Tampilkan postingan dengan label Bedah 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bedah 1. Tampilkan semua postingan

Bedah 1

  

 











PERAWATAN PERIOPERATIF DAN 

PRINSIP OPERASI 

 

A

C. Algoritme Kasus 

 

Kasus : 

Seorang laki-laki 29 th dibawa polisi ke UGD RS kerana   korban 

perkelahian. Sebilah pisau cap di ulu hatinya, dengan darah 

terus merembes dari tepi tusukan. Pasien tampak an kesakitan 

namun  masih sadar. 

 3 

 

Pada kasus ini  , lakukan Primary Survey segera. Lakukan 

resusitasi segera sampai 5cabil hemodinamik. Lakukan juga 

penilaian terhadah cedera lain (leher, dada, kepala). 

 

D. Penjabaran Teori Singkat 

 

PERAWATAN PERIOPERATIF 

Topik Bahasan Perawatan perioperatif 

Sub Topik bahasan 

 

1.  Perawatan  intensif  pre operasi  

2. Cairan dan elektrolit  

3. Hemostasis  

4. Gizi dan metabolisme  

5.  Perawatan  intensif  post operasi 

 

Aspek terpenting operasi meliputi usaha mendapat 

proses pengambilan keputusan fangdiperlukan untuk 

mengevaluasi indikasi dan manfaattindakan operasi. Bab ini 

bertujuan mengerjakan prinsip tertentu yang Eazim dipegang 

tentang evaluasi dan prabedah umum persiapan pasien 

bedah, yang memungkinkan diberikannya lebih banyak 

perhatian pada serincian masing-masing masalah klinik 

 5 

 

1.  Perawatan  intensif  Pra operasi 

A. Komunikasi Pra operasi 

Hubungan dokter-pasien sebaiknya dijalin melalui 

komunikasi. Renting menunjukkan jaana yang diperlukan 

untuk mendapatkan hubungan prabedah yang memastikan 

bahwa 3£sefi akan benar benar memahami dan yakin akan 

alasan operasi serta hasil yang aharapkannya. 

Komplikasi yang mungkin terjadi dalam hubungannya 

pada   tiap[ operasi harus aberahukan, namun  hanya 

dibicarakan secara rinci bila kemungkinannya besar akan 

terjadi aou oerakibat parah. Angka kematian dari tindakan 

operasi yang dilakukan harus itocarakanDokumentasi tentang 

diskusi prabedah dalam bentuk bagan serta ijin operasi etuis 

merupakan tindakan standar. 

Komunikasi prabedah juga diperlukan antara ahli 

bedah dan anggota tim Eainnya, pjaoengan dokteryang 

merujuknya, tentang indikasi dan rencana operasi. Seluruh 

anggota fc -3Tus diberitahu tentang tindakan yang akan 

dilakukan sehingga keahliannya bisa wmoonjinasi sebaik 

mungkin. 

 

 

B. Penjabaran Resiko Operasi 

 6 

 

Faktor-faktor yang menentukan resiko perioperasi 

berhubungan dengan keadaan pasien, jenis penyakit, 

keadaan tubuh secara keseluruhan dan tindakan operas! yang 

akan ditakukan. 

Tindakan operasi sendiri berhubungan dengan resiko 

yang perlu dibicarakan pada saat pembicaraan resiko 

perioperasi. Operasi jantung terbuka, kraniotomi, operasi 

abdomen yang besar dan trauma berat masing masing 

berhubungan dengan tindakan beresiko sangat tinggi. Angka 

kematian untuk tindakan tertentu bervariasi dari rumah sakit 

satu dengan yang lain, berdasar pada volume dan 

keahliannya. 

Keputusan untuk melakukan operasi dan 

kepentingannya harus dihubungkan dengan manfaat terapi 

yang mungkin diperoleh. Pengetahuan tentang perjalanan 

alamiah penyakit akan sangat bermanfaat. Waktu operasi 

juga seeing berpengaruh pada   hasil operasinya. 

 

 

 

 

2. Cairan dan Elektrolit 

 7 

 

Seluruh cairan tubuh merupakan 50% sampai 70% 

berat badan .Dibagi atas komponen intraseluler kurang lebih 

40% berat badan dan 5% berat badan terdiri dari komponen 

ekstraseluler, berupa volume cairan intravaskuler dan 15% 

merupakan cairan interstitial. Ada pergantian cairan sebanyak 

2000 ml/hari ,yang merupakan keseimbangan dari 

pemasukan 1500ml melalui minum dan 500 ml dari makanan, 

dengan pengeluaran 250 ml dalam feses, 600ml insensible 

losses, dan 800-1500 ml melalui urin. 

Persedian total garam dalam tubuh, terutama dalam 

volume ekstraseluler. .Pemasukan garam normal 50-90 

meq/hari. Pengeluarannya sangat bervariasi .melalui ekskresi 

dalam urin 10-80 meq /hari, ekskresi intestinal 0-20 meq /hari 

,dan keringat sebanyak 300 meq /jam dalam lingkungan yang 

sangat panas .Peningkatan kehilangan natrium juga tampak 

pada pasien fistula, diare dan pasien yang muntah terus 

menerus. 

Deftnisi cairan dapat digolongkan  dalam ringan 

dan berat; defisit ringan bila terdapat kehilangan cairan 

sebesar 40%berat badan, dan defisit berat bila lebih dari 10%. 

Penggantian awal defisit cairan sebaiknya menggunakan 

suatu caiman elektrolit isotonik yang seimbang sampai 

 8 

 

keluaran urin meningkat hingga rata-rata 0,5 -1 ml/kg berat 

badan ideal per jam. Adanya penurunan takikardi 

menunjukan penggatian yang edekuat. 

Kebutuhan pokok cairan kurang lebih 1000ml/hari 

sebagai suatu ekresi mutlak hasil ahir katabolisme dalam urin 

dan 600ml/hari (insesibel losses). semacam  yang telah 

diutarakan diatas, natrium dan kalium digunakan dalam 

jumiah yang beragam dan kehilangan ekstra mineral-mineral 

ini   perlu dipertimbangkan. Suatu larutan dekstrosa 5% 

dengan 70 meq natrium klorida dan 20 meq kalium klorida per 

liter (D5W1/2 NS ditambah 20 meq KCL )yang diberikan 

dengan kecepatan 75ml/jam merupakan cairan pokok yang 

layak untuk pemeliharaan pada rata-rata orang dewasa. 

Kehilangan ekstra terjadi dalam bentuk defisit selama 

operasi dari evaporasi dan ruang ketiga. Dalam hal ini dapat 

diberikan cairan sebanyak 1000ml/jam selama abdomen 

dibuka. Fistula pasca operasi dan drainase nasogastrik yang 

terus menerus harus digantikan dalam setiap mililiter larutan 

eloktrolit yang sesuai. Salah satu cara untuk menentukan 

cairan apa yang harus diberikan yaitu   dengan jalan 

menghitung langsung natrium, kalium dan ktorida dalam 

berbagai fistula atau drainage nasogastrik. Disamping itu, 

 9 

 

demam, delirium, dan peritonistik meningkat kan kebutuhan 

cairan. 

 

3. Hemostasis 

Hemostasis yaitu   suatu proses kompleks yang 

mencegah atau membatasi kehilangan darah dari ruang 

intravasculer, menyusun kerangka kerja fibrin untuk 

memperbaiki jaringan dan akhirnya mengenyahkan fibrin jika 

sudah tak dibutuhkan lagi. Empat kejadian utama pada proses 

ini yaitu  : 

• Konstriksi vasculer  

• Fungsi trombosit 

• Koagulasi 

• Fibrinolisis 

 

A. Check up   pada   Hemostasis dan Koagutasi Darah 

Bagian terpenting dari penilaian ini yaitu   anamnesis dan 

Check up   fisik yang tefti. Pertanyaan-pertanyaan yang 

spesifik harus diajukan untuk memastikan jhika yaitu   : 

• Riwayat tranfusi sebelumnya  

• Perdarahan yang buruk selama suatu prosedur 

pembedahan besar 

 10 

 

• Terjadinya perdarahan sesudah operasi minor 

• Terjadi perdarahan spontan 

• Ada riwayat keluarga dengan kelainan 

perdarahan 

• Riwayat penggunaan obat-obatan dan gangguan 

kesehatan yang mendasar (keganasan, penyakit 

hati dan ginjal) yang mungkin berpengaruh pada 

hemostasis normal  

Check up   laboratorium memberi   petunjuk penting 

akan kemampuan hemostasis : 

• Hitung trombosit 

• Masa perdarahan 

• Masa protrombin (PT) 

• Masa tromboplastin parsial (PIT) 

• Masatrombin 

• Check up   fibrinolisis 

 

 

 

B. Evaluasi Risiko Hemostasis pada   Pasien yang 

menjalani Operas! 

 11 

 

Rapaport mengklasifikasikan 4 tingkat pokok 

(didapat dari riwayat pasien dan operasi yang direncanakan) 

yang mungkin perlu  Check up   praoperasi lebih 

jauh lagi : 

• Tingkat I : riwayat perdarahan tidak ada dan 

rencana operasi kecil. Tidak direkomendasikan 

Check up   penyaring 

• Tingkat II : riwayat perdarahan tidak ada dan 

rencana operasi besar, namun  diperkirakan tidak 

ada perdarahan yang berarti. Direkomendasikan 

Check up   jumlah trombosit, apusan darah tepi 

dan PTT untuk mendeteksi adanya 

trombositopenia, antikoagulan dalam sirkulasi 

atau koagulasi intravaskular. 

• Tingkat III: riwayat perdarahan buruk dan akan 

menjalani operasi dengan prosedur yang mungkin 

hemostasis bisa rusak semacam  operasi yang 

menguunakan pompa oksigen atau pelindung sel. 

Harus diperiksa jumlah trombosit, masa 

perdarahan, PT, PTT dan bekuan fibrin. 

 12 

 

• Tingkat IV: riwayat perdarahan sangat buruk. 

Dilakukan Check up   semacam  pada tingkat III 

dan dikonsulkan ahl hematologi. 

Pasien dengan riwayat penyakit hati, ikterik obstruktif, gagal 

ginjal atau keanasan harus diperiksa jumlah trombosit, PT dan 

PTT sebelum menjalani operasi. 

 

A. Hemostasis Lokal 

Tujuan hemostasis lokal yaitu   untuk mencegah 

aliran dari pembuluh darah yang diincisi atau ditranseksi. 

Tekniknya dapat digolongkan  yaitu secara mekanik, termal 

atau kimia. Cara mekanik : Penekanan dengan jari 

• Penekanan langsung pada titik perdarahan 

• Penekanan pada tempat yang lebih jauh 

• Penekanan secara keseluruhan  

Cara termal : kauterisasi, pendinginan  

Cara Kimia : vasokonstriktor, prokoagulan, bersifat higroskopis  

 

B. Tranfusi 

Kurang lebih 14% dari semua operasi perlu  

tranfusi darah. Darah memungkingkan transportasi oksigen 

untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh dan 

mengeluarkan karbondioksida. Banyak pasien bedah yang 

 13 

 

mengalami syok dan perdarahan besar. Kelambatan dalam 

memberi   darah untuk pasien-pasien ini dapat 

berpengaruh buruk atas kesempatan kelangsungan hidupnya. 

Bank darah dapat memberi   produk darah dan 

plasma yang diperlukan untuk oksigenasi jaringan dan 

hemostasis. Pasien bedah mungkin perlu  eritrosit, 

trombosit, atau komponen plasma. 

Beberapa indikasi penggantian darah atau unsur-unsurnya 

yaitu  : 

• Penggantian volume 

• Perbaikan kapasitas  

• Penghantar oksigen 

• Penggantian faktor-faktor pembekuan  

• Tranfusi masif 

 

Pada tranfusi dalam, jumlah besar, suatu pemanas dapat 

digunakan untuk menghangatkan darah, kerana   hipotermia 

bisa mengakibatkan penurunan curah jantung dan asidosis 

 

 

C. Komplikasi 

 14 

 

Komplikasi yang mungkin terjadi pada tranfusi darah antara 

lain :  

• Reaksi hemolitik dari inkompatibilitas golongan darah  

• Febris dan reaksi alergi 

• Transmisi penyakit : hepatitis, sitomegalovirus, HIV, 

dll  

• Embolis 

• Kelebihan volume  

• Sepsis bakterial 

• Tromboflebitis 

 

4. Gizi dan Metabolisme 

 

A. Respon tubuh pada   stres dan cedera. 

Stres dan cedera merupakan problem utama pasien 

bedah. Pada keadaan normal, teWi mengadakan respon 

metabolik pada   cedera sebagai reaksi adaptif yang 

bermanfaat. Mamun bila cedera lama/berat atau bila ada 

gangguan skunder semacam  infeksi, maka respon metabolik 

menjadi merusak dan kehilangan jaringan yang banyak serta 

gangguan fungsi astern organ. 

 15 

 

Respon neuroendokrin merupakan refleks neuro 

fisiologi yang dirangsang oleh arases cedera. Respon ini 

berupa aktivasi susunan saraf otonom merangsang kenaikan 

afcfivitas simpatis. Kadar katekolamin plasma meningkat serta 

besar dan lama peningkatan m sebanding dengan lama dan 

peningkatan cedera atau stres.  

Ada dua komponen fisiologi dasar: hemodinamik dan 

metabolik. Respon kardiovaskuler meliputi peningkatan irama 

jantung/kekuatan pompa dan akhirnya curah jantung 

meningkat, mobilisasi darah dari simpanan perifer dan 

vasokonstriksi perifer (kulit dan viscera). Respon metabolic 

mencakup kenaikan kadar glukosa dan asam lemak bebas 

(FFA) plasma serta rangsangan pengeluaran kortisol, 

katekolamin dan glukagon. Mormon terakhir ini 

meningkatkan glukoneogenesis dan iipolisis sehingga 

memobilisasi simpanan tenaga. 

Respon juga terjadi oleh kerana   perubahan fungsi 

hipofisis yang mengakibatkan peiepasan faktor-faktor dari 

hipotalamus untuk merangsang pelepasan hormon-hormon 

di hipofisis. Pelepasan ADH (anti diuretik hormon) akan 

mempengaruhi ginjal, ACTH (adrenocorticotrofik hormon) 

mempengaruhi glandula adrenal), TSH (tiroid stimulating 

 16 

 

hormon) mempengaruhi kelenjar tiroid, dll. Semua respon itu 

kan meningkatkan metabolisme tubuh melawan stres atau 

cedera yang dialami. 

 

B. Pentingnya gizi bagi pasien bedah. 

Sokongan gizi untuk pasien stres dan pembedahan 

dapat dilakukan secara parenteral (intra vena) atau enteral 

(melalui saluran pencemaan). Jalur parenteral (terutama yang 

sentral, vena besar) dapat diberikan aliran tinggi, hipertonis 

dan memberi   semua kebutuhan iengkap. Namun sebagian 

besar pasien bedah dapat disokong dengan menggunakan 

jalur enteral, bahkan pada pasien yang menjalani repair 

cedera saluran makan, begitu terlihat berfungsi, segera diberi 

diet enteral, mengingat pentingnya substrat makanan untuk 

metabolisme.

 17 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5.  Perawatan  intensif  Post Operas! 

 

A. Perawatan Umum Pascaoperasi di bangsal. 

1. Awasi KU dan Vital Sign. Pasien masih dalam pengaruh 

pembiusan sehingga belum sadar penuh. Perubahan 

vital sign harus dimonitor ketat. 

2. kerana   biasanya pasien masih puasa, maka jalur infus 

intravena merupakan satu-satunya sumber intake 

cairan, elektrolit dan obat-obatan. Tetesan harus 

dimonitor juga, serta balance cairan harus dipastikan 

tepat sesui program. 

 18 

 

3. Obat-obatan yang penting sesuai instruksi harus 

diberikan menurut dosis dan jadwal pemberian. 

4. Keluarga diminta untuk mengawasi setiap perubahan 

yang terjadi. Bila pasien sadar penuh, sudah flatus, 

peristaltik baik, dicoba untuk minum sedikit. Dan 

selanjutnya diprogram untuk diet secara bertahap. 

5. Apabila ada material hasil operasi (darah, pus, 

jaringan) yang harus dikirim Check up  , segera 

kirimkan. 

6. Semua selang yang keluar dari tubuh pasien harus 

diperhatikan, pada saatnya tidak diperiukan harus 

segara dicabut. 

 

B. Perawatan khusus: 

Perawatan khusus ini tergantung pada jenis kasus dan 

karakteristik pasiennya. Secara umum aerawatan umum harus 

dilakukan, kemudian ditambah hal-hal khusus. Contoh : 

1. Pasien BPH, pasca operasi open prostatektomi. 

Biasanya pasien dianestesi dengan regional, sehingga 

tak perlu puasa, namun  dilarang mobilisasi sebelum 24 

jam. Kemudian pengawasan pada   irigasi harus 

cermat, tidak boleh macet sama sekali. 

 19 

 

2. Pasien fraktur femur, pasca ORIF, harus disediakan 

cructh untuk mobilisasi jalan, kerana   pasien tidak 

boleh menumpukan berat badan. 

3. Pasien anak dengan atresia ani, pasca anoplasti, 

sering-sering jahitan di anus harus disemprot dengan 

NaCI+bethadine. 

4. Pasien terpasang WSD harus dievaluasi sambungan 

WSDnya, produk, kualitas dan volumenya serta 

bagaimana pengembangan paru. 

5. dll. 

 

 

kesimpulan   

 

 Perawatan  intensif  pre operasi teaitama keadaan pasie/penyakitnya 

harus optimal. Komunikasi dengan pasien dan keluarga mengenai 

resiko-resiko operasi harus jelas, terluang daiam informed consent 

Cairan dan elektrolit, status hemostasis harus normal, kecuali operasi 

yang sifatnya emergency atau live saving. Gizi dan metabolisme 

terutama berperan dalam pemulihan kerana   berhubungan dengan 

respon tubuh pada   stres dan cedera noperasi.  Perawatan  intensif  

post operasi harus maksimal baik secara umum maupun khusus. 


1. Apa saja persiapan pasien yang akan dioperasi laparotomi ? 

2. What are the main proccesses in haemostasis? 

 

 

 

PRINSIPPRINSIPOPERASI 

 21 

 

Topik Bahasan Prinsip- prinsip operas! 

Sub Topik bahasan 

1. Tehnik aseptik  

2. Team operasi  

3. Teknik operasi  

4. Instrumen operasi 

 

Pembedahan (operasi) yaitu   semua tindakan 

pengobatan yang menggunakan cara irwasif dengan 

membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan 

ditangani. Pada saat iri ada teknik operasi dengan alat 

endoskopi sehingga tidak perlu membuka lebar, hanya cukup 

memasukkan alat-alat dan kamera. Operasi ini disebut 

minimal invasive surgery. 

 

1. Teknik Aseptik 

Teknik aseptik didasarkan pada pengandaian bahwa 

infeksi berasal dari luar, yang temudian masuk ke dalam 

tubuh. Aseptik yaitu   suatu keadaan bebas mikroorganisme. 

kerana   tindakan bedah bersifat invisif, maka segala tindakan 

bedah harus memenuhi syarat asepsis. Keadaan asepsis dapat 

diperoleh dengan melakukan sterilisasi. Oleh kerana   itu, maka 

dasar dari pembedahan yaitu   sterilisasi seluruh komponen 

 22 

 

pembedahan (pasien, In operasi, peralatan, ruangan, dan 

peralatan bedah).  

Ada dua macam cara sterilisasi: cara fisik dan cara kemis  

A. Sterilisasi cara fisik 

Dasar kerja sterilisasi dengan cara fisik yaitu  : panas 

kering, panas basah, dan gas. Sterilisasi cara kering 

dapat dilakukan dengan cara : 

• Autoclave 

Dasar kerjanya yaitu   panas basah. 

Dilakukan selama 20-30 detik pada suhu 

120QC pada tekanan 760 mmHg. Dengan 

menaikkan tekanan (high vacum) waktunya 

dapat dipersingkat. Yang dapat disterilkan 

dengan autoclav antara lain: baju operasi, 

alat operasi, jas operasi, duk, alat logam dan 

kain lainnya. 

• Oven 

Dasar kerjanya yaitu   panas kering. Dapat 

digunakan untuk mensterilkan alat-alat loam 

namun  harus dibungkus dulu dengan kein atau 

dilapisi vaselin. 

• Direbus 

 23 

 

Dasar kerjanya yaitu   panas basah, dilakukan 

dengan direbus pada suhu 100QC selama 

lebih kurang 30 menit. Dapat digunakan 

untuk peralatan yang terbuat dari logam. 

• Nyaia api 

Digunakan hanya pada keadaan darurat 

• Radiasi 

Sterilisasi dengan radiasi yaitu   yang paling 

baik. Biasanya digunakan untuk alat-alat 

canggih di rumah sakit besar. Banyak 

produsen alat medis atau cairan intravena 

menggunakan radiasi sinar gamma dosis 

tinggi untuk mensterilkan produk mereka. 

 

B. Sterilisasi Cara Kemis 

Dilakukan dengan cara dimasukkan ke dalam larutan 

pencuci hama (larutan Sterilisasi) semacam : solutio Pard 

Parker dan Aqueos Benzal Konium Germicide. 

semacam  telah disebutkan diatas bahwa tujuan sterilisai 

yaitu   untuk menghasilkan keadaan asepsis, namun  

kita jangan terlalu mengharapkan bentuk spora ikut 

mati. Yang mati yaitu   bentuk vegetasi 

 24 

 

mikroorganisme kerana   ada banyak spora mikro 

organisme yang dapat bertahan dari proses Sterilisasi. 

Diatas tetah dijelaskan tentang sterilisai untuk 

peralatan pembedahan. Selain itu personel bedah dan 

pasien juga perlu dalam keadaan asepsis dengan 

pemberiaqn antiseptik.Antiseptik yaitu   zat yang 

digunakan untuk membunuh atau mencegah 

pertumbuhan mikroorganisme. Biasanyan 

merupakan sediaan yang digunakan untuk jaringan 

hidup. Antiseptik yang biasa diguanakan : 

• Yodium biasanya dalam Betadin /Isodin 

• Alkohol 70% 

• Formalin, Formalhedid, Glutaraldehid 

(Glutaralhedid dapat digunakan untuk alat-alat 

yang berlensa)  

• Antiseptika khusus kulit : 

• Hexachlorophene  

• o Pisohex 

• Hibiscrub solutio(4%) 

• Hibitane(3%) digunakan untuk cuci tangan 

personel bedah o Resiguard liquid 

 

 25 

 

Antiseptik kulit dan larutan cuci tangan sebaiknya 

digunakan dengan air hangat agar pori-pori kulit 

terbuka dan kotoran dapat hilang dengan sempurna. 

Teknik cuci tangan personal bedah: 

• Tangan dan jari disikat secara sistematis. Cincin, 

jam, harus dilepas. Kuku harus dipotong. 

• Sikat kuku, tangan dan lengan sampai siku. 

• Cuci dengan air hangat dan sabun seiama 30 detik 

(menurut De Jong cuci selama 10 detik diulang 

beberapa kali). 

• Cuci dengan larutan tangan semacam  Hibiscrub 

solutio (4%) atau Hibitane (3%) selama 3 detik 

Seluruh tidakan operasi baik operasi mayor ataupun 

minor perlu  kaedaan asepsis. Operasi mayor 

yaitu   operasi yang menggunakan anestesi umum. 

Dibagi menjadi : 

• Operasi mayor berat, contoh: laparotomi 

(pembedahan perut) 

• Operasi mayor sedang, contoh: apendiktomi 

(pengangkatan apendiks) 

 26 

 

• Operasi mayor kecil, contoh: sirkumsisis 

(penghilangan pre putium penis) yang butuh 

anestesi umum. 

Operasi minor yaitu   operasi yang mengunakan lokal 

anestesi. Dfeagi juga menjadi opersi minor besar, 

sedang dan ringan Yang dibutuhkan dalam keadaan 

asepsis yaitu   : 

• tim operasi pasien 

• alat operasi/instrumen 

• ruang operasi = kamar operasi(OK) 

 

2. Team Operasi 

Semua tim operasi ataupun orang yang berada 

didalam kamar operasi harus memakai baju operasi.  

Tim operasi terdiri dari: 

1. Operator 

2. Asisten 

a) Asisten I 

b) Asisten It 

 

3. Anaesthesis 

4. Perawat 

 27 

 

a) Srub Nurse (instrumentasi l,ll) 

b) Sirculating Nurse 

• Operator.asisten I dan II serta Scrub Nurse harus cuci 

tangan sesuai prosedur. 

• Operator,asisten I dan II dapat juga Scrub Nurse harus 

memakai jas operasi.  

 

Perbedaan baju opersi dan jas operasi 

Baju operasi tidak perlu steril namun  harus bersih dan biasanya 

lengan pendek.  

Jas operasi harus steril dan bersih jmpermeabei pada   

lembab.Oleh kerana   itu jas opersi ini ada bermacam-macam 

sesuai operasi yang dilakukan.Untuk operasi dengan 

kehilangan darah yang sedikit (< 100 mL) dan waktu yang 

singkat (< 2 jam)digunakan satu lapis jas. Untuk opersi 2-4 jam 

dengan kehilangan darah 100-500 ml atau untuk semua 

operasi cavum abdomen dan thorak digunakan jas 

berlapis.Dan untuk operasi > 4 jam dengan kehilangan darah 

> 500ml digunakan jas operasi yang dilapisi plastik. 

• Operator, asisten I dan II serta scrub Nurse harus 

memakai sarung tangan steril.Untuk sarung tangan 

sebaiknya diganti tiap 2 jam. 

 28 

 

• Setiap orang yang berada di dalam kamar bedah harus 

dalam keadaan sehat tidak dalam keadaan sakit 

terlebih bagi operator. 

• Setiap orang yang berada di dalam kamar bedah harus 

memakai tutup kepala dan masker. 

• Posisi tim operasi dalam pembedahan; 

 29 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keterangan: 

+  = Posisi kepala 

MO  =  Meja operasi 

1  =  Operqtor, posisinya sejajr dengan bidang operasi. 

2A  =  asisten I, posisi berhadapan dengan operator 

2B  =  Asisten II, posisinya tergantung posisi 

operator.Jika operator posisinya pada bagian 

bawah tubuh pasien maka Asisten II berada di 

sebelah kanan operatorb sedangkan jika 

 30 

 

operator berda pada bagian atas tubuh pasien 

maka asisten II berada di sebelah kiri operator. 

3  =  Anaesthesis,pada bagian kepala pasien 

4A,  =  Scrub Nurse Instrumen I, posisinya sejajar dengan 

Asisten I 

4AN  =  Scrub Nurse Instrumen ll,biasanya merupakan 

perawat kepala 

4B  = Circulating Nurse, perawat yang tugasnya 

beredar untuk memenuhi permintaan tim 

operasi. 

 31 

 

Pasien 

Daerah opersi harus asepsis dan sebaiknya bulu-bulu yang ada 

di sekitar bidang operasi dicukur pada saat sebelum operasi 

dilakukan. asepsis daerah operasi dengan jalan dioleskan 

dengan antiseptik dengan arah melingkar dimulai dari derah 

insisi ke arah luar.Setelah itu daerah operasi ditutup dengan 

duk steril untuk membatasi lapangan pembedahan. 

 

Kamar Operasi 

Secara umum syarat dari kamar operasi yaitu   

pencahayaan cukup,pertukaran udara baik (20-25 kali/jam), 

pakai AC, luas 4 x 5 m atau 20 x 20 kaki (standart 

internasional).pertukaran udara tadi melewati saringan 

sehingga bakteri dan fungi tidak dapat masuk.Lantai 

tegel,dinding porselin dan diusahak tidak bersudut, udara luar 

harus tidak dapat masuk secara langsung. Hal ini dapat dibuat 

dengan membuat tekanan dalam ruangan lebih positif 

dahpada bagian luar. 

Kamar operasi ada 2 jenis : 

1. Kamar operasi yang asepsis 

2. Kamar operasi yang sepsis 

 32 

 

Perbedaan antara kamar operasi sepsis dan asepsis 

pada tingkat sterilitasnya, pada kamar operasi asepsis harus 

benar-benar bersih dan steril. Kamar operasi asepsis biasa 

digunakan untuk operasi-operasi yang terencana dan operasi 

yang tidak terkontaminasi oleh is! perut sedangkan kamar 

operasi sepsis untuk operasi yang tiba-tiba dengan darah yang 

banyak dan keadaan pasien yang tidak sepsis. 

Mengapa kamar operasi harus steril? hal ini 

dikerana  kan semua yang berada dalam kamar operasi harus 

sudah dalam keadaan steril semacam  tim operasi, alat operasi, 

sarung tangan, dll. namun  terkadang dapat jugaterjadi suatu 

kecelakaan kecil di mana mikroorganisme dapat masuk ke 

ruang operasi. hal ini biasanya disebabkan masuknya udara ke 

dalam ruang operasi. 

 

3. Teknik Operasi 

Berdasarkan besar kecilnya operasi, teknik operasi terbagi 

menjadi : 

1. Operasi Minor 

• Incisi: mengiris kulit 

• Ekcisi / Debrideman : pembuangan jaringan 

tubuh, biasanya dilakuklan pada jaringan yang 

 33 

 

nekrosis, terkontaminasi bakteri yang berat 

atau terkontaminasi benda asing. 

• Ekstirpasi: pengangkatan tumor beserta 

simpainya sampai bersih 

• Sirkumsisi: membuang preputium penis 

dengan bentuk potongan melingkari gland 

penis 

• Dorsumsisi: Memotong preputium hanya di 

bagian dorsalnya saja. 

2. Operasi Mayor 

• Operasi hernia 

• Operasi appendix 

• Sectio ALTA: operasi mengeluarkan batu 

kandung kencing 

• Tracheostomi 

• Laparotomi 

• Mastektomi 

• Prostatektomi 

• Craniotomi 

• Thoracotomi 

• ORIF (Open reduction Interna fixation) 

• Skin grafting dl 

 

kesimpulan   

Tehnik aseptik baik bagi pasien, tim operasi, peralatan, 

ruangan, maupun peralatan bedah yaitu   mutlak dan 

utama untuk memenuhi syarat suci hama. Team 

operasi, di bawah kendali Operator menjalankan 

operasi-operasi minor maupun mayor, dengan 

instrumen yang sesuai. Instrumen operasi biasanya 

disusun dalam set-set operasi. 

BENJOLAN PADA KULIT (BEDAH MINOR) 

 

A. 

C. Algoritme Kasus 

Kasus 1 : seorang laki – laki 15 tahun jatuh dari sepeda motor, 

kemudian tungkai kanan tergilas sepeda mototr dari belakang. 

Pasien datang dalam keadaan sadar. Tidak didapatkan luka – 

luka daerah lain 

 

Kasus 2 : seorang perempuan 18 tahun merasa terganggu 

kerana   ada benjolan dilengan, sudah 5 tahuh. Tidak nyeri, 

namun  menggangu penampilan. 

D. Dattar keterampilan (afektif dan psikomotor) 

1. melakukan teknik septik-aseptik 

2. melakukan anestesi lokal infiltrasi 

3. melakukan operas/ bedah minor Incisi, excisi, 

ekstirpasi 

4. menjahit luka dengan baik 

5. mengankat jahitan 

6. melakukan sirkumsisi 

7. meiakukan drainase abses 

 

E. Penjabaran Teori Singkat 

 

Topik Bahasan Luka 

Sub Topik bahasa 

1. Macam/jenis luka  

2. Respon tubuh pada   luka  

3. Penyembuhan luka  

4.  Perawatan  intensif  luka 

 

 

 

 

LUKA  

1. Macam/jenis Luka 

 

Luka berdasarkan kausanya 

• luka kerana   kekuatan fisik : mekanis, thermis, 

elektris, radiasi 

• luka kerana   bahan kimia : asam, basa, garam 

• luka infeksi : bakteri patogen Luka berdasarkan 

bentuk luka 

• lukaterbuka : 

o vulnus excoriativum (lecet) 

o vulnus incisivum (scissum: iris / sayat)) 3:  

o vulnus caesum: hampir sama dengan 

vulnus incisivum namun  lebih besar 

o vulnus traumaticum: melebihi sel basal 

dan bentuknya tidak teratur 

o vulnus laceratum (luka hancur)  

o vulnus punctum (tusuk) 

 43 

 

o vulnus morsum (gigitan) 

o vulnus sclopetorium (tembak) 

• luka tertutup: kontinuitas utuh, jaringan di 

bawahnya banyak yang putus, misal luka akibat 

trauma benda tupul  

• Luka berdasarkan letaknya 

o luka tersembunyi 

o luka jelas  

• Luka berdasarkan berat ringannya 

o luka ringan 

o luka dalam 

o luka parah  

• Luka berdasarkan klinik 

o luka bersih : misal luka yang sengaja 

dibuat oleh operator 

o luka terkontaminasi: lebih dari 8 jam 

o luka infeksi: ada tanda peradangan 

 44 

 

1. Respon Tubuh pada   Luka 

 

• Peradangan 

Segera setelah timbulnya luka, terjadi 

vasokonstriksi lokal, yang menghentikan perdarahan dan 

darah dalam luka akan membeku. Dalam waktu 5-10 

menit, vasodilatasi lokal timbul dan plasma merembes 

dari venula kecil ke jaringan sekitarnya. Leukosit 

poiimorfonuklear dan monosit makin kental dan melekat 

pada endotelium kapiler. Segera setelah itu, sel akan 

berpindah dari kapiler serta memulai pembersihan sel 

rusak dan bekuan darah melalui proses fagositosis. 

Leukosit polimorfonuklear paling jelas pada fase awal 

reaksi ini, namun  sel mononuklear lebth jelas bila reaksi 

peradangan cukup lama. 

Reaksi peradangan mula-mula lokal, kerana   

adanya penyumbatan fibrin pada pembuluh limfe. Dalam 

waktu 2 hari, fibronektin menumpuk dan menimbulkan 

perlekatan fibroblast, fibrin dan kolagen, sehingga 

memungkinkan reaksi tokalisata permanen. 

Sel yang rusak mengeluarkan enzim intrasel ke 

ruang ekstrasel. Vasodilatasi awal dan permeabiiitas 

 45 

 

terjadi sekunder pada   histamin dari sel mast dan 

berakhir sekitar 30 menit. Respon vaskuler yang terlalu 

lama disebabkan oleh prostaglandin E1 dan E2 (sehingga 

dihalangi oleh asam asetilsalisilat dan indometasin). 

Faktor pertumbuhan dari trombosit (PDGF = 

platelet-derived growth factor) ditemukan pada semua 

spesies, mungkin merupakan stimulan primer yang 

menarik sel ke daerah luka dan mempertegas 

pembelahannya untuk mempercepat pertumbuhan. Sel 

reaksi akut (Leukosit polimorfonuklear, sel mononuklear, 

sel mast), semua tampak berespon pada   PDGF. 

 

• Epitelisasi 

Selama masa reaksi vaskuler dan selular yang 

hebat, epitelium dengan cepat beregenerasi untuk 

mengembalikan fungsi pelindungnya. Dalam 48 jam, 

selapis epitelium akan menutupi luka. Keadaan ini dimulai 

dengan dengan mitosis sel basal epidermis dan diikuti 

dengan perpindahan epitelium ke bawah serta melewati 

tepi luka. 

 

 

 

• Pembentukan Jaringan Parut 

Dalam 24 jam, fibroblast dalam jaringan subkutis 

berpindah dari tepi luka sepanjang sepanjang benang-

benang fibrin di luka. Segera setelah itu, kolagen 

dikeluarkan, dimulai proses ikatan, dan proses ke arah 

penggabungan yang kuat antara tepi-tepi luka. Kekuatan 

tegangan luka terus meningkat bila koiagen matur. Dua 

proses utama selama maturasi ini yaitu  : 1) ikatan dalam 

molekul-molekul kolagen dan antara serat-serat kolagen 

serta 2) remodelling antar berkas kolagen 

 

• Penyembuhan dengan Intensi Sekunder 

Pada luka dengan kehilangan jaringan, 

penyembuhan terjadi dengan intensi sekunder. Dengan 

adanya jaringan yang hilang, tepi luka akan dapat 

dirapatkan dan proses proses penyembuhan berubah. 

Lingkungan dalam tubuh harus dilindungi dari bakteri atau 

racun eksterna dan tepi luka harus dirapatkan. Tujuan ini 

diperoleh dengan pembentukan jaringan granulasi dan 

kontraksi luka  

 

• Jaringan Granulasi 

 47 

 

Granulasi merupakan proses peradangan yang 

menahan serangan bakteri dan menghasilkan dasar yang 

sehat untuk pertumbuhan epitel dari tepi luka. 

Mula-mula darah mengisi luka dan anyaman fibrin 

terbentuk. Granulosit dan dan monosit fagositik memulai 

proses pembersihan. Tunas kapiler dan fibroblast dengan 

cepat berproliferasi ke bekuan darah. Tunas kapiler 

mengeluarkan enzim litik untuk memecah fibrin dan 

memungkinkan pembentukan anyaman, kemudian 

mengalami kanalisasi membentuik lengkung vaskular 

yang menghasilkan penyediaan darah yang kaya zat gizi, 

oksigen granulosit dan monosit yang dibutuhkan untuk 

menhilangkan jaringan mati dan bekuan darah. Sel 

polimorfonuklear yang banyak dalam jaringan interstisial 

menghasilkan perlawanan primer pada   infeksi dan 

juga ikut mengeluarkan pus dari jaringan granulasi pada 

saat sel mati dibersihkan. Fibroblas yang berproiiferasi 

menyertai pembuluh ini dan mulai menimbun kolagen. 

Dalam waktu 4-6 hari, jaringan granulasi sehat 

berwarna merah muda membentuk dasar untuk 

menyokong dan memberi makan epitelium yang meluas. 

Sejalan dengan waktu, fibroplasia akan berlangsung dan 

 48 

 

terjadi ikatan. Dengan adanya penyembuhan akhir, akan 

terbentuk jaringan parut putih yang tertutup selapis tipis 

epitelium.  

 

• Kontraksi Luka 

Kontraksi luka yaitu   suatu proses, tempat terjadi 

penyempitan ukuran luka dengan kehilangan jaringan. 

Proses ini timbul awal dengan adanya gerakan sentripetal 

seluruh kulit. Kontraksi luka efektif pada daerah-daerah 

kulit yang bergerak bebas semacam  perineum dan dinding 

abdomen. 

 

2. Penyembuhan Luka 

 

Ada 3 fase proses penyembuhan 

luka : 

• Fase initial 

Pada hari pertama terjadi proses inflamasi dan 

perdarahan, diikuti respon hemostasis tubuh dan 

agregasi trombosit sampai terbentuk j'ala fibrin sehingga 

menjendal Pada hari ke-2 - 6 terjadi pembersihan dan 

pembuangan jaringan mat! Dan kotoran oleh sistem 

 49 

 

fagosit. Dipacu oleh enzim proteolitik yang dihasilkan 

lekosit 

• Fase fibrolasi/anulage 

Pada kari ke-2 - 6 terjadi penjendalan (dipengaruhi 

respon humoral semacam  mekanisme hari pertama) dan 

migrasi serta proliferasi endotel kapiler (respon seluler) 

sehingga terbentuk jaringan granulasi. Granuiasi 

merupakan jaringan kemerahan dengan permukaan 

berbenjol halus tapi belum mempunyai kolagen. 

Pembentukan ini dipacu oleh protein heksosamin. 

Fibroblast menghasilkan mukopolisakarida, asam amino 

glisin dan prolin sehingga terbentuk anyaman kolagen 

yang dipacu hidroksiprolin. Kombinasi jaringan granulasi 

dan kolagen membuat tepi luka lebih kuat (tensile 

strength). Adanya tensile strength biasanya pada hari 

ke-3-4, menjadi penanda untuk membuka jahitan luka. 

Fase fibrolasi diakhiri dengan terbentuknya jaringan 

sikatrik. 

• Fase kontraksi parut 

Sikatrik di akhir minggu ke-6 mengalami pengkerutan 

kerana   kontraksi kolagen kemudian timbul 

 50 

 

neovaskularisasi pada luka sehingga luka menutup 

sempurna dengan ssedikit tertinggal jaringan sikatrik. 

 

3.  Perawatan  intensif  Luka 

• Anamnesis 

Penting untuk menentukan cara penanganan. Bagaimana 

dan di mana terjadinya luka ditanyakan untuk 

memperkirakan kemungkinan kontaminasi benda asing. 

Kapan cedera dialami penting untuk menentukan apakah 

luka akan ditutup primer, sekunder atau dibiarkan 

terbuka.  

• Check up   Fisik 

o Lokasi: sebagai petunjuk kemungkinan adanya 

cedera pada struktur yang lebih dalam, juga 

menentukan cara penutupan. Umumnya serat-

serat jarinan mempunyai arah tertentu. 

o Eksplorasi: harus dikerjakan untuk menyingkirkan 

kemungkinan adanya cedera pada struktur yang 

lebih dalam, menemukan benda asing serta 

menentukan jaringan yang telah mati. 

 

 

 51 

 

• Check up   Penunjang 

Foto Rontgen diperlukan bila terdapat kemungkinan 

adanya benda asing di dalam luka 

• Persiapan Tindakan 

o Pencucian umum sekitar luka 

o Pencukuran untuk luka pada daerah berambut 

(kecuali alis mata) sampai lebih kurang 3 cm 

sekitar luka. 

o Desinfeksi kulit sekitar iuka dengan alkohol atau 

larutan tinctura, tapi jangan sampai terkena 

bagian luka. 

o Anestesi lokal, biasanya sebagai anestesi infiltrasi. 

Pada luka terinfeksi sebaiknya denan anestesi-

blockade areal dan tidak boleh melakukan injeksi 

infiltrasi. 

o Dilakukan desinfeksi lagi kemudian ditutup 

dengan duk lobang steril pada tempat luka  

• Debrideman 

Prinsip pertama yang terpenting yaitu   debridemen yang 

cukup. Jaringan mati atau benda asing akan menjadi 

sumber infeksi yang akan membuat pekerjaan menjadi sis-

sia. Sebelum ditutup, tepi luka yang compang-camping 

 52 

 

harus diratakan dengan diseksi tajam. Irigasi sebanyak 

mungkin dengan larutan garam fisiologis akan membantu 

menyingkirkan benda asinga dari dalam luka.  

• Menghentikan perdarahan 

Perdarahan dapat dihambat dengan cara: torniquet, 

penjepitan dengan klem arteri, ligasi atau 

elektrokauterisasi.  

• Penutupan / Jahitan Luka 

Luka yang bersih dan berumur kurang dari 8 jam boleh 

ditutup primer. Untuk merapatkan kedua tepi luka dapat 

dipakai plester (luka sangat dangkal) atau jahitan. Jika luka 

lebar dan dalam, lapisan subkutis harus dijahit agar tidak 

terbentuk rongga di bawah kulit. Kontraindikasi untuk 

jahitan primer antara lain: 

o Luka yang sangat kotor 

o Luka terjadi lebih dari 8 jam 

o Luka dengan perladangan 

o Luka dengan benda asing yang tak dapat 

dikeluarkan sempurna  

o Luka gigitan 

o Luka tusuk/Luka tembak 

 53 

 

Pada keadaan demikian, hanya dilakukanj debrideman, fiksasi, 

diistirahatkan atau penutupan luka secara sekunder. 

• Drainase 

Bila terbentuk rongga akibat defek yang luas dalam luka, 

sebaiknya dipasang drain. Bila drainase cukup baik dan 

adekuat boleh dilakukan jahitan primer, lubang dibiarkan 

terbuka di tempat jalan masuk dan keluarnya drainase. 

Drain dapat diangkat sesudas tak keluar cairan lagi, kira-

kira 4-6 hari. 

• Pasca Tindakan : Pembalutan dan Fiksasi 

Pembalutan bisa dengan plester saja, plester dan kasa 

steril, atau kasa penekan tergantung jenis dan letak luka. 

Luka di kepala kadang memerlukan pembalut melingkar 

atau dengan melingkarkannya di dagu. 

Fiksasi anggota badan dengan spalk atau bidai diperlukan 

pada luka yang besar untuk mengurangi bahaya infeksi. 

Luka pada wajah difiksasi relatif dengan cara mengurangi 

aktifitas bicara dan mengunyah. 

 

4. Anestesi Regional/Lokal 

Dalam menangani luka pasti kita memerlukan 

anestesi. Bila luka cukup lebar, anestesi blok regional 

 54 

 

mencakup semua teknik anestesi yang menggunakan blok 

saraf untuk mendapatkan penghilangan nyeri menyeluruh. 

Dengan sedikit gangguan impuls saraf aferen (deferensiasi), 

anestesi regional sangat mendekati konsep anestesi Ideal' 

atau bebas stres; namun , digunakan lebih jarang dari yang 

diperkirakan kerana   beberapa keterbatasan : 

1. Blok saraf perlu  waktu lebih lama untuk induksi 

dan waktu pemulihan antara kasus-kasus operas! tidak 

perlu diperpanjang. 

2. Ada resiko bahwa blok saraf tidak benar-benar efektif, 

pada keadaan ini, pasien mungkin butuh suntikan ulang 

(bila masih dalam batas dosis keamanan untuk anestesi 

lokal tertentu) atau anestesi umum. Kedua tindakan 

ini   memperpanjang waktu operasi, menambah rasa 

tidak enak bagi pasien. 

3. Selalu ada kemungkinan bahwa blok saraf dapat 

menimbulkan komplikasi neurologi atau bila mengenai 

bagian lapangan vaskular tertentu, dapat menimbulkan 

ketidakstabilan hemodinamik, yang berbahaya pada 

pasien tua, aterosklerosis, penderita trauma atau 

hipovolemik. 

 55 

 

4. Penerimaan pasien yang buruk selalu menimbulkan 

kesulitan kerana   banyak pasien yang takut tetap 'terjaga' 

dan tidak ingin mendengar berbagai bunyi dalam ruang 

operasi. 

Apabila luka-luka kecil, termasuk operasi bedah minor 

atas kasus tumor jinak kulit, cukup digunakan anestesi lokal. 

Agen-agen anestesi lokal dapat diklasifikasi menjadi dua 

kategori; ester-amino (prokain, kloroprokain, dan tetrakain), 

amino-amida (lidokain, bupivakain, etidokain dan 

mepivakain). Obat-obat berikatan ester termetabolisme 

melalui hidrolisis dan amida melalui oksidasi dealkilasi di 

dalam hati .reaksi anafilaktoit juga ditemukan pada agenestar 

ini, namun  sangat jarang setelah pemberian amida. 

Teknik yang dipakai biasanya yaitu   teknik infiltrasi. 

Bersihkan daerah operasi, Mtikkan jarum menyusuri tepi luka, 

iakukan aspirasi, bila yakin tidak masuk pembuluh darah, oran 

anestesi dimasukkan sambil jarum ditarik keluar sehingga 

seluruh tepi luka teranestesi. -Ma meiakukan bedah minor, 

anestesi infiltrasi disuntikkan tepat pada garis yang akan 

diincisi, ditambah ke tepi sekeliling tumor. 

 

 

 56 

 

kesimpulan    

 

Luka bermacam-macam jenisnya, menurut bentuk 

penyebab dan lamanya. Tertiadap setiap luka tubuh 

member! respon baik tingkat lokal maupun sistemik. 

Apabila kondisi tubuh normal, dan luka dirawat, akan 

terjadi penyembuhan luka menurut step-stepnya. 

 Perawatan  intensif  luka yang utama yaitu   debridement, 

rekonstruksi dan imobilisasi. 




Nyeri Perut Akut (BEDAH DIGEST!) 

 

C. Algoritme Pembelajaran 

Kasus seorang peremuan 21 tahun datang dengan keluhan 

nyeri perut sebelah kanan bawah. Badan panas, mual, 

muntah, nafsu makan hilang. Keluhan dirasakan sudah tiga 

hari, minum obat dari Puskesmas tidak mereda. Pasien 

haidnya suka tidak teratur. 

1. Akut abdomen 

Definisi  

Akut abdomen yaitu   kelainan non traumatik yang timbul 

mendadak dengan gejala utama di tterah abdomen dan 

memeriukan tindakan segera, yang pada umumnya tindakan 

bedah Banyak kondisi yang menimbulkan abdomen akut. 

Adapun penyebab tersering yaitu   : 

• Kausa paling banya yaitu   appendicitis akut, 

dengan atau tanpa perforasi. 

• Kelainan traktus gastrointestinal: nyeri 

nonspesifik, appendisitis rekurens, obstruksii usus 

halus dan usus besar, hernia strangulata, perforasi 

ulkus peptik, perforasi usus, diverticulitis Meckel, 

adenitis mesenterika, dll 

• Kelainan pankreas: pankreatitis akut 

• Kelainan traktus urinarius: kolik renal atau 

ureteral, pielonefritis akut, sistitis akut, infarek 

renal 

• Kelainan hati, limpa dan traktus biliaris: 

kolesistitis akut, abses hepar 

• Kelainan ginekologi: kehamilan ektopik 

terganggu, ruptur kista, salpingitis akut 

 65 

 

• Kelainan vaskular: ruptur aneurisma aorta dan 

viseral, iskemia kolitis akut, thrombosis 

mesenterika 

• Kelainan peritonial: abses intraabdomen, 

peritonitis. 

• Kelainan retroperitonial: perdarahan 

retroperitonial 

 

Diagnosis 

• Anamnesis: Keluhan yang menonjol yaitu   nyeri perut. 

perlu dicari gejala lain yang berkaitan semacam  muntah, 

konstipasi, diare dan gejala gastrointestinal yang spesifik. 

Juga aspek tain yang berkaitan dengan riwayat penyakit, 

riwayat menstruasi, riwayat pemakaian obat, riwayat 

penyakit keluarga dan riwayat melakukan perjalanan 

sebelumnya.  

• Pemerikasaan fisik: 

o Inspekst: perhatikan adanya distensi perut, 

peristaltik usus yang tertihat. 

o Palpasi: nyeri tekan, adanya massa, tanda iliopsoas, 

tanda obturator, nyeri ketok bawah iga 

 66 

 

o Perkusi: hilangnya pekak hepar, suara timpani di 

sekitar garis tengah abdomen, shifting dullness. 

o Auskultasi: bising usus meningkat atau menurun, 

adanya hiperperistaltik 

o Check up   colok dubur 

o Check up   cincin inguinal dan femoral 

o Check up   pelvis  

• Pemerikasaan penunjang: 

o Laboratorium: pemerikisaan darah, urin, feces. 

o Foto Rontgen: foto thorax, foto polos abdomen, 

Check up   dengan kontras 

o USG 

 

 

 Perawatan  intensif  

Perinsip  Perawatan  intensif  dari akut abdomen, tujuan 

utamanya yaitu   membuat diagnosis kerja yang dapat 

membantu kita menentukan sikap apakah perlu dilakukan 

operasi segera dan bagaimana urgensinya. Tindakan operasi 

dilakukan tergantung causanya. Beberapa keadaan diagnosis 

sering ditegakkan setelah abdomen dibuka. 

 

 67 

 

2. Cholelithiasis 

 

Definisi 

Cholelithiasis yaitu   terdapatnya batu di dalam kandung 

empedu dan/atau di luar saluran empedu 

 

Klinis  

Sebagian (10%) penderita batu empedu tanpa gejala, dan 

gejala yang dapat timbul yaitu   : 

o Nyeri kolikdi daerah epigastrium, hipokondrium 

kanan, bahu kanan.  

o Febris sering disertai menggigil 

o Ikterus terjadi bila batu menyumbat saluran empedu 

utama 

o Murphy's sign positif pada cholecistitis akut 

 

Uboratorium 

o Bilirubin darah meninggi terutama bilirubin direk  

o Alkali fosfatase meninggi  

o Adanya bilirubin dalam urine  

o Feses acholik 

 

 68 

 

Check up   Penunjang 

o USG: ultrasonografi 

o Cholesytografi oral 

o Khusus pada ikterus obstruksi: 

✓ PTC (Perkutaneus Transhepatik 

Cholangiografi) 

✓ ERCP (Endoscopic Retrograd Cholangio 

Pancreatografi) 

✓ C.T.Scan 

 

 Perawatan  intensif   

o Batu di kandung empedu: cholesistektomi 

o Batu di saluran empedu utama dengan atau tanpa 

batu di kandung empedu: cholesistektomi + 

choledocholithectomi Antibiotika digunakan bila ada 

cholecistitis atau cholangitis 

 

3. Hernia Definisi 

Hernia yaitu   penonjolan abnormal dari jaringan atau organ 

intra abdominal melalui tempat yang lemah pada dinding 

abdomen. Yang banyak dijumpai : 

 69 

 

a. Hernia inguinalis lateral (indirekta), dari anulus inguinalis 

internus, melalui kanalis inguinalis, dan keluar melalui 

anulus inguinalis eksternus  

b. Hernia inguinalis medialis (direkta), langsung keluar 

melalui fofea inguinalis medialis  

c. Hernia femoralis, melalui anulus femoralis ke fossa ovalis  

 

Patofisiologi 

Hernia inguinalis lateralis (indirekta) sebagian besar 

ada faktor kongenital dengan adanya penonjolan dari 

prosesus vaginalis peritonei. Hernia inguinalis medialis 

(direkta) dan hernia femoralis dapat dikatakan hernia yang 

didapat (acquisita). 

Semua keadaan yang menyebabkan kenaikan tekanan 

intra abdominal dapat menjadi pencetus timbulnya hernia. 

 

Klinis 

Benjolan di daerah lipat paha yang timbul bila 

penderita berdiri atau mengejan, dan hilang bila berbaring. 

Bila benjolan timbul dan tidak dapat hilang (masuk) kembali 

disebut hernia irreponibilis. Bila hernia irreponibilis disertai 

tanda-tanda ileus obstruksi disebut hernia inkarserata. Bila 

 70 

 

hernia irreponibilis disertai rasa nyeri kerana   jepitan sehingga 

terjadi gangguan vaskularisasi disebut hernia strangulata. 

 

 Perawatan  intensif  

Untuk hernia reponibilis dan irreponibilis dilakukan operasi 

elektif, sedangkan untuk hernia inkarserata atau strangulata 

dilakukan operasi darurat. Bila tidak ada perforasi operasi 

berupa hemiotomi, herniorafi, dan hernioplasti. 

 

4. Haemorrhoid 

Definisi  

Haemorrhoid yaitu   pelebaran vena (varises) di dalam 

pleksus venosus hemorrhoidalis. Ada dua macam 

haemorrhoid, yaitu interna dan eksterna. 

• Haemorrhoid interna yaitu   varises pleksus 

haemorrhoidalis superior yang terletak di atas linea 

pectinata atau linea dentata dan ditutupi oleh mukosa.  

Ada empat derajat berdasar tingkat keparahannya :  

Derajat 1 : hanya perdarahan saja  

Derajat 2 : perdarahan dan prolapsus jaringan di luar 

anus pada saat defekasi, dan kembali 

spontan  

 71 

 

Derajat 3 : sama dengan derajat 2, tapi hanya bisa 

kembali dengan Direposisi manual 

(didorong)  

Derajat 4 : prolapsus tidak dapat direduksi / 

inkarserasi 

• Haemorrhoid eksterna yaitu   varises pleksus 

haemorrhoidalis inferior yang terietak di bawah linea 

dentata dan ditutupi oleh kulit yaitu epitel anal pada 

kanalis ani dan kulit regio perianal 

 

Patofisiologi 

Ada 2 penyebab timbulnya Haemorrhoid interna, yaitu : 

1. Hipertensi sistem portal: chirrosis hepatis, trombosis vena 

portae, kehamilan, tumor abdomen 

2. Idiopatik, hanya ada faktor-faktor : 

• Keturunan 

• konstipasi / obstipasi kronis 

• diet rendah serat 

• penurunan tonus sphincter 

Gejala dan Tanda 

• Perdarahan: darah segar, tidak bercampur feces. Bila 

berutang bisa terjadi anemia 

 72 

 

• Nyeri: terjadi pada haemorrhoid eksterna yang 

mengalami thrombosis 

• Benjolan: mula-mula saat defekasi, bisa masuk sendiri, 

tahap akhir terjadi prolaps sehingga dapat terjadi tritasi, 

inflamsi, udem dan ulserasi. Benjolan menetap pada 

haemorrhoid eksterna. 

 

Check up   dan Diagnosis 

• Anamnesis: berak disertai darah segar yang menetes atau 

mengucur sebelum atau 

sesudah berak. 

• Inspeksi: mungkin tidak ditemukan apa-apa, mungkin 

terlihat benjolan haemorrhoid eksterna atau haemorrhoid 

intema yang prolaps 

• Colok dubur; tak teraba benjolan, kecuali sudah terjadi 

trombus. Colok dubur harus 

dilakukan untuk mendeteksi kelainan atau penyakit lain. 

• Proktoskopi: untuk melihat lokasi haemorrhoid interna: 

soliter, 3 tempat utama (jam 3, 7,11) atau soliter 

Komplikasi 

• Perdarahan Inkarserasi 

• Terapi 

 73 

 

1. Haemorrhoid eksterna: bila trombus (+) dilakukan 

haemorrhoidektomi 

2. Haemorrhoid interna 

o Derajat I dan II: konservatif  

o Derajat III dan IV: operatif  

 

Pasca Bedah 

1. Antibiotika 

2. Analgetika 

3. Laksansia ringan 

4. Rendam PK mulai hari ke-3 sesudah tampon anus 

dilepas, atau bisa dipilih alternatif salep 

chloromycetin. 

 

5. Ca Colon dan Rektum 

 

Banyak terjadi pada usia tua (lebih dari 60 tahun). Ada 

kecenderungan peningkatan insiden pada usia muda, 

beberapa kasus dijumpai pada usia < 20 tahun. Ca colon lebih 

pada wanita, sedang ca recti lebih sering pada laki-laki. 

Faktor Predisposisi 

• Diet rendah serat : memperlama transit feces daalam 

usus sehingga kontak usus dengan bakteri usus lebih 

 74 

 

lama pula. Bakteri anaerob pada feces diketahui 

memilki sifat karsinogenik (kerana   adanya enzim-

enzim, misal 7- alfa - dehidroksilase) yang , mampu 

mendegradasi asam empedu sekunder yang 

merupakan zat karsinogen. 

• Polip adenomatosa 

• Poliposis familial : 100% akan mengalami Ca pada usia 

sekitar 40 tahun sehingga 

• Perlu dilakukan colectomy.  

• Kolitis ulcerosa  

• Kolitis granulomatosa 

 

Penetapan Stadium dengan Duke's staging system 

• Stadium A: Apabila invasi melewati lamina muscularis 

mukosa sampai dengan tunica muskularis, namun  tidak 

sampai menembus tunica muskularis ini  . Lnn 

bebas dari metastasis. Five survival rate untuk 

stadium ini yaitu   98% 

• Stadium B : Apabila invasi telah melampaui seluruh 

dinding namun  tidak mencapai Lnn. Five survival rate 

untuk stadium ini yaitu   78% 

 75 

 

• Stadium C : Apabila invasi mencapai Lnn. Tanpa 

memperhatikan apakah Ca menembus dinding atas 

atau belum. Stadium C dibagi dua, yaitu : 

o C1 : yaitu jika belum mencapai Inn regional 

o C2 : jika telah mencapai Lnn regional 

Five survival rate untuk stadium ini yaitu   32% 

• Stadium D : tumor sudah metastase jauh  

 

Check up   dan Diagnosis  

• Fisik : tumor abdomen untuk kolom kanan 

• Gejala ileus obstruksi untuk stadium lanjut 

• Colok Dubur : Teraba tumor pada karsinoma rekti 

letak rendah atau tengah 

• Proktoskopi / Sigmoidoskopi : pada karsinoma rekti 

atau sigmoid 

• Kolonoskopi : untuk karsinoma kolon 

• Barium in loop (Barium enema) : untuk karsinoma 

kolon & rectum 

• USG : untuk identifikasi tumor abdomen, identifikasi 

adanya metastasis di hepar 

• Laboratorium: darah feses (benzidine test) CEA = 

Carcino Embryonic Antigen 

 76 

 

Terapi 

• Bila tidak ada obstruksi: disiapkan untuk operasi 

elektif / definitif  

• Bila ada obstruksi: operasi darurat: 

o Untuk kolon kanan: 

✓ Dapat langsung operasi definitive 

✓ dapat diversi dulu, kemudian 

disiapkan untuk elektif / definitive 

o Untuk kolon kiri: diversi dulu, kemudian 

disiapkan untuk elektif / definitive 

Pra Bedah 

Untuk operasi elektif karsinoma kolon & rektum disiapkan 

dengan preparasi kolon yang berupa : 

• Diet residu rendah 5 hari sebelum operasi  

• Sterilisasi usus dengan : 

o Neomisin 3x1 gram, 3 hari sebelum operasi  

o Kanamisin 4x500 mg, 3 hari sebelum operasi  

• Lavemen setiap hari, 3 hari sebelum operasi 

 

kesimpulan   

 

Akut abdomen merupakan kasus emergency, harus segera 

dilakukan operasi, kadang-kadang diagnosis tegak setelah 

operasi. Appendicitis yaitu   kasus paling sering. 

 77 

 

Cholelithiasis, Hernia, Haemorrhoid, Ca colon dan rektum 

yaitu   kasus-kasus yang juga sering didapati. Tak jarang 

kasus ini muncul juga sebagai akut abdomen kerana   sudah 

lanjut/komplikasi, misalnya Ca rektum dengan 

obstruksi/ileus. 




BENJOLAN INGUINAL DAN SCROTUM (BEDAH ANAK) 

 

C. Algoritme Kasus 

Kasus : seorang anak laki-laki 9 tahun benjolan di lipat 

paha kanan. Sudah satu tahun benjolan tidak mengecil. 

Sejak lahir buah sakar sebelah kanan anak ini tidak ada. 

 

 

D. Daftar keterampilan (atektit dan psikomotor) 

1. memperagakan cara Check up   diapanascopi. 

2. melakukan Check up   lokal hernia linger test". 

3. memeriksa co!ok doburpada anak. 

4. menghitung kebutuhan cairan pada anak 

5. mengikuti operas! hernia pada anak? 

 

E. Penjabaran Teon Singkat 

 

BEDAH ANAK 

Topik Bahasan Bedah Anak 

Sub Topik bahasan 

 

1. Hernia inguinalis lateralis  

2. Megacolon  

3. Atresia ani  

4. Invaginasi 

 

 

1. Hernia inguinalis lateraris Definisi 

Definisi  

Hernia yaitu   penonjolan abnormal dari jaringan atau organ 

intra abdominal melalui tempat yang lemah pada dinding 

abdomen. Yang banyak dijumpai pada anak yaitu   Hernia 

 83 

 

inguinalis lateral (indirekta), dari anuius inguinalis internus, 

melalui kanalis inguinalis, dan keluar melalui anuius inguinalis 

eksternus.  

 

Patofisiologi 

Hernia inguinalis lateralis (indirekta) sebagian besar 

ada faktor kongenital dengan adanya penonjolan dari 

prosesus vaginalis peritonei. Prosessus vaginalis itu 

seharusnya menutup saay anak lahir, akan namun  sebagian 

anak masih menetap adanya (persisten). Sering keadaan 

hernia disertai keluarnya cairan peritoneum ke scrotun 

(hidrokel). 

Semua keadaan yang menyebabkan kenaikan 

tekanan intra abdominal dapat menjadi pencetus timbulnya 

hernia. Pada anak biasanya saat menangis, perut mengejan, 

keluarlah isi hernia ke dalam kantong. Isi hernia sering berupa 

kelainan lain yakni testis yang tidak turun ke scrotum 

(cryptorchismus/undescencus testiculorum). 

 

Klinis 

Benjoian di daerah lipat paha yang timbul bila penderita 

berdiri atau mengejan, dan hiiang bila berbaring. Bila benjoian 

 84 

 

timbul dan tidak dapat hiiang (masuk) kembali disebut hernia 

irreponibilis. Bila hernia irreponibilis disertai tanda-tanda ileus 

obstruksi disebut hernia inkarserata. Bila hernia irreponibilis 

disertai rasa nyeri kerana   jepitan sehingga terjadi gangguan 

vaskularisasi disebut hernia strangulata. 

 

 Perawatan  intensif  

Untuk hernia reponibilis dan irreponibilis dilakukan operas! 

elektif, sedangkan untuk hernia inkarserata atau strangulata 

dilakukan operasi darurat. Bila tidak ada perforasi operasi 

berupa herniotomi, hemiorafi, dan hernioplasti. Kelainan yang 

ada sekalian ditangani saat operasi. Misalnya testis yang tidak 

turun dilakukan penarikan ke arah scrotum dan pengikatan 

(orcydopexy) 

 

2. Megacolon/Hirschprung 

Definisi 

Penyakit hischprung yaitu   kelainan kongenital dimana tidak 

dijumpai pleksus auerbachii maupun pleksus meisneri pada 

kolon. Sembilan puluh persen (90%)terletak pada 

rektosigmoid.akan namun  dapat mengenai seluruh kolon 

bahkan seluruh usus. Tidak adanya ganglion sel ini 

 85 

 

mengakibatkan hambatan pada gerakan peristaltik sehingga 

akan terjadi ieus fungsional. Kelainan ini sering disebut 

dengan megakolon kongenital.  

 

Klinis 

Pada neonatus akan dijumpai gejala yang bervariasi mulai 

gangguan konstipasi .obstruksi usus maupun enterokolitis 

sedangkan pada anak-anak biasanya dijumpai konstipasi 

.tidak adanya kemauan untuk defekasi walaupun perut telah 

sangat distensi dan tanda-tanda malnutrisi.Pada bayi baru 

lahir biasanya akan dijumpai berat lahir normal,riwayat 

kehamilan aterm dan keterlambatan pengeluaran mekonium 

yang lebih dari 24 jam. 

 

Diagnosis 

Diagnosis penyakit hischprung ditegakan dengan anamnesis 

serta Check up   fisik, biopsy rectum, barium enema dan 

manometri anus. 

 

 Perawatan  intensif  

Tergantung pada jenis segmen yang terkena.pada hischprung 

ultra short dilakukan miektomi rectum.sedangkan pada 

bentuk short segmen,tipikal,dan long segmen dapat dilakukan 

 86 

 

kolostomi terlebih dulu dan beberapa buian kemudian baru 

dilakukan operasi definitif dengan metode pull through soave. 

Duhamel maupun swenson. Apabila keadaan umum 

memungkinkan.dapat dilakukan pull trough satu tahap tanpa 

kolostomi terlebih dulu.  

Persiapan operasi meliputi: dekomprsi kolon dengan trigasi 

rectum, stabilisasi cairan dan etektrolit, asam basa serta 

temperatur. Pemberian antibiotik.  

Perawatan pasca operasi meliputi: dekompresi abdomen 

dengan tetap memasang pipa rectum. sefotaksim injeksi, 

stabilisasi cairan dan elektrolit serta asam basa. 

 

2. Atresia Ani 

Definisi 

Atresia ani yaitu   keadaan dimana tidak didapatkan adanya 

lubang anus pada bayi bam lahir. insidensi kelainan yaitu   1: 

5000 kelahiran. 

 

Diagnosis 

Diagnosis ditegakan secara klinis, radiologis maupun 

laboratoris. tidak adanya lubang anus ataupun adanya fistula 

 87 

 

yang disertai dengan tanda-tanda ileus akan mempermudah 

penegakan diagnsis kelainan ini. 

 

Apabila pada Check up   perineum terlihat gambaran 

mekonium, maka ini yaitu   AA letak rendah.  

Bila pada Check up   urin didapatkan adanya mekonium, 

maka ini yaitu   AA letak tinggi dengan Vistula rektovesikalis 

maupun rectouretralis.  

Check up   radiologis yang sering dikerjakan yaitu   

Check up   wangenstein dimana posisi kepala dibagian 

bawah dan Check up   secara knee chest dimana posisi bayi 

secara sujud dengan sinar horisontal.  

Istilah invertogram yaitu   Check up   radiologis untuk 

mengetahui letak akhiran anus.  

 

 Perawatan  intensif  

Harus ditentukan dahulu keadaan umum bayi, dengan 

menentukan stabilisasi cairan, elektrolit, asam basa dan 

temperatur. Pada AA letak rendah: dilakukan anoplastik 

perineal, sedangkan pada atresia letaktengah dilakukan 

operasi definitif dengan PSARP: stabilisasi keadaan umum, 

irigasi stoma, preparasi kolon. 

 88 

 

Perawatan pasca operasi PSARP : pasang dower kateter, posisi 

tengkurep, spoel betadin pada luka operasi dan anus, 

antibiotika sefalosporin. Kalibrasi anus dimulai pada minggu 

kedua setelah operasi. 

 

3. Invaginasi  

Definisi  

yaitu   masuknya satu usus ke dalam bagian usus yang lain. 

Kausa yang paling sering masukna ielium terminale ke dalam 

kolom. 

 

Insidensi  

Kebanyak pada umur 3 – 18 bulan pertama  

Kausa hampir 90-95 % idiopatik, 5-10 % ada kelainan anatomis 

(pada umur lebih tua semacam  limfoma, polyp, hemagioma dan 

divertikulum meckel) 

 

 

Klinis 

Anak mendadak kesakitan bersifat episodic (kolik mendadak), 

pucat, menangis dengan mengangkat kaki, muntah frekuen 

dan muntahan berwarna hijau 

 89 

 

Definisi dengan lendir dan darah 

Tanda obstruksi mekanis (+) 

Tidak menimbulkan stragulasi usus dalam 24 jam 

Jika tidak segera ditangani anak letargi dan lemah,kemudian 

diikuti fase nyeri kolik yang mendadak dan hebat mirip syok : 

temperatur bisa naik sampai 41 0C  

 

Check up   

• Fisik : teraba tumor abdomen memanjang yang terjadinya 

spontan, sakit tekan, dance sign (+) dan pada rectal 

toucher ditemukan pseudoporsio dan lendir darah  

• Radiologi : abdomen 3 posisi dan colon in loop  

 

 Perawatan  intensif   

• Stadium dini dengan colon in loop dengan barium/udara 

sebagai terapi 

• Laparatomi darurat 

 

 

 

 

 


 

kesimpulan   

 

Megacolon sering dijumpai, evacuasi timbunan feces 

sesegera mungkin yaitu   terapi sementaranya. Atresia 

ant mempakan kasus darurat neonatus kecuali adanya 

fistula yang adekuat. Invaginasi merupakan akut abdomen 

anank yang periu segera direlease, baik dengan Barium in 

loop, maupun operas!. Umumnya kasus-kasus ini datang 

dengan problem dehidrasi, gangguan keseimbangan 

cairan dan elektrolit 






BENJOLAN PAYUDARA (BEDAH TUMOR) 


C. Algoritme Kasus  

Kasus : seorang wanita 39 tahun tidak menikah, belum pernah 

pernah hamil dan punya anak, mengalami benjolan 

dipayudara kiri. Mula-mula benjolan sebesar telur puyu, tidak 

sakit. Dibawa ke pengobatan alternatif, diberi ramuan untuk 

dioleskan ke payudara. namun  benjolan makin besar dan keras, 

timbul luka di kulit. 

 

 

1. Kanker Payudara 

Definisi 

Kanker payudara yaitu   keganasan yang berasal dari 

parenkhim, stroma, areola dan sapilla mamma 

 

Anamnesis 

 9

 

a. Keluhan di payudara dan katiak: benjolan, rasa sakit, 

cairan puting, puting retraksi, perubahan kulit, borok atau 

ulcerasi 

b. Riwayat sebelumnya: biopsi, operasi atau pemakaian 

obat-obatan  

c. Riwayat reproduksi: umur menarche, frekuensi dan 

keteraturan mens, jumlah kehamilan, riwayat menyusui, 

umur menopause, sudah berapa lama menopause. 

d. Riwayat keluarga: keluarga yang menderita kanker lain  

e. Keluhan sehubungan dengan metastase: sakit tulang, 

nyeri punggung, batuk, sesak nafas, dll. 

 

Check up   Fisik 

a. Massa tumor: ukuran, lokasi, bentuk, konsistensi, terfiksir 

atau tidak ke kulit atau dinding dada. 

b. Perubahan kulit: kemerahan, edema, peau d'orange, 

dimpling, nodul satelit. ulserasi. 

c. Perubahan puling : Tertarik, kemerahan, erosi, krusta, 

perubahan warna, cairan (discharge) hemorrhagis atau 

tidak.  

d. Status kelenjar betah bening  

 98 

 

o KGB axilla : jumlah, lokasi, ukuran terfiksasi satu 

dengan yang fain atau sekitar, suspek jinak atau 

ganas. 

o KGB intraklavikula: idem 

o KGB supraklavikula : idem  

e. Kelainan-kelainan berhubungan dengan metastase 

o Sakit tekan dan sakit ketuk tulang-tulang 

o Kelainan paru-paru 

o Kelainan berhubungan dengan sistem saraf 

sentral.  

 

Check up   Penunjang 

1. Foto toraks 

2. Mammografi kedua payudara 

3. laboratorium : rutin, faal hepar, faal ginjal. 

4. reseptor estrogen dan progesteron (ER & PR) 

aapabila mungkin. 

5. Check up   lain atas indikasi: USG hepar, bone 

survey, bone canning. 

 

 

 

 99 

 

 

Diagnosis Pasti 

a. Check up   histopatologi 

o Biopsi eksisi/biopsi insisi.  

o Potong beku  

b. Triple diagnosis:  

o Klinis 

o Mammografi  

o AJH/FNAB 

 

Terapi 

Pendekatan terapi berdasarkan stadium 

A. Stadium dini/Operal (stadium I, II, IIIA) 

1. Operasi 

a. Mastektomi radikal modifikasi  

b. Breast Conserving Treatment (BCT) (Limpektomi, 

DiskesiAxilla + Radiasi). 

2. Radiasi 

o Untuk mencegah kekambuhan. 

o Dikerjakan apabila radkalitas diragukan (pada 

tumor bed dan KGB Regional). 

3. Adjuvant terapi 

 100 

 

o Diberikan kemoterapi 6 siklus (CMF) atau 

hormonal terapi tergantung status menstruasi, 

diberi jika KGB aksilla positif.  

B. Stadium lanjut: (stadium IIIB dan IV)  

B1. Stadium IIIB (Locally advance). 

1. Kemoterapi 3-4 siklus kalau mungkin (simple 

mastektomi atau mastektomi radikal modifikasi. 

2. Kalau tidak mungkin dioperasi: kemoterapi, radiasi, 

operasi.  

o Radiasi: loko regional  

o