RSU Sorong Jl. Kesehatan No. 36 Sorong 0951-321850 321763
266 Papua Nabire 9202012 RSU Nabire Jl. R.E Martadinata Nabire -21845 -
267 Papua Mimika 9201011 RS Mitra Masy.Timika Jl.SP2-SP5 Timika, Mimika 0901-301881 301882
268 Papua Biak 9205015 RSU Biak Jl. Sriwijaya Ridge I Biak 0981-21294 24630
269 Papua Abepura 9271023 RSU Abepura Jl. Kesehatan No. 1 Abepura 0967-581064 581064
270 Papua Jayapura 9271034 Rumkit Tk.IV Marten Indey/ Dr Aryoko
Sorong
Jl. Pramuka No.1 Remu Utara,Sorong -21752 -
271 Papua Jayapura 9271012 RSU Jayapura Jl. Kesehatan I Dok II Jayapura 0967-533616 533781
272 Papua Merauke 9201012 RSU Merauke Jl. SukarjowirjopraNo.to Merauke 0971-321125 321124
273 Papua Jayapura 9271067 RS Bhayangkara Papua Jl. Jeruk Nipis Furia Kotaraja,Jayapura
274 Papua Jayapura 9271056 RS Dian Harapan Jl. Teruna Bakti Waena Jayapura
275 Papua Mimika 9212011 RSUD Kab. Mimika Jl. Yos Sudarso Kab. Mimika
276 Papua Jayawijaya 9202013 RSU Wamena Jl. Trikora Wamena -31152 -
277 Papua Yapen Waropen 9204014 RSU Serui Jl. Dr Sam Ratulangi Serui -31118 -
278 Papua Jayapura RSAL Jayapura**
Keterangan:
* Kemungkinan ada duplikasi
** Nomor registrasi rumah sakit belum diketahui
71
Lampiran 2. Catatan Kunjungan Pasien
72
73
74
Lampiran 3. Formulir Skrining Gejala dan Tanda TB pada
ODHA
: …………………………………………………
: …………………………………………………
: …………………………………………………
No Ya Tidak
1.
2.
3.
4.
5.
6. Lainnya ……………………………
Petugas,
(………………………)
Formulir ini dapat digunakan pada layanan tes HIV dan PDP
Gejala dan Tanda TB
Batuk selama 2-3 minggu atau lebih
Demam hilang timbul lebih dari 1 bulan
Catatan
Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas
Pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih dari 2 cm
Bila jawaban ”ya” pada salah satu pertanyaan di atas: segera rujuk untuk pemeriksaan dahak
secara mikroskopis atau pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis TB.
Kalau sarana pemeriksaan untuk penegakan diagnosis TB tidak tersedia di unit pelayanan
Bila jawaban ”tidak” pada semua pertanyaan di atas, ulangi pertanyaan di atas
pada kunjungan berikutnya.
FORMULIR SKRINING GEJALA DAN TANDA TB PADA ODHA
No. Register Nasional HIV
Nama pasien
Keringat malam tanpa aktivitas
Tanggal
75
Lampiran 4. Stadium Klinis Infeksi HIV
Stadium 1
Tidak ada gejala
Limfadenopati Generalisata Persisten
Stadium 2
Penurunan berat badan bersifat sedang yang tak diketahui penyebabnya (<10% dari
perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya)
Infeksi saluran pernafasan yang berulang (sinusitis, tonsillitis, otitis media, faringitis)
Herpes zoster
Keilitis angularis
Ulkus mulut yang berulang
Ruam kulit berupa papel yang gatal (Papular pruritic eruption)
Dermatisis seboroik
Infeksi jamur pada kuku
Stadium 3
Penurunan berat badan bersifat berat yang tak diketahui penyebabnya (lebih dari 10%
dari perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya)
Diare kronis yang tak diketahui penyebabnya selama lebih dari 1 bulan
Demam menetap yang tak diketahui penyebabnya
Kandidiasis pada mulut yang menetap
Oral hairy leukoplakia
Tuberkulosis paru
Infeksi bakteri yang berat (contoh: pneumonia, empiema, meningitis, piomiositis, infeksi
tulang atau sendi, bakteraemia, penyakit inflamasi panggul yang berat)
Stomatitis nekrotikans ulserative akut, gingivitis atau periodontitis
Anemi yang tak diketahui penyebabnya (<8g/dl), netropeni (<0.5 x 10
9
/l) dan/atau
trombositopeni kronis (<50 x 10
9
/l)
Stadium 4
Sindrom wasting HIV
Pneumonia Pneumocystis jiroveci
Pneumonia bacteri berat yang berulang
Infeksi herpes simplex kronis (orolabial,
genital, atau anorektal selama lebih dari
1 bulan atau viseral di bagian manapun)
Kandidiasis esofageal (atau kandidiasis
trakea, bronkus atau paru)
Tuberkulosis ekstra paru
Sarkoma Kaposi
Penyakit Cytomegalovirus (retinitis atau
infeksi organ lain, tidak termasuk hati,
limpa dan kelenjar getah bening)
Toksoplasmosis di sistem saraf pusat
Ensefalopati HIV
Pneumonia Kriptokokus ekstrapulmoner,
termasuk meningitis
Infeksi mycobacteria non tuberkulosis
yang menyebar
Leukoencephalopathy multifocal progresif
Cyrptosporidiosis kronis
Isosporiasis kronis
Mikosis diseminata (histoplasmosis,
coccidiomycosis)
Septikemi yang berulang (termasuk
Salmonella non-tifoid)
Limfoma (serebral atau Sel B non-
Hodgkin)
Karsinoma serviks invasif
Leishmaniasis diseminata atipikal
Nefropati atau kardiomiopati terkait HIV
yang simtomatis
76
Lampiran 5. Daftar obat ARV di Indonesia berikut nama dagang sering digunakan, dosis dan efek sampingnya
Golongan
Sediaan dan dosis yang
direkomendasikan
Efek Samping Keterangan
Nucleoside Reverse Trancriptase Inhibitor (NRTI)
Zidovudine (AZT)
(Reviral®)
250 - 300 mg setiap 12 jam
Dosis 250 mg dapat
diberikan tanpa mengurangi
efektifivatas AZT dengan
kemungkinan timbulnya efek
samping yang lebih rendah
Dosis 250 mg sementara
tidak tersedia di Indonesia
Perlu dilakukan Pemantauan efek samping supresi
sumsum tulang (anemi makrositik atau netropeni)
ES lain: asidosis laktat dengan steatosis hepatitis (jarang);
intoleransi gastrointestinal; sakit kepala; sukar tidur;
miopati; pigmentasi kulit dan kuku
Dalam suhu kamar
Duviral® merupakan FDC dari
AZT+3TC
Stavudine (d4T)
(Staviral®)
30 mg; diberikan tiap 12 jam Neuropati perifer, lipodistrofi dan laktat asidosis merupakan
efek samping yang sering timbul. Pemeriksaan ketiga
gejala tersebut diatas perlu dilakukan secara terus menerus
ES lain Pankreatitis
Dalam suhu kamar
Lamivudine (3TC)
(Hiviral®)
150 mg; diberikan tiap 12 jam
atau 300 mg setiap 24 jam
Toksisitas rendah
Efek samping asidosis laktat dengan steatosis hepatitis
(jarang)
.
Dalam suhu kamar. Jika ODHA telah
mendapatkan Lamivudin untuk tujuan
pengobatan Hepatitis B sebelumnya,
maka Lamivudine tidak dapat
digunakan karena telah terjadi
resisten.
Duviral® merupakan FDC dari
AZT+3TC
Didanosine (ddI)
250 mg ( BB < 60 mg) dan
400 mg ( BB > 60 mg):
diberikan single dose setiap
24 jam (tablet bufer atau
kapsul enteric coated)
Didanosine merupakan obat dari golongan “ d “ drugs
bersama dengan d4T dan ddC. ddI tidak dapat digunakan
bersama dengan d4T karena memperkuat timbulnya efek
samping seperti pankreatitis, neuropati, asidosis laktat,
lipoatrofi.
Efek samping lain: asidosis laktat dengan steatosis
Tablet dan kapsul dalam suhu kamar.
Puyer harus dalam refrigerator,
suspensi oral/ formula pediatrik dapat
tahan hingga 30 hari bila disimpan
dalam lemari es.
Sudah tidak digunakan di Indonesia
77
Golongan
Sediaan dan dosis yang
direkomendasikan
Efek Samping Keterangan
hepatitis (jarang); mual; muntah; diare
ddI tidak boleh digunakan bersama dengan Tenovofir
karena interaksi obat yang menyebabkan kadar Tenofovir
dalam darah turun sehingga menyebabkan kegagalan
pengobatan
ddI juga tidak direkomendasikan untuk digunakan bersama
dengan Abacavir karena data pendukung yang tidak cukup
Abacavir (ABC)
(Ziagen®)
300 mg; diberikan tiap 12 jam
ATAU 600 mg setiap 24 jam
Abacavir mempunyai efek samping hipersensitivitas
dengan insiden sekitar 5 – 8 % (dapat fatal).
Demam, ruam, kelelahan, mual, muntah, tidak nafsu makan
Gangguan pernafasan (sakit tenggorokan, batuk) asidosis
laktat dengan steatosis hepatitis (jarang)
Penggunaan Abacavir harus dihentikan jika terjadi reaksi
alergi dan TIDAK boleh digunakan lagi ( re-start)
Efek samping abacavir sama dengan efek samping
Nevirapine dan kotrimoksasol sehingga penggunaan
Abacavir bersama dengan Nevirapine merupakan kontra
indikasi
Pada negara maju, pemeriksaan HLA *B 5701 sebelum
memberikan Abacavir, jika HLA*B5701 negatif maka
Abacavir dapat digunakan
Penggunaan Abacavir dapat menyebabkan cardiomiopati,
terjadi terutama jika viral load > 100,000 copies/ml
Dalam suhu kamar
Hanya digunakan untuk formula anak
Emtricitabine (FTC) 200 mg setiap 24 jam Merupakan turunan dari 3TC, dapat digunakan pada
Hepatitis B
Dalam suhu kamar
Truvada® - merupakan FDC dari
TDF+FTC
Atripla® - merupakan FDC dari
TDF+FTC+EFV
Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor (NtRTI)
78
Golongan
Sediaan dan dosis yang
direkomendasikan
Efek Samping Keterangan
Tenofovir (TDF)
(Viread®)
300 mg; diberikan single dose
setiap 24 jam
(Catatan: interaksi obat
dengan ddI, tidak lagi
dipadukan dengan ddI)
Insufisiensi fungsi ginjal, sindrom Fanconi, sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal sebagai data awal
(baseline data)
Astenia, sakit kepala, diare, mual, muntah, perut kembung;
Penurunan bone mineral density; Osteomalasia.
Dalam suhu kamar
Truvada® - merupakan FDC dari
TDF+FTC
Atripla® - merupakan FDC dari
TDF+FTC+EFV
Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
Nevirapine
(Neviral®)
200 mg setiap 24 jam selama
14 hari, kemudian 200 mg
setiap 12 jam
Efek samping pada nevirapine adalah dose dependent,
sehingga untuk 2 minggu pertama dilakukan eskalasi dosis
200mg/dosis tunggal dan 200 mg /12 jam pada hari ke 15
dan seterusnya
Jika Nevirapine digunakan untuk mengganti ( substitusi)
Efavirense maka nevirapine langsung diberikan dengan
dosis penuh tanpa escalating dosis
Efek samping nevirapine lainnya yang perlu diperhatikan
adalah hepatotoksik.
Nevirapine dihentikan jika terjadi kenaikan SGPT > 5 kali
dari baseline
Nevirapine dihentikan jika terjadi steven – Johnson sindrom
dan tidak boleh di ulang kembali.
Pemberian Nevirapine pada wanita dengan CD4 > 250 dan
pria dengan CD4 > 400 perlu dilakukan Pemantauan ketat
terhadap timbulnya reaksi alergi
Nevirapine TIDAK boleh digunakan untuk Post Exposure
Prophylaxis ( PEP)
Nevirapine dapat dipertimbangkan untuk digunakan
bersama dengan Rifampisin jika Efaviren merupakan
kontraindikasi.
Efavirenz TIDAK direkomendasikan untuk digunakan guna
keperluan substitusi jika telah terjadi Steven Johnson
syndrom
Dalam suhu kamar
79
Golongan
Sediaan dan dosis yang
direkomendasikan
Efek Samping Keterangan
Efavirenz
(Stocrine®)
(Efavir®)
(Sustiva®)
600 mg; diberikan single dose
24 jam (malam) hari
Gejala SSP: pusing, mengantuk, sukar tidur, bingung,
halusinasi, agitasi, seperti susah konsentrasi, insomnia,
vivid dream, depresi, skizofrenia.
Peningkatan kadar transaminase.
Hiperlipidemi. Ginekomasti. Ruam kulit. Potensi teratogen
Merupakan obat pilihan utama pada ko-infeksi TB/HIV
Mempunyai profile efek samping yang sama dengan
Nevirapine dengan insiden yang lebih rendah
Pemantauan efek samping pada gangguan mental
Pada wanita hamil, Efavirenz diberikan setelah trimester
pertama
Dilaporkan menyebabkan false positif pada skrining
cannabis dan benzodiazepine.
Dalam suhu kamar
Atripla® - merupakan FDC dari
TDF+FTC+EFV
Protease Inhibitor (PI)
Lopinavir/ ritonavir
(LPV/ r)
(Aluvia®)
Tablet heat stable lopinavir
200 mg + ritonavir 50 mg:
400 mg/100 mg setiap 12 jam
Untuk pasien dalam terapi TB
yang mengandung Rifampisin
digunakan LPV 800 mg +
RTV 200 mg dua kali sehari,
dengan pemantauan ketat
keadaan klinis & fungsi hati
Efek samping metabolic seperti hiperglikemia (diabetes),
hipercholestrolemi, lipoakumulasi perlu dimonitor pada
penggunaan jangka panjang
Intoleransi gastrointestinal, mual, muntah, peningkatan
enzim transaminase
Kontra indikasi relatif untuk digunakan bersama dengan
Rifampisin karena adanya interkasi obat yang
menyebabkan kadar LPV/r hilang hingga 90%
Dalam suhu kamar
80
Lampiran 6. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Laboratorium Untuk
Hepatitis B
Pemeriksaan
serologi
Hasil Interpretasi dan Rekomendasi
HBsAg Negatif
Tidak terinfeksi HBV, rentan terhadap kemungkinan tertular dan
di rekomendasi untuk mendapatkan vaksinasi
Anti – HBc Negatif
Anti – HBs Negatif
HBsAg Negatif Jika belum divaksinasi, direkomendaskan untuk dilakukan
vaksinasi, jika sudah divaksinasi dan titer < 10mIU maka
direkomendasikan untuk diulang. Jika > 10mIU dan sudah
mendapatkan vaksinasi lengkap tidak lagi diperlukan vaksinasi.
Anti – HBc Negatif
Anti – HBs Positif
HBsAg Positif
Early acute infection Anti – HBc Negatif
Anti – HBs Negatif
HBsAg Positif
Infeksi Akut
Anti – HBc Positif
IgM anti –
HBc*
Positif
Anti –HBs Negatif
HBsAg Positif
Infeksi kronik
Anti – HBc Positif
IgM anti-HBc* Negatif
Anti – HBs Negatif
HBsAg Negatif
Proses infeksi telah berhenti dan pasien mempunyai kekebalan
terhadap HBV (Resolved infection)
anti – HBc Positif
Anti – HBs Positif
HBsAg Negatif Either distant resolved infection;recovering from acute
infection;false positive;or „occult‟ chronic infection ( HBV DNA
PCR positive )
Anti –HBc Positif
Anti – HBs Negatif
Sumber : Mast E.E.et al.,MMWR Recomm Rep,2006;55(RR-16);p.4
81
Lampiran 7. Interpretasi Hasil Laboratorium untuk Hepatitis C
Pemeriksaan Hasil Interpretasi Kemungkinan lain
Anti - HCV Negatif
Tidak Terinfeksi
Masa inkubasi dan Previous
infection with clearance and
seroconversion
HCV RNA PCR Negatif
Anti – HCV Negatif
Infeksi akut
HCV RNA PCR Positif
Anti – HCV Positif
Infeksi yang telah
mereda (Past
resolved infection)
Positif palsu dari hasil antibodi
dan kondisi kronik infeksi
dengan transient PCR RNA
yang undetectable (Chronic
infection with transiently
undetectable RNA PCR)
HCV RNA PCR Negatif
Anti – HCV Positif Infeksi akut atau
kronis
HCV RNA PCR Positif
Sumber : National Management Guidelines For Sexually Transmissible . Sexual Health Sociey of Victoria.2008
82
Lampiran 8. Pemantauan terapi ARV pada kelompok risiko yang
lebih sering terjadi efek samping
Obat ARV Toksisitas Utama
Keadaan risiko lebih tinggi untuk
terjadinya efek samping/toksisitas
d4T
Lipodistrofi
Neuropati
Asidosis laktat
Usia >40 tahun
Jumlah CD4 <200 sel/mm3
BMI >25 (atau berat badan >75 kg)
Penggunaan bersama INH atau ddI
AZT
Anemia
Neutropenia
Jumlah CD4 <200 sel/mm3
BMI <18.5 (atau berat badan <50 kg)
Anemia saat memulai
TDF Gangguan fungsi ginjal
Adanya penyakit ginjal lain
Usia >40 tahun
BMI <18.5 (atau berat badan <50 kg)
Diabetes mellitus
Hipertensi
Penggunaan bersama dengan PI atau obat lain yang
nefrotoksik
EFV
Teratogenik Trimester pertama kehamilan (tidak boleh dengan EFV)
Penyakit psikiatrik
Depresi atau penyakit psikiatrik (sebelumnya atau saat
awal)
NVP Hepatoksiksitas Ko-infeksi dengan HCV dan HBV
83
Lampiran 9. Derajat toksisitas klinis dan laboratoris
URAIAN Tahap 1 (Ringan) Tahap 2 (Sedang) Tahap 3 (Berat)
Tahap 4 (Potensial
mengancam jiwa)
HEMATOLOGI
Hemoglobin 8,0 - 9,4 g/dl 7,0 - 7,9 g/dl 6,5 – 6,9 g/dl < 6,5 g/dl
Jumlah netrofil absolut 1.000-1.500/mm
3
750-999/mm
3
500-749/mm
3
< 500/mm
3
Trombosit 75.000-99.000/mm
3
50.000-74.999/mm
3
20.000-49.999/mm
3
<20.000/mm
3
KIMIA KLINIK
Hiperbilirubinemi >1,0−1,5 x ULN >1,5−2,5 x ULN >2,5−5 x ULN >5 x ULN
Glukosa (puasa) 110−125 mg/dl 126−250 mg/dl 251−500mg/dl >500 mg/dl
Hipoglikemi 55−64 mg/dl 40−54 mg/dl 30−39 mg/dl <30 mg/dl
Hiperglikemi (sewaktu dan tdk
ada riwayat diabetes)
116−160 mg/dl 161−250 mg/dl 251−500 mg/dl >500 mg/dl
Trigliserida 400−750 mg/dl 751−1200 mg/dl >1200 mg/dl
Kreatinin >1−1,5 x ULN >1,5−3 x ULN >3−6x ULN >6x ULN
AST (SGOT) >1,25 – 2,5xULN >2,5−5 x ULN >5−10 x ULN >10 x ULN
ALT (SGPT) >1,25 – 2,5xULN >2,5−5 x ULN >5−10 x ULN >10 x ULN
GGT >1,25 – 2,5xULN >2,5−5 x ULN >5−10 x ULN >10 x ULN
Alkali fosfatase >1,25 – 2,5xULN >2,5−5 x ULN >5−10 x ULN >10 x ULN
Bilirubin 1,1−1,5 x ULN 1,6−2,5 x ULN 2,6−5x ULN >5x ULN
Amilase >1−1,5 x ULN >1,5−2 x ULN >2−5x ULN >5x ULN
Amilase pancreas >1−1,5 x ULN >1,5−2 x ULN >2−5x ULN >5x ULN
Lipase >1−1,5 x ULN >1,5−2 x ULN >2−5x ULN >5x ULN
Laktat <2 x ULN tanpa asidosis >2 x ULN tanpa asidosis Laktat ↑ dgn pH < 7,3 tidak
mengancam jiwa
Laktat ↑ dgn pH < 7,3 yang
mengancam jiwa
84
URAIAN Tahap 1 (Ringan) Tahap 2 (Sedang) Tahap 3 (Berat)
Tahap 4 (Potensial
mengancam jiwa)
GASTROINTESTINAL
Mual Ringan ATAU sementara;
Dapat mempertahankan asupan
Rasa tidak nyaman bersifat
sedang ATAU
penurunan asupan selama <3
hari
Rasa tidak nyaman bersifat berat
ATAU
asupan minimal selama >3 hari
Perlu rawat inap
Muntah Ringan ATAU sementara;
2−3 kali per
hari ATAU muntah ringan
berlangsung <1 minggu
Sedang ATAU
persisten; 4−5
episode per hari
ATAU muntah berlangsung >1
minggu
Muntah semua makanan/cairan
dalam 24 jam ATAU hipotensi
ortostatik ATAU perlu cairan IV
Syok hipotensi
ATAU perlu rawat inap untuk
pemberian cairan IV
Diare Ringan ATAU sementara;
3−4x diare per hari ATAU diare
ringan yang ber-langsung
<1 minggu
Sedang ATAU
persisten; 5−7x
diare per hari ATAU diare
yang berlang-sung >1 minggu
Diare berdarah ATAU hipotensi
ortostatik ATAU >7x diare/hari
ATAU perlu cairan IV
Syok hipotensi
ATAU perlu rawat inap
RESPIRASI
Dyspnea Sesak napas waktu olah raga Sesak napas pada aktivitas
normal
Sesak napas ketika istirahat Sesak napas yang memerlu kan
terapi O2
URINALISIS
Proteinuri
Urin sewaktu 1+ 2+ atau 3+ 4+ Sindroma nefrotik
24-jam urine Kehilangan protein 200 mg - 1 g
/hari ATAU <0,3% ATAU
<3 g/l
Kehilangan protein 1-2 g/ hari
ATAU 0,3-1% ATAU 3-10 g/ l
Kehilangan protein 2-3,5 g /hari
ATAU >1% ATAU >10 g/l
Sindroma nefrotik ATAU
Kehilangan protein >3,5 g /hari
Gross hematuri Hanya mikroskopis Gross, tanpa bekuan Gross dengan bekuan Obstruktif
LAIN-LAIN
Demam (oral, >12 jam) 37,7−38,5
o
C 38,6−39,5
o
C 39,6−40,5
o
C >40,5
o
C selama ≥12 jam
85
URAIAN Tahap 1 (Ringan) Tahap 2 (Sedang) Tahap 3 (Berat)
Tahap 4 (Potensial
mengancam jiwa)
berturut-turut
Sakit kepala Ringan; tidak memerlukan obat Sedang ATAU perlu analgetika
non-narkotik
Berat ATAU respon terhadap
obat narkotik awal
Sakit kepala membangkang
Reaksi alergi Gatal tanpa ruam kulit Urtikaria terlokalisir Urtikaria meluas, angioedema Anafilaksis
Ruam kulit hipersensitivitas Eritema, gatal Ruam
makulopapular difus ATAU
deskwamasi kering
Vesikulasi ATAU deskwamasi
basah ATAU ulserasi
SALAH SATU DARI:
terkena membrane mukosa,
suspek
Stevens-Johnson
(TEN), erytema
multiforme,
dermatitis exfoliativa
Lelah/lemah Aktivitas normal berkurang <25% Aktivitas normal berkurang
25−50%
Aktivitas normal berkurang
>50%; tidak dapat bekerja
Tidak mampu merawat diri
sendiri
86
Lampiran 10. Tanda, Gejala Klinis, Pemantauan dan Penatalaksanaan terhadap Gejala Efek Samping yang Berat
dari ARV yang Membutuhkan Penghentian Obat
Efek Samping Obat Penyebab Tanda/ Gejala Klinis Tatalaksana
Hepatitis akut NVP; EFV jarang;
lebih jarang dengan AZT,
ddl, d4T (<1%); dan PI,
paling sering dengan RTV
Kuning, pembesaran hati, gejala gastrointestinal, capai,
tidak nafsu makan; NVP yang berhubungan dengan
hepatitis dapat mempunyai komponen hipersensitif
(ruam karena obat, gejala sistematik, eosinofilia)
Jika mungkin pantau transaminase serum, bilirubin.
Semua ARV harus dihentikan sampai gejala teratasi.
NVP harus dihentikan sama sekali selamanya.
Pankreatitis akut ddl, d4T; 3TC (jarang) Mual, muntah dan sakit perut Jika mungkin pantau amilase dan lipase pankreas
serum. Semua terapi ARV harus dihentikan sampai
gejala teratasi. Mulai kembali terapi ARV dengan NsRTI
yang lain, lebih disukai yang tidak menyebabkan
toksisitas pada pankreas (mis. AZT, ABC
Asidosis laktat Semua analog nukleosida
(NsRTI)
Gejala awal bervariasi: sindrom prodromal klinis dapat
berupa kelelahan umum, lemah, gejala gastrointestinal
(mual, muntah, pembesaran hati, tidak nafsu makan,
dan atau kehilangan berat badan mendadak yang tidak
dapat dijelaskan), gejala pernafasan (takipnea dan
sesak nafas) atau gejala neurologis (termasuk
kelemahan motorik).
Hentikan semua ARV; gejala dapat berlanjut atau lebih
buruk setelah penghentian terapi ARV. Berikan terapi
penunjang. Obat-obatan yang dapat dipertimbangkan
untuk memulai terapi kembali termasuk kombinasi PI
dengan suatu NNRTI dan kemungkinan salah satu ABC
atau tenofovir (TDF)
Reaksi hipersensitif ABC, NVP ABC: kumpulan gejala awal termasuk: demam, capai,
mialgia, mual/ muntah, diare, sakit perut, faringitis,
batuk, sesak nafas (dengan atau tanpa ruam).
Walaupun gejala bertumpang tindih dengan gejala
pernafasan dan gastrointestinal yang timbul akut setelah
memulai ABC menunjukan khas adanya reaksi
hipersensitif.
NVP: gejala sistematik seperti demam, mialga, nyeri
sendi, hepatitis, eosinofilia dengan atau tanpa ruam.
Hentikan semua ARV sampai gejala teratasi. Reaksi
dapat makin bertambah buruk secara cepat dengan
pemberian obat dan dapat fatal. Berikan terapi
penunjang. Jangan coba lagi dengan ABC (atau NVP),
karena reaksi anafilaktik dan kematian telah pernah
dilaporkan. Sekali gejala teratasi, mulai kembali ARV
dan menggantinya dengan NsRTI lain jika berhubungan
dengan ABC atau dengan obat yang berdasarkan PI
atau NsRTI jika berhubungan dengan NVP.
Ruam hebat/ sindroma
Stevens-Johnson
NNRTI: NVP, EFV Ruam biasanya timbul dalam 2-4 minggu pertama
pengobatan. Ruam biasanya eritematus, makulopapula,
Hentikan semua ARV sampai gejala teratasi. Hentikan
sama sekali NVP yang menimbulkan ruam dengan
87
Efek Samping Obat Penyebab Tanda/ Gejala Klinis Tatalaksana
bersatu paling banyak ditubuh dan lengan, mungkin
gatal dan dapat terjadi dengan atau tanpa demam.
Sindrom Stevens-Johnson atau nekrotik epidermal
toksik (SSJ/NET) terjadi pada +0,3% orang terinfeksi
yang menerima NVP.
gejala sistematik seperti demam, ruam yang hebat
dengan lesi pada mukosa atau gatal-gatal, atau
SSJ/TEN; begitu teratasi, ganti obat terapi ARV dengan
jenis ARV lainnya (mis. 3 NsRTI atau 2 NsRTI dan PI).
Jika ruam tidak begitu hebat tanpa gejala mukosa atau
sistematik, ganti NNRTI (misal NVP ganti dengan EFV)
dapat dipertimbangkan setelah ruam teratasi.
Neuropati perifer yang
hebat
ddl, d4T Sakit, semutan, mati rasa pada tangan dan kaki;
kehilangan sensori distal, kelemahan otot ringan dan
dapat terjadi hilangnya refleks.
Hentikan NRTI yang dicurigai dengan NRTI lain yang
tidak neurotoksik (mis. AZT, ABC), gejala biasanya
teratasi dalam 2-3 minggu.
88
Lampiran 11. Interaksi obat ARV dengan obat lain
Obat / ARV NVP EFV LPV/r
Antimikobakterium
Rifampicin Kadar NVP turun 20-58%. Konsekuensi
virologis belum pasti. Kemungkinan terjadi
efek hepatotoksik tambahan. Perlu
Pemantauan dengan baik
Kadar EFV turun sampai 25% AUC LPV turun sampai 75%. Seharusnya
tidak digunakan bersama
Clarithromycin Tidak ada Kadar Clarithromycin turun sampai 39%. Lakukan
monitor efikasinya atau ganti obat lain
Peningkatan AUC Clarithromycin sampai
75%. Lakukan penyesuaian dosis
Claritrhromycin pada gangguan fungsi ginjal
Anti Jamur
Ketoconazole Kadar ketokonazole naik sampai 63%. Kadar
NVP naik sampai 15-30%. Tidak dianjurkan
untuk digunakan bersama
Tidak ada perubahan kadar yang berarti dari
ketokonazole maupun EFV
Peningkatan AUC LPV. Peningkatan kadar
Ketokonazole sampai 3 kali. Ketokonazole
Tidak boleh lebih dari 200 mg/hari
Fluconazole Peningkatan CMax, AUC, Cmin NVP sampai
100%. Tidak ada perubahan kadar
Fluconazole. Kemungkinan peningkatan
hepatotoksik yang memerlukan Pemantauan
toksisitas NVP.
Tidak ada data Tidak ada data
Itraconazole Tidak ada data Tidak ada data Peningkatan kadar Itraconazole. Dosis
Itraconazole tidak boleh lebih dari 200 mg/hari
Kontrasepsi Oral
Ethinyl estradiol Penurunan Ethinyl estradiol sampai 20%.
Gunakan metode lain atau tambahan
Peningkatan Ethinyl estradiol sampai 37%.
Gunakan metode lain atau tambahan
Penurunan Ethinyl estradiol sampai 42%.
Gunakan metode lain atau tambahan
Anti Konvulsan
Carbamazepine Belum diketahui. Gunakan dengan hati-hati.
Lakukan Pemantauan kadar antikonvulsan.
Tidak diketahui. Gunakan dengan hati-hati. Satu
laporan kasus penurunan konsentrasi EFV
Banyak kemungkinan interaksi.
Carbamazepin: meningkat bila bersama RTV.
89
Obat / ARV NVP EFV LPV/r
Phenobarbital
Phenytoin
bersamaan phenytoin. Lakukan Pemantauan kadar
antikonvulsan dan EFV
Gunakan dengan hati-hati. Monitor kadar
antikonvulsan. Phenytoin: penurunan kadar
LPV dan RTV, dan phenytoin. Hindari
penggunaan bersama atau monitor kadar LPV
Terapi Substitusi Opioid
Metadon Kadar: NVP tidak berubah. Metadon turun
sekali. Sering terjadi sindrom withdrawl opioid
bila digunakan bersama. Kadang perlu
menaikkan dosis metadon. Lakukan titrasi
dosis metadon untuk bisa berefek
Kadar: metadon turun 60%. Sering terjadi sindrom
withdrawl opioid bila digunakan bersama. Kadang
perlu menaikkan dosis metadon. Lakukan titrasi
dosis metadon untuk bisa berefek
Penurunan AUC metadon sampai 53%.
Kemungkinan terjadi sindrom withdrawl
opioid. Monitor dan kalau perlu lakukan titrasi
dosis. Mungkin perlu peningkatan dosis
metadon
Buprenorphine Belum ada penelitian Kadar Buprenorphine turun 50% tetapi tidak ada
laporan sindrom withdrawl opioid. Tidak ada
anjuran penyesuaian dosis
Tidak ada interaksi yang bermakna
Obat penurun lipid (Lipid-lowering agents)
Simvastatin,
Lovastatin
Tidak ada data Penurunan kadar Simvastatin sampai 58%. Kadar
EFV tidak berubah. Lakukan penyesuaian dosis
simvastatin sesuai respon lipid; tidak boleh melebihi
dari dosis yang dianjurkan
Potensi terjadi peningkatan kadar statin yang
tinggi. Hindari penggunaan bersama
Atorvastatin Tidak ada data Penurunan AUC Atorvastatin sampai 43%. Kadar
EFV tidak berubah. Lakukan penyesuaian dosis
Atorvastatin sesuai respon lipid; tidak boleh
melebihi dari dosis yang dianjurkan
Peningkatan AUC 5.88 kali. Mulai dengan
dosis terkecil dan monitor hati-hati
Pravastatin Tidak ada data Tidak ada data Peningkatan AUC Pravastatin 33%. Tidak
perlu ada penyesuaian dosis.
Proton pump inhibitor. Semua obat PI dan EFV dapat meningkatkan kadar Cisapride dan antihistamin non-sedasi (aztemizole, terfenidine) yang dapat menyebabkan toksisitas
jantung. Penggunaan bersamaan tidak dianjurkan.
Sumber : A datasi dan modifikasi dari Guidelines for the use of antiretroviral agents in HIV-infected adults and adolescents. 4 May
2006
.jpeg)
.jpeg)






