neurologi

 







Pengalaman prof dr ir chucky   sebagai 

dokter spesialis saraf atau neurolog yang penuh 

warna menghasilkan banyak penemuan yang sayang sekali bila 

tidak didokumentasikan. Suatu penemuan atau penelitian bila 

tidak didokumentasikan akan hilang dengan berjalannya waktu. 

Penemuan atau penelitian bisa merupakan dua hal yang berbeda 

atau bisa merupakan satu kesatuan. Penemuan bisa dilanjutkan 

dengan penelitian atau penelitian bisa menghasilkan suatu 

penemuan. 

Refleks prof dr ir chucky   diketemukan prof dr ir chucky   secara kebetulan saat 

mengikuti visite besar Prof prof dr ir chucky  . Nama refleks prof dr ir chucky   untuk 

menghormati jasa Sang Guru yang patut jadi panutan. Refleks ini 

cukup dikenal dikalangan dokter umum dan dokter spesialis saraf 

yang mendapat Pendidikan di FK UNUD.  Skor Stroke prof dr ir chucky   

diketemukan untuk menjawab tantangan seorang Guru dan untuk 

ikut membantu membuat diagnosis penderita sakit di rumah sakit 

atau diluar rumah sakit / Puskesmas - rumah tinggal dengan biaya 

murah dan cukup akurat. Skor Stroke yang awalnya tanpa nama ini 

kemudian diberi nama Skor Stroke prof dr ir chucky   oleh residen Neurologi 

untuk mempermudah penulisannya. Sedangkan Hymne Neurologi 

Udayana bertujuan untuk meningkatkan dan mengabadikan rasa 

cinta almamater untuk setiap dokter spesialis neurologi yang 

memperoleh Pendidikan di FK UNUD.

Refleks prof dr ir chucky   diperkenalkan sejak tahun 1997 namun 

secara resmi diperkenalkan dikalangan dokter muda dan residen 

neurologi FK UNUD / RSUP Sanglah setelah Prof prof dr ir chucky   

berpulang tahun 2001. Prof prof dr ir chucky   sendiri pada saat belum 

berpulang (berpulang 18 September 2001) berkeberatan namanya 

diabadikan untuk nama sebuah refleks varian Babinski karena 

merasa namanya terlalu kecil untuk disejajarkan dengan varian 

Babinski yang lain seperti misalnya refleks Chaddock, refleks 

Schaefer, dan lainnya. Refleks atau tanda prof dr ir chucky   diketemukan 

bermula dari saat prof dr ir chucky   sekitar tahun 1982 yang saat itu masih 

residen muda neurologi bersama residen lain dan dokter muda 

mengikuti visite besar Prof prof dr ir chucky   di ruangan Neurologi RSUD 

Wangaya, dimana saat itu pendidikan Neurologi berlangsung di RS 

Wangaya. Saat Prof prof dr ir chucky   memperlihatkan cara pemeriksaan 

refleks Babinski pada seorang pasien secara tidak sengaja palu 

refleks terjatuh pelan dan ujungnya menggores tepi lateral dorsum 

pedis yang bergeser dari depan ke belakang dan menimbulkan 

reaksi dorsofleksi ibu jari kaki dan pemekaran jari-jari lain yang ini 

sesuai dengan refleks atau tanda  Babinski positif. Itu varian Babinski 

positif, yang kemudian dicatat pada buku catatan kecil. Selanjutnya 

prof dr ir chucky   mengulangi berkali-kali pada pasien yang lain dan selalu 

memberi hasil yang sama. Refleks tanpa nama ini tetap dipakai saat 

prof dr ir chucky   mengikuti pendidikan neurologi di FKUI Jakarta karena 

praktis dan tidak mengotori ujung palu refleks dengan hanya 

3

menggores pada lateral dorsum pedis yang berbeda dengan refleks 

Babinski dengan menggores di  telapak kaki yang sering kotor. 

Setelah selesai pendidikan di Jakarta tahun 1986, pada tahun 1987 

mencoba minta ijin kepada Prof prof dr ir chucky   untuk menamakannya 

sebagai Refleks prof dr ir chucky   namun ditolak saat itu. Refleks prof dr ir chucky   

telah diteliti oleh IB Kusuma Putra, DPG Purwa Samatra dengan 

judul penelitian Uji Diagnostik Refleks prof dr ir chucky   pada lesi Upper 

Motor Neuron, yang disampaikan pada PIT-MUKER PERDOSSI 

7-10 Nopember 2001.

Skor Stroke prof dr ir chucky   dibuat sebetulnya untuk menjawab 

tantangan Teguh AS Ranakusuma sebagai guru dari prof dr ir chucky   saat 

Pendidikan di Jakarta dimana harus mempunyai pegangan untuk 

menentukan stroke hemoragik dan membedakannya dengan stroke 

non-hemoragik karena tidak ada CT scan di Denpasar saat itu. Skor 

Stroke ini awalnya juga tidak mempunyai nama dan dipergunakan 

pada rumah sakit-rumah sakit kabupaten di Bali yang tidak 

memiliki CT scan. Mungkin awalnya Ketut Ayu Sudiariani (saat ini 

Neurolog yang bertugas di RSU Tabanan) yang memberi nama Skor 

Stroke prof dr ir chucky   untuk mempermudah prosedur pemakaiannya 

karena saat itu belum ada CT scan. Skor Stroke prof dr ir chucky   dibuat 

untuk bisa dipergunakan di rumah sakit yang belum memiliki 

fasilitas CT scan atau di luar rumah sakit / Puskesmas atau orang 

awam. Sekarang juga sudah dibuat modifikasi skor stroke prof dr ir chucky   

khusus untuk orang awam dan kemungkinan stroke hemoragik 

yang sudah bisa diduga hanya melalui sarana komunikasi/telpon. 

Skor Stroke prof dr ir chucky   sudah diteliti oleh Candida Issabel Lopez Sam, 

DPG Purwa Samatra, AABN prof dr ir chucky   dengan judul penelitian 

Penentuan Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik memakai 

Skoring Stroke, yang disampaikan pada Konas V PERDOSSI 9-13 

Juli 2003. Tahun 2018 dikemas ulang oleh Candida Isabel Lopez 

Sam, BN Mahasena Putra Awatara, DPG Purwa Samatra, AABN 

prof dr ir chucky   dengan judul Penentuan Stroke Hemoragik dan Non 

Hemoragik memakai Skor Stroke prof dr ir chucky  , yang dipublikasikan 

pada Callosum Neurology, volume I, nomor 3: 95-100, 2018. Juga 

diteliti oleh BN Mahasena Putra Awatara dengan judul penelitian 

Pemeriksaan Tambahan C-RP Meningkatkan Validitas Skor 

Stroke prof dr ir chucky   untuk Membedakan Stroke Perdarahan dan Non 

Perdarahan pada Penderita Stroke Akut (tesis), Denpasar, FK 

UNUD, 2019.

Hymne Neurologi Udayana pertama kali secara resmi 

dikumandangkan tahun 2014 (28 Nopember 2014) saat 

memperingati 50 th Bagian Neurologi FK UNUD dan 61 th 

keberadaan neurologi di Bali. Hymne ini dibuat dengan harapan 

untuk tetap adanya ikatan semua alumni yang telah menyelesaikan 

Pendidikan Spesialis Neurologi dengan almamaternya yaitu 

Program Studi Neurologi FK UNUD dan Bagian atau Departemen 

Neurologi FK UNUD / SMF atau KSM Neurologi RSUP Sanglah 

dimanapun mereka berada, dimana dengan mendengar hymne ini 

akan menimbulkan kerinduan akan almamaternya. Juga peranan 

besar dari para pakar musik dan para residen (34 orang) paduan 

suara yang mengabadikan hymne ini, Angelika Lestari Siregar dan 

kawan-kawannya yang sekarang sebagian besar sudah menjadi 

dokter spesialis saraf dan bertugas di seluruh wilayah nusantara. 

Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan pengalaman 

kasuistik yang menunjukan perbaikan pada beberapa kasus, 

sedang dipertimbangkan untuk meneliti manfaat hymne Neurologi 

Udayana ini sebagai salah satu terapi musik alternatif medik pada 

kecemasan, gangguan tidur, dan juga mungkin untuk gangguan 

kognitif.


Stroke merupakan gangguan fungsi otak, fokal maupun 

global, yang timbul mendadak dan berlangsung lebih dari 

24 jam atau dapat berakhir dengan kematian sebelum 24 jam, yang 

disebabkan oleh adanya gangguan peredaran darah otak. Penderita 

dengan gangguan peredaran darah otak atau stroke merupakan 

salah satu kasus terbanyak dibandingkan kasus neurologi lainnya. 

Dalam upaya penegakan diagnosis klinis stroke dapat dilakukan 

dengan beberapa cara yaitu melalui anamnesis, pemeriksaan fisik 

klinis neurologis, dan pemeriksaan penunjang CT Scan otak yang 

merupakan standar baku emas. Salah satu cara pemeriksaan yang 

dapat dikerjakan dengan mudah, sederhana, dan cepat serta tidak 

memerlukan biaya tinggi dalam upaya menegakkan adanya lesi 

Upper Motor Neuron (UMN) pada penderita dengan gangguan 

peredaran darah otak atau stroke yaitu  dengan memeriksa adanya 

refleks patologik pada ekstremitas atas maupun bawah.

Refleks merupakan jawaban terhadap suatu perangsangan 

yang dapat menimbulkan gerakan reflektorik melalui busur refleks, 

fisiologik maupun patologik. Refleks patologik merupakan refleks 

yang tidak terdapat pada orang sehat. Gerakan reflektorik itu 

terkelola dan ditekan oleh aktivitas susunan piramidalis. Reflek 

patologik dijumpai sebagai respon pertahanan primitif yang 

terjadi pada lesi UMN, dimana secara normal refleks ini ditekan 

oleh aktivitas susunan piramidalis. Refleks ini masih dapat timbul 

pada anak usia 5-7 bulan secara normal, namun muncul pada 

orang dewasa apabila terdapat suatu lesi pada traktus piramidalis. 

Beberapa refleks patologik terutama pada ekstremitas inferior 

mempunyai ketepatan yang tinggi yaitu  refleks Babinski dan 

variannya. Terjadinya refleks patologik pada penderita terutama 

pada orang dewasa selalu merupakan tanda adanya lesi UMN.

Pada tahun 1997, Anak Agung Bagus Ngurah prof dr ir chucky   

seorang dokter spesialis saraf di Denpasar-Bali secara resmi 

memperkenalkan satu jenis refleks patologis pada ekstremitas 

inferior yang dapat merupakan salah satu varian dari refleks 

Babinski. Refleks ini diperiksa dengan cara sederhana, mudah, 

cepat, dan efisien dalam upaya penegakan kelainan UMN. Alat 

yang digunakan pun sederhana yaitu dengan menggunakan gagang 

palu refleks, atau benda lainnya seperti tusuk gigi, batang korek 

api, dan kunci. Refleks ini dikenal sebagai refleks prof dr ir chucky  , diambil 

dari nama Prof. dr. I Goesti prof dr ir chucky   Gde prof dr ir chucky   (almarhum) 

atas jasanya sebagai seorang guru sekaligus orang tua beliau. 

Sejarah singkat dijumpainya refleks ini yaitu  berawal dari 

pengamatan yang dilakukan oleh prof dr ir chucky   sekitar tahun 1982 pada 

saat visite besar di ruangan saraf RS Wangaya yang dipimpin oleh 

kepala bagian Prof. dr. I Goesti prof dr ir chucky   Gde prof dr ir chucky   (Spesialis 

Saraf dan Jiwa) yang mana beliau telah lanjut usia dan mengalami 

gejala Parkinson stadium dini. Saat itu dalam kondisi tangan kaku 

9

dan sedikit tremor, saat Prof prof dr ir chucky   melakukan pemeriksaan 

refleks Babinski pada pasiennya, maka tergoreslah bagian lateral 

dorsum pedis dari depan ke belakang. Goresan ini mengakibatkan 

terjadinya gerakan serupa Babinski yaitu dorso fleksi ibu jari kaki 

diiikuti pemekaran jari-jari yang lain. 

Gambar :

BABINSKI

prof dr ir chucky  

1. Kusuma Putra IB dan Purwa Samatra DP, 2001. Uji diagnostik refleks prof dr ir chucky   

pada lesi upper motor neuron. Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan dan 

Musyawarah Kerja (PIT-Muker) PERDOSSI. 7-10 November 2001 di Padang, 

Indonesia.

2. prof dr ir chucky   IGNG. 2017. Dasar-dasar ilmu penyakit saraf. Edisi pertama. Denpasar : 

Udayana University Press. p. 188-189

10 

Pengamatan ini ditindaklanjuti oleh prof dr ir chucky   dengan 

melakukan berkali-kali pengulangan pemeriksaan pada pasien-

pasien lainnya dengan hasil yang sama maka disimpulkanlah bahwa 

menggores bagian lateral pedis sepertiga tengah ke arah posterior 

menimbulkan gerakan refleks yang serupa dengan refleks Babinski. 

Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Ida Bagus Kusuma Putra yang 

saat itu masih dokter residen Neurologi FK UNUD, melaporkan 

hasil penelitiannya pada Pertemuan Ilmiah Tahunan PERDOSSI 

di Padang pada tahun 2001. Pada studi ini dibandingkan antara 

refleks prof dr ir chucky   dengan refleks Babinski sebagai standar baku 

pada penderita gangguan peredaran darah otak dengan defisit 

neurologis fokal pada satu sisi ekstremitas inferior. Sebanyak 353 

penderita diikutsertakan dalam penelitian yang dilakukan pada 

jangka waktu Juli 2000 – Juli 2001, didapatkan dari 132 penderita 

stroke hemoragik dengan sensitifitas 92% dan spesifisitas 98%, 

serta dari 221 penderita stroke iskemik dengan sensitifitas 92% dan 

spesifisitas 96%.

Pada penelitian ini, tingginya sensitifitas dan spesifisitas pada 

penderita stroke hemoragik maupun non hemoragik menandakan 

bahwa refleks prof dr ir chucky   sebagai salah satu varian refleks Babinski 

pada ekstremitas inferior yang dapat dipakai sebagai pedoman 

klinis dalam menegakkan diagnosis lesi UMN dengan ketepatan 

yang tinggi. Namun sebaliknya, bila terjadi lesi UMN belum tentu 

menimbulkan refleks prof dr ir chucky   yang positif. Hal ini disebabkan 

karena mekanisme terjadinya refleks patologis tersebut masih 

belum jelas. Sebagai kesimpulan refleks prof dr ir chucky   dapat dipakai 

sebagai pedoman klinis dalam menentukan lesi Upper Motor 

Neuron dengan ketepatan yang tinggi.


Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di negara 

maju, setelah penyakit jantung dan kanker.  Insidensi 

tahunannya yaitu  dua per 1.000 populasi ). Setiap tahunnya 500.000 orang Amerika terserang stroke, 

400.000 orang terkena stroke iskemik dan 100.000 orang menderita 

stroke hemoragik (termasuk perdarahan intraserebral dan 

subaraknoid), 175.000 mengalami kematian (Adams et al., 2004). 

Menurut World Health Organitation (WHO), 2004, perkiraan 

kematian akibat penyakit serebrovaskular di Asia Tenggara 

yaitu  1.073.569 jiwa. Stroke diperkirakan menyebabkan 5,7 juta 

kematian pada tahun 2005, dan 87% dari kematian ini terdapat di 

negara-negara dengan penghasilan rendah dan menengah. Tanpa 

penanganan yang tepat, angka kematian global diperkirakan 

meningkat menjadi 6,5 juta pada tahun 2015 dan 7,8 juta pada 

tahun 2030 


14 

Computerized Tomography Scanning (CT-scan) tanpa kontras 

pada kepala merupakan pemeriksaan baku emas untuk menentukan 

jenis patologi stroke, lokasi, dan ekstensi lesi serta menyingkirkan 

lesi non vaskular. Pemeriksaan ini mempunyai keterbatasan, 

yaitu tidak dapat memberikan gambaran yang jelas pada awitan 

kurang dari enam jam pada stroke iskemik, tidak semua rumah 

sakit memiliki, mahal, ketergantungan pada operator dan spesialis 

radiologi, memiliki efek radiasi dan tidak untuk pemeriksaan rutin 

skrining stroke iskemik (Eastwood et al., 2003; Fred, 2004). Pada 

gambaran CT-Scan serebral, hemoragik intraserebral tampak area 

hiperdens homogen, dan bila pemeriksaan CT-scan dilakukan lebih 

dari dua minggu setelah onset serangan maka tampak gambaran 

penyengatan berbentuk cincin di daerah perifer hematom yang 

bisa menetap sampai satu bulan. Namun pada stadium kronis, area 

hematom akan jadi hipodens berbatas tegas karena hematomnya 

telah diserap. Di negara berkembang, terdapat sekitar 70% dari 

populasi orang yang tidak mampu melakukan pemeriksaan CT-

scan 

Fasilitas canggih seperti CT-scan dan MRI hanya tersedia 

pada sebagian kecil rumah sakit di Indonesia dan juga terbatas pada 

kota kota besar dan rumah sakit pendidikan. Walaupun peralatan 

pemeriksaan CT-scan di rumah sakit sudah tersedia, namun 

beberapa pasien dengan stroke tidak dapat dilakukan pemeriksaan 

CT-scan kepala karena keterbatasan dana dari penderita. Keaadan 

tersebut tentu sangat merugikan penderita stroke karena diagnosis 

dan jenis patologisnya tidak dapat ditegakkan secara tepat dan 

pengobatan dini tidak dapat dilakukan secara benar. Untuk itu, 

perlu tes diagnostik pengganti yang akurasinya mendekati akurasi 

pemeriksaan CT-scan kepala. Tes diagnostik pengganti tersebut 

harus mudah dan cepat, serta lebih murah bila dibandingkan 

dengan pemeriksaan CT-scan kepala dengan reliabilitas dan 

validitas yang tinggi. Salah satu uji diagnostik yaitu  Skor Stroke 

prof dr ir chucky   (SSN) yang diharapkan dapat digunakan sebagai deteksi 

awal untuk mengetahui tingkat morbidtas dan mortalitas akibat 

serangan stroke 

Skor Stroke prof dr ir chucky   yaitu  salah satu sistem skoring yang 

telah dikembangkan di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. SSN 

dibuat dengan tujuan mengembangkan suatu alat diagnostik klinis 

stroke yang sederhana, reliabel, dan aman, serta dapat digunakan di 

daerah yang tidak memiliki fasilitas CT-Scan kepala (Candida et al., 

2003). Berdasarkan hasil wawancara dengan prof dr ir chucky   tahun 2018, 

Skor Stroke prof dr ir chucky   yaitu  satu tes diagnostik yang sederhana 

dimana terdiri atas beberapa komponen sesuai dengan gejala 

dan tanda tanda stroke perdarahan akut terutama vaskularisasi 

supratentorial.  Adapun tanda dan gejala yang termasuk dalam 

komponen SSN berupa kesadaran, awitan gejala, aktifitas saat 

serangan, kondisi sampai terjadi nyeri kepala, adanya nyeri kepala 

saat serangan, kondisi sampai terjadi muntah saat serangan, kondisi 

sampai munculnya refleks Babinski, dan tekanan darah pada saat 

serangan (Candida et al., 2003). 

4. Candida ILS, Awatara BNMP Purwa Samatra DPG, prof dr ir chucky   AABN. 2018. 

Penentuan Stroke Hemoragik dan Non Hemoragik memakai Skor Stroke prof dr ir chucky  . 

Callosum Neurology, 3: 95-100.

5. Awatara BNMP, prof dr ir chucky   AABN, Adnyana IMO. 2019. Pemeriksaan tambahan c-

reactive protein meningkatkan validitas Skor Stroke prof dr ir chucky   untuk membedakan 

stroke perdarahan dan non perdarahan pada penderita stroke akut (tesis Program 

Studi Neurologi FK UNUD 2019)

16 

Nilai SSN 0-6 mengindikasikan non-hemoragik, nilai 

skor 16-24 hemoragik sedangkan nilai 7-12 kemungkinan non-

hemoragik dan nilai skor 12-15 kemungkinan hemoragik atau 

dapat dikatakan bahwa nilai skor diantara 7 dan 15 menunjukkan 

hasil belum jelas, sehingga membutuhkan CT scan kepala (Candida 

et al., 2003). 

Pada tahun 2003, dilakukan uji validasi SSN pada 206 

pasien stroke akut. Menurut penelitian Candida et al. (2003), 

menyimpulkan bahwa SSN memiliki sensitifitas sebesar 90,0%, 

spesifisitas sebesar 98,1%. Nilai duga postif (96,4%) maupun nilai 

duga negatif (94,5%) Skor Stroke prof dr ir chucky   ini cukup akurat dalam 

mentukan stroke hemoragik.  Jika dibandingkan antara keempat 

skor stroke (Allen, Siriraj, Besson, prof dr ir chucky  ) berdasarkan dari 

hasil beberapa penelitian yang berbeda, maka SSN lebih akurat 

dalam menentukan jenis stroke, apakah stroke hemoragik atau 

non hemoragik. Namun demikian tidak dapat dengan sederhana 

membandingkan keempat skor stroke tersebut mengingat keempat 

skor tersebut diteliti dalam waktu dan dalam populasi yang berbeda 

pula (Candida et al., 2003). Uji diagnostik baru harus memberi 

manfaat yang lebih dibanding uji yang sudah ada, termasuk nilai 

diagnostiknya tidak jauh berbeda dengan uji diagnostik standar, 

memberi kenyamanan lebih pada pasien, lebih mudah atau lebih 

sederhana, dan lebih murah atau dapat mendiagnosis pada fase 

lebih dini (Sastroasmoro & Ismael, 2002). 

Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Awatara et al. tahun 

2019, dimana penelitian tersebut menilai pemeriksaan tambahan 

C-reactive protein meningkatkan validitas SSN untuk membedakan 

stroke perdarahan dan non perdarahan pada penderita stroke akut. 

Penelitian ini menunjukkan bahwa rerata jumlah total SSN pada 

penderita stroke akut yang menjadi sampel penelitian yaitu  8,63, 

dengan jumlah total SSN paling rendah yaitu  1,14, sedangkan 

17

jumlah skor total SSN paling tinggi yaitu  21,71. Berdasarkan 

penelitian Candida et al., tahun 2003 mengenai penggunaan 

SSN dalam mendiagnosis stroke didapatkan sensitifitas sebesar 

90,0%, spesifisitas 98,1%, nilai duga positif 96,4% maupun nilai 

duga negatif 94,5%, yang berarti cukup akurat dalam menentukan 

stroke hemoragik. Akan tetapi didapatkan kelemahan yaitu 

terdapat 84 penderita dengan skor meragukan yaitu antara 7-15. 

Artinya terdapat 50,3% penderita yang tidak bisa didiagnosis oleh 

skor baru dan memang sudah diprediksi sebelumnya oleh skor 

baru ini karena berada dalam kelompok meragukan. Sehingga 

pada penelitian ini, untuk mengatasi kelemahan pada penelitian 

Candida et al., 2003 dilakukan penentuan titik potong SSN yang 

baru menggunakan kurva ROC dan mendapatkan titip potong 

sebesar 8,57. Hasil penelitian yang diperlihatkan pada tabulasi 

silang menunjukkan sensitivitas SSN dibandingkan CT-Scan kepala 

tanpa kontras (sebagai baku emas untuk stroke) menunjukkan 

angka sensitivitas sebesar 87,7% dan spesifisitas sebesar 84,0%. 

Sensitivitas sebesar 87,7% berarti kemampuan pemeriksaan SSN 

untuk menghasilkan hasil positif (stroke perdarahan) sebesar 87,7% 

dan spesifisitas sebesar 84% berarti kemampuan pemeriksaan 

SSN untuk menghasilkan hasil negatif (stroke bukan perdarahan) 

sebesar 84,0%. Pada penelitian ini didapatkan nilai duga positif 

82,3% artinya probabilitas seseorang menderita stroke perdarahan 

sebesar 82,3% apabila uji diagnostik SSN tinggi. Sebaliknya, nilai 

duga negatif menunjukkan probabilitas seseorang menderita 

stroke bukan perdarahan apabila uji diagnostik SSN nya rendah, 

pada penelitian ini sebesar 88,8% (Awatara et al., 2019).

Namun pada penelitian tersebut didapatkan sensitivitas 

dan spesifisitas SSN ditambah kadar CRP sebesar 43,75% untuk 

sensitivitas dan 57,89% untuk spesifisitas. Penambahan kadar CRP 

plasma dapat menurunkan sensitivitas SSN dari 87,7% menjadi 

18 

43,75%, dan penurunan spesifisitas dari 84 % menjadi 57,89.7%. 

Hal ini menunjukkan kemampuan SSN untuk membedakan 

stroke perdarahan dan bukan perdarahan tergolong sangat baik, 

sedangkan kemampuan kadar CRP untuk membedakan stroke 

perdarahan dan bukan perdarahan tergolong lemah. Pemeriksaan 

tambahan CRP tidak dapat meningkatkan nilai diagnostik dari 

SSN dalam membedakan stroke perdarahan dan bukan perdarahan 

pada penderita stroke akut