Tampilkan postingan dengan label Mikologi 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mikologi 2. Tampilkan semua postingan

Mikologi 2





 erdon oblongisporum 

Geastrum sp  

Ordo 3 :  Sclerodermatales (powdery gleba, hymenium tidak 

ada, spora Spora besar dan gelap). Stalked puffballs. 

Famili  :  Tulostomataceae 

  Contoh :  Scleroderma sp 

Tulostoma sp 

Batterrea sp 

Ordo 4 :  Phallales (stink horns).  

 57 

Gleba berlendir, bau busuk, seperti tanduk. 

Contoh : Dictyophora duplicate, Phallus impudicus. 

Ordo 5  :  Nidularia ( birds nest fungi ). Gleba terdiri dari 

peridium yang Membentuk dinding keras seperti 

lilin. 

Contoh : Nidularia sp, Nidula sp, 

Crucibulumvulgare dan Cyathus striatus. 

 

4.  Klasifikasi Kelas Deuteromycetes 

Ordo   :  Sphaeropsidales 

a. Konidia dibentuk pada piknidia 

b. Piknidia berwarna gelap 

c. Stromatik atau non stromatik  

Famili :   Sphaeropsidaceae (saprobae/parasit pada tanaman) 

         Contoh : Phyllosticta aceriola (Leaf Spot pada 

Maple) 

P. solitaria (apple blotch) 

Phoma oleraceae (menyerang kubis) 

Dendrophoma puscurans (strawberry daun 

busuk) 

Sphaeropsis malorum (parait pada apel 

buah-buhan) 

Coniothyrium diplodiella (pada raspberry) 

Diplodia natalensis (pada jeruk) 

Septoria apii (pada seledri) 

S.lycopersici (pada tomat-daun berbintik) 

Famili    :   Zythiaceae 

 Contoh : Zythia fragariae ( penyebab Leaf 

blotch pada strawberry ) 

Ordo      :   Melanconiales 

Famili    :   Melanconiaceae 

 58 

Contoh :  

Gloeosporium parennans ( kanker pohon apel ) 

G.musarum (antracnose pada pohon pisang) 

Glomerella cingulata (antracnose) 

Collectrichum lagenarium (antracnose pada 

semangka) 

Melanconium fuligineum (anggur) 

Glomerella lindemuthiana = Collectoticnum 

Lindemuthianum (bean antracnose) 

Marsinia populi (pohon poplar-daun/ranting) 

M.juglandis (pada walnut) 

Coryneum beyerinckii (parasit pada stone fruit) 

Entomosporium maculatum (pada insekta) 

Pestalotia guepini (pada teh) 

Cylindrosporium hiemale (pada cherry) 

C.pomi (pada apel) 

Higginsia hiemalis(pada Cherry) 

Ordo :  Moniliales (conidia terbentuk dengan oidia, 

budding) 

Famili  :   Cryptococcaceae (false – yeast) 

Contoh : Cryptococcus neoformans 

(cryptococcosis pada manusia Pulmonary dan 

Crytococcus meningitis pada susunan saraf 

Pusat), Pitysporum ovale (ketombe) 

Famili  :    Tuberculariaceae 

  Contoh : Tubercularia vulgaris, Volutella fructi 

(busuk kering-apel) 

                  Fusarium cubensis (parasit pada pisang) 

                   F.lini (parasit pada rami), F.solani (parasit 

pada kentang) 

 Ordo  :  Myceliasterilia; tidak mempunyai struktur 

 59 

reproduksi 

Contoh:  Rhizoctnia solania (ketombe hitam 

pada kentang) 

Sclerotium cepivorum (bintik-bintik putih pada 

bawang) 

 

Suatu persekutuan antara fungi dengan algae yang di 

sebut Lichens. Fungi mendapat makan dari algae. Algae 

mendapat perlindungan dari fungi terhadap kekeringan. 

Contoh fungi yang membentuk Lichens : 

Golongan: Pyrenomycetes (Pyrenolichens), Discomycetes 

(Discolichens), atau anggota dari Telephoraceae dari 

Agaricales (Basidiolichens). 

Mycorhiza yaitu  jamur yang hidup berasosiasi dengan 

akar tanaman tinggi,membantu tanaman kekurangan unsur 

hara, air dan menghalangi mikroba pathogen yang menyerang 

rizosper juga sebagai khelator logam berat.  Dibedakan atas : 

1. Ectomycorhiza yaitu mikoriza yang hidup berasosiasi 

dengan akar dan tinggal di  antara korteks dengan 

ectoderm akar, akar akan tampak membengkak dan hifa 

akan keluar menutupi permukaan akar . 

2.  Endomycorhiza merupakan mikoriza yamg hidup di dalam 

akar, tinggal di dalam korteks, akar tidak tampak 

membengkak bila berasosiasi dengan endomikoriza dan 

biasa disebut Vesicular Arbuscular Mychorhiza (VAM) 

atau dikenal dengan CAM (Cendawan Arbuscular 

Mikoriza) 

Kelas Gasteromycetes contoh: Pisolithus sp, Rhizopogon sp, 

Amanita sp, Suimum sp, Leccinum sp. dan lainnya akan 

dijelaskan pada Mikologi Pertanian.  

 60 

BAB 6 

JAMUR KONTAMINAN 

 

Jamur kontaminan merupakan jamur apatogen dan 

banyak ada  di udara, oleh karena itu sering menyebabkan 

terjadinya kontaminasi dalam pembuatan obat-obatan, 

makanan dan lain-lain. Tetapi ada pula jamur kontaminan ini 

tumbuh pada alat-alat yang digunakan, dimana sterilisasi yang 

dilakukan kurang sempurna. 

Beberapa contoh jamur kontaminan yaitu  : 

 

A.  Aspergillus sp  

Klasifikasi : 

Divisi :  Mycophyta 

Sub Phylum :  Eumycophyta 

Class :  Ascomycetes 

Sub class :  Euascomycetes 

Ordo  :  Aspergillales 

Famili  :  Aspergillaceae 

Genus :  Aspergillus 

Spesies :  Aspergillus. sp (hijau keabu-abuan)  

                             A.niger (hitam) 

 61 

 

Gambar 6.1 Aspergillus Sp 

Aspergillus banyak tersebar di mana-mana, banyak 

diantaranya ada  dalam makanan yang telah basi. Bentuk 

koloninya padat dan pertumbuhannya lambat (garis bawah 

koloninya 28 dalam waktu 8 hari). Warna koloninya mula-

mula putih kemudian berubah menjadi hijau kebiru-biruan. A. 

niger merupakan spesies terbesar dan ada  di mana-mana. 

Bila di lihat dengan mikroskop, ujung spora tampak besar, 

terbungkus rapat, bentuk bulat hitam atau coklat hitam. 

Ciri-ciri Aspergillus yaitu  : 

1.  mempunyai septae, myceliumnya bercabang dan biasanya 

tidak berwarna 

2.  Koloninya kadang-kadang membentuk zona-zona. 

3.  Konidiophorenya terdiri dari sel kaki (sel mycelia khusus 

yang akan menjadi besar dan berdinding tebal)   

4.  Sterigmata dan untaian konidia ini tidak bercabang. 

 

 

 62 

B.  Penicillium sp  

Klasifikasi  : 

Divisio : Mycophyta 

Sub Divisio : Eumycophyta 

Class : Ascomycetes 

Sub class : Euascomycetes 

Ordo : Aspergillales 

Famili : Aspergillaceae 

Spesies  : Penicilium sp           

 

 

Gambar 6.2 Penicillium Sp 

 

Penicillium tersebar dimana-mana terutama pada 

makanan, koloninya tumbuh dengan cepat (dalam waktu 8 hari, 

diameter koloninya mencapai 50 mm), mula-mula berwarna 

putih, kemudian berubah menjadi hijau ke biru-biruan.  

Ciri-ciri genus Penicillium yaitu  : 

 63 

1. Mempunyai septae, mycellium bercabang dan tidak 

berwarna. 

2. Hifa dimana tempat spora melekat, bentuknya khas menye-

rupai sapu dan disebut   “Penicillus”. 

 

C.  Monillia sp.   

Klasifikasi  : 

Divisio : Mycophyta 

Sub Divisio  : Eumycophyta 

Class  : Deuteromycetes 

Ordo   : Monilliales 

Famili : Monilliaceae 

Spesies : Monilla sp 

 

Gambar 6.3 Monillia Sp 

 

Genus ini dinyatakan dengan beberapa nama karena 

 64 

kekacauan dalam pengklasifikasiannya, tetapi para ahli 

Mikologi yakin bahwa genus ini termasuk dalam kelompok 

jamur besar (sempurna) dan disebut Monillia atau Neurospora. 

M. Sitophyla merupakan spesies yamg terutama ada  

pada makanan, sering disebut sebagai jamur roti „merah‟ 

karena berwarna merah orange dan pertumbuhannya tidak 

beraturan. Koloninya tumbuh dengan cepat sekali dan dalam 

beberapa hari dapat menyelimuti seluruh permukaan cawan 

Petri. Karena jamur ini mudah tumbuh dan sporanya mudah di 

terbangkan angin, maka jamur ini merupakan salah satu jamur 

kontaminan yang sering ditemukan dan menggangu 

pemeriksaan di laboratorium. 

Ciri-ciri Genus Monillia antara lain :  

1.  Mycelliumnya bersepta, yang kemudian jatuh ke dalam sel-

sel. 

2.  Daerah jaringannya yang tidak beraturan 

3.  Konidia bertunas dimana bentuknya menyerupai rantai dan 

ada  dekat ujung jamur ini . 

 

D.  Mucor sp 

Klasifikasi : 

Divisio :  Mycophyta 

Sub Divisio :  Eucomycophyta 

Class :  Phycomycetes 

Ordo :  Mucorales 

Famili  :  Mucoraceae 

Spesies  :  Mucor sp 

 65 

 

Gambar 6.4 Mucor Sp 

 

Genus ini umumnya tumbuh pada media padat, koloninya 

mula-mula berwarna putih kemudian menjadi abu-abu gelap. 

Hifanya tidak bersepta dan berdiameter besar, hypha yang 

masih muda mempunyai diameter yang masih kecil. 

Sporangiophore tegak lurus, ada yang mempunyai cabang dan 

ada yang tidak bercabang, pada ujung cabang sporangiophore 

ada  sporanya yang penuh dengan spora dan bentuknya 

bulat-bulat. Pada sporangiophore tidak ada  stolon-stolon 

dan rhizoid yang berasal dari mycelium. Dinding sporangium 

mudah sekali pecah, bila hal ini terjadi maka spora akan lepas 

bertebaran dan yang tinggal hanya suatu bagian dari sporangia 

yaitu disebut Columella. 

 

E.  Rhizopus sp 

Klasifikasi  : 

Division  :  Mycophyta 

Sub Division :  Eumycophyta 

 66 

Class  :  Phycomcetes 

Ordo  :  Mucorales 

Famili  :  Mucorareae 

Spesies  :  Rhizopus sp 

  

 

Gambar 6.5 Rhizopus Sp 

Pertumubuhannya sangat cepat dan dalam waktu 5 hari 

akan menyebar keseluruh permukaan cawan Petri bersamaan 

dengan pertumbuhan stolon. Warna koloninya abu-abu gelap. 

Mycelliumnya merupakan hifa yang tidak bersepta. 

Sporagiumnnya tidak bercabang dan ada  hifa berbentuk 

seperti akar disebut rhizoid. Pada ujung sporangiophore 

ada  sporangia yang dipenuhi spora-spora berwarna hitam. 

Genus rhizopus ini dapat dibedakan dengan Mucor, karena 

pada Rhizopus ada  stolon dan rhizoid sedangkan pada 

 67 

Mucor tidak ada . 

 

F.   Fusarium sp 

Klasifikasi  : 

Divisio  :  Mycophyta 

Sub Divisio  :  Eumycophyta 

Class  :  Deutteromycetes 

Ordo  :  Moniliales 

Famili  :  Tuberculariacea 

Species  :  Fusarium sp 

 

 

Gambar 6.6 Fusarium Sp 

 

Jamur ini pertumbuhannya cepat sekali dan koloninya 

padat (diameter dapat mencapai 45 mm dalam waktu 5 hari). 

 68 

Koloni yang tampak mula-mula berwarna putih seperti kapas, 

kemudian berubah menjadi rose pada bagian pinggirnya. 

Microconidia yang di hasilkan oleh genus ini sangat khas, 

multiseluler dan bentuknya seperti tongkat atau sabit. 

 

G.  Trichoderma sp  

Klasifikasi: 

Divisio  :  Mycophyta 

Sub Divisio  :  Eumycophyta 

Class  :  Deuteromycetes 

Ordo  :  Moniliales 

Famili  :  Tuberculariaceae 

Species  :  Trichoderma sp 

 

 

Gambar 6.7 Trichoderma sp 

Genus ini ada  dimana-mana, pertumbuhannya cepat 

 69 

dan koloninya dapat menyelimuti seluruh permukaan cawan 

Petri dalam waktu 5 hari. Mycelliumnya yang berwarna putih 

tumbuh perlahan-lahan dan berbentuk seperti kapas, kemudian 

timbul warna hijau akibat banyaknya konidia yang dihasilkan. 

Koloninya berwarna hijau terang. 

Ciri-ciri Genus ini: 

1.    Mycelliumnya bersepta 

2.  Konodiophore bersepta, bercabang dan pada cabang yang 

terakhir ada  sebuah sterigmata yang bentuknya 

setengah bola, butiran-butiran konidia berwarna hijau 

muda. 

 

H.  Mycelia sterilia 

Klasifikasi: 

Divisio   :  Mycophyta 

Sub Divisio   :  Eumycophyta 

Class   :  Moniliales 

Famili   :  Tuberculariaceae 

Spesies   :  Mycellia sterilia 

 

 

Gambar 6.8 Mycellia sterilia 

 70 

Jamur ini tumbuh dengan cepat, dalam waktu 7 hari 

diameter dapat mencapai 57 mm areal myceliumnya berbentuk 

kapas dan berwarna putih. Pada kultur Mycelia sterilia ini tidak 

ditemukan adanya spora. Mycelia sterilia sebaiknya dianggap 

sebagai salah satu group jamur dari pada dinyatakan suatu 

genus tetapi termasuk dalam kelas   “ fungi imperfacti “. 

 

I.   Saccharomyces sp   

Klasifikasi :  

Divisio :  Mycophyta 

Sub Divisi :  Eumycophyta 

Class  :  Ascomycetes 

Sub Class  :  Hemyascomycetes 

Ordo  :  Endomycetales 

Famili  :  Saccharomycetaceae 

Species :  Saccharomyces sp. 

  

 

Gambar 6.9 Saccharomyces sp. 

 

 71 

Pada umumnya genus ini merupakan tumbuhan bersel 

tunggal, yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. 

Tubuhnya ada yang bulat, bulat telur, atau memanjang, tetapi 

kadang-kadang terbentuk sebuah pseudomycelium. 

Saccharomyces ada  dimana-mana, terutama dalam cairan 

yang mengandung gula. Perkembangbiakannya dengan cara 

budding. 

 

J.   Rhodotorula sp 

Klasifikasi: 

Divisio   :  Mycophyta 

Sub Divisio   :  Eumycophyta 

Class   :  Deuteromycetes 

Ordo   :  Moniliales 

Famili   :  Rhodotoluraceae 

Spesies   :  Rhodotolura sp 

  

Genus ini biasanya terdiri dari tunas-tunas sel, tetapi 

kadang-kadang membentuk pseudomiselium yang tidak 

sempurna. Pada media solid, koloni berwarna merah, pink, 

orange, atau kuning. Umumnya genus ini tidak dapat 

dibedakan dengan tes fermentasi karbohidrat. 

 

K.  Curvularia sp.  

Klasifikasi  : 

Divisio  :  Mycophyta 

Sub Divisio  :  Eumycophyta 

Class  :  Deuteromycetes 

Ordo  :  Monilliales 

Famili  :  Detiaceae 

Spesies  :  Culvularia sp 

 72 

 

Gambar 6.10 Culvularia sp 

 

Genus ini kolonianya padat dan pertumbuhannya sangat 

lambat. Kolonianya berwarna coklat atau coklat kehitaman. 

Konodia melengkung ( menyerupai kurva ) dan terdiri dari 3-5 

sel dengan septa yang bergaris-garis. Satu atau dua dari sentral 

tiap konidia lebih besar dan lebih gelap dari sel-sel lainnya. 

Ciri-ciri khas dari bentuk konidia yaitu  berkelompok di ujung 

cabang konidiophore. Miselium dan konidianya gelap. 

 

L. Hormodendrum sp 

Klasifikasi  :  

Divisio  :  Mycophyta 

Sun Divisio  :  Eumycophyta 

Class  :  Deutromycetes 

Ordo  :  Moniliales 

Famili  :  Detiaceae 

Spesies  :  Hormodendrum sp 

    

 73 

 

 

Gambar 6.11 Hormodendrum sp 

 

Jamur ini tumbuh dengan cepat, garis tengah dapat 

mencapai 56 mm dalam waktu 8 hari. Koloninya berwarna 

abu-abu hingga hitam. Secara makroskopis genus ini mirip 

konodianya berbentuk khas yaitu seperti pohon. Kinidiaphore 

panjang bermacam-macam dan dapat menunjang cabang 

untaian konidia. Konidiaphore ini berbentuk lonjong dan 

panjang, dipisahkan oleh sekat yang berwarna gelap. Cabang 

konidiaphore dibentuk terus menerus dengan cara budding ( 

membentuk tunas). Konidia pada kultur yang muda bersel satu, 

tetapi kemudian dapat dibagi-bagi lagi oleh penyekat dan 

membentuk banyak sekali konidia yang bersel dua. Miselium, 

konidiaphore dan konidia berwarna coklat tua. 

  

 74 

BAB 7 

 MIKOLOGI INDUSTRI 

 

Jamur mempunyai peranan penting dalam kehidupan 

sehari-hari, di antaranya dalam bidang industri makanan dan 

minuman serta obat-obatan. Berbagai jenis makanan tradisional 

merupakan hasil fermentasi, dibuat secara proses mikrobiologis 

oleh jamur, seperti tempe, oncom, kecap, tauco, tape, brem, 

serta banyak jenis minuman seperti tuak, bir dan lain-lain. 

Hasil-hasil fermentasi ini tergantung dari jenis-jenis bahan 

pangan (substrat), macam mikroba (fermenter) dan kondisi 

lingkunan yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme 

mikroba ini  

Makanan yang mengalami fermentasi biasanya 

mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dari pada bahan 

asalnya. Hal ini disebabkan karena jamur bersifat katabolik 

yaitu memecahkan komponen-komponen kompleks menjadi 

zat-zat yang lebih sederhana, sehingga lebih mudah dicerna. 

Selain itu jamur juga mampu mensintesis beberapa vitamin 

yang kompleks serta faktor-faktor pertumbuhan lainnya, 

misalnya riboflavin, vitamin B12 dan provitamin A 

Dengan proses fermentasi juga dapat terjadi pemecahan 

oleh ezim-enzim tertentu terhadap bahan-bahan yang tidak 

dapat dicerna oleh manusia seperti selulosa, hemiselulosa dan 

polimer-polimernya menjadi gula sederhana atau turunan-

turunannya 

 

A. PERUBAHAN-PERUBAHAN SELAMA 

FERMENTASI 

Mikroba yang bersifat fermenter dapat mengubah kar-

bohi-drat dan turunannya menjadi alkohol, asam dan Co2. 

 75 

Selain itu ada mikroba proteolitik yang memecah protein dan 

komponen-komponen N, sehingga menjadi bau busuk yang 

tidak diinginkan, sedangkan mikroba lipolitik akan memecah 

atau menghidrolis lemak, fosfolipid dan turunannya yang 

menghasilkan zat bau tengik. 

Bila alkohol dan asam yang dihasilkan oleh mikroba 

fermentatif cukup tinggi, maka pertumbuhan mikroba 

proteolitik dapat dihambat. 

Jadi prinsip pengawetan pangan dengan cara fermentasi 

sebenarnya yaitu  mengaktifkan pertumbuhan dan 

metabolisme dari mikroba pembentuk alkohol dan asam 

sehingga menekan pertumbuhan mikroba proteolitik dan 

lipolitik. 

Fermentasi gula oleh ragi, misalnya dari jenis ragi 

Saccharomyces cerevisiae dan S. ellipsoids dapat 

menghasilkan etil alkohol (etanol) dan CO2 melalui reaksi : 

 

C6H12O6 ____________C2H5OH     +      CO2 

Glukosa                                   etanol    karbondioksida

  

Reaksi ini merupakan dasar dari pembuatan tape, bir, 

brem, anggur, roti dan lainnya. 

 

B.  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 

FERMENTASI 

1. Asam  

Makanan yang mengandung asam biasanya tahan lama, 

tetapi jika O2 cukup jumlahnya dan kapang dapat tumbuh serta 

fermentasi berlangsung terus, maka daya awet dari asam 

ini  akan hilang. Pada keadaan ini mikroba proteolitik dan 

lipolitik dapat berkembang biak 

 76 

2. Alkohol 

 Kandungan alkohol yang terbentuk selama fermentasi 

tergantung pada kandungan gula pada substrat, macam ragi, 

suhu fermentasi dan jumlah oksigen. Seperti juga mikroba 

lainnya yang menghasilkan asam, ragi tidak tahan terhadap 

alkohol pada kadar tertentu. Kebanyakan ragi tidak tahan pada 

konentrasi alkohol 12–15 %. Sebagai contoh misalnya anggur 

asli biasanya mengandung alkohol 9–13 % dari hasil 

fermentasi. Oleh karena itu jumlahnya tidak cukup digunakan 

sebagai pengawet, maka harus dipasteurisasi, atau ditambahkan 

alkohol supaya dapat mencapai konsentrasi 20 % 

 

3. Mikroba 

Kultur murni yang biasa digunakan dalam fermentasi 

dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan, 

misalnya kultur murni dari bakteri asam laktat untuk membuat 

keju. Kadang-kadang juga tidak digunakan kultur murni untuk 

fermentasi sebagai laru (Starter), misalnya pada pembuatan 

tempe atau oncom, digunakan hancuran tempe atau oncom 

yang sudah jadi; pada penggumpalan susu untuk membuat keju 

dilakukan dengan memasukan “curd” yang telah menggumpal 

kedalam cairan susu; atau pada pembuatan anggur dengan cara 

memasukan anggur yang telah jadi ke dalam sari buah anggur. 

Di Indonesia makanan-makanan yang dibuat dengan cara 

fermentasi pada umumnya tidak menggunakan kultur murni. 

Sebagai contoh misalnya ragi pasar mengandung beberapa ragi, 

di antaranya yaitu  jenism S. cerevisiae yang dicampur dengan 

tepung beras dan dikeringkan. Kultur murni yang biasa 

digunakan dalam fermentasi misalnya untuk pembuatan bir, 

anggur, keju, cuka, sosis, roti, dan lainnya. 

 

 77 

4. Suhu 

Suhu fermentasi dapat menentukan macam mikroba yang 

dominan selama fermentasi. Misalnya fermentasi pada 

pembuatan sayur asin sangat sensitif terhadap perubahan suhu. 

Jika konsentrasi asam yang dikehendaki telah tercapai, maka 

suhu dapat dinaikkan untuk menghentikan fermentasi. 

5. Oksigen  

 Udara atau oksigen selama proses fermentasi harus 

diatur sebaik mungkin untuk memperbanyak atau menghambat 

pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap mikroba membutuhkan 

oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan atau 

membentuk sel-sel baru dan untuk melakukan fermentasi. 

Misalnya  S. cerevisiae (ragi roti) dan S.ellipsoids (ragi anggur) 

keduanya akan tumbuh baik pada keadaan aerobik, tetapi 

keduanya akan melakukan fermentasi terhadap gula jauh lebih 

cepat pada keadaan anaerobik. 

6. Garam 

Mikroba dapat dibedakan berdasarkan ketahanan 

terhadap garam. Misalnya pembentukan asam laktat dalam 

acar, sayur asin, sosis dan lainnya, biasanya toleran terhadap 

konsentrasi garam kira-kira 10–18 %. Beberapa mikroba 

proteolitik tidak toleran terhadap konsentrasi garam kira-kira 

2,5% dan terutama tidak toleran terhadap kombinasi antara 

garam dan asam. Penambahan garam akan menyebabkan 

pengeluaran air dan gula dari sayur-sayur dan menyebabkan 

timbulnya mikroba asam laktat. Pengaruh pengawetan berasal 

dari pembentukan asam. 

  

 78 

Table 7.1 : Beberapa contoh jamur dan metabolit yang 

dihasilkan 

Jenis Jamu Macam Asam 

 Aspergillus awamori  

 A.  Clavatus 

A. Elegans 

A.  Flavus  

A.  Fumarincus  

A.  Fumigatus 

A.  Glaucus 

A.  Nidulans 

A.  Niger 

A.  Oryzae 

Fursarium moniliforme 

Giberella fujikuroi 

Fusarium sp 

Helminthosporium 

meniculatum 

Paesilomyces divaricatum 

Mucor piriformis 

Mucor rouxii 

Penicillium auranteo-

brunneum 

Penicillium camemberti 

Penicillium chrysogenum 

Penicillium citrinum 

Penicillium griseo-fulvum 

Penicillium javanicum 

Penicillium purpurogenium 

var rubri 

Clerotium 

Asam kojic 

Asam citrate, asam kojic 

Manitol 

Asam kojic,enzim, lemak 

Asam fumarat  

Asam kojic 

Asam kojic, manitol 

manitol, lemak 

Asam citrate, asam glukonat, 

asam galat 

Asam  kojic, enzim, tepung 

saccharum 

 

Asam giberellat, giberelin 

Ethyl alkohol 

Manitol, ethyl alkohol 

Asam citrate 

Asam citrate 

Tepung saccharum 

Lemak 

Keju camembert 

Asam gluconat, manitol, lemak 

Asam citrat, lemak 

Asam fumarat 

Lemak 

Asam gluconat 

 

 

 79 

Penicillium requeforti 

Rhizopus arrkieus 

Rhizopus chinensis 

Rhizopus elegans 

Rhizopus stolonifer 

Rhizopus delemar 

Rhizopus japonicus 

Rhizopus oryzae 

Rhizopus pseudochinensis 

Rhizopus tritici 

Lemak 

Asam laktat 

Asam laktat 

Asam laktat 

Asam laktat 

Tepung saccharum 

Tepung saccaharum, asam 

fumarat 

Asam fumarat, asam laktat 

Asam fumarat, asam laktat 

Asam fumarat, asam laktat 

  

C. BEBERAPA CONTOH JAMUR DAN PERANANNYA 

DALAM     INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN  

1. Rhizopus oligosporus 

a. Morfologi 

Secara mikroskopos koloni Rhizopus tersusun oleh 

miselium yang tumbuh panjang menegak, dimana miselium ini 

terdiri dari hifa yang tidak bersekat. 

Bentuk hifa dan pertumbuhannya dapat terus meluas atau 

melebar sesuai dengan keadaan subtrat dan terus memanjang. 

Kumpulan hifa pada satu tempat dihubungkan dengan serat lain 

sehingga memanjang akhirnya memenuhi seluruh substrat. 

Miselium pada Rhizopus terbagi atas stolon dan tumbuh 

sporangiofor lebih dari satu. Pada ujung sporangium yang 

berisi sporangiospora dan bila telah masak spora ini berwarna 

hitam. Di bagian bawah ada  bagian yang tidak berspora 

yang disebut columela dan columela ini pada kapang/jamur 

yang masih muda tidak terlihat. 

 

 

 80 

b. Habitat dan sifat hidup 

Rhizopus ada  dimana-mana, terutama pada sisa-sisa 

makanan yang banyak mengandung karbohidrat. Baik dalam 

bentuk yang sudah terurai atau yang siap digunakan, misal 

pada timbunan bahan makanan, ataupun yang masih berbentuk 

sellulosa, misal pada timbunan sampah. Umumnya sifat jamur 

Rhizopus yaitu  saprofitik 

 

c. Perkembangbiakan 

Perkembangbiakan jamur Rhizopus dapat secacara 

aseksual dan seksual. Secara aseksual yaitu dengan spora-spora 

yang dihasilkan oleh sporangium. Sporangium yang sudah 

dewasa pecah dan spora bertebaran dimana-mana dengan 

pertolongan angin atau air. Di tempat yang sesuai spora 

tumbuh menjadi miselium baru 

Sedang secara seksual dengan cara bersatunya 2 tonjolan 

hifa yang berlainan muatan. Hasil pertemuan ini menghasilkan 

zigospora (haploid). Zingospora tumbuh menghasilkan 

sporangium, di dalam sporangium terbentuk spora-spora yang 

haploid yang masing-masing – dan + sporangium pecah dan 

spora bertebaran untuk tumbuh menjadi miselium baru di 

tempat yang sesuai. Dan mulailah pembiakan vegetatif lagi. 

Berbagai jenis makanan tradisi hasil fermentasi, dibuat 

secara proses mikrobiologis oleh jamur. Seperti tempe, oncom, 

kecap, tauco, serta banyak jenis minuman seperti brem, tuak, 

bier dan sebagainya. Ternyata bahwa nilai nutrisi susu yang 

sudah diproses secara mikrobiologis (proses fermentasi) lebih 

meningkat kalau dibandingkan dengan bahan bakunya. Seperti 

misalnya tempe yang dibuat dari kacang kedele. Kalau kacang 

kedelenya langsung dimakan, baik setelah direbus ataupun 

digoreng, nilai nutrisinya kurang kalau dibandingkan dengan 

 81 

kedele ini  sudah dijadikan tempe dengan bantuan jamur 

tempe (R. oligosporus atau R. stoloniferus). Karena jamur 

tempe berperan pula sebagai jasad pencerna kandungan 

senyawa, khususnya protein yang ada  di dalam kacang 

kedele. 

Makanan hasil fermentasi, juga dikenal sebagai jenis 

makanan yang mempunyai nilai organoleptik tinggi serta rata-

rata sesuai untuk lidah. Ini terbukti dengan banyak jenis 

makanan hasil fermentasi di tiap daerah yang tetap mempunyai 

peranan yang tinggi serta luas walaupun banyak jenis makanan 

hasil olahan pabrik secara modern memasuki pasaran. 

Seperti misalnya oncom yang terbuat dari sisa kacang 

tanah yang telah diambil minyaknya. Dengan bantuan jamur 

oncom (Neurospora sitophyla) maka hasil sisa ini  

kemudian dapat menjadi makanan yang banyak penggemarnya. 

Oncom Bandung misalnya, bukan hanya orang Bandung untuk 

kemudian di bawa ke daerah asalnya. 

Juga tauco, yang terkenal dibuat hanya di kawasan 

Cianjur saja. Edaran perdagangan tauco tidak terbatas hanya di 

kawasan Cianjur dan banyak kota di Jawa Barat, tetapi juga ke 

tempat-tempat lainnya. Dengan bantuan jamur tauco (R. 

stoloniferus dan R. oryzae) maka kacang kedele kemudian 

berubah menjadi makanan khas yang banyak penggemarnya. 

Kecap, jenis penyedap yang sudah sejak lama hadir dan 

digunakan di dalam susunan menu makanan sehari-hari, 

ternyata tetap mempunyai penggemarnya yang luas dimana-

mana, bahkan sudah pula menyebar keluar Indonesia. 

Walaupun banyak jenis penyedap baru yang dihasilkan secara 

pabrik yang mengandung glutamat, ternyata kecap tidak 

tersisihkan. 

Bahkan dengan banyak dibicarakannya pengaruh dari 

 82 

penggunaan bumbu masak yang mengandung glumatat 

terhadap kemungkinan terjadinya kanker ataupun gejala 

membahayakan lainnya, edaran penggunaan kecap sebagai 

penyedap semakin tegar dan meluas.  

 

d.  Klasifikasi 

Kingdom  : Plantae 

Divisio  : Eumycota 

Sub Divisio  : Zygomycotina 

Class  : Zygomycetes 

Ordo  : Mucorales 

Famili  : Mucoraceae 

Genus  : Rhizopus 

Spesies  : R. Oligosporus 

 

e.  Peranan jamur R. oligosporus dalam pembuatan tempe 

Proses pembuatan tempe dibagi menjadi beberapa tahap, 

yaitu : 

1)  Perendaman Kacang Kedele 

 Untuk mendapatkan preparat tempe yang baik, pembuatan 

tempe di mulai dengan perendaman kacang. Maksud dari 

perendaman ini antara lain yaitu  membantu pada saat 

pengupasan kulit. 

Pada perendaman yang baik akan terlihat pada air 

rendamannya menjadi kental dan berbusa. Cara 

perendaman dapat dengan air dingin atau disiram dengan 

air panas, kemudian didiamkan selama satu malam. 

Keuntungan menggunakan air panas yaitu  untuk 

mengurangi kemungkinan terjadinya kontaminasi 

mikroorganisme yang tidak dikehendaki. 

Selain itu penggunaan air panas dimaksudkan untuk 

 83 

memperbesar jaringan kacang-kacangan sehingga dalam 

perebusan waktunya lebih singkat. 

2)  Pengupasan Kulit 

  Setelah perendaman, dilakukan pengupasan kulit, 

maksudnya untuk memberi kesempatan perkembangan 

pertumbuhan jamur pada saat fermentasi. Pengupasan kulit 

ini perlu mendapat perhatian khusus, oleh karena hasil 

pengupasan kulit dapat mempengaruhi preparat tempe yang 

terbentuk, jika belahan kacang-kacangan yang dihasilkan 

kecil-kecil, maka preparat tempe yang terbentuk akan cepat 

membusuk. 

3)   Perebusan 

  Dalam hal perebusan harus diperhatikan bahwa setiap jenis 

kacang mempunyai derajat kematangan yang berbeda-beda. 

Maksud dari perebusan antara lain untuk mendapatkan 

kacang yang matang. Perebusan ini dapat dilakukan di atas 

api kompor atau dari kayu bakar. 

 Kriteria matang yaitu  kacang-kacang yang direbus telah 

dapat ditekan dengan kedua jari tangan. Kacang-kacang 

ini  direbus dengan air sampai temperature 90

0

C. 

4)  Inokulasi jamur tempe (Rhizopus oligosporus) 

  Untuk menginokulasi jamur tempe, kacang harus dituskan 

dan didinginkan, Oleh karena jika tidak tus akan 

mengundang pertumbuhan mikroorganisme lain, sehingga 

perkembangan pertumbuhan jamur tidak akan baik. Dan 

jika tidak dingin jamur akan mati. 

Jika penggunaan serbuk jamur tempe ini  kurang dari 

takaran yang dianjurkan di atas, maka preparat tempe yang 

terbentuk tidak akan baik, oleh karena jalinan jamur tidak 

cukup kuat tidak mengikat kacang yang satu dengan kacang 

yang lainnya., dan jika pemakaian serbuk jamur tempe 

 84 

ini  berlebihan, maka preparat tempe yang terbentuk 

akan menjadi basah. Hal ini dikarenakan jumlah jamur 

yang berlebihan sehingga hasil metabolismepun meningkat. 

5)  Pembungkusan 

  Setelah diaduk dengan rata, bahan tesebut diatas diacak dan 

dibungkus. Untuk membungkus dapat digunakan daun 

pisang, dapat juga dipakai kantong plastik. Keuntungan 

membungkus dengan daun pisang, tempe yang terbentuk 

akan mendapatkan aroma tambahan dan lebih gurih, 

kerugiannya yaitu  bila daun yang digunakan tidak bersih, 

maka memudahkan tempe terkontaminasi dan akan 

mempercepat pembusukan. Sedangkan bila menggunakan 

kantong plastik tidak memberikan aroma tambahan, tetapi 

lebih tejamin kebersihan tempe. 

6)  Pengeraman 

  Tahap ini merupakan tahap akhir dari pembuatan tempe. 

Untuk pengeraman diperlukan waktu yang berbeda-beda 

tergantung dari besar kecilnya kacang, jenis kacang dan 

kehomogenan dari inokulasi jamur tempe. 

      Alat untuk pengeraman yaitu  sebuah peti yang dibuat dari 

kayu, yang didalamnya diberi penerangan dengan cahaya 

lampu neon. Waktu yang diperlukan untuk kematangan 

tempe yaitu  36 jam. 

 

2.  Saccharomyces serevisiae (sel nagi roti) 

a.  Morfologi  

Bentuk tubuhnya sederhana yaitu 1 sel atau uniseluler, 

tersusun oleh bagian-bagian tubuh yang terdiri dari inti, 

vocuola, granula, mitochondria, dsb. 

b.  Habitat dan sifat hidup  

Ragi ada  dimana-mana, hidup pada sisa-sisa makanan 

 85 

yang banyak mengandung karbohidrat terutama gula, maka 

didalam keadaan anaerob (tanpa O2) Jamur ini mampu 

mengubah karbohidrat menjadi alkohol. Jadi ragi 

mempunyai sifat hidup yang heterotropik, artinya untuk 

keperluan hidupnya mempunyai ketergantungan sumber 

nutrient (zat / sumber makanan).   

c.  Perkembangbiakan 

Perkembangbiakan ragi umumnya merupakan 

perkembangan yang asexual saja. Pada ragi 

perkembangbiakan secara asexual terjadi dengan 

terbentuknya kuncup, yaitu tonjolan kecil yang keluar dari 

sel yang kemudian membesar. Perbesaran ini ternyata 

diikuti pula oleh proses lain di dalam sel induk dan 

sebagian memasuki tonjolan ini . Kalau bagian inti 

sudah terbagi maka terbentuklah sekat atau dinding sel baru 

diantara sel induk (sel asal) dengan sel anak (sel baru hasil 

perkuncupan), serta akhirnya keduanya memisahkan diri. 

Kadang-kadang sel anak memisahkan diri dari sel induk 

dan inti terus berlangsung, sehingga akhirnya membentuk 

mata rantai. Perkembangbiakan asexual ragi dapat juga 

dengan membentuk spora. Pada tahap pertama, sel ragi 

akan membentuk kuncup dan memisahkan diri menjadi sel 

anak kemudian menjadi dewasa. Tetapi didalam sel anak 

ini  kemudian terbentuk askus (kantung spora) yang 

didalamnya ada  askospora (spora askus). Kalau spora 

kemudian keluar dari kantung serta melakukan konjugasi 

maka hasil konjugasi ini  berkecambah membentuk sel 

baru. 

d.  Klasifikasi 

Kingdom  : Plantae 

Divisio  : Eumycota 

 86 

Sub Divisio  : Ascomycotina 

Class  : Hemiascomycetes 

Ordo  : Endomycetales 

Famili  : Saccharomycetaceae 

Genus  : Saccharomyces 

Spesies  : S. cerevisiae  

e.  Peranan S. cerevisiae dalam pembuatan bir 

Secara tradisional, ragi yang digunakan untuk fermentasi 

juice yaitu  dengan cara alami, terapi sekarang telah 

digunakan kultur dari laboratorium yaitu strain 

Saccharomyces cerevisiae. Strain ini  di pilih untuk 

mengfragmentasi buah anggur yang digunakan, untuk 

memberi rasa yang khas dari minuman. 

Adapun cara pembuatannya yaitu  sebagai berikut : 

-  Buah anggur dibuat ekstraksi/juice. Proses fermentasi 

juice anggur ini menggunakan tong yang terbuat dari 

kayu atau batu. Tong ditutup untuk mempertahankan 

suasana anaerob. 

- Panaskan sampai mendidih, tambahkan gula pasir 5-

10% sebagai sumber energi bagi jamur untuk 

melakukan fermentasi. Kemudian tambahkan Amonium 

Posfat 0,1% (1 liter + 4 gram ammonium posfat) dan 

selanjutnya didinginkan. 

- Ambi 1/10 ke dalam botol kecil, dan untuk pembuatan 

starter diambil sedikit dari botol kecil tadi dan diberi 

inokulasi jamur S. cerevisiae. Kemudian masukan 

kembali kedalam botol kecil, tutup dengan plastik dan 

dibiarkan hingga dingin. 

- Kemudian di inokulasi selama 24 jam, bila telah 

terbentuk gelembung-gelembung CO2 di permukaannya 

atau cairannya keruh. Stater ini  siap digunakan.  

 87 

- Tuangkan ke dalam cairan yang telah direbus tadi, 

goyangkan.  

- Tutup botol tadi dengan selang pada tutupnya yang 

disalurkan ke dalam tabung yang berisi air untuk 

mengalirkan CO2 yang terbentuk. 

- Inkubasi selama 10 hari, cairan akan berwarna ke 

coklatan dan keruh. 

- Ke dalamnya di beri 1 literan di tambah 1 putih telur, 

kocok hingga berbuih dan aduk. 

- Rebus sampai mendidih kemudian disaring untuk 

memisahkan kotoran dalam cairan buah. 

Pembuatan anggur ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, 

antara lain:  

- Kandungan gula dalam cairan buah 

Selama fermentasi diperlukan pertambahan gula 5-10%. 

Kandungan N dalam cairan buah dengan penambahan 

0,1% ammonium posfat. 

- Keasaman diatur  

- Temperatur 30

0

  

Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroba yang 

aktif melakukan fermentasi. 

Tabel 7.2 Produk Hasil Fermentasi 

Macam 

makanan 

Buah Utama Mikroba yang aktif 

Kecap                   

 

 

 

 

 

Keju   

Kedelai 

 

 

 

 

 

Susu 

Aspergilus oryzae 

A. flavus 

A. niger 

A. wenti 

Rhizopus sp 

Zygossaccharomyces sp. 

Peniccilium regueforti 

 88 

 

Oncom                

 

Tape               

 

 

 

 

 

Tauco        

 

 

Tempe                   

 

 

 

Tempe 

bongkrek        

 

Anggur       

 

Bungkil kacang 

tanah 

Ketela pohon, 

beras ketan 

 

 

 

 

 

Kedelai 

 

 

Kedelai 

 

 

 

Bungkil kelapa 

 

Buah-buahan 

(anggur, nanas, 

jambu, dll ) 

P. camemberti 

Neurospora sitophila 

N. crasa 

Aspergillus oryzae 

Saccharomyces 

cerevisaie 

S. ellipsoides 

Endomycopsis fibuligera 

Zygosaccharomyces sp 

Aspergillus oryzae 

Rhizopus stoloniferus 

R. oryzae 

R. stoloniferus 

R. oligosporus 

R. oryzae 

R. arrhizus 

R. oligosporus 

R. nodosus 

Saccharomyces 

cerevisiae 

S. ellipsoides 

 

D.  JAMUR-JAMUR PENGHASIL ENZIM 

Enzim yaitu  protein yang dihasilkan oleh sel hidup yang 

berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat suatu reaksi. 

Enzim dapat dihasilkan oleh suatu mikroorganisme diantaranya 

oleh beberapa jenis jamur. Jumlah yang dihasilkan dan 

diekskresikan ke dalam medium memungkinkan untuk 

mengumpulkan enzim ini  serta memekatkan untuk 

penerapan dalam industri. Beberapa diantara enzim ini ialah 

pektinase, invertase, amylase dan protease. Amylase 

 89 

menghidrolisis pati menjadi dextrin dan gula, dan digunakan 

untuk membuat lem dan bahan perekat, melepaskan perekat 

dari tekstil, menjernihkan sari buah, membuat bahan-bahan 

farmasi dll. Invertase menghidrolisis sukrosa menjadi 

campuran glukosa dan levulosa dan banyak digunakan dalam 

pembuatan gula-gula dan sirop yang tidak dapat dikristalkan 

dari sukrosa. Protease digunakan terhadap kulit untuk 

memperhalus tekstur dan uratnya, perekat, pembuatan bir, dan 

digunakan bersama sabun untuk mencuci pakaian. Pektinase 

digunakan untuk menjernihkan sari buah dan juga 

menghidrolisis pektin dalam batang tanaman rami guna 

membebaskan serat-serat selulosa untuk membuat kain linen 

dan karung goni. 

Beberapa Contoh Jenis Jamur Penghasil Enzim : 

1. Saccharomyces italicum.    

Class  : Ascomycetes 

Sub Class   : Hemiascomycetes 

Ordo  : Endomycetales 

Famili  : Saccharomycetaceae 

          Spesies ini digunakan untuk fermentasi gula dengan 

memproduksi CO2 dan alkohol dan juga merupakan sember 

vitamin. Enzim intraseluler yang dihasilkannya yaitu  maltase 

dan glukosidase. Sintesis ini  diinduksi oleh maltosa dan 

ditahan oleh glukosa. Untuk memperbaiki produksi maltase 

oleh S. italicum maka manipulasi lingkungan terhadap rata-

rata pertumbuhan, kelompok makanan dan kultur yang 

kontinyu dapat dilakukan untuk pengaturan sintesis enzim. 

Carbon membatasi frekwensi rangsangan pertumbuhan 

produksi katabolik penahan enzim. 

 

 

 90 

2. Volvariella volvacea 

Class  : Basidiomycetes 

Sub Class   : Eubasidiomycetes 

Ordo  : Agaricales 

Famili  :  Agaricaceae 

V.volvacea disebut sebagai jamur merang, jamur padi 

atau jamur cina. Jamur ini banyak dibudidayakan. Tubuh 

buahnya basidiocarp yang mengandung gelatin, dan ada yang 

berguna untuk makanan. Basidiospora dibentuk di dalam 

basidium dan dikeluarkan sebelum tua. V. volvacea dapat 

tumbuh pada suhu 25-40

0

C, dan pertumbuhan maksimum pada 

suhu 37

0

C. jamur ini menghasilkan enzim protease dan dapat 

diisolasi pada cawan Petri dengan media skim milk agar. Pada 

percobaan yang telah di lakukan ternyata V. volvacea yaitu  

organisme yang miskin lignoselulolitik. Dengan kata lain 

jumlah produksi dari enzim selulose dan lignase yang di 

hasilkan jamur ini hanya sedikit. 

3.  Lipomyces cononenkoae 

Class  : Ascomycetes 

Sub Class  : Hemiascomycetes 

Ordo  : Endomycetales 

Famili  : Saccharomycetaceae 

L.cononenkoae merupakan ragi yang menghasilkan suatu 

enzim extraseluler yaitu isomylase yang memungkinkan 

tumbuh pada tepung dengan hasil biomasa yang tinggi. 

Isomylase ragi mempertinggi amylolisis dari amylopektin dan 

glycogen, dan menghidrolisis substrat-substrat ini menjadi 

maltose, ketika di gabungkan dengan amylase, namun tidak 

bekerja pada dextran atau pullulan. 

 

 

 91 

4.  Agaricus bisporus.   

Class  : Basidiomycetes 

Sub Class  : Holobasidiomycetes 

Ordo  : Agaricales 

Famili   : Agaricaceae 

Jamur ini merupakan jamur yang paling populer sebagai 

makanan di Negara barat. Species dari Agaricus umumnya 

beracun bagi beberapa orang yang sensitif. A. biosporus juga 

menghasilkan laccase extraseluler. Produksi extraseluler 

laccase merupakan suatu cirri yang umum dari beberapa fungi 

Basidiomycetes yang lebih tinggi, terutama di hubungkan 

dengan kebusukan kayu atau tahap akhir dekomposisi seresah 

daun. Selain itu jamur ini juga menghasilkan endoselulose 

extraseluler. Produksi endoselulaose extraseluler ini ternyata 

bersamaan dengan pertumbuhan miselium dari jamur ini. 

Jamur ini di kulturkan pada media yang mengandung 

mikrokristalin cellulose. Beberapa  fungi Basidiomycetes yang 

lebih tinggi yang menghancurkan kayu, menghasilkan satu atau 

lebih extraselules selulase. 

 

Tabel 7.3 Jamur-Jamur penghasil enzim yang penting. 

Aspergillus niger Aspergillus oryzae P. cammembertii 

Amilase 

Cellobiose 

Emulsin  

Gentianase 

Gentiobiase 

Inulase 

Invertase 

Lipase 

Maltase 

Amilase 

Amidase 

Cytase 

Dextrinase 

Emulsin 

Glucosidase 

Histozyme 

Inulase 

Invertase 

Amidase 

Amilase 

Emulsin 

Erepsin 

Inulase 

Invertase 

Lactase 

Maltase 

Nuclease 

 92 

Melezitase 

Nuclease 

Protease 

Raffinase 

Tannase 

Zymase 

Lactase 

Lecithinase 

Lipase 

Maltase 

Protease 

Rennet 

Sulfatase 

Tannase 

Protease 

Raffinase 

 

E.  JAMUR YANG BERPERAN DALAM BIDANG 

INDUSTRI OBAT-OBATAN 

Dalam dunia kehidupan jamur harus mampu 

berkompetisi di dalam lingkungannya. Sifat kompetitif ini 

memghasilkan suatu excresi metabolit yang kita kenal dengan 

antibiotik yaitu suatu anti kehidupan organisme lain di luar 

tubuhnya, umunya hal ini berlaku untuk bakteri dan jamur. 

Sebagian besar jamur-jamur yang berperan dalam industri 

obat-obatan di manfaatkan sebagai bahan antibiotik. Selain itu 

ada pula yang digunakan sebagai fungisida dan bahan 

campuran jamu-jamuan contohnya supa kakabu di Indonesia. 

Jenis jamur lain ada yang di sejajarkan dengan tanaman 

penyebab halusinasi contohnya Clytocybe, sehingga di larang 

dijual bebas. 

Contoh jamur lain yaitu  Shiitake yang mengandung 

lentinan, yaitu senyawa yang dapat menurunkan kadar 

kolesterol dalam darah, serta berkhasiat pula sebagai anti virus. 

Peranan jamur yang yang paling penting di dalam dunia 

farmasi yaitu setelah Dr Alexander Fleming (1929) 

menemukan Penicilin dari bahan jamur Penicillium notatum. 

Setelah itu banyak jenis jamur penghasil antibiotika, kemudian 

di coba dan di temukan asam aspergilat dari   Aspergillus 

flavus, klavisin dari Aspergillus clavatus, fumasigin dari 

 93 

Aspergillus fumigatus dan patulin dari Penicillium patulum.    

 

ANTIBIOTIKA 

Antibiotika yaitu  suatu golongan zat yang dihasilkan 

oleh mikroorganisme atau bahan hayati yang kerjanya 

antagonis terhadap mikroorganisme lain (Waksman, 1994) 

pada konsentrasi 100 um/ml atau kurang (Deacon, 1984). 

Antibiotika banyak di hasilkan oleh species fungus biasa, tetapi 

kebanyakan di peroleh dari macam-macam bakteri mirip 

fungus yaitu golongan Actinomycetes dan sedikit sekali yang 

dihasilkan oleh bakteri asli, kecuali yamg di hasilkan oleh 

Bacillus. 

 

Tabel 7.4 Produksi Antibiotika Komersil Yang Penting 

Kel. Organisme 

Jumlah 

Antibiotik 

yang 

dihasilkan 

Jumlah 

Antibiotik yang 

di gunakan 

Fungus 

Actinomycetes 

Bakteri 

Tumbuhan hijau dan 

hewan 

772 

2078 

372 

854 

72 

10 

 

Tabel 7.5 Distribusa Taksonomi Antibiotika Yang Dihasilkan 

Fungus 

Fungus Group Jml. Antibiotika yang 

terditeksi 

Myxomycota / 

Myxomycophyta 

Eumycota / Eumycophyta 

 

14 

 94 

1. Mastigomycotina dan 

Trigomicotin 

2. Ascomycotina / 

Ascomycetes 

3. Bsidiomycotina / 

Basidiomycetes 

4. Deuteromycotina 

a. Penicillium 

b. Aspergillus 

c. Fusarium 

d. Trichoderma 

61 

140 

 

123 

115 

46 

13 

 

Tabel 7.6 Contoh Jamur Penghasil Antibiotika 

Antibiotika Jamur penghasil Aksi 

terhadap 

Tempat 

aksi 

Penisilin 

 

Cephalosporin 

Griseofulvin 

 

 

Fusidik acid 

 

Patulin 

Fumagilin 

Ristocetin 

Synnematin B 

P. Notatum 

P. chrysogenum 

Cephalosporium sp 

P. griseofulvum 

P. nigricans 

XVI. Usticae 

Fusarium coccineu 

Mucor 

ramannianus 

P. padulum 

A. fumigatus 

Nocardia lurida 

Cephalosporium 

Balmosynnematum 

Bakteri 

gram – 

Bakteri 

gram + 

Bakteri 

gram + 

Fungus 

 

 

Bakteri 

gram + 

 

Fungus 

Sintesis 

Dinding 

sel 

Idem 

Spindle 

Mitosis 

 

Ribosom 

 

Respirasi 

 

Antibiotika sukar dideteksi di lingkungan alamiah karena 

antibiotik dapat langsung ia bsorpsi ke dalam material 

 95 

lingkungan misalnya tanah, di samping itu organisme harus 

dalam keadaan tumbuh sebelum ia memproduksi antibiotika. 

Jika tidak antibiotik akan sulit untuk di lihat keberhasilannya. 

Produksi antibiotika yaitu  bentuk antagonis yang 

berperan secara langsung, meliputi parasit dan predasi, serta 

konpetisi yang berpengaruh secara langsung dalam 

memperoleh kebutuhan hidup. 

 

Tabel 7.7 Beberapa Antibiotik Antifungi 

Antibiotika Di bentuk oleh Efektif terhadap 

Actinone 

 

Amphotericin 

 

Antimysin A 

Antimycosin 

Ascosin 

Cacaomycetin 

 

Cabdisidin 

Shromin 

 

Eulicin 

Fradicin 

Griseovulvin  

 

Mycetin 

Mycomycin 

Streptomyces 

sp. 

 

Streptomyces 

sp. 

 

Streptomyces sp 

S. aureus 

S. canscus 

S. cacaoi 

 

S. griseus 

S. antibioticus 

S. noursei 

Streptomyces sp 

S. fradiae 

P. grsieovulvum 

 

S. roseoflavus 

Nocardia 

acydiphylus 

Saccharomyceter sp. 

Trichophyton sp. 

Histoplasma capsulatum 

Jamur pathogen lain 

Yeast dan jamur benang  

Fungi 

Yeast, S. cerevisiae 

a.niger 

Ascomycetes 

Phycomycetes 

Yeast, Cabdida albicans 

Yeast dan jamur benag 

I.Niger, jamur pathogen 

Lain 

Macam-macam jamur 

phtyphatogenic molda dan  

Jamur lain 

Jamur benang 

Beberapa jamur 

 

 

 96 

URAIAN BEBERAPA ANTIBIOTIKA PENTING 

1. Penisilin  

Penisilin pertama di temukan pada jamur penicillium 

notatum. Walaupun untuk produksi di ambil dari Penicillium 

chrysogenum. Penilisin merupakan molekul kompleks                 

6-Aminopenicillannic acid (6-APA). Molekul dasarnya terdiri 

dari 2 asam amino yaitu cystein dan valine.   

Pada proses biosintesis penicillin terjadi penyusunan 

asam L-aminoadipik, cystein dan valine yang di lakukan oleh 

aksi dari enzim asil tranferase. Asam L-aminoadipik diganti 

oleh sebuah group asil, biasanya oleh asam perenil asetat, 

penicillin 6 pengganti asam aminoadipik. 

Adapun bermacam group asil menyebabkan adanya 

perbedaan sifat penicillin yang melibatkan spectrum antibiotika 

ini. Tetapi ditemukan juga bahwa organisme yang mampu 

menghasilkan penicillin asilase yang meluluhkan penicillin 

menjadi        6-APA. 

Metode-metode untuk memproduksi penicillin 

memeliputi   3 tahap : 

1. Produksi penicillin 6 atau 5 dan lain-lain oleh Penicillium 

chrysogenum. 

2. Degradasi penicillin oleh penicillin asilase menjadi 6-APA. 

3. Penambahan group asil yang spesifik.  

Ampicillin dan Carbonicillin yaitu  derivate yamg sering 

digunakan di dalam terapi kimia. Ampicillin alami hanya aktif 

melawan bakteri gram positif saja. 

Pada produksi secara industri biasanya dilakukan pada 

batch culture, dimana akumulasi penicillin selama dehelerasi 

ada awal fase tetap. Pada proses ini substrat glucosa selalau 

harus di tambahkan pada tiap fase dan secara hati-hati harus 

dikontrol aerasi dan pH, untuk memelihara molekul penicillin 

 97 

yang cenderung terurai pada pH di atas 7,5. 

Proses ini dapat berlangsung terus walau kadar glukosa 

rendah tetapi kadar glukosa tinggi menghambat sintesis 

penicillin. Penisilin digunakan untuk melawan bakteri pada 

endocarditis, mastoiditis, gonorrhoea, infeksi lokal dan 

pneumonia. 

Hasil kerja Arnsten dan ahli-ahli lain menyatakan bahwa 

kompleks asal penisilin-penisilin yaitu  Cephalosporin N, 

yang dapat tertimbun dalam jumlah beberapa saja, atau 

dihidrolisa menjadi 6-APA atau menghasilkan penisilin benar 

oleh “ acyl exchange”. Cephalosporin C yaitu  salah satu hasil 

alternatif dari perputaran. Jadi jelas biosintesis penisislin 

bergantung pada keberadaan asam-asam amino asalnya dan 

dari precursor lain pada penilisin-penilisin sesungguhnya. 

Asam 2-Aminoasidipik merupakan Lysine precursor 

(pada jamur) dan timbul dari siklus intermediate asam 

tricarboxylic dengan cara yang belum dimengerti. Karena 

pergantian dan reaksi hidrolisis dari Cephalosprin N 

keberadaan dari 2-Aminoasidipik tidak memerlukan batasan 

jumlah dari sintesis penisilin-penisilin, tetapi beberapa 

penyaluran dari asam ini yaitu  esensial (penting). 

Cephalosporin yaitu  salah satu antibiotika peptida yang 

dihasilkan dalam kultur sel-sel mikroba yang menyelesaikan 

fase akhir pertumbuhannya dengan cepat. Dalam beberapa hal 

dinyatakan bahwa produksi antibiotika berkelanjutan atau 

semakin meluas, dimana sintesis protein dihambat.System 

cincin 3-lectam-dihydrothiazine dalam cephalosporin C 

melengkapi contoh struktur biogenesis yang sama dengan 

cincin thiazoline pada bacitracin yang dibentuk oleh 

kondensasi dalam satu ujung N rangkaian isoleucysteinyl. 

Sebagai tambahan pada penisilin N, Cephalosporium sp. 

 98 

menghasilkan cephalosporin C yang berisi rantai samping yang 

sama seperti penicillin N, tetapi system cincin 3-lactam-

dihydrothiazine terletak pada sintesis cincin 3-lectam-

thiazolidine dalam penisilin-penisilin 67. 

Struktur ini  dapat di bagi dalam unit-unit D-Z-

aminoadipic acid, L-cysteine dan 4-acetony-2, 3-dehydrovaline 

68. Eksperimen-eksperimen dimana 14C-labelled DL- amino 

acid dan 1-14C-acetat ditambahkan pada fermentasi berasal 

dari asam Z-amoniadipic, systeine,valine dan acetate 

(69,70,71). Biosintesis cephalosporin C dan penisilin N tampak 

muncul mengikutinya pada cara pertama, tetapi secara detail 

dimana proses ini diselesaikan menjadi bagian-bagian hanya 

merupakan perkiraan tanpa bukti penelitian lebih lanjut. 

Pergantian oksidan dalam sisa-sisa valine diperlukan 

untuk membentuk bagian formasi 2, 3-dehydro-4 acetoxyvaline 

dari cephalosporin C dimulai dari bentuk valine itu sendiri atau 

ditunda-tunda sampai sintesis penisilin N lengkap. 

Penambahan sejumlah asam-asam pada peragian 

mengharapkan munculnya ragi dari cephalosporin C. Pengaruh 

utama dari methionine tampak pada sintesi enzim selama 

pertumbuhan sel sebelum fase pembentukan antibiotika 

dimulai dan methionine dapat di gantikan dengan struktur 

analognya, norleucine. Isomer-isomer D sangat efektif. 

Efeknya pada degradasi cysteine menjadi piruvat dan untuk 

sintesi cephalosporin C. 

 

2.  Griseofulvin  

Griseofulvin dihasilkan oleh galur-galur spora tinggi dari 

spesies Penicillium dalam kelompok griseofulvin/patulum/ 

nigricans. Griseofulvin yaitu  produk utama dari rangkaian-

rangkaian biokomia sebagai kompleks yang diisolasi, dengan 

 99 

C16 ketone dan griseophone C. 

Mc Master dan para pengikutnya telah mengisolasi 

derivate benzinone, yaitu xanthone dan dehydrogriseofulvin, 

seluruhnya berhubungan dengan pembentukan griseofulvin. 

Dihipotesakan bahwa salah satu dari asam-asam hydrobenzoic 

berasal dari 6-methylsalicylate dibangun lebih lanjut oleh 

penambahan ketoscyl, yang memunculkan precursor-precursor, 

baik asam fulvic atau griseofulvin. Ide ini didasarkan atas 

observasi bahwa Penicillium brefeldianum membentuk asam 

fulvic bila di tumbuhkan dalam medium Czapek-Dox, tetapi 

akan membuat griseofulvin bila ditumbuhkan dalam medium 

Raulin-Thom. Perbedaan utama di antara kedua medium yaitu  

komposisi dan keseimbangan dari garam-garam anorganik. 

Pada gilirannya dapat ditransfortasikan enzim-enzim tertentu 

ke dalam asam fulvic, atau dapat di masukan ke dalam 

precursor methoxybenzophenone dari griseofulvin. Observasi 

Rhodes menyokong pendapat ini , bahwa penambahan 

aminopterin pada P. griseofulvin mengakibatkan akumulasi 

dari 6-methyl-salisylate yang dapat terbentuk tanpa 

griseofulvin. 

Akhirnya observasi Simonart dan De Lathouwer menya-

takan bahwa galur P. griseofulvin Biourge yang terakumulasi 

bahwa dalam jumlah besar sebagai patulin selama 9 hari kultur 

stasioner, secara bertingkat memperlihatkan penurunan konsen-

trasi dari diteksi oleh kertas kromotografi. Mikroorganisme 

ternyata mampu mengubah semua glukosa denagn cara formal 

sementara 6-methylsalisylate dan patulin dalam miselium, 

karbondioksida dan air. Fenomena ini yaitu  awal studi enzim 

dan mekanisme pengaturan. 

 

 

 100

3.  Patulin 

Penggunaan ekstrak kasar penisillia memperlihatkan 

inkorporasi radioaktif 14C-Acethyl CoA dalam patulin, 

pembentukan labeled 6-methyl salicylate dari 2-14C-malonyl 

CoA ke dalam asam tropolon stipitatic, terjadi secara in vitro. 

Pembentukan metabolik aromatik ini meliputi partisipasi dari 

derivat – polyketomethylene CoA, yang mungkin melibatkan 

sejumlah proses enzimatik yang belum di kenal.                                                                                                                       

Proses-proses biosintesis meliputi dekarboksilasi dari                  

6-methylsalicylic acid atau orsellinic acid. Gatenbeck dan 

Lonnroth menyatakan bahwa gensitic acid dibentuk dalam 

kultur patulin dari P. urticae yang didapat dari mekanisme 

polycetate, tidak melalui mekanisme shikimic acid. 

Sebagian besar antibiotika dikenal sebagai kelompok-

kelompok dari persamaan dalam struktur dasar umum, dan 

berbeda dalam beberapa molekulnya. Perbedaan variasi 

antibiotika yang dihasilkan oleh suatu produksi galur 

disebutkan juga karena mutasi. Contohnya : Ultra violet 

menginduksi mutan P. chrusogenum denagn inkorporasi p-

hydrooxyphenyl-acetic acid. Mutan Streptomycetes cimonus 

menghasilkan jumlah dominan 2-acetyl-2-

dekarboxamidooxytetracyline dan oxytetracycline dengan 

kadar rendah. 

Banyak jenis obat serta vitamin yang diproses secara 

biologis dengan menggunakan jamur atau ragi. Jenis ergot 

(Claviceps purpurea) merupakan jenis penghasil obat 

keperluan obstetrika. Sebelumnya jenis jamur ini merupakan 

penyakit pada gandum. Ergot merupakan sumber bahan obat-

obatan yang berkhasiat tinggi serta luas pemakaiannya, karena 

di dalamnya terkandung banyak senyawa alkaloid bermanfaat 

seperti argotinin, asam argotinat, kromatin, sparelotoksin, 

 101 

ergabasin, ergastetrin, ergometrin dan ergatosin. 

 

 

 

 102

BAB 8 

MIKOLOGI KESEHATAN 

 

A.  PERANAN JAMUR DALAM BIDANG KESEHATAN 

Peranan Jamur dalam bidang kesehatan ada yang 

merugikan ada yang menguntungkan. Yang menguntungkan 

antara lain yaitu  dalam bidang industri obat-obatan. 

Sedanagkan yang merugikan adalan jamur-jamur yang 

menyebabkan penyakit atau yang mengeluarkan zat-zat yang 

bersifat racun. 

Pada bab ini akan dibicarakan khusus jamur-jamur yang 

merugikan yaitu yang menyebabkan penyakit pada manusia 

dan hewan serta jamur-jamur beracun. 

 

1. Jamur Panyebab Penyakit 

Penemuan jamur penyebab penyakit sebelumnya 

dipelopori oleh PASTEUR dan KOCH yang mengerjakan 

bakteri pathogen pada manusia setelah itu dilakukan 

penyelidikan sejak abad kesembilan belas di Negara Eropa. 

Pelopor seperti Remark (1837) Scholein (1839) yang 

mempelajari jamur penyebab Favus di Berlin. Grubby (1642) 

di Paris yang menemukan jamur pada kulit. Kemudian De Bary 

dan Duxlaux (1886) dalam usahanya membiakan jamur dari 

kulit, tetapi hanya berhasil mengisolir yang saprofit. Verusjsky 

(1887) seorang murid dari Duxlaux menerangkan bahwa ia 

telah menemukan suatu perbenihan yang dapat dipergunakan 

untuk menanam jamur pathogen dari kulit. Kemudian 

Sabauraud (1887) juga telah menemukan perbenihan yang 

cocok untuk jamur pathogen dan sampai sekarang masih di 

pakai. Perbenihan ini  dinamakan “Perbenihan 

Sabauraud”. Ternyata menurut Conant dan kawan-kawan dan 

 103 

Dodge perbenihan ini yaitu  yang paling cocok dengan 

tumbuhnya jamur pathogen dibandingkan dengan perbenihan 

lain. 

Penyakit dermatomikosis (Athlete‟sfoot) telah lama di 

kenal misalnya Pelburrry Fox, Pellezari (1888), Withfield 

(1908), tetapi jamur penyebabnya baru berhasil dibiakan oleh 

Djelaledin Moukhtar pada tahun (1892) dan pada tahun 1910 

Sabauraud membiakkan jamur penyebab penyakit ini . 

Penyakit dermatomikosis di Indonesia merupakan masalah 

yang penting dan banyak macamnya, antara lain disebutkan 

oleh Kouwenar dalam bukunya: Kurap (Eczema Maginatum 

atau Tinea Cruris), Kurap besi atau kaskado (Tinea Imbrikata), 

Panu (Tinea Versicolor), Favus (Tinea Favosa atau Tinea 

Capitis), dan Tinea Corporis. 

 

2. Penyakit Jamur/Mikosis  

Penyakit jamur atau mikosis yaitu  suatu penyakit kronis 

menahun, yang menyebabkan infeksi yang lama dan hebat 

terhadap manusia dan hewan, yang memerlukan suatu 

perhatian yang khusus. Istilah mikosis pertama-tama digunakan 

oleh Virchow. 

Cara pemberian nama untuk penyakit yang di sebabkan 

jamur atau mikosis ada beberapa macam. Cara pembagian yang 

tetap menurut Liberro Ajello (1951) yaitu : 

1.  Menurut letak bagian tubuh yang terinfeksi 

a.  Superficial mikosis, yaitu jamur yang menginfeksi 

bagian luar dan kulit yang termasuk golongan ini yaitu  

1. Erythrasma 

2.  Tinea Versicolor (PItyriasis Versicolor) 

b. Cutaneous mikosis yaitu  mikosis yamg menyebabkan 

 104

infeksi kulit yang lebih dalam dari infeksi superfisialis. 

Contoh : Candidiasis, Tinea capitis, Tinea corporis, dan 

Tinea imbricata. 

c. Subcutaneous mikosis yaitu  penyakit jamur yang 

menyebabkan infeksi pada daerah subcutan dari kulit 

dan kebanyakan merupakan borok-borok penonjolan 

dari pembuluh darah. 

d.  Systemik mikosis yaitu  penyakit jamur atau infeksi 

jamur pada organ-organ atau jaringan di dalam tubuh 

misalnya paru-paru, ginjal dan lain-lain. 

2.  Menurut organ atau jaringan yang sakit. 

a.  Dermatomikosis, infeksi jamur pada kulit, yang 

termasuk dalam golongan ini yaitu  Superfisial mikosis 

dan Cutaneus mikosis. 

b.  Onikomikosis, infeksi jamur pada kuku 

c.  Bronchomikosis, infeksi jamur pada organ pernafasan 

d. Pulmomikosis, infeksi jamur pada paru-paru 

e.  Otomikosis, infeksi jamur pada telinga 

3.  Pembagian menurut patogenitasnya. 

a.  Actinomicosis, penyakit jamur yang disebabkan oleh 

jamur dari golongan Actinomytes. 

b.  Mucor-mikosis, disebabkan oleh jamur dari golongan 

Mucorales. 

c.  Penicillosis, mikosis yang disebabkan oleh jamur dari 

genus Penicillium. 

d.  Aspergillosis, mikosis yang disebabkan oleh 

Aspergillus. 

 

 

 

 

 105 

B.  DERMATOMIKOSIS  

Dermatomikosis yaitu  infeksi jamur pada tangkai 

rambut, kuku dan stratum corneum (kulit). Pernyataan menurut 

klinis disebut: Ringworm, Athletsfoot, Jockey Itch, atau Barber 

Itch. Dermatologis menyatakan sebagai Tinea.  

Pembagiannya sebagai berikut: 

1.  Tinea capitis 

Sin