Epidemiologi berasal dari bahasa latin , epos atau epi yang
berarti pada, demos atau demi yang berarti banyak orang dan logos
atau logi yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah epidemilogi yaitu
ilmu yang mempelajari hal yang menimpa orang atau warga .
Dalam hubungan dengan penyakit, khususnya penyakit menular,
epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari frekuensi
dan penyebaran penyakit menular pada sekelompok manusia serta
faktor – faktor yang mempengaruhinya.
Dengan adanya pengertian bahwa penyakit menular itu
bukan merupakan satu – satunya masalah kesehatan yang mungkin
dialami oleh sekelompok manusia atau warga , dalam
pengertian modern epidemiologi saat ini diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan
pada sekelompok manusia serta faktor – faktor yang
mempengaruhinya.
Dengan pengertian modern ini maka ruang lingkup
epidemiologi menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas pada
masalah penyakit menular saja melainkan meliputi juga penyakit
tidak menular serta masalah – masalah kesehatan lainnya. Akan
tetapi meskipun demikian , titik berat perhatian epidemiologi tetap
ditujukan pada masalah – masalah penyakit, sebab berbagai
masalah kesehatan diluar penyakit itu hanya memiliki arti bila
ada hubungannya dengan penyakit.
2
B. Manfaat Epidemiologi
Dalam rangka penanggulangan masalah kesehatan khususnya
penyakit menular, secara umum manfaat epidemiologi yaitu :
1. Dapat menerangkan sebab – sebab timbulnya peristiwa
penyakit serta perkembangan alamiahnya.
Sebagai contoh, dari penyelidikan epidemiologis yang
dilaksanakan diperoleh kesimpulan bahwa ledakan penyakit
DHF terjadi akibat meningkatnya populasi nyamuk Aides
aegypti sebagai vektornya, yang terjadi pada setiap permulaan
musim hujan.
2. Dapat memberikan data yang diperlukan untuk menyusun
rencana – rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.
Contoh, dengan diketahuinya pola penyebaran penyakit DHF
seperti tersebut di atas, maka dapat disusun program yang
sebaik – baiknya untuk melaksanakan pencegahan dan
pemberantasannya.
3. Dapat memberikan data untuk menilai / mengevaluasi kegiatan
– kegiatan yang sedang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari
penyelidikan epidemiologi dapat dimanfaatkan untuk
mengadakan evaluasi apakah kegiatan–kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka pencegahan dan pemberantasan
penyakit itu sudah benar dan tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai.
C. Riwayat Perjalanan Penyakit
Ada tiga faktor yang berperan pada setiap kejadian penyakit,
yaitu :
1. Manusia sebagai tuan rumah ( host )
2. Penyebab / hama penyakit ( agent )
3. Lingkungan yang mempengaruhi ( enviroment )
Ketiga faktor itu memiliki hubungan yang bersifat majemuk dan
kompleks, sebab ketiga – tiganya memiliki sifat yang sewaktu –
3
waktu dapat berubah dan juga sebab hubungan ini bersifat timbal
balik.
Dalam gambaran yang sederhana, hubungan antara ketiga
faktor tersebut di atas yaitu sebagai berikut :
1. Orang berada dalam keadaan sehat, berarti ketiga faktor itu
dalam keadaan seimbang.
2. Orang menderita sakit jika daya tahannya sebagai host
menurun.
3. Orang menderita sakit jika kemampuan hama penyakit
meningkat.
4. Orang menderita sakit sebab lingkungan berubah ke arah
yang merugikan host (negatif).
1
TT HH
LL
Sehat : ketiga faktor
dalam keadaan
seimbang
2
T
HH
LL
Sakit : daya tahan
host menurun
3
TT
HHH
LL
Sakit : kemampuan
hama penyakit
meningkat
4
TT
HH
L
Sakit : lingkungan
berubah menjadi
negatif
4
Serangan penyakit akan menimbulkan sejumlah gejala pada
tubuh host. Dengan mengikuti proses timbul dan naik-turunnya
gejala – gejala itu dapat kita peroleh gambaran dari riwayat alamiah
perjalan penyakit (natural history of disease), dari penyakit yang
bersangkutan.
Riwayat alamiah perjalan penyakit dapat dibedakan atas 4 tahap,
yaitu :
1. Tahap infeksi, yaitu suatu tahapan dimana hama penyakit
(agent) sudah masuk ke dalam tubuh tuan rumah (host) tetapi
gejala – gejala penyakit ini belum tampak. Tahap inkubasi yang
disebut juga masa tunas, untuk beberapa jenis penyakit,
lamanya berbeda – beda. Sebagai contoh, penyakit kolera
memiliki masa tunas beberapa jam sampai lima hari.
2. Tahap penyakit dini, yaitu tahap dimana gejala – gejala
penyakit mulai tampak. Disini tuan rumah sudah sakit tetapi
sifatnya masih ringan sehingga masih dapat menjalankan
aktifitas sehari – hari dan jika berobat juga cukup dengan
berobat jalan.
3. Tahap penyakit lanjut, pada tahap ini penyakit bertambah
hebat, sehingga tuan rumah tidak dapat lagi beraktifitas secara
normal, dan jika berobat juga sudah memerlukan perawatan.
4. Tahap akhir penyakit, yaitu tahapan dimana perjalanan penyakit
ini dapat berupa 5 macam keadaan, yaitu :
a. Sembuh sempurna, artinya penyakit berakhir dan bentuk
maupun fungsi tubuh tuan rumah kembali seperti keadaan
sebelum sakit.
b. Sembuh dengan cacat, disini penyakit berakhir tetapi tuan
rumah mengalami cacat. Cacat ini dapat berbentuk cacat
mikroskopik, cacat fisik, cacat fungsional, cacat mental
ataupun cacat sosial.
c. Karier / carrier, berati perjalanan penyakit berhenti, tetapi
tubuh tuan rumah tetap mengandung hama penyakit yang
5
bersangkutan, yang sewaktu – waktu dapat menimbulkan
sakit lagi serta dapat menulari orang – orang yang ada
disekitarnya.
d. Kronis, disini perjalanan penyakit tampaknya berhenti
tetapi sebetulnya tuan rumah tersebut belum sembuh. Gejala
– gejala penyakitnya tidak bertambah berat juga tidak
bertambah ringan, disebut juga menahun.
e. Meninggal dunia, perjalanan penyakit terhenti, tetapi
keadaan ini merupakan hal yang tidak dikehendaki oleh
setiap tindakan kedokteran.
D. Rantai Penularan Penyakit
Bagian terbesar penyakit yaitu penyakit infeksi, yaitu
penyakit yang disebabkan masuknya mikroorganisme patogen ke
dalam tubuh manusia. Secara garis besar penyakit infeksi dapat
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Penyakit infeksi yang menular
2. Penyakit infeksi yang tidak menular
Penyakit menular yaitu penyakit yang secara alamiah dapat
berpindah dari seeorang kepada orang lain. Penularan terjadi
akibat pindahnya hama penyakit dari satu penderita kepada calon
penderita, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Beberapa penyakit juga dapat menular dari hewan kepada
manusia, seperti misalnya rabies (dari anjing), anthrax (dari
ternak), dan pes (dari tikus). Penyakit yang memiliki sifat
demikian disebut zoonosa.
Penularan suatu penyakit tidak terjadi begitu saja melainkan
memerlukan adanya hal –hal atau syarat – syarat tertentu yang
biasa disebut sebagai rantai penularan penyakit. Rantai penularan
penyakit yaitu rangkaian sejumlah faktor yang memungkinkan
proses penularan suatu penyakit dapat berlangsung.
6
Faktor yang merupakan mata rantai itu ada 6, yaitu :
1. Adanya sumber penularan
2. Adanya hama penyakit
3. Adanya pintu keluar
4. Adanya cara penularan
5. Adanya pintu masuk
6. Adanya kerentanan
1. Sumber Penularan
Sumber penularan atau sumber infeksi yaitu tempat dimana
hama penyakit hidup dan berkembang biak secara alamiah.
Dari sumber infeksi inilah kemudian penyakit itu menular
kepada orang lain.
Sumber penularan penyakit dapat dibedakan atas 3 macam,
yaitu :
a. Manusia ( Human Reservoir )
Human reservoir dapat berupa :
1. Orang sakit dengan gejala – gejala yang jelas (kasus
klinis)
2. Orang sakit dengan gejala – gejala yang tidak jelas (kasus
sub klinis)
3. Karier, yaitu orang yang tidak sakit tetapi tubuhnya
mengandung dan mengeluarkan hama penyakit.
Sumber penularan itu mengandung hama penyakit pada
berbagai bagian tubuhnya, misalnya dalam darah, paru –
paru, hati dan sebagainya. Juga dalam berbagai produk yang
dikeluarkannya, misalnya ingus, ludah, dahak (sputum),
urine, faeces, nanah , cairan luka dan lain – lain, yang
sewaktu – waktu dengan cara tertentu dapat menular kepada
orang lain.
7
b. Hewan ( Animal Reservoir )
Beberapa jenis hewan dapat menjadi sumber penularan
beberapa macam penyakit, seperti misalnya lembu dan biri-
biri (penyakit anthrax), anjing (penyakit rabies), tikus
(penyakit pes) dan babi (cacing pita).
c. Lain – Lain Sumber Penularan
Sumber penularan lain misalnya tanah dan udara. Di tanah
terdapat berbagai bibit penyakit seperti misalnya spora dari
basil tetanus (Clostridium tetani), telur dari cacing – cacing
(cacing ankylostoma, ascaris dan lain – lain), yang dapat
menimbulkan penyakit pada manusia. Di uadar bebas
berterbangan bermacam – macam mikro organisme yang
juga dapat menimbulkan penyakit – penyakit seperti
streptococcus, staphylococcus dan lain – lain.
2. Hama Penyakit
Yang dimaksud dengan hama penyakit yaitu mikro organisme
yang merupakan penyebab penyakit pada tuan rumah. Hama
penyakit dapat dibedakan atas 4 golongan sebagai berikut, yaitu
a. Golongan hewan
1. Protozoa, contohnya Amoeba dysentri, Trypanosoma
gambiense, Plasmodium malariae
2. Cacing – cacing, misalnya Filaria bancrofti,
Ancylostoma duodenale, Taenia solium.
3. Serangga, contohnya Saarcoptes scabii penyebab
penyakit scabies.
b. Golongan tumbuh – tumbuhan.
1. Bakteri, misalnya bermacam – macam coccus, basil dan
spirillium.
2. Jamur, contohnya Ptyriasis versicolor penyebab penyakit
panu.
c. Golongan virus, misalnya virus DHF, AIDS dan Campak.
8
d. Golongan Rickettsia, misalnya Rickettsia rickettsi penyebab
penyakit thypus bercak wabahi.
Hama penyakit ini hidup dalam tubuh tuan rumahnya sebagai
parasit. Mereka menimbulkan kerusakan pada sel – sel jaringan
tubuh yang ditempatinya, baik secara langsung maupun melalui
toksin (racun) yang dihasilkannya.
Disamping yang berisfat patogen sejati (obligat parasit),
terdapat juga hama penyakit yang bersifat patogen fakultatif
(fakultatif parasit oportunis) seperti misalnya Clostridium tetani
dan Staphylococcus aureus. Clostridium tetani yang sporanya
banyak terdapat di tanah, debu dan benda – benda yang kotor
hanya akan menimbulkan penyakit tetanus jika secara
kebetulan masuk ke dalam luka pada kulit. Staphylococcus
aure s yang banyak terdapat di udara bebas, baru akan
menimbulkan penyakit (radang) apa bila secara kebetulan
sampai pada luka kulit.
3. Pintu Keluar
Pintu keluar yaitu jalan yang dilalui oleh hama penyakit
sewaktu keluar / dikeluarkan dari tubuh tuan rumah. Beberapa
jenis penyakit infeksi memiliki pintu keluar yang berbeda –
beda.
Pintu keluar dapat berupa :
a. Alat Pernafasan
Yaitu hidung dan mulut, pada waktu penderita bernafas,
berbicara, batuk, bersin, mengesang dan atau mendahak. Ini
terjadi misalnya pada penyakit TBC paru, influensa dan
difteria.
9
b. Alat Pencernaan Makanan
Dalam hal ini yaitu mulut dan anus pada waktu penderita
muntah dan atau berak, misalnya pada penyakit kolera.
Pada penyakit dysentri dan thypus perut yang tidak
memiliki gejala khas muntah, hama penyakit dikeluarkan
hanya melalui anus bersama faeces. Pada penyakit kolera
hama penyakit dikeluarkan juga melalui urine penderita.
c. Alat Kencing dan Kelamin
Ini terjadi pada beberapa jenis penyakit kelamin, misalnya
gonorhoea, syphilis, AIDS dan lain – lainnya.
d. Luka pada Kulit
Luka pada kulit dapat dibedakan atas 3 macam, yaitu:
1. Luka akibat terjadinya infeksi dan radang pada kulit
(misalnya luka pada penyakit syphylis).
2. Luka akibat gigitan binatang (misalnya gigitan nyamuk,
kutu atau pinjal).
3. Luka yang dibuat dengan sengaja (misalnya luka bekas
suntikan).
Pada luka (ulcus) akibat penyakit syphilis atau penyakit
framboesia hama penyakit dikeluarkan bersama cairan luka
(exudat). Melalui gigitan nyamuk, kutu dan pinjal dapat
terisap keluar hama penyakit yang ada dalam darah
penderita, misalnya pada penyakit malaria, typhus bercak
pes. Melalui jarum suntik hama beberapa jenis penyakit
dapat juga terbawa keluar, seperti misalnya pada penyakit
hepatitis infectiosa dan AIDS.
4. Cara – Cara Penularan
Yang dimaksud dengan cara penularan penyakit yaitu proses –
proses yang dialami oleh hama penyakit tersebut sehingga
dapat masuk ke dalam tubuh calon penderita. Masing – masing
10
penyakit menular memiliki cara penularan yang khas, yang
satu berbeda dengan yang lain.
Cara – cara penularan tersebut yaitu sebagai berikut :
a. Melalui hubungan orang dengan orang (personal contact)
Personal contact dapat dibedakan atas 5 cara, yaitu :
(1) Kontak fisik, contohnya penularan penyakit syphilis
melalui hubungan seksual.
(2) Melalui tangan yang terkontaminasi, ini dapat terjadi
misalnya pada penyakit kolera, seseorang yang
tangannya terkontaminasi dengan produk si penderita,
kemudian makan tanpa terlebih dahulu
membersihkan tangannya.
(3) Melalui benda – benda yang terkontaminasi .
Benda – benda bekas dipergunakan oleh penderita
dapat menjadi sarana penularan , seperti misalnya
saputangan, handuk, piring, sendok, gelas dan
sebagainya, sebab benda – benda tersebut telah
terkontaminasi dengan produk dari penderita yang
sudah barang tentu penuh dengan hama penyakit.
(4) Melalui titik ludah (Droplet Infection)
Ini dapat terjadi misalnya pada penyakit TBC paru
dan Influensa. Pada saat penderita bersin, batuk atau
berbicara, secara tidak disadari akan disemprotkan
butir – butir yang amat halus dariludah dan ingusnya
ke udara. Penularan akan terjadi jika butir – butir
ludah atau ingus yang mengandung hama penyakit itu
terisap oleh orang lain pada saat bernafas.
(5) Melalui udara (Air Borne Infection)
Butir – butir ludah dan ingus seperti tersebut di atas
memiliki ukuran / diameter bermacam – macama.
11
Butir – butir yang sangat halus akan terus melayang –
layang di udara, sedangkan butir – butir yang cukup
besar akan turun dan mengendap di tanah. Butir –
butir yang melayang di udara jika mengering akan
meninggalkan inti yang berisi hama penyakit, yang
disebut droplet nuclei, sedangkan butir – butir yang
jatuh di tanah jika mengering akan membentuk
debu yang penuh dengan hama penyakit juga. Dengan
perantaraan udara / angin baik itu droplet nuclei
maupun debu yang terkontaminasi itu akan dapat
tersebar sampai jauh, dan akan dapat menimbulkan
penularan pada orang banyak melalui pernafasan.
b. Melaui Air ( Water Borne Infection )
Air dapat menjadi sarana penularan beberapa macam
penyakit, misalnya kolera, typhus, parathyphus, dysentri,
radang hati menular,lumpuh kanak – kanak dan penyabit
sebab cacing. Penularan umumnya terjadi akibat orang
mengkonsumsi air yang telah tercemar oleh faeces
manusia, tanpa direbus atau diproses terlebih dahulu
(faecal-oral infection).
c. Melalui Makanan (Food Borne Infection)
Penyakit – penyakit seperti yang telah disebutkan di atas
juga dapat menular dengan perantara makanan. Penularan
dapat terjadi sebab :
Makanan telah tercemar dengan hama penyakit akibat
diproses oleh orang yang sedang menderita sakit
atupun carrier dari penyakit tersebut.
Makanan tercemar oleh hama penyakit tersebut dengan
perantaraan lalat.
Bahan makanan yang dimakan mentah tidak dicuci
terlebih dahulu dengan sempurna sebelum dikonsumsi,
padahal sebelumnya telah disiram air sungai / kali dan
sebagainya.
12
Susu sapi dapat juga menjadi sasaran penularan penyakit –
penyakit tersebut, misalnya sebab diproses oleh karyawan
yang sedang sakit ataupun carrier. Disamping penyakit –
penyakit yang telah disebutkan di atas, melalui susu sapi
dapat juga ditularkan penyakit dari sapi yang
bersangkutan, yaitu penyakit Tuberculosis bovinum dan
Brucellosis. Itulah sebabnya maka susu sapi harus terlebih
dahulu di pasteurisasi sebelum dikonsumsi.
d. Melalui Serangga (Insect Borne Infection = Arthropod
Borne Infection)
Beberapa jenis serangga dapat menjadi vektor beberapa
macam penyakit seperti di bawah ini :
Jenis Serangga
Nama Penyakit
Penyebab Penyakit
Lalat rumah Kolera Vibrio cholerae
Typhus perut Salmonella typhosa
Dysentri basili Shigella dysentriae
Dysentri amoeba Entamoeba
hystolytica
Hepatitis infectiosa
Virus Hepatitis
Infectio
Poliomyelitis ant. acuta
Virus Poliomyelitis
ant. act.
Nyamuk Malaria Plasmodium
malariae sp.
Nyamuk Aides
aegypti
Dengue Haemorrhagic
Fever
Virus DHF
Demam kuning Virus demam kuning
Nyamuk Culex
fatigan
Elephantiasis Cacing Filaria sp.
Kutu manusia Relapsing fever Spirochaeta
Pinjal tikus Pes Pasterella pestis
13
e. Melalui Alat – Alat Kedokteran Yang Tidak Steril
Beberapa jenis alat kedokteran misalnya jarum suntik,
jarum tranfusi, jarum vaksinasi dan sebagainya dapat juga
menjadi perantara penularan beberapa jenis penyakit.
Penularan terjadi misalnya sebab jarum bekas menyuntik
orang lain, tanpa terlenih dahulu disterilkan. Penyakit –
penyakit yang dapat menular dengan cara demikian
misalnya penyakit hepatitis infectiosa dan AIDS.
Untuk menghindarkan terjadinya penularan penyakit
dengan cara demikian, dewasa ini telah banyak digunakan
disposable syringe atau disposable needela, yaitu jarum
suntik dan pengisapnya yang sekali pakai harus dibuang.
5. Pintu Masuk
Yang dimaksud dengan pintu masuk yaitu bagian – bagian
badan yang dilalui oleh hama penyakit sewaktu masuk ke
dalam tubuh calon penderita. Disebut juga pintu infeksi. Pintu
masuk itu umumnya sama dengan pintu keluar, yaitu ;
a. Alat Pernafasan
Yaitu hidung dan mulut, misalnya pada penyakit TBC
paru, influensa dan difteria.
b. Alat Pencernaan Makanan
Yaitu mulut, misalnya pada penyakit kolera, dysentri dan
thypus perut
c. Alat Kencing dan Kelamin
Misalnya pada penularan penyakit gonorhoea, syphilis dan
AIDS
d. Luka pada Kulit
Dapat berupa luka pada gigitan hewan / serangga,
misalnya pada penularan penyakit malaria, DHF dan pes.
14
Atau luka buatan misalnya bekas suntikan, pada penularan
penyakit Hepatitis infectiosa dan AIDS.
6. Kerentanan
Kerentana yaitu kesediaan dari tubuh calon tuan rumah untuk
menjadi sakit. Tanpa adanya kerentanan maka calon tuan
rumah tersebut akanb tetap sehat meskipun mendapat penularan
hama penyakit.
Dalam kenyataan hidup sehari – hari meskipun kita dikelilingi
dan diserang oleh hama penyakit yang tidak terhitung
jumlahnya, kita tidak selalu jatuh sakit. Hal ini disebabkan oleh
adanya mekanisme pertahanan tubuh yang dapat dibedakan atas
2 macam, yaitu : pertahanan tubuh umum dan pertahanan tubuh
khusus yang pembagian selengkapnya yaitu sebagai berikut :
Pertahanan Tubuh Umum :
1. Pertahanan tingkat pertama :
- kulit yang utuh
- mukosa yang utuh
- kuku
- rambut
- bulu hidung
- ekskresi tubuh
2. Pertahanan tingkat kedua :
- tonsil
- hati
- limpa
- kelenjar lymphe
Pertahanan Tubuh Khusus :
1. Yang bersifat seluler :
- antibodi
- leukositosis
- pagositosis
15
2. Yang berifat hormonal :
(a) Bawaan yaitu konstitusi tubuh dan genetik tubuh
(b) Didapat :
1. Bersifat aktif
Buatan : immunisasi
Alamiah : sembuh dari sakit
2. Bersifat pasif :
Buatan : pemberian serum
Alamiah : diperoleh dari ibu
Seseorang yang memiliki sistem pertahanan tubuh sempurna,
baik yang umum maupun yang khusus, akan sehat sebab
tubuhnya mampu mengalahkan semua hama penyakit yang
menyerangnya.
16
BAB II
PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
A. Pendahuluan
Wabah atau kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di
Indonesia. Kejadian in memiliki makna sosial atau politik
tersendiri, sebab peristiwanya sering sangat mendadak, mengenai
banyak orang, dan dapat menimbulkan kematian yang tinggi.
Pengambilan keputusan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan
dalam menanggulangi wabah atau KLB. sebab itu dibutuhkan
satu cara tersendiri dalam catatan dan laporan sehingga keputusan
dan tindakan dapat segera diambil.
Wabah penyakit menular yaitu kejadian berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam warga yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Kejadian luar biasa dalah kejadian kesakitan / kematian dan
atau meningkatnya suatu kejadian, kesakitan / kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk
dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria KLB :
Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB
jika memenuhi criteria sebagai berikut :
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada /
tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit / kematian terus menerus selama
tiga kurun waktu berturut – turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian penyakit / kematian dua kali atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
17
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan
dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata – rata
perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata – rata perbulan selama satu tahun menunjukkan
kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata
– rata perbulan dari tahun sebelumnya.
6. Beberapa penyakit khu sus, yaitu Cholera, DHF / DSS :
- Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada
daerah endemis)
- Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode
4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas
dari penyakit yang bersangkutan.
7. Beberapa penyakit yang dialami satu atau lebih penderita,
seperti keracunan makanan d+an keracunan pestisida.
B. Pembagian Penyakit Menular
Dilihat dari sifat gejala serta sifat penyebarannya, penyakit
menular dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Penyakit yang bersifat kronis endemis
2. Penyakit yang bersifat akut epidemis
1. Penyakit kronis endemis
yaitu penyakit menular yang gejala – gejalanya datang
secara pelan – pelan, demikian frekwensinya dalam
warga relatif tetap dalam waktu yang lama. Yang
termasuk kedalam golongan ini yaitu malaria, TBC, kusta,
trachoma, dysentri, gonorrhoe, syphilis. Penyakit – penyakit
tersebut masih banyak terdapat di kalangan warga
Indonesia.
18
2. Penyakit akut epidemis
yaitu penyakit menular yang gejala –gejalanya datang
secara mendadak dan keras, juga penyebarannya berlangsung
dengan cepat, seringkali berupa wabah (epidemi). Beberapa
penyakit dari golongan ini termasuk yang disebut penyakit
wabah.
C. Pengertian Wabah Menurut UU No.4/1984
Menurut UU No. 6 / 1962 yang diperbaharui dengan UU
No.4 / 1984 tentang wabah penyakit menular, yang termasuk
penyakit wabah yaitu :
1. Penyakit Karantina, yang terdiri dari :
a. Pes (Plague)
b. Kolera (Cholera)
c. cacar (Smallpox)
d. Demam Kuning (Yellow Fever)
e. Demam Balik – Balik (Relapsing Fever)
f. Typhus Bercak Wabahi (Typhus Exanthematicus
Epidemika)
2. Penyakit Non Karantina :
a. Typhus Perut (Typhus Abdominalis)
b. Para Typhus A, B dan C
c. Dysentri Basili (Dysenteria Bacillaris)
d. Radang Hati Menular (Hepatitis Infectiosa)
e. Para Cholera Eltor
f. Diphteria
g. Kejang Tengkuk (Meningitis Cerebrospinalis
Epidemica)
h. Lumpuh Kanak – Kanak (Poliomyelitis Anterior Acuta)
19
3. Penyakit – Penyakit Lain Yang Ditetapkan Oleh Menteri
Kesehatan, seperti Morbili, Varicella, Rabies dan Anthrax.
Penyakit Karantina yaitu penyakit menular yang sesuai
dengan International sanitary Regulation (ISR) dari WHO, yang
pencegahan dan pemberantasannya dilaksanakan secara
internasional.
Karantina artinya pembatasan kebebasan / penahanan
seseorang yang diduga telah mendapat penularan suatu penyakit
Karantina selama masa inkubasi dari penyakit karantina yang
diduga. Bila selama dalam penahanan itu ia benar – benar
menderita penyakit karantina yang diduga, ia akan diisolasakan,
dan bila setelah masa inkubasi tersebut ia tetap sehat, ia akan
dibebaskan.
Panjangnya masa inkubasi bagi masing – masing penyakit
karantina sesuai ketentuan dari ISR yaitu :
Pes : 6 hari
Kolera : 5 hari
Cacar : 14 hari
Demam Kuning : 6 hari
Demam Balik – Balik : 8 hari
Typhus Bercak Wabahi : 14 hari
Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit
karantina, ISR juga memuat kententuan – ketentuan yang
diwajibkan semua negara yang menjadi anggota WHO untuk :
1. Melaksanakan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
karantina di negara masing – masing.
2. Melaksanakan tindakan karantina, yaitu tindakan – tindakan
yang dilakukan untuk menolak masuknya dan mencegah
keluarnya penyakit – penyakit karantina melalui segala alat
perhubungan lalu lintas, misalnya kapal laut, pesawat udara,
kereta api, bus dan lain – lain.
20
Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, di Indonesia telah
dikeluarkan 2 undang – undang yaitu :
1. Undang – Undang RI No. 1 / 1962, tentang karantina laut.
2. Undang – Undang RI. No. 2 / 1962, tentang karantina udara.
Dalam kedua UU tersebut terdapat pasal yang mewajibkan
baik nahkoda maupun pilot, untuk melaporkan kepada Kepala Unit
Kesehatan yang terdekat dalam waktu secepatnya,jika mereka
mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit
karantina di kapal / pesawatnya.
UU wabah (UU NO. 4 / 1984) juga memuat ketentuan yang
menyatakan, bahwa barang siapa yang mengetahui adanya
penderita atau tersangka penderita penyakit wabah, wajib
melaporkan kepada Kepala Desa atau Lurah dan atau Kepala Unit
Kesehatan terdekat dalam waktu secepatnya.
Dari ketentuan yang tercantum dalam undang – undang inilah
maka penyakit – penyakit yang termasuk dalam Kelompok
Penyakit Wabah itu disebut juga Notifiable Disease ( penyakit yang
wajib dilaporkan ).
D. Beberapa Istilah Yang Berkaitan Dengan Penyakit
Menular
1. Sporadik, yaitu suatu keadaan dimana suatu penyakit
menular yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya
relatif berubah – ubah menurut perubahan waktu.
2. Endemi, yaitu suatu keadaan dimana suatu penyakit
menular yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya
relatif tetap dalam waktu yang lama.
3. Epidemi (Wabah), yaitu kejadian dimana suatu penyakit
menular frekuensinya sangat meningkat sehingga dalam
21
waktu yang singkat meliputi suatu wilayah tertentu dan dapat
menimbulkan malapetaka.
4. Pandemi, yaitu keadaan dimana suatu penyakit menular
frekuensinya menunjukkan peningkatan yang amat tinggi,
sehingga dalam waktu singkat meliputi banyak negara.
E. Penyakit Menular Yang Dilaporkan
Penyakit – penyakit menular yang dilaporkan yaitu penyakit
– penyakit yang memerlukan kewaspadaan ketat, yaitu penyakit –
penyakit wabah atau yang berpotensi wabah atau yang dapat
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
Penyakit – penyakit menular dikelompokkan sebagai berikut :
1. Penyakit karantina atau penyakit wabah penting, antara lain
Pes, Cholera dan Tetanus
2. Penyakit potensi wabah / KLB yang menjalar dalam waktu
cepat atau memiliki mortalitas tinggi, dan penyakit yang
telah masuk program eradikasi / eliminasi dan memerlukan
tindakan segera. Contohnya DHF, diare, campak, pertusis,
rabies dan poliomyelitis.
3. Penyakit – penyakit potensial wabah / KLB lainnya dan
beberapa penyakit penting seperti malaria, frambusia,
influenza, anthrax, hepatits, typhus abdominalis, meningitis,
keracunan, encephalitis dan tetanus.
4. Penyakit – penyakit menular yang tidak berpotensi
menimbulkan wabah dan atau KLB, tetapi diprogramkan
ditingkat kecamatan dilaporkan secara bulanan melalui
puskesmas,, kabupaten dan seterusnya secara berjenjang
sampai ke tingkat pusat. Penyakit – penyakit tersebut
22
meliputi cacing, lepra, tuberculosa, syphilis, gonorhoe,
filariasis dan AIDS.
F. Kegiatan – Kegiatan Dalam Pemberantasan Penyakit
Menular
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pemberantasan
penmyakit menular baik yang termasuk golongan penyakit wabah
maupun tidak dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu :
1. Kegiatan yang ditujukan untuk pencegahan :
a. Upaya menemukan kasus ( case finding ), baik secara
aktif maupun pasif.
b. Melaksanakan imbunisasi untuk penyakit – penyakit
menular tertentu.
c. Upaya pemberantasan vector termasuk tikus,
d. Upaya perbaikan kesehatan lingkungan : pembuangan
faeces, sampah danlimbah serta penyediaan air bersih.
e. Pemberian penyuluhan kesehatan kepada warga .
2. Kegiatan yang ditujukan untuk penderita ( case holding ) :
a. Isolasi penderita : diangkut dan dirawat ditempat
perawatan khusus ( di puskesmas atau rumah sakit )
b. Upaya pengobatan penderita semenjak dini.
c. Desinfeksi atau pemusnahan produk penderita dan barang
– barang yang dapat menjadi sarana penularan.
d. Mengambil dan mengirim bahan / sample untuk diperiksa
di laboratorium.
e. Penangan khusus terhadap jenazah akibat wabah (
perawatan, pengangkutan dan pemakamannya )
f. Melaksanakan penyelidikan epidemiologis ( asal /
sumber infeksi, cara dan luasnya penularan dan
sebagainya )
23
g. Upaya surveillance, yaitu pengamatan dalam rangka
nemenukan mengobati penderita baru, kontak person dan
carrier.
h. Upaya karantina jika kasusnya termasuk penyakit
karantina.
3. Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan
a. Mencatat semua kasus penyakit menular yang terjadi.
b. Menyusun dan mengirimkan laporan kepada instansi
atasannya. Dalam kasus penyakit wabah, laporan
berbentuk :
(1) Laporan berkala mingguan
(2) Laporan berkala bulanan
(3) Laporan khusus jika ada kejadian luar biasa
atau wabah
(4) Laporan khusus jika ada kematian akibat
penyakit wabah
c. Menyajikan hasil kerja yang telah dicapa dalam bentuk
grafik untuk memudahkan pemantauan.
G. Penyebab Penyakit dan Penanggulangannya
1. Kolera ( Cholera )
Kolera termasuk kedalam penyakit karantina.
Penyebab :
Cholera asiatica oleh Vibrio cholera
(= Vibrio comma) sedangkan Paracholera
eltor oleh Vibrio eltor
Masa inkubasi :
Beberapa jam sampai 5 hari. Menurut
undang – undang karantina ditetapkan
5 hari.
Cara penularan : Melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi oleh bibit penyakit (faecal
24
oral infection )
Gejala – gejalanya : Gejala kolera datang secara mendadak,
berupa muntah – muntah dan berak – berak
(diare) yang sangat sering. Biasanya gejala
muntah – muntah datangnya lebih
belakangan darai pada diare. Faecesnya cair
keputihan dengan sedikit lendir yang
mengambang (seperti air cucian beras).
sebab muntah dan diare yang amat sering, penderita akan
banyak kehilangan cairan dan elektrolit, yang dapat menyebabkan
kematian dalam waktu 12 jam dari penularan penyakitnya.
Besarnya angka kematian 5 % - 75 %.
Bekas penderita akan kebal terhadap kolera untuk beberapa
tahun. Dari vaksinasi akan diperoleh kekebalan selama kurang
lebih 6 bulan.
Faeces penderita masih mengandung bibit penyakit kolera
selama 7 – 14 hari setelah sembuh dari sakit. Bekas penderita dapat
menjadi carrier yangs angat berbahay bagi orang lain. Kolrea
terdapat endemis di India
Kolrea di Indonesia
Penyakit kolera timbul akibat kesehatan lingkungan yang
buruk seperti pembuangan faeces, sampah dan limbah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan. sebab penyakit ini akan hilang
dengan sendirinya jika hygiene dan sanitasi lingkungan
diperbaiki, seperti ayng terjadi di negara – negara yang sudah maju.
Usaha pencegahan dengan vaksinasi saja dianggap kurang
memenuhi sasaran.
Pencegahan dan pemberantasan :
(a) Menemukan penderita secara dini dan melaporkan
secepat – cepatnya .
(b) Isolasi penderita serta desinfeksi dan atau pemusnahan
benda – benda yang dapat menjadi sarana penularan.
25
(c) Mengobati penderita secara dini sampai sembuh benar.
(d) Penyelidikan epidemiologi dilapangan.
(e) Surveillance untuk menemukan penderita baru dan
carrier, untuk diobati sampai sembuh.
(f) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan yang
meliputi :
- Penyediaan air bersih yang baik
- Perbaikan system pembuangan faeces, sampah dan
limbah.
- Pengawasan pembuatan dan peredaran makanan dan
minuman,pasar, rumah makan, rumah potong
ternak,perusahaan susu dan lain – lain.
- Upaya pemberantasan lalat.
(g) Upaya penyuluhan kesehatan kepada warga .
(h) Pemberian vaksin kolera jika dipandang perlu.
2. Malaria
Penyebab :
Plasmodium sp. Dikenal ada 4 spesies, yaitu
1. Plasmodium falciparum, penyebab
malaria tropika
2. Plsamodium vivax, penyebab malaria
tertiana
3. Plasmodium malariae, penyebab malaria
quartana
4. Plasmodium ovale, penyebab malaria
ovale
Masa inkubasi :
Antara 12 hari sampai dengan 30 hari
Cara penularan : Dengan perantaraan gigitan nyamuk
anopheles sp. Betina, dan di Indonesia
dikenal ada lebih kurang 93 spesies
Anopheles yang merupakan vektor malaria
26
dan yang terpenting diantaranya yaitu :
1. Di pantai / laut : Anopheles sundaicus
2. Di sawah : Anopheles aconicus
3. Di pegunungan : Anopheles maculates
4. Di hutan : Anopheles leucosphyrus
5. Di rawa – rawa : Anopheles hyrcanus
Gejala – gejalanya : Penderita merasa sakit kepala, lesu diikuti
demam tinggi, seringkali disertai mengigau
dan menggigil diakhiri dengan berkeringat
banyak. Plasmodium dapat pula menyerang
otak, yang menyebabkan malaria cerebralis
dengan gejala – gejala radang otak yang
lainnya.
Malaria di Indonesia :
Masih merupakan penyakit rakyat nomor satu di Indonesia
dan tersebar luas diseluruh kepulauan Indonesia. Malaria ini akan
menyebabkan :
Daya tahan tubuh rendah dan mudah diserang penyakit
lain
Daya kerja menurun sehingga produktivitas menurun
Negara banyak kehilangan jam kerja dan dapat
menghambat kepariwisataan.
Usaha pencegahan dan pemberantasan :
(a) Manusia sebagai tuan rumah (host), maka pencapaian
dan pemberantasannya dengan jalan pendidikan
kesehatan dan pengobatan sampai sembuh.
(b) Plasmodium sebagai penyebab penyakit, maka
pencegahan dan pemberantasannya dengan
menggunakan obat anti malaria seperti Quinine,
Nivaquine, Primaquine dan sebagainya.
(c) Anopheles sebagai vector, maka perlu diusahakan
pembasmian terhadap bentuk larvanya dengan
27
memelihara ikan pemakan jentik dan terhadap nyamuk
sebagai bentuk imagonya dengan menggunakan
insektisida.
3. Tuberculosis
Penyebab :
BasilMycobacterium tuberculosis (yang
ditemukan oleh Robert Koch pada tahun
1882).
Masa inkubasi :
Antara 4 – 6 minggu
Cara penularan : 1. Melalui pernapasan dengan ludah
penderota yang dibuang sembarang
tempat dan debu yang mengandung basil
TBC.
2. Melalui susu sapi yang diminum tanpa
dipasteurisasi terlebih dahulu ( untuk
TBC bovinum )
Gejala – gejalanya : TBC yaitu penyakit kronis. Sering kali
dimulai dengan gejala yang ringan seperti
badab lesu, suhu badan naik sedikit bahkan
ada yang tidak menunjukkan gejala sama
sekali.
Bila penyakit semakin berat maka penderita
akan semakin kurus, pucat, tubuh sangat
lemah dan batuk darah.
Kecuali paru – paru, TBC dapat pula
menyerang organ – organ badan yang lain
seperti otak, usus, tulang, limpa dan alat
kandungan. Jika menyerang otak, TBC
menimbulkan gejala seperti pada penyakit
radang otak lainnya. Pada bayi dan anak –
anak dapat menyebabkan infeksi milier
(military tuberculosis)
28
Pemberantasan penyakit :
Di Indonesia penyakit TBC tersebar tidak hanya di kota –
kota saja tetapi juga sudah menyebar hingga ke pedesaan.
Umumnya menyerang warga golongan sosial - ekonomi
rendah seperti lingkungan perumahan yang berdesakan (over
crowded ), lembab, status gizi yang rendah, hidu tidak teratur dan
sebagainya.
Basil Mycobacterium tuberculosis yang berjuta – juta
banyaknya yang berasal dari ludah dan dahak penbderita
mengering, akan bercampur debu dan tersebar kemana – mana
seperti di kendaraan umu, bioskop, pasar dan lain - lain, jika
terhirup oleh orang yang sehat akan menambah jumlah penderita
penyakit TBC. Di Indonesia penderita TBC masih cukup banyak.
Pencegahannya :
(a) Pemberian vaksin BCG bagi bayi dan anak – anak.
(b) Pasteurisasi susu sapi sebelum diminum
(c) Memperkuat daya tahan tubuh dengan gizi yang baik,
istirahat cukup, olah raga cukup dan sebagainya.
(d) Meningkatkan keadaan sosial ekonomi warga
sehingga rumah dan lingkungan memenuhi syarat
kesehatan.
(e) Penyuluhan kesehatan kepada warga , khususnya
agar tidak biasa meludah disembarang tempat.
4. Framboesia (patek = puru = jaws)
Penyebab :
Troponema partenue (golongan Spirochaeta)
Masa inkubasi :
Antara 3 minggu sampai 6 bulan
Cara penularan : Melalui kontak langsung dengan penderita
atau secara tidak langsung melalui pakaian
atau dengan perantaraan lalat.
29
Gejala – gejalanya : Pada masa inkubasi penderita merasa lesu,
tidak enak badan, demam.
Dalam stadium erupsi (masa awal gejala)
timbul rasa nyeri tulang dan sendi terutama
di malam hari,resa tak enak dan nyeri di
tempat timbulnya erupsi
Bibit penyakit yang telah masuk akan menyebabkan
timbulnya luka yang sukar sembuh di tempat masuknya bibit
penyakit pada kulit. Kemudian luka akan membentuk ulcus (tukak),
bentuk papiloma (tonjolan) atau kombinasi menyerupai buah
framboesia.
Luka permukaan disebut induk paru ( babon patek = Yaws =
initial lesion ). Setelah 2 bulan kemudian akan timbul tonjolan yang
banyak tersebar diseluruh permukaan tubuh terutama di sekitar
lubang - lubang badan seperti mulut, hidung, anus, lipatan paha.
Suatu ketika tonjolan akan menghilang, tetapi penyakit yang
sebenarnya akan tetap berlangsung beberapa bulan sampai
beberapa tahun.
Kemudian dilanjutkan dengan timbulnya tonjolan dan
gejala lainnya selama 2 atau 3 bulan dan akan menghilang lagi.
Masa silih berganti antara latent dan kumat dapat berlangsung
selama 5 tahun yang disebut stadium early ( awal ) dan kemudian
setelah itu masuk ke stadium late ( lanjut ) dengan gejala - gejala
cuma ( jaringan meradang ) dikulit dan tulang, luka - luka besar
yang telah sembuh meninggalkan jaringan pacut yang nyata dan
luas, radang sendi dan tulang yang terasa nyeri.
Pada stadium late bila mengenai tulang hidung akan
menyebabkan hilangnya sekat rongga hidung sehingga hidung akan
nampak pesek.
Bila kerusakkan parah akan menyebabkan langit - langit
hilang dan hidung tinggal satu lubang yang besar dan disebut
Himopharingitis Mutilans.
30
Cara pencegahan dan pemberantasannya :
a. Menghindari kontak langsung dengan penderita dan
menjaga kebersihan.
b. Pemberantasan dengan jalan penyembuhan semua
penderita, pencarian penderita framboesia yang ada di
warga .
5. Penyakit Kelamin (veneral diseases)
Pendahuluan
Penyakit kelamin terdapat banyak di negara manapun juga,
baik di negara yang sedang berkembang maupun di negara yang
sudah maju disegala pelosok dan lapisan warga .
Penyakit ini harus diberantas menurut garis - garis
epidemiologis dan sebab berhubungan dengan masalah sosial
maka pencegahan dan pemberantasannya harus ada kerja sama
antara berbagai instansi seperti pendidikan, kesehatan, sosial,
agama dan kepolisian.
Jumlah penderita penyakit kelamin akhir - akhir ini
menunjukkan jumlah yang meningkat dan hal ini disebabkan oleh :
a. Kurang pengertian / kesadaran warga akan bahaya
penyakit kelamin ini baik bagi dirinya sendiri maupun
bagi keluarga dan warga lainnya.
b. Meningkatkan pergaulan bebas antara pria dan wanita
dikalangan muda - mudi khususnya dan warga
umumnya yang meninggalkan norma agama dan susila.
Penyakit - penyakit kelamin yang perlu diketahui yaitu :
(a) Gonorrhoe yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoe
(b) Syphillis ( lues ) disebabkan oleh Treponema palidum
(c) Ulcus mole disebabkan oleh Hemophilus ducreyl
(d) Lymphogranuloma venerum disebabkan oleh virus
Lymphogranuloma venerum
(e) Granula inguinalis disebabkan oleh Donovania
granulomatis
31
Cara penularan
Penularan melalui kontak langsung dengan penderita (
Hubungan kelamin ) ataupun hubungan tak langsung melalui benda
- benda terkontaminasi
Usaha pencegahan dan pemberantasannya
(a) Usaha yang ditujukan pada penderita dengan
pengobatan sampai sembuh dan untuk ini perlu mencari
adanya panderita dalam warga dan dengan siapa
saja ia telah berhubungan intim dan telah
menularkannya.
(b) Pengawasan sumber penularan terutama dikalangan
WTS,maka perlu dilokalisasi atau kalau dapat
penghapusan sama sekali WTS.
(c) Pendidikan dan penerangan kepada warga
mengenai bahaya penyakit kelamin ini bagi dirinya,
keluarganya, dan warga .
H. Beberapa Jenis parasit dan Penyakit Yang
Ditimbulkannya
1. Cacing Gelang ( Ascaris Lumbricoides )
Penderita cacing ascaris banyak ditemukan pada anak -
anak yang memiliki kuku panjang dan kotor.Penularan penyakit
ini terjadi melalui mulut.Telur yang seringkali meempel pada jari -
jari tangan atau yang sudah menempel pada makanan, terbawa ke
dalam perut melalui mulut.sampai di usus dua belas jari, telur
ascaris menetap menjadi larva, yang dapat menembus dindingnya
kemudian terbawa aliran darah dan akhirnya sampai ke jaringan
paru - paru.
Bila hal ini sampai terjadi, maka akan timbul kelainan yang
disebut Pneumenitis atau Sindroma Loefler.Kelainan ini ditandai
32
oleh batuk - batuk kadang kadang disertai darah, gatal pada kulit
yang disebut Eosinofilia artinya,bertambah butir darah eosinofil.
Larva yang ada dalam jaringan paru - paru akan dikeluarkan
melalui rongga mulut, dan dari sini larva kembali lagi ke dalam
saluran pencernaan makanan.
Di dalam saluran pencernaan, Ascaris akan mengalami
pendewasaan dan hidup hingga jangka waktu yang cukup panjang
selama itu pula ascaris mencuri makanan yang disediakan untuk
tuan rumahnya.
Penderita yang hanya dihuni oleh beberapa ekor ascaris
biasanya tidak memperlihatkan keluhan apa - apa. Tetapi jika
jumlahnya cukup banyak, penderita akan mengalami berbagai
kaluhan antara lain rasa mual, rasa tidak enak pada perut, kadang -
kadang timbul rasa mulas
Seekor atau dua ekor ascaris sering keluar dari mulut si
penderita bersama - sama dengan muntah, kadang - kadang ascaris
juga keluar melalui dubur sebab mati disebabkan umurnya sudah
lanjut.
Anak yang terlampau banyak dihuni cacing ascaris di dalam
perutnya nampak kurus, pucat dan buncit pad perutnya.Kalau
jumlahnya cukup banyak, sumbatan pada usus bisa terjadi pada
saluran empedu saluran pankreasatau usus buntu.
Petunjuk bahwa seseorang kejangkitan cacing
ascaris,kepastiannya harus ditentukan dengan pemeriksaan tinja.
Bila telur cacing ascaris ditemukan di dalam tinja penderita,
maka dapatlah dipastikan bahwa dia sedang menderita cacingan
dan pengobatan harus diberikan secepatnya.
Pengobatan cacing ascaris cukup sederhana.Obat cacing
yang dapat dipergunakan antara lain Pyrantel Pamoat atau
Combantrin.Penderita cukup diberi satu kali pengobatan. Jumlah
obat disesuaikan dengan berat badan penderita, tap kilogram berat
badan dapat diberikan 10mg Combantrin. Pemberian dapat
diberikan sebelum anak tidur.
33
2. Cacing Kremi ( Enterobius Vermicularis )
Cacing Kremi atau Enterobius Vermicularis biasanya
berwarna putih mengkilap,berukuran pendek. Cacing betina
memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan
cacing jantan. Ukuran cacing betina 8 - 13mm,sedangkan yang
jantan ukurannya sekitar 2-3mm. Cacing Kremi tidak hanya
terdapat di negara - negara yang sedang berkembang, tetapi juga
banyak terdapat di negara - negara maju.Penderitanya yaitu anak -
anak.
Penularan biasanya berlangsung dari jari - jari tangan,
masuk ke dalam mulut, lalu turun ke saluran pencernaan \.
Sesampainya di usus halus telur menetas menjadi cacing. Sebagian
cacing dewasa menetap di usus besar, dan sebagian lagi menetap di
usus lain. Pada waktu cacing betina hendak bertelur, maka pindah
ke dubur.Gerakan - gerakan cacing di tempat tersebut
mengakibatkan rasa geli dan gatal, terutama dirasakan pada malam
hari. Rasa gatal ini menyebabkan dorongan si anak untuk
menggaruk - garuk duburnya. Sewaktu jari menyentuh kawasan
dubur banyak telur yang menempel pada jari tangan tersebut. Jari
tangan yang mengandung telur cacing kremi, tanpa di cuci terlebih
dahulu di pakai untuk memegang atau memasukkan makanan ke
dalam mulut, sehingga terjadilah penularan oleh diri sendiri. Telur
juga dapat bersembunyi di belakang kuku jari tangan yang tidak di
potong. Bila ada makanan yang tersentuh olah kuku jari tersebut,
maka terjadilah penularan dari seseorang penderita ke anak yang
sehat melalui makanan itu.
Pencegahan dapat di lakukan dengan tindak kebersihan,
kuku yang panjang harus dipotong sependek mungkin, tangan
harus di cuci dengan sabun jika hendak makan atau memegang
makanan. Dubur dan daerah sekitarnya harus dijaga kebersihannya.
Rasa gatal atau geli pada cacing kremi dapat diatasi dengan
vaselin putih atau mungkin juga dengan minyak kelapa. Obat yang
dapat digunakan untuk memberantas cacing kremi pada saluran
pencernaan sama dengan yang digunakan untuk cacing ascaris
yaitu Pyrantel Pamoat atau Combantrin.
34
3. Cacing Cambuk ( Trichuris Trichina )
Cacing ini kurang di kenal, namun sebenarnya banyak juga
terdapat pada orang - orang yang tidak mengikuti kaidah - kaidah
kebersihan. Cacing ini memiliki ukuran panjang sekitar 2-3 cm
dengan warna merah muda atau kelabu.
Penularan dapat berlangsung sebab telurnya terbawa dari
tanah oleh tangan atau makanan yang sudah dipenuhi oleh telur
tersebut. Telur cacing ini keluar dari perut manusia bersama tinja,
kemudian masuk ke dalam tanah yang lembab.
Bagian saluran pencernaan yang dihuni oleh cacing cambuk
yaitu usus halus bagian terakhir yang disebut Ileum Terminalis,
usus buntu dan usus besar.
Tanda gejala yang ditimbulkan, seringkali tidak jelas
kecuali kalau memang penderita peka terhadap cacing tersebut.
Gejala dan tanda - tandanya dapat muncul kalau jumlah cacing
cambuk cukup banyak. Penderita dapat mengalami diare.
Pada anak - anak dapat timbul benjolan usus keluar melalui
dubur. Keadaan ini disebut Prolaps Rekti.
Obat yang dapat diberikan yaitu Mebendazol atao Vermox
sebanyak 100mg. Selama 3 hari penderita harus menelan dua tablet
@ 100mg.
4. Cacing Tambang ( Ankylostoma Duodenale )
Cacing tambang sering masuk ke dalam tubuh para petani
atau karyawan perkebunan yang memiliki kebiasaan bekerja
tanpa alas kaki.
Cacing ini berukuran lebih kurang 1 cm, dengan warna
merah darah. Bagian cacing tambang ( mulut ) dilengkapi dengan
alat cengkeram, sehingga cacing dapat melekat pada selaput lendir
saluran pencernaan.
Telur - telur ankylos keluar melalui dubur bersama tinja,
kemudian masuk ke dalam tanah. Kalau tanahnya kebetulan
35
lembab, telur akan menetas menjadi larva yang dapat masuk ke
dalam tubuh manusia, setelah menembus kulit kaki. Melalui aliran
darah, larva melakukan perjalanan ke seluruh tubuh hingga paru -
paru.
Pada saat larva masuk paru - paru, penderita bisa
mangalami batuk kering, tetapi jarang sekali disertai darah dalam
dahaknya. Dari paru - paru larva yang akan naik ke dalam rongga
mulut lalu di telan kembali. Jadi cara penularan cacing ini berbeda
dari cacing ascaris. Cacing tambang dapat berpindah dari seseorang
kepada orang lain melalui pori - pori kaki, tidak mulut.
Dalam rongga usus cacing tambang pada dinding usus dan
menghisap darah penderita. Bila junlah cacing cukup banyak, si
penderita dapat mengalami anemia ( kurang darah ).
Kekurangan darah dapat mengakibatkan berbagai macam
kerugian, antara lain pertumbuhan badan terhalang, kepandaian
tidak bisa berkembang kerana penderita sering menderita sakit
kepala.
Penyakit cacing tambang dapat diatasi dengan Combantrin.
Pada pengobatan cacing ini, penderita di beri 10mg Combantrin per
Kg berat badan. Seseorang yang berat bedannya kurang dari 13Kg,
dapat diberi tablet Combantrin @ 120mg atau 2,5cc Combantrin
cair. Jumlah ini diberikan kepada si penderita sebelum tidur.
Pada umumnya infeksi cacing tambang akan menyebabkan
penyakit kekurangan darah sehingga penderita sangat dianjurkan
untuk menelan tablet atau cairan yang mengandung zat besi.
5. Cacing Pita ( Taenia Solium dan Taenia Saginata )
Jenis cacing pita cukup banyak, ada yang berasal dari babi,
ikan air tawar, ternak lainnya.
Taenia solium banyak terdapat pada binatang ternak,
sedangkan Diphilobotrium latum yaitu cacing pita yang berasal
dari ikan. Tubuh cacing pita ada yang panjang ada yang pendek.
Bagian depannya disebut skolek, sedang selbihnya terdiri dari ruas
36
- ruas. Ruas terakhir pada waktunya akan dilepaskan dan keluar
bersama tinja.Ruas ini dipenuhi oleh telur.
Skolek melekat erat pada dinding usus tuan rumah. Jika
suatu ketika ruas - ruas badan cacing yang penuh dengan telur itu
terlepas dan dikeluarkan bersama feses penderita, kemudian
dimakan oleh binatang, maka dalam perut binatang pemakan tinja
tersebut telur - telur akan menetas menjadi larva, kemudian
mengikuti peredaran darah dan menetap jaringan, biasanya pada
jaringan otot.
Larva dalam jaringan otot akan berkembang menjadi kista
yang bertahan hingga waktu yang cukup lama. Kista dapat masuk
ke dalam tubuh seseorang sebab makan daging binatang yang
mengandung kista. Hal ini baru dapat terjadi, bila manusia makan
daging yang kurang matang. Kista - kista yang ada di saluran
pencernaan menetas menjadi cacing dewasa dan tinggal di tempat
tersebut. Selanjutnya cacing akan hidup sebagai parasit di dalan
tubuh. Cacing pita menggunakan seluruh permukaan tubuhnya
untuk menghisap makanan yang ada di dalam saluran pencernaan
tuan rumahnya.
Ada kalanya, yang masuk ke dalam tubuh manusia bukan
kistanya, melainkan telur - telurnya. Telur - telur menetas dalam
saluran pencernaan memasuki aliran darah. Melalui aliran darah ini
larva tersebar ke seluruh tubuh, antara lain di bawah kulit, otot -
otot, dan mungkin ada juga yang sampai di otak.
Tanda dan gejala penderita cacing pita tergantung dari
keparahannya.Keluhan yang ditimbulkan kadang - kadang hanya
ringan - ringan saja. Penderita sering menyadari bahwa dirinya
tengah menderita penyakit cacing pita, sebab di celana dalamnya
terdapat ruas - ruas cacing tersebut. Sekiranya jumlah larva yang
terdapat dalam jaringan otak cukup banyak, penderita dapat
mengeluh pusing - pusing, timbul kekejangan, bahkan ada yang
sampai mengalami kematian.
Pencegahan merupakan cara terbaik untuk menghindari
penyakit cacing pita. Tetapi bila penyakit itu sudah diidapnya
penderita dapat menghalau cacing - cacing tersebut dengan obat
yang bernama Niklisamidium atau Romosan. Obat ini diberikan
37
kepada si penderita selagi perut kosong, sebanyak 4 tablet atau
sama dengan 2 gram. Tablet harus di kunyah selembut - lembutnya.
Perlu diketahui, bahwa obat ini jarang menimbulkan efek
sampingan sebab tidak di serap oleh saluran cerna.
6. Trichinella Spiralis
Kelainan yang dapat ditimbulkan oleh Trichinella Spiralis
di sebut Trichinosis. Berbeda dengan penyakit - penyakit cacing
yang diuraikan sebelumnya, penularan hanya dapat terjadi bila
seseorang makan daging yang kurang lama di masak. Frekuensi
terbesar sering terjadi pada orang yang suka makan daging babi
atau masakan babi lainnya. Cacing Trichinella Spiralis hampir
tidak pernah terlihat dalam tinja.
Tanda dan gejala yang di timbulkan tergantung pada jumlah
larva yang masuk ke dalam perut, kemudian masuk ke dalam aliran
darah untuk selanjutnyamenetap dalam jaringan otot, tetapi
sebenarnyadapat menjadi parah, bahkan ada yang sampai
meninggal dunia.
Orang yang makan daging babi yang masih agak mentah
beberapa jam kemudian bisa mengalami diare dan rasa tidak enak
pada perutnya. Dalam keadaan yang cukup parah, penderita
memperlihatkan tanda dan gejalanya sebagai berikut : Suhu badan
naik disertai tubuh menggigil, nyeri pada otot, kelpoak mata
membengkok, dan kadang - kadang terjadi pembengkakkan pada
tungkai.Kulit penderita sering bewarna biru lebam sebab
peredaran darah di bawah kulit terganggu. Sedang bagian mata
yang barwarna putih kadang - kadang memperlihatkan warna
merah akibat pendarahan dalam jaringan mata. Penyakit trichinosis
dapat berlangsung 3 - 4 minggu.
Pencegahan penyakit ini yaitu dengan menghindari
makanan yang terbuat dari daging babi. Obatnya antara lain yaitu
Thiabendazole.
38
7. Filariasis ( Elephantiasis = Penyakit kaki gajah )
Penyebab :
Cacing Filaria Malagi dan Filaria Bancrofti
Cara penularan : dengan perantaraan nyamuk Culex Fatigans
Gejala penyakit :
Cacing Filaria sp hidup di dalam pembuluh - pembuluh dan
kelenjar getah bening (jaringan limpa). sebab itu gejala
penyakitnya di tandai dengan demam yang datang secara mendadak
dan berulang - ulang.
Peradangan dan penyumbatan pada saluran getah bening
menyebabkan terjadinya bendungan limfe di sebelah distal (ujung)
sehingga terjadi pembengkakkan di scrotum (kantung buah zakar),
di tungkai kaki ( menyebabkan “kaki gajah” )
Bendungan dipembuluh limfe dada ( Ductus throsicus )
akan menyebabkan pecahnya saluran limfe di ginjal sehingga urine
mengandung limfe ( Chyluria ) dan urine tampak seperti air susu
sebab mengandung lemak dari limfe.
Filariasis di Indonesia :
Filariasis banyak terdapat di Indonesia seperti di pulau
Jawa, Sumatera, Timor, dll
Usaha pencegahan dan pemberantasannya :
a. Meniadakan sumber penularan dengan mencari dan
mengobati semua penderita.
b. Pendidikan kesehatan kepada warga tentang
penyakit Filariasis, misalnya tentang :
Usaha pencegahan ( tidur memakai kelambu )
Perlunya mengenal gejala penyakit secara dini
dan pengobatan segera.
Agar setiap anggota warga turut aktif dalam
usaha pemberantasan penyakit ini.
c. Memberantas vektor penyakit yaitu nyamuk Culex
Fatigans.
39
BAB III
PENGAWASAN OBAT, MAKANAN DAN ALKES
Pengawasan obat dan makanan dilaksanakan oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dengan tugas pokok
melakukan pengawasan obat, makanan, minuman, kosmetik dan
alat kesehatan. Pengawasan obat disini termasuk pada pengawasan
obat tradisional, narkotika dan bahan berbahaya.
Fungsi Badan POM yaitu merumuskan kebijakan teknis,
pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian perizinan
dibidang pengawasan obat dan makanan, melaksanakan
pengawasan obat dan makanan serta pengamanan teknis atas
pelaksanaan tugas pokok Badan POM sesuai dengan kebijakan
Menteri Kesehatan dan berdasarkan kepada peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
Unit pelaksana teknis di daerah tingkat I yaitu Balai Besar
POM atau Balai Kecil POM yang terdapat di setiap propinsi. Balai
Besar POM hanya terdapat kota – kota / propinsi yang besar,
misalnya Jakarta, Bandung dan Surabaya, dimana pada daerah
tersebutbanyak terdapat industri obat maupun industri makanan /
minuman.
A. Tujuan dan Sasaran
Tujuan program pengawasan obat, makanan dan alkes yaitu :
tersedianya obat dan alat kesehatan yang terjangkau oleh
warga
meningkatrnya penggunaan obat tradisional yang
bermanfaat
terlindunginya warga dari penggunaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, makanan yang tidak memenuhi
ketentuan
40
terlindunginya warga dari bahaya penyalahgunaan
narkotika, zat adiktif dan bahan berbahaya.
Sasaran program pengawasan obat, makanan dan alkes yaitu :
pertumbuhan industri farmasi, alat kesehatan, makanan
pengingkatan penggunaan obat generik berlogo
budidaya tanaman obat tradisional
penilaian / skrining mutu obat – obat tradisional,
kosmetika, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah
tangga, makanan dan minuman
pengembangan kesehatan, kemampuan pengujian sumber
daya manusia
pusat pengendalian keracunan (poison centre)
B. Masalah Yang Dihadapi
Dewasa ini hampir semua kebutuhan obat nasional telah
dapat dipenuhi oleh industri farmasi di dalam negeri.
Namun demikian harga obat – obatan masih saja mahal,
hal ini disebabkan sebab sebagian besar bahan baku obat
masih diimpor.
Jumlah produsen maupun produksi obat tradisional
cenderung meningkat dan memerlukan bahan baku /
simplisia yang lebih banyak, sehingga perlu pembinaan
bagi warga sebagai sumber penghasil bahan – bahan
obat tradisional / pembinaan bagi budidaya tanaman obat.
Penggunaan pestisida, antibiotika dan hormon dibidang
pertanian dan peternakan makin meningkat,
menyebabkan timbulnya masalah residu bahan kimia
tersebut pada makanan.
Demikian juga penggunaan bahan tambahan makanan
(BTM) juga makin meningkat sejalan dengan makin
41
berkembangnya industri makanan dan masih
ditemukannya penggunaan bahan – bahan yang dilarang
seperti boraks, formalin dan pewarna tekstil untuk
makanan.
Penerapan cara produksi makanan yang baik masih perlu
ditingkatkan.
Dalam hal alat kesehatan yang cenderung makin
kompleks dan alat kesehatan impor umumnya
menggunakan tekhnologi tinggi, sedangkan sumber daya
/ kualitas petugas pengawas masih terbatas.
Meningkatnya produksi dan penggunaan bahan – bahan
kimia untuk perbekalan kesehatan rumah tangga.
Meningkatnya kasus – kasus penyahagunaan obat dan
bahan berbahaya di kalangan warga terutama
generasi muda saat ini.
C. Upaya / Kebijakan Yang Dilakukan :
1. Meningkatkan produksi obat generik berlogo dan
memperluas distribusi serta pengadaan obat essensial
generik.
2. Membina indutri farmasi, kosmetik , alat kesehatan, obat
tradisional dan makanan untuk dikembangkan ke arah
usaha ekspor.
3. Menerapkan cara produksi yang baik.
4. Meningkatkan pengawasan, pengujian, penilaian mutu,
keamanan, khasiat / manfaat sediaan farmasi dan
makanan.
5. Menyusun standar obat, obat tradisional, kosmetik, alat
kesehatan, makanan / minuman kepada produsen dan
warga .
42
6. Mengembangkan kemampuan laboratorium pengujian,
sumber daya manusia dan pengadaan peralatannya.
7. Menanggulangi penyalahgunaan obat, narkotika, zat
aditif dan bahan berbahaya, termasuk disini yaitu
memberikan hukuman yang berat bagi pengedar narkotik
dan bahan berbahaya lainnya.
43
BAB IV
HYGIENE PERUSAHAAN
DAN KESEHATAN KERJA (HYPERKES)
A. Pengertian
Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja merupakan bagian
dari usaha kesehatan warga yang ditujukan kepada warga
pekerja, sekitar perusahaan dan umum yang menjadi konsumen
hasil produksi.
B. Tujuan dan Usaha Yang Dilakukan
Tujuan hyperkes yaitu untuk mencapai derajat kesehatan
tenaga kerja setinggi - tingginya sehingga dapat meningkatkan
produksi.
Usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan diatas antara lain :
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan
akibat kerja.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja
3. Perawatan dan peningkatan daya produktivitas tenaga
manusia
4. Perlindungan warga luas ( konsumen ) dari bahaya yang
mungkin ditimbulkan dari hasil produksi perusahaan
C. Penyakit Akibat Kerja dan Faktor Penyebabnya
yaitu penyakit yang ditimbulkan oleh atau didapat pada
waktu melakukan pekerjaan, termasuk kecelakaan akibat kerja
yang faktor penyebabnya faktor mekanis.
44
Faktor penyebab penyakit akibat kerja :
1. Golongan fisik :
a. Suara yang keras dapat menyebabkan tuli
b. Suhu tinggi menyebabkan hyperpyrexia, sedang suhu
rendah menyebabkan frosthite
c. Penerangan yang kurang atau terlalu terang menyebabkan
pengelihatan terganggu
d. Radiasi sinar X atau radiasi sinar radio aktif
menyebabkan penyakit darah, kemandulan, dan
sebagainya.
2. Golongan kimiawi :
1. Gas yang bersifat racun seperti CO, H2S, HCN, SO2, dll
2. Uap dari cairan atau benda padat seperti Hg, Pb,
insektisida
3. Larutan atau cairan seperti H2SO4, HCl dan lain - lain
4. Debu - debu seperti silika, kapas, asbes, dan debu logam
berat
3. Golongan penyakit infeksi :
Penyakit anthrax oleh Bacillus anthracis pada penyamak kulit
/ pengumpul wol dan penyakit lain pada pekerja mikrobiologi
4. Golongan fisiologi :
Sebagai akibat kursi yang kurang cocok atau konstruksi
mesin tidak cocok menyebabkan sikap badan sewaktu bekerja
tidak baik.
5. Golongan mental / psychologi :
Disebabkan hubungan kerja yang kurang baik antara pekerja
dengan pimpinan, sesama pekerja atau sebab pekerjaan
kurang sesuai.
Usaha pemberantasan dan cara pencegahannya :
45
1. Subtitusi yaitu mengganti bahan berbahaya dengan bahan
yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali.
2. Ventilasi umum yang mengalirkan udara bersih sesuai dengan
ruangan kerja agar bahan berbahaya lebih rendah dari nilai
ambang batas. Nilai ambang batas (NAB) yaitu kadar dari
suatu zat di mana pada kadar tersebut bila orang
menghirupnya selama 8 jam sehari atau 5 hari seminggu tidak
akan menimbulkan penyakit atau kelainan
3. Ventilasi keluar setempat, yaitu menghisap keluar udara dari
suatu ruangan kerja agar bahan berbahaya dihisap dan
dikeluarkan.
4. Isolasi yaitu dengan mengisolasi proses berbahaya.
5. Pekerja menggunakan pelindung sesuai dengan jenis
pekerjaannya seperti masker, tutup kepala, sarung tangan,
kacamata, sepatu dan sebagainya.
6. Pemeriksaan kesehatan, pendidikan kesehatan dan
keselamatan kerja serta penerangan sebelum kerja kepada
para pekerja.
46
BAB V
KEPENDUDUKAN, KESEJAHTERAAN IBU - ANAK
& KELUARGA BERENCANA
A. Kependudukan
Ilmu yang mempelajari jumlah, komposisi, susunan dan
sebagainya dari penduduk disebut demografi. Menurut Hauser dan
Duncan demografi yaitu ilmu yang mempelajari jumlah,
persebaran teritorial dan komposisi penduduk, perubahan -
perubahan yang terjadi terhadapnya, serta komponen - komponen
yang menyebabkan terjadinya perubahan itu, yaitu natalitas,
mortalitas, migrasi dan mobilitas sosial.
Jadi demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di
suatu wilayah. Struktur tersebut meliputi jumlah, persebaran
(distribusi) dan komposisi penduduk yang selalu berubah - ubah.
Perubahan - perubahan itu terjadi sebab proses demografi, yaitu
kelahiran, kematian, perpindahan penduduk serta perubahan kelas
sosial.
Dalam masa pembangunan ini data demografi sangat
dibutuhkan untuk berbagai jenis perencanaan pembangunan.
Misalnya proyeksi penduduk usia sekolah penting untuk
perencanaan pembangunan dalam sektor pendidikan, data fertilitas,
natalitas, morbiditas dan mortilitas penting untuk perencanaan
pembangunan dalam sektor kesehatan dan seterusnya.
1. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk
yang dibuat berdasarkan pengelompokkan penduduk menurut
karakteristik - karakteristik yang sama. Bermacam - macam
komposisi penduduk dapat dibuat, misalnya komposisi penduduk
47
menurut umur dan jenis kelamin, status perkawinan, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan dan seterusnya. Akan tetapi diantaranya
yang terpenting dalam demografi yaitu komposisi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin.
Komposisi penduduk menurut umur biasanya dibagi
menjadi beberapa kelompok umur, dan antara kelompok umur yang
satu dengan yang berikutnya berjenjang 5 tahun. Misalnya
kelompok umur 0 - 4, 5 - 9, 10 - 14 ……… 65 - 69, 70 - 74, 75 +.
Struktur umur penduduk antara negara yang satu dengan
yang lain, antara negara sedang berkembang dengan negara maju,
demikian juga antara daerah pedesaan dan perkotaan yaitu tidak
sama. Struktur itu dipengaruhi oleh tiga variabel demografi yaitu
kelahiran, kematian dan migrasi (perpindahan penduduk). Ketiga
variable itu saling mempengaruhi satu sama lain. jika variabel
yang satu berubah, kedua variabel yang lain juga ikut berubah.
Satu negara dikatakan berstruktur umur muda, jika
kelompok penduduk yang berumur di bawah 15 tahun jumlahnya
besar (lebih dari 35%), dan besarnya kelompok penduduk yang
berumur 65 tahun lebih, kurang dari 3%. Sebaliknya suatu negara
dikatakan berstruktur umur tua, jika kelompok penduduk yang
berumur 15 tahun ke bawah jumlahnya kecil (kurang dari 35%) dan
persentase kelompok penduduk yang berumur 65 tahun lebih,
sekitar 15%.
Umumnya negara - negara sedang berkembang memiliki
struktur penduduk muda, seperti misalnya India, Burma dan
Indonesia. Sedangkan negara - negara maju seperti Jerman,
Perancis dan Jepang memiliki struktur penduduk tua.
Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio)
Secara ekonomis penduduk di bedakan atas dua golongan.
Golongan yang pertama yakni yang berumur 15 - 64 tahun
yang disebut golongan penduduk produktif, dan golongan
yang kedua yang disebut golongan penduduk tidak
produktif, yang terdiri atas 2 kelompok umur, yaitu yang
berumur 0 - 14 tahun dan yang berumur 65 tahun ke atas.
48
Golongan penduduk tidak produktif yang disebut juga
golongan independent dibedakan atas dua kelompok : yang
berumur 0 - 14 tahun di sebut golongan independent I dan
yang berumur 65 tahun ke atas golongan independent II.
Dalam golongan independent I terdapat kelompok umur 0 - 1
tahun (bayi) yang disebut golongan pure independent, sebab
mereka sama sekali tergantung dan memerlukan perlindungan
orang lain, mereka juga terancam oleh berbagai bahaya dan
penyakit, memerlukan makanan yang baik dan khusus, dari
segi pelayanan kesehatan memerlukan biaya yang relatif lebih
besar dan jika mereka meninggal negara dan warga
mengalami kerugian lipat dua (negara sudah mengeluarkan
biaya tetapi yang bersangkutan belum sempat
menyumbangkan dharma baktinya).
Dengan mengetahui besarnya golongan penduduk tidak
produktif dan yang produktif, akan dapat dihitung besarnya
Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio). Rasio Beban
Tanggungan yaitu perbandingan antara banyaknya
penduduk yang tidak produktif , dengan banyaknya penduduk
yang produduk . Dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut :
RBT = Jumlah penduduk kurang 15 th + penduduk 65 th keatas
Jumlah penduduk umur 15 – 64 tahun
Tingginya Rasio Beban Tanggungan merupakan faktor
penghambat dalam pembangunan ekonomi, sebab sebagian
besar dari pendapatan yang diperoleh golongan yang
produktif terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi
kebutuhan dari mereka yang tidak produktif. Negara - negara
sedang berkembang dengan tingkat fertilitas yang tinggi
memiliki RBT yang tinggi pula, disebabkan besarnya
proporsi anak - anak dalam struktur penduduknya.
49
2. Kepadatan Penduduk
Yang dimaksud dengan kepadatan penduduk yaitu jumlah
penduduk persatuan luas wilayah. Kepadatan penduduk dapat
dibedakan atas Kepadatan Penduduk Kasar, Kepadatan Penduduk
Fisiologis dan Kepadatan Penduduk Agraris, yang dapat dituliskan
dengan rumus - rumus sebagai berikut :
Kepadatan Penduduk Kasar = Jumlah penduduk suatu wilayah
Luas Wilayah (km
2
)
Dalam Kepadatan Penduduk Kasar, yang dijadikan penyebut yaitu
luas seluruh daratan dari wilayah yang bersangkutan tanpa
dibedakan daerah yang tandus dan yang subur.
Kepadatan Penduduk Fisiologis
=
Jumlah penduduk suatu wilayah
Luas tanah pertanian (km
2
)
Kepadatan Penduduk Agraris = Jumlah petani di suatu wilayah
Luas tanah pertanian (km
2
)
Pada kepadatan Penduduk Fisiologis dan Agraris yang
dijadikan penyebut yaitu bagian dari daratan yang berupa tanah
pertanian.
3. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk di suatu daerah di pengaruhi oleh
besarnya kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Penduduk
akan bertambah jumlahnya kalau ada yang lahir (B) dan ada yang
datang (I), dan akan berkurang jumlahnya kalau ada yang mati (D)
dan yang meninggalkan daerah tersebut (O), sehingga pada tahun
tertentu keadaan penduduk dapat di hitung dengan persamaan di
bawah ini :
50
Pt = Po + B - D + 1 – O
Persamaan di atas di sebut balancing, di mana didapatkan :
B - D = pertumbuhan penduduk alamiah ( natural increase)
I - O = migrasi netto
Di Indonesia peranan migrasi terhadap pertumbuhan
penduduk dapat di abaikan, sebab jumlah penduduk yang
berimigrasi dan beremigrasi sangat kecil, sehingga dengan
demikian hanya kematian dan kelahiran saja yang berperan penting
terhadap pertumbuhan penduduk di Indonesia.
Kecepatan perkembangan penduduk dapat dihambat dengan
cara menurunkan besarnya Rasio Fertilitas Total (Total Fertility
Rate = TFR), yaitu rata - rata jumlah anak yang dilahirkan oleh
wanita selama masa subur (umur 15 - 49 tahun). Melalui program
Keluarga Berencana, Pemerintah Indonesia berusaha menurunkan
besarnya TFR sehingga pada suatu saat akan dicapai suatu keadaan
yang disebut Penduduk Tanpa Pertumbuhan (PTP).
a. Fertilitas Penduduk
Sebelumnya perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang arti dari
fertilitas (fertility) dan fekunditas (fecundity), yang dua -
duanya biasanya diterjemahkan dengan “kesuburan”.
Fertilitas yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
wanita atau kelompok wanita untuk menghasilkan kelahiran
hidup, sedangkan fekunditas yaitu kemampuan biologis
seseorang wanita atau kelompok wanita untuk menghasilkan
an
.jpeg)
.jpeg)






