Tampilkan postingan dengan label Patah Tulang Fraktur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Patah Tulang Fraktur. Tampilkan semua postingan

Patah Tulang Fraktur

 






Patah Tulang  Fraktur

Tulang merupakan alat gerak utama bagi 

manusia pada sistem musculoskeletal. Tulang 

membentuk rangka penujang dan pelindung 

bagian tubuh juga sebagai tempat untuk 

melekatnya otot-otot yang menggerakan 

kerangka tubuh manusia.1 Pada kenyataannya 

manusia sering melakukan hal-hal yang 

berisiko terjadinya masalah pada system tulang 

ini  sehingga tidak sedikit manusia yang 

mengalami cedera.

Hasil Riskesdas pada tahun 2018 

menunjukan bahwa kejadian cedera di 

negara kita   sebesar 72,7% dan umumnya terjadi 

karena kecelakaan lalu lintas saat mengendarai 

sepeda motor di jalan raya. Jenis cedera yang

dialami antara lain luka robekan, terkilir, patah 

tulang sampai gegar otak. 67,9% cedera yang 

dialami adalah patah tulang pada ekstremitas 

bagian bawahPatah tulang atau yang disebut dengan 

fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang 

yang disebabkan oleh benturan atau tekanan 

yang kuat, melebihi kemampuan tulang untuk 

meredamnya.3 Faktor pemicu  terjadinya 

Fraktur yaitu tekanan berlebihan atau trauma 

langsung pada tulang menyebabkan suatu 

retakan sehingga mengakibatkan kerusakan 

pada otot dan jaringan. Kerusakan otot dan 

jaringan akan menyebabkan perdarahan, 

edema, dan hematoma. Lokasi retak mungkin 

hanya retakan pada tulang, tanpa 

memindahkan tulang manapun. Fraktur yang 

tidak terjadi disepanjang tulang dianggap 

sebagai fraktur yang tidak sempurna 

sedangkan fraktur yang terjadi pada semua 

tulang yang patah dikenal sebagai fraktur 

lengkap.4

Fraktur yang tidak diobati akan 

berdampak terjadinya kerusakan jaringan, dan 

saraf sehingga tidak sembuh sempurna dan 

tulang tidak akan kembali seperti semula. 

Secara medis, penatalaksanaan terhadap 

kejadian fraktur antara lain proses reduksi, 

imobilisasi, pemeliharaan dan pemulihan 

fungsi tubuh.3

Penanganan secara medis seringkali 

dianggap menakutkan dan tidak memuaskan 

sehingga pasien memilih untuk melakukan 

pengobatan tradisional atau alternatif lainnya. 

Hasil Riskesdas tahun 2018, menunjukan 

bahwa sebesar 31,4% warga  negara kita   

yang memanfaatkan pengobatan tradisional 

dengan alasan keterjangkauan fasilitas 

pelayanan kesehatan, ketidakpuasan maupun 

budaya.2 Budaya yang melekat pada setiap 

individu maupun kelompok akan 

mempengaruhi cara berpikir dan bertindaknya.

5

Berdasarkan survey awal yang dilakukan 

oleh peneliti pada tanggal 17 Agustus 2019 di 

Negeri Waai terdapat 4 orang terapis yang 

masing-masing sementara melakukan terapi 

bagi 1 sampai 2 orang pasien. Umumnya datang 

dengan keluhan patah pada bagian kaki akibat 

kecelakaan motor dan jatuh dari pohon. Setiap 

pasien sebelumnya sempat dirawat di Rumah 

Sakit namun pulang paksa untuk dibawa ke 

terapis dengan membawa hasil rontgen dan jika 

ada luka robekan maka diobati terlebih dahulu 

sebelum diberikan terapi pada tulangnya.

Metode 

Metode penelitian yang digunakan 

dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi 

deskriptif. Pendekatan fenomenologi adalah 

strategi yang digunakan peneliti untuk mencari 

atau menemukan makna dari hal-hal yang 

esensial atau mendasar dari pengalaman hidup 

pada individu dengan fenomena-fenomena 

yang dihadapi dalam suatu situasi tertentu.6

Pada penelitian ini pendekatan fenomenologi 

digunakan untuk mendapatkan pemahaman dan 

persepsi lebih dalam mengenai pemilihan terapi 

topo bara dalam pengobatan fraktur yang 

dialami. Pendekatan yang digunakan dalam 

penelitian ini adalah fenomenologi deskriptif 

yang terdiri dari empat tahap yaitu bracketing, 

intuiting, analyzing, dan describing.7

Populasi dalam penelitian kualitatif 

adalah fenomena atau situasi sosial itu sendiri.8

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien-

pasien fraktur yang melakukan terapi Topo 

Bara di Negeri Waai Kecamatan Salahutu, 

Kabupaten Maluku Tengah Propinsi Maluku. 

Pada penelitian kualitatif, istilah partisipan atau 

informan digunakan pada yang memberikan 

informasi. Partisipan atau informan inilah yang 

secara aktif ikut berpartisipasi mengeksplor 

pengalaman hidupnya kepada peneliti dalam 

penelitian. Jumlah partisipan disesuaikan 

dengan kelengkapan informasi yang diperlukan 

peneliti sehingga tercapai kejenuhan (saturasi 

data), artinya bahwa tidak ada informasi baru 

dan terjadi pengulangan informasi dari 

partisipan sebelumnya.9

Jumlah partisipan 

dalam penelitian ini yaitu sebanyak 6 orang 

dengan kategori usia 25-40 tahun, yang dipilih 

dengan menggunakan teknik purposif 

sampling. 

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik dari partisipan yang 

mengikiti penelitian ini dapat dilihat pada tabel 

1 yang terlampir.

Tema pertama : Perubahan yang dirasakan 

sebelum pengobatan memberikan gambaran 

tentang perubahan yang dirasakan partisipan 

dalam proses sebelum pengobatan. Perubahan 

fisik yang dirasakan sebelum pengobatan oleh 

pihak partisipan akan digambarkan secara 

skematis sebagai berikut:

Hasil penelitian menunjukan bahwa 

adanya perubahan fisik yang dirasakan 

partisipan akibat kecelakaan yang dialami yaitu 

perdarahan dan fraktur pada bagian bagian 

tubuh seperti pada tangan, fermur, tungkai dan 

maksila. Hal ini tentunya membuat partisipan 

berusaha mencari pengobatan. 

Kecelakaan selalu memberikan dampak 

kepada korban maupun keluarga hingga orang 

yang melihat kecelakaan dampaknya berupa 

dampak fisik seperti patah tulang maupun 

dampak secara psikologis.10 Hal ini sejalan 

dengan penelitian yang mengungkapkan bahwa 

dampak psikologis merupakan emosional yang 

ditunjukan ketika secara fisik terlihat 

mengkuatirkan sehingga orang akan mencari 

metode untuk menyelesaikannya.11

Tema Kedua : Keyakinan terhadap 

pengobatan memberikan gambaran tentang 

alasan memilih pengobatan topu bara dan 

keyakinan akan pilihan pengobatan topu bara 

yang digambarkan secara skematis sebagai 

berikut:


Hasil penelitian menunjukan bahwa 

informan tidak mau melakukan pengobatan di 

layanan kesehatan karena takut diamputasi 

ataupun dipasang platina sehingga mencari 

pengobatan alternatif topo bara yang dianggap 

cepat dan tidak merusak tubuhnya. Alasan 

lainnya juga didasarkan pada pengalaman 

beberapa orang sebelumnya yang sudah 

menjalani pengobatan topu bara di Negeri Waai 

dan dianggap berhasil atau sembuh. Informan 

yakin bahwa pengobatan topu bara mampu 

memberikan kesembuhan pada bagian tubuh 

yang memgalami fraktur sehingga dapat 

mengembalikan bentuk tubuh yang mengalami 

fraktur seperti semula. 

Keyakinan merupakan kepercayaan 

terhadap sesuatu yang menimbulkan perilaku 

tertentu.5 Keyakinan didasarkan pada 

pengalaman dan manfaat yang dirasakan serta 

rintangan-rintangan yang ditemukan dalam 

mengambil tindakan ini . Pada umumnya 

manfaat lebih menentukan daripada rintangan￾rintangan yang mungkin ditemukan dalam 

tindakan ini . Jadi semakin besar manfaat 

yang dirasakan seseorang terhadap suatu 

tindakan tertentu maka ia akan memilih 

melakukan tindakan ini .12

Faktor yang melatarbelakangi pasien 

patah tulang lebih memilih berobat ke 

pengobatan tradisional dibanding pengobatan 

secara medis adalah karena pengalaman dan 

kepercayaan yang timbul ketika melihat 

keberhasilan dari beberapa tindakan yang 

dilakukan.13 Hal ini sejalan dengan penelitian 

yang mengungkapkan bahwa tiga faktor yang 

paling mempengaruhi seseorang memilih 

berobat ke pengobatan tradisional yaitu faktor 

motivasi untuk menyembuhkan sakitnya, 

kepercayaan akan mendapatkan manfaat dan 

rintangan, serta pelayanan kesehatan dan 

kepercayaan terhadap penyedia layanan.14

Tema ketiga: proses menjalani pengobatan 

memberikan gambaran tentang bagaimana cara 

topu bara dan pantangan yang harus dihindari 

selama proses pengobatan topu bara hal ini 

dapat digambarkan secara skematis sebagai 

berikut:

Hasil penelitian menunjukan bahwa cara 

yang dilakukan terapis untuk melakukan terapi 

topu bara semuanya sama, yaitu : pertama kali 

siapkan kayu kemudian dibakar hinggah mejadi 

bara, dan membungkusi bara ini  didalam 

daun pisang yang sudah teresedia, selanjutnya 

menyediakan minyak kelapa untuk di oleskan 

di bagian bungkusan bara api, selanjutnya

mulai melakukan terapi di bagian tubuh yang 

terjadinya fraktur, hingga bungkusan bara 

ini  tidak lagi terasa panas, setelah itu 

dibidai pada bagian tubuh yang mengalami 

fraktur. Dalam proses pengobatan, informan 

harus mengikuti anjuran dari terapis yang 

merupakan pantangan selama dalam proses 

pengobatan. 

Pengobatan merupakan suatu proses 

untuk menyembuhkan dengan menggunakan 

alat bantu. Alat bantu ini  dapat berupa alat bantu terapi maupun berupa obat-obatan 

beserta lainnya, baik dilakukan dengan 

perlengkapan medis modern maupun 

tradisional. Pengobatan tradisional merupakan 

rangkaian pengetahuan, ketrampilan dan 

praktik-praktik yang berdasarkan teori, 

keyakinan dan pengalaman warga  yang 

mempunyai adat budaya yang berbeda, baik 

dijelaskan atau tidak yang digunakan dalam 

pemeliharaan kesehatan serta dalam 

pencegahan diagnosa, perbaikan dan 

pengobatan penyakit secara fisik dan juga 

mental.5

Pengobatan tradisional dilakukan secara 

turun temurun oleh warga  untuk 

mengobati berbagai macam penyakit tertentu 

dan dapat diperoleh secara bebas.15 Proses 

pengobatan tradisional memiliki 2 cara yaitu: 

(1) pengobatan dengan cara-cara yang bersifat 

spiritual yakni, terkait dengan hal-hal yang 

bersifat gaib; dan (2) pengobatan dengan 

menggunakan obat-obatan, yakni jamu atau 

obat herbal, dan keduanya memiliki 

pantangannya masing-masing yang 

mengharuskan setiap pasien wajib 

mengikutinya.16

Pengobatan Topo Bara menggunakan 

bara api merupakan bagian dari terapi panas 

atau thermotherapy. Terapi panas 

menyebabkan terjadinya proses vasodilatasi 

atau pelebaran pembuluh darah sehingga 

mengurangi nyeri lewat mekanisme gate 

control dimana sensasi panas yang diteruskan 

lewat serabut C mengaburkan persepsi nyeri 

yang diteruskan oleh serabut AA atau melalui 

peningkatan sekresi endorphin. Hal ini sejalan 

dengan penelitian yang mengungkapkan bahwa 

terapi panas meningkatkan aliran darah 

sehingga dapat membantu suplai protein, 

nutrisi, dan O2 ke sekitar area cedera. 

Peningkatan suhu 1oC di jaringan menigkatkan 

kerja metabolisme di area lokal (tertentu) 

sebesar 10-15%.17

Tema keempat: hasil dari proses pengobatan 

yang di alami hal ini dapat digambarkan secara 

skematis sebagai berikut:

Hasil penelitian menunjukan bahwa 

perubahan yang dirasakan oleh informan adalah 

kondisi kaki dan tangan yang sebelumnya patah 

dapat membaik sehingga dapat melakukan 

aktifitas kembali seperti biasa.

Hasil dari proses pengobatan, merupakan 

suatu proses yang dimana seseorang mengalami 

perubahan fisik dan psikologi.5 Perubahan yang 

terjadi merupakan pencerminan perbedaan dari 

bentuk-bentuk pelayanan kesehatan, terkait 

dengan praktek seperti apa yang digunakan, 

sifat dari pelayanan yang digunakan, kepuasan 

terhadap tindakan yang dilakukan di tempat 

praktek kesehatan ini .






Patah Tulang (Fraktur) membuat warga  diperhadapkan dengan kondisi yang tidak 

memuaskan, sehingga mencari berbagai pengobatan agar kembali normal. Timbul beragam komplikasi bahkan 

hingga kanker akibat dari patah tulang yang jika tidak diobati akan menyebabkan rasa sakit yang begitu luar biasa 

sehingga membuat orang akan mencari pengobatan baik secara medis maupun pengobatan alternatif lainnya. 

Metode: Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan desain fenomenologi deskriptif yaitu 

suatu pendekatan dalam mempelajari secara mendalam bagaimana persepsi pasien fraktur sehingga memilih terapi 

non farmakologi topu bara di Negeri Waai Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Hasil: Jumlah 

partisipan dalam penelitian ini yaitu 6 orang sampai mencapai saturasi data. Penelitian ini menghasilkan 4 tema 

yaitu: 1) Perubahan yang dirasakan sebelum pengobatan, 2) Keyakinan terhadap pengobatan, 3) Proses menjalani 

pengobatan, 4) Hasil dari proses pengobatan yang dijalani. Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa 

pengobatan topu bara merupakan salah satu pengobatan alternatif yang dipilih warga  untuk terapi fraktur.