mengandung pekten (seperti yang ada  pada burung). Di banding dengan 
vertebrata yang lebih rendah, maka pada kelinci membran olfaktori lebih luas, organ 
pembau lebih efektif, karena membran olfaktori itu lebih luas. Hal itu disebabkan karena 
papan-papan tulang dalam rongga hidung bergulung-gulung membentuk kurva


























Setiap organisme melakukan metabolisme, baik organisme uniseluler maupun 
multiseluler. Metabolisme berlangsung di dalam setiap sel makluk hidup dan untuk itu 
diperlukan bahan-bahan untuk berlangsungnya proses metabolisme dengan lancar. Sel￾sel mendapat suplai makanan atau bahan-bahan dari luar tubuh dan dihantarkan ke 
setiap sel melalui system sirkulasi. Sistem sirkulasi melakukan fungsi peredaran materi 
(bahan-bahan yang diperlukan oleh tubuh), hormone, oksigen, dan sisa-sisa
metabolisme. Sistem sirkulasi atau sistem peredaran darah pada umumnya untuk 
organisasi tingkat rendah belum memiliki sistem sirkulasi secara khusus. Misalnya pada 
Amoeba dan paramecium, sirkulasi bahan-bahan metabolisme berikut sisa-sisa 
metabolisme dilakukan dengan aliran sitoplasma. Akan tetapi, proses difusi berlangsung 
sangat lambat sehingga cara tersebut tidak mungkin dapat memenuhi semua kebutuhan 
hewan berukuran besar (dengan ketebalan tubuh lebih dari beberapa milimeter) dan 
atau hewan yang memiliki aktivitas metabolism tinggi. Oleh karena itu, pada hewan 
tingkat tinggi diperlukan sistem sirkulasi khusus yang menjamin adanya pergerakan 
cairan ke seluruh tubuh secara cepat. Adapun sistem sirkulasi tersebut dilakukan oleh 
seperangkat organ-organ sirkulasi darah terbuka dan system peredaran tertutup.
Sistem sirkulasi pada hewan merupakan suatu sistem organ yang memiliki fungsi 
untuk memindahkan zat dari dan ke sel. Sistem ini berfungsi untuk mempertahankan 
kestabilan suhu, pH, cairan dan homeostasis. Ada tiga macam sistem peredaran darah, 
yaitu 1)Sistem difusi : terjadi pada invertebrata rendah seperti paramecium, amoeba 
maupun hydra belum mempunyai sistem sirkulasi berupa jantung dengan salurannya 
yang merupakan jalan untuk peredaran makanan. Makanan umumnya beredar keseluruh 
tubuh karena adanya aliran protoplasma. 2)Sistem peredaran darah terbuka : jika 
dalam peredaran-nya darah tidak selalu berada di dalam pembuluh. Misal : Arthropoda.
3)Sistem peredaran darah tertutup : jika dalam peredaran-nya darah selalu berada di 
dalam pembuluh. Misal: Annelida, Mollusca, Vertebrata.
Sistem Sirkulasi Invertebrata
Protozoa
Hewan bersel satu atau protozoa tidak memiliki sistem sirkulasi darah karena 
tubuhnya hanya terdiri atas satu sel. Sari-sari makanan yang telah dicerna di dalam 
vakuola diserap oleh protoplasma di sekelilingnya. Oksigen diserap secara difusi, dan 
CO2 dikeluarkan juga secara difusi. Contoh dari protozoa adalah amoeba dan 
paramaecium. System sirkulasi pada paramecium lebih sempurna daripada amoeba. 
Pada paramaecium, makanan yang berupa materi halus diserap melalui permukaan 
tubuhnya. Namun materi makanan yang besar akan masuk sitostoma (mulut sel). 
Makanan yang berbentuk cair akan diedarkan oleh vakuola kontraktil, sedangkan zan 
makanan yang berbentuk padat akan dicerna dan diedarkan oleh vacuola makanan. 
Penyebaranya ke dalam endoplasma terjadi secara osmosis.
Porifera
Organisme ini belum memiliki sistem peredaran darah khusus, dengan katalain 
sistem sirkulasinya tergabung dengan sistem pencernaan. Tubuhnya terdiri atas dua 
lapisan sel, yaitu sel ameboid, dan koanosit.
Sel-sel ameboid yang berfungsi mengedarkan makanan. Makanan pada porifera 
diperoleh melalui aliran air yang melintasi ostia atau pori dan keluar melalui oskulum. 
Makanan ditangkap dan dicerna oleh sel-sel leher (koanosit), lalu  diberikan ke sel￾sel ameboid. lalu , sel-sel ameboid mengembara ke sel-sel lain untuk mengedarkan 
makanan. 

Coelenterata
Pada Coelenterata juga belum memiliki sistem peredaran khusus, misalnya 
Hydra, transportasinya dilakukan oleh sistem gastrovaskuler, yakni saluran pencernaan 
yang berfungsi sekaligus sebagai alat peredaran. Saluran pencernaan pada Hydra 
bercabang-cabang dan bercabang-cabang lagi ke semua bagian tubuh. Percabangan ini 
menyebabkan permukaan dalam saluran pencemaan semakin luas, sehingga saluran ini 
akan lebih efisien dalam melakukan penyerapan zat sekaligus mengantarkan zat yang 
diserapnya ke seluruh jaringan tubuh. Dengan demikian, walaupun pada hewan ini tidak 
ada  sistem peredaran khusus, zat yang diserap oleh saluran pencernaan akan dapat 
mencapai seluruh jaringan tubuhmisalnya hydra, makanan yangtelah dicerna didalam 
rongga gastrovaskuler langsung diserap oleh sel-sel endoderma penyusun dinding 
rongga gastrovaskuler. Selanjutnya, sel-sel endoderma memberikan makanan ke sel-sel 
ektoderma secara difusi dan osmosisi. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui mulutnya.
Platyheminthes
Pada Platyheminthes contohnya planaria juga belum mempunyai 
sistemperedaran darah khusus, namun menggunakan sistem gastrovaskuler. Awal 
mulanya makanan masuk kedalam usus. Selanjutnya, dari usus bercabang-cabang ke 
seluruh tubuh untuk mengedarkan makanan. Percabangan tersebut menyebabkan usus 
lebih besar sehingga lebih efisien dalam menyerap makanan. Usus tersebut disebut 
gastrovaskuler, yang berfungsi sebagai pencerna makanan dan mengedarkannya ke 
seluruh tubuh.

Annelida
Sistem sirkulasi pada cacing tanah merupakan peredaran darah tertutup. Selama 
dalam peredarannya darah tetap berada di dalam pembuluh. Alat peredaran darah 
cacing tanah terdiri atas pembuluh darah punggung (dorsal), pembuluh darah 
perut (ventral) dan lima pasang lengkung aorta yang berfungsi sebagai jantung. Karena 
itu jantung cacing sering disebut jantung aorta. Darah dalam cacing beredar di dalam 
pembuluh sehingga termasuk peredaran darah tertutup Darah yang ada  pada 
pembuluh kapiler akan mengikat oksigen.
Pembuluh tersebut banyak ada  pada kulit. Darah yang telah mengikat 
oksigen ini akan mengalir ke pembuluh punggung lalu  bergerak menuju lengkung 
aorta. Jantung aorta pada cacing tanah, terbagi menjadi pembuluh darah dorsal dan 
ventral. Bila pembuluh punggung dan jantung berdenyut, darah mengalir menuju ke 
pembuluh darah perut, lalu mengalir menuju ke bagian belakang (posterior) tubuh dan 
selanjutnya kembali ke jantung aorta melalui poembuluh darah punggung. Darah yang 
beredar mengangkut nutrisi dan oksigen, serta mengambil sisa metabolisme untuk 
dikeluarkan dari dalam tubuh.
Cacing tanah belum memiliki alat pernapasan khusus. Oksigen dari udara bebas 
berdifusi ke dalam darah cacing melalui seluruh permukaan kulit. Dari sini oksigen 
diangkut oleh darah didalam kapiler bersama-sama dengan darah yang mengangkut zat 
makanan dari usus menuju ke pembuluh darah punggung. Selanjutnya darah tersebut 
dipompakan keseluruh jaringan tubuh. Berbeda dengan darah vertebrata yang 
hemoglobinnya terikat dalam sel darah merah, hemoglobin darah cacing larut dalam 
plasma darah. 
Mollusca
Pada mollusca sistem peredaran darahnya terbuka, jantung terdiri atas ventrikel 
dan atrium, aorta interior, dan aorta posterior. Tidak memiliki arteri dan vena. Ventrikel 
memompa darah ke dalam aorta anterior, lalu  darah dialirkan tanpa pembuluh ke 
bagian kaki serta alat2 tubuh lainnya kecuali punggung. Ke bagian abdomen, darah 
dialirkan melalui rectum dan mantel (kulit luar). Darah yang menggandung O2 didalam 
mantel akan dialirkan ke atrium, darah yang menggandung CO2 dikumpulkam dalam 
pembuluh lalu  masuk kedalam ginjal dan insang untuk mengikat O2 dan kembali 
lai ke jantung
Arthropoda
Sistem sirkulasiarthropoda meliputi jantung dan arteri, sedangkan vena tidak 
ada. contohnya pada belalang mempunyai sistem peredaran terbuka karena darah tidak 
selalu berada dalam pembuluh darah, darah kembali ke jantung melalui rongga-rongga 
tubuh (hemocoel). Alat transportasinya berupa pembuluh yang dapat berdenyut 
sehingga menyerupai jantung. Oleh karena itu, pembuluhnya disebut “jantung 
pembuluh”, Pada saat jantung pembuluh ini berdenyut,darah keluar dari jantung 
pembuluh ke bagian depan melalui aorta.
Peredaran darah pada belalang berlangsung sebagai berikut: Darah dipompa oleh 
jantung pembuluh ke bagian depan tubuh melalui aorta dorsal. Selanjutnya darah 
beredar ke seluruh tubuh ke ruang antar organ tanpa melalui pembuluh darah, lalu  
darah kembali ke jantung pembuluh melalui ostium. Darah serangga tidak mengandung 
hemoglobin sehingga tidak berwarna merah. Darah serangga disebut hemolimfa. Darah 
ini mengadung sel darah yang tidak berwarna yang berfungsi untuk melenyapkan 
organisme asing. Karena tidak mengandung Hb, darah serangga berfungsi untuk 
mengangkut zat makanan, tidak untuk mengangkut oksigen ataupun gas CO2. Gas- gas 
tersebut disalurkan melalui system trakea.
Hewan invertebrate seperti echinodermata, memilki system sirkulasi radial yang 
bentuknya mengecil. Pengangkutan zat dibantu dengan system sirkulasi air yang disebut 
system air ambulakral System sirkulasi pada mollusca terdiri atas jantung dengan satu 
atau dua ruang jantung, aorta dan pembuluh lainnya.
Pisces
Ikan adalah vertebrata air yang termasuk hewan berdarah dingin yang dapat 
ditemukan baik pada air garam dan air tawar. Seperti manusia, mereka memiliki sistem 
peredaran darah tertutup, di mana darah selalu terkandung dalam rangkaian pembuluh 
darah. Dengan kata lain, darah tidak pernah meninggalkan pembuluh darah dan tidak 
mengisi rongga tubuh. Sistem peredaran darah tertutup dapat memiliki pola sirkulasi 
tunggal atau ganda.
Ikan memiliki pola sirkulasi tunggal, dimana darah melewati jantung hanya sekali 
selama setiap rangkaian lengkap. Darah yang kekurangan oksigen dari jaringan tubuh 
datang ke jantung, dimana ia dipompa ke insang. Pertukaran gas terjadi dalam insang, 
dan darah beroksigen dari insang yang beredar ke seluruh tubuh. Di sisi lain, pada 
mamalia, darah terdeoksigenasi memasuki jantung, dimana ia dipompa ke paru-paru 
untuk oksigenasi. Darah beroksigen dikembalikan ke jantung dari paru-paru, yang akan 
diangkut ke seluruh tubuh.
Sistem peredaran darah ikan cukup sederhana, terdiri dari pembuluh jantung, 
darah, dan pembuluh darah. Jantung ikan adalah struktur otot sederhana yang terletak 
di belakang (dan di bawah) insang. Jantung tertutup oleh membran perikardial atau 
perikardium. Jantung terdiri dari atrium, ventrikel, struktur berdinding tipis yang dikenal 
sebagai sinus venosus, dan tabung yang disebut bulbus arteriosus. Meskipun memiliki 
empat bagian, jantung ikan dianggap dua bilik. Tidak seperti manusia, empat bagian dari 
jantung ikan tidak membentuk organ tunggal. Biasanya, mereka menemukan satu di 
belakang yang lain.
Pembuluh darah pada ikan membawa darah ke seluruh tubuh. Sementara arteri 
membawa darah beroksigen dari insang ke seluruh tubuh, pembuluh darah 
terdeoksigenasi kembali dari berbagai bagian tubuh ke jantung. Arteriol adalah arteri 
kecil, berdinding tipis yang berakhir di kapiler, sementara venula adalah vena kecil yang 
berlanjut dengan kapiler. Kapiler adalah pembuluh mikroskopis yang membentuk 
jaringan disebut kapiler bed, dimana darah arteri dan vena saling terkait. Kapiler 
memiliki dinding tipis yang memfasilitasi difusi, suatu proses dimana oksigen dan nutrisi 
lain dari darah arteri yang ditransfer ke dalam sel. Pada saat yang sama, karbon dioksida 
dan limbah bahan pindah ke kapiler.
Kapiler mengandung darah terdeoksigenasi (mengandung karbon dioksida) yang 
mengalir ke vena kecil yang disebut venula, yang pada gilirannya mengalir ke vena yang 
lebih besar. Vena membawa darah terdeoksigenasi ke sinus venosus, yang seperti ruang 
koleksi kecil. Sinus venosus memiliki sel-sel alat pacu jantung yang bertanggung jawab 
untuk memulai kontraksi, sehingga darah tersebut akan dipindahkan ke dalam atrium 
berdinding tipis, yang memiliki sangat sedikit otot. Atrium menghasilkan kontraksi 
lemah sehingga mendorong darah ke ventrikel. Ventrikel adalah struktur berdinding 
tebal dengan banyak otot jantung. Ini menghasilkan tekanan yang cukup untuk 
memompa darah ke seluruh tubuh. Ventrikel memompa darah di dalamnya menjadi 
bulbus arteriosus, ruang kecil dengan komponen elastis. Sementara bulbus arteriosus 
adalah nama ruang pada teleost (rayfinned, ikan bertulang), struktur ini dikenal sebagai 
konus arteriosus pada elasmobranch (ikan dengan kerangka tulang rawan dan sisik 
placoid). Konus arteriosus memiliki banyak katup dan otot, sedangkan bulbus arteriosus 
tidak memiliki katup. Fungsi utama dari struktur ini adalah untuk mengurangi tekanan 
nadi yang dihasilkan oleh ventrikel, untuk menghindari kerusakan pada insang yang 
berdinding tipis.
Insang adalah organ pernapasan utama ikan. Mereka memfasilitasi pertukaran 
gas, yaitu penyerapan oksigen dari air dan penghapusan karbon dioksida. Arteri 
membawa darah beroksigen (dari insang) ke seluruh tubuh. Arteri bercabang ke arteriol, 
yang mengalir ke kapiler, di mana darah arteri menjadi darah vena, karena pasokan 
oksigen dan nutrisi lainnya ke sel dan menyerap karbon dioksida dan bahan limbah. 
Darah dari vena diteruskan ke jantung, yang memompa ke insang, di mana karbon 
dioksida akan diganti dengan oksigen. Darah beroksigen dipasok ke sel-sel dalam tubuh, 
dan siklus terus berulang.
Manusia
Sistem peredaran darah manusia merupakan sistem organ yang terutama 
berkaitan dengan transportasi nutrisi, gas, sel-sel darah dan hormon ke seluruh tubuh, 
melalui jaringan pembuluh darah. Itu juga merupakan pendingin utama serta sistem 
transportasi tubuh. Sistem Peredaran Darah pada manusia terdiri dari jantung, 
pembuluh darah, dan darah. Pembuluh darah arteri meliputi, arteriol, vena, dan kapiler. 
Semua bagian ini memainkan peran masing-masing dalam fungsi normal dari peredaran 
darah atau sistem kardiovaskular. Struktur dasar dari sistem peredaran darah dapat 
dianggap sebagai loop tertutup yang dimulai di jantung dan selesai di sana. Untuk 
pemahaman yang lebih baik, mari kita diskusi tentang jantung.
Jantung: Jantung manusia dibagi menjadi empat ruang – atrium kiri, ventrikel kiri, 
atrium kanan, dan ventrikel kanan. Dinding ventrikel lebih tebal dan lebih kuat 
dibandingkan dengan dinding atrium. Ruang ini berkontraksi dan darah mendorong ke 
pembuluh darah. Atrium kanan adalah ruang kanan atas yang menerima darah 
terdeoksigenasi melalui vena kava superior (untuk tubuh bagian atas) dan inferior 
venacava (untuk tubuh bagian bawah). Atrium kiri mengumpulkan darah beroksigen dari 
vena paru dan dipompa ke aorta (arteri terbesar jantung), untuk dibagikan ke arteri dan 
arteriol.
Seperti kita semua sadar, fungsi utama dari sistem sirkulasi adalah untuk 
memberikan nutrisi dan oksigen ke berbagai bagian tubuh, melalui darah, yang beredar
melalui pembuluh darah dan arteri. Arteri membawa darah beroksigen dari jantung ke 
sel dan jaringan, sedangkan vena mengembalikan darah mengurangi oksigen dari sel dan 
jaringan ke jantung. Berdasarkan modus fungsi, sistem peredaran darah dapat 
diklasifikasikan ke dalam dua kategori – sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru-paru.
William Harvey adalah orang pertama yang menemukan fungsi jantung dan 
sirkulasi darah. Dia menyatakan bahwa jantung adalah organ pemompa yang tersedia 
dengan katup, untuk mempertahankan aliran darah hanya dalam satu arah; darah yang 
didistribusikan ke organ melalui pembuluh yang terletak dibagian dalam, yang ia disebut 
arteri, dan darah dikembalikan ke jantung oleh pembuluh superfisial disebut vena, yang 
masih berlaku sampai sekarang.
Sistem ini sekarang disebut sistem kardiovaskular. Namun, ada sistem lain yang 
bekerja di dekat koordinasi dengan sistem kardiovaskular, yang merupakan sistem 
limfatik. Keduanya bersama-sama membentuk Sistem Peredaran Darah.
Secara detail terlihat struktur jantung, dengan adanya beberapa katup, yang 
berfungsi untuk mengatur aliran darah kedalam jantung dan reletif lebih tipis dibanding 
dengan dinding sekat jantung. Atrium, berfungsi untuk memompa darah ke dalam 
ventrikel, yang memiliki dinding lebih tipis dibanging ventrikel yang memompa darah 
dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Sirkulasi Sistemik (Peredaran darah besar)
Sirkulasi sistemik sebenarnya loop mulai dari jantung dan mendistribusikan ke 
berbagai bagian tubuh, yang bekerja berbeda dengan sirkulasi paru-paru. Dalam sirkulasi 
sistemik, arteri mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari jantung dan diangkut ke 
jaringan tubuh. Dalam proses ini, oksigen dari darah (atau tepatnya, sel-sel darah merah, 
eritrosit) yang disebarkan ke dalam sel-sel tubuh, sedangkan karbon dioksida dari sel 
menyebar dalam darah. Ini pertukaran gas berlangsung dengan bantuan kapiler kecil 
yang mengelilingi sel-sel tubuh.
Secara lengkap sistem peredaran darah besar dapat dijelaskan sebagai berikut.
Dari atrium kiri darah (kaya oksigen) mengalir ke ventrikel kiri melalui katup bikuspidalis. 
Kontraksi ventrikel menyebabkan katup aorta membuka. Pada aorta ada  arteri￾arteri yang keluar langsung ke permukaan jantung dan ke seluruh tubuh. Arteri ini 
menuju ke arteriol-arteriol, yang selajutnya membawa darah yang kaya akan 
oksigen ke kapiler seluruh tubuh, pada pembuluh kapiler ini terjadi pertukaran, 
yaitu oksigen dari darah akan berdifusi masuk ke jaringan dan karbondioksida dari 
jaringan akan berdifusi masuk ke dalam darah, selanjutnya darah akan menuju 
ke venula dan akhirnya menuju ke vena cava. Darah dari organ tubuh yang berada di 
bawah jantung akan menuju ke vena cava inferior, sedangkan darah dari organ yang 
berada diatas jantung akan mengalir menuju vena cava superior, kedua vena besar 
tersebut akan bermuara di atrium kanan dengan membawa darah yang kaya akan 
karbondioksida.
Selain itu pada aorta ada  arteri yang keluar langsung ke permukaan jantung. 
Arteri ini menuju ke arteriol-arteriol, yang selanjutnya memberikan darah ke kapiler 
menuju ke seluruh bagian jantung. Kapiler-kapiler inidisaring oleh venula yang menuju 
ke vena koroner (vena dari jantung dan ke jantung) yang bermuara ke atrium kanan.
Sirkulasi Paru (Peredaran darah Kecil)
Sirkulasi paru juga sebuah loop yang dimulai pada jantung dan berlanjut ke paru￾paru. Dalam peredaran darah kecil di mana darah terdeoksigenasi dari jantung dibawa ke 
paru-paru dan pada gilirannya, kembali darah beroksigen ke jantung. Ini darah kurang 
oksigen meninggalkan jantung (ventrikel kanan) melalui dua arteri paru-paru dan 
bergerak ke paru-paru. Di paru-paru, respirasi terjadi di mana sel darah merah (eritrosit) 
melepaskan karbon dioksida dan menyerap oksigen. Darah beroksigen dari paru-paru ini 
lalu  dibawa kembali ke jantung (atrium kiri) dengan bantuan pembuluh darah 
paru. Sirkulasi sistemik mendistribusikan darah ini kaya oksigen ke bagian-bagian tubuh.
Secara lengkap sistem peredaran darah kecil dapat dijelaskan sebagai berikut. 
Darah dari seluruh tubuh yang kaya akan karbondioksida masuk ke atrium kanan melalui 
pembuluh vena. Dari atrium kanan darah akan mengalir ke ventrikel kanan melalui katup 
trikuspidalis. lalu  ventrikel berkontraksi sehingga katup trikuspidalis terutup, 
tetapi memaksa katup pulmonalis yang terletak pada lubang arteri 
pulmonalis terbuka. Darah masuk ke arteri pulmonalis yang bercabang ke kiri dan 
ke kanan yang masing-masing menuju paru-paru kiri dan kanan. Arteri pulmonalis ini 
bercabang menjadi arteriol. Arteriol mengalirkan darah menuju kapiler di paru-paru. Di 
kapiler paru-paru inilah darah melepaskan karbondioksida dan mengambil oksigen. 
lalu  darah masuk ke venula, lalu  ke vena pulmonalis yang membawa darah 
yang kaya akan oksigen menuju ke atrium kiri.
Kerja sistem peredaran darah tidak akan lengkap, kecuali kita berbicara tentang 
siklus jantung. Sebuah siklus jantung didefinisikan sebagai satu detak jantung yang 
lengkap, yang terdiri dari dua fase – sistol dan diastol. Dalam kasus yang pertama, 
kontraksi ventrikel berlangsung untuk memompa darah untuk sirkulasi paru dan 
sistemik, padahal ventrikel rileks dan darah mengisi atrium pada fase diastole. Dengan 
cara ini, pompa darah di jerat tertutup dari sistem peredaran darah. Setiap gangguan di 
jantung dan pembuluh darah dapat menyebabkan penyakit jantung, seperti 
aterosklerosis, hipertensi, penyakit arteri koroner, serangan jantung, dan stroke.
Sistem peredaran darah bekerja dalam hubungannya dengan sistem organ tubuh 
yang lain. Misalnya, fungsi dalam koordinasi dengan sistem pernapasan dan sistem 
pencernaan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke tubuh. Juga, darah membawa bahan 
kimia pembawa pesan – hormon, disekresikan oleh organ-organ dari sistem endokrin. 
Dengan demikian, sistem peredaran darah bertanggung jawab untuk sirkulasi hormon 
untuk komunikasi yang baik antara organ-organ tubuh.
Sistem limfatik
Sistem limfatik adalah jaringan pembuluh seperti sistem kardiovaskular tetapi 
tidak memiliki jantung yang memompa, dan hanya terdiri dari jenis pembuluh dengan 
katup dan kelenjar di tempat-tempat tertentu seperti ketiak, timus, limpa dan leher. 
Cairan yang beredar ini disebut getah bening, yang, sebenarnya, berasal dari plasma 
darah yang dipaksa keluar dari pembuluh darah.
Namun, tanpa ada sel darah merah dan protein darah. Limfe terakumulasi dalam 
ruang interstitial sebagai cairan interstitial. Hal ini diedarkan oleh kontraksi otot yang 
berdekatan dengan kelenjar. Saluran membawa cairan ke seluruh tubuh untuk 
mengalirkan getah bening kembali ke sistem peredaran darah.
Kelenjar getah bening hadir pada interval tertentu membantu menyaring benda asing 
dari getah bening. Getah bening mengandung leukosit untuk mendukung kekebalan dan 
pertahanan terhadap penyakit. Sistem limfatik mengangkut lemak yang diserap dari 
usus halus ke hati, cairan interstitial beredar dan memainkan peran penting dalam 
pertahanan terhadap agen-agen asing atau mikroba.
Perbedaan Sistem Peredaran Darah dan Sistem limfatik
Sistem peredaran darah
Sistem peredaran darah adalah kombinasi dari sistem limfatik dan sistem 
kardiovaskular. Ini terdiri dari jantung, pembuluh darah dan darah serta getah bening, 
kelenjar getah bening, dan pembuluh limfatik. Dia mengontrol aktivitas seluruh 
transportasi di dalam tubuh. Hal ini bertanggung jawab untuk pertukaran dan 
transportasi gas, transportasi makanan diserap, transportasi hormon dan enzim, 
membawa produk-produk limbah dari berbagai jaringan, dan menciptakan kekebalan 
dan perlindungan dari benda asing. Ada dua jenis utama dari sistem peredaran darah 
disebut terbuka dan tertutup. Sistem peredaran darah terbuka adalah sistem di mana 
darah bebas di ruang tubuh dalam sebagian besar dari sirkulasi. Namun dalam sistem 
peredaran tertutup darah tidak pernah meninggalkan pembuluh darah seperti dalam 
sistem peredaran darah mamalia.
Perbedaan antara Sistem Peredaran Darah dan Sistem limfatik
1. Sistem limfatik pada dasarnya adalah bagian dari sistem peredaran darah. Oleh 
karena itu, berbagi fungsi dengan sistem peredaran darah membawa cairan dan 
bahan terlarut dari salah satu ke yang lain.
2. Namun, sistem limfatik tidak memiliki darah dan dua jenis pembuluh: vena dan 
arteri, di mana mereka dibawa.
3. Cairan dari sistem peredaran darah bergerak melalui jantung, arteri, kapiler, 
pembuluh darah dan paru-paru, tapi getah bening hanya mengalir melalui 
pembuluh limfatik.
4. media konduktif dari sistem peredaran darah terdiri dari eritrosit plasma, leukosit 
dan trombosit. Tapi getah bening hanya terdiri dari limfosit, yang membantu 
menciptakan respon imun.
5. media konduktif dari sistem peredaran darah bertanggung jawab untuk 
pengangkutan gas pernapasan ke seluruh tubuh. Karena pigmen pernapasan 
hilang dari getah bening, tidak dapat berkontribusi untuk ini.
6. Sistem peredaran darah membawa bahan makanan yang dicerna dan limbah dari 
sel ke dan dari organ, tetapi sistem limfatik hanya membawa lemak tercerna.
7. leukosit dalam darah menimbulkan pertahanan terhadap benda asing yang 
menyerang dan racun, tapi limfosit dari sistem limfatik, yang membantu, 
membangun kekebalan.
8. Sistem limfatik, oleh karena itu, tidak hanya bagian dari sistem peredaran darah, 
tetapi juga merupakan bagian penting dari itu.





S I S TE M PE RN AP A SA N
 
1. Pengangkutan O2
Pertukaran gas antara O2 dengan CO2 terjadi di dalam alveolus dan jaringan 
tubuh, melalui proses difusi. Oksigen yang sampai di alveolus akan berdifusi 
menembus selaput alveolus dan berikatan dengan haemoglobin (Hb) dalam darah 
yang disebut deoksigenasi dan menghasilkan senyawa oksihemoglobin (HbO).
2. Pengangkutan CO2
Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari proses respirasi sel akan berdifusi ke 
dalam darah yang selanjutnya akan diangkut ke paru-paru untuk dikeluarkan 
sebagai udara pernapasan.
Alat Respirasi Pada Hewan
Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang satu dengan hewan yang lain, 
ada yang berupa paru-paru, insang, kulit, trakea, bahkan ada beberapa organisme 
yang belum mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi langsung dari 
lingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada hewan bersel satu, porifera, 
coelenterate, protozoa, dan cacing pada keempat hewan ini oksigen berdifusi dari 
lingkungan melalui rongga tubuh.
1. Alat Respirasi Pada Hewan Invertebrate
a. Alat respirasi pada serangga
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan 
arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di
kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel (stigma). Spirakel 
berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan 
pada setiap segmen tubuh. Spirakel menpunyai katup yang dikontrol oleh otot 
sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada 
umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat 
serangga beristirahat.
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. lalu  udara dari spirakel 
menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea 
bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat 
mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam.
Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang
disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel 
tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem 
pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
b. Alat respirasi pada kalajengking dan laba-laba
Kalajengking dan laba-laba besar (arachnida) yang hidup di darat memiliki 
alat pernapasan berupa paru-paru buku, sedangkan jika hidup di air bernapas 
dengan insang buku. Paru-paru buku memiliki gulungan yang berasal dari 
invaginasi perut. Masing-masing paru-paru buku ini memiliki lembaran￾lembaran tipis (lamela) yang tersusun berjajar. Paruparu buku ini juga memiliki 
spirakel tempat masuknya oksigen dari luar. Keluar masuknya udara 
disebabkan oleh gerakan otot yang terjadi secara teratur. Baik insang buku 
maupun paru-paru buku keduanya mempunyai fungsi yang sama seperti 
fungsi paru-paru pada vertebrata.
c. Alat respirasi pada protozoa
Hewan dalam golongan ini melakukan pernapasan melalui seluruh 
permukaan selnya. Oksigen dan karbon dioksida masuk dan keluar melalui 
membran sel secara difusi. Oksigen dan karbon dioksida tersebut merupakan 
gas-gas yang terlarut di dalam air. Contoh: amoeba sp
d. Alat respirasi pada porifera
Hewan filum ini tubuhnya tersusun atas banyak sel dan memiliki jaringan 
yang sangat sederhana. Porifera tidak memiliki alat pernapasan khusus. Udara 
pernapasan dipertukarkan langsung oleh sel-sel di permukaan tubuh atau oleh 
sel-sel leher yang bersentuhan denan air. Contoh: spongia sp.
e. Alat respirasi pada coelenterata
Hewan phylulm coelenterata tubuhnya tersusun atas banyak sel dan 
memiliki jaringan. Hewan ini tidak memiliki alat pernapasan yang lengkap. Alat 
bantu pernapasan berupa lekukan-lekukan lapisan gastrodermal yang berada 
sedikit di bawah mulut, yang disebut sifonoglifa. Namun sel-sel di permukaan 
tubuh yang lain juga dapat melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya. 
Contoh: aurelia aurita, hydra sp., dan metrium sp. (ubur-ubur).
f. Alat respirasi pada cacing
Golongan cacing (vermes) terbagi dalam tiga phylulm.pada cacing pipih 
(platyhelminthes) pernapasan terjadi di seluruh permukaan tubuh melalui 
difusi. Contoh: planaria sp.pada cacing gilik tidak bersegmen 
(nemathelminthes) pernapasannya juga melalui difusi lewat permukaan 
tubuhnya. Contoh: ascaris lumbricoides pada cacing gilik bersegmen 
(annelida) pernapasannya melalui permukaan kulit yang selalu basah oleh 
cairan mukus. Contoh: lumbricus sp.
2. Alat Respirasi Pada Hewan Vertebrate
a. Alat respirasi pada ikan
Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran￾lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari 
insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat 
dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari 
sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). 
Pada filamen ada  pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga 
memungkinkan O2 berdifusi masuk dan co2 berdifusi keluar.
Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang 
disebut operkulum (tutup insang), sedangkan insang pada ikan bertulang 
rawan tidak ditutupi oleh operkulum. Insang tidak saja berfungsi sebagai alat 
pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, 
penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis 
ikan mempunyailabirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan 
membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. 
Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada 
kondisi yang kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan 
gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan labirin, 
ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung.
Ikan bernapas dengan insang yang ada  pada sisi kiri dan kanan 
kepala. Masing-masing mempunyai empat buah insang yang ditutup oleh 
tutup insang (operkulum).
Proses pernapasan pada ikan adalah dengan cara membuka dan menutup 
mulut secara bergantian dengan membuka dan menutup tutup insang. Pada 
waktu mulut membuka, air masuk ke dalam rongga mulut sedangkan tutup 
insang menutup. Oksigen yang terlarut dalam air masuk berdifusi ke dalam 
pembuluh kapiler darah yang ada  dalam insang. Dan pada waktu 
menutup, tutup insang membuka dan air dari rongga mulut keluar melalui 
insang. Bersamaan dengan keluarnya air melalui insang, karbondioksida 
dikeluarkan.
b. Alat respirasi pada katak
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru￾paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di 
air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis 
dan banyak ada  kapiler yang bermuara di tempat itu.
Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung terbuka 
dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi 
masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan 
selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan 
karena kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler 
sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit 
akan melewati vena kulit (vena kutanea)lalu  dibawa ke jantung untuk 
diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di 
bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit 
pare-paru(arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan 
karbon dioksida dapat terjadi di kulit.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas 
juga dengan paru-paru walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru 
mamalia. Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung 
tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh 
adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat 
berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang 
pendek.
mi metamorfosis atau perubahan 
bentuk. Pada waktu muda berupa berudu dan setelah dewasa hidup di darat. 
Mula-nula berudu bernapas dengan insang luar yang ada  di bagian 
belakang kepala. Insang tersebut selalu bergetar yang mengakibatkan air di 
sekitar insang selalu berganti. Oksigen yang terlarut dalam air berdifusi di 
dalam pembuluh kapiler darah yang ada  dalam insang. 
Setelah beberapa waktu insang luar ini akan berubah menjadi insang 
dalam dengan cara terbentuknya lipatan kulit dari arah depan ke belakang 
sehingga menutupi insang luar. Katak dewasa hidup di darat, pernapasannya 
dengan paru-paru. Selain dengan paru-paru, oksigen dapat berdifusi dalam 
rongga mulut yaitu melalui selaput rongga mulut dan juga melalui kulit.
c. Alat respirasi pada reptilia
Paru-paru reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang 
rusuk. Paru-paru reptilia lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan 
dinding yang berfungsi memperbesar permukaan pertukaran gas. Pada reptilia 
pertukaran gas tidak efektif. Pada kadal, kura-kura, dan buaya paru-paru lebih 
kompleks, dengan beberapa belahanbelahan yang membuat paru-parunya 
bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal misalnya 
bunglon afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang memungkinkan 
hewan tersebut melayang di udara.

d. Alat respirasi pada burung
Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru￾paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada 
yang dilindungi oleh tulang rusuk.
Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini, 
udara masuk lalu  diteruskan pada celah tekak yang ada  pada dasar 
faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang 
rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua 
bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal 
trakea ada  sirinkyang pada bagian dalamnya ada  lipatan-lipatan 
berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan 
suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus 


sekunder dan dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan 
dorsobronkus (di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan 
dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100 atau lebih).
Parabronkus berupa tabung tabung kecil. Di parabronkus bermuara 
banyak kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru, 
burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa (sakus 
pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi 
hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-pundi 
hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan; pundi-pundi hawa hanya berfungsi 
sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena adanya 
pundi-pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi efisien. Pundi-pundi 
hawa ada  di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks 
anterior), antara tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian 
belakang (toraks posterior), dan di rongga perut (kantong udara abdominal).

Tahap Pernapasan Pada Hewan
Ikan hidup di air rawa, sungai, laut, kolam, danau. Ikan bernafas dengan insang. 
Pernafasan ikan berlangsung 2 tahap :
1. Tahap I (Tahap Pemasukan) : pada tahap ini mulut ikan membuka dan tutup 
insang menutup sehingga air masuk rongga mulut, lalu  menuju lembaran 
insang, disinilah oksigen yang larut dalam air diambil oleh darah, selain itu darah 
juga melepaskan karbondioksida dan uap air.
2. Tahap II (Tahap Pengeluaran) : mulut menutup dan tutup insang membuka 
sehingga air dari rongga mulut mengalir keluar melalui insang. Air yang 
dikeluarkan ini telah bercmpur dengan CO2 dan uap air yang dilepaskan darah
Untuk ikan yang hidup di lumpur seperti ikan lele, gabus, betok, pada insangnya 
ada  banyak lipatan yang disebut Labirin
Ikan juga mempuyai gelembung renang yang berfungsi untuk :
1. menyimpan oksigen’
2. membantu gerakan ikan naik turun
Mekanisme Transport Gas
1. Mekanisme Transport Gas Serangga
Mekanisme pernapasan pada serangga, misalnya belalang, adalah sebagai 
berikut :jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga 
udara kaya coz keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka 
trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil 
dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya 02 masuk 
ke trakea.
Sistem trakea berfungsi mengangkut o2 dan mengedarkannya ke seluruh 
tubuh, dan sebaliknya mengangkut c02 basil respirasi untuk dikeluarkan dari 
tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari 
makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan.
Di bagian ujung trakeolus ada  cairan sehingga udara mudah berdifusi 
ke jaringan. Pada serangga air seperti nyamuk udara diperoleh dengan 
menjulurkan tabung pernapasan ke permukaan air untuk mengambil udara. 
Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di 
air dalam waktu lama. Misalnya, kepik notonecta sp. Mempunyai gelembung 
udara di organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama 
menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel 
pernapasan. Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang 
berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabang￾cabang halus serupa insang. Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan 
melalui pembuluh trakea.
2. Mekanisme Transport Gas Ikan
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan 
ekspirasi. Pada fase inspirasi, 02 dari air masuk ke dalam insang lalu  02 
diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. 
Sebaliknya pada fase ekspirasi, c02 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan 
bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.
3. Mekanisme Transport Gas Katak
Mekanisme pernapasan pada katak melalui 2 tahap yaitu, inspirasi dan 
ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat 
udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi 
pada gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah sebagai 
berikut. Otot sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, 
akibatnya oksigen masuk melalui koane. 
Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot 
geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya 
rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam 
paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam 
kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke 
lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan 
sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan 
masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane 
membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga 
diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. 
Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida 
keluar. 
4. Mekanisme Transport Gas burung
Mekanisme pernapasan pada burung melalui 2 tahap yaitu (inspirasi) 
disebabkan adanya kontraksi otot antartulang rusuk (interkostal) sehingga tulang 
rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Atau dengan kata lain, 
burung mengisap udara dengan cara memperbesar rongga dadanya sehingga 
tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang mengakibatkan 
masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-paru 
dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai cadangan 
udara.
Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara (O2) 
di paruparu berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat 
sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid 
terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru.
Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang 
rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil 
dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari 
paru-paru yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya 
rongga dada, udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan 
oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru￾paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.
Fisiologi Sistem Pernapasan Pada Manusia
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat 
membutukan okigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 
menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki lagidan 
bisa menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang akan 
menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis (Syaifuddin, 2006).
1. Pernapasan paru
Pernapasan paru adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi 
pada paru-paru. Pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, 
oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernapas yang oksigen 
masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler 
pulmonar. Alveoli memisahkan okigen dari darah, oksigen menembus membran, 
diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke 
seluruh tubuh. Di dalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan 
yang menembus membran alveoli. Dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa 
bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung (Syaifuddin, 2006). Empat 
proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner :
1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli 
dengan udara luar.
2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh 
tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang 
tepat, yang bisa dicapai untuk semua bagian.
4) Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbondioksida lebih 
mudah berdifusi dari pada oksigen.
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi saat  konsentrasi dalam 
darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernapasan ada  dalam otak 
untuk memperbesar kecepatan dalam pernapasan, sehingga terjadi pengambilan 
O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak. Darah merah (hemoglobin) yang banyak 
mengandunng oksigen dari seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan, mengambil 
karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi pernapasan 
eksterna (Syaifuddin, 2006).
2. Pernapasan sel
1) Transpor gas paru-paru dan jaringan
Selisih tekanan parsial antara O2 dan CO2menekankan bahwa kunci dari 
pergerakangas O2mengalir dari alveoli masuk ke dalam jaringan melalui 
darah, sedangkan CO2mengalir dari jaringan ke alveoli melalui pembuluh 
darah. Akan tetapi jumlah kedua gas yang ditranspor ke jaringan dan dari 
jaringan secara keseluruhan tidak cukup bila O2 tidak larut dalam darah dan 
bergabung dengan protein membawa O2 (hemoglobin). Demikian juga 
CO2 yang larut masuk ke dalam serangkaian reaksi kimia reversibel (rangkaian 
perubahan udara) yang mengubah menjadi senyawa lain. Adanya hemoglobin 
menaikkan kapasitas pengangkutan O2 dalam darah sampai 70 kali dan reaksi 
CO2 menaikkan kadar CO2 dalam darah mnjadi 17 kali (Syaifuddin, 2006).
2) Pengangkutan oksigen ke jaringan
Sistem pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri dari paru-paru dan sistem 
kardiovaskuler. Oksigen masuk ke jaringan bergantung pada jumlahnya yang 
masuk ke dalam paru-paru, pertukaran gas yang cukup pada paru-paru, aliran 
darah ke jaringan dan kapasitas pengangkutan O2dalam darah.Aliran darah 
bergantung pada derajat konsentrasi dalam jaringan dan curah jantung. 
Jumlah O2dalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, hemoglobin, 
dan afinitas (daya tarik) hemoglobin (Syaifuddin, 2006).
Transpor oksigen melalui beberapa tahap (Pearce, 2007) yaitu :
a. Tahap I : oksigen atmosfer masuk ke dalam paru-paru. Pada waktu kita 
menarik napas tekanan parsial oksigen dalam atmosfer 159 mmHg. Dalam 
alveoli komposisi udara berbeda dengan komposisi udara atmosfer 
tekanan parsial O2 dalam alveoli 105 mmHg.
b. Tahap II : darah mengalir dari jantung, menuju ke paru-paru untuk 
mengambil oksigen yang berada dalam alveoli. Dalam darah ini ada  
oksigen dengan tekanan parsial 40 mmHg. Karena adanya perbedaan 
tekanan parsial itu apabila tiba pada pembuluh kapiler yang berhubungan 
dengan membran alveoli maka oksigen yang berada dalam alveoli dapat 
berdifusi masuk ke dalam pembuluh kapiler. Setelah terjadi proses difusi 
tekanan parsial oksigen dalam pembuluh menjadi 100 mmHg.
c. Tahap III : oksigen yang telah berada dalam pembuluh darah diedarkan 
keseluruh tubuh. Ada dua mekanisme peredaran oksigen dalam darah 
yaitu oksigen yang larut dalam plasma darah yang merupakan bagian 
terbesar dan sebagian kecil oksigen yang terikat pada hemoglobin dalam 
darah. Derajat kejenuhan hemoglobin dengan O2bergantung pada 
tekanan parsial CO2 atau pH. Jumlah O2 yang diangkut ke jaringan 
bergantung pada jumlah hemoglobin dalam darah.
d. Tahap IV : sebelum sampai pada sel yang membutuhkan, oksigen dibawa 
melalui cairan interstisial lebih dahulu. Tekanan parsial oksigen dalam 
cairan interstisial 20 mmHg. Perbedaan tekanan oksigen dalam pembuluh 
darah arteri (100 mmHg) dengan tekanan parsial oksigen dalam cairan 
interstisial (20 mmHg) menyebabkan terjadinya difusi oksigen yang cepat 
dari pembuluh kapiler ke dalam cairan interstisial.
e. Tahap V : tekanan parsial oksigen dalam sel kira-kira antara 0-20 mmHg. 
Oksigen dari cairan interstisial berdifusi masuk ke dalam sel. Dalam sel 
oksigen ini digunakan untuk reaksi metabolism yaitu reaksi oksidasi 
senyawa yang berasal dari makanan (karbohidrat, lemak, dan protein) 
menghasilkan H2O, CO2dan energi.
3) Reaksi hemoglobin dan oksigen
Dinamika reaksi hemoglobin sangat cocok untuk mengangkut O2. 
Hemoglobin adalaah protein yang terikat pada rantai polipeptida, dibentuk 
porfirin dan satu atom besi ferro. Masing-masing atom besi dapat mengikat 
secara reversible (perubahan arah) dengan satu molekul O2. Besi berada 
dalam bentuk ferro sehingga reaksinya adalah oksigenasi bukan 
oksidasi (Syaifuddin, 2006).
4) Transpor karbondioksida
Kelarutan CO2 dalam darah kira-kira 20 kali kelarutan O2 sehingga ada  
lebih banyak CO2 dari pada O2 dalam larutan sederhana. CO2 berdifusi dalam 
sel darah merah dengan cepat mengalami hidrasi menjadi H2CO2 karena 
adanya anhydrase (berkurangnya sekresi kerigat) karbonat berdifusi ke dalam 
plasma. Penurunan kejenuhan hemoglobin terhadap O2 bila darah melalui 
kapiler-kapiler jaringan.Sebagian dari CO2 dalam sel darah merah beraksi 
dengan gugus amino dari protein, hemoglobin membentuk senyawa 
karbamino (senyawa karbondioksida). Besarnya kenaikan kapasitas darah 
mengangkut CO2 ditunjukkan oleh selisih antara garis kelarutan CO2dan garis 
kadar total CO2 di antara 49 ml CO2dalam darah arterial 2,6 ml dalam 
senyawa karbamino dan 43,8 ml dalam HCO2 (Syaifuddin, 2006).