Trauma kepala
Trauma kepala merupakan salah satu pemicu tersering anak dibawa
ke dokter atau unit gawat darurat. Hanya sebagian kecil dari anak yang
mengalami trauma kepala mengalami cedera pada otak, apabila terjadi cedera
pada otak dapat memicu kematian atau gangguan fungsi kognitif dan
motorik yang menetap. pemicu tersering trauma kepala adalah jatuh dan
kecelakaan lalu lintas.
Klasifikasi trauma kepala
Trauma kepala dibagi berdasarkan skor pada Skala Koma Glasgow Pediatrik.
Skor 13-15 digolongkan sebagai trauma kepala ringan, skor 9-12 sebagai
trauma kepala sedang dan skor 3-8 sebagai trauma kepala berat. Makin
rendah skor pada Skala Koma Glasgow menunjukkan makin beratnya cedera
otak dan makin buruknya prognosis.
Trauma kepala pada anak juga dibagi berdasarkan umur, yaitu : anak
usia kurang dari 2 tahun dan anak usia lebih dari 2 tahun. Pembagian ini
perlu karena trauma pada anak kurang dari 2 tahun mempunyai karakteristik:
a) pemeriksaan klinis lebih sulit, b) kerusakan intrakranial umumnya
asimtomatik, c) sering terjadi keretakan tulang kepala akibat trauma kepala
ringan, d) sering terjadi kerusakan otak.
Survei Primer/Initial assesment
Pada semua kasus trauma kepala pada anak, lakukan terlebih dahulu survei
primer dengan prinsip berikut:
A: Penilaian terhadap jalan nafas dan imobilisasi pada trauma leher.
B: Penilaian jalan nafas, pemberian oksigen apabila dibutuhkan.
C: Penilaian sirkulasi, pemasangan jalur intravena dan resusitasi cairan
apabila dibutuhkan.
D: Penilaian derajat kesadaran anak menggunakan Skala Koma Glasgow
Pediatrik.
E: Penilaian kadar glukosa darah.
Rekomendasi Penatalaksanaan Trauma Kepala2
Evaluasi diagnosis dilakukan secara simultan atau segera setelah survei
primer untuk menentukan tatalaksana pada pasien.
Diagnosis
Anamnesis
• Tanyakan secara rinci mekanisme trauma pada anak, seperti ketinggian
jatuh, apakah kepala membentur sesuatu. Jika kecelakaan lalu lintas
tanyakan mekanisme kecelakaan, apakah anak memakai helm pelindung,
apakah anak terlempar , posisi jatuh, terbentur atau tidak.
• Bagian tubuh mana yang mengalami trauma, apakah ada trauma
multipel.
• Apakah anak menangis setelah trauma, apakah ada penurunan
kesadaran, berapa lama terjadi penurunan kesadaran.
• Adakah kehilangan ingatan (amnesia), sampai berapa lama penderita
tidak dapat mengingat kejadian.
• Apakah ada sakit kepala, muntah-muntah, kejang, perdarahan/keluar
cairan dari hidung, telinga atau mulut.
• Adakah benjolan kepala setelah jatuh, adakah tanda tulang yang retak.
• Apakah ada patah tulang leher, bahu maupun ekstremitas.
• Apakah sudah ada gangguan neurologis sebelum trauma.
• Apakah ada gangguan perdarahan.
• Apakah ada penyalahgunaan obat atau alkohol (pada anak remaja)
• Pada bayi dan anak, jika ada inkonsistensi antara riwayat trauma
dengan kondisi anak pikirkan kemungkinan child abuse.
Pemeriksaan Fisik dan Neurologis
• Nilai kesadaran anak dengan Skala Koma Glasgow Pediatrik.
• Pemeriksaan fisik (terutama kepala dan leher) :
- Kepala : hematoma, laserasi, penumpukan cairan, depresi tulang
- Fraktur tengkorak : adakah otorea, hemotimpanum, rinorea, raccoon
eyes, battle sign
- Leher : adakah deformitas, kekakuan atau nyeri
- Jejas trauma di bagian tubuh lain : dada, abdomen dan ekstremitas
UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 3
• Status mental : sadar penuh, orientasi, confusion/bingung, gaduh-gelisah,
tidak responsif
• Saraf kranial :
- Refleks pupil (N.II, N.III), Doll’s eye response (N.III,N.IV,N.VI),
respons okulomotor kalorik (N.III,N.IV,N.VI,N.VIII), refleks
kornea dan seringai wajah (N.V, N.VII), refleks muntah (N.IX,N.X)
• Pemeriksaan sensorimotor
- Asimetri, gerakan (spontan/menuruti perintah), tonus otot,
koordinasi (jika memungkinkan), reaksi terhadap nyeri (menarik/
withdrawl, deserebrasi, dekortikasi, tidak ada respons)
• Pemeriksaan refleks fisiologis, patologis, klonus.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah tepi lengkap
• Pemeriksaan protein S 100 B (bila tersedia fasilitas pemeriksaan),
bertujuan untuk menilai adakah indikasi pemeriksaan CT-scan dan
untuk menentukan prognosis.
• Pemeriksaan CT scan kepala (lihat algoritme)
Rekomendasi Penatalaksanaan Trauma Kepala4
Algoritme indikasi CT scan
Anak usia < 2 tahun Anak usia > 2 tahun
Keterangan *
GCS < 15
Teraba fraktur tulang
tengkorak
AMS (agitasi,
somnolen, slow
response, repetitive
questioning)
Hematoma oksipital,temporal,parietal
Tidak sadar > 5 detik
Tingkah laku tdk spt biasanya
Mekanisme trauma yang berat
• Jatuh > 1 meter
• Kecelakaan lalu lintas : terlempar,
terbalik,ada korban jiwa
• Tertabrak saat berjalan/bersepeda
tanpa helm
• Terbentur benda dgn kecepatan
tinggi
YA CT
Observasi
Atau CT **
TIDAK
YA
TIDAK
CT tidak
direkomendasikan
OBSERVASI***
GCS < 15
Tanda fraktur basis
kranii
AMS (agitasi,
somnolen, slow
response, repetitive
questioning)
Risiko tinggi *
cedera otak
(4,4%)
YA
Risiko tinggi *
cedera otak
(4,3%)
TIDAK
YA
Muntah
Tidak sadar
Sakit kepala hebat
Mekanisme trauma yang berat
• Jatuh > 1 ,5 meter
• Kecelakaan lalu lintas : terlempar,
terbalik,ada korban jiwa
• Tertabrak saat berjalan/bersepeda
tanpa helm
• Terbentur benda dgn kecepatan
tinggi
Risiko rendah :
< 0,02%
Risiko sedang:*
0,9 %
Risiko sedang:*
0,8 %
TIDAK
CT tidak
direkomendasikan
OBSERVASI***
Risiko rendah :
< 0,05%
3
*
Keterangan*
Risiko terjadi cedera otak traumatik
Keterangan**
Untuk kondisi di atas dapat dipertimbangkan langsung melakukan CT scan
kepala atau observasi terlebih dahulu tergantung dari :
1 Apakah hanya satu atau lebih dari kondisi-kondisi di atas yang ditemu-
kan.
2 Saat diobservasi di ruang emerjensi nampak perburukan (perubahan
kesadaran, sakit kepala, muntah).
3 Pengalaman dokter yang merawat.
UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 5
4 Permintaan orang tua.
5 Usia kurang dari tiga bulan
Keterangan***
Observasi
Untuk semua anak, apabila diputuskan akan diobservasi terlebih dahulu,
dapat dipilih untuk diobservasi di rumah (rawat jalan) atau di rumah sakit,
tergantung apakah dokter yakin bahwa orang tua cukup kompeten untuk
mengobservasi anak di rumah.
• Lama observasi minimal adalah 24 jam.
• Perhatikan apakah ada gejala/tanda gangguan intrakranial. Apabila
ditemukan harus segera konsultasi dengan spesialis yang sesuai, CT scan
kepala segera dan rujuk ke pusat kesehatan dengan fasilitas bedah syaraf.
Dalam praktek sehari-hari trauma kepala ringan adalah yang terbanyak.
Berikut ini adalah algoritme evaluasi trauma kepala ringan pada anak
Rekomendasi Penatalaksanaan Trauma Kepala6 5
ALGORITME EVALUASI ANAK DAN REMAJA
DENGAN TRAUMA KEPALA RINGAN
UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 7
ALGORITME EVALUASI ANAK KURANG DARI USIA 2 TAHUN
DENGAN CEDERA KEPALA RINGAN
Rekomendasi Penatalaksanaan Trauma Kepala8
Tata laksana
Apabila ada kondisi di bawah ini, maka harus diberikan tatalaksana
sesuai dengan kondisi masing-masing secara lebih spesifik pada pusat layanan
kesehatan yang sesuai:
• Ada trauma multipel.
• Dicurigai atau diketahui adanya trauma servikal.
• Adanya gangguan neurologis sebelumnya.
• Adanya diatesis hemoragik.
• Trauma kepala yang disengaja.
• Adanya kendala bahasa antara pasien/orang tua dengan dokter
• Penyalahgunaan obat atau alkohol.
Apabila tidak ada kondisi di atas, nilai apakah penderita:
• ada kelainan pada tulang tengkorak.
• ada kelainan pada pemeriksaan mata.
• ada kelainan pada pemeriksaan neurologis
Apabila ditemukan harus segera dilakukan konsultasi dengan spesialis
yang sesuai, pemeriksaan CT scan kepala segera dan rujuk ke pusat kesehatan
dengan fasilitas bedah syaraf. Selanjutnya pertimbangan melakukan CT scan
atau observasi terlebih dahulu dapat dilihat dari algoritma di atas.
Medikamentosa
• Dapat diberikan analgesik untuk mengurangi nyeri
• Tatalaksana peningkatan tekanan intrakranial dan kejang (jika ada
kejang)
• Bila ada peningkatan tekanan intrakranial, dapat diberikan obat
penurun tekanan intrakranial seperti Manitol 20% 0,5 – 1 gram/kg
tiap 8 jam atau NaCl 3% dengan dosis inisial 2-6 ml/kgBB dilanjutkan
dengan infus kontinyu 0.1-1 ml.kgBB/jam dengan monitoring tekanan
intrakranial. NaCl 3% dapat juga diberikan dengan dosis inisial 5 ml/
kgBB dilanjutkan dengan dosis 2 ml/kgBB tiap 6 jam. Pemantauan
kadar elektrolit dan diuresis diperlukan jika pasien diberikan cairan
hipertonis. Hindari / seminimal mungkin tindakan invasif dan hal-hal
yang dapat memicu peningkatan tekanan intrakranial.
UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 9
• Lakukan pemantauan klinis yang ketat selama 12-48 jam.
• Tatalaksana demam.
Nasehat untuk orang tua
Orang tua sering menanyakan apa yang perlu diperhatikan jika anaknya
mengalami trauma kepala, berikut ini beberapa tips yang dapat diberikan:
• Trauma kepala ringan tanpa penurunan kesadaran dapat dirawat di
rumah.
• Tirah baring selama 3 hari.
• Selama observasi di rumah sebaiknya anak tidak minum obat anti
muntah, karena dapat menutupi gejala perburukan yaitu muntah.
Analgetik diberikan jika perlu.
• Pengawasan dilakukan dengan memeriksa anak tiap 2-3 jam sampai 72
jam setelah trauma.
• Anak segera di bawa ke rumah sakit apabila selama observasi didapatkan:
- Anak tampak tidur terus atau tidak sadar.
- Anak menjadi gelisah, bingung atau delirium.
- Kejang pada wajah atau ekstremitas.
- Anak mengeluh sakit kepala yang menetap dan bertambah berat,
atau adanya tanda kekakuan di leher.
- Muntah yang menetap terutama di pagi hari.
- Keluar cairan/darah dari lubang telinga atau hidung.
- Ubun-ubun besar yang membonjol.
- ada gangguan gerak ekstremitas.
.jpeg)
.jpeg)






