: Erythromycin, TP-SMX dan doxycycline, dilaporkan cukup
efektif namun strain resisten terhadap obat dapat terjadi. Pengobatan diteruskan
selama 3 minggu sampai lesi sembuh, kambuh jarang terjadi namun kalau terjadi
maka respons terhadap pengobatan kedua kurang. Dosis tunggal dengan
cefriaxone IM atau ciprofloxacin PO dilaporkan juga cukup efektif.
C. Penanggulangan wabah: Tidak dilakukan.
D. Implikasi bencana: Tidak ada.
E. Tindakan lebih lanjut : Lihat Sifilis, 9 E.
243
HANTAVIRAL DISEASE
Hantavirus yang menginfeksi binatang pengerat ditemukan tersebar luas didunia. Beberapa
spesies virus diketahui kadang-kadang menyerang manusia dengan gejala klinis yang
bervariasi mulai dari yang ringanm dampai dengan yang berat.Yang pertama kali terserang
yaitu enddotolium pembuluh darah dan memicu terjadinya peningkatan permeabilitas
pembuluh darah, manifestasi perdarahan disertai dengan syoknhipotensif. Banyak sekali
spesies virus ini yang pernah diisolasi dari rodentia namun tidak ada kaitannyan demgan virus
yang memicu penyakit pada manusia. Pada tahun 1993 di Amerika Serikat terjadi KLB
yang disebabkan oleh hantavirus yang sebelumnya tidak dikenal; dimana target organ yang
disearang yaitu paru-paru bukan ginjal. Oleh sebab kedua penyakit ini disebabkan oleh
virus yang mirip dan memicu penyakit dengan gambaran epidemiologis dan patologis
sama, maka kedua sindroma penyakit ini disajikan dibawah judul Hantavairal diseases
(Penyakit penyakit yang disebabkan oleh hantavirus). Gambaran patologis yang khas dari
pernyakit penyakti ini yaitu didahului dengan demam, trombositopenia, lekositosis dan
kebocoran dinding kapiler.
I. DEMAM BERDARAH DENGAN GEJALA GINJAL ICD-9 078.6; ICD-10 A98.5
(Demam Berdarah Epidemika, Demam Berdarah Korea, Nephropathia Epidemica,
Hemorrhagic nephrosonephritis, HFRS).
1. Identifikasi
yaitu penyakit zoonosis akut yang disebabkan oleh virus ditandai dengan serangan
demam mendadak, sakit pinggang dan diikuti dengan berbagai tingkatan perdarahan,
disertai dengan kelainan pada ginjal. Penyakit dengan gejala klinis yang berat disebabkan
ole Hantaan virus (terutama Asia) dan virus Dobrava (Balkan). Ciri khas penyakit ini
yaitu timbulnya lima fase gejala klinis yang kadang kala tumpang tindih satu sama lain.
Lima fase gejala klinis ini yaitu : demam, hipotensi, diuresis, konvalesens. Demam
tinggi, pusing, tidak enak badan dan anoreksia diikuti dengan sakit perut dan lesu, sering
disertai mual dan muntah, facial flushing, petechiae dan conjunctiva injection, merupakan
ciri-ciri fase febrile 3-7 hari. Fase hipotensif dari beberapa jam sampai dengan 3 hari
dengan ciri-ciri penurunan suhu badan dan serangan mendadak hipotensi yang akan
mengakibatkan shock dan lebih lanjut terlihat perdarahan. Tekanan darah akan kembali
normal atau tinggi pada fase oliguri yang terjadi 3-7 hari terakhir, mual dan muntah
mungkin tetap berlangsung, perdarahan berat mungkin dapat terjadi dan sering terjadi
berkurangnya air seni secara drastis. Kematian yang terbanyak (CFR bervariasi umumnya
antara 5-15%) terjadi selama fase hipotensif dan oliguri. Terjadinya perbaikan pada
penyakit, pada kebanyakan kasus ditandai dengan polyuria 3-6 liter setiap hari. Fase
konvalesen memerlukan waktu berminggu minggu sampai dengan berbulan bulan.
Penyakit yang agak ringan (CFR + 1%) disebabkan oleh virus Puumula dan penyakit ini
244
dinamakan nephropathia epidemik terutama terjadi di Eropa. Infeksi oleh virus Seoul,
dibawa oleh tikus coklat atau tikus Norwegia, gejala klinisnya juga ringan; beberapa
penyakit berat mungkin juga terjadi oleh infeksi strain virus ini. Fase perjalanan penyakit
sebab infeksi virus ini sulit membedakan satu sms lainnya.
Diagnosa dibuat dengan ditemukannya antibodi spesifik dengan Elisa atau IFA:
kebanyakan penderita sudah memiliki antibodi IgM pada waktu dirawat di Rumah
Sakit. Adanya protenuria, lekositosis, hemokonsentrasi, trombositopenia dan peningkatan
urea nitrogen darah mendukung diagnosa. Hantavirus dapat dibiakkan pada jarak kultur
sel yang terbatas dan pada tikus untuk tujuan penelitian. Lestospirosis dan rickettsioses
yaitu penyakit penyakit yang harus dipertimbangkan untuk diagnosis banding..
2. Pemicu Penyakit
Hantavirus (genus dari famili Bunyaviridae),; virus dengan 3 segmen RNA dengan bentuk
partikel sferis sampai oval, diameter 95-110 nm. Ditemukan ada lebih dari 25 spesies
virus yang antigen masing masing virus berbeda. Masing msing virus terkait dengan satu
spesies binatang pengerat. Virus hantaan terutama ditemukan di Asia dan jarang
ditemukan di Eropa, virus Dobrava (Belgrade) ditemukan di bekas Yugoslavia, virus
Puumala ditemukan di Eropa dan virus Seoul tersebar di seluruh dunia (lihat bagian 4, di
bawah).
3. Distribusi Penyakit
Sebelum perang dunia II, dua orang penulis Jepang dan Soviet menulis tentang HFRS
yang terjadi di sepanjang sungai Amor. Pada tahun 1951, penyakit ini ditemukan di Korea
menuerang pasukan PBB, semenjak itu penyakit ini menyerang baik tentara maupun sipil.
Virus hantaan masalah kesehatan warga yang serius di Cina dan Korea Selatan.
Penyakit ini bersifat musiman dimana puncak kasus ditemukan pada akhir musim gugur
dan awal musim dingin, menyerang terutama warga pedesaan.
Dinegara negara Balkan, bentuk klinis berat dari penyakit ini disebabkan oleh virus
Dobrava, dengan jumlah penderita mencapai ratusan orang setiap tahun, CFR sama
dengan di Asia. Kebanyakan kasus muncul pada musim semi dan awal musim panas.
Neophropathia epidemica yag disebabkan oleh virus Puumala kebanyakan muncul di
negara negara Eropa, termasuk Rusia, pegunungan Ural bagian barat dan di Balkan. Lebih
banyak ditemuka pada musim panas, musim gugur dan awal musim dingin. Variasi
musiman dari penyakit ini disebabkan oleh kegiatan rekreasi dan adanya pekerjaan yang
bersifat musiman disamping adanya siklus perubahan musim dan iklim, serta pengaruh
faktor ekologilainnya yang berpengaruh terhadap densitas populasi rodentia. Kasus HFRS
dikalangana penelliti dan karyawan yang menangaani binatang percobaan, ternyata
disebabkan oleh tikus laboratorium yang terinfeksi oleh virus Seoul. Viurs Aseoul
ditemukan pad tikus tikus yang ditangkan di kota kota besar di dunia seperti di Thailand,
AS, Brasilia, Argentina. Namun virus ini selalu memicu penyakit pada manusia di
Asia. Dengan adanya berbagai teknik diagnostik terbaru, maka penyebaran hantavairus
dan infeksi hantavirus secara global makin dikenal.
4. Reservoir
Reservoir yaitu binatang pengerat di luar rumah (Apodemus spp. untuk virus Hantaan
dan virus Dobrava Belgrade di Asia dan Balkan; Clethrionomys spp untuk Puumala di
Eropa; Rattus spp. untuk virus Seoul di seluruh dunia). Manusia menjadi tuan rumah
secara kebetulan.
245
5. Cara Penularan
Diduga penyakit ini ditularkan secara aerosol dari kotoran binatang pengerat (penularan
secara aerosol ini dibuktikan pada percobaan laboratorium). Namun perkiraan ini tidak
bisa menjelaskan timbulnya kasus penyakit ini pada manusia dan penularan yang terjadi
pada binatang pengerat. Virus ditemukan pada urin, kotoran dan air liur binatang pengerat
yang terinfeksi namun tidak sakit; konsentrasi tertinggi virus ditemukan pada paru-paru
binatang ini. Pernah dilaporkan terjadi infeksi nosokomial di rumah sakit, namun sangat
jarang.
6. Masa Inkubasi
Masa inkubasinya pendek hanya dalam beberapa hari, paling lama 2 bulan, namun
biasanya rata-rata dalam 2-4 minggu.
7. Masa Penularan
Tidak diketahui dengan jelas. Penularan dari orang ke orang jarang terjadi.
8. Kerentanan dan kekebalan
Mereka yang secara serologis tidak ada bukti pernah mengalami infeksi semuanya rentan
terhadap infeksi. Infeksi bisa terjadi tanpa gejala (inapparent), dan terjadinya infeksi ulang
belum diketahui dengan jelas.
9. Cara-cara Pemberantasan
A. Upaya Pencegahan
1) Lakukan upaya untuk mencegagh binatang pengerat masuk ke dalam rumah dan
bangunan lainnya.
2) Toko yang menjual makanan untuk manusia dan untuk binatang konstruksinya
harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak bisa dimasuki tikus.
3) Lokasi yang terkontaminasi binatang pengerat hendaknya didisinfeksi dengan
menyemprotkan disinfektan (misalnya dengan cairan pemutih) sebelum
dibersihkan. Jangan menyapu dan menyedot debu (vacuum) di daerah yang
tercemar tikus; gunakan pengepel basah atau handuk yang sudah dibasahi dengan
disinfektan. Hindari menghirup debu pada saat membersihkan tempat yang
sebelumnya tidak pernah dihuni. Untuk menghindari agar tidak menghirup debu,
gunakan respirator yang memenuhi syarat.
4) Tangkap dan bunuh binatang pengerat dan buang secara hati-hati dengan tindakan
kewaspadaan yang tepat. Penangkapan hidup-hidup tidak dianjurkan.
5) Di daerah enzootic, hindari jangan sampai terpajan dengan binatang pengerat liar
dan kotorannya
6) Tikus percobaan yang dipelihara di laboratorium, khususnya Rattus norvegicus,
harus diperiksa untuk menyakinkan bahwa tikus ini benar-benar bebas dari
infeksi hantavirus asimtomatis.
B. Penanganan Penderita, Kontak dan Lingkungan sekitar
1) Laporan ke instansi kesehatan setempat; Di beberapa negara endemis tertentu,
laporan diperlukan, Kelas 3A (lihat pelaporan tentang penyakit menular).
2) Isolasi: Tidak ada.
246
3) Disinfeksi serentak: Tidak ada.
4) Karantina: Tidak diperlukan.
5) Imunisasi kontak: Tidak ada.
6) Penyelidikan kontak dan sumber infeksi: Musnahkan binatang-binatang pengerat
di dalam dan sekitar rumah tangga jika memungkinkan.
7) Pengobatan spesifik : Istirahat total di tempat tidur, perawatan dan pengobatan
sedini mungkin yaitu hal yang paling penting untuk dilakukan. Berdasarkan
didalam kabin pesawat dan efek dari penurunan tekanan atmosfer selama
dilakukan evakuasi udara terhadap penderita berat dapat membahayakan jiwa
penderita yang terinfeksi hantavirus. Manajemen yang tepat dan hati-hati pada
pemberian cairan sangat penting dilakukan untuk mengurangi kelebihan cairan dan
mengurangi efek shock dan gagal ginjal. Dialisis sering diperlukan. Pemberian
ribavirin IV sesegera mungkin pada hari-hari pertama sakit sangat bermanfaat.
C. Upaya penanggulangan wabah : Lakukan pengendalian terhadap binatang pengerat,
dan lakukan surveilans terhadap hantavirus pada binatang pengerat liar. Jika terjadi
KLB yag berkaiyan dengan laboratorium maka segera lakukan evaluasi terhadap tikus
percobaan yang ada di laboratorium,apabila terbukti infeksi positif, musnahkan
binatang pengerat yang terinfeksi ini dan lakukan disinfeksi secara seksama.
D. Implikasi bencana: Bencana alam dan peperangan sering mengakibatkan
meningkatnya jumlah binatang pengerat dan yang memicu meningkatnya kontak
antara binatang pengerat dan manusia. Hal ini sangat potensial memicu
terjadinya penularan.
E. Tindakan lebih lanjut : Lakukan pengawasan terhadap lalulintas barang yang dapat
menjadi reservoir binatang pengerat liar.
II. HANTAVIRUS PULMONARY SYNDROME ICD-9 480.8; ICD-10 J12.8
(Sindroma Radang Paru-paru Akibat Hantavirus)
(Hantavirus adult respiratory distress syndrome, Hantavirus Cardiopulmonary Syndrome)
1. Identifikasi
Penyakit zoonotik akibat virus akut, ditandai dengan gejala demam, mialgia dan gangguan
pada saluran pencernaan yang diikuti dengan serangan tiba-tiba kesulitan bernafas dan
hipotensi. Selanjutnya dapat terjadi kegagalan pernafasan yang berat dan shock. Tingginya
hematokrit, hipoalbuminemia dan trombositopeni terjadi pada sebagian besar kasus.
Angka kematian kasar penyakit ini berkisar antara 40-50%; merupakan 43% dari 217
kasus pertama yang ditemukan. Pada penderita yang masih hidup, penyembuhan dari
serangan akut sangat cepat namun pemulihan secara menyeluruh memerlukan waktu
beberapa minggu sampai dengan berbulan-bulan. Perbaikan fungsi paru-paru pada
umumnya berjalan dengan baik terjadi, namun fungsi paru-paru sebagian penderita akan
masih belum pulih sepenuhnya. Kelainan pada ginjal dan perdarahan biasanya tidak
terjadi kecuali pada kasus yang berat.
247
Diagnosa dibuat dengan pemeriksaan antibodi spesifik IgM dengan Elisa, Western Blot
atau teknik-teknik strip Immunoblot. Sebagian besar pasien sudah memiliki antibodi
IgM pada waktu dalam perawatan di rumah sakit. Analisis PCR jaringan autopsi atau
biopsi dan pemeriksaan immunohistochemistry juga merupakan teknik-teknik diagnosa
yang tepat dan harus dikerjakan didalam laboratorium yang khusus.
2. Pemicu Penyakit
Banyak jenis hantavirus telah ditemukan di Amerika; antara lain virus Sin Nombre
sebagai Pemicu wabah pada tahun 1993 di bagian barat daya Amerika Serikat dan
banyak kasus lainnya ditemukan di Amerika Utara. Strain lain yang dihubungkan dengan
penyakit pada manusia yaitu virus Black Creek Canal dan virus Bayou (di sebelah
tenggara Amerika Serikat), virus New York-1 dan virus Monongahela (di sebelah timur
Amerika Serikat), virus Andes (Argentina, Chili), virus Laguna Negra (Paraguay, Bolivia)
dan virus Juquitiba (Brasil).
3. Distribusi Penyakit
Penyakit ini ditemukan pertama kali pada musim semi dan musim panas pada tahun 1993
di daerah Four Corners di New Meksiko dan Arizona, khususnya menyerang warga
asli Amerika. Sejak itu, kasus kemudian ditemukan di sebagian besar negara bagian
disebelah barat dan Kanada. Kasus sporadis terjadi di bagian timur Amerika Serikat.
Kasus sporadis dan beberapa KLB dilaporkan terjadi di beberapa negara di Amerika
Selatan (seperti Argentina, Bolivia, Paraguay, Chili, Brasil). Penyakit ini tidak menyerang
etnik tertentu. Penyakit ini muncul sangat erat kaitannya dengan penyebaran geografis,
tingkat kepadatan warga dan proporsi binatang pengerat carrier yang terinfeksi.
4. Reservoir
Reservoir utama dari virus Sin Nombre nampaknya yaitu tikus kijang Peromyscus
maniculatus. Antibodi juga telah ditemukan pada spesies Peromyscus yang lain, tikus
pack, tupai dan binatang pengerat lainnya. Strain hantavirus yang lain ditemukan terutama
pada spesies binatang pengerat sigmodontine yang lain.
5. Cara Penularan
Oleh sebab infeksi hantavirus dapat mengakibatkan demam berdarah (hemorrhagic fever)
dengan sindroma ginjal, sehingga diperkirakan penularannya melalui cara aerosol dari
ekskreta binatang pengerat. Riwayat alamiah (natural history) dari infeksi virus ini pada
binatang pengerat pejamu belum diketahui dengan jelas. Penularan terutama sebab terjadi
pemajanan di dalam ruangan, rumah dengan ventilasi yang buruk, kendaraan dan
bangunan di luar rumah yang memungkinkan berkembang biaknya binatang pengerat.
6. Masa Inkubasi
Belum pernah diketahui dengan jelas namun diperkirakan rata-rata berlangsung 2 minggu
dengan kemungkinan besar berkisar antara beberapa hari sampai dengan 6 minggu.
7. Masa Penularan
Di Amerika Serikat, virus hantavirus tidak disebarkan dari orang ke orang. Namun
penularan dari orang ke orang dilaporkan terjadi selama munculnya KLB di Argentina.
248
8. Kerentanan dan Kekebalan
Semua orang yang belum pernah mengalami infeksi diperkirakan rentan terhadap penyakit
ini. Tidak ditemukan adanya infeksi yang tersembunyi (inapparent infection), namun
ditemukan infeksi sedang tanpa oedema paru. Tidak ditemukan serangan kedua kalinya
pada seorang penderita namun tingkat perlindungan dan lamanya kekebalan bertahan
setelah infeksi sebelumnya tidak diketahui dengan jelas.
9. Cara-cara pemberantasan
A. Cara Pencegahan: Lihat bagian I, 9A, di atas.
B. Penanganan Penderita, Kontak dan Lingkungan sekitar
1), 2), 3), 4), 5) dan 6) laporan kepada instansi kesehatan yang berwenang, Isolasi,
Disinfeksi serentak, karantina, Imunisasi kontak, Penyelidikan kontak dan sumber
infeksi: Lihat pada seksi I, 9B1 sampai dengan 9B6 di atas.
7) Pengobatan spesifik; Berikan manajemen perawatan intensif pernafasan, hindari
kelebihan cairan yang dapat memperburuk oedema paru-paru. Berikan obat
kardiotonik dan obat-obat vasopressors dengan segera dan hati-hati untuk
mencegah shock. Hindari terjadinya hipoksia, khususnya jika proses evaluasi
dilakukan dengan cara-cara yang kurang tepat. Pengobatan dengan Ribavirin
masih dalam taraf penelitian dan manfaatnya belum diketahui. Extracorporeal
membrane oxygenation telah digunakan dengan banyak keberhasilan.
C. Cara-cara penanggulangan :Berikan Penyuluhan kepada warga tentang
pentingnya upaya menghindari kontak dan mengendalikan populasi binatang pengerat
di dalam dan diluar rumah. Penyuluhan dilakukan terus menerus pada keadaan
endemis dan lebih diintensifkan lagi selama wabah berlangsung. Monitoring terhadap
jumlah binatang pengerat dan terhadap angka infeksi diperlukan namun manfaatnya
belum diketahui dengan jelas. Lihat bagian I, 9C, di atas.
D. Implikasi bencana: Lihat uraian pada seksi I, 9D, di atas.
E. Tindakan lebih lanjut : Lakukan pengawasan terhadap pengangkutan/lalu lintas
rodentia eksotik yang dapat berperan sebagai reservoir. Rodentia ini biasanya
diperdagangkan untuk dijadikan binatang peliharaan yang eksotik.
HENDRA AND NIPAH VIRAL DISEASES ICD-9 078.8; ICD-10 B33.8
(Penyakit akibat infeksi virus Hendra dan Nipah)
1. Identifikasi
Penyakit ini merupakan penyakit virus bersumber binatang yang baru saja ditemukan
dengan gejala utama encephalitis, nama ini diberikan sesuai dengan nama tempat di
Australia dan Malaysia dimana virus ini pertama kali diisolasi dan ditemukan pada
manusia pada tahun 1994 dan 1999. Perjalanan pnyakit ini masih belum jelas diketahui,
namun spektrum perjalanan penyakit ini bervariasi mulai dari yang paling ringan
sampai dengan koma dan diakhiri dengan kematian, gejala penyakit ini antara lain berupa
249
demam, sakit kepala dengan derajat yang berbeda, sakit tenggorokan, dizziness,
drowsiness dan disorientasi. Pneumonitis merupakan gejala menonjol pada kasus Hendra
yang pertama kali ditemukan, seorang diantaranya meninggal. Koma biasanya
mengakibatkan kematian dalam 3-30 hari. CFR (case fatality rate) sekitar 50%; infeksi
subklinis mungkin sering terjadi.
Penegakan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan serologis dengan ditemukannya
antibodi IgM dan IgG dengan memakai teknik antibody Capture ELISA atau
netralisasi serum. Diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan isolasi virus yang berasal
dari jaringan yang terinfeksi.
2. Pemicu Penyakit
Virus Hendra dan virus Nipah yaitu anggota famili Paramyxoviridae.
3. Distribusi Penyakit
Virus Hendra mengakibatkan penyakit pada kuda di Queensland, Australia. Tiga kasus
yang ditemukan pada manusia pada tahun 1994 dan 1995 terjadi sebab orang ini
kontak dekat dengan kuda yang sakit. Virus Nipah menyerang babi pada peternakan di
provinsi Perak, Negeri Sembilan, dan di Selangor, Malaysia. Kasus pertama pada manusia
diduga sudah terjadi pada tahun 1996, meskipun kebanyakan penderita baru ditemukan
pada akhir tahun 1998 dan awal tahun 1999, dengan 100 kematian pada pertengahan tahun
1999.
4. Reservoir
Yang berperan sebagai reservoir yaitu kelelawar buah untuk virus Hendra dan dengan
analogi, maka virus Nipah diperkirakan memiliki reservoir yang sama. Virus Hendra
pada kuda dan Virus Nipah pada ternak babi mengakibatkan demam akut, yang
mengakibatkan gangguan pernafasan berat dan gangguan susunan syaraf pusat (CNS)
yang dapat mengakibtkan kematian. Anjing yang tertular oleh virus Nipah menunjukkan
gejala mirip dengan penyakit distemper namun peran anjing secara epidemiologis belum
diketahui dengan jelas. Kuda dengan hasil seropositif terhadap virus Nipah juga
ditemukan, namun peran mereka terhadap infeksi pada manusia secara epidemiologis
belum jelas. Pemeriksaan serologis virus Nipah pada kucing, kambing, ternak, tikus dan
burung telah dilakukan pada pertengahan 1999 namun pemeriksaan ini belum tuntas.
5. Cara Penularan
Bukti-bukti menunjukkan bahwa penularan dapat terjadi terutama melalui kontak
langsung dengan kuda yang terinfeksi (virus Hendra) atau dengan babi (virus Nipah) atau
dengan jaringan yang terkontaminasi. Rute penularan melalui oral dan nasal dicurigai
terjadi pada beberapa kasus namun tidak dapat dibuktikan. Belum ada bukti penularan
terjadi melalui orang per orang.
6. Masa Inkubasi
Masa inkubasi berlangsung dari 4 sampai dengan 18 hari, kecuali virus Hendra sampai
dengan 3 bulan.
7. Masa Penularan: Tidak diketahui.
250
8. Kerentanan dan Kekebalan: Belum jelas.
9. Cara-cara Penanggulangan
A. Cara Pencegahan
Penyuluhan kesehatan dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada warga
tentang cara-cara pencegahan yang baik antara lain yang perlu dilakukan yaitu
menjauhi kelelawar pemakan buah.
B. Penanganan Penderita, Kontak dan Lingkungan sekitar
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat: laporan kasus wajib dilakukan
apabila ditemukan kasus penyakit ini, kelas 2A (lihat pelaporan tentang penyakit
menular).
2) Isolasi: Lakukan isolasi terhadap kuda atau babi yang terinfeksi; tidak ada bukti
terjadi penularan dari orang ke orang.
3) Disinfeksi serentak: Lakukan pemusnahan massal terhadap kuda dan babi yang
terinfeksi dengan mengubur atau membakar bangkai binatang ini dibawah
pengawasan yang ketat dari pemerintah.
4) Karantina: Lakukan larangan yang ketat untuk memindahkan kuda atau babi dari
peternakan yang terinfeksi ke tempat lain.
5) Imunisasi kontak: Tidak ada.
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Cari dan temukan kasus yang hilang.
7) Pengobatan spesifik: Tidak ada.
C. Penanganan wabah:
1) Kewaspadaaan agar tidak tertulari dengan cara yang tepat harus dilakukan oleh
para pekerja dipeternakan seperti penggunaan pakaian pelindung, sepatu boots,
sarung tangan, baju panjang, kacamata dan pelindung muka, dan mencuci tangan
dan bagian tubuh lainnya dengan sabun sebelum meninggalkan peternakan babi.
2) Pemusnahan secara massal kuda dan babi yang terinfeksi dengan mengubur dan
membakar bangkainya dibawah pengawasan yang ketat dari pemerintah.
3) Memberlakukan pelarangan pemindahan kuda atau babi dari peternakan yang
terinfeksi ke tempat lain.
D. Implikasi bencana: Tidak ada.
E. Tindakan lebih lanjut : Berlakukan pelarangan ekspor kuda atau babi dan produk
dari hewan ini dari daerah terjangkit.
HEPATITIS, VIRUS ICD-9 070, ICD-10 B15-B19
Beberapa jenis infeksi oleh virus ini dikelompokkan kedalam viral hepatitides oleh sebab
virus ini merupakan virus hepatotropik dan memiliki persamaan dalam gejala klinis,
namun berbeda dalam etiologi dan dalam beberapa ciri epidemiologis, imunologis, klinis dan
patologis. Upaya pencegahan dan pemberantasan terhadap masing-masing virus sangat
berbeda. Sehingga masing-masing akan dibahas lebih lanjut secara terpisah.
251
I. VIRAL HEPATITIS A ICD-9 070.1; ICD-10 B15
(Infectious hepatitis, Epidemic hepatitis, Epidemic jaundice, Catarrhal jaundice, hepatitis
tipe A, HA)
1. Identifikasi
Gejala hepatitis A pada orang dewasa di wilayah nonendemis biasanya ditandai dengan
demam, malaise, anoreksia, nausea dan gangguan abdominal, diikuti dengan munculnya
ikterus dalam beberapa hari. Di sebagain besar negara bekembang, infeksi virus hepatitsi
A terjadi pada masa kanak-kanak umumnya asimtomatis atau dengan gejala sakit ringan.
Infeksi yang terjadi pada usia selanjutnya hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan
laboratorium terhadap fungsi hati. Penyakit ini memiliki gejala klinis dengan spektrum
yang bervariasi mulai dari ringan yang sembuh dalam 1-2 minggu sampai dengan
penyakit dengan gejala yang berat yang berlangsung sampai beberapa bulan. Lebih jauh,
perjalanan penyakit yang berkepanjangan dan kambuh kembali dapat terjadi dan penyakit
berlangsung lebih dari 1 tahun ditemukan pada 15% kasus; tidak ada infeksi kronis pada
hepatitis A. Konvalesens sering berlangsung lebih lama. Pada umumnya, penyakit
semakin berat dengan bertambahnya umur, namun penyembuhan secara sempurna tanpa
gejala sisa dapat terjadi. Kematian kasus dilaporkan terjadi berkisar antara 0.1% - 0.3%,
meskipun kematian meningkat menjadi 1.8% pada orang dewasa dengan usia lebih dari 50
tahun; seseorang dengan penyakit hati kronis apabila terserang hepatitis A akan meningkat
risikonya untuk menjadi hepatitis A fulminan yang fatal. Pada umumnya, hepatitis A
dianggap sebagai penyakit dengan case fatality rate yang relatif rendah.
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya antibodi IgM terhadap virus hepatitis A (IgM
anti-HAV) pada serum sebagai pertanda yang bersangkutan menderita penyakit akut atau
penderita ini baru saja sembuh. IgM anti-HAV terdeteksi dalam waktu 5-10 hari setelah
terpajan. Diagnosa juga dapat ditegakkan dengan meningkatnya titer antibodi spesifik 4
kali atau lebih dalam pasangan serum, antibodi dapat dideteksi dengan RIA atau ELISA.
(Kit untuk pemeriksaan IgM dan antibodi total dari virus tersedia luas secara komersial).
Apabila pemeriksaan laboratorium tidak memungkinkan untuk dilakukan, maka bukti-
bukti epidemiologis sudah dapat mendukung diagnosis.
2. Pemicu Penyakit
Pemicu penyakit yaitu virus hepatitis A HAV), picornavirus berukuran 27-nm (yaitu
virus dengan positive strain RNA). Virus ini dikelompokan kedalam Hepatovirus,
anggota famili Picornaviridae.
3. Distribusi Penyakit
Tersebar di seluruh dunia, muncul sporadis dan sebagai wabah, dahulu dengan
kecenderungan muncul secara siklis. Di negara sedang berkembang, orang dewasa
biasanya sudah kebal dan wabah hepatitis A (HA) jarang terjadi. Namun adanya perbaikan
sanitasi lingkungan di sebagian besar negara di dunia ternyata membuat warga
golongan dewasa muda menjadi lebih rentan sehingga frekuensi terjadi KLB cenderung
meningkat. Di negara-negara maju, penularan penyakit sering terjadi sebab kontak dalam
lingkungan keluarga dan kontak seksual dengan penderita akut, dan juga muncul secara
sporadis di tempat-tempat penitipan anak usia sebaya, menyerang wisatawan yang
bepergian ke negara dimana penyakit ini endemis, menyerang pengguna suntikan
252
pecandu obat terlarang dan pria homoseksual. Didaerah dengan sanitasi lingkungan yang
rendah, infeksi umumnya terjadi pada usia sangat muda. Di Amerika Serikat, 33% dari
warga umum terbukti secara serologis sudah pernah terinfeksi HAV.
Dinegara maju wabah sering berjalan dengan sangat lambat, biasanya meliputi wilayah
geografis yang luas dan berlangsung dalam beberapa bulan; wabah dengan pola ”Common
source” dapat meluas dengan cepat. Di Amerika Serikat, puncak siklus wabah secara
nasional terjadi pada tahun 1961, 1971 dan 1989. Selama terjadi KLB, petugas dan para
pengunjung tempat penitipan anak, pria dengan banyak pasangan seksual dan para
pecandu Napza yang memakai suntikan memiliki risiko lebih tinggi tertulari
daripada warga pada umumnya. Namun, hampir separuh dari kasus, dan sumber
infeksi tidak diketahui. Penyakit ini sangat umum menyerang anak-anak sekolah dan
dewasa muda. Pada tahun-tahun belakangan ini, KLB yang sangat luas penularannya
umumnya terjadi di warga , namum KLB sebab pola penularan ”Common source”
berkaitan dengan makanan yang terkontaminasi oleh penjamah makanan dan produk
makanan yang terkontaminasi tetap saja terjadi. KLB pernah dilaporkan terjadi diantara
orang-orang yang bekerja dengan primata yang hidup liar.
4. Reservoir
Manusia berperan sebagai reservoir, jarang terjadi pada simpanse dan primata bukan
manusia yang lain.
5. Cara Penularan
Dari orang ke orang melalui rute fekal-oral. Virus ditemukan pada tinja, mencapai puncak
1-2 minggu sebelum timbulnya gejala dan berkurang secara cepat setelah gejala disfungsi
hati muncul bersamaan dengan munculnya sirkulasi antibodi HAV dalam darah.
Sumber KLB dengan pola ”Common source”umumnya dikaitkan dengan air yang
tercemar, makanan yang tercemar oleh penjamah makanan, termasuk makanan yang tidak
dimasak atau makanan matang yang tidak dikelola dengan baik sebelum dihidangkan;
sebab mengkonsumsi kerang (cumi) mentah atau tidak matang dari air yang tercemar dan
sebab mengkonsumsi produk yang tercemar seperti sla (lettuce) dan strawberi. Beberapa
KLB di Amerika Serikat dan Eropa dikaitkan dengan penggunaan obat terlarang dengan
jarum suntik mauoun tanpa jarum suntik dikalangan para pecandu. Meskipun jarang,
pernah dilaporkan terjadi penularan melalui transfunsi darah dan faktor pembekuan darah
yang berasal dari donor viremik dalam masa inkubasi.
6. Masa Inkubasi
Masa inkubasi yaitu 15 sampai dengan 50 hari, rata-rata 28-30 hari
7. Masa Penularan
Dari berbagai penelitian tentang cara-cara penularan pada manusia dan dari berbagai bukti
epidemiologis menunjukkan bahwa infektivitas maksimum terjadi pada hari-hari terakhir
dari separuh masa inkubasi dan terus berlanjut sampai beberapa hari setelah timbulnya
ikterus (atau pada puncak aktivitas aminotransferase pada kasus anicteric). Pada sebagian
besar kasus kemungkinan tidak menular pada minggu pertama setelah ikterus, meskipun
ekskresi virus berlangsung lebih lama (sampai 6 bulan) telah dilaporkan terjadi pada bayi
dan anak-anak. Ekskresi kronis HAV dalam tinja tidak pernah dilaporkan terjadi.
253
8. Kerentanan dan Kekebalan
Semua orang rentan terhadap infeksi. Penyakit ini pada bayi dan anak-anak prasekolah
jarang sekali menunjukkan gejala klinis, hal ini sebagai bukti bahwa infeksi ringan dan
anicteric umum terjadi. Imunitas homologous setelah mengalami infeksi mungkin
berlangsung seumur hidup.
9. Cara-cara Pemberantasan
A. Cara-cara Pencegahan
1) Berikan penyuluhan kepada warga tentang sanitasi yang baik dan higiene
perorangan dengan penekanan khusus tentang pentingnya untuk mencuci tangan
secara benar dan pembuangan tinja pada jamban yang saniter.
2) Sediakan fasilitas pengolahan air bersih, sistem distribusi air yang baik dan sistem
pembuangan air limbah yang benar.
3) Dua jenis vaksin hepatitis A inaktivasi saat ini tersedia di Amerika Serikat untuk
imunisasi pra pajanan bagi anak yang berusia 2 tahun keatas. Vaksin ini aman
dipakai, dalam uji coba ternyata cukup imunogenik dan memiliki efikasi yang
baik. Perlindungan terhadap hepatitis A klinis mungkin sudah dimulai pada
sebagian besar orang 14-21 hari setelah pemberian dosis tunggal vaksin dan
hampir semua orang sudah memiliki antibodi protektif dalam 30 hari setelah
pemberian dosis pertama. Dosis kedua biasanya diberikan untuk perlindungan
jangka panjang. Vaksin ini di Amerika Serikat tidak diberi izin untuk
diberikan pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun; dosis optimal dan jadwal
pemberian tepat untuk meningkatkan perlindungan pada seseorang supaya tidak
terjadi interferenssi dengan antibodi yang didapat secara pasif dari ibunya belum
diketahui dengan jelas.
4) Di Amerika Serikat, saat ini sedang disusun rekomendasi penggunaan vaksin
hepatitis A termasuk imunisasi pra pajanan bagi orang-orang seperti yang
diuraikan sebagai berikut:
a) seseorang dengan risiko tinggi terinfeksi HAV dengan segala konsekuensinya
(seseorang dengan penyakit hati kronis atau kelainan faktor pembekuan darah,
pria homoseksual, penggunaan suntikan pada penyalahgunaan obat-obatan,
wisatawan perorangan yang bepergian ke negara endemis HAV, seseorang
yang bekerja dengan primata yang terinfeksi HAV atau mereka yang bekerja di
laboratorium riset HAV).
b) Anak-anak yang tinggal di lingkungan warga yang secara terus-menreus
memiliki angka peningkatan risiko untuk terkena HAV.
Kontak perorangan yang terdekat (misalnya keluarga, pasangan seksual) dari
pasien hepatitis A perlu diberikan pencegahan pasca pajanan dengan IG dalam 2
minggu setelah pajanan terakhir. Jika diperlukan, vaksin hepatitis A dapat
diberikan secara simultan pada tempat penyuntikan yang terpisah. Efikasi vaksin
hepatitis A sendiri dibandingkan dengan IG untuk pencegahan pasca pajanan
belum diketahui dengan jelas.
5) Pengelolaan tempat penitipan anak dan panti-panti asuhan sebaiknya menekankan
kepada upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadi penularan melalui rute
fekal-oral, termasuk dengan memberdayakan kebiasaan cuci tangan setiap saat dari
toilet setelah mengganti popok dan sebelum makan.
254
Jika ditemukan satu orang penderita hepatitis A atau lebih pada suatu institusi, atau
jika ditemukan penderita pada 2 atau lebih keluarga dari pengunjung institusi
ini , maka IG harus diberikan pada para staf dan para pengunjung. Pemberian
IG perlu dipertimbangkan bagi kontak anggota keluarga yang mengunjungi tempat
penitipan anak dimana KLB terjadi, dan kasus tambahan ditemukan pada 3
keluarga atau lebih. Bila perlu sebagai bagian dari imunisasi rutin atau bagian dari
upaya pengendalian KLB yang luas, perlu dipertimbangkan pemberian imunisasi
hepatitis A kepada para pengunjung dan staf yang terlibat ataupun tidak di tempat
ini .
6) Semua wisatawan yang bepergian ke daerah endemis tinggi atau sedang, termasuk
Afrika, Timur Tengah, Asia, Eropa Timur, Amerika Tengah dan Selatan, perlu
diberikan IG atau vaksin hepatitis A sebelum keberangkatan. Wisatawan
diperkirakan terlindungi 4 minggu setelah pemberian vaksin dosis inisial ini .
Vaksin hepatitis A diprioritaskan untuk diberikan kepada mereka yang
merencanakan bepergian berulangkali atau bagi mereka yang akan tinggal dalam
waktu yang cukup lama di daerah endemis HAV baik yang endemis tinggi maupun
menengah. IG dalam dosis tunggal 0.02 ml/kg, atau 2 ml diberikan untuk orang
dewasa, yang akan terpajan lebih dari 3 bulan, untuk pemajanan yang lebih lama,
diberikan 0.06 ml/kg atau 5 ml dan diulang setiap 4-6 bulan apabila proses
pemajanan terus berlangsung.
7) Vaksin hepatitis A harus dipetimbangkan untuk diberikan bagi warga lain
dengan risiko tinggi terkena hepatitis A, misalnya pria homoseksual, kepada para
pemakai obat-obatan terlarang dengan suntikan dan kepada mereka yang bekerja
dengan primata yang terinfeksi HAV atau bagi nereka yang bekerja di tempat-
tempat riset penelitian HAV.
8) Tiram, kerang-kerangan yang berasal dari daerah tercemar harus dipanaskan pada
suhu 85°- 90°C (185°-194°F) terlebih dahulu selama 4 menit atau diuapkan selama
90 detik sebelum dimakan.
B. Penanganan Penderita, Kontak dan Lingkungan sekitar.
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat: Laporan wajib diberikan di semua
negara bagian di Amerika Serikat dan di Kanada, meskipun saat ini laporan tidak
diperlukan lagi di banyak negara; Kelas 2A (lihat pelaporan tentang penyakit
menular).
2) Isolasi: bagi yang terbukti positif hepatitis A, perlu dilakukan kewaspadaan enterik
selama 2 minggu pertama sakit, namun tidak lebih dari 1 minggu setelah
timbulnya demam dengan ikterus; pengecualian dilakukan kalau KLB terjadi di
tempat pelayanan intensif neonatal dimana kewaspadaan enterik harus dilakukan
secara berkelanjutan.
3) Disinfeksi serentak: pembuangan tinja, urin dan darah dilakukan dengan cara yang
saniter.
4) Karantina: Tidak diperlukan.
5) Imunisasi kontak: Imunisasi pasif dengan IG (IM) 0.02 ml/kg BB, harus diberikan
sesegera mungkin setelah terpajan, selama 2 minggu. Oleh sebab hepatitis A tidak
dapat diketahui hanya dengan melihat gejala klinis saja, maka penegakan diagnosa
secara serlogis dari infeksi HAV perlu dilakukan terhadap kasus index dengan
255
pemeriksaan IgM anti-HAV, dan harus dilakukan sebelum pemberian pengobatan
pasca pajanan kepada kontak. Seseorang yang sudah menerima satu dosis vaksin
hepatitis A sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum terpajan tidak memerlukan IG.
IG tidak diperlukan bagi kontak dengan penderita satu kantor, satu sekolah atau
satu perusahaan. IG harus diberikan kepada mereka yang sebelumnya belum
pernah diimunisasi dan yang berada dalam keadaan seperti yang diuraikan berikut
ini. Jika diperlukan, vaksin hepatitis A dapat diberikan bersamaan pada tempat
suntikan yang terpisah:
a) Kontak personal yang sangat dekat, termasuk anggota rumah tangga dari
penderita, pasangan seksual, pengguna obat-obatan terlarang dan kontak
personal dekat lainnya.
b) IG diberikan kepada mereka yang bekerja di tempat penitipan anak jika satu
atau lebih kasus hepatitis A ditemukan pada anak-anak dan pekerja atau jika
kasus ditemukan pada dua atau lebih keluarga yang pernah berkunjung ke
tempat ini . IG hanya diberikan untuk kontak teman sekelas dari kasus
index di tempat ini dimana orang ini tidak mengerjakan pekerjaan
mengganti popok.
c) Pada KLB dengan pola ”Common source”, jika pada salah seorang penjamah
makanan ditemukan menderita Hepatitis A, maka IG harus diberikan kepada
seluruh penjamah makanan yang lain di tempat yang sama. Namun pemberian
IG biasanya tidak diwajibkan, hal ini perlu dipertimbangkan jika i)
penjamah makanan ini bertugas dalam penyiapan jenis makanan yang
tidak dipanaskan; ii) terlihat bahwa penjamah makanan ini kebersihan
perorangannya jelek atau penjamah makanan ini menderita diare; dan iii)
IG dapat diberikan dalam 2 minggu setelah pajanan terakhir.
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Cari kasus yang hilang dan lakukan
surveilans terhadap kontak pada keluarga pasien secara terus menerus atau kalau
pola KLB yaitu ”Common source” maka semua penderita biasanya terpajan pada
faktor risiko yang sama. Maka temukan faktor risiko yang sama ini .
7) Pengobatan spesifik: Tidak ada.
C. Penanganan wabah
1) Selidiki cara-cara penularan dengan teknik investigasi epidemiologis, apakah
penularan terjadi dari orang ke orang atau dengan cara ”Common source” dan
carilah populasi yang terpajan. Bila ditemukan musnahkan sumber infeksi
“Common source”.
2) Agar pemberian vaksin hepatitis A secara efektif dalam situasi KLB yang luas di
warga dapat dilakukan harus mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain
penentuan kelompok sasaran yang tepat untuk diberi imunisasi, kapan pemberian
imunisasi awal pada kejadian KLB harus dimulai dan cakupan imunisasi dosis
pertama yang tingi secara cepat harus dapat dicapai (sekitar 70% atau lebih).
Upaya spesifik untuk menanggulangi KLB harus dilakukan dengan
memperhatikan karakteristik epidemiologis dari hepatitis A dan ada tidaknya
program imunisasi rutin hepatitis A di warga . Strategi yang mungkin dapat
dilakukan antara lain a) Diwilayah dimana program imunisasi hepatitis A rutin
sudah ada maka lakukan percepatan pemberian imunisasi kepada anak-anak usia
256
lebih tua yang belum pernah mendapatkan imunisasi sebelumnya; b) Pada bentuk
KLB yang lain, seperti KLB yang terjadi pada tempat penitipan anak, rumah sakit,
lembaga dan sekolah, maka pemberian imunisasi hepatitis A rutin tidak dapat
dijamin hasilnya; dan c) apabila sasaran pemberian imunisasi yaitu kelompok
atau wilayah (sebagai contoh: kelompok usia, kelompok risiko, wilayah cacah
sensus), maka kelompok ini harus dipastikan dulu, kelompok mana yang
memiliki angka penyakit yang tertinggi, didasarkan pada surveilans setempat
dan data epidemiologi. Dilain pihak, program imunisasi ini mungkin dapat
mengurangi insidens penyakit hanya pada kelompok sasasaran imunisasi saja;
efektivitas strategi ini untuk menghentikan KLB pada kelompok warga
tertentu belum diketahui dengan jelas. Penilaian terhadap efektivitas stretegi ini
harus merupakan bagian dari upaya penangulangan KLB. Pemberian IG tetap
merupakan strategi pokok dalam penanggulangan KLB dalam situasi ini
diatas. Akan namun , apabila ada indikasi sebagai bagian dari pemberian imunisasi
rutin atau sebagai bagian dari program penanggulangan KLB yang luas maka
imunisasi hepatitis A dapat dipertimbangkan untuk diberikan sama dengan IG.
3) Lakukan upaya secara khusus untuk meningkatkan sanitasi lingkungan dan
kebersihan perorangan untuk mengurangi kontaminasi makanan dan air dengan
tinja.
4) Apabila KLB terjadi pada institusi, maka perlu dilakukan upaya pencegahan
massal dengan pemberian IG dan dipertimbangkan juga pemberian imunisasi.
D. Implikasi bencana: Masalah potensial pada kelompok warga dengan kepadatan
hunian, sanitasi dan suplai air yang buruk; apabila ditemukan penderita maka lakukan
upaya untuk memperbaiki sanitasi lingkungan dan memenuhi kebutuhan air bersih
yang aman. Pemberian IG secara massal tidak dapat menggantikan upaya penanganan
lingkungan.
E. Tindakan lebih lanjut : Tidak ada.
II. HEPATITIS B AKIBAT VIRUS ICD-9 070; ICD-10 B16
(Hepatitis tipe B, serum hepatitis, homologous serum jaundice, Australia antigen hepatitis,
HB)
1. Identifikasi
Hanya sedikit saja dari mereka yang terinfeksi hepatitis B (HBV) akut yang menunjukkan
gejala klinis; kurang dari 10% pada anak-anak dan 30%-50% pada orang dewasa dengan
infeksi virus hepatitis b (HBV) akut akan berkembang menjadi penyakit dengan icteric.
Pada penderita yang menunjukkan gejala klinis, timbulnya gejala biasanya insidious,
dengan anorexia, gangguan abdominal yang samar-samar, mual dan muntah, kadang-
kadang disertai arthralgia dan rash, dan sering berkembang menjadi jaundice. Demam
mungkin tidak ada atau ringan. Spektrum penyakit dari kasus tanpa gejala klinis yang
jelas dan hanya diketahui dengan pemeriksaan fungsi hati sampai dengan kasus hepatitis
fulminan yaitu kasus fatal dengan nekrosis hati akut. CFR pada pasien yang dirawat
257
sekitar 1%; lebih tinggi pada mereka yang berusia 40 tahun keatas. Infeksi HBV fulminan
juga pernah terjadi pada wanita hamil dan pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi.
Infeksi HBV kronis ditemukan pada sekitar 0,5% dari orang dewasa di Amerika Utara dan
sekitar 0,1%-20% warga dari bagian lain di dunia. Setelah terjadi infeksi HBV akut,
maka risiko akan berkembang menjadi infeksi kronis berbanding terbalik dengan usia;
infeksi kronis HBV terjadi sekitar 90% pada bayi yang terinfeksi waktu proses kelahiran,
0%-50% pada anak-anak yang terinfeksi pada usia 1-5 tahun dan sekitar 1%-10% pada
orang yang terinfeksi pada anak-anak usia yang lebih tua dan dewasa. Infeksi HBV kronis
juga dapat terjadi pada orang dengan imunodefisiensi. Mereka yang mengalami infeksi
HBV kronis mungkin saja tidak ada riwayat hepatitis secara klinis. Sekitar 1/3 dari
penderita menunjukkan adanya peningkatan aminotransferase, biopsi yang dilakukan
menunjukkan hasil normal sampai dengan hepatitis aktif kronis, dengan atau tanpa
cirrhosis. Prognosa penyakit hati berbeda untuk tiap individu. Diperkirakan 15%-25%
orang dengan infeksi HBV kronis akan meninggal lebih awal dengan cirrhosis atau
carcinoma hepatocellular. HBV mungkin sebagai akibat sampai 80% dari semua kasus
carcinoma hepatocellular didunia, merupakan urutan kedua Pemicu kanker pada
manusia sebagai akibat tembakau.
Diagnosa ditegakkan dengan ditemukannya antigen dan atau antibodi spesifik pada serum.
Ada tiga bentuk sistem antigen-antibodi yang sangat bermanfaat secara klinis yang
ditemukan pada infeksi hepatitis B yaitu : 1) antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) dan
antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs); 2) antigen core hepatitis B(HBcAg) dan antibodi
terhadap HBcAg (anti-HBc); dan 3) antigen e hepatitis B (HBeAg) dan atibodi terhadap
HBeAg (anti-HBe). Perangkat komersial (RIA dan ELISA) tersedia dipasaran untuk
pemeriksaan semua hep. B marker ini kecuali HBcAg. HBsAg dapat ditemukan pada
serum beberapa minggu sebelum timbulnya gejala sampai dengan beberapa hari, beberapa
minggu atau beberapa bulan setelah timbulnya gejala; pada penderita infeksi kronis
bertahan seumur hidup. Anti-HBc muncul pada saat timbul gejala sakit dan lamanya
bertahan tidak diketahui. Ditemukannya anti-HBc dalam serum sebagai pertanda bahwa
infeksi HBV terjadi pada saat ini atau pada masa lalu; IgM anti-HBc muncul dengan titer
yang tinggi selama infeksi akut dan biasanya menghilang setelah 6 bulan, meskipun IgM
anti HBc ini bertahan pada sebagian kasus hepatitis kronis; oleh sebab itu, pemeriksaan
marker ini cukup dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosa infeksi HBV akut. HBsAg
muncul dalam serum selama infeksi akut dan tetap ditemukan selama infeksi kronis.
Ditemukannya HBsAg dalam darah menunjukkan bahwa orang ini potensial untuk
menularkan. Ditemukannya HBeAg artinya orang ini sangat menular.
2. Pemicu Penyakit
Virus hepatitis b (HVB), termasuk hepadnavirus, berukuran 42-nm double stranded DNA
virus dengan terdiri dari nucleocapsid core (HBc Ag) berukuran 27 mm, dikelilingi oleh
lapisan lipoprotein di bagian luarnya yang berisi antigen permukaan (HBsAg). HBsAg
yaitu antigen heterogen dengan suatu common antigen yang disebut a, dan dua pasang
antigen yang mutually exclusive yaitu antigen d, y, dan w (termasuk beberapa
subdeterminan) dan r, yang menghasilkan 4 subtipe utama: adw, ayw, adr dan ayr.
Penyebaran subtipe-subtipe ini bervariasi secara geografis; disebab kan oleh perbedaan a
determinan common antigen, perlindungan terhadap satu subtipe muncul untuk
merangsang perlindungan terhadap subtipe yang lain dan tidak ada perbedaan manifestasi
gejala klinis pada subtipe yang berbeda.
258
3. Distribusi Penyakit
Tersebat di seluruh dunia; endemis dengan variasi musiman. WHO memperkirakan lebih
dari 2 milyar orang terinfeksi oleh HBV (termasuk 350 juta dengan infeksi kronis). Setiap
tahun sekitar 1 juta orang meningal akibat infeksi HBV dan lebih dari 4 juta kasus klinis
akut terjadi. Di negara dimana HBV endemis tinggi (prevalensi HBsAg berkisar diatas
8%), infeksi biasanya terjadi pada semua golongan umur, meskipun angka infeksi kronis
tinggi terutama disebabkan sebab terjadi penularan selama kehamilan dan pada masa bayi
dan anak-anak. Di negara-negara dengan endemisitas yang rendah (prevalensi HBsAg
kurang dari 2%), sebagian besar infeksi terjadi pada dewasa muda, khususnya diantara
orang yang diketahui sebagai kelompok risiko. Namun, walaupun di negara dengan
endemisitas HBV rendah, proporsi infeksi kronis yang tinggi mungkin didapat selama
masa anak-anak oleh sebab perkembangan menjadi infeksi kronis sangat tergantung
dengan umur. Sebagian besar infeksi ini tidak akan dapat dicegah dengan program
imunisasi hepatitis B perinatal oleh sebab infeksi terjadi pada anak-anak yang ibunya
memiliki HBsAg negatif.
Di Amerika Serikat dan Kanada, dari hasil pemeriksaan serologis terbukti bahwa infeksi
sebelumnya sangat bervariasi dan tergantung pada umur dan tingkat sosial ekonomi.
Secara keseluruhan, 5% warga dewasa Amerika Serikat memiliki anti-HBc dan 0,5%
dengan HBsAg positif. Pemajanan terhadap HBV sering terjadi pada kelompok risiko
tinggi, antara lain para penyalahgunaan obat-obatan dengan suntikan, heteroseksual
dengan banyak pasangan, homoseksual, kontak keluarga dan pasangan seksual dengan
orang yang tertular HBV, petugas kesehatan dan petugas keselamatan umum yang
memiliki risiko terpajan dengan darah dalam melaksanakan tugasnya, pelanggan dan
staf pada lembaga yang menangani orang cacat, pasien hemodialisa dan teman sekamar di
lembaga pewarga an.
Dahulu sebelum dilakukan skrining terhadap darah donor, penderita yang menerima darah
dari donor carrier hepatitis B, risiko mereka tertulari sangat tinggi. Namun sekarang
sebagian besar negara-negara didunia menyediakan fasilitas skrining untuk HbsAg
terhadap darah donor sebelum diberikan kepada penderita yang memerlukan.
Skrining ini wajib dilakukan terhadap darah donor. Begitu pula terhadap faktor
pembekuan darah (terutama faktor antihemofili) diproses terlebih dulu untuk membunuh
virus sebelum di pooled untuk sewaktu waktu diberikan kepada penderita yang
membutuhkan. Dengan demikian risiko penderita yang menerima darah dan produk darah
dari donor tertulari virus hepatitis B boleh dikatakan tidak ada. Namun risiko ini masih
tetap tinggi disebagian negara berkembang. Penggunaan semprit dan jarum suntik yang
tidak steril diklinik-klinik dan rumah sakit dapat memicu terjadinya KLB hepatitis
B. Saat ini, penggunaan alat suntik yang tidak steril sebagai cara penularan hepatitis B
yang mencemaskan didunia. Pernah juga dilaporkan penularan hepatitsi B terjadi di klinik
akupungtur dan tempat-tempat tattoo.
Jarang sekali terjadi penularan dari petugas kesehatan pengidap dilaporkan terjadi pada
penderita hemodialisis dipusat-pusat hemodialisis. Hal ini terjadi oleh sebab standard
pencegahan penularan penyakit-penyakit infeksi melalui darah dilaksanakan dengan baik.
259
4. Reservoir
Manusia berperan sebagai reservoir. Simpanse juga rentan terhadap infeksi, namun
reservoir pada binatang di hutan tidak ditemukan. Virus yang mirip dengan hepadnavirus
ditemukan pada woodchuck (sejenis marmut), itik dan binatang lainnya; tidak satupun
dari virus ini diketahui mengakibatkan penyakit pada manusia.
5. Cara Penularan
Bagian tubuh yang memungkinkan terjadinya penularan HBV antara lain darah dan
produk darah, air ludah, cairan cerebrospinal, peritoneal, pleural, cairan pericardial dan
synovial; cairan amniotik, semen, cairan vagina, cairan bagian tubuh lainnya yang berisi
darah, organ dan jaringan tubuh yang terlepas. Ditemukannya antigen e atau DNA virus
menunjukkan bahwa titer virus dalam tubuh orang ini tinggi dan tingkat penularan
lebih tinggi pada cairan ini . Penularan dapat terjadi perkutan (IV, IM, SC atau
intradermal) dan terjadi pemajanan permukosal apabila terjadi pemajanan terhadap cairan
tubuh yang infeksius. Oleh sebab HBV dapat tahan hidup pada permukaan lingkungan
paling sedikit selama 7 hari, inokulasi tidak langsung HBV dapat juga terjadi melalui
obyek ini . Penularan fekal-oral atau melalui vector belum terbukti.
Cara penularan HBV yang paling sering terjadi antara lain meliputi kontak seksual atau
kontak rumah tangga dengan seseorang yang tertular, penularan perinatal terjadi dari ibu
kepada bayinya, penggunaan alat suntik pada para pecandu obat-obatan terlarang dan
melalui pajanan nosokomial di rumah sakit. Penularan seksual dari pria yang terinfeksi
kepada wanita sekitar 3 kali lebih cepat daripada penularan pada wanita yang terinfeksi
kepada pria. Hubungan seksual melalui anal, baik penerima maupun pemberi, memiliki
risiko sama terjadinya infeksi. Penularan HBV di antara anggota rumah tangga terutama
terjadi dari anak ke anak. Secara umum, kadang-kadang penggunaan pisau cukur dan sikat
gigi bersama dapat sebagai perantara penularan HBV. Penularan perinatal biasa terjadi
pada saat ibu pengidap HBV dengan positif HBeAg. Angka penularan dari ibu yang postif
HBsAg, dan juga dengan HBeAg positif yaitu lebih dari 70%, dan angka penularan
untuk ibu yang positif HBsAg , dengan HBeAg negatif yaitu kurang dari 10%. Penularan
yang dikaitkan dengan penggunaan obat suntik para pecandu Napza dapat terjadi melalui
darah yang tercemar HBV melalui alat suntik yang dipakai bersama baik secara langsung
melalui alat suntik atau sebab kontaminasi perlengkapan untuk menyiapkan obat. Pajanan
nosokomial yang mengakibatkan terjadinya penularan HBV termasuk melalui transfusi
darah atau poduk darah, hemodialisa, akupunktur dan sebab tertusuk jarum suntik secara
tidak sengaja atau luka lain yang disebabkan sebab tertusuk peralatan yang tajam yaitu
cara-cara penularan yang dilakukan oleh petugas rumah sakit. IG, fraksi protein plasma
yang dilakukan pemanasan, albumin dan fibrinolisin dianggap aman untuk diberikan.
6. Masa Inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 45 – 180 hari, rata-rata 60-90 hari. Paling sedikit
diperlukan waktu selama 2 minggu untuk bisa menentukan HbsAg dalam darah, dan
jarang sekali sampai selama 6-9 bulan; perbedaan masa inkubasi ini dikaitkan
dengan berbagai faktor antara lain jumlah virus dalam inoculum, cara-cara penularan dan
faktor pejamu.
260
7. Masa Penularan
Semua orang dengan HBsAg positif berpotensi untuk menular. Darah dari sukarelawan
yang diinfeksi secara sengaja menjadi infektif beberapa minggu sebelum timbulnya gejala
pertama dan tetap infektif selama perjalanan klinis akut dari penyakit ini . Tingkat
penularan pada sesorang yang mengalami infeksi kronis berbeda mulai dari sangat
menular (positif HBeAg) sampai dengan infeksius ringan (positif anti-HBe).
8. Kerentanan dan Kekebalan
Semua orang rentan terhadap infeksi umum. Biasanya penyakit lebih ringan dan sering
anicteric pada anak-anak, dan pada bayi biasanya asimtomatis. Kekebalan protektif
terbentuk setelah terjadi infeksi apabila terbentuk antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs)
dan HBsAg negatif. Seseorang dengan sindroma Down, penyakit lymphoproliferative,
infeksi HIV dan mereka yang sedang menunjukkan hemodialisis lebih mudah menderita
infeksi kronis.
9. Cara-cara Pmberantasan
A. Cara-cara Pencegahan
1) Vaksin hepatitis B yang efektif sudah ada sejak tahun 1982. Ada dua jenis vaksin
hepatitis B yan diberi lisensi untuk dipakai di Amerika Serikat dan Kanada. Kedua
jenis vaksin ini aman dan memiliki daya perlindungan tinggi terhadap
semua jenis subtipe HBV. Tipe pertama dibuat dari plasma seseorang dengan
HBsAg positif, tidak lagi diproduksi di Amerika Serikat namun masih digunakan
secara luas. Tipe kedua dibuat dengan teknologi rekombinan DNA (rDNA); vaksin
ini dibuat dengan memakai sintesa HBsAg dengan memakai
Saccharomyces cerevisiae (ragi yang biasa dipakai untuk membuat kue), kedalam
ragi ini di insersi plasmida yang berisi gen HBsAg. Kombinasi imunoprofilaksis
pasif-aktif antara hepatitis B immunoglobulin (HBIG) dengan vaksin terbukti dapat
merangsang terbentuknya anti-HBs sebanding dengan vaksin yang diberikan
sendiri.
a) Di semua negara, imunisasi bayi secara rutin hendaknya menjadi strategi
utama untuk pencegahan infeksi HBV. Imunisasi pada cohort bayi secara
berkesinambungan akan menghasilkan herd immunity (kekekabalan warga )
yang cukup tinggi untuk dapat memutuskan rantai penularan. Di negara-
negara endemis HBV tinggi, imunisasi bayi secara rutin akan dengan cepat
dapat menghilangkan penularan oleh sebab semua infeksi kronis yang muncul
penularannya terjadi pada waktu anak-anak. sedang dinegara-negara
dengan tingkat endemisitas HBV menengah dan rendah, pemberian imunisasi
saja kepada bayi tidak akan menurunkan insidensi penyakit oleh sebab
sebagian besar infeksi terjadi pada orang dewasa dan anak-anak usia muda.
Oleh sebab itu di negara-negara ini , vaksinasi sangat tepat jika diberikan
kepada anak-anak yang berusia lebih tua, dewasa remaja dan dewasa. Strategi
ini yang ditujukan untuk meningkatkan cakupan vaksinasi pada cohort
kelompok umur yang berkesinambungan akan lebih efektif dalam upaya
memutuskan rantai penularan HBV. Sebagai tambahan, satu strategi imunisasi
lagi dapat dibuat yang ditujukan kepada kelompok risiko tinggi, yaitu
261
kelompok yang terhitung paling banyak menyumbangkan terjadinya kasus
diantara remaja dan dewasa.
b) Pemeriksaan darah untuk mengeluarkan orang orang yang telah memiliki
anti-HBs atau anti-HBc sebelum dilakukan imunisasi tidak praktis dan tidak
dilakukan, namun mungkin untuk menghemat biaya skrining darah ini dapat
dilakukan pada warga dengan tingkat infeksi yang sangat tinggi.
c) Kekebalan terhadap HBV dipercaya akan bertahan paling sedikit selama 15
tahun setelah pemberian imunisasi lengkap.
d) Vaksin yang diizinkan beredar diberbagai negara di dunia ini kemungkinan
berbeda dalam dosis dan jadwal pemberiannya; vaksin yang beredar saat ini di
Amerika Serikat biasanya diberikan dalam 3 dosis IM: setelah dosis pertama
diberikan maka dosis kedua diberikan dengan interval 1-2 bulan, dan dosis
ketiga dengan interval 6 – 18 bulan; untuk bayi, dosis awal diberikan segera
setelah kelahiran atau pada usia 1-2 bulan. Untuk bayi yang dilahirkan dari
wanita dengan HbsAg positif, jadwal pemberian imunisasi harus diberikan
segera setelah kelahiran, dosis berikutnya pada usia 1-2 dan 6 bulan. Bayi-bayi
yang lahir dari ibu pengidap hepatitis B ini juga harus diberikan 0,5 ml
HBIG (lihat pada seksi 9B5a, di bawah). Dosis vaksin dapat berbeda
tergantung dari perusahaan yang memproduksinya, bacalah petunjuk yang
tertulis pad brosur kemasan vaksin. Pada pertengahan tahun 1999, diketahui
bahwa sangat sedikit bayi yang telah menerima dosis vaksin secara berulang
yang berisi thimerosal ternyata bisa menerima pajanan terhadap mercury
melebihi batas yang diijinkan apabila didasarkan pada standar yang berlaku
saat ini. Disarankan untuk melakukan pengurangan atau pemusnahan
thimerosal pada vaksin secepat mungkin. Sejak pertengahan tahun 1999,
beberapa jenis vaksin inaktivasi dan semua jenis vaksin hidup sudah bebas dari
thimerosal. Pada pertengahan tahun 1999, diketahui bahwa hanya vaksin
hepatitis B yang digunakan untuk bayi baru lahir yang berisi thimerosal. Oleh
sebab itu disarankan untuk menunda pemberian imunisasi hepatitis B sampai
usia 2-6 bulan bagi bayi yang lahir dari ibu yang HBsAgnya negatif kecuali
tersedia vaksin hepatitis B yang tidak mengandung thimerosal. Untuk bayi
yang dilahirkan dari ibu yang positif HbsAg dan ibu yang tidak diskrining
selama kehamilan, saran ini semua dan vaksin harus diberikan segera
pada saat lahir. Vaksin hepatitis B antigen tunggal yang bebas dari bahan
pengawet telah tersedia di Amerika Serikat pada pertengahan bulan September
1999.
e) Kehamilan bukan merupakan kontraindikasi untuk diberikan vaksin hepatitis
B.
2) Strategi pencegahan hepatitis B yang saat ini berlaku di Amerika Serikat meliputi
kegiatan sebagai berikut: a) Malakukan skrining terhadap semua wanita hamil
untuk menemukan HbsAg, memberikan HBIG dan vaksinasi hepatitis B pada bayi
yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif, dan memberikan vaksinasi hepatitis B
untuk kontak anggota keluarga yang rentan (lihat 9B5, di bawah); b) memberikan
imunisasi hepatitis B rutin untuk semua bayi; c) memberikan imunisasi susulan
(catch-up) untuk anak-anak yang berada didalam kelompok dengan prevalensi
infeksi HBV kronis tinggi (warga asli Alaska, warga Pacific Island dan
262
anak-anak para pendatang generasi pertama dari negara-negara dengan prevalensi
infeksi HBV kronis tinggi); d) imunisasi susulan (catch-up) pada anak-anak dan
remaja yang sebelumnya tidak diimunisasi, dengan prioritas utama pada anak-anak
berumur 11-12 tahun; dan e) dan melakukan upaya yang intensif untuk
memberikan imunisasi kepada remaja dan orang dewasa pada kelompok risiko
tinggi tertentu (lihat penjelasan pada seksi 9A3, berikutnya).
3) Orang-orang dengan risiko tinggi yang harus menerima imunisasi pra pajanan
hepatitis B secara berkala yaitu : a) pria dan wanita yang secara aktif melakukan
hubungan seks secara heteroseksual, yaitu mereka yang ditemukan sedang
menderita penyakit kelamin jenis lain dan mereka yang memiliki riwayat
melakukan hubungan seksual lebih dari satu orang pasangan dalam 6 bulan
terakhir; b) Pria homoseksual; c) pasangan seksual dan kontak anggota keluarga
yang HbsAg positif; d) Teman satu ruangan di lembaga pewarga an, termasuk
lembaga pewarga an untuk anak-anak, penjara dan ruang tahanan; e) petugas
kesehatan dan petugas pelayanan umum yang sebab tugsnya memounyai risiko
kontak dengan darah atau cairan darah yang terkontaminasi; f) Penghuni, klien dan
staf dari lembaga yang merawat orang cacat; g) penderita hemodialisis; h)
penderita dengan penyakit perdarahan yang menerima produk darah; dan i)
wisatawan asing yang merencanakan tinggal selama lebih dari 6 bulan di daerah
dengan angka prevalensi infeksi HBV kronis yang tinggi (2% atau lebih) dan
terhadap mereka yang akan kontak dengan warga setempat.
4) Lakukan sterilisasi dengan baik terhadap semua alat suntik dan jarum (termasuk
jarum akupunktur) dan alat tusuk jari, atau lebih baik memakai peralatan yang
sekali pakai (disposable) jika memungkinkan. Pemakaian alat suntik dan jarum
yang steril sangat penting bagi orang yang akan dilakukan Skin test, inokulasi
parenteral atau venipuncture. Kurangi kegiataan tattoo; lakukan tattoo secara
aseptic dan saniter diruangan tattoo.
5) Pada bank darah, semua darah yang akan didonorkan harus dilakukan pemeriksaan
dengan teknik yang sensitif untuk melihat adanya HbsAg dalam darah donor (RIA
atau EIA); tolak darah dari seseorang dengan riwayat memiliki hepatitis akibat
virus; mereka yang memiliki riwayat penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau
yang menunjukkan bukti ketergantungan obat atau dari mereka yang menerima
transfunsi darah atau tattoo selama 6 bulan terakhir. Donor bayaran diterima
hanya pada saat yang sangat mendesak.
6) Batasi pemberian darah yang tidak diseleksi atau produk darah yang potensial
berbahaya untuk pasien yang jelas sangat membutuhkannya dengan segera sebagai
upaya pengobatan.
7) Lakukan surveilans berkala untuk semua kasus yang menderita hepatitis pasca
transfusi, simpan catatan semua orang yang pernah mendonorkan darah untuk
setiap kasus. Baritahukan petugas bank darah mereka yang berpotensi menjadi
carrier sehingga di masa yang akan datang apabila mereka akan menjadi donor
sudah dapat dikenal dengan baik.
8) Tenaga medis dan dokter gigi yang tertular oleh HBV dan kemudian positif
HbeAg tidak boleh melakukan tindakan invasif kecuali mereka sudah mendapat
clearance dari review panel dari para pakar tindakan invesif apa saja yang boleh
mereka lakukan.
263
B. Penanganan Penderita, Kontak dan Lingkungan sekitar
1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat: Laporan wajib dilakukan di Amerika
Serikat, meskipun saat ini diwajibkan di banyak negara didunia; Kelas 2A (lihat
pelaporan tentan penyakit menular).
2) Isolasi; Kewaspadaan universal untuk mencegah pajanan pada darah dan cairan
tubuh.
3) Disinfeksi serentak: Dilakukan disinfeksi pada semua peralatan yang
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh yang dapat menularkan.
4) Karantina: Tidak ada.
5) Imunisasi kontak: tersedia produk untuk pencegahan pasca pajanan seperti HBIG
dan vaksin hepatitis B. HBIG memiliki titer tinggi anti-HBs (lebih dari 1:
100.000). Apabila diperlukan, berikan HBIG sesegera mungkin setelah terjadi
pajanan. Dibawah ini dapat dipakai sebagai pedoman pemberian vaksinasi dan
HBIG :
a) Bayi yang terlahir dari ibu yang positif HbsAg harus diberikan dosis tunggal
HBIG (0,5 ml IM) dan lakukan vaksinasi dalam waktu 12 jam setelah
kelahiran. Dosis pertama vaksin harus diberikan bersamaan dengan HBIG
sesaat setelah bayi lahir pada tempat yang berbeda. Pemberian vaksin dosis
kedua dan ketiga (tanpa HBIG) dengan interval 1-2 dan 6 bulan kemudian.
Disarankan agar dilakukan pemeriksaan HbsAg dan anti-HBs pada bayi pada
saat berumur 9-15 bulan untuk memantau keberhasilan atau kegagalan
pengobatan. Bayi yang positif anti-HBs dan negatif HbsAg telah terlindungi
dan tidak memerlukan dosis vaksin lebih lanjut. Bayi yang pada pemeriksaan
didapatkan anti-HBs negatif dan HBsAg negatif harus diberikan imunisasi
ulang.
b) Setelah terjadi pemajanan melaui membrana mukosa atau per kutan
(contohnya sebab tertusuk jarum) akan terpajan dengan darah yang
mengandung atau mungkin mengandung HbsAg, pertimbangan untuk
memberikan pencegahan pasca pajanan harus dengan memperhatikan beberapa
faktor: i) apakah sumber pemajanan yaitu dari darah; ii) harus dilihat status
HbsAg sumber pemajanan; dan iii) bagaimana status imunisasi hepatitis B
seseorang yang terpajan. Untuk mereka yang tidak diimunisasi sebelumnya
dan terpajan dengan darah dari sumber yang positif HbsAg, maka berikan
dosis tunggal HBIG (0,06 ml/kg, atau 5 ml untuk dewasa) dan harus diberikan
sesegera mungkin, yaitu dalam waktu paling sedikit 24 jam setelah pajanan
dengan jarum suntik risiko tinggi, dan pemberian seri vaksin hepatitis B harus
segera dimulai. Apabila imunisasi aktif tidak dapat diberikan, maka dosis
kedua HBIG harus diberikan 1 bulan setelah pemberian pertama. HBIG tidak
harus diberikan kepada mereka yang mengalami pajanan dengan jarum suntik
pada darah yang tidak diketahui atau kemungkinan besar tersangka positif
HBSAg, oleh sebab risiko infeksi dalam keadaan seperti ini rendah; akan
namun , pemberian imunisasi hepatitis B awal disarankan apabila orang ini
tidak pernah diimunisasi sebelumnya. Untuk mereka yang sudah pernah
diimunisasi dan terpajan dengan sumber yang positif HbsAg, pencegahan
pasca pajanan tidak diperlukan apabila mereka telah memiliki titer antibodi
protektif yaitu (10 mili-IU/ml anti-HBs atau lebih).
264
Bagi orang yang responsnya terhadap imunisasi tidak diketahui dengan jelas,
maka vaksin hepatitis B dan atau HBIG harus segera diberikan.
c) Setelah terjadi pajanan secara seksual dengan seseorang yang terinfeksi HBV
akut, maka dosis tunggal HBIG (0,06 ml/kg) disarankan untuk diberikan dalam
14 hari setelah hubungan seksual terakhir. Terhadap mereka semua yang
terpajan melalui kontak seksual dengan orang yang terinfeksi HBV akut dan
kronis, pemberian vaksin harus dilakukan.
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: lihat 9C di bawah.
7) Pengobatan spesifik: Tidak ada Pengobatan spesifik tersedia untuk hepatitis B
akut. Alpha interferon dan lamivudine diijinkan beredar untuk pengobatan
hepatitis B kronis di Amerika Serikat. Para calon yang akan menerima pengobatan
sebaiknya sudah terbukti menderita hepatitis B kronis yaitu dengan melihat hasil
biopsi; pengobatan dengan interferon dan lamividine ini paling efektif jika
diberikan pada seseorang dengan infeksi pada fase replikasi tinggi (positif HbeAg)
sebab mereka paling sering simtomatis, infeksius dan risiko tinggi terjadi gejala
sisa dalam jangka waktu lama. Penelitian menunjukkan bahwa alpha interferon
telah berhasil menghentikan perkembangan virus sekitar 25% - 40% dari pasien
yang diobati. Rata-rata 10% dari pasien memberi respons lenyapnya HbsAg
dalam waktu 6 bulan setelah pengobatan. Uji klinis pengobatan jangka panjang
dengan lamivudine memperlihatkan terjadinya pengurangan DNA HBV secara
berkelanjutanpada serum, diikuti dengan perbaikan kadar serum aminotransferase
dan terjadi perbaikan histologis.
C. Penanggulangan wabah
Apabila ditemukan dua atau lebih kasus yang timbul sebab pola penularan Common
source maka lakukan investigasi untuk menemukan kasus tambahan. Terapkan teknik
aseptik yang ketat setiap melakukan tindakan yang berisiko terjadi penularan. Apabila
derivat plasma seperti faktor antihemofili, fibrinogen pooled plasma atau thrombin
diduga sebagai sumber infeksi tarik semua produk darah ini dengan segera.
Segera lakukan pelacakan terhadap semua resipien yang tela menerima derivat plasma
dati lot yang sama, cari dan temukan kasus tambahan pada resipien ini .
D. Implikasi bencana
Apabila kewaspadaan terhadap konsep aseptik dikendorkan dan pemakaian darah
tanpa skrining meningkat maka akan terjadi peningkatan jumlah kasus.
E. Tindakan lebih lanjut : Tidak ada.
III. HEPATITIS C sebab VIRUS ICD-9 070.5; ICD-10 B17.1
(Hepatitis non-A dan non-B yang ditularkan secara parenteral [PT-NANB], hepatitis non-
B yang berkaitan dengan transfusi, hepatitis non-A dan non-B pasca transfusi, infeksi
HCV).
265
1. Identifikasi
Perjalanan penyakit ini biasanya insidious, gejalanya biasanya disertai dengan anoreksia,
gangguan abdominal tidak jelas, mual dan muntah-muntah, berlanjut menjadi icterus
(jaundice) lebih jarang jika dibandingkan dengan hepatitis B. Meskipun infeksi pertama
mungkin asimtomatis (lebih dari 90% kasus) atau ringan, namun sebagian besar (diantara
50% dan 80%) akan menjadi kronis. Pada orang yang mengalami infeksi kronis, sekitar
separuh dapat berkembang menjadi cirrhosis atau kanker hati.
Diagnosa ditegakkan dengan ditemukannya antibodi virus hepatitis C (anti-HCV). Pada
akhir tahun 1990, hanya ada satu cara pemeriksaan untuk penegakan diagnosis infeksi
HCV yang diizinkan di Amerika Serikat yaitu cara pemeriksaan untuk melihat titer anti-
HVC. Cara pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya anti-HCV pada lebih dari 97%
pasien yang terinfeksi, namun teknik pemeriksaan ini tidak dapat membedakan antara
infeksi akut, kronis atau dalam proses penyembuhan. Sebagaimana halnya suatu tes
skrining maka nilai prediktif positif daripada EIA untuk mendeteksi anti-HCV sangat
bervariasi tergantung pada prevalensi infeksi di warga , apabila prevalensi HCV lebih
rendah dari 10% maka nilai produktifnya rendah. Pemeriksaan lain yang lebih spesifik
yaitu dengan RIBATM (Recombinant Immunoblot assay) dilakukan sebagai
pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan spesimen dengan EIA dengan hasil positif
terbatas pada spesimen dengan hasil positif semu. Dengan pemeriksaan tambahan
(supplemental test) ini hasilnya bisa positif, negatif atau meragukan. Orang dikatakan anti
HCV positif apabila hasil tes serologis EIAnya positif dan tes supplement juga positif.
Orang dengan hasil tes EIA negatif atau EIA positif namun hasil tes suplement negatif,
orang ini dianggap tidak terinfeksi kecuali kalau ada bukti-bukti lain yang menjadi
indikasi bahwa orang ini terinfeksi HCV (misalnya kadar ALT abnormal pada orang
dengan immunocompromised atau pada orang dengan penyakit hati tanpa sebab yang
jelas).
2. Sumber Infeksi
Virus hepatitis C yaitu virus RNA dengan amplop, diklasifikasikan kedalam genus
berbeda (Hepacavirus) dari familia Flaviviridae. Paling sedikit ada 6 genotipe yang
berbeda dan lebih dari 90 subtipe HCV yang diketahui saat ini. Tidak banyak yang
diketahui mengenai perbedaan gejala klinis, perjalanan penyakit sampai terjadi sirosis atau
terjadi kanker hati pada orang yang terinfeksi oleh genotipe yang berbeda. Namun yang
diketahui berbeda yaitu respons dari HCV dengan genotipe yang berbeda terhadap terapi
antiviral.
3. Distribusi Penyakit
Tersebar diseluruh dunia. Prevalensi HCV berhubungan langsung dengan prevalensi
orang yang memakai jarum suntik bersama dikalangan para pecandu obat terlarang
dan prevalensi kebiasaan penggunaan alat suntik yang tidak steril ditempat pelayanan