penyakit dalam 1

 



 

Pemeriksaan Tanda Vital 

  

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, 

memastikan identitas pasien, menjelaskan dan 

meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. 

2. Memeriksa ketersediaan alat. 

3. Mencuci tangan.  

4. Meminta pasien berbaring terlentang atau duduk. 

Penilaian Keadaan Umum 

5. Menentukan derajat kesadaran pasien dengan cara 

memberikan pertanyaan tentang keadaan sekeliling 

pasien (contoh: nama, waktu, atau tempat pasien 

berada) 

6. Menilai kondisi sakit secara umum: tidak tampak sakit, 

ringan, sedang atau berat. 

7. Menilai taksiran usia sesuai/tidak 

8. Menilai bentuk tubuh, habitus, gizi, cara 

berjalan/berbaring, mobilitas 

Pengukuran secara Tidak Langsung Tekanan Darah 

Arteri 

9. Memasang manset dengan kriteria:  

• Posisikan lengan atas sejajar dengan jantung. 

• Lengan baju tidak terlilit manset. 

• Tepi bawah manset 2-3 cm di atas fossa cubiti. 

• Balon dalam manset harus menutupi lengan atas 

di sisi ulnar (di atas a. brachialis). 

 |  7 

 

• Pipa karet tidak menutupi fossa cubiti. 

(Manset diikat cukup ketat tetapi tidak membendung 

vena). 

10. Palpasi denyut a. brachialis untuk menentukan tempat 

meletakkan membran stetoskop. 

11. Memompa manset sambil meraba a. brachialis atau a. 

radialis hingga denyut hilang. Kemudian menaikkan 

tekanan manset 30 mmHg + 5 mmHg. 

12. Meletakkan corong/membran stetoskop di atas a. 

brachialis dengan cermat 

• Seluruh permukaan membran menempel pada 

kulit. 

• Tidak terlalu keras. 

• Tidak disisipkan di antara kulit dan manset. 

13. Menurunkan tekanan manset secara lancar dengan 

kecepatan tetap (2-4 mmHg/detik) sambil 

mendengarkan bunyi aliran darah. 

14. Melaporkan hasil pengukuran tekanan darah. 

Penilaian Denyut Nadi (Arteri) Perifer 

Arteri Brachialis 

15. Mencari denyut a. brachialis pada fossa cubiti lengan 

kanan dan kiri pasien dengan palpasi menggunakan 

jari telunjuk dan jari tengah 

16. Menilai frekuensi, kekuatan dan irama denyut a. 

brachialis selama 1 menit  

17. Melaporkan hasil penilaian frekuensi, kekuatan dan 

irama denyut a. Brachialis 

8   |  

 

Arteri Radialis 

18. Mencari denyut a. radialis pada pergelangan tangan 

kanan dan kiri pasien dengan palpasi menggunakan 

jari telunjuk dan jari tengah 

19. Menilai frekuensi, kekuatan dan irama denyut a. 

radialis selama 1 menit 

20. Melaporkan hasil penilaian frekuensi, kekuatan dan 

irama denyut a.radialis 

Arteri Dorsalis Pedis 

21. Mencari denyut arteri dorsalis pedis pada punggung 

kaki kanan dan kiri pasien dengan palpasi 

menggunakan jari telunjuk dan jari tengah 

22. Menilai frekuensi, kekuatan dan irama denyut arteri 

dorsalis pedis selama 1 menit 

23. Melaporkan hasil penilaian frekuensi, kekuatan dan 

irama denyut arteri dorsalis pedis 

Arteri Tibialis Posterior 

24. Mencari denyut arteri tibialis posterior pada posterior 

maleolus medial kanan dan kiri pasien dengan palpasi 

menggunakan jari telunjuk dan jari tengah 

25. Menilai frekuensi, kekuatan dan irama denyut arteri 

tibialis posterior selama 1 menit 

26. Melaporkan hasil penilaian frekuensi, kekuatan dan 

irama denyut arteri tibialis posterior 

  

 |  9 

 

Arteri Poplitea 

27. Mencari denyut arteri poplitea pada fossa poplitea 

kanan dan kiri pasien dengan palpasi menggunakan 

jari telunjuk dan jari tengah 

28. Menilai frekuensi, kekuatan dan irama denyut arteri 

poplitea selama 1 menit 

29. Melaporkan hasil penilaian frekuensi, kekuatan dan 

irama denyut arteri poplitea 

Penilaian Pernapasan 

30. Melihat gerakan naik turun dari dinding dada dan perut, 

untuk menentukan frekuensi, irama, jenis, dan 

kedalaman pernapasan pasien selama 1 menit 

31. Melaporkan hasil penilaian pernapasan kepada tutor  

Pengukuran Suhu Tubuh Manusia 

32. Memeriksa suhu tubuh melalui aksila. 

33. Meletakkan termometer digital pada aksilla. 

34. Menunggu hingga terdengar suara “bip” dari 

termometer, mengangkat termometer dari aksila, lalu 

baca dan catat hasilnya. 

35. Membersihkan kembali termometer yang telah 

digunakan sebelum dimasukkan kedalam tempatnya. 

36. Merapikan alat. 

37. Mencuci tangan. 

 

 

 

 

 

10   |  

 

Pemeriksaan Kepala 

  

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, 

memastikan identitas pasien, menjelaskan dan 

meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. 

2. Memeriksa ketersediaan alat. 

3. Mencuci tangan. 

Pemeriksaan Kepala  

4. Melakukan inspeksi dan palpasi bentuk dan ukuran, 

apakah terdapat benjolan, lekukan, dan nyeri tekan. 

Pemeriksaan Rambut 

5. Melakukan inspeksi warna, penyebaran rambut dan 

apakah mudah dicabut. 

Pemeriksaan Mata 

6. Meminta pasien melihat ke atas dan pemeriksa Menarik narik  

kedua kelopak mata bawah dengan kedua ibu jari. 

Inspeksi nodul, pembengkakan, warna sklera dan 

konjungtiva palpebra serta pola vaskularisasi di sklera.  

7. Inspeksi sklera dan konjungtiva bulbar dengan cara 

Menarik narik  kelopak mata bawah dengan ibu jari dan alis 

dengan jari telunjuk. 

Pemeriksaan Wajah 

8. Memperhatikan ekspresi, bentuk dan kesimetrisan 

wajah, gerakan involunter, bengkak dan benjolan. 

Pemeriksaan Kulit Wajah 

9. Memperhatikan warna dan kelainan kulit. 

  

 |  11 

 

Pemeriksaan Telinga 

10. Memperhatikan bentuk daun telinga, memeriksa liang 

telinga (menggunakan penlight),  membran timpani 

serta tulang mastoid. Melakukan penekanan pada 

tragus. 

Pemeriksaan Sinus Paranasalis dan Hidung  

11. Melakukan penekanan di daerah sinus maksilaris, 

frontalis dan etmoidalis. 

Pemeriksaan Bibir  

12. Memperhatikan warna, benjolan atau ulkus. 

Pemeriksaan Mulut 

13. Meminta pasien untuk membuka mulut dan 

menjulurkan lidah.  

14. Melakukan pemeriksaan warna mukosa, ulkus, papil 

dan gerakan lidah. 

Pemeriksaan Gigi 

15. Memperhatikan jumlah gigi, kelainan gigi, dan warna 

gusi dengan menggunakan penlight. 

16. Merapikan alat. 

17. Mencuci tangan. 

 

12   |  

 

Pemeriksaan Leher 

  

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, 

memastikan identitas pasien, menjelaskan dan 

meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. 

2. Memeriksa ketersediaan alat. 

3. Mencuci tangan. 

Tekanan Vena Jugularis (JVP) 

4. Meminta pasien untuk tidur terlentang dengan bantal 

dengan sudut 30-450. 

5. Menekan vena dengan 1 jari disebelah atas clavicula. 

6. Menekan vena disebelah atas dekat mandibula dengan 

jari yang lain. 

7. Melepas tekanan disebelah bawah di atas clavicula. 

8. Menunjuk dimana vena terisi waktu inspirasi biasa. 

9. Membuat bidang datar melalui angulus ludovici sejajar 

lantai. 

10. Menghitung jarak antara puncak pengisian vena 

dengan bidang datar yang melalui angulus ludovici. 

Kelenjar Tiroid 

11. Mempersilahkan pasien duduk dan sedikit 

mengekstensikan kepala. 

12. Melakukan inspeksi dari depan pada daerah kelenjar 

tiroid  dengan cara menginstruksikan pasien melakukan 

gerakan menelan dan mengidentifikasi adanya 

simetrisitas kanan dan kiri, kelainan kelenjar tiroid 

berupa pembesaran, pulsasi, dan tanda peradangan. 

 |  13 

 

13. Pemeriksa berdiri di belakang pasien. 

14. Melakukan palpasi pada kelenjar tiroid dengan 

menggunakan ujung jari dari kedua tangan dengan cara 

menginstruksikan pasien melakukan gerakan menelan 

dan merasakan kelenjar tiroid pada saat kelenjar 

tersebut bergerak. 

Mengidentifikasi adanya: thrill, ukuran, konsistensi, 

jumlah nodul, simetrisitas kanan dan kiri, kontur 

permukaan, pulsasi, dan nyeri. 

15. Apabila teraba pembesaran, pemeriksa berpindah ke 

depan pasien untuk mengukur ukuran nodul, dengan 

menggunakan kaliper atau pita pengukur. 

16. Memeriksa adanya bruit pada kelenjar tiroid dengan 

menggunakan stetoskop. 

Kelenjar Getah Bening 

17. Mempersilahkan pasien duduk. 

18. Pemeriksa berdiri di depan pasien melakukan inspeksi: 

melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening 

yang tampak. 

19. Pemeriksa berdiri di belakang/depan pasien yang 

duduk. 

20. Palpasi dengan jari dari depan atau belakang pasien 

pada daerah preauricular, postauricular, oksipital, 

tonsilar, submandibular, submental, servikal superfisial, 

servikal posterior, rantai servikal dalam, dan 

supraklavikular. 

  

14   |  

 

Arteri Karotis 

21. Meminta pasien berbaring terlentang dengan bantal, 

dengan sudut 300. 

22. Inspeksi daerah medial otot sternokleidomastoideus 

kanan. 

23. Palpasi arteri karotis menggunakan 2 jari (jari tengah 

dan jari telunjuk) pada daerah 1/3 bawah sisi kanan 

leher. 

24. Auskultasi arteri karotis kanan. 

25. Inspeksi daerah medial otot sternokleidomastoideus 

kiri. 

26. Palpasi arteri karotis menggunakan 2 jari (jari tengah 

dan jari telunjuk) pada daerah 1/3 bawah sisi kiri leher.   

27. Auskultasi arteri karotis kiri. 

28. Merapikan alat. 

29. Mencuci tangan. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 |  15 

 

Pemeriksaan Jantung 

  

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, memastikan 

identitas pasien, menjelaskan dan meminta persetujuan 

tindakan yang akan dilakukan. 

2. Memeriksa ketersediaan alat. 

3. Mencuci tangan.  

4. Meminta pasien untuk mengangkat/membuka pakaian 

sehingga bagian toraks terpapar dan meminta untuk 

berbaring posisi supine.  

Inspeksi Jantung 

5. Inspeksi habitus, bentuk dada, dan kelainan yang 

ditemukan. 

6. Inspeksi letak iktus kordis dan menyebutkan dengan 

benar letak iktus kordis (apabila terlihat). 

Palpasi Jantung 

7. Meletakkan sisi palmar jari-jari tangan atau seluruh 

telapak tangan pada dinding toraks di lokasi apeks 

jantung. 

8. Jika iktus kordis tidak dapat diidentifikasi dengan posisi 

supine, meminta pasien untuk mengangkat lengan kiri 

pada posisi lateral dekubitus kiri.  

Palpasi kembali dengan tekanan lembut. 

9. Pada palpasi iktus kordis, identifikasi pula apakah ada 

thrill, heaving, lifting, atau tapping. 

  

16   |  

 

Perkusi Batas Jantung (Relatif)*  

10. Dengan posisi supine, perkusi pada linea aksilaris 

anterior kiri untuk mencari batas paru (sonor) dengan 

lambung (timpani/redup). 

11. Pada posisi 2 jari di atas batas paru dengan lambung 

dilakukan perkusi ke medial untuk menentukan batas kiri 

jantung (redup). 

12. Perkusi pada linea parasternalis kiri ke bawah untuk 

menentukan pinggang jantung (redup). 

13. Perkusi pada linea midklavikula kanan untuk mencari 

batas paru (sonor) dengan hepar (redup). 

14. Pada posisi 2 jari di atas batas paru dengan hati 

dilakukan perkusi ke medial untuk menentukan batas 

kanan jantung (redup). 

* Perkusi dapat dimulai untuk mencari batas jantung kiri atau 

kanan.  

Auskultasi Jantung 

15. Melakukan pemeriksaan auskultasi sambil 

membandingkan dengan meraba pulsasi arteri karotis.  

16. Auskultasi pada daerah sela iga 2 linea parasternalis 

kanan untuk mendengarkan bunyi katup aorta. 

17. Auskultasi pada daerah sela iga 2 linea parasternalis kiri 

untuk mendengarkan bunyi katup pulmonal. 

18. Auskultasi pada daerah sela iga 4-5 linea parasternalis 

kiri untuk mendengarkan bunyi katup trikuspid, 

dibandingkan waktu inspirasi dan ekspirasi. 

 |  17 

 

19. Auskultasi pada daerah sela iga 4-5 linea midclavicula 

kiri untuk mendengarkan bunyi katup mitral. 

20. sesudah  pemeriksaan selesai, meminta pasien untuk 

memakai pakaian kembali. 

21. Merapikan alat. 

22. Mencuci tangan. 

 

18   |  

 

Pemeriksaan Paru 

  

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, 

memastikan identitas pasien, menjelaskan dan 

meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. 

2. Memeriksa ketersediaan alat. 

3. Mencuci tangan . 

4. Meminta pasien melepaskan pakaian atas serta 

berbaring terlentang. 

Inspeksi Keadaan Umum Berkaitan dengan Pernapasan 

5. Inspeksi lesi pada dinding toraks, kelainan bentuk 

toraks, sifat, dan pola napas. 

6. Menilai ada tidaknya sesak. 

7. Menilai ada tidaknya napas cuping hidung, 

penggunaan otot bantu napas, dan retraksi otot 

interkostal. 

Inspeksi Warna Kulit Berkaitan dengan Pernapasan 

8. Menilai sianosis perifer (warna kulit, bibir, kuku 

kebiruan), warna kulit pucat atau tidak. 

Inspeksi Leher Berkaitan dengan Pernapasan 

9. Menyebutkan ada tidaknya penggunaan otot bantu 

napas m.sternokleidomastoideus, dan suprasternal. 

10. Menyebutkan ada tidaknya bendungan vena leher. 

11. Menyebutkan ada tidaknya pembesaran kelenjar 

getah bening. 

  

 |  19 

 

Palpasi Leher 

12. Melakukan perabaan kelenjar getah bening: palpasi 

dengan ujung jari pada daerah sepanjang 

m.sternokleidomatoideus, supraklavikula, dan 

infraklavikula. 

13. Melakukan pemeriksaan posisi trakea dengan 

meletakkan ujung jari telunjuk pada daerah antara 

trakea-sternokleidomastoideus, kiri, dan kanan. 

Inspeksi Ekstremitas Berkaitan dengan Pernapasan 

14. Menilai jari tabuh (clubbing finger), karat nikotin, dan 

otot lengan atas mengecil. 

PEMERIKSAAN TORAKS ANTERIOR 

15. Meminta pasien melepaskan pakaian atas serta 

berbaring terlentang. 

Inspeksi Toraks Anterior 

16. Inspeksi bentuk toraks dengan menilai diameter 

anteroposterior dibandingkan diameter sagital, serta 

besar sudut angulus costae. 

17. Mengidentifikasi ada tidaknya penyempitan dan 

pelebaran sela iga 

Inspeksi kelainan lain (ada tidaknya bendungan vena, 

benjolan, ginekomastia, atay spider nevi). 

18. Menilai kesimetrisan hemitoraks kiri dan kanan. 

19. Menilai frekuensi napas dalam 1 menit. 

20. Menilai kedalaman pernapasan. 

  

20   |  

 

Palpasi Toraks Anterior 

21. Melakukan perabaan di seluruh toraks untuk menilai 

sela iga, ada tidaknya emfisema subkutis, 

benjolan/tumor atau nyeri tekan. 

22. Melakukan pemeriksaan ekspansi toraks dengan 

meletakkan kedua telapak tangan pada toraks kiri dan 

kanan dengan kedua ibu jari saling bertemu dan 

meminta pasien inspirasi dalam. 

23. Melakukan pemeriksaan fremitus raba dengan 

meletakkan permukaan palmar pangkal jari-jari atau 

sisi ulnar kedua tangan pada toraks anterior kiri dan 

kanan. 

24. Meminta pasien menyebutkan angka 77 atau 99 

berulang-ulang, dan merasakan dengan teliti getaran 

suara napas yang ditimbulkannya. 

25. Melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri 

pada setiap lokasi. 

26. Melakukan pemeriksaan fremitus secara sistematis 

dari atas ke bawah. 

Perkusi Toraks Anterior 

27. Melakukan perkusi seluruh toraks anterior dari apeks 

paru (daerah supraklavikula) sampai bawah untuk 

menilai secara umum ada tidaknya kelainan. 

28. Melakukan perkusi secara umum pada seluruh lapang 

paru anterior dimulai dari apeks (daerah 

supraklavikula) secara berurutan dari toraks kiri ke 

kanan dan ke bawah (zig-zag) sampai ke batas toraks 

 |  21 

 

bawah dengan perut, serta dibandingkan setiap 

langkah perkusi dari tiap-tiap sisi paru. 

29. Menentukan bunyi ketukan: sonor, hipersonor, redup, 

pekak, atau timpani. 

30. Melakukan perkusi di daerah aksila, dengan terlebih 

dahulu meminta pasien mengangkat lengan ke atas 

kepala. 

31. Perkusi batas paru-hati: perkusi pada linea 

midklavikula kanan secara berurutan dari atas ke 

bawah hingga adanya perubahan dari sonor menjadi 

redup. 

32. Memeriksa peranjakan hati dengan meminta pasien 

untuk Menarik narik  napas dalam lalu menahan napas 

sebentar. 

Dari batas paru-hati yang telah ditemukan saat 

menahan napas tersebut perkusi kembali diteruskan 

hingga mendapat perubahan suara sonor menjadi 

redup, untuk kemudian ditentukan berapa jari 

peranjakan hati yang didapatkan. Selanjutnya pasien 

diminta bernapas seperti biasa. 

33. Perkusi batas paru–lambung: perkusi pada linea 

aksilaris anterior kiri secara berurutan dari atas ke 

bawah ke arah kaudal hingga ada perubahan dari 

sonor menjadi timpani (lambung kosong) atau redup 

(lambung terisi). 

34. Menentukan batas paru-lambung. 

  

22   |  

 

Auskultasi Toraks Anterior 

35. Melakukan auskultasi secara sistematis dimulai dari 

apeks paru ke bawah, kiri, dan kanan, dibandingkan 

setiap langkah, serta meminta pasien untuk Menarik narik  

napas dalam. 

36. Menentukan suara napas pokok: vesikuler, 

bronkovesikular, bronkial, trakeal.  

37. Menentukan ada tidaknya suara napas tambahan: 

ronki basah, ronki kering, bunyi gesekan pleura, 

hippocrates succusion, pneumothorax click, amforik, 

wheezing. 

38. Melakukan pemeriksaan auditori fremitus yaitu 

menentukan bunyi hantaran suara bila didapatkan 

suara napas bronkovesikuler atau bronkial. 

Meletakkan stetoskop pada dinding toraks secara 

simetris dan pasien diminta mengucapkan angka 77 

atau 99. 

39. Melakukan pemeriksaan egofoni dengan cara 

meminta pasien mengucapkan “ii”. 

40. Melakukan pemeriksaan bronkofoni dengan cara 

meminta pasien mengucapkan kata “sembilan puluh 

sembilan”.  

41. Melakukan pemeriksaan whispered pectoriloquy 

dengan cara meminta pasien berbisik dengan 

mengucapkan kata “sembilan puluh sembilan”. 

  

 |  23 

 

PEMERIKSAAN TORAKS POSTERIOR 

42. Meminta pasien melepaskan pakaian atas dan duduk 

membelakangi pemeriksa. 

Inspeksi Toraks Posterior 

43. Menyebutkan ada tidaknya benjolan (tumor), kelainan 

bentuk tulang belakang atau benjolan pada tulang 

belakang. 

Palpasi Toraks Posterior 

44. Melakukan perabaan di seluruh toraks posterior untuk 

menilai ada tidaknya emfisema subkutis, 

benjolan/tumor atau nyeri tekan. 

45. Melakukan pemeriksaan ekspansi pada toraks 

posterior dengan meletakkan kedua  telapak tangan 

pada toraks belakang kiri dan kanan dengan kedua 

ibu jari saling bertemu dan meminta pasien inspirasi 

dalam mulai dari bawah skapula. 

46. Melakukan pemeriksaan fremitus raba dengan 

meletakkan permukaan palmar pangkal jari-jari atau 

sisi ulnar kedua tangan pada toraks posterior kiri dan 

kanan.  

47. Meminta pasien menyebutkan angka 77 atau 99 

berulang-ulang, dan merasakan dengan teliti getaran 

suara napas yang ditimbulkannya. 

48. Melakukan langkah no 47 di daerah toraks posterior 

mulai dari daerah interskapula ke bawah. 

49. Melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri 

pada setiap lokasi.  

24   |  

 

Perkusi Toraks Posterior 

50. Melakukan perkusi seluruh toraks posterior dari apeks 

paru (daerah atas skapula) sampai kebawah  

(interskapula terus ke bawah skapula) untuk menilai 

ada tidaknya kelainan.  

51. Membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap 

lokasi pemeriksaan dengan ladder like pattern. 

 

52. Perkusi batas toraks posterior: perkusi pada garis 

skapula kanan dan kiri untuk mencari batas toraks 

posterior kanan dan kiri, dengan berpedoman kepada 

korpus vertebra mulai dari vertebra prominens (C7). 

53. Perkusi batas toraks posterior kanan: perkusi pada 

linea skapula kanan secara beraturan ke arah kaudal 

dengan meletakkan jari plesimeter pada arah tegak 

lurus terhadap gerak perkusi dengan gentle, 

menentukan adanya perubahan dari sonor menjadi 

redup. 

54. Perkusi batas toraks posterior kiri: perkusi pada linea 

skapula kiri ke arah bawah dengan menentukan 

adanya perubahan dari sonor menjadi redup 

(biasanya setinggi torakalis 10).  

 |  25 

 

Auskultasi Toraks Posterior 

55. Melakukan auskultasi paru secara sistematis. 

56. Melakukan dari apeks paru (daerah atas skapula), 

daerah interskapula terus ke bawah. 

57. Membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap 

lokasi pemeriksaan dengan ladder like pattern (bila 

perlu pasien diminta bernapas lebih dalam). 

58. Merapikan alat. 

59. Mencuci tangan. 

26   |  

 

Pemeriksaan Abdomen 

  

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, 

memastikan identitas pasien, menjelaskan dan 

meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. 

2. Mencuci tangan.  

3. Meminta pasien berbaring terlentang. 

Inspeksi Abdomen 

4. Melihat bentuk abdomen (apakah simetri, membuncit 

atau tidak), dinding perut (kulit, vena, umbilicus, 

inguinal), pergerakan peristaltik abdomen dan 

pulsasi. 

Auskultasi Abdomen 

5. Meletakkan steteskop di sekitar umbilikus pada satu 

tempat di dinding abdomen untuk menghitung 

frekuensi bising usus (2 menit) dan mendengarkan 

bunyi usus atau bunyi lain (bruit arterial, venous 

hump.) 

Perkusi Abdomen   

6. Melakukan perkusi pada seluruh kuadran abdomen. 

7. Melaporkan bunyi timpani atau pekak. 

8. Perkusi secara khusus pada bagian batas inferior 

costa kanan, untuk menilai pekak hati. 

9. Perkusi secara khusus pada bagian batas inferior 

costa kiri, untuk menilai timpani area gaster. 

10. Perkusi secara khusus di daerah linea aksilaris 

anterior kiri pada sela iga VI untuk menilai ada 

 |  27 

 

tidaknya pembesaran limpa (menilai perubahan 

suara timpani menjadi redup). 

11. Untuk menentukan liver span: 

• Perkusi secara khusus di garis midklavikula 

kanan dari kranial ke arah kaudal untuk 

menentukan batas paru-hepar  dengan menilai 

perubahan suara dari sonor ke redup.  

• Kemudian dilanjutkan dengan menilai batas 

bawah hepar dengan cara melakukan perkusi di 

garis midklavikula kanan mulai dari setinggi 

umbilicus ke kranial sampai di dapat perubahan 

suara dari timpani ke redup.  

• Mengukur jarak antara batas atas dan batas 

bawah hepar. 

Palpasi Abdomen 

12. Meminta pasien untuk menekuk lutut 

13. • Palpasi superfisial (ringan) dilakukan dengan 

menempelkan sisi palmar tangan secara 

horizontal pada seluruh regio abdomen secara 

sistematis.  

• Menilai nyeri tekan abdomen, defance muscular 

dan ada tidaknya massa superfisial.  Lalu diulangi 

dengan melakukan palpasi dalam, bila ditemukan 

massa deskripsikan lokasi, ukuran, bentuk, nyeri 

tekan, konsistensi, pulsasi dan bergerak atau 

tidak pada saat bernapas. 

14. Memperhatikan wajah pasien selama palpasi. 

  

28   |  

 

Pemeriksaan Cairan Bebas (Asites) 

Teknik Shifting Dullness 

15. Melakukan perkusi dari umbilikus (bagian puncak 

abdomen) ke lateral kiri atau kanan. 

16. Menentukan batas perubahan bunyi perkusi dari 

timpani ke redup. 

17. Memberikan tanda batas perubahan suara tersebut 

dengan meletakkan jari sebagai plesimeter tetap 

pada batas tersebut lalu penderita diminta miring ke 

arah kontralateral gerakan perkusi.  

18. Menunggu beberapa saat (30-60 detik).  

19. Melakukan perkusi kembali di tempat yang telah 

ditandai dan tentukan apakah ada perubahan suara 

dari redup ke timpani. 

Teknik Undulasi 

20. Tangan pemeriksa berada di sebelah kiri dan kanan 

perut pasien 

21. Melakukan hentakan pada dinding perut dengan jari  

22. Merasakan getaran pada tangan lain yang menempel 

pada dinding perut yang kontralateral 

Uji undulasi positif bila merasakan getaran 

Palpasi Hepar 

23. Meminta pasien melipat kedua tungkai. 

24. Melakukan penekanan pada dinding perut dengan 

menggunakan sisi palmar radial jari tangan kanan. 

25. Meminta pasien Menarik narik  nafas dalam. 

 |  29 

 

26. Melakukan palpasi lobus kanan dimulai dengan 

meletakkan tangan kanan pada regio illiaka kanan 

dengan sisi palmar radial jari sejajar dengan arcus 

costae kanan.  

27. Palpasi dilakukan dengan menekan dinding 

abdomen ke bawah dengan arah dorsal pada saat 

pasien ekspirasi maksimal, kemudian pada awal 

inspirasi jari bergerak ke kranial dalam arah 

parabolik. 

28. Palpasi dilakukan ke arah arcus costae kanan. 

29. Pemeriksaan lobus kiri dengan palpasi pada daerah 

garis tengah abdomen ke arah epigastrium dimulai 

dari umbilikus dengan cara seperti diatas. 

30. Bila meraba tepi hati, deskripsikan ukuran, 

permukaan, tepi, konsistensi, nyeri tekan, dan 

apakah terdapat pulsasi. 

31. Pemeriksaan murphy sign: 

• Palpasi batas hati pada batas lateral m.rectus 

• Meminta pasien Menarik narik  napas dalam 

• Menilai adanya nyeri  

 

 

 

 

 

 

 

30   |  

 

Palpasi Limpa (Metode Schuffner) 

32. Meminta pasien melipat kedua tungkai.  

33. Melakukan penekanan pada perut dengan 

menggunakan sisi palmar radial jari tangan kanan. 

34. Palpasi dilakukan dengan menekan dinding 

abdomen ke bawah dengan arah dorsal pada saat 

pasien ekspirasi maksimal, kemudian pada awal 

inspirasi jari bergerak ke kranial dalam arah 

parabolik.  

35. Palpasi dimulai dari SIAS kanan, melewati umbilikus 

menuju arkus costae kiri. 

36. Mendeskripsikan ukuran pembesaran limpa dengan 

skala schuffner. 

Palpasi Titik Mc Burney  

37. Menentukan titik Mc Burney pada 1/3 lateral dari 

garis imajiner yang menghubungkan SIAS kanan 

dengan umbilikus dinding perut kuadran kanan 

bawah.  

38. Melakukan penekanan pada titik tersebut untuk 

mengetahui nyeri tekan dan nyeri lepas. 

39. Menilai  apakah terdapat defance muscular lokal. 

Pemeriksaan Ballotement  

40. Meletakan tangan kiri di posterior pasien, di kaudal 

dari iga ke 12 dengan ujung jari pada sudut 

kostovertebra. 

41. Meletakan tangan kanan pada abdomen kanan atas, 

di lateral dari m rectus abdominis. 

 |  31 

 

42. Angkat tangan kiri, mencoba mendorong ginjal ke 

anterior. 

43. Meminta pasien Menarik narik  napas dalam. 

44. Pada puncak inspirasi, lakukan palpasi dalam 

dengan tangan kanan pada abdomen kanan atas, 

tepat dibawah iga untuk merasakan mobilitas ginjal 

diantara kedua tangan. 

45. Melakukan palpasi ginjal bimanual pada sisi 

kontralateral. 

Nyeri ketok Costovertebra Angle (CVA)  

46. Meminta pasien duduk. 

47. Pemeriksaan dilakukan dari arah belakang pasien, 

meletakan tangan kiri sisi palmar pada sudut 

kostovertebra kanan. 

48. Meletakan bagian ulnar kepalan tangan kanan diatas 

tangan kiri pada sudut kostovertebra kanan. 

49. Memperhatikan pasien dan menanyakan pasien 

apakah pasien merasakan nyeri. 

50. Memukulkan bagian ulnar kepalan tangan diatas 

tangan kiri pada sudus kostovertebra kanan dengan 

kekuatan yang cukup. 

51. Melakukan tindakan yang sama (no. 47 sampai 50) 

pada sudut kostovertebra kiri. 

52. Mencuci tangan. 

32   |  

 

Pemeriksaan Colok Dubur 

 

 

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, 

memastikan identitas pasien, menjelaskan dan 

meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. 

2. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan. 

3. Pemeriksa berdiri disisi kanan pasien. 

4. Meminta pasien untuk berbaring dan mengambil 

posisi miring ke kiri dengan panggul dan lutut 

difleksikan ke arah dada.  

5. Menginspeksi daerah regio-anal, menilai ada 

tidaknya benjolan, fistula, tanda-tanda infeksi. 

6. Memberikan gel pada jari telunjuk kanan dan oleskan 

di tepi anus pasien 

7. Meletakkan tangan kiri di daerah gluteus kanan 

pasien, kemudian jari telunjuk kanan dimasukan 

kedalam anus dengan ujung jari telunjuk mengarah 

ke anterior (umbilikal) pasien  kemudian tangan di 

rotasi untuk melakukan pemeriksaan. 

Melakukan penilaian: 

8. a. Tonus sfingter ani : jepitan kuat atau lemah. 

9. b. Ampula rekti : kolaps atau tidak kolaps. 

10. c. Mukosa rekti : licin/kasar, ada benjolan atau tidak 

ada.  

11. d. Bila ada benjolan: deskripsikan sirkuler atau 

terletak pada jam berapa, rapuh atau tidak, jarak 

dari garis anokutan 

 |  33 

 

12. e. Prostat teraba pole atas atau tidak dan teraba 

nodul  keras atau tidak (pada laki-laki). 

13. f. Terdapat benjolan lain diluar lumen atau tidak. 

14. g. Terdapat nyeri tekan atau tidak, bila ada 

disebutkan pada arah jam berapa. 

15. Mengeluarkan jari telunjuk kanan. Sarung tangan 

diperiksa:  

• Ada feces atau tidak, bila ada laporkan 

warnanya  

• Ada darah atau tidak  

• Ada lendir atau tidak. 

16. Membersihkan anus pasien dengan kasa atau tissue. 

17. Mempersilakan pasien memakai celana kembali dan 

ke meja periksa. 

18. Membuang bahan medis habis pakai ke tempat 

sampah medis 

19. Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan. 

20. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien dan 

menulis laporan 

34   |  

 

Pemeriksaan Muskuloskeletal 

(Ekstremitas Atas) 

 

 

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, 

memastikan identitas pasien, menjelaskan dan 

meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. 

2. Mencuci tangan  

3. Meminta pasien melepaskan pakaian (jika diperlukan)  

Sendi Bahu 

4. Melakukan inspeksi sendi bahu meliputi lenggang 

tangan ketika berjalan, warna dan kelainan kulit, 

tanda-tanda peradangan, kontur otot dan kelainan 

bentuk tulang.  

5. Melakukan palpasi pada sendi bahu meliputi perabaan 

dan penekanan pada otot, sendi dan tulang daerah 

sendi bahu. 

6. Move: meminta pasien melakukan gerakan aktif yaitu 

adduksi, abduksi, rotasi internal, rotasi eksternal, 

fleksi, dan ekstensi. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 |  35 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

7. Abduksi dan adduksi pasif:  

Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meletakkan 

tangan pemeriksa di bahu sisi berlawanan dan tangan 

lain pemeriksa menggerakkan lengan pasien menjauhi 

sumbu tubuh (abduksi), kemudian pemeriksa 

menggerakkan lengan pasien menyilang ke depan 

dada (adduksi). 

8. Rotasi eksternal pasif: 

Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan 

memposisikan bahu pasien pada posisi netral dengan 

siku ditekuk sampai 90o kemudian dilakukan rotasi 

eksternal sejauh mungkin pada posisi tersebut ATAU 

dengan cara sendi bahu abduksi 90o dan sendi siku 

fleksi 90o, kemudian dilakukan rotasi eksternal sejauh 

mungkin dan dinilai lingkup gerak sendi. 

36   |  

 

9. Rotasi internal pasif: 

Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan 

memposisikan bahu pasien pada posisi netral dengan 

siku ditekuk sampai 90o kemudian dilakukan rotasi 

internal sejauh mungkin pada posisi tersebut ATAU 

dengan cara sendi bahu abduksi 90o dan sendi siku 

fleksi 90o, kemudian dilakukan rotasi internal sejauh 

mungkin dan dinilai lingkup gerak sendi. 

10. Fleksi dan ekstensi pasif: 

Pemeriksa berdiri di samping pasien dan 

memposisikan bahu pasien pada posisi netral, 

kemudian dilakukan fleksi dan ekstensi sendi bahu 

sejauh mungkin kemudian menilai lingkup gerak fleksi. 

11. Uji Apley’s Scratch: 

Pasien diminta meraih punggung pada belikat sisi 

yang berlawanan dari arah belakang, awalnya pasien 

diminta menyentuh bahu sisi berlawanan, kemudian 

menyentuh punggung bagian belakang leher dan 

terakhir mencoba menggapai punggung sejauh 

mungkin.  

 

 

 

 

 

 

  

 |  37 

 

12. Uji Yergason (bicipitalis kaput longum): 

• Memposisikan lengan atas pasien berada di 

samping badan dan sendi siku fleksi 90o dan dalam 

posisi tangan pronasi.  

• Satu tangan pemeriksa memegang bahu pasien 

yang diperiksa dengan jari meraba tendon biceps 

di sulcus bicipitalis, kemudian tangan yang lain dari 

pemeriksa memegang tangan pasien.  

• Pasien diminta melakukan supinasi melawan 

tahanan dari pemeriksa sambil pemeriksa meraba 

tendon bicipitalis di sulcus bicipitalis. 

 

 

 

 

 

 

Sendi Siku 

13. Melakukan inspeksi daerah sendi siku dalam keadaan 

ekstensi dan fleksi. Memperhatikan warna dan 

kelainan kulit, tanda-tanda peradangan, kontur otot, 

kelainan bentuk tulang dan massa atau benjolan. 

14. Melakukan palpasi daerah siku meliputi perabaan dan 

penekanan otot biseps dan triseps daerah 1/3 distal 

humerus, epikondilus lateralis dan medialis humeri, 

prosesus olekranon, dan sulkus olekranon, ditentukan 

ada nyeri atau tidak. 

38   |  

 

15. Melakukan penilaian ruang gerak sendi siku yang 

meliputi gerakan:  

• Fleksi – Ekstensi  

 

 

 

 

 

• Pronasi – Supinasi  

 

 

 

 

 

Pergelangan Tangan dan Tangan 

16. Melakukan inspeksi daerah pergelangan tangan dan 

tangan, meliputi warna dan kelainan kulit, tanda-tanda 

peradangan, kontur otot (tenar, hipotenar dan 

interoseus) dan sendi, kelainan tulang, nodus 

heberden, nodus bouchard, boutonniere deformity, 

swan neck deformity, ulnar deviasi. 

17. Melakukan inspeksi kuku untuk mencari kuku psoriatic, 

onikolisis, hiperkeratosis. 

18. Palpasi distal radius ulna, lekukan setiap tulang di 

pergelangan tangan, delapan tulang karpal dan 

anatomical snuffbox, sendi-sendi jari tangan 

metacarpalphalangeal (MCP), proksimal 

 |  39 

 

interphalangeal (PIP), distal inter phalang (DIP), 

squeeze test. 

19. Melakukan penilaian ruang gerak sendi tangan dan 

jari, meliputi:  

• Fleksi- ekstensi pergelangan tangan 

 

• Deviasi ulnar – radial 

 

 

• Fleksi – Ekstensi jari  

 

 

• Abduksi – Adduksi jari  

 

40   |  

 

• Oposisi ibu jari ke empat jari yang lain 

 

 

 

 

 

20. Pemeriksaan carpal tunnel syndrome: Uji tinel  

Pemeriksa melakukan perkusi dengan ujung jari 

pemeriksa pada sisi volar pergelangan tangan pasien 

yang terkena. 

 

21. Uji Phalen: 

Pasien diminta memfleksikan maksimal kedua sendi 

pergelangan tangan dengan cara menekan sisi dorsal 

kedua tangan sampai sendi pergelangan tangan 

mengalami fleksi maksimal dan ditahan selama 60 

detik. 

 

 |  41 

 

22. 

 

 

 

 

Pemeriksaan tendinitis De Quervains (tendon 

abduktor pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis): 

Uji Finkelstein 

• Pasien diminta melakukan fleksi ibu jari tangan 

yang terkena. 

• Keempat jari yang lain difleksikan sampai 

menggenggam ibu jari. 

• Pemeriksa kemudian melakukan gerakan deviasi 

pergelangan tangan ke arah ulnar. 

 

23. Selain menilai ruang gerak sendi juga dinilai manuver: 

hand grip, thumb movement, thumb adduction. 

24. Menilai sensoris saraf perifer secara sederhana 

dengan menggunakan kapas:  

• N. Ulnaris  

• N. Radialis  

• N. Medianus  

25. Mempersilakan pasien untuk memakai pakaiannya 

kembali dan mengucapkan terima kasih  

26. Mencuci tangan. 

 

42   |  

 

Pemeriksaan Muskuloskeletal 

(Ekstremitas Bawah) 

  

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, 

memastikan identitas pasien, menjelaskan dan 

meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. 

2. Mencuci tangan  

3. Meminta pasien melepaskan celananya (pasien 

memakai celana pendek). 

4. Melakukan inspeksi sendi panggul dalam kondisi 

berjalan dan diam meliputi:  

• lenggang tungkai ketika berjalan, simetrisitas 

panggul,    

• memperhatikan pada 2 fase jalan : Stance and 

Swing, 

• warna dan kelainan kulit,   

• tanda-tanda peradangan,   

• kontur otot,  dan 

• kelainan bentuk tulang. 

5. Mempersilakan pasien tidur terlentang dan 

melakukan palpasi meliputi perabaan dan 

penekanan: sendi, tulang  dan otot daerah sendi 

panggul. 

Identifikasi: krista iliaka, SIAS, trochanter mayor dan 

bagian posterior palpasi SISP. 

  

 |  43 

 

6. Melakukan pengukuran panjang true leg length (dari 

SIAS sampai maleolus medial) dan apparent leg 

length (dari umbilicus sampai maleolus medial) pada 

kedua tungkai. 

7. Melakukan perabaan arteri femoralis pada daerah 

inguinal. 

8. Menggerakkan panggul secara aktif. Fleksi diperiksa 

dengan menekuk lutut pasien dan menggerakkan 

paha ke arah dada. Selanjutnya diminta melakukan 

gerakan ekstensi-abduksi-aduksi-rotasi internal-

rotasi eksternal secara aktif.  

Pemeriksa menjaga agar panggul tetap berada di 

tempat tidur dengan menahan kaki yang lain agar 

tidak ikut terangkat. 

9. Pemeriksaan no 8 di ulang secara pasif. 

10. Uji Patrick (kelainan sendi koksae) dan sacroiliac: 

• Pasien diminta berbaring pada meja 

pemeriksaan. 

• Pasien diminta melakukan fleksi, abduksi dan 

rotasi eksternal pada sendi panggul (hip) dengan 

cara pasien diminta meletakkan malleolus lateral 

kaki pada sisi yang diperiksa diatas lutut pada sisi 

kontralateral. 

 

  

44   |  

 

 • Pemeriksa melakukan penekanan pada lutut yang 

difleksikan 

 

 

 

 

 

 

 

11. Melakukan inspeksi daerah sendi lutut dengan 

memperhatikan : 

• warna dan kelainan kulit,   

• tanda-tanda peradangan,   

• kontur otot , dan 

• kelainan bentuk tulang.  

12. Melakukan palpasi meliputi perabaan dan 

penekanan: 

• kelompok otot kuadriseps , 

• kelompok otot hamstrings daerah 1/3 distal femur,    

• tulang patella, dan 

• tuberositas tibia. 

13. Uji palpasi untuk efusi dengan bulge sign (efusi 

minor): 

• Pasien diminta berbaring dengan posisi kedua 

lutut ekstensi 

• Pemeriksa meraba pada suprapatella sambil 

mendorong cairan efusi dari sisi lateral ke medial 

 |  45 

 

• Pemeriksa kemudian mengusap sisi medial dari 

patella sambil memperhatikan sisi lateral dari 

patella 

 

 

 

 

 

 

 

14. Uji palpasi untuk efusi dengan ballon sign (efusi 

mayor) 

• Pasien berbaring dengan lutut ekstensi 

• Satu tangan pemeriksa berada pada suprapatella 

• Tangan yang lain dari pemeriksa memegang sisi 

lateral dan medial patella 

• Tangan pemeriksa yang berada di suprapatella 

mendorong cairan di suprapatella dan tangan 

pemeriksa yang lain merasakan adanya dorongan 

cairan pada saat cairan sendi didorong dari 

suprapatella 

   

  

46   |  

 

 • Pemeriksa juga dapat mendorong cairan dari sisi 

lateral dan medial patella sambil tangan 

pemeriksa pada suprapatella merasakan adanya 

dorongan akibat perpindahan cairan dari medial 

dan lateral patella ke suprapatella 

 

 

 

 

 

 

 

15. Uji palpasi untuk efusi ballotting patella 

• Pasien berbaring dengan lutut dalam ekstensi 

• Pemeriksa menekan patella ke arah femur 

dengan cepat 

16. Uji lutut untuk anterior dan posterior drawer: 

• Pasien diminta berbaring dengan sendi panggul 

dalam posisi fleksi dan kedua lutut dalam posisi 

fleksi 90o 

• Kedua tangan pemeriksa memegang tibia pasien 

pada lutut yang diperiksa dengan  kedua ibu jari 

pemeriksa berada pada joint line 

  

 |  47 

 

 • Pemeriksa Menarik narik  tibia pasien ke anterior dan 

dilihat apakah terdapat pergeseran tibia ke 

anterior dan dibandingkan dengan sisi 

kontralateral (anterior drawer sign) 

 

 

 

 

 

 

• Pemeriksa mendorong tibia pasien ke posterior 

dan dilihat apakah terdapat pergeseran tibia ke 

posterior dan dibandingkan dengan sisi 

kontralateral (posterior drawer sign) 

 

 

 

 

 

 

• Pada saat melakukan manuver anterior atau 

posterior drawer sign kedua kaki pasien tetap 

menempel pada meja pemeriksaan 

17. Pemeriksaan lain: uji McMurray (robekan meniskus), 

refleks fisiologis patella, dan pemeriksaan klonus 

Uji McMurray 

• Pasien dalam posisi berbaring 

48   |  

 

• Satu tangan pemeriksa memegang lutut pasien 

dengan jari telunjuk dan ibu jari pemeriksa berada 

pada joint line 

• Tangan pemeriksa yang lain memegang tumit 

pasien 

• Pemeriksa melakukan fleksi maksimal pada sendi 

lutut pasien dengan tangan pemeriksa yang 

berada di tumit pasien melakukan rotasi eksternal 

pada tumit pasien 

• Pemeriksa kemudian memberikan dorongan ke 

arah medial pada sendi lutut  (memberikan gaya 

valgus) sambil melakukan ekstensi pada lutut 

pasien 

• Apabila ditemukan click atau nyeri pada saat lutut 

ekstensi maka diduga terdapa cedera pada 

meniscus medial 

• Selanjutnya pemeriksa melakukan fleksi 

maksimal pada sendi lutut pasien dengan tangan 

pemeriksa yang berada di tumit pasien melakukan 

rotasi internal pada tumit pasien 

• Pemeriksa kemudian memberikan dorongan ke 

arah lateral pada sendi lutut  (memberikan gaya 

varus) sambil melakukan ekstensi pada lutut 

pasien 

• Apabila ditemukan click atau nyeri pada saat lutut 

ekstensi maka diduga terdapa cedera pada 

meniscus lateral 

 |  49 

 

 

 

 

18. Meminta pasien untuk berbaring tengkurap dan 

melakukan pemeriksaan perabaan dan penekanan 

pada otot-otot besar panggul (otot gluteus maksimus) 

19. Melakukan penilaian ruang gerak sendi meliputi:  

• Fleksi – Ekstensi sendi lutut 

 

• Menilai ada atau tidaknya krepitasi sendi lutut 

dengan cara memegang sendi lutut pasien saat 

pasien melakukan gerak aktif fleksi-ekstensi 

20. Melakukan inspeksi daerah pergelangan kaki dan 

kaki, meliputi:  

• warna dan kelainan kulit,   

• tanda-tanda peradangan,   

50   |  

 

• kontur otot    

• kelainan bentuk tulang 

21. Melakukan perabaan dan penekanan pada otot dan 

tulang pergelangan kaki dan kaki, sendi metatarso 

falangeal (squeeze test) 

22.  Melakukan penilaian ruang gerak sendi pergelangan 

kaki, meliputi:  

• Dorsofleksi – Plantarfleksi  

 

 

• Eversi – Inversi 

 

23. Mempersilahkan pasien untuk memakai celananya 

kembali dan mengucapkan terima kasih 

24. Mencuci tangan. 

 |  51 

 

Pemeriksaan Muskuloskeletal  

(Vertebra) 

  

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, 

memastikan identitas pasien, menjelaskan dan 

meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. 

2. Memeriksa ketersediaan alat. 

3. Mencuci tangan. 

4. Meminta pasien melepaskan pakaian. 

Look 

5. Mengamati postur pasien, koordinasi gerak, dan cara 

berjalan saat memasuki ruangan 

6. Menilai kelengkungan vertebra dari sisi posterior 

maupun dari samping dan dalam posisi berdiri (bila 

memungkinkan) 

7. Menilai kurvatura pada daerah servikal, torakal, dan 

lumbal dari samping 

8. Menilai kelurusan tulang belakang mulai dari C7 

sampai gluteal, alignment dari kedua bahu, krista 

iliaka, dan lipat gluteal dari sisi posterior 

9. Menilai apakah ada lordosis, kifosis, skoliosis  

10. Menilai apakah terdapat temuan lain seperti gibbus, 

abses paravertebral, massa, ulkus 

Feel 

11. Menilai apakah terdapat nyeri tekan pada processus 

spinosus sepanjang vertebra 

52   |  

 

12. Melakukan palpasi pada sendi sacroiliac dan dinilai 

apakah terdapat nyeri 

13. Melakukan palpasi pada otot paravertebral untuk 

menilai spasme atau nyeri tekan 

14. Melakukan palpasi jika terdapat massa, menilai 

konsistensi, ukuran, batas dan nyeri tekan 

Move 

15. Dinilai lingkup gerak sendi leher untuk:  

• fleksi (pasien diminta menunduk) dan ekstensi 

(pasien diminta menengadah),  

• lateral bending (pasien diminta memiringkan 

kepala dengan cara mendekatkan telinga ke 

kedua bahu), dan 

• rotasi (pasien diminta menengok ke kanan dan ke 

kiri)  

 

 

 

 

 

16. Mengamati apakah terdapat keterbatasan gerak atau 

nyeri pada saat pasien melakukan maneuver 

17. Meminta pasien melakukan fleksi vertebra dengan 

cara membungkuk sejauh mungkin atau meminta 

pasien menyentuh lantai dengan kedua tangan dan 

dinilai lingkup geraknya 

 |  53 

 

18. Meminta pasien melakukan ekstensi vertebra sejauh 

mungkin dan dinilai lingkup geraknya, pemeriksa 

menstabilkan pelvis dengan memegang pelvis pasien 

  

 

 

 

 

 

 

19. Pasien diminta melakukan lateral bending dengan 

cara menempelkan tangan pasien ke paha dan 

diminta untuk memiringkan badan ke masing-masing 

sisi dengan tangan disamping tungkai sejauh mungkin  

Pemeriksa menstabilkan pelvis dengan memegang 

pelvis pasien dan dinilai lingkup gerak lateral bending 

 

 

 

 

 

 

20. Melakukan modified Schober test dengan cara:  

• menandai lokasi acuan yaitu pada perpotongan 

antara garis yang menghubungkan kedua spina 

iliaca posterior superior dengan garis tengah 

• diukur 10 cm kearah kranial pada garis tengah dan 

diberi tanda pada titik tersebut 

54   |  

 

• pasien diminta menunduk sejauh mungkin dan 

jarak antara kedua titik tersebut pada posisi fleksi 

vertebra maksimal dinilai kembali 

• dinyatakan normal bila perubahan jarak kedua titik 

tersebut dari posisi berdiri ke fleksi vertebra 

maksimal 5 cm atau lebih 

    

 

 

 

 

 

 

 

 

21. Melakukan uji straight leg raising dalam posisi 

berbaring dengan cara: 

• pasien diminta berbaring telentang 

• salah satu tungkai dilakukan fleksi pada hip oleh 

pemeriksa dengan lutut ekstensi dan dinilai 

apakah terdapat nyeri yang menjalar dari 

pinggang ke tungkai pada saat dilakukan manuver 

• bila dijumpai nyeri dilakukan dorsofleksi pada 

sendi ankle pada tungkai tersebut, akan dijumpai 

peningkatan nyeri  

 |  55 

 

• uji positif  bila dijumpai nyeri menjalar dari panggul 

sampai ke tungkai bawah sesuai distribusi L5-S1 

dan meningkat dengan dorsofleksi ankle 

• dilakukan tes pada tungkai yang lain 

 

 

 

 

 

  

22. Merapikan alat, dan membuang bahan medis habis 

pakai ke tempat sampah medis. 

23. Mencuci tangan. 

56   |  

 

Pemeriksaan Neurologi 

(Kaku Kuduk dan Tanda Rangsang Meningeal) 

 

 

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, 

memastikan identitas pasien, menjelaskan dan 

meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. 

2. Mencuci tangan.  

Kaku Kuduk 

3. Meminta pasien berbaring terlentang tanpa bantal, 

dengan posisi tungkai lurus rileks. 

4. Meletakkan tangan kiri pemeriksa di belakang kepala 

pasien dan tangan kanan di atas dada, lalu 

melakukan fleksi pada leher. 

5. Menilai adanya kekakuan atau tahanan pada saat 

melakukan ante fleksi leher. 

6. Melakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan 

adanya  kaku leher pasien dengan cara rotasi leher 

atau mengangkat bahu. 

Brudzinki I 

7. Sementara melakukan ante fleksi leher dan 

mengamati adanya fleksi pada sendi lutut . 

Lasegue 

8. Melakukan fleksi pada sendi panggul dengan posisi 

tungkai lurus atau ekstensi. 

  

 |  57 

 

Kernig 

9. Melakukan fleksi pada sendi panggul 90o, dengan 

posisi fleksi pada sendi lutut. sesudah  tungkai atas 

dalam posisi vertikal, melakukan ekstensi pada sendi 

lutut.  

Brudzinki II 

10. Mengamati fleksi pada sendi lutut tungkai yang 

berlawanan, pada saat melakukan fleksi pada sendi 

panggul   

11. Mencuci tangan. 

58   |  

 

Pemeriksaan Neurologi 

(Saraf Kranial) 

 

 

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, 

memastikan identitas pasien, menjelaskan dan 

meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. 

2. Memeriksa ketersediaan alat. 

3. Mencuci tangan. 

PEMERIKSAAN NERVUS I 

4. Memastikan kedua jalur pernapasan hidung terbuka.  

5. Menekan 1 sisi hidung dan minta pasien untuk 

menghidu dengan lubang hidung lainnya, sambil 

menutup kedua mata pasien. 

6. Tes penghidu dengan substansi seperti cengkeh, 

kopi, sabun dan vanilla. 

PEMERIKSAAN NERVUS II, III, IV dan VI 

Gerakan Bola Mata  

7. Meminta pasien menghadap ke pemeriksa. Pasien 

diminta melihat objek (jari telunjuk pemeriksa) dalam 

jarak baca sejajar dengan kedua mata. Kemudian 

kedua mata pasien diminta mengikuti objek yang 

digerakkan mengikuti arah menyerupai huruf  H. 

8. Melihat gerakan bola mata pasien ke arah lateral 

(nervus VI). 

9. Melihat gerakan bola mata ke arah medial bawah 

(nervus IV). 

 |  59 

 

10. Melihat gerakan bola mata ke arah medial, medial 

atas, lateral bawah, lateral atas (nervus III). 

11. Menguji ketajaman penglihatan, buta warna, 

lapangan pandang (uji konfrontasi), dan pemeriksaan 

opthalmoscope (nervus II). 

 

Ketajaman Penglihatan 

1. Snellen chart digunakan untuk penglihatan jarak 

jauh  (distance  vision) dan Rosenbaum Pocked 

Eye Chart (near vision) untuk penglihatan dekat.  

2. Meletakkan Snellen chart 6 m dari pasien.  

3. Mata diuji secara terpisah dengan jarak dari tabel 

pengujian (6) adalah pembilang danan jarak di 

mana huruf terkecil yang bisa dibaca oleh pasien 

yang seharusnya bisa dilihat oleh seseorang 

dengan ketajaman normal adalah penyebut.  

4. Bila tidak mampu membaca snellen chart 

dilanjutkan dengan pemeriksaan jari tangan 

(normalnya dapat dilihat pada jarak 60 m), 

lambaian tangan tangan (normalnya dapat dilihat 

dalam jarak 300 m), cahaya lampu (yang dapat 

dilihat pada jarak tak terhingga) dan bila tidak 

dapat melihat sama sekali berarti buta total. 

 

Uji buta warna 

Menggunakan Ischihara test atau menggunakan 

Hardy-Ritter-Rand. 

 

60   |  

 

Lapangan pandang 

Lapangan pandang adalah batas penglihatan tepi, 

daerah di mana objek dapat dilihat saat mata tetap 

pandangan lurus kedepan. Pemeriksaan lapangan 

pandang dilakukan dengan dengan uji konfrontasi. 

Uji konfrontasi :  

• Menggunakan tempat yang pencahayaannya 

terang.  

• Mata pasien dibuka lebar.  

• Memposisikan tinggi mata pasien dan pemeriksa 

sejajar, dan menatap bola mata ke bola mata 

dengan jarak 18 - 24 in span (50 cm).  

• Memeriksa masing-masing mata secara 

bergantian, bila mata kiri pasien diperiksa, mata 

kanan ditutup dan mata kiri pemeriksa ditutup dan 

sebaliknya.  

• Fiksasi pandangan mata kiri pasien ke mata 

kanan pemeriksa, mata kanan pemeriksa fiksasi 

pandangan ke mata kiri pasien.  

• Menggunakan jari pemeriksa/ benda lain yang 

digerakkan dari lateral ke medial sampai tidak 

terlihat.  

• Memeriksa mata satu persatu.  

• Lapangan pandang yang normal meluas ke 90 

derajat sampai 100 derajat temporal, sekitar 60 

derajat ke nasal, 50 derajat ke 60 derajat superior, 

dan 60 derajat ke 75 derajat inferior. 

 |  61 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

 

 

  

Celah Kelopak Mata 

12. Meminta pasien memandang lurus ke depan. 

13. Menilai kedudukan kelopak mata terhadap pupil dan 

iris. Menilai bentuk fisura palpebral. 

14. Melihat apakah ada ptosis, enoftalmus, 

blefarospasme, eksoftalmus, proptosis. 

Pupil 

15. Meminta pasien memandang lurus jauh ke depan. 

62   |  

 

16. Memberikan cahaya dengan penlight secara oblik ke 

arah pupil dari bawah ke arah hidung (terang cahaya 

cukup untuk menilai pupil).  

Mengukur besar, bentuk, posisi, dan reflek cahaya 

pupil kiri dan kanan. 

17. Memberikan cahaya dengan penlight pada pupil 

salah satu mata, melihat apakah ada refleks 

mengecil (miosis) pada mata yang disinari (refleks 

cahaya langsung) dan sekaligus menilai refleks pada 

mata sisi yang lain (refleks cahaya tak langsung), 

pemeriksaan dilakukan bilateral.  

18. Refleks akomodasi dan konvergensi : pasien diminta 

melihat jauh ke tangan pemeriksa yang diletakkan 30 

cm di depan hidung pasien. Dalam keadaan normal 

pada saat tangan pemeriksa digerakkan ke arah 

nasal diantara kedua bola mata, pupil akan mengecil.  

PEMERIKSAAN NERVUS V 

Fungsi Sensorik 

19. Pemeriksaan raba halus dilakukan dengan  

menggunakan kapas terpilin.  

20. Pasien diminta untuk menutup matanya. 

21. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menyentuhkan 

ujung kapas terpilin pada wajah pasien sesuai 

dengan area persarafan nervus V. 

22. Pemeriksa menanyakan adakah rasa raba serta 

lokalisasinya, serta perbandingan rasa raba dengan 

sisi kontralateralnya. 

 |  63 

 

23. Pemeriksaan rasa nyeri dilakukan dengan cara 

menggunakan ujung jarum steril sesuai dengan area 

persarafan nervus V.  

Motorik (m.masseter) 

24. Pemeriksa meletakan kedua tangannya masing-

masing di anterior sendi temporomandibular. 

25. Pasien diminta untuk mengatupkan mulut, menggigit 

kuat-kuat dan menggerakkan rahangnya ke samping 

kanan dan kiri. 

26. Pemeriksa meraba kontraksi kedua otot masseter 

dan membandingkannya dengan sisi kontralateral. 

Refleks Kornea 

27. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan 

bahan yang halus seperti ujung kapas terpilin.  

28. Pasien diminta untuk melihat kearah kontralateral sisi 

mata yang akan diperiksa.  

29. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menyentuhkan 

ujung kapas pada kornea pasien dari arah lateral sisi 

mata yang diperiksa (diluar lapang pandang pasien). 

30. Pemeriksa melihat ada atau tidaknya refleks berkedip 

pasien pada kedua mata. 

31. Pemeriksaan pada mata kontralateral dilakukan 

dengan cara yang sama. 

PEMERIKSAAN NERVUS VII 

32. Melakukan inspeksi pada wajah pasien saat statis 

dan dinamis, dan menyebutkan kesan (a/simetris). 

64   |  

 

33. Meminta pasien untuk mengernyitkan dahi atau 

melihat ke atas (a/simetris).  

34. Meminta pasien untuk menutup mata kuat-kuat dan 

melawan tahanan yang diberikan pemeriksa. 

35. Meminta pasien untuk berekspresi seperti 

tertawa/Menarik narik  kedua sudut bibir dan melihat 

kesimetrisan sudut bibir dan plica nasolabialis. 

36. Meminta pasien untuk mengembangkan pipi dan 

melawan tekanan yang diberikan pemeriksa dan 

menilai ada/tidaknya kebocoran udara pada salah 

satu sisi. 

37. Menilai sensori nervus VII dengan cara menguji rasa 

2/3 anterior lidah dengan gula, cuka dan garam dapur 

dan meminta menyebutkan rasa. Meminta pasien 

mencuci mulut setiap akan melakukan tes. 

PEMERIKSAAN NERVUS IX dan X 

Arkus Faring  

38. Meminta pasien untuk membuka mulut. 

39. Tekan lidah dengan spatula lidah, dan meminta 

pasien untuk bersuara ”aa”. 

40. Memperhatikan kesimetrisan arkus faring kiri dengan 

kanan.  

Gag Refleks 

41. Meminta pasien untuk membuka mulut dan bersuara 

”aa”. 

 |  65 

 

42. Dengan perlahan sentuhkan spatula lidah ke dinding 

faring kiri dan kanan bergantian. Normal tercetuskan 

sensasi rasa ingin muntah.  

PEMERIKSAAN NERVUS XI 

Muskulus Trapezius 

43. Meminta pasien duduk lalu mengangkat kedua 

bahunya dan menilai kesimetrisan bahu. 

44. Dengan kedua tangan pemeriksa di atas bahu 

pasien, kemudian minta pasien untuk mengangkat 

kedua bahunya, kemudian pemeriksa melakukan 

tahanan dan menilai kesimetrisan bahu. 

Muskulus Sternokleidomastoideus 

45. Memposisikan satu tangan pemeriksa (kiri) di salah 

satu bagian pipi (kanan) pasien. 

46. Sambil menahan minta pasien untuk memalingkan 

kepala ke arah berlawanan tahanan tangan 

pemeriksa kemudian lakukan untuk otot yang 

berlawanan. Menilai kesamaan kekuatan otot kiri dan 

kanan. 

PEMERIKSAAN NERVUS XII 

47. Meminta pasien membuka mulut.  

48. Inspeksi lidah pasien untuk melihat adanya tanda-

tanda atrofi, fasikulasi sesisi ataupun kedua sisi lidah. 

49. Pasien diminta menjulurkan lidah ke depan secara 

perlahan kemudian menilai adakah deviasi ke salah 

satu sisi pada saat lidah dijulurkan. 

66   |  

 

50. Merapikan alat, dan membuang bahan medis habis 

pakai ke tempat sampah medis 

51. Mencuci tangan. 

 

 |  67 

 

Pemeriksaan Neurologi 

(Motorik) 

 

 

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, 

memastikan identitas pasien, menjelaskan dan 

meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. 

2. Mencuci tangan  

3. Inspeksi dalam keadaan berbaring/duduk, berdiri, 

berjalan dan gerakan tubuh (lihat posisi, simetris, 

atrofi). 

Kekuatan Ekstremitas Atas 

4. Meminta pasien duduk atau berbaring terlentang. 

5. Melakukan pemeriksaan kekuatan (dengan 

memberi tahanan) pada pergerakan 4 sendi (jari, 

pergelangan tangan, siku dan bahu) dengan 

gerakan fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi.  

6. Menentukan skor kekuatan (0-5) pada tiap gerakan 

sendi dan membandingkan kekuatan kedua sisi 

ekstremitas. 

Kekuatan Ekstremitas Bawah   

7. Meminta pasien duduk atau berbaring terlentang. 

8. Melakukan pemeriksaan kekuatan (dengan 

memberi tahanan) pada pergerakan 4 sendi (jari, 

pergelangan kaki, lutut dan panggul) dengan 

gerakan fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi.  

68   |  

 

9. Menentukan skor kekuatan (0-5) pada tiap gerakan 

sendi dan membandingkan kekuatan kedua sisi 

ekstremitas. 

Tonus 

10. Palpasi tonus otot pasien. 

11. Melakukan ekstensi dan fleksi secara cepat dan 

lambat pada pergelangan tangan dan sendi siku.  

12. Melakukan ekstensi dan fleksi secara cepat dan 

lambat pada pergelangan kaki dan sendi lutut.  

13. Menentukan/menilai tonus otot (eutoni, hipotoni, 

spastis, rigid).  

14. Mencuci tangan. 

 |  69 

 

Pemeriksaan Neurologi 

(Refleks) 

 

 

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, 

memastikan identitas pasien, menjelaskan dan 

meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. 

2. Memeriksa ketersediaan alat. 

3. Mencuci tangan. 

Refleks Fisiologi Patella (L2,L3,L4) 

4. Meminta pasien berbaring terlentang atau duduk.  

5. Meminta pasien untuk rileks. 

6. Melakukan fleksi pada sendi lutut. 

7. Tangan kiri pemeriksa diatas m. kuadriseps femoris, 

tangan kanan mengayunkan palu refleks pada 

tendon patella. 

8. Melihat respon ekstensi tungkai bawah atau 

kontraksi pada musculus Quadriceps Femoris dan 

membandingkan sisi kontralateral. 

Refleks Fisiologis Biseps (C5,C6) 

Teknik I 

9. Meminta pasien untuk berbaring terlentang atau 

duduk.  

10. Memposisikan lengan pasien semifleksi dan 

diletakkan di atas abdomen pasien.  

11. Palpasi tendon otot bisep pada fossa cubiti dan 

meletakkan jari telunjuk dan jari tengah di atas 

tendon tersebut.  

70   |  

 

12. Tangan kanan mengayunkan palu refleks dan 

mengetuk jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri.  

13. Melihat respon refleks berupa kontraksi otot biseps 

dan fleksi siku.  

14. Menilai respon refleks biseps (normal, meningkat 

atau menurun) dan membandingkan sisi 

kontralateral. 

Teknik II 

15. Meminta pasien untuk berbaring terlentang atau 

duduk. 

16. Menempatkan lengan pasien di lengan kiri 

pemeriksa dengan tangan pemeriksa memegang 

siku pasien.  

17. Melakukan palpasi tendon otot bisep fossa cubiti 

dan meletakkan ibu jari tangan kanan di atas tendon 

otot bisep pasien. 

18. Tangan kanan mengayunkan palu refleks dan 

mengetuk ibu jari tangan kiri pemeriksa di atas 

tendon otot bisep.  

19. Melihat respon refleks berupa kontraksi otot biseps 

dan fleksi siku. 

20. Menilai respon refleks biseps (normal, meningkat 

atau menurun) dan membandingkan sisi 

kontralateral. 

Refleks Fisiologis Triseps (C6,C7) 

21. Meminta pasien untuk berbaring terlentang atau 

duduk. 

 |  71 

 

22. Meletakkan lengan pasien di atas lengan bawah kiri 

pemeriksa sambil tangan kiri pemeriksa memegang 

siku pasien. Lengan atas sedikit di ekstensikan 

pada sendi bahu.  

23. Tangan kiri pemeriksa mempalpasi tendon otot 

triseps di atas olekranon.  

24. Tangan kanan mengayunkan palu refleks dan 

mengetuk tendon otot trisep pasien. 

25. Melihat respon refleks triseps berupa kontraksi otot 

triseps dan ekstensi siku.  

26. Menilai respon refleks trisep (normal, meningkat 

atau menurun) dan membandingkan sisi 

kontralateral.  

Refleks Tendon Achilles (S1) 

27. Meminta pasien untuk berbaring terlentang atau 

duduk. 

28. Tungkai atas dalam posisi sedikit abduksi dan 

eksternal rotasi. Tungkai bawah difleksikan sedikit, 

tangan kiri pemeriksa memegang ujung kaki pasien 

dan memposisikannya sedikit dorsofleksi.   

29. Tangan kanan mengayunkan palu refleks dan 

mengetuk tendon achilles. 

30. Melihat respon refleks achilles berupa gerak plantar 

fleksi kaki.  

31. Menilai respon refleks achilles (normal, meningkat 

atau menurun) dan membandingkan sisi 

kontralateral.  

72   |  

 

Refleks Patologis Babinsky - Respons Plantar (L5, S1) 

32. Meminta pasien untuk berbaring dengan posisi 

tungkai lurus rileks. 

33. Melakukan fiksasi pada daerah pergelangan kaki 

yang akan diperiksa. 

34. Menggoreskan sisi lateral telapak kaki dari posterior 

ke anterior (sampai dekat dengan daerah 

perbatasan jari kaki).  

35. Menilai respon berupa dorsofleksi ibu jari kaki dan 

membandingkan sisi kontralateral. 

36. Merapikan alat 

37. Mencuci tangan. 

 |  73 

 

Pemeriksaan Neurologi 

(Sensorik) 

 

 

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, 

memastikan identitas pasien, menjelaskan dan 

meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. 

2. Memeriksa ketersediaan alat. 

3. Mencuci tangan. 

4. Menutup mata pasien. 

5. Melakukan uji nyeri dan raba pada beberapa sampel 

dermatom . 

6. Membandingkan  dua sisi tubuh dan bandingkan 

proximal dan distal pada keempat ekstremitas.  

Saraf perifer utama : kedua bahu (C4), permukaan 

dalam dan luar lengan (C6 dan T1), ibu jari dan jari 

kelingking (C6 dan C8), sisi anterior paha (L2), sisi 

medial dan lateral betis (L4 dan L5), ibu jari jari kaki 

(S1) dan sisi medial setiap bokong (S3). 

Uji Nyeri 

7. • Menggunakan ujung peniti atau jarum atau 

patahan lidi. Gunakan barang sekali pakai.  

• Menanyakan stimulus yang dirasakan, tajam atau 

tumpul 

Uji Raba atau Sentuh   

8. • Menggunakan gulungan kapas, sentuh dengan 

lembut pada kulit, hindari penekanan.  

• Menanyakan yang dirasakan dan lokasinya. 

74   |  

 

Uji Getar menggunakan Garpu Tala 128 Hz 

9. • Menggetarkan ujung garpu tala di pangkal telapak 

tangan, kemudian letakkan di sendi distal 

intefalang jari tangan, lalu ke sendi distal 

intefalang ibu jari kaki.  

• Menanyakan apa yang pasien rasakan dan kapan 

getaran berhenti.  

10. Uji sensori mendetail sesuai dermatom. 

11. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis 

pakai ke tempat sampah medis 

12. Mencuci tangan. 

 |  75 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

76   |  

 

Advanced Cardiac Life Support (ACLS) 

 

 

Melakukan Keterampilan 

1. Memastikan penolong dalam lingkungan yang aman 

untuk melakukan pertolongan.  

Irama Ventricular Fibrillation (VF) atau Ventricular 

Tachycardia (VT) Tanpa Nadi  

2. Melakukan kejut listrik unsynchronized dengan 

energi 360 J untuk kejut listrik monofasik atau 200 J 

untuk kejut listrik bifasik. 

3. Melakukan resusitasi jantung paru (RJP) selama 5 

siklus.  

4. Melihat monitor elektrokardiogram (EKG).  

5. Jika irama VF atau VT, kembali melakukan kejut 

listrik 360 J untuk kejut listrik monofasik atau 200 J 

untuk kejut listrik bifasik. 

6. Melakukan RJP lagi 5 siklus.  

7. Bila intravenous infusion (IV) atau intraosseous 

infusion (IO) line telah terpasang, memberikan 

epinephrine 1 mg IV/IO setiap 3-5 menit. 

8. sesudah  RJP selama 2 menit, kembali melihat monitor 

EKG. Jika tetap VF atau VT, melakukan kejut listrik 

360 J untuk kejut listrik monofasik atau 200 J untuk 

kejut listrik bifasik. 

9. Melakukan kembali RJP 2 menit dan memberikan 

amiodaron 300 mg IV/IO.  

  

 |  77 

 

10. sesudah  RJP selama 2 menit, kembali melihat monitor 

EKG. Jika tetap VF/VT, melakukan kejut listrik 360 J 

untuk kejut listrik monofasik atau 200 J untuk kejut 

listrik bifasik. 

11. Melanjutkan RJP selama 2 menit, dan memberikan 

epinephrine 1 mg IV/IO. 

12. sesudah  RJP selama 2 menit, kembali melihat monitor 

EKG. Jika tetap VF/VT melakukan kejut listrik 360 J 

untuk kejut listrik monofasik atau 200 J untuk kejut 

listrik bifasik. 

13. Melanjutkan kembali RJP 2 menit dan memberikan 

amiodaron 150 mg IV/IO. 

Kasus Pulseless Electrical Activity (PEA)/Asistol  

14. Bila pada EKG terdapat gambaran irama 

terorganisasi, cek nadi arteri karotis. Jika tidak 

teraba, maka disebut PEA. 

15. Bila pada EKG ditemukan asistol maka lakukan 

pengecekan alat/koneksi. 

16. 

 

Bila asistol, segera berikan epinephrine 1 mg IV/IO 

setiap 3-5 menit, dan melanjutkan RJP selama lima 

siklus (2 menit).  

17. sesudah  RJP 2 menit, stop RJP dan melihat irama 

monitor. Jika irama terorganisasi, lakukan perabaan 

karotis.  

18. Jika tidak ada nadi, melakukan RJP lagi selama 2 

menit.  

78   |  

 

19. Melihat kembali monitor. Jika irama terorganisasi, 

lakukan perabaan karotis. 

20. Jika tidak ada nadi, kembali lakukan RJP.  

21. Melakukan tindakan dengan lege artis. 

 |  79 

 

Ankle Brachial Index (ABI) 

 

 

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, 

memastikan identitas pasien, menjelaskan dan 

meminta persetujuan tindakan yang akan 

dilakukan. 

2. Memeriksa ketersediaan alat. 

3. Mencuci tangan. 

4. Memposisikan pasien dalam keadaan berbaring 

terlentang dan memasang manset pengukur 

tekanan darah yang sesuai di salah satu lengan.  

Arteri Brakialis 

5. Palpasi dan temukan pulsasi arteri brakialis lalu 

mengoleskan gel di atas area tersebut. 

6. Menyalakan alat USG doppler dan meletakkan 

probe doppler berlawanan dengan arah aliran 

darah membentuk sudut 45-60 derajat; 

menggerakkan perlahan di daerah arteri brakialis 

sampai terdengar suara pulsasi yang paling jelas. 

 

 

 

 

7. Mengembangkan manset tekanan darah sampai 

suara pulsasi menghilang dan naikkan 10-20 

mmHg dari tekanan saat suara pulsasi menghilang. 

80   |  

 

8. Menurunkan tekanan manset perlahan (2 

mm/detik) sampai suara pulsasi arteri kembali 

terdengar. Mencatat tekanan darah saat suara 

pulsasi arteri tersebut mulai kembali terdengar. 

sesudah  suara arteri terdengar jelas, manset 

dikendurkan dan dilepas. 

9. Membersihkan gel di fossa cubiti. 

10. Mengulang langkah 4 - 8 pada lengan sisi yang lain 

dan mencatat hasil pemeriksaan. Menggunakan 

tekanan sistolik lengan yang tertinggi untuk 

dimasukkan dalam rumus menghitung ABI. 

11. Jika terdapat luka/ulkus di kaki, lindungi/tutup 

luka/ulkus dengan kasa steril agar tidak 

mengontaminasi manset.  

Mengukur tekanan pada tungkai yang sehat lebih 

dulu dengan memasang manset pengukur tekanan 

darah 2 cm diatas malleolus lateral.  

Arteri Dorsalis Pedis 

12. Palpasi dan temukan pulsasi arteri dorsalis pedis 

lalu mengoleskan gel di atas area tersebut. 

 

 

 

 

 

 

 

 |  81 

 

13. Meletakkan probe doppler berlawanan dengan arah 

aliran darah membentuk sudut 45-60 derajat; 

menggerakkan perlahan di daerah arteri dorsalis 

pedis sampai terdengar suara pulsasi yang paling 

jelas.  

 

 

 

 

 

  

 

  

14. Mengembangkan manset tekanan darah sampai 

suara pulsasi menghilang dan naikkan 10-20 

mmHg dari tekanan saat suara pulsasi menghilang. 

15. Menurunkan tekanan manset perlahan (2 

mm/detik) sampai suara pulsasi arteri kembali 

terdengar. Mencatat tekanan darah saat suara 

pulsasi arteri tersebut mulai kembali terdengar. 

sesudah  suara arteri terdengar jelas, manset 

dikendurkan dan dilepas.  

16. Menggunakan hasil pemeriksaan yang tertinggi 

antara arteri dorsalis pedis untuk dimasukkan 

dalam rumus ABI. 

17. Mengulang langkah 12-15 pada kaki sisi yang lain.  

18. 

 

Menghitung ABI kaki kanan dan kiri dengan 

membagi tekanan sistolik ankle yang paling tinggi 

82   |  

 

dari masing-masing kaki dengan tekanan sistolik 

brakial yang paling tinggi dari kedua lengan. 

 

19. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis 

pakai ke tempat sampah medis. 

20. Mencuci tangan. 

 |  83 

 

Aspirasi Jarum Halus untuk Nodul Tiroid  

(Teknik Closed Suction) 

 

 

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, 

memastikan identitas pasien, menjelaskan dan 

meminta persetujuan tindakan yang akan 

dilakukan. 

2. Memeriksa ketersediaan alat. 

3. Mencuci tangan dan menggunakan sarung 

tangan. 

4. Mempersilakan pasien untuk berbaring terlentang 

dengan leher sedikit ekstensi menggunakan 

bantal di bawah bahu.  

5. Melakukan aseptik dan antiseptik pada daerah 

nodul tiroid dan sekitarnya dengan alkohol swab.  

6. Melakukan fiksasi daerah nodul dengan jari 

tangan bebas dari pemeriksa.  

7. Menggunakan jarum ukuran 25 atau 27 G yang 

disambung dengan spuit 3 mL. Jarum ditusukkan 

pada nodul tiroid. 

8. Menggerakkan jarum beberapa kali ke bagian 

belakang dan depan nodul dengan arah yang 

berbeda-beda sebanyak 5-6 kali atau sampai 

dengan aspirat tampak dalam spuit.  

9. Bila diperlukan, Menarik narik  plunger spuit beberapa 

kali jika aspirat tidak keluar.  

10. Menarik narik  jarum keluar dalam posisi plunger netral.  

84   |  

 

11. Melepaskan semprit dari jarum, Menarik narik  plunger 

untuk mengisi udara lalu memasang jarum yang 

berisi aspirat kembali. 

12. Mendorong plunger perlahan di atas kaca objek 

untuk mengeluarkan materi aspirat untuk 

membuat minimal 2 sampel untuk masing-masing 

preparat kering dan basah (total 4 sampel). 

13. Membuat apusan aspirat pada kaca objek (untuk 

preparat basah dilanjutkan dengan fiksasi dengan 

alkohol 95%) dan untuk preparat kering dibiarkan 

dalam suhu ruangan selama 5 menit. 

14. Menutup bekas luka tusukan jarum dengan kasa 

steril dan micropore. 

15. Memberikan identitas pada preparat dan mengisi 

form pemeriksaan sitopatologi. 

16. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis 

pakai ke tempat sampah medis. 

17. Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan. 

 |  85 

 

Aspirasi Kista Tiroid 

 

 

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, 

memastikan identitas pasien, menjelaskan dan 

meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. 

2. Memeriksa ketersediaan alat. 

3. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan. 

4. Mempersilakan pasien untuk berbaring terlentang 

dengan leher sedikit ekstensi menggunakan bantal 

di bawah bahu  

5. Melakukan aseptik dan antiseptik pada daerah 

nodul tiroid dan sekitarnya dengan alkohol.  

6. Melakukan fiksasi daerah nodul dengan jari tangan 

bebas dari pemeriksa  

7. Menusukkan spuit 3-20 mL (tergantung ukuran kista 

dan tujuan tindakan: diagnostik/terapeutik) dengan 

jarum berukuran 18 sampai 23G ke dalam rongga 

kista atau nodul dengan lesi kistik 

8. Melakukan aspirasi cairan kista sebanyak mungkin 

hingga tidak ada cairan yang dapat teraspirasi lagi 

9. Menutup bekas luka tusukan jarum dengan kasa 

steril dan micropore 

10. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis 

pakai ke tempat sampah medis. 

11. Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan. 

86   |  

 

Aspirasi Sumsum Tulang 

  

Melakukan Keterampilan 

1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, 

memastikan identitas pasien, menjelaskan dan 

meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. 

2. Memeriksa ketersediaan alat. 

3. Meminta pasien untuk telungkup atau lateral 

decubitus. 

4. Menentukan lokasi aspirasi di spina iliaka posterior 

superior (SIPS) dan menandai lokasi tersebut. 

5. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan 

steril. 

6. Mengisi spuit 5 mL dengan lidokain hidroklorid 2% 

sebanyak 5 mL. 

7. Mengisi spuit 20 mL dengan sedikit EDTA untuk 

pemeriksaan sitologi dan imunophenotyping atau 

sedikit heparin anticoagulated untuk sitogenetik. 

8. Asepsis dan antisepsis lokasi aspirasi 

menggunakan kasa steril yang dibasahi antiseptik 

(misalnya povidon-iodin 10% atau klorheksidin) 

dengan gerakan memutar (sentrifugal), dimulai dari 

tempat yang ditandai menuju keluar sampai kira-

kira 8-9 cm.  

9. Memasang duk steril. 

10. Melakukan infiltrasi kulit dengan lidokain  2% 

dengan jarum 25 G untuk intradermal anastesia dan 

 |  87 

 

jarum 20 G untuk jarum yg menembus periosteum 

hingga membentuk wheal.  

11. Melakukan infiltrasi kulit, jaringan subkutaneus 

sampai periosteum menggunakan jarum 23 G 

sambil menyuntikan lidokain 2% sebanyak 5 mL. 

Lakukan aspirasi sebelum menyuntikan lidokain. 

12. Menentukan apakah dosis anestesi sudah adekuat 

dengan cara menusukkan jarum suntik secara 

perlahan (gently tapping) pada kulit sesudah  

beberapa menit.  

13. Menambahkan lidokain, bila nyeri tajam masih 

terasa.  

14. Melakukan penetrasi jarum aspirasi tegak lurus 

dengan diputar kiri kanan ke arah bawah secara 

lembut menembus kulit sampai membentur tulang 

dan memasukkannya menembus periosteum. 

15. Mencabut maindrain dan memasang spuit 20 mL.  

16. Melakukan aspirasi perlahan tapi mantap 

(sebanyak maksimal 5 mL untuk sitomorfologi dan 

imunophenotyping), mencabut spuit, jarum 

dibiarkan saja. 

17. Meneteskan aspirat secukupnya ke kaca objek, 

diratakan di atas kaca slide. Pastikan apakah 

terdapat partikel sumsum tulang. 

18. Memasukkan sisa aspirat ke dalam botol koleksi, 

kirim ke laboratorium. 

19. Memasang spuit 20 mL yang telah dibasahi heparin. 

88   |  

 

20. Melakukan aspirasi perlahan tapi mantap sebanyak 

maksimal 5 mL (untuk pemeriksaan sitogenetik). 

21. Mencabut jarum aspirasi secara pelan-pelan tapi 

mantap dengan cara diputar seperti ketika 

memasukkannya. 

22. Memberikan tekanan pada daerah aspirasi selama 

minimal 5 menit.  

23. Menutup bekas luka tusukan jarum dengan kasa 

steril dan plester.  

24. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis 

pakai ke tempat sampah medis. 

25. Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan. 

 |  89 

 

Basic Life Support (BLS) 

  

Melakukan Keterampilan 

1 Memastikan penolong dalam lingkungan yang 

aman untuk melakukan pertolongan 

2. Menilai respon pasien, dengan cara menepuk-

nepuk dan menggoyangkan pasien sambil 

memanggil pasien:  

Jika pasien menjawab atau bergerak terhadap 

respons yang diberikan, usahakan tetap 

me