anatomi kepala
Regio kepala terbagi menjadi dua, yaitu regio tengkorak dan regio wajah.
Regio Tengkorak yaitu pembagian daerah permukaan anterior kepala seperti
otak bagian frontal, occipital, dan temporal. Regio Wajah yaitu bagian anterior
kepala. Pada regio wajah terbagi menjadi beberapa area, yaitu area mata, area
telinga, area hidung, dan area mulut. (Prasetya, 2011). Tumor superficial pada
regio kepala mencakup Tumor Epidermoid dan Tumor Mesenchymal yang terdiri
dari Tumor Kelenjar Getah Bening dan Kelenjar Liur, Tumor Tulang, dan Tumor
Jaringan Lunak.
Kulit dibagi menjadi dua lapisan utama yaitu, epidermis dan dermis,
keduanya mempunyai peran yang berbeda dalam fungsional keseluruhan kulit.
Epidermis yaitu lapisan yang paling luar pada kulit dimana juga sebagai
pertahanan pertama dari zat-zat invasi asing yang masuk ke dalam tubuh. Sel
utama epidermis disebut keratinosit. Epidermis dibagi menjadi lima lapisan atau
stratum, stratum germinativum, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum
lucidum dan stratum corneum dimana keratinosit bermigrasi secara bertahap ke
permukaan dan mengelupas dalam proses yang disebut deskuamasi. Lapisan dermis yaitu lapisan dalam kulit dengan tebal 0,5-2,5 mm,
kebanyakan terbentuk dari jalinan erat serat kolagen dan serat elastin, juga
ada folikel rambut dan badan kelenjar yang menjorok dari epidermis, juga
ada pembuluh darah, limfatik, dan saraf yang menjulur dari lapisan bawahnya.
Kelenjar Getah Bening pada tubuh berjumlah sekitar 600, namun hanya
didaerah submandibular (bagian bawah rahang bawah; sub: bawah; mandibula:
rahang bawah), ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang
sehat. ada tiga daerah pada Kelenjar Getah Bening yang berbeda : korteks,
medulla, parakorteks, ketiganya ada di antara kapsul dan hilus. Korteks dan
medulla merupakan daerah yang mengandung sel B, sedangkan daerah
parakorteks mengandung sel T. Dalam korteks banyak mengandung nodul
limfatik (folikel), pada masa postnatal, biasanya berisi germinal center
Kelenjar liur terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar submandibula, kelenjar
lingualis, dan kelenjar liur minor. Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur yang
terbesar, terletak di regio preaurikula dan berada dalam jaringan subkutis.
Kelenjar ini memproduksi sekret yang sebagian berasal dari sel-sel asini.
Kelenjar parotis terbagi oleh nervus fasialis menjadi kelenjar supraneural dan
kelenjar infraneural. Kelenjar supraneural ukurannya lebih besar daripada
kelenjar inraneural. Produk dari kelenjar liur disalurkan melalui duktus Stensen
yang keluar dari sebelah anterior kelenjar parotis. Kelenjar submandibula
merupakan kelenjar liur terbesar kedua sesudah kelanjar parotis. Kelenjar ini
menghasilkan sekret mucoid maupun serosa. Kelenjar ini berada di medial dan
inefrior ramus mandibula dan berada di sekeliling muskulus mylohyoid,
membentuk huruf “C” serta membentuk lobus superfisial dan prounda. Kelenjar
sublingual merupakan kelenjar liur mayor yang paling kecil. Kelenjar ini berada di
dalam mukosa di dasar mulut dan terdiri dari sel-sel asini yang mensekresi
mucus. Kelenjar liur minor sangat banyak jumlahnya, berkisar antara 600 sampai
1000 kelenjar. Masing-masing kelenjar memiliki duktus yang bermuara di dalam
rongga mulut, tersebar di daerah bukal, labium, palatum, serta lingual
Jaringan Lunak yaitu jaringan selain tulang, epitel organ dalam, epitel
kulit, system hematopoietik dan system saraf pusat. Semua yang berasal dari
jaringan mukosa, serabut, lemak, otot polos, otot lurik, mesotel, sinovium,
jaringan mesenkim limfangial, juga mencangkup sistem saraf tepi termasuk
dalam jaringan lunak . Jaringan Tulang sebagai unsur pokok
kerangka orang dewasa, jaringan tulang mengga struktur berdaging, melindungi
organ-organ vital seperti yang ada di dalam tengkorak dan rongga dada, dan
menampung sumsum tulang, tempat sel-sel darah dibentuk. Tulang yaitu
jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi antarsel berkapur, yaitu matriks
tulang, dan 3 jenis sel : osteosit, yang ada di rongga-rongga di dalam
matriks; osteoblas, yang menyintesis unsur organic matriks, dan osteoklas, yang
merupakan sel raksasa multinuklear yang terlibat dalam resorpsi dan remodeling
jaringan tulang. Permukaan bagian luar dan dalam semua tulang dilapisi lapisan-
lapisan jaringan yang mengandung sel-sel osteogenik, endosteum pada
permukaan dalam dan periosteum pada permukaan luar
Orbita yaitu dua kavum yang berisi bola mata dengan otot, syaraf,
pembuluh darah, lemak, dan banyak lacrimal apparatus. Palpebrae (kelopak
mata) yaitu lipatan musculofibrou di anterior masing-masing orbita. Fissure
palpebral yaitu ruang antara kelopak mata yang mengarah ke conjunctival sac.
Ada tiga macam kelenjar (moll, zeis, dan Meibom) yang mengalir ke pinggir
kelopak mata, yaitu kelenjar ciliary (keringat), kelenjar sebaceous yang melekat
pada folikel bulu mata, dan kelenjar tarsal (jumlahnya sekitar 35 di kelopak atas)
di bagian posterior. Bola mata punya tiga penutup konsentris yaitu (1) eksternal,
fibrous tunic terdiri dari cornea dan sclera; (2) middle, vascular tunic terdiri dari
iris, ciliary body, dan choroid; dan (3) internal, nervous tunic, atau retina. (Ronan
O'Rahilly, 2004)
Telinga dibagi menjadi tiga bagian, luar, tengah, dan dalam. Telinga luar
berfungsi sebagai konduksi suara dan proteksi bagian dalam dari telinga, terdiri
dari auricle (daun telinga) dan meatus akustikus eksternus. Telinga tengah
sebagian besar terdiri dari ruang udara di tulang temporal. Kavum timpani ini
terdiri dari auditaory ossicles. Telinga dalam terletak dalam bagian petrosa dari
tulang temporal, terdiri dari serangkaian kompleks ruang yang berisi cairan,
labyrinth berselaput dan labirin (osseous) tulang (O'Rahilly, 2004).
Hidung terdiri dari hidung luar pada wajah dan rongga hidung (nasal
cavity). Hidung luar mempunyai jembatan (root) yang dorsum, dan puncak.
Lubang di inferior yaitu lubang hidung (atau nares), batas lateral yaitu ala
nasi dan medial yaitu septum nasi. Bagian superior dari hidung dibentuk oleh
tulang frontal, dan rahang atas, sedangkan bagian inferior dibentuk oleh
beberapa kartilago. Rongga hidung meluas ke arah antero-posterior dari nares
ke choanae. Setiap koana pada bagian medial dibatasi oleh vomer, inferior oleh
tulang palatine, lateral oleh pterygoideus plate medial, dan bagian superior oleh
tulang sphenoid (O'Rahilly, 2004).
Rongga mulut merupakan sebuah bagian tubuh yang terdiri dari : lidah
bagian oral (dua pertiga bagian anterior dari lidah), palatum durum (palatum
keras), dasar dari mulut, trigonum retromolar, bibir, mukosa bukal, ‘alveolar
ridge’, dan gingiva. Tulang mandibula dan maksila yaitu bagian tulang yang
membatasi rongga mulut Rongga mulut yang disebut juga
rongga bukal, dibentuk secara anatomis oleh pipi, palatum keras, palatum lunak,
dan lidah. Pipi membentuk dinding bagian lateral masing-masing sisi dari rongga
mulut. Pada bagian eksternal dari pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada
bagian internalnya, pipi dilapisi oleh membran mukosa, yang terdiri dari epitel
pipih berlapis yang tidak terkeratinasi. Otot-otot businator (otot yang menyusun
dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun di antara kulit dan membran mukosa dari
pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir pada bagian bibir
2.2 Epidemiologi Tumor Regio Kepala
Lebih dari 500.000 kasus baru keganasan pada kepala leher muncul di Amerika
Serikat dan Eropa setiap tahunnya, dan ini yaitu penyebab kematian dan
kecacatan yang signifikan. Penelitian dengan jumlah kasus
11.221, menemukan jenis kelamin laki-laki lebih sering terkena kanker kepala
dan leher (79,9%) dibandingkan dengan perempuan (20,1%), dengan distribusi
umur terbanyak dijumpai pada umur 55-59 (18,7%) dan yang paling sedikit
dijumpai pada umur <40 tahun (3,7%). Ras yang paling banyak dijumpai yaitu
ras kulih putih (73,7%) dan yang paling sedikit yaitu ras Asia (0,5%).
Pendidikan penderita tumor ganas kepala leher yang paling dijumpai yaitu SD
(38,7%) dan paling sedikit yaitu tidak berpendidikan (0,8%)
Insiden Tumor Kulit bervariasi besar di antara berbagai etnis, tertinggi di
kalangan orang kulit putih. Insiden karsinoma kulit cenderung meningkat setiap
tahunnya, tertinggi di Australia yaitu menempati sekitar setengah dari
keseluruhan keganasan disana. Data dari perhimpunan kanker Amerika Serikat
menunjukkan, setiap tahun ada lebih dari 700.000 kasus baru. Di China,
perbandingan karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel basal sekitar 5-10;1,
sedangkan di Negara Barat justru kebalikannya, perbandingan antara keduanya
sekitar 1:4 . Insiden Tumor Jaringan Lunak, yaitu Tumor jinak
mesenchymal melebihi jumlah insiden sarkoma. Kejadian klinis tahunan (jumlah
pasien baru yang konsultasi dengan dokter) dari tumor jinak jaringan lunak telah
diperkirakan mencapai 3000 penderita per satu juta populasi penduduk
sedangkan kejadian tahunan sarkoma jaringan lunak yaitu sekitar 30 penderita
per satu juta populasi penduduk, yaitu kurang dari 1 persen dari semua jenis
tumor ganas. Tidak ada data yang menunjukkan perubahan dalam kejadian
sarkoma dan juga tidak ada perbedaan geografis yang signifikan
Tumor Kelenjar Liur yaitu tumor jinak atau ganas yang berasal dari
epitel kelenjar liur, baik kelenjar liur mayor ataupun minor. Secara umum, tumor
kelenjar liur relatif jarang, merupakan 3%-6% dari tumor kepala leher penderita
dewasa. Dari keseluruhan tumor kelenjar liur, insiden tumor parotis yang paling
tinggi, yaitu sekitar 80%, tumor submandibular 10%, tumor sublingual 1%, tumor
kelenjar liur minor dalam mulut 9%. Sedangkan di antara kelenjar liur minor,
paling sering ditemukan yaitu kelenjar palatin (57,8%), lalu kelenjar labial
(12,6%), kelenjar lingual (10%), dan kelenjar bukal (8%) (Desen dkk, 2011).
Dari analisis data Surveillance, Epidemiology and End Results (SEER)
Cancer Statistics Review of the National Cancer Institute, diperkirakan ada 2,810
pria dan wanita yang terdiagnosa dan 1,490 diantaranya meninggal pada tahun
2011. Secara keseluruhan dari 0,2% dari keganasan di Ameriksa Serikat dan
insidennya 0,9 dari 100.000 orang per tahunnya. Dari 5 tahun survei pada tahun
2001-2007, ada 66,3% yang meninggal (0,4 per 100.000)
2.3 Usia dan Distribusi Tumor Regio Kepala
Pada 2011, sebanyak 39,400 laki-laki dan perempuan (27,710 laki-laki
dan 11,690 perempuan) di Amerika Serikat terdiagnosis kanker cavum oral dan
faring, dan 7,900 orang akan meninggal. Tumor Kepala dan Leher lebih sering
tumbuh pada daerah rongga mulut, faring, dan laring sebab permukaan mukosa
mudah terpapar karsinogen (Ridge dkk, 2004). Distribusi dari tumor kepala; 44%
pada lokasi yang dapat teraba, 31% pada lokasi yang dapat dilihat, dan 25%
pada lokasi yang tidak bisa dilihat. Lokasi terbanyak yaitu mukosa orofaring
(12%), lidah (10%), dan jaringan lunak (9%) (Davis & Welch, 2006).
Pada tahun 1998, tercatat 3,021 tumor yang diperiksa dari 2,260 pasien.
Setengah dari tumor ini terdiagnosa pada pasien diatas 72 tahun dan 51%
nya ada pria. Distribusi dari melanoma berbeda dengan tumor kulit yang lain,
melanoma terdiagnosa dibawah 55 tahun dan 64%nya yaitu wanita. ada
205 kasus melanoma yang terdiagnosa setiap tahunnya. Tiga kanker kulit yang
paling sering terjadi yaitu basal cell carcinoma 54%, 24 % pasien dengan
squamous cell carcinoma, dan 8% melanoma. Seperti yang diduga kanker kulit
kebanyakan terjadi pada pasien dengan usia lanjut. Paparan sinar matahari,
genetik, dan tipe kulit sangat berpengaruh terhadap kejadian kanker kulit.
Dimana ditemukan insiden kanker kulit lebih banyak ditemukan pada ras kulit
putih dibandingkan dengan ras asia (Department of Health, Social Services and
Public Safety Northern Ireland, 2006)
Di Itali sesuai dengan laporan data yang terkumpul tahun 2006 oleh AIR-
TUM (Association of Italian Tumor Registries) ada 0,2% kasus keganasan
tumor ulang terdiagnosa pada periode tahun 1998-2002, dimana 0,3%nya
meninggal dunia. Tercatat rata-rata 1,3 per 100,000 pria/tahun dan 1,1 per
100,000 wanita/tahun kasus baru keganasan tulang. Seperti yang terdata
kebanyakan kasus keganasan tulang terjadi pada usia muda, dimana 59% kasus
terdiagnosa pada usia dibawah 59 tahun. Dari tahun ke tahun insiden tumor
tulang stabil, walaupun tingkat kematiannya terus meningkat tiap tahunnya.
Kasus yang paling banyak terdiagnosa yaitu chondrosarcoma (30% pada pria
dan 29% pada wanita), osteosarcoma (16% pada pria dan 17% pada wanita)
Ewing’s sarcoma (14% pada pria dan wanita) and chordoma (8% pada pria dan
5% pada wanita) (Franchi, 2012).
Insiden Tumor Kelenjar Getah Bening meningkat relatif cepat.
Lymphadenitis dan Hyperplasia lymphoid dapat terjadi pada semua usia, tidak
bergantung pada usia dan jenis kelamin (Hashibe et al, 2009). Sekitar 90%
Hodgkin’s Lymphoma timbul dari kelenjar getah bening, 10% timbul dari jaringan
limfatik diluar kelenjar getah bening. Sedangkan Non Hodgkin’s Lymphoma 60%
timbul dari kelenjar getah bening, 40% dari jaringan limfatik diluar kelenjar. Di
Benua Eropa dan Amerika, insiden Hodgkin’s Lymphoma memiliki dua puncak
usia. Puncak pertama pada segmen usia 20-30 tahun, diantaranya yang
dominan yaitu jenis nodular sklerotik, puncak kedua pada usia di atas 50
tahun. Hodgkin’s Lymphoma jenis nodular sklerotik lebih sering terjadi pada
wanita daripada laki-laki, sedangkan Hodgkin’s Lymphoma jenis lain pada
dewasa, proporsi penderita pria jauh lebih tinggi dari penderita wanita. Di sisi
lain, Small Cell Lymphoma terutama terjadi pada lansia, sedangkan
Lymphoblastic Lymphoma terutama terjadi pada remaja pria dan dewasa muda.
Burkitt’s Lymphoma terutama pada anak dan dewasa muda. Dari mortalitas
akibat tumor ganas, leukemia menempati posisi ke-6 (pria) dan ke-8 (wanita),
namun pada anak dan dewasa di bawah 35 tahun menempati posisi teratas,
insiden pada pria lebih tinggi dibanding wanita (1,8:1) (Desen, 2011).
Pada Tumor Kelenjar Liur, kemungkinan terkena Tumor Kelenjar Liur
pada laki-laki sama dengan wanita. Jarang ada pada anak-anak namun
frekuensi keganasan lebih sering pada anak. Sekitar 35% Tumor Kelenjar Liur
pada anak-anak yaitu maligna, jenis terbanyak yaitu Mucoepidermoid
carcinoma. Kelenjar Liur mayor yang paling sering terkena yaitu glandula
parotis yaitu 70%-80%, diikuti kelenjar submandibula (10%), sedangkan kelenjar
liur minor yang tersering yaitu pada palatum. Mayoritas (80%) tumor yaitu
jinak. Insiden tumor ganas yaitu 20%-25% pada tumor parotis, 35%-40% tumor
submandibula, 50% tumor palatum, dan 95%-100% tumor kelenjar sublingual.
Pleomorphic adenoma merupakan tipe histologist tersering (65% dari tumor
parotis dan 50% dari tumor kelenjar liur secara keseluruhan), lebih sering diderita
penderita usia rata-rata 40 tahun dan wanita lebih sering daripada laki-laki.
Tumor ganas yang paling sering yaitu Mucoepidermoid carcinoma yang
meliputi 10% dari Tumor Kelenjar Liur dan 35% dari Kanker Kelenjar Liur.
Warthin tumor lebih sering diderita oleh pria, 10% bilateral, sering pada pool
bawah parotis
2.4 Etiologi dan Patogenesis Tumor Regio Kepala
2.4.1 Etiologi Tumor Regio Kepala
Penyebab tumor sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
kemungkinan sifatnya yang heterogen dan adanya faktor yang berperan
pada karsinogenesis.
− Genetik
Beberapa jenis tumor telah dilaporkan terjadi pada dasar
kekeluargaan atau diwariskan disebab kan mutasi pada gen P53. Namun,
laporan ini jarang dan terdiri dari sejumlah tumor yang tidak signifikan.
− Alkohol
Alkohol bekerja sinergis dengan tembakau. Alkohol dapat bertindak
sebagai promotor, iritasi langsung, atau pelarut untuk meningkatkan
kelarutan dari karsinogen dari tembakau
− Rokok
Tumor kepala dan leher terjadi enam kali lebih sering pada perokok
dibandingkan bukan perokok. Umur standar resiko kematian akibat kanker
laring tampaknya meningkat secara linear dengan meningkatnya konsumsi
Rokok. Untuk perokok terberat, kematian akibat kanker laring 20 kali lebih
besar dibandingkan yang tidak merokok . Penggunaan tanpa filter rokok
atau tembakau yang gelap, juga meningkatkan resiko tumor kepala dan
leher
− Radiasi
Peningkatan dosis radiasi akan meningkatkan risiko terjadinya
tumor kepala dan leher, kebanyakan pasien telah menerima 50 Gy atau
lebih dan waktu median antara paparan dan diagnosis tumor yaitu
sekitar 10 tahun, meskipun ada beberapa bukti bahwa interval laten
menurun
- Kimia
Zat-zat yang bersifat iritan pada saluran nafas, seperti carbon
monoxide dan sulfur dioxide telah terbukti berhubungan dengan
terjadinya neoplasma pada kepala dan leher, terutama pada saluran
nafas
2.4.2 Patogenesis Tumor Regio Kepala
Sebagian besar tumor regio kepala timbul de novo bukan dari
degenerasi ganas dari tumor jinak yang sudah ada sebelumnya. Telah
terbukti juga bahwa berbagai tumor bisa timbul sebagai komplikasi dari
terapi radiasi. Periode laten dari tumor regio kepala yang disebabkan oleh
terapi radiasi ini rata-rata 10 tahun dan selalu memilki prognosis buruk
Karbon Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya,
hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk
pernapasan sel-sel tubuh, tapi sebab gas CO lebih kuat daripada oksigen,
maka gas CO ini merebut tempat oksigen pada hemoglobin. Hemoglobin
kemudian terikat dengan zat CO, yang kemudian dapat mengiritasi saluran
nafas dan memicu metaplasia sel-sel normal. Kadar gas CO dalam darah
bukan perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam darah perokok
mencapai 4 – 15 persen
Predisposisi genetik, seperti mutasi pada gen Supresor tumor yaitu
gen P53. Ketidakseimbangan antara gen onkogen dan gen supresor
yaitu pemicu terbentuknya sel-sel abnormal yang kemudian berkembang
menjadi tumor atau kanker
2.5 Diagnosa Tumor Regio Kepala
Untuk menentukan diagnosa tumor perlu dilakukan beberapa tahap
pemeriksaan seperti anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi dan
pemeriksaan histologi.
2.5.1 Anamnesis
Pada anamnesis ini ditanyakan kepada penderita apakah ada
benjolan atau tidak, jika ada benjolan maka ditanyakan pula letak /
lokasi benjolan ini dimana, sejak kapan timbulnya benjolan ini ,
sifat pertumbuhan dari benjolan ini seperti apa (apakah terjadi secara
lambat atau progresif yaitu cepat), dan menanyakan apakah ada
keluhan nyeri atau sakit yang mungkin diakibatkan adanya penekanan
tumor terhadap jaringan lain di sekitarnya.
2.5.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ini bertujuan untuk mengetahui lokasi / letak
dari benjolan yang ada, kemudian mendeskripsikan benjolan ini yang
meliputi : bagaimana batas dari benjolan ini (apakah berbatas tegas
atau tidak); ukuran dari benjolan ini (apakah lebih dari 3 cm atau
kurang dari 3 cm ); permukaan dari benjolan ini seperti apa (apakah
rata atau tidak rata); konsistensinya dan apakah ada nyeri tekan atau
tidak, dan untuk mengetahui pembesaran dari kelenjar getah bening
regional dengan parameter teraba atau tidak teraba.
2.5.3 Radiologi
Pola radiologi yang diperlihatkan oleh tumor beragam dan sering
tidak spesifik. Tumor biasanya berbentuk bulat atau oval. Tumor ini
bervariasi dalam ukuran dan mungkin timbul di kulit, jaringan subkutan,
otot, atau jaringan lunak dalam. Lesi superfisial kulit yang terbaik dinilai
oleh inspeksi klinis dan palpasi. Massa yang timbul di subkutan dan
jaringan lunak yang lebih dalam harus dievaluasi oleh studi radiologis, yang
dapat mendeteksi kalsifikasi, pengerasan, atau radiolusensi di lesi
Keuntungan dari radiologis itu sendiri yaitu untuk menunjukkan
suatu urutan yang tepat dari studi radiologis yang memungkinkan tepat
waktu, evaluasi akurat dari tumor sementara secara bersamaan
meminimalkan biaya dan ketidaknyamanan kepada pasien; menentukan
luasnya lesi dan dampaknya terhadap struktur yang berdekatan, dan
menyarankan yang sesuai diagnosis diferensial
− Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI yaitu teknik pencintraan khusus yang non-invasif,
memakai medan magnet, gelombang radio, dan computer untuk
melihat abnormalitas berupa tumor atau struktur abnormal. Oleh
sebab yang digunakan elektromagnet, pasien yang mengenakan
implan logam, brace, atau pacemaker tidak dapat menjalani
pemeriksaan ini. Perhiasan harus dilepas. Pasien yang menderita
klaustrofobia biasanya tidak mampu menghadapi ruangan tertutup
pada peralatan MRI tanpa penerangan (Enzinger dan Weiss’s, 2001).
− Computed Tomography (CT)
Prosedur ini menunjukkan rincian bidang tertentu dari tulang yang
sakit dan dapat memperlihatkan tumor atau cedera ligamen atau
tendon. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan
panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi, misalnya
vertebrae cervicalis. Pemeriksaan dilakukan dengan atau tanpa zat
kontras dan berlangsung sekitar 1 jam. Pasien perlu diberikan
penjelasan bahwa akan terdengar suara mesin CT scan, dan bunyi
ini tidak berbahaya sehingga pasien tidak merasa takut saat
pemeriksaan dilakukan
- Ultrasonography (USG)
Prosedur USG dilakukan untuk mendeteksi gangguan pada
jaringan lunak (adanya massa, dll). Pemeriksaan USG memakai
system gelombang suara yang menghasilkan gambaran jaringan
yang diperiksa. Kulit diatas jaringan yang akan diperiksa diolesi jel
untuk memudahkan gerakan alat. USG tidak memerlukan persiapan
khusus dan perawatan khusus sesudah pemeriksaan.
2.5.4 Biopsi
Biopsi yaitu mengambil sebagian / seluruh massa tumor yang
dipakai untuk menegakkan diagnosa, dan terapi definitif dari tumor pada
umumnya belum dapat dilakukan sebelum adanya hasil pemeriksaan
biopsi. Namun seringkali ahli bedah menganggap biopsi sebagai tindakan
yang mudah sehingga kurang berhati-hati dan terkadang
membiarkan/menyuruh orang lain yang kurang berpengalaman
mengerjakan tindakan biopsi ini yang memicu kesalahan
dalam diagnosa dan terapi dari tumor ini
Ada empat teknik biopsi yang digunakan untuk mendiagnosis kanker,yaitu :
1. Aspiration biopsy : teknik ini memakai jarum sebagai alat untuk
mengambil sampel dengan cara menusukkan jarum ke dalam tumor dan
sample tumor akan ikut terangkat saat jarum dikeluarkan. Prosedur ini
bisa memakai bius lokal maupun tanpa obat bius.
2. Needle biopsy : teknik ini memakai jarum pemotong khusus yang
dimasukkan ke dalam inti tumor kemudian sampel akan dipotong lalu
dikeluarkan. Pada teknik ini penggunaan bius lokal sangat sering
dilakukan.
3. Incisional biopsy : Teknik ini dilakukan dengan cara mengambil
sebagian besar tumor untuk dijadikan sampel. Teknik ini biasanya
memakai bius lokal pada pasien rawat jalan
4. Excisional biopsy : Seluruh tumor dan jaringan sehat disekitar tumor
(clear margin). Prosedur bius total sangat dianjurkan pada pengambilan
sampel excisional biopsy.
2.6 Grading (Derajat Keganasan) Tumor
Grade tumor yaitu sistem yang digunakan untuk mengklasifikasikan sel-
sel kanker apakah mereka terlihat normal di bawah mikroskop dan seberapa
cepat tumor cenderung tumbuh dan menyebar. Banyak faktor yang
dipertimbangkan saat menentukan grade tumor, termasuk struktur dan pola
pertumbuhan sel. Faktor-faktor khusus yang digunakan untuk menentukan grade
tumor bervariasi dengan masing-masing jenis kanker.
Berdasarkan gambaran mikroskopik sel tumor, para ahli patologi
membagi derajat keganasan tumor menjadi empat derajat keparahan : Grade I,
II, III, dan IV. Pada grade I sel-sel tumor menyerupai sel-sel yang normal dan
cenderung tumbuh dan berkembang secara perlahan. Sebaliknya, sel-sel dari
tumor grade III dan grade IV tumor terlihat tidak normal dibandingkan dengan sel
asal. Tumor grade III dan grade IV cenderung tumbuh dengan cepat dan
menyebar lebih cepat daripada tumor dengan kelas yang lebih rendah. American
Joint Committe on Cancer merekomendasikan pedoman berikut:
Tabel 2.a Derajat Keganasan tumor menurut American Joint Committe on
Cancer
GRADE
GX Grade cannot be assessed (Undetermined grade)
GI Well-differentiated (Low grade)
GII Moderately differentiated (Intermediate grade)
GIII Poorly differentiated (High grade)
GIV Undifferentiated (High grade)
(American Joint Committee on Cancer, 2010)
2.7 Stadium Klinik Tumor
Berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Union for International Cancer
Control (UICC) stadium tumor sangat dipengaruhi oleh derajat keganasan.
Derajat keganasan rendah meliputi stadium tumor IA, IB dan IIA, sedangkan
derajat keganasan tinggi meliputi stadium tumor IIB, TIC dan III
Klasifikasi klinik TNM :
T : tumor induk
TX : tumor tidak dapat dicapai
T0 : tidak ada tumor primer
T1 : diameter terbesar tumor <5 cm
T1a : superficial tumor
T1b : deep tumor
T2 : diameter tumor >5cm
T2a : superficial tumor
T2b : deep tumor
T3 : infiltrasi tumor ke tulang, pembuluh darah, atau saraf utama
N : kelenjar limfe (kelenjar getah bening)
NX : kelenjar getah bening regional tidak dapat dicapai
N0 : kelenjar getah bening regional tidak ada metastasis
N1 : terbukti kelenjar getah bening reginal ada metastasis
M : metastasis jauh
Mx : metastasis jauh tidak dapat dicapai
M0 : tidak ditemukan metastasis jauh
M1 : terbukti ada metastasis jauh
Tabel 2.b Staging Tumor Menurut TNM system
TNM two – grade System TNM three–grade System TNM four – grade System
Low grade Grade I
Grade I
Grade II
High grade
Grade II
Grade III
Grade III
Grade IV
Tabel 2.c Grouping Stage Keganasan Tumor
Stage IA
T1a
T1b
N0,Nx
N0,Nx
M0
M0
Low Grade
Stage IB
T2a
T2b
N0,Nx
N0,Nx
M0
M0
Stage IIA
T1a
T1b
N0,Nx
N0,Nx
M0
M0
High Grade
Stage IIB T2a N0,Nx M0
Stage III T2b N0,Nx M0
Stage IV
Any T
Any T
N1
Any N
M0
M1
Any grade
2.8 Pengobatan Tumor
Secara umum, pengobatan untuk tumor tergantung pada stadium klinik
dari tumor regio kepala itu sendiri. Stadium klinik dari tumor regio kepala itu
sendiri didasarkan pada ukuran dan derajat keganasan dari tumor itu sendiri.
Ada beberapa metode standart dengan cara membandingkan satu kanker
dengan kanker lain yang bertujuan untuk menentukan pengobatan yang paling
cocok dan membawa dampak paling bagus untuk pasien. Metode ini yang
dimaksudkan yaitu staging. Metode yang paling sering digunakan yaitu TNM
system.
“T” singkatan dari ‘tumor’ yang mencerminkan ukuran tumor
"N" merupakan penyebaran kanker ke lymph ‘nodes’, sangat ditentukan oleh
kelenjar yang diambil saat operasi yang mengandung sel kanker. sebab
kanker menyebar kebanyakan melalui sistem limfatik, ini berguna dalam
mengukur kemampuan kanker untuk menyebar.
“M” menunjukkan ‘metastasis’ dan menunjukkan apakah ada metastase dan
seberapa jauh metastasenya dari kanker asal.
(Beers dan Berkow, 1999)
Pengobatan utama yang menjadi pilihan untuk menangani tumor regio
kepala meliputi pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi dan terapi biologis
lainnya.
2.8.1 Operasi
Operasi pengangkatan merupakan satu dari empat cara utama
mengobati tumor. Ada beberapa faktor yang digunakan untuk memilih
metode mana yang cocok untuk menngobati tumor. Seperti tumor jinak yang
tidak berpotensi untuk metastase ke jaringan lainnya, pada kasus ini tumor
hanya diobati dengan cara operasi saja. Lain halnya dengan tumor ganas
yang sudah metastase dan berkembang ke jaringan-jaringan lainnya, tumor
ini kebanyakan diobati dengan metode kombinasi antara operasi
pengangkatan dengan kemoterapi ataupun dengan memakai terapi
radiasi (pada sekitar 55% kasus). Pada beberapa kasus, non-curative
surgery mungkin bisa membuat pengobatan lain lebih efektif. Dengan
membuat tumor menjadi bagian yang lebih kecil dengan operasi
pengangkatan hal ini menyebabkan radiasi dan kemoterapi lebih efektif
daripada jika langsung penggunaan kanker yang ukurannya besar
2.8.2 Radiasi
Radiasi dan radioaktif ditemukan lebih dari 100 tahun yang lalu. Sejak
kemajuan teknologi dan pengetahuan menyebabkan radiasi menjadi salah
satu peranan penting dalam pengobatan kanker. Faktanya, lebih dari
setengah orang yang mengidap kanker akan mendapatkan radiasi sebagai
tahap terakhir dalam pengobatan kanker. Radiasi yaitu energi yang dibawa
oleh gelombang atau aliran partikel. Radiasi bekerja dengan cara merusak
gen (DNA) dalam sel. Sebagaimana yang kita tau bahwa gen merupakan
kontrol dari bagaimana sel itu berkembang dan membelah. saat radiasi
merusak gen pada sel kanker, sel kanker itupun tidak bisa berkembang dan
membelah lagi, sehingga sel akan mati. Disini berarti radiasi bisa digunakan
dalam membunuh sel-sel kanker dan menyusutkan tumor
Tahap siklus sel sangat penting dalam pengobatan kanker sebab
kebanyakan radiasi pertama-tama membunuh sel yang sedang aktif
membelah. Ini tidak bekerja cepat saat sel berada pada tahap istirahat yaitu
(G0) atau saat pembelahan tidak sering terjadi. Jumlah dan jenis dari radiasi
yang sampai pada sel, juga kecepatan sel membelah berpengaruh terhadap
cepat tidaknya sel ini akan mati atau rusak. Istilah radiosensitivity
menjelaskan seberapa besar kemungkinan sel kanker dapat rusak sebab
radiasi (American Cancer Society, 2012).
Radiasi yang digunakan untuk terapi kanker disebut ionizing radiation
sebab bentuk ion (partikel elektrik) pada sel jaringan yang dilewatinya. Ini
membuat ion melepaskan elektron-elektron dari atom dan molekul, sehingga
sel bisa mati atau merubah gen yang memicu sel tidak bisa
26
berkembang. Bentukan lain dari radiasi seperti radio waves, microwaves,
and light waves disebut non-ionizing. Bentuk radiasi ini tidak punya banyak
energi dan tidak bisa membentuk ion (American Cancer Society, 2012).
Ionizing radiation bisa dibagi menjadi 2 tipe besar:
• Photons (x-ray dan gamma rays), yang paling banyak digunakan
• Particle radiation (electrons, protons, neutrons, carbon ions, alpha
particles, dan beta particles)
(American Cancer Society, 2012).
2.8.3 Kemoterapi
Kata kemoterapi sebenarnya berarti penggunaan obat (seperti aspirin
atau penisilin) untuk mengobati penyakit, tapi kebanyakan orang mengira
kemoterapi hanya obat untuk pengobatan kanker. Siklus sel sangat
berperan penting sebab banyak obat kemoterapi yang hanya berkerja
pada sel yang aktif bereproduksi (bukan sel yang sedang dalam fase
istirahat, G0). Beberapa obat spesifik menyerang pada fase tertentu
(contohnya, fase M atau S). Kemoterapi tidak bisa membedakan sel yang
normal dengan sel kanker. Ini berarti sel normal juga dirusak dan ini
menimbulakan efek samping. Setiap kemoterapi diberikan, selalu
melibatkan keseimbangan antara menghancurkan sel kanker (untuk
menyembuhkan dan mengkontrol sakitnya) dan meminimalkan
penghancuran sel normal (untuk mengurangi efek samping (American
Cancer Society, 2012).
Ada tiga tujuan dari kemoterapi, yaitu :
1) Cure: Jika memungkinkan, kemoterapi digunakan untuk mengobati
kanker, dimana diharapkan kanker hilang dan tidak kembali lagi.
saat memberi pengobatan yang menyembuhkan pasies kanker,
mungkin dokter mendeskripsikan pengobatan dengan kuratif. Tapi
sebenarnya tidak ada garansi dan walaupun cure merupakan tujuan
utama, ini tidak selalu berjalan sesuai harapan. Ini membutuhkan
bertahun-tahun untuk tau apakan pasien ini benar-benar
sembuh cure.
2) Control: Jika penyembuhan cure tidak memungkinkan, tujuan
pengobatan yaitu control penyakitnya dan menghambat atau
menghentikan pertumbuhan dan penyebaran tumor. Ini bisa
membantu pasien kanker merasa lebih baik dan mungkin saja hidup
lebih lama. Kebanyakan kanker tidak sepenuhnya pergi namun
mengkontrol dan memanajemen kanker menjadi penyakit kronis.
3) Palliation: saat kanker pada stadium lanjut, kemoterapi mungkin
hanya bisa untuk memperbaiki gejala yang disebabkan oleh kanker.
saat tujuan pengobatan hanya untuk menaikkan kualitas hidup
pasien namun tidak mengobati penyakit itu sendiri, ini disebut
palliative treatment atau palliation
2.9 FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy)
Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) yaitu teknik di mana jarum halus
dimasukkan ke dalam tumor kemudian dilakukan aspirasi jaringan seluler dan
diagnosis sitologi dapat dilakukan. Tindakan ini dapat memisahkan proses
reaktif dan inflamasi yang tidak memerlukan intervensi bedah dari neoplasma
jinak maupun ganas
2.9.1 Teknik FNAB
Teknik FNAB mencakup kegiatan mulai dari pendekatan pasien,
mempersiapkan peralatan, mengambil sel atau jaringan tumor dan
membuat sediaan. Adapun langkah-langkah melakukan tindakan FNAB
antara lain :
1. Tentukan lokasi di mana biopsi harus dilakukan dan olesi dengan
povidone iodine, anestesi lokal tidak digunakan.
2. sesudah kulit diberikan antiseptik dan steril maka lakukan aspirasi.
Aspirasi dilakukan dengan memakai jarum berdiameter
25-gauge dengan volume 20-cc dan 5 cc udara kemudian suntikkan
kedalam tumor.
3. Jarum suntik kemudian ditarik hingga mendapatkan tambahan ruang
udara kosong sebesar 15-cc dan vakum pada ujung jarum.
4. Lakukan aspirasi dengan jarum secara cepat ke dalam tumor dari
berbagai arah untuk memberikan sampel yang menunjukan jenis sel
ini .
5. sesudah aspirasi selesai dilakukan, tekanan negatif dilepaskan dan
kembali hingga didapatkan jaringan, sel, atau cairan sebanyak 5-cc
dalam jarum (bagian logamnya) bukan dikepala jarum ataupun masuk
ke dalam tabung. Jarum ini kemudian ditarik dari pasien.
6. Pertahankan tekanan pada daerah selama minimal 5 menit untuk
mencegah pendarahan tumor dan penyebaran tumor lokal. Sample
yang baik yaitu yang tidak disertai dengan darah dan sebaliknya.
7. Sampel yang diaspirasi tadi letakkan diatas object glass kemudian
tumpuk dengan object glass ke-2. Kemudian lakukan fiksasi dengan
cara keringkan memakai hairdryer.
8. Cara fiksasi sangat menentukan teknik pewarnaan, apabila
dikeringkan maka akan diwarnai dengan Diff Quik-(Fisher Scientific
Biomedical Sciences, Inc, Swedesboro, NJ). Sedangkan fiksasi
dengan etanol 95% dilakukan metode pewarnaan Papanicolaou.
9. Spesimen kemudian segera dianalisis oleh ahli patologi .
2.9.2 Indikasi Pemeriksaan FNAB
Pada hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik
yang letaknya superfisial yang teraba ataupun tumor yang terletak di
dalam rongga tubuh yang tidak teraba dengan indikasi :
1) Preoperatif biopsi aspirasi pada tumor diduga ganas yang perlu
operasi. Tujuannya yaitu untuk diagnosis dan menentukan pola
tindakan pengobatan selanjutnya.
2) Diagnosis konfirmatif tumor "rekuren" dan metastasis.
3) Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan.
4) Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian
2.9.3 Keterbatasan Pemeriksaan FNAB
Harus disadari bahwa jangkauan sitologi biopsi aspirasi terbatas,
hal ini disebab kan beberapa faktor, yaitu :
1) Luasnya invasi tumor tidak dapat ditentukan.
2) Subtipe kanker tidak selalu dapat diidentifikasi.
3) Dapat terjadi negatif palsu.
4) Harus ada kerja sama klinisi dengan ahli patologi
2.9.4 Keuntungan dan Kerugian FNAB
Keuntungan dari biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) antara lain,
mudah, murah, cepat, trauma minimal, resiko infeksi kecil, dapat
dilakukan di poliklinik tanpa bius umum.
Kerugiannya yaitu jaringan yang diambil tidak adekuat / terlalu
sedikit menyebabkan kesalahan diagnostik, juga bila kebetulan terambil
jaringan nekrotik akan menyebabkan kesulitan dalam menegakkan
diagnosis
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)







