Kanker memiliki sifat khas, yaitu terdiri dari sel-sel ganas yang dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Penyebaran ini
disebut metastasis dan dapat terjadi melalui pembuluh darah maupun pembuluh getah bening. Metode penelitian adalah
deskriptif observasional dengan menggunakan pendekatan metode cross sectional menggunakan teknik purposive sampling
sebanyak 105 sampel keseluruhan. Pengambilan data dimulai pada bulan November 2019. Penelitian ini dilakukan di RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Data statistik uji chi-square menggunakan SPSS 25. Didapatkan responden
penelitian berjumlah 105 sampel didapatkan 88 subjek. Responden dengan > 40 tahun yaitu sebanyak 66 orang (75, 0%),
riwayat keluarga menderita tumor payudara sebanyak 4 orang (4,5%). riwayat radiasi sebanyak 3 orang (3, 4%). riwayat
penggunaan KB hormonal sebanyak 26 orang (29, 5%). ukuran tumor >5cm sebanyak 52 orang (59,1%). Jenis tumor ganas
sebanyak 57 orang (64,8%). Mayoritas didapatkan responden yaitu dengan > 40 tahun, memiliki riwayat keluarga menderita
tumor payudara, dan riwayat radiasi, riwayat penggunaan KB hormonal.Tumor payudara merupakan kelainan
payudara yang sering di temukan terutama
pada wanita. Tumor ada yang bersifat jinak
adapula yang ganas tumor ganas inilah yang
disebut kanker. Kanker memiliki sifat khas,
yaitu terdiri dari sel-sel ganas yang dapat
menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Penyebaran ini disebut metastasis dan dapat
terjadi melalui pembuluh darah maupun
pembuluh getah bening1
.
Tumor payudara hampir selalu
memberikan kesan menakutkan bagi wanita.
Bahkan banyak para pakar sependapat bahwa
setiap nodul pada payudara dianggap sebagai
kanker terutama pada wanita golongan resiko
tinggi walaupun kemungkinan tumor jinak
tidak dapat diabaikan. Pendapat yang
berlebihan ini dapat dipahami, mengingat
insiden kanker payudara tinggi tidak hanya di
negara sedang berkembang tapi juga di negara
maju 2
.
Di Yaman, mulai Januari 2006–Desember
2009 ditemukan sebanyak 635 kasus yang di
diagnosis sebagai penyakit tumor payudara.
Terdapat kelainan sebanyak 493 (77, 6% yang
merupakan penyakit tumor payudara jinak dan
142 (22, 4% penyakit tumor payudara ganas
pada rentang usia 40-49 tahun. Dari 493
penyakit tumor payudara jinak tersebut yang paling sering fibro oadenoma 40, 5% dengan
rentang usia 20-29 tahun di ikuti oleh kelainan
fibro okistik 16% dengan rentang usia 30-39
tahun, kelainan jinak lainnya 10% dengan
rentang usia 20-29 tahun dan lesi infalmasi 8%
dengan rentang usia 30-39 tahun 3
.
Di Indonesia, kanker payudara
menempati urutan teratas diikuti dengan
kanker leher rahim. Insiden kanker payudara
pada negara berkembang mengingkat lebih
cepat dibandingkan negara maju dan kanker
payudara pada negara ini berasosiasi dengan
ketahanan yang lebih buruk. kanker payudara
merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas di Amerika Serikat dimana terdapat
192. 200 kasus baru dan 40. 020 kematian
pada tahun 20014
.
Secara umum, payudara terdiri dari atas
dua jenis jaringan yaitu jaringan kelenjar dan
jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi
lobus dan ductus. Sedangkan jaringan stromal
meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat.
Payudara terdapat dalam fasia superfisialis
dinding torak ventral yang berkembang
menonjol tegak dari subklavikula sampai
dengan costae atau intercostae kelima sampai
keenam 5
.
Perdarahan jaringan payudara berasal
dari arteri perforantes anterior yang
merupakan cabang dari arteri mammaria
interna, arteri torakalis lateralis, dan arteri
interkostalis posterior. Sedangkan system
limfatik payudara terdiri dari pleksus subareola
dan pleksus profunda. Pleksus subareola
mencakup tengah bagian payudara, kulit,
areola dan putting yang akan mengalir kearah
kelenjar getah bening pektoralis anterior dan
sebagian besar ke kelenjar getah bening aksila.
Pleksus profunda mencakup daerah musculus
pectoralis menuju kanker getah bening rotter,
kemudian ke kelenjar getah bening
subklavikula atau route of grouzsman, dan 25%
sisanya menuju ke kelenjar getah bening
mammaria interna 6
.
Secara Histologi, Payudara terdiri dari 15
sampai 25 lobus kelenjar tubuloalveolar yang
dipisahkan oleh jaringan ikat padat
interlobaris. Setiap lobus akan bermuara ke
papila mammae melalui duktus laktiferus.
Dalam lobus payudara terdapat lobulus–
lobulus yang terdiri dari duktus intralobularis
yang dilapisi oleh epitel kuboid atau kolumnar
rendah dan pada bagian dasar terdapat
mioepitel kontraktil. Pada duktus intralobularis
mengandung banyak pembuluh darah, venula,
dan arteriol. Adapun gambaran histologi
payudara dan predileksi lesi payudara 7
Secara fisiologi, unit fungsional terkecil
jaringan payudara adalah asinus. Sel epitel
asinus memproduksi air susu dengan komposisi
dari unsur protein yang disekresi apparatus
golgi bersama faktor imun IgA dan IgG, unsur
lipid dalam bentuk droplet yang diliputi
sitoplasma sel. Dalam perkembangannya,
kelenjar payudara dipengaruhi oleh hormon
dari berbagai kelenjar endokrin seperti
hipofisis anterior, adrenal, dan ovarium.
Kelenjar hipofisis anterior memiliki pengaruh
terhadap hormonal siklik follicle stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).
Sedangkan ovarium menghasilkan estrogen
dan progesteron yang merupakan hormon
siklus haid. Pengaruh hormon siklus haid yang
paling sering menimbulkan dampak yang nyata
adalah payudara terasa tegang, membesar
atau kadang disertai rasa nyeri. Sedangkan
pada masa pramenopause dan perimenopause
sistem keseimbangan hormonal siklus haid
terganggu sehingga beresiko terhadap
perkembangan dan involusi siklik fisiologis,
seperti jaringan parenkim atrofi diganti
jaringan stroma payudara, dapat timbul
fenomena kista kecil dalam susunan lobular
atau cystic change yang merupakan proses
aging 8,9
.
Secara Patologi, pada dasarnya kelainan
patologi payudara dapat digolongkan menjadi
empat golongan besar yaitu kelainan
kongenital, infeksi, kelainan akibat
ketidakseimbangan hormonal, dan neoplasma.
Kelainan kongenital tidak diketahui dengan
pasti etiologinya, tetapi segala sesuatu yang
bersifat menimbulkan kegagalan secara total
maupun parsial perkembangan somatik
payudara akan berakibat kurang atau gagalnya
pembentukan komponen payudara. Kelainan
kongenital dapat berupa agenesis, hipoplasia
dan hipotrofi, polythelia atau jumlah puting
susu yang berlebihan, polymastia atau terdapat
lebih dari sepasang payudara, dan lain–lain7
.
Kelainan payudara akibat
ketidakseimbangan hormon terutama hormon estrogen disebut hyperestrenisme. Kelainan ini
akan menimbulkan penyimpangan
pertumbuhan dan komponen jaringan
payudara yang disebut mammary dysplasia
pada wanita dan gynecomastia pada pria. Bila
terdapat bentuk kista yang tidak teratur baik
letak maupun ukurannya dan disertai
peningkatan unsur jaringan ikat ekstralobular
akan didapatkan fibrokistik payudara 8
.
Lesi jinak pada wanita terbanyak adalah
fibroadenoma yang terjadi pada rentang usia
20–55 tahun. Sedangkan lesi ganas terbanyak
adalah karsinoma duktal invasif dengan
prevalensi pada umur lebih dari 45 tahun dan
pada masa menopause. Sebagian besar lesi
mamma terdiri dari satu atau lebih benjolan
yang bentuk dan ukuran sangat bervariasi.
Benjolan ini dapat berbatas tegas maupun
tidak, nodul tunggal atau multipel, lunak atau
keras, dapat digerakkan dari dasarnya atau
tidak. Hal ini yang dapat 12 membantu
membedakan lesi jinak atau lesi ganas pada
payudara 10
.
Persarafan sensorik payudara diurus
oleh cabang pleksus servikalis dan cabang saraf
interkostalis kedua sampai keenam sehingga
dapat menyebabkan penyebaran rasa nyeri
terutama pada punggung, scapula, lengan
bagian tengah, dan leher11
.
Berdasarkan uraian di atas,
menunjukkan bahwa karakteristik tumor
payudara pada wanita umur 35-65 tahun di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
masih belum tergali lebih dalam. Oleh karena
itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Karakteristik Tumor
Payudara Pada Wanita Umur 35-65 Tahun di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
Tahun 2018”.
Metode
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasional analitik.
Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini
adalah purvosive sampling dan yang memenuhi
kriteria inklusi sebanyak 39 orang. Analisa data
menggunakan uji korelasi chi-square. Kriteria
inklusi adalah pasien yang terdiagnosis tumor
payudara pada wanita umur 35-65 tahun dan
data identitas yang terdiagnosis tumor payudara dengan melihat hasil pemeriksaan
laboratorium patologi anatomi secara lengkap.
Kriteria eksklusi adalah bukan pasien dengan
diagnose tumor payudara dan sampel
dengan data rekam medik yang tidak lengkapBerdasarkan tabel 1 di atas didapatkan
usia pasien Tumor Payudara di Rumah Sakit
Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018
sebagian besar adalah > 40 tahun yaitu
sebanyak 66 orang (75, 0%).Berdasarkan tabel 2 di atas didapatkan
pasien Tumor Payudara di Rumah Sakit Abdul
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018 dengan
riwayat keluarga menderita tumor payudara
sebanyak 4 orang (4, 5%). Berdasarkan tabel 3 di atas didapatkan
pasien Tumor Payudara di Rumah Sakit Abdul
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018 dengan
riwayat radiasi sebanyak 3 orang (3, 4%).
Berdasarkan tabel 4 di atas didapatkan
pasien Tumor Payudara di Rumah Sakit Abdul
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018 dengan
riwayat penggunaan KB hormonal sebanyak 26
orang (29, 5%)Berdasarkan tabel 5 di atas didapatkan
pasien Tumor Payudara di Rumah Sakit Abdul
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018 dengan
ukuran tumor >5cm sebanyak 52 orang
(59,1%).
Berdasarkan tabel 6 di atas didapatkan
pasien Tumor Payudara di Rumah Sakit Abdul
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018 dengan
Jenis tumor ganas sebanyak 57 orang (64,8%).
Berdasarkan tabel 4.6 di atas didapatkan Jenis
Tumor Payudara pada pasien tumor payudara
di Rumah Sakit Abdul Moeloek Provinsi
Lampung tahun 2018 sebagian besar adalah
bersifat ganas tahun yaitu sebanyak 57 orang
(64,8%).
Pembahasan
Berdasarkan tabel 4.1 di atas didapatkan
usia pasien Tumor Payudara di Rumah Sakit
Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018
sebagian besar adalah > 40 tahun yaitu
sebanyak 66 orang (75, 0%).
Kanker payudara jarang terjadi pada
perempuan premenopause, namun kanker
payudara yang terdiagnosis pada usia muda
menunjukkan gambaran klinik opatologi yang
lebih agresif dengan angka harapan hidup lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok usia
yang lebih tua 12
. Faktor prognostik utama dari
kanker payudara menurut AJCC ialah stadium
klinis, sedangkan faktor prognostik minor
antara lain subtipe histologi, gradasi histologi
dan lain-lain 13
.
Sekitar 48% insiden kanker payudara
terjadi pada perempuan berusia lebih dari 65
tahun dan 30% pada perempuan berusia lebih
dari 70 tahun. Hanya sekitar sepertiga kasus
yang terdiagnosis pada perempuan
premenopause, namun kanker payudara yang
terdiagnosis pada usia muda menunjukkan
gambaran klinikopatologi yang lebih agresif
dengan angka harapan hidup yang lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih
tua.
Faktor prognostik yang terpenting
adalah ukuran tumor primer, metastasis ke
kelenjar getah bening, dan adanya lesi di
tempat jauh 14
. Diperlukan pula pengetahuan
mengenai bermacam bentuk morfologi sel
kanker payudara untuk mengetahui
karakteristik klinis serta prognosis penyakit12
.
Secara histopatologi kanker payudara dibagi
menjadi karsinoma noninvasif dan invasif.
Sekitar 70 –80% kasus termasuk ke dalam
kategori invasive ductal carcinoma, diikuti
dengan invasive lobular carcinoma sekitar 5 –
15%15. Invasive lobularcarcinoma sering
mengenai perempuan berusia lebih dari 50
tahun, berbeda dengan invasive ductal
carcinoma yang lebih sering mengenai usia
muda16
.
Penelitian oleh Handayani et al 17
, bahwa
semakin panjang usia seseorang, kemungkinan
terjadinya kerusakan genetik (mutasi) juga semakin meningkat. Pada rentang usia 30-39
tahun, risiko terjadinya kanker adalah 1 dalam
233 orang atau sekitar 0, 43%. Ketika seorang
wanita mencapai usia 60-an, risiko akan
melonjak naik menjadi 1 dalam 27 orang atau
hampir 4%. Penelitian Indriati et al (2014)18
,
bahwa kasus kanker payudara terbanyak
ditemukan pada usia 40 – 49 tahun. Beberapa
hasil penelitian melaporkan risiko
tumor/kanker payudara meningkat sejalan
dengan bertambahnya usia, kemungkinan
kanker payudara berkembang pada usia di atas
40 tahun. Dari hasil penelitian di Indonesia
melaporkan bahwa penderita kanker payudara
terbanyak pada usia 40-49 tahun sedang di
negara Barat biasanya pada usia pasca
menopause.
Berdasarkan tabel 2 di atas didapatkan
pasien tumor payudara di Rumah Sakit Abdul
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018 dengan
riwayat keluarga menderita tumor payudara
sebanyak 4 orang (4, 5%). Hasil penelitian
sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa
kanker payudara merupakan penyakit kanker
familial (Sindroma Li Fraumeni/LFS). Tujuh
puluh lima persen dari sindroma tersebut
disebabkan adanya mutasi pada gen p53. Gen
p53 merupakan gen penekan tumor
(suppressor gene) mutasi pada genp53
menyebabkan fungsi sebagai gen penekan
tumor mengalami gangguan sehingga sel akan
berproliferasi secara terus menerus tanpa
adanya batas kendali. Seseorang akan memiliki
risiko terkena kanker payudara lebih besar bila
pada anggota keluarganya ada yangmenderita
kanker payudara atau kanker ovarium. Kanker
payudara dihubungkan dengan adanya riwayat
kanker pada keluarga. Keluarga yang memiliki
gen BRCA1 yang diturunkan memiliki risiko
terkena kanker payudara lebih besar 19
.
Hasil penelitian sejalan dengan
penelitian Murphy20
yang menunjukkan bahwa
kejadian kanker payudara dengan riwayat
keluarga sebesar 60%. Penelitain lain sejalan
yaitu penelitian 21
. tetang hubungan riwayat
keturunan dengan kejadian kanker payudara,
menyatakan bahwa dari 85 responden, 56, 1%
memiliki riwayat keturunan kanker payudara.
Hasil pun sejalan dengan penelitian
Prasetyowati & Katharina pada tahun 201722
tentang faktor-faktor kejadian kanker payudara
terhadap 78 responden, didapatkan bahwa 31,
5% responden kasus kanker payudara memiliki
riwayat keluarga kanker payudara. hal ini
disebabkankarena riwayat keluarga merupakan
komponen yang penting dalam riwayat
penderita. Terdapat resiko keganasan pada
wanita yang keluarganya menderita kanker
payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa
kanker payudara berhubungan dengan gen
tertentu. jika terdapat BRCA 1, yaitu suatu
gen suseptibilitas (resiko untuk menderita)
kanker payudara, probabilitas atau peluang
untuk menjadi kanker payudara adalah sebesar
60%. 5 Penelitian serupa yaitu hasil penelitian
23
.
Prasetyowati & Katharina 23 menunjukan
bahwa wanita dengan riwayat keluarga pernah
menderita kanker payudara lebih berisiko
terkena kanker payudara dibandingkan wanita
yang tidak ada riwayat kanker payudara pada
keluarga. jika dilakukan pemeriksaan
genetik terhadap darah dan hasil menunjukan
positif, maka dapat meningkatkan peluang
terkena kanker payudara pada keturunannya 2
hingga 3 kali lebih tinggi.
Seseorang akan memiliki risiko terkena
kanker payudara lebih besar bila pada
anggotakeluarganya ada yang menderita
kanker payudara atau kanker ovarium.
Menurut Townsend et al, (2017)24 bahwa
riwayat kanker di satu payudara meningkatkan
kemungkinan terjadinya kanker primer kedua
di payudara kontralateral. Besarnya risiko
tergantung pada usia saat diagnosis kanker
primer pertama, status reseptor estrogen pada
saat kanker primer pertama, dan penggunaan
kemoterapi sistemik adjuvan dan terapi
endokrin. Secara absolut, risiko sebenarnya
bervariasi dari 0, 5-1% per tahun pada pasien
yang lebih muda hingga 0, 2% per tahun pada
pasien yang lebih tua.
Berdasarkan tabel 3 di atas didapatkan
pasien Tumor Payudara di Rumah Sakit Abdul
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018 dengan
riwayat radiasi sebanyak 3 orang (3, 4%).
Paparan radiasi pada sel tubuh menyebabkan
penumpukan energi pada materi yang dilalui.
alaupun energi yang ditumpuk sinar radioaktif
pada mahluk hidup relatif kecil tetapi dapat
menimbulkan pengaruh yang serius. Hal ini
karena sinar radioaktif dapat mengakibatkan ionisasi, pemutusan ikatan kimia penting atau
membentuk radikal bebas yang reaktif. Ikatan
kimia penting misalnya ikatan pada struktur
DNA dalam kromosom. Perubahan yang terjadi
pada struktur DNA akan diteruskan pada sel
berikutnya yang dapat mengakibatkan kelainan
genetik dan kanker.
Para peneliti menemukan, wanita yang
memiliki riwayat pemeriksaan radiasi dada di
usia 20-an tahun risikonya untuk terkena
kanker 43 persen lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita yang tidak mendapatkan
radiasi. Semua paparan radiasi sebelum usia 20
tahun akan meningkatkan risiko kanker sampai
62 persen. Dan, radiasi setelah usia 30 tahun
tidak berpengaruh pada risiko kanker.
Pengaruh radiasi pada manusia atau
mahluk hidup juga bergantung pada waktu
paparan. Suatu dosis yang diterima pada sekali
paparan akan lebih berbahaya daripada bila
dosis yang sama diterima pada waktu yang
lebih lama. Secara alami kita mendapat radiasi
dari lingkungan, misalnya radiasi sinar kosmis
atau radiasi dari radioakif alam. Disamping itu,
dari berbagai kegiatan seperti diagnosa atau
terapi dengan sinar X atau radioisotop. Orang
yang tinggal di sekitar instalasi nuklir juga
mendapat radiasi lebih banyak, tetapi masih
dalam batas aman. Selain itu, manajemen
stress akan menentukan psikologis yang baik
dan sangat diperlukan bagi penderita yang
mengalami radiasi kanker payudara. Mengenai
paparan radiasi untuk diagnosa atau terapi,
bila dimungkinkan tidak menjadi pilihan,
kecuali tidak ada jalan lain bagi upaya
kesehatan yang harus ditempuh.
Berdasarkan tabel 4 di atas didapatkan
pasien Tumor Payudara di Rumah Sakit Abdul
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018 dengan
riwayat penggunaan KB hormonal sebanyak 26
orang (29, 5%). Pemakaian kontasepsi oral
dalam jangka waktu yang lama menyebabkan
risiko terkena kanker payudara menjadi
semakin meningkat 25
. Risiko peningkatan
kanker payudara tersebut juga terjadi pada
perempuan yang menggunakan terapi hormon,
seperti hormon eksogen. Hormon eksogen
tersebut dapat menyebabkan peningkatan
risiko terkena kanker payudara.
Penelitian yang dilakukan oleh Nani
(2009) 26yang menyatakan bahwa pemakaian
kontrasepsi hormonal tidak memiliki hubungan
yang signifikan terhadap kejadian kanker
payudara. Pemakaian kontrasepsi hormonal
dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
paparan hormon estrogen pada tubuh. Adanya
peningkatan paparan hormon estrogen
tersebutlah yang dapat memicu pertumbuhan
sel secara tidak normal pada bagian tertentu,
misalnya payudara.
Menurut Hindell (1999)27, lama
pemakaian kontrasepsi oral dengan kenaikan
risiko kanker payudara menunjukkan adanya
hubungan dose-response berdasar uji X2 linier
for trends. Kandungan estrogen dan
progesteron pada kontrasepsi oral akan
memberikan efek proliferasi berlebih pada
duktus epitelium payudara. Berlebihnya
proliferasi bila diikuti dengan hilangnya control
atas proliferasi sel dan pengaturan kematian
sel yang sudah terprogram (apoptosis)
akanmengakibatkan sel payudara berproliferasi
secara terus menerus tanpa adanya batas
kematian. Hilangnya fungsi kematian sel yang
terprogram (apoptosis) ini akan menyebabkan
ketidakmampuan mendeteksi kerusakan sel
akibat adanya kerusakan pada DNA, sehingga
sel-sel abnormal akan berproliferasi secara
terusmenerus tanpa dapat dikendalikan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Harianto et al (2005)28, dalam penelitiannya di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Jakarta, Indrati & Handojo (2005)29, di Rumah
Sakit Kariadi Jawa Tengah, dan penelitian
Diniar (2013)
30, di Rumah Sakit Dharmais
Jakarta, yang menunjukkan bahwa ada
hubungan pemakaian kontrasepsi oral dengan
kejadian kanker payudara.
Berdasarkan tabel 5 di atas didapatkan
Ukuran Tumor Payudara pada pasien Tumor
Payudara di Rumah Sakit Abdul Moeloek
Provinsi Lampung tahun 2018 sebagian besar
adalah >5 cm yaitu sebanyak 52 orang (59,1%).
Menurut data SEER (2001)5
, pasien
kanker payudara dengan ukuran tumor 4,8 –
5,2 cm memiliki ketahanan hidup sebesar
65,9%. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Isabelle S et. Al
31
, pasien dengan ukuran tumor
2 – 5cm memiliki ketahanan hidup 10 tahun
sebesar 66%. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Arlinda, 2001 juga menunjukkan hasil
yang serupa yakni ketahanan hidup pasien yang memiliki ukuran tumor > 5 cm hanya
sebesar 24,1%.
Penelitian oleh Sinaga ES, et al (2017)32
,
bahwa Makin besar ukuran tumor, makin besar
kemungkinan penyebaran ke daerah lain. Pada
penelitian ini didaptkan karakteristik ukuran
>5cm didapatkan 90 (42,3%) dan ukuran <5m
dan missing masing masing 50 (23,5%) dan 73
(34,2%). Ukuran tumor berhubungan dengan
penyebaran penyakit ke daerah sekitar. Hal ini
sering ditandai dengan kelenjar getah bening
yang teraba di daerah regional (daerah ketiak,
leher, dan dada). Makin besar ukuran tumor,
makin besar kemungkinan penyebaran ke
daerah lain. Wahyuni melaporkan hubungan
antara besar tumor dengan terabanya kelenjar
getah bening, yaitu bila ukuran tumor >5 cm
maka kelenjar getah bening regional akan
teraba.
Simeonov dan Stoikov (2006)33
melaporkan bahwa jumlah kasus tumor
mammae, 81% merupakan tumor mammae
ganas, dan hanya 19% yang merupakan tumor
mammae jinak. Menurut teori, penyebaran
tumor terjadi melalui pembuluh darah dan
pembuluh limfe kelenjar mammae.
Sel tumor yang berada dalam pembuluh
darah dan pembuluh limfe dapat bermetastase
ke organ tubuh yang lainnya. Tumor akan
memasuki dinding pembuluh darah dan jika
endotelnya rusak akan terjadi trombosis
pembuluh darah. jika tumor itu masuk
lumen pembuluh darah, maka pertumbuhan
tumor ini akan mengakibatkan obstruksi dari
pembuluh darah
.
Sel tumor malignant yang berproliferasi
dapat melepaskan diri dari sel tumor induk dan
masuk ke sirkulasi untuk menyebar ke tempat lain
(metastase)35
.Tingkat keganasan tumor
berhubungan dengan kemampuan dari tumor
untuk bermetastase. Setiap tumor terdiri atas
subklonal sel tumor yang memiliki kemampuan
metastase yang berbeda pada setiap individu36
.Hal
ini mungkin dapat disebabkan oleh faktor imunitas
dari masing-masing anjing yang berbeda-beda,
kemampuan dari sistem imun dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan penyebaran
tumor.
Didapatkan frekuensi usia pasien Tumor
Payudara sebagian besar adalah > 40 tahun
yaitu sebanyak 66 orang (75, 0%), frekuensi
pasien tumor payudara dengan riwayat
keluarga menderita tumor payudara sebanyak
4 orang (4, 5%), frekuensi pasien tumor
payudara dengan riwayat radiasi sebanyak 3
orang (3, 4%) dan frekuensi pasien tumor
payudara dengan riwayat penggunaan KB
hormonal sebanyak 26 orang (29,5%).