Tampilkan postingan dengan label purin dan pirimidin 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label purin dan pirimidin 1. Tampilkan semua postingan

purin dan pirimidin 1

 




































purin dan pirimidin 

 

 GLOSARIUM 

TAK ARIR 

Antioksidan 

 

 

senyawa kimia yang mampu menghambat proses oksidasi 

dari senyawa lain. 

 

Enzim : biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis 

dalam suatu reaksi kimia organik. Katalis yaitu  senyawa 

yang berfungsi mempercepat proses reaksi tanpa habis 

bereaksi.  

 

Enzim restriksi : disebut juga sebagai endonuklease restriksi yang merupakan 

enzim yang memotong molekul DNA. Enzim ini dapat 

memotong DNA pada rangka gula-fosfat tanpa merusak basa. 

 

Gugus sulfhidril   : suatu senyawa kimia yang mengandung gugus fungsi yang 

terdiri dari atom sulfur dan atom hidrogen (-SH). 

 

Hidrolisis : reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi kation 

hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH−) melalui suatu 

proses kimia. 

 

Ikatan anhidrida : Anhidrida yaitu  suatu senyawa organik yang memiliki dua 

gugus asil yang terikat pada atom oksigen yang sama. Yang 

umum dijumpai yaitu  anhidrida karboksilat. Induk nya 

yaitu  asam karboksilat. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ikatan ester : Ikatan ester yaitu  suatu ikatan senyawa organik yang 

terbentuk melalui penggantian satu (atau lebih) atom hidrogen 

pada gugus karboksil dengan suatu gugus organik. 

 

 

 

 

Koenzim : zat yang bekerja dengan enzim untuk memulai atau 

membantu fungsi enzim. Koenzim tidak bisa berfungsi sendiri 

dan membutuhkan kehadiran enzim. 

 

Koenzim A : sebuah kofaktor yang dikenal karena berperan dalam sintesis 

dan oksidasi asam lemak, serta oksidasi asam piruvat dalam 

siklus asam sitrat. Semua lintasan biologis yang melibatkan 

enzim, ternyata juga memerlukan koenzim A sebagai substrat, 

contoh : asetil Ko-A. 

 

Metabolisme : semua reaksi kimia yang terjadi di dalam organisme, termasuk 

yang terjadi di tingkat seluler. 

 

Metabolisme satu 

karbon 

 

 

metabolisme yang memfasilitasi transfer gugus satu karbon. 

Transfer gugus satu karbon difasilitasi oleh salah satu dari tiga 

molekul, yaitu Tetrahydrofolate (THF) sebagai kofaktor reaksi 

enzimatis, S-adenosylmethionine (SAM) sebagai donor metil 

(-CH3), dan  Vitamin B12 (Cobalamin) sebagai koenzim dalam 

reaksi metilasi dan reaksi penataulangan (rearrangement 

reaction). 

 

NAD 

(nikotinamida 

adenina 

dinukleotida) 

 

koenzim yang ditemukan di semua sel hidup. Senyawa ini 

berupa dinukleotida, yakni mengandung dua nukleotida yang 

dihubungkan melalui gugus fosfat, dengan satu nukleotida 

mengandung basa adenina dan yang lainnya mengandung 

nikotinamida. 

 

NADP 

(nikotinamida 

adenin 

dinukleotida 

fosfat) 

 

merupakan bentuk terfosforilasi dari NAD. NADP memiliki 

gugus fosfat tambahan saat gugus fosfat tambahan tidak ada 

dalam molekul NAD. 

 

FAD (Flavin 

adenine 

dinucleotide) 

 

merupakan kofaktor redoks yang berperan dalam beberapa 

lintasan metabolisme yang vital. Molekul FAD terdiri dari 

riboflavin yang berikat dengan gugus fosfat molekul ADP. 

 

Nukleoprotein : protein yang strukturnya terikat dengan asam nukleat, baik 

DNA maupun RNA. 

 

Oksigen 

reaktif/radikal 

bebas 

: suatu molekul, atom atau beberapa grup atom yang 

mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada 

orbital terluarnya. Molekul atau atom ini  sangat labil dan 

mudah membentuk senyawa baru. 

 

Prekursor : zat atau bahan dasar yang dapat digunakan untuk pembuatan 

narkotika dan psikotropika. 

 

reaksi endergonik : reaksi yang menyerap energi dari lingkungan. 

 

 

Scavenger : senyawa-senyawa yang dikenal sebagai penangkap radikal 

bebas. 

 

THF 

(tetrahidrofuran) 

: merupakan senyawa organik heterosiklik dengan rumus kimia 

(CH2)4O. Senyawa ini berupa cairan berviskositas rendah dan 

memiliki aroma seperti dietil eter.  

 

Brush border 

enzyme 

: enzim pencernaan yang terletak di membran mikrovili pada 

sel epitel intestinal. 

 

Enterocyte  : sel serap usus, sel-sel epitel kolumnar sederhana yang 

ditemukan di usus halus. 

 

Chyme  : makanan yang telah berbentuk bubur di dalam usus halus. 

 

Sitokin  : suatu molekul protein yang dikeluarkan oleh sel ketika 

diaktifkan oleh antigen. Sitokin terlibat dalam komunikasi sel-

sel, bertindak sebagai mediator untuk meningkatkan respon 

imun melalui interaksi dengan reseptor permukaan sel 

tertentu pada leukosit. 

 

Kemokin  : molekul protein kecil yang diproduksi oleh sel-sel dari sistem 

kekebalan tubuh. Kemokin bertindak sebagai kemoatraktan, 

menyebabkan migrasi sel kekebalan ke situs infeksi sehingga 

mereka dapat menargetkan dan menghancurkan penyerang 

tubuh seperti mikroba. 

 

Sintesis de novo : pembentukan sebuah molekul penting dari molekul prekursor 

sederhana. 

 

Uricolysis : metabolisme asam urat terutama didalam tubuh. 

 

Transporter : senyawa yang bertugas memindahkan molekul dan ion untuk 

melintasi membran, senyawa ini biasanya tersusun oleh 

protein. 

 

Efflux pump  : transporter mengandung protein yang terlokalisasi di 

membran sitoplasma dari semua jenis sel. Mereka yaitu  

transporter aktif yang membutuhkan sumber energi kimia 

untuk menjalankan fungsinya. 

 

Ekspresi gen  : rangkaian proses penerjemahan informasi genetik (dalam 

bentuk urutan basa pada DNA atau RNA) menjadi protein. 

 

Polimorfisme  : ketika dua atau beberapa fenotip yang berbeda berada dalam 

populasi suatu spesies – atau dapat pula diartikan sebagai 

kemunculan lebih dari satu bentuk. 

GWAS : genome-wide association study, yaitu sebuah studi 

observasional dari serangkaian varian genetik pada individu 

147 

 

 

 

yang berbeda. Studi ini bertujuan untuk melihat apakah ada 

varian yang terjadi terkait dengan suatu sifat. 

 

Artritis  : peradangan sendi, peradangan ini dapat memengaruhi 

beberapa sendi 

 

Hematopoietic : Peristiwa pembuatan sel darah. 

 

Pegylation : merupakan proses penambahan gugus PEG (polyethylene 

glycol) pada sebuah produk dengan tujuan menyamarkan 

produk ini  dari diserang oleh sistem kekebalan tubuh 

seseorang untuk mengurangi kemungkinan imunogenisitas. 

    

  


BAB 1. NUKLEOTIDA 

Garis besar 

a. Basa nitrogen: purin dan pirimidin 

b. Nukleosida 

c. Nukleotida dan polinukleotida 

d. Fungsi nukleotida 

 

1.1.  Basa nitrogen: purin dan pirimidin 

Basa nitrogen yaitu  senyawa organik yang mengandung Nitrogen dan 

bersifat basa. Dikenal dua jenis basa nitrogen, yaitu purin dan pirimidin. Purin disusun 

dari cincin yang memiliki dua cincin yaitu cincin lima dan cincin enam yang masing 

masing mengandung dua nitrogen. Pirimidin hanya memiliki cincin enam yang 

mengandung dua nitrogen (Gambar 1.1).  

 

 

Ada empat macam purin dan empat macam pirimidin penting, yaitu   

Purin (Gambar 1.2.) 

   Adenin  : 6-amino purin  

   Guanin  : 2-amino-6-oksipurin  

   Hipoxanthin : 6-oksipurin  

   Xanthin : 2,6-dioksipurin 

Adenin dan guanin ada  pada asam nukleat, baik DNA maupun RNA. 

Hipoxanthin dan xanthin tidak merupakan bagian dari asam nukleat tetapi 

merupakan senyawa antara penting dalam biosintesis dan biodegradasi nukleotida 

purin.  

 

Gambar 1.2. Struktur kimia adenin, guanin, hipoxanthin dan xanthin 

Pirimidin (Gambar 1.3)  

   Urasil   : 2,4-dioksi pirimidin  

   Timin   : 2,4-dioksi-5-metil pirimidin  

   Sitosin  : 2-oksi-4-amino pirimidin  

   Asam Orotat  : 2,4-dioksi-6-karboksi pirimidin  

Sitosin ada  baik pada DNA maupun RNA. Urasil hanya ada  pada RNA. 

Timin hanya ada  pada DNA.  tRNA tertentu mengandung timin dan urasil. 

 

 

1.2. Nukleosida 

Jika gula, baik ribosa atau 2-deoksiribosa, berikatan dengan basa nitrogen, 

dihasilkan nukleosida (Gambar 1.4 dan 1.7). Karbon no.1 dari gula melekat pada 

nitrogen no. 9 dari basa purin atau nitrogen 1 dari basa pirimidin.  Nama nukleosida 

purin diakhiri dengan  akhiran -osin dan nama nukleosida pirimidin diakhiri dengan -

idin.  Disepakati bahwa nomer dengan “aksen” digunakan untuk atom cincin basa, 

misal 1’, untuk membedakan dengan atom cincin dari gula. Jika tidak disebut lain 

maka yang dimaksud dengan gula yaitu  ribosa. Untuk membedakan dengan 2'-

deoksiribosa, digunakan tanda d- sebelum namanya. Beberapa senyawa yang perlu 

disebut yaitu   

   Adenosin  (Gambar 1.5.) 

   Guanosin (Gambar 1.5.) 

   Inosin : basa dari inosin yaitu  hipoxanthin (Gambar 1.2 dan1.5.) 

   Uridin (Gambar 1.6.) 

   Timidin (Gambar 1.6.) 

   Sitidin (Gambar 1.6.) 

 


1.3. Nukleotida dan polinukleotida 

Penambahan satu atau lebih fosfat pada gula akan mengubah nukleosida 

menjadi nukleotida. Umumnya, fosfat diikat dengan ikatan ester pada karbon no. 5 

dari gula. Jika lebih dari satu fosfat, umumnya terjadi ikatan anhidrida dengan 

sesama fosfat.  Untuk itu tidak diperlukan sandi nomer untuk menyatakan posisinya. 

Jika fosfat terletak pada posisi lainnya, maka posisi tsb harus ditandai dengan nomer. 

Misal 3'-5' cAMP (Gambar 1.8.) yang berarti fosfat terikat dengan ikatan ester baik 

untuk gugus hidroksi 3’ maupun 5’. Dari molekul adenosin dapat dibentuk struktur 

siklis. 2'-GMP berarti bahwa fosfat dalam keadaan berikatan ester pada gugus 

hidroksi 2’ dari guanosin.   

Beberapa contoh senyawa yang perlu disebut antara lain  

   AMP  : adenosin monofosfat , asam adenilat (Gambar 1.7) 

   CDP  : sitidin difosfat  

   dGTP  : deoksi guanosin trifosfat  

   dTTP  : deoksi thimidin trifosfat (kadang dikenal sebagai TTP)  

   cAMP : 3'-5' siklis adenosin monofosfat  (Gambar 1.8.) 

Nukleotida-nukleotida dapat berikatan satu sama lain dengan ikatan 3'-5' 

fosfodiester sehingga membentuk polinukleotida. Polimerisasi ribonukleotida akan 

menghasilkan RNA sedangkan polimerisasi deoksiribonukleotida menghasilkan 

DNA.  

 


Tabel 1.1. Tatanama basa asam nukleosida dan nukleotida 

Basa purin Ribonukleosida  Ribonukleotida  

Adenin (A) Adenosin  Adenosin monofosfat (AMP) 

Guanin (G) Guanosin  Guanosin monofosfat 

Hipoxanthin  Inosin  Inosin monofosfat 

Xanthin (X) Xanthosin  Xanthin monofosfat 

 Deoksiribonuklesida  Deoksiribonukleotida 

Adenin (A) Deoksiadenosin  Deoksiadenosin 5’monofosfat (dAMP) 

Guanin (G) Deoksiguanosin Deoksiguanosin 5’monofosfat (dGMP) 

 

 

 

 

 

1.4.  Fungsi nukleotida dalam sel 

Nukleotida merupakan komponen yang dijumpai di banyak jaringan 

organisme. Senyawa tsb aktif  berpartisipasi di sebagian besar reaksi metabolisme. 

Misal  

   ATP (adenosin trifosfat) yang berfungsi bagaikan mata uang, 

sebagai mata uang energi (energy currency) dalam sel;  

   GTP berfungsi sebagai sumber energi antara (immediate energy 

source) yang mengendalikan reaksi endergonik sintesis protein; 

   nukleotida uridin yang berperan dalam transformasi karbohidrat;  

   biosintesis fosfolipid yang terjadi melalui turunan  nukleotida sitosin;  

   berfungsi sebagai koenzim, misal koenzim A, NAD, NADP, dan  

FAD, yang merupakan turunan nukleotida;  

   berperan dalam regulasi metabolisme, sebagai respon dari enzim-

enzim kunci metabolisme antara ke konsentrasi relatif dari AMP. 

ADP dan ATP,  

   Turunan siklis nukleotida purin, cAMP dan cGMP yang tidak 

berperan  dalam metabolisme kecuali dalam regulasi; 

   Sebagai monomer dari asam-asam nukleat; 

   Deoksinukleosida trifosfat (dNTPs) dan nukleosida trifosfat (NTPs) 

melayani masing masing sebagai substrat antara untuk biosintesis 

DNA dan RNA; dan 

   Bagian dari RNA. Tanpa RNA, biosintesis protein dan DNA sehingga 

tidak terjadi replikasi materi genetik  dan pembelahan sel tidak 

terjadi.  

 

 

1.5.  Penutup 

Purin dan pirimidin merupakan molekul yang penting dan berperan dalam 

banyak reaksi biokimia yang penting bagi kelangsungan hidup sehat dan normal. 

Kedua senyawa tsb dan senyawa turunannya dapat dibentuk atau disintesis oleh 

tubuh dan tidak tergantung pada asupan dari luar (makanan).   

 

 

 

Latihan soal 

A. Uraikan jawaban dengan jelas untuk pertanyaan dibawah ini! 

1. Apakah perbedaan antara purin dan pirimidin? 

2. Sebutkan contoh dari purin dan pirimidin! 

3. Sebutkan tiga komponen utama penyusun nukleotida? 

4. Apakah perbedaan antara nukleosida dengan nukleotida? 

5. Apakah perbedaan struktur kimia deoksinukleotida dengan ribonukleotida? 

6. Apakah yang dimaksudkan dengan ujung 3’ dan 5’?  

7. Mengapa urutan nukleotida pada DNA dan/atau RNA berperan sangat 

penting? 

  

 

B. _______________________ 

1. Basa purin disusun oleh.... 

a. Cincin lima dan cincin enam yang masing-masing mengandung basa 

nitrogen 

b. Dua cincin enam yang masing-masing mengandung basa nitrogen 

c. Cincin enam yang masing-masing mengandung dua basa nitrogen 

d. Dua cincin lima yang mengandung dua basa nitrogen 

e. Dua cincin lima dan dua cincin enam dengan basa nitrogen 

2. Berikut ini merupakan basa purin, kecuali.... 

a. Adenin  

b. Guanin  

c. Urasil 

d. Xanthin 

e. Hipoxanthin  

3. Berikut ini merupakan basa pirimidin, kecuali.... 

a. Urasil  

b. Timin 

c. Sitosin 

d. Xanthin  

e. Asam orotat 

4. Penambahan satu atau lebih fosfat akan mengubah nukleosida menjadi.... 

 

 

 

a. Adenosin 

b. Inosin 

c. Guanosin 

d. Nukleotida 

e. Asam amino 

5. Ikatan yang terbentuk ketika fosfat berikatan pada gula yaitu .... 

a. Ikatan ester dan anhidrida 

b. Ikatan van der waals dan ikatan ion 

c. Ikatan ester dan ikatan ion 

d. Ikatan van der waals dan ikatan anhidrida 

e. Ikatan ester dan ikatan van der waals 

6. Nukleotida-nukleotida dapat berikatan satu sama lain dengan ikatan 3’-5’ 

fosfodiester sehingga membentuk.... 

a. Polinukleotida 

b. Poliester 

c. Polimer 

d. Polinukleosida 

e. Poliamino  

7. Berikut ini merupakan beberapa peran nukleotida pada sebagian besar 

reaksi metabolisme, kecuali.... 

a. Nukleotida uridin berperan dalam transformasi karbohidrat 

b. Biosintesis fosfolipid yang terjadi melalui turunan nukleosida sitosin 

c. Berfungsi sebagai koenzim 

d. Berfungsi sebagai kofaktor enzim 

e. Berperan dalam regulasi metabolisme 

8. Biosintesis purin tergantung dari adanya.... 

a. Asam asetat 

b. Asam folat 

c. Asam fumarat 

d. Asam glutamat 

e. Asam fosfat 

9. Produk utama dari jalur sintesis purin yaitu  .... yang berperan sebagai.... 

a. PABA; sebagai prekursor IMP dan GMP 

b. IMP; sebagai prekursor AMP dan GMP 

10 

 

 

 

c. AMP; sebagai prekursor IMP 

d. GMP; sebagai prekursor PABA 

e. IMP; sebagai prekursor PABA dan GMP 

10. Enzim yang berperan dalam perubahan IMP menjadi GMP yaitu .... 

a. IMP dehidrogenase dan GMP sintetase 

b. IMP sintetase dan GMP dehidrogenase 

c. IMP dehidrogenase dan Adenilosuksinat sintetase 

d. Adenilosuksinat sintetase dan GMP sintetase 

e. IMP sintetase dan GMP sintetase 

 

  METABOLISME 

PURIN 

Garis besar 

a. Biosintesis purin 

b. Biosintesis AMP dan GMP dari IMP 

c. Regulasi biosintesis purin 

d. Biosintesis nukleosida difosfat dan trifosfat dari nukleosida monofosfat 

e. Penyelamatan purin (Purine Salvage) 

f. Biodegradasi purin menjadi asam urat 

g. Kelebihan asam urat (hiperurisemia, gout, Lysch-Nyhan Syndrome, dan 

Severe Combined Immunodeficiency Syndrome (SCID). 

 

 

 

 

2.1.  Biosintesis purin 

Penemuan jalur biosintesis purin diawali dari penelitian tentang urin burung, terutama 

rentetan reaksi metabolisme pembentukan asam urat, suatu analog purin yang tak 

larut air. Penelitian dilakukan dengan bantuan teknik radioaktif yang dimulai dari 

penelusuran radioaktif mulai dari asupan makanan yang mengandung asam nukleat 

12 

 

 

 

radioaktif, penyebaran senyawa antara metabolisme asam nukleat, dan hasil akhir 

peruraiannya, terutama pembentukan asam urat. Hasil penelusuran radioaktif tsb 

menunjukkan bahwa berbagai sumber senyawa diperlukan untuk menyusun ke 

sembilan atom cincin purin (Gambar 2.1 dan 2.2), yaitu  

   Asam aspartat (N-1),  

   Glutamin  (N-3 dan N-9),  

   Glisin (C-4, C-5, dan N-7),  

   CO2 (C-6), dan  

   turunan satu-karbon Tetrahidrofolat  (Gambar 2.5.) (THF one-carbon 

derivatives) (C-2 and C-8).  Koenzim THF berperan dalam 

metabolisme satu-karbon.  

Dalam biosintesis purin, atom-atom pembentuk purin ditambahkan secara bertahap 

ke ribosa-5-fosfat, sehingga purin disintesis langsung sebagai nukleotida oleh 

perakitan atom-atom penyusun cincin purin langsung ke ribosa (Gambar 2.1.). 

Proses ini berbeda dengan sintesis pirimidin (Bab 3).  

Gambar 2.2.  Lima senyawa asal pembentuk ke sembilan sistem cincin purin 

Biosintesis purin sangat tergantung pada ketersediaan asam folat (Gambar 2.4.). 

Tahap tertentu (tahap 4 dan 10) memerlukan asam folat. Oleh karena itu, senyawa 

penghambat dalam metabolisme folat, misal methotrexate, dapat menghambat 

biosintesis purin, tetapi baik untuk sintesis asam nukleat, pertumbuhan dan 

pembelahan sel. Oleh karena itu bisa dipahami bahwa pembelahan sel yang cepat, 

misal bakteri yang ganas dan menimbulkan infeksi lebih peka terhadap antagonist 

daripada yang tumbuh lambat (sel normal). Antagonis metabolisme asam folat antara 

lain sulfonamida (Gambar 2.5.). Asam folat yaitu  vitamin yang dapat diperoleh dari 

makanan. Tetapi bakteri dapat mensintesis asam folat dari prekursor, termasuk p-

aminobenzoic acid (PABA), dan oleh karena itu lebih peka terhadap antagonist 

daripada sel-sel manusia/hewan (Gambar 2.5.). Produk pertama dari jalur sintesis 

purin yaitu  IMP (asam inosinat atau inosin monofosfat) (Gambar 2.1.) yang 

berperan sebagai prekursor AMP dan GMP. 

Sulfonamida sebagai salah satu obat sulfa, memiliki daya antibiotika karena 

keserupaannya dengan p-aminobenzoat (PABA), suatu prekursor penting untuk 

sintesis asam folat. Sulfonamida memblokir pembentukan asam folat karena 

berkompetisi dengan PABA. 

 

15 

 

 

 

Gambar 2.4. Struktur kimia asam folat 

 

Ribose-5-fosfat + pirofosfat 

                                                                         PRPPS 

 

5-fosforibosil-1-pirofosfat (PRPP) 

                                                                                                            Glutamin 

                                                                          APRT 

                                                                                                            Glutamate  

 

5-fosforibosil-1-amina 

 

ATP                                   GTP 

adenosine monofosfat                                   Inosin monofosfat                                guanosin monofosfat 

(AMP) (IMP) (GMP) 

Gambar 2.4. Skema jalur biosintesis purin 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2.5. Struktur sulfonamida, PABA dan THF  

2.2.  Sintesis AMP dan GMP dari IMP 

Ada dua reaksi sintesis menyerupai tahap 9 dari jalur purin yang menghasilkan IMP 

(Gambar 2.1.).  

16 

 

 

 

a. Pada tahap 1, 6-O-inosin diganti oleh aspartat sehingga menghasilkan  

adenilosuksinat. Energi yang diperlukan berasal dari hidrolisis GTP. 

Enzim yang berperan yaitu  adenilosuksinat sintetase. AMP yaitu  

inhibitor kompetitif (dalam hal ini dengan substrat IMP) adenilosuksinat 

sintetase (Gambar 2.6.). 

b. Pada tahap 2, adenilosuksinase (juga dinamakan adenilosuksinat liase, 

enzim yang sama mengkatalisis tahap 9 dari jalur purin) melaksanakan 

pelepasan nonhidrolitik fumarat dari adenilosuksinat, menghasilkan AMP 

(Gambar 2.6.). 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2.6. Sintesis 

AMP dan GMP dari 

IMP 

Dua reaksi sintesis GMP dari IMP yaitu  oksidasi yang memerlukan NAD+ (NAD+-

dependent oxidation), dan kemudian diikuti dengan reaksi amidotransferase.  

a. Pada tahap 1, IMP dehydrogenase menggunakan substrat NAD+ dan H2O 

dalam mengkatalisis oksidasi IMP di C-2. Produknya yaitu  asam xanthilat 

(XMP atau xanthosin monofosfat), NADH, dan H+. GMP yaitu  inhibitor 

kompetitif (terhadap IMP) IMP dehidrogenase. 

17 

 

 

 

b. Pada tahap 2, terjadi transfer amido-N dari glutamin ke posisi C-2 XMP 

menghasilkan GMP. Reaksi yang memerlukan ATP ini dikatalisis oleh GMP 

sintetase. Disamping GMP, produk lainnya yaitu  glutamat, AMP, dan PPi. 

Hidrolisis PPi menjadi dua Pi dikatalisis oleh pirofosfatase sehingga membuat 

reaksi ini tuntas.  

IMP yaitu  prekursor baik untuk AMP maupun GMP. Nukleotida utama purin 

dibentuk melalui dua tahap jalur metabolisme yang berasal dari IMP. Cabang yang 

menghasilkan AMP (adenosin 5'-monofosfat) melibatkan penggantian gugus 6-O - 

inosin dengan aspartat (Gambar 2.6.) dalam reaksi yang memerlukan GTP (GTP-

dependent reaction), diikuti oleh penghilangan skeleton 4-karbon dari aspartat secara 

non hidrolitik sebagai fumarat. Gugus amino Asp tetap sebagai gugus 6-amina dari 

AMP.  Adenilosuksinat sintetase dan adenilosuksinase yaitu  dua enzim yang 

berperan. Perlu dicatat bahwa adenilosuksinase juga berperan pada tahap 9 jalur 

dari ribosa-5-fosfat menjadi IMP. Produksi fumarat membuat keterkaitan atau 

hubungan antara sintesis purin dengan siklus asam sitrat.  

Pembentukan GMP dari IMP memerlukan oksidasi pada C2 cincin purin diiikuti oleh 

reaksi amidotransferase yang memerlukan glutamin (glutamine-dependent 

amidotransferase reaction) yang mengganti oksigen pada C-2 dengan gugus amino 

sehingga menghasillkan 2-amino,6-oxy purine nucleoside monophosphate, atau 

dikenal sebagai guanosine monophosphate (GMP). Enzim yang berperan dalam 

cabang GMP yaitu  IMP dehidrogenase dan GMP sintetase. Mulai dari ribosa-5-

fosfat, 8 ATP dikonsumsi dalam sintesis AMP dan 9 ATP dalam sintesis GMP.  

Siklus nukleotida purin: jalur anaplerotik dalam otot rangka. Deaminasi AMP menjadi  

IMP oleh AMP deaminase (Gambar 2.6) diikuti oleh resintesis AMP dari IMP oleh 

enzim-enzim dari jalur purin de novo, adenylosuccinate synthetase dan 

adenylosuccinate lyase, sehingga terbentuk siklus nukleotida purin (Gambar 2.6.). 

Siklus ini mengkonversi aspartat menjadi fumarat plus NH4

+. Meskipun siklus ini 

tampak banyak mengkonsumsi energi, tetapi berperan penting dalam metabolisme 

energi di otot rangka. Fumarat yang dihasilkan mengisi kembali senyawa antara 

siklus asam sitrat yang hilang dalam reaksi samping amphibolik. Otot rangka 

umumnya kurang enzim-enzim anaplerotik dan mengandalkan peningkatan aktivitas 

18 

 

 

 

AMP deaminase, adenilosuksinat sintetase, dan adenilosuksinat liase sebagai 

kompensasinya. 

 

 

Gambar 2.7.Siklus nukleotida purin untuk pengisian kembali anaplerotik  

siklus asam sitrat di otot rangka 

2.3.  Regulasi biosintesis purin 

Jejaring pengendalian regulasi sintesis purin diskemakan pada Gambar 2.8. Jalur 

biosintesis purin dari ribosa-5-fosfat menjadi IMP diregulasi secara allosterik pada 

dua tahap pertama. Ribosa-5-fosfat pirofosfokinase, meskipun bukan merupakan 

tahap komitmen dalam sintesis purin, merupakan subyek dari penghambatan umpan 

balik oleh ADP dan GDP.  

 

 

 

Gambar 2.8. Skema sistem regulasi pengendalian biosintesis purin 

ADP dan GDP merupakan inhibitor umpan balik dari ribosa-5-fosfat pirofosfokinase 

(ribose-5-phosphate pyrophosphokinase) reaksi pertama dari jalur biosintesis purin. 

Enzim kedua yaitu  glutamin fosforibosil pirofosfat amidotransferase, memiliki dua 

situs atau tapak penghambatan umpan balik yang berbeda, satu untuk nukleotida A, 

dan yang lain untuk nukleotida G. Enzim ini diaktivasi secara allosterik oleh PRPP.  

Pada cabang yang mengubah IMP menjadi AMP, enzim pertama nya dihambat 

umpan balik oleh AMP, sedangkan enzim di cabang yang mengubah IMP menjadi 

GMP dihambat umpan balik oleh GMP.  Sumber energi ATP digunakan untuk sintesis 

GMP, sedangkan GTP digunakan sebagai sumber energi untuk sintesis AMP.  Enzim 

yang mengkatalisis tahap berikutnya yaitu  glutamin fosforibosil pirofosfat 

amidotransferase, memiliki dua situs allosterik. Satu diikat oleh kelompok “A”, 

nukleosida fosfat (AMP, ADP, dan ATP) sehingga terjadi penghambatan umpan 

balik. Yang lain diikat kelompok “G”. PRPP berperan sebagai “feed-forward” aktivator 

dari enzim ini. Jadi kecepatan pembentukan IMP oleh jalur ini dikendalikan oleh kadar 

produk akhir, yaitu nukleotida adenin dan guanin.  

Jalur purin bercabang pada IMP. Enzim pertama pada cabang AMP, adenilosuksinat 

sintetase, dihambat secara kompetitif oleh AMP.  Pada cabang GMP, IMP 

dehidrogenase, dihambat oleh GMP. Jadi nasib IMP ditentukan oleh kadar relatif 

AMP dan GMP, sehingga defisiensi nukleotida purin dapat dikoreksi sendiri. Regulasi 

resiprokal merupakan mekanisme yang efektif untuk keseimbangan pembentukan 

AMP dan GMP sesuai dengan kebutuhan sel. Reprositas juga dapat dilihat dari 

20 

 

 

 

jumlah masukan energi: GTP menyediakan energi untuk sintesis ATP, kemudian 

ATP menyediakan energi untuk sintessis GTP (Gambar 2.8).  

2.4.  Sintesis nukleotida purin difosfat dan trifosfat dari nukleotida monofosfat  

Produk biosintesis purin yaitu  nukleotida monofosfat (AMP dan GMP). Nukleotida 

tsb kemudian dikonversi melalui serentetan reaksi fosforilasi sehingga dibentuk 

trifosfat, ATP dan GTP. Fosforilasi pertama, menghasilkan nukleotida difosfat yang 

dikatalisis oleh dua kinase yang memerlukan ATP, yaitu adenilat kinase dan guanilat 

kinase.  

Adenilat kinase: AMP + ATP → 2 ADP 

Guanilat kinase: GMP + ATP → GDP + ADP 

 

Kedua kinase nukleotida monofosfat berperan juga pada deoksinukleotida 

monofosfat sehingga menghasilkan dADP atau dGDP.  

 Fosforilasi oksidatif bertanggungjawab terutama untuk konversi ADP menjadi 

ATP. ATP berperan sebagai donor fosforil untuk sintesis nukleotida trifosfat lainnya 

dari NDPs terkait dalam reaksi yang dikatalisis oleh nukleosida difosfat kinase, suatu 

enzim yang tidak spesifik. Misal   

GDP + ATP →GTP + ADP 

Karena enzim ini bersifat reversibel dan tidak spesifik dalam hal aseptor dan donor 

fosforil, maka NDP apapun dapat difosforilasi oleh NTP apapun, dan sebaliknya. 

Jumlah yang lebih banyak dari ATP dari semua nukleotida trifosfat lainnya berarti 

bahwa, secara kuantitatif, merupakan substrat utama dari substrat difosfat kinase. 

Enzim ini  tidak membedakan antara molekul ribosa dari nukleotida dan 

fungsinya dalam transfer fosforil mencakup deoxy-NDPs dan deoxy-NTPs juga.      

2.5.  Penyelamatan purin (Purine Salvage)  

Pergantian asam nukleat (Nucleic acid turnover, sintesis dan degradasi) yaitu  

proses yang berkelanjutan. Khususnya, messenger RNA sangat aktif disintesis dan 

didegradasi. Proses degradasi tsb menghasilkan purin bebas dalam bentuk adenin, 

guanin, dan hipoxanthin (bahan dasar IMP). Senyawa-senyawa tsb merupakan 

investasi metabolik. Jalur penyelamatan (salvage pathway) dapat mengubahnya 

21 

 

 

 

menjadi bentuk yang bermanfaat. Reaksi penyelamatan melibatkan resintesis 

nukleotida dari basa-basa melalui fosforibosiltransferase.  

Basa + PRPP→ nukleosida-5'-fosfat + PPi 

Hidrolisis lebih lanjut dari PPi menghasilkan fosfat inorganik oleh pirofosfatase 

membuat reaksi fosforibosiltransferase bersifat irreversibel.  

 

Gambar 2.9.Biosintesis PRPP dari R-5-P dan ATP 

Purin fosforibosiltransferase yaitu  adenin fosforibosiltransferase (APRT), yang 

memediasi pembentukan AMP, dan hipoxanthin-guanin fosforibosiltransferase 

(HGPRT), yang dapat bertindak baik perubahan hipoxanthin menjadi IMP atau 

guanin menjadi GMP 

 

Gambar 2.10. Skema penyelamatan purin 

Penyelamatan purin memerlukan hipoxanthin dan guanin dan mengiatkan dengan 

PRPP sehingga membentuk nukleotida melalui reeaksi HGPRT. Hilangnya aktivitas 

HGPRT akan menimbulkan sindrom Lysch-Nyhan. Pada sindrom Lysch-Nyhan, 

sintesis purin meningkat sekitar 200 kali sehingga terjadi peningkatan asam urat 

dalam darah (Gambar 2.10 dan 2.11). 

Penyelamatan basa purin dan nukleosida dapat membentuk kembali nukleotida 

(hampir 90%). Fosforibosilasi purin bebas (Pu) dengan bantuan PRPP menghasilkan 

purin 5’-monofosfat. 

Pu + PPRP →Pu-RP + PPi 

Fosforilasi langsung ribonukleotida (PuR) dengan bantuan ATP  

PuR + ATP →PuRP + ATP 

Jalur sintesis: baik purin maupun pirimidin memiliki sistem sintesis yang berbeda 

secara de novo dan salvage (daur ulang dari nukleosida). Biosintesis de novo dapat 

diumpamakan sebagai produksi mobil jadi, sedangkan jalur penyelamatan dapat 

diumpamakan sebagai perakitan mobil. Biosintesis merupakan tahap “committed”, 

yaitu tahap “point of no return” (irriversible), terjadi pada awal jalur biosintesis, dan 

sering diregulasi oleh produk akhir (feedback inhibition).   

2.6.  Biodegradasi purin menjadi asam urat 

Katabolisme berbagai nukleotida purin mengarah ke pembentukan asam urat. Jalur 

utama katabolisme purin pada hewan diskemakan pada Gambar 2.12. Berbagai 

nukleotida dikonversi pertama-tama menjadi nukleosida oleh nukleotidase 

intraseluler. Nukleotidase tsb diregulasi dengan ketat sehingga substratnya yang 

berfungsi di banyak proses vital, tidak berada dalam keadaan kurang dibawah 

ambang batas. Nukleosida didegradasi oleh enzim purine nucleoside phosphorylase 

(PNP) dan melepaskan basa purin dan ribosa-l-P. Baik adenosin atau 

deoksiadenosin yaitu  substrat untuk PNP. Sebaliknya, nukleosida-nukleosida tsb 

dikonversi menjadi inosin oleh adenosine deaminase. Produk PNP digabung dengan 

xanthin oleh guanin deaminase dan xanthin oxidase, dan xanthin kemudian 

dioksidasi menjadi asam urat oleh enzim tsb.(

 

Enzim kunci yang berperan dalam pembentukan asam urat yaitu  Xanthine Oxidase 

Xanthin oxidase banyak ada  pada hati, mukosa usus dan susu. Enzim ini mampu 

mengoksidasi hipoxanthin menjadi xanthin dan xanthin menjadi asam urat (Gambar 

2.14). Xanthin oxidase merupakan enzim yang agak “sembarangan”, yang 

mengunakan oksigen molekuler untuk mengoksidasi berbagai purin, pteridin, dan 

aldehida, menghasilkan H2O2. Xanthin oxidase mempunyai pusat FAD, nonheme Fe-

S, dan kofaktor molybdenum sebagai gugus prostetis untuk transfer elektron.   

 

 

Produk akhir dari katabolisme purin yaitu  asam urat. Mammalia selain manusia 

memiliki enzim urate oksidase dan mengekskresikan allantoin (Gambar 2.16) yang 

mudah larut sebagai produk akhir. Manusia tidak mempunyai enzim tsb sehingga 

urat menjadi produk akhir. Asam urat dibentuk terutama di hati dan dieksresikan oleh 

ginjal lewat urin (Gambar 2.11.).  

a. Tahap perubahan Nukleotida menjadi basa nitrogen 

Nukleotida guanin dihidrolisis menjadi nukleosida guanosin yang mengalami 

fosforolisis menjadi guanin dan ribosa 1-P. Nukleotidase intraseluler pada manusia 

tidak terlalu aktif terhadap AMP. Bahkan AMP diaminasi oleh enzim adenilat (AMP) 

deaminase menjadi IMP. Dalam katabolisme nukleotida purin, IMP kemudian 

didegradasi melalui proses hidrolisis yang dikatalisis oleh nukleotidase menjadi 

inosin dan kemudian mengalami fosforolisis menjadi hipoxanthin. 

Adenosin tidak dibentuk tetapi biasanya berasal dari S-Adenosylmethionine selama 

reaksi transmetilasi. Adenosin diaminasi menjadi inosin oleh enzim adenosin 

deaminase. Kekurangan baik adenosin deaminase atau purin nukleosida fosforilase 

memicu  dua jenis penyakit immunodefisiensi yang mekanismenya belum 

diketahui dengan jelas.  

Pada defisiensi adenosin deaminase, kedua immunitas sel T dan B dipengaruhi. 

Defisiensi Fosforilase memengaruhi sel-sel T tetapi sel-sel B nya normal. Pada 

September 1990, seorang anak perempuan usia 4 tahun yang mengalami defisiensi 

adenosine deaminase diterapi dengan memasukkan gen penganti ke sel-selnya 

(Terapi gen). Keberhasilan pengobatan terapi gen masih terus dijajagi 

keberhasilannya.  

Purin yang termetilasi atau tidak dikatabolisme tergantung pada lokasi gugus metil 

nya. Jika metil terletak pada -NH2, dilepas bersama dengan -NH2 dan intinya 

dimetabolisme sebagaimana biasa. Jika metil ada  pada nitrogen cincin, senyawa 

diekskresikan bersama urin tanpa perubahan.  

b. Tahap perubahan dari basa nitrogen menjadi asam urat 

Nukleotida adenin dan guanin bertemu dengan senyawa antara xanthin. Hipoxanthin, 

mewakili adenin asli, dioksidasi menjadi xanthin oleh enzim xanthin oxidase. Guanin 

27 

 

 

 

dideamniasi dan melepas gugus amino sebagai ammonia, sehingga menjadi xanthin. 

Jika proses ini terjadi dalam jaringan selain hati, sebagian besar ammonia akan 

ditransport ke hati sebagai glutamin agar dapat dieksresikan sebagai urea.  

Xanthin, seperti hipoxanthin, dioksidasi oleh oksigen dengan bantuan xanthin 

oxidase sehingga menghasilkan hidrogen peroksida yang kemudian didegradasi oleh 

katalase. Xanthin oxidase ada  banyak hanya di hati dan usus. Jalur nukleotida, 

kemungkinan menjadi basa bebas, ada  di banyak jaringan. 

2.7.  Kelebihan asam urat 

a. Hiperurisemia dan gout: kelebihan asam urat 

Hiperurisemia yaitu  suatu keadaan peningkatan secara kronik kadar asam urat 

dalam darah. Keadaan ini bisa disebabkan oleh gangguan pada katabolisme purin, 

gangguan dalam ekskressi asam urat oleh ginjal, dan/atau asupan makanan yang 

banyak mengandung purin Penyebab biokimiawi dari gout bervariasi. Berbeda 

dengan asam urat, hipoxanthin dan xanthin tidak terakumulasi hingga mencapai 

konsentrasi yang berbahaya sebab keduanya lebih mudah larut air sehingga lebih 

mudah diekskresikan. 

Gout yaitu  istilah klinis untuk menggambarkan konsekuensi fisiologis dari asam 

urat yang berlebihan dalam cairan tubuh.  Asam urat dan garam urat tak larut air dan 

cenderung mengendap jika ada  dalam jumlah banyak. Simptom utama yang 

umum dijumpai yaitu  nyeri rematik (arthritic pain) pada sendi-sendi sebagai hasil 

dari endapan urat di tulang rawan. Jari kaki besar biasanya rentan. Kristal urat juga 

biasa ditemukan pada batu ginjal dan dapat menimbulkan rasa sakit karena 

penyempitan saluran kemih.  

 

 

Gout yaitu  kondisi patologis yang ditandai dengan melebihi standar kadar asam 

urat di darah (3-7 mg/dl normal). Hiperurisemia tidak selalu simptomatik, tetapi pada 

individu tertentu sering memicu endapan kristal sodium urat di sendi sendi dan 

jaringan. Biasanya disertai dengan nyeri ekstrem. Istilah gout harus dibatasi pada 

hiperurisemia dengan adanya deposit tophi. 

Asam urat yang tak berdissosiasi. Garam monosodium sedikit larut di darah. 

Rendahnya kelarutan tsb sesungguhnya tidak mengganggu urin kecuali urin dalam 

keadaan sangat asam atau mengandung banyak [Ca2+]. Garam urat mengendap 

bersama garam calcium dan dapat membentuk batu ginjal atau empedu. Pada 

konsentrasi yang tinggi, urat dalam darah dapat menimbulkan gout.  

Urat dalam darah dapat mengakumulasi karena produksinya yang berkelebihan atau 

ekskresinya terganggu/berkurang. Pada gout yang disebabkan oleh overproduction 

dari asam urat, kerusakan dalam mekanisme kontrol menentukan produksi prekursor 

nukleotida, tidak langsung asam urat. Pengendalian utama produksi urat yang 

diketahui yaitu  ketersediaan substrat (nukleotida, nukleosida atau basa bebas). 

Pendekatan pengobatan gout biasanya dilakukan dengan pemberian allopurinol, 

suatu isomer hipoxanthin. Allopurinol yaitu  substrat xanthine oxidase, tetapi 

produknya melekat kuat sehingga enzim tidak mampu mengoksidasi substrat 

normalnya. Produksi asam urat dikurangi dan kadar xanthin dan hipoxanthin dalam 

darah meningkat. Keduanya lebih larut daripada urat dan tidak terdeposit sebagai 

kristal di sendi-sendi. Pendekatan pengobatan lainnya yaitu  dengan menstimulasi 

sekresi urat lewat urin.  

b. Lysch-Nyhan Syndrome: gangguan karena defisiensi HGPRT 

Simptom sindrom Lysch-Nyhan yaitu  arthritis gout yang dapat melumpuhkan akibat 

dari akumulasi asam urat yang sangat berkelebihan, sebagai produk degradasi purin. 

Kecuali itu sindrom ini juga dapat menyebabkan terjadinya kelainan fungsi sistem 

saraf yang memicu  kemunduran atau gangguan mental, perilaku aggressif, 

dan mutilasi diri.  

Sindrom Lysch-Nyhan disebabkan oleh defisiensi aktivitas HGPRT. Gen struktural 

HGPRT ada  di kromoosom X, sehingga sindrom ini merupakan penyakit 

30 

 

 

 

bawaan/keturunan, resesif, sifat terkait seks (sex-linked trait) yang hanya terjadi pada 

laki-laki.  

Dampak negative dari defisiensi HGPRT menegaskan bahwa penyelamatan purin 

punya peran yang lebih penting daripada hanya untuk pemulihan penghematan 

energi dari basa-basa nitrogen. Meskipun HGPRT tampaknya hanya punya peran 

kecil dalam metabolisme purin, ketiadaannya menimbulkan akibat nyata. Biosintesis 

purin meningkat secara drastis sehingga kadar asam urat dalam darah sangat 

meningkat. Perubahan tsb memperkuat pendapat bahwa pengurangan konsumsi 

PRPP oleh HGPRT meningkatkan ketersediaannya untuk glutamin-PRPP 

amidotransferase, sehingga meningkatkan biosintesis purin secara keseluruhan dan 

pada akhirnya produksi asam urat. Perlu dipertanyakan mengapa defisiensi satu 

enzim tunggal dapat memicu  gangguan atau kerusakan neurologis. Gejala 

defisiensi HGPRT dapat dideteksi saat janin masih dalam kandungan 

(amniocentesis). 

31 

 

 

 

 

Gambar 2.17. Konsekuensi metabolik dari defisiensi HGPRT  

Factor keturunan dalam sindrom Lysch-Nyhan 

Defisiensi HGPRT memicu  peningkatan              

kadar PRPP dan menstimulir sintesis purin de novo.  

Konsekuensinya terjadi peningkatan produksi asam urat. 

  

32 

 

 

 

c. Severe Combined ImmunodeficiencySyndrome (SCID): tiadanya 

Adenosine Deaminase sebagai sebab dari penyakit keturunan ini  

Severe combined immunodeficiency syndrome, atau SCID, yaitu  gangguan 

penyakit keturunan yang ditandai dengan hilangnya respon immun terhadap 

serangan infeksi. Ketidakcukupan atau kemunduran immunologis (immunological 

insufficiency) menentukan ketidakmampuan limfosit B dan T untuk membelah dan 

menghasilkan antibodi untuk merespon antigen. Sekitar 30% pasien SCID menderita 

defisiensi enzim adenosin deaminase (ADA). Defisiensi ADA juga terkait dengan 

munculnya penyakit lain, termasuk AIDS, anemia, dan berbagai limphoma dan 

leukemia. 

Terapi gen, reparasi defisiensi genetik dengan memasukkan gen, telah dicoba untuk 

mengobati pasien SCID karena gen ADA mengalami kerusakan. ADA yaitu  Zn2+-

dependent enzyme, dan defisiensi Zn2+ juga dapat menimbulkan kemunduran fungsi 

immun.  

 

 

Gambar 2.18. Efek peningkatan kadar deoksiadenosin pada metabolisme purin 

Defisiensi ADA, deoksiadenosin tidak dikonversi menjadi deoksiinosin sebagaimana 

biasanya melainkan diselamatkan oleh nukleosida kinase, yang mengkonversinya 

33 

 

 

 

menjadi dAMP, memicu  akumulasi dATP dan penghambatan sintesis 

deoksinukleotida (Gambar 2.18.) sehingga replikasi DNA terhenti.  

Tiadanya ADA, membuat deoksiadenosin tidak didegradasi melainkan dikonversi 

menjadi dAMP dan kemudian menjadi dATP. dATP merupakan inhibitor umpan balik 

yang kuat  dari biosintesis deoksinukleotida. Tanpa deoksiribonukleotida, DNA tidak 

dapat direplikasi dan tidak dapat membelah (Gambar 2.18.). Sel-sel yang membelah 

dengan cepat, misal limfosit sangat peka jika sintesis DNAnya terganggu.  

2.8. Penutup 

Selain proses biosintesis purin, salvage pathway digunakan sebagai penyedia purin. 

Kecuali jika cincin dimetilasi, purin diaminasi (gugus amino berperan dalam 

persediaan ammonia secara umum) dan cincin dioksidasi menjadi asam urat agar 

dapat dieksresi. Karena cincin purin dieksresikan secara utuh, maka tidak ada energi 

yang dihasilkan. Hiperurisemia terjadi karena konsentrasi asam urat dalam plasma 

melebihi standard akibat dari produksi berlebihan asam urat atau penuruan ekskresi 

asam urat. Gout yaitu  penyakit inflamasi yang terjadi karena hiperurisemia dan 

pembentukan kristal monosodium urat (MSU). 



BAB 3. METABOLISME 

PIRIMIDIN 

 

 

Garis besar 

a. Biosintesis pirimidin 

b. Pembentukan karbamoil fosfat 

c. Pembentukan asam orotat 

d. Pembentukan nukleotida-pirimidin 

e. Regulasi biosintesis pirimidin 

f. Biodegradasi pirimidin 

g. Penyelamatan pirimidin (Salvage) 

h. Gangguan metebolisme pirimidin: Orotat asidurik 

i. Perbandingan antara metabolisme purin dan pirimidin 

 

 

 

 

3.1.  Biosintesis pirimidin 

Berbeda dengan purin, pirimidin tidak disintesis sebagai turunan nukleotida. Cincin 

pirimidin sudah dibentuk sebelum melekat atau berikatan pada molekul ribosa-5-P.  

Cincin pirimidin terdiri dari enam atom dan  dibentuk dari dua molekul prekursor yaitu 

karbamoil-P dan asam aspartat (Gambar 3.1 dan 3.2). Biosintesis pirimidin terdiri dari 

12 tahap, tetapi bisa dikategorikan menjadi tiga tahap utama berdasarkan produk 

38 

 

 

 

utama yang dibentuknya (Tabel 1.1), yaitu tahap pembentukan karbamoil fosfat, 

tahap pembentukan asam orotat, dan tahap pembentukan nukleotida pirimidin.  

Tabel 3.1. Tahapan biosintesis pirimidin 

Pembentukan  metabolit  Tahap Produk 

Pembentukan karbamoil 

fosfat 

1 CAP: Karbamoil fosfat 

Pembentukan asam orotat 2 CA: Asam aspartat karbamoil 

fosfat  

3 DHOA: Asam dihidroorotat  

4 OA: asam orotat 

Pembentukan nukleotida 5 OMP 

6 UMP 

7 UDP 

8 UTP 

9 CTP 

10 dUDP: dideoksiuridin difosfat 

11 dUMP:dideoksiuridin monofosfat 

12 TMP 

Mengingat molekul pirimidin lebih kecil daripada purin, maka sintesisnya lebih 

sederhana tetapi berasal dari sejumlah komponen yang tersedia atau telah ada. 

Nitrogen amida glutamin dan karbon dioksida menjadi atom no 2 dan 3 cincin 

pirimidin. Mereka melakukannya setelah sebelumnya diubah menjadi Karbamoil 

fosfat. Empat atom lainnya disediakan oleh aspartat. Sebagaimana pada nukleotida 

purin, gula fosfat disediakan oleh PRPP. 

 

3.2.  Pembentukan karbamoil fosfat (Tahap 1 biosintesis pirimidin) 

Substrat dari  karbamoil fosfat sintetase II yaitu   𝐻𝐶𝑂3

−, H2O, glutamin, dan  2 ATPs 

(Gambar 3.3). Tahap pertama ini terdiri dari tiga tahap lagi, yaitu  

Tahap 1. ATP pertama yang dikonsumsi oleh sintesis karbamoil fosfat digunakan 

untuk pembentukan karboksi-fosfat sebagai bentuk aktif dari CO2.  

Tahap 2: Karboksi-fosfat (juga disebut karbonil-fosfat) kemudian bereaksi dengan 

glutamin-amida untuk menghasilkan karbamat dan glutamat.  

Tahap 3: Karbamat difosforilasi oleh ATP kedua untuk menbentuk ADP dan 

karbamoil fosfat. 

Sintesis pirimidin diawali dengan karbamoil fosfat yang disintesis di sitosol jaringan 

yang mampu membentuk pirimidin (tertinggi di limpa, GI tract, dan testes). Proses ini 

menggunakan enzim yang berbeda-beda tidak seperti sintesis urea yang hanya satu 

enzim. Karbamoil fosfat sintetase II (CPS II) mengubah glutamin menjadi ammonia 

bebas dan tidak memerlukan N-Asetilglutamat. 

Ada dua enzim untuk sintesis karbamoil fosfat, yaitu 

   Karbamoil fosfat sintetase II (CPS II) yang mengkatalisis biosintesis 

pirimidin dari karbamoil fosfat. Enzim ini ada  di sitosol (a 

cytosolic enzyme).  

   Karbamoil fosfat sintetase I, berperan dalam siklus urea dan 

biosistesis arginin. Enzim ini ada  di mitokondria.  

 

 

 

Gambar 3.3.  Reaksi yang dikatalisis oleh enzim karbamoil fosfat sintetase II (CPS 

II) 

Catatan: berbeda dengan karbamoil fosfat sintetase I, CPS II menggunakan 

glutamin-amida, bukan NH4

+, untuk membentuk karbamoyl-P. 

 

3.3.  Pembentukan asam orotat (Tahap 2 s/d 4) 

Karbamoil fosfat  berkondensasi dengan aspartat yang dikatalisis oleh aspartat 

transkarbamilase sehingga menghasilkan  N-karbamilaspartat yang dikonversi 

selanjutnya menjadi dihidroorotat. 

Pada manusia, CPS II, aktivitas asp-transkarbamilase, dan dihidroorotase 

merupakan bagian dari satu protein yang multifungsional. 

42 

 

 

 

Oksidasi cincin merupakan proses yang kompleks dan belum benar-benar dipahami 

keberadaan enzim yang menghasilkan piridin bebas, asam orotat. Enzim ini ada  

di permukaan luar membran dalam mitokondria, berbeda dengan enzim lainnya yang 

ada  di sitosol. Perbedaan konstras dari sintesis purin yang nukleotidanya 

dibentuk pertama kali sedangkan pirimidin yang disintesis pertama yaitu  basa 

bebas. 

Tahap 2: kondensasi karbamoil fosfat dan  aspartat menghasilkan karbamoil-

aspartat yang dikatalisis oleh aspartat transkarbamoilase (ATCase). ATCase 

mengkatalisis kondensasi karbamoil fosfat dengan aspartat membentuk karbamoil-

aspartat (Gambar 3.3.). Tidak ada masukan atau input ATP yang diperlukan pada 

tahap ini sebab karbamoil fosfat mewakili  “activated” gugus karbamoil.  

Karbamoil fosfat dikatalisis oleh CPS II dalam Mammalia tidak mempunyai pilihan 

lain selain bergabung dengan pirimidin. CPS pada mamalia dapat dilihat sebagai 

tahap kunci dari jalur pirimidin de novo. Bakteria mempunyai satu CPS, dan produk 

karbamoil fosfat nya bergabung ke arginin demikian juga pirimidin. Jadi tahap kunci 

dari sintesis pirimidin pada bakteria  terletak di reaksi berikutnya yang dimediasi oleh 

aspartat transkarbamoilase (ATCase). 

Tahap 3: kondensasi intramolekuler dikatalisis oleh dihidroorotat menghasilkan 

cincin heterosiklis dengan enam anggota khas pirimidin. Produknya yaitu  

dihidroorotat (DHO). Tahap ketiga dari sintesis pirimidin merupakan penutupan cincin 

dan dehidrasi melalui ikatan gugus –NH2 yang berasal dari karbamoil-P dengan b-

COO- dari aspartat yang terdahulu. Sintesis pirimidin mencakup penutupan cincin 

dan dehidrasi melalui pembentukan ikatan dengan gugus -NH2 yang dibawa oleh 

karbamoil-P dengan b-COO- dari aspartat). Reaksi ini dikatalisis oleh enzim 

dihidroorotase.  Produk dari reaksi ini yaitu  dihidroorotat, suatu senyawa bercincin 

enam. Dihidroorotat tidak merupakan pirimidin yang sesunguhnya, tetapi jika 

dioksidasi menghasilkan orotat.  

Tahap 4: oksidasi DHO oleh enzim dihidroorotat dehidrogenase sehingga dihasilkan 

orotat. (Pada bakteria, NAD+ yaitu  aseptor elektron dari DHO.) Tahap ke empat 

(oksidasi) dikatalisis oleh dihidroorotat dehidrogenase. Dihidroorotat dehidrogenase 

43 

 

 

 

pada bakteri yaitu  NAD+-linked flavoprotein, yang tak lazim dalam proses baik FAD 

dan FMN. Enzim ini memiliki pusat non-heme FE-S (nonheme Fe-S centers) sebagai 

gugus prostetik redoks tambahan.   

Pada eukarion, dihidroorotat dehidrogenase merupakan protein yang ada  pada 

bagian dalam membran mitokondria. Aseptor e- nya yaitu  quinon, dan reducing 

equivalents dari dihidroorotat dapat digunakan untuk mendorong sintesis ATP 

melalui fosforilasi oksidatif. Pada tahap ini, ribosa-5-fosfat berikatan dengan N-1 dari 

orotat, menghasilkan nukleotida pirimidin orotidine-5'-monophosphate, atau  OMP 

(Tahap 5, Gambar 3.3.)  

Donor ribosa-fosfat yaitu  PRPP; enzim yang berperan yaitu  orotat fosforibosil 

transferase. Reaksi berikutnya dikatalisis oleh OMP dekarboksilase. Dekarboksilasi 

OMP menghasilkan UMP (uridine-5'-monophosphate, or uridylic acid), satu dari dua 

pirimidin umum ribobukleotida.  

  

Gambar 3.4.  Jalur biosintesis pirimidin 

3.4.  Pembentukan nukleotida-pirimidin (Tahap 5 sd 12) 

Asam orotat dikonversi menjadi nukleotida  dengan PRPP. OMP kemudian 

dikonversi tidak melalui alur bercabang, menjadi nukleotida pirimidin lainnya. 

44 

 

 

 

Dekarboksilasi OMP menghasilkan  UMP. O-PRT dan OMP dekarboksilase juga 

merupakan satu protein yang multifungsional. Setelah konversi UMP menjadi 

trifosfat, amida glutamin ditambahkan bersama dengan ATP sehingga menghasilkan 

CTP. 

Tahap 5: PRPP menyediakan molekul ribosa-5-P yang mentransformasi orotat 

menjadi orotidin-5'-monofosfat, suatu nukleotida pirimidin. Perlu dicatat bahwa orotat 

fosforibosil transferase menggabungkan N-1 dari pirimidin ke gugus ribosil dengan 

b-configuration. Berikutnya PPi akan mengalami hidrolisis.  

Tahap 6: Dekarboksilasi OMP oleh OMP dekarboksilase dan dihasilkan UMP. 

Biosintesis pirimidin merupakan contoh suatu “Metabolic Channeling”. Pada bakteria, 

enam enzim berperan dalam biosintesis pirimidin de novo, masing-masing secara 

independen mengkatalisis tahap tertentu dari jalur tsb. Berbeda dengan pada hewan, 

aktivitas keenam enzim ada  hanya pada tiga protein. Dua diantaranya bersifat 

polipeptida multifungsi, sedangkan yang satu rantai polipeptida memiliki dua atau 

lebih pusat enzim.  

Tiga tahap pertama dari sintesis pirimidin, CPS-II, aspartat transkarbamoilase, dan 

dihidroorotase, ada  pada satu polipeptida sitosol 210-kD tunggal. Enzim 

multifungsional ini merupakan produk dari satu gen tunggal yang dilengkapi dengan 

situs aktif untuk aktivitas ketiga enzim tsb. Tahap 4 dikatalisis oleh DHO 

dehidrogenase,suatu enzim terpisah yang terkait dengan permukaan luar membran 

dalam mitokondria, tetapi  aktivitas enzim ini mempersiapkan tahap 5 dan 6, namanya 

orotat fosforibosiltransferase dan OMP dekarboksilase pada mamalia, juga 

ditemukan pada polipeptida sitosol tunggal yang dikenal dengan UMP sinthase.  

Jalur biosintesis pada hati burung juga dapat menjadi contoh dari metabolic 

channeling. Tahap 3, 4, dan 6 sintesis purin de novo dikatalisis oleh tiga aktivitas 

enzim yang ada  pada satu polipeptida tunggal multifungsional. Tahap 7 dan 8 

dan tahap 10 dan 11 oleh peptida bifungsional. Jalur biosintesis purin pada hati 

burung merupakan contoh dari proses saluran metabolisme (metabolic channeling). 

Jika pada tahap 3, 4, dan 6 sintesis purin de novo dikatalisis oleh tiga aktivitas enzim 

45 

 

 

 

pada polipeptida multifungsional tunggal , maka tahap 7 dan 8 dan tahap 10 dan 11 

oleh polipeptida bifungsional.  

Enzim multifungsional tsb memiliki beberapa keuntungan, yaitu 

   Produk dari satu reaksi merupakan substrat bagi reaksi berikutnya. 

Produk tsb tetap melekat dan disalurkan langsung ke situs aktif 

berikutnya.  

   Saluran metabolisme (metabolic channeling) lebih efisien sebab 

substrat tidak dilarutkan ke lingkungannya dan tidak perlu pusat 

(pool) untuk mengakumulasinya.  

   Sintesis ribonukleotida, terutama UTP dan CTP.  

Dua produk ribonukleotida pirimidin berasal dari UMP melalui jalur sama yang tak 

bercabang. Pertama, UDP dibentuk UMP melalui ATP-dependent nucleoside 

monophosphate kinase.  

UMP + ATP 34                UDP + ADP 

Kemudian, UTP dibentuk oleh nucleoside diphosphate kinase.  

UDP + ATP 34                            UTP + ADP 

 

 

 

 

Gambar 3.5. Sintesis CTP dari UTP 

CTP sintetase mengkatalisis aminasi posisi-4 dari cincin pirimidin UTP dan dihasilkan 

CTP. Pada eukarion, NH2 ini berasal dari amida-N glutamin dalam bakteria, NH4

melayani peran ini.   

46 

 

 

 

Aminasi UTP pada posisi-6 menghasilkan CTP. Enzim, CTP sintetase, yaitu  

glutamin amidotransferase (Gambar 3.5). Hidrolisis ATP menghasilkan energi yang 

digunakan untuk melakukan reaksi.   

 

3.5.  Regulasi Biosintesis Pirimidin 

a. Regulasi aspartat transkarbamoilase (ACTase) 

Aktivitas enzim kedua, aspartat transkarbamoylase (ATCase) dari jalur biosintesis 

nukleotida pirimidin dikendalikan oleh regulasi allosterik (Gambar 3.6.).  

 

 

Gambar 3.6. Regulasi metabolisme pirimidin 

Aktivitas enzim kedua, aspartat  

 

 

 

Gambar 3.7. Biodegradasi nukleotida pirimidin 

Defosforilasi dan pemecahan nukleosida: Basa bebas dikonversi menjadi NH3, CO2, 

β-alanin, (β-aminoisobutirat). Merupakan metabolit yang mudah larut dan dapat 

dieksresikan bersama urin (Gambar 3.7).  

Pengendalian atau regulasi sintesis nukleotida pirimidin pada manusia dilakukan oleh 

cytoplasmic CPS II. UTP menghambat enzim tsb secara kompetitif dengan ATP. 

PRPP mampu mengaktivasinya. Situs sekunder lain juga ditemui pada pengendalian 

47 

 

 

 

tsb. (Misal  OMP dekarboksilase dihambat oleh UMP dan CMP). Dalam kondisi 

normal tampaknya tidak terlalu penting.  

Pada bakteri, aspartat transkarbamilase merupakan enzim pengendali. Hanya ada 

satu karbamoil fosfat sintase pada bakteri sebab bakteri tidak memiliki mitokondria. 

Karbamoil fosfat oleh karena itu berpartisipasi dalam jalur bercabang dalam 

organisme tsb yang menghasilkan baik nukleotida pirimidin atau arginin.  

b. Interkonversi nukleotida 

Monofosfat dibentuk secara de novo sedangkan trifosfat berasal dari monofosfat tsb. 

Tentu ketida bantuk tsb berada dalam keadaan ada beberapa enzim yang 

dikelompokkan dalam nukleosida monofosfat kinase yang mengkatalisis reaksi 

umum yang reversible.  

Basa-monofosfat + ATP → Basa-difosfat + ADP 

Misal  Adenilate kinase: AMP + ATP → 2 ADP 

Ada sejumlah enzim untuk GMP, satu untuk pirimidin dan juga enzim untuk mengenal 

bentuk deoksi nya.  

Serupa, difosfat dikonversi menjadi trifosfat oleh nukleosida difosfat kinase: 

BDP + ATP = BTP + ADP 

Kemungkinan hanya ada satu nukleosida difosfat kinase dengan spesifitas yang luas. 

Mungkin agar dapat menjaga equilibrium. 

Biosintesis pirimidin pada bakteria diregulasi secara allosterik pada aspartat trans-

karbamoilase (ATCase). Escherichia coli ATCase dihambat secara regulasi umpan 

baik oleh produk akhir, CTP. ATP, yang bisa dilihat sebagai signal baik untuk 

ketersediaan energi maupun untuk penyediaan purin, yaitu  aktivator allosterik dari 

ATCase. CTP dan ATP berkompetisi untuk situs allosterik pada enzim. Pada 

bakteria, UTP, bukan CTP, bertindak sebagai inhibitor umpan balik ATCase. 

48 

 

 

 

Pada hewan, CPS-II mengkatalisis tahap yang committed dalam sintesis pirimidin 

dan berperan sebagai titik fokus untuk regulasi allosterik. UDP dan UTP yaitu  

inhibitor umpan balik dari CPS-II, sedangkan PRPP dan ATP yaitu  aktivator 

allosterik. Dengan perkecualian ATP, senyawa-senyawa tsb tidak digunakan sebagai 

substrat CPS-II atau aktivitas dua enzim. Dengan perkecualian ATP yang tidak 

menjadi substrat CPS-II atau aktivitas dari kedua enzim lainnya (Gambar 3.8). untuk 

membandingkan alur regulasi sintesis pirimidin pada bakteria dan hewan.  

  

 

 

 

Gambar 3.8. Perbandingan antara alur sintesis pirimidin pada E.coli dan hewan. 

Regulasi terjadi pada tahap pertama dari jalur (committed step). 

2 ATP + CO2 + glutamin →karbamoil fosfat 

Dihambat oleh UTP. Jika sel memiliki banyak UTP maka sel tidak memuat lebih dari 

yang diperlukan. Inilah salah satu contoh feedback inhibition.  

3.6.  Biodegradasi pirimidin 

Seperti halnya purin, pirimidin bebas dapat diselamatkan (salvaged) dan didaur ulang 

membentuk nukleotida melalui reaksi phosphoribosyltransferase serupa dengan 

yang dibahas Bab sebelumnya. Katabolisme pirimidin memicu  degradasi 

cincin pirimidin menjadi produk-produk seperti substrat aslinya, yaitu aspartat, CO2, 

dan ammonia (Gambar 3.7.). β-alanin dapat didaur ulang untuk mensintesis koenzim 

A. Katabolisme basa pirimidin, timin menghasilkan asam b-amino-isobutirat dan 

bukan b-alanin.  

Jalur tsb penting untuk sintesis empat ribonukleotida utama, yaitu ATP, GTP, UTP, 

dan CTP. Senyawa tsb berperan sebagai koenzim dalam metabolisme dan menjadi 

senyawa antara prekursor sintesis asam ribonukleat (RNA). Diperkirakan 90% asam 

49 

 

 

 

nukleat total dalam sel yaitu  RNA, sisanya yaitu  DNA. DNA berbeda dengan RNA 

karena polimernya tersusun dari deoksiribonukleotida, satu diantarnya yaitu  asam 

deoksithimidilat.  

Berbeda dengan purin, pirimidin mengalami pembentukan cincin dan merupakan 

produk akhir dari katabolisme asam amino-beta ditambah dengan ammonia dan 

karbon dioksida. Pirimidin dari asam nukleat atau sumber (pool) energi dibawah 

pengaruh nukleotidase dan pirimidin nukleosida fosforilase menghasilkan basa 

bebas. Gugus 4-amino baik dari sitosin dan  5-metil sitosin dilepas sebagai ammonia. 

Pembukaan cincin (Ring Cleavage) Agar cincin dapat dibuka, mereka harus 

pertama-tama direduksi oleh NADPH. Atom 2 dan 3 dari kedua cinncin dilepas 

sebagai ammonia dan karbon dioksida. Sisanya yaitu  asam amino beta. Beta-

amino isobutirat dari timin atau 5-metil sitosin sebagian besar diekskresi. Beta-alanin 

dari sitosin atau uracil dapat dieksresikan atau dimasukkan ke dipeptida otak dan 

otot, karnosin (his-beta-ala) atau anserin (metil his-beta-ala) (Gambar 3.9).  

 

Gambar 3.9. Skema jalur biodegradasi pirimidin 

3.7.  Penyelamatan basa (Salvage of Bases) pirimidin 

Penyelamatan purin dan pirimidin merupakan proses penting di banyak jaringan. 

Dikenal dua jalur untuk penyelamatan basa, yaitu penyelamatan purin (Bab 2) dan 

penyelamatan pirimidin (Salvaging Pyrimidines). Tipe jalur penyelamatan pirimidin 

terdiri dari dua tahap dan merupakan jalur utama untuk pirimidin, urasil dan timin. 

50 

 

 

 

Basa + Ribosa 1-fosfat → Nukleosida + Pi (nukleosida fosforilase) 

Nucleosida + ATP → Nukleotida + ADP (nucleoside kinase - irreversible) 

3.8.  Gangguan metabolisme pirimidin: Asidura orotat (sindrom Reye) 

Jarang menimbulkan gangguan klinis. Penyakit ini disebabkan oleh ketidak 

mampuan menggunakan karbamoil fosfat. Penyakit ini ditandai oleh terjadi kelebihan 

pembentukan asam orotat. Ada dua tipe, yaitu 

Tipe 1. defisiensi baik asam orotat fosforibosil transferase maupun oroditilat 

dekarboksilase  

Tipe 2. defisiensi oroditilat dekarboksilase saja 

Orotic acidura keturunan yaitu  suatu ganguan biosintesis pirimidin. UMP sintetase 

tidak berfungsi atau tidak dibentuk. Gen UMP sintetase ada  di kromosom 3. 

Gangguan ini ditandai dengan ekskresi asam orotat. Akibatnya terjadi anemia yang 

parah dan kemunduran pertumbuhan. Penyakit ini sangat jarang, sekitar 15 kasus di 

dunia. Pengobatan dilakukan dengan pemberian UMP (Gambar 3.10). 

 

 

Gambar 3.10. Skema mekanisme pengobatan orotic acidura dengan UMP 

 

Biodegradasi pirimidin diuraikan oleh sel menjadi komponen basanya. Proses ini 

dilakukan melalui defosforilasi, deaminasi dan pemotongan ikatan glikosida. Urasil 

dan timin diuraikan melalui reduksi (berbeda pada biodegradasi purin yang melalui 

51 

 

 

 

oksidasi). Cincin pirimidin dapat diuraikan penuh menjadi produk terlarut (bandingkan 

dengan purin yang membentuk asam urat). Pirimidin juga dapat diselamatkan 

(salvage) melalui reaksi-reaksi dengan PRPP. Yang dikatalisis oleh pirimidin 

fosforibosiltransferase. Biodegradasi purin berbeda dengan pirimidin, tetapi 

penyelamatannya serupa.  

 

3.9.  Perbandingan metabolisme purin dan pirimidin 

 

 

 

 

 

Gambar 3.12. Skema singkat metabolisme nukleotida purin dan pirimidin  

Tabel 3.2. Perbandingan antara sintesis purin dan pirimidin 

PURIN PIRIMIDIN 

Disintesis pada PRPP Disintesis dulu kemudian ditambahkan pada 

PRPP 

Diregulasi oleh GTP/ATP Diregulasi oleh UTP 

Menghasilkan IMP Menghasilkan UMP /CMP 

Memerlukan energy Memerlukan energy  

 

  

 

 

 

 

Gambar 3.13. Skema ringkas metabolisme nukleotida 

3.10. Penutup  

Basa purin dan pirimidin yang tidak didegradasi didaur ulang menjadi nukleotida. 

Daur ulang ini tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan tubuh sehingga tetap 

diperlukan sintesisnya. Sintesis de novo nya berbeda-beda tergantung pada 

jaringannya. Sintesis de novo yang paling aktif ada  di hati. Jaringan selain hati 

umumnya terbatas sintesisnya. Sintesis pirimidin terjadi pada berbagai jaringan. 

Untuk purin jaringan selain hati biosintesisnya sangat lambat sehingga diperlukan 

proses penyelamatan (salvage) dari basa yang disintesis di hati dan disalurkan ke 

jaringan lain melalui darah.  

"Salvage" purin terjadi karena adanya enzim xanthin oksidase, enzim kunci yang 

mengubah purin menjadi asam urat. Enzim ini sangat aktif di hati dan usus. Basa 

yang dihasilkan dalam jaringan selain hati tidak dapat mengubah menjadi asam urat 

jadi dapat diselamatkan (salvaged). Di hati tidak terjadi penyelamatan tetapi sangat 

aktif mensintesis, cukup untuk kebutuhannya sendiri ditambah untuk mensuplai 

jaringan perifer.  

 


 

BAB 4. METABOLISME 

ASAM NUKLEAT 

 

Garis besar 

a. Biosintesis nukleotida 

b. Biosintesis DNA 

c. Regulasi spesifitas dan aktivitas ribonukleotida reduktase 

d. Sintesis nukleotida timin 

e. Hidrolisis asam nukleat  

 

 

 

4.1. Biosintesis nukleotida 

Semua organisme dapat membuat nukleotida purin dan pirimidin melalui jalur 

biosintesis tertentu, kecuali itu organisme bisa mendapatkan senyawa purin dan 

pirimidin dari makanan atau dari proses penyelamatan nukleotida hasil dari proses 

biodegradasi. Ribosa dari nukleotida dapat digunakan sebagai sumber energi. Basa 

nitrogen tidak dapat digunakan sebagai sumber energi. Katabolismenya tidak 

menghasilkan produk-produk yang dapat digunakan oleh jalur bioenergi.  

Dibandingkan dengan sel-sel yang tumbuh lambat, sel-sel yang sedang tumbuh 

cepat memerlukan lebih banyak DNA dan RNA. Untuk memenuhi peningkatan 

kebutuhan untuk biosintesis asam nukleat, nukleotida harus diproduksi dalam jumlah 

58 

 

 

 

yang lebih banyak. Oleh karena itu, jalur biosintesis asam nukleat dapat menjadi 

sasaran atau target untuk pengendalian atau penghambatan pertumbuhan sel-sel 

yang sedang cepat membelah seperti sel-sel kanker atau bakteri infeksi. Banyak 

antibiotika dan antikanker yang merupakan inhibitor biosintesis nukleotida purin atau 

pirimidin.  

4.2. Biosintesis Deoksiribonukleotida (DNA) 

Sintesis de novo dan sebagian besar jalur penyelamatan melibatkan ribonukleotida 

(kecuali dalam jumlah sedikit timin). Deoksiribonukleotida untuk sintesis DNA yang 

dibentuk dari ribonukleotida difosfat (pada Mammalia dan E.coli).  

Basa difosfat (BDP) direduksi pada 2' posisi ribosa dengan menggunakan enzim, 

thioredoxin dan enzim nukleosida difosfat reduktase. Thioredoxin memiliki dua gugus 

sulhidril yang dioksidasi menjadi ikatan disulfida selama proses. Untuk menyimpan 

thioredoxin ke bentuk reduksinya sehingga dapat digunakan kembali, diperlukan 

thioredoxin reductase dan NADPH .  

Sistem ini dikontrol dengan ketat oleh berbagai effektor allosterik. dATP umumnya 

berfungsi  inhibitor untuk semua substrat dan ATP berfungsi sebagai aktivator. Setiap 

substrat memiliki efektor positif (BTP atau  dBTP). Akibatnya terjadi pemeliharaan 

keseimbangan deoksinukleotida untuk sintesis DNA.  

 

 

 

59 

 

 

 

 

Gambar 4.1. Skema biosintesis nukleotida   

Sintesis dTMP 

Sintesis DNA  juga memerlukan dTMP (dTTP). Senyawa ini tidak disintesis dalam 

jalur de novo. Dan penyelamatan (salvage) tidak cukup untuk menjaga dalam jumlah 

yang memadai. dTMP dihasilkan dari dUMP menggunakan sumber satu-karbon folat.  

Karena nukleosida difosfat reduktase tidak terlalu aktif buat UDP, CDP direduksi 

menjadi dCDP yang dikonversikan menjadi dCMP. Senyawa ini kemudian 

dideaminasi menjadi dUMP. Dengan adanya 5,10-Methylene tetrahydrofolate dan 

enzim  thymidylate synthetase, gugus karbon ditransfer ke cincin pirimidin dan 

kemudian direduksi menjadi gugus metil. Produk lainnya yaitu   dihidrofolat yang 

selanjutnya direduksi menjadi tetrahidrofolat oleh  dihidrofolat reduktase. 

Obat khemoterapi (Chemotherapeutic Agents) 

Thymidilat sintetase sangat peka terhadap ketersediaan folat, sumber satu-karbon. 

Beberapa obat kanker mengganggu proses tsb dan juga sintesis purin yang 

memerlukan sumber tsb.  

60 

 

 

 

Bahan obat untuk kanker seperti  methotrexate (4-amino, 10-methyl folic acid) dan 

aminopterin (4-amino, folic acid) secara struktural serupa atau analog dengan asam 

folat dan menghambat dihidrofolat reduktase. Senyawa tsb mengganggu 

ketersediaan sumber folat dan sintesis de novo nukleotida purin dan sintesis dTMP. 

Oleh karena itu bahan tsb sangat toksik dan penggunaannya harus diawasi dengan 

ketat. 

Deoksiribonukleotida hanya memiliki satu tujuan metabolik yaitu melayani sebagai 

prekursor untuk sintesis DNA. Sebagian besar organisme menggunakan  

ribonukleosida difosfat (NDPs) sebagai substrat untuk pembentukan 

deoksiribonukleotida.  Reduksi pada cincin ribosa posisi 2’ dari NDPs menghasilkan 

2'-deoksi dari nukleotida tsb (Gambar 4.2.). 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.2. Sintesis Deoksiribonukleotida: reduksi pada posisi 2’ dari cincin ribosa  

nukleosida difosfat 

Reaksi tsb merupakan reaksi pengantian 2'-OH oleh ion hidrida ion (H:-) yang 

dikatalisis oleh enzim ribonukleotida reduktase. Reduksi ribonukleotida secara 

enzimatis melibatkan mekanisme radikal bebas, dan tiga kelas ribonukleotida 

reduktase, yang mekanisme pembentukan radikal bebasnya berbeda satu sama lain.  

   Kelas 1: Ribonukleotida Reduktase pada E.coli 

Enzim kelas I ini ada  pada E.coli dan hampir pada semua eukarion, tergantung 

pada Fe dan menghasilkan radikal bebas pada rantai samping tirosil.  

61 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.3. E. coli ribonukleotida reduktase: situs ikatan dan subunitnya 

Dua protein, R1 dan R2 (masing-masing dimer dari subunit yang identik) membentuk 

holoenzim.  Holoenzim memiliki tiga situs ikatan nukleotida, yaitu S, situs yang 

menentukan spesifitas; A, situs yang menentukan aktivitas, dan C, situs katalitik atau 

aktif. Berbagai situs tsb berikatan dengan ligand nukleotida yang berbeda. Holoenzim 

tsb tampaknya hanya memiliki satu situs aktif yang dibentuk oleh interaksi antara 

atom-atom Fe3+ pada tiap subunit R2.  

Pada E. coli Ribonukleotida Reduktase, sistem enzim untuk pembentukan dNDP 

terdiri dari empat protein. Dua yaitu  ribonukleotida reduktase, suatu enzim tipe a2b2. 

Dua lainnya yaitu  thioredoxin dan thioredoxin reductase, berfungsi dalam 

penyediaan reducing equivalents.  

Ada dua protein untuk ribonukleotida reduktase yang dinamakan protein R1 (86 kD) 

dan R2 (43.5 kD) dan masing-masing yaitu  suatu homodimer dalam satu holoenzim 

(Gambar 4.3.). homodimer R1 homodimer mmemiliki dua situs regulasi disamping 

situs katalitiknya. Substrat (ADP, CDP, GDP, UDP) berikatan dengan situs katalitik.   

   Satu situs regulasi – situs spesifik substrat- mengikat ATP, dATP, dGTP, 

atau dTTP, dan yang diikat di situs tsb untuk menentukan nukleosida difosfat 

yang diikat pada situs katalitik.   

62 

 

 

 

   Situs lain untuk regulasi, situs untuk aktivitas keseluruhan, berikatan baik 

dengan activator ATP atau efektor negatif dATP.  Nukleotida yang diikat 

menentukan apakah enzim berada dalam keadaan aktif atau inaktif. Aktivitas 

tergantung juga pada residu  Cys439, Cys225, dan Cys462 pada R1. Dua atom 

Fe pada situs aktif tunggal dibentuk oleh homodimer R2 menghasilkan 

radikal bebas yang diperlukan untuk reduksi ribonukleotida pada residu 

spesifik Tyr122, yang kemudian menghasilkan suatu radikal bebas thiyl (Cys-

S×) pada Cys439. Cys439-S× mengawali reduksi ribonukleotida oleh 

pengambilan 3'-H dari cincin ribosa substrat nukleosida difosfat (Gambar 

4.4.)  dan pembentukan radikal bebas pada C-3'. Hidrasi selanjutnya 

membentuk produk deoksiribonukleotida.  

 

 

 

 

Gambar 4.4. Mekanisme radikal bebas dari reduksi ribonukleotida 

Ha menunjukkan hidrogen C-3' dan  Hb atom hidrogen C-2'. Pembentukan radikal 

thiyl pada Cys439  

a. Ribonukleotida reduktase E.coli , R1 homodimer melalui reaksi dengan 

radikal bebas  Tyr122 yang memicu  pelepasan hydrogen Ha dan 

pembentukan radikal C-3'×   

b. Dehidrasi melalui pelepasan Hb bersama dengan gugus C-2'-OH dan 

restorasi Ha menjadi bentuk C-3' membentuk produk  dNDP, disertai 

oleh oksidasi R1 gugus Cys225 dan Cys462OSH membentuk disulfida  

 ( Diadaptasi dari Reichard, P., 1997. The evolution of ribonucleotide reduction. 

Trends in Biochemical Sciences 22:81-85.  

 

63 

 

 

 

a. Sumber daya reduksi untuk Ribonukleotida Reduktase 

NADPH yaitu  sumber reducing equivalents untuk reduksi ribonukleotida, tetapi 

sumber antaranya yaitu  thioredoxin tereduksi, suatu protein kecil (12 kD) dengan 

gugus reaktif Cys-sulfhydryl yang terletak dalam urutan Cys-Gly-Pro-Cys. Residu 

Cys mampu mengalami oksidasi-reduksi reversibel antara (-S-S-) dan (-SH HS-) dan, 

dalam keadaan reduksi, berperan sebagai donor elektron primer dan menghasilkan 

kembali pasangan –SH reaktif dari situs aktif ribonukleotida reduktase (Gambar 4.4.). 

Sebaliknya, sulfhydryls dari thioredoxin harus diubah menjadi keadan (-SH HS-) 

untuk siklus katalitik selanjutnya.   

b. Thioredoxin reduktase 

Thioredoxin reduktase, yaitu  suatu enzim yang terdiri dari subunit 58-kD 

flavoprotein, berperan dalam reduksi yang memerlukan NADPH (NADPH-dependent 

reduction) dari thioredoxin (Gambar 4.5.). Fungsi Thioredoxin dalam sejumlah peran 

metabolisme disamping sintesis deoksiribonukleotida, yaitu  denominator untuk 

transisi reversibel sulfide sulfhydryl. Protein sulfhydryl lainnya serupa dengan 

thioredoxin, yang dinamakan  glutaredoxin, dapat juga berperan dalam reduksi 

ribonukleotida. Glutaredoxin teroksidasi direduksi kembali oleh dua equivalents of 

glutathione (g-glutamylcysteinylglycine; Gambar 4.6.), yang kemudian direduksi 

kembali oleh glutathione reduktase, suatu flovoezim yang memerlukan NADPH 

(NADPH-dependent flavoenzyme).  

Substrat ribonuleotida reduktase yaitu  CDP, UDP, GDP, dan ADP, dan produknya 

yaitu  dCDP, dUDP, dGDP, dan dADP. Karena CDP tidak merupakan senyawa 

antara dalam sintesis nukleotida pirimidin, maka perlu dihasilkan melalui defosforilasi 

CTP, misal melalui aktivitas nukleosida diphosphate kinase. Meskipun uridin 

nukleotida tidak ada  pada NDNA, UDP yaitu  substrat. Pembentukan dUDP 

dilakukan sebab merupakan prekursor dTTP, suatu substrat yang diperlukan untuk 

sintesis DNA. 

 

 

 

Gambar 4.6. Struktur glutathion 

 4.3. Regulasi spesifitas dan aktivitas Ribonukleotida Reduktase  

Aktivitas  ribonukleotida reduktase harus dimodulasi dalam dua jalur agar dapat 

menjaga keseimbangan yang tetapi dari empat deoksinukleotida penting untuk 

sintesis  DNA, yaitu  dATP, dGTP, dCTP, dan  dTTP.  

   Pertama, aktivitas keseluruhan enzim harus dimulai atau dihentikan 

tergantung pada respon nya terhadap kebutuhan dNTP.  

65 

 

 

 

   Kedua, jumlah relatif masing-masing substrat NDP ditransformasi 

menjadi dNDP harus dikendalikan agar dihasilkan keseimbangan 

yang tepat dari dATP: dGTP: dCTP: dTTP.  

Dua pasang yang berbeda dari situs pengikatan efektor pada ribonukleotida 

reduktase, (discrete from the substrate-binding active site), diperlukan untuk 

melayani maksud tsb. Kedua situs regulasi dinamakan overall activity site dan 

substrate specificity site.  

a. Situs aktivitas (overall activity site) 

Hanya ATP dan dATP yang mampu berikatan dengan situs aktivitas (overall activity 

site). Jika ATP membentuk ikatan, enzim bersifat aktif sedangkan jika dATP yang 

menempati situs ini maka enzim menjadi tidak aktif. Jadi ATP berperan sebagai 

efektor positif dan dATP berperan sebagai efektor negatif. Keduanya berkompetisi 

untuk situs yang sama.  

  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.7.  Regulasi biosintesis deoxynukleotida. Adanya berbagai 

affinitas yang dilakukan oleh situs regulasi yang berikatan dengan nukleotida 

(two nucleotide-binding regulatory sites) dari ribonukleotida reduktase. 

 

b. Situs spesifitas substrat (substrate specificity site)      

Situs efektor kedua, substrate specificity site, dapat mengikat baik dATP, dTTP, 

dGTP, atau  dATP, dan spesifitas substrat dari enzim ditentukan oleh nukleotida tsb. 

Jika ATP melekat pada situs spesifitas substrat, ribonukleotida reduktase lebih 

memilih nukleotida pirimidin (UDP atau CDP) pada situs aktifnya dan mereduksinya 

menjadi dUDP dan dCDP. Jika  dTTP melekat pada situs penentu-spesifitas 

66 

 

 

 

(specificity-determining site), GDP dipiih sebagai substrat. Jika  dGTP berikatan 

dengan situs spesifitas ini, ADP menjadi substrat yang cocok untuk reduksi.  

Alasan mengapa ada  affinitas yang bervariasi yaitu  sebagai berikut : [ATP] 

yang banyak selaras dengan perumbuhan dan pembelahan sel. Sebagai 

konsekuensi dari kebutuhan sintesis DNA. Jadi ATP berikatan dengan situs penentu 

aktivitas, memulainya dan memicu produksi dNTPs untuk sintesis DNA. Dalam 

keadaan ini, ATP juga menempati situs spesifitas substrat, sehingga UDP dan CDP 

direduksi menjadi dUDP dan dCDP. Kedua pirimidin deoksinukleotida merupakan 

prekursor untuk dTTP. Jadi peningkatan dUDP dan dCDP memicu  

peningkatan [dTTP]. Kadar dTTP yang tinggi meningkatkan peluang untuk tinggal di 

situs spesifikasi substrat yang dalam kasus GDP yang menjadi substrat, kadar dGTP 

meningkat. Assosiasi dGTP dengan situs spesifikasi substrat, ADP sebagai substrat 

memicu  reduksi ADP dan juga akkumulasi dATP. Ikatan dATP pada situs 

aktivitas (the overall activity site) menghentikan aktivitas enzim. Singkatnya, aktifitas 

relative dari ketiga kelas situs pengikat nukleotida pada ribonukleotida reduktase 

untuk berbagai substrat, activator dan inhibitor terjadi sedekiman rupa sehingga 

pembentukan dNTP dapat berlangsung dengan semestinya dan seimbang. 

Mengingat dNTP dibentuk dalam jumlah yang konsiten sesuai dengan kebutuhan 

seluler, forforilasinya oleh nukleosid difosfat kinases menghasilkan dNTPs, sebagai 

substrat utama untuk sintesis DNA.  

4.4.  Sintesis nukleotida Timin 

 

 

 

 

 

Gambar 4.8. Jalur sintesis dTMP 

Produksi dTMP tergantung pada pembentukan dUMP yang berasal dari 

sintesis dCDP dan dUDP.  Jika jalur dCDP dapat diikuti dari prekursor umum 

pirimidin, UMP yang akan membentuk UMP, UDP, UTP, CTP, CDP, dCDP, 

dCMP, dUMP dan dTMP. 

 

67 

 

 

 

Sintesis nukleotida timin dilakukan dari deoksiribonukleotida pirimidin lainnya. Sel-

sel tidak memerlukan ribonukleotida timin bebas dan tidak mensintesisnya. Sedikit 

timin ribonucleotide ditemui dalam tRNA tertentu (suatu jenis RNA yang membawa 

sejumlah nukleotida yang tak lazim), tetapi  Ts dibentuk melalui metilasi residu U 

yang telah dimasukkan ke tRNA. Keduanya dUDP dan dCDP dapat memicu  

pembentukan dUMP, prekursor yang dapat segera digunakan untuk sintesis dTMP 

(Gambar 4.8.). Yang menarik, pembentukan dUMP dari dUDP terjadi melalui dUTP, 

yang diuraikan oleh dUTPase, suatu pirofosfatase yang melepaskan  PPi dari  dUTP. 

Aktivitas  dUTPase mencegah  dUTP dari fungsinya sebagai substrat sintesis DNA. 

Rute alternative ke pembentukan dUMP diawali dengan dCDP yang didefosforilasi 

menjadi dCMP dan kemudian diaminasi oleh dCMP deaminase (Gambar 4.9), 

melepaskan dUMP.  dCMP deaminase menyediakan  titik kedua untuk regulasi 

allosterik dari sintesis dNTP.  Ensim tsbsecara allosterik diaktivasi oleh dCTP dan 

dihambat secara umpan balik oleh dTTP. Dari keempat dNTPs, hanya dCTP yang 

tidak berinteraksi baik dengan situs regulasi dari ribonucleotide reductase, melainkan 

dengan dCMP deaminase. 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.9. Reaksi dCMP deaminase 

 

 

68 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.10. Reaksi thymidylate synthase 

Gugus 5-CH3 berasal dari b-carbon serine. Sintesis dTMP dari UMP dikatalisis oleh 

thymidylate synthase (Gambar 4.10). Enzim ini memetilasi dUMP pada posisi-5 

membentuk dTMP; donor metil yaitu  derivate asam folat satu karbon - N5,N10-

methylene-THF. Reaksinya merupakan metilasi reduktif dimana satu unit karbon 

ditransfer pada tingkat metiasi dari reduksi ke tingkat metil. Kofaktor THF dioksidasi 

bersama dengan reduksi metilen menghasilkan dihydrofolate, atau DHF. 

Dihydrofolate reductase kemudian mereduksi DHF ke THF untuk berperan sebagai 

one-carbon vehicle. Thymidylate synthase berperan sebagai penghubung sintesis 

dNTP dengan metabolisme folat.  Enzim ini menajadi sasaran inhibitor untuk 

mengganggu sintesis DNA. Sintesis purin dipengaruhi juga sebab tergantung pada 

THF.  


 

Gambar 4.12. Struktur 5-fluorouracil (5-FU), 5-fluorocytosine,dan 5-fluoroorotate. 

Tiga senyawa terakhir yang berikatan dengan dihydrofolate reductase dengan 

affinitas yang lebih besar dari DHF dan berfungsi sebagai inhibitor irreversible 

(Gambar 4.12). 5-Fluorouracil (5-FU) yaitu  suatu analog dari timin analog yang 

70 

 

 

 

dikonversi secara in vivo menjadi 5'-fluorouridylate oleh enzim fosforibosil transferase 

(a PRPP-dependent phosphoribosyltransferase), dan berlanjut melalui reaksi dari 

sintesis dNTP, dan mengakumilasi  sebagai 2'-deoxy-5-fluorouridylic acid, suatu 

inhibitor kuat dari dTMP synthase. 5-FU digunakan sebagai obat khemoterapeutik 

untuk pengobatan kanker.  Hal serupa, 5-fluorocytosine digunakan sebagai obat 

antijamur sebab jamur tidak seperti mammalia, dapat mengkonversinya menjadi 2'-

deoxy-5-fluorouridylate. Selanjutnya, parasit malaria dapat menggunakan orotat 

eksogen untuk membuat pirimidin untuk sintesis asam nukleat sedangkan mammalia 

tidak dapat. Jadi 5-fluoroorotate merupakan obat antiparasit yang efektif sebab 

sifatnya yang beracun selektif pada parasit tsb.  

4.5.  Hidrolisis polinukleotida 

Hampir semua asam nukleat berinteraksi atau berikatan dengan protein, 

Nukleoprotein yang dimakan didegradasi oleh enzim-enzim yang dibentuk oleh 

pankreas dan nukleoprotein jaringan oleh enzim lisosom. Setelah protein dilepas 

dari asam nukleat, protein dimetabolisme seperti protein lainnya.