efficacy yang terbatas dalam terapi herpes
zoster.
− Antibiotik diberikan bila ada infeksi sekunder, misalnya kulit jadi bernanah
atau terkelupas.
9
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Definisi
Hiperemesis gravidarum yaitu muntah yang berlebihan yang terjadi sampai umur
kehamilan 22 minggu. Muntah dapat begitu hebat dimana segala apa yang dimakan
dan diminum dimuntahkan kembali.
Pemicu
Pemicu nya belum diketahui dengan pasti. Beberapa teori Pemicu :
1. Peningkatan estrogen
2. Peningkatan hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
3. Disfungsi psikis
Gambaran Klinis
Secara klinis hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu :
1. Tingkat I
− Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar
makanan, lendir dan sedikit empedu lalu hanya lendir, cairan empedu
dan terakhir keluar darah.
− Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistole
menurun.
− Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin masih
normal.
2. Tingkat II
− Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus
hebat,
− subfebril, nadi cepat dan lebih 100 – 140 kali per menit, tekanan darah
sistole kurang 80 mmHg,
− apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus ada, aseton ada, bilirubin
ada dan berat-badan cepat menurun.
3. Tingkat III
− Gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti,
ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin ada dan
proteinuria.
96
Dignosa
1. Amenore yang disertai muntah hebat (segala yang dimakan dan diminum akan
dimuntahkan), pekerjaan sehari-hari terganggu dan haus.
2. Fungsi vital : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada
keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).
3. Pemeriksaan Fisik : dehidrasi, keadaan berat, kulit pucat, ikterus, sianosis,
berat badan menurun, porsio lunak pada vaginal touche, uterus besar sesuai
usia gestasi.
4. Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left,
benda keton dan proteinuria.
perawatan intensif
1. Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya
berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam zat-zat
gizi kecuali vitamin C sebab itu hanya diberikan selama beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara
berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam
semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama
makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.
2. Pada keadaan berat :
- Hentikan makan / minum per oral sementara ( 24 – 48 jam).
- Infus Dekstrosa 10% atau 5% : RL = 2 : 1, 40 tetes per menit.
- Obat :
§ Vitamin B i.v : Vitamin B1, B2 dan B6 masing-masing 50 – 100
mg/hari/infus, dan Vitamin B12 200 mcg/hr/infus,
§ Penenang minor : Fenobarbital 30 mg i.m 2 – 3 kali per hari atau
Klorpromazin 25 – 50 mg perhari atau diazepam 5 mg 2 – 3 kali perhari
i.m.
§ Antiemetik : prometazin 2 – 3 kali 25 mg per hari atau klorpromazin
3 kali 3 mg perhari
§ Antasida 3 x 1 tab perhari per oral
- Pertimbangkan untuk dirujuk ke rumah sakit.
9
HIPERTENSI
Definisi
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) yaitu suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri memicu meningkatnya
resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan
ginjal.
Pemicu
1. Hipertensi primer : 90 – 95% tidak diketahui Pemicu nya
2. Hipertensi sekunder : 5 – 10 %
− beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan
bersama-sama memicu meningkatnya tekanan darah.
− penyakit ginjal
− kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
− feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan
hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
− Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga),
stres, alkohol atau garam dalam makanan
− Stres cenderung memicu kenaikan tekanan darah untuk sementara
waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali
normal.
Gambaran Klinik
− Tekanan darah dan jika pada pengukuran pertama memberikan hasil yang
tinggi, maka tekanan darah diukur kembali dan lalu diukur sebanyak 2
kali pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil
pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetapi juga
digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi.
− Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
Tekanan Darah
Diastolik
90 - 99 mmHg
100 - 109 mmHg
> 110 mmHg
Stadium 1
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
(Hipertensi berat)
98
Tekanan Darah
Sistolik
140 - 159 mmHg
160 - 179 mmHg
> 180 mmHg
Dignosa
Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk / berbaring 5 menit. jika pertama
kali diukur tinggi (• 140/90 mmHg) maka pengukuran diulang 2 x pada 2 hari
berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi.
Penatalaksanaa
1. Langkah awal biasanya yaitu mengubah pola hidup penderita:
• Menurunkan berat badan sampai batas ideal.
• Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi.
• Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau
6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol.
• Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat.
• Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama
tekanan darahnya terkendali.
• Berhenti merokok.
2. Terapi obat pada hipertensi dimulai dengan salah satu obat berikut ini:
a. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 – 25 mg perhari dosis tunggal pada pagi hari
(Pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila disertai
hemokonsentrasi / udem paru)
b. Reserpin 0,1 – 0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal
c. Propanolol mulai dari 10 mg 2 x sehari dapat dinaikkan 20 mg 2 x sehari.
(Kontra indikasi untuk penderita asma).
d. Kaptopril 12,5 – 25 mg 2 – 3 x sehari. (Kontraindikasi pada kehamilan
selama janin hidup dan penderita asma).
e. Nifedipin mulai dari 5mg 2 x sehari, bisa dinaikkan 10 mg 2 x sehari.
9
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Definisi
Hipertensi yang terjadi selama kehamilan
Pemicu
Belum diketahui secara pasti
Gambaran Klinis
• Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi
dalam kehamilan, oleh sebab tekanan diastolik mengukur tahanan perifer
dan tidak tergantung pada keadaan emosional pasien
• Dignosa hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik • 90 mmHg pada
2 pengukuran berjarak 1 jam atau lebih
• Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam:
- Hipertensi sebab kehamilan, jika hipertensi terjadi pertama kali sesudah
kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan/atau dalam 48 jam post
partum
- Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20 minggu
Dignosa
HIPERTENSI
sebab
KEHAMILAN
TEKANAN DARAH TANDA LAIN
- Hipertensi
- Preeklampsia
Ringan
- Preeklampsia
Berat
- Eklampsia
Tekanan diastolik • 90 mmHg
atau kenaikan 15 mmHg dalam
2 pengukuran berjarak 1 jam
Idem
Tekanan diastolik > 110
mmHg
Hipertensi
Proteinuri (-)
Kehamilan > 20
minggu
Proteinuria 1+
Proteinuria 2+Oliguria
Hiper-refleksia
Gangguan penglihatan
Nyeri epigastrium
Kejang
HIPERTENS
KRONIK TEKANAN DARAH TANDA LAIN
- Hipertensi
kronik
- Superimposed
preeclampsia
Hipertensi
Hipertensi kronik
Kehamilan < 20
minggu
Proteinuria dan tanda
lain dari preeklampsia
HIPERTENSI sebab KEHAMILAN
− Lebih sering terjadi pada primigravida. Keadaan patologis telah terjadi sejak
implantasi, sehingga timbul iskemia plasenta yang lalu diikuti dengan
sindroma inflamasi.
− Risiko meningkat pada:
§ Masa plasenta besar (gemelli, penyakit trofoblast)
§ Hidramnion
§ Diabetes melitus
§ Isoimunisasi rhesus
§ Faktor herediter
§ Autoimun: SLE
− Hipertensi sebab kehamilan:
§ Hipertensi tanpa proteinuria atau edema
§ Preeklampsia ringan
§ Preeklampsia berat
§ Eklampsia
− Hipertensi dalam kehamilan dan preeklampsia ringan sering ditemukan tanpa
gejala, kecuali peningkatan tekanan darah. Prognosis menjadi lebih buruk
dengan ada nya proteinuria. Edema tidak lagi menjadi suatu tanda yang
sahih untuk preeklampsia.
− Preeklampsia Berat diDignosa pada kasus dengan salah satu gejala berikut:
1. Tekanan darah diastolik > 110 mmHg
2. Proteinuria • 2+
3. Oliguria < 400 ml per 24 jam
4. Edema paru: nafas pendek, sianosis dan adanya ronkhi
5. Nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan perut
6. Gangguan penglihatan: skotoma atau penglihatan yang berkabut
101
7. Nyeri kepala hebat yang tidak berkurang dengan pemberian analgetika
biasa
8. Hiperrefleksia
9. Mata: spasme arteriolar, edema, ablasio retina
10. Koagulasi: koagulasi intravaskuler disseminata, sindrom HELLP
11. Pertumbuhan janin terhambat
12. Otak: edema serebri
13. Jantung: gagal jantung
− Eklampsia ditandai oleh gejala preeklampsia berat dan kejang
§ Kejang dapat terjadi dengan tidak tergantung pada beratnya hipertensi
§ Kejang bersifat tonik-klonik, menyerupai kejang pada epilepsy grand mal
§ Koma terjadi setelah kejang dan dapat berlangsung lama (beberapa jam)
HIPERTENSI KRONIK
− Hipertensi kronik dideteksi sebelum usia kehamilan 20 minggu
− Superimposed preeclampsia yaitu hipertensi kronik dan preeklampsia
perawatan intensif
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TANPA PROTEINURIA
Jika kehamilan < 35 minggu, lakukan pengelolaan rawat jalan:
− Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria dan kondisi janin setiap
minggu.
− Jika tekanan darah meningkat, kelola sebagai preeklampsia.
− Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin yang terhambat,
rawat dan pertimbangkan terminasi kehamilan.
PREEKLAMPSIA RINGAN
A. Jika kehamilan < 35 minggu dan tidak ada tanda perbaikan selama ANC
A1. Lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
− Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria, refleks dan kondisi janin
− Lebih banyak istirahat
− Diet biasa
− Tidak perlu pemberian obat
102
A2. Jika tidak memungkinkan rawat jalan, rawat di rumah sakit:
− Diet biasa
− Lakukan pemantauan tekanan darah 2 kali sehari, proteinuria 1 kali sehari
− Tidak memerlukan pengobatan
− Tidak memerlukan diuretik, kecuali jika ada edema paru,
dekompensasi jantung atau gagal ginjal akut
− Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat dipulangkan:
- Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda preeklampsia berat
- Periksa ulang 2 kali seminggu
- Jika tekanan diastolik naik lagi rawat kembali
− Jika tidak ada tanda perbaikan tetap dirawat
− Jika ada tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi
kehamilan
− Jika proteinuria meningkat, kelola sebagai preeklampsia berat
B. Jika kehamilan > 35 minggu, pertimbangkan terminasi kehamilan
− Jika serviks matang, lakukan induksi dengan Oksitosin 5 IU dalam 500 ml
Ringer Laktat/ Dekstrose 5% i.v 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin
− Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter
Foley atau lakukan terminasi dengan seksio sesarea
PREEKLAMPSIA BERAT DAN EKLAMPSIA
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan
harus berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
Pengelolaan kejang:
− Beri obat anti kejang (anti konvulsan)
− Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir, masker
oksigen, oksigen)
− Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
− Aspirasi mulut dan tenggorokan
− Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi
risiko aspirasi
− Berikan O2 4 – 6 liter/menit
103
Pengelolaan umum
− Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan
diastolik antara 90 – 100 mmHg
− Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih
− Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
− Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria
− Infus cairan dipertahankan 1.5 – 2 liter/24 jam
− Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan
kematian ibu dan janin
− Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam
− Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi merupakan
tanda adanya edema paru. Jika ada edema paru, hentikan pemberian cairan
dan berikan diuretik (mis. Furosemide 40 mg i.v)
− Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak terjadi
setelah 7 menit, kemungkinan ada koagulopati
Anti konvulsan
Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk mencegah dan
mengatasi kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain yaitu
diazepam, dengan risiko terjadinya depresi neonatal.
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN
EKLAMPSIA
Alternatif I
Dosis awal • MgSO4 4 g i.v sebagai larutan 40% selama 5
menit.
• Segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%)
6 g dalam larutan Ringer Asetat / Ringer Laktat
selama 6 jam
• Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan
MgSO4 (40%) 2 g i.v selama 5 menit
Dosis Pemeliharaan • MgSO4 1 g / jam melalui infus Ringer Asetat /
Ringer Laktat yang diberikan sampai 24 jam post
partum
104
Alternatif II
Dosis awal • MgSO4 4 g i.v sebagai larutan 40% selama 5
menit
Dosis pemeliharaan • Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g i.m dengan 1
ml Lignokain (dalam semprit yang sama)
• Pasien akan merasa agak panas pada saat
pemberian MgSO4
Sebelum pemberian • Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit
MgSO4 ulangan, • Refleks patella (+)
lakukan • Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
pemeriksaan:
Hentikan pemberian • Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit
MgSO4, jika: • Refleks patella (-)
• Bradipnea (<16 kali/menit)
Siapkan antidotum Jika terjadi henti nafas:
• Bantu pernafasan dengan ventilator
• Berikan Kalsium glukonas 1 g (20 ml dalam
larutan 10%) i.v perlahan-lahan sampai
pernafasan mulai lagi
Dosis awal • Diasepam 10 mg i.v pelan-pelan selama 2 menit
• Jika kejang berulang, ulangi pemberian sesuai
dosis awal
Dosis pemeliharaan • Diasepam 40 mg dalam 500 ml larutan Ringer
laktat melalui infus
• Depresi pernafasan ibu baru mungkin akan terjadi
bila dosis > 30 mg/jam
• Jangan berikan melebihi 100 mg/jam
DIAZEPAM UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Anti hipertensi
− Obat pilihan yaitu Nifedipin, yang diberikan 5 – 10 mg oral yang dapat
diulang sampai 8 kali / 24 jam
− Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg Nifedipin
sublingual.
− Labetolol 10 mg oral. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan
lagi Labetolol 20 mg oral.
Persalinan
− Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedangkan
pada eklampsia dalam 6 jam sejak gejala eklampsia timbul
− Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada
eklampsia), lakukan seksio sesarea
− Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa :
1. Tidak ada koagulopati (koagulopati merupakan kontra indikasi anestesi
spinal).
2. Anestesia yang aman / terpilih yaitu anestesia umum untuk eklampsia
dan spinal untuk PEB. Dilakukan anestesia lokal, bila risiko anestesi terlalu
tinggi.
− Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan Oksitosin
2 –5 IU dalam 500 ml Dekstrose 10 tetes / menit atau dengan cara pemberian
prostaglandin / misoprostol
Perawatan post partum
− Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang yang terakhir
− Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolik masih > 90 mmHg
− Lakukan pemantauan jumlah urin
Rujukan
Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap, jika:
− ada oliguria (< 400 ml/24 jam)
− ada sindroma HELLP (Haemolysis, Elevated Liver enzymes, Low
Platellets count)
− Koma berlanjut lebih dari 24 jam setelah kejang
106
HIPERTENSI KRONIK
− Jika pasien sebelum hamil sudah mendapatkan pengobatan dengan obat anti
hipertensi dan terpantau dengan baik, lanjutkan pengobatan ini
− Jika tekanan darah diastolik > 110 mmHg atau tekanan sistolik • 160 mmHg,
berikan anti hipertensi
− Jika ada proteinuria, pikirkan superimposed preeklampsia
− Istirahat
− Lakukan pemantauan pertumbuhan dan kondisi janin
§ Jika tidak ada komplikasi, tunggu persalinan sampai aterm
§ Jika ada preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat atau gawat janin,
lakukan:
- Jika serviks matang, lakukan induksi dengan Oksitosin 2 – 5 IU dalam
500 ml Dekstrose melalui infus 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.
- Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau
kateter Foley
§ Observasi komplikasi seperti solusio plasenta atau superimposed
preeklampsia.
HORDEOLUM
Definisi
Hordeolum yaitu suatu infeksi pada satu atau beberapa kelenjar di tepi atau di
bawah kelopak mata. Bisa terbentuk lebih dari 1 hordeolum pada saat yang
bersamaan. Hordeolum biasanya muncul dalam beberapa hari dan bisa kambuh
secara spontan.
Pemicu
Hordeolum yaitu infeksi akut pada kelenjar minyak di bawah kelopak mata yang
dipicu oleh bakteri dari kulit (biasanya di sebabkan oleh bakteri stafilokokus).
Hordeolum sama dengan jerawat kulit. Kadang timbul bersamaan dengan atau
sesudah blefaritis, bisa juga secara berulang.
Gambaran klinik
− Biasa berawal dengan kemerahan, nyeri bila ditekan dan nyeri pada tepi
kelopak mata.
− Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan penderita merasa ada
sesuatu di dalam matanya. Biasanya hanya sebagian kecil di daerah kelopak
yang membengkak, meskipun ada seluruh kelopak membengkak.
− Di tengah daerah yang membengkak sering kali terlihat bintik kecil yang
berwarna kekuningan.
− Bisa terbentuk abses yang cenderung pecah dan melepaskan sejumlah
nanah.
Dignosa
Ditegakkan berdasar gejala dan pemeriksaan fisik.
perawatan intensif
− Hordeolum bisa diobati dengan kompres hangat selama 10 menit sebanyak
4 x sehari. Jangan mencoba memecahkan hordeolum, biarkan pecah sendiri.
− Salep mata sulfasetamide 10%, 4 kali sehari selama 7 hari atau
− Salep polymyxin bacitracin, 4 kali sehari selama 10 hari
− Tetes mata antibiotik dapat digunakan, tetapi memerlukan dosis yang lebih
sering. Setiap 3 – 4 jam, dan biasanya kurang efektif.
108
Pencegahannya yaitu selalu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum
menyentuh di sekitar mata. Bersihkan minyak yang berlebihan di tepi kelopak
mata secara perlahan.
HORDEOLUM INTERNUM
Definisi
Hordeolum internum yaitu abses akut pada kelopak mata yang dipicu
oleh infeksi Stafilokokus pada kelenjar Meibomian, dengan penonjoloan
mengarah ke konjungtiva.
Gejala dan tanda klinis
− Benjolan pada kelopak mata yang dirasakan sakit
− Benjolan dapat membesar ke posterior (konjungtiva tarsal) atau anterior
(kulit)
perawatan intensif
− Dalam keadaan akut dapat diberikan salep antibiotik kloramfenikol 0,5%
s/d 1 %
− Rujuk ke dokter spesialis mata jika diperlukan tindakan insisi atau
kuretase pada keadaan nodul residual tetap ada setelah infeksi akut.
1
HORDEOLUM EKSTERNUM
Definisi
Hordeolum eksternum dipicu oleh infeksi stafilokokus yang memberikan
gambaran abses akut yang terlihat pada folikel bulu mata dan kelenjar Zeis atau
Moll. Hordeolum eksternum sering ditemukan pada anak-anak.
Gejala dan tanda klinis
− Benjolan yang dirasakan sakit pada kelopak di daerah margo palpebra.
− Penonjolan mengarah ke kulit palpebra.
− Kemungkinan terjadi lesi multiple
perawatan intensif
− Kompres hangat
− Pemberian salep antibiotika kloramfenikol 0,5 – 1%
− Rujuk ke dokter spesialis mata jika diperlukan tindakan insisi dan
kuretase pada keadaan nodul residual tetap ada setelah infeksi akut.
INFEKSI POST-PARTUM
Definisi
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan, ditandai dengan
meningkatnya temperatur suhu 380C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2 – 10
post partum dan diukur per oral 4 kali sehari.
Pemicu
Dapat dipicu oleh bakteri Gram negatif maupun positif. Sebagian besar infeksi
terjadi selama proses persalinan.
Beberapa faktor predisposisi: kurang gizi atau malnutrisi, anemia, higiene buruk,
kelelahan, proses persalinan bermasalah (partus lama/macet, korioamnionitis,
persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi, periksa dalam
yang berlebihan).
Gambaran Klinis
- Penderita biasanya demam dan perineum atau dinding vagina yang terinfeksi
tampak bengkak dan bernanah, menimbulkan nyeri pada kerampang.
- Infeksi di bagian lebih dalam dapat berupa metritis, salpingitis, parametritis,
peritonitis, dan tromboflebitis, yang pada umumnya dimulai dari endometrium.
Lebih berat lagi dapat terjadi sepsis.
Dignosa
Dignosa ditegakkan berdasar gejala dan tanda yang selalu didapat serta gejala
lain yang mungkin didapat.
perawatan intensif
• Bila ada luka perineum, rawat dengan Povidon iodin 10%, atau kompres
Rivanol bila ada pus.
• Berikan antibiotika spektrum luas dalam dosis yang tinggi:
- Ampisilin 2 g i.v, lalu 1 g setiap 6 jam
- Ditambah Gentamisin 5 mg/kg berat badan i.v dosis tunggal / hari dan
Metronidazol 500 mg i.v setiap 8 jam.
- Lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam.
• Berikan uterotonika Ergometrin im untuk memperkuat involusi uterus.
112
• Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis.
Tindakan lebih lanjut dilakukan di Puskesmas Perawatan
• Berikan transfusi Packed Red Cell bila Hb < 8 g/dl.
• Bila dicurigai adanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital atau
dengan kuret tumpul besar).
• Bila ada pus intraperitoneal lakukan drainase (kalau perlu kolpotomi), ibu
dalam posisi Fowler.
• Bila tak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda
peritonitis generalisata pasien dirujuk ke RS untuk dilakukan laparotomi
dan keluarkan pus. Bila pada evaluasi uterus nekrotik dan septik lakukan
histerektomi subtotal.
1
INFLUENZA
Definisi
Influenza tergolong infeksi saluran napas akut (ISPA) yang biasanya terjadi dalam
bentuk epidemi. Disebut common cold atau selesma bila gejala di hidung lebih
menonjol, sementara “influenza” dimaksudkan untuk kelainan yang disertai
faringitis dengan tanda demam dan lesu yang lebih nyata.
Pemicu
Banyak macam virus Pemicu nya, antara lain Rhinovirus, Coronavirus, virus
Influenza A dan B, Parainfluenza, Adenovirus. Biasanya penyakit ini sembuh
sendiri dalam 3 – 5 hari.
Gambaran Klinis
- Gejala sistemik khas berupa gejala infeksi virus akut yaitu demam, sakit kepala,
nyeri otot, nyeri sendi, dan nafsu makan hilang, disertai gejala lokal berupa
rasa menggelitik sampai nyeri tenggorokan, kadang batuk kering, hidung
tersumbat, bersin, dan ingus encer.
- Tenggorokan tampak hiperemia.
- Dalam rongga hidung tampak konka yang sembab dan hipermia.
- Sekret dapat bersifat serus, seromukus atau mukopurulen bila ada infeksi
sekunder.
Dignosa
- Untuk mengetahui komplikasi perlu dilakukan pemeriksaan: auskultasi
paru, status telinga pada anak, EKG pada yang mengeluh nyeri dada
perawatan intensif
- Anjuran istirahat dan banyak minum sangat penting pada influenza ini.
Pengobatan simtomatis diperlukan untuk menghilangkan gejala yang terasa
berat atau mengganggu.
- Parasetamol 500 mg 3 x sehari atau asetosal 300 – 500 mg 3 x sehari baik
untuk menghilangkan nyeri dan demam.
- Untuk anak, dosis parasetamol yaitu : 10 mg/kgBB/kali, 3 – 4 kali sehari
- Antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder.
KANDIDIASIS
Definisi
Infeksi Candida albicans ini menyerang kulit, mukosa maupun alat dalam. Beberapa
faktor predisposisi seperti kehamilan, obesitas, DM, pemakaian antibiotik, antiseptik
atau kortikosteroid yang lama, penyakit kronik (TBC, tumor ganas), kurang gizi,
serta kulit yang kotor, lembab, dan basah mempermudah terjadinya kandidiasis
(kandidosis) ini.
Pemicu
Agen Pemicu paling sering dari kandidiasis murni yaitu Candida albicans.
Bayi dapat terinfeksi melalui vagina saat dilahirkan, atau sebab dot yang tidak
steril.
Gambaran Klinis
- Kandidosis pada kulit memberikan keluhan gatal dan perih. Kelainannya
berupa bercak merah dengan maserasi di daerah sekitar mulut, di lipatan
(intertriginosa) dengan bercak merah yang terpisah di sekitarnya (satelit).
- Bentuk kronik ditemukan di sela-sela jari kaki, sekitar anus dan di kuku
(paronikia atau onikomikosis)
- Pada penderita DM biasanya ada sebagai vulvo vaginitis.
- Tampilan di mukosa mulut dikenal sebagai guam atau oral thrush yang
diselaputi pseudomembran. Daya kecap penderita berkurang disertai rasa
metal.
- Tampilan di usus dapat berupa diare.
- Sel ragi dapat dilihat di bawah mikroskop dalam pelarut KOH 10% atau
pewarnaan Gram.
Dignosa
Bercak merah dengan maserasi dan bercak satelit.
perawatan intensif
- Faktor predisposisi yang dapat diatasi dihilangkan dahulu dan kebersihan
perorangan diperbaiki sebab kalau tidak penyakit ini akan bersifat kronik-
residif.
115
- Obat terpilih untuk kandidiasis kulit atau mukosa mulut yaitu larutan
gentian violet 1% (dibuat segar/baru) atau larutan nistatin 100.000 –
200.000 IU/ml yang dioleskan 2 – 3 kali sehari selama 3 hari.
- Untuk kandidiasis di saluran cerna : nistatin oral 500.000 IU 3 x sehari
selama 7–14 hari. Dosis pada anak 100.000 IU dalam 4 kali pemberian.
KARIES GIGI
Definisi
Karies gigi merupakan suatu penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang
mengakibatkan kerusakan struktur gigi dan bersifat kronik.
Pemicu
Hal –hal yang mendukung terjadinya karies gigi:
- Gigi yang peka, yaitu gigi yang mengandung sedikit flour atau memiliki
lubang, lekukan maupun alur yang menahan plak.
- Bakteri yang paling sering yaitu bakteri Streptococcus mutans.
- Dalam keadaan normal, di dalam mulut ada bakteri. Bakteri ini mengubah
semua makanan (terutama gula dan karbohidrat) menjadi asam. Bakteri, asam,
sisa makanan dan ludah bergabung membentuk bahan lengket yang disebut
plak, yang menempel pada gigi.
- Plak paling banyak ditemukan di gigi geraham belakang. Jika tidak dibersihkan
maka plak akan membentuk mineral yang disebut karang gigi (kalkulus, tartar).
Plak dan kalkulus bisa mengiritasi gusi sehingga timbul gingivitis.
Gambaran Klinis
Biasanya, suatu kavitasi di dalam enamel tidak memicu sakit, nyeri baru
timbul jika pembusukan sudah mencapai dentin. Nyeri yang dirasakan jika
meminum dingin atau makan permen menunjukkan bahwa pulpa masih sehat.
Jika pengobatan dilakukan pada stadium ini maka gigi bisa diselamatkan dan
tampaknya tidak akan timbul nyeri maupun kesulitan menelan.
Suatu kavitasi yang timbul di dekat atau telah mencapai pulpa memicu
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Nyeri ada walaupun perangsangnya
dihilangkan (contohnya air dingin). Bahkan gigi terasa sakit meskipun tidak ada
perangsang (sakit gigi spontan).
Dignosa
Gigi berlubang.
KEILOSIS
Definisi
Keilosis yaitu radang dangkal pada sudut mulut yang memicu sudut
mulut pecah-pecah
Pemicu
Biasanya sebab defisiensi riboflavin, asam pantotenat dan piridoksin. Kelainan
serupa dapat pula dipicu oleh mikosis atau virus herpes.
Gambaran Klinis
- Tampak fisur atau luka-luka berkerak di kedua sudut mulut yang terasa
perih bila terkena makanan pedas.
Dignosa
Pecah-pecah pada sudut mulut.
perawatan intensif
- Vitamin B2 25 – 50 mg bersama vitamin B-kompleks 1 tablet 3 x sehari
diberikan selama 1 minggu.
- Kadang diperlukan pula vitamin C 50 mg 3 x sehari.
117
perawatan intensif
Bergantung pada kedalaman karies:
- Jika pembusukan berhenti sebelum mencapai dentin, maka email membaik
dengan sendirinya dan bintik putih di gigi akan menghilang. Perlindungan
dentin dengan mengulas fluor.
- Jika dentin yang menutup pulpa sudah tipis maka dapat dilakukan pulp
capping indrek dengan memakai pelapis dentin Ca(OH)2.
- Jika pembusukan telah mencapai dentin, maka bagian gigi yang membusuk
harus diangkat dan diganti dengan penambalan (restorasi) dengan tumpatan
tetap (amalgam, glass ionomer, komposit resin).
120
perawatan intensif
Pengobatan sindrom duh tubuh vagina sebab servisitis (pengobatan
program)
Pengobatan gonore tanpa
komplikasi Pengobatan klamidiasis
Pilihlah salah satu dari beberapa cara pengobatan yang dianjurkan dibawah
ini
Tiamfenikol* 3,5 g per oral, dosis
tunggal atau
Ofloksasin*) 400 mg per oral, dosis
tunggal
atau
Kanamisin 2 g injeksi IM dosis
tunggal atau
Spektinomisin 2 g per oral, dosis
tunggal
Doksisiklin**100 mg per oral 2 x
sehari selama 7 hari
atau
Azitromisin 1 g per oral, dosisi
tunggal
Pilihan pengobatan lain
Siprofloksasin*) 500 mg per oral,
dosis tunggal,
atau
Seftriakson 250 mg injeksi IM, dosis
tunggal
atau
Sefiksim 400 mg per oral, dosis
tunggal
Tetrasiklin**) 500 mg 4 x sehari, per
oral selama 7 hari
atau
Eritromisin 500 mg 4 x sehari
selama 7 hari
(bila ada kontraindikasi tetrasiklin)
*) Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak dibawah 12
tahun dan remaja
**)Tidak boleh diberikan pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah 12
tahun
KEPUTIHAN / FLUOR ALBUS (DUH TUBUH VAGINA)
Definisi
Keluarnya cairan yang berlebihan dari dalam vagina disertai dengan gatal/rasa
terbakar pada vulva.
Dapat dipicu oleh infeksi vagina (kolpitis) yang lebih bersifat encer dan
radang serviks (servisitis) yang bersifat muko-purulen.
Pemicu
Kolpitis sering dipicu oleh Trikomoniasis, Kandidiasis dan Bakterial vaginosis,
sedangkan servisitis sering dipicu oleh infeksi Neiserria gonorrhoeae dan
Chlamydia trachomatis.
Gambaran Klinis
• Deteksi infeksi serviks berdasar gejala klinis sulit dilakukan, sebab sebagian
besar wanita dengan gonore atau klamidiasis yang memicu infeksi serviks
umumnya asimtomatik.
• Wanita dengan faktor resiko (mempunyai lebih dari satu mitra seksual atau
mitra seksual sedang mengidap IMS dan sanggama tidak memakai kondom)
cenderung memiliki risiko tinggi untuk terjadi infeksi serviks bila dibandingkan
dengan mereka yang tidak berisiko.
Dignosa
• Gejala duh tubuh (discharge) yang abnormal merupakan petunjuk kuat infeksi
vagina namun merupakan pertanda lemah untuk infeksi serviks. Jadi semua
wanita yang menunjukkan tanda-tanda duh tubuh vagina (vaginal discharge)
agar diobati juga untuk trikomoniasis dan bakterial vaginosis sekaligus.
• Wanita dengan cairan tubuh yang berlebihan disertai dengan faktor risiko perlu
dipertimbangkan untuk diobati sebagai servisitis yang dipicu gonore dan
klamidiasis.
• Pemeriksaan secara mikroskopik hanya sedikit membantu Dignosa untuk
infeksi serviks, sebab hasil pemeriksaan yang negatif sering menunjukkan
hasil negatif palsu. Untuk keadaan ini perlu dilakukan kultur/ biakan kuman
122
Pilihan pengobatan lain
Metronidazol 400
atau 500 mg per
oral, 2 kali
sehari,selama 7
hari
atau
Tinidazol 500 mg
per oral, 2 kali
sehari, selama 5
hari
Metronidazol, 2 g, per
oral, dosis tunggal
atau
Klindamisin 300 mg per
oral, 2 kali sehari selama
7 hari
atau
Metronidazol gel 0,75
%, 5 g, 2 kali sehari intra
vagina, selama 5 hari
***)
atau
Klindamisin krim vagina
2%, 5 g, intra vagina
sebelum tidur,selama 7
hari (belum tersedia di
negara kita )
Nistatin,100.000 IU, intra
vagina, setiap hari, selama
14 hari
121
Pengobatan sindrom duh tubuh vagina sebab vaginitis (pengobatan
program)
Pilih salah satu dari beberapa cara pengobatan yang dianjurkan dibawah ini
Trikomoniasis Bakterial vaginosis( bukan IMS )
Kandidosis vagina
(bukan IMS)
Metronidazol, 2 g
per oral, dosis
tunggal
atau
Tinidazol, 2 g per
oral, dosis
tunggal
Metronidazol, 400 atau
500 mg, 2 kali sehari,
selama 7 hari
Mikonazol atau
klotrimazol, 200 mg, intra
vaginal selama 3 hari,
atau
Klotrimazol, 500 mg, intra
vagina, dosis tunggal
atau
Flukonazol, 150 mg per
oral, dosis tunggal
atau
Trakonazol, 200 mg, per
oral, 2 kali sehari, dosis
tunggal
124
− Bila ada tanda-tanda syok pasang infus glukosa 5% dan kalau perlu
lakukan pernafasan buatan.
− Pengobatan spesifik, terutama bila timbul gejala dengan antitoksin.
− Penderita harus segera dirujuk ke rumah sakit
2. KERACUNAN BONGKREK
Definisi
Racun bongkrek dihasilkan oleh Bacillus cocovenevans, yaitu kuman yang tumbuh
dari bongkrek yang diproses kurang baik. Pertumbuhan kuman ini dapat dihambat
oleh suasana asam (diolah dengan daun calincing).
Pemicu
Keracunan tempe bongkrek dipicu oleh toksoflavin dan asam bongkrek yang
dihasilkan oleh Pseudomonas cocovenans yang dikenal juga sebagai bakteri asam
bongkrek. Toksin ini dihasilkan dalam media yang mengandung ampas
kelapa.
Gambaran Klinis
− Gejala timbul 4 – 6 jam setelah makan tempe bongkrek yaitu berupa mual dan
muntah.
− Penderita mengeluh sakit perut, sakit kepala dan melihat ganda (diplopia).
− Penderita lemah, gelisah dan berkeringat dingin kadang disertai gejala syok.
− Pada hari ke-3 sklera menguning, pembesaran hati dan urin keruh dengan
protein (+).
Dignosa
Riwayat konsumsi tempe bongkrek.
perawatan intensif
− Penderita harus dirujuk ke rumah sakit, sementara itu bila penderita masih
sadar usahakan mengeluarkan sisa makanan.
− Berikan norit 20 tablet (digerus dan diaduk dengan air dalam gelas) sekaligus,
dan ulangi 1 jam lalu .
− Kalau perlu atasi syok dengan infuse glukosa 5 % dan pernapasan buatan.
1. BOTULISMUS
Definisi
Botulismus merupakan keracunan akibat makanan (tidak selalu makanan kaleng)
yang tercemar toksin yang dihasilkan oleh C.botulinum. Keracunan ini
ditandai oleh kelainan neuromuskuler, jarang terjadi diare. Kematian sekitar
65%.
Pemicu
Makanan yang tercemar toksin yang dihasilkan oleh C.botulinum.
Gambaran klinik
− Inkubasi penyakit ini kira-kira 18 – 36 jam, namun dapat beragam dari
beberapa jam sampai 3 hari.
− Tanda awal yaitu rasa lelah dan lemas, serta gangguan penglihatan.
− Diare lebih sering tidak ada.
− Gejala neurologi seperti disartria dan disfagia dapat menimbulkan
pneumonia aspirasi.
− Otot-otot tungkai, lengan dan badan lemah.
− Sementara itu daya rasa (sensoris) tetap baik, dan suhu tidak meningkat.
− Dignosa banding yang perlu dipikirkan yaitu poliomielitis, miastemia
gravis, dan ensefalitis virus.
Dignosa
Riwayat konsumsi makanan tertentu.
perawatan intensif
− Tindakan penanggulangan:
1. Bila perlu, berikan pernapasan buatan.
2. Jika tidak muntah, usahakan untuk muntah.
Jika perlu, lakukan bilas lambung.
KERACUNAN MAKANAN DAN INSEKTISIDA
126
6. Sistem saraf pusat; sakit kepala, bingung, berbicara tidak jelas, ataksia, demam,
konvulsi dan koma.
7. Otot-otot; lemah, fascikulasi dan kram.
8. Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain edema paru, pernapasan berhenti,
blockade atrioventrikuler dan konvulsi.
Dignosa
Riwayat kontak dengan insektisida golongan organofosfat
perawatan intensif
Keracunan akut :
Tindakan gawat darurat:
1. Buat saluran udara.
2. Pantau tanda-tanda vital.
3. Berikan pernapasan buatan dengan alat dan beri oksigen.
4. Berikan atropin sulfat 2 mg secara i.m, ulangi setiap 3 – 8 menit sampai gejala
keracunan parasimpatik terkendali.
5. Berikan larutan 1g pralidoksim dalam air secara i.v, perlahan-lahan, ulangi
setelah 30 menit jika pernapasan belum normal. Dalam 24 jam dapat diulangi
2 kali. Selain pralidoksim, dapat digunakan obidoksim (toksogonin).
6. Sebelum gejala timbul atau setelah diberi atropine sulfat, kulit dan selaput
lendir yang terkontaminasi harus dibersihkan dengan air dan sabun.
7. Jika tersedia Naso Gastric Tube, lakukan bilas lambung dengan air dan berikan
sirup ipeca supaya muntah.
Tindakan umum:
1. Sekresi paru disedot dengan kateter.
2. Hindari penggunaan obat morfin, aminofilin, golongan barbital, golongan
fenotiazin dan obat-obat yang menekan pernapasan.
Keracunan kronik:
Jika keracunan melalui mulut dan kadar enzim kolinesterase menurun, maka
perlu dihindari kontak lebih lanjut sampai kadar kolinesterase kembali normal.
125
− Tidak ada antidotum spesifik.
− Penderita dirangsang secara mekanis agar muntah. Bila tidak berhasil
lakukan bilas lambung di rumah sakit.
3. KERACUNAN INSEKTISIDA
Semua insektisida bentuk cair dapat diserap melalui kulit dan usus dengan
sempurna. Jenis yang paling sering menimbulkan keracunan di negara kita
yaitu golongan organofosfat dan organoklorin. Golongan karbamat efeknya
mirip efek organofosfat, tetapi jarang menimbulkan kasus keracunan.
Masih ada jenis pestisida lain seperti racun tikus (antikoagulan dan seng
fosfit) dan herbisida (parakuat) yang juga sangat toksik. Kasus keracunan
golongan ini jarang terjadi. perawatan intensif nya dapat dilihat dalam “ Pedoman
Pengobatan Keracunan Pestisida” yang diterbitkan oleh Bagian Farmakologi
FKUI.
a. KERACUNAN GOLONGAN ORGANOFOSFAT
Definisi
Golongan organofosfat bekerja selektif, tidak persisten dalam tanah, dan tidak
memicu resistensi pada serangga. Golongan organofosfat bekerja dengan
cara menghambat aktivitas enzim kolinesterase, sehingga asetilkolin tidak
terhidrolisa.
Pemicu
Keracunan pestisida golongan organofosfat dipicu oleh asetilkolin yang
berlebihan, mengakibatkan perangsangan terus menerus saraf muskarinik dan
nikotinik.
Gambaran klinik
Gejala klinis keracunan pestisida golongan organofosfat pada:
1. Mata; pupil mengecil dan penglihatan kabur
2. Pengeluaran cairan tubuh; pengeluaran keringat meningkat, lakrimasi, salviasi
dan juga sekresi bronchial.
3. Saluran cerna; mual, muntah, diare dan sakit perut.
4. Saluran napas; batuk, bersin, dispnea dan dada sesak.
5. Kardiovaskular; bradikardia dan hipotensi.
128
4. Pada waktu bekerja dengan pestisida, sebaiknya tidak sambil makan, minum
atau merokok.
5. Tempat atau wadah pestisida yang telah kosong, sebaiknya dibuang atau
dimusnahkan, demikian juga pestisida yang tidak berlabel atau etiketnya sudah
rusak, sehingga tidak dapat diketahui dengan pasti.
6. Tergantung pada tingkat toksisitasnya, jika bekerja yang berhubungan dengan
pestisida, sebaiknya tidak lebih dari 4 – 5 jam.
Tindakan penanggulangan :
Penanggulangan keracunan pestisida golongan keracunan organoklorin pada
umumnya:
Tindakan gawat darurat:
a. Jika keracunan melalui mulut, usahakan untuk muntah
b. Pantau tanda-tanda vital.
c. Berikan karbon aktif, diikuti bilas lambung dengan air 2 – 4 liter. lalu
berikan obat pencuci perut. Pembersihan usus, juga dapat dilakukan dengan
200 mL larutan manitol 20 % dengan melalui pipa.
d. Jangan diberi lemak atau minyak.
e. Jika kulit juga terkena, bersihkan dengan air dan sabun.
Tindakan umum:
1. Untuk mengatasi konvulsi, berikan diazepam 10 mg secara i.v perlahan-lahan.
Jika belum menunjukkan hasil berikan obat yang memblokade neuromuscular.
2. Atasi hiperaktivitas dan tremor, berikan natrium fenobarbital 100 mg secara
s.c setiap jam sampai mencapai jumlah 0,5 g atau sampai konvulsi terkendali.
3. Jangan diberi obat stimulan terutama epinefrin, sebab dapat menimbulkan
fibrilasi ventrikuler.
4. KERACUNAN JENGKOL
Definisi
Keracunan akibat terjadinya pengendapan kristal asam jengkol di saluran
kemih. Ciri orang yang rentan pengendapan kristal asam jengkol ini belum
dapat ditentukan.
1
b. KERACUNAN ORGANOKLORIN
Definisi
Pestisida golongan organoklorin pada umumnya merupakan racun perut dan racun
kontak yang efektif terhadap larva, serangga dewasa dan kadang-kadang juga
terhadap kepompong dan telurnya. Penggunaan pestisida golongan organoklorin
makin berkurang sebab pada penggunaan dalam waktu lama residunya persisten
dalam tanah, tubuh hewan dan jaringan tanaman.
Pemicu
Pestisida golongan organoklorin
Gambaran klinis
− Gejala keracunan turunan halobenzen dan analog, terutama muntah, tremor
dan konvulsi.
− Pada keracunan akut melalui mulut dipicu oleh 5 g DDT akan memicu
muntah-muntah berat setelah 0,5 – 1 jam, selain kelemahan dan mati rasa pada
anggota badan yang terjadi secara bertahap, rasa takut, tegang dan diare juga
dapat terjadi.
− Dengan 20 g DDT dalam waktu 8 – 12 jam kelopak mata akan bergerak-gerak
disetai tremor otot mulai dari kepal dan leher, selanjutnya konvulsi klonik kaki
dan tangan seperti gejala keracunan pada strichnin. Nadi normal, pernapasan
mula-mula cepat lalu perlahan.
Dignosa
Riwayat kontak dengan insektisida golongan organoklorin
perawatan intensif
Tindakan pencegahan :
1. Pestisida sebaiknya disimpan dalam tempat aslinya dengan etiket yang jelas
dan disimpan di tempat yang tidak terjangkau oleh anak-anak, serta jauh dari
makanan dan minuman.
2. Pada waktu memakai pestisida, perlu diikuti dengan cermat dan tepat,
sesuai prosedur dan petunjuk lain yang telah ditentukan.
3. Hindari kontak atau menghisap pestisida.
130
− Bibir, kuku, lalu muka dan kulit berwarna kebiruan (sianosis). Sianosis
perlu dibedakan dengan methaemoglobinemia yang timbul sebab
keracunan sulfa, DDS, nitrat atau nitrit, yang memerlukan pengobatan lain
(metilen-biru).
Dignosa
Riwayat makan singkong disertai dengan gejala klinis.
perawatan intensif
− Larutan Na-tiosulfat 25% disuntikan i.v. perlahan sebanyak 20 ml dan diulangi
setiap 7-10 menit sampai gejala teratasi. Dosis total diberikan sampai penderita
bangun, jumlahnya bergantung pada beratnya gejala.
− Berikan oksigen dan pernapasan buatan bila ada depresi napas.
− Penderita perlu dioservasi 24 jam dan dikirim ke rumah sakit bila keracunannya
berat.
129
Pemicu
Asam Jengkolat
Gambaran Klinis
− Bau khas jengkol tercium dari mulut dan urin penderita.
− Timbul kolik ginjal seperti pada batu ginjal.
− Penderita mengeluh nyeri sewaktu buang air kecil.
− Urin penderita merah sebab darah (hematuria). Secara mikroskopis, selain
eritrosit tampak kristal asam jengkol seperti jarum.
− Dalam keadaan berat ada anuria dan mungkin penderita pingsan sebab
menahan sakit.
Dignosa
Hematuria, nyeri pada saat buang air kecil.
perawatan intensif
− Keracunan ringan dapat diobati dengan minum banyak dan pemberian Na.
bikarbonat 2 g 4 x sehari peroral sampai gejala hilang.
− Pada keracunan berat dengan anuria penderita perlu dirujuk.
5. KERACUNAN SINGKONG
Definisi
Beberapa jenis singkong mengandung cukup banyak sianida yang mungkin
menimbulkan keracunan. Tanpa analisa kandungan sianida tidak dapat dipastikan
singkong mana yang berbahaya bila dimakan kecuali dari rasanya.
Pemicu
Sianida ( HCN )
Gambaran Klinis
− Tanda keracunan timbul akut kira-kira setengah jam setelah makan singkong
beracun.
− Gejala berawal dengan pusing dan muntah.
− Dalam keadaan yang berat penderita sesak napas dan pingsan.
KOLERA
Definisi
Kolera yaitu suatu infeksi usus kecil sebab bakteri Vibrio cholerae.
Kolera menyebar melalui air yang diminum, makanan laut atau makanan lainnya
yang tercemar oleh kotoran orang yang terinfeksi.
Pemicu
Bakteri kolera menghasilkan racun yang memicu usus halus melepaskan
sejumlah besar cairan yang banyak mengandung garam dan mineral. sebab
bakteri sensitif terhadap asam lambung, maka penderita kekurangan asam lambung
cenderung menderita penyakit ini.
Gambaran Klinis
− Gejala dimulai dalam 1 – 3 hari setelah terinfeksi bakteri, bervariasi mulai
dari diare ringan-tanpa komplikasi sampai diare berat-yang bisa berakibat
fatal. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala.
− Penyakit biasanya dimulai dengan diare akut encer seperti air cucian beras
yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa rasa sakit disertai mual muntah-muntah.
− Pada kasus yang berat, diare memicu kehilangan cairan sampai 1 liter
dalam 1 jam. Kehilangan cairan dan garam yang berlebihan memicu
dehidrasi disertai rasa haus yang hebat, kram otot, lemah dan penurunan
produksi air kemih
− Banyaknya cairan yang hilang dari jaringan memicu mata menjadi
cekung dan kulit jari-jari tangan menjadi keriput.
− Jika tidak diobati, ketidakseimbangan volume darah dan peningkatan konsentrasi
garam bisa memicu gagal ginjal, syok dan koma.
− Gejala biasanya menghilang dalam 3 – 6 hari. Kebanyakan penderita akan
terbebas dari organisme ini dalam waktu 2 minggu, tetapi beberapa diantara
penderita menjadi pembawa dari bakteri ini.
Dignosa
− Dignosa ditegakkan berdasar gejala-gejalanya.
− Untuk memperkuat Dignosa , dilakukan pemeriksaan terhadap apusan rektum
(rektal swab) atau contoh tinja segar.
KERATITIS (ULKUS KORNEA)
Definisi
Keratitis (Ulkus Kornea) yaitu suatu keadaan infeksi pada kornea yang dapat
dipicu oleh infeksi bakteri, jamur, virus dan faktor imunologis. Pada umumnya
didahului oleh keadaan trauma pada kornea, penggunaan lensa kontak, pemakaian
kortikosteroid topikal yang tidak terkontrol dan pemakaian obat tetes mata
tradisional.
Pemicu
− Infeksi
− Non Infeksi
Gejala dan tanda klinis
− Pasien datang dengan keluhan penurunan tajam penglihatan dan mata merah
− Rasa nyeri dan mengganjal pada mata
− Didapatkan lesi putih di kornea
Dignosa
Penurunan visus dan lesi pada kornea.
perawatan intensif
− Berikan tetes mata kloramfenikol (0,5 – 1 %) enam kali sehari, sekurang-
kurangnya selama 3 hari
− Jangan diberikan antibiotika atau obat-obatan lainnya yang mengandung
kortikosteroid.
− Segera rujuk ke spesialis mata jika :
§ Rasa nyeri dan mata merah menetap setelah 3 hari pengobatan
§ Tampak lesi putih di kornea
− Tetap berikan kloramfenikol tetes mata tanpa dilakukan pemasangan
verban saat merujuk ke dokter spesialis mata.
133
perawatan intensif
Pengobatan:
− Yang sangat penting yaitu segera mengganti kehilangan cairan , garam dan
mineral dari tubuh, dengan menilai derajat dehidrasi, dengan pemberian oralit
ad lib.
− Untuk penderita yang mengalami dehidrasi berat, cairan rehidrasi diberikan
melalui infus (cairan Ringer Lactat atau bila tidak tersedia bisa memakai
cairan NaCl 0,9%). Di daerah wabah, kadang-kadang cairan diberikan melalui
selang yang dimasukkan lewat hidung menuju ke lambung.
− Penggunaan antibiotik
Tetracycline
Anak–anak : 12,5 mg/kgBB ( 4 x sehari selama 3 hari )
Dewasa : 500 mg ( 4 x sehari selama 3 hari )
Trimethoprim (TMP) Sulfamethoxazole (SMX)
Anak-anak : TMP 5 mg/kgBB dan SMX 25 mg/kgBB (2 x sehari
selama 3 hari)
Dewasa : TMP 160 mg dan SMX 800 mg (2 x sehari selama 3 hari)
− Bila dehidrasi sudah diatasi tujuan pengobatan selanjutnya yaitu menggantikan
jumlah cairan yang hilang sebab diare dan muntah. Makanan padat bisa
diberikan setelah muntah-muntah berhenti dan nafsu makan sudah kembali.
− Pengobatan awal dengan tetrasiklin atau antibiotik lainnya bisa membunuh
bakteri dan biasanya akan menghentikan diare dalam 48 jam.
− Lebih dari 50% penderita kolera berat yang tidak diobati meninggal dunia.
Kurang dari 1% penderita yang mendapat penggantian cairan yang adekuat,
meninggal dunia.
Pencegahan:
− Penjernihan cadangan air dan pembuangan tinja yang memenuhi standar sangat
penting dalam mencegah terjadinya kolera.
− Usaha lainnya yaitu meminum air yang sudah terlebih dahulu dimasak dan
menghindari sayuran mentah atau ikan dan kerang yang dimasak tidak sampai
matang.
− Pemberian antibiotik tetrasiklin bisa membantu mencegah penyakit pada orang-
orang yang sama-sama memakai perabotan rumah dengan orang yang
terinfeksi kolera.
KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL
Definisi
Konjungtivitis bakterial sering dijumpai pada anak-anak, biasanya dapat sembuh
sendiri.
Pemicu
Infeksi ini umumnya dipicu oleh bakteri Staph. epidermidis, Staph. aureus,
Strep. pneumoniae dan H. influenza. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung
dengan sekret air mata yang terinfeksi.
Gambaran Klinis
− Mata terlihat merah
− Rasa mengganjal dan panas pada mata
− Sekret yang banyak, pada saat bangun tidur kelopak mata lengket dan sulit
dibuka.
− Kelopak mata bengkak dan berkrusta. Pada keadaan awal sekret berbentuk
serosa (watery) menyerupai konjungtivitis virus, namun dalam beberapa hari
sekret menjadi mukopurulen.
− Injeksi konjungtiva dapat terlihat dengan jelas.
Dignosa
Sekret mukopurulen.
perawatan intensif
Pemberian antibiotika dapat diberikan dalam bentuk tetes mata dan salep mata.
− Kloramfenikol tetes mata yang dapat diberikan 4 – 6 kali sehari
− Salep antibiotika kloranfenikol atau tetrasiklin dapat diberikan untuk
mendapatkan konsentrasi yang tinggi. Diberikan sebelum tidur agar tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari, sebab pemberian salep mata dapat
mengganggu penglihatan.
KERATOKONJUNGTIVITIS VERNAL
Definisi
Keratokonjungtivtis Vernal biasanya bersifat rekuren, bilateral dan terjadi pada
masa anak-anak yang tinggal di daerah kering dan hangat. Onset terjadi pada usia
5 tahun ke atas dan berkurang setelah masa pubertas. Pada umumnya didapatkan
riwayat atopi pada pasien atau keluarga.
Pemicu
Riwayat Alergi / Atopi
Gambaran Klinis
− Gejala utama yang paling sering dikeluhkan yaitu rasa gatal yang diikuti
dengan lakrimasi, fotopobia, mengganjal dan rasa terbakar.
− Pada pemeriksaan dapat terlihat papil di konjungtiva tarsal superior
− Dalam keadaan berat dapat dijumpai Giant Papillae atau Cobblestone.
− Di daerah limbus, gambaran klinis yang terlihat yaitu nodul berwarna putih
(trantas dot) dan bila kornea terkena dapat terjadi Shield Ulceration.
perawatan intensif
− Dalam keadaan akut atau eksaserbasi akut dapat diberikan Kortikosteroid
topikal.
− Fluorometolone dapat digunakan, sebab mempunyai efek meningkatkan
tekanan intraokular yang lebih lemah daripada Deksametason.
− Pemberian Kortikosteroid topikal dihentikan jika keluhan akut telah hilang.
− Mast cell stabilizers seperti Natrium Kromoglikat atau Lodoxamid dapat
diberikan untuk mencegah eksaserbasi akut.
− jika kornea telah terkena, segera rujuk ke dokter spesialis mata.
Perhatian !!!
Jangan pernah memberikan kortikosteroid topikal untuk jangka panjang! Pemberian
kortikosteroid topikal hanya untuk menekan peradangan dalam keadaan eksaserbasi
akut dan dalam jangka waktu pendek (3 – 5 hari). jika masih sering terjadi
eksaserbasi akut, segera rujuk ke dokter spesialis mata.
KONJUNGTIVITIS VIRAL
Definisi
Konjungitivitis Viral biasanya dipicu oleh Adenovirus. Penyakit ini sangat
tinggi tingkat penyebarannya, melalui respirasi atau sekresi air mata, baik secara
langsung maupun melalui bahan pengantar seperti handuk, sapu tangan yang
digunakan bersama.
Pemicu
Infeksi ini dipicu Adenovirus.
Gambaran Klinis
− Timbul secara akut
− Mata merah dan berair
− Biasanya mengenai dua mata
− Dapat terjadi edema kelopak mata
− Pada konjungtiva akan terlihat folikel dan sekret serosa
− Pada kasus yang berat dapat terjadi subkonjungtiva, kemosis dan
pseudomembran
− jika terjadi keratitis, maka akan terlihat lesi putih di kornea dengan bentuk
pungtata di epitel atau sub-epitel dan dalam keadaan berat dapat terjadi di
stroma kornea.
Dignosa
Sekret serosa.
perawatan intensif
− Pada umumnya penyakit ini dapat sembuh sendiri
− Pemberian steroid topikal (dapat dikombinasi dengan antibiotika) hanya
diberikan bila mata dirasakan sangat tidak nyaman, untuk mengurangi
peradangan atau terjadi gangguan penglihatan pada keratitis stromal.
KUSTA
Definisi
Kusta atau lepra yaitu suatu penyakit kulit menular menahun yang dipicu
oleh kuman Mycobacterium leprae. Serangan kuman yang berbentuk batang ini
biasanya pada kulit, saraf tepi, mata, selaput lendir hidung, otot, tulang dan buah
zakar.
Pemicu
Kuman Mycobacterium leprae.
Gambaran Klinis
Tanda utama ( Cardinal sign ) :
− Kelainan pada kulit, berupa bercak yang berwarna putih (hipopigmentasi)
yang tak berasa atau kemerahan (eritematosus) yang mati rasa.
− Penebalan syaraf tepi.
− Gejala pada kulit, penderita kusta yaitu pada kulit terjadi benjol-benjol kecil
berwarna merah muda atau ungu. Benjolan kecil ini menyebar berkelompok
dan biasanya ada pada mata dan mungkin juga timbul di hidung hingga
memicu perdarahan.
− Gejala pada saraf, berkurangnya perasaan pada anggota badan atau bagian
tubuh yang terkena. Kadang-kadang ada radang syaraf yang nyeri.
Adakalanya kaki dan tangan berubah bentuknya. Jari kaki sering hilang akibat
serangan penyakit ini. Penderita merasa demam akibat reaksi penyakit ini .
− Penyakit kusta ada dalam bermacam-macam bentuk. Bentuk leproma
mempunyai kelainan kulit yang tersebar secara simetris pada tubuh. Bentuk
ini menular sebab kelainan kulitnya mengandung banyak kuman.
− Ada juga bentuk tuberkuloid yang mempunyai kelainan pada jaringan syaraf
yang mengakibatkan cacat pada tubuh. Bentuk ini tidak menular sebab kelainan
kulitnya mengandung sedikit kuman. Di antara bentuk leproma dan tuberkuloid
ada bentuk peralihan yang bersifat stabil dan mudah berubah-ubah.
− Penyakit ini ditularkan melalui kontak erat dari kulit ke kulit dalam waktu
yang cukup lama. Namun ada dugaan bahwa penyakit ini juga dapat ditularkan
melalui udara pernapasan dari penderita yang selaput hidungnya
KONJUNGTIVITIS PURULENTA NEONATORUM
Definisi
Radang konjungtiva yang terjadi pada bayi yang baru lahir.
Gejala muncul beberapa jam sampai 3 hari pasca lahir.
Pemicu
Bayi baru lahir tertular infeksi gonore oleh ibunya ketika melewati jalan lahir.
Gejala Klinis
− Kelopak mata bengkak dan konjungtiva hyperemia hebat
− Sekret mata purulen yang kadang bercampur darah.
− Hasil pemeriksaan sekret atau kerokan konjungtiva dengan pewarnaan Gram
memperlihatkan banyak sekali sel polimorfonuklear. Kuman N.gonorrhoeae
khas tampak sebagai kokus gram negatif yang berpasangan seperti biji kopi,
tersebar di luar dan di dalam sel.
Dignosa
Sekret purulen dengan riwayat ibu gonore.
perawatan intensif
− Pengobatan harus segera diberikan dengan intensif sebab gonore ini dapat
memicu perforasi kornea yang berakhir dengan kebutaan.
− Bayi ini harus diisolasi untuk mencegah penularan.
− Mata dibersihkan dahulu lalu diberi salep mata penisilin setiap 15 menit
− Secara sistemik diberikan penisilin prokain i.m. dosis tunggal 50.000
IU/kgBB/hari selama 5 hari.
− Kedua orang tua sebagai sumber infeksi juga harus diperiksa dan diobati.
− Bila pemeriksaan sekret telah negatif 3 hari berturut-turut, maka penderita
boleh dipulangkan dan pemberian salep mata diteruskan 3 kali sehari. Seminggu
lalu bila pemeriksaan sekret masih negatif pengobatan dihentikan.
140
b. Regimen MDT-Multibasiler
- Rifampisin
Dewasa : 600 mg/bulan, disupervisi
Dilanjutkan dengan 50 mg/hari
Anak 10 – 14 th : 450 bulan (12 – 15 mg/kg BB/bulan)
Rifampisin : diminum di depan petugas ( Hari pertama )
• Dewasa : 600 mg/bulan
• Anak 10 – 14 tahun : 450 mg/bulan
• Anak 5 – 9 tahun : 300 mg/bulan
Lampren :
• Dewasa : 300 mg/bulan
• Anak 10 – 14 tahun : 150 mg/bulan
• Anak 5 – 9 tahun : 100 mg/bulan
Dapson :
• Dewasa : 100 mg/hari
• Anak 10 – 14 tahun : 50 mg/hari
• Anak 5 – 9 tahun : 25 mg/hari
Diberikan sebanyak 12 blister dengan jangka waktu 12 – 18 bulan.
- Lampren
Dewasa : 300 mg/bulan, disupervisi
Dilanjutkan dengan 50 mg/hari
Anak 10 – 14 th : 200 mg/bulan, disupervisi
Dilanjutkan dengan 50 mg selang sehari.
- Dapson
Dewasa : 100 mg/hari.
Berat badan < 35 kg: 50 mg/hari
Anak 10-14 tahun : 50 mg/hari(1 – 2 mg/hari/Kg BB/hari)
Lama pengobatan : diberikan sebanyak 24 regimen dengan jangka
waktu maksimal 36 bulan sedapat mungkin sampai apusan kulit menjadi
negatif.
139
− terkena. Tidak semua orang yang berkontak dengan kuman Pemicu akan
menderita penyakit kusta. Hanya sedikit saja yang lalu tertulari, sementara
yang lain mempunyai kekebalan alami.
− Masa inkubasi penyakit ini dapat sampai belasan tahun. Gejala awal penyakit
ini biasanya berupa kelainan kulit seperti panau yang disertai hilangnya rasa
raba pada kelainan kulit ini .
Dignosa
Dari gejala klinik
perawatan intensif
Klasifikasi Kusta menurut WHO untuk memudahkan pengobatan di lapangan :
− PB ( Pauci Bacillery )
− MB ( Multi Bacillary )
Prinsip Multi Drug Treatment (pengobatan kombinasi Regimen MDT-Standar
WHO)
a. Regimen MDT-Pausibasiler
- Rifampisin
Dewasa : 600 mg/bulan, disupervisi
Berat badan < 35 kg : 450 mg/bulan
Anak 10 – 14 th : 450 mg/bulan (12 – 15 mg/kg BB/hari)
Rifampisin : diminum di depan petugas ( Hari pertama )
• Dewasa : 600 mg/bulan
• Anak 10 – 14 tahun : 450 mg/bulan
• Anak 5 – 9 tahun : 300 mg/bulan
Dapson :
• Dewasa : 100 mg/hari
• Anak 10 – 14 tahun : 50 mg/hari
• Anak 5 – 9 tahun : 25 mg/hari
Diberikan dalam jangka waktu 6 – 9 bulan.
- Dapson
Dewasa : 100 mg/hari
Berat badan < 35 kg : 50 mg/hari
Anak 10 – 14 th : 50 mg/hari (1 – 2 mg/kg BB/hari)
Lama pengobatan : diberikan sebanyak 6 regimen dengan jangka
waktu maksimal 9 bulan.
142
Stadium Kedua
− Terbentuk anti bodi di dalam tubuh penderita
− Gejala yang timbul lebih bervariasi dibandingkan dengan stadium pertama
− jika demam dengan gejala-gejala lain timbul kemungkinan akan terjadi
meningitis.
− Stadium ini terjadi biasanya antara minggu kedua dan keempat.
Dignosa
Dalam anamnesis perlu ditanyakan riwayat pekerjaan pasien sebelum sakit muncul,
apakan termasuk kelompok risiko tinggi, riwayat bepergian ke hutan belantara,
rawa, sungai dan lain-lain.
Dignosa ditegakkan berdasar gejala / keluhan berupa demam mendadak,
nyeri kepala terutama di bagian frontal, mata merah / fotofobia, keluhan
gastrointestinal dan lain-lain.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai bradikardi, nyeri tekan otot, rash hepatomegali
dan lain-lain.
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin dapat dijumpai leukositosis, jumlah
leukosit normal atau sedikit menurun disertai gambaran neutrofilia dan laju endap
darah yang meninggi. Pada urin dijumpai proteinuria, leukosituria dan ada
torak. Bilirubin dalam darah bisa meninggi kalau organ hati telah terlibat, dan
peninggian transaminase. Juga bisa dijumpai peninggian BUN, ureum dan kreatinin
darah akibat keterlibatan ginjal.
perawatan intensif
− Penisilin yaitu obat pilihan utama untuk pengobatan penyakit ini. Pemberian
hari ke 1 – 3 mulainya infeksi memberikan hasil yang sangat baik, pemberian
hari ke 4 – 6 hasilnya kurang memuaskan, lewat hari ke-7 tidak begitu
bermanfaat. Biasanya diberikan penisilin G dengan dosis tinggi sebanyak
600.000 unit setiap 4 jam, kalau penyakit lebih berat dosis dapat ditingkatkan,
bahkan sampai 8 – 12 juta unit/hari. Bila penderita datang pada hari ke-7,
WHO menganjurkan pemberian penisilin G dengan dosis 6 – 12 juta unit/hari
pada hari-hari pertama.
− Pilihan lain, Amoksisilin 500 mg 3 x sehari peroral, selama 7 – 10 hari.
− Pasien alergi penisilin dapat diberikan tetrasiklin atau eritromisin dengan
khasiat yang kurang efektif. Tetrasiklin tidak dapat diberikan jika pasien
mengalami gagal ginjal. Tetrasiklin diberikan secepatnya dengan dosis 250
mg setiap 8 jam im atau iv. selama 24 jam, lalu 250 – 500 mg setiap
LEPTOSPIROSIS
Definisi
Leptospirosis yaitu suatu penyakit zoonosis yang dipicu oleh infeksi bakteri
berbentuk spiral dan bergerak aktif yang dinamakan leptospira, yang menyerang
hewan dan pasien dan dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan.
Tetapi dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat
mati.
Pemicu
Kontak dengan air, tanah atau tanaman yang telah tercemar oleh air seni hewan
yang menderita leptospirosis. Bakteri masuk ke dalam tubuh pasien melalui
selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau makanan yang
terkontaminasi oleh urin hewan terinfeksi leptospira.
Gambaran klinis
Masa inkubasi berkisar 7 – 13 hari (rata-rata 10 hari).
Stadium Pertama
− Demam ringan atau t inggi yang umumnya bersifat remiten
− Nyeri kepala
− Menggigil
− Mialgia
− Mual, muntah dan anoreksia
− Nyeri kepala dapat berat, mirip yang terjadi pada infeksi dengue, disertai nyeri
retro-orbital dan fotopobia
− Nyeri otot terutama di daerah betis sehingga pasien sukar berjalan, punggung
dan paha.
− Sklera ikterik dan conjunctival suffusion atau mata merah dan pembesaran
kelenjar getah bening, limpa maupun hati.
− Kelainan mata berupa uveitis dan iridosiklitis.
Gejala yang Kharakteristik
− Konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/porulen (kemerahan pada
mata)
− Rasa nyeri pada otot-otot
143
− 6 jam secara oral selama 6 hari. Eritromisin diberikan dengan dosis 250 mg
setiap jam selama 5 hari.
− Tindakan suportif dilakukan sesuai dengan keparahan penyakit dan
komplikasi yang timbul.
LUKA BAKAR
Definisi
Luka Bakar yaitu cedera pada jaringan tubuh akibat panas, bahan kimia maupun
arus listrik.
Pemicu
Akibat panas, bahan kimia maupun arus listrik.
Gambaran Klinis
Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman
luka:
− Luka bakar derajat I
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah,
nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak. Jika
ditekan, daerah yang terbakar akan memutih; belum terbentuk lepuhan.
− Luka bakar derajat II
memicu kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya tampak
merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh
warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri.
− Luka bakar derajat III
memicu kerusakan yang paling dalam.
Permukaannya bisa berwarna putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus
dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa
memicu luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar
melepuh dan rambut / bulu di tempat ini mudah dicabut dari akarnya.
Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri sebab ujung saraf pada kulit telah
mengalami kerusakan. Jika jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar,
maka cairan akan merembes dari pembuluh darah dan memicu
pembengkakan. Kehilangan sejumlah besar cairan sebab perembesan ini
bisa memicu terjadinya syok. Tekanan darah sangat rendah sehingga
darah yang mengalir ke otak dan organ lainnya sangat sedikit.
Dignosa
Dignosa ditegakkan berdasar gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
146
Luka Bakar Berat
Luka bakar yang lebih berat dan membahayakan nyawa penderitanya harus
segera ditangani, sebaiknya dirawat di rumah sakit.
145
perawatan intensif
Sekitar 85% luka bakar bersifat ringan dan penderitanya tidak perlu dirawat di
rumah sakit. Untuk membantu menghentikan luka bakar dan mencegah luka lebih
lanjut, sebaiknya lepaskan semua pakaian penderita. Kulit segera dibersihkan dari
bahan kimia (termasuk asam, basa dan senyawa organik) dengan mengguyurnya
dengan air.
Penderita langsung dirujuk jika:
− Luka bakar mengenai wajah, tangan, alat kelamin atau kaki
− Terkena arus listrik dan sambaran petir
− Penderita akan mengalami kesulitan dalam merawat lukanya secara baik dan
benar di rumah.
− Penderita berumur kurang dari 2 tahun atau lebih dari 70 tahun
− Terjadi luka bakar pada organ dalam.
Luka Bakar Ringan
− Jika memungkinkan, luka bakar ringan harus segera dicelupkan ke dalam air
dingin. Luka bakar kimia sebaiknya dicuci dengan air sebanyak dan selama
mungkin. Di tempat praktek dokter atau di ruang emergensi, luka bakar
dibersihkan secara hati-hati dengan sabun dan air untuk membuang semua
kotoran yang melekat. Jika kotoran sukar dibersihkan, daerah yang terluka
diberi obat bius dan digosok dengan sikat. Lepuhan yang telah pecah biasanya
dibuang. Jika daerah yang terluka telah benar-benar bersih, maka dioleskan
krim antibiotik (misalnya perak sulfadiazin).
− Untuk melindungi luka dari kotoran dan luka lebih lanjut, biasanya
dipasang verban. Sangat penting untuk menjaga kebersihan di daerah yang
terluka, sebab jika lapisan kulit paling atas (epidermis) mengalami
kerusakan maka bisa terjadi infeksi yang dengan mudah akan menyebar.
Jika diperlukan, untuk mencegah infeksi bisa diberikan antibiotik, Untuk
mengurangi pembengkakan, lengan atau tungkai yang mengalami luka
bakar biasanya diletakkan/digantung dalam posisi yang lebih tinggi dari
jantung. Pembidaian harus dilakukan pada persendian yang mengalami luka
bakar derajat II atau III, sebab pergerakan bisa memperburuk keadaan
persendian. Mungkin perlu diberikan obat pereda nyeri selama beberapa
hari. Pemberian booster tetanus disesuaikan dengan status imunisasi
penderita.
148
• Lini I : Artesunate+Amodiaguin dosis tunggal selama 3 hari +
primakuin pada hari I
Artesunate : 4 mg/kgbb/hari
Amodiaquin : 10 mg/kgbb/hari
Primakuin : 0,75 mg/kgbb/hari
* Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan bayi < 1 tahun
dan penderita G6PD.
• Lini II : Kina Terasiklin/Doksisiklinselama 7 hari + Primakuin pada
hari I
Kina : 10 mg/kgbb/kali (3 x sehari) selama 7 hari
Doksisiklin dewasa : 4 mg/kgbb/kali (2 x sehari) selama 7 hari
Doksisiklin (8-14 tahun) : 2 mg/kgbb/kali (2 x sehari) selama 7 hari
Tetrasiklin : 4-5 mg/kgbb/kali (4 x sehari) selama 7 hari
Primakuin : 0,75 mg/kgbb/hari
* Doksisiklin/Terasiklin tidak boleh diberikan pada anak dengan
umur dibawah 8 tahun dan ibu hamil.
* Primakuin tidak boleh diberi