penyakit Nusantara 1

 





 Epidemiologi berasal dari bahasa latin , epos  atau epi yang 

berarti pada, demos atau demi yang berarti banyak orang dan logos 

atau logi yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah epidemilogi yaitu  

ilmu yang mempelajari hal yang menimpa orang atau warga . 

Dalam hubungan dengan penyakit, khususnya penyakit menular, 

epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari frekuensi 

dan penyebaran penyakit menular pada sekelompok manusia serta 

faktor – faktor yang mempengaruhinya. 

 Dengan adanya pengertian bahwa penyakit menular itu  

bukan merupakan satu – satunya masalah kesehatan yang mungkin 

dialami oleh sekelompok manusia atau warga , dalam 

pengertian modern epidemiologi saat ini diartikan sebagai ilmu 

yang mempelajari frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan 

pada sekelompok manusia serta faktor – faktor yang 

mempengaruhinya.  

 Dengan pengertian modern ini maka ruang lingkup 

epidemiologi menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas pada 

masalah penyakit menular saja melainkan meliputi  juga penyakit 

tidak menular serta masalah – masalah  kesehatan lainnya. Akan 

tetapi meskipun demikian , titik berat  perhatian epidemiologi tetap 

ditujukan pada masalah – masalah  penyakit, sebab  berbagai 

masalah kesehatan diluar penyakit itu hanya memiliki  arti bila 

ada hubungannya dengan penyakit. 

 

 

 

 

 

 2 

B. Manfaat Epidemiologi  

  

 Dalam rangka penanggulangan masalah kesehatan khususnya 

penyakit menular, secara umum manfaat epidemiologi yaitu  : 

1. Dapat menerangkan sebab – sebab timbulnya peristiwa 

penyakit serta perkembangan alamiahnya. 

Sebagai contoh, dari penyelidikan epidemiologis yang 

dilaksanakan diperoleh kesimpulan bahwa ledakan penyakit 

DHF terjadi akibat meningkatnya populasi nyamuk Aides 

aegypti sebagai vektornya, yang terjadi pada setiap permulaan 

musim hujan. 

2. Dapat memberikan data yang diperlukan untuk menyusun 

rencana – rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. 

Contoh, dengan diketahuinya pola penyebaran penyakit DHF 

seperti tersebut di atas, maka dapat disusun program yang 

sebaik – baiknya untuk melaksanakan pencegahan dan 

pemberantasannya. 

3. Dapat memberikan data untuk menilai / mengevaluasi kegiatan 

– kegiatan yang sedang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari 

penyelidikan epidemiologi dapat dimanfaatkan untuk 

mengadakan evaluasi apakah kegiatan–kegiatan yang 

dilaksanakan dalam rangka pencegahan dan pemberantasan 

penyakit itu sudah benar dan tujuan yang telah ditetapkan dapat 

tercapai. 

 

C.  Riwayat Perjalanan Penyakit 

  

 Ada tiga faktor yang berperan pada setiap kejadian penyakit, 

yaitu :  

 1.  Manusia sebagai tuan rumah ( host ) 

 2.  Penyebab / hama penyakit ( agent ) 

 3.  Lingkungan yang mempengaruhi  ( enviroment ) 

 

Ketiga faktor  itu memiliki  hubungan yang bersifat majemuk dan 

kompleks, sebab  ketiga – tiganya memiliki  sifat yang sewaktu – 

 3 

waktu dapat berubah dan juga sebab  hubungan ini bersifat timbal 

balik. 

 Dalam gambaran yang sederhana, hubungan antara ketiga 

faktor tersebut di atas yaitu  sebagai berikut : 

1. Orang berada dalam keadaan sehat, berarti ketiga faktor itu 

dalam keadaan seimbang. 

2. Orang menderita sakit jika  daya tahannya sebagai host 

menurun. 

3. Orang menderita sakit jika  kemampuan hama penyakit 

meningkat. 

4. Orang menderita sakit sebab  lingkungan berubah ke arah 

yang merugikan host (negatif). 

 

 

 

 

 

TT                                            HH 

                        LL 

 

Sehat : ketiga faktor 

dalam keadaan 

seimbang 

 

 

 

  T 

                                                 HH 

                        LL 

 

Sakit : daya tahan 

host menurun 

 

 

  

TT 

                                              HHH 

                         LL 

 

Sakit : kemampuan 

hama penyakit 

meningkat 

 

 

 

TT                            

                                                 HH 

                          

                         L 

 

Sakit : lingkungan 

berubah menjadi 

negatif 

  

 4 

 Serangan penyakit akan menimbulkan sejumlah gejala pada 

tubuh host. Dengan mengikuti proses timbul dan naik-turunnya  

gejala – gejala itu dapat kita peroleh gambaran dari riwayat alamiah 

perjalan penyakit (natural history of disease), dari penyakit yang 

bersangkutan. 

 

Riwayat alamiah perjalan penyakit dapat dibedakan atas 4 tahap, 

yaitu : 

1. Tahap infeksi, yaitu  suatu tahapan dimana hama penyakit 

(agent) sudah masuk ke dalam tubuh tuan rumah (host) tetapi 

gejala – gejala penyakit ini belum tampak. Tahap inkubasi yang 

disebut juga masa tunas, untuk beberapa jenis penyakit, 

lamanya berbeda – beda. Sebagai contoh, penyakit kolera 

memiliki  masa tunas beberapa jam sampai lima hari. 

 

2. Tahap penyakit dini, yaitu tahap dimana gejala – gejala 

penyakit mulai tampak. Disini tuan rumah sudah sakit tetapi 

sifatnya masih ringan sehingga masih dapat menjalankan 

aktifitas sehari – hari dan jika   berobat juga cukup dengan 

berobat jalan. 

 

3. Tahap penyakit lanjut, pada tahap ini penyakit bertambah 

hebat, sehingga tuan rumah tidak dapat lagi beraktifitas secara 

normal, dan jika berobat juga sudah memerlukan perawatan. 

 

4. Tahap akhir penyakit, yaitu tahapan dimana perjalanan penyakit 

ini dapat berupa 5 macam keadaan, yaitu : 

a. Sembuh sempurna, artinya penyakit berakhir dan bentuk 

maupun fungsi tubuh tuan rumah kembali seperti keadaan 

sebelum sakit. 

b. Sembuh dengan cacat, disini  penyakit berakhir tetapi tuan 

rumah mengalami cacat. Cacat ini dapat berbentuk cacat 

mikroskopik, cacat fisik, cacat fungsional, cacat mental 

ataupun cacat sosial.  

c. Karier / carrier, berati perjalanan penyakit berhenti, tetapi 

tubuh tuan rumah tetap mengandung hama penyakit yang 

 5 

bersangkutan, yang sewaktu – waktu dapat menimbulkan 

sakit lagi serta dapat menulari orang – orang yang ada 

disekitarnya. 

d. Kronis, disini perjalanan penyakit tampaknya berhenti 

tetapi sebetulnya tuan rumah tersebut belum sembuh. Gejala 

– gejala penyakitnya  tidak bertambah berat juga tidak 

bertambah ringan, disebut juga menahun. 

e. Meninggal dunia, perjalanan penyakit terhenti, tetapi 

keadaan ini merupakan hal yang tidak dikehendaki oleh 

setiap tindakan kedokteran. 

 

 

D.  Rantai Penularan Penyakit 

  

 Bagian terbesar penyakit yaitu  penyakit infeksi, yaitu 

penyakit yang disebabkan masuknya mikroorganisme patogen ke 

dalam tubuh manusia. Secara garis besar penyakit infeksi dapat 

dibagi menjadi 2 golongan, yaitu : 

1. Penyakit infeksi yang menular 

2. Penyakit infeksi yang tidak menular  

  

 Penyakit menular yaitu  penyakit yang secara alamiah dapat 

berpindah dari seeorang kepada orang lain. Penularan terjadi 

akibat pindahnya hama penyakit dari satu penderita kepada calon 

penderita, baik secara langsung maupun tidak langsung.  

 Beberapa penyakit juga dapat menular dari hewan kepada 

manusia, seperti misalnya rabies (dari anjing), anthrax (dari 

ternak), dan pes (dari tikus). Penyakit yang memiliki  sifat 

demikian disebut zoonosa. 

 Penularan suatu penyakit tidak terjadi  begitu saja melainkan 

memerlukan adanya hal –hal atau syarat – syarat tertentu yang 

biasa disebut sebagai rantai penularan penyakit. Rantai penularan 

penyakit yaitu  rangkaian sejumlah faktor yang memungkinkan 

proses penularan suatu penyakit  dapat berlangsung. 

 

 

 6 

 

Faktor yang merupakan mata rantai itu ada 6, yaitu : 

1. Adanya sumber penularan 

2. Adanya hama penyakit 

3. Adanya pintu keluar 

4. Adanya cara penularan 

5. Adanya pintu masuk 

6. Adanya kerentanan 

 

1. Sumber Penularan 

 Sumber penularan atau sumber infeksi yaitu  tempat dimana 

hama penyakit hidup dan berkembang biak secara alamiah. 

Dari sumber infeksi inilah kemudian penyakit itu menular  

kepada orang lain. 

Sumber penularan penyakit dapat dibedakan atas 3 macam, 

yaitu : 

 

a. Manusia ( Human Reservoir ) 

Human reservoir dapat berupa : 

1. Orang sakit dengan gejala – gejala yang jelas (kasus 

klinis) 

2. Orang sakit dengan gejala – gejala yang tidak jelas (kasus 

sub  klinis) 

3. Karier, yaitu orang yang tidak sakit tetapi tubuhnya 

mengandung dan mengeluarkan hama penyakit. 

 

Sumber penularan itu mengandung hama penyakit pada 

berbagai bagian tubuhnya, misalnya dalam darah, paru – 

paru, hati dan sebagainya. Juga dalam berbagai produk yang 

dikeluarkannya, misalnya ingus, ludah, dahak (sputum), 

urine, faeces, nanah , cairan luka dan lain – lain, yang 

sewaktu – waktu dengan cara tertentu dapat menular kepada 

orang lain. 

 

 

 

 7 

 b.  Hewan ( Animal  Reservoir ) 

Beberapa jenis hewan dapat menjadi sumber penularan 

beberapa macam penyakit, seperti misalnya lembu dan biri- 

biri (penyakit anthrax), anjing (penyakit rabies), tikus 

(penyakit pes) dan babi (cacing pita). 

 

 c.  Lain – Lain  Sumber Penularan 

Sumber penularan lain misalnya tanah dan udara. Di tanah 

terdapat berbagai bibit penyakit seperti misalnya spora dari 

basil tetanus (Clostridium tetani), telur dari cacing – cacing  

(cacing ankylostoma, ascaris dan lain – lain), yang dapat 

menimbulkan penyakit pada manusia. Di uadar bebas 

berterbangan bermacam – macam mikro organisme yang 

juga dapat menimbulkan penyakit – penyakit seperti 

streptococcus, staphylococcus dan lain – lain. 

 

2. Hama Penyakit 

Yang dimaksud dengan hama penyakit yaitu  mikro organisme 

yang merupakan penyebab  penyakit pada tuan rumah. Hama  

penyakit dapat dibedakan atas 4 golongan sebagai berikut, yaitu  

 

a.   Golongan hewan 

1. Protozoa, contohnya Amoeba dysentri, Trypanosoma 

gambiense, Plasmodium malariae 

2. Cacing – cacing, misalnya Filaria bancrofti, 

Ancylostoma duodenale, Taenia solium. 

3. Serangga, contohnya Saarcoptes scabii penyebab  

penyakit scabies. 

 

b.   Golongan tumbuh – tumbuhan. 

1. Bakteri, misalnya bermacam – macam coccus, basil dan 

spirillium. 

2. Jamur, contohnya Ptyriasis versicolor penyebab penyakit 

panu. 

 

c.  Golongan virus, misalnya virus DHF, AIDS dan Campak. 

 8 

 

d. Golongan Rickettsia, misalnya Rickettsia rickettsi penyebab 

penyakit thypus bercak wabahi. 

 

Hama penyakit ini hidup dalam tubuh tuan rumahnya sebagai 

parasit. Mereka menimbulkan kerusakan pada sel – sel jaringan 

tubuh yang ditempatinya, baik secara langsung maupun melalui 

toksin (racun) yang dihasilkannya. 

 

Disamping yang berisfat patogen sejati (obligat parasit), 

terdapat juga hama penyakit yang bersifat patogen fakultatif 

(fakultatif parasit oportunis) seperti misalnya Clostridium tetani 

dan Staphylococcus  aureus. Clostridium tetani  yang sporanya 

banyak terdapat di tanah, debu dan benda – benda yang kotor 

hanya akan  menimbulkan penyakit tetanus jika  secara 

kebetulan masuk ke dalam luka pada kulit.   Staphylococcus  

aure s yang  banyak terdapat di udara bebas, baru akan 

menimbulkan penyakit (radang) apa bila secara kebetulan 

sampai pada luka kulit. 

 

 

3.  Pintu Keluar 

Pintu keluar yaitu  jalan yang dilalui oleh hama penyakit 

sewaktu keluar / dikeluarkan dari tubuh tuan rumah. Beberapa 

jenis penyakit infeksi memiliki pintu keluar yang berbeda – 

beda. 

 

Pintu keluar dapat berupa : 

 

a. Alat Pernafasan 

Yaitu hidung dan mulut, pada waktu penderita bernafas, 

berbicara, batuk, bersin, mengesang dan atau mendahak. Ini 

terjadi misalnya pada penyakit TBC paru, influensa dan 

difteria. 

 

 

 9 

b. Alat Pencernaan Makanan 

Dalam hal ini yaitu  mulut dan anus pada waktu penderita 

muntah dan atau berak, misalnya pada penyakit kolera. 

Pada penyakit dysentri dan thypus perut yang tidak 

memiliki gejala khas muntah, hama penyakit dikeluarkan 

hanya melalui anus bersama faeces. Pada penyakit kolera 

hama penyakit dikeluarkan juga melalui urine penderita. 

 

c. Alat Kencing dan Kelamin 

Ini terjadi pada beberapa jenis penyakit kelamin, misalnya 

gonorhoea, syphilis, AIDS dan lain – lainnya. 

 

d. Luka pada Kulit 

Luka pada kulit dapat dibedakan atas 3 macam, yaitu: 

1. Luka akibat terjadinya infeksi dan radang pada kulit 

(misalnya luka pada penyakit syphylis). 

2. Luka akibat gigitan binatang (misalnya gigitan nyamuk, 

kutu atau pinjal). 

3. Luka yang dibuat dengan sengaja (misalnya luka bekas 

suntikan). 

 

Pada luka (ulcus) akibat penyakit syphilis atau penyakit 

framboesia hama penyakit dikeluarkan bersama cairan luka 

(exudat). Melalui gigitan nyamuk, kutu dan pinjal dapat 

terisap keluar hama penyakit yang ada dalam darah 

penderita, misalnya pada penyakit malaria, typhus bercak 

pes. Melalui jarum suntik hama beberapa jenis penyakit 

dapat juga terbawa keluar, seperti misalnya pada penyakit 

hepatitis infectiosa dan AIDS. 

 

 

4.  Cara – Cara  Penularan 

Yang dimaksud dengan cara penularan penyakit yaitu  proses – 

proses yang dialami oleh hama penyakit tersebut sehingga 

dapat masuk ke dalam tubuh calon penderita. Masing – masing 

 10 

penyakit menular memiliki  cara penularan yang khas, yang 

satu berbeda dengan yang lain. 

Cara – cara penularan tersebut yaitu  sebagai berikut : 

 

a. Melalui hubungan orang dengan orang (personal contact) 

Personal contact dapat dibedakan atas 5 cara, yaitu : 

 

(1) Kontak fisik, contohnya penularan penyakit syphilis 

melalui hubungan seksual. 

 

(2) Melalui tangan yang terkontaminasi, ini dapat terjadi 

misalnya pada penyakit kolera, seseorang yang 

tangannya terkontaminasi dengan produk si penderita, 

kemudian makan tanpa terlebih dahulu 

membersihkan tangannya. 

 

 (3) Melalui benda – benda yang terkontaminasi . 

Benda – benda bekas dipergunakan oleh penderita 

dapat menjadi sarana penularan , seperti misalnya 

saputangan, handuk, piring, sendok, gelas dan 

sebagainya, sebab  benda – benda tersebut telah 

terkontaminasi dengan produk dari penderita yang 

sudah barang tentu penuh dengan hama penyakit.  

 

 (4) Melalui titik ludah (Droplet Infection) 

Ini dapat terjadi misalnya pada penyakit TBC paru 

dan Influensa. Pada saat penderita bersin, batuk atau 

berbicara, secara tidak disadari akan disemprotkan 

butir – butir yang amat halus dariludah dan ingusnya 

ke udara. Penularan akan terjadi jika  butir – butir 

ludah atau ingus yang mengandung hama penyakit itu 

terisap oleh orang lain pada saat bernafas. 

 

  (5) Melalui udara (Air Borne Infection) 

Butir – butir ludah dan ingus seperti tersebut di atas 

memiliki  ukuran / diameter bermacam – macama. 

 11 

Butir – butir yang sangat halus akan terus melayang – 

layang di udara, sedangkan butir – butir yang cukup 

besar akan turun dan mengendap di tanah.  Butir – 

butir yang melayang di udara jika  mengering akan 

meninggalkan inti yang berisi hama penyakit, yang 

disebut droplet nuclei, sedangkan butir – butir yang 

jatuh di tanah jika  mengering akan membentuk 

debu yang penuh dengan hama penyakit juga. Dengan 

perantaraan udara / angin baik itu droplet nuclei 

maupun debu yang terkontaminasi itu akan dapat 

tersebar sampai jauh, dan akan dapat menimbulkan 

penularan pada orang banyak melalui pernafasan. 

 

b. Melaui Air ( Water Borne Infection ) 

Air dapat menjadi sarana penularan beberapa macam 

penyakit, misalnya kolera, typhus, parathyphus, dysentri, 

radang hati menular,lumpuh kanak – kanak dan penyabit 

sebab  cacing. Penularan umumnya terjadi  akibat  orang 

mengkonsumsi air yang telah tercemar oleh faeces 

manusia, tanpa direbus atau diproses terlebih dahulu 

(faecal-oral infection). 

 

c. Melalui Makanan (Food Borne Infection) 

Penyakit – penyakit seperti yang telah disebutkan di atas 

juga dapat menular dengan perantara makanan. Penularan 

dapat terjadi sebab  : 

 Makanan telah tercemar dengan hama penyakit akibat 

diproses oleh orang yang sedang menderita sakit 

atupun carrier dari penyakit tersebut. 

 Makanan tercemar oleh hama penyakit tersebut dengan 

perantaraan lalat. 

 Bahan makanan yang dimakan mentah tidak dicuci 

terlebih dahulu dengan sempurna sebelum dikonsumsi, 

padahal sebelumnya telah disiram air sungai / kali dan 

sebagainya. 

 

 12 

Susu sapi dapat juga menjadi sasaran penularan penyakit –

penyakit tersebut, misalnya sebab  diproses oleh karyawan 

yang sedang sakit ataupun carrier. Disamping penyakit – 

penyakit yang telah disebutkan di atas, melalui susu sapi 

dapat juga ditularkan penyakit dari sapi yang 

bersangkutan, yaitu penyakit Tuberculosis bovinum dan 

Brucellosis. Itulah sebabnya maka susu sapi harus terlebih 

dahulu di pasteurisasi sebelum dikonsumsi. 

 

d. Melalui Serangga (Insect Borne Infection = Arthropod 

Borne Infection) 

Beberapa jenis serangga dapat menjadi vektor beberapa 

macam penyakit seperti di bawah ini : 

 

 

Jenis Serangga 

 

 

Nama Penyakit 

 

Penyebab Penyakit 

Lalat rumah Kolera Vibrio cholerae 

 Typhus perut Salmonella typhosa 

 Dysentri basili Shigella dysentriae 

 Dysentri amoeba Entamoeba 

hystolytica 

 Hepatitis infectiosa 

 

Virus Hepatitis 

Infectio 

 Poliomyelitis ant. acuta 

 

Virus Poliomyelitis 

ant. act. 

Nyamuk Malaria Plasmodium 

malariae sp. 

Nyamuk Aides 

aegypti 

Dengue Haemorrhagic 

Fever 

Virus DHF 

 Demam kuning Virus demam kuning 

Nyamuk Culex 

fatigan 

Elephantiasis Cacing Filaria sp. 

Kutu manusia Relapsing fever Spirochaeta 

Pinjal tikus Pes Pasterella pestis 

 

 13 

e. Melalui Alat – Alat Kedokteran Yang Tidak Steril 

Beberapa jenis alat kedokteran misalnya jarum suntik, 

jarum tranfusi, jarum vaksinasi dan sebagainya dapat juga 

menjadi perantara penularan beberapa jenis penyakit. 

Penularan terjadi misalnya sebab  jarum bekas menyuntik 

orang lain, tanpa terlenih dahulu disterilkan. Penyakit – 

penyakit yang dapat menular dengan cara demikian 

misalnya penyakit hepatitis infectiosa dan AIDS. 

Untuk menghindarkan terjadinya penularan penyakit 

dengan cara demikian, dewasa ini telah banyak digunakan 

disposable syringe atau disposable needela, yaitu jarum 

suntik dan pengisapnya yang sekali pakai harus dibuang. 

 

 

5.  Pintu Masuk 

Yang dimaksud dengan pintu masuk yaitu  bagian – bagian 

badan yang dilalui oleh hama penyakit sewaktu masuk ke 

dalam tubuh calon penderita. Disebut juga pintu infeksi. Pintu 

masuk itu umumnya sama dengan pintu keluar, yaitu ; 

 

a. Alat Pernafasan 

Yaitu hidung dan mulut, misalnya pada penyakit TBC 

paru, influensa dan difteria. 

 

b. Alat Pencernaan Makanan 

Yaitu mulut, misalnya pada penyakit kolera, dysentri dan 

thypus perut  

 

c.  Alat Kencing dan Kelamin 

Misalnya pada penularan penyakit gonorhoea, syphilis dan  

AIDS  

 

d.  Luka pada Kulit 

Dapat berupa luka pada gigitan hewan / serangga, 

misalnya pada penularan penyakit malaria, DHF dan pes. 

 14 

Atau luka buatan misalnya bekas suntikan, pada penularan 

penyakit Hepatitis infectiosa dan AIDS. 

 

 

6.  Kerentanan 

Kerentana yaitu  kesediaan dari tubuh calon tuan rumah untuk 

menjadi sakit. Tanpa adanya kerentanan maka calon tuan 

rumah tersebut akanb tetap sehat meskipun mendapat penularan 

hama penyakit. 

 

Dalam kenyataan hidup sehari – hari meskipun kita dikelilingi 

dan diserang oleh hama penyakit yang tidak terhitung 

jumlahnya, kita tidak selalu jatuh sakit. Hal ini disebabkan oleh 

adanya mekanisme pertahanan tubuh yang dapat dibedakan atas 

2 macam, yaitu : pertahanan tubuh umum dan pertahanan tubuh 

khusus yang pembagian selengkapnya yaitu  sebagai berikut : 

 

Pertahanan Tubuh Umum : 

1.  Pertahanan tingkat pertama :  

- kulit yang utuh 

- mukosa yang utuh 

- kuku 

- rambut 

- bulu hidung 

- ekskresi tubuh 

2.  Pertahanan tingkat kedua : 

- tonsil 

- hati 

- limpa 

- kelenjar lymphe 

 

Pertahanan Tubuh Khusus : 

1.  Yang bersifat seluler : 

- antibodi 

- leukositosis 

- pagositosis 

 15 

2.  Yang berifat hormonal : 

(a) Bawaan yaitu  konstitusi tubuh dan genetik tubuh 

 

(b) Didapat : 

1. Bersifat aktif 

Buatan  : immunisasi 

Alamiah  :   sembuh dari sakit 

 

2. Bersifat pasif : 

Buatan  :  pemberian serum 

Alamiah  :  diperoleh dari ibu 

 

Seseorang yang memiliki sistem pertahanan tubuh sempurna, 

baik yang umum maupun yang khusus, akan sehat sebab  

tubuhnya mampu mengalahkan semua hama penyakit yang 

menyerangnya.  

 

 

 

 16 

BAB II 

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR 

 

 

 

A.  Pendahuluan 

  

 Wabah atau kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di 

Indonesia. Kejadian in memiliki  makna sosial atau politik 

tersendiri,  sebab  peristiwanya sering sangat mendadak, mengenai 

banyak orang, dan dapat menimbulkan kematian yang tinggi. 

Pengambilan keputusan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan 

dalam menanggulangi  wabah atau KLB.  sebab  itu dibutuhkan 

satu cara tersendiri dalam catatan dan laporan sehingga keputusan 

dan tindakan dapat segera diambil.  

 Wabah penyakit menular yaitu  kejadian berjangkitnya suatu 

penyakit menular dalam warga  yang lazim pada waktu dan 

daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. 

 Kejadian luar biasa dalah kejadian kesakitan / kematian dan 

atau meningkatnya suatu kejadian, kesakitan / kematian yang 

bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk 

dalam kurun waktu tertentu. 

 

Kriteria KLB : 

 Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB 

jika  memenuhi  criteria sebagai berikut : 

1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada / 

tidak dikenal. 

 

2. Peningkatan kejadian penyakit / kematian terus menerus selama 

tiga kurun waktu berturut – turut menurut jenis penyakitnya. 

 

3. Peningkatan kejadian penyakit / kematian dua kali atau lebih 

dibandingkan dengan periode sebelumnya. 

 17 

4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 

dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata – rata 

perbulan dalam tahun sebelumnya. 

 

5. Angka rata – rata perbulan selama satu tahun menunjukkan 

kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata 

– rata perbulan dari tahun sebelumnya.  

 

6. Beberapa penyakit khu sus, yaitu  Cholera, DHF / DSS : 

- Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada 

daerah endemis) 

 

- Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 

4 minggu sebelumnya  daerah tersebut dinyatakan  bebas 

dari penyakit yang bersangkutan. 

 

7. Beberapa penyakit yang dialami satu atau lebih penderita, 

seperti keracunan makanan d+an keracunan pestisida. 

 

 

B.  Pembagian Penyakit Menular  

 

  Dilihat dari sifat gejala serta sifat penyebarannya, penyakit 

menular dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu : 

1. Penyakit yang bersifat kronis endemis 

2. Penyakit yang bersifat akut epidemis 

 

1.   Penyakit kronis endemis  

yaitu  penyakit menular yang gejala – gejalanya datang 

secara pelan – pelan, demikian frekwensinya dalam 

warga  relatif tetap dalam waktu yang lama. Yang 

termasuk kedalam golongan ini yaitu  malaria, TBC, kusta, 

trachoma, dysentri, gonorrhoe, syphilis. Penyakit – penyakit 

tersebut masih banyak terdapat di kalangan warga  

Indonesia. 

 

 18 

2.  Penyakit akut epidemis  

yaitu  penyakit menular yang gejala –gejalanya datang 

secara mendadak dan keras, juga penyebarannya berlangsung 

dengan cepat, seringkali berupa wabah (epidemi). Beberapa 

penyakit dari golongan ini termasuk yang disebut penyakit 

wabah. 

 

 

C.  Pengertian Wabah Menurut UU No.4/1984 

 

 Menurut UU No. 6 / 1962 yang diperbaharui dengan UU 

No.4 / 1984 tentang wabah penyakit menular, yang termasuk  

penyakit wabah yaitu  : 

 

1.  Penyakit Karantina, yang terdiri dari : 

a. Pes (Plague) 

b. Kolera (Cholera) 

c. cacar (Smallpox) 

d. Demam Kuning (Yellow Fever) 

e. Demam Balik – Balik (Relapsing Fever) 

f. Typhus Bercak Wabahi (Typhus Exanthematicus 

Epidemika) 

 

2. Penyakit Non Karantina : 

a. Typhus Perut (Typhus Abdominalis) 

b. Para Typhus A, B dan C 

c. Dysentri Basili (Dysenteria  Bacillaris) 

d. Radang Hati Menular (Hepatitis Infectiosa) 

e. Para Cholera Eltor 

f. Diphteria 

g. Kejang Tengkuk  (Meningitis Cerebrospinalis  

Epidemica) 

h. Lumpuh Kanak – Kanak (Poliomyelitis Anterior Acuta) 

 

 

 

 19 

3.  Penyakit – Penyakit Lain Yang Ditetapkan Oleh Menteri 

Kesehatan, seperti Morbili, Varicella, Rabies dan Anthrax. 

 

 Penyakit Karantina yaitu  penyakit menular yang sesuai 

dengan International sanitary Regulation (ISR) dari WHO, yang 

pencegahan dan pemberantasannya dilaksanakan secara 

internasional. 

 Karantina artinya pembatasan kebebasan / penahanan 

seseorang yang diduga telah mendapat penularan suatu penyakit 

Karantina selama masa inkubasi dari penyakit karantina yang 

diduga. Bila selama dalam penahanan itu ia benar – benar 

menderita penyakit karantina yang diduga, ia akan diisolasakan,  

dan bila setelah masa inkubasi tersebut ia tetap sehat, ia akan 

dibebaskan. 

 Panjangnya masa inkubasi bagi masing – masing penyakit 

karantina sesuai ketentuan dari ISR yaitu  : 

   Pes   : 6 hari 

   Kolera   :  5 hari 

   Cacar   :  14 hari 

   Demam Kuning   :  6 hari 

   Demam Balik – Balik  :  8 hari 

   Typhus Bercak Wabahi  :  14 hari 

 

 Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit 

karantina, ISR juga memuat kententuan – ketentuan yang 

diwajibkan semua negara yang menjadi anggota WHO untuk : 

 

1. Melaksanakan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit 

karantina di negara masing – masing. 

 

2. Melaksanakan tindakan karantina, yaitu tindakan – tindakan 

yang dilakukan untuk menolak masuknya dan mencegah 

keluarnya penyakit – penyakit karantina melalui segala alat 

perhubungan lalu lintas, misalnya kapal laut, pesawat udara, 

kereta api, bus dan lain – lain. 

 20 

 

 Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, di Indonesia telah 

dikeluarkan 2 undang – undang yaitu : 

1. Undang – Undang RI No. 1 / 1962, tentang karantina laut. 

2. Undang – Undang RI. No. 2 / 1962, tentang karantina udara. 

 

 Dalam kedua UU tersebut terdapat pasal yang mewajibkan 

baik nahkoda maupun pilot, untuk melaporkan kepada Kepala Unit 

Kesehatan yang terdekat dalam waktu secepatnya,jika  mereka 

mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit 

karantina di kapal / pesawatnya. 

 UU wabah (UU NO. 4 / 1984) juga memuat ketentuan yang 

menyatakan, bahwa barang siapa yang mengetahui adanya 

penderita atau tersangka penderita penyakit wabah, wajib 

melaporkan kepada Kepala Desa atau Lurah dan atau Kepala Unit 

Kesehatan terdekat dalam waktu secepatnya. 

 Dari ketentuan yang tercantum dalam undang – undang inilah 

maka penyakit – penyakit yang termasuk  dalam Kelompok 

Penyakit Wabah itu disebut juga Notifiable Disease ( penyakit yang 

wajib dilaporkan ). 

 

D.  Beberapa Istilah Yang Berkaitan Dengan Penyakit 

 Menular 

 

1. Sporadik, yaitu  suatu keadaan dimana suatu penyakit 

menular yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya 

relatif berubah – ubah menurut perubahan waktu. 

 

2. Endemi, yaitu  suatu keadaan dimana suatu penyakit 

menular yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya  

relatif tetap dalam waktu yang lama. 

 

 

3. Epidemi (Wabah), yaitu  kejadian dimana suatu penyakit 

menular frekuensinya sangat meningkat sehingga dalam 

 21 

waktu yang singkat meliputi suatu wilayah tertentu dan dapat 

menimbulkan malapetaka. 

 

4. Pandemi, yaitu   keadaan dimana suatu penyakit menular 

frekuensinya  menunjukkan peningkatan yang amat tinggi, 

sehingga dalam waktu singkat meliputi banyak negara. 

 

 

E.   Penyakit Menular Yang Dilaporkan 

 

  Penyakit – penyakit menular yang dilaporkan yaitu  penyakit 

– penyakit yang memerlukan kewaspadaan ketat, yaitu penyakit – 

penyakit wabah atau yang berpotensi wabah atau yang dapat 

menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). 

 

Penyakit – penyakit menular  dikelompokkan sebagai berikut : 

 

1. Penyakit karantina atau penyakit wabah penting, antara lain 

Pes, Cholera dan Tetanus 

 

2. Penyakit potensi wabah /  KLB  yang menjalar dalam waktu 

cepat atau memiliki  mortalitas tinggi, dan penyakit yang 

telah masuk program eradikasi / eliminasi dan memerlukan 

tindakan segera. Contohnya DHF, diare, campak, pertusis, 

rabies dan poliomyelitis. 

 

3. Penyakit – penyakit potensial wabah / KLB lainnya dan 

beberapa penyakit penting  seperti malaria, frambusia, 

influenza, anthrax, hepatits, typhus abdominalis, meningitis, 

keracunan, encephalitis dan tetanus. 

 

4. Penyakit – penyakit menular yang tidak berpotensi 

menimbulkan  wabah dan atau  KLB, tetapi diprogramkan 

ditingkat kecamatan dilaporkan secara bulanan melalui 

puskesmas,, kabupaten dan seterusnya secara berjenjang 

sampai ke tingkat pusat. Penyakit – penyakit tersebut 

 22 

meliputi cacing, lepra, tuberculosa, syphilis, gonorhoe, 

filariasis dan AIDS. 

 

 

F.   Kegiatan – Kegiatan Dalam Pemberantasan Penyakit 

Menular 

 

  Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pemberantasan 

penmyakit menular baik yang termasuk golongan penyakit wabah 

maupun tidak dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu : 

 

1.  Kegiatan yang ditujukan untuk pencegahan : 

a. Upaya menemukan kasus ( case finding ), baik secara 

aktif maupun pasif. 

b. Melaksanakan imbunisasi untuk penyakit – penyakit 

menular tertentu. 

c. Upaya pemberantasan vector termasuk tikus, 

d. Upaya perbaikan kesehatan lingkungan : pembuangan 

faeces, sampah danlimbah serta penyediaan air bersih. 

e. Pemberian penyuluhan kesehatan kepada warga . 

 

2.  Kegiatan yang ditujukan untuk penderita ( case holding ) : 

a. Isolasi penderita : diangkut dan dirawat ditempat 

perawatan khusus  ( di puskesmas atau rumah sakit ) 

b. Upaya pengobatan penderita semenjak dini. 

c. Desinfeksi atau pemusnahan produk penderita dan barang 

– barang yang dapat menjadi sarana penularan. 

d. Mengambil dan mengirim bahan / sample untuk diperiksa 

di laboratorium. 

e. Penangan khusus terhadap jenazah akibat wabah ( 

perawatan, pengangkutan dan pemakamannya ) 

f. Melaksanakan penyelidikan epidemiologis ( asal / 

sumber infeksi, cara dan luasnya penularan dan 

sebagainya ) 

 23 

g. Upaya surveillance, yaitu pengamatan dalam rangka 

nemenukan mengobati penderita baru, kontak person dan 

carrier. 

h. Upaya karantina jika kasusnya termasuk penyakit 

karantina. 

 

3. Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan 

a. Mencatat semua kasus penyakit menular yang terjadi. 

b. Menyusun dan mengirimkan laporan kepada instansi 

atasannya. Dalam kasus penyakit wabah, laporan     

berbentuk :   

(1) Laporan berkala mingguan 

(2) Laporan berkala bulanan 

(3) Laporan khusus jika  ada kejadian luar biasa 

atau wabah 

(4) Laporan khusus jika  ada kematian akibat 

penyakit wabah 

c. Menyajikan hasil kerja yang telah dicapa dalam bentuk 

grafik untuk memudahkan pemantauan. 

 

 

G.  Penyebab Penyakit dan Penanggulangannya 

 

1.   Kolera ( Cholera ) 

  Kolera termasuk kedalam penyakit karantina. 

 

Penyebab               : 

 

Cholera asiatica oleh Vibrio cholera               

(= Vibrio comma)  sedangkan Paracholera 

eltor oleh Vibrio eltor 

 

Masa inkubasi       : 

 

Beberapa jam sampai 5 hari. Menurut 

undang – undang karantina ditetapkan             

5 hari. 

 

Cara penularan      : Melalui makanan dan minuman yang 

terkontaminasi oleh bibit penyakit (faecal 

 24 

oral infection ) 

 

Gejala – gejalanya : Gejala kolera datang secara mendadak, 

berupa muntah – muntah dan berak – berak 

(diare) yang sangat sering. Biasanya gejala 

muntah – muntah datangnya lebih 

belakangan darai pada diare. Faecesnya cair 

keputihan dengan sedikit lendir yang 

mengambang (seperti air cucian beras). 

 

 sebab  muntah dan diare yang amat sering, penderita akan 

banyak kehilangan cairan dan  elektrolit, yang dapat menyebabkan 

kematian  dalam waktu 12 jam dari penularan penyakitnya. 

Besarnya angka kematian  5 % - 75 %. 

Bekas penderita akan kebal terhadap kolera untuk beberapa 

tahun. Dari vaksinasi akan diperoleh kekebalan selama kurang 

lebih 6 bulan. 

Faeces penderita masih mengandung bibit penyakit kolera 

selama 7 – 14 hari setelah sembuh dari sakit. Bekas penderita dapat 

menjadi carrier yangs angat berbahay bagi orang lain. Kolrea 

terdapat endemis di India 

 

Kolrea di Indonesia 

 Penyakit kolera timbul akibat kesehatan lingkungan yang 

buruk seperti pembuangan faeces, sampah dan limbah yang tidak 

memenuhi syarat kesehatan. sebab  penyakit ini akan hilang 

dengan sendirinya  jika  hygiene dan sanitasi lingkungan 

diperbaiki, seperti ayng terjadi di negara – negara yang sudah maju. 

Usaha pencegahan dengan vaksinasi saja dianggap kurang 

memenuhi  sasaran. 

 

Pencegahan dan pemberantasan : 

(a) Menemukan penderita secara dini dan melaporkan 

secepat – cepatnya . 

(b) Isolasi penderita serta  desinfeksi dan atau pemusnahan 

benda – benda yang dapat menjadi sarana penularan. 

 25 

(c) Mengobati penderita secara dini sampai sembuh benar. 

(d) Penyelidikan epidemiologi dilapangan. 

(e) Surveillance untuk menemukan penderita baru dan 

carrier, untuk diobati sampai sembuh. 

(f) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan yang 

meliputi : 

- Penyediaan air bersih yang baik 

- Perbaikan system pembuangan faeces, sampah dan 

limbah. 

- Pengawasan pembuatan dan peredaran makanan dan 

minuman,pasar, rumah makan, rumah potong 

ternak,perusahaan susu dan lain – lain. 

- Upaya pemberantasan lalat. 

(g) Upaya penyuluhan kesehatan kepada warga . 

(h) Pemberian vaksin kolera jika dipandang perlu. 

 

 

 

2.   Malaria 

 

Penyebab               : 

 

Plasmodium sp. Dikenal ada 4 spesies, yaitu  

1. Plasmodium falciparum, penyebab   

      malaria tropika 

2. Plsamodium vivax, penyebab malaria  

      tertiana 

3. Plasmodium malariae, penyebab malaria  

      quartana 

4. Plasmodium ovale, penyebab malaria   

      ovale 

 

Masa inkubasi       : 

 

Antara 12 hari sampai dengan 30 hari 

 

Cara penularan      : Dengan perantaraan gigitan nyamuk 

anopheles sp. Betina, dan di Indonesia 

dikenal ada lebih kurang 93 spesies 

Anopheles yang merupakan vektor malaria 

 26 

dan yang terpenting diantaranya yaitu  :  

1. Di pantai / laut : Anopheles sundaicus 

2. Di sawah : Anopheles aconicus 

3. Di pegunungan : Anopheles maculates 

4. Di hutan : Anopheles  leucosphyrus 

5. Di rawa – rawa : Anopheles hyrcanus 

 

Gejala – gejalanya : Penderita merasa sakit kepala, lesu diikuti 

demam tinggi, seringkali disertai mengigau 

dan menggigil diakhiri dengan berkeringat 

banyak. Plasmodium dapat pula menyerang 

otak, yang menyebabkan malaria cerebralis 

dengan gejala – gejala radang otak yang 

lainnya. 

 

 

Malaria di Indonesia : 

 Masih merupakan penyakit rakyat nomor satu di Indonesia 

dan tersebar luas diseluruh kepulauan Indonesia. Malaria ini akan 

menyebabkan : 

 Daya tahan tubuh rendah dan mudah diserang penyakit 

lain 

 Daya kerja menurun sehingga produktivitas menurun 

 Negara banyak kehilangan jam kerja dan dapat 

menghambat kepariwisataan. 

 

Usaha pencegahan dan pemberantasan : 

(a) Manusia sebagai tuan rumah (host), maka pencapaian 

dan pemberantasannya dengan jalan pendidikan 

kesehatan dan pengobatan sampai sembuh. 

(b) Plasmodium sebagai penyebab penyakit, maka 

pencegahan dan pemberantasannya dengan 

menggunakan obat anti malaria seperti  Quinine, 

Nivaquine, Primaquine dan sebagainya. 

(c) Anopheles sebagai vector, maka perlu diusahakan 

pembasmian terhadap bentuk larvanya dengan 

 27 

memelihara ikan pemakan jentik dan terhadap nyamuk 

sebagai bentuk imagonya dengan menggunakan 

insektisida. 

 

 

3.  Tuberculosis 

Penyebab               : 

 

BasilMycobacterium tuberculosis (yang 

ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 

1882). 

 

Masa inkubasi       : 

 

Antara 4 – 6 minggu  

 

Cara penularan      : 1. Melalui pernapasan dengan ludah 

penderota yang dibuang sembarang 

tempat dan debu yang mengandung basil 

TBC. 

2. Melalui susu sapi yang diminum tanpa 

dipasteurisasi terlebih dahulu ( untuk 

TBC bovinum ) 

 

Gejala – gejalanya : TBC yaitu  penyakit kronis. Sering kali 

dimulai dengan gejala yang ringan seperti 

badab lesu, suhu badan naik sedikit bahkan 

ada yang tidak menunjukkan gejala sama 

sekali. 

Bila penyakit semakin berat maka penderita 

akan semakin kurus, pucat, tubuh sangat 

lemah dan batuk darah. 

Kecuali paru – paru, TBC dapat pula 

menyerang organ – organ badan yang lain 

seperti otak, usus, tulang, limpa dan alat 

kandungan. Jika menyerang otak, TBC 

menimbulkan gejala seperti pada penyakit 

radang otak lainnya. Pada bayi dan anak – 

anak dapat menyebabkan infeksi milier 

(military tuberculosis) 

 28 

 

Pemberantasan penyakit : 

 Di Indonesia penyakit TBC tersebar tidak hanya di kota – 

kota saja tetapi juga sudah menyebar  hingga ke pedesaan. 

Umumnya menyerang warga  golongan sosial - ekonomi 

rendah seperti lingkungan perumahan yang berdesakan (over 

crowded ), lembab, status gizi yang rendah, hidu tidak teratur dan 

sebagainya. 

 Basil Mycobacterium tuberculosis yang berjuta – juta 

banyaknya yang berasal dari ludah dan dahak penbderita 

mengering, akan bercampur debu dan tersebar kemana – mana 

seperti di kendaraan umu, bioskop, pasar dan lain - lain, jika  

terhirup oleh orang yang sehat akan menambah jumlah penderita 

penyakit TBC. Di Indonesia penderita TBC masih cukup banyak. 

 

Pencegahannya : 

(a) Pemberian vaksin BCG bagi bayi dan anak – anak. 

(b) Pasteurisasi susu sapi sebelum diminum 

(c) Memperkuat daya tahan tubuh dengan gizi yang baik, 

istirahat cukup, olah raga cukup dan sebagainya. 

(d) Meningkatkan keadaan sosial ekonomi warga  

sehingga rumah dan lingkungan memenuhi syarat 

kesehatan. 

(e) Penyuluhan kesehatan kepada warga , khususnya   

agar tidak biasa meludah disembarang tempat. 

 

 

4.  Framboesia (patek = puru = jaws) 

 

Penyebab               : 

 

Troponema partenue (golongan Spirochaeta) 

 

Masa inkubasi       : 

 

Antara 3 minggu sampai 6 bulan 

Cara penularan      : Melalui kontak langsung dengan penderita 

atau secara tidak langsung melalui pakaian 

atau dengan perantaraan lalat. 

 29 

 

Gejala – gejalanya : Pada masa inkubasi penderita merasa lesu, 

tidak enak badan, demam. 

Dalam stadium erupsi (masa awal gejala) 

timbul rasa nyeri tulang dan sendi terutama 

di malam hari,resa tak enak dan nyeri di 

tempat timbulnya erupsi 

 

 

 Bibit penyakit yang telah masuk akan menyebabkan 

timbulnya luka yang sukar sembuh di tempat masuknya bibit 

penyakit pada kulit. Kemudian luka akan membentuk ulcus (tukak), 

bentuk papiloma (tonjolan) atau kombinasi menyerupai buah 

framboesia. 

 Luka permukaan disebut induk paru ( babon patek = Yaws = 

initial lesion ). Setelah 2 bulan kemudian akan timbul tonjolan yang 

banyak tersebar diseluruh permukaan tubuh terutama di sekitar 

lubang - lubang badan seperti mulut, hidung, anus, lipatan paha. 

Suatu ketika tonjolan akan menghilang, tetapi penyakit yang 

sebenarnya akan tetap berlangsung beberapa bulan sampai 

beberapa tahun. 

 Kemudian dilanjutkan dengan timbulnya tonjolan dan 

gejala lainnya selama 2 atau 3 bulan dan akan menghilang lagi. 

Masa silih berganti antara latent dan kumat dapat berlangsung 

selama 5 tahun yang disebut stadium early ( awal ) dan kemudian 

setelah itu masuk ke stadium late ( lanjut ) dengan gejala - gejala 

cuma ( jaringan meradang ) dikulit dan tulang, luka - luka besar 

yang telah sembuh meninggalkan jaringan pacut yang nyata dan 

luas, radang sendi dan tulang yang terasa nyeri. 

 Pada stadium late bila mengenai tulang hidung akan 

menyebabkan hilangnya sekat rongga hidung sehingga hidung akan 

nampak pesek. 

 Bila kerusakkan parah akan menyebabkan langit - langit 

hilang dan hidung tinggal satu lubang yang besar dan disebut 

Himopharingitis Mutilans. 

 

 30 

Cara pencegahan dan pemberantasannya : 

a.  Menghindari kontak langsung dengan penderita dan 

menjaga kebersihan. 

b.  Pemberantasan dengan jalan penyembuhan semua 

penderita, pencarian penderita framboesia yang ada di 

warga . 

 

5.  Penyakit Kelamin (veneral diseases) 

 

Pendahuluan  

 Penyakit kelamin terdapat banyak di negara manapun juga, 

baik di negara yang sedang berkembang maupun di negara yang 

sudah maju disegala pelosok dan lapisan warga . 

 Penyakit ini harus diberantas menurut garis - garis 

epidemiologis dan sebab  berhubungan dengan masalah sosial 

maka pencegahan dan pemberantasannya harus ada kerja sama 

antara berbagai instansi seperti pendidikan, kesehatan, sosial, 

agama dan kepolisian. 

 Jumlah penderita penyakit kelamin akhir - akhir ini 

menunjukkan jumlah yang meningkat dan hal ini disebabkan oleh : 

a.  Kurang pengertian / kesadaran warga  akan bahaya 

penyakit kelamin ini baik bagi dirinya sendiri maupun 

bagi keluarga dan warga  lainnya. 

b.  Meningkatkan pergaulan bebas antara pria dan wanita 

dikalangan muda - mudi khususnya dan warga  

umumnya yang meninggalkan norma agama dan susila. 

 

Penyakit - penyakit kelamin yang perlu diketahui yaitu  : 

(a) Gonorrhoe yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoe 

(b) Syphillis ( lues ) disebabkan oleh Treponema palidum 

(c) Ulcus mole disebabkan oleh Hemophilus ducreyl 

(d) Lymphogranuloma venerum disebabkan oleh virus 

Lymphogranuloma venerum 

(e) Granula inguinalis disebabkan oleh Donovania 

granulomatis 

 

 31 

Cara penularan  

 Penularan melalui kontak langsung dengan penderita ( 

Hubungan kelamin ) ataupun hubungan tak langsung melalui benda 

- benda terkontaminasi 

 

Usaha pencegahan dan pemberantasannya  

(a) Usaha yang ditujukan pada penderita dengan 

pengobatan sampai sembuh dan untuk ini perlu mencari 

adanya panderita dalam warga  dan dengan siapa 

saja ia telah berhubungan intim dan telah 

menularkannya. 

(b) Pengawasan sumber penularan terutama dikalangan 

WTS,maka perlu dilokalisasi atau kalau dapat 

penghapusan sama sekali WTS. 

(c) Pendidikan dan penerangan kepada warga  

mengenai bahaya penyakit kelamin ini bagi dirinya, 

keluarganya, dan warga . 

 

 

H.  Beberapa Jenis parasit dan Penyakit Yang 

 Ditimbulkannya  

 

 

1.   Cacing Gelang ( Ascaris Lumbricoides ) 

 

 Penderita cacing ascaris banyak ditemukan pada anak - 

anak yang memiliki  kuku panjang dan kotor.Penularan penyakit 

ini terjadi melalui mulut.Telur yang seringkali meempel pada jari - 

jari tangan atau yang sudah menempel pada makanan, terbawa ke 

dalam perut melalui mulut.sampai di usus dua belas jari, telur 

ascaris menetap menjadi larva, yang dapat menembus dindingnya 

kemudian terbawa aliran darah dan akhirnya sampai ke jaringan 

paru - paru. 

 Bila hal ini sampai terjadi, maka akan timbul kelainan yang 

disebut Pneumenitis atau Sindroma Loefler.Kelainan ini ditandai 

 32 

oleh batuk - batuk kadang kadang disertai darah, gatal pada kulit 

yang disebut Eosinofilia artinya,bertambah butir darah eosinofil. 

 Larva yang ada dalam jaringan paru - paru akan dikeluarkan 

melalui rongga mulut, dan dari sini larva kembali lagi ke dalam 

saluran pencernaan makanan. 

 Di dalam saluran pencernaan, Ascaris akan mengalami 

pendewasaan dan hidup hingga jangka waktu yang cukup panjang 

selama itu pula ascaris mencuri makanan yang disediakan untuk 

tuan rumahnya. 

 Penderita yang hanya dihuni oleh beberapa ekor ascaris 

biasanya tidak memperlihatkan keluhan apa - apa. Tetapi jika 

jumlahnya cukup banyak, penderita akan mengalami berbagai 

kaluhan antara lain rasa mual, rasa tidak enak pada perut, kadang - 

kadang timbul rasa mulas  

 Seekor atau dua ekor ascaris sering keluar dari mulut si 

penderita bersama - sama dengan muntah, kadang - kadang ascaris 

juga keluar melalui dubur sebab  mati disebabkan umurnya sudah 

lanjut. 

 Anak yang terlampau banyak dihuni cacing ascaris di dalam 

perutnya nampak kurus, pucat dan buncit pad perutnya.Kalau 

jumlahnya cukup banyak, sumbatan pada usus bisa terjadi pada 

saluran empedu saluran pankreasatau usus buntu. 

 Petunjuk bahwa seseorang kejangkitan cacing 

ascaris,kepastiannya harus ditentukan dengan pemeriksaan tinja. 

 Bila telur cacing ascaris ditemukan di dalam tinja penderita, 

maka dapatlah dipastikan bahwa dia sedang menderita cacingan 

dan pengobatan harus diberikan secepatnya. 

 Pengobatan cacing ascaris cukup sederhana.Obat cacing 

yang dapat dipergunakan antara lain Pyrantel Pamoat atau 

Combantrin.Penderita cukup diberi satu kali pengobatan. Jumlah 

obat disesuaikan dengan berat badan penderita, tap kilogram berat 

badan dapat diberikan 10mg Combantrin. Pemberian dapat 

diberikan sebelum anak tidur. 

 

 

 

 33 

2.   Cacing Kremi ( Enterobius Vermicularis ) 

  

 Cacing Kremi atau Enterobius Vermicularis biasanya 

berwarna putih mengkilap,berukuran pendek. Cacing betina 

memiliki  ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan 

cacing jantan. Ukuran cacing betina 8 - 13mm,sedangkan yang 

jantan ukurannya sekitar 2-3mm. Cacing Kremi tidak hanya 

terdapat di negara - negara yang sedang berkembang, tetapi juga 

banyak terdapat di negara - negara maju.Penderitanya yaitu  anak - 

anak. 

 Penularan biasanya berlangsung dari jari - jari tangan, 

masuk ke dalam mulut, lalu turun ke saluran pencernaan \. 

Sesampainya di usus halus telur menetas menjadi cacing. Sebagian 

cacing dewasa menetap di usus besar, dan sebagian lagi menetap di 

usus lain. Pada waktu cacing betina hendak bertelur, maka pindah 

ke dubur.Gerakan - gerakan cacing di tempat tersebut 

mengakibatkan rasa geli dan gatal, terutama dirasakan pada malam 

hari. Rasa gatal ini menyebabkan dorongan si anak untuk 

menggaruk - garuk duburnya. Sewaktu jari menyentuh kawasan 

dubur banyak telur yang menempel pada jari tangan tersebut. Jari 

tangan yang mengandung telur cacing kremi, tanpa di cuci terlebih 

dahulu di pakai untuk memegang atau memasukkan makanan ke 

dalam mulut, sehingga terjadilah penularan oleh diri sendiri. Telur 

juga dapat bersembunyi di belakang kuku jari tangan yang tidak di 

potong. Bila ada makanan yang tersentuh olah kuku jari tersebut, 

maka terjadilah penularan dari seseorang penderita ke anak yang 

sehat melalui makanan itu. 

 Pencegahan dapat di lakukan dengan tindak kebersihan, 

kuku yang panjang harus dipotong sependek mungkin, tangan 

harus di cuci dengan sabun jika hendak makan atau memegang 

makanan. Dubur dan daerah sekitarnya harus dijaga kebersihannya. 

 Rasa gatal atau geli pada cacing kremi dapat diatasi dengan 

vaselin putih atau mungkin juga dengan minyak kelapa. Obat yang 

dapat digunakan untuk memberantas cacing kremi pada saluran 

pencernaan sama dengan yang digunakan untuk cacing ascaris 

yaitu Pyrantel Pamoat atau Combantrin. 

 34 

 

3.   Cacing Cambuk ( Trichuris Trichina )   

  

 Cacing ini kurang di kenal, namun sebenarnya banyak juga 

terdapat pada orang - orang yang tidak mengikuti kaidah - kaidah 

kebersihan. Cacing ini memiliki  ukuran panjang sekitar 2-3 cm 

dengan warna merah muda atau kelabu. 

 Penularan dapat berlangsung sebab  telurnya terbawa dari 

tanah oleh tangan atau makanan yang sudah dipenuhi oleh telur 

tersebut. Telur cacing ini keluar dari perut manusia bersama tinja, 

kemudian masuk ke dalam tanah yang lembab. 

 Bagian saluran pencernaan yang dihuni oleh cacing cambuk 

yaitu  usus halus bagian terakhir yang disebut Ileum Terminalis, 

usus buntu dan usus besar. 

 Tanda gejala yang ditimbulkan, seringkali tidak jelas 

kecuali kalau memang penderita peka terhadap cacing tersebut. 

Gejala dan tanda - tandanya dapat muncul kalau jumlah cacing 

cambuk cukup banyak. Penderita dapat mengalami diare. 

 Pada anak - anak dapat timbul benjolan usus keluar melalui 

dubur. Keadaan ini disebut Prolaps Rekti. 

 Obat yang dapat diberikan yaitu  Mebendazol atao Vermox 

sebanyak 100mg. Selama 3 hari penderita harus menelan dua tablet 

@ 100mg. 

 

 

4.   Cacing Tambang ( Ankylostoma Duodenale ) 

 

 Cacing tambang sering masuk ke dalam tubuh para petani 

atau karyawan perkebunan yang memiliki  kebiasaan bekerja 

tanpa alas kaki. 

 Cacing ini berukuran lebih kurang 1 cm, dengan warna 

merah darah. Bagian cacing tambang ( mulut ) dilengkapi dengan 

alat cengkeram, sehingga cacing dapat melekat pada selaput lendir 

saluran pencernaan. 

 Telur - telur ankylos keluar melalui dubur bersama tinja, 

kemudian masuk ke dalam tanah. Kalau tanahnya kebetulan 

 35 

lembab, telur akan menetas menjadi larva yang dapat masuk ke 

dalam tubuh manusia, setelah menembus kulit kaki. Melalui aliran 

darah, larva melakukan perjalanan ke seluruh tubuh hingga paru - 

paru. 

 Pada saat larva masuk paru - paru, penderita bisa 

mangalami batuk kering, tetapi jarang sekali disertai darah dalam 

dahaknya. Dari paru - paru larva yang akan naik ke dalam rongga 

mulut lalu di telan kembali. Jadi cara penularan cacing ini berbeda 

dari cacing ascaris. Cacing tambang dapat berpindah dari seseorang 

kepada orang lain melalui pori - pori kaki, tidak mulut. 

 Dalam rongga usus cacing tambang pada dinding usus dan 

menghisap darah penderita. Bila junlah cacing cukup banyak, si 

penderita dapat mengalami anemia ( kurang darah ). 

 Kekurangan darah dapat mengakibatkan berbagai macam 

kerugian, antara lain pertumbuhan badan terhalang, kepandaian 

tidak bisa berkembang kerana penderita sering menderita sakit 

kepala. 

 Penyakit cacing tambang dapat diatasi dengan Combantrin. 

Pada pengobatan cacing ini, penderita di beri 10mg Combantrin per 

Kg berat badan. Seseorang yang berat bedannya kurang dari 13Kg, 

dapat diberi tablet Combantrin @ 120mg atau 2,5cc Combantrin 

cair. Jumlah ini diberikan kepada si penderita sebelum tidur. 

 Pada umumnya infeksi cacing tambang akan menyebabkan 

penyakit kekurangan darah sehingga penderita sangat dianjurkan 

untuk menelan tablet atau cairan yang mengandung zat besi. 

 

 

5.   Cacing Pita ( Taenia Solium dan Taenia Saginata ) 

 

 Jenis cacing pita cukup banyak, ada yang berasal dari babi, 

ikan air tawar, ternak lainnya. 

 Taenia solium banyak terdapat pada binatang ternak, 

sedangkan Diphilobotrium latum yaitu  cacing pita yang berasal 

dari ikan. Tubuh cacing pita ada yang panjang ada yang pendek. 

Bagian depannya disebut skolek, sedang selbihnya terdiri dari ruas 

 36 

- ruas. Ruas terakhir pada waktunya akan dilepaskan dan keluar 

bersama tinja.Ruas ini dipenuhi oleh telur. 

 Skolek melekat erat pada dinding usus tuan rumah. Jika 

suatu ketika ruas - ruas badan cacing yang penuh dengan telur itu 

terlepas dan dikeluarkan bersama feses penderita, kemudian 

dimakan oleh binatang, maka dalam perut binatang pemakan tinja 

tersebut telur - telur akan menetas menjadi larva, kemudian 

mengikuti peredaran darah dan menetap jaringan, biasanya pada 

jaringan otot. 

 Larva dalam jaringan otot akan berkembang menjadi kista 

yang bertahan hingga waktu yang cukup lama. Kista dapat masuk 

ke dalam tubuh seseorang sebab  makan daging binatang yang 

mengandung kista. Hal ini baru dapat terjadi, bila manusia makan 

daging yang kurang matang. Kista - kista yang ada di saluran 

pencernaan menetas menjadi cacing dewasa dan tinggal di tempat 

tersebut. Selanjutnya cacing akan hidup sebagai parasit di dalan 

tubuh. Cacing pita menggunakan seluruh permukaan tubuhnya 

untuk menghisap makanan yang ada di dalam saluran pencernaan 

tuan rumahnya. 

 Ada kalanya, yang masuk ke dalam tubuh manusia bukan 

kistanya, melainkan telur - telurnya. Telur - telur menetas dalam 

saluran pencernaan memasuki aliran darah. Melalui aliran darah ini 

larva tersebar ke seluruh tubuh, antara lain di bawah kulit, otot - 

otot, dan mungkin ada juga yang sampai di otak. 

 Tanda dan gejala penderita cacing pita tergantung dari 

keparahannya.Keluhan yang ditimbulkan kadang - kadang hanya 

ringan - ringan saja. Penderita sering menyadari bahwa dirinya 

tengah menderita penyakit cacing pita, sebab  di celana dalamnya 

terdapat ruas - ruas cacing tersebut. Sekiranya jumlah larva yang 

terdapat dalam jaringan otak cukup banyak, penderita dapat 

mengeluh pusing - pusing, timbul kekejangan, bahkan ada yang 

sampai mengalami kematian. 

 Pencegahan merupakan cara terbaik untuk menghindari 

penyakit cacing pita. Tetapi bila penyakit itu sudah diidapnya 

penderita dapat menghalau cacing - cacing tersebut dengan obat 

yang bernama Niklisamidium atau Romosan. Obat ini diberikan 

 37 

kepada si penderita selagi perut kosong, sebanyak 4 tablet atau 

sama dengan 2 gram. Tablet harus di kunyah selembut - lembutnya. 

Perlu diketahui, bahwa obat ini jarang menimbulkan efek 

sampingan sebab  tidak di serap oleh saluran cerna. 

 

 

6.   Trichinella Spiralis 

 

 Kelainan yang dapat ditimbulkan oleh Trichinella Spiralis 

di sebut Trichinosis. Berbeda dengan penyakit - penyakit cacing 

yang diuraikan sebelumnya, penularan hanya dapat terjadi bila 

seseorang makan daging yang kurang lama di masak. Frekuensi 

terbesar sering terjadi pada orang yang suka makan daging babi 

atau masakan babi lainnya. Cacing Trichinella Spiralis hampir 

tidak pernah terlihat dalam tinja. 

 Tanda dan gejala yang di timbulkan tergantung pada jumlah 

larva yang masuk ke dalam perut, kemudian masuk ke dalam aliran 

darah untuk selanjutnyamenetap dalam jaringan otot, tetapi 

sebenarnyadapat menjadi parah, bahkan ada yang sampai 

meninggal dunia. 

 Orang yang makan daging babi yang masih agak mentah 

beberapa jam kemudian bisa mengalami diare dan rasa tidak enak 

pada perutnya. Dalam keadaan yang cukup parah, penderita 

memperlihatkan tanda dan gejalanya sebagai berikut : Suhu badan 

naik disertai tubuh menggigil, nyeri pada otot, kelpoak mata 

membengkok, dan kadang - kadang terjadi pembengkakkan pada 

tungkai.Kulit penderita sering bewarna biru lebam sebab  

peredaran darah di bawah kulit terganggu. Sedang bagian mata 

yang barwarna putih kadang - kadang memperlihatkan warna 

merah akibat pendarahan dalam jaringan mata. Penyakit trichinosis 

dapat berlangsung 3 - 4 minggu. 

 Pencegahan penyakit ini yaitu  dengan menghindari 

makanan yang terbuat dari daging babi. Obatnya antara lain yaitu  

Thiabendazole. 

 

 

 38 

7.   Filariasis ( Elephantiasis = Penyakit kaki gajah ) 

 

Penyebab               : 

 

Cacing Filaria Malagi dan Filaria Bancrofti 

Cara penularan      : dengan perantaraan nyamuk Culex Fatigans 

 

Gejala penyakit :  

 Cacing Filaria sp hidup di dalam pembuluh - pembuluh dan 

kelenjar getah bening (jaringan limpa). sebab  itu gejala 

penyakitnya di tandai dengan demam yang datang secara mendadak 

dan berulang - ulang. 

 Peradangan dan penyumbatan pada saluran getah bening 

menyebabkan terjadinya bendungan limfe di sebelah distal (ujung) 

sehingga terjadi pembengkakkan di scrotum (kantung buah zakar), 

di tungkai kaki ( menyebabkan “kaki gajah” )  

 Bendungan dipembuluh limfe dada ( Ductus throsicus ) 

akan menyebabkan pecahnya saluran limfe di ginjal sehingga urine 

mengandung limfe ( Chyluria ) dan urine tampak seperti air susu 

sebab  mengandung lemak dari limfe. 

 

Filariasis di Indonesia : 

 Filariasis banyak terdapat di Indonesia seperti di pulau 

Jawa, Sumatera, Timor, dll 

Usaha pencegahan dan pemberantasannya : 

a.  Meniadakan sumber penularan dengan mencari dan 

mengobati semua penderita. 

b.  Pendidikan kesehatan kepada warga  tentang 

penyakit Filariasis, misalnya tentang : 

   Usaha pencegahan ( tidur memakai kelambu ) 

   Perlunya mengenal gejala penyakit secara dini 

dan pengobatan segera. 

   Agar setiap anggota warga  turut aktif dalam 

usaha pemberantasan penyakit ini. 

c.  Memberantas vektor penyakit yaitu nyamuk Culex 

Fatigans. 

 39 

BAB III 

PENGAWASAN OBAT, MAKANAN DAN ALKES 

 

 

 Pengawasan obat dan makanan dilaksanakan oleh Badan 

Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dengan tugas pokok 

melakukan pengawasan obat, makanan, minuman, kosmetik dan 

alat kesehatan. Pengawasan obat disini termasuk pada pengawasan 

obat tradisional, narkotika dan bahan berbahaya. 

 Fungsi Badan POM yaitu  merumuskan kebijakan teknis, 

pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian perizinan  

dibidang pengawasan obat dan makanan, melaksanakan 

pengawasan obat dan makanan serta pengamanan teknis atas 

pelaksanaan tugas pokok  Badan POM  sesuai dengan kebijakan 

Menteri Kesehatan  dan berdasarkan kepada peraturan perundang – 

undangan yang berlaku. 

 Unit pelaksana teknis  di daerah tingkat I yaitu  Balai Besar 

POM  atau Balai Kecil POM yang terdapat di setiap propinsi. Balai 

Besar POM hanya terdapat kota – kota / propinsi yang besar, 

misalnya Jakarta, Bandung dan Surabaya, dimana pada daerah 

tersebutbanyak terdapat industri obat maupun industri makanan / 

minuman. 

 

 

A.  Tujuan dan Sasaran 

 

Tujuan program pengawasan obat, makanan dan alkes yaitu   : 

 tersedianya obat dan alat kesehatan  yang terjangkau oleh 

warga  

 meningkatrnya penggunaan obat tradisional yang 

bermanfaat 

 terlindunginya warga  dari penggunaan sediaan 

farmasi, alat kesehatan, makanan yang tidak memenuhi 

ketentuan   

 40 

 terlindunginya warga  dari bahaya penyalahgunaan 

narkotika, zat adiktif dan bahan berbahaya. 

 

Sasaran program pengawasan obat, makanan dan alkes yaitu   : 

 pertumbuhan industri farmasi, alat kesehatan, makanan 

 pengingkatan penggunaan obat generik berlogo 

 budidaya tanaman obat tradisional  

 penilaian / skrining mutu obat – obat tradisional, 

kosmetika, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah 

tangga, makanan dan minuman 

 pengembangan kesehatan, kemampuan pengujian sumber 

daya manusia  

 pusat pengendalian keracunan (poison centre) 

 

 

B.  Masalah Yang Dihadapi 

 

 Dewasa ini hampir semua kebutuhan obat nasional telah 

dapat dipenuhi  oleh industri farmasi di dalam negeri. 

Namun demikian harga obat – obatan masih saja mahal, 

hal ini disebabkan sebab  sebagian besar bahan baku obat 

masih diimpor. 

 

 Jumlah produsen maupun produksi obat tradisional 

cenderung meningkat dan memerlukan bahan baku / 

simplisia yang lebih banyak, sehingga perlu pembinaan 

bagi warga  sebagai sumber penghasil bahan – bahan 

obat tradisional / pembinaan bagi budidaya tanaman obat. 

 

 Penggunaan pestisida, antibiotika dan hormon dibidang 

pertanian dan peternakan makin  meningkat, 

menyebabkan timbulnya masalah residu bahan kimia 

tersebut pada makanan.  

 

 Demikian juga penggunaan bahan tambahan makanan 

(BTM) juga makin meningkat sejalan dengan makin 

 41 

berkembangnya industri makanan  dan masih 

ditemukannya penggunaan bahan – bahan yang dilarang 

seperti boraks, formalin dan pewarna tekstil untuk 

makanan. 

 

 Penerapan cara produksi makanan yang baik masih perlu 

ditingkatkan. 

 

 Dalam hal alat kesehatan yang cenderung makin 

kompleks dan alat kesehatan impor umumnya 

menggunakan tekhnologi tinggi, sedangkan sumber daya 

/ kualitas petugas pengawas masih terbatas. 

 

 Meningkatnya produksi dan penggunaan bahan – bahan 

kimia untuk perbekalan kesehatan rumah tangga. 

 

 Meningkatnya kasus – kasus penyahagunaan obat dan 

bahan berbahaya di kalangan warga  terutama 

generasi muda saat ini. 

 

 

C.  Upaya / Kebijakan Yang Dilakukan : 

 

1. Meningkatkan produksi obat generik berlogo dan 

memperluas distribusi serta pengadaan obat essensial 

generik. 

2. Membina indutri farmasi, kosmetik , alat kesehatan, obat 

tradisional dan makanan untuk dikembangkan ke arah 

usaha ekspor. 

3. Menerapkan cara produksi yang baik. 

4. Meningkatkan pengawasan, pengujian, penilaian mutu, 

keamanan, khasiat / manfaat sediaan farmasi dan 

makanan. 

5. Menyusun standar obat, obat tradisional, kosmetik, alat 

kesehatan, makanan / minuman kepada produsen dan 

warga . 

 42 

6. Mengembangkan kemampuan laboratorium pengujian, 

sumber daya manusia dan pengadaan peralatannya. 

7. Menanggulangi penyalahgunaan obat, narkotika, zat 

aditif dan bahan berbahaya, termasuk disini yaitu  

memberikan hukuman yang berat bagi pengedar narkotik 

dan bahan berbahaya lainnya.  

 

 

 

 

 43 

BAB IV 

HYGIENE PERUSAHAAN  

DAN KESEHATAN KERJA (HYPERKES) 

 

 

A.  Pengertian 

 

 Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja merupakan bagian 

dari usaha kesehatan warga  yang ditujukan kepada warga  

pekerja, sekitar perusahaan dan umum yang menjadi konsumen 

hasil produksi. 

 

 

B.  Tujuan dan Usaha Yang Dilakukan 

 

 Tujuan hyperkes yaitu  untuk mencapai derajat kesehatan 

tenaga kerja setinggi - tingginya sehingga dapat meningkatkan 

produksi. 

Usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan diatas  antara lain : 

1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan 

akibat kerja. 

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja 

3. Perawatan dan peningkatan daya produktivitas tenaga 

manusia 

4. Perlindungan warga  luas ( konsumen ) dari bahaya yang 

mungkin ditimbulkan dari hasil produksi perusahaan 

 

 

C.  Penyakit Akibat Kerja dan Faktor Penyebabnya 

 

 yaitu  penyakit yang ditimbulkan oleh atau didapat pada 

waktu melakukan pekerjaan,  termasuk kecelakaan akibat kerja 

yang faktor penyebabnya faktor mekanis. 

 

 44 

Faktor penyebab penyakit akibat kerja : 

 

1.  Golongan fisik : 

a. Suara yang keras dapat menyebabkan tuli 

b. Suhu tinggi menyebabkan hyperpyrexia, sedang suhu 

rendah menyebabkan frosthite 

c. Penerangan yang kurang atau terlalu terang menyebabkan 

pengelihatan terganggu 

d. Radiasi sinar X atau radiasi sinar radio aktif 

menyebabkan penyakit darah, kemandulan, dan 

sebagainya. 

 

2.  Golongan kimiawi : 

1. Gas yang bersifat racun seperti CO, H2S, HCN, SO2, dll 

2. Uap dari cairan atau benda padat seperti Hg, Pb, 

insektisida 

3. Larutan atau cairan seperti H2SO4,  HCl dan lain - lain 

4. Debu - debu seperti silika, kapas, asbes, dan debu logam 

berat 

 

3.  Golongan penyakit infeksi : 

Penyakit anthrax oleh Bacillus anthracis pada penyamak kulit 

/ pengumpul wol dan penyakit lain pada pekerja mikrobiologi 

 

4.  Golongan fisiologi : 

Sebagai akibat kursi yang kurang cocok atau konstruksi 

mesin tidak cocok menyebabkan sikap badan sewaktu bekerja 

tidak baik. 

 

5.  Golongan mental / psychologi : 

Disebabkan hubungan kerja yang kurang baik antara pekerja 

dengan pimpinan, sesama pekerja atau sebab  pekerjaan 

kurang sesuai. 

 

Usaha pemberantasan dan cara pencegahannya : 

 45 

 

1. Subtitusi yaitu mengganti bahan berbahaya dengan bahan 

yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali. 

 

2. Ventilasi umum yang mengalirkan udara bersih sesuai dengan 

ruangan kerja agar bahan berbahaya lebih rendah dari nilai 

ambang batas. Nilai ambang batas (NAB) yaitu  kadar dari 

suatu zat di mana pada kadar tersebut bila orang 

menghirupnya selama 8 jam sehari atau 5 hari seminggu tidak 

akan menimbulkan penyakit atau kelainan 

 

3. Ventilasi keluar setempat, yaitu menghisap keluar udara dari 

suatu ruangan kerja agar bahan berbahaya dihisap dan 

dikeluarkan. 

 

4. Isolasi yaitu dengan mengisolasi proses berbahaya. 

 

5. Pekerja menggunakan pelindung sesuai dengan jenis 

pekerjaannya seperti masker, tutup kepala, sarung tangan, 

kacamata, sepatu dan sebagainya. 

 

6. Pemeriksaan kesehatan, pendidikan kesehatan dan 

keselamatan kerja serta penerangan sebelum kerja kepada 

para pekerja.    

 

   

 

   

 

 46 

BAB  V 

KEPENDUDUKAN, KESEJAHTERAAN IBU - ANAK   

&  KELUARGA BERENCANA 

 

 

 

A.  Kependudukan 

 

 Ilmu yang mempelajari jumlah, komposisi, susunan dan 

sebagainya dari penduduk disebut demografi. Menurut Hauser dan 

Duncan demografi yaitu  ilmu yang mempelajari jumlah, 

persebaran teritorial dan komposisi penduduk, perubahan - 

perubahan yang terjadi terhadapnya, serta komponen - komponen 

yang menyebabkan terjadinya perubahan itu, yaitu natalitas, 

mortalitas, migrasi dan mobilitas sosial.  

 Jadi demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di 

suatu wilayah. Struktur tersebut meliputi jumlah, persebaran               

(distribusi) dan komposisi penduduk yang selalu berubah - ubah. 

Perubahan - perubahan itu terjadi sebab  proses demografi, yaitu 

kelahiran, kematian, perpindahan penduduk serta perubahan kelas 

sosial.  

 Dalam masa pembangunan ini data demografi sangat 

dibutuhkan untuk berbagai jenis perencanaan pembangunan. 

Misalnya proyeksi penduduk usia sekolah penting untuk 

perencanaan pembangunan dalam sektor pendidikan, data fertilitas, 

natalitas, morbiditas dan mortilitas penting untuk perencanaan 

pembangunan dalam sektor kesehatan dan seterusnya.  

 

 

1.  Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin 

 Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk 

yang dibuat berdasarkan pengelompokkan penduduk menurut 

karakteristik - karakteristik yang sama. Bermacam - macam 

komposisi penduduk dapat dibuat, misalnya komposisi penduduk 

 47 

menurut umur dan jenis kelamin, status perkawinan, tingkat 

pendidikan, jenis pekerjaan dan seterusnya. Akan tetapi diantaranya 

yang terpenting dalam demografi yaitu  komposisi penduduk 

menurut umur dan jenis kelamin.  

 Komposisi penduduk menurut umur biasanya dibagi 

menjadi beberapa kelompok umur, dan antara kelompok umur yang 

satu dengan yang berikutnya berjenjang 5 tahun. Misalnya 

kelompok umur 0 - 4, 5 - 9, 10 - 14 ……… 65 - 69, 70 - 74, 75 +. 

 Struktur umur penduduk antara negara yang satu dengan 

yang lain, antara negara sedang berkembang dengan negara maju, 

demikian juga antara daerah pedesaan dan perkotaan yaitu  tidak 

sama. Struktur itu dipengaruhi oleh tiga variabel demografi yaitu 

kelahiran, kematian dan migrasi (perpindahan penduduk). Ketiga 

variable itu saling mempengaruhi satu sama lain. jika  variabel 

yang satu berubah, kedua variabel yang lain juga ikut berubah.  

 Satu negara dikatakan berstruktur umur muda, jika  

kelompok penduduk yang berumur di bawah 15 tahun jumlahnya 

besar (lebih dari 35%), dan besarnya kelompok penduduk yang 

berumur 65 tahun lebih, kurang dari 3%. Sebaliknya suatu negara 

dikatakan berstruktur umur tua, jika  kelompok penduduk yang 

berumur 15 tahun ke bawah jumlahnya kecil (kurang dari 35%) dan 

persentase kelompok  penduduk yang berumur 65 tahun lebih, 

sekitar 15%. 

 Umumnya negara - negara sedang berkembang memiliki  

struktur penduduk muda, seperti misalnya India, Burma dan 

Indonesia. Sedangkan negara  - negara maju seperti Jerman, 

Perancis dan Jepang memiliki  struktur penduduk tua. 

 

Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio) 

Secara ekonomis penduduk di bedakan atas dua golongan. 

Golongan yang pertama yakni yang berumur 15 - 64 tahun 

yang disebut golongan penduduk produktif, dan golongan 

yang kedua yang disebut golongan penduduk tidak 

produktif, yang terdiri atas 2 kelompok umur, yaitu yang 

berumur 0 - 14 tahun dan yang berumur 65 tahun ke atas.  

 48 

 

Golongan penduduk tidak produktif yang disebut juga 

golongan independent dibedakan atas dua kelompok : yang 

berumur 0 - 14 tahun di sebut golongan independent I dan 

yang berumur 65 tahun ke atas golongan independent II.  

 

Dalam golongan independent I terdapat kelompok umur 0 - 1 

tahun (bayi) yang disebut golongan pure independent, sebab  

mereka sama sekali tergantung dan memerlukan perlindungan 

orang lain, mereka juga terancam oleh berbagai bahaya dan 

penyakit, memerlukan makanan yang baik dan khusus, dari 

segi pelayanan kesehatan memerlukan biaya yang relatif lebih 

besar dan jika mereka meninggal negara dan warga  

mengalami kerugian lipat dua (negara sudah mengeluarkan 

biaya tetapi yang bersangkutan belum sempat 

menyumbangkan dharma baktinya). 

 

Dengan mengetahui besarnya golongan penduduk tidak 

produktif dan yang produktif, akan dapat dihitung besarnya 

Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio). Rasio Beban 

Tanggungan yaitu  perbandingan antara banyaknya 

penduduk yang tidak produktif , dengan banyaknya penduduk 

yang produduk . Dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut : 

 

RBT =  Jumlah penduduk kurang 15 th + penduduk 65 th keatas 

 Jumlah penduduk umur 15 – 64 tahun 

 

Tingginya Rasio Beban Tanggungan merupakan faktor 

penghambat dalam pembangunan ekonomi, sebab  sebagian 

besar dari pendapatan yang diperoleh golongan yang 

produktif terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi 

kebutuhan dari mereka yang tidak produktif. Negara - negara 

sedang berkembang dengan tingkat fertilitas yang tinggi 

memiliki  RBT yang tinggi pula, disebabkan besarnya 

proporsi anak - anak dalam struktur penduduknya.  

 49 

2.  Kepadatan Penduduk 

 

 Yang dimaksud dengan kepadatan penduduk yaitu  jumlah 

penduduk persatuan luas wilayah. Kepadatan penduduk dapat 

dibedakan atas Kepadatan Penduduk Kasar, Kepadatan Penduduk 

Fisiologis dan Kepadatan Penduduk Agraris, yang dapat dituliskan 

dengan rumus - rumus sebagai berikut :  

 

Kepadatan Penduduk Kasar =  Jumlah penduduk suatu wilayah 

 Luas Wilayah (km

2

 

Dalam Kepadatan Penduduk Kasar, yang dijadikan penyebut yaitu  

luas seluruh daratan dari wilayah yang bersangkutan tanpa 

dibedakan daerah yang tandus dan yang subur. 

 

Kepadatan Penduduk Fisiologis  

=  

Jumlah penduduk suatu wilayah 

 Luas tanah pertanian (km

2

 

Kepadatan Penduduk Agraris  =  Jumlah petani di suatu wilayah 

 Luas tanah pertanian (km

2

 

Pada kepadatan Penduduk Fisiologis dan Agraris yang 

dijadikan penyebut yaitu  bagian dari daratan yang berupa tanah 

pertanian. 

 

 

3.  Pertumbuhan Penduduk 

 Pertumbuhan penduduk di suatu daerah di pengaruhi oleh 

besarnya kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Penduduk 

akan bertambah jumlahnya kalau ada yang lahir (B) dan ada yang 

datang (I), dan akan berkurang jumlahnya kalau ada yang mati (D) 

dan yang meninggalkan daerah tersebut (O), sehingga pada tahun 

tertentu keadaan penduduk dapat di hitung dengan persamaan di 

bawah ini :  

 50 

 

 

Pt  =  Po  +  B  -  D  +  1  –  O 

 

 

Persamaan di atas di sebut balancing, di mana didapatkan : 

 B - D  =  pertumbuhan penduduk alamiah ( natural increase) 

 I - O  =  migrasi netto 

 

 Di Indonesia peranan migrasi terhadap pertumbuhan 

penduduk dapat di abaikan, sebab  jumlah penduduk yang 

berimigrasi dan beremigrasi sangat kecil, sehingga dengan 

demikian hanya kematian dan kelahiran saja yang berperan penting 

terhadap pertumbuhan penduduk di Indonesia. 

 Kecepatan perkembangan penduduk dapat dihambat dengan 

cara menurunkan besarnya Rasio Fertilitas Total (Total Fertility 

Rate = TFR), yaitu rata - rata jumlah anak yang dilahirkan oleh 

wanita selama masa subur (umur 15 - 49 tahun).  Melalui program 

Keluarga Berencana, Pemerintah Indonesia berusaha menurunkan 

besarnya TFR sehingga pada suatu saat akan dicapai suatu keadaan 

yang disebut Penduduk Tanpa Pertumbuhan (PTP). 

 

a. Fertilitas Penduduk  

Sebelumnya perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang arti dari 

fertilitas (fertility) dan fekunditas (fecundity), yang dua - 

duanya biasanya diterjemahkan dengan “kesuburan”.  

 

Fertilitas yaitu  kemampuan yang dimiliki oleh seseorang 

wanita atau kelompok wanita untuk menghasilkan kelahiran 

hidup, sedangkan fekunditas yaitu  kemampuan biologis 

seseorang wanita atau kelompok wanita untuk menghasilkan 

an