nya dianjurkan untuk menstimulasi sistem imun umum, menurunkan
kadar kolesterol yang tinggi dan mempersingkat proses diare (gastro-enteritis Salmonella). Bersama antibiotika broad-spectrum
dipakai untuk prevensi gangguan saluran
pencernaan, juga untuk mencegah infeksi
Candida. dipakai sebagai zat tambahan
yoghurt (Yakult, Vivit) atau dalam bentuk
kapsul yang mengandung 2-4 milyar kuman.
Kuman-kuman
a. L. acidophilus terutama melekat pada
dinding usus halus, vagina, serviks dan
uretra. Kuman ini membentuk asam laktat
(racemis), yang menciptakan lingkungan
asam ringan, yang tidak cocok bagi kuman
patogen. Selain itu, bakteri ini membentuk
enzim laktase dan meningkatkan resorpsi
mineral, a.l. kalsium. Sejumlah varietas
kuman dapat membentuk vitamin B dan
antibiotika yang menghambat pertumbuhan
jasad renik patogen.
b. Bifidobacterium bifidum ada di seluruh saluran cerna, namun paling banyak
pada dinding usus besar. Juga membentuk asam laktat berotasi kanan dan
vitamin B (biotin, B3
, asam folat), juga
menghambat perbanyakan kuman patogen, a.l. Salmonella. Menurut perkiraan
juga berkhasiat menurunkan kadar kolesterol, antiviral dan antifungi.
c. L. bulgaricus alamiah tidak ada
dalam tubuh, berlainan dengan a dan
b. Bakteri ini tidak mengikat diri pada
dinding usus, namun melintasi seluruh
saluran cerna. Setelah perjalanan rata-rata
dua minggu, bakteri ini meninggalkan
tubuh lewat tinja. Juga membentuk laktat
dan laktase.
d. Streptococcus thermophilus sama sifatnya dengan L. acidophilus, juga membentuk laktat berotasi kanan.
e. Lactobacillus casei GG.
Asam laktat ada dalam usus sebagai
dua stereoisomer, yaitu yang berotasi kanan dan yang berotasi kiri. Yogurt dibuat dari
susu dengan jalan fermentasi laktosa dengan
bantuan 2 jenis kuman, yakni Streptococcus
thermophilus dan L. acidophilus, yang membentuk laktat racemis. L. bifidus (juga L. plantarum dan L. casei) hanya membentuk laktat
berotasi kanan. Lactobacillus bulgaricus dari
saluran lambung-usus mendesak kuman
laktat lainnya yang penting bagi tubuh.
– L(+) Lactic acid yang berotasi kanan (+)
menunjukkan ke arah mana suatu berkas
cahaya terpolarisasi dibiaskan. Gugus
OH-nya pada C-tengah terletak di sebelah
kiri (Lat. laevus= L). Ini yaitu bentuk
faal yang ada dalam jumlah kecil
dalam darah dan jaringan otot, terutama
setelah mengeluarkan tenaga. Dalam tubuh, asam ini diubah menjadi glukosa
dan glikogen. Bentuk ini diproduksi oleh
L. bifidus dan Str. thermophilus (yoghurt
“Biogarde”). Dalam usus bentuk kanan ini
berjumlah lebih banyak daripada bentuk
kiri.
– D (–) Lactic acid yang berotasi kiri (–)
dengan gugus-OH di sebelah kanan
(Lat. dexter= D) dari atom-C tengah, lihat
rumus bangun. Diproduksi oleh antara
lain L. bulgaricus (yoghurt “biasa”). Bentuk ini walaupun tidak bersifat merugikan, namun tidak dapat dipergunakan
dalam proses fisiologi tubuh. Olleh karena itu sebagian besar dikeluarkan dalam
bentuk utuh lewat urin.Prebiotika yaitu zat-zat (bukan kuman)
dalam pangan yang tidak dicernakan oleh
enzim-enzim saluran cerna dan berkhasiat
menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas
flora kuman di usus besar. contoh oligofruktosa, inulin dan laktulosa yang secara
selektif memacu perbanyakan Bifidobacteria.
Sebaliknya, pertumbuhan kuman patogen
dihambat olehnya melalui sekresi suatu zat
penghambat.
* Inulin yaitu polisakarida yang terdiri
dari 3 molekul fruktosa + 1 molekul glukosa.
Inulin merupakan zat sampah yang dapat
larut. Khasiatnya memperbaiki pencernaan
dan mendukung flora usus alamiah. Dosis: 15
g/hari dengan makanan.
Synbiotika merupakan kombinasi dari predan probiotika, yang sekarang sudah dipakai dalam produk-produk susu (dairy)
terfermentasi seperti yoghurt. Prebiotikum
dapat memperbaiki penerusan (passage, transit) probiotikum dari lambung-usus.
Di samping prebiotika dan probiotika, juga
zat-zat bioaktif lain dapat memperkaya bahan
pangan fungsional, yaitu:
* asam lemak esensial, seperti EPA dan
DHA, memiliki banyak manfaat bagi
kesehatan (kadar kolesterol, tensi, penyakit
radang, fungsi otak). Asam-asam ini dapat
pula ditambahkan pada bahan makanan,
contoh susu, yoghurt, margarin dan keju.
* sterol nabati (sitosterol, stigmastanol) berkhasiat menurunkan kadar kolesterol darah
dengan mengikat dan menurunkan absorpsinya dalam usus. Sejak beberapa tahun fitosterol ditambahkan pada “functional food“
seperti margarin, yoghurt dan susu (Benecol,
Becel pro-aktif) dan demikian bantu menurunkan risiko PJP.
Lih. selanjutnya Bab 36, Antlipemika, 5a. Sterol
nabati.
E. MEKANISME SISTEM
IMUN MELAWAN INFEKSI
E1. Tangkisan terhadap kuman
Kuman yang memasuki tubuh segera
dikelilingi dan diikat pada antibodies yang
dibentuk oleh B-cells dalam waktu dua hari setelah infeksi. Hal ini mempermudah
makrofag untuk memusnahkan semua
kuman, termasuk kuman yang membentuk
toksin dan menghambat aktivitas makrofag.
E1a. Opsonisasi yaitu proses pada mana
zat-zat asing dikelilingi dan dilekatkan
pada imunoglobulin dan komplemen, dengan efek memperkuat dan memperlancar
fagositosis oleh makrofag.
E1b. Sistem komplemen. Komplemen (zat
pelengkap) yaitu serangkaian protein yang
melalui suatu reaksi rantai memperkuat daya
tahan dan dapat membasmi zat-zat asing.
Komplemen perlu sekali bagi sistem imunitas
humoral (antibodies).
Sistem ini terdiri atas minimal 20 glikoprotein (C1
sampai C20), yang untuk sebagian
dibentuk oleh makrofag. Aktivasi terjadi
akibat pengikatan dengan antara lain kompleks imun pada permukaannya, yang menimbulkan serangkaian reaksi rantai. Efek
akhir dari reaksi ini yaitu :
– kuman dan sel tumor dimusnahkan sebab
dirusak dindingnya;
– permeabilitas pembuluh darah diperbesar,
sehingga sel-sel tangkis dari darah dapat
lebih cepat mencapai “tempat bencana”
untuk memusnahkan “penyerbu”;
– proses kemotaksis dimulai, dengan ditariknya lekosit secara aktif ke tempat bencana
dengan bantuan sitokin;
– kompleks imun disingkirkan melalui opsonisasi atau solubilisasi berdasar sifat
lytisnya dari beberapa komplemen (C5
-
C9
) atau mencegah pengendapannya di
jaringan, lihat 1c.
Defisiensi komplemen meningkatkan kepekaan sesepasien terhadap bermacammacam infeksi kuman.
E1c. Kompleks imun (KI) yaitu kompleks
dari molekul antigen dan molekul antibody
yang pada konsentrasi rendah menstimulasi
makrofag/monosit. namun bila kadar KI
terlalu besar justru memblok aktivitasnya, lagi
pula KI dapat mengendap di jaringan. Endapan ini mengakibatkan reaksi peradangan dan kerusakan dalam berbagai organ,
contoh endapan di glomeruli ginjal dan
di otot jantung. Pengikatan KI pada eritrosit
mengaktivasi komplemen dan merusak sel
darah dengan timbulnya anemia hemolitik,
seperti yang terjadi akibat kinin. Pengendapan
di pembuluh kulit berperan penting pada
terjadinya berbagai jenis erythema.
*Kompleks imun beredar (KIB). Bila ada
antigen berlebihan, maka dapat terbentuk KI
yang sukar “diolah” oleh tubuh dan beredar
dalam darah. KIB ini dapat memicu
reaksi peradangan lokal di dinding pembuluh (vasculitis alergis, penyakit serum). Reaksi
ini dinamakan reaksi Arthus, lihat Bab 51.
Antihistaminika, reaksi alergi. KIB juga terdapat dalam darah pada penyakit auto-imun,
seperti rema dan SLE (lihat di bawah). Bisa
juga ada pada infeksi dan pertumbuhan tumor dengan efek menghambat daya
tangkis terhadap mikroorganisme dan sel
tumor. Oleh sebab itu deteksi dan identifikasinya yaitu penting untuk mendiagnosis
penyakit-penyakit tersebut. Lazimnya kompleks imun disingkirkan dari tubuh oleh selsel fagositer dan sistem komplemen.
E2. Tangkisan terhadap virus
Virus yaitu parasit yang hanya dapat hidup
di dalam sel-sel yang dimasukinya. Di situ
virus memperbanyak diri dengan mengambil
alih seluruh metabolisme sel-sel tersebut.
yang akhirnya akan mati. Virus hanya dapat
ditanggulangi oleh antibodies selama masih
berada dalam darah. Sekali masuk ke dalam
sel-sel tuan-rumah, antibodies tidak berdaya
lagi. Vaksin virus bekerja berdasar prinsip
ini dengan mengikat virus oleh antibodies
sebelum melakukan kerja merusaknya.
Bila virus sudah masuk ke dalam sel, dalam
waktu beberapa jam setelah dimulainya
infeksi, sistem interferon dengan khasiat
antiviral melakukan fungsinya. Interferon
yaitu protein yang dibentuk oleh sel-sel
terinfeksi virus dengan tujuan melindungi
sel-sel lain terhadap penyebaran infeksi.
Virus tidak bisa membiak lagi dalam sel-sel
yang telah berkontak dengan interferon. Di
samping itu, interferon juga menstimulasi
aktivitas makrofag dan limfo-T serta meningkatkan produksi antibodies oleh limfo-B.
Akhirnya T-cells memusnahkan sel-sel
yang terinfeksi virus setelah mengenalinya
melalui antigen virus yang timbul pada dinding luar sel-sel tersebut.
F. IMUNOMODULATOR
Imunomodulator, juga disebut Biological
Response Modifiers, yaitu zat-zat yang
memengaruhi reaksi biologis tubuh terhadap zat-zat asing. Fungsi sistem imun dapat
distimulasi (imunostimulator) maupun disupresi (imunosupresiva).
F1. Imunostimulator
Pada beberapa jenis penyakit, sistem imun
tubuh sangat menurun, contoh pada
AIDS akibat pemusnahan limfosit (T4-cells),
sehingga pasien akhirnya meninggal akibat
suatu infeksi parah. Begitu pula penderita
kanker pada umumnya memiliki sistem
tangkis lemah akibat toksin tumor dan
Ilmu kedokteran komplementer
Ilmu kedokteran komplementer (= tambahan), juga disebut alternatif, didefinisikan sebagai cara terapi
dengan zat-zat alamiah (terutama berasal tumbuhan) berdasar pengobatan tradisional dan pengalaman rakyat selama berabad-abad. pemakaian obat komplementer ini dalam kebanyakan
hal manfaatnya tidak/belum dibuktikan secara ilmiah menurut syarat-syarat tertentu. Oleh sebab
itu obat-obat ini sering kali memicu prasangka, kurang pengertian, bahkan ejekan dari para
sarjana kedokteran regular.
Obat-obat alternatif terdiri atas banyak golongan dengan titik kerja pada sistem imun yang berbedabeda. Yang terpenting di antaranya yaitu obat homeopati, fitoterapeutika, food supplements dan
sediaan thymus.
a. Obat homeopati yaitu obat-obat yang telah ‘diperkuat’ (dipotensiasi) melalui suatu proses
pengenceran khusus. Homeopati yaitu suatu cara pengobatan yang memakai kadar rendah
sekali dari bahan-bahan tertentu, yang pada pasien sehat justru memicu gejala penyakit yang
sama dengan apa yang hendak diobati. (Lat. homeo = homo = sejenis, sama). Patokan dasarnya
berbunyi «Similia similibus curantur», yang berarti «yang sejenis disembuhkan oleh yang sama».
Sebagai bahan dasar sering kali dipakai ekstrak alkohol dari tumbuhan atau larutan dari garamgaram, yang telah diencerkan ratusan sampai jutaan kali. contoh , preparat Chamomilla D3 berarti
ekstrak kamomila yang diencerkan 103
= 1000 kali dan Calcium carbonicum D12 berarti CaCO3 yang
diencerkan (dengan laktosa) 1012 kali! Berhubung dengan kadar minimal yang dipakai itu dan
belum ada nya penelitian ilmiah yang layak mengenai keampuhannya, maka manfaatnya sangat
diragukan. Walaupun demikian, di Eropa, terutama di Inggris, Jerman, Swis, Belanda dan Italia, obatobat homeopati cukup populer.
b. Fitoterapeutika (Lat. phyto = tumbuhan) berasal dari tumbuhan, termasuk ramuan jamu. Pada
dasarnya dalam ilmu kedokteran regular sejak puluhan tahun sudah dipakai tumbuhan yang
dikeringkan, yang dinamakan simplicia (bentuk jamak dari simplex). contoh Folia orthisiphon
(daun kumis kucing), Folia hyoscyami (sejenis daun kecubung) dan Folia digitalis dengan ekstrak serta
tingturnya. Simplicia ini yang bertahun-tahun ada dalam farmakope Belanda dan Eropa, telah
diterima oleh dunia ilmiah. Baru pada edisi tahun 1970-an, monografi simplicia seluruhnya telah
dikeluarkan sebab dianggap obsolet.
c. Food supplements yaitu zat-zat yang dipasarkan sebagai makanan tambahan (tidak sebagai obat)
dan dapat dibeli bebas (tanpa resep dokter). Sediaan ini dapat mengandung berbagai macam bahan,
dari vitamin dan mineral (dalam dosis tinggi) sampai ekstrak tiram dan tulang rawan ikan hiu. Terhadap
banyak ‘obat tambahan’ ini, pada umumnya telah dilakukakan banyak penelitian dengan sering kali
hasil yang baik. Walaupun demikian hasil ini tidak/belum diterima resmi oleh para sarjana
regular, sebab dianggap tidak memenuhi persyaratan cara penelitian ilmiah (placebo-controlled, double
blind, randomized, cross-over dan populasi besar).penanganan dengan sitostatika, radiasi atau
pembedahan. Lagi pula, sel-sel tumor ternyata memiliki hanya sedikit sekali antigen
HLA-I pada membrannya, dengan lain kata
‘ekspresi HLA-nya sangat diturunkan’. Oleh
sebab itu limfo-T (sel-sel sitotoksik/NK-cells)
tidak mengenalinya sebagai sel-sel sendiri.
Imunostimulator secara tidak langsung berkhasiat mereaktivasi sistem imun yang
lemah dengan meningkatkan respons imun takspesifik. Antara lain perbanyakan limfo-T4,
NK-cells dan makrofag distimulasi, begitu
juga pelepasan interferon dan interleukin.
Sebagai efek akhir dari reaksi kompleks ini, zat
asing dapat dikenali dan dimusnahkan. Pada
sel-sel tumor, ekspresi antigen transplantasi
diperkuat olehnya, sehingga lebih mudah
dikenali oleh TNF dan sel-sel sitotoksik.
Zat-zat imunostimulator yang kini
dipakai yaitu vaksin BCG, limfokin
(interferon, interleukin) dan levamisol.
Imunostimulator pada terapi
komplementer
Terapi komplementer untuk menstimulasi
daya tahan tubuh banyak memakai
sediaan nabati seperti Echinacea, Ginseng,
bawang putih, flavonoida (genistein, quercetin) dan ubiquinon, juga sediaan thymus
(kelenjar kacangan).
a. Echinacea yaitu tumbuhan pertama yang
dibuktikan secara ilmiah khasiat stimulasinya
terhadap sistem imun. Penelitian dari dekade
terakhir menghasilkan penemuan bahwa
masih ada banyak tumbuhan yang
mengandung zat-zat alamiah bersifat stimulasi
sistem tangkis aspesifik.
b. Bioflavonoida. Banyak imunostimulator
alamiah termasuk dalam kelompok (iso)
flavon, yang ada di kebanyakan sayurmayur dan buah-buahan. Flavon penting
yaitu genistein (dalam kedele) dan quercetin dengan efek antitumor dan antioksidan
kuat. Lihat Bab 14.
Zat-zat alamiah lain dengan khasiat memperkuat sistem imun yaitu ubiquinon
(co-enzym Q10), thymus, akar ginseng
dan bawang putih. Vitamin C juga
berkhasiat sebagai imunostimulator melalui
peningkatan aktivitas dan perbanyakan
limfo-T dan makrofag.
MONOGRAFI
1a. Vaksin BCG: Oncotice
Vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guérin) dibuat dari basil TBC (sapi) hidup, yang tidak
virulen (ganas). Berkhasiat imunostimulator
tak-spesifik umum dan imunostimulator
spesifik terhadap lepra (dan tbc) (lihat Bab
9 dan 10), juga bekerja anti tumor. Banyak
dipakai untuk prevensi TBC dan lepra
di daerah-daerah berisiko tinggi. Imunisasi
memberikan perlindungan selama minimal
10-15 tahun. Berkat sifat antitumor dan
imunostimulasinya, vaksin BCG juga dipakai intravesikal pada kanker kandung kemih. Lihat selanjutnya Bab 14.
1b. Interferon-alfa: IFN-alfa-2, Roferon-A(2a),
Intron-A(2b)
Interferon-alfa, -beta dan -gama yaitu
limfokin alamiah yang pada umumnya dibentuk sebagai reaksi terhadap infeksi viral.
IFN-alfa terdiri dari 165 asam amino yang
diperoleh melalui teknik rekombinan-DNA
dari kuman E. coli yang telah dimanipulasi
secara genetik. Pada tipe-2a ada gugusan
lysin pada posisi 23, sedangkan pada tipe-2b
gugusan arginin.
Dosis: i.m. atau s.c. 3 juta UI sehari selama
16-24 minggu.
* Interferon-gama (IFN-g-1b, Immukine) adalah derivat yang terdiri dari 140 asam amino,
juga diperoleh dengan teknik rekombinan-DNA. Berkhasiat mengaktivasi fagosit
mononucleair (makrofag/monosit) dengan
membentuk radikal oksigen yang berkhasiat
bakterisid. Khusus dipakai sebagai obat
pembantu untuk prevensi infeksi berat pada
penyakit kronis tertentu pada mana sitotoksisitas makrofag sangat terganggu. Dosis:
IFN-g-1b, s.c. 3x seminggu 1,5 mcg/m2
.1c. Interleukin-2: IL-2, aldesleukin, Proleukin
yaitu glikoprotein yang dibuat oleh
kuman E. coli dengan teknik rekombinanDNA. Berkhasiat menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas T-cells, NK-cells dan limfosit lainnya, juga menginduksi produksi
dan pelepasan sitokin lain. Dengan demikian
sistem imun diaktivasi dengan kuat dan selsel tumor dapat dimusnahkan.
pemakaian nya dalam bentuk LAK-cells pada imunterapi melanoma dan kanker ginjal
yang tersebar, lihat di atas.
Dosis: infus i.v. 1 ml = 18 million UI/m2
sehari selama 5 hari. Kur diulang setelah 2-6
hari.
1d. Levamisol: tetramisol, Ascaridil, Ergamisol
Obat cacing ini berkhasiat menstimulasi
sistem imun seluler, namun juga dapat
mensupresi sistem imun, tergantung dari
dosis. Meningkatkan perbanyakan dan
migrasi limfo-T, serta memperkuat fagositosis
dan kemotaksis makrofag. Berguna pada
terapi kanker dengan sitostatika dan prednison. Lihat selanjutnya Bab 14.
Dosis: oral 3 dd 50 mg selama 3 hari (bersama 5-FU) setiap 10 hari, total maksimal 52
minggu.
1e. Tingtur Echinacea: Echinaforce
Dibuat dari semua bagian tanaman segar
Echinacea purpurea (Rudbeckia) yang berasal
dari Amerika Utara. Varietas pallida dan
angustifolia juga dipakai untuk produksinya. Berkhasiat memperkuat fagositosis
dengan meningkatkan aktivitas makrofag
dan limfo-T, serta memperlancar kemotaksis.
Selain itu meningkatkan pelepasan interferon
dan menghambat enzim hyaluronidase,
sehingga sel-sel sekitarnya sukar ditembusi
virus lagi. Tanaman ini telah menerima
pengakuan resmi dengan dimasukkannya
dalam buku homeopati resmi German (Homö-
opathisches Arznei Buch), sejenis farmakope
sediaan homeopati.
Mengandung antara lain minyak atsiri,
alkilamida, asam-asam amino, asam-asam
lemak, vitamin C, fitosterol dan polisakarida.
Ketiga zat terakhir terutama bertanggungjawab atas efek imunostimulasinya.
pemakaian . Kini tingtur Herba Echinacea
(dalam alkohol 70%) banyak dipakai di
Eropa untuk meningkatkan daya tahan
imun sebagai prevensi infeksi kuman dan
virus (selesma, influenza). Atau pada situasi
daya tahan tubuh rendah, seperti pasca
bedah, radiasi atau setelah menderita penyakit berat. Bila dipakai pada serangan
flu, lamanya penyakit dipersingkat sampai
2-3 hari. pemakaian sebaiknya jangan
kontinu, namun setelah 2-3 bulan diselingi
dengan istirahat 1-2 bulan. Pemakaian sebagai obat luar yaitu untuk mempercepat
penyembuhan luka kulit berkat sifatnya yang
dapat mendorong granulasi, yaitu pembentukan jaringan baru pada permukaan luka.
Efek samping hingga kini belum ada
data. Tidak dianjurkan pemakaian nya pada
penyakit ganas seperti tbc, MS dan SLE.
Dosis: dimulai dengan 40 tetes, disusul
dengan 3 dd 20 tetes 0,5 jam a.c, dilarutkan
dalam sedikit air dan dibiarkan dalam mulut
beberapa menit sebelum ditelan.
1f. Ubiquinon: co-enzym Q10 , Ubi-Q
Benzokinon ini yaitu food supplement yang
juga banyak dipakai dalam kalangan
alternatif (complementary medicine). Zat ini
ada dalam kebanyakan organisme
aerob (bakteri, tanaman dan hewan). Rumus
bangunnya mirip vitamin K2
, lihat Bab 53,
Vitamin dan Mineral. Tubuh manusia juga
memiliki zat ini (±2 g pada usia muda)
yang berasal dari makanan (daging, kacangkacangan, bayem) dan juga membentuknya
sendiri.
Khasiat utamanya yaitu sebagai pemeran
esensial pada fosforilasi oksidatif, yaitu
pembakaran glukosa, lemak dan protein.
Produksi enersi ini berlangsung di mitochondria (“pabrik” enersi kecil), yaitu butirbutir bundar atau lonjong yang ada
dalam plasma sel. Ubiquinon melakukan
transpor elektron antara sederet kompleks
enzim pada oksidasi ini yang berakhir
dengan produksi enersi (ATP) melalui enzim
ATP-sintetase. Di samping itu Q10 bersifat
antioksidan kuat dengan efek “menangkap”
radikal bebas. Juga memperkuat sistem
imun dengan meningkatkan aktivitas bio-
energetiknya, stimulasi perbanyakan limfo-T,
meningkatkan produksi IgG dan aktivitasi
makrofag.
dipakai sebagai obat penguat jantung
dengan meningkatkan volume pukulan
sampai ±20% (cardiac output naik), sehingga
daya prestasi meningkat. Terutama dianjurkan bagi olahragawan dan manula yang
kekurangan energi. Pada kanker ubiquinon
dipakai sebagai obat tambahan untuk
merangsang daya tahan tubuh.
Dosis: pada keadaan lesu dan kurang
energi 2 dd 30 mg p.c., pada kanker 3x 100 mg
dicampur dengan sedikit minyak jagung/
kedele (untuk memperbaiki resorpsinya).
1g. Ginseng
Akar dari tanaman Panax Ginseng (Araliaceae) berasal dari pegunungan antara Nepal
– Manchuria dan Siberia Utara sampai
Korea. Di samping Ginseng Korea “sejati”
ini juga tersedia Ginseng Jepang (P.pseudoginseng japonicus), Ginseng Amerika Utara
(P. quinquefolium) dan Ginseng Siberia
(Eleutherococcus senticosus Maxim.) Ketiga
akar terakhir ini lebih rendah harganya.
Nama Ginseng diturunkan dari bahasa
Cina (gin = pasien , seng = mirip), berhubung
bentuk akarnya mirip tubuh manusia. Dalam
cara pengobatan tradisional Cina, Ginseng
dipakai sebagai obat ampuh pada a.l.
keadahan lemah dan kurang enersi serta stres
fisik, juga pada disfungsi ereksi (impotensi).
Ginseng mengandung minjak atsiri, zat
pahit, vitamin B1, B2 dan 10 zat ginsenosida
(triterpenglikosida) yang bertanggungjawab
untuk khasiat adaptogennya (anti stres,
anti letih, anti lemah, peningkatan daya
tahan tubuh). Selain itu juga berkhasiat
antioksidans kuat dan melindungi organ.
Kini banyak dipakai oleh terutama lansia
sebagai stimulans umum (roborans) untuk
meningkatkan sistem tangkis dan daya tahan fisik, contoh untuk revitalisasi setelah
mengidap penyakit berat. pasien muda di
bawah ±50 tahun tidak dianjurkan mimum
sediaan Ginseng (ekstrak, tingtur).
Mekanisme kerjanya belum jelas walaupun
ada banyak teori. Mungkin khasiat
antioksidannya disebabkan oleh sintesis NO
(nitrogenoksida) yang ditingkatkan di endotel paru-paru, jantung, ginjal dan corpuscavernosum. NO sebagai antioksidan ampuh
memicu vasodilatasi dan dengan
demikian menginduksi ereksi. Bandingkan
mekanisme kerja sildenafil dan apomorfin di
Bab 43, Hormon-hormon Pria.
Dosis: 1 dd 200 mg ekstrak kering Ginseng
Korea (Ilwa)
1h. Sediaan thymus: Zellmedin, Thymex-L
Lihat Bab 14, Sitostatika.
F2. Imunosupresiva
Imunosupresiva yaitu zat-zat yang justru menekan aktivitas sistem imun melalui
interaksi di berbagai titik dari sistem tersebut. Cara kerjanya dalam proses imun berupa
penghambatan transkripsi dari sitokin,
sehingga mata rantai penting dalam respons
imun diperlemah. Khususnya IL-2 yaitu
esensial bagi perbanyakan dan dife-rensiasi
limfosit, yang dapat dihambat pula oleh efek
sitostatik langsung. Lagi pula T-cells dapat
diinaktifkan atau dimusnahkan dengan
pemberian antibodies terhadap limfosit.
pemakaian . Imunosupresiva banyak dipakai untuk mencegah reaksi penolakan
setelah transplantasi organ, akibat tubuh
membentuk antibodies terhadap sel-sel
asing yang diterimanya. Untuk ini sampai
tahun 1995 selalu diberikan kortikosteroida,
azatioprin, siklosporin dan kombinasinya.
Introduksi dari obat calcineurinblockers (siklosporin dan takrolimus) dapat menurunkan secara drastis penolakan akut dan
meningkatkan persentase survival, begitu juga
mikofenolat-mofetil. Risiko ini menurun lagi
dengan tibanya obat kelompok terbaru IL2-
receptorblockers daklizumab (Zenapax), basiliksimab (Simulect) dan sirolimus (Rapamune), yang bekerja long-acting dan memberikan lebih sedikit efek samping. Obat-obat
ini dipakai bersamaan dengan prednisolon dan siklosporin atau takrolimus.
Sebagai profilaksis terhadap penolakan
organ juga dipakai everolimus (Certican) dalam kadar rendah. Penghambat proteinkinase ini dengan nama paten Afinitor
juga diindikasikan terhadap kanker ginjal yang sudah progresif. Dari kelompok ini
juga ada temsirolimus (Torisel) untuk
penyakit sama yang sudah bermetastasis.
Walaupun insidensi penolakan akut sudah
menurun dengan drastis, namun masa hidup
organ transplantat pada dasawarsa terakhir
tidak begitu meningkat. Penyebabnya yaitu
terjadinya disfungsi kronis, padamana fungsi
organ lambat laun mengalami kemunduran.
Ph Wkbl 2002 ; 137 : 1030-4 ; 1055
Imunosupresiva yang dipakai setelah
transplantasi sel punca (stem-cell) mengakibatkan pasien mudah mendapat infeksi oportunistik dan yang terpenting yaitu
infeksi oleh sitomegalovirus (CMV), yang
disebut sebagai “troll of transplantation” (“penyihir” transplantasi). Efek klinik dari infeksi CMV dapat dikurangi dengan terapi
profilaksis dan tersedianya obat-obat antivirus yang efektif. Kadar dari CMV DNA
di dalam darah (viremia) dimonitor melalui
polymerase-chain-reaction (PCR) dan bila dideteksi viremia, pasien diberikan gansiklovir
atau prodrugnya valgansiklovir sampai DNA
viral tidak lagi terdeteksi.
Griffiths P.D. et al; Taming the Transplan-tation
Troll by Targeting Terminase; N Engl J Med 2014;
370:1844-1846
Imunosupresiva juga sering dipakai untuk menekan aktivitas penyakit auto-imun.
contoh pada rematik dan penyakit radang
usus (colitis ulcerosa, M. Crohn) diberikan
sulfasalazin dan sitostatika (MTX, merkaptopurin dan azatioprin) dengan efek baik. Penyakit auto-imun
Ciri dari penyakit ini yaitu produksi (berlebihan) dari imunoglobulin yang sebagian diarahkan
terhadap antigen dari tubuh sendiri dan pada umumnya disertai hipersensitivitas.
Imunoglobulin dibentuk dari sel-sel plasma yang akibat rangsangan oleh antigen terbentuk dari
limfosit dalam sistem limfatik. Limfosit ini memiliki “daya ingat” terhadap suatu antigen yang
memicu produksi dari antibodi dalam jumlah besar.
Antigen eksogen yaitu :
– protein, lemak dan karbohidrat yang asing bagi tubuh dan sebagian terikat pada polisakarida;
– sel-sel asing bagi tubuh;
– bakteri dan virus
Pada keadaan normal tidak akan terbentuk antibodi terhadap protein dan sel-sel tubuh sendiri
berdasar suatu sifat yang disebut toleransi pada mana organ timus memegang peranan.
Timbulnya auto-imunitas dapat disebabkan oleh hilangnya sifat toleransi atau sebab perubahanperubahan pada protein atau sel-sel tubuh akibat rangsangan tertentu, terutama infeksi virus.
Hipersensitivitas yang diiringi dengan pembentukan auto-antibodi contoh terjadi pada penyakit
lupus erythematodes disseminatus (LED). Sebagai akibat dari terutama obat-obat tertentu, juga eritrosit,
lekosit dan trombosit dapat berfungsi sebagai antigen bagi tubuh sendiri, dengan akibat timbulnya
trombositopeni dan lekopeni.
Peranan auto-antibodi juga ada pada gangguan tiroid (penyakit Hashimoto), anemia perniciosa,
RA (rheunatoid arthritis), multiple sclerosis (MS), colitis ulcerosa dan myasthenia gravis.
Pembentukan auto-antibodi dapat dicegah a.l. oleh obat-obat kortikosteroid, terutama prednison.
Bila kortikoida tidak berhasil cukup baik, dapat juga dipakai sitostatika, contoh anti-metabolit
6-merkaptopurin dan azatioprin (Imuran) yang memblokir metabolisme purin dan multiplikasi sel.
Catatan: Hadiah Nobel ilmu kedokteran tahun 1972 diberikan kepada R. Porter (Univ. Oxford) dan G.
Edelman (Rockefeller Univ.–NY) untuk kontribusinya mengenai struktur dan sifat-sifat biologi dari
imunoglobulin.Azatioprin (Azafalk, Imuran) dan merkaptopurin (Puri-Nethol, Xaluprin) yaitu imunomodulansia yang termasuk dalam kelom-pok
tiopurin, seperti juga obat kanker tio-guanin
(Lanvis).
Pengobatan komplementer memakai
sediaan enzim (Wobenzym = papain 100 mg,
bromelain 60 mg dan pancreatin 100 mg)
untuk memusnahkan auto-antibodies serta
kompleks imun dan dengan demikian menghentikan serangan terhadap organ sendiri.
Penyakit auto-imun. Pada penyakit ini,
fungsi sistem imun terganggu akibat adanya
auto-antibodies, pada mana limfo-T dan NKcells menyerang jaringan dan organ tubuh
sendiri. Keadaan ini dapat terjadi bila sistem
imun tidak berdaya (lagi) untuk mengenali
jaringan tubuh sendiri dan menyerangnya.
Yang terkenal yaitu penyakit rema, diabetes tipe-I (pada pasien muda), MS (Multiple
Sclerosis), SLE (Systemic Lupus Erythematodes),
MG (Myasthenia gravis) dan radang tireoid.
Penyebab mengapa sistem tangkis kehilangan
daya pengenalannya belum begitu jelas,
walaupun diketahui bahwa faktor genetik,
hormonal, viral dan lingkungan berperan
pada manifestasi dan hebatnya penyakit.
* Auto-antibodies dalam keadaan normal
juga dibuat oleh sistem imun, namun segera
diinaktifkan oleh makrofag dan limfo-T. Bila
produksinya terlampau banyak, barulah
dapat merusak jaringan. Auto-antibodies dapat bereaksi langsung terhadap organ dengan
memicu peradangan dan kerusakan,
seperti pada membran glomerulus ginjal.
Dapat pula mengacaukan fungsi suatu proses,
contoh dari receptor asetilkolin (ACh) pada
myasthenia gravis.
Kemungkinan lain yaitu terbentuknya
kompleks imun yang beredar dengan aktivitas biologik, lihat di atas. Adakalanya
kompleks ini diendapkan di ginjal, kulit,
sendi dan sistem saraf dengan mengakibatkan kerusakan jaringan hebat. Dapat pula
terjadi aktivasi dari komplemen, akumulasi dan
aktivasi dari neutrofil dengan pelepasan enzim
protease yang bersifat merusak pula. Pada
destruksi jaringan ini, ternyata juga terlibat
makrofag, monosit, sel-T4 dan sel-T8.
MONOGRAFI
2a. Siklosporin: Sandimmun, Neoral
Endekapeptida siklis ini (1983) diperoleh
dari fungi Tolypocladium inflatum dan terdiri
dari 11 asam amino. Berkhasiat imunosupresif istimewa melalui penghambatan
spesifik respons imun seluler. Proliferasi
T-helpercells dan cytotoxic cells dihambat secara selektif dan reversibel. Juga merintangi
produksi dan pelepasan IL-2 serta banyak
limfokin lain. Produksi limfo-T supressorcells
justru distimulasi. Tidak berkhasiat myelosupresif. Siklosporin terutama dipakai berkat sifat-sifat ini pada transplantasi organ
atau sumsum untuk profilaksis dan penanganan reaksi penolakan. Juga pada psoriasis, colitis dan penyakit Crohn. Siklosporin
dapat dikombinasi dengan kortikoida atau
imunosupresiva lain dengan tujuan mengurangi nefrotoksisitasnya.
Resorpsinya dari usus sangat variabel, BA
10-50%, PP 98%, plasma-t½ ±20 jam. Bersifat
sangat lipofil, maka distribusinya berlangsung
baik ke semua jaringan tubuh. Dalam hati
dirombak menjadi 15 metabolit yang terutama diekskresi melalui empedu dengan siklus enterohepatik. Hanya 6% dikeluarkan
lewat urin. Efek samping utamanya yaitu
nefrotoksisitas yang tergantung dari dosis dengan menurunnya nilai kreatinin (reversibel).
Juga dapat terjadi hipertensi, hiperlipidemia,
hipertrichosis, gangguan lambung-usus, nyeri
kepala, tangan rasa terbakar, konvulsi dan
gangguan darah. Bersifat karsinogen, terutama bila dipakai untuk jangka waktu
lama dengan dosis tinggi (limfoma, kanker
kulit).
Dosis: 4-12 jam sebelum transplantasi oral
2,5-15 mg/kg selama 1-12 bulan, juga sebagai
infus intravena. Dosis disesuaikan dengan
kadar siklosporin dalam darah.
2b. Takrolimus: Advagraf, Prograft, Protopic
Senyawa makrolida ini diekstraksi dari
jamur Streptomyces tsukubaensis (1993). Khasiat dan mekanisme imunosupresifnya sama
dengan siklosporin, namun ±50x lebih kuat
dalam hal pencegahan sintesis IL-2 yang
mutlak diperlukan untuk proliferasi sel-T. Juga bersifat sangat lipofil dan sama efektifnya
dengan siklosporin pada transplantasi hati,
jantung, paru-paru dan ginjal. Terutama
di-gunakan bersama kortikosteroida. Lebih
sering memicu efek samping toksisitas
bagi ginjal dan saraf.
Dosis: infus i.v. 0,05-0,1 mg/kg/hari, 6 jam
setelah tranplantasi selama 2 -3 hari, lalu dilanjutkan oral 0,15-0,3 mg/kg/hari dalam 2
dosis.
*Pimekrolimus (Elidel) yaitu derivat makrolaktam yang memblokir sintesis dari sitokin meradang pada T-cel. dipakai lokal
pada dermatitis atopik (eksim) bila penggunaan kortikosteroid tidak memberikan
hasil.
Efek samping : perasaan terbakar, iritasi lokal, gatal, eritema dan gangguan kulit.
Dosis : lokal 2x sehari sebagai krem.
2c. Mikofenolat mofetil: CellCept
Obat ini (1996) yaitu prodrug dengan
khasiat menekan perbanyakan limfosit
melalui inhibisi enzim dehidrogenase yang
diperlukan untuk sintesis purinnya (DNA/
RNA). Ternyata sangat efektif terhadap penolakan akut setelah transplantasi ginjal. Dibandingkan dengan obat-obat lainnya, yaitu
azatioprin dan siklosporin (dan prednison),
persentase penolakan dikurangi sampai 50%.
Lagi pula efek sampingnya lebih sedikit.
Mungkin juga berkhasiat untuk menghambat
penolakan menahun (jangka panjang) yang
sampai kini merupakan masalah serius.
Resorpsi dari usus baik, dengan BA 90%.
Dalam hati segera diubah menjadi asam
mikofenolat aktif. Ekskresi berlangsung
melalui urin sebagai glukuronidanya (inaktif), sesudah mengalami resirkulasi enterohepatik. Plasma-t½ ±16 jam.
Dosis: dalam waktu 72 jam setelah transplantasi 2 dd 1g a.c. dengan minum banyak
air.
* Mikofenolat Na (Myfortic) menghambat
enzim inosinmonofosfat dehidrogenase dengan menghasilkan efek sitostatik terhadap
limfosit B dan T. Dalam kombinasi dengan
siklosporin dan glukokortikoid dipakai
sebagai profilaksis terhadap penolakan organ
pada transplantasi ginjal. Dosis: oral 1440 mg
terbagi dalam 2 dosis.
2d. Kortikosteroida
Hormon anak ginjal berkhasiat anti radang, imunosupresif dan anti alergik. Kedua efek terakhir untuk sebagian berhubungan dengan khasiat anti radangnya dan
terutama nampak pada reaksi imun di jaringan. contoh migrasi sel dan aktivitas fagositosis dari makrofag/monosit dikurangi.
Juga jaringan limfe dirombak, pada mana
limfosit-T dan -B berperan. Pembentukan
antibodies hanya ditekan pada dosis sangat
tinggi.
Kortikosteroida banyak dipakai sebagai
obat tambahan pada penyakit auto-imun,
seperti rema, Sjögren, SLE dan MS, juga pada
terapi kanker. Efektif sekali untuk menekan
dengan cepat exacerbatio penyakit (mendadak
menjadi parahnya gejala penyakit). Untuk
memelihara remisi pada penyakit usus
beradang kronis ternyata kurang efektif.
Lihat selanjutnya Bab 46 ACTH dan Kortikosteroida.
2e. Talidomida: Synovir
Derivat piperidin ini (1957) yaitu obat tidur
dengan efek teratogen sangat kuat (peristiwa
Softenon, 1962, lihat Edisi empat), berdasar
khasiat anti angiogenesisnya. Juga berdaya
imunosupresif (anti-TNF) dan anti radang.
Setelah dilarang peredarannya selama lebih
dari 25 tahun sejak awal tahun 1990-an
talidomida mulai dipakai lagi antara lain
untuk menekan reaksi lepra (lihat Bab 10)
dan meringankan gejala AIDS seperti luka
hebat (aphthae) di mulut, kerongkongan dan
kemaluan, serta diare dan kehilangan bobot
yang serius.
Di AS pemakaian nya pada lepra disahkan
kembali sejak akhir tahun 1997 dengan syarat-syarat ketat. Juga diselidiki secara klinis
efektivitasnya untuk berbagai penyakit autoimun. Lihat juga Bab 24.
Talidomida ternyata dapat memperpanjang remisi penyakit myeloma, suatu penyakit para lansia (rata-rata usia 60 tahun)
yang sangat kompleks dan tidak dapat disembuhkan. Mekanisme kerja talidomida
pada penyakit ini belum diketahui.*Lenalidomida (Revlimid, Celgene). Imunomodulator dengan struktur menyerupai talidomida ini menghambat proliferasi dari
sel-sel tumor hematopoeitik, meningkatkan
imunitas dan jumlah sel NKT. Metabolisasi
dalam jumlah kecil di dalam hati dan diekskresi terutama melalui urin (82%) dan
feses (4%). dipakai dalam kombinasi
dengan deksametason terhadap myeloma
multipel (penyakit Kahler). Bersifat teratogen
dan kemungkinan masuk ke dalam air susu
ibu.
Dosis: sangat individual.
2f. Sulfasalazin yaitu persenyawaan dari
sulfapiridin dengan 5-ASA (lihat Bab 8,
Sulfonamida dan Kuinolon). Berkhasiat anti
radang melalui blokade siklo-oksigenase
dan lipoksigenase dan dengan demikian
mencegah sintesis prostaglandin dan leukotriën. Sulfasalazin memengaruhi fungsi limfosit, mungkin melalui sitokin dan juga berdaya ‘menangkap’ radikal bebas O2
. Zat
ini dipakai khusus pada penyakit usus
beradang kronis (Crohn, colitis) dan pada
rema. Lihat juga Bab 21, Analgetika perifer
dan Bab 14 Sitostatika, B2 Imunosupresiva.VAKSIN DAN IMUNOGLOBULIN
Penyakit infeksi merupakan jenis penyakit yang hampir selalu menempati urutan
teratas, terutama di negara-negara berkembang yang taraf kehidupan sosialnya masih
di bawah garis yang layak. Keadaan ini
antara lain menyangkut pola higiene yang
erat hubungannya dengan penularan dan
penyebaran penyakit infeksi.
Dewasa ini tersedia berbagai obat ampuh,
terutama dari golongan kemoterapeutika
untuk memerangi penyakit infeksi. Namun,
tujuan utama dari program penanggulangan
penyakit infeksi yaitu profilaksis atau
menghindari terjangkitnya infeksi. Hal ini
dapat dicapai dengan antara lain :
– menghilangkan sumber atau memutuskan
mata rantai penyebaran suatu penyakit
infeksi dan
– mengurangi kepekaan sesepasien terhadap organisme patogen atau dengan kata
lain meningkatkan kekebalannya terhadap suatu infeksi. Keadaan ini dapat dicapai melalui proses imunisasi.
Di Indonesia, semua jenis sera yang mengandung imunoglobulin spesifik dan vaksin dibuat oleh PT Bio Farma (d/h Lembaga
Pasteur).
BUMN (Badan Usaha Milik Negara) ini
merupakan satu-satunya produsen vaksin
dan anti sera di Indonesia dengan tujuan
turut serta mendukung program imunisasi
nasional. Program ini bertujuan memberikan
kekebalan pada bayi agar dapat mencegah
penyakit dan kematian bayi serta anak
yang disebabkan oleh penyakit yang sering
berjangkit di Indonesia.
Ref.:
Proverawati, Atikah.2010.Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta)
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Ilmu
Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode
Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
IDAI.2008. Pedoman Imunisasi Di Indo-nesia.
Jakarta: Satgas Imunisasi.
Pengawasan sumber dan transmisi
Sumber infeksi utama yaitu makanan dan
air minum yang mutlak harus dipantau tingkat
kebersihannya dalam rangka memberantas
penyakit infeksi yang menyerang saluran
cerna, contoh diare. Bagi jenis penyakit
lainnya, pengendalian perantaranya (vector)
yaitu esensial, contoh jenis nyamuk yang
merupakan vektor dan penyebab penyakit
malaria dan dengue (demam berdarah).
Yang merupakan topik sekarang ini yaitu
screening dari donor darah dalam rangka
menghindari penyebaran penyakit HIV dan
hepatitis B/C.
Mengurangi kepekaan terhadap penyakit infeksi
Kondisi ini dapat dicapai dengan jalan
imunisasi. Cara ini telah mengubah sejarah
dari banyak jenis penyakit infeksi. Sejak
dahulu telah diketahui bahwa pasien yang
luput dari serangan penyakit sampar (pes) yang
mematikan, tidak akan diserang untuk kedua
kalinya oleh penyakit ganas ini. namun , pada
waktu itu tidak diketahui kesimpulan ilmiah
mengenai peristiwa ini.
Edward Jenner(1749 -1823). Pada tahun 1796
dr Jenner, sepasien dokter Inggeris sederhana,
mengintrodusikan penyuntikan pertama dengan cairan cacar lembu sebagai vaksin
alami, suatu kejadian yang menakjubkan dan
membuatnya termashur. Peristiwa ini
terjadi sewaktu penyakit cacar melanda
dunia dan hampir semua pasien bisa menjadi korban. Pengidap cacar umumnya
berisiko kematian atau menjadi cacat seumur
hidup, terutama di bagian muka. Dalam
kasus ini ternyata bahwa sesepasien tidak
dapat diserang penyakit yang sama untuk
kedua kalinya atau dengan lain kata bahwa
sepasien yang telah terjangkit penyakit cacar
akan terbebas untuk seumur hidupnya
(Edward Jenner 1798). Di tahun 1980 WHO
mendeklarasi bahwa penyakit cacar telah
dieradikasi dari seluruh dunia dan hal ini
merupakan suatu achievement terbesar dalam sejarah kedokteran.
Dr. Jenner menemukan bahwa imunitas
seperti itu juga bisa diperoleh bila sejenis
penyakit cacar lembu, yang jauh kurang
berbahaya, ditularkan dengan sengaja kepada manusia. Cara ini disebut vaksinasi
(Lat. vacca = lembu, vaccinia = cacar lembu).
Demikianlah asal mula istilah vaksinasi, yaitu
menyuntikan cacar lembu kepada manusia.
Sekarang istilah vaksinasi dipakai untuk segala bentuk imunisasi aktif yang diberikan per oral, subkutan, intramuskular,
maupun dengan cara menggoreskan pada
kulit (skarifikasi).
Edward Jenner (1749 -1823)
“Cowpox to prevent smallpox” .
Louis Pasteur(1822- 1895). Baru limapuluh
tahun kemudian sarjana biologi dan kimia
Prancis Dr L. Pasteur yang termashur, mendemonstrasikan bahwa keganasan (virulensi)
suatu kuman patogen dapat dikurangi
tanpa mengurangi kemampuannya untuk
memicu imunitas (sifat imunogen). Hal
ini dicapai dengan cara pemanasan atau melalui «passage», yaitu menginjeksikan kuman
ini secara beruntun pada sejumlah hewan
percobaan, lihat di bawah.
Louis Pasteur (1822-1895),
ahli kimia Prancis, pencetus pengetahuan modern mengenai imunologi.
“The most perfect man who has ever
entered the kingdom of Science.”
Imunitas (lihat juga Bab 49, Dasar-dasar
imunologi). Teori yang mendasari fenomena
ini di atas yaitu sebagai berikut. Bila
tubuh kemasukan mikroba, maka tubuh akan
melawannya dengan membentuk zat-zat penangkis yang disebut antibodies (atau juga
immunity bodies). Dalam kasus ini, mikroba
ini berfungsi sebagai antigen (zat yang
imunologik aktif), yaitu suatu zat yang menstimulasi pembentukan antibodies dan dengan demikian memobilisasi defensi imunologi tubuh. Bila tubuh berhasil memusnahkan mikroba ini, maka antibodies yang
terbentuk dalam jumlah berlebihan memberikan kekebalan (imunitas] terhadap infeksi
selanjutnya oleh mikroba tersebut. Kekebalan
ini dinamakan kekebalan yang diperoleh
acquired immunity), sedangkan kekebalan
asli yang sudah ada dalam tubuh berasal dari
bawaan disebut kekebalan alamiah (natural
immunity).
Antigen yang paling ampuh yaitu protein
bermolekul besar atau kombinasi dari protein
dan karbohidrat (glycoprotein). Zat-zat ini biasanya ada dalam dinding bakteri atau
bagian luar yang menyelubungi virus.
Mekanisme terbentuknya imunitas
Dua jenis sel darah putih yang memegang
peranan penting dalam sistem imunitas adalah makrofag dan limfosit. Respons imun
terhadap suatu antigen pada awalnya dimulai
dengan penyerapannya oleh makrofag, yang
kemudian „menyajikan“antigen ini kepada limfosit untuk dimusnahkan. Seperti
diketahui limfosit terdiri dari dua jenis, yakni
T-cells (thymus-dependent) dan B-cells (bursadependent), lihat juga Bab 49, Dasar-dasar
imunologi.
*Imunitas seluler. T-cells dalam thymus kemudian dimatangkan menjadi „sensitized
T-limfosit“ yang mampu bereaksi langsung
dengan antigen khusus tersebut, di samping
juga berdaya mengaktivasi makrofag. Keadaan ini disebut imunitas seluler.
* Imunitas humoral. Di lain pihak, B-cells
berubah menjadi sel-sel plasma yang memproduksi antibodies yang juga disebut imunoglobulin (= Ig). Senyawa-senyawa ini terutama ada dalam serum darah atau
di atas permukaan membran mukosa serta khusus diarahkan terhadap suatu antigen tertentu. Inilah yang dinamakan imunitas humoral. Lihat Bab 49, Dasar-dasar
Imunologi, Gambar Imunitas seluler dan
humoral.
Memory cells yaitu sel-sel „pengingat“
yang dibentuk oleh T-cells maupun B-cells
dan merupakan sistem defensif cadangan
terhadap suatu antigen tertentu. Oleh sebab
itu, bila terjadi lagi kontak dengan antigen
ini, akan timbul suatu respons imunitas yang
lebih cepat dan lebih ampuh. Lihat Gambar
49-2, Dasar-dasar Imunologi.
Tujuan akhir dari kedua jenis imunitas yang
secara artifisial dapat ditimbulkan dengan
jalan vaksinasi yaitu untuk menciptakan
perlindungan tubuh terhadap antigen atau
terhadap mikroba yang membawanya. Lihat
selanjutnya Bab 49, Dasar-dasar Imunologi.
A. IMUNISASI AKTIF
Dengan ini dimaksudkan pencapaian imunisasi jangka panjang secara buatan melalui pemberian antigen via injeksi i.m., s.k.
atau oral untuk memicu respons imunitas yang spesifik, berupa antibodi, T-sel
yang diaktivasi dan memori spesifik. Antigen dapat berupa kuman patogen yang
mati, dilemahkan (attenuated) atau produk
metabolismenya, yaitu eksotoksin yang telah
dimurnikan atau diinaktifkan dan dinamakan
toksoid (difteri, tetanus) serta bagian-bagian
kuman atau virus. Secara alamiah kekebalan
aktif juga dapat diperoleh sebagai akibat dari
infeksi dengan kuman patogen (Yun. pathos =
penyakit, genesis = memproduksi). Imunisasi
aktif ini diperoleh melalui vaksin, contoh
terhadap cacar, kolera, pertussis, pes, tbc, rabies,
influenza, tifus dan poliomyelitis. Dapat pula
dipakai toksoid, mis terhadap difteri dan
tetanus.
Perbedaan antara vaksin yang mengandung
mikroorganisme hidup. diperlemah atau
mikroorganisme mati yaitu penting, sebab
pada sebagian pasien dengan defisiensi
imunologik dapat timbul infeksi fatal pada
pemakaian vaksin dengan mikroorganisme
hidup atau yang diperlemah.V a k s i n
Tujuan pemberian vaksin yaitu merangsang
imunitas seluler maupun humoral seperti
yang layaknya timbul sebagai reaksi terhadap
suatu infeksi alamiah. Bila sesepasien yang
sudah divaksinasi mengalami infeksi yang
mungkin sekali serius, gejalanya akan lebih
ringan atau sama sekali tanpa manifestasi
klinis. Vaksinasi menghindari efek-efek serius
yang diakibatkan oleh mikroba yang virulen.
Oleh sebab itu, vaksin merupakan salah
satu senjata yang paling ampuh dalam ilmu
kedokteran preventif terhadap penyakit infeksi. Kendala dari vaksin hidup yang telah
diperlemah yaitu kekuatiran bahwa mikroba ini melalui proses mutasi menjadi
virulen kembali.
Vaksin kuman yaitu sediaan aman dari
bakteri yang telah dimatikan (tifus) atau dari
bakteri hidup yang diperlemah dan tidak
ganas (virulen) lagi (sampar atau pes). namun
sebagai antigen, vaksin demikian masih
mampu menstimulasi sistem imunitas tubuh
manusia atau hewan. Dengan imunisasi aktif
ini tubuh dapat dilindungi terhadap penyakit
infeksi kuman bersangkutan.
Vaksin virus terdiri dari beberapa jenis virus
yang telah dimatikan atau yang dibuat nonvirulen melalui passage hewan. Lazimnya
vaksin virus dibuat dengan pembiakan pada
telur, ginjal atau otak hewan.
Cara pembuatannya dapat dengan cara
passage telur, kultur sel atau melalui kultur
jaringan. Dapat dipakai mikroba yang tersedia di laboratorium (‘stock-vaccine’) atau
mikroba yang dipisahkan dari tubuh penderita sendiri (‘auto-vaccine’).
– Vaksin bakterial. Pertama-tama bakteri
dari suku (strain) tertentu ditanam dalam
medium cair yang optimal dalam botol
atau pada produksi besar-besaran dalam
tangki fermentasi. Sebagai medium lazimnya dipakai kultur persemaian
(brothculture). Setelah suatu masa tertentu, kuman dimatikan dengan cara pemanasan atau dengan zat kimia dan
bila perlu dipisahkan dari mediumnya.
Bakteri yang sudah mati ini kemudian
diproses sebagai suspensi sel utuh atau
sebagian tertentu diisolasi, contoh :
fraksi polisakarida.
– Vaksin viral. Langkah pertama yaitu
memelihara sel-sel untuk replikasi virus,
sebab virus tidak mampu memperbanyak diri sendiri kecuali di dalam
sel hidup (host cells). Host cells yang telah dipenetrasi oleh virus (DNA/RNA)
kemudian dirangsang untuk memproduksi lebih banyak materi virus, yang
kemudian diisolasi, dimurnikan dan distabilisasi.
– Cara-cara khusus. Teknik rekayasa genetik memungkinkan untuk memproduksi
vaksin yang aman/murah dan dengan
biaya yang relatif rendah. Melalui teknik
DNA rekombinan dapat dibuat antigen
bakterial dan viral secara massal. Lalu,
hanya fraksi DNA yang cocok dengan
suatu antigen tertentu diisolasi dan dipindahkan ke sel-sel tuan rumah.
Melalui sintesis organik dapat pula
dibuat bagian yang aktif dari suatu antigen
tertentu, setelah rangkaian asam aminonya
diidentifikasi. Namun, untuk dapat menimbulkan daya imunitas, peptida sintetik ini
harus diikat pada suatu protein lain yang
berfungsi sebagai “carrier”. Perkembangan
lebih lanjut di bidang bioteknologi membuka
aspek-aspek baru dalam produksi vaksin.
Penggolongan. Vaksin dapat digolongkan
antara lain berdasar jenis, viabilitas, komposisi dan cara pembuatannya.
Jenis mikroba dalam vaksin menghasilkan:
a. vaksin bakterial, yang terdiri dari bakteri
hidup yang dilemahkan atau diinaktifkan, polisakarida dari kapsel bakteri, atau
fragmennya yang memiliki sifat antigen;
b. vaksin viral,yang terdiri dari virus hidup
yang dilemahkan atau diinaktifkan, juga fragmen virus yang memiliki sifat
antigen;
c. vaksin parasiter,yang terdiri dari suatu
protein yang ada pada permukaan sporozoit Plasmodium falciparum (vaksin
malaria, eksperimental).
Komposisi antigen menentukan jenis vaksin,
yakni:
– whole vaccine: terdiri dari mikroba utuh;
– split/sub-unit vaccine: dibuat dari bagianbagian mikroba yang mengandung antigen paling aktif;
– vaksin toksoid: dibuat dari (ekso)toksin
bakteri yang diisolasi atau dibuat secara
biosintetik dan kemudian dinetralisasi
dengan formaldehida.
Antibodi (immunoglobulin) pada imunisasi
aktif bertahan untuk jangka waktu lebih
lama dari pada antibodi yang diberikan
dari luar sebagai s e r u m (imunisasi pasif).
Dengan demikian, imunisasi aktif yaitu
long-acting dan terutama dipakai bila
dikehendaki kekebalan yang bertahan lama
terhadap suatu penyakit. Lazimnya imunitas
ini bertahan selama beberapa bulan sampai
beberapa tahun, yang pada umumnya dapat
d