Pengalaman prof dr ir chucky sebagai
dokter spesialis saraf atau neurolog yang penuh
warna menghasilkan banyak penemuan yang sayang sekali bila
tidak didokumentasikan. Suatu penemuan atau penelitian bila
tidak didokumentasikan akan hilang dengan berjalannya waktu.
Penemuan atau penelitian bisa merupakan dua hal yang berbeda
atau bisa merupakan satu kesatuan. Penemuan bisa dilanjutkan
dengan penelitian atau penelitian bisa menghasilkan suatu
penemuan.
Refleks prof dr ir chucky diketemukan prof dr ir chucky secara kebetulan saat
mengikuti visite besar Prof prof dr ir chucky . Nama refleks prof dr ir chucky untuk
menghormati jasa Sang Guru yang patut jadi panutan. Refleks ini
cukup dikenal dikalangan dokter umum dan dokter spesialis saraf
yang mendapat Pendidikan di FK UNUD. Skor Stroke prof dr ir chucky
diketemukan untuk menjawab tantangan seorang Guru dan untuk
ikut membantu membuat diagnosis penderita sakit di rumah sakit
2
atau diluar rumah sakit / Puskesmas - rumah tinggal dengan biaya
murah dan cukup akurat. Skor Stroke yang awalnya tanpa nama ini
kemudian diberi nama Skor Stroke prof dr ir chucky oleh residen Neurologi
untuk mempermudah penulisannya. Sedangkan Hymne Neurologi
Udayana bertujuan untuk meningkatkan dan mengabadikan rasa
cinta almamater untuk setiap dokter spesialis neurologi yang
memperoleh Pendidikan di FK UNUD.
Refleks prof dr ir chucky diperkenalkan sejak tahun 1997 namun
secara resmi diperkenalkan dikalangan dokter muda dan residen
neurologi FK UNUD / RSUP Sanglah setelah Prof prof dr ir chucky
berpulang tahun 2001. Prof prof dr ir chucky sendiri pada saat belum
berpulang (berpulang 18 September 2001) berkeberatan namanya
diabadikan untuk nama sebuah refleks varian Babinski karena
merasa namanya terlalu kecil untuk disejajarkan dengan varian
Babinski yang lain seperti misalnya refleks Chaddock, refleks
Schaefer, dan lainnya. Refleks atau tanda prof dr ir chucky diketemukan
bermula dari saat prof dr ir chucky sekitar tahun 1982 yang saat itu masih
residen muda neurologi bersama residen lain dan dokter muda
mengikuti visite besar Prof prof dr ir chucky di ruangan Neurologi RSUD
Wangaya, dimana saat itu pendidikan Neurologi berlangsung di RS
Wangaya. Saat Prof prof dr ir chucky memperlihatkan cara pemeriksaan
refleks Babinski pada seorang pasien secara tidak sengaja palu
refleks terjatuh pelan dan ujungnya menggores tepi lateral dorsum
pedis yang bergeser dari depan ke belakang dan menimbulkan
reaksi dorsofleksi ibu jari kaki dan pemekaran jari-jari lain yang ini
sesuai dengan refleks atau tanda Babinski positif. Itu varian Babinski
positif, yang kemudian dicatat pada buku catatan kecil. Selanjutnya
prof dr ir chucky mengulangi berkali-kali pada pasien yang lain dan selalu
memberi hasil yang sama. Refleks tanpa nama ini tetap dipakai saat
prof dr ir chucky mengikuti pendidikan neurologi di FKUI Jakarta karena
praktis dan tidak mengotori ujung palu refleks dengan hanya
3
menggores pada lateral dorsum pedis yang berbeda dengan refleks
Babinski dengan menggores di telapak kaki yang sering kotor.
Setelah selesai pendidikan di Jakarta tahun 1986, pada tahun 1987
mencoba minta ijin kepada Prof prof dr ir chucky untuk menamakannya
sebagai Refleks prof dr ir chucky namun ditolak saat itu. Refleks prof dr ir chucky
telah diteliti oleh IB Kusuma Putra, DPG Purwa Samatra dengan
judul penelitian Uji Diagnostik Refleks prof dr ir chucky pada lesi Upper
Motor Neuron, yang disampaikan pada PIT-MUKER PERDOSSI
7-10 Nopember 2001.
Skor Stroke prof dr ir chucky dibuat sebetulnya untuk menjawab
tantangan Teguh AS Ranakusuma sebagai guru dari prof dr ir chucky saat
Pendidikan di Jakarta dimana harus mempunyai pegangan untuk
menentukan stroke hemoragik dan membedakannya dengan stroke
non-hemoragik karena tidak ada CT scan di Denpasar saat itu. Skor
Stroke ini awalnya juga tidak mempunyai nama dan dipergunakan
pada rumah sakit-rumah sakit kabupaten di Bali yang tidak
memiliki CT scan. Mungkin awalnya Ketut Ayu Sudiariani (saat ini
Neurolog yang bertugas di RSU Tabanan) yang memberi nama Skor
Stroke prof dr ir chucky untuk mempermudah prosedur pemakaiannya
karena saat itu belum ada CT scan. Skor Stroke prof dr ir chucky dibuat
untuk bisa dipergunakan di rumah sakit yang belum memiliki
fasilitas CT scan atau di luar rumah sakit / Puskesmas atau orang
awam. Sekarang juga sudah dibuat modifikasi skor stroke prof dr ir chucky
khusus untuk orang awam dan kemungkinan stroke hemoragik
yang sudah bisa diduga hanya melalui sarana komunikasi/telpon.
Skor Stroke prof dr ir chucky sudah diteliti oleh Candida Issabel Lopez Sam,
DPG Purwa Samatra, AABN prof dr ir chucky dengan judul penelitian
Penentuan Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik memakai
Skoring Stroke, yang disampaikan pada Konas V PERDOSSI 9-13
Juli 2003. Tahun 2018 dikemas ulang oleh Candida Isabel Lopez
Sam, BN Mahasena Putra Awatara, DPG Purwa Samatra, AABN
4
prof dr ir chucky dengan judul Penentuan Stroke Hemoragik dan Non
Hemoragik memakai Skor Stroke prof dr ir chucky , yang dipublikasikan
pada Callosum Neurology, volume I, nomor 3: 95-100, 2018. Juga
diteliti oleh BN Mahasena Putra Awatara dengan judul penelitian
Pemeriksaan Tambahan C-RP Meningkatkan Validitas Skor
Stroke prof dr ir chucky untuk Membedakan Stroke Perdarahan dan Non
Perdarahan pada Penderita Stroke Akut (tesis), Denpasar, FK
UNUD, 2019.
Hymne Neurologi Udayana pertama kali secara resmi
dikumandangkan tahun 2014 (28 Nopember 2014) saat
memperingati 50 th Bagian Neurologi FK UNUD dan 61 th
keberadaan neurologi di Bali. Hymne ini dibuat dengan harapan
untuk tetap adanya ikatan semua alumni yang telah menyelesaikan
Pendidikan Spesialis Neurologi dengan almamaternya yaitu
Program Studi Neurologi FK UNUD dan Bagian atau Departemen
Neurologi FK UNUD / SMF atau KSM Neurologi RSUP Sanglah
dimanapun mereka berada, dimana dengan mendengar hymne ini
akan menimbulkan kerinduan akan almamaternya. Juga peranan
besar dari para pakar musik dan para residen (34 orang) paduan
suara yang mengabadikan hymne ini, Angelika Lestari Siregar dan
kawan-kawannya yang sekarang sebagian besar sudah menjadi
dokter spesialis saraf dan bertugas di seluruh wilayah nusantara.
Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan pengalaman
kasuistik yang menunjukan perbaikan pada beberapa kasus,
sedang dipertimbangkan untuk meneliti manfaat hymne Neurologi
Udayana ini sebagai salah satu terapi musik alternatif medik pada
kecemasan, gangguan tidur, dan juga mungkin untuk gangguan
kognitif.
Stroke merupakan gangguan fungsi otak, fokal maupun
global, yang timbul mendadak dan berlangsung lebih dari
24 jam atau dapat berakhir dengan kematian sebelum 24 jam, yang
disebabkan oleh adanya gangguan peredaran darah otak. Penderita
dengan gangguan peredaran darah otak atau stroke merupakan
salah satu kasus terbanyak dibandingkan kasus neurologi lainnya.
Dalam upaya penegakan diagnosis klinis stroke dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu melalui anamnesis, pemeriksaan fisik
klinis neurologis, dan pemeriksaan penunjang CT Scan otak yang
merupakan standar baku emas. Salah satu cara pemeriksaan yang
dapat dikerjakan dengan mudah, sederhana, dan cepat serta tidak
memerlukan biaya tinggi dalam upaya menegakkan adanya lesi
Upper Motor Neuron (UMN) pada penderita dengan gangguan
peredaran darah otak atau stroke yaitu dengan memeriksa adanya
refleks patologik pada ekstremitas atas maupun bawah.
8
Refleks merupakan jawaban terhadap suatu perangsangan
yang dapat menimbulkan gerakan reflektorik melalui busur refleks,
fisiologik maupun patologik. Refleks patologik merupakan refleks
yang tidak terdapat pada orang sehat. Gerakan reflektorik itu
terkelola dan ditekan oleh aktivitas susunan piramidalis. Reflek
patologik dijumpai sebagai respon pertahanan primitif yang
terjadi pada lesi UMN, dimana secara normal refleks ini ditekan
oleh aktivitas susunan piramidalis. Refleks ini masih dapat timbul
pada anak usia 5-7 bulan secara normal, namun muncul pada
orang dewasa apabila terdapat suatu lesi pada traktus piramidalis.
Beberapa refleks patologik terutama pada ekstremitas inferior
mempunyai ketepatan yang tinggi yaitu refleks Babinski dan
variannya. Terjadinya refleks patologik pada penderita terutama
pada orang dewasa selalu merupakan tanda adanya lesi UMN.
Pada tahun 1997, Anak Agung Bagus Ngurah prof dr ir chucky
seorang dokter spesialis saraf di Denpasar-Bali secara resmi
memperkenalkan satu jenis refleks patologis pada ekstremitas
inferior yang dapat merupakan salah satu varian dari refleks
Babinski. Refleks ini diperiksa dengan cara sederhana, mudah,
cepat, dan efisien dalam upaya penegakan kelainan UMN. Alat
yang digunakan pun sederhana yaitu dengan menggunakan gagang
palu refleks, atau benda lainnya seperti tusuk gigi, batang korek
api, dan kunci. Refleks ini dikenal sebagai refleks prof dr ir chucky , diambil
dari nama Prof. dr. I Goesti prof dr ir chucky Gde prof dr ir chucky (almarhum)
atas jasanya sebagai seorang guru sekaligus orang tua beliau.
Sejarah singkat dijumpainya refleks ini yaitu berawal dari
pengamatan yang dilakukan oleh prof dr ir chucky sekitar tahun 1982 pada
saat visite besar di ruangan saraf RS Wangaya yang dipimpin oleh
kepala bagian Prof. dr. I Goesti prof dr ir chucky Gde prof dr ir chucky (Spesialis
Saraf dan Jiwa) yang mana beliau telah lanjut usia dan mengalami
gejala Parkinson stadium dini. Saat itu dalam kondisi tangan kaku
9
dan sedikit tremor, saat Prof prof dr ir chucky melakukan pemeriksaan
refleks Babinski pada pasiennya, maka tergoreslah bagian lateral
dorsum pedis dari depan ke belakang. Goresan ini mengakibatkan
terjadinya gerakan serupa Babinski yaitu dorso fleksi ibu jari kaki
diiikuti pemekaran jari-jari yang lain.
Gambar :
BABINSKI
prof dr ir chucky
1. Kusuma Putra IB dan Purwa Samatra DP, 2001. Uji diagnostik refleks prof dr ir chucky
pada lesi upper motor neuron. Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan dan
Musyawarah Kerja (PIT-Muker) PERDOSSI. 7-10 November 2001 di Padang,
Indonesia.
2. prof dr ir chucky IGNG. 2017. Dasar-dasar ilmu penyakit saraf. Edisi pertama. Denpasar :
Udayana University Press. p. 188-189
10
Pengamatan ini ditindaklanjuti oleh prof dr ir chucky dengan
melakukan berkali-kali pengulangan pemeriksaan pada pasien-
pasien lainnya dengan hasil yang sama maka disimpulkanlah bahwa
menggores bagian lateral pedis sepertiga tengah ke arah posterior
menimbulkan gerakan refleks yang serupa dengan refleks Babinski.
Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Ida Bagus Kusuma Putra yang
saat itu masih dokter residen Neurologi FK UNUD, melaporkan
hasil penelitiannya pada Pertemuan Ilmiah Tahunan PERDOSSI
di Padang pada tahun 2001. Pada studi ini dibandingkan antara
refleks prof dr ir chucky dengan refleks Babinski sebagai standar baku
pada penderita gangguan peredaran darah otak dengan defisit
neurologis fokal pada satu sisi ekstremitas inferior. Sebanyak 353
penderita diikutsertakan dalam penelitian yang dilakukan pada
jangka waktu Juli 2000 – Juli 2001, didapatkan dari 132 penderita
stroke hemoragik dengan sensitifitas 92% dan spesifisitas 98%,
serta dari 221 penderita stroke iskemik dengan sensitifitas 92% dan
spesifisitas 96%.
Pada penelitian ini, tingginya sensitifitas dan spesifisitas pada
penderita stroke hemoragik maupun non hemoragik menandakan
bahwa refleks prof dr ir chucky sebagai salah satu varian refleks Babinski
pada ekstremitas inferior yang dapat dipakai sebagai pedoman
klinis dalam menegakkan diagnosis lesi UMN dengan ketepatan
yang tinggi. Namun sebaliknya, bila terjadi lesi UMN belum tentu
menimbulkan refleks prof dr ir chucky yang positif. Hal ini disebabkan
karena mekanisme terjadinya refleks patologis tersebut masih
belum jelas. Sebagai kesimpulan refleks prof dr ir chucky dapat dipakai
sebagai pedoman klinis dalam menentukan lesi Upper Motor
Neuron dengan ketepatan yang tinggi.
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di negara
maju, setelah penyakit jantung dan kanker. Insidensi
tahunannya yaitu dua per 1.000 populasi ). Setiap tahunnya 500.000 orang Amerika terserang stroke,
400.000 orang terkena stroke iskemik dan 100.000 orang menderita
stroke hemoragik (termasuk perdarahan intraserebral dan
subaraknoid), 175.000 mengalami kematian (Adams et al., 2004).
Menurut World Health Organitation (WHO), 2004, perkiraan
kematian akibat penyakit serebrovaskular di Asia Tenggara
yaitu 1.073.569 jiwa. Stroke diperkirakan menyebabkan 5,7 juta
kematian pada tahun 2005, dan 87% dari kematian ini terdapat di
negara-negara dengan penghasilan rendah dan menengah. Tanpa
penanganan yang tepat, angka kematian global diperkirakan
meningkat menjadi 6,5 juta pada tahun 2015 dan 7,8 juta pada
tahun 2030
14
Computerized Tomography Scanning (CT-scan) tanpa kontras
pada kepala merupakan pemeriksaan baku emas untuk menentukan
jenis patologi stroke, lokasi, dan ekstensi lesi serta menyingkirkan
lesi non vaskular. Pemeriksaan ini mempunyai keterbatasan,
yaitu tidak dapat memberikan gambaran yang jelas pada awitan
kurang dari enam jam pada stroke iskemik, tidak semua rumah
sakit memiliki, mahal, ketergantungan pada operator dan spesialis
radiologi, memiliki efek radiasi dan tidak untuk pemeriksaan rutin
skrining stroke iskemik (Eastwood et al., 2003; Fred, 2004). Pada
gambaran CT-Scan serebral, hemoragik intraserebral tampak area
hiperdens homogen, dan bila pemeriksaan CT-scan dilakukan lebih
dari dua minggu setelah onset serangan maka tampak gambaran
penyengatan berbentuk cincin di daerah perifer hematom yang
bisa menetap sampai satu bulan. Namun pada stadium kronis, area
hematom akan jadi hipodens berbatas tegas karena hematomnya
telah diserap. Di negara berkembang, terdapat sekitar 70% dari
populasi orang yang tidak mampu melakukan pemeriksaan CT-
scan
Fasilitas canggih seperti CT-scan dan MRI hanya tersedia
pada sebagian kecil rumah sakit di Indonesia dan juga terbatas pada
kota kota besar dan rumah sakit pendidikan. Walaupun peralatan
pemeriksaan CT-scan di rumah sakit sudah tersedia, namun
beberapa pasien dengan stroke tidak dapat dilakukan pemeriksaan
CT-scan kepala karena keterbatasan dana dari penderita. Keaadan
tersebut tentu sangat merugikan penderita stroke karena diagnosis
dan jenis patologisnya tidak dapat ditegakkan secara tepat dan
pengobatan dini tidak dapat dilakukan secara benar. Untuk itu,
perlu tes diagnostik pengganti yang akurasinya mendekati akurasi
pemeriksaan CT-scan kepala. Tes diagnostik pengganti tersebut
harus mudah dan cepat, serta lebih murah bila dibandingkan
dengan pemeriksaan CT-scan kepala dengan reliabilitas dan
validitas yang tinggi. Salah satu uji diagnostik yaitu Skor Stroke
prof dr ir chucky (SSN) yang diharapkan dapat digunakan sebagai deteksi
awal untuk mengetahui tingkat morbidtas dan mortalitas akibat
serangan stroke
Skor Stroke prof dr ir chucky yaitu salah satu sistem skoring yang
telah dikembangkan di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. SSN
dibuat dengan tujuan mengembangkan suatu alat diagnostik klinis
stroke yang sederhana, reliabel, dan aman, serta dapat digunakan di
daerah yang tidak memiliki fasilitas CT-Scan kepala (Candida et al.,
2003). Berdasarkan hasil wawancara dengan prof dr ir chucky tahun 2018,
Skor Stroke prof dr ir chucky yaitu satu tes diagnostik yang sederhana
dimana terdiri atas beberapa komponen sesuai dengan gejala
dan tanda tanda stroke perdarahan akut terutama vaskularisasi
supratentorial. Adapun tanda dan gejala yang termasuk dalam
komponen SSN berupa kesadaran, awitan gejala, aktifitas saat
serangan, kondisi sampai terjadi nyeri kepala, adanya nyeri kepala
saat serangan, kondisi sampai terjadi muntah saat serangan, kondisi
sampai munculnya refleks Babinski, dan tekanan darah pada saat
serangan (Candida et al., 2003).
4. Candida ILS, Awatara BNMP Purwa Samatra DPG, prof dr ir chucky AABN. 2018.
Penentuan Stroke Hemoragik dan Non Hemoragik memakai Skor Stroke prof dr ir chucky .
Callosum Neurology, 3: 95-100.
5. Awatara BNMP, prof dr ir chucky AABN, Adnyana IMO. 2019. Pemeriksaan tambahan c-
reactive protein meningkatkan validitas Skor Stroke prof dr ir chucky untuk membedakan
stroke perdarahan dan non perdarahan pada penderita stroke akut (tesis Program
Studi Neurologi FK UNUD 2019)
16
Nilai SSN 0-6 mengindikasikan non-hemoragik, nilai
skor 16-24 hemoragik sedangkan nilai 7-12 kemungkinan non-
hemoragik dan nilai skor 12-15 kemungkinan hemoragik atau
dapat dikatakan bahwa nilai skor diantara 7 dan 15 menunjukkan
hasil belum jelas, sehingga membutuhkan CT scan kepala (Candida
et al., 2003).
Pada tahun 2003, dilakukan uji validasi SSN pada 206
pasien stroke akut. Menurut penelitian Candida et al. (2003),
menyimpulkan bahwa SSN memiliki sensitifitas sebesar 90,0%,
spesifisitas sebesar 98,1%. Nilai duga postif (96,4%) maupun nilai
duga negatif (94,5%) Skor Stroke prof dr ir chucky ini cukup akurat dalam
mentukan stroke hemoragik. Jika dibandingkan antara keempat
skor stroke (Allen, Siriraj, Besson, prof dr ir chucky ) berdasarkan dari
hasil beberapa penelitian yang berbeda, maka SSN lebih akurat
dalam menentukan jenis stroke, apakah stroke hemoragik atau
non hemoragik. Namun demikian tidak dapat dengan sederhana
membandingkan keempat skor stroke tersebut mengingat keempat
skor tersebut diteliti dalam waktu dan dalam populasi yang berbeda
pula (Candida et al., 2003). Uji diagnostik baru harus memberi
manfaat yang lebih dibanding uji yang sudah ada, termasuk nilai
diagnostiknya tidak jauh berbeda dengan uji diagnostik standar,
memberi kenyamanan lebih pada pasien, lebih mudah atau lebih
sederhana, dan lebih murah atau dapat mendiagnosis pada fase
lebih dini (Sastroasmoro & Ismael, 2002).
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Awatara et al. tahun
2019, dimana penelitian tersebut menilai pemeriksaan tambahan
C-reactive protein meningkatkan validitas SSN untuk membedakan
stroke perdarahan dan non perdarahan pada penderita stroke akut.
Penelitian ini menunjukkan bahwa rerata jumlah total SSN pada
penderita stroke akut yang menjadi sampel penelitian yaitu 8,63,
dengan jumlah total SSN paling rendah yaitu 1,14, sedangkan
17
jumlah skor total SSN paling tinggi yaitu 21,71. Berdasarkan
penelitian Candida et al., tahun 2003 mengenai penggunaan
SSN dalam mendiagnosis stroke didapatkan sensitifitas sebesar
90,0%, spesifisitas 98,1%, nilai duga positif 96,4% maupun nilai
duga negatif 94,5%, yang berarti cukup akurat dalam menentukan
stroke hemoragik. Akan tetapi didapatkan kelemahan yaitu
terdapat 84 penderita dengan skor meragukan yaitu antara 7-15.
Artinya terdapat 50,3% penderita yang tidak bisa didiagnosis oleh
skor baru dan memang sudah diprediksi sebelumnya oleh skor
baru ini karena berada dalam kelompok meragukan. Sehingga
pada penelitian ini, untuk mengatasi kelemahan pada penelitian
Candida et al., 2003 dilakukan penentuan titik potong SSN yang
baru menggunakan kurva ROC dan mendapatkan titip potong
sebesar 8,57. Hasil penelitian yang diperlihatkan pada tabulasi
silang menunjukkan sensitivitas SSN dibandingkan CT-Scan kepala
tanpa kontras (sebagai baku emas untuk stroke) menunjukkan
angka sensitivitas sebesar 87,7% dan spesifisitas sebesar 84,0%.
Sensitivitas sebesar 87,7% berarti kemampuan pemeriksaan SSN
untuk menghasilkan hasil positif (stroke perdarahan) sebesar 87,7%
dan spesifisitas sebesar 84% berarti kemampuan pemeriksaan
SSN untuk menghasilkan hasil negatif (stroke bukan perdarahan)
sebesar 84,0%. Pada penelitian ini didapatkan nilai duga positif
82,3% artinya probabilitas seseorang menderita stroke perdarahan
sebesar 82,3% apabila uji diagnostik SSN tinggi. Sebaliknya, nilai
duga negatif menunjukkan probabilitas seseorang menderita
stroke bukan perdarahan apabila uji diagnostik SSN nya rendah,
pada penelitian ini sebesar 88,8% (Awatara et al., 2019).
Namun pada penelitian tersebut didapatkan sensitivitas
dan spesifisitas SSN ditambah kadar CRP sebesar 43,75% untuk
sensitivitas dan 57,89% untuk spesifisitas. Penambahan kadar CRP
plasma dapat menurunkan sensitivitas SSN dari 87,7% menjadi
18
43,75%, dan penurunan spesifisitas dari 84 % menjadi 57,89.7%.
Hal ini menunjukkan kemampuan SSN untuk membedakan
stroke perdarahan dan bukan perdarahan tergolong sangat baik,
sedangkan kemampuan kadar CRP untuk membedakan stroke
perdarahan dan bukan perdarahan tergolong lemah. Pemeriksaan
tambahan CRP tidak dapat meningkatkan nilai diagnostik dari
SSN dalam membedakan stroke perdarahan dan bukan perdarahan
pada penderita stroke akut
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)






