degenerasi lumbal 6


  operasi. Aktivitas berat 

diperbolehkan 4 minggu pasca operasi. Obat analgetik narkotika 

oral dengan potensi rendah atau obat bebas seperti ibuprofen atau 

acetaminophen umumnya cukup untuk mengatasi rasa sakit pada 

masa pasca operasi.. 

Hal yang Perlu Diperhatikan 

• Dokter bedah harus berhati-hati untuk menghindari penipisan 

pars intraartikular yang berlebihan dan prosesus artikular 

inferior karena risiko fraktur iatrogenik. 

• Palpasi tulang di bagian pars intraartikularis dengan alat 

Penfield # 4 berguna untuk memastikan tulang yang adekuat 

masih di area ini. 

• Ligamen flavum harus dibiarkan utuh sampai akhir 

pengeboran, untuk mengurangi risiko cedera dural atau 

nerve root. 

• Mikroskop operatif memberi  visualisasi optimal pada 

bidang operasi selama prosedur operasi dan dianjurkan untuk 

jenis operasi ini. 

• Setelah ligamen flavum dilepaskan, palpasi bidang antara dura 

dan jaringan di atasnya harus dilakukan untuk mengurangi 

risiko robekan dural. 

• Pendarahan dapat dikontrol dengan kombinasi bone wax pada 

tepi tulang dengan agen hemostatic. 

• Pembedahan revisi sangat kompleks dan paling baik ditangani 

oleh ahli bedah dengan pengalaman klinis yang substansial 

dalam operasi tubular ini. 


  

 

 

Komplikasi dan Manajemen 

Resiko komplikasi pada semua operasi dekompresi lumbal 

yangberbasistubularretractormeliputi pendarahan, laserasi dural, 

cedera saraf, ketidakstabilan iatrogenik, infeksi, dan komplikasi 

medis. Selama tahap  ini, waktu tambahan untuk prosedur, teknik 

yang cermat, dan pendekatan yang baik terhadap kesulitan kasus 

merupakan tindakan yang bijaksana. 

Robekan dural tetap menjadi tantangan dengan operasi 

dekompresi lumbal minimal invasif. Satu laporan menemukan 

adanya kejadian robekan iatrogenik sebesar 16%. Meskipun robekan 

dural dapat diminimalisir dengan hati-hati, ahli bedah harus siap 

untuk mengatasi robekan jika terjadi. Untungnya, kurangnya 

"deadspace" pada luka yang signifikan dalam prosedur invasif 

minimal mengurangi kemungkinan fistula kulit dural dibandingkan 

dengan dekompresi lumbal tradisional terbuka. Robekan dural yang 

kecil dan stabil dapat berhasil dikelola dengan menempatkan 

sejumlah kecil agen hemostatik di lokasi itu diikuti dengan 

penggunaan sealant dural (misalnya lem fibrin). 

Infeksi sangat jarang terjadi setelah operasi dekompresi 

berbasis tubular, terjadi infeksi di tempat operasi, teknik tradisional 

debridement dan terapi antibiotik harus dilakukan.

BAB V PROSEDUR MINIMAL INVASIF PADA NYERI PINGGANG BAWAH 

 

 


REHABILITASI PADA NYERI PINGGANG 

BAWAH MEKANIK 


yeri pinggang bawah merupakan keluhan nyeri atau perasaan 

tidak nyaman pada daerah pinggang bawah dari pinggir 

bawah costa atau lumbal satu sampai gluteal folds dan sering 

menjalar ke tungkai, nyeri pinggang bawah merupakan masalah 

muskuloskeletal yang umun di dunia, diperkirakan sekitar 85 % 

orang dewasa pernah mengalami nyeri pinggang selama hidupnya. 

Nyeri pinggang bawah termasuk penyebab paling sering tidak 

masuk kerja dan penurunan produktivitas kerja di negara 

berkembang. Penyebab nyeri pinggang bawah antara lain yaitu  

faktor mekanik, proses degeneratif, inflamasi, metabolik 

(osteoporosis), neoplasma, infeksi, kelainan kongenital, dan 

gangguan psikogenik. Sebagian besar nyeri pinggang bawah tidak 

mendapatkan diagnosa yang spesifik karena banyak faktor yang 

berperan dalam terjadinya nyeri pinggang bawah seperti kelemahan 

otot, stress emosional, cedera, degenerasi diskus, arthritis, hipertrofi 

ligamen, jenis nyeri pinggang bawah yang paling banyak yaitu  

nyeri pinggang bawah mekanik. Nyeri pinggang bawah memiliki 

banyak nama; nyeri pinggang bawah non spesifik, nyeri pinggang 

bawah sederhana, nyeri pinggang bawah mekanik, lumbal strain. 

Beberapa faktor resiko yang sering dihubungkan dengan nyeri 

pinggang bawah yaitu  obesitas, perokok, gaya hidup kurang 

aktifitas atau duduk lama, aktitas yang berlebihan dan genetik. 

Untuk mengatasi masalah nyeri pinggang bawah diperlukan terapi 

medikamentosa, edukasi tentang postur, modalitas fisik (terapi 


 

panas, stimulasi listrik), terapi latihan, manipulasi, latihan di kolam 

renang dan lumbal support. 

Nyeri pinggang bawah Mekanik 

Kelainan pada daerah lumbosakral paling sering memicu  

keluhan pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah mekanik yaitu  

nyeri sekunder akibat overuse daerah lumbosakral dengan struktur 

anatomi normal atau nyeri sekunder karena cedera atau deformitas 

struktur anatomi seperti HNP (hernia nucleus polposus). Nyeri timbul 

karena masalah atau kelainan terbatas pada struktur lokal 

lumbosakral. Karaksteristik nyeri pinggang bawah mekanik yaitu  

nyeri yang timbul saat beraktifitas dan berkurang saat istirahat. Pola 

ini dapat dipergunakan untuk melokalisasi kelainan pada struktur 

daerah lumbosakral, misalnya saat fleksi atau membungkuk timbul 

nyeri kemungkinan kelainan pada discus vertebrla atau sebaliknya 

saat ekstensi timbul nyeri kemungkinan kelainan pada sendi facet. 

Nyeri juga dapat timbul dengan gerakan mendadak, memutar, 

gerakan berlebihan atau kebiasaan dan sikap tubuh yang buruk 

apalagi bila terjadi dalam waktu yang lama. Pemeriksaan fisik dapat 

membantu mengidentifikasi kelainan neurologis dan kerusakan otot 

namun tidak cukup untuk menunjukkan lokasi dari kerusakan 

secara tepat. Perlu diingat bahwa nyeri pinggang bawah mekanik 

akan membaik dalam waktu yang cukup dan tidak diperlukan 

tindakan intervensi ataupun operasi. Apabila ada  tanda Cauda 

equina syndrome yang dengan terapi koservatif tidak ada perbaikan, 

maka perlu dipikirkan untuk tindakan koreksi dengan pembedahan. 

Back Strain 

Back strain yaitu  nyeri pinggang bawah yang tidak menjalar 

ke tungkai bawah yang berhubungan dengan stress mekanik pada 

area lumbosakral. Keluhan nyeri punggung bawah sebagian besar 

80 - 90% memang disebabkan oleh faktor mekanik. Pada pasien 

dengan nyeri pinggang bawah, back strain menyumbang kelainan 

sebesar 60-70 %. 


 

Etiologi dari back strain memang belum terlalu jelas, namun 

dapat dihubungkan dengan ketegangan sekunder dari ligamen dan 

otot yang disebabkan oleh trauma ataupun stress mekanik yang 

berlangsung terus menerus. Penting untuk diingat bahwa 

lumboskaral memiliki 2 fungsi biomekanik yang utama. 

Lumbosakral menyangga bagian atas tubuh dalam hal 

keseimbangan dan dalam posisi berdiri tegak akan berfungsi sebagai 

penggerakan. Pada posisi statik, posisi berdiri tegak dipertahankan 

oleh keseimbangan antara tekanan dari diskus intervertebralis, 

ligamen anterior dan posterior longitudinal dan sendi facet serta 

tonus otot-otot di sekitar lumbosakral dan abdominal. 

Keseimbangan dari tulang belakang juga berhubungan dengan 

kurva normal pada area servikal, torakal, dan lumbosakral pada 

kolumna vertebral. Keseimbangan pada kurvatura ini akan 

menghasilkan postur pada individu itu sendiri. Proper alignment juga 

dipengaruhi oleh struktur pada pelvis dan ekstremitas bawah, 

termasuk kapsul sendi hip dan otot hamstring serta gluteus 

maximus. Postur tubuh dikatakan dalam keadaan yang baik bila 

dapat dipertahankan dalam waktu yang lama dengan usaha yang 

minimal dan tidak cepat memicu  kelelahan. 

Nyeri pinggang bawah yang disebabkan oleh back strain dapat 

berhubungan struktur anatomis yang memicu  otot 

berkontraksi secara tonik (tonnically contracted) pada posisi istirahat. 

Nyeri pinggang bawah juga dapat terjadi pada saat pergerakan jika 

stress lebih besar dari struktur yang mendukung (supporting 

strucutre). Nyeri pinggang bawah yang berhubungan dengan posisi 

postur statik sebagian besar terjadi peningkatan sudut lumbosakral 

(hyperlordosis). 

Penatalaksanaan nyeri pinggang bawah 

Sebelum dilakukan penanganan nyeri pinggang bawah, perlu 

diketahui dengan baik riwayat nyeri yang dikeluhkan oleh pasien 

yaitu: kapan mulainya, sifat nyeri, penjalaran nyeri, aktifitas yang 

dapat meningkatkan atau menurunkan nyeri serta riwayat trauma, 

pekerjaan dan penyakit sebelumnya. Pemeriksaan fisik diperlukan 



 

 

untuk mengetahui jenis dan penyebab nyeri pinggang bawah. 

Penanganan utama nyeri pinggang bawah mekanik ditekankan 

pada pencegahan dan tetap melakukan aktifitas sesuai dengan 

toleransi nyeri. Dengan tetap melakukan aktifitas sehari-hari, 

penyembuhan nyeri pinggang bawah akan lebih cepat dan dapat 

mengurangi disabilitas dibandingkan jika melakukan istirahat total 

di tempat tidur. Intervensi pembedahan dilakukan pada pasien yang 

tidak mengalami perbaikan pada gejalanya selama terapi 

konservatif serta ada  kelainan mekanik yang hanya dapat 

dikoreksi dengan pembedahan. 

Penanganan nyeri pinggang bawah mekanik meliputi: 

1. Edukasi 

a) Edukasi merupakan aspek penatalaksanaan nyeri 

pinggang bawah yang penting walaupun belum cukup 

dalam perbaikan nyeri pinggang bawah 

b) Edukasi meliputi informasi tentang penyebab nyeri 

pinggang bawah, rekomendasi aktivitas yang 

diperbolehkan serta prognosis yang baik 

c) Tidak dianjurkan bed rest, karena dengan istirahat pasien 

akan lebih merasakan nyeri dan ada  keterlambatan 

pemulihan dibandingkan yang tetap aktif sesuai toleransi 

nyeri 

Edukasi Proper body mechanics 

Dengan memberi penjelasaan kepada pasien tentang 

penyakitnya, dan reassurance bahwa prognosis tetap baik dan pasien 

dapat tetap aktif walaupun nyeri. Hal ini akan dapat 

menghilangkan pikiran negatif dan informasi yang salah yang 

dimiliki pasien tentang nyeri pinggang. ada bukti yang akurat 

dari systematic review bahwa edukasi untuk tetap melanjutkan 

aktivitas sehari-hari senormal mungkin dapat mempercepat 

penyembuhan dan mengurangi disabilitas daripada edukasi untuk 

bed rest. Pasien diedukasi untuk menghentikan aktivitas apabila 


 

nyeri kambuh atau bertambah berat. 

Pada saat gejala akut, pasien diberikan edukasi tentang cara 

berbaring yang benar, duduk perlahan di pinggir tempat tidur, 

lalu  berbaring menyamping dengan dibantu lengan, dengan 

hip dan lutut tetap fleksi, merubah posisi menjadi terlentang dari 

kaki menempel pada permukaan tempat tidur, kaki perlahan 

diluruskan dan diganjal dengan bantal di bawah lutut. 

Posisi tidur yang baik bisa dengan posisi terlentang, miring 

atau agak tengkurap. Penggunaan bantal di kepala jangan terlalu 

tinggi. Pada posisi terlentang tempatkan juga bantal di bawah kedua 

lutut. Pada posisi miring letakan juga bantal di antara kedua lutut. 

Pada posisi agak tengkurap letakkan juga bantal di bawah perut. 

Cara bangun dari tidur dimulai dari kedua lutut ditekuk, miringkan 

badan, lalu  turunkan kedua kaki dan berusaha mengangkat 

dengan bantuan lengan. 

Selain itu pada saat gejala sub akut, juga diberikan edukasi 

tentang posisi duduk yang benar yaitu duduk bersandar, lutut 

sedikit lebih tinggi daripada posisi tungkai atas dan posisi kaki di 

lantai. Serta posisi berdiri yang benar yaitu berdiri tegak, tidak 

membungkuk atau terlalu membusungkan dada. 

Pada tahap  kronik jika melakukan aktivitas dengan posisi berdiri 

yang lama, usahakan salah satu lutut difleksikan secara bergantian 

atau salah satu kaki dinaikan pada alat pijakan. Pada saat 

mengangkat barang, posisi badan diusahakan tetap tegak, paha dan 

lutut dalam posisi fleksi. Barang diusahakan sedekat mungkin 

dengan tubuh



 

 


 

2. Terapi Farmakologi 

Pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi gejala 

nyeri dan memaksimalkan kenyamaan pasien, yang biasanya 

diberikan berupa golongan analgetik yaitu acetaminofen dan non- 

steroid anti inflamatory drugs (NSAID) atau dikombinasi dengan 

muscle relaxant. 

3. Terapi adjunctive 

a) Kompres hangat, dapat membantu mengurangi nyeri dan 

spasme otot 

b) Kompres dingin, dapat membantu mengurangi edema, 

dan nyeri 

Terapi Modalitas 

Beberapa modalitas dapat digunakan sebagai penanganan 

keluhan nyeri pinggang. Penggunaan TENS frekuensi tinggi untuk 

penanganan nyeri pinggang bawah didasarkan pada teori gate 

control yang dikembangkan oleh Melzack dan Wall. Menurut teori 

ini, stimulasi saraf afferen berdiameter besar (A-[3) akan 

mengaktivasi interneuron inhibitory dalam substansia gelatinosa dari 

bagian dorsal medula spinalis, sehingga menginhibisi transmisi dari 

sinyal nosiseptif saraf yang berdiameter kecil A-b dan serabut saraf 

C-fibers, sehingga nyeri dirasakan berkurang. Modalitas TENS 

digunakan pada tahap  akut, sedangkan untuk nyeri kronis dapat 

diberikan TENS frekuensi rendah karena dapat menstimulasi 

endorfin. 

Terapi pemanasan juga dapat digunakan, karena panas dapat 

meningkat nilai ambang nyeri sehingga perasaan nyeri berkurang, 

di samping itu panas juga mempunyai efek vasodilatasi sehingga 

iskemik jaringan dapat diatasi dan spasme otot berkurang. Infrared 

(IR) biasa digunakan sebelum melakukan latihan pada tahap  subakut. 

Ultrasound digunakan karena memiliki efek panas dan efek 

mikromasase, sehingga meningkatkan elastisitas kolagen dan sering 

dipergunakan untuk mentransfer obat ke dalam jaringan 

(phonoporesis) 


  

 

 

Penggunaan Orthosis 

ada  beberapa mekanisme yang mendasari mengapa 

lumbar support bisa menjadi efektif. Satu hipotesis menyatakan 

bahwa orthosis dapat mencegah gerakan vertebral berlebihan 

dengan membatasi secara fisik atau memberi  umpan balik 

sensorik untuk mengingatkan agar pasien tidak melakukan gerakan 

ekstrim. 

Teori lainnya menyatakan bahwa orthosis dapat meningkatkan 

tekanan intraabdomen tanpa meningkatkan aktivitas otot abdomen, 

sehingga dapat menurunkan gaya otot, kelelahan dan beban 

kompresif pada vertebral. Korset lumbosakral memberi  

pembatasan pada gerakan anterior- posterior dan lateral, dan 

membantu meningkatkan tekanan intraabdominal. Pembatasan 

fleksi dan ekstensi dapat dicapai dengan penambahan metal di 

posterior. Pada tahap  akut, korset lumbosakral digunakan 

terus-menerus dan latihan dilakukan dengan mengunakan korset. 

Sedangkan pada tahap  subakut korset dibuka saat latihan. Perlu 

diperhatikan yaitu  bahwa penggunaan korset lumbosakral jangka 

panjang dapat memicu  peningkatan gerakan pada segmen di 

atas atau di bawah daerah yang dikontrol oleh orthosis ini . 

Atrofi otot juga dapat terjadi, sehingga meningkatkan risiko cedera 

berulang. Pasien juga dapat mengalami ketergantungan secara 

psikologis. 

Terapi Latihan 

Latihan yang sering digunakan sampai saat ini yaitu  latihan 

william flexion atau william back, yang dikemukakan pertama kali oleh 

Dr. Paul William (1937). Latihan ini bertujuan untuk mengurangi 

nyeri dan disabilitas pada tubuh dengan penguatan otot-otot 

abdomen dan ekstensor hip serta peregangan otot-otot ekstensor 

punggungbawah. Kontraindikasi latihan ini yaitu  pada keadaan 

inflamasi dan kontraktur. Latihan pelvic tilt merupakan latihan 

penguatan secara isometrik otot abdomen dan otot ekstensor hip 

dan peregangan otot ekstensor punggung bawah dan dilakukan 


 

pada tahap  akut. Latihan ini dapat mengurangi hiperlordosis lumbal 

dan meningkatkan stabilitas postural. Pada pasien obesitas dengan 

nyeri pinggang mekanik ada  penurunan lingkup gerak sendi 

fleksi pada lumbal. Untuk itu, pada tahap  subakut diperlukan latihan 

peregangan otot-otot erector spinae untuk meningkatkan fleksibilitas, 

dan juga penguatan otot abdomen dengan latihan single knee to chest 

dan double knee to chest, serta pelvic tilt yang dilakukan dengan 

mengangkat kepala dan latihan seperti mengayuh sepeda. 

Sedangkan pada tahap  kronik, latihan dapat dilakukan dengan 

membungkuk di atas kursi, latihan untuk memperbaiki postur saat 

berdiri dan berjalan serta latihan untuk memperbaiki hiperlordosis 

lumbal. 

Disamping latihan fleksi sering juga diterapkan latihan yang 

menekankan ektensi (McKenzie). Latihan ekstensi ditujukan pada 

nyeri pinggang bawah dimana keluhan nyeri berkurang saat 

berbaring dan bertambah saat duduk atau saat membungkuk juga 

terjadi penjalaran nyeri ke tungkai. Secara teori pada saat ekstensi 

akan terjadi penurunan ketegangan saraf, penuruan beban pada 

diskus sehingga tekanan pada diskus berkurang dan terjadi 

peningkat kekuatan dan endurance otot-otot ekstensor. 

Untuk nyeri pinggang bawah yang disebabkan oleh posisi 

statik lebih dianjurkan latihan jalan cepat dengan mengayun tangan 

sehingga terjadi gerakan yang dinamis pada area lumbosakral dan 

memberi efek peregangan, penguatan dan endurance. Program 

latihan jalan juga diberikan untuk post operasi discectomy karena 

latihan ini dapat membantu meningkatkan aliran darah dan 

menurunkan kemungkinan terjadinya sumbatan pembuluh darah. 

Latihan jalan bisa dilakukan bersamaan dengan latihan 

kardiovaskuler, yang mana dapat meningkatkan aliran darah dan 

oksigenasi ke sistem muskuloskeletal, otak dan sistem saraf. 

ada  bukti yang menunjukkan berjalan pada treadmill dapat 

memobilisasi saraf pada penderita degeneratif lumbal stenosis.


 

 

Terapi Akuatik 

Selain pemeberian latihan di darat, dapat dilakukan terapi di 

air. Terapi akuatik dapat diaplikasikan mulai pada kondisi akut 

setelah 3-7 hari. Adanya gaya apung, daya resistensi dan tekanan 

hidrostatik akan mengurangi kompresi pada sendi yang merupakan 

halangan pada latihan di darat. Dapat digunakan untuk melatih 

proper body mechanism, dengan kedalaman air setinggi leher. Selain 

itu sifat biofisik air lainnya yaitu  turbulensi dan pengaruh suhu 

dapat digunakan pada tahap  subakut. Turbulensi diberikan dari arah 

depan untuk mengurangi hiperlordosis lumbal 

Turbulensi juga dapat melatih keseimbangan. Suhu air yang 

hangat dapat mengurangi spasme dan hiperaktivitas otot. Pada tahap  

 

Gambar 6.2 Basic Exercise pada nyeri pinggang bawah 


subakut kedalaman yang dibutuhkan yaitu  setinggi umbilikus. 

Pada tahap  kronik, terapi akuatik digunakan untuk latihan 

peregangan otot paralumbal dan gluteus, meningkatkan endurance 

otot dan kardiorespirasi dengan latihan jalan, dan joging di air. 

Kedalaman air setinggi spina iliaka anterior superior (SIAS) 

Berbagai penelitian telah menemukan manfaat terapi akuatik 

terhadap nyeri dan fungsional pasien nyeri pinggang. Dalam satu 

met-analysis dikemukakan bahwa terapi akuatik dapat bermanfaat 

pada pasien nyeri pinggang kronik. 

Prognosis 

Prognosis nyeri pinggang bawah secara umum baik meskipun 

sering terjadi kekambuhan. Sebanyak 70-90% membaik dalam 7 

minggu. Kekambuhan terjadi ada 50% penderita dalam 6 bulan serta 

70% dalam 12 bulan. Dengan demikian, edukasi pasien tentang 

riwayat nyeri pinggang bawah akut dan upaya pencegahannya 

dapat membantu meminimalisir kekambuhan.