Tampilkan postingan dengan label tumor adenoma kelenjar ambing. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tumor adenoma kelenjar ambing. Tampilkan semua postingan

tumor adenoma kelenjar ambing.

 






tumor adenoma kelenjar ambing




Tumor mamae merupakan salah satu tumor pada kucing dengan persentase kejadian yaitu 

17% dari tumor yang terjadi pada kucing betina. Kucing kasus yaitu  kucing lokal betina berwarna 

oranye, 5 tahun, berat badan 2,45 kg. Kucing memiliki benjolan besar pada mamae pertama sebelah 

kanan dengan luka berlubang dan nanah yang terus keluar. Hasil pemeriksaan fisik dan hematologi 

menunjukkan perlunya dilakukan treatment sebelum operasi untuk mestabilkan kondisi tubuh. 

Histopatologi dari biopsi jaringan yaitu  mammary gland adenoma. Prosedur pembedahan yang 

dilakukan yaitu mastektomi simpel. Pascaoperasi kucing diberikan antibiotik golongan sefalosporin, 

meloxicam, terapi cairan ringer laktat, serta terapi suportif untuk mendukung kesembuhan.

Pascaoperasi luka jahitan menjadi terbuka. Pengobatan dilanjutkan dengan pengobatan luka terbuka

tanpa penjahitan. Pengobatan pascaoperasi dilakukan hingga hari ke-50 dengan hasil luka hampir 

menutup. Namun, pengobatan tidak dapat dilanjutkan karena hilangnya kucing kasus. Neoplasma yaitu  kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel abnormal yang 

tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan sel di sekitarnya dan tidak ada manfaatnya bagi tubuh. Neoplasia ataupun neoplasma sering disebut dengan tumor. 

Tumor akan terus bertambah karena pertambahan sel-sel baru (Berata et al., 2011). Namun, 

karena diklasifikasikan bersifat jinak (benign), neoplasma tidak menyebabkan kanker 

(malignant).

Tumor mamae berada diantara tumor yang paling sering terjadi pada kucing yaitu 

17% dari tumor yang terjadi pada kucing betina. Terbanyak ketiga setelah tumor lymphoid

dan tumor cutaneous (Simeonov dan Simeonova, 2009). Penyebab dari tumor mamae masih 

belum diketahui tapi ada beberapa faktor resiko seperti umur, breed, status reproduksi, 

estrogen dan progesteron. Fluktuasi hormonal yang berkaitan dengan siklus estrus yang 

berulang juga memperbesar peluang tumor mamae pada kucing (Morris, 2013). Tumor 

mamae jarang terjadi pada jantan. Obesitas dan diet yang tidak seimbang juga bisa 

menyebabkan peningkatan resiko tumor kelenjar mamae (Antunes dan Christina, 2014). 

Tumor mamae meningkat risikonya pada kucing berusia pertengahan hingga tua. 

Kucing memiliki empat pasang glandula mamae, dua pasang thoracic dan dua pasang di 

abdominal dan pada beberapa kucing ada glandula tambahan pada daerah inguinal. Sekretori 

dari kelenjar mamae yaitu  alveolus yang terdiri dari sebuah lapisan dalam berupa epitel 

sekretori kuboid dan lapisan luar berupa sel mioepitelial (Raharison dan Sautet, 2006). 

Kebanyakan kasus tumor mamae pada kucing yaitu  malignant dan mengancam jiwa 

bahkan setelah operasi pengangkatan. Rasio malignant dan benign yaitu 9:1 (Simeonov dan 

Simeonova, 2009). Adenoma yaitu  neoplasma sel epitel yang bersifat jinak yang 

membentuk kelenjar. Adenoma terletak dalam stroma jaringan fibrosa dan berbentuk kelenjar 

(Berata et al., 2014). Jurnal ini dapat menjadi referensi dalam penanganan kasus tumor 

adenoma pada kucing. Hewan kasus yaitu  kucing lokal, betina, berumur 5 tahun dengan bobot badan awal 

2,45 kg berwarna oranye. Kucing kasus merupakan kucing liar yang dulunya berpemilik.

Berdasarkan informasi, kucing kasus telah disteril 2 tahun lalu dan waktu dari munculnya 

benjolan tumor tidak diketahui.

Status presens kucing kasus yaitu: jantung 112 kali/menit, pulsus 107 kali/menit, 

respirasi 20 kali/menit, suhu 38,8°C, CRT tidak dapat dihitung karena mukosa gusi sangat 

pucat. Tanda klinis terlihat jelas adanya benjolan pada mamae berbentuk bulat dan adanya 

luka berlubang ditengah benjolan dan bernanah. Kondisi awal kucing sangat buruk yaitu 

lemas, banyak eksudat pada mata, mukosa pucat, turgor kulit sangat lambat, serta adanya 

lubang pada tumor, kurus, dan bernanah dengan bau sangat menyengat. Nafsu makan kucing 

kasus juga jelekSetelah dilakukan operasi, kondisi kucing kasus terus dilakukan observasi. 

Pascaoperasi diberikan antibiotik cefotaxime melalui intravena (20 mg/kg BB; 2x sehari 

selama 2 hari) dan dilanjutkan dengan cefixime (12,5 mg/kg BB; 2 kali sehari selama 5 hari). 

Analgesik yang diberikan yaitu meloxicam sebanyak 0,2 mg/kg BB pada hari pertama dan 0,1 

mg/kg BB pada hari ke-2 sampai hari ke-7. Kucing juga diberikan terapi suportif untuk tubuh 

berupa zat besi dan suplemen multivitamin mineral secara oral setiap hari selama dua 

minggu, pemacu pertumbuhan dan hematopoietika (Hematodin®

; Romindo Primavetcom) 

0,5ml/kg BB setiap 2 hari sekali selama satu minggu, dan pemberian Imboost setiap hari 

selama satu minggu. Pemberian suplemen multivitamin mineral dilanjutkan sampai akhir 

pengobatanBerdasarkan pemeriksaan fisik dan hasil darah yang dilakukan pada kucing diawal 

tidak memungkinkan untuk dioperasi karena kondisi tubuh yang buruk. Hal ini terlihat dari 

fisik yang lemah, lemas, turgor kulit lambat, mukosa gusi pucat, serta hasil pemeriksaan 

darah berupa anemia hiperkromik disertai dengan infeksi. Kucing diberikan perawatan 

sebelum operasi untuk mendukung kondisi tubuh. Namun, kondisi tubuh kucing mengalami 

fluktuatif. Hal ini bisa disebabkan karena kondisi tubuh yang buruk dari awal dan adanya 

luka yang besar pada tumor. Infeksi juga sangat parah terlihat dari adanya nanah yang terus 

menerus keluar dan berbau sangat busuk. Karena itu tetap diputuskan untuk dilakukan 

tindakan operasi dengan prognosa dubius. Perawatan dilakukan selama 11 hari sebelum 

operasi. Prosedur operasi yang dilakukan yaitu  simple mastectomy yaitu pengangkatan masa 

tumor dan limfonodus di sekitarnya. 

Masa tumor terlihat sangat jelas pada mamae pertama sebelah kanan (Gambar 1a). 

Tumor terasa keras bila diraba, terasa seperti ada kapsul, adanya luka berlubang dan bernanah 

pada tumor (Gambar 1b), dan sakit bila daerah sekitar luka disentuh. Tanda klinis yang 

terlihat mengarah kepada tumor mamae sehingga dilakukan biopsi jaringan dan pengujian 

dilakukan di Balai Besar Veteriner Denpasar. Uji histopatologi dilakukan untuk meneguhkan 

diagnosa dan mengetahui jenis tumor. Uji histopatologi menunjukkan bahwa kucing kasus 

yaitu kucing kasus mengalami “mammary gland adenoma yang disertai infeksi sekunder”. 

Epitel kelenjar mamae mengalami proliferasi tidak terkontrol disertai dengan adanya infiltrasi 

sel-sel neutrofil dan limfosit (Gambar 2a). Adenoma yaitu  tumor jinak yang terletak dalam 

stroma jaringan fibrosa dan berbentuk kelenjar. Infiltrasi neutrofil dan limfosit sesuai dengan 

hasil uji darah (Tabel 1). 

Kucing yang disteril sebelum berusia satu tahun memiliki penurunan resiko 

mengalami tumor mamae (Morris, 2013). Berdasarkan penelitian, kucing yang disteril pada 

umur lebih dari dua tahun memiliki statistik peningkatan resiko yang signifikan untuk 

mengalami tumor mamae dan peningkatan paparan hormon (Overley et al., 2005). Sel tumor 

mamae, baik jinak atau ganas memiliki reseptor estrogen dan progesteron. Hormon-hormon 

ini akan menginduksi terjadinya hipertrofi pada parenkim mamae setelah siklus estrus 

(Moulton, 1978). 

Prosedur pembedahan yang dilakukan pada kucing kasus yaitu  simple mastektomi. 

Mastektomi simpel yaitu  teknik operasi mastektomi dimana jaringan payudara dan kulit diangkat dengan atau tanpa limfonodus ini yaitu  tipe mastektomi yang paling sering 

digunakan pada pasien yang tidak dapat ditanagani dengan breast conserving contohnya 

pasien dengan tumor yang besar atau pasien yang telah mendapatkan radioterapi sebelumnya 

(Lazaraviciute dan Chaturvedi, 2017). Pada kasus ini, kucing mengalami tumor jinak 

sehingga tidak terjadi metastase ke jaringan sekitar. Hal ini juga menjadi pertimbangan tidak 

perlu dilakukannya pengangkatan musculus pectoralis. Ukuran tumor pada kucing kasus 

cukup besar sehingga tumor ditemukan berdekatan dengan limfonodus aksilaris. Jarak 

limfonodus aksilaris sangat berdekatan dengan jaringan tumor sehingga limfonodus juga 

diangkat. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan adanya metastase tumor pada 

limfonodus. 

Rasa sakit pascaoperasi yaitu  sebuah konsekuensi dari sebuah operasi (Bekker et al.,

2018). Rasa sakit akut muncul sebagai hasil dari kerusakan jaringan dikarenakan terluka atau 

akibat operasi. Rasa sakit pascaoperasi akut yaitu  manifestasi dari inflamasi dikarenakan 

luka jaringan. Manajemen dari rasa sakit pascaoperasi dan inflamasi yaitu  sebuah 

komponen kritis dari perhatian/pemeliharaan terhadap pasien (Moore et al., 2009). Karena itu 

pada operasi kali ini pasien diberikan analgesik berupa anti-inflamasi non steroid. Obat anti￾inflamasi non-steroid memiliki efek terapi dengan menghambat cyclooxygenase (COX), yang 

menentukan penghambatan dari produksi prostaglandin (Calvo et al., 2007). 

Pada operasi kali ini, obat anti-inflamasi non steroid yang diberikan yaitu  

meloxicam. Meloxicam telah diizinkan untuk pemberian waktu yang panjang pada kucing di 

banyak tempat di dunia dikarenakan kemampuannya mengelola rasa sakit pada spesies ini 

(Gunn-Moore, 2010). Meloxicam mennunjukkan efek yang berlangsung lama melawan rasa 

sakit inflamasi pada tikus. Pemberian dosis oral satu kali, efek analgesik dari meloxicam tidak 

berkurang 50% hingga 18 jam setelah pemberian. Meloxicam memiliki durasi aksi yang lebih 

lama. Efek meloxicam telah diuji ccoba pada tikus percobaan, salah satunya pada kasus 

granuloma. Pada semua hewan uji, meloxicam menekan inflamasi pada dosis tunggal untuk 

waktu yang lama (Bekker et al., 2018). Meloxicam memiliki tingkat efisiensi tinggi karena 

cukup diberikan satu kali sehari. Pemberian meloxicam pada kucing selama lima hari 

pascaoperasi memberikan analgesik efektif tanpa efek samping klinis (Murison et al., 2010). 

Sefalosporin telah digunakan di seluruh dunia untuk terapi infeksi serius. Sefalosporin 

memiliki karakter berspektrum luas, tingkat alergi rendah, dan sedikit efek samping (Sader 

dan Jones, 1992). Sefalosporin biasa digunakan untuk perawatan berbagai infeksi pada hewan. Cefotaxime dan cefixime yaitu  antibiotik generasi ketiga sefalosporin (The United 

States Pharmacopeial Convention, 2007). Selain itu, treatment pre-operasi pasien telah 

menggunakan antibiotik amoxicillin sehingga untuk terapi pascaoperasi digunakan antibiotik 

dengan golongan berbeda untuk menghindari resistensi antibiotik (Jenberg et al., 2010). 

Beberapa terapi yang disarankan untuk tumor mamae yaitu  operasi, terapi radiasi, 

kemoterapi, ataupun kombinasi. Kemoterapi biasa dilakukan pada tumor ganas. Efek 

samping dari kemoterapi harus dipertimbangkan karena dapat berefek pada gastrointestinal 

dan komplikasi lain seperti anoreksia, nephrotoxicity and myelosuppression (Antunes dan 

Christina, 2014). Kucing kasus mengalami tumor jinak sehingga diputuskan untuk tidak 

dilakukan kemoterapi. Selain itu, melihat dari kondisi fisik kucing dan efek samping 

kemoterapi yang dikhawatirkan dapat memperburuk kondisi kucing. 

Empat hari pascaoperasi (Gambar 16), jahitan justru tidak menutup dan mulai terlihat 

renggang dan semakin lebar setiap harinya. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yaitu terlalu 

kuatnya tarikan kulit, kondisi tubuh yang kurang mendukung kesembuhan, serta gerakan 

terus menerus pada daerah luka bagian axilla. Proses penyembuhan luka dibagi ke dalam 

lima tahap, meliputi tahap homeostasis, inflamasi, migrasi, proliferasi, dan maturasi. Proses 

penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga 

dipengaruhi oleh faktor endogen, seperti umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, 

dan kondisi metabolik (Purnama et al., 2017). 

Lambatnya kesembuhan luka pada kucing kasus dikarenakan kondisi fisiologis yang 

kurang mendukung yaitu anemia, nutrisi yang kurang terlihat dari tubuh yang kurus, dan 

umur dari kucing. Selain itu, jahitan pada daerah thorax yaitu  area dengan tarikan kulit 

terbesar pada kasus ini. Selain itu, pengambilan kulit terbanyak berada pada area thoraks. 

Pada daerah axilla penyatuan luka juga terhambat karena adanya gerakan terus menerus. 

Jahitan pada area abdomen yaitu  area dengan pergerakan sedikit dan tarikan yang minimal 

sehingga memiliki kesembuhan luka yang lebih baik. Jahitan yang terbuka tidak dilakukan 

penjahitan ulang karena kondisi tubuh kucing masih dalam proses penstabilan dan pemulihan 

dari kondisi sebelumnya. Jahitan dikhawatirkan akan lepas jika dilakukan penjahitan ulang. 

Luka juga dibersihkan setiap hari menggunakan clorhexidine lalu ditaburkan dengan 

neomycin sulfate dan bacitracin. Setelah luka semakin terbuka lebar, penangan luka dialihkan 

menjadi penanganan luka terbuka. Perawatan luka yang berhasil memerlukan optimasi 

kondisi pasien baik lokal maupun sitemik dengan lingkungan penyembuhan luka yang ideal. Luka harus bebas patogen, terlindungi, dan area lembab untuk kesembuhan muncul (Murphy 

dan Evans, 2012).

Penyembuhan luka terbuka dilakukan dengan menjaga kelembaban luka dan 

kebersihan luka. Luka dibersihkan, lalu ditaburkan dengan enbatic dan gula, lalu ditutup 

dengan kasa, dan diberikan kapas lembab, lalu ditutup kembali dengan kasa. Forest (1982), 

secara khusus menyatakan bahwa proses penyembuhan luka dengan gula yang sangat baik 

timbul di daerah tropis yaitu  akibat humiditas yang tinggi yang dapat membuat dasar luka 

tetap lembab. Penelitian Kurniati (2004) menyimpulkan bahwa gula povidine-iodine 1% 

menunjukkan hasil yang lebih baik untuk penyembuhan luka tekan dan juga jauh lebih murah 

dibandingkan hydrocolloid. Tingginya osmolalitas larutan gula dilaporkan juga dapat 

menurunkan udema jaringan sekitar luka dan menghancurkan jaringan yang mati sehingga 

luka bersih dan siap untuk pertumbuhan jaringan. 

Luka kucing perlahan membaik dari hari kehari. Pada hari ke-18 setelah operasi 

pemberian gula dan antibiotik tabur (neomisin sulfat dan basitrasin) digantikan dengan 

bioplasenton. Bioplasenton mengandung neomycin sulphate 0.5 % dan placenta extract 10 %. 

Ekstrak plasenta telah banyak digunakan sebagai obat penyembuhan luka bakar, luka kronis, 

dan cacat kulit. Pemberian ekstrak placenta dapat meningkatkan proses penyembuhan luka 

dan membantu pembentukan jaringan baru. Luka kucing terlihat semakin menutup. Luka 

pada daerah axilaris telah menutup terlebih dahulu dibandingkan bagian thorax karena 

memiliki area luka yang lebih kecil (Gambar 25). Luka pada area thorax membaik secara 

perlahan dari hari ke hari. Pada hari ke-47 (Gambar 28) setelah operasi terlihat luka hampir 

menutup. Namun pengobatan tidak dapat dilanjutkan karena kucing kasus hilang pada hari 

ke-50 setelah operasi. Namun perkembangan luka menunjukkan hasil yang baik dimana luka 

hampir menutup. Kucing kasus didiagnosis menderita gland mammary adenoma pada mamae pertama 

sebelah kanan yang didukung oleh hasil pemeriksaan histopatologi. Penanganan dilakukan 

dengan pembedahan dengan pengangkatan tumor dan limfonodus (simple mastectomy).

Pascaoperasi diberikan cefotaxim secara intravena dilanjutkan dengan cefixime oral dan 

meloxicam oral. Kucing kasus juga diberikan terapi suportif. Pada hari keempat luka jahitan 

mulai merenggang dan makin memburuk lalu lepas. Luka jahitan menjadi luka terbuka. Terbukanya luka dikarenakan kondisi tubuh yang kurang mendukung dan tarikan kulit yang 

kuat. Treatment kemudian dilanjutkan dengan treatment untuk luka terbuka dengan gula 

halus dan antibiotik. Lalu diganti dengan pemberian obat topikal berupa bioplasenton. Dari 

pengamatan terlihat luka semakin hari semakin membaik dan hampir menutup. Pengobatan 

berhenti pada hari ke-50 setelah operasi dikarenakan hilangnya kucing kasus.