kan pada ibu hamil dan bayi < 1 tahun
dan penderita G6PD.
b. Malaria vivax
Untuk daerah yang masih sensitif klorokuin dapat diberikan
• Lini I : Klorokuin dosis tunggal perhari selama 3 hari + primakuin
selama 14 hari
Klorokuin : Hr 1: 10 mg, Hr 2: 10 mg. Hr 3: 5 mg
Primakuin : 0,25-0,5 mg/kgbb/hr selama 14 hari
Untuk daerah yang resisten klorokuin terhadap malaria vivak dapat
diberikan Artesunate+ Amodiakuin selama 3 hari (dosis sama dengan
falciparum)+Primakuin selama 14 hari dosis 0,25-0,5 mg/kgbb/hr.
• Lini II : Kina (3xsehari) selama 7 hari+Primakuin 14 hari
Kina : 10 mg/kgbb/kali (3 x sehari) selama 7 hari
Primakuin : 0,25 mg/kgbb/hr selama 14 hari
b. Malaria mix (malaria facciparum+malaria vivax)
Pengobatan diberikan :
Artesunate + amodiaquin (selama 3 hari) + Primakuin selama 14 hari
Artesunate : 4 mg/kgbb/hari
Amodiaquin : 10 mg/kgbb/hari
Primakuin : 0,25-0,5 mg/kgbb/hari selama 14 hari
Lihat buku Pedoman perawatan intensif Kasus Malaria Oleh Subdit Malaria,
Direktorat PBB, Ditjen PP & PL.
MALARIA
Definisi
Malaria yaitu penyakit infeksi yang dipicu oleh parasit Plasmodium yang
hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah pasien . Penyakit ini ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit ini merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di negara kita .
Pemicu
Ada 4 jenis plasmodium pada pasien yaitu :
• Plasmodium falciparum
• Plasmodium vivax
• Plasmodium ovale
• Plasmodium malariae
Gambaran Klinis
1. Masa inkubasi berkisar 1-2 minggu.
2. Keluhan utama pada malaria tanpa komplikasi : demam, menggigil, berkeringat
dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-
pegal.
3. Gejala pada malaria dengan kompilasi (malaria berat) : gangguan kesadaran,
keadaan umum yang lemah, kejang-kejang, panas sangat tinggi, perdarahan,
warna air seni seperti teh tua dan gejala lainnya.
4. Malaria falciparum yang sering memicu terjadinya malaria dengan
komplikasi (malaria berat).
Dignosa
Malaria Dignosa dengan pemeriksaan yaitu :
1. Rapid Diagnositik Test dengan mekanisme kerja berdasar deteksi antigen
parasit malaria, yang bermanfaat digunakan pada unit gawat darurat, saat
kejadian luar biasa dan daerah terpencil yang tidak ada fasilitas laboratorium.
2. Pemeriksaan dengan mikroskop
Dilakukan dengan menemukan parasit dalam pulasan darah yang diwarnai
Giemsa dan diperiksa dengan mikroskop dengan pembesar 700-1000 x.
perawatan intensif
Pengobatan malaria tanpa komplikasi :
a. Malaria Farciparrum
MORBILI (Campak)
Definisi
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut yang bermanifestasi dalam 3 stadium
yaitu stadium kataral, erupsi dan konvalens.
Pemicu
Pemicu penyakit campak yaitu virus campak atau morbili. Pada awalnya,
gejala campak agak sulit dideteksi.
Gambaran Klinis
Secara garis besar penyakit campak dibagi menjadi 3 fase:
1. Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10 – 12 hari.
Pada fase ini anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak
gejala apapun. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak belum
keluar.
2. Pada fase kedua (fase prodormal) barulah timbul gejala yang mirip penyakit
flu seperti batuk, pilek dan demam. Mata tampak kemerah-merahan dan berair.
Bila melihat sesuatu, mata akan silau (fotofobia). Di sebelah dalam mulut
muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3 – 4 hari. Terkadang anak juga
mengalami diare. 1 – 2 hari lalu timbul demam tinggi yang turun naik,
berkisar 38 – 40,5 oC
3. Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam
tinggi yang terjadi. Namun bercak tak langsung muncul di seluruh tubuh
melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang telinga, leher, dada,
muka, tangan dan kaki. Warnanya pun khas; merah dengan ukuran yang tidak
terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.
Bercak-bercak merah ini dalam bahasa kedokterannya disebut makulopapuler.
Biasanya bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu,
tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing anak. Umumnya jika bercak
merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun
makin lama menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi), lalu rontok atau
sembuh dengan sendirinya. Periode ini merupakan masa penyembuhan yang butuh
waktu sampai 2 minggu.
Dignosa
Bercak kemerahan terutama pada bagian atas badan.
1
MIGREN
Definisi
Serangan nyeri kepala sesisi yang berulang, beragam beratnya, lamanya dan
kekerapannya mungkin merupakan serangan migren. Migren klasik diawali selama
+ 60 menit.
Pemicu
Gangguan vaskular.
Gambaran Klinis
− Nyeri kepala khas berdenyut, unilateral dan bertambah berat setelah aktivitas
fisik.
− Penderita mengeluh mual sampai muntah dan ada anoreksia, fotofobia
atau fenofobia.
− Migren klasik diawali atau disertai dengan gangguan sensorik, motorik atau
suasana hati (mood). Pada periode awal ini penderita mungkin merasa gelisah,
tidak nafsu makan dan mudah tersinggung. Gangguan motorik dapat berupa
hemiparesis, sedangkan gangguan sensorik mungkin berupa parestesia,
hemianopsia atau seolah melihat kilat.
Dignosa
Nyeri kepala sesisi.
perawatan intensif
− Serangan migren sering dicetuskan oleh makanan tertentu, ketegangan emosi
dan kelelahan fisik. Hal-hal itu harus diidentifikasi dan dihindarkan.
− Serangan diatasi dengan :
§ asetosal, parasetamol atau asam mefenamat 500 mg
§ tablet ergotamin 1mg, dosis disesuaikan kondisi penyakit.
OTITIS MEDIA AKUT (OMA)
Definisi
Radang akut telinga tengah yang terjadi terutama pada bayi atau anak yang biasanya
didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas.
Pemicu
Kuman Pemicu Otitis Media Akut yaitu bakteri pirogenik seperti : Streptokokus
hemolitikus, Pneumokokus atau Hemofilus influenza.
Gambaran klinik
Keluhan dan gejala yang timbul tergantung dari stadium OMA yaitu :
1. Stadium oklusi tuba
2. Stadium hiperemis
3. Stadium supurasi
4. Stadium perforasi
5. Stadium resolusi
Gejala OMA yaitu :
1. Anak gelisah atau ketika sedang tidur tiba-tiba terbangun, menjerit sambil
memegang telinganya.
2. Demam dengan suhu tubuh yang tinggi dan kadang-kadang sampai kejang.
3. Kadang-kadang disertai dengan muntah dan diare
Dignosa
Tanda OMA yaitu :
1. OMA Stadium oklusi tuba
Pemeriksaan otoskopik tampak membran timpani suram, refleks cahaya
memendek dan menghilang.
2. OMA Stadium hiperemis
Pemeriksaan otoskopik tampak membran timpani hiperemis dan udem serta
refleks cahaya menghilang.
3. OMA Stadium supurasi
Keluhan dan gejala klinik bertambah hebat.
Pemeriksaan otoskopik tampak membran timpani menonjol keluar (bulging)
dan ada bagian yang berwarna pucat kekuningan.
151
perawatan intensif
Penanganan yang benar
− Bila campaknya ringan, anak cukup dirawat di rumah. Kalau campaknya berat
atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit.
− Anak campak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan
penyakitnya kepada yang lain. Apalagi bila ada bayi di rumah yang belum
mendapat imunisasi campak.
− Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk meningkatkan
daya tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah dicerna sebab anak campak
rentan terjangkit infeksi lain seperti radang tenggorokan, flu atau lainnya.
Masa rentan ini masih berlangsung sebulan setelah sembuh sebab daya tahan
tubuh penderita yang masih lemah.
− Pengobatan secara simtomatik sesuai dengan gejala yang ada.
153
4. OMA Stadium perforasi
Anak yang sebelumnya gelisah menjadi lebih tenang, demam berkurang. Pada
pemeriksaan otoskopik tampak cairan di liang telinga yang berasal dari telinga
tengah. Membran timpani perforasi.
5. Stadium resolusi
Pemeriksaan otoskopik, tidak ada sekret/ kering dan membran timpani berangsur
menutup.
perawatan intensif
perawatan intensif OMA disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dan stadiumnya.
1. Stadium oklusi tuba
a. Berikan antibiotik selama 7 hari:
§ Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x
sehari atau
§ Amoksisilin: Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari
atau
§ Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x
sehari
b. Obat tetes hidung nasal dekongestan
c. Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
d. Antipiretik
2. Stadium hiperemis
a. Berikan antibiotik selama 10 – 14 hari :
§ Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x
sehari atau
§ Amoksisilin: Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari
atau
§ Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x
sehari
b. Obat tetes hidung nasal dekongestan maksimal 5 hari
c. Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
d. Antipiretik, analgetik dan pengobatan simtomatis lainnya
154
3. Stadium supurasi
a. Segera rawat jika ada fasilitas perawatan.
Berikan antibiotika ampisilin atau amoksisilin dosis tinggi parenteral
selama 3 hari. jika ada perbaikan dilanjutkan dengan pemberian
antibiotik peroral selama 14 hari.
b. Bila tidak ada fasilitas perawatan segera rujuk ke dokter spesialis THT
untuk dilakukan miringotomi.
4. Stadium perforasi
a. Berikan antibiotik selama 14 hari
b. Cairan telinga dibersihkan dengan obat cuci telinga Solutio H2O2 3%
dengan frekuensi 2 – 3 kali
156
napas atas yang tidak diobati dengan baik dapat menjalar sampai mengenai telinga.
Dignosa
1. OMSK tipe benigna / aman
Proses peradangan hanya terbatas pada mukosa. Perforasi membran timpani
terletak di sentral, jarang menimbulkan komplikasi berbahaya.
2. OMSK tipe maligna / bahaya
Proses peradangan mengenai tulang, perforasi membran timpani terletak di
attic atau marginal dan tampak kolesteatoma.
Tanda klinis lainnya :
− terlihat adanya abses / fistula retroaurikuler, polip atau jaringan granulasi
di liang telinga yang berasal dari telinga tengah.
− ada sekret purulen berbau busuk yang khas
OMSK tipe bahaya dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi
intrakranial.
perawatan intensif
a. OMSK tipe benigna / aman
1. Bila aktif, berikan cuci telinga berupa solutio H2O2 3 %, 2-3 kali
2. Antibiotika selama 7 hari :
− Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/ KgBB 4 x
sehari atau
− Amoksilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/ KgBB 3 x
sehari atau
− Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari
3. Antihistamin jika ada tanda-tanda alergi
4. Nasehatkan agar tidak berenang dan tidak mengorek telinga
5. Bila selama 2 bulan tidak kering atau hilang timbul, rujuk ke dokter
spesialis THT.
b. OMSK tipe maligna / bahaya
1. jika belum memungkinkan dirujuk ke spesialis THT, dilakukan terapi
sbb :
− Berikan cuci telinga berupa Solutio H2O2 3%, 2-3 kali
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)
Definisi
Istilah sehari-hari untuk OMSK dikenal sebagai congek. Dalam perjalanan penyakit
ini dapat berasal dari OMA stadium perforasi yang berlanjut, sekret tetap keluar
dari telinga tengah dalam bentuk encer, bening ataupun mukopurulen. Proses
hilang timbul atau terus menerus lebih dari 2 minggu berturut-turut. Tetap terjadi
perforasi pada membran timpani.
Beberapa faktor yang memicu OMA menjadi OMSK yaitu :
a. pengobatan terlambat diberikan dan tidak adekuat
b. virulensi kuman tinggi
c. daya tahan tubuh/ gizi/ hygiene kurang
OMSK dibagi menjadi 2 tipe :
a. OMSK tipe benigna/ mukosa/ aman
b. OMSK tipe maligna/ tulang/ bahaya
Otitis Media sendiri yaitu suatu infeksi yang mengenai telinga bagian tengah
(lihat gambar penampang telinga). Infeksi ini disertai dengan pengeluaran cairan
(dapat bening atau keruh) dari liang telinga sehingga disebut supuratif.
Istilah kronik digunakan jika penyakit ini hilang timbul atau menetap selama
2 bulan atau lebih.
jika terjadi kekambuhan setelah sebelumnya terjadi penyembuhan maka disebut
mengalami eksaserbasi akut (Acute exacerbation).
Pada pemeriksaan telinga didapatkan adanya gendang telinga yang keruh atau
robek. Kelainan ini dapat terjadi pada 1 telinga atau dapat mengenai 2 telinga.
Pemicu
Kuman Pemicu OMSK antara lain kuman Staphylococcus aureus (26%),
Pseudomonas aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidis (10,3%), gram
positif lain (18,1%) dan kuman gram negatif lain (7,8%).
Gambaran klinik
Biasanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah menderita infeksi saluran
napas atas misalnya influenza atau sakit tenggorokan. Melalui saluran yang
menghubungkan antara hidung dan telinga (tuba Auditorius), infeksi di saluran
PAROTITIS EPIDEMIKA
Definisi
Gondongan (Parotitis Epidemika) yaitu penyakit infeksi akut dan menular yang
dipicu virus. Virus menyerang kelenjar air liur di mulut, terutama kelenjar
parotis yang terletak pada tiap-tiap sisi muka tepat di bawah dan di depan telinga.
Pemicu
Virus Mumps.
Gambaran Klinis
a. Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak dan orang muda berusia lima
sampai 15 tahun. Gejalanya, nyeri sewaktu mengunyah dan menelan. Lebih
terasa lagi bila menelan cairan asam seperti cuka dan air jeruk.
b. Pembengkakan yang nyeri terjadi pada sisi muka dan di bawah telinga. Kelenjar-
kelenjar di bawah dagu juga akan lebih besar dan membengkak. Penderita
juga merasa demam. Suhu tubuh dapat meningkat hingga 39,5oC. Komplikasi
mungkin terjadi pada anak laki-laki pada umur belasan tahun, nyeri pada perut
dan alat kelamin. Pada penderita remaja perempuan, nyeri akan terasa juga di
bagian payudara. Komplikasi serius terjadi jika virus gondong menyerang otak
dan susunan syarat. Ini memicu radang selaput otak dan jaringan selaput
otak.
c. Penularan penyakit ini melalui kontak langsung dengan penderita, seperti
persentuhan dengan cairan muntah dan air seni penderita atau melalui udara
ketika penderita bersin atau batuk.
Dignosa
Dignosa ditegakkan berdasar gambaran klinik.
perawatan intensif
a. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan secara aktif dengan pemberian vaksin
parotitis atau secara pasif dengan penyuntikan zat kekebalan yaitu gama
globulin.
b. Istirahat di tempat tidur hingga suhu tubuh normal kembali. Makanan yang
dikonsumsi yaitu yang cair dan lunak. Bila perlu beri obat penurun panas
dan kompres pada bagian tubuh yang nyeri. Pakailah obat kumur yang baik
untuk membersihkan selaput lendir mulut. Usahakanlah minum yang
banyak dan mengunyah permen karet.
157
− Antibiotik selama 14 hari :
§ Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari;
Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau
§ Amoksilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari;
Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari atau
§ Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari;
Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari
2. jika ada abses retroaurikuler dilalukan insisi dahulu dan segera
rujuk ke dokter spesialis THT
160
b. Gejala:
Gejala PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan respirasi
ini harus diperiksa dengan teliti sebab seringkali dianggap sebagai
gejala yang biasa terjadi pada proses penuaan.
− Batuk kronik
Batuk kronik yaitu batuk hilang timbul selama 3 bulan yang tidak
hilang dengan pengobatan yang diberikan
− Berdahak kronik
Kadang kadang pasien menyatakan hanya berdahak terus menerus
tanpa disertai batuk
− Sesak nafas, terutama pada saat melakukan aktivitas
Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi dengan sesak nafas
yang bersifat progressif lambat sehingga sesak ini tidak dikeluhkan.
Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, gunakan ukuran sesak
napas sesuai skala sesak (Tabel 1).
Tabel 1. Skala Sesak
Skala
sesak Keluhan sesak berkaitan dengan aktivitas
0 Tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas berat
1 Sesak mulai timbul bila berjalan cepat atau naik
tangga 1 tingkat
2 Berjalan lebih lambat sebab merasa sesak
3 Sesak timbul bila berjalan 100 m atau setelah
beberapa menit
4 Sesak bila mandi atau berpakaian
2. Pemeriksaan fisik:
Pada pemeriksaan fisik seringkali tidak ditemukan kelainan yang jelas
terutama auskultasi pada PPOK ringan, sebab sudah mulai ada
hiperinflasi alveoli. Sedangkan pada PPOK derajat sedang dan PPOK
derajad berat seringkali terlihat perubahan cara bernapas atau perubahan
bentuk anatomi toraks.
1
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yaitu penyakit yang ditandai dengan
hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan
aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru
terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya.
Bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK sebab bronkitis
kronik merupakan Dignosa klinis sedangkan emfisema merupakan Dignosa
patologi.
Dalam menilai gambaran klinis pada PPOK harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Onset (awal terjadinya penyakit) biasanya pada usia pertengahan,
b. Perkembangan gejala bersifat progresif lambat
c. Riwayat pajanan, seperti merokok, polusi udara (di dalam ruangan, luar ruangan
dan tempat kerja)
d. Sesak pada saat melakukan aktivitas
e. Hambatan aliran udara umumnya ireversibel (tidak bisa kembali normal).
Dignosa dan Klasifikasi (Derajat) PPOK
Dalam menDignosa PPOK dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang (foto toraks, spirometri dan lain-lain). Dignosa berdasar
anamnesis, pemeriksaan fisik dan foto toraks dapat menentukan PPOK Klinis.
jika dilanjutkan dengan pemeriksaan spirometri akan dapat menentukan
Dignosa PPOK sesuai derajat (PPOK ringan, sedang dan berat)
a. Dignosa PPOK Klinis ditegakkan jika :
1. Anamnesis:
a. Ada faktor risiko
− Usia (pertengahan)
− Riwayat pajanan
§ Asap rokok
§ Polusi udara
§ Polusi tempat kerja
162
Dinyatakan PPOK (secara klinis) jika sekurang-kurangnya pada anamnesis
ditemukan adanya riwayat pajanan faktor risiko disertai batuk kronik dan
berdahak dengan sesak nafas terutama pada saat melakukan aktivitas pada
seseorang yang berusia pertengahan atau yang lebih tua.
Catatan:
Untuk penegakkan Dignosa PPOK perlu disingkirkan kemungkinan adanya
asma bronkial, gagal jantung kongestif, TB Paru dan sindrome obstruktif
pasca TB Paru. Penegakkan Dignosa PPOK secara klinis dilaksanakan di
puskesmas atau rumah sakit tanpa fasilitas spirometri. Sedangkan penegakan
Dignosa dan penentuan klasifikasi (derajat) PPOK sesuai dengan ketentuan
Perkumpulan Dokter Paru negara kita (PDPI) / Gold tahun 2005, dilaksanakan
di rumah sakit / fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki spirometri.
b. Penentuan klasifikasi (derajat) PPOK
Penentuan klasifikasi (derajat) PPOK sesuai dengan ketentuan
Perkumpulan Dokter Paru negara kita (PDPI) / Gold tahun 2005 sebagai
berikut :
1. PPOK Ringan
Gejala klinis:
− Dengan atau tanpa batuk
− Dengan atau tanpa produksi sputum.
− Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1
Spirometri:
− VEP1 • 80% prediksi (normal spirometri) atau
− VEP1 / KVP < 70%
2. PPOK Sedang
Gejala klinis:
− Dengan atau tanpa batuk
− Dengan atau tanpa produksi sputum.
− Sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas).
Spirometri:
− VEP1 / KVP < 70% atau
− 50% < VEP1 < 80% prediksi.
161
Secara umum pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan hal-hal sebagai
berikut:
Inspeksi
− Bentuk dada: barrel chest (dada seperti tong)
− ada cara bernapas purse lips breathing (seperti orang meniup)
− Terlihat penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu nafas
− Pelebaran sela iga
Perkusi
− Hipersonor
Auskultasi
− Fremitus melemah,
− Suara nafas vesikuler melemah atau normal
− Ekspirasi memanjang
− Mengi (biasanya timbul pada eksaserbasi)
− Ronki
3. Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada Dignosa PPOK antara
lain :
− Radiologi (foto toraks)
− Spirometri
− Laboratorium darah rutin (timbulnya polisitemia menunjukkan telah
terjadi hipoksia kronik)
− Analisa gas darah
− Mikrobiologi sputum (diperlukan untuk pemilihan antibiotik bila terjadi
eksaserbasi)
Meskipun kadang-kadang hasil pemeriksaan radiologis masih normal pada
PPOK ringan tetapi pemeriksaan radiologis ini berfungsi juga untuk
menyingkirkan Dignosa penyakit paru lainnya atau menyingkirkan
Dignosa banding dari keluhan pasien.
Hasil pemeriksaan radiologis dapat berupa kelainan :
− Paru hiperinflasi atau hiperlusen
− Diafragma mendatar
− Corakan bronkovaskuler meningkat
− Bulla
− Jantung pendulum
163
3. PPOK Berat
Gejala klinis:
− Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas kronik.
− Eksaserbasi lebih sering terjadi
− Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan.
Spirometri:
− VEP1 / KVP < 70%,
− VEP1 < 30% prediksi atau
− VEP1 > 30% dengan gagal napas kronik
Gagal napas kronik pada PPOK ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan analisa
gas darah, dengan kriteria:
− Hipoksemia dengan normokapnia atau
− Hipoksemia dengan hiperkapnia
perawatan intensif
perawatan intensif PPOK dibedakan atas tatalaksana kronik dan tatalaksana
eksaserbasi, masing masing sesuai dengan klasifikasi (derajat) beratnya (Lihat
Buku Penemuan dan Tatalaksana PPOK)
Secara umum tata laksana PPOK yaitu sebagai berikut:
1. Pemberian obat obatan
a. Bronkodilator
Dianjurkan penggunaan dalam bentuk inhalasi kecuali pada eksaserbasi
digunakan oral atau sistemik
b. Anti inflamasi
Pilihan utama bentuk metilprednisolon atau prednison. Untuk penggunaan
jangka panjang pada PPOK stabil hanya bila uji steroid positif. Pada
eksaserbasi dapat digunakan dalam bentuk oral atau sistemik
c. Antibiotik
Tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang untuk pencegahan eksaserbasi.
Pilihan antibiotik pada eksaserbasi disesuaikan dengan pola kuman setempat.
d. Mukolitik
Tidak diberikan secara rutin. Hanya digunakan sebagai pengobatan
simtomatik bila tedapat dahak yang lengket dan kental.
e. Antitusif
Diberikan hanya bila ada batuk yang sangat mengganggu. Penggunaan
secara rutin merupakan kontraindikasi.
164
2. Pengobatan penunjang
a. Rehabilitasi
b. Edukasi
c. Berhenti merokok
d. Latihan fisik dan respirasi
e. Nutrisi
3. Terapi oksigen
Harus berdasar analisa gas darah baik pada penggunaan jangka panjang
atau pada eksaserbasi. Pemberian yang tidak berhati hati dapat memicu
hiperkapnia dan memperburuk keadaan. Penggunaan jangka panjang pada
PPOK stabil derajat berat dapat memperbaiki kualitas hidup
4. Ventilasi mekanik
Ventilasi mekanik invasif digunakan di ICU pada eksaserbasi berat. Ventilasi
mekanik noninvasif digunakan di ruang rawat atau di rumah sebagai perawatan
lanjutan setelah eksaserbasi pada PPOK berat
5. Operasi paru
Dilakukan bulektomi bila ada bulla yang besar atau transplantasi paru
(masih dalam proses penelitian di negara maju)
6. Vaksinasi influensa
Untuk mengurangi timbulnya eksaserbasi pada PPOK stabil. Vaksinasi influensa
diberikan pada:
a. Usia di atas 60 tahun
b. PPOK sedang dan berat
166
• Plasenta belum lahir
setelah 30 menit
• Perdarahan segera (P3)
• Uterus berkontraksi dan
keras
• Plasenta atau sebagian
selaput (mengandung
pembuluh darah) tidak
lengkap
• Perdarahan segera (P3)
• Uterus tidak teraba
• Lumen vagina terisi
masa
• Tampak tali pusat (bila
plasenta belum lahir)
• Sub-involusi uterus
• Nyeri tekan perut bawah
dan pada uterus
• Perdarahan
• Lokhia mukopurulen dan
berbau
• Tali pusat putus
akibat traksi
berlebihan
• Inversio uteri
akibat tarikan
• Perdarahan lanjutan
• Uterus berkontraksi
tetapi tinggi fundus
tidak berkurang
• Neurogenik syok
• Pucat dan limbung
• Anemia
• Demam
Retensio plasenta
Tertinggalnya
sebagian plasenta
atau ketuban
Inversio uteri
Endometristis atau
sisa fragmen
plasenta (terinfeksi
atau tidak)
Late postpartum
hemorrhage
Perdarahan
postpartum
sekunder
PENGELOLAAN UMUM
• Selalu siapkan tindakan gawat darurat
• Tata laksana persalinan kala III secara aktif
• Minta pertolongan pada petugas lain untuk membantu bila dimungkinkan
• Lakukan penilaian cepat keadaan umum ibu meliputi kesadaran nadi, tekanan
darah, pernafasan dan suhu
• Jika ada syok lakukan segera penanganan
• Periksa kandung kemih, bila penuh kosongkan
• Cari Pemicu perdarahan dan lakukan pemeriksaan untuk menentukan
Pemicu perdarahan
PERDARAHAN POST PARTUM
Definisi
Perdarahan post partum yaitu perdarahan melebihi 500 ml yang terjadi setelah
bayi lahir.
Perdarahan post partum dini yaitu perdarahan setelah bayi lahir dalam 24 jam
pertama persalinan dan perdarahan post partum lanjut yaitu perdarahan setelah 24
jam persalinan.
Pemicu
Perdarahan post partum dapat dipicu oleh atonia uteri, robekan jalan lahir,
retensio plasenta, sisa plasenta dan kelainan pembekuan darah.
Gambaran Klinis
Dalam persalinan sukar untuk menentukan jumlah darah secara akurat sebab
tercampur dengan air ketuban dan serapan pada pakaian atau kain alas. Oleh sebab
itu bila ada perdarahan lebih banyak dari normal, sudah dianjurkan untuk
melakukan pengobatan sebagai perdarahan post partum.
Dignosa
GEJALA DAN TANDA TANDA DANGEJALA LAIN
Dignosa
KERJA
• Uterus tidak berkontraksi
dan lembek
• Perdarahan segera setelah
anak lahir
• Darah segar yang
mengalir segera setelah
bayi lahir
• Uterus kontraksi dan
keras
• Plasenta lengkap
• Syok
• Bekukan darah
pada serviks atau
posis terlentang
akan menghambat
aliran darah ke luar
• Pucat
• Lemah
• Menggigil
Atonia uteri
Robekan jalan lahir
168
2. Peregangan Tali Pusat Terkendali
• Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva
atau menggulung tali pusat
• Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus,
sementara tangan kanan memegang tali pusat memakai klem atau
kain kasa dengan jarak 5 – 10 cm dari vulva
• Saat uterus kontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorso-
kranial
3. Mengeluarkan plasenta
• Jika dengan penegangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat bertambah
panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu untuk meneran
sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat ke arah bahwa lalu
ke atas sesuai dengan kurve jalan lahir hingga plasenta tampak pada vulva.
• Bila tali pusat bertambah panjang tetapi plasenta belum lahir, pindahkan
kembali klem hingga berjarak ± 5 – 10 dari vulva.
• Bila plasenta belum lepas setelah mencoba langkah ini selama 15
menit
• Suntikkan ulang 10 IU Oksitosin i.m
• Periksa kandung kemih, lakukan kateterisasi bila penuh
• Tunggu 15 menit, bila belum lahir lakukan tindakan plasenta manual
4. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati.
• Bila terasa ada tahanan, penegangan plasenta dan selaput secara perlahan
dan sabar untuk mencegah robeknya selaput ketuban.
5. Masase Uterus
• Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus secara sirkuler memakai bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
6. Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinan
• Kelengkapan plasenta dan ketuban
• Kontraksi uterus
• Perlukaan jalan lahir
167
PENGELOLAAN KHUSUS
ATONIA UTERI
Atonia uteri terjadi bila miometrium tidak berkontraksi. Uterus menjadi lunak dan
pembuluh darah pada daerah bekas perlekatan plasenta terbuka lebar. Atonia
merupakan Pemicu tersering perdarahan postpartum, sekurang-kurangnya 2/3
dari semua perdarahan postpartum dipicu oleh atonia uteri. Upaya penanganan
perdarahan postpartum dipicu atonia uteri harus dimulai dengan mengenal
ibu yang memiliki kondisi yang berisiko terjadinya atonia uteri.
Kondisi ini mencakup:
1. Hal-hal yang memicu uterus meregang lebih dari kondisi normal seperti
pada:
• Polihidramnion
• Kehamilan kembar
• Makrosomi
2. Persalinan lama
3. Persalinan terlalu cepat
4. Persalinan dengan induksi atau akselerasi oksitosin
5. Infeksi intrapartum
6. Paritas tinggi
Jika seorang wanita memiliki salah satu dari kondisi-kondisi yang berisiko ini,
maka penting bagi penolong persalinan untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya atoni uteri postpartum. Meskipun demikian, 20% atoni uteri postpartum
dapat terjadi pada ibu tanpa faktor-faktor risiko ini. yaitu penting bagi semua
penolong persalinan untuk mempersiapkan diri dalam melakukan perawatan intensif
awal terhadap masalah yang mungkin terjadi selama proses persalinan.
Jika tidak mempunyai kemampuan dan fasilitas, semua keadaan di atas sebaiknya
segera dirujuk ke dokter spesialis obgyn / Rumah Sakit.
Langkah berikutnya dalam upaya mencegah atonia uteri ialah melakukan penanganan
kala tiga secara aktif, yaitu:
1. Menyuntikan Oksitosin
• Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal.
• Menyuntikkan Oksitosin 10 IU secara intramuskuler pada bagian luar paha
kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk
memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah.
169
Jenis uterotonika dan cara pemberiannya
JENIS DAN
CARA OKSITOSIN ERGOMETRIN
Dosis dan cara
pemberian
Dosis lanjutan
Dosis maksimal
per hari
Kontra Indikasi
IV : 20 IU dalam 1 l
larutan garam fisio logis
dengan tetesan cepat
IM : 10 IU
IV : 20 IU dalam 1 l
larutan garam fisiologis
dengan 40 tetes / menit
Tidak lebih dari 3 l
larutan dengan Oksitosin
Pemberian IV secara
cepat atau bolus
IM atau IV (lambat) :
0.2 mg
Ulangi 0.2 mg IM
setelah 15 menit
Total 1 mg atau 5 dosis
Preeklampsia, vitium
cordis, hipertensi
PERLUKAAN JALAN LAHIR
Perdarahan dalam keadaan di mana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi
rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan ini berasal dari perlukaan
jalan lahir. Perlukaan jalan terdiri dari:
a. Robekan perineum
b. Hematoma vulva
c. Robekan dinding vagina
d. Robekan serviks
e. Ruptura uteri
Robekan Perineum
Dibagi atas 4 tingkat :
Tingkat I : robekan hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum
Tingkat II : robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei
transversalis, tetapi tidak mengenai sfingter ani
170
Tingkat III : robekan mengenai seluruh perineum dan otot sfingter ani
Tingkat IV : robekan sampai mukosa rektum
Kolporeksis yaitu suatu keadaan di mana terjadi robekan di vagina bagian atas,
sehingga sebagian serviks uteri dan sebagian uterus terlepas dari vagina. Robekan
ini memanjang atau melingkar.
Robekan serviks dapat terjadi di satu tempat atau lebih. Pada kasus partus
presipitatus, persalinan sungsang, plasenta manual, terlebih lagi persalinan operatif
pervaginam harus dilakukan pemeriksaan dengan spekulum keadaan jalan lahir
termasuk serviks.
Pengelolaan
d. Episiotomi, robekan perineum dan robekan vulva
Ketiga jenis perlukaan ini harus dijahit.
1. Robekan perineum tingkat I
Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan dengan memakai
catgut yang dijahitkan secara jelujur atau dengan cara jahitan angka delapan
(figure of eight).
2. Robekan perineum tingkat II
Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat I atau tingkat
II, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka
pinggir yang bergerigi ini harus diratakan terlebih dahulu. Pinggir
robekan sebelah kiri dan kanan masing-masing dijepit dengan klem terlebih
dahulu, lalu digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan
penjahitan luka robekan.
Mula-mula otot-otot dijahit dengan catgut, lalu selaput lendir vagina
dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur. Penjahitan mukosa
vagina dimulai dari puncak robekan. Sampai kulit perineum dijahit dengan
benang catgut secara jelujur.
3. Robekan perineum tingkat III
Pada robekan tingkat III mula-mula dinding depan rektum yang robek
dijahit, lalu fasial perirektal dan fasial septum rektovaginal dijahit
dengan catgut kromik, sehingga bertemu kembali. Ujung-ujung otot
sfingter ani yang terpisah akibat robekan dijepit dengan klem / pean
lurus, lalu dijahit dengan 2 – 3 jahitan catgut kromik sehingga
bertemu lagi. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti
menjahit robekan perineum tingkat II.
172
RETENSIO PLASENTA
Retensio plasenta ialah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah
janin lahir.
Plasenta yang belum lahir dan masih melekat di dinding rahim oleh sebab
kontraksi rahim kurang kuat untuk melepaskan plasenta disebut plasenta
adhesiva. Plasenta yang belum lahir dan masih melekat di dinding rahim oleh
sebab villi korialisnya menembus desidua sampai miometrium disebut plasenta
akreta. Plasenta yang sudah lepas dari dinding rahim tetapi belum lahir sebab
terhalang oleh lingkaran konstriksi di bagian bawah rahim disebut plasenta
inkarserata.
Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang sebagian atau seluruhnya telah
lepas dari dinding rahim. Banyak atau sedikitnya perdarahan tergantung
luasnya bagian plasenta yang telah lepas dan dapat timbul perdarahan. Melalui
periksa dalam atau tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah plasenta
sudah lepas atau belum dan bila lebih dari 30 menit maka kita dapat melakukan
plasenta manual.
Prosedur plasenta manual sebagai berikut:
• Sebaiknya pelepasan plasenta secara manual dilakukan dalam narkosis,
sebab relaksasi otot memudahkan pelaksanaannya terutama bila retensi
telah lama. Sebaiknya juga dipasang infus NaCl 0,9% sebelum tindakan
dilakukan. Setelah desinfektan tangan dan vulva termasuk daerah
seputarnya, labia dibeberkan dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan
dimasukkan secara obstetrik ke dalam vagina.
• Sekarang tangan kiri menahan fundus untuk mencegah kolporeksis. Tangan
kanan dengan posisi obstetrik menuju ke ostium uteri dan terus ke lokasi
plasenta; tangan dalam ini menyusuri tali pusat agar tidak terjadi salah jalan
(false route).
• Supaya tali pusat mudah diraba, dapat diregangkan oleh pembantu (asisten).
Setelah tangan dalam sampai ke plasenta, maka tangan ini dipindahkan
ke pinggir plasenta dan mencari bagian plasenta yang sudah lepas untuk
menentukan bidang pelepasan yang tepat. lalu dengan sisi tangan kanan
sebelah kelingking (ulner), plasenta dilepaskan pada bidang antara bagian
plasenta yang sudah terlepas dan dinding rahim dengan gerakan yang sejajar
dengan dinding rahim. Setelah seluruh plasenta terlepas, plasenta dipegang
dan dengan perlahan-lahan ditarik keluar.
• Kesulitan yang mungkin dijumpai pada waktu pelepasan plasenta secara
manual ialah adanya lingkaran konstriksi yang hanya dapat dilalui dengan
171
4. Robekan perineum tingkat IV
Pada robekan perineum tingkat IV sebab tingkat kesulitan untuk
melakukan perbaikan cukup tinggi dan resiko terjadinya gangguan
berupa gejala sisa dapat menimbulkan keluhan sepanjang
kehidupannya, maka dianjurkan jika memungkinkan untuk
melakukan rujukan dengan rencana tindakan perbaikan di rumah sakit
kabupaten/kota.
e. Hematoma vulva
1. Penanganan hematoma tergantung pada lokasi dan besar hematoma.
Pada hematoma yang kecil, tidak perlu tindakan operatif, cukup
dilakukan kompres.
2. Pada hematoma yang besar lebih-lebih disertai dengan anemia dan
presyok, perlu segera dilakukan pengosongan hematoma ini .
Dilakukan sayatan di sepanjang bagian hematoma yang paling
terenggang. Seluruh bekuan dikeluarkan sampai kantong hematoma
kosong. Dicari sumber perdarahan, perdarahan dihentikan dengan
mengikat atau menjahit sumber perdarahan ini . Luka sayatan
lalu dijahit. Dalam perdarahan difus dapat dipasang drain atau
dimasukkan kasa steril sampai padat dan meninggalkan ujung kasa
ini diluar.
f. Robekan dinding vagina
1. Robekan dinding vagina harus dijahit.
2. Kasus kolporeksis dan fistula visikovaginal harus dirujuk ke rumah
sakit.
g. Robekan serviks
Robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9. Bibir depan dan
bibir belakang serviks dijepit dengan klem Fenster. lalu serviks
ditarik sedikit untuk menentukan letak robekan dan ujung robekan.
Selanjutnya robekan dijahit dengan catgut kromik dimulai dari ujung
robekan untuk menghentikan perdarahan.
A. Jahitan pertama dimulai dari puncak B. Sebagian robekan serviks
robekan pada serviks setelah dijahit
173
dilatasi oleh tangan dalam secara perlahan-lahan dan dalam nakrosis yang
dalam. Lokasi plasenta pada dinding depan rahim juga sedikit lebih sukar
dilepaskan daripada lokasi di dinding belakang. Ada kalanya plasenta tidak
dapat dilepaskan secara manual seperti halnya pada plasenta akreta, dalam hal
ini tindakan dihentikan.
Setelah plasenta dilahirkan dan diperiksa bahwa plasenta lengkap, segera dilakukan
kompresi bimanual uterus dan disuntikkan Ergometrin 0.2 mg i.m atau i.v sampai
kontraksi uterus baik. Pada kasus retensio plasenta, risiko atonia uteri tinggi oleh
sebab itu harus segera dilakukan tindakan pencegahan perdarahan postpartum.
jika kontraksi rahim tetap buruk, dilanjutkan dengan tindakan sesuai prosedur
tindakan pada atonia uteri.
Plasenta akreta ditangani dengan histerektomi oleh sebab itu harus dirujuk ke
rumah sakit.
SISA PLASENTA
Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat
menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan pospartum lambat
(biasanya terjadi dalam 6 – 10 hari pasca persalinan). Pada perdarahan postpartum
dini akibat sisa plasenta ditandai dengan perdarahan dari rongga rahim setelah
plasenta lahir dan kontraksi rahim baik. Pada perdarahan postpartum lambat
gejalanya sama dengan subinvolusi rahim yaitu perdarahan.
Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar 3 – 11
yang berulang atau berlangsung terus dan berasal dari rongga rahim. Perdarahan
akibat sisa plasenta jarang menimbulkan syok.
Penilaian klinis sulit untuk memastikan adanya sisa plasenta, kecuali jika
penolong persalinan memeriksa kelengkapan plasenta setelah plasenta lahir.
jika kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau ada keraguan
akan sisa plasenta, maka untuk memastikan adanya sisa plasenta ditentukan
dengan eksplorasi dengan tangan, kuret atau alat bantu diagnostik yaitu
ultrasonografi.
Pada umumnya perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan
kontraksi rahim baik dianggap sebagai akibat sisa plasenta yang tertinggal
dalam rongga rahim.
174
Pengelolaan
1. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase.
Dalam kondisi tertentu jika memungkinkan, sisa plasenta dapat
dikeluarkan secara manual.
Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati sebab dinding
rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
2. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
3. Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan.
PERTUSIS
Definisi
Pertusis (Batuk Rejan) yaitu penyakit akut pada saluran pernapasan. Didapatkan
pada anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun, terutama pada anak umur 2
– 3 tahun.
Pemicu
Pertusis dipicu oleh kuman gram negatif Bordetella pertusis.
Gambaran Klinis
Gejala penyakit ini timbul 1 – 2 minggu setelah berhubungan dengan penderitanya
dan didahului masa inkubasi selama 7 – 14 hari. Biasanya, penyakit ini berlangsung
selama 6 minggu atau lebih. Itulah sebabnya penyakit ini dinamakan batuk
seratus hari.
Dalam perjalanannya, pertusis meliputi beberapa stadium, yaitu
a. Kataralis yang ditandai timbulnya batuk ringan, terutama pada malam hari,
disertai demam dan pilek ringan. Stadium ini berlangsung 1 – 2 minggu. Pada
stadium kataral tak dapat dibedakan dengan ISPA yang dipicu oleh virus
b. Stadium Kedua yaitu spasmodik yang berlangsung 2 – 4 minggu. Gejalanya,
batuk lebih sering, penderita berkeringat, dan pembuluh darah di muka-leher
melebar. Serangan batuknya panjang biasanya diakhiri dengan bunyi melengking
yang khas (whooping caugh) dan disertai muntah. Sering terjadi perdarahan
subkonjungtiva dan / atau epistaksis. Kuku dan bibir penderita menjadi kebiruan
sebab darah kekurangan oksigen. Di luar serangan, penderita tampak sehat.
c. Pada Stadium Selanjutnya, yaitu konvalesensi, terjadi selama dua minggu.
Gejalanya, penderita mereda batuknya dan berangsur-angsur mulai bertambah
nafsu makannya.
Dignosa
− Meningkatnya serum Ig A spesifik Bordatella pertusis
− Terdeteksi Bordatella pertusis dari spesimen nasofaring
− Kultur swab nasofaring ditemukan Bordatella pertusis
PERIODONTITIS
Definisi
Peradangan jaringan periodontium yang lebih dalam yang merupakan lanjutan
dari peradangan ginggiva.
Pemicu
Sebagian besar periodontitis merupakan akibat dari penumpukan plak dan karang
gigi (tartar) diantara gigi dan gusi.
Akan terbentuk kantong diantara gigi dan gusi, dan meluas ke bawah diantara
akar gigi dan tulang dibawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak dalam suatu
lingkungan bebas oksigen yang mempermudah pertumbuhan bakteri. Jika keadaan
inti dirusak sehingga gigi lepas.
Gambaran Klinis
- Perdarahan gusi
- Perubahan warna gusi
- Bau mulut (halitosis)
Dignosa
Nyeri pada ginggiva.
perawatan intensif
− Karang gigi, saku gigi, food impaction dan Pemicu lokal lainnya harus
dibersihkan / diperbaiki.
− Antibiotik terpilih Amoksisilin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari.
− Penderita dianjurkan berkumur selama ½ – 1 menit dengan larutan povidon
1%, 3 kali / hari.
− Bila sudah sangat goyah, gigi harus sudah dicabut.
PIELONEFRITIS
Definisi
Pielonefritis yaitu infeksi bakteri pada salah satu atau kedua ginjal.
Pemicu
dipicu oleh Escherichia coli (paling sering), selain itu dipicu juga antara
lain Enterobacter, Klebsiella, Pseudomonas dan Proteus
Gambaran Klinis
− Gejala biasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri di
punggung bagian bawah, mual dan muntah.
− Beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi saluran kemih bagian bawah,
yaitu sering berkemih dan nyeri ketika berkemih.
− Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut
berkontraksi kuat.
− Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang
dipicu oleh kejang ureter.
− Kejang bisa terjadi sebab adanya iritasi akibat infeksi atau sebab lewatnya
batu ginjal.
− Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit
untuk dikenali.
− Pada infeksi menahun (pielonefritis kronik), nyerinya bersifat samar dan
demam hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama sekali.
− Pielonefritis kronik hanya terjadi pada penderita yang memiliki kelainan utama,
seperti penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar atau arus balik air
kemih dari kandung kemih ke dalam ureter (pada anak kecil).
− Pielonefritis kronik pada akhirnya bisa merusak ginjal sehingga ginjal tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya (gagal ginjal).
Dignosa
Dignosa ditegakkan berdasar gejalanya yang khas.
− Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat Dignosa pielonefritis
yaitu :
§ pemeriksaan urin dengan mikroskop
177
perawatan intensif
− Pengobatan pertusis ditujukan pada kuman Pemicu nya dengan pemberian
antibiotika yang sesuai, seperti eritromisin 30 – 50 mg/kgBB 4 x sehari.
− Untuk batuk dapat diberikan kodein 0,5 mg/tahun/kali.
− Pertusis dapat dicegah dengan imunisasi DPT, yaitu Difteri-Pertusis-
Tetanus. Imunisasi ini diberikan tiga kali berturut-turut pada bayi usia tiga,
empat, lima bulan.
PIODERMA
Definisi
Pioderma superfisial dapat berbentuk impetigo atau furunkel. Furunkolis yang
menyatu membentuk kurbunkel. Bentuk lain pioderma diantaranya folikulitis,
ektima, selulitis, flegmon, pionikia.
Pemicu
Impetigo umumnya dipicu oleh Streptococcus batahaemoliticus, sedangkan
furunkel oleh Staphylococcus aureus. Beberapa faktor perdisposisi umumnya daya
tubuh (anemia, kurang gizi, diabetes melitus) atau adanya kelainan kulit yang
dapat mempercepat terjadinya pioderma.
Gambaran Klinis
− Keadaan umum penderita biasanya baik.
− Impetigo bentuk krustosa biasanya terjadi pada anak yaitu di kulit disekitar
hidung dan mulut. Tampak vesikel atau pustula yang cepat pecah dan menyebar
ke sekitarnya.
− Impetigo bentuk vesikosibola disebut juga cacar monyet, menyerang daerah
ketiak, dada, dan punggung. Bentuk ini sering ditemukan bersama miliaria,
hipopion (endapan nanah di bagian bawah vesikel / bula) dan pada saat
penyembuhan mengering membentuk koleret (warna kemerahan melingkar
di bekas kelainan).
− Impetigo neonatorium menyerang hampir seluruh kulit, biasanya disertai
demam.
− Furunkel banyak ditemukan di ketiak atau bokong. Folikel yang terinfeksi
membengkak membentuk nodus bernanah yang nyeri dengan eritema di
sekitarnya. Kelainan ini dapat menjadi abses atau membentuk fistula. Pada
penderita yang berdaya tahan tubuh rendah misalnya penderita penyakit kronik
(diabetes melitus), furunkel ini sering kambuh dan sukar sembuh.
Dignosa
− Pemeriksaan penunjang bila diperlukan
− Pemeriksaan sederhana dengan pewarnaan Gram
− Kultur dan resistensi spesimen lesi (misalnya untuk flegmon, hidra adenitis,
ulkus). Kultur dan resistensi darah bila diduga bakteremia
179
§ pembiakan bakteri dalam contoh urin untuk menentukan adanya
bakteri.
− USG dan rontgen bisa membantu menemukan adanya batu ginjal, kelainan
struktural atau Pemicu penyumbatan air kemih lainnya.
perawatan intensif
Pengobatan:
− Segera setelah Dignosa ditegakkan, diberikan antibiotik. Terapi kausal dimulai
dengan kotrimoksazol 2 tablet 2 x sehari atau ampisilin 500 mg 4 x sehari
selama 5 hari.
− 4 – 6 minggu setelah pemberian antibiotik, dilakukan pemeriksaan urin ulang
untuk memastikan bahwa infeksi telah berhasil diatasi.
− Pada penyumbatan, kelainan struktural atau batu, mungkin perlu dilakukan
pembedahan dengan merujuk ke rumah sakit.
PNEUMONIA
Definisi
Pneumonia yaitu peradangan paru yang dipicu oleh infeksi bakteri, virus
maupun jamur.
Pneumonia secara klinis dibedakan atas pneumonia lobaris, bronkopneumonia
aspirasi misalnya akibat aspirasi minyak tanah. Kuman Pemicu banyak macamnya
dan berbeda menurut sumber penularan (komunitas / nosokomial).
Jenis komunitas 47 – 74% dipicu oleh bakteri, 5 – 20% oleh virus atau
mikoplasma, dan 17 – 43% tidak diketahui Pemicu nya. Pengobatan jenis
komunitas ini sangat memuaskan apapun Pemicu nya.
Pemicu
− Pemicu pneumonia yaitu :
1. Bakteri (paling sering memicu pneumonia pada dewasa):
- Streptococcus pneumoniae
- Staphylococcus aureus
- Legionella
- Hemophilus influenzae
2. Virus: virus influenza, chicken-pox (cacar air)
3. Organisme mirip bakteri: Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anak-
anak dan dewasa muda)
4. Jamur tertentu.
− Pneumonia pada anak-anak paling sering dipicu oleh virus pernafasan,
dan puncaknya terjadi pada umur 2 – 3 tahun. Pada usia sekolah, pneumonia
paling sering dipicu oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae.
Gambaran klinis
− Secara klinis gambaran pneumonia bakterialis beragam menurut jenis kuman
Pemicu , usia penderita , dan beratnya penyakit. Beberapa bakteri Pemicu
memberikan gambaran yang khas, misalnya pneumonia lobaris sebab
S.pneumoniae, atau empiema dan pneumatokel oleh S.aureus.
− Klasifikasi pneumonia pada balita sesuai dengan manajemen terpadu balita
sakit yaitu batuk disertai dengan napas cepat (usia < 2 bulan > 60 x/menit, 2
bulan – 1 tahun > 50 x/menit, 1-5 tahun > 40 x/menit)
181
perawatan intensif
Pasien berobat jalan kecuali pada erisipelas, selulitis, flegmon dianjurkan rawat
inap.
Topikal
− Bila dijumpai pus banyak, asah atau krusta dilakukan kompres terbuka dengan
(permanganas kalikus 1/5000), rivanol 0,1%, larutan povidon 7,5% dilarutkan
sepuluh kali, tiga kali sehari masing-masing 1 jam selama masih akut.
− Bila tidak tertutup pus atau krusta diberikan salep/ krim garam natrium fusidat
2 %.
Sistemik
Pada lesi dalam dan / atau luas diberikan antibiotik sistemik:
− Lini 1 : golongan penisilin : amoksisilin , ampisilin
− Lini 2 : golongan makrolid : eritromisin 500 mg 4 x sehari
− Lini 3 : golongan sefalosporin
− Lini 4 : antibiotik lain-lain : klindamisin
Pendidikan dan pencegahan
Mencari faktor predisposisi
− Higiene
− Menurunnya daya tahan tubuh: kurang gizi, anemia, penyakit kronik/
metabolik, dan keganasan
− Telah ada kelainan kulit primer
Protokol
Pada pioderma letak dalam, perhatikan keadaan umum dan status imun secara
keseluruhan
Kriteria penyembuhan
− Pioderma superfisial tidak dijumpai lagi gambaran klinis
− Pioderma letak dalam tidak dijumpai tanda klinis, ulkus telah membentuk
jaringan granulasi bersih, epitelisasi menutup luka.
− Pada dasarnya gejala klinisnya dapat dikelompokkan atas :
§ gejala umum infeksi: demam, sakit kepala, lesu, dll.
§ gejala umum penyakit saluran pernapasan bawah: seperti takipneu, dispneu,
retraksi atau napas cuping hidung, sianosis.
§ tanda pneumonia: perkusi pekak pada pneumonia lobaris, ronki basah
halus nyaring pada bronkopneumonia dan bronkofoni positif.
§ batuk yang mungkin kering atau berdahak mukopurulen, purulen, bahkan
mungkin berdarah.
§ tanda di ekstrapulmonal
− Leukositosis jelas pada pneumonia bakteri dan pada sputum dapat dibiak
kuman Pemicu nya.
− Dignosa pasti dapat ditegakkan dengan foto toraks, sedangkan uji serologi
dapat menentukan jenis infeksi lainnya. Selain memastikan Dignosa , foto
toraks juga dapat digunakan untuk menilai adanya komplikasi.
Dignosa
− Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal Dignosa pneumonia.
− Pada pemeriksaan dada dengan memakai stetoskop, akan terdengar suara
ronki.
− Pemeriksaan penunjang : rontgen dada, pembiakan dahak, hitung jenis darah,
gas darah arteri.
perawatan intensif
− Penderita pneumonia dapat dirawat di rumah, namun bila keadaannya berat
penderita harus dirawat di rumah sakit untuk mendapat perawatan yang
memadai, seperti cairan intravena bila sangat sesak, oksigen, serta sarana rawat
lainnya. Bayi memerlukan perhatian lebih khusus lagi.
− Diberikan kotrimoksazol 2 x 2 tablet.
Dosis anak:
• 2 – 12 bulan : 2 x ¼ tablet
• 1 – 3 tahun : 2 x ½ tablet
• 3 – 5 tahun : 2 x 1 tablet
− Antibiotik pengganti yaitu amoksisilin atau ampisilin.
− Pada kasus dimana rujukan tidak memungkinkan diberikan injeksi amoksisilin
dan / atau gentamisin.
− Pada orang dewasa terapi kausal secara empiris yaitu penisilin prokain
600.000 – 1.200.000 IU sehari atau ampisilin 1 gram 4 x sehari terutama pada
penderita dengan batuk produktif.
184
− Bila penderita alergi terhadap golongan penisilin dapat diberikan
eritromisin 500mg 4 x sehari. Demikian juga bila diduga Pemicu nya
mikoplasma (batuk kering).
− Tergantung jenis batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3 x sehari atau
brankodilator (teofilin atau salbutamol).
PULPITIS
Definisi
Pulpitis yaitu peradangan pada pulpa gigi yang menimbulkan rasa nyeri, merupakan
reaksi terhadap toksin bakteri pada karies gigi.
Pemicu
Pemicu pulpitis yang paling sering ditemukan yaitu pembusukan gigi, Pemicu
kedua yaitu cedera. Pulpa terbungkus dalam dinding yang keras sehingga tidak
memiliki ruang yang cukup untuk membengkak ketika terjadi peradangan. Yang
terjadi hanyalah peningkatan tekanan di dalam gigi. Peradangan yang ringan, jika
berhasil diatasi, tidak akan menimbulkan kerusakan gigi yang permanen. Peradangan
yang berat bisa mematikan pulpa. Meningkatnya tekanan di dalam gigi bisa
mendorong pulpa melalui ujung akar, sehingga bisa melukai tulang rahang dan
jaringan di sekitarnya.
Gambaran Klinis
− Gigi yang mengalami pulpitis akan nyeri berdenyut, terutama malam hari.
Nyeri ini mungkin menjalar sampai ke daerah sinus dan pelipis (pulpitis gigi
atas) atau ke daerah telinga (pulpitis gigi bawah).
− Bila kemasukan makanan, sebab rangsangan asam, manis, atau dingin akan
terasa sakit sekali. Sakit saat mengunyah menunjukkan bahwa peradangan
telah mencapai jaringan periapikal.
− Gigi biasanya sudah berlubang dalam dan pulpa terbuka.
Dignosa
Nyeri dan tanda peradangan.
perawatan intensif
− Bila tidak ada tenaga dental, lubang gigi dbersihkan dengan ekskavator dan
semprit air, lalu dikeringkan dengan kapas dan dijejali pellet kapas yang ditetesi
eugenol.
− Berikan analgetik bila perlu :
§ Parasetamol 3 x 500 mg/hari pada orang dewasa.
§ Parasetamol 3 x 250 mg/hari pada anak-anak.
PTERIGIUM
Definisi
Kelainan ini dapat dijumpai pada semua kelompok umur. Umumnya ada di
sisi nasal bilateral atau unilateral.
Pemicu
Patogenesis pterigium belum jelas, tetapi diduga sebab iritasi kronik antara lain
oleh debu, sinar matahari dan panas.
Gambaran Klinis
− Penderita mengeluh mata lekas merah, berair, dan ada rasa mengganjal. Bila
penebalan jaringan ini mencapai pupil maka penglihatan dapat terganggu.
− Pterigium tampak sebagai penebalan berupa lipatan mukosa bentuk segitiga
yang puncaknya di kornea. Jaringan ini kaya pembuluh darah, semuanya
menuju ke puncak pterigium.
Dignosa
Penebalan mukosa pada selaput mata.
perawatan intensif
− Dalam keadaan meradang diberikan astringen-dekongestan 1 tetes 3 – 4 x
sehari: kombinasi seng-sulfat 0,25% dengan fenilefrin 0,12% atau nafazolin
0,7%.
− Pterigium lanjut yang telah mengganggu penglihatan memerlukan pembedahan
(rujuk ke rumah sakit).
RABIES
Definisi
Rabies (penyakit anjing gila) yaitu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat
yang dipicu oleh virus rabies dan ditularkan melalui gigitan hewan penular
rabies terutama anjing, kucing dan kera.
Pemicu
Virus rabies, termasuk rhabdo virus bersifat neurotrop.
Gambaran Klinis
1. Stadium Prodromal
Gejala-gejala awal berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri di tenggorokan
selama beberapa hari.
2. Stadium Sensoris
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas
gigitan. lalu disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan
terhadap rangsang sensorik.
3. Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot dan aktifitas simpatik meningkat dengan gejala hiperhidrosis
(banyak berkeringat), hipersalivasi (banyak air liur), hiperlakrimasi (banyak
air mata) dan dilatasi pupil. Bersamaan dengan stadium eksitasi penyakit
mencapai puncaknya, yang sangat khas pada stadium ini ialah adanya bermacam-
macam fobia, yang sangat terkenal diantaranya ialah hidrofobia (takut air).
Kontraksi otot-otot faring dan otot-otot pernapasan dapat pula ditimbulkan
oleh rangsang sensorik seperti meniupkan udara ke muka penderita (aerophobia)
atau dengan menjatuhkan sinar ke mata (photophobia) atau dengan bertepuk
tangan ke dekat telinga penderita (audiophobia). Pada stadium ini dapat terjadi
apneu, sianosis, kejang dan takikardi, cardiac arrest, tingkah laku penderita
tidak rasional kadang-kadang maniakal disertai dengan respons yang berlebihan.
Gejala-gejala eksitasi dapat berlangsung sampai pasien meninggal, tetapi pada
saat kematian justru lebih sering terjadi otot-otot melemas, sehingga terjadi
paresis flaksid otot-otot.
187
− Bila sudah ada peradangan jaringan periapikal, berikan antibiotik selama 5
hari :
§ Amoksisilin : 3 x 500 mg/hari pada orang dewasa.
§ Amoksisilin : 3 x 250 mg/hari pada anak-anak.
− Bila penderita alergi terhadap golongan penisilin, maka diberikan :
§ Tetrasiklin 3 x 500 mg/hari selama 5 hari untuk orang dewasa.
§ Eritromisin 3 x -250 mg/hari selama 5 hari untuk anak-anak.
− Selanjutnya penderita dirujuk ke dokter gigi.
RINITIS
Definisi
Rinitis (Hay fever, Polinosis) yaitu suatu alergi terhadap serbuk sari yang ada
di dalam udara.
Pemicu
Serbuk sari di dalam udara yang memicu rinitis alergika bervariasi, tergantung
kepada daerah dan individu. Tanaman yang sering memicu rinitis alergika
yaitu pohon-pohonan, rumput, bunga dan rumput liar. Selain kepekaan individu
dan daerah tempat tumbuhnya tanaman, faktor lain yang berpengaruh terhadap
terjadinya rinitis alergika yaitu jumlah serbuk yang terkandung di dalam udara.
Cuaca panas, kering dan berangin lebih banyak mengandung serbuk, cuaca dingin,
lembab dan hujan memicu serbuk terbuang ke tanah.
Gambaran Klinik
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal,
baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti
dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa penderita mengeluh
sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan depresi;
kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Terjadi peradangan pada
kelopak mata bagian dalam dan pada bagian putih mata (konjungtivitis). Lapisan
hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, memicu hidung meler
dan hidung tersumbat.
Dignosa
Dignosa ditegakkan berdasar gejala-gejalanya yang hanya timbul pada musim
tertentu. Untuk menentukan serbuk Pemicu nya bisa dilakukan tes kulit.
perawatan intensif
Pengobatan awal untuk rinitis alergika musiman yaitu antihistamin.
Pemberian antihistamin kadang disertai dengan dekongestan (misalnya
pseudoefedrin atau fenilpropanolamin) untuk melegakan hidung tersumbat.
Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan darah tinggi harus diawasi
189
4. Stadium Paralisis.
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang-
kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paralisis
otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini sebab gangguan saraf tulang belakang
yang memperl ihatkan gejala paresis otot-otot pernapasan.
Dignosa
berdasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.
perawatan intensif
1. Penanganan luka gigitan hewan penular rabies
Setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies (anjing, kucing, kera) harus
ditangani dengan tepat dan sesegera mungkin. Untuk mengurangi/ mematikan
virus rabies yang masuk pada luka gigitan, usaha yang paling efektif ialah
mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau
deterjen selama 10 – 15 menit, lalu diberi alkohol 70%.
2. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) sesudah digigit (Post Exposure Treatment).
Dosis dan cara pemberian VAR (Purified Vero Rabies Vaccine = PVRV) :
Diberikan 4 x suntikan @ 0,5 ml pada hari ke-0 sebanyak 2 dosis sekaligus
di regio deltoideus kanan dan kiri, hari ke-7 dan 21 masing-masing 1 dosis
secara intramuskuler (i .m). Dosis sama untuk semua umur.
3. Perawatan rabies pada pasien
- Pasien dirujuk ke rumah sakit
- Sebelum dirujuk, pasien diinfus dengan ringer laktat atau NaCl 0,9%,
kalau perlu diberi antikonvulsan dan sebaiknya pasien difiksasi selama
dalam perjalanan dan waspada terhadap tindak-tanduk pasien yang tidak
rasional,
kadang-kadang maniakal disertai saat-saat responsif.
SALPINGITIS
Definisi
Infeksi saluran tuba uterina
Pemicu
Salpingitis akut kebanyakan dipicu oleh infeksi gonore. Salpingitis kronik
dapat berbentuk sebagai piosalping, hidrosalping atau salpingitis ismika nodosa.
Pada salpingitis akut perlu dipikirkan kemungkinan kehamilan ektopik atau
apendisitis sebagai Dignosa banding.
Gambaran Klinis
− Penderita mengeluh nyeri perut bagian bawah, unilateral atau bilateral. Nyeri
ini bertambah pada gerakan.
− Kadang ada perdarahan di luar siklus dan secret vagina berlebihan.
− Pada yang akut ada demam yang kadang disertai keluhan menggigil.
− ada nyeri tekan di abdomen bagian bawah disertai nyeri pada pergerakan
serviks. Parametrium nyeri unilateral atau bilateral.
Dignosa
Nyeri tekan dan kaku daerah tuba pada pemeriksaan dalam ginekologi.
perawatan intensif
− Pasien dianjurkan untuk tirah baring pada posisi Fowler.
− Berikan antibiotika spektrum luas dalam dosis yang tinggi:
§ Ampisilin 2 g i.v, lalu 1 g setiap 6 jam
§ ditambah Gentamisin 5 mg/kgBB i.v dosis tunggal/hari dan Metronidazol
500 mg i.v setiap 8 jam.
§ Lanjutkan antibiotika ini sampai pasien tidak panas selama 24 jam.
− Pilihan lain Ampisilin 3,5 gram per oral, disusul dengan 500 mg 4 x sehari
selama 7 – 10 hari. Probenesid 1 gram sehari diberikan per oral baik pada
alternatif pertama maupun kedua.
− Pilihan lain : Doksisiklin 100 mg 2 x sehari selama 10 hari.
− Jika pasien memakai AKDR, maka AKDR ini harus dicabut.
− Jika tata laksana ini tidak menolong, pasien sebaiknya dirujuk.
191
secara ketat. Bisa juga diberikan obat semprot hidung natrium kromolin;
efeknya terbatas pada hidung dan tenggorokan bagian belakang.
Jika keadaan kronis rujuk ke dokter spesialis THT.
SERUMEN
Definisi
Kotoran pada liang telinga
Pemicu
Tertimbunnya kotoran pada liang telinga
Gejala klinik
Keluhan rasa tersumbat di telinga, pendengaran berkurang dan kadang-kadang
berdengung.
Pada pemeriksaan liang telinga tampak serumen dalam bentuk lunak, liat, keras
dan padat.
Diagnosa
Anamnesis dan pemeriksaan fisik (telinga)
perawatan intensif
i. Serumen cair
Bila serumen sedikit, bersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas
atau disedot dengan pompa penghisap.
ii. Serumen lunak
Bila serumen banyak dan tidak ada riwayat perforasi membran timpani, lakukan
irigasi liang telinga dengan larutan permanganat 1/1000 suhu larutan sesuai
suhu tubuh.
Bila ada riwayat perforasi membran timpani, maka tidak dapat dilakukan
irigasi. Bersihkan serumen dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas.
iii. Serumen liat
Dikait dengan pengit serumen, jika tidak berhasil lakukan irigasi dengan
syarat tidak ada perforasi membrana timpani.
iv. Serumen keras dan padat
jika serumen berukuran besar dan menyumbat liang telinga, lunakkan
terlebih dahulu dengan meneteskan karboliserin 10% selama 3 hari, lalu
keluarkan dengan pengait atau dilakukan irigasi.
1
SIFILIS
Definisi
Sifilis atau yang disebut dengan 'raja singa' dipicu oleh sejenis bakteri yang
bernama Treponema pallidum. Bakteri yang berasal dari famili spirochaetaceae
ini, memiliki ukuran yang sangat kecil dan dapat hidup hampir di seluruh bagian
tubuh.
Pemicu
Bakteri ini masuk ke dalam tubuh pasien melalui selaput lendir (misalnya vagina,
mulut atau melalui kulit). Spirochaeta Pemicu sifilis dapat ditularkan dari satu
orang ke orang yang lain melalui hubungan genito-genital (kelamin-kelamin)
maupun oro-genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu
kepada bayinya selama masa kehamilan.
Gambaran klinik
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1 – 13 minggu setelah terinfeksi; rata-
rata 3 – 4 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang
memicu kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian.
Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan:
1. Fase Primer.
Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada tempat yang
terinfeksi; yang tersering yaitu pada penis, vulva atau vagina. Cangker juga
bisa ditemukan di anus, rektum, bibir, lidah, tenggorokan, leher rahim, jari-
jari tangan atau bagian tubuh lainnya. Luka ini tidak mengeluarkan darah,
tetapi jika digaruk akan mengeluarkan cairan jernih yang sangat menular.
Kelenjar getah bening terdekat biasanya akan membesar, juga tanpa disertai
nyeri. Luka ini hanya memicu sedikit gejala sehingga seringkali
tidak dihiraukan. Luka biasanya membaik dalam waktu 3 – 12 minggu dan
sesudahnya penderita tampak sehat secara keseluruhan.
2. Fase Sekunder.
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul dalam
waktu 6 – 12 minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa berlangsung hanya
sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini akan
menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan lalu akan
196
Lama pengobatan 30 hari (std I dan II) atau waktu yang lebih lama untuk std
laten.
Evaluasi tes serologis (VDRL):
1 bulan setelah pengobatan selesai, ulangi tes serologis sifilis (TSS):
a) Titer turun : tidak diberikan pengobatan lagi
b) Titer naik : pengobatan ulang
c) Titer tetap : observasi 1 bulan
1 bulan setelah c:
d) Titer turun : tidak diberi pengobatan
e) Titer naik atau tetap : pengobatan ulang
Pemantauan TSS:
Pada bulan I, II, VI, dan XII dan setiap 6 bulan pada tahun ke dua
Pencegahan dan pendidikan
− Edukasi tentang penyakit, cara penularan, cara pencegahan dan pengobatan
− Sedapat mungkin penanganan pasangan seksualnya.
195
muncul ruam yang baru. Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut,
kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya, peradangan di organ-organ tubuh.
Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit yang lembab,
bisa terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata). Gejala lainnya yaitu
merasa tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu makan, mual, lelah,
demam dan anemia.
3. Fase Laten.
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase
laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung
bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup
penderita.
Pada awal fase laten kadang luka yang infeksius kembali muncul .
4. Fase Tersier.
Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala bervariasi
mulai ringan sampai sangat parah.
Dignosa
Dignosa ditegakkan berdasar gejala-gejalanya. Dignosa pasti ditegakkan
berdasar hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik.
Pada fase primer atau sekunder, Dignosa sifilis ditegakkan berdasar hasil
pemeriksaan mikroskopis terhadap cairan dari luka di kulit atau mulut. Bisa juga
digunakan pemeriksaan antibodi pada contoh darah.
Untuk neurosifilis, dilakukan pungsi lumbal guna mendapatkan contoh cairan
serebrospinal.
Pada fase tersier, Dignosa ditegakkan berdasar gejala dan hasil pemeriksan
antibodi.
perawatan intensif
Obat pilihan
Benzatin penisilin G dengan dosis tergantung stadium
− Std I dan II : 4,8 juta unit
− Std laten : 7,2 juta unit
Cara : injeksi intramuskular 2,4 juta unit/ kali dengan interval 1 minggu
Obat alternatif:
− Tetrasiklin 500 mg 4 x sehari atau
− Eritromisin 500 mg 4 x sehari
198
− Kekurangan gizi bisa terjadi akibat hilangnya zat-zat gizi (misalnya glukosa)
ke dalam air kemih.
− Pertumbuhan anak-anak bisa terhambat. Kalsium akan diserap dari tulang.
Rambut dan kuku menjadi rapuh dan bisa terjadi kerontokan rambut. Pada
kuku jari tangan akan terbentuk garis horisontal putih yang Pemicu nya
tidak diketahui.
− Lapisan perut bisa mengalami peradangan (peritonitis). Sering terjadi infeksi
oportunistik (infeksi akibat bakteri yang dalam keadaan normal tidak berbahaya).
− Tingginya angka kejadian infeksi diduga terjadi akibat hilangnya antibodi
ke dalam air kemih atau sebab berkurangnya pembentukan antibodi.
− Terjadi kelainan pembekuan darah, yang akan meningkatkan resiko terbentuknya
bekuan di dalam pembuluh darah (trombosis), terutama di dalam vena ginjal
yang utama. Di lain fihak, darah bisa tidak membeku dan memicu
perdarahan hebat.
− Tekanan darah tinggi disertai komplikasi pada jantung dan otak paling mungkin
terjadi pada penderita yang memiliki diabetes dan penyakit jaringan ikat.
Dignosa
− Dignosa ditegakkan berdasar gejala dan hasil pemeriksaan
laboratorium.
− Pemeriksaan laboratorium terhadap urin menunjukkan kadar protein yang
tinggi, 40 mg/ml/jam atau ++.
− Konsentrasi albumin dalam darah yaitu rendah sebab protein vital ini
dibuang melalui air kemih dan pembentukannya terganggu.
− Kadar natrium dalam air kemih rendah dan kadar kalium dalam air kemih
tinggi.
− Konsentrasi lemak dalam darah tinggi, kadang sampai 10 kali konsentrasi
normal. Kadar lemak dalam air kemih juga tinggi.
− Bisa terjadi anemia. Faktor pembekuan darah bisa menurun atau
meningkat.
− Analisa air kemih dan darah bisa menunjukkan Pemicu nya. Jika penderita
mengalami penurunan berat badan atau usianya lanjut, maka dicari
kemungkinan adanya kanker.
− Sindroma Nefrotik dengan komplikasi harus rujuk.
SINDROMA NEFROTIK
Definisi
Sindroma Nefrotik yaitu suatu sindroma (kumpulan gejala-gejala) yang terjadi
akibat berbagai penyakit yang menyerang ginjal dan memicu :
− proteinuria (protein di dalam air kemih lebih dari 3 gram per 24 jam)
− menurunnya kadar albumin dalam darah
− penimbunan garam dan air yang berlebihan
− meningkatnya kadar lemak dalam darah.
Sindroma ini bisa terjadi pada segala usia. Pada anak-anak, paling sering timbul
pada usia 18 bulan – 4 tahun dan lebih banyak menyerang anak laki-laki.
Pemicu
Adanya perubahan permeabilitas barrier filtrasi glomerulus terhadap protein.
Gambaran Klinis
− Gejala awalnya bisa berupa:
§ berkurangnya nafsu makan
§ pembengkakan kelopak mata
§ nyeri perut
§ pengkisutan otot
§ pembengkakan jaringan akibat penimbunan garam dan air
§ air kemih berbusa.
− Perut bisa membengkak sebab terjadi penimbunan cairan dan sesak nafas
bisa timbul akibat adanya cairan di rongga sekitar paru-paru (efusi pleura).
− Gejala lainnya yaitu pembengkakan lutut dan kantung zakar (pada pria).
Pembengkakan yang terjadi seringkali berpindah-pindah; pada pagi hari cairan
tertimbun di kelopak mata dan setalah berjalan cairan akan tertimbun di
pergelangan kaki. Pengkisutan otot bisa tertutupi oleh pembengkakan.
− Pada anak-anak bisa terjadi penurunan tekanan darah pada saat penderita
berdiri dan tekanan darah yang rendah (yang bisa memicu syok). Tekanan
darah pada penderita dewasa bisa rendah, normal ataupun tinggi.
− Produksi air kemih bisa berkurang dan bisa terjadi gagal ginjal sebab rendahnya
volume darah dan berkurangnya aliran darah ke ginjal.
− Kadang gagal ginjal disertai penurunan pembentukan air kemih terjadi
secara tiba-tiba.
SINDROM STEVENS JOHNSON
Definisi
Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) merupakan suatu kumpulan gejala klinis erupsi
mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit vesikulobulosa,
mukosa orifisium serta mata disertai gejala umum berat. Sinonimnya antara
lain: sindrom de Friessinger-Rendu, eritema eksudativum multiform mayor,
eritema poliform bulosa, sindrom muko-kutaneo-okular, dermatostomatitis, dll.
Pemicu
Reaksi alergi.
Gambaran Klinik
Gejala prodromal berkisar antara 1 – 14 hari berupa demam, malaise, batuk,
korizal, sakit menelan, nyeri dada, muntah, pegal otot dan atralgia yang sangat
bervariasi dalam derajat berat dan kombinasi gejala ini .
Setelah itu akan timbul lesi di :
− Kulit berupa eritema, papel, vesikel, atau bula secara simetris pada hampir
seluruh tubuh.
− Mukosa berupa vesikel, bula, erosi, ekskoriasi, perdarahan dan kusta berwarna
merah. Bula terjadi mendadak dalam 1-14 hari gejala prodormal, muncul pada
membran mukosa, membran hidung, mulut, anorektal, daerah vulvovaginal,
dan meatus uretra. Stomatitis ulseratif dan krusta hemoragis merupakan
gambaran utama.
− Mata : konjungtivitas kataralis, blefarokonjungtivitis, iritis, iridosiklitis, kelopak
mata edema dan sulit dibuka, pada kasus berat terjadi erosi dan perforasi
kornea yang dapat memicu kebutaan. Cedera mukosa okuler merupakan
faktor pencetus yang memicu terjadinya ocular cicatricial pemphigoid,
merupakan inflamasi kronik dari mukosa okuler yang memicu kebutaan.
Waktu yang diperlukan mulai onset sampai terjadinya ocular cicatricial
pemphigoid bervariasi mulai dari beberapa bulan sampai 31 tahun.
199
perawatan intensif
− Tujuan pengobatan yaitu untuk mengatasi Pemicu nya. Mengobati infeksi
Pemicu sindroma nefrotik bisa menyembuhkan sindroma ini.
− Jika Pemicu nya yaitu penyakit yang dapat diobati (misalnya penyakit
Hodgkin atau kanker lainnya), maka mengobatinya akan mengurangi gejala-
gejala ginjal.
− Jika Pemicu nya yaitu kecanduan heroin, maka menghentikan pemakaian
heroin pada stadium awal sindroma nefrotik, bisa menghilangkan gejala-
gejalanya.
− Jika Pemicu nya yaitu obat-obatan, maka untuk mengatasi sindroma nefrotik,
pemakaian obat harus dihentikan.
− Jika tidak ditemukan Pemicu yang pasti, maka diberikan kortikosteroid dan
obat-obatan yang menekan sistem kekebalan (misalnya siklofosfamid).
2mg/kgBB selama 4 hari pertama, jika sensitif lanjutkan dengan dosis 40
mg/kgBB (2/3 dosis) dosis awal diberi selang sehari selama 4 minggu berikut
dan sesudahnya dihentikan.
Tetapi obat ini bisa memicu terhambatnya pertumbuhan pada anak-
anak dan menekan perkembangan seksual.
− Pengobatan yang umum yaitu diet yang mengandung protein dan kalium
dalam jumlah yang normal dengan lemak jenuh dan natrium yang rendah.
Terlalu banyak protein akan meningkatkan kadar protein dalam air kemih.
ACE inhibitors (misalnya enalapril, kaptopril dan lisinopril) biasanya
menurunkan pembuangan protein dalam air kemih dan menurunkan konsentrasi
lemak dalam darah. Tetapi pada penderita yang memiliki kelainan fungsi ginjal
yang ringan sampai berat, obat ini dapat meningkatkan kadar kalium
darah. Jika cairan tertimbun di perut, untuk mengurangi gejala dianjurkan
untuk makan dalam porsi kecil tetapi sering.
Tekanan darah tinggi biasanya diatasi dengan diuretik. iuretik juga dapat mengurangi
penimbunan cairan dan pembengkakan jaringan, tetapi bisa meningkatkan resiko
terbentuknya bekuan darah. Antikoagulan bisa membantu mengendalikan
pembentukan bekuan darah.
SINUSITIS
Definisi
Sinusitis yaitu suatu peradangan pada sinus yang terjadi sebab alergi atau infeksi
virus, bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat
sinus
Pemicu
Ostium sinus tersumbat, atau rambut-rambut pembersih (ciliary) rusak sehingga
sekresi mucus tertahan dalam rongga sinus yang selanjutnya memicu
peradangan.
Gambaran klinik
− Gejala khas dari kelainan pada sinus yaitu sakit kepala yang dirasakan ketika
penderita bangun pada pagi hari.
− Sinusitis akut dan kronik memiliki gejala yang sama, yaitu nyeri tekan dan
pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada gejala tertentu yang timbul
berdasar sinus yang terkena:
§ Sinusitis maksilaris memicu nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit
gigi dan sakit kepala.
§ Sinusitis frontalis memicu sakit kepala di dahi.
§ Sinusitis etmoidalis memicu nyeri di belakang dan diantara mata
serta sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa
memicu nyeri bila pinggiran hidung ditekan, berkurangnya indera
penciuman dan hidung tersumbat.
§ Sinusitis sfenoidalis memicu nyeri yang lokasinya tidak dapat
dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun
belakang, atau kadang memicu sakit telinga dan sakit leher.
− Gejala lainnya yaitu :
§ tidak enak badan
§ Demam, demam dan menggigil menunjukkan bahwa infeksi telah menyebar
ke luar sinus.
§ letih, lesu
§ batuk, yang mungkin semakin memburuk pada malam hari
§ hidung meler atau hidung tersumbat.
§ Selaput lendir hidung tampak merah dan membengkak, dari hidung mungkin
keluar nanah berwarna kuning atau hijau.
201
Dignosa
Dignosa ditujukan terhadap manifestasi yang sesuai dengan trias kelainan kulit,
mukosa, mata, serta hubungannya dengan faktor Pemicu yang secara klinis
ada lesi berbentuk target, iris atau mata sapi, kelainan pada mukosa, demam.
Selain itu didukung pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan darah tepi,
pemeriksaan imunologik, biakan kuman serta uji resistensi dari darah dan tempat
lesi, serta pemeriksaan histopatologik biopsi kulit.
perawatan intensif
Pada umumnya penderita SSJ datang dengan keadan umum berat sehingga terapi
yang diberikan biasanya yaitu :
− Cairan dan elektrolit, serta kalori dan protein secara parenteral.
− Antibiotik spektrum luas, selanjutnya berdasar hasil biakan dan uji resistensi
kuman dari sediaan lesi kulit dan darah.
− Kortikosteroid parenteral : deksamentason dosis awal 1mg/kgBB bolus,
lalu selama 3 hari 0,2-0,5 mg/kgBB tiap 6 jam. Penggunaan steroid
sistemik masih kontroversi, ada yang mengganggap bahwa penggunaan steroid
sistemik pada anak bisa memicu penyembuhan yang lambat dan efek
samping yang signifikan, namun ada juga yang menganggap steroid
menguntungkan dan menyelamatkan nyawa.
− Antihistamin bila perlu. Terutama bila ada rasa gatal. Feniramin hidrogen
maleat dapat diberikan dengan dosis untuk usia 1 – 3 tahun 7,5 mg/dosis,
untuk usia 3 –12 tahun 15 mg/dosis, diberikan 3 x sehari.
− Bula di kulit dirawat dengan kompres basah larutan Burowi.
− Tidak diperbolehkan memakai steroid topikal pada lesi kulit.
− Terapi infeksi sekunder dengan antibiotika yang jarang menimbulkan alergi,
berspektrum luas, bersifat bakterisid dan tidak bersifat nefrotoksik,
misalnya klindamisin i.v 8 – 16 mg/kgBB/hari, diberikan 2 x sehari.
203
Dignosa
− Dignosa ditegakkan berdasar gejala-gejala, foto rontgen sinus dan hasil
pemeriksaan fisik. Untuk menentukan luas dan beratnya sinusitis, bisa dilakukan
pemeriksaan CT scan.
− Pada sinusitis maksilaris, dilakukan pemeriksaan rontgen gigi untuk mengetahui
adanya abses gigi.
perawatan intensif
− Sinusitis akut
Untuk sinusitis akut biasanya diberikan:
§ Dekongestan untuk mengurangi penyumbatan
§ Antibiotik untuk mengendalikan infeksi bakteri (terapi awal umumnya
dengan amoksisilin atau kotrimoksazol)
§ Obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa nyeri.
Dekongestan dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot hidung hanya boleh
dipakai selama waktu yang terbatas (sebab pemakaian jangka panjang bisa
memicu penyumbatan dan pembengkakan pada saluran hidung).
Untuk mengurangi penyumbatan, pembengkakan dan peradangan bisa diberikan
obat semprot hidung yang mengandung steroid.
− Sinusitis kronik
Diberikan antibiotik dan dekongestan. Untuk mengurangi peradangan biasanya
diberikan obat semprot hidung yang mengandung steroid.
Jika penyakitnya berat, bisa diberikan steroid per-oral (melalui mulut).
Hal-hal berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman:
- Menghirup uap dari sebuah vaporizer atau semangkuk air panas
- Obat semprot hidung yang mengandung larutan garam
- Kompres hangat di daerah sinus yang terkena.
Jika tidak dapat diatasi dengan pengobatan ini , maka satu-satunya jalan
untuk mengobati sinusitis kronik yaitu pembedahan.
SIROSIS HATI
Definisi
Sirosis yaitu kelainan hati dimana ada nekrosis, fibrosis dan regenerasi
Pemicu
Meliputi antara lain infeksi virus, parasit, obat-obatan dan bahan kimia , kelainan
bawaan dan obstruksi bilier.
Gambaran Klinis
− Beberapa penderita sirosis ringan tidak memiliki gejala dan nampak sehat
selama bertahun-tahun. Penderita lainnya mengalami kehilangan nafsu makan,
penurunan berat badan dan merasa sakit.
− Jika aliran empedu tersumbat selama bertahun-tahun, bisa terjadi sakit kuning
(jaundice), gatal-gatal dan timbul nodul kecil di kulit yang berwarna kuning,
terutama di sekeliling kelopak mata.
− Malnutrisi biasa terjadi sebab buruknya nafsu makan dan terganggunya
penyerapan lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, yang dipicu
oleh berkurangnya produksi garam-garam empedu.
− Kadang-kadang terjadi batuk darah atau muntah darah sebab adanya perdarahan
dari vena varikosa di ujung bawah kerongkongan (varises esofageal). Pelebaran
pembuluh darah ini merupakan akibat dari tingginya tekanan darah dalam
vena yang berasal dari usus menunju ke hati. Tekanan darah tinggi ini disebut
sebagai hipertensi portal, yang bersamaan dengan jeleknya fungsi hati, juga
bisa memicu terkumpulnya cairan di dalam perut (asites).
− Bisa juga terjadi gagal ginjal dan ensefalopati hepatikum.
− Gejala-gejala penyakit hati lainnya bisa terjadi, seperti:
§ kelemahan otot
§ kemerahan di telapak tangan (eritema palmaris)
§ jari-jari tangan melekuk keatas (kontraktur telapak tangan)
§ vena-vena kecil yang memberikan gambaran seperti laba2
§ pembesaran payudara dan pinggul pada laki-laki (ginekomastia)
§ pembesaran kelenjar ludah di pipi
§ rambut rontok
§ buah zakar mengecil (atrofi testis)
§ fungsi saraf abnormal (neuropati perifer).
2
SISTITIS AKUT
Definisi
Sistitis yaitu infeksi pada kandung kemih. Infeksi kandung kemih umumnya
terjadi pada wanita, terutama pada masa reproduktif. Beberapa wanita menderita
infeksi kandung kemih secara berulang.
Pemicu
E.coli (organisme paling sering, pada 80 – 90% kasus); Juga Klebsiella,
Pseudomonas, grup B Streptococcus dan Proteus mirabilis
Gambaran Klinik
− Infeksi kandung kemih biasanya memicu desakan untuk buang air kecil
dan rasa terbakar atau nyeri selama buang air kecil.
− Nyeri biasanya dirasakan diatas tulang kemaluan dan sering juga dirasakan
di punggung sebelah bawah.
− Gejala lainnya yaitu nokturia (sering buang air kecil di malam hari).
− Urin tampak berawan dan mengandung darah.
− Kadang infeksi kandung kemih tidak menimbulkan gejala dan diketahui pada
saat pemeriksaan urin (urinalisis untuk alasan lain.)
− Sistitis tanpa gejala terutama sering terjadi pada usia lanjut, yang bisa menderita
inkontinensia uri sebagai akibatnya.
Dignosa
− Dignosa ditegakkan berdasar gejalanya yang khas.
− Diambil contoh urin aliran tengah (midstream), agar urin tidak tercemar oleh
bakteri dari vagina atau ujung penis. Urin lalu diperiksa dibawah
mikroskop untuk melihat adanya sel darah merah atau sel darah putih atau zat
lainnya.
− Dilakukan penghitungan bakteri dan dibuat biakan untuk menentukan jenis
bakterinya. Jika terjadi infeksi, maka biasanya satu jenis bakteri ditemukan
dalam jumlah yang banyak.
− Pada pria, urin aliran tengah biasanya cukup untuk menegakkan Dignosa .
Pada wanita, contoh urin ini kadang dicemari oleh bakteri dari vagina,
sehingga perlu diambil contoh urin langsung dari kandung kemih dengan
memakai kateter.
205
Dignosa
− USG bisa menunjukkan adanya pembesaran hati.
− Scanning hati memakai isotop radioaktif menunjukkan gambaran daerah
hati yang masih berfungsi dan daerah hati yang sudah menjadi jaringan parut.
− Dignosa pasti dibuat berdasar pemeriksaan mikroskopis dari jaringan
hati (biopsi).
perawatan intensif
Pengobatan untuk sirosis berupa :
− menghilangkan sumber racun (misalnya alkohol)
− asupan makanan yang tepat, termasuk vitamin tambahan
− pengobatan komplikasi.
Gradasi penyakit:
− Grade A : Albumin normal
perawatan intensif : Hati-hati obat rematik dan analgetik
− Grade B : salah satu ada
− Grade C : kelainan kesadaran
perawatan intensif B&C : istirahat
Rujuk ke rumah sakit.
SKABIES
Definisi
Skabies atau sering juga disebut penyakit kulit berupa budukan dapat ditularkan
melalui kontak erat dengan orang yang terinfeksi merupakan penyakit yang
dipicu oleh infestasi dan sensitisasi terhadap kutu Sarcoptes scabiei var
hominis dan tinjanya pada kulit pasien . Sarcoptes scabiei yaitu kutu yang
transparan, berbentuk oval, pungggungnya cembung, perutnya rata dan tidak
bermata. Skabies hanya dapat diberantas dengan memutus rantai penularan dan
memberi obat yang tepat.
Pemicu
Kutu Sarcoptis scabiei
Gambaran klinik
Penyakit skabies memiliki 4 gejala klinis utama,yaitu:
1. Pruritus nokturna, atau rasa gatal di malam hari, yang dipicu aktivitas
tungau yang lebih tinggi dalam suhu lembab.
2. Penyakit ini dapat menyerang pasien secara kelompok. Mereka yang tinggal
di asrama, barak-barak tentara, pesantren maupun panti asuhan berpeluang
lebih besar terkena penyakit ini. Penyakit ini amat mudah menular melalui
pemakaian handuk, baju maupun seprai secara bersama-sama. Skabies mudah
menyerang daerah yang tingkat kebersihan diri dan lingkungan masyarakatnya
rendah.
3. Adanya terowongan-terowongan di bawah lapisan kulit (kanalikuli), yang
berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Jika terjadi infeksi skunder oleh bakteri,
maka akan timbul gambaran pustul (bisul kecil). Kanalikuli ini berada pada
daerah lipatan kulit yang tipis, seperti sela-sela jari tangan, daerah sekitar
kemaluan (pada anak), siku bagian luar, kulit sekitar payudara, bokong dan
perut bagian bawah.
4. Menemukan kutu pada pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis,
merupakan Dignosa pasti penyakit ini.
207
− Pemeriksaan lainnya yang dilakukan untuk membantu menegakkan Dignosa
sistitis yaitu :
§ Rontgen, untuk menggambarkan ginjal, ureter dan kandung kemih
§ Sistouretrografi, untuk mengetahui adanya arus balik urin dari kandung
kemih dan penyempitan uretra
§ Uretrogram retrograd, untuk mengetahui adanya penyempitan, divertikula
§ Sistoskopi, untuk melihat kandung kemih secara langsung dengan serat
optik.
perawatan intensif
Pengobatan:
− Pada usia lanjut, infeksi tanpa gejala biasanya tidak memerlukan pengobatan.
− Untuk sistitis ringan, langkah pertama yang bisa dilakukan yaitu minum
banyak cairan. Aksi pembilasan ini akan membuang banyak bakteri dari tubuh,
bakteri yang tersisa akan dilenyapkan oleh pertahanan alami tubuh.
− Pemberian antibiotik peroral seperti kotrimoksazol atau siprofloksasin selama
5 hari biasanya efektif, selama belum timbul komplikasi.
− Jika infeksinya kebal, biasanya antibiotik diberikan selama 7 – 10 hari.
− Untuk meringankan kejang otot bisa diberikan atropin.
− Gejalanya seringkali bisa dikurangi dengan membuat suasana urin menjadi
basa, yaitu dengan meminum baking soda yang dilarutkan dalam air.
− Pembedahan dilakukan untuk mengatasi penyumbatan pada aliran kemih
(uropati obstruktif) atau untuk memperbaiki kelainan struktur yang memicu
infeksi lebih mudah terjadi.
− Biasanya sebelum pembedahan diberikan antibiotik untuk mengurangi
resiko penyebaran infeksi ke seluruh tubuh.
210
4. Krotamiton 10%, termasuk obat pilihan sebab selain memiliki efek anti-
skabies, juga bersifat anti gatal.
5. Permetrin HCl 5%, efektifitasnya seperti Gamexan, namun tidak terlalu
toksik. Penggunaannya cukup sekali, namun harganya relatif mahal.
− Selain memakai obat-obatan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikan
yaitu upaya peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara:
1. Mencuci bersih bahkan sebagian ahli menganjurkan merebus handuk,
seprai maupun baju penderita skabies, lalu menjemurnya hingga
kering. Menghilangkan faktor predisposisi, antara lain dengan penyluhan
mengenai higiene perorangan dan lingkungan.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi
untuk memutuskan rantai penularan.
Pemantauan
Dianjurkan kontrol 1 minggu lalu , bila ada lesi baru obat topikal dapat
diulang kembali.
209
Dignosa
Ditegakkan dari anamnesis, manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang
ditemukan 3 dari 4 kriteria sebagai berikut:
− Gatal malam hari
− ada pada sekelompok orang
− Predileksi dan morfologis khas
− Ditemukan Tungau S.scabies
perawatan intensif
Pengobatan:
Pengobatan penyakit ini memakai obat-obatan berbentuk krim atau salep
yang dioleskan pada bagian kulit yang terinfeksi. Banyak sekali obat-obatan yang
tersedia di pasaran. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain;
tidak berbau, efektif terhadap semua stadium kutu (telur, larva maupun kutu
dewasa), tidak menimbulkan iritasi kulit, juga mudah diperoleh dan murah harganya.
Sistemik
− Antihistamin klasik sedatif ringan untuk mengurangi gatal, misalnya
klorfeniramin maleat 0.34 mg/kg BB 3 x sehari.
− Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder misalnya ampisilin, amoksisilin,
eritromisin.
Topikal
− Obatan-obatan yang dapat digunakan antara lain:
1. Salep 2 – 4, biasanya dalam bentuk salep atau krim.
Kekurangannya, obat ini menimbulkan bau tak sedap (belerang), mengotori
pakaian, tidak efektif membunuh stadium telur, dan penggunaannya harus
lebih dari 3 hari berturut-turut.
2. Emulsi benzil-benzoas 20 – 25%, efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama 3 hari berturut-turut. Kekurangannya, dapat
menimbulkan iritasi kulit.
3. Gamexan 1%, termasuk obat pilihan sebab efektif terhadap semua
stadium kutu, mudah digunakan, serta jarang menimbulkan iritasi kulit.
Namun obat ini tidak dianjurkan bagi wanita hamil, maupun anak
dibawah usia 6 tahun, sebab bersifat toksik terhadap susunan saraf
pusat. Pemakaiannya cukup satu kali dioleskan seluruh tubuh. Dapat
diulang satu minggu lalu bila belum sembuh.
212
perawatan intensif
− Bila pasien sangat gaduh dan gelisah sehingga mengganggu lingkungan atau
membahayakan orang lain maupun dirinya sendiri maka penderita harus
dirawat.
− Berikan klorpromazin 100 mg 3 x sehari yang dapat dinaikkan (setelah 1
minggu) menjadi 200 mg 3 x sehari bila belum tampak perbaikan. Bila telah
ada respons maka dosis dipertahankan selama 4 minggu sampai pasien tenang
dan kembali dapat mengurus dirinya sendiri.
− Selanjutnya setiap minggu dosis diturunkan secara bertahap dan dosis rumat
(biasanya 3 x 50 – 100 mg) dipertahankan selama 3 bulan.
− Obat pilihan lain yaitu haloperidol 1 – 5 mg 3 x sehari.
− Untuk pasien yang sukar untuk ditemui, dianjurkan pemberian injeksi flufenazin
dekanoat sekali sebulan.
− Gunakanlah dosis efektif terkecil untuk mengurangi efek samping.
− Penderita harus dijauhkan dari benda-benda yang dapat membahayakan
dirinya atau orang disekitarnya dan kebersihan diri serta kebutuhan
hidupnya sehari-hari harus tetap diperhatikan.
2
SKIZOFRENIA dan GANGGUAN PSIKOTIK KRONIK LAIN
Definisi
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa (psikosis) yang serangannya
mungkin timbul akut. Setiap pasien yang dicurigai menderita skizofrenia harus
diperiksakan ke psikiater setelah disingkirkan kemungkinan adanya kelainan
organik.
Pemicu
Berbagai teori termasuk faktor genetik dianggap sebagai Pemicu .
Gambaran Klinis
− Penderita psikosis akut mungkin dating tingkah laku gaduh dan mengacau
atau mungkin didahului oleh gejala awal (prodromal) berupa penarikan diri
dari hubungan social, gangguan nyata dalam fungsi peran misalnya sebagai
pencari nafkah, bertingkah laku aneh, ganggauan nyata dalam higiene diri dan
berpakaian, efek yang tumpul, mendatar atau tak serasi, bicara melantur,
menunjukkan ide (gagasan) yang aneh atau pikiran magis seperti takhayul,
gagasan mirip waham yang menyangkut diri sendiri, adanya ilusi dan lain
sebagainya.
− Untuk menegakkan Dignosa gangguan skizofrenia maka harus dipenuhi
kriteria diagnostik di bawah ini :
§ Sedikitnya ada satu dari beberapa tanda ini selama suatu fase
(inkoherensi), tingkah laku kacau (disorganized).
§ Penurunan fungsi penyesuaian dalam bidang pekerjaan, hubungan social
dan perawatan dirinya.
§ Gejala berlangsung terus menerus selama paling sedikit 6 bulan yang
mencakup fase aktif dengan atau tanpa fase prodromal maupun fase residual
yaitu masa setelah fase aktif yang menunjukkan sedikitnya 2 gejala
prodromal.
§ Tidak ada kelainan organik.
Dignosa
ada problem kronik dengan gambaran:
− Penarikan diri secara sosial
− Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri
− Inkoheren dan disorganized
2
STOMATITIS
Definisi
Sariawan (Chanker Sores, Ulkus Aftosa) yaitu suatu luka terbuka yang kecil di
dalam mulut yang menimbulkan nyeri.
Pemicu
Pemicu nya macam-macam misalnya kebersihan mulut yang buruk, gizi kurang,
infeksi kumam, gangguan hormonal (gingivostomatitis deskuamatif), kelainan
darah, pemakaian obat-obatan (stomatitis medikamentosa/venenata) atau makanan
yang merangsang misalnya cabe.
Stomatitis Vincent dipicu oleh kumam Gram negatif, sedangkan stomatitis
aftosa (sariawan) merupakan salah satu bentuk yang tidak diketahui Pemicu nya.
Beberapa faktor diduga berperan dalam terjadinya sariawan, misalnya demam,
stres, trauma, cemas, gangguan hormonal.
Gambaran klinis
− Sariawan dapat terjadi di semua bagian mulut. Bila sariawan ini terletak di
dekat faring, penderita biasanya mengeluh sakit menelan.
− Stomatitis Vincent atau gingivostomatitis nekrotik biasanya timbul akut.
Penderita mengeluh mulutnya rasa terjadi perdarahan spontan pada gusi dan
gigi sering terasa memanjang. Ulkus pada stomatitis ini biasanya ada di
daerah gusi antargigi dan diselaputi pseudomembran berwarna kuning keabu-
abuan yang mudah diangkat. Tetapi ulkus ini dapat meluas ke bagian lain
mulut sampai ke faring.
Dignosa
Nyeri dan lesi pada rongga mulut.
perawatan intensif
− Sariawan dapat segera disembuhkan dengan deksametason 1 mg 2 x sehari
yang cukup diberikan 2 – 3 hari, jika sudah sering berulang dan dalam 2
minggu tidak sembuh
− Bila tidak diketahui dengan pasti Vincent atau bukan, kombinasikan
dengan antibiotik amoksisilin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari.
214
− Faktor lokal maupun faktor sistemik pada stomatitis Vincent perlu dihilangkan,
misalnya anjurkan istirahat cukup, makan makanan bergizi, dan jangan merokok.
lalu mulut diirigasi dengan cairan H2O2 + air hangat (1,5%). Jaringan
nekrotik diambil hati-hati dengan kain kasa yang dibasahi H2O2 atau larutan
garam faali.
Beri juga vit.B kompleks dan vit.C 50 mg 3 x sehari selama 3 hari.
216
perawatan intensif
− Pengobatan ditujukan untuk:
1. Mengurangi besarnya kelenjar gondok.
2. Mengoreksi adanya keadaan hipotiroidisme, kalau memang ada.
− Solusio lugol 5 tetes/hari dalam 1/2 gelas air bersama dengan iodium 10 – 15
mg/hari diberikan beberapa minggu sampai kelenjar tiroid kembali normal.
− Selanjutnya penderita dianjurkan memakai garam dapur beriodium.
− Struma sporadik diobati dengan ekstrak tiroid 50 – 150 mg/hari atau tiroksin
150 –300 mg/hari.
− Bila ada persangkaan keganasan segera rujuk ke rumah sakit.
STRUMA
Definisi
Struma yaitu istilah untuk pembesaran kelenjar tiroid. Disebut struma endemik
bila struma ini ditemukan pada banyak orang dalam suatu populasi. Ini biasanya
terjadi di daerah yang makanan penduduknya kurang mengandung iodium. Penyakit
ini umumnya muncul pada masa pubertas atau kehamilan.
Pemicu
Pada keadaan tertentu struma dipicu oleh zat goitrogenik seperti PAS,
sulfonilurea, litium atau iodium dosis tinggi.
Gambaran Klinis
Adanya kelainan dishormonogenesis tiroid perlu dicurigai jika ditemukan:
a. Gondok yang secara familial ada di daerah nonendemis.
b. Adanya kretin di daerah nonendemis.
c. Adanya gondok dengan hipotiroidisme tanpa tanda Hashimoto.
d. Adanya gondok disertai dengan gangguan pendengaran (tuli dan sebagainya).
− Penderita dengan hipotiroidisme ringan datang dengan keluhan lelah, nyeri
otot, rambut rontok atau konstipasi, kadar T4 bebas biasanya rendah atau
normal rendah, dengan kadar TSH meningkat.
− Sedangkan manifestasi klinik penderita dengan hipotiroidisme nyata, berupa
kurang energi, rambut rontok, intoleransi dingin, berat badan naik, konstipasi,
kulit kering dan dingin, suara parau, serta lamban dalam berpikir.
− Pada hipotiroidisme, kelenjar tiroid sering tidak teraba. Kemungkinan terjadi
sebab atrofi kelenjar akibat pengobatan hipertiroidisme memakai yodium
radioaktif sebelumnya atau setelah tiroditiditis autoimun.
Dignosa
Kadar TSH yang meningkat .
Struma sporadik dibedakan dari struma endemik dengan uji TSH yang hasilnya
normal, sedangkan pada struma endemik menurun.
218
perawatan intensif
Penanggulangan syok anafilaktik memerlukan tindakan cepat sebab penderita
berada pada keadaan gawat. Sebenarnya, pengobatan syok anafilaktik tidaklah
sulit, asal tersedia obat-obat emerjensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta
dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan sebab kita berpacu dengan waktu
yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap. Kalau
terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat kimia, baik
peroral maupun parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan, yaitu :
1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi
dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha
memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.
2. Segera berikan adrenalin 0,3 – 0,5 mg larutan 1 : 1000 untuk penderita dewasa
atau 0,01 µg/kgBB untuk penderita anak-anak, i.m. Pemberian ini dapat diulang
tiap 15 menit sampai keadaan membaik. Beberapa penulis menganjurkan
pemberian infus kontinyu adrenalin 2 – 4 µg/menit.
3. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang memberi
respons, dapat ditambahkan aminofilin 5 – 6 mg/kgBB i.v dosis awal yang
diteruskan 0,4 – 0,9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus.
4. Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau
deksametason 5 – 10 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk mengatasi
efek lanjut dari syok anafilaktik atau syok yang membandel.
5. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:
A. Airway 'penilaian jalan napas'. Jalan napas harus dijaga tetap bebas, tidak
ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala
dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan napas,
yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan
buka mulut.
B. Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak
ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke
hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat
mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial. Penderita
yang mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong dengan
obat-obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan oksigen. Penderita
dengan sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan lebih
aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi.
C. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.
karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar.
2
SYOK ANAFILAKSIS
Definisi
Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan lalu terjadi kontak lagi
terhadap antigen ini , akan timbul reaksi hipersensitivitas. Antigen yang
bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast sehingga terjadi degranulasi,
pengeluaran histamin dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini memicu peningkatan
permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh. Terjadi hipovolemia relatif sebab
vasodilatasi yang mengakibatkan syok, sedangkan peningkatan permeabilitas
kapiler memicu udem. Pada syok anafilaktik, bisa terjadi bronkospasme
yang menurunkan ventilasi. Syok anafilaktik sering dipicu oleh obat, terutama
yang diberikan intravena seperti antibiotik atau media kontras. Sengatan serangga
seperti lebah juga dapat memicu syok pada orang yang rentan.
Pemicu
Syok anafilaksis paling sering dipicu oleh pemberian obat secara suntikan,
tetapi dapat pula dipicu oleh obat yang diberikan secara oral atau oleh
makanan. Obat suntik yang paling sering menimbulkan syok anafilaksis antara
lain penisilin, streptomisin, tiamin, ekstrak bali dan kombinasi vitamin neurotropik.
Gambaran Klinis
− Gejala-gejala pertama : Eritema, rasa terbakar pada kulit, rasa
tersengat, takikardi, rasa tebal di faring dan dada, batuk, mungkin mual dan
muntah.
− Gejala-gejala sekunder : Pembengkakan kulit (khususnya palpebra dan
bibir), urtikaria, Edema laring, serak, wheezing, serangan batuk, Nyeri
abdomen, mual, muntah, diare, Hipotensi, berkeringat, pucat.
− Pada kasus-kasus berat, spasme laring, shock, henti nafas dan henti jantung.
Dignosa
Adanya tanda-tanda yang berhubungan dengan syok anafilaktik.
220
penderita tidak akan mengalami reaksi anafilaktik. Orang dengan tes kulit
negatif dan mempunyai riwayat alergi positif mempunyai kemungkinan reaksi
sebesar 1 – 3% dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya reaksi 60% bila
tes kulit positif.
4. Yang paling utama yaitu harus selalu tersedia obat penawar untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya reaksi anafilaktik atau anafilaktoid
serta adanya alat-alat bantu resusitasi kegawatan.
Mempertahankan suhu tubuh dipertahankan dengan memakaikan selimut
pada penderita untuk mencegah kedinginan dan mencegah kehilangan
panas. Jangan sekali-kali memanaskan tubuh penderita sebab akan sangat
berbahaya.
Pemberian Cairan :
1. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-mual,
muntah atau kejang sebab bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
2. Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi atau dibius dan
yang mendapat trauma pada perut serta kepala (otak).
3. Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada indikasi
kontra. Pemberian minum harus dihentikan bila penderita menjadi mual atau
muntah.
4. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan pertama
dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler,
volume interstitial dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna
untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
5. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan
jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama
dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar.
Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan
berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian
volume intra vaskuler dengan cairan kristaloid memerlukan volume 3 – 4 kali
volume perdarahan yang hilang, sedang bila memakai larutan koloid
memerlukan jumlah yang sama dengan jumlah perdarahan yang hilang. Telah
diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat yang dikombinasi dengan larutan
ringer laktat sama efektifnya dengan darah lengkap.
6. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian
cairan yang berlebihan.
219
Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan
hidup dasar yang perawatan intensif nya sesuai dengan protokol resusitasi
jantung paru.
6. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur i.v untuk koreksi
hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai tujuan
utama dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan akan meningkatkan
tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan
jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan perdebatan
didasarkan atas keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya peningkatan
permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila memberikan larutan
kristaloid, maka diperlukan jumlah 3--4 kali dari perkiraan kekurangan volume
plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik berat diperkirakan ada kehilangan
cairan 20 – 40% dari volume plasma. Sedangkan bila diberikan larutan koloid,
dapat diberikan dengan jumlah yang sama dengan perkiraan kehilangan volume
plasma. Tetapi, perlu dipikirkan juga bahwa larutan koloid plasma protein atau
dextran juga bisa melepaskan histamin.
7. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok anafilaktik
dikirim ke rumah sakit, sebab dapat meninggal dalam perjalanan. Kalau
terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di tempat kejadian sudah
harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan transportasi
penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa harus tetap dalam
posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung.
8. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-cepat dipulangkan, tetapi
harus diawasi / diobservasi dulu selama kurang lebih 4 jam. Sedangkan
penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2 – 3 kali
suntikan, harus dirawat di rumah sakit semalam untuk observasi.
Pencegahan:
Pencegahan syok anafilaktik merupakan langkah terpenting dalam setiap
pemberian obat, tetapi ternyata tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Ada
beberapa hal yang dapat kita lakukan, antara lain:
1. Pemberian obat harus benar-benar atas indikasi yang kuat dan tepat.
2. Individu yang mempunyai riwayat penyakit asma dan orang yang
mempunyai riwayat alergi terhadap banyak obat, mempunyai risiko lebih
tinggi terhadap kemungkinan terjadinya syok anafilaktik.
3. Penting menyadari bahwa tes kulit negatif, pada umumnya penderita dapat
mentoleransi pemberian obat-obat ini , tetapi tidak berarti pasti
2
TETANUS
Definisi
Tetanus yaitu suatu penyakit yang dipicu oleh racun yang dihasilkan oleh
bakteri Clostridium tetani dan menyerang otot rangka. Disebut juga lockjaw sebab
terjadi kejang pada otot rahang. Tetanus banyak ditemukan di negara-negara
berkembang. Tanpa imunisasi, angka kematian penyakit ini berkisar antara 35 –
70% tergantung umur, jenis kelamin, letak geografi, masa inkubasi, dan
perawatan intensif .
Pemicu
Bakteri an-aerob Clostridium tetani. Spora dari Clostridium tetani dapat hidup
selama bertahun-tahun di dalam tanah dan kotoran hewan. Jika bakteri tetanus
masuk ke dalam tubuh pasien , bisa terjadi infeksi baik pada luka yang dalam
maupun luka yang dangkal. Setelah proses persalinan, bisa terjadi infeksi pada
rahim ibu dan pusar bayi yang baru lahir (tetanus neonatorum). Yang memicu
timbulnya gejala-gejala infeksi yaitu racun yang dihasilkan oleh bakteri, bukan
bakterinya.
Gambaran Klinis
− Gejala-gejala biasanya muncul dalam waktu 5 – 10 hari setelah terinfeksi,
tetapi bisa juga timbul dalam waktu 2 hari atau 50 hari setelah terinfeksi.
− Gejala yang paling sering ditemukan yaitu kekakuan rahang dan sulit dibuka
(trismus) sebab yang pertama terserang yaitu otot rahang.
− Selanjutnya muncul gejala lain berupa gelisah, gangguan menelan, sakit kepala,
demam, nyeri tenggorokan, menggigil, kejang otot dan kaku kuduk, lengan
serta tungkai.
− Kejang pada otot-otot wajah memicu ekspresi penderita seperti
menyeringai (risus sardonikus) dengan kedua alis yang terangkat.
− Kekakuan atau kejang otot-otot perut, leher dan punggung bisa memicu
kepala dan tumit penderita tertarik ke belakang sedangkan badannya melengkung
ke depan yang disebut epistotonus.
− Kejang pada otot sfingter perut bagian bawah bisa memicu retensi
urin dan konstipasi.
221
8. Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian cairan
berlebihan yang akan membebani jantung. Harus diperhatikan oksigenasi
darah dan tindakan untuk menghilangkan nyeri.
9. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat, mengingat
pada syok septik biasanya ada gangguan organ majemuk (Multiple Organ
Disfunction). Diperlukan pemantauan alat canggih berupa pemasangan CVP,
"Swan Ganz" kateter dan pemeriksaan analisa gas darah.
2
TETANUS NEONATORUM
Definisi
Tetanus neonaturom yaitu penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang 1 bulan) . Spora kuman masuk ke dalam tubuh bati melalui pintu
masuk satu-satunya yaitu tali pusat, yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali
pusat ketika bayi lahir maupun perawatannya sebelum puput (terlepasnya tali
pusat).
Pemicu
Kuman Clostridium Tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan
menyerang sistem saraf pusat.
Gambaran Klinis
− Bayi biasanya tidak mau menyusu dengan tanda khas mulut yang mencucu
− Kaku kuduk dan kejang sampai epistotonus sering dijumpai
− Tidak jarang bayi demam tinggi dan tampak sianosis.
Dignosa
Kejang pada bayi berusia kurang dari 1 bulan.
perawatan intensif
Penderita sebaiknya dirujuk untuk dirawat di rumah sakit sebab sering terjadi
komplikasi terutama sepsis. Sebelumnya pasang infus cairan rumat yaitu glukosa
5% NaCl (4:1) sebanyak 75cc/kgBB/hari, lalu diberikan:
− ATS 10.000 IU/hari selama 2 hari berturut-turut
− Ampisilin 100 mg/kgBB/hari i.v. yang dilanjutkan sampai 10 hari
− Diazepam i.v. secara perlahan dengan titrasi dosis sampai kejang hilang,
maksimal 2,5 mg; lalu dilanjutkan dengan 3 – 4 mg/kgBB/hari dalam
cairan infus.
223
− Gangguan-gangguan yang ringan, seperti suara berisik, aliran angin atau
goncangan, bisa memicu kekejangan otot yang disertai nyeri dan keringat yang
berlebihan.
− Selama kejang penderita tidak dapat berbicara sebab otot dadanya kaku atau
terjadi kejang tenggorokan sehingga terjadi kekurangan oksigen yang
memicu gangguan pernafasan. Biasanya tidak terjadi demam. Laju
pernafasan dan denyut jantung serta refleks-refleks biasanya meningkat. Tetanus
juga bisa terbatas pada sekelompok otot di sekitar luka. Kejang di sekitar luka
ini bisa menetap selama beberapa minggu.
Dignosa
Diduga suatu tetanus jika terjadi kekakuan otot atau kejang pada seseorang yang
memiliki luka. Untuk memperkuat Dignosa bisa dilakukan pembiakan bakteri
dari apusan luka.
perawatan intensif
− Penderita tetanus harus segera dirujuk ke rumah sakit sebab ia harus selalu
dalam pengawasan dan perawatan. Sebelum dirujuk lakukanlah hal-hal ini
di bawah ini. Selanjutnya bila anak yang menderita tetanus selesai dirawat,
berikan tetanus toksoid 3 kali dengan jarak waktu 1 bulan.
− Pertahankan jalan napas dan jaga keseimbangan cairan.
− Segera berikan human tetanus immunoglobulin 5000 IU i.m untuk menawarkan
racun yang belum bersenyawa dengan otot.
−
Bila yang ada hanya ATS suntikkan i.m atau i.v 20.000 – 40.000 IU/hari
selama 3 hari atau 20.000 IU/hari untuk anak-anak selama 2 hari.
− Berikan penisilin prokain 2 juta IU i.m pada orang dewasa atau 50.000
IU/kgBB/hari selama 10 hari pada anak untuk eradikasi kuman.
− Berikan diazepam untuk mengendalikan kejang dengan titrasi dosis:5 – 10 mg
i.v. untuk anak dan 40 – 120 mg/hari untuk dewasa.
− Cegah penyebaran racun lebih lanjut dengan eksplorasi luka dan
membersihkannya dengan H202 3%. Port d’entre lain seperti OMSK atau
gangren gigi juga harus dibersihkan dahulu.
− Untuk menetralisir racun diberikan immunoglobulin tetanus. Antibiotik
tetrasiklin dan penisilin diberikan untuk mencegah pembentukan racun lebih
lanjut. Obat lainnya bisa diberikan untuk menenangkan penderita, mengendalikan
kejang dan mengendurkan otot-otot. Penderita biasanya dirawat di rumah sakit
dan ditempatkan dalam ruangan yang tenang.
226
− Untuk memperkuat Dignosa , dilakukan biakan darah, tinja, air kemih atau
jaringan tubuh lainnya guna menemukan bakteri Pemicu nya.
perawatan intensif
Tirah baring, dilaksanakan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup sebaiknya rendah serat,
makanan lunak.
Pengobatan :
− Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan.
Antibiotik untuk penderita tifoid :
§ Kloramfenikol,
o Dewasa : 4 x 500 mg selama 14 hari
o Anak : 50-100 mg/kgBB 4 x sehari selama 10 – 14 hari.
§ Tiamfenikol,
o Dewasa : 500 mg 4 x sehari selama 5 – 7 hari bebas panas.
o Anak : 50 mg/kgBB 4 x sehari selama 5 – 7 hari bebas panas.
§ Ampisilin
o Dewasa : 500 mg 4 x sehari selama 10 – 14 hari.
o Anak : 50 – 100 mg/kgBB 4 x sehari selama 10 – 14 hari.
− Terapi simtomatik (anti piretik, anti emetik)
− Roburansia.
− Terapi cairan, kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat
mencerna makanan.
− Jika terjadi perforasi usus berikan antibiotik berspektrum luas (sebab berbagai
jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin perlu dilakukan
pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus yang mengalami
perforasi.
Pencegahan:
− Pencegahan terhadap carier dan kasus relaps.
− Perbaikan snitasi lingkungan.
− Perbaikan hygiene makanan,hygiene perorangan
− Imunisasi
§ Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%.
§ Vaksin ini hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh
bakteri Salmonella typhii dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi
(termasuk petugas laboratorium dan para pelancong).
TIFUS ABDOMINALIS
Definisi
Demam Tifoid atau tifus abdominalis yaitu suatu infeksi yang dipicu oleh
bakteri Salmonella typhii yang ditularkan melalui makanan yang tercemar oleh
tinja dan urine penderita.
Pemicu
Bakteri Salmonella typhii
Gambaran klinik
− Gambaran klinis bervariasi dari sangat ringan sampai berat dengan komplikasi
yanga sangat berbahaya.
− Biasanya gejala mulai timbul secara bertahap dalam wakatu 8 – 14 hari setelah
terinfeksi.
− Gejalanya bisa berupa demam intermitten (pagi lebih rendah dibanding sore
hari), sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, bibir kering dan pecah,
lidah kotor tertutup oleh selaput putih, sembelit, penurunan nafsu makan dan
nyeri perut.
− Kadang penderita merasakan nyeri ketika berkemih dan terjadi batuk serta
perdarahan dari hidung.
− Jika pengobatan tidak dimulai maka suhu tubuh secara perlahan akan meningkat
dalam waktu 2 – 3 hari, yaitu mencapai 39,4 – 40°C selama 10 – 14 hari.
Panas mulai turun secara bertahap pada akhir minggu ke-3 dan kembali normal
pada minggu ke-4.
− Demam seringkali disertai oleh denyut jantung yang lambat dan kelelahan
yang luar biasa.
− Pada kasus yang berat bisa terjadi delirium, stupor atau koma.
− Pada sekitar 10% penderita timbul sekelompok bintik-bintik kecil berwarna
merah muda di dada dan perut pada minggu kedua dan berlangsung selama
2 – 5 hari.
Dignosa
− Dignosa ditegakkan berdasar gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
2
TIROTOKSIKOSIS
Definisi
Tirotoksikosis merupakan tampilan klinis hiperfungsi kelenjar tiroid. Keadaan ini
disebab kan stimulasi tiroid oleh suatu globulin darah yang memiliki aktivitas
TSH. Selain itu dipicu adanya benjolan kecil didalam kelenjar, yang secara
otanom membentuk hormone berlebih diluar sistem H-H. Biasanya diderita oleh
penderita yang kelebihan minum obat yang mengandung iod / iodide atau makan
makanan dengan kadar iod tinggi, dalam hal ini penyakit tsb disebut iod-struma
atau iod-Basedow.
Pemicu
− Penyakit Graves’
− Gondok multinodul toksik (yang berkembang sebagai respon terhadap keadaan
tubuh, yaitu kehamilan)
− Kanker tiroid
− Tiroiditis post partum (onset 2 – 6 bulan post partum) dalam bentuk ringan
dan jangka pendek
Gambaran klinis
− Umumnya penderita merasa sukar tidur, gelisah, rasa takut, menurunya berat
badan akibat penggunaan energi, palpitasis, tremor, transpirasi dan diare akibat
peningkatan pristaltik.
− Gejala terpenting efek jantung (takikardi, atriumfibrilasi), struma serta bola
mata menonjol secara abnormal, sirkulasi yang hiperkinetik.
− Pemeriksaan laboratorium penunjang yang menunjukkan kadar T3 dan T4
meningkat dan Indeks Tiroksin Bebas.
Dignosa
Dignosa tirotoksikosis sering dapat ditegakkan secara klinis tanpa pemeriksaan
laboratorium, namun pemeriksaan ini perlu untuk menilai kemajuan terapi.
Ukur TSH (dapat menurun) dan kadar tiroksin (T4) (mungkin meningkat)
227
− Para pelancong sebaiknya menghindari makan sayuran mentah dan
makanan lainnya yang disajikan atau disimpan di dalam suhu ruangan.
− Sebaiknya mereka memilih makanan yang masih panas atau makanan yang
dibekukan, minuman kaleng dan buah berkulit yang bisa dikupas.
TONSILITIS
Definisi
Tonsil yaitu kelenjar getah bening di mulut bagian belakang (di puncak
tenggorokan) yang berfungsi membantu menyaring bakteri dan mikroorganisme
lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi.
Tonsilitis yaitu suatu peradangan pada tonsil (amandel) yang dapat menyerang
semua golongan umur.
Pada anak, tonsilitis akut sering menimbulkan komplikasi. Bila tonsilitis akut
sering kambuh walaupun penderita telah mendapatkan pengobatan yang memadai,
maka perlu di ingat kemungkinan ter jadinya tonsi l i t is kronik.
Faktor-faktor berikut ini mempengaruhi berulangnya tonsilitis : rangsangan
menahun (misalnya rokok, makanan tertentu), cuaca, pengobatan tonsilitis yang
tidak memadai, dan higiene rongga mulut yang kurang baik.
Tonsilitis kronik dapat tampil dalam bentuk hipertrofi hiperplasia atau bentuk
atrofi. Pada anak, tonsilitas kronik sering disertai pembengkakan kelenjar
submandibularis adenoiditis, rinitis dan otitis media.
Pemicu
Pemicu ny yaitu infeksi bakteri streptokokus atau infeksi virus (lebih jarang).
Gambaran klinik
− Penderita biasanya mengeluh sakit menelan, lesu seluruh tubuh, nyeri sendi,
dan kadang atalgia sebagai nyeri alih dari N. IX.
− Suhu tubuh sering mencapai 40C, terutama pada anak.
− Tonsil tampak bengkak, merah, dengan detritus berupa folikel atau
membran. Pada anak, membran pad tonsil mungkin juga dipicu oleh
tonsilitis difteri.
− Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan leukositosis.
− Pada tonsilitis kronik hipertrofi, tonsil membesar dengan permukaan tidak
rata, kripta lebar berisi detritus. Tonsil melekat ke jaringan sekitarnya. Pada
bentuk atrofi, tonsil kecil seperti terpendam dalam fosa tonsilaris.
− Gejala lainnya yaitu demam, tidak enak badan, sakit kepala dan muntah.
229
Penatalaksanan
− Penggunaan obat antitiroid seperti:
§ Propiltiourasil (PTU), dosis permulaan 70 – 200 mg 3 x sehari selama 6
– 8 minggu, pemeliharaan 50 – 300 mg/hari.
§ Pada keadaan krisis dapat diberikan propranolol 60 – 120 mg 4 x sehari.
§ Kegagalan terapi umumnya sebab ketidak patuhan penderita makan obat,
sebab itu penderita perlu diperiksa ulang setiap 2 minggu pada 2 bulan
pertama, lalu setiap bulan sampai pengobatan selesai.
− Propanolol 20 mg 3 x sehari sebelum makan kadang diperlukan untuk
mengurangi beberapa keluhan seperti takikardi dan kegelisahan. Beta bloker
ini mengurangi efek tiroksin dijaringan perifer dengan cara blokade susunan
saraf pusat.
§ Obstruksi saluran nafas yang dipicu oleh tonsil (yang dapat hampir
saling bersentuhan satu sama lain), apneu saat tidur, gangguan oklusi
gigi
§ Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
231
Dignosa
Dignosa ditegakkan berdasar gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Tonsil
membengkak dan tampak bercak-bercak perdarahan. Ditemukan nanah dan selaput
putih tipis yang menempel di tonsil. Membran ini bisa diangkat dengan mudah
tanpa memicu perdarahan. Dilakukan pembiakan apus tenggorokan di
laboratorium untuk mengetahui bakteri Pemicu nya.
perawatan intensif
− Jika Pemicu nya yaitu bakteri, diberikan antibiotik per oral selama 10 hari.
Jika anak mengalami kesulitan menelan bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
§ Penisilin V 1,5 juta IU 2 x sehari selama 5 hari atau 500 mg 3 x sehari.
§ Pilihan lain yaitu eritromisin 500 mg 3 x sehari atau amoksisilin 500 mg
3 x sehari yang diberikan selama 5 hari. Dosis pada anak : eritromisin 40
mg/kgBB/ hari, amoksisilin 30 – 50 mg/kgBB/hari.
− Tak perlu memulai antibiotik segera, penundaan 1 – 3 hari tidak meningkatkan
komplikasi atau menunda penyembuhan penyakit.
− Antibiotik hanya sedikit memperpendek durasi gejala dan mengurangi risiko
demam rematik.
− Bila suhu badan tinggi, penderita harus tirah baring dan dianjurkan untuk
banyak minum. Makanan lunak diberikan selama penderita masih nyeri
menelan.
− Analgetik (parasetamol dan ibuprofen yaitu yang paling aman) lebih efektif
daripada antibiotik dalam menghilangkan gejala. Nyeri faring bahkan dapat
diterapi dengan spray lidokain.
− Pasien tidak lagi menularkan penyakit sesudah pemberian 1 hari antibiotik.
− Bila dicurigai adanya tonsilitis difteri, penderita harus segera diberi serum anti
difteri (ADS), tetapi bila ada gejala sumbatan nafas, segera rujuk ke rumah
sakit.
− Pada tonsilitis kronik, penting untuk memberikan nasihat agar menjauhi
rangsangan yang dapat menimbulkan serangan tonsilitis akut, misalnya rokok,
minuman/makanan yang merangsang, higiene mulut yang buruk, atau
penggunaan obat kumur yang mengandung desinfektan.
− Segera rujuk jika terjadi :
§ Tonsilitis bakteri rekuren (> 4x/tahun) tak peduli apa pun tipe bakterinya
§ Komplikasi tonsilitis akut: abses peritonsiler, septikemia yang berasal dari
tonsil.
TUBERKULOSIS
Definisi
Tuberkulosis yaitu suatu infeksi menular dan menahun dan bisa berakibat fatal,
yang dipicu oleh Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis atau
Mycobacterium africanum. Tuberkulosis paru kini bukan penyakit yang menakutkan
sampai penerita harus dikucilkan, tetapi penyakit kronik ini dapat memicu
cacat fisik atau kematian. Penularan TB paru hanya terjadi dari penderita tuberkulosis
terbuka.
Pemicu
Mycobacterium tuberculosis.
Gambaran Klinis
− Pada awalnya penderita hanya merasakan tidak sehat atau batuk terus menerus
dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
− Jumlah dahak biasanya akan bertambah banyak sejalan dengan perkembangan
penyakit. Pada akhirnya dahak akan berwarna kemerahan sebab mengandung
darah.
− Masa inkubasi berkisar antara 4 – 12 minggu.
− Salah satu gejala yang paling sering ditemukan yaitu berkeringat di malam
hari tanpa aktivitas.
− Keluhan dapat berupa demam, malaise, penurunan berat badan, nyeri dada,
batuk darah, sesak nafas.
− Sesak nafas merupakan pertanda adanya udara (pneumotoraks) atau cairan
(efusi pleura) di dalam rongga pleura. Sekitar sepertiga infeksi ditemukan
dalam bentuk efusi pleura.
− Pada infeksi tuberkulosis yang baru, bakteri pindah dari luka di paru-paru ke
dalam kelenjar getah bening yang berasal dari paru-paru. Jika sistem pertahanan
tubuh alami bisa mengendalikan infeksi, maka infeksi tidak akan berlanjut
dan bakteri menjadi dorman.
− Pada anak-anak, kelenjar getah bening menjadi besar dan menekan tabung
bronkial dan memicu batuk atau bahkan mungkin memicu penciutan
paru-paru. Kadang bakteri naik ke saluran getah bening dan membentuk
sekelompok kelenjar getah bening di leher. Infeksi pada kelenjar getah bening
ini bisa menembus kulit dan menghasilkan nanah.
TRAKOMA
Definisi
Trakoma merupakan infeksi mata yang berlangsung lama yang memicu
inflamasi dan jaringan parut pada konjungtiva dan kelopak mata serta kebutaan.
Pemicu
Trakoma terjadi akibat infeksi oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Masa inkubasi
berlangsung selama 5 – 12 hari.
Gambaran Klinis
− Kedua mata tampak merah dan berair. Penderita sukar melihat cahaya terang
(silau) dan merasa gatal di matanya.
− Pada stadium awal, konjungtiva tampak meradang, merah dan mengalami
iritasi serta mengeluarkan kotoran (konjungtivitis).
− Pada stadium lanjut, konjungtiva dan kornea membentuk jaringan parut
sehingga bulu mata melipat ke dalam dan terjadi gangguan penglihatan.
− Gejala lainnya yaitu :
§ pembengkakan kelopak mata
§ pembengkakan kelenjar getah bening yang terletak tepat di depan mata
§ kornea tampak keruh.
Dignosa
Dignosa ditegakkan berdasar gejala dan hasil pemeriksaan mata. Apusan
mata diperiksa untuk mengetahui organisme Pemicu nya
perawatan intensif
− Pengobatan meliputi pemberian salep antibiotik yang berisi tetrasiklin dan
erithromisin selama 4 – 6 minggu. Selain itu antibiotik ini juga bisa
diberikan dalam bentuk tablet.
§ Doksisiklin
o Sediaan : kapsul atau tablet 100 mg (HCl)
o Dosis dewasa 100 mg per oral 2 x sehari selama 7 hari atau
§ Tetrasiklin
o Sediaan salep mata 1% (HCl)
o Dosis dewasa 2 x sehari selama 6 minggu
236
− Pemberian etambutol diawali dengan dosis yang relatif tinggi untuk membantu
mengurangi jumlah bakteri dengan segera. Setelah 2 bulan, dosisnya dikurangi
untuk menghindari efek samping yang berbahaya terhadap mata.
− Streptomisin merupakan obat pertama yang efektif melawan tuberkulosis,
tetapi harus diberikan dalam bentuk suntikan. Jika diberikan dalam dosis tinggi
atau pemakaiannya berlanjut sampai lebih dari 3 bulan, streptomisin bisa
memicu gangguan pendengaran dan keseimbangan.
− Panduan obat untuk orang dewasa yang dianjurkan oleh Program P2M yaitu
sebagai berikut :
a. Panduan obat jangka panjang terdiri dari streptomisin, INH + B6, dan
pirazinamida untuk jangka pengobatan 12 bulan.
Cara pemberian :
§ tahap intensif : pengobatan setiap hari kerja selama 4 minggu (24 kali
pengobatan) berupa : streptomisin 0,75 mg, INH 400 mg, Vit. B6 10
mg dan pirazinamida 1 gram selama 8 minggu (48 kali pengobatan).
§ tahap berselang : pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama 48
minggu (96 kali pengobatan) dengan streptomisin 0,75 mg, INH 700
mg, ditambah Vit. B6 10 mg.
b. Panduan obat jangka pendek terdiri dari rifampisin, etambutol, INH dan
Vit. B6 untuk jangka pengobatan 6 – 9 bulan.
Cara pemberian :
§ tahap intensif : pengobatan setiap hari kerja selama 4 minggu (24 kali
pengobatan) berupa: rifampisin 450 mg, etambutol 1 gram, INH 400
mg ditambah Vit. B6 10 mg.
§ tahap berselang : pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama 22
minggu (44 kali pengobatan) berupa: rifampisin 600 mg, INH 700 mg
ditambah Vit. B6 10 mg.
§ Wanita yang dalam pengobatan jangka pendek sebaiknya tidak
memakai pil atau suntikan KB sebab keampuhan pil dan suntikan
KB dapat berkurang sehingga dapat terjadi kehamilan.
§ Penderita harus diberitahu bahwa rifampisin memicu warna
merah pada air liur, air mata, dan air seni.
§ Pengobatan jangka pendek ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil
dan wanita yang sedang menyusui.
− Khusus pengobatan TB pada penderita anak diperlukan kerja sama yang
baik dengan orang tua pasien sebab angka drop out cukup tinggi.
2
Dignosa
Dignosa TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman
TB (BTA) melalui pemeriksaan dahak mikroskopis.
− Yang seringkali merupakan petunjuk awal dari tuberkulosis yaitu foto rontgen
dada. Penyakit ini tampak sebagai daerah putih yang bentuknya tidak teratur
dengan latar belakang hitam. Rontgen juga bisa menunjukkan efusi pleura
atau pembesaran jantung (perikarditis).
− Minimal 2 kali sputum BTA (+) : diDignosa sebagai TB paru BTA (+)
− Bila BTA (+) 1 kali, maka perlu dilakukan pemeriksaan rontgen dada atau
pemeriksaan dahak SPS diulang.
− Upaya pertama dalam Dignosa TB paru pada anak yaitu melakukan uji
Tuberkulin. Hasil positif yaitu > 10 mm atau > 15 mm pada anak yang telah
mendapatkan BCG, ditambah dengan gambaran radiologi dada yang
menunjukkan infeksi spesifik, LED yang tinggi, limfadenitis leher dan
limfositisis relatif sudah dapat digunakan untuk membuat Dignosa kerja TB
paru.
perawatan intensif
Pencegahan :
ada beberapa cara untuk mencegah tuberkulosis:
− Sinar ultraviolet pembasmi bakteri, sinar ini bisa membunuh bakteri yang
ada di dalam udara.
− Isoniazid sangat efektif jika diberikan kepada orang-orang dengan resiko tinggi
tuberkulosis, misalnya petugas kesehatan dengan hasil tes tuberkulin positif,
tetapi hasil rontgen tidak menunjukkan adanya penyakit. Isoniazid diminum
setiap hari selama 6 – 9 bulan.
− Di negara-negara berkembang, vaksin BCG digunakan untuk mencegah infeksi
oleh M. tuberculosis.
Pengobatan : “DOTS”
Pengobatan TB paru memerlukan panduan antituberkulosis untuk memperoleh
hasil terapi yang baik dan mencegah/memperkecil kemungkinan timbulnya
resistensi.
− Antibiotik yang paling sering digunakan yaitu : isoniazid, rifampisin,
pirazinamid, streptomisin; dan etambutol, isoniazid, rifampisin dan pirazinamid
dapat digabungkan dalam 1 kapsul, sehingga mengurangi jumlah pil yang
harus ditelan oleh penderita.
− Selama terapi, kemajuan pengobatan dipantau dengan pemeriksaan darah dan
radiologi. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan fungsi hati, mengingat efek
rifampisin dan INH terhadap hati.
− Buku-buku acuan baku hanya menganjurkan pengobatan intensif selama 6
bulan dengan dosis yang lebih kecil. Pengobatan berselang dengan dosis besar
hanya dilakukan dengan pertimbangan bahwa ada ketidakpatuhan penderita,
atau kesulitan dalam supervisi terapi. Akan tetapi, dengan cara itu kemungkinan
toksisitas lebih besar, terutama terhadap hati masih perlu diteliti lebih lanjut.
− Panduan terapi untuk dewasa:
§ Rifampisin 450 – 600 mg, INH 300 mg, pirazinamid 1,2 – 2 gram dan
etambutol 25 mg/kg BB, semua ini diberikan selama 2 bulan
§ 4 bulan berikutnya : rifampisin 450 – 600 mg dan INH 300 mg.
Panduan untuk anak:
§ Rifampisin 10 mg/kgBB/hari, INH 10 mg/kgBB/hari, pirazinamid 15
mg/kgBB/ hari selama 2 bulan pertama
§ Dilanjutkan dengan rifampisin dan INH dengan dosis yang sama selama
4 bulan berikutnya.
SERVICITIS sebab CHLAMYDIA
Definisi
Uretritis yaitu infeksi dari uretra, yaitu saluran yang membawa urin dari kandung
kemih keluar tubuh.
Uretritis non-gonore (NGU) yaitu uretritis yang dipicu oleh berbagai
mikroorganisme tetapi Pemicu paling sering yaitu klamidia.
Pemicu
Pemicu nya bisa berupa bakteri, jamur atau virus. Pada wanita jasad renik ini
biasanya berasal dari vagina. Pada kebanyakan kasus, bakteri berasal dari usus
besar dan sampai ke vagina melalui anus. Pria lebih jarang menderita uretritis.
Uretritis pada pria paling sering dipicu oleh gonokokus. Klamidia dan virus
herpes simpleks juga bisa ditularkan melalui hubungan seksual dan bisa
memicu uretritis.
Gambaran klinik
− Masa inkubasi infeksi klamidia sampai muncul gejala yaitu 1 – 3 minggu,
lebih lama daripada gonore. Sekitar 25% pria dan sebagian besar wanita tak
mengalami gejala dini sebab infeksi klamidia dan banyak yang menjadi
carrier asimtomatik penyakit klamidia.
− Pada pria, uretritis ditandai oleh sekret yang jumlahnya sedikit, berair (lalu
mukus) dari uretra. Gejala lain yaitu nyeri dan disuria. Pada wanita, ada
disuria, polakisuria dan leukorea ringan. Servisitis yaitu hal yang relatif
sering ditemui. Hal ini bermanifestasi sebagai sekret mukopurulen dan edema
atau kecenderungan perdarahan orifisium uteri.
− Pada wanita, infeksi klamidia yang lama sering mengakibatkan endometritis
dan salpingitis. Pasien mungkin mengalami demam ringan atau nyeri abdomen
bawah yang ringan. Endometritis juga dapat memicu perdarahan uterus
yang ireguler. PID (Pelvic Inflammation Disease) yaitu komplikasi lanjut
dari infeksi klamidia yang penting, biasanya memerlukan terapi rawat inap.
Perihepatitis yaitu komplikasi yang jarang pada infeksi klamidia.
− Komplikasi lanjut infeksi klamidia yang rekuren dan ekstensif berupa
kerusakan tuba yang lalu memicu infertilitas dan kehamilan
ektopik.
URTIKARIA
Definisi
Merupakan suatu reaksi (alergi) pada kulit yang umumnya dalam bentuk udema
lokal dan bersifat self-limited atau dapat sembuh sendiri dalam waktu singkat,
meskipun beberapa dapat berkembang menjadi kronik. Urtikaria disebut akut jika
berlangsung kurang dari 6 minggu, sedangkan urtikaria kronik biasanya
keberlangsungannya lebih dari 6 minggu.
Pemicu
Sebagian besar Pemicu urtikaria telah diketahui, di antaranya:
− Alergi terhadap obat, makanan, alergen inhalasi, gigitan atau sengatan serangga
− Penyakit infeksi (virus, parasit)
− Agen fisik (panas, dingin, penekanan, matahari)
− Penyakit sistemik (contoh: lupus eritematosus sistemik)
Gambaran Klinis
− Pasien merasa tidak sehat
− Bercak gatal putih sampai merah muda
− Lesi umumnya berwarna merah muda, udematus dengan berbagai bentuk dan
ukuran dan di sekelilingnya eritema.
− Lesi umumnya memberi rasa gatal hingga nyeri dan seperti sensasi terbakar.
− Jarang bertahan > 12 – 24 jam
− Udem di saluran nafas memicu sumbatan jalan nafas.
Dignosa
Dignosa urtikaria umumnya dapat ditegakkan secara klinis, kecuali
ada Dignosa banding lain maka Dignosa disokong oleh hasil pemeriksaan
histopatologis pada lesi urtikaria yang bertahan lebih dari 48 jam.
− Infeksi klamidia dapat memicu perkembangan artritis reaktif (uroartritis,
Reiter’s disease) pada pria dan wanita.
Dignosa
Dignosa uretritis pada pria dapat ditegakkan dengan pemeriksaan pewarnaan
Gram atau biru methylene dari sedian apus uretra. Bila jumlah lekosit PMN
melebihi 5 pada pembesaran 1000 x merupakan ind