reumatologi 2

 




termasuk badan.

Terdapat riwayat fenomena raynaud yang singkat.

Terdapat peningkatan risiko terjadinya krisis renal 

dan keterlibatan jantung.

Fibrosis kulit terjadi secara cepat dan progresif

3. Systemic sclerosis sine 

scleroderma

Fenomena raynaud

Gangguan kapiler nailfold

Tidak ditemukan fibrosis pada kulit

4. Systemic sclerosis 

overlap syndrome

Merupakan kombinasi dari 1 diantara 3 subtipe diatas 

dengan gejala penyakit autoimun reumatik lainnya

Kriteria Klasifikasi Sklerosis Sistemik ACR/EULAR 201362

Tabel 7.3 Kriteria klasifikasi sklerosis sistemik ACR/EULAR 2013

Kriteria Sub-kriteria Nilai

Penebalan kulit pada jari-jari kedua 

tangan yang berkembang kearah 

proksimal ke sendi metacarpophalangeal 

- 9

Penebalan kulit pada jari-jari tangan

(Hanya menggunakan skor yang paling 

tinggi)

Puffy fingers

Sklerodaktili pada jari-jari 

tangan (distal dari sendi MCP, 

namun proksimal dari sendi 

PIP

2

4

Lesi pada ujung jari (Hanya menggunakan 

skor yang paling tinggi)

Ulkus pada ujung jari

Pitting scar pada ujung jari

2

3

Telangiektasia - 2

Kapiler abnormal pada lipatan kuku 

(nailfold)

- 2

54   |  Buku Saku Reumatologi

Kriteria Sub-kriteria Nilai

Hipertensi pulmonal dan/atau penyakit 

paru interstisial

(skor maksimum 2)

Hipertensi pulmonal

Penyakit paru interstisial

2

2

Fenomena Raynaud - 3

Autoantibodi yang berkaitan dengan SSc Anticentromere

Anti-topoisomerase I

Anti-RNA Polymerase III

3

Diagnosis pasti sklerosis sistemik ditegakan jika didapatkan skor total ≥ 9 poin

Kriteria ini tidak berlaku bagi pasien dengan penebalan kulit tanpa disertai adanya 

penebalan kulit pada jari-jari tangan atau pada pasien dengan scleroderma-like 

disorder.

Tabel 7.4 Definisi kriteria sklerosis sistemik

Kriteria Definisi

Penebalan kulit Penebalan atau pengerasan kulit yang terjadi bukan sebab  

scarring akibat luka atau trauma

Puffy Fingers Pembengkakan jari bersifat difus, bersifat non pitting 

sebab  penambahan massa jaringan lunak pada jari yang 

melewati batas normal dari kapsul sendi. Pembengkakan 

jari ini menyebabkan hilangnya kontur tulang dan sendi 

jari-jari tangan, bukan disebabkan oleh sebab lainnya seperti 

daktilitis sebab  inflamasi

Ulkus atau pitting 

scar pada ujung jari

Ulkus atau jaringan parut yang terletak distal terhadap atau 

pada sendi PIP yang tidak disebabkan oleh trauma. Pitting 

scars pada jari merupakan area depresi pada ujung jari tangan 

yang disebabkan sebab  iskemia, bukan sebab  trauma atau 

penyebab eksogen.

Telangiektasia Makula eritem yang terlihat sebab  pelebaran pembuluh 

darah superfisial, yang akan menghilang dengan penekanan 

dan kembali muncul bila tekanan dilepaskan. Telangiektasia 

dengan scleroderma-like pattern berbentuk melingkar dengan 

batas yang tegas dan dapat ditemukan pada tangan, bibir, 

rongga mulut, dan/atau telangiektasia berukuran besar. 

Telangiektasia ini dapat dibedakan dengan spider angioma 

dan pelebaran pembuluh darah superfisial.

Buku Saku Reumatologi |   55

Kriteria Definisi

Abnormal nailfold 

capillary pattern 

consistent with 

systemic sclerosis

Pembesaran kapiler dan/atau hilangnya kapiler dengan atau 

tanpa pendarahan perikapiler pada nailfold, dapat ditemukan 

pada kutikula.

Hipertensi pulmonal Didapatkan melalui pemeriksaan kateterisasi jantung kanan

Penyakit paru 

interstisial

Fibrosis paru yang terlihat pada CT scan resolusi tinggi atau 

X-ray dada, paling sering ditemukan pada bagian basiler dari 

paru, atau ditemukannya crackles pada saat auskultasi, yang 

tidak disebabkan oleh penyebab lain seperti gagal jantung 

kongestif.

Fenomena Raynaud Minimal 2 fase perubahan warna pada jari tangan dan kadang 

jari kaki yang terdiri atas pucat, sianosis, dan/atau hiperemia 

reaktif sebagai respon terhadap paparan dingin atau emosi; 

biasanya salah satu fase adalah pucat

Autoantibodi SSc Antibodi anticentromere atau pola centromere yang 

terlihat pada pemeriksaan antibodi antinuklear, antibodi 

antitopoisomerase I, atau antibodi anti-RNA polimerase III

Pemeriksaan penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus sklerosis 

sistemik meliputi:59

Pemeriksaan autoantibodi (anticentromere, antitopoisomerase I (anti-

Scl 70), anti-RNA polymerase III)

Pemeriksaan darah rutin dan LED

Pemeriksaan fungsi ginjal dan hati

Pemeriksaan X-ray dan tes fungsi paru

Pemeriksaan CT-Scan paru bila ditemukan crackles pada auskultasi atau 

adanya penurunan fungsi paru

Ekokardiografi bila ada kecurigaan hipertensi pulmonal

Penatalaksanaan

Terapi non farmakologi: 

Edukasi, pola hidup sehat, nutrisi seimbang, hindari paparan udara 

dingin, menggunakan pakaian yang hangat, hindari rokok, kontrol rutin 

dan konsumsi obat teratur.

56   |  Buku Saku Reumatologi

Terapi farmakologi 

Pemberian terapi pada kasus sklerosis sistemik bertujuan untuk 

menghambat proses autoimun dan inflamasi, serta memberikan terapi 

sesuai organ yang terlibat, yaitu:59

Terapi simtomatik

o Penghambat pompa proton (PPI) untuk refluks lambung

o Obat-obat prokinetik

o Ca2+ channel blocker (CCB) untuk vasodilator

o Aspirin dan statin untuk menurunkan faktor risiko kardiovaskular

o Prostasiklin untuk menurunkan frekuensi dan keparahan serangan 

Raynaud

Terapi imunosupresan

o Metotreksat

o Siklofosfamid (cenderung untuk ILD)

o Mikofenolat mofetil (cenderung untuk ILD)

Rujuk ke rumah sakit rujukan untuk penanganan lebih lanjut.

Pembahasan kasus

Pada pasien ini didapatkan:

Penebalan kulit pada jari-jari tangan berupa Puffy finger (poin 2)

Lesi pada ujung jari berupa pitting scar pada ujung jari (poin 3)

Telangiektasia (poin 2)

Fenomena Raynaud (poin 3)

Pada pasien ini memenuhi kriteria klasifikasi sklerosis sistemik menurut ACR/

EULAR 2013 sebab  memiliki total skor 10 (≥ 9).

Penatalaksanaan: pasien dirujuk ke rumah sakit rujukan.

Pemeriksaan antibodi spesifik untuk membantu menegakkan diagnosis sklerosis 

sistemik, yaitu anticentromere dan anti Scl-70, dan pemberian terapi yang sesuai 

diperlukan

Buku Saku Reumatologi |   57

BAB VIII

DEMAM REUMATIK AKUT

ICD-10 : 

Rheumatic fever without heart involvement (I00)

Rheumatic fever with heart involvement (I01)

Kompetensi dokter umum : Demam Reumatik (3A)

Kasus

Seorang laki-laki berusia 18 tahun datang dengan 

keluhan nyeri dan bengkak di lutut kanan dalam 2 

hari ini, tanpa riwayat trauma. Seminggu yang lalu 

pasien juga pernah mengalami nyeri dan bengkak 

di kedua sendi pergelangan kaki, pergelangan 

tangan dan juga siku  namun sudah sembuh 

dengan obat asam mefenamat. Dua minggu yang 

lalu pasien mengalami nyeri tenggorokan. Pasien 

saat ini juga mengeluhkan demam.

Pemeriksaan fisis didapatkan TD: 130/80 

mmHg, nadi: 80 x/menit. respirasi: 16 x/menit, 

Suhu 38.5oC. Pemeriksaan auskultasi jantung 

tidak didapatkan murmur. Pada pemeriksaan 

ekstrimitas: kedua lengan pasien didapatkan 

nodul subkutan. Terdapat hangat dan nyeri tekan 

di genu dekstra.

Hasil laboratorium: Hb 12 g/dL, leukosit 8000 

/uL, trombosit 330.000 /uL, LED 75 mm/jam. 

ASTO 800.

Definisi

Demam reumatik akut merupakan penyakit autoimun yang melibatkan 

respon inflamasi multiorgan yang terjadi sesudah  2-3 minggu sesudah  infeksi 

tenggorokan oleh bakteri GABHS (Group A beta-hemolytic streptococcus).63,64

58   |  Buku Saku Reumatologi

Epidemiologi63,65

1. Gejala penyakit ini biasanya muncul dalam waktu 2-3 minggu sesudah  

faringitis sebab  bakteri GABHS.

2. Insidensi kasus ini ditemukan sama pada perempuan maupun laki-laki. 

3. Biasanya ditemukan pada anak-anak usia sekolah, terutama pada rentang 

usia 5-15 tahun, dan jarang diatas usia 30 tahun. 

Manifestasi Klinis

Gejala klinis pada penyakit demam reumatik akut disebabkan sebab  reaksi 

autoimun yang memicu respon inflamasi sistemik, dengan gejala yang 

biasanya muncul (kriteria mayor) meliputi 64,65,66 :

Tabel 8.1 Manifestasi klinis demam reumatik akut

Manifestasi Persentase Deskripsi

Karditis 50-70% Pankarditis (biasanya valvulitis, paling banyak 

melibatkan katup mitral)

Artritis 35-66% Poliartritis migratori pada sendi besar (gejala 

berupa nyeri, bengkak, hangat, gangguan 

pergerakan), respon baik dengan OAINS/asam 

salisilat

Sydenham chorea 10-30% Gerakan involunter, non-ritmik, biasanya asimetris 

dan akan menghilang saat beristirahat

Nodul subkutan 0-10% Benjolan padat dan tidak nyeri yang ditemukan 

pada permukaan ekstensor sendi-sendi tertentu 

(lutut, siku, pergelangan tangan)

Erythema 

marginatum

<6% Ruam berwarna merah muda dengan bagian 

tengah pucat dan tepi melingkar, biasanya muncul 

pada bagian proksimal ekstremitas dan badan, 

namun tidak pada wajah, menghilang dengan 

penekanan.

 

Selain 5 gejala mayor tersebut pada pasien demam reumatik akut juga 

dapat dikeluhkan gejala berupa demam, nyeri perut, malaise, epistaksis, dan 

anemia.66

Buku Saku Reumatologi |   59

Kriteria Klasifikasi Demam Reumatik Akut Modified Jones Criteria 

201567

Tabel 8.2 Kriteria klasifikasi demam reumatik akut Modified Jones Criteria 

2015

Kriteria

Populasi risiko rendah Populasi risiko sedang-tinggi

Kriteria Mayor

(1) Karditis (klinis atau subklinis)

(2) Artritis (Hanya poliartritis)

(3) Chorea

(4) Erythema Marginatum

(5) Nodul Subkutan

Kriteria Mayor

(1) Karditis (klinis atau subklinis)

(2) Artritis (Poliartritis, Poliartralgia, dan/

atau monoartritis)

(3) Chorea

(4) Erythema Marginatum

(5) Nodul Subkutan

Kriteria Minor

(1) Poliartralgia

(2) Demam (≥38,5oC)

(3) Peningkatan LED (≥60 mm pada 1 jam 

pertama) dan/atau CRP ≥ 3 mg/dL 

(atau meningkat sesuai nilai normal 

lab)

(4) Pemanjangan PR interval (hanya saat 

tidak terjadi karditis)

Kriteria Minor

(1) Monoartralgia

(2) Demam (≥38,5oC)

(3) Peningkatan LED (≥60 mm pada 1 jam 

pertama) dan/atau CRP ≥ 3 mg/dL (atau 

meningkat sesuai nilai normal lab)

(4) Pemanjangan PR interval (hanya saat 

tidak terjadi karditis)

Kesimpulan

Adanya bukti infeksi sebelumnya oleh GABHS melalui pemeriksaan kultur 

swab orofarings yang positif atau pemeriksaan rapid test yang positif 

terhadap antigen streptokokus atau titer antibodi anti streptokokus yang 

tinggi.

Kelompok risiko rendah: jika insidensi demam reumatik < 2/100.000 anak-

anak usia sekolah (5 – 14 tahun) atau prevalensi chronic rheumatic carditis 

< 1/1000 per tahunnya 

Diagnosis pasti demam reumatik baru/pertama: 2 kriteria mayor, ATAU 1 

kriteria mayor + 2 minor

Diagnosis pasti demam reumatik yang relaps (demam rematik rekuren): 2 

kriteria mayor ATAU 1 kriteria mayor + 2 minor ATAU 3 kriteria minor

60   |  Buku Saku Reumatologi

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi:66

Pemeriksaan darah rutin

Reaktan fase akut (LED, CRP)

EKG 

Pemeriksaan titer ASTO (antistreptolisin O)

Ekokardiografi dengan doppler, direkomendasikan oleh American 

Heart association (AHA), walaupun tidak didapatkan kelainan pada 

pemeriksaan fisis jantung.

Penatalaksanaan

Nonfarmakologi: Edukasi, pola hidup sehat, kontrol rutin dan konsumsi 

obat teratur

Farmakologi:

Terdapat 2 tujuan terapi pada kasus demam reumatik akut yaitu63,68 :

1. Pemberian terapi antistreptokokal

Lini 1 diberikan golongan penisilin

Tabel 8.3 Pilihan antibiotik golongan penisilin

Obat Rute Dosis

Phenoxymethylpenicillin 

(Penisilin V)

PO • 2-3 x 500 mg/hari selama 10 hari (orang 

dewasa dan anak-anak >27 kg)

2-3 x 250 mg/hari selama 10 hari (anak-anak 

≤ 27 kg)

Benzylpenicillin 

(Penisilin G)

IM • 1.200.000 IU single dose (orang dewasa dan 

anak-anak >27 kg)

600.000 IU single dose (anak-anak ≤ 27 kg)

Buku Saku Reumatologi |   61

Pada pasien dengan alergi terhadap penisilin dapat diberikan 

obat golongan makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin) 

dengan dosis :

Tabel 8.4 Pilihan antibiotik golongan makrolid

Obat Dosis

Eritromisin • 200-400 mg tiap 6-8 jam selama 10 hari (dewasa dan anak-anak 

> 40 kg)

30-50 mg/kg/hari dalam 3-4 dosis (anak-anak <40 kg) selama 

10 hari

Klaritromisin • 250-500 mg setiap 12 jam selama 10 hari (dewasa dan anak-

anak > 40 kg)

15 mg/kg/hari dalam 2 dosis (anak-anak <40 kg) selama 10 

hari.

Azitromisin • 500 mg pada hari pertama, dan 250 mg untuk 3 hari selanjutnya 

(dewasa dan anak-anak > 40 kg)

20 mg/kg/hari dosis tunggal selama 5 hari (anak-anak <40 kg)

Pada pasien dengan hipersensitivias terhadap penisilin 

(selain hipersensitivitas tipe I) dapat diberikan obat golongan 

sefalosporin (sefadroksil, sefaleksin), dosis:

Tabel 8.5 Pilihan antibiotik golongan sefalosporin

Obat Dosis

Sefadroksil • 1g/ hari selama 10 hari (dewasa dan anak-anak > 40 kg)

30mg/kg/hari (anak-anak <40 kg) dalam dosis tunggal selama 

10 hari

Sefaleksin • 2 x 500mg/hari selama 10 hari(dewasa)

25-50 mg/kg/hari (anak-anak) dalam 2 dosis selama 10 hari

2. Pemberian terapi untuk mengatasi manifestasi klinis

Artritis dan karditis ringan: aspirin 100 mg/kg/hari selama 2-3 

minggu dan sesudah  gejala membaik dapat diturunkan bertahap 

menjadi 60-70 mg/kg/hari.

Chorea : dapat diberikan sedatif seperti diazepam atau 

fenobarbital.

3. Rujuk pasien ke rumah sakit rujukan untuk penatalaksanaan 

selanjutnya.

62   |  Buku Saku Reumatologi

Pembahasan kasus

Pada pasien ini didapatkan:

Kriteria mayor: poliartritis migratori dan nodul subkutan

Kriteria minor: demam dan peningkatan LED

Pada kasus diatas pasien memenuhi kriteria klasifikasi demam reumatik akut 

menurut Kriteria Modified Jones 2015, yaitu terdapat 2 gejala mayor dan 2 gejala 

minor.

Penatalaksaan: terapi awal dapat diberikan aspirin tablet 100 mg/kgBB/hari (dibagi 

dalam 4-5 dosis), kemudian pasien dirujuk ke rumah sakit rujukan.

Buku Saku Reumatologi |   63

BAB IX

OSTEOPOROSIS

ICD-10: 

Osteoporosis with current pathological fracture (M80)

Age-related osteoporosis with current pathological fracture, unspecified 

site (M80.00)

Other osteoporosis with current pathological fracture (M80.8) 

Osteoporosis without current pathological fracture (M81.0)

Kompetensi dokter umum: Osteoporosis (3A)

Kasus

Seorang perempuan berusia 65 tahun mengeluhkan 

nyeri punggung sesudah  jatuh dalam posisi duduk di 

kamar mandi 2 hari yang lalu, pasein masih dapat berdiri 

dan berjalan sesudah  jatuh. Pasien memiliki riwayat 

histerektomi total pada usia 43 tahun sehingga sudah 

menopause sejak usia tersebut. Pasien sebelumnya 

bekerja sebagai salah satu manajer perusahaan swasta, 

sehingga rutin melakukan pemeriksaan kesehatan saat 

bekerja dan saat ini didapatkan tinggi badannya 165 cm, 

padahal sebelum purnatugas tinggi badannya 168 cm.

Pada pemeriksaan fisis didapatkan nyeri tekan (+) pada 

area ruas tulang belakang torakal VIII-IX. 

Definisi

Osteoporosis merupakan penyakit yang ditandai dengan penurunan massa 

tulang (bone quantity), kerusakan jaringan tulang, dan gangguan pada 

mikroarsitektur tulang (bone quality) yang dapat menyebabkan menurunnya 

kekuatan tulang dan meningkatnya risiko fraktur.69

64   |  Buku Saku Reumatologi

Epidemiologi70,71

1. Prevalensi: usia diatas 50 tahun 32,3% pada perempuan dan 28,8% pada 

laki-laki (Perhimpunan Osteoporosis Indonesia, 2007)

2. Perempuan: laki-laki dengan rasio 4:1. 

3. Prevalensi penyakit ini juga meningkat seiring bertambahnya usia.

4. Faktor risiko penyakit osteoporosis terbagi menjadi:

Tabel 9.1 Faktor risiko osteoporosis

Faktor risiko yang dapat 

dimodifikasi

Faktor risiko yang tidak dapat 

dimodifikasi

Kurang aktivitas fisis

Asupan kalsium rendah

Kurang asupan vitamin D 

Kurang paparan sinar matahari 

Konsumsi minuman yang tinggi 

kafein dan tinggi alkohol 

Kebiasaan merokok 

Mengonsumsi beberapa jenis obat 

tertentu untuk waktu yang lama 

(golongan steroid)

Riwayat keluarga

Riwayat fraktur pada usia >30 

tahun

Jenis kelamin perempuan

Usia tua

Ras Asia dan Kaukasia

Menopause

Klasifikasi

Osteoporosis dapat dibagi menjadi 2 jenis: 70,71

Osteoporosis primer, yang terbagi lagi menjadi 2 jenis

o Osteoporosis primer tipe I (osteoporosis pasca menopause)

o Osteoporosis primer tipe II (osteoporosis senilis)

Osteoporosis sekunder, yang disebabkan sebab  adanya penyakit lain 

yang mendasari

Manifestasi Klinis

Umumnya tidak memiliki gejala yang khas kecuali meningkatnya risiko 

terjadinya fraktur

Nyeri

Bengkak

Kaku sendi

Kifosis

Berkurangnya tinggi badan (sebab  kompresi vertebra akibat fraktur)

Buku Saku Reumatologi |   65

Fraktur. Fraktur pada osteoporosis disebut sebagai fraktur fragilitas, 

dimana fraktur ini terjadi secara spontan atau pada trauma ringan 

(keadaan yang dimana pada populasi normal tidak menyebabkan 

fraktur), umumnya terjadi pada kolum vertebra, tulang rusuk, tulang 

panggul, dan pergelangan tangan 69,72

Kriteria Diagnosis 

1. Definisi osteoporosis berdasarkan BMD (Bone Mineral Density) menurut 

WHO

Tabel 9.2 Definisi osteoporosis menurut WHO

Klasifikasi Skor-T

Normal Skor-T bernilai ≥ -1.0

Low Bone Mass (Osteopenia) Skor-T bernilai diantara -1.0 dan -2.5

Osteoporosis Skor-T bernilai ≤ -2.5

Osteoporosis berat Skor-T bernilai ≤ -2.5 dengan disertai 1 atau 

lebih fraktur

Skor-T: adalah nilai standart deviasi densitas masa tulang pasien terhadap densitas 

masa tulang pada rata-rata orang dengan jenis kelamin yang sama pada usia puncak 

masa tulang, yang diukur menggunakan alat DXA (Dual Energy X-ray absorptiometry).

2. Perhitungan skor FRAX (Fracture Risk Assessment Tool) untuk 

mengetahui risiko terjadinya fraktur dalam 10 tahun berdasarkan faktor 

risiko pasien.73

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan DXA untuk mengukur densitas mineral tulang.69

Pemeriksaan X-ray jika dicurigai terjadi fraktur

Penatalaksanaan74

1. Edukasi dan pencegahan

Sarankan pasien untuk berolahraga secara teratur sesuai kemampuan

Jaga asupan kalsium 1000-1500 mg/hari

Mencukupi kebutuhan vitamin D 400-1200 IU/hari

Kenali berbagai penyakit dan obat-obatan yang dapat memicu 

osteoporosis

66   |  Buku Saku Reumatologi

Hindari merokok dan minum alkohol

Hindari aktivitas dan keadaan yang dapat meningkatkan risiko jatuh

2. Latihan dan program rehabilitasi

Bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot agar menurunkan 

risiko terjatuh dan mencegah perburukan osteoporosis.

Pada pasien yang belum mengalami osteoporosis diberikan latihan 

pembebanan pada tulang, sedangkan pada pasien yang sudah 

menderita osteoporosis latihan dimulai tanpa menggunakan beban, 

kemudian ditingkatkan secara bertahap sampai didapatkan beban 

adekut.

Bila dibutuhkan dapat diberikan alat bantu/ortosis (korset, tongkat, 

alat bantu berjalan lainnya) pada pasien yang mengalami gangguan 

keseimbangan.

3. Terapi medikamentosa

Bisfosfonat

Raloksifen

Vitamin D

Kalsium

Terapi pengganti hormon

Kalsitonin

Stronsium ranelat

Denosumab

4. Rujuk pasien ke rumah sakit rujukan untuk tatalaksana lebih lanjut

Pembahasan kasus

Pada pasien ini didapatkan:

Nyeri punggung pada trauma minimal

Penurunan tinggi badan

Pada pasien ini didapatkan nyeri punggung mekanik dengan tanda red flag (usia 

> 60 tahun dan riwayat trauma), kemungkinan penyebabnya adalah osteoporosis 

yang disertai fraktur kompresi vertebra. Penghitungan skor FRAX dilakukan untuk 

menilai risiko terjadinya fraktur dalam 10 tahun.

Penatalaksanaan: berikan analgetik, selanjutnya pasien dirujuk ke rumah sakit 

untuk  pemeriksaan foto polos vertebra dan BMD dengan DXA untuk mengonfirmasi 

diagnosis osteoporosis.

Buku Saku Reumatologi |   67

BAB X

NYERI PINGGANG

ICD-10      : Low back pain (M54.5)

Kompetensi dokter umum : Nyeri pinggang (3A)

Kasus

Seorang pria berusia 45 tahun mengeluhkan nyeri 

pinggang yang dirasakan memberat sejak 4 hari terakhir, 

nyeri pinggang sebenarnya sudah sering kambuh sejak 

3 bulan terakhir. Nyeri pinggang memberat sesudah  

melakukan aktivitas fisis atau duduk dalam waktu lama. 

Pasien bekerja sebagai karyawan di salah satu bank 

swasta, sebagian besar waktu kerjanya pasien lebih 

banyak duduk. Pasien 3 tahun lalu rutin olahraga lari 3 kali 

seminggu dan mengaku saat ini mengalami peningkatan 

berat badan cukup signifikan, dari 60 menjadi 75 kg 

dalam 3 tahun terakhir, tinggi badan 162 cm.

Pemeriksaan fisis didapatkan nyeri tekan pada otot-otot 

paralumbal sebelah kanan.

Definisi

Nyeri pinggang (low back pain) merupakan rasa nyeri pada area diantara 

costal margin dan superior gluteal line, dengan atau tanpa penjalaran ke salah 

satu atau kedua kaki.75,76 Nyeri pinggang dapat diklasifikasikan menjadi akut 

(< 6 minggu), subakut (6-12 minggu), dan kronik (>12 minggu) berdasarkan 

durasi penyakitnya.77

Epidemiologi78

1. Merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan 

pada orang dewasa. 

2. Keluhan pertama kali muncul pada usia 20-40 tahun, dan prevalensi 

semakin meningkat dengan bertambahnya usia dengan puncaknya pada 

usia 60-65 tahun.

68   |  Buku Saku Reumatologi

3. Nyeri pinggang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor psikososial 

seperti stress, cemas, dan depresi. 

Etiologi

Nyeri pinggang dapat berasal dari salah satu struktur anatomis diantara 

tulang, diskus intervertebralis, sendi, ligamen, otot, persarafan, dan 

pembuluh darah. Sekitar 5-15% dari semua kasus nyeri pinggang berasal 

dari penyebab yang spesifik (dapat disebabkan sebab  penyakit lain ataupun 

sebab  neuropatik), sedangkan 85-95% dari total kasus nyeri pinggang 

berasal dari penyebab yang tidak diketahui (biasanya berasal dari penyebab 

mekanik).75,78 

Berikut beberapa penyebab dari nyeri pinggang75,79 :

Tabel 10.1 Penyebab nyeri pinggang

Mekanik Penyebab tidak diketahui (berkaitan dengan spasme otot dan cedera 

ligamen), degenerasi diskus atau penyakit sendi, fraktur tulang 

belakang, kondisi kongenital (kifosis, skoliosis), spondilosis

Neurogenik Hernia diskus, stenosis tulang belakang, cedera serabut saraf akibat 

osteofit

Kondisi non-

mekanik

Keganasan (primer atau metastasis), infeksi (spondilitis TB, 

osteomielitis, abses), artritis inflamasi (spondiloartritis)

Nyeri viseral Penyakit gastrointestinal (inflammatory bowel disease, pankreatitis, 

divertikulitis), penyakit ginjal (pielonefritis, urolitiasis), diseksi 

aorta abdominalis

Lain-lain Fibromialgia, penyebab psikologis (gangguan somatisasi, depresi)

Manifestasi Klinis

Tabel 10.2 Perbedaan antara nyeri pinggang inflamasi dan mekanik

Karakteristik Nyeri pinggang inflamasi Nyeri pinggang mekanik

Kaku pagi hari > 60 menit < 45 menit

Nyeri/kaku maksimal Pagi (saat bangun tidur) Sore/malam

Aktivitas Memperbaiki gejala Memperburuk gejala

Durasi Kronik Akut/kronik

Awitan 9-40 tahun 20-65 tahun

Buku Saku Reumatologi |   69

Gejala nyeri pinggang inflamasi dapat dilihat pada pembahasan Bab VI 

“Spondiloartritis”

Nyeri pinggang mekanik radikular

Nyeri pinggang mekanik juga dapat berasal dari radiks saraf. Nyeri radikuler 

biasanya ditandai dengan nyeri yang memberat ketika ada gerakan yang 

menyempitkan foramen spinosum, keluhan biasanya dirasakan nyeri yang 

menjalar sesuai dermatom. Nyeri radikular dapat diprovokasi dengan 

pemeriksaan Laseque, Patrick, dan kontrapatrick.

Diagnosis

Saat pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang, akan sulit untuk 

menentukan penyebab pastinya, sebab  sebagian besar kasus bersifat non-

spesifik, sehingga penting untuk mencari bukti-bukti penyebab spesifik dari 

nyeri pinggang agar dapat  ditentukan etiologi atau sumber nyerinya dengan 

menanyakan:80

Durasi keluhan pasien (akut, subakut, kronik)

Lokasi dari nyeri dan penjalaran 

Skala nyeri yang dirasakan pasien (dapat menggunakan visual analogue 

scale)

Apakah ada keadaan/situasi yang memicu munculnya sakit

Faktor-faktor yang memperberat dan meringankan keluhan

Apakah gejala baru pertama kali muncul atau sudah terjadi berulang 

Apakah terdapat riwayat demam atau gejala lain yang mengarah ke 

infeksi

Apakah terdapat gangguan BAK atau BAB (mengarah ke penyebab 

neurologis seperti sindroma cauda equina atau spinal cord compression)

Apakah terdapat riwayat keganasan atau trauma

Apakah pasien saat ini sedang mengalami distres psikososial (tanyakan 

riwayat penyalahgunaan zat, gangguan kompensasi, keadaan di tempat 

kerja, dan gejala-gejala depresi)

Pemeriksaan fisis pada kasus nyeri pinggang dilakukan untuk membedakan 

kondisi yang ringan atau berat sebagai penyebab dari nyeri. Pemeriksaan 

diawali dengan pemeriksaan tanda vital dan penilaian status ambulasi pasien 

70   |  Buku Saku Reumatologi

(mobilitas dan gaya berjalan pasien, apakah pasien membutuhkan alat bantu 

untuk berjalan). Pemeriksaan lokalis pada nyeri pinggang berpusat pada 

regio torakolumbal dan meliputi:77,80

Inspeksi area torakolumbal (nilai postur tulang belakang (kifosis, 

lordosis, skoliosis), nilai apakah terdapat tanda-tanda inflamasi atau 

trauma)

Palpasi di sepanjang tulang belakang torakolumbal, nilai apakah terdapat 

nyeri lokal (abses, tumor epidural, fraktur kompresi) atau apakah 

terdapat area abnormal saat palpasi (spondilolistesis)

Nilai apakah terdapat nyeri yang berkaitan dengan pergerakan (range of 

motion)

Lakukan pemeriksaan-pemeriksaan spesifik seperti tes Patrick (untuk 

evaluasi keadaan patologis pada panggul dan sendi sakroiliaka), straight 

leg raise test (SLR) (untuk menilai keterlibatan saraf lumbal atau otot 

hamstring pada nyeri pinggang), Tes Gaenslen (untuk menilai apakah 

nyeri berkaitan dengan sendi sakroiliak).

Pada anamnesis juga penting dilakukan penilaian terhadap red flag dan 

yellow flag. Penilaian red flag bertujuan untuk mengetahui apakah episode 

nyeri pinggang merupakan keadaan ringan atau keadaan berat yang 

membutuhkan pemeriksaan dan terapi segera (terdiri atas kanker, sindrom 

cauda equina, fraktur, dan infeksi). Penilaian yellow flag bertujuan untuk 

menilai kecenderungan perkembangan nyeri pinggang menjadi kronis.75,76 

Kondisi red flag terdiri atas:77

Nyeri pada pasien < 20 tahun dan > 55 tahun

Nyeri tidak membaik sesudah  terapi 2-4 minggu

Demam/malaise/penurunan berat badan

Gangguan neurologi  (parestesia, hipestesia, defisit sensorik lainnya)

Kaku sendi di pagi hari yang parah

Nyeri tidak membaik dengan istirahat atau perubahan posisi

Riwayat keganasan

Keadaan immunosupresi

Risiko tinggi terjadi fraktur (osteoporosis)

Gangguan BAK/BAB (retensi)

Gangguan berjalan atau defisit motorik lainnya

Buku Saku Reumatologi |   71

Kondisi yellow flag terdiri atas75 :

Depresi atau mood yang negatif, social withdrawal

Masalah sosial atau finansial

Gangguan mekanisme kompensasi

Keluarga yang bersifat overproteksi atau justru kurang memberikan 

dukungan

Keyakinan bahwa terapi pasif lebih menguntungkan dibandingkan aktif

Kepercayaan bahwa rasa sakit itu berbahaya

Masalah dan rasa tidak nyaman di tempat kerja

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang jarang dibutuhkan pada kasus nyeri pinggang, namun 

pada kondisi tertentu, beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan:76,80

Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, LED, CRP) dapat dilakukan 

pada kasus yang dicurigai disebabkan sebab  infeksi atau keganasan.

Pemeriksaan radiografi (X-ray, CT scan, MRI) hanya dilakukan pada 

keadaan-keadaan tertentu, biasanya jika dicurigai adanya kondisi red 

flag.

Penatalaksanaan76,80

Prinsip terapi pada kasus nyeri pinggang bertujuan untuk mengurangi rasa 

sakit, meningkatkan fungsi pasien, mengembalikan produktifitas pasien, dan 

membentuk coping mechanism melalui edukasi.

Terapi non farmakologi:

o Edukasi kepada pasien agar pasien tetap beraktivitas dengan aktif 

sesuai kemampuannya

o Mengurangi rasa cemas terhadap nyeri yang dirasakan

o Memotivasi pasien bahwa pengobatan yang diberikan dapat 

mengurangi gejala yang pasien rasakan

o Mengajarkan pasien cara menghindari faktor-faktor yang dapat 

merangsang nyeri. 

72   |  Buku Saku Reumatologi

Terapi farmakologi: 

o Pemberian OAINS dan asetaminofen sebagai pilihan pertama untuk 

mengatasi rasa nyeri. 

o Selain itu juga dapat diberikan obat-obatan lain seperti non-

benzodiazepine muscle relaxant, opioid (untuk nyeri yang sangat 

berat), dan antidepresan.

Rujuk pasien ke rumah sakit rujukan jika ditemukan tanda-tanda red 

flag.

Pembahasan kasus

Nyeri pinggang, sebagian besar (90-95%) disebabkan oleh patologi mekanikal, 

umumnya terkait dengan pekerjaan dan kegemukan. Pada pasien juga tidak 

didapatkan tanda-tanda nyeri pinggang inflamasi dan juga tidak ada tanda-tanda 

red flag.

Tidak ada temuan khas pada nyeri pinggang mekanik, spasme otot paralumbal 

dapat dijumpai sehingga jika dilakukan foto polos dapat dijumpai gambaran straight 

lumbal, namun demikian nyeri pinggang mekanik umumnya tidak memerlukan 

pemeriksaan penunjang apapun, kecuali tidak respons dengan tatalaksana.

Tatalaksana dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, perbaikan faktor 

ergonomis, penurunan berat badan, fisioterapi, olahraga, OAINS, pelemas otot, dan 

lain-lain sesuai patologinya.

Buku Saku Reumatologi |   73

BAB XI

PENYAKIT REUMATIK JARINGAN LUNAK

Kasus

Seorang perempuan, 38 tahun mengeluhkan nyeri 

pada pergelangan tangan kanan sejak seminggu 

terakhir dan semakin memberat. Pasien sudah 

mengkonsumsi parasetamol namun tidak membaik 

signifikan. Keluhan dirasa sangat mengganggu 

sebab  tidak dapat melakukan pekerjaannya yang 

banyak mengetik dengan komputer.

Pada pemeriksaan fisis didapatkan tes Finkelstein (+)

Definisi

Penyakit reumatik jaringan lunak merupakan keadaan yang ditandai dengan 

rasa nyeri yang disebabkan oleh faktor di luar sendi. Struktur yang termasuk 

dalam jaringan lunak atau nonartikular terdiri atas ligamen, tendon, bursa, 

otot, fasia, tulang, dan saraf. 81

Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan penunjang

Berdasarkan tabel 11.1

74   |  Buku Saku Reumatologi

Ta

be

l 1

1.1

 M

an

ife

sta

si 

kl

in

is 

da

pe

m

er

ik

sa

an

 p

en

un

jan

g p

ad

a p

en

ya

ki

t r

eu

m

at

ik

 ja

rin

ga

lu

na

k78

Re

gio

Di

ag

no

sis

De

fin

isi

Ge

jal

a K

lin

is

Pe

m

er

ik

sa

an

 Fi

sis

Pe

m

er

ik

sa

an

 

Pe

nu

nj

an

g

Ba

hu

Te

nd

iti

ni

ro

ta

tor

 cu

ff 

Pe

rad

an

ga

n p

ad

a t

en

do

n o

tot

 

rot

ato

r c

uff

 (m

. s

ub

sca

pu

lar

is,

 m

su

pr

asp

ina

tu

s, 

m

. in

fra

sp

ina

tu

s, 

da

n m

. te

res

 m

ino

r) 

da

n b

ur

sa 

dis

ek

ita

rn

ya

Ny

eri

 pa

da

 de

lto

id 

lat

era

(ab

du

ks

i d

an

 ro

tas

i in

ter

na

l),

 

ke

su

lit

an

 sa

at 

be

rp

ak

aia

n, 

ny

eri

 di

 

m

ala

m

 ha

ri

Pa

lpa

si 

: n

ye

ri 

tek

an

be

rk

ur

an

gn

ya

 lin

gk

up

 ge

ra

sen

di,

 ny

eri

 ge

ra

k a

kti

f >

 

pa

sif

, ta

nd

a i

mp

ing

em

en

t (

+)

US

G,

 M

RI

Te

nd

in

iti

bic

ipi

ta

lis

Pe

rad

an

ga

n p

ad

a t

en

do

dis

ek

ita

r b

ise

p c

ap

ut

 lo

ng

um

Ny

eri

 pa

da

 re

gio

 an

ter

ior

 ba

hu

ten

os

ino

vit

is 

bis

ep

 ca

pu

t lo

ng

um

Pa

lpa

si:

 N

ye

ri 

tek

an

 (+

pa

da

 bi

cip

itt

al 

gro

ov

e, 

tes

 

Ye

rg

aso

n, 

tes

 Sp

ee

d

US

G

Ad

he

siv

ca

ps

ul

iti

(fr

oz

en

 

sh

ou

ld

er

)

Ko

nd

isi

 de

ng

an

 et

iol

og

i y

an

tid

ak

 di

ke

tah

ui 

ya

ng

 di

tan

da

de

ng

an

 re

str

iks

i g

era

ka

n a

kti

da

n p

asi

f p

ad

a s

en

di 

ba

hu

 ta

np

ga

ng

gu

an

 in

tri

ns

ik 

pa

da

 ba

hu

Ka

ku

 da

n n

ye

ri 

pa

da

 ba

hu

, a

tro

fi 

oto

t, b

erk

ur

an

gn

ya

 lin

gk

up

 ge

ra

sen

di

In

sp

ek

si:

 at

ro

fi o

tot

 da

ga

ng

gu

an

 lin

gk

up

 ge

ra

sen

di

Ar

tro

gr

afi

, U

SG

Ru

pt

ur

ro

ta

tor

 cu

ff 

Ru

ptu

r p

ad

a t

en

do

n s

en

di 

ba

hu

Ny

eri

 pa

da

 ba

hu

, b

erk

ur

an

gn

ya

 

lin

gk

up

 ge

ra

k s

en

di,

 ke

lem

ah

an

 

pa

da

 ge

ra

ka

n a

bd

uk

si 

(ge

jal

be

rv

ari

asi

 da

ri 

rin

ga

n –

 be

rat

)

Ta

nd

a d

rop

-ar

(+

)

US

G,

 M

RI

Ar

tro

gr

afi

Sik

u

Ep

ik

on

di

lit

is 

lat

er

al 

(T

en

ni

elb

ow

)

Pe

rad

an

ga

n p

ad

a t

en

do

n d

i s

isi

 

lat

era

l s

en

di 

sik

u, 

ya

ng

 di

seb

ab

-

ka

n k

are

na

 ov

eru

se 

inj

ur

y

Ny

eri

 te

ka

n p

ad

a e

pik

on

dil

us

 

lat

era

l, n

ye

ri 

ya

ng

 di

ras

ak

an

 sa

at 

be

rja

ba

t t

an

ga

n, 

m

en

ga

ng

ka

ba

ran

g, 

ata

u a

kti

vit

as 

ser

up

a

Pa

lpa

si:

 ny

eri

 te

ka

n p

ad

ep

iko

nd

ilu

s l

ate

ra

l

US

G,

 M

RI

Ep

ik

on

di

lit

is 

m

ed

ial

is 

(G

olf

-

er

’s e

lbo

w)

Pe

rad

an

ga

n p

ad

a t

en

do

n d

i s

isi

 

m

ed

ial

 se

nd

i s

iku

, y

an

g d

ise

ba

b-

ka

n k

are

na

 ov

eru

se 

inj

ur

y

Ny

eri

 lo

ka

l p

ad

a a

rea

 ep

iko

nd

ilu

m

ed

ial

, d

an

 bi

asa

 ge

ra

ka

n fl

ek

si 

pa

da

 pe

rg

ela

ng

an

 ta

ng

an

 da

pa

m

em

icu

 ra

sa 

sa

kit

Pa

lpa

si:

 ny

eri

 te

ka

n p

ad

da

era

h e

pik

on

dil

us

 m

ed

ial

US

G,

 M

RI

Buku Saku Reumatologi |   75

Re

gio

Di

ag

no

sis

De

fin

isi

Ge

jal

a K

lin

is

Pe

m

er

ik

sa

an

 Fi

sis

Pe

m

er

ik

sa

an

 

Pe

nu

nj

an

g

Sik

u

Bu

rsi

tis

 ol

ek

ra

-

no

Pe

rad

an

ga

n b

ur

sa 

pa

da

 se

nd

sik

u

Pe

mb

en

gk

ak

an

 da

n n

ye

ri 

tek

an

 

pa

da

 bu

rsa

. Ji

ka

 te

rja

di 

in

fek

si 

da

pa

t d

ite

mu

ka

n h

an

ga

t d

an

 

ke

m

era

ha

n d

iat

as 

bu

rsa

In

sp

ek

si:

 pe

mb

en

gk

ak

an

pa

lpa

si:

 ny

eri

 te

ka

n

US

G

Ul

na

r n

er

ve

 

en

tra

pm

en

t

Ko

mp

res

i n

er

vu

s u

lna

r p

ad

sen

di 

sik

u a

tap

un

 pe

rg

ela

ng

an

 

tan

ga

n

Ba

al 

da

n p

are

ste

sia

 pa

da

 ja

ri 

m

an

is 

da

n k

eli

ng

kin

g d

an

 ny

eri

 

pa

da

 si

si 

m

ed

ial

 si

ku

, p

en

ur

un

an

 

sen

sas

i p

ad

a j

ari

 ke

lin

gk

ing

 

dis

ert

ai 

ke

lem

ah

an

 pa

da

 ab

du

ks

da

n fl

ek

si

Ta

nd

a T

in

ne

l (

+)

El

ek

tro

dia

gn

os

tik

ke

ce

pa

tan

 ha

nt

ar 

sar

af

Ta

ng

an

 da

pe

rg

ela

ng

an

 

tan

ga

n

Ga

ng

lio

n

M

ass

a k

ist

ik 

ya

ng

 be

ras

al 

da

ri 

sel

ub

un

g t

en

do

n

Be

njo

lan

 pa

da

 pu

ng

gu

ng

 pe

rg

e-

lan

ga

n t

an

ga

n, 

ras

a t

ida

k n

ya

m

an

 

pa

da

 ge

ra

ka

n e

ks

ten

si 

(g

an

gli

on

 

be

sar

)

In

sp

ek

si:

 be

njo

lan

, p

alp

asi

ko

ns

ist

en

si 

ke

ny

al

US

G,

 M

RI

Te

no

sin

ov

iti

de

 Q

ue

rv

ain

En

tra

pm

en

t t

en

din

iti

s p

ad

ten

do

n y

an

g b

era

da

 di

 ko

m

-

pa

rte

m

en

 do

rsa

l p

ert

am

a p

ad

pe

rg

ela

ng

an

 ta

ng

an

Ny

eri

, b

en

gk

ak

 di

ata

s p

ro

ses

us

 

sti

loi

de

us

Pa

lpa

si:

 ny

eri

 te

ka

n, 

tes

 

Fin

ke

lst

ein

 (+

)*

US

G

Sin

dr

om

 

ter

ow

on

ga

ka

rp

al

Ko

mp

res

i n

er

vu

s m

ed

ian

 pa

da

 

pe

rg

ela

ng

an

 ta

ng

an

Se

ns

asi

 te

rb

ak

ar 

ata

u p

are

ste

sia

 

pa

da

 ta

ng

an

 te

ru

tam

a d

i m

ala

m

 

ha

ri 

da

n m

em

ba

ik 

de

ng

an

 m

en

g-

ge

ra

ka

n t

an

ga

n, 

da

pa

t d

ise

rta

ras

a b

aa

l p

ad

a j

ari

 ke

-1

, k

e-2

, k

e-

3, 

da

n s

isi

 m

ed

ial

 ja

ri 

ke

-4

, a

tro

fi 

oto

t t

en

ar 

(k

ro

ni

k)

Pe

m

eri

ks

aa

n s

en

so

ris

ga

ng

gu

an

 pa

da

 ja

ri 

ke

-1

, k

e-

2, 

ke

-3

, d

an

 si

si 

m

ed

ial

 ja

ri 

ke

-4

, ta

nd

a t

ine

l (

+)

, ta

nd

ph

ale

n (

+)

,

Stu

di 

ele

ktr

od

iag

-

no

sti

k

76   |  Buku Saku Reumatologi

Re

gio

Di

ag

no

sis

De

fin

isi

Ge

jal

a K

lin

is

Pe

m

er

ik

sa

an

 Fi

sis

Pe

m

er

ik

sa

an

 

Pe

nu

nj

an

g

Ta

ng

an

 da

pe

rg

ela

ng

an

 

tan

ga

n

Sin

dr

om

 ka

na

Gu

yo

n

Ko

mp

res

i n

er

vu

s u

lna

ris

 pa

da

 

saa

t m

ele

wa

ti k

an

al 

Gu

yo

n

Ny

eri

, b

aa

l, d

an

 pa

res

tes

ia 

pa

da

 

are

a h

ipo

ten

ar,

 ke

lem

ah

an

 pa

da

 

ge

ng

ga

m

an

 ta

ng

an

, k

esu

lit

an

 

m

en

gg

un

ak

an

 ib

u j

ari

 da

lam

 

po

sis

i m

en

cu

bit

, d

ap

at 

ter

jad

atr

ofi

 pa

da

 ot

ot 

hip

ote

na

r d

an

 

oto

t in

tri

ns

ik,

 cl

aw

ing

 pa

da

 ja

ri 

ke

-4

 da

n k

e-5

Pe

m

eri

ks

aa

n s

en

so

ris

: g

an

g-

gu

an

 pa

da

 ar

ea

 hi

po

ten

ar

Stu

di 

ele

ktr

od

iag

-

no

sti

k

Pa

lsi

 ne

rv

us

 

ra

di

ali

s

Ko

mp

res

i p

ad

a n

er

vu

s r

ad

ial

W

ris

t d

rop

 de

ng

an

 fle

ks

i M

CP

 

da

n a

dd

uk

si 

ibu

 ja

ri.

 H

ipe

ste

si 

pa

da

 ba

gia

n d

or

sa

l le

ng

an

 ba

wa

sam

pa

i ib

u j

ari

, ja

ri 

tel

un

juk

, d

an

 

jar

i te

ng

ah

In

sp

ek

si:

 w

ris

t d

rop

 di

ser

tai

 

fle

ks

i M

CP

 da

n a

dd

uk

si 

ibu

 ja

ri

Stu

di 

ele

ktr

od

i-

ag

no

sti

k (

un

tu

m

en

en

tu

ka

po

sis

i k

om

pr

esi

)

Tr

igg

er

 fin

ge

r

Pe

ran

da

ng

an

 pa

da

 si

no

viu

m

 

dis

ek

ita

r t

en

do

n fl

ek

so

r

Ny

eri

 pa

da

 te

lap

ak

 ta

ng

an

 ya

ng

 

dir

asa

ka

n p

ad

a fl

ek

si 

jar

i

Pa

lpa

si:

 ny

eri

 te

ka

n l

ok

al 

da

n p

em

be

ng

ka

ka

n

US

G,

 M

RI

Ko

nt

ra

kt

ur

 

Du

pu

ytr

en

Fib

ro

sis

 di

ser

tai

 de

ng

an

 pe

-

m

en

de

ka

n d

an

 pe

ne

ba

lan

 ap

o-

ne

ur

os

is 

pa

lm

ar

Pe

ne

ba

lan

 da

n p

em

en

de

ka

n f

asi

pa

lm

ari

s

Pa

lpa

si:

 ja

rin

ga

n fi

br

os

su

pe

rfi

sia

l y

an

g t

eb

al,

 pa

da

 

tel

ap

ak

 ta

ng

an

, te

ru

tam

pa

da

 ja

ri 

m

an

is

Pi

ng

gu

l

Bu

rsi

tis

 tr

o-

ka

nt

er

Pe

rad

an

ga

n p

ad

a b

ur

sa 

dis

ek

ita

tro

ka

nt

er 

m

ay

or

Ny

eri

 pa

da

 ar

ea

 tr

oc

ha

nt

er 

da

pa

ha

 ba

gia

n l

ate

ra

l, n

ye

ri 

sem

ak

in

 

m

em

be

rat

 de

ng

an

 ak

tiv

ita

s y

an

m

eli

ba

tka

n k

erj

a p

ah

a. 

Pa

da

 ka

su

kr

on

is 

pa

sie

n s

uli

t m

elo

ka

lis

ir 

ny

eri

ny

a

Pa

lpa

si:

 di

tem

uk

an

ny

tit

ik 

ny

eri

 te

ka

n p

ad

a a

rea

 

tro

ka

nt

er 

da

n b

ag

ian

 la

ter

al 

oto

t p

ah

a, 

tes

 Tr

en

de

len

-

bu

rg

 (+

)

Buku Saku Reumatologi |   77

Re

gio

Di

ag

no

sis

De

fin

isi

Ge

jal

a K

lin

is

Pe

m

er

ik

sa

an

 Fi

sis

Pe

m

er

ik

sa

an

 

Pe

nu

nj

an

g

Pi

ng

gu

l

Bu

rsi

tis

 is

ch

ial

isc

hi

og

lu

tea

l

Pe

rad

an

ga

n p

ad

a b

ur

sa 

ya

ng

 be

-

rad

a d

ian

tar

a o

tot

 gl

ut

eu

s m

ak

si-

mu

s d

an

 tu

be

ro

sit

as 

isc

hia

l

Ny

eri

 pa

da

 po

sis

i d

ud

uk

 at

au

 

be

rb

ari

ng

, n

ye

ri 

da

pa

t m

en

jal

ar 

ke

 

ba

gia

n b

ela

ka

ng

 pa

ha

Pa

lpa

si:

 ny

eri

 te

ka

n p

ad

isc

hia

l tu

be

ros

ity

M

RI

, U

SG

Sin

dr

om

pi

rif

or

m

is

Ko

mp

res

i p

ad

a n

er

vu

s i

sch

iad

i-

cu

s a

kib

at 

oto

t p

iri

for

m

is

Ny

eri

 pa

da

 bo

ko

ng

 ya

ng

 m

en

jal

ar 

pa

da

 ba

gia

n b

ela

ka

ng

 ka

ki,

 ny

eri

 

pa

da

 ge

ra

ka

n fl

ek

si,

 ad

du

ks

i, d

an

 

ro

tas

i in

ter

na

l p

ah

a

Ny

eri

 pa

da

 ot

ot 

pir

ifo

rm

is 

(p

em

eri

ks

aa

n r

ek

tal

/va

gi-

na

l),

 pa

sie

n b

erb

ari

ng

 di

ata

m

eja

 ke

sis

i y

an

g t

ida

k s

ak

it; 

saa

t lu

tu

t p

ad

a s

isi

 ya

ng

 sa

kit

 

dia

ng

ka

t a

ka

n t

erj

ad

i n

ye

ri 

pa

da

 bo

ko

ng

US

G,

 M

RI

Lu

tu

t

Ki

sta

 po

pl

ite

al 

(B

ak

er

’s c

ys

t)

Ka

nt

un

g b

eri

si 

ca

ira

n y

an

g t

er-

da

pa

t p

ad

a l

ipa

t lu

tu

t (

po

pli

tea

l)

Pa

da

 aw

aln

ya

 ha

ny

a p

em

be

ng

ka

-

ka

n d

en

ga

n n

ye

ri 

rin

ga

n/

tan

pa

 

ny

eri

. Ji

ka

 ki

sta

 m

en

ga

lam

i r

up

tu

da

pa

t t

erj

ad

i p

em

be

ng

ka

ka

dif

us

 pa

da

 be

tis

 di

ser

tai

 ny

eri

 da

ke

m

era

ha

n d

an

 ka

da

ng

 be

ng

ka

sam

pa

i d

i p

erg

ela

ng

an

 ka

ki 

In

sp

ek

si:

 pe

mb

en

gk

ak

an

 

lun

ak

 di

 da

era

h p

op

lite

a

Ar

th

ro

gr

am

, U

SG

Bu

rsi

tis

 an

-

se

rin

a

Pe

rad

an

ga

n p

ad

a b

ur

sa 

ya

ng

 

ter

let

ak

 di

 an

tar

a t

ula

ng

 tib

ia 

da

n t

en

do

n o

tot

 ha

ms

tri

ng

 ya

ng

 

be

rad

a p

ad

a l

ut

ut

Ny

eri

 pa

da

 si

si 

m

ed

ial

 ba

tas

 

ba

wa

h s

en

di 

lut

ut

 ya

ng

 di

ras

ak

an

 

m

em

bu

ru

k s

aa

t n

aik

 ta

ng

ga

Pa

lpa

si:

 ny

eri

 te

ka

n p

ad

bu

rsa

, n

ye

ri 

m

em

ba

ik 

de

n-

ga

n i

nje

ks

i lo

ka

l li

do

ka

in

US

G

Bu

rsi

tis

 pr

ep

a-

tel

lar

Pe

rad

an

ga

n p

ad

a b

ur

sa 

ya

ng

 

ter

let

ak

 di

 ba

gia

n d

ep

an

 pa

tel

la

Pe

mb

en

gk

ak

an

 su

pe

rfi

sia

l p

ad

tem

pu

ru

ng

 lu

tu

t, n

ye

ri 

rin

ga

ke

cu

ali

 di

be

rik

an

 te

ka

na

n p

ad

bu

rsa

. Ji

ka

 te

rja

di 

in

fek

si 

dit

an

da

de

ng

an

 ny

eri

 ya

ng

 be

rta

mb

ah

ha

ng

at,

 ke

m

era

ha

n

Pa

lpa

si:

 ny

eri

 te

ka

n p

ad

bu

rsa

As

pir

asi

 da

ku

ltu

r c

air

an

 

bu

rsa

 (p

ad

a k

asu

in

fek

si)

78   |  Buku Saku Reumatologi

Re

gio

Di

ag

no

sis

De

fin

isi

Ge

jal

a K

lin

is

Pe

m

er

ik

sa

an

 Fi

sis

Pe

m

er

ik

sa

an

 

Pe

nu

nj

an

g

Lu

tu

t

Te

nd

in

iti

pa

tel

la

Pe

rad

an

ga

n p

ad

a t

en

do

n y

an

m

en

gh

ub

un

gk

an

 an

tar

a p

ate

lla

 

da

n t

ula

ng

 tib

ia

Ny

eri

 pa

da

 te

nd

on

 pa

tel

la

Pa

lpa

si:

 ny

eri

 te

ka

n p

ad

ten

do

n p

ate

lla

US

G

Pe

rg

ela

ng

an

 

ka

ki 

da

ka

ki

Te

nd

in

iti

Ac

hi

lle

s

Ce

de

ra 

ov

eru

se 

pa

da

 te

nd

on

 

Ac

hil

les

Ny

eri

 da

n b

en

gk

ak

 pa

da

 te

nd

on

 

Ac

hil

les

, k

rep

ita

si,

 ny

eri

 pa

da

 

do

rsi

fle

ks

i

Pa

lpa

si:

 ny

eri

 te

ka

n

US

G

Ru

pt

ur

 te

nd

on

 

Ac

hi

lle

s

Ru

ptu

r p

ad

a t

en

do

n A

ch

ille

s

Ny

eri

 tib

a-t

iba

 pa

da

 sa

at 

do

r-

sifl

ek

si,

 te

rd

en

ga

r s

ua

ra 

“sn

ap

”, 

be

ng

ka

k, 

ke

su

lit

an

 be

rd

iri

 da

be

rja

lan

Te

s Th

om

ps

on

 (+

)

US

G,

 M

RI

Fa

sii

tis

 pl

an

-

tar

is

Pe

rad

an

ga

n p

ad

a f

asc

ia 

pla

nt

ari

s

Ny

eri

 pa

da

 ar

ea

 pl

an

tar

 tu

m

it, 

bia

san

ya

 te

rja

di 

pa

da

 pa

gi 

ha

ri,

 

ny

eri

 be

rta

mb

ah

 se

tel

ah

 be

rja

lan

 

ata

u b

erd

iri

 da

lam

 w

ak

tu

 ya

ng

 

lam

a

Pa

lpa

si:

 ny

eri

 te

ka

n d

i s

isi

 

an

ter

om

ed

ial

 pa

da

 tu

be

rk

u-

lum

 ka

lka

ne

us

 m

ed

ial

Buku Saku Reumatologi |   79

* Catatan: Tes Finkelstein dilakukan  dengan cara fleksi maksimal pada ibu jari, fleksi 

pada jari ke 2-5 membentuk kepalan, lalu lakukan deviasi ulnar. Hasil (+) didapatkan 

jika muncul nyeri pada sisi medial pergelangan tangan.

Penatalaksanaan

Terapi non farmakologi (RICE):

o Istirahat (Rest)

o Kompres dingin bagian yang sakit menggunakan es (Ice)

o Gunakan perban pada area yang sakit untuk mengurangi bengkak 

(Compress)

o Posisikan area yang sakit lebih tinggi dari jantung (Elevate)

Terapi farmakologi

o OAINS topikal atau sistemik

o Injeksi triamsinolon intralesi

Rujuk ke rumah sakit rujukan apabila:

o Jika gejala tidak membaik sesudah  pengobatan selama 2 minggu

o Jika nyeri tidak berkurang dengan pengobatan

o Jika didapatkan manifestasi sistemik yang dicurigai suatu entesitis

Pembahasan kasus

Penyebab keluhan muskuloskeletal harus dibedakan antara artikular dan 

nonartikular sesuai dengan algoritma pendekatan diagnosis. Pada pasien ini 

didapatkan juga nyeri pada saat inversi pergelangan tangan namun tidak saat 

fleksi-ekstensi. Nyeri tekan juga didapatkan pada sisi lateral pergelangan tangan. 

Berdasarkan temuan di atas, kemungkinan penyebabnya adalah nonartikular, pada 

struktur yang terlibat dalam gerakan inversi namun tidak terlibat pada fleksi-

ekstensi pergelangan tangan, kemungkinannya adalah tendinitis deQuarvain.

Finklestein’s test (+)

Terapi: pemberian terapi topikal OAINS, dan splint untuk mengurangi trauma 

repetitif. Jika tidak membaik dalam 2 minggu pasien dapat dirujuk ke PPK 2.

80   |  Buku Saku Reumatologi

BAB XII

SISTEM RUJUKAN

Rujuk

Curiga penyakit reumatik 

non-autoimun*

Curiga penyakit 

reumatik autoimun

Dokter umum (PPK I)

Pusat Pelayanan Kesehatan 

Primer

Penyakit reumatik 

derajat ringan

Penyakit reumatik 

derajat komplikasi 

atau aktivitas 

meningkat

Dokter Spesialis Penyakit 

Dalam/ Subspesialis 

Reumatologi/Subspesialis 

Lain yang Terkait (PPK II/III)

Penegakkan diagnosis

Kajian aktivitas dan 

derajat penyakit

Perencanaan pengobatan

Pemantauan aktivitas 

penyakit secara 

terprogram

Penyakit reumatik refrakter (subspesialis reumatologi dan

subspesialis lain yang terkait)

Keterangan:

*Penyakit reumatik non-autoimun yang perlu dilakukan rujukan meliputi:

Osteoporosis

• Artritis septik

• Demam reumatik akut

• Gout refrakter

Penyakit reumatik derajat sedang dan berat/mengancam nyawa (spesialis penyakit

dalam/subspesialis reumatologi dan subspesialis lain yang terkait)

Buku Saku Reumatologi |   81

BAB XIII

PEMERIKSAAN LABORATORIUM 

DALAM BIDANG REUMATOLOGI

Tabel 13.1 Pemeriksaan laboratorium yang biasa digunakan dalam bidang 

reumatologi83,84

Pemeriksaan 

Laboratorium Interpretasi

Nilai normal*

(Hasil normal bisa 

berbeda pada masing-

masing laboratorium)

Laju Endap Darah 

(LED)

Peningkatan LED menunjukkan 

adanya reaksi inflamasi

Laki-laki: 0-15 mm/jam

Perempuan: 0-20 mm/

jam (Nilai disesuaikan 

berdasarkan usia)

C-Reactive Protein 

(CRP)

Peningkatan CRP menunjukkan 

adanya reaksi inflamasi

Normal: < 5 mg/L atau    

0,3 ng/dL

Rheumatoid Factor 

(RF)

Pemeriksaan RF yang positif 

umumnya ditemukan pada penyakit 

autoimun (terutama pada AR 

(Artritis Reumatoid)), namun dapat 

juga didapatkan pada kondisi lain 

seperti infeksi kronis, sarkoidosis, 

dan keganasan.

Titer RF yang lebih tinggi berkaitan 

dengan aktivitas penyakit yang lebih 

berat

Normal: negatif

Titer normal: <8 IU/mL

Anti-cyclic 

Cittrulinated Peptide 

Antibodies (ACPA)

Biasanya antibodi ini ditemukan 

pada AR dini. Tidak dapat digunakan 

untuk menilai aktivitas penyakit 

dalam jangka panjang.

Normal: <20 U/mL

Antibodi Antinuklear 

(ANA)

Pemeriksaan ANA yang positif dapat 

ditemukan pada berbagai jenis 

penyakit jaringan ikat (terutama 

pada LES).

Pola pemeriksaan ANA 

menunjukkan komponen nuklear 

yang berbeda-beda*.

Normal: Negatif (titer 

≤ 1:80)

82   |  Buku Saku Reumatologi

Pemeriksaan 

Laboratorium Interpretasi Nilai normal

HLA-B27 Hasil positif didapatkan pada 

kasus spondiloartritis

Normal: negatif

Anticentromere + 

Antitopoisomerase I + 

AntiRNA polymerase 

III

Hasil positif didapatkan pada 

kasus sistemik sklerosis

Normal: negatif

Antids-DNA, Hasil positif didapatkan pada 

kasus LES

Normal: 200 IU/mL

Anti-Sm Hasil positif didapatkan pada 

kasus LES

Normal: negatif 

Antifosfolipid 

antibodi: 

IgG dan IgM Anti 

cardiolipin (ACA)

IgG dan IgM anti 

B2GP1

Hasil positif didapatkan pada 

kasus LES dan Sindroma 

antifosfolipid

Normal negatif

IgG ACA: <40 GPL

IgM ACA: <40 MPL

IgG B2GP1: <20 RU/mL

IgM B2GP1: <20 RU/mL

Lupus Antikoagulan Ditemukan pada kasus LES 

dengan sindroma antifosfolipid

Rasio LA1:LA2 <1,2

Sistem komplemen Penurunan kadar serum 

komplemen berkaitan dengan 

penyakit yang berkaitan dengan 

pembentukkan kompleks imun, 

seperti LES

C3 serum:

Laki-laki: 88-252 mg/dL

Perempuan: 88-206 mg/dL

C4 serum:

Laki-laki: 12-72 mg/dL

Perempuan: 13-75 mg/dL


Lampiran 1. Tabel SLEDAI40

Deskriptor Definisi Skor

Kejang Onset baru. Tidak termasuk penyebab metabolik, 

infeksi, atau obat-obatan

8

Psikosis Perubahan kemampuan melakukan aktivitas normal 

sebab  gangguan persepsi berat terhadap realita. 

Termasuk halusinasi, inkoheren, asosiasi longgar yang 

nyata, isi piker yang sempit, cara pikir yang tidak logis, 

perilaku aneh yang tidak terkoordinasi atau katatonik. 

Tidak termasuk uremia dan obat-obatan

8

Sindrom otak 

organik

Perubahan fungsi mental dengan gangguan orientasi 

atau memori atau fungsi intelektual lainnya 

disertai onset yang cepat dan karakteristik klinis 

yang fluktuatif. Termasuk kesadaran berkabut 

dengan penurunan kapasitas konsentrasi dan 

ketidakmampuan mempertahankan atensi terhadap 

lingkungan disertai minimal 2 kriteria berikut: 

gangguan persepsi, pembicaraan inkoheren, insomnia 

atau kantuk di siang hari, peningkatan atau penurunan 

aktivitas psikomotor. Tidak termasuk penyebab 

metabolic, infeksi, dan obat-obatan.

8

Visual Perubahan retina sebab  pembentukkan badan sistoid 

lupus eritematosus sistemik, pendarahan retina, 

eksudat serosa atau pendarahan koroid, neuritis optic 

(tidak disebabkan hipertensi, obat-obatan atau infeksi).

8

Nervus kranialis Onset neuropati sensorik atau motorik yang baru 

dengan keterlibatan nervus kranialis

8

Nyeri kepala lupus Nyeri kepala berat dan persisten; dapat berupa migren 8

Serebrovaskular Sindrom baru. Tidak termasuk arteriosklerosis 8

Vaskulitis Ulserasi, gangren, nodul lunak di jari, infark periungal, 

perdarahan splinter. Vaskulitis dibuktikan dengan 

biopsy atau angiogram.

8

Artritis Lebih dari 2 sendi dengan keluhan nyeri dan tanda 

inflamasi

4

88   |  Buku Saku Reumatologi

Deskriptor Definisi Skor

Miositis Nyeri atau kelemahan otot bagian proksimal yang 

berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin 

fosfokinase/aldolase, perubahan elektromiograf, atau 

hasil biopsi yang menunjukkan miositis.

4

Silinder Besi (heme), granular, atau eritrosit. 4

Hematuria Eritrosit > 5/LPB. Tidak termasuk penyebab lain. 4

Proteinuria Protein > 0,5 gram dari ekskresi urine/24 jam. Onset 

baru atau kenaikan > 0,5 gram per 24 jam.

4

Piuria Leukosit > 5/LPB. Tidak termasuk penyebab infeksi. 4

Ruam malar baru Onset ruam tipe inflamasi yang baru atau berulang 4

Alopesia Onset kebotakan abnormal dan difus yang baru atau 

berulang

4

Membran mukosa Onset ulkus oral atau nasal yang baru atau berulang 4

Pleuritis Nyeri dada pleuritik dengan pleural rub atau efusi atau 

penebalan pleura 

4

Perikarditis Nyeri pericardial dengan pericardial rub atau efusi 

(minimal 1). Kelainan dibuktikan dengan EKG atau 

ekokardiografi

4

Kadar komplemen 

rendah

Penurunan  kadar CH50, C3, atau C4 (hingga dibawah 

rentang nilai normal)

2

Peningkatan 

protein pengikat 

DNA

Lebih dari 25% pengikatan dengan pemeriksaan Farr 

(hingga diatas rentang nilai normal yaitu 25%)

2

Demam Lebih dari 38oC sesudah  mengeksklusi penyebab infeksi 1

Trombositopenia Platelet <100.000 1

Leukopenia Hitung leukosit <3.000/mm3 (Tidak disebabkan obat-

obatan)

1

Keterangan: (a) Pemeriksa menentukan setiap variable (deskriptor) “ada” atau “tidak ada” 

pada pasien; (b) Skor total didapatkan dari penjumlahan hasil perkalian antara variable dan 

skornya.

Buku Saku Reumatologi |   89

Lampiran 2. Tabel MEX-SLEDAI40

Deskriptor Definisi Skor

Gangguan 

Neurologi

Psikosis. Perubahan kemampuan melaksanakan aktivitas 

normal akibat gangguan persepsi terhadap realita yang 

berat. 

Termasuk: halusinasi, inkoheren, asosiasi longgar, 

miskin isi pikir, berfikir tidak logis, perilaku aneh/

disorganisasi/katatonik. 

Eksklusi: uremia dan pemakaian obat.

CVA (Cerebrovascular Accident). Sindrom baru. 

Eksklusi: arteriosklerosis.

Kejang. Onset baru.

Eksklusi metabolik, infeksi, atau pemakaian obat.

Sindrom Otak Organik. Perubahan fungsi mental dengan 

gangguan orientasi, memori, atau fungsi intelektual 

lain dengan onset cepat dan gambaran klinis fluktuatif. 

Misalnya: a) kesadaran berkabut dengan penurunan 

kapasitas berkonsentrasi dan ketidakmampuan 

mempertahankan atensi terhadap lingkungan. Disertai 

minimal 2 dari b) gangguan persepsi; bicara inkoheren; 

insomnia atau kantuk di siang hari; peningkatan atau 

penurunan aktivitas psikomotor. 

Eksklusi penyebab metabolik, infeksi, atau penggunaan 

obat.

Mononeuritis. Onset baru dari defisit sensorik atau motorik 

di satu atau beberapa saraf kranial atau perifer.

Mielitis. Onset baru dari paraplegia dan/atau gangguan 

kontrol BAK/BAB. 

Eksklusi penyebab lainnya

8

Gangguan renal Silinder. Heme granular atau eritosit.

Hematuria. >5 eritrosit/LPB.

Eksklusi penyebab lainnya (batu, infeksi).

Proteinuria. Onset baru, >0,5 g/L pada specimen acak. 

Peningkatan kreatinin (>5 mg/dL).

6

Vaskulitis Ulserasi, gangren, nodul lunak pada jari, infark periungual, 

splinter hemoragik. Data vaskulitis dari biopsi atau 

angiogram.

4

Hemolisis Hb<12,0 g/dL dan retikulosit terkoreksi >3% 3

90   |  Buku Saku Reumatologi

Deskriptor Definisi Skor

Trombositope-

nia

Trombositopenia <100.000. Tidak disebabkan oleh obat. 3

Miositis Nyeri dan kelemahan otot proksimal, yang berhubungan 

dengan peningkatan CPK

3

Artritis Nyeri sendi lebih dari 2 disertai pembengkakan atau efusi 2

Gangguan 

mukokutan

Ruam malar. Onset baru atau berulang dari eritema malar 

yang menonjol.

Ulkus mukosa. Onset baru atau berulang dari ulserasi oral 

atau nasofaring.

Alopesia. Bercak abnormal berupa kerontokan rambut 

secara difus atau rambut mudah tercabut.

2

Serositis Pleuritis. Riwayat nyeri pleuritik atau pleural rub atau efusi pleura 

pada pemeriksaan fisis.

Perikarditis. Riwayat nyeri perikardial atau terdengar rub.

Peritonitis. Nyeri abdomen difus dengan nyeri lepas (eksklusi 

penyakit intraabdomen)

2

Demam >38oC sesudah  mengeksklusi penyebab infeksi 1

Kelelahan Kelelahan yang tidak dapat dijelaskan 1

Leukopenia Leukosit <4.000/mm3, tidak disebabkan obat. 1

Limfopenia Limfosit <1.200/mm3, tidak disebabkan obat. 1