Tampilkan postingan dengan label tumor payudara 5. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tumor payudara 5. Tampilkan semua postingan

tumor payudara 5

 



Kanker memiliki sifat khas, yaitu terdiri dari sel-sel ganas yang dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Penyebaran ini 

disebut metastasis dan dapat terjadi melalui pembuluh darah maupun pembuluh getah bening. Metode penelitian adalah 

deskriptif observasional dengan menggunakan pendekatan metode cross sectional menggunakan teknik purposive sampling 

sebanyak 105 sampel keseluruhan. Pengambilan data dimulai pada bulan November 2019. Penelitian ini dilakukan di RSUD 

Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Data statistik uji chi-square menggunakan SPSS 25. Didapatkan responden 

penelitian berjumlah 105 sampel didapatkan 88 subjek. Responden dengan > 40 tahun yaitu sebanyak 66 orang (75, 0%), 

riwayat keluarga menderita tumor payudara sebanyak 4 orang (4,5%). riwayat radiasi sebanyak 3 orang (3, 4%). riwayat 

penggunaan KB hormonal sebanyak 26 orang (29, 5%). ukuran tumor >5cm sebanyak 52 orang (59,1%). Jenis tumor ganas 

sebanyak 57 orang (64,8%). Mayoritas didapatkan responden yaitu dengan > 40 tahun, memiliki riwayat keluarga menderita 

tumor payudara, dan riwayat radiasi, riwayat penggunaan KB hormonal.Tumor payudara merupakan kelainan 

payudara yang sering di temukan terutama 

pada wanita. Tumor ada yang bersifat jinak 

adapula yang ganas tumor ganas inilah yang 

disebut kanker. Kanker memiliki sifat khas, 

yaitu terdiri dari sel-sel ganas yang dapat 

menyebar ke bagian tubuh yang lain. 

Penyebaran ini disebut metastasis dan dapat 

terjadi melalui pembuluh darah maupun 

pembuluh getah bening1

Tumor payudara hampir selalu 

memberikan kesan menakutkan bagi wanita. 

Bahkan banyak para pakar sependapat bahwa 

setiap nodul pada payudara dianggap sebagai 

kanker terutama pada wanita golongan resiko 

tinggi walaupun kemungkinan tumor jinak 

tidak dapat diabaikan. Pendapat yang 

berlebihan ini dapat dipahami, mengingat 

insiden kanker payudara tinggi tidak hanya di 

negara sedang berkembang tapi juga di negara 

maju 2

.

Di Yaman, mulai Januari 2006–Desember 

2009 ditemukan sebanyak 635 kasus yang di 

diagnosis sebagai penyakit tumor payudara. 

Terdapat kelainan sebanyak 493 (77, 6% yang 

merupakan penyakit tumor payudara jinak dan 

142 (22, 4% penyakit tumor payudara ganas 

pada rentang usia 40-49 tahun. Dari 493 

penyakit tumor payudara jinak tersebut yang paling sering fibro oadenoma 40, 5% dengan 

rentang usia 20-29 tahun di ikuti oleh kelainan 

fibro okistik 16% dengan rentang usia 30-39 

tahun, kelainan jinak lainnya 10% dengan 

rentang usia 20-29 tahun dan lesi infalmasi 8% 

dengan rentang usia 30-39 tahun 3

.

Di Indonesia, kanker payudara 

menempati urutan teratas diikuti dengan 

kanker leher rahim. Insiden kanker payudara 

pada negara berkembang mengingkat lebih 

cepat dibandingkan negara maju dan kanker 

payudara pada negara ini berasosiasi dengan 

ketahanan yang lebih buruk. kanker payudara 

merupakan penyebab utama morbiditas dan 

mortalitas di Amerika Serikat dimana terdapat 

192. 200 kasus baru dan 40. 020 kematian 

pada tahun 20014

.

Secara umum, payudara terdiri dari atas 

dua jenis jaringan yaitu jaringan kelenjar dan 

jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi 

lobus dan ductus. Sedangkan jaringan stromal 

meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. 

Payudara terdapat dalam fasia superfisialis 

dinding torak ventral yang berkembang 

menonjol tegak dari subklavikula sampai 

dengan costae atau intercostae kelima sampai 

keenam 5

Perdarahan jaringan payudara berasal 

dari arteri perforantes anterior yang 

merupakan cabang dari arteri mammaria 

interna, arteri torakalis lateralis, dan arteri 

interkostalis posterior. Sedangkan system 

limfatik payudara terdiri dari pleksus subareola 

dan pleksus profunda. Pleksus subareola 

mencakup tengah bagian payudara, kulit, 

areola dan putting yang akan mengalir kearah 

kelenjar getah bening pektoralis anterior dan 

sebagian besar ke kelenjar getah bening aksila. 

Pleksus profunda mencakup daerah musculus 

pectoralis menuju kanker getah bening rotter, 

kemudian ke kelenjar getah bening 

subklavikula atau route of grouzsman, dan 25% 

sisanya menuju ke kelenjar getah bening 

mammaria interna 6

.

Secara Histologi, Payudara terdiri dari 15 

sampai 25 lobus kelenjar tubuloalveolar yang 

dipisahkan oleh jaringan ikat padat 

interlobaris. Setiap lobus akan bermuara ke 

papila mammae melalui duktus laktiferus. 

Dalam lobus payudara terdapat lobulus–

lobulus yang terdiri dari duktus intralobularis 

yang dilapisi oleh epitel kuboid atau kolumnar 

rendah dan pada bagian dasar terdapat 

mioepitel kontraktil. Pada duktus intralobularis 

mengandung banyak pembuluh darah, venula, 

dan arteriol. Adapun gambaran histologi 

payudara dan predileksi lesi payudara 7

Secara fisiologi, unit fungsional terkecil 

jaringan payudara adalah asinus. Sel epitel 

asinus memproduksi air susu dengan komposisi 

dari unsur protein yang disekresi apparatus 

golgi bersama faktor imun IgA dan IgG, unsur 

lipid dalam bentuk droplet yang diliputi 

sitoplasma sel. Dalam perkembangannya, 

kelenjar payudara dipengaruhi oleh hormon 

dari berbagai kelenjar endokrin seperti 

hipofisis anterior, adrenal, dan ovarium. 

Kelenjar hipofisis anterior memiliki pengaruh 

terhadap hormonal siklik follicle stimulating 

hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). 

Sedangkan ovarium menghasilkan estrogen 

dan progesteron yang merupakan hormon 

siklus haid. Pengaruh hormon siklus haid yang 

paling sering menimbulkan dampak yang nyata 

adalah payudara terasa tegang, membesar 

atau kadang disertai rasa nyeri. Sedangkan 

pada masa pramenopause dan perimenopause 

sistem keseimbangan hormonal siklus haid 

terganggu sehingga beresiko terhadap 

perkembangan dan involusi siklik fisiologis, 

seperti jaringan parenkim atrofi diganti 

jaringan stroma payudara, dapat timbul 

fenomena kista kecil dalam susunan lobular 

atau cystic change yang merupakan proses 

aging 8,9

Secara Patologi, pada dasarnya kelainan 

patologi payudara dapat digolongkan menjadi 

empat golongan besar yaitu kelainan 

kongenital, infeksi, kelainan akibat 

ketidakseimbangan hormonal, dan neoplasma. 

Kelainan kongenital tidak diketahui dengan 

pasti etiologinya, tetapi segala sesuatu yang 

bersifat menimbulkan kegagalan secara total 

maupun parsial perkembangan somatik 

payudara akan berakibat kurang atau gagalnya 

pembentukan komponen payudara. Kelainan 

kongenital dapat berupa agenesis, hipoplasia 

dan hipotrofi, polythelia atau jumlah puting 

susu yang berlebihan, polymastia atau terdapat 

lebih dari sepasang payudara, dan lain–lain7

.

Kelainan payudara akibat 

ketidakseimbangan hormon terutama hormon estrogen disebut hyperestrenisme. Kelainan ini 

akan menimbulkan penyimpangan 

pertumbuhan dan komponen jaringan 

payudara yang disebut mammary dysplasia 

pada wanita dan gynecomastia pada pria. Bila 

terdapat bentuk kista yang tidak teratur baik 

letak maupun ukurannya dan disertai 

peningkatan unsur jaringan ikat ekstralobular 

akan didapatkan fibrokistik payudara 8

.

Lesi jinak pada wanita terbanyak adalah 

fibroadenoma yang terjadi pada rentang usia 

20–55 tahun. Sedangkan lesi ganas terbanyak 

adalah karsinoma duktal invasif dengan 

prevalensi pada umur lebih dari 45 tahun dan 

pada masa menopause. Sebagian besar lesi 

mamma terdiri dari satu atau lebih benjolan 

yang bentuk dan ukuran sangat bervariasi. 

Benjolan ini dapat berbatas tegas maupun 

tidak, nodul tunggal atau multipel, lunak atau 

keras, dapat digerakkan dari dasarnya atau 

tidak. Hal ini yang dapat 12 membantu 

membedakan lesi jinak atau lesi ganas pada 

payudara 10

.

Persarafan sensorik payudara diurus 

oleh cabang pleksus servikalis dan cabang saraf 

interkostalis kedua sampai keenam sehingga 

dapat menyebabkan penyebaran rasa nyeri 

terutama pada punggung, scapula, lengan 

bagian tengah, dan leher11

.

Berdasarkan uraian di atas, 

menunjukkan bahwa karakteristik tumor 

payudara pada wanita umur 35-65 tahun di 

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung 

masih belum tergali lebih dalam. Oleh karena 

itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan 

penelitian dengan judul “Karakteristik Tumor 

Payudara Pada Wanita Umur 35-65 Tahun di 

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung 

Tahun 2018”.

Metode

Jenis penelitian yang digunakan dalam 

penelitian ini adalah observasional analitik.

Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini 

adalah purvosive sampling dan yang memenuhi 

kriteria inklusi sebanyak 39 orang. Analisa data 

menggunakan uji korelasi chi-square. Kriteria 

inklusi adalah pasien yang terdiagnosis tumor 

payudara pada wanita umur 35-65 tahun dan 

data identitas yang terdiagnosis tumor payudara dengan melihat hasil pemeriksaan 

laboratorium patologi anatomi secara lengkap.

Kriteria eksklusi adalah bukan pasien dengan 

diagnose tumor payudara dan sampel 

dengan data rekam medik yang tidak lengkapBerdasarkan tabel 1 di atas didapatkan 

usia pasien Tumor Payudara di Rumah Sakit 

Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018

sebagian besar adalah > 40 tahun yaitu 

sebanyak 66 orang (75, 0%).Berdasarkan tabel 2 di atas didapatkan 

pasien Tumor Payudara di Rumah Sakit Abdul 

Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018 dengan 

riwayat keluarga menderita tumor payudara 

sebanyak 4 orang (4, 5%). Berdasarkan tabel 3 di atas didapatkan 

pasien Tumor Payudara di Rumah Sakit Abdul 

Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018 dengan 

riwayat radiasi sebanyak 3 orang (3, 4%).

Berdasarkan tabel 4 di atas didapatkan 

pasien Tumor Payudara di Rumah Sakit Abdul 

Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018 dengan 

riwayat penggunaan KB hormonal sebanyak 26 

orang (29, 5%)Berdasarkan tabel 5 di atas didapatkan 

pasien Tumor Payudara di Rumah Sakit Abdul 

Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018 dengan 

ukuran tumor >5cm sebanyak 52 orang 

(59,1%).

Berdasarkan tabel 6 di atas didapatkan 

pasien Tumor Payudara di Rumah Sakit Abdul 

Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018 dengan 

Jenis tumor ganas sebanyak 57 orang (64,8%).

Berdasarkan tabel 4.6 di atas didapatkan Jenis 

Tumor Payudara pada pasien tumor payudara 

di Rumah Sakit Abdul Moeloek Provinsi 

Lampung tahun 2018 sebagian besar adalah 


bersifat ganas tahun yaitu sebanyak 57 orang 

(64,8%). 

Pembahasan

Berdasarkan tabel 4.1 di atas didapatkan 

usia pasien Tumor Payudara di Rumah Sakit 

Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018

sebagian besar adalah > 40 tahun yaitu 

sebanyak 66 orang (75, 0%). 

Kanker payudara jarang terjadi pada 

perempuan premenopause, namun kanker 

payudara yang terdiagnosis pada usia muda 

menunjukkan gambaran klinik opatologi yang 

lebih agresif dengan angka harapan hidup lebih 

rendah dibandingkan dengan kelompok usia 

yang lebih tua 12

. Faktor prognostik utama dari 

kanker payudara menurut AJCC ialah stadium 

klinis, sedangkan faktor prognostik minor 

antara lain subtipe histologi, gradasi histologi 

dan lain-lain 13

.

Sekitar 48% insiden kanker payudara 

terjadi pada perempuan berusia lebih dari 65 

tahun dan 30% pada perempuan berusia lebih 

dari 70 tahun. Hanya sekitar sepertiga kasus 

yang terdiagnosis pada perempuan 

premenopause, namun kanker payudara yang 

terdiagnosis pada usia muda menunjukkan 

gambaran klinikopatologi yang lebih agresif 

dengan angka harapan hidup yang lebih rendah 

dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih 

tua. 

Faktor prognostik yang terpenting 

adalah ukuran tumor primer, metastasis ke 

kelenjar getah bening, dan adanya lesi di 

tempat jauh 14

. Diperlukan pula pengetahuan 

mengenai bermacam bentuk morfologi sel 

kanker payudara untuk mengetahui 

karakteristik klinis serta prognosis penyakit12

Secara histopatologi kanker payudara dibagi 

menjadi karsinoma noninvasif dan invasif. 

Sekitar 70 –80% kasus termasuk ke dalam 

kategori invasive ductal carcinoma, diikuti 

dengan invasive lobular carcinoma sekitar 5 –

15%15. Invasive lobularcarcinoma sering 

mengenai perempuan berusia lebih dari 50 

tahun, berbeda dengan invasive ductal 

carcinoma yang lebih sering mengenai usia 

muda16

.

Penelitian oleh Handayani et al 17

, bahwa 

semakin panjang usia seseorang, kemungkinan 

terjadinya kerusakan genetik (mutasi) juga semakin meningkat. Pada rentang usia 30-39 

tahun, risiko terjadinya kanker adalah 1 dalam 

233 orang atau sekitar 0, 43%. Ketika seorang 

wanita mencapai usia 60-an, risiko akan 

melonjak naik menjadi 1 dalam 27 orang atau 

hampir 4%. Penelitian Indriati et al (2014)18

bahwa kasus kanker payudara terbanyak 

ditemukan pada usia 40 – 49 tahun. Beberapa 

hasil penelitian melaporkan risiko 

tumor/kanker payudara meningkat sejalan 

dengan bertambahnya usia, kemungkinan 

kanker payudara berkembang pada usia di atas 

40 tahun. Dari hasil penelitian di Indonesia 

melaporkan bahwa penderita kanker payudara 

terbanyak pada usia 40-49 tahun sedang di 

negara Barat biasanya pada usia pasca 

menopause.

Berdasarkan tabel 2 di atas didapatkan 

pasien tumor payudara di Rumah Sakit Abdul 

Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018 dengan 

riwayat keluarga menderita tumor payudara 

sebanyak 4 orang (4, 5%). Hasil penelitian 

sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa 

kanker payudara merupakan penyakit kanker 

familial (Sindroma Li Fraumeni/LFS). Tujuh 

puluh lima persen dari sindroma tersebut 

disebabkan adanya mutasi pada gen p53. Gen 

p53 merupakan gen penekan tumor 

(suppressor gene) mutasi pada genp53 

menyebabkan fungsi sebagai gen penekan 

tumor mengalami gangguan sehingga sel akan 

berproliferasi secara terus menerus tanpa 

adanya batas kendali. Seseorang akan memiliki 

risiko terkena kanker payudara lebih besar bila 

pada anggota keluarganya ada yangmenderita 

kanker payudara atau kanker ovarium. Kanker 

payudara dihubungkan dengan adanya riwayat 

kanker pada keluarga. Keluarga yang memiliki 

gen BRCA1 yang diturunkan memiliki risiko 

terkena kanker payudara lebih besar 19

.

Hasil penelitian sejalan dengan 

penelitian Murphy20

yang menunjukkan bahwa 

kejadian kanker payudara dengan riwayat 

keluarga sebesar 60%. Penelitain lain sejalan 

yaitu penelitian 21

. tetang hubungan riwayat 

keturunan dengan kejadian kanker payudara, 

menyatakan bahwa dari 85 responden, 56, 1% 

memiliki riwayat keturunan kanker payudara. 

Hasil pun sejalan dengan penelitian 

Prasetyowati & Katharina pada tahun 201722

tentang faktor-faktor kejadian kanker payudara 

terhadap 78 responden, didapatkan bahwa 31, 

5% responden kasus kanker payudara memiliki 

riwayat keluarga kanker payudara. hal ini 

disebabkankarena riwayat keluarga merupakan 

komponen yang penting dalam riwayat 

penderita. Terdapat resiko keganasan pada 

wanita yang keluarganya menderita kanker 

payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa 

kanker payudara berhubungan dengan gen 

tertentu. jika  terdapat BRCA 1, yaitu suatu 

gen suseptibilitas (resiko untuk menderita) 

kanker payudara, probabilitas atau peluang 

untuk menjadi kanker payudara adalah sebesar 

60%. 5 Penelitian serupa yaitu hasil penelitian 

23

.

Prasetyowati & Katharina 23 menunjukan 

bahwa wanita dengan riwayat keluarga pernah 

menderita kanker payudara lebih berisiko 

terkena kanker payudara dibandingkan wanita 

yang tidak ada riwayat kanker payudara pada 

keluarga. jika  dilakukan pemeriksaan 

genetik terhadap darah dan hasil menunjukan 

positif, maka dapat meningkatkan peluang 

terkena kanker payudara pada keturunannya 2 

hingga 3 kali lebih tinggi. 

Seseorang akan memiliki risiko terkena 

kanker payudara lebih besar bila pada 

anggotakeluarganya ada yang menderita 

kanker payudara atau kanker ovarium. 

Menurut Townsend et al, (2017)24 bahwa 

riwayat kanker di satu payudara meningkatkan 

kemungkinan terjadinya kanker primer kedua 

di payudara kontralateral. Besarnya risiko 

tergantung pada usia saat diagnosis kanker 

primer pertama, status reseptor estrogen pada 

saat kanker primer pertama, dan penggunaan 

kemoterapi sistemik adjuvan dan terapi 

endokrin. Secara absolut, risiko sebenarnya 

bervariasi dari 0, 5-1% per tahun pada pasien 

yang lebih muda hingga 0, 2% per tahun pada 

pasien yang lebih tua.

Berdasarkan tabel 3 di atas didapatkan 

pasien Tumor Payudara di Rumah Sakit Abdul 

Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018 dengan 

riwayat radiasi sebanyak 3 orang (3, 4%). 

Paparan radiasi pada sel tubuh menyebabkan 

penumpukan energi pada materi yang dilalui. 

alaupun energi yang ditumpuk sinar radioaktif 

pada mahluk hidup relatif kecil tetapi dapat 

menimbulkan pengaruh yang serius. Hal ini 

karena sinar radioaktif dapat mengakibatkan ionisasi, pemutusan ikatan kimia penting atau 

membentuk radikal bebas yang reaktif. Ikatan 

kimia penting misalnya ikatan pada struktur 

DNA dalam kromosom. Perubahan yang terjadi 

pada struktur DNA akan diteruskan pada sel 

berikutnya yang dapat mengakibatkan kelainan 

genetik dan kanker. 

Para peneliti menemukan, wanita yang 

memiliki riwayat pemeriksaan radiasi dada di 

usia 20-an tahun risikonya untuk terkena 

kanker 43 persen lebih tinggi dibandingkan 

dengan wanita yang tidak mendapatkan 

radiasi. Semua paparan radiasi sebelum usia 20 

tahun akan meningkatkan risiko kanker sampai 

62 persen. Dan, radiasi setelah usia 30 tahun 

tidak berpengaruh pada risiko kanker. 

Pengaruh radiasi pada manusia atau 

mahluk hidup juga bergantung pada waktu 

paparan. Suatu dosis yang diterima pada sekali 

paparan akan lebih berbahaya daripada bila 

dosis yang sama diterima pada waktu yang 

lebih lama. Secara alami kita mendapat radiasi 

dari lingkungan, misalnya radiasi sinar kosmis 

atau radiasi dari radioakif alam. Disamping itu, 

dari berbagai kegiatan seperti diagnosa atau 

terapi dengan sinar X atau radioisotop. Orang 

yang tinggal di sekitar instalasi nuklir juga 

mendapat radiasi lebih banyak, tetapi masih 

dalam batas aman. Selain itu, manajemen 

stress akan menentukan psikologis yang baik 

dan sangat diperlukan bagi penderita yang 

mengalami radiasi kanker payudara. Mengenai 

paparan radiasi untuk diagnosa atau terapi, 

bila dimungkinkan tidak menjadi pilihan, 

kecuali tidak ada jalan lain bagi upaya 

kesehatan yang harus ditempuh. 

Berdasarkan tabel 4 di atas didapatkan 

pasien Tumor Payudara di Rumah Sakit Abdul 

Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018 dengan 

riwayat penggunaan KB hormonal sebanyak 26 

orang (29, 5%). Pemakaian kontasepsi oral 

dalam jangka waktu yang lama menyebabkan 

risiko terkena kanker payudara menjadi 

semakin meningkat 25

. Risiko peningkatan 

kanker payudara tersebut juga terjadi pada 

perempuan yang menggunakan terapi hormon, 

seperti hormon eksogen. Hormon eksogen 

tersebut dapat menyebabkan peningkatan 

risiko terkena kanker payudara.

Penelitian yang dilakukan oleh Nani 

(2009) 26yang menyatakan bahwa pemakaian 

kontrasepsi hormonal tidak memiliki hubungan 

yang signifikan terhadap kejadian kanker 

payudara. Pemakaian kontrasepsi hormonal 

dapat menyebabkan terjadinya peningkatan 

paparan hormon estrogen pada tubuh. Adanya 

peningkatan paparan hormon estrogen 

tersebutlah yang dapat memicu pertumbuhan 

sel secara tidak normal pada bagian tertentu, 

misalnya payudara. 

Menurut Hindell (1999)27, lama 

pemakaian kontrasepsi oral dengan kenaikan 

risiko kanker payudara menunjukkan adanya 

hubungan dose-response berdasar uji X2 linier 

for trends. Kandungan estrogen dan 

progesteron pada kontrasepsi oral akan 

memberikan efek proliferasi berlebih pada 

duktus epitelium payudara. Berlebihnya 

proliferasi bila diikuti dengan hilangnya control 

atas proliferasi sel dan pengaturan kematian 

sel yang sudah terprogram (apoptosis) 

akanmengakibatkan sel payudara berproliferasi 

secara terus menerus tanpa adanya batas 

kematian. Hilangnya fungsi kematian sel yang 

terprogram (apoptosis) ini akan menyebabkan 

ketidakmampuan mendeteksi kerusakan sel 

akibat adanya kerusakan pada DNA, sehingga 

sel-sel abnormal akan berproliferasi secara 

terusmenerus tanpa dapat dikendalikan. 

Penelitian ini sejalan dengan penelitian 

Harianto et al (2005)28, dalam penelitiannya di 

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) 

Jakarta, Indrati & Handojo (2005)29, di Rumah 

Sakit Kariadi Jawa Tengah, dan penelitian 

Diniar (2013)

30, di Rumah Sakit Dharmais 

Jakarta, yang menunjukkan bahwa ada 

hubungan pemakaian kontrasepsi oral dengan 

kejadian kanker payudara.

Berdasarkan tabel 5 di atas didapatkan 

Ukuran Tumor Payudara pada pasien Tumor 

Payudara di Rumah Sakit Abdul Moeloek 

Provinsi Lampung tahun 2018 sebagian besar 

adalah >5 cm yaitu sebanyak 52 orang (59,1%). 

Menurut data SEER (2001)5

, pasien

kanker payudara dengan ukuran tumor 4,8 –

5,2 cm memiliki ketahanan hidup sebesar

65,9%. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Isabelle S et. Al

31

, pasien dengan ukuran tumor

2 – 5cm memiliki ketahanan hidup 10 tahun

sebesar 66%. Penelitian lain yang dilakukan

oleh Arlinda, 2001 juga menunjukkan hasil

yang serupa yakni ketahanan hidup pasien yang memiliki ukuran tumor > 5 cm hanya 

sebesar 24,1%. 

Penelitian oleh Sinaga ES, et al (2017)32

bahwa Makin besar ukuran tumor, makin besar 

kemungkinan penyebaran ke daerah lain. Pada 

penelitian ini didaptkan karakteristik ukuran 

>5cm didapatkan 90 (42,3%) dan ukuran <5m 

dan missing masing masing 50 (23,5%) dan 73 

(34,2%). Ukuran tumor berhubungan dengan 

penyebaran penyakit ke daerah sekitar. Hal ini 

sering ditandai dengan kelenjar getah bening 

yang teraba di daerah regional (daerah ketiak, 

leher, dan dada). Makin besar ukuran tumor, 

makin besar kemungkinan penyebaran ke 

daerah lain. Wahyuni melaporkan hubungan 

antara besar tumor dengan terabanya kelenjar 

getah bening, yaitu bila ukuran tumor >5 cm 

maka kelenjar getah bening regional akan 

teraba.

Simeonov dan Stoikov (2006)33

melaporkan bahwa jumlah kasus tumor 

mammae, 81% merupakan tumor mammae 

ganas, dan hanya 19% yang merupakan tumor 

mammae jinak. Menurut teori, penyebaran 

tumor terjadi melalui pembuluh darah dan 

pembuluh limfe kelenjar mammae. 

Sel tumor yang berada dalam pembuluh 

darah dan pembuluh limfe dapat bermetastase 

ke organ tubuh yang lainnya. Tumor akan 

memasuki dinding pembuluh darah dan jika  

endotelnya rusak akan terjadi trombosis 

pembuluh darah. jika  tumor itu masuk 

lumen pembuluh darah, maka pertumbuhan 

tumor ini akan mengakibatkan obstruksi dari 

pembuluh darah

Sel tumor malignant yang berproliferasi 

dapat melepaskan diri dari sel tumor induk dan 

masuk ke sirkulasi untuk menyebar ke tempat lain 

(metastase)35

.Tingkat keganasan tumor 

berhubungan dengan kemampuan dari tumor 

untuk bermetastase. Setiap tumor terdiri atas 

subklonal sel tumor yang memiliki kemampuan 

metastase yang berbeda pada setiap individu36

.Hal 

ini mungkin dapat disebabkan oleh faktor imunitas 

dari masing-masing anjing yang berbeda-beda, 

kemampuan dari sistem imun dapat 

mempengaruhi pertumbuhan dan penyebaran 

tumor.


Didapatkan frekuensi usia pasien Tumor 

Payudara sebagian besar adalah > 40 tahun 

yaitu sebanyak 66 orang (75, 0%), frekuensi 

pasien tumor payudara dengan riwayat 

keluarga menderita tumor payudara sebanyak 

4 orang (4, 5%), frekuensi pasien tumor 

payudara dengan riwayat radiasi sebanyak 3 

orang (3, 4%) dan frekuensi pasien tumor 

payudara dengan riwayat penggunaan KB 

hormonal sebanyak 26 orang (29,5%).