Tampilkan postingan dengan label Bedah 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bedah 2. Tampilkan semua postingan

Bedah 2

 










Kemoterapi: kuratif 12 siklus. (CAF7CEF) 

o Hormonal: tergantung Check up   reseptor 

estrogen (ER).  

B2. Stadium IV 

Penderita dibagi menjadi tiga group, yaitu :  

1. Premenopause : ooforektomi bilateral. Respon (+) 

tunggu relaps, kemudian diberikan tamoxipen 

atau lainnya. Bila (-) kemoterapi CMF/CAF. 

2. 1 -2 tahun menopause: diperiksa efek estrogen. 

(Efek (+) sesuai no.1, bila (-) sesuai no. 3 

 101 

 

3. Post menopause : obat-obatan hormonal 

additive/inhibitif. Apabila gagal diberikan 

kemoterapi. 

4. Kemoterapi: Apabila keadaan umum 

memungkinkan (CAF/CEF)' 

 

Rehabilitasi dan Konstruksi 

1. Latihan pergerakan segera sesudah operasi, untuk 

mencegah kekakuan. 

2. penanganan limfadema sulit. Diuretik verban elastis, dan 

prosedur operasi dikerjakan dengan hasil yang bervariasi. 

3. reko

nstruksi segera sesudah 

mastektomi dengan 

implant bisa dikerjakan 

pada penderita tertentu 

pada penyakit minimal.  

 

Follow up 

1. Check up   periodik, termasuk mamma 

kontralateral. 

 102 

 

2. Laboratorium : Tidak pasti untuk menentukan 

rekurensi. Bisa dikerjakan Check up   CA153 tiap 

setengah tahun. 

3. Check up   X foto toraks tiap 6 bulan dan 

mammografi mamma kontralateral tiap tahun. 

4. skema: 

o 3 bulan pertama : tiap 4 minggu 

o sampai 1 tahun : tiap 6 minggu 

o Sampai 2 tahun : tiap 2 bulan , ' ' 

o Sampai 3 tahun : tiap 3 bulan 

o Sampai 4 tahun : tiap 4 bulan 

o Sampai 6 tahun : tiap 6 bulan 

o Pada penderita BCT follow up lebih ketat. 

 

2. Kanker Tiroid 

Definisi 

Tumor yang mengenai kelenjar tiroid 

 

Etiologi 

1. Rangsangan TSH yang berkepanjangan 

2. Radiasi di daerah kepala leher pada anak-anak dengan 

masa laten 5-30 tahun 

 103 

 

3. Hubungan yang kurang jelas : 

o Hubungan struma koloid yang keberlangsungan 

lama dengan Ca tiroid jenis papiler dan anaplastik 

o Hubungan antara adenofolikuler dengan Ca 

folikuler tiroid  

o Faktor genetik dalam Ca meduler 

 

Diagnosis 

1. Deteksi: Keganasan tyroid dicurigai pada nodul tiroid 

apabila :  

o Nodul soliter  

o pada anak-anak, dewasa muda dan laki-laki  

o pada wanita di atas 50 tahun  

o Struma koloid yang sudah berlangsung lama. 

2. Check up   Fisik 

o Pembesaran tiroid diffus atau berbatas tegas 

o Perhatikan ukuran, konsistensi dan mobilitas 

Pembesaran kelenjar-kelenjar leher 

 

 

3. Check up   Penunjang 

o Laboratorium : T3, T4 dan TSH  

 104 

 

o Scanning radioisotop tiroid 

o Foto thoraks 

o Bone survey atau scanning radioaktif tulang 

o Check up   roentgen leher 

o Laringoskopi indirect untuk melihat pita suara 

o USG 

o CT scan dan MRI atas indikasi 

4. Diagnosis Pasti 

o Biopsi eksisi 

o Biopsi insisi hanya pada kasus inoperable 

o Aspirasi biopsy 

 

Terapi 

Terapi tergantung pada tipe histologi: 

o Tipe papiler dan follikuler: total tiroidektomi dengan 

alternatif near total. Jika ada metastase kelenjar 

dikerjakan diseksi kelenjar leher selektif. Jodium 

radioaktif pasca bedah akan membersihkan fokus 

mikroskopis sesudah operasi diperlukan substitusi 

hormon tiroid seumur hidup 

o Tipe meduller: total tiroidektomi dengan diseksi 

kelenjar leher selektif. Kadang diikuti radioterapi 

 105 

 

eksternal kerana   terapi jodium radioaktif tidak 

berguna 

o Tipe anaplastik : radioterapi eksterna. 

 

Follow up 

Pada follow up diperiksa : 

o Rekurensi 

o Metastasis 

pada total tiroidektomi dikontrol penuh hormon T3, T4, TSH 

untuk pemakaian substitusi tiroid 

 

3. Soft Tissue Tumor 

Definisi 

Tumor jaringan lunak yaitu   neoplasma yang berasal dari 

semua jaringan mesenchimal yaitu jaringan lunak, jaringan 

ikat penyangga, jaringan otot, (otot lurik dan otot polos), 

pembuluh darah, saraf perifer, tendon dan membrana 

sinovial. Tumor jinak / ganas dengan nama sesuai jaringan 

asalnya : 

o jaringan lemak : lipoma / liposarkoma 

o jaringan ikat : fibroma / fibrosarkoma 

o otot polos : leiomioma / leiomiosarkoma 

 106 

 

o otot lurik : rabdomioma / rabdomiosarkoma 

o membran sinovial : sinovioma / sinoviosarkoma 

o pembuluh darah : hemangioma / hemangiosarkoma 

o pembuluh limfa : limfangioma / limfangiosarkoma 

 

Manifestasi Klinik 

Tumor jinak dan tumor ganas jaringan lunak mempunyai 

kesamaan manifestasi klinis, yaitu pertumbuhan massa 

lambat, tanpa rasa sakit. Kecurigaan keganasan apabila: 

1. Pembengkakan tumbuh dengan cepat 

2. Pertumbuhan cepat tiba-tiba dari tumor yang telah 

ada 

3. Tumor 

jaringan 

lunak 

pada anak  

 

Diagnosis Patologi 

o Biopsi insisi atau biopsi jarum tebal 

o Biopsi eksisi untuk tumor kecil  

Penetapan Stadium 

 107 

 

Sistem penetapan stadium untuk sarkoma menurut TNMG 

(Russel et al., 1977) sebagai berikut : 

T  : Besar tumor  

N  : Kelenjar limfe regional  

M  : Metastase jarak jauh  

G  : Derajat diferensiasi histologik.  

 

Terapi 

Modalitas terapi sarkoma jaringan lunak yaitu   pembedahan 

dan radioterapi. Kemoterapi sampai saat ini masih 

eksperimental.Eksisi dianggap radikal jika tumor diangkat 2 cm 

jaringan normal sekitarnya. Jika tidak demikian, eksisi 

dianggap tidak radikal dan harus diikuti radioterapi 

adjudvan.infiltrasi tumor pada pembuluh darah besar atau 

saraf, bisa dipertimbangkan amputasi. Dengan fasilitas yang 

lebih baik bisa dikerjakan Limb Salvage Surgery. 

 

4. Keganasan kulit 

Definisi 

Kanker kulit yaitu   kanker yang berasal dari kulit atau aneksa 

kulit.  

Patofisiologi 

 108 

 

a. Kefainan kulit premaligna 

1. Keratosis : 

o Keratosis aktinika (solaris,senilis)  

o Leukoplakia  

o Keratosis arsen  

o MorbusBowen  

2. Kelainan nevoid 

o Naevus sebaceous 

o Nauvus pigmentosus kongenital 

3. Kelainan pigmen 

o Lentigo maligna (Meianosis Dubreuhil) 

o Sindroma naevus displastik  

b. Tumor kulit maligna: 

1. Karsinoma sel basal 

2. Karsinoma sel skuama 

 

Manifestasi klinis 

1. Keratosis aktinik, lesi praganas terbanyak, biasanya 

merupakan pertumbuhan keratotik kecil, berbatas tegas, 

kemerahan, datar atau menonjol dengan permikaan kasar 

pada palpasi. Jika terjadi indurasi hati-hati terjadi kanker. 

Keratosis terutama terdapat pada muka (terutama pada 

 109 

 

telinga, punggung, hidung, kepala botak) dan selanjutnya 

punggung tangan. 

2. Kebanyakan kanker kulit tumbuh pertama sebagai lesi 

kecil yang sedikit menonjol di atas kulit. Wama bisa 

berbeda dengan kulit sekitarnya. Gejala awal yang 

penting : lesi yang mencurigakan yaitu   setiap lesi yang 

tumbuh dan jadi erosif, tak sembuh dalam 3 minggu 

ssudah terapi konvnsional, atau yang tumbuh dalan waktu 

pendek. Gejala lanjut yaitu   ulcerasi dan perdarahan. 

3. Karsinoma sel basal, biasanya mulai sebagai penonjolan 

kecil merah kelabu mengkilap, sering dengan 

taleangiektasi. Pada pertumbuhan selanjutnya sering 

terjadi suatu daerah sentral yang iicin dan agak 

mendalam. Kadang-kadang terjadi destruksi yang cukup 

banyak, sedang pingirnya yang menonjol tampaknya tidak 

ada. Ini yang disebut ulkus rodent. Kadang sel basal 

mengandung sel pigmen melanin sehingga berwarna 

coklat sampai hitam. Ini yang disebut karsinoma sel basal 

dengan pigmentasi. Pertumbuhannya lambat. Sekitar % 

karsinoma terdapat pada kepala dan leher. Sebagian kecil 

tumor tumbuh agresif dan invasif, namun  metastase jarang 

terjadi. 

 110 

 

4. Karsinoma sel squamosa (karsinoma planosellulare). 

Banyak karsinoma terj'adi pada kulit yang mengalami 

perubahan premaligna. Ini dapat berupa uatu keratosis 

senilis atau leukopiakia. Dalam perjalananya unsur ini 

menjadi lebih tebal, dan dibawahnya terjadi perubahan 

infiltratik. Bersama dengan itu terjadi tambahan 

kornifikasi dan terj'adi pertumbuhan tumor yang terjadi 

lebih tebal di pinggirnya. Kadang karsinoma ini tampak 

klinis sebagai suatu verucca, kadang-kadang sebagai 

papiloma besar yang tumbuh aktif. Metastasi kekelenjar 

limfe regional dapat terjadi, metstase hematogen jarang 

terjadi. 

5. Morbus Bowen, (pada selaput lendir: Morbus Quetyat) 

mempunyai gambaran berupa kelainan eritematosa, yang 

terdapat pada bagian kulit yang tidak ditutupi, tidak 

teratur namun  berbatas tegas, sering menyerupai eksema. 

Secara mikroskopis ini yaitu   karsinoma planosellulare 

yang tumbuh intraepitelial (insitu). 

 

 

 

Diagnosis 

1. Selalu dikonfirmasikan secara histopatologik 

 111 

 

2. Biopsi pada tumor ganas: insisi / eksisi 

 

Terapi 

Karsinoma sel basal: 

o Eksisi 

o Radioterapi 

o Cryosurgery 

o Excochleasi dan elektrokoagulasi (kasus tertentu)  

Karsinoma sel skuamosa 

o Eksisi (dengan diseksi kelenjar regional bila metastase 

kefenjar) 

o Radioterapi 

o Cryosurgery (kasus tertentu) 

 

 

 

 

 

 

 

kesimpulan   Kanker Payudara, Kanker Tiroid, Soft Tissue Tumor, 

Keganasan kulit yaitu   kasus yang sering didapati. Yang 

 112 

 

perlu diingat yaitu  , deteksi sedini mungkin dan operas! 

seradikal mungkin serta follow-up pasca operas! yang 

balk, termasuk pemakaian modalitas terapi lain 

 

 Perawatan  intensif  PENYAKIT KEGANASAN 

 

Topik Bahasan  Perawatan  intensif  Penyakit Keganasan 

Sub Topik bahasan 

 

1. Prinsip Radikalitas  

2. Penentuan stadium kanker  

3. Prinsip-prinsip radioterapi  

4. Prinsip-prinsip kemoterapi 

 

 

 

 

Tindakan bedah harus diyakinkan sebelumnya apakah ini 

bersifat kuratif atau paliatif (menghilangkan penyakit atau 

sekedar memperbaiki kualitas hidup saja). Operasi Kuratif 

mengupayakan penyembuhan definitif. Paliasi yang baik 

 115 

 

berarti memperbaiki keadaan penderita kanker tanpa 

mengusahakan penyembuhan definitif. Contohnya :  

1. Kanker usus/colon, bila masih mobile, belum metastase 

dapat dilakukan reseksi anastomosis usus/colon sehingga 

seluruh tumor diangkat dari tubuh penderita. namun  

kadang pasien datang dalam keadaan ileus, sudah terjadi 

perforasi, metastasis, tindakan hanya menghilangkan 

obstruksinya dengan pintasan, atau menghiiangkan 

peritonitis dan merepair perforasi, bahkan bila perlu harus 

dibuat stoma (anus buatan) 

2. Kanker Payudara, bila masih kecil, belum ada 

metastasis/ulkus, mungkin dapat dilakukan mastektomi 

radikal sebagai operasi kuratif. namun  bila ulkus ada kulit 

yang lebar, maka operasi simpel mastektomi dilakukan 

untuk paliasi, memperbaiki kualitas penderita, dilanjutkan 

dengan radioterapi, kemoterapi amupun hormonal terapi. 

3. Kanker kulit (misalnya karsinoma basoselulare) di sudut 

mata kanan, seharusnya diiris minimal 5 mm diluar batas 

kankernya, kelopak mata dikorbankan. Setelah operasi 

direkonstruksi. Prinsip radikalitas pada operasi tumor 

antara lain: irisan luas diluar batas/tepi tumor, "Don't 

touch the mass", limfe regional harus diangkat secara en 

 116 

 

bloc (bersama, tidak terpisah dari tumornya). Pada tumor 

di otot, harus dilakukan muscle group excision, sehingga 

pasien akan kehilangan fungsi gerak yang dikerjakan oleh 

otot ini  . Pada tumor organ vital, misalnya ginjal, 

paru, prostat, uterus, dll harus dilakukan pengangkatan 

total organ ini  . Bila tumor mengenai tuiang, 

mungkin harus dilakukan amputasi.  

Setelah operasi, penting untuk mmeriksa patologi 

anatomi, selain untuk mengetahui jenis tumornya, juga 

untuk memastikan bahwa irisan yang dilakukan yaitu   

bebas dari tumor. kerana   kalau belum bebas, bisa (bahkan 

harus) dilakukan operasi ulang untuk mencapai 

radikalitas. 

Penting juga dilakukan follow-up pasca operasi untuk 

memeriksa kemungkina residif lokoregional atau 

timbulnya metastasis. Meski demikian ada penderita yang 

perlu dibebaskan dari follow-up kerana   supaya merasa 

sudah sembuh. 

 

 

 

2. Penentuan Stadium Kanker 

 117 

 

Stadium penyakit kanker sangat mempengaruhi tindakan 

bedah, dan modalitas terapi lainnya. Penetuan stadium yang 

umum dipakai yaitu   menggunakan Sistem TNM. T yaitu   

menggambarkan besar/ukuran massa kanker. Penentuan ini 

biasanya dengan mengukur langsung. N yaitu   keterlibatan 

limfonodi regional. Penentuannya juga dengan perabaan 

langsung. Sedangkan M yaitu   ada atau tidaknya metastasis 

jauh di organ-organ lain misalnya, hepar, paru, tuiang dll. 

Penentuannya dengan memeriksa USG hepar, Ro thorax, dan 

Bone Scanning tuiang secara menyeluruh. Lihat contoh label 

TNM untuk kanker payudara. 

 

3. Prinsip-Prinsip Radioterapi. 

Pembedahan, radioterapi dan kemoterapi yaitu   kombinasi 

yang penting dan paling sering dilakukan pada penanganan 

kanker. Beberapa prinsip yang penting : 

1. Radioterapi dapat membunuh sel kanker atau mencegah 

pertumbuhan lanjut dengan tetap mempertahankan 

organ yang terkena. 

2. Radioterapi menggunakan sinar pengion yang melepas 

elektron bebas, dan akan merusak material genetikdi 

 118 

 

dalam DNA sel kanker, sehingga sel kanker dapat mati : 

atau dihambat tumbuhnya. 

3. Pada sel kanker yang tidak sensitif memerlukan dosis 

(fraksi) sinar lebih besar. 

4. Kondisi lokal (misal ada luka) harus baik (sembuh), kerana   

regenarasi dihambat. 

5. Kondisi umum juga harus baik kerana   sering timbul efek, 

pusing, mual, muntah, nafsu makan hilang. 

6. Laboratorium darah, fungsi jantung, fungsi hepar dan 

fungsi ginjal harus baik. 

 

Contoh penyinaran kuratif : 

1. Hodgkin atau Non-Hodgkin limfoma yaitu   kanker 

kelenjar limfe yang dapat diterapi tunggal dengan 

penyinaran. Pembedahan biasanya hanya untuk 

melakukan biopsi guna memastikan histopatologi 

kanker. 

2. Penyinaran pasca mastektomi radikal kuratif pada 

penderita kanker payudara. 

 

 

 

 119 

 

Contoh penyinaran paliatif : 

1. Kasus metastasis tulang, penyinaran dapat mencegah 

nyeri yang timbul, dan mencegah pula proses 

osteolisis. 

2. Kasus metastasis atau primer di otak, pleksus saraf, 

medulla spinalis dapat dilakukan penyinaran, hasilnya 

cukup bermakna. 

3. Obstruksi pada traktus digestivus maupun 

respiratorius dapat dikurangi dengan penyinaran. 

4. Karsinoma bronkhus dapat menyebabkan sindroma 

vena kava superior. Radiasi segera dapat meringankan 

simptom yang ada. 

 

Efek samping penyinaran : 

Efek samping yang umum yaitu   kelelahan, mual, muntah dan 

malaise umum. Keluhan biasa timbul sesudah seminggu 

penyinaran, namun  biasanya hilang setelah 2-3 mtnggu. Efek 

samping lokal akut yang terpenting yaitu   dari kulit 

(dermatitis) dan selaput lendir (mukositis). Efek lambat pada 

kulit bisa muncul 3-6 bulan sesudah terapi berupa penebalan 

edematosa yang akan hilang spontan dengan terjadinya 

fibrosis lambat.  

 120 

 

Penyinaran pada kasus kanker usus sering menimbulkan 

perubahan pola defekasi. Penyinaran paru, mulai 6 minggu 

dapat timbul alveolitis interstitial yang menimbulkan 

rangsangan batuk, sesak dan kadang demam menggigil. 

Radiasi pada medulla spinalis menimbulkan demielinisasi, 

pada lensa menimbulkan katarak, pada gonade menimbulkan 

infertilitas. Penyinaran pada anak juga dapat menimbulkan 

gangguan pertumbuhan. 

 

4. Prinsip-Prinsip Kemoterapi 

Kemoterapi merupakan terapi sistemik dan kerana   itu 

terutama diindikasikan untuk malignitas sistemik semacam , 

leukemia, tumor yang telah atau diduga telah menyebar, dan 

tumor yang tidak operabel. 

Terapi kanker dengan sitostatika berdasar atas eliminasi 

(pembunuhan) sel-sel tumor dengan sedikit efek yang 

merugikan jaringan normal. Sel kanker tumbuh potensial lebih 

cepat dari pada jaringan normal yang menghasilkan se itu. 

kerana   itu Zat penghambat pertumbuhan dapat 

memperlambat progresi proses penyakit. 

 

 

 121 

 

Pembagian dan mekanisme kerja sitostatika ada 4 golongan: 

1. Zat antimetabolit: merupakan golongan senyawa 

alamiah atau sintetik yang berhubungan erat dengan 

unsur bangun asam-asam nukleat. Dengan itu mereka 

dapat ikut serta dalam sistem transport dan proses 

metaboiik sampai strukturnya yang berbeda 

memblokade proses lebih lanjut. Termasuk golongan 

ini yaitu   sitosin arabinosid, 5-fluoro urasil dan 

metotreksat. 

2. Zat pengalkil (gugus yang reaktif), dapat membuat 

ikatan basa DMA, terutama dengan guanin, dengan 

membentuk penghubungan dua rantai DNA dengan 

reaksi ganda. Ini yaitu   suatu toksisitas. Termasuk 

golongan ini yaitu   melfalan, siklofosfamid. 

Cisplatinum juga termasuk subfamili pengalkil. 

3. Produk-produk alam, mula-mula diisolasi dari 

tumbuh-tumbuhan dan mikroorganisme. 

Sitotoksisitasnya disebabkan oleh kerana   ikatannya 

dengan DNA dan topoisomerase.golongan yang kuat 

yaitu   pengikat tubulin yang membunuh sel dalam 

mitosis. Contohnya yaitu   golongan vinka alkaloid, 

taxol. 

 122 

 

4. Mormon, lebih tepat disebut anti hormonal. 

Beberapa tumor bergantung kepada hormon 

(kelamin), semacam  tumor payudara, prostat. 

Tamoksifen yaitu   antagonis estrogen yang terkenal 

pada kanker payudara. 

 

Breast Cancer Staging 

T: Size of Primary Tumors 

Tl Tumor ≤2 cm in its greatest dimension 

T2 Tumor ≥2 cm but ≤5 cm in its greatest dimension 

T3 Tumor ≥5 cm in its greatest dimension 

T4 Tumor of any size with direct extension Eo chest wall or 

skin 

 

N: Status of Regional Lymph Nodes 

NO No palpable ipsilateral axillary nodes  

Nl Movable ipsilateral axillary nodes  

N2 Ipsilateral axillary nodes matted or fixed to other 

structures  

N3 Ipsilaieral supradavictllar or infraclavicular positive nodes 

or arm edema 

 

 123 

 

M : Presence or Absence of Distant Metastasis 

MO No evidence of distant metastasis 

Ml Distant metastasis present, including sldn involvement 

beyond the breast area 

 

Clinical Stage - Grouping 

Stage I Tl NO MO 

Stage 11 TI Nl MO 

 T2 NO or Nl MO 

Stage HI Tl N2 MO 

 T2 N2 MO 

 T3 NO, Nl, or N2 • MO 

 T4 AnyN MO 

Stage IV Any T AayN Ml 

 

 

kesimpulan   

 

Prinsisp Radikalitas akan menjamin bersihnya operasi 

mengangkat tumor secara makroskopis. Penentuan 

stadium kanker mutlak untuk menentukan tindakan 

yang diambil, apakah kuratif atau paliatif saja. Prinsip-

prinsip radioterapi dan Prinsip-prinsip kemoterapi 

 124 

 

penting untuk menatalaksanakan penyakit terutama 

sebagai terapi kombinasi. 

 


LUKA BAKAR (BEDAH PLASTIK) 

 

C. Algoritme kasus 

Seorang ibu terjatuh di dapur, mengenai bejana berisi air 

panas. Lengan kanannya melepuh nyeri, sebagian lepuhnya 

sudah pecah. la segera dilarikan ke rumah sakit. 

 

 

BEDAH PLASTIK dan REKONSTRUKSI 

 

Topik Bahasan Bedah Plastik dan Rekonstruksi 

Sub Topik bahasan 1. Luka bakar  

2. Sumbing  

3. Hipospadia  

4. Trauma muka 

 

 

1. Luka bakar 

Definisi 

Luka bakar yaitu   kerusakan atau kehilangan jaringan yang 

disebabkan kontak dengan sumber panas semacam  api, air 

panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Yang perlu diperhatikan 

yaitu   : 

1. kausa 

2. luas luka bakar 

3. derajat / kedalaman 

 

Klasifikasi Luka Bakar 

A. Berdasarkan penyebabnya: kerana   api, air panas. bahan 

kimia (yang bersifat asam atau basa kuat),listrik atau 

petir,radiasi dan akibat suhu rendah (frost bite).  

B. Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan  

o Derajat I : Superficial skin burn Terjadi kemerahan 

pada kulit, membaiktanpa pengobatan 

o Derajat II: Partial Thickness Skin Burn 

Terjadi kerusakan pada sebagian dermis. Epidermis 

dapat lepas dari dermis dan berisi cairan sehingga 

semacam  gelembung yang disebut bulla. Bulla ini dapat 

pecah dan luka dibawahnya tampak basah, 

 132 

 

kemerahan. Padapalpasi luka ini nyeri sekali kerana   

ujung ujung saraf terluka. 

o Derajat III: Full Thickness Skin Burn 

Pada keadaan ini seluruh dermis rusak. Luka tampak 

pucat dan kering. Pada palpasi / pin prick test tidak 

nyeri kerana   ujung saraf ikut rusak. 

 

 Perawatan  intensif   

a. Life saving 

1. Api masih hidup -^ stop - drop - roll 

2. Hentikan heat-restore 

o Siram dengan air 

o Bebaskan pasien dari pakaian yang terbakar, zat-

zat kimia dan residu yang dapat mengakibatkan 

proses luka bakar terus berlangsung 

3. Airway - Breathing – Circulation 

pada pasien luka bakar harus diwaspadai adanya 

keterlibatan jalan nafas (trauma inhalasi)  

b. Perawatan luka  

Derajat I 

o Cuci dengan larutan 5 ml savlon dalam 500 ml NaCI 

verband 

o Beri sufratulle / daryantulle 

 133 

 

o Tutup verband steril yang tebal 

o Ganti verband 1 minggu kemudian atau bila verband 

nampak basah oleh serum dari luka.  

Derajat II 

o Cuci dengan larutan 5 ml savlon dengan 500 ml NaCI 

fisiologis tiap hari  

o Lumuri dengan silver sulfadiasin / burnazin / 

silverazin 

o Balut dengan kasa steril 

Derajat III, balut diganti tiap minggu, beri salep antibiotik 

yang mengandung sulfadiasin / burnazin / silverazin dan 

kalau perlu skin graft 

 

Luas permukaan leher dan kepala = 9% 

 134 

 

Luas permukaan setiap lengan = 9% 

Luas permukaan dada = 9% 

Luas permukaan perut = 9% 

Luas permukaan punggung = 9% 

Luas permukaan pinggang = 9% 

Luas permukaan paha = 9% 

Luas permukaan betis = 9% 

Luas permukaan perineum dan genital = 9% 

Lebar permukaan telapak tangan dihitung = 1% 

 

Indikasi Rawat Inap 

1. Dewasa: derajat II dengan luas > 15 %, anak atau 

orang tua derajat II > 10% 

2. Derajat III. 10% 

3. Luka pada: wajah tangan genital / perineal 

4. Penyababnya kimia dan listrik 

5. Menderita gangguan atau penyakit lain 

 

 

 

 

2. Sumbing 

 135 

 

A. Labioshizis Klasifikasi 

o L, unilateral sinistra incompleta  

o L. unilateral dextra incompleta  

o L. bilateral incompleta  

o L. unilateral sinistra completa  

o L. unilateral dextra completa  

o L. bilateral completa 

 

Anamnesis 

o Sumbing bibir sejak lahir  

o Riwayat keluarga sakit serupa  

o Riwayat :  

o Defisiensi nutrisi/vitamin pada ibu  

o Obat-obatan yang mengganggu pertumbuhan  

 

Terapi 

o Bayi baru lahir tidur miring pada sisi sumbing 

Plester/elastik penahan premaxilla pada L Bilateral 

completa  

o Labioplasty (millard) bila telah memenuhi rule of tens: 

✓ HB > 10 gr%,AL< 10.000 

✓ BB > 10 pounds 

 136 

 

✓ Umur> 10minggu 

 

B. Palatoscizis Klasifikasi 

o P. unilateral sinistra completa  

o P. unilateral dextra completa  

o P. bilateral completa  

o P. incompleta  

 

Anamnesis 

o Sumbing langit-langit sejak lahir  

o Riwayat keluarga sakit serupa  

o Riwayat defisiensi nutrisi/vitamin pada ibu  

o Obat-obatan yang mengganggu pertumbuhan 

 

 

Terapi 

o Usia 1-2 minggu konsultan ke bagian orthopedi untuk 

pemasangan obturator, bila penderita tidak mampu diberi 

nasehat cara feeding : 

✓ Menggunakan dot besar (no.3/besar: untuk anak 

usia 9 bulan) dengan lubang besar tidak di ujung, 

namun  menghadap ke bawah 

 137 

 

✓ Posisi anak jangan telentang, namun  

tegak/setengah duduk  

o Usia 1,5-2 tahun dilakukan palatoplasty 

(Wardil/Bisono/Furlow) 

 

C. Gnatoscizis  

Anamnesis 

o Sumbing gusi sejak lahir 

o Riwayat keluarga sumbing 

o Riwayat : 

✓ defisiensi nutrisi/vitamin pada ibu 

✓ obat-obatan yang mengganggu pertumbuhan

  

 

Terapi 

Alveolar bone graft pada usia 7-9 tahun donor diambil 

substansia spongiosa crista iliaca 

Cara lain dilakukan grafting dengan bahan anorganik 

Hydroxy Apatite 

3. Hipospadia  

Definisi 

 138 

 

Keadaan di mana muara uretra tidak di ujung namun  di sebelah 

sentral. Tergantung letak muara uretra dikenal tipe-tipe 

o Glans / glanular 

o Caronal 

o Penile 

o Peno-scrotal 

o Scrotal 

o Perineal 

Terapi 

Penanganan hipospadia dilakukan dengan 2 tahap : 

1. Operasi reseksi chorda (chordectomy atau release chorda) 

Tahap pertama dilakukan pada usia 2 tahun (bisa ditunda), 

sebelumnya test endokrinologi anak (kadar hormon 

testosteron) kerana   biasanya disertai undescensus testis. 

2. Uretroplasti 

Dilakukan 6 bulan setelah chordectomy, untuk 

meletakkan OUE pada tempatnya Sebelum usia 4 tahun 

semua tahapan operasi harus sudah selesai, terkait 

dengan psikis anak 

 

4. Trauma Muka 

Pada trauma muka dapat terjadi : 

 139 

 

1. Trauma jaringan lunak: yang perlu diperhatikan 

yaitu   N VII (n. Facialis), ductus parotis stensen, arteri 

dan saraf sensible 

2. Trauma tulang : Zygoma, nasal, maxilla, mandibula 

 

A. Fraktur Mandibula Klasifikasi 

• Fraktur symphisis mandibulae  

• Fraktur corpus mandibulae  

• Fraktur ramus mandibulae  

• Fraktur angulus mandibulae  

• Fraktur condylus mandibulae  

• Fraktur coronoideus mandibulae  

• Fraktur processus mandibulae 

 

Anamnesis 

• Riwayat trauma pada regio mandibula 

• Terjadi gangguan oclusi 

• Waspada pada   kemungkinan disertai fraktur 

cervical 

Terapi 

Reposisi-fixasi sehingga tercapai oclusi yang baik, sehingga 

diharapkan fungsi buka mulut dan mengunyah menjadi 

baik 

 140 

 

 

B. Fraktur Maxilla  

Klasifikasi 

• Fraktur transversal 

• Fraktur pyramidal 

• Fraktur craniofacial dysjunction 

• Fraktur sagital  

 

Anamnesis 

• Riwaayat trauma  

• Gangguan oclusi 

 

Check up   

sinistra komplit 

• Palpasi 

• Wajah tampak memanjang 

Terapi 

• IDW-IMW + suspensi ke arcus zygomatius atau orbita 

rim Archbar + suspensi ke arcus zygomatius atau 

orbita rim 

• Microplating + IDW-IMW 

• Microplating + archbar 

 141 

 

• Microplating 

 142 

 

kesimpulan    Tiga hal penting dalam luka bakar, yakni penyebab, 

kedalaman dan luasnya. Indikasi rawat inap harus 

jelas. Sumbing, sering dianggap oleh pasien sebagai 

kasus darurat (faktor psikologis). Rule often, adaiah 

saat operasi ideal. Jadwal penanganan harus 

diterangkan kepada orang tua anak. Demikian juga 

kasus Hipospadia, sebaiknya sebelum anak sekolah, 

sudah ditangani. Trauma muka harus 

direkonstruksi kerana   disamping aspek 

fungsiaonal, kosmetika juga sangat penting. 





PATAH TULANG (BEDAH ORTHOPEDI) 

 

C. Aigontme kasus 

Kasus: Gadis X, 23 th, tertabrak motor, 

jatuh, bahu kanan sakit, di foto, hasiinya 

semacam  berikut. 

 

D. Dattar keterampilan (afektit dan psikomotor) 

1. Menolong pasien yang kesakitan. 

2. Memeriksa tanda klinis patognomonis fraktur. 

3. Memeriksa NVD (neurovascufar disturbencies). 

4. Menginterpretasi foto rontgen fraktur. 

5. Melakukan debridement fraktur terbuka 

6. Melakukan reposisi suatu displaced fracture 

7. Memasang bidai atau gips sederhana 

8. Melakukan rujukan kasus 

9. Melatih mobilisasi pasien post-operasi 

 

E. Penjaoaran /eon singm 

BEDAHORTHOPEDI 

Topik Bahasan Bedah Orthopedi 

Sub Topik bahasan 

1. Fraktur  

2. Dislokasi  

3. Inflamasi tulang sendi  

4. Penyakit Degeneratif Sendi  

5. Osteoporosis 

 

 

 

 149 

 

1. Fraktur 

Definisi  

Fraktur yaitu   hilangnya kontinuitas struktur tulang 

 

Macam 

Deskripsi fraktur dibedakan berdasarkan: 

1. Lokasi: diafisis, metafisis, epifisis, intraartikuler. Jika 

berhubungan dengan sendi disebut fraktur-dislokasi 

2. Tingkatan : komplit, inkomplit. 

3. Konfigurasi: transversal, oblik, spiral, comminuted, 

segmental 

4. Hubungan antar fragmen : undisplaced, displaced, 

(translasi/bergeser, angulasi, rotasi, distracted, 

overiding, impacted) 

5. Hubungan dengan lingkungan eksternal: tertutup, 

terbuka 

6. Komplikasi: complicated, un complicated. 

 

Diagnosis  

1. Anamnesis : mekanisme trauma, penurunan fungsi, 

adanya bunyi tulang berderak 

 150 

 

2. Check up  : bengkok, deformitas, gerakan 

abnormal, ekimosis 

3. Palpasi: nyeri tekan, nyeri dan spasme otot, krepitus 

4. Check up   penunjang: foto rontgen di daerah 

fraktur: Meliputi seluruh tulang panjang Minimal 2 

sudut pandang Melibatkan 2 sendi  

 

 Perawatan  intensif  

1. Life saving. 

Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat 

penting untuk melakukan Check up   dan 

penanganan pertama pada   A-B-C. 

2. Jika A-B-C tidak ada masalah, dilakukan penegakan 

diagnosis dengan anamnesis, Check up   fisik dan 

penunjang kemudian dilakukan pengobatan secara 

konservatif atau operatif tergantung jenis frakturnya. 

• Terapi konservtif: 

o Proteksi saja, misal mitella 

o Imobilisasi saja tanpa reposisi, misal 

pemasangan gips  

o Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips 

o Traksi, untuk reposisi secara perlahan  

 151 

 

• Terapi operatif  

o Reposisi terbuka, fiksasi interna 

o Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis 

dan fiksasi eksterna 

 

2. Dislokasi 

Definisi 

Dislokasi yaitu   hubungan tulang pembentuk sendi terpisah 

komplit. Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang 

memerlukan pertolongan segera. 

 

Macam 

1. Dislokasi sendi akromioklavikularis 

2. Dislokasi sendi sternoklavikularis 

3. Dislokasi sendi bahu 

4. Dislokasi sendi siku 

5. Dislokasi sendi radioulnaris distalis 

6. Dislokasi sendi metacarpofalangeales dan 

interfalangeales 

7. Dislokasi korpus: lunat dan perilunat 

8. Dislokasi sendi koksae 

9. Dislokasi sendi lutut 

 152 

 

10. Dislokasi sendi talokruralis 

11. Dislokasi lisfranc 

12. Dislokasi 

interfalan

geles (jari 

kaki)  

 

Diagnosis 

1. Anamnesis 

• Adanya trauma 

• Mekanisme trauma yang sesuai, misal trauma 

ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi 

bahu 

• Ada rasa sendi keluar 

• Bila trauma minimal, hal ini dapat terjadi pada 

dislokasi rekurens atau habitual 

2. Check up   klinis 

• Deformitas : Hilangnya tonjolan sendi normal, 

pemendekan / pemanjangan. 

• Nyeri 

• Functio laesa, misal bahu tidak dapat endorotasi pada 

dislokasi anterior bahu 

 153 

 

3. Check up   penunjuang 

Check up   foto rontgen untuk memastikan arah 

dislokasi dan apakah disertai fraktur 

 

 Perawatan  intensif  

1. Lakukan segera reposisi 

2. Dislokasi sendi kecil dapat dilakukan di tempat 

kejadian dengan atau tanpa anestesi lokal. 

3. Dislokasi sendi besar memerlukan anestesi umum 

 

3. Inflamasi Tulang dan sendi 

Definisi 

Inflamasi yaitu   reaksi lokal dari jaringan yang hidup pada   

iritan. Iritan yaitu   zat/trauma yang menimbulkan iritasi, 

semacam : 

1. Bakteri: piogenik (osteomyelitis hematogenius), 

granulomatous (tuberkulosis, sipilis, fungi) 

2. nonspesifik / idiopatik: rematik, spondilitis ankilosing 

3. kimiawi: penyakit gout, pseudogout 

4. trauma kronis : 

bursitis, 

tenovaginitis 

 154 

 

 

Diagnosis  

Anamnesis 

1. Keluhan : kemerahan, bengkak, nyeri, panas dan 

fungsiolaesa 

2. Riwayat: faktor pencetus, adanya trauma, sendi yang 

diserang pertama kali 

3. Deformitas: sikap terpaksa, atrofi, bengkak / benjolan, 

nodus.  

Check up   

1. Perabaan: panas, nyeri tekan, fluktuasi, benjolan 

keras pada gout/nodus rematoid 

2. Goldstandar: 

3. Kultur dan sensitivitas untuk piogenik akut / kronis 

4. Check up   histologis (TBC gout dan rematoid) 

5. Foto rontgen : squester, body abcess (kronis)  

 

 Perawatan  intensif   

Konservatif 

1. pembidaian atau traksi dengan analgetika dan anti 

inflamasi :  

2. support psikologis  

 155 

 

3. terapi supportif dengan cairan atau tranfusi jika 

terdapat anemi 

4. terapi spesifik sesuai jenis / kausa  

Operatif 

1. Dekompresi: evakuasi pus, drilling, drainase 

2. Artrotomi 

3. Squestrektomi 

4. Guttering 

5. Operasi rekonstruksi osteomuscle flap grafting 

6. Fusion 

7. Atroplasti 

8. Sinoviektomi 

 

4. Penyakit Degeneratif Sendi 

Definisi 

Disebut juga osteoartritis, osteoartrosis, artritis degeneratif, 

artritis senesent, atau arthritis hipertrofi. Yaitu penyakit sendi 

dengan kerusakan pada kartilagonya, yang sifatnya progresif 

dan pada tulang subkhondral terjadi hipertrofi dan 

remodelling serta pada membrana synovial terjadi reaksi 

inflamasi sekunder. 

Penyakit degeratif: 

 156 

 

Sendi tidak simetris namun  terlokalisir  

Insidensi: 60 tahun ke atas, 25% wanita, 15% kali-laki 

Tipe: primer (banyak pada wanita) dan sekunder (banyak pada 

laki-laki) 

Etiologi 

1. Kelainan kongenital 

2. Infeksi sendi 

3. Penyakit inflamasi non spesifik 

4. Artritis metabolik 

5. Trauma 

6. Instabilitas sendi 

7. iatrogenik  

Klinis 

1. nyeri sendi, hilang jika istiarahat 

2. krepitasi sendi bila digerakkan 

3. bengkak atau udem sendi 

4. atrofi otot di sekitar sendi 

5. limitasi ROM dengan krepitasi 

6. nodus heberden pada degenerasi sendi 

interfalangealeas jar! tangan  

 

 Perawatan  intensif  

 157 

 

1. Support psikilogis 

2. Analgetik dan antiinflamasi 

3. Mempertahankan fungsi sendi dan mencegah 

deformitas dengan latihan aktif sendi, terapi panas, 

diathermi dan alat-alat bantu ortopedik 

4. Koreksi deformitas agar fungsi menjadi 

baik, terutama tipe sekunder : 

• Osteotomi 

• artroplasti 

• artrodesis 

• operasi jaringan lunak  

• transplantasi sendi 

 

5. Osteoporosis 

Definisi 

Osteoporosis yaitu   suatu kondisi di mana volume tuiang atau 

kepadatan tulang per-unit berkurang (decrease bone density 

mass) 

Tulang pada m.anuia menipis dan rapuh, maka kondisi in! 

mempunyai manifestasi Minis 

fraktur akibat trauma ringan dan sepele (trivial injury), sedang 

pada orang normal tidak akan 

 158 

 

terjadi. 

 

Klinis 

Pada umumnya penderita manula datang ke dokter kerana   

masalah fraktur, terutama fraktur collum femoris atau fraktur 

colles. Setelah difakukan Check up   radiologis ternyata 

tulangnya mengalami Osteoporosis. Oleh kerana   itu, 

pengobatan Osteoporosis disamping menangani fraktur juga 

pengobatan osteoporosisnya. Maka pencegahan 

Osteoporosis lebih penting agar tidak terjadi fraktur. 

 

Klasifikasi 

1. Osteoporosis Primer 

a. Tipe I  : pada wanita pasca menopause 

b. Tipe II : pada laki-laki dan wanita kerana   

penanbahan usia 

2. Osteoporosis Sekunder: kerana   penyakit tulang yang 

bersifat erosif semacam  multipel myeloma, 

hipertiroidisme/hiperparatiroidisme, obat-obat toksis 

pada   tulang semacam  preparat steroid. 

3. Osteoporosis Idiopatik yang terdapat pada juvenile, 

adolescent, wanita premenopause dan laki-laki muda 

 159 

 

 

 Perawatan  intensif  

1. Terapi fraktur pada manula yaitu   imobilisasi dini 

dengan memberi   stabilisasi fraktur. Perlu 

diperhatikan sebelum maupun sesudah operasi: Hb, 

keseimbangan elektrolit dan pencegahan komplikasi. 

2. Perawatan penderita sangat penting dalam 

memperetahankan kondisi prima dan mencegah 

komplikasi dekubitus. Rehabilitasi penderita 

merupakan kerja tim yang tergantung pada 

perawatan, fisioterapi, terapi okupasi, pekerja sosia! 

dan ahli manula. Komunikasi denan penderita 

perlu  ketelatenan dan kesabaran ekstra. 

3.  

kesimpulan   

Fraktur, Dislokasi paling banyak kerana   trauma, 

merupakan kasus emergency. Reposisi dan fiksasi yaitu   

terapi utamanya, Inflamasi tulang sendi, Penyakit 

Degeneratif Sendi, Osteoporosis juga sering dijumpai 

meskipun terapi medikamentosa sering jadi pilihan. 

 


CEDERA KEPALA (BEDAH SARAF) 

 

 

C. Algoritme kasus 

Kasus: Mahasiswa PTS di Jogja, dikejar Polisi kerana   tidak pakai 

helm. Malangnya ia menabrak truk yang sedang parkir. la jatuh 

pingsan, kepala membentur aspal di pelipis kiri. la dilarikan ke 

RS terdekat. Hasil CT scannya semacam  berikut. 

 

D. Daftar keterampilan (afektif dan psikomotor) 

1. Memeriksa Skor GCS 

2. Memeriksa tanda-tanda lateralisasi 

3. Menginterpretasi foto rontgen/CT Scanning 

4. Melakukan debridement sederhana cedera kepala 

terbuka 

5. Melakukan rujukan kasus 

6. Melatih mobilisasi pasien post-operas! 

 

E. Penjabaran teori singkat 

 

BEDAH SARAF 

Topik Bahasan Bedah Saraf 

Sub Topik bahasan 

1. Hydrosefalus  

2. Meningoensefalokel  

3. Hernia Nukleus Pulposus  

4. Tumor Intrakranial  

5. HEAD INJURY (SUPLEMENT) 

 

 

 

 

 167 

 

1. Hydrosefalus  

Definisi 

Hidrosefalus yaitu   yaitu   akumulasi cairan seerbrospinal di 

dalam sistem ventrikel, yang mengakibatkan pelebaran 

ventrikel dan biasanya disertai dengan peninggian tekanan 

intrakranial Penyebab 

1. congenital 

2. pasca infeksi: meningitis, ensefalitis 

3. pasca hemorrhagik: perdarahan intraventrikuler, 

subarahnoid, trauma lahir. 

4. tumor neoplasma 

Klasifikasi 

• Hidrosefalus obstruktif : 

Disebabkan kerana   obstruksi aliran cairan 

serebrospinal dalam sistem ventrikel baik dari dalam 

atau dan* luar ventrikel. 

• Hidrosefalus komunikan : 

Disebabkan kerana   gangguan obstruksi cairan 

serebrospinal yang ada di rongga subarahnoid. 

 

 

 

 168 

 

Kriteria Diagnosis 

Pada bayi dan anak: 

• Kepaia cepat bertambah besar 

• Ubun-ubun menonjol 

• Diastasis sutura 

• Kulit kepaia tipis, vena melebar 

• Mata melirik ke bawah (setting - sun sign 

• Hambatan perkembangan 

• Defisit neurologik yang bervariasi, kejan 

• Peninggian tekanan intracranial 

• Atrofi korteks  

Pada orang dewasa: 

• Peningkatan tekanan intrakranial biasanya disertai 

nyeri kepaia, muntah, mual dan edema papii 

• Dapat terjadi herniasi tentorial dan atau foramen 

magnum, diikuti dengan gangguan fungsi otak yang 

diikuti dengan kematian mendadak 

Terapi 

• Acetazolamide, antikonvulsan 

• Drenase ventrikuler dengan profilaksi antibiotik 

• Pemasangan sistem pirau (shunt) ventrikul 

operitoneal atau ventrikuloatrial 

 169 

 

• Biia memungkinkan mengangkat tumor, kista, 

membran, yang menyurnbat aliran cairan 

serebrospinai 

 

2. Meningokel – Meningoense falokel 

Definisi 

Penonjolan jaringan otak dan atau meningen melafui defek 

penutupan tulang kepaia (kranium bifidum). 

 

Klasifikasi 

• oksipital  

• parietal 

• fronto  

• ethmoidal  

• nasofrontal  

• nasoorbital 

• nasofaringeal 

• orbital 

 

 

 

 

 170 

 

Kausa 

Anomali kongenital dimana penutupan tuba neuralis kurang 

sempurna atau terhenti disertai dengan fusi tulang kepala 

yang inkomplit. 

 

Kriteria Diagnosis 

1. penonjolan jaringan lunak di bagian frontal, nasal, 

parietal, oksipital, di garis tengah 

2. ada sejak Eahir 

3. terdapat defek tulang kepala 

4. penonjolan meningen berisi cairan serebrospinal: 

meningokel 

5. penonjolan meningen berisi substansi otak: 

meningoensefalokel 

6. dapat disertai gangguan neurofogik atau hidrosefalus 

Check up   Penunjang 

1. Foto kepala 

2. USG 

3. CTScan 

 

 

 

 171 

 

Terapi 

Pada neonatus dimana terdapat kebocoran cairan 

serebrospinal atau kulit menutup sempurna perlu diberikan 

antibiotika. 

 

Pembedahan 

• Reseksi dan rekonstruksi defek tulang kepala 

• Bila disertai dengan hidrosefalus dipasang pirau 

ventrikuloperitonial, sebelum dilakukan reseksi 

Outcome 

• Sembuh baik bila tidak disertai dengan 

malformasi yang berat 

• Retardasi mental namun  perkembangan fisik baik 

• Gangguan pertumbuhan fisik, mental baik 

• Hemiparesis, monoparesis, strabismus, papil 

atrofi, epilepsi  

 

3. Hernia Nukleus Pulposus Definisi 

Hernia Nukleus Pulposus iaiah penonjolan diskus 

intervertebralis dengan protusi dari nukleus ke dalam kanaiis 

spinalis lumbalis yang mengakibatkan penekanan pada radiks 

atau cauda equina. 

 172 

 

Kausa 

Degenerasi diskus intervertebralis 

Trauma spinal akibat dari jatuh, kecelakaan lalu lintas, 

mengangkat beban berat 

 

Klasifikasi 

HNP  :  lateral -akut/kronis  

Sentral - akut / kronis 

 

Kriteria Diagnosis 

HNP lateral : 

1. Nyeri pinggang bawah yang menjalar ke tungkai yang 

sesuai dengan distribusi radiks yang tertekan 

2. Gerakan pinggang bawah terbatas 

3. Nyeri bertambah hebat bila batuk, bersin atau 

mengejan 

4. Paraestesi, sesuai dengan distribusi radiks yang 

tertekan 

5. Tanda Laseque posistif 

6. Refleks tendon lutut atau tendon Achilles menurun / 

negatif 

7. Defisit neurologik sesuai radiks yang tertekan 

 173 

 

Check up   Penunjang 

1. Laboratorium : 

2. Darah rutin 

3. Cairan serebrospinal 

4. Foto polos lumbosakral 

5. Mielografi 

6. CT Scan lumbosakral 

 

Terapi 

Konservatif, biia tidak dijumpai defisit neurologic : 

1. Tirah baring 

2. Traksi lumbal, mungkin menolong namun  biasanya 

residif 

3. Memakai korset lumbal atau spinal brace  

 

Pembedahan :  

Dilakukan dislektomi melalui : 

• Hemilaminotomi  

• Laminotomi 

• Laminektomi luas, terutama pada HNP sentral  

 

Outcome 

 174 

 

Setelah dilakukannya pembedahan biasanya 80% menjadi 

baik, sedangkan sisanya dapat terjadi residif, instabilitas 

spinal. 

 

4. Tumor Intrakranial 

Definisi 

Tumor intrakranial yaitu   neoplasma baik jinak maupun ganas 

yang tumbuh di dalam rongga intrakranial 

 

Klasifikasi 

1. Berdasar lokasi 

• tumor supratentorial: dewasa 80-85%, anak 40% 

• tumor infratentorial: dewasa 15-20%, anak 60% 

2. Patologik 

• tumor primer: astrositoma, menngioma, 

neurufibroma, hemangioma, adenoma, 

adenocarsinoma 

• tumor metastase : paling sering berasal dari 

karsinoma bronkogenik dan karsinoma payudara. 

Dapat pula berasal dari ginjal, thiroid, lambung, 

prostat dan melanoma. 

 

 175 

 

Klinis 

• Peninggian tekanan intrakranial: nyeri kepaia, 

muntah / mual, edema papil, gangguan kesadaran 

• Serangan epileptik bersifat umum atau lokal 

Gangguan neurologik fokal sesuai lokasi tumor 

 

Check up   penunjang 

1. Laboratorium: darah, cairan serebrospinal 

2. Foto rontgen: kepala, thoraks 

3. CTscan 

4. Angiografi 

5. Radionuklir scan 

 

 Perawatan  intensif  

Tergantung pada tipe dan lokasi tumor 

1. Medikamentosa: dexametason, manitol, 

antikonvulsan 

2. Pembedahan: biopsi, kraniotomi, kraniektomi diikuti 

reseksi, trepanasi. 

3. Radioterapi 

4. Khemoterapi 

 

 176 

 

kesimpulan   

 

Hydrosefalus, Meningoensefalokel merupakan kelainan 

kongenital dimana operasi menj'adi jalan satu-satunya. 

VP-shunt mendrainase LCS ke kavum abdomen. Sedang 

meningo-ensefalokel harus dieksisi dan penutupan 

defek. Hernia Nukleus Pulposus, Tumor Intrakranial juga 

biasanya akan menimbulkan defisit neurologis kerana   

proses desak ruang, sehingga harus dioperasi untuk 

dekompresi. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TRAUMA DADA (BEDAH THORAKS) 


C. Algoretme Kasus 

Kasus: Laki-laki 50 th naik motor menabrak pick-up 

mengangkut bambu yang berhenti mendadak. Luka bagian 

dadanya, sesak nafas berat. 

 

BEDAH THORAKS / VASCULER 

Topik Bahasan Bedah thoraks / vascular 

Sub Topik bahasan 

1. Trauma thoraks  

2. Hematothoraks  

3. Pneumothoraks  

4. Empyema thoraks 

 

1. Trauma Thorax 

Definisi : 

Semua rudapaksa yang mengenai toraks yang meliputi dinding 

toraks dan segenap isinya baik rudapaksa tajam, tumpul 

maupun tembakan. 

 186 

 

Patofisiologi 

1. Perdarahan ->exanguasi, hemetotoraks, hematoma, 

intraalveolar, tamponade cordis 

2. Kerusakan alveoli/jalan nafas/pleura -> 

pneumothorax, tension pneumothotax, emfisema 

kutis, emfisema mediastinum. 

3. Patah tulang iga -> nyeri, gangguan ventilasi, flail chest 

4. Kompresi pada dada -> asfiksia traumatika 

5. Luka menghisap' pada dinding dada, paru kolaps 

Gejala Klinis 

1. Sesak nafas, pernafasan asimetris 

2. Gerakan nafas paradoksai pada flail chest 

3. Nyeri, pernafasan berkurang, ventilasi menurun 

4. Jejas pada dinding dada, luka terbuka, dll 

5. Emfisema kutis 

 

Diagnosis 

1. Check up   fisik 

2. Check up   penunjang: Ro Thorax AP/PA dan lateral 

 

 Perawatan  intensif  

1. Fiksasi dengan plester lebar pada tulang yang patah 

2. Analgetik oral / parenteral 

 187 

 

3. Untuk fraktur sederhana dan tertutup pada 1 -2 

tulang iga tanpa penyulit, penderita tak perlu dirawat 

4. Bila fraktur iga sebanyak 3 atau lebih tanpa penyulit, 

perlu rawat inap untuk observasi. Lakukan observasi 

klinis, Ro foto pada waktu datang, 5-6 jam kemudian 

dan 24 jam: 

a. Bila baik, penderita boleh pulang 

b. Tindakan dilakukan sesuai penyulit atau 

kelainan yang terjdi 

c. Fisioterapi nafas seawal mungkin 

d. Perawatan dengan posisi 1/2 duduk (bila tak 

ada kontraindikasi), terutama pada penderita 

gemuk agar isi abdomen turun ke kaudal, 

sehingga diafragma bebas tidak tertekan isi 

abdomen 

e. Mukolitik / bronkosekretotolitik diberikan bila 

sudah bisa batuk adekuat 

f. Pemberian 02 / masker 

g. Korpus aleonum hanya boleh dicabut selama 

durante operasionum. Selama perjalanan, 

persiapan opersi, korpal difiksasi agar tidak 

menambah cidera akibat goncangan. 

 188 

 

 

2. Hematothoraks 

Definisi 

Terkumpulnya darah pada cavum pleura 

akibat suatu perdarahan. 

 

Patofisiologi 

1. Akibat trauma, terjadi robekan pada pleura 

viseralis/paru atau pleura parietalis/ dinding dada, 

terjadi perdarahan dan tertampung pada cavum 

pleura. 

2. Hematotoraks dapat diklasifikasi sesuai dengan jenis 

 Perawatan  intensif  : 

• Ringan  : 300cc  

• Sedang  : 300-800 cc  

• Berat  : 800 cc 

3. Pada hematotoraks, disamping kehilangan juga 

menyebabkan gangguan pada pengembangan paru 

dan ventilasi.  

 

Gejala Minis 

1. Jejas pada dada. 

 189 

 

2. Sesuai dengan tanda-tanda kehilangan darah. 

3. Sesak nafas, tergantung hebatnya desakan pada   

paru. 

4. Nyeri dada (bifa ada cidera dinding dada). 

5. Pada hematotoraks yang bersangkutan ketinggalan 

gerak, suara paru menurun / hilang, perkusi redup.  

 

Diagnosis 

1. Klinis/Check up   fisik. 

2. X. foto toraks (kecuali hematotoraks berat/masif). 

3. Punksi.  

Penyulit 

1. Akibat eksanguinasi(shock hipovolemi, dll.) 

2. Empiema toraksis(lambat).  

 

 Perawatan  intensif  

1. Ringan (300cc) punksi. 

2. Sedang (300-800 cc), drainase toraks WSD, dengan 

drentoraks No. 28 atau 32. dianjurkan dengan isapan 

tetap (bullau). 

 190 

 

3. Berat > (800 cc) —> darah segar/baru terjadi) harus 

torakotomi eksplorasi segera, untuk menghentikan 

perdarahan. 

4. Bila setiap jam 200-300 cc dalam 2-3 jam berturut-

turut segera torakotomi eksplorasi. 

 

3. Pneumotoraks  

Pengertian 

Terdapat udara di dalam cavum 

pleura. Patofisiologi 

1. Terdapat robekan pada pleura viseralis dan 

paru/jalan nafas/esofagus, sehingga udar masuk 

cavum pleura kerana   tekanan cavum pleura negatif, 

disebut pneumotoraks sederhana tertutup. 

2. Terdapat robekan dinding dada dan pleura parietalis 

sehingga udara luar masuk cavum pleura (sucking 

wound), disebut pneumotoraks terbuka. 

3. Paru akan kolap (mengerut/mengempis) ke arah hilus 

paru, sesuai dengan derajat pneumotoraknya. 

4. Bila kebocoran pleura ini   bersifat ventil/katub, 

udara masuk cavum pleura saat inspirasi dan tidak 

dapat keluar saat ekspirasi, akan terjadi 

 191 

 

pneumotoraks desakan (tension pneumotorax) yang 

akan mendorong mediastinum ke kontra lateral, 

mengganggu aliran darah balik ke jantung dengan 

akibat curah jantung menurun dan terjadi shock non 

hemoragik. Bila tekanan dalam cavum pleura semakin 

tinggi, paru kontra lateral akan terdesak dan 

menimbulkan sesak nafas yang hebat. Sianosis terjadi 

pada keadaan lanjut. 

5. Bisa terjadi emfisema cutis (udara masuk jaringan 

longgar bawah kulit). 

6. Udara bisa masuk mediastinum (emfisema 

mediastinal). 

 

Gejala Klinis 

1. Jejas pada dada. 

2. Nyeri dada (bila ada cidera dinding dada). 

3. Sesak nafas, bisa hebat (tension pneumotorax). 

4. Gangguan hemodinamik (tension pneumotorax). 

5. Sisi dada yang bersangkutan hipersonor, suara 

pernafasan menurun/hilang. 

6. Tekanan v. jugularis meningkat pada ..tension 

pneumotorax". 

 192 

 

 

Diagnosis 

1. Klinis/Check up   fisik. 

2. X-foto toraks (kecuali tension pneumothorax). 

Penyulit 

1. Paru kolaps (mengkerut/mengempis). 

2. Mediastinum tergeser ke kontra lateral dan ganguan 

hipodinamik (tension pneumotorax). 

Penatalaksanan 

1. Konservatif (20%). 

2. Drainase toraks (WSD) bila 20% dengan drentoraks 

No. 28 atau 32. dianjurkan dengan isapan tetap 

(bullau/monaldi). Cara monaldi (RIKII linea 

medioklavikularis) iebih morbid dibanding cara Bullau 

(RIK V/VI depan linea aksilaris media) kerana   haus 

menembus otot yang tebal (m. Pektoralis mayor). 

3. Pada emfisema mediastinum dipasang dren 

mediastinal melalui irisan pada insisura jagularis. 

4. Pneumotoraks desakan (tension pneumothorax) 

segera dikompresi dengan tusukan j'arum pada ruang 

interkostal II linea medio klavikularis dan diikuti WSD 

untuk mengembangkan para 

 193 

 

 

4. Empyema thoraks (pyothoraks) 

Definisi 

yaitu   akumulasi pus di dalam rongga toraks. Pus biasanya 

tebal, semacam  krim dan berbau  

 

Etiologi 

Biasanya terjadi sebagai komplikasi dart pneumonia, abses 

paru, bronkiektasis. Penyebab lain: trauma, ruptur esophagus 

dan abses hepar. 

 

Klinis 

Pasien mengalami tanda peradangan akut sesuai dengan 

penyakit yang mendasari. Pada empyema yang berat akan 

timbul sesak nafas, keringat dingin, batuk, dahak berlendir 

dengan campuran semacam  nanah 

 

Check up   penunjang 

1. foto rontgen toraks 

2. torokosintesis 

 

 Perawatan  intensif  

 194 

 

1. Drainase dengan pipa WSD 

2. Antibiotik masif sesuai hasil kultur 

 

 

 

 195 

 

kesimpulan   

 

Trauma thoraks yaitu   kasus emergency yang 

mengancam jiwa. Hematothoraks, Pneumothoraks, 

Empyema thoraks yaitu   kasus-kasus yang sering timbul 

akibat trauma. 



TAK BISA KENCING (BEDAH UROLOGI) 


C. Algoritme Kasus  

Kasus : Seorang laki-laki 75 tahun, 

datang ke UGD RS kerana   tidak bisa 

kencing. Kejadian ini sudah berulang – 

ulang dalam 1 tahun ini. Biasanya 

dipasang DC, setelah urine keluar minta 

dilepas lagi dia membawa hasil IVP 

berikut ini.   

 

BEDAH UROLOGI 

Topik Bahasan Bedah Urologi 

Sub Topik bahasan 

 

1. BPH  

2. Batu saluran  

3. Hidrokel  

4. Tumor Testis  

5. Striktura Kemi 

 

1. BPH (Benigna prostate Hiperplasia) 

Predileksi 

Me Neai membagi kelenjar prostat menjadi 5 zona:zona 

perifer,zona sentral,zona transisional.zona fibromuskuler 

anterior,zona periuretra.BPH berasal dari zona 

 202 

 

transisional.keganasan berasal dari zona perifer.Terjadi pada 

50%pria berusia 80 tahun. 

Etiologi 

• Teori dihidrotestosteron (DHT). DHT dibentuk dari 

testoteron dibantu oleh enzim 5a reduktase dan koenzim 

NADPH. DHT inilah yang menstimulasi pertumbuhan sel 

prostat. 

• Ketidakseimbangan estrogen-testosteron pada usia tua 

testosteron menurun. Estrogen meningkatkan sensitifitas 

sel prostat pada   rangsang hormon 

androgen.meningkatkan jumlah reseptor androgen dan 

menurunkan apoptosis sel. 

• Interaksi stroma-epithei DHT dan estradiolmenstimuiasi 

sel stroma untuk mengeluarkan growth faktor sehingga 

menyebabkan proliferasi sel epithel dan sel stroma . 

• Berkurangnya kematian sel. 

• Teori sel stem. 

 

Manifestasi Klinis 

Keluhan pada sal kemih bagian bawah (LUTS) terdiri atas 

gejala obstruksi dan gejala iritatif. Gejala obstruktif yaitu : 

• Hesitansi (susah memulai miksi) 

 203 

 

• Pancarab miksi lemah 

• Intermitensi (kencing tiba-tiba berhenti dan lancar 

kembali) 

• Terminal 

dribbling 

(menetes 

setelah miksi)  

Gejala iritasi yaitu : 

1. Frekuensi (anyang-anyangen) 

2. Nokturia (sering kencing malam hari) 

3. Urgensi (merasa ingin kencing yang tidak bisa ditahan) 

4. Disuria (rasa tidak enak saat kencing) 

 

 Perawatan  intensif  

Observasi Medikasmentosa Operasi Invasif minimal 

Watchfull 

waiting 

• α adrenergik inhibitor 

• α reduktase inhibitor 

• fitoterapi  

• hormonal 

• prosta tektomi terbuka  

• endourologi : 

➢ TURP  

➢ TUIP  

➢ TULP  

• elektro vaporasasi 

• TUM 

• TUBD  

• Stenuretra  

• TNA 

1. Batu saluran Kemih 

 204 

 

Etiologi 

Batu kalsium dapat disebabkan oleh: 

1. Hiperkalsuria absorptif: gangguan metabolisme yang 

menyebabkan absorbs! usus yang berlebihan juga 

pengaruh vitamin D dan hiperparatiroidi 

2. Hiperkalsuria 

renalis: kebocoran 

pada ginjal  

Batu oksalat dapat 

disebabkan oleh: 

1. primer autosomal resesif 

2. ingesti inhalasi: vitamin C, ethiien glycol, 

methoxyflurane, anestesi 

3. hiperoksalouria entemik : inflamasi saluran 

pencernakan, reaksi usus halus, bypass jejunoileal, 

sindrom malabsorbsi 

Batu asam urat dapat disebabkan oleh : 

1. makanan yang banyak mengandung purin 

2. pemberian stostatik pada pengobatan neoplasma 

3. dehidrasi kronis 

4. obat-obatan : tiazid, lasix, salisilat 

Manifestasi Klinis 

 205 

 

Tergantung pada lokasi batu: 

1. Batu ginjal: pegal dan colik daerah sudut 

kostovertebralis (CVA = costovertebra anhle). Nyeri 

tekan dan ketok pada CVA. Jika hidronefrosis akan 

teraba masa. Hematuri dapat terjadi secara mikro 

atau makro. Dapat terjadi infeksi dan sepsis 

2. Batu ureter: nyeri mendadak, berupa pegal di CVA 

atau colik yang menjalar ke perut bawah sesuai lokasi 

batu dalam ureter. 

3. Batu vesika : miksi yang lancar kemudian terhenti 

secara tiba-tiba disertai rasa sakit yang menjalar ke 

penis. Miksi yang terhenti bisa lancar kembali dengan 

perubahan posisi. Bisa terjadi infeksi dengan gejala 

sistitis hingga hematuria. 

4. Batu uretra : miksi yang lancar kemudian terhenti 

secara tiba-tiba disertai rasa sakit yang hebat pada 

glans penis, batang penis, perineum dan rektum 

sesuai lokasi di mana batu bertahan dalam uretra. 

 

 

 

Check up   Penunjang 

 206 

 

1. urinalisa 

2. BNO/IVP 

3. USG, CT scan, MRI atau nuclear scintigrafi 

Penataiaksanaan 

1. Konservatif: bila ukuran batu kurang atau sama 

dengan 5 mm dengan hidronefrosis ringan yang nyeri 

koliknya sudsh diatasi 

2. Operatif: operasi terbuka, operasi endoskopik, Extra 

corporeal shokwave lithotripsy. 

 

2. Hidrokel  

Definisi 

Hidrokel yaitu   terdapatnya cairan di cavitas vaginalis tesiis.  

Ada beberapa macam hidokel: hidokel komunikans, funikuli 

dan tunika vaginalis. 

 

Etiologi 

kerana   kegagalan penutupan (obtiterasi) processus vaginalis 

 

Manifestasi Klinis 

Status genartis normal 

 207 

 

Status lokalis: terdapat pembesaran kantong zakar, lunak, 

balotemen (+), transiluminasi (+). Pada hidrokel komunikans, 

besamya kantong kadang berubah-ubah kerana   cairan bi9sa 

masuk ke kantong abdomen. Dapat juga disertai hernia 

inguinalis indirek. Pada hidrokel funikuli, besar kantong 

menetap 

 

Check up   Penunjang 

Apabila dicurigai tidak adanya testis, perlu dilakukan USG atau 

CT scan abdomen bawah untuk memastikan keberadaan testis 

 

 Perawatan  intensif  

Pada umumnya hidrokel itu nonkomunikan. Secara fisiologis 

akan menghilang pada umur 1 tahun. Jika setelah satu tahun 

menetap, difikirkan untuk repair (operas!). 

 

 

 

 

 

 

3. Tumor Testis 

 208 

 

Definisi 

Setiap masa atau benjdan yang keras pada testis fiarus 

dicurigai sebagai tumor, biasanya pada laki-laki 18 s/d 40 

tahun, tidak ada rasa nyeri. 

 

Manifestasi Klinis 

Testis membesar, keras, tidak nyeri, kadang disertai hidrokel, 

biasanya terjadi mulai beberapa bulan sebelum pasien datang 

ke rumah sakit. Dalam keadaan lanjut kadaang terjadi 

perdarahan spontan, kadang nyeri perut, anoreksi, kehilangan 

berat badan. 

 

Check up   Penunjang 

A. Dilakukan Check up   B-HCG, alpha veto protein 

dan LDH, ketiganya meningkat.  

B. CT scan abdomen untuk melihat pembesaran 

limfonodi retroperitoneal 

 

 Perawatan  intensif  

Dilakukan ekstendet orkhidektomi dilanjutkan dengan 

radioterapi dan kemoterapi 

4. Striktura 

 209 

 

Definisi 

Berkurangnya diameter dan atau elastisitas uretra akibat 

digantinya jaringan uretra dengan jaringan ikat yang 

kemudian mengerut sehingga lumen uretra mengecil. 

 

Etiologi 

Kongenital, uretritis gonore atau non gonore, ruptur uretra 

anterior atau posterior secara iatrogenik maupun bukan. 

Pada wanita umumnya disebabkan radang kronis. Biasanya 

wanita ini   berusia diatas 40 tahun dengan sindrom 

sistitis berulang. 

 

Manifestasi Klinis 

Sumbatan pada uretra dan tekanan kandung kemih yang 

tinggi dapat menyebabkan imbibisi urin keluar kandung kemih 

atau uretra proksimal dari striktur. Gejaia yang khas yaitu   

pancaran miksi kecil dan bercabang. Gejaia yang lain yaitu   

iritasi dan infeksi semacam  frekuensi, urgensi, disuria, kadang-

kadang dengan infiltrat, abses, dan fistel, Gejaia lanjut yaitu   

retensio urin. 

 

Check up   Penunjang 

 210 

 

Analisis urin dan kultur untuk mencari adanya infeksi. Ureum 

dan kreatinin darah untuk melihat fungsi ginjal. Diagnosis 

pasti dibuat dengan uretrografi retrograd (untuk melihat 

uretra anterior) atau antegrad (untuk melihat uretra 

posterior). Dapat pula dilakukan uroflowmetri an uretroskopi. 

 

 Perawatan  intensif  

Pada pasien yang datang dengan retensio urin harus 

dilakukan sistostomi kemudian baru dlakukan pemeriksan 

uretrografi untuk mengetahui adanya srtiktur uretra. Pada 

pasien dengan infiltrat urin atau abses dilakukan insisi, 

sistostomi, baru kemudin dilakukan uretrografi. 

Bila panjang striktur uretra lebih dari 2 cm atau 

terdapat fistula uretrokutan, atau residif, dapat dilakukan 

uretroplasty. Bila panjang srtiktur kurang dari 2 cm dan tidak 

ada fistel maka dilakukan bedah endoskopi dengan alat 

sachse. Untuk sriktur uretra anterior dapat dilakukan otis 

uretrotomie. 

Pada wanita pengobatannya dengan dilatasi, bila cara 

ini   gagal bisa dilakukan otis uretrotomi. 

 

  

 

kesimpulan   

 

BPH, Batu saluran Kemih, Hidrokel, Tumor Testis, 

Striktura yaitu   kasus-kasus yang sering dijumpai. 

Umumnya mereka dengan kondisi ketuaan, resiko 

berulang dan operasi yang tidak cukup sekali. Hal ini 

harus diketahui oteh pasien dan keluarganya. 

----