Tampilkan postingan dengan label bakteriologi 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bakteriologi 2. Tampilkan semua postingan

bakteriologi 2

 



seperti Hg, Ag, Cu, Au, dan Pb pada 

kadar rendah dapat bersifat meracun (toksin). Logam berat 

memiliki daya oligodinamik yaitu daya bunuh logam berat 

pada kadar rendah. Selain logam berat ada juga  ion-ion lain 

yang dapat mempengaruhi kegiatan fisiologi mikroba antara 

lain ion sulfat, tartrat, klorida, nitrat, dan benzoat. Ion-ion ini 

dapat mengurangi pertumbuhan mikroba tertentu. Oleh sebab 

itu ion-ion ini dapat digunakan untuk mengawetkan suatu 

bahan. Ada senyawa lain yang dapat mempengaruhi fisiologi 

mikroba, misalnya asam benzoat, asam asetat, dan asam 

sorbat.  

8. Radiasi 

Radiasi yang berbahaya bagi mikroorganisme yaitu 

radiasi pengionisasi yang memiliki arti radiasi dari gelombang 

panjang yang sangat pendek dan berenergi sehingga  atom 

kehilangan elektron (ionisasi). Ditingkat rendah radiasi 

pengionisasi dapat menyebabkan mutasi dan lama-kelamaan 

dapat menyebabkan kematian. 

 

3.2 Kurva Pertumbuhan Bakteri  

 Proses tahapan pertumbuhan mikroorganisme dari awal 

pertumbuhan hingga kematian di gambarkan dengan kurva 

pertumbuhan.  Tahapan pertumbuhan bakteri terdiri atas empat 

52 

 

fase antara lain fase lag, fase eksponensia, fase stasioner, fase 

kematian.  

a. Fase lag  

Dinamakan juga fase adaptasi. Pada fase ini perubahan 

bentuk dan pertumbuhan jumlah individu belum terlihat jelas. 

Mikroba beradaptasi untuk menyesuaikan diri dengan substrat dan 

kondisi lingkungan sekitar. Waktu yang dibutuhkan untuk 

beradaptasi sekitar 5 menit hingga berjam-jam. Pada fase ini 

belum atau tidak ada sumber nutrien untuk mikroba, belum terjadi 

pembelahan sel karena enzim belum disintesis. Waktu yang 

diperlukan untuk beradaptasi lama karena dipengaruhi oleh 

beberapa faktor- faktor antara lain:  

a) Jumlah inokulum 

Bila jumlah sel yang dipindahkan banyak maka fase lag 

akan berjalan dengan cepat, tetapi bila jumlah sel yang 

dipindahkan sedikit maka fase lag akan berjalam lambat. 

Lama waktu mikroba beradaptasi disebabkan karena 

mikroba dipindahkan dari medium yang kaya nutrisi ke 

medium yang nutrsinya terbatas. 

b) Lingkungan pertumbuhan 

Bila mikroba dipindahkan dari medium dan lingkungan 

yang sama  seperti sebelumnya maka waktu adaptasi yang 

diperlukan akan cepat tetapi bila medium dan lingkungan 

yang baru berbeda dengan medium dan lingkungan 

sebelumnya maka membutuhkan waktu beradaptasi yang 

lama.  

b. Fase logaritmik/eksponensial  

Pada fase ini mulai terjadi perubahan bentuk, pembelahan 

sel dengan cepat dan peningkatan jumlah sel secara maksimum. 

Peningkatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu  

53 

 

kandungan sumber nutrien sebagai bahan makan untuk mikroba. 

Apabila tidak ada kandungan nutrien yang cukup maka mikroba 

tidak dapat berkembang biak, suhu dan kelembaban udara, kadar 

oksigen, cahaya, asosiasi kehidupan diantara mikroba. Fase ini 

membutuhakan energi yang lebih banyak dibandingkan dengan 

fase lainnya.  

c. Fase Stasioner  

Fase stasioner merupakan fase keseimbangan antara 

pertumbuhan dan kematian sel. Pada fase ini sumber nutrien 

mulai berkurang. Mikroba tidak bisa melakukan aktivitas 

pertumbuhannya karena nutrien untuk mikroba mulai habis 

sehingga akan terbentuk produk-produk beracun yang dapat 

mengakibatkan pertumbuhan sel melambat sehingga jumlah sel 

hidup seimbang dengan jumlah sel yang mati. Kapadatan bakteri 

pada fase ini mencapai kepadatan sel yang maksimal. Selain itu 

pada fase ini ukuran sel lebih kecil hal ini disebabkan sel tetap 

tumbuh walaupun nutrien mulai habis.  

d. Fase Kematian 

 Pada fase ini nutrien sudah habis, energi cadangan 

didalam sel habis, proses metabolisme berhenti, laju kematian 

meningkat dan ada kemungkinan sel – sel dihancurkan oleh 

pengaruh enzim yang berasal dari sel itu sendiri (autolisis) 

sehingga mikroba tidak mampu lagi bertahan hidup dan 

mengalami kematian.  

54 

 

 

Gambar 3.1 Kurva Pertumbuhan Bakteri 

 

3.3 Pengendalian Pertumbuhan Mikroorganisme 

Mikroba selain dapat menguntungkan juga dapat 

merugikan manusia yang berupa penyalit atau racun. Upaya agar 

memanfaatkan mikroba yang menguntungkan manusia lebih 

optimal maka dilakukan pengendalian mikroba. Pengendalian 

pertumbuhan mikroba bertujuan untuk mencegah penyebaran 

infeksi atau penyakit, mencegah kerusakan bahan oleh mikroba, 

menghambat pertumbuhan bakteri dan mencegah kontaminasi 

bakteri yang tiak dikehendaki pada suatu media Pertumbuhan 

bakteri. Secara umum cara mencegah pertumbuhan 

mikroorganisme ada dua prinsip yaitu:  

1) Membunuh mikroorganisme  

2) Menghambat pertumbuhan mikroorganisme.  

Cara pengendalian mikroba dapat dilakukan dengan: 

55 

 

 1) Cleaning dan Sanitasi 

 Untuk menurunkan jumlah populasi bakteri disuatu 

tempat. Dengan cleaning dan sanitasi yang baik maka mikroba 

tidak akan tumbuh bahkan dapat membunuh mikroba karena 

sumber nutrisi tidak tersedia. 

 2) Sterilisasi 

 Proses untuk menghilangkan semua mikroba patogen 

hingga menjadi steril secara fisik dan kimiawi. 

 3) Desinfeksi 

 Merupakan proses mengurangi mayoritas atau semua 

mikroorganisme yang patogen kecuali spora bakteri yang terdapat 

pada permukaan benda-benda mati (non-biologis, seperti pakaian, 

lantai, dinding) secara fisik dan kimiawi. 

 4) Antiseptis 

  Senyawa kimia yang berfungsi menghambat atau 

memperlambat pertumbuhan mikroorganisme yang digunakan 

pada tubuh. 

Pada bakteri pengendaliannya dapat dilakukan secara 

kimia maupun fisik. 

A.  Pengendalian Mikroorganisme Secara Kimia 

Pengendalian mikroba secara kimia dapat dilakukan 

menggunakan bahan kimia yang berguna untuk membunuh atau 

mengurangi jumlah mikroorganisme yang patogen. Secara kimia 

pengendalian mikroorganisme lebih efektif digunakan pada sel 

vegetatif bakteri, virus dan fungi, tetapi tidak efektif bila digunkan 

untuk menghancurkan bakteri dalam bentuk endospora. Tidak ada 

bahan kimia yang ideal yang bisa dimanfaatkan untuk segala 

macam kebutuhan, ada beberapa hal yang dapat diperhatikan 

dalam memilih dan menggunakan senyawa kimia untuk tujuan 

tertentu antara lain : 

56 

 

a. Aktivitas antimikroba 

Mempunyai kemampuan untuk mematikan 

mikroorganisme dalam konsentrasi yang rendah 

pada spektrum yang luas yang artinya dapat 

membunuh berbagai macam mikroorganisme. 

b. Kelarutan 

artinya senyawayang digunakan dapat larut dalam 

air atau pelarut lain, sampai pada taraf yang 

diperlukan secara efektif.  

c. Stabilitas 

artinya memiliki stabilitas yang tinggi bila 

dibiarkan dalam waktu yang relatif lama dan tidak 

boleh kehilangan sifat antimikrobanya. 

d. Tidak bersifat toksik/racun bagi manusia ataupun 

binatang lain artinya senyawa ini  bersifat letal 

bagi mikroorganisme dan tidak berbahaya bagi 

manusia maupun hewan lain. 

e. Homogenitas 

komposisinya harus selalu sama sehingga bahan 

aktifnya sama pada  setiap diaplikasikan. 

f. Ketersediaan dan biaya 

senyawa ini  harus tersedia dalam jumlah 

besar dengan harga yang terjangkau. 

g. Sifat bahan sesuai kegunaan 

yakni zat kimia yang digunakan untuk disinfeksi 

alat-alat yang terkontaminasi tidak boleh 

digunakan untuk kulit karena dapat merusak sel 

kulit. 

h. Tipe mikroorganisme 

Tidak semua mikroorganisme rentan terhadap 

mikrobiostatik atau mikrobiosida oleh sebab itu 

57 

 

harus ditentukan tipe mikroorganisme yang akan 

dibasmi.  

i. Keadaan lingkungan 

 Bahan yang digunakan harus aman bagi 

lingkungan sekitar dan tidak memiliki efek 

samping.   

Bahan-bahan kimia dalam membunuh atau 

menghambat pertumbuhan mikroba bervariasi dan kompleks. 

Cara kerja bahan-bahan kimia ini dapat dibagi menjadi:  

1. Merusak membran sel mikroba. 

Meliputi golongan Surfaktans (Surface Active Agents) 

yakni  golongan anionik, kationik dan nonionik.  

2. Merusak enzim mikroba. 

a. Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri, 

dsb. 

b. Golongan oksidator seperti golongan halogen, 

peroksida hidrogen dan formaldehid.  

3. Mendenaturasi protein 

Bahan kimia yang dapat menyebabkan terjadinya koagulasi 

dan presipitasi protoplasma seperti alkohol, gliserol dan 

bahan-bahan asam dan alkalis.  

 

 

 

Efektivitas bahan-bahan kimia yang digunakan dipengaruhi 

oleh beberapa faktor. faktor-faktor yang mempengaruhi 

efektivitas bahan kimia di dalam mengendalikan mikroba 

antara lain: 

 1. Konsentrasi agen kimia yang digunakan.  

Semakin tinggi konsentrasinya maka efektivitasnya 

semakin meningkat.  

2. Waktu kontak.  

58 

 

Semakin lama bahan ini  kontak dengan bahan yang 

disterilkan maka hasilnya akan semakin baik.  

3. Sifat dan jenis mikroba.  

Mikroba yang berkapsul dan berspora lebih resisten 

dibandingkan yang tidak berkapsul dan tidak berspora.  

4. Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan 

organik dapat menurunkan efektivitas agen kimia.  

5. pH atau derajat keasaman.  

Efektivitas bahan kimia dapat berubah seiring dengan 

perubahan pH. Hanya ada beberapa zat bahan kimia secara 

hukum diterima untuk digunakan dalam pengawetan 

makanan. Diantaranya yang paling efektif yaitu  asam 

benzoat, sorbat, asetat, laktat dan propionat, kesemuanya 

ini yaitu  asam organic. Asam sorbet dan propionat 

digunakan untuk menghambat pertumbuhan kapang pada 

roti. Nitrat dan nitrit digunakan untuk mengawetkan daging 

terutama untuk mengawetkan warna dan bersifat 

menghambat pertumbuhan beberpa bakteri anaerobic, 

terutama clostridium botulinum. 

B. Pengendalian Mikroorganisme Secara Fisik 

 Bakteri-bakteri yang patogen secara fisik memiliki 

keterbatasan toleransi terhadap berbagai macam keadaan di 

lingkungan dan kemampuan yang terbatas dalam bertahan 

hidup diluar tubuh inang. Mikroba-mikroba yang pathogen 

secara fisik dapat dikendalikan dengan cara dibasmi dan 

dihambat pertumbuhannya. Ada beberapa cara untuk 

mengendalikan mikroba secara fisik antara lain: 

1. Hot temparature 

a. Tyndalisasi  

Pemanasan yang dilakukan untuk makanan dan minuman 

kaleng. Proses ini dapat membunuh sel vegetatif dan spora 

mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam 

makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan 

59 

 

pada proses ini sebesar 650C selama 30 menit dalam waktu 

tiga hari berturut-turut.  

b. Pasteurisasi  

Proses mematikan mikroba patogen dengan suhu terkendali 

berdasarkan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang 

paling resisten untuk dibasmi. Pada proses pasteurisasi ini 

hanya bakteri patogen yang terbunuh serta bakteri 

penyebab kebusukan. Proses pasteurisasi umunya 

dilakukan pada susu, rum, anggur dan makanan asam 

lainnya. Suhu pemanasan yaitu  650C selama 30 menit. 

c. Boiling  

Proses pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan 

disterilkan pada suhu 1000C selama 10-15 menit. Boiling 

dapat membunuh sel vegetatif bakteri yang patogen 

maupun non patogen. Namun spora dan beberapa virus 

masih dapat hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat 

kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll.  

 

 

d. Red heating  

 Proses pemanasan langsung di atas api bunsen burner 

(pembakar spiritus) sampai berpijar merah. Umumnya 

digunakan untuk mensterilkan alat yang sederhana seperti 

jarum ose. 

e. Flaming  

 Proses pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas 

pembakar bunsen dengan alkohol atau spiritus tanpa 

terjadinya pemijaran. 

2. Pembekuan 

Beberapa bakteri dapat dibunuh dengan temperatur 

paparan dingin, pembekuan merupakan metode yang tidak 

layak untuk sterilisasi. Pembekuan dan pencairan secara 

berulang, lebih merusak bakteri daripada memperpanjang 

60 

 

penyimpannya pada suhu pembekuan. Pembekuan bakteri 

akan membentuk kristal es di luar sel yang menyebabkan arus 

balik air dari bagian dalam sel, mengakibatkan suatu 

peningkatan elektrolit intraseluler dan denaturasi protein. 

Membran sel dirusak, dan terjadi suatu kebocoran senyawa 

organik intraseluler. Bakteri dan virus dapat dapat bertahan 

hidup pada temperatur –200C (temperatur alat pembeku 

mekanis), -700C (temperatur es kering, yaitu CO2 beku), dan 

temperatur –1950C (temperatur nitrogen cair). 

3. Pendinginan 

 Temperatur rendah dapat menekan laju metabolisme 

sehingga pertumbuhan akan berhenti. Dengan pendinginan 

dapat mengawetkan biakan mikroba karena mikroba dapat 

bertahan hidup pada keadaan yang sangat dingin. Biakan 

beberapa bakteri dapat tetap hidup selama berbulan-bulan 

pada suhu lemari es sekitar 4-70C. Kelemahan cara ini yaitu 

tidak dapat digunakan untuk disinfeksi atau sterilisasi. Karena 

Mikroba yang dipelihara pada temperatur beku atau di bawah 

temperatur beku, dianggap dorman karena tidak 

memperlihatkan adanya aktivitas metabolik yang dapat 

dideteksi. 

 

3. Radiasi 

 Bakteri dalam bentuk vegetatif dapat terbunuh dengan 

disinari menggunakan penyinaran ultra violet (UV) dan sinar 

ionisasi.  

a. Sinar ultra violet (UV)  

Bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan 

permukaan suatu benda yang terpapar sinar UV akan mati.  

b. Sinar Ionisasi  

Sinar ionisasi yaitu  sinar X, sinar alfa, sinar beta dan sinar 

gamma. Sterilisasi dengan sinar ionisasi memerlukan biaya 

yang besar dan biasanya hanya digunakan pada industri 

farmasi maupun industri kedokteran.  

61 

 

 Sinar X : Daya penetrasi baik namun perlu energi besar. 

  Sinar alfa : Memiliki sifat bakterisidal tetapi tidak 

memiliki daya penetrasi.  

 Sinar beta : Daya penetrasinya sedikit lebih besar daripada 

sinar X.  

 Sinar gamma : Kekuatan radiasinya besar dan efektif untuk 

sterilisasi bahan makanan. 

4. Filtrasi/penyaringan 

Metode yang digunakan dalam laboratorium untuk 

sterilisasi bahan-bahan yang tidak tahan panas. Prinsip teknik 

filtrasi yaitu menggunakan penyaringan, hanya bakteri yang 

tersaring. Jenis filter bakteri yang biasa digunakan yaitu  

Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari porselen), 

Seitz (dari asbes) dan seluosa. Macam filtrasi ada dua yaitu: 

1) Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring 

udara berisikan partikel (High Efficiency Particulate Air Filter 

atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke 

dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara laminar 

(Laminar Air Flow). 

2) Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk 

mensterilkan bahan-bahan yg tidak tahan terhadap 

pemanasan, mis. larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, 

dll. 

5. Pengeringan 

 Metode pengeringan sel mikroba ini dapat 

mengurangi, mengehentikan aktivitas metabolik sehingga 

dapat menyebabkan kematian sejumlah sel. Ada beberapa 

faktor yang mempengaruhi waktu hidup mikroba setelah 

pengeringa antara lain: 

a. Macam mikroorganisme 

b. Bahan yang digunakan untuk mengeringkan 

mikroorganisme 

c. Kesempurnaan dalam proses pengeringan 

62 

 

d. Cahaya, suhu, kelembaban yang dikenakan dalam proses 

pengeringan. 

 

3. 4 Reproduksi Bakteri 

 Semua makhluk hidup mulai yang berukuran mikro 

sampai ukuran makro melakukan perkembang biakan 

(reproduksi). Tujuan dari reproduksi yaitu  untuk 

memperbanyak jumlahnya dengan menghasilkan generasi 

selanjutnya. Reproduksi pada mikroorganisme dilakukan 

melalui dua cara yaitu secara aseksual dan seksual. 

 

 

A. Aseksual  

Reproduksi secara aseksual pada bakteri dibagi 

menjadi tiga yaitu pertumbuhan tunas (budding), fragmentasi, 

pembelahan biner (binary fission). Umumnya bakteri akan 

melakukan perkembangbiakan secara biner tetapi bila kondisi 

lingkungan tidak menguntungkan maka bakteri akan 

melakukan perkembangbiakan secara pertumbuhan tunas 

(budding) dan fragmentasi.  

a) Pembelahan biner  

pembelahan sel tunggal membentuk dua sel anak yang 

secara genetik identik dengan sel induknya. Pembelahan biner 

terdiri atas tiga fase yaitu:  

1). Sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus 

2) Sekat akan tumbuh diikuti oleh terbentuknya dinding yang 

melintang 

3) Terpisahnya kedua sel anak yang identik.  


 

b) Pertumbuhan tunas (budding) 

yaitu proses pembentukan tunas yang dimulai dari 

berkembang dan tumbuhnya tonjolan kecil pada salah satu 

ujung sel. Tunas ini yang akan mereplikasi genom, tunas akan 

tumbuh besar dan menjadi sel anakan. Namun ketika ukuran 

tunas hampir sama dengan ukuran tunas induknya, maka tunas 

akan memisahkan diri dari sel induk untuk menjadi bakteri 

baru. 

c) Fragmentasi 

Proses perkembangbiakan dengan munculnya bakteri dari 

bagian tubuh (fragmen) induknya. Induk bakteri akan 

memutus selnya lalu bagian sel yang terputus akan menajdi 

bakteri baru dan berkembang hingga dewasa. 

B. Seksual 

64 

 

Perkembangbiakan bakteri secara seksual berbeda dengan 

organisme eukariota yang melalui peleburan antara gamet 

jantan dengan gamet betina. Pada bakteri perkembangbiakan 

seksual melalui pertukaran materi genetik yang disebut 

dengan rekombinasi genetik. Sel yang memberi bahan genetik 

disebut sel donor sedangkan sel yang menerima bahan genetik 

disebut sel resipien. Perkembangbiakan secara seksual dapat 

dilakukan dengan beberapa cara antara lain: 

 a. Transformasi 

 Proses pemindahan materi genetik berupa DNA dari 

satu sel bakteri ke sel bakteri lainnya. Pada proses ini DNA 

sel bakteri donor akan mengganti sebagian dari sel bakteri 

penerima tetapi tidak terjadi melalui kontak secara langsung. 

Pemindahan materi genetik melalui perantara plasmid. Bila 

plasmid satu bakteri masuk ke dalam bakteri lainnya maka 

akan terjadi rekombinasi.  

 

 

 

 b. Transduksi 

 Proses pemindahan materi genetik dari sel bakteri satu ke 

bakteri lain melalui perantara virus yang memakan bakteri 

(bakteriofag). Virus yang paling sesuai digunakan untuk proses 

transduksi ini yaitu  virus fag temperat. Hal itu karena virus ini 

mampu bereplikasi secara litik dan lisogenik. Adapun tahapan 

dalam transduksi yaitu  sebagai berikut. 

 Bakteri diinfeksi oleh virus fag, sehingga virus mengandung 

DNA bakteri ini . 

 Virus fag ini  kemudian akan menginfeksi bakteri-

bakteri lainnya. Akibatnya, terbentuk bakteri baru dengan 

rekombinasi gen sesuai dengan rekombinasi gen pada 

virus penginfeksinya. 

 Terbentuklah bakteri-bakteri rekombinan. 

 

 

 

c. Konjugasi 

Proses pemindahan sebagian materi genetik dari satu 

bakteri ke bakteri yang lain secara langsung melalui saluran 

konjugasi sehingga kedua sel saling berhubungan dan terjadi 

kontak langsung. Dengan pentransferan DNA dari sel bakteri 

donor ke sel bakteri penerima melalui ujung pilus. Ujung 

pilus akan menempel pada sel penerima dan DNA akan 

dipindahkan melalui ujung pilus. 

 

 

KESIMPULAN 

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran 

atau subtansi atau masa zat suatu organisme. Pertumbuhan 

mikroorganisme dipengaruhi oleh faktor biotik maupun faktor 

abiotik. Proses tahapan pertumbuhan mikroorganisme dari awal 

pertumbuhan hingga kematian di gambarkan dengan kurva 

pertumbuhan.  Tahapan pertumbuhan bakteri terdiri atas empat 

fase antara lain fase lag, fase eksponensia, fase stasioner, fase 

kematian.  Reproduksi pada bakteri tejadi secara aseksul dan 

seksual. 

 

 

 

 

  BAKTERI PATOGEN PADA MANUSIA 

 


 

4.1 Infeksi Bakteri 

Bakteri dikenal sebagai agen penyebab penyakit, bakteri 

juga mempunyai manfaat yang besar bagi kehidupan manusia 

seperti pemanfaatan bakteri dalam pembuatan yogurt dan 

antibiotik. Bakteri merupakan sel prokariotik dengan genom 

berbentuk sirkuler dan mempunyai plasmid. Di dalam tubuh 

manusia bakteri memberikan manfaat yang banyak antara lain 

sebagai pertahanan melawan infeksi, berperan dalam sistem 

imun, sumber nutrient dan menstimulasi pergantian epitel.  

Bakteri yang hidup pada tubuh manusia disebut mikroba 

flora normal. Mikroba flora normal dibagi menjadi dua 

kelompok yaitu: 

(1) Flora penghuni tetap yang ditemukan pada daerah-

daerah tertentu, menghilang bila terjadi gangguan dan 

kembali seperti semula.  

(2) Flora transit, mikroba patogen & non-patogen pada 

selaput lendir dan mukosa. 

Walaupun mikroba flora normal penghuni alami tubuh 

tetapi ada kalanya bakteri dapat bersifat patogen pada 

inangnya. Salah satu faktor patogen mikroba flora normal yaitu 

infeksi opurtunistik. Bakteri dapat menginfeksi manusia 

melalui beberapa tahapan yaitu: 

a.  Melekatnya bakteri pada sel epitel, pelekatan ini 

melibatkan molekul interaksi.  

b. Terjadi multipikasi bakteri yakni bakteri membentuk 

mikro koloni dan menghasilkan enzim yang mampu menembus 

epitel. Setelah multiplikasi bakteri melakukan penyebaran 

70 

 

dalam sel tubuh manusia dengan menghasilkan enzim 

hialuronidase yang merusak asam hialuronat dan memecahkan 

kolagen. Selain itu bakteri juga menghasilkan metabolit-

metabolit lainnya seperti enzim dan toksin. Faktor yang 

menyebabkan suatu bakteri menjadi patogen disebut faktor 

virulensi. Faktor virulensi ini terdiri atas adhesion, toksin, 

enzim dan faktor antifagositik.  Mikroorganisme patogen 

memiliki sifat virulen (ganas) yang dapat menyebabkan 

penyakit pada individu sehat meskipun dalam jumlah inokulum 

kecil. Sedangkan mikroorganisme yang menyebabkan sakit 

pada individu dengan penurunan daya tahan tubuh disebut 

mikroorganisme opportunistik. 

Penyakit yang dapat ditularkan atau infeksi yaitu  jika 

penyakit disebarkan dari inang satu ke inang lainnya. Penyakit 

infeksi yang dapat ditularkan contohnya tuberculosis karena 

penyakit ini  dapat disebarkan melalui percikan ludah yang 

dihasilkan ketika batuk akan tetapi keracunan makanan oleh 

bakteri Staphylococcus bukan penyakit menular karena racun 

(toksin) yang dihasilkan oleh bakteri ini  berada pada 

makanan yang terkontaminasi. Penyakit ini diderita oleh 

individu yang memakan makanan ini .  Bila suatu penyakit 

sangat mudah disebarkan disebut penyakit yang sangat menular 

contohnya cacar air. 

Tingkat insidensi dan prevalensi suatu penyakit infeksi 

dimasyarakat dapat bersifat endemik, epidemik, pandemik. 

 Penyakit infeksi endemik  

Yaitu suatu penyakit yang menetap dengan kadar rendah di 

suatu populasi yang spesifik contohnya penyakit endemik 

malaria di Papua. 

  Penyakit infeksi  epidemik  

Yaitu bila suatu penyakit yang sering terjadi bila 

dibandingkan dengan kondisi biasa contohnya epidemik 

influenza pada musim dingin. 

  Penyakit infeksi pandemik 

71 

 

  Yakni suatu penyakit yang menyebar secara luas hampir 

diseluruh dunia contohnya infeksi HIV, Covid 19. 

Infeksi lama kelamaan akan berkembang. Tahapan 

perkembangan infeksi antara lain: 

1) Periode inkubasi  

Yaitu waktu saat mikroorganisme masuk atau toksinnya 

hingga munculnya symptom atau gejala. Hal ini dapat 

berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa minggu 

2) Periode prodromal  

 Yaitu individu yang mengalami gejala-gejala nonspesifik 

seperti demam, malaise dan hilangnya nafsu makan 

 3) Periode sakit spesifik akut  

 Yaitu gejala dan tanda penyakit yang secara khas terlihat nyata  

 4) Periode penyembuhan 

 Yaitu sakit sedikit demi sedikit akan hilang dan pasien 

kembali sehat pada fase akhir tahap ini. 

Beberapa infeksi dapat terjadi reaktivasi pertumbuhan 

mikroorganisme dan berulangnya gejala pada tahap laten 

contohnya setelah infeksi herpes primer, virus dapat menetap 

di ganglion saraf trigerminal, dan menyebabkan herpes labialis 

yang berulang sewaktu waktu. Beberapa mikroorganisme 

menyebabkan infeksi yang subklinis atau tidak nyata yakni 

gejala yang terlihat tidak nyata, dan individu yang terkena tidak 

memperlihatkan gejala meskipun pasien terinfeksi oleh 

mikroorganime ini . Kasus lainnya ada individu yang 

terinfeksi, dan tubuhnya tidak mampu menghilangkan 

kehadiran mikroorganisme patogen ini  setelah periode 

penyembuhan, sehingga tubuh menjadi karier kronik 

mikroorganisme contohnya Salmonella typhi, Hepatitis B virus. 

Mikroorganisme akan tetap berada didalam tubuh meskipun 

pasien tetap sehat. 

Ada beberapa cara bakteri dapat menyebabkan penyakit 

atau seseorang penderita sakit. Cara itu antara lain melalui 

transmisi (penularan atau pemindahan bakteri), perlekatan pada 

72 

 

permukaan sel inang, menyerang (invasive) dan toksigenitas 

(melepaskan toksin  atau racun).  

a. Transmisi atau Penularan  

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang pindah 

dari sumber luar  disebut eksogen. Penyakit lain yang 

disebabkan oleh flora normal dari tubuh inangnya sendiri yang 

bertindak selaku bakteri oportunistik disebut endogen. 

Penularan dapat terjadi melalui: 

 Inhalasi yaitu melalui jalur udara  

 Ingesti yaitu melalui jalur penelanan makanan dan 

minuman yang terkontaminasi  

 Inokulasi yaitu melalui kontak seksual, jarum suntik 

terkontaminasi, kontak kulit, transfusi darah atau gigitan 

serangga.  

Mikroorganisme dapat masuk ke tubuh melalui kulit, 

saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran 

genitourinaria. Contoh bakteri pathogen: 

 Kulit yaitu Clostridium tetani (penyakit tetanus), 

 Saluran pernafasan yaitu Streptococcus 

pneumoniae (penyakit pneumoniae), Haemophilus 

influenza (penyakit meningitis), Mycobacterium 

tuberculosis (penyakit tuberculosis) 

  Saluran pencernaan yaitu Shigella dysentriae 

(penyakit disentri), Vibrio cholera (penyakit 

kolera) 

 Saluran genital yaitu Neisseria gonorrhoeae 

(penyakit gonoroe), Treponema pallidum (penyakit 

sifilis) 

b. Perlekatan pada permukaan sel atau jaringan inang  

Merupakan tahap awal infeksi. Beberapa bakteri dan fungi 

mempunyai struktur khusus atau menghasilkan bahan khusus 

yang sehingga dapat melekat pada permukaan sel inang 

73 

 

termasuk pada protesa gigi, katup jantung buatan dan 

sebagainya sehingga dapat meningkatkan kemampuan bakteri 

untuk berkolonisasi dan menjadi penyakit. Mekanisme 

perlekatan yaitu  hal yang esensial bagi mikroorganisme untuk 

melekat pada membran mukosa misalnya rambut yang 

menyerupai pili pada Neisseria gonorrhoeae, Streptococcus 

mutans membantunya menempel pada permukaan email gigi. 

c. Daya serang Bakteri (Invasif)  

Daya invasif bakteri berfungsi dalam patogenesis. Daya 

serang ini berhubungan dengan enzim yang disekresikan oleh 

bakteri. Enzim-enzim ini  yaitu  :  

 Kolagenase atau hialuronidase  

Merusak substansi interseluler jaringan inang, sehingga 

bakteri mudah masuk dan menyebar di jaringan, khususnya 

pada infeksi di kulit yang disebabkan oleh Streptococcus 

pyogenes.  

 Koagulase 

Enzim yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus 

berfungsi untuk mempercepat pembentukan bekuan fibrin (dari 

fibrinogen). Kondisi ini melindungi bakteri dari proses 

fagositosis yakni proses sel darah putih manusia memakan 

bakteri ini  dengan cara membentengi daerah yang 

terinfeksi dan melingkupi bakteri dengan lapisan fibrin.  

 Immunoglobulin A (IgA) protease 

 enzim yang dihasilkan bakteri yang dapat merusak IgA 

inang pada permukaan mukosa, sehingga bakteri-bakteri 

seperti N. gonorrhoeae, Haemophilus influenza dan 

Streptococcus pneumonia melekat pada membrane mukosa.  

 Leukosidin 

 Racun yang dihasilkan bakteri yang dapat menghancurkan 

sel-sel darah putih manusia jenis netrofil dan makrofaga. 

Toksin ini dimiliki oleh bakteri-bakteri penyebab penyakit 

periodontal seperti Actinobacillus actinomycetemcommitans. 

d. Toksigenitas  

74 

 

Toksigenitas ialah faktor penentu patogenesis bakteri. 

Toksin yang dihasilkan bakteri dapat digolongkan menjadi dua 

kelompok utama yaitu : eksotoksin dan endotoksin.  

 Endotoksin yaitu  komponen lipopolisakarida 

(LPS) dinding sel bakteri Gram negatif (kokus 

maupun basil) yang tersimpan dan tidak secara 

aktif dikeluarkan oleh bakteri. Bakteri Gram positif 

tidak menghasilkan toksin ini. Endotoksin dapat 

menyebabkan demam, syok dan gejala umum 

lainnya. Endotoksin akan dilepaskan dari tubuh 

bakteri jika bakteri mengalami lisis (hancur, mati).  

 Eksotoksin yaitu  toksin yang dihasilkan dan 

dikeluarkan dari badan bakteri Gram positif dan 

Gram negatif. Eksotoksin dapat menyebabkan 

penyakit dibagian tubuh tertentu setelah menyebar 

atau terbawa melalui jalur sistemik misalnya 

bakteri penyebab tetanusyang masuk melalui luka 

di kaki menghasilkan eksotoksin yang dapat 

menyebabkan rahang terkunci atau kejang otot 

masseter (pengunyahan) di daerah wajah. 

Eksotoksin labih toksik dibandingkan dengan 

endotoksin. Contohnya toksin tetanus dapat 

menyebabkan kematian pada kadar < 1 µg. 

Polipeptida eksotoksin merupakan antigen kuat 

yang dapat merangsang antibody tubuh membentuk 

antitoksin berguna untuk mencegah atau mengobati 

penyakit contohnya tetanus. Toksisitas eksotoksin 

dapat dinetralisir oleh formaldehyde, asam, 

pemanasan dan toksoid yang dapat dimanfaatkan 

untuk pembuatan vaksin.  

75 

 

 

Secara umum eksotoksin bakteri dapat dibagi menjadi :  

 Neurotoksin 

yaitu toksin yang berpengaruh terhadap saraf. Contohnya : 

toksin tetanus (dihasilkan oleh Clostridium tetani), toksin 

difteria (dihasilkan oleh Corynebacterium diptheriae) dan 

toksin botulinum (yang dihasilkan oleh Clostridium 

botulinum).  

 

 Enterotoksin 

yaitu toksin yang berefek racun terhadap mukosa usus dan 

dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal. Contohnya 

toksin yang dihasilkan oleh Eschericia coli, Vibrio cholera dan 

Bacillus cereus.  

 Eksotoksin lainnya, 

 Contohnya toksin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium 

perfringens dapat menyebabkan gas gangrene pada luka. 

 

Tabel 4.1 Perbedaan Endotoksin dan Eksotoksin 

Sumber Endotoksin Eksotoksin 

Asal Dikeluarkan dari 

dalam sel 

Komponen 

dinding sel 

Sumber  Spesies Gram 

positif dan negatif 

Spesies Gram 

negatif 

Tosisitas  Tinggi dengan 

dosis fatal pada 1 

µg 

Rendah dosis fatal 

bila dihasilkan 

oleh rusan 

mikroorganisme 

Efek klinis bervariasi Demam, syok 

antigenitas Menghasilkan 

antibody dengan 

titer tinggi disebut 

antitoksin 

Antigen lemah 

vaksin Toksoid dapat Tidak ada 

76 

 

digunakan sebagai 

vaksin 

pembentukan 

toksoid dan tidak 

dapat dibuat 

vaksin 

Stabilitas terhadap 

panas 

Bersifat 

thermolabil (cepat 

rusak pada 

pemanasan 600C 

Thermostabil pada 

suhu 1000C selama 

1 jam  

 

 

 

4.2 KELOMPOK BAKTERI PATOGEN 

1. Kelompok Bakteri Gram-Negatif 

a. Salmonella sp 

Bakteri Salmonella sp merupakan salah satu bakteri 

penyebab utama food borne disease di Amerika Serikat. 

Karena bakteri ini sering ditemukan dalam bahan makanan atau 

minuman dan merupakan salah satu bakteri patogen yang 

sering menginfeksi manusia melalui makanan dan minuman 

yang terkontaminasi.  

Masuknya bakteri Salmonella sp ke dalam tubuh 

manusia, dapat berpengaruh terhadap kesehatan, diantaranya 

dapat menyebabkan penyakit gastroenteritis, demam tifoid dan 

bakteremia dengan atau tanpa penyakit.  

Gastroenteritis yang disebabkan oleh salmonella 

merupakan infeksi pada usus dan terjadi lebih dari 8 sampai 48 

jam setelah bakteri patogen itu masuk ke dalam host.  

Ciri-cirinya yaitu  diare, demam, sakit kepala, muntah, 

sakit pada abdomen (abdominal pain) yang terjadi selama 2 

sampai 5 hari.  

Gejalanya antara lain kehilangan cairan dan kehilangan 

keseimbangan elektrolit merupakan bahaya terutama terhadap 

anak-anak dan orang tua. 

b. Escherichia coli 

77 

 

Penyakit diare merupakan penyebab kesakitan dan 

kematian di negara Berkembang. Escherichia coli merupakan 

bakteri komensal, patogen intestinal dan pathogen 

ekstraintestinal yang dapat menyebabkan infeksi traktus 

urinarius, meningitis, dan septicemia.  

Infeksi ditandai dengan manifestasi klinis yang luas 

mulai dari tanpa menunjukkan gejala klinis atau asimtomatis 

sampai terlihat adanya diare berdarah atau tanpa berdarah. 

c. Klebsiella ozaena 

Menyebabkan penyakit ozaena memberikan gejala 

pembentukan granul (bintik-bintik), gangguan hidung, 

benjolan-benjolan di rongga pernapasan (terutama hidung), 

sakit kepala, serta ingus hijau dan berbau. Penyebab penyakit 

ozaena masih belum diketahui, namun diduga diakibatkan oleh 

Klebsiella ozaenae dan Bacillus foetidus.  

d. Pseudomonas aeruginosa 

Pseudomonas aeruginosa sering menyebab infeksi 

oportunistik dan infeksi nosokomial pada manusia. 

Pseudomonas aeruginosa dapat menyebabkan terjadinya 

infeksi primer pada kulit. Infeksi yang paling sering terjadi 

yaitu  ulkus diabetikum. Kolonisasi pada ulkus diabetikum 

diikuti dengan kerusakan pembuluh darah lokal, nekrosis 

jaringan, dan akhirnya terjadi bacteremia. Gejala dapat berupa 

iritasi, kemerahan, keluar cairan serta kaki tampak bengkak.  

 

 

 

e. Shigella dysenteriae 

Disentri merupakan penyakit radang usus yang 

menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah. 

Penyakit disentri disebabkan oleh bakteri (Disentri basiler) atau 

biasa disebut dengan shigellosis disebabkan oleh bakteri genus 

Shigella (penyebab disentri yang terpenting dan tersering). 

Ditandai gejala diare, adanya lendir dandarah dalam tinja, serta 

nyeri perut dan tenesmus. 

f. Klebsiella pneumonia 

Pneumonia yaitu  proses infeksi akut yang mengenai 

jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia yang disebabkan oleh 

Klebsiella pneumonia dapat berupa pneumonia komuniti 

(community acquired pneumonia). Klebsiella pneumoniae 

merupakan jenis bakteri golongan Klebsiella yang banyak 

menginfeksi manusia. Merupakan organisme oportunis yang 

ditemukan pada lapisan mukosa mamalia, terutama paru-paru. 

Memiliki penyebaran yang sangat cepat, terutama di antara 

orang-orang yang sedang terinfeksi bakteri. 

Gejalanya dapat berupa pendarahan dan penebalan 

lapisan mukosa organ. Bakteri Klebsiella pneumonia selain 

penyebab penyakit pneumonia juga merupakan salah satu 

bakteri yang menyebabkan penyakit bronchitis. 

 

 

 

 

 

 

 

g. Vibrio cholera 

Kolera yaitu  penyakit infeksi usus yang disebabkan 

oleh bakteri Vibrio cholerae. Penularan kolera melalui 

makanan, minuman yang terkontaminasi oleha bakteri Vibrio 

cholerae. Atau kontak dengan carrier kolera. Dalam usus halus 

bakteri Vibrio cholerae ini akan beraksi dengan cara 

Gambar 4.2   Kerusakan jaringan paru akibat pneumonia oleh K.pneumonia 

79 

 

mengeluarkan toksinnya pada saluran usus, sehingga terjadilah 

Diare disertai Muntah yang akut dan hebat. 

Gejala bakteri Vibrio cholerae apabila masuk ke dalam 

tubuh seseorang melalui makanan dan minuman yang telah 

terkontaminasi oleh bakteri akan mengeluarkan Enterotoksin di 

dalam tubuh seseorang pada bagian saluran usus, sehingga 

menimbulkan diare disertai muntah yang akut dan sangat 

hebat, dan berakibat seseorang dalam waktu hanya beberapa 

hari akan kehilangan banyak cairan dalam tubuhnya sehngga 

mengalami dehidrasi. 

h. Neisser meningtidis 

Penyakit meningitis yaitu  penyakit yang menyerang 

saluran pernafasan dan mengakibatkan meningitis. Meningitis 

mengakibatkan peradangan selaput otak dan saraf punggung, 

dan atau septisemia (keracunan darah). Penyakit ini disebabkan 

oleh bakteri Neisser meningtidis.  

Meningitis umumnya ditularkan saat batuk, bersin, 

ciuman, dan berbagi makanan dengan sendok yang sama, 

pemakaian sikat gigi yang sama dan merokok bergantian dalam 

satu batang. Meningitis dapat disebabkan oleh 

mikroorganisme, kanker, luka fisik dan juga obat-obatan. Jika 

tertular penyakit ini maka akan beresiko menjadi carrier, dan 

infeksius. Masa inkubasi penyakit ini rata-rata 3-4 hari sampai 

gejalanya terlihat. Penyakit ini umumnya terjadi 1-14 hari 

setelah paparan dan muncul sebagai meningitis pada ≥50% 

kasus. 

Gejala dari meningitis tidak spesifik tetapi mungkin 

termasuk demam, sakit kepala, kekejangan leher, sakit sendi, 

ruam dengan bintik atau lebam ungu, kurang senang dengan 

cahaya cerah, dan muntah secara mendadak. 

i. Haemophilus influenza 

Haemophilus influenzae merupakan bakteri patogen 

pada manusia yang dapat menyebabkan influenza, meningitis, 

pneumonia dan bakteremia. Infeksi influenza merupakan 

penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Penyebar dapat 

80 

 

melalui udara berupa percik renik dari saluran respiratorik 

orang yang terinfeksi, yang batuk, bersin, atau melalui kontak 

langsung dari tangan yang terkontaminasi oleh sekret 

respiratorik. 

Gejala sistemik utama infeksi influenza yaitu  demam, 

sakit kepala, nyeri otot, lemas, batuk, dan nyeri menelan. 

Infeksi influenza berusia <5 tahun merupakan infeksi 

terbanyak dengan gejala yang lebih ringan. 

j. Neisseria gonorrhoeae 

Gonore merupakan penyakit kelamin terbanyak dewasa 

ini. Tidak ada imunitas bawaan, walaupun bagi orang yang 

pernah menderita penyakit ini. Juga tidak ada perbedaan 

mengenai kekebalan antara berbagai suku bangsa, jenis 

kelamin atau umur. Penyakit Gonore disebabkan oleh bakteri 

Neisseria gonorrhoeae. 

Penularan terjadi melalui kontak seksual dengan 

penderita gonore. Masa inkubasi penyakit sangat singkat, pada 

pria umumnya bervariasi antara 2-8 hari, dengan kebanyakan 

infeksi menjadi simptomatik dalam 2 minggu. Masa inkubasi 

pada wanita sulit ditentukan karena pada umumnya 

asimptomatik, dan baru diketahui setelah terjadinya 

komplikasi. 

Gejala klinis untuk infeksi pertama yang paling sering 

dijumpai pada pria yaitu  uretritis anterior akuta dan dapat 

meluas ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi 

lokal, asendend dan diseminata. Keluhan subyektif berupa rasa 

gatal dan panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium 

uretra eksternum kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar 

duh tubuh mukopurulen pada orifisium uretra eksternum yang 

kadang-kadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri pada 

waktu ereksi.  

Gejala yang terjadi pada wanita dengan gonore sering 

mengenai serviks sehingga terjadi servisitis dengan gejala 

keputihan. Pada pemeriksaan, serviks yang terinfeksi tampak 

rapuh dan mengalami edema dengan keluarnya cairan 

81 

 

mukopurulen pada ostium. Perempuan yang sedikit atau tidak 

memperlihatkan gejala menjadi sumber utama penyebaran 

infeksi dan beresiko mengalami komplikasi. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

k.Treponema pallidium 

Penyakit frambusia atau patek yaitu  penyakit infeksi 

kulit yang menular melalui kontak dengan penderita. Penyakit 

ini bersifat menahun dan dapat menyebabkan kecacatan. Yaws 

atau frambusia yaitu  penyakit infeksi treponema nonvenereal 

pada manusia yang disebabkan oleh bakteri Treponem 

pallidium. Penyakit ini dapat mengenai semua usia, namun 

terutama ditembukan pada usia dibawah 15 tahun.  

Gejala dapat berupa konstitusi malese, demam dan 

anoreksia. Sedangkan gejala klinis lain dapat berupa plak 

hiperkeratotik pada telapak tangan dan kaki, dapat terjadi fisura 

dan ulserasi (worm-eaten soles), dan infeksi sekunder yang 

nyeri sehingga penderita biasanya menunjukkan tanda khas 

yaitu “crab-like gait” 

 

 

 

 

 

l. Proteus vulgaris 

Abses leher dalam yaitu  terkumpulnya nanah (pus) di 

ruang potensial diantara fasia leher dalam. Salah satu bakteri 

penyebab abses leher dalam yaitu  baktei Proteus vulgaris. 

Infeksi leher dalam berasal dari penyebaran infeksi di faring 

dan tonsil ke parafaring. 

Gejala dan tanda klinik berupa nyeri dan 

pembengkakan di ruang leher dalam yang terkena. Secara 

anatomi ruang potensial leher dalam merupakan daerah yang 

sangat kompleks. 

m. Chlamydia trachomatis 

Chlamydia trachomatis (CT) termasuk salah satu 

penyebab infeksi genital nonspesifik baik pada pria maupun 

wanita. Infeksi Chlamydia trachomatis merupakan infeksi 

menular seksual yang disebabkan oleh bakteri obligat 

intraseluler genus Chlamydia. Infeksi Chlamydia trachomatis 

dapat mengenai saluran genital 8 pria dan wanita, konjungtiva, 

dan paru-paru. Infeksi Chlamydia trachomatis pada saluran 

genital pria dan wanita dapat bersifat asimtomatik pada 

sebagian besar orang yang terinfeksi dan dapat menimbulkan 

komplikasi serius. 

Gambar 4.4  Penyakit Frambusia Pada Telapak Tangan 

83 

 

Gejala yang timbul tidak spesifik, pada pria yang 

terinfeksi 50% asimtomatik, sedangkan pada 10 wanita 70% 

asimtomatik.  

a. Infeksi CT pada pria dapat mengenai uretra dan 

epididimis. Infeksi di rektum dapat terjadi pada 

pria yang menerima seks secara anal. Masa 

inkubasi uretritis disebabkan oleh CT bervariasi 

sekitar 7 hari sampai 5 minggu. Biasanya 

gejalanya yaitu adanya nyeri pada saat buang air 

kecil (disuria). 

b. Hampir 70% wanita dengan infeksi Chlamydia 

tidak mengeluhkan gejala apapun, namun dapat 

ditemukan kelainan apabila dilakukan 

pemeriksaan di daerah serviks. Infeksi awal 

akan terjadi pada serviks atau uretra. Keluhan 

yang timbul berupa tubuh yang abnormal dan 

rasa terbakar saat buang air kecil. Adanya 

perdarahan yang muncul setelah kontak seksual 

ataupun perdarahan pada pertengahan siklus 

menstruasi dapat merupakan gejala tunggal 

infeksi ini. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

n. Yersinia pestis Gambar 4. 5  Infeksi Chlamydia trachomatis pada serviks 

84 

 

Penyakit Pes disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis 

yang endemik pada rodent yang hidup di alam liar yang 

disebarkan oleh gigitan pinjal. Pinjal tikus yaitu  vektor utama 

penyebab penyakit pes. Pes pada tikus serta rodent lain dapat 

menyebabkan penularan pada manusia. Pinjal sebagai vektor 

utama penyakit pes berperan menularkan bakteri Yersinia 

pestis yang terdapat di dalam darah tikus yang terjangkit 

kepada manusia melalui gigitannya. Pinjal selain menjadi 

vektor utama pes juga bisa menjadi vektor penyakit serius lain 

pada manusia yaitu penyakit murine typhus yang dapat 

ditularkan dari tikus ke manusia. Gigitan pinjal yang telah 

terinfeksi khususnya Xenopsylla cheopis merupakan sumber 

paparan yang paling sering terjadi yang menghasilkan penyakit 

pada manusia di seluruh dunia. 

Penyakit Pes memiliki gejala diantaranya yaitu 

penderita demam tinggi tanpa sebab yang jelas, batuk dan 

sesak yang diduga sebagai suspek Pes. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

o. Bordetella pertussis 

Bordetella pertussis yaitu  bakteri yang menyerang 

saluran pernapasan dan sangat mudah menular. Organisme ini 

Gambar 4.6  Penyakit Pes atau Plague 

85 

 

menghasilkan toksin yang merusak epitel saluran pernapasan 

dan memberikan efek sistemik berupa sindrom yang terdiri dari 

batuk spasmodik dan paroksismal disertai mengi karena pasien 

berupaya keras untuk menarik napas, sehingga pada akhir 

batuk. Serangan batuk seringkali diikuti oleh muntah dan dapat 

berlangsung berbulan-bulan. 

Bordetella pertussis yang diambil setelah sebulan 

timbulnya gejala batuk disertai pengeluaran lendir, dan tarikan 

napas, muntah, badan panas, pusing, sakit tenggorok. 

 

2. Kelompok Bakteri Gram-positif 

a. Clostridium botulinum 

Clostridium botulinum yaitu bakteri yang memproduksi 

neurotoksin yang menyerang saraf dan menyebabkan 

kelumpuhan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri 

Clostridium botulinum yaitu  Botulisme yaitu penyakit 

disebabkan oleh keracunan makanan atau mabuk makanan oleh 

Clostridium botulinum.  

Gejala apat berupa mual, kram perut, lumpuh, 

gangguan penglihatan serta kesulitan bernafas. 

b. Clostridium tetani 

Clostridium tetani merupakan agen penyebab penyakit 

tetanus. Penyakit tetanus neonates (pada bayi) sering terjadi 

jika dalam proses kelahiran atau persalinan mengabaikan 

pemeliharaan tali pusat atau umbilicus (alat pemotong yang 

digunakan untuk memotong umbilicus tidak steril). Pada orang 

dewasa, penyakit tetanus ini mengikuti luka dalam dengan 

lubang yang kecil (luka tusuk). Clostridium tetani bersifat 

anaerobik, dan mampu memproduksi toxin tetanus. Gejala 

ditandai dengan sulitnya saat menelan, kejang-kejang otot yang 

parah, kejang pada rahang. 

 

 

 

86 

 

c. Staphylococcus aureus 

Staphylococcus yaitu  penyebab utama infeksi 

bernanah pada manusia yang terdapat di rongga hidung dan 

kulit sebagian besar populasi manusia. Jalur masuknya 

Staphylococcus ke tubuh melalui folikel rambut, tusukan jarum 

atau melalui saluran pernafasan. Prototipe lesi Staphylococcus 

yaitu  furunkel atau abses lokal lainnya yang dapat 

menyebabkan nekrosis jaringan (faktor dermatonekrotik). 

Staphylococcus aureus yaitu  bakteri aerob yang bersifat 

grampositif dan merupakan salah satu flora normal manusia 

pada kulit dan selaput mukosa. Staphylococcus aureus 

merupakan patogen utama pada manusia dan hampir setiap 

orang pernah mengalami infeksi Staphylococcus aureus yang 

bervariasi dalam beratnya, mulai dari keracunan makanan 

hingga infeksi kulit ringan sampai berat yang mengancam jiwa. 

Gejala yang dialami seperti muncul benjolan pada kulit yang 

penuh dengan nanah, peradangan, rasa sakit. Penderita 

penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus 

aureus umumnya diberi terapi berupa antibiotik seperti 

cloxacillin, dicloxacillin dan eritromycin. 

d. Staphylococcus epidermidis 

Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang 

berkembang menjadi agen patogen utama pada infeksi 

nosokomial dan sepsis, terutama pada pasien yang 

menggunakan alat-alat implant di tubuhnya, seperti prostheses 

sendi, shunt serebrospina, kateter intravaskular, khususnya 

pada anak-anak, pasien usia lanjut dan pasien yang mengalami 

imunokompromise. Penyakit septicaemia dan endokarditis 

termasuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri 

Staphylococcus epidermidis. 

Gejala berupa demam, sakit kepala, dan kelelahan 

untuk anoreksia dan dyspnea. 

e. Streptococcus pneumoniae 

87 

 

 Pneumonia yaitu  peradangan paru yang 

menyebabkan nyeri saat bernafas dan keterbatasan intake 

oksigen. Pneumonia dapat disebarkan dengan berbagai cara 

antara lain pada saat batuk dan bersin (WHO, 2014). Bakteri 

penyebab pneumonia yaitu  Streptococcus pneumoniae 

(pneumococus). 

 Gejala Usia kurang dari 5 tahun rentan mengalami 

pneumonia berat dengan gejala batuk dan sukar bernapas. 

Sistem kekebalan tubuh anak pada usia ini  juga sangat 

rentan sehingga mudah terinfeksi oleh penyakit yang ditularkan 

melalui udara.  

 Masa perawatan paling pendek yaitu  selama 3 hari dan 

paling lama yaitu  36 hari. Pada pasien dewasa persentase 

lama perawatan paling tinggi yaitu 8 – 14 hari, dengan 

perawatan paling pendek selama 4 hari dan paling lama selama 

27 hari. 

f. Treponema pallidum 

Sifilis yaitu  penyakit yang disebabkan oleh bakteri 

Treponema pallidum. Penyakit sifilis terbagi menjadi empat 

tahap, yaitu primer, sekunder, laten, dan tersier (Ain, 

Rachmatdinata, & Djajakusumah, 2013). Tiap tahap 

menunjukkan gejala klinis yang berbeda. Bakteri Treponema 

pallidum dapat ditularkan melalui melalui dua cara, yaitu 

melalui ibu ke anak dan hubungan seksual yang tidak aman 

seperti berganti-ganti pasangan dan tidak menggunakan 

kondom. 

Gejala-Gejala klinis penyakit ini  akan tampak tiga 

minggu setelah terjadinya infeksi. Salah satu gejala klinis sifilis 

yaitu  ruam atau chancre pada kelamin. 

 

 

 

 

 

 

88 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

g. Mycobacterium tuberculosis 

Tuberkulosis (TB) yaitu  suatu penyakit infeksi paling 

sering menyerang jaringan paru, disebabkan oleh 

Mycobacterium tuberculosis. Penyakit tuberkulosis (TB) paru 

ini dapat menyerang semua usia dengan kondisi klinis yang 

berbeda-beda atau tanpa dengan gejala sama sekali hingga 

manifestasi berat. 

Pencegahan dari penyalit ini yaitu  menyediakan air 

bersih, pengelolaan limbah dan tinja rumah tangga, bebas 

vektor pembawa bibit penyakit seperti (tikus, kecoa, dan lalat), 

kepadatan hunian yang tidak melebihi persyaratan, sinar 

matahari pagi cukup menyinari ruangan, makanan dan 

minuman terhindar dari pencemaran. Selain itu rumah yang 

sehat harus memenuhi syarat pencegahan terjadinya kecelakaan 

baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah 

antara lain konstruksi yang tidak mudah rusak dan roboh, 

persyaratan garis sempadan jalan, tidak mudah terbakar, dan 

tidak membuat penghuninya jatuh tergelincir. 

 

 

 

h. Streptococcus pyogenes 

Radang tenggorokan atau amandel merupakan penyakit 

yang pernah dirasakan oleh hampir semua orang, yang 

disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes. Peradangan 

yang sangat hebat dapat menyebabkan angina ludwing (radang 

dasar mulut yang berat disertai pernanahan) sehingga akan 

menghambat aliran udara yang masuk melalui saluran 

pernafasan. 

Gejala dari penyakit ini antara lain radang tenggorokan 

dapat ditandai seperti flu, batuk, demam, mual dan kelelahan 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

i. Bacillus anthracis  

Penyakit antraks disebabkan oleh Bacillus anthracis. 

Manusia terjangkit antraks biasanya akibat kontak langsung 

atau tidak langsung dengan binatang atau bahan yang berasal 

dari binatang terinfeksi. Gejala dari penyakit ini: 

1. Antraks Kulit  

Sering disebut sebagai black eschar atau malignant 

pustule yang paling sering terjadi, yaitu lebih dari 90%. 

Penderita biasanya mempunyai riwayat kontak dengan hewan 

Gambar 4.8 Radang Tenggorokan 

90 

 

atau produknya. Lesi pertama terjadi dalam waktu tiga sampai 

lima hari pasca inokulasi spora dan umumnya terdapat pada 

daerah ekstremitas, kepala dan leher (daerah terbuka). Lesi 

berwarna kemerahan, gatal dan tak sakit. Dalam kurun waktu 

24-36 jam lesi berubah membentuk vesikel berisi cairan jernih. 

2. Antraks Intestinal  

Biasanya muncul 2-5 hari setelah tertelannya spora 

yang umumnya berasal dari santapan daging tercemar. 

Penderita biasanya berupa demam, nyeri perut difus dan 

disertai nyeri lepas. Feses bercampur darah atau berupa melena 

dengan konsistensi padat atau cair. Penderita kadang-kadang 

muntah berdarah atau berwarna seperti kopi. Asites muncul 

dua sampai empat hari sejak gejala pertama timbul. Kematian 

terjadi umumnya karena toksemia atau perforasi. 

3. Antraks Orofaring 

Gejalanya berupa edema leher dan pembesaran kelenjar 

limfe lokal dengan akibat kesulitan menelan dan kesulitan 

bernafas. Lesi di orofaring berupa ulkus dengan 

pseudomembran. 

j. Bacillus cereus 

Bacillus cereus merupakan bakteri yang menyebabkan 

keracunan dengan gejala muntah dan diare. Terdapat dua jenis 

toksin yang dihasilkan oleh Bacillus cereus, yaitu toksin yang 

menyebabkan diare (disebabkan oleh protein dengan berat 

molekul besar) dan toksin yang menyebabkan muntah atau 

emetik (disebabkan oleh peptida tahan panas dengan berat 

molekul rendah).  

Masa inkubasi sekitar 1-5 jam. Toksin ini menyebabkan 

timbulnya gejala muntah, dan kadang-kadang diare. Strain 

yang ditemukan pada makanan penyebab keracunan Bacillus 

cereus yang mengandung bahan dasar nasi (Nababan & 

Hasrudin, 2015). 

 

 

 

91 

 

k. Mycobacteria leprae 

Morbus Hansen (Lepra, Kusta) yaitu  infeksi menahun 

yang disebabkan Mycobacteria leprae primer yang menyerang 

saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit dan organ 

lainnya. Respon yang terjadi akibat infeksi Mycobacterium 

leprae dapat sangat berbeda, keadaan ini terjadi di bawah 

kontrol secara genetika. Bentuk kelainan yang terjadi 

tergantung tipe kusta yang terjadi seperti kusta stadium 

subklinis. Kusta stadium subklinis yaitu  keadaan dimana 

bakteri telah masuk ke dalam tubuh yang ditandai dengan 

pemeriksaan serologis yang positif namun individu ini  

tidak menunjukkan gejala klinis. 

Gejala pada penyakit ini masa inkubasi sekitar 2-5 

tahun kemudian akan muncul gejala awal penyakit yang 

bentuknya belum khas, berupa bercak-bercak dengan sedikit 

gangguan sensasi pada kulit disertai dengan berkurangnya 

produksi keringat setempat. Dalam beberapa tahun setelah 

kelainan ini  ditemukan biasanya akan muncul gejala 

klinis yang karakteristik. Kelainan yang khas ini bervariasi, 

bisa pada kulit, saraf tepi maupun organ-organ lainnya  

tergantung tipe kusta.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.9 Lepra 

92 

 

l. Corynebacterium diphtheriae 

Difteri disebabkan oleh strain toksik kuman bacillus 

gram positif Corynebacterium diphtheriae. Difteri dapat 

berupa infeksi saluran napas atas, infeksi pada kulit atau berupa 

status karier tanpa timbulnya gejala. Difteri juga dapat 

menimbulkan berbagai komplikasi serius yang berakibat 

kematian. 

Gejala klinis difteri yang paling sering ditemukan 

yaitu  demam dan disfagia. Gejala klinis lain yang didapati 

yaitu  batuk, nyeri tenggorok, dan bull neck. Gejala klinis 

yang jarang ditemukan yaitu suara serak, perdarahan pada 

pseudomembran, dan kejang. 

Penularan difteri dapat dicegah melalui pemberian 

imunisasi toksoid difteri. Imunisasi dasar difteri pertusis 

tetanus (DPT) diberikan 3 kali sejak usia 2 bulan dengan 

interval 4-6 minggu. 

 

m. Clostridium perfringens 

Clostridium perfringens yaitu  bakteri anaerob gram 

positif yang mampu membentuk spora. Strain yang menjadi 

penyebab keracunan pangan yaitu  tipe A dengan enterotoksin 

yang dapat menyebabkan sakit perut akut dan diare.  

Diare sering kali dianggap biasa sebab dengan atau 

tanpa pengobatan diare ini  dapat sembuh sehingga tidak 

dilaporkan. Bagi balita penderita gizi buruk, diare ini  akan 

berpengaruh nyata pada bobot badan dan status kesehatan 

umumnya sehingga pencapaian status gizi baik dan sehat 

menjadi lebih lama. 

Gejala penyakit biasanya muncul 8-16 jam setelah 

mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi, dan sembuh 

dengan sendirinya dalam 12-24 jam. 

n. Gardnerella vaginalis 

Vaginosis bakterial (VB) yaitu  suatu keadaan 

abnormal pada ekosistem vagina yang ditandai adanya 

93 

 

konsentrasi flora normal vagina digantikan oleh konsentrasi 

tinggi bakteri anaerob yaitu Gardnerella vaginalis. Penyakit ini 

disebut juga vaginitis nonspesifik, vaginitis Gardnerella 

vaginalis atau vaginosis anaerobik.  

Gejala klinis untuk bakterial vaginosis yang sering 

disebut sebagai kriteria Amsel yang berpendapat bahwa 

terdapat tiga dari empat gejala, yaitu adanya sekret vagina yang 

homogen, tipis, putih, melekat pada dinding vagina dan 

abnormal. pH vagina >4,5 serta tes amin positif, dengan sekret 

vagina yang berbau amis sebelum atau setelah penambahan 

KOH 10% (Whiff test). 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

o. Staphylococcus saprophyticus 

Staphylococcus saprophyticus umumnya ditemukan 

pada kasus ISK wanita muda yang seksual aktif. 

Staphylococcus saprophyticus mempunyai kemampuan adhesi 

pada epitel saluran urogenital lebih kuat tetapi semuanya 

mempunyai risiko yang sama dapat menyebabkan ISK. 

Staphylococcus melekat pada epitel saluran kemih melalui 

mekanisme yang berbeda dari Escherichia coli.  

Gambar 4.10. Vaginosis bakterial pada Vagina 

94 

 

Gejala dari penyalit ini dalam kondisi normal di dalam 

urine dapat ditemukan adanya bakteri, baik yang memberikan 

gejala (simptomatik) maupun tanpa gejala (asimptomatik). 

Gejala ISK juga dapat berupa nyeri atau tekanan di punggung 

atau perut bagian bawah, demam, terasa terbakar ketika buang 

air kecil dan sering buang air kecil.  

 

KESIMPULAN 

 Bakteri patogen penyebab penyakit pada manusia dapat 

disebabkan oleh bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.