Pemeriksaan Tanda Vital
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Memeriksa ketersediaan alat.
3. Mencuci tangan.
4. Meminta pasien berbaring terlentang atau duduk.
Penilaian Keadaan Umum
5. Menentukan derajat kesadaran pasien dengan cara
memberikan pertanyaan tentang keadaan sekeliling
pasien (contoh: nama, waktu, atau tempat pasien
berada)
6. Menilai kondisi sakit secara umum: tidak tampak sakit,
ringan, sedang atau berat.
7. Menilai taksiran usia sesuai/tidak
8. Menilai bentuk tubuh, habitus, gizi, cara
berjalan/berbaring, mobilitas
Pengukuran secara Tidak Langsung Tekanan Darah
Arteri
9. Memasang manset dengan kriteria:
• Posisikan lengan atas sejajar dengan jantung.
• Lengan baju tidak terlilit manset.
• Tepi bawah manset 2-3 cm di atas fossa cubiti.
• Balon dalam manset harus menutupi lengan atas
di sisi ulnar (di atas a. brachialis).
| 7
• Pipa karet tidak menutupi fossa cubiti.
(Manset diikat cukup ketat tetapi tidak membendung
vena).
10. Palpasi denyut a. brachialis untuk menentukan tempat
meletakkan membran stetoskop.
11. Memompa manset sambil meraba a. brachialis atau a.
radialis hingga denyut hilang. Kemudian menaikkan
tekanan manset 30 mmHg + 5 mmHg.
12. Meletakkan corong/membran stetoskop di atas a.
brachialis dengan cermat
• Seluruh permukaan membran menempel pada
kulit.
• Tidak terlalu keras.
• Tidak disisipkan di antara kulit dan manset.
13. Menurunkan tekanan manset secara lancar dengan
kecepatan tetap (2-4 mmHg/detik) sambil
mendengarkan bunyi aliran darah.
14. Melaporkan hasil pengukuran tekanan darah.
Penilaian Denyut Nadi (Arteri) Perifer
Arteri Brachialis
15. Mencari denyut a. brachialis pada fossa cubiti lengan
kanan dan kiri pasien dengan palpasi menggunakan
jari telunjuk dan jari tengah
16. Menilai frekuensi, kekuatan dan irama denyut a.
brachialis selama 1 menit
17. Melaporkan hasil penilaian frekuensi, kekuatan dan
irama denyut a. Brachialis
8 |
Arteri Radialis
18. Mencari denyut a. radialis pada pergelangan tangan
kanan dan kiri pasien dengan palpasi menggunakan
jari telunjuk dan jari tengah
19. Menilai frekuensi, kekuatan dan irama denyut a.
radialis selama 1 menit
20. Melaporkan hasil penilaian frekuensi, kekuatan dan
irama denyut a.radialis
Arteri Dorsalis Pedis
21. Mencari denyut arteri dorsalis pedis pada punggung
kaki kanan dan kiri pasien dengan palpasi
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
22. Menilai frekuensi, kekuatan dan irama denyut arteri
dorsalis pedis selama 1 menit
23. Melaporkan hasil penilaian frekuensi, kekuatan dan
irama denyut arteri dorsalis pedis
Arteri Tibialis Posterior
24. Mencari denyut arteri tibialis posterior pada posterior
maleolus medial kanan dan kiri pasien dengan palpasi
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
25. Menilai frekuensi, kekuatan dan irama denyut arteri
tibialis posterior selama 1 menit
26. Melaporkan hasil penilaian frekuensi, kekuatan dan
irama denyut arteri tibialis posterior
| 9
Arteri Poplitea
27. Mencari denyut arteri poplitea pada fossa poplitea
kanan dan kiri pasien dengan palpasi menggunakan
jari telunjuk dan jari tengah
28. Menilai frekuensi, kekuatan dan irama denyut arteri
poplitea selama 1 menit
29. Melaporkan hasil penilaian frekuensi, kekuatan dan
irama denyut arteri poplitea
Penilaian Pernapasan
30. Melihat gerakan naik turun dari dinding dada dan perut,
untuk menentukan frekuensi, irama, jenis, dan
kedalaman pernapasan pasien selama 1 menit
31. Melaporkan hasil penilaian pernapasan kepada tutor
Pengukuran Suhu Tubuh Manusia
32. Memeriksa suhu tubuh melalui aksila.
33. Meletakkan termometer digital pada aksilla.
34. Menunggu hingga terdengar suara “bip” dari
termometer, mengangkat termometer dari aksila, lalu
baca dan catat hasilnya.
35. Membersihkan kembali termometer yang telah
digunakan sebelum dimasukkan kedalam tempatnya.
36. Merapikan alat.
37. Mencuci tangan.
10 |
Pemeriksaan Kepala
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Memeriksa ketersediaan alat.
3. Mencuci tangan.
Pemeriksaan Kepala
4. Melakukan inspeksi dan palpasi bentuk dan ukuran,
apakah terdapat benjolan, lekukan, dan nyeri tekan.
Pemeriksaan Rambut
5. Melakukan inspeksi warna, penyebaran rambut dan
apakah mudah dicabut.
Pemeriksaan Mata
6. Meminta pasien melihat ke atas dan pemeriksa Menarik narik
kedua kelopak mata bawah dengan kedua ibu jari.
Inspeksi nodul, pembengkakan, warna sklera dan
konjungtiva palpebra serta pola vaskularisasi di sklera.
7. Inspeksi sklera dan konjungtiva bulbar dengan cara
Menarik narik kelopak mata bawah dengan ibu jari dan alis
dengan jari telunjuk.
Pemeriksaan Wajah
8. Memperhatikan ekspresi, bentuk dan kesimetrisan
wajah, gerakan involunter, bengkak dan benjolan.
Pemeriksaan Kulit Wajah
9. Memperhatikan warna dan kelainan kulit.
| 11
Pemeriksaan Telinga
10. Memperhatikan bentuk daun telinga, memeriksa liang
telinga (menggunakan penlight), membran timpani
serta tulang mastoid. Melakukan penekanan pada
tragus.
Pemeriksaan Sinus Paranasalis dan Hidung
11. Melakukan penekanan di daerah sinus maksilaris,
frontalis dan etmoidalis.
Pemeriksaan Bibir
12. Memperhatikan warna, benjolan atau ulkus.
Pemeriksaan Mulut
13. Meminta pasien untuk membuka mulut dan
menjulurkan lidah.
14. Melakukan pemeriksaan warna mukosa, ulkus, papil
dan gerakan lidah.
Pemeriksaan Gigi
15. Memperhatikan jumlah gigi, kelainan gigi, dan warna
gusi dengan menggunakan penlight.
16. Merapikan alat.
17. Mencuci tangan.
12 |
Pemeriksaan Leher
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Memeriksa ketersediaan alat.
3. Mencuci tangan.
Tekanan Vena Jugularis (JVP)
4. Meminta pasien untuk tidur terlentang dengan bantal
dengan sudut 30-450.
5. Menekan vena dengan 1 jari disebelah atas clavicula.
6. Menekan vena disebelah atas dekat mandibula dengan
jari yang lain.
7. Melepas tekanan disebelah bawah di atas clavicula.
8. Menunjuk dimana vena terisi waktu inspirasi biasa.
9. Membuat bidang datar melalui angulus ludovici sejajar
lantai.
10. Menghitung jarak antara puncak pengisian vena
dengan bidang datar yang melalui angulus ludovici.
Kelenjar Tiroid
11. Mempersilahkan pasien duduk dan sedikit
mengekstensikan kepala.
12. Melakukan inspeksi dari depan pada daerah kelenjar
tiroid dengan cara menginstruksikan pasien melakukan
gerakan menelan dan mengidentifikasi adanya
simetrisitas kanan dan kiri, kelainan kelenjar tiroid
berupa pembesaran, pulsasi, dan tanda peradangan.
| 13
13. Pemeriksa berdiri di belakang pasien.
14. Melakukan palpasi pada kelenjar tiroid dengan
menggunakan ujung jari dari kedua tangan dengan cara
menginstruksikan pasien melakukan gerakan menelan
dan merasakan kelenjar tiroid pada saat kelenjar
tersebut bergerak.
Mengidentifikasi adanya: thrill, ukuran, konsistensi,
jumlah nodul, simetrisitas kanan dan kiri, kontur
permukaan, pulsasi, dan nyeri.
15. Apabila teraba pembesaran, pemeriksa berpindah ke
depan pasien untuk mengukur ukuran nodul, dengan
menggunakan kaliper atau pita pengukur.
16. Memeriksa adanya bruit pada kelenjar tiroid dengan
menggunakan stetoskop.
Kelenjar Getah Bening
17. Mempersilahkan pasien duduk.
18. Pemeriksa berdiri di depan pasien melakukan inspeksi:
melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening
yang tampak.
19. Pemeriksa berdiri di belakang/depan pasien yang
duduk.
20. Palpasi dengan jari dari depan atau belakang pasien
pada daerah preauricular, postauricular, oksipital,
tonsilar, submandibular, submental, servikal superfisial,
servikal posterior, rantai servikal dalam, dan
supraklavikular.
14 |
Arteri Karotis
21. Meminta pasien berbaring terlentang dengan bantal,
dengan sudut 300.
22. Inspeksi daerah medial otot sternokleidomastoideus
kanan.
23. Palpasi arteri karotis menggunakan 2 jari (jari tengah
dan jari telunjuk) pada daerah 1/3 bawah sisi kanan
leher.
24. Auskultasi arteri karotis kanan.
25. Inspeksi daerah medial otot sternokleidomastoideus
kiri.
26. Palpasi arteri karotis menggunakan 2 jari (jari tengah
dan jari telunjuk) pada daerah 1/3 bawah sisi kiri leher.
27. Auskultasi arteri karotis kiri.
28. Merapikan alat.
29. Mencuci tangan.
| 15
Pemeriksaan Jantung
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, memastikan
identitas pasien, menjelaskan dan meminta persetujuan
tindakan yang akan dilakukan.
2. Memeriksa ketersediaan alat.
3. Mencuci tangan.
4. Meminta pasien untuk mengangkat/membuka pakaian
sehingga bagian toraks terpapar dan meminta untuk
berbaring posisi supine.
Inspeksi Jantung
5. Inspeksi habitus, bentuk dada, dan kelainan yang
ditemukan.
6. Inspeksi letak iktus kordis dan menyebutkan dengan
benar letak iktus kordis (apabila terlihat).
Palpasi Jantung
7. Meletakkan sisi palmar jari-jari tangan atau seluruh
telapak tangan pada dinding toraks di lokasi apeks
jantung.
8. Jika iktus kordis tidak dapat diidentifikasi dengan posisi
supine, meminta pasien untuk mengangkat lengan kiri
pada posisi lateral dekubitus kiri.
Palpasi kembali dengan tekanan lembut.
9. Pada palpasi iktus kordis, identifikasi pula apakah ada
thrill, heaving, lifting, atau tapping.
16 |
Perkusi Batas Jantung (Relatif)*
10. Dengan posisi supine, perkusi pada linea aksilaris
anterior kiri untuk mencari batas paru (sonor) dengan
lambung (timpani/redup).
11. Pada posisi 2 jari di atas batas paru dengan lambung
dilakukan perkusi ke medial untuk menentukan batas kiri
jantung (redup).
12. Perkusi pada linea parasternalis kiri ke bawah untuk
menentukan pinggang jantung (redup).
13. Perkusi pada linea midklavikula kanan untuk mencari
batas paru (sonor) dengan hepar (redup).
14. Pada posisi 2 jari di atas batas paru dengan hati
dilakukan perkusi ke medial untuk menentukan batas
kanan jantung (redup).
* Perkusi dapat dimulai untuk mencari batas jantung kiri atau
kanan.
Auskultasi Jantung
15. Melakukan pemeriksaan auskultasi sambil
membandingkan dengan meraba pulsasi arteri karotis.
16. Auskultasi pada daerah sela iga 2 linea parasternalis
kanan untuk mendengarkan bunyi katup aorta.
17. Auskultasi pada daerah sela iga 2 linea parasternalis kiri
untuk mendengarkan bunyi katup pulmonal.
18. Auskultasi pada daerah sela iga 4-5 linea parasternalis
kiri untuk mendengarkan bunyi katup trikuspid,
dibandingkan waktu inspirasi dan ekspirasi.
| 17
19. Auskultasi pada daerah sela iga 4-5 linea midclavicula
kiri untuk mendengarkan bunyi katup mitral.
20. sesudah pemeriksaan selesai, meminta pasien untuk
memakai pakaian kembali.
21. Merapikan alat.
22. Mencuci tangan.
18 |
Pemeriksaan Paru
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Memeriksa ketersediaan alat.
3. Mencuci tangan .
4. Meminta pasien melepaskan pakaian atas serta
berbaring terlentang.
Inspeksi Keadaan Umum Berkaitan dengan Pernapasan
5. Inspeksi lesi pada dinding toraks, kelainan bentuk
toraks, sifat, dan pola napas.
6. Menilai ada tidaknya sesak.
7. Menilai ada tidaknya napas cuping hidung,
penggunaan otot bantu napas, dan retraksi otot
interkostal.
Inspeksi Warna Kulit Berkaitan dengan Pernapasan
8. Menilai sianosis perifer (warna kulit, bibir, kuku
kebiruan), warna kulit pucat atau tidak.
Inspeksi Leher Berkaitan dengan Pernapasan
9. Menyebutkan ada tidaknya penggunaan otot bantu
napas m.sternokleidomastoideus, dan suprasternal.
10. Menyebutkan ada tidaknya bendungan vena leher.
11. Menyebutkan ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening.
| 19
Palpasi Leher
12. Melakukan perabaan kelenjar getah bening: palpasi
dengan ujung jari pada daerah sepanjang
m.sternokleidomatoideus, supraklavikula, dan
infraklavikula.
13. Melakukan pemeriksaan posisi trakea dengan
meletakkan ujung jari telunjuk pada daerah antara
trakea-sternokleidomastoideus, kiri, dan kanan.
Inspeksi Ekstremitas Berkaitan dengan Pernapasan
14. Menilai jari tabuh (clubbing finger), karat nikotin, dan
otot lengan atas mengecil.
PEMERIKSAAN TORAKS ANTERIOR
15. Meminta pasien melepaskan pakaian atas serta
berbaring terlentang.
Inspeksi Toraks Anterior
16. Inspeksi bentuk toraks dengan menilai diameter
anteroposterior dibandingkan diameter sagital, serta
besar sudut angulus costae.
17. Mengidentifikasi ada tidaknya penyempitan dan
pelebaran sela iga
Inspeksi kelainan lain (ada tidaknya bendungan vena,
benjolan, ginekomastia, atay spider nevi).
18. Menilai kesimetrisan hemitoraks kiri dan kanan.
19. Menilai frekuensi napas dalam 1 menit.
20. Menilai kedalaman pernapasan.
20 |
Palpasi Toraks Anterior
21. Melakukan perabaan di seluruh toraks untuk menilai
sela iga, ada tidaknya emfisema subkutis,
benjolan/tumor atau nyeri tekan.
22. Melakukan pemeriksaan ekspansi toraks dengan
meletakkan kedua telapak tangan pada toraks kiri dan
kanan dengan kedua ibu jari saling bertemu dan
meminta pasien inspirasi dalam.
23. Melakukan pemeriksaan fremitus raba dengan
meletakkan permukaan palmar pangkal jari-jari atau
sisi ulnar kedua tangan pada toraks anterior kiri dan
kanan.
24. Meminta pasien menyebutkan angka 77 atau 99
berulang-ulang, dan merasakan dengan teliti getaran
suara napas yang ditimbulkannya.
25. Melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri
pada setiap lokasi.
26. Melakukan pemeriksaan fremitus secara sistematis
dari atas ke bawah.
Perkusi Toraks Anterior
27. Melakukan perkusi seluruh toraks anterior dari apeks
paru (daerah supraklavikula) sampai bawah untuk
menilai secara umum ada tidaknya kelainan.
28. Melakukan perkusi secara umum pada seluruh lapang
paru anterior dimulai dari apeks (daerah
supraklavikula) secara berurutan dari toraks kiri ke
kanan dan ke bawah (zig-zag) sampai ke batas toraks
| 21
bawah dengan perut, serta dibandingkan setiap
langkah perkusi dari tiap-tiap sisi paru.
29. Menentukan bunyi ketukan: sonor, hipersonor, redup,
pekak, atau timpani.
30. Melakukan perkusi di daerah aksila, dengan terlebih
dahulu meminta pasien mengangkat lengan ke atas
kepala.
31. Perkusi batas paru-hati: perkusi pada linea
midklavikula kanan secara berurutan dari atas ke
bawah hingga adanya perubahan dari sonor menjadi
redup.
32. Memeriksa peranjakan hati dengan meminta pasien
untuk Menarik narik napas dalam lalu menahan napas
sebentar.
Dari batas paru-hati yang telah ditemukan saat
menahan napas tersebut perkusi kembali diteruskan
hingga mendapat perubahan suara sonor menjadi
redup, untuk kemudian ditentukan berapa jari
peranjakan hati yang didapatkan. Selanjutnya pasien
diminta bernapas seperti biasa.
33. Perkusi batas paru–lambung: perkusi pada linea
aksilaris anterior kiri secara berurutan dari atas ke
bawah ke arah kaudal hingga ada perubahan dari
sonor menjadi timpani (lambung kosong) atau redup
(lambung terisi).
34. Menentukan batas paru-lambung.
22 |
Auskultasi Toraks Anterior
35. Melakukan auskultasi secara sistematis dimulai dari
apeks paru ke bawah, kiri, dan kanan, dibandingkan
setiap langkah, serta meminta pasien untuk Menarik narik
napas dalam.
36. Menentukan suara napas pokok: vesikuler,
bronkovesikular, bronkial, trakeal.
37. Menentukan ada tidaknya suara napas tambahan:
ronki basah, ronki kering, bunyi gesekan pleura,
hippocrates succusion, pneumothorax click, amforik,
wheezing.
38. Melakukan pemeriksaan auditori fremitus yaitu
menentukan bunyi hantaran suara bila didapatkan
suara napas bronkovesikuler atau bronkial.
Meletakkan stetoskop pada dinding toraks secara
simetris dan pasien diminta mengucapkan angka 77
atau 99.
39. Melakukan pemeriksaan egofoni dengan cara
meminta pasien mengucapkan “ii”.
40. Melakukan pemeriksaan bronkofoni dengan cara
meminta pasien mengucapkan kata “sembilan puluh
sembilan”.
41. Melakukan pemeriksaan whispered pectoriloquy
dengan cara meminta pasien berbisik dengan
mengucapkan kata “sembilan puluh sembilan”.
| 23
PEMERIKSAAN TORAKS POSTERIOR
42. Meminta pasien melepaskan pakaian atas dan duduk
membelakangi pemeriksa.
Inspeksi Toraks Posterior
43. Menyebutkan ada tidaknya benjolan (tumor), kelainan
bentuk tulang belakang atau benjolan pada tulang
belakang.
Palpasi Toraks Posterior
44. Melakukan perabaan di seluruh toraks posterior untuk
menilai ada tidaknya emfisema subkutis,
benjolan/tumor atau nyeri tekan.
45. Melakukan pemeriksaan ekspansi pada toraks
posterior dengan meletakkan kedua telapak tangan
pada toraks belakang kiri dan kanan dengan kedua
ibu jari saling bertemu dan meminta pasien inspirasi
dalam mulai dari bawah skapula.
46. Melakukan pemeriksaan fremitus raba dengan
meletakkan permukaan palmar pangkal jari-jari atau
sisi ulnar kedua tangan pada toraks posterior kiri dan
kanan.
47. Meminta pasien menyebutkan angka 77 atau 99
berulang-ulang, dan merasakan dengan teliti getaran
suara napas yang ditimbulkannya.
48. Melakukan langkah no 47 di daerah toraks posterior
mulai dari daerah interskapula ke bawah.
49. Melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri
pada setiap lokasi.
24 |
Perkusi Toraks Posterior
50. Melakukan perkusi seluruh toraks posterior dari apeks
paru (daerah atas skapula) sampai kebawah
(interskapula terus ke bawah skapula) untuk menilai
ada tidaknya kelainan.
51. Membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap
lokasi pemeriksaan dengan ladder like pattern.
52. Perkusi batas toraks posterior: perkusi pada garis
skapula kanan dan kiri untuk mencari batas toraks
posterior kanan dan kiri, dengan berpedoman kepada
korpus vertebra mulai dari vertebra prominens (C7).
53. Perkusi batas toraks posterior kanan: perkusi pada
linea skapula kanan secara beraturan ke arah kaudal
dengan meletakkan jari plesimeter pada arah tegak
lurus terhadap gerak perkusi dengan gentle,
menentukan adanya perubahan dari sonor menjadi
redup.
54. Perkusi batas toraks posterior kiri: perkusi pada linea
skapula kiri ke arah bawah dengan menentukan
adanya perubahan dari sonor menjadi redup
(biasanya setinggi torakalis 10).
| 25
Auskultasi Toraks Posterior
55. Melakukan auskultasi paru secara sistematis.
56. Melakukan dari apeks paru (daerah atas skapula),
daerah interskapula terus ke bawah.
57. Membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap
lokasi pemeriksaan dengan ladder like pattern (bila
perlu pasien diminta bernapas lebih dalam).
58. Merapikan alat.
59. Mencuci tangan.
26 |
Pemeriksaan Abdomen
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan.
3. Meminta pasien berbaring terlentang.
Inspeksi Abdomen
4. Melihat bentuk abdomen (apakah simetri, membuncit
atau tidak), dinding perut (kulit, vena, umbilicus,
inguinal), pergerakan peristaltik abdomen dan
pulsasi.
Auskultasi Abdomen
5. Meletakkan steteskop di sekitar umbilikus pada satu
tempat di dinding abdomen untuk menghitung
frekuensi bising usus (2 menit) dan mendengarkan
bunyi usus atau bunyi lain (bruit arterial, venous
hump.)
Perkusi Abdomen
6. Melakukan perkusi pada seluruh kuadran abdomen.
7. Melaporkan bunyi timpani atau pekak.
8. Perkusi secara khusus pada bagian batas inferior
costa kanan, untuk menilai pekak hati.
9. Perkusi secara khusus pada bagian batas inferior
costa kiri, untuk menilai timpani area gaster.
10. Perkusi secara khusus di daerah linea aksilaris
anterior kiri pada sela iga VI untuk menilai ada
| 27
tidaknya pembesaran limpa (menilai perubahan
suara timpani menjadi redup).
11. Untuk menentukan liver span:
• Perkusi secara khusus di garis midklavikula
kanan dari kranial ke arah kaudal untuk
menentukan batas paru-hepar dengan menilai
perubahan suara dari sonor ke redup.
• Kemudian dilanjutkan dengan menilai batas
bawah hepar dengan cara melakukan perkusi di
garis midklavikula kanan mulai dari setinggi
umbilicus ke kranial sampai di dapat perubahan
suara dari timpani ke redup.
• Mengukur jarak antara batas atas dan batas
bawah hepar.
Palpasi Abdomen
12. Meminta pasien untuk menekuk lutut
13. • Palpasi superfisial (ringan) dilakukan dengan
menempelkan sisi palmar tangan secara
horizontal pada seluruh regio abdomen secara
sistematis.
• Menilai nyeri tekan abdomen, defance muscular
dan ada tidaknya massa superfisial. Lalu diulangi
dengan melakukan palpasi dalam, bila ditemukan
massa deskripsikan lokasi, ukuran, bentuk, nyeri
tekan, konsistensi, pulsasi dan bergerak atau
tidak pada saat bernapas.
14. Memperhatikan wajah pasien selama palpasi.
28 |
Pemeriksaan Cairan Bebas (Asites)
Teknik Shifting Dullness
15. Melakukan perkusi dari umbilikus (bagian puncak
abdomen) ke lateral kiri atau kanan.
16. Menentukan batas perubahan bunyi perkusi dari
timpani ke redup.
17. Memberikan tanda batas perubahan suara tersebut
dengan meletakkan jari sebagai plesimeter tetap
pada batas tersebut lalu penderita diminta miring ke
arah kontralateral gerakan perkusi.
18. Menunggu beberapa saat (30-60 detik).
19. Melakukan perkusi kembali di tempat yang telah
ditandai dan tentukan apakah ada perubahan suara
dari redup ke timpani.
Teknik Undulasi
20. Tangan pemeriksa berada di sebelah kiri dan kanan
perut pasien
21. Melakukan hentakan pada dinding perut dengan jari
22. Merasakan getaran pada tangan lain yang menempel
pada dinding perut yang kontralateral
Uji undulasi positif bila merasakan getaran
Palpasi Hepar
23. Meminta pasien melipat kedua tungkai.
24. Melakukan penekanan pada dinding perut dengan
menggunakan sisi palmar radial jari tangan kanan.
25. Meminta pasien Menarik narik nafas dalam.
| 29
26. Melakukan palpasi lobus kanan dimulai dengan
meletakkan tangan kanan pada regio illiaka kanan
dengan sisi palmar radial jari sejajar dengan arcus
costae kanan.
27. Palpasi dilakukan dengan menekan dinding
abdomen ke bawah dengan arah dorsal pada saat
pasien ekspirasi maksimal, kemudian pada awal
inspirasi jari bergerak ke kranial dalam arah
parabolik.
28. Palpasi dilakukan ke arah arcus costae kanan.
29. Pemeriksaan lobus kiri dengan palpasi pada daerah
garis tengah abdomen ke arah epigastrium dimulai
dari umbilikus dengan cara seperti diatas.
30. Bila meraba tepi hati, deskripsikan ukuran,
permukaan, tepi, konsistensi, nyeri tekan, dan
apakah terdapat pulsasi.
31. Pemeriksaan murphy sign:
• Palpasi batas hati pada batas lateral m.rectus
• Meminta pasien Menarik narik napas dalam
• Menilai adanya nyeri
30 |
Palpasi Limpa (Metode Schuffner)
32. Meminta pasien melipat kedua tungkai.
33. Melakukan penekanan pada perut dengan
menggunakan sisi palmar radial jari tangan kanan.
34. Palpasi dilakukan dengan menekan dinding
abdomen ke bawah dengan arah dorsal pada saat
pasien ekspirasi maksimal, kemudian pada awal
inspirasi jari bergerak ke kranial dalam arah
parabolik.
35. Palpasi dimulai dari SIAS kanan, melewati umbilikus
menuju arkus costae kiri.
36. Mendeskripsikan ukuran pembesaran limpa dengan
skala schuffner.
Palpasi Titik Mc Burney
37. Menentukan titik Mc Burney pada 1/3 lateral dari
garis imajiner yang menghubungkan SIAS kanan
dengan umbilikus dinding perut kuadran kanan
bawah.
38. Melakukan penekanan pada titik tersebut untuk
mengetahui nyeri tekan dan nyeri lepas.
39. Menilai apakah terdapat defance muscular lokal.
Pemeriksaan Ballotement
40. Meletakan tangan kiri di posterior pasien, di kaudal
dari iga ke 12 dengan ujung jari pada sudut
kostovertebra.
41. Meletakan tangan kanan pada abdomen kanan atas,
di lateral dari m rectus abdominis.
| 31
42. Angkat tangan kiri, mencoba mendorong ginjal ke
anterior.
43. Meminta pasien Menarik narik napas dalam.
44. Pada puncak inspirasi, lakukan palpasi dalam
dengan tangan kanan pada abdomen kanan atas,
tepat dibawah iga untuk merasakan mobilitas ginjal
diantara kedua tangan.
45. Melakukan palpasi ginjal bimanual pada sisi
kontralateral.
Nyeri ketok Costovertebra Angle (CVA)
46. Meminta pasien duduk.
47. Pemeriksaan dilakukan dari arah belakang pasien,
meletakan tangan kiri sisi palmar pada sudut
kostovertebra kanan.
48. Meletakan bagian ulnar kepalan tangan kanan diatas
tangan kiri pada sudut kostovertebra kanan.
49. Memperhatikan pasien dan menanyakan pasien
apakah pasien merasakan nyeri.
50. Memukulkan bagian ulnar kepalan tangan diatas
tangan kiri pada sudus kostovertebra kanan dengan
kekuatan yang cukup.
51. Melakukan tindakan yang sama (no. 47 sampai 50)
pada sudut kostovertebra kiri.
52. Mencuci tangan.
32 |
Pemeriksaan Colok Dubur
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan.
3. Pemeriksa berdiri disisi kanan pasien.
4. Meminta pasien untuk berbaring dan mengambil
posisi miring ke kiri dengan panggul dan lutut
difleksikan ke arah dada.
5. Menginspeksi daerah regio-anal, menilai ada
tidaknya benjolan, fistula, tanda-tanda infeksi.
6. Memberikan gel pada jari telunjuk kanan dan oleskan
di tepi anus pasien
7. Meletakkan tangan kiri di daerah gluteus kanan
pasien, kemudian jari telunjuk kanan dimasukan
kedalam anus dengan ujung jari telunjuk mengarah
ke anterior (umbilikal) pasien kemudian tangan di
rotasi untuk melakukan pemeriksaan.
Melakukan penilaian:
8. a. Tonus sfingter ani : jepitan kuat atau lemah.
9. b. Ampula rekti : kolaps atau tidak kolaps.
10. c. Mukosa rekti : licin/kasar, ada benjolan atau tidak
ada.
11. d. Bila ada benjolan: deskripsikan sirkuler atau
terletak pada jam berapa, rapuh atau tidak, jarak
dari garis anokutan
| 33
12. e. Prostat teraba pole atas atau tidak dan teraba
nodul keras atau tidak (pada laki-laki).
13. f. Terdapat benjolan lain diluar lumen atau tidak.
14. g. Terdapat nyeri tekan atau tidak, bila ada
disebutkan pada arah jam berapa.
15. Mengeluarkan jari telunjuk kanan. Sarung tangan
diperiksa:
• Ada feces atau tidak, bila ada laporkan
warnanya
• Ada darah atau tidak
• Ada lendir atau tidak.
16. Membersihkan anus pasien dengan kasa atau tissue.
17. Mempersilakan pasien memakai celana kembali dan
ke meja periksa.
18. Membuang bahan medis habis pakai ke tempat
sampah medis
19. Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan.
20. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien dan
menulis laporan
34 |
Pemeriksaan Muskuloskeletal
(Ekstremitas Atas)
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan
3. Meminta pasien melepaskan pakaian (jika diperlukan)
Sendi Bahu
4. Melakukan inspeksi sendi bahu meliputi lenggang
tangan ketika berjalan, warna dan kelainan kulit,
tanda-tanda peradangan, kontur otot dan kelainan
bentuk tulang.
5. Melakukan palpasi pada sendi bahu meliputi perabaan
dan penekanan pada otot, sendi dan tulang daerah
sendi bahu.
6. Move: meminta pasien melakukan gerakan aktif yaitu
adduksi, abduksi, rotasi internal, rotasi eksternal,
fleksi, dan ekstensi.
| 35
7. Abduksi dan adduksi pasif:
Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meletakkan
tangan pemeriksa di bahu sisi berlawanan dan tangan
lain pemeriksa menggerakkan lengan pasien menjauhi
sumbu tubuh (abduksi), kemudian pemeriksa
menggerakkan lengan pasien menyilang ke depan
dada (adduksi).
8. Rotasi eksternal pasif:
Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan
memposisikan bahu pasien pada posisi netral dengan
siku ditekuk sampai 90o kemudian dilakukan rotasi
eksternal sejauh mungkin pada posisi tersebut ATAU
dengan cara sendi bahu abduksi 90o dan sendi siku
fleksi 90o, kemudian dilakukan rotasi eksternal sejauh
mungkin dan dinilai lingkup gerak sendi.
36 |
9. Rotasi internal pasif:
Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan
memposisikan bahu pasien pada posisi netral dengan
siku ditekuk sampai 90o kemudian dilakukan rotasi
internal sejauh mungkin pada posisi tersebut ATAU
dengan cara sendi bahu abduksi 90o dan sendi siku
fleksi 90o, kemudian dilakukan rotasi internal sejauh
mungkin dan dinilai lingkup gerak sendi.
10. Fleksi dan ekstensi pasif:
Pemeriksa berdiri di samping pasien dan
memposisikan bahu pasien pada posisi netral,
kemudian dilakukan fleksi dan ekstensi sendi bahu
sejauh mungkin kemudian menilai lingkup gerak fleksi.
11. Uji Apley’s Scratch:
Pasien diminta meraih punggung pada belikat sisi
yang berlawanan dari arah belakang, awalnya pasien
diminta menyentuh bahu sisi berlawanan, kemudian
menyentuh punggung bagian belakang leher dan
terakhir mencoba menggapai punggung sejauh
mungkin.
| 37
12. Uji Yergason (bicipitalis kaput longum):
• Memposisikan lengan atas pasien berada di
samping badan dan sendi siku fleksi 90o dan dalam
posisi tangan pronasi.
• Satu tangan pemeriksa memegang bahu pasien
yang diperiksa dengan jari meraba tendon biceps
di sulcus bicipitalis, kemudian tangan yang lain dari
pemeriksa memegang tangan pasien.
• Pasien diminta melakukan supinasi melawan
tahanan dari pemeriksa sambil pemeriksa meraba
tendon bicipitalis di sulcus bicipitalis.
Sendi Siku
13. Melakukan inspeksi daerah sendi siku dalam keadaan
ekstensi dan fleksi. Memperhatikan warna dan
kelainan kulit, tanda-tanda peradangan, kontur otot,
kelainan bentuk tulang dan massa atau benjolan.
14. Melakukan palpasi daerah siku meliputi perabaan dan
penekanan otot biseps dan triseps daerah 1/3 distal
humerus, epikondilus lateralis dan medialis humeri,
prosesus olekranon, dan sulkus olekranon, ditentukan
ada nyeri atau tidak.
38 |
15. Melakukan penilaian ruang gerak sendi siku yang
meliputi gerakan:
• Fleksi – Ekstensi
• Pronasi – Supinasi
Pergelangan Tangan dan Tangan
16. Melakukan inspeksi daerah pergelangan tangan dan
tangan, meliputi warna dan kelainan kulit, tanda-tanda
peradangan, kontur otot (tenar, hipotenar dan
interoseus) dan sendi, kelainan tulang, nodus
heberden, nodus bouchard, boutonniere deformity,
swan neck deformity, ulnar deviasi.
17. Melakukan inspeksi kuku untuk mencari kuku psoriatic,
onikolisis, hiperkeratosis.
18. Palpasi distal radius ulna, lekukan setiap tulang di
pergelangan tangan, delapan tulang karpal dan
anatomical snuffbox, sendi-sendi jari tangan
metacarpalphalangeal (MCP), proksimal
| 39
interphalangeal (PIP), distal inter phalang (DIP),
squeeze test.
19. Melakukan penilaian ruang gerak sendi tangan dan
jari, meliputi:
• Fleksi- ekstensi pergelangan tangan
• Deviasi ulnar – radial
• Fleksi – Ekstensi jari
• Abduksi – Adduksi jari
40 |
• Oposisi ibu jari ke empat jari yang lain
20. Pemeriksaan carpal tunnel syndrome: Uji tinel
Pemeriksa melakukan perkusi dengan ujung jari
pemeriksa pada sisi volar pergelangan tangan pasien
yang terkena.
21. Uji Phalen:
Pasien diminta memfleksikan maksimal kedua sendi
pergelangan tangan dengan cara menekan sisi dorsal
kedua tangan sampai sendi pergelangan tangan
mengalami fleksi maksimal dan ditahan selama 60
detik.
| 41
22.
Pemeriksaan tendinitis De Quervains (tendon
abduktor pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis):
Uji Finkelstein
• Pasien diminta melakukan fleksi ibu jari tangan
yang terkena.
• Keempat jari yang lain difleksikan sampai
menggenggam ibu jari.
• Pemeriksa kemudian melakukan gerakan deviasi
pergelangan tangan ke arah ulnar.
23. Selain menilai ruang gerak sendi juga dinilai manuver:
hand grip, thumb movement, thumb adduction.
24. Menilai sensoris saraf perifer secara sederhana
dengan menggunakan kapas:
• N. Ulnaris
• N. Radialis
• N. Medianus
25. Mempersilakan pasien untuk memakai pakaiannya
kembali dan mengucapkan terima kasih
26. Mencuci tangan.
42 |
Pemeriksaan Muskuloskeletal
(Ekstremitas Bawah)
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan
3. Meminta pasien melepaskan celananya (pasien
memakai celana pendek).
4. Melakukan inspeksi sendi panggul dalam kondisi
berjalan dan diam meliputi:
• lenggang tungkai ketika berjalan, simetrisitas
panggul,
• memperhatikan pada 2 fase jalan : Stance and
Swing,
• warna dan kelainan kulit,
• tanda-tanda peradangan,
• kontur otot, dan
• kelainan bentuk tulang.
5. Mempersilakan pasien tidur terlentang dan
melakukan palpasi meliputi perabaan dan
penekanan: sendi, tulang dan otot daerah sendi
panggul.
Identifikasi: krista iliaka, SIAS, trochanter mayor dan
bagian posterior palpasi SISP.
| 43
6. Melakukan pengukuran panjang true leg length (dari
SIAS sampai maleolus medial) dan apparent leg
length (dari umbilicus sampai maleolus medial) pada
kedua tungkai.
7. Melakukan perabaan arteri femoralis pada daerah
inguinal.
8. Menggerakkan panggul secara aktif. Fleksi diperiksa
dengan menekuk lutut pasien dan menggerakkan
paha ke arah dada. Selanjutnya diminta melakukan
gerakan ekstensi-abduksi-aduksi-rotasi internal-
rotasi eksternal secara aktif.
Pemeriksa menjaga agar panggul tetap berada di
tempat tidur dengan menahan kaki yang lain agar
tidak ikut terangkat.
9. Pemeriksaan no 8 di ulang secara pasif.
10. Uji Patrick (kelainan sendi koksae) dan sacroiliac:
• Pasien diminta berbaring pada meja
pemeriksaan.
• Pasien diminta melakukan fleksi, abduksi dan
rotasi eksternal pada sendi panggul (hip) dengan
cara pasien diminta meletakkan malleolus lateral
kaki pada sisi yang diperiksa diatas lutut pada sisi
kontralateral.
44 |
• Pemeriksa melakukan penekanan pada lutut yang
difleksikan
11. Melakukan inspeksi daerah sendi lutut dengan
memperhatikan :
• warna dan kelainan kulit,
• tanda-tanda peradangan,
• kontur otot , dan
• kelainan bentuk tulang.
12. Melakukan palpasi meliputi perabaan dan
penekanan:
• kelompok otot kuadriseps ,
• kelompok otot hamstrings daerah 1/3 distal femur,
• tulang patella, dan
• tuberositas tibia.
13. Uji palpasi untuk efusi dengan bulge sign (efusi
minor):
• Pasien diminta berbaring dengan posisi kedua
lutut ekstensi
• Pemeriksa meraba pada suprapatella sambil
mendorong cairan efusi dari sisi lateral ke medial
| 45
• Pemeriksa kemudian mengusap sisi medial dari
patella sambil memperhatikan sisi lateral dari
patella
14. Uji palpasi untuk efusi dengan ballon sign (efusi
mayor)
• Pasien berbaring dengan lutut ekstensi
• Satu tangan pemeriksa berada pada suprapatella
• Tangan yang lain dari pemeriksa memegang sisi
lateral dan medial patella
• Tangan pemeriksa yang berada di suprapatella
mendorong cairan di suprapatella dan tangan
pemeriksa yang lain merasakan adanya dorongan
cairan pada saat cairan sendi didorong dari
suprapatella
46 |
• Pemeriksa juga dapat mendorong cairan dari sisi
lateral dan medial patella sambil tangan
pemeriksa pada suprapatella merasakan adanya
dorongan akibat perpindahan cairan dari medial
dan lateral patella ke suprapatella
15. Uji palpasi untuk efusi ballotting patella
• Pasien berbaring dengan lutut dalam ekstensi
• Pemeriksa menekan patella ke arah femur
dengan cepat
16. Uji lutut untuk anterior dan posterior drawer:
• Pasien diminta berbaring dengan sendi panggul
dalam posisi fleksi dan kedua lutut dalam posisi
fleksi 90o
• Kedua tangan pemeriksa memegang tibia pasien
pada lutut yang diperiksa dengan kedua ibu jari
pemeriksa berada pada joint line
| 47
• Pemeriksa Menarik narik tibia pasien ke anterior dan
dilihat apakah terdapat pergeseran tibia ke
anterior dan dibandingkan dengan sisi
kontralateral (anterior drawer sign)
• Pemeriksa mendorong tibia pasien ke posterior
dan dilihat apakah terdapat pergeseran tibia ke
posterior dan dibandingkan dengan sisi
kontralateral (posterior drawer sign)
• Pada saat melakukan manuver anterior atau
posterior drawer sign kedua kaki pasien tetap
menempel pada meja pemeriksaan
17. Pemeriksaan lain: uji McMurray (robekan meniskus),
refleks fisiologis patella, dan pemeriksaan klonus
Uji McMurray
• Pasien dalam posisi berbaring
48 |
• Satu tangan pemeriksa memegang lutut pasien
dengan jari telunjuk dan ibu jari pemeriksa berada
pada joint line
• Tangan pemeriksa yang lain memegang tumit
pasien
• Pemeriksa melakukan fleksi maksimal pada sendi
lutut pasien dengan tangan pemeriksa yang
berada di tumit pasien melakukan rotasi eksternal
pada tumit pasien
• Pemeriksa kemudian memberikan dorongan ke
arah medial pada sendi lutut (memberikan gaya
valgus) sambil melakukan ekstensi pada lutut
pasien
• Apabila ditemukan click atau nyeri pada saat lutut
ekstensi maka diduga terdapa cedera pada
meniscus medial
• Selanjutnya pemeriksa melakukan fleksi
maksimal pada sendi lutut pasien dengan tangan
pemeriksa yang berada di tumit pasien melakukan
rotasi internal pada tumit pasien
• Pemeriksa kemudian memberikan dorongan ke
arah lateral pada sendi lutut (memberikan gaya
varus) sambil melakukan ekstensi pada lutut
pasien
• Apabila ditemukan click atau nyeri pada saat lutut
ekstensi maka diduga terdapa cedera pada
meniscus lateral
| 49
18. Meminta pasien untuk berbaring tengkurap dan
melakukan pemeriksaan perabaan dan penekanan
pada otot-otot besar panggul (otot gluteus maksimus)
19. Melakukan penilaian ruang gerak sendi meliputi:
• Fleksi – Ekstensi sendi lutut
• Menilai ada atau tidaknya krepitasi sendi lutut
dengan cara memegang sendi lutut pasien saat
pasien melakukan gerak aktif fleksi-ekstensi
20. Melakukan inspeksi daerah pergelangan kaki dan
kaki, meliputi:
• warna dan kelainan kulit,
• tanda-tanda peradangan,
50 |
• kontur otot
• kelainan bentuk tulang
21. Melakukan perabaan dan penekanan pada otot dan
tulang pergelangan kaki dan kaki, sendi metatarso
falangeal (squeeze test)
22. Melakukan penilaian ruang gerak sendi pergelangan
kaki, meliputi:
• Dorsofleksi – Plantarfleksi
• Eversi – Inversi
23. Mempersilahkan pasien untuk memakai celananya
kembali dan mengucapkan terima kasih
24. Mencuci tangan.
| 51
Pemeriksaan Muskuloskeletal
(Vertebra)
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Memeriksa ketersediaan alat.
3. Mencuci tangan.
4. Meminta pasien melepaskan pakaian.
Look
5. Mengamati postur pasien, koordinasi gerak, dan cara
berjalan saat memasuki ruangan
6. Menilai kelengkungan vertebra dari sisi posterior
maupun dari samping dan dalam posisi berdiri (bila
memungkinkan)
7. Menilai kurvatura pada daerah servikal, torakal, dan
lumbal dari samping
8. Menilai kelurusan tulang belakang mulai dari C7
sampai gluteal, alignment dari kedua bahu, krista
iliaka, dan lipat gluteal dari sisi posterior
9. Menilai apakah ada lordosis, kifosis, skoliosis
10. Menilai apakah terdapat temuan lain seperti gibbus,
abses paravertebral, massa, ulkus
Feel
11. Menilai apakah terdapat nyeri tekan pada processus
spinosus sepanjang vertebra
52 |
12. Melakukan palpasi pada sendi sacroiliac dan dinilai
apakah terdapat nyeri
13. Melakukan palpasi pada otot paravertebral untuk
menilai spasme atau nyeri tekan
14. Melakukan palpasi jika terdapat massa, menilai
konsistensi, ukuran, batas dan nyeri tekan
Move
15. Dinilai lingkup gerak sendi leher untuk:
• fleksi (pasien diminta menunduk) dan ekstensi
(pasien diminta menengadah),
• lateral bending (pasien diminta memiringkan
kepala dengan cara mendekatkan telinga ke
kedua bahu), dan
• rotasi (pasien diminta menengok ke kanan dan ke
kiri)
16. Mengamati apakah terdapat keterbatasan gerak atau
nyeri pada saat pasien melakukan maneuver
17. Meminta pasien melakukan fleksi vertebra dengan
cara membungkuk sejauh mungkin atau meminta
pasien menyentuh lantai dengan kedua tangan dan
dinilai lingkup geraknya
| 53
18. Meminta pasien melakukan ekstensi vertebra sejauh
mungkin dan dinilai lingkup geraknya, pemeriksa
menstabilkan pelvis dengan memegang pelvis pasien
19. Pasien diminta melakukan lateral bending dengan
cara menempelkan tangan pasien ke paha dan
diminta untuk memiringkan badan ke masing-masing
sisi dengan tangan disamping tungkai sejauh mungkin
Pemeriksa menstabilkan pelvis dengan memegang
pelvis pasien dan dinilai lingkup gerak lateral bending
20. Melakukan modified Schober test dengan cara:
• menandai lokasi acuan yaitu pada perpotongan
antara garis yang menghubungkan kedua spina
iliaca posterior superior dengan garis tengah
• diukur 10 cm kearah kranial pada garis tengah dan
diberi tanda pada titik tersebut
54 |
• pasien diminta menunduk sejauh mungkin dan
jarak antara kedua titik tersebut pada posisi fleksi
vertebra maksimal dinilai kembali
• dinyatakan normal bila perubahan jarak kedua titik
tersebut dari posisi berdiri ke fleksi vertebra
maksimal 5 cm atau lebih
21. Melakukan uji straight leg raising dalam posisi
berbaring dengan cara:
• pasien diminta berbaring telentang
• salah satu tungkai dilakukan fleksi pada hip oleh
pemeriksa dengan lutut ekstensi dan dinilai
apakah terdapat nyeri yang menjalar dari
pinggang ke tungkai pada saat dilakukan manuver
• bila dijumpai nyeri dilakukan dorsofleksi pada
sendi ankle pada tungkai tersebut, akan dijumpai
peningkatan nyeri
| 55
• uji positif bila dijumpai nyeri menjalar dari panggul
sampai ke tungkai bawah sesuai distribusi L5-S1
dan meningkat dengan dorsofleksi ankle
• dilakukan tes pada tungkai yang lain
22. Merapikan alat, dan membuang bahan medis habis
pakai ke tempat sampah medis.
23. Mencuci tangan.
56 |
Pemeriksaan Neurologi
(Kaku Kuduk dan Tanda Rangsang Meningeal)
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan.
Kaku Kuduk
3. Meminta pasien berbaring terlentang tanpa bantal,
dengan posisi tungkai lurus rileks.
4. Meletakkan tangan kiri pemeriksa di belakang kepala
pasien dan tangan kanan di atas dada, lalu
melakukan fleksi pada leher.
5. Menilai adanya kekakuan atau tahanan pada saat
melakukan ante fleksi leher.
6. Melakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan
adanya kaku leher pasien dengan cara rotasi leher
atau mengangkat bahu.
Brudzinki I
7. Sementara melakukan ante fleksi leher dan
mengamati adanya fleksi pada sendi lutut .
Lasegue
8. Melakukan fleksi pada sendi panggul dengan posisi
tungkai lurus atau ekstensi.
| 57
Kernig
9. Melakukan fleksi pada sendi panggul 90o, dengan
posisi fleksi pada sendi lutut. sesudah tungkai atas
dalam posisi vertikal, melakukan ekstensi pada sendi
lutut.
Brudzinki II
10. Mengamati fleksi pada sendi lutut tungkai yang
berlawanan, pada saat melakukan fleksi pada sendi
panggul
11. Mencuci tangan.
58 |
Pemeriksaan Neurologi
(Saraf Kranial)
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Memeriksa ketersediaan alat.
3. Mencuci tangan.
PEMERIKSAAN NERVUS I
4. Memastikan kedua jalur pernapasan hidung terbuka.
5. Menekan 1 sisi hidung dan minta pasien untuk
menghidu dengan lubang hidung lainnya, sambil
menutup kedua mata pasien.
6. Tes penghidu dengan substansi seperti cengkeh,
kopi, sabun dan vanilla.
PEMERIKSAAN NERVUS II, III, IV dan VI
Gerakan Bola Mata
7. Meminta pasien menghadap ke pemeriksa. Pasien
diminta melihat objek (jari telunjuk pemeriksa) dalam
jarak baca sejajar dengan kedua mata. Kemudian
kedua mata pasien diminta mengikuti objek yang
digerakkan mengikuti arah menyerupai huruf H.
8. Melihat gerakan bola mata pasien ke arah lateral
(nervus VI).
9. Melihat gerakan bola mata ke arah medial bawah
(nervus IV).
| 59
10. Melihat gerakan bola mata ke arah medial, medial
atas, lateral bawah, lateral atas (nervus III).
11. Menguji ketajaman penglihatan, buta warna,
lapangan pandang (uji konfrontasi), dan pemeriksaan
opthalmoscope (nervus II).
Ketajaman Penglihatan
1. Snellen chart digunakan untuk penglihatan jarak
jauh (distance vision) dan Rosenbaum Pocked
Eye Chart (near vision) untuk penglihatan dekat.
2. Meletakkan Snellen chart 6 m dari pasien.
3. Mata diuji secara terpisah dengan jarak dari tabel
pengujian (6) adalah pembilang danan jarak di
mana huruf terkecil yang bisa dibaca oleh pasien
yang seharusnya bisa dilihat oleh seseorang
dengan ketajaman normal adalah penyebut.
4. Bila tidak mampu membaca snellen chart
dilanjutkan dengan pemeriksaan jari tangan
(normalnya dapat dilihat pada jarak 60 m),
lambaian tangan tangan (normalnya dapat dilihat
dalam jarak 300 m), cahaya lampu (yang dapat
dilihat pada jarak tak terhingga) dan bila tidak
dapat melihat sama sekali berarti buta total.
Uji buta warna
Menggunakan Ischihara test atau menggunakan
Hardy-Ritter-Rand.
60 |
Lapangan pandang
Lapangan pandang adalah batas penglihatan tepi,
daerah di mana objek dapat dilihat saat mata tetap
pandangan lurus kedepan. Pemeriksaan lapangan
pandang dilakukan dengan dengan uji konfrontasi.
Uji konfrontasi :
• Menggunakan tempat yang pencahayaannya
terang.
• Mata pasien dibuka lebar.
• Memposisikan tinggi mata pasien dan pemeriksa
sejajar, dan menatap bola mata ke bola mata
dengan jarak 18 - 24 in span (50 cm).
• Memeriksa masing-masing mata secara
bergantian, bila mata kiri pasien diperiksa, mata
kanan ditutup dan mata kiri pemeriksa ditutup dan
sebaliknya.
• Fiksasi pandangan mata kiri pasien ke mata
kanan pemeriksa, mata kanan pemeriksa fiksasi
pandangan ke mata kiri pasien.
• Menggunakan jari pemeriksa/ benda lain yang
digerakkan dari lateral ke medial sampai tidak
terlihat.
• Memeriksa mata satu persatu.
• Lapangan pandang yang normal meluas ke 90
derajat sampai 100 derajat temporal, sekitar 60
derajat ke nasal, 50 derajat ke 60 derajat superior,
dan 60 derajat ke 75 derajat inferior.
| 61
Celah Kelopak Mata
12. Meminta pasien memandang lurus ke depan.
13. Menilai kedudukan kelopak mata terhadap pupil dan
iris. Menilai bentuk fisura palpebral.
14. Melihat apakah ada ptosis, enoftalmus,
blefarospasme, eksoftalmus, proptosis.
Pupil
15. Meminta pasien memandang lurus jauh ke depan.
62 |
16. Memberikan cahaya dengan penlight secara oblik ke
arah pupil dari bawah ke arah hidung (terang cahaya
cukup untuk menilai pupil).
Mengukur besar, bentuk, posisi, dan reflek cahaya
pupil kiri dan kanan.
17. Memberikan cahaya dengan penlight pada pupil
salah satu mata, melihat apakah ada refleks
mengecil (miosis) pada mata yang disinari (refleks
cahaya langsung) dan sekaligus menilai refleks pada
mata sisi yang lain (refleks cahaya tak langsung),
pemeriksaan dilakukan bilateral.
18. Refleks akomodasi dan konvergensi : pasien diminta
melihat jauh ke tangan pemeriksa yang diletakkan 30
cm di depan hidung pasien. Dalam keadaan normal
pada saat tangan pemeriksa digerakkan ke arah
nasal diantara kedua bola mata, pupil akan mengecil.
PEMERIKSAAN NERVUS V
Fungsi Sensorik
19. Pemeriksaan raba halus dilakukan dengan
menggunakan kapas terpilin.
20. Pasien diminta untuk menutup matanya.
21. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menyentuhkan
ujung kapas terpilin pada wajah pasien sesuai
dengan area persarafan nervus V.
22. Pemeriksa menanyakan adakah rasa raba serta
lokalisasinya, serta perbandingan rasa raba dengan
sisi kontralateralnya.
| 63
23. Pemeriksaan rasa nyeri dilakukan dengan cara
menggunakan ujung jarum steril sesuai dengan area
persarafan nervus V.
Motorik (m.masseter)
24. Pemeriksa meletakan kedua tangannya masing-
masing di anterior sendi temporomandibular.
25. Pasien diminta untuk mengatupkan mulut, menggigit
kuat-kuat dan menggerakkan rahangnya ke samping
kanan dan kiri.
26. Pemeriksa meraba kontraksi kedua otot masseter
dan membandingkannya dengan sisi kontralateral.
Refleks Kornea
27. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan
bahan yang halus seperti ujung kapas terpilin.
28. Pasien diminta untuk melihat kearah kontralateral sisi
mata yang akan diperiksa.
29. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menyentuhkan
ujung kapas pada kornea pasien dari arah lateral sisi
mata yang diperiksa (diluar lapang pandang pasien).
30. Pemeriksa melihat ada atau tidaknya refleks berkedip
pasien pada kedua mata.
31. Pemeriksaan pada mata kontralateral dilakukan
dengan cara yang sama.
PEMERIKSAAN NERVUS VII
32. Melakukan inspeksi pada wajah pasien saat statis
dan dinamis, dan menyebutkan kesan (a/simetris).
64 |
33. Meminta pasien untuk mengernyitkan dahi atau
melihat ke atas (a/simetris).
34. Meminta pasien untuk menutup mata kuat-kuat dan
melawan tahanan yang diberikan pemeriksa.
35. Meminta pasien untuk berekspresi seperti
tertawa/Menarik narik kedua sudut bibir dan melihat
kesimetrisan sudut bibir dan plica nasolabialis.
36. Meminta pasien untuk mengembangkan pipi dan
melawan tekanan yang diberikan pemeriksa dan
menilai ada/tidaknya kebocoran udara pada salah
satu sisi.
37. Menilai sensori nervus VII dengan cara menguji rasa
2/3 anterior lidah dengan gula, cuka dan garam dapur
dan meminta menyebutkan rasa. Meminta pasien
mencuci mulut setiap akan melakukan tes.
PEMERIKSAAN NERVUS IX dan X
Arkus Faring
38. Meminta pasien untuk membuka mulut.
39. Tekan lidah dengan spatula lidah, dan meminta
pasien untuk bersuara ”aa”.
40. Memperhatikan kesimetrisan arkus faring kiri dengan
kanan.
Gag Refleks
41. Meminta pasien untuk membuka mulut dan bersuara
”aa”.
| 65
42. Dengan perlahan sentuhkan spatula lidah ke dinding
faring kiri dan kanan bergantian. Normal tercetuskan
sensasi rasa ingin muntah.
PEMERIKSAAN NERVUS XI
Muskulus Trapezius
43. Meminta pasien duduk lalu mengangkat kedua
bahunya dan menilai kesimetrisan bahu.
44. Dengan kedua tangan pemeriksa di atas bahu
pasien, kemudian minta pasien untuk mengangkat
kedua bahunya, kemudian pemeriksa melakukan
tahanan dan menilai kesimetrisan bahu.
Muskulus Sternokleidomastoideus
45. Memposisikan satu tangan pemeriksa (kiri) di salah
satu bagian pipi (kanan) pasien.
46. Sambil menahan minta pasien untuk memalingkan
kepala ke arah berlawanan tahanan tangan
pemeriksa kemudian lakukan untuk otot yang
berlawanan. Menilai kesamaan kekuatan otot kiri dan
kanan.
PEMERIKSAAN NERVUS XII
47. Meminta pasien membuka mulut.
48. Inspeksi lidah pasien untuk melihat adanya tanda-
tanda atrofi, fasikulasi sesisi ataupun kedua sisi lidah.
49. Pasien diminta menjulurkan lidah ke depan secara
perlahan kemudian menilai adakah deviasi ke salah
satu sisi pada saat lidah dijulurkan.
66 |
50. Merapikan alat, dan membuang bahan medis habis
pakai ke tempat sampah medis
51. Mencuci tangan.
| 67
Pemeriksaan Neurologi
(Motorik)
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan
3. Inspeksi dalam keadaan berbaring/duduk, berdiri,
berjalan dan gerakan tubuh (lihat posisi, simetris,
atrofi).
Kekuatan Ekstremitas Atas
4. Meminta pasien duduk atau berbaring terlentang.
5. Melakukan pemeriksaan kekuatan (dengan
memberi tahanan) pada pergerakan 4 sendi (jari,
pergelangan tangan, siku dan bahu) dengan
gerakan fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi.
6. Menentukan skor kekuatan (0-5) pada tiap gerakan
sendi dan membandingkan kekuatan kedua sisi
ekstremitas.
Kekuatan Ekstremitas Bawah
7. Meminta pasien duduk atau berbaring terlentang.
8. Melakukan pemeriksaan kekuatan (dengan
memberi tahanan) pada pergerakan 4 sendi (jari,
pergelangan kaki, lutut dan panggul) dengan
gerakan fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi.
68 |
9. Menentukan skor kekuatan (0-5) pada tiap gerakan
sendi dan membandingkan kekuatan kedua sisi
ekstremitas.
Tonus
10. Palpasi tonus otot pasien.
11. Melakukan ekstensi dan fleksi secara cepat dan
lambat pada pergelangan tangan dan sendi siku.
12. Melakukan ekstensi dan fleksi secara cepat dan
lambat pada pergelangan kaki dan sendi lutut.
13. Menentukan/menilai tonus otot (eutoni, hipotoni,
spastis, rigid).
14. Mencuci tangan.
| 69
Pemeriksaan Neurologi
(Refleks)
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Memeriksa ketersediaan alat.
3. Mencuci tangan.
Refleks Fisiologi Patella (L2,L3,L4)
4. Meminta pasien berbaring terlentang atau duduk.
5. Meminta pasien untuk rileks.
6. Melakukan fleksi pada sendi lutut.
7. Tangan kiri pemeriksa diatas m. kuadriseps femoris,
tangan kanan mengayunkan palu refleks pada
tendon patella.
8. Melihat respon ekstensi tungkai bawah atau
kontraksi pada musculus Quadriceps Femoris dan
membandingkan sisi kontralateral.
Refleks Fisiologis Biseps (C5,C6)
Teknik I
9. Meminta pasien untuk berbaring terlentang atau
duduk.
10. Memposisikan lengan pasien semifleksi dan
diletakkan di atas abdomen pasien.
11. Palpasi tendon otot bisep pada fossa cubiti dan
meletakkan jari telunjuk dan jari tengah di atas
tendon tersebut.
70 |
12. Tangan kanan mengayunkan palu refleks dan
mengetuk jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri.
13. Melihat respon refleks berupa kontraksi otot biseps
dan fleksi siku.
14. Menilai respon refleks biseps (normal, meningkat
atau menurun) dan membandingkan sisi
kontralateral.
Teknik II
15. Meminta pasien untuk berbaring terlentang atau
duduk.
16. Menempatkan lengan pasien di lengan kiri
pemeriksa dengan tangan pemeriksa memegang
siku pasien.
17. Melakukan palpasi tendon otot bisep fossa cubiti
dan meletakkan ibu jari tangan kanan di atas tendon
otot bisep pasien.
18. Tangan kanan mengayunkan palu refleks dan
mengetuk ibu jari tangan kiri pemeriksa di atas
tendon otot bisep.
19. Melihat respon refleks berupa kontraksi otot biseps
dan fleksi siku.
20. Menilai respon refleks biseps (normal, meningkat
atau menurun) dan membandingkan sisi
kontralateral.
Refleks Fisiologis Triseps (C6,C7)
21. Meminta pasien untuk berbaring terlentang atau
duduk.
| 71
22. Meletakkan lengan pasien di atas lengan bawah kiri
pemeriksa sambil tangan kiri pemeriksa memegang
siku pasien. Lengan atas sedikit di ekstensikan
pada sendi bahu.
23. Tangan kiri pemeriksa mempalpasi tendon otot
triseps di atas olekranon.
24. Tangan kanan mengayunkan palu refleks dan
mengetuk tendon otot trisep pasien.
25. Melihat respon refleks triseps berupa kontraksi otot
triseps dan ekstensi siku.
26. Menilai respon refleks trisep (normal, meningkat
atau menurun) dan membandingkan sisi
kontralateral.
Refleks Tendon Achilles (S1)
27. Meminta pasien untuk berbaring terlentang atau
duduk.
28. Tungkai atas dalam posisi sedikit abduksi dan
eksternal rotasi. Tungkai bawah difleksikan sedikit,
tangan kiri pemeriksa memegang ujung kaki pasien
dan memposisikannya sedikit dorsofleksi.
29. Tangan kanan mengayunkan palu refleks dan
mengetuk tendon achilles.
30. Melihat respon refleks achilles berupa gerak plantar
fleksi kaki.
31. Menilai respon refleks achilles (normal, meningkat
atau menurun) dan membandingkan sisi
kontralateral.
72 |
Refleks Patologis Babinsky - Respons Plantar (L5, S1)
32. Meminta pasien untuk berbaring dengan posisi
tungkai lurus rileks.
33. Melakukan fiksasi pada daerah pergelangan kaki
yang akan diperiksa.
34. Menggoreskan sisi lateral telapak kaki dari posterior
ke anterior (sampai dekat dengan daerah
perbatasan jari kaki).
35. Menilai respon berupa dorsofleksi ibu jari kaki dan
membandingkan sisi kontralateral.
36. Merapikan alat
37. Mencuci tangan.
| 73
Pemeriksaan Neurologi
(Sensorik)
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Memeriksa ketersediaan alat.
3. Mencuci tangan.
4. Menutup mata pasien.
5. Melakukan uji nyeri dan raba pada beberapa sampel
dermatom .
6. Membandingkan dua sisi tubuh dan bandingkan
proximal dan distal pada keempat ekstremitas.
Saraf perifer utama : kedua bahu (C4), permukaan
dalam dan luar lengan (C6 dan T1), ibu jari dan jari
kelingking (C6 dan C8), sisi anterior paha (L2), sisi
medial dan lateral betis (L4 dan L5), ibu jari jari kaki
(S1) dan sisi medial setiap bokong (S3).
Uji Nyeri
7. • Menggunakan ujung peniti atau jarum atau
patahan lidi. Gunakan barang sekali pakai.
• Menanyakan stimulus yang dirasakan, tajam atau
tumpul
Uji Raba atau Sentuh
8. • Menggunakan gulungan kapas, sentuh dengan
lembut pada kulit, hindari penekanan.
• Menanyakan yang dirasakan dan lokasinya.
74 |
Uji Getar menggunakan Garpu Tala 128 Hz
9. • Menggetarkan ujung garpu tala di pangkal telapak
tangan, kemudian letakkan di sendi distal
intefalang jari tangan, lalu ke sendi distal
intefalang ibu jari kaki.
• Menanyakan apa yang pasien rasakan dan kapan
getaran berhenti.
10. Uji sensori mendetail sesuai dermatom.
11. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis
pakai ke tempat sampah medis
12. Mencuci tangan.
| 75
76 |
Advanced Cardiac Life Support (ACLS)
Melakukan Keterampilan
1. Memastikan penolong dalam lingkungan yang aman
untuk melakukan pertolongan.
Irama Ventricular Fibrillation (VF) atau Ventricular
Tachycardia (VT) Tanpa Nadi
2. Melakukan kejut listrik unsynchronized dengan
energi 360 J untuk kejut listrik monofasik atau 200 J
untuk kejut listrik bifasik.
3. Melakukan resusitasi jantung paru (RJP) selama 5
siklus.
4. Melihat monitor elektrokardiogram (EKG).
5. Jika irama VF atau VT, kembali melakukan kejut
listrik 360 J untuk kejut listrik monofasik atau 200 J
untuk kejut listrik bifasik.
6. Melakukan RJP lagi 5 siklus.
7. Bila intravenous infusion (IV) atau intraosseous
infusion (IO) line telah terpasang, memberikan
epinephrine 1 mg IV/IO setiap 3-5 menit.
8. sesudah RJP selama 2 menit, kembali melihat monitor
EKG. Jika tetap VF atau VT, melakukan kejut listrik
360 J untuk kejut listrik monofasik atau 200 J untuk
kejut listrik bifasik.
9. Melakukan kembali RJP 2 menit dan memberikan
amiodaron 300 mg IV/IO.
| 77
10. sesudah RJP selama 2 menit, kembali melihat monitor
EKG. Jika tetap VF/VT, melakukan kejut listrik 360 J
untuk kejut listrik monofasik atau 200 J untuk kejut
listrik bifasik.
11. Melanjutkan RJP selama 2 menit, dan memberikan
epinephrine 1 mg IV/IO.
12. sesudah RJP selama 2 menit, kembali melihat monitor
EKG. Jika tetap VF/VT melakukan kejut listrik 360 J
untuk kejut listrik monofasik atau 200 J untuk kejut
listrik bifasik.
13. Melanjutkan kembali RJP 2 menit dan memberikan
amiodaron 150 mg IV/IO.
Kasus Pulseless Electrical Activity (PEA)/Asistol
14. Bila pada EKG terdapat gambaran irama
terorganisasi, cek nadi arteri karotis. Jika tidak
teraba, maka disebut PEA.
15. Bila pada EKG ditemukan asistol maka lakukan
pengecekan alat/koneksi.
16.
Bila asistol, segera berikan epinephrine 1 mg IV/IO
setiap 3-5 menit, dan melanjutkan RJP selama lima
siklus (2 menit).
17. sesudah RJP 2 menit, stop RJP dan melihat irama
monitor. Jika irama terorganisasi, lakukan perabaan
karotis.
18. Jika tidak ada nadi, melakukan RJP lagi selama 2
menit.
78 |
19. Melihat kembali monitor. Jika irama terorganisasi,
lakukan perabaan karotis.
20. Jika tidak ada nadi, kembali lakukan RJP.
21. Melakukan tindakan dengan lege artis.
| 79
Ankle Brachial Index (ABI)
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan
dilakukan.
2. Memeriksa ketersediaan alat.
3. Mencuci tangan.
4. Memposisikan pasien dalam keadaan berbaring
terlentang dan memasang manset pengukur
tekanan darah yang sesuai di salah satu lengan.
Arteri Brakialis
5. Palpasi dan temukan pulsasi arteri brakialis lalu
mengoleskan gel di atas area tersebut.
6. Menyalakan alat USG doppler dan meletakkan
probe doppler berlawanan dengan arah aliran
darah membentuk sudut 45-60 derajat;
menggerakkan perlahan di daerah arteri brakialis
sampai terdengar suara pulsasi yang paling jelas.
7. Mengembangkan manset tekanan darah sampai
suara pulsasi menghilang dan naikkan 10-20
mmHg dari tekanan saat suara pulsasi menghilang.
80 |
8. Menurunkan tekanan manset perlahan (2
mm/detik) sampai suara pulsasi arteri kembali
terdengar. Mencatat tekanan darah saat suara
pulsasi arteri tersebut mulai kembali terdengar.
sesudah suara arteri terdengar jelas, manset
dikendurkan dan dilepas.
9. Membersihkan gel di fossa cubiti.
10. Mengulang langkah 4 - 8 pada lengan sisi yang lain
dan mencatat hasil pemeriksaan. Menggunakan
tekanan sistolik lengan yang tertinggi untuk
dimasukkan dalam rumus menghitung ABI.
11. Jika terdapat luka/ulkus di kaki, lindungi/tutup
luka/ulkus dengan kasa steril agar tidak
mengontaminasi manset.
Mengukur tekanan pada tungkai yang sehat lebih
dulu dengan memasang manset pengukur tekanan
darah 2 cm diatas malleolus lateral.
Arteri Dorsalis Pedis
12. Palpasi dan temukan pulsasi arteri dorsalis pedis
lalu mengoleskan gel di atas area tersebut.
| 81
13. Meletakkan probe doppler berlawanan dengan arah
aliran darah membentuk sudut 45-60 derajat;
menggerakkan perlahan di daerah arteri dorsalis
pedis sampai terdengar suara pulsasi yang paling
jelas.
14. Mengembangkan manset tekanan darah sampai
suara pulsasi menghilang dan naikkan 10-20
mmHg dari tekanan saat suara pulsasi menghilang.
15. Menurunkan tekanan manset perlahan (2
mm/detik) sampai suara pulsasi arteri kembali
terdengar. Mencatat tekanan darah saat suara
pulsasi arteri tersebut mulai kembali terdengar.
sesudah suara arteri terdengar jelas, manset
dikendurkan dan dilepas.
16. Menggunakan hasil pemeriksaan yang tertinggi
antara arteri dorsalis pedis untuk dimasukkan
dalam rumus ABI.
17. Mengulang langkah 12-15 pada kaki sisi yang lain.
18.
Menghitung ABI kaki kanan dan kiri dengan
membagi tekanan sistolik ankle yang paling tinggi
82 |
dari masing-masing kaki dengan tekanan sistolik
brakial yang paling tinggi dari kedua lengan.
19. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis
pakai ke tempat sampah medis.
20. Mencuci tangan.
| 83
Aspirasi Jarum Halus untuk Nodul Tiroid
(Teknik Closed Suction)
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan
dilakukan.
2. Memeriksa ketersediaan alat.
3. Mencuci tangan dan menggunakan sarung
tangan.
4. Mempersilakan pasien untuk berbaring terlentang
dengan leher sedikit ekstensi menggunakan
bantal di bawah bahu.
5. Melakukan aseptik dan antiseptik pada daerah
nodul tiroid dan sekitarnya dengan alkohol swab.
6. Melakukan fiksasi daerah nodul dengan jari
tangan bebas dari pemeriksa.
7. Menggunakan jarum ukuran 25 atau 27 G yang
disambung dengan spuit 3 mL. Jarum ditusukkan
pada nodul tiroid.
8. Menggerakkan jarum beberapa kali ke bagian
belakang dan depan nodul dengan arah yang
berbeda-beda sebanyak 5-6 kali atau sampai
dengan aspirat tampak dalam spuit.
9. Bila diperlukan, Menarik narik plunger spuit beberapa
kali jika aspirat tidak keluar.
10. Menarik narik jarum keluar dalam posisi plunger netral.
84 |
11. Melepaskan semprit dari jarum, Menarik narik plunger
untuk mengisi udara lalu memasang jarum yang
berisi aspirat kembali.
12. Mendorong plunger perlahan di atas kaca objek
untuk mengeluarkan materi aspirat untuk
membuat minimal 2 sampel untuk masing-masing
preparat kering dan basah (total 4 sampel).
13. Membuat apusan aspirat pada kaca objek (untuk
preparat basah dilanjutkan dengan fiksasi dengan
alkohol 95%) dan untuk preparat kering dibiarkan
dalam suhu ruangan selama 5 menit.
14. Menutup bekas luka tusukan jarum dengan kasa
steril dan micropore.
15. Memberikan identitas pada preparat dan mengisi
form pemeriksaan sitopatologi.
16. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis
pakai ke tempat sampah medis.
17. Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan.
| 85
Aspirasi Kista Tiroid
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Memeriksa ketersediaan alat.
3. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan.
4. Mempersilakan pasien untuk berbaring terlentang
dengan leher sedikit ekstensi menggunakan bantal
di bawah bahu
5. Melakukan aseptik dan antiseptik pada daerah
nodul tiroid dan sekitarnya dengan alkohol.
6. Melakukan fiksasi daerah nodul dengan jari tangan
bebas dari pemeriksa
7. Menusukkan spuit 3-20 mL (tergantung ukuran kista
dan tujuan tindakan: diagnostik/terapeutik) dengan
jarum berukuran 18 sampai 23G ke dalam rongga
kista atau nodul dengan lesi kistik
8. Melakukan aspirasi cairan kista sebanyak mungkin
hingga tidak ada cairan yang dapat teraspirasi lagi
9. Menutup bekas luka tusukan jarum dengan kasa
steril dan micropore
10. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis
pakai ke tempat sampah medis.
11. Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan.
86 |
Aspirasi Sumsum Tulang
Melakukan Keterampilan
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri,
memastikan identitas pasien, menjelaskan dan
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Memeriksa ketersediaan alat.
3. Meminta pasien untuk telungkup atau lateral
decubitus.
4. Menentukan lokasi aspirasi di spina iliaka posterior
superior (SIPS) dan menandai lokasi tersebut.
5. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan
steril.
6. Mengisi spuit 5 mL dengan lidokain hidroklorid 2%
sebanyak 5 mL.
7. Mengisi spuit 20 mL dengan sedikit EDTA untuk
pemeriksaan sitologi dan imunophenotyping atau
sedikit heparin anticoagulated untuk sitogenetik.
8. Asepsis dan antisepsis lokasi aspirasi
menggunakan kasa steril yang dibasahi antiseptik
(misalnya povidon-iodin 10% atau klorheksidin)
dengan gerakan memutar (sentrifugal), dimulai dari
tempat yang ditandai menuju keluar sampai kira-
kira 8-9 cm.
9. Memasang duk steril.
10. Melakukan infiltrasi kulit dengan lidokain 2%
dengan jarum 25 G untuk intradermal anastesia dan
| 87
jarum 20 G untuk jarum yg menembus periosteum
hingga membentuk wheal.
11. Melakukan infiltrasi kulit, jaringan subkutaneus
sampai periosteum menggunakan jarum 23 G
sambil menyuntikan lidokain 2% sebanyak 5 mL.
Lakukan aspirasi sebelum menyuntikan lidokain.
12. Menentukan apakah dosis anestesi sudah adekuat
dengan cara menusukkan jarum suntik secara
perlahan (gently tapping) pada kulit sesudah
beberapa menit.
13. Menambahkan lidokain, bila nyeri tajam masih
terasa.
14. Melakukan penetrasi jarum aspirasi tegak lurus
dengan diputar kiri kanan ke arah bawah secara
lembut menembus kulit sampai membentur tulang
dan memasukkannya menembus periosteum.
15. Mencabut maindrain dan memasang spuit 20 mL.
16. Melakukan aspirasi perlahan tapi mantap
(sebanyak maksimal 5 mL untuk sitomorfologi dan
imunophenotyping), mencabut spuit, jarum
dibiarkan saja.
17. Meneteskan aspirat secukupnya ke kaca objek,
diratakan di atas kaca slide. Pastikan apakah
terdapat partikel sumsum tulang.
18. Memasukkan sisa aspirat ke dalam botol koleksi,
kirim ke laboratorium.
19. Memasang spuit 20 mL yang telah dibasahi heparin.
88 |
20. Melakukan aspirasi perlahan tapi mantap sebanyak
maksimal 5 mL (untuk pemeriksaan sitogenetik).
21. Mencabut jarum aspirasi secara pelan-pelan tapi
mantap dengan cara diputar seperti ketika
memasukkannya.
22. Memberikan tekanan pada daerah aspirasi selama
minimal 5 menit.
23. Menutup bekas luka tusukan jarum dengan kasa
steril dan plester.
24. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis
pakai ke tempat sampah medis.
25. Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan.
| 89
Basic Life Support (BLS)
Melakukan Keterampilan
1 Memastikan penolong dalam lingkungan yang
aman untuk melakukan pertolongan
2. Menilai respon pasien, dengan cara menepuk-
nepuk dan menggoyangkan pasien sambil
memanggil pasien:
Jika pasien menjawab atau bergerak terhadap
respons yang diberikan, usahakan tetap
me
.jpeg)
.jpeg)






