Tampilkan postingan dengan label reumatologi 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label reumatologi 1. Tampilkan semua postingan

reumatologi 1

 





Penyakit reumatik merupakan penyakit yang banyak dikeluhkan oleh 

pasien di praktik sehari-hari. Manifestasi klinis yang beragam menyebabkan 

penegakan diagnosis menjadi suatu tantangan dalam praktik klinis. 

Kesulitan dalam penegakan diagnosis tersebut menyebabkan terlambatnya 

penatalaksanaan yang optimal, sehingga penyakit menjadi kronis. Dokter 

di fasilitas layanan primer penting untuk mengenali gejala-gejala penyakit 

reumatik, sehingga dapat menegakan diagnosis secara tepat dan memberikan 

penatalaksanaan yang sesuai, baik terapi ataupun merujuk pasien ke dokter 

spesialis penyakit dalam sehingga dapat diberikan pengobatan pasti.

Pada kesempatan ini, saya sebagai ketua umum Perhimpunan 

Reumatologi Indonesia (IRA) menyampaikan terima kasih dan penghargaan 

kepada tim penyusun yang telah membuat Buku Saku Reumatologi. Saya juga 

ingin mengucapkan terima kasih kepada Keio University Tokyo, Jepang atas 

kontribusinya dalam penyusunan buku saku ini, yang merupakan bentuk 

kerja sama antara Keio University Tokyo dengan Perhimpunan Reumatologi 

Indonesia. Harapan saya dengan diterbitkannya buku saku ini adalah buku 

ini dapat dijadikan panduan dalam membantu penegakan diagnosis dan 

penatalaksanaan pasien di fasilitas kesehatan lini pertama. 

Penyakit reumatik merupakan suatu kelompok penyakit yang ditandai 

dengan gangguan pada muskuloskeletal. Beberapa penyakit reumatik 

disebabkan oleh adanya peradangan yang melibatkan sistem imunologi 

yang kompleks pada berbagai sistem organ. Penyakit ini dapat menimbulkan 

kerusakan yang lebih berat ataupun kecatatan jika terlambat mendapat 

penanganan yang tepat. Pada layanan primer, pengenalan tanda dan gejala 

muskuloskeletal yang khas dari penyakit-penyakit reumatik dibutuhkan 

agar bisa menegakkan diagnosis dengan tepat dan dapat segera merujuk ke 

dokter di layanan lebih tinggi jika dibutuhkan. 

Evaluasi pada pasien dengan keluhan muskuloskeletal meliputi 4 hal yaitu 

(1) menentukan apakah keluhan berasal dari sendi (artikular) atau di luar 

sendi (nonartikular), (2) apakah keluhan pasien melibatkan proses inflamasi 

atau noninflamasi, (3) apakah durasi keluhan pasien termasuk akut (<6 

minggu) atau kronik (≥ 6 minggu), dan (4) distribusi dari keluhan, apakah 

terbatas beberapa sendi (monoartrikular (1 sendi) atau oligoartrikular (2-4 

sendi)) atau banyak sendi (poliartrikular (>4 sendi)). Pendekatan diagnosis 

ini dapat membantu mempersempit diagnosis banding sehingga diagnosis 

yang tepat bisa didapatkan1,2

Pemeriksaan fisis yang dilakukan dengan teliti dibutuhkan untuk 

membedakan apakah keluhan pasien berasal dari artikular atau nonartikular. 

Struktur yang terlibat pada keluhan artikular meliputi kapsul sendi, kartilago 

artikular, ligamen intraartikular, sinovium, cairan sinovial, dan tulang 

jukstaartikular, sedangkan pada nonartikular, struktur yang terlibat meliputi 

ligamen ekstraartikular, tendon, bursa, otot, fasia, tulang, saraf, dan kulit. 

Keluhan artikular ditandai dengan nyeri yang bersifat difus, nyeri atau 

pergerakan yang terbatas pada gerakan aktif ataupun pasif, pembengkakan, 

krepitasi, instabilitas, dan deformitas. Pada keluhan nonartikular, nyeri 

biasanya hanya dirasakan pada gerakan aktif, lalu terdapat titik nyeri 

disekitar persendian, dan nyeri biasanya muncul pada gerakan atau posisi 

tertentu.

sesudah  menentukan asal dari keluhan pasien, pemeriksa juga perlu 

menentukan sifat yang mendasari keluhan pasien, apakah gangguan terjadi 


sebab  proses inflamasi atau noninflamasi. Pada gangguan yang disebabkan 

sebab  proses inflamasi dapat ditemukan adanya tanda kardinal inflamasi 

(kemerahan, hangat, sakit, pembengkakan dan kesulitan gerak). Selain 

itu biasanya didapatkan kekakuan pada pagi hari yang berlangsung lama 

(>30 menit) dan akan semakin membaik dengan beraktivitas, sedangkan 

pada gangguan yang bersifat noninflamasi, kekakuan yang terjadi biasanya 

berlangsung lebih singkat (<30 menit), membaik dengan beristirahat, dan 

keluhan dapat muncul kembali bila beraktivitas. 1,2,3

Selain evaluasi pada keluhan pasien, pemeriksaan secara menyeluruh 

pada berbagai sistem organ juga dapat memberikan informasi diagnostik 

yang penting. Beberapa gejala non-spesifik seperti lelah, demam, keringat 

di malam hari, dan penurunan berat badan merupakan manifestasi yang 

banyak ditemukan pada pasien dengan penyakit reumatik. Keluhan-keluhan 

konstitusional ini tidak spesifik mengarah kepada suatu proses autoimun, 

namun gejala-gejala ini meningkatkan kecurigaan adanya suatu proses 

inflamasi yang sistemik dan dapat membantu pemeriksa menentukan 

diagnosis yang sesuai. 1,2



Keterangan :

* Apabila ditemukan keadaan non artikular yang bersifat kronis dan 

disertai manifestasi sistemik perlu dipikirkan penyakit reumatik 

autoimun.

** Membedakan nyeri artikular dan nonartikular 

Gambaran 

klinis

Artikular (pola kapsular) Nonartikular (pola bukan 

kapsular)

Lingkup gerak 

sendi 

Terbatas,  kurang lebih sama 

pada semua gerakan

Terbatas, tetapi tidak simetris 

(misalnya fleksi terbatas tetapi 

ekstensi normal)

Gerakan aktif/

pasif

Terbatas pada gerakan aktif 

kurang lebih sama dengan 

gerakan pasif

Keterbatasan dalam gerakan aktif 

tidak sesuai dengan pada gerakan 

pasif

Nyeri Nyeri atau stress pain (nyeri 

pada akhir gerakan) pada 

pemeriksaan lingkup gerak 

sendi ke segala arah

Nyeri atau stress pain hanya pada 

beberapa gerakan.

Nyeri tekan Pada sendi (joint line) Pada area sekitar sendi 

(periartikular)

Waktu timbul 

rasa nyeri

Pada saat sendi digerakkan ke 

segala arah

Pada saat  sendi dipalpasi

Pada saat sendi digerakkan 

ke arah tertentu. Nyeri baru 

dirasakan sesudah  sendi selesai di 

palpasi atau digerakkan

Bengkak

(jika ada)

Menyeluruh (Diffuse) Terbatas (Localized), pada area 

tertentu, seperti bursa atau 

sekitar tendon

Test khusus

(isometric 

resisted muscle 

testing)

Negatif atau positif terhadap 

semua tes otot periartikular 

Positif terhadap 1 kelompok otot 

tertentu (tendonitis dan entesitis)

Dapat positif terhadap lebih dari 

1 kelompok otot periartikular 

(bursitis dan fibromialgia) tetapi 

tidak semua.

***Membedakan akut atau kronis

Akut Kronis

Gejala berlangsung selama < 6 minggu 

sejak timbulnya keluhan

Gejala berlangsung selama ≥ 6 minggu 

sejak timbulnya keluhan

Buku Saku Reumatologi |   5

Membedakan jumlah sendi yang terlibat

Monoartikular Oligoartikular Poliartikular

Melibatkan 1 sendi Melibatkan 2-4 sendi Melibatkan >4 sendi

****Membedakan kondisi inflamasi dan noninflamasi

Pemeriksaan Inflamasi artikular 

(artritis)

Noninflamasi 

artikular 

(Osteoartritis)

Inflamasi 

nonartikular 

(bursitis, 

tendonitis)

Hangat Ya, merata di 

seluruh sendi

Tidak Kadang-kadang, 

tetapi terbatas pada 

struktur tertentu 

(tendon atau bursa)

Bengkak Ya, biasanya 

sendi bengkak 

menyeluruh (efusi)

Tidak ada efusi 

sendi, tetapi 

mungkin terdapat 

pembesaran tulang

Ya, tetapi bengkak 

terbatas pada 

struktur tertentu

Kemerahan Jarang, jika ada 

seluruh sendi 

merah

Tidak Jarang, bila ada, 

terbatas pada 

struktur tertentu

Nyeri tekan Ya, pada sendi (joint 

line)

Ya, pada sendi (joint 

line)

Ya, pada struktur 

tertentu

Membedakan pola keterlibatan sendi4

Aditif Migratori Intermiten

Sendi yang mengalami 

peradangan bertambah

Sendi yang mengalami 

peradangan berpindah-pindah, 

saat 1 sendi mengalami 

peradangan, sendi yang 

sebelumnya membaik

Sendi yang sama 

mengalami 

peradangan namun 

pada episode yang 

berbeda

Contoh: Artritis reumatoid Contoh: Demam reumatik akut Contoh: Gout

6   |  Buku Saku Reumatologi

BAB I

ARTRITIS GOUT

ICD-10: 

Acute gout (M10.9)

Chronic gout (M1A.9XX0) 

Kompetensi dokter umum: Artritis Gout Akut (4)/Artritis Gout Kronis 

(3A) 

Kasus

Seorang laki-laki 45 tahun, datang ke UGD 

dipapah keluarganya sebab  tidak bisa berjalan 

akibat nyeri hebat dan bengkak di jempol kaki kiri 

yang berlangsung sejak 3 jam yang lalu. Keluhan 

mendadak sesudah  sore harinya makan udang 1 

porsi. Sebulan yang lalu dia mengalami keluhan 

yang sama di ibu jari kaki kanannya. Keluhan 

demam tinggi disangkal. Pasien tidak memiliki 

riwayat kencing batu. Ayah pasien memiliki 

riwayat penyakit asam urat tinggi.

Pemeriksaan fisis didapatkan VAS 8/10, adanya 

pembengkakan pada jempol kaki kiri, kemerahan 

dan teraba hangat, lingkup gerak sendi terbatas. 

Pada telinga didapatkan tofus

Hasil laboratorium: asam urat serum 11 mg/dL, 

ureum 23 mg/dL, kreatinin 0,5 mg/dL, LED 50 

mm/jam, leukosit 11.000/uL

Definisi

Artritis gout merupakan penyakit artritis inflamasi yang ditandai dengan 

deposisi kristal monosodium urat (MSU) pada cairan sinovial dan jaringan 

lainnya. 5

Epidemiologi6,7,8

1. Prevalensi: hiperurisemia 14,5% (Bali), gout 29,2% (Minahasa Utara).

2. Laki-laki : perempuan dengan perbandingan 2-6:1.

Buku Saku Reumatologi |   7

3. Prevalensi semakin meningkat dengan bertambahnya usia.

4. Faktor risiko: konsumsi alkohol, makanan yang tinggi purin (daging 

merah, jeroan, dan makanan laut tertentu) dan minuman manis yang 

tinggi kadar fruktosa.

Manifestasi Klinis6,8,9,10

Perjalanan alamiah artritis gout dapat dibagi menjadi 4 fase, yaitu:

1. Hiperurisemia Asimtomatik

  Pada tahap ini pasien tidak memiliki tanda atau gejala klinis tertentu, 

hanya kadar asam urat serum > 6,8 mg/dL. Keadaan ini biasanya 

ditemukan secara tidak sengaja saat dilakukan pengukuran kadar asam 

urat serum.

2. Gout Akut 

Serangan gout akut biasanya bersifat monoartritis dan disertai 

dengan tanda kardinal inflamasi (merah, bengkak, hangat, nyeri 

tekan, dan gangguan fungsi).

Serangan disertai dengan nyeri hebat, nyeri tekan/sentuh, dengan 

awitan yang tiba-tiba dan memuncak dalam 6-12 jam.

Serangan gout akut yang pertama bisanya mengenai sendi 

metatarsophalangeal (MTP) I pada 80-90% kasus yang biasa disebut 

podagra. 

Sendi lain yang dapat terlibat meliputi sendi tarsal, metatarsal, 

pergelangan kaki, lutut, siku, MCP, dan interphalangeal. 

Gejala konstitusional juga dapat menyertai keluhan, meliputi demam, 

sakit kepala, malaise.

3. Fase Interkritikal

Fase bebas gejala (remisi) diantara 2 serangan gout akut, dapat 

terjadi secara spontan atau dengan terapi.

4. Gout Kronis

Apabila penyakit tidak diobati dan berlanjut, dapat terjadi kerusakan 

pada sendi dengan pembentukan tofus. Tofus menunjukkan penyakit 

yang sudah berlangsung kronis dan tidak terkontrol.

8   |  Buku Saku Reumatologi

Tofus merupakan massa yang terbentuk sebab  akumulasi kristal 

MSU, dapat ditemukan disekitar telinga, jaringan subkutan, dan kulit. 

Secara makroskopis tersusun atas material berwarna putih seperti 

kapur.

Gout kronis juga ditandai dengan adanya gangguan pada ginjal berupa 

nefropati urat kronis, nefropati asam urat akut dan nefrolitiasis asam 

urat. 

Kriteria Klasifikasi Gout ACR/EULAR 2015 5,6 

Minimal 1 episode bengkak, nyeri 

pada sendi perifer atau bursaLangkah 1: Kriteria awal

Ditemukan kristal MSU pada 

sendi atau bursa yang terlibat 

(misalnya cairan sinovial) atau 

tofus.

Jika ditemukan, maka dapat 

diklasifikasikan sebagai gout 

tanpa mengaplikasikan kriteria 

klasifikasi pada tabel dibawah

Langkah 2: Kriteria cukup

Digunakan apabila tidak 

memenuhi kriteria cukup

Diklasifikasikan sebagai gout 

jika jumlah skor ≥ 8 dari          

kriteria pada tabel 1.1

Langkah 3: Kriteria klasifikasi

Buku Saku Reumatologi |   9

Tabel 1.1 Kriteria klasifikasi gout ACR/EULAR 2015

Kriteria Kategori Skor

Klinis

Pola keterlibatan sendi/bursa selama 

periode simptomatik

Karakteristik episode simptomatik

• Eritema pada sendi yang terlibat

• Tidak dapat menahan nyeri akibat 

sentuhan atau penekanan pada 

sendi yang terlibat

• Kesulitan berjalan atau tidak dapat 

mempergunakan sendi yang terlibat

Terdapat ≥ 2 tanda episode 

simptomatik tipikal dengan atau tanpa 

terapi

• Nyeri mencapai puncak < 24 jam

• Resolusi gejala ≤ 14 hari

• Resolusi komplit diantara episode 

simptomatik

• Bukti klinis adanya tofus Nodul 

subkutan yang tampak seperti kapur 

di bawah kulit yang transparan, 

seringkali dilapisi jaringan vaskuler, 

lokasi tipikal : sendi, telinga, bursa 

olekranon, bantalan jari, tendon 

(contohnya achilles)

Pergelangan kaki atau 

punggung kaki (monoartikular 

atau oligoartikular tanpa 

keterlibatan sendi  MTP-1).

Sendi MTP-1 terlibat dalam 

episode simptomatik, 

dapat monoartikular atau 

oligoartikular.

1 karakteristik

2 karakteristik

3 karakteristik

1 episode tipikal

Episode tipikal rekuren

Ditemukan tofus

1

2

1

2

3

1

2

4

10   |  Buku Saku Reumatologi

Kriteria Kategori Skor

Laboratoris

Asam urat serum dinilai dengan 

metode urikase. Idealnya dilakukan 

saat pasien tidak sedang menerima 

terapi penurun asam urat dan sudah 

> 4 minggu sejak timbul episode 

simptomatis (atau selama fase 

interkritikal)

Analisis cairan sinovial pada sendi atau 

bursa yang terlibat

<4 mg/dL (<0,24 mmol/L)

6-8 mg/dL (0,36-0,48 mmol/L)

8-<10 mg/dL (0,48-<0,6 

mmol/L)

≥ 10 mg/dL (≥0,6 mmol/L)

MSU negatif

-4

 2

 3

 4

-2

Pencitraan

Bukti pencitraan deposisi urat pada 

sendi atau bursa simptomatik: 

ditemukan gambaran double-contour 

sign positif pada pemeriksaan USG atau 

DECT menunjukkan adanya deposisi 

urat

Bukti pencitraan kerusakan sendi 

akibat gout: radiografi konvensional 

pada tangan dan/atau kaki 

menunjukkan minimal 1 erosi

Terdapat tanda deposisi urat

Terdapat bukti kerusakan 

sendi

 4

 4

ACR: American College of Rheumatology, EULAR: European League Against 

Rheumatism , USG: Ultrasonography, DECT dual-energy computed tomography, MSU: 

Monosodium Urate

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat diperiksa meliputi:

1. Pemeriksaan laboratorium:

Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan kadar asam urat serum 

Pemeriksaan ureum dan serum kreatinin

Pemeriksaan profil lipid dan gula darah

Buku Saku Reumatologi |   11

2. Pemeriksaan radiologis 

Foto polos menunjukkan adanya erosi 

USG menunjukkan gambaran double-contour sign positif atau DECT 

(Dual-nergy computed tomography) menunjukkan adanya deposisi 

urat 

Penatalaksanaan6,11

1. Terapi non farmakologi

Diet

Tabel 1.2 Rekomendasi diet pada pasien gout

Dihindari Dikurangi Dianjurkan

Makanan tinggi purin 

(contoh: jeroan, hati, 

ampela)

Sirup jagung, soda, 

makanan/minuman 

mengandung pemanis 

yang tinggi fruktosa

Konsumsi alkohol 

berlebih (>2 kali sehari 

untuk laki-laki dan 

>1 kali sehari untuk 

perempuan)

Konsumsi alkohol 

selama serangan gout 

atau gout yang tidak 

terkontrol

Daging sapi, domba, 

babi

Makanan laut tinggi 

purin (lobster, tiram, 

kerang, udang, 

kepiting)

Jus dari buah yang 

manis

Gula dapur, minuman, 

dan makanan 

mengandung pemanis

Garam dapur

Minuman beralkohol 

(bir, anggur) untuk 

semua pasien gout

Produk susu yang 

rendah atau tanpa 

lemak

Sayuran

o Saat terjadi serangan gout direkomendasikan untuk 

meningkatkan asupan air minum minimal 8-16 gelas per hari. 

Keadaan dehidrasi merupakan pemicu potensial terjadinya 

serangan akut gout.

12   |  Buku Saku Reumatologi

Latihan fisis

 Latihan fisis dilakukan secara rutin 3-5 kali seminggu selama 30-

60 menit. Latihan fisis bertujuan untuk menjaga berat badan ideal 

dan menghindari terjadinya gangguan metabolisme yang menjadi 

komorbid gout.

Menghentikan kebiasaan merokok

2. Terapi farmakologi

Hiperurisemia asimtomatik

o Pilihan terapi yang paling disarankan adalah modifikasi gaya 

hidup.

o Obat penurun asam urat tidak disarankan pada pasien dengan 

hiperurisemia asimtomatik (ACR 2020). 

Gout akut

o Serangan gout akut harus mendapatkan penanganan secepat 

mungkin.

o Rekomendasi obat untuk serangan gout akut yang awitannya 

<12 jam adalah kolkisin dengan dosis awal 1 mg (2 tablet) diikuti 

1 jam kemudian  0,5 mg.

o Terapi lainnya yang dapat diberikan: OAINS atau kortikosteroid

o Terapi obat anti-inflamasi diberikan sampai inflamsi teratasi 

(kurang lebih 2 minggu)

o Pemberian obat penurun asam urat boleh diberikan pada 

saat serangan akut, dikombinasi dengan pemberian obat anti 

inflamasi (ACR 2020).

o Jika pasien memiliki komorbid:

Hipertensi: Jika memungkinkan pertimbangkan mengganti 

terapi antihipertensi thiazide atau loop diuretic dengan anti 

hipertensi yang lain

Dislipidemia: disarankan untuk memulai terapi statin atau 

fenofibrat

Fase interkritikal dan gout kronis

o Pasien dengan gout kronis membutuhkan terapi penurun kadar 

asam urat dan terapi profilaksis untuk mencegah serangan akut.

Buku Saku Reumatologi |   13

o Inisiasi terapi penurun asam urat direkomendasikan pada pasien 

gout dengan salah satu keadaan di bawah ini:

≥ 1 tofus subkutan

Bukti kerusakan secara radiografi yang berkaitan dengan 

gout (modalitas apapun)

Eksaserbasi gout yang sering (≥ 2x dalam 1 tahun)

o Terapi penurun asam urat meliputi golongan kelompok xantin 

oksidase (allopurinol dan febuxostat) dan kelompok urikosurik 

(probenecid)

 Tabel 1.3 Obat penurun asam urat beserta dosis pemberiannya

Obat Dosis

Allopurinol Dosis awal 100 mg/hari, dinaikkan bertahap, 

dapat dinaikkan sampai dosis maks 800 mg/

hari (bila PGK stadium 3 atau lebih, dosis 

dimulai 50 mg/hari). Jika dosis yang diberikan 

>300 mg/hari maka pemberian harus dibagi

Febuxostat 40-120 mg/hari

Probenecid 1-2 g/hari

 PGK: Penyakit Ginjal Kronik

o Allopurinol digunakan sebagai lini pertama obat penurun asam 

urat, termasuk pada pasien dengan PGK stadium 3 atau lebih, 

dengan memantau fungsi ginjal secara berkala.

o Pemberian obat penurun asam urat harus diberikan dari dosis 

rendah terlebih dahulu, kemudian obat dititrasi naik hingga 

tercapai target terapi dan direkomendasikan untuk dilanjutkan 

sepanjang hidup.

o Target terapi penurunan asam urat serum adalah <6 mg/dL. 

Pada pasien dengan gout berat (terdapat tofi, artropati kronis, 

sering terjadi serangan gout akut) target terapi asam urat serum 

adalah <5 mg/dL.

o Pemantauan kadar asam urat dan fungsi ginjal dilakukan lebih 

sering pada awal (setiap 2-4 minggu), namun bila sudah tercapai 

target dapat dilakukan lebih jarang (3-6 bulan).

14   |  Buku Saku Reumatologi

o Pencegahan eksaserbasi serangan akut gout, diberikan terapi 

profilaksis selama 6 bulan sejak dimulai terapi penurun asam 

urat. Profilaksis yang dapat diberikan adalah kolkisin dengan 

dosis 0,5–1 mg/hari. Apabila terdapat intoleransi/kontraindikasi 

terhadap kolkisin, dapat diberikan obat anti inflamasi non 

steroid (OAINS) dosis rendah (misalnya naproksem 2 x 250 mg/

hari), atau kortikosteroid dosis rendah (setara prednisolon ≤10 

mg /hari).

3. Rujukan

  Indikasi rujukan pada pasien gout: 

Gout refrakter (kondisi dengan kadar asam urat darah tidak mencapai 

target pengobatan, serangan gout masih sering terjadi, tofus semakin 

banyak, walaupun sudah menggunakan obat penurun asam urat)

Gout dengan komplikasi  

Gout dengan penyakit komorbid

Pembahasan kasus

Pada kasus diatas sudah memenuhi kriteria klasifikasi gout menurut ACR/EULAR 

2015 sebab  memiliki total skor 15 (≥8), yaitu:

Sendi MTP-1 terlibat dalam episode simtomatik (skor 2)

Memenuhi 3 karakteristik episode simtomatik (skor 3)

Terdapat ≥ 2 tanda episode simptomatik tipikal dengan atau tanpa terapi (skor 

2)

Tofus (skor 4)

Hiperurisemia (AU = 11 mg/dL) (skor 4)

Penatalaksanaan:

• Nonfarmakologi: batasi asupan makanan tinggi purin, istirahatkan sendi 

selama fase akut

• Farmakologi:

- Kolkisin 0,5 mg/tablet, berikan 2 tablet, dilanjutkan dengan 1 tablet 1 jam 

kemudian, selanjutnya diberikan 1 tablet/hari selama 3-6 bulan sebagai 

profilaksis.

- Allopurinol mulai dosis 100 mg/hari dapat ditingkatkan bila belum 

mencapai target.

Target terapi pada kasus iniTarget terapi pada kasus ini untuk jangka panjang adalah 

menurunkan kadar asam urat sampai <5 mg/dl (sebab  sudah terbentuk tofus). 

Buku Saku Reumatologi |   15

BAB II

ARTRITIS SEPTIK

ICD-10: Pyogenic arthritis, unspecified (M00.9) 

Kompetensi dokter umum: Artritis Septik (3A) 

Kasus

Seorang laki-laki usia 65 tahun, datang ke UGD 

dengan keluhan bengkak pada lutut kiri sejak 2 

minggu yang semakin membesar, sehingga pasien 

tidak mampu berjalan. Ada demam dan nafsu 

makan menurun. Riwayat DM sejak 5 tahun yang 

lalu, kontrol tidak teratur.

Pemeriksaan fisis didapatkan VAS 8/10, 

temperatur 38oC,  sendi lutut kiri: bengkak, 

merah, hangat, dan nyeri tekan (+). Bulging sign 

(+). Lingkup gerak sendi lutut sangat terbatas, 

terdapat luka yang mengeluarkan nanah.

Hasil laboratorium: Hb 10,5 mg/dL, leukosit 

28.000/uL, Trombosit 350.000 /uL, LED 75 mm/

jam.

Definisi

Artritis septik merupakan kondisi inflamasi pada sendi yang disebabkan 

sebab  inokulasi mikroorganisme infeksius pada sendi. Penyakit ini 

merupakan keadaan gawat darurat. 12

Epidemiologi12,13,14,15,16

1. Prevalensi: 30-70 kasus/100.000 orang pada populasi umum.

2. Lebih banyak: laki-laki sebab  berkaitan dengan aktivitas yang 

menyebabkan trauma minor pada sendi secara repetitif.

3. Paling banyak: lansia atau anak-anak.

4. Penyebab: bakteri gram positif (75 %-80 %) dan gram negatif (15%-

20%). Organisme paling sering: Staphylococcus aureus

16   |  Buku Saku Reumatologi

5. Faktor risiko:

Keadaan patologis pada sendi (artritis reumatoid, osteoartritis)

Penggunaan sendi prostetik

Status sosioekonomi yang rendah

Penggunaan obat-obatan dengan jarum suntik

Mengonsumsi alkohol

Diabetes Mellitus

Injeksi atau instrumentasi intra-artikular sebelumnya

Ulkus kutan (infeksi pada kulit)

Kondisi immunosupresi (keganasan, HIV, transplan organ)

Manifestasi Klinis12,16

o Gejala umum: demam dan malaise

o Gejala khusus:

• Nyeri, hangat, dan bengkak disekitar sendi

• Kesulitan saat menggerakan sendi

• Paling sering terjadi pada sendi lutut, diikuti dengan sendi panggul, 

bahu, pergelangan kaki, siku, dan pergelangan tangan

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus artritis septik, 

meliputi 12,16 :

Pemeriksaan laboratorium: Jumlah leukosit meningkat (diatas 11.000/

mm3 dominan neutrofil), LED dan CRP meningkat.

Pemeriksaan radiologi (X-ray, USG, MRI, Technetium bone scan)

Analisis cairan sinovial (ditemukan WBC > 50.000 sel/mm3 dominan sel 

polimorfonuklear), pengecatan gram, dan kultur cairan sendi.

Buku Saku Reumatologi |   17

Tabel 2.1 Analisis cairan sinovial17

Diagnosa Warna Gambaran 

Makroskopis

Jumlah WBC 

(/mm3)

Jumlah sel 

PMN (%)

Pewarnaan 

Gram

Normal Jernih Transparan <200 <25 (-)

Non-

inflamasi

Straw-

colored

Translusen 200-2.000 <25 (-)

Inflamasi 

(non-

infeksius)

Kuning Berawan 2.000-100.000 >50 (-)

Gonokokal Kuning Berawan-Opak 34.000-68.000 >75 Bervariasi

Bakterial 

(non-

gonokokal)

Kuning-

Hijau

Opak >50.000 >75 (+)

(60-80%)

Diagnosis

Diagnosis artritis septik dibuat berdasarkan gejala dan tanda klinis. Analisis 

cairan sendi perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Pada waktu 

dilakukan punksi cairan sendi akan tampak keruh sebab  berisi pus. Analisis 

cairan sinovial didapatkan leukosit >50.000 sel/mm3, dominan PMN. 

Pemeriksaan darah lengkap didapatkan peningkatan leukosit (>11.000/

mm3). Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya kuman pada kultur 

cairan sendi.18

Penatalaksanaan

1. Non farmakologi

Sendi yang mengalami infeksi harus diistirahatkan dalam posisi 

fisiologis untuk mencegah terjadinya kekakuan/kontraktur di 

kemudian hari.

sesudah  infeksi teratasi, dapat dilakukan latihan gerakan sendi untuk 

meningkatkan suplai nutrisi ke tulang rawan persendian, agar 

mempercepat pemulihannya.

18   |  Buku Saku Reumatologi

2. Farmakologi

  Pengobatan pada kasus artritis septik harus segera dilakukan, pemberian 

antibiotik yang terlambat dapat menyebabkan kuman berkembang biak 

dengan cepat dan menimbulkan kerusakan permanen pada kartilago 

sendi, menyebabkan penyebaran secara hematogen dan akhirnya 

menyebabkan sepsis. Tatalaksana terdiri atas :

Penggunaan antibiotik pada kasus artritis septik dapat diberikan 

secara empiris berdasarkan hasil pewarnaan gram.18

Tabel 2.2 Pilihan antibiotik berdasarkan mikroorganisme penyebab

Pewarnaan Gram 

cairan sinovial

Mikroorganisme Pilihan terapi

Kokus Gram (+) 

(berkelompok)

Staphylococcus 

aureus (sensitif 

metisilin)

Nafsilin/Oksasilin 2 g IV/4 jam atau 

sefazolin 1-2 g IV/8 jam

Staphylococcus 

aureus (resisten 

metisilin)

Vankomisin 1 g IV/12 jam atau 

Klindamisin 900 mg IV/8jam atau 

Linezolid 600 mg IV/12 jam

Kokus Gram (+) 

(berantai)

Streptococcus Nafsilin 2 g IV/4 jam atau Penisilin 2 

juta unit IV/4 jam atau Sefazolin 1-2 

g IV/8 jam

Diplokokus Gram (-) Neisseria 

gonorrhoeae atau 

meningococcus

Seftriakson 2 g IV/2 jam atau 

Sefotaksim 1 g IV/8 jam atau 

Siprofloksasin 400 mg IV/12 jam

Enterobactericeae 

(E Coli, Proteus, 

Serratia)

Seftriakson 2 g IV/24 jam atau 

Sefotaksim 2 g IV/8 jam

Batang Gram (-) Pseudomonas Sefepim 2 g IV/12 jam atau 

Piperasilin 3 g IV/6 jam atau 

Imipenem 500 mg IV/6 jam ditambah 

Gentamisin 7 mg/kgBB IV/24 jam

Infeksi polimikroba batang Gram (-) Nafsilin atau Oksasilin* 2 g IV/24 jam 

ditambah Seftriakson 2 g IV/24 jam 

atau Sefotaksim 2 g IV/8 jam atau 

Siprofloksasin 400 mg IV/12 jam

*Jika alergi penisilin, berikan vankomisin ditambah sefalosporin generasi ketiga 

atau siprofloksasin.

Buku Saku Reumatologi |   19

Lamanya pemberian antibiotika bervariasi. Secara umum pada 

artritis septik tanpa penyulit, pemberian antibiotika sampai 2 

sampai 4  minggu. Pada kasus yang berat dapat sampai 6 minggu.

Pungsi/aspirasi cairan sinovial untuk mengeluarkan pus sebanyak 

mungkin. Drainase dengan tindakan bedah dan debridement perlu 

dipertimbangkan untuk artritis septik.

3. Rujukan

  Rujuk ke rumah sakit rujukan untuk tatalaksana lebih lanjut.

Pembahasan kasus

Pada kasus diatas secara klinis didapatkan gejala umum demam dan pada 

pemeriksaan fisis didapatkan tanda merah, nyeri, bengkak, dan tampak keluar pus 

pada sendi lutut kiri. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis kita mencurigai 

pasien menderita artritis septik.

Penatalaksanaan: pasien harus segera dirujuk ke rumah sakit rujukan agar 

dapat dilakukan penegakkan diagnosis (analisa dan kultur cairan sendi) dan 

penatalaksanaan komprehensif. 

20   |  Buku Saku Reumatologi

BAB III

OSTEOARTRITIS

ICD-10: 

Primary generalized osteoarthritis (M15)

Osteoarthritis of hip (M16)

Osteoarthritis of knee (M17)

Osteoarthritis of first carpometacarpal joint (M18)

Other and unspecified osteoarthritis  (M19)

Kompetensi dokter umum: Osteoartritis (3A)

Kasus

Seorang perempuan berusia 65 tahun datang ke 

klinik dengan keluhan nyeri pada kedua lutut 

bila berjalan agak jauh atau naik tangga dan lutut 

terasa kaku terutama saat bangun tidur yang 

berlangsung kurang dari setengah jam. Pasien 

belum pernah menderita penyakit kronis seperti 

diabetes ataupun penyakit kronis lainnya dan 

tidak ada riwayat trauma pada sendi lutut. 

Pada pemeriksaan fisis didapatkan tinggi badan 

165 cm, berat badan 88 kg. Pemeriksaan sendi 

lutut: tidak teraba hangat, terdapat nyeri tekan 

pada tepi-tepi tulang, teraba krepitasi pada saat 

lutut digerakkan. Pemeriksaan sendi-sendi yang 

lain tidak ada kelainan. 

Hasil laboratorium: Hb 13,5 gr/dL, LED 15 mm/

jam.

Definisi

Osteoartritis (OA) adalah penyakit yang memengaruhi tulang rawan artikular, 

tulang subkondral, sinovium, kapsul dan ligamen. Tulang rawan mengalami 

degenerasi sehingga terjadi fibrilasi, fisura, ulserasi dan hilangnya ketebalan 

Buku Saku Reumatologi |   21

secara penuh pada permukaan sendi. Penyakit ini  merupakan gangguan yang 

tumpang tindih dengan etiologi yang berbeda tetapi memiliki hasil biologis, 

morfologis dan klinis yang serupa.19 

Epidemiologi20,21,22

1. Prevalensi OA secara global menurut WHO adalah pada populasi > 60 

tahun mencapai 9,6% pada laki-laki dan 18% pada perempuan.

2. Seiring bertambahnya usia, angka kejadian OA lebih banyak didapatkan 

pada perempuan dibandingkan laki-laki

3. Faktor risiko yang berperan dalam memengaruhi progresifitas kerusakan 

tulang rawan sendi dan pembentukan tulang yang abnormal adalah:

Usia > 50 tahun

Jenis kelamin perempuan

Riwayat trauma sendi sebelumnya

Aktivitas fisis yang berlebihan

Kelemahan otot

Riwayat operasi sebelumnya pada sendi

Obesitas

Riwayat OA di keluarga 

Berkurangnya kadar hormon seks steroid

Aktivitas yang banyak jongkok atau mengangkat beban berat

Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang bisa ditemukan pada kasus osteoartritis meliputi:19,20,23

Nyeri (memburuk dengan aktivitas dan membaik saat beristirahat)

Nodus pada sendi (nodus Heberden pada distal interfalang dan nodus 

Bouchard  pada proksimal interfalang)

Krepitasi (pada pergerakan sendi secara aktif ataupun pasif).

Kaku sendi pada pagi hari (<30 menit)

Berkurangnya lingkup gerak sendi (range of movement)

Instabilitas dan gangguan berjalan

Deformitas

Atrofi otot

22   |  Buku Saku Reumatologi

Kriteria Klasifikasi

Tabel 3.1 Kriteria klasifikasi osteoartritis lutut ACR 1986 21,24

Berdasarkan kriteria klinis

Nyeri sendi lutut DAN minimal 3 dari 6 kriteria:

Krepitus saat gerakan aktif

Kaku sendi < 30 menit

Usia > 50 tahun

Pembesaran tulang sendi lutut

Nyeri tekan tepi tulang sendi lutut

Tidak teraba hangat pada sendi lutut

Berdasarkan kriteria klinis dan radiologis

Nyeri sendi lutut DAN adanya osteofit DAN minimal 1 dari 3 kriteria:

Kaku sendi < 30 menit

Usia > 50 tahun

Krepitus pada gerakan sendi aktif

Berdasarkan kriteria klinis dan laboratoris

Nyeri sendi lutut DAN minimal 5 dari 9 kriteria:

Usia > 50 tahun

Kaku sendi < 30 menit

Krepitasi pada gerakan aktif

Nyeri tekan pada tepi tulang sendi lutut

Pembesaran tulang sendi lutut

Tidak teraba hangat pada sendi terkena

LED < 40 mm/jam

RF < 1:40

Analisis cairan sinovium sesuai OA

Buku Saku Reumatologi |   23

Tabel 3.2 Kriteria klasifikasi osteoartritis tangan ACR 1990 21,25

Berdasarkan kriteria klinis

Nyeri, ngilu, atau kaku pada tangan DAN minimal 3 dari 4 kriteria:

Pembengkakan jaringan keras (nodus) dari 2 atau lebih sendi-sendi 

tangan dibawah ini:

a. Sendi distal interfalang ke-2 dan ke-3

b. Sendi proksimal interfalang ke-2 dan ke-3

c. Dan sendi pertama karpometakarpofalang kedua tangan

Pembengkakan jaringan keras (nodus) pada 2 atau lebih sendi distal 

interfalang

Kurang dari 3 pembengkakan sendi (nodus) metakarpofalang

Deformitas setidaknya pada 1 dari 10 sendi-sendi tangan pada kriteria 

2 di atas

Tabel 3.3 Kriteria klasifikasi osteoartritis panggul ACR 1991 21, 26

Berdasarkan kriteria klinis dan laboratoris

Nyeri pada sendi panggul/koksa DAN minimal 1 dari 2 kelompok kriteria berikut:

Rotasi internal sendi panggul < 15o disertai LED ≤ 45 mm/jam atau fleksi sendi 

panggul ≤ 115o (Jika LED sulit dilakukan)

Rotasi internal sendi panggul ≥ 15o disertai nyeri yang terkait pergerakan rotasi 

internal sendi panggul, kekakuan sendi panggul pagi hari ≤ 60 menit, dan usia > 

50 tahun

Berdasarkan kriteria klinis, laboratoris, dan radiologis

Nyeri pada sendi panggul/koksa DAN minimal 2 dari 3 kriteria berikut:

LED < 20 mm pada jam pertama

Osteofit pada femoral dan/atau asetabular pada gambaran radiologis

Penyempitan celah sendi secara radiologis (superior, aksial, dan/atau medial)

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium, tidak ada yang bermakna untuk menyingkirkan 

diagnosis banding. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan adalah foto 

rontgen (X-ray).

24   |  Buku Saku Reumatologi

Tabel 3.4 Klasifikasi OA secara radiologis menurut klasifikasi Kellgren-

Lawrence27

Stadium Deskripsi

0 Tidak terdapat penyempitan celah sendi ataupun perubahan reaktif 

(normal)

1 Terdapat penyempitan celah sendi yang masih diragukan, mungkin 

terdapat osteofit

2 Terdapat osteofit definit, mungkin terdapat penyempitan celah sendi

3 Terdapat osteofit ukuran sedang, penyempitan celah sendi yang definit, 

sklerosis, dan mungkin terdapat deformitas tulang

4 Terdapat osteofit berukuran besar, penyempitan celah sendi yang 

signifikan, sklerosis yang berat, dan deformitas tulang yang definit.

Penatalaksanaan

Terapi osteoartritis bertujuan untuk mengurangi atau mengendalikan nyeri, 

mengoptimalkan fungsi gerak sendi, mengurangi keterbatasan aktivitas fisis 

sehari-hari, menghambat progresivitas penyakit, dan mencegah terjadinya 

komplikasi.21 Terapi osteoartritis dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Terapi non farmakologi21,28

Edukasi pasien

Program penatalaksanaan mandiri (self management programs) 

yaitu modifikasi gaya hidup

Menurunkan berat badan (penurunan berat badan ≥5% dapat 

mengurangi gejala klinis dan meningkatkan prognosis)

Program latihan aerobik (taichi dan yoga disarankan untuk pasien 

dengan OA lutut ataupun pinggang)

Terapi fisis meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi, 

penguatan otot-otot penyangga sendi

Terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi energi, 

menggunakan splint dan alat bantu gerak sendi untuk aktivitas fisis 

sehari-hari.

Buku Saku Reumatologi |   25

2. Terapi farmakologi20,21,28

Pemberian OAINS masih menjadi pilihan utama dalam pengobatan 

OA 

Pada OA lutut pemberian OAINS secara topikal direkomendasikan 

sebelum pemberian OAINS oral, untuk mengurangi paparan sistemik.

Pada pasien OA dengan faktor risiko pada sistem pencernaan (usia 

>60 tahun disertai penyakit komorbid dengan polifarmaka, riwayat 

ulkus peptikum, riwayat pendarahan saluran cerna, mengkonsumsi 

kortikosteroid dan atau antikoagulan), dapat diberikan pilihan obat:

o Asetaminofen (dosis kurang dari 4 g/hari)

o OAINS topikal

o OAINS non selektif dengan obat pelindung lambung 

o Penghambat siklooksigenase (COX) 2

Pada pasien OA dengan nyeri sedang atau berat yang disertai 

pembengkakan sendi, dapat dilakukan aspirasi cairan sendi dan 

injeksi glukokortikoid intraartikular selain pemberian OAINS.

3. Pembedahan

Pada keadaan OA stadium 4 dengan terapi non-farmakologi dan 

farmakologi sudah diberikan, namun pasien masih tetap merasakan 

sakit dan mengganggu aktivitas hidup sehari-hari, maka alternatif 

tindakan pembedahan dapat dipertimbangkan.

Pembahasan kasus

Pada kasus diatas pasien sudah memenuhi kriteria klinis klasifikasi osteoartritis 

lutut menurut ACR 1986 sebab  memenuhi kriteria nyeri sendi lutut disertai 6 

kriteria lainnya, yaitu:

Usia > 50 tahun

Kaku pada sendi lutut < 30 menit

Sendi tidak teraba hangat

Nyeri tekan pada tepi tulang sendi lutut

Teraba krepitasi saat sendi digerakkan

Tampak pembesaran tulang sendi lutut

Ditambah LED < 40 mm/jam

26   |  Buku Saku Reumatologi

Pasien juga memiliki faktor risiko obesitas (BMI: 32,3 kg/m2)

Penatalaksanaan: 

Non farmakologis: 

o Edukasi pola makan untuk menurunkan berat badan

o Tidak melakukan aktivitas fisis berat yang membebani lutut (non weight 

bearing) dan disarankan melakukan olah raga di air (berenang).

o Menggunakan alat penyangga lutut (knee support) saat melakukan 

aktivitas. 

Farmakologis: 

o Analgetik: parasetamol/asetaminofen

o Obat antiinflamasi non steroid (OAINS) sebab  didapatkan adanya tanda-

tanda peradangan (nyeri tekan pada tepi tulang).

Bila terapi tersebut belum memberikan respon yang maksimal maka pasien dapat 

dirujuk ke faskes tingkat 2. 

Buku Saku Reumatologi |   27

BAB IV

ARTRITIS REUMATOID

ICD-10: 

Rheumatoid Arthritis, unspecified (M06.9) 

Rheumatoid Arthritis with rheumatoid factor, unspecified site (M05.9)

Rheumatoid Arthritis without rheumatoid factor, unspecified site (M6.00)

Kompetensi dokter umum: Artritis Reumatoid (3A)

Kasus

Seorang perempuan usia 35 tahun datang ke 

poliklinik puskesmas dengan keluhan nyeri pada 

persendian yang sudah dirasakan selama kurang 

lebih 3 bulan. 

Pemeriksaan fisis didapatkan pembengkakan dan 

nyeri tekan pada sendi interfalang proksimal (PIP) 

II sampai V kanan dan kiri, sendi metakarpofalang 

(MCP) II sampai V kanan dan kiri, pergelangan 

tangan kanan dan kiri dan sendi lutut kanan dan 

kiri.

Hasil laboratorium: hemoglobin 11,5 gr/dL, 

leukosit 8.000/uL, Trombosit 260.000/uL, laju 

endap darah (LED) 80 mm/jam.

Definisi

Artritis reumatoid (AR) merupakan penyakit inflamasi kronis yang ditandai 

dengan pembengkakan sendi, nyeri tekan pada sendi, dan kerusakan sendi 

sinovial, yang menyebabkan disabilitas berat dan mortalitas prematur.29

Epidemiologi30,31,32,33

1. Hasil survey di Bandungan, Jawa Tengah didapatkan prevalensi AR 

sebesar 0,3%.

2. Perempuan: laki-laki dengan rasio 3:1.

3. Awitan penyakit umumnya terjadi pada usia 35−60 tahun, yang ditandai 

dengan adanya episode remisi dan eksaserbasi.

28   |  Buku Saku Reumatologi

4. Faktor risiko:

o Faktor genetik: riwayat AR pada keluarga dekat (first-degree relative)

o Paparan lingkungan: paparan asap rokok, asupan vitamin D dan 

antioksidan yang rendah, dan infeksi. 

Manifestasi Klinis

1. Manifestasi artikular 34, 35

Poliartritis yaitu adanya nyeri, bengkak, kemerahan, dan teraba 

hangat pada  sendi, akibat adanya sinovitis (inflamasi pada membran 

sinovial), yang bersifat simetris dan bilateral.

Kekakuan sendi di pagi hari yang berlangsung lebih dari 1 jam dan 

akan membaik sesudah  digunakan beraktivitas.

Sendi yang umumnya terlibat adalah sendi pergelangan tangan, 

proksimal interfalang (PIP), metakarpofalang (MCP), dan 

Metatarsofalang II - V (MTP II - V), sedangkan sendi distal interfalang 

(DIP) dan sakroiliaka umumnya tidak terlibat.

Deformitas sendi yang dapat dijumpai antara lain:

o  Deformitas leher angsa (swan neck), yaitu hiperekstensi PIP dan 

hiperfleksi DIP.

o  Deformitas boutonniere, yaitu hiperfleksi PIP dan hiperekstensi 

DIP.

o  Deformitas Z-thumb, yaitu fleksi dan subluksasi sendi MCP I dan 

hiperekstensi sendi interfalang.

o  Hallux valgus, yaitu MTP I terdesak kearah medial, dan ibu jari 

kaki mengalami deviasi kearah lateral yang terjadi bilateral.

2. Manifestasi ekstraartikular34,36

Tabel 4.1 Manifestasi ekstraartikular artritis reumatoid

Sistem Organ Manifestasi Klinis

Konstitusional Demam, anoreksia, kelelahan

Kulit Nodul reumatoid, vaskulitis reumatoid, pioderma gangrenosum

Mata Keratokonjungtivitis sika, episkleritis, skleritis, skleromalasia 

perforans

Kardiovaskular Perikarditis, miokarditis, endokarditis, efusi perikardium

Paru-paru Pleuritis, efusi pleura, nodul reumatoid pada paru, penyakit paru 

interstisial

Buku Saku Reumatologi |   29

Sistem Organ Manifestasi Klinis

Hematologi Anemia penyakit kronis, trombositosis, Felty’s syndrome (AR 

dengan neutropenia dan splenomegali)

Gastrointestinal Xerostomia, amiloidosis, vaskulitis

Neurologi Mielopati, entrapment neuropathy

Ginjal Tubulo-interstisial nefritis, renal tubular acidosis (RTA)

Metabolik Osteoporosis

Otot Miositis

Kriteria Klasifikasi Artritis Reumatoid ACR/EULAR 201029,30

Tabel 4.2 Kriteria klasifikasi artritis reumatoid ACR/EULAR 2010

Populasi target merupakan pasien yang:

(1) Memiliki minimal 1 sendi yang mengalami sinovitis secara definit (bengkak)

(2) Disertai sinovitis yang tidak dapat dijelaskan oleh penyakit lain

Kriteria Poin

A. Keterlibatan Sendi

(a) 1 sendi besar

(b) 2-10 sendi besar

(c) 1-3 sendi kecil (dengan atau tanpa keterlibatan pada sendi besar)

(d) 4-10 sendi kecil (dengan atau tanpa keterlibatan pada sendi besar)

(e) > 10 sendi (minimal 1 sendi kecil)

B. Serologi (minimal 1 hasil tes untuk klasifikasi)

(a) RF negatif DAN ACPA negatif

(b) RF positif rendah ATAU ACPA positif rendah

(c) RF positif tinggi ATAU ACPA positif tinggi

C. Acute Phase Reactant

(a) CRP normal DAN LED normal

(b) CRP abnormal atau LED abnormal

D. Durasi penyakit

(a) < 6 minggu

(b) ≥ 6 minggu

0

1

2

3

5

0

2

3

0

1

0

1

Diagnosis pasti artritis reumatoid ditegakkan jika didapatkan total skor kriteria A-D 

mencapai ≥6 poin. Kriteria digunakan hanya untuk pasien baru.

LED= laju endap darah, CRP=C-reactive protein, RF=Rheumatoid Factor, ACPA=anticyclic 

citrullinated peptide antibody

30   |  Buku Saku Reumatologi

Pemeriksaan penunjang35,36

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:

• Pemeriksaan darah lengkap, CRP/LED

• Pemeriksaan faktor reumatoid*

• Pemeriksaan anti-CCP/ACPA (anticyclic citrullinated peptide antibody)*

• Pemeriksaan fungsi ginjal dan hati untuk membantu pemilihan terapi

• Pemeriksaan radiografi (X-ray dan MRI)

*Catatan: faktor reumatoid dan anti-CCP dapat positif pada kasus infeksi kronis 

(contoh: TB, hepatitis kronis)37,38

Penatalaksanaan30,34,39

Tujuan terapi pada kasus artritis reumatoid terdiri atas:

• Mengurangi nyeri

• Mempertahankan status fungsional

• Mengurangi inflamasi

• Mengendalikan keterlibatan sistemik

• Proteksi sendi dan struktur ekstraartikular

• Mengendalikan progresivitas penyakit

• Menghindari komplikasi yang berkaitan dengan pemberian terapi

Terapi pada AR meliputi:

1. Terapi Non Farmakologi

• Edukasi 

  Edukasi kepada pasien tentang penyakit AR termasuk program 

pengobatan, risiko dan manfaat pengobatan yang diberikan, 

pentingnya menjaga berat badan ideal sebab  obesitas dapat 

memberikan beban lebih terhadap sendi dan dapat memicu 

eksaserbasi.

• Latihan dan program rehabilitasi

  Program latihan fisis direkomendasikan untuk penderita AR, 

namun harus disesuaikan dengan kondisi penyakit dan morbiditas 

masing-masing penderita. Latihan aerobik dapat dikombinasikan 

dengan latihan penguatan otot, latihan untuk kelenturan, koordinasi, 

kecekatan tangan dan kebugaran tubuh.

Buku Saku Reumatologi |   31

2. Terapi Farmakologi

• DMARD (Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs) sintetis 

konvensional (csDMARD)

  Tabel 4.3 Pilihan obat csDMARD

csDMARD Dosis

Metotreksat (MTX) 7,5–25 mg/minggu, p.o

Sulfasalazin 2x500 mg/hari, dapat ditingkatkan sampai 3x 1000 mg/

hari

Hidroksiklorokuin 200–400 mg/hari, p.o. 

Leflunomide 20 mg/hari, p.o

Siklosporin 2,5–5 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis, p.o.

• Suplementasi asam folat, dengan dosis 5 mg/minggu, harus diberikan 

pada pemberian metotreksat.

• DMARD Biologi (bDMARD): etanercept, adalimumab, infliximab, 

golimumab, rituximab, tocilizumab 

• Targeted Synthetic DMARD (tsDMARD): Tofacitinib, Baricitinib, 

Filgotinib

• Kortikosteroid

o  Kortikosteroid dosis rendah (<7,5 mg/hari) dan sedang 

(7,5–30 mg/hari) dapat digunakan dalam terapi AR, sebagai 

terapi bridging (sementara) menunggu efek csDMARD bekerja, 

selanjutnya diturunkan dan dihentikan.

o  Selama penggunaan kortikosteroid perlu diperhatikan efek 

samping seperti hipertensi, retensi cairan, hiperglikemi, 

osteoporosis, dan kemungkinan aterosklerosis.

o  ACR menyarankan pemberian kalsium 1500 mg dan vitamin D 

400−800 IU/hari.

• OAINS

o  OAINS dapat digunakan sebagai terapi awal untuk mengurangi 

nyeri.

o  Pemberian OAINS tidak memengaruhi perjalanan penyakit atau 

mencegah kerusakan sendi.

32   |  Buku Saku Reumatologi

3. Pembedahan

  Tindakan pembedahan dipertimbangkan pada penderita AR jika:

Terdapat nyeri berat yang berhubungan dengan kerusakan sendi 

yang ekstensif

Keterbatasan gerak sendi yang bermakna atau keterbatasan fungsi 

yang berat

Ada ruptur tendon

4. Rujukan*

  Penderita AR harus dirujuk ke rumah sakit rujukan untuk penatalak-

sanaan lebih lanjut.

  *Catatan: Pada surat rujukan harus disertakan keterangan keterlibatan sendi yang 

mengalami peradangan dan penggunaan steroid, sehingga menghindari kesalahan 

diagnosis di rumah sakit rujukan akibat perbaikan yang terjadi sesudah  pemberian 

steroid awal.

Pemantauan aktivitas penyakit

DAS28 (Disease Activity Score-28) 

Target terapi adalah mencapai remisi (DAS28 < 2,6) atau low-disease 

activity (DAS28 ≤ 3,2), dan dipertahankan.

Catatan: aplikasi “Reumatik Autoimun” dapat diunduh di Google playstore. 

Aplikasi ini dapat digunakan untuk membantu diagnosis dan pemantauan 

penyakit reumatik.

Pembahasan kasus

Pada kasus diatas sudah memenuhi kriteria klasifikasi artritis reumatoid menurut 

ACR/EULAR 2010 sebab  memiliki total skor 7, yaitu:

• Keterlibatan > 10 sendi:  (18 sendi (PIP, MCP dan pergelangan tangan), sendi 

besar: 2 (lutut) jadi total sendi yang terlibat adalah 20): 5 poin

• Lama sakit > 6 minggu (3 bulan): 1 poin 

• LED bernilai abnormal: 1 poin

Penatalaksanan: 

• Non farmakologis: edukasi/penjelasan tentang penyakit dan program 

pengobatan yang akan diterima. 

• Farmakologis: metilprednisolon 4 mg/tablet (2 tablet/hari). 

Pasien segera dirujuk ke RS rujukan untuk mendapatkan terapi DMARD

Buku Saku Reumatologi |   33

BAB V

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

ICD-10: 

Systemic Lupus Erythematosus, unspecified (M32.9)

Systemic Lupus Erythematosus, organ or system involvement, unspecified 

(M32.10)

Kompetensi dokter umum: 

Lupus Eritematosus Sistemik (3A)

Lupus Eritematosus Sistemik ringan dan remisi (rujuk balik) (4)

Kasus

Seorang perempuan 21 tahun datang dengan 

keluhan nyeri sendi, rasa lelah, rambut rontok, dan 

wajah merah. Keluhan disertai demam tidak begitu 

tinggi dan sariawan yang sudah dialami sejak 1 

bulan terakhir.

Pemeriksaan fisis didapatkan suhu 37,8oC, rambut 

mudah dicabut, anemis, malar rash, ulkus oral, dan 

bengkak di sendi kedua tangan dan lutut.

Hasil laboratorium: Hb 8,2 g/dl, L 3600/mm3, 

trombosit 98.000/mm3

Definisi

Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit autoimun kompleks 

yang menyerang berbagai sistem tubuh.40

Epidemiologi40,41,42

1. Prevalensi: 4,3 – 45,3 kasus/100.000 orang/ tahun (di Asia Pasifik).

2. Perempuan: laki-laki dengan rasio  15:1 hingga 22:1

3. Awitan dan gejala penyakit LES dapat muncul pada usia 9-58 tahun 

(dengan rentang usia tertinggi pada usia 21-30 tahun). 

34   |  Buku Saku Reumatologi

Manifestasi Klinis40

Lupus eritematosus sistemik merupakan penyakit sistemik, dimana 

manifestasi klinis pada penyakit ini melibatkan  hampir seluruh sistem organ, 

meliputi:

Tabel 5.1 Manifestasi Lupus Eritematosus Sistemik berdasarkan organ yang 

terlibat

Organ yang terlibat Gejala

Manifestasi 

konstitusional

Demam, kelelahan, limfadenopati, malaise, penurunan nafsu 

makan, penurunan berat badan

Muskuloskeletal Nyeri sendi, artritis, kelemahan otot, nyeri otot, miositis, 

osteoporosis, tenosinovitis.

Kulit dan mukosa Fotosensitivitas, ruam malar (Butterfly rash), ruam diskoid, 

alopesia, ulkus oral, lupus eritematosus kutaneus subakut.

Ginjal Proteinuria, hematuria.

Neuropsikiatri Kejang, chorea, gangguan kognitif, neuropati perifer, nyeri 

kepala, depresi, gangguan mood, psikosis, sindrom otak 

organik.

Paru Pleuritis, pendarahan alveolar, penyakit interstisial paru 

kronik, obstruksi jalan napas

Jantung Perikarditis, miokarditis, kardiomiopati, gangguan konduksi 

jantung

Pembuluh darah Vaskulitis, fenomena raynaud

Gastrointestinal Mual, muntah, diare, nyeri akut abdomen, anoreksia, 

faringitis, esofagitis, ulkus peptik, malabsorpsi, asites, 

peritonitis, pankreatitis, pendarahan saluran cerna, 

gangguan motilitas, kelainan enzim hati, hepatomegali, 

ikterus

Okular Mata kering, keratitis, keratokonjungtivitis sika, episkleritis, 

neuropati optik, skleritis, uveitis, vaskulitis retina

Obstetrik Persalinan prematur, berat badan lahir bayi rendah, 

neonatus kecil masa kehamilan, abortus spontan, stillbirth, 

preeklampsia

Endokrin Defisiensi vitamin D,  hiperprolaktinemia

Hematologik Anemia defisiensi besi, anemia penyakit kronis, anemia 

hemolitik autoimun, trombositopenia, leukopenia, dan 

limfopenia.

Buku Saku Reumatologi |   35

 Kriteria Klasifikasi Lupus Eritematosus Sistemik ACR/EULAR 201940,43

Tabel 5.2 Kriteria klasifikasi LES ACR/EULAR 2019

Kriteria Masuk

Titer antinuclear antibody (ANA) ≥ 1: 80 pada sel Hep-2 atau positif pada 

pemeriksaan yang ekuivalen

Jika tidak terpenuhi, tidak diklasifikasikan sebagai LES

Kriteria Tambahan

Jangan masukkan kriteria jika lebih mengarah ke diagnosis lain dibanding 

LES,

Kemunculan kriteria pada 1 kali kejadian dibutuhkan,

Klasifikasi LES membutuhkan minimal 1 kriteria klinis dan ≥ 10 poin,

Kriteria tidak harus muncul secara bersamaan,

Pada tiap aspek, hanya kriteria dengan poin terbesar yang dimasukkan 

Aspek Klinis dan Kriteria (poin) Aspek immunologis dan kriteria 

(poin)

Konstitusional

Demam (2)

Antibodi Antifosfolipid

Antibodi anti-kardiolipin ATAU

Antibodi anti-β2GP1 ATAU

Lupus antikoagulan (2)

Hematologi

Leukopenia (3)

Trombositopenia (4)

Hemolisis autoimun (4)

Neuropsikiatri

Delirium (2)

Psikosis (3)

Kejang (5)

Protein Komplemen 

C3 rendah ATAU C4 rendah (3)

C3 rendah DAN C4 rendah (4)

Mukokutan

Non-scarring Alopecia (2)

Ulkus oral (2)

Lupus kutan subakut atau diskoid (4)

Lupus kutan akut (6)

Antibodi spesifik-LES

Antibodi anti-dsDNA ATAU

Antibodi anti-Smith (6)

36   |  Buku Saku Reumatologi

Aspek Klinis dan Kriteria (poin) Aspek immunologis dan kriteria 

(poin)

Serosa

Efusi pleural atau perikardial (5)

Perikarditis akut (6)

Muskuloskeletal

Keterlibatan sendi (6)

Renal

Proteinuria > 0,5 g/24 jam (4)

Biopsi ginjal lupus nefritis kelas II/V (8)

Biopsi ginjal lupus nefritis kelas III/IV (10)

Skor Total :

(Diklasifikasikan sebagai LES jika terpenuhi ≥ 10 poin)

Tabel 5.3 Definisi kriteria LES

Kriteria Definisi

Antibodi Antinuklear

(ANA)

Titer ANA bernilai ≥ 1:80 pada sel HEp-2 atau positif 

pada tes yang ekuivalen minimal 1 kali. Pemeriksaan 

immunofluorescence pada sel Hep-2 atau solid-phase ANA 

screening immunoassay dengan performa yang ekuivalen 

direkomendasikan

Demam Temperatur > 38,3oC

Leukopenia Pemeriksaan hitung sel darah putih < 4000/mm3

Trombositopenia Pemeriksaan jumlah trombosit < 100.000/mm3

Hemolisis autoimun Bukti terjadinya hemolisis seperti retikulositosis, haptoglobin 

yang rendah, peningkatan bilirubin indirek, peningkatan LDH 

(laktat dehidrogenase), dan tes Coomb direk yang positif.

Delirium Ditandai dengan 1)perubahan pada kesadaran disertai dengan 

berkurangnya fokus perhatian, 2)gejala berkembang dalam 

beberapa jam sampai <2 hari, 3)gejala yang muncul berfluktuasi 

sepanjang hari, 4)dapat berupa 4a)perubahan fungsi kognitif 

yang akut/subakut (defisit memori atau disorientasi, 4b)

perubahan pada perilaku, mood, dan afek

Psikosis Ditandai dengan 1)delusi dan/atau halusinasi tanpa disertai 

insight, dan 2)tidak terdapat delirium

Kejang Kejang umum primer atau kejang parsial/fokal

Buku Saku Reumatologi |   37

Kriteria Definisi

Non-scarring Alopecia Non-scarring alopecia yang ditemukan oleh dokter

Ulkus oral Ulkus oral yang ditemukan oleh dokter

Lupus kutan subakut 

atau

Lupus diskoid

Lupus kutan subakut yang ditemukan oleh dokter :

Erupsi kutan yang annular atau papuloskuamous/ psoriasiform, 

biasanya pada area yang terpapar matahari (photodistribution).

Jika dilakukan biopsi kulit, harus ditemukan perubahan 

tipikal (interface vacuolar dermatitis yang terdiri atas infiltrat 

limfohistiositik perivaskular, kadang dapat disertai mucin di 

dermis)

ATAU

Lupus diskoid yang ditemukan oleh dokter :

Lesi kutan eritematosus-violaceous dengan perubahan sekunder 

berupa atrophic scarring, dispigmentasi, hiperkeratosis 

folikular/ plugging, yang menyebabkan scarring alopecia pada 

kulit kepala. Jika dilakukan biopsi kulit, harus ditemukan 

perubahan tipikal (interface vacuolar dermatitis yang terdiri 

atas infiltrat limfohistiositik perivaskular atau periappendages. 

Pada kulit kepala dapat ditemukan follicular keratin plug. Pada 

lesi yang lama kadang dapat disertai deposisi mucin)

Lupus kutan akut Malar rash atau generalized maculopapular rash yang 

ditemukan oleh dokter. Jika dilakukan biopsi kulit harus 

ditemukan perubahan yang tipikal (interface vacuolar 

dermatitis yang terdiri atas infiltrat limfohistiositik perivaskular, 

kadang dapat disertai mucin di dermis. Infiltrat neutrofilik 

perivaskular dapat muncul pada awal penyakit)

Efusi Pleura atau

Perikardial

Pemeriksaan radiografi (seperti USG, X-ray, CT scan, MRI) 

menunjukkan efusi pleura atau perikardium, atau keduanya)

Perikarditis Akut Jika didapatkan 2 atau lebih diantara 1. nyeri dada perikardium 

(ditandai dengan nyeri tajam, memburuk dengan inspirasi, 

membaik dengan condong kedepan), 2. pericardial rub, 3. 

gambaran EKG menunjukkan new widespread ST elevation/PR 

depression, 4. efusi perikardium yang baru atau memburuk pada 

pemeriksaan radiografi

Keterlibatan Sendi 1) Sinovitis yang melibatkan 2 sendi atau lebih yang ditandai 

dengan pembengkakan atau efusi ATAU 2) Nyeri tekan pada 

2 sendi atau lebih dan terdapat kekakuan sendi di pagi hari 

minimal selama 30 menit

Proteinuria > 0,5 g/24 

jam

Proteinuria > 0,5 g/24 jam atau pemeriksaan rasio protein 

kreatinin urin sewaktu yang ekuivalen

38   |  Buku Saku Reumatologi

Kriteria Definisi

Lupus Nefritis kelas 

II/V 

pada biopsi ginjal 

(Klasifikasi

ISN/RPS 2003)

Kelas II :

Lupus nefritis mesangial proliferatif: hiperselular mesangial 

murni derajat apapun atau ekspansi matriks mesangial dengan 

mikroskop cahaya, dengan deposit imun pada mesangial. 

Beberapa deposit subepitelial dan subendotelial dapat terlihat 

dengan pemeriksaan immunofluorescence atau mikroskop 

elektron, namun tidak dengan mikroskop cahaya.

Kelas V:

Lupus nefritis membranosa: deposit imun subepitel global 

atau segmental atau sekuel morfologik nya dengan mikroskop 

cahaya dan immunofluorescence atau mikroskop elektron, 

dengan atau tanpa perubahan mesangial

Lupus Nefritis kelas 

III/IV 

pada biopsi ginjal 

(Klasifikasi

ISN/RPS 2003)

Kelas III:

Lupus nefritis fokal: glomerulonefritis endokapiler atau 

ekstrakapiler  fokal, segmental, atau global yang aktif atau 

inaktif yang melibatkan ≥50% glomeruli disertai deposit imun 

subendotelial fokal, dengan atau tanpa perubahan mesangial

Kelas IV:

Lupus nefritis difusa: glomerulonefritis endokapiler atau 

ekstrakapiler  fokal, segmental, atau global yang aktif atau 

inaktif yang melibatkan ≥50% glomeruli disertai deposit imun 

subendotelial difusa, dengan atau tanpa perubahan mesangial. 

Pada kelas ini termasuk kasus dengan diffuse wire loop deposit 

namun hanya sedikit atau tanpa disertai proliferasi glomerular.

Antibodi antifosfolipid 

(+)

Antibodi kardiolipin (IgA, IgG, atau IgM) pada titer sedang-

tinggi (>40 APL, GPL, atau MPL, atau >99 persentil), atau 

antibodi anti- β2-glycoprotein 1 (β2GP1) (IgA, IgG, atau IgM) 

yang positif, atau lupus anticoagulant yang positif

C3 rendah ATAU C4 

rendah

C3 ATAU C4 dibawah batas bawah nilai normal

C3 rendah DAN C4 

rendah

C3 DAN C4 dibawah batas bawah nilai normal

Antibodi Anti-dsDNA

ATAU Anti-Sm

Antibodi anti-double-stranded DNA (dsDNA) (meningkat) 

merupakan antibodi pada immunoassay yang memiliki 

spesifisitas ≥90% untuk LES ATAU Antibodi anti-Smith (Sm) 

positif

CT = computed tomography; MRI = magnetic resonance imaging; EKG = electrocardiogra-

phy; ISN = International Society of Nephrology; RPS = Renal Pathology Society.

Buku Saku Reumatologi |   39

Pemeriksaan penunjang40

Pemeriksaan laboratorium yang rutin diperiksa pada pasien LES meliputi:

Darah perifer lengkap, laju endap darah (LED)

Urine lengkap

Kimia darah (pemeriksaan fungsi ginjal (kreatinin), fungsi hati (SGOT/

SGPT), albumin, dan kadar glukosa darah)

Pemeriksaan autoantibodi (ANA, anti-dsDNA, anti-Sm, anti-Ro, anti-La, 

antifosfolipid)

Pemeriksaan komplemen (C3 dan C4)

Penentuan aktivitas penyakit

Tabel 5.4 Penggolongan aktivitas penyakit

LES ringan LES sedang LES berat

Alopesia difus

Artralgia

Mialgia

Kelelahan

Ruam kulit yang 

berhubungan dengan 

lupus ≤9% luas 

permukaan tubuh (LPT)

Ulkus oral

Trombosit 50-100.000/

mm3

ATAU

SLEDAI <6

ATAU

MEX-SLEDAI 2-5

Alopesia dengan 

inflamasi kulit kepala

Artritis

Demam

Hepatitis

Pleuritis, perikarditis

Ruam kulit 9-18% LPT

Vaskulitis kulit ≤18% 

LPT

Trombosit 20.000-

50.000/mm3

Nefritis kelas II

ATAU

SLEDAI 6-12

ATAU

MEX-SLEDAI 6-9

Asites

Enteritis

Mielopati

Miositis

Neuritis optik

Pleuritis berat dengan 

efusi pleura, DAH

Perikarditis dengan efusi 

perikardium berat

Psikosis, sindrom 

delirium akut, serebritis

Ruam kulit >18% LPT

Trombosit <20.000/mm3

Nefritis kelas III, IV, V

ATAU

SLEDAI ≥12

ATAU

MEX-SLEDAI ≥10

Keterangan: (a) LES ringan bersifat stabil dan non-life or organ-threatening; (b) LES 

sedang menunjukkan manifestasi yang lebih serius; (c) LES berat bersifat life or organ-

threatening; (d) DAH (diffuse alveolar haemorrhage)

40   |  Buku Saku Reumatologi

Penatalaksanaan

Terapi non farmakologi:

 Edukasi tentang penyakit,  pola hidup sehat, olah raga sesuai kemampuan, 

nutrisi seimbang, hindari merokok, hindari paparan sinar matahari 

langsung bagi mereka yang sensitif, kontrol rutin dan konsumsi obat 

secara teratur.

Terapi farmakologi: 

Table 5.5 Terapi lupus berdasarkan berat ringan aktivitas penyakit:

LES Ringan LES Sedang LES Berat

TERAPI AWAL

Prednisolon oral ≤20 mg/

hari selama 1-2 minggu atau 

Injeksi metilprednisolon 

80-120 mg IM/IA

DAN

HCQ ≤6,5 mg/kgBB/hari* 

dan/atau MTX 7,5-15 mg/

minggu, dan/atau OAINS 

sesuai gejala

Prednisolon ≤0,5 mg/kgBB/

hari dengan atau tanpa 

injeksi Metilprednisolon 

≤250 mg IV/hari selama 

3 hari

DAN

AZA 1,5-2,0 mg/kgBB/hari 

atau MTX 10-25 mg/minggu 

atau MMF 2-3 g/hari** 

atau MPA 1,44-2,16 g/hari 

atau Siklosporin ≤ 2,0 mg/

kgBB/hari

DAN

HCQ ≤6,5 mg/kgBB/hari

Prednisolon ≤0,5 mg/

kgBB/hari dan Injeksi 

metilprednisolon 500-750 

mg IV/hari selama 3 hari 

ATAU Prednisolon ≤0,75-1 

mg/kgBB/hari

DAN

AZA 2-3 mg/kgBB/hari 

atau MMF 2-3 g/hari** atau 

MPA 1,44-2,16 g/hari atau 

Siklosporin ≤2,5 mg/kgBB/

hari atau CYC IV***

DAN

HCQ ≤ 6,5 mg/kgBB/hari

TERAPI PEMELIHARAAN

Prednisolon ≤7,5 mg/hari,

DAN

HCQ 200 mg/hari, dan/atau 

MTX 10 mg/minggu,

DAN

Penggunaan tabir surya dan 

edukasi agar mengenakan 

pakaian yang protektif 

terhadap sinar matahari

Prednisolon ≤ 7,5 mg/hari,

DAN

HCQ 200 mg/hari

DAN

AZA 50-100 mg/hari 

atau MTX 10 mg/minggu 

atau MMF 1 g/hari** atau 

siklosporin 50-100 mg/hari

Prednisolon ≤7,5 mg/hari

DAN

HCQ 200 mg/hari

DAN

AZA 50-100 mg/hari atau 

MMF 1-1,5 g/hari** atau 

siklosporin 50-100 mg/hari

Buku Saku Reumatologi |   41

LES Ringan LES Sedang LES Berat

Keterangan :

Jika keadaan stabil/

remisi, ditargetkan untuk 

menghentikan seluruh obat 

kecuali HCQ

Keterangan :

Jika keadaan stabil/

remisi, ditargetkan untuk 

menghentikan seluruh obat 

kecuali HCQ

Pada kasus refrakter, 

pemberian belimumab 

atau rituksimab dapat 

dipertimbangkan

Keterangan :

Jika keadaan stabil/

remisi, ditargetkan untuk 

menghentikan seluruh obat 

kecuali HCQ. Jika pasien 

tidak berespons baik 

dengan imunosupresan, 

dapat dipertimbangkan 

pemberian belimumab atau 

rituksimab

Keterangan AZA: Azatioprin, CYC: siklofosfamid, HCQ: hidroksiklorokuin, MMF: mofetil 

mikofenolat, MTX: metotreksat, OAINS: oral antiinflamasi non steroid, IA: intraartikular, 

IM: Intramuskular, SLEDAI: SLE Disease Activity Index (lihat di lampiran), MEX-SLEDAI: 

Mexican SLE Disease Activity Index (lihat di lampiran)

*atau klorokuin (CQ) ≤3 mg/kgBB/hari

**dosis 500 g MMF setara dengan asam mikofenolat (MPA) 360 mg

*** CYC IV dosis 500 mg/2 minggu sebanyak 6 dosis (regimen Euro Lupus) atau 500-1000 

mg/m2 setiap bulan selama 6 bulan (regimen dari National Institute for Health (NIH))

Rujuk pasien ke rumah sakit rujukan untuk tatalaksana lebih lanjut.

Pembahasan kasus

Pada kasus diatas pasien sudah memenuhi kriteria klasifikasi lupus eritematosus 

sistemik secara klnis menurut EULAR/ACR 2019 sebab  memiliki total skor 18 (>10), 

yaitu:

Demam (2)

Ulkus oral dan malar rash (6) (diambil nilai terbesar dari domain kulit)

Artritis (6) 

Trombositopenia (4) 

Penatalaksanaan: 

Rujuk ke PPK 2 untuk pemeriksaan ANA dan terapi lebih lanjut.

42   |  Buku Saku Reumatologi

BAB VI

SPONDILOARTRITIS

ICD-10: 

Unspecified inflammatory spondylopathy, site unspecified (M46.90)

Arthropathic psoriasis, unspecified (L40.50)

Reactive arthropathy, unspecified (M02.9),

Enterohepatic arthropathies, unspecified site (M07.60)

Ankylosing Spondylitis of unspecified sites in spine (M45.9)

Kompetensi dokter umum: Artritis Psoriatik (3A), Spondilitis Ankilosa 

(2)

Kasus

Seorang laki-laki 27 tahun datang dengan keluhan 

kaku di leher sejak 3 bulan yang lalu dan riwayat 

nyeri di pinggang dan kaku sejak 4 tahun yang 

lalu, nyeri terutama pada pagi hari, membaik 

dengan pergerakan, terjadi perlahan-lahan dan 

tidak ada riwayat trauma sebelumnya.

Pada pemeriksaan terdapat keterbatasan pada 

rotasi leher ke kiri maupun ke kanan, dan juga 

terdapat keterbatasan saat membungkuk.

Definisi

Spondiloartritis (SpA) merupakan suatu kumpulan penyakit yang memiliki 

manifestasi klinis dan predisposisi genetik yang hampir sama, berupa 

keterlibatan tulang aksial, artritis perifer, entesitis, daktilitis, uveitis anterior 

akut, adanya psoriasis atau inflammatory bowel disease, dan adanya antigen 

HLA-B27.44 Penyakit ini sering disebut “seronegatif” sebab  umumnya tidak 

ditemukan faktor reumatoid pada pemeriksaan laboratorium.45

Epidemiologi44,46,47

1. Prevalensi: bervariasi berdasarkan geografis dengan rentang 0,2% di 

Asia Tenggara sampai 1,61% di Amerika Utara.

Buku Saku Reumatologi |   43

2. Laki-laki: perempuan dengan rasio 2-3:1

3. Biasanya terjadi pada dekade kedua atau ketiga dari kehidupan dengan 

awitan rata-rata terjadi pada usia 25 tahun dan awitan sesudah  usia 50 

tahun jarang ditemukan.

4. Kecenderungan penyakit ini berkaitan erat dengan adanya antigen 

HLA-B27.

5. Berdasarkan lokasi sendi yang mengalami artritis dapat dibagi menjadi 2 

subgrup yaitu spondiloartritis aksial dan spondiloartritis perifer. 

6. Penyakit ini juga memiliki 4 subtipe penyakit lainnya yaitu spondilitis 

ankilosa (AS), artritis psoriatik (PsA), artrtis reaktif (ReA), artritis yang 

berkaitan dengan Inflammatory Bowel Disease (IBD). 

Tabel 6.1 Tampilan klinis masing-masing subtipe spondiloartritis48

Kondisi AS ReA PsA IBD

Prevalensi 0,1 - 0,2% 0,1% 0,2 - 0,4% Jarang

Awitan usia Akhir remaja – 

awal dewasa

Akhir remaja – 

awal dewasa

35 – 45 tahun Usia berapa 

saja

Rasio laki-laki : 

perempuan

3:1 5:1 1:1 1:1

HLA-B27 90 - 95% 80% 40% 30%

Sakroiliitis:

   Frekuensi 100% 40 – 60% 40% 20%

   Distribusi Simetris Asimetris Asimetris Simetris

Artritis perifer:

   Frekuensi Kadang-

kadang

Sering Sering Sering

   Distribusi Asimetris, 

Ekstremitas 

bawah

Asimetris, 

Ekstremitas 

bawah

Asimetris, 

sendi manapun

Asimetris, 

Ekstremitas 

bawah

44   |  Buku Saku Reumatologi

Manifestasi Klinis

1. Nyeri pinggang inflamasi

 Merupakan gejala kardinal pada grup penyakit spondiloartritis. Nyeri 

punggung inflamasi dapat diartikan sebagai nyeri pinggang kronis yang 

berlangsung selama lebih dari 3 bulan, dengan disertai ciri-ciri: 

Awitan keluhan yang muncul perlahan

Nyeri terutama di pagi hari saat bangun tidur, dapat menyebabkan 

pasien terbangun di malam hari

Dirasakan tidak membaik dengan beristirahat, namun membaik 

dengan beraktivitas

Berkaitan dengan kaku sendi (> 30 menit) di pagi hari

Memberikan respon yang baik dengan pemberian OAINS. 

 Menurut ASAS (Assessment of SpondyloArthritis international Society), 

diagnosa nyeri pinggang inflamasi ditegakkan apabila didapatkan 

minimal 4 dari 5 kriteria yang terdiri atas:

Perbaikan gejala dengan beraktivitas

Awitan gejala yang perlahan

Nyeri di malam hari 

Usia <40 tahun saat awitan serangan

Gejala tidak membaik dengan beristirahat

2. Keterlibatan sendi perifer

o Oligoartritis asimetris yang dapat melibatkan persendian besar pada 

ekstremitas bawah, sendi bahu, atau persendian kecil.

o Dapat berubah menjadi poliartritis simetris/asimetris pada sebagian 

besar pasien.

3. Entesitis

 Entesitis merupakan inflamasi pada insersi tendon, ligamen, ataupun 

kapsul sendi pada tulang, biasanya ditandai dengan gejala berupa 

bengkak dan nyeri hebat, dan sesudah  beberapa bulan akan terjadi 

perubahan radiologis.

4. Gejala ekstraartikular

Buku Saku Reumatologi |   45

Tabel 6.2 Gejala ekstraartikular dari spondiloartritis49

Organ yang terlibat Manifestasi Klinis

Okular Uveitis anterior (40%)

Gastrointestinal Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn (5%)

Kardiovaskular Insufisiensi aorta, blok atrioventrikular

Pulmonal Penyakit paru restriktif, fibrosis paru

Renal Amiloidosis

Tulang Osteoporosis

Neurologis Nyeri oksipital, defisit neurologis akibat fraktur spinal

Kriteria Klasifikasi Spondiloartritis Aksial ASAS 200950

Pasien berusia < 45 tahun dengan nyeri pinggang berdurasi > 3 bulan

Diagnosis sakroilitis secara radiologis + 1 atau lebih gambaran spondiloartritis (SpA)

ATAU

HLA-B27 + ≥ 2 gambaran spondiloartritis (SpA)

Gambaran Spondiloartritis (SpA) :

Nyeri pinggang inflamasi

Artritis

Entesitis

Uveitis

Daktilitis

Psoriasis

Crohn/kolitis

Respon baik terhadap OAINS

Riwayat keluarga SpA

HLA-B27 (+)

Kadar CRP tinggi

Diagnosis Radiologi Sakroiliitis :

Inflamasi akut/aktif pada 

pemeriksaan MRI yang 

menggambarkan sakroiliitis 

sebab  SpA

Gambaran radiologis sakroilitis 

berdasarkan kriteria New York 

(grade >2 bilateral atau grade 3-4 

unilateral)

 

46   |  Buku Saku Reumatologi

Kriteria Klasifikasi Spondiloartritis Perifer ASAS 201051

Artritis atau entesitis atau daktilitis

Ditambah ≥1 di antara :

Psoriasis

Inflammatory bowel disease

Ada infeksi sebelumnya

HLA-B27

Uveitis

Sakroilitis pada pemeriksaan 

radiologi (X-ray atau MRI)

Atau

Ditambah ≥ 2 di antara :

Artritis

Entesitis

Daktilitis

Riwayat nyeri pinggang 

inflamasi sebelumnya

Riwayat keluarga SpA

Tabel 6.3 Kriteria klasifikasi spondilitis ankilosa (AS) Modified New York 

1984 52

Kriteria Klinis

1. Nyeri pinggang minimal 3 bulan, yang membaik dengan aktifitas, dan tidak 

membaik dengan istirahat.

2. Keterbatasan gerak vertebra lumbalis pada arah sagital dan frontal

3. Penurunan ekspansi rongga dada, jika dibandingkan umur dan jenis kelamin 

yang sesuai

Kriteria Radiologis

Sakroiliitis bilateral grade 2-4 atau sakroiliitis unilateral grade 3-4

Diagnosis pasti spondilitis ankilosa didapatkan kriteria sakroiliitis ditambah 

dengan salah satu kriteria klinis

Buku Saku Reumatologi |   47

Tabel 6.4 Kriteria klasifikasi artritis psoriatik (PsA) CASPAR53

Kriteria Deskripsi

Bukti terjadinya psoriasis saat ini, 

riwayat psoriasis sebelumnya, 

dan riwayat psoriasis di keluarga 

Terjadinya psoriasis saat ini didefinisikan 

sebagai lesi psoriasis pada kulit atau kulit 

kepala yang diperiksa oleh reumatologis atau 

dermatologis

Riwayat psoriasis didefinisikan sebagai 

riwayat psoriasis yang informasinya bisa 

didapatkan dari pasien atau sumber lainnya

Riwayat psoriasis di keluarga didefinisikan 

sebagai riwayat psoriasis pada anggota 

keluarga 1st-degree ataupun 2nd degree

Distrofi kuku psoriasis Ditandai dengan onikolisis, pitting, dan 

hiperkeratosis yang didapatkan pada 

pemeriksaan fisis.

Faktor reumatoid (RF) negatif Faktor reumatoid yang negatif pada 

pemeriksaan ELISA atau Nephelometry

Daktilitis Pembengkakan pada seluruh jari atau riwayat 

daktilitis yang didapatkan oleh dokter ahli 

reumatologi

Gambaran radiologis spesifik Terdapat gambaran pembentukan tulang baru 

juxtaarticular, yang ditandai dengan ill-defined 

ossification dekat batas persendian (kecuali 

pembentukan osteofit) pada pemeriksaan 

radiologis tangan atau kaki

Diagnosis pasti psoriatik artritis ditegakkan apabila terdapat ≥ 3 dari 5 kriteria

48   |  Buku Saku Reumatologi

Tabel 6.5 Kriteria klasifikasi artritis reaktif (ReA) 3rd International Workshop 

on Reactive Arthritis54

Artritis Perifer Tipikal

Paling sering mengenai ekstremitas bawah, berupa oligoartritis asimetrik

DITAMBAH

Bukti adanya infeksi sebelumnya

(a) Terdapat diare atau uretritis yang jelas secara klinis dalam waktu 4 minggu 

terakhir, konfirmasi laboratorium disarankan namun tidak diwajibkan

(b) Jika tidak ditemukan tanda-tanda klinis infeksi, maka konfirmasi laboratorium 

wajib dilakukan

Kriteria Eksklusi

Pasien dengan penyebab monoartritis/oligoartritis yang diketahui seperti 

spondiloartropati yang jelas, artritis septik, artritis kristal, penyakit Lyme, dan ReA 

streptokokal, harus dieksklusi

Diagnosis ReA tidak membutuhkan adanya HLA-B27 atau gejala ekstraartikular dari 

sindrom Reiter (konjungtivitis, iritis, lesi kulit, uretritis non infeksius, gejala kardiak 

dan neurologis) atau gejala spondiloartritis yang tipikal (nyeri punggung inflamasi, 

alternating buttock pain, enthesitis, iritis), namun jika gejala-gejala tersebut 

ditemukan, maka harus dicatat.

Buku Saku Reumatologi |   49

Tabel 6.6 Kriteria klasifikasi artritis enteropatik (IBD)55

Perifer Axial

Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Isolated 

Sacroiliitis

Spondylitis

(a) Pauci-artikular 

(<5 sendi)

(b) Asimetrik

(c) Akut, bersifat 

self-limiting 

(<10 minggu)

(d) Biasanya 

bersamaan 

dengan relapse 

nya IBD

(e) Berkaitan kuat 

dengan gejala 

ekstra intestinal 

lainnya

(f) Lebih banyak 

mengenai 

ekstremitas 

bawah

(g) Berkaitan 

dengan HLA 

DRB1, B35, B27

(a) Poliartikular (≥5 

sendi)

(b) Gejala bertahan 

hingga beberapa 

bulan sampai 

tahun

(c) Dapat bersifat 

erosif

(d) Terjadinya 

tidak berkaitan 

dengan relapse 

IBD

(e) Mengenai sendi-

sendi besar 

maupun kecil

(f) Berkaitan kuat 

dengan uveitis

(g) Berkaitan 

dengan HLA 

B44

Terdapat 

keterlibatan 

perifer 

dan axial 

(kombinasi)

(a) Asimtomatik

(b) Biasanya 

bersifat non 

progresif

(a) Biasanya muncul 

lebih awal 

dibandingkan IBD

(b) Terjadinya tidak 

berkaitan dengan 

relapse IBD

(c) Gambaran klinis 

menyerupai 

idiopathic 

ankylosing 

spondylitis

(d) Perjalanan 

penyakit akan 

memperparah 

imobilitas dan 

spondilitis 

ankilosa

(e) Berkaitan dengan 

uveitis

(f) Berkaitan kuat 

dengan HLA-B27

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:

Pemeriksaan CRP/LED

Pemeriksaan HLA-B27

Pemeriksaan radiologi (foto polos, USG muskuloskeletal, MRI)

Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pada penyakit spondiloartritis menhilangkan rasa 

sakit, menurunkan aktivitas penyakit, mengurangi kelelahan dan kekakuan, 

mencegah kecacatan, meningkatkan kapasitas fungsional dan kualitas 

hidup.47 

50   |  Buku Saku Reumatologi

Nonfarmakologis: 

 Edukasi, pola hidup sehat, menghindari rokok, olah raga sesuai 

kemampuan, nutrisi seimbang, rehabilitasi medik, kontrol rutin dan 

konsumsi obat teratur.

Tatalaksana farmakologi yang dapat diberikan terdiri atas:49

  1. OAINS

Tabel 6.7 Pilihan obat OAINS

Obat Dosis /hari Obat Dosis /hari

Celecoxib 200-400 mg Na-diklofenak 50-150 mg

Ibuprofen 400-2400 mg Ketoprofen 100-200 mg

Indometasin 50-150 mg Meloksikam 7,5-15 mg

2. Kortikosteroid (diberikan terutama intraartikular pada monoartritis)

3. DMARD konvensional (metotreksat dan sulfasalazin)

4. DMARD biologi (Anti TNF-α (etanercept, adalimumab, infliximab, 

golimumab) dan Anti IL-17 (secukinumab))

Rujuk untuk tatalaksana lebih lanjut

Pembahasan kasus

Pasien usia kurang dari 45 tahun dengan nyeri pinggang inflamasi yaitu: terdapat 

nyeri di pagi hari, membaik dengan pergerakan, terjadi perlahan-lahan dan sudah 

berlangsung lebih dari 3 bulan. Terdapat keterbatasan gerak leher dan juga gerak 

membungkuk pada pinggang.

Diagnosis sementara: Spondilitis Ankilosa

Penatalaksanaan:

Meloksikam 1 x 15 mg p.o

Rujuk untuk pemeriksaan dan terapi lebih lanjut

Buku Saku Reumatologi |   51

BAB VII

SKLEROSIS SISTEMIK

ICD-10: 

Systemic sclerosis, unspecified (M34.9)

Progressive systemic sclerosis (M34.0)

Systemic sclerosis with lung involvement (M34.81)

Systemic sclerosis with myopathy (M34.82)

Systemic sclerosis with polyneuropathy (M34.83)

Kompetensi dokter umum: Skleroderma (2) 

Kasus

Seorang perempuan berusia 32 tahun, datang 

dengan keluhan nyeri dan bengkak di sendi-sendi 

kedua tangannya, kadang-kadang disertai kaku, 

yang sudah dirasakan selama 12 bulan. Pasien 

juga sering mengalami kejadian berupa ujung-

ujung jari berubah warna menjadi pucat dan nyeri 

setiap terpapar sesuatu yang dingin, seperti saat 

mencuci, yang sudah dirasakan sejak berusia 29 

tahun. Akhir-akhir ini pasien juga mengeluh sesak 

napas saat beraktivitas berat.

Pada pemeriksaan fisis didapatkan edema di 

seluruh jari-jari tangan, kulit teraba menebal. 

Pada ujung jari-jari terlihat adanya bekas luka-

luka kecil dan sidik jari sudah tidak tampak jelas. 

Pada daerah wajah didapatkan kulit yang terlihat 

kencang, mengeras, dan sulit dicubit, disertai 

adanya telangektesia di daerah pipi.

Hasil laboratorium: Hb 11 g/dL, leukosit 7.200 /

uL, trombosit 350.000/uL, LED 70 mm/jam.

Definisi

Sistemik sklerosis (skleroderma) merupakan penyakit autoimun yang 

ditandai dengan trias patogenik yang terdiri atas kerusakan mikrovaskular, 

disregulasi sistem imun dan fibrosis pada berbagai organ.56

52   |  Buku Saku Reumatologi

Epidemiologi56,57,58

1. Lebih banyak mengenai perempuan dibandingkan dengan laki-laki

2. Dapat terjadi pada semua kelompok usia, namun insidensi penyakit ini 

lebih banyak didapatkan pada orang dewasa

3. Faktor risiko:

Genetik: riwayat sistemik sklerosis pada anggota keluarga

Lingkungan: Paparan bahan-bahan kimia seperti silika, vinil klorida, 

dan pelarut organik dapat memengaruhi perkembangan penyakit ini. 

Peranan infeksi virus dan mikroorganisme lainnya juga diduga dapat 

berkontribusi terhadap patogenesis penyakit ini

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada penyakit sistemik sklerosis ditandai dengan adanya 

fibrosis progresif yang disebabkan sebab  deposisi komponen matriks 

ekstraselular pada berbagai jaringan dan organ, hal tersebut menyebabkan 

munculnya gejala klinis pada kulit dan organ internal, berupa58,59,60 :

Tabel 7.1 Manifestasi klinis sklerosis sistemik berdasarkan organ yang 

terlibat

Sistem Organ Manifestasi Klinis

Kulit Penebalan kulit, gatal, hipo/hiperpigmentasi (salt-pepper 

appearance), telangiektasia, kalsinosis kutis (sebab  deposisi 

kalsium), ulkus, gangren, perubahan pada kapiler nailfold, 

sklerodaktili

Vaskular Fenomena Raynaud

Saluran 

Gastrointestinal

Disfagia, odinofagia, GERD, gastric antral vascular ectasia (GAVE), 

muntah, diare, kontipasi, rasa kembung

Paru-paru Batuk kering, fibrosis paru, sesak napas, efusi pleura, penyakit 

paru interstisial

Sistem saraf Pusing, sakit kepala, kejang, gangguan penglihatan, afasia, 

penurunan kesadaran, ansietas, depresi

Ginjal Krisis renal skleroderma

Jantung Hipertensi pulmonal, perikarditis, efusi perikardium, nyeri dada, 

aritmia

Muskuloskeletal Nyeri, miositis, tenosinovitis, tendon friction rub, kontraktur 

sendi, artritis non erosif, lemah otot

Buku Saku Reumatologi |   53

Tabel 7.2 Klasifikasi subtipe sklerosis sistemik 56,61

Subtipe Karakteristik

1. Limited cutaneous 

systemic sclerosis 

(lcSS)

Fibrosis pada kulit daerah distal, sklerodaktili, 

telangiektasia, dan kalsinosis kutis

Terdapat riwayat fenomena raynaud yang lama

Sangat jarang ditemukan penyakit paru interstisial 

berat dan krisis renal skleroderma

2. Diffuse cutaneous 

systemic sclerosis 

(dcSS)

Fibrosis pada kulit daerah proksimal sampai lipat 

siku dan lutut,