Tampilkan postingan dengan label anatomi kepala. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label anatomi kepala. Tampilkan semua postingan

anatomi kepala

 












anatomi kepala 

 

 

Regio kepala terbagi menjadi dua, yaitu regio tengkorak dan regio wajah. 

Regio Tengkorak yaitu  pembagian daerah permukaan anterior kepala seperti 

otak bagian frontal, occipital, dan temporal. Regio Wajah yaitu  bagian anterior 

kepala. Pada regio wajah terbagi menjadi beberapa area, yaitu area mata, area 

telinga, area hidung, dan area mulut. (Prasetya, 2011). Tumor superficial pada 

regio kepala mencakup Tumor Epidermoid dan Tumor Mesenchymal yang terdiri 

dari Tumor Kelenjar Getah Bening dan Kelenjar Liur, Tumor Tulang, dan Tumor 

Jaringan Lunak. 

Kulit dibagi menjadi dua lapisan utama yaitu, epidermis dan dermis, 

keduanya mempunyai peran yang berbeda dalam fungsional keseluruhan kulit. 

Epidermis yaitu  lapisan yang paling luar pada kulit dimana juga sebagai 

pertahanan pertama dari zat-zat invasi asing yang masuk ke dalam tubuh. Sel 

utama epidermis disebut keratinosit. Epidermis dibagi menjadi lima lapisan atau 

stratum, stratum germinativum, stratum spinosum,  stratum granulosum, stratum 

lucidum dan stratum corneum dimana keratinosit bermigrasi secara bertahap ke 

permukaan dan mengelupas dalam proses yang disebut deskuamasi.  Lapisan dermis yaitu  lapisan dalam kulit dengan tebal 0,5-2,5 mm, 

kebanyakan terbentuk dari jalinan erat serat kolagen dan serat elastin, juga 

ada  folikel rambut dan badan kelenjar yang menjorok dari epidermis, juga 

ada pembuluh darah, limfatik, dan saraf yang menjulur dari lapisan bawahnya. 

Kelenjar Getah Bening pada tubuh berjumlah sekitar 600, namun hanya 

didaerah submandibular (bagian bawah rahang bawah; sub: bawah; mandibula: 

rahang bawah), ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang 

sehat. ada  tiga daerah pada Kelenjar Getah Bening yang berbeda : korteks, 

medulla, parakorteks, ketiganya ada  di antara kapsul dan hilus. Korteks dan 

medulla merupakan daerah yang mengandung sel B, sedangkan daerah 

parakorteks mengandung sel T. Dalam korteks banyak mengandung nodul 

limfatik (folikel), pada masa postnatal, biasanya berisi germinal center 

Kelenjar liur terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar submandibula, kelenjar 

lingualis, dan kelenjar liur minor. Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur yang 

terbesar, terletak di regio preaurikula dan berada dalam jaringan subkutis. 

Kelenjar ini memproduksi sekret yang sebagian berasal dari sel-sel asini.  

Kelenjar parotis terbagi oleh nervus fasialis menjadi kelenjar supraneural dan 

kelenjar infraneural. Kelenjar supraneural ukurannya lebih besar daripada 

kelenjar inraneural. Produk dari kelenjar liur disalurkan melalui duktus Stensen 

yang keluar dari sebelah anterior kelenjar parotis. Kelenjar submandibula 

merupakan kelenjar liur terbesar kedua sesudah  kelanjar parotis. Kelenjar ini 

menghasilkan sekret mucoid maupun serosa. Kelenjar ini berada di medial dan 

inefrior ramus mandibula dan berada di sekeliling muskulus mylohyoid, 

membentuk huruf “C” serta membentuk lobus superfisial dan prounda. Kelenjar 

sublingual merupakan kelenjar liur mayor yang paling kecil. Kelenjar ini berada di 

dalam mukosa di dasar mulut dan terdiri dari sel-sel asini yang mensekresi 

mucus. Kelenjar liur minor sangat banyak jumlahnya, berkisar antara 600 sampai 

1000 kelenjar. Masing-masing kelenjar memiliki duktus yang bermuara di dalam 

  

rongga mulut, tersebar di daerah bukal, labium, palatum, serta lingual 

Jaringan Lunak yaitu  jaringan selain tulang, epitel organ dalam, epitel 

kulit, system hematopoietik dan system saraf pusat. Semua yang berasal dari 

jaringan mukosa, serabut, lemak, otot polos, otot lurik, mesotel, sinovium, 

jaringan mesenkim limfangial, juga mencangkup sistem saraf tepi termasuk 

dalam jaringan lunak . Jaringan Tulang sebagai unsur pokok 

kerangka orang dewasa, jaringan tulang mengga struktur berdaging, melindungi 

organ-organ vital seperti yang ada  di dalam tengkorak dan rongga dada, dan 

menampung sumsum tulang, tempat sel-sel darah dibentuk. Tulang yaitu  

jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi antarsel berkapur, yaitu matriks 

tulang, dan 3 jenis sel : osteosit, yang ada  di rongga-rongga di dalam 

matriks; osteoblas, yang menyintesis unsur organic matriks, dan osteoklas, yang 

merupakan sel raksasa multinuklear yang terlibat dalam resorpsi dan remodeling 

jaringan tulang. Permukaan bagian luar dan dalam semua tulang dilapisi lapisan-

lapisan jaringan yang mengandung sel-sel osteogenik, endosteum pada 

permukaan dalam dan periosteum pada permukaan luar  

Orbita yaitu  dua kavum yang berisi bola mata dengan otot, syaraf, 

pembuluh darah, lemak, dan banyak lacrimal apparatus. Palpebrae (kelopak 

mata) yaitu  lipatan musculofibrou di anterior masing-masing orbita. Fissure 

palpebral yaitu  ruang antara kelopak mata yang mengarah ke conjunctival sac. 

Ada tiga macam kelenjar (moll, zeis, dan Meibom) yang mengalir ke pinggir 

kelopak mata, yaitu kelenjar ciliary (keringat), kelenjar sebaceous yang melekat 

pada folikel bulu mata, dan kelenjar tarsal (jumlahnya sekitar 35 di kelopak atas) 

di bagian posterior. Bola mata punya tiga penutup konsentris yaitu (1) eksternal, 


fibrous tunic terdiri dari cornea dan sclera; (2) middle, vascular tunic terdiri dari 

iris, ciliary body, dan choroid; dan (3) internal, nervous tunic, atau retina. (Ronan 

O'Rahilly, 2004) 

Telinga dibagi menjadi tiga bagian, luar, tengah, dan dalam. Telinga luar 

berfungsi sebagai konduksi suara dan proteksi bagian dalam dari telinga, terdiri 

dari auricle (daun telinga) dan meatus akustikus eksternus. Telinga tengah 

sebagian besar terdiri dari ruang udara di tulang temporal. Kavum timpani ini 

terdiri dari auditaory ossicles. Telinga dalam terletak dalam bagian petrosa dari 

tulang temporal, terdiri dari serangkaian kompleks ruang yang berisi cairan, 

labyrinth berselaput dan labirin (osseous) tulang (O'Rahilly, 2004). 

Hidung terdiri dari hidung luar pada wajah dan rongga hidung (nasal 

cavity). Hidung luar mempunyai jembatan (root) yang dorsum, dan puncak. 

Lubang di inferior yaitu  lubang hidung (atau nares), batas lateral yaitu  ala 

nasi dan medial yaitu  septum nasi. Bagian superior dari hidung dibentuk oleh 

tulang frontal, dan rahang atas, sedangkan bagian inferior dibentuk oleh 

beberapa kartilago. Rongga hidung meluas ke arah antero-posterior dari nares 

ke choanae. Setiap koana pada bagian medial dibatasi oleh vomer, inferior oleh 

tulang palatine, lateral oleh pterygoideus plate medial, dan bagian superior oleh 

tulang sphenoid (O'Rahilly, 2004). 

Rongga mulut merupakan sebuah bagian tubuh yang terdiri dari : lidah 

bagian oral (dua pertiga bagian anterior dari lidah), palatum durum (palatum 

keras), dasar dari mulut, trigonum retromolar, bibir, mukosa bukal, ‘alveolar 

ridge’, dan gingiva. Tulang mandibula dan maksila yaitu  bagian tulang yang 

membatasi rongga mulut  Rongga mulut yang disebut juga 

rongga bukal, dibentuk secara anatomis oleh pipi, palatum keras, palatum lunak, 


dan lidah. Pipi membentuk dinding bagian lateral masing-masing sisi dari rongga 

mulut. Pada bagian eksternal dari pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada 

bagian internalnya, pipi dilapisi oleh membran mukosa, yang terdiri dari epitel 

pipih berlapis yang tidak terkeratinasi. Otot-otot businator (otot yang menyusun 

dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun di antara kulit dan membran mukosa dari 

pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir pada bagian bibir 

 

2.2  Epidemiologi Tumor Regio Kepala 

 Lebih dari 500.000 kasus baru keganasan pada kepala leher muncul di Amerika 

Serikat dan Eropa setiap tahunnya, dan ini yaitu  penyebab kematian dan 

kecacatan yang signifikan. Penelitian dengan jumlah kasus 

11.221, menemukan jenis kelamin laki-laki lebih sering terkena kanker kepala 

dan leher (79,9%) dibandingkan dengan perempuan (20,1%), dengan distribusi 

umur terbanyak dijumpai pada umur 55-59 (18,7%) dan yang paling sedikit 

dijumpai pada umur <40 tahun (3,7%). Ras yang paling banyak dijumpai yaitu  

ras kulih putih (73,7%) dan yang paling sedikit yaitu  ras Asia (0,5%). 

Pendidikan penderita tumor ganas kepala leher yang paling dijumpai yaitu  SD 

(38,7%) dan paling sedikit yaitu  tidak berpendidikan (0,8%) 

Insiden Tumor Kulit bervariasi besar di antara berbagai etnis, tertinggi di 

kalangan orang kulit putih. Insiden karsinoma kulit cenderung meningkat setiap 

tahunnya, tertinggi di Australia yaitu menempati sekitar setengah dari 

keseluruhan keganasan disana. Data dari perhimpunan kanker Amerika Serikat 

menunjukkan, setiap tahun ada  lebih dari 700.000 kasus baru. Di China, 

perbandingan karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel basal sekitar 5-10;1, 

sedangkan di Negara Barat justru kebalikannya, perbandingan antara keduanya 

sekitar 1:4 . Insiden Tumor Jaringan Lunak, yaitu Tumor jinak 

mesenchymal melebihi jumlah insiden sarkoma. Kejadian klinis tahunan (jumlah 

pasien baru yang konsultasi dengan dokter) dari tumor jinak jaringan lunak telah 

diperkirakan mencapai 3000 penderita per satu juta populasi penduduk 

sedangkan kejadian tahunan sarkoma jaringan lunak yaitu  sekitar 30 penderita 

per satu juta populasi penduduk, yaitu kurang dari 1 persen dari semua jenis 

tumor ganas. Tidak ada  data yang menunjukkan perubahan dalam kejadian 

sarkoma dan juga tidak ada perbedaan geografis yang signifikan 

Tumor Kelenjar Liur yaitu  tumor jinak atau ganas yang berasal dari 

epitel kelenjar liur, baik kelenjar liur mayor ataupun minor. Secara umum, tumor 

kelenjar liur relatif jarang, merupakan 3%-6% dari tumor kepala leher penderita 

dewasa. Dari keseluruhan tumor kelenjar liur, insiden tumor parotis yang paling 

tinggi, yaitu sekitar 80%, tumor submandibular 10%, tumor sublingual 1%, tumor 

kelenjar liur minor dalam mulut 9%. Sedangkan di antara kelenjar liur minor, 

paling sering ditemukan yaitu  kelenjar palatin (57,8%), lalu kelenjar labial 

(12,6%), kelenjar lingual (10%), dan kelenjar bukal (8%) (Desen dkk, 2011). 

Dari analisis data Surveillance, Epidemiology and End Results (SEER) 

Cancer Statistics Review of the National Cancer Institute, diperkirakan ada 2,810 

pria dan wanita  yang terdiagnosa dan 1,490 diantaranya meninggal pada tahun 

2011. Secara keseluruhan dari 0,2% dari keganasan di Ameriksa Serikat dan 

insidennya 0,9 dari 100.000 orang per tahunnya. Dari 5 tahun survei pada tahun 

2001-2007, ada  66,3% yang meninggal (0,4 per 100.000) 

  

2.3  Usia dan Distribusi Tumor Regio Kepala 

   Pada 2011, sebanyak 39,400 laki-laki dan perempuan (27,710 laki-laki 

dan 11,690 perempuan) di Amerika Serikat terdiagnosis kanker cavum oral dan 

faring, dan 7,900 orang akan meninggal. Tumor Kepala dan Leher lebih sering 

tumbuh pada daerah rongga mulut, faring, dan laring sebab  permukaan mukosa 

mudah terpapar karsinogen (Ridge dkk, 2004). Distribusi dari tumor kepala; 44% 

pada lokasi yang dapat teraba, 31% pada lokasi yang dapat dilihat, dan 25% 

pada lokasi yang tidak bisa dilihat. Lokasi terbanyak yaitu  mukosa orofaring 

(12%), lidah (10%), dan jaringan lunak (9%) (Davis & Welch, 2006).  

Pada tahun 1998, tercatat 3,021 tumor yang diperiksa dari 2,260 pasien. 

Setengah dari tumor ini  terdiagnosa pada pasien diatas 72 tahun dan 51% 

nya ada pria. Distribusi dari melanoma berbeda dengan tumor kulit yang lain, 

melanoma terdiagnosa dibawah 55 tahun dan 64%nya yaitu  wanita. ada  

205 kasus melanoma yang terdiagnosa setiap tahunnya. Tiga kanker kulit yang 

paling sering terjadi yaitu  basal cell carcinoma 54%, 24 % pasien dengan 

squamous cell carcinoma, dan 8% melanoma. Seperti yang diduga kanker kulit 

kebanyakan terjadi pada pasien dengan usia lanjut. Paparan sinar matahari, 

genetik, dan tipe kulit sangat berpengaruh terhadap kejadian kanker kulit. 

Dimana ditemukan insiden kanker kulit lebih banyak ditemukan pada ras kulit 

putih dibandingkan dengan ras asia (Department of Health, Social Services and 

Public Safety Northern Ireland, 2006) 

Di Itali sesuai dengan laporan data yang terkumpul tahun 2006 oleh AIR-

TUM (Association of Italian Tumor Registries) ada  0,2% kasus keganasan 

tumor ulang terdiagnosa pada periode tahun 1998-2002, dimana 0,3%nya 

meninggal dunia. Tercatat rata-rata 1,3 per 100,000 pria/tahun dan 1,1 per 

100,000 wanita/tahun kasus baru keganasan tulang. Seperti yang terdata 

kebanyakan kasus keganasan tulang terjadi pada usia muda, dimana 59% kasus 

terdiagnosa pada usia dibawah 59 tahun. Dari tahun ke tahun insiden tumor 

tulang stabil, walaupun tingkat kematiannya terus meningkat tiap tahunnya. 

Kasus yang paling banyak terdiagnosa yaitu  chondrosarcoma (30% pada pria 

dan 29% pada wanita), osteosarcoma (16% pada pria dan 17% pada wanita) 

Ewing’s sarcoma (14% pada pria dan wanita) and chordoma (8% pada pria dan 

5% pada wanita) (Franchi, 2012). 

Insiden Tumor Kelenjar Getah Bening meningkat relatif cepat. 

Lymphadenitis dan Hyperplasia lymphoid dapat terjadi pada semua usia, tidak 

bergantung pada usia dan jenis kelamin (Hashibe et al, 2009). Sekitar 90% 

Hodgkin’s Lymphoma timbul dari kelenjar getah bening, 10% timbul dari jaringan 

limfatik diluar kelenjar getah bening. Sedangkan Non Hodgkin’s Lymphoma 60% 

timbul dari kelenjar getah bening, 40% dari jaringan limfatik diluar kelenjar. Di 

Benua Eropa dan Amerika, insiden Hodgkin’s Lymphoma memiliki dua puncak 

usia. Puncak pertama pada segmen usia 20-30 tahun, diantaranya yang 

dominan yaitu  jenis nodular sklerotik, puncak kedua pada usia di atas 50 

tahun. Hodgkin’s Lymphoma jenis nodular sklerotik lebih sering terjadi pada 

wanita daripada laki-laki, sedangkan Hodgkin’s Lymphoma jenis lain pada 

dewasa, proporsi penderita pria jauh lebih tinggi dari penderita wanita. Di sisi 

lain, Small Cell Lymphoma terutama terjadi pada lansia, sedangkan 

Lymphoblastic Lymphoma terutama terjadi pada remaja pria dan dewasa muda. 

Burkitt’s Lymphoma terutama pada anak dan dewasa muda. Dari mortalitas 

akibat tumor ganas, leukemia menempati posisi ke-6 (pria) dan ke-8 (wanita), 

namun  pada anak dan dewasa di bawah 35 tahun menempati posisi teratas, 

insiden pada pria lebih tinggi dibanding wanita (1,8:1) (Desen, 2011). 

Pada Tumor Kelenjar Liur, kemungkinan terkena Tumor Kelenjar Liur 

pada laki-laki sama dengan wanita. Jarang ada  pada anak-anak namun  

frekuensi keganasan lebih sering pada anak. Sekitar 35% Tumor Kelenjar Liur 

pada anak-anak yaitu  maligna, jenis terbanyak yaitu  Mucoepidermoid 

carcinoma. Kelenjar Liur mayor yang paling sering terkena yaitu  glandula 

parotis yaitu 70%-80%, diikuti kelenjar submandibula (10%), sedangkan kelenjar 

liur minor yang tersering yaitu  pada palatum. Mayoritas (80%) tumor yaitu  

jinak. Insiden tumor ganas yaitu  20%-25% pada tumor parotis, 35%-40% tumor 

submandibula, 50% tumor palatum, dan 95%-100% tumor kelenjar sublingual. 

Pleomorphic adenoma merupakan tipe histologist tersering (65% dari tumor 

parotis dan 50% dari tumor kelenjar liur secara keseluruhan), lebih sering diderita 

penderita usia rata-rata 40 tahun dan wanita lebih sering daripada laki-laki. 

Tumor ganas yang paling sering yaitu  Mucoepidermoid carcinoma yang 

meliputi 10% dari Tumor Kelenjar Liur dan 35% dari Kanker Kelenjar Liur. 

Warthin tumor lebih sering diderita oleh pria, 10% bilateral, sering pada pool 

bawah parotis 

2.4  Etiologi dan Patogenesis Tumor Regio Kepala 

2.4.1 Etiologi Tumor Regio Kepala 

Penyebab tumor sampai saat ini belum diketahui secara pasti, 

kemungkinan sifatnya yang heterogen dan adanya faktor yang berperan 

pada karsinogenesis.  

 

  

− Genetik 

    Beberapa jenis tumor telah dilaporkan terjadi pada dasar 

kekeluargaan atau diwariskan disebab kan mutasi pada gen P53. Namun, 

laporan ini jarang dan terdiri dari sejumlah tumor yang tidak signifikan. 

− Alkohol 

 Alkohol bekerja sinergis dengan tembakau. Alkohol dapat bertindak 

sebagai promotor, iritasi langsung, atau pelarut untuk meningkatkan 

kelarutan dari karsinogen dari tembakau 

− Rokok   

 Tumor kepala dan leher terjadi enam kali lebih sering pada perokok 

dibandingkan bukan perokok. Umur standar resiko kematian akibat kanker 

laring tampaknya meningkat secara linear dengan meningkatnya konsumsi 

Rokok. Untuk perokok terberat, kematian akibat kanker laring 20 kali lebih 

besar dibandingkan yang tidak merokok . Penggunaan tanpa filter rokok 

atau tembakau yang gelap, juga meningkatkan resiko tumor kepala dan 

leher 

− Radiasi  

Peningkatan dosis radiasi  akan  meningkatkan risiko terjadinya 

tumor kepala dan leher, kebanyakan pasien telah menerima 50 Gy atau 

lebih dan waktu median antara paparan dan diagnosis tumor yaitu  

sekitar 10 tahun, meskipun ada beberapa bukti bahwa interval laten 

menurun 

- Kimia   

Zat-zat yang bersifat iritan pada saluran nafas, seperti carbon 

monoxide dan sulfur dioxide telah terbukti berhubungan dengan 

terjadinya neoplasma pada kepala dan leher, terutama pada saluran 

nafas 

2.4.2 Patogenesis Tumor Regio Kepala 

Sebagian besar tumor regio kepala timbul de novo bukan dari 

degenerasi ganas dari tumor jinak yang sudah ada sebelumnya. Telah 

terbukti juga bahwa berbagai tumor bisa timbul sebagai komplikasi dari 

terapi radiasi. Periode laten dari tumor regio kepala yang disebabkan oleh 

terapi radiasi ini rata-rata 10 tahun dan selalu memilki prognosis buruk 

Karbon Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk 

berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, 

hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk 

pernapasan sel-sel tubuh, tapi sebab  gas CO lebih kuat daripada oksigen, 

maka gas CO ini merebut tempat oksigen pada hemoglobin. Hemoglobin 

kemudian terikat dengan zat CO, yang kemudian dapat mengiritasi saluran 

nafas dan memicu metaplasia sel-sel normal. Kadar gas CO dalam darah 

bukan perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam darah perokok 

mencapai 4 – 15 persen 

Predisposisi genetik, seperti mutasi pada gen Supresor tumor yaitu 

gen P53. Ketidakseimbangan antara gen onkogen dan gen supresor 

yaitu  pemicu terbentuknya sel-sel abnormal yang kemudian berkembang 

menjadi tumor atau kanker 

2.5  Diagnosa Tumor Regio Kepala 

Untuk menentukan diagnosa tumor perlu dilakukan beberapa tahap 

pemeriksaan seperti anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi dan 

pemeriksaan histologi.  

2.5.1 Anamnesis 

Pada anamnesis ini ditanyakan kepada penderita apakah ada  

benjolan atau tidak, jika ada  benjolan maka ditanyakan pula letak / 

lokasi benjolan ini  dimana, sejak kapan timbulnya benjolan ini , 

sifat pertumbuhan dari benjolan ini  seperti apa (apakah terjadi secara 

lambat atau progresif yaitu cepat), dan menanyakan apakah ada  

keluhan nyeri atau sakit yang mungkin diakibatkan adanya penekanan 

tumor terhadap jaringan lain di sekitarnya.   

2.5.2 Pemeriksaan Fisik  

Pada pemeriksaan fisik ini bertujuan untuk mengetahui lokasi / letak 

dari benjolan yang ada, kemudian mendeskripsikan benjolan ini  yang 

meliputi : bagaimana batas dari benjolan ini  (apakah berbatas tegas 

atau tidak); ukuran dari benjolan ini  (apakah lebih dari 3 cm atau 

kurang dari 3 cm ); permukaan dari benjolan ini  seperti apa (apakah 

rata atau tidak rata); konsistensinya dan apakah ada  nyeri tekan atau 

tidak, dan untuk mengetahui pembesaran dari kelenjar getah bening 

regional dengan parameter teraba atau tidak teraba. 

2.5.3  Radiologi 

   Pola radiologi yang diperlihatkan oleh tumor beragam dan sering 

tidak spesifik. Tumor biasanya berbentuk bulat atau oval. Tumor ini 

bervariasi dalam ukuran dan mungkin timbul di kulit, jaringan subkutan, 

  

otot, atau jaringan lunak dalam. Lesi superfisial kulit yang terbaik dinilai 

oleh inspeksi klinis dan palpasi. Massa yang timbul di subkutan dan 

jaringan lunak yang lebih dalam harus dievaluasi oleh studi radiologis, yang 

dapat mendeteksi kalsifikasi, pengerasan, atau radiolusensi di lesi 

    Keuntungan  dari radiologis itu sendiri yaitu  untuk menunjukkan 

suatu urutan yang tepat dari studi radiologis yang memungkinkan tepat 

waktu, evaluasi akurat dari tumor sementara secara bersamaan 

meminimalkan biaya dan ketidaknyamanan kepada pasien; menentukan 

luasnya lesi dan dampaknya terhadap struktur yang berdekatan, dan 

menyarankan yang sesuai diagnosis diferensial 

− Magnetic Resonance Imaging (MRI) 

 MRI yaitu  teknik pencintraan khusus yang non-invasif, 

memakai  medan magnet, gelombang radio, dan computer untuk 

melihat abnormalitas berupa tumor atau struktur abnormal. Oleh 

sebab  yang digunakan elektromagnet, pasien yang mengenakan 

implan logam, brace, atau pacemaker tidak dapat menjalani 

pemeriksaan ini. Perhiasan harus dilepas. Pasien yang menderita 

klaustrofobia biasanya tidak mampu menghadapi ruangan tertutup 

pada peralatan MRI tanpa penerangan (Enzinger dan Weiss’s, 2001). 

− Computed Tomography (CT) 

 Prosedur ini menunjukkan rincian bidang tertentu dari tulang yang 

sakit dan dapat memperlihatkan tumor atau cedera ligamen atau 

tendon. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan 

  

panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi, misalnya 

vertebrae cervicalis. Pemeriksaan dilakukan dengan atau tanpa zat 

kontras dan berlangsung sekitar 1 jam. Pasien perlu diberikan 

penjelasan bahwa akan terdengar suara mesin CT scan, dan bunyi 

ini tidak berbahaya sehingga pasien tidak merasa takut saat 

pemeriksaan dilakukan 

    -    Ultrasonography (USG) 

Prosedur USG dilakukan untuk mendeteksi gangguan pada 

jaringan lunak (adanya massa, dll). Pemeriksaan USG memakai  

system gelombang suara yang menghasilkan gambaran jaringan 

yang diperiksa. Kulit diatas jaringan yang akan diperiksa diolesi jel 

untuk memudahkan gerakan alat. USG tidak memerlukan persiapan 

khusus dan perawatan khusus sesudah  pemeriksaan. 

2.5.4    Biopsi 

Biopsi yaitu  mengambil sebagian / seluruh massa tumor yang 

dipakai untuk menegakkan diagnosa, dan terapi definitif dari tumor pada 

umumnya belum dapat dilakukan sebelum adanya hasil pemeriksaan 

biopsi. Namun seringkali ahli bedah menganggap biopsi sebagai tindakan 

yang mudah sehingga kurang berhati-hati dan terkadang 

membiarkan/menyuruh orang lain yang kurang berpengalaman 

mengerjakan tindakan biopsi ini  yang memicu  kesalahan 

dalam diagnosa dan terapi dari tumor ini  

Ada empat teknik biopsi yang digunakan untuk mendiagnosis kanker,yaitu : 

  

1. Aspiration biopsy : teknik ini memakai  jarum sebagai alat untuk 

mengambil sampel dengan cara menusukkan jarum ke dalam tumor dan 

sample tumor akan ikut terangkat saat jarum dikeluarkan. Prosedur ini 

bisa memakai  bius lokal maupun tanpa obat bius. 

2. Needle biopsy :  teknik ini memakai  jarum pemotong khusus yang 

dimasukkan ke dalam inti tumor kemudian sampel akan dipotong lalu 

dikeluarkan. Pada teknik ini penggunaan bius lokal sangat sering 

dilakukan. 

3. Incisional biopsy :  Teknik ini dilakukan dengan cara mengambil 

sebagian besar tumor untuk dijadikan sampel. Teknik ini biasanya 

memakai  bius lokal pada pasien rawat jalan 

4. Excisional biopsy : Seluruh tumor dan jaringan sehat disekitar tumor 

(clear margin). Prosedur bius total sangat dianjurkan pada pengambilan 

sampel excisional biopsy.  

     

 

2.6   Grading (Derajat Keganasan) Tumor 

 Grade tumor yaitu  sistem yang digunakan untuk mengklasifikasikan sel-

sel kanker apakah mereka terlihat normal di bawah mikroskop dan seberapa 

cepat tumor cenderung tumbuh dan menyebar. Banyak faktor yang 

dipertimbangkan saat menentukan grade tumor, termasuk struktur dan pola 

pertumbuhan sel. Faktor-faktor khusus yang digunakan untuk menentukan grade 

tumor bervariasi dengan masing-masing jenis kanker. 

 Berdasarkan gambaran mikroskopik sel tumor, para ahli patologi 

membagi derajat keganasan tumor menjadi empat derajat keparahan : Grade I, 

  

II, III, dan IV. Pada grade I sel-sel tumor menyerupai sel-sel yang normal dan 

cenderung tumbuh dan berkembang secara perlahan. Sebaliknya, sel-sel dari 

tumor grade III dan grade IV tumor terlihat tidak normal dibandingkan dengan sel 

asal. Tumor grade III dan grade IV cenderung tumbuh dengan cepat dan 

menyebar lebih cepat daripada tumor dengan kelas yang lebih rendah. American 

Joint Committe on Cancer merekomendasikan pedoman berikut: 

Tabel 2.a Derajat Keganasan tumor menurut American Joint Committe on 

Cancer 

GRADE  

GX Grade cannot be assessed (Undetermined grade) 

GI Well-differentiated (Low grade) 

GII Moderately differentiated (Intermediate grade) 

GIII Poorly differentiated (High grade) 

GIV Undifferentiated (High grade) 

(American Joint Committee on Cancer, 2010) 

 

2.7  Stadium Klinik Tumor 

Berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Union for International Cancer 

Control (UICC) stadium tumor sangat dipengaruhi oleh derajat keganasan. 

Derajat keganasan rendah meliputi stadium tumor IA, IB dan IIA, sedangkan 

derajat keganasan tinggi meliputi stadium tumor IIB, TIC dan III 

Klasifikasi klinik TNM :  

T : tumor induk 

TX : tumor tidak dapat dicapai 

T0 : tidak ada  tumor primer 

T1 : diameter terbesar tumor <5 cm 

T1a : superficial tumor 

T1b : deep tumor  

T2 : diameter tumor >5cm 

T2a : superficial tumor 

T2b : deep tumor 

T3 : infiltrasi tumor ke tulang, pembuluh darah, atau saraf utama  

N : kelenjar limfe (kelenjar getah bening) 

NX : kelenjar getah bening regional tidak dapat dicapai 

N0 : kelenjar getah bening regional tidak ada  metastasis 

N1 : terbukti kelenjar getah bening reginal ada  metastasis 

M : metastasis jauh 

Mx : metastasis jauh tidak dapat dicapai 

M0 : tidak ditemukan metastasis jauh 

M1 : terbukti ada metastasis jauh  

Tabel 2.b Staging Tumor Menurut TNM system 

TNM two – grade System TNM three–grade System TNM four – grade System 

Low grade Grade I 

Grade I 

Grade II 

High grade 

Grade II 

Grade III 

Grade III 

Grade IV 

     

 

Tabel 2.c Grouping Stage Keganasan Tumor 

Stage IA 

T1a 

T1b 

N0,Nx 

N0,Nx 

M0 

M0 

Low Grade 

Stage IB 

T2a 

T2b 

N0,Nx 

N0,Nx 

M0 

M0 

Stage IIA 

T1a 

T1b 

N0,Nx 

N0,Nx 

M0 

M0 

High Grade 

Stage IIB T2a N0,Nx M0 

Stage III T2b N0,Nx M0 

Stage IV 

Any T 

Any T 

N1 

Any N 

M0 

M1 

Any grade 

         

 

2.8  Pengobatan Tumor 

   Secara umum, pengobatan untuk tumor tergantung pada stadium klinik 

dari tumor regio kepala itu sendiri. Stadium klinik dari tumor regio kepala itu 

sendiri didasarkan pada ukuran dan derajat keganasan dari tumor itu sendiri. 

Ada beberapa metode standart dengan cara membandingkan satu kanker 

dengan kanker lain yang bertujuan untuk menentukan pengobatan yang paling 

cocok dan membawa dampak paling bagus untuk pasien. Metode ini yang 

dimaksudkan yaitu  staging. Metode yang paling sering digunakan yaitu  TNM 

system. 

“T” singkatan dari ‘tumor’ yang mencerminkan ukuran tumor 

"N" merupakan penyebaran kanker ke lymph ‘nodes’, sangat ditentukan oleh 

kelenjar yang diambil saat operasi yang mengandung sel kanker. sebab  

kanker menyebar kebanyakan melalui sistem limfatik, ini berguna dalam 

mengukur kemampuan kanker untuk menyebar. 

“M” menunjukkan ‘metastasis’ dan menunjukkan apakah ada metastase dan 

seberapa jauh metastasenya dari kanker asal. 

(Beers dan Berkow, 1999) 

    Pengobatan utama yang menjadi pilihan untuk menangani tumor regio 

kepala  meliputi pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi dan terapi biologis 

lainnya. 

2.8.1 Operasi 

Operasi pengangkatan merupakan satu dari empat cara utama 

mengobati tumor. Ada beberapa faktor yang digunakan untuk memilih 

metode mana yang cocok untuk menngobati tumor. Seperti tumor jinak yang 

tidak berpotensi untuk metastase ke jaringan lainnya, pada kasus ini tumor 

hanya diobati dengan cara operasi saja. Lain halnya dengan tumor ganas 

yang sudah metastase dan berkembang ke jaringan-jaringan lainnya, tumor 

ini kebanyakan diobati dengan metode kombinasi antara operasi 

pengangkatan dengan kemoterapi ataupun dengan memakai  terapi 

radiasi (pada sekitar 55% kasus). Pada beberapa kasus, non-curative 

surgery mungkin bisa membuat pengobatan lain lebih efektif. Dengan 

membuat tumor menjadi bagian yang lebih kecil dengan operasi 

pengangkatan hal ini menyebabkan radiasi dan kemoterapi lebih efektif 

daripada jika langsung penggunaan kanker yang ukurannya besar 

  

2.8.2 Radiasi 

Radiasi dan radioaktif ditemukan lebih dari 100 tahun yang lalu. Sejak 

kemajuan teknologi dan pengetahuan menyebabkan radiasi menjadi salah 

satu peranan penting dalam pengobatan kanker. Faktanya, lebih dari 

setengah orang yang mengidap kanker akan mendapatkan radiasi sebagai 

tahap terakhir dalam pengobatan kanker. Radiasi yaitu  energi yang dibawa 

oleh gelombang atau aliran partikel. Radiasi bekerja dengan cara merusak 

gen (DNA) dalam sel. Sebagaimana yang kita tau bahwa gen merupakan 

kontrol dari bagaimana sel itu berkembang dan membelah. saat  radiasi 

merusak gen pada sel kanker, sel kanker itupun tidak bisa berkembang dan 

membelah lagi, sehingga sel akan mati. Disini berarti radiasi bisa digunakan 

dalam membunuh sel-sel kanker dan menyusutkan tumor 

Tahap siklus sel sangat penting dalam pengobatan kanker sebab  

kebanyakan radiasi pertama-tama membunuh sel yang sedang aktif 

membelah. Ini tidak bekerja cepat saat sel berada pada tahap istirahat yaitu 

(G0) atau saat pembelahan tidak sering terjadi. Jumlah dan jenis dari radiasi 

yang sampai pada sel, juga kecepatan sel membelah berpengaruh terhadap 

cepat tidaknya sel ini  akan mati atau rusak. Istilah radiosensitivity 

menjelaskan seberapa besar kemungkinan sel kanker dapat rusak sebab  

radiasi (American Cancer Society, 2012). 

Radiasi yang digunakan untuk terapi kanker disebut ionizing radiation 

sebab  bentuk ion (partikel elektrik) pada sel jaringan yang dilewatinya. Ini 

membuat ion melepaskan elektron-elektron dari atom dan molekul, sehingga 

sel bisa mati atau merubah gen yang memicu  sel tidak bisa 

  

  

26

  

berkembang. Bentukan lain dari radiasi seperti radio waves, microwaves, 

and light waves disebut non-ionizing. Bentuk radiasi ini tidak punya banyak 

energi dan tidak bisa membentuk ion (American Cancer Society, 2012). 

Ionizing radiation bisa dibagi menjadi 2 tipe besar: 

• Photons (x-ray dan gamma rays), yang paling banyak digunakan 

• Particle radiation (electrons, protons, neutrons, carbon ions, alpha 

particles, dan beta particles) 

(American Cancer Society, 2012). 

 2.8.3 Kemoterapi 

Kata kemoterapi sebenarnya berarti penggunaan obat (seperti aspirin 

atau penisilin) untuk mengobati penyakit, tapi kebanyakan orang mengira 

kemoterapi hanya obat untuk pengobatan kanker. Siklus sel sangat 

berperan penting sebab  banyak obat kemoterapi yang hanya berkerja 

pada sel yang aktif bereproduksi (bukan sel yang sedang dalam fase 

istirahat, G0). Beberapa obat spesifik menyerang pada fase tertentu 

(contohnya, fase M atau S).  Kemoterapi tidak bisa membedakan sel yang 

normal dengan sel kanker. Ini berarti sel normal juga dirusak dan ini 

menimbulakan efek samping. Setiap kemoterapi diberikan, selalu 

melibatkan keseimbangan antara menghancurkan sel kanker (untuk 

menyembuhkan dan mengkontrol sakitnya) dan meminimalkan 

penghancuran sel normal (untuk mengurangi efek samping (American 

Cancer Society, 2012). 

   Ada tiga tujuan dari kemoterapi, yaitu : 

1) Cure: Jika memungkinkan, kemoterapi digunakan untuk mengobati 

kanker, dimana diharapkan kanker hilang dan tidak kembali lagi. 


  

saat  memberi pengobatan yang menyembuhkan pasies kanker, 

mungkin dokter mendeskripsikan pengobatan dengan kuratif. Tapi 

sebenarnya tidak ada garansi dan walaupun cure merupakan tujuan 

utama, ini tidak selalu berjalan sesuai harapan. Ini membutuhkan 

bertahun-tahun untuk tau apakan pasien ini  benar-benar 

sembuh cure. 

2) Control: Jika penyembuhan cure tidak memungkinkan, tujuan 

pengobatan yaitu  control penyakitnya dan menghambat atau 

menghentikan pertumbuhan dan penyebaran tumor. Ini bisa 

membantu pasien kanker merasa lebih baik dan mungkin saja hidup 

lebih lama. Kebanyakan kanker tidak sepenuhnya pergi namun  

mengkontrol dan memanajemen kanker menjadi penyakit kronis. 

3) Palliation: saat  kanker pada stadium lanjut, kemoterapi mungkin 

hanya bisa untuk memperbaiki gejala yang disebabkan oleh kanker. 

saat  tujuan pengobatan hanya untuk menaikkan kualitas hidup 

pasien namun  tidak mengobati penyakit itu sendiri, ini disebut 

palliative treatment atau palliation  

 

2.9 FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) 

Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) yaitu  teknik di mana jarum halus 

dimasukkan ke dalam tumor kemudian dilakukan aspirasi jaringan seluler dan 

diagnosis sitologi dapat dilakukan. Tindakan ini  dapat memisahkan proses 

reaktif dan inflamasi yang tidak memerlukan intervensi bedah dari neoplasma 

jinak maupun ganas 

2.9.1  Teknik FNAB 

Teknik FNAB mencakup kegiatan mulai dari pendekatan pasien, 

mempersiapkan peralatan, mengambil sel atau jaringan tumor dan 

membuat sediaan. Adapun langkah-langkah melakukan tindakan FNAB 

antara lain : 

1. Tentukan lokasi di mana biopsi harus dilakukan dan olesi dengan 

povidone iodine, anestesi lokal tidak digunakan. 

2. sesudah  kulit diberikan antiseptik dan steril maka lakukan aspirasi. 

Aspirasi dilakukan dengan memakai  jarum berdiameter            

25-gauge dengan volume 20-cc dan 5 cc udara kemudian suntikkan 

kedalam tumor.  

3. Jarum suntik kemudian ditarik hingga mendapatkan tambahan ruang 

udara kosong sebesar 15-cc dan vakum pada ujung jarum.  

4. Lakukan aspirasi dengan jarum secara cepat ke dalam tumor dari 

berbagai arah untuk memberikan sampel yang menunjukan jenis sel 

ini . 

5. sesudah  aspirasi selesai dilakukan, tekanan negatif dilepaskan dan 

kembali hingga didapatkan jaringan, sel, atau cairan sebanyak  5-cc 

dalam jarum (bagian logamnya) bukan dikepala jarum ataupun masuk 

ke dalam tabung. Jarum ini  kemudian ditarik dari pasien. 

6. Pertahankan tekanan pada daerah selama minimal 5 menit untuk 

mencegah pendarahan tumor dan penyebaran tumor lokal. Sample 

yang baik yaitu  yang tidak disertai dengan darah dan sebaliknya. 

  

7. Sampel yang diaspirasi tadi letakkan diatas object glass kemudian 

tumpuk dengan object glass ke-2. Kemudian lakukan fiksasi dengan 

cara keringkan memakai  hairdryer. 

8. Cara fiksasi sangat menentukan teknik pewarnaan, apabila 

dikeringkan maka akan diwarnai dengan Diff Quik-(Fisher Scientific 

Biomedical Sciences, Inc, Swedesboro, NJ). Sedangkan fiksasi 

dengan etanol 95% dilakukan metode pewarnaan Papanicolaou.  

9. Spesimen kemudian segera dianalisis oleh ahli patologi . 

  

 2.9.2 Indikasi Pemeriksaan FNAB 

Pada hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik 

yang letaknya superfisial yang teraba ataupun tumor yang terletak di 

dalam rongga tubuh yang tidak teraba dengan indikasi : 

1) Preoperatif biopsi aspirasi pada tumor diduga ganas yang perlu 

operasi. Tujuannya yaitu  untuk diagnosis dan menentukan pola 

tindakan pengobatan selanjutnya.  

2) Diagnosis konfirmatif tumor "rekuren" dan metastasis. 

3)   Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan. 

4)  Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian  

   2.9.3 Keterbatasan Pemeriksaan FNAB 

Harus disadari bahwa jangkauan sitologi biopsi aspirasi terbatas, 

hal ini  disebab kan beberapa faktor, yaitu : 

1)  Luasnya invasi tumor tidak dapat ditentukan. 

2)  Subtipe kanker tidak selalu dapat diidentifikasi. 

3)  Dapat terjadi negatif palsu. 

4)  Harus ada kerja sama klinisi dengan ahli patologi  

 2.9.4 Keuntungan dan Kerugian FNAB 

Keuntungan dari biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) antara lain, 

mudah, murah, cepat, trauma minimal, resiko infeksi kecil, dapat 

dilakukan di poliklinik tanpa bius umum. 

Kerugiannya yaitu  jaringan yang diambil tidak adekuat / terlalu 

sedikit menyebabkan kesalahan diagnostik, juga bila kebetulan terambil 

jaringan nekrotik akan menyebabkan kesulitan dalam menegakkan 

diagnosis