, kalau dimasukkan maka
jumlahnya akan sangat besar. Virus-virus yang dapat memicu penyakit yang akan di
jelaskan dalam bab-bab selanjutnya dalam buku ini, diberi tanda bintang di dalam tabel;
beberapa virus yang tidak begitu penting atau tidak diteliti dengan baik tidak di bahas di
dalam bab buku ini.
Lebih dari 100 virus saat ini diklasifikasikan sebagai arbovirus yang dapat memicu
penyakit pada manusia. Kebanyakan virus-virus ini di klasifikasikan menurut hubungan
antigenik, morfologi dan mekanisme replikasinya kedalam famili dan genus, dimana mereka
digolongkan kedalam Togaviridae (Alphavirus), Flaviviridae (Flavivirus) dan Bunyaviridae
(Bunyavirus, Phlebovirus), yaitu contoh klasifikasi yang dikenal dengan baik. Genus ini
sebagian sebagai Pemicu utama ensefalitis, sedang yang lainnya sebagai Pemicu
utama demam. Alphavirus dan Bunyavirus biasanya ditularkan melalui nyamuk, sedang
Flavivirus ditularkan melalui nyamuk atau kutu, dan beberapa Flavivirus memiliki vektor
yang tidak dikenal, phlebovirus biasanya ditularkan oleh lalat pasir (sand flies), dengan
pengecualian demam Rift Valley, yang di tularkan oleh nyamuk. Virus-virus lain dari famili
Bunyaviridae dan beberapa grup lainnya memicu demam atau penyakit demam
berdarah, dan bisa di tularkan oleh nyamuk, kutu (ticks), lalat pasir (sand flies) atau midges
(ngengat).
Penyakit pada manusia yang disebabkan oleh virus Arthropod-borne
Famili, Genus dan Grup dari
Virus
Nama Virus Vektor Penyakit pada Manusia Ditemukan di
TOGAVIRIDAE
Alphavirus
*Barmah Forest Nyamuk Demam, arthritis, ruam Australia
*Chikungunya Nyamuk Demam, arthritis, ruam
(jarang perdarahan)
Afrika, Asia Tenggara,
Philipina
*Eastern equine
encephalomyelitis
Nyamuk Ensefalitis Amerika
Everglades Nyamuk Demam, ensefalitis Florida (AS)
*Mayaro (Uruma) Nyamuk Demam, arthritis, ruam Amerika Selatan
Mucambo Nyamuk Demam Amerika Selatan
*O’nyong-nyong Nyamuk Demam, arthritis, ruam Afrika
*Ross River Nyamuk
Demam, arthritis, ruam Australia, Pasifik Selatan
Semliki Forest Nyamuk Ensefalitis Afrika
*Sindbis (Ockelbo,
Babanki)
Nyamuk Demam, arthritis, ruam Afrika, India, Asia
Tenggara,
Eropa, Philipina, Australia,
Rusia
Tonate Nyamuk Demam Amerika Selatan
*Venezuelan equine
encephalomyelitis
Nyamuk Demam, ensefalitis Amerika
*Western equine
encephalomyelitis
Nyamuk Demam, ensefalitis Amerika
FLAVIRIDAE
Flavivirus
*Banzi Nyamuk Demam Afika
Bussuquara Nyamuk Demam Amerika Selatam
*Dengue 1,2,3 dan 4 Nyamuk Demam, perdarahan, ruam Seluruh negara tropis
Edge Hill Nyamuk Demam, arthritis Australia
31
Ilheus Nyamuk Demam, ensefalitis Amerika Tengah dan
Selatan
*Japanese ensefalitis Nyamuk Ensefalitis, demam Asia, Kepulauan Pasifik,
Australia Barat
Karshi Kutu Demam, ensefalitis Asia
Kokobera Nyamuk Demam, arthritis Australia
Kuotango Nyamuk Demam, ruam Afrika
*Kunjin Nyamuk Demam, ensefalitis Australia, Sarawak
*Penyakit Kyasanur
Forest
Kutu Perdarahan, demam,
meningoensefalitis
India
*Penyakit Louping Kutu Ensefalitis Inggris, Eropa Barat
*Murray Valley
ensefalitis
Nyamuk Ensefalitis Australia, New Guinea
Negishi Tidak diketahui Ensefalitis Jepang
*Demam berdarah
Omsk
Kutu Perdarahan, demam Rusia
*Powassan Kutu Ensefalitis Kanada, AS, Rusia
*Rocio Nyamuk Ensefalitis Brazil
Sepik Nyamuk Demam New Guinea
*Spondweni Nyamuk demam Afrika
*St Louis ensefalitis Nyamuk Ensefalitis,hepatitis Amerika
*Tick borne ensefalitis
*- Subtipe Eropa
*- Subtipe Timur jauh
Kutu
Kutu
Ensefalitis, paralysis
Ensefalitis
Eropa
Eropa, Asia
Usutu Nyamuk Demam, ruam Afrika
Wesselsbron Nyamuk Demam Afrika, Asia Tenggara
32
*West Nile Nyamuk Demam, ensefalitis.
Ruam
Afrika, subkontinen India,
Timur Tengah, CIS,
Eropa
*Yellow Fever Nyamuk Demam berdarah Afrika, Amerika Tengah
dan Selatan
*Zika Nyamuk Demam Afrika, Asia Tenggara
BUNYAVIRIDAE
Bunyavirus
Kelompok Anopheles A
Tacaiuma Nyamuk Demam Amerika Selatan
* Kelompok C Apeu Nyamuk Demam Amerika Selatan
Caraparu Nyamuk Demam Amerika Tengah dan
Selatan
Itaqui Nyamuk Demam Amerika Selatan
Madrid Nyamuk Demam Panama
Marituba Nyamuk Demam Amerika Selatan
Marutucu Nyamuk Demam Amerika Selatan
Nepuyo Nyamuk Demam Amerika Selatan dan
Tengah
Oriboca Nyamuk Demam Amerika Selatan
Ossa Nyamuk Demam Panama
Restan Nyamuk Demam Trinidad, Suriname
Kelompok Bunyamwera Batai Nyamuk Demam Eropa, Asia
*Bunyamwera Nyamuk Demam, ruam Afrika
Fort Sherman Nyamuk Demam Amerika Tengah
Germiston Nyamuk Demam, ruam Afrika
Ilesha Tidak diketahui Demam, ruam,
perdarahan
Afrika
Shokwe Nyamuk Demam Afrika
Tucunduba Nyamuk Ensefalitis Brazil
Tensaw Nyamuk Ensefalitis Amerika Utara
33
Wyeomyia Nyamuk Demam Amerika Selatan,
Panama
Xingu Tidak diketahui Demam, hepatitis Brazil
Kelompok Bwamba *Bwamba Nyamuk Demam, ruam Afrika
Pongola Nyamuk Demam, arthritis Afrika
Kelompok California *California ensefalitis Nyamuk Ensefalitis AS
Guaroa Nyamuk Demam Amerika Selatan,
Panama
Inkoo Nyamuk Demam, ensefalitis Skandinavia, CIS
*Jamestown Canyon Nyamuk Ensefalitis AS, Kanada
*LaCrosse Nyamuk Ensefalitis AS
*Snowshoe hare Nyamuk Ensefalitis AS, Kanada, Cina,
Rusia
Tahyna Nyamuk Demam Eropa, Afrika, Asia
Trivittatus Nyamuk Demam Amerika Utara
Kelompok Guama Catu Nyamuk Demam Amerika Selatan
Guama Nyamuk Demam Amerika Selatan
Kelompok Maputta GanGan Nyamuk Demam, arthritis Australia
Trubanaman Nyamuk Demam, arthritis Australia
Kelompok Simbu *Oropouche Culicoides Demam, meningitis Amerika Selatan,
Panama
Shuni Nyamuk, Culicoides Demam Afrika, Asia
Phlebovirus
(*Kelompok Demam Lalat
Pasir, Sand Fly fever)
Alenquer Tidak diketahui Demam Amerika Selatan
Candiru Tidak diketahui Demam Amerika Selatan
Chagres Phlebotomine Demam Amerika Tengah
Morumbi Tidak diketahui Demam Brazil
Sand fly tipe Naples Phlebotomine Demam Eropa, Afrika, Asia
34
Punta Toro Phlebotomine Demam Panama
Demam Rift Valley Nyamuk Demam, perdarahan,
ensefalitis, retinitis
Afrika
Sand fly tipe Sicilia Phlebotomine Demam Eropa, Afrika, Asia
Serra Norte Tidak diketahui Demam Brazil
Toscana Phlebotomine Aseptic meningitis Itali, Portugal
BUNYAVIRIDAE
Nairovirus
*Penyakit Domba
Nairobi
Kutu Demam Afrika, India
*Dugbe Kutu Demam Afrika
*Demam berdarah
Crimean-Congo
Kutu Demam berdarah Eropa, Afrika, Asia Tengah,
Timur Tengah
Tidak diklasifikasikan Bangui Tidak diketahui Demam, ruam Afrika
*Bhanja Kutu Demam Afrika, Eropa. Asia
Issyk-Kul (Keterah) Kutu Demam Asia, CIS
Kasokero tidak diketahui Demam Afrika
Nyando Nyamuk Demam Afrika
Tamdy Kutu Demam Uzbekistan, CIS
Tataguine Nyamuk Demam, ruam Afrika
Wanowrie Kutu Demam, perdarahan Timur Tengah, Asia
REOVIRIDAE
Orbivirus
*Kelompok Changuinola
Changuinola Phlebotomine Demam Amerika Tengah
*Kelompok Kamerovo Kemerovo Kutu Demam Rusia
Lipovnik Kutu Demam, meningitis Eropa
*Demam kutu Colorado Demam kutu Colorado Kutu Demam AS, Kanada
35
RHABDOVIRIDAE
Tidak dikelompokkan
Orungo Nyamuk Demam Afrika
*Vesicular stomatitis,
Indiana dan New
Jersey
Phlebotomine Demam, encephaltis Amerika
Vesicular stomatitis,
Alagoas
Phlebotomine Demam Amerika Selatan
*Chandipura Nyamuk Demam India, Afrika
Piry Tidak diketahui Demam Amerika Selatan
Jurona Nyamuk Demam Brazil
Kelompok LeDantec LeDantec Tidak diketahui Ensefalitis Senegal
ORHTOMYXOVIRIDAE Dhori Kutu Demam Afrika, Eropa, Asia
*Thogoto Kutu Meningitis Afrika, Eropa,
Tidak diklasifikasikan *Quaranfil Kutu Demam Afrika
* Kelompok dan jenis virus yang diberi tanda bintang dalam tabel dibahas dalam bab-bab khusus dalam buku ini.
Lihat indeks untuk nomer halaman
PENYAKIT ARTHRITIS DENGAN RUAM YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS
DAN DITULARKAN OLEH ARTHROPODA ICD-9 066.3; ICD-10 B33.1
(Polyarthritis and Rash, Ross River fever, Epidemic polyarhtritis)
DEMAM CHIKUNGUNYA ICD-10 A92.0
DEMAM MAYARO ICD-10 A92.8
(Mayaro fever, Uruma fever)
DEMAM O’NYONG-NYONG ICD-10 A92.1
PENYAKIT VIRUS SINDBIS (OCKELBO)
DAN PENYAKIT VIRUS LAINNYA ICD-10 A92.8
(Penyakit Pogosta, Demam Karelian)
1. Identifikasi.
Penyakit demam virus jenis ini sembuh dengan sendirinya ditandai dengan arthralgia atau
arthritis, terutama di pergelangan tangan, lutut, pergelangan kaki dan persendian lainnya
dari kaki dan tangan yang berlangsung beberapa hari hingga berbulan-bulan. Pada
kebanyakan penderita, artritis berlangsung 1-10 hari diikuti dengan ruam makulopapulair,
biasanya tidak gatal. Mengenai terutama bagian tubuh dan lengan. Enantema muncul pada
daerah bucal dan palatum. Ruam menghilang dalam 7 – 10 hari diikuti dengan deskuamasi
ringan. Kadang-kadang tidak ada demam. Sering terjadi Limfadenopati pada leher. Pada
beberapa kasus, kadang-kadang muncul parestesia dan melunaknya telapak tangan dan
telapak kaki. Ruam juga sering terjadi pada infeksi yang disebabkan oleh virus Mayaro,
Sindbis, Chikungunya dan virus O’nyong-nyong. Poliartritis yaitu cirri khas dari infeksi
Chikungunya, Sindbis dan virus Mayaro.
Perdarahan minor pernah ditemukan pada penderita Chikungunya di wilayah Asia
Tenggara dan India (Lihat DHF). Pada Chikungunya umumnya terjadi lekopeni; penyakit
kadang-kadang berlangsung agak lama. Tes serologis menunjukkan adanya kenaikan titer
terhadap alfavirus, virus bisa diisolasi dari darah pasien akut dengan memakai bayi
tikus, nyamuk atau kultur sel.
2. Pemicu penyakit : Virus Ross River dan Barmah Forest, Sindbis, Mayaro,
Chikungunya dan virus O’nyong-nyong memicu penyakit dengan gejala yang sama.
3. Distribusi penyakit.
KLB (Kejadian Luar Biasa) yang cukup besar dari penyakit Ross River (epidemic
polyarhtritis) pernah terjadi di Australia negara bagian Victoria dan Australia bagian
Selatan, Pantai New South Wales, Autralia Barat, Northern Territory, Queensland
mencapai puncak pada bulan Januari sampai dengan Mei. Kasus sporadis terjadi di Pantai
Australia dan New Guinea. Tahun 1979 KLB yang cukup besar juga terjadi di Fiji dan
menyebar ke Kepulauan Pasifik lain termasuk Tonga dan kepulauan Cook, dengan total
penderita yang 15.000 yang dilaporkan di Samoa Amerika saja pada tahun 1979-1980.
Infeksi oleh virus Barmah Forest dilaporan di Queensland, Northern Territory dan
Australia Barat. Virus Chikungunya ditemukan di Afrika, India, Asia Selatan, dan
kepulauan Filipina. Virus Sindbis ditemukan di belahan bumi bagian timur. Virus
O’nyong-nyong diketahui hanya ada di Afrika, wabah yang terjadi pada tahun 1959-1963
37
dan 1996-1997 menimbulkan jutaan orang penderita di seluruh Asia Timur. Mayaro
ditemukan di bagian utara Amerika Selatan dan Trinidad.
4. Reservoir
Reservoir tidak diketahui untuk sebagian besar virus. Penularan transovarian dari virus
Ross River di temukan terjadi pada Aedes vigilax, temuan ini membuktikan bahwa
serangga dapat berperan sebagai reservoir. Siklus penularan yang sama bisa juga berlaku
dengan virus-virus lain dari kelompok ini. Burung merupakan sumber infeksi bagi
nyamuk untuk virus sindbis.
5. Cara penularan
Virus Ross River ditularkan oleh Culex annulirostris, Ae. Vigilax, Ae. polynesiensis dan
Aedes spp lainnya. Virus chikungunya ditularkan oleh Aedes aegypti dan mungkin juga
ditularkan oleh nyamuk jenis lain, virus o’nyong-nyong oleh anopheles spp, virus Sindbis
oleh berbagai Culex spp, terutama C. univittatus dan C. morsitans dan Ae. communis.
Virus Mayaro oleh Mansonia dan Haemagogus spp.
6 Masa inkubasi : 3 – 11 hari
7. Masa penularan : Tidak ada bukti terjadi penularan langsung dari manusia ke manusia.
8. Kerentanan dan kekebalan.
Umumnya penderita sembuh secara spontan dan diikuti dengan imunitas homolog yang
berlangsung lama, terjadinya serangan kedua oleh penyakit ini belum di ketahui. Infeksi
yang tidak jelas sering terjadi, terutama pada anak anak, pada kelompok ini yang jelas
jelas terlihat sakit sangat jarang. Pada saat terjadi wabah, poliartritis, arthritis lebih sering
terjadi pada wanita dewasa dan pada orang-orang yang secara genetis memiliki fenotipe
HLA DR7 Gm a+x+b+ .
9. Cara-cara Pemberantasan
A. Tindakan pencegahan.
Tindakan yang umum dilakukan pada “mosquito-borne viral encephalitis” dapat juga
diterapkan disini (lihat bab Ensefalitis virus yang ditularkan oleh Artropoda
“Arthropode-borne Viral Encephalitis”, seksi 19A,1-5 dan 8)
B. Pengawasan penderita kontak dan lingkungan sekitarnya.
1. Laporan pada instansi kesehatan setempat yang berwenang : Untuk daerah
endemis tertentu, di banyak negara, bukan termasuk penyakit yang harus
dilaporkan, class 3B (lihat tentang pelaporan penyakit menular).
2. Isolasi : untuk menghindari penularan lebih lanjut, lindungi pasien dari gigitan
nyamuk.
3. Disinfeksi serentak : tidak perlu dilakukan.
4. Karantina : tidak perlu dilakukan.
5. Imunisasi bagi orang orang yang kontak : tidak diperlukan.
38
6. Lakukan investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi : lakukan pencarian
penderita yang tidak dilaporkan dan tidak terdiagnosa di tempat dimana penderita
pernah tinggal 2 minggu sebelum sakit, lakukan tes serologis bagi semua anggota
keluarga.
7. Pengobatan spesifik : tidak ada
C. Penanggulangan wabah :
Cara penanggulangannya sama seperti pada demam virus yang ditularkan oleh
Artropoda (lihat Demam Dengue, 9C).
D. Implikasi bencana : tidak ada.
E. Tindakan lebih lanjut : Manfaatkan Pusat-pusat kerjasama WHO
ARTHROPOD-BORNE VIRAL ENCEPHALITIDES
MOSQUITO-BORNE VIRAL ENCEPHALITIDES ICD-9 062
JAPANESE ENCEPHALITIS ICD-10 A83.0
WESTERN EQUINE ENCEPHALITIS ICD-10 A83.1
EASTERN EQUINE ENCEPHALITIS ICD-10 A83.2
ST. LOUIS ENCEPHALITIS ICD-10 A83.3
MURRAY VALLEY ENCEPHALITIS (AUSTRALIAN ENCEPHALITIS)
ICD-10 A83.4
LACROSSE ENCEPHALITIS ICD-10 A83.5
CALIFORNIA ENCEPHALITIS ICD-10 A83.5
ROCIO EENCEPHALITIS ICD-10 A83.6
JAMESTOWN CANYON ENCEPHALITIS ICD-10 A83.8
SNOWSHOE HARE ENCEPHALITIS ICD-10 A83.8
1. Identifikasi
Kelompok virus yang memicu radang akut yang dalam waktu singkat mengenai
bagian bagian dari otak, sumsum tulang belakang dan selaput otak. Tanda dan gejala
penyakit ini sama, tapi sangat bervariasi dan tergantung pada tingkat berat - ringan dan
perjalanan penyakit. Sebagian besar infeksi tidak menampakkan gejala, gejala ringan
kadang terjadi berupa sakit kepala dengan demam atau berupa aseptic meningitis. Infeksi
berat biasanya ditandai dengan gejala akut, berupa sakit kepala, demam tinggi, tanda-
tanda meningeal, pingsan (stupor), disorientasi, koma, gemetar, kadang kejang (terutama
pada anak-anak) dan spastik (tapi jarang berupa “flaccid paralysis”).
“Case fatality rate” berkisar antara 0,3 – 60 % dengan urutan Japanese Encephalitis (JE),
Murray Valley (MV), dan Eastern Equine Encephalomyelitis (EEE) yang tertinggi. Gejala
neurologis sebagai gejala sisa terjadi dengan frekuensi yang bervariasi tergantung pada
Pemicu infeksi dan usia penderita, gejala sisa cenderung paling berat pada anak-anak
yang terinfeksi oleh JE, Western Equine Encephalomyelitis (WEE) dan virus EEE.
39
Lekositosis ringan biasanya terjadi pada penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk ini.
Ditemukan lekosit pada LCS (Liquor Cerebro Spinalis) terutama limfosit berkisar antara
50 – 500/cu mm (SI unit, 50 – 500 x 50 6/l) jumlah limfosit mungkin mencapai 1000/cu
mm atau lebih tinggi. (SI unit : 1000 x 10 6 /l atau lebih besar) pada anak-anak yang
terinfeksi dengan virus EEE. Orang dengan usia lebih tua memiliki risiko lebih besar
menderita ensefalitis jika infeksi disebabkan oleh virus St Louis Encephalitis (SLE) atau
oleh virus EEE, sedang anak usia < 15 tahun memiliki risiko lebih besar terinfeksi
virus LaCrosse dan bisa terserang kejang-kejang.
Penyakit-penyakit yang masuk dalam tickborne encephalitides harus dibedakan dengan
penyakit dibawah ini yang juga memberikan gejala neurologis; encephalitic dan non-
paralytic poliomyelitis, rabies, mumps meningoensefalitis, aseptic meningitis sebab
enterovirus, herpes ensefalitis, ensefalitis pasca infeksi atau pasca imunisasi dan
encephalitides atau meningitis yang disebabkan oleh bakteri, mikoplasma, protozoa,
leptospira atau jamur. sedang Venezueland Equine Encephalomyelitis, Rift Valley
Fever, West Nile Virus, yaitu sebagai Pemicu utama demam virus yang ditularkan oleh
artropoda. (lihat demam virus yang disebabkan oleh artropoda) yang kadang-kadang juga
dapat memicu ensefalitis.
Diagnosa dibuat dengan mengukur titer IgM spesifik serum fase akut dari LCS atau
meningkatnya titer antibodi pada pair sera dengan memakai prosedur netralisasi
seperti, CF, HI, FA, ELISA atau dengan tes serologis lainnya.
Reaksi silang mungkin terjadi dalam satu kelompok virus. Kadang – kadang virus dapat
diisolasi dengan menyuntik tikus muda atau kultur sel dengan jaringan otak dari penderita
yang sudah meninggal, jarang sekali virus dapat diisolasi dari darah atau LCS sesudah
gejala klinis muncul; perubahan histopatologis tidak spesifik untuk virus tertentu.
2. Pemicu penyakit.
Tiap penyakit disebabkan oleh virus spesifik salah satu dari 3 grup virus : EEE dan WEE
oleh alfavirus (Togaviridae, Alphavirus), JE, Kunjin, MV Encephalitis, SLE dan Rocio
Encephalitis oleh flavivirus (Flaviridae, Flavivirus) dan La Crosse, California
Encephalitis, Jamestown Canyon dan Virus Snowshoe Hare oleh grup Kalifornia dari
virus bunya (Bunyaviridae, Bunyavirus).
3. Distribusi penyakit.
EEE ditemukan di bagian timur dan utara Amerika Tengah dan sekitar Kanada, menyebar
di Amerika utara dan Tengah dan di Kepulauan Karibia. WEE di bagian barat dan tengah
AS, Kanada dan sebagian Amerika Selatan, JE di kepulauan Pasifik bagian barat dari
Jepang ke Filipina. Kasus jarang ditemukan di Pulau Badu di selat Torres dan Queensland
Utara, Australia dan di sebagian besar tempat di Asia Timur, dari Korea sampai dengan
Indonesia, Cina dan India; Kunjin dan MV Encephalitis ditemukan di sebagian Australia
dan New Guinea, SLE di sebagian besar AS, Ontario (Kanada) dan Trinidad, Jamaica,
Panama dan Brazil. Rocio Encephalitis di Brazil, LaCrosse Encephalitis di AS dari
Minnesota, Texas ke timur New York dan Georgia; Snowshoehare Encephalitis
ditemukan di Canada, China dan Rusia. Penderita-penderita yang disebabkan oleh virus
ini ditemukan didaerah subtropis pada waktu musim panas dan awal musim gugur dan
pada umumnya terbatas pada daerah atau waktu dimana suhu dan kepadatan nyamuk
tinggi.
40
4. Reservoir.
Virus grup Kalifornia hidup melewati musim dingin didalam telur Aedes; sedang
reservoir dan cara hidup melewati musim dingin dari virus lainnya tidak diketahui dengan
jelas, mungkin burung, tikus, kelelawar, reptil, ampibi dapat berperan sebagai reservoir
atau virus hidup pada telur nyamuk atau didalam tubuh nyamuk dewasa. Dengan
mekanisme yang mungkin berbeda untuk tiap virus.
5. Cara penularan
Melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Berikut ini yaitu Vektor vektor penting yang
diketahui. Untuk EEE di AS dan Kanada, Culiseta melanura kemungkinan berperan
menularkan virus dari burung ke burung, kelompok Aedes dan Coquillettidia spp berperan
menularkan virus dari burung atau binatang lain ke manusia.
• untuk WEE di AS barat dan Kanada, Culex tarsalis
• Untuk JE, C. tritaeniorhynchus, C. vishnui complex dan pada daerah tropis C. gelidus.
• Untuk MV mungkin C. annulatoris.
• Untuk SLE di AS, C. tarsalis, C. pipiens quinque fasciatus complex dan C.
nigripalpus.
• Untuk La Crosse, Ae. Triseriatus.
Nyamuk, terinfeksi secara transovarian namun nyamuk bisa juga mendapatkan infeksi
virus seperti pada virus La Crosse dari burung liar atau mamalia kecil. Babi dan burung
memegang peran penting dalam penularan JE. Virus La Crosse di pindahkan kedalam
tubuh nyamuk Ae. Triseriatus, dengan cara transovarian atau pada saat kawin.
6. Masa inkubasi
Biasanya 5 – 15 hari.
7. Masa penularan :
Tidak langsung ditularkan dari orang ke orang. Virus biasanya tidak ditemukan pada
darah manusia sesudah gejala penyakit muncul. Nyamuk tetap dapat menularkan virus
sepanjang hidupnya. Viremia pada burung biasanya berlangsung 2 – 5 hari, Viremia
mungkin berlangsung lebih lama pada kelelawar, reptil dan amfibi, terutama apabila di
selingi dengan masa hibernasi (di musim dingin). Kuda dapat terserang oleh 2 jenis virus
kuda dan oleh JE, namun Viremia jarang sekali ditemukan dengan kadar yang tinggi atau
dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian manusia dan kuda jarang sekali sebagai
sumber infeksi bagi nyamuk.
8. Kekebalan dan kerentanan.
Anak-anak dan orang tua umumnya rentan terhadap penyakit ini; infeksi yang tidak jelas
atau tidak terdiagnosa lebih umum terjadi pada kelompok umur lain. Kerentanan
bervariasi tergantung jenis virusnya, misalnya LaCrosse Encephalitis biasanya merupakan
penyakit pada anak-anak; sementara gejala SLE bertambah berat sesuai dengan
bertambahnya umur. Infeksi virus menimbulkan imunitas yang homolog.
Di daerah endemis tinggi, orang dewasa umumnya kebal terhadap strain/jenis lokal
disebabkan oleh sebab sebelumnya telah mengalami infeksi ringan atau infeksi tanpa
gejala; anak-anak sangat rentan terhadap penyakit ini.
41
9. Cara-cara pemberantasan.
A. Tindakan pencegahan
1. Memberi penyuluhan kepada warga tentang cara penyebaran dan
pengendalian penyakit ini.
2. Membunuh larva dan menghilangkan tempat yang diketahui dan dicurigai sebagai
tempat perindukan vektor. Misalnya memusnahkan atau menyemprot ban dengan
insektisida untuk mencegah berkembang biaknya vektor LaCrosse.
3. Membunuh nyamuk dengan pengasapan atau dengan penyemprotan yang
meninggalkan residu pada habitat manusia (lihat juga Malaria 9A 1-5).
4. Memasang kasa pada tempat tidur dan tempat tinggal, gunakan kelambu waktu
tidur.
5. Menghindari gigitan nyamuk selama jam jam nyamuk aktif menggigit atau
gunakan obat gosok anti nyamuk (repelans) (lihat Malaria 9A1-4).
6. Di daerah endemis, hewan ternak diimunisasi atau menempatkan mereka dalam
kandang yang jauh dari tempat tinggal, misalnya : ternak babi didaerah endemis
JE.
7. Vaksin mati yang dibuat dari otak tikus untuk JE Ensefalitis digunakan untuk
anak-anak di Jepang, Korea, Thailand, India dan Taiwan. Vaksin ini secara
komersial tersedia di AS dan di dianjurkan untuk diberikan bagi mereka yang
bepergian ke daerah pedesaan didaerah endemis.
Vaksin virus hidup yang dilemahkan dan diinaktivasi dengan formalin dari sel
primer ginjal hamster (sejenis marmut), resmi beredar dan di gunakan secara luas
di China.
Bagi mereka yang secara terus menerus terpajan oleh sebab bekerja di
Laboratorium, tersedia vaksin EEE, WEE (tidak aktif, kering) di US Army Medical
Research and Materiel Command, ATTN : MCMR-UMP, Fort Detric, Frederick,
MD 21702-5009 (phone : 301-619-2051).
8. Petugas Laboratorium yang terpajan secara tidak sengaja dapat dilindungi secara
pasif dengan memberikan serum imun hewan atau manusia.
B. Pengawasan dari penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya.
1. Laporan ke instannsi kesehatan setempat. Kasus wajib dilaporkan disebagian besar
negara bagian di AS dan di beberapa negara di dunia, Class 2A (lihat Pelaporan
Penyakit Menular). Laporkan Distribusi Penyakit dengan nama yang sesuai atau
dilaporkan sebagai “ensefalitis bentuk lain” atau dilaporkan sebagai “aseptic
meningitis” dengan menyebutkan etiologi atau diagnosa klinis yang jelas bila
diketahui.
2. Isolasi : tidak dilakukan. Virus biasanya tidak ditemukan didalam darah, didalam
sekret atau didalam discharge selama sakit. Tindakan kewaspadaan enterik (lihat
definisi) perlu dilakukan sampai dengan enterovirus meningoensefalitis (lihat
meningitis viral) dapat di kesampingkan.
3. Disinfeksi serentak : tidak diperlukan.
4. Karantina : tidak diperlukan.
5. Imunisasi kontak : tidak diperlukan
6. Investigasi kontak dan sumber infeksi: Cari penderita yang terlewati dan cari
vektor nyamuk. Lakukan tes untuk melihat adanya viremia pada penderita demam
42
dan anggota keluarga yang tidak menunjukkan gejala khusus. Yang perlu
diperhatikan terutama yaitu masalah pengendalian vektor di warga . (Lihat
9C, penjelasan berikut)
7. Pengobatan spesifik : tidak diperlukan.
C. Penanggulangan wabah :
1. Lakukan penyelidikan apakah telah terjadi infeksi pada kuda dan burung,
penemuan kasus-kasus yang terjadi pada manusia memiliki nilai epidemiologis
dengan cara menghitung frekuensi dan distribusi penderita di daerah terjangkit.
Pemberian Imunisasi pada kuda tidak memiliki efek mencegah penyebaran
virus di warga . Sebaliknya pemberian Imunisasi pada babi untuk JE
memiliki dampak yang bermakna dalam mencegah penyebaran virus.
2. Pengkabutan (fogging) atau penyemprotan (spraying) dari pesawat terbang dengan
insektisida yang tepat mencegah meluasnya wabah SLE di perkotaan.
D. Implikasi bencara : tidak ada.
E. Tindakan lebih lanjut :
Lakukan penyemprotan dengan insektisida terhadap pesawat-pesawat yang datang dari
daerah terjangkit. Manfaatkan Pusat Kerjasama WHO.
II. ENSEFALITIDES DITULARKAN OLEH KUTU (TICK BORNE)
ICD-9 063;ICD-10 A84
ENSEFALITIS TIMUR JAUH YANG DITULARKAN OLEH KUTU
ICD-10 A84.0
(FAR EASTERN TICK BORNE ENCEPHALITIS)
(RUSSIAN SPRING SUMMER ENCEPHALITIS)
ENSEFALITIS EROPA TENGAH YANG DITULARKAN OLEH KUTU
ICD-10 A84.1
(CENTRAL EUROPE TICK BORNE ENCEPHALITIS)
PENYAKIT LOUPING ICD-10 A84.8
POWASSAN VIRUS ENCEPHALITIS ICD-10 A84.8
1. Identifikasi
Kumpulan penyakit virus yang secara klinis mirip dengan ensefalitis yang ditularkan oleh
nyamuk kecuali subtipe Far Eastern Tickborne (FE) yang sering dihubungkan dengan
timbulnya epilepsi fokal, lumpuh layuh (terutama pada bahu ) dan gejala sisa lain. Central
European Tick Borne Encephalitis (CEE) disebut juga “difasik milk fever” (demam susu
difasik) atau difasik meningoensefalitis dengan gejala yang lebih ringan namun
berlangsung lama kira kira 3 minggu. Stadium awal demam dari CEE tidak berhubungan
dengan gejala yang mengarah ke SSP, dan fase ke dua demam dan meningoensefalitis
terjadi 4 – 10 hari sesudah pemulihan, kematian dan gejala sisa yang berat jarang terjadi
dibandingkan dengan penyakit ”Ensefalitis Timur Jauh” yang ditularkan oleh kutu (FE).
43
Powassan Encephalitis (PE) memiliki gejala klinis yang sama dan kira kira CFR-nya
berkisar antara 10 % dan sekitar 50 % penderita yang sembuh memberikan gejala sisa
neurologis diantara mereka yang hidup. Louping ill pada manusia juga mempunya pola
difasik dan relatif ringan.
Diagnosa spesifik dibuat dengan mengukur titer IgM spesifik pada serum darah fase akut
atau yang diambil dari LCS, atau dengan tes serologis dari pasangan sera, atau dengan
mengisolasi virus dari darah selama periode akut atau dari otak yang diambil postmortem
dengan menyuntikkannya pada tikus muda atau kultur sel. Tes serologis yang umum
dilakukan tidak untuk membedakan anggota dari kelompok ini namun untuk membedakan
kelompok ini dari kebanyakan penyakit serupa dari kelompok lain.
2. Pemicu penyakit :
Satu kelompok dalam keluarga flavivirus, dengan perbedaan minor antigen, terutama
dengan virus Powassan, namun virus-virus yang memicu penyakit-penyakit ini
berhubungan sangat dekat satu sama lain.
3. Distribusi penyakit.
Penyakit SSP yang disebabkan oleh kelompok virus ini tersebar luas di negara bekas Uni
Soviet, bagian timur Eropa dan Eropa Tengah, Skandinavia dan Inggris. Pada umumnya
sub tipe FE ditemukan terutama di wilayah Timur Jauh bekas Uni Soviet; CEE banyak
terjadi di Eropa, sementara “Louping ill” terjadi di Kepulauan Inggris dan Irlandia, namun
akhir-akhir ini ditemukan juga di Eropa Barat. Virus Powassan ditemukan di Kanada, AS
dan Rusia. Insidens musiman tergantung pada densitas vektor kutu. Exodes persulcatus di
Asia Timur biasanya aktif pada musim semi dan awal musim panas. Gigitan kutu I.
ricinus di Eropa terjadi pada awal musim panas dan semi; dan di AS dan Kanada, gigitan
kutu I. cookei memuncak pada bulan Januari hingga September. Daerah dengan insidens
penyakit tertinggi yaitu daerah dimana manusia memiliki hubungan sangat dekat
dengan kutu yang terinfeksi dalam jumlah besar. Pada umumnya di pedesaan atau daerah
hutan, juga di perkotaan. Wabah lokal dari CEE terjadi dikalangan warga yang
mengkonsumsi susu yang tidak dipasteurisasi atau mengkonsumsi produk susu dari biri-
biri dan kambing, sehingga penyakit ini disebut dengan demam susu difasik (Diphasic
Milk Fever). Pola usia penderita diberbagai daerah sangat bervariasi, hal ini dipengaruhi
oleh beberapa hal antara lain oleh kesempatan terpajan dengan kutu, konsumsi susu dari
binatang yang terinfeksi atau sebelumnya telah memperoleh kekebalan. Infeksi yang
didapat di laboratorium sering terjadi; beberapa orang mengalami gejala sisa yang serius
bahkan ada yang sampai meninggal.
4. Reservoir.
Kutu atau kombinasi kutu dan mamalia, merupakan reservoir yang sesungguhnya, telah
terbukti terjadi penularan transovarian pada kutu dari virus tickborne ensefalitis. Biri-biri
dan kijang yaitu hospes vertebrata utama untuk “Louping ill”, sementara tikus, mamalia
kecil dan burung berperan sebagai sumber infeksi kutu untuk FE, CEE dan virus PE.
5. Cara penularan :
Melalui gigitan kutu yang terinfeksi atau sebab mengkonsumsi susu dari binatang
tertentu yang terinfeksi. Ixodes persulcatus yaitu vektor utama di Rusia Timur dan
44
Ixodes ricinus di Rusia Barat dan bagian lain dari Eropa. Yang disebutkan terakhir juga
berperan sebagai vektor “Louping ill” pada domba di Skotlandia. I. cookei yaitu vektor
utama di Kanada Timur dan AS. Larva dari kutu menghisap virus pada waktu menghisap
darah dari vertebrata yang terinfeksi yaitu tikus, mamalia lain atau burung. Virus CEE
mungkin didapat sebab mengkonsumsi susu mentah atau susu yang terinfeksi.
6. Masa Inkubasi : biasanya 7 – 14 hari.
7. Masa penularan.
Tidak menular langsung dari manusia ke manusia. Kutu yang terinfeksi, menular
sepanjang hidupnya. Viremia pada berbagai jenis vertebrata bisa berlangsung beberapa
hari, sedang pada manusia berlangsung antara 7 – 10 hari.
8. Kerentanan dan kekebalan.
Semua jenis kelamin dan usia rentan terhadap penyakit ini. Infeksi, apakah dengan
ataukah tanpa gejala khusus dapat menimbulkan imunitas.
9. Cara – cara pemberantasan.
A. Tindakan pencegahan.
1) Lihat penyakit Lyme, 9A untuk upaya pemberantasan kutu.
2) Vaksin dari virus yang diinaktivasi digunakan secara luas di Eropa dan bekas Uni
Soviet, dilaporkan cukup efektif dan aman.
3) Masaklah sampai mendidih atau lakukan pasteurisasi terhadap susu yang akan
dikonsumsi yang berasal dari binatang rentan di daerah dimana ditemukan
penyakit “meningoensefalitis difasik” (CEE).
B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
1). Laporan ke instansi kesehatan setempat : Di daerah endemis tertentu, dibanyak
negara, bukan merupakan penyakit yang wajib dilaporkan, Class 3B (lihat bab
pelaporan penyakit menular)
2). Isolasi : tidak diperlukan, sesudah kutu di hilangkan
3). Disinfeksi serentak : tidak dilakukan
4). Karantina : tidak diperlukan
5). Imunisasi kontak : tidak diperlukan
6). Investigasi dari kontak dan sumber penyakit : cari kasus-kasus yang tidak
dilaporkan, cari dan temukan kutu dan binatang yang kemungkinan mencemari
susu dengan kotoran yang mengandung virus.
C. Penanggulangan wabah : Lihat penyakit Lyme, 9A
D. Implikasi bencana : tidak ada.
E. Tindakan lebih lanjut : Manfaatkan Pusat Kerjasama WHO.
45
Demam Virus yang ditularkan oleh Arthropoda.
I. MOSQUITO-BORNE DAN CULICOIDES-BORNE VIRAL FEVERS.
(Yellow fever dan dengue di jelaskan secara terpisah)
I.A. VENEZUELAN EQUINE
ENCEPHALOMYELITIS VIRUS DISEASE ICD-9 066.2; ICD-10.A92.2
(Venezuelan Equine Ensefalitis, Demam Venezuelan equine).
1. Identifikasi :
Manifestasi klinis dari infeksi virus ini yaitu berupa penyakit yang memiliki gejala
seperti influensa, dengan onset yang cepat mulai dari sakit kepala yang berat, demam,
meriang, nyeri otot, sakit belakang bola mata, mual dan muntah. Kongesti faring dan
Konjungtiva yaitu gejala fisik satu-satunya. Kebanyakan infeksi relatif ringan, dengan
gejala yang berlangsung selama 3 – 5 hari. Beberapa kasus bisa memberikan gejala
demam difasik; sesudah demam beberapa hari, terutama pada anak-anak, gejala SSP
mungkin muncul, yang ditandai dengan gejala mengantuk hingga gejala ensefalitis yang
jelas, disertai disorientasi, kejang, lumpuh, koma dan kematian. Selama KLB yang terjadi
di Texas pada tahun 1971, 3 dari 40 penderita mengalami gejala SSP berat, dengan gejala
sisa berupa perubahan kepribadian dan atau kelumpuhan.
Diagnosa awal dibuat berdasarkan gejala klinis dan gambaran epidemiologis (adanya
pajanan di daerah dimana penyakit equine epizootic sedang berlangsung) dan di
konfirmasi diagnostik dilakukan dengan diisolasinya virus, naiknya titer antibodi atau
deteksi dari IgM spesifik. Virus dapat diisolasi melalui kultur sel atau bayi tikus yang
diinokulasi dengan spesimen darah dan pencucian nasofaring yang diambil pada 72 jam
pertama saat munculnya gejala; darah akut dan darah konvalesens yang diambil dengan
jarak sekitar 10 hari secara terpisah menunjukkan adanya kenaikan titer antibodi. Infeksi
Laboratorium bisa terjadi jika upaya dan alat pencegahan tidak digunakan dengan
semestinya.
2. Pemicu penyakit.
Virus Venezuelan equine encephalomyelitis (VEE), yaitu termasuk alfavirus
(Togaviridae, Alphavirus), dengan sub tipe enzootik dan varietas epizootik subtipe 1.
3. Distribusi penyakit.
Endemik di Amerika Selatan, Trinidad dan Amerika Tengah. Penyakit ini muncul sebagai
epizootik, terutama di bagian Utara dan Barat Amerika Selatan; epizootik pada tahun 1970
– 1971 menyebar melalui Amerika Tengah ke USA.
4. Reservoir.
Subtipe enzootik dari VEE bertahan pada siklus tikus – nyamuk. Jenis epizootik dari
subtipe 1 muncul secara periodik dari enzootik virus VEE 1D di Amerika Selatan bagian
Utara. Selama KLB, virus epizootik VEE, menular di dalam suatu siklus yang melibatkan
kuda, yang menjadi sumber utama penularan virus kepada nyamuk, kemudian ditularkan
46
kepada manusia. Manusia juga mengalami viremia dan menjadi sumber penularan pada
siklus penularan nyamuk - manusia - nyamuk
5. Cara penularan.
Melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Virus VEE diisolasi dari Culex (melanoconion),
Aedes, Mansonia, Psorophora, Haemagogus, Sabethes, Deinocerites serta Anopheles dan
kemungkinan agas ceratopogonid. Infeksi laboratorium bisa terjadi melalui penularan
udara, tidak ada bukti penularan terjadi dari kuda ke manusia.
6. Masa inkubasi :
Biasanya 2 – 6 hari, bisa juga 1 hari.
7. Masa penularan :
Manusia dan kuda yang terinfeksi merupakan sumber penularan bagi nyamuk hingga 72
jam, nyamuk yang terinfeksi mungkin menularkan virus sepanjang hidupnya.
8. Kerentanan dan kekebalan.
Semua orang rentan terhadap infeksi. Infeksi ringan dan timbulnya imunitas sering terjadi
pada daerah endemis. Anak-anak jika terinfeksi memiliki risiko terserangnya SSP.
9. Cara-cara pemberantasan
A. Tindakan pencegahan
1) Lakukan prosedur umum pemberantasan nyamuk.
2) Hindari daerah endemis berhutan, terutama pada malam hari.
3) Vaksin dari virus hidup yang dilemahkan masih dalam taraf ujicoba (TC-83) dan
vaksin dari virus yang dimatikan untuk VEE terbukti efektif untuk melindungi
petugas laboratorium dan orang dewasa lainnya yang berisiko tinggi (tersedia pada
US Army Medical Research and Materiel Command, ATTN: MCMR-UMP, Fort
Detrick, Frederick, MD 21702-5009, phone 301-619-2051). Vaksin yang
dilemahkan terbukti efektif untuk melindungi kuda selama terjadinya KLB
epizootik pada tahun 1970-1971; pengendalian infeksi pada kuda terbukti efektif
mencegah munculnya kasus baru pada manusia. Vaksin untuk kuda tersedia secara
komersial.
B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat : untuk daerah endemis tertentu di
banyak negara, bukan merupakan penyakit yang wajib dilaporkan. Class 3D (lihat
tentang pelaporan penyakit menular).
2) Isolasi : Lakukan tindakan kewaspadaan universal terhadap darah dan cairan
tubuh. Pasien sebaiknya dirawat diruangan yang di beri kasa atau di rawat di
rumah yang disemprot dengan insektisida yang meninggalkan residu paling sedikit
selama 5 hari sesudah onset atau hingga demam hilang.
3) Disinfeksi serentak : tidak diperlukan.
4) Karantina : tidak dilakukan.
5) Imunisasi kontak : tidak diperlukan.
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi : Cari kasus kasus yang tidak terdiagnosa
dan kasus-kasus yang tidak di laporkan.
47
7) Pengobatan spesifik : tidak ada
C. Penanggulangan wabah :
1). Tentukan luasnya daerah yang terinfeksi, lakukan imunisasi terhadap kuda dan
atau larang kuda-kuda ini untuk pindah, keluar dari daerah terinfeksi.
2). Gunakan obat gosok anti nyamuk yang telah direkomendasikan bagi mereka yang
terpajan.
3). Lakukan survei kepadatan nyamuk, tempat perindukan dan tindakan
pemberantasan yang efektif.
4). Identifikasi kuda-kuda yang terinfeksi, cegah nyamuk untuk mengigit mereka dan
lakukan upaya pemberantasan nyamuk secara intensif di daerah terjangkit.
D. Implikasi bencana : tidak ada.
E. Tindakan lebih lanjut : Lakukan Imunisasi terhadap hewan, dan di larang
memindahkan hewan dari daerah epizootik ke daerah yang bebas dari penyakit.
IB. DEMAM YANG DITULARKAN OLEH NYAMUK DAN
OLEH CULICOIDES LAIN ICD-9 066.3
DEMAM, VIRUS BUNYAMWERA ICD-10 A92.8
PENYAKIT VIRUS BWAMBA ICD-10 A92.8
DEMAM RIFT VALLEY ICD-10 A92.4
DEMAM WEST NILE ICD-10 A92.3
PENYAKIT VIRUS GRUP C ICD-10 A92.8
PENYAKIT VIRUS OROPOUCHE ICD-10 A93.0
1. Identifikasi
Kelompok virus yang memicu demam dan biasanya berlangsung selama satu
minggu atau kurang. Kebanyakan dari penyakit virus ini menyerupai dengue (lihat tabel
pada bab pendahuluan arbovirus untuk penyakit yang ditularkan oleh Nyamuk). Gejala
awal berupa demam, sakit kepala, malaise, arthralgia atau mialgia dan kadang-kadang
mual dan muntah. Pada umumnya ada konjungtivitis dan fotopobia.
Demam bisa atau tanpa bentuk difasik. Ruam biasa terjadi pada penyakit yang disebabkan
oleh Virus West Nile. Meningoensefalitis terkadang merupakan komplikasi dari infeksi
virus West Nile dan Oropouche. Penderita Rift Valley Fever (RVF) bisa disertai dengan
retinitis, atau hepatitis disertai dengan perdarahan yang bisa berakibat fatal. Beberapa
virus grup C dilapokan memicu kelemahan di bagian bawah tungkai dan lengan tapi
jarang berakibat fatal. Jika terjadi wabah RVF dan Oropouche, insidens penyakit biasanya
mencapai ribuan penderita.
48
Tes serologis dapat membedakan penyakit ini dengan penyakit virus lain atau yang tidak
diketahui Pemicu nya, namun pada umumnya virus dengan genus yang sama sangat sulit
dibedakan secara serologis. Pada beberapa kasus, isolasi virus dilakukan dari darah yang
diambil selama demam dan di suntikkan pada anak tikus atau kultur sel. Infeksi
laboratorium bisa terjadi dengan beberapa jenis virus ini.
2. Pemicu penyakit.
Setiap penyakit disebabkan oleh virus yang berbeda namanya sama dengan penyakitnya.
Virus West Nile, Banzi, Kunjin, Spondweni dan Zika yaitu masuk kelompok flavivirus;
kelompok bunyavirus grup C yaitu Apeu, Caraparu, Itaqui, Madrid, Marituba,
Murutucu, Nepuyo, Oriboca, Ossa dan Restan. Oropouche yaitu bunyavirus dari grup
Simbu. RVF termasuk dalam kelompok phlebovirus. Kelompok lainnya yang lebih kecil
tertera dalam tabel pendahuluan.
3. Distribusi penyakit.
Virus West Nile memicu KLB di Mesir, Israel, India, Perancis, Rumania, Republik
Czecho dan tersebar di Afrika, daerah Mediteran Utara dan Asia Barat. Demam Rift
Valley, Bwamba dan Bunyamwera sejauh ini hanya ditemukan di Afrika. Virus grup C
terdapat di daerah tropis Amerika Selatan, Panama dan Trinidad. Demam Oropouche
ditemui di Trinidad, Panama dan Brazil. Virus Kunjin di Australia. Kejadian musiman
tergantung pada kepadatan vektor. Penyakit biasanya muncul di daerah pedesaan,
walaupun kadang-kadang RVF, Oropouche dan virus West Nile menimbulkan ledakan
KLB di daerah “suburban” dan perkotaan.
4. Reservoir
Sebagian besar dari jenis virus ini tidak diketahui reservoirnya, beberapa jenis virus
mungkin ada secara terus menerus dalam siklus nyamuk vertebrata di daerah tropis. Virus
Oropouche bisa ditularkan oleh Culicoides. Burung yaitu sumber dari infeksi nyamuk
untuk Virus West Nile, tikus berperan sebagai reservoir pada virus grup C.
5. Cara penularan.
Kebanyakan cara penularan yaitu melalui gigitan nyamuk infektif seperti yang tertera
dibawah ini :
• Untuk virus West Nile, Culex univittatus di Afrika Selatan, C. modestus di Perancis
dan C. pipiens di Israel.
• Untuk virus Bunyamwera, Aedes spp.
• Untuk virus grup C, spesies dari Aedes dan Culex (Melanoconion)
• Untuk virus Rift Valley (pada kambing dan binatang lain), vektor potensial yaitu
beberapa jenis nyamuk Aedes; Ae. mcinthoshi bisa terinfeksi secara transovarian dan
bisa menjadi tempat tinggal virus RVF di daerah fokus enzootik.
Kebanyakan orang yang terinfeksi RVF sebab menangani jaringan binatang pada waktu
melakukan necropsy atau pemotongan hewan. Culex pipiens yaitu vektor Pemicu
wabah RVF di tahun 1977 di Mesir yang menelan korban sedikitnya 600 kematian;
49
penularan mekanis oleh lalat hematopagus dan penularan melalui udara atau darah yang
terinfeksi bisa memicu terjadinya KLB RVF. Arthropoda lain bisa menjadi vektor,
seperti Culicoides paraensis untuk virus Oropouche.
6. Masa Inkubasi.
Biasanya 3 – 12 hari.
7. Masa penularan
Tidak langsung ditularkan dari orang ke orang. Nyamuk yang terinfeksi mungkin
menularkan virus sepanjang hidupnya. Terjadinya viremia, syarat penting untuk infeksi
virus pada vektor, viremia pada manusia terjadi pada masa gejala klinis awal untuk
kebanyakan virus.
8. Kerentanan dan kekebalan.
Semua golongan usia rentan terhadap penyakit ini, baik pria maupun wanita. Infeksi yang
tidak jelas tanpa gejala dan penyakit ringan umum terjadi. Infeksi dapat menimbulkan
imunitas, dan di daerah endemis anak-anak sangat rentan terhadap penyakit ini.
9. Cara-cara pemberantasan
A. Tindakan pencegahan.
1) Lakukan semua tindakan pencegahan yang diterapkan untuk ensefalitis yang
ditularkan oleh nyamuk (lihat 9A1-6 dan 9A8). Untuk RVF, kewaspadaan umum
perlu diperhatikan dalam penanganan binatang yang terinfeksi serta produknya,
begitu juga terhadap penanganan darah fase akut pada manusia.
2) Vaksin RFV dalam taraf uji coba yang dibuat dari kultur sel yang diinaktivasi
tersedia untuk manusia, sedang vaksin hidup dan vaksin dari virus yang
diinaktivasi tersedia untuk imunisasi kambing, domba dan sapi.
B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya.
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat : pada daerah endemis tertentu
dibanyak negara bukan merupakan penyakit yang wajib dilaporkan. Class 3B (lihat
Tentang pelaporan penyakit menular). Untuk Rift Valley Fever, laporkan kepada
WHO, FAO dan kantor International Epizootic di Paris.
2) Isolasi : Lakukan tindakan kewaspadaan universal sewaktu menangani darah dan
cairan tubuh. Rawatlah penderita di ruangan yang telah diberi sekat kasa atau di
tempat yang telah disemprot dengan insektisida setidaknya selama 5 hari sesudah
onset atau hingga tidak ada demam. Darah dari penderita RVF mungkin menular.
3) Disinfeksi serentak : tidak diperlukan.
4) Karantina : tidak diperlukan.
5) Imunisasi kontak dan sumber infeksi: tidak diperlukan.
6) Investigasi dari kontak : Tanyakan dimana tempat tinggal penderita selama 2
minggu sebelum sakit. Cari penderita yang tidak dilaporkan atau yang tidak
terdiagnosa.
7) Pengobatan spesifik : tidak ada.
50
C. Penanggulangan wabah :
1). Gunakan obat gosok anti nyamuk yang telah dirokemendasikan, untuk orang-
orang yang terpajan gigitan nyamuk.
2). Hewan peliharaan yang sakit atau mati dan yang dicurigai terinfeksi RVF jangan
dipotong.
3) Lakukan pengukuran kepadatan vektor nyamuk, cari dan musnahkan tempat-
tempat perkembangbiakan nyamuk.
4) Lakukan Imunisasi pada domba, kambing dan hewan ternak terhadap RVF.
5) Lakukan Identifikasi domba dan binatang-binatang lain yang terinfeksi (Rift
Valley) dan lakukan survei serologis terhadap burung (West Nile) atau terhadap
tikus (Virus grup C). Sebar luaskan informasi tentang prevalensi dari penyakit dan
luasnya daerah yang terjangkit.
D. Implikasi bencana : tidak ada.
E. Tindakan lebih lanjut : Untuk RVF, lakukan imunisasi terhadap hewan dan
dilarang memindahkan hewan dari daerah enzootik ke daerah bebas penyakit. Dilarang
memotong binatang yang sakit ; untuk virus lainnya tidak ada tindakan spesifik
kecuali upaya untuk mencegah perpindahan nyamuk melalui alat-alat transport seperti
pesawat udara, kapal laut, dan kendaraan darat lainnya. Manfaatkan Pusat Kerjasama
WHO.
II. Demam Virus yang ditularkan kutu ICD-9 066.1
Demam kutu Colorado ICD-10 A93.2
Demam kutu lainnya ICD-10 A93.8
1. Identifikasi.
Demam kutu Colorado (Colorado Tick Fever, CTF), yaitu penyakit virus dengan gejala
demam akut (kadang-kadang difasik) disertai ruam. Sesudah muncul gejala awal biasanya
terjadi remisi singkat diikuti dengan serangan kedua demam yang berlangsung 2 – 3 hari
disertai dengan neutropenia dan trombositopenia yang hampir selalu terjadi pada saat
demam hari ke 4 – 5. Ciri-ciri khas dari CTF yaitu penyakit dengan gejala klinis yang
sedang, kadang-kadang disertai dengan ensefalitis, miokarditis dan cenderung terjadi
perdarahan. Kematian jarang terjadi. Virus Bhanja dapat memicu kelainan syaraf
yang berat dan dapat menimbulkan kematian; infeksi SSP juga terjadi dengan virus
Kemerovo dan Thogoto (yang terakhir mungkin memicu hepatitis).
Konfirmasi hasil tes laboratorium dari CTF dibuat dengan mengisolasi virus dari darah
yang disuntikkan pada tikus muda atau kultur sel atau dengan melihat adanya antigen pada
eritrosit dengan metode IF (Virus CTF bisa berada dalam eritrosit sampai dengan 120
hari). Metode IFA dapat mendeteksi serum antibodi kira-kira 10 hari sesudah onset
penyakit. Berbagai metoda diagnosa untuk konfirmasi demam virus yang ditularkan oleh
51
kutu bervariasi satu sama lain walaupun hanya sedikit, kecuali dalam hal penggunaan
serum untuk isolasi virus sebagai pengganti penggunaan eritrosit.
2. Pemicu penyakit.
yaitu virus Demam kutu Colorado, penyakit domba Nairobi (Ganjam), Kemerovo,
Lipovnik, Quaranfil, Bhanja, Thogoto dan virus Dugbe.
3. Distribusi penyakit.
Demam kutu Colorado endemis di pegunungan dengan ketinggian diatas 5000 kaki di
bagaian barat AS dan Kanada. Virus diisolasi dari kutu Dermacentor andersoni di Alberta
dan British Columbia. Penyakit ini sering terjadi di tempat rekreasi atau terpajan di tempat
kerja (tempat pendakian, tempat memancing), pada lokus-lokus enzootik; variasi musiman
paralel dengan tingginya aktivitas kutu (bulan April – Juni di pegunungan Rocky
Mountain di AS). (Distribusi geografis dari virus lain bisa dilihat pada tabel).
4. Reservoir
Reservoir dari CTF yaitu mamalia kecil seperti bajing, landak, bajing tanah dan
Peromyscus spp; termasuk juga kutu terutama D. andersoni.
5. Cara penularan.
Melalui gigitan kutu yang infektif. Kutu yang belum dewasa (D. andersoni) mendapatkan
virus CTF pada waktu mengisap darah binatang yang mengalami viremia; mereka
menularkan virus dengan cara trans stadial dan menularkan pada manusia ketika kutu
dewasa menghisap darah.
6. Masa inkubasi : biasanya 4 – 5 hari.
7. Masa penularan
Tidak langsung ditularkan dari manusia ke manusia kecuali melalui transfusi darah. Siklus
pada kehidupan liar berlangsung dalam tubuh kutu, yang tetap infektif sepanjang
hidupnya. Virus ada dalam darah selama demam, sedang pada CTF, virus ada didalam
eritrosit dari 2 hingga 16 minggu atau lebih sesudah mulai sakit.
8. Kerentanan dan kekebalan.
Semua orang rentan terhadap penyakit ini. Jarang terjadi serangan kedua.
9. Cara – cara Pemberantasan
A. Cara Pencegahan : perlindungan individu dengan menghindari gigitan kutu, lakukan
tindakan pengendalian kutu dan hewan pengerat (lihat Lyme Disease, 9A).
B. Pengawasan Penderita, Kontak & Lingkungan Sekitarnya :
1). Laporan kepada instansi kesehatan setempat : di daerah endemis tertentu (AS), dan
di kebanyakan negara, bukan merupakan kasus yang wajib dilaporkan, Kelas 3B
(lihat tentang pelaporan penyakit menular).
2). Isolasi : hati-hati terhadap cairan tubuh dan darah penderita, tidak boleh menjadi
donor selama 4 bulan setelah sembuh dari sakit.
3). Disinfeksi serentak : tidak ada, jauhkan kutu dari penderita.
52
4). Karantina : tidak diperlukan.
5). Imunisasi : tidak ada.
6). Investigasi kontak dan sumber infeksi : selidiki daerah yang terjangkit kutu.
7). Perawatan spesifik : tidak ada.
C. Tindakan Penanggulangan Wabah : tidak diterapkan.
D. Implikasi Bencana : Tidak ada
E. Tindakan lebih lanjut : manfaatkan pusat kerjasama WHO.
III. DEMAM VIRUS YANG DITULARKAN PHLEBOTOMINE
ICD-9066.0; ICD-10 A93.1
DEMAM LALAT GURUN (SAND FLY FEVER)
(Demam Phlebotomus, demam Papatasi)
PENYAKIT VIRUS CHANGUINOLA ICD-9066.0; ICD-10 A93.8
(Demam Changuinola)
PENYAKIT VIRUS STOMATITIS VESIKULER ICD-9066.0; ICD-10 A93.8
(Demam Stomatitis Vesikuler)
1. Identifikasi
Merupakan kelompok penyakit arboviral dengan gejala demam yang mencapai suhu
38,3ºC - 39,5ºC (101ºF - 103ºF) kadang lebih tinggi, sakit retrobulbair pada gerakan mata;
sklera berwarna merah, rasa tidak enak badan, pusing, sakit kepala, sakit hebat di lengan
dan punggung. Radang tenggorokan, luka vesikuler mukosa mulut dan adenopati leher
yaitu ciri-ciri dari infeksi “vesicular stomatitis virus” (vsv). Leukopenia biasa terjadi
pada hari ke 4 hingga ke 5 setelah terkena demam. Gejala penyakit mungkin
mengkhawatirkan, tapi kematian jarang terjadi. Kesembuhan total dapat didahului dengan
gejala kejiwaan berupa depresi yang berkepanjangan. Ensefalitis dapat terjadi setelah
infeksi virus Toscana dan Chandipura.
Diagnosa awal didasarkan pada adanya gambaran klinis dan banyaknya jumlah penderita
yang serupa. Diagnosis pasti dibuat berdasarkan pemeriksaan serum dengan deteksi
antibodi IgM spesifik atau dengan mengisolasi virus dari darah dengan menyuntikkan
darah ke kultur sel atau tikus kecil; untuk infeksi virus versikuler stomatitis, specimen
diambil dari usap tenggorok dan cairan vesikuler.
2. Pemicu penyakit.
Kelompok virus demam “sand fly” (Bunyaviridae, Phleboviruses); sedikitnya ada 7
macam virus yang secara immunologis berkait (Naples, Sicilian, Candiru, Chagres,
Alenquer, Toscana dan Punta Toro) telah dapat diisolasi dan diidentifikasi dari manusia.
Sebagai tambahan, virus Changuinola (sejenis arbovirus) dan virus stomatitis vesikuler
dari jenis Indiana (rhabdovirus) keduanya memicu penyakit demam pada manusia,
telah dapat diisolasi dari Lutzomyia spp. Virus Chandipura yaitu termasuk rhabdovirus.
53
3. Distribusi penyakit.
Merupakan penyakit daerah subtropis dan tropis yaitu daerah dengan periode cuaca kering
dan panas yang panjang di Eropa, Asia dan Afrika dan hutan hujan daerah tropis bumi
belahan barat dengan hutan hujan yang lebat. Penyakit ini tersebar dalam lingkaran yang
luas meliputi daerah Mediterania dan ke timur hingga Myanmar (Burma) dan China.
Penyakit ini bersifat musiman di daerah subtropis disebelah utara ekuator, sering muncul
antara bulan April dan Oktober dan cenderung menimpa personil militer dan pelancong
dari daerah non endemik.
4. Reservoir.
Secara alami, reservoir utamanya yaitu sand fly (lalat gurun pasir) dimana virus bertahan
didalam telur nyamuk (transovarian). Rodensia arboreal dan primata selain manusia dapat
menjadi tempat bagi virus stomatitis vesikuler. Binatang pengerat diketahui menjadi inang
bagi virus “sand fly” di bumi belahan timur.
5. Cara Penyebaran.
Dengan gigitan “sand fly” yang terinfeksi. Vektor dari virus klasik ini bentuknya kecil,
berbulu, penghisap darah (Phlebotomus papatasi, yaitu “sand fly” yang umum berperan
sebagai vektor) menggigit pada malam hari dan memiliki jangkauan terbang yang
terbatas. “Sand fly” dari genus Sergentomyia juga pernah ditemukan terinfeksi virus dan
menjadi vector. Anggota dari genus Lutzomyia terdapat di Amerika tengah dan selatan.
6. Masa Inkubasi diatas 6 hari, biasanya 3 – 4 hari, jarang di bawah itu.
7. Masa Penularan : Virus terdapat dalam darah orang yang terinfeksi setidaknya 24 jam
sebelum dan 24 jam sesudah demam. Phlebotomines menjadi infektif sekitar 7 hari
sesudah menggigit orang yang terinfeksi dan tetap demikian untuk masa hidup normal
mereka sekitar 1 bulan.
8. Kerentanan dan Kekebalan.
Semua orang rentan terhadap infeksi; kekebalan homolog yang didapat setelah terinfeksi
virus ini kemungkinan dapat bertahan terus. Kekebalan relatif pada warga asli di
daerah sand fly kemungkinan memiliki kaitan dengan pengalaman infeksi pada awal
kehidupan mereka.
9. Cara-cara pemberantasan :
A. Cara Cara Pencegahan
Hindari gigitan “sand fly” (lalat gurun); pengendalian “sand fly” yaitu tujuan utama
dalam uapaya pemberantasan (lihat Leishmaniasis, cutaneous dan Mucosal, 9A2)
B. Pengawasan Penderita, Kontak & Lingkungan Sekitarnya :
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat : Di daerah endemis tertentu, di
kebanyakan negara, bukan merupakan kasus yang wajib dilaporkan, Kelas 3C
(lihat Petentang pelaporan penyakit menular).
54
2) Isolasi : tidak ada; cegah akses “sand fly” ke penderita pada hari hari pertama sakit
dengan memakai kasa atau kelambu dengan ukuran (10 – 12 mesh / cm atau
25 – 30 mesh / inch, ukuran bukaan 0,085 cm atau 0,035 inch) atau dengan
menyemprotkan insektisida
3) Disinfeksi serentak : tidak ada; basmi “sand fly” pada sarangnya.
4) Karantina : tidak diperlukan.
5) Imunisasi : saat ini tidak ada.
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi : di bumi belahan timur, cari tempat
berkembang biaknya “sand fly” di sumur-sumur, terutama pada genangan air,
lubang-lubang ditanah dan di bebatuan.
7) Perawatan spesifik : tidak ada.
C. Penanggulangan Wabah :
1). Beri penyuluhan kepada warga tentang cara cara penularan dan pentingnya
pencegahan gigitan “sand fly” dengan memakai repelan / obat gosok anti
nyamuk, terutama saat matahari mulai terbenam.
2). Gunakan insektisida untuk mengendalikan “sand fly” agar tidak masuk ke rumah
dan pemukiman warga .
D. Implikasi Bencana : Tidak ada
E. Tindakan lebih lanjut : Manfaatkan pusat kerjasama WHO.
DEMAM BERDARAH VIRUS YANG DITULARKAN ARTHROPODA
I. PENYAKIT DITULARKAN OLEH NYAMUK
(Demam Berdarah dengue dan demam kuning disajikan terpisah)
II. PENYAKIT DITULARKAN OLEH KUTU
IIA. DEMAM BERDARAH CRIMEAN – CONGO ICD-9065.0;ICD10A98.0
(Demam Berdarah Asia Tengah)
1. Identifikasi.
Penyakit yang disebabkan oleh virus dengan demam yang muncul tiba-tiba, rasa tidak
enak badan, kelelahan, iritasi, sakit kepala, sakit hebat di tangan dan pinggang dan
ditandai dengan timbulnya anoreksia. Muntah, sakit pada perut bagian bawah dan diare
kadang muncul. Bercak merah pada muka dan dada hingga mata merah muncul lebih
awal. Enantem dengan pendarahan pada palatum molle, uvula dan faring, ruam kecil kecil
55
menyebar dari dada hingga perut dan sekujur tubuh, biasanya menjadi tanda yang khas
muncul pada penyakit ini; kadang ditemukan purpura yang luas.
Kadang muncul perdarahan pada gusi, hidung, paru-paru, uterus dan usus, namun
kebanyakan terjadi hanya pada kasus yang fatal dan serius, hal ini dikaitkan dengan
kerusakan hati yang berat. Hematuria dan albuminuria umum terjadi namun tidak masif.
Demam meningkat secara konstan dalam 5 – 12 hari atau dengan gambaran bifasik dan
menurun secara lysis. Penyembuhannya lama. Temuan lain berupa lekopenia dengan lebih
banyak limfopenia dibanding netropenia. Trombositopenia yaitu hal yang umum terjadi.
Tingkat fatalitas kasus dilaporkan antara 2% - 50%. Di Rusia diperkirakan terdapat 5
orang yang tertulari untuk tiap kasus demam berdarah.
Diagnosa dibuat dengan mengisolasi virus dari darah dengan inokulasi pada kultur sel
atau tikus kecil atau dengan PCR. Diagnosis serologik dibuat dengan pemeriksaan ELISA,
reverse passive HI, IFA, CF, imuno difusi atau dengan uji netralisasi reduksi plaque. IgM
spesifik dapat saja muncul selama fase akut.
2. Pemicu penyakit – virus demam berdarah Crimean Congo (Bunyaviridae, Nairovirus).
3. Distribusi Penyakit.
Ditemukan di daerah stepa bagian barat Crimea, pada Semenanjung Kersch di Kazakhtan
dan Uzbekistan, di Rostov dan Astrakhan Rusia, juga di Albania, Bosnia Herzegovina,
Bulgaria, Irak, Semenanjung Arab, Pakistan, bagian barat China, daerah tropis Afrika dan
Afrika Selatan. Kebanyakan penderita yaitu mereka yang bekerja dipeternakan atau
tenaga medis. Kejadian musiman di Rusia berlangsung antara Juni hingga September,
periode dimana vektornya sangat aktif. Virus atau antibodi pada manusia telah diteliti dan
ditemukan di beberapa daerah di bagian timur dan tengah Afrika; kasus demam berdarah
telah dilaporkan terjadi di Afrika selatan dan Mauritania (Afrika barat).
4. Reservoir.
Secara alami, reservoir yaitu kelinci, burung dan kutu dari keluarga Hyalomma spp. di
Eurasia dan Afrika Selatan. Inang di daerah tropis Afrika tetap tidak diketahui, namun
Hyalomma dan kutu Boophilus, insektivora dan hewan pengerat diduga juga berperan
sebagai reservoir. Binatang domestik seperti kambing, domba dan sapi berperan sebagai
inang berikutnya.
5. Cara Penularan.
Penularan melalui gigitan Hyalomma marginatum atau H. anatolicum dewasa yang
terinfeksi, kutu yang masih muda diduga mendapat infeksi dari binatang inang atau dari
kutu induknya melalui telur. Infeksi nosokomial pada tenaga medis, terjadi setelah
terpajan dengan darah dan discharge dari pasien. Penularan melalui infeksi nosokomial ini
perlu diperhatikan pada KLB yang terjadi belakangan ini : keluarga dari tenaga medis
dapat juga tertular sebagai kasus tersier. Penularan juga dapat terjadi saat memotong
hewan yang terinfeksi.
6. Masa Inkubasi : Biasanya 1 hingga 3 hari, dengan jarak antara 1 – 12 hari
56
7. Masa Penularan : Sangat menular di lingkungan RS. Infeksi nosokomial umum terjadi
setelah terpajan dengan darah dan discharge penderita.
8. Kerentanan dan Kekebalan
Kekebalan setelah terinfeksi kemungkinan dapat bertahan seumur hidup.
9. Cara- cara pemberantasan
A. Cara Pencegahan :
Lihat Lyme Disease, 9A, untuk tindakan pemberantasan dan pencegahan gigitan kutu.
Vaksin otak tikus yang tidak aktif digunakan di Eropa timur dan di bekas Uni Soviet.
Tidak ada vaksin di AS.
B. Pengawasan Penderita, Kontak & Lingkungan Sekitarnya :
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat : Di daerah endemis tertentu, di
kebanyakan negara, bukan merupakan kasus yang wajib dilaporkan, Kelas 3B
(lihat tentang pelaporan penyakit menular)
2) Isolasi : lakukan tindakan kewaspadaan universal terhadap cairan tubuh dan darah
3) Disinfeksi serentak : cairan darah sangat infektif; dekontaminasi dengan panas
atau dengan disinfektan klorin
4) Karantina : tidak diperlukan
5) Imunisasi : tidak ada, kecuali di Eropa bagian timur
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi : cari dan temukan kembali kasus yang
hilang / yang tidak dilaporkan dan keberadaan hewan yang tertular serta vektor
yang mungkin berperan
7) Perawatan spesifik : infus ribavirin dan plasma imun dengan kadar “neutralizing
antibody” yang tinggi diketahui sangat bermanfaat.
8) Penanggulangan Wabah : lihat penyakit Lyme, 9C.
C. Implikasi Bencana : Tidak ada
D. Tindakan lebih lanjut : manfaatkan pusat kerjasama WHO.
IIB. DEMAM BERDARAH OMSK (OHF) ICD-9 065.1; ICD-10 A98.1
COMSK HEMORRHAGIC FEVER
PENYAKIT BELANTARA KYASANUR (KFD) ICD-9 065.2; ICD-10 A98.2
(KYASANUR FOREST DISEASE)
1. Identifikasi.
Kedua penyakit yang disebabkan oleh virus ini memiliki tanda-tanda yang mirip yaitu
rasa dingin yang muncul tiba-tiba, rasa tidak enak badan, demam, sakit kepala, sakit hebat
di lengan dan punggung bagian bawah dan prostat ditandai juga dengan timbulnya
konjungtivitis, diare dan muntah pada hari ketiga atau keempat. Erupsi papulovesikuler
pada palatum molle, limfadenopati di leher dan perdarahan sub konjungtiva biasanya
57
muncul. Bingung dan gejala gejala ensefalopati dapat terjadi pada pasien dengan Penyakit
Belantara Kyasanur (KFD); kadang kala ditemukan demam yang naik turun, kelainan
susunan syaraf pusat terjadi setelah periode 1 – 2 minggu setelah demam.
Kasus yang berat dikaitkan dengan terjadinya perdarahan, tanpa adanya ruam. Terjadi
perdarahan pada gusi, hidung, saluran pencernaan, paru-paru, uterus (namun tidak terjadi
pada ginjal) kadang kala berlangsung berhari-hari dan pada kasus yang fatal dan serius,
akan berakhir dengan syok dan kematian, syok dapat pula terjadi tanpa adanya
perdarahan. Masa demam berlangsung antara 5 hari hingga 2 minggu, sedang kenaikan
suhu fase kedua terjadi pada minggu ketiga. Temuan lain berupa leukopenia dan
trombositopenia. CFR kasus dilaporkan antara 1% - 10%. Masa penyembuhan cenderung
lambat dan panjang.
Diagnosa dibuat dengan mengisolasi virus dari darah yang diinokulasi pada bayi tikus
atau ditanam dalam kultur sel (virus mungkin baru dapat terlihat di atas 10 hari setelah
mulai sakit) diagnosa dapat juga dibuat dengan tes serologis.
2. Pemicu Penyakit.
Pemicu penyakit yaitu virus Demam berdarah Omsk (OHF) dan virus KFD yang
sangat mirip satu sama lain; keduanya berasal dari “ensefalitis louping ill complex” dari
flavivirus yang ditularkan oleh kutu dan secara antigenik sangat mirip dengan virus lain
dalam kompleks itu.
3. Distribusi Penyakit
Ditemukan di belantara Kyasanur di distrik Shimoga dan Kanara di India, terutama terjadi
pada laki-laki muda dewasa yang terpajan di hutan belantara pada saat musim kering dari
bulan November hingga Juni. Pada tahun 1983 terdapat 1155 kasus yang dilaporkan
dengan 150 kematian, wabah KFD terbesar yang pernah dilaporkan. OHF terjadi pada
daerah stepa disebelah barat Siberia di Omsk, Novosibirsk, Kurgan dan daerah Tjumen.
Distrik Novosibirsk melaporkan 2 hingga 41 kasus terjadi setiap tahun dari tahun 1989
hingga tahun 1998, kebanyakan terjadi pada pemburu muskrat, sejenis tikus besar yang
hidup di air. Kejadian musiman di tiap daerah terjadi bersamaan dengan meningkatnya
densitas dari aktivitas vektor. Infeksi laboratorium sering terjadi menimpa petugas
laboratorium oleh kedua virus ini .
4. Reservoir : Pada KFD, reservoirnya kemungkinan yaitu hewan pengerat, shrews
(sejenis binatang menyerupai tikus dengan hidung lancip) dan monyet; sedang pada
OHF, hewan pengerat, muskrat dan kutu berperan sebagai reservoir.
5. Cara Penularan.
Penularan melalui gigitan kutu kemungkinan dari jenis Haemaphysalis spinigera untuk
penyakit KFD dan Dermacentor reticulates (pictus) dan Dermacentor marginatus pada
OHF (kedua virus ini ditemukan pada kutu yang terinfeksi, terutama pada stadium
nymphe). Penularan langsung dapat terjadi dari muskrat ke manusia, yaitu penularan
kepada para pemburu muskrat dan keluarganya.
6. Masa Inkubasi : Biasanya 3 hingga 8 hari.
58
7. Masa Penularan : Tidak langsung menular dari manusia ke manusia. Kutu yang
terinfeksi tetap menular seumur hidup kutu ini .
8. Kerentanan dan Kekebalan : Semua umur dan jenis kelamin bisa tertular, kekebalan
didapat setelah terinfeksi.
9. Cara-cara pemberantasan.
Lihat Lyme Disease dan Viral Encephalitis yang ditularkan melalui kutu, vaksin otak
tikus yang diinaktifasi dengan formalin digunakan untuk OHF. Vaksin untuk ensefalitis
virus yang ditularkan kutu telah digunakan untuk mencegah OHF, namun tidak terbukti
efektif. Satu jenis vaksin yang masih dalam taraf pengembangan saat ini sedang di uji
coba di India untuk mencegah terjadinya KLB KFD.
ASCARIASIS ICD-9127.0; ICD-10 B77
(Infeksi cacing gelang; Ascaridiasis)
1. Identifikasi
Infeksi cacing pada usus halus yang biasanya ditandai dengan sedikit gejala atau tanpa
gejala sama sekali. Cacing yang keluar bersama kotoran atau kadang keluar dari mulut,
anus atau hidung yaitu sebagai tanda awal adanya infeksi. Beberapa penderita
menunjukkan gejala kelainan paru-paru (pneumonitis, sindroma Loffler) yang disebabkan
oleh migrasi larva (terutama selama masa reinfeksi), biasanya ditandai dengan bersin,
batuk, demam, eusinofilia darah dan adanya infiltrat paru-paru. Infeksi parasit yang berat
dapat mengganggu penyerapan zat gizi makanan. Komplikasi serius, kadang fatal seperti
ileus obstruktivus yang disebabkan oleh gumpalan cacing, terutama pada anak-anak; atau
sumbatan pada organ yang berongga seperti pada saluran empedu, saluran pankreas atau
usus buntu dapat terjadi yang disebabkan oleh cacing dewasa. Laporan terjadinya
pankreatitis disebabkan oleh ascaris cenderung meningkat.
Diagnosa dibuat dengan menemukan telur pada kotoran atau ditemukannya cacing dewasa
yang keluar dari anus, mulut atau hidung. Adanya cacing pada usus dapat juga diketahui
dengan teknik pemeriksaan radiologi atau sonografi. Terkenanya paru-paru dapat
diketahui dengan menemukan larva cacing ascaris pada sputum atau cucian lambung.
2. Pemicu penyakit.
Ascaris lumbricoides, cacing gelang yang berukuran besar yang ada pada usus manusia,
Ascaris suum, parasit yang serupa yang terdapat pada babi, jarang namun bisa
berkembang menjadi dewasa pada usus manusia, namun ia dapat juga memicu
“larva migrans”.
3. Distribusi penyakit.
Ascaris tersebar diseluruh dunia, dengan frekuensi terbesar berada di negara tropis yang
lembab dimana angka prevalensi kadang kala mencapai diatas 50%. Angka prevalensi dan
59
intensitas infeksi biasanya paling tinggi pada anak-anak antara usia 3 dan 8 tahun. Di
Amerika Serikat, Ascaris umumnya ditemukan dikalangan imigran yang berasal dari
negara berkembang.
4. Reservoir – Reservoir yaitu manusia, telur ascaris ditemukan di tanah
5. Cara penularan.
Penularan terjadi sebab menelan telur yang fertile dari tanah yang terkontaminasi dengan
kotoran manusia atau dari produk mentah yang terkontaminasi dengan tanah yang berisi
telur cacing. Penularan tidak terjadi langsung dari orang ke orang lain atau dari tinja segar
ke orang. Penularan terjadi paling sering di sekitar rumah, dimana anak-anak, tanpa
adanya fasilitas jamban yang saniter, mencemari daerah ini ; infeksi pada anak
kebanyakan sebab menelan tanah yang tercemar. Tanah yang terkontaminasi telur cacing
dapat terbawa jauh sebab menempel pada kaki atau alas kaki masuk ke dalam rumah,
penularan melalui debu juga dapat terjadi.
Telur mencapai tanah melalui tinja, dan berkembang (embrionasi); pada suhu musim
panas mereka menjadi infektif setelah 2 – 3 minggu dan kemudian tetap infektif selama
beberapa bulan atau beberapa tahun di tanah dalam kondisi yang cocok. Telur embrionasi
yang tertelan menetas pada lumen usus, larva menembus dinding usus dan mencapai paru-
paru melalui sistem sirkulasi. Larva tumbuh dan berkembang pada paru-paru; 9 – 10 hari
setelah infeksi mereka masuk ke alveoli, menembus trakhea dan tertelan untuk mencapai
usus halus 14 – 20 hari setelah infeksi, didalam usus halus mereka tumbuh menjadi
dewasa, kawin dan mulai bertelur 45 – 60 hari setelah menelan telur yang terembrionasi.
6. Masa Inkubasi – siklus hidup membutuhkan 4 hingga 8 minggu untuk menjadi lengkap.
7. Masa Penularan
Cacing betina dewasa yang subur hidup di usus. Umur yang normal dari cacing dewasa
yaitu 12 bulan; paling lama bisa lebih dari 24 bulan, cacing betina dapat memproduksi
lebih dari 200.000 telur sehari. Dalam kondisi yang memungkinkan telur dapat tetap
bertahan hidup di tanah selama bertahun-tahun.
8. Kerentanan dan Kekebalan– semua orang rentan terhadap infeksi ascaris.
9. Cara Cara Pemberantasan
A. Cara Cara Pencegahan :
1) Berikan penyuluhan kepada warga untuk memakai fasilitas jamban yang
memenuhi syarat kesehatan.
2) Sediakan fasilitas yang cukup memadai untuk pembuangan kotoran yang layak
dan cegah kontaminasi tanah pada daerah yang berdekatan langsung dengan
rumah, terutama di tempat anak bermain.
3) Di daerah pedesaan, buatlah jamban umum yang konstruksinya sedemikian rupa
sehingga dapat mencegah penyebaran telur Ascaris melalui aliran air, angin, dan
lain-lain. Kompos yang dibuat dari kotoran manusia untuk digunakan sebagai
pupuk kemungkinan tidak membunuh semua telur.
60
4) Dorong kebiasaan berperilaku higienis pada anak-anak, misalnya ajarkan mereka
untuk mencuci tangan sebelum makan dan menjamah makanan.
5) Di daerah endemis, jaga agar makanan selalu ditutup supaya tidak terkena debu
dan kotoran. Makanan yang telah jatuh ke lantai jangan dimakan kecuali telah
dicuci atau dipanaskan.
B. Pengawasan Penderita, Kontak & Lingkungan Sekitarnya :
1. Laporan kepada instansi kesehatan setempat : laporan