Tampilkan postingan dengan label ovarium. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ovarium. Tampilkan semua postingan

ovarium

 



ovarium.


Massa ovarium bisa berbentuk kista ataupun 

kanker. Kista ovarium merupakan kantong 

berisi cairan pada ovarium. Kanker ovarium 

merupakan perkembangan abnormal sel 

ovarium. Jumlah pengidap massa ovarium 

sulit diketahui karena sebagian besar massa 

ovarium tidak bergejala.1

 Diperkirakan 4% 

dari seluruh pasien wanita berobat ke rumah 

sakit dengan kista ovarium,1

 sedangkan 

kasus kanker ovarium diperkirakan 1,2% dari 

seluruh kasus kanker.2

 Pada riset tahun 2018 

didapatkan 22,2% kasus kanker ovarium di 

Amerika Serikat datang pada stadium lanjut.3

Etiologi massa ovarium dapat dibedakan atas 

proses fisiologis dan keganasan ovarium. Kista 

ovarium akibat proses fisiologis digolongkan 

sebagai kista fungsional. Proses fisiologis 

yang bisa menimbulkan massa ataupun 

kista adalah proses haid serta kehamilan. 

Keganasan bisa berbentuk perkembangan 

abnormal jaringan ovarium atau metastasis.1 

Pada umumnya faktor risiko massa 

ovarium antara lain perawatan infertilitas 

menggunakan induksi ovulasi,1 tamoxifen,

1

kehamilan,1

 hipotiroidisme,1

 usia reproduktif 

dan menarche untuk kista,1

 usia menopausal 

untuk kanker,2

 merokok,1-3 ligasi tuba Fallopi,1

dan riwayat kanker dalam keluarga.2,3

PEMBAHASAN

Klasifikasi

Kista ovarium terbagi atas kista fungsional dan 

kista neoplasma. Kista fungsional dibagi lagi 

menjadi kista folikuler, kista korpus luteum, 

serta kista teka lutein. Kista neoplasma dibagi 

lagi berdasarkan sifatnya dan berdasarkan sel 

pembentuknya.1

Kista folikuler serta kista korpus luteum tercipta 

dalam siklus haid wajar. Kista folikuler tercipta 

akibat folikel gagal ruptur sepanjang proses 

ovulasi. Kegagalan ruptur dapat terjadi akibat 

tingginya stimulasi FSH atau ketidakmampuan 

meningkatkan kandungan LH agar terjadi 

ovulasi. Folikel yang tidak pecah/ruptur akan 

terus membesar karena rangsangan hormon 

sampai mencapai ukuran 2,5 cm. Selain itu, 

folikel juga akan menghasilkan estradiol yang 

dapat mengurangi frekuensi menstruasi.1

Korpus luteum akan bertahan selama 14 hari 

jika tidak ada kehamilan. Bila terjadi fertilisasi, 

korpus luteum akan terus menghasilkan 

progesteron sampai umur 14 minggu. Apabila 

korpus luteum tidak mengalami penguraian, 

dapat terbentuk kista korpus luteum. Kista 

yang dihasilkan oleh korpus luteum ini dapat 

mencapai ukuran 3 cm dan bisa terbentuk 

hingga trimester awal kehamilan.1

Kista teka lutein merupakan kista akibat 

overstimulasi dari kenaikan kadar human 

chorionic gonadotropin (hCG). Kista ini 

bisa ditemukan pada perempuan hamil, 

perempuan dengan penyakit trofoblastik 

gestasional, kehamilan multipel, dan 

hiperstimulasi ovariumKista neoplastik adalah kista yang terbentuk 

dari pertumbuhan sel-sel yang seharusnya 

tidak ada di ovarium. Kista neoplastik dapat 

bersifat ganas atau jinak. Kista jinak dapat 

berjenis serosa, musinosa, atau kistadenoma, 

sedangkan kista ganas dapat berasal dari 

berbagai jenis sel.1

Kista dermoid atau kista teratoma adalah 

kista yang memiliki sel berasal dari susunan 

ektoderm, mesoderm, serta endoderm. 

Kista ini biasanya bersifat jinak, tetapi dapat 

menjadi ganas.1

Sindrom polikistik ovarium adalah kondisi 

ovarium yang mengalami pembesaran 

dengan sejumlah folikel kecil. Ovarium dapat 

membesar dan membentuk banyak folikel 

akibat tingginya hormon androgen.1

Endometriosis adalah kondisi jaringan 

kelenjar endometrium tumbuh di luar rahim. 

Endometrioma merujuk pada keadaan 

jika endometriosis membentuk kista. Kista 

endometriosis ini dapat diidentifikasi sebagai 

kista berisi cairan berwarna coklat akibat 

darah tua.1

PENDEKATAN KLINIS

Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, dan 

Pemeriksaan Penunjang

Kista ovarium umumnya tidak menunjukkan 

gejala, sering terdeteksi saat pemeriksaan 

ginekologi atau pemeriksaan radiologi. 

Menurut panduan American Family Physician, 

jika pasien datang dengan keluhan massa di 

panggul, langkah awal adalah memastikan 

apakah pasien sedang hamil atau tidak, untuk 

kemungkinan kehamilan ektopik.4, 5

Pendekatan klinis dimulai dengan 

anamnesis. Anamnesis bertujuan untuk 

menilai gejala-gejala terkait kista ovarium, 

seperti nyeri panggul unilateral dan nyeri 

saat berhubungan seksual. Jika massa kista 

makin besar, dapat timbul gejala seperti rasa 

cepat kenyang, perasaan begah, dan perut 

membesar. Gejala-gejala ini perlu diwaspadai 

karena dapat mengindikasikan adanya kista 

ovarium ganas.4,5

Selain gejala, juga perlu ditanyakan riwayat 

gangguan menstruasi, seperti nyeri saat 

menstruasi, peningkatan jumlah darah saat 

haid, dan pemendekan siklus haid. Riwayat 

keluarga juga penting, adakah keluarga 

dengan keluhan serupa ataupun dengan 

kanker ovarium atau kanker payudara.4,5

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan dalam, 

pemeriksaan bimanual, dan pemeriksaan 

abdomen. Pemeriksaan dalam dan bimanual 

akan membantu menentukan lokasi, bentuk 

(teratur atau tidak), ukuran, konsistensi massa, 

keberadaan nyeri, dan mobilitas massa. 

Umumnya, kista ovarium dapat terdeteksi di 

sisi lateral rahim yang terasa bergerak, berisi 

cairan, dan tidak lunak. Jika massa pelvis sudah 

cukup besar, dapat teraba pada pemeriksaan 

abdomen.untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan 

ektopik, pemeriksaan darah lengkap untuk 

eksklusi abses tubo-ovarium atau penyakit 

radang panggul. Pemeriksaan cancer antigen-125

(CA-125) juga dapat mendeteksi kemungkinan 

kanker ovarium.4,5

PENCITRAAN

Kista Fungsional

Kista ovarium dapat tidak bergejala 

(asimtomatik). Gejala umum terkait kista 

ovarium adalah nyeri perut bagian bawah 

unilateral. Namun, sebagian besar kista 

ovarium tidak bergejala, sehingga kista ovarium Beberapa pemeriksaan penunjang mungkin 

diperlukan. Pemeriksaan beta hCG dilakukan 

untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan 

ektopik, pemeriksaan darah lengkap untuk 

eksklusi abses tubo-ovarium atau penyakit 

radang panggul. Pemeriksaan cancer antigen-125

(CA-125) juga dapat mendeteksi kemungkinan 

kanker ovarium.4,5

PENCITRAAN

Kista Fungsional

Kista ovarium dapat tidak bergejala 

(asimtomatik). Gejala umum terkait kista 

ovarium adalah nyeri perut bagian bawah 

unilateral. Namun, sebagian besar kista 

ovarium tidak bergejala, sehingga kista ovarium 

sering ditemukan secara tidak sengaja saat 

pemeriksaan fisik atau pencitraan pelvis.


Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik 

mencurigai adanya massa ovarium, 

selanjutnya dtentukan apakah pasien 

dalam kondisi pra-menopause atau pasca￾menopause. Jika pasien dalam kondisi 

pra-menopause, dapat dilakukan tes beta 

hCG serum atau tes kehamilan urin. Jika 

kehamilan telah disingkirkan, tes hemoglobin 

dan hematokrit dapat mengevaluasi 

kemungkinan anemia, urinalisis untuk 

deteksi infeksi saluran kemih atau batu ginjal.

Selanjutnya, dilakukan pencitraan. Modalitas 

pencitraan yang umum dan tepat untuk 

evaluasi awal adalah ultrasonografi (USG), 

terutama USG transvaginal. USG transvaginal 

dapat membantu membedakan massa jinak 

dan ganas. Jika USG transvaginal tidak dapat 

dilakukan, misalnya karena distorsi anatomi 

panggul, dapat dilakukan USG abdomen. USG 

dapat mengevaluasi ukuran, komposisi massa, 

lokasi, adanya cairan di panggul, serta aliran 

darah dan vaskularisasi melalui color Doppler.

Temuan USG yang mengindikasikan kista 

jinak meliputi dinding tipis, tidak ada sekat, 

komponen padat, dan adanya aliran darah 

internal pada color Doppler. Namun, jika 

terdapat kista dengan ukuran >10 cm, massa 

multilokuler kompleks, komponen padat, 

tidak teratur, septa tebal, ada asites, dan 

peningkatan vaskularisasi pada color Doppler, 

maka diduga keganasan dan memerlukan 

evaluasi lebih lanjut.

Modalitas pencitraan lain seperti CT scan atau 

MRI tidak direkomendasikan sebagai evaluasi 

awal; dapat digunakan untuk deteksi asites, 

metastasis, atau tumor primer di organ lain (CT 

scan) dan memberikan gambaran lebih rinci 

untuk diagnosis (MRI), dengan pertimbangan 

biaya dan ketersediaan alat.1

Ovarium adalah organ reproduksi wanita 

berbentuk seperti almond dan terdapat 

sepasang. Ukuran ovarium umumnya serupa, 

meskipun bentuknya dapat bervariasi. Ovarium 

tidak dilapisi oleh peritoneum dan berada 

bebas di rongga perut. Ovarium terdiri dari dua 

bagian utama, yaitu korteks yang merupakan 

lapisan eksternal mengandung folikel, dan 

medula yang merupakan lapisan bagian dalam 

mengandung pembuluh darah, jaringan ikat, 

dan otot polos. Ukuran atau volume ovarium 

bervariasi sesuai usia. Pada anak-anak berusia 

di bawah 5 tahun, volume ovarium kurang 

dari 1 mL, pada wanita usia reproduksi volume 

ovarium berkisar 6-10 mL (maksimal 14-16 

mL) atau sekitar 3x2x2 cm, pada wanita usia 

menopause volume ovarium berkisar 3-6 mL 

dengan volume maksimal kurang dari 7 mL 

atau sekitar 2x1,5x1,5 cm. Pada wanita usia 

pasca-menopause, ovarium mengalami atrofi.6

Gambaran normal ovarium pada USG 

adalah terlihat sebagai struktur oval yang 

memiliki kepekatan rendah (hipoekogenik) 

dengan tekstur homogen, terdapat daerah 

dengan kepekatan tinggi (ekogenik) di 

bagian tengahnya. Pada usia reproduksi, 

folikel lebih mudah terlihat, sedangkan pada 

usia menopause, folikel menjadi lebih sulit 

diidentifikasi karena jumlahnya berkurang.6

Massa ovarium dapat dibedakan atas jenis 

jinak dan ganas (neoplasma). Massa ovarium 

jinak umumnya berupa kista fungsional atau 

fisiologis. Kista fungsional terbagi menjadi dua 

fase, yaitu kista folikel dan kista korpus luteum. 

Kista folikel terbentuk jika ovulasi tidak terjadi, 

sedangkan kista korpus luteum terbentuk 

setelah ovulasi atau setelah folikel Graaf 

pecah. Pada pemeriksaan USG, kista folikel 

memiliki tampilan berupa area tanpa ekogenik 

(anekoik), berbentuk oval dengan batas jelas, 

serta dinding tipis. Ukuran berkisar antara 

1,5 hingga 2,5 cm dan dapat mencapai 6 cm 

saat ovulasi atau mungkin juga menghilang 

spontan. Kista korpus luteum pada USG 

menunjukkan gambaran kista unilateral 

dengan batas tegas, di dalamnya terdapat 

bayangan yang memiliki kepekatan rendah 

(hipoekoik) dan menghasilkan gambaran 

seperti jaring-jaring. Pada pemeriksaan USG 

transvaginal, dapat terlihat gambaran seperti Kista dermoid dapat ditemukan pada wanita 

muda. Ukuran kista ini dapat mencapai 15 

cm. Pada pemeriksaan USG, kista dermoid 

umumnya menunjukkan gambaran 

komponen yang tidak homogen dan 

memiliki kepekatan tinggi (hiperekoik) karena 

kandungannya terdiri dari derivat ektoderm, 

seperti lemak, gigi, tulang, dan rambut


Sindrom ovarium polikistik (polycystic ovarian 

syndrome/PCOS) merupakan gangguan 

kompleks siklus ovarium yang ditandai oleh 

ketidakmampuan untuk mengalami lonjakan 

hormon LH dan estrogen pada pertengahan 

siklus, mengakibatkan siklus anovulasi kronis. 

Kondisi PCOS umumnya terjadi pada wanita 

usia reproduksi. Beberapa gejala PCOS yang 

sering meliputi pertumbuhan rambut berlebih 

(hirsutisme), tidak ada menstruasi (amenorea), 

sulit hamil (infertilitas), dan obesitas. Pada hasil 

pemeriksaan USG, volume ovarium pada PCOS 

dapat tetap atau meningkat, terutama pada 

daerah dengan kepekatan tinggi (ekogenik), 

dengan volume dapat mencapai lebih dari 10 

mL. Gambaran USG PCOS biasanya menunjukkan 

banyak folikel berbentuk kistik dengan ukuran 

kecil sekitar 2-6 mm. Selain itu, stroma ovarium 

pada PCOS juga mengalami pembesaran dan 

menunjukkan kepekatan tinggi (hiperekoik).berguna untuk evaluasi kondisi sebelum operasi 

pada kasus diduga keganasan ovarium. Bentuk 

kista ovarium sering menyerupai keganasan, 

dan CT scan dapat mengungkapkan temuan 

lain seperti implantasi peritoneal, invasi organ 

pelvis, cairan dalam rongga perut (asites), dan 

pembesaran kelenjar getah bening (adenopati) 

yang dapat menguatkan kecurigaan terhadap 

keganasan. Meskipun demikian, CT scan kurang 

optimal untuk menentukan tahap keganasan. 

MRI merupakan modalitas pencitraan yang 

sering digunakan jika hasil USG menunjukkan 

kompleksitas. MRI memiliki kemampuan yang 

lebih baik dalam membedakan tumor jinak dan 

tumor ganas.7,8

Kista Neoplastik

Massa ovarium dapat dibedakan berdasarkan 

karakteristiknya menjadi lesi kistik yang 

berisi cairan dan neoplastik yang berisi 

sel-sel yang terus-menerus membelah. 

Neoplasma ovarium dapat dikelompokkan 

menjadi tiga jenis berdasarkan jaringan awal 

yang membentuknya, yaitu tumor epitel 

permukaan, tumor sex cord-stromal yang 

berasal dari jaringan penghasil hormon, dan 

tumor germ cell yang berasal dari sel ovum. 

Tumor epitel permukaan dapat dibagi lagi 

menjadi beberapa jenis, seperti tumor serosa, 

musinosa, endometrioid, clear cell, dan tumor 

Brenner. Sedangkan tumor sex cord-stromal

dapat dibedakan menjadi subtipe-subtipe 

tertentu sesuai dengan jenis sel tumor asalnya, 

seperti sel teka, sel stroma, sel granulosa, dan sel 

Sertoli-Leydig. Adapun tumor germ cell berasal 

dari sel-sel primordial dan dapat dibedakan 

menjadi tumor teratoma matur dan imatur, 

disgerminoma, tumor sinus endodermal, 

karsinoma embrional, dan koriokarsinoma. 

FIGO (International Federation of Gynecology 

and Obstetrics) tahun 2014 mengklasifikasikan 

kanker ovarium menjadi beberapa stage atau 

stadium (Tabel 1).


Pilihan modalitas radiologi untuk pemeriksaan 

kanker atau tumor ovarium meliputi USG, 

CT scan, dan MRI. Hingga saat ini, USG 

menjadi modalitas utama yang paling 

umum digunakan dalam diagnosis kanker 

ovarium, serta untuk skrining pada tahap 

awal penyakit. Penggunaan USG sebagai 

modalitas pertama dipertimbangkan karena 

biaya lebih terjangkau, tidak invasif, dan 

tersedia di berbagai fasilitas kesehatan. 

Secara umum, karakteristik massa ovarium 

diklasifikasikan berdasarkan pemeriksaan USG 

sesuai klasifikasi International Tumour Analysis 

(IOTA), yaitu massa ovarium dibagi menjadi 

dua kategori, yaitu massa/tumor jinak (benign) 

dan ganas (maligna) (Tabel 2).

11-13

Salah satu kelemahan pemeriksaan USG 

untuk diagnosis kanker ovarium adalah 

kemampuannya yang terbatas dalam 

membedakan massa ovarium jinak atau ganas 

berdasarkan morfologi. Untuk staging kanker ovarium, terutama kanker ganas, modalitas 

yang direkomendasikan adalah CT scan. Pada 

Gambar 6, USG transvaginal mendeteksi 

massa kista adenokarsinoma serosa pada 

tahap awal penyakit, namun setelah 7 minggu, 

pemeriksaan CT scan menunjukkan bahwa 

massa tersebut berada pada tahap III penyakit.

CT scan juga sering digunakan untuk deteksi 

karsinoma ovarium persisten dan rekuren, 

serta untuk memantau respons tumor 

setelah terapi. Namun, CT scan kurang 

direkomendasikan untuk deteksi tumor 

metastasis kecil di peritoneum. Kontras 

oral dapat digunakan untuk meningkatkan 

kemampuan CT scan dalam membedakan 

tumor metastasis, terutama pada pasien 

dengan asites masif yang sering dijumpai 

pada pasien kanker ovarium

MRI kontras berguna untuk memperkuat 

diagnosis lesi adneksa yang tidak dapat 

dipastikan dengan USG, misalnya jika ada 

kecurigaan lesi kistik di luar ovarium dan 

tidak ditemukan ovarium normal di sisi yang 

sama (Gambar 7). MRI juga digunakan untuk 

karakterisasi jaringan lebih lanjut pada lesi 

padat, seperti fibroid, fibrothecoma, atau 

dermoi

Secara umum, kista ovarium dapat mengalami 

regresi spontan dalam 6 bulan pada wanita 

pra-pubertas atau wanita usia reproduksi. 

Pada wanita masa menopause, kista memiliki 

risiko lebih tinggi untuk menjadi ganas, 

sehingga pembedahan mungkin diperlukan. 

Pada wanita menopause, pengamatan saja 

dapat dilakukan jika kista memiliki karakteristik 

unilokuler dengan dinding tipis, diameter 

kista kurang dari 5 cm, tidak ada peningkatan 

ukuran kista selama pengamatan, dan hasil sifat ganas, dilakukan pembedahan. Dua 

metode pembedahan yaitu laparoskopi yang 

merupakan metode pembedahan minimal 

invasif, dan laparotomi yang merupakan 

metode pembedahan terbuka. Terdapat dua 

jenis prosedur pengangkatan kista. Pertama, 

kistektomi yang hanya mengangkat kista 

dan mempertahankan ovarium. Kistektomi 

dengan laparoskopi lebih disarankan bagi 

wanita yang masih ingin memiliki anak karena 

ovarium tetap dipertahankan. Jika kista 

berukuran kecil, kistektomi menjadi pilihan. 

Jika pasien tidak ingin memiliki anak (lagi) 

atau kista berukuran besar, dapat dilakukan 

ooforektomi yang mengangkat seluruh 

ovarium. Laparotomi biasanya dilakukan pada 

kista berukuran besar agar mobilitas alat tidak 

terganggu.

Penegakan diagnosis massa ovarium 

membutuhkan pendekatan menyeluruh 

yang melibatkan anamnesis, pemeriksaan 

fisik, dan pemeriksaan penunjang, seperti 

pemeriksaan laboratorium dan USG. Penilaian 

massa ovarium berdasarkan klasifikasi 

IOTA penting untuk menentukan langkah 

selanjutnya. Setelah diagnosis ditegakkan, 

penatalaksanaan komprehensif dapat 

dilakukan di fasilitas kesehatan rujukan.