Tampilkan postingan dengan label bioteknologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bioteknologi. Tampilkan semua postingan

bioteknologi

 




bioteknologi 

 

 

 

Meningkatnya kulitas hidup serta nilai-nilai budaya manusia itu 

sendiri akan menuntut peningkatan dari kulitas kebutuhannya, 

sedangkan pertambahan jumlah populasi manusia  akan meningkatkan  

kuantitas  kebutuhan  tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan manusia 

tersebut maka berkembanglah suatu kemajuan teknologi baru yang 

memberikan kesempatan kepada manusia untuk menjadi arsitek 

kehidupan yaitu Bioteknologi. Bioteknologi berasal dari kata “bio” 

dan “teknologi” yang dapat diartikan sebagai penggunaan organisme 

atau sistem hidup untuk memecahkan suatu masalah atau untuk 

menghasilkan produk yang berguna. 

Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini, Bioteknologi telah 

mengalami perkembangan sangat pesat. Di beberapa negara maju, 

Bioteknologi mendapatkan perhatian serius dan dikembangkan  

secara intensif dengan harapan dapat memberi solusi untuk 

mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi manusia pada saat 

ini maupun yang akan datang yang menyangkut kebutuhan pangan, 

obat-obatan, penelitian, yang pada gilirannya semuanya bertujuan 

untuk meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia.

1

 

Bioteknologi telah mengalami perkembangan yang menakjubkan 

dan semakin banyak dimanfaatkan dalam kehidupan kita. Kemajuan 

ini terutama ditunjang oleh perkembangan yang sangat pesat pada 

bidang ilmu biologi molekuler dan teknologi rekayasa genetika. 

Keunggulan bioteknologi dalam pertanian telah kita manfaatkan 

dalam kehidupan sehari- hari dari teknik perbanyakan bibit unggul 

dan tanaman bebas virus dengan  memiliki  teknik kultur 

jaringan, perakitan varietas tanaman hasil rekayasa genetika. 

Bioteknologi pada mikroorganisme, berhasil melipat gandakan 

kemampuan produksi  bakteri  penghasil zat  aktif  untuk  bahan  

baku  obat dengan teknik rekayasa genetika, begitu pula dengan 

                                                         

mikroba penghasil alkohol  dan  enzim  tertentu.  Selain  itu,  biologi  

molekuler  telah  kita manfaatkan  pula  dalam  peningkatan  kualitas  

kesehatan  dengan memanfaatkan teknik vaksin, serta diagnostik 

untuk penyakit-penyakit berbahaya maupun deteksi dini terhadap 

kontaminasi mikroba patogen.

2

 

Pada modul  ini akan dibahas mengenai materi bioteknologi 

sebagai bahan  pembelajaran untuk menngkatkan kemampuan dan 

pengetahuan mahasiswa belajar mandiri. Selain itu modul ini juga 

dapat menjadi rujukan mahasiswa dalam proses belajar. 

 

B. Tujuan Pembelajaran 

Adapun tujuan dari pembuatan modul ini adalah: 

1. Mahasiswa mampu mengetahui mengenai Bioteknologi 

2. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai cabang keilmuan 

Bioteknologi 

3. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai Bioteknologi 

Konvensional 

4. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai Bioteknologi 

Modern 

5. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai Struktur DNA 

6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemanfaatan 

aplikasi bioteknologi dari berbagai bidang 

7. Mahasiswa mampu menjelasakn pembuatan Kultur 

Tanaman 

 

 

 


BIOTEKNOLOGI 

  

Istilah bioteknologi untuk pertama kalinya dikemukakan oleh 

Karl Ereky seorang insinyur Hongaria  pada tahun 1917 untuk 

mendeskripsikan produksi babi dalam skala besar dengan 

memiliki  bit gula sebagai sumber pakannya. Beragam batasan 

dan pengertian dikemukakan oleh berbagai lembaga untuk 

menjelaskan tentang bioteknologi. Beberapa diantaranya akan diulas 

singkat sebagai berikut: 

1. Menurut Bull et al. (1982), bioteknologi  merupakan  

penerapan  asas-asas sains (ilmu pengetahuan alam) dan 

rekayasa (teknologi) untuk pengolahan suatu bahan dengan 

melibatkan  aktivitas  jasad  hidup  untuk  menghasilkan  

barang  atau jasa. 

2. Bioteknologi  merupakan  penerapan  prinsip-prinsip  ilmu 

pengetahuan dan kerekayasaan untuk penanganan dan 

pengolahan bahan dengan bantuan agen biologis untuk 

menghasilkan bahan atau jasa. 

3. Bioteknologi  adalah teknik pendayagunaan organisme   hidup 

atau bagian organisme untuk membuat atau memodifikasi 

suatu produk dan meningkatkan sifat tanaman atau hewan 

atau mengembangkan mikroorganisme untuk penggunaan 

khusus. 

4. Menurut Primrose (1987), Secara lebih sederhana   

bioteknologi merupakan eksploitasi komersial organisme 

hidup atau komponennya seperti enzim. 

5. Bioteknologi  berasal dari dua kata, yaitu 'bio' yang 

berarti makhuk  hidup dan 'teknologi' yang berarti cara 

untuk memproduksi  barang atau jasa.  

Berdasarkan terminologinya maka bioteknologi dapat diartikan 

sebagai berikut: 

1. “Bio” memiliki pengertian agen hayati yang meliputi: 

Organisme (bakteri), jamur (ragi atau kapang),  jaringan atau 

sel  (kultur sel tumbuhan  atau hewan) dan komponen sub-

selulernya (enzim). 

2. “Tekno” memiliki  pengertian  teknik  atau  rekayasa yaitu  

segala sesuatu yang berkaitan dengan rancang-bangun, 

Misalnya untuk rancang bangun suatu bioreaktor.  Cakupan 

teknik disini sangat luas antara lain teknik industri dan 

kimia. 

3. “Logi” memiliki pengertian  ilmu  pengetahuan alam (sains) 

yang mencakup biologi,  kimia,  fisika,  matematika. Ditinjau 

dari sudut pandang biologi, maka bioteknologi merupakan 

penerapan biologi molekuler, mikrobiologi, biokimia, dan 

genetika. 

 

B. Sejarah Bioteknologi 

Bioteknologi dalam artian pemanfaatan mikroorganisme untuk 

mengolah makanan  dan minuman  telah dikenal sejak jaman 

dahulu sebelum masehi. Orang mesir  kuno  telah  mengenal  

pemanfaatan mikroorgansime  untuk  membuat  bir, anggur,  vinegar, 

keju, yoghurt.  Bioteknologi  telah  mengalami perkembangan sesuai 

jamannya untuk memproduksi alkohol, penisilin, dan akhirnya 

antibodi monoklonal. 

Prospek ke depan, terdapat indikasi bahwa perkembangan 

penerapan bioteknologi   dalam segala  bidang  kehidupan  akan  

semakin  meningkat  dengan didukung oleh penemuan-penemuan 

baru dan penerapan metode-metode baru. Kemajuan  yang sangat 

menggembirakan   dalam  bioteknologi   adalah  penerapan rekayasa 

genetika dengan menyisipkan gen-gen tertentu yang dikehendaki 

kedalamsel yang telah dikultur dengan tujuan untuk memproduksi 

insulin dan/atau beberapa hormon pertumbuhan dalam skala besar. 

Demikian pula penggunaan antibodi monoclonal sangat  meluas  

baik  untuk  penelitian   maupun  uji  klinis  termasuk diagnosis dan 

bahkan upaya mencapai target spesifik untuk pengobatan. 

Perencanaan  strategis  dalam  Bioteknologi:  kompetensi  

menguasai bioteknologi  dapat  tercapai  manakala  pembinaan  

sumber  daya  manusia diorientasikan  pada kompetensi meneliti dan 

menerapkan  metode-metode  mutakhir bioteknologi. Kemampuan 

menguasai dan mengaplikasikan metode-metode mutakhir 

bioteknologi seperti: kultur jaringan, rekayasa genetik, hibridoma, 

kloning, dan  polymerase chains reaction (PCR) secara prospektif 

akan mampu menghasilkan produk-produk penemuan baru. 

Bull, et al., (1982) menyatakan bahwa: Istilah bioteknologi 

mempunyai pengertian sebagai penerapan  teknik-teknik  biologi,  

biokimia dan rekayasa dalam pengolahan bahan dengan   

memanfaatkan   agensia   jasad   hidup   dankomponan- komponen 

untuk menghasilkan barang dan jasa. 

Aplikasi bioteknologi sesungguhnya telah berlangsung cukup 

lama, dalam peradapan manusia seperti upaya produksi antibiotik, 

fermentasi, alkohol, pangan dan teknologi pengolahan limbah  yang 

semuanya dapat dikelompokan ke dalam biteknologi konvensional. 

Tetapi  mengapa nampaknya biteknologi baru saja berkembang pada 

kurun abad ke dua puluh ini? Karena secara implisit yang dimaksud 

bioteknologi  adalah  biteknologi  modern,  yang  intinya  adalah  

rekayasa  genetik, dengan teknik gen kloning yang berkembang 

berdasar penemuan struktur  dan fungsi  DNA oleh Watson dan 

Creck. 

Dalam perkembangannya bioteknologi telah mencapai tingkat 

rekayasa yang  lebih terarah  sehingga  hasilnya  dapat  dikendalikan.  

Dengan  teknik  yang  dikenal sebagai  teknik  DNA  rekombinan,  

atau  secara  popular  dikenal  sebagai  rekayasa genetika.  Para 

ilmuan  dapat  menyambung  molekul-molekul  DNA  yang  berbeda 

menjadi suatu molekul DNA rekombinan yang inti prosesnya adalah 

“kloning gena”.


C. Cabang Keilmuan Bioteknologi 

Para  ahli  menerjemahkan fenomena-fenomena alam  dengan  

berbagai metode ilmiah dan dirangkum menjadi suatu ilmu. Ilmu 

selanjutnya dikembangkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-

hari dengan bentuk teknologi.  Beberapa  ilmu  dan  teknologi  yang  

mendukung  bioteknologi adalah sebagai berikut. 

1. Mikrobiologi 

Mikrobiologi merupakan cabang biologi yang mempelajari 

tentang mikroba  atau  jasad  renik.  Pengetahuan  tentang  sifat-sifat  

dan  struktur mikroba mendukung kemajuan bioteknologi. Misalnya, 

mikroba berupa bakteri dapat  tumbuh pada  kisaran suhu  tertentu.  

Pengetahuan mengenai bakteri ini  dapat digunakan untuk membuat 

yoghurt, yang  memiliki  bakteri  Lactobacillus bulgaricus pada 

kisaran suhu tertentu. 

2. Biologi Sel 

Biologi sel merupakan cabang biologi yang mempelajari 

tentang sifat-sifat dan struktur sel. Pengetahuan mengenai sifat 

protoplasma suatu sel yang dapat berfusi atau bergabung dengan 

protoplasma sel lain pada spesies yang sama maupun berbeda, 

bermanfaat bagi aplikasi fusi sel untuk meningkatkan keragaman 

hayati. Fusi sel tersebut dapat dilakukan pada sel tanaman kedelai 

dengan jagung serta sel tanaman kedelai dengan kacang kapri. 

Contoh lainnya, pengetahuan mengenai sifat totipotensi pada 

sel-sel tanaman bermanfaat untuk kultur jaringan. Totipotensi 

merupakan kemampuan sel-sel tanaman untuk berdiferensiasi dan 

tumbuh menjadi berbagai organ dan membentuk tanaman yang baru. 

3. Genetika 

Genetika merupakan cabang biologi yang mempelajari 

pewarisan sifat-sifat genetik makhluk hidup dari suatu generasi ke 

generasi berikutnya. Pemahaman mengenai bentuk dan karakteristik 

materi pewaris sifat, yaitu DNA (gen) akan membantu percepatan 

kemajuan bioteknologi. Tanaman transgenik tomat yang tahan 

disimpan lama, insulin manusia yang disintesis dari bakteri 

Escherichia coli dan lainnya merupakan penerapan ilmu genetika 

dalam bioteknologi. 

4. Biokimia 

Biokimia merupakan cabang  ilmu  kimia  yang  mempelajari  

makhluk hidup dari aspek kimianya. Biokimia menganggap hidup 

adalah kimia, gejala hidup adalah gejala kimia dan proses-proses 

hidup diselenggarakan atas dasar reaksi dan peristiwa kimia. Dengan 

biokimia maka ahli bioteknologi memperlakukan makhluk hidup 

sebagai bahan kimia yang dapat dipadukan dan direkayasa. 

5. Imunologi 

Imunologi  mempelajari semua  aspek  sistem  imun  

(kekebalan tubuh) dalam merespons atau melawan mikroorganisme 

atau unsur asing penyebab penyakit (seperti virus, bakteri, dan racun 

dari bakteri), termasuk struktur dan fungsi sistem imun, kegagalan 

pada sistem imun, imunisasi, dan transplantasi organ tubuh. 

Semenjak Edward Jenner memperkenalkan vaksin dalam 

mencegah penyakit   cacar   di   tahun   1796,   pemahaman   kita   

tentang   imunologi berkembang pesat, antara lain tentang peranan 

mikroba dalam menimbulkan penyakit, interaksi sel pembentuk 

antibodi dan antigen, serta implikasi dari sistem  imun  mulai  

disadari.  Antigen,  seperti  bakteri  berikut  racunnya, memicu 

pembentukan  antibodi  dalam  darah  setelah adanya serangan 

penyakit  infeksi. Riset terhadap AIDS sangat intensif dilakukan 

untuk mengetahui mekanisme defisiensi sistem imun, serta penyakit-

penyakit yang timbul karena autoimun, seperti rheumatoid, arthritis, 

lupus  erythematosis, yang terjadi karena reaksi pertahanan tubuh 

yang berlebihan terhadap komponen miliknya sendiri. 

6. Teknologi Bioinformatika dan Biologi Komputasi 

Teknologi bioinformatika mengembangkan algoritma, teknik 

komputasi dan statistika untuk mengelola dan menganalisis data 

biologi dalam menghasilkan sebuah informasi, sedangkan biologi 

komputasi melakukan simulasi  data  biologi  berdasarkan asumsi-

asumsi dalam mengembangkan pengetahuan biologi untuk 

menghasilkan  sebuah hipotesis. 

7. Teknologi Antibodi Monoklonal 

Teknologi antibodi monoklonal memiliki  sel-sel sistem 

imunitas yang membuat protein yang disebut antibodi. Sistem 

kekebalan kita tersusun dari sejumlah tipe sel yang bekerja sama 

untuk melokalisir dan menghancurkan substansi yang dapat 

memasuki tubuh kita.  Tiap tipe sel mempunyai tugas  khusus.  

Beberapa dari  sel  tersebut dapat  membedakan komponen dari sel 

tubuh sendiri (self) dan sel-sel asing (nonself). Salah satu dari sel-sel 

yang cerdik ini adalah sel limfosit B yang mampu menanggapi 

masuknya substansi asing dengan cara menghasilkan antibodi. 

Antibodi akhirnya akan mengikat substansi asing dengan keakuratan 

yang luar biasa. 

8. Teknologi Sel dan Kultur Jaringan 

Teknologi sel dan kultur jaringan adalah teknologi yang 

memungkinkan  kita menumbuhkan sel atau jaringan dalam nutrien 

yang  sesuai di laboratorium.

4

 

 

D. Jenis Jenis Bioteknologi 

1. Bioteknologi konvensional 

Bioteknologi konvensional sangat terbatas pada peran 

mikroorganisme dengan teknik fermentasi dalam skala kecil dan 

pembuatannya masih memiliki  teknik sederhana. Prinsip dasar 

bioteknologi konvensional adalah memanfaatkan mikroorganisme 

utuh secara langsung tanpa proses rekayasa sehingga pemanfaatannya 

masih sangat terbatas. Bioeknologi konvensional yang sering kita 

dengar di kehidupan sehari hari adalah teknik fermentasi seperti 

pembuatan tempe, tape dan yogurt. 

2. Bioteknologi modern 

Bioteknologi modern kita kenal dengan melibatkan rekayasa 

genetika sehingga menghasilkan DNA rekombinan dan organisme 

transgenik yang dapat di manfaatkan untuk menghasilkan produk 

                                                         

4

 Tajuddin, Teuku, (2011). Pengantar bioteknologi. Universitas terbuka. 

Jurnal bioteknologi. 

 

yang di inginkan. Pada prinsipnya, bioteknologi modern merupakan 

pemanfaatan bagian dari mikroorganime dengan melibatkan 

teknologi modern. 

Metode-metode mutakhir bioteknologi (current methods of 

biotecnology) seperti: 

1. Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk 

memperbanyak  jaringan/sel yang berasal atau yang didapat 

dari jaringan orisinal tumbuhan atau hewan setelah terlebih 

dahulu mengalami pemisahan (disagregasi) secara mekanis, 

atau kimiawi (enzimatis) secara in vitro (dalam tabung kaca). 

2. Teknologi DNA rekombinan  (recombinan DNA  technology)  

adalah suatu  metode  untuk  merekayasa  genetik  dengan  

cara  menyisipkan  (insert)  gena yang dikehendaki ke dalam 

suatu organisme. Transgenik adalah suatu metode untuk  

Rekayasa protein (protein engineering). 

3. Hibridoma  adalah  suatu  metode  untuk  menggabungkan   

dua  macam sel eukariot dengan tujuan mendapatkan  sel 

hibrid yang memiliki kemampuan kedua sel induknya. 

4. Kloning    adalah    suatu    metode    untuk    menghasilkan  

keturunan  yang dikehendaki sama persis dengan induknya. 

5. Polymerase  chains reaction (PCR) merupakan  metode 

yang sangat sensitif   untuk  mendeteksi  dan  menganalisis  

sekuen  asam  nukleat.

5

 

 

E. Bioteknologi Konvensional 

1. Teknik Fermentasi 

Fermentasi adalahh suatu proses perubahan enzimatik secara 

anaerob yang berasal dari  senyawa organik  kompleks menjadi 

produk organik yang lebih sederhana. Proses fermentasi memiliki  

mikroorganisme yang bersifat tidak patogen sehingga aman begi 

                                                         

5

 Nurcahyo, Heru, (2011). Diktat Bioteknologi. Universitas Negeri 

Yogyakarta. Yogyakarta. 

 

10 

kesehatan tubuh. Proses ini dapat menghasilkan alkohol, asam dan 

gas. Salah satu tujuan utama fermentasi adalah untuk mengawetkan 

makanan. Adanya perubhan  karbohidrat menjadi asam organik dapat 

membuat makanan menjadi tahan lama. 

Keberhasialn proses fermentasi sangat bergantung pada kondisi 

lingkungan. Hal in terjadi karena mikroorganisme yang digunakan 

membutuhkan kesesuaian lingkungan agar dapat tumbuh dengan baik. 

Ketidak sesuiain kondisi lingkungan saat proses inkubasi dapat 

menyebbakan fermentasi tidak berjalan atau prosuk yang di hasilkan 

bersifat toksik. 

Dengan demikian proses fermentasi merupakan proses perubahan 

senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan 

menggunakn mikroorganisme. Karena manfaatnya yang cukup banyak 

maka proses ini biasa digunakan oleh manusia sebagai bioteknologi 

konvensioanal untuk meningkatkan potensi sumber makanan. 

Sebagai suatu proses fermentasi memerlukan: 

1. Mikroba sebagai inokulum (starter). 

2. Tempat (wadah) untuk menjamin proses fermentasi 

berlangsung dengan optimal. 

3. Substrat sebagai tempat tumbuh (medium) dan sumber 

nutrisi bagi mikroba. 

4. Produk sebagai sesuatu yang dihasilkan dari proses 

fermentasi. 

Bioteknologi  fermentasi  menyangkut  hal-hal  yang  berkaitan  

dengan  proses fermentasi yang meliputi: 

1. Sifat Fermentasi 

2. Prinsip Kultivasi Mikroba dalam Sistem Cair 

3. Desain Bioreaktor (fermenter) 

4. Desain Media 

5. Instrumentasi dan Pengendalian Proses dalam Bioreaktor 

6. Tenik Pengukuran 

7. Pemindahan Massa dan Energi 

11 

8. Peningkatan Skala 

9. Fermentasi pada subtrat 

 

2. Prinsip-prinsip Fermentasi 

Hal-hal yang perlu diperhatikan agar fermentasi dapat  berjalan 

dengan optimal maka harus memperhatikan faktor-faktor berikut ini: 

1. Aseptis artinya terbebas dari kontaminan 

2. Volume kultur relatif konstan (tidak bocor atau menguap) 

3. Kadar oksigen terlarut harus memenuhi standar 

4. Kondisi lingkungan seperti suhu, pH harus terkontrol 

5. Komposisi medium pertumbuhan harus mencukupi 

kebutuhan mikroba 

6. Penyiapan inokulum harus murni 

 

3. Sifat fermentasi  

Sifat sifat fermentasi antara lain: 

1. Fermentasi aerob 

Memerlukan oksigen untuk mengubah subtrat gula menjadi 

asam piruvat dan karbondioksida (CO2). 

2. Fermentasi anaerob 

Tidak memerlukan oksigen jadi gula akan di ubah menjadi 

asam piruvat kemudian asetal dehida dan akhirnya menjadi 

alkohol, etanol atau metanol dan asam laktat. 

 

4. Prinsip kultivasi mikroba dalam sistem cair 

Mikroba  berada  dalam  cairan  yang  mengandung  nutrien  

sebagai  substrat untuk tumbuh dan berkembang  bercampur  dengan 

produk-produk  yang dihasilkan termasuk limbah. Nutrien dan 

oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal mikroba harus 

tercampur merata (homogen) pada semua bagian fermenter. 

12 

Sistem Fermenter Terbuka dan Tertutup 

1. Tertutup, Semua nutrien ditambahkan pada awal fermentasi 

dan pada akhir fermenetasi dikeluarkan bersama produknya. 

Sebagai contoh: pembuatan bir (brewing), antibiotik, dan 

enzim. 

2. Terbuka (kontinu), Jika seluruh komponen system seperti 

mikrorganisme dan nutrien secara terus menerus terjadi 

pemasukan medium kultur dan pengeluaran biomas bersama 

produk-produk fermentasi lainnya. Sebagai contoh: SCP 

(petrokimia). 

 

Tipe fermenter 

        Desain fermenter mulai dari yang sederhana (tangki dengan 

putaran) sampai yang  integrated   system  dengan  komputer.   

Fermenter   berdasarkan   system  tipe opreasinya dapat dibedakan 

menjadi 2 jenis yaitu: 

1. Septis untuk pembuatan pengembang roti, bir (brewing). 

2. Aseptis untuk memproduksi fine porduct seperti: antibiotik, 

asam amino, polisakarida dan single cell protein (SCP). 

 

Skala fermenter 

       Fermenter berdasarkan skala produksinya dapat dibedakan 

menjadi 2 jenis yaitu: 

1. Skala kecil (small scale) untuk industri rumah tangga (home 

industry). 

2. Skala besar (large scale) untuk industri skala besar 

(petrokimia industry). 

 

5. Desain Bioreaktor  

Istilah fermenter (bioreaktor) digunakan untuk tempat 

berlangsungnya proses fermentasi.  Pada prinsipnya  fermenter  harus 

menjamin  pertumbuhan  mikroba  dan produk dari mikroba  di 

13 

   

   

   

  

dalam fermenter.  Semua  bagian  di dalam fermenter  pada kondisi 

yang sama dan semua nutrien termasuk oksigen harus tersedia merata 

pada setiap bagian dalam fermenter dan produk limbah seperti; panas, 

CO2 dan metabolit harus dapat dikeluarkan (remove). Fermenter 

sebagai wadah harus dapat memberikan kondisi lingkungan fisik yang 

cocok bagi katalis sehingga dapat berinteraksi secara optimal dengan 

substrat. Oleh karena itu, wadah perlu didesain sedemikian rupa 

sehingga proses dalam wadah dapat dimonitor dan dikontrol. 

Bioreaktor adalah suatu tangki yang di dalamnya terjadi 

proses kimia yang melibatkan mikroorganisme atau zat-zat biokimia 

yang dihasilkan oleh mikroorganisme. 

Proses aktivitas organisme dalam bioreaktor sangat dipengaruhi oleh 

kondisi- kondisi: pH, suhu dan lain-lain, oleh karena itu pada 

bioreaktor dilengkapi oleh Kontrol Aliran Gas (seperti O2, N2, 

CO2), suhu, pH, Kadar oksigen terlarut, kecepatan putar pengaduk. 

        Untuk mencegah terjadinya kontaminasi produksi dari 

lingkungan luarnya bioreaktor dan semua pipa pendukung harus 

disterilkan (biasanya dengan uap yang bertekanan tinggi). Sterilisasi 

berarti hilangnya barbagai macam bentuk organisme yang dapat 

tumbuh baik organisme yang menguntungkan maupun yang 

merugikan dan organisme yang dapat merusak maupun mematikan 

kultur murni yang dilakukan. Organisme ini dapat berbentuk seperti 

bakteri, virus, fungi, spora dan mikroorganisme yang lainnya. 

Untuk mencegah masuknya kontaminan melalui udara ke dalam 

sistem, udara  yang masuk harus terlebih dahulu dilewatkan  melalui 

glass wool yang steril. 

 

 


       Pada skala laboratorium atau industri skala kecil (small 

scale), pemerataan medium dalam fermenter dapat dilakukan cukup 

dengan mengocok atau memakai shaker. Pada skala besar (large 

scale) dengan volume 2.000 liter, maka perlu desain fermenter 

khusus yang menjamin medium dapat tercampur homogen. Masalah 

utama fermenter untuk produksi skala besar adalah pemerataan 

medium kultur dalam fermenter. Harus homogen artinya medium 

kultur harus tercampur merata.Untuk mendapatkan sistem fermentasi 

yang optimum, maka fermenter harus memenuhi syarat sebagai 

berikut: 

1. Terbebas dari kontaminan 

2. Volume kultur relatif konstan (tidak bocor atau menguap) 

3. Kadar oksigen terlarut harus memenuhi standar 

4. Kondisi  lingkungan  seperti:  suhu,  pH  harus  terkontrol.  

Stirred  tank  reactor system model yang banyak dipakai. 

 

       Masalah utama fermenter untuk produksi skala besar adalah 

pemerataan medium kultur dalam fermenter. Harus homogen artinya 

medium kultur harus tercampur merata. Oleh karena itu, wadah perlu 

didesain sedemikian rupa sehingga proses dalam wadah dapat 

dimonitor dan dikontrol. Fermenter memberikan kondisi lingkungan 

fisik yang cocok bagi katalis sehingga dapat berinteraksi secara 

optimal dengan substrat. Desain fermenter mulai dari yang sederhana 

(tangki dengan putaran) sampai yang integrated system dengan 

komputer. 

6. Desain Media 

Medium sebagai tempat tumbuh dan berkembang harus 

menjamin ketersediaan dan kebutuhan mikroba untuk hidup dan 

tumbuh berkembang. Medium biasa disebut substrat. Medium harus 

mengandung nutrien dan oksigen yang dibutuhkan mikroba. Mikroba 

berada dalam medium yang mengandung nutrien sebagai substrat 

untuk tumbuh   dan   berkembang   bercampur   dengan   produk-

produk   yang   dihasilkan termasuk limbah.  

 

15 

7. Inokulum 

Inokulum adalah agen hayati meliputi organisme dan 

komponen sub selulernya. Mikroba memiliki sifat khas sehingga 

dapat digunakan sebagai agen untuk memproduksi bahan-bahan 

kimia yang diperlukan oleh manusia. Mikroba memiliki kemampuan 

mensintesis berbagai senyawa di alam dan juga dapat menghasilkan   

berbagai   jenis   enzim   yang   dapat   dimanfaatkan   dalam   industri 

pengolahan makanan, bahan kimia, dan bahan farmasi. Enzim yang 

dihasilkan merupakan  katalisator  yang mendorong  terjadinya 

proses sintesis dan perombakan bahan baku. 

 

Jenis Inokulum Subtrat Produk 

Jamur Rhizopus 

oligoporus 

Kedele 

Ampas 

kacang 

Kedele 

Ampas 

kacang 

Khamir Saccharomyces 

cerevisiae 

Bahan roti, 

tetes tebu 

Roti 

Saccharomyces 

cerevisiae 

Bahan dasar 

karbohidrat: 

beras, 

ketan, 

ketela 

Tape 

Saccharomyces 

cerevisiae 

Air anggur, 

bir, brem 

Anggur, 

Bir, 

Brem 

Bakteri Acetobacter 

xylinum 

Air Kelapa Nata de 

coco 

Streptococcus 

thermophillus 

Lactobacillus 

bulgaricus 

Air Susu Yogurt  

     

16 

8. Produk-produk Aplikasi Industri Bioteknologi Fermentasi 

Dalam dimensi baru teknologi fermentasi mikroba berperan 

untuk menghasilkan: 

1.    Bir  

Sari buah atau gula diiberi Saccharomyces cerevisiae 

kemudian diinkubasikan akan didapatkan minuman 

beralkohol. 

2. Yoghurt  

Diproduksi dengan cara memfermentasi air susu dengan 

bakteri bukan khamir. Biasanya memiliki  campuran 

Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus  thermophillus. 

Pada  pembuatan  yoghurt  air  susu  dipasteurisasi pada 

suhu 73

o

C selama 15 detik. Kemudian ditambahkan kultur 

starter bakteri. Fermentasi pada suhu 40

o

C selama 2,5-3,5 

jam sampai susu menggumpal, dan asam laktat dihasilkan. 

Bakteri mengubah gula susu (laktosa) pada kondisi 

anaerobic.  Lactose  diubah  menjadi  asam  laktat  yang  

bersifat  menggumpalkan casein (protein susu). Dihasilkan 

krem yoghurt tebal dengan rasa sedikit asam. Yoghurt 

sebaiknya disimpan pada suhu 4

o

C untuk mengurangi 

aktivitas mikroba. 

3. Keju  

Berbagai jenis bakteri dapat digunakan untuk 

memfermentasi susu menjadi keju tergantung jenis keju 

yang dihasilkan. Biasanya digunakan spesies Streptococcus  

thermophillus  dan Lactobacillus  bulgaricus.  Enzim  yang 

diperlukan untuk menghasilkan keju adalah rennet yang 

mengandung chymosin yang bersifat menggumpalkan 

casein. 

4. VCO 

Santan kelapa bagian kanil (lapisan atas) diberikan 

inokulum dieramkan beberapa hari kemudian didapatan 

17 

minyak kelapa murni (VCO) yang memiliki khasiat sebagai 

obat. 

5. Nata  de coco  (air kelapa),  Nata de pina (nanas),  nata de 

soya (limbah  tahu) . Acetobater xylinum ditumbuhkan pada 

substrat gual yang diberi air kelapa dieramkan  beberapa  hari  

didapatkan  nata  de  coco.

6

 

 

F. Bioteknologi Modern 

1. Teknologi DNA Rekombinan 

    Teknologi DNA Rekombinan telah memberikan banyak 

manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan maupun bagi 

kehidupam manusia sehari- hari. Beberapa jenis obat-obatan, vaksin, 

bahan pangan, bahan pakaian dan lainnya telah diproduksi dengan 

memanfaatkan teknologi DNA Rekombinan. 

   Dalam kehidupan kita sehari-hari, secara langsung maupun tidak 

langsung, sebagian dari kita pernah berhubungan dengan hasil 

penggunaan teknologi DNA Rekombinan. Contoh: insulin telah 

digunakan untuk mengobati penyakit diabetes. Penyakit diabetes pada 

manusia diobati dengan insulin manusia. Contoh lainnya adalah kapas 

transgenik. Kapas transgenik pernah ramai dibicarakan di media masa 

kita pada awal abad 21 ini. Salah satu kapas transgenik adalah kapas-

bt. Tanaman kapas-bt telah mengandung gen penyandi toksin yang 

berasal dari bakteri Bacillus turingiensis (Bt). Toksin tersebut dapat 

membunuh hama kapas sehingga kapas-bt tersebut tahan terhadap 

serangan hama. Tanaman kapas ini tahan terhadap serangan hama 

(ulat) karena tanaman ini menghasilkan toksin yang dapat membunuh 

hamanya (ulat). Toksin tersebut disandikan oleh gen yang berasal dari 

bakteri Bacillus turingiensis 

   Genom tanaman kapas ini mengandung gen yang berasal dari 

bakteri Bacillus turingiensis. Oleh karena itu, tanaman kapas ini 

seringkali disebut sebagai kapas-Bt (Bt =Bacillus turingiensis). Kapas-

                                                         

6

 Dosen Pendidikan Biologi, (2015). Materi penataran Guru guru 

MGMP Bidang Biologi. FMIPA Universutas Negeri Yogyakarta. 

 

18 

bt merupakan salah satu contoh organisme transgenik. Organisme 

transgenik adalah organisme yang mengandung gen yang berasal dari 

jenis organisme lainnya. Oleh karena tanaman kapas ini mengandung 

gen yang asalnya dari organisme lainnya, maka kapas ini secara 

umum disebut tanaman kapas transgenik. 

Bakteri penghasil insulin dan tanaman kapas-bt tersebut merupakan 

sebagian dari hasil rekayasa yang dilakukan manusia terhadap 

makhluk hidup dengan memiliki  teknologi DNA rekombinan. 

          Teknik DNA rekombinan adalah rekayasa genetika untuk 

menghasilkan sifat baru dengan cara merekombinasikan gen tertentu 

dengan DNA genom. Teknik DNA rekombinan merupakan kumpulan 

bertujuan untuk merekombinasi gen dalam tabung reaksi. Teknik 

DNA rekombinan meliputi isolasi DNA, teknik memotong DNA, 

teknik menggabung DNA dan teknik untuk memasukan DNA ke 

dalam sel hidup. Teknologi DNA rekombinan atau sering disebut juga 

rekayasa genetika ini adalah suatu ilmu yang mempelajari 

pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara 

penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga 

memungkinkannya terjadinya integrasi dan mengalami perbanyakan 

dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang. 

Manfaat rekayasa genetika ini diantaranya adalah dimungkinkannya 

melakukan isolasi dan mempelajari fungsi masing-masing gen dan 

mekanisme kontrolnya. Selain itu, rekayasa genetika juga 

memungkinkan diperolehnya suatu produk dengan sifat tertentu dalam 

waktu lebih cepat dan jumlah lebih besar daripada produksi secara 

konvensional. Sejak jaman dahulu, nenek moyang kita telah 

mengetahui adanya keanekaragaman makhluk hidup. 

 

1) Dasar Teknologi DNA Rekombinan 

Transfer DNA atau perpindahan DNA ke dalam bakteri dapat 

melalui tiga cara, yaitu konjugasi, transformasi, dan transduksi. DNA 

yang masuk ke dalam sel bakteri selanjutnya dapat berintegrasi 

dengan DNA atau kromosom bakteri sehingga terbentuk kromosom 

rekombinan. Konjugasi merupakan perpindahan DNA dari satu sel 

(sel donor) ke dalam sel bakteri lainnya (sel resepien) melalui kontak 

19 

fisik antara kedua sel. Sel donor memasukkan sebagian DNA-nya ke 

dalam sel resepien. 

a. Konjugasi  

Merupakan perpindahan DNA dari satu sel (sel donor) ke dalam 

sel bakteri lainnya (sel resipien) melalui kontak fisik antara kedua sel. 

Sel donor (sel jantan) memasukkan sebagian DNA-nya ke dalam sel 

resipien (sel betina). Transfer DNA ini melalui pili seks yang dimiliki 

oleh sel jantan. Sel betina tidak memiliki pili seks. DNA dari sel 

jantan berpindah ke dalam sel betina secara replikatif. Oleh karena itu, 

setelah proses konjugasi selesai, sel jantan tidak kehilangan DNA. 

Setelah konjugasi selesai kedua sel berpisah kembali dan jumlah sel 

tidak bertambah (setelah konjugasi tidak dihasilkan anak sel). Oleh 

karena itu, proses konjugasi ini disebut juga sebagai proses atau 

mekanisme seksual yang tidak reproduktif. 

b. Transformasi  

  Merupakan pengambilan DNA oleh bakteri dari lingkungan di 

sekelilingnya. DNA yang berada di sekitar bakteri (DNA asing) dapat 

berupa potongan DNA atau fragmen DNA yang berasal dari sel 

bakteri lainnya atau dari organisme lainnya. Masuknya DNA dari 

lingkungan ke dalam sel bakteri ini dapat terjadi secara alami. 

Fenomena transformasi ini telah diamati oleh Griffith (1928) dan 

kelompok Avery (1944). Griffith (1928) telah menemukan bahwa 

strain bakteri yang tidak virulen (strain yang penampilan koloninya 

kasar) dapat berubah sifatnya menjadi strain yang virulen (penampilan 

koloninya halus). Perubahan sifat ini disebabkan karena strain yang 

tidak virulen (strain kasar) dicampur dengan sel-sel bakteri strain 

virulen (strain halus) yang telah dimatikan. 

c. Transduksi 

  Cara pemindahan DNA dari satu sel ke dalam sel lainnya melalui 

perantaraan bakteriofage. Beberapa jenis virus berkembang biak di 

dalam  sel bakteri. Virus-virus yang inangnya adalah bakteri sering 

disebut bakteriofag atau fage. Ketika virus menginfeksi bakteri, fage 

memasukkan DNA-nya ke dalam sel bakteri. DNA tersebut kemudian 

akan bereplikasi di dalam sel bakteri atau berintegrasi dengan 

kromosom baketri. DNA fage yang dikemas ketika membentuk 

20 

partikel fage baru akan membawa sebagian DNA bakteri yang 

menjadi inangnya. Selanjutnya jika fage tersebut menginfeksi bakteri 

yang lain, maka fage akan memasukkan DNAnya yang sebagian 

mengandung DNA sel inang sebelumnya. Jadi, secara alami fage 

memindahkan DNA dari satu sle bakteri ke bakteri yang lain. 

 

 

 

Gambar 2.2 Proses transduksi pada sel bakteri 

 

2) Perangkat teknologi DNA rekombinan 

Adapun perangkat yang digunakan dalam teknik DNA rekombinan 

diantaranya 

a. Enzim restriksi  

  Digunakan untuk memotong DNA. Pada tahun 1960, Werner 

Arber & Hamilton Smith menemukan enzim dari mikroba yang dapat 

memotong DNA utas ganda. Enzim tersebut sekarang dikenal dengan 

nama enzim restriksi atau endonuklease restriksi. Enzim tersebut 

mengenal dan memotong DNA pada sekuens spesifik yang 

panjangnya 4 sampai dengan 6 pasang basa. Enzim tersebut sekarang 

dikenal dengan nama enzim restriksi atau enzim endonuklease 

restriksi. Secara alami, bakteri menghasilkan enzim restriksi untuk 

menghancurkan DNA fage yang menginfeksinya (yang masuk ke 

dalam sel bakteri). Sampai saat ini sudah banyak jenis enzim restriksi 

yang telah ditemukan dan diisolasi dari berbagai spesies bakteri. 

Nama setiap enzim restriksi diawali dengan tiga huruf yang 

menyatakan nama bakteri yang menghasilkan enzim tersebut. Setiap 

enzim restriksi mengenal sekuens dan situs pemotongan yang khas. 

21 

Enzim restriksi memotong DNA bukan pada sembarang tempat, tetapi 

memotong DNA pada bagian tertentu. Bagian pada DNA yang dikenai 

aksi pemotongan oleh enzim restriksi ini dinamakan sekuens 

pengenal.  

b. Enzim DNA ligase  

  Digunakan untuk menyambung DNA. Pada tahun 1972, David 

Jackson, Robert Simon, dan Paul Berg melaporkan bahwa mereka 

berhasil membuat molekul DNA rekombinan. Mereka berhasil 

menggabungkan fragmen-fragmen DNA dengan cara memasangkan 

(anneal) ujung sticky ends dari satu fragmen dengan ujung sticky ends 

fragmen lainnya, kemudian menyambungkan kedua ujung fragmen-

fragmen tersebut secara kovalen dengan memiliki  enzim DNA 

ligase. Keberhasilan membuat DNA rekombinan ini terjadi tidak lama 

setelah enzim restriksi ditemukan dan diisolasi pertama kali dari E.coli 

oleh Herbert Boyer yaitu pada tahun 1969 . 

c. Plasmid  

 Digunakan sebagai vektor untuk mengklonkan gen atau 

mengklonkan fragmen DNA atau mengubah sifat bakteri. Pada 

umumnya bakteri mempunyai satu kromosom. Kromosom bakteri 

berupa DNA sirkular atau DNA yang berbentuk lingkaran. Disamping 

memiliki satu kromosom, berbagai jenis bakteri juga memiliki DNA 

sirkular lainnya yang ukurannya jauh lebih kecil dari pada DNA 

kromosomnya. DNA sirkuler selain kromosom yang terdapat pada 

bakteri dinamakan plasmid. Jadi, plasmid merupakan DNA bakteri 

yang terpisah dari kromosom bakteri. Plasmid dapat bereplikasi 

sendiri. Plasmid juga mengandung berbagai gen. Jenis, jumlah jenis, 

dan jumlah tiap jenis (copy) plasmid bervariasi antar sel. Bahkan antar 

sel dalam satu spesies bakteri. 

d. Transposon  

  Digunakan sebagai alat untuk melakukan mutagenesis dan untuk 

menyisipkan penanda. Keberhasilan para ahli dalam melakukan 

rekayasa genetika terhadap berbagai organisme tidak lepas dari 

peranan transposon. Transposon atau elemen loncat mula-mula 

ditemukan oleh Barbara McClintock. Untuk sampai pada penemuan 

tentang adanya transposon, Barbara McClintock mempelajari 

22 

penyebab terjadinya variasi warna biji jagung. Seperti yang pernah 

anda pelajari sebelumnya bahwa biji jagung terbentuk sebagai hasil 

dari pembuahan ganda (dua pembuahan). Satu pembuahan 

menghasilkan zigot yang kemudian berkembang menjadi embrio yang 

tersimpan dalam biji jagung. Satu pembuahan lainnya menghasilkan 

endosperma. Endosperma inilah yang kita lihat penampilannya (yang 

nampak sebagai biji jagung). Endosperma ini merupakan bagian 

terbesar dari biji dan merupakan bagian penyimpan makanan. 

Endosperma inilah yang kita gunakan kandungan karbohidratnya 

untuk makanan kita maupun makanan ternak. 

 Jadi, transposon adalah DNA yang dengan sendirinya dapat 

berpindah-pindah tempat atau berpindah posisinya. Transposon dapat 

berpindah-pindah tempatnya pada satu molekul DNA atau pada satu 

krosom. Transposon juga dapat pindah dari satu molekul DNA ke 

molekul DNA lainnya atau pindah dari satu kromosom ke kromosom 

lainnya. Karena memiliki kemampuan untuk berpindah tempat dengan 

sendirinya maka sering kali transposon disebut juga dengan nama 

elemen loncat. 

e. Enzim traskripsi balik 

  Digunakan untuk membuat DNA berdasarkan RNA. Tidak lama 

setelah penemuan enzim restriksi, Howard Temin dan David 

Baltimore secara terpisah pada tahun 1970 menemukan enzim 

transkripsi-balik (reverse-transcriptase) yang digunakan oleh 

retrovirus untuk membuat copy DNA berdasarkan RNA-nya. Enzim 

transkripsi-balik ini kemudian digunakan untuk mengkonstruksi copy 

DNA yang disebut cDNA (complementary DNA) dengan 

memiliki  RNA sebagai cetakannya. Dengan demikian gen atau 

bagian dari gen dapat disintesis berdasarkan mRNA. Proses sintesis 

DNA dengan cara ini merupakan kebalikan dari pada proses 

transkripsi. Oleh karena itu dinamakan transkripsi balik. 

Tahapan utama dalam pembuatan DNA memiliki  transkriptase 

balik ini adalah sebagai berikut: 

1. DNA gen eukariot terdiri atas intron dan exon, pada wakttu 

transkripsi semua bagian tersebut diterjemahkan oleh enzim 

transkriptase menjadi RNA. 

23 

2. Enzim transkriptasi balik mensisntesis DNA dengan 

memiliki  mRNA tersebut sebagai cetakannya. Hasilnya 

berupa DNA utas tunggal. 

3. Pelacak DNA / RNA  

Digunakan untuk mendeteksi gen atau fragmen DNA yang 

diinginkan atau untuk mendeteksi klon yang benar. 

7

 

 

3. Hibridoma 

Teknologi  yang digunakan untuk menghasilkan antibodi 

monoklonal yang identik terhadap antigen spesifik dengan jumlah 

yang besar. Teknologi ini di temukan pada tahun 1975 oleh george 

kohler dan cesar milstein. Pembuatan antibodi di lakukan dengan cara 

menggabungkan sel limfosit-B dengan sel kanker. Hal ini dilakukan 

karena sel limfosit-B mampu menghasilkan antibodi namun memiliki 

waktu hidup yang terbatas dalam kultur. Keterbatasan ini dapat diatasi 

dengan cara penggabungan dengan sel kanker yang memliki sifat 

dapat membelah dengan cepat. Dengan penggabungan tersebut, maka 

sel limfosit-B dapat membelah dengan cepat sehingga dapat 

dihasilkan antibody yang identik dalam kultur sel. Sehingga sel 

hibridoma ini bersifat immortal. 

Dengan demikian, teknologi hibridoma merupakan suatu 

bioteknologi modern yang menggabungkan dua sel untuk 

menghasilkan antibodi spesifik dengan jumlah besar. 

 

4. Kultur Jaringan 

  Kultur jarinagn merupakan teknik perbanyakan tanaman sacara 

vegetatif yang dilakukan dalam laboratorium secara in vitro yang di 

dasarkan pada sifat totiponsi tumbuhan. Prinsip kultur jaringan adalah 

menumbuhkan jarinagan maupun sel tumbuhan dalam suatu media 

buatan secara antiseptik. Dalam teori tersebut dikatakn bahwa setiap 

sel tumbuhan mempunyai kemampuan untuk tumbuh menjadi 

                                                         

7

 Tjahjoeleksono, Aris, (2011). Teknologi DNA Rekombinan, Institut 

Pertanian Bogor.  Bogor. 

 

24 

individu baru apabila ditempatkan pada lingkungan yang sesuai. Sifat 

individu baru yang dihasilkan sama persis dengan sifat induknya. 

Bagian tumbuhan yang ditumbuhkan dalam media kultur disebut 

eksplan. Eksplan yang sering digunakan merupakan bagian tumbuhan 

yang memiliki sel sel yang aktif membelah seperti ujung akar dan 

ujung batang. Potongan bagian tumbuhan yang ditanam pada media 

kultur akan tumbuh membentuk kalus. Kalus merupakan massa sel 

yang belum terdeferensiasi. Kalus tersebut akan berkembang menjadi 

tanaman lengkap uyang disebut plantlet. 

       Media kultur jaringan yang digunakan biasanya agar agar yang 

ditambah dengan unsur hara dan vitamin yang dibutuhkan oleh 

tumbuhan media tersebut juga dapat ditambah dengan hormon 

pertumbuhan, misalnya auksin dan sitokinin. Auksin akan memicu 

pertumbuhan akar, sedangkan sitokinin akan memicu pertumbuhan 

tunas. Komposisi kultur jaringan tergantung pada spesies tumbuhan 

yang di perbanyak. 

      Dengan memiliki  teknik kultur jaringan, individu tumbuahn 

dapat diperbanyak dalam jumlah besar, yang setiap anaknya memiliki 

sifat genetis yang identik. Teknik ini telah digunakan untuk 

memperbanyak bibit unggul untuk pertanian. 

Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik 

kultur jaringan adalah 

a. Pembuatan Media 

 Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan 

kultur jaringan. Media yang di gunakan biasanya terdiri dari garam 

mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu di perlukan juga bahan 

tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh 

(hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun 

jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang 

dilakukan. Media tumbuh dapat dibedakan menjadi media padat dan 

media cair. Media padat umumnya berupa padatan gel, seperti agar, 

dimana nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang 

dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi 

selalu bergerak, tergantung kebutuhan. 

25 

b. Inisiasi 

 Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang 

akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk 

kegiatan kultur jaringan adalah tunas. Eksplan dapat berasal dari : 

daun, tunas, cabang, batang, akar, embrio, kotiledon, hipokotil, 

epikotil 

c. Sterilisasi 

 Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan 

harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan 

memiliki  alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan 

terhadap peralatan, yaitu memiliki  etanol yang disemprotkan 

secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang 

melakukan kultur jaringan juga harus steril. 

d. Multiplikasi 

 Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman 

dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di 

laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang 

menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang 

telah ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di 

tempat yang steril dengan suhu kamar. 

e. Pengakaran 

 Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukan adanya 

pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang 

dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap 

hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk 

melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang 

terkontaminasi akan menunjukan gejala seperti berwarna putih atau 

biru (disebabkan oleh jamur) atau busuk (disebabkan bakteri). 

f. Aklimatisasi 

Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari 

ruangan aseptik ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan 

bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan 

untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit 

karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan 

26 

hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi 

dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan 

dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan 

pemeliharaan bibit generatif.

8

 

 

5. Teknologi tanaman transgenik 

Ahli  rekayasa  genetik  tanaman  melakukan  transformasi  gen  

dengan  tujuan untuk  memindahkan   gen  yang  mengatur   sifat-

sifat   yang  diinginkan   dari  satu organisme ke organisme lainnya. 

Beberapa sifat yang banyak dikembangkan untuk pembuatan 

tanaman transgenik misalnya (1) gen resistensi terhadap hama, 

penyakit dan herbisisda,  (2) gen kandungan  protein tinggi, (3) gen 

resistensi terhadap stres lingkungan seperti kadar alumium tinggi 

ataupun kekeringan dan (4) gen yang mengekspresikan  suatu ciri 

fenotipe yang sangat menarik seperti warna dan bentuk bunga, 

bentuk daun dan pohon yang eksotik. 

Dalam hubungannya dengan pembuatan tanaman transgenik 

terdapat tiga komponen penting yaitu: 

1. Isolasi  gen  target. Gen  target  yang  kita  inginkan  misalnya  

gen  Bt  (gen  tahan terhadap penggerek  yang diisolasi dari 

bakteri Bacillus thuringensis)  diekstrak kemudian  dipotong  

dengan  enzim restriksi.  Gen yang sudah  terpotong-potong 

kemudian  diseleksi  bagian gen mana yang menyandikan  

gen Bt dan diisolasi. Potongan gen Bt kemudian disisipkan 

ke dalam DNA sirkular (plasmid) sebagai vektor  

menghasilkan  molekul  DNA  rekombinan  gen Bt. Vektor  

yang sudah mengandung  molekul DNA rekombinan  gen 

Bt dimasukkan  kembali ke dalam sel inang yaitu bakteri 

untuk diperbanyak. Sel inang akan membelah membentuk 

progeni baru yang sudah merupakan sel DNA rekombinan 

gen Bt. 

                                                         

8

 Dwiyani rindang, Hestin, d.k.k, (2017). Modul Praktikum Teknologi 

Kultur Jaringan. Universitas Udayana. Bali 

 

27 

2. Proses transfer gen ke tanaman target. Agar sel DNA 

rekombinan get Bt dapat terintegrasi pada inti sel tanaman 

maka diperlukan vektor yang lain lagi untuk memindahkan 

gen Bt ke dalam inti sel tanaman. Vektor tersebut adalah 

bakteri Agrobacterium tumefaciens. Bakteri ini  

menyebabkan   penyakit  tumor  pada tanaman.  Penyakit  ini  

akan  terjadi  bila  terdapat  luka  pada  batang  tanaman 

sehingga   memungkinkan   bakteri   menyerang   tanaman   

tersebut.   Luka   pada tanaman mengakibatkan tanaman 

mengeluarkan senyawa opine yang merangsang bakteri untuk 

menyerang tanaman dimana senyawa ini merupakan sumber 

carbon dan nitrogen dari bakteri. Akibat masuknya bakteri 

menyebabkan terjadinya proliferasi sel yang berlebihan 

sehingga menimbulkan penyakit tumor pada tanaman. 

Kemampuan  untuk menyebabkan  penyakit ini pada 

tanaman ternyata ada hubungannya dengan DNA sirkular 

(plasmid) Ti (Tumor inducing plasmid) dalam  sel  bakteri  

A.tumefaciens. Sifat  yang  menyolok  pada  plasmid  Ti  

ialah bahwa setelah infeksi oleh A. tumefaciens, sebagian 

dari molekul DNAnya berintegrasi dalam DNA kromosom 

tanaman. Segmen ini dikenal dengan nama T-DNA 

(transfer DNA). Metode kerjasama antara tanaman dan A. 

tumefaciens ini digunakan oleh ahli rekayasa genetika 

tanaman untuk memindahkan gen Bt agar dapat terintegrasi 

dalam sel tanaman. Oleh karena itu langkah selanjutnya 

adalah menyisipkan  DNA rekombinan  yang sudah 

membawa gen Bt ke dalam plasmid Ti dari A. tumefaciens. 

Setelah itu A. tumefaciens yang membawa gen Bt 

diinokulasikan pada tanaman. Proses inokulasi tersebut 

dilakukan pada tanaman target yang sedang diregenerasikan 

dalam kultur jaringan. Hal ini memudahkan bagi  proses  

transfer  gen  Bt  ke  dalam  inti  jaringan  tanaman  dimana  

tanaman masih dalam proses pembelahan sel yang sangat 

aktif. 

3. Ekspresi gen pada tanaman transgenik. Gen yang sudah 

dimasukkan  ke dalam tanaman target dalam hal ini adalah 

28 

gen Bt yang mengekspresikan tanaman transgenik   tahan 

terhadap hama penggerek harus dapat diexpresikan. Untuk 

mengetahui apakah gen tersebut terekspresi atau tidak 

digunakan penanda yaitu selectable and scoreable marker, 

dimana apabila tanaman target dapat   tumbuh pada  media  

yang  mengandung  antibiotika    atau  tanaman  target  

menampakan warna khusus (warna biru untuk penanda 

gen gus) maka  tanaman  target itu adalah tanaman 

transgenik. 

Tanaman  transgenic  yang  memiliki  sifat  tahan  terhadap  serangan  

hama,  atau tahan terhadap cekaman lingkungan garam dengan tujuan 

untuk peningkatan produksi pangan.

9

 

 

6. Kloning Gen 

Sejak ditemukannya enzim restriksi (enzim yang dapat memotong 

DNA pada urutan yang spesifik) dan ditemukannya enzim ligase 

(enzim yang dapat menyambungkan potongan DNA), maka DNA dari 

organisme apa saja dapat diisolasi, dipotong-potong, disambungkan 

kembali dan dipindahkan ke organisme lain. Proses 

mengkombinasikan beberapa DNA dan memperbanyak DNA 

rekombinan tersebut di dalam  sel  disebut  kloning. Proses  

memasukkan  DNA  ke  dalam  sel disebut transformasi dan sel yang 

dihasilkan disebut transforman. Agar suatu DNA dapat diperbanyak di 

dalam sel, maka DNA tersebut harus disisipkan ke dalam suatu 

plasmid (berfungsi sebagai vektor/pembawa) yang dapat bereplikasi di 

dalam sel. Kumpulan sel-sel yang mengandung plasmid rekombinan 

yang sama disebut sebagai suatu klon. 

Pada kloning gen: suatu fragmen DNA yang mengandung gen 

yang akan di klon disisipkan pada molekul DNA vektor untuk 

menghasilkan molekul DNA rekombinan. DNA rekombinan ini 

digunakan untuk mentransformasi sel inang (biasanya bakteri). Di 

dalam sel, vektor mengadakan replikasi, menghasilkan banyak copy 

                                                         

9

 Nurcahyo, Heru, (2011). Diktat Bioteknologi. Universitas Negeri 

Yogyakarta. Yogyakarta. 

 

29 

atau turunan yang identik, baik vektornya maupun gen yang 

dibawanya. Ketika sel inang membelah, copy molekul DNA 

rekombinan diwariskan pada progeni. Setelah terjadi sejumlah besar 

pembelahan sel, maka dihasilkan koloni atau klon sel inang yang 

identik. Tiap-tiap klon mengandung satu copy atau lebih molekul 

DNA rekombinan. 

 

 

 

Gambar 2.3. Proses kloning 

 

        Kloning melibatkan lima komponen utama, yaitu : fragmen 

DNA (gen) yang akan di kloning (disebut juga DNA sisipan), DNA 

vektor (bisa plasmid, bakteriofaga atau cosmid), enzim restriksi, 

enzim ligase dan sel inang (bakteri atau ragi). 

1. DNA sisipan 

Tujuan kloning adalah memperbanyak suatu fragmen DNA dari 

suatu organisme dalam suatu sel inang. Namun tujuan akhirnya bisa 

bermacam-macam, diantaranya: produksi protein penting dengan skala 

besar, untuk deteksi patogen atau sel abnormal. DNA sisipan bisa 

diperoleh dengan dua cara, yaitu : 

a. Produk PCR. 

Fragmen DNA hasil pemotongan dengan enzim restriksi 

b. DNA vektor 

Vektor merupakan suatu mulekul DNA sirkular yang 

bertindak sebagai wadah untuk membawa DNA sisipan masuk 

ke dalam sel inang dan bertanggung jawab atas replikasinya. 

Berdasarkan fungsinya vektor dapat dibagi dua, yaitu : vektor 

30 

kloning dan vektor ekspresi. Vektor kloning hanya berfungsi 

untuk memperbanyak fragmen DNA yang disisipkan, 

sehingga fragmen DNA tersebut hanya direplikasi, tidak di 

transkripsi. Biasanya vektor ini digunakan untuk tujuan 

sekuensing atau untuk perbanyakan DNA yang nantinya akan 

di sisipkan ke vektor ekspresi. Sementara vektor ekspresi 

digunakan untuk memproduksi protein dari gen yang diklon. 

2. Plasmid 

Plasmid merupakan DNA rantai ganda yang berbentuk 

sirkular dan terdapat bebas di dalam sel. Plasmid dapat bereplikasi 

sendiri di dalam sel inang karena mempunyai suatu urutan DNA 

spesifik yang disebut ori (origin of replication/titik awal replikasi). 

Plasmid hampir selalu membawa satu gen atau lebih yang 

menyebabkan ciri- ciri penting yang ditunjukkan oleh bakteri inang, 

misalnya plasmid yangmembawa gen resistan antibiotik 

3. Vektor ekspresi 

Vektor  ekspresi  merupakan  vektor  yang  mana  disamping  

dapat  bereplikasi sendiri juga mengandung sinyal-sinyal ekspresi, 

sehingga gen yang di klon juga akan ditranskripsi menjadi mRNA dan 

kemudian ditranslasi menjadi protein. Vektor ekspresi memungkinkan 

untuk produksi protein hewan, manusia atau tanaman di dalam 

bakteri. Tiga  sinyal  ekspresi  yang  paling  penting  adalah  :  (1)  

Promotor  transkripsi,  (2) terminator transkripsi, dan (3) tempat 

pengikatan ribosom. Selain sistem vektor ekspresi untuk bakteri, juga 

terdapat beberapa sistem vektor ekspresi untuk Saccaromyces 

cerevisiae dan vektor ekspresi untuk Pichia pastoris. Kedua jenis 

sistem ekspresi ini terbukti dapat memproduksi protein eukariot 

dengan hasil yang tinggi dan berfungsi seperti protein natif (asli). 

 

Tahapan-tahapan kloning 

Tahapan pengerjaan kloning DNA/gen adalah sebagai berikut : 

1. Isolasi/ preparasi DNA 

Sebelum disisipkan ke suatu DNA vektor, maka DNA sisipan 

harus diisolasi terlebih dulu. Beberapa prinsip isolasi DNA sudah 

31 

dijelaskan di atas. Selain itu DNA sisipan juga dapat diperoleh dari 

produk PCR. 

2. Pemotongan DNA dengan enzim restriksi 

 Molekul plasmid yang digunakan sebagai vektor harus 

dipotong untuk membuka DNA lingkaran, sehingga molekul DNA 

asing bisa disisipkan. Enzim restriksi merupakan suatu endonuklease 

yang mengenal urutan spesifik pada molekul DNA dan memotong 

pada urutan yang spesifik tersebut. Sisi pengenalan enzim restriksi 

umumnya merupakan suatu polindrom, dimana urutan nukleotida 

rantai atas sama dengan urutan nukleotida rantai bawah. Misalnya : 

 

  

 

 

 

 

 

 

Enzim  restriksi  hanya   terdapat   pada   beberapa   bakteri,   dan  

berfungsi   untuk mempertahankan diri dari infeksi bakteriofaga. 

Contoh beberapa enzim restriksi dan sisi pengenalannya: 

 

Nama enzim Sumber bakteri Urutan 

pengenalan AluI Arthrobacter luteus AG↓CT 

BamHI Bacillus G↓GATCC 

ClaI Caryophanon latum AT↓GCAT 

EcoRI Escherichia coli G↓AATTC 

HaeIII Haemophilus 

aegyptius 

GG↓CC 

HindIII Haemophylus 

influenza 

A↓AGCTT 

KpnI Klebsiella 

pneumonia 

GGTAC↓C 

NotI Nocardia otidis-

caviarum 

GC↓GGCCGC 

PstI Providencia stuartii CTGCA↓G 

32 

XbaI Xanthomonas bradii T↓CTAGA 

XhoI Xanthomonas 

holcicola 

C↓TCGAG 

Tabel 3.1. Beberapa enz m restriksi dan urutan pengenalnya 

 

3. Penyambungan DNA dengan enzim ligase 

Apabila  dua  molekul  DNA  mempunyai  ujung  rantai  

tunggal  yang komplementer, maka kedua ujung DNA tersebut dapat 

berpansangan, kemudian enzim ligase dapat membentuk ikatan 

fosfodiester antara kedua molekul DNA tersebut. Reaksi enzimatik ini 

memerlukan energi dari ATP. 

 

 

 

 

 

 

 

4. Transformasi sel 

Untuk memasukkan DNA ke dalam sel bakteri, sel tersebut 

harus diberi perlakukan agar menjadi sel kompeten, yaitu sel yang 

mampu menerima DNA dari luar. Kemampuan paling tinggi untuk 

memasukkan DNA dari luar terjadi pada sel yang berada dalam fase 

logaritmik, yaitu pada waktu pertumbuhan sel sedang cepat. 

Perlakukan dengan CaCl2 menyebabkan dinding sel menjadi lebih 

permeabel dan bermuatan positif, sehingga dapat menarik DNA yang 

bermuatan negatif Transformasi (pengambilan DNA oleh sel bakteri) 

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : (1) dengan cara heat shock 

(kejutan panas) dimana campuran sel dan DNA plasmid  rekombinan  

didinginkan  dalam  waktu  yang  lama,  kemudian  di  panaskan 

dengan segera pada suhu 42 

o

C. (2) dengan cara elektroporasi (kejutan 

listrik) memiliki  suatu alat yang dialiri arus listrik. 

 

33 

5. Seleksi klon rekombinan 

Sel inang yang telah ditansformasi kemudian ditumbuhkan 

pada media padat yang sesuai pada suhu 37 

o

C. Setelah inkubasi 

semalam, maka kita akan mendapatkan koloni-koloni bakteri yang 

tumbuh di media padat. Satu koloni bakteri terdiri dari jutaan sel 

bakteri yang mempunyai sifat yang sama. Sehingga klon-klon ini 

perlu dipilih untuk menentukan mana koloni bakteri yang membawa 

plasmid rekombinan.  

6. Isolasi DNA plasmid 

DNA plasmid rekombinan, kemudian dapat diisolasi untuk 

kepentingan pengerjaan berkutnya dengan memiliki  metoda yang 

sudah dijelaskan di atas. DNA ini selanjutnya dapat di karakterisasi, 

misalnya disekuensing untuk menentukan urutan nukleotidanya atau 

dapat juga di potong dengan enzim restriksi kemudian di kloning ke 

vektor ekspresi.

10

 

 

7. PCR (Polimerase Chain Reaction) 

PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan suatu teknik 

perbanyakan (amplifikasi) potongan DNA secara in vitro pada daerah 

spesifik yang dibatasi oleh dua buah primer oligonukleotida. Primer 

yang digunakan sebagai pembatas daerah yang diperbanyak adalah 

DNA untai tunggal yang urutannya komplemen dengan DNA 

templatnya. Proses tersebut mirip dengan proses replikasi DNA secara 

in vivo yang bersifat semi konservatif. 

PCR memungkinkan adanya perbanyakan DNA antara dua 

primer, hanya di dalam tabung reaksi, tanpa perlu memasukkannya ke 

dalam sel (in vivo). Pada proses PCR dibutuhkan DNA untai ganda 

yang berfungsi sebagai cetakan (templat) yang mengandung DNA-

target (yang akan di amplifikasi) untuk pembentukan molekul DNA 

baru, enzim DNA polimerase, deoksinukleosida trifosfat (dNTP), dan 

sepasang primer oligonukleotida. Pada kondisi tertentu, kedua primer 

                                                         

10

 Tjahjoeleksono, Aris, (2011). Teknologi DNA Rekombinan, Institut 

Pertanian Bogor.  Bogor. 

 

34 

akan mengenali dan berikatan dengan untaian DNA komplemennya 

yang terletak pada awal dan akhir fragmen DNA target, sehingga 

kedua primer tersebut akan menyediakan gugus hidroksil bebas pada 

karbon 3’. Setelah kedua primer menempel pada DNA templat, DNA 

polimerase mengkatalisis proses pemanjangan kedua primer dengan 

menambahkan nukleotida yang komplemen dengan urutan nukleotida 

templat. DNA polimerase mengkatalisis pembentukan ikatan 

fosfodiester antara OH pada karbon 3’ dengan gugus 5’ fosfat 

dNTP yang ditambahkan. Sehingga proses penambahan dNTP yang 

dikatalisis oleh enzim DNA polimerase ini berlangsung dengan arah 

5’→3’ dan disebut reaksi polimerisasi.   Enzim   DNA   polimerase   

hanya akan  menambahkan dNTP  yangkomplemen dengan nukleotida 

yang terdapat pada rantai DNA templat. 

PCR melibatkan banyak siklus yang masing-masing terdiri dari tiga 

tahap berurutan, yaitu pemisahan (denaturasi) rantai DNA templat, 

penempelan (annealing) pasangan primer pada DNA target dan 

pemanjangan (extension) primer atau reaksi polimerisasi yang 

dikaalisis oleh DNA polimerase. 

 

1. Tahapan PCR 

a. Denaturasi 

Selama proses denaturasi, DNA untai ganda akan membuka 

menjadi dua untai tunggal. Hal ini disebabkan karena suhu denaturasi 

yang tinggi menyebabkan putusnya ikatan hidrogen diantara basa-

basa yang komplemen. Pada tahap ini, seluruh reaksi enzim  tidak  

berjalan, misalnya reaksi polimerisasi  pada  siklus  yang  

sebelumnya. Denaturasi biasanya dilakukan antara suhu 90 

o

C – 95 

o

C. 

b. Penempelan primer 

 Tahap penempelan primer (annealing), primer akan menuju 

daerah yang spesifik yang komplemen dengan urutan primer. Pada 

proses annealing ini, ikatan hidrogen akan terbentuk antara primer 

dengan urutan komplemen pada templat. Proses ini biasanya 

35 

dilakukan pada suhu 50 

o

C – 60 

o

C. Selanjutnya, DNA polymerase 

akan berikatan sehingga ikatan hidrogen tersebut akan menjadi sangat 

kuat dan  tidak akan putus kembali apabila dilakukan reaksi 

polimerisasi selanjutnya, misalnya pada 72 

o

C. 

 

c. Reaksi polimerisasi (extension) 

Umumnya, reaksi polimerisasi atau perpanjangan rantai ini, 

terjadi pada suhu 72 

o

C. Primer yang telah menempel tadi akan 

mengalami perpanjangan pada sisi 3’nya dengan penambahan dNTP 

yang komplemen dengan templat oleh DNA polymerase. 

 

Gambar 2.4.  Siklus PCR, yang terdiri dari denaturasi, penempelan 

primer   (annealing) dan polimerisasinya 

 

2. Komponen PCR 

1. Enzim DNA  

 Dalam sejarahnya, PCR dilakukan dengan   memiliki  

Klenow fragment DNA Polimerase I  selama  reaksi  polimerisasinya.  

Enzime  ini  ternyata  tidak  aktif  secara termal selama proses 

denaturasi, sehingga peneliti harus menambahkan enzim di setiap 

siklusnya. Selain itu, enzim ini hanya bisa dipakai untuk 

perpanjangan   200bp dan hasilnya menjadi kurang spesifik. Untuk 

mengatasi kekurangan tersebut, dalam perkembangannya kemudian 

dipakai enzim Taq DNA polymerase yang memiliki keaktifan pada 

suhu tinggi. Oleh karenanya, penambahan enzim tidak perlu dilakukan 

di setiap siklusnya, dan proses PCR dapat dilakukan dalam satu mesin 

 

36 

2. Primer 

 Primer  merupakan  oligonukleotida  pendek  rantai  tunggal  

yang  mempunyai urutan komplemen dengan DNA templat yang akan 

diperbanyak. Panjang primer berkisar antara 20-30 basa. Untuk 

merancang urutan primer, perlu diketahui urutan nukleotida  pada  

awal  dan  akhir  DNA  target.  Primer  oligonukleotida  di  sintesis 

memiliki  suatu alat yang disebut DNA synthesizer. 

3. Reagen lainnya 

Selain  enzim dan  primer,  terdapat  juga  komponen  lain  yang  

ikut menentukan keberhasilan  reaksi PCR. Komponen tersebut 

adalah dNTP untuk reaksi polimerisasi,  dan  buffer  yang  

mengandung  MgCl2. Konsentrasi  ion  Mg

2+ 

dalam campuran 

reaksi merupakan hal yang sangat kritis. Konsentrasi ion Mg

2+ 

ini 

sangat mempengaruhi proses primer annealing, denaturasi, 

spesifisitas produk.

11

 

 

8. Beberapa Produk Pemanfaatan Rekayasa Genetika 

1. Produksi Obat Sel Mammalia 

  Mikroorganisme  transgenik  yang  memiliki  sifat  dapat  

memproduksi:  obat-obatan terhadap penyakit infeksi (antibiotik) 

seperti  penisilin, streptomysin. hormon, sebagai contoh insulin untuk 

terapi penderita kencing manis. 

2. Produksi Vaksin Rekombinan 

Vaksin rekombinan yang berguna untuk pencegahan jenis 

penyakit tertentu sekaligus   karena   mengandung    beberapa   

protein   antigen   sehingga   dapat melindungi  dari  serangan  

berbagai  penyakit  menular.  Masalah  untuk memproduksi  virus  

(parasit  obligat  intraseluler)  memerlukan  sel  hidup,  jika 

memiliki  sel hewan memerlukan banyak hewan. Solusi, 

memiliki  kultur jaringan hewan lebih efisien. Berbagai problem 

                                                         

 

37 

dengan porduksi vaksin secara konvensional   di   atas,   terutama   

masalah   keamanan,   digunakan   teknologi rekombinan untuk 

memproduksi vaksin yang lebih aman dan potensial. Subunit virus 

diproduksi oleh bakteri atau yeast (kapang). Salah satu pemanfaatan 

kultur sel secara komersial pertama kali sebagai media untuk 

memproduksi virus. Virus merupakan mikroorganisme yang bersifat 

sebagai parasit obligat intraseluler. 

Vaksin viral dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu: 

a. Vaksin  hidup  (life  vaccine)  dari  virus  hidup  yang  kurang  

poten  terhadap manusia. 

b. Vaksin mati (killed vaccine) dari agen yang telah dimatikan. 

Biasa digunakan kultur sel dari embrio ayam (chicken 

embryo) untuk memproduksi   vaksin   influenza   dan   

yellow   fever.    

 

       Keuntungan  teknologi rekombinan DNA dapat dihasilkan vaksin 

yang melawan virus yang tidak dapat tumbuh pada medium kultur 

terhadap titer tinggi untuk memberi antigen yang cukup untuk 

keberhasilan vaksinasi. Sekali vaksinasi dapat memberikan beberapa 

kekebalan sekaligus terhadap berbagai jenis virus dengan cara 

menyisipkan gena berbagai  imunogen  pada  plasmid  bakteri.  

Sebagai  contoh:  penyakit  tetelo, Marek’s, cacar ayam. Berbagai 

problem dengan porduksi vaksin secara konvensioanl   di   atas,   

terutama   masalah   keamanan,   digunakan   teknologi rekombinan 

untuk memproduksi vaksin yang lebih aman dan potensial. Subunit 

virus diproduksi oleh bakteri atau yeast (kapang). Keuntungan 

teknologi rekombinan DNA dapat dihasilkan vaksin yang melawan 

virus yang tidak dapat tumbuh pada medium kultur terhadap titer 

tinggi untuk memberi antigen yang cukup untuk keberhasilan 

vaksinasi. Sekali vaksinasi dapat memberikan beberapa kekebalan 

sekaligus terhadap berbagai jenis virus dengan cara menyisipkan gena 

berbagai  imunogen  pada  plasmid  bakteri.  Sebagai  contoh:  

penyakit  tetelo, Marek’s, cacar ayam. Produksi zat kebal (antibodi) 

monoklonal untuk terapi, penelitian, dan diagnosis penyakit. 

38 

 

No Jenis Virus Sel yang digunakan 

Kultur 1 Cacar air Fibroblas embrio ayam 

2 Polio (inaktif) Sel ginjal monyet 

3 Polio (aktif/hidup) Sel diploid manusia, 

ginjal kera 4 Rabies Sel diploid manusia 

 

3. Terapi Gena 

 Terapi gena bertujuan untuk membetulkan kelainan metabolisme 

karena bawaan sejak lahir dengan cara menyisipkan gene normal ke 

organisme penderita. Terapi gene sel somatik dari sudut pandang 

sosial masih menimbulkan masalah pro  dan  kontra.   Masih   

dipertimbangkan   dengan   alasan   karena   resiko   dan keamanan. 

Untuk terapi gena dengan tujuan untuk mereparasi gena karena cacat 

bawaan yang menyebabkan perubahan genotipe keturunannya. 

Sel diekstrasi dikeluarkan  dari  tubuh  kemudian   ditumbuhkan   

dalam medium   kultur   selanjutnya   genenya   dimanipulasi   

dikembalikan   ke   pasien (penderita)  yang  jaringannya  diambil.  

Permasalahan  pada  penderita  kelainan genetik  yang  dibawa  sejak  

dalam  kandungan  belum  ada  terapi  sehingga  perlu terapi gene.