terapi Hiv 2

 



an. 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 33 

F. Terapi ARV pada keadaan Nefropati yang 

berhubungan dengan HIV (HIV-associated 

nephropathy = HIVAN) 

 HIVAN biasanya ditemukan pada stadium lanjut infeksi HIV dan 

bisa ditemukan pada berapapun jumlah CD4. 

 Semua pasien HIV dengan proteinuria perlu dicurigai sebagai 

HIVAN 

 HIVAN hanya dapat didiagnosis berdasarkan biopsi ginjal 

 Paduan yang dianjurkan adalah AZT + 3TC + EFV atau NVP 

 Tenofovir (TDF) mempunyai efek samping pada fungsi ginjal, maka 

tidak digunakan bila pasien dalam keadaan gangguan fungsi ginjal 

 Sangat direkomendasi untuk memulai terapi ARV pada kasus 

HIVAN tanpa memandang CD4. 

G. Terapi ARV untuk Profilaksis Pasca Pajanan (PPP atau 

Post Exposure Prophylaxis = PEP) 

Terapi antiretroviral (ARV) dapat pula digunakan untuk 

Pencegahan Pasca Pajanan (PPP atau PEP = post exposure 

prophylaxis), terutama untuk kasus pajanan di tempat kerja (Occupational 

exposure). Risiko penularan HIV melalu tusukan jarum suntik adalah 

kurang dari 1%. PPP dapat juga dipergunakan dalam beberapa kasus 

seksual yang khusus misal perkosaan atau keadaan pecah kondom pada 

pasangan suami istri. 

Beberapa hal tentang PPP:  

 Waktu yang terbaik adalah diberikan sebelum 4 jam dan maksimal 

dalam 48-72 jam setelah kejadian 

 Paduan yang dianjurkan adalah AZT + 3TC + EFV atau AZT + 

3TC + LPV/r (Lopinavir/Ritonavir) 

 Nevirapine (NVP) TIDAK digunakan untuk PPP 

 ARV untuk PEP diberikan selama 1 bulan 

 Perlu dilakukan tes HIV sebelum memulai PPP 

 ARV TIDAK diberikan untuk tujuan PPP jika tes HIV menunjukkan 

hasil reaktif (karena berarti yang terpajan sudah HIV positif 

sebelum kejadian) 

 Perlu dilakukan pemantauan efek samping dari obat ARV yang 

diminum  

 Perlu dilakukan Tes HIV pada bulan ke 3 dan 6 setelah pemberian 

PPP 

 Pada kasus kecelakaan kerja pada petugas yang menderita 

Hepatitis B maka PPP yang digunakan sebaiknya mengandung 

TDF/3TC untuk mencegah terjadinya hepatic flare. 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 34 

6 PEMANTAUAN KLINIS DAN 

LABORATORIS SELAMA 

TERAPI ARV LINI PERTAMA 

Pemantauan pasien dengan infeksi HIV dilakukan baik pada 

pasien yang belum memenuhi syarat terapi antiretroviral dan terlebih 

pada pasien yang sudah memulai terapinya. 

Enam bulan sejak memulai terapi ARV merupakan masa yang 

kritis dan penting. Diharapkan dalam masa tersebut akan terjadi 

perkembangan klinis dan imunologis ke arah yang lebih baik, meskipun 

hal tersebut kadang tidak terjadi dan atau terjadi toksisitas obat. 

Berbagai faktor mempengaruhi perbaikan klinis maupun 

imunologis sejak memulai ART, antara lain beratnya keadaan klinis dan 

rendahnya jumlah CD4 saat memulai. Selain itu perlu diingat juga bahwa 

pemulihan keadaan klinis dan imunologis tersebut memerlukan waktu 

untuk bisa terjadi dan menunjukkan hasil. Di bawah akan diulas beberapa 

hal yang perlu dipantau pada pasien yang belum maupun sudah mulai 

mendapat terapi ARV, baik pada 6 bulan pertama maupun pemantauan 

jangka panjang. 

A. Pasien yang belum memenuhi syarat terapi ARV 

Pasien yang belum memenuhi syarat terapi antiretroviral (terapi 

ARV) perlu dimonitor perjalanan klinis penyakit dan jumlah CD4-nya 

setiap 6 bulan sekali.  Evaluasi klinis meliputi parameter seperti pada 

evaluasi awal termasuk pemantauan berat badan dan munculnya tanda 

dan gejala klinis perkembangan infeksi HIV.  

Parameter klinis dan jumlah CD4 tersebut digunakan untuk 

mencatat perkembangan stadium klinis pada setiap kunjungan dan 

menentukan saat pasien mulai memenuhi syarat untuk terapi profilaksis 

kotrimoksazol dan atau terapi ARV. Berbagai faktor mempengaruhi 

perkembangan klinis dan imunologis sejak terdiagnosis terinfeksi HIV. 

Penurunan jumlah CD4 setiap tahunnya adalah sekitar 50 sampai 100 

sel/mm3. Evaluasi klinis dan jumlah CD4 perlu dilakukan lebih ketat ketika 

mulai mendekati ambang dan syarat untuk memulai terapi ARV. 

 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 35 

B. Pemantauan Pasien dalam Terapi Antiretroviral   

1. Pemantauan klinis 

Frekuensi Pemantauan klinis tergantung dari respon terapi ARV. 

Sebagai batasan minimal, Pemantauan klinis perlu dilakukan pada 

minggu 2, 4, 8, 12 dan 24 minggu sejak memulai terapi ARV dan 

kemudian setiap 6 bulan bila pasien telah mencapai keadaan stabil. 

Pada setiap kunjungan perlu dilakukan penilaian klinis termasuk 

tanda dan gejala efek samping obat atau gagal terapi dan frekuensi 

infeksi (infeksi bakterial, kandidiasis dan atau infeksi oportunirtik lainnya) 

ditambah konseling untuk membantu pasien memahami terapi ARV dan 

dukungan kepatuhan. 

2. Pemantauan laboratoris 

 Direkomendasikan untuk melakukan pemantauan CD4 secara 

rutin setiap 6 bulan, atau lebih sering bila ada indikasi klinis. 

Angka limfosit total (TLC = total lymphocyte count) tidak 

direkomendasikan untuk digunakan memantau terapi karena 

perubahan nilai TLC tidak dapat digunakan untuk memprediksi 

keberhasilan terapi 

 Untuk pasien yang akan memulai terapi dengan AZT maka 

perlu dilakukan pengukuran kadar Hemoglobin (Hb) sebelum 

memulai terapi dan pada minggu ke 4, 8 dan 12 sejak mulai 

terapi atau ada indikasi tanda dan gejala anemia 

 Pengukuran ALT (SGPT) dan kimia darah lainnya perlu 

dilakukan bila ada tanda dan gejala dan bukan berdasarkan 

sesuatu yang rutin. Akan tetapi bila menggunakan NVP untuk 

perempuan dengan CD4 antara 250 – 350 sel/mm3 maka perlu 

dilakuan pemantauan enzim transaminase pada minggu 2, 4, 8 

dan 12 sejak memulai terapi ARV (bila memungkinkan), 

dilanjutkan dengan pemantauan berdasar gejala klinis 

 Evaluasi fungsi ginjal perlu dilakukan untuk pasien yang 

mendapatkan TDF 

 Keadaan hiperlaktatemia dan asidosis laktat dapat terjadi pada 

beberapa pasien yang mendapatkan NRTI, terutama d4T atau 

ddI. Tidak direkomendasi untuk pemeriksaan kadar asam laktat 

secara rutin, kecuali bila pasien menunjukkan tanda dan gejala 

yang mengarah pada asidosis laktat 

 Penggunaan Protease Inhibitor (PI) dapat mempengaruhi 

metabolisme glukosa dan lipid. Beberapa ahli menganjurkan 

pemeriksaan gula darah dan profil lipid  secara reguler tetapi 

lebih diutamakan untuk dilakukan atas dasar tanda dan gejala 

 Pengukuran Viral Load (VL) sampai sekarang tidak dianjurkan 

untuk memantau pasien dalam terapi ARV dalam keadaan 

terbatas fasilitas dan kemampuan pasien. Pemeriksaan VL 

digunakan untuk membantu diagnosis gagal terapi. Hasil VL 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 36 

dapat memprediksi gagal terapi lebih awal dibandingkan 

dengan hanya menggunakan pemantauan klinis dan 

pemeriksaan jumlah CD4  

 Jika pengukuran VL dapat dilakukan maka terapi ARV 

diharapkan menurunkan VL menjadi tidak terdeteksi 

(undetectable) setelah bulan ke 6. 

3. Pemantauan pemulihan jumlah sel CD4  

Pemberian terapi ARV akan meningkatkan jumlah CD4. Hal ini 

akan berlanjut bertahun-tahun dengan terapi yang efektif. Keadaan 

tersebut, kadang tidak terjadi, terutama pada pasien dengan jumlah CD4 

yang sangat rendah pada saat mulai terapi. Meskipun demikian, pasien 

dengan jumlah CD4 yang sangat rendah tetap dapat mencapai pemulihan 

imun yang baik tetapi memerlukan waktu yang lebih lama. 

Pada pasien yang tidak pernah mencapai jumlah CD4 yang lebih 

dari 100 sel/mm3 dan atau pasien yang pernah mencapai jumlah CD4 

yang tinggi tetapi kemudian turun secara progresif tanpa ada 

penyakit/kondisi medis lain, maka perlu dicurigai adanya keadaan gagal 

terapi secara imunologis. 

Data jumlah CD4 saat mulai terapi ARV dan perkembangan CD4 

yang dievaluasi tiap 6 bulan sangat diperlukan untuk menentukan adanya 

gagal terapi secara imunologis. Pada sebagian kecil pasien dengan 

stadium lanjut dan jumlah CD4 yang rendah pada saat mulai terapi ARV, 

kadang jumlah CD4 tidak meningkat atau sedikit turun meski terjadi 

perbaikan klinis. 

4. Kematian dalam Terapi Antriretroviral  

Sejak dimulainya terapi ARV, angka kematian yang berhubungan 

dengan HIV semakin turun. Secara umum, penyebab kematian pasien 

dengan infeksi HIV disebabkan karena penanganan infeksi oportunistik 

yang tidak adekuat, efek samping ARV berat (Steven Johnson 

Syndrome), dan keadaan gagal fungsi hati stadium akhir (ESLD - End 

Stage Liver Disease) pada kasus ko-infeksi HIV/HVB. 

Paradigma baru yang menjadi tujuan global dari UNAIDS adalah 

Zero AIDS-related death. Hal ini dapat tercapai bila pasien datang di 

layanan HIV dan mendapat terapi ARV secepatnya.    

 

 

  

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 37 

Tabel 17. Pemantauan klinis dan laboratoris yang dianjurkan 

selama pemberian paduan ARV Lini Pertama 

Evaluasi 

M

in

g

g

u

 

k

e

 2

 

M

in

g

g

u

 

k

e

 4

 

M

in

g

g

u

 

k

e

 8

 

M

in

g

g

u

 

k

e

 1

2

 

M

in

g

g

u

 

k

e

 2

4

 

S

e

ti

a

p

 6

 

b

u

la

n

 

Jika diperlukan 

(tergantung gejala) 

Klinis        

Evaluasi klinis √ √ √ √ √ √  

Berat badan √ √ √ √ √ √  

Penggunaan obat lain √ √ √ √ √ √  

Cek kepatuhan  

(adherence) 

√ √ √ √ √ √  

Laboratorium        

Tes antibodi HIV

[a]

        

CD4      √ √ 

Hb 

[b]

  √ √ √   √ 

Tes kehamilan 

[c][d]

       √ 

VDRL/RPR       √ 

SGPT √ √ √ √   √ 

Kreatinin 

[e]

    √    

Viral load (RNA)

[f]

       √ 

 

Keterangan: 

 

[a] Hasil tes HIV (+) yang tercatat (meskipun sudah lama) sudah cukup untuk dasar memulai 

terapi ARV. Bila tidak ada dokumen tertulis, dianjurkan untuk dilakukan tes HIV sebelum 

memulai terapi ARV 

[b] Bagi pasien yang mendapat AZT: perlu di periksa kadar hemoglobin sebelum terapi AZT dan 

pada minggu ke 4, 8 dan 12, dan bila diperlukan (misal ada tanda dan gejala anemia atau 

adanya obat lain yang bisa menyebabkan anemia). 

[c] Lakukan tes kehamilan sebelum memberikan EFV pada ODHA perempuan usia subur. Bila 

hasil tes positif dan kehamilan pada trimester pertama maka jangan diberi EFV. 

[d] Bila hasil tes kehamilan positif pada perempuan yang sudah terlanjur mendapatkan EFV 

maka segera ganti dengan paduan yang tidak mengandung EFV 

[e] Pasien yang mendapat TDF, perlu pemeriksaan kreatinin serum pada awal, dan setiap 3 

bulan pada tahun pertama kemudian jika stabil dapat dilakukan setiap 6 bulan. 

[f] Pengukuran viral load (HIV RNA) tidak dianjurkan sebagai dasar pengambilan keputusan 

untuk memulai terapi ARV atau sebagai alat pemantau respon pengobatan pada saat 

tersebut. Dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis dini adanya kegagalan terapi atau menilai 

adanya ketidaksesuaian antara hasil CD4 dan keadaan klinis dari pasien yang diduga 

mengalami kegagalan terapi ARV.  

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 38 

7 TOKSISITAS DAN INTERAKSI  

OBAT ARV 

Efek samping atau toksisitas  merupakan salah satu aspek yang 

perlu diperhatikan dalam pemberian ARV. Selain itu, efek samping atau 

toksisitas ini sering menjadi alasan medis untuk mengganti (substitusi) 

dan/atau menghentikan pengobatan ARV. Pasien, bahkan kadang 

menghentikan sendiri terapinya karena adanya efek samping. Efek 

samping dapat timbul baik pada awal pengobatan seperti anemi karena 

AZT atau dalam jangka panjang seperti asidosis laktat dan neuropati 

karena d4T dan gangguan lipid karena penggunaan LPV/r dari golongan 

PI. 

Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya efek samping, antara 

lain: 

 Jenis kelamin (contoh: NVP lebih sering menyebabkan reaksi 

hipersensitivitas pada wanita dengan jumlah CD4 >250 sel/mm3. 

 Karakteristik obat (contoh: efek samping NVP bersifat dose-related 

pada awal pengobatan sehingga diberikan lead in-dose). 

 Digunakannya dua atau lebih obat dengan toksisitas yang sama. Efek 

samping antara Rifampisin dengan NVP yang keduanya bersifat 

hepatotoksik berpotensi menimbulkan toksisitas ganda 

 Faktor lain yang dapat menyebabkan timbulnya efek samping adalah 

karena belum ditemukan dan diobatinya penyakit yang mendasarinya 

(underlying disease), misalnya koinfeksi hepatitis C. 

 Terdapat beberapa keadaan yang mempunyai risiko yang lebih sering 

mengalami efek samping obat sehingga perlu pemantauan terapi yang 

lebih ketat (Lampiran 8). 

 

Efek samping obat tidak boleh menjadi penghambat dimulainya terapi 

ARV.  Perlu diingat bahwa tidak semua pasien akan mengalaminya dan 

bahwa efek samping yang timbul seringnya bisa diatasi dengan baik. Hal 

ini jauh lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan risiko kematian 

yang pasti akan terjadi bila pasien tidak mendapatkan terapi ARV. 

 

 

 

 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 39 

Tabel 18. Efek Samping 

 Kulit Digestive Hati 

Cardio 

Vaskular 

Muskulo 

–skeletal 

Traktus 

Urinarius 

Saraf Lemak Metabolik Lain – lain 

NRTI 

AZT 

Pigmentasi 

kuku 

Mual Steatosis  Miopati   Lipodistrifu 

Dislipidemia 

Hiperlaktaemia 

Anemia 

D4T  Pankreatitis Steatosis    Neuropati Perifer Lipodistrofi 

Dislipidemia 

Hiperlaktatemia 

 

ddI  Pankreatitis 

Steatosis, 

Fibrosis 

hati 

Penyakit 

jantung 

Iskemik 

  Neuropati Perifer Lipodistrofi Hiperlaktatemia  

3TC           

FTC           

ABC Rash   

Penyakit 

jantung 

Iskemik 

     

Reaksi Hipersensitif 

sistemik  

TDF     

Osteomala

sia 

Penurunan GFR, 

Sindrom Fanconi 

    

NNRTI 

EFV Rash  Hepatitis    

Gangguan pola tidur, 

depresi, anxietas 

 

Dislipidemia 

Gynaecomastia 

Teratogenik 

NVP Rash  Hepatitis       

Reaksi Hipersensitif 

sistemik 

PI 

LPV/r  Diare  

Penyakit 

jantung 

iskemik 

   lipodistrofi 

Displipidemia, 

gangguan 

metabolism 

glukosa 

 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 40 

A. Penatalaksanaan toksisitas 

Dalam menangani toksisitas atau efek samping perlu mengikuti 

langkah sebagai berikut 

 Tentukan derajat keseriusan toksisitas (Lampiran 9) 

 Evaluasi obat lain yang digunakan dan tentukan apakah 

toksisitas berhubungan dengan obat (-obat) ARV atau obat  

non-ARV yang digunakan bersamaan 

 Pertimbangkan proses penyakit lain (misal hepatitis viral pada 

pasien dengan ARV yang menjadi kuning/jaundice) karena 

tidak semua masalah yang terjadi selama terapi adalah 

diakibatkan obat-obat ARV 

 Tangani efek samping sesuai tingkat keparahan (lihat Tabel 18 

di bawah ini). 

 Berikan motivasi untuk tetap makan obat terutama untuk 

toksisitas ringan dan sedang 

 Berikan obat simtomatik sesuai dengan gejala yang timbul jika 

diperlukan 

 Apabila dinilai perlu penghentian ARV karena toksisitas yang 

mengancam jiwa maka semua ARV harus dihentikan sampai 

pasien stabil (Lampiran 11) 

Tabel 19. Tingkat Toksisitas Obat ARV 

Derajat Keadaan Tanda dan Gejala Tatalaksana 

1 Reaksi 

Ringan 

suatu perasaan tidak enak 

yang tidak menetap; tidak 

ada keterbatasan gerak 

tidak perlu perubahan terapi 

 

2 Reaksi 

Sedang 

Sedikit ada keterbatasn 

bergerak kadang-kadang 

memerlukan sedikit bantuan 

dan perawatan 

tidak perlu intervensi medis, kalau perlu 

sangat minimal 

3 Reaksi 

Berat 

Pasien tidak lagi bebas 

bergerak; biasanya perlu 

bantuan dan perawatan 

perlu intervensi medis atau perawatan di 

rumah sakit 

Substitusi obat penyebabnya tanpa 

menghentikan terapi ARV 

4 Reaksi berat 

yang 

mengancam 

jiwa 

Pasien terbaring tidak dapat 

bergerak; jelas memerlukan 

intervensi medis dan 

perawatan di rumah sakit 

Segera hentikan terapi ARV dan 

tatalaksana kelainan yang ada (dengan 

terapi simtomatik dan suportif) dan 

terapi ARV kembali diberikan dengan 

mengganti paduan pada salah satu obat 

yang menjadi penyebabnya pada saat 

pasien sudah mulai tenang kembali 

 

B. Subtitusi Obat ARV  

Pada dasarnya penggantian atau substitusi individual dari obat 

ARV karena toksisitas atau intoleransi harus diambil dari kelas ARV yang 

sama, contoh: AZT atau TDF untuk menggantikan d4T oleh karena 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 41 

neuropati, TDF dapat menggantikan AZT karena anemia, atau NVP 

menggantikan EFV karena toksisitas SSP atau kehamilan.  

Bila toksisitas yang mengancam jiwa muncul, semua obat ARV 

harus dihentikan segera hingga secara klinis sembuh. Pada saat pasien 

sembuh maka dimulai dengan paduan terapi ARV yang lain.  

Tabel 20. Substitusi Obat ARV Individual pada Kejadian 

Toksisitas dan Intoleransi 

Obat ARV Toksisitas yang Sering Terjadi Anjuran Substitusi 

AZT Anemia berat atau netropenia 

Intoleransi GI yang persisten 

TDF 

d4T Asidosis laktat 

Lipoatrofi/ sindrom metabolik, 

neuropati perifer 

TDF, AZT 

 

TDF Toksisitas renal (disfungsi tubuler) AZT  

EFV 

Toksisitas SSP persisten dan berat NVP. Jika NVP tidak dapat diberikan 

karena adanya riwayat hepatotoksik 

atau hipersensitifitas berat, dapat di 

pertimbangkan disubstitusi dengan PI  

Potensi teratogenik (pada kehamilan 

trimester pertama atau perempuan 

tanpa kontrasepsi yang memadai) 

NVP 

Hepatitis EFV. Jika EFV tidak dapat diberikan 

karena tetap menyebabkan 

hepatotoksikt, dapat di pertimbangkan 

disubstitusi dengan PI  

Reaksi hipersensitif tidak berat 

(derajat 1- 2)  

Jika memburuk dengan diteruskannya 

NVP, substitusi dengan EFV. Jika 

tetap memberikan reaksi 

hipersensitivitas, dapat di 

pertimbangkan disubstitusi dengan PI  

 

Ruam kulit berat yang mengancam 

jiwa (Stevens-Johnson syndrome)  

Hentikan NVP dahulu, lalu NRTI 

dihentikan 7 hari kemudian. Substitusi 

dengan PI 

 

C. Interaksi Obat 

Pasien dengan HIV atau AIDS sering mengalami keadaan atau 

infeksi lain yang memerlukan terapi dengan obat-obatan atau zat lain 

bersamaan dengan obat ARV-nya. Hal yang sering terjadi dan terlupakan 

adalah bahwa ada kemungkinan terjadinya interaksi antar obat atau zat 

yang digunakan yang bisa memberikan efek berupa perubahan kadar 

masing-masing obat atau zat dalam darah.  

Secara definisi, Interaksi obat adalah perubahan (dalam kadar atau 

lamanya) aksi satu obat oleh karena adanya zat lain (termasuk obat, 

makanan dan alcohol) sebelum atau bersamaan dengan obat tersebut. 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 42 

Interaksi obat dapat memberikan dampak baik  berupa kegagalan 

pengobatan karena dosis terapeutik yang suboptimal dan atau sebaliknya 

dapat terjadi efek yang menguntungkan. Lopinavir/ritonavir merupkan 

contoh interaksi obat yang menguntungkan dimana ritonavir digunakan 

untuk memperbaiki profile dari lopinavir.  

Secara umum, interaksi obat terjadi mulai dari tahap absorpsi 

(misal ddI dari golongan NRTI dibuat dalam bentuk alkali karena tidak 

dapat diserap pada keadaan pH rendah),  tahap metabolism oleh 

sitokrom P450 (misal Obat yang digunakan dalam pengobatan HIV dan 

penyakit terkait HIV,  mayoritas dari obat-obat tersebut dimetabolisme di 

hati melalui sitokrom P 450, misal antara Rifampisin dengan PI atau 

NNRTI atau antara PI dengan NNRTI), distribusi yang dipengaruhi oleh 

protein yang mengikat obat (pada keadaan hipoprotein obat bebas/free 

drug  akan beredar dalam kadar yang lebih tinggi sehingga efek samping 

akan lebih sering timbul pada kondisi hipoprotein) dan tahap ekskresi. 

Berbagai interaksi obat ARV dengan obat lain selengkapnya dapat 

dilihat di Lampiran 11. 

 

 

 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 43 

8 KEGAGALAN TERAPI ARV 

Apabila setelah memulai terapi minimal 6 bulan dengan kepatuhan 

yang tinggi tetapi tidak terjadi respon terapi yang kita harapkan, maka 

perlu dicurigai kemungkinan terjadinya Gagal Terapi. 

Kriteria gagal terapi adalah menggunakan 3 kriteria, yaitu kriteria 

klinis, imunologis dan virologis. Jumlah virus (VL) yang menetap di atas 

5000 copies/ml mengkonfirmasi gagal terapi. Bila pemeriksaan VL tidak 

tersedia, untuk menentukan gagal terapi menggunakan kriteria imunologis 

untuk memastikan gagal terapi secara klinis. 

A. Definisi 

Kriteria gagal terapi, ditentukan berdasarkan kriteria klinis, 

imunologis maupun virologis. Pada tempat dimana tidak tersedia sarana 

pemeriksaan CD4 dan atau viral load, maka diagnosa kegagalan terapi 

menurut gejala klinis dapat dilakukan. Sebaliknya pada tempat yang 

mempunyai sarana pemeriksaan CD4 dan atau viral load, maka diagnosa 

kegagalan terapi ditegakkan dengan panduan pemeriksaan CD4 dan atau 

viral load setelah pada pemeriksaan fisik dijumpai tampilan gejala klinis 

yang mengarah pada kegagalan terapi. Di bawah akan diulas dua macam 

kriteri kegagalan terapi, yang pertama adalah yang menggunakan 

pemeriksaan CD4 dan VL sebagai dasar penentuan (kriteria WHO) dan 

yang menggunakan pemeriksaan klinis sebagai dasar penentuan gagal 

terapi (utamanya digunakan pada tempat yang tidak memiliki sarana 

pemerikasaan CD4 dan VL). 

Kegagalan terapi menurut kriteria WHO 

1. Kegagalan klinis:  

Munculnya IO dari kelompok stadium 4 setelah minimal 6 bulan 

dalam terapi ARV. Beberapa penyakit yang termasuk dalam stadium 

klinis 3 (TB paru, infeksi bakteri berat) dapat merupakan petunjuk 

kegagalan terapi. 

2. Kegagalan Imunologis 

Definisi dari kegagalan imunologis adalah gagal mencapai dan 

mempertahankan jumlah CD4 yang adekuat, walaupun telah terjadi 

penurunan/ penekanan jumlah virus. 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 44 

Gambar  3. Pola Kegagalan Imunologis terapi ARV 

 

Pola 1 : CD4 < 100 / mm³ 

Pola 2 : Setelah satu tahun terapi CD4 kembali atau lebih rendah daripada 

awal terapi ARV 

Pola 3 : CD4 sebesar 50% dari nilai tertinggi yang pernah dicapai selama 

terapi terapi ARV (bila diketahui) 

 

Jumlah CD4 juga dapat digunakan untuk menentukan apakah 

perlu mengubah terapi atau tidak. Sebagai contoh, munculnya penyakit 

baru yang termasuk dalam stadium 3, dimana dipertimbangkan untuk 

mengubah terapi, maka bila jumlah CD4 >200 /mm³ tidak dianjurkan 

untuk mengubah terapi. 

3. Kegagalan Virologis: 

Disebut gagal virologis jika:  

 viral load  tetap > 5.000 copies/ml (lihat gambar.4), atau 

 viral load menjadi terdeteksi lagi setelah sebelumnya tidak 

terdeteksi. 

Kriteria klinis untuk gagal terapi yang timbul dalam 6 bulan pertama 

pengobatan tidak dapat dijadikan dasar untuk mengatakan gagal terapi. 

Perlu dilihat kemungkinan penyebab lain timbulnya keadaan klinis 

tersebut, misal IRIS. 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 45 

Kriteria virologi dimasukkan dalam menentukan kegagalan terapi di 

buku ini, untuk mengantisipasi suatu saat akan tersedia sarana 

pemeriksaan viral load yang terjangkau. Viral load masih merupakan 

indikator yang paling sensitif dalam menentukan adanya kegagalan 

terapi. Kadar viral load yang optimal sebagai batasan untuk mengubah 

paduan ARV belum dapat ditentukan dengan pasti. Namun > 5.000 

copies/ml diketahui berhubungan dengan progresi klinis yang nyata atau 

turunnya jumlah CD4. 

B. Alur Tatalaksana  Gagal Terapi ARV kriteria WHO 

Berikut adalah alur tatalaksana bila dicurigai terjadi gagal terapi. 

Gambar  4. Alur Tatalaksana Gagal Terapi Menurut Kriteria 

Virologis (WHO) 

 

 

Sumber: Antiretroviral Therapy for HIV Infection in Adults and Adolescens.  

Definisi dan kriteria gagal terapi menurut gejala klinis yang lain 

adalah timbulnya keadaan PPE atau Prurigo, kedua gejala bisa menjadi 

dasar untuk kecurigaan terjadinya gagal terapi. Kriteria ini lebih untuk 

keadaan dimana tidak tersedia fasilitas pemeriksaan CD4 dan atau Viral 

Load. (lihat Gambar 5). Indonesia dapat menggunakan kriteria ini dengan 

Suspek kegagalan klinis atau 

imunologis 

Tes viral load 

VL>5 000 

copies/ml 

Intervensi untuk kepatuhan 

Ulang VL 

VL<5 000 

copies /ml 

VL>5 000 

copies /ml 

Tidak diganti dengan lini 

kedua 

Ganti dengan lini kedua 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 46 

dasar pemikiran belum semua tempat memiliki sarana pemeriksaan CD4 

atau viral load. 

Tabel 21. Kriteria Gagal Terapi 

Kegagalan 

Terapi 

Kriteria Keterangan 

Kegagalan 

klinis 

Pasien telah mendapatkan 

terapi ARV selama 6 bulan. 

Kepatuhan pasien < 95 % 

tapi > 80%  

Evaluasi ada interaksi obat 

yang  menyebabkan 

penurunan ARV dalam 

darah. 

PPE atau Prurigo timbul 

kembali setelah pemberian 

ARV selama 6 bulan. 

Penurunan Hb sebesar > 

1g/dL. 

Dalam menggunakan kriteria klinis 

sebagai metoda untuk waspada 

terhadap kemungkinan gagal terapi , 

kriteria yang harus  selalu 

dimasukkan adalah Pasien 

mendapatkan terapi ARV dan telah 

mendapatkan pengobatan selama 6 

bulan, evaluasi kepatuhan minum 

obat dan evaluasi kemungkinan 

adanya interaksi obat 

Kegagalan 

imunologis 

Penurunan CD 4 kembali 

seperti awal sebelum 

pengobatan 

 

ATAU 

 

Penurunan sebesar 50 % 

dari nilai tertinggi CD4 yang 

pernah dicapai  

 

ATAU 

 

Jumlah CD4 tetap < 100 

sel/mm

3

 setelah 1 tahun 

pengobatan  dengan ARV 

WHO menyatakan bahwa jumlah 

CD4 bukan merupakan prediktor 

yang baik dalam menentukan 

kegagalan pengobatan. 

Sekitar 8 – 40 % dari pasien yang 

menunjukkan kegagalan imunologis, 

terbukti masih dalam kondisi 

virological suppression dan tidak 

memerlukan switch ke lini kedua. 

Kriteria penurunan jumlah CD4 

seperti kondisi sebelum 

mendapatkan terapi ARV dan 

penurunan jumlah CD4 sebesar 50 

% dari nilai tertinggi bisa digunakan 

HANYA JIKA memiliki data dasar 

jumlah CD4 sebelum pengobatan 

Kegagalan 

virologis 

Jika pasien telah 

mendapatkan terapi ARV 

setidaknya selama 6 bulan 

dan pemeriksaan VL diulang 

4 – 8 minggu kemudian 

didapat jumlah viral load > 

5000 copies/ml 

Pada tempat layanan yang memiliki 

sarana pemeriksaan viral load dan 

pasien mampu menjangkau 

pemeriksaan viral load, maka viral 

load dapat digunakan sebagai 

prediktor dari kepatuhan minum obat 

Viral load diharapkan menjadi 

undetectable ( < 50 copies/ml) 

dalam waktu 6 bulan dengan 

menggunakan paduan yang 

direkomendasikan. 

Viral load diharapkan akan turun 

sebesar 1 – 2 log dalam waktu 2 

bulan pengobatan 

 

 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 47 

Gambar 5. Alur  Tatalaksana  Gagal Terapi Menurut Kriteria                       

Klinis 

 

 

Pada kasus gagal terapi tindakan yang direkomendasikan adalah 

mengganti (switch) paduan lini-pertama menjadi paduan lini-kedua. 

C. Paduan Terapi Antiretroviral Lini Kedua 

 

 Rekomendasi paduan lini kedua adalah: 

2 NRTI + boosted-PI  

 Boosted PI adalah satu obat dari golongan Protease Inhibitor 

(PI) yang sudah ditambahi (boost) dengan Ritonavir sehingga 

Pasien Telah Mendapatkan ARV 

selama 6 bulan dan timbul 

kembali PPE dan atau penurunan 

kadar Hb > 1 gr/dl 

 Memastikan tidak ada interaksi 

obat yang menyebabkan dosis 

terapeutik ARV suboptimal 

 

Pengobatan Rejimen lini 

pertama dilanjutkan dan 

dievaluasi dalam 1 bulan 

Evaluasi dan intervensi perbaikan 

semua aspek yang dapat 

menghambat adherence 

 

PPE 

menghilang 

 

PPE  menetap tanpa 

disertai timbulnya IO 

yang lain 

 

PPE menetap 

disertai IO yang 

lain 

 

Pasien tetap dalam 

rejimen lini ke 1 

dan evaluasi ketat 

adherence dan 

interaksi obat 

 

Pengobatan Rejimen 

lini pertama 

dilanjutkan dan 

dievaluasi dalam 1 

bulan 

 

 

Switch ke Lini 

kedua 

 

PPE 

menghilang 

 

PPE menetap 

 

Pasien tetap dalam 

rejimen lini ke 1 

dan evaluasi ketat 

adherence dan 

interaksi obat 

 

Switch ke Lini 

kedua 

 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 48 

obat tersebut akan ditulis dengan kode ..../r (misal LPV/r = 

Lopinavir/ritonavir) 

 Penambahan (booster) dengan ritonavir ini dimaksudkan untuk 

mengurangi dosis dari obat PI-nya karena kalau tanpa ritonavir 

maka dosis yang diperlukan menjadi tinggi sekali. 

 Paduan lini kedua yang direkomendasikan dan disediakan secara 

gratis oleh pemerintah adalah: 

TDF atau AZT + 3TC + LPV/r 

 Apabila pada lini pertama menggunakan d4T atau AZT maka 

gunakan TDF + (3TC atau FTC) sebagai dasar NRTI pada paduan 

lini kedua 

 Apabila pada lini pertama menggunakan TDF maka gunakan AZT 

+ 3TC sebagai dasar NRTI sebagai dasar NRTI pada paduan lini 

kedua 

Tabel 22. Pilihan terapi ARV lini kedua 

Populasi Target dan ARV yang digunakan 

Pilihan paduan ARV pengganti yang 

direkomendasikan 

Dewasa 

(termasuk 

perempuan 

hamil) 

Bila menggunakan AZT  

sebagai lini pertama 

TDF +3TC atau FTC + LPV/r 

Bila menggunakan TDF 

sebagai lini pertama 

AZT + 3TC + LPV/r 

Ko-infeksi TB/HIV  Mengingat rifampisin tidak dapat 

digunakan bersamaan dengan LPV/r, 

dianjurkanmenggunakan paduan OAT 

tanpa rifampisin. Jika rifampisin perlu 

diberikan maka pilihan lain adalah 

menggunakan LPV/r dengan dosis 800 

mg/200 mg dua kali sehari). Perlu 

evaluasi fungsi hati ketat jika 

menggunakan Rifampisin dan dosis 

ganda LPV/r 

Ko-infeksi HIV/HBV AZT + TDF + 3TC (FTC) + LPV/r 

(TDF + (3TC atau FTC)) tetap 

digunakan meski sudah gagal di lini 

pertama karena pertimbangan efek anti-

HBV dan untuk mengurangi risiko „flare‟ 

 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 49 

Pemantauan Klinis dan Laboratorium Sebelum Mulai dan Selama 

Terapi ARV Lini Kedua 

Tabel 23. Pemantauan Klinis dan Laboratorium Sebelum dan 

Selama Terapi ARV Lini Kedua 

Evaluasi 

Sebelum 

atau pada 

saat 

mengubah 

Terapi M

in

g

g

u

 k

e

 2

 

M

in

g

g

u

 k

e

 4

 

M

in

g

g

u

 k

e

 8

 

M

in

g

g

u

 k

e

 1

2

 

M

in

g

g

u

 k

e

 2

4

 

S

e

ti

a

p

 6

 

b

u

la

n

 Jika 

diperlukan 

(tergantung 

gejala) 

Klinis         

Evaluasi klinis √ √ √ √ √ √ √  

Berat badan √ √ √ √ √ √ √  

Penggunaan obat 

lain 

√ √ √ √ √ √ √  

Cek kepatuhan 

(adherence) 

 √ √ √ √ √ √  

Laboratorium         

CD4 √      √ √ 

HB 

[a]

 √  √ √ √   √ 

Tes Kehamilan

[b]

 √      √  

Kreatinin

[c]

 √      √  

Lipid (puasa) 

[d]

       √  

Asam Laktat 

serum 

       √ 

Viral load (RNA)

[e]

        √ 

Keterangan: 

[a] Bagi pasien yang mendapat AZT: perlu di periksa kadar hemoglobin sebelum terapi AZT dan 

pada minggu ke 4, 8 dan 12, dan bila diperlukan. 

[b] Tes kehamilan harus dilakukan pada perempuan sebelum beralih ke paduan ARV lini 

kedua yang mengandung PI atau bila ada dugaan kehamilan pada perempuan yang 

menggunakan paduan yang mengandung EFV, maka bila dia hamil trimester I EFV 

harus diganti.  

[c] Pasien yang mendapat TDF, perlu pemeriksaan kreatinin serum pada awal, dan setiap 6 bulan 

kemudian. 

[d] Semua PI akan menyebabkan peningkatan kolesterol dan trigliserid. Pemantauan dilakukan 

setiap 6 bulan. 

[e] Pengukuran viral load (HIV RNA) tidak dianjurkan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk 

memulai terapi ARV atau sebagai alat pemantau respon pengobatan pada saat ini. Dapat 

dipertimbangkan sebagai diagnosis dini adanya kegagalan terapi atau menilai adanya 

ketidaksesuaian antara hasil CD4 dan paparan klinis dari pasien yang diduga mengalami 

kegagalan terapi ARV.  

 

 

 

 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 50 

9 TATALAKSANA INFEKSI 

OPORTUNISTIK DENGAN 

PENDEKATAN SINDROM 

A. Disfagia 

Gambar  6. Tatalaksana disfagia 

 

 

Keterangan: 

[a] Kandidiasis esofageal  

Kandidiasis dapat menyerang esofagus pasien dengan imunokompromis, 

menyebabkan kesulitan dan sakit menelan.  Diagnosis dibuat berdasarkan 

respons terhadap terapi sistemik antifungal. Tidak perlu dilakukan Endoskopi 

, kecuali bila ada kegagalan terapi.  

Terapi: 

 Flukonasol 200 mg setiap hari selama 14 hari atau 

 Itrakonasol 400 mg setiap hari selama 14 hari atau 

 Ketokonasol 200 mg setiap hari selama 14 hari 

[b] Asiklovir 5 X 200 mg atau 3 x 400mg selama 14 hari 

[c] Penyebab lain dari esofagitis adalah infeksi CMV, sarkoma Kaposi dan 

limfoma. Penyebab lain yang tidak terkait dengan HIV seperti refluks 

esofagitis. Dalam hal ini perlu endoskopi untuk menegakkan diagnosis. 

Disfagia  

 

Membaik 

setelah 7 

hari?  

 

Pengobatan 

presumtif 

untuk HSV  

[b] 

Lanjutkan asiklovir 

selama 7 hari lagi. 

Mulai terapi ARV untuk 

mencegah kambuhan 

 

 

Lanjutkan flukonasol selama 

7 hari lagi. Mulai terapi ARV 

untuk mencegah 

kekambuhan  

 

Ya 

 

Pengobatan presumtif 

untuk kandidiasi 

esoagus [a] 

 

Tidak 

 

Membaik 

setelah 7 

hari?  

 

Endoskopi 

untuk 

diagnosis 

[c] 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 51 

B. Limfadenopati 

Gambar  7. Tatalaksana limfadenopati 

 

Keterangan 

 

[a] Limfadenopati generalisata Persisten (PGL) merupakan kondisi yang 

biasa terjadi pada ODHA. Pada pasien yang asimtomatis maka tidak 

diperlukan pemeriksaan atau pengobatan lebih lanjut. Namun, pada pasien 

dengan limfasenopati yang simtomatis, pembesaran KGB yang cepat, KGB, 

asimetris dan gejala sistemik, maka perlu evaluasi dan pengobatan lebih 

lanjut.  Penyebab limfadenopati selain infeksi HIV adalah TB, kriptokokosis, 

histoplasmosis, limfoma dan sarkoma Kaposi.  

[b] TB ekstra paru sering terjadi pada ODHA. Kecurigaan akan adanya infeksi 

TB berdasarkan atas gejala-gejala seperti demam, kehilangan berat badan, 

pembesaran KGB berfluktuasi dan tidak nyeri. Terapi sesuai pedoman 

nasional. 

Limfadenopati 

 

Pembesaran 

kelenjar limfe 

asimetrik? 

 

Kemungkinan  

“Limfadenopati Generalisata 

Persisten” [a] 

Tidak ada terapi spesifik 

Tentukan stadium klins dan status 

imunologis untuk menentukan PPK 

dan terapi ARV 

Terapi TB  

 

Ya 

 

Tidak 

Terapi sebagai TB EP 

bila ditemukan BTA (+) 

[b] 

 

 

Apakah biopsi 

kelenjar 

dimunkinkan?  

 

Rujuk untuk 

diagnosis lebih 

lanjut 

tidak 

 

ya 

 

Ada 

perbaikan?  

 

Lanjutkan 

pengobatan 

TB 

 

 

ya 

 

tidak 

 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 52 

C. Diare kronik 

Gambar  8. Tatalaksana diare (tidak berdarah) 

 

Keterangan: 

[a] Definisi Diare Kronik: buang air besar dengan tinja cair tiga kali atau lebih 

sehari secara terus menerus selama lebih dari satu bulan 

[b] Penilaian dehidrasi – dehidrasi berat – dehidrasi ringan/sedang – tanpa 

dehidrasi 

dehidrasi terjadi karena pasien kekurangan cairan dan elektrolit. Dehidrasi 

berat ditandai dengan keadaan umum: gelisah, rewel, nadi cepat, nafas 

dalam dan cepat, pada turgor kulit kembali lambat, mata cekung, mukosa 

mulut kering, jumlah urin berkurang dan warna lebih gelap. Penanganan 

dehidrasi lihat tabel di bawah ini. 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ada gambaran 

proses 

spesifik? [e] 

Diare kronik 

tanpa darah [a] 

 

Terapi empirik TB 

(lakukan px BTA 

feces) [g] 

 

Adakah 

dehidrasi? 

[b] 

Rehidrasi 

oral atau 

infus[c] 

 

Teruskan 

pengobatan hingga 

selesai selama 14 

hari 

 

 

Terapi TB  

[f] 

 

pemeriksaan 

fisik: tanda 

peritonitis? 

[d] 

Ti dak 

 

Ya 

 

Ya 

 

 

Tersedia USG? 

 

Ya 

 tidak 

 

 Terapi empirik dengan 

quinolon selama 7 hari 

bila belum pernah 

 Terapi eritromisin jika 

sudah pernah 

mendapat quinolon 

 [h] 

 

Ada 

perbaikan? 

Terapi sesuai 

temuan  

pemeriksaan 

mikroskopik 

(termasuk BTA) dan 

biakan tinja ? [g] 

Ya 

 

Mulai ART 

[i] 

Ya 

 

tidak 

 

Ya 

 

Ada 

perbaikan? 

Terapi TB  

[f] 

tidak 

 

tidak 

 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 53 

Gejala-gejala 

Derajat Dehidrasi 

Minimal atau tidak ada 

(<3% kehilangan berat 

badan) 

Ringan ke sedang 

(3–9% kehilangan berat 

badan) 

Berat 

(>9% kehilangan berat 

badan) 

Status Mental Baik; waspada Normal, lelah atau gelisah, 

mudah tersinggung 

Apatis, lesu, tidak sadarkan 

diri 

Haus Minum normal; mungkin 

menolak cairan 

Haus; selalu ingin minum Jarang minum; tidak bisa 

minum 

Detak Jantung Normal Normal ke meningkat Takikardi; bradikardi dalam 

kasus yang parah 

Kualitas denyut 

nadi 

Normal Normal ke menurun Lemah, halus, atau tidak 

teraba 

Pernafasan Normal Normal; cepat Dalam 

Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung 

Air mata Ada Menurun Tidak ada 

Mulut dan lidah Lembab Kering Sangat Kering 

Lipatan Kulit Cepat pulih Pulih dalam <2 seconds Pulih lebih dari >2 seconds 

Pemulihan 

Kapiler 

Normal Berkepanjangan Berkepanjangan; minimal 

Ekstrimitas Hangat Dingin Dingin; panas-dingin; sianotik 

Urin Normal ke berkurang Berkurang Minimal 

 

[c] Penanganan dehidrasi lihat tabel di bawah.  

 

Derajat 

Dehidrasi 

Terapi Dehidrasi 

Penggantian 

Kehilangan yang 

Berlangsung 

Nutrisi 

Minimal atau 

tidak ada 

Tidak Ada <10 kg BB.: 60-120 mL 

solusi rehidrasi oral (CRO) 

untuk setiap buang air besar 

diare atau episode muntah 

>10 kg BB: 

120-240 mL CRO untuk 

setiap buang air besar diare 

atau episode muntah 

Lanjutkan menyusui atau 

lanjutkan dengan diet 

normal sesuai dengan usia 

setelah rehidrasi awal, 

termasuk asupan kalori 

yang memadai untuk 

pemeliharaan 

Ringan ke 

sedang 

Oralit, 50-100 mL/kg BB 

selama 3-4 jam 

Sama Sama 

Berat RL atau saline normal IV 

bolus dengan dosis 20 

mL/kg BB hingga perfusi 

dan status mental 

mengalami perbaikan, 

kemudian berikan 100 

mL/kg BB CRO selama 4 

jam atau dekstrosa 5% ½ 

saline normal intravena 

sebanyak dua kali dari 

tingkat cairan untuk 

pemeliharaan  

Sama: apabila tidak bisa 

minum, berikan melalui 

saluran nasogastrik atau 

berikan 5% dekstrosa 

¼ saline normal dengan 20 

mEq/L 

Kalium klorida intravena 

Sama 

 

[d] Tanda peritonitis adalah adanya keluhan nyeri abdomen, pada 

pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan, nyeri lepas pada semua abdomen, 

adanya chess board phenomen. 

[e] Pada USG, bila peritonitis disebabkan oleh TB maka dijumpai gambaran 

pembesaran kelenjar para aorta, asites, penebalan mukosa usus besar. 

[f] Pengobatan TB:  menggunakan OAT kategori 1 dengan paduan 

2HREZ/4HR 

[g] Pemeriksaan lab untuk kasus diare, selain dilakukan untuk mendapatkan 

parasit, perlu dilakukan pemeriksaan BTA dengan menggunakan sample 

tinja. 

[h] Quinolon diberikan bila pasien belum pernah mendapat antibiotik 

sebelumnya. Jika pasien pernah mendapat antibiotik berulang untuk episode 

diare maka pilihan pertama adalah eritromisin, dengan pertimbangan 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 54 

bahwa penyebabnya adalah kampilobakter atau metronidasol untuk 

klostridium*.  

 Kalsium laktat 1500mg/hari, serat halus (agar-agar) dapat digunakan 

untuk menurunkan volume cairan diare dan menrubah konsistensi tinja 

lebih padat 

 Loperamid dapat diberikan pula jika terjadi diare massif dengan syarat 

harus diikuti dengan pengobatan terhadap penyebab diare. 

 

Tabel 24. Pengobatan diare spesifik berdasarkan kuman 

patogen yang umum 

Penyakit Nama obat Dosis / hari Lama terapi 

Salmonelosis dan 

sigelosis 

Siprofloksasin 500mg 2 kali  7-10 hari 

Ofloksasin 400 mg 2 kali 7-10 hari 

Kampilobakteriosis Eritromisin 500 mg 4 kali 7-10 hari 

Giardiasis Metronidasol 500 mg 3 kali 5 hari 

Amebiasis Metronidasol 500 mg 3 kali 5 hari 

Isosporiasis Kotrimoksasol 960mg 4 kali 7hari 

Strongiolidosis Tiabendasol 25 mg/kg BB 3 kali 3 hari 

Mycobacterium avium 

complex 

Untuk terapi lihat Tabel 25. Diagnosis Klinis dan 

Tatalaksana Infeksi Oportunistik 

 

 

[i] Pemberian ARV mengikuti panduan pemberian ARV bersamaan infeksi 

oportunistik.  

Kriptosporidiosis: Saat ini tidak ada pengobatan yang efektif kecuali terapi ARV. 

Yang terpenting adalah menjaga cairan dan elektrolit, dan obat antidiare seperti 

Loperamid dapat bermanfaat. Pada ODHA, salmonellosis, shigellosis, infeksi 

Campylobacter dan isosporiasis sering kambuh. Jika terjadi kambuh setelah 

pemberian terapi awal antimikroba, harus diberi terapi selama 6-12 minggu. 

Bila ada perbaikan kondisi pasien setelah terapi metronidasol selama 7 hari, obat 

perlu dilanjutkan hingga total 14 hari. Bila tidak ada perbaikan, pertimbangkan 

penyakit diare kronis lain yang terkait infeksi HIV termasuk mempertimbangkan 

terapi ARV (lihat Tabel 25. Diagnosis Klinis dan Tatalaksana Infeksi Oportunistik)  

 

Terapi empiris untuk diare kronis tanpa darah 

 

Pilihan Nama obat Dosis / hari Lama terapi 

1 Siprofloksasin 500mg 2 kali 7-10 hari 

Ofloksasin 400 mg 2 kali 7-10 hari 

2 Metronidasol 500 mg 3 kali 7 hari 

3 Eritromisin 500mg 3 kali 10 hari 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 55 

D. Gangguan Pernafasan 

Gambar  9. Tatalaksana gangguan Pernafasan 

 

Keterangan: 

[a] Gangguan pernapasan sering ditemukan  pada pasien dengan infeksi HIV 

dan kekebalan tubuh yang menurun adalah demam, batuk kering (khas 

PCP), batuk produktif dengan dahak dan/atau hemoptisis (khas pneumonia 

dan TB), sesak napas dan gangguan pernapasan yang berat. 

Penyebab gejala pernafasan 

 Infeksi 

Mycobacterium tuberculosis (batuk >2–3 minggu) 

Pneumonia pnemocystis jiroveci (batuk, seringkali selama 1–2 bulan) 

Pneumonia bakterial  

Infeksi jamur (kriptokokosis, histoplasmosis) 

Mikobakteria atipik (MAC) 

Pneumoniatis CMV  

 Keganasan: limfoma, sarkoma Kaposi  

 Lain-lain 

Efusi pleural/empiema (TB, infeksi bacterial atau keganasan) 

Pnemotorak (TB atau PCP) 

Emboli paru (biasa pada penasun) 

Efusi perikardial (biasa disertai TB) 

Gangguan 

pernafasan dan 

sesak nafas berat 

[a] 

 

Pertimbangkan emboli paru 

Apakah ada tanda emboli vena? 

Penasun? 

 

Ada 

demam?  

Batuk berdahak 

>2-3 mg? 

 

Pemeriksaan  

BTA? [c] 

Pertimbangkan PCP  

Terapi dengan 

kotrimoksasol dosis tinggi 

[b] 

 

Pertimbangkan pneumonia 

bacterial 

Terapi dengan ampisilin [e] 

 

 

Terapi sebagai TB paru [d] 

 

Negatif 

 

Ya 

 

Ya 

 

Oksigen dan foto ronsen 

toraks 

 

Tidak 

 

Tidak 

 

BTA bakteri tahan asam 

 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 56 

[b] PCP: Biasanya terjadi secara perlahan-lahan selama minggu sampai bulan 

dengan batuk kering, demam dan sesak napas. Untuk diagnosis PCP 

sebaiknya diagnosis klinis yang diperkuat dengan temuan pada ronsen dada 

(lihat Tabel 25). 

[c] Pemeriksaan sputum BTA diindikasikan pada pasien dengan batuk selama> 

2-3 minggu. Setidaknya dua pemeriksaan dahak BTA yang terpisah. 

[d] TB: Tidak ada gambaran ronsen dada yang benar-benar khas TB paru. Pola 

klasik lebih umum terlihat pada ODHA-negatif; pola atipikal lebih umum pada 

ODHA-positif. Efusi pleura merupakan gambaran yang menonjol. 

Pengeluaran cairan pleura dan pemeriksaan mikroskopik dari cairan pleura 

dapat membantu untuk diagnosis. Terapi sesuai dengan pedoman nasional 

TB. 

 

Pola Klasik Pola Atipik 

Infiltrat di lobus atas 

Kavitas 

Jaringan fibrosis paru 

Infiltrat intersisial (terutama di zona lebih 

rendah) 

Infiltrat bilateral 

Tidak ada kavitas 

 

[e] Pneumonia bakteri: Ciri khas adalah dengan batuk produktif, dahak purulen 

dan demam selama 1-2 minggu. PCP muncul dengan lebih lambat dan 

biasanya dengan batuk non-produktif. Gambaran khas pada ronsen dada 

adalah konsolidasi lobar. Penyebab paling sering pneumonia bakterial 

adalah bakteri piogenik Gram-positif. Jika gambaran klinisnya menunjukkan 

pneumonia bakteri dan bukan PCP dapat diberikan amoksisilin 500 mg 3 kali 

per hari atau eritromisin 500 mg 4 kali per hari selama 7 hari. 

Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa 

 

 57 

E. Gejala dan tanda neurologis  

Gambar  10. Tatalaksana Gejala dan tanda neurologis 

 

 

Keterangan 

[a] Penyebab nyeri kepala antara lain meningitis kriptokokal, meningitis TB, 

toksoplasmosis serebral, meningitis kronis HIV, meningitis bakterial dan 

limfoma, 

Penyebab sakit kepala yang tidak terkait dengan infeksi HIV termasuk 

migrain, sifilis, ketegangan, sinusitis, gangguan refraksi, penyakit gigi, 

anemia dan hipertensi. Lain penyakit menular seperti malaria, demam tifoid, 

demam  dengue dan riketsia juga dapat menyebabkan sakit kepala. 

[b] Pemeriksaan Neurologis 

 Bukti iritasi meningeal (fotofobia, kaku kuduk) atau  tekanan 

intrakranial meningkat (tekanan darah tinggi dan denyut nadi lambat 

dalam keadaan demam) 

 Perubahan mental  

 Defisit neurologis fokal, termasuk parese saraf  kranial, gangguan 

gerak, ataksia, afasia dan kejang 

[c] Toksoplasmosis (untuk terapi merujuk pada Tabel Diagnosis Klinis dan 

Tatalaksana Infeksi Oportunistik ) 

[d] Meningitis kriptokokal (untuk terapi merujuk pada Tabel Diagnosis Klinis 

dan Tatalaksana Infeksi Oportunistik ) 

[e] Meningitis TB: OAT dengan paduan 2SHREZ/7RH 

Meningitis bakterial: Injeksi Ceftriaxone 2-4 g sehari  intravena. 

Gejala dan 

tanda 

neurologis [a] 

 

Pengobatan empiris 

untuk meningitis 

kriptokokal [d] 

 

Adakah tanda 

neurologis 

fokal? [b] 

Tanda iritasi 

meningeal? [b] 

Tersedia 

pemeriksaan 

CT scan? [b] 

Ya 

 

Tidak 

 

Tersedia 

pemeriksaan 

cairan 

serebrospinal?  

Pengobatan empiris 

untuk meningitis TB  

[e] 

 

Ya 

 

Bakteri, lekosit, BTA, 

pengecatan India, 

Terapi sesua indikasi 

[c,d,e] 

 

Terapi sesuai hasil 

pemeriksaan klinis dan 

CT  

 

Terapi untuk 

toksoplasmosis 

 

Ya 

 

Tidak 

 

Tidak 

 Ya 

 

Tidak 

 

 

 58 

Tabel 25. Diagnosis Klinis dan Tatalaksana Infeksi Oportunistik 

No Infeksi Oportunistik Tampilan Klinis Diagnosis Terapi 

1. Pneumoniaa 

Pneumocystis jiroveci 

(PCP) 

Batuk kering 

Sesak nafas 

Demam 

Keringat malam 

Subakut sampai 1 – 2 bulan 

Kelainan pada foto toraks dengan 

infiltrat intersisial bilateral 

Terapi pilihan: 

Kotrimoksasol (TMP 15 mg + SMZ 75 mg/kg/ hari) 

dibagi dalam 4 dosis atau 

Kotrimoksasol 480 mg, 2 tablet 4 kali sehari untuk BB 

< 40 kg  

dan 3 tablet 4 kali sehari untuk BB > 40 kg selama 21 

hari 

Terapi alternatif 

Klindamisin 600 mg IV atau 450 mg oral 3 kali sehari + 

primakuin 15 mg oral sekali sehari selama 21 hari bila 

pasien alergi terhadap sulfa 

Untuk pasien yang parah dianjurkan pemberian 

prednisolon 40 mg, 2 kali sehari, dengan penurunan 

dosis secara bertahap hingga 7 – 10 hari, tergantung 

dari respon terhadap terapi.  

2. Kandidasis Kandidiasis oral:  

Bercak putih di selaput mukosa disertai 

eritema di rongga mulut 

Tampilan klinis yang khas pada 

pemeriksaan fisik 

Pada sediaan KOH mikroskopis 

ditemukan pseudohifa  

Tablet Nistatin  100.000 IU, dihisap setiap 4 jam 

selama 7 hari  

atau 

Suspensi Nistatin   3-5 cc dikumur 3 kali sehari selama 

7 hari  

Kandidiasis esofageal:  

Disfagi 

Disertai rasa nyeri terbakar di dada 

Tampilan klinis khas dan 

memberikan respon baik setelah di 

terapi 

Bila memungkinkan dapat 

dilakukan endoskopi 

Flukonasol 200 mg per sehari selama 14 hari atau 

Itrakonasol 400 mg per sehari selama 14 hari atau 

Ketokonasol 200 mg per sehari selama 14 hari 

3. Kriptokokosis Nyeri kepala belakang, tanda meningeal, 

fotofobia, kaku kuduk atau tekanan 

intrakranial meningkat 

Demam 

Peningkatan tekanan intrakranial 

pada punksi lumbal 

Protein di cairan serebrospinal 

Dapat ditemukan organisme dalam 

Terapi pilihan 

Amfoterisin B IV (0,7 mg/ kg/ hari) selama 2 minggu 

diikuti dengan  flukonasol 400 mg perhari selama 8-10 

minggu. Hati- hati akan efek samping nefrotoksik 

 

 59 

Tabel 25. Diagnosis Klinis dan Tatalaksana Infeksi Oportunistik 

No Infeksi Oportunistik Tampilan Klinis Diagnosis Terapi 

Perubahan kesadaran 

Penyakit yang diseminasi memberi kan tanda 

lesi papulonekrotik menyerupai moluskum 

kontagi-osum disertai demam dan infiltrat di 

paru  

CSP atau lesi kulit dengan sediaan 

pengecatan tinta India di bawah 

mikroskop 

amfoterisin.  

Terapi alternatif 

Flukonasol 400-800 mg per hari selama 8 – 12 minggu 

Terapi rumatan: 

itrakonasol 200 mg/hari atau flukonasol 200 mg/ hari 

4. Toksoplasmosis 

serebral 

Sakit kepala 

Pusing 

Demam 

Defisit nerologis fokal 

Kejang 

Defisit  nerologis fokal 

CT scan kepala 

Respon terhadap terapi presumtif 

dapat menyokong diagnosis 

Terapi pilihan 

Pirimetamin dosis awal:  100 mg, diikuti dengan  50 mg 

perhari + klindamisin 4 X 600 mg 

Asam folinat 15 mg setiap 2 hari bila tersedia 

Terapi selama 6 minggu 

Terapi rumatan 

Pirimetamin 25 mg / hari + klindamisin600mg  

5. Herpes simpleks Sekelompok vesikel berair biasanya di 

daerah genital atau sekitar mulut 

Dapat menjadi sistemik seperti esofagitis, 

ensefalitis 

Gambaran klinis khas Biasanya sembuh sendiri dan tidak perlu terapi 

Perawatan lesi, dengan gentian violet atau larutan 

klorheksidin 

Bila ada indikasi dapat diberi asiklovir 5 X 200 atau 3 X 

400 mg  selama 7 hari. 

6. Herpes zoster  Sekelompok vesikel berair terasa sangat 

nyeri di sepanjang dermatom. 

Dapat menyerang mata 

Gambaran klinis khas Perawatan lesi, dengan gentian violet atau larutan 

klorheksidin 

Asiklovir 5 X 800 mg  selama 7 hari, diberikan dalam 

72 jam sejak timbulnya erupsi vesikel. 

Famsiklovir dan valasiklovir sebagai alternatif 

 

7. Tuberkulosis TB Paru 

Batuk, demam, berat badan berkurang, cepat 

lelah 

Pemeriksaan dahak SPS untuk 

mencari BTA 

Foto toraks:  

Gambaran paru yang klasik: 

Terapi sesuai Pedoman Nasional Penanggulangan 

Tuberkulosis 

 

 60 

Tabel 25. Diagnosis Klinis dan Tatalaksana Infeksi Oportunistik 

No Infeksi Oportunistik Tampilan Klinis Diagnosis Terapi 

Kavitasi di lobus atas 

Gambaran paru yang atipik: 

Infiltrat intersisial bilateral 

Efusi pleura: periksa BTA pada 

punksi pleura  

8. Mycobacterium Avium 

Complex (MAC) 

Demam berulang kali,  berat badan menurun, 

cepat lelah 

Isolasi organisme dari darah atau 

tempat lain 

Anemia yang tidak diketahui 

sebabnya 

Terapi pilihan 

Azitromisin 1 X 500 mg  atau 

Klaritromisin 2 X 500 mgi + etambutol 15 mg/kg/ hari. 

Bila infeksi berat dapat ditambah obat ketiga seperti 

levofloxacin 1 X 500 mg (atau Ciprofloxacin 2 X 500 

mg) 

Keadaan akan membaik dengan terapi ARV 

Terapi rumatan 

Klaritromisin  2 X 500 mg atau azitromisin 1 X 500 mg 

+ etambutol 15 mg/kg/ hari  

9. Kriptosporidiosis Diare kronis 

Kram perut dan muntah 

Nyri perut kanan atas 

Sediaan feses dengan pengecatan 

BTA 

Terapi ARV 

 

 

 

 61 

Lampiran 1. Daftar Rumah Sakit yang memberikan pelayanan ARV 

 

No. Provinsi Kabupaten/ kota Kode RS Rumah Sakit Alamat/Lokasi RS No Telp No fax 

1 NAD Banda Aceh 1171015 RSU Dr. Zainoel Abidin Jl. Tgk Daud Beureueh,B Aceh 0651-22077 23068 

2 NAD Aceh Timur 1105012 RSU Langsa Jl. Ahmad Yani No.1,Langsa 0641-21009 22051 

3 NAD Aceh Utara 1105023 RSU Cut Meutia Jl. Garuda Kebun Baru,Langsa 0641-21701 21703 

4 NAD Aceh Barat 1105045 RS Cut Nyak Dhien Langsa Jl. T.M. Bachrun No.1. Langsa -21039 - 

5 NAD Aceh Tamiang 1114011 RSUD Tamiang Jl. Kesehatan,Kab.Aceh Tamiang     

6 NAD Banda Aceh 1171026 Rumkit Kodam I Tk III Banda Aceh Jl. Kesehatan Banda Aceh -22550 24712 

7 NAD Banda Aceh 1171143 Rumkit Bhayangkara NAD Jl. Cut Nyak Dhien Lamtemen No.1,Banda Aceh     

8 NAD Pidie 1109016 RSUD Sigli Jl. Prof.Majid Ibrahim Sigli -21313 - 

9 SUMUT Medan 1275655 RSU H Adam Malik Jl. Bunga Lau No.17,Medan 061-8360381 8360255 

10 SUMUT Medan 1275013 RSU Dr Pirngadi Jl. Prof H M Yamin SH 47, Medan 061-4521198 4521223 

11 SUMUT Medan 1275046 Rumkit Bhayankara Medan Jl. KH Wahid Hasyim No.1, Medan -815990 - 

12 SUMUT Medan 1275035 Rumkit Kesdam/Rumkit Tk II Putri Hijau 

Medan 

Jl. Putri Hijau 17,Medan 061-4553900 - 

13 SUMUT Medan 1275794 RSU Haji Us Syifa Medan Jl. RS. Haji Medan Estate,Medan 061-619520 - 

14 SUMUT Balige 1205061 RS HKBP Balige Jl. Gereja No.17,Balige -21043 - 

15 SUMUT Deli Serdang . 1212012 RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Jl. Thamrin Lubuk Pakam 061-7952068 - 

16 SUMUT Karo 1211011 RSU Kabanjahe Jl. KS.Ketaren 8,Kabanjahe -20550 - 

17 SUMUT Pematang Siantar 1273011 RSU Pematang Siantar Jl Sutomo No 230 P Siantar 0634-21780 21251 

18 SUMUT Tebing Tinggi 1274012 RSUD.Dr. H.Kumpulan Pane Jl. Dr. K. Pane Tebing Tinggi -21967   

19 SUMUT Serdang Bedagai 1212125 RSUD Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah Kabupaten Serdang Bedagai     

20 SUMUT Binjai 1276014 RSU Dr.RM Djoelham Binjai Jl. Sultan Hasanuddin 9,Binjai 061-8821372 - 

21 SUMUT Labuhan Bata 1207015 RSU Rantau Prapat Jl. KH Dewantara Rantau Prapat -21228 - 

22 SUMUT Samosir 1205024 RSU Dr Adrianus Sinaga Pangururan Jl. Dr Hadrianus S Pangururan -20106 - 

23 SUMUT Sibolga 1271016 RSU Dr Fl Tobing Sibolga Jl. Dr. FL. Tobing 35,Sibolga 0631-24725 21444 

24 SUMUT Padang Sidempuan 1203011 RSU Padang Sidempuan Jl. Dr. F.L. Tobing,Pd Sidempuan -21780 - 

25 SUMUT Tapanuli Utara 1205013 RSU Tarutung Jl. Bin Harun Said Tarutung 0633-21303 20450 

 

 62 

No. Provinsi Kabupaten/ kota Kode RS Rumah Sakit Alamat/Lokasi RS No Telp No fax 

26 SUMUT Asahan   RSUD H Abdul Manan Simatupang       

27 SUMBAR Padang 1371010 RSU Dr. M. Jamil Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 0751-32373 32371 

28 SUMBAR Bukittinggi 1375014 RSU Dr. Achmad Mochtar Jl. Dr. A. Rivai Bukittinggi 0752-21720 21321 

29 SUMBAR Padang Pariaman 1306015 RSU Pariaman Jl. Prof M Yamin SH, Pariaman 0751-91218 91428 

30 Riau Pekan Baru 1471011 RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru Jl. Diponegoro No. 2, Pekanbaru 0761-21657 20253 

31 Riau Pekan Baru 1471146 RS Jiwa Tampan Jl. H. R. Subrantas KM12.5, Pekanbaru 0761-63239 - 

32 Riau Dumai 1473013 RSU Dumai Jl. Tanjung Jati No.4, Dumai 0765-38367 31041 

33 Riau Indragiri Hilir 1403013 RSU Puri Husada Tembilahan Jl. Veteran 52, Hilir Tembilahan -22118 - 

34 KEPRI Batam 2072012 RS Budi Kemuliaan Batam Jl. Budi Kemuliaan No.1, Batam     

35 KEPRI Batam 2072034 RS Otorita Batam Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo Sekupang, Batam     

36 KEPRI Batam 2072103 RS Awal Bros Batam Jl. Gajah Mada Kav.I Baloi, Batam     

37 KEPRI Karimun 2011013 RSU Kab. Karimun Jl. Soekarno - Hatta, Tanjung Balai Karimun     

38 KEPRI TJg. Pinang 2010012 RSUD Tanjung Pinang Jl. Sudirman 795, Tanjung Pinang     

39 KEPRI TJg. Pinang 2010023 RS AL Dr Midiyato S Jl. Ciptadi No.1, Tanjung Pinang     

40 SUMSEL Palembang 1671013 RSU Dr. Mohammad Hoesin Jl. Jend. Sudirman KM 3.5, Palembang 0711-354088 351318 

41 SUMSEL Palembang 1671050 RS Charitas Jl. Sudirman 1054, Palembang 0711-350418 362205 

42 SUMSEL Palembang   RSJ Palembang       

43 SUMSEL Palembang 1671265 RSUD Palembang Bari Jl. P. Usaha Seb Ulu, Palembang 0711-514165 519211 

44 SUMSEL Muara Enim 1603015 RSU Prabumulih Jl. Lingkar, Kel. Gunung Ibul, Kec. Prabumulih Timur 0713-320031 320031 

45 SUMSEL OKU  1601013 RSUD Dr. Ibnu Sutowo Baturaja Jl. Dr. Moh. Hatta No.1, Baturaja 0735-320298 327096 

46 SUMSEL Palembang. 1671061 RSJ Ernaldi Bahar Jl. Kol. H. Barlian KM6, Palembang 0711-410354 369880 

47 SUMSEL Musi Rawas 1605010 RSU Dr. Sobirin Musirawas Jl. Yos Sudarso No.13, Lubuk Linggau 0733-321013 324973 

48 SUMSEL Palembang 1671276 RS Myria Palembang Jl. Kol. H. Barlian KM7, Palembang 0711-411610 411610 

49 SUMSEL Banyuasin 1607012 RSUD Banyuasin Jl. Raya Palembang - Betung KM48, Pangkalan Bali 

Banyuasin 

-321130 - 

50 SUMSEL Kayu Agung 1602014 RSU Kayuagung Jl. Letnan Marzuki, Kayu Agung 0712-323889 323889 

51 Bengkulu Bengkulu 1771014 RSU Dr M Yunus Bengkulu Jl. Bayangkara S. Mulyo, Bengkulu 0736-52004 52007 

52 Jambi Jambi 1571012 RSU Raden Mattaher Jambi Jl. Letjen Suprapto 31, Jambi 0741-61692 60014 

53 Jambi Tanjung Jabung Barat 1506010 RSU KH. Daud Arif Jl. Syarif Hidayatullah, Kuala Tungkal 0742-21621 - 

 

 63 

No. Provinsi Kabupaten/ kota Kode RS Rumah Sakit Alamat/Lokasi RS No Telp No fax 

54 Lampung Bdr Lampung 1871015 RSU Dr H Abdul Moeloek Jl. Dr. Rivai 6, Penengahan Bandar Lampung 0721-703312 703952 

55 Lampung Metro 1872016 RSUD Jend. Ahmad Yani Jl. Jend. A. Yani No.13, Metro Lampung 0725-41820 48423 

56 Lampung Lampung Utara 1806013 RSU May Jen HM Ryacudu Jl. Jend. Sudirman No.2, Kotabumi -22095 - 

57 Lampung Lampung Selatan 1803010 RSU Pringsewu Jl. Kesehatan No.1360, Pringsewu 0729-21847 31301 

58 Lampung Lampung Selatan 1803021 RSUD Kalianda Jl. Lettu Rohani 14 B, Kalianda 0727-322160 - 

59 Lampung Lampung Tengah   RSU Demang Sepulau Raya**       

60 Lampung Tlg Bawang 1808015 RSUD Menggala Tulang Bawang Menggala, Kab.Tulang Bawang     

61 BABEL Bangka 1901016 RSU Sungai Liat Jl. Jend Sudirman 195,Sungailiat 0717-92489 92534 

62 BABEL Pangkal Pinang 1972021 RSUD Pangkalpinang Depati Hamzah  Jl. Soekarno Hatta, Pangkal Pinang 0717-422693 423012 

63 BABEL Belitung 1902010 RSUD Tanjung Pandan Jl. Melati Tajung Pandan, Kab.Belitung 0719-21071 22190 

64 DKI Jak Jakarta Pusat 3173014 RSU Dr. Cipto Mangunkusumo Jl. Diponegoro 71 Jakarta Pusat 021-330808 3148991 

65 DKI Jak Jakarta Pusat 3173036 RS AL Dr Mintoharjo Jl. Bendungan Hilir 17 Jakpus 021-5703081 5711997 

66 DKI Jak Jakarta Pusat 3173025 RS PAD Gatot Soebroto Jl. Dr A Rahman Saleh No. 24 Jakarta Pusat 021-371008 3440693 

67 DKI Jak Jakarta Pusat 3173580 RS Kramat 128 Jl. Kramat Raya No.128,Jakpus 021-3909513 3909125 

68 DKI Jak Jakarta Pusat 3173051 RS Sint Carolus Jl. Salemba Raya No.41 Jakarta Pusat 021-3904441 3103226 

69 DKI Jak Jakarta Pusat 3173040 RS Husada Jl. Raya Mangga Besar No.137/139 Jakpus 021-6260108 6497494 

70 DKI Jak Jakarta Utara 3175064 RSPI Prof.Dr. Sulianti S. Jl. Sunter Permai Raya Jakarta Utara 021-6506559 6401411 

71 DKI Jak Jakarta Utara 3175016 RSUD Koja Jl. Deli No.4 Tanjung Priok,Jakut 021-4352401 4372273 

72 DKI Jak Jakarta Timur 3172013 RSUP Persahabatan Jl. Raya Persahabatan,Jaktim 021-4891708 4711222 

73 DKI Jak Jakarta Timur 3172746 RS Jiwa Duren Sawit Jl. Duren Sawit Baru Jakarta Timur 021-8628686 8628659 

74 DKI Jak Jakarta Timur 3172072 RS Kepolisian Pusat/RS Sukanto Kramat Jati,Jakarta Timur 021-8093288 - 

75 DKI Jak Jakarta Timur 3172126 RSU Pasar Rebo Jl. TB Simatupang No.30,Jaktim 021-8401127 8411159 

76 DKI Jak Jakarta Timur 3172024 RSUD Budhi Asih Jl. Dewi Sartika, Cawang III/ 200,Jakarta Timur 021-8090282 8009157 

77 DKI Jak Jakarta Timur   RS Pusat TNI AU Dr. E. Antariksa*       

77 DKI Jak Jakarta Timur 3172061 RS Halim Perdana Kusuma* Jl. Merpati No. 2 Halim Perdana Kusuma, Jakarta 021-8098665 8098665 

78 DKI Jak Jakarta Barat 3174063 RS Kanker Dharmais Jl. S Parman Kav.84-86 Slipi Jakarta Barat 021-5681570 5681579 

79 DKI Jak Jakarta Barat 3174260 RS Anak dan Bunda Harapan Kita Jl. S Parman Kav 87 Jakbar 021-5668284 5601816 

80 DKI Jak Jakarta Barat   RSUD Cengkareng       

81 DKI Jak Jakarta Barat 3173521 RSU Tarakan Jl. Kyai Caringin Jakarta Pusat 021-3503150 3503412 

 

 64 

No. Provinsi Kabupaten/ kota Kode RS Rumah Sakit Alamat/Lokasi RS No Telp No fax 

82 DKI Jak Jakarta Selatan 3171012 RSUP Fatmawati Jl. RS Fatmawati Cilandak,Jaksel 021-7501524 7690123 

83 DKI Jak Jakarta Selatan 3171435 RS KO Jakarta Jl. Lanpangan Tembak No.76,Jaktim 021-7695461 7504022 

84 DKI Jak Jakarta Selatan 3172094 RS FK UKI Jl. May.Jen Soetoyo Cawang,Jakarta Timur 021-8092317 8092445 

85 DKI Jak Jakarta Selatan 3171735 RS Jakarta Medical Center (JMC) Jl. Buncit Raya No.15,Jakarta Selatan     

86 JABAR Bandung 3273015 RSU Dr Hasan Sadikin Jl. Pasteur 38 Bandung 022-2034953 2032216 

87 JABAR Bandung 3273074 RS St. Borromeus Jl. Ir. H.Juanda No.100 Bandung 022-2504041 2504235 

88 JABAR Bandung 3204020 RSU Cimahi Jl. Jend. H. Amir Machmud No. 140 022-6652025 6649112 

89 JABAR Bandung 3273405 RS Ujung Berung Jl Rumah Sakit 22 Bandung 022-7800017 7809581 

90 JABAR Bandung 3273110 RS Bungsu Jl. Veteran No. 6 Bandung 022-4231550 4231582 

91 JABAR Bandung 3273201 RS Paru Dr. H.A. Rotinsulu Bandung Jl. Bukit Jarian No. 40 Bandung 022-231427 2031427 

92 JABAR Bandung 3273052 RS Immanuel Bandung Jl. Kopo 161 Bandung 022-5201656 5224219 

93 JABAR Bandung 3273041 RS Kebonjati Jl. Kebonjati 152 Bandung 022-6031969 6079445 

94 JABAR Bandung 3273030 RS Pusat AU Dr M Salamun Jl. Ciumbuleiut 203 Bandung 022-2034941 2031624 

95 JABAR Bogor 3271046 RSJ Dr. H. Marzoeki Mahdi Jl. Dr. Semeru No.114 Bogor 0251-324024 324026 

96 JABAR Bogor 3201050 RSU Ciawi Jl. Raya Puncak 479 Ciawi Bogor 021-240797 242937 

97 JABAR Bogor 3271013 RS PMI Bogor Jl. Raya Pajajaran No. 80 Bogor 0251-324080 324709 

98 JABAR Bekasi 3216013 RSUD Bekasi Jl. Pramuka No. 55 Bekasi 021-8841005 8853731 

99 JABAR Bekasi 3216218 RS Ananda Jl. Sultan Agung No.173,Kec.Medan Satria - Bekasi     

100 JABAR Sukabumi 3272025 RS Secapa Polri (Bhayangkara) Jl. Bhayangkara No. 166 Sukabumi 0266-229207 - 

101 JABAR Sukabumi 3272014 RSUD R Syamsudin SH Jl. Rumah Sakit No. 1 Sukabumi 0266-225180 212988 

102 JABAR Ciamis 3207012 RSUD Ciamis Jl. Rumah Sakit No.76 Ciamis -771018 - 

103 JABAR Cianjur 3203015 RSU Cianjur Jl. Rumah Sakit No.1 Cianjur -261026 - 

104 JABAR Karawang 3215012 RSUD Karawang Jl. Galuh Mas Raya No.1,Karawang 0267-640444 640666 

105 JABAR Cirebon 3209014 RSUD Waled Jl. Kesehatan No. 4 Waled, Cirebon 0231-661126 661126 

106 JABAR Cirebon 3274016 RSUD Gunung Jati Jl. Kesambi No.56 Cirebon     

107 JABAR Indramayu 3212016 RSUD Indramayu Jl. Rumah Sakit No. 1 Indramayu -272655 - 

108 JABAR Kuningan 3208013 RSUD Kuningan Jl. Sudirman No. 68 Kuningan 0232-871885 874701 

109 JABAR Purwakarta 3214011 RSUD Bayu Asih Jl. Veteran No. 39 Purwakarta 0264-200100 202215 

110 JABAR Sumedang 3211015 RSUD Sumedang Jl. Palasari No. 80 Sumedang 0261-201021 204970 

 

 65 

No. Provinsi Kabupaten/ kota Kode RS Rumah Sakit Alamat/Lokasi RS No Telp No fax 

111 JABAR Tasikmalaya 3206011 RSU Tasikmalaya Jl. Rumah Sakit 33 Tasikmalaya 0265-331683 331747 

112 JABAR Subang 3213010 RSUD Subang Jl. Palasari No. 80 Sumedang 0260-411632 417442 

113 JABAR Depok 3201061 RS Tugu Ibu Jl. Raya Bogor Km 29 Cimanggis - Depok 021-8711693 8708266 

114 Banten Tangerang 3671010 RSU Tangerang Jl. A Yani No. 9 Tangerang 021-5526686 5527104 

115 Banten Serang 3604013 RSU Serang Jl. Rumah Sakit No. 1 Serang 0254-200528 200724 

116 Banten Serang 3672022 RSU Kota Cilegon Jl. Kapten P.Tendean Km.3 Cilegon 0254-330461 330864 

117 Banten Tangerang 3671065 RS Usada Insani Jl. Ray Cipondoh 24 Tangerang - - 

118 Banten Tangerang 3603023 RS Qadr  Komp Islamic Village Curug Tangerang 021-5464466 5470775 

119 JATENG Semarang 3374010 RSU Dr. Kariadi Jl. Dr. Soetomo No.16,Semarang 024-8413476 8313212 

120 JATENG Semarang 3374021 RS St. Elisabeth Semarang Jl. Kawi No.1,Semarang 024-8310076 8413373 

121 JATENG Semarang 3374134 RSUD Tugurejo Semarang Jl. Raya Tugurejo,Semarang 024-7605378 7605297 

122 JATENG Semarang 3374112 RSU Panti Wilasa I Jl. Citarum 98,Semarang 024-3542224 3561514 

123 JATENG Semarang 3322012 RSUD Ambarawa Jl. Kartini No.10, Ambarawa 0298-591020 591866 

124 JATENG Semarang 3322023 RSUD Ungaran Jl. Diponegoro 125,Ungaran 024-6921006 6922910 

125 JATENG Semarang. 3374342 RSUD Kota Semarang Jl. Fatmawati Raya No.1,Semarang 024-6711500 6717755 

126 JATENG Surakarta 3372015 RSU Dr. Moewardi Surakarta Jl. Kol Sutarto 132,Surakarta 0271-634634 637412 

127 JATENG Surakarta 3372026 RS Dr.Oen Jl. Brigjend Katamso 55,Surakarta 0271-643139 642026 

128 JATENG Purwokerto 3302026 RSUD Prof Dr. M Soekarjo Jl. Dr Gumbreg No. 1 Purwokerto 0281-632708 632502 

129 JATENG Jepara 3320010 RSU R.A. Kartini Jl. K.H. Wahid Hasyim Jepara 0291-891175 591145 

130 JATENG Cilacap 3301014 RSU Cilacap Jl. Gatot Subroto 28 Cilacap 0282-533010 520755 

131 JATENG Banyumas 3302015 RSUD Banyumas Jl. Rumah Sakit No.1 Banyumas 0281-796182 796182 

132 JATENG Tegal 3376012 RSUD Kardinah* Jl. KS Tubun No.4,Tegal 0283-356067 353131 

133 JATENG Salatiga 3373016 RSU Salatiga Jl. Osamaliki No.19,Salatiga 0298-324074 321925 

134 JATENG Kendal 3324014 RSU Dr. H.Soewondo Kendal Jl. Laut No. 21,Kendal 0294-381433 381573 

135 JATENG Klaten 3310015 RSUP Dr.Suraji Tirtonegoro Klaten Jl. Dr. Soeraji T No.1,Klaten 0272-321041 321104 

136 JATENG Sragen 3314012 RSUD Sragen Jl. Raya Sukowati No.534,Sragen 0271-891661 890158 

137 JATENG Slawi 3328011 RSU Dr. H.RM Soeselo W Jl. Dr. Sutomo No.63,Slawi 0283-491016 491016 

138 JATENG Batang 3325015 RSUD Kab. Batang Jl. Dr Sutomo No. 42,Batang 0285-391033 391206 

139 JATENG Pekalongan 3375011 RSUD Pekalongan Jl. Veteran 31,Pekalongan 0285-421621 423225 

 

 66 

No. Provinsi Kabupaten/ kota Kode RS Rumah Sakit Alamat/Lokasi RS No Telp No fax 

140 JATENG Blora 3316014 RS Dr. R. Soetijono Blora Jl. Dr Sutomo No. 42,Blora 0296-531118 531839 

141 JATENG Purworejo 3306012 RSUD Saras Husada Purworejo Jl. Jen Sudirman No.60 Purworejo 0275-321118 322448 

142 JATENG Wonosobo 3307013 RSU Wonosobo Jl. Rumah Sakit No.1,Wonosobo 0286-321091 323873 

143 JATENG Boyolali 3309015 RSUD Pandan Arang Boyolali Jl. Kantil No. 14, Boyolali 0276-321065 321435 

144 JATENG Tegal   RSU Tegal*       

145 DIY Yogyakarta 3471015 RSUP Dr. Sardjito Jl. Kesehatan Sekip Yogyakarta 0274-587333 553580 

146 DIY Yogyakarta 3471063 RS Bethesda Yogyakarta Jl. Jen Sudirman 70 Yogyakarta 0274-562246 563312 

147 DIY Sleman 3404011 RSUD Sleman Jl. Bhayangkara 48 Sleman 0274-868437 868812 

148 DIY Yogyakarta 3471234 RSUD Kota Yogyakarta Jl. Wirosaban No. 1 Yogyakarta 0274-371195 385769 

149 DIY Yogyakarta 3471052 RSU Panti Rapih Jl. Cik Ditiro 30 Yogyakarta 0274-514845 564583 

150 DIY Yogyakarta 3471041 RS PKU Muhammadiyah Yogya Jl. K.H. Ahmad Dahlan 20 Yogyakarta 0274-512653 566129 

151 DIY Yogyakarta 3404022 RS Jiwa Grhasia/ Lalijiwa pakem Jl. Kaliurang No. 17 Yogyakarta 0274-895142 - 

152 JATIM Surabaya 3578016 RSU Dr. Soetomo Jl. Prof Dr. Moestopo Surabaya 031-5501011 5028735 

153 JATIM Surabaya 3578764 RS Bhayangkara H.S.Samsoeri Mertojoso Jl. Achmad Yani No.16,Surabaya     

154 JATIM Surabaya 3578020 RS Al Dr Ramelan Jl. Gadung No. 1 Surabaya 031-8438153 8437511 

155 JATIM Surabaya 3578571 RSUD Dr. Mohamad Soewandhie Jl. Tambakrejo 45-47 Surabaya     

156 JATIM Surabaya   RS Karang Tembok**       

157 JATIM Surabaya 3578192 RS Jiwa Menur Jl. Menur 120 Surabaya 031-5022436 5021636 

158 JATIM Surabaya 3578571 RSU Tambakrejo Jl Tambakrejo 45-47 Surabaya 031-3717141 - 

159 JATIM Malang 3573011 RSU Dr. Saiful Anwar Jl. Jaksa Agung Suprapto No.2 Malang 0341-352101 369384 

160 JATIM Kediri 3506014 RSU Pare Jl. Pahlawan Kusuma Bangsa No.1, Pare 0354-391718 391833 

161 JATIM Malang 3507052 RSU "Kanjuruhan"Kepanjen Jl. Panji No. 100 Kepanjen, Malang 0341-395041 395024 

162 JATIM Jember 3509010 RSU Dr. Soebandi Jl. Dr. Soebandi No.124, Jember 0331-487441 487564 

163 JATIM Banyuwangi 3510010 RSU Blambangan Jl. Istiqlah No. 49 Banyuwangi 0333-421118 421072 

164 JATIM Sidoarjo 3515015 RSUD Sidoarjo Jl. Mojopahit No.667 Sidoarjo 031-8961649 8964800 

165 JATIM Madiun 3519023 RSUD Panti Waluyo Jl. A Yani Km 2 Caruban Madiun 0351-387184 - 

166 JATIM Gresik 3525010 RSUD Ibnu Sina Kab. Gresik Jl. Dr. W Sudiro Husodo No.243 B, Gresik 031-3951239 3955217 

167 JATIM Malang 3573226 RS Islam Malang Jl. M. T. Haryono No. 139 Malang 0341-551356 565448 

168 JATIM Nganjuk 3518011 RSUD Nganjuk Jl. Dr. Sutomo 62, Nganjuk 0358-321118 325003 

 

 67 

No. Provinsi Kabupaten/ kota Kode RS Rumah Sakit Alamat/Lokasi RS No Telp No fax 

169 JATIM Sampang 3527012 RSUD Kab. Sampang Jl. Rajawali No. 10, Sampang -21516 - 

170 JATIM Kediri 3571016 RSU Gambiran Jl. KH Wahid Hasyim 64 Kediri 0354-773097 778340 

171 JATIM Bojonegoro 3522014 RSU Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Jl. Dr Wahidin No.40, Bojonegoro 0353-881193 - 

172 JATIM Tulungagung 3504012 RSUD Dr Iskak Tulungagung Jl. Dr. W Sudirohusudo, Tulungagung 0355-322609 322165 

173 JATIM Madiun 3577015 RSU Dr. Soedono Madiun Jl. Dr. Soetomo 59, Madiun 0351-464325 458054 

174 JATIM Mojokerto 3576014 RSU Dr. Wahidin S Husodo Jl. Gajah Mada 100 Mojokerto 0321-321661 - 

175 JATIM Jombang 3517010 RSUD Kab. Jombang Jl. KHW Hasyim 52, Jombang 0321-861116 879316 

176 JATIM Lamongan 3524016 RSUD Dr Soegiri Lamongan Jl. Kusumabangsa 7 Lamongan 0322-321718 322582 

178 JATIM Sumenep 3529014 RSU Muh Anwar Sumenep Jl. Dr Cipto No. 42 Sumenep -662494 - 

179 JATIM Surabaya 3578523 RSU Haji Surabaya Jl. Manyar Kertoadi Surabaya 031-5947760 5947890 

180 JATIM Probolinggo 3513013 RSU Waluyo Jati Kraksaan Jl. Dr Sutomo No. 1 Kraksaan 0335-81118 841160 

181 JATIM Bondowoso 3511011 RSUD Dr. H.Koesnadi Jl. Piere Tendean Bondowoso 0332-421263 422311 

182 JATIM Ponorogo 3502010 RSUD Dr. Harjono S Ponorogo Jl. Ciptomangunkusumo Ponorogo 0352-81218 485051 

183 JATIM Magetan 3520012 RSU Dr. Sayidiman Magetan Jl. Pahlawan No.2 Magetan 0351-895023 895067 

184 JATIM Malang 3573022 Rumkit Tk.II Dr. Soepraoen Jl. Sodanco Supriyadi No.22,Malang 0341-325111 325113 

185 JATIM Jember 3509032 Rumkit Tk.III Baladika Husada Jember Jl. PB Sudirman No. 49 Jember -84674 - 

186 Bali Denpasar 5171016 RSUP Sanglah Denpasar Jl. Diponegoro Denpasar 0361-227911 224206 

187 Bali Bulelr:ng 5108016 RSU Singaraja Jl Ngurah Rai 30 Singaraja 0362-22046 29629 

188 Bali Jembrana 5101016 RSU Negara Jl Wijaya Kusuma 17 Negara 0365-41006 62365 

189 Bali Tabanan 5102010 RSU Tabanan Jl. Pahlawan No. 14 Tabanan 0361-811027 811202 

190 Bali Gianyar 5104012 RSUD Sanjiwani Gianyar Jl. Ciung Wenara No.2 Gianyar 0361-943020 - 

191 Bali Klungkung 5105013 RSU Klungkung Jl. Flamboyan No. 40 Klungkung 0366-21172 21371 

192 Bali Wangaya 5171020 RSUD Wangaya Jl. Kartini No.133 Denpasar 0361-222141 224114 

193 Bali Badung   RSU Badung** Badung     

194 Bali Denpasar 5171031 Rumkit Tk.III Udayana Denpasar Jl. P.B Sudirman No.1 Denpasar 0361-228061 246356 

195 Bali Buleleng 5108016 RSUD Kab. Buleleng Jl. Ngurah Rai 30 Singaraja     

196 Bali Jembrana   RSUD Jembrana**       

197 Bali Bangli 5106014 RSU Bangli Jl. Kusuma Yudha No. 27 Bangli 0366-91521 91521 

198 Bali Karangasem 5107015 RSUD Karangasem Jl. Ngurah Rai – Amlapura 0363-21470 21470 

 

 68 

No. Provinsi Kabupaten/ kota Kode RS Rumah Sakit Alamat/Lokasi RS No Telp No fax 

199 KALBAR Pontianak 6171011 RSU Dr Sudarso PTK Jl. Adisucipto Pontianak 0561-737701 732077 

200 KALBAR Pontianak 6171033 RSU St.Antonius Jl. KHW. Hasyim No.249, Pontianak 0561-732101 733623 

201 KALBAR Singkawang 6101011 RSUD Dr Abdul Aziz Jl. Dr Sotomo No. 28, Singkawang 0562-631748 636319 

202 KALBAR Mempawah 6104014 RSU Dr Rubini Mempawah Jl. Dr Rubini Mempawah - - 

203 KALBAR Pontianak 6171044 RS Jiwa Pontianak Jl. Ali Anyang No. 1 Pontianak 0561-732420 732420 

204 KALBAR Ketapang 6106016 RSU Dr. Agusdjam Ketapang Jl. Panjaitan No.1 Ketapang 0534-32061 31512 

205 KALBAR Sanggau 6105015 RSU Sanggau Jl. Jend Sudirman Sanggau -21070 - 

206 KALBAR Sambas 6101033 RSU Pemangkat Jl. A.Kadir Kasim 20 Pemangkat 0562-241040 - 

207 KALTIM Sarnarinda 6472015 RSUD H A Wahab Sjahranie Jl. Dr. Soetomo, Samarinda 0541-738118 741793 

208 KALTIM Balikpapan 6471014 RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Jl. M.T. Haryono Ring Road Balikpapan 0542-873901 873836 

209 KALTIM Samarinda 6472030 RS Dirgahayu Jl. Merbabu No.40 Samarinda 0541-742116 205360 

210 KALTIM Balikpapan 6471036 Rumkit Tk.III Dr R Hardjanto Jl. Tanjungpura I Balikpapan 0542-423409 415677 

211 KALTIM Tarakan 6473016 RSUD Tarakan Jl. P. Irian Tengah,Tarakan 0551-21720 21166 

212 KALTENG Palangkaraya 6271012 RSUD Dr Doris Sylvanus Jl. Tambun Bungai No.4 Palangkaraya 0536-21717 29194 

213 KALSEL Banjarmasin 6371013 RSUD Ulin Banjarmasin Jl. Jen A Yani No.43, Banjarmasin 0511-2180 252229 

214 KALSEL Banjarmasin 6371072 RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh Jl. Brig Jend H Hasan Basry No.1,Banjarmasin 0511-300741 300741 

215 KALSEL Kotabaru 6302014 RSUD Kotabaru Jl. H Hasan Basri No.57, Kotabaru 0518-21118 21118 

216 KALSEL Hulu Sungai Utara 6308013 RSU Pambalah Batung Jl. Basuki Rahmat No. 1 Amuntai 0527-62905 61041 

217 NTB Mataram  5271010 RSU Mataram Jl. Pejanggik No.6, Mataram 0370-621345 621345 

218 NTB Lombok Tengah 5202011 RSU Praya Jl. Basuki Rahmat No. 11 Praya 0370-654007 653082 

219 NTB Dompu 5205014 RSU Dompu Jl. Kesehatan No. 1 Dompu, NTB 0373-21411 21411 

220 NTB Sumbawa 5204013 RSU Sumbawa Besar Jl. Garuda No. 5 Sumbawa Besar 0371-21929 23974 

221 NTT Kupang 5371011 RSU Prof Dr WZ Johanes Jl. Dr Moch Hatta No. 19 Kupang 0380-832892 832892 

222 NTT Sumba Timur 5302023 RSUD Waingapu Umbu Rara Meha Jl. Adam Malik No.54, Hambala Waingapu -61302 - 

223 NTT Belu 5306016 RSUD Belu Atambua Jl. Dr Sutomo No. II Atambua -21016 21118 

224 NTT Sikka 5310012 RSU Dr TC Hillers Maumere Jl. Kesehatan Maumere 0382-21617 21314 

225 NTT Ende 5311013 RSUD Ende Jl. Prof Dr. WZ.Johanes Ende 0381-21031 22026 

226 NTT Manggarai 5313015 RSU Ruteng Jl. Diponegoro No.16,Kab Manggarai -21389 - 

227 NTT Flores Timur 5309012 RSU Larantuka Jl. Moh Hatta No.19,Kab.Flores Timur 0382-21617 - 

 

 69 

No. Provinsi Kabupaten/ kota Kode RS Rumah Sakit Alamat/Lokasi RS No Telp No fax 

228 NTT Kupang 5371022 RS Tk.IV Wirasakti Kupang Jl. Dr.DR.Moch Hatta No.3,Kupang 0380-821131 - 

229 SULUT Manado 7171013 RSU Prof.Dr. R.D Kandou Manado Jl. Raya Tanawangko No.56, Manado 0431-853191 853205 

230 SULUT Manado 7171035 RS Jiwa Ratumbuysang Jl. Bethesda 77 Manado 0431-862792 - 

231 SULUT Tomohon 7102036 RS Bethesda GMIM Tomohon Jl. Raya Tomohon 0430-351017 351260 

232 SULUT Manado 7171024 RS TK.Teling Manado Jl. 14 Februari Telling Atas,Manado 0431-852450 853035 

233 SULUT Bitung 7172036 RSU Bitung Jl. SH Sarundayang Kota Bitung 0438-31881 - 

234 SULBAR Polmas 7602044 RSU Polewali Jl. Dr Ratulangi 50 Polewali     

235 SULTENG Palu 7271014 RSU Undata Palu Jl. Dr Suharso 14 Palu 0451-421270 421370 

236 SULTENG Palu 7271051 RS Jiwa Palu Madani Km 13 Mamboro Palu 0451-491470 491605 

237 SULTENG Palu 7271040 RS Woodward Bala Keselamatan Jl. Woodward No.1 Palu 0451-421769 423744 

238 SULTENG Toli-toli 7206012 RSU Mokopido Toli-Toli Jl. Lanoni No.37 Toli-Toli, Sulteng 0453-21300 - 

239 SULTENG Poso 7204010 RSUD Poso Jl. Jen.Sudirman No.33 Poso 0452-23645 324360 

240 SULTENG Tojo Una-Una 7204032 RSU Ampana Jl. St Hasanudin No. 32 Ampana 0465-21165 - 

241 SULTENG Morowali 7204021 RSUD Kolonodale Jl. W Monginsidi 2 Kolonedale 0465-21010 21010 

242 SULTENG Banggai 7202015 RSU Luwuk Jl. Imam Bonjol No. 14 Luwuk 0461-21820 - 

243 SULSEL Makassar 7371030 Rumkit Tk.II Pelamonia Jl. Jend Sudirman No.27,Makassar 0411-323434 323434 

244 SULSEL Makassar 7371325 RSU Dr W Sudirohusodo UP Jl. P Kemerdekaan Km.11,Makasar 0411-584677 587676 

245 SULSEL Makassar 7371041 RS Kepolisian Bhayangkara Jl. Letjen Mapaodang Makassar -872514 - 

246 SULSEL Makassar 7371096 RS Jiwa Makassar Jl. L Pasewang No. 34 Makassar -873120 - 

247 SULSEL Makassar 7371026 RSU Labuang Baji Jl. Dr. Ratulangi No.81 Makassar 0411-873482 530454 

248 SULSEL Pare-pare 7372075 RSU Andi Makkasau Pare2 Jl. Nurussamawaty No.3 Pare-Pare 0421-21823 22237 

249 SULSEL Bulukumba 7302016 RSU Bulukumba Jl. Serikaya No. 17 Bulukumba -81290 - 

250 SULSEL Palopo 7317016 RSU Palopo Sawerigading Jl. Samiun No.2 Palopo 0471-21015 24356 

251 SULTRA Kendari 7403011 RSU Propinsi Kendari Jl. Dr Ratulangi No. 151 Kendari 0401-321733 321432 

252 SULTRA Kendari 7403066 RS Jiwa Kendari Jl. Letjen Suprapto Kendari 0401-873120 - 

253 SULTRA Buton 7401016 RSU Bau Bau Jl. Jend Sudirman 20 Bau Bau 0402-21803 - 

254 SULTRA Kolaka 7404012 RSU Kolaka Jl. W R Supratman No. 20 Kolaka 0405-21042 - 

255 Gorontalo Gorontalo 7571010 RSU Prof Dr H Aloei Saboe Jl. Sultan Batutihe No. 7 Gorontalo 0435-821019 821062 

256 Gorontalo Gorontalo 7501021 RSU Dr M Mohammad Dunda Jl. A Yani Limboto Gorontalo -851455 - 

 

 70 

No. Provinsi Kabupaten/ kota Kode RS Rumah Sakit Alamat/Lokasi RS No Telp No fax 

257 Maluku Ambon 8171015 RSU Dr M Haulussy Ambon Jl. Dr Kayadoe Ambon 0911-353438 353595 

258 Maluku Ambon 8171110 RS Al Fatah Jl.Sultan Babullah 2 Ambon - - 

259 Maluku Tual 8101015 RSU Tual Jl. Merdeka Ohoijang Tual 0916-21612 21614 

260 MALUT Ternate 8271016 RSU Ternate Jl. Tanah Tinggi Ternate 0921-21281 21777 

261 MALUT Ternate   RSU Boesoeri Ternate     

262 PAPBAR Manokwari 9102011 RSU Manokwari Jl. Bhayangkara No.I Manokwari 0986-211441 213189 

263 PAPBAR Sorong 9171032 RSU Sele Be Solu Sorong Jl. Basuki Rahmat Km 12 Sorong 0951-21450 322076 

264 PAPBAR Fak-fak 9101010 RSU Fak Fak Jl. Jend Sudirman Fak Fak 0956-22373 - 

265 PAPBAR Sorong 9171010